PENDAHULUAN
1
Dengan permasalahan dalam progam pemberdayaan masyarakat memerlukan
peran perawat di LAPAS menjadi sangat penting dalam membantu warga binaan
menyesuaikan diri di LAPAS. Perawat di LAPAS memiliki peran yang bertujuan untuk
memberikan pelayanan kesehatan dasar yang berkualitas, lingkungan yang memadai
serta mengembangkan dan membuat rencana pengelolaan bagi warga binaan yang
memiliki risiko kesehatan, mengembangkan dan melaksanakan manajemen kesehatan,
meningkatkan penyediaan layanan kesehatan, dan menyediakan perawatan darurat
untuk warga binaan dan staff. sehingga perlu dilakukannya penelitian keperawatan
terkait penyesuaian diri warga binaan wanita di sebuah LAPAS di Indonesia.
1.3 Tujuan
a. Untuk mengetahui definisi dari Binaan di Lembaga Pemasyarakatan
b. Untuk mengetahui apa saja ruang lingkup dari kelompok Binaan di Lembaga
Pemasyarakatan
c. Untuk mengetahui masalah kesehatan mayoritas yang dialami oleh kelompok
Binaan di Lembaga Pemasyarakatan
d. Untuk mengetahui intervensi tingkat nasional yang dilakukan untuk mengatasi
masalah kesehatan tersebut
e. Untuk mengetahui contoh kasus yang terkait dari kelompok Binaan di Lembaga
Pemasyarakatan serta apa peran perawat dalam mengatasi hal tersebut.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
3
memperbaiki diri dan tidak mengulangi tindak pidana sehingga dapat diterima kembali
oleh lingkungan masyarakat, dapat aktif berperan dalam pembangunan dan dapat hidup
secara wajar sebagai warga yang baik dan bertanggungjawab. Sistem pemasyarakatan
berfungsi menyiapkan warga binaan pemasyarakatan agar dapat berintegrasi secara
sehat dengan masyarakat sehingga dapat berperan kembali sebagai anggota masyarakat
yang bebas dan bertanggungjawab.
1. Pengayoman
Pengayoman adalah perlakuan terhadap Warga Binaan Pemasyarakatan dalam
rangka melindungi masyarakat dari kemungkinan diulanginya tindak pidana oleh
Warga Binaan Pemasyarakatan, juga memberikan bekal hidupnya kepada Warga
Binaan Pemasyarakatan agar menjadi warga yang berguna di dalam masyarakat.
2. Persamaan perlakuan dan pelayanan
Persamaan perlakuan dan pelayanan adalah pemberian perlakuan dan pelayanan
yang sama kepada Warga Binaan Pemasyarakatan tanpa membeda –bedakan
orang.
3. Pendidikan
Pendidikan adalah bahwa penyelenggaraan pendidikan dan bimbingan
dilaksanakan berdasarkan pancasila, antara lain penanaman jiwa kekeluargaan,
keterampilan, pendidikan kerohanian, dan kesempatan untuk menunaikan ibadah.
4. Pembimbingan
Pembimbingan adalah bahwa penyelengaraan bimbingan dilaksanakan
berdasarkan pancasila, antara lain penanaman jiwa kekeluargaan, keterampilan,
pendidikan kerohanian dan kesempatan untuk menunaikan ibadah
5. Penghormatan harkat dan martabat manusia
Penghormatan harkat dan martabat manusia adalah bahwa sebagai orang yang
tersesat Warga Binaan Pemasyarakatan harus tetap diperlukan sebagai manusia.
6. Kehilangan kemerdekaan merupakan satu –satunya penderitaan
Kehilangan kemerdekaan merupakan satu –satunya penderitaan adalah Warga
Binaan Pemasyarakatan harus berada dalam Lapas untuk jangka waktu tertentu,
sehingga mempunyai kesempatan penuh untuk memperbaikinya. Selama di Lapas
Warga Binaan Pemasyarakatan tetap memperoleh hak – haknya yang lain seperti
layaknya manusia, dengan kata lain hak perdatanya tetap dilindungi seperti hak
4
memperoleh perawatan kesehatan, makan, minum, pakaian, tempat tidur, latihan,
keterampilan, olah raga, atau rekreasi.
7. Terjaminnya hak untuk tetap berhubungan dengan keluarga dan orang – orang
tertentu.
Terjaminnya hak untuk tetap berhubungan dengan keluarga dan orang – orang
tertentu adalah bahwa walaupun Warga Binaan Pemasyarakatan berada di Lapas,
tetapi harus tetap didekatkan dan dikenalkan dengan masyarakat dan tidak boleh
diasingkan dari masyarakat, antara lain berhubungan dengan masyarakat dalam
bentuk kunjungan, hiburan ke dalam Lapas dari anggota masyarakat yang bebas,
dan kesempatan berkumpul bersama sahabat dan keluarga seperti program cuti
mengunjungi keluarga.
“Pemberian Hak Atas Pelayanan Kesehatan Bagi Narapidana Yang Menderita Sakit
Berat Di Lembaga Pemasyarakatan.”
Semua manusia memiliki martabat dan derajat yang sama, dan memiliki hak-
hak yang sama pula. Secara yuridis jaminan Hak Asasi Manusia di Indonesia telah
diatur dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945. Dalam Pasal 28A sampai dengan 28J menegaskan bahwa setiap manusia harus
dijamin Hak Asasi Manusianya, karena Hak Asasi Manusia merupakan hak dasar yang
melekat pada diri manusia yang sifatnya kodrati dan universal sebagai anugerah Tuhan
Yang Maha Esa sejak manusia dilahirkan. Setiap manusia sejak ia dilahirkan memiliki
kebebasan dan hak untuk diperlakukan sama tanpa diskriminasi apapun. Pembangunan
kesehatan pada dasarnya menyangkut segala segi kehidupan masyarakat dan
berlangsung pada setiap individu, tak terkecuali mereka yang sedang menjalani
hukuman (Narapidana) di dalam Lembaga Pemasyarakatan.
Hak dan kewajiban Narapidana ini telah di atur dalam sistem Pemasyarakatan,
yaitu suatu sistem pemidanaan yang menggantikan sistem kepenjaraan. Dalam Pasal 14
huruf d Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995, Tentang Pemasyarakatan,
menyebutkan bahwa “Narapidana berhak mendapatkan pelayanan kesehatan dan
makanan yang layak”. Lembaga Pemasyarakatan sebagai instansi terakhir dalam proses
peradilan pidana harus mampu mencapai tujuan dijatuhkannya pidana itu sendiri. Pada
5
awalnya pemidanaan hanya menitik beratkan pada unsur pemberian derita pada
pelanggar hukum. Namun, sejalan dengan perkembangan masyarakat, maka unsur
pemberian derita tersebut harus di imbangi dengan perlakuan yang manusiawi dengan
memperhatikan hak-hak asasi pelanggar hukum sebagai makhluk individu, maupun
sebagai makhluk sosial.
Hak atas pelayanan kesehatan terhadap narapidana merupakan salah satu dari
sekian banyak hak-hak yang dimiliki oleh narapidana yang dijunjung tinggi dan
dihormati. Pelayanan kesehatan adalah suatu keseluruhan dari aktivitas-aktivitas
professional dibidang pelayanan kuratif bagi manusia, atau aktivitas medis untuk
kepentingan orang lain dan untuk kepentingan pencegahan, (Lenen, 1991). Dasar-dasar
mengenai pemberian hak-hak kepada narapidana untuk memperoleh pelayanan
kesehatan itu adalah, bahwa penjatuhan pidana penjara oleh hakim-hakim itu yang
dibatasi hanyalah kebebasan fisik mereka saja dan bukan hak mereka untuk
memperoleh pelayanan kesehatan mereka. Hubungan antara pelayanan kesehatan dan
hukum itu akan tampak secara jelas di dalam hukum kesehatan dimana hukum
kesehatan itu dapat dirumuskan sebagai suatu keseluruhan dari peraturan-peraturan
hukum yang secara langsung ada hubungannya dengan pelayanan kesehatan.
Narapidana merupakan salah satu komunitas kecil dari masyarakat yang patut
mendapatkan perhatian. Bukan hanya sekedar memberikan pembinaan saja namun juga
memberikan hak-hak yang sepantasnya didapatkan oleh narapidana tersebut. Petugas
pemasyarakatan seharusnya dapat memberikan pelayanan yang semaksimal mungkin
untuk melindungi hak-hak yang berkaitan dengan kepentingan narapidana. Salah satu
hak yang dimiliki narapida adalah hak untuk mendapatkan pelayanan kesehatan
sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 PAsal 14 ayat (1)
Tentang Pemasyarakatan.
6
Meningkatnya jumlah penghuni lapas mengakibatkan kondisi lapas di Kabupaten
Dompu mengalami kelebihan kapasitas. Kondisi tersebut sangat memprihatinkan.
Kondisi ini tentunya akan mengakibatkan timbulnya masalah-masalah baru di dalam
Lembaga Pemasyarakatan. Masalah yang dominan terjadi akibat kondisi yang demikian
ini adalah adanya penurunan tingkat kesehatan bagi narapidana dan terhambatnya
pemberian hak-hak kepada para narapidana, termasuk pemberian hak pelayanan
kesehatan khususnya bagi narapidana yang menderita sakit berat.
Padatnya ruangan pada lapas tersebut bukan merupakan salah satu faktor saja
yang mengakibatkan penerunan kesehatan bagi narapidana, namun juga penyakit
bawaan yang sudah di derita oleh narapidana tersebut sebelum ia menghuni lapas.
Penyakit bawaan yang diderita oleh narapidana bukan hanya penyakit yang ringan
namun juga ada beberapa narapidana yang menderita sakit berat. Seperti penyakit
jantung, hati (liver) dan ginjal.
7
Berikut faktor yang menghambat pemberian pelayanan kesehtan di lembaga
pemasyarakatan Kabupaten Dompu:
8
2) Kebersihan perorangan
3) Olahraga untuk kesehatan
4) Penyuluhan kesehatan
b. Preventif / upaya pencegahan yang meliputi :
1) Isolasi / pengasingan
2) Pengendalian hewan pembawa penyakit
3) Kebersihan lingkungan
4) Pemeriksaan kesehatan berkala baik fisik maupun mental
c. Kuratif / upaya penyembuhan yang meliputi:
1) Pengobatan dasar P3K
2) Pengobatan spesialistik (rujkan ke gasilitas pelayanan kesehatan yang lebih
lengkap), rawat jalan / rawat inap
3) Pengobatan gizi
d. Rehabilitasi / upaya pemulihan.
Pada Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor
M.HH.02.UM.06.04 Tahun 2011 tentang Pedoman Pelayanan Kesehatan di
Lingkungan Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia, menyatakan bahwa upaya
kesehatan adalah setiap kegiatan dan/atau serangkaian kegiatan yang dilakukan secara
terpadu, terintregasi dan berkesinambungan untuk memelihara dan meningkatkan
derajat kesehatan masyarakat dalam bentuk pencegahan penyakit, peningkatan
kesehatan, pengobatan penyakit, dan pemulihan kesehatan oleh pemerintah dan/atau
masyarakat. Tujuan pelayanan kesehatan adalah tercapainya derajat kesehatan yang
9
setinggi-tingginya bagi Pegawai dan Keluarganya serta Warga Binaan Pemasyarakatan
di lingkungan Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia. Bentuk Pelaksanaan
Pelayanan Kesehatan meliputi :
a. Unit pelayanan kesehatan tingkat pertama pada unit eselon I yang dilakukan
terhadap pegawai kementerian untuk memelihara dan meningkakan kesehatan.
Kegiatan kesehatan yang dilakukan mencakup promosi kesehatan, pelayanan
kesehatan umum dan gigi, kesehatan ibu dan anak. laboratorium (bila
memungkinkan).
b. Unit pelayanan kesehatan tingkat pertama pada kantor wilayah. yaitu kegiatan
kesehatan yang dilakukan di terhadap pegawai pada kantor wilayah untuk
memelihara dan meningkatkan kesehatan. Kegiatan yang dilakukan mencakup
upaya promosi kesehatan serta pengobatan dasar umum dan gigi.
c. Unit pelayanan kesehatan tingkat pertama pada unit pelaksana teknis, yaitu setiap
kegiatan kesehatan yang dilakukan terhadap pegawai dan warga binaan
pemasyarakatan pada setiap unit pelaksana teknis untuk memelihara dan
meningkatkan kesehatan serta mencegah dan menanggulangi timbulnya masalah
kesehatan di tempat kerja.
10
1) Sasaran:
Umum: pegawai dan keluarganya.
Khusus: warga binaan pemasyarakatan.
2) Jenis:
Umum (untuk pegawai dan keluarganya) dilakukan medical check up
dan imunisasi.
Khusus (untuk warga binaan pemasyarakatan), dilakukan:
Screening awal terdiri dari Pemeriksaan fisik, Laboratorium,
Rontgen (sesuai indikasi).
Pemeriksaan fisik berkala dan berkesinambungan.
Pemeriksaan narkoba dan HIV sesuai indikasi.
c. Kuratif (Pengobatan)
1) Sasaran:
Umum: pegawai dan keluarganya.
Khusus: warga binaan pemasyarakatan.
2) Tekhnis Pelayanan: Pengobatan sesuai standar pelayanan medik.
3) Jenis Pelayanan:
Unit gawat darurat;
Unit rawat jalan; dan
Unit rawat inap.
4) Penatalaksanaan 10 (sepuluh) penyakit terbanyak :
ISPA;
Penyakit kulit;
Tuberculosis;
HIV/AIDS;
Gastritis;
Hypertensi;
Rematik;
Thypoid;
Malaria; dan
Diabetes Mellitus.
d. Rehabilitatif
1) Sasaran : pegawai dan keluarganya serta warga binaan pemasyarakatan;
11
2) Jenis:
Mental: dan
Fisik.
3) Pelaksana: Dokter umum, dokter spesialis, psikologi dan fisiotherapi.
e. Laboratorium
Urine/darah rutin;
BTA/Sputum;
Test kehamilan;
Test narkoba;
Rapid test HIV.
2. Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mutut, meliputi :
a. Promotif:
1) Sasaran:
Umum : pegawai dan keluarganya
Khusus : warga binaan pemasyarakatan.
2) Metode:
Penyuluhan/ceramah tentang:
Pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut:
Penyakit gigi.
Pelatihan.
b. Preventif:
1) Sasaran:
Umum : pegawai dan keluarganya
Khusus : warga binaan pemasyarakatan.
2) Jenis:
Umum (untuk pegawai dan keluarganya): medical check up dan
imunisasi
Khusus (untuk warga binaan pemasyarakatan):
Pemeriksaan gigi di UPT pada tahanan yang baru masuk dilakukan
di Poliklinik dan dicatat di form standar (perlu adanya form
standar);
Pemeriksaan berkala: dan
Pembersihan karang gigi.
12
c. Kuratif:
1) Sasaran:
Umum : pegawai dan keluarganya.
Khusus : warga binaan pemasyarakatan.
2) Teknis Pelayanan:
Pengobatan sesuai standar pelayanan medik:
Penambalan sementara dan tetap;
Perawatan syaraf gigi;
Pembersihan karang gigi;
Pemberian obat;
Pencabutan sederhana.
3. Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) meliputi :
a. Pelayanan ANC (Antenatal care):
Pemeriksaan ibu hamil mulai dari trimester I sampai trimester III;
Mendeteksi dan memantau pertumbuhan dan perkembangan ibu dan bayi;
Memberikan pelayanan Imunisasi TT (Tetanus Toxoid);
Memberikan obat/multivitamin;
Pemberian makanan tambahan.
b. Pelayanan Keluarga Berencana, jenis pelayanannya :
Pemasangan IUD;
Pelayanan suntik KB;
Pelayanan/pemberian pil KB;
Pasang susuk/implant;
Konseling.
c. Pelayanan lmunisasi pada bayi 0-1 tahun: Memantau tumbuh kembang Balita
dan prasekolah.
4. Peningkatan Kesehatan dan Pencegahan Penyakit Menular HIV/AIDS. Program
prioritas, meliputi:
a. Program gaya hidup sehat;
Meningkatkan komunikasi informasi dan edukasi tentang HIV/AIDS;
Meningkatkan kerjasama lintas sektoral untuk mengkoordinasikan dan
mensinergikan upaya komunikasi, informasi, dan edukasi guna
pencegahan HIV/AIDS pada masyarakat;
13
Meningkatkan komunikasi informasi dan edukasi komunikasi informasi
dan edukasi dan perlindungan terhadap Pegawai untuk mencegah
penularan HIV/AIDS serta mengikutsertakan di dalam kampanye
komunikasi informasi dan edukasi bagi pegawai dan keluarganya serta
warga binaan pemasyarakatan.
b. Program pengurangan dampak buruk;
c. Program pengobatan dan perawatan ODHA dengan konseling:
Pelatihan petugas kesehatan tentang tatalaksana perawatan dan
pengobatan serta konseling;
Menyediakan sarana kesehatan dan laboratorium terintegrasi dengan
sistem pelayanan kesehatan di seluruh provinsi dan kabupaten;
Menyediakan dan melaksanakan konseling dan testing secara sukarela
untuk dapat menemukan dan mengobati penderita;
Memberikan pengobatan preventif kepada ibu hamil dengan HIV untuk
mencegah penularan dari ibu ke anak;
Menyediakan secara berkesinambungan obat anti retroviral dan obat
infeksi oportunistik yang terjangkau.
d. Program pelatihan;
e. Memonitor kesehatan petugas kesehatan untuk mencegah penularan infeksi
dari petugas kesehatan ke pasien atau sebaliknya;
f. Menganjurkan prosedur isolasi dan memberikan konsultasi tentang
pencegahan dan pengendalian infeksi yang diperlukan pada kasus yang terjadi;
g. Pencegahan dan pengendalian infeksi termasuk terhadap limbah, laundry, gizi
dan lain-lain dengan menggunakan daftar tilik.
a. Pemberi asuhan
Peran sebagai pemberi asuhan adalah memenuhi kebutuhan dasar kelompok
binaan di lapas dengan pendekatan proses keperawatan, pemberian asuhan
keperawatan dilakukan dari yang sederhana sampai yang kompleks.
b. Collaborator
14
Peran sebagai collaborator dibutuhkan karena perawat harus bekerja secara
multidisplin dengan pemberi pelayanan lainnya untuk mengambil keputusan
bersama yang saling menghargai. Perlunya kolaborasi agar kelompok binaan di
lapas yang terkena hepatitis B dan gatal-gatal dapat ditangani oleh dokter, perawat
maupun tenaga kesehatan lainnya sesuai dengan kemampuan dan keahlian yang
dimiliki oleh tenaga kesehatan.
c. Educator
Peran sebagai educator adalah membantu pasien untuk meningkatkan
pengetahuan tentang kesehatan melalui pendidikan kesehatan. Perawat dapat
memberikan penyuluhan tentang penyakit hepatitis b dan pengaruh rokok.
d. Role Model
Peran sebagai role model adalah perawat menunjukkan perilakunya sehari-hari di
lapas dan dicontoh oleh warga binaan yang berada di lapas.
15
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Kasus
Keadaan dilapas cukup kondusif, dan kegiatan yang dilaksanakan dilapas pun
berjalan sesuai jadwal yang telah ditentukan. Lembaga Pemasyarakatan Muara Bungo
yang berdiri pada tahun 1989 berkapasitas 146 orang, beralamat Jalan Jendral
Sudirman km 2,5 arah Bangko, Kel. Sei Kerjan, Kel. Bungo Dani Muara Bungo dengan
luas tanah : 30.000 m2 dan luas bangunan: 12.270 m2 , terdiri dari umur 0-18 tahun ada
10 orang dan lebih dari 18 tahun terdapat 90 orang. Namun sebulan terakhir, terjadi
masalah terkait kesehatan dari warga binaan yang tergolong serius yakni Hepatitis B,
beliau bernama Tn.A, umur 26 tahun suku bangsa Indonesia. Sebelumnya Tn.A
mengeluh sakit dibagian perut, mual, tidak nafsu makan, dan lemas sehingga tidak dapat
beraktivitas. Semenjak diberlakukannya ruangan khusus untuk merokok, warga binaan
dengan leluasa memanfaatkan fasilitas tersebut dan merokok secara berjamaah bahkan
berganti-gantian. Hal ini menyebabkan bakteri atau virus dapat dengan mudah
menularkan ke orang lain melalui air liur pada batang rokok. Apalagi diantara warga
binaan tersebut ada yang menderita hepatitis B. Sejak sebulan terakhir ini, kesehatan
warga binaan menurun. Mereka juga tidak terlalu memperhatikan personal hygiene
karena fasilitas kamar mandi terbatas oleh karena jumlah warga binaan yang melebihi
kapasitas lapas. Akibat keterbatasan ini, banyak warga binaan yang mengalami gatal-
gatal akibat penggunaan kamar mandi bersama secara tidak bersih. Sumber air bersih
penghuni LAPAS bersumber dari PAM dan untuk air minum serta memasak warga
menggunakan air isi ulang.
16
3.2 Asuhan Keperawatan
A. Pengkajian
1) Data Inti
a) Sejarah
Sejarah : Lembaga Pemasyarakatan Muara Bungo yang berdiri pada tahun 1989 berkapasitas 146 orang, beralamat Jalan
Jendral Sudirman km 2,5 arah Bangko, Kel. Sei Kerjan, Kel. Bungo Dani Muara Bungo
Luas Tanah : 30.000 m2
Luas Bangunan: 12.270 m2
b) Demografi
Umur : 0 – 18 th : 10 orang
>18 th : 90 orang
Pendidikan : Tingkat pendidikan terakhir kelompok 65 % diantaranya hanya lulusan SD
Jenis kelamin Lansia : Wanita : 20 orang
Laki-laki : 80 orang
Pekerjaan : Sudah tidak bekerja lagi
Agama : Mayoritas kelompok beragama Islam 80% dan 20% beragama Kristen
Nilai – nilai : Nilai – nilai kekeluargaan kelompok ini terjalin dengan baik dan rukun.
a. Persepsi sehat sakit : Kelompok warga binaan LAPAS merasa masih sehat karena masih mengontrol kesehatan
b. Kebiasaan berobat : dalam waktu 2 x seminggu
c) Kelompok Etnis
d) Nilai dan Keyakinan
17
Hampir 90% warga beragama Islam dan 10% beragama Kristen. Warga sering membawa balita mereka yang sakit seperti
diare ke dukun pijat untuk anak-anak. Warga masih belum sepenuhnya percaya untuk datang ke bidan, dokter maupun
pelayanan kesehatan terdekat. Mereka menganggap sakit yang diderita balita tersebut, menandakan proses pertumbuhan
yang dialami balita dan merupakan hal yang wajar.
