DISUSUN OLEH :
1. Eka Muhardi
2. Rina Puspita Lia
3. Ristian Teguh Dwi Wahyuni
4. Eka Ernawati
5. Samiyati
6. Eko Laksono
7. Septiana Ika Firmayati
Assalamualaikum wr.wb. Puji syukur atas rahmat Allah SWT, berkat rahmat serta
karunia-Nya sehingga makalah dengan berjudul “Asuhan Keperawatan Pada Pasien
Dengan Defisit Perawatan Diri” dapat selesai.
Makalah ini dibuat dengan tujuan memenuhi tugas dari Ibu Sri Hindriyastuti pada
mata kuliah keperawatan jiwa. Selain itu, penyusunan makalah ini bertujuan menambah
wawasan kepada pembaca tentang asuhan keperawatan pada pasien dengan Defisit
Perawatan Diri.
Penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada Ibu Sri Hindriyastuti selaku
dosen mata kuliah keperawatan jiwa. Berkat tugas yang diberikan ini, dapat menambah
wawasan penulis berkaitan dengan topik yang diberikan. Penulis juga mengucapkan terima
kasih yang sebesarnya kepada semua pihak yang membantu dalam proses penyusunan
makalah ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan dan penulisan masih melakukan
banyak kesalahan. Oleh karena itu penulis memohon maaf atas kesalahan dan
ketidaksempurnaan yang pembaca temukan dalam makalah ini. Penulis juga mengharap
adanya kritik serta saran dari pembaca apabila menemukan kesalahan dalam makalah ini.
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
DAFTAR ISI.......................................................................................................viii
DAFTAR TABEL..............................................................................................x
DAFTAR GAMBAR..........................................................................................xi
DAFTAR LAMPIRAN......................................................................................xii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.........................................................................................1
B. Rumusan Masalah....................................................................................6
C. Tujuan Penelitian.....................................................................................7
D. Manfaat Penelitian...................................................................................8
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan..............................................................................................60
B. Saran........................................................................................................62
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
mental, spiritual, tapi tidak dapat mengendalikan stres dan tidak ingin
jiwa.
Gangguan jiwa adalah gangguan dalam cara berpikir, kehendak, emosi dan
tindakan, di mana individu tidak dapat menyesuaikan diri dengan orang lain
juta orang mengalami depresi, 60 juta orang terkena bipolar, 21 juta orang
maka jumlah kasus gangguan jiwa terus bertambah serta memberikan dampak
pada penambahan beban negara dan penurunan produktivitas manusia untuk
jiwa berat nasional sebesar 1,7 jiwa per mil.Sedangkan di Provinsi Sumatera
gangguan jiwa berat. Skizofrenia merupakan salah suatu gangguan jiwa berat
keinginan untuk mandi secara teratur, tidak menyisir rambut, pakaian kotor,
Tanda dan gejala pada pasien yang mengalami defisit perawatan diri biasanya
tampak seperti rambut kotor, gigi kotor, badan berdaki dan bau, kuku panjang
dan kotor, rambut acak-acakan, pakaian kotor dan tidak rapi, pakaian tidak
sesuai, pada pasien laki-laki tidak bercukur, pada pasien perempuan tidak
berceceran dan tidak pada tempatnya, buang air besar atau buang air kecil
tidak pada tempatnya dan tidak membersihkan diri dengan baik setelah buang
air besar atau buang air kecil (Keliat dan Akemat, 2014)
Dampak apabila defisit perawatan diri tidak ditangani, maka akan berakibat
Dampak fisik bagi dirinya sediri yaitu banyaknya gangguan kesehatan yang
pada mata dan telinga dan gangguan fisik pada kuku. Sedangkan untuk
interaksi sosial (Dermawan, 2013). Sedangkan dampak bagi orang lain dan
masyarakat.
perawat dalam penanganan masalah defisit perawatan diri di rumah sakit jiwa
diri/mandi, melatih pasien berdandan atau berhias, melatih pasien makan dan
minum secara mandiri dan mengajarkan pasien melakukan buang air besar
dan buang air kecil secara mandiri (Fitria, 2012). Untuk mengoptimalkan
pada 50 orang klien defisit perawatan diri yang diberikan strategi pelaksanaan
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah di uraikan oleh penulis diatas, maka
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
A. Konsep Dasar
1. Pengertian
2. Rentang Respon
a. Pola perawatan diri seimbang : saat klien mendapatkan stresor dan mampu
untuk berprilaku adaptif, maka pola perawatan yang dilakukan klien
seimbang, klien masih melakukan perawatan diri.
b. Kadang perawatan diri kadang tidak: saat klien mendapatkan stresor
kadang – kadang klien tidak memperhatikan perawatan dirinya,
c. Tidak melakukan perawatan diri : klien mengatakan dia tidak peduli dan
tidak bisa melakukan perawatan saat stresor.
1) Perkembangan
b. Faktor presipitasi
Trauma situasional
Perasaan negatif
Perasan tidak mampu
terhadap diri sendiri - Kecelakaan
- Perceraian
- Korban perkosaan
- Putus sekolah
Harga Diri Rendah
Faktor Predisposisi
Kemampuan Faktor Presipitasi
- Perkembangan : keluarga melakukan aktivitas
terlalu memanjakan klien menurun - Kurang penurunan motivasi
- Biologis : penyakit kronis - Kerusakan kognisi atau
- Kemampuan realitas menurun :
perceptual
ketidakpedulian dirinya
- Lelah/lemah yang dialami
- Sosial : kurang dukungan dan
latihan individu
Data Subyektif
Data Obyektif
Pasien mersa lemah
Malas untuk beraktivitas Rambut kotor, acak-acakan
Merasa tidak berdaya Badan dan pakaian kotor dan bau
Mulut dan gigi bau
Kulit kusam dan kotor
Kuku panjang dan tidak terawat
Ketidakpedulian
merawat diri
Menarik diri, merasa tidak
berguna, rasa bersalah
8. Mekanisme Koping
Mekanisme koping pada pasien dengan defisit perawatan diri adalah
sebagai berikut:
a. Regresi, menghindari stress, kecemasan dan menampilkan perilaku
kembali, seperti pada perilaku perkembangan anak atau berhubungan
dengan masalah proses informasi dan upaya untuk mengulangi ansietas
(Dermawan, 2013).
b. Penyangkalan ( Denial ), melindungi diri terhadap kenyataan yang tak
menyenangkan dengan menolak menghadapi hal itu, yang sering
dilakukan dengan cara melarikan diri seperti menjadi “sakit” atau
kesibukan lain serta tidak berani melihat dan mengakui kenyataan yang
menakutkan (Yusuf dkk, 2015).
c. Menarik diri, reaksi yang ditampilkan dapat berupa reaksi fisik maupun
psikologis, reaksi fisk yaitu individu pergi atau lari menghindar sumber
stresor, misalnya: menjauhi, sumber infeksi, gas beracun dan lain-lain.
Reaksi psikologis individu menunjukkan perilaku apatis, mengisolasi
diri, tidak berminat, sering disertai rasa takut dan bermusuhan
(Dermawan, 2013).
d. Intelektualisasi, suatu bentuk penyekatan emosional karena beban
emosi dalam suatu keadaan yang menyakitkan, diputuskan, atau diubah
(distorsi) misalnya rasa sedih karena kematian orang dekat, maka
mengatakan “sudah nasibnya” atau “sekarang ia sudah tidak menderita
lagi” (Yusuf dkk, 2015)
2) Kegiatan ibadah
1) Makan
Biasanya pasien kurang makan, cara makan pasien
terganggu serta pasien tidak memiliki kemampuan
menyiapkan dan membersihkan alat makan.
i. Berpakaian
Biasanya pasien tidak mau mengganti pakaian, tidak
bisa menggunakan pakaian yang sesuai dan tidak bisa
berdandan.
ii. Mandi
Biasanya pasien jarang mandi, tidak tahu cara mandi,
tidak gosok gigi, tidak mencuci rambut, tidak
menggunting kuku, tubuh pasien tampak kusam dan
bdan pasien mengeluarkan aroma bau.
iii. BAB/BAK
Biasanya pasien BAB/BAK tidak pada tempatnya
seperti di tempat tidur dan pasien tidak bisa
membersihkan WC setelah BAB/BAK.
iv. Istirahat
Biasanya istirahat pasien terganggu dan tidak
melakukan aktivitas apapun setelah bangun tidur.
v. Penggunaan
obat
Apabila pasien mendapat obat, biasanya pasien minum
obat tidak teratur.
vi. Aktivitas
dalam rumah
Biasanya pasien tidak mampu melakukan semua
aktivitas di dalam maupun diluar rumah karena pasien
selalu merasa malas.
b. Me
kan
ism
e
ko
pin
g
i. Adaptif
Biasanya pasien tidak mau berbicara dengan orang
lain, tidak bisa menyelesikan masalah yang ada, pasien
tidak mampu berolahraga karena pasien selalu malas.
ii. Maladaptif
Biasanya pasien bereaksi sangat lambat atau kadang
berlebihan, pasien tidak mau bekerja sama sekali,
selalu menghindari orang lain.
iii. Masalah
psikososial
dan
lingkungan
Biasanya pasien mengalami masalah psikososial
seperti berinteraksi dengan orang lain dan lingkungan.
