Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

UPAYA PEMBERANTASAN KORUPSI

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 4
1. Nadia Fadhillah
2. Neng Bayzura
3. Odelia Sabrina Nararya
4. Putri Febiyola
5. Putri Nawang Sari
6. Sefti Heldayanti
7. Seli Wika Hariani
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pemerintah sangat menjunjung tinggi perlindungan hukum bagi setiap warga
negaranya, sehingga diperlukan pemantapan-pemantapan terhadap sarana dan
prasarana yang diperlukan guna menopang pembangunan di bidang hukum.
Dalam upaya untuk mencapai keberhasilan pembangunan bidang hukum perlu
didukung adanya peningkatan sarana dan prasarana serta peningkatan
pendayagunaannya, pemantapan, kedudukan dan peranana badan-badan
penegak hukum merupakan pihak yang berhubungan langsung dengan proses
penegak hukumnya. Hal ini didasarkan pada kenyataan bahwa antara
pembangunan dan kejahatan atau pelanggaran hukum ada hubungan yang erat.
Oleh karena itu, perencanaan pembangunan harus meliputi juga perencanaan
perlindungan masyarakat terhadap pelanggaran hukum.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan paparan diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah
bagaimanakah upaya pemberantasan korupsi di Indonesia ?
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Tindak Pidana Korupsi


Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi adalah serangkaian kegiatan untuk
mencegah dan memberantas terjadinya tindak pidana korupsi melalui upaya
koordinasi, supervisi, monitor, penyelidikan, penyidikan, penuntutan,
pemeriksaan di sidang pengadilan, dengan peran serta masyarakat sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Secara garis besar adanya ketertiban itu dipenuhi oleh adanya peraturan tata
tertib, ketentuan-ketentuan yang bersangkutan dengan tata tertib ini dalam
kaidah atau norma yang tertuang posisinya di dalam masyarakat sebagai
norma hukum. Dengan adanya tatanan norma tersebut, maka posisi yang
paling ditekankan adalah norma hukum, meskipun norma lain tidak kalah
penting perannya dalam kehidupan masyarakat.
Penyebab terjadinya korupsi di Indonesia menurut Abdullah Hehamahua,
berdasarkan kajian dan pengalaman setidaknya ada delapan penyebab, yaitu
sebagai berikut :
a. Sistem Penyelenggaraan Negara yang Keliru
b. Kompensasi PNS yang Rendah
c. Pejabat yang Serakah
d. Law Enforcement Tidak Berjalan
e. Disebabkan law enforcement tidak berjalan dimana aparat penegak hokum
bisa dibayar mulai dari polisi, jaksa, hakim, dan pengacara, maka hukuman
yang dijatuhkan kepada para koruptor sangat ringan sehingga tidak
menimbulkan efek jera bagi koruptor.
f. Pengawasan yang Tidak Efektif
g. Tidak Ada Keteladanan Pemimpin
h. Budaya Masyarakat yang Kondusif KKN
Beberapa alasan dan fakta dan bahwa tebang pilih dan perlakuan tidak sama di
depan hukum oleh penegak hukum dapat diajukan sebagai berikut :
1. Praktek penegakan hukum dalam tebang pilih terhadap terdakwa atau
tersangka terjadi ketika baik polisi, jaksa dan juga pihak kekuatan
masyarakat, sebagai gerakan masyarakat madani membiarkan pelaku
kejahatan tidak saja dengan bebas berkeliaran bahkan menjadi calon kepala
daerah, tetapi juga setelah mendapatkan keputusan hakim sekalipun mereka
dapat kembali menduduki jabatan publik tertentu. Hal ini biasanya terjadi
ketika terdakwa, tersangka atau terhukum dapat dijadikan sumber uang
oleh karena mereka mampu membayar oknum-oknum penegak hukum
yang nakal.
2. Perlakuan penegak hukum menjadi tidak setara atau tebang pilih karena
sifat dari Undang-undang KPK yang secara sengaja memuat
pengelompokan proses penegakan hukum ke dalam dua kategori. Kategori
pertama adalah korupsi yang menimbulkan kerugian negara di bawah Rp 1
milyar diproses oleh Polisi dan Jaksa.
B. Solusi / Upaya Pemberantasan Korupsi
Korupsi tidak dapat dibiarkan berjalan begitu saja kalau suatu Negara ingin
mencapai tujuannya, karena kalau dibiarkan secara terus menerus, maka akan
terbiasa dan menjadi subur dan akan menimbulkan sikap mental pejabat yang
selalu mencari jalan pintas yang mudah dan menghalalkan segala cara (the end
justifies the means). Untuk itu, korupsi perlu ditanggulangi secara tuntas dan
bertanggung jawab. Ada beberapa upaya penanggulangan korupsi yang
ditawarkan para ahli yang masing-masing memandang dari berbagai segi dan
pandangan. Caiden (dalam Soerjono, 1980) memberikan langkah-langkah untuk
menanggulangi korupsi sebagai berikut :
1. Membenarkan transaksi yang dahulunya dilarang dengan menentukan
sejumlah pembayaran tertentu.
2. Membuat struktur baru yang mendasarkan bagaimana keputusan dibuat.
3. Melakukan perubahan organisasi yang akan mempermudah masalah
pengawasan dan pencegahan kekuasaan yang terpusat, rotasi penugasan,
wewenang yang saling tindih organisasi yang sama, birokrasi yang saling
bersaing, dan penunjukan instansi pengawas adalah saran-saran yang secara
jelas diketemukan untuk mengurangi kesempatan korupsi.
Kartono (1983) menyarankan penanggulangan korupsi sebagai berikut :

1. Adanya kesadaran rakyat untuk ikut memikul tanggung jawab guna melakukan
partisipasi politik dan kontrol sosial dengan bersifat acuh tak acuh.
2. Menanamkan aspirasi Nasional yang positif, yaitu mengutamakan kepentingan
Nasional.
3. Para pemimpin dan pejabat memberikan teladan, memberantas dan menindak
korupsi.
4. Adanya sanksi dan kekuatan untuk menindak, memberantas dan menghukum
tindak korupsi.
5. Reorganisasi dan rasionalisasi dari organisasi pemerintah, melalui penyederhanaan
jumlah Kementerian beserta jawatan dibawahnya.
6. Adanya sistem penerimaan pegawai yang berdasarkan “achievement” dan bukan
berdasarkan sistem “ascription”.
7. Adanya kebutuhan Pegawai Negeri yangnon-politik demikelancaran
administrasi pemerintah.
8. Menciptakan aparatur pemerintah yang jujur
9. Sistem budget dikelola oleh pejabat-pejabat yang mempunyai tanggung jawab etis
tinggi, dibarengi sistem kontrol yang efisien.
10. Herregistrasi (pencatatan ulang) terhadap kekayaan perorangan yang mencolok
dengan pengenaan pajak yang tinggi.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai