Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KELOMPOK BINAAN DI LAPAS

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 2

AMAZYA DEVANTI M. (2019.01.002)


ELSA DEWI ROSINTA (2019.01.008)
SHIN FAMBRENE (2019.01.016)
JESSY SEPTINA A. (2019.01.021)

STIKES WILLIAM BOOTH SURABAYA

JALAN CIMANUK NO 20 SURABAYA

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah tentang “Asuhan Keperawatan Pada Kelompok Binaan di Lapas” yang
merupakan tugas mata kuliah Keperawatan Komunitas I, kami mengucapkan
terima kasih sebanyak-banyaknya kepada Ibu Martha Lowrani Siagian,
S.Kep.,Ns, M.Kep selaku dosen pengampu yang telah memberikan dukungan dan
bimbingannya, meskipun masih terdapat banyak kekurangan di dalamnya.

Kami berharap makalah ini dapat berguna dalam menambah wawasan


serta pengetahuan kita mengenai “Asuhan Keperawatan Pada Kelompok Binaan
di Lapas“. Oleh karena itu, kami berharap adanya kritik dan saran demi perbaikan
makalah ini, karena tidak ada hal yang sempurna tanpa saran yang membangun.

Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang


membacanya.Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami
sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila
terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan
saran yang membangun demi perbaikan di masa depan.

Malang, 1 November 2021

Kelompok 2

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR …………………………………………….. 2


DAFTAR ISI ………………………………………………………. 3

BAB I PENDAHULUAN …………………………………………. 4


1.1 Latar Belakang ……………………………………………… 4
1.2 Rumusan Masalah ………………………………………….. 5
1.3 Tujuan ………………………………………………….…… 5

BAB II PEMBAHASAN ……….…………………………………. 6

BAB III PENUTUP ……………………………………………….. 17


3.1 Kesimpulan ………………………………………………… 17
3.2 Saran ……………………………………………………….. 17

DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………. 18

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Lembaga Pemasyarakatan adalah tempat untuk melaksanakan pembinaan
terhadap narapidana dan anak didik pemasyarakatan (UU RI No.12 Th.1995
tentang Pemasyarakatan Pasal 1 ayat 2). Narapidana adalah terpidana yang
menjalani pidana di Lembaga Pemasyarakatan (UU RI No.12 Th.1995 tentang
Pemasyarakatan Pasal 1 ayat 7). Kehidupan narapidana di Lembaga
Pemasyarakatan merupakan bentuk dari konsekuensi hukuman atas perilaku
melanggar hukum yang pernah dilakukan.
Berbagai permasalahan dialami narapidana dalam menjalani kehidupan di
Lembaga Pemasyarakatan, diantaranya perubahan hidup, hilangnya kebebasan
dan hak-hak yang semakin terbatas, hingga perolehan label panjahat yang
melekat pada dirinya serta kehidupan di Lembaga Pemasyarakatan membuat
mereka harus terpisah dari keluarga dan hidup bersama narapidana lain.
Pergaulan di dalam penjara akan mempengaruhi perkembangan jiwa
narapidana yang bersangkutan. Berkenaan dengan prasangka buruk dari
masyarakat.Permasalahan yang perlu dicermati adalah mengenai label
“penjahat” yang didapat narapidana. Kata “penjahat” mempunyai konotasi
buruk terhadap seseorang dan tentunya label ini akan melekat dalam dirinya
yang kemudian akan berpengaruh terhadap kepribadian (Yulia, 2018).
Para tahanan mempunyai kecenderungan menghabiskan waktu di dalam
sel masing-masing atau dengan beberapa teman dekat saja. Permasalahan-
permasalahan tersebut disebabkan oleh ketidakbebasan atas aturan-aturan di
penjara. Salah satu permasalahan yang rawan terjadi di Lembaga
Pemasyarakatan dalah berkaitan dengan kesehatan.Kesehatan yang dimaksud
adalah kesehatan fisik dan psikis (Saputra, 2018). menggambarkan
permasalahan kesehatan fisik para narapidana berkaitan dengan kondisi
makanan, yaitu kurang terpenuhinya gizi, sedangkan permasalahan kesehatan
psikis digambarkan dengan adanya berbagai tekanan di Lembaga
Pemasyarakatan, meliputi kekurangan kualitas fasilitas, dan makin padatnya

4
penghuni Lembaga Pemasyarakatan.Kondisi tersebut menjadi penyebab utama
terganggunya kondisi kesehatan para nara pidana penghuni Lembaga
Pemasyarakatan, baik itu kesehatan fisik, maupunkesehatan psikologis
(Rininta dkk, 2019).

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Apa yang dimaksud dengan komunitas?
1.2.2 Apa definisi dari Lembaga Pemasyarakatan?
1.2.3 Apa saja klasifikasi dari Lembaga Pemasyarakatan?
1.2.4 Bagaimana Pola dari Pembinaan Pemasyarakatan?
1.2.5 Bagaimana Asuhan Keperawatan dari kelompok binaan di Lapas?

1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut :
1.3.1 Dapat mengetahui tentang definisi dari komunitas
1.3.2 Dapat mengetahui tentang definisi dari Lembaga Pemasyarakatan
1.3.3 Dapat mengetahui tentang klasifikasi dari Lembaga Pemasyarakatan
1.3.4 Dapat mengetahui tentang Pola dari Pembinaan Pemasyarakatan
1.3.5 Dapat mengetahui tentang Asuhan Keperawatan dari kelompok binaan
di Lapas

5
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi Komunitas


Komunitas dapat diartikan kumpulan orang pada wilayah tertentu dengan
sistem sosial tertentu. Komunitas meliputi individu, keluarga,
kelompok/agregat dan masyarakat. Salah satu agregat di komunitas adalah
kelompok anak usia sekolah yang tergolong kelompok berisiko (at risk)
terhadap timbulnya masalah kesehatan yang terkait perilaku tidak sehat.
Definisi kelompok khusus adalah kelompok masyarakat atau individu
oleh karena keadaan fisik, mental, social, budaya dan ekonomi perlu
mendapatkan bantuan, bimbingan dan pelayanan kesehatan dan arawatan,
karena ketidakmampuan dan ketidaktahuan mereka dalam memelihara
kesehatan dan keperawatan terhadap dirinya sendiri. perawatan
kelompok khusus adalah suatu upaya dibidang keperawatan kesehatan
masyarakat yang ditujukan kepada kelompok-kelompok individu yang
mempunyai kesamaan jenis kelamin, umur, permasalahan kesehatan serta
rawan terhadap masalah tersebut, yang dilaksanakan secara terorganisasi
dengan tujuan meningkatkan kemampuan kelompok dan derajat
kesehatan kelompok. Pada materi kali ini penulis membahas tentang
kelompok khusus dalam lembaga lembaga kemasyarakatan salah satunya
adalahLembaga Pemsyarakatan (LAPAS).

2.2 Definisi Lembaga Pemasyarakatan


Lembaga Pemasyarakatan (LAPAS) adalah Lembaga Negara yang
mempunyai kewenangan dan kewajiban bertanggungjawab dalam menangani
kehidupan narapidana untuk dapat membina, merawat, dan memanusiakan
narapidana yang bertujuan agar narapidana setelah keluar dari LAPAS dapat
diterima kembali oleh masyarakat dan menjadi manusia yang mempunyai
keahlian baru serta kepribadian baru yang taat hukum (Pasal 1 Angka 3 UU
Nomor 12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan), dan menyadarkan bahwa
kita hidup di negara Indonesia yang segala perbuatan dan tindakan kita dapat

6
di pertanggungjawabkan dihadapan hukum dan diselesaikan secara hukum.
Lembaga permasyarakatan adalah tempat untuk melakukan pembinaan
terhadap narapidana dan anak didik permasyarakatan di Indonesia, tempat
tersebut disebut dengan penjara (Zaenal, 2017).
Direktorat Jenderal Pemasyarakatan Kementerian Hukum dan Hak Asasi
Manusia. Penghuni Lembaga Pemasyarakatan bisa narapidana (Napi) atau
warga Binaan Pemasyarakatan tahanan (WBP) bisa juga yang statusnya masih
tahanan, maksudnya yang statusnya masih berada dalam proses peradilan dan
belum ditentukan bersalah atau tidak oleh hakim. Pegawai Negeri Sipil yang
menangani pembinaan narapidana dan tahanan di lembaga pemasyarakatan di
sebut dengan petugas pemasyarakatan, atau dahulu lebih dikenal dengan
istilah sipir penjara.
Konsep pemasyarakatan pertama kali digagas oleh Menteri Kehakiman
Sahardjo pada tahun 1964, pada saat itu tugas jawatan kepenjaraan bukan
hanya melaksanakan hukuman, namun tugas yang jauh lebih berat adalah
mengembalikan orang-orang yang dijatuhi pidana ke dalam masyarakat.
Lembaga pemasyarakatan yang tadinya disebut penjara, bukan saja dihuni
oleh pencuri, perampok, penipu, pembunuh atau perkosaan, tetapi juga
ditempati oleh pemakai, kurir, pengedar dan bandar narkoba, serta penjudi dan
bandar judi, beragam lainnya seperti korupsi dan lainlain.

2.3 Klasifikasi
Penghuni Lembaga Pemasyarakatan bisa narapidana (napi) atau Warga
Binaan Pemasyarakatan (WBP) bisa juga yang statusnya masih tahanan,
maksudnya orang tersebut masih berada dalam proses peradilan dan belum
ditentukan bersalah atau tidak oleh hakim. Sesuai Undang-Undang Nomor 12
Tahun 1995, narapidana adalah terpidana yang menjalani pidana hilang
kemerdekaan di Lembaga Pemasyarakatan. Penghuni suatu lembaga
pemasyarakatan atau orang-orang tahanan itu terdiri dari :
1) Mereka yang menjalankan pidana penjara dan pidana kurungan.
2) Orang-orang yang dikenakan penahanan sementara.
3) Orang-orang yang disandera.

7
4) Lain-lain orang yang tidak menjalankan pidana penjara atau pidana
kurungan, akan tetapi secara sah telah dimasukkan ke dalam lembaga
pemasyarakatan.
Golongan orang-orang yang dapat dimasukkan atau ditempatkan di dalam
lembaga pemasyarakatan itu ialah :
1) Mereka yang ditahan secara sah oleh pihak kejaksaan.
2) Mereka yang ditahan secara sah oleh pihak pengadilan.
3) Mereka yang telah dijatuhi hukuman pidana hilang kemerdekaan oleh
pengadilan negeri setempat.
4) Mereka yang dikenakan pidana kurungan
5) Mereka yang tidak menjalani pidana hilang kemerdekaan, akan tetapi
dimasukkan ke lembaga pemasyarakatan secara sah.

2.4 Pola Pembinaan Pemasyarakatan


Pola pembinaan narapidana adalah suatu cara perlakuan terhadap
narapidana yang dikehendaki oolehh sistim pemasyarakatan dalam usaha
untuk mencapai tujuan, yaituu agar sekembalinya narapidana ke masyarakat
dapat berperilaku sebagai anggota masyarakat yang baik dan berguna bagi
lingkungan sekitar. Maka ada perlu dibina adalah pribadi dan budi pekerti
narapidana agar membangkitkan kembali rassa percaya dirinya dan dapat
mengembangkan fungsi sosialnya dengan rasa tanggung jawab untuk
menyesuaikan diri pada masyarakat.
Berdasarkan UU No. 12 Tahun 1995 pembinaan narapidana dengan sistim:
a. Pengayoman
Pengayoman adalah perilaku terhadap warga binaan pemasyarakatan
dalam rangka melindungi masyarakat dari kemungkinan diulanginya
tindak pidana oleh warga binaan pemasyarakatan, juga memberikan
pengetahuan kepada warga binaan pemasyarakatan, agar menjadi warga
yang berguna bagi masyarakat
b. Persamaan perlakuan dan pelayanan
Persamaan perlakuan dan pelayanan yang sama terhadap warga binaan
pemasyarakatan tanpa membedak-bedakan orang

