Oleh:
Kelompok 1-3
Kesehatan Jiwa menurut Undang-Undang Kesehatan Jiwa Tahun 2014 adalah suatu
kondisi perkembangan individu secara fisik, mental, spiritual, dan sosial sehingga individu
tersebut menyadari kemampuan sendiri, dapat mengatasi tekanan, dapat bekerja secara produktif
dan mampu memberikan kontribusi untuk komunitasnya. Kondisi perkembangan yang tidak
sesuai pada individu disebut gangguan jiwa.
Gangguan jiwa merupakan gangguan dalam cara berpikir (cognitive), kemauan (volition),
emosi (affective) dan tindakan (psychomotor). Gangguan juga dapat diartikan sebagai gangguan
peran sosial dan pekerjaan yang dapat mengganggu pada sistem sosial-budaya yang luas.
Gangguan jiwa dapat dilihat dari reaksi secara keseluruhan. Seseorang dapat dikatakan sehat,
bukan hanya dilihat dari fisiknya saja namun juga dilihat dari segi jiwa atau lingkungannya.
Seiring dengan kesulitan ekonomi saat ini, jumlah penderita gangguan jiwa semakin meningkat
(Gaol, 2012).
Menurut data WHO (2016), terdapat sekitar 35 juta orang terkena depresi, 60 juta orang
terkena bipolar, 21 juta terkena skizofrenia, serta 47,5 juta terkena dimensia. Di Indonesia,
dengan berbagai faktor biologis, psikologis dan sosial dengan keanekaragaman penduduk; maka
jumlah kasus gangguan jiwa terus bertambah yang berdampak pada penambahan beban negara
dan penurunan produktivitas manusia untuk jangka panjang. Data Riskesdas 2018 menunjukkan
prevalensi ganggunan mental emosional yang ditunjukkan dengan gejala-gejala depresi dan
kecemasan untuk usia 15 tahun ke atas mencapai sekitar 6.1% dari jumlah penduduk Indonesia.
Sedangkan prevalensi gangguan jiwa berat, seperti skizofrenia mencapai sekitar 400.000 orang
atau sebanyak 1,7 per 1.000 penduduk. Menurut National Alliance of Mental Illness (NAMI)
berdasarkan hasil sensus penduduk Amerika Serikat tahun 2013, di perkirakan 61.5 juta
penduduk yang berusia lebih dari 18 tahun mengalami gangguan jiwa, 13,6 juta diantaranya
mengalami gangguan jiwa berat seperti skizofrenia, gangguan bipolar. Jumlah penderita
gangguan jiwa dari tahun ke tahun mengalami peningkatan. Kondisi ini tidak jauh berbeda
dengan permasalahan kesehatan jiwa yang ada di negara-negara berkembang. Peningkatan
gangguan jiwa yang terjadi saat ini akan menimbulkan masalah baru yang disebabkan
ketidakmampuan dan gejala-gejala yang ditimbulkan oleh penderita.
Penderita gangguan jiwa akan mengalami penurunan keinginan untuk melakukan
kegiatan sehari-hari, kemampuan bekerja, melakukan hubungan sosial, dan melakukan hal-hal
yang menyenangkan. Menurunnya keinginan melakukan kegiatan disebabkan oleh kurangnya
motivasi sehingga penderita gangguan jiwa tidak mau melakukan kegiatan termasuk kegiatan
perawatan diri (Rusdi & Dermawan, 2013). Masalah kurangnya perawatan diri pada gangguan
jiwa tidak boleh dianggap remeh. Perawatan diri merupakan salah satu kemampuan dasar
manusia dalam memenuhi kebutuhannya guna untuk mempertahankan kehidupannya.
Kurangnya perawatan diri atau yang sering disebut dengan defisit perawatan diri merupakan
gangguan kemampuan untuk melakukan perawatan terhadap dirinya sendiri (Direja, 2011). Klien
dinyatakan mengalami defisit perawatan diri jika tidak dapat melakukan kegiatan perawatan diri
seperti perawatan diri, berhias secara mandiri, makan secara mandiri dan toileting (Rusdi &
Dermawan, 2013).
Kurangnya perawatan diri pada penderita gangguan jiwa disebabkan oleh kelemahan fisik
dan kurangnya kesadaran penderita akan pentingnya melakukan perawatan diri. Kurang
perawatan diri dapat dilihat dari segi fisik, psikologis dan sosial. Secara fisik dapat dilihat dari
ketidakmampuan penderita untuk melakukan kegiatan perawatan diri secara mandiri. Secara
psikologi, penderita tidak melakukan kegiatan perawatan diri disebabkan oleh kurangnya minat
dan kesadaran penderita akan pentingnya kegiatan perawatan diri, sedangkan segi sosial dapat
dilihat dari penderita yang tidak suka untuk berinteraksi dengan orang lain, menarik diri serta
malas untuk melakukan kegiatan perawatan diri. Penderita akan terlihat kotor, badan bau, malas
dan kurangnya inisiatif untuk melakukan kegiatan perawatan diri (Rusdi & Dermawan, 2013).
Tindakan keperawatan yang tepat yang sudah dikembangkan dalam mengatasi defisit
perawatan diri ini terdiri dari tindakan keperawatan individu dan kelompok. Tindakan
keperawatan individu yang diberikan yaitu klien diajarkan dan dilatih untuk memenuhi
kebutuhan perawatan diri secara mandiri, yang meliputi mandi, berhias, makan dan minum
dengan benar serta toileting (BAK dan BAB secara benar). Tindakan keperawatan kelompok
yang dapat diberikan untuk klien dengan defisit perawatan diri antara lain adalah terapi aktivitas
kelompok (TAK). Tujuan melatih klien adalah untuk meningkatkan kemampuan perawatan diri
sehingga klien dapat melakukannya sendiri secara mandiri (Kelliat & Pawirowiyono, 2015).
Tindakan perawatan mandiri untuk penderita defisit perawatan diri yaitu dengan mengajarkan
dan memberikan pengetahuan pentingnya keperawatan diri pada penderita secara bertahap.
Penderita akan dijelaskan mengenai tata cara melakukan kegiatan perawatan diri seperti mandi,
mencuci rambut, menggosok gigi, mengganti pakaian, memotong kuku, berdandan, makan dan
minum dengan benar serta cara buang air kecil dan besar dengan benar (Kelliat &
Pawirowiyono, 2015). Penatalaksanaan secara berkelompok dilakukan dengan cara
mengumpulkan penderita dan memberikan ruang untuk penderita berdiskusi satu sama lain
dipimpin oleh seorang terapis atau petugas kesehatan yang terlatih (Yosep, 2013).
Penggunaan TAK dalam praktik keperawatan jiwa lebih efektif diberikan untuk
memberikan dampak positif dalam upaya pencegahan, pengobatan atau terapi pemulihan
kesehatan. Keuntungan yang didapat dari TAK meliputi dukungan (support), meningkatkan
pemecahan masalah, dan meningkatkan hubungan interpersonal. Keunikan yang dimiliki oleh
masing-masing individu akan mendorong seluruh anggota kelompok untuk mengungkapkan
permasalahannya. Terapi secara kelompok juga akan meningkatkan keterampilan untuk
mengekspresikan diri, keterampilan sosial serta keterampilan untuk berempati (Direja, 2011).
TAK defisit perawatan diri bertujuan untuk meningkatkan keterampilan penderita untuk
melakukan perawatan diri. TAK defisit perawatan diri terdiri dari 10 sesi. Dalam TAK ini
penderita akan didorong untuk mengungkapkan pengetahuan dan pengalaman penderita dalam
melakukan perawatan diri berupa tanya jawab dan melakukan kegiatan perawatan diri secara
langsung maupun stimulasi kegiatan perawatan diri (Kelliat & Pawirowiyono, 2015).
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan umum
Klien mampu memahami pentingnya tata cara mandi, keramas, menyikat gigi dan perawatan
kuku serta manfaat dan kerugian apabila tidak mandi, keramas, menyikat gigi dan perawatan
kuku dengan baik
SESI IA-ID
3.1 Definisi TAK SP : DPD
TAK SP: mengatasidefisit perawatn diri adalah terapi aktivitas kelompok yang dilaksanakan
untuk meningkatkan kemampuan klien merawat diri. Kemampuan merawat diri yang dilatih
dalam TAK ini terdiri dari kemampuan dalam kebersihan diri, kemampuan dalam berdandan,
kemampuan makan-minum, dan toileting.
a. Alat kebersihan
b. Alat berdandan
c. Alat makan minum
d. Alat toileting
g. Menyimpulkan kegiatan.
2. Peran Co – Leader :
3. Peran Observer :
4. Peran Fasilitator :
c. Fasilitator :
- Nur Fitriani
- Fharida Yuniar
- Desi Fitriani
- Manzilatur Rohmah
- Nurul Hikmah
5. Diskusikan tahapan mandi yang benar. Beri kesempatan klien menjelaskan cara
mandi. Beri pujian pendapat klien yang benar. Bila ada pendapat yang salah,
lakukan koreksi dengan meminta pendapat ke lain yang lain.
6. Buat rangkuman cara mandi yang benar dari pendapat klien dan tambahkan
informasi jika kurang.
7. Melakukan demonstrasi mandi yang benar. Bila tidak memungkinkan melakukan
simulasi saja dengan menggunakan alat dan bahan yang sudah disediakan.
Cara mandi:
1. Basahi seluruh permukaan tubuh dengan air yang tersedia.
2. Ambil sabun, gosokkan ke permukaan tubuh mulai dari permukaan yang
dianggap paling bersih ke permukaan yang paling kotor: badan dan
anggota badan, wajah, baru kemudian daerah perineal dan area seputar
kelamin.
3. bilas dengan air hingga sisa sabun hilang di seluruh permukaan tubuh dan
permukaan kulit terasa kesat.
4. Keringkan dengan menggunakan handuk yang bersih
8. Berikan pujian untuk peragaan yang telah dilakukan koreksi jika ada tahapan
yang kurang tepat.
c. Terminasi:
1. Evaluasi subjektif. 2 tanyakan perasaan klien setelah peragaan atau praktek
mandi.
2. Evaluasi objektif: minta klien bergantian menyebutkan kembali tentang: manfaat
mandi, alat dan bahan mandi, cara mandi.
3. Tindak lanjut titik2 anjurkan klien mandi dengan cara yang telah dilatih sebanyak
2 kali perhari (pagi dan sore hari).
4. buat kontrak berikut: belajar keramas. Waktu pelaksanaan dan tempat
pelaksanaan kegiatan.
Evaluasi Dan Dokumentasi
Nama Pasien
Tn. Tn. Ny. Tn. Ny. Ny. Ny.
No Kemampuan
S J W I Y1 R Y2
1. Menjelaskan manfaaat mandi M B M M C C M
2. Menjelaskan alat dan bahan mandi M B B M C C M
3. Menjelaskan tahapan mandi M C M M C C M
4. Memperagakan mandi dengan tepat B M C M C C B
5. Komitmen mandi 2 kali per hari B C B M C C B
Catatan:
1. Beri keterangan dibawah ini untuk menentukan kemampuan yang dapat dilakukan :
a. “M” jika pasien dapat menjawab umpan balik dari perawat dengan mandiri
b. “B” jika pasien dapat menjawab umpan balik dengan bantuan perawat
c. “C” jika pasien tidak dapat menjawab umpan balik meskipun dengan bantuan
perawat
2. Bila klien tidak mampu, stimulasi/ latih sampai klien mampu.
3. Klien dianggap mampu jika semua unsur kemampuan tercapai.
3.7.2 Sesi IB: TAK SP: Kebersihandiri: keramas (perawatan rambut)
Tujuan
1) Klien memahami manfaat keramas
2) Klien memahami alat dan bahan untuk keramas
3) Klien mampu melakukan keramas
Setting
1) Diskusi: perawat dan klien duduk melingkar (boleh dengan kursi atau di tikar,
tergantung fasilitas yang ada)
2) Demonstrasi atau simulasi: di kamar mandi
Alat
1) Shampo
2) Ember
3) Gayung mandi
4) Air bersih
5) Handuk bersih
Metode
1) Diskusi
2) Peragaan: demonstrasi
Langkah Kegiatan
1) Persiapkan alat dan bahan: siapkan alat dan bahan yang diperlukan
2) Persiapan klien:
a. Pilih klien sesuai dengan indikasi
b. Buat kontrak kegiatan, manfaat kegiatan, tempat, dan waktu
c. Persiapan tempat dan setting tempat:
1. Tempat diskusi: siapkan kursi melingkar
2. Tempat peragaan: kamar mandi yang bersih dan alat yang digunakan tersedia
3) Pelaksanaan
a. Orientasi:
1. Ucapkan salam, perkenalan jika perlu
2. Evaluasi atau validasi: tanyakan perasaan klien hari ini
3. Kontrak:ruang diskusi dan kamar mandi untuk praktik.
b. Kerja:
1. Diskusikan manfaat keramas, tanya ke masing-masing client. Bila ada
kelainan tidak bisa menjawab, beri stimulasi sehingga pasien bisa menjawab.
2. Buat rangkuman jawaban klien tentang manfaat keramas, tambahkan
informasi jika jawaban client belum lengkap.
Manfaat keramas:
1. Mencegah gatal
2. Mencegah infeksi atau kutu kulit kepala
3. Menghilangkan bau rambut
4. Meningkatkan penampilan diri
3. Diskusikan tentang alat dan bahan yang perlu untuk keramas upayakan semua
klien menyampaikan pendapatnya.
4. Rangkum jawaban klien, bila ada yang kurang ditambahkan oleh perawat.
5. Diskusikan cara keramas, tahapan keramas.
Alat dan bahan untuk keramas:
1. Shampo
2. Ember
3. Air bersih
4. Gayung mandi
5. Handuk bersih
Catatan:
1. Beri keterangan dibawah ini untuk menentukan kemampuan yang dapat dilakukan :
a. “M” jika pasien dapat menjawab umpan balik dari perawat dengan mandiri
b. “B” jika pasien dapat menjawab umpan balik dengan bantuan perawat
c. “C” jika pasien tidak dapat menjawab umpan balik meskipun dengan bantuan
perawat
2. Bila klien tidak mampu, stimulasi/ latih sampai klien mampu.
3. Klien dianggap mampu jika semua unsur kemampuan tercapai.
3) Diskusi alat dan bahan menyikat gigi. Tanyakan kepada klien sesuai kebiasaan
klien selama ini.
4) Rangkum jawaban klien titik lengkapi jawaban yang belum lengkap.
Alat dan bahan menyikat gigi:
1. Sikat gigi yang kelembutannya medium
2. Pasta gigi
3. Gelas plastik atau gayung
4. Air bersih
5. Handuk kecil atau tisu
7) Peragakan cara menyikat gigi yang benar titik minta salah satu klien
mendemonstrasikan cara menyikat gigi.
8) Berikan pujian kepada klien.
c. Terminasi
1) Evaluasi subjektif: tanyakan perasaan klien setelah belajar menyikat gigi dan
setelah mencoba menyikat gigi.
2) Evaluasi objektif: minta klien menjelaskan manfaat menyikat gigi, alat dan bahan
untuk menyikat gigi, dan cara menyikat gigi yang benar.
3) Tindak lanjut: anjurkan klien untuk menyikat gigi minimal dua kali sehari yaitu
setelah makan pagi dan sebelum tidur malam
Evaluasi dan Dokumentasi
Nama Pasien
Tn. Tn. Ny. Tn. Ny. Ny. Ny.
No Kemampuan
S J W I Y1 R Y2
1. Menjelaskan manfaat gosok gigi M C M M C C B
2. Menjelaskan alat dan bahan gosok gigi B B B B B B M
3. Menjelaskan tahapan gosok gigi C C C M C C M
4. Memperagakan gosok gigi secara benar C C C M C C C
5. Komitmen melakukan gosok gigi 2 kali C C C C C C C
dalam sehari
Catatan:
1. Beri keterangan dibawah ini untuk menentukan kemampuan yang dapat dilakukan :
a. “M” jika pasien dapat menjawab umpan balik dari perawat dengan mandiri
b. “B” jika pasien dapat menjawab umpan balik dengan bantuan perawat
c. “C” jika pasien tidak dapat menjawab umpan balik meskipun dengan bantuan
perawat
2. Bila klien tidak mampu, stimulasi/ latih sampai klien mampu.
3. Klien dianggap mampu jika semua unsur kemampuan tercapai.
3.7.4 Sesi ID:TAK SP: Kebersihan diri: perwatan kuku
Tujuan
1. Klien memahami manfaat perawatan kuku
2. Klien memahami cara perawatan kuku
Setting
Alat
1. Gunting kuku
2. Tisu
3. Piala ginjal atau bengkok (boleh diganti bekas wadah sabun colek)
4. Air bersih, lebih bagus apabila ada air hangat
5. Sabun cuci tangan (sabun mandi)
Metode
1. Diskusi
2. Demonstrasi
Langkah Kegiatan
11) Diskusi alat dan bahan perawatan kuku. Tanyakan kepada klien sesuai kebiasaan
klien selama ini.
12) Rangkum jawaban klien titik lengkapi jawaban yang belum lengkap.
Alat dan bahan perawatan kuku:
6. Gunting kuku yang tajam
7. Tisu
8. piala ginjal atau bengkok (boleh diganti bekas wadah sabun colek)
9. Air bersih, lebih bagus apabila ada air hangat
10. Sabun cuci tangan (sabun mandi)
15) Peragakan cara perawatan kuku yang benar titik minta salah satu klien
mendemonstrasikan cara perawatan kuku.
16) Berikan pujian kepada klien.
f. Terminasi
4) Evaluasi subjektif: tanyakan perasaan klien setelah belajar perawatan kuku dan
setelah mencoba perawatan kuku.
5) Evaluasi objektif: minta klien menjelaskan manfaat perawatan kuku, alat dan bahan
untuk perawatan kuku, dan cara perawatan kuku yang benar.
6) Tindak lanjut: anjurkan klien untuk perawatan kuku minimal satu kali dalam
seminggu
Evaluasi dan Dokumentasi
Nama Pasien
Tn. Tn. Ny. Tn. Ny. Ny. Ny.
No Kemampuan
S J W I Y1 R Y2
1. Menjelaskan manfaat perawatan kuku C C C M C C C
2. Menjelaskan alat dan bahan perawatan C C C C C C C
kuku
3. Menjelaskan tahapan perawatan kuku C M C C M C C
4. Memperagakan perawatan kuku secara C C C C C C C
benar
5. Komitmen melakukan perawatan kuku 1 C C C C C C C
kali dalam seminggu
Catatan:
1. Beri keterangan dibawah ini untuk menentukan kemampuan yang dapat dilakukan :
b. “M” jika pasien dapat menjawab umpan balik dari perawat dengan mandiri
c. “B” jika pasien dapat menjawab umpan balik dengan bantuan perawat
d. “C” jika pasien tidak dapat menjawab umpan balik meskipun dengan bantuan
perawat
2. Bila klien tidak mampu, stimulasi/ latih sampai klien mampu.
3. Klien dianggap mampu jika semua unsur kemampuan tercapai.
BAB III. KESIMPULAN