Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN PENDAHULUAN RESIKO BUNUH DIRI

A. Masalah Utama
Resiko bunuh diri

B. Proses Terjadinya Masalah


1. Pengertian
Risiko bunuh diri adalah suatu keadaan dimana individu mengalami risiko
untuk menyakiti diri sendiri atau tindakan yang dapat mengancam jiwa (Fitria,
2009).

Risiko bunuh diri adalah suatu upaya yang disadari dan bertujuan untuk
mengakhiri kehidupan, individu secara sadar berhasrat dan berupaya untuk
mewujudkan hasratnya untuk mati. Perilaku bunuh diri ini meliputi isyarat-
isyarat, percobaan atau ancaman verbal, yang akan mengakibatkan kematian,
luka, atau menyakiti diri sendiri (Yosep, 2010).

2. Faktor Predisposisi dan Faktor Presipitasi


Faktor predisposisi resiko bunuh diri antara lain:
a. Psikologis
Kegagalan yang dialami dapat menimbulakn frustasi yang kemudian dapat
timbul agresif atau amuk. Masa kanak-kanak yang tidak menyenangkan
yaitu perasaan ditolak, dihina, dianiaya atau saksi penganiayaan.
b. Perilaku
Reinforcement yang diterima pada saat melakukan kekerasan, sering
mengobservasi kekerasan dirumah atau diluar rumah, semua aspek ini
menstimulasi invidu mengadopsi perilaku kekerasan.
c. Sosial budaya
Budaya tertutup dan membalas secara diam dan kontrol sosial yang tidak
pasti terhadap perilaku kekerasan akan menciptakan seolah-olah perilaku
kekerasan diterima.
d. Bioneurologis, banyak pendapat bahwa kerusakan sistem limbic, lobus
frontal, lobus temporal dan ketidakseimbangan neurotransmitter turut
berperan dalam terjadinya perilaku kekerasan.
Faktor presipitasi resiko bunuh diri antara lain:
Faktor presipitasi dapat bersumber dari klien, lingkungan atau interaksi dengan
orang lain. Kondisi klien seperti kelemahan fisik, keputusasaan,
ketidakberdayaan, percaya diri yang kurang dapat menjadi penyebab perilaku
kekerasan. Demikian pula dengan situasi lingkungan yang rebut, padat, kritikan
yang mengarah pada penghinaan, kehilangan orang yang dicintai atau pekerjaan
dan kekerasan merupakan faktor penyebab yang lain.

3. Tanda dan gejala


Pada pengkajian awal dapat diketahui alasan utama klien masuk kerumah sakit
adalah perilaku kekerasan dirumah.
a. Observasi
Muka merah, pandangan tajam, otot tegang, nada suara tinggi, berdebat.
Sering pula klien tampak memaksakan kehendak: merampas makanan,
memukul jika tidak senang.
b. Wawancara
1) Mempunyai ide untuk bunuh diri.
2) Mengungkapkan keinginan untuk mati.
3) Mengungkapkan rasa bersalah dan keputusasaan.
4) Impulsif.
5) Menunjukkan perilaku yang mencurigakan (biasanya menjadi sangat
patuh).
6) Memiliki riwayat percobaan bunuh diri.
7) Verbal terselubung (berbicara tentang kematian, menanyakan tentang
obat dosis mematikan).
8) Status emosional (harapan, penolakan, cemas meningkat, panik, marah
dan mengasingkan diri).
9) Kesehatan mental (secara klinis, klien terlihat sebagai orang yang
depresi, psikosis dan menyalahgunakan alkohol).
10) Kesehatan fisik (biasanya pada klien dengan penyakit kronis atau
terminal).
11) Pengangguaran (tidak bekerja, kehilangan pekerjaan, atau mengalami
kegagalan dalam karier).
12) Status perkawinan (mengalami kegagalan dalam perkawinan).
13) Konflik interpersonal.
14) Latar belakang keluarga.
15) Menjadi korban perilaku kekerasan saat kecil.
4. Rentang respon

