NARAPIDANA
Dosen Pengampu :
DISUSUN OLEH :
SEMARANG
TAHUN PELAJAR 2019/2020
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh, Segala puji bagi Allah SWT
yang telah memberikan kami kemudahan sehingga dapat menyelesaikan makalah ini.
Tanpa pertolongan-Nya mungkin saya tidak akan sanggup meyelesaikannya dengan
baik. Sholawat dan salam semoga terlimpa kepada baginda Muhammad SAW.
Makalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu tentang “Asuhan
Keperawatan Pada Anak Narapidana”. Dalam penyusunan makalah ini pasti banyak
rintangan yang dihadapi oleh saya pribadi maupun dari luar. Namun dengan penuh
kesabaran dan terutama pertolongan dari Allah swt akhirnya makalah ini dapat
terselesaikan. Makalah ini masih jauh dari sempurna dan memerlukan perbaikan
tetapi dapat dijadikan salah satu referensi bagi pembaca.
Semoga makalah ini dapat memberikan pengetahuan yang lebih luas kepada
pembaca.Demi kesempurnaan makalah ini penulis mengajak pembaca memberikan
kritik dan saranyang membangun. Atas perhatiannya saya ucapkan terima kasih.
(Mesihatus safaah)
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Narapidana dan Lembaga Pemasyarakatan (LP) bukanlah sebuah istilah yang asing bagi
setiap orang. Narapidana adalah istilah yang sudah sangat jamak digunakan untuk disematkan
pada mereka yang sedang menjalani masa hukuman yang dijatuhkan oleh pengadilan, terkait
dengan keterli-batannya dalam suatu tindakan yang melanggar peraturan atau perundang-
undangan yang berlaku. LP adalah tempat yang diperuntukkan bagi mereka yang menderai
peran sosial mereka dengan perilaku yang cukup beralasan untuk dikenai hukuman.
Sedangkan menurut Harsono (1995), dalam bukunya yang berjudul “sistem baru
pembinaan narapidana” menyatakan bahwa kehidupan di lembaga pemasyarakatan
memberikan dampak dalam berbagai aspek seperti dampak fisik dan psikologis. Dampak
psikologis yang dialami oleh narapidana merupakan dampak yang paling berat untuk dijalani.
Dampak psikologis akibat hukuman LP tersebut antara lain kehilangan akan kepribadian,
kehilangan akan keamanan, kehilangan akan kemerdekaan, kehilangan akan komunikasi
pribadi, kehilangan akan pelayanan, kehilangan akan hubungan antar lawan jenis, kehilangan
akan harga diri, kehilangan akan kepercayaan, dan kehilangan akan kreatifitas.
Permasalahan di atas sangat rentan dihinggapi oleh semua narapidana baik narapidana
laki -laki maupun narapidana wanita. Hal ini diperkuat dengan hasil penelitian yang
dilakukan Bureau Of Justice Statistics yang menemukan fakta bahwa pada tahun 1998
sebanyak 23,6% narapidana wanita teridentifikasi mengalami gangguan kesehatan mental
dibanding pria yang hanya 15,8% bahkan setiap 1 dari 4 wanita di dalam LP teridentifikasi
mengalami gangguan kesehatan mental. Sedangkan pada tahun 2005 hampir sepertiga jumlah
narapidana wanita (73,1%) mengalami gangguan kesehatan mental dibandingkan pria yang
hanya sekitar 55%.4 Hasil penelitian ini memperjelas bahwa kecenderungan wanita
menderita tekanan kejiwaan lebih besar daripada laki- laki, oleh karena itu, perlu adanya
penanganan khusus dalam menyikapi permasalahan tersebut. Lembaga Pemasyarakatan
Wirogunan Kelas IIA Yogyakarta merupakan lembaga milik pemerintah yang tugas
utamanya menampung individu yang mengalami permasalahan hukum dan sekaligus
bertugas memberikan pembinaan dari berbagai aspek seperti keterampilan, kesenian, dan
intelektual.
Ryff dan Singer (dalamPapalia, 2002) menjelaskan mengenai kesehatan mental bahwa
orang yang sehat secara mental bukan hanya berarti ketiadaan sakit secara mental. Kesehatan
mental yang positif mencakup kesejahteraan psikologis, yang bisa didapat dengan perasaan
sehat dari diri sendiri.Individu yang mencapai kesejahteraan psikologis dapat meningkatkan
kebahagiaan, kesehatan mental yang positif, dan pertumbuhan diri.Menurut Jahoda (dalam
Linley dan Joseph, 2004), kebahagiaan merupakan kriteria utama dari kesehatan
mental.Menurut Ryff (dalam Papalia, 2008), individu yang memiliki kesejahteraan psikologis
yang positif adalah individu yang memiliki respons positif terhadap dimensi-dimensi
kesejahteraan psikologis, yaitu penerimaan diri, hubungan positif dengan orang lain, otonomi,
penguasaan lingkungan, tujuan hidup, dan pertumbuhan pribadi.
1.3 TUJUAN
1. Untuk mengetahui pengertian dari narapidana
2. Untuk mengetahui faktor penyebab dari narapidana
3. Untuk mengetahui klasifikasi pada narapidana
4. Untuk mengetahui masalah kesehatan pada narapidana
5. Untuk mengetahui penatalaksanaan gangguan jiwa pada narapidana
6. Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada narapidana
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 PENGERTIAN
Narapidana adalah orang-orang sedang menjalani sanksi kurungan atau sanksi
lainnya, menurut perundang- undangan. Pengertian narapidana menurut Kamus Besar
Bahasa Indonesia adalah orang hukuman (orang yang sedang menjalani hukuman
karena tindak pidana) atau terhukum.
Narapidana adalah terpidana yang menjalani pidana hilang kemerdekaan di
lembaga pemasyarakatan, yaitu seseorang yang dipidana berdasarkan putusan
pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum (UU No.12 Tahun 1995).
Narapidana yang diterima atau masuk kedalam lembaga pemasyarakatan maupun
rumah tahanan negara wajib dilapor yang prosesnya meliputi: pencatatan putusan
pengadilan, jati diri ,barang dan uang yang dibawa, pemeriksaan kesehatan,
pembuatan pasphoto, pengambilan sidik jari dan pembuatan berita acara serah terima
terpidana. Setiap narapidana mempunyai hak dan kewajiban yang sudah diatur lebih
lanjut dengan Peraturan Pemerintah. Narapidana yang ditahan dirutan dengan cara
tertentu menurut Undang-Undang No. 8 tahun 1981 tentang hukum acara pidana
(KUHAP) pasal 1 dilakukan selama proses penyidikan, penuntutan dan pemeriksaan
untuk disidangkan di pengadilan.Pihak-Pihak yang menahan adalah Penyidik,
Penuntut Umum, Hakim dan mahkamah agung. Pada pasal 21 KUHAP Penahanan
hanya dapat dilakukan terhadap tersangka yang melakukan tindak pidana termasuk
pencurian. Batas waktu penahanan bervariasi sejak ditahan sampai dengan 110 hari
sesuai kasus dan ketentuan yang berlaku.
2.2Etiologi
Faktor-faktor penyebab kejahatan sehingga sesorang menjadi narapidana
adalah:
a. Faktor ekonomi
Sistem Ekonomi baru dengan produksi besar-besaran, persaingan bebas,
menghidupkan konsumsi dengan jalan periklanan, cara 5 penjualan modern dan
lain-lain, yaitu menimbulkan keinginan untuk memiliki barang dan sekaligus
mempersiapkan suatu dasar untuk kesempatan melakukan penipuan-penipuan.
b. Pendapatan
Dalam keadaan krisis dengan banyak pengangguran dan gangguan ekonomi
nasional, upah para pekerja bukan lagi merupakan indeks keadaan ekonomi pada
umumnya. Maka dari itu perubahan-perubahan harga pasar (market fluctuations)
harus diperhatikan.
c. Pengangguran
Di antara faktor-faktor baik secara langsung atau tidak, mempengaruhi
terjadinya kriminalitas, terutama dalam waktu- waktu krisis, pengangguran
dianggap paling penting. Bekerja terlalu muda, tak ada pengharapan maju,
pengangguran berkala yang tetap, pengangguran biasa, berpindahnya pekerjaan
dari satu tempat ke tempat yang lain, perubahan gaji sehingga tidak mungkin
membuat anggaran belanja, kurangnya libur, sehingga dapat disimpulkan bahwa
pengangguran adalah faktor yang paling penting.
d. Faktor Mental
1. Agama
Kepercayaan hanya dapat berlaku sebagai suatu anti krimogemis bila
dihubungkan dengan pengertian dan perasaan moral yang telah meresap
secara menyeluruh. Meskipun adanya faktor-faktor negatif , memang
merupakan fakta bahwa norma- norma etis yang secara teratur diajarkan oleh
bimbingan agama dan khususnya bersambung pada keyakinan keagamaan
yang sungguh, membangunkan secara khusus dorongan-dorongan yang kuat
untuk melawan kecenderungan-kecenderungan kriminal.
2. Bacaan dan film
Sering orang beranggapan bahwa bacaan jelek merupakan faktor
krimogenik yang kuat, mulai dengan roman-roman dari abad ke-18, lalu
dengan cerita-cerita dan gambar-gambar erotis dan pornografi, buku-buku
picisan lain dan akhirnya cerita- cerita detektif dengan penjahat sebagai
pahlawannya, penuh dengan kejadian berdarah. Pengaruh crimogenis yang
lebih langsung dari bacaan demikian ialah 6 gambaran suatu kejahatan
tertentu dapat berpengaruh langsung dan suatu cara teknis tertentu kemudian
dapat dipraktekkan oleh si pembaca. Harian- harian yang mengenai bacaan
dan kejahatan pada umumnya juga dapat berasal dari koran-koran. Di
samping bacaanbacaan tersebut di atas, film (termasuk TV) dianggap
menyebabkan pertumbuhan kriminalitas tertutama kenakalan remaja akhir-
akhir ini.
3. Faktor Pribadi
1. Umur
Meskipun umur penting sebagai faktor penyebab kejahatan, baik
secara yuridis maupun kriminal dan sampai suatu batas tertentu
berhubungan dengan faktor-faktor seks/kelamin dan bangsa, tapi faktor-
faktor tersebut pada akhirnya merupakan pengertian- pengertian netral
bagi kriminologi. Artinya hanya dalam kerjasamanya dengan faktor-faktor
lingkungan mereka baru memperoleh arti bagi kriminologi.
Kecenderungan untuk berbuat antisocial bertambah selama masih sekolah
dan memuncak antara umur 20 dan 25, menurun perlahanlahan sampai
umur 40, lalu meluncur dengan cepat untuk berhenti sama sekali pada hari
tua.
2. Alkohol
Dianggap faktor penting dalam mengakibatkan kriminalitas, seperti
pelanggaran lalu lintas, kejahatan dilakukan dengan kekerasan,
pengemisan, kejahatan seks, dan penimbulan pembakaran, walaupun
alcohol merupakan faktor yang kuat, masih juga merupakan tanda tanya,
sampai berapa jauh pengaruhnya.
3. Perang
Memang sebagai akibat perang dan karena keadaan lingkungan,
seringkali terjadi bahwa orang yang tadinya patuh terhadap hukum,
melakukan kriminalitas. Kesimpulannya yaitu sesudah perang, ada krisis-
krisis, perpindahan rakyat ke lain lingkungan, terjadi inflasi dan revolusi
ekonomi. Di samping kemungkinan orang jadi kasar karena perang,
kepemilikan senjata api menambah bahaya akan terjadinya perbuatan-
perbuatan kriminal.
Pidana penjara merupakan jenis sanksi pidana yang paling banyak ditetapkan dalam
peraturan perundang-undangan pidana selama ini. Dari seluruh ketentuan KUHP yang
memuat delik kejahatan yaitu sejumlah 587, pidana penjara tercantum di dalam 575
perumusan delik (kurang lebih 97,96 %), baik dirumuskan secara tunggal maupun
dirumuskan secara alternatif dengan jenis-jenis pidana lainnya. Hal ini membuktikan bahwa
pidana penjara masih merupakan salah satu sanksi yang menjadi primadona oleh perumus
undang-undang dalam setiap perumusan sanksi dalam peraturan perundang-undangan dengan
harapan bahwa hal itu dapat menimbulkan efek penjeraan. Bahkan pelaksanaan pidana
penjara tercermin dalam pembaharuan hukum pidana sebagaimana yang dikemukakan oleh
Bambang Poernomo.
