PENDAHULUAN
Tekanan hidup diduga membuat semakin banyak orang depresi dan gila.
Selain itu keadaan ekonomi juga turut andil dalam mempengaruhi banyaknya
jumlah penderita sakit jiwa (Widowati, 2013). Pemasungan adalah suatu tindakan
pembatasan gerak seseorang yang mengalalami gangguan fungsi mental dan
perilaku dengan cara pengekangan fisik dalam jangka waktu tertentu. Yang
menyebabkan terbatasnya pemenuhan kebutuhan dasar hidup yang layak,
termasuk kesehatan, pendidikan, pekerjaan bagi orang tersebut. Orang dengan
ganganguan jiwa yang dipasung mengalami masalah perawatan diri (Halida, et al,
2016).
Data WHO (World Health Organization) pada tahun 2006 jumlah penderita
gangguan jiwa di dunia adalah 450 juta jiwa. Pada studi terbaru WHO (World
Health Organization) di 14 negara menunjukkan bahwa pada negara berkembang,
sekitar 76-78% kasus gangguan jiwa parah tidak dapat pengobatan apapun pada
tahun pertama dalam penelitian (Saniaty. M, dkk, 2015). Hasil riset kesehatan
dasar (Riskesdas, 2013) menyebutkan prevalensi gangguan jiwa berat pada
penduduk Indonesia sebanyak 1,7 per mil. Jumlah seluruh responden dengan
1
gangguan jiwa berat berdasarkan data Riskesdas 2013 adalah sebanyak 1.728
orang. Di Jawa Timur prevalensi banyak gangguan jiwa berat tahun 2013
sebanyak 2.2 per mil.
2
Oleh karena itu, dibutuhkan Asuhan keperawatan pada klien gangguan jiwa
dengan defisit perawatan diri terhadap pelaksanaan ADL(Activity of Daily Living)
personal hygiene.
3
9. Mengetahui dan memahami pohon masalah defisit perawatan diri.
10. Mengetahui dan memahami diagnosa keperawatan diri.
11. Mengetahui dan memahami rencana tindakan keperawatan defisit
perawatan diri.
12. Mengetahui dan memahami penatalaksanaan defisit perawatan diri.
13. Mengetahui dan memahami asuhan keperawatan defisit perawatan
diri.
1.4 Manfaat
Penulisan makalah ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi
tambahan bagi yang membutuhkan dan bagi mahasiswa Keperawatan
khususnya. Penulis mengharapkan tulisan ini bisa menjadi suatu pemaparan
yang dapat menjelaskan asuhan keperawatan pada klien dengan defisit
perawatan diri bagi yang membutuhkan dan bagi mahasiswa yang
membutuhkan.
BAB 2
TINJAUAN TEORI
4
2.1 Pengertian Defisit Perawatan Diri
5
c. Pengetahuan
Pengetahuan tetntang perawatan diri sangat penting karena pengetahuan
yang baik dapat meningkatkan kesehatan. Kurangnya pengetahuan tentang
pentingnya perawatan diri dan implikasinya bagi kesehatan dapat
memengaruhi praktik perawatan diri.
d. Variabel kebudayaan
Kepercayaan akan dinilai kebudayaan dan nilai diri mempengarui
perawatan diri. Orang tua dari latar belakang kebudayaan yang berbeda
mengikuti praktik kesehatan yang berbeda pula. Disebagian msyarakat,
misalnya, ada yang menerapkan mandi setiap hari, tetapi masyarakat
dengan lingkup budaya yang berbeda hanya mandi seminggu sekali.
e. Kondisi fisik
Pada keadaan tertentu atau sakit kemampuan untuk merawat diri
berkurang dan memerlukan bantuan. Biasanya, jika tidak mampu, klien
dengan kondisi fisik yang tidak sehat lebih memilih untuk tidak melakukan
perawatan diri (Sutejo, 2017).
2.3 Lingkup Defisit Perawatan Diri
a. Kebersihan diri
Tidak ada keinginan untuk mandi secara teratur, pakaian kotor, bau badan,
bau nafas, dan penampilan tidak rapi.
b. Berdandan atau berhias
Kurangnya minat dalam memilih pakaian yang sesuai, tidak menyisir
rambut, atau mencukur kumis.
c. Makan
Mengalami kesukaran dalam mengambil, ketidakmampuan membawa
makanan dari piring ke mulut, dan makan hanya beberapa suap makanan
dari piring.
d. Toileting
Ketidakmampuan atau tidak adanya keinginan untuk melakukan defekasi
atau berkemih tanpa bantuan (Sutejo, 2017).
