Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH KELOMPOK 9

DISUSUN OLEH:

Kelompok 9

1. Putri Nur Azizah 211560111031

2. Rayssya Salwa 211560111033

3. Ressy Ashari 21156011034

4. Yolandari Amalia 211560111051

5. Sri Putri 211560111041

S1 KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

MEDISTRA INDONESIA

2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan Rahmat dan
Hidayahnya. Sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini. Adapun tujuan makalah
ini disusun yaitu untuk memenuhi tugas dosen pada bidang Keperawatan Kesehatan Jiwa .

kami mengucapkan terima kasih kepada Dosen Keperawatan Kesehatan Jiwa karena
sudah membagi ilmunya dan memberikan penugasan ini kepada mahasiswa/i karena dengan
penugasan ini dapat menambah ilmu kepada mahasiswa/i nya. Saya ucapkan terima kasih
juga kepada semua pihak baik secara langsung maupun tidak langsung telah membantu demi
kelancaran tugas ini.

Kami menyadari bahwa terdapat kekurangan-kekurangan dalam penulisan tugas ini,


maka dari itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat kami harapkan untuk
kesempurnaan penulisan dimasa yang akan datang. Demikianlah makalah ini kami buat,
semoga dapat bermanfaat bagi pembaca.

Bekasi, 31 Maret 2023

Penulis
DAFTAR ISI
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Krisis ekonomi yang berkepanjangan telah menyebabkan meningkatnya jumlah penderita


penyakit jiwa, terutama gangguan kecemasan. Berbagai macam krisis yang terjadi sebenarnya
bukan krisis ekonomi sebagai pangkal masalahnya, melainkan mendasar pada kesehatan mental
bangsa ini sendiri. Minimnya perhatian terhadap kesehatan mental bangsa termanifestasi dalam
begitu banyak masalah yang disebut krisis multidimensional. Pernyataan ini dinyatakan dengan
jelas oleh dr. Danardi Sosrosumihardjo, Sp.K.J., dari Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran
Jiwa Indonesia (PDSKJI) dalam konferensi pers Konvensi Nasional Kesehatan Jiwa ke-2, yang
bertema "Kesehatan Jiwa Masyarakat. Kesehatan Jiwa Bangsa," pada hari Kamis (9/10) di
Jakarta.
Pernyataan ini bukanlah tanpa dasar. Krisis ekonomi yang terus berkepanjangan ternyata
meninggalkan kisah-kisah menyedihkan dengan meningkatnya jumlah penderita gangguan jiwa,
terutama jenis anxietas (gangguan kecemasan). Gejala gangguan kesehatan mental yang
mencakup mulai dari gangguan kecemasan, depresi, panik hingga gangguan jiwa yang berat
seperti Schizoprenia hingga pada tindakan bunuh diri, semakin mewabah di tengah masyarakat.
Dari sekian jumlah penderita yang ada baru 8% yang mendapatkan pengobatan yang memadai.
Sedangkan selebihnya tidak tertangani.
Masalah gangguan jiwa yang menyebabkan menurunnya kesehatan mental ini ternyata terjadi
hampir di seluruh negara di dunia. WHO (World Health Organization) badan dunia PBB yang
menangani masalah kesehatan dunia, memandang serius masalah kesehatan mental dengan
menjadikan isu global WHO. WHO mengangkat beberapa jenis gangguan jiwa seperti
Schizoprenia, Alzheimer, epilepsy, keterbelakangan mental dan ketergantungan alkohol sebagai
isu yang perlu mendapatkan perhatian.

Di Indonesia jumlah penderita penyakit jiwa berat sudah cukup memprihatinkan. yakni mencapai
6 juta orang atau sekitar 2,5% dari total penduduk. Berdasarkan hasil Survei Kesehatan Mental
Rumah Tangga (SKMRT) pada tahun 1985 yang dilakukan terhadap penduduk di 11 kotamadya
oleh Jaringan Epidemiologi Psikiatri Indonesia, ditemukan 185 per 1,000 penduduk rumah
tangga dewasa menunjukkan adanya gejala gangguan kesehatan jiwa baik yang ringan maupun
berat. Dengan analogi lain bahwa satu dari lima penduduk Indonesia menderita gangguan jiwa
dan mental. Sebuah fenomena angka yang sangat mengkhawatirkan bagi sebuah bangsa

1.2 Tujuan

Tujuan umum

Mengetahui asuhan keperawatan pada trauma psikis/kejiwaan pada korban bencana

Tujuan khusus

1. Mengetahui masalah psikososial dan spiritual pengungsi


2. Mengetahui intervensi pada kedaruratan akut (interveni soail, psikososial , spiritual)
3. Mengetahui Intervensi pada fase konsolidasi (intervensi sosial , psikologis , piritual)
1.3 Ruang Lingkup
Ruang lingkup dari pembahasan makalah ini adalah mengenai gangguan ansietas yang dialami
oleh klien, perbedaan antara ansietas, takut, dengan stres, akibat dari ansietas itu sendiri baik
dari sisi positif dan negatifnya, tingkat ansietas, hingga pembahasan mengenai proses
keperawatan yang tepat untuk diimplementasikan kepada klien dengan gangguan ansietas dan
gangguan terkait dengan stres, serta penyuluhan untuk meningkatkan pemahaman tentang
ansietas dan gangguan terkait stres

2. Konsep Keperawatan
A. Pengkajian
Pengkajian untuk klien dengan PTSD meliputi empat aspek yang akan bereaksi terhadap stress
akibat pengalaman traumatis, yaitu :
a.  Pengkajian Perilaku (Behavioral Assessment)
Yang dikaji adalah:
1.    Dalam keadaan yang bagaimana klien mengalami perilaku ag.    Dalam keadan yang seperti
apa klien mengalami kembali trauma yang dirasakan.
3.    Bagaimana cara klien untuk menghindari situasi atau aktifitas yang akan mengingatkan klien
terhadap trauma.
4. Seberapa sering klien terlibat aktivitas sosial.
5.    Apakah klien mengalami kesulitan dalam masalah pekerjaan semenjak kejadian traumatis.
b.   Pengkajian Afektif (Affective Assessment)
1.    Berapa lama waktu dalam satu hari klien merasakan ketegangan dan perasaan ingin cepat
marah.
2.    Apakah klien pernah mengalami perasaan panik.
3.    Apakah klien pernah mengalami perasaan bersalah yang berkaitan dengan trauma.
4.    Tipe aktivitas yang disukai untuk dilakukan.
5.    Apa saja sumber - sumber kesenangan dalam hidup klien.
6.    Bagaima hubungan yang secara emosional terasa akrab dengan orang lain
c.    Pengkajian Intelektual (Intellectual Assessment)
1.      Kesulitan dalam hal konsentrasi.
2.      Kesulitan dalam hal memori.
3.     Berapa frekuensi dalam satu hari tentang pikiran yang berulang yang berkaitan dengan
trauma.
4.     Apakah klien bisa mengontrol pikiran-pikiran berulang tersebut
5.     Mimpi buruk yang dialami klien.
6.  Apa yang disukai klien terhadap dirinya dan apa yang tidak disukai klien terhadap dirinya.
d.   Pengkajian Sosiokultural (Sociocultural Assessment)
1.     Bagaimana cara keluarga dan teman klien menyampaikan tentang perilaku klien yang
menjauh dari mereka.
2.     Pola komunikasi antara klien dengan keluarga dan teman.
3.     Apa yang terjadi jika klien kehilangan kontrol terhadap rasa marahnya.
4.     Bagaimana klien mengontrol kekerasan terhadap sistem keluarganya..
BAB II

