DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 2
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah tentang “Asuhan Keperawatan Pada Kelompok Binaan di Lapas” yang
merupakan tugas mata kuliah Keperawatan Komunitas I, kami mengucapkan
terima kasih sebanyak-banyaknya kepada Ibu Martha Lowrani Siagian,
S.Kep.,Ns, M.Kep selaku dosen pengampu yang telah memberikan dukungan dan
bimbingannya, meskipun masih terdapat banyak kekurangan di dalamnya.
Kelompok 2
2
DAFTAR ISI
3
BAB I
PENDAHULUAN
4
penghuni Lembaga Pemasyarakatan.Kondisi tersebut menjadi penyebab utama
terganggunya kondisi kesehatan para nara pidana penghuni Lembaga
Pemasyarakatan, baik itu kesehatan fisik, maupunkesehatan psikologis
(Rininta dkk, 2019).
1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut :
1.3.1 Dapat mengetahui tentang definisi dari komunitas
1.3.2 Dapat mengetahui tentang definisi dari Lembaga Pemasyarakatan
1.3.3 Dapat mengetahui tentang klasifikasi dari Lembaga Pemasyarakatan
1.3.4 Dapat mengetahui tentang Pola dari Pembinaan Pemasyarakatan
1.3.5 Dapat mengetahui tentang Asuhan Keperawatan dari kelompok binaan
di Lapas
5
BAB II
PEMBAHASAN
6
di pertanggungjawabkan dihadapan hukum dan diselesaikan secara hukum.
Lembaga permasyarakatan adalah tempat untuk melakukan pembinaan
terhadap narapidana dan anak didik permasyarakatan di Indonesia, tempat
tersebut disebut dengan penjara (Zaenal, 2017).
Direktorat Jenderal Pemasyarakatan Kementerian Hukum dan Hak Asasi
Manusia. Penghuni Lembaga Pemasyarakatan bisa narapidana (Napi) atau
warga Binaan Pemasyarakatan tahanan (WBP) bisa juga yang statusnya masih
tahanan, maksudnya yang statusnya masih berada dalam proses peradilan dan
belum ditentukan bersalah atau tidak oleh hakim. Pegawai Negeri Sipil yang
menangani pembinaan narapidana dan tahanan di lembaga pemasyarakatan di
sebut dengan petugas pemasyarakatan, atau dahulu lebih dikenal dengan
istilah sipir penjara.
Konsep pemasyarakatan pertama kali digagas oleh Menteri Kehakiman
Sahardjo pada tahun 1964, pada saat itu tugas jawatan kepenjaraan bukan
hanya melaksanakan hukuman, namun tugas yang jauh lebih berat adalah
mengembalikan orang-orang yang dijatuhi pidana ke dalam masyarakat.
Lembaga pemasyarakatan yang tadinya disebut penjara, bukan saja dihuni
oleh pencuri, perampok, penipu, pembunuh atau perkosaan, tetapi juga
ditempati oleh pemakai, kurir, pengedar dan bandar narkoba, serta penjudi dan
bandar judi, beragam lainnya seperti korupsi dan lainlain.
2.3 Klasifikasi
Penghuni Lembaga Pemasyarakatan bisa narapidana (napi) atau Warga
Binaan Pemasyarakatan (WBP) bisa juga yang statusnya masih tahanan,
maksudnya orang tersebut masih berada dalam proses peradilan dan belum
ditentukan bersalah atau tidak oleh hakim. Sesuai Undang-Undang Nomor 12
Tahun 1995, narapidana adalah terpidana yang menjalani pidana hilang
kemerdekaan di Lembaga Pemasyarakatan. Penghuni suatu lembaga
pemasyarakatan atau orang-orang tahanan itu terdiri dari :
1) Mereka yang menjalankan pidana penjara dan pidana kurungan.
2) Orang-orang yang dikenakan penahanan sementara.
3) Orang-orang yang disandera.
7
4) Lain-lain orang yang tidak menjalankan pidana penjara atau pidana
kurungan, akan tetapi secara sah telah dimasukkan ke dalam lembaga
pemasyarakatan.
Golongan orang-orang yang dapat dimasukkan atau ditempatkan di dalam
lembaga pemasyarakatan itu ialah :
1) Mereka yang ditahan secara sah oleh pihak kejaksaan.
2) Mereka yang ditahan secara sah oleh pihak pengadilan.
3) Mereka yang telah dijatuhi hukuman pidana hilang kemerdekaan oleh
pengadilan negeri setempat.
4) Mereka yang dikenakan pidana kurungan
5) Mereka yang tidak menjalani pidana hilang kemerdekaan, akan tetapi
dimasukkan ke lembaga pemasyarakatan secara sah.
8
c. Pendidikan
Pendidikan adalah bahwa pelaksana pendidikan dan bimbingan
dilaksanakan berdasarkan pancasila, antara lain penanaman jiwa
kekeluargaan, keterampilan, pendidikan kerohanian, dan kesempatan
untuk menunaikan ibadah.
d. Penghormatan Harkat dan Martabat Manusia
Penghormatan harkat dan martabat seorang manusia adalah sebagai orang
yang tersesat warga binaan pemasyarakatan harus tetap diperlakukan
sebagai seorang manusia.
e. Kehilangan kemerdekaan
Kehilangan kemerdekaan merupakan peneritaan adalah warga binaan
pemasyarakatan harus berada didalam. Selama di lembaga pemasyarakatan
warga binaan tetap meemperoleh hak-haknya yang lain seperti layaknya
manusia, dengan kata lain hak perdatanya tetap dilindungi seperti hak
memperoleh perawatan, kesehatan, makan, minum, pakaian, tempat tidur,
latihan, olahraga atau rekreasi.
Tahapan dalam proses pembinaan narapidan sebagai berikut :
1) Tahapan Pertama
Pembinaan pada tahap awal ini merupakan kegiatan masa pengamatan,
peelitian dan pengenalan lingkungan untuk menentukan perencanaan
pelaksanaan program pembinaan kepribadian dan kemandirian yang
waktunya dimulai paa saat yang bersangkutan berstatus sebagai
narapidana seampai dengan 1/3 (sepertiga) dari masa pidananya.
Pembinaan pada tahap ini masih dilakukan dalam Lembaga
Pemasyarakatan dan pengawasannya maksimum (maksimum security)
2) Tahapan Kedua
Jika selama 1/3 dari masa pidana yang sebenarnya dan menurut tim
Pemasyarakatan (TPP) sudah dica[ai cukup kemajuan, antara lain
menunjukkan keinsyafan, perbaikan, disiplin dan patuh pada peraturan tata
tertib yang berlaku di Lembaga Pemasyarakatan, maka kepada narapidan
yang bersangkutan diberikan kebebasanlebih banyak dan dditempatkan
9
pada lembaga pemasyarakatan dengan melalui pengawasan medium-
security.
3) Tahapan Ketiga
Jika proses pembinaan terhadap narapidana telah dijalani ½ dari masa
pidana yang telah di tetapkan dan menurut TPP telah dicapaki cukup
kemajuan baik secara fisikmaupun mental dan juga segi keterampilannya,
maka tempat pembinaannya diperluas dengan program asimilisi
4) Tahapan Keempat
Jikaproses pembinaan telah menjalani 2/3 dari masa pidana yang
sebenarnya atau sekurang-kurangnya 9 bulan. Pembinaan ini disebut
pembinaan tahapan terakhir yaitu kegiatan berupa perenanaan dan
pelaksaaan program integrasi yang dimulai sejak berakhirnya tahap lanjut
sampai dengan berakhirnya masa pidana dari narapidana yang
bersangkutan.
10
- Menanyakan penyakit keturuan atau penyakit yang dibawa
dari lahir yang di turunkan oleh keluarga
b. Pengumpulan data, yang meliputi
1. Data umum
- Lokasi daerah binaan
- Keadaan geografi
- Luas wilayah
- Pola demografis
2. Data khusus
a) Data kultural
- Tingkatan pendidikan
- Perkerjaan
- Tingkat sosial ekonomi
- Kebudayaan dan kebiasaan
b) Data kesehatan (cakupan pelayanan kesehatan)
- Kesehatan gizi masyarakat
- Immunisasi
- Penyakit-penyakit yang derita
c) Keadaan kesehatan lingkungan
- Sumber air bersih
- Tempat pembuangan sampah
- Pembuangan air kotor
- Jamban, dan sebagainya
d) Peran serta masyarakat dalam upaya kesehatan yang
dijalankan
e) Sumber daya masyarakat
c. Data subsystem
Delapan subsitem yang dikaji sebagai berikut :
1) Lingkungan Fisik
Inspeksi : Lingkungan sekitar lapas, kebersihan lingkungan,
aktifitas warga binaan, data dikumpulkan dengan winshield
survey dan observasi.
11
Auskultasi : Mengidentifikasi aktifitas yang dilakukan oleh
warga binaan serta petugas lapas melalui wawancara.
2) Pelayanan kesehatan dan pelayanan social
Ketersediaan pelayanan kesehatan khusus warga binaan,
bentuk pelayanan kesehatan bila ada, apakah terdapat
pelayanan konseling bagi warga binaan melalui wawancara.
3) Ekonomi
Mengidentifikasi sumber pendanaan bagi warga binaan dengan
cara wawancara dengan warga binaan dan petugas lapas.
4) Keamanan dan transportasi.
a. Keamanan : adanya petugas keaman yang sudah dibagi
dalam tiap-tiap pos pengamanan di sekitar lapas.
b. Transportasi
Jenis transportasi yang dapat digunakan oleh warga binaan
untuk pergi kerumah sakit rujukan atau pun pergi ke kantor
pengadilan.
5) Politik dan pemerintahan
Struktur keorganisasian yang ada di lapas.
6) Komunikasi
Pola komunikasi yang gterjadi di lingkungan lapas baik dari
warga binaan dengan sesama warga binaan ataupun dengan
petugas lapas.
7) Pendidikan
Tingkat pendidikan warga binaan di lapas.
8) Rekreasi
Sarana rekreasi yang digunakan oleh warga binaan, tempat
sarana penyaluran bakat bagi warga binaan seperti olahraga dan
seni, pemanfaatannya, kapan waktu penggunaan.
12
1. Risiko Infeksi (D.0142)
2. Risiko Perilaku Kesehatan (D.0146)
3. Defisit Kesehatan Komunitas (D.0110)
2.5.3 Intervensi
Diagnosa 1 : Risiko Infeksi (D.0142)
PENCEGAHAN INFEKSI (I.14539)
1. Observasi
Identifikasi riwayat kesehatan dan riwayat alergi
Identifikasi kontraindikasi pemberian imunisasi
2. Terapeutik
Berikan suntikan pada pada bayi dibagian paha anterolateral
Dokumentasikan informasi vaksinasi
Jadwalkan imunisasi pada interval waktu yang tepat
3. Edukasi
Jelaskan tujuan, manfaat, resiko yang terjadi, jadwal dan efek
samping
Informasikan imunisasi yang diwajibkan pemerintah
15
Identifikasi potensi atau aset dalam masyarakat terkait isu yang
dihadapi
Identifikasi kekuatan dan partner dalam pengembangan
kesehatan
Identifikasi pemimpin atau tokoh dalam masyarakat
4. Terapautik
Berikan kesempatan kepada setiap anggota masyarakat untuk
berpartisipasi sesuai aset yang dimiliki
Libatkan anggota masyarakat untuk meningkatkan kesadaran
terhadap isu dan masalah kesehatan yang dihadapi
17
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Komunitas dapat diartikan kumpulan orang pada wilayah tertentu
dengan sistem sosial tertentu. Komunitas meliputi individu, keluarga,
kelompok/agregat dan masyarakat. Salah satu agregat di komunitas adalah
kelompok warga binaan di lapas yang tergolong kelompok khusus. Lembaga
Pemasyarakatan adalah tempat untuk melaksanakan pembinaan terhadap
narapidana dan anak didik pemasyarakatan (UU RI No.12 Th.1995 tentang
Pemasyarakatan Pasal 1 ayat 2). Narapidana adalah terpidana yang menjalani
pidana di Lembaga Pemasyarakatan(UU RI No.12 Th.1995 tentang
Pemasyarakatan Pasal 1 ayat 7).
Kehidupan narapidana di Lembaga Pemasyarakatan merupakan bentuk
dari konsekuensi hukuman atas perilaku melanggar hukum yang pernah
dilakukan. Berbagai permasalahan dialami narapidana dalam menjalani
kehidupan di Lembaga Pemasyarakatan, diantaranya perubahan hidup,
hilangnya kebebasan dan hak-hak yang semakin terbatas, hingga perolehan
label panjahat yang melekat pada dirinya serta kehidupan di Lembaga
Pemasyarakatan membuat mereka harus terpisah dari keluarga dan hidup
bersama narapidana lain. Dalam memberikan asuhan keperawatan pada
agregat kelompok warga binaan di lapasmenggunakan pendekatan
Community as partner model. Klien (warga binaan di lapas)
digambarkan sebagai inti (core) mencakup sejarah, demografi, dan 8
(delapan) subsistem yang saling mempengaruhi.
3.2 Saran
Dibuatnya makalah ini bertujuan untuk memberikan gambaran tentang
teori lembaga permasyarakatan, berguna untuk menambah wawasan dalam
pembuatan asuhan keperawatan seraca baik dalam merumuskan diagnosa
keperawatan untuk memberikan perencanan tindakan keperawatan.
18
DAFTAR PUSTAKA
Tim Pokja SDKI DPP PPNI, (2016), Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
(SDKI), Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia
Tim Pokja SLKI DPP PPNI, (2018), Standar Luaran Keperawatan Indonesia
(SLKI), Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia
Tim Pokja SIKI DPP PPNI, (2018), Standar Intervensi Keperawatan Indonesia
(SIKI), Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia
19
HASIL DISKUSI
Pertanyaan :
20
2. Mengapa kelompok kalian mengambil intervensi keperawatan
manajemen imunisasi? (Alfin Nuril F.A)
Jawab (Elsa Dewi Rosinta): karena orang yang di dalam lapas tinggal
bersama-sama dan menetap dalam jangka waktu yang lama, akan beresiko
tinggi terinfeksi penyakit menular seperti flu, TBC, difteri, tetanus,
meningitis dan lain-lain, sehingga diperlukan imunisasi atau vaksin untuk
mencegah hal tersebut. Orang dalam lapas juga berhak mendapatkan
vaksin yang sama dengan orang-orang lainnya seperti halnya dengan
vaksin covid-19.
21