Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH PSIKOSOSIAL DAN BUDAYA DALAM

KEPERAWATAN
KETERPAPARAN DAN KERENTANAN PENYAKIT

DISUSUN OLEH:

KELOMPOK 6

ANGGOTA:

1. Gusti Ngurah Anom P07120420065

2. Hidayatul Laela P07120420066

3. Husdayanti P07120420068

4. Musabbihatil Amni P07120420073

5. Muzlimah Nur Fitrah P00620420074

6. Nurul Nadirah P00620420009

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLTEKKES KEMENKES MATARAM JURUSAN KEPERAWATAN

SARJANA TERAPAN PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS


TAHUN AKADEMIK 2021/2022

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami haturkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan kuasa-
Nya kami dapat menyelesaikan tugas makalah tentang KETERPAPARAN DAN
KERENTANAN PENYAKIT
Penulis berusaha sebaik mungkin untuk dapat menyelesaikan makalah ini secara
sistematis, dan mengacu pada sumber yang ada, dengan tujuan agar memudahkan
mahasiswa dalam memahami isi materi yang dijelaskan.
            Penyususnan makalah ini tidak dapat terlaksana dengan baik tanpa bantuan dari
berbagai pihak. Oleh karena itu penulis menyampaikan terima kasih kepada teman – teman
mahasiswa yang telah ikut berpartisipasi dalam pembuatan makalah ini
            Tulisan ini belum sempurna untuk itu kritik dan saran sangat membangun kearah
penyempurnaan Makalah ini, kami terima dengan senang hati. Kami sadar bahwa segala
bantuan yang diterima tidak dapat kami balas, oleh karena itu dengan rendah hati kami
serahkan semuanya kepada Yang Maha Kuasa. Semoga segala budi baik mereka mendapat
rahmat yang melimpah.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................

DAFTAR ISI.............................................................................................................

BAB 1 PENDAHULUAN........................................................................................

A. Latar belakang.............................................................................................
B. Rumusan masalah........................................................................................
C. Tujuan ..........................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................
1. Pengertian penyakit.....................................................................................
2. Pengertian sehat sakit..................................................................................
3. Hubungan antara derajat keterpaparan dan kerentanan.......................
4. Keterpaparan................................................................................................
5. Kerentanan...................................................................................................
6. Peranan faktor keterpaparan dan kerentanan.........................................

BAB III KESIMPULAN DAN SARAN.................................................................

A. Kesimpulan...................................................................................................

B. Saran..............................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Keterpaparan dalam bahasa Inggris diambil dari kata exposure, yang diambil dari

kata expose yang berarti ‘membiarkan’, menyingkapkan, menganalisis sehingga

jelas’; ‘mengatur sinar saat memotret’, dan ‘memamerkan’. Dari kata expose ini

pula terbentuk kata: expose yang bermakna ‘pembentangan, penjelasan,

pembeberan’; dan exposed yang bermakna ‘dibiarkan tanpa perlindungan, terbuka,

terbentang’. Masalahnya dalam bahasa Indonesia justru ada istilah paparan, yang

bermakna “dasar laut yang datar dan dangkal”, yang maknanya jauh. Dari sini

dikenal istilah Paparan Sunda, dan paparan-paparan laon. Berbeda dengan itu

dalam kaitannya dengan bencana, keterpaparan dihubungkan dengan penyakit,

meskipun ia bisa digunakan untuk konteks lain, sebagai salah satu sebab bencana

yang terjadi di tengah masyarakat. Dalam pengertian ini, keterpaparan bermakna

kondisi terbukanya orang atau masyarakat yang berada dalam pengaruh atau

interaksi dengan unsur penyebab penyakit. Keterpaparan kemudian sering

digunakan dan dihubungkan dengan bakteri, racun, nyamuk, dan sejenisnya yang

menjadi sebab bencana penyakit, utamanya penyakit menular.

Unsur terpenting mengenali keterpaparan adalah jenis penyebab, jangka waktu dan

jangkauan penyebaran. Jenis akan menentukan jangka waktu dan jangkauan

penyebaran. Jangka waktu menentukan sejauh mana sebuah racun, bakteri, dan

mikroba lain sebagai penyebab penyakit melakukan kegiatannya, sampai dia

mampu menimbulkan penyakit bagi masyarakat atau orang. Ada jangka waktu

tertentu masyarakat terpapar oleh racun atau bakteri tertentu, yang ini tidak sama

dialami masyarakat atau orang, tergantung seberapa kuat imunitas dan kekebalan

masyarakat dalam merespon racun dan bakteri itu. Kalau kondisi masyarakat itu
lemah dan mengalami penurunan, baik psikis atau fisik, dengan sendirinya jangka

waktu keterpaparannya lebih pendek di banding dengan mereka yang cukup kuat

secara fisik dan psikis.

Sedangkan jangkauan penyebaran menentukan sejauh mana masyarakat atau orang

terpapar oleh bakteri, racun atau mikroba tertentu di dalam dirinya. Dalam jangka

waktu tertentu, maka keterpaparan bakteri, racun dan mikroba tertentu, akan

menjalar ke dalam masyarakat atau orang. Bisa berdaya jangkau kecil, sedang, dan

hebat ke seluruh masyarakat, tergantung sejauh mana kekuatan imunitas

masyarakat dan individu dalam merespon racun, bakteri dan mikroba tertentu yang

menjadi penyebab penyakit; dan sejauh mana penanganan yang dilakukan. Masing-

masing masyarakat dan orang akhirnya tidak sama dalam menderita sakit meskipun

jenis sakitnya sama, misalnya malaria, karena kondisi masyarakat dan orang, serta

jangkauan dan kekuatan keterpaparan, dan kesigapan cara penanganannya yang

berbeda-beda.

Di sinilah keterpaparan selalu berhubungan dengan konsep kerentanan. Sebuah

masyarakat dan orang yang rentan, akan mudah mengalami bahaya, baik sakit atau

terkena bencana. Dalam kaitannya dengan sakit, kerentanan masyarakat atau orang

yang ditimbulkan oleh malnutrisi, lingkungan yang tidak sehat, cara hidup yang

tidak sehat, dan nihilnya kesiapsiagaan dalam merespon gejala sakit, akan mudah

terserang penyakit. Kapasitas dan imunitas dalam diri masyarakat dan orang akan

bisa mentralisir dan memperlambat sebuah kemungkinan penyebab merusak yang

akan masuk dalam diri mereka lewat keterapaparan bakteri atau virus tertentu.

Untuk menekan dan menurunkan keterpaparan, yang perlu dilakukan adalah

melakukan pembersihan dan mengurangi beragam polutan dan kimiawi yang

masuk dalam diri masyarakat atau orang yang menjadi penyebab keracunan,
menurunnya imunitas tubuh masyarakat dan orang. Menjaga keseimbangan dan

selektif dalam memilih apa yang akan dikonsumsi, sesuai dengan asas kebutuhan

tubuh, akan menjadi pelindung yang terbaik dari keterpaparan sebuah bakteri,

racun, dan mikroba lain yang membahayakan.

B. RUMUSAN MASALAH

Rumusan masalah dalam penyusunan makalah ini adalah untuk mengetahui

deskripsi mengenai kerentanan dan keterpaparan penyakit.

C. TUJUAN

Adapun tujuan dalam penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui deskripsi

mengenai kerentanan dan keterpaparan penyakit.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1. PENGERTIAN PENYAKIT

Ada beberapa pengertian mengenai penyakit antara lain menurut Gold Medical
Dictionary penyakit adalah kegagalan dari mekanisme adaptasi suatu organisme untuk
bereaksi secara tepat terhadap rangsangan atau tekanan sehingga timbul gangguan pada
fungsi struktur, bagian, organ atau sistem dari tubuh.
Sedangkan menurut Arrest Hofte Amsterdam, penyakit bukan hanya berupa kelainan
yang terlihat dari luar saja, tetapi juga suatu keadaan terganggu dari keteraturan fungsi dari
tubuh. Dari kedua pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa penyakit adalah suatu
keadaan gangguan bentuk dan fungsi tubuh sehingga berada didalam keadaan yang tidak
normal.
Beberapa definisi penyakit menurut para ahli adalah sebagai berikut :
a). Penyakit adalah kegagalan dari mekanisme adaptasi suatu organisme untuk bereaksi
secara tepat terhadap rangsangan atau tekanan sehingga timbul gangguan pada
fungsi/struktur dari bagian organisasi atau sistem dari tubuh (Gold Medical Dictionary).
b). Penyakit adalah suatu keadaan di mana proses kehidupan tidak lagi teratur atau
terganggu perjalanannya (Van Dale‟s Woordenboek der Nederlandse Tel ).
c). Penyakit bukan hanya berupa kelainan yang dapat dilihat dari luar saja, akan tetapi
juga suatu keadaan terganggu dari keteraturan fungsi-fungsi dalam dari tubuh (Arrest
Hofte Amsterdam).
Menurut Parson, sakit adalah keadaan dimana adanya ketidakseimbangan fungsi
normal pada tubuh manusia, termasuk sejumlah sistem biologis dan kondisi
penyesuaiannya. Selain itu menurut Bauman, ada tiga kriteria penentu keadaan sakit, yaitu
adanya gejala, persepsi mengenai keadaan sakit yang dirasakan, dan menurunnya
kemampuan untuk beraktivitas sehari-hari.
Menurut Natoadmodjo (2003) Penyakit menular adalah penyakit yang dapat ditularkan
(berpindah dari orang yang satu ke orang yang lain, baik secara langsung maupun melalui
perantara).
Penyakit Menular [comunicable Diseasse] adalah penyakit yang disebabkan oleh
transmisi infectius agent/produk toksinnya dari seseorang/reservoir ke orang
lain/susceptable host. Segitiga epidemiologi (trias epidemiologi) merupakan konsep dasar
dalam epidemiologi yang menggambarkan hubungan antara tiga faktor utama yang
berperan dalam terjadinya penyakit atau masalah Konsep Epidemiologi Penyakit Menular
3 keshatan yaitu host (tuan rumah/penjamu), agen (penyebab), dan environtment.
Timbulnya penyakit terjadi akibat ketidak seimbangan ketiga faktor tersebut.
Hubungan ketiga faktor ini dapat menjelaskan kondisi yang dialami oleh manusia meliputi
Interaksi pertama dikatakan berada pada equilibrium (keseimbangan antara, Host, Agent,
dan Environtment), individu dalam kondisi ini dapat disebut sehat yang kedua Agen
menperoleh Kemudahan Menimbulkan Penyakit Interaksi ini dapat dikatakan bahwa agen
mendapat kemudahan untuk menimbulkan penyakit pada host. Agen memberatkan
keseimbangan sehingga batang pengungkit miring kearah agen.
Contohnya ada mutasi virus influenza sehingga muncul jenis yang baru seperti flu
burung (H5N1) atau Flu Babi (H1N1) dimana masyarakat belum memiliki kekebalan
tubuh untuk melawan virus tersebut. Kondisi ketiga yaitu Host Peka Terhadap Agent pada
kondisi ini Interaksi ketiga host lebih peka terhadap agent. Host memberatkan
keseimbangan sehingga pengungkit miring kea rah host.
Contoh apabila disuatu daerah yang penduduk berusia balita besar, maka sebagian
besar populasi rentan terkena penyakit. Selanjutnya terjadi Pergeseran Lingkungan yang
Menyebabkan Agen Mendapat Kemudahan Menimbulkan Penyakit Interaksi ini terjadi
pergeseran lingkungan, sehingga memudahkan agen memasuki tubuh host dan
menimbulkan penyakit.
Contohnya ketika banjir air kotor mengandung kuman (Agen) yang kontak dengan
Masyarakat (Host), sehingga agen lebih mudah menimbulkan penyakit dan yang kondisi
yang terakhir adalah terjadinya Pergeseran Lingkungan yang menyebabkan host peka
terhadap penyakit Interaksi ini terjadi karena adanya pergeseran kuliatas lingkungan
sehingga host memberatkan keseimbangan.(host peka terhadap agent).
Contoh terjadi pencemaran udara dengan SO2 yang menyebabkan saluran udara paru
menyempit (agar tidak banyak racun), namun mengkibatkan sehingga paru-paru
kekurangan oksigen sehingga host jadi lemah dan timbul kelainan paru.

Gambar Proses kejadian Penyakit


2. PENGERTIAN SEHAT DAN SAKIT
Dari proses terjadinya penyakit, kita harus menentukan batas-batas
antara sehat dan tidak sehat ( sakit)). Menurut WHO, sehat adalah keadaan kesempurnaan
fisik, mental dan keadaan sosial dan bukan berarti hanya bebas dari penyakit atau
kelainan/cacat.
Dengan demikian maka sakit dapat diartikan sebagai, suatu penyimpangan dari suatu
penampilan yang optimal. Pada umumnya peralihan dari suatu keadaan sehat ke keadaan
sakit hanya pada batas yang tidak jelas, tetapi melalui suatu proses yang pada umumnya
didahului dengan kondisi keterpaparan (exposured) terhadap unsur tertentu, yang sekaligus
disertai dengan keadaan pejamu dalam kondisi kerentanan tertentu untuk menjadi sakit. 

3. HUBUNGAN ANTARA DERAJAT KETERPAPARAN DENGAN KONDISI


KERENTANAN DALAM PROSES TERJADINYA PENYAKIT
Kondisi Keadaan kekebalan
Keterpaparan Rentan Kebal
Positif Sakit Tidak sakit
Negatif Tidak Sakit Tidak sakit
 
Dengan memperhatikan gambar di atas, maka jelas bagi kita bahwa, seseorang dapat
menjadi sakit apabila orang tersebut mengalami keterpaparan terhadap unsur penyebab
tertentu, (primer maupun sekunder) dan di lain pihak orang tersebut sekaligus berada pada
tingkat kerentanan tertentu. Kedua faktor keterpaparan dan kerentanan sangat dipengaruhi
pula oleh berbagai unsur terutama unsur lingkungan dan unsur pejamu. Oleh sebab itu,
dalam epidemiologi terapan, keadaan ini harus betul-betul disadari, terutama tingkat
kuantitas maupun kualitas/derajat serta sifat dan bentuk dari unsur yang menimbulkan
keterpaparan. 

4. KETERPAPARAN
Keterpaparan adalah Suatu keadaan di mana pejamu berada pada pengaruh atau
berinteraksi dengan unsur penyebab primer maupun sekunder atau dengan unsur
lingkungan yang dapat mendorong proses terjadinya penyakit. Dengan demikian untuk
menilai tingkat keterpaparan, harus selalu dihubungkan dengan sumber dan sifat unsur
penyebab, keadaan pejamu yang mengalami keterpaparan tersebut serta cara
berlangsungnya proses keterpaparan. 
Adapun faktor yang berhubungan erat dengan unsur penyebab antara lain: 

 lingkungan di mana unsur penyebab berada atau lingkungan di mana


pejamu dan penyebab berinteraksi; 

 sifat dan jenis dari unsur penyebab tersebut; dan 

 unsur pejamu sebagai sifat individu yang bervariasi dalam hubungannya


dengan unsur penyebab serta hubungannya dengan sifat maupun bentuk
keterpaparan seperti sifat patologis karakteristik dari pejamu terhadap
penyebab serta sifat intimasi (erat tidaknya) kontak antara pejamu dengan
penyebab. 