PEMBAHASAN

1. Dampak Spiritual pada Korban Bencana


Manusia sebagai makhluk yang utuh atau holistik memiliki kebutuhan yang kompleks yaitu
kebutuhan biologis, psikologis, sosial kultural dan spiritual. Spiritual digambarkan sebagai
pengalaman seseorang atau keyakinan seseorang, dan merupakan bagian dari kekuatan yang ada
pada diri seseorang dalam memaknai kehidupannya. Spiritual juga digambarkan sebagai pencarian
individu untuk mencari makna. Forman (1997) menyatakan bahwa spiritual menggabungkan
perasaan dari hubungan dengan dirinya sendiri, dengan ornag lain dan dengan kekuatan yang lebih
tinggi.
Kejadian bencana dapat merubah pola spiritualitas seseorang. Ada yang bertambah meningkat
aspek spiritualitasnya ada pula yang sebaliknya. Bagi yang meningkatkan aspek spiritualitasnya
berarti mereka meyakini bahwa apa yang terjadi merupakan kehendak dan kuasa sang pencipta yang
tidak mampu di tandingi oleh siapapun. Mereka mendekat dengan cara mendekatkan
spiritualitasnya supaya mendapatkan kekuatan dan pertolongan dalam menghadapi bencana atau
musibah yang dialaminya. Sedangkan bagi yang menjauh umumnya karena dasar keimanan atau
keyakinan terhadap sang pencipta rendah atau kaarena putus asa

2. Dampak Psikososial pada Korban Bencana


Berdasarkan hasil penelitian empiris, dampak psikologis dari bencana dapat diketahui
berdasarkan tiga faktor yaitu faktor pra bencana, faktor bencana dan faktor pra bencana
(Tomoko, 2009) :

1) Faktor pra bencana : dampak psikologi pada faktor pra bencana ini dapat ditinjau dari
beberapa hal dibawah ini ;

a) Jenis kelamin : perempuan mempunyai resiko lebih tinggi terkena dampak psikologis
dibanding laki-laki dengan perbandingan 2:1.

b) Usia dan pengalaman hidup : kecenderungan kelompok usia rentan stres masing-masing
negara berbeda karena perbedaan kondisi sosial politik ekonomi dan latar belakang sejarah
negara yang bersangkutan.

c) Faktor budaya, ras, karakter khas etnis : Dampak yang ditimbulkan bencana ini lebih besar di
negara berkembang dibandingkan dengan negara maju. Pada kelompok usia muda tidak ada
gejala khas untuk etnis tertentu baik pada etnis mayoritas maupun etnis minoritas, sedangkan
pada kelompok usia dewasa, etnis minoritas cenderung mengalami dampak psikologis dibanding
mayoritas.

d) Sosial Ekonomi : Dampak bencana pada individu berbeda menurut latar belakang
pendidikan, proses pembentukan kepribadian, penghasilan dan profesi. Individu dengan
kedudukan sosio ekonomi yang rendah akan mengalami stress pasca trauma lebih berat.

e) Keluarga : Pengalaman bencana akan mempengaruhi stabilitas keluarga seperti tingkat


stress dalam perkawinan, posisi sebagai orang tua terutama orang tua perempuan.

f) Tingkat kekuatan Mental dan kepribadian : Hampir semua hasil penelitian menyimpulkan
bahwa kondisi kesehatan mental pra bencana dapat dijadikan dasar untuk memprediksi dampak
patologis pasca bencana. Individu dengan maslah kesehatan jiwa akan mengalami stress yang
lebih berat dibandingkan dengan individu dengan kondisi psikologis yang stabil.

2) Faktor bencana : pada faktor ini, dampak psikologis dapat ditinjau dari beberapa hal
dibawah ini ;

a) Tingkat keterpaparan : Keterpaparan seseorang akan masalah yang dihadapi merupakan


variabel penting untuk memprediksi dampak psikologis korban bencana.

b) Ditinggal mati oleh sanak keluarga atau sahabat.

c) Diri sendiri atau keluarga terluka.

d) Merasakan ancaman keselamatan jiwa atau mengalami kekuatan yang luar biasa.

e) Mengalami situasi panik pada saat bencana


f) Pengalaman berpisah dengan keluarga terutama pada korban usia muda

g) Kehilangan harta benda dalam jumlah besar

h) Pindah tempat tinggal akibat bencana

i) Bencana yang menimpa seluruh komunitas. Hal ini mengakibatkan rasa kehilangan pada
individu dan memperkuat perasaan negatif dan memperlemah perasaan positif.

Semakin banyak fakltor yang diatas, maka akan semakin berat gangguan jiwa yang dialami
korban bencana. Apalagi pada saat-saat seperti ini mereka cenderung menolak intervensi tenaga
spesialis, sehingga menghambat perbaikan kualitas hidup pasca bencana.

3) Faktor pasca bencana : dampak psikologis pasca bencana dapat diakibatkan oleh kegiatan
tertentu dalam siklus kehidupan stress kronik pasca bencana yang terkait dengan kondisi
psykitrik korban bencana. Hal ini perlu adanya pemantuan dalam jangka panjang oleh tenaga
spesialis.Gejala dan dampak psikologis pasca bencana juga dapat dilihat dari daftar gejala
Hopkins untuk mengetahui adanya depresi dan kecemasan. Gejala-gejala Hopkins tersebut
meliputi perasaan depresi, minat atau rasa senang yang kurang. Gejala perasaan depresi
meliputi menangis, merasa tidak ada harapan untuk masa depan, merasa galau dan merasa
kesepian.

2.2.3 Intervensi keperawatan

1. Ansietas (00146)

Domain 9 : Koping/toleransi stress

Kelas 2 : Respons koping

Definisi : perasaan tidak nyaman atau kekhawatiran yang samar disertai respons
autonom (sumber sering kali tidak spesifik atau tidak diketahui oleh individu); perasaan takut
yang disebabkan oleh antisipasi terhadap bahaya. Hal ini merupakan isyarat kewaspadaan yang
memperingatkan individu akan adanya bahaya dan memampukan individu untuk bertindak
menghadapi ancaman.

Batasan karakteristik

Perilaku

Penurunan produktivitas

Gerakan yang irelevan

Gelisah

Melihat sepinyas

Insomnia

Kontak mata yang buruk

Mengekspresikan kekhawatiran karena perubahan dalam peristiwa hidup

Agitasi
Mengintai

Tampak waspada

Afektif

Gelisah

Kesedihan yang mendalam

Distress

Ketakutan

Perasaan yang tidak adekuat

Berfokus pada diri sendiri

Gugup

Senang berlebihan

Menyesal

Bingung

Khawatir

Fisiologis

Wajah tegang

Tremor tangan

Peningkatan keringat

Peningkatan ketegangan

Suara bergetar

Simpatik

Anorexio

Diare

Mulut kering

Wajah merah

Jantung berdebar-debar

Pupil melebar

Lemah

Parasimpatik

Nyeri abdomen

Penurunan denyut nadi


Vertigo

Letih

Mual

Gangguan tidur

Kognitif

Menyadari gejala kognitif

Bloking pikiran

Konfusi

Lupa

Melamun

Gangguan perhatian

Cenderung menyalahkan orang lain

Faktor yang berhubungan

Perubahan dalam:

Status ekonomi

Lingkungan

Status kesehatan

Pola interaksi

Fungsi peran

Status peran

Pemajanan toksin

Terkait keluarga

Herediter

Infeksi

Penularan penyakit interpersonal

Krisis maturasi

Krisis situasional

Stress

Penyalahgunaan zat

Ancaman kematian

Ancaman pada:
Satatus ekonomi

Lingkungan

Status kesehatan

Pola interaksi

Fungsi peran

Status peran

Konsep diri

Konflik yang tidak disadari mengenai tujuan penting

Kebutuhanyangtidakdipenuhi.

NOC: Anxiety Self – Control (1402)

Setelah dilakukan tindakan Keperawatan selama 3 x 24 jam nyeri dapat teratasi dengan indikator:

(140201) monitor intensitas dari ansietas

(140206) gunakan strategi koping efektif

(140207) menggunakan teknik relaksasi untuk menurunkan ansietas

NIC: Anxiety Reduction (5820)

Gunakan pendekatan yang menenangkan

Nyatakan dengan jelas harapan terhadap pelaku pasien

Jelaskan semua prosedur dan apa yang dirasakan selama prosedur

Temani pasien untuk memberikan keamanan dan mengurangi takut

Berikan informasi faktual mengenai diagnosis, tindakan prognosis

Libatkan keluarga untuk mendampingi klien

Instruksikan pada pasien untuk menggunakan tehnik relaksasi

Dengarkan dengan penuh perhatian

Identifikasi tingkat kecemasan

Dorong pasien untuk mengungkapkan perasaan, ketakutan, persepsi

Kelola pemberian obat anti cemas

2. Ketakutan (00148)

Domain 9 : koping/ toleransi stress

kelas 2 : respons koping


Defenisi : respons terhadap persepsi ancaman yang secara sadar dikenali sebagai sebuah
bahaya.

