Anda di halaman 1dari 7

Problematika Penegakan Hukum Tindak

Pidana Korupsi di Indonesia

Nama : Muliadi
Nim : 2021010261076

1
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Di era reformasi sekarang ini, Indonesia mengalami banyak perubahan. Perubahan
sistem politik, reformasi ekonomi, sampai reformasi birokrasi menjadi agenda utama
di negeri ini. Yang paling sering dikumandangkan adalah masalah reformasi birokrasi
yang menyangkut masalah-masalah pegawai pemerintah yang dinilai korup dan sarat
dengan nepotisme. Reformasi birokrasi dilaksanakan dengan harapan dapat
menghilangkan budaya-budaya buruk birokrasi seperti praktik korupsi yang paling
sering terjadi di dalam instansi pemerintah. Reformasi birokrasi ini pada umumnya
diterjemahkan oleh instansi-instansi pemerintah sebagai perbaikan kembali sistem
remunerasi pegawai. Anggapan umum yang sering muncul adalah dengan perbaikan
sistem penggajian atau remunerasi, maka aparatur pemerintah tidak akan lagi
melakukan korupsi karena dianggap penghasilannya sudah mencukupi untuk
kehidupan sehari-hari dan untuk masa depannya. Namun pada kenyataannya,
tindakan korupsi masih terus terjadi walaupun secara logika gaji para pegawai
pemerintah dapat dinilai tinggi.
Masyarakat telah sepakat meletakkan dasar reformasi pada tiga pilar, yaitu
pemberantasan Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN) yang ketiganya bertumpu
kepada hukum dan penegakan hukum. Reformasi di bidang hukum dimulai dengan
melakukan perubahan atau amandemen Undang-Undang Dasar Republik Indonesia
Tahun 1945 dan dilanjutkan dengan serangkaian perubahan undang-undang yang
berkaitan dengan penyelenggaraan demokrasi dan undang-undang yang isinya
melanjutkan sikap yang anti KKN dalam hukum administrasi dan hukum pidana.
Dalam perjalannya selama kurang lebih 13 tahun, reformasi di bidang hukum dan
penegakan hukum menunjukkan indikasi yang tidak menggembirakan yang ditandai
dengan kecemasan masyarakat terhadap praktek penegakan hukum, terutama
ditujukan kepada tindak pidana korupsi dalam penyelenggaraan Negara.
Tindak pidana korupsi dalam perkembangannya menunjukkan gelagat yang tidak
menggembirakan dan masyarakat mulai curiga serta mulai tidak percaya karena ada
dugaan terjadinya permainan politik, kekuasaan dan uang dalam praktek penegakan
hukum. Permainan politik ini tidak sama dengan intervensi politik terhadap aparat

2
penegak hukum, tetapi lebih jauh lagi terjadi konspirasi antara pemegang kendali
politik/kekuasaan, pembentuk hukum dan dengan aparat penegak hukum dan hakim.
Problem hukum dan penegakan hukum tersebut tercermin dari adanya indikasi rasa
ketidakpuasan masyarakat terhadap praktek penegakan hukum yang mulai merembet
naik dan adanya gejala masyarakat cenderung menyelesaikan sendiri di luar
pengadilan meskipun perbuatan tersebut melanggar hukum (melakukan penghakiman
sendiri) dan sekarang mulai ada gerakan untuk menuntut secara resmi dan
pengesahan mengenai penyelesaian perkara di luar pengadilan untuk perkara pidana
serta dibentuknya berbagai komisi independen yang diberi wewenang di bidang
penegakan hukum sebagai bentuk lain dari ketidak percayaan masyarakat terhadap
hukum dan penegakan hukum yang terjadi selama ini.

1.2 Rumusan Masalah


Apa problematika penegakan hukum tindak pidana korupsi?

1.3 Tujuan Pembahasan


Untuk memberi pemahaman serta gambaran problematika penegakan hukum tindak
pidana korupsi.

