Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN

BBLR (BERAT BAYI LAHIR RENDAH)


DIRUANGAN CUT NYAK DIEN RSUD KANJURUHAN

DEPARTEMEN
KEPERAWATAN ANAK

OLEH :

FHARIDA YUNIAR
202010461011038

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2021
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN PENDAHULUAN
BBLR (BERAT BAYI LAHIR RENDAH)
DIRUANGAN CUT NYAK DIEN RSUD KANJURUHAN

DEPARTEMEN
KEPERAWATAN ANAK

KELOMPOK 02

FHARIDA YUNIAR
202010461011038

TGL PRAKTEK / MINGGU KE :


01-05 MARET 2021 / MINGGU KE 3

Malang, 28 Februari 2021


Mahasiswa,

(Fharida Yuniar)

Clinical Instructur, Pembimbing,

(Naomi Sih Binang, STT) (Ika Rizki Anggraini,S.Kep., Ns)

ii
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN....................................................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................iii
BAB I. LAPORAN PENDAHULUAN...................................................................1
A. Definisi...................................................................................................................1
B. Etiologi...................................................................................................................1
C. Klasifikasi Berat Bayi Lahir Rendah..............................................................2
D. Patofisiologi Berat Bayi Lahir Rendah..........................................................2
E. Pathway Berat Bayi Lahir Rendah..................................................................5
F. Fokus Pengkajian Yang Dilakukan.................................................................6
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................10

iii
BAB I. LAPORAN PENDAHULUAN

A. Definisi
Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR) adalah bila berat badannya kurang dari
2500 gram (sampai dengan 2499 gram). Bayi yang dilahirkan dengan BBLR
umumnya kurang mampu meredam tekanan lingkungan yang baru sehingga
dapat mengakibatkan pada terhambatnya pertumbuhan dan perkembangan,
bahkan dapat menggangu kelangsungan hidupnya. BBLR dapat terjadi pada
bayi kurang bulan (< 37 minggu) atau pada bayi cukup bulan (intrauterine
growth restriction) (Prawirohardjo, 2017).

B. Etiologi
Beberapa faktor penyebab yang Mempengaruhi Berat Bayi Lahir Rendah
(Betz dan Sowden, 2012), yaitu:
1. Faktor ibu
a. Penyakit
1) Mengalami komplikasi kehamilan, seperti anemia, perdarahan
antepartum, preekelamsi berat, eklamsia, infeksi kandung kemih.
2) Menderita penyakit seperti malaria, infeksi menular seksual, hipertensi,
HIV/AIDS, TORCH (Toxoplasma, Rubella, Cytomegalovirus (CMV) dan
Herpes simplex virus), danpenyakit jantung.
3) Penyalahgunaan obat, merokok, konsumsi alkohol.
b. Ibu
1) Angka kejadian prematuritas tertinggi adalah kehamilan pada usia < 20
tahun atau lebih dari 35 tahun.
2) Jarak kelahiran yang terlalu dekat atau pendek (kurang dari 1 tahun).
3) Mempunyai riwayat BBLR sebelumnya.
c. Keadaan sosial ekonomi
1) Kejadian tertinggi pada golongan sosial ekonomi rendah. Hal ini
dikarenakan keadaan gizi dan pengawasan antenatal yang kurang.
2) Aktivitas fisik yang berlebihan
3) Perkawinan yang tidak sah.
2. Faktor janin Faktor janin meliputi : kelainan kromosom, infeksi janin kronik
(inklusi sitomegali, rubella bawaan), gawat janin, dan kehamilan kembar.
3. Faktor plasenta Faktor plasenta disebabkan oleh : hidramnion, plasenta
previa, solutio plasenta, sindrom tranfusi bayi kembar (sindrom parabiotik),
ketuban pecah dini.
4. Faktor lingkungan Lingkungan yang berpengaruh antara lain : tempat tinggal
di dataran tinggi, terkena radiasi, serta terpapar zat beracun.

1 | Fakultas Ilmu Kesehatan UMM 2020/2021


C. Klasifikasi Berat Bayi Lahir Rendah
Menurut Arief (2018)  klasifikasi BBLR, yaitu :
1. BBLR prematur atau kurang bulan
a. Sindrom gangguan pernafasan ideopatik (penyakit membran hialin)
b. Pnemonia aspirasi karena refkek menelan dan batuk belum sempurna,
bayi belum dapat menyusu
c. Perdarahan periventrikuler dan perdarahan intraventrikuler (P/IVH) otak
lateral akibat anoksia otak (erat kaitannya dengan gangguan pernafasan)
d. Hipotermia karena sumber panas bayi prematur baik lemak subkutan yang
masih sedikit maupun brown fat belum terbentuk. Beberapa ciri jika
seorang bayi terkena hipotermi antara lain :
1) Bayi menggigil
2) Kulit anak terlihat belang, merah putih atau timbul bercak-bercak.
3) Anak terlihat apatis atau diam saja.
4) Gerakan bayi kurang dari normal.
5) Lebih parah lagi jika anak menjadi biru yang bisa dilihat pada bibir dan
ujung-ujung jarinya. (Betz dan Sowden, 2012),
e. Hiperbilirubinemia karena fungsi hati belum matang
2. BBLR tidak sesuai usia kehamilan atau dimatur
a. Sindrom aspirasi mekonium
b. Hiperbilirubinemia
c. Hipoglikemia
d. Hipotermia

D. Patofisiologi Berat Bayi Lahir Rendah


Menurut Maryunani (2019) faktor yang mempengaruhi terjadinya BBLR
terdiri dari faktor ibu yang meliputi penyakit ibu, usia ibu, keadaan sosial
ekonomi dan sebab lain berupa kebiasaan ibu, faktor janin, dan faktor
lingkungan. BBLR dengan faktor risiko paritas terjadi karena sistem reproduksi
ibu sudah mengalami penipisan akibat sering melahirkan Hal ini disebabkan
oleh semakin tinggi paritas ibu, kualitas endometrium akan semakin menurun.
Kehamilan yang berulang-ulang akan mempengaruhi sirkulasi nutrisi ke janin
dimana jumlah nutrisi akan berkurang dibandingkan dengan kehamilan
sebelumnya (Arizona Health Matters, 2015).
Menurut Betz (2012) mekanisme pajanan asap rokok terhadap kejadian
BBLR dan berat plasenta dengan beberapa mekanisme yaitu kandungan
tembakau seperti nikotin, CO dan polysiklik hydrokarbon, diketahui dapat
menembus plasenta. Carbonmonoksida mempunyai afinitas berikatan dengan
hemoglobin membentuk karboksihemoglobin, yang menurunkan kapasitas
darah mengangkut oksigen ke janin. Sedangkan nikotin menyebabkan
vasokontriksi arteri umbilikal dan menekan aliran darah plasenta. Perubahan ini
mempengaruhi aliran darah di plasenta. Kombinasi hypoxia intrauterine dan

