Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PENDAHULUAN JIWA

DEFISIT PERAWATAN DIRI

DISUSUN OLEH

RONALDO AGUSTINUS METEKOHY

1490122115

PROGRAM PROFESI NERS XXIX

INSTITUT KESEHATAN IMMANUEL

BANDUNG

2023
1. PENGERTIAN

Defisit perawatan diri adalah sikap tidak mampu melakukan atau menyelesaikan aktivitas

perawatan diri (SDKI, 2016). defisit perawatan diri meliputi ketidakmampuan dalam

melakukan kebersihan diri, berpakaian, makan dan minum, eliminasi, dan lingkungan.

Defisit perawatan diri : kebersihan diri adalah ketidakmampuan melakukan pembersihan

diri secara saksama dan mandiri. defisit perawatan diri : berpakaian adalah

ketidakmampuan untuk mengenakan atau melapaskan pakaian secara mandiri (NANDA-

I,2018).

TANDA DAN GEJALA

1. MAYOR

a. Subjektif

1) menolak melakukan perawatan diri : kebersihan diri, berpakaian, makan dan

minum, dan eliminasi

2) menyampaikan ketidakinginan melakukan perawatan diri : kebersihan dir,

berpakaian, makan dan minum, dan eliminasi.

3) menyatakan tidak tahu cara perawatan diri: kebersihan diri, berpakaian,

makan dan minum, dan eliminasi

b. Objektif

1) kulit, rambut, gigi, kuku kotor

2) pakaian kotor, tidak rapi dan tidak tepat

3) makan dan minuman tidak beraturan

4) eliminasi (buang air besar [BAB], buang air kecil [BAK] tidak pada

tempatnya
5) lingkungan tempat tinggal kotor dan tidak rapi

2. MINOR

a. Subjektif

b. Objektif

1) Ketidakmampuan menyiapkan perlengkapan mandi

2) ketidakmampuan melepas dan mengenakan pakaian

3) ketidakmampuan mengambil makanan/minuman sendir

4) ketidakmampuan menggunakan toilet

2. ETIOLOGI (PENYEBAB)

1. Kelemahan

2. penurunan motivasi

3. kemunduran kemampuan

4. gangguan psikologis

5. kendala lingkungan

3. PATOFISIOLOGI

RENTANG RESPON DEFISIT PERAWATAN DIRI


1. Faktor predisposisi 

a. Perkembangan Keluarga terlalu melindungi dan memanjakan klien

sehingga perkembangan inisiatif terganggu

b. BiologisPenyakit kronis yang menyebabkan klien tidak mampumelakukan

perawatan diri.

c. Kemampuan realitas turun Klien dengan gangguan jiwa dengan kemampuan

realitas yang kurang menyebabkan ketidakpedulian dirinya dan lingkungan

termasuk perawatan diri.

d. Kurang dukungan dan latihan kemampuan perawatan dirilingkungannya. Situasi

lingkungan mempengaruhi latihankemampuan dalam perawatan diri

2. Faktor presifitasi

Menurut Depkes (2000) Faktor –  faktor yang mempengaruhi personalhygiene

adalah:

a. Body Image Gambaran individu terhadap dirinya sangat mempengaruhi

kebersihan diri misalnya dengan adanya perubahan fisik sehingga individu tidak

peduli dengan kebersihan dirinya.

b. Praktik SosialPada anak  –  anak selalu dimanja dalam kebersihan diri,

makakemungkinan akan terjadi perubahan pola personal hygiene.

c. Status Sosial Ekonomi Personal hygiene memerlukan alat dan bahan seperti

sabun, pastagigi, sikat gigi, shampo, alat mandi yang semuanya memerlukan

uang untuk menyediakannya.


d. Pengetahuan Pengetahuan personal hygiene sangat penting karena pengetahuan

yang baik dapat meningkatkan kesehatan. Misalnya pada pasien penderita

diabetes mellitus ia harus menjaga kebersihan kakinya.

e. Budaya Di sebagian masyarakat jika individu sakit tertentu tidak boleh

dimandikan.

f. Kebiasaan seseorang Ada kebiasaan orang yang menggunakan produk tertentu

dalam perawatan diri seperti penggunaan sabun, sampo dan lain  –  lain.

3. Mekanisme koping

Mekanisme koping berdasarkan penggolongan di bagi menjadi 2 yaitu:

a. Mekanisme koping adaptif mekanisme koping yang mendukung fungsi integrasi

pertumbuhan belajar dan mencapai tujuan. kategori ini adalah klien bisa

memenuhi kebutuhan perawat secara mandiri

b. Mekanisme koping maladaktif mekanisme koping yang menghambat fungsi

integrasi, memecah pertumbuhan, menurunkan otonomi dan cenderung

menguasai lingkungan. kategorinya adalah tidak mau merawat diri (Damaiyanti,

2012)

4. PENATALAKSANAAN

Penatalaksanaan menurut Herman (Ade, 2011) adalah sebagai berikut :

1. meningkatkan kesadaran dan kepercayaan diri

2. membimbing dan menolong klien merawat diri

3. ciptakan lingkungan yang mendukung

5. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
Kurangnya perawatan diri pada pasien dengan gangguan jiwa terjadi akibat adanya

perubahan proses piker sehingga kemampuan untuk melakukan aktivitas perawatan diri

menurun. Defisit perawatan diri tampak dari ketidakmampuan merawat kebersihan diri,

makan secara mandiri, berhias diri secara mandiri, dan eliminasi/toileting secara mandiri

(Keliat, 2013). Pengumpulan data dapat dilakukan melalui wawancara dengan klien,

pengamatan langsung dan pemeriksaan. Setelah pengkajian dilakukan maka ditemukan

beberapa tanda dan gejala adanya gangguan defisit perawatan diri yaitu:

1. Gangguan kebersihan diri, ditandai dengan rambut kotor, gigi kotor, kulit berdaki

dan bau, kuku panjang dan kotor.

2. Ketidakmampuan berhias atau berdandan, ditandai dengan rambut acak – acakan,

pakaian kotor dan tidak rapi, pakaian tidak sesuai, pada pasien laki – laki tidak

bercukur, pada pasien wanita tidak berdandan.

3. Ketidakmampuan makan secara mandiri, ditandai dengan ketidakmampuan

mengambil makan sendiri, makan berceceran, dan makan tidak pada tempatnya.

4. Ketidakmampuan defekasi atau berkemih secara mandiri, ditandai dengan defekasi/

berkemih tidak pada tempatnya, tidak membersihkan diri dengan baik setelah

defekasi/berkemih.

Keterbatasan perawatan diri diatas biasanya diakibatkan karena stressor yang cukup

berat dan sulit ditangani oleh klien (klien bisa mengalami harga diri rendah), sehingga

dirinya tidak mau mengurus atau merawat dirinya baik dalam hal mandi, berpakaian,

berhias, makan, BAB dan BAK (Fitria, 2010).

6. DIAGNOSA KEPERAWATAN

Defisit Perawatan Diri:


▪ Kebersihan diri

▪ Berdandan

▪ Makan

▪ BAB /BAK

7. INTERVENSINYA/PENATALAKSANAAN

1. Tindakan pada klien

a. Tindakan keperawatan ners

1) Tindakan Keperawatan :

a) melatih kebersihan diri : mandi, keramas, sikat gigi, berpakaian, berhias,

dan gunting kuku

b) melatih makan dan minum

c) melatih BAB dan BAK

d) Melatih kebersihan dan kerapihan lingkungan rumah : klien dilatih

membersihkan dan merapihkan lingkungan rumah, yaitu kamar tidur,

ruang tamu, ruang makan, dapur, kamar mandi, dan halaman

2. Tindakan pada keluarga

Tindakan keperawatan Ners

a. kaji masalah klien yang dirasakan keluarga dalam merawat klien

b. menjelaskan proses terjadinya defisit perawatan diri yang dialami klien

c. mendiskusikan cara merawat defisit perawatan diri dan memutuskan cara

merawat yang sesuai dengan kondisi klien

d. melatih keluarga merawat defisit perawatan diri klien :


1) menyediakan alat – alat yang diperlukan dalam menjaga kebersihan diri

2) membimbing klien melakukan perawatan diri, makan dan minum, BAB dan

BAK, Kebersihan dan kerapian rumah dan lingkungan

3) membuat jadwal

4) memberi pujian atas keberhasilan klien

e. melibatkan seluruh anggota keluarga dalam membimbing orientasi realitas

memenuhi kebutuhan klien yang tidak terpenuhi, motivasi melakukan kegiatan

bersama – sama, memberi motivasi dan pujian

f. menjelaskan tanda dan gejala defisit perawatan dir yang memerlukan rujukan

segera serta melakukan follow up ke pelayanan kesehatan secara teratur.

3. Tindakan pada kelompok klien

Tindakan keperawatan ners : TAK Defisit perawatan diri

a. Sesi 1 : mampu mengenal defisit perawatan diri

b. Sesi 2 : mampu melakukan perwatan diri dan kebersihan diri

c. Sesi 3 : mampu melakukan perawatan diri ( makan dan minum)

d. Sesi 4: Mampu melakukan BAB dan BAK dengan cara yang baik

4. Tindakan Kolaborasi

a. melakukan kolaborasi dengan dokter menggunakan pendekatan ISBAR dan

TbaK

b. memberikan program terapi dokter (Obat) : Edukasi 8 benar sesuai konsep safety

pemberian obat

c. mengobservasi manfaat dan efek samping obat


8. DAFTAR PUSTAKA

Fadhillah H. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta Selatan: DPP,

PPNI Fadhillah H. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Jakarta Selatan:

DPP, PPNI

Astarani, K., & Minarso, S. (2017). Gambaran Harga Diri Penderita Kusta Di Rumah

Sakit Khusus Kusta Kota Kendiri. JURNAL STIKES RS Baptis Kediri, 10 (1).

https://jurnal.stikesbaptis.ac.id/index.php/STIKES/article/view/231

Tobing, D. L., Keliat, B. A., & Wardhani, I. Y. (2014). Pengaruh Progressive Muscle

Relaxationdan Logoterapi terhadap Kecemasan, Depresi, dan Kemampuan Relaksasi.

Jurnal Keperawatan Padjadjaran, 2(2). https://doi.org/10.24198/jkp.v2i2.69 Kemenkes

RI. (2019). Riset Kesehatan Dasar, RISKESDAS. Jakarta: Kemenkes RI.

https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2019/10/08/persebaranprevalensi-

skizofreniapsikosis-di-indonesia#

Keliat Anna, dkk. (2019). Asuhan Keperawatan Jiwa. Jakarta : Penerbit Bkuku

Kedokteran EGC
PENYEBAB :
FAKTOR PREDISPOSISI
- Perkembangan keluarga
- Biologis
- Kemampuan realitas turun
- Kurang dukungan

FAKTOR PRESIPITASI
PENGERTIAN :
- Citra tubuh
Defisit perawatan diri adalah
- Praktik sosial
sikap tidak mampu melakukan
- Status sosial ekonomi
atau menyelesaikan aktivitas
perawatan diri (SDKI, 2016). MEKANISME KOPING
- mekanisme koping
adaptif
- mekanisme koping
maldaptif

DEFISIT PERAWATAN DIRI

PENGOBATAN
1. meningkatkan kesadaran
dan kepercayaan diri
2. membimbing dan STRATEGI PELAKSANAAN (SP)
menolong klien merawat
SP 1 : Pengkajian dan menjelaskan pentingnya
diri
kebersihan diri
3. ciptakan lingkungan yang
mendukung SP 2 : Mempraktekkan cara membersihkan diri yang
benar

Anda mungkin juga menyukai