1. Pengertian
Harga diri rendah merupakan masalah bagi banyak orang dan diekspresikan tingkat
kecemasan yang sedang sampai berat. Harga diri rendah disertai oleh evaluasi diri yang
negatif, membenci diri sendiri dan menolak diri. Harga diri rendah adalah kesadaran dimana
individu mengalami atau beresiko mengalami evaluasi diri negatif tentang kemampuan atau
diri (Carpenito: 2000: 352).
3. Faktor Presipitasi
a. Trauma seperti penganiayaan seksual dan psikologis atau menyaksikan kejadian
yang mengancam kehidupannya.
b. Ketegangan peran berhubungan dengan peran atau posisi yang diharapkan dimana
individu mengalaminya sebagai frustasi
c. Transisi Peran situasi adalah terjadi dengan bertambah atau berkurangnya anggota
keluarga melalui kelahiran dan kematian
4. Tanda dan Gejala
Menurut Stuart dan Sundeen yang dikutip oleh Keliat (1992: 10). Tanda dan gejala yang
ditemukan pada individu harga diri rendah :
1. Persepsi
2. Kesadaran klien akan emosi dan perasaan
3. Menyadari masalah dan perubahan sikap
Asuhan Keperawatan
A. Pengkajian
Pengkajian yang dilakukan adalah untuk mencari data fokus yang mengejek,
mengkritik diri sendiri, merendahkan martabat, menolak kemampuan yang dimiliki, rasa
bersalah khawatir menghukum diri sendiri, mengalami gejala fisik, gangguan
penggunaan zat, menunda keputusan/ dalam menmgambil keputusan, sulit bergaul,
menarik diri dari realita, cemas, panas, cemburu, kebenaran, dan penilaian diri sendiri.
Data Subjektif:
- Klien mengatakan: saya tidak mampu, tidak bisa, tidak tahu apa apa-apa, bodoh,
mengkritik diri sendiri, mengungkapkan perasaan malu terhadap diri sendiri.
Data Objektif:
- Klien tampak lebih suka sendiri, bingung bila disuruh memilih alternatif tindakan,
ingin mencederai diri atau ingin mengkhiri hidup.
B. Diagnosa Keperawatan
1. Kerusakan interaksi sosial : menarik diri berhubungan dengan harga diri rendah.
2. Gangguan konsep diri : harga diri rendah berhubungan dengan ideal diri tidak
tercapai.
C. Perencanaan (terlampir)
D. Pelaksanaan
Pelaksanaan merupakan tindakan dan perencanaan keperawatan.
E. Evaluasi
Riyadi & Teguh (2009) menyatakan bahwa dalam tahap evaluasi ini klien dan keluarga
agar dapat melihat perubahan dan berupaya mempertahankan dan memelihara perilaku
yang adaptif. Hal-hal yang perlu dievaluasi meliputi:
2. Apakah ancaman terhadap integritas fisik atau sistem diri pasien telah berkurang?
3. Apakah perilaku pasien mencerminkan penerimaan diri, nilai diri, dan persetujuan diri
yang lebih besar?
B. BUNUH DIRI
1. Pengertian
Bunuh diri adalah perilaku merusak diri yang langsung dan disengaja untuk mengakhiri
kehidupan.
2. Etiologi
Penyebab terjadinya resiko bunuh diri salah satunya adalah karena gangguan konsep diri:
harga diri rendah. Menurut Schult & Videbeck (2003) gangguan harga diri rendah adalah
penilaian negatif seseorang terhadap diri dan kemampuan, yang diekspresikan secara
langsung maupun tidak langsung.Gangguan harga diri rendah digambarkan sebagai perasaan
yang negatif terhadap diri sendiri, termasuk hilangnya percaya diri dan harga diri, merasa
gagal mencapai keinginan. (Keliat, 2009).
3. Akibat
a. Memperlihatkan permusuhan
b. Keras dan menuntut.
c. Mendekati orang lain dengan ancaman.
d. Memberi kata-kata ancaman.
e. Menyentuh orang lain dengan cara menakutkan.
f. Rencana melukai diri sendiri dan orang lain
1. Pengkajian
a. Identitas klien
b. Alasan masuk RSJ
c. Faktor Predisposisi
d. Fisik
e. Psikososial
f. Status mental
g. Kebutuhan persiapan pulang
h. Mekanisme koping
i. Masalah psikososial dan lingkungan
j. Kurang pengetahuan tentang penyakit jiwa/faktor presipitasi/koping/penyakit fisik/obat-
obatan
k. Aspek medik
C. PERILAKU KEKERASAN
1. Pengertian
Perilaku kekerasan adalah keadaan dimana seseorang melakukan tindakan yang dapat
membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri, oranglain maupun lingkungan. Hal
tersebut merupakan perbuatan yang dilakukan untuk mengungkapkan perasaan kesal atau
marah yangtidak konstruktif ( Stuart&Sundeen, 1995)
3. Rentang respon
a. maladaptif
b. adaptif
4. Pohon Masalah
a. Perkembangan:
Keluarga terlalu melindungi dan memanjakan klien sehingga perkembangan inisiatif
dan keterampilan.
b. Biologis
Penyakit kronis yang menyebabkan klien tidak mampu melakukan perawatan diri.
c. Sosial
Kurang dukungan dan latihan kemampuan dari lingkungannya.
3. Pohon Masalah
Data Obyektif:
Badan bau, pakaian kotor, rambut dan kulit kotor, kuku panjang dan kotor, gigi
kotor, mulut bau, penampilan tidak rapih, tak bisa menggunakan alat mandi.
5. Diagnosa keperawatan
a. Perawatan diri kurang: higiene berhubungan dengan menurunnya motivasi
perawatan diri
b. Menurunnya motivasi perawatan diri berhubungan dengan menarik diri
c. Isolasi social : menarik diri
E. HALUSINASI
1. Pengertian
Halusinasi adalah suatu sensori persepsi terhadap sesuatu hal tanpa stimulus dari luar.
Haluasinasi merupakan pengalaman terhadap mendengar suara Tuhan, suara setan dan suara
manusia yang berbicara terhadap dirinya, sering terjadi pada pasien skizoprenia. (Stuart and
Sundeen, 1995).
2. Etiologi
1. Faktor Predisposisi
a. Biologis
b. Psikologis
c. Social budaya
Stress yang menumpuk dapat menunjang terhadap awitan skizofrenia dan
gangguan psikotik lain tapi tidak diyakini sebagai penyebab utama gangguan
(Stuart and Sundeen, 1995).
d. Organik
Gangguan orientasi realitas muncul karena kelainan organic yang mana bisa
disebabkan infeksi, racun, trauma atau zat-zat substansi yang abnormal sera
gangguan metabolic masuk didalamnya (Stuart and Sundeen, 1995).
3. Faktor Presipitasi
a. Biologis
Gangguan dalam putaran umpan balik otak yang mengtur proses informasi.
1) Abnormalitas pada mekanisme pintu masuk dalam otak yang
mengakibatkan ketidakmampuan secara selektif menanggapi rangsangan.
b. Stres lingkungan
Secara biologis menetapkan ambang terhadap toleransi stress yang berinteraksi
dengan steressor lingkungan untuk menentukkan terjadinya gangguan perilaku.
c. Pemicu gejala
Pemicu yang biasanya terdapat pada respon neurobiologik yang maladaptive
berhubungan dengan kesehatan, lingkungan, sikap dan perilaku individu.
5. Fase Halusinasi
Halusinasi yang dialami oleh klien biasanya berbeda intensitas dan keparahannya. Fase
halusinasi terbagi empat:
a. Fase pertama: Comforting
npsikotik, ansietas sedang, halusinasi menyenangkan, klien mengalami stres,
cemas, perasaan perpisahan, kesepian yang memuncak dan tidak disesuaikan. Klien
mulai melamun dan memikirkan hal-hal yang menyenangkan.
b. Fase kedua: Condemning
Psikotik ringan, ansietas berat, halusinasi repulsive ,kecemasan meningkat,
melamun dan berpikir sendiri menjadi koping yang dominan, mulai merasakan ada
bisikan yang tidak jelas.
c. Fase ketiga: Controlling
Psikotik, ansietas berat, halusinasi omnipoten Bisikan, suara-suara, bayangan-
bayangan, perubahan sensorik lain jika ada semakin menonjol. Halusinasi
menguasai dan mengendalikan klien.
d. Fase keempat: Conquering
Psikotik berat, ansietas panik, berbaur dengan waham, isi halusinasi berubah
menjadi memerintah dan memarahi klien, klien menjadi takut, tidak berdaya, hilang
kendali dan tidak dapat berhubungan secara nyata dengan orang lain dan
lingkungannya
7. Pohon Masalah
Gangguan
Gangguan gangguan
Persepsi Sensori :
Proses pikir pola tidur
Halusinasi
9. Diagnosa Keperawatan
1. Perubahan persepsi sensori : halusinasi
2. Isolasi sosial : menarik diri
3. Resti PK : Resiko menciderai diri, orang lain dan lingkungan
4. Defisit perawatan diri
5. Gangguan konsep diri : HDR
F. MENARIK DIRI
1. Pengertian
Kerusakan interaksi sosial adalah keadaan dimana seorang individu berpartisipasi dalam kuantitas
yang berlebihan atau tidak cukup atau ketidakefektifan kualitas pertukaran sosial (Townsend,1998).
2. Rentangan Responden Sosial
R. Adaptif R. Maladaptif
a. Menyendiri a. Manipulasi
b. Otonomi b. Curiga
c. Bekerjasama c. Ketergantungan
(mutualisme) (dependent)
d. Saling tergantung d. Menarik diri
(interdependent) e. Narcissisme
3. Karakteristik Perilaku Menarik Diri
Karakteristik perilaku menarik adalah gangguan pola makan. Individu akan mengalami
penurunan nafsu makan dan minum secara berlebihan. Individu akan mengalami penurunan
atau peningkatan berat badan secara drastis, yang diikuti dengan kemunduran kesehatan
fisikKurang spontan.
b. Faktor biologis
c. Faktor sosial budaya
d. Faktor komunikasi dalam keluarga
2. Faktor presipitasi
a. Struktur sosial budaya
Stres yang ditimbulkan oleh faktor sosial budaya antara lain keluarga yang labil,
berpisah dengan orang yang terdekat/berarti, perceraian dan lain-lain.
b. Faktor hormonal
Gangguan dari fungsi kelenjar bawah otak (gland pituitary ) menyebabkan turunya
hormon FSH dan LH. Kondisi ini terdapat pada pasien skizofrenia.
c. Hipotesa virus
Virus HIV dapat menyebabkan prilaku spikotik.
e. Stressor psikologik
Adanya kecemasan berat dengan terbatasnya kemampuan menyelasaikan
kecemasan tersebut.
6. Mekanisme koping
Mekanisme koping digunakan klien sebagai usaha mengatasi kecemasan yang merupakan
suatu kesepian nyata yang mengancam dirinya.
b. Keluhan Utama
Keluhan utama yang menyebabkan pasien dibawa ke rumah sakit biasanya akibat
adanya kemunduran kemauan dan kedangkalan emosi.
c. Faktor Predisposisi
Faktor predisposisi sangat erat kaitannya dengan faktor etiologi yakni keturunan,
endokrin, metabolisme ,ssp ,dan kelemahan ego.
d. Aspek Fisik/ biologi
e. Aspek Psikososial
1) Genogram
Orang tua menderita skizofrenia,salah satu kemungkinan anaknya 7-16 %
skizofrenia,bila keduanya menderita 40-68%,saudara tiri kemungkinan 0,9-1,8
%,saudara kembar 2-15 %,dan saudara kandung 7-15 %.
2) Konsep diri
Kemunduran kemauan dan kedangkalan emosi yang mengenai pasien akan
mempengaruhi konsep diri pasien.
a) Citra tubuh :
Menolak melihat dan menyentuh bagian tubuh yang berubah atau tidak
menerima perubahan tubuh yang telah terjadi atau yang akan terja.
b) Identitas diri
Ketidak pastian memandang diri , sukar menetapkan keinginan dan tidak
mampu mengambil keputusan .
c) Peran
Berubah atau berhenti fungsi peran yang disebabkan penyakit , proses
menua, putus sekolah, PHK.
d) Ideal diri
Mengungkapkan keputus asaan karena penyakitnya : mengungkapkan
keinginan yang terlalu tinggi.
e) Harga diri
Perasaan malu terhadap diri sendiri , rasa bersalah terhadap diri sendiri ,
gangguan hubungan sosial , merendahkan martabat , mencederai diri, dan
kurang percaya diri.
3) Hubungan sosial
Klien cenderung menarik diri dari lingkungan pergaulan, suka melamun,dan
berdiam diri.
4) Spiritual
Aktivitas spiritual menurun seiring dengan kemunduran keinginan beraktivitas.
5) Status mental
a) Penampilan diri
Pasien terlihat lesu, tidak bergairah, rambut acak-acakan, kancing baju tidak
tepat, resleting tak terkunci,baju tak dikancing,baju terbalik sebagai
manifestasi kemunduran kemauan pasien .
b) Pembicaraan
Nada suara rendah,lambat,kurang bicara,apatis.
c) Aktivitas motorik
Kegiatan yang dilakukan tidak bervariatif, kecenderungan mempertahankan
pada satu posisi yang dibuatnya sendiri (katalepsia).
d) Emosi
Emosi dangkal
6) Kebutuhan sehari-hari
Pada permulaaan, penderita kurang memperhatikan dir idan
keluarganya,makin mundur dalam pekerjaan akibat kemunduran kemauan.
8. Masalah keperawatan
a) Kerusakan interaksi sosial: menarik diri.
b) Harga diri rendah
c) Perubahan persepsi sensori: halusinasi
d) Resiko perilaku kekerasan
e) Defisit perawatan diri
9. Diagnosa Keperawatan
a. Kerusakan interaksi social : menarik diri ( core problem )
b. Gangguan konsep diri : harga diri rendah ( etiologi )
c. Perubahan sensori persepsi : halusinasi ( akibat )
d. Deficit perawatan diri
G. WAHAM
1. Pengertian
Gangguan proses pikir adalah suatu keadaan dimana individu mengalami kerusakan dalam
pengoprasian kognitif dan aktivitas (Townsend, 1998).
Waham adalah keyakinan yang salah yang secara kokoh dipertahankan walaupun tidak
diyakini oleh orang lain dan bertentangan dengan realita social (Stuart & Sudden, 1990).
2. Penyebab
Salah satu penyebab dari perubahan proses pikir : waham yaitu Gangguan konsep diri : harga
diri rendah. Harga diri adalah penilaian individu tentang pencapaian diri dengan menganalisa
seberapa jauh perilaku sesuai dengan ideal diri. Gangguan harga diri dapat digambarkan
sebagai perasaan negatif terhadap diri sendiri, hilang kepercayaan diri, dan merasa gagal
mencapai keinginan.
2. Teori Psikososial
b. Teori system keluarga Bawen dalam Iowsend (1998) menggambarkan perkembangan
skizofrenia sebagai suatu perkembangan disfungsi keluarga konflik diantara suami istri
mempengaruhi anak.
c. Faktor Presipitasi
1. Biologis
Stressor biologis yang berhubungan dengan neurobiologis yang maladaptive termasuk
gangguan dalam putaran umpan balik otak yang mengantuk perubahan isi informasi
dan abnormalitas pada mekanisme pintu masuk dalam otak yang mengakibatkan
ketidakmampuan untuk secara selektif menanggapi rangsangan.
2. Stress lingkungan
Secara biologis menetapkan ambang toleransi terhadap stress yang berinteraksi
dengan stressor lingkungan untuk menentukan terjadinya gangguan perilaku.
3. Pemicu gejala
Pemicu yang biasanya terdapat pada respon neurobiologis yang maladaptive
berhubungan dengan kesehatan lingkungan, sikap, dan perilaku individu, seperti : gizi
buruk, kurang tidur, infeksi, keletihan, rasa bermusuhan, atau lingungan yang penuh
kritik, masalah perumahan, kelainan terhadap penampilan, stress gangguan dalam
berhubungan interpersonal, kesepian, tekanan, pekerjaan, kemiskinan, keputusasaan
dan sebaginya.
d. Mekanisme Koping
1. Klien : Identifikasi koping kekuatan dan kemampuan yang masih dimiliki klien.
2. Sumber daya dan duungan sosial :
Pengetahuan keluarga, finansial keluarga, waktu dan tenaga keluarga yang tersedia,
kemampuan keluarga memberikan asuhan.
a) Perseverasi :
Berulang-ulang menceritakan suatu ide, pikiran atau tema secara berlebihan.
b) Asosiasi longgar :
Mengatakan hal-hal yang tidak ada hubungannya satu sama lain, misalnya “saya
mau makan semua orang dapat berjalan-jalan”.
c) Inkoherensi :
Gangguan dalam bentuk bicara, sehingga satu kalimat pun sudah sulit ditangap
atau diikuti maksudnya.
3. Gangguan Isi Pikir
Dapat terjadi baik pada isi pikiran nonverbal maupun pada isi pikiran yang
diceritakan misalnya :
b) Fantasi :
Isi pikiran tentang suatu keadaan atau kejadian yang diharapkan/ diinginkan,tetapi
dikenal sebagai tidak nyata.
c) Fobia :
Rasa takut yang irasional terhadap sesuatu benda atau keadaan yang tidak dapat
dihilangkan atau ditekan oleh pasien, biarpun diketahui bahwa hal itu irasional
adanya.
d) Obsesi :
Isi pikiran yang kukuh (persisten) timbul, biarpun tidak dikendalikannya dan
diketahui bahwa hal itu tidak wajar atau tidak mungkin.
6. Diagnosa Keperawatan
a. Gangguan proses pikir (isi pikir) : waham
b. Kerusakan interaksi sosial
c. Harga diri rendah
d. Risiko perilaku kekerasan