Disusun oleh:
2019
1.
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas berkat rahmat dan
hidayah-Nya kami dapat menyusun dan menyelesaikan makalah Asuhan Keperawatan Pasien
dengan Defisit Perawatan Diri ini tepat pada waktu yang telah ditentukan. Makalah ini
diajukan guna memenuhi tugas yang diberikan dosen mata kuliah Keperawatan Jiwa 2.
Pada kesempatan ini juga kami berterima kasih atas bimbingan dan masukan dari
semua pihak yang telah memberi kami bantuan wawasan untuk dapat menyelesaikan makalah
ini baik itu secara langsung maupun tidak langsung.
Kami menyadari isi makalah ini masih jauh dari kategori sempurna, baik dari segi
kalimat, isi, maupun dalam penyusunan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun
dari dosen mata kuliah yang bersangkutan dan rekan-rekan semuanya, sangat kami harapkan
demi kesempurnaan makalah ini dan makalah-makalah selanjutnya.
Kelompok 2
3
DAFTAR ISI
Bab I Pendahuluan
Bab II Pembahasan
iii
2
BAB I
PENDAHULUAN
1
maka kemungkinan klien bisa mengalami masalah risiko tinggi isolasi sosial (Nasution,
2013).
Kebersihan diri sangat dipengaruhi oleh nilai individu dan kebiasaan. Oleh karena itu,
personal hygiene sangat perlu diterapkan, mengingat banyak manfaat yang ada untuk
pencegahan segala penyakit yang bisa ditimbulkan. Menurut Anggriana T.W tahun 2010,
personal hygiene adalah perawatan diri dimana seseorang merawat fungsi-fungsi tertentu
seperti mandi, toileting, kebersihan tubuh secara umum dan berhias.
Pasien gangguan jiwa memerlukan suatu bimbingan atau dukungan dari keluarga dan
orang lain. Agar pasien gangguan jiwa dapat merawat diri secara mandiri dan
meningkatkan kemampuan dalam memecahkan masalah. Penurunan ADL (Activity of
Daily Living) pada pasien jiwa disebabkan oleh adanya gangguan mental pada pasien dan
kurangnya pendidikan kesehatan/penyuluhan mengenai perawatan diri pada pasien
gangguan jiwa. Pendidikan kesehatan merupakan suatu proses perubahan perilaku yang
dinamis dengan tujuan mengubah atau mempengaruhi perilaku manusia yang meliputi
komponen pengetahuan, sikap, ataupun praktik yang berhubungan dengan tujuan hidup
sehat baik secara individu, dan kelompok (Notoatmodjo,2007).
Untuk mengetahui lebih lanjut masalah yang terjadi pada pasien perlu dikaji lebih
lanjut tentang gangguan yang terjadi pada pasien yang memicu terjadinya deficit
perawatan diri. Seperti, perawat perlu mengkaji kejadian yang mendukung terjadinya
defisit perawatan diri pasien (Achir, 2009).
Personal hygiene sangat tergantung pada pribadi masing-masing yaitu nilai individu
dan kebiasaan untuk mengembangkannya. Kehidupan sehari-hari yang beraturan,
menjaga kebersihan tubuh, makanan yang sehat, banyak menghirup udara segar, olahraga,
istirahat cukup, merupakan syarat utama dan perlu mendapat perhatian (Nuning, 2009).
Berdasarkan pendapat yang dikemukakan oleh Castro (2010) devisit perawatan diri
adalah gangguan persepsi tentang suatu objek atau gambaran. Hal ini menunjukkan
bahwa pengaruh pelaksanaan standard akan mempengaruhi kemampuan kognitif dan
psikomotor pasien dalam merawat diri.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Desy, Dwi, dan Targunawan tentang
pengaruh aktivitas mandiri : personal hygiene terhadap kemandirian pasien defisit
perawatan diri di RSJD Dr. Amino Gondohutomo Semarang didapatkan hasil bahwa
responden penelitian sebagian besar berusia remaja 16-24 tahun dengan jumlah 13
(46.4%) dari total sampel 28 responden. Pada usia ini individu mulai beralih dari masa
remaja awal menuju remaja akhir dimana dia harus mulai melakukan penyesuain diri dan
2
menjadi pribadi yang memiliki keinginan teguh untuk dirinya sendiri. Apabila seseorang
pada tahap ini tidak mempunyai kemampuan yang baik untuk menetapkan keputusan
tentang sikap bijaksana untuk dirinya, mengakibatkan depresi dan akan sangat beresiko
tinggi terkena gangguan jiwa salah satunya defisit perawatan diri.
3
pelaksanaan ADL kurang baik sebanyak 30 orang (100%). Hasil penelitian pelaksanaan
ADL responden sesudah diberikan pendidikan kesehatan tentang cara menggosok gigi
yang baik dan benar menunjukan bahwa pelaksanaan ADL mengalami peningkatan yaitu
kurang baik berjumlah 15 orang (50%) dan yang melaksanakan ADL dengan baik
berjumlah 15 orang (50%). Namun ada satu responden yang kemampuan pelaksanaan
ADL-nya tetap sebelum dan sesudah diberikan pendidikan kesehatan karena kondisi
pasien pada saat penelitian menunjukan pasien belum mampu secara mandiri melakukan
pelaksanaan ADL.
I. 2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengertian defisit perawatan diri?
2. Bagaimana etiologi defisit perawatan diri?
3. Bagaimana pengkajian defisit perawatan diri?
4. Bagaimana faktor predisposisi defisit perawatan diri?
5. Bagaimana faktor presipitasi defisit perawatan diri?
6. Bagaimana penilaian stressor defisit perawatan diri?
7. Bagaimana sumber koping defisit perawatan diri?
8. Bagaimana mekanisme koping defisit perawatan diri?
9. Bagaimana pohon masalah defisit perawatan diri?
10. Bagaimana diagnosa keperawatan defisit perawatan diri?
11. Bagaimana intervensi keperawatan defisit perawatan diri?
4
h. Mengetahui mekanisme koping defisit perawatan diri.
i. Mengetahui pohon masalah defisit perawatan diri.
j. Mengetahui diagnosa dan intervensi keperawatan defisit perawatan diri.
5
BAB II
PEMBAHASAN ISI
2.1. Pengertian
Perawatan diri (personal hygine) mencakup aktivitas yang dibutuhkan sehari-
hari yang biasa dikenal dengan aktivitas kehidupan sehari-hari (ADLs). Aktivitas ini
dipelajari dari waktu ke waktu dan menjadi kebiasaan seumur hidup. Kegiatan
perawatan diri tidak hanya melibatkan apa yang harus dilakukan (kebersihan mandi,
berpakaian, toilet, makan), tetapi juga berapa, kapan, di mana, dengan siapa, dan
bagamana (Miller dalam Carpenito-Moyet, 2009).
Keadaan seseorang yang mengalami kelainan dalam kemampuan untuk
melakukan atau menyelesaikan aktivitas kehidupan sehari-hari secara mandiri
disebut dengan defisit perawatan diri. Tidak ada keinginan klien untuk mandi secara
teratur, menyisir rambut, pakaian kotor, bau badan, bau napas, dan penampilan tidak
rapih. Defisit perawatan diri merupakan salah satu masalah yang timbul pada klien
gangguan jiwa. Klien gangguan jiwa kronis sering mengalami ketidakpedulian
merawat diri. Keadaan ini merupakan gejala gangguan negatif dan menyebabkan
klien dikucilkan, baik dalam keluarga maupun masyarakat.
2.2. Etiologi
Menurut Potter dan Perry (2009) terdapat factor-faktor yang mempengaruhi personal
hygine, yaitu:
1. Citra tubuh
Gambaran individu terhadap dirinya sangat mempengaruhi kebersihan diri.
Perubahan fisik akibat operasi bedah, dapat memicu individu untuk tidak peduli
terhadap kebersihannya.
2. Status social ekonomi
Sumber penghasilan atau sumber ekonomi mempengaruhi jenis dan tingkat
praktik perawatan diri yang dilakukan. Perawat harus menentukan apakah
pasien dapat mencukupi perlengkapan perawatan diri yang penting, seperti
sabun, pasta gigi, sampo. Selain itu, hal yang perlu diperhatikan adalah apakah
6
penggunaan perlengkapan tersebut sesuai dengan kebiasaan social yang
dipraktikan oleh kelompok social pasien.
3. Pengetahuan
Pengetahuan perawatan diri sangat penting karena pengetahuan yang baik dapat
meningkatkan kesehatan. Kekurangan pengetahuan tentang pentingnya
perawatan diri dan implikasinya bagi kesehatan dapat mempengaruhi praktik
perawatan diri.
4. Variable kebudayaan
Kepercayaan akan nilai kebudayaan dan nilai dari mempengaruhi perawatan
diri. Orang dari latar kebudayaan yang berbeda mengikuti praktik kesehatan
yang berbeda pula. Disebagian masyarakat, misalnya, ada yang menerapkan
mandi setiap hari, tetapi masyarakat dengan lingkup budaya yang berbeda hanya
mandi seminggu sekali.
5. Kondisi fisik
Pada keadaan tertantu atau sakit kemampuan untuk merawat diri berkurang dan
memerlukan bantuan. Biasanya, jika tidak mampu, klien dengan kondisi fisik
yang tidak sehat lebih memilih untuk tidak melakukan perawatan diri.
7
2.4. Rentang Respon Defisit Perawatan Diri
Adaptif Maladaptif
Pola perawatan diri seimbang Kadang perawatan diri Tidak melakukan perawatan
kadang tidak diri
a. Pola perawatan diri seimbang: saat pasien mendapatkan stressor dan mampu ntuk
berperilaku adatif maka pola perawatan yang dilakukan klien seimbang, klien
masih melakukan perawatan diri
b. Kadang melakukan perawatan diri kadang tidak: saat pasien mendapatan stressor
kadang-kadang pasien tidak menperhatikan perawatan dirinya
c. Tidak melakukan perawatan diri: klien mengatakan dia tidak perduli dan tidak bisa
melakukan perawatan saat stressor
2.5. Pengkajian
a. Jenis
Menurut (NANDAi, 2016) jenis perawatan diri terdiri dari :
a) Defisit perawatan diri : mandi
Hambatan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan
mandi/beraktivitas perawatan diri sendiri
Batasan karakteristiknya meliputi :
1) Gangguan kemampuan mengeringkan tubuh
2) Gangguan kemampuan untuk mengakses kamar mandi
3) Gangguan kemampuan untuk mengakses air
4) Gangguan kemampuan untuk mengambil perlengkapan mandi
5) Gangguan kemampuan untuk mengatur air mandi
6) Gangguan kemampuan membasuh tubuh
8
1) Ketidakmampuan memilih pakaian
2) Ketidakmampuan memadupadankan pakaian
3) Ketidakmampuan mempertahankan penampilan yang memuaskan
4) Ketidakmampuan mengambil pakaian
5) Ketidakmampuan mengenakan pakaian pada bagian bawah tubuh
6) Ketidakmampuan mengenakan pakaian pada bagan atas tubuh
7) Ketidakmampuan memakai berbagai item pakaian (mis : kemeja, kaus
kaki)
8) Ketidakmampuan melepaskan atribut pakaian (mis : kemeja, kaus kaki)
9) Ketidakmampuan menggunakan alat bantu alat
10) Ketidakmampuan menggunakan resleting
11) Ketidakmampuan mengancingkan pakaian
9
Batasan karakteristiknya meliputi :
1) Ketidakmampuan untuk melakukan hygiene eleminasi secara komplet
2) Ketidakmampuan untuk menyiram toilet
3) Kemampuan untuk memanipulasi pakaian untuk toileting
4) Ketidakmampuan untuk mencapai toilet
5) Ketidakmampuan untuk naik ke toilet
6) Ketidakmampuan duduk ditoilet
b. Faktor Predisposisi
Faktor predisposisi merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya
suatu kondisi. Faktor predisposisi defisit perawatan diri meliputi:
1. Faktor psikologis
Pada faktor ini, keluarga terlalu melindungi dan memanjakan klien, sehingga
klien menjadi begitu bergantung pada perkembangan inisiatifnya terganggu.
Pasien gangguan jiwa, misalnya, mengalami defisit perawatan diri
dikarenakan kemampuan realitas yang kurang. Hal ini menyebabkan klien
tidak peduli terhadap diri dan lingkungannya, termasuk perawatan diri.
2. Faktor biologis
Pada faktor ini, penyakit kronis berperan sebagai penyebab klien tidak
mampu melakukan perawatan diri. Defisit perawatan diri disebabkan oleh
adanya penyakit fisik dan mental yang menyebabkan pasien tidak mampu
melakukan perawatan diri. Selain itu, faktor herediter (keturunan)berupa
anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa, juga turut menjadi
penyebab.
3. Faktor sosial
Faktor sosial ini berkaitan dengan kurangnya dukungan dan latihan
kemampuan perawatan diri lingkungannya.
c. Faktor Presipitasi
Faktor pesipitasi defisit perawatan diri, meliputi kurangnya motivasi, keusakan
kognitif atau perseptual, cemas, dan kelelahan yang dialami klien.
2) Data objektif
- Badan klien bau, kotor, berdaki, rambut kotor, gigi kotor, kuku panjang
- Tidak menggunakan alat-alat mandi pada saat mandi dan tidak mandi
dengan benar
- Rambut kusut, berantakan, kumis dan janggot tidak rapi, serta tidak
mampu berdandan
- Pakaian tidak rapih, tidak mampu memilih, mengambil, memakai,
mengancangkan dan memindahkan pakaian
- Memakai barang-barang yag tidak perlu dalam berpakaian, misalnya
memakai pakaian berlapis-lapis, penggunaan pakaian yang tidak sesuai.
Melepas barang-barang yang perlu dalam berpakaian, misalnya telanjang
- Makan dan minum sembarangan serta berceceran, tidak menggunakan
alat makan, tidak mampu menyiapkan makanan, memindahkan makanan
ke alat makan (dari panci ke piring atau mangkok, tidak mampu
menggunakan sendok dan tidak mengetahui fungsi alat-alat makan),
memegang alat makan, membawa makanan dari piring ke mulut,
mengunyah, menelan makanan, secara aman dan menghabiskan
makanannya
11
- BAB dan BAK tidak pada tempatnya, klien tidak membersihkan diri
setelah BAB dan BAK serta tidak mampu menjaga kebersihan toilet dan
menyiram toilet setelah BAB atau BAK
e. Sumber Koping
Sumber koping defisit perawatan diri mencakup kemampuan personal
(personal ability) akan:
a. Kemampuan klien dalam melakukan kebersihan diri secara mandiri
b. Berhias dan berdandan secara baik
c. Melakukan makan dengan baik
d. Melaksanakan BAB/BAK secara mandiri
e. Mengidentifikasi perilaku kebersihan diri yang maladaptif
f. Kemampuan klien dalam mengubah perilaku maladaptif menjadi perilaku
adaptif
Social support : Dukungan dari lingkungan terdekat klien.
Material aset : Dukungan material yang dimiliki pasien (ekonomi,
pendidikan, asuransi, dan transportasi, jarak mencapai pelayanan kesehatan )
Positif belief : Keyakinan pasien akan kesembuhannya
f. Mekanisme Koping
Mekanisme koping berdasarkan penggolongan di bagi menjadi 2 yaitu:
a. Mekanisme koping adaptif
Mekanisme koping yang mendukung fungsi integrasi pertumbuhan belajar dan
mencapai tujuan. Kategori ini adalah klien bisa memenuhi kebutuhan perawatan
diri secara mandiri.
b. Mekanisme koping maladaptive
Mekanisme koping yang menghambat fungsi integrasi, memecah pertumbuhan,
menurunkan otonomi dan cenderung menguasai lingkungan. Kategorinya adalah
tidak mau merawat diri (Damaiyanti, 2012)
Mekanisme koping : Regresi, penyangkalan, isolasi social menarik diri,
intelektualisasi.
12
2.6. Pohon Masalah
Pohon Masalah Defisit Perawatan Diri
Gangguan pemeliharaan
kesehatan
(Effect)
Subjektif :
1. Keluarga mengatakan pasien tidak mau Defisit Perawatan Diri
makan dan mandi
Objektif :
1. Mandi tidak bersih
2. Gigi dan rambut kotor
3. Berpakaian tidak sesuai
4. Klien terkadang BAK di tempat tidur
5. Klien setiap sebelum dan sesudah makan
jarang cuci tangan
13
2.8. Intervensi Keperawatan Defisit Perawatan Diri
No Dx Perencanaan Rasional
Tgl
Dx Keperawatan Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi
14
perasaan dan
masalah yang
dihadapi klien
Buat kontrak
interaksi yang
jelas
Dengarkan
ungkapan
perasaan klien
dengan empati
Penuhi
kebutuhan
dasar klien
2. Klien 2. Dalam … kali 2. Diskusikan Pengetahuan
mengetahu interaksi klien dengan klien: tentang
i menyebutkan: pentingnya
Penyebab klien
pentingnya perawatan diri
o Penyebab tidak merawat
perawatan dapat
tidak diri
diri meningkatkan
merawat diri Manfaat
motivasi klien
o Manfaat menjaga
menjaga perawatan diri
perawatan untuk keadaan
diri fisik, mental,
o Tanda-tanda dan sosial.
bersih dan Tanda-tanda
rapi perawatan diri
o Gangguan yang baik
yang dialami Penyakit atau
jika gangguan
perawatan kesehatan yang
diri tidak bisa dialami
diperhatikan oleh klien bila
perawatan diri
15
tidak adekuat
16
o Cara gunting
kuku
4. Klien dapat 4. Dalam … kali 4.1.Bantu klien saat Bimbingan
melaksana interaksi klien perawatan diri : perawat akan
kan mempraktekkan mempermudah
Mandi
perawatan perawatan diri klien
Gosok gigi
diri dengan dengan dibantu melakukan
Keramas
bantuan oleh perawat: perawatan diri
Ganti pakaian
perawat secara mandiri
o Mandi Berhias
o Gosok gigi Gunting kuku
o Keramas 4.2. Beri pujian
o Ganti pakaian setelah klien
o Berhias selesai
o Gunting kuku melaksanakan
perawatan diri
17
o Gunting kuku
setelah mulai
panjang
6. Klien 6.1. Dalam … kali 6.1 Diskusikan Identifikasi
mendapatk interaksi keluarga dengan keluarga: mengenai
an menjelaskan cara- penyebab
Penyebab klien
dukungan cara membantu pasien tidak
tidak
keluarga klien dalam mau
melaksanakan
untuk memenuhi melakukan
perawatan diri
meningkat kebutuhan perawatan diri
Tindakan yang
kan perawatan dirinya untuk
telah dilakukan
perawatan menentukan
6.2. Dalam … kali klien selama di
diri intervemsi
interaksi keluarga rumah sakit
selanjutnya
menyiapkan dalam menjaga
sarana perawatan perawatan diri
diri klien: sabun dan kemajuan
mandi, pasta gigi, yang telah
sikat gigi, dialami oleh Penguatan
Sarana yang
diperlukan
18
untuk menjaga Memberikan
perawatan diri kesempatan
klien kepada
Anjurkan keluarga untuk
kepada membantu
keluarga klien dan
menyiapkan emberikn
sarana tersebut motivasi
6.3. Diskusikan
dengan keluarga
hal-hal yang Keluarga
19
mengalami
hambatan
dalam
perawatan diri
Berikan pujian
atas
keberhasilan
klien
No
Diagnosa Implementasi
Dx
20
SP II 2. Mendiskusikan tentang
alat dan bahan yang
SP II 1. Melatih keluarga
diperlukan untuk
mempraktekkan cara
1. Mengevaluasi keramas. pendapatnya
merawat pasien
jadwal kegiatan 3. Mendiskusikan cara
dengan defisit
harian pasien keramas, tahapan
perawatan diri
2. Menjelaskan cara keramas
2. Melatih keluarga
berdandan 4. Mengajak klien ke
melakukan cara
3. Membantu pasien kamar mandi.
merawat langsung
mempraktekkan 5. Memperagakan cara
kepada pasien defisit
cara berdandan keramas tahap demi
perawatan diri
4. Menganjurkan tahap
pasien 6. Meminta salah satu
memasukkan SP III klien menjadi
dalam jadwal pemeraga
1. Membantu keluarga
kegiatan harian 7. Meminta semua klien
membuat jadual
aktivitas di rumah lain melakukan
21
5. Meminta salah satu
klien
SP IV
mendemonstrasikan
1. Mengevaluasi cara menyikat gigi
jadwal kegiatan
harian pasien Sesi ID
Sesi IIA
1. Mendiskusikan
manfaat berpakaian
yang baik
2. Mendiskusikan alat
dan bahan berpakaian
yang baik
3. Mendiskusikan cara
berpakaian yang baik
dengan benar
22
4. Memperagakan cara
berpakaian yang baik
5. Meminta salah satu
klien
mendemonstrasikan
cara berpakaian yang
baik
Sesi IIB
1. Mendiskusikan
manfaat berhias diri.
2. Mendiskusikan alat
dan bahan berpakaian
yang baik
3. Mendiskusikan cara
berhias diri yang benar
4. Memperagakan cara
berhias diri
5. Meminta salah satu
klien
mendemonstrasikan
cara berhias diri
Sesi IIIA
1. Mendiskusikan
manfaat tata cara
makan.
2. Mendiskusikan alat
dan bahan tata cara
makan
3. Mendiskusikan tata
cara makan yang benar
4. Memperagakan tata
23
cara makan
5. Meminta salah satu
klien
mendemonstrasikan
tata cara makan
Sesi IIIB
1. Mendiskusikan
manfaat tata cara
minum
2. Mendiskusikan alat
dan bahan tata cara
minum.
3. Mendiskusikan tata
cara minum yang
benar
4. Memperagakan tata
cara minum
5. Meminta salah satu
klien
mendemonstrasikan
tata cara minum
Sesi IVA
1. Mendiskusikan
manfaat tata cara BAB
2. Mendiskusikan alat
dan bahan tata cara
BAB yang baik
3. Mendiskusikan tata
cara BAB yang benar
4. Memperagakan tata
cara BAB
24
5. Meminta salah satu
klien melakukan
simulasi tata cara BAB
Sesi IVB
1. Mendiskusikan
manfaat tata cara BAK
2. Mendiskusikan alat
dan bahan tata cara
BAK yang baik.
3. Mendiskusikan tata
cara BAK yang benar
4. Memperagakan tata
cara BAK
5. Meminta salah satu
klien melakukan
simulasi tata cara BAK
PENGERTIAN
TUJUAN
25
2. Meaksanakan berdandan
3. Melaksanakan makan dan minum dengan baik
4. Melaksanakan toileting
INDIKASI
TAK SP : DPD diindikasikan untuk Klien gangguan Jiwa yang mengalami Defisit
Perawatan Diri atau Risiko Defisit Perawatan Diri (pada klien yang mengalami Isolasi
Sosial atau Harga Diri Rendah)
SESI IA
Tujuan
Setting
Alat
1. Ember
2. Gayung mandi
3. Handuk bersih
4. Sabun mandi
5. Air bersih
Metode
1. Diskusi
2. Demonstrasi
26
Langkah Kegiatan
1. Persiapan tempat : pastikan ruang diskusi tenang dan nyaman. Tempat praktik
mandi bersih dan aman
2. Persiapkan alat : siapkan alat selengkap mungkin
3. Persiapan klien :
a. Pilih klien sesuai dengan indikasi terapi
b. Buat kontrak kegiatan, waktu, dan tempat
c. Jelaskan manfaat TAK
d. Jelaskan peraturan yang harus dipatuhi oleh klien :
1) Ikut kegiatan sampai tuntas
2) Bila ingin keluar dari ruangan angkat tangan
3) Bekerjasama dengan kelompok
4. Pelaksanaan
a. Orientasi :
1) Ucapkan salam
2) Tanyakan perasaan klien hari ini
3) Jelaskan kegiatan yang akan dilaksanakan, waktu yang dibutuhkan untuk
melaksanakan kegiatan dan tempat kegiatan
b. Kerja
1. Tanyakan pentingnya mandi pada klien. Beri kesempatan semua peserta
menjawab. Jika ada klien yang pasif, tanya langsung kepada klien tersebut
2. Buat rangkuman pandapat klien yang benar tentang manfaat mandi yang
benar. Tambahkan informasi jika rangkuman pendapat klien masih ada
yang kurang
Manfaat mandi :
3. Diskusikan alat – alat untuk mandi. Beri ksempatakn kepada setiap klien
untuk menjelaskan alat – alat yang sering digunakan untuk mandi
4. Buat rangkuman alat – alat mandi, tunjukkan alat – alat tersebut
27
Alat / Bahan mandi
1. Sabun
2. Handuk
3. Air bersih
4. Gayung mandi
5. Ember
8. Berikan pujian untuk pergaan yang telag dilakukan, koreksi jika ada
tahapan yang kurang tepat
c. Terminasi
1) Evaluasi subjektif : tanyakan perasaan klien setelah peragaan atau praktik
mandi
28
2) Evaluasi objektif : minta klien bergantian menyebutkan kembali tentang
manfaat mandi. Alat dan bahan mandi serta cara mandi
3) Tidak lanjut : anjurkan klien mandi dengan cara yang telah dilatih sebanyak
2x sehari (pagi dan sore hari)
4) Buat kontrak berikut : belajar keramas. Waktu pelaksanaan dan tempat
pelaksanaan kegiatan
d. Evaluasi dan Dokumentasi
No Kemampuan Nama Pasien
Catatan :
SESI IIA
TAK SP : BERDANDAN : BERPAKAIAN RAPI
Tujuan
Setting
29
Diruang diskusi, duduk melingkar
Alat
Metode
1. Diskusi
2. Demonstrasi
Langkah kegiatan
30
3) Diskusikan alat dan bahan berpakaian yang baik. Tanyakan kepada klien
sesuai kebiasaan klien selama ini
4) Rangkum jawaban klien. Lengkapi yang belum lengkap
Alat dan bahan berpakaian yang baik :
1. Satu set pakaian dalam : celana dalam, kaos dalam, BH (wanita)
2. Satu set pakaian luar : kemeja, celana panjang, atau rok, jilbab (jika
wanita berjilbab)
3. Kaca bercermin
5) Diskusikan cara berpakaian yang baik dengan benar
6) Rangkum jawaban klien tentang cara berpakaian yang baik dengan benar
Cara berpakaian :
1. Siapkan pakaian bersih
2. Pakai pakaian dalam
3. Pakai pakaian luar
4. Bercermin, perhatikan sudah rapi
5. Simpan pakaian kotor di tempat yang disediakan
7) Peragakan cara berpakaian yang baik. Minta salah satu klien
mendemonstrasikan cara berpakaian yang baik
8) Berikan pujian kepada klien
c. Terminasi
1) Evaluasi subjektif : tanyakan perasaan klien setelah belajar berpakaian yang
baik dan setelah mencoba perawatan kuku
2) Evaluasi objektif : minta klien menjelaskan manfaat berpakaian yang baik,
alat dan bahan untuk berpakaian yang baik dan cara berpakaian yang baik
yang benar
3) Tindak lanjut : anjurkan klien untuk berpakaian yang baik minimal 2x
sehari
d. Evaluasi dan Dokumentasi
No Kemampuan Nama Pasien
31
1 Menjelaskan manfaat berpakaian yang
baik
2 Menjelaskan alat dan bahan berpakaian
yang baik
3 Menjelaskan tahapan berpakaian yang
baik
4 Memperagakan berpakaian yang baik
secara benar
5 Komitmen melakukan berpakaian yang
baik 2x sehari
Catatan :
SESI IIIA
Tujuan
Setting
Alat
32
1. Piring
2. Sendok
3. Garpu
4. Tisu
5. Washtafel dan sabun cuci tangan
Metode
1. Diskusi
2. Demonstrasi
Langkah kegiatan
33
1. Piring
2. Sendok
3. Garpu
4. Tisu
5. Washtafel dan sabun cuci tangan
5) Diskusikan tata cara makan yang benar
6) Rangkum jawaban klien tentang tata cara makan yang benar
Tata cara makan :
1. Cuci tangan
2. Duduk tertib
3. Siapkan alat makan
4. Ambil makanan dengan tertib
5. Makan pelan dan tertib
6. Selesai makan alat makan dikumpulkan
7. Cuci tangan dan keringkan tangan
7) Peragakan tata cara makan. Minta salah satu klien mendemonstrasikan tata
cara makan
8) Berikan pujian kepada klien
c. Terminasi
1) Evaluasi subjektif : tanyakan perasaan klien setelah belajar tata cara makan
dan setelah mencoba tata cara makan yang sudah dilatih
2) Evaluasi objektif : minta klien menjelaskan manfaat tata cara makan, alat dan
bahan untuk tata cara makan dan tata cara makan yang benar
3) Tindak lanjut : anjurkan klien untuk makan sesuai tata cara makan sebanyak
3x sehari, seperti yang sudah dilatih
d. Evaluasi dan Dokumentasi
No Kemampuan Nama Pasien
34
3 Menjelaskan tahapan tata cara maan
Catatan :
1. Beri tanda centang untuk kemampuan yang dapat dilakukan
2. Bila klien tidak mampu, stimulasi/latih sampai klien mampu
3. Klien dianggap mampu jika semua unsur kemampuan tercapai
SESI IVA
Tujuan
1. Klien memahami manfaat buang air besar (BAB) yang benar
2. Klien mampu menggunakan peralatan BAB dengan tepat
1. Klien mampu BAB dengan benar
Setting
35
Alat
1. Ember
2. Air bersih
3. Gayung mandi
4. Sabun
5. Handuk
Metode
1. Diskusi
2. Simulasi
Langkah kegiatan
36
Alat dan bahan tata cara BAB yang baik :
1. Ember
2. Air bersih
3. Gayung mandi
4. Sabun
5. Handuk
5) Diskusikan tata cara BAB yang benar
6) Rangkum jawaban klien tentang tata cara BAB yang benar
Tata cara BAB :
1. Siram kloset
2. Buka pakaian bawah
3. Lakukan BAB
4. Siram kloset sampai bersih
5. Bersihkan area perineal menggunakan air dan sabun
6. Keringkan menggunakan handuk
7) Peragakan tata cara BAB. Minta salah satu klien melakukan simulasi tata cara
BAB
8) Berikan pujian kepada klien
c. Terminasi
1) Evaluasi subjektif : tanyakan perasaan klien setelah belajar tata cara BAB dan
setelah mencoba tata cara BAB yang sudah dilatihkan
2) Evaluasi objektif : minta klien menjelaskan manfaat BAB, alat dan bahan
untuk BAB dan tata cara BAB
3) Tindak lanjut : anjurkan klien untuk BAB sesuai tata cara BAB yang sudah
dilatihkan sesuai kebutuhan
d. Evaluasi dan Dokumentasi
No Kemampuan Nama Pasien
37
3 Menjelaskan tahapan tata cara BAB
Catatan :
38
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
3.2. Saran
39
DAFTAR PUSTAKA
Sutejo. 2016. Keperawatan Jiwa Konsep dan Praktik Asuhan Keperawatan Kesehatan Jiwa:
Gangguan Jiwa dan Psikososial. Jakarta: PB
40