2 | Fakultas Ilmu Kesehatan UMM 2020/2021


plasenta yang tidak sempurna mengalirkan darah diyakini menjadi penghambat
pertumbuhan janin.
Faktor yang juga mempengaruhi terjadinya BBLR adalah penyakit pada
ibu hamil. Anemia pada ibu hamil dapat mengakibatkan penurunan suplai
oksigen ke jaringan, selain itu juga dapat merubah struktur vaskularisasi
plasenta, hal ini akan mengganggu pertumbuhan janin sehingga akan
memperkuat risiko terjadinya persalinan prematur dan kelahiran bayi dengan
berat badan lahir rendah terutama untuk kadar hemoglobin yang rendah mulai
dari trimester awal kehamilan (Arief, 2018). Selain anemia, implantasi plasenta
abnormal seperti plasenta previa berakibat terbatasnya ruang plasenta untuk
tumbuh, sehingga akan mempengaruhi luas permukaannya. Pada keadaan ini
lepasnya tepi plasenta disertai perdarahan dan terbentuknya jaringan parut
sering terjadi, sehingga meningkatkan risiko untuk terjadi perdarahan
antepartum (Prawirohardjo, 2017). Apabila perdarahan banyak dan kehamilan
tidak dapat dipertahankan, maka terminasi kehamilan harus dilakukan pada
usia gestasi berapapun. Hal ini menyebabkan tingginya kejadian prematuritas
yang memiliki berat badan lahir rendah disertai mortalitas dan morbiditas yang
tinggi.
Keadaan sosial ekonomi secara tidak langsung mempengaruhi kejadian
BBLR, karena pada umumnya ibu dengan keadaan sosial ekonomi yang
rendah akan mempunyai intake makan yang lebih rendah baik secara kualitas
maupun secra kuantitas, yang berakibat kepada rendahnya status gizi pada ibu
hamil (Arizona Health Matters, 2015). Selain itu, gangguan psikologis selama
kehamilan berhubungan dengan terjadinya peningkatan indeks resistensi arteri
uterina. Hal ini disebabkan karena terjadi peningkatan konsentrasi noradrenalin
dalam plasma, sehingga aliran darah ke uterus menurun dan uterus sangat
sensitif terhadap noradrenalin sehingga menimbulkan efek vasokonstriksi.
Mekanisme inilah yang  mengakibatkan terhambatnya proses pertumbuhan dan
perkembangan janin intra uterin sehingga terjadi BBLR (Arief, 2018).
Menurut Maryunani, (2019) penyebab BBLR dapat dipengaruhi dari
faktor janin berupa hidramnion atau polihidramnion, kehamilan ganda, dan
kelainan koromosom. Hidramnion merupakan kehamilan dengan jumlah air
ketuban lebih dari 2 liter. Produksi air ketuban berlebih dapat merangsang
persalinan sebelum kehamilan 28 minggu, sehingga dapat menyebabkan
kelahiran prematur dan dapat meningkatkan kejadian BBLR. Pada kehamilan
ganda berat badan kedua janin pada kehamilan tidak sama, dapat berbeda 50-
1000 gram, hal ini terjadi karena pembagian darah pada plasenta untuk kedua
janin tidak sama. Pada kehamilan kembar distensi (peregangan) uterus
berlebihan, sehingga melewati batas toleransi dan sering terjadi persalinan
prematur. Menurut Betz, (2012) kelainan kongenital atau cacat bawaan
merupakan kelaianan dalam pertumbuhan struktur bayi yang timbul sejak

3 | Fakultas Ilmu Kesehatan UMM 2020/2021


kehidupan hasil konsepsi sel telur. Bayi yang lahir dengan kelainan kongenital,
umumnya akan dilahirkan sebagai BBLR atau bayi kecil.
Pada BBLR ditemukan tanda dan gejala berupa disproporsi berat badan
dibandingkan dengan panjang dan lingkar kepala, kulit kering pecah-pecah dan
terkelupas serta tidak adanya jaringan subkutan (Maryunani, 2019). Karena
suplai lemak subkutan terbatas dan area permukaan kulit yang besar dengan
berat badan menyebabkan bayi mudah menghantarkan panas pada
lingkungan (Carpenito, 2010). Sehingga bayi dengan BBLR dengan cepat akan
kehilangan panas badan dan menjadi hipotermia (Maryunani, 2019). Selain itu
tipisnya lemak subkutan menyebabkan struktur kulit belum matang dan rapuh.
Sensitivitas kulit yang akan memudahkan terjadinya kerusakan integritas kulit,
terutama pada daerah yang sering tertekan dalam waktu yang
lama (Prawirohardjo, 2017). Pada bayi prematuritas juga mudah sekali terkena
infeksi, karena daya tahan tubuh yang masih lemah, kemampuan leukosit
masih kurang dan pembentukan antibodi belum sempurna (Maryunani, 2019)
Kesukaran pada pernafasan bayi prematur dapat disebabakan belum
sempurnanya pembentukan membran hialin surfaktan paru yang merupakan
suatu zat yang dapat menurunkan tegangan dinding alveoli paru. Defisiensi
surfaktan menyebabkan gangguan kemampuan paru untuk mempertahankan
stabilitasnya, alveolus akan kembali kolaps setiap akhir ekspirasi sehingga
untuk pernafasan berikutnya dibutuhkan tekanan negative intratoraks yang
lebih besar yang disertai usaha inspirasi yang kuat.  Hal tersebut menyebakan
ketidakefektifan pola nafas (Prawirohardjo, 2017).
Alat pencernaan bayi BBLR masih belum sempurna, lambung kecil,
enzim pencernaan belum matang (Bobak, 2015). Selain itu jaringan lemak
subkutan yang tipis menyebabkan cadangan energi berkurang yang
menyebabkan malnutrisi dan hipoglikemi. Akibat fungsi organ-organ belum baik
terutama pada otak dapat menyebabkan imaturitas pada sentrum-sentrum vital
yang menyebabkan reflek menelan belum sempurna dan reflek menghisap
lemah. Hal ini menyebabkan diskontinuitas pemberian ASI (Betz, 2012).

4 | Fakultas Ilmu Kesehatan UMM 2020/2021


E. Pathway Berat Bayi Lahir Rendah
Etiologi

Faktor Janin Faktor Ibu


Faktor Plasenta

BBLR

Permukaan tubuh Jaringan lemak sub Prematuritas Fungsi organ-organ belum baik
relative lebih luas kutan lebih tipis

Pemaparan dengan Kehilangan panas Penurunan daya tahan Hati Usus Otak Mata Kulit Ginjal
suhu luar melalui kulit tubuh

Konjugasi Dinding Periltastik Imaturitas Imaturitas Halus, Imaturitas


bilirubin lambung belum sentrum2 lensa mata mudah ginjal
Kehilangan panas Resiko Infeksi
belum baik lunak sempurna vital lecet

Retrol Sekunder
Mudah Pengosongan entral Resiko
Hipotermia Hiperbilirubin Regulasi terapi
kembung lambung fibropl infeksi
pernafasan
belum baik asia pioderma
Ikterus
Gangguan Pernafasan Retinopaty Sepsis
pencernaan dan periodic
Paru
penyerapan
Pola Nafas Tidak
Daya kembang Otot pernafasan Efektif Pernafasan Gangguan
lemah Pertumbuhan dinding Integritas Kulit
paru bioc
dada belum sempurna Resiko Defisit Reflek menelan dan Jaringan
Nutrsi blm sempurna
Gangguan
Apnea, asfiksia Penyakit membrane
pertukaran
hialin
gas
5 | Fakultas Ilmu Kesehatan UMM 2020/2021
F. Fokus Pengkajian Yang Dilakukan
Fokus pengkajian yang dapat dilakukan sesuai standar yang ditetapken
oleh PPNI menurut SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia) (2016),
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) (2017), dan SLKI (Standar
Luaran Keperawatan Indonesia) (2018) :
1. Biodata
Terjadi pada bayi prematur yang dalam pertumbuhan di dalam kandungan terganggu
2. Keluhan utama
Menangis lemah, reflek menghisap lemah, bayi kedinginan atau suhu tubuh
rendah
3. Riwayat penyakit sekarang
4. Lahir spontan, SC umur kehamilan antara 24 sampai 37 minnggu ,berat
badan kurang atau sama dengan 2.500 gram, apgar pada 1 sampai 5 menit, 0
sampai 3 menunjukkan kegawatan yang parah, 4 sampai 6 kegawatan sedang, dan 7-
10 normal
5. Riwayat penyakit dahulu
Ibu memliki riwayat kelahiran prematur,kehamilan ganda,hidramnion
6. Riwayat penyakit keluarga
Adanya penyakit tertentu yang menyertai kehamilan seperti DM,TB Paru,
tumor kandungan, kista, hipertensi
7. ADL
a. Pola Nutrisi : reflek sucking lemah, volume lambung kurang, daya
absorbsi kurang atau lemah sehingga kebutuhan nutrisi terganggu
b. Pola Istirahat tidur: terganggu oleh karena hipotermia
c. Pola Personal hygiene: tahap awal tidak dimandikan
d. Pola Aktivitas : gerakan kaki dan tangan lemas
e. Pola Eliminasi: BAB yang pertama kali keluar adalah mekonium, produksi
urin rendah
8. Pemeriksaan
a. Pemeriksaan Umum
1) Kesadaran compos mentis
2) Nadi : 180X/menit pada menit, kemudian menurun sampai 120-
140X/menit
3) RR : 80X/menit pada menit, kemudian menurun sampai 40X/menit
4) Suhu : kurang dari 36,5 C
b. Pemeriksaan Fisik
1) Sistem sirkulasi/kardiovaskular : Frekuensi dan irama jantung rata-rata
120 sampai 160x/menit, bunyi jantung (murmur/gallop), warna kulit bayi
sianosis atau pucat, pengisisan capilary refill (kurang dari 2-3 detik).
2) Sistem pernapasan : Bentuk dada barel atau cembung, penggunaan
otot aksesoris, cuping hidung, interkostal; frekuensi dan keteraturan

6 | Fakultas Ilmu Kesehatan UMM 2020/2021


pernapasan rata-rata antara 40-60x/menit, bunyi pernapasan adalah
stridor, wheezing atau ronkhi.
3) Sistem gastrointestinal : Distensi abdomen (lingkar perut bertambah,
kulit mengkilat), peristaltik usus, muntah (jumlah, warna, konsistensi
dan bau), BAB (jumlah, warna, karakteristik, konsistensi dan bau),
refleks menelan dan mengisap yang lemah.
4) Sistem genitourinaria : Abnormalitas genitalia, hipospadia, urin (jumlah,
warna, berat jenis, dan PH).
5) Sistem neurologis dan musculoskeletal : Gerakan bayi, refleks moro,
menghisap, mengenggam, plantar, posisi atau sikap bayi fleksi,
ekstensi, ukuran lingkar kepala kurang dari 33 cm, respon pupil, tulang
kartilago telinga belum tumbuh dengan sempurna, lembut dan lunak.
6) Sistem thermogulasi (suhu) : Suhu kulit dan aksila, suhu lingkungan.
7) Sistem kulit : Keadaan kulit (warna, tanda iritasi, tanda lahir, lesi,
pemasangan infus), tekstur dan turgor kulit kering, halus, terkelupas.
8) Pemeriksaan fisik : Berat badan sama dengan atau kurang dari 2500
gram, panjang badan sama dengan atau kurang dari 46 cm, lingkar
kepala sama dengan atau kurang dari 33 cm, lingkar dada sama
dengan atau kurang dari 30cm, lingkar lengan atas, lingkar perut,
keadaan rambut tipis, halus, lanugo pada punggung dan wajah, pada
wanita klitoris menonjol, sedangkan pada laki-laki skrotum belum
berkembang, tidak menggantung dan testis belum turun., nilai APGAR
pada menit 1 dan ke 5, kulitkeriput.
c. Pengkajian Reflek Bayi
1) Reflek moro (kaget)
Timbulnya pergerakan tangan yang simetris apabila kepala tiba-tiba
digerakkan.
2) Reflek rooting (mencari)
Bayi menoleh kearah benda yang menyentuh pipi.
3) Refleks sucking (isap)
Terjadi apabila terdapat benda menyentuh bibir, yang disertai refleks
menelan.
4) Reflek Swallowing
Terjadi apabila bayi menelan Air susu ibu.
5) Refleks Tonikneck
Terjadi apabila kepala bayi kita angkat dan mendapat tahanan pada
kepala bayinya.
6) Refleks Plantar
Terjadi apabila tangan kita dapat di genggam oleh tangan bayi
7) Refleks Babinsky
Terjadi apabila telapak kaki bayi kita sentuh dan akan terjadi kerutan
pada telapak kaki bayinya itu menandakan turgor kulit bayi negative /

7 | Fakultas Ilmu Kesehatan UMM 2020/2021


jelek , sebaliknya apabila tidak ada kerutan pada telapak kaki bayinya
berarti turgor kaki bayi negative /baik .
8) Reflek Walking
Terjadi apabila bayinya kita angkat akan terjadi reaksi pada kakinya
seperti berjalan.
d. Pengkajian APGAR
1) Penilaian APGAR Score
Penilaian APGAR score ini biasanya dilakukan sebanyak 2 kali. Yaitu 5
menit pertama bayi baru lahir dan 5 menit kedua atau 10 menit pertama
bayi baru lahir. Secara garis besar, penilaian APGAR score ini dapat
disimpulkan seperti berikut ini.
2) Appearance atau warna kulit:
 Nilai APGAR 0 jika kulit bayi biru pucat atau sianosis
 Nilai APGAR 1 jika tubuh bayi berwarna merah muda atau kemerah
merahan sedangkan ekstremitas ( tangan dan kaki) berwarna biru
pucat. Nilai APGAR 2jika seluruh tubuh bayi berwarna merah muda
atau kemerahan
3) Pulse atau denyut jantung:
 Nilai APGAR 0 jika bunyi denyut jantung tidak ada atau tidak
terdengar
 Nilai APGAR 1 jika bunyi denyut jantung lemah dan kurang dari 100
x/menit
 Nilai APGAR 2 jika denyut jantung bayi kuat dan lebih dari 100
x/menit
 Gremace atau kepekaan reflek bayi
 Nilai APGAR 0 jika bayi tidak berespon saat di beri stimulasi
 Nilai APGAR 1 jika bayi meringis, merintih atau menangis lemah saat
di beri stimulasi
 Nilai APGAR 2 jika bayi menangis kuat saat bayi diberi stimulasi
4) Activity atau tonus otot
 Nilai APGAR 0 jika tidak ada gerakan
 Nilai APGAR 1 jika gerakan bayi lemah dan sedikit
 Nilai APGAR 2 jika gerakan bayi kuat
5) Respiration atau pernafasan
 Nilai APGAR 0 jika tidak ada pernafasan
 Nilai APGAR 1 jika pernafasan bayi lemah dan tidak teratur
 Nilai APGAR 2 jika pernafasan bayi baik dan teratur

8 | Fakultas Ilmu Kesehatan UMM 2020/2021


e. Pengkajian Ballard Score

9 | Fakultas Ilmu Kesehatan UMM 2020/2021


DAFTAR PUSTAKA

Arief, Nurhaeni. (2018). Panduan Lengkap Kehamilan dan Kelahiran Sehat.


Yogyakarta : AR Group.
Arizona Health Matters. (2015). Babies with Low Birth Weight.
http://www.arizonahealthmatters.org/modules.php?
op=modload&name=NS-Indicator&file=indicator&iid=17275074
Betz, LC dan Sowden, LA. (2012). Keperawatan Pediatrik  - Edisi 3. Jakarta :
EGC.
Bobak, dkk. 2015. Buku Ajar Keperawatan Maternitas (Maternity Nurshing).
Jakarta : EGC
Carpenito, Lynda Juall. (2010). Buku Saku Diagnosa Keperawatan, Edisi 8.
Jakarta : EGC.
Maryunani, Anik. (2019). Ilmu Kesehatan Anak dalam Kebidanan. Jakarta : TIM.
PPNI. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator
Diagnostik, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI
PPNI. (2017). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator
Diagnostik, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI
PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator
Diagnostik, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI
Prawirohardjo, Sarwono. (2017). Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan
Maternal dan Neonatal. Jakarta : Bina Pustaka

Anda mungkin juga menyukai