8
c. Pendidikan
Pendidikan adalah bahwa pelaksana pendidikan dan bimbingan
dilaksanakan berdasarkan pancasila, antara lain penanaman jiwa
kekeluargaan, keterampilan, pendidikan kerohanian, dan kesempatan
untuk menunaikan ibadah.
d. Penghormatan Harkat dan Martabat Manusia
Penghormatan harkat dan martabat seorang manusia adalah sebagai orang
yang tersesat warga binaan pemasyarakatan harus tetap diperlakukan
sebagai seorang manusia.
e. Kehilangan kemerdekaan
Kehilangan kemerdekaan merupakan peneritaan adalah warga binaan
pemasyarakatan harus berada didalam. Selama di lembaga pemasyarakatan
warga binaan tetap meemperoleh hak-haknya yang lain seperti layaknya
manusia, dengan kata lain hak perdatanya tetap dilindungi seperti hak
memperoleh perawatan, kesehatan, makan, minum, pakaian, tempat tidur,
latihan, olahraga atau rekreasi.
Tahapan dalam proses pembinaan narapidan sebagai berikut :
1) Tahapan Pertama
Pembinaan pada tahap awal ini merupakan kegiatan masa pengamatan,
peelitian dan pengenalan lingkungan untuk menentukan perencanaan
pelaksanaan program pembinaan kepribadian dan kemandirian yang
waktunya dimulai paa saat yang bersangkutan berstatus sebagai
narapidana seampai dengan 1/3 (sepertiga) dari masa pidananya.
Pembinaan pada tahap ini masih dilakukan dalam Lembaga
Pemasyarakatan dan pengawasannya maksimum (maksimum security)
2) Tahapan Kedua
Jika selama 1/3 dari masa pidana yang sebenarnya dan menurut tim
Pemasyarakatan (TPP) sudah dica[ai cukup kemajuan, antara lain
menunjukkan keinsyafan, perbaikan, disiplin dan patuh pada peraturan tata
tertib yang berlaku di Lembaga Pemasyarakatan, maka kepada narapidan
yang bersangkutan diberikan kebebasanlebih banyak dan dditempatkan

9
pada lembaga pemasyarakatan dengan melalui pengawasan medium-
security.
3) Tahapan Ketiga
Jika proses pembinaan terhadap narapidana telah dijalani ½ dari masa
pidana yang telah di tetapkan dan menurut TPP telah dicapaki cukup
kemajuan baik secara fisikmaupun mental dan juga segi keterampilannya,
maka tempat pembinaannya diperluas dengan program asimilisi
4) Tahapan Keempat
Jikaproses pembinaan telah menjalani 2/3 dari masa pidana yang
sebenarnya atau sekurang-kurangnya 9 bulan. Pembinaan ini disebut
pembinaan tahapan terakhir yaitu kegiatan berupa perenanaan dan
pelaksaaan program integrasi yang dimulai sejak berakhirnya tahap lanjut
sampai dengan berakhirnya masa pidana dari narapidana yang
bersangkutan.

2.5 Asuhan Keperawatan


2.5.1 Pengkajian
a. Anamnesa
1. Identitas
- Menanyakan nama
- Usia
- Jenis kelamin
2. Keluhan utama
- Menanyakan keluhan yang ditanyakan saat ini
3. Keluhan penyakit sekarang
- Menanyakan penyakit atau keluhan yang terjadi saat
dilakukan pengkajian
4. Riwayat penyakit dahulu
- Menanyakan riwayat penyakit dahulu yang pernah diderita
oleh klien
5. Riwayat penyakit keluarga

10
- Menanyakan penyakit keturuan atau penyakit yang dibawa
dari lahir yang di turunkan oleh keluarga
b. Pengumpulan data, yang meliputi
1. Data umum
- Lokasi daerah binaan
- Keadaan geografi
- Luas wilayah
- Pola demografis
2. Data khusus
a) Data kultural
- Tingkatan pendidikan
- Perkerjaan
- Tingkat sosial ekonomi
- Kebudayaan dan kebiasaan
b) Data kesehatan (cakupan pelayanan kesehatan)
- Kesehatan gizi masyarakat
- Immunisasi
- Penyakit-penyakit yang derita
c) Keadaan kesehatan lingkungan
- Sumber air bersih
- Tempat pembuangan sampah
- Pembuangan air kotor
- Jamban, dan sebagainya
d) Peran serta masyarakat dalam upaya kesehatan yang
dijalankan
e) Sumber daya masyarakat
c. Data subsystem
Delapan subsitem yang dikaji sebagai berikut :
1) Lingkungan Fisik
Inspeksi : Lingkungan sekitar lapas, kebersihan lingkungan,
aktifitas warga binaan, data dikumpulkan dengan winshield
survey dan observasi.

