Menurut Poter. Perry (2005), Personal hygiene adalah suatu tindakan untuk
memelihara kebersihan dan kesehatan seseorang untuk kesejahteraan fisik dan
psikis, kurang perawatan diri adalah kondisi dimana seseorang tidak mampu
melakukan perawatan kebersihan untuk dirinya (Tarwoto dan Wartonah 2000 ).
Defisit perawatan diri merupakan suatu kondisi pada seseorang yang mengalami
kelemahan kemampuan dalam melakukan atau melengkapi aktivitas perawatan
diri secara mandiri seperti mandi (hygiene), berpakaian/berhias, makan dan
BAB/BAK (toileting) (Fitria, 2009).
2. Etiologi
a. Faktor predisposisi
1) Perkembangan
Keluarga terlalu melindungi dan memanjakan klien sehingga
perkembangan inisiatif terganggu.
2) Biologis
Penyakit kronis yang menyebabkan klien tidak mampu melakukan
perawatan diri.
3) Kemampuan realitas turun
Klien dengan gangguan jiwa dengan kemampuan realitas yang kurang
menyebabkan ketidakpedulian dirinya dan lingkungan termasuk
perawatan diri.
4) Sosial
Kurang dukungan dan latihan kemampuan perawatan diri
lingkungannya. Situasi lingkungan mempengaruhi latihan kemampuan
dalam perawatan diri
b. Faktor presipitasi
Yang merupakan faktor presiptasi deficit perawatan diri adalah kurang
penurunan motivasi, kerusakan kognisi atau perceptual, cemas, lelah/lemah
yang dialami individu sehingga menyebabkan individu kurang mampu
melakukan perawatan diri.
Menurut Depkes (2000: 59) Faktor – faktor yang mempengaruhi personal
hygiene adalah:
1) Body Image
Gambaran individu terhadap dirinya sangat mempengaruhi kebersihan
diri misalnya dengan adanya perubahan fisik sehingga individu tidak
peduli dengan kebersihan dirinya.
2) Praktik Sosial
Pada anak-anak selalu dimanja dalam kebersihan diri, maka
kemungkinan akan terjadi perubahan pola personal hygiene.
3) Status Sosial Ekonomi
Personal hygiene memerlukan alat dan bahan seperti sabun, pasta gigi,
sikat gigi, shampo, alat mandi yang semuanya memerlukan uang untuk
menyediakannya.
4) Pengetahuan
Pengetahuan personal hygiene sangat penting karena pengetahuan yang
baik dapat meningkatkan kesehatan. Misalnya pada pasien penderita
diabetes mellitus ia harus menjaga kebersihan kakinya.
5) Budaya
Di sebagian masyarakat jika individu sakit tertentu tidak boleh
dimandikan.
6) Kebiasaan seseorang
Ada kebiasaan orang yang menggunakan produk tertentu dalam
perawatan diri seperti penggunaan sabun, sampo dan lain – lain.
7) Kondisi fisik atau psikis
Pada keadaan tertentu / sakit kemampuan untuk merawat diri berkurang
dan perlu bantuan untuk melakukannya.
3. Rentang respon
Adaptif Maladaptif
C. Pohon masalah
Penurunan kemampuan dan motivasi merawat diri
↑
Isolasi Sosial: menarik diri
↑
Defisit Perawatan Diri: mandi, berdandan
↑
Harga Diri Rendah
E. Diagnosa keperawatan
1. Penurunan kemampuan dan motivasi merawat diri
2. Defisit perawatan diri
Intervensi
1) Berikan salam setiap berinteraksi.
2) Perkenalkan nama, nama panggilan perawat dan tujuan perawat
berkenalan.
3) Tanyakan nama dan panggilan kesukaan klien.
4) Tunjukan sikap jujur dan menepati janji setiap kali berinteraksi.
5) Tanyakan perasaan dan masalah yang dihadapi klien.
6) Buat kontrak interaksi yang jelas.
7) Dengarkan ungkapan perasaan klien dengan empati.
8) Penuhi kebutuhan dasar klien.
Untuk Keluarga
1) Beri pendidikan kesehatan tentang merawat klien dsn memotivasi klien
untuk kebersihan diri melalui pertemuan keluarga
2) Beri reinforcement positif atas partisipasi aktif keluarga
b. Kerja
“Berapa kali T mandi dalam sehari? Apakah T sudah mandi hari ini? Menurut
T apa kegunaannya mandi ? Apa alasan T sehingga tidak bisa merawat diri?
Menurut T apa manfaatnya kalau kita menjaga kebersihan diri? Kira-kira
tanda-tanda orang yang tidak merawat diri dengan baik seperti apa ya? badan
gatal, mulut bau, apa lagi? Kalau kita tidak teratur menjaga kebersihan diri
masalah apa menurut T yang bisa muncul ? Betul ada kudis, kutu dsb”
“Apa yang T lakukan untuk merawat rambut dan muka? Kapan saja T
menyisir rambut? Bagaimana dengan bedakan? Apa maksud atau tujuan
sisiran dan berdandan?”
c. Terminasi
“Bagaimana perasaan T setelah mandi dan mengganti pakaian ? Coba
Tsebutkan lagi apa saja cara-cara mandi yang baik yang sudah T lakukan tadi ?
Bagaimana perasaan T setelah kita mendiskusikan tentang pentingnya
kebersihan diri tadi ? Sekarang coba T ulangi lagi tanda-tanda bersih dan rapi.
Bagus sekali mau berapa kali T mandi dan sikat gigi?dua kali pagi dan sore,
Mari kita masukkan dalam jadual aktivitas harian. Nah. lakukan ya T dan beri
tanda kalau sudah dilakukan misalnya M (mandiri) kalau dilakukan tanpa
disuruh, B (bantuan) kalau diingatkan baru dilakukan dan T (tidak) tidak
melakukani? Baik besok lagi kita latihan berdandan,oke?Pagi-pagi sehabis
makan ya. Assalamu’alaikum
2) Kerja
Apa yang T lakukan setelah selesai mandi? Apa T sudah ganti baju?
Untuk berpakaian, pilihlah pakaian yang bersih dan kering. Berganti
pakaian yang bersih 2x/hari. Sekarang coba bapak ganti baju.. Ya, bagus
seperti itu. Apakah T menyisir rambut ? Bagaimana cara bersisir ?”Coba
kita praktekkan, lihat ke cermin, bagus sekali!Apakah T suka bercukur?
Berapa hari sekali bercukur? betul 2 kali perminggu. Tampaknya kumis
dan janggut bapak sudah panjang. Mari T dirapikan! Ya, Bagus !”.
3) Terminasi
Bagaimana perasaan T setelah berdandan”. Coba T, sebutkan cara
berdandan yang baik sekali lagi”. Selanjutnya T setiap hari setelah mandi
berdandan dan pakai baju seperti tadi ya! Mari kita masukan pada jadual
kegiatan harian, pagi jam berapa, lalu sore jam berapa? Nanti siang kita
latihan makan yang baik. Diruang makan bersama dengan pasien yang
lain ya.Assalamu’alaikum”
2) Kerja
Sudah diganti tadi pakaianya sehabis mandi? Bagus….! Nah…sekarang
disisir rambutnya yang rapi, bagus…! Apakah T biasa pakai bedak?”
Coba dibedakin mukanyaT, yang rata dan tipis. Bagus sekali.” “ T,
punya lipstik mari dioles tipis. Nah…coba lihat dikaca!
3) Terminasi
Bagaimana perasaan T belajar berdandan” T jadi tampak segar dan cantik,
mari masukkan dalam jadualnya. Kegiatan harian, sama jamnya dengan
mandi. Nanti siang kita latihan makan yang baik di ruang makan bersama
pasien yang lain”. Assalamu’alaikum”.
Yosep, I & Sutini, T. (2014). Buku ajar keperawtan jiwa. Bandung: PT Refika
Aditama.
Surabaya, Januari 2018
(..................................................) (..................................................)