Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN PENDAHULUAN DAN STRATEGI

PELAKSANAAN PASIEN DENGAN

DEFISIT PERAWATAN DIRI


“Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Praktik Mata Kuliah
Keperawatan Jiwa”
Dosen Pengampu : Ruti Wiyati S.Kep.,Ns.,M.Kep

Disusun Oleh :

Shelli Kastina Sukirno


NIM.P1337420221146
Tingkat 2C

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN SEMARANG


PROGRAM STUDI KEPERAWATAN PURWOKERTO
PROGRAM DIPLOMA III
2023
LAPORAN PENDAHULUAN
PASIEN DENGAN DEFISIT PERAWATAN DIRI

A. KONSEP TEORI DEFISIT PERAWATAN DIRI

1. DEFINISI
Defisit perawatam diri adalah suatu kondisi seseorang yang mengalami
kelemahan kemampuan dalam melakukan atau melengkapi aktivitas perwatan diri
secara mandiri seperti mandi (hygiene), berpakaia/berhias, makan, minum, BAK,
dan BAB (toileting). (Fitria, 2019).
Defisit perawatan diri adalah keadaan seseorang yang tidak mampu merawat
diri dengan benar dan tidak dapat menyelasaikan aktivitas perawatan diri seperti
mandi, berhias, mencuci tangan sebelum dan sesudah makan atau minum serta
mencuci tangan setelah buang air besar dan buang air kecil (Laia & Pardede, 2022).
Defisit perawatan diri merupakan salah satu masalah yang timbul pada pasien
gangguan jiwa dimana seseorang yang mengalami kelainan dalam kemampuan untuk
melakukan atau menyelesaikan aktivitas kehidupan sehari-hari secara mandiri seperti
tidak ada keinginan untuk mandi secara teratur, tidak menyisir rambut, pakaian kotor,
bau badan, bau nafas, dan penampilan tidak rapi (Wulandari et al., 2022).
2. ETIOLOGI
Menurut (Sutejo, 2019), faktor-faktor yang menyebabkan individu mengalami
defisit perawatan diri adalah:
a. Faktor Predisposisi
1) Psikologis
Pada faktor ini, keluarga terlalu melindungi dan memanjakan klien,
sehingga klien menjadi begitu bergantung dan perkembangan inisiatifnya
terganggu. Pasien gangguan jiwa misalnya, mengalami defisit perawatan diri
dikarenakan kemampuan realitas yang kurang. Hal ini menyebabkan klien tidak
peduli terhadap diri dan lingkungannya, termasuk perawatan diri.
2) Biologis
Pada faktor ini, penyakit kronis berperan sebagai penyebab klien tidak
mampu melakukan perawatan diri. Defisit perawatan diri disebabkan oleh adanya
penyakit fisik dan mental yang menyebabkan pasien tidak mampu melakukan
perawatan diri. Selain itu, faktor herediter (keturunan) berupa anggota keluarga
yang mengalami gangguan jiwa, juga turut menjadi penyebab.
3) Sosial
Kurangnya dukungan dan latihan kemampuan perawatan diri di lingkungan.
Situasi lingkungan mempengaruhi latihan kemampuan dalam perawatan diri.
b. Faktor Presipitasi
Yang merupakan faktor presipitasi defisit perawatan diri adalah kurang
penurunan motivasi, kerusakan kognitif atau persepsi, cemas, lelah dan lemah
yang dialami individu sehingga menyebabkan individu kurang mampu
melakukan perawatan diri. Sedangkan faktor-faktor yang mempengaruhi
personal hygiene, yaitu:
1) Citra tubuh
Gambaran individu terhadap dirinya sangat mempengaruhi kebersihan
diri. Perubahan fisik akibat operasi bedah, misalnya, dapat memicu individu
untuk tidak perduli terhadap kebersihannya.
2) Status sosial ekonomi
Sumber penghasilan atau sumber ekonomi mempengaruhi jenis dan
tingkat praktik perawatan diri yang dilakukan. Perawat harus menentukan
apakah pasien dapat mencukupi perlengkapan perawatan diri yang penting,
seperti sabun, shampo, pasta gigi, sikat gigi. Selain itu, hal yang perlu
diperhatikan adalah apakah penggunaan perlengkapan tersebut sesuai dengan
kebiasaan sosial yang dipraktikkan oleh kelompok sosial pasien.
3) Variable kebudayaan
Kepercayaan akan nilai kebudayaan dan nilai diri mempengaruhi
perawatan diri. Orang dari latar belakang kebudayaan yang berbeda
mengikuti praktik kesehatan yang berbeda pula. Di sebagian masyarakat,
misalnya, ada yang menerapkan mandi setiap hari, tetapi masyarakat dengan
lingkup budaya yang berbeda hanya mandi seminggu sekali.
4) Pengetahuan
Pengetahuan tentang perawatan diri sangat penting karena pengetahuan
yang baik dapat meningkatkan kesehatan. Kurangnya pengetahuan tentang
pentingnya perawatan diri dan implikasinya bagi kesehatan dapat
mempengaruhi praktik perawatan diri.
5) Kondisi fisik atau psikis
Pada keadaan tertentu atau sakit kemampuan untuk merawat diri
berkurang dan perlu bantuan untuk melakukannya. Biasanya, jika tidak
mampu, klien dengan kondisi fisik yang tidak sehat lebih memilih untuk tidak
melakukan perawatan diri.
3. MANIFESTASI KLINIS
Menurut (Putra & Hardiana, 2019), tanda dan gejala klien dengan defisit
perawatan diri adalah:
a. Subyektif
1) Menyatakan tidak ada keinginan mandi secara teratur
2) Perawatan diri harus dimotivasi
3) Menyatakan BAB/BAK disembarangan tempat
4) Menyatakan tidak mampu menggunakan alat bantu makan
b. Obyektif
1) Tidak mampu membersihkan badan
2) Berpakaian secara benar
3) Tidak mampu melaksanakan kebersihan yang sesuai
4) Setelah melakukan toileting makan hanya beberapa suap dari piring/porsi tidak
habis.

4. PENATALAKSANAAN

Pasien dengan gangguan defisit perawatan diri tidak membutuhkan


perawatan medis, karena hanya mengalami gangguan jiwa, pasien lebih
membutuhkan terapi kejiwaan melalui komunikasi terapeutik atau dengan cara
pemberian pendidikan kesehatan.

Menurut (Ndaha, 2021), penatalaksanaan pasien dengan defisit perawatan


diri adalah:

1) Meningkatkan kesadaran dan kepercayaan diri


2) Membimbing dan menolong pasien merawat diri
3) Ciptakan lingkungan yang mendukung.
5. POHON MASALAH
Effect Resiko perilaku kekerasan

Care Problem
Defisit Perawatan Diri

Cause Harga diri rendah kronis

Koping individu tidak efektif

Gambar 1.2 Pohon Masalah Defisit Perawatan Diri


Sumber: Herman Ade (2011) dalam (Qurrotulaini, 2021)

B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

1. PENGKAJIAN

a. Data Subjektif

1) Menyatakan tidak ada keinginan mandi secara teratur

2) Perawatan diri harus dimotivasi

3) Menyatakan Bab/bak di sembarang tempat

4) Menyatakan tidak mampu menggunakan alat bantu makan

b. Data Objektif

1) Tidak mampu membersihkan badan

2) Penampilan tidak rapi, pakaian kotor, tidak mampu berpakaian secara benar

3) Tidak mampu melaksanakan kebersihan yang sesuai, setelah melakukan


toileting
4) Makan hanya beberapa suap dari piring/porsi tidak habis
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN

Diagnosa keperawatan Merupakan suatu masalah keperawatan klien mencakup


baik respon adaptif maupun maladaptif serta stressor yang yang menunjang
(Elfariyani, 2021).
Diagnosa yang muncul pada defisit perawatan diri:
1) Defisit perawatan diri
2) Gangguan sensori persepsi: halusinasi
3) Resiko perilaku kekerasan
4) Harga diri rendah
5) Isolasi sosial

3. INTERVENSI KEPERAWATAN

Diagnosa Keperawatan : Defisit Perawatan Diri

a. Tujuan

• Pasien dapat meningkatkan minat dan motivasinya untuk memperhatikan


kebersihan diri.
b. Intervensi :

1) Jelaskan tanda dan gejala, penyebab dan akibat defisit perawatan diri
serta melatih klien merawat diri: mandi
a) Identifikasi tanda dan gejala, penyebab dan akibat defisit perawatan diri
b) Jelaskan cara perawatan diri : Mandi (tanyakan alasan tidak mau mandi,
berapa kali mandi dalam sehari, manfaat mandi, peralatan mandi, cara
mandi yang benar)
c) Latih pasien cara perawatan diri: mandi

d) Latih pasien memasukkan kegiatan berdandan dalam jadual kegiatan


harian
2) Jelaskan dan melatih klien perawatan kebersihan diri: berhias

a) Diskusikan tentang cara perawatan diri berdandan (alat yang


dibutuhkan, kegiatan berdandan, cara berdandan, waktu berdandan,
manfaat berdandan, kerugian jika tidak berdandan
b) Latih cara berdandan

c) Latih pasien memasukkan kegiatan berdandan dalam jadual kegiatan


harian
3) Latih cara melakukan perawatan diri:makan/minum

a) Diskusikan cara perawatan diri; makan/minum (tanyakan alat - alat


yang dibutuhkan, cara makan minum, waktu makan minum, manfaat
makan minum dan kerugian jika tidak makan minum
b) Latih cara perawatan diri: makan minum

c) Latih pasien memasukkan kegiatan makan/minum dalam jadwal


kegiatan harian
4) Latih cara melakukan perawatan diri: BAK/BAK

a) Diskusikan cara perawatan diri BAB/BAK (alat yang dibutuhkan,


kegiatan BAB/BAK, cara melakukan BAB/BAK yang benar, manfaat

BAB/BAK yang benar, kerugian jika BAB/BAK tidak benar).

b) Latih cara perawatan diri: BAB/BAK

c) Latih pasien memasukkan kegiatan BAB/BAK dalam jadwal kegiatan


harian
4. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

a. Menjelaskan tanda dan gejala, penyebab dan akibat defisit perawatan diri serta
melatih klien merawat diri: mandi
1) Mengidentifikasi tanda dan gejala, penyebab dan akibat defisit perawatan
diri
2) Menjelaskan cara perawatan diri : Mandi (tanyakan alasan tidak mau mandi,
berapa kali mandi dalam sehari, manfaat mandi, peralatan mandi, cara
mandi yang benar)
3) Melatih pasien cara perawatan diri: mandi

4) Melatih pasien memasukkan kegiatan berdandan dalam jadual kegiatan


harian
b. Menjelaskan dan melatih klien perawatan kebersihan diri: berhias

1) Mendiskusikan tentang cara perawatan diri berdandan (alat yang


dibutuhkan, kegiatan berdandan, cara berdandan, waktu berdandan, manfaat
berdandan, kerugian jika tidak berdandan
2) Melatih cara berdandan

3) Melatih pasien memasukkan kegiatan berdandan dalam jadual kegiatan


harian
c. Melatih cara melakukan perawatan diri:makan/minum

1) Mendiskusikan cara perawatan diri; makan/minum (tanyakan alat - alat


yang dibutuhkan, cara makan minum, waktu makan minum, manfaat makan
minum dan kerugian jika tidak makan minum
2) Melatih cara perawatan diri: makan minum

3) Melatih pasien memasukkan kegiatan makan/minum dalam jadwal kegiatan


harian
5. EVALUASI KEPERAWATAN

a. Keberhasilan pemberian asuhan keperawatan ditandai dengan peningkatan


kemampuan pasien dalam perawatan diri, seperti :
1) P a s i e n mampu melakukan mandi, mencuci rambut, menggosok gigi dan
menggunting kuku dengan benar dan bersih
2) Mengganti pakaian dengan pakaian bersih

3) Membereskan pakaian kotor

4) Berdandan dengan benar

5) Mempersiapkan makanan

6) Mengambil makanan dan minuman dengan rapi

7) Menggunakan alat makan dan minum dengan benar

8) BAB dan BAK pada tempatnya

9) BAB dan BAK dengan bersih.

b. Evaluasi kemampuan keluarga defisit perawatan diri berhasil apabila keluarga


dapat :
1) Mengenal masalah yg dirasakan dalam merawat pasien (pengertian, tanda dan
gejala, dan proses terjadinya defisit perawatan diri )
2) Menyediakan fasilitas kebersihan diri yang dibutuhkan oleh pasien

3) Merawat dan membimbing pasien dalam merawat diri : kebersihan diri ,


berdandan (wanita), bercukur (pria), makan dan minum, BAB
dan BAK.

4) Follow up ke Puskesmas, mengenal tanda kambuh dan rujukan (Nurhalimah,


2016).
DAFTAR PUSTAKA

Elfariyani, A. R. (2021). Asuhan Keperawatan Pasien Dengan Masalah Defisit Perawatan Diri
Pada Diagnosa Medis Stroke Di Ruang Edelweis RSUD Ibnu Sina Gresik. Doctoral
Dissertation, UNIVERSITAS AIRLANGGA. Erlando, R. (2019). Terapi Kognitif
Perilaku dan Defisit Perawatan Diri : Studi Literatur. ARTERI : Jurnal Ilmu Kesehatan,
(1), 94 100. https://doi.org/https://doi.org/10.37148/arteri.v1i1.9 (Diakses pada hari
Selasa, 14 Maret 2023 pukul 21.27 WIB)
Laia, V. A. S., & Pardede, J. A. (2022). Penerapan Terapi Generalis Pada Penderita
Skizofrenia. https://doi.org/https://doi.org/10.31219/osf.io/9vzjk (Diakses pada hari
Selasa, 14 Maret 2023 pukul 21.27 WIB)
Ndaha, S. (2021). Manajemen Asuhan Keperawatan Jiwa Pada Ny J Dengan Masalah Defisit
Perawatan Diri Di Kota Dumai-Riau. . OSF Preprints
Putra, R. S., & Hardiana, S. (2019). KOMUNIKASI TERAPEUTIK PERAWAT PADA
PASIEN DENGAN MASALAH DEFISIT PERAWATAN DIRI. Qurrotulaini, C.
(2021). ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA TN. S DENGAN DEFISIT
PERAWATAN DIRI DI PERUMAHAN GENUK INDAH SEMARANG. Doctoral
Dissertation, Universitas Islam Sultan Agung.
Sari, S. P., Hasanah, U., & Inayati, A. (2021). Penerapan Personal Hygiene Terhadap
Kemandirian Pasien Defisit Perawatan Di Ruang Cendrawasih Rumah Sakit Jiwa
Daerah Provinsi Lampung. , (3). Jurnal Cendikia Muda 1 Sutejo, N. (2019).
Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Pustaka Baru Pres

Komite Keperawatan Rumah Sakit Jiwa Ghrasia Daerah Istimewa Yogyakarta. (2019).
Standar Asuhan Keperawatan Kesehatan Jiwa Rumah Sakit Jiwa Grashia Daerah
Istimewa Yogyakarta. Daerah Iatimewa Yogyakarta : R.S.J GRASHIA
Ruswadi., I (2021). Keperawatan Jiwa, Panduan Praktis Untuk Keperawatan. Jawa Barat :
CV. Adanu Abimata.
Sutejo (2019). Keperawatan Kesehatan Jiwa : prinsip dan Praktik Asuhan Keperawatan
Jiwa. Yogyakarta : Pustaka Baru.
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN (SP) PASIEN

Masalah Keperawatan : Defisit Perawatan Diri

Pertemuan ke I (satu)
A. Proses Keperawatan
1. Kondisi Pasien
a. Data Subyektif

Pasien mengatakan malas mandi dan lebih enak tidak ganti baju.
b. Data Obyektif
Pasien terlihat kotor, rambut tidak disisir, baju agak kotor, bau dan menolak
diajak mandi.
2. Diagnosa Keperawatan
Defisit Perawatan Diri
3. Tujuan

a. Pasien mampu menjelaskan pentingnya kebersihan diri

b. Pasien mampu menjelaskan dan mempraktekkan cara menjaga kebersihan diri,


kemudian memasukkannya kedalam jadwal kegiatan harian
4. Tindakan Keperawatan

a. Jelaskan pentingnya kebersihan diri

b. Jelaskan cara menjaga kebersihan diri

c. Latih cara menjaga kebersihan diri, kemudian bimbing untuk memasukkannya


kedalam jadwal kegiatan harian

B. Strategi Komunikasi

1. Orientasi

a. Salam Terapeutik

“Assalamualaikum wr.wb. Bu, perkenalkan nama saya Shelli Kastina, Ibu bisa
memanggil saya Mbak Shelli. Saya mahasiswa Poltekkes Semarang yang bertugas
pada pagi hari ini. Saya disini akan membantu menyelesaikan masalah yang Ibu
hadapi. Kalau boleh tau nama Ibu siapa ya?”
b. Evaluasi Validasi

“Bagaimana perasaan ibu saat ini ?”

“Apakah ibu sudah mandi ?”

c. Kontrak

1) Topik

“Baiklah bu, bagaimana kalau kita berbincang-bincang tentang kebersihan diri?


Apakah ibu bersedia?”

2) Waktu

“Berapa lama kita akan berbincang-bincang ? Bagaimana kalau 10 menit saja?”

3) Tempat

“Dimana enaknya kita duduk untuk berbincang-bincang, bu ? Bagaimana kalau


di ruang tamu saja ?”

2. Kerja

a. Masalah kebersihan diri

“Berapa kali ibu mandi dalam sehari? Menurut ibu apa kegunaan mandi?“

“Apa alasan ibu sehingga tidak bisa merawat diri? Menurut ibu apa manfaatnya
kalau kita menjaga kebersihan diri?”

“Kira-kira tanda-tanda orang yang merawat diri dengan baik seperti apa? Kalau kita
tidak teratur menjaga kebersihan diri masalah apa menurut ibu yang bisa muncul?“

“Sekarang apa saja alat untuk menjaga kebersihan diri, seperti kalau kita mandi, cuci
rambut, gosok gigi apa saja yang disiapkan? Benar sekali, ibu perlu menyiapkan
pakaian ganti, handuk, sabun sikat gigi, odol, shampo serta sisir. Wah bagus sekali,
ibu bisa menyebutkan dengan benar.”

b. Masalah berdandan

“Apa yang ibu lakukan untuk merawat rambut dan muka? Kapan saja Ibu menyisir
rambut? Bagaimana dengan bedakan? Apa tujuan kita sisiran dan berdandan?“

“Jadi bisakah ibu sebutkan alat yang digunakan untuk berdandan? Betul, bagus
sekali sisir, bedak dan lipstik.”
c. Masalah makan dan minum

“Berapa kali ibu makan sehari? Iya bagus ibu makan 3 kali sehari. Kalau minum
sehari berapa gelas bu? Betul, minum 10 gelas perhari. Apa saja yang disiapkan
untuk makan? Dimana ibu makan?“

“Bagaimana cara makan yang baik menurut ibu? Apa yang dilakukan sebelum
makan? Apa pula yang dilakukan setelah makan?”

d. Masalah BAB dan BAK

“Berapa kali ibu BAB sehari? Kalau BAK berapa kali? Dimana biasanya ibu
BAB/BAK? Bagaimana membersihkannya?”

“Kita sudah bicara tentang kebersihan diri, berdandan, berpakaian, makan dan
minum serta BAB dan BAK.”

“Sekarang bisakah ibu cerita bagaimana cara melakukan mandi, keramas dan gosok
gigi. Ya benar.”

“Pertama ibu bisa siram seluruh tubuh ibu termasuk rambut lalu ambil shampo
gosokkan pada kepala ibu sampai berbusa lalu bilas sampai bersih, selanjutnya ambil
sabun, gosokkan diseluruh tubuh secara merata lalu siram dengan air sampai bersih,
jangan lupa sikat gigi pakai odol, giginya disikat mulai dari arah atas ke bawah.”

“Gosok seluruh gigi ibu mulai dari depan ke belakang. Bagus lalu kumur-kumur
sampai bersih. Terakhir siram lagi seluruh tubuh ibu sampai bersih lalu keringkan
dengan handuk.”

“Ibu bagus sekali melakukannya. Selanjutnya ibu bisa pasang baju dan sisir
rambutnya dengan baik.”

3. Terminasi
a. Evaluasi
1) Evaluasi Subyektif

“Bagaimana perasaan ibu setelah kita mendiskusikan tentang pentingnya


kebersihan diri, manfaat dan alat serta cara melakukan kebersihan diri?“
2) Evaluasi Obyektif
“Sekarang coba ibu ulangi lagi tanda-tanda bersih dan rapi? Apa saja alat untuk
menjaga kebersihan diri, bagaimana cara menjaga kebersihan diri? Bagus sekali
ibu sudah menjawabnya dengan benar. Bagaimana perasaan ibu setelah mandi?
Coba lihat dicermin, lebih bersih dan segar ya.”
b. Rencana Tindak Lanjut

“Baiklah ibu. Kalau mandi yang paling baik sehari berapa kali bu? Ya bagus mandi 2
kali sehari, sikat gigi 2 kali sehari, keramas 2 kali seminggu. Nanti ibu masukkan ke
jadwal ya bu.”

“Bila ibu melakukan tanpa bantuan, tulis M, bila ibu melakukan dengan bantuan,
tulis B dan bila tidak melakukan tulis T”
c. Kontrak yang Akan Datang
1) Topik
“Baiklah ibu bagaimana kalau besok kita berbincang-bincang tentang cara
berdandan. Apakah ibu bersedia?”
2) Waktu

“Kapan kita akan berbincang-bincang? bagaimana kalau besok jam 08.00 WIB
selama 15 menit?”

3) Tempat

“Dimana kita akan berbincang-bincang ? Bagaimana kalau di ruang tamu saja?”

“Baiklah sampai jumpa besok bu, Wassalamualaikum wr.wb.”


STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN (SP) PASIEN

Masalah Keperawatan : Defisit Perawatan Diri

Pertemuan ke II (dua)
A. Proses Keperawatan
1. Kondisi Pasien
a. Data Subyektif
1) Pasien mengatakan sudah mandi
2) Pasien mengatakan malas menyisir rambut
b. Data Obyektif
1) Pasien terlihat lebih segar
2) Pasien rambut terlihat tidak disisir
2. Diagnosa Keperawatan
Defisit Perawatan Diri
3. Tujuan
Pasien mampu berdandan dengan benar, dan memasukkannya kedalam jadwal kegiatan
harian
4. Tindakan Keperawatan

a. Memvalidasi masalah dan latihan sebelumnya

b. Menjelaskan cara berdandan

c. Melatih pasien cara berdandan

d. Membimbing pasien untuk memasukkannya kedalam jadwal

B. Strategi Komunikasi

1. Orientasi

a. Salam Terapeutik
“Assalamualaikum bu. Apakah Ibu masih ingat dengan saya?”
“Hebat. Ibu masih ingat nama saya.”

b. Evaluasi Validasi

“Bagaimana dengan perasaan ibu hari ini? Apakah ibu sudah mandi? Tampak bersih
sekali, rambut juga sudah disisir, kukunya sudah digunting yah? Bagus sekali.”

“Kalau gosok giginya bagaimana? Bagus sekali ternyata sudah ibu lakukan. Coba
saya lihat jadwalnya? Bagus sekali ibu sudah melakukannya.”
“Mandi 2 x sehari sudah dilakukan dengan mandiri, gosok gigi sehari juga sudah,
keramas 2 minggu sekali juga sudah mandiri, gunting kuku juga sudah 1 x seminggu,
kalau ini masih dibantu kemaren ya bu.”

“Yang masih dibantu sama suster nanti ibu melakukannya sendiri.”

c. Kontrak

1) Topik

“Masih ingat apa yang mau kita bicarakan hari ini. Hari ini kita akan latihan
berdandan. Apakah ibu bersedia?”

2) Waktu

“Berapa lama kita akan berbincang-bincang? Bagaimana kalau 10 menit saja?”

3) Tempat

“Dimana enaknya kita duduk untuk berbincang-bincang, bu ? Bagaimana kalau


di ruang tamu saja ?”

2. Kerja

“Baiklah ibu, sebelum berdandan alat apa saja yang harus disiapkan? Ya benar sekali
sisir, bedak dan lipstik.”

“Bagaimana cara ibu berdandan? Apakah menyisir rambut dulu?”

“Bagaimana cara ibu menyisir? Sekarang sisir rambut dulu ya. Bagus sekali coba lihat
dikaca, sudah rapi?”

“Apa kebiasaan ibu berdandan apakah ibu memakai bedak? Lanjutkan dengan merias
muka, bagus, ibu tampak cantik.”

“Apakah ibu mau pakai lipstik? Iya pakainya tipis saja. Coba lihat dikaca cantik ya.”

3. Terminasi
a. Evaluasi
1) Evaluasi Subyektif

“Bagaimana perasaan ibu setelah kita latihan cara berdandan? Lebih cantik dan
rapi ya?“
2) Evaluasi Obyektif
“Bisa ibu sebutkan lagi apa saja alat yang diperlukan untuk berdandan? Yah
bagus sekali. Sekarang coba sebutkan caranya bagaimana? Wah ibu memang
hebat Rencana tindak lanjut”
b. Rencana Tindak Lanjut
“Baiklah ibu kita sudah melakukan berdandan kita masukan kedalam jadwal ya.”
“Berapa kali akan ibu lakukan? Dua kali sehari? Sehabis mandi yaa?”
“Jadi ibu bisa tulis dijadwal harian setiap habis mandi, ibu bisa langsung berdandan.”
“Selanjutnya jangan lupa untuk melakukan sesuai jadwal yah bu, mandi 2 kali sehari,
gosok gigi 2 kali sehari juga, keramas 2 kali seminggu, gunting kuku 1 kali
seminggu, ganti baju dan berdandan habis mandi.”

“Bila ibu melakukan tanpa bantuan, tulis M, bila ibu melakukan dengan bantuan,
tulis B dan bila tidak melakukan tulis T”
c. Kontrak yang Akan Datang
1) Topik
“Baiklah ibu besok kita akan ketemu lagi dan membicarakan tentang kebutuhan
dan latihan cara makan dan minum yang benar, apakah ibu bersedia?”
2) Waktu

“Kapan kita akan berbincang-bincang? bagaimana kalau besok jam 08.00 WIB
selama 15 menit?”

3) Tempat

“Dimana kita akan berbincang-bincang ? Bagaimana kalau di ruang tamu saja?”

“Baiklah sampai jumpa besok bu, Wassalamualaikum wr.wb.”


STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN (SP) PASIEN

Masalah Keperawatan : Defisit Perawatan Diri

Pertemuan ke III (tiga)

A. Proses Keperawatan
1. Kondisi Pasien
a. Data Subyektif

1) Pasien mengatakan sudah mandi dan menyisir rambut

2) Pasien mengatakan tidak tahu cara makan dan minum yang baik dan benar

3) Pasien mengatakan tidak tahu cara makan dan minum yang baik dan benar.
b. Data Obyektif

1) Pasien terlihat lebih segar dan rambut terlihat rapi

2) Pasien terlihat berserakan ketika makan dan minum


2. Diagnosa Keperawatan
Defisit Perawatan Diri
3. Tujuan
Pasien mampu makan dan minum dengan benar, dan memasukkannya kedalam jadwal
kegiatan harian
4. Tindakan Keperawatan

a. Memvalidasi masalah dan latihan sebelumnya

b. Menjelaskan cara makan dan minum

c. Melatih pasien cara makan dan minum

d. Membimbing pasien untuk memasukkannya kedalam jadwal

B. Strategi Komunikasi

1. Orientasi

a. Salam Terapeutik
“Assalamualaikum bu. Apakah Ibu masih ingat dengan saya?”
“Hebat. Ibu masih ingat nama saya.”
b. Evaluasi Validasi

“Hari ini saya lihat ibu sudah bersih ya, rambut juga sudah disisir rapi, pakai bedak,
kukunya sudah digunting, bajunya juga cantik. Bagus sekali.”

“Kalau gosok giginya bagaimana? Bagus sekali ternyata sudah ibu lakukan. Coba
saya lihat jadwalnya? Bagus sekali ibu sudah melakukannya.”

“Mandi 2 x sehari sudah dilakukan dengan mandiri, gosok gigi sehari juga sudah,
keramas 2 minggu sekali juga sudah mandiri, gunting kuku juga sudah 1 x seminggu,
sudah dilakukan secara mandiri.”

“Jadi Ibu sudah bagus tentang kebersihan dirinya. Kalau berdandan dilakukan sama
siapa bu? Oh sudah sendiri bagus sekali.”

“Kalau berpakaiannya bagaimana? Dilakukan sendiri, bagus sekali.”

c. Kontrak

1) Topik

“Masih ingat apa yang mau kita bicarakan hari ini. Hari ini kita akan bicara
tentang kebutuhan makan dan minum, cara makan dan
minum. Apakah ibu bersedia?”

2) Waktu

“Berapa lama kita akan berbincang-bincang? Bagaimana kalau 10 menit saja?”

3) Tempat

“Dimana enaknya kita duduk untuk berbincang-bincang, bu ? Bagaimana kalau


di ruang tamu saja ?”

2. Kerja

“Baiklah ibu, sekarang kita akan diskusikan tentang kebutuhan makan pada orang
dewasa seperti ibu dalam satu hari.”

“Kebutuhan makan perhari dewasa untuk perempuan antara 2000-2200 kalori dan untuk
laki-laki antara 2400-2800 kalori setiap hari.”
“Biasanya pada orang dewasa membutuhkan semua itu didapat dari makanan seperti
makanan pokok untuk memberi rasa kenyang : nasi, jagung, ubi jalar, singkong, dll
selain itu perlu juga lauk seperti : lauk hewani berupa daging ayam, ikan dll serta lauk
nabati seperti kacang-kacangan, hasil olahan tahu, dan tempe. Sayur diberikan untuk
memberikan rasa segar dan melancarkan proses menelan makanan, karena biasanya
dihidangkan dalam bentuk berkuah : sayur dan umbian, kacang-kacangan, buah dan susu
sebagai pelengkap, akan lengkap ditinjau dari kecukupan gizi serta minum 8-10 gelas
(2500ml) sehari.”

“Bagaimana ibu apakah sudah mengerti?”

“Kalau kita mau makan alatnya apa saja Ibu?”

“Jadi harus ada gelas piring dan sendok yah, sekarang piring gunanya untuk apa? Ya
benar sekali untuk menaruh makanan, selanjutnya sendok untuk apa?”

“Kalau gelas disiapkan untuk apa? Bagus sekali Ibu sudah bisa menjawab dengan benar,
bagaimana kebiasaan sebelum, saat maupun sudah makan? Makan dimeja makan ya?”

“Sebelum makan kita harus cuci tangan pakai sabun. Ya mari kita praktekkan setelah itu
duduk dan ambil makanan. Sebelum disantap kita berdoa dulu. Silakan Ibu yang pimpin.
Bagus.”

“Mari kita makan. Saat makan kita harus menyiapkan makan satu-satu dengan pelan-
pelan. Ya mari kita makan. Setelah kita makan kita bereskan piring dan gelas yang kotor.
Ya betul dan kita akhiri dengan cuci tangan. Ya bagus.”

3. Terminasi
a. Evaluasi
1) Evaluasi Subyektif

“Bagaimana perasaan ibu setelah kita belajar makan dan minum?“


2) Evaluasi Obyektif
“Alat apa saja yang kita gunakan untuk makan? Setelah makan apa saja yang kita
lakukan?”
b. Rencana Tindak Lanjut
“Baiklah ibu kita sudah melakukan latihan cara makan dan minum kita masukan
kedalam jadwal ya. Berapa kali akan ibu mau makan? tiga kali sehari? Kalau pagi
jam berapa? Siang? Malam?”
“Jadi Ibu bisa tulis dijadwal harian. Selanjutnya jangan lupa untuk melakukan sesuai
jadwal yah bu, mandi 2 kali sehari, gosok gigi 2 kali sehari juga, keramas 2 kali
seminggu, gunting kuku 1 kali seminggu, ganti baju dan berdandan habis mandi
pagi dan sore.”
“Bila ibu melakukan tanpa bantuan, tulis M, bila ibu melakukan dengan bantuan,
tulis B dan bila tidak melakukan tulis T”
c. Kontrak yang Akan Datang
1) Topik
“Baik lah ibu besok kita akan ketemu lagi dan membicrakan tentang BAB dan
BAK, apakah ibu bersedia?”
2) Waktu

“Kapan kita akan berbincang-bincang? bagaimana kalau besok jam 08.00 WIB
selama 15 menit?”

3) Tempat

“Dimana kita akan berbincang-bincang ? Bagaimana kalau di ruang tamu saja?”

“Baiklah sampai jumpa besok bu, Wassalamualaikum wr.wb.”


STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN (SP) PASIEN

Masalah Keperawatan : Defisit Perawatan Diri

Pertemuan ke IV (empat)
A. Proses Keperawatan
1. Kondisi Pasien
a. Data Subyektif

1) Pasien mengatakan sudah mandi dan menyisir rambur

2) Pasien mengatakan sudah makan pagi dengan baik

3) Pasien mengatakan tidak tahu cara BAB dan BAK yang baik dan benar..
b. Data Obyektif

1) Pasien terlihat bersih dan segar. Rambut tersisir dengan rapi

2) Pasien terlihat BAK sembarangan.


2. Diagnosa Keperawatan
Defisit Perawatan Diri
3. Tujuan
Pasien mampu BAB dan BAK dengan benar, dan memasukkannya kedalam jadwal
kegiatan harian
4. Tindakan Keperawatan

a. Memvalidasi masalah dan latihan sebelumnya

b. Menjelaskan cara BAB dan BAK

c. Melatih pasien cara BAB dan BAK

d. Membimbing pasien untuk memasukkannya kedalam jadwal

B. Strategi Komunikasi

1. Orientasi

a. Salam Terapeutik
“Assalamualaikum bu. Apakah Ibu masih ingat dengan saya?”
“Hebat. Ibu masih ingat nama saya.”
b. Evaluasi Validasi

“Bagaimana dengan perasaan ibu hari ini? Hari ini saya lihat ibu sudah bersih ya,
rambut juga sudah disisir rapi, pakai bedak, kukunya sudah digunting, bajunya juga
cantik.”

“Bagus sekali. Kalau gosok giginya bagaimana? Bagus sekali ternyata sudah ibu
lakukan.”

“Bagaimana makan dan minum hari ini? Jam berapa? Jam 8 ya. Coba saya lihat
jadwalnya? Bagus sekali ibu sudah melakukannya.”

“Mandi 2 x sehari sudah dilakukan dengan mandiri, gosok gigi sehari juga sudah,
keramas 2 minggu sekali juga sudah mandiri, gunting kuku juga sudah 1 x seminggu,
sudah dilakukan secara mandiri.”

“Jadi Ibu sudah bagus tentang kebersihan dirinya. Kalau berdandan dilakukan sama
siapa bu? Oh sudah sendiri bagus sekali.”

“Kalau berpakaiannya bagaimana? Dilakukan sendiri, bagus sekali. Kalau makan


dan minum masih dibantu ya.”

“Besok harus sudah melakukannya sendiri ya. Ibu bisa kan ibu pasti bisa karena ibu
hebat.”

c. Kontrak

1) Topik

“Masih ingat apa yang mau kita bicarakan hari ini. Hari ini kita akan bicara
tentang cara BAB dan BAK. Apakah ibu bersedia?”

2) Waktu

“Berapa lama kita akan berbincang-bincang? Bagaimana kalau 10 menit saja?”

3) Tempat

“Dimana enaknya kita duduk untuk berbincang-bincang, bu ? Bagaimana kalau


di ruang tamu saja ?”
2. Kerja

“Baiklah ibu, ibu BAB dan BAK dikamar mandi yah? Hati-hati pakaian jangan sampai
kena ya. Lalu jongkok di WC?”

“Bagaimana cara ibu cebok? Bagus sebaiknya ibu cebok yang bersih setelah BAB dan
BAK. yaitu dengan menyiram air dari arah depan ke belakang. Jangan terbalik ya.”

“Cara seperti ini berguna untuk mencegah masuknya kotoran /tinja yang ada dianus
kebagian kemaluan kita.”

“Setelah Ibu selesei cebok, jangan lupa tinja/air kencing tersebut dengan air secukupnya
sampai tinja / air kencing itu tidak tersisa dikaskus/ WC.”

“Jika Ibu membersihkan membersihkan tinja/ = air kencing seperti ini, berarti Ibu ikut
mencegah penyebaran kuman berbahaya yang ada pada kotoran / air kencing. Setelah
selesei membersihkan tinja/air kencing, Ibu perlu merapikan pakaian sebelum keluar dari
WC.”

“Pastikan resleting sudah tertutup dengan rapi. Dan setelah itu jangan lupa cuci tangan
pakai sabun ya bu.”

3. Terminasi
a. Evaluasi
1) Evaluasi Subyektif

“Bagaimana perasaan ibu setelah kita membicarakan cara BAB dan BAK?“
2) Evaluasi Obyektif
“Apa saja yang dilakukan saat BAB dan BAK? Bagus sekali bu. Nah, sekarang
coba ibu sebutkan cara perawatan diri yang telah kita pelajari dan latih? Bagus
sekali.”
b. Rencana Tindak Lanjut
“Baiklah ibu kita sudah melakukan latihan cara BAB dan BAK. masukan kedalam
jadwal ya. Selanjutnya jangan lupa untuk melakukan sesuai jadwal yah bu, mandi 2
kali sehari, gosok gigi 2 kali sehari juga, keramas 2 kali seminggu, gunting kuku 1
kali seminggu, ganti baju dan berdandan 2 kali sehari habis mandi pagi dan sore,
makan 3 kali sehari dan minum 8-10 gelas sehari. BAB dan BAK ditempatnya.”
“Bagaimana bu bisa dilakukan sesuai jadwal. Bagus sekali ibu mau mencoba
melakukannya”
“Bila ibu melakukan tanpa bantuan, tulis M, bila ibu melakukan dengan bantuan,
tulis B dan bila tidak melakukan tulis T”
c. Kontrak yang Akan Datang
1) Topik
“Baik lah ibu besok kita akan ketemu lagi dan membicrakan tentang halusinasi,
apakah ibu bersedia?”
2) Waktu

“Kapan kita akan berbincang-bincang? bagaimana kalau besok jam 08.00 WIB
selama 15 menit?”

3) Tempat

“Dimana kita akan berbincang-bincang ? Bagaimana kalau di ruang tamu saja?”

“Baiklah sampai jumpa besok bu, Wassalamualaikum wr.wb.”

Anda mungkin juga menyukai