Anda di halaman 1dari 17

ASUHAN KEPERAWATAN ANSIETAS

Dosen pembimbing : Ns. Guslinda, M.Kep. Sp.Kep J.

Disusun oleh :
Tika Septya Rahayu 18112202
Fira Yulia 18112184
Monalisa 18112189

PROGRAM STUDY D.III KEPERAWATAN STIKes


MERCUBAKTIJAYA
TAHUN AJARAN 2019/2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan atas kehadirat Allah Swt yang mana telah Melimpahkan rahmat
serta hidayahnya, sehingga kami dapat menyelesaikan Makalah yang berjudul ” ASKEP
ANSIETAS tepat pada waktunya. Dan salawat serta salam juga selalu tercurahkan kepada
nabi besar Muhammad Saw yang telah membawa kita dari alam kebodohan menuju alam
yang penuh dengan Ilmu pengetahuan dan teknologi seperti yang kita rasakan pada saat 
sekarang ini. Di dalam penyusunan makalah ini kami menyadari masih banyak sekali
kekurangan, untuk itu kritik dan saran yang bersifat membangun dari rekan-rekan semua
sangat kami harapkan demi kesempurnaan makalah selanjutnya.Semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi kita semua. Atas perhatiannya kami ucapkan terima kasih,
DAFTAR PUSTAKA

JUDUL...................................................................................................................................

KATA PENGANTAR............................................................................................................

DAFTAR ISI..........................................................................................................................

BAB I PEMBAHASAN.........................................................................................................

A. PENGERTIAN..........................................................................................................
B. ETIOLOGI................................................................................................................
C. RENTANG RESPON KECEMASAN.......................................................................
D. TANDA DAN GEJALA............................................................................................
E. PENATALAKSANAAN
KECEMASAN..........................................................................................................

BAB II ASKEP TEORITIS

A. PENGKAJIAN..........................................................................................................
B. DIAGNOSA...............................................................................................................
C. INTERVENSI...........................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................
A. PENGERTIAN

Kecemasan merupakan reaksi yang sering terjadi pada keadaan sakit,


pengobatan, dan sistem perawatan kesehatan itu sendiri, bagi sebagian klien
kecemasan merupakan saringan terhadap persepsi dan reaksi mereka, bagi sebagian
lainnya kecemasan dapat menjadi bagian dari sakit yang dideritanya.

Kecemasan adalah ketegangan, rasa tidak aman dari kekawatiran yang timbul
karena dirasakan terjadi sesuatu yang tidak menyenangkan tetapi sumbernya sebagian
besar tidak diketahui dan berasal dari dalam.

Kecemasan dapat didefinisikan suatu keadaan perasaan keprihatianan, rasa


gelisah, ketidak tentuan, atau takut dari kenyataan atau persepsi ancaman sumber
aktual yang tidak diketahui atau dikenal. Kecemasan mungkin hadir pada beberapa
tingkat dalam kehidupan setiap individu, tetapi derajat dan frekuensi dengan yang
memenifestasikan berbeda secara luas. Respon masing-masing individu memiliki
kecemasan berbeda. Tapi emosional yang memprovokasi kecemasan untuk
merangsang kreativitas atau kemampuan pemecahan masalah, yang lainnya dapat
menjadi bergerak ke tingkat patologis, perasaan umumnya dikategorikan menjadi
empat tingkat untuk tujuan pengobatan.

Kecemasan dan gangguanya dapat muncul dalam berbagai tanda dan gejala
fisik dan psikologik seperti gemetar, rasa goyah, nyeri punggung dan kepala,
keteggangan otot, napas pendek, mudah lelah, sering kaget, hiperaktivitas autonomik
seperti wajah merah dan pucat, berkeringat, tangan rasa dingin, diare, mulut kering,
sering kencing, rasa takut, sulit konsentrasi, insomnia, libido turun, rasa mengganjal
di tenggorok, rasa mual di perut dan sebagaianya. Gejala utama dari depresi adalah
efek depresif, kehilangan minat dan kegembiraan, dan berkurangnya energi yang
menuju meningkatnya keadaan mudah lelah ( rasa lelah yang nyata sesudah kerja
sedikit saja ) serta menurunya aktivitas.

