Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN PENDAHULUAN

DPD
(DEFISIT PERAWATAN DIRI)

DISUSUN OLEH :
1. ANGGITA SAFITRI (2019200042)

PRODI DIII KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS SAINS AL-QURAN
JAWA TENGAH DI WONOSOBO 2022
A.         Masalah Utama
Defisit perawatan diri

B.          Proses Terjadinya Masalah


1.      Pengertian
 Perawatan diri adalah salah satu kemampuan dasar manusia dalam memenuhi
kebutuhannya guna memepertahankan kehidupannya, kesehatan dan kesejahteraan sesuai
dengan kondisi kesehatannya, klien dinyatakan terganggu keperawatan dirinya jika tidak
dapat melakukan perawatan diri ( Depkes 2000).
Defisit perawatan diri adalah gangguan kemampuan untuk melakukan aktifitas
perawatan diri (mandi, berhias, makan, toileting) (Nurjannah, 2012).

Menurut Poter. Perry (2005), Personal hygiene adalah suatu tindakan untuk memelihara
kebersihan dan kesehatan seseorang untuk kesejahteraan fisik dan psikis, kurang perawatan
diri adalah kondisi dimana seseorang tidak mampu melakukan perawatan kebersihan untuk
dirinya ( Tarwoto dan Wartonah 2013 ).

2.      Faktor Predisposisi dan Faktor Presivitasi


Menurut Depkes (2000: 20), penyebab kurang perawatan diri adalah:
a.       Factor predisposisi
1)      Perkembangan
Keluarga terlalu melindungi dan memanjakan klien sehingga perkembangan inisiatif
terganggu.
2)      Biologis
Penyakit kronis yang menyebabkan klien tidak mampu melakukan perawatan diri.
3)      Kemampuan realitas turun
Klien dengan gangguan jiwa dengan kemampuan realitas yang kurang menyebabkan
ketidakpedulian dirinya dan lingkungan termasuk perawatan diri.
4)      Sosial
Kurang dukungan dan latihan kemampuan perawatan diri lingkungannya. Situasi lingkungan
mempengaruhi latihan kemampuan dalam perawatan diri.

b.      Faktor presipitasi
Yang merupakan faktor presiptasi deficit perawatan diri adalah kurang penurunan motivasi,
kerusakan kognisi atau perceptual, cemas, lelah/lemah yang dialami individu sehingga
menyebabkan individu kurang mampu melakukan perawatan diri.
Menurut Depkes (2000: 59) Faktor – faktor yang mempengaruhi personal hygiene
adalah:
1)      Body Image
Gambaran individu terhadap dirinya sangat mempengaruhi kebersihan diri misalnya dengan
adanya perubahan fisik sehingga individu tidak peduli dengan kebersihan dirinya.
2)      Praktik Sosial
Pada anak – anak selalu dimanja dalam kebersihan diri, maka kemungkinan akan terjadi
perubahan pola personal hygiene.
3)      Status Sosial Ekonomi
Personal hygiene memerlukan alat dan bahan seperti sabun, pasta gigi, sikat gigi, shampo,
alat mandi yang semuanya memerlukan uang untuk menyediakannya.
4)       Pengetahuan
Pengetahuan personal hygiene sangat penting karena pengetahuan yang baik dapat
meningkatkan kesehatan. Misalnya pada pasien penderita diabetes mellitus ia harus menjaga
kebersihan kakinya.
5)       Budaya
Di sebagian masyarakat jika individu sakit tertentu tidak boleh dimandikan.
6)      Kebiasaan seseorang
Ada kebiasaan orang yang menggunakan produk tertentu dalam perawatan diri seperti
penggunaan sabun, sampo dan lain – lain.
7)      Kondisi fisik atau psikis
Pada keadaan tertentu / sakit kemampuan untuk merawat diri berkurang dan perlu bantuan
untuk melakukannya.

3.      Tanda dan Gejala


Menurut Depkes (2000: 20) Tanda dan gejala klien dengan defisit perawatan diri adalah:
a.      Fisik
           Badan bau, pakaian kotor
           Rambut dan kulit kotor
           Kuku panjang dan kotor
           Gigi kotor disertai mulut bau
           Penampilan tidak rapi.
b.      Psikologis
           Malas, tidak ada inisiatif
           Menarik diri, isolasi diri
           Merasa tak berdaya, rendah diri dan merasa hina.
c.       Social
         Interaksi kurang
         Kegiatan kurang
         Tidak mampu berperilaku sesuai norma
         Cara makan tidak teratur
         BAK dan BAB di sembarang tempat, gosok gigi dan mandi tidak mampu mandiri.

4.      Rentang Respon
Adaptif Maladaptif
Pola perawatan diri kadang perawatan diri Tidak melakukan
seimbang kadang tidak perawatan saat stress

5.      Penatalaksanaan
Pasien dengan gangguan  defisit  perawatan  diri tidak  membutuhkan perawatan medis
karena hanya mengalami gangguan jiwa, pasien lebih membutuhkan terapai  kejiwaan
melalui komunikasi terapeutik.
C.          Pohon Masalah

Effect                            Isolasi Sosial: menarik diri



Core Problem           Defisit Perawatan Diri: mandi, berdandan

Causa                                Harga Diri Rendah Kronis

D.         Masalah Keperawatan yang Mungkin Muncul


1.      Defisit perawatan diri
2.      Isolasi sosial
3.      Harga diri rendah

E.          Data yang Perlu Dikaji


1.      Data Subyektif:
Klien mengatakan malas mandi, tak mau menyisir rambut, tak mau menggosok gigi, tak mau
memotong kuku, tak mau berhias, tak bisa menggunakan alat mandi / kebersihan diri.
2.      Data Obyektif:
Badan bau, pakaian kotor, rambut dan kulit kotor, kuku panjang dan kotor, gigi kotor, mulut
bau, penampilan tidak rapih, tak bisa menggunakan alat mandi.

F.           Diagnosis Keperawatan Jiwa


1.      Penurunan kemampuan dan motivasi merawat diri
2.      Defisit perawatan diri

G.         Rencana Tindakan Keperawatan


Penurunan kemampuan dan motivasi merawat diri
1.    Untuk Klien
Tujuan Umun: Klien dapat meningkatkan minat dan motivasinya untuk memperhatikan
kebersihan diri.
Tujuan Khusus
a.       Klien dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat.
Kriteria evaluasi: Dalam berinteraksi klien menunjukan tanda-tanda percaya pada perawat:
1)   Wajah cerah, tersenyum
2)   Mau berkenalan
3)   Ada kontak mata
4)   Menerima kehadiran perawat
5)   Bersedia menceritakan perasaannya
Intervensi
1)   Berikan salam setiap berinteraksi.
2)   Perkenalkan nama, nama panggilan perawat dan tujuan perawat berkenalan.
3)   Tanyakan nama dan panggilan kesukaan klien.
4)   Tunjukan sikap jujur dan menepati janji setiap kali berinteraksi.
5)   Tanyakan perasaan dan masalah yang dihadapi klien.
6)   Buat kontrak interaksi yang jelas.
7)   Dengarkan ungkapan perasaan klien dengan empati.
8)   Penuhi kebutuhan dasar klien.

2.    Untuk Keluarga
a.       Beri pendidikan kesehatan tentang merawat klien dan memotivasi klien untuk kebersihan diri
melalui pertemuan keluarga
b.      Beri reinforcement positif atas partisipasi aktif keluarga

Defisit Perawatan Diri
1.    Untuk Klien
Tujuan: Klien mampu melakukan aktivitas perawatan diri secara mandiri seperti mandi,
berpakaian, makan, dan BAB/BAK
Intervensi:
a.    Mengkaji kemampuan melakukan perawatan diri secara mandiri
b.    Memberikan cara melakukan mandi/membersihkan diri, berhias, makan/minum, BAB/BAK
secara mandiri
c.    Keluarga mampu merawat anggota keluarga yang mengawali masalah kurang perawatan diri
2.    Untuk Keluarga
a.    Diskusikan dengan keluarga tentang fasilitas kebersihan diri yang dibutuhkan oleh klien agar
dapat menjaga kebersihan diri
b.    Anjurkan keluarga untuk terlibat dalam merawat dan memantau klien dalam merawat klien
c.    Anjurkan klien untuk memberikan pujian atas keberhasilan klien dalam merawat diri.

H.         Strategi Pelaksanaan Tindakan


SP Pada Pasien SP Pada Keluarga
SP 1 SP I k
1.      Menjelaskan pentingnya1.      Mendiskusikan masalah yang dirasakan
kebersihan diri keluarga dalam merawat pasien
2.      Menjelaskan cara menjaga 2.      Menjelaskan pengertian, tanda dan gejala
kebersihan diri defisit perawatan diri, dan jenis defisit
3.      Melatih pasien cara menjaga perawatan diri yang dialami pasien
kebersihan diri beserta proses terjadinya
4.      Membimbing pasien
3.      Menjelaskan cara-cara merawat pasien
memasukkan dalam jadwal defisit perawatan diri
kegiatan harian.
SP 2 p SP 2 k
1.        Memvalidasi masalah dan 1.      Melatih keluarga mempraktekkan cara
latihan sebelumnya. merawat pasien dengan defisit perawatan
2.        Menjelaskan cara makan diri
yang baik 2.      Melatih keluarga melakukan cara
3.        Melatih pasien cara makan merawat langsung kepada pasien defisit
yang baik perawatan diri
4.        Membimbing pasien
memasukkan dalam jadwal
kegiatan harian.
SP 3 p SP 3 k
1.      Memvalidasi masalah dan 1.      Membantu keluarga membuat jadual
latihan sebelumnya. aktivitas di rumah termasuk minum
2.      Menjelaskan cara eliminasi obat  (discharge planning)
yang baik 2.      Menjelaskan  follow up pasien setelah
3.      Melatih cara eliminasi yang pulang
baik.
4.      Membimbing pasien
memasukkan dalam jadwal
kegiatan harian.
Daftar Pustaka

Depkes. 2000. Standar Pedoman Perawatan jiwa


Nurjanah, Intansari S.Kep. 2012. Pedoman Penanganan Pada Gangguan Jiwa. Yogyakarta :
Momedia
Perry, Potter. 2005 . Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Jakarta : EGC
Tarwoto dan Wartonah. 2013. Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai