Anda di halaman 1dari 40

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Masalah Lembaga Pemasyarakatan yang disingkat dengan LAPAS merupakan
tempat atau kediaman bagi orang-orang yang telah dinyatakan bersalah oleh pengadilan
bahwa ia telah terbukti melanggar hukum. LAPAS juga lebih dikenal oleh masyarakat
awam dengan istilah Penjara. Ketika seseorang telah dimasukkan ke dalam LAPAS,
maka hak kebebasannya sebagai warga masyarakat akan dicabut. Ia tidak bisa lagi
sebebas masyarakat di luar LAPAS. Pelaksanaan pembinaan narapidana berdasarkan
sistem pemasyarakatan bertujuan agar narapidana menjadi manusia seutuhnya,
sebagaimana telah menjadi arah pembangunan nasional, melalui jalur pendekatan
memantapkan iman dan membina mereka agar mampu berintegrasi secara wajar di
dalam kehidupan kelompok selama dalam Lembaga Pemasyarakatan.
Tingkat kejahatan di Indonesia cukup tinggi. Menurut data statistik kriminal,
kejadian kejahatan di Indonesia mengalami fluktuasi pada tahun 2013-2015. Pada tahun
2013, jumlah kejahatan yang terjadi sejumlah 341 ribu kasus, 2014 sejumlah 325 ribu
kasus, dan pada tahun 2015 sejumlah 353 ribu kasus. Peningkatan kriminalitas di
Indonesia dikarenakan beberapa faktor seperti peningkatan jumlah penduduk, semakin
meningkatnya tuntutan hidup, kemiskinan, pengangguran, dan keadaan emosi wanita
yang berubah-ubah. Peningkatan jumlah penduduk yang terjadi berisiko meningkatkan
jumlah pengangguran di Indonesia.
Banyaknya kejahatan yang dilakukan mengakibatkan kapasitas penjara menjadi
berlebih atau over capacity. Kondisi tersebut akan mengakibatkan adanya
ketidaksesuaian antara ketersediaan LAPAS, jumlah warga binaan, dan jumlah staf.
Ketidaksesuaian antara LAPAS dengan jumlah warga binaan menyebabkan rendahnya
tingkat kenyamanan yang diakibatkan karena terjadinya kepadatan, pembagian ruang
bersama yang tidak proposional, kebutuhan makan yang tidak memadai, sanitasi yang
buruk, kurangnya rekreasi, dan fasilitas olahraga. Selain itu, ketidaksesuaian jumlah
staff juga akan mengakibatkan kurang maksimalnya pengamanan dari petugas LAPAS,
sehingga memungkinkan terjadinya perkelahian antar warga binaan, kurang
perhatiannya kesehatan dan lingkungan, sehingga akan berdampak pada kesehatan
warga binaan.

1
Dengan permasalahan dalam progam pemberdayaan masyarakat memerlukan
peran perawat di LAPAS menjadi sangat penting dalam membantu warga binaan
menyesuaikan diri di LAPAS. Perawat di LAPAS memiliki peran yang bertujuan untuk
memberikan pelayanan kesehatan dasar yang berkualitas, lingkungan yang memadai
serta mengembangkan dan membuat rencana pengelolaan bagi warga binaan yang
memiliki risiko kesehatan, mengembangkan dan melaksanakan manajemen kesehatan,
meningkatkan penyediaan layanan kesehatan, dan menyediakan perawatan darurat
untuk warga binaan dan staff. sehingga perlu dilakukannya penelitian keperawatan
terkait penyesuaian diri warga binaan wanita di sebuah LAPAS di Indonesia.

1.2 Rumusah Masalah


a. Apa definisi Binaan di Lembaga Pemasyarakatan?
b. Bagaimana ruang lingkup dari kelompok Binaan di Lembaga Pemasyarakatan?
c. Apa saja masalah kesehatan mayoritas yang dialami oleh kelompok Binaan di
Lembaga Pemasyarakatan?
d. Bagaimana intervensi tingkat nasional yang dilakukan untuk mengatasi masalah
kesehatan tersebut?
e. Bagaimana kasus yang terkait dari kelompok Binaan di Lembaga
Pemasyarakatan serta apa peran perawat dalam mengatasi hal tersebut?

1.3 Tujuan
a. Untuk mengetahui definisi dari Binaan di Lembaga Pemasyarakatan
b. Untuk mengetahui apa saja ruang lingkup dari kelompok Binaan di Lembaga
Pemasyarakatan
c. Untuk mengetahui masalah kesehatan mayoritas yang dialami oleh kelompok
Binaan di Lembaga Pemasyarakatan
d. Untuk mengetahui intervensi tingkat nasional yang dilakukan untuk mengatasi
masalah kesehatan tersebut
e. Untuk mengetahui contoh kasus yang terkait dari kelompok Binaan di Lembaga
Pemasyarakatan serta apa peran perawat dalam mengatasi hal tersebut.

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi

Pasal 1 Undang –Undang nomor 12 tahun 1995 tentang Pemasyarakatan


menjelaskan, Warga Binaan Pemasyarakatan adalah Narapidana, Anak Didik
Pemasyarakatan, dan Klien Pemasyarakatan.
a. Narapidana adalah terpidana yang menjalani pidana hilang kemerdekaan di Lapas.
b. Anak Didik Pemasyarakatan adalah :
1) Anak Pidana yaitu anak yang berdasarkan putusan pengadilan menjalani
pidana di Lapas. Anak paling lama sampai berumur 18 (delapan belas) tahun
2) Anak Negara yaitu anak yang berdasarkan putusan pengadilan diserahkan
pada negara untuk dididik dan ditempatkan di Lapas. Anak paling lama sampai
berumur 18 (delapan belas) tahun
3) Anak Sipil yaitu anak yang atas permintaan orang tua atau walinya
memperoleh penetapan pengadilan untuk dididik di Lapas sampai berumur 18
(delapan belas) tahun.
c. Klien Pemasyarakatan yang selanjutnya disebut Klien adalah seseorang yang
berada dalam bimbingan Bapas.
Lembaga Pemasyarakatan (LAPAS) adalah Lembaga Negara yang mempunyai
kewenangan dan kewajiban bertanggungjawab dalam menangani kehidupan
narapidana untuk dapat membina, merawat, dan memanusiakan narapidana yang
bertujuan agar narapidana setelah keluar dari LAPAS dapat diterima kembali oleh
masyarakat dan menjadi manusia yang mempunyai keahlian baru serta kepribadian
baru yang taat hukum (Pasal 1 Angka 3 UU Nomor12 Tahun 1995 Tentang
Pemasyarakatan).
Lembaga Pemasyarakatan merupakan institusi dari sub sistem peradilan pidana
yang mempunyai fungsi strategis sebagai pelaksanaan pidana penjara dan sekaligus
sebagai tempat pembinaan bagi narapidana.

2.2 Ruang Lingkup

Sistem Pemasyarakatan diselenggarakan dalam rangka membentuk warga


binaan pemasyarakatan agar menjadi manusia seutuhnya, menyadari kesalahan,

3
memperbaiki diri dan tidak mengulangi tindak pidana sehingga dapat diterima kembali
oleh lingkungan masyarakat, dapat aktif berperan dalam pembangunan dan dapat hidup
secara wajar sebagai warga yang baik dan bertanggungjawab. Sistem pemasyarakatan
berfungsi menyiapkan warga binaan pemasyarakatan agar dapat berintegrasi secara
sehat dengan masyarakat sehingga dapat berperan kembali sebagai anggota masyarakat
yang bebas dan bertanggungjawab.

Sistem Pemasyarakatan berdasarkan asas:

1. Pengayoman
Pengayoman adalah perlakuan terhadap Warga Binaan Pemasyarakatan dalam
rangka melindungi masyarakat dari kemungkinan diulanginya tindak pidana oleh
Warga Binaan Pemasyarakatan, juga memberikan bekal hidupnya kepada Warga
Binaan Pemasyarakatan agar menjadi warga yang berguna di dalam masyarakat.
2. Persamaan perlakuan dan pelayanan
Persamaan perlakuan dan pelayanan adalah pemberian perlakuan dan pelayanan
yang sama kepada Warga Binaan Pemasyarakatan tanpa membeda –bedakan
orang.
3. Pendidikan
Pendidikan adalah bahwa penyelenggaraan pendidikan dan bimbingan
dilaksanakan berdasarkan pancasila, antara lain penanaman jiwa kekeluargaan,
keterampilan, pendidikan kerohanian, dan kesempatan untuk menunaikan ibadah.
4. Pembimbingan
Pembimbingan adalah bahwa penyelengaraan bimbingan dilaksanakan
berdasarkan pancasila, antara lain penanaman jiwa kekeluargaan, keterampilan,
pendidikan kerohanian dan kesempatan untuk menunaikan ibadah
5. Penghormatan harkat dan martabat manusia
Penghormatan harkat dan martabat manusia adalah bahwa sebagai orang yang
tersesat Warga Binaan Pemasyarakatan harus tetap diperlukan sebagai manusia.
6. Kehilangan kemerdekaan merupakan satu –satunya penderitaan
Kehilangan kemerdekaan merupakan satu –satunya penderitaan adalah Warga
Binaan Pemasyarakatan harus berada dalam Lapas untuk jangka waktu tertentu,
sehingga mempunyai kesempatan penuh untuk memperbaikinya. Selama di Lapas
Warga Binaan Pemasyarakatan tetap memperoleh hak – haknya yang lain seperti
layaknya manusia, dengan kata lain hak perdatanya tetap dilindungi seperti hak

4
memperoleh perawatan kesehatan, makan, minum, pakaian, tempat tidur, latihan,
keterampilan, olah raga, atau rekreasi.
7. Terjaminnya hak untuk tetap berhubungan dengan keluarga dan orang – orang
tertentu.
Terjaminnya hak untuk tetap berhubungan dengan keluarga dan orang – orang
tertentu adalah bahwa walaupun Warga Binaan Pemasyarakatan berada di Lapas,
tetapi harus tetap didekatkan dan dikenalkan dengan masyarakat dan tidak boleh
diasingkan dari masyarakat, antara lain berhubungan dengan masyarakat dalam
bentuk kunjungan, hiburan ke dalam Lapas dari anggota masyarakat yang bebas,
dan kesempatan berkumpul bersama sahabat dan keluarga seperti program cuti
mengunjungi keluarga.

2.3 Masalah Kesehatan Mayoritas

“Pemberian Hak Atas Pelayanan Kesehatan Bagi Narapidana Yang Menderita Sakit
Berat Di Lembaga Pemasyarakatan.”

Semua manusia memiliki martabat dan derajat yang sama, dan memiliki hak-
hak yang sama pula. Secara yuridis jaminan Hak Asasi Manusia di Indonesia telah
diatur dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945. Dalam Pasal 28A sampai dengan 28J menegaskan bahwa setiap manusia harus
dijamin Hak Asasi Manusianya, karena Hak Asasi Manusia merupakan hak dasar yang
melekat pada diri manusia yang sifatnya kodrati dan universal sebagai anugerah Tuhan
Yang Maha Esa sejak manusia dilahirkan. Setiap manusia sejak ia dilahirkan memiliki
kebebasan dan hak untuk diperlakukan sama tanpa diskriminasi apapun. Pembangunan
kesehatan pada dasarnya menyangkut segala segi kehidupan masyarakat dan
berlangsung pada setiap individu, tak terkecuali mereka yang sedang menjalani
hukuman (Narapidana) di dalam Lembaga Pemasyarakatan.

Hak dan kewajiban Narapidana ini telah di atur dalam sistem Pemasyarakatan,
yaitu suatu sistem pemidanaan yang menggantikan sistem kepenjaraan. Dalam Pasal 14
huruf d Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995, Tentang Pemasyarakatan,
menyebutkan bahwa “Narapidana berhak mendapatkan pelayanan kesehatan dan
makanan yang layak”. Lembaga Pemasyarakatan sebagai instansi terakhir dalam proses
peradilan pidana harus mampu mencapai tujuan dijatuhkannya pidana itu sendiri. Pada

5
awalnya pemidanaan hanya menitik beratkan pada unsur pemberian derita pada
pelanggar hukum. Namun, sejalan dengan perkembangan masyarakat, maka unsur
pemberian derita tersebut harus di imbangi dengan perlakuan yang manusiawi dengan
memperhatikan hak-hak asasi pelanggar hukum sebagai makhluk individu, maupun
sebagai makhluk sosial.

Hak atas pelayanan kesehatan terhadap narapidana merupakan salah satu dari
sekian banyak hak-hak yang dimiliki oleh narapidana yang dijunjung tinggi dan
dihormati. Pelayanan kesehatan adalah suatu keseluruhan dari aktivitas-aktivitas
professional dibidang pelayanan kuratif bagi manusia, atau aktivitas medis untuk
kepentingan orang lain dan untuk kepentingan pencegahan, (Lenen, 1991). Dasar-dasar
mengenai pemberian hak-hak kepada narapidana untuk memperoleh pelayanan
kesehatan itu adalah, bahwa penjatuhan pidana penjara oleh hakim-hakim itu yang
dibatasi hanyalah kebebasan fisik mereka saja dan bukan hak mereka untuk
memperoleh pelayanan kesehatan mereka. Hubungan antara pelayanan kesehatan dan
hukum itu akan tampak secara jelas di dalam hukum kesehatan dimana hukum
kesehatan itu dapat dirumuskan sebagai suatu keseluruhan dari peraturan-peraturan
hukum yang secara langsung ada hubungannya dengan pelayanan kesehatan.

Narapidana merupakan salah satu komunitas kecil dari masyarakat yang patut
mendapatkan perhatian. Bukan hanya sekedar memberikan pembinaan saja namun juga
memberikan hak-hak yang sepantasnya didapatkan oleh narapidana tersebut. Petugas
pemasyarakatan seharusnya dapat memberikan pelayanan yang semaksimal mungkin
untuk melindungi hak-hak yang berkaitan dengan kepentingan narapidana. Salah satu
hak yang dimiliki narapida adalah hak untuk mendapatkan pelayanan kesehatan
sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 PAsal 14 ayat (1)
Tentang Pemasyarakatan.

Perkembangan kejahatan mengakibatkan meningkatnya jumlah terpidana dan


narapidana di Lembaga Pemasyarakatan (lapas). Pada periode maret 2016 Lembaga
Pemasyarakatan dihuni oleh 254 narapidana yang terdiri dari 234 laki-laki, 15
perempuan dan 5 anak. Apabila dilihat dari jumlah narapidana tersebut, lembaga
pemasyarakatan ini melebihi kapasitas. Yang mana kapasitas lapas hanya bisa
menampung 148 narapidana. Seperti di Lembaga Pemasyarakatan Kabupaten Dompu
yang seharusnya hanya untuk menampung 148 narapidana manjadi 254 narapidana.

6
Meningkatnya jumlah penghuni lapas mengakibatkan kondisi lapas di Kabupaten
Dompu mengalami kelebihan kapasitas. Kondisi tersebut sangat memprihatinkan.
Kondisi ini tentunya akan mengakibatkan timbulnya masalah-masalah baru di dalam
Lembaga Pemasyarakatan. Masalah yang dominan terjadi akibat kondisi yang demikian
ini adalah adanya penurunan tingkat kesehatan bagi narapidana dan terhambatnya
pemberian hak-hak kepada para narapidana, termasuk pemberian hak pelayanan
kesehatan khususnya bagi narapidana yang menderita sakit berat.

Padatnya ruangan pada lapas tersebut bukan merupakan salah satu faktor saja
yang mengakibatkan penerunan kesehatan bagi narapidana, namun juga penyakit
bawaan yang sudah di derita oleh narapidana tersebut sebelum ia menghuni lapas.
Penyakit bawaan yang diderita oleh narapidana bukan hanya penyakit yang ringan
namun juga ada beberapa narapidana yang menderita sakit berat. Seperti penyakit
jantung, hati (liver) dan ginjal.

Di Lembaga Pemasyarakatan klas IIB Kabupaten Dompu terdapat poliklinik


sebagai tempat perawatan bagi para narapidana yang sakit, di Poliklinik Lembaga
Pemasyarakatan klas IIB kabupaten Dompu terdapat seorang dokter dan seorang
perawat. Dokter lapas hanya terbatas pada dokter umum dan tidak pasti ada di lapas.
Praktek dokter di Lapas Kabupaten Dompu sebenarnya dilakukan setiap hari, tetapi
karena kendala pekerjaan sehingga membuat dokter Lapas sangat jarang melakukan
tugasnya di Lapas dan hanya dapat melayani narapidana di akhir pekan saja. Kondisi
ini tentu merugikan narapidana karena pentingnya dokter untuk melakukan pengobatan
yang tepat untuk narapidana dalam hal ini narapidana yang menderita sakit berat.

Sama halnya dengan dokter, keberadaan perawat di Lapas sangat penting.


Karena tugas perawat adalah mengecek kondisi narapidana setiap harinya, apakah
narapidana tersebut dalam kondisi sehat atau sakit. Dengan demikian kegiatan
pelayanan kesehatan akan dapat terlaksana dengan baik. Bilamana poliklinik tersedia
di dalam suatu lembaga, maka peralatan dan pasokan obat-obatan harus mencukupi
untuk melakukan perawatan medis dan merawat narapidana yang sakit.

Dalam pemberian hak atas pelayanan kesehatan bagi narapidana khususnya


yang menderita sakit berat di Lapas Dompu, terdapat beberapa penghambat yang
membuat penanganan kesehatan atas sakit tersebut terganggu. Penghambat pelayanan
kesehatan untuk narapidana-narapidana umumnya berasal dari dalam lapas tersebut.

7
Berikut faktor yang menghambat pemberian pelayanan kesehtan di lembaga
pemasyarakatan Kabupaten Dompu:

1. Kurangnya tenaga medis di dalam Lembaga Pemasyarakatan, karena hanya


terdapat satu orang perawat dan seorang dokter. Dimana dokter tersebut tidak
selalu ada di lapas karena kendala pekerjaan dan jarak Rumah sakit yang cukup
jauh sehingga membuat dokter Lapas sangat jarang melakukan tugasnya di Lapas
dan hanya dapat melayani narapidana di akhir pekan saja. Karena jumlah pertugas
kesehatan yang masih minim tersebut, waktu untuk melayani narapidana yang sakit
menjadi terbatas.
2. Kendala proses perijinan Pelaksanaan Hak mendapatkan Sarana dan Prasarana
Pelayanan Khusus untuk Narapidana dengan penyakit tertentu seperti liver, ginjal
dan jantung harus mendapatkan pelayanan yang ekstra dan dilayani oleh petugas
khusus Lapas. Mereka sangat membutuhkan pelayanan kesehatan secara intensif
dan penuh dengan keseriusan serta perhatian khusus. Menurut aturan yang berlaku
bahwa narapidana yang sakit dengan penyakit khusus yang dideritanya
memerlukan perawatan dokter spesialis dan dapat dipindahkan ke lembaga khusus
atau rumah sakit umum. Hak mendapatkan sarana dan prasarana antara lain tiap
narapidana mendapatkan ruangan tersendiri, mendapatkan rujukan berobat ke
rumah sakit lain sesuai dengan jenis penyakit yang dideritanya, menghuni ruangan
sel yang tidak bisa digabungkan dengan narapidana lain serta mendapat perlakuan
perawatan kontinyu dan berkesinambungan.

Terkait dengan pelaksanaan pemberian hak mendapatkan sarana dan prasarana


pelayanan khusus narapidana dengan penyakit tertentu dalam hal ini liver, ginjal dan
jantung di anggap masih sangat kurang optimal disebabkan karena kurang adanya
koordinasi dengan dokter ahli. Pimpinan Lapas Dompu susah untuk ditemui dan jarang
berada di Lapas tersebut, proses perijinan untuk memindahkan narapidana ke Lapas
terdekat yaitu Lapas Mataram yang mempunyai fasilitas dan tenaga medis untuk
menangani sakit berat terhambat.

Adapun kegiatan-kegiatan yang perlu dilaksanakan dalam rangka pelayanan


kesehatan narapidana di dalam lembaga pemasyarakatan mencakup aspek-aspek:

a. Promotif / upaya peningkatan kesehatan meliputi :


1) Peningkatan status gizi

8
2) Kebersihan perorangan
3) Olahraga untuk kesehatan
4) Penyuluhan kesehatan
b. Preventif / upaya pencegahan yang meliputi :
1) Isolasi / pengasingan
2) Pengendalian hewan pembawa penyakit
3) Kebersihan lingkungan
4) Pemeriksaan kesehatan berkala baik fisik maupun mental
c. Kuratif / upaya penyembuhan yang meliputi:
1) Pengobatan dasar P3K
2) Pengobatan spesialistik (rujkan ke gasilitas pelayanan kesehatan yang lebih
lengkap), rawat jalan / rawat inap
3) Pengobatan gizi
d. Rehabilitasi / upaya pemulihan.

Setiap perbuatan yang dilaksanakan oleh para pemberi palayanan kesehatan


mengakibatkan timbulnya hubungan hukum dengan para penerima pelayanan
kesehatan. Timbulnya hubungan hukum ini dapat dipahami apabila pengertian, prinsip
dan tujuan pemberian pelayanan kesehatan telah diketahui dan dipahami baik oleh para
pemberi pelayanan jasa kesehatan dan terlebih bagi pihak penerima jasa kesehatan.
Pelayanan Kesehatan merupakan salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk
meningkatkan derajat kesehatan bagi perorangan maupun kelompok atau masyarakat
secara keseluruhan (Hendrojono, 2007).

2.4 Intervensi Tingkat Nasional

Pada Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor
M.HH.02.UM.06.04 Tahun 2011 tentang Pedoman Pelayanan Kesehatan di
Lingkungan Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia, menyatakan bahwa upaya
kesehatan adalah setiap kegiatan dan/atau serangkaian kegiatan yang dilakukan secara
terpadu, terintregasi dan berkesinambungan untuk memelihara dan meningkatkan
derajat kesehatan masyarakat dalam bentuk pencegahan penyakit, peningkatan
kesehatan, pengobatan penyakit, dan pemulihan kesehatan oleh pemerintah dan/atau
masyarakat. Tujuan pelayanan kesehatan adalah tercapainya derajat kesehatan yang

9
setinggi-tingginya bagi Pegawai dan Keluarganya serta Warga Binaan Pemasyarakatan
di lingkungan Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia. Bentuk Pelaksanaan
Pelayanan Kesehatan meliputi :

a. Unit pelayanan kesehatan tingkat pertama pada unit eselon I yang dilakukan
terhadap pegawai kementerian untuk memelihara dan meningkakan kesehatan.
Kegiatan kesehatan yang dilakukan mencakup promosi kesehatan, pelayanan
kesehatan umum dan gigi, kesehatan ibu dan anak. laboratorium (bila
memungkinkan).
b. Unit pelayanan kesehatan tingkat pertama pada kantor wilayah. yaitu kegiatan
kesehatan yang dilakukan di terhadap pegawai pada kantor wilayah untuk
memelihara dan meningkatkan kesehatan. Kegiatan yang dilakukan mencakup
upaya promosi kesehatan serta pengobatan dasar umum dan gigi.
c. Unit pelayanan kesehatan tingkat pertama pada unit pelaksana teknis, yaitu setiap
kegiatan kesehatan yang dilakukan terhadap pegawai dan warga binaan
pemasyarakatan pada setiap unit pelaksana teknis untuk memelihara dan
meningkatkan kesehatan serta mencegah dan menanggulangi timbulnya masalah
kesehatan di tempat kerja.

Kegiatan yang dilakukan mencakup upaya promosi kesehatan, pencegahan


penyakit. pengobatan rawat jalan, pengobatan rawat inap, perbaikan gizi, kesehatan ibu
dan anak (untuk Rutan/Lapas wanita dan anak-anak), serta kesehatan lingkungan.

Dalam pelaksanaannya, pelayanan kesehatan dapat dikembangkan sesuai


dengan kebutuhan pelayanan.

1. Pelayanan Kesehatan Umum meliputi :


a. Promotif (Penyuluhan)
1) Sasaran:
 Umum: pegawai dan keluarganya.
 Khusus: warga binaan pemasyarakatan.
2) Metode:
 Penyuluhan/ceramah
 Pelatihan
b. Preventif (Pencegahan)

10
1) Sasaran:
 Umum: pegawai dan keluarganya.
 Khusus: warga binaan pemasyarakatan.
2) Jenis:
 Umum (untuk pegawai dan keluarganya) dilakukan medical check up
dan imunisasi.
 Khusus (untuk warga binaan pemasyarakatan), dilakukan:
 Screening awal terdiri dari Pemeriksaan fisik, Laboratorium,
Rontgen (sesuai indikasi).
 Pemeriksaan fisik berkala dan berkesinambungan.
 Pemeriksaan narkoba dan HIV sesuai indikasi.
c. Kuratif (Pengobatan)
1) Sasaran:
 Umum: pegawai dan keluarganya.
 Khusus: warga binaan pemasyarakatan.
2) Tekhnis Pelayanan: Pengobatan sesuai standar pelayanan medik.
3) Jenis Pelayanan:
 Unit gawat darurat;
 Unit rawat jalan; dan
 Unit rawat inap.
4) Penatalaksanaan 10 (sepuluh) penyakit terbanyak :
 ISPA;
 Penyakit kulit;
 Tuberculosis;
 HIV/AIDS;
 Gastritis;
 Hypertensi;
 Rematik;
 Thypoid;
 Malaria; dan
 Diabetes Mellitus.
d. Rehabilitatif
1) Sasaran : pegawai dan keluarganya serta warga binaan pemasyarakatan;

11
2) Jenis:
 Mental: dan
 Fisik.
3) Pelaksana: Dokter umum, dokter spesialis, psikologi dan fisiotherapi.
e. Laboratorium
 Urine/darah rutin;
 BTA/Sputum;
 Test kehamilan;
 Test narkoba;
 Rapid test HIV.
2. Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mutut, meliputi :
a. Promotif:
1) Sasaran:
 Umum : pegawai dan keluarganya
 Khusus : warga binaan pemasyarakatan.
2) Metode:
 Penyuluhan/ceramah tentang:
 Pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut:
 Penyakit gigi.
 Pelatihan.
b. Preventif:
1) Sasaran:
 Umum : pegawai dan keluarganya
 Khusus : warga binaan pemasyarakatan.
2) Jenis:
 Umum (untuk pegawai dan keluarganya): medical check up dan
imunisasi
 Khusus (untuk warga binaan pemasyarakatan):
 Pemeriksaan gigi di UPT pada tahanan yang baru masuk dilakukan
di Poliklinik dan dicatat di form standar (perlu adanya form
standar);
 Pemeriksaan berkala: dan
 Pembersihan karang gigi.

12
c. Kuratif:
1) Sasaran:
 Umum : pegawai dan keluarganya.
 Khusus : warga binaan pemasyarakatan.
2) Teknis Pelayanan:
Pengobatan sesuai standar pelayanan medik:
 Penambalan sementara dan tetap;
 Perawatan syaraf gigi;
 Pembersihan karang gigi;
 Pemberian obat;
 Pencabutan sederhana.
3. Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) meliputi :
a. Pelayanan ANC (Antenatal care):
 Pemeriksaan ibu hamil mulai dari trimester I sampai trimester III;
 Mendeteksi dan memantau pertumbuhan dan perkembangan ibu dan bayi;
 Memberikan pelayanan Imunisasi TT (Tetanus Toxoid);
 Memberikan obat/multivitamin;
 Pemberian makanan tambahan.
b. Pelayanan Keluarga Berencana, jenis pelayanannya :
 Pemasangan IUD;
 Pelayanan suntik KB;
 Pelayanan/pemberian pil KB;
 Pasang susuk/implant;
 Konseling.
c. Pelayanan lmunisasi pada bayi 0-1 tahun: Memantau tumbuh kembang Balita
dan prasekolah.
4. Peningkatan Kesehatan dan Pencegahan Penyakit Menular HIV/AIDS. Program
prioritas, meliputi:
a. Program gaya hidup sehat;
 Meningkatkan komunikasi informasi dan edukasi tentang HIV/AIDS;
 Meningkatkan kerjasama lintas sektoral untuk mengkoordinasikan dan
mensinergikan upaya komunikasi, informasi, dan edukasi guna
pencegahan HIV/AIDS pada masyarakat;

13
 Meningkatkan komunikasi informasi dan edukasi komunikasi informasi
dan edukasi dan perlindungan terhadap Pegawai untuk mencegah
penularan HIV/AIDS serta mengikutsertakan di dalam kampanye
komunikasi informasi dan edukasi bagi pegawai dan keluarganya serta
warga binaan pemasyarakatan.
b. Program pengurangan dampak buruk;
c. Program pengobatan dan perawatan ODHA dengan konseling:
 Pelatihan petugas kesehatan tentang tatalaksana perawatan dan
pengobatan serta konseling;
 Menyediakan sarana kesehatan dan laboratorium terintegrasi dengan
sistem pelayanan kesehatan di seluruh provinsi dan kabupaten;
 Menyediakan dan melaksanakan konseling dan testing secara sukarela
untuk dapat menemukan dan mengobati penderita;
 Memberikan pengobatan preventif kepada ibu hamil dengan HIV untuk
mencegah penularan dari ibu ke anak;
 Menyediakan secara berkesinambungan obat anti retroviral dan obat
infeksi oportunistik yang terjangkau.
d. Program pelatihan;
e. Memonitor kesehatan petugas kesehatan untuk mencegah penularan infeksi
dari petugas kesehatan ke pasien atau sebaliknya;
f. Menganjurkan prosedur isolasi dan memberikan konsultasi tentang
pencegahan dan pengendalian infeksi yang diperlukan pada kasus yang terjadi;
g. Pencegahan dan pengendalian infeksi termasuk terhadap limbah, laundry, gizi
dan lain-lain dengan menggunakan daftar tilik.

2.5 Peran Perawat

Peran perawat pada kelompok binaan di Lembaga masyarakat (Lapas) yaitu:

a. Pemberi asuhan
Peran sebagai pemberi asuhan adalah memenuhi kebutuhan dasar kelompok
binaan di lapas dengan pendekatan proses keperawatan, pemberian asuhan
keperawatan dilakukan dari yang sederhana sampai yang kompleks.
b. Collaborator

14
Peran sebagai collaborator dibutuhkan karena perawat harus bekerja secara
multidisplin dengan pemberi pelayanan lainnya untuk mengambil keputusan
bersama yang saling menghargai. Perlunya kolaborasi agar kelompok binaan di
lapas yang terkena hepatitis B dan gatal-gatal dapat ditangani oleh dokter, perawat
maupun tenaga kesehatan lainnya sesuai dengan kemampuan dan keahlian yang
dimiliki oleh tenaga kesehatan.
c. Educator
Peran sebagai educator adalah membantu pasien untuk meningkatkan
pengetahuan tentang kesehatan melalui pendidikan kesehatan. Perawat dapat
memberikan penyuluhan tentang penyakit hepatitis b dan pengaruh rokok.
d. Role Model
Peran sebagai role model adalah perawat menunjukkan perilakunya sehari-hari di
lapas dan dicontoh oleh warga binaan yang berada di lapas.

15
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Kasus

Keadaan dilapas cukup kondusif, dan kegiatan yang dilaksanakan dilapas pun
berjalan sesuai jadwal yang telah ditentukan. Lembaga Pemasyarakatan Muara Bungo
yang berdiri pada tahun 1989 berkapasitas 146 orang, beralamat Jalan Jendral
Sudirman km 2,5 arah Bangko, Kel. Sei Kerjan, Kel. Bungo Dani Muara Bungo dengan
luas tanah : 30.000 m2 dan luas bangunan: 12.270 m2 , terdiri dari umur 0-18 tahun ada
10 orang dan lebih dari 18 tahun terdapat 90 orang. Namun sebulan terakhir, terjadi
masalah terkait kesehatan dari warga binaan yang tergolong serius yakni Hepatitis B,
beliau bernama Tn.A, umur 26 tahun suku bangsa Indonesia. Sebelumnya Tn.A
mengeluh sakit dibagian perut, mual, tidak nafsu makan, dan lemas sehingga tidak dapat
beraktivitas. Semenjak diberlakukannya ruangan khusus untuk merokok, warga binaan
dengan leluasa memanfaatkan fasilitas tersebut dan merokok secara berjamaah bahkan
berganti-gantian. Hal ini menyebabkan bakteri atau virus dapat dengan mudah
menularkan ke orang lain melalui air liur pada batang rokok. Apalagi diantara warga
binaan tersebut ada yang menderita hepatitis B. Sejak sebulan terakhir ini, kesehatan
warga binaan menurun. Mereka juga tidak terlalu memperhatikan personal hygiene
karena fasilitas kamar mandi terbatas oleh karena jumlah warga binaan yang melebihi
kapasitas lapas. Akibat keterbatasan ini, banyak warga binaan yang mengalami gatal-
gatal akibat penggunaan kamar mandi bersama secara tidak bersih. Sumber air bersih
penghuni LAPAS bersumber dari PAM dan untuk air minum serta memasak warga
menggunakan air isi ulang.

16
3.2 Asuhan Keperawatan
A. Pengkajian
1) Data Inti
a) Sejarah
 Sejarah : Lembaga Pemasyarakatan Muara Bungo yang berdiri pada tahun 1989 berkapasitas 146 orang, beralamat Jalan
Jendral Sudirman km 2,5 arah Bangko, Kel. Sei Kerjan, Kel. Bungo Dani Muara Bungo
 Luas Tanah : 30.000 m2
 Luas Bangunan: 12.270 m2
b) Demografi
 Umur : 0 – 18 th : 10 orang
>18 th : 90 orang
 Pendidikan : Tingkat pendidikan terakhir kelompok 65 % diantaranya hanya lulusan SD
 Jenis kelamin Lansia : Wanita : 20 orang
Laki-laki : 80 orang
 Pekerjaan : Sudah tidak bekerja lagi
 Agama : Mayoritas kelompok beragama Islam 80% dan 20% beragama Kristen
 Nilai – nilai : Nilai – nilai kekeluargaan kelompok ini terjalin dengan baik dan rukun.
a. Persepsi sehat sakit : Kelompok warga binaan LAPAS merasa masih sehat karena masih mengontrol kesehatan
b. Kebiasaan berobat : dalam waktu 2 x seminggu
c) Kelompok Etnis
d) Nilai dan Keyakinan

17
Hampir 90% warga beragama Islam dan 10% beragama Kristen. Warga sering membawa balita mereka yang sakit seperti
diare ke dukun pijat untuk anak-anak. Warga masih belum sepenuhnya percaya untuk datang ke bidan, dokter maupun
pelayanan kesehatan terdekat. Mereka menganggap sakit yang diderita balita tersebut, menandakan proses pertumbuhan
yang dialami balita dan merupakan hal yang wajar.
2) Data Subsistem
a) Lingkungan Fisik
Berdasarkan hasil pengamatan, lingkungan LAPAS kurang baik, kondisi tiap blok LAPAS tidak bersih, sanitasi kurang bersih
b) Pelayanan Kesehatan Dan Sosial
Tidak adanya petugas kesehatan yang bekerja secara menetap untuk mengontrol kesehatan penghuni LAPAS.
c) Ekonomi
Status ekonomi sudah memenuhi karena adanya sumbangsih dari pemerintah
d) Keamanan
Lingkungan LAPAS dikatakan cukup aman. Hal ini dikarenakan tingkat keamanan pada LAPAS cukup ketat.
e) Pemerintahan dan politik
Upaya pemerintah yang ada di kawasan LAPAS dengan memberikan keterampilan kepada penghuni LAPAS
f) Komunikasi
Sistem komunikasi sosialisasi penghuni dengan petugas LAPAS cukup baik.

B. Analisa Data
No Data Objektif Data Subjektif Masalah Keperawatan

18
1 Sejarah 1) Para warga binaan tidak Perilaku kesehatan cenderung
nyaman dengan kondisi Lapas beresiko (00188) Domain 1 Kode 2
perumahan dan lingkungan :
yang sempit, bau dan kotor.
1) Sejarah : Lembaga Sehingga banyak sekali yang
Pemasyarakatan Muara Bungo memiliki penyakit sehingga
yang berdiri pada tahun 1989 warga binaan yang lain juga
berkapasitas 146 orang, tertular, kebanyakan penyakit
beralamat Jalan Jendral menularnya yaitu gatal-gatal
Sudirman km 2,5 arah Bangko, karena kurangnya kebutuhan
Kel. Sei Kerjan, Kel. Bungo air bersih dan ruangan yang
Dani Muara Bungo sempit.
- Luas Tanah : 30.000 m2
- Luas Bangunan: 12.270 m2 2) Antara warga binaan saling
3. sumber air: sumber air bersih bertukar menghisap sebatang
penghuni LAPAS bersumber dari rokok, sehingga penyakit dari
PAM dan untuk air minum serta satu warga binaan dengan
memasak warga menggunakan air isi mudah menular kepada warga
ulang. binaan lainnya.

4. Mereka juga tidak terlalu


memperhatikan personal hygiene
karena fasilitas kamar mandi terbatas

19
oleh karena jumlah warga binaan yang
melebihi kapasitas lapas. Akibat
keterbatasan ini, banyak warga binaan
yang mengalami gatal-gatal akibat
penggunaan kamar mandi bersama
secara tidak bersih.

Demografi

1. Lingkungan
Lingkungan Fisik

Berdasarkan hasil pengamatan,


lingkungan LAPAS kurang baik,
kondisi tiap blok LAPAS tidak
bersih, sanitasi kurang bersih

Suku Bangsa :

Sebagian besar penghuni LAPAS


adalah orang jawa asli dan hanya
sebagian kecil yang bersuku bangsa
Madura.

20
Agama : Mayoritas kelompok
beragama Islam 80% dan 20%
beragama Kristen

DATA SUBSISTEM

Tingkat Sosial Ekonomi

Tingkat Sosial : Tidak adanya


petugas kesehatan yang bekerja secara
menetap untuk mengontrol kesehatan
penghuni LAPAS.

Tingkat Ekonomi : Status ekonomi


sudah memenuhi karena adanya
sumbangsih dari pemerintah.

Pemerintahan dan politik

21
Upaya pemerintah yang ada di
kawasan LAPAS dengan memberikan
keterampilan kepada penghuni
LAPAS

Pendidikan

Tingkat pendidikan penghuni LAPAS


masih rendah karena 65 % diantaranya
hanya lulusan SD.

Kesehatan dan Morbiditas :

1) Semenjak diberlakukannya
ruangan khusus untuk
merokok, warga binaan
dengan leluasa memanfaatkan
fasilitas tersebut dan merokok
secara berjamaah bahkan
berganti-gantian. Hal ini

22
menyebabkan bakteri atau
virus dapat dengan mudah
menularkan ke orang lain
melalui air liur pada batang
rokok. Apalagi diantara warga
binaan tersebut ada yang
menderita hepatitis B.
2) Sejak sebulan terakhir ini,
kesehatan warga binaan
menurun. Mereka juga tidak
terlalu memperhatikan
personal hygiene karena
fasilitas kamar mandi terbatas
oleh karena jumlah warga
binaan yang melebihi
kapasitas lapas.

Media :

23
Komunikasi : warga telah memiliki
televise, radio, dan menggunakan
telepon (Handphone) serta beberapa
masih menggunakan selebaran

Informasi : Penghuni LAPAS


mendapatkan informasi melalui
konseling dan monitoring dari peran
perawat dan pelayanan kesehatan
lainnya, selain itu dapat
memanfaatkan papan pengumuman
untuk media menyebarkan informasi.

2 Sejarah 1. Warga binaan menjadi kurang Defisiensi Kesehatan Komunitas


terkontrol perilaku hidup sehatnya (Kode 00215) Domain 1 Kelas 2
1. Pembuangan limbah cair atau
yaitu suka merokok secara
sampah : saluran pembuangan limbah
bersama-sama semenjak
cair di LAPAS melalui got sepanjang
disediakannya fasilitas berupa
jalanan dengan aliran lancer dan tidak
ruang khusus merokok di dalam
pernah terjadi luapan air got.
lapas.

24
Sedangkan untuk pembuangan 2. Para penghuni LAPAS kurang
sampah dikumpulkan di tempat memperhatikan keaadan fisiknya,
sampah yang ada didepan masing- karena tidak ada pihak yang
masing rumah dan akan diangkut oleh mengontrol pada aktifitas yang
petugas setiap 2-3 hari sekali. telah dilakukan dalam kehidupan
sehari-hari.
2. Jamban : seluruh penghuni LAPAS
memiliki kamar mandi dan jamban
milik sendiri dengan kondisi yang
bersih. Sebagin menggunakan jamban
jongkok dan ada beberapa yang
menggunakan jamban duduk.

Demografi

Lingkungan :

Lingkungan terlihat kotor dan kurang


menjaga kebersihan

25
DATA SUBSISTEM

Kebiasaan Penghuni LAPAS :


Sebagian penghuni LAPAS memiliki
kebiasaan merokok pada kegiatan
sehari-harinya

Kesehatan dan Morbiditas :

1. Sebagian besar warga binaan


penghuni LAPAS bila sakit
mempunyai kebiasaan langsung ke
Puskesmas maupun rumah sakit
terdekat dan beberapa ada yang
memilih untuk mengobati dulu dengan
membeli obat bebas.

26
Media :

Komunikasi : warga telah memiliki


televise, radio, dan menggunakan
telepon (Handphone) serta beberapa
masih menggunakan selebaran.

Informasi : Warga mendapatkan


informasi melalui undangan,
pemberitahuan keliling dan
dibeberapa RT sudah memanfaatkan
papan pengumuman untuk media
menyebarkan informasi.

3 DATA SUB SISTEM 1. Pihak Yankes mengatakan Disfungsi Proses Keluarga


bahwa selama ini belum ada
Pelayanan Kesehatan Dan Sosial
wadah khusus bagi penghuni
Tidak adanya petugas kesehatan yang LAPAS untuk mengatasi
bekerja secara menetap untuk masalah kesehatan yang ada.

27
mengontrol kesehatan penghuni 2. Pengurus LAPAS mengatakan
LAPAS. bahwa keluarga dari warga
binaan penghuni LAPAS
Perumahan dan lingkungan :
sendiri tidak peduli dengan
Kesehatan dan Morbiditas : keaadan keluarganya dan
jarang menjenguk.
1) Semenjak diberlakukannya
ruangan khusus untuk
merokok, warga binaan
dengan leluasa memanfaatkan
fasilitas tersebut dan merokok
secara berjamaah bahkan
berganti-gantian dan tidak
adanya pengawasan bagi
penghuni LAPAS
2) Dari pihak keluarga juga tidak
terlalu memperhatikan.
Media :

Penghuni LAPAS mendapatkan


informasi melalui konseling dan
monitoring dari peran perawat dan

28
pelayanan kesehatan lainnya, selain
itu dapat memanfaatkan papan
pengumuman untuk media
menyebarkan informasi

C. Prioritas

No Masalah Keperawatan Perhatian Point Prevalensi Tingkat Bahaya Kemungkinan


Masyarakat untuk Dikelola

1 Perilaku kesehatan cenderung 4 3 3 3


beresiko (00188)

2 Defisiensi Kesehatan 3 2 3 3
Komunitas (00215)

3 Disfungsi proses keluarga 3 2 1 2


(00063)

NB:

29
1. Rendah
2. Sedang
3. Tinggi
4. Sangat tinggi

Total:

1. 4×3×3×3 = 108 2. 3×2×3×3 = 54 3. 3×2×1×2 = 12

D. Diagnosa dan Intervensi


No Diagnosa NOC NIC PJ Waktu Tempat Metode Media
Keperawatan
1. Perilaku Pengetahuan: Bantuan penghentian
kesehatan merokok
- Pengetahuan
cenderung A Jumat, Ruangan Komunikasi Alat tulis,
gaya hidup sehat 1. Melakukan
beresiko 24-08- Pimpinan dan data yang
1. Strategi untuk pendekatan
(00188) 2018 LAPAS informasi diperlukan
berhenti meroko. informal dengan
terhadap (10.00-
2. Faktor Pimpinan dan
penghuni 12.00
lingkungan yang petugas LAPAS
LAPAS WIB)
mempengaruhi
perilaku
B
kesehatan

30
3. Strategi 2. Mediskusikan Sabtu , Balai Edukasi, Materi yang
pencegahan kegitan yang ingin 25-08- pertemuan komunikasi, akan
penyakit. dilaksanankan 2018 LAPAS informasi disampaikan
4. Hambatan untuk dengan Pimpinan (10.00- , alat tulis,
mempertahankan dan petugas LAPAS 13.00 alat dan
perilaku sehat. tentang pentingnya WIB) bahan yang
Outcome Perilaku sanitasi lingkungan mendukung
Primer dan penambahan
tenaga kesehatan
1. Perilaku patuh :
pada LAPAS
aktivitas yang
C
disarankan.
Minggu Balai Edukasi, Materi yang
2. Perilaku skrining 3. Melakukan
, 26-08- Pertemuan komunikasi, akan
kesehatan pribadi penyuluhan ke
2018 LAPAS informasi disampaikan
3. Kontrol resiko kepada para
(13.00- , alat tulis,
4. Kontrol gejala Kelompok binaan di
15.00 alat dan
Outcome Perilaku LAPAS untuk
WIB) bahan yang
Sekunder mencoba merubah
mendukung
pola hidup yang
1. Perilaku
tidak sehat
peningkatan D
kesehatan.

31
2. Kontrol diri 4. Kelola terapi Minggu, Balai Edukasi, Data yang
terhadap Impuls. pengganti terhadap 26-08- pertemuan Monitoring, telah
3. Keseimbangan warga binaan 2018 LAPAS komunikasi, didapatkan,
gaya hidup sehat. penghuni LAPAS (10.00- informasi alat tulis,
4. Perilaku dengan penyakit 13.00 bahan terapi
pencarian Hepatitis B WIB)
kesehatan. E secara
berkala. Balai
Minggu, pertemuan
5. Evaluasi dan 26-08- LAPAS Evaluasi,
monitoring 2018 Monitoring,
perubahan pola (13.00- komunikasi,
hidup Kelompok 15.00 informasi
Binaan LAPAS. WIB)
2. Defisiensi Pengetahuan : Peningkatan Koping
Kesehatan - Status A Senin, Dinas Komunikasi Materi yang
1. Mendiskusikan
Komunitas Kesehatan 27-08- kesehatan , informasi akan
dengan pihak
(00215) Komunitas 2018 dan layanan disampaikan
dinkes untuk
1. Tingkat (08.00- kesehatan , alat tulis,
terhadap menambahkan
partisipatif dalam 09.00 (puskesmas) alat dan
penghuni Tenaga
pelayanan WIB)
LAPAS

32
perawatan Kesehatan bahan yang
kesehatan pada LAPAS mendukung
preventif Senin Balai Komunikasi
2. Kesesuaian 2. Berikan B ,27-08- pertemuan , informasi Materi yang
dengan standar penilaian 2018 LAPAS akan
kesehatan mengenai (09.00- disampaikan
lingkungan. dampak dari 10.00 , alat tulis,
3. Standar kesehatan situasi WIB) alat dan
komunitas untuk kehidupan bahan yang
ukuran dan pasien terhadap mendukung
evaluasi peran dan
kesehatan hubungan.
ditetapkan.
Outcome Perilaku Senin Balai Edukasi,
Primer C ,27-08- pertemuan komunikasi, Materi yang
3. Bantu pasien 2018 LAPAS informasi akan
1. Perilaku
untuk (12.00- disampaikan
peningkatan
menyelesaikan 14.00 , alat tulis,
kesehatan
masalah WIB) alat dan
2. Perilaku skrining
dengan cara bahan yang
kesehatan pribadi
mendukung

33
3. Keseimbangan yang Senin Balai Edukasi,
gaya hidup. konstruktif. ,27-08- pertemuan komunikasi, Materi yang
Outcome Perilaku D 2018 LAPAS informasi akan
Sekunder 4. Bantu pasien (12.00- disampaikan
untuk 14.00 , alat tulis,
1. Motivasi
mengidentifika WIB) alat dan
2. Kontrol risiko
si strategi- bahan yang
Komunitas:
strategi positif mendukung
Penyakit Menular
untuk
3. Perilaku berhenti
mengatasi
merokok
keterbatasan
4. Manajemen
dan mengelola
waktu sendiri.
kebutuhan
gaya hidup
maupun
perubahan Senin Balai Komunikasi
peran. ,27-08- pertemuan , informasi Materi yang
E 2018 LAPAS akan
5. Berkoordinasi (15.00- disampaikan
dengan para 16.00 , alat tulis,
staff dan WIB) alat dan

34
narapidana bahan yang
untuk mendukung
memperbaiki
sanitasi
lingkungan
LAPAS

3. Disfungsi Pengetahuan Latihan Kontrol


proses keluarga Dukungan Keluarga Impuls
(00063) Selama Perawatan 2609 1. Pilih strategi A Selasa, Balai Edukasi, Data yang
terhadap 1. Anggota keluarga pemecahan 28-08- pertemuan komunikasi, telah
penghuni mempertahankan masalah yang 2018 LAPAS informasi didapatkan,
LAPAS komunikasi tepat sesuai (09.00- alat tulis,
dengan anggota dengan tingkat 10.00 alat dan
keluarga yang perkembangan WIB) bahan yang
sakit. pasien dan mendukung
2. Mencari fungsi kognitif.
dukungan sosial
bagi anggota 2. Gunakan B Selasa,2 Balai Komunikasi Data yang
rencana 6-08- pertemuan , informasi telah

35
keluarga yang modifikasi 2018 didapatkan,
sakit. perilaku, sesuai (10.00- alat tulis,
3. Bekerja sama kebutuhan, 12.00 alat dan
dengan penyedia untuk WIB) bahan yang
layanan kesehatan mendukung mendukung
dalam strategi
menentukan pemecahan
perawatan masalah yang
Outcome Perilaku sudah
Primer diajarkan
terhadap pihak
1. Kontrol risiko
keluarga.
2. Pengaturan
psikososial :
perubahan
kehidupan
3. Melakukan C Selasa Balai Edukasi, Materi yang
3. Perilaku
demonstrasi ,28-08- pertemuan komunikasi, akan
peningkatan
cara menjaga 2018 LAPAS informasi disampaikan
kesehatan.
sanitasi (12.00- , alat tulis,
Outcome Perilaku
lingkungan dan 13.00 alat dan
Sekunder
pola hidup WIB)

36
1. Kontrol risiko sehat terhadap bahan yang
komunitas : keluarga yang mendukung
penyakit menular menjenguk
2. Keseimbangan warga binaan
gaya hidup LAPAS Selasa,
3. Kompetensi D 28-08- Balai Edukasi
komunitas 2018 pertemuan Monitoring, Data yang
4. Bantu pasien
4. Fungsi keluarga. (13.00- LAPAS komunikasi, telah
untuk
15.00 informasi didapatkan,
mengevaluasi
WIB) alat tulis,
bagaimana
alat dan
hasil yang tidak
bahan yang
sesuai bisa
mendukung
dihindari
dengan
menggunakan
pilihan yang
berbeda.

E. Implementasi

37
NO Kegiatan Hasil

1. Memberikan vaksin hepatitis B kepada para warga binaan baru 100% para warga binaan yang baru hadir untuk berpartisipasi dalam
penghuni LAPAS pemberian vaksin untuk berpartisipasi dalam pemberian vaksin
hepatitis B ini.

2. Memberikan Health Education berupa penyuluhan kesehatan Para peserta warga binaan aktif bertanya selama sesi pelayanan dan
tentang bahaya merokok dengan fokus pada masalah penularan penyuluhan
penyakit TBC dan Hepatitis B beserta penyuluhan tentang
perilaku hidup bersih dan sehat dalam kondisi apapun
3. Melakukan pemeriksaan kesehatan secara rutin dan berkala Status kesehatan dari setiap warga binaan tidak mengalami
kemerosotan melainkan mengalami peningkatan pada setiap
minggunya.

F. Evaluasi
Evaluasi dari proses keperawatan yang diberikan kepada komunitas:
1. Kesehatan warga binaan dapat dimanajemen dengan baik.
2. Jumlah penderita penyakit menular (TBC, Hepatitis B dan gatal-gatal) di Lapas X menurun.
3. Warga mulai sadar dan tanggap akan pentingnya kesehatan serta dapat menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat.

38
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Lembaga Pemasyarakatan merupakan salah satu unit pelaksana tekhnis dari


jajaran Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia yang disingkat dengan LAPAS.
LAPAS juga lebih dikenal oleh masyarakat awam dengan istilah Penjara. Ketika
seseorang telah dimasukkan ke dalam LAPAS, maka hak kebebasannya sebagai warga
masyarakat akan dicabut. Lembaga Pemasyarakatan memiliki peranan strategis dalam
pembentukan Sumber Daya Manusia (SDM) yang mandiri, bertanggung jawab,
berkualitas dan bermartabat. Namun dalam peranan lembaga pemasyarakatan terdapat
ketidaksesuaian antara LAPAS dengan jumlah warga binaan menyebabkan rendahnya
tingkat kenyamanan yang diakibatkan karena terjadinya kepadatan, pembagian ruang
bersama yang tidak proposional, kebutuhan makan yang tidak memadai, sanitasi yang
buruk, kurangnya rekreasi, dan fasilitas olahraga.

Dengan permasalahan dalam progam pemberdayaan masyarakat memerlukan


peran perawat di LAPAS menjadi sangat penting dalam membantu warga binaan
menyesuaikan diri di LAPAS. Perawat di LAPAS memiliki peran yang bertujuan untuk
memberikan pelayanan kesehatan dasar yang berkualitas, lingkungan yang memadai
serta mengembangkan dan membuat rencana pengelolaan bagi warga binaan yang
memiliki risiko kesehatan, mengembangkan dan melaksanakan manajemen kesehatan.

4.2 Saran

Saran penanganan yang tepat dalam peranan lembaga pemasyarakatan terdapat


ketidaksesuaian antara LAPAS dengan jumlah warga binaan menyebabkan rendahnya
tingkat kenyamanan yang diakibatkan karena terjadinya kepadatan, pembagian ruang
bersama yang tidak proposional, kebutuhan makan yang tidak memadai, sanitasi yang
burukmeningkatkan penyediaan layanan kesehatan, dan menyediakan perawatan
darurat untuk warga binaan dan staff. sehingga perlu dilakukannya penelitian
keperawatan terkait penyesuaian diri warga binaan wanita di sebuah LAPAS di
Indonesia.

39
DAFTAR PUSTAKA

Direktorat Bina Bimbingan Kemasyarakatan. 2005. Buku Pedoman Pembebasan Bersyarat.


Jakarta: Departemen Hukum Dan Hak Asasi Manusia RI.
Sudaryono & Natangsa Surbakti. 2005. Hukum Pidana. Surakarta: Fakultas Hukum
Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Bambang Supriyono. 2012. Peningkatan Kinerja Pembinaan Lembaga Pemasyarakatan
Terbuka Klas IIB Nusakambangan (Makalah tidak diterbitkan). Semarang: Kementerian
Hukum dan Hak Asasi Manusia Jawa Tengah.
Sismolo, et.al. 2010. Peningkatan Kinerja Bidang Kegiatan Kerja dalam Rangka Terwujudnya
Narapidana Menjadi Mandiri pada Lembaga Pemasyarakatan Kelas 1 Cirebon. Jakarta:
Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia RI.
Sinlae, Ronny Adrianus. 2016. Pemberian Hak Atas Pelayanan Kesehatan Bagi Narapidana
yang Menderita Sakit Berat di Lembaga Pemasyarakatan Kabupaten Dompu. Yogyakarta:
Universitas Atma Jaya.
Suhandi, 2010. Hak dan Kewajiban Warga Binaan Lembaga Pemasyarakatan dalam
Prespektif Hak Asasi Manusia. Perspektif, 15(2), p. 197.
Wulandari, S. 2015. Fungsi Sistem Pemasyarakatan dalam Merehabilitasi dan Mereintegrasi
Sosial Warga Binaan Pemasyarakatan. Semarang: Universitas 17 Agustus 1945.
Pedoman Pelayanan Kesehatan No. 217 Tahun 2011, KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK
ASASI MANUSIA. Diakses di http://ditjenpp.kemenkumham.go.id/arsip/bn/2011/bn217-
2011.pdf

40

Anda mungkin juga menyukai