Batasan karakteristik:

Melaporkan isyarat/ peringatan

Melaporkan kegelisahan

Melaporkan rasa takut

Melaporkan penurunan kepercayaan diri

Melaporkan ansietas

Melapokan kegembiraan

Melaporkan peningkatan ketegangan

Melaporkan kepanikan

Melaporkan terror

Fakor yang berhubungan:

Berasal dari luar (mis: kebisingan tiba-tiba, ketinggian, nyeri, penurunan dukungan fisik)

Berasal dari dalam (neurotransmiter)

Kendala bahasa

Stimulus fobik

Gangguan sensorik

Berpisah dari system pendukung dalam situasi yang berpotensi menimbulkan stress

Tidak familier dengan pengalaman lingkungan.

NOC : Anxiety control, Fear control

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama......takut klien teratasi dengan kriteria hasil :

Memiliki informasi untuk mengurangi takut

Menggunakan tehnik relaksasi

Mempertahankan hubungan sosial dan fungsi peran

Mengontrol respon takut

NIC: Coping Enhancement

Jelaskan pada pasien tentang proses penyakit

Jelaskan semua tes dan pengobatan pada pasien dan keluarga

Sediakan reninforcement positif ketika pasien melakukan perilaku untuk mengurangi takut
Sediakan perawatan yang berkesinambungan

Kurangi stimulasi lingkungan yang dapat menyebabkan misinterprestasi

Dorong mengungkapkan secara verbal perasaan, persepsi dan rasa takutnya

Perkenalkan dengan orang yang mengalami penyakit yang sama

Dorong klien untuk mempraktekan tehnik relaksasi

3. Koping Defensif (00071)

Domain 9 : Koping/ Toleransi Stres

Kelas 2 : Respons Koping

Defenisi : Proyeksi evaluasi- diri positif yang salah dan berulang yang didasarkan pada pola
perlindungan-diri untuk bertahan terhadap ancaman yang dirasakan terhadap ancaman yang
dirasakan terhadap harga diri yang positif

Batasan Karakteristik:

Penyangkalan masalah yang jelas terjadi

Penyangkalan kelemahan yang jelas terjadi

Kesulitan membina hubungan

Kesulitan memelihara hubungan

Kesulitan dalam persepsi pengujian realita

Waham kebesaran

Tertawa menghina

Hipersensitif terhadap kritik

Hipersensitif terhadap ejekan/ penghinaan

Tidak komplet menjalani terapi

Tidak adekuat menjalani pengobatan

Kurang partisipasi dalam terapi

Sedikit partisipasi dalam menjalani pengobatan

Proyeksi menyalahkan diri

Proyeksi tanggung jawab

Rasionalisasi kegagalan

Distorsi realitas

Menghina orang lain

Sikap superior terhadap orang lain.


Faktor yang berhubungan:

Konflik antara persepsi diri dan sistem nilai

Kurangnya system dukungan

Takut gagal

Takut akan penghinaan

Takut akan karma

Kurangnya penyesuaian

Tingkat kepercayaan yang rendah pada orang lain

Tingkat kepercayaan diri rendah

Ragu/ tidak percaya

Harapan diri yang tidak realistic

NOC:

Kriteria hasil:

Mengungkapkan kemampuan untuk menaggulangi dan meminta bantuan jika perlu

Menunjukkan kemampuan untuk memecahkan masalah dan ikut serta bermasyarakat

Mempertahankan bebas dari perilaku yang destruktif pada diri sendiri maupun orang lain

Mengkomunikasikan kebutuhan dan berunding dengan orang lain untuk memenuhi


kebutuhan

Mendiskusikan bagaimana tekanan kehidupan yang ada melebihi strategi penanggulangan


yang normal

Menemukan kecepatan penyakit dan kecelakaan tidak melebihi tingkat perkembangan dan
usia

NIC: Nursing Therapeutic Intervention (Intervensi Terapeutik Perawat)

Amati penyebab tidak efektifnya penaggulanagn seperti konsep diri yang buruk, kesedihan,
kurangnya ketrampilan dalam memecahkan masalah, kurangnya dukungan, atau perubahan yang
ada dalam hidup.