a. Peningkatan diri. Seseorang dapat meningkatkan proteksi atau pertahanan diri


secara wajar terhadap situasional yang membutuhkan pertahanan diri. Sebagai
contoh seseorang mempertahankan diri dari pendapatnya yang berbeda
mengenai loyalitas terhadap pimpinan ditempat kerjanya.
b. Berisiko destruktif. Seseorang memiliki kecenderungan atau beresiko
mengalami perilaku destruktif atau menyalahkan diri sendiri terhadap situasi
yang seharusnya dapat mempertahankan diri, seperti seseorang merasa patah
semangat bekerja ketika dirinya dianggap tidak loyal terhadap pimpinan
padahal sudah melakukan pekerjaan secara optimal.
c. Destruktif diri tidak langsung. Seseorang telah mengambil sikap yang kurang
tepat (maladaptif) terhadap situasi yang membutuhkan dirinya untuk
mempertahankan diri. Misalnya, karena pandangan pimpinan terhadap
kerjanya yang tidak loyal, maka seorang karyawan menjadi tidak masuk
kantor atau bekerja seenaknya dan tidak optimal.
d. Pencederaan diri. Seseorang melakukan percobaan bunuh diri atau
pencederaan diri akibat hilangnya harapan terhadap situasi yang ada.
e. Bunuh diri. Seseorang telah melakukan kegiatan bunuh diri sampai dengan
nyawanya hilang.

C. Pohon Masalah
Effect Bunuh diri

Core Problem Risiko bunuh diri

Caused Isolasi sosial

Harga diri rendah kronis


D. Masalah Keperawatan dan Data yang Perlu Dikaji
Masalah keperawatan resiko bunuh diri antara lain:
1. Resiko bunuh diri
2. Bunuh diri
3. Isolasi sosial
4. Harga diri rendah

Data yang perlu dikaji resiko bunuh diri antara lain:


1. Data subjektif
- Mengkritik diri sendiri atau orang lain
- Perasaan tidak mampu
- Pandangan hidup yang pesimis
- Perasaan lemah dan takut
- Penolakan terhadap kemampuan diri sendiri
- Pengurangan diri/mengejek diri sendiri
- Hidup yang berpolarisasi
- Ketidakmampuan menentukan tujuan
- Mengungkapkan kegagalan pribadi
- Merasionalisasi penolakan

2. Data objektif
- Produktivitas menurun
- Perilaku destruktiv pada diri sendiri dan orang lain
- Penyalahgunaan zat
- Menarik diri dari hubungan social
- Ekspresi wajah malu dan rasa bersalah
- Menunjukkan tanda depresi (sukar tidur dan sukar makan)
- Tampak mudah tersinggung /mudah marah.

E. Diagnosa Keperawatan Jiwa


1. Harga Diri Rendah
2. Koping Tidak efektif
F. Rencana Tindakan Keperawatan
1. Harga diri rendah
Tujuan umum:
Klien tidak terjadi gangguan konsep diri : harga diri rendah/ klien akan
meningkat harga dirinya.
Tujuan khusus:
- Klien dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat
- Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
- Klien dapat menilai kemampuan kedua yang dimiliki dan membuat jadwal

Tindakan:
a) Bina hubungan saling percaya
- Salam terapeutik
- Perkenalan diri
- Jelaskan tujuan inteniksi
- Ciptakan lingkungan yang tenang
- Buat kontrak yang jelas (waktu, tempat dan topik pembicaraan).
b) Beri kesempatan pada klien mengungkapkan perasaannya.
c) Sediakan waktu untuk mendengarkan klien.
d) Katakan kepada klien bahwa ia adalah seseorang yang berharga dan
bertanggung jawab serta mampu menolong dirinya sendiri.

Untuk Keluarga
a. Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara merawat klien.
b. Bantu keluarga memberi dukungan selama klien dirawat.
c. Bantu keluarga menyiapkan lingkungan di rumah.
d. Beri reinforcement positif atas keterlibatan keluarga.

2. Koping individu tidak efektif


Tujuan Umum: Koping klien efektif
Tujuan Khusus:
1) Klien dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat
2) Klien mampu mengungkapkan masalah secara baik
Tindakan:
a) Identifikasi koping yang selama ini di gunakan
b) Membantu menilai koping yang biasa di gunakan
c) Mengidentifikasi cita-cita atau tujuan yang realistis
d) Melatih koping : berbincang (meminta, menolak, dan mengungkapkan/
membicarakan masalah secara baik)
e) Membimbing memasukkan dalam jadwal kegiatan.
3) Klien mampu beraktivitas sesuai dengan jadwal kegiatan
a) Validasi masalah dan latihan sebelumnya.
b) Melatih koping: beraktivitas.
c) Membimbing memasukkan dalam jadwal kegiatan.
4) Klien mampu berlatih olahraga
5) Klien mampu melakukan relaksasi

Untuk Keluarga
a. Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara merawat klien dengan
harga diri rendah.
b. Bantu keluarga memberikan dukungan selama pasien di rawat.
c. Bantu keluarga menyiapkan lingkungan di rumah.

G. Strategi Pelaksanaan
SP Pasien SP Keluarga
SP 1 SP 1
1. Mendiskusikan kemampuan dan aspek 1. Mendiskusikan masalah yang di
positif yang dimiliki pasien rasakan keluarga dalam merawat
2. Membantu pasien menilai kemampuan pasien
yang masih dapat digunakan 2. Menjelaskan pengertian, tanda gejala,
3. Membantu pasien memilih/menetapkan proses terjadinya HDR yang di alami
kemampuan yang akan dilatih pasien
4. Melatih kemampuan yang sudah dipilih 3. Menjelaskan cara
5. Memberikan pujian yang wajar terhadap merawat pasien dengan HDR
keberhasilan pasien 4. Latih keluarga memberi tanggung
6. Menyusun jadwal jawab kegiatan pertama yang dipilih
7. pelaksanaan kemampuan yang telah klien: bimbing dan beri pujian.
dilatih dalam rencana harian 5. Anjurkan membantu klien sesuai
jadwal harian yang dibuat
SP 2 SP 2
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan SP 1 1. Melatih keluarga mempraktekkan
pasien cara merawat pasien dengan masalah
2. Melatih kemampuan kedua yang dipilih HDR
klien 2. Melatih keluarga melakukan cara
3. Menganjurkan pasien memasukan dalam merawat pasien dengan masalah HDR
kegiatan harian langsung pada pasien
3. Anjurkan membantu klien sesuai
jadwal dan memberi pujian.
Sp 3 SP 3
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan kegiatan 1. Evaluasi kegiatan keluarga dalam
1 dan kegiatan 2 pasien membimbing klien dalam kegiatan
2. Melatih kemampuan ketiga yang dipilih pertama dan kedua yang dipilih dan
klien dilatih klien, berikan pujian.
3. Menganjurkan pasien memasukan 2. Bersama keluarga melatih klien
dalam kegiatan harian: dua kegiatan dalam melakukan kegiatan ketiga
masing-masing dua kali per hari yang dipilih klien.
3. Anjurkan membantu klien sesuai
jadwal dan memberi pujian.
SP 4 SP 4
1. Evaluasi kegiatan keluarga dalam 1. Evaluasi kegiatan keluarga dalam
membimbing klien dalam kegiatan membimbing klien dalam kegiatan
pertama, kedua, dan ketiga yang dipilih pertama, kedua dan ketiga yang
dan dilatih klien, berikan pujian. dipilih dan dilatih klien, berikan
2. Bersama keluarga melatih klien dalam pujian.
melakukan kegiatan keempat yang dipilih 2. Bersama keluarga melatih klien
klien. dalam melakukan kegiatan keempat
3. Anjurkan membantu klien sesuai jadwal yang dipilih klien.
dan memberi pujian: dua kegiatan masing- 3. Jelaskan follow up ke RSJ/ PKM
masing dua kali per hari. tanda kambuh dan rujukan.
4. Anjurkan membantu klien sesuai
jadwal dan memberi pujian.

SP 5 SP 5
1. Evaluasi kegiatan latihan dan berikan 1. Evaluasi kegiatan keluarga dalam
pujian membimbing klien melakukan
2. Latih kegiatan dilanjutkan sampai tak kegiatan yang dipilih oleh klien dan
terhingga berikan pujian
3. Nilai kemampuan yang telah mandiri 2. Nilai kemampuan keluarga dalam
4. Masukan nilai apakah harga diri klien membimbing klien
meningkat 3. Nilai kemampuan keluarga
melakukan kontrol ke RSJ/ PKM
H. Daftar Pustaka
Keliat, Budi Anna dan Akemat. 2009. Model Praktik Keperawatan Profesional
Jiwa. Jakarta: EGC
Kusumawati, Farida dan Yudi Hartono. 2010. Buku Ajar Keperawatan Jiwa.
Jakarta: Salemba Medika
Direja, AHS. 2011. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Nuha
Medika

Anda mungkin juga menyukai