6
2.4 Tanda dan Gejala Defisit Perawatan Diri
Adapun tanda dan gejala defisit perawatan diri menurut Fitria (2009) adalah
sebagai berikut:
a. Mandi/hygiene
Klien mengalami ketidakmampuan dalam membersihkan badan,
memperoleh atau mendapatkan sumber air, mengatur suhu atau aliran air
mandi, mendapatkan perlengkapan mandi, mengeringkan tubuh, serta
masuk dan keluar kamar mandi.
b. Berpakaian/berhias
Klien mempunyai kelemahan dalam meletakkan atau mengambil
potongan pakaian, menanggalkan pakaian, serta memperoleh atau
menukar pakaian. Klien juga memiliki ketidakmampuan untuk
mengenakan pakaian dalam, memilih pakaian, meggunakan alat
tambahan, menggunakan kancing tarik, melepaskan pakaian,
menggunakan kaos kaki, mempertahankan penampilan pada tingkat yang
memuaskkan, mengambil pakaian dan mengenakan sepatu.
c. Makan
Klien mempunyai ketidakmampuan dalam menelan makanan,
mempersiapkan makanan, menangani perkakas, mengunyah makanan,
meggunakan alat tambahan, mendapat makanan, membuka container,
memanipulasi makanan dalam mulut, mengambil makanan dari wadah
lalu memasukannya ke mulut, melengkapi makan, mencerna makanan
menurut cara diterima masyarakat, mengambil cangkir atau gelas, serta
mencerna cukup makanan dengan aman.
d. Eliminasi
Klien memiliki keterbatasan atau ketidakmampuan dalam mendapatkan
jamban atau kamar kecil, duduk atau bangkit dari jamban, memanipulasi
pakaian untuk toileting, membersihkan diri setelah BAB/BAK dengan
tepat, dan menyiram toilet atau kamar kecil (Mukhripah & Iskandar,
2012).
7
Untuk mengetahui apakah pasien mengalami masalah defisit perawatan diri
maka tanda dan gejala dapat diperoleh melalui observasi pada pasien yaitu:
Menurut Mukhripah & Iskandar (2012), tanda dan gejala klien dengan
defisit perawatan diri adalah:
a. Fisik
1). Badan bau, pakaian kotor
2). Rambut dan kulit kotor
3). Kuku panjang dan kotor
4). Gigi kotor disertai mulut bau
5). Penampilan tidak rapi
b. Psikologis
1). Malas, tidak ada inisiatif
2). Manarik diri, isolasi diri
3). Merasa tak berdaya, rendah diri dan merasa hina
c. Sosial
1). Interaksi kurang
2). Kegiatan kurang
3). Tidak mampu berperilaku sesuai norma
4). Cara makan tidak teratur, BAK dan BAB disembarangan
tempat, gosok gigi dan mandi tidak mampu mandiri.
8
2.5 Proses Terjadinya Defisit Perawatan Diri Pada Pasien Gangguan Jiwa
Kurangnya perawatan diri pada pasien dengan gangguan jiwa terjadi akibat
adanya perubahan proses pikir sehingga kemampuan untuk melakukan aktivitas
perawatan diri menurun. Kurang perawatan diri tampak dari ketidakmampuan
merawat kebersihan diri, makan secara mandiri, berhias diri secara mandiri, dan
toileting (buang air besar [BAB] atau buang air kecil [BAK]) secara mandiri
(Yusuf, dkk, 2015).
Adaptif Maladaptif
9
Mekanisme koping yang mendukung fungsi integrasi, pertumbuhan,
belajar mencapai tujuan. Kategorinya adalah klien bisa memenuhi
kebutuhan perawatn diri secara mandiri.
b. Mekanisme koping maladaptif
Mekanisme koping yang menghambat fungsi integrasi, memecah
pertumbuhan, menurunkan otonomi dan cenderung menguasai
lingkungan. Kategorinya adalah tidak mau merawat diri (Herdman Ade,
2011).
2.8 Dampak Defisit Perawatan Diri
Menurut Dermawan (2013) dampak yang sering timbul pada masalah
personal hygiene adalah :
a. Dampak fisik
Banyak gangguan kesehatan yang diderita seseorang karena tidak
terpeliharanya kebersihan perorangan dengan baik, gangguan fisik yang
sering terjadi adalah gangguan integritas kulit, gangguan membran
mukosa mulut, infeksi pada mata dan telinga dan gangguan fisik pada
kuku.
b. Dampak psikososial
Masalah sosial yang berhubungan dengan personal hygiene adalah
gangguan kebutuhan rasa nyaman, kebutuhan dicintai dan mencintai,
kebutuhan harga diri, aktualisasi diri dan gangguan interaksi sosial.
10
Defisit perawatan diri
b) Data objektif
Klien terlihat kukunya panjang, badan dan rambut kotor, serta kulit
berdaki (Keliat, 2016).
2.10 Diagnosa Keperawatan
Defisit perawatan diri
11
2.11 Rencana Tindakan Keperawatan
SP 1 Pasien:
a. Menjelaskan pentingnya kebersihan diri
b. Menjelaskan cara menjaga kebersihan diri
c. Membantu pasien mempraktekkan cara menjaga kebersihan diri
d. Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian
SP 2 Pasien:
a. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien
b. Menjelaskan cara makan yang baik
c. Membantu pasien mempraktekkan cara makan yang baik
d. Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian
SP 3 Pasien:
a. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien
b. Menjelaskan cara eliminasi yang baik
c. Membantu pasien mempraktekkan cara eliminasi yang baik dan
memasukkan jadwal
d. Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian
SP 4 Pasien:
a. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien
b. Menjelaskan cara berdandan
c. Membantu pasien mempraktekkan
d. Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian
SP 1 Keluarga:
12
c. Menjelaskan cara-cara merawat pasien defisit perawatan diri
SP 2 Keluarga:
SP 3 Keluarga:
BAB 3
TINJAUAN KASUS
13
Tanggal 11 Mei 2016 pukul 16.00 WIB di Rumah Sakit Jiwa Menur Surabaya
dilakukan pengkajian kepada seorang pasien yaitu Nn. L yang berusia 24 tahun.
Pasien depresi berat setelah kehilangan anak pertamanya yang sangat ia tunggu-
tunggu kelahirannya. Pasien sering menyendiri dan tidak mau banyak berbicara
kepada orang lain. Nn. L terlihat sangat sedih, gelisah, berpakaian tidak rapi, tidak
bisa berdandan dengan baik, makanan berceceran, BAB/BAK sembarangan, dan
terlihat kebingungan. Karena orang tua Nn. L merasa terganggu dan malu, mereka
membawa dan menitipkan Nn.L untuk dirawat di Rumah Sakit Jiwa menur
Surabaya.
d. Faktor Predisposisi
Pasien dibawa oleh orang tuanya ke RSJ Menur Surabaya. Pasien sering
menyendiri dan tidak mau berbicara banyak kepada orang lain. Menurut
orang tuanya, pasien pernah mengalami gangguan mental sejak kecil.
e. Pemeriksaan Fisik
14
Saat dilakukan pemeriksaan fisik, pasien tidak mengeluh apapun.
f. Psikososial
1. Genogram
Pasien hanya diam dan tertawa saat ditanya oleh perawat.
2. Konsep Diri
a. Gambaran diri : Pasien tidak kooperatif. Pasien tidak
mampu menggambarkan tentang dirinya sendiri.
b. Identitas : Pasien mengatakan dirinya bernama “L”.
Pasien mengatakan sudah menikah. Pasien tidak mampu
mengingat usianya.
c. Peran : Pasien tidak kooperatif. Pasien tidak
mampu menjelaskan peran dirinya sendiri.
d. Ideal diri : Pasien tidak kooperatif. Pasien tidak
mampu menjelaskan ideal dirinya sendiri. Pasien hanya diam dan
tersenyum.
e. Harga diri : Pasien tidak kooperatif. Pasien tidak
percaya diri untuk berkenalan dengan orang baru.
3. Hubungan Sosial
Pasien tampak sering menyendiri. Pasien hanya melihat orang yang
mengajaknya berbicara dan tidak mau menjawab jika ditanya orang
lain.
4. Spiritual
a. Nilai dari keyakinan
Pasien hanya tertawa saat perawat mengkaji. Pasien tidak
kooperatif.
b. Kegiatan ibadah
Pasien tampak mengikuti sholat berjamaah ketika teman-
temannya sholat, namun saat ditanya oleh perawat kenapa pasien
sholat, pasien tidak mengerti dan hanya tertawa.
g. Status Mental
15
1. Penampilan
Pasien menggunakan pakaian yang tidak rapi, baju kotor, dan bau
badan.
2. Pembicaraan
Pasien tidak mampu berbicara dengan lancar.
3. Aktivitas Motorik
Pasien tampak gelisah dan kebingungan.
4. Alam Perasaan
Pasien tampak sedih saat diajak berbincang-bincang. Pasien sering
bertingkah seperti anak kecil.
5. Afek
Terkadang pasien mudah menangis dan mudah tertawa saat diajak
berkomunikasi.
6. Interaksi Selama Wawancara
Pasien tidak kooperatif. Pasien tampak sulit berbicara dengan
lancar. Kontak mata kurang saat diajak berbicara.
7. Persepsi Halusinasi
Saat ditanya pasien tidak mendengarkan atau melihat sesuatu yang
tidak bisa dilihat/didengar orang lain.
8. Proses Pikir
Pasien berbicara tidak jelas. Saat diajak berbincang-bincang seperti
anak kecil.
9. Isi Pikir
Pasien tidak kooperatif dan hanya tertawa saat ditanya.
10. Tingkat Kesadaran
Pasien tidak mampu menyebutkan waktu (hari/tanggal), tempat, dan
teman-teman kamarnya.
11. Memori
Pasien sering lupa. Pasien tidak mampu mengingat kejadian masa
lampau.
12. Tingkat Konsentrasi Dan Berhitung
16
Saat ditanya, perhatian pasien kurang, bahkan terkadang tidak ada
(hanya menunduk), sambil tertawa. Pasien tidak mampu
berkonsentrasi.
13. Kemampuan Penilaian
Pasien tidak kooperatif. Pasien hanya tertawa saat dikaji oleh
perawat.
14. Daya Tilik Diri
Pasien menganggap dirinya baik-baik saja.
h. Status Mental
1. Kemampuan Klien Memenuhi/Menyediakan Kebutuhan
Pasien tidak mampu makan sendiri. Makanan banyak yang
berceceran. Pasien tidak mampu memenuhi kebutuhan perawatan diri
dan aktivitas sehari-seharinya, seperti mandi sendiri, pasien masih
dimandikan, masih menggunakan pakaian yang tidak rapi.
2. Kegiatan Hidup Sehari-hari
a) Perawatan Diri
Pasien masih membutuhkan bantuan orang lain untuk mandi,
menggunakan pakaian masih tidak rapi, pakaian sering terlihat
kotor. Pasien jarang membersihkan toilet setelah BAB/BAK, saat
makan pasien tidak mau membersihkan makanannya yang
berceceran.
b) Nutrisi
Pasien mengatakan makanannya enak. Nafsu makan pasien
meningkat. Tidak ada diet khusus untuk pasien.
c) Tidur
Pasien hanya mengatakan tidurnya enak.
17
Pasien hanya memiliki sistem pendukung dari ibunya. Ayah pasien
tidak mau mengurusinya.
5. Apakah klien menikmati saat bekerja yang menghasilkan atau hobi
Pasien tidak bekerja.
i. Mekanisme Koping
1. Adaptif
Mau bicara dengan orang lain.
2. Maladaptif
Sering menghindar.
j. Masalah Psikososial Dan Lingkungan
1. Masalah dengan dukungan kelompok, spesifik: pasien tidak
kooperatif, pasien sulit berkonsentrasi, pasien terlihat sering
menyendiri.
2. Masalah berhubungan dengan lingkungan, spesifik: pasien tidak
kooperatif, pasien hanya tertawa, pasien sulit berkonsentrasi, pasien
tampak sering menghindar.
3. Masalah dengan pendidikan, spesifik: pasien tidak kooperatif, pasien
hanya tertawa saat ditanya oleh perawat.
4. Masalah dengan pekerjaan, spesifik: pasien tidak kooperatif, pasien
hanya menggelengkan kepala saat ditanya oleh perawat.
5. Masalah dengan perumahan, spesifik: pasien tidak kooperatif, pasien
hanya menggelengkan kepala saat ditanya oleh perawat.
6. Masalah ekonomi, spesifik: pasien tidak kooperatif, pasien hanya
tertawa dan kadang menghindar.
7. Masalah dengan pelayanan kesehatan, spesifik: pasien tidak
kooperatif, pasien hanya tertawa, pasien sulit berkonsentrasi.
8. Masalah lainnya, spesifik: pasien tampak malu dan tidak percaya diri
saat perawat meminta pasien untuk berkenalan dengan orang lain.
Pasien menghindar saat didekati orang baru.
k. Pengetahuan Kurang Tentang penyakit
Pengetahuan pasien kurang tentang penyakit jiwa, faktor presipitasi, dan
koping. Pasien tidak mampu mengenali keadaan dirinya.
18
l. Data Lain-Lain
m. Aspek Medik
Diagnosa Medik : F. 20. 2 (Skizofrenia Katatonik Berkelanjutan)
Terapi Medik : inj. Diazepam 1 amp. (IV), Clobazam 10 mg (0- ½-
1, Tryhexyphenidyl 2 mg (1-0-1), Risperidon 1 mg (1-0-1)
n. Daftar Masalah Keperawatan
1. Inefektif koping keluarga
2. Gangguan konsep diri: Harga diri rendah
3. Isolasi sosial
4. Distres spiritual
5. Defisit perawatan diri
6. Hambatan komunikasi verbal
7. Gangguan penyesuaian diri
8. Gangguan proses pikir
9. Gangguan pemeliharaan kesehatan
10. Inefektif koping individu
o. Daftar Diagnosis Keperawatan
Defisit perawatan diri
19
Core Problem:
kotor dan tidak rapi, bau Defisit perawatan
diri
badan, dan terlihat
kebingungan.
Effect:
Isolasi sosial
3.2.3 Diagnosa Ke
Berdasarkan data yang diperoleh, diagnosis masalah keperawatan dalam
gangguan defisit perawatan diri meliputi kebersihan diri, berhias, makan, dan
eliminasi.
3.2.4 Intervensi
PERENCANAAN
DIAGNOSIS Tujuan Kriteria
Intervensi Rasional
KEPERAWATAN (TUK/TUM) Evaluasi
Defisit perawatan TUM : Bina hubungan Kepercayaan
diri: kebersihan diri, Pasien dapat saling percaya dari pasien
berdandan, makan, memelihara dengan prinsip merupakan hal
BAK / BAB atau merawat komunikasi yang akan
kebersihan terapeutik, yaitu: memudahkan
sendiri secara 1. Sapa pasien perawat dalam
mandiri. dengan ramah melakukan
baik verbal pendekatan
TUK 1 : Pasien maupun keperawatan
Pasien dapat menunujukkan nonverbal. atau intervensi
membina tanda-tanda dapat 2. Perkenalkan diri selanjutnya
hubungan membina dengan sopan. terhadap pasien.
saling hubungan saling 3. Tanyakan nama
percaya. percaya dengan lengkap pasien
perawat, yaitu: dan nama
a. Ekspresi panggilan.
wajah 4. Jelaskan tujuan
bersahabat. pertemuan.
b. Pasien 5. Jujur dan
menunjukkan menepati janji.
20
rasa senang. 6. Tunjukkan sikap
c. Pasien empati dan
bersedia menerima pasien
berjabat apa adanya.
tangan. 7. Beri perhatian
d. Pasien pada pemenuhan
bersedia kebutuhan dasar
menyebutkan pasien.
nama.
e. Ada kontak
mata.
f. Pasien
bersedia
duduk
berdampingan
dengan
perawat.
g. Pasien
bersedia
mengutarakan
masalah yang
dihadapinya.
TUK 2 : Kriteria Evaluasi: Melatih pasien cara- Pengetahuan
Pasien Pasien dengan cara perawatan diri tentang
mampu aman melakukan dengan cara: pentingnya
melakukan (kemampuan 1. Menjelaskan perawatan diri
kebersihan maksimum) pentingnya dapat
diri secara aktivitas kebersihan diri. meningkatkan
mandiri. perawatan diri 2. Menjelaskan motivasi pasien.
secara mandiri. alat-alat untuk
menjaga Menyiapkan
kebersihan diri. untuk
3. Menjelaskan meningkatkan
cara-cara kemandirian.
melakukan
kebersihan diri. Bimbingan
4. Melatih pasien perawat akan
mempraktikkan mempermudah
cara menjaga pasien
kebersihan diri. melakukan
perawatan diri
secara mandiri.
21
TUK 3 : Kriteria Evaluasi: 1. Melatih pasien Membiasakan
Pasien Pasien dengan berdandan, diri utnuk
mampu aman melakukan dengan rincian: melakukan
melakukan (kemampuan a. Untuk pasien perawatan diri
tindakan maksimum) atau laki-laki, latihan sendiri.
perawatan mempertahankan meliputi:
berupa aktivitas 1) Berpakaian Bimbingan
berhias atau perawatan diri 2) Menyikat perawat akan
berdandan berupa berhias rambut mempermudah
secara baik. dan berdandan. 3) bercukur pasien
Pasien berusaha b. Untuk pasien melakukan
untuk memelihara wanita, latihan perawatan diri
kebersihan diri, meliputi: secara mandiri.
seperti mandi 1) Berpakaian
pakai sabun dan 2) Menyisir Penguatan
disiram dengan rambut (reinforcement)
air sampai bersih, 3) berhias dapat
mengganti 2. Memantau meningkatkan
pakaian bersih kemampuan motivasi pasien.
sehari-hari, dan pasien dalam
merapikan berpakaian dan
penampilan. berhias.
3. Memonitor atau
mengidentifikasi
adanya
kemunduran
sensori, kognitif,
dan psikomotor
yang
menyebabkan
pasien
mempunyai
kesulitan dalam
berpakaian dan
berhias.
4. Diskusikan
dengan pasien
kemungkinan
adanya hambatan
dalam
berpakaian dan
berhias.
22
5. Menggunakan
komunikasi atau
instruksi yang
mudah
dimengerti
pasien untuk
mengakomodasi
keterbatasan
kognitif pasien.
6. Sediakan baju
bersih dan sisir,
jika mungkin
bedak, parfum,
dsb.
7. Dorong pasien
untuk
mengenakan baju
sendiri dan
memasang
kancing dengan
benar.
8. Memberikan
bantuan kepada
pasien jika perlu.
9. Evaluasi
perasaan pasien
setelah mampu
berpakaian dan
berhias.
10. Berikan
reinforcement
atau pujian atas
keberhasilan
pasien
berpakaian dan
berhias.
TUK 4 : Kriteria Evaluasi: 1. Memantau Identifkasi
Pasien Kebutuhan kemampuan mengenai
mampu personal hygiene pasien makan. penyebab pasien
melakukan pasien terpenuhi. 2. Identifikasi tidak mau
kegiatan Pasien mampu bersama pasien makan
makan melakukan faktor-faktor menentukan
23
dengan baik. kegiatan makan penyebab pasien intervensi
secara mandiri tidak mau perawat
dan tepat dengan makan. selanjutnya.
mengungkapkan 3. Identifikasi
kepuasan makan. adanya hambatan
makan.
a. Fisik:
kelemahan,
isolasi, Pengetahuan
keterbatasan tentang
extremitas, pentingnya
dll. perawatan diri
b. Emosi: meningkatkan
depresi, motivasi.
manik,
penurunan
nafsu makan.
c. Intelektual: Pasien mungkin
curiga. kesulitan dalam
d. Sosial: mempersiapkan,
curiga. mengambil
e. Spiritual: makanan
adanya sendiri, dan
waham. merapikan
4. Diskusikan peralatan.
dengan pasien
akibat kurang
atau tidak
makan. Menambah
5. Diskusikan wawasan pasien
dengan paisen tentang personal
fungsi makanan hygiene makan.
bagi kesehatan.
6. Menjelaskan cara
mempersiapkan
makan kepada
pasien. Penguatan
7. Menjelaskan (reinforcement)
tentang personal dapat
hygiene tentang meningkatkan
pola makan. motivasi pasien.
8. Menjelaskan cara
24
makan yang
tertib.
9. Menjelaskan cara
merapikan
peralatan makan
setelah makan.
10. Paraktik makan
disesuaikan
dengan tahapan
makan yang
baik.
11. Evaluasi
perasaan pasien
setelah makan.
Berikan
penguatan
(reinforcement)
terhadap
kemajuan pasien
(misalnya:pening
katan porsi
makan)
TUK 5 : Kriteria Evaluasi : 1. Mengkaji budaya Mengetahui
Mampu Pasien dapat pasien ketika kebiasaan pasien
melakukan melaksanakan mempromosikan dalam toileting
BAB/BAK perawatan diri aktivitas dapat membantu
secara secara mandiri perawatan diri. perawat
mandiri. dalam hal 2. Bantu pasien ke melakukan
BAB/BAK, toilet. intervensi
seperti: 3. Berikan selanjutnya.
a. Mampu duduk pengetahuan
dan turun dari tentang personal Hambatan
toilet hygiene dalam mobilitas
b. Mampu kaitannya dengan menyebabkan
membersihka toileting. pasien tidak
n diri setelah 4. Menjelaskan mampu
eliminasi tempat melakukan
secara BAB/BAK yang perawatan diri
mandiri/diban sesuai. secara mandiri.
tu 5. Menjelaskan cara
membersihkan Mengetahui
diri setelah pentingnya
25
BAB/BAK. personal
6. Menjelaskan cara hygiene bagi
membersihkan pasien.
tempat BAB dan
BAK. Memberikan
kesempatan
kepada keluarga
untuk membantu
pasien.
26
Defisit perawatan diri TUK 1 : Pasien dapat S:-
Selasa, 17 mei 2016 membina hubungan saling O : Pasien tampak cemas
percaya.
Pukul : 07.00 wib A : Tujuan belum tercapai
1. Menyapa pasien
dengan ramah baik P : Intervensi dilanjutkan nanti
verbal maupun
nonverbal.
1
2. Memperkenalkan
diri dengan sopan.
3. Menanyakan nama
lengkap pasien dan
nama panggilan.
4. Menjelaskan tujuan
pertemuan.
Rabu, 18 mei 2016 Tuk 2 : melakukan S : pasien mengatakan, tidak
Pukul : 07.00 wib kebersihan diri secara mau mandi
mandiri O : penampilan pasien acak-
1. Menjelaskan acakan, mau badan tidak
2 pentingnya sedap, dan wajah kusam
kebersihan diri.
A : masalah teratasi sebagian
2. Menjelaskan alat-
alat untuk menjaga P : Intervensi dilanjutkan Tuk
kebersihan diri. 3
27
berpakaian dan
berhias.
3. Mendiskusikan
dengan pasien
kemungkinan
adanya hambatan
dalam berpakaian
dan berhias.
Senin, 23 mei 2016 Tuk 4 : pasien mampu S : pasien mengatakan tidak
Pukul : 13.00 melakukan kegiatan makan nafsu makan apabila tidak ada
dengan baik anggota keluarga
1. Memantau O : pasien terlihat pucat dan
kemampuan pasien lemas
4 makan.
A : Masalah teratasi sebagian
2. Mengidentifikasi
bersama pasien P : Inervensi dilanjutkan Tuk 5
faktor-faktor dan Tuk 6
penyebab pasien
tidak mau makan.
28
dan membantu
mengingatkan
pasien dalam
merawat diri (sesuai
dengan yang telah
disepakati).
Effect:
Isolasi sosial
Core Problem:
Defisit perawatan diri
Causa:
Gangguan konsep diri: harga diri rendah
PEMBAHASAN
29
berhias, makan, dan toileting. Klien dengan gangguan jiwa kronis sering
mengalami ketidakpedulian dalam merawat diri. Misalnya tidak ada keinginan
untuk mandi, pakaian kotor, tidak menyisir rambut, bau badan, bau napas, dan
penampilan tidak rapi.
30
piring atau mangkok, tidak mampu menggunakan sendok dan tidak mengetahui
fungsi alat-alat makan), memegang alat makan, membawa makanan dari piring ke
mulut, mengunyah, menelan makanan secara aman dan menghabiskan makanan;
BAB dan BAK tidak pada tempatnya. Klien tidak membersihkan diri setelah BAB
dan BAK serta tidak mampu menjaga kebersihan toilet dan menyiram toilet dan
menyiram toilet setelah BAB dan BAK.
Diagnosa keperawatan yang diperoleh adalah defisit perawatan diri.
Diagnosis masalah keperawatan dalam gangguan defisit perawatan diri meliputi
kebersihan diri, berhias, makan, dan eliminasi.
Intervensi keperawatan untuk mengatasi diagnosa pada klien dengan
defisit perawatan diri adalah membina hubungan saling percaya dengan prinsip
komunikasi terapeutik, melatih pasien cara-cara perawatan diri, misalnya cara
mandi, berhias, makan, dan toileting dengan benar dan mandiri.
BAB 5
PENUTUP
5.1 Simpulan
Defisit perawatan diri yaitu keadaan seseorang yang mengalami kelainan
dalam kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas kehidupan
sehari-hari secara mandiri.
31
Faktor-faktor yang mempengaruhi personal hygiene, yaitu: Citra tubuh, status
sosial ekonomi, pengetahuan, variabel kebudayaan, kondisi fisik.
Lingkup defisit perawatan diri yaitu : Kebersihan diri, berdandan atau
berhias, makan, toileting.
Tanda dan gejala klien dengan defisit perawatan diri adalah :
1. Fisik (Badan bau, pakaian kotor, Rambut dan kulit kotor , dll)
2. Psikologis (Malas, tidak ada inisiatif, Manarik diri, isolasi diri , Merasa tak
berdaya, rendah diri dan merasa hina)
3. Sosial (Interaksi kurang, Kegiatan kurang , Cara makan tidak teratur BAK
dan BAB disembarangan tempat, gosok gigi dan mandi tidak mampu mandiri.
Mekanisme koping defisit perawatan diri : Regresi, Penyangkalan, Isolasi
sosial, menarik diri, Intelektualisasi.
Dampak yang sering timbul pada masalah personal hygiene adalah : Dampak
fisik dan dampak psikososial.
5.2 Saran
Bagi klien : sebaiknya klien sering berlatih untuk meningkatkan perawatan
diri dan melakukan perawatan diri dengan mandiri dan tepat.
Bagi keluarga : sebaiknya sering mengunjungi klien di rumah sakit, sehingga
keluarga dapat mengetahui perkembangan kondisi klien, memberi dukungan
kepada klien, dan dapat membantu perawat dalam pemberian asuhan keperawatan
bagi klien.
Bagi profesi perawat : sebaiknya perawat melatih klien melakukan aktivitas
sehari-hari dan membantu klien dalam beraktivitas untuk memberikan asuhan
keperawatan yang baik.
DAFTAR PUSTAKA
32
Herdman, T. Heather. 2015. Diagnosis Keperawatan Definisi & Klaifikasi 2015-
2017, Edisi 10. Jakarta: EGC.
Yusuf, dkk. 2015. Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: Salemba
Medika.
ROLE PLAY
Tanggal 11 Mei 2016 pukul 16.00 WIB di Rumah Sakit Jiwa Menur Surabaya
dilakukan pengkajian kepada seorang pasien yaitu Nn. L yang berusia 24 tahun.
Pasien depresi berat setelah kehilangan anak pertamanya yang sangat ia tunggu-
tunggu kelahirannya. Pasien sering menyendiri dan tidak mau banyak berbicara
kepada orang lain. Nn. L terlihat sangat sedih, gelisah, berpakaian tidak rapi, tidak
bisa berdandan dengan baik, makanan berceceran, BAB/BAK sembarangan, dan
terlihat kebingungan. Karena orang tua Nn. L merasa terganggu dan malu, mereka
membawa dan menitipkan Nn.L untuk dirawat di Rumah Sakit Jiwa menur
Surabaya.
33
(Perawat mendatangi pasien)
Perawat : assalamualaikum
Pasien : (terdiam)
Pasien : (senyum)
Perawat : tadi saya lihat kok garuk-garuk badannya? Kenapa? Gatal ya?
Perawat : tidak, saya tidak mengambil, mandi dulu biar anaknya ditaruh disini
dulu
Perawat : ayo mbak ganti baju dulu ya, biar tidak gatal lagi seperti tadi, biar
semakin cantik
Perawat : sudah selesai, sudah cantik. Kalau begitu saya ke nurse station dulu ya
mbak.
34
Pasien : (menganggukkan kepala)
Dokter : assalamualaikum
Pasien : (diam)
Dokter : baik kalau mbak belum mau bercerita, nanti saya kembali lagi
Perawat : Nn.Lusi tidak mau berbicara dan tadi hampir tidak mau mandi.
Dokter : iya sus, setiap hari tolong dilatih berbicara supaya dia lebih terbuka lagi
dan mau bercerita, dan jangan lupa diingatkan untuk mandi serta dilatih
Perawat : assalamualaikum
Pasien : (diam)
Pasien : (mengangguk)
35
Pasien : (diam)
Perawat : ayo saya ajari makan ya biar tidak berceceran lagi, sebelumnya cuci
tangan dulu ya
Perawat : assalamualaikum
Pasien : waalaikumsalam
Pasien : baik
Pasien : sudah
Perawat : loh ayo saya bantu bersihkan dulu ke kamar mandi biar tidak kotor.
Sebentar saya bersihkan dulu tempatnya
Perawat : mbak, nanti kalau ingin BAB lagi ke kamar mandi ya? Jangan lupa
setelah BAB cuci tangan
Pasien : iya
36
Perawat : ya sudah saya kembali ke nurse station dulu
Dokter : assalamualaikum
Pasien : waalaikumsalam
Dokter : silahkan mbak bercerita, barangkali saya nanti bisa memberi saran
masalah mbak
Pasien : saya sangat sedih, anak pertama saya meninggal di dalam kandungan
Dokter : kalau boleh tau, apa yang menyebabkan anak ibu bisa meninggal?
Dokter : sabar mbak, mbak masih muda, masih ada kemungkinan besar hamil
lagi. Jangan termenung dan jangan berlarut-larut dalam kesedihan.
Tidak baik juga kondisi mbak seperti ini
Dokter : baik, saya kembali dulu. Semoga mbak lekas sembuh dan segera
dikaruniai anak lagi ya
37
Pasien : amin
Pasien : waalaikumsalam
38