3
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Korupsi

Korupsi berasal dari bahasa latin, Corruptio-Corrumpere yang artinya busuk, rusak,
menggoyahkan, memutarbalik atau menyogok. Korupsi ialah prilaku buruk yang
dilakukan pejabat publik secara tidak wajar atau tidak legal untuk memparkaya diri
sendiri.

2.1.1 Pengertian Korupsi Secara Hukum

Merupakan tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam ketentuan peraturan


perundang-undangan yang mengatur tentang tindak pidana korupsi.
Pengertian “korupsi“ lebih ditekankan pada pembuatan yang merugikan
kepentingan publik atau masyarakat luas atau kepentingan pribadi atau
golongan.

2.1.2 Korupsi Kolusi dan Nepotisme (KKN)

- Korupsi yaitu menyelewengkan kewajiban yang bukan hak kita.

- Kolusi ialah perbuatan yang jujur, misalnya memberikan pelican agar kerja
mereka lancar, namun memberikannya secara sembunyi-senbunyi.

- Nepotisme adalah mendahulukan orang dalam atau keluarga dalam


menempati suatu jabatan.

2.2 Masalah Penegakan Hukum Di Indonesia Saat Ini

Negara Indonesia adalah negara modern yang terlahir berdampingan erat dengan
hukum. Hukum sebenarnya digunakan sebagai penegak keadilan bagi masyarakat
yang memang masih belum tercapai. Namun tentu saja, melihat ada banyaknya
parktek negatif penegakan hukum belakangan ini, penegakan hukum di negara
hukum Indonesia ini terlihat lemah dan statusnya akan terancam. Sehingga
menyebabkan banyaknya kritik terhadap hukum Indonesia.

4
Banyak dari kalangan masyarakat menilai bahwa hukum itu bisa dibeli. Sehingga
bagi mereka yang memiliki kekuasaan, bagi mereka yang memiliki banyak uang bisa
berada di posisi aman walaupun melanggar aturan negara.

Kemungkinan adanya campur tangan politik/ politisi menjadikan robohnya negara


hukum Indonesia. Ada tiga hal penyakit politik, yaitu politik uang, poitik kekerasan,
dan politik yang tidak mencerdaskan. Banyak kasus-kasus yang dibuat rumit.
Keadaan hukum justru diputar balikkan dengan strategi politik.

Pada masa pemerintahan sekarang, banyak dari kalangan masyarakat secara umum
menilai bahwa penegakan hukum di Indonesia sangatlah buruk. Begitu juga publik
menilai bahwa kinerja pemerintah dan aparat penegak hukum dalam memberantas
korupsi juga begitu buruk.

Banyak kesalahan yang terjadi, salah satu faktornya adalah ketidak tegasan hukum di
Indonesia. Adanya suap menyuap antara satu pihak terhadap pihak lain, bahkan
kasus-kasus penyuapan juga banyak terjadi pada kehidupan sehari-hari yang juga
banyak dilakukan oleh pihak instansi pemerintahan.

Dalam masyarakat juga ada paradigma bahwa “Maling-maling kecil dipersulit,


maling-maling besar dilindungi”. Bisa dilihat kembali dari beberapa kasus maling
sendal, maling ayam, maling buah yang ditangkap dan begitu dipersulit. Sedangkan
koruptor bisa keluar masuk penjara sepuasnya meskipun dalam masa tahanan.
Diskriminasi mulai terjadi dalam hukum Indonesia saat ini.

Penegakan hukum yang terjadi saat ini, yang benar bisa menjadi salah yang salah
bisa menjadi benar. Praktik mafia hukum di Indonesia saat ini semakin merajalela
serta penegakan hukum saat ini sangat lamban dan lemah, banyaknya kasus
kejahatan-kejahatan yang disikapi secara lamban dan lemah.

Kondisi yang demikian menyebabkan kualitas dari penegakan hukum yang buruk
akan sangat berpengaruh besar terhadap kesehatan dan kekuatan demokrasi
Indonesia. Mental rusak para penegak hukum yang memperjualbelikan hukum sama
artinya dengan mencederai keadilan.

Di Indonesia, tujuan hukum adalah untuk membentuk suatu negara Indonesia yang
melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah indonesia, dan untuk
5
memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa serta ikut
melaksanaan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekan, perdamaian abadi, dan
keadilan sosial. Jika hukum tidak lagi dapat bekerja sesuai tujuan dan sebagaimana
fungsinya maka itu menandakan upaya-upaya reformasi hukum sudah waktunya
dilakukan.

Penegakan hukum berasal dari masyarakat, dan bertujuan untuk mencapai kedamaian
dalam masyarakat. Oleh karena itu, dipandang dari sudut tertentu, maka masyarakat
dapat mempengaruhi penegakan hukum tersebut.

Pengawasan terhadap kewenangan hakim perlu dilakukan dalam rangka membatasi


kekuasaannya agar tidak bertindak sewenang-wenang. Salah satu caranya adalah
dengan menunjukkan keteladanan dan menekankan pada rasa malu untuk membuat
kesalahan. Dari sinilah akan terlihat martabat seorang hakim.

Namun ada beberapa yang harus dipikirkan dan pertimbangkan lagi, negara ini akan
maju dan baik juga karena adanya kepercayaan masyarakat publik, ketika keputusan
hakim terus dianggap salah, masih adanya ketidak percayaan terhadap pengadilan
dan hukum, maka penegakan hukum secara umum akan selalu dianggap buruk.

Ada kalanya masyarakat kurang mengetahui alasan-alasan dari pengambilan


keputusan hakim, sehingga hukuman yang tidak sebanding pun dianggap masyarakat
tidak adil. Biarkan keputusan hakim berjalan, adanya opini-opini negatif ataupun
kritik mengenai hukum Indonesia sangatlah wajar, hal ini terkait perkembangan
penegakan hukum itu sendiri. Dari pihak hakim pun harus menunjukkan kepada
publik bahwa penegakan hukum beserta hakim yang terlibat memutuskan hukum
memiliki martabat dan menunjukkan adanya keadilan. Dari situlah penegakan hukum
negara Indonesia ini akan kembali bernilai positif.

Pentingnya menata dan memperbaiki tatanan penegakan hukum negara Indonesia


saat ini perlu dilaksanakan. Konsistensi dalam hukum juga sangat diperlukan untuk
kebaikan penegakan hukum dan keadilan.

Oleh karena itu, bagian terpenting disini, tantangan terberat bagi penegak hukum
adalah mengembalikan kepercayaan masyarakat terhadap penegakan hukum di
Indonesia saat ini.

6
BAB III
PENUTUP

3.1 Simpulan
Korupsi merupakan tindakan buruk yang dilakukan oleh aparatur birokrasi serta
orang-orang yang berkompeten dengan birokrasi. Korupsi dapat bersumber dari
kelemahan-kelemahan yang terdapat pada sistem politik dan sistem administrasi
negara dengan birokrasi sebagai prangkat pokoknya.
Keburukan hukum merupakan penyebab lain meluasnya korupsi. Seperti halnya
delik-delik hukum yang lain, delik hukum yang menyangkut korupsi di Indonesia
masih begitu rentan terhadap upaya pejabat-pejabat tertentu untuk membelokkan
hukum menurut kepentingannya. Dalam realita di lapangan, banyak kasus untuk
menangani tindak pidana korupsi yang sudah diperkarakan bahkan terdakwapun
sudah divonis oleh hakim, tetapi selalu bebas dari hukuman. Itulah sebabnya kalau
hukuman yang diterapkan tidak drastis, upaya pemberantasan korupsi dapat
dipastikan gagal.
Upaya-upaya untuk mengatasi persoalan korupsi dapat ditinjau dari struktur atau
sistem sosial, dari segi yuridis, maupun segi etika atau akhlak manusia.

Anda mungkin juga menyukai