Anda di halaman 1dari 49

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

JIWA PADA PASIEN DENGAN MASALAH


DEFISIT PERAWATAN DIRI

OLEH :

COK ISTRI OKTIA DEWI


203221138

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN


STIKES WIRA MEDIKA PPNI BALI
2020

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena telah
memberikan kekuatan dan kemampuan sehingga makalah ini bisa selesai tepat
pada waktunya. Adapun tujuan dari penyusunan makalah ini adalah untuk
memenuhi tugas Mata Kuliah tentang Keperawatan Jiwa II.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dan
mendukung dalam penyusunan makalah ini.
Penulis sadar makalah ini belum sempurna dan memerlukan berbagai
perbaikan, oleh karena itu kritik dan saran yang membangun sangat dibutuhkan.
Akhir kata, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca dan semua
pihak.

Denpasar, 5 Oktober 2020

Penulis

DAFTAR ISI

2
Halaman
Kata Pengantar.................................................................................................. 2
Daftar Isi........................................................................................................... 3
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang...................................................................................... 5
1.2 Rumusan Masalah................................................................................. 7
1.3 Tujuan................................................................................................... 7
BAB II LANDASAN TEORI
2.1 Definisi ................................................................................................. 7
2.2 Penyebab .............................................................................................. 7
2.3 Jenis .................................................................................................... 9
2.4 Rentang Respon ................................................................................... 10
2.5 Tanda dan Gejala ................................................................................. 10
2.6 Akibat ................................................................................................... 11
2.7 Mekanisme Koping .............................................................................. 12
2.8 Penatalaksanaan .................................................................................... 12
2.9 Pohon Masalah ..................................................................................... 13
2.11 Rencana Asuhan Keperawatan ........................................................... 13
2.10 Diagnosa Keperawatan ....................................................................... 13
BAB III TINJAUAN KASUS
3.1 Pengkajian ............................................................................................ 28
3.2 Diagnosa Keperawatan ........................................................................ 40
3.3 Intervensi .............................................................................................. 41
3.4 Implementasi ........................................................................................ 44
3.5 Evaluasi ................................................................................................ 46
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan .......................................................................................... 47
4.2 Saran .................................................................................................... 47
DAFTAR PUSTAKA

BAB I

3
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kesehatan jiwa merupakan salah satu dari empat masalah
kesehatan utama di negara-negara berkembang. Meskipun masalah kesehatan
jiwa tidak dianggap sebagai gangguan yang menyebabkan kematian secara
langsung, namun gangguan tersebut dapat menimbulkan ketidakmampuan
individu dalam berkarya serta ketidaktepatan individu dalam berperilaku
yang dapat menghambat pembangunan karena mereka tidak produktif.
Kesehatan jiwa merupakan bagian intergral dari kesehatan, sehat
jiwa tidak hanya terbatas dari gangguan jiwa, tetapi merupakan suatu hal
yang dibutuhkan oleh semua orang. Kesehatan jiwa adalah sikap yang positif
terhadap diri sendiri, tumbuh, berkembang, memiliki aktualisasi diri,
keutuhan, kebebasan diri, memiliki persepsi sesuai kenyataan dan kecakapan
dalam beradaptasi dengan lingkungan (Yosep, 2007).
Permasalahan pada suatu individu dalam mengalami gangguan
jiwa sangatlah kompleks antara satu dengan lainnya saling berkaitan.
Mekanisme koping yang tidak efektif merupakan salah satu faktor seseorang
dapat mengalami gangguan jiwa. Menurut Yahoda seseorang dapat dikatakan
sehat jiwanya apabila seseorang tersebut memenuhi kriteria sebagai berikut :
sikap positif terhadap diri sendiri, tumbuh kembang dan aktualisasi diri,
integrasi (keseimbangan atau keutuhan), otonomi, persepsi realitas,
environmental mastery (kecakapan dalam adaptasi dengan lingkungan).
Krisis ekonomi yang berkepanjangan telah menyebabkan
meningkatnya jumlah penderita penyakit jiwa. Masalah gangguan jiwa yang
menyebabkan menurunnya kesehatan mental ini ternyata terjadi hampir di
seluruh negara di dunia. Hasil survey Organisasi Kesehatan Dunia World
Health Organization (WHO) menyatakan tingkat gangguan kesehatan jiwa
orang di Indonesia tinggi dan di atas rata-rata gangguan kesehatan jiwa di
dunia.
Data yang dikeluarkan oleh Departemen Kesehatan RI dengan
ratarata 40 dari 100.000 orang di Indonesia melakukan bunuh diri, sementara

4
rata-rata dunia menunjukkan 15,1 dari 100.000 orang dan rata-rata orang
bunuh diri di Indonesia adalah 136 orang perhari atau 48.000 orang bunuh
diri pertahun. Satu dari empat orang di Indonesia mengalami gangguan
kesehatan jiwa dan penderita gangguan jiwa di Indonesia, hanya 0,5 % saja
yang dirawat di RS Jiwa (Depkes, 2005).
Pada orang gangguan jiwa biasanya akan terjadi masalah-masalah
dalam pemenuhan kebutuhan diri, diantaranya yaitu kurangnya kebutuhan
merawat diri atau defisit perawatan diri. Menurut Wartonah (2006) personal
hygiene berasal dari Bahasa Yunani yang berarti Personal yang artinya
perorangan dan Hygien berarti sehat kebersihan perorangan adalah suatu
tindakan untuk memelihara kebersihan dan kesehatan seseorang untuk
kesejahteraan fisik dan psikis sesuai kondisi kesehatannya. Keadaan individu
mengalami kerusakan fungsi motorik atau fungsi kognitif, yang
menyebabkan penurunan kemampuan untuk melakukan masing-masing dari
kelima aktivitas perawatan diri (makan, mandi atau higiene, berpakaian atau
berhias, toileting, instrumental) (Lynda Juall, 2007). Defisit Perawatan Diri
gangguan kemampuan melakukan aktivitas yang terdiri dari mandi,
berpakaian, berhias, makan, toileting atau kebersihan diri secara mandiri
(Nanda, 2006).
Defisit perawatan diri adalah kurangnya perawatan diri pada pasien
dengan gangguan jiwa terjadi akibat adanya perubahan proses pikir sehingga
kemampuan untuk melakukan aktivitas perawatan diri menurun. Kurang
perawatan diri terlihat dari ketidakmampuan merawat kebersihan diri
antaranya mandi, makan minum secara mandiri, berhias secara mandiri,
toileting (BAK/BAB) (Damaiyanti, 2012).
Penyebab kurang perawatan diri adalah kelelahan fisik dan
penurunan kesadaran. Penyebab kurang perawatan diri terdiri dari dua faktor
yaitu faktor predisposisi dan faktor presipitasi. Pemeliharaan hygiene
perorangan diperlukan untuk kenyamanan individu, keamanan dan kesehatan.
Seperti pada orang sehat dapat memenuhi kebutuhan personal hygienenya
sendiri. Cara perawatan diri menjadi rumit dikarenakan kondisi fisik atau

5
keadaan emosional klien. Selain itu, beragam faktor pribadi dan sosial
budaya mempengaruhi hygiene klien.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa masalah defisit perawatan diri ?
2. Apa definisi defisit perawatan diri?
3. Apa penyebab defisit perawatan diri?
4. Apa jenis-jenis defisit perawatan diri?
5. Bagaimana rentang respon defisit perawatan diri ?
6. Bagaimana proses terjadinya defisit perawatan diri?
7. Apa tanda gejala defisit perawatan diri?
8. Apa akibat defisit perawatan diri?
9. Bagaimana mekanisme koping defisit perawatan diri?
10. Apa penatalaksanaan defisit perawatan diri?
11. Bagaimana pohon masalah defisit perawatan diri?
12. Apa diagnosa keperawatan defisit perawatan diri?
13. Bagaimana rencana asuhan keperawatan defisit perawatan diri?

1.3 Tujuan
1. Tujuan secara umum
Mengerti tentang defisit perawatan diri dan memahami apa yang harus di lakukan
seorang perawat untuk menangani defisit perawatan diri pada gangguan jiwa.
2. Tujuan secara khusus
Mengetahui definisi, penyebab, jenis-jenis, proses terjadinya , tanda dan gejala,
akibat defisit perawatan diri, mekanisme koping, penatalaksanaan, pohon
masalah

BAB II

6
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi
Perawatan diri adalah salah satu kemampuan dasar manusia dalam
memenuhi kebutuhannya,kesehatan dan kesejateraan sesuai dengan kondisi
kesehatannya, klien dinyatakan terganggu keperatawan dirinya jika tidak dapat
melakukan keperawatan diri (Depkes, 2000)
Defisit perawatan diri adalah kurangnya perawatan diri pada pasien
dengan gangguan jiwa terjadi akibat adanya perubahan proses pikir sehingga
kemampuan untuk melakukan aktivitas perawatan diri menurun. Kurang
perawatan diri terlihat dari ketidakmampuan merawat kebersihan diri
antaranya mandi, makan minum secara mandiri, berhias secara mandiri,
toileting (BAK/BAB) (Damaiyanti, 2012)

2.2 Penyebab
Menurut Tarwoto dan Wartonah (2000), penyebab kurang
perawatan diri adalah kelelahan fisik dan penurunan kesadaran. Menurut
Depkes (2000), penyebab kurang perawatan diri adalah:
1. Faktor predisposisi
a. Perkembangan
Keluarga terlalu melindungi dan memanjakan klien sehingga
perkembangan inisiatif terganggu
b. Biologis
Penyakit kronis yang menyebabkan klien tidak mampu melakukan
perawatan diri.
c. Kemampuan realitas turun
Klien dengan gangguan jiwa dengan kemampuan realitas yang kurang
menyebabkan ketidakpedulian dirinya dan lingkungan termasuk
perawatan diri.

d. Sosial

7
Kurang dukungan dan latihan kemampuan perawatan diri
lingkungannya. Situasi lingkungan mempengaruhi latihan kemampuan
dalam perawatan diri.
2. Faktor presipitasi
Yang merupakan faktor presiptasi deficit perawatan diri adalah
kurang penurunan motivasi, kerusakan kognisi atau perceptual, cemas,
lelah/lemah yang dialami individu sehingga menyebabkan individu kurang
mampu melakukan perawatan diri.
Menurut Depkes (2000) Faktor – faktor yang mempengaruhi personal
hygiene adalah:
a. Body Image
Gambaran individu terhadap dirinya sangat mempengaruhi kebersihan
diri misalnya dengan adanya perubahan fisik sehingga individu tidak
peduli dengan kebersihan dirinya.
b. Praktik Sosial
Pada anak – anak selalu dimanja dalam kebersihan diri, maka
kemungkinan akan terjadi perubahan pola personal hygiene.
c. Status Sosial Ekonomi
Personal hygiene memerlukan alat dan bahan seperti sabun, pasta gigi,
sikat gigi, shampo, alat mandi yang semuanya memerlukan uang untuk
menyediakannya.
d. Pengetahuan
Pengetahuan personal hygiene sangat penting karena pengetahuan
yang baik dapat meningkatkan kesehatan. Misalnya pada pasien
penderita diabetes mellitus ia harus menjaga kebersihan kakinya.
e. Budaya
Di sebagian masyarakat jika individu sakit tertentu tidak boleh
dimandikan.
f. Kebiasaan seseorang
Ada kebiasaan orang yang menggunakan produk tertentu dalam
perawatan diri seperti penggunaan sabun, sampo dan lain – lain.
g. Kondisi fisik atau psikis

8
Pada keadaan tertentu / sakit kemampuan untuk merawat diri
berkurang dan perlu bantuan untuk melakukannya
Dampak yang sering timbul pada maslah personal hygine
1. Dampak fisik
Banyak gangguan kesehatan yang diderita seseorang karena tidak
terpeliharanya kebersihan perorangan dengan baik,gangguan fisik yang
sering terjadi adalah: gangguan intleglitas kulit, gangguan membrane
mukosa mulut, infeksi mata dan telinga dan gangguan fisik pada kuku
2. Dampak psikososial
Masalah sosial yang berhubungan dengan personal hygine adalah
gangguan kebutuhan aman nyaman , kebutuhan cinta mencintai,
kebutuhan harga diri, aktualisasi diri dan gangguan interaksi sosial
(Damaiyanti, 2012)

2.3 Jenis
Menurut (Damaiyanti, 2012) jenis perawatan diri terdiri dari :
1. Defisit perawatan diri : mandi
Hambatan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan
mandi/beraktivitas perawatan diri sendiri
2. Defisit perawatan diri : berpakaian
Hambatan kemampuan untuk melakukan ata menyelesaikan aktivitas
berpakaian dan berhias untuk diri sendiri.
3. Defisit perawatan diri : makan
Hambatan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas
sendiri
4. Defisit perawatan diri : eliminasi
Hambatan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas
eliminasi sendiri.

2.4 Rentang Respon

9
Adatif maladaptive

Pola perawatan Kadang Tidak melakukan


diri seimbang perawatan diri perawatan diri pada
kadang tidak saat stress

1. Pola perawatan diri seimbang: saat pasien mendapatkan stressor dan


mampu ntuk berperilaku adatif maka pola perawatan yang dilakukan klien
seimbang, klien masih melakukan perawatan diri
2. Kadang melakukan perawatan diri kadang tidak: saat pasien mendapatan
stressor kadang-kadang pasien tidak menperhatikan perawatan dirinya
3. Tidak melakukan perawatan diri: klien mengatakan dia tidak perduli dan
tidak bisa melakukan perawatan saat stresso (Ade, 2011)

2.5 Tanda dan Gejala


Tanda dan gejala defisit perawatan diri menurut (Damaiyanti, 2012) adalah
sebagai berikut:
1. Mandi/hygine
Klien mengalami ketidakmapuan dalam membersihkan badan,
memperoleh atau mendapatkan sumber air, mengatur suhu atau aliran air
mandi, mendapatkan perlengkapan mandi, mengerikan tubuh, serta masuk
dan keluar kamar mandi
2. Berpakaian
Klien mempunyai kelemahan dalam meletakan atau mengambil potongan
pakian, menangalkan pakaian, serta memperoleh atau menukar pakaian.
3. Makan
Klien mempunyai ketidak mampuan dalam menelan makanan,
mempersiapkan makanan, menangani perkakas, mengunyah makanan,
menggunakan alat tambahan, mendapat makanan, membuka container,
memanipulasi makanan dalam mulut, mengambil makanandari wadah lalu
memasukan ke mulut, melengkapi makanan,mencerna makanan menurut
cara yang diterima masyarakat, mengambil cangkir atau gelas, serta
mencerna cukup makanan dengan aman

10
4. Eliminasi
5. Klien memiliki kebatasan atau krtidakmampuan dalam mendapatkan
jamban atau kamar kecil atau bangkit dari jamban, memanipulasi pakaian
toileting, membersihkan diri setelah BAK/BAB dengan tepat, dan
menyiram toilet atau kamar kecil.
Menurut Depkes (2000) tanda dan gejala klien dengan defisit perawatan diri
adalah:
1. Fisik
a. Badan bau, pakaian kotor
b. Rambut dan kulit kotor
c. Kuku panjang dan kotor
d. Gigi kotor disertai mulut bau
e. Penampilan tidak rapi.
2. Psikologis
a. Malas, tidak ada inisiatif
b. Menarik diri, isolasi diri
c. Merasa tak berdaya, rendah diri dan merasa hina.
3. Social
a. Interaksi kurang
b. Kegiatan kurang
c. Tidak mampu berperilaku sesuai norma
d. Cara makan tidak teratur
e. BAK dan BAB di sembarang tempat, gosok gigi dan mandi tidak
mampu mandiri.
2.6 Akibat
1. Dampak fisik
Banyak gangguan kesehatan yang diderita seseorang karena tidak tidak
terpeliharanya kebersihan perorangandengan baik, gangguan fisik yang
seering terjadi adalah: gangguan integritas kulit, gangguan membrane
mukosa mulut, infeksi pada mata dan telinga dan gangguan fisik pada
kuku
2. Dampak psikososial

11
Masalah sosial yang berhubungan dengan personal hygine adalah
gangguan kebutuhan aman nyaman , kebutuhan cinta mencintai,
kebutuhan harga diri, aktualisasi diri dan gangguan interaksi sosial
(Damaiyanti, 2012)

2.7 Mekanisme Koping


Mekanisme koping berdasarkan penggolongan di bagi menjadi 2 yaitu:
1. Mekanisme koping adaptif
Mekanisme koping yang mendukung fungsi integrasi pertumbuhan belajar
dan mencapai tujuan. Kategori ini adalah klien bisa memenuhi kebutuhan
perawatan diri secara mandiri.
2. Mekanisme koping maladaptive
Mekanisme koping yang menghambat fungsi integrasi, memecah
pertumbuhan, menurunkan otonomi dan cenderung menguasai lingkungan.
Kategorinya adalah tidak mau merawat diri (Damaiyanti, 2012)

2.8 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan manurut herman (Ade, 2011) adalah sebagai berikut
1. Meningkatkan kesadaran dan kepercayaan diri
2. Membimbing dan menolong klien merawat diri
3. Ciptakan lingkungan yang mendukung.

2.9 Pohon Masalah

Effect Resiko perilaku kekerasan


Core Problem
Defisit perawatan diri
12
Cause
Harga diri rendah kronis koping
Tidak Efektif
individu
2.10 Diagnosa Keperawatan
Defisit Perawatan Diri

2.11 Rencana Asuhan Keperawatan

No. Diagnosa Tujuan Kriteria Hasil Intervensi Rasional


Keperawatan
1 Defisit TUM : Setelah Bina hubungan Hubungan
perawatan Klien dapat diberikan askep saling percaya saling
diri berhubungan selama 20 menit dengan percaya
dengan orang dalam 3 x mengungkapk merupakan
lain secara pertemuan an prinsip dasar untuk
optimal. diharapkan TU komunikasi kelancaran
dan TUK dapat therapeutic : hubungan
TUK 1 : tercapai dengan 1. Sapa klien interaksi
Klien dapat kriteria hasil : dengan selanjutnya
membina 1. Ekspresi ramah dan
hubungan wajah baik secara
saling bersahabat verbal dan
percaya 2. Menunjukan non verbal.
rasa senang 2. Perkenalkan
3. Ada kontak diri dengan
mata sopan.
4. Mau berjabat 3. Tanyakan
tangan, mau nama
menyebut lengkap
nama, mau klien dan
menjawab nama
salam panggilan
5. Mau duduk yang
berdampinga disukai
n dengan klien.
perawat 4. Jelaskan
6. Mau tujuan

13
mengutaraka pertemuan.
n masalah 5. Jujur dan
yang menepati
dihadapi. janji.
6. Tunjukkan
sikap
empati dan
menerima
klien apa
adanya.
7. Beri
perhatian
pada klien
dna
perhatikan
kebutuhan
dasar klien

TUK 2 : Setelah 1. Melatih Dengan


Pasien diberikan askep pasien cara- memperhatik
mampu selama 20 menit cara an kebutuhan
melakukan perawatan dari klien
dalam 3 x
kebersihan kebersihan perawat
diri secara pertemuan diri mengetahui
mandiri diharapkan TU 2. Menjelasan apa saja yg
dan TUK dapat pentingnya akan
tercapai dengan menjaga diberikan
kriteria hasil : kebersihan pada
1. Perawatan diri. tindakan
diri aktivitas 3. Menjelaska selanjutnya
kehidupan n alat-alat
sehari-hari untuk
mampu menjaga
melakukan kebersihan
aktivitas diri
perawatan 4. Menjelaska
fisik dan n cara-cara
pribadi secara melakukan
mandiri atau kebersihan
dengan alat 5. Melatih
bantu pasien
2. Mampu memprakte
mempertahan kkan cara
kan menjaga
kebersihan kebersihan
dan diri
penampilan
yang rapi
secara
mandiri

14
3. Mampu
melakukan
aktivitas
eliminasi
secara
mandiri
4. Mengenali
dan
mengetahui
kebutuhan
bantuan
untuk
eliminasi

TUK 3 : Setelah 1. Bantu Membantu


Pasien diberikan askep pasien memilihkan
mampu selama 20 menit dalam sesuatu yang
melakukan memilih dibutuhkan
dalam 3 x
berhias/ pakaian oleh klien
berdandan pertemuan yang membuat
secara baik diharapkan TU mudah klien lebih
dan TUK dapat dan di mudah dalam
tercapai dengan lepas melakukan
kriteria hasil : 2. Sediakan perawatan
1. Klien mampu pakaian diri serta
untuk pasien membuat
mengenakan pada pasien
pakaian dan tempat merasa
berhias secara yang dihargai
mandiri mudah di
2. Mampu jangkau
mempertahan (Di
kan samping
kebersihan tempat
pribadi dan tidur)
penampilan 3. Dukung
yang rapi kemandir
secara ian pasien
mandiri dalam
3. Mengungkap berpakaia
kan kepuasan n dan
dalam berhias
berpakaian 4. Bantu
dan menata pasien
rambut menaikan
4. Menunjukan ,menganc
rambut yang ingkan
bersih dan dan
rapi merisletin
g pakaian
jika
diperluka

15
n
5. Beri
pujian
atas
usaha
untuk
berpakaia
n sendiri
TUK 4 : diberikan askep 1. Melatih Setelah
Pasien selama 20 menit pasien banyak
mampu dalam 3x makan diberikan
melakukan pertemuan secara pelatihan dan
makan diharapkan TU mandiri bantuan bina
dengan baik dan TUK dapat 2. Menjelaska klien
tercapai dengan n cara melakukan
kriteria hasil : mempersiap sesuatu hal
1. Klien kan makan baru secara
mampu 3. Menjelaska mandiri
secara n cara untuk
mandiri makan yang membangun
2. Mengungkp tertib rasa percaya
kan kepusan 4. Menjelaska diri yang
makan n cara dimiliki oleh
3. Mampu merapihkan klien
menyiapkan peralatan
dan makan
memakan setelah
makanan makan
secara 5. Praktek
mandiri makan
sesuai
dengan
tahapan
makan yang
baik

TUK 5 : Setelah 1. Mengajarka Masalah


Pasien diberikan askep n pasien pasien untuk
mampu selama 20 menit melakukan melakukan
melakukan dalam 3 x BAB/BAK sesuatu
BAB/BAK pertemuan secara secara
secara diharapkan TU mandiri mandiri
mandiri dan TUK dapat 2. Menjelaska walaupun
tercapai dengan n tempat beberapa
kriteria hasil : BAB/BAK kegiatan
1. Mampu yang sesuai masih
mempertahan 3. Menjelaska dibantu oleh
kan n cara perawat
kebersihan membersihk
dan an diri
penampilan setelah
yang rapi BAB dan

16
secara BAK
mandiri 4. Menjelaska
2. Mampu n cara
melakukan membersihk
aktivitas an tempat
eliminasi BAB dan
BAB dan BAK
BAK secara
mandiri
3. Mengenali
dan
mengetahui
kebutuhan
bantuan
untuk
eliminasi
BABdan
BAK
4. Mampu
membersihka
n diri setalah
BAB dan
BAK

Strategi pelaksanaan

Tujuan Kriteria Hasil Intervensi

Pasien mampu: Setelah … x pertemuan, SP 1


pasien dapat menjelaskan
- Melakukan pentingnya : - Identifikasi
kebersihan diri kebersihan diri,
sendiri secara - Kebersihan diri berdandan, makan,
mandiri - Berdandan/berhias dan BAB/BAK
- Melakukan - Makan - Jelaskan pentingnya
berhias/berdanda - BAB/BAK kebersihan diri
n secara yang - Dan mampu - Jelaskan alat dan
baik melakukan cara cara kebersihan diri
- Melakukan merawat diri - Masukkan dalam
makan dengan jadwal kegiatan
baik pasien
- Melakukan
BAB/BAK secara SP 2
mandiri
- Evaluasi kegiatan
yang lalu (SP 1)
- Jelaskan pentingnya

17
berdandan
- Latih cara
berdandan
Untuk pasien laki-
laki meliputi cara :
 Berpakaian
 Menyisir
rambut
 Berukur
Untuk pasien
perempuan :

 Berpakaian
 Menyisir
rambut
 Berhias
- Masukkan dalam
jadwal kegiatan
pasien

SP 3

- Evaluasi kegatan
yang lalu (SP 1,
2)
- Jelaskan cara dan
alat makan yang
benar, seperti :
 Jelaskan cara
menyiapkan
makanan
 Jelaskan acara
merapikan
peralatan makan
setelah makan
 Praktik makan
sesuai dengan
tahapan makan
yang baik
- Latih kegiatan
makan
- Masukkan dalam
jadwal kegiatan
pasien

SP 4

18
- Evaluasi
kemampuan pasien
yang lalu (SP 1, 2,
3)
- Latih cara
BAB/BAK yang
baik
- Menjelaskan
tempat BAB/BAK
yang sesuai
- Menjelaskan cara
membersihkan diri
setelah BAB/BAK

Keluarga Setelah … x pertemuan, SP 1


mampu keluarga mampu
merawat meneruskan melatih - Identifikasi masalah
anggota pasien dan mendukung keluarga dalam
keluarga yang agar kemampuan pasien merawat pasien
mengalami dalam perawatan dirinya dengan masalah
masalah meningkat kebersihan diri,
kurang berdandan, makan,
perawatan diri BAB/BAK
- Jelaskan deficit
perawatan diri
- Jelaskan cara
merawat kebersihan
diri, berdandan,
makan, BAB/BAK
- Bermain peran cara
merawat
- Rencana tindak
lanjut
keluarga/jadwal
keluarga untuk
merawat pasien

SP 2

- Evaluasi SP 1
- Latih keluarga
merawat langsung
ke pasien,
kebersihan diri, dan
berdandan
- RTL

19
keluarga/jadwal
keluarga untuk
merawat pasien

SP 3

- Evaluasi
kemampuan SP 2
- Layih keluarga
merawat langsung
ke pasien cara
makan
- RTL
keluarga/jadwal
keluarga untuk
merawat pasien

SP 4

- Evaluasi
kemampuan
keluarga
- Evaluasi
kemampuan pasien
- Rencana tindak
lanjut keluarga :
 Follow up
 Rujukan

STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN


1. Proses Keperawatan
a. Kondisi Pasien
Tn. A mengalami defisit perawatan diri, klien selalu BAB dan BAK di
sembarang tepat dan tidak mau di ajak ke WC atau ke kamar mandi. Klien
juga tidak membersihkan diri/cebok setelah BAB dan BAK.
1) Data Subjektif
 Klien mengatakan tidak mau BAB dan BAK di kamar mandi
 Kien mengatakan tidak mengerti cara BAB dan BAK di kamar
mandi.
2) Data Objektif

20
 Klien tidak mau diajak BAB dan BAK di kamar mandi.
 Klien tidak mebersihkan diri setalah BAB dan BAK
b. Diagnosa Keperawatan
Defisit Perawatan Diri
c. Tujuan Khusus
1) Makukan kebersihan diri sendiri secara mandiri
2) Makukan berhias atau berdandan secara baik.
3) Makukna akan dengan baik.
d. Tindakan keperawatan
1) Melatih pasien secara perawatan kebersihan dengan cara
 Mnjeaskan pentingnya menjaga kebersihan diri
 Menjeaskan aat-aat untuk enjaga kebersihan
 Menjeaskan cara-cara melakukan kebersihan diri
 Melatih pasien mempraktikkan cara menjaga kebersihan diri.
2) Membantu pasien atihan berhias
Latihan berhias pada pria berhias harus dibedakan dengan wanita.
Pada pasien laki-laki, latihan meiputi latihan berpakaian, menyisiir
rambut dan bercukur sedangkan pada pasien perepuan latihan meliputi
latihan berpakaian, menyisir rambut dan berdandan
3) Melatih pasien akan secara andiri dengan cara
 Menjeaskan cara mempersiapkan makan
 Menjeaskan cara akan yang tertib
 Menjeaskan cara merapikan peraatan akan seteah akan
 Mempraktikkan cara akan yang baik.
4) mengajarkan pasien melakukan BAB/BAK secara andiri
 Menjeaskan tepat BAB/BAK yang sesuai
 Menjeaskan cara mebersihkan diri setaah BAB/BAK
 Menjeaskan cara mebersihkan tepat BAB/BAK
2. Strategi komunikasi pelaksanaan tindakan
SP 1 pasien : mendiskusikan pentingnya kebersihan diri, cara-cara merawat
diri dan melatih pasien tentang cara-cara perawatan kebersihan diri.

21
a. Orientasi
1) Salam terapeutik
“Selamat pagi, perkenalkan nama saya A, saya mahasiswa yang dinas
di ruangan ini “
“Boleh tau, nama bapak siapa? Senangnya dipanggil apa?”
“Saya dinas pagi di ruangan ini dari jam 7 pagi sapai2 siang, selama di
rumah sakit ini saya yang akan merawat bapak B. “
2) Evaluasi
“Dari tadi, saya lihat menggaruk-garuk badannya, gatal ya”?
3) Kontrak
“Bagaimana kalau kita bicara tentang kebersihan diri ?”
“Berapa lama kita bicara ? 20 menit ya… ? mau dimana.. ? disini saja
ya?”
b. Kerja
“Berapa kai B mandi dalam sehari ?” “ Apakah B sudah mandi hari ini ?”
“menurut B apa kegunaan mandi ?”
“Apa alasan B sehingga tidak biasa merawat diri ?
“ Kira-kira tanda-tanda orang yang tidak merawat diri dengan baik seperti
apa ? badan gatal, mulut bau, apa agi.. ? kalau kita tidak teratur menjaga
kebersihan diri masalah apa menurut B yang bias muncul ? betul ada
kudis, kutu.
Bagaimana kalau kita sekarang k kamar mandi, saya akan membimbing
bapak A melakukannya. Bagus sekali, sekarang buka pakaian dan gantung.
Sekarang bapak B siram seluruh tubuh bapak B termasuk rambut lalu
ambil sampo gosokkan pada kepala bapak B sampai berbusa lalu bilas
sampai bersih. Bagus sekali. Selanjutnya ambil sabun, gosokkan di seluruh
tubuh secara merata lalu siram dengan air bersih, jangan lupa sikat gigi
pakai odol.. gosok seluruh gigi bapak B mulai dari depan sampai belakang,
atas dan bawah. Bagus lalu kumur-kumur sampai bersih.. terakhir siram
lagi seluruh tubuh bapak B sampai bersih lalu keringkan dengan handuk.
Bagus sekali melakukannya. Selanjutnya bapak B pakai baju yang bersih,

22
bagus sekali, mari kita ke kaca dan sisir rambutnya, nah bapak B rapi dan
bersih.
c. Terminasi
1) Evaluasi subyektif
Bagaimana perasaan B setelah mandi dan mengganti pakaian ?
2) Evaluasi Obyektif
Coba sebutkan lagi, apa saja cara mandi yang baik yang sudah B
ketahui?
3) Kontrak
a) Topik
Baik pak sekarang bincang bincangnya sudah selesai, bagai mana
kalau besok jam 8 saya kembali lagi untuk latihan berias
b) Tempat
Kita akan melakukan di kamar , bagaimana menurut bapak ? Apakah
bapak setuju ? atau ganti di tempat lain ?
c) Waktu
Waktunya berapa lama pak ? baiklah 5 menit saja.
4) Rencana tindak lanjut
Bagaimana kalau latihan ini kita memasukkan dalam jadwal kegiatan
sehari-hari?
Untuk selanjutnya saya berharap bpak dapat melakukan cara-cara pasien
berhias.
SP 2 Pasien : melatih pasien berhias
a. Orientasi
1) Salam terapeutik
“Selamat pagi,
2) Evaluasi
Bagaimana perasaan B hari ini..? , apakah bapak B sudah mandi..? ,
sudah di tandai jadwal harian..?”
3) Kontrak

23
Hari ini kita akan membicarakan tentang berhias diri supaya B tampak
ganteng dan rapi. Mari kita mendekat ke cermin dab bawa alat alatnya
(sisir, parfum,dan pencukur kumis).
a) Topik
Melakukan berhias diri supaya tampak ganteng dan rapi.
b) Tempat
“Kita akan melakukan di kamar bapak apakah bapak setuju.?”
c) Waktu
“Sesuai dengan kesepakatan kemaren kita akan melakukan selama 5
menit”
b. Kerja
1) Apa yang bapak B laukuan setelah mandi ? apakah sudah ganti baju ?
bagus sekali. Nah sekarang bersisir mari ke cermin, bagaimana cara
bersisir? Coba kita praktekkan, lihat ke cermin, baguss.. sekali
2) Apakah bapak sudah bercukur ? berapa hari sekali bercukur ? betul 2x
perminggu. Tampaknya kumis dan janggut bapak sudah panjang. Mari
pak dirapikan, ya, bagus...
c. Terminasi
1) Evaluasi subjektif
“Bagaimana perasaan B setelah berdandan .?”
2) Evaluasi objektif
Coba pak, sebutkan cara berdandan yang baik sekali lagi..
3) Kontrak
a) Topik
Baik pak sekarang bincang bincangnya sudah selesai, bagaimana
kalau besok jam 8 saya kembali lagi untuk latihan makan dengan
baik.
b) Tempat
Kita akan melakukan di ruang makan , bagaiana menurut bapak ?
Apakah bapak setuju ? atau ganti di tempat lain ?
c) Waktu
Waktunya berapa lama pak ? baiklah 5 menit saja.

24
4) Rencana tindak lanjut
Mari masukan ke dalam jadwal kegiatan nnti siang kita latihan makan
yang baik di ruang makan.

SP 3 pasien : melatih pasien makan sendiri secara mandiri ( menjelaskan cara


mempersiapkan makan, menjelaskan cara makan yang tertib, menjelaskan cara
merapikan makan setelah makan, praktik makan sesuai dengan tahap yang
baik).
a. Orientasi
1) Salam terapeutik Selamat siang bapak B
2) Evaluasi
tampak rapi hari ini, bagaimana jadwal mandi dan dandannya? Coba
saya lihat jadwal hariannya, wah banyak ya, bagus.. pagi ini kita akan
latihan bagaimana cara makan yang baik.
“kita latihan langsung di rumah makan ya!” Mari... itu sudah datang
makananya”
3) Kontrak
Hari ini kita akan membicarakan tentang tahapan bagaimana cara
makan yang baik, makanya tertib, cara merapikan peralatan makan
setelah makan, praktik makan sesuai tentang makan yang baik.
a) Topik
Melakukan makan yang baik, makan yang tertib, cara
merapikan makanan setelah makan, tahapan makan yang baik.
b) Tempat
Kita latihan langsung di ruang makan ya. “mari itu sudah datang
makananya”
c) Waktu
Sesuai dengan kesepakatan kemaren kita melakukanya selama 5
menit.
b. Kerja
“bagaimana kebiasaan makan bapak B selama ini?

25
“sebelum makan kita harus mencuci tangan pakai sabun. Ya mari kita
praktekkan!”
“bagus setelah kita duduk dan ambil makan, sebelum di santap kita berdoa
dahulu. Silakan tuan yang memimpin”
“mari kita makan, saat kita makan harus menyuap makanan satu persatu
dan pelan pelan, ya ayo sayurnya di makan”
“Setelah kita makan kita bereskan piring dan gelas yang kotor” “ya kita
akhiri dengan cuci tangan”
“ya bagus!,
c. Terminasi
1) Evaluasi subjektif
Bagaimana perasaan bapak B setelah latihan makan yang baik ?
2) Evaluasi objektif
“apa saja yang harus kita lakukan pada saat makan (cuci tangan, duduk
yang baik, ambil makanan, brdoa, makan yang baik, lalu cuci tangan
yang baik)
3) Kontrak
a) Topik
Baik pak sekarang bincang bincangnya sudah selesai, bagaimana
kalau besok jam 8 saya kembali lagi untuk latihan kebersihan
bak/bab?
b) Tempat
Kita akan melakukan di teras depan , bagaimana menurut bapak ?
Apakah bapak setuju ? atau ganti di tempat lain ?
c) Waktu
Waktunya berapa lama pak ? baiklah 10 menit saja.
4) Rencana tindak lanjut
“Mari masukkan ke jadwal kegiatan harian”

SP 4 : cara bak dan bab dengan baik


a. Orientasi
1) Salam terapeutik Selamat pagi bapak B

26
2) Evaluasi
“bagaimana perasaan bapak hari ini ? sudah dijalankan jadwal
kegiatannya?
3) Kontrak
a) Topik
Hari ini kita akan membicarakan tentangtahapan
bagaimana cara bab atau bak dengan baik
b) Tempat
Mari kita duduk di depan teras ?
c) Waktu
Sesuai dengan kesepakatan kemaren kita melakukanya selama 10
menit.
b. Kerja
Dimana biasanya bapak B berak dan kencing ? benr bapak, berak dan
kencing yang baik di wc, kamar mandi atau tempat lain yang tertutup dan
saluran pembuangan kotorannya. Jadi kita tidak berak atau kencing di
sembarang tempat yaa, nah sehabis kencing apa yang kita lakukan ? betul
sekali, wc disiram cebok dan cuci tangan. Setelah membersihkan tinja atau
air kencing bapak perlu merapikan kembali pakaian sebelum keluar dari
wc atau kamar mandi, pastikan resleting celana tertutup rapi lalu cuci
tangan dengan menggunakan sabu.
c. Terminasi
1) Evaluasi subjektif
Bagaimana perasaan bapak B setelah latihan cara bab dan bak yang
baik ?
2) Evaluasi objektif
Coba bapak jelaskan ulang tentan cara bab dan bak yang baik?
3) Kontrak
a) Topik
Nah, besok ketemu lagi, untuk melihat sudah sejauh mana bapak
dapat melakukan jadwal kegiatannya.
b) Tempat

27
Tempatnya di mana pak ? baiklah di sini saja
c) Waktu
Waktunya berapa lama pak ? baiklah 10 menit saja.
d) Rencana tindak lanjut
“Mari masukkan ke jadwal kegiatan harian”

BAB III
TINJAUAN KASUS

Klien Tn. M berumur 59 tahun datang ke Rumah Sakit Jiwa Bangli diantar oleh
anaknya. Keluarga klien mengatakan klien sering menyendiri di kamar dan
menghabiskan waktu ngmong dengan tembok. Klien juga dikatakan setiap disuruh
mandi, klien mengatakan sudah mandi. Rambut klien tampak acak-acakan serta
kuku panjang dan hitam. Kulit kotor, tampak malas untuk menyisir rambut dan
ganti pakaian.

3.1 Pengkajian Data


I. IDENTITAS KLIEN
Tanggal Dirawat (MRS) : 16 September 2017
Nama : Tn M (L/P)
Umur : 59 tahun Tanggal Pengkajian : 18 September 2017

Alamat : Jl. P. Moyo no 4xxx, Ruang rawat : Mawar


Denpasar
Pendidikan : SD
Agama : Hindu
Status : Menikah
Pekerjaan : Buruh
Jenis Kelamin : Laki-laki
No RM : -

28
II. ALASAN MASUK
Klien Tn. M berumur 59 tahun datang ke Rumah Sakit Jiwa Bangli diantar
oleh anaknya. Keluarga klien mengatakan klien sering menyendiri di kamar dan
menghabiskan waktu ngmong dengan tembok. Klien juga dikatakan setiap disuruh
mandi, klien mengatakan sudah mandi. Rambut klien tampak acak-acakan serta
kuku panjang dan hitam. Kulit kotor, tampak malas untuk menyisir rambut dan
ganti pakaian.

II. FAKTOR PREDISPOSISI


1. Pernah mengalami gangguan jiwa di masa lalu ?
Ya

V Tidak

Jika Ya,Jelaskan: -
2. Pengobatan sebelumnya
Berhasil
Kurang berhasil
Tidak berhasil

Jelaskan: klien belum pernah mengalami gangguan jiwa.


3. Riwayat trauma
Pelaku/usia Korban/usia Saksi/usia
Aniaya fisik -
Aniaya seksual -
Penolakan -
Kekerasan dalam keluarga -
Tindakan criminal -
-
Jelaskan:
Klien tidak pernah mengalami, menyaksikan atau melakukan aniyaya fisik
aniyaya seksual, penolakan, kekerasan dalam keluarga, maupun tidakan
criminal.

29
4. Adakah anggota kel;uarga ytang mengalami gangguan jiwa ?
Ya Tidak V

5. Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan


Anak klien mengatakan, ayahnya tidak bisa menerima ketika istrinya
meninggal 8 bulan yang lalu.

IV. PEMERIKSAAAN FISIK


1. Ukuran Viatal :
TD : 120/80 mm/Hg  
N : 80x/m     
S : 36⁰ C
RR : 22x/m    
2. Ukuran : BB 62kg            TB 160cm    
  Turun V Naik

Jelaskan :
Berat badan pasien mengalami penurunan sebanyak 3 kg selama dirawat di
rumah sakit.
3. Keluhan fisik :
Ya Tidak V

Jelaskan:
Klien tidak memiliki keluhan fisik.   

V. PENGKAJIAN PSIKOSOSIAL (Sebelum dan sesudah sakit)


1. Genogram :

59

Keterangan :

30
= perempuan = laki-laki

= meninggal
59

Jelaskan :
Pasien merupakan seorang ayah dari 2 orang putri yang sudah menikah
dan hidup masing- masing dengan suami dan anak mereka. Istri pasien
telah meningggal 8 bulan yang lalu, sehingga pasien tinggal sendirian
sekarang. Dari genogram pasien sendiri yang mengalami gangguan
kejiwaan.

2. Konsep Diri
a. Citra tubuh  : Keluarga mengatakan pasien tidak mau mandi dan
mengganti pakaiannya. Pasien terus mengatakan sudah mandi.
b. Identitas       : keluarga mengatakan pasien merupakan seorang kepala
keluarga dan seorang ayah yang bekerja sebagai petani. Keluarga
mengatakan setelah ditinggal istrinya, pasien seperti tidak memiliki
motivasi hidup.
c. Peran            : keluarga mengatakan klien adalah seorang bapak dan
kakek, namun setelah sakit klien hanya berdiam diri dikamar.
d. Ideal diri      : Pasien mengatakan ingin istrinya kembali.
e. Harga diri    :  Keluarga mengatakan setelah sakit pasien jarang
berinteraksi dengan orang lain, ataupun masyarakat dan keluarga.
Pasien lebih banyak mengurung diri.
3. Hubungan sosial
a. Orang yang berarti/terdekat

31
Pasien mengatakan tidak lagi memiliki orang terdekat setelah ditinggal
istrinya.
b. Peran serta dalam kegiatan kelompok /masyarakat
Pasien tidak lagi melakukan kegiatan – kegiatan di masyarakat dan
lebih sering mengurung diri dikamar.
c. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain:
Pasien masih bisa berinteraksi dengan orang lain, namun tidak bisa
memulai interaksi.
4. Spiritual
a. Nilai dan keyakinan
Pasien mengingat kewajibannya sebagai umat beragama, terutama
untuk bersembahyang.
b. Kegiatan ibadah
Pasien masih mau untuk beribadah.

VI. STATUS MENTAL


1. Penampilan

V Tidak rapi

V
Pakaian kotor dan bau
Cara berpakaian tidak seperti biasanya

Jelaskan:
Pasien terlihat tidak rapi dalam berpakaian, dan pakaian yang digunakan juga
kotor, rambut acak – acakan.

Masalah / Diagnosa Keperawatan:

32
Sindroma defisit perawatan diri  (makan, mandi, berhias,
toiletting, instrumentasi)
V Defisit perawatan diri  (makan, mandi, berhias, toiletting,
instrumentasi)
Lain-lain

2. Pembicaraan
Cepat V Lambat
 Keras
Membisu
Gagap V Tidak mampu memulai
Apatis pembicaraan
Lain-lain
Jelaskan:
Pasien enggan untuk berbicara dan lebih banyak diam.
3. Aktifitas motorik/Psikomotor
Kelambatan :
Hipokinesia,hipoaktifitas

V
Katalepsi                        
Sub stupor katatonik

Fleksibilitas serea
Jelaskan:
Pasien hanya berdiam diri saja, duduk pada posisi yang sama pada waktu
yang lama.
Peningkatan :
 Hiperkinesia,hiperaktifitas     Grimace
 Gagap            Otomatisma           

 Stereotipi                               Negativisme           

 Gaduh Gelisah  Reaksi konversi


 Tremor                  
 Katatonik                 

33
 Mannarism     Verbigerasi
 Katapleksi  Berjalan kaku/rigid

 Tik                 Kompulsif

 Ekhopraxia  
 Command  automatism

Jelaskan:
Pasien tidak mengalami peningkatan motorik.
4. Alam Perasaan

V Sedih Khawatir

Gembira berlebihan Ketakutan

V Putus asa
Jelaskan :
Pasien tampak sedih dan putus asa. Pasien terlihat meratapi kepergian istrinya.
5. Afek
V Datar

Tumpul

Labil
Tidak sesuai

Jelaskan :
Pasien tampak memiliki raut muka yang tetap, namun ke arah yang sedih
dan putus asa ketika diajak berinteraksi.
6. Interaksi selama wawancara
Bermusuhan
Kontak mata kurang
V
Tidak kooperatif
Defensif
Mudah tersinggung

34
Curiga

Jelaskan :
Pasien tidak mau melihat kearah perawat saat berinteraksi.

7. Persepsi
Halusinasi :
V Pendengaran Pengecapan

Penglihatan Penghidu

Perabaan

Jelaskan : keluarga megatakan pasien sering berbicara dengan tembok dan


mendengar suara istrinya dari sana.
8. Proses pikir
Sirkumstansial

Tangensial
Kehilangan asosiasi

Flight of ideas

Blocking
Pengulangan pembicaraan/perseverasi
V

Jelaskan :
Pasien selalu mengatakan tentang istrinya terus menerus.

9. Isi Pikir
 Obsesi
 Depersonalisasi

35
 Fobia
 Idea yang terkait
 Hipokondria
 Pikiran magic
 Waham
 Agama
 Nihilistik
 Somatik
 Sisip pikir
 Kebesaran
 Siar piker
 Curiga
 Kontrol pikir

10. Tingkat Kesadaran


 Bingung
 Sedasi
 Stupor
Disorientasi
V Waktu
 Tempat
 Orang

Jelaskan :
Pasien terlihat bingung, saat ditanya waktu dan tanggal hari saat
pengkanjian, pasien tidak dapat menyebutkannya dengan benar.

11. Memori
 Gangguan daya ingat jangka panjang
 Gangguan daya ingat saat ini

36
 Gangguan daya ingat jangka pendek

V Konfabulasi

Jelaskan :
Pasien terkadang sering membicarakan hal – hal yang tidak sesuai dengan
kenyataan dan mengatakan mendengar suara dari orang lain.

12. Tingkat konsentrasi dan berhitung


 Mudah beralih
V Tidak mampu berkonsentrasi
 Tidak mampu berhitung sederhana

Jelaskan :
Pasien meminta pertanyaan diulang serta tak mampu menjelaskan
kembali pembicaraan.

13. Kemampuan penilaian


V Gangguan ringan
 Gangguan bermakna
Jelaskan :
Pasien mampu mengambil keputusan sederhana dengan bantuan orang
lain.
14. Daya tilik diri
V Mengingkari penyakit yang diderita

 Menyalahkan hal-hal di luar dirinya


Jelaskan :
Pasien tidak menyadari ada yang berbeda pada dirinya.

VII. KEBUTUHAN PERSIAPAN PULANG


1. Makan
V Bantuan minimal

 Bantual total

37
2. Defekasi/berkemih
V Bantuan minimal

 Bantual total
3. Mandi
 Bantuan minimal
V Bantual total

4. Berpakaian/berhias
V Bantuan minimal
 Bantual total
5. Istirahat dan tidur
 Tidur siang lama : 30 menit.s.d 1 jam
 Tidur malam lama : 6 jam s.d 7 jam
 Aktivitas sebelum/setelah tidur : 1 jam s.d 2 jam

6. Penggunaan obat
 Bantuan minimal
V Bantuan total

7. Pemeliharaan kesehatan
Y Tidak
a
Perawatan lanjutan V

Sistem pendukung V

8. Aktivitas di dalam rumah


Ya Tidak
Mempersiapkan V
makanan

Menjaga kerapian V
rumah

Mencuci pakaian V

38
Mengatur keuangan V
9. Aktivitas di luar rumah
Ya Tidak
Belanja V

Transportasi V

Lain-lain V
Berinteraksi dengan
tetangga
V

VIII. MEKANISME KOPING


ADAPTIF MALADAPTIF
 Bicara dengan orang lain  Minum alcohol
V  Reaksi lambat
 Mampu menyelesaikan  Reaksi berlebih
masalah  Bekerja berlebihan
 Teknik relokasi  Menghindar
 Aktivitas konstruktif  Mencederai diri
 Olah raga  lainnya
 Lainnya

IX. MASALAH PSIKOSOSIAL DAN LINGKUNGAN


 Masalah dengan dukungan kelompok
Uraikan :
Keluarga pasien mengatakan pasien hanya tinggal dirumah sendirian dan
sesekali dijenguk anak – anaknya. Untuk kesehariannya pasien terkadang
dibantu keluarga terdekat atau tetangga seperti untuk makan.
 Masalah berhubungan dengan lingkungan
Uraikan :

39
Keluarga mengatakan pasien jarang berkomunikasi dengan
lingkungannya, lebih banyak berdiam diri di kamar.
 Masalah dengan pekerjaan
Uraikan :
Keluarga mengatakan setelah sakit, pasien sudah jarang mengurus
sawahnya yang sekarang digantikan oleh menantunya.
 Masalah dengan perumahan
Uraikan :
Keluarga pasien mengatakan karena tinggal sendiri, dan pasien lebih
banyak menarik diri dan berdiam dikamar, yang mengurus rumah adalah
anaknya yang sesekali datang.
 Masalah dengan ekonomi
Uraikan :
Keluarga mengatakan memiliki perekonomian yang menengah kebawah
dan cenderung pas- pasan.

X. KURANG PENGETAHUAN TENTANG


 Penyakit jiwa
 Factor presipitasi
 Koping
 System pendukung
 Penyakit fisik
 Obat-obatan
 Lainnya :

XI. ASPEK MEDIK


1. Diagnosa medik
Skizofrenia
2. Terapi medik

XII. Daftar Masalah Keperawatan

40
1. Defisit perawatan diri berhubungan dengan menurunnya motivasi
perawatan diri

3.3 Diagnosa Keperawatan


1. Defisit perawatan diri berhubungan dengan menurunnya motivasi
perawatan diri

3.4 Intervensi Keperawatan


Tujuan Kriteria Hasil Intervensi

Pasien mampu: Setelah … x pertemuan, SP 1


pasien dapat menjelaskan
- Melakukan pentingnya : - Identifikasi
kebersihan diri kebersihan diri,
sendiri secara - Kebersihan diri berdandan, makan,
mandiri - Berdandan/berhias dan BAB/BAK
- Melakukan - Makan - Jelaskan pentingnya
berhias/berdanda - BAB/BAK kebersihan diri
n secara yang - Dan mampu - Jelaskan alat dan
baik melakukan cara cara kebersihan diri
- Melakukan merawat diri - Masukkan dalam
makan dengan jadwal kegiatan
baik pasien
- Melakukan
BAB/BAK secara SP 2

- Evaluasi kegiatan

41
mandiri yang lalu (SP 1)
- Jelaskan pentingnya
berdandan
- Latih cara
berdandan
Untuk pasien laki-
laki meliputi cara :
 Berpakaian
 Menyisir
rambut
 Berukur
Untuk pasien
perempuan :

 Berpakaian
 Menyisir
rambut
 Berhias
- Masukkan dalam
jadwal kegiatan
pasien

SP 3

- Evaluasi kegatan
yang lalu (SP 1,
2)
- Jelaskan cara dan
alat makan yang
benar, seperti :
 Jelaskan cara
menyiapkan
makanan
 Jelaskan acara
merapikan
peralatan makan
setelah makan
 Praktik makan
sesuai dengan
tahapan makan
yang baik
- Latih kegiatan
makan
- Masukkan dalam
jadwal kegiatan

42
pasien

SP 4

- Evaluasi
kemampuan pasien
yang lalu (SP 1, 2,
3)
- Latih cara
BAB/BAK yang
baik
- Menjelaskan
tempat BAB/BAK
yang sesuai
- Menjelaskan cara
membersihkan diri
setelah BAB/BAK

Keluarga Setelah … x pertemuan, SP 1


mampu keluarga mampu
merawat meneruskan melatih - Identifikasi masalah
anggota pasien dan mendukung keluarga dalam
keluarga yang agar kemampuan pasien merawat pasien
mengalami dalam perawatan dirinya dengan masalah
masalah meningkat kebersihan diri,
kurang berdandan, makan,
perawatan diri BAB/BAK
- Jelaskan deficit
perawatan diri
- Jelaskan cara
merawat kebersihan
diri, berdandan,
makan, BAB/BAK
- Bermain peran cara
merawat
- Rencana tindak
lanjut
keluarga/jadwal
keluarga untuk
merawat pasien

SP 2

- Evaluasi SP 1
- Latih keluarga
merawat langsung
ke pasien,

43
kebersihan diri, dan
berdandan
- RTL
keluarga/jadwal
keluarga untuk
merawat pasien

SP 3

- Evaluasi
kemampuan SP 2
- Layih keluarga
merawat langsung
ke pasien cara
makan
- RTL
keluarga/jadwal
keluarga untuk
merawat pasien

SP 4

- Evaluasi
kemampuan
keluarga
- Evaluasi
kemampuan pasien
- Rencana tindak
lanjut keluarga :
 Follow up
 Rujukan

44
3.5 Implementasi
Fase Prainteraksi
Perawat A yang sedang melaksanakan shift siang di RSJ Provinsi Bangli
mendapat operan tugas untuk memandikan pasien dengan diagnosa medis
Skizofrenia dan mengalami gangguan pemenuhan kebutuhan deficit perawatan
diri
Fase Orientasi
Perawat memasuki ruangan pasien, awalnya pasien tampak murung dan diam di
sudut kamar dengan muka yang kusam dan pakaian yang tidak rapi dan
mengeluarkan aroma tidak sedap.
Perawat : selamat siang pak
Pasien : (diam)
Keluarga : selamat pagi ners
Perawat : perkenalkan nama saya (disesuaikan), saya perawat yang akan
membantu memenuhi kebutuhan bapak pada siang hari ini.
Sebelumnnya, boleh saya tau nama bapak?
Pasien : Buana
Perawat : Bagaimana perasaan bapak hari ini?
Pasien : biasa saja
Perawat : apakah tadi bapak sudah makan siang?
Pasien : sudah.
Keluarga : belum ners, sebenarnya dia belum makan dari pagi.
Perawat : benar bapak belum makan?
Pasien : sudah ners sudah. Dia bohong.
Perawat : ya sudah, bapak makan apa tadi?
Pasien : saya makan nasi goreng
Perawat : bapak tidak makan makanan dari rumah sakit?
Pasien : makan ners, kan makanan rumah sakitnya nasi goreng
Perawat : pak, sudah mandi belum?
Pasien : sudah ners, saya kan sudah wangi, ganteng lagi
Perawat : bu, apakah benar yang dikatakan oleh bapaknya?
Keluarga : tidak ners, dia belum mandi dari kemarin sore

45
Perawat : pak, bagaimana kalo bapak sekarang saya mandikan lagi agar
bapak merasa lebih segar, nanti mandinya kurang lebih 10 menit,
apakah bapak bersedia?
Pasien : mmm.. boleh juga ners.
Perawat : ibu bisa tolong saya untuk menyiapkan pakaian ganti untuk
bapak?
Keluarga : baik ners.

Fase Kerja
Perawat menginstruksikan pasien untuk masuk ke kamar mandi dan mulai
melakukan proses memandikan sesuai dengan prosedur yang ada. Pasien tampak
kooperatif dan mau mengikuti intruksi perawat
Perawat : pak, saya akan memandikan bapak agar bapak merasa lebih
nyaman dan segar.
Pasien : iya ners, saya buka baju sendiri saja. Saya kan malu sama ners.
Perawat : tidak apa-apa pak.
Pasien : saya sudah siap untuk mandi ners
Perawat : sebelum saya memandikan bapak, apa ada yang ingin bapak
tanyakan?
Pasien : tidak ners
Perawat : baik pak, mari kita mulai mandinya.
Perawat memandikan pasien

Fase Terminasi
Perawat sudah selesai memandikan pasien dan pasien sudah tampak lebih segar
dan nyaman setelah dimandikan. Kemudian, perawat melakukan kontrak waktu
untuk jadwal tindakan selanjutnya.
Perawat : nah, sekarang bapak sudah selesai mandi dan mengganti baju,
bagaimana perasaan bapak setelah saya mandikan?
Pasien : segar sekali ners. Saya merasa jadi tambah ganteng dan wangi.
Perawat : iya pak, bapak sudah terlihat lebih segar. Nanti sore saya
mandikan lagi ya pak. Bapak mau kan?

46
Pasien : iya ners. Tapi nanti saya pakai baju warna merah ya.
Perawat : iya pak. Nanti saya siapkan.
Perawat : ibu, nanti pada pukul 17.00 saya atau teman saya akan kembali
untuk memandikan bapak lagi.
Keluarga : baik ners
Perawat : bu, nanti tolong sediakan baju warna merah, karna itu permintaan
bapak
Keluarga : baik ners, akan saya siapkan.
Perawat : karena tugas saya sudah selesai, saya pamit permisi dulu, namun
sebelumnya ada yang ingin ibu tanyakan?
Keluarga : tidak ners. Terimakasih karena sudah membantu bapak mandi.
Perawat : iya bu. Sama-sama, saya permisi. Selamat siang
Keluarga : selamat siang ners.

3.4 Evaluasi Keperawatan

Tanggal No Evaluasi TTD


DX

18 1 S : Pasien mengatakan merasa lebih segar setelah


September dimandikan
2017
O : Pasien tampak lebih segar, rambut rapi, pakaian
bersih namun belum mengatakan keingian untuk
mandi selanjutnya.

A : Defisit perawatan diri belum teratasi

P : Lanjutkan Intervensi Keperawatan

47
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Defisit perawatan diri adalah gangguan kemampuan untuk melakukan


aktiviatas perawatan diri (mandi, berhias,makan, bab/bak). Rentang respon defisit
perawatan diri : pola perawatan diri seimbang, kadang perawatan diri kadang
tidak, tidak melakukan perawatan diri.Jenis-jenis perawatan diri : krang perawatan
diri : mandi, brhias makan, bab/bak. Menurut tarwoto dan wartonah penyebab
kurang perawatan diri adalah sebagai berikut : Kelelahan fisik dan penurunan
kesadaran.

Dari contoh kasus diatas masalah teratasi sebagian, pasien tampak lebih
segar, rambut rapi, pakaian bersih namun belum mengatakan keingian untuk
mandi selanjutnya.

4.2 Saran

Untuk pembuatan makalah ini kami menyadari masih banyak kekurangan,


kami berharap bagi pembaca untuk mengkritik guna untuk menyempurnakan
makalah ini.

48
DAFTAR PUSTAKA

Damayanti, M., & Iskandar. 2012. Asuhan Keperawatan Jiwa. Bandung :Refika
Aditama

Departemen Kesehatan R.I. 2005. Rencana Strategi Departemen Kesehatan.


Jakarta: Depkes RI

Departemen Kesehatan RI., 2000, Keperawatan Jiwa Teori dan Tindakan


Keperawatan. Jakarta : Depkes RI.

Direja, Ade Herman Surya. 2011. Buku Asuhan Keperawatan Jiwa. Nuha Medika,
Yogyakarta.

Herman, Ade. 2011. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Jiwa. yogyakarta: Nuha
Medika.

Tarwoto & Wartonah. 2006. Kebutuhan Dasar Manusia Dan Proses


Keperawatan. Edisi Ke-3. Jakarta: Salemba Medika.

Yosep, Iyus. 2007. Keperawatan Jiwa. Bandung : Refika Aditama

49

Anda mungkin juga menyukai