Pertama, pidana tetap menjadi pidana dan berorientasi ke depan melalui usaha ke arah
pemasyarakatan, sehingga tidak hanya sekedar pidana perampasan kemerdekaan akan tetapi
mengandung upaya-upaya bersifat baru yang dirumuskan sepuluh butir prinsip
pemasyarakatan.
Ketujuh, pokok pikiran pembaharuan pidana penjara yang diterapkan dengan sistem
pemasyarakatan belum didukung oleh kekuatan hukum undang-undang.Pasal 12 Undang-
Undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang pemasyarakatan menentukan bahwa dalam rangka
pembinaan terhadap narapidana di Lembaga Pemasyarakatan dilakukan penggolongan atas
dasar :
a. umur
b. jenis kelamin
Dalam standar registrasi dan klasifikasi narapidana dan tahanan yang ditetapkan berdasarkan
Keputusan Direktur Jenderal Pemasyarakatan Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia
Nomor: Pas- 170.Pk.01.01.02 Tahun 2015 tentang Standar Registrasi dan Klasifikasi
Narapidana dan Tahanan.
Penempatan seorang tahanan pada prinsipnya jika dilihat dari aspek pengamanan
seperti yang telah disebutkan sebelumnya sangatlah berpengaruh terhadap privasi tahanan
tersebut, maka semakin longgar kesempatan yang diberikan pada suatu tahapan pengamanan
biasanya tahanan tersebut semakin berpengaruh di lingkungan tempat penahanannya.
1. Apa yang menyebabkan klien / keluarga datang ke Rumah Sakit saat ini ?
2. Apa yang sudah dilakukan oleh keluarga mengatasi masalah ini ?
3. Bagaimana hasilnya ?
III. Faktor Predisposisi
1. Tanyakan kepada Klien / keluarga apakah klien pernah mengalami gangguan jiwa
dimasa lalu
2. Apabila ”YA” maka tanyakan bagaimana hasil pengobatan sebelumnya apakah
dapat beradaptasi di masyarakat tanpa gejala - gejala gangguan jiwa, atau dapat
beradaptasi tapi masih ada gejala - gejala sisa atau bahkan tidah ada kemajuan
atau gejala - gejala bertambah atau menetap
3. Tanyakan pada klien apakah klien pernah melakukakan atau mengalami atau
menyaksikan penganiayaan fisik, seksual, penolakan dari lingkungan. Dan juga
dikaji pasien menjadi korban, saksi atau pelaku dan juga dikaji pada usia berapa
kejadian itu terjadi
4. Tanyakan kepada klien / keluarga apakah ada anggota keluarga Iainnya yang
mengalami gangguan jiwa atau tidak , jika ada anggota keluarga lama yang
mengalami gangguan jiwa maka tanyakan bagaimana hubungan klien dengan
anggota keluarga tersebut. Tanyakan apa gejala yang dialami serta riwayat
pengobatan dan perawatan yang pernah diberikan pada anggota keluarga tersebut
5. Tanyakan kepada klien/keluarga tentang pengalaman yang tidak menyenangkan
(kegagalan, kehilangan/ perpisahan/ kematian, trauma selama tumbuh kembang)
Yang pernah dialami klien pada masa lalu.
IV. Fisik
1. Ukur dan observasi tanda-tanda vital : tekanan darah, nadi, suhu, pernapasan
klien.
2. Ukur tinggi badan dan berat badan klien.
3. Tanyakan kepada klien/keluarga, apakah ada keluhan fisik yang dirasakan oleh
klien
4. Kaji Iebih lanjut sistem dan fungsi organ dan jelaskan sesuai dengan keluhan
yang ada..
V. Psikososial
1. Genogram
genogram minimal tiga generasi yang dapat menggambarkan hubungan
klien dan keluarga
2. Konsep diri
a. Gambaran diri
Tanyakan persepsi klien terhadap tubuhnya, bagian tubuh yang disukai dan
tidak disukai.
b. Identitas diri, tanyakan tentang
Status dan posisi klien sebelum dirawat, Kepuasan klien terhadap status dan
posisinya (sekolah, tempat kerja, keompok), dan juga Kepuasan klien sebagai
laki-Iaki/perempuan.
c. Peran: Tanyakan,
a) Tugas/ peran yang diemban dalam keluarga/kelompok/ masyarakat
b) Kemampuan klien dalam melaksanakan tugas/ peran tersebut
c) Ideal diri : Tanyakan,
d) Harapan terhadap tubuh, posisi, status, tugas/peran.
e) Harapan klien terhadap lingkungan (keluarga, sekolah, tempat kerja,
masyarakat)
f) Harapan klien terhadap penyakitnya
d. Harga diri : Tanyakan,
a) Hubungan klien dengan orang lain sesuai dengan kondisi.
b) Penilaian/ penghargaan orang lain terhadap diri dan kehidupannya.
3. Hubungan sosial
a. Tanyakan pada klien siapa orang yang berarti dalam kehidupannya, tempat
mengadu, tempat bicara, minta bantuan atau sokongan.
b. Tanyakan pada klien kelompok apa saja yang diikuti dalarn masyarakat.
c. Tanyakan pada klien sejauh mana ia terlibat dalam kelompok dimasyarakat
4. Spiritual
a. Nilai dan keyakinan : Tanyakan tentang:
- Pandangan dan keyakinan, terhadap gangguan jiwa sesuai dengan norma
budaya dan agama yang dianut.
- Pandangan masyarakat setempat tentang gangguan jiwa.
b. Kegiatan ibadah : Tanyakan:
- Kegiatan ibadah dirumah secara individu dan kelompok.
- Pendapat klien/ keluarga tentang kegiatan ibadah.
a. Penampilan tidak rapih jika dari ujung rambut sampai ujung kaki ada yang tidak
rapih. Misalnya : rambut acak-acakan, kancing baju tidak tepat, resleting tidak
dikunci, baju terbalik, baju tidak diganti-ganti.
b. Penggunaan pakaian tidak sesuai misalnya : pakaian dalam, dipakai diluar baju.
c. Cara berpakaian tidak seperti biasanya jika. penggunaan pakaian tidak tepat
(waktu, tempat, identitas, situasi/ kondisi).
d. Jelaskann hal-hal yang ditampilkan klien dan kondisi lain yang tidak tercantum.
2. Pembicaraan
Amati pembicaraan yang ditemukan pada klien, apakah cepat, keras, gagap,
membisu, apatis dan atau lambat Aktivitas motorik
3. Aktivitas motorik
a. Lesu, tegang, gelisah sudah jelas.
b. Agitasi = gerakan motorik yang menunjukkan kegelisahan
c. Tik = gerakan-gerakan kecil pada otot muka yang tidak terkontrol
d. Grimasen = gerakan otot muka yang berubah-ubah yang tidak dapat Dikontrol
klien.
e. Tremor = jari- jari yang tampak gemetar ketika klien menjulurka tangan dan
merentangkan jari-jari.
f. Kompulsif = kegiatan yang dilakukan berulang-ulang dan seperti berulang kali
mencuci tangan, mencuci muka, mandi, mengeringkan tangan dan sebagainya.
4. Alam perasaan.
Data ini didapatkan melalui hasil observasi perawat / keluarga.
a. Sedih, putus asa, gembira yang berlebihan sudah jelas
b. Ketakutan = objek yang ditakuti sudah jelas.
c. Khawatir = objeknya belum jelas.
5. Afek
Data ini didapatkan melalui hasil observasi perawat/keluarga.
a. Datar = tidak ada perubahan roman muka pada saat ada stimulus yang
menyenangkan atau menyedihkan.
b. Tumpul = hanya bereaksi bila ada stimulus emosi yang kuat.
c. Labil = emosi yang cepat berubah-ubah.
d. Tidak sesuai = emosi yang tidak sesuai atau bertentangan dengan stimulus yang
ada.
6. lnteraksi selama wawancara
Data ini didapatkan melalui hasil wawancara dan observasi perawat dan keluarga
a. Bermusuhan, tidak kooperatif, mudah tersinggung sudah jelas.
b. Kontak mata kurang - tidak mau menatap lawan bicara.
c. Defensif - selalu berusaha mempertahankan pendapat dan kebenaran dirinya.
d. Curiga - menunjukan sikap/ perasaan tidak percaya pada orang lain
7. Persepsi.
a. Jenis-jenis halusinasi sudah jelas, kecuali penghidu sama dengan penciuman.
b. Jelaskan isi halusinasi, frekuensi, gejala yang tampak pada saat klien
berhalusinasi.
8. Proses pikir
Data diperoleh dari observasi dan saat wawancara
a. Sirkumstansial : pembicaraan yang berbelit-belit tapi sampai pada tujuan
pembicaraan.
b. Tangensial : pembicaraan yang berbelit-belit tapi tidak sampai pada tujuan.
c. Kehilangan asosiasi : pembicaraan tak ada hubungan antara satu kalimat dengan
kalitnat lainnya, dan klien tidak menyadarinya.
d. Flight of ideas : pembicaraan.yang meloncat dari satu topik ke topik lainnya,
masih ada hubungan yang tidak logis dan tidak sampai pada tujuan.
e. Bloking : pembicaraan terhenti tiba-tiba tanpa gangguan eksternal kemudian
dilanjutkan kembali.
f. Perseverasi : pembicaraan yang diulang berkali-kali.
g. Jelaskan apa yang dikatakan oleh klien pada saat wawancara.
9. Isi pikir
a. Obsesi : pikiran yang selalu muncul walaupun klien berusaha menghilangkannya.
b. Phobia : ketakutan yang phatologis/ tidak logis terhadap objek/ situasi tertentu.
a. Mudah dialihkan : perhatian klien mudah berganti dari satu objek ke objek lain.
b. Tidak mampu berkonsentrasi : klien selalu minta agar pertanyaan diulang/ tidak
dapat menjelaskan kembali pembicaraan.
c. Tidak mampu berhitung : tidak dapat melakukan penambahan/ pengurangan pada
benda-benda nyata.
13. Kemampuan penilaian
a. Gangguan kemampuan penilaian ringan: dapat mengambil keputusan yang
sederhana dengan bantuan orang lain. Contoh : berikan kesempatan pada klien
untuk memilih mandi dulu sebelum makan atau makan dulu sebelum mandi. Jika
diberi penjelasan, klien dapat mengambil keputusan.
b. Gangguan kemampuan penilaian bermakna : tidak mampu mengambil keputusan
walaupun dibantu orang lain. Contoh : berikan kesempatan pada klien untuk
memilih mandi dulu sebelum makan atau makan dulu sebelum mandi. Jika diberi
penjelasan klien masih tidak mampu mengambil keputusan.
14. Daya tilik diri
Data diperoleh melalui wawancara
a. Mengingkari penyakit yang diderita : tidak menyadari gejala penyakit (perubahan
fisik, emosi) pada dirinya dan merasa tidak perlu pertolongan
b. Menyalahkan hal-hal diluar dirinya : menyalahkan orang lain/ lingkungan yang
menyebabkan kondisi saat orang lain/ lingkungan yang menyebabkan kondisi saat
ini.
VII. Kebutuhan Persiapan Pulang
1. Makan
a. Observasi dan tanyakan tentang frekuensi, jumlah, variasi, macam (suka/ tidak
suka/ pantang) dan cara makan.
b. Observasi kemampuan klien dalam menyiapkan dan membersihkan alat makan.
2. BAB/BAK,
Observasi kemampuan klien untuk BAB / BAK.
a. Pergi, menggunakan dan membersihkan WC
b. Membersihkan diri dan merapikan pakaian
3. Mandi
a. Observasi dan tanyakan tentang frekuensi, cara mandi, menyikat gigi, cuci
rambut, gunting kuku, cukur (kumis, jenggot dan rambut)
b. Observasi kebersihan tubuh dan bau badan.