Biasanya disebabkan oleh kurangnya dukungan dari
keluarga, pendidikan yang kurang, masalah dengan
sosial ekonomi dan pelayanan kesehatan.
iv. Pengetahuan
Biasanya pasien defisit perawatan diri terkadang
mengalami gangguan kognitif sehingga tidak mampu
mengambil keputusan.
c. Su
mb
er
Ko
pin
g
Sumber koping merupakan suatu evaluasi terhadap pilihan
koping dan strategi seseorang. Individu dapat mengatasi
stress dan ansietas dengan menggunakan sumber koping
yang ada di lingkungannya. Sumber koping tersebut
dijadikan sebagai modal untuk menyelesaikan masalah.
Dukungan sosial dan keyakinan budaya dapat membantu
seorang mengintegrasikan pengalaman yang menimbulkan
stressdan mengadopsi strategi koping yang efektif.
b. Pohon Masalah
Effect
Core Problem Defisit Perawatan
Isolasi Sosial Diri
Causa
Harga Diri Rendah Kronis
c. Masalah Keperawatan
Masalah keperawatan yang mungkin muncul pada pasien
dengan defisit perawatan diri menurut Fitria (2012), adalah sebagai
berikut:
i. Defisit perawatan diri
ii. Harga diri rendah
iii. Isolasi sosial
d. Intervensi Keperawatan
Berdasarkan Nursing Intervention Classification & Nursing Outcome
Clsasification (2016) :
Tabel 2.1
MASALAH
NOC NIC
KEPERWATAN
Defist perawatan diri Perawatan diri : mandi Bantuan perawatan
: mandi Kriteria hasil : diri :
- Masuk dan keluar mandi/berpakaian
dari kamar mandi Definisi : membantu
- Mengambil pasien melakukan
alat/bahan mandi kebersihan diri.
- Mendapat air Aktivitaas-aktivitas :
mandi 1. Pertimbangkan
- Menyalakan keran budaya pasien saat
- Mengatur air mempromosikan
- Mengatur aliran aktivitas perawatan
air diri
- Mandi di bak cuci 2. Pertimbangkan usia
- Mandi di bak pasien saat
mandi mempromosikan
- Mandi dengan aktivitas perawatan
bersiram diri
- Mencuci wajah 3. Tentukan jumlah dan
- Mencuci badan tipe terkait bantuan
bagian atas yang diperlukan
- Mandi badan 4. Letakkan handuk,
bagian bawah sabun, deodoran, alat
- Membersihkan bercukur, dan
area perineum asesoris lain yang
- Mengeringkan diperlukan di tepi
badan tempat tidur atau
kamar mandi
5. Sediakan lingkungan
yang terapeutik
dengan memastikan
kehangatan, suasana
rileks, privasi dan
pengalaman pribadi
6. Fasilitsi pasien untuk
menggosok gigi
dengan tepat
7. Fasilitasi pasien
untuk mandi sendiri
dengan tepat
8. Monitor kebersihan
kuku, sesuai dengan
kemampuan merawat
diri pasien
9. Monitor integritas
kulit pasien
10.Jaga ritual kebersihan
11.Fasilitasi untuk
mempertahankan
rutunitas waktu tidur
pasien yang biasanya,
tanda sebelun tidur,
dan obyek yang
familiar untuk pasien
12.Dukung orangtua
atau keluarga
berpartisipasi dalam
ritual menjelang tidur
yang biasa dilakukan,
dengan tepat
13.Berikan bantuan
sampai pasien benar-
benar mampu
merawat diri secara
mandiri
Memandikan
Aktivitas-aktivitas :
- Bantu memandikan
pasien dengan
menggunakan kursi
untuk mandi, bak
tempat mandi, mandi
dengan mandiri,
dengan menggunakan
cara yang tepat atau
sesuai keinginan
pasien
- Cuci rambut sesuai
dengan kebutuhan
atau keinginan
- Mandi dengan air
yang mempunyai
suhu yang nyaman
- Bantu dalam hal
perawatan perineal
jika memang
diperlukan
- Bantu dalam hal
kebersihan
- Cukur pasien sesuai
dengan indikasi
- Tawarkan mencuci
tangan setelah
eliminasi dan sebelum
makan
- Monitor kondisi kulit
saat mandi
- Monitor fungsi
kemampuan saat
mandi
Manajemen
lingkungan
Aktivitas-aktivits :
1. Ciptakan lingkungan
yang aman bagi
pasien
2. Lindungi pasien
dengan pegangan
pada sisi/bantalan
disisi ruangan yang
sesuai
3. Dampingi pasien
selama tidak ada
perawatan bangsal
4. Sediakan tempat tidur
dengan ketinggian
yang rendah
5. Letakkan benda yang
sering digunakan
dalam jangkauan
pasien
6. Sediakan tempat tidur
dan lingkungan yang
bersih dan nyaman
7. Sediakan linen dan
pakaian dalam dengan
kondisi baik
8. Singkirkan bahan-
bahan yang
dipergunakan selama
penggantian pakaian
dan eliminasi, serta
bau apapun yang
tersisa, sebelum
kunjungan dan waktu
makan
SP 1 pasien :
1) Identifikasi masalah perawatan diri : kebersihan diri, berdandan,
makan/minum, BAB/BAK.
2) Jelaskan pentingnya kebersihan diri.
3) Jelaskan cara dan alat kebersihan diri.
4) Latih cara menjaga kebersihan diri : mandi dan ganti pakaian, sikat
gigi, cuci rambut, potong kuku.
5) Masukkan pada jadwal kegiatan harian untuk latihan mandi, sikat
gigi (2 kali per hari), cuci rambut ( 2 kali per minggu), potong kuku
(satu kali per minggu).
SP 2 pasien :
1) Evaluasi kegiatan kebersihan diri. Beri pujian.
2) Jelaskan cara dan alat untuk berdandan.
3) Latih cara berdandan setelah kebersihan diri : sisiran, rias muka untuk
perempuan; sisiran, cukuran untuk pria.
4) Masukkan pada jadwal kegiatan untuk kebersihan diri dan berdandan.
SP 3 pasien :
1) Evaluasi kegiatan kebersihan diri dan berdandan. Beri pujian.
2) Jelaskan cara dan alat makan dan minum.
3) Latih cara dan alat makan dan minum.
4) Latih cara makan dan minum yang baik.
5) Masukkan pada jadwal kegiatan untuk latihan kebersihan diri,
berdandan, makan dan minum yang baik.
SP 4 pasien :
1) Evaluasi kegiatan kebersihan diri, berdandan, makan dan minum.
Beri pujian.
2) Jelaskan cara buang air besar dan buang air kecil yang baik.
3) Latih buang air besar dan buang air kecil yang baik.
4) Masukkan pada jadwal kegiatan untuk latihan kebersihan diri,
berdandan, makan dan minum serta buang air besar dan buang air
kecil.
B. Tindakan keperawatan pada keluarga
SP 1 keluarga :
1) Diskusikan masalah yang dirasakan dalam merawat pasien.
2) Jelaskan pengertian, tanda dan gejala dan proses terjadinya defisit
perawatan diri (gunakan booklet).
3) Jelaskan cara merawat defisit perawatan diri.
4) Latih cara merawat : kebersihan diri.
5) Anjurkan membantu pasien sesuai jadwal dan memberikan pujian.
SP 2 keluarga :
1) Evaluasi kegiatan keluarga dalam merawat atau melatih pasien
kebersihan diri. Beri pujian.
2) Bimbing keluarga membantu pasien berdandan.
3) Anjurkan membantu pasien sesuai jadwal dan memberi pujian.
SP 3 keluarga :
1) Evaluasi kegiatan keluarga dalam merawat atau melatih pasien
kebersihan diri dan berdandan. Beri pujian.
2) Bimbing keluarga membantu makan dan minum pasien.
3) Anjurkan membantu pasien sesuai jadwal dan berikan pujian.
SP 4 keluarga :
1) Evaluasi kegiatan keluarga dalam merawat atau melatih pasien
kebersihan diri, berdandan, makan dan minum. Beri pujian.
2) Bimbing keluarga merawat buang air besar dan buang air kecil
pasien.
3) Jelaskan follow up ke PKM, tanda kambuh, rujukan.
e. Implementasi
Implementasi tindakan keoerawatan disesuaikan dengan rencana tindakan
keperawatan. Sebelum melaksanakan tindakan yang sudah direncanakan,
perawat perlu memvalidasi dengan singkat, apakah rencana tindakan
masih sesuai dan dibutuhkan oleh pasien saat ini. Semua tindakan yang
telah dilaksanakan beserta respons pasien didokumentasikan (Prabowo,
2014).
f.Evaluasi
Menurut Direja (2011), evaluasi adalah proses berkelanjutan untuk
menilai efek dari tindakan keperawatan kepada pasien. Evaluasi dapat
dibagi dua yaitu: Evaluasi proses atau formatif yang dilakukan setiap
selesai melaksanakan tindakan, evaluasi hasil tau sumatif yang dilakukan
dengan membandingkan antara respons pasien dan tujuan khusus serta
umum yang telah ditentukan.
Evaluasi dapat dilakukan dengan menggunakan pendekatan SOAP,
sebagai berikut
i. S
:
R
e
s
p
o
n
s
u
b
j
e
k
ti
f
p
a
s
i
e
n
t
e
r
h
a
d
a
p
ti
n
d
a
k
a
n
k
e
p
e
r
a
w
a
t
a
n
y
a
n
g
t
e
l
a
h
d
il
a
k
s
a
n
a
k
a
n
d
a
p
a
t
d
i
u
k
u
r
d
e
n
g
a
n
m
e
n
a
n
y
a
k
a
n
k
e
p
a
d
a
p
a
s
i
e
n
l
a
n
g
s
u
n
g
.
ii. O
:
R
e
s
p
o
n
o
b
j
e
k
ti
f
p
a
s
i
e
n
t
e
r
h
a
d
a
p
ti
n
d
d
a
k
a
n
k
e
p
e
r
a
w
a
t
a
n
y
a
n
g
t
e
l
a
h
d
il
a
k
s
a
n
a
k
a
n
.
D
a
p
a
t
d
i
u
k
u
r
d
e
n
g
a
n
m
e
n
g
o
b
s
e
r
v
a
s
i
p
e
r
il
a
k
u
p
a
s
i
e
n
p
a
d
a
s
a
a
t
ti
n
d
a
k
a
n
d
il
a
k
u
k
a
n
.
iii. A
:
A
n
a
li
s
i
s
u
l
a
n
g
a
t
a
s
d
a
t
a
s
u
b
j
e
k
ti
f
d
a
t
a
s
u
b
j
e
k
ti
f
d
a
n
o
b
j
e
k
ti
f
u
n
t
u
k
m
e
n
y
i
m
p
u
l
k
a
n
a
p
a
k
a
h
m
a
s
a
l
a
h
m
a
s
i
h
t
e
t
a
p
a
t
a
u
m
u
n
c
u
l
m
a
s
a
l
a
h
b
a
r
u
a
t
a
u
a
d
a
d
a
t
a
y
a
n
g
k
o
n
t
r
a
d
i
k
s
i
d
e
n
g
a
n
m
a
s
a
l
a
h
y
a
n
g
a
d
a
.
iv. P
:
P
e
r
e
n
c
a
n
a
a
n
a
t
a
u
ti
n
d
a
k
l
a
n
j
u
t
b
e
r
d
a
s
a
r
k
a
n
h
a
s
il
a
n
a
li
s
i
s
p
a
d
a
r
e
s
p
o
n
p
a
s
i
e
n
y
a
n
g
t
e
r
d
i
r
i
d
a
r
i
ti
n
d
a
k
a
n
l
a
n
j
u
t
p
a
s
i
e
n
d
a
n
ti
n
d
a
k
a
n
l
a
n
j
u
t
o
l
e
h
p
e
r
a
w
a
t.
Rencana tindakan lanjut dapat berupa:
a. Rencana diteruskan jika masalah tidak berubah
b. Rencana dimodifikasi jika masalah tetap, semua tindakan sudah
dijalankan tetapi hasil belum memuaskan
c. Rencanakan dibatalkan jika ditemukan masalah baru dan bertolak
belakang dengan masalah yang ad serta diagnosa lama dibatalkan
d. Rencana atau diagnosa selesai jika tujuan sudah tercapai dan yang
diperlukan adalah memelihara dan mempertahankan kondisi yang
baru.
Pasien dan keluarga perlu dilibatkan dalam evaluasi aga dapat melihat
perubahan berusaha mempertahankan dan memelihara. Pada evaluasi
sangat diperlukan reinforment untuk menguatkan perubahan yang
positif. Pasien dan keluarga juga dimotivasi untuk melakukan self-
reinforcement (Prabowo, 2014).
9. Dokumentasi
Dokumentasi implementasi dan evaluasi tindakan keperawatan
hendaknya tidak dianggap hal yang sepele oleh perawat maupun
peserta didik keperawatan, dan hal ini dianjurkan menggunakan formulir
yang sama seperti dokumentasi proses keperawatan di unit rawat jalan.
Gawat darurat, rehabilitasi (Direja, 2011).
Dokumentasi asuhan keperawatan dilakukan setiap tahap proses
keperawatan, karenanya dokumentasi asuhan dalam keperawatan jiwa
berupa dokumentasi pengkajian, diagnosis keperawatan, perencanaan,
implementasi dan evaluasi (Dermawan, 2013).