Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

KONSEP DAN ASUHAN KEPERAWATAN WAHAM


Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Jiwa I
Dosen Pengajar : Tria Monja Mandira, S.Kep., M.Kep

Disusun Oleh :
1. Elvira Nuraliya M 181030100323
2. Hanna Sabila Nuromliah 181030100315
3. Nurul Aidah Syahanah 181030100309
4. Rizka Putri Selina 181030100299
5. Stefan Pradinof 181030100305
6. Tala Adilla 181030100316
7. Zahra Luthfi K 181030100311
Kelas : 4I Keperawatan
Kelompok 2

Program Studi Ilmu Keperawatan


Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Widya Dharma Husada
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah S.W.T, atas segala


kemampuan rahmat dan hidayah-nya sehingga kami dapat menyelesaikan Tugas
Makalah yang berjudul “Konsep Dan Asuhan Keperawatan Waham“ pada mata
kuliah Keperawatan Kesehatan Jiwa I.
Dengan mengucap puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan
karunia-Nya, serta tak lupa sholawat dan salam kepada junjungan Nabi besar
Muhammad Swt atas petunjuk dan risalah-Nya, yang telah membawa zaman
kegelapan ke zaman terang benderang, dan atas doa restu dan dorongan dari
berbagai pihak-pihak yang telah membantu kami memberikan referensi dalam
pembuatan makalah ini. Terutama kepada search google yang ikut berperan besar
dalam pembuatan makalah ini.
Kami dapat menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan
makalah ini, oleh karena itu Kami sangat menghargai akan saran dan kritik untuk
membangun makalah ini lebih baik lagi. Demikian yang dapat kami sampaikan,
semoga melalui makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua.

Tangerang Selatan, Mei 2020

Tim Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...................................................................................... ii


DAFTAR ISI ...................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan

BAB II PEMBAHASAN
A. Laporan Pendahuluan .............................................................................
B. Asuhan Keperawatan Waham Secara Umum ........................................
C. Asuhan Keperawatan Waham Contoh Kasus.........................................
D. Strategi Pelaksanaan Tindakan Waham..................................................

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan ............................................................................................
B. Saran .......................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah berdasarkan uraian latar belakang diatas, yaitu :
1. Apa yang dimaksud definisi waham?
2. Bagaimana jenis dan fase-fase terjadinya waham?
3. Apa faktor predisposisi dan presipitasi waham?
4. Bagaimana proses keperawatan yang tepat?
5. Bagaimana asuhan keperawatan waham secara umum?
6. Bagaimana asuhan keperawatan waham?
7. Bagaimana strategi pelaksanaan tindakan waham?

C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan ini dibedakan menjadi 2 yaitu, tujuan
umum dan tujuan khusus :
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui dan memahami konsep dari asuhan keperawatan
waham yang tepat dalam membuat asuhan keperawatan jiwa.
2. Tujuan Khusus
a. Memahami definisi waham
b. Memahami jenis dan fase-fase waham
c. Memahami predisposisi dan presipitasi waham.
d. Memahami proses keperawatan waham yang tepat.
e. Memahami proses asuhan keperawatan secara umum.
f. Memahami proses asuhan keperawatan waham.
g. Memahami proses strategi pelaksanaaan tindakan waham.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Laporan Pendahuluan

A.Konsep Dasar Teori


1.Pengertian Waham
Waham adalah suatu keyakinan yang salah yang dipertahankan secara kuat
atau terus-menerus, tapi tidak sesuai dengan kenyataan. Waham adalah
termasuk gangguan isi pikiran. Pasien meyakini bahwa dirinya adalah
seperti apa yang ada di dalam isi pikirannya. Waham sering ditemui pada
gangguan jiwa berat dan beberapa bentuk wahamyang spesifik sering
ditemukan pada penderita skizofrenia (Yusuf dkk, 2014).
Waham adalah keyakinan yang tidak sesuai dengan kenyataan, tetapi
dipertahankan dan tidak dapat dirubah secara logis oleh orang lain.
Keyakinan ini berasal dari pemikiran klienyang sudah kehilangan kontrol
(Depkes, 2000)
Waham adalah keyakinan yang salah yang didasarkan oleh kesimpulan
yang salah tentang realita eksternal dan dipertahankan dengan kuat (Keliat,
B. A., Hamid, A. Y. S., Putri, Y.S. E., Daulima, N. H. C., dkk, 2019).
Waham merupakan gangguan dimana penderitanya memiliki rasa realita
yang berkurang atau terdistorsi dan tidak dapat membedakan yang nyata
dan yang tidak nyata (Videbeck, 2011). Pemberian intervensi keperawatan
jiwa pada pasien dengan waham berfokus pada orientasi realita,
menstabilkan proses pikir, dan keamanan (Townsend, 2015).

2 . Tanda dan gejala waham berdasarkan jenis waham


meliputi:
 Waham kebesaran, yaitu individu meyakini bahwa ia memiliki
kebesaran atau kekuasaan khusus dan diucapkan berulang kali, tetapi
tidak sesuai dengan kenyataan. Contoh: “Saya ini pejabat di
kementerian kesehatan lho.”
 curiga, yaitu individu meyakini bahwa ada seseorang atau kelompok
yang berusaha merugikan/mencederai dirinya dan diucapkan berulang
kali, tetapi tidak sesuai dengan kenyataan. Contoh: “Saya tahu seluruh
saudara saya ingin menghancurkan hidup saya karena mereka iri
dengan kesuksesan saya.”
 agama, yaitu individu memiliki keyakinan terhadap suatu agama
secara berlebihan dan diucapkan berulang kali, tetapi sesuai dengan
kenyataan. Contoh, “saya nabi ke 26 dalam agama islam.”
 somatik, yaitu individu meyakini bahwa tubuh atau bagian tubuhnya
terganggu atau terserang penyakit dan diucapkan berulang kali, tetapi
tidak sesuai dengan kenyataan. Contoh, “ saya sakit kanker setiap
hari.” (Kenyataannya pada pemeriksaan laboratorium tidak ditemukan
tanda-tanda kanker)
 Waham nihilistik, yaitu individu meyakini bahwa dirinya sudah tidak
ada di dunia/meninggal dan diucapkan berulang kali, tapi tidak sesuai
dengan kenyataan. Misalnya, “Ini kana lam kubur ya, semua yang ada
disini adalah roh-roh.”

3 Faktor Predisposisi dan Faktor presipitasi

 Faktor Predisposisi
Faktor predisposisi adalah faktor risiko yang menjadi sumber
terjadinya stres yang memengaruhi tipe dan sumber dari individu
untuk menghadapi stres baik yang biologis, psikososial, dan
sosiokultural. Secara bersama-sama, faktor ini akan memengaruhi
seseorang dalam memberikan arti dan nilai terhadap stres pengalaman
stres yang dialaminya. Adapun
macam-macam faktor predisposisi meliputi hal sebagai berikut.
1. Biologi: latar belakang genetik, status nutrisi, kepekaan biologis,
kesehatan umum, dan terpapar racun.
2. Psikologis: kecerdasan, keterampilan verbal, moral, personal,
pengalaman masa lalu, konsep diri, motivasi, pertahanan psikologis,
dan kontrol.
3. Sosiokultural: usia, gender, pendidikan, pendapatan, okupasi, posisi
sosial, latar belakang
budaya, keyakinan, politik, pengalaman sosial, dan tingkatan sosial.
 Faktor Presipitasi
Faktor presipitasi adalah stimulus yang mengancam individu. Faktor
presipitasi memerlukan energi yang besar dalam menghadapi stres atau
tekanan hidup. Faktor presipitasi ini dapat bersifat biologis, psikologis,
dan sosiokultural. Waktu merupakan dimensi yang juga memengaruhi
terjadinya stres, yaitu berapa lama terpapar dan berapa frekuensi
terjadinya
stres. Adapun faktor presipitasi yang sering terjadi adalah sebagai
berikut.
1. Kejadian yang menekan (stressful)
Ada tiga cara mengategorikan kejadian yang menekan kehidupan,
yaitu aktivitas sosial,
lingkungan sosial, dan keinginan sosial. Aktivitas sosial meliputi
keluarga, pekerjaan, pendidikan, sosial, kesehatan, keuangan, aspek
legal, dan krisis komunitas. Lingkungan
sosial adalah kejadian yang dijelaskan sebagai jalan masuk dan jalan
keluar. Jalan masuk adalah seseorang yang baru memasuki lingkungan
sosial. Keinginan sosial adalah
keinginan secara umum seperti pernikahan.
2. Ketegangan hidup
Stres dapat meningkat karena kondisi kronis yang meliputi
ketegangan keluarga yang, ketidakpuasan kerja, dan kesendirian.
Beberapa ketegangan hidup yang umum terjadi adalah perselisihan
yang dihubungkan dengan hubungan perkawinan,
perubahan orang tua yang dihubungkan dengan remaja dan anak-anak,
ketegangan yang dihubungkan dengan ekonomi keluarga, serta
overload yang dihubungkan dengan peran.
a. Faktor predisposisi waham
 Genetis
 Neuribiologis
 Neurotransmitter
 Virus
 Psikologi
b. Faktor presipitasi waham
 Proses pengolahan informasi yang berlebihan
 Mekanisme pengantaran listrik yang abnormal
 Adanya gejala pemicu

4. Proses keperawatan yang tepat

Proses ternjadinya waham menurut Yusuf, Fitryasari, dan Nihayati (2015)


adalah

sebagai berikut:

a) Fase Terbatasnya Kebutuhan Manusia (Lack of Human Need)


Terjadinya waham diawali oleh terbatasnya berbagai kebutuhan pasien
secara fisik dan psikis. Secara fisik, waham dapat terjadi pada individu
dengan status sosial dan ekonomi terbatas. Klien merasa menderita. Klien
bisa saja melakukan kompensasi yang salah karena adanya kesenjangan
antara kenyataan dengan apa yang diharapkan.
b) Fase Rendahnya Kepercayaan Diri (Lack of Self Esteem)
Setiap orang pasti memiliki ideal diri yang mereka bentuk sesuai
keinginan dan kebutuhan mereka, contohnya keinginan akan terpenuhinya
kebutuhan. Ketika kebutuhan tidak terpenuhi dapat terjadi kesenjangan
antara ideal diri dengan apa yang dialami individu, maka individu akan
merasa menderita, malu, dan tidak berharga.
c) Fase Pengendalian Internal dan Eksternal (Control Internal and
External)
Pada fase ini, klien mencoba berpikir secara rasional apa yang diyakini
adalah kebohongan, hanya untuk menutup kekurangan, dan tidak sesuai
dengan kenyataan. Tetapi, menghadapi kenyataan bagi klien adalah hal
yang berat karena kebutuhan untuk diakui, dianggap penting, dan diterima
lingkungan
menjadi prioritas hidup. Lingkungan sekitar klien mencoba memberikan
penilaian bahwa apa yang dikatakan klien tidak benar, namun hal ini tidak
dilakukan secara adekuat karena besarnya toleransi dan keinginan menjadi
perasaan. Lingkungan hanya menjadi pendengar pasif namun tidak mau
bertolak belakang secara berkepanjangan dengan alasan apa yang diyakini
klien tidak merugikan orang lain.
d) Fase Dukungan Lingkungan (Environment Support)
Dukungan lingkungan sekitarnya yang mempercayai apa yang diyakini
klien menyebabkan klien merasa didukung, sehingga pasien menganggap
apa yang diyakini sebagai sebuah kebenaran karena seringnya diulang-
ulang. Karena itu, mulai terjadi kerusakan kontrol diri dan tidak
berfungsinya superego yang ditandai dengan tidak ada lagi perasaan dosa
saat berbohong.
e) Fase Nyaman (Comforting)
Dalam fase ini, klien merasa nyaman dengan keyakinan dan
kebohongannya serta menganggap semua orang akan mempercayai dan
mendukungnya. Keyakinan sering disertai halusinasi pada saat klien
menyendiri dari lingkungannya. Selanjutnya, klien lebih sering menyendiri
dan menghindari interaksi sosial (isolasi sosial).
f) Fase Peningkatan (Improving)
Ketika klien waham yang telah mengalami fase comforting dan merasa
didukung oleh lingkungan karena tidak ada yang mengonfrontasi
keyakinannya, maka klien akan masuk pada fase peningkatan ini.

Rentang respon waham


Adaptif maladaptif
Pikiran logis persepsi Proses pikir kadang ilusi Gangguan proses pikir waham
akurat emosi konsisten emosi +/- perilaku tidak halusinasi kerusakan emosi
prilaku sesuai hukum sesuai menarik diri perilaku tidak sesuai isolasi
Bungan sosial sosial

B. Asuhan Keperawatan Defisit Perawatan Diri Secara Umum


C. Asuhan Keperawatan Defisit Perawatan Diri Contoh Kasus
D. Strategi Pelaksanaan Tindakan Defisit Perawatan Diri
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Waham adalah keyakinan yang tidak sesuai dengan kenyataan, tetapi
dipertahankan dan tidak dapat dirubah secara logis oleh orang lain.
Keyakinan ini berasal dari pemikiran klienyang sudah kehilangan kontrol
(Depkes, 2000)
Waham merupakan gangguan dimana penderitanya memiliki rasa realita
yang berkurang atau terdistorsi dan tidak dapat membedakan yang nyata
dan yang tidak nyata Pemberian intervensi keperawatan jiwa pada pasien
dengan waham berfokus pada orientasi realita, menstabilkan proses pikir,
dan keamanan.

B. Saran
DAFTAR PUSTAKA

Ah. Yusuf, Rizky fitryasari PK, Hanik Endang Nihayah, 15 Oktober


2014, Buku ajar keperawatan kesehatan jiwa Hal 23. di akses dari
http://ners.unair.ac.id/materikuliah/buku%20ajar%20keperawatan
%20kesehatan%20jiwa.pdf
Sartiani bili , 26 Juni 2016 , waham, di akses dari
https://id.scribd.com/doc/316740184/waham

Anda mungkin juga menyukai