Adapun keterpaparan yang berhubungan erat dengan unsur pejamu antara lain sifat
karakteristik pejamu secara perorangan individu serta sifat karakteristik kelompok sosial
tertentu. Sedangkan sifat kekebalan tiap pejamu secara perorangan dalam masyarakat, akan
sekaligus memenuhi kedua sifat tersebut tadi, karena tingkat kekebalan perorangan yang
membentuk suatu kelompok masyarakat tertentu akan menentukan tingkat kekebalan
masyarakat tersebut. 
Faktor lainnya yang erat hubungannya dengan derajat keterpaparan antara lain: 

 sifat keterpaparan, yakni apakah prosesnya hanya terjadi satu kali saja, atau
beberapa kali, ataukah proses keterpaparan tersebut berlangsung terus
menerus dalam suatu jangka waktu yang cukup panjang. 

 sifat lingkungan di mana proses keterpaparan terjadi, yakni apakah keadaan


lingkungan tersebut lebih menguntungkan pejamu atau sebaliknya, dan 

 tempat dan keadaan konsentrasi dari unsur penyebab yang menimbulkan


keterpaparan. 

Faktor tempat sangat erat hubungannya dengan lingkungan di mana unsur penyebab
berinteraksi/mempengaruhi pejamu, sedangkan konsentrasi dari unsur penyebab akan
sangat mempengaruhi derajat keterpaparan dari pejamu. 

5. KERENTANAN
Kerentanan adalah keadaan di mana pejamu mempunyai kondisi yang mudah
dipengaruhi/berinteraksi dengan unsur penyebab sehingga memungkinkan timbulnya
penyakit. Pada umumnya, dalam proses kejadian penyakit, tampak bahwa tidak satu pun
penyakit yang memiliki nilai yang terbatas walau bagaimanapun sederhananya proses
kejadiannya. 
Peranan kerentanan sangat berpengaruh dalam hasil akhir suatu proses kejadian
penyakit, apakah proses tersebut akan berakhir sebagai penderita, meninggal, atau tidak
ada perubahan yang jelas.
Dengan demikian, peranan kerentanan individu yang berbeda dalam masyarakat dapat
menimbulkan keadaan yang sering disebut dengan “fenomena Gunung es” (iceberg
phenomena). Keadaan demikian ini bukan hanya berlaku pada penyakit menular/infeksi,
tetapi dapat juga pada penyakit non-infeksi serta pada penyakit gangguan perilaku sosial. 
Pada penyakit infeksi/menular, hasil akhir dari suatu proses kejadian penyakit dapat
berapa: • penderita meninggal; 

 penderita dengan gejala klinis yang jelas; 

 penderita dengan gejala klinis ringan, atau gejala yang tidak jelas/tidak
spesifik untuk penyakit tertentu atau dengan gejala samar-samar sehingga
sulit/tidak dapat ditentukan/didiagnosis secara klinis; dan 

 terjadi proses infeksi tetapi tanpa gejala sama sekali. 

Sedangkan pada penyaki non-infeksi, akan terjadi hasil akhir yang kemungkinan dalam
bentuk: 

 penderita meninggal;

 penderita sakit berat/sakit dengan gejala yang berat atau sampai mengalami
cacat; 

 penderita yang hanya dengan gejala ringan, sehingga mampu menyesuaikan


diri dalam kehidupannya sehari-hari; atau 

 penderita yang tanpa gejala sama sekali dan tidak mengalami perubahan
baik secara struktural/anatomis, maupun secara faal/filosofis. 

Adapun pada penyakit yang berkaitan dengan perilaku sosial, kemungkinan hasil


akhir proses kejadian penyakit akan berbentuk: 

 penderita meninggal karena gangguan jiwa; 

 penderita berbuat tingkah laku anti sosial atau menunjukkan gejala-gejala


psikopatologi; 
 penderita dengan gejala yang sangat ringan, sehingga mampu melakukan
kompensasi psikologis; atau 

 penderita yang hanya mengalami penurunan hubungan/keadaan sosial yang


tidak jelas (tanpa gejala) 

6. PERANAN FAKTOR KERENTANAN DAN KETERPAPARAN


Peranan faktor keterpaparan dan kerentanan sangat penting dalam epidemiologi
karena faktor kerentanan serta keadaan kekebalan masyarakat serta sifat penyakit dalam
masyarakat selalu diperhitungkan dalam setiap kegiatan epidemiologis. Kedua faktor
tersebut sangat erat hubungannya dengan faktor "risk" yakni tingkat/besarnya risiko untuk
mengalami proses penyakit atau untuk menjadi sakit. 
Dalam kegiatan pengamatan ataupun penelitian epidemiologi, peranan faktor
kerentanan memegang peranan yang cukup penting. Khusus untuk pengamatan penyakit
menular/infeksi, harus selalu diperhitungkan derajat kerentanan terhadap proses infeksi
serta kemampuan individu dan masyarakat dalam menghadapi/me-lawan proses terjadinya
penyakit.
Sering dijumpai adanya proses infeksi yang terjadi tetapi tidak menimbulkan
penyakit. Sedangkan pada penyakit bukan infeksi, faktor dan derajat kerentanan terhadap
suatu unsur penyebab tertentu, mungkin akan menimbulkan dampak tertentu dalam bentuk
peningkatan proses penyakit, baik dalam bentuk memperkuat pengaruh, ataupun dalam
bentuk meningkatkan kekuatan unsur-unsur penyebab tersebut. 
Dalam perhitungan frekuensi penyakit, faktor kerentanan memegang peranan yang
sangat penting dan merupakan bagian dalam perhitungan rate insidensi maupun rate
prevalensi. Faktor ini juga diperhitungkan dalam menilai hasil akhir penyakit dalam
masyarakat umpamanya angka kematian suatu penyakit (case fatality rate maupun
mortality rate) serta nilai-nilai rate lainnya. Begitu pula dalam penelitian epidemiologi,
termasuk penelitian eksperimental serta dalam penilaian hasil usaha pencegahan dan
penanggulangan penyakit tertentu, faktor kerentanan selalu diperhitungkan. 
Dalam proses terjadinya penyakit, dikenal adanya faktor kerentanan khusus. Faktor
kerentanan khusus ini ada yang diketahui peranannya secara langsung dan jelas, tetapi
adapula yang tidak jelas peranannya dalam suatu proses kejadian penyakit tertentu.
Berbagai sifat karakteristik pejamu seperti umur, jenis kelamin, ras, dan lainnya sangat erat
hubungannya dengan sifat kerentanan terhadap berbagai penyakit walaupun pada beberapa
keadaan sulit dikenal secara langsung hubungannya dengan derajat kerentanan. Pada
beberapa penyakit menular, umur sangat menentukan hasil akhir dari suatu proses
penyakit. Sedangkan pada beberapa penyakit tertentu, peranan kerentanan khusus sangat
jelas, umpamanya status gizi dengan proses terjadinya/hasil akhir penyakit tuberkulosis,
serta hubungan tonsilektomi dengan kerentanan terhadap polio dan lain sebagainya. 
Adapun hubungan integrasi antara kerentanan dengan keterpaparan dapat dilihat
bahwa pejamu dengan derajat kerentanan tinggi yang disertai dengan tingkat keterpaparan
tertentu akan mendorong ke arah proses terjadinya penyakit. Namun demikian, pada
berbagai penyakit tertentu, masih dibutuhkan faktor lain untuk mendorong interaksi
tersebut. Hal ini berarti bahwa integrasi kerentanan dengan keterpaparan saja pada
beberapa penyakit tertentu, belum pasti akan menimbulkan penyakit. Dengan keadaan
yang sedemikian ini, kadang-kadang kita mengalami kesulitan dalam menentukan unsur-
unsur yang merupakan unsur penyebab primer maupun sekunder. Yang jelas adalah bagi
mereka yang mengalami keterpaparan dan dalam keadaan derajat kerentanan yang tinggi,
akan mempunyai risiko yang tinggi pula (high risk) untuk penderita penyakit.

BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Masalah kesehatan merupakan masalah kompleks yang merupakan
resultansi dari masalah lingkungan yang bersifat alamiah maupun masalah
buatan manusia, sosial budaya, perilaku, populasi penduduk, genetika dan
sebagainya.
Pengertian sakit menurut etiologi natiralistik dapat di jelaskan dari segi
impersornal dan sistematik, yaitu bahwa sakit merupakan suatu keadaan
atau suatu hal yang di sebabkan oleh gangguan terhadap sistem tubuh
manusia.
Keterpaparan adalah Suatu keadaan di mana pejamu berada pada pengaruh
atau berinteraksi dengan unsur penyebab primer maupun sekunder atau
dengan unsur lingkungan yang dapat mendorong proses terjadinya penyakit.
Dengan demikian untuk menilai tingkat keterpaparan, harus selalu
dihubungkan dengan sumber dan sifat unsur penyebab, keadaan pejamu
yang mengalami keterpaparan tersebut serta cara berlangsungnya proses
keterpaparan.
Kerentanan adalah keadaan di mana pejamu mempunyai kondisi yang
mudah dipengaruhi/berinteraksi dengan unsur penyebab sehingga
memungkinkan timbulnya penyakit. Pada umumnya, dalam proses kejadian
penyakit, tampak bahwa tidak satu pun penyakit yang memiliki nilai yang
terbatas walau bagaimanapun sederhananya proses kejadiannya. Peranan
kerentanan sangat berpengaruh dalam hasil akhir suatu proses kejadian
penyakit, apakah proses tersebut akan berakhir sebagai penderita,
meninggal, atau tidak ada perubahan yang jelas. Dengan demikian, peranan
kerentanan individu yang berbeda dalam masyarakat dapat menimbulkan
keadaan yang sering disebut dengan “fenomena Gunung es” (iceberg
phenomena). Keadaan demikian ini bukan hanya berlaku pada penyakit
menular/infeksi, tetapi dapat juga pada penyakit non-infeksi serta pada
penyakit gangguan perilaku sosial.
B. SARAN
Kami yakin makalah ini banyak kekurangannya maka dari itu kami sangat
mengharapkan saran dari teman-teman dalam penambahan untuk kelengkapan
makalah ini,karna dari saran yang kami terima dapat mengkoreksi makalah yang
kami buat ini.atas saran dari teman-teman kami ucapkan terima kasih.
DAFTAR PUSTAKA

Latupeirissa (2011), Pengantar Epidemiologi Penyakit Menular. Last, John M, eds.


(2001), A Dictionary of Epidemiology 4th Edition, New York: Oxford University Press

Nugrahaeni DK. 2011. Konsep Dasar Epidemiologi. Jakarta.EGC. Noor, Nur


Nasry. Epidemiologi. Jakarta: Rineka Cipta, 2008. _____________. Dasar Epidemiologi.
Jakarta: Rineka cipta, 2000. Notoatmodjo, Soekidjo. Ilmu Kesehatan Masyarakat (Prinsip-
Prinsip Dasar), Cetakan Kedua. Jakarta: Rineka Cipta, 2003.

Boslaugh, Sarah, eds. (2008), Encyclopedia of Epidemiology 1&2, Los Angeles:


Sage publication Brownson, Ross C dan Diana B. Petiti, eds (1998), Applied
Epidemiology: Theory and Prcatice, New York: Oxford University Press
Budiarto, Eko dan Dewi Anggraeni. 2002. Pengantar Epidemiologi Edisi 2. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC. Bradley, Hazel A.; Thandi Puoane, 2007. Prevention of
Hypertension and Diabetes in an Urban Setting in South Africa: Participation aAction
Research with Community Health Workers. Ethnicity & Disease, Volume 17, Winter
Bustan, Nadjib. 2012. Pengantar Epidemiologi. Jakarta :

Rineka Cipta ______________ Pengantar epidemiologi. Jakarta: Rinika cipta,


2002. Centers for Disease Control and Prevention (2012), Principles of Epidemiology in
Public Health Practice, Third Edition, Atlanta: CDC Chandra, B (2009), Ilmu Kedokteran
Pencegahan dan Komunitas, Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai