PENDAHULUAN
Umumnya para narapidana menjalani hukuman karena suatu tindakan yang melanggar
hukum seperti pembunuhan, pencurian, penipuan, pemerkosaan, penggunaan obat-obat
terlarang, dll. Dalam makalah ini, yang disoroti adalah tentang pembinaan pada narapidana
dengan kasus narkoba karena para narapidana narkoba kondisinya sangat berbeda yaitu
mempunyai karakter dan perilaku yang berbeda akibat penggunaan narkoba yang telah
dikonsumsinya. Diantaranya adalah kurangnya tingkat kesadaran akibat rendahnya
kamampuan penyerapan, keterpurukan kesehatan dan sifat overreaktif dan overproduktif.
Dengan kondisi demikian, maka perlu penanganan khusus pada narapidana narkoba
dibandingkan dengan narapidana yang lain.
Perawat sebagai profesi yang berorientasi pada manusia mempuyai andil dalam
memberikan pelayanan kesehatan di LP dalam bentuk “Correctional setting” . perawat
memberikan pelayanan secara menyeluruh.
1.2 Tujuan
1.
1.3 Manfaat
1.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Komunitas dapat diartikan kumpulan orang pada wilayah tertentu dengan sistem
sosial tertentu. Komunitas meliputi individu, keluarga, kelompok/agregat dan masyarakat.
Salah satu agregat di komunitas adalah kelompok anak usia sekolah yang tergolong
kelompok berisiko (at risk) terhadap timbulnya masalah kesehatan yang terkait perilaku tidak
sehat.
Definisi kelompok khusus adalah kelompok masyarakat atau individu oleh karena
keadaan fisik, mental, social, budaya dan ekonomi perlu mendapatkan bantuan, bimbingan
dan pelayanan kesehatan dan arawatan, karena ketidakmampuan dan ketidaktahuan mereka
dalam memelihara kesehatan dan keperawatan terhadap dirinya sendiri. perawatan
kelompok khusus adalah suatu upaya dibidang keperawatan kesehatan masyarakat yang
ditujukan kepada kelompok-kelompok individu yang mempunyai kesamaan jenis kelamin,
umur, permasalahan kesehatan serta rawan terhadap masalah tersebut, yang dilaksanakan
secara terorganisasi dengan tujuan meningkatkan kemampuan kelompok dan derajat
kesehatan kelompok. Pada materi kali ini penulis membahas tentang kelompok khusus
dalam lembaga lembaga kemasyarakatan salah satunya adalah Lembaga Pemsyarakatan
(LAPAS).
1. Mereka yang ditahan secara sah oleh pihak kejaksaan dan pidana
2. Mereka yang telah dijatuhi hukuman pidana hilang kemerdekaan oleh panggilan
negeri sipil
3. Mereka yang dikenakan pidana kurungan
4. Mereka yang tidak menjalani pidana hilang kemerdekaan, akan tetapi dimasukkan ke
lembaga pemasyarakatan secarah sah,
3 Tujuan
4 Pola Pembinaan Pemasyarakatan
Pola pembinaan narapidana adalah suatu cara perlakuan terhadap narapidana yang
dikehendaki oolehh sistim pemasyarakatan dalam usaha untuk mencapai tujuan,
yaituu agar sekembalinya narapidana ke masyarakat dapat berperilaku sebagai
anggota masyarakat yang baik dan berguna bagi lingkungan sekitar. Maka ada perlu
dibina adalah pribadi dan budi pekerti narapidana agar membangkitkan kembali rassa
percaya dirinya dan dapat mengembangkan fungsi sosialnya dengan rasa tanggung
jawab untuk menyesuaikan diri pada masyarakat. Berdasarkan UU No. 12 Tahun
1995 pembinaan narapidana dengan sistim :
a. Pengayoman
Pengayoman adalah perilaku terhadap warga binaan pemasyarakatan dalam
rangka melindungi masyarakat dari kemungkinan diulanginya tindak pidana oleh
warga binaan pemasyarakatan, juga memberikan pengetahuan kepada warga
binaan pemasyarakatan, agar menjadi warga yang berguna bagi masyarakat.
b. Persamaan perlakuan dan pelayanan
Persamaan perlakuan dan pelayanan yang sama terhadap warga binaan
pemasyarakatan tanpa membedak-bedakan orang
c. Pendidikan
Pendidikan adalah bahwa pelaksana pendidikan dan bimbingan dilaksanakan
berdasarkan pancasila, antara lain penanaman jiwa kekeluargaan, keterampilan,
pendidikan kerohanian, dan kesempatan untuk menunaikan ibadah.
d. Penghormatan Harkat dan Martabat Manusia
Penghormatan harkat dan martabat seorang manusia adalah sebagai orang yang
tersesat warga binaan pemasyarakatan harus tetap diperlakukan sebagai seorang
manusia.
e. Kehilangan kemerdekaan
Kehilangan kemerdekaan merupakan peneritaan adalah warga binaan
pemasyarakatan harus berada didalam. Selama di lembaga pemasyarakatan warga
binaan tetap meemperoleh hak-haknya yang lain seperti layaknya manusia,
dengan kata lain hak perdatanya tetap dilindungi seperti hak memperoleh
perawatan, kesehatan, makan, minum, pakaian, tempat tidur, latihan, olahraga aau
rekreasi.
