Anda di halaman 1dari 44

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN

DEFISIT PERAWATAN DIRI

Makalah ini disusun guna memenuhi tugas


Mata kuliah Keperawatan Kesehatan Jiwa II

Dosen pengampu: Ns. Evin Novianti M.Kep, Sp.Kep.J

Disusun oleh:

Nada Mutiara 1710711028


Risa Safitri 1710711029
Ayu Nuraini Soleha 1710711030
Parida Pebruanti 1710711042

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAKARTA

2019

1.
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas berkat rahmat dan
hidayah-Nya kami dapat menyusun dan menyelesaikan makalah Asuhan Keperawatan Pasien
dengan Defisit Perawatan Diri ini tepat pada waktu yang telah ditentukan. Makalah ini
diajukan guna memenuhi tugas yang diberikan dosen mata kuliah Keperawatan Jiwa 2.

Pada kesempatan ini juga kami berterima kasih atas bimbingan dan masukan dari
semua pihak yang telah memberi kami bantuan wawasan untuk dapat menyelesaikan makalah
ini baik itu secara langsung maupun tidak langsung.

Kami menyadari isi makalah ini masih jauh dari kategori sempurna, baik dari segi
kalimat, isi, maupun dalam penyusunan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun
dari dosen mata kuliah yang bersangkutan dan rekan-rekan semuanya, sangat kami harapkan
demi kesempurnaan makalah ini dan makalah-makalah selanjutnya.

Jakarta, 25 Agustus 2018

Kelompok 2

3
DAFTAR ISI

Kata Pengantar …………………………………………………………………………….... i

Daftar Isi …………………………………………………………………………………… ii

Bab I Pendahuluan

1.1. Latar Belakang ………………………………………………………………….….. 1


1.2. Rumusan Masalah …………………………………………………………………. 4
1.3. Tujuan Penulisan …………………………………………………………………... 4

Bab II Pembahasan

2.1. Pengertian Defisit Perawatan Diri ………………………………………………..... 6


2.2. Etiologi Defisit Perawatan Diri ………………………………………………….… 6
2.3. Lingkup Defisit Perawatan Diri ………………………………………………….… 7
2.4. Rentang Respon Defisit Perawatan Diri …………………………………………… 8
2.5. Pengkajian Defisit Perawatan Diri …..…………………………………………..… 8
2.6. Pohon Masalah Defisit Perawatan Diri ………………..…………………………... 13
2.7. Diagnosa Keperawatan Defisit Perawatan Diri ……..…………………………...… 13
2.8. Intervensi Keperawatan Defisit Perawatan Diri ………………………………....… 14

Bab III Penutup

3.1. Kesimpulan ……………………………………………………………………...… 39


3.2. Saran …………………………………………………….………………………… 39

Daftar Pustaka …………………………………………………………………………….. 40

iii
2
BAB I
PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang


Kesehatan jiwa adalah suatu bagian yang tidak terpisahkan dari kesehatan atau bagian
integral dan merupakan unsur utama dalam menunjang terwujudnya kualitas hidup
manusia. Gangguan jiwa dibagi menjadi dua bagian besar, yaitu gangguan jiwa ringan
(Neurosa) dan gangguan jiwa berat (Psikosis). Psikosis ada dua jenis yaitu: psikosis
organik, dimana didapatkan kelainanan pada otak dan psikosis fungsion tidak terdapat
kelainan pada otak. Psikosis salah satu bentuk gangguan jiwa merupakan
ketidakmampuan untuk berkomunikasi atau menggali realitas yang menimbulkan
kesukaran dalam kemampuan seseorang berperan sebagaimana mestinya dalam
kehidupan sehari-hari (Andayani, 2012).
Menurut World Health Organitation (WHO, 2013), prevalensi masalah kesehatan
jiwa saat ini cukup tinggi, 25% dari penduduk dunia pernah menderita masalah kesehatan
jiwa, 1% diantaranya adalah gangguan jiwa berat, potensi seseorang mudah terserang
gangguan jiwa memang tinggi, setiap saat 450 juta orang di seluruh dunia terkena dampak
permasalahan jiwa, saraf maupun perilaku.
Gangguan jiwa menyebabkan penderitanya tidak sanggup menilai dengan baik
kenyataan, tidak lagi menguasai dirinya untuk mencegah mengganggu orang lain atau
merusak/menyakiti dirinya sendiri. Gangguan jiwa sesungguhnya sama dengan gangguan
jasmaniah lainnya. Hanya saja gangguan jiwa bersifat lebih kompleks, mulai dari yang
ringan seperti rasa cemas, takut hingga yang tingkat berat berupa sakit jiwa atau kita
kenal sebagai gila (Hardianto, 2009).
Pada setiap masalah keperawatan jiwa yang selalu dan bahkan dapat terjadi pada
setiap pasien yang mengalami gangguan jiwa adalah defisit perawatan diri. Defisit
perawatan diri merupakan suatu kondisi pada seseorang yang mengalami kelemahan
dalam melakukan atau melengkapi aktivitas perawatan diri secara mandiri seperti mandi,
berpakaian, makan, BAK/BAB (fitria, 2009).
Keterbatasan perawatan diri biasanya diakibatkan karena stressor yang cukup berat
dan sulit ditangani oleh klien (klien bisa mengalami harga diri rendah) sehingga dirinya
tidak mau mengurus atau merawat dirinya sendiri baik dalam hal mandi, berpakaian,
berhias, makan, maupun BAB dan BAK. Bila tidak dilakukan intervensi oleh perawat,

1
maka kemungkinan klien bisa mengalami masalah risiko tinggi isolasi sosial (Nasution,
2013).
Kebersihan diri sangat dipengaruhi oleh nilai individu dan kebiasaan. Oleh karena itu,
personal hygiene sangat perlu diterapkan, mengingat banyak manfaat yang ada untuk
pencegahan segala penyakit yang bisa ditimbulkan. Menurut Anggriana T.W tahun 2010,
personal hygiene adalah perawatan diri dimana seseorang merawat fungsi-fungsi tertentu
seperti mandi, toileting, kebersihan tubuh secara umum dan berhias.
Pasien gangguan jiwa memerlukan suatu bimbingan atau dukungan dari keluarga dan
orang lain. Agar pasien gangguan jiwa dapat merawat diri secara mandiri dan
meningkatkan kemampuan dalam memecahkan masalah. Penurunan ADL (Activity of
Daily Living) pada pasien jiwa disebabkan oleh adanya gangguan mental pada pasien dan
kurangnya pendidikan kesehatan/penyuluhan mengenai perawatan diri pada pasien
gangguan jiwa. Pendidikan kesehatan merupakan suatu proses perubahan perilaku yang
dinamis dengan tujuan mengubah atau mempengaruhi perilaku manusia yang meliputi
komponen pengetahuan, sikap, ataupun praktik yang berhubungan dengan tujuan hidup
sehat baik secara individu, dan kelompok (Notoatmodjo,2007).
Untuk mengetahui lebih lanjut masalah yang terjadi pada pasien perlu dikaji lebih
lanjut tentang gangguan yang terjadi pada pasien yang memicu terjadinya deficit
perawatan diri. Seperti, perawat perlu mengkaji kejadian yang mendukung terjadinya
defisit perawatan diri pasien (Achir, 2009).
Personal hygiene sangat tergantung pada pribadi masing-masing yaitu nilai individu
dan kebiasaan untuk mengembangkannya. Kehidupan sehari-hari yang beraturan,
menjaga kebersihan tubuh, makanan yang sehat, banyak menghirup udara segar, olahraga,
istirahat cukup, merupakan syarat utama dan perlu mendapat perhatian (Nuning, 2009).
Berdasarkan pendapat yang dikemukakan oleh Castro (2010) devisit perawatan diri
adalah gangguan persepsi tentang suatu objek atau gambaran. Hal ini menunjukkan
bahwa pengaruh pelaksanaan standard akan mempengaruhi kemampuan kognitif dan
psikomotor pasien dalam merawat diri.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Desy, Dwi, dan Targunawan tentang
pengaruh aktivitas mandiri : personal hygiene terhadap kemandirian pasien defisit
perawatan diri di RSJD Dr. Amino Gondohutomo Semarang didapatkan hasil bahwa
responden penelitian sebagian besar berusia remaja 16-24 tahun dengan jumlah 13
(46.4%) dari total sampel 28 responden. Pada usia ini individu mulai beralih dari masa
remaja awal menuju remaja akhir dimana dia harus mulai melakukan penyesuain diri dan

2
menjadi pribadi yang memiliki keinginan teguh untuk dirinya sendiri. Apabila seseorang
pada tahap ini tidak mempunyai kemampuan yang baik untuk menetapkan keputusan
tentang sikap bijaksana untuk dirinya, mengakibatkan depresi dan akan sangat beresiko
tinggi terkena gangguan jiwa salah satunya defisit perawatan diri.

Berdasarkan hasil penelitian didapatkan tingkat pendidikan responden terbanyak


adalah SMP dengan jumlah 10 responden (35.7%). Fenomena sekarang ini, dunia kerja
lebih banyak mencari sesorang yang berpendidikan Diploma atau Sarjana, sedangkan
sesorang yang hanya berpendidikan SMP untuk pekerjaan kasar atau kelas bawah dan
orang cenderung tidak mau. Hal ini bisa berdampak terhadap menurunya kepercayaan diri
sesorang maupun kesiapan kerja setelah lulus SMP, sehingga hal ini bisa mempengaruhi
kondisi jiwa sesorang dan dapat terjadi gangguan jiwa. Hal tersebut dibuktikan dengan
pendapat sebagian responden yang menyatakan ketidakpercayaan dirinya terhadap orang-
orang yang berependidikan lebih tinggi darinya. Berdasarkan hasil penelitian sesudah
diajarkan aktivitas mandiri: personal hygiene (mandi dan berpakaian) diperoleh hasil
kemandirian personal hygiene (mandi dan berpakaian) dengan kategori baik lebih banyak
yaitu 22 (78.6%). Hasil penelitian sesudah dilakukan aktivitas mandiri: personal hygiene
(berdandan) diperoleh hasil kemandirian personal hygiene (berdandan) adalah dengan
kategori baik sebanyak 17 (60.7%). Hasil penelitian sesudah dilakukan aktivitas mandiri:
personal hygiene (makan) diperoleh hasil kemandirian personal hygiene (makan) adalah
dengan kategori baik sebanyak 20 (71.4%). Hasil penelitian sesudah dilakukan aktivitas
mandiri: personal hygiene (BAK/BAB) diperoleh hasil kemandirian personal hygiene
(BAK/BAB) adalah dengan kategori baik sebanyak 26 (92.9%).
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Seniaty, Hendro, dan Ferdinan tentang
pengaruh pemberian pendidikan kesehatan pada pasien gangguan jiwa (defisit perawatan
diri) terhadap pelaksanaan ADL (Activity of Daily Living) kebersihan gigi dan mulut di
RSJ Ratumbuysang Manado didapatkan bahwa hasil penelitian yang diperoleh dari 30
responden yang diambil secara total sampling menunjukan bahwa sebagian besar
responden yang diberikan pendidikan kesehatan berumur 41-45 tahun (26,7%) sedangkan
yang paling sedikit berumur 36-40 tahun (13,3%). Responden yang paling banyak
berpendidikan SD yaitu berjumlah 10 orang (33,3%) sedang paling sedikit berpendidikan
sarjana berjumlah 1 orang (3,3%). Hasil penelitian yang didapatkan dari 30 responden
berdasarkan pelaksanaan ADL sebelum diberikan pendidikan kesehatan tentang
menggosok gigi yang baik dan benar menunjukan bahwa seluruh responden memiliki

3
pelaksanaan ADL kurang baik sebanyak 30 orang (100%). Hasil penelitian pelaksanaan
ADL responden sesudah diberikan pendidikan kesehatan tentang cara menggosok gigi
yang baik dan benar menunjukan bahwa pelaksanaan ADL mengalami peningkatan yaitu
kurang baik berjumlah 15 orang (50%) dan yang melaksanakan ADL dengan baik
berjumlah 15 orang (50%). Namun ada satu responden yang kemampuan pelaksanaan
ADL-nya tetap sebelum dan sesudah diberikan pendidikan kesehatan karena kondisi
pasien pada saat penelitian menunjukan pasien belum mampu secara mandiri melakukan
pelaksanaan ADL.

I. 2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengertian defisit perawatan diri?
2. Bagaimana etiologi defisit perawatan diri?
3. Bagaimana pengkajian defisit perawatan diri?
4. Bagaimana faktor predisposisi defisit perawatan diri?
5. Bagaimana faktor presipitasi defisit perawatan diri?
6. Bagaimana penilaian stressor defisit perawatan diri?
7. Bagaimana sumber koping defisit perawatan diri?
8. Bagaimana mekanisme koping defisit perawatan diri?
9. Bagaimana pohon masalah defisit perawatan diri?
10. Bagaimana diagnosa keperawatan defisit perawatan diri?
11. Bagaimana intervensi keperawatan defisit perawatan diri?

I.3 Tujuan Penulisan


1. Tujuan Umum
Mengetahui tentang konsep teori dan asuhan keperawatan klien dengan defisit
perawatan diri.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui pengertian defisit perawatan diri.
b. Mengetahui etiologi defisit perawatan diri.
c. Mengetahui pengkajian defisit perawatan diri
d. Mengetahui faktor predisposisi defisit perawatan diri
e. Mengetahui faktor presipitasi defisit perawatan diri.
f. Mengetahui penilaian stressor defisit perawatan diri.
g. Mengetahui sumber koping defisit perawatan diri.

4
h. Mengetahui mekanisme koping defisit perawatan diri.
i. Mengetahui pohon masalah defisit perawatan diri.
j. Mengetahui diagnosa dan intervensi keperawatan defisit perawatan diri.

5
BAB II

PEMBAHASAN ISI

2.1. Pengertian
Perawatan diri (personal hygine) mencakup aktivitas yang dibutuhkan sehari-
hari yang biasa dikenal dengan aktivitas kehidupan sehari-hari (ADLs). Aktivitas ini
dipelajari dari waktu ke waktu dan menjadi kebiasaan seumur hidup. Kegiatan
perawatan diri tidak hanya melibatkan apa yang harus dilakukan (kebersihan mandi,
berpakaian, toilet, makan), tetapi juga berapa, kapan, di mana, dengan siapa, dan
bagamana (Miller dalam Carpenito-Moyet, 2009).
Keadaan seseorang yang mengalami kelainan dalam kemampuan untuk
melakukan atau menyelesaikan aktivitas kehidupan sehari-hari secara mandiri
disebut dengan defisit perawatan diri. Tidak ada keinginan klien untuk mandi secara
teratur, menyisir rambut, pakaian kotor, bau badan, bau napas, dan penampilan tidak
rapih. Defisit perawatan diri merupakan salah satu masalah yang timbul pada klien
gangguan jiwa. Klien gangguan jiwa kronis sering mengalami ketidakpedulian
merawat diri. Keadaan ini merupakan gejala gangguan negatif dan menyebabkan
klien dikucilkan, baik dalam keluarga maupun masyarakat.

2.2. Etiologi
Menurut Potter dan Perry (2009) terdapat factor-faktor yang mempengaruhi personal
hygine, yaitu:
1. Citra tubuh
Gambaran individu terhadap dirinya sangat mempengaruhi kebersihan diri.
Perubahan fisik akibat operasi bedah, dapat memicu individu untuk tidak peduli
terhadap kebersihannya.
2. Status social ekonomi
Sumber penghasilan atau sumber ekonomi mempengaruhi jenis dan tingkat
praktik perawatan diri yang dilakukan. Perawat harus menentukan apakah
pasien dapat mencukupi perlengkapan perawatan diri yang penting, seperti
sabun, pasta gigi, sampo. Selain itu, hal yang perlu diperhatikan adalah apakah

6
penggunaan perlengkapan tersebut sesuai dengan kebiasaan social yang
dipraktikan oleh kelompok social pasien.
3. Pengetahuan
Pengetahuan perawatan diri sangat penting karena pengetahuan yang baik dapat
meningkatkan kesehatan. Kekurangan pengetahuan tentang pentingnya
perawatan diri dan implikasinya bagi kesehatan dapat mempengaruhi praktik
perawatan diri.

4. Variable kebudayaan
Kepercayaan akan nilai kebudayaan dan nilai dari mempengaruhi perawatan
diri. Orang dari latar kebudayaan yang berbeda mengikuti praktik kesehatan
yang berbeda pula. Disebagian masyarakat, misalnya, ada yang menerapkan
mandi setiap hari, tetapi masyarakat dengan lingkup budaya yang berbeda hanya
mandi seminggu sekali.
5. Kondisi fisik
Pada keadaan tertantu atau sakit kemampuan untuk merawat diri berkurang dan
memerlukan bantuan. Biasanya, jika tidak mampu, klien dengan kondisi fisik
yang tidak sehat lebih memilih untuk tidak melakukan perawatan diri.

2.3. Lingkup Defisit Perawatan Diri


a. kebersihan diri
Tidak ada keinginan untuk mandi secara teratur, pakaian kotor, bau badan, bau
napas, dan penampilan tidak rapi
b. berdandanan atau berhias
Kurangnya minat dalam memilih pakaian yang sesuai, tidak menyisir rambut, atau
mencukur kumis.
c. Makan
Mengalami kesukaran dalam mengambil, ketidakmampuan membawa makanan
dari piring ke mulut, dan makan hanya beberapa suap makanan dari piring.
d. Toileting
Ketidakmampuan atau tidak adanya keinginan untuk melakukan defekasi atau
berkemih tanpa bantuan

7
2.4. Rentang Respon Defisit Perawatan Diri

Adaptif Maladaptif

Pola perawatan diri seimbang Kadang perawatan diri Tidak melakukan perawatan
kadang tidak diri

a. Pola perawatan diri seimbang: saat pasien mendapatkan stressor dan mampu ntuk
berperilaku adatif maka pola perawatan yang dilakukan klien seimbang, klien
masih melakukan perawatan diri
b. Kadang melakukan perawatan diri kadang tidak: saat pasien mendapatan stressor
kadang-kadang pasien tidak menperhatikan perawatan dirinya
c. Tidak melakukan perawatan diri: klien mengatakan dia tidak perduli dan tidak bisa
melakukan perawatan saat stressor

2.5. Pengkajian
a. Jenis
Menurut (NANDAi, 2016) jenis perawatan diri terdiri dari :
a) Defisit perawatan diri : mandi
Hambatan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan
mandi/beraktivitas perawatan diri sendiri
Batasan karakteristiknya meliputi :
1) Gangguan kemampuan mengeringkan tubuh
2) Gangguan kemampuan untuk mengakses kamar mandi
3) Gangguan kemampuan untuk mengakses air
4) Gangguan kemampuan untuk mengambil perlengkapan mandi
5) Gangguan kemampuan untuk mengatur air mandi
6) Gangguan kemampuan membasuh tubuh

b) Defisit perawatan diri : berpakaian


Hambatan kemampuan untuk melakukan ata menyelesaikan aktivitas
berpakaian dan berhias untuk diri sendiri.
Batasan karekteristiknya meliputi :

8
1) Ketidakmampuan memilih pakaian
2) Ketidakmampuan memadupadankan pakaian
3) Ketidakmampuan mempertahankan penampilan yang memuaskan
4) Ketidakmampuan mengambil pakaian
5) Ketidakmampuan mengenakan pakaian pada bagian bawah tubuh
6) Ketidakmampuan mengenakan pakaian pada bagan atas tubuh
7) Ketidakmampuan memakai berbagai item pakaian (mis : kemeja, kaus
kaki)
8) Ketidakmampuan melepaskan atribut pakaian (mis : kemeja, kaus kaki)
9) Ketidakmampuan menggunakan alat bantu alat
10) Ketidakmampuan menggunakan resleting
11) Ketidakmampuan mengancingkan pakaian

c) Defisit perawatan diri : makan


Hambatan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas makan
sendiri.
Batasan karakteristiknya meliputi :
1) Ketidakmampuan mengambil dan memasukkan makanan ke mulut
2) Ketidakmampuan menggunakan alat bantu
3) Ketidakmampuan mengunyah makanan
4) Ketidakmampuan memanipulasi makanan dimulut
5) Ketidakmampuan membuka container/wadah makanan
6) Ketidakmampuan mengambil cangkir
7) Ketidakmampuan meletakkan makanan kealat makan
8) Ketidakmampuan menyiapkan makanan utuk di makan
9) Ketidakmampuan makan dengan tata cara yang biasa diterima
10) Ketidakmampuan menelan makanan
11) Ketidakmampuan menelan jumlah makanan yang memadai
12) Ketidakmampuan memegang alat makan
13) Ketidakmampuan menghabiskan makanan secara mandiri

d) Defisit perawatan diri : toileting


Hambatan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas
kegiatan toileting sendiri.

9
Batasan karakteristiknya meliputi :
1) Ketidakmampuan untuk melakukan hygiene eleminasi secara komplet
2) Ketidakmampuan untuk menyiram toilet
3) Kemampuan untuk memanipulasi pakaian untuk toileting
4) Ketidakmampuan untuk mencapai toilet
5) Ketidakmampuan untuk naik ke toilet
6) Ketidakmampuan duduk ditoilet

b. Faktor Predisposisi
Faktor predisposisi merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya
suatu kondisi. Faktor predisposisi defisit perawatan diri meliputi:
1. Faktor psikologis
Pada faktor ini, keluarga terlalu melindungi dan memanjakan klien, sehingga
klien menjadi begitu bergantung pada perkembangan inisiatifnya terganggu.
Pasien gangguan jiwa, misalnya, mengalami defisit perawatan diri
dikarenakan kemampuan realitas yang kurang. Hal ini menyebabkan klien
tidak peduli terhadap diri dan lingkungannya, termasuk perawatan diri.
2. Faktor biologis
Pada faktor ini, penyakit kronis berperan sebagai penyebab klien tidak
mampu melakukan perawatan diri. Defisit perawatan diri disebabkan oleh
adanya penyakit fisik dan mental yang menyebabkan pasien tidak mampu
melakukan perawatan diri. Selain itu, faktor herediter (keturunan)berupa
anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa, juga turut menjadi
penyebab.
3. Faktor sosial
Faktor sosial ini berkaitan dengan kurangnya dukungan dan latihan
kemampuan perawatan diri lingkungannya.

c. Faktor Presipitasi
Faktor pesipitasi defisit perawatan diri, meliputi kurangnya motivasi, keusakan
kognitif atau perseptual, cemas, dan kelelahan yang dialami klien.

d. Tanda Dan Gejala / Penilaian Stressor


10
Tanda dan gejala yang tampak pada klien dengan gangguan defisit perawatan
diri, antara lain:
1) Data subjektif
Klien mengatakan tentang:
- Malas mandi
- Tidak mau menyisir rambut
- Tidak mau menggosok gigi
- Tidak mau memotong kuku
- Tidak mau berhias atau berdandan
- Tidak bisa atau tidak mau menggunakan alat mandi atau kebersihan diri
- Tidak menggunakan alat makan dan minum saat makan dan minum
- BAB dan BAK sembarangan
- Tidak membersihkan diri dan tidak membersihkan tempat BAB dan
BAK setelah BAB dan BAK
- Tidak mengetahui cara perawatan diri yang benar

2) Data objektif
- Badan klien bau, kotor, berdaki, rambut kotor, gigi kotor, kuku panjang
- Tidak menggunakan alat-alat mandi pada saat mandi dan tidak mandi
dengan benar
- Rambut kusut, berantakan, kumis dan janggot tidak rapi, serta tidak
mampu berdandan
- Pakaian tidak rapih, tidak mampu memilih, mengambil, memakai,
mengancangkan dan memindahkan pakaian
- Memakai barang-barang yag tidak perlu dalam berpakaian, misalnya
memakai pakaian berlapis-lapis, penggunaan pakaian yang tidak sesuai.
Melepas barang-barang yang perlu dalam berpakaian, misalnya telanjang
- Makan dan minum sembarangan serta berceceran, tidak menggunakan
alat makan, tidak mampu menyiapkan makanan, memindahkan makanan
ke alat makan (dari panci ke piring atau mangkok, tidak mampu
menggunakan sendok dan tidak mengetahui fungsi alat-alat makan),
memegang alat makan, membawa makanan dari piring ke mulut,
mengunyah, menelan makanan, secara aman dan menghabiskan
makanannya

11
- BAB dan BAK tidak pada tempatnya, klien tidak membersihkan diri
setelah BAB dan BAK serta tidak mampu menjaga kebersihan toilet dan
menyiram toilet setelah BAB atau BAK

e. Sumber Koping
Sumber koping defisit perawatan diri mencakup kemampuan personal
(personal ability) akan:
a. Kemampuan klien dalam melakukan kebersihan diri secara mandiri
b. Berhias dan berdandan secara baik
c. Melakukan makan dengan baik
d. Melaksanakan BAB/BAK secara mandiri
e. Mengidentifikasi perilaku kebersihan diri yang maladaptif
f. Kemampuan klien dalam mengubah perilaku maladaptif menjadi perilaku
adaptif
Social support : Dukungan dari lingkungan terdekat klien.
Material aset : Dukungan material yang dimiliki pasien (ekonomi,
pendidikan, asuransi, dan transportasi, jarak mencapai pelayanan kesehatan )
Positif belief : Keyakinan pasien akan kesembuhannya

f. Mekanisme Koping
Mekanisme koping berdasarkan penggolongan di bagi menjadi 2 yaitu:
a. Mekanisme koping adaptif
Mekanisme koping yang mendukung fungsi integrasi pertumbuhan belajar dan
mencapai tujuan. Kategori ini adalah klien bisa memenuhi kebutuhan perawatan
diri secara mandiri.
b. Mekanisme koping maladaptive
Mekanisme koping yang menghambat fungsi integrasi, memecah pertumbuhan,
menurunkan otonomi dan cenderung menguasai lingkungan. Kategorinya adalah
tidak mau merawat diri (Damaiyanti, 2012)
Mekanisme koping : Regresi, penyangkalan, isolasi social menarik diri,
intelektualisasi.

12
2.6. Pohon Masalah
Pohon Masalah Defisit Perawatan Diri

Gangguan pemeliharaan
kesehatan
(Effect)

Defisit Perawatan Diri


(Core problem)

Kehilangan fungsi tubuh,


kurangnya motivasi
(Causa)
(

2.7. Diagnosa Keperawatan


Berdasarkan pohon masalah diatas, Core Problem atau inti permasalahan yang terjadi
adalah Defisit Perawatan Diri.
DATA MASALAH

Subjektif :
1. Keluarga mengatakan pasien tidak mau Defisit Perawatan Diri
makan dan mandi

Objektif :
1. Mandi tidak bersih
2. Gigi dan rambut kotor
3. Berpakaian tidak sesuai
4. Klien terkadang BAK di tempat tidur
5. Klien setiap sebelum dan sesudah makan
jarang cuci tangan

13
2.8. Intervensi Keperawatan Defisit Perawatan Diri

RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN

KLIEN DENGAN DEFISIT PERAWATAN DIRI

Nama Klien : …………………… DX Medis : …………………..

RM No. : …………………… Ruangan : …………………..

No Dx Perencanaan Rasional
Tgl
Dx Keperawatan Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi

1 Defisit TUM: 1. Dalam … kali 1. Bina hubungan Kepercayaan


perawatan diri interaksi klien saling percaya : dari klien
Klien dapat
menunjukkan tanda- merupakan hal
memelihara  Beri salam
tanda percaya kepada yang akan
atau merawat setiap
perawat: memudahkan
kebersihan berinteraksi.
perawat dalam
sendiri secara o Wajah cerah,  Perkenalkan
melakukan
mandiri tersenyum nama, nama
pendekatan
o Mau panggilan
keperawatan
berkenalan perawat dan
TUK: atau intervensi
o Ada kontak tujuan perawat
selanjutnya
1. Klien dapat mata berkenalan
terhadap klien
membina o Menerima  Tanyakan
hubungan kehadiran nama dan

saling perawat panggilan

percaya o Bersedia kesukaan klien

dengan menceritakan  Tunjukkan

perawat perasaannya sikap jujur dan


menepati janji
setiap kali
berinteraksi
 Tanyakan

14
perasaan dan
masalah yang
dihadapi klien
 Buat kontrak
interaksi yang
jelas
 Dengarkan
ungkapan
perasaan klien
dengan empati
 Penuhi
kebutuhan
dasar klien
2. Klien 2. Dalam … kali 2. Diskusikan Pengetahuan
mengetahu interaksi klien dengan klien: tentang
i menyebutkan: pentingnya
 Penyebab klien
pentingnya perawatan diri
o Penyebab tidak merawat
perawatan dapat
tidak diri
diri meningkatkan
merawat diri  Manfaat
motivasi klien
o Manfaat menjaga
menjaga perawatan diri
perawatan untuk keadaan
diri fisik, mental,
o Tanda-tanda dan sosial.
bersih dan  Tanda-tanda
rapi perawatan diri
o Gangguan yang baik
yang dialami  Penyakit atau
jika gangguan
perawatan kesehatan yang
diri tidak bisa dialami
diperhatikan oleh klien bila
perawatan diri