Amati kekuatan seperti kemampuan untuk menceritakan kenyataan dan mengenali sumber
tekanan

Monitor risiko membahayakan diri atau orang lain dan tangani secara tepat

Bantu pasien menentukan tujuan yang realistis dan mengenali ketrampilan dan
pengetahuan pribadi
Gunakan komunikasi empatik, dan dorong pasien/keluarga untuk mengungkapkan
ketakutan, mengekspresikan emosi, dan menetapkan tujuan

Anjurkan pasien untuk membuat pilihan dan ikut serta dalam perencanaan perawatan dan
aktivitas yang terjadwal

Berikan aktivitas fisik dan mental yang tidak melebihi kemampuan pasien (misal bacaan,
televisi, radio, ukiran, tamasya, bioskop, makan keluar, perkumpulan sosial, latihan, olahraga,
permainan)

Jika memiliki kemampuan fisik, anjurkan latihan aerobik yang sedang

Gunakan sentuhan dengan izin. Berikan pasien pijatan punggung berupa usapan perlahan
dan berirama dengan tangan. Gunakan 60 kali usapan dalam semenit selama 3 menit pada luasan 2
inchi pada kedua sisi mulai dari daerah atas ke bawah

Berikan informasi perihal perawatan sebelum perawatan diberikan

4. Duka Cita (00136)

Domain 9 : Koping/Toleransi Stres

Kelas 2 : Respons Koping

Defenisi : Proses kompleks normal yang meliputi respons dan perilaku emosional, fisik,
spiritual, sosial, dan intelektual yakni individu, keluarga, dan komunitas memasukan kehilangan yang
actual, adaptif, atau dipersepsikan ke dalam kehidupan sehari-hari mereka.

Batasan Karakteristik:

Perubahn tingkat aktivitas

Perubahan pola mimpi

Perubahan fungsi imun

Gangguan fungsi neuroendokrin

Marah

Menyalahkan

Berpisah/ menarik diri

Putus asa

Disorganisasi/kacau

Gagngguan pola tidur

Mengalami kelegaan

Memelihara hubungan dengan almarhum/ah

Membuat makna kehilangan

Kepedihan
Perilaku panic

Pertumbuhan personal

Distress psikologis

Menderita

Faktor yang Berhubungan

Mengantisipasi kehilangan hal yang bermakna

Mengantisipasi kehilangan orang terdekat

Kematian orang terdekat

Kehilangan objek penting

NOC: Resolusi dukacita (1304)

Mampu mengespresikan kepercayaaan dengan kematian

Menggambarkan tentang kehilangan

Partisipasi dalam perencanaan

NIC: Fasilitasi Pendampingan dukacita (5290)

Kaji persepsi klien dan makna kehilangannya. Izinkan penyangkalan yang adaptif.

Dorong atau bantu klien untuk mendapatkan dan menerima dukungan.

Dorong klien untuk mengkaji pola koping pada situasi kehilangan masa lalu saat ini.

Dorong klien untuk meninjau kekuatan dan kemampuan personal.

Dorong klien untuk merawat dirinya sendiri.

Tawarkan makanan kepada klien tanpa memaksanya untuk makan.

Gunakan komunikasi yang efektif.

Tawarkan kehadiran dan berikan pertanyaan terbuka

Gunakan refleksi

Berikan informasi

Nyatakan keraguan

Gunakan teknik menfokuskan

Berupaya menerjemahkan dalam bentuk perasaan atau menyatakan hal yang tersirat

Bina hubungan dan pertahankan keterampilan interpersonal

Kehadiran yang penuh perhatian

Menghormati proses berduka klien yang unik

Menghormati keyakinan personal klien


5. Risiko Sindrom Pasca Trauma (00145)

Domain 9 :Koping/Toleransi Stress

Kelas 1 :Respon Pascatrauma

Definisi :Berisiko Mengalami respon maladaftif yang terus menerus terhadap peristiwa traumatitis
dan memilukan

faktor resiko: Penurunan kekuatan ego

Pindah rumah.

Durasi peristiwa.

Rasa tanggung jawab yang berlebihan.

Dukungan sosial yang tidak adekuat.

Pekerjaan (Mis.,Polisi pemadam kebakaran, petugas penyelamat, staf unit gawat darurat,
petugas kesehatan jiwa, tenaga reparasi).

