DOSEN PEMBIMBING :
Ns. Triyana Harlina Putri, M.Kep
PEMBIMBING KLINIK :
Ns. Dwi Suseno, S.Kep
DISUSUN OLEH :
Nama : Anugrah Syahrurramadhan
NIM : I1032191019
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2022
1. Pengertian Defisit Perawatan Diri
Defisit perawatan diri adalah ketidakmampuan untuk melakukan atau
menyelesaikan aktivitas perawatan diri (PPNI, 2018). Defisit perawatan diri meliputi
ketidakmampuan melakukan kebersihan diri, berpakaian, makan dan minum, eliminasi,
dan lingkungan. Defisit perawatan diri adalah suatu kondisi dimana seseorang mengalami
hambatan atau ketidakmampuan untuk melakukan aktivitas perawatan diri seperti mandi,
makan dan minum, berdandan, dan toileting secara mandiri. Defisit perawatan diri berupa
kebersihan diri merupakan ketidak mampuan melakukan pembersihan diri secara saksama
dan mandiri, ketidakmampuan untuk mengenakan atau melepas pakaian secara mandiri
(Herdman, 2018).
b. Faktor Presipitasi
Faktor-faktor yang memicu gangguan perawatan diri adalah kurangnya motivasi,
defisit kognitif atau sensorik, kecemasan, malaise, dan kelemahan yang dialami individu,
yang mengakibatkan ketidakmampuan individu untuk merawat diri sendiri. Terdapat
faktor – faktor yang menyebabka personal hygiene, yaitu :
1) Body Image, ilustrasi klien wacana dirinya dapat mempengaruhi personal hygiene
klien, contohnya perubahan fisik dapat menyebabkan klien tak mempedulikan
personal hygienenya
2) Praktik Sosial, kondisi sosial dan lingkungan yang tidak mendukung dapat
menyebabkan klien mengalami modifikasi pola kebersihan diri.
3) Status Sosial Ekonomi, strata sosial dan ekonomi sangat mempengaruhi pola
personal hygiene klien. Klien dengan strata sosial ekonomi rendah berisiko tinggi
mengalami defisit perawatan diri.
4) Pengetahuan, pengetahuan memegang peranan penting dalam pola personal hygiene
seseorang. Dengan memiliki pengetahuan yang cukup akan timbul minat dan
motivasi untuk menjaga kebersihan diri, sebaliknya tanpa pengetahuan yang
memadai dapat menyebabkan defisit perawatan diri.
5) Budaya, budaya yang berkembang di masyarakat juga berperan penting dalam
menjaga pola personal hygiene seseorang. Budaya yang tidak mendukung dapat
menyebabkan masalah pembersihan diri seseorang.
6) Kebiasaan seseorang, kebiasaan seseorang dapat menjadi faktor yang mempengaruhi
pola pembersihan diri seseorang (Sutejo, 2018).
3. Diagnosa Medis
Diagnosa medis dari defisit perawatan diri yaitu psikotik, skizofrenia, gangguan
fungsi kognitif, gangguan persepsi, dan gangguan muskuloskeletal (Keliat, 2014).
Objektif:
1) Kulit, rambut, gigim kuku kotor
2) Pakaian kotor, tidak rapi, dan tidak tepat
3) Makan dan minum tidak beraturan
4) Eliminasi buang air besar, buang air kecil tidak pada tempatnya
5) Lingkungan tempat tinggal kotor dan tidak rapi
b. Minor
Subjektif: -
Objektif:
1) Ketidakmampuan menyiapkan perlengkapan mandi
2) Ketidakmampuan melepas dan mengenakan pakaian
3) Ketidakmampuan mengambil makanan/minuman sendiri
4) Ketidakmampuan menggunakan toilet (Keliat, 2014).
Tanda dan gejala klien dengan defisit perawatan diri sebagai berikut:
a. Data Subjektif
Klien mengatakan :
1) Mandi malas
2) Tidak ingin menyisir rambut
3) Tidak ingin gosok gigi
4) Tidak ingin potong kuku
5) Tidak ingin berdandan
6) Tidak ingin mandi
7) Tidak tahu cara merawat diri sendiri
b. Data Objektif
1) Bau badan, badan kering, rambut berantakan, gigi kuning, kuku panjang.
2) Rambut kusut berantakan, tidak bisa berdandan, kumis janggut tidak rapi.
3) Tidak bisa berpakaian dengan benar.
4) Mengenakan hal-hal tidak perlu dalam pakaian atau telanjang.
5) Makan serta minum sembarangan dan berserakan, tidak menggunakan alat makan.
6) Buang air besar serta buang air kecil sembarangan tidak pada tempatnya (Jalil,
2015)
8. Daftar Pustaka