2) Data Subsistem
a) Lingkungan Fisik
Berdasarkan hasil pengamatan, lingkungan LAPAS kurang baik, kondisi tiap blok LAPAS tidak bersih, sanitasi kurang bersih
b) Pelayanan Kesehatan Dan Sosial
Tidak adanya petugas kesehatan yang bekerja secara menetap untuk mengontrol kesehatan penghuni LAPAS.
c) Ekonomi
Status ekonomi sudah memenuhi karena adanya sumbangsih dari pemerintah
d) Keamanan
Lingkungan LAPAS dikatakan cukup aman. Hal ini dikarenakan tingkat keamanan pada LAPAS cukup ketat.
e) Pemerintahan dan politik
Upaya pemerintah yang ada di kawasan LAPAS dengan memberikan keterampilan kepada penghuni LAPAS
f) Komunikasi
Sistem komunikasi sosialisasi penghuni dengan petugas LAPAS cukup baik.
B. Analisa Data
No Data Objektif Data Subjektif Masalah Keperawatan
18
1 Sejarah 1) Para warga binaan tidak Perilaku kesehatan cenderung
nyaman dengan kondisi Lapas beresiko (00188) Domain 1 Kode 2
perumahan dan lingkungan :
yang sempit, bau dan kotor.
1) Sejarah : Lembaga Sehingga banyak sekali yang
Pemasyarakatan Muara Bungo memiliki penyakit sehingga
yang berdiri pada tahun 1989 warga binaan yang lain juga
berkapasitas 146 orang, tertular, kebanyakan penyakit
beralamat Jalan Jendral menularnya yaitu gatal-gatal
Sudirman km 2,5 arah Bangko, karena kurangnya kebutuhan
Kel. Sei Kerjan, Kel. Bungo air bersih dan ruangan yang
Dani Muara Bungo sempit.
- Luas Tanah : 30.000 m2
- Luas Bangunan: 12.270 m2 2) Antara warga binaan saling
3. sumber air: sumber air bersih bertukar menghisap sebatang
penghuni LAPAS bersumber dari rokok, sehingga penyakit dari
PAM dan untuk air minum serta satu warga binaan dengan
memasak warga menggunakan air isi mudah menular kepada warga
ulang. binaan lainnya.
19
oleh karena jumlah warga binaan yang
melebihi kapasitas lapas. Akibat
keterbatasan ini, banyak warga binaan
yang mengalami gatal-gatal akibat
penggunaan kamar mandi bersama
secara tidak bersih.
Demografi
1. Lingkungan
Lingkungan Fisik
Suku Bangsa :
20
Agama : Mayoritas kelompok
beragama Islam 80% dan 20%
beragama Kristen
DATA SUBSISTEM
21
Upaya pemerintah yang ada di
kawasan LAPAS dengan memberikan
keterampilan kepada penghuni
LAPAS
Pendidikan
1) Semenjak diberlakukannya
ruangan khusus untuk
merokok, warga binaan
dengan leluasa memanfaatkan
fasilitas tersebut dan merokok
secara berjamaah bahkan
berganti-gantian. Hal ini
22
menyebabkan bakteri atau
virus dapat dengan mudah
menularkan ke orang lain
melalui air liur pada batang
rokok. Apalagi diantara warga
binaan tersebut ada yang
menderita hepatitis B.
2) Sejak sebulan terakhir ini,
kesehatan warga binaan
menurun. Mereka juga tidak
terlalu memperhatikan
personal hygiene karena
fasilitas kamar mandi terbatas
oleh karena jumlah warga
binaan yang melebihi
kapasitas lapas.
Media :
23
Komunikasi : warga telah memiliki
televise, radio, dan menggunakan
telepon (Handphone) serta beberapa
masih menggunakan selebaran
24
Sedangkan untuk pembuangan 2. Para penghuni LAPAS kurang
sampah dikumpulkan di tempat memperhatikan keaadan fisiknya,
sampah yang ada didepan masing- karena tidak ada pihak yang
masing rumah dan akan diangkut oleh mengontrol pada aktifitas yang
petugas setiap 2-3 hari sekali. telah dilakukan dalam kehidupan
sehari-hari.
2. Jamban : seluruh penghuni LAPAS
memiliki kamar mandi dan jamban
milik sendiri dengan kondisi yang
bersih. Sebagin menggunakan jamban
jongkok dan ada beberapa yang
menggunakan jamban duduk.
Demografi
Lingkungan :
25
DATA SUBSISTEM
26
Media :
27
mengontrol kesehatan penghuni 2. Pengurus LAPAS mengatakan
LAPAS. bahwa keluarga dari warga
binaan penghuni LAPAS
Perumahan dan lingkungan :
sendiri tidak peduli dengan
Kesehatan dan Morbiditas : keaadan keluarganya dan
jarang menjenguk.
1) Semenjak diberlakukannya
ruangan khusus untuk
merokok, warga binaan
dengan leluasa memanfaatkan
fasilitas tersebut dan merokok
secara berjamaah bahkan
berganti-gantian dan tidak
adanya pengawasan bagi
penghuni LAPAS
2) Dari pihak keluarga juga tidak
terlalu memperhatikan.
Media :
28
pelayanan kesehatan lainnya, selain
itu dapat memanfaatkan papan
pengumuman untuk media
menyebarkan informasi
C. Prioritas
2 Defisiensi Kesehatan 3 2 3 3
Komunitas (00215)
NB:
29
1. Rendah
2. Sedang
3. Tinggi
4. Sangat tinggi
Total:
30
3. Strategi 2. Mediskusikan Sabtu , Balai Edukasi, Materi yang
pencegahan kegitan yang ingin 25-08- pertemuan komunikasi, akan
penyakit. dilaksanankan 2018 LAPAS informasi disampaikan
4. Hambatan untuk dengan Pimpinan (10.00- , alat tulis,
mempertahankan dan petugas LAPAS 13.00 alat dan
perilaku sehat. tentang pentingnya WIB) bahan yang
Outcome Perilaku sanitasi lingkungan mendukung
Primer dan penambahan
tenaga kesehatan
1. Perilaku patuh :
pada LAPAS
aktivitas yang
C
disarankan.
Minggu Balai Edukasi, Materi yang
2. Perilaku skrining 3. Melakukan
, 26-08- Pertemuan komunikasi, akan
kesehatan pribadi penyuluhan ke
2018 LAPAS informasi disampaikan
3. Kontrol resiko kepada para
(13.00- , alat tulis,
4. Kontrol gejala Kelompok binaan di
15.00 alat dan
Outcome Perilaku LAPAS untuk
WIB) bahan yang
Sekunder mencoba merubah
mendukung
pola hidup yang
1. Perilaku
tidak sehat
peningkatan D
kesehatan.
31
2. Kontrol diri 4. Kelola terapi Minggu, Balai Edukasi, Data yang
terhadap Impuls. pengganti terhadap 26-08- pertemuan Monitoring, telah
3. Keseimbangan warga binaan 2018 LAPAS komunikasi, didapatkan,
gaya hidup sehat. penghuni LAPAS (10.00- informasi alat tulis,
4. Perilaku dengan penyakit 13.00 bahan terapi
pencarian Hepatitis B WIB)
kesehatan. E secara
berkala. Balai
Minggu, pertemuan
5. Evaluasi dan 26-08- LAPAS Evaluasi,
monitoring 2018 Monitoring,
perubahan pola (13.00- komunikasi,
hidup Kelompok 15.00 informasi
Binaan LAPAS. WIB)
2. Defisiensi Pengetahuan : Peningkatan Koping
Kesehatan - Status A Senin, Dinas Komunikasi Materi yang
1. Mendiskusikan
Komunitas Kesehatan 27-08- kesehatan , informasi akan
dengan pihak
(00215) Komunitas 2018 dan layanan disampaikan
dinkes untuk
1. Tingkat (08.00- kesehatan , alat tulis,
terhadap menambahkan
partisipatif dalam 09.00 (puskesmas) alat dan
penghuni Tenaga
pelayanan WIB)
LAPAS
32
perawatan Kesehatan bahan yang
kesehatan pada LAPAS mendukung
preventif Senin Balai Komunikasi
2. Kesesuaian 2. Berikan B ,27-08- pertemuan , informasi Materi yang
dengan standar penilaian 2018 LAPAS akan
kesehatan mengenai (09.00- disampaikan
lingkungan. dampak dari 10.00 , alat tulis,
3. Standar kesehatan situasi WIB) alat dan
komunitas untuk kehidupan bahan yang
ukuran dan pasien terhadap mendukung
evaluasi peran dan
kesehatan hubungan.
ditetapkan.