15
tidak adekuat

3. Klien 3.1. Dalam … kali 3.1.Diskusikan Menyiapkan


mengetahu interaksi klien frekuensi klien untuk
i cara-cara menyebutkan menjaga meningktkan
melakukan frekuensi menjaga perawatan diri kemandirian
perawatan perawatan diri: selama ini
diri  Mandi
o Frekuensi
 Gosok gigi Klien dapat
mandi
 Keramas melakukan
o Frekuensi
 Berpakaian perawatan diri
gosok gigi
 Berhias dengan benar
o Frekuensi
 Gunting kuku sehingga klien
keramas
3.2.Diskusikan cara terbiasa
o Frekuensi
praktek
ganti pakaian
perawatan diri
o Frekuensi
yang baik dan
berhias
benar :
o Frekuensi
gunting kuku  mandi
3.2.Dalam … kali  gosok gigi
interaksi klien  Keramas
menjelaskan cara  Berpakaian
menjaga  Berhias
perawatan diri:  Gunting kuku
o Cara mandi 3.2. Berikan pujian
o Cara gosok untuk setiap
gigi respon klien
o Cara yang positif
Keramas
o Cara
Berpakaian
o Cara berhias

16
o Cara gunting
kuku
4. Klien dapat 4. Dalam … kali 4.1.Bantu klien saat Bimbingan
melaksana interaksi klien perawatan diri : perawat akan
kan mempraktekkan mempermudah
 Mandi
perawatan perawatan diri klien
 Gosok gigi
diri dengan dengan dibantu melakukan
 Keramas
bantuan oleh perawat: perawatan diri
 Ganti pakaian
perawat secara mandiri
o Mandi  Berhias
o Gosok gigi  Gunting kuku
o Keramas 4.2. Beri pujian
o Ganti pakaian setelah klien
o Berhias selesai
o Gunting kuku melaksanakan
perawatan diri

5. Klien dapat 5. Dalam … kali 5.1. Pantau klien Melihat


melaksana interaksi klien dalam perkemban
kan melaksanakan melaksanakan gan klien
perawatan praktek perawatan perawatan diri: dalam
diri secara diri secara mandiri melakukan
 Mandi
mandiri perawatan
o Mandi 2 X  Gosok gigi
diri
sehari  Keramas
o Gosok gigi  Ganti pakaian
sehabis  Berhias
makan  Gunting kuku
o Keramas 2 X 5.2. Beri pujian saat
seminggu klien
o Ganti pakaian melaksanakan
1 X sehari perawatan diri
o Berhias secara mandiri.
sehabis
mandi

17
o Gunting kuku
setelah mulai
panjang
6. Klien 6.1. Dalam … kali 6.1 Diskusikan Identifikasi
mendapatk interaksi keluarga dengan keluarga: mengenai
an menjelaskan cara- penyebab
 Penyebab klien
dukungan cara membantu pasien tidak
tidak
keluarga klien dalam mau
melaksanakan
untuk memenuhi melakukan
perawatan diri
meningkat kebutuhan perawatan diri
 Tindakan yang
kan perawatan dirinya untuk
telah dilakukan
perawatan menentukan
6.2. Dalam … kali klien selama di
diri intervemsi
interaksi keluarga rumah sakit
selanjutnya
menyiapkan dalam menjaga
sarana perawatan perawatan diri
diri klien: sabun dan kemajuan
mandi, pasta gigi, yang telah
sikat gigi, dialami oleh Penguatan

shampoo, handuk, klien (reinforcement)

pakaian bersih,  Dukungan dapat

sandal, dan alat yang bisa meningkatkan

berhias diberikan oleh motivasi diri

keluarga untuk klien


6.3. Keluarga
meningkatkan
mempraktekan
kemampuan
perawatan diri Menamba
klien dalam
pada klien kenyamanan
perawatan diri
untuk pasien
6.2. Diskusikan
dalam merawat
dengan keluarga
dirinya
tentang:

 Sarana yang
diperlukan

18
untuk menjaga Memberikan
perawatan diri kesempatan
klien kepada
 Anjurkan keluarga untuk
kepada membantu
keluarga klien dan
menyiapkan emberikn
sarana tersebut motivasi
6.3. Diskusikan
dengan keluarga
hal-hal yang Keluarga

perlu dilakukan sebagai sistem

keluarga dalam pendukung

perawatan diri : berperan


penting dalam
 Anjurkan
membantu
keluarga untuk
klien
mempraktekka
n perawatan
diri (mandi,
gosok gigi,
keramas, ganti
baju, berhias
dan gunting
kuku)
 Ingatkan klien
waktu mandi,
gosok gigi,
keramas, ganti
baju, berhias,
dan gunting
kuku.
 Bantu jika
klien

19
mengalami
hambatan
dalam
perawatan diri
 Berikan pujian
atas
keberhasilan
klien

II.10 Implementasi dan Evaluasi Keperawatan

No
Diagnosa Implementasi
Dx

1 Defisit Pasien Keluarga TAK


Perawatan Diri
SP I SP I Sesi IA

1. Menjelaskan 1. Mendiskusikan 1. Menanyakan


pentingnya masalah yang pentingnya mandi pada
kebersihan diri dirasakan keluarga klien
2. Menjelaskan cara dalam merawat pasien 2. Mendiskusikan alat –
menjaga 2. Menjelaskan alat untuk mandi
kebersihan diri pengertian, tanda dan 3. Mendiskusikan
3. Membantu gejala defisit tahapan mandi yang
pasien perawatan diri, dan benar
mempraktekkan jenis defisit perawatan 4. Melakukan
cara menjaga diri yang dialami demonstrasi mandi
kebersihan diri pasien beserta proses yang benar
4. Menganjurkan terjadinya
Sesi IB
pasien 3. Menjelaskan cara-cara
memasukkan merawat pasien defisit 1. Mendiskusikan
dalam jadwal perawatan diri manfaat keramas,
kegiatan harian tanya ke masing –
masing klien

20
SP II 2. Mendiskusikan tentang
alat dan bahan yang
SP II 1. Melatih keluarga
diperlukan untuk
mempraktekkan cara
1. Mengevaluasi keramas. pendapatnya
merawat pasien
jadwal kegiatan 3. Mendiskusikan cara
dengan defisit
harian pasien keramas, tahapan
perawatan diri
2. Menjelaskan cara keramas
2. Melatih keluarga
berdandan 4. Mengajak klien ke
melakukan cara
3. Membantu pasien kamar mandi.
merawat langsung
mempraktekkan 5. Memperagakan cara
kepada pasien defisit
cara berdandan keramas tahap demi
perawatan diri
4. Menganjurkan tahap
pasien 6. Meminta salah satu
memasukkan SP III klien menjadi
dalam jadwal pemeraga
1. Membantu keluarga
kegiatan harian 7. Meminta semua klien
membuat jadual
aktivitas di rumah lain melakukan

SP III termasuk minum obat keramas bersama –

(discharge planning) sama


1. Mengevaluasi
2. Menjelaskan follow
jadwal kegiatan Sesi IC
up pasien setelah
harian pasien
1. Mendiskusikan
pulang
2. Menjelaskan cara
manfaat sikat gigi.
makan yang baik
2. Mendiskusikan tentang
3. Membantu
alat dan bahan yang
pasien
diperlukan untuk
mempraktekkan
menyikat gigi
cara makan yang
3. Mendiskusikan cara
baik
menyikat gigi yang
4. Menganjurkan
benar
pasien
4. Memperagakan cara
memasukkan
menyikat gigi yang
dalam jadwal
benar
kegiatan harian

21
5. Meminta salah satu
klien
SP IV
mendemonstrasikan
1. Mengevaluasi cara menyikat gigi
jadwal kegiatan
harian pasien Sesi ID

2. Menjelaskan cara 1. Mendiskusikan


eliminasi yang manfaat perawatan
baik kuku
3. Membantu 2. Mendiskusikan alat
pasien dan bahan perawatan
mempraktekkan kuku.
cara eliminasi 3. Mendiskusikan cara
yang baik dan perawatan kuku yang
memasukkan benar
dalam jadual 4. Memperagakan cara
4. Menganjurkan perawatan kuku yang
pasien benar
memasukkan 5. Meminta salah satu
dalam jadwal klien
kegiatan harian mendemonstrasikan
cara perawatan kuku

Sesi IIA

1. Mendiskusikan
manfaat berpakaian
yang baik
2. Mendiskusikan alat
dan bahan berpakaian
yang baik
3. Mendiskusikan cara
berpakaian yang baik
dengan benar

22
4. Memperagakan cara
berpakaian yang baik
5. Meminta salah satu
klien
mendemonstrasikan
cara berpakaian yang
baik

Sesi IIB

1. Mendiskusikan
manfaat berhias diri.
2. Mendiskusikan alat
dan bahan berpakaian
yang baik
3. Mendiskusikan cara
berhias diri yang benar
4. Memperagakan cara
berhias diri
5. Meminta salah satu
klien
mendemonstrasikan
cara berhias diri

Sesi IIIA

1. Mendiskusikan
manfaat tata cara
makan.
2. Mendiskusikan alat
dan bahan tata cara
makan
3. Mendiskusikan tata
cara makan yang benar
4. Memperagakan tata

23
cara makan
5. Meminta salah satu
klien
mendemonstrasikan
tata cara makan

Sesi IIIB

1. Mendiskusikan
manfaat tata cara
minum
2. Mendiskusikan alat
dan bahan tata cara
minum.
3. Mendiskusikan tata
cara minum yang
benar
4. Memperagakan tata
cara minum
5. Meminta salah satu
klien
mendemonstrasikan
tata cara minum

Sesi IVA

1. Mendiskusikan
manfaat tata cara BAB
2. Mendiskusikan alat
dan bahan tata cara
BAB yang baik
3. Mendiskusikan tata
cara BAB yang benar
4. Memperagakan tata
cara BAB

24
5. Meminta salah satu
klien melakukan
simulasi tata cara BAB

Sesi IVB

1. Mendiskusikan
manfaat tata cara BAK
2. Mendiskusikan alat
dan bahan tata cara
BAK yang baik.
3. Mendiskusikan tata
cara BAK yang benar
4. Memperagakan tata
cara BAK
5. Meminta salah satu
klien melakukan
simulasi tata cara BAK

TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK (TAK)

STIMULASI PERSEPSI (SP) : DEFISIT PERAWATAN DIRI (DPD)

PENGERTIAN

TAK SP : DPD adalah terapi aktivitas kelompok yang dilaksanakan untuk


meningkatkan kemampuan klien merawat diri. Kemampuan merawat diri yang diatih
dalam TAK ini terdiri dari kemampuan dalam kebersihan diri, kemampuan dalam
berdandan, kemampuan makan – minum dan toileting.

TUJUAN

Setelah mengikuti TAK SP : DPD klien mampu :

1. Melaksanakan upaya kebersihan diri

25
2. Meaksanakan berdandan
3. Melaksanakan makan dan minum dengan baik
4. Melaksanakan toileting

INDIKASI

TAK SP : DPD diindikasikan untuk Klien gangguan Jiwa yang mengalami Defisit
Perawatan Diri atau Risiko Defisit Perawatan Diri (pada klien yang mengalami Isolasi
Sosial atau Harga Diri Rendah)

SESI IA

TAK SP : KEBERSIHAN DIRI : MANDI

Tujuan

1. Klien memahami pentingnya mandi


2. Klien memahami cara mandi yang baik
3. Klien mampu mandi dengan baik

Setting

1. Diskusi : klien duduk melingkar


2. Praktik : di kamar mandi
( Catatan : sebaiknya terapis berjenis kelamin sama dengan klien sehingga saat
praktik tidak sungkan )

Alat

1. Ember
2. Gayung mandi
3. Handuk bersih
4. Sabun mandi
5. Air bersih

Metode

1. Diskusi
2. Demonstrasi

26
Langkah Kegiatan

1. Persiapan tempat : pastikan ruang diskusi tenang dan nyaman. Tempat praktik
mandi bersih dan aman
2. Persiapkan alat : siapkan alat selengkap mungkin
3. Persiapan klien :
a. Pilih klien sesuai dengan indikasi terapi
b. Buat kontrak kegiatan, waktu, dan tempat
c. Jelaskan manfaat TAK
d. Jelaskan peraturan yang harus dipatuhi oleh klien :
1) Ikut kegiatan sampai tuntas
2) Bila ingin keluar dari ruangan angkat tangan
3) Bekerjasama dengan kelompok
4. Pelaksanaan
a. Orientasi :
1) Ucapkan salam
2) Tanyakan perasaan klien hari ini
3) Jelaskan kegiatan yang akan dilaksanakan, waktu yang dibutuhkan untuk
melaksanakan kegiatan dan tempat kegiatan
b. Kerja
1. Tanyakan pentingnya mandi pada klien. Beri kesempatan semua peserta
menjawab. Jika ada klien yang pasif, tanya langsung kepada klien tersebut
2. Buat rangkuman pandapat klien yang benar tentang manfaat mandi yang
benar. Tambahkan informasi jika rangkuman pendapat klien masih ada
yang kurang
Manfaat mandi :

1. Membersihkan kotoran untuk mencegah infeksi kulit dan gatal – gatal


2. Menghilangkan bau badan
3. Meningkatkan keterampilan diri

3. Diskusikan alat – alat untuk mandi. Beri ksempatakn kepada setiap klien
untuk menjelaskan alat – alat yang sering digunakan untuk mandi
4. Buat rangkuman alat – alat mandi, tunjukkan alat – alat tersebut

27
Alat / Bahan mandi
1. Sabun
2. Handuk
3. Air bersih
4. Gayung mandi
5. Ember

5. Diskusikan tahapan mandi yang benar. Beri kesempatan klien menjelaskan


cara mandi. Beri pujian pendapat klien yang benar. Bila ada pendapat klien
yang salah, lakukan koreksi dengan meminta pendapat klien yang lain
6. Buat rangkuman cara mandi yang benar dari pendapat klien dan tambahkan
informasi jika kurang
7. Lakukan demonstrasi mandi yang benar. Bila tidak memungkinakan
lakukan simulasi saja dengan menggunakan alat dan bahan yang sudah
disediakan
Cara mandi :
1. Basahi seluruh permukaan tbuh dengan air yang tersedia
2. Ambil sabun, gosokkan ke permukan tubuh mulai dari permukaan
yang dianggap paling bersih ke permukaan yang paling kotor badan
dan anggota badan, wajah, baru kemudian daerah perineal dan area
seputar kelamin
3. Bilas dengan air hingga sisa sabun hilang di seluruh permukaan tubuh
dan permukaan kulit terasa kesat
4. Keringkan dengan menggunakan handuk yang bersih

8. Berikan pujian untuk pergaan yang telag dilakukan, koreksi jika ada
tahapan yang kurang tepat

c. Terminasi
1) Evaluasi subjektif : tanyakan perasaan klien setelah peragaan atau praktik
mandi

28
2) Evaluasi objektif : minta klien bergantian menyebutkan kembali tentang
manfaat mandi. Alat dan bahan mandi serta cara mandi
3) Tidak lanjut : anjurkan klien mandi dengan cara yang telah dilatih sebanyak
2x sehari (pagi dan sore hari)
4) Buat kontrak berikut : belajar keramas. Waktu pelaksanaan dan tempat
pelaksanaan kegiatan
d. Evaluasi dan Dokumentasi
No Kemampuan Nama Pasien

1 Menjelaskan manfaat mandi

2 Menjelaskan alat dan bahan mandi

3 Menjelaskan tahapan mandi

4 Memperagakan mandi dengan tepat

5 Komitmen mandi 2x sehari

Catatan :

1. Beri tanda centang untuk kemampuan yang da[at dilakukan


2. Bila klien tidak mampu, stimulasi/latih sampai klien mampu
3. Klien dianggap mampu jika semua unsur kemampuan tercapai

SESI IIA
TAK SP : BERDANDAN : BERPAKAIAN RAPI

Tujuan

1. Klien memahami manfaat bepakaian rapi


2. Klien mampu mengelola pakaian bekas pakai
3. Klien mampu memmilih pakaian yang sesuai
4. Klien mampu menggunakan pakaian yang sesuai

Setting

29
Diruang diskusi, duduk melingkar

Alat

1. Satu set pakaian dalam : celana dalam, kaos dalam, BH (wanita)


2. Satu set pakaian luar : kemeja, celana panjang atau rok, jilbab (jika wanita
berjilbab)
3. Kaca cermin

Metode

1. Diskusi
2. Demonstrasi

Langkah kegiatan

1. Persiapan alat dan bahan : sesuai dengan kebutuhan


2. Persiapan klien : pilih klien sesuai dengan indikasi. Jumlah 5 – 10 klien
3. Persiapkan tempat : siapkaan tempat diskusi dan tempat peragaan
4. Pelaksanaan
a. Orientasi
1) Ucapkan salam, perkenalan jika perlu
2) Evaluasi/ validasi : tanyakan perasaan klien hari ini
3) Kontrak : jelaskan kegiatn yang akan dilaksanakan yaitu berpakaian yang
baik, waktunya 1 jam dan tempatnya di ruang diskusi
b. Kerja
1) Diskusikan manfaat berpakaian yang baik. Tanyakan kepada semua klien
secara bergantian tentang manfaat berpakaian yang baik. Jika ada klien
yang tidak mau atau tidak mampu menjawab, beri stimulasi hingga mampu
menjawab
2) Buat rangkuman jawaban klien tentang manfaat berpakaian yang baik. Bila
ada jawaban yang kurang, tambahkan informasi yang diperlukan
Manfaat berpakaian yang baik :
1. Mencegah infeksi
2. Menjaga penampilan diri

30
3) Diskusikan alat dan bahan berpakaian yang baik. Tanyakan kepada klien
sesuai kebiasaan klien selama ini
4) Rangkum jawaban klien. Lengkapi yang belum lengkap
Alat dan bahan berpakaian yang baik :
1. Satu set pakaian dalam : celana dalam, kaos dalam, BH (wanita)
2. Satu set pakaian luar : kemeja, celana panjang, atau rok, jilbab (jika
wanita berjilbab)
3. Kaca bercermin
5) Diskusikan cara berpakaian yang baik dengan benar
6) Rangkum jawaban klien tentang cara berpakaian yang baik dengan benar
Cara berpakaian :
1. Siapkan pakaian bersih
2. Pakai pakaian dalam
3. Pakai pakaian luar
4. Bercermin, perhatikan sudah rapi
5. Simpan pakaian kotor di tempat yang disediakan
7) Peragakan cara berpakaian yang baik. Minta salah satu klien
mendemonstrasikan cara berpakaian yang baik
8) Berikan pujian kepada klien

c. Terminasi
1) Evaluasi subjektif : tanyakan perasaan klien setelah belajar berpakaian yang
baik dan setelah mencoba perawatan kuku
2) Evaluasi objektif : minta klien menjelaskan manfaat berpakaian yang baik,
alat dan bahan untuk berpakaian yang baik dan cara berpakaian yang baik
yang benar
3) Tindak lanjut : anjurkan klien untuk berpakaian yang baik minimal 2x
sehari
d. Evaluasi dan Dokumentasi
No Kemampuan Nama Pasien

31
1 Menjelaskan manfaat berpakaian yang
baik
2 Menjelaskan alat dan bahan berpakaian
yang baik
3 Menjelaskan tahapan berpakaian yang
baik
4 Memperagakan berpakaian yang baik
secara benar
5 Komitmen melakukan berpakaian yang
baik 2x sehari

Catatan :

1. Beri tanda centang untuk kemampuan yang dapat dilakukan


2. Bila klien tidak mampu, stimulasi/latih sampai klien mampu
3. Klien dianggap mampu jika semua unsur kemampuan tercapai

SESI IIIA

TAK SP : TATA CARA MAKAN

Tujuan

1. Klien mampu memahami manfaat makan yang baik


2. Klien memahami tata cara makan yang baik
3. Klien mampu megelola peralatan makan

Setting

Di ruang makan. Duduk mengelilingi meja makan

Alat

32
1. Piring
2. Sendok
3. Garpu
4. Tisu
5. Washtafel dan sabun cuci tangan

Metode

1. Diskusi
2. Demonstrasi

Langkah kegiatan

1. Persiapkan alat dan bahan : sesuai dengan kebutuhan


2. Persiapan klien : pilih klien sesuai dengan indikasi. Jumlah 5 – 10 klien
3. Persiapan tempat : siapkan tempat diskusi dan tempat peragaan
4. Pelaksanaan
a. Orientasi
1) Ucapkan salam, perkenalan jika perlu
2) Evaluasi/ validasi : tanyakan perasaan klien hari ini
3) Kontrak : jelaskan kegiatan yang akan dilaksanakan yaitu tata cara makan,
waktunya 1 jam dan tempatnya di ruang makan
b. Kerja
1) Diskusikan manfaat tata cara makan. Tanyakan kepada semua klien secara
bergantian tentang manfaat tata cara makan. Jika ada klien yang tidak mau
atau tidak mampu menjawab, beri stimulasi hingga mampu menjawab
2) Rangkum jawaban klien tentang manfaat tata cara makan. Bila ada jawaban
yang kurang, tambahkan informasi yang diperlukan
Manfaat tata cara makan :
1. Meningkatka selera makan
2. Meningkatkan penghargaan diri
3) Diskusikan alat dan bahan tata cara makan. Tanyakan kepada klien sesuai
kebiasaan klien selama ini
4) Rangkum jawaban klien. Lengkapi yang belum lengkap
Alat dan bahan tata cara makan :

33
1. Piring
2. Sendok
3. Garpu
4. Tisu
5. Washtafel dan sabun cuci tangan
5) Diskusikan tata cara makan yang benar
6) Rangkum jawaban klien tentang tata cara makan yang benar
Tata cara makan :
1. Cuci tangan
2. Duduk tertib
3. Siapkan alat makan
4. Ambil makanan dengan tertib
5. Makan pelan dan tertib
6. Selesai makan alat makan dikumpulkan
7. Cuci tangan dan keringkan tangan
7) Peragakan tata cara makan. Minta salah satu klien mendemonstrasikan tata
cara makan
8) Berikan pujian kepada klien
c. Terminasi
1) Evaluasi subjektif : tanyakan perasaan klien setelah belajar tata cara makan
dan setelah mencoba tata cara makan yang sudah dilatih
2) Evaluasi objektif : minta klien menjelaskan manfaat tata cara makan, alat dan
bahan untuk tata cara makan dan tata cara makan yang benar
3) Tindak lanjut : anjurkan klien untuk makan sesuai tata cara makan sebanyak
3x sehari, seperti yang sudah dilatih
d. Evaluasi dan Dokumentasi
No Kemampuan Nama Pasien

1 Menjelaskan manfaat tata cara makan

2 Menjelaskan alat dan bahan tata cara


makan

34
3 Menjelaskan tahapan tata cara maan

4 Memperagakan tata cara makan dengan


benar
5 Komitmen menerapkan tata cara makan
3x sehari

Catatan :
1. Beri tanda centang untuk kemampuan yang dapat dilakukan
2. Bila klien tidak mampu, stimulasi/latih sampai klien mampu
3. Klien dianggap mampu jika semua unsur kemampuan tercapai

SESI IVA

TAK SP : TATA CARA BUANG AIR BESAR

Tujuan
1. Klien memahami manfaat buang air besar (BAB) yang benar
2. Klien mampu menggunakan peralatan BAB dengan tepat
1. Klien mampu BAB dengan benar

Setting

1. Di ruang diskusi, duduk melingkar


2. Simulasi : di WC

35
Alat

1. Ember
2. Air bersih
3. Gayung mandi
4. Sabun
5. Handuk

Metode

1. Diskusi
2. Simulasi

Langkah kegiatan

1. Persiapkan alat dan bahan : sesuai dengan kebutuhan


2. Persiapan klien : pilih klien sesuai dengan indikasi. Jumlah 5 – 10 klien
3. Persiapan tempat : siapkan tempat diskusi dan tempat peragaan
4. Pelaksanaan
a. Orientasi
1) Ucapkan salam, perkenalan jika perlu
2) Evaluasi/ validasi : tanyakan perasaan klien hari ini
3) Kontrak : jelaskan kegiatan yang akan dilaksanakan yaitu tata cara BAB,
waktunya 1 jam dan tempatnya di ruang diskusi
b. Kerja
1) Diskusikan manfaat tata cara BAB. Tanyakan kepada semua klien secara
bergantian tentang manfaat tata cara BAB yang baik. Jika ada klien yang tidak
mau atau tidak mampu menjawab, beri stimulasi hingga mampu menjawab
2) Rangkum jawaban klien tentang manfaat BAB yang baik. Bila ada jawaban
yang kurang, tambahkan informasi yang diperlukan
Manfaat BAB :
1. Mencegah penyakit
2. Meningkatkan kenyamanan lingkungan
3) Diskusikan alat dan bahan tata cara BAB yang baik. Tanyakan kepada klien
sesuai kebiasaan klien selama ini
4) Rangkum jawaban klien. Lengkapi yang belum lengkap

36
Alat dan bahan tata cara BAB yang baik :
1. Ember
2. Air bersih
3. Gayung mandi
4. Sabun
5. Handuk
5) Diskusikan tata cara BAB yang benar
6) Rangkum jawaban klien tentang tata cara BAB yang benar
Tata cara BAB :
1. Siram kloset
2. Buka pakaian bawah
3. Lakukan BAB
4. Siram kloset sampai bersih
5. Bersihkan area perineal menggunakan air dan sabun
6. Keringkan menggunakan handuk
7) Peragakan tata cara BAB. Minta salah satu klien melakukan simulasi tata cara
BAB
8) Berikan pujian kepada klien
c. Terminasi
1) Evaluasi subjektif : tanyakan perasaan klien setelah belajar tata cara BAB dan
setelah mencoba tata cara BAB yang sudah dilatihkan
2) Evaluasi objektif : minta klien menjelaskan manfaat BAB, alat dan bahan
untuk BAB dan tata cara BAB
3) Tindak lanjut : anjurkan klien untuk BAB sesuai tata cara BAB yang sudah
dilatihkan sesuai kebutuhan
d. Evaluasi dan Dokumentasi
No Kemampuan Nama Pasien

1 Menjelaskan manfaat tata cara BAB

2 Menjelaskan alat dan bahan tata cara


BAB

37
3 Menjelaskan tahapan tata cara BAB

4 Memperagakan tata cara BAB dengan


benar
5 Komitmen menerapkan tata cara BAB
sesuai kebutuhan

Catatan :

1. Beri tanda centang untuk kemampuan yang dapat dilakukan


2. Bila klien tidak mampu, stimulasi/latih sampai klien mampu
3. Klien dianggap mampu jika semua unsur kemampuan tercapai

38
BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Berdasarkan teori diatas Defisit perawatan diri adalah ketidakmampuan dalam:


Kebersihan diri, makan, barpakaian, berhias diri,makan sendiri, buang air besar atau
kecil sendiri (toiletang), (Keliat B. A, dkk, 2011). Penyebab yang mempengaruhi
personal hygiene seseorang : citra tubuh, status social ekonomi, pengetahuan,
variable kebudayaan, kondisi fisik. Rentang respon defisit perawatan diri : pola
perawatan diri seimbang, kadang perawatan diri kadang tidak, tidak melakukan
perawatan diri.

Jenis jenis deficit perawatan diri :

 Deficit perawatan diri : mandi


 Deficit perawatan diri : berhias/berpakaian
 Deficit perawatan diri : makan
 Deficit perawatan diri : toileting

Berdasarkan studi kasus diatas Ny.A 40 th memiliki masalah keperawatan


deficit perawatan diri : mandi, makan, berpakaian dan toileting. Dengan tanda dan
gejala : mandi tidak bersih, gigi dan rambut kotor, berpakaian tidak sesuai, kadang
BAK ditempat tidur, sebelum dan sesudah makan jarang cuci tangan.

3.2. Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas, maka saran yang dapat penulis sampaikan


untuk perbaikan dan peningkatan mutu dalam melakukan tindakan asuhan
keperawatan, penulis tujukan bagi mahasiswa agar dapat meningkatkan kemampuan
dan kualitas dalam memberikan asuhan keperawatan dengan rencana tindakan
keperawatan sesuai dengan Standart Operasiona Procedure (SOP) yang diterapkan
khususnya pada masalah keperawatan Defisit Perawatan Diri. Untuk pembuatan
makalah ini kami menyadari masih banyak kekurangan, kami berharap bagi
pembaca untuk mengkritik guna untuk menyempurnakan makalah ini.

39
DAFTAR PUSTAKA

Sutejo. 2016. Keperawatan Jiwa Konsep dan Praktik Asuhan Keperawatan Kesehatan Jiwa:
Gangguan Jiwa dan Psikososial. Jakarta: PB

40

Anda mungkin juga menyukai