1. Pengertian
Harga diri rendah adalah perasaan tidak berharga, tidak berarti dan rendah diri
yang berkepanjangan akibat evaluasi yang negatif terhadap diri sendiri dan kemampuan
diri. Adanya perasaan hilang percaya diri, merasa gagal karena tidak mampu mencapai
keinginan ideal diri (Keliat, 2004).
Gangguan harga diri rendah adalah penilaian negatif seseorang terhadap diri dn
kemampuan, yang diekspresikan secara langsung (Schult & Videbeck, 2003).
Gangguan harga diri rendah adalah evaluasi diri dan perasaan tentang diri atau
kemampuan diri yang negatif yang dapat secara langsung atau tidak langsung
diekspresikan (Towsend, 2005).
2. Etiologi
1) Faktor Presdiposisi menurut Stuart & Sundeen (2002) sebagai berikut :
a. Faktor yang mempengaruhi harga diri meliputi :
a) Penolakan orang tua,
b) Harapan orang tua yang tidak realistis,
c) Kegagalan yang berulang,
d) Kurang mempunyai tanggung jawab yg personal,
e) Ketergantungan pada orang lain,
f) Ideal diri yang tidak realistis.
b. Faktor yang mempengaruhi penampilan peran Meliputi sreotif peran gender,
terutama peran kerja dan harapan peran budaya.
c. Faktor yang mempengaruhi identitas diri meliputi :
a) Ketidakpercayaan orang tua,
b) Tekanan dari kelompok sebaya,
c) Perubahan struktur sosial.
2) Faktor presipitasi menurut Stuart & Sundeen (