Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA DI RUANG


RUMAH SAKIT JIWA MENUR SURABAYA

Disusun Oleh :

ERLINA DWI JAYANTI

(183.0039)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HANG TUAH SURABAYA

TA. 2018-2019
LAPORAN PENDAHULUAN
HARGA DIRI RENDAH

1. KASUS (MASALAH UTAMA) :


Gangguan Konsep Diri : Harga Diri Rendah
2. PROSES TERJADINYA MASALAH
2.1 Pengertian
Konsep diri adalah semua ide, pikiran, perasaan, kepercayaan, serta pendirian
yang diketahui individu tentang dirinya dan memengaruhi individu dalam
berhubungan dengan orang lain. Konsep diri belum muncul saat bayi, tetapi
mulai berkembang secara bertahap. Bayi mampu mengenal dan membedakan
dirinya dengan orang lain serta mempunyai pengalaman dalam berhubungan
dengan orang lain. Konsep diri dipelajari melalui pengalaman pribadi setiap
individu, hubungan dengan orang lain, dan interaksi dengan dunia di luar dirinya.
Memahami konsep diri penting bagi perawat karena asuhan keperawatan
diberikan secara utuh bukan hanya penyakit tetapi menghadapi individu yang
mempunyai pandangan, nilai dan pendapat tertentu tentang dirinya.
2.2 Rentang Respons

RENTANG RESPONS KONSEP DIRI


Respons Respons
Adaptif
Maladaptif

Aktualisasi Konsep diri Harga diri Kerancuan Depersonalisasi


diri positif rendah identitas
Rentang respons konsep diri yang paling adaptif adalah aktualisasi diri. Menurut
Maslow karakteristik aktualisasi diri meliputi:
1. Realistik,
2. Cepat menyesuaikan diri dengan orang lain,
3. Persepsi yang akurat dan tegas,
4. Dugaan yang benar terhadap kebenaran/kesalahan,
5. Akurat dalam memperbaiki masa yang akan datang,
6. Mengerti seni, musik, politik, filosofi,
7. Rendah hati,
8. Mempunyai dedikasi untuk bekerja,
9. Kreatif, fleksibel, spontan, dan mengakui kesalahan,
10. Terbuka dengan ide-ide baru,
11. Percaya diri dan menghargai diri,
12. Kepribadian yang dewasa,
13. Dapat mengambil keputusan,
14. Berfokus pada masalah,
15. Menerima diri seperti apa adanya,
16. Memiliki etika yang kuat,
17. Mampu memperbaiki kegagalan.
2.3 Penyebab
1). Pada masa kecil sering disalahkan / jarang diberi pujian atas
keberhasilannya.
2). Pada masa remaja keberadaannya kurang dihargai. Tidak
diberi kesempatan untuk berhasil dan tidak diterima di lingkungan keluarga
atau teman sebaya.
3). Sering gagal baik di sekolah, pekerjaan ataupun pergaulan.
4). Lingkungan cenderung mengucilkan dan menuntut lebih dari
kemampuan
2.4 Faktor Predisposisi
a. Citra tubuh
1) Kehilangan/kerusakan bagian tubuh (anatomi dan fungsi)
2) Perubahan ukuran, bentuk, dan penampilan tubuh (akibat tumbuh
kembang atau penyakit).
3) Proses penyakit dan dampaknya terhadap struktur dan fungsi tubuh.
4) Proses pengobatan, seperti radiasi dan kemoterapi.

b. Harga diri
1) Penolakan.
2) Kurang penghargaan.
3) Pola asuh overprotektif, otoriter, tidak konsisten, terlalu dituruti, terlalu
dituntut.
4) Persaingan antara keluarga.
5) Kesalahan dan kegagalan berulang.
6) Tidak mampu mencapai standar.
c. Ideal diri
1) Cita-cita yang terlalu tinggi.
2) Harapan yang tidak sesuai dengan kenyataan.
3) Ideal diri samar atau tidak jelas.
d. Peran
1) Stereotipe peran seks.
2) Tuntutan peran kerja.
3) Harapan peran kultural.
2.5 Harga diri rendah dapat terjadi secara :
1). Situasional yaitu terjadi trauma yang tiba-tiba misalnya :
kecelakaan, putus sekolah, perceraian, PHK, perasaan malu karena sesuatu
terjadi pada dirinya (perkosaan, pernah dipenjara)
Hal ini terjadi karena :
a) Privacy klien yang kurang diperthatikan
b) Harapan akan struktur, bentuk dan fungsi tubuh tidak seasuai
harapan karena penyakit yang dialami
c) Perlakuan petugas kesehatah yang tidak menghargai privecy
klien, misalnya : berbagai pemeriksaan dilakukan tanpa penjelasan lebih
dulu
2). Kronik yaitu perasaan negatif terhadap diri telah berlangsung
yaitu sebelum sakit / di rawat, dimana klien mempunyai cara berfikir yang
negatif.

2.6 Tanda dan gejala


1) Perasaan malu terhadap diri sendiri akibat penyakit
Misalnya : malu pada diri sendiri, sedih
2) Rasa bersalah terhadap diri sendiri
Misalnya : menyalahkan / mengkritik diri sendiri
3) Merendahkan martabat
Misalnya : minder, merasa tidak mampu, tidak bisa apa-apa, tidak tahu apa-
apa, merasa dirinya bodoh
4) Gangguan hubungan social
Misalnya : menarik diri, tidak mau bertemu dengan orang lain, suka
menyendiri, sulit dan tidak mau bergaul
5) Percaya diri kurang
Misalnya : klien sukar mengambil keputusan, sulit berkonsentrasi
2.7 Akibat
1. Isolasi sosial : menarik diri
2. Risiko perilaku kekerasan
2.8 POHON MASALAH

Risiko perilaku kekerasan

Perubahan persepsi sensori: Halusinasi

Isolasi Sosial: Menarik diri

Gangguan konsep diri


Koping individu inefektif

2.9 MASALAH KEPERAWATAN DAN DATA YANG PERLU DIKAJI


a.Isolasi sosial : menarik diri
DS : “Saya dirumah saja, saya lagi malas keluar”
DO: Sulit bergaul, Menarik diri dari pergaulan, Tidak mau bertemu
dengan orang lain
b. Gangguan konsep diri : harga diri rendah
DS : “Saya merasa malu dengan keadaan saya”
DO: Minder, merasa tidak mampu, merasa tidak bisa, Menyalahkan diri
sendiri, Merasa tidak tahu apa-apa
c.Koping individu inefektif
DS :
DO: Persepsi yang negatif pada tubuhnya, Menolak penjelasan perubahan
pada tubuh nya, Mengungkapkan keputusasaan, Mengungkapkan
ketakutan, Tidak bisa menerima perubahan pada tubunya yang telah terjadi
2.10 DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Isolasi sosial: menarik diri b.d. harga diri rendah
2. Gangguan konsep diri : harga diri rendah b.d. koping individu inefektif
2.11 RENCANA KEPERAWATAN
Dx. 1. Isolasi sosial : menarik diri b.d. harga diri rendah
a. Tujuan Umum (TUM)
Klien dapat berhubungan dengan orang lain secara optimal.
b. Tujuan Khusus (TUK)
1. Klien dapat membina hubungan saling percaya.
a. Bina hubungan saling percaya
1) Sapa klien dengan ramah, baik verbal maupun non verbal
2) Perkenalkan diri dengan sopan
3) Tanya nama lengkap klien dan nama panggilan yang disukai
klien
4) Jelaskan tujuan pertemuan, jujur dan menepati janji
5) Tunjukkan sikap empati dan menerima klien apa adanya
6) Beri perhatian pada klien dan perhatikan kebutuhan dasar klien
b. Beri kesempatan untuk mengungkapkan perasaannya tentang penyakit
yang diderita.
c. Sediakan waktu untuk mendengarkan klien
d. Katakan pada klien bahwa ia adalah seorang yang berharga dan
bertanggung jawab serta mampu menolong dirinya sendiri
2. Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang
dimiliki.
a. Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki klien dan
beri pujian / reinforcement atas kemampuan mengungkapkan
perasaannya.
b. Saat bertemu klien, hindarkan memberi penilaian negatif . Utamakan
memberi pujian yang realistis
3. Klien dapat menilai kemampuan yang dapat digunakan.
a. Diskusikan kemampuan klien yang masih dapat digunakan selama
sakit.
b. Diskusikan juga kemampuan yang dapat dilanjutkan penggunaan di
rumah sakit.
4. Klien dapat menetapkan dan merencanakan kegiatan sesuai dengan
kemampuan yang dimiliki.
a. Rencanakan bersama klien aktivitas yang dapat dilakukan setiap
hari sesuai kemampuan : kegiatan mandiri, kegiatan dengan bantuan
minimal, kegiatan dengan bantuan total
b. Tingkatkan kegiatan sesuai dengan toleransi kondisi klien
c. Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan yang boleh klien lakukan
(sering klien takut melaksanakannya)
5. Klien dapat melakukan kegiatan sesuai kondisi sakit dan kemampuannya.
a. Beri kesempatan klien untuk mencoba kegiatan yang direncanakan.
b. Beri pujian atas keberhasilan klien.
c. Diskusikan kemungkinan pelaksanaan dirumah
6. Klien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang ada.
a. Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentanng cara merawat
klien harga diri rendah.
b. Bantu keluarga memberi dukungan selama klien dirawat.
c. Bantu keluarga menyiapkan lingkungan dirumah.

DAFTAR PUSTAKA
Damaiyanti, M. & Iskandar. 2012. Asuhan Keperawatan Jiwa. Bandung: PT. Refika
Aditama.

Yusuf, Fitriyasari & Nihayati. 2015. Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa.
Jakarta: Penerbit Salemba Medika.

Anda mungkin juga menyukai