4. Berpakaian
a. Observasi kemampuan klien dalam mengambil, memilih dan mengenakan pakaian
dan alas kaki.
b. Observasi penampilan dandanan klien.
c. Tanyakan dan observasi frekuensi ganti pakaian.
d. Nilai kemampuan yang harus dimiliki klien: mengambil, memilih dan
mengenakan pakaian.
5. lstirahat dan tidur
Observasi dan tanyakan tentang:
a. Lama dan waktu tidur siang / tidur malam
b. Persiapan sebelum tidur seperti: menyikat gigi, cuci kaki dan berdoa.
c. Kegiatan sesudah tidur, seperti: merapikan tempat tidur, mandi/ cuci muka dan
menyikat gigi.
6. Penggunaan obat
Observasi dan tanyakan kepada klien dan keluarga tentang :
a. Penagunaan obat: frekuensi, jenis, dosis, waktu dan cara.
b. Reaksi obat.
7. Pemeliharaan kesehatan
Tanyakan kepada klien dan keluarga tentang :
a. Apa, bagaimana, kapan dan kemana, perawatan dan pengobatan lanjut.
b. Siapa saja sistem pendukung yang dimiliki (keluarga, teman, institusi dan lembaga
pelayanan kesehatan) dan cara penggunaannya.
8. Kegiatan di dalam rumah
Tanyakan kemampuan klien dalam :
a. Merencanakan, mengolah dan menyajikan makanan
a) Merapikan rumah (kamar tidur, dapur, menyapu, mengepel).
b) Mencuci pakaian sendiri
Data didapat melalui wawancara pada klien atau keluarganya. koping yang
dimiliki klien, baik adaptif maupun maladaptif.
Data didapatkan melalui wawancara pada kilen atau keluarganya. Pada tiap
masalah yang dimiliki klien beri uraian spesifik, singkat dan jelas.
X. Pengetahun
Data didapatkan melalui wawancara pada klien. Pada tiap item yang dimiliki oleh
klien simpulkan dalam masalah.
Tuliskan diagnosa medik klien yang telah dirumuskan oleh dokter yang merawat.
Tuliskan obat-obatan klien saat ini, baik obat fisik, psikofarmaka dan terapi lain.
1. Analisi hasil
2. Pohon masalah
3. Diagnosa keperawatan
XII. Diagnosa yang muncul pada narapidana
1. Perilaku kekerasan
a. Pengertian
Beresiko membahayakan secara fisik, emosi dan/atau seksual pada diri
sendiri atau orang lain.
b. Faktor resiko
- Curiga pada orang lain
- Halusinasi
- Disfungsi system keluarga
- Kerusakan kognitif
- Kerusakan kontrol impuls
- Lingkungan tidak teratur
- Ilusi
c. Kondisi klinis terkait
- Penganiayaan fisik, psikologis atau seksual
- Abnormalitas neurotransmitter otak
2. Gangguan interaksi sosial
a. Pengertian
Kuantitas dan/atau kualitas huungan sosial yang kurang atau berlebih
b. Faktor resiko
- Hambatan perkembangan/maturase
- Ketiadaan orang terdekat
- Disfungsi system keluarga
- Ketidakteraturan atau kekacauan lingkungan
- Hubungan orang tua-anak tidak memuasakan
- Perilaku menentang
- Perilaku agresif
c. Kondisi klinis terkait
- Gangguan uatistik
- Ganggaun perilaku
- Sindrom down
3. Keputusasaan
a. Pengertian
Kondisi individu yang memandang adanya keterbatasan atau tidak
tersedianya alternative pemecahan pada masalah yang dihadapi
b. Faktor resiko
- Stress jangka panjang
- Kehilangan kepercayaan pada kekuatan spiritual
- Kehilangan kepercayaan pada nilai-nilai penting
- Pembatasan aktivitas jangka panjang
- Pengasingan
c. Kondisi klinis terkait
-
4. Harga diri rendah situasional
a. Pengertian
Evaluasi atau perasaan negative terhadap diri sendiri atau kemampuan
klien sebagai respon terhadap situasi saat ini
b. Faktor resiko
- Perubahan peran sosial
- Kegagalan hidup berulang
- Riwayat kehilangan
- Riwayat penolakan
- Transisi perkembangan
c. Kondisi klinis terkait
- Penyalahgunaan zat
- Pengalaman tidak menyenangkan
XIII. Intrevensi dari diagnosa narapidana
1. perilaku kekerasan
- monitor perubahan status keselamatan lingkungan
- hilangkan bahaya keselamatan lingkunan (mis. Fisik,biologis,kimia)
- modifikasi lingkungan untuk meminimalkan bahaya
- sediakan alat bantu keamanan lingkungan (mis. Pegangan tangan)
- hubungi pihak berwenang sesuai masalah komunitas(mis. Polisi, bnn,dll)
- lakukan program skrining bahaya lingkungan
2. gangguan interaksi sosial
- Motivasi kesabaran dalam mengembangkan suatu hubungan
- Motivasi berpartisipasi dalam aktivitas baru dan kegiatan kelompok
- Diskusikan perencanaan kegiatan dimaasa depan
- Berikan umpan balik positif dalam perawatan dirianjurkan ikut serta dalam kegiatan
sosial dan kemasyarakatan
- Anjurkan berbagi pengalamn dengan orang lain
- Anjurkan meningkatkan kejujuran siri dan menghormati hak orang lain
- Latih bermain peran untuk meningkatkan keterampilan komunikasi
- Latih mengekspresikan marah dengan tepat
3. Keputusasaan
- Identifikasi fungsi marah, frustasi, dan amuk bagi pasien
- Identifikasi hal yang memicu pasien emosi
- Fasilitasi mengungkapkan perasaan, cemas, marah, atau sedih
- Lakukan sentuhan untuk memberikan dukungan
- Tetap bersama pasien dan pastikan keamanan pasien selaama ansietas, jika perlu
- Jelaskan konsekuensi tidak menghadapi rasa bersalah dan malu
- Anjurkan mengungkapkann pengalaman emosiaonal sebelumnya dan pola respon
yang biasa digunakan
- Ajarkan mekanisme pertahan yang tepat
4. Harga diri rendah situasional
- Identifikasi harapan untuk mengendalikan perilaku
- Diskusikan tanggung jawab terhadap perilaku
- Jadwalkan kegiatan terstruktur
- Ciptakan dan pertahankan lingkungan dan kegiatan perawatan konsisten setiap dinas
- Tingkatkan aktivitas fisik sesuai kemampuan
- Cegah perilaku pasif dan agresif
- Beri penguatan positif terhadap keberhasilan mengendalikan perilaku
- Lakungan pengekangan fisik sesuai indikasi
- Hindari bersikap menyudutkan dan menghentikan pembicaraan
- Hindari sikap mengancam dan berdebat
- Hindari berdebat atau menwar batas perilaku yang telah ditetapkan
- Informasikan keluarga bahwa keluarga sebagai dasar pembentukan kognitif
BAB III
Penutup
A. Kesimpulan
Narapidana adalah orang yang sedang menjalankan pidana atau hukuman
dalam penjara (lembaga pemasyarakatan). Lembaga pemasyarakatan merupakan suatu
elemen berinteraksi membentuk satu kesatuan yang integral, berbentuk konsepsi
tentang perlakuan terhadap orang yang melanggar hukum pidana diatas dasar
pemikiran rehabilitas, resosialisasi yang berisi unsur edukatif, korelatif, dan defensive
yang beraspek pada individu dan sosial. Lembaga pemasyarakatan adalah tempat
stressfull atau menekan, dimana narapidana mengalami pidana secara fisik dan pidana
secara psikologis, seperti hilangnya kebebasan individu, kasih sayang dari anak,
pasangan, ataupun orangtua. Dampak fisik dan psikologis yang dialami oleh
narapidana dapat membuat narapidana merasakan perasaan tidak berharga, tidak
bermakna (meaningless) yang ditandai dengan perasaan hampa, gersang, bosan, dan
penuh dengan keputusasaan.
B. Saran
Saya mengharapkan agar makalah ini dapat bermanfaat bagi kita, menambah
ilmu pengetahuan, Serta wawasan bagi para pembacanya Khususnya Mahasiswa
keperawatan, namun saya menyadari makalah ini jauh dari kesempurnaan, maka saya
mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca demi memperbaiki makalah
selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA