DISUSUN OLEH:
Kelompok 9
S1 KEPERAWATAN
MEDISTRA INDONESIA
2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan Rahmat dan
Hidayahnya. Sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini. Adapun tujuan makalah
ini disusun yaitu untuk memenuhi tugas dosen pada bidang Keperawatan Kesehatan Jiwa .
kami mengucapkan terima kasih kepada Dosen Keperawatan Kesehatan Jiwa karena
sudah membagi ilmunya dan memberikan penugasan ini kepada mahasiswa/i karena dengan
penugasan ini dapat menambah ilmu kepada mahasiswa/i nya. Saya ucapkan terima kasih
juga kepada semua pihak baik secara langsung maupun tidak langsung telah membantu demi
kelancaran tugas ini.
Penulis
DAFTAR ISI
BAB 1
PENDAHULUAN
Di Indonesia jumlah penderita penyakit jiwa berat sudah cukup memprihatinkan. yakni mencapai
6 juta orang atau sekitar 2,5% dari total penduduk. Berdasarkan hasil Survei Kesehatan Mental
Rumah Tangga (SKMRT) pada tahun 1985 yang dilakukan terhadap penduduk di 11 kotamadya
oleh Jaringan Epidemiologi Psikiatri Indonesia, ditemukan 185 per 1,000 penduduk rumah
tangga dewasa menunjukkan adanya gejala gangguan kesehatan jiwa baik yang ringan maupun
berat. Dengan analogi lain bahwa satu dari lima penduduk Indonesia menderita gangguan jiwa
dan mental. Sebuah fenomena angka yang sangat mengkhawatirkan bagi sebuah bangsa
1.2 Tujuan
Tujuan umum
Tujuan khusus
2. Konsep Keperawatan
A. Pengkajian
Pengkajian untuk klien dengan PTSD meliputi empat aspek yang akan bereaksi terhadap stress
akibat pengalaman traumatis, yaitu :
a. Pengkajian Perilaku (Behavioral Assessment)
Yang dikaji adalah:
1. Dalam keadaan yang bagaimana klien mengalami perilaku ag. Dalam keadan yang seperti
apa klien mengalami kembali trauma yang dirasakan.
3. Bagaimana cara klien untuk menghindari situasi atau aktifitas yang akan mengingatkan klien
terhadap trauma.
4. Seberapa sering klien terlibat aktivitas sosial.
5. Apakah klien mengalami kesulitan dalam masalah pekerjaan semenjak kejadian traumatis.
b. Pengkajian Afektif (Affective Assessment)
1. Berapa lama waktu dalam satu hari klien merasakan ketegangan dan perasaan ingin cepat
marah.
2. Apakah klien pernah mengalami perasaan panik.
3. Apakah klien pernah mengalami perasaan bersalah yang berkaitan dengan trauma.
4. Tipe aktivitas yang disukai untuk dilakukan.
5. Apa saja sumber - sumber kesenangan dalam hidup klien.
6. Bagaima hubungan yang secara emosional terasa akrab dengan orang lain
c. Pengkajian Intelektual (Intellectual Assessment)
1. Kesulitan dalam hal konsentrasi.
2. Kesulitan dalam hal memori.
3. Berapa frekuensi dalam satu hari tentang pikiran yang berulang yang berkaitan dengan
trauma.
4. Apakah klien bisa mengontrol pikiran-pikiran berulang tersebut
5. Mimpi buruk yang dialami klien.
6. Apa yang disukai klien terhadap dirinya dan apa yang tidak disukai klien terhadap dirinya.
d. Pengkajian Sosiokultural (Sociocultural Assessment)
1. Bagaimana cara keluarga dan teman klien menyampaikan tentang perilaku klien yang
menjauh dari mereka.
2. Pola komunikasi antara klien dengan keluarga dan teman.
3. Apa yang terjadi jika klien kehilangan kontrol terhadap rasa marahnya.
4. Bagaimana klien mengontrol kekerasan terhadap sistem keluarganya..
BAB II
PEMBAHASAN
1) Faktor pra bencana : dampak psikologi pada faktor pra bencana ini dapat ditinjau dari
beberapa hal dibawah ini ;
a) Jenis kelamin : perempuan mempunyai resiko lebih tinggi terkena dampak psikologis
dibanding laki-laki dengan perbandingan 2:1.
b) Usia dan pengalaman hidup : kecenderungan kelompok usia rentan stres masing-masing
negara berbeda karena perbedaan kondisi sosial politik ekonomi dan latar belakang sejarah
negara yang bersangkutan.
c) Faktor budaya, ras, karakter khas etnis : Dampak yang ditimbulkan bencana ini lebih besar di
negara berkembang dibandingkan dengan negara maju. Pada kelompok usia muda tidak ada
gejala khas untuk etnis tertentu baik pada etnis mayoritas maupun etnis minoritas, sedangkan
pada kelompok usia dewasa, etnis minoritas cenderung mengalami dampak psikologis dibanding
mayoritas.
d) Sosial Ekonomi : Dampak bencana pada individu berbeda menurut latar belakang
pendidikan, proses pembentukan kepribadian, penghasilan dan profesi. Individu dengan
kedudukan sosio ekonomi yang rendah akan mengalami stress pasca trauma lebih berat.
f) Tingkat kekuatan Mental dan kepribadian : Hampir semua hasil penelitian menyimpulkan
bahwa kondisi kesehatan mental pra bencana dapat dijadikan dasar untuk memprediksi dampak
patologis pasca bencana. Individu dengan maslah kesehatan jiwa akan mengalami stress yang
lebih berat dibandingkan dengan individu dengan kondisi psikologis yang stabil.
2) Faktor bencana : pada faktor ini, dampak psikologis dapat ditinjau dari beberapa hal
dibawah ini ;
d) Merasakan ancaman keselamatan jiwa atau mengalami kekuatan yang luar biasa.
i) Bencana yang menimpa seluruh komunitas. Hal ini mengakibatkan rasa kehilangan pada
individu dan memperkuat perasaan negatif dan memperlemah perasaan positif.
Semakin banyak fakltor yang diatas, maka akan semakin berat gangguan jiwa yang dialami
korban bencana. Apalagi pada saat-saat seperti ini mereka cenderung menolak intervensi tenaga
spesialis, sehingga menghambat perbaikan kualitas hidup pasca bencana.
3) Faktor pasca bencana : dampak psikologis pasca bencana dapat diakibatkan oleh kegiatan
tertentu dalam siklus kehidupan stress kronik pasca bencana yang terkait dengan kondisi
psykitrik korban bencana. Hal ini perlu adanya pemantuan dalam jangka panjang oleh tenaga
spesialis.Gejala dan dampak psikologis pasca bencana juga dapat dilihat dari daftar gejala
Hopkins untuk mengetahui adanya depresi dan kecemasan. Gejala-gejala Hopkins tersebut
meliputi perasaan depresi, minat atau rasa senang yang kurang. Gejala perasaan depresi
meliputi menangis, merasa tidak ada harapan untuk masa depan, merasa galau dan merasa
kesepian.
1. Ansietas (00146)
Definisi : perasaan tidak nyaman atau kekhawatiran yang samar disertai respons
autonom (sumber sering kali tidak spesifik atau tidak diketahui oleh individu); perasaan takut
yang disebabkan oleh antisipasi terhadap bahaya. Hal ini merupakan isyarat kewaspadaan yang
memperingatkan individu akan adanya bahaya dan memampukan individu untuk bertindak
menghadapi ancaman.
Batasan karakteristik
Perilaku
Penurunan produktivitas
Gelisah
Melihat sepinyas
Insomnia
Agitasi
Mengintai
Tampak waspada
Afektif
Gelisah
Distress
Ketakutan
Gugup
Senang berlebihan
Menyesal
Bingung
Khawatir
Fisiologis
Wajah tegang
Tremor tangan
Peningkatan keringat
Peningkatan ketegangan
Suara bergetar
Simpatik
Anorexio
Diare
Mulut kering
Wajah merah
Jantung berdebar-debar
Pupil melebar
Lemah
Parasimpatik
Nyeri abdomen
Letih
Mual
Gangguan tidur
Kognitif
Bloking pikiran
Konfusi
Lupa
Melamun
Gangguan perhatian
Perubahan dalam:
Status ekonomi
Lingkungan
Status kesehatan
Pola interaksi
Fungsi peran
Status peran
Pemajanan toksin
Terkait keluarga
Herediter
Infeksi
Krisis maturasi
Krisis situasional
Stress
Penyalahgunaan zat
Ancaman kematian
Ancaman pada:
Satatus ekonomi
Lingkungan
Status kesehatan
Pola interaksi
Fungsi peran
Status peran
Konsep diri
Kebutuhanyangtidakdipenuhi.
Setelah dilakukan tindakan Keperawatan selama 3 x 24 jam nyeri dapat teratasi dengan indikator:
2. Ketakutan (00148)
Batasan karakteristik:
Melaporkan kegelisahan
Melaporkan ansietas
Melapokan kegembiraan
Melaporkan kepanikan
Melaporkan terror
Berasal dari luar (mis: kebisingan tiba-tiba, ketinggian, nyeri, penurunan dukungan fisik)
Kendala bahasa
Stimulus fobik
Gangguan sensorik
Berpisah dari system pendukung dalam situasi yang berpotensi menimbulkan stress
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama......takut klien teratasi dengan kriteria hasil :
Sediakan reninforcement positif ketika pasien melakukan perilaku untuk mengurangi takut
Sediakan perawatan yang berkesinambungan
Defenisi : Proyeksi evaluasi- diri positif yang salah dan berulang yang didasarkan pada pola
perlindungan-diri untuk bertahan terhadap ancaman yang dirasakan terhadap ancaman yang
dirasakan terhadap harga diri yang positif
Batasan Karakteristik:
Waham kebesaran
Tertawa menghina
Rasionalisasi kegagalan
Distorsi realitas
Takut gagal
Kurangnya penyesuaian
NOC:
Kriteria hasil:
Mempertahankan bebas dari perilaku yang destruktif pada diri sendiri maupun orang lain
Menemukan kecepatan penyakit dan kecelakaan tidak melebihi tingkat perkembangan dan
usia
Amati penyebab tidak efektifnya penaggulanagn seperti konsep diri yang buruk, kesedihan,
kurangnya ketrampilan dalam memecahkan masalah, kurangnya dukungan, atau perubahan yang
ada dalam hidup.
Amati kekuatan seperti kemampuan untuk menceritakan kenyataan dan mengenali sumber
tekanan
Monitor risiko membahayakan diri atau orang lain dan tangani secara tepat
Bantu pasien menentukan tujuan yang realistis dan mengenali ketrampilan dan
pengetahuan pribadi
Gunakan komunikasi empatik, dan dorong pasien/keluarga untuk mengungkapkan
ketakutan, mengekspresikan emosi, dan menetapkan tujuan
Anjurkan pasien untuk membuat pilihan dan ikut serta dalam perencanaan perawatan dan
aktivitas yang terjadwal
Berikan aktivitas fisik dan mental yang tidak melebihi kemampuan pasien (misal bacaan,
televisi, radio, ukiran, tamasya, bioskop, makan keluar, perkumpulan sosial, latihan, olahraga,
permainan)
Gunakan sentuhan dengan izin. Berikan pasien pijatan punggung berupa usapan perlahan
dan berirama dengan tangan. Gunakan 60 kali usapan dalam semenit selama 3 menit pada luasan 2
inchi pada kedua sisi mulai dari daerah atas ke bawah
Defenisi : Proses kompleks normal yang meliputi respons dan perilaku emosional, fisik,
spiritual, sosial, dan intelektual yakni individu, keluarga, dan komunitas memasukan kehilangan yang
actual, adaptif, atau dipersepsikan ke dalam kehidupan sehari-hari mereka.
Batasan Karakteristik:
Marah
Menyalahkan
Putus asa
Disorganisasi/kacau
Mengalami kelegaan
Kepedihan
Perilaku panic
Pertumbuhan personal
Distress psikologis
Menderita
Kaji persepsi klien dan makna kehilangannya. Izinkan penyangkalan yang adaptif.
Dorong klien untuk mengkaji pola koping pada situasi kehilangan masa lalu saat ini.
Gunakan refleksi
Berikan informasi
Nyatakan keraguan
Berupaya menerjemahkan dalam bentuk perasaan atau menyatakan hal yang tersirat
Definisi :Berisiko Mengalami respon maladaftif yang terus menerus terhadap peristiwa traumatitis
dan memilukan
Pindah rumah.
Durasi peristiwa.
Pekerjaan (Mis.,Polisi pemadam kebakaran, petugas penyelamat, staf unit gawat darurat,
petugas kesehatan jiwa, tenaga reparasi).
Persepsi peristiwa.
Defenisi : Gangguan fisiologis dan atau psikososial setelah pindah dari satu lingkungan ke
lingkungan lain.
Batasan karakteristik
Perasaan asing
Merasa sendirian
Marah
Perasaan ketergantungan
Depresi
Takut
Frustasi
Perburukan penyakit
Ketidakpercayaan diri
Kesepian
Kehilangan identitas
Pesimisme
Gangguan tidur
Menarik diri
Khawatir.
Isolasi
Kendala bahasa
Tersesat
Koping pasif
Depresi (121221)
Kegelisahan (121222)
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Bencana merupakan sebagai peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu
kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan baik oleh faktor alam dan/ atau faktor
non- alam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia,
kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis. Bencana menimbulkan trauma
psikologis bagi semua orang yang mengalaminya.
Peran perawat sangatlah penting pada kasus ini. Peran perawat sangat berguna untuk memberikan
asuhan keperawatan yang sesuai dengan standar keperawatan dan kode etik dalam menangani
pasien dengan Post Traumatic Stress Disorder (PTSD) pasca bencana alam.
Dan diharapkan kepada pembaca dan penulis bisa lebih memahami materi mengenai penyakit
dengan Post Traumatic Stress Disorder (PTSD) pasca bencana alam dilihat dari perbandingan data di
lahan dan konsep teori yang sesungguhnya.
3.2 Saran
Dengan mempelajari Asuhan keperawatan dengan Post Traumatic Stress Disorder (PTSD) diharapkan
mahasiswa/I mampu melakukan asuhan keperawatan meliputi pengkajian, diagnose, intervensi, dan
implementasi sesuai dengan kebutuhan pasien dalam keadaan bencana alam.