Tahapan dalam proses pembinaan narapidan sebagai berikut
1) Tahapan Pertama
Pembinaan pada tahap awal ini merupakan kegiatan masa pengamatan,
peelitian dan pengenalan lingkungan untuk menentukan perencanaan
pelaksanaan program pembinaan kepribadian dan kemandirian yang waktunya
dimulai paa saat yang bersangkutan berstatus sebagai narapidana seampai
dengan 1/3 (seertiga) dari masa pidananya. Pembinaan pada tahap ini masih
dilakukan dalam Lembaga Pemasyarakatan dan pengawasannya maksimum
(maksimum security)
2) Tahapan Kedua
Jika selama 1/3 dari masa pidana yang sebenarnya dan menurut tim
Pemasyarakatan (TPP) sudah dica[ai cukup kemajuan, antara lain
menunjukkan keinsyafan, perbaikan, disiplin dan patuh pada peraturan tata
tertib yang berlaku di Lembaga Pemasyarakatan, maka kepada narapidan yang
bersangkutan diberikan kebebasan lebih banyak dan dditempatkan pada
lembaga pemasyarakatan dengan melalui pengawasan medium-security.
3) Tahapan Ketiga
Jika proses pembinaan terhadap narapidana telah dijalani ½ dari masa pidana
yang telah di tetapkan dan menurut TPP telah dicapaki cukup kemajuan baik
secara fisikmaupun mental dan juga segi keterampilannya, maka tempat
pembinaannya diperluas dengan program asimilisi
4) Tahapan Keempat
Jika proses pembinaan telah menjalani 2/3 dari masa pidana yang sebenarnya
atau sekurang-kurangnya 9 bulan. Pembinaan ini disebut pembinaan tahapan
terakhir yaitu kegiatan berupa perenanaan dan pelaksaaan program integrasi
yang dimulai sejak berakhirnya tahap lanjut sampai dengan berakhirnya masa
pidana dari narapidana yang bersangkutan.
1. Pengkajian
a. Data inti:
Demografi : Jumlah warga binaan keseluruhan, jumlah warga binaan menurut jenis
kelamin, umur, identitas LAPAS, sejarah berdirinya LAPAS,distribusi warga binaan
dan pemeriksaan fisik.
b. Data subsystem
Delapan subsitem yang dikaji sebagai berikut :
1. Lingkungan Fisik
Inspeksi : Lingkungan sekitar lapas, kebersihan lingkungan, aktifitas warga binaan,
data dikumpulkan dengan winshield survey dan observasi.
Auskultasi : Mengidentifikasi aktifitas yang dilakukan oleh warga binaan serta petugas
lapas melalui wawancara.
3. Ekonomi
Mengidentifikasi sumber pendanaan bagi warga binaan dengan cara wawancara dengan
warga binaan dan petugas lapas.
6. Komunikasi
Pola komunikasi yang gterjadi di lingkungan lapas baik dari warga binaan dengan sesama
warga binaan ataupun dengan petugas lapas.
7. Pendidikan
Tingkat pendidikan warga binaan di lapas.
8. Rekreasi
Sarana rekreasi yang digunakan oleh warga binaan, tempat sarana penyaluran bakat bagi
warga binaan seperti olahraga dan seni, pemanfaatannya, kapan waktu penggunaan.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. DATA INTI
1. Identitas LAPAS
1. Nama Panti : Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIB Blitar
2. Alamat/kode pos :Jl. Merapi No.02, Kepanjen Lor,
Kepanjenkidul, Kota Blitar, Jawa Timur
66117
3. Telepon : (0342) 801743
4. Kepala Lapas : Rudi Sarjono
5. Tahun Berdiri / SK Mensos RI No : 1881
6. Sasaran Pelayanan : Warga Binaan
7. Kapasitas tampung (saat ini) : 359 orang Napi/ Tahanan. (Kondisi saat ini
terjadi Overcapacity)
8. Kapasitas Isi : Kapasitas Kamar Hunian sebanyak : 200
orang Napi/Tahanan
a. Jumlah blok :6
b. Jumlah kamar : 35
c. Jumlah sel :2
d. Tempat ibadah : 2 (1 masjid dan 1 gereja)
e. Aula :1
f. Polikilinik lapas :1
g. Pos jaga :8
h. R. Kunjungan :1
i. Dpur lapas :1
j. Kantin :1
1. Jumlah penghuni LAPAS (2018): jumlah penghuni lapas keseluruhan 359 orang.
2. Distribusia Usia
Distribusi Usia
120
100
100
80
80
60 70
59
40 50
20
0
0
18-28 tahun 29-39 tahun 40-50 tahun 51-61 tahun 62-72 tahun >73 tahun
140
120
100
80
60
40
20
0
4. Pendidikan terkhir
PENDIDIKAN TERAKHIR
100
80
60
40
20
0
Tidak SD SMP SMA SARJANA
Tamat SD
Dari 359 orang warga binaan yang berada di lapas diperoleh data sebanyak 79
orang tidak tamat SD, 80 orang lulusan SD, 90 orang lulusan SMP dan 80 orang
lulusan SMA, 40 orang lulusan Sarjana.
4. Pemeriksaan Fisik
Tidak ditemukan penyakit pada penghuni LAPAS karena adanya kontrol kesehatan
setiap 2 minggu sekali.
B. DATA SUBSISTEM
1. Lingkungan Fisik
Berdasarkan hasil pengamatan, lingkungan LAPAS kurang baik, kondisi tiap blok
LAPAS tidak bersih, sanitasi kurang bersih.
2. Pelayanan kesehatan dan social
Tidak adanya petugas kesehatan yang bekerja secara menetap untuk mengontrol
kesehatan penghuni LAPAS.
3. Pendidikan
Dari 359 orang warga binaan yang berada di lapas diperoleh data sebanyak 79 orang
tidak tamat SD, 80 orang lulusan SD, 90 orang lulusan SMP dan 80 orang lulusan SMA,
40 orang lulusan Sarjana.
4. Transportasi dan keamanan
Sudah ada transportasi bagi warga binaan yang mengalami sakit dan harus dirujuk
dibawa kerumah sakit.
Pada lingkungan LAPAS dikatakan cukup aman. Hal ini dikarenakan tingkat keamanan
pada LAPAS cukup ketat dan terdapat 8 pos keamanan.
5. Ekonomi
Status ekonomi sudah memenuhi karena adanya sumbangsih dari Pemerintah
6. Politik dan kebijakan pemerintah
Jumlah petugas di lapas kelas II B Kota Blitar keseluruhan adalah 43 orang, terdiri dari
38 orang laki-laki dan 5 orang perempuan. Lapas kelas II B di kota Blitar di pimpin oleh
seorang kepala lapas. Kepala lapas membawahi 3 divisi yang pertama KA KPLP yang
terdiri dari regu pengamanan 1, regu pengamanan 2, regu pengamanan 3, regu
pengamanan 4. Divisi kedua adalah KASI Admin dan KAMTIB yang terdiri dari
KASUBSI Kemanan, KASUBSI Pelaporan dan Tatib. divisi terakhir adalah KASI
BINADIK dan GIATJA yang terdiri dari KASUBSI Registrasi dan BIMKEMAS,
KASUBSI Perawatan Narapidana dan KASUBSI Kegiatan Kerja.
7. Sistem komunikasi
Sistem komunikasi sosialisasi penghuni dengan petugas LAPAS cukup baik. Bahasa
yang digunakan adalah bahasa jawa dan bahasa Indonesia.
8. Rekreasi
Penghuni LAPAS jarang mendapatkan hiburan dan rekreasi karena keterbatasan waktu.
Biasanya pada peringatan hari-hari tertentu terdapat pertunjukkan tari yang ditampilkan
oleh beberapa warga binaan.
ANALISIS DATA
2. Risiko perilaku 2 3 3 4 72
kekerasan terhadap orang
lain
Diagnosa
No NOC NIC
Keperawatan
1. Defisiensi Kesehatan 6484 Manajemen
kesehatan komunitas, Lingkungan :
komunitas defisiensi Komunitas
1. Status imun 1. Inisiasi skrining
komunitas. risiko kesehatan
2. Kontrol risiko yang berasal
komunitas : dari lingkungan
penyakit 2. Berpartisipasi
kronik. dalam program
3. Kontrol risiko dikomunitas
komunitas : untuk mengatasi
penykit risiko yang
menular. sudah diketahui.
4. Kontrol risiko 3. Dorong
komunitas : lingkungan
penyakit untuk
timbal. berpartisipasi
aktif dalam
keselamatan
komunitas.
tertentu. Komunitas meliputi individu, keluarga, kelompok/agregat dan masyarakat. Salah satu
agregat di komunitas adalah kelompok warga binaan di lapas yang tergolong kelompok khusus.
Pada kasus ini yang menjadi sasaran pengkajian adalah kelompok warga binaan di lapas kelas II
Dalam memberikan asuhan keperawatan pada agregat kelompok warga binaan di lapas
digambarkan sebagai inti (core) mencakup sejarah, demografi, dan 8 (delapan) subsistem yang
saling mempengaruhi meliputi lingkungan fisik, pelayanan kesehatan dan sosial, ekonomi,
keamanan dan transportasi, politik dan pemerintahan, komunikasi, pendidikan dan rekreasi
B. Saran