Outcome Perilaku Senin Balai Edukasi,
Primer C ,27-08- pertemuan komunikasi, Materi yang
3. Bantu pasien 2018 LAPAS informasi akan
1. Perilaku
untuk (12.00- disampaikan
peningkatan
menyelesaikan 14.00 , alat tulis,
kesehatan
masalah WIB) alat dan
2. Perilaku skrining
dengan cara bahan yang
kesehatan pribadi
mendukung
33
3. Keseimbangan yang Senin Balai Edukasi,
gaya hidup. konstruktif. ,27-08- pertemuan komunikasi, Materi yang
Outcome Perilaku D 2018 LAPAS informasi akan
Sekunder 4. Bantu pasien (12.00- disampaikan
untuk 14.00 , alat tulis,
1. Motivasi
mengidentifika WIB) alat dan
2. Kontrol risiko
si strategi- bahan yang
Komunitas:
strategi positif mendukung
Penyakit Menular
untuk
3. Perilaku berhenti
mengatasi
merokok
keterbatasan
4. Manajemen
dan mengelola
waktu sendiri.
kebutuhan
gaya hidup
maupun
perubahan Senin Balai Komunikasi
peran. ,27-08- pertemuan , informasi Materi yang
E 2018 LAPAS akan
5. Berkoordinasi (15.00- disampaikan
dengan para 16.00 , alat tulis,
staff dan WIB) alat dan
34
narapidana bahan yang
untuk mendukung
memperbaiki
sanitasi
lingkungan
LAPAS
35
keluarga yang modifikasi 2018 didapatkan,
sakit. perilaku, sesuai (10.00- alat tulis,
3. Bekerja sama kebutuhan, 12.00 alat dan
dengan penyedia untuk WIB) bahan yang
layanan kesehatan mendukung mendukung
dalam strategi
menentukan pemecahan
perawatan masalah yang
Outcome Perilaku sudah
Primer diajarkan
terhadap pihak
1. Kontrol risiko
keluarga.
2. Pengaturan
psikososial :
perubahan
kehidupan
3. Melakukan C Selasa Balai Edukasi, Materi yang
3. Perilaku
demonstrasi ,28-08- pertemuan komunikasi, akan
peningkatan
cara menjaga 2018 LAPAS informasi disampaikan
kesehatan.
sanitasi (12.00- , alat tulis,
Outcome Perilaku
lingkungan dan 13.00 alat dan
Sekunder
pola hidup WIB)
36
1. Kontrol risiko sehat terhadap bahan yang
komunitas : keluarga yang mendukung
penyakit menular menjenguk
2. Keseimbangan warga binaan
gaya hidup LAPAS Selasa,
3. Kompetensi D 28-08- Balai Edukasi
komunitas 2018 pertemuan Monitoring, Data yang
4. Bantu pasien
4. Fungsi keluarga. (13.00- LAPAS komunikasi, telah
untuk
15.00 informasi didapatkan,
mengevaluasi
WIB) alat tulis,
bagaimana
alat dan
hasil yang tidak
bahan yang
sesuai bisa
mendukung
dihindari
dengan
menggunakan
pilihan yang
berbeda.
E. Implementasi
37
NO Kegiatan Hasil
1. Memberikan vaksin hepatitis B kepada para warga binaan baru 100% para warga binaan yang baru hadir untuk berpartisipasi dalam
penghuni LAPAS pemberian vaksin untuk berpartisipasi dalam pemberian vaksin
hepatitis B ini.
2. Memberikan Health Education berupa penyuluhan kesehatan Para peserta warga binaan aktif bertanya selama sesi pelayanan dan
tentang bahaya merokok dengan fokus pada masalah penularan penyuluhan
penyakit TBC dan Hepatitis B beserta penyuluhan tentang
perilaku hidup bersih dan sehat dalam kondisi apapun
3. Melakukan pemeriksaan kesehatan secara rutin dan berkala Status kesehatan dari setiap warga binaan tidak mengalami
kemerosotan melainkan mengalami peningkatan pada setiap
minggunya.
F. Evaluasi
Evaluasi dari proses keperawatan yang diberikan kepada komunitas:
1. Kesehatan warga binaan dapat dimanajemen dengan baik.
2. Jumlah penderita penyakit menular (TBC, Hepatitis B dan gatal-gatal) di Lapas X menurun.
3. Warga mulai sadar dan tanggap akan pentingnya kesehatan serta dapat menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat.
38
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
4.2 Saran
39
DAFTAR PUSTAKA
40