Beberapa gejala lainya dari depresi adalah konsentrasi dan perhatian


berkurang, harga diri dan kekpercayaan diri berkurang, gagasan tentang rasa bersalah
dan tidak berguna, pandangan masa depan yang suram dan pesimistis, nafsu makan
berkurang.

Keadaan cemas biasanya disertai dan diikuti dengan gejala depresi. Untuk
diagnosis dibutuhkan penentuan kriteria yang tepat antara berat ringanya gejala,
penyebab serta kelangsungan dari gejala apakah sementara atau menetap. Pada
gangguan cemas lainya biasanya depresi adalah bentuk akhir bila penderita tidak
dapat menyelesaikan masalah yang dihadapi. Pada cemas menyeluruh depresi
biasanya bersifat sementara dan lenih ringan gejalanya dibanding kecemasan,
gangguan penyesuaian memiliki gejala yang jelas berkaitan erat dengan stres
kehidupan.
B. ETIOLOGI

Ada beberapa faktor yang menyebabkan kecemasan. Antara lain faktor organ
biologi dan faktor psikoedukatif. Faktor organ biologi adalah ketidakseimbangan zat
kimia pada otk yang disebut neurotransmitter yang disebabkan karena kurangnya
oksigen. Faktor psikoedukatif adalah faktor-faktor psikologi yang berpengaruh
terhadap perkembangan kepribadian seseorang, baik hal yang menentramkan,
menyenangkan dan menyedihkan.

1. Faktor predisposisi
Stressor predisposisi adalah semua ketegangan dalam kehidupan yang dapat
menyebabkan timbulnya kecemasan. Ketegangan dalam kehidupan tersebut dapat
berupa :
a. Peristiwa traumatik, yang dapat memicu terjadinya kecemasan berkaitan
dengan kritis yang dialami individu baik krisis perkembangan atau situasional.
b. Konflik emosional, yang dialami individu dan tidak terselesaikan dengan baik.
Konflik antara id dan superego atau antara keinginan dan kenyataan dapat
menimbulkan kecemasan pada individu.
c. Konsep diri terganggu akan menimbulkan ketidakmampuan individu berfikir
secara realitas sehingga akan menimbulkan kecemasan.
d. Frustasi, akan menimbulkan rasa ketidakberdayaan untuk mengambil
keputusan yang berdampak terhadap ego.
e. Gangguan fisik akan menimbulkan kecemasan karena merupakan ancaman
terhadap integritas fisik yang dapat mempengaruhi konsep diri individu.
f. Pola mekanisme koping keluarga atau pola keluarga menangani stress akan
mempengaruhi individu dalam berespon terhadap konflik yang dialami karena
pola mekanisme koping individu banyak dipelajari dalam keluarga.
g. Riwayat gangguan kecemasan dalam keluarga akan mempengaruhi respon
individu dalam berespon terhadap konflik dan mengatasi kecemasanya
h. Medikasi yang dapat memicu terjadi kecemasan adalah pengobatan yang
mengandung benzodiazepin, karena benzodiazepine dapat menekan
neurotransmiter gamma amino butyric acid (GABA) yang mengontrol
aktivitas neuron di otak yang bertanggung jawab menghasilkan kecemasan.
2. Faktor presipitasi
Stresor presipitasi adalah semua ketegangan dalam kehidupan yang dapat
mencetuskan timbulnya kecemasan . stressor presipitasi kecemasan
dikelompokkan menjadi dua bagian, yaitu :
a. Ancaman terhadap integritas fisik. Ketegangan yang mengancam integritas
fisik yang meliputi :
 Sumber internal, meliputi kegagalan mekaniksme fisiologis sistem
imun, regulasi suhu tubuh, perubahan biologis normal ( misalnya
hamil)
 Sumber eksternal, meliputi paparan terhadap infeksi virus dan bakteri,
polutan lingkungan, kecelakaan, kekurangan nutrisi, tidak adekuatnya
tempat tinggal.

b. Ancaman terhadap harga diri meliputi sumber internal dan eksternal :


 Sumber internal, kesulitan dalam berhubungan interpersonal di rumah
dan tempat kerja, penyesuaian terhadap peran baru. Berbagai ancaman
terhadap integritas fisik juga dapat mengancam harga diri.
 Sumber eksternal, kehilangan orang yang dicintai, perceraian,
perubahan status pekerjaan, tekanan kelompok, sosial budaya.

C. RENTANG RESPON KECEMASAN


1. Tingkat kecemasan sebagai berikut
a. Kecemasan Ringan
Berhubungan dengan ketegangan dalam kehidupan sehari-hari dan
menyebabkan seseorang menjadi waspada dan menghasilkan lahan
persepsinya. Kecemasan dapat memotivasi bekpar dan menghasilkan
pertumbuhan dan kratifitas.
b. Kecemasan Sedang
Memungkinkan seseorang untuk memusatkan pada hal yang penting dan
mengesampingkan yang lain. Sehingga seseorang mengalami perhatian yang
selektif namun dapat melakukan sesuatu yang lebih tearah. Dengan kata lain,
lapang persepsi terhadap lingkungan menurun. Individu lebih memfokuskan
pada hal yang penting saat itu dan mengesampingkan hal lain.
c. Kecemasan Berat
Sangat mengurangi lahan persepsi seseorang. Seseorang cenderung untuk
memusatkan pada sesuatu yang terinci dan spesifik dan tidak dapat berfikir
pada hal lain. Semua perilaku ditujukan untuk mengurangi ketegangan. Orang
tersebut memerlukan banyak pengarahan untuk dapat memusatkan pada satu
area lain.
d. Tingkat Panik Dari Kecemasan
Berhubungan dengan terperangah, ketakutan dari orang yang mengalami panik
tidak mampu melakukan sesuatu walaupun dengan pengarahan. Panik
melibatkan disorganisasi kepribadian. Dengan panik, terjadi peningkatan
aktifitas motorik, menurunya kemampuan untuk berhubungan dengan orang
lain, persepsi yang menyimpang dan kehilangan pemikiran yang rasional.
Tingkat kecemasan ini tidak sejalan dengan kehidupan, dan juga berlangsung
terus dalam waktu yang lama, dapat terjadi kelelahan yang sangat, bahkan
kematian. Pada tingkat ini individu sudah tidak dapat mengontrol diri lagi dan
tidak dapat melakukan apa-apa lagi walaupun sudah diberi pengarahan.
D. TANDA DAN GEJALA KECEMASAN
1. Renspons fisik
a. Kardiovaskular
Palpitasi, jantung berdebar, tekanan darah meninggi, denyut nadi cepat
b. Pernafasan
Nafas cepat, nafas pendek, tekanan pada dada, nafas dangkal, pembengkakkan
pada tenggorokan, terangah-engah.
c. Neuromuskular
Refleks meningkat, insomnia, tremor, gelisah, wajah tegang, kelemahan
umum, kaki goyah, gerakkan yang janggal
d. Gastrointestinal
Anoreksia, diare/konstipasi, mual, rasa tidak nyaman pada abdomen
e. Traktur urinarius
Sering berkemih dan tidak dapat menahan kencing
f. Kulit
Wajah kemerahan, berkeringat, gatal, rasa panas pada kulit.
2. Respons Kognitif
Lapang persepsi menyempit, tidak mampu menerima rangsang luar, berfokus pada
apa yang menjadi perhatianya.
3. Respons Perilaku
Gerakkan tersentak-sentak, bicara berlebihan dan cepat, perasaan tidak aman
4. Respons Emosi
Menyesal, iritabel, kesedihan mendalam, takut, gugup, sukacita berlebihan,
ketidakberdayaan meningkat secara menetap, ketidakpastian, kekhawatiran
meningkat, fokus pada diri sendiri, perasaan tidak adekuat, ketakutan, distressed,
khawatir, prihatin

E. PENATALAKSANAAN KECEMASAN

Penatalaksanaan ansietas pada tahap pencegahan dan terapi memerlukan suatu


metode pendekatan yang bersifat holistik, yaitu mencangkup fisik (somatik),
psikologik atau psikiatrik, psikososial dan psikoreligius. Selengkapnya seperti pada
uraian berikut:

1. Upaya meningkatkan kekebalan terhadap stress, dengan cara :


a. Makan makanan yang bergizi dan seimbang
b. Tidur yang cukup
c. Olahraga yang teratur
d. Tidak merokok dan tidak minum minuman keras

2. Terapi psikofarmaka
Terapi psikofarmaka yang sering dipakai adalah obat anti cemas , yaitu seperti
diazepan, clobazam, bromazepan, lorazepan, buspirone HCI, meprobamate dan
alprazolam.
3. Terapi somatik
Gejala atau keluhan fisik (somatik) sering dijumpai sebagai gejala ikutan atau
akibat dari kecemasan yang berkepanjangan. Untuk menghilangkan keluhan-
keluhan somatik (fisik) itu dapat diberikan obat-obatan yang ditujukan pada organ
tubuh yang bersangkutan.
4. Psikoterapi
Psikoterapi diberikan tergantung dari kebutuhan individu, antara lain.
a. Psikoterapi suportif
b. Psikoterapi Re-Edukatif
c. Psikoterapi Re-Konstruktif
d. Psikoterapi Kognitif
e. Psikoterapi Psikodinamik
f. Psikoterapi Keluarga
5. Terapi psikoreligius
Untuk meningkatkan keimanan seseorang yang erat hubungannya dengan
kekebalan dan daya tahan dalam menghadapi bebagai problem kehidupan yang
merupakan stressor psikososial
ASKEP TEORITIS

A. PENGKAJIAN
1. Faktor predisposisi
Berbagai teori telah dikembangkan untuk menjelaskan asal ansietas
a. Teori psikoanalitik
Ansietas adalah konflik emosional yang terjadi antara dua elemen kepribadian,
ID dan superego. ID mewakili dorongan insting dan implus primitif seseorang.
Sedangkan superego mencerminkan hati nurani seseorang dan dikendalikan
oleh norma-norma budaya seseorang. Ego atau aku, berfungsi menengahi
hambatan dari dua elemen yang bertentangan dan fungsi ansietas adalah
mengingatkan ego bahwa ada bahaya.
b. Teori interpersonal
Ansietas timbul dari perasaan takut terhadap tidak adanya penerimaan dari
hubungan interpersonal. Ansietas juga berhubungan dengan perkembangan
dan kehilangan sehingga menimbulkan kelemahan spesifik. Orang dengan
harga diri rendah mudah mengalami perkembangan ansietas yang berat.
c. Teori perilaku
Ansietas merupakan produk frustasi yaitu segala sesuatu yang menggangu
kemampuan seseorang untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Daftar tentang
pembelajaran menyakini bahwa individu yang terbiasa dalam kehidupan
dininya dihadapkan pada ketakutan yang berlebihan lebih sering menunjukkan
ansietas pada kehidupan selanjutnya,
d. Kajian keluarga
Menunjukkan bahwa gangguan ansietas merupakan hal yang biasa ditemui
dalam suatu keluarga. Ada tumpang tindih dalam gangguan ansietas dan
antara gangguan ansietas dengan depresi
e. Kajian biologis
Menunjukkan bahwa otak mengandung reseptor khusus benzodiazepine.
Reseptor ini mungkin membantu mengatur ansietas penghambat dalam
aminobutirik. Gamma neurogulator (GABA) juga mugkin memainkan peran
utama dalam mekanismr biologis berhubungan dengan ansietas sebagaimana
halnya endorfin. Selain itu telah dibuktikan kesehatan umum seseorang
mempunyai akibat nyata sebagai predisposisi terhadap ansietas. Ansietas
mungkin disertai dengan gangguan fisik dan selanjutnya menurunkan
kepasitas seseorang untuk mengatasi stressor.
2. Faktor presipitasi
Stressor pencetus mungkin berasal dari sumber internal atau eksternal. Stressor
pencetus dapat dikelompokkan menjadi 2 kategori :
a. Aancaman terhadap integritas seseorang meliputi ketidakmampuan fisiologis
yang akan datang atau menurunya kapasitas untuk melakukan aktifitas hidup
sehari-hari.
b. Ancaman terhadap sistem diri seseorang dapat membahayakan identitas, harga
diri dan fungsi sosial yang terintegrasi seseorang.
3. Perilaku
Kecemasan dapat diekspresikan secara langsung melalui perubahan fisiologi dan
perilaku dan secara tidak langsung melalui timbulnya gejala atau mekanisme
koping dalam upaya melawan kecemasan. Intensietas perilaku akan meningkat
sejalan dengan peningkatan tingkat kecemasan

4. Respon Fisiologis terhadap ansietas

Sistem Respon
perilaku  Gelisah
 Ketegangan fisik
 Tremor
 Gugup
 Bicara cepat
 Tidak ada koordinasi
 Kecenderungan untuk celaka
 Menarik diri
 Menghindar
 Terhambat melakukan aktifitas
kognitif  Gangguan perhatian
 Konsentrasi hilang
 Pelupa
 Salah tafsir
 Adanya bloking pada fikiran
 Menurunya lahan persepsi
 Kreatif dan produktif menurun
 Bingung
 Khawatir yang berlebihan
 Hilang menilai objektifitas
 Takut akan kehilangan kendali
 Takut yang berlebihan.
Afektif  Mudah terganggu
 Tidak sabar
 Gelisah
 Tegang
 Nerveus
 Ketakutan
 Alarm
 Tremor
 Gugup
 Gelisah
5. Respon perilaku kognitif
 Sumber Koping

Individu dapat mengalami stress dan ansietas dengan menggerakkan sumber


koping tersebut di lingkungan. Sumber koping tersebut sebagai modal ekonomok,
kemampuan penyelesaian masalah, dukunga sosial dan keyakinan budaya dapat
membantu seseorang mengintegrasikan pengalaman yang menimbulkan stress dan
mengadopsi strategi koping yang berhasil.

 Mekanisme koping
Ketika mengalami ansietas individu menggunakan berbagai mekanisme
koping untuk mencoba mengatasinya dan ketidakmampuan mengatasi ansietas secara
konstruktif merupakan penyebab utama terjadinya perilaku patologis. Ansietas tingkat
ringan sering ditanggulangi tanpa yang serius.
Tingkat ansietas sedang dan berat menimbulkan 2 jenis mekanisme koping:
a. Reaksi yang berorientasi pada tugas, yaitu upaya yang disadari dan
berorientasi pada tindakan untuk memenuhi secara realitis tuntutan situasi
stress
b. Mekanisme pertahanan ego, membantu mengatasi ansietas ringan dan
sedang, tetapi jika berlangsung pada tingkat sadar dan melibatkan
penipuan diri dan distrorsi realitas, maka mekanisme ini dapat merupakan
respon maladaptif terhadap stress

Sebuah sumber menjelaskan bahwa ada dua mekanisme koping yang dikategorikan
untuk mengatasi ansietas:

1. Reaksi yang berorientasi pada tugas ( Task Oriented Reaction)


Merupakan pemecahan masalah secara sadar digunakan untuk menanggulangi
ancaman stressor yang ada secara realistis, yaitu :
- Perilaku menyerang (agresif)
Biasanya digunakan individu untuk mengatasi rintangan agar memenuhi
kebutuhan
- Perilaku menarik diri
Digunakan untuk menghilangkan sumber ancaman baik secara fisik maupun
secara psikologis
- Perilaku kompromi
Digunakan untuk mengubah tujuan-tujuan yang akan dilakukan atau
mengorbankan kebutuhan personal untuk mencapai tujuan.
2. Mekanisme pertahanan ego (Ego Oriented Reaction)
Mekanisme pertahanan ego membantu mengatasi ansietas ringan maupun sedang
yang digunakan untuk melindungi diri dan dilakukan ssecara tidak sadar untuk
mempertahankan ketidakseimbangan. Adapun mekanisme pertahanan ego adalah :
- Kompensasi
Adalah proses dimana seseorang memperbaiki penurunan citra diri dengan secara
tegas menonjolkan keistimewaan/kelebihan yang dimilikinya.
- Penyangkalan (Denial)
Menyatakan ketidaksetujuan terhadap realitas dengan mengingkari realitas dengan
mengingkari realitas tersebut. Mekanisme pertahanan ini paling sederhana dan
primitif
- Pemindahan (Displacemen)
Pengalihan emosi yang semula ditujukan pada seseorang /benda tertentu yang
biasanya netral atau kurang mengancam terhadap dirinya
- Disosiasi
Pemisahan dari setiap proses mental atau perilaku dari kesadaran atau identitasnya
- Identifikasi (identification)
Proses dimana seseorang mencoba menjadi orang yang ia kagumi dengan
mengambil/menirukan pikiran-pikiran, perilaku dan selera orang tersebut.
- Intelektualisasi (intelektualization)
Penggunaan logika dan alasan yang berlebihan untuk menghindari pengalaman
yang menggagu perasaannya.
- Introjeksi ( intrijection)
Mengikuti norma-norma dari luar sehingga ego tidak lagi terganggu oleh ancaman
dari luar (pembentukan superego)
- Fiksasi
Berhenti pada tingkat perkembangan salah satu aspek tertentu (emosi atau tingkah
laku atau pikiran) sehingga perkembangan selanjutnya terhalang.
- Proyeksi
Pengalihan buah pikiran atau implus pada diri sendiri kepada orang lain terutama
keinginan. Perasaan emosional dan motivasi tidak dapat ditoleransi.
- Rasionalisasi
Memberi keterangan bahwa sikap/tingkah lakunya menurut alasan yang seolah-
olah rasioanl, sehingga tidak menjatuhkan harga diri.
- Reaksi formasi.
Bertingkah laku yang berlebihan yang langsung bertentangan dengan keinginan-
keinginan, perasaan yang sebenarnya.
- Regressi
Kembali ketingkat perkembangan terdahulu ( tingkah laku yang primitif), contoh :
bila keinginan terhambat menjadi marah, merusak, melempar barang, meraung
dsb.
- Represi
Secara tidak sadar mengesampingkan pikiran, implus, atau ingatan yang
menyakitkan atau bertentangan, merupakan pertahanan, merupakan pertahankan
ego yang primer yang cenderung diperkuat oleh mekanisme ego yang lainnya.
- Acting out
Langsung mencetuskan perasaan bila keinginannya terhalang
- Sublimasi
Penerimaan suatu sasaran pengganti yang mulia artinya dimata masyarakat untuk
suatu dorongan yang mengalami halangan dalam penyalurannya secara normal.
- Supresi
Suatu proses yang digolongkan sebagai mekanisme pertahanan tetapi sebetulnya
merupakan analog represi yang disadari pengesampingan yang disengaja tentang
suatu bahan dari kesadaran seseorang kadang-kadang dapat mengarah pada
represif berikutnya
- Undoing
Tindakan / perilaku atau komunikasi yang menghapuskan sebagian dari tindakan
perilaku atau komunikasi sebelumnya merupakan mekanisme pertahanan primitif.

B. DIAGNOSA
Adapun diagnosa yang biasanya muncul pada kecemasan adalah :
1. Kecemasan
2. Pola nafas tidak efektif
3. Koping individu tidak efektif
4. Diam
5. Gangguan pembagian bidang energi
6. Ketakutan
7. Inkontinensial
8. Stress

Cedera resiko terhadap


1. Perubahan nutrisi
2. Respon pasca trauma
3. Ketidakberdayaan
4. Gangguan harga diri
5. Gangguan pola tidur
6. Isolasi sosial
7. Perubahan proses berfikir
8. Gangguan eliminasi urine

C. INTERVENSI
Tujuan umum : klien akan mengurangi ansietasnya dari tingkat ringan hingga panik
Tujuan khusus : klien mampu untuk
1. Membina hubungan saling percaya
2. Melakukan aktifitas sehari-hari
3. Mengekspresikan dan mengidentifikasi tentang kecemasanya
4. Mengidentifikasi situasi yang menyebabkan ansietas
5. Meningkatkan kesehatan fisik dan kesejahteraannya.
6. Klien terlindung dari bahaya
Ansietas Ringan

Deskripsi Batasan karakter Intervensi


Ansietas ringan adalah  Tidak nyaman  Gerakan tidak tenang
ansietas normal dimana  Gelisah  Perhatikan tanda
motivasi individu pada  Insomnia ringan peningkatan ansietas
kesehatan dalam batas  Perubahan nafsu makan  Bantu klien menyalurkan
kemampuan untuk ringan energi secara konstruktif
melakukan dan  Peka  Gunakan obat bila perlu
memecahkan masalah  Pengulangan pertanyaan  Dorong pemecahan
meningkat. masalah
 Perilaku mencari
perhatian  Berikan informasi akurat
 Peningkatan dan fuktual
kewaspadaan  Sadari penggunaan
 Peningkatan persepsi mekanisme pertahanan
pemecahan masalah  Bantu dalam
 Mudah marah mengidetifiksi
keterampilan koping yang
berhasil
 Pertahankan cara yang
tenang dan tidak terburu
 Ajarkan latihan dan
teknik relaksasi

Ansietas Sedang

Deskripsi Batasan karakter Intervensi


Ansietas sedang adalah  Perkembangan dari  Pertahankan sikap tidak
cemas yang mempengaruhi ansietas ringan tergesa-gesa, tenanglah
pengetahuan baru dengan  Perhatian terpilih dari bila berurusan dengan
penyempitan lapangan lingkungan pasien
persepsi sehingga individu  Konsentrasi hanya pada  Bicara dengan sikap
kehilangan pegangan tetapi tugas-tugas individu tenang tegas meyakinkan
dapat mengikuti pengarahan  Suara bergetar  Gunakan kalimat yang
orang lain  Ketidaknyamanan pendek dan sederhana
jumlah waktu yang  Hindari menjadi cemas,
digunakan marah, dan melawan
 Takipnea  Dengarkan pasien
 Takikardia  Berikan kontak fisik
 Perubahan dalam nada dengan menyentuh lengan
suara dan tangan pasien
 Gemetaran  Anjurkan pasien
 Peningkatan ketegangan menggunakan teknik
otot relaksasi
 Mengigit kuku,  Ajak pasien untuk
memukul-mukulkan jari, mengungkapkan
menggoyangkan kaki perasaannya
dan mengetukkan jari  Bantu pasien mengenali
kaki dan menamai ansietasnya

Ansietas Berat

Deskripsi Batasan karakter Intervensi


Pada ansietas berat lapangan  Perasaan terancam  isolasi pasien dalam
persepsi menjadi sangat  Keteganggan otot lingkungan yang aman
menurun, individu berlebihan dan tenang
cenderung memikirkan hal  Diaforesis  biarkan perawatan dan
yang sangat kecil saja dan  Perubahan pernafasan kontak sering sampai
mengabaikan hal yang lain.  Nafas panjang konstan
Individu tidak mampu  Hiperventilasi  berikan obat-obatan
berfikir realitis dan pasien melakukan hal
 Dispnea
membutuhkan banyak untuk dirinya sendiri
 Pusing
pengarahan, untuk dapat  observasi adanya tanda-
memuaskan pada daerah  Perubahan
gastrointestnalis tanda peningkatan agitasi
lain.  jangan menyentuh pasien
 Mual muntah
 Rasa terbakar pada hulu tanpa permisi
hati  yakinkan pasien bahwa
 Sendawa dia aman
 Anoreksia  kaji keamanan dalam
lingkungan sekitarnya
 Diare atau konstipasi
 Perubahan
kardiovaskuler
 Takikardia
 Palpitasi
 Rasa tidak nyaman pada
prekokardia
 Berkurangnya jarak
persepsi secara berat
 Ketidakmampuan untuk
berkonsentrasi
 Rasa terbakar
 Kesulitan dan
ketidaktepatan
pengungkapan
 Aktivitas yang tidak
berguna
 bermusuhan
Panik

Deskripsi Batasan karakter Intervensi


Panik adalah tingkat dimana  hiperaktif/ imobilitasi  tetap bersama pasien
individu berada pada bahaya berat minta bantuan
terhadap diri sendiri dan  rasa terisolasi yang  jika mungkin hilangkan
orang lain serta dapat ekstrim beberapa stressor fisik
menjadi diam atau  kehilangan desintegrasi dan psikologis dari
menyerang dengan cara kepribadian lingkungan
kacau  sangat goncang dan  bicara dengan tenang ,
otot-otot tegang sikap meyakinkan,
 ketidaknyamanan untuk menggunakan nada suara
berkomunikasi dengan yang rendah
kalimat yang lengkap  katakan pada pasien
 distori persepsi dan bahwa anda (staf) tidak
penilaian yang tidak akan membahayakan
realistis terhadap dirinya sendiri atau orang
lingkungan dan ancaman lain
 perialaku kacau dalam  isolasikan pasien pada
usaha melarikan diri daerah yang aman dan
 menyerang nyaman
 lanjut dengan perawatan
ansietas berat.
DAFTAR PUSTAKA

Mallapiang.2003.keperawatan jiwa.jakarta.EGC

Lynda juall carpenito dan moyet.2007.Buku saku diagnosis keperawatan.jakarta.EGC

Anda mungkin juga menyukai