Nama : Muliadi
NIM : 2021010261076
JURUSAN : HUKUM PIDANA
LEMBAGA PERMASYARAKATAN
BAB I PEMBAHASAN
• Latar Belakang
Dalam pasal angka 3 UU Nomor 12 Tahun 1995 Tentang Permasyarakatan tempat untuk melaksanakan
pembinaan Narapidana dan Anak Didik Pemasyarakatan. Sebelum dikenal istilah lapas di Indonesia, tempat
tersebut di sebut dengan istilah penjara. Lembaga Pemasyarakatan merupakan Unit Pelaksana Teknis di bawah
Direktorat Jenderal Pemasyarakatan Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia. Dan juga merupakan
himpunan dari norma-norma dari segala tingkatan yang berkisar pada suatu kebutuhan pokok di kehidupan
masyarakat.
Lembaga Pemasyarakatan merupakan tahap akhir dari sistem peradilan pidana.Sistem peradilan pidana sendiri
terdiri dari 4 (empat) sub-sistem yaitu Kepolisian, Kejaksaan, Pengadilan dan Lembaga Pemasyarakatan.Sub-
sistem Lembaga Pemasyarakatan sebagai sub-sistem terakhir dari sistem peradilan pidana mempunyai tugas
Perlunya peninjauan ulang terhadap sistem dan pola pendekatan terhadap para warga binaan untuk solusi lain
• Kitab Undang-undang Hukum Pidana. 13,14a s/d f,15,16,17,23,24,25, dan pasal 29.
Sesuai Undang Undang Nomor 12 Tahun 1995, narapidana adalah terpidana yang menjalani pidana hilang kemerdekaan di Lembaga
Pemasyarakatan. Penghuni suatu lembaga pemasyarakatan atau orang-orang tahanan itu terdiri dari :
• Lain-lain orang yang tidak menjalankan pidana penjara atau pidana kurungan, akan tetapi secara sah telah dimasukkan ke dalam
lembaga pemasyarakatan.
Golongan orang-orang yang dapat dimasukkan atau ditempatkan di dalam lembaga pemasyarakatan itu ialah :
• Mereka yang ditahan secara sah oleh pihak kejaksaan;
• Mereka yang ditahan secara sah oleh pihak pengadilan;
• Mereka yang telah dijatuhi hukuman pidana hilang kemerdekaan oleh pengadilan negeri setempat;
• Mereka yang dikenakan pidana kurungan;
• Mereka yang tidak menjalani pidana hilang kemerdekaan, akan tetapi dimasukkan ke lembaga
pemasyarakatan secara sah
Menurut (Yuliati dkk, 2003) jenis-jenis lembaga pemasyarakatan dibagi atas berbagai tipe sesuai dengan
berbagai sudut pengamatan yaitu :
• Dari sudut perkembangannya kelembagaan terdiri dari Criscive Institution and Enacted Institution.
• Dari sudut sistem nilai kelembagaan masyarakat dibagi menjadi dua yakni Basic institution and Subsidiary
Institution
• Dari sudut penerimaan masyarakat, terdiri dari dua yaitu Sanctioned Institution and unsanctioned
Institution.
• Dari sudut faktor penyebabnya dibedakan atas General institutional and Restriktic Institutional.
• Dari sudut fungsinya dibedakan atas dua yaitu Operatif Institutional and regulatif Institutional.
• Fungsi Lembaga Kemasyarakatan
Pada dasarnya lembaga kemasyarakatan mempunyai beberapa fungsi antara lain :
• Memberikan pedoman bagi anggota masyarakat, bagai mana mereka harus bertingkah laku atau bersikap didalam
menghadapi masalah-masalah dalam masyarakat terutama yang menyangkut kebutuhan-kebutuhan.
• Menjaga keutuhan masyarakat.
• Memberikan pegangan kepada masyarakat untuk mengadakan sistem pengendalian social (social control).
Artinya, sistem pengawasan masyarakat terhadap tingkah laku anggota-anggotanya.
Proses Pembinaan Narapidana dalam Sistem Pemasyarakatan
• Konsep pemasyarakatan pertama kali digagas oleh Menteri Kehakiman Sahardjo pada tahun 1962, dimana
disebutkan bahwa tugas jawatan kepenjaraan bukan hanya melaksanakan hukuman, namun tugas yang jauh lebih
berat adalah mengembalikan orang-orang yang dijatuhi pidana ke dalam masyarakat.
Untuk melaksanakan pembinaan-pembinaan tersebut, dikenal empat tahap proses pembinaan, yaitu :
Tahap pertama. Setiap narapidana yang ditempatkan di dalam lembaga pemasyarakatan itu dilakukan penelitian
untuk mengetahui segala hal tentang diri narapidana, termasuk tentang apa sebabnya mereka telah melakukan
pelanggaran, berikut segala keterangan tentang diri mereka yang dapat diperoleh dari keluarga mereka, dari bekas
majikan atau atasan mereka, dari teman sepekerjaan mereka, dari orang yang menjadi korban perbuatan mereka dan
selama sepertiga dari masa pidananya yang sebenarnya, dan menurut pendapat dari Dewan
keinsafan, perbaikan, disiplin dan patuh pada peraturan-peraturan tata tertib yang berlaku di
• Tahap ketiga. Jika proses pembinaan terhadap seseorang narapidana itu telah berlangsung
selama setengah dari masa pidananya yang sebenarnya, dan menurut pendapat dari Dewan
Pembina Pemasyarakatan telah dicapai cukup kemajuan baik secara fisik maupun secara
mental dan dari segi keterampilan, maka wadah proses pembinaan diperluas dengan
• Tahap keempat. Jika proses pembinaan terhadap seseorang narapidana itu telah berlangsung
selama dua per tiga dari masa pidananya yang sebenarnya atau sekurang-kurangnya sembilan
bulan, kepada narapidana tersebut dapat diberikan lepas bersyarat, yang penetapan tentang
Identifikasi Sarana dan Prasarana Pendukung Pembinaan
Dalam proses pembinaan narapidana oleh Lembaga Pemasyarakatan dibutuhkan sarana dan prasarana
pedukung guna mencapai keberhasilan yang ingin dicapai. Sarana dan prasarana tersebut meliputi :
• Sarana Gedung Pemasyarakatan
• Pembinaan Narapidana
• Petugas Pembinaan di Lembaga Pemasyarakatan
Paradigma Sistem Pembinaan Narapidana
Dalam menyikapi tindak kejahatan yang dianggap dapat direstorasi kembali, dikenal suatu paradigma
penghukuman yang disebut sebagai restorative justice, di mana pelaku kejahatan didorong untuk memperbaiki
kerugian yang telah ditimbulkannya kepada korban, keluarganya dan juga masyarakat.Berkaitan dengan
kejahatan yang kerusakannya masih bisa diperbaiki, pada dasarnya masyarakat menginginkan agar bagi pelaku
diberikan “pelayanan” yang bersifat rehabilitatif. Masyarakat mengharapkan para pelaku kejahatan akan
menjadi lebih baik dibanding sebelum mereka masuk kedalam institusi penjara, inilah yang dimaksud proses
rehabilitasi.
Perwujudan Konkret Rehabilitasi dan Reintegrasi Sosial
• Teori rehabilitasi dan reintegrasi sosial mengembangkan beberapa program kebijakan pembinaan
narapidana sebagaimana diatur dalam Undang-Undang (UU) Nomor 12 Tahun 1995 tentang
Pemasyarakatan. Program kebijakan itu meliputi :
- Asimilasi
- Reintegrasi Sosial