Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PENDAHULUAN PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN JIWA

PADA PASIEN DENGAN DEFISIT PERAWATAN DIRI


DI RSJD DR. RM. SOEDJARWADI KLATEN
Dosen Pembimbing : Ns. Nurisda Eva Irmawati, S.Kep.,M.Kep.

Disusun Oleh :

YASHINTA DHANIK K.

P1337420121071

REGULER 1

DIII KEPERAWATAN SEMARANG

JURUSAN KEPERAWATAN

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN

KOTA SEMARANG

TAHUN 2023
1. Pengertian
Perawatan diri adalah salah satu kemampuan dasar manusia dalam
memenuhi kebutuhannya guna mempertahankan kehidupannya, kesehatan dan
kesejahteraan sesuai dengan kondisi kesehatannya, klien dinyatakan terganggu
keperawatan dirinya jika tidak dapat melakukan perawatan diri ( Depkes
2000).
Defisit perawatan diri adalah gangguan kemampuan untuk melakukan
aktifitas perawatan diri (mandi, berhias, makan, toileting) (Nurjannah, 2004).
Menurut Poter. Perry (2005), personal hygiene adalah suatu tindakan
untuk memelihara kebersihan dan kesehatan seseorang untuk kesejahteraan
fisik dan psikis, kurang perawatan diri adalah kondisi dimana seseorang tidak
mampu melakukan perawatan kebersihan untuk dirinya ( Tarwoto dan
Wartonah 2000 ).

2. Penyebab
Menurut Depkes (2000: 20), penyebab kurang perawatan diri adalah:
a. Faktor Predisposisi
1) Perkembangan
Keluarga terlalu melindungi dan memanjakan klien sehingga
perkembangan inisiatif terganggu.
2) Biologis
Penyakit kronis yang menyebabkan klien tidak mampu melakukan
perawatan diri.
3) Kemampuan realitas turun
Klien dengan gangguan jiwa dengan kemampuan realitas yang kurang
menyebabkan ketidakpedulian dirinya dan lingkungan termasuk
perawatan diri.
4) Sosial
Kurang dukungan dan latihan kemampuan perawatan diri
lingkungannya. Situasi lingkungan mempengaruhi latihan kemampuan
dalam perawatan diri.
b. Faktor Presipitasi
Yang merupakan faktor presiptasi deficit perawatan diri adalah kurang
penurunan motivasi, kerusakan kognisi atau perceptual, cemas, lelah/lemah
yang dialami individu sehingga menyebabkan individu kurang mampu
melakukan perawatan diri.
Menurut Depkes (2000: 59) Faktor – faktor yang mempengaruhi personal
hygiene adalah:
1) Body Image
Gambaran individu terhadap dirinya sangat mempengaruhi kebersihan
diri misalnya dengan adanya perubahan fisik sehingga individu tidak
peduli dengan kebersihan dirinya.
2) Praktik Sosial
Pada anak – anak selalu dimanja dalam kebersihan diri, maka
kemungkinan akan terjadi perubahan pola personal hygiene.
3) Status Sosial Ekonomi
Personal hygiene memerlukan alat dan bahan seperti sabun, pasta gigi,
sikat gigi, shampo, alat mandi yang semuanya memerlukan uang untuk
menyediakannya.
4) Pengetahuan
Pengetahuan personal hygiene sangat penting karena pengetahuan yang
baik dapat meningkatkan kesehatan. Misalnya pada pasien penderita
diabetes mellitus ia harus menjaga kebersihan kakinya.
5) Budaya
Di sebagian masyarakat jika individu sakit tertentu tidak boleh
dimandikan.
6) Kebiasaan seseorang
Ada kebiasaan orang yang menggunakan produk tertentu dalam
perawatan diri seperti penggunaan sabun, sampo dan lain – lain.
7) Kondisi fisik atau psikis
Pada keadaan tertentu / sakit kemampuan untuk merawat diri berkurang
dan perlu bantuan untuk melakukannya.

3. Manifestasi Klinis
Menurut Depkes (2000: 20) Tanda dan gejala klien dengan defisit perawatan
diri adalah:
a. Fisik
1) Badan bau, pakaian kotor
2) Rambut dan kulit kotor
3) Kuku panjang dan kotor
4) Gigi kotor disertai mulut bau
5) Penampilan tidak rapi.
b. Psikologis
1) Malas, tidak ada inisiatif
2) Menarik diri, isolasi diri
3) Merasa tak berdaya, rendah diri dan merasa hina.
c. Sosial
1) Interaksi kurang
2) Kegiatan kurang
3) Tidak mampu berperilaku sesuai norma
4) Cara makan tidak teratur
5) BAK dan BAB di sembarang tempat, gosok gigi dan mandi tidak
mampu mandiri.
4. Penatalaksanaan
Pasien dengan gangguan defisit perawatan diri tidak membutuhkan
perawatan medis karena hanya mengalami gangguan jiwa, pasien lebih
membutuhkan terapi kejiwaan melalui komunikasi terapeutik.

5. Pohon Masalah

Effect Isolasi Sosial: menarik diri



Core Problem Defisit Perawatan Diri: mandi, berdandan

Causa Harga Diri Rendah Kronis

6. Asuhan Keperawatan
a. Fokus Pengkajian
1) Data Subyektif
Klien mengatakan malas mandi, tak mau menyisir rambut, tak mau
menggosok gigi, tak mau memotong kuku, tak mau berhias, tak
bisa menggunakan alat mandi / kebersihan diri.
2) Data Obyektif
Badan bau, pakaian kotor, rambut dan kulit kotor, kuku panjang
dan kotor, gigi kotor, mulut bau, penampilan tidak rapih, tak bisa
menggunakan alat mandi.
b. Masalah Keperawatan yang Mungkin Muncul
1) Defisit perawatan diri
2) Isolasi sosial
3) Harga diri rendah
c. Diagnosis Keperawatan Jiwa
1) Penurunan kemampuan dan motivasi merawat diri
2) Defisit perawatan diri
d. Nursing Care Plan
PENURUNAN KEMAMPUAN DAN MOTIVASI MERAWAT DIRI
1) Untuk Klien
Tujuan Umum: Klien dapat meningkatkan minat dan motivasinya
untuk memperhatikan kebersihan diri.
Tujuan Khusus
Klien dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat.
Kriteria evaluasi: Dalam berinteraksi klien menunjukan tanda-
tanda percaya pada perawat:
a) Wajah cerah, tersenyum
b) Mau berkenalan
c) Ada kontak mata
d) Menerima kehadiran perawat
e) Bersedia menceritakan perasaannya
Intervensi
a) Berikan salam setiap berinteraksi.
b) Perkenalkan nama, nama panggilan perawat dan tujuan
perawat berkenalan.
c) Tanyakan nama dan panggilan kesukaan klien.
d) Tunjukan sikap jujur dan menepati janji setiap kali
berinteraksi.
e) Tanyakan perasaan dan masalah yang dihadapi klien.
f) Buat kontrak interaksi yang jelas.
g) Dengarkan ungkapan perasaan klien dengan empati.
h) Penuhi kebutuhan dasar klien.
2) Untuk Keluarga
a) Beri pendidikan kesehatan tentang merawat klien dan
memotivasi klien untuk kebersihan diri melalui pertemuan
keluarga
b) Beri reinforcement positif atas partisipasi aktif keluarga
DEFISIT PERAWATAN DIRI
1) Untuk Klien
Tujuan: Klien mampu melakukan aktivitas perawatan diri secara
mandiri seperti mandi, berpakaian, makan, dan BAB/BAK
Intervensi:
a) Mengkaji kemampuan melakukan perawatan diri secara
mandiri
b) Memberikan cara melakukan mandi/membersihkan diri,
berhias, makan/minum, BAB/BAK secara mandiri
c) Keluarga mampu merawat anggota keluarga yang
mengawali masalah kurang perawatan diri
2) Untuk Keluarga
a) Diskusikan dengan keluarga tentang fasilitas kebersihan
diri yang dibutuhkan oleh klien agar dapat menjaga
kebersihan diri
b) Anjurkan keluarga untuk terlibat dalam merawat dan
memantau klien dalam merawat klien
c) Anjurkan klien untuk memberikan pujian atas keberhasilan
klien dalam merawat diri.

7. STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN


a. Kondisi Klien
1) Klien mengatakan tidak tahu cara BAB/ BAK yang baik dan benar
2) Klien terlihat BAB/ BAK di sembarang tempat
b. Diagnosa Keperawatan
Defisit perawatan diri
c. Tujuan
1) Pasien mengetahui cara BAB/ BAK yang baik dan benar
2) Pasien dapat melaksanakan BAB/ BAK secara mandiri
d. Strategi Pelaksanaan
1) Fase Orientasi
a) Salam Terapeutik
"Assalamualaikum, selamat pagi masih ingat dengan saya?
Bagus sekali benar bu"
b) Validasi
"Bagaimana perasaan ibu hari ini? Apakah ibu sudah
melakukan apa yang dipelajari kemarin? Coba saya lihat
jadwalnya. Bagus sekali ibu melakukannya."
c) Kontrak
"Hari ini kita akan bicara tentang kebutuhan BAB/BAK
apakah ibu bersedia?"
"Berapa lama ibu mau berbincang bincang? Bagaimana
kalau 15 menit?"
"Ibu mau berbincang bintang dimana? Bagaimana kalau
diruang tamu?”
2) Fase kerja
"Baiklah bu,ibu lakukan BAB/BAK dikamar mandi ya? Hati-hati
jangan sampai kena pakaian ya? kalau jongkok di wc."
"Bagaimana ibu cebok? Bagus,, sebaiknya ibu cebok setelah
BAB/BAK yaitu dengan menyiram air dari depan ke belakang.
Jangan terbalik ya cara seperti ini berguna. Supaya kotoran tidak
masuk ke kemaluan. Setelah selesai cebok jangan lupa tinja/
kotorannya disiram dengan air setelah itu ibu perlu merapikan
pakaian sebelum keluar wc dan jangan lupa cuci tangan pakai
sabun."
3) Fase Terminasi
a) Evaluasi
"Bagaimana perasaan ibu setelah kita belajar BAB/BAK."
"Apa saja yang kita lakukan saat BAB/BAK."
"Bagus sekali, coba ibu sebutkan cara perawatan diri yang
sudah kita pelajari?bagus sekali."
b) Tindak Lanjut
"Baiklah bu, besok kita akan memasukan dalam jadwal
kegiatan."
c) Kontrak
"Baiklah bu,besok kita akan bertemu lagi untuk membahas
sejauh mana ibu melakukan kegiatan."
"Selamat pagi,sampai jumpa."

SP Pada Pasien SP Pada Keluarga


SP 1 SP I k
1. Menjelaskan 1. Mendiskusikan masalah yang
pentingnya kebersihan diri dirasakan keluarga dalam merawat pasien
2. Menjelaskan cara 2. Menjelaskan pengertian, tanda dan
menjaga kebersihan diri gejala defisit perawatan diri, dan jenis
3. Melatih pasien cara defisit perawatan diri yang dialami pasien
menjaga kebersihan diri beserta proses terjadinya
4. Membimbing pasien 3. Menjelaskan cara-cara merawat
memasukkan dalam jadwal pasien defisit perawatan diri
kegiatan harian.
SP 2 p SP 2 k
1. Memvalidasi masalah 1. Melatih keluarga mempraktekkan
dan latihan sebelumnya. cara merawat pasien dengan defisit
2. Menjelaskan cara perawatan diri
makan yang baik 2. Melatih keluarga melakukan cara
3. Melatih pasien cara merawat langsung kepada pasien defisit
makan yang baik perawatan diri
4. Membimbing pasien
memasukkan dalam jadwal
kegiatan harian.
SP 3 p SP 3 k
1. Memvalidasi masalah 1. Membantu keluarga membuat
dan latihan sebelumnya. jadwal aktivitas di rumah termasuk
2. Menjelaskan cara minum obat (discharge planning)
eliminasi yang baik 2. Menjelaskan follow up pasien
3. Melatih cara eliminasi setelah pulang
yang baik.
4. Membimbing pasien
memasukkan dalam jadwal
kegiatan harian.
DAFTAR PUSTAKA

Depkes. 2000. Standar Pedoman Perawatan jiwa


Nurjanah, Intansari S.Kep. 2001. Pedoman Penanganan Pada Gangguan Jiwa.
Yogyakarta : Momedia
Perry, Potter. 2005 . Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Jakarta : EGC
Tarwoto dan Wartonah. 2000. Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai