Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

PROSES TERJADINYA GANGGUAN JIWA DALAM PERSPEKTIF


KEPERAWATAN JIWA

MATA KULIAH: KEPERAWATAN KESEHATA JIWA I

DOSEN PENGAMPUH: NS Echa E.F.S Amir., S.Kep

Di Susun Oleh: Kelompok 1

1. Angga Firmansyah Ibrahim


2. Chesilia Wulandari Mokoginta
3. Moh Reza Dondo
4. Mouren Marsela Sendow
5. Priliska Mandeng
6. Nopita Manopo
7. Nur Riska Pabela
8. Putri Mukhliza Paputungan
9. Suci Fatika Mokodompit

PRODI S1 KEPERAWATAN
INSTITUT KESEHATAN & TEKNOLOGI GRAHA MEDIKA
KOTAMOBAGU
2022
KATA PENGANTAR

Dengan mengucap puji dan syukur kehadirat Tuhan yang maha Esa karena atas
berkat Rahmat-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan Tugas Makalah dengan
Judul Proses Terjadinya Gangguan Jiwa Dalam Perspektif Keperawatan Jiwa”
tepat pada waktunnya. Adapun tujuan dari penulisan makalah ini untuk memenuhi
tugas pada bidang Studi Mata kuliah “Keperawatan Kesehatan Jiwa 1”.

Dalam penulisan makalah ini kami merasa masih banyak kekurangan baik pada
teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang kami miliki.
Untuk itu krtitik dan saran dari semua pembaca sangat kami harapkan demi
penyempurnaan makalah ini.

Dengan ini kami ucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah
mendukung sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu,
dan kami ucapkan terima kasih kepada Dosen pengampuh mata kuliah
Keperawatan Kesehatan Jiwa 1 yang telah bersedia meluangkan waktu untuk
membimbing dan memberikan berbagai ilmu kepada kami

Kotamobagu, 28 Februari 2022

Penulis

Kelompok 1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................i

DAFTAR ISI......................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................1

A. Latar Belakang.........................................................................................................2
B. Rumusan Masalah....................................................................................................3

BAB II PEMBAHASAN...................................................................................................4

A. Definisi Gangguam Jiwa.........................................................................................5


B. Perspektif Keperawatan Jiwa...................................................................................6
C. Faktor Yang Menyebabkan Gangguan Jiwa............................................................7
D. Tanda Dan Gejala Gangguan Jiwa..........................................................................8
E. Klasifikasi Gangguan Jiwa......................................................................................9
F. Macam-macam Program Pengobatan Pasien Gangguan Jiwa.................................10

BAB III PENUTUP.....................................................................................................11

A. Kesimpulan..............................................................................................................12
B. Saran........................................................................................................................13

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................14

LAMPIRAN......................................................................................................................15

JURNAL............................................................................................................................16
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Gangguan jiwa adalah suatu penyakit yang bisa terjadi pada semua orang dan
tanpa mengenal ras,budaya,anak-anak,dewasa miskin ataupun kaya,ganguan jiwa
merupakan salah satu gangguan mental yang di sebabkan oleh beragam faktor
yang berasal dari dalam maupun luar. Gangguan mental ini dapat dikenali dengan
perubahan pola pikir, tingkah laku dan emosi yang berubah secara mendadak
tanpa disertai alasan yang jelas. Stres yang menjadi pemicu awal terjadinya
gangguan jiwa akan membuat seseorang tidak mampu beraktivitas secara normal.
Jika stres ini tidak ditangani secara cepat maka akan berlanjut pada gejala
gangguan kejiwaan.

Pada umumnya terdapat beberapa fakor yang mempengaruhi kejiwaan seseorang


yakni.Faktor Keturunan,Jika di dalam silsilah keluarga tersebut mempunyai
riwayat ganguan jiwa maka keturunan – keturunan dari keluarga tersebut bisa dan
sangat mungkin juga akan mengalami ganguan medis tersebut karena ada
hubungan darah dari orang tua mereka yang menyebabkan si anak juga bisa
mengalami ganguan jiwa tersebut. Faktor Lingkungan,Faktor lingkungan di sini
juga bisa berpengaruh terhadap penyakit medis ganguanjiwa tersebut.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam
penyusunan makalah ini adalah :

1. Apa definisi ganguan jiwa?

2. Bagaimana perspektif gangguan jiwa?

3. Apa saja faktor penyebab gangguan jiwa?

4. Apa saja tanda dan gejala gangguan jiwa?


5. Apa saja klasifikasi gangguan jiwa?

6. Bagaimana macam pengobatan pengobatan jiwa?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui pengertian gangguan jiwa

2. Untuk mengetahui perspektif gangguan jiwa

3. Untuk mengetahui faktor penyebab gangguan jiwa

4. Untuk mengetahui tanda dan gejala gangguan jiwa

5. Untuk mengetahui klasifikasi gangguan jiwa

6. Untuk mengetahui macam pengobatan pada gangguan jiwa


BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi Gangguan Jiwa

Gangguan jiwa adalah sindrom perilaku individu yang berkaitan dengan suatu
gejala penderitaan dan pelemahan didalam satu atau lebih fungsi penting dari
manusia, yaitu fungsi psikologik, perilaku, biologik, gangguan tersebut
mempengaruhi hubungan antara dirinya sendiri dan juga masyarakat (Maramis,
2010). ).

Gangguan jiwa atau penyakit mental adalah keadaan dimana mengalami


kesultanan mengenai persepsinya tentang kehidupan, hubungan dengan orang
lain, dan sikapnya terhadap dirinya sendiri. Gangguan jiwa merupakan suatu
gangguan yang sama halnya dengan gangguan jasmaniah lainnya, tetapi gangguan
jiwa bersifat lebih kompleks, mulai dari yang ringan seperti rasa cemas, takut
hingga tingkat berat berupa jiwa (Budiono, 2010)

Gangguan jiwa adalah suatu kondisi seseorang mengalami gangguan dalam


pikiran, perilaku, dan perasaan termanifestasi dalam bentuk gambaran atau
perubahan yang bermakna, serta dapat menimbulkan penderitaan dan hambatan
dalam menjalankan fungsi orang sebagai manusia ( UU.RI No.18, 2014

B. Perspektif Keperawatan jiwa

Perspektif 2000 jiwa adalah pandangan dasar tentang hakikat manusia dan esensi
yang menjadi kerangka dasar dalam praktik 2000 jiwa. Setiap individu memiliki
harkat dan martabat, sehingga masing-masing individu perlu dihargai. Tujuan
individu meliputi : tumbuh, sehat, otonomi dan aktualisasi diri. Masing-masing
individu mungkin berubah, karena kita tahu bahwa manusia adalah makhluk
holistik yang kebutuhannya berbeda. Semua perilaku individu itu bermakna :
pikiran, persepsi, perasaan dan tindakan. Beberapa keyakinan yang digunakan
dalam 2000 jiwa antara lain sebagai berikut (Depkes RI, 1998).
 Sebuah. Individu memiliki harkat dan martabat, sehingga setiap individu
perlu dihargai.
 Tujuan individu meliputi tumbuh, sehat, otonomi, dan aktualisasi diri.
 Setiap individu memiliki potensi untuk berubah.
 Manusia adalah makhluk holistik yang berinteraksi dan bereaksi dengan
lingkungan sebagai manusia yang utuh.
 Setiap orang memiliki kebutuhan dasar yang sama.
 Semua perilaku individu adalah bermakna.
 Perilaku individu meliputi persepsi, pikiran, perasaan, dan tindakan.
 Individu memiliki kapasitas koping yang bervariasi, yang dipengaruhi oleh
kondisi genetik, lingkungan, kondisi stres, dan sumber yang tersedia.
C. Faktor Yang Menyebabkan Gagguan Jiwa

Sumber penyebab gangguan jiwa dipengaruhi oleh faktor-faktor pada ketiga


faktor yang saling mempengaruhi terus menerus (Yosep,2007) yaitu:

1. Faktor – faktor somatik (somatogenik) atau organobiologis

 Neroanatomi
 Nerofisiologi
 Nerokimia
 Tingkat kematangan dan perkembangan organik

2. Faktor – faktor psikologik (psikogenik) atau psikoedukatif

 Interaksi ibu-anak: normal(rasa percaya dan rasa aman) atau abnormal


bedasarkan kekurangan, distorsi, dan keadaan yang terputus(perasaan tak
percaya dan kebimbangan)
 Peranan ayah
 Persaingan antara saudara kandung
 Intelegensi
 Hubungan dalam keluarga, pekerjaan, permainan dan masyarakat f.
 Kehilangan yang menngakibatkan kecemasan, depresi, rasa malu atau rasa
salah
 Konsep diri, pengertian identitas diri lawan peranan yang tidak menentu
dan keadaan yang terputus-putus (perasaan tak percaya dan kebimbangan)
 Pola adaptasi dan pembelaan sebagai reaksi terhadap bahaya
 Tingkat perkembangan emosi

3. Faktor-faktor sosio-budaya (sosiogenik) atau sosiokultural

 Kestabilan keluarga
 Pola mengasuh anak
 Tingkat ekonomi
 Perumahan penyebab masalah pedesaan Gejala yang paling utama pada
gangguan jiwa terdapat pada penyebab tunggal, biasanya tidak terdapat
penyebab tunggal tetapi terdapat beberapa hal yang saling mempengaruhi
atau terjadi secara bersamaan, kemudian muncul gangguan kejiwaan.

Sedangkan menurut Faris tahun 2016 faktor-faktor penyebab gangguan jiwa


diantaranya:

1. Usia Pada usia menginjak dewasa, di mana pada usia ini merupakan usia
produktif, dimana seseorang menghadapi dirinya sendiri secara mandiri, masalah
yang dihadapi juga semakin banyak, bukan hanya masalah dirinya sendiri tetapi
juga harus anggota anggota keluarganya.

2. Tidak bekerja memiliki pekerjaan mengakibatkan seseorang tidak memiliki


penghasilan dan gagal dalam menunjukkan aktualisasi dirinya, sehingga seseorang
tidak bekerja dengan aktivitas dan memungkinkan mengalami harga diri rendah
yang berdampak pada gangguan jiwa.

3. Kepribadian yang Tertutup oleh Seseorang yang memiliki kepribadian


tertutuppusat permasalahannya sendiri sehingga masalah yang dihadapi akan
semakin menumpuk. Hal ini yang membuat permasalahan seseorang dan enggan
mengungkapkannya sehingga menimbulkan depresi dan mengalami gagguan jiwa
4. Putus obat Pada beberapa penelitian menunjukan bahwa seseorang dengan
gangguan jiwa harus minum obat seumur hidup, kadang klien merasa bosan, dan
kurang pengetahuan akan menikmati minum obat dan merasa sudah sembuh.

5. Pengalaman yang tidak menyenangkan Pengalaman tidak menyenangkan yang


daialami misalnya adanya aniaya seksual, aniaya fisik, dikucilkan oleh masyarakat
atau kejadian lain akan memicu seseorang mudah mengalami ganguan jiwa

6. Konflik dengan teman atau keluarga Seseorang yang memepunyai konflik


dengan keluarga misalnya karena harta warisan juga dapat membuat seseorang
mengalami gangguan jiwa. Konflik yang tidak terselesaikan dengan teman atau
keluarga akan memicu stresor yang berlebihan. Jika seseorang mengalami stresor
yang berlebihan berlebihan mekanisme kopingnya, maka kemungkinan besar
sesorang akan mengalami gangguan jiwa.

D. Tanda dan Gejala Gangguan Jiwa

Tanda dan gejala yang muncul pada pasien dengan gangguan jiwa menurut
Maramis tahun 2010 diantaranya:

1. Normal dan Abnormal Abnormal berarti menyimpang dari yang normal.


Seseuatu dikatakan abnormal apabila terdapat suat norma, dan seseorang telah
menyimpang dari batas-batas norma

2. Gangguan Kesadaran Kesadaran mrupakan kemampuan individu dalam


berhubungan dengan lingkungannya serta dengan dirinya sendiri (melalui panca
inderanya).apabila kesadaran tersebut baik maka orientasi (waktu, tempat, dan
orang) dan pengertian yang baik serta penggunaan informasi yang masuk
secaratfif (melalui ingatan dan pertimbangan). Kesadaran menurun adalah suatu
keadaan dengan kemampuan persepsi, perhatian dan pemikiran yang berkurang
secara keseluruhan (secara kwantitatif). Kesadaran yang berubah atau tidak
normal merupakan kemampuan dalam hubungan dengan dunia luar dan dirinya
sendiri sudah terganggu dalam taraf tidak sesuai kenyataan.
3. Terganggu Ingatan apabila kesadaran tersebut baik maka orientasi (waktu,
tempat, dan orang) dan pengertian yang baik serta penggunaan informasi yang
masuk secara efektfif (melalui ingatan dan pertimbangan). Kesadaran menurun
adalah suatu keadaan dengan kemampuan persepsi, perhatian dan pemikiran yang
berkurang secara keseluruhan (secara kwantitatif). Kesadaran yang berubah atau
tidak normal merupakan kemampuan dalam hubungan dengan dunia luar dan
dirinya sendiri sudah terganggu dalam taraf tidak sesuai kenyataan.

4. Gangguan Orientasi Gangguan orientasi atau Disorientasi timbul sebagai akibat


gangguan kesadarandan dapat menyangkut waktu, tempat, atau orang. Gangguan
Afek dan Emosi. Afek adalah nada perasaan, menyenangkan atau tidak (seperti
kebanggan, mengecewakan, kasih sayang) yang menyertai suatu pikiran dan
biasanya bermanifestasi afek ke luar dan disertai oleh banyak komponen
fisiologisk. Emosi adalah manifestasi fek ke luar dan dsertai oleh banyak
komponen fisiologis dan berlansung relatif tidak lama. Seseorang dikatakan telah
mengalami gangguan afek atau emosi dapat berupa depresi, kecemasan, eforia,
anhedonia, kesepian, kedangkalan, labil, dan ambivalensi.

5. Gangguan Psikomotor Psikomotor merupakan gerakan badan yang dipengaruhi


oleh keadaan jiwa.

6. Gangguan proses berfikir Proses berfikir meliputi proses pertimbangan,


pemahaman, ingatan serta penalaran.

7. Gangguan persepsi

8. Gangguan intelegensi

9. Gangguan kepribadian.

E. Klasifikasi Gangguan Jiwa

Sistem klasifikasi pada ICD (International Classification of Disease) dan DSM


(Diagnostic and Sttistical Manual of Mental Disorer) menggunakan sistem
kategori. ICD menggunakan sistem aksis tunggal (uniaksis), yang mencoba
menstandartkan diagnosis menggunakan definisi deskriptif dari berbagai sindrom,
serta memberikan pertimbangan untuk diagnosis banding.

Kriteria diagnosis pada DSM menggunakan sistem multiaksis, yag


menggambarkan berbagai gejala yang harus ada agar diagnosis dapat ditegkakan.
Multiaksisi tersebut meliputi sebagai berikut:

a). Aksis 1 : sindroma klinis dan kondisi lain yang mungkin menjadi fokus
perhatian klinis

b). Aksis 2 : gangguan kepribadian dan retardasi mental

c). Aksis 3 : kondisi medis secara umum

d). Aksi 4 ; masalah lingkungan dan psikososisal

e). Aksis 5 : penilaian fungsi secara global

Pedoman penggolongan dan diagnosis gangguan jiwa di Indonesia (PPDGJ) pada


awalnya disusun berdasarkan berbagai klasifikasi pada DSM, tetapi pada Kriteria
diagnosis pada DSM menggunakan sistem multiaksis, yag menggambarkan
berbagai gejala yang harus ada agar diagnosis dapat ditegkakan.

F. Macam-macam Program Pengobatan Untuk Pasien Dengan gangguan jiwa

Pada pasien dengan gangguan jiwa dibutuhkan beberapa pengobatan untuk


memulihkan kondisi jiwanya dan mencegah terjadinya kekambuhan, beberapa
terapi pengobatan pada pasien gangguan jiwa menurut buku Ajar Keperawatan
Jiwa tahun 2015, diantaranya :

1. Psikofarmaka Psikofarmaka adalah berbagai jenis obat yang bekerja pada


susunan saraf pusat. Efek utamanya pada aktivitas mental dan perilaku, yang
biasanya digunakan untuk pengobatan gangguan kejiwaan. Terdapat banyak jenis
obat psikofarmaka dengan farmakokinetik khusus untuk mengontrol dan
mengendalikan perilaku pasien gangguan jiwa. Golongan dan jenis psikofarmaka
ini perlu diketahui perawat agar dapat mengembangkan upaya kolaborasi
pemberian psikofarmaka, mengidentifikasi dan mengantisipasi terjadinya efek
samping, serta memadukan dengan berbagai alternatif terapi lainnya.

2. Kejang Listrik Terapi kejang listrik adalah suatu prosedur tindakan pengobatan
pada pasien gangguan jiwa, menggunakan aliran listrik untuk menimbulkan
bangkitan kejang umum, berlangsung sekitar 25–150 detik dengan menggunakan
alat khusus yang dirancang aman untuk pasien. Pada prosedur tradisional, aliran
listrik diberikan pada otak melalui dua elektroda dan ditempatkan pada bagian
temporal kepala (pelipis kiri dan kanan) dengan kekuatan aliran terapeutik untuk
menimbulkan kejang. Kejang yang timbul mirip dengan kejang epileptik tonik-
klonik umum. Namun, sebetulnya yang memegang peran penting bukanlah kejang
yang ditampilkan secara motorik, melainkan respons bangkitan listriknya di otak
yang menyebabkan terjadinya perubahan faali dan biokimia otak

3. Terapi Aktivitas Kelompok (TAK) Terapi aktivitas kelompok (TAK)


merupakan terapi yang bertujuan mengubah perilaku pasien dengan
memanfaatkan dinamika kelompok. Cara ini cukup efektif karena di dalam
kelompok akan terjadi interaksi satu dengan yang lain, saling memengaruhi,
saling bergantung, dan terjalin satu persetujuan norma yang diakui bersama,
sehingga terbentuk suatu sistem sosial yang khas yang di dalamnya terdapat
interaksi, interelasi, dan interdependensi.

4. Terapi Kognitif Terapi kognitif adalah terapi jangka pendek dan dilakukan
secara teratur, yang memberikan dasar berpikir pada pasien untuk
mengekspresikan perasaan negatifnya, memahami masalahnya, mampu mengatasi
perasaan negatifnya, serta mampu memecahkan masalah tersebut.

5.Terapi Keluarga Terapi keluarga adalah suatu cara untuk menggali masalah
emosi yang timbul kemudian dibahas atau diselesaikan bersama dengan anggota
keluarga, dalam hal ini setiap anggota keluarga diberi kesempatan yang sama
untuk berperan serta dalam menyelesaikan masalah. Keluarga sebagai suatu
sistem sosial merupakan sebuah kelompok kecil yang terdiri atas beberapa
individu yang mempunyai hubungan erat satu sama lain dan saling bergantung,
serta diorganisasi dalam satu unit tunggal dalam rangka mencapai tujuan tertentu.
6. Terapi Lingkungan Terapi lingkungan adalah lingkungan fisik dan sosial yang
ditata agar dapat membantu penyembuhan dan atau pemulihan pasien. Milleu
berasal dari Bahasa Prancis, yang dalam Bahasa Inggris diartikan surronding atau
environment, sedangkan dalam Bahasa Indonesia berarti suasana. Jadi, terapi
lingkungan adalah sama dengan terapi suasana lingkungan yang dirancang untuk
tujuan terapeutik. Konsep lingkungan yang terapeutik berkembang karena adanya
efek negatif perawatan di rumah sakit berupa penurunan kemampuan berpikir,
adopsi nilai-nilai dan kondisi rumah sakit yang tidak baik atau kurang sesuai, serta
pasien akan kehilangan kontak dengan dunia luar.

7. Terapi Perilaku Perilaku akan dianggap sebagai hal yang maladaptif saat
perilaku tersebut dirasa kurang tepat, mengganggu fungsi adaptif, atau suatu
perilaku tidak dapat diterima oleh budaya setempat karena bertentangan dengan
norma yang berlaku. Terapi dengan pendekatan perilaku adalah suatu terapi yang
dapat membuat seseorang berperilaku sesuai dengan proses belajar yang telah
dilaluinya saat dia berinteraksi dengan lingkungan yang mendukung.

Dalam menunjang tercapainya kesembuhan tidak hanya terapi yang dibutuhkan,


tetapi juga program pengobatan pada pasien gangguan jiwa, menurut Psychiatric-
Mental Health Nursing tahun 2015 macam-macam pengobatan pada pasien
gangguan jiwa diantaranya:

a. Pengobatan rawat inap dirumah sakit Perawatan psikiatri rawat inap disebuah
rumah sakit merupakan cara utama untuk orang dengan penyakit mental. Unit
psikiatri menekankan terapi bicara atau interaksi antara pasien dengan staf dan
lingkungan yang ada. Terapi lingkungan juga mrupakan salah satu aspek dalam
pengobatan rawat inap dirumah sakit untuk membantu pasien dalam menstabilkan
pasien dengan gangguan jiwa yang lebih akut. Dalam init rawat inap ditujukan
untuk mengidentifikasi gejala dan ketrampilan dalam menangani gejala yang
muncul, serta mengidentifikasi masalah jangka panjang untuk menjalani terapi
rawat jalan.
b. Pengobatan rawat jalan Rawat jalam adalah salah satu unit kerja dirumah sakit
atau suatu pelayanan kesehatan yang melayani pasien berobat jalan dan tidak lebih
dari 24 jam pelayanan, termasuk seluruh prosedur diagnostik dan terapeutik.
Pelayanan rawat jalan merupakan pelyanan kepada pasien untuk observasi,
diagnosa pengobatan, rehabilitasi medik dan peayanan kesehatan lainnya yang
bersifat umum, spesialistik, sub spesialistik yang dilaksanakan di suatu rumah
sakit atau layanan kesehatan tanpa tinggal rawat inap (Agustiawan & Andri).
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Gangguan jiwa atau penyakit kejiwaan adalah pola psikologis atau perilaku yang
pada umumnya terkait dengan stress atau kelainan jiwa yang tidak dianggap
sebagai bagian dari perkembangan normal manusia. Gangguan tersebut
didefinisikan sebagai kombinasi afektif, perilaku, komponen kognitif atau
persepsi yang berhubungan dengan fungsi tertentu pada daerah otak atau sistem
saraf yang menjalankan fungsi sosial manusia. Penemuan dan pengetahuan
tentang kondisi kesehatan jiwa telah berubah sepanjang perubahan waktu dan
perubahan budaya, dan saat ini masih terdapat perbedaan tentang definisi,
penilaan dan klasifikasi, meskipun kriteria pedoman standar telah digunakan
secara luas. Lebih dari sepertiga orang di sebagian besar negara-negara
melaporkan masalah pada satu waktu pada hidup mereka yang memenuhi kriteria
salah satu atau beberapa tipe umum dari kelainan jiwa.

B. Saran

Calon perawat harus mengetahui cara berkomunikasi dengan baik pada pasien
terutama pada pasien yang mengalami gangguan kejiwaan.
DAFTAR PUSTAKA

Budi Anna Keliat & Mustikasari. (2013)

Gambaran Klien Perilaku Kekerasan di Rumah Sakit Jiwa Pusat Jakarta.

Jurnal Fakultas Ilmu Kesehatan. Keperawatan Jiwa. Budiman. (2010).

Djamaludin. (2010). Buku ajar keperawatan jiwa. Jakarta:

Salemba Medika. Dwi Isyani. (2012)

Gambaran Karakteristik Klien Yang Dirawat di Rumah Sakit Khusus Dadi


Makassar.

Jurnal Fakultas Ilmu Kesehatan. Kusumawati, F & Hartono Y. (2011).

Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta: Salemba Medika. Maramis, W.F. (2010).
Ilmu kedokteran jiwa, Erlangga Universitas Press. Wahyu, S. (2012).

Buku saku keperawatan jiwa. Yogyakarta: Nuha Medika. Wahyuni, Sri. (2011).
“Hubungan Lama Hari Rawat Dalam Kemampuan Pasien Mengontrol
Halusinasi” Jurnal Ners Indonesia. Vol. 1. No.2. Wanadadi. (2014).

Pengertian Pekerjaan Profesi dan Profesional. Diakses pada tanggal 27 Juli 2016

Anda mungkin juga menyukai