Persepsi peristiwa.

Parah sebagai orang yang selamat dalam peristiwa.

Lingkungan yang tidak mendukung

NOC: Spiritual Health (2001)

Quality Of Faith (200101)

Quality Of Hope (200102)

Makna dan Tujuan Hidup (200103)

NIC : Dukungan Rohani (5420)

Menggunakan komunikasi untuk membangun kepercayaan dan terapi empatik peduli

Mengobati individu dengan martabat dan menghormati

Mendorong melalui meninjau kehidupan melalui kenang-kenangan

Memberikan privasi dan tenang kali untuk activitas rohani

Mendorong partisipasi dalam kelompok pendukung

Mengajari metode relaksasi , meditasi , citra dan memberinya petunjuk

Berdoa dengan sendiri

Selalu terbuka untuk individu ekspresi perhatian

Mengungkapkan perasaan empati secara pribadi

Tersedia untuk mendengarkan individu perasaan


6. Sindrom Stress Akibat Perpindahan 00114

Domain 9 : Koping / Toleransi stress

Kelas : Respon pascatrauma.

Defenisi : Gangguan fisiologis dan atau psikososial setelah pindah dari satu lingkungan ke
lingkungan lain.

Batasan karakteristik

Perasaan asing

Merasa sendirian

Marah

Ansietas (mis., perpisahan)

Harga diri rendah kronik

Khawatir terhadap perpindahan

Perasaan ketergantungan

Depresi

Takut

Frustasi

Perburukan penyakit

Peningkatan gejala fisik

Peningkatan verbalisasi kebutuhan

Ketidakpercayaan diri

Kesepian

Kehilangan identitas

Kehilangan harga diri

Kehilangan penghargaan terhadap diri

Pesimisme

Gangguan tidur

Mengatkan tidak bersedia pindah

Menarik diri

Khawatir.

Faktor yang berhubungan

Penerunan status kesehatan


Gangguan kesehatan psikososial

Isolasi

Kurang sistem dukungan yang adekuat

Kurangnya konseling pra keberangkatan

Kendala bahasa

Tersesat

Pindah dari satu lingkungan ke lingkungan lain.

Koping pasif

Menyatakan perasaaan tidak berdaya

NOC: Stress level (1212)

Depresi (121221)

Kegelisahan (121222)

NIC: Pengurangan Kecemasan Stres (Stress Anxiety Reduction) (5820)

Menggunakan pendekatan meyakinkan membuat pasien tenang

Tetap bersama pasien untuk keamanan dan mengurangi rasa takut

berusaha untuk memahami pasien dari situasi stres

Memberikan informasi berdasarkan fakta

Mendengarkan dengan perhatian

Memberi dukungan untuk mekanisme koping pasien

Membantu pasien mengenali situasi yang memicu kecemasan

Mengidentifikasi pasien ketika mengalami perubahan tingkat kecemasan

Mendorong verbalisasi perasaan persepsi dan ketakutan

Mendorong keluarga untuk tetap berada di dekat pasien


BAB 3

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Bencana merupakan sebagai peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu
kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan baik oleh faktor alam dan/ atau faktor
non- alam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia,
kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis. Bencana menimbulkan trauma
psikologis bagi semua orang yang mengalaminya.

Peran perawat sangatlah penting pada kasus ini. Peran perawat sangat berguna untuk memberikan
asuhan keperawatan yang sesuai dengan standar keperawatan dan kode etik dalam menangani
pasien dengan Post Traumatic Stress Disorder (PTSD) pasca bencana alam.

Dan diharapkan kepada pembaca dan penulis bisa lebih memahami materi mengenai penyakit
dengan Post Traumatic Stress Disorder (PTSD) pasca bencana alam dilihat dari perbandingan data di
lahan dan konsep teori yang sesungguhnya.

3.2 Saran

Dengan mempelajari Asuhan keperawatan dengan Post Traumatic Stress Disorder (PTSD) diharapkan
mahasiswa/I mampu melakukan asuhan keperawatan meliputi pengkajian, diagnose, intervensi, dan
implementasi sesuai dengan kebutuhan pasien dalam keadaan bencana alam.

Anda mungkin juga menyukai