11
Auskultasi : Mengidentifikasi aktifitas yang dilakukan oleh
warga binaan serta petugas lapas melalui wawancara.
2) Pelayanan kesehatan dan pelayanan social
Ketersediaan pelayanan kesehatan khusus warga binaan,
bentuk pelayanan kesehatan bila ada, apakah terdapat
pelayanan konseling bagi warga binaan melalui wawancara.
3) Ekonomi
Mengidentifikasi sumber pendanaan bagi warga binaan dengan
cara wawancara dengan warga binaan dan petugas lapas.
4) Keamanan dan transportasi.
a. Keamanan : adanya petugas keaman yang sudah dibagi
dalam tiap-tiap pos pengamanan di sekitar lapas.
b. Transportasi
Jenis transportasi yang dapat digunakan oleh warga binaan
untuk pergi kerumah sakit rujukan atau pun pergi ke kantor
pengadilan.
5) Politik dan pemerintahan
Struktur keorganisasian yang ada di lapas.
6) Komunikasi
Pola komunikasi yang gterjadi di lingkungan lapas baik dari
warga binaan dengan sesama warga binaan ataupun dengan
petugas lapas.
7) Pendidikan
Tingkat pendidikan warga binaan di lapas.
8) Rekreasi
Sarana rekreasi yang digunakan oleh warga binaan, tempat
sarana penyaluran bakat bagi warga binaan seperti olahraga dan
seni, pemanfaatannya, kapan waktu penggunaan.

2.5.2 Diagnosa Keperawatan


Masalah keperawatan yang muncul pada kelompok binaan di lapas,
meliputi :

12
1. Risiko Infeksi (D.0142)
2. Risiko Perilaku Kesehatan (D.0146)
3. Defisit Kesehatan Komunitas (D.0110)

2.5.3 Intervensi
Diagnosa 1 : Risiko Infeksi (D.0142)
PENCEGAHAN INFEKSI (I.14539)
1. Observasi
 Identifikasi riwayat kesehatan dan riwayat alergi
 Identifikasi kontraindikasi pemberian imunisasi

 Identifikasi status imunisasi setiap kunjungan ke pelayanan


kesehatan

2. Terapeutik
 Berikan suntikan pada pada bayi dibagian paha anterolateral
 Dokumentasikan informasi vaksinasi
 Jadwalkan imunisasi pada interval waktu yang tepat
3. Edukasi
 Jelaskan tujuan, manfaat, resiko yang terjadi, jadwal dan efek
samping
 Informasikan imunisasi yang diwajibkan pemerintah

 Informasikan imunisasi yang melindungiterhadap penyakit


namun saat ini tidak diwajibkan pemerintah

 Informasikan vaksinasi untuk kejadian khusus

 Informasikan penundaan pemberian imunisasi tidak berarti


mengulang jadwal imunisasi kembali

 Informasikan penyedia layanan pekan imunisasi nasional yang


menyediakan vaksin gratis

MANAJEMEN IMUNISASI/ VAKSIN (I. 14508)


1. Observasi
13
 Identifikasi riwayat kesehatan dan riwayat alergi
 Identifikasi kontraindikasi pemberian imunisasi
 Identifikasi status imunisasi setiap kunjungan ke pelayanan
kesehatan
2. Terapeutik
 Berikan suntikan pada pada bayi dibagian paha anterolateral
 Dokumentasikan informasi vaksinasi
 Jadwalkan imunisasi pada interval waktu yang tepat
3. Edukasi
 Jelaskan tujuan, manfaat, resiko yang terjadi, jadwal dan efek
samping
 Informasikan imunisasi yang diwajibkan pemerintah

 Informasikan imunisasi yang melindungiterhadap penyakit


namun saat ini tidak diwajibkan pemerintah

 Informasikan vaksinasi untuk kejadian khusus

 Informasikan penundaan pemberian imunisasi tidak berarti


mengulang jadwal imunisasi kembali

 Informasikan penyedia layanan pekan imunisasi nasional yang


menyediakan vaksin gratis

Diagnosa 2 : Risiko Perilaku Kesehatan (D.0146)


PENCEGAHAN PERILAKU KEKERASAN I.14544
1. Observasi
 Monitor adanya benda yang berpotensi membahayakan
misalnya benda tajam dan tali
 Monitor keamanan barang yang dibawa oleh pengunjung
 Monitor selama penggunaan barang yang dapat membahayakan
misal pisau cukur
 Pertahankan lingkungan bebas dari bahaya secara rutin dua
libatkan keluarga dalam perawatan
2. Edukasi
14
 Anjurkan pengunjung dan keluarga untuk mendukung
keselamatan pasien
 Latih cara mengungkapkan perasaan secara asertif
 Latih mengurangi kemarahan secara verbal dan nonverbal
Misal relaksasi dan bercerita
PROMOSI KOPING (1.09312)
1. Observasi
 Identifikasi kegiatan jangka pendek dan panjang sesuai tujuan
 Identifikasi kemampuan yang dimiliki
 Identifikasi sumber daya yang tersedia untuk memenuhi tujuan
 Identifikasi pemahaman proses penyakit
2. Terapeutik
 Diskusikan perubahan peran yang dialami
 Gunakan pendekatan yang tenang dan meyakinkan
 Diskusikan alasan mengkritik diri sendiri
 Dukung penggunaan mekanisme pertahanan yang tepat
 Kurangi rangsangan lingkungan yang mengancam
 Motivasi mengidentifikasi sistem pendukung yang tersedia
 Dampingi saat berduka misal penyakit kronis dan kecacatan
 Motivasi untuk menentukan harapan yang realistis
3. Edukasi
 Anjurkan menjalin hubungan yang memiliki kepentingan dan
tujuan sama
 Anjurkan penggunaan sumber spiritual jika diperlukan
 Anjurkan mengungkapkan perasaan dan persepsi
 Anjurkan keluarga terlibat
 Anjurkan membuat tujuan yang lebih spesifik
 Latih penggunaan teknik relaksasi
Diagnosa 3 : Defisit Kesehatan Komunitas (D.0110)
PENGEMBANGAN KESEHATAN MASYARAKAT (I.14548)
3. Observasi
 Identifikasi masalah atau isu kesehatan dalam realitasnya

15
 Identifikasi potensi atau aset dalam masyarakat terkait isu yang
dihadapi
 Identifikasi kekuatan dan partner dalam pengembangan
kesehatan
 Identifikasi pemimpin atau tokoh dalam masyarakat
4. Terapautik
 Berikan kesempatan kepada setiap anggota masyarakat untuk
berpartisipasi sesuai aset yang dimiliki
 Libatkan anggota masyarakat untuk meningkatkan kesadaran
terhadap isu dan masalah kesehatan yang dihadapi

 Libatkan masyarakat dalam musyawarah untuk mendefinisikan


isu kesehatan dan mengembangkan rencana kerja

 Libatkan masyarakat dalam proses perencanaan dan


implementasi serta revisinya

 Libatkan anggota masyarakat dalam mengembangkan jaringan


kesehatan

 Pertahankan komunikasi yang terbuka dengan anggota


masyarakat dan pihak-pihak yang terlibat

 Perkuat komunikasi antara individu dan kelompok untuk


bermusyawarah terkait daya tarik yang sama

PROMOSI PERILAKU UPAYA KESEHATAN (I.12472)


1. Observasi
 Identifikasi perilaku upaya kesehatan yang dapat ditingkatkan
2. Terapeutik
 Berikan lingkungan yang mendukung kesehatan dua orientasi
pelayanan kesehatan yang dapat dimanfaatkan edukasi satu
anjurkan persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan
 Anjurkan menggunakan air bersih

 Anjurkan mencuci tangan dengan air bersih dan sabun


16
 Anjurkan menggunakan jamban sehat

 Anjurkan memberantas jentik di rumah seminggu sekali

 Anjurkan makan sayur dan buah setiap hari

 Anjurkan melakukan aktivitas fisik setiap hari

 Anjurkan tidak merokok dalam rumah

17
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Komunitas dapat diartikan kumpulan orang pada wilayah tertentu
dengan sistem sosial tertentu. Komunitas meliputi individu, keluarga,
kelompok/agregat dan masyarakat. Salah satu agregat di komunitas adalah
kelompok warga binaan di lapas yang tergolong kelompok khusus. Lembaga
Pemasyarakatan adalah tempat untuk melaksanakan pembinaan terhadap
narapidana dan anak didik pemasyarakatan (UU RI No.12 Th.1995 tentang
Pemasyarakatan Pasal 1 ayat 2). Narapidana adalah terpidana yang menjalani
pidana di Lembaga Pemasyarakatan(UU RI No.12 Th.1995 tentang
Pemasyarakatan Pasal 1 ayat 7).
Kehidupan narapidana di Lembaga Pemasyarakatan merupakan bentuk
dari konsekuensi hukuman atas perilaku melanggar hukum yang pernah
dilakukan. Berbagai permasalahan dialami narapidana dalam menjalani
kehidupan di Lembaga Pemasyarakatan, diantaranya perubahan hidup,
hilangnya kebebasan dan hak-hak yang semakin terbatas, hingga perolehan
label panjahat yang melekat pada dirinya serta kehidupan di Lembaga
Pemasyarakatan membuat mereka harus terpisah dari keluarga dan hidup
bersama narapidana lain. Dalam memberikan asuhan keperawatan pada
agregat kelompok warga binaan di lapasmenggunakan pendekatan
Community as partner model. Klien (warga binaan di lapas)
digambarkan sebagai inti (core) mencakup sejarah, demografi, dan 8
(delapan) subsistem yang saling mempengaruhi.

3.2 Saran
Dibuatnya makalah ini bertujuan untuk memberikan gambaran tentang
teori lembaga permasyarakatan, berguna untuk menambah wawasan dalam
pembuatan asuhan keperawatan seraca baik dalam merumuskan diagnosa
keperawatan untuk memberikan perencanan tindakan keperawatan.

18
DAFTAR PUSTAKA

Alimul Hidayat, A. Aziz. (2016). Dokumentasi Proses keperawatan. Cetakan I.


diterbitkan oleh EGC. Jakarta.

Zaenal.,2017. Teori hukum dan strategi pembinaan pelanggaran hukum,


Bandung: pustaka seminar harapan

Tim Pokja SDKI DPP PPNI, (2016), Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
(SDKI), Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia

Tim Pokja SLKI DPP PPNI, (2018), Standar Luaran Keperawatan Indonesia
(SLKI), Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia

Tim Pokja SIKI DPP PPNI, (2018), Standar Intervensi Keperawatan Indonesia
(SIKI), Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia

19
HASIL DISKUSI

Presentator : Amazya Devanti M.

Pertanyaan :

1. Apa saja peran perawat komunitas di lapas? (Alfin Nuril F.A)

Jawab (Jessy Septina A.): Peran perawat komunitas di lapas yaitu:


1) Sebagai pemberi asuhan keperawatan, dimana perawat dapat memberi
bantuan fisik maupun psikologis bagi pasien agar kondisi
kesehatannya membaik.
2) Sebagai advokat atau pembela, dimana peran perawat ini dimaksudkan
untuk membela hak-hak pasien atau komunitas sesuai pengetahuan dan
kewenangannya.
3) Sebagai konsultan atau konselor, perawat dalam hal ini akan
memberikan penjelasan terbaik mengenai berbagai informasi yang
berkaitan dengan pelayanan keperawatan yang diberikan kepada
pasien.
4) Sebagai edukator atau pendidik, perawat dalam hal ini akan
memberikan pengetahuan mengenai kesehatan, gejala hingga tindakan
yang perlu diambil untuk menambah perilaku hidup sehat pada pasien.
5) Sebagai koordinator, perawat akan mengoordikasikan pelayanan
kesehatan yang terbaik untuk pasien.
6) Sebagai pembaharu, yang akan melakukan perencanaan, kolaborasi
serta perubahan yang sistematis demi mencapai tujuan pemberian
pelayanan keperawatan yang terbaik untuk pasien.
7) Sebagai kolaborator, dimana perawat akan mengolaborasikan berbagai
tindakan yang perlu diambil untuk dapat memberikan pelayanan
terbaik pada pasien dengan para tenaga kesehatan lainnya.
8) Sebagai peneliti, perawat sebisa mungkin harus mengembangkan ide
dan rasa ingin tahu serta mencari jawaban terhadap fenomena yang
terjadi di komunitas.

20
2. Mengapa kelompok kalian mengambil intervensi keperawatan
manajemen imunisasi? (Alfin Nuril F.A)

Jawab (Elsa Dewi Rosinta): karena orang yang di dalam lapas tinggal
bersama-sama dan menetap dalam jangka waktu yang lama, akan beresiko
tinggi terinfeksi penyakit menular seperti flu, TBC, difteri, tetanus,
meningitis dan lain-lain, sehingga diperlukan imunisasi atau vaksin untuk
mencegah hal tersebut. Orang dalam lapas juga berhak mendapatkan
vaksin yang sama dengan orang-orang lainnya seperti halnya dengan
vaksin covid-19.

21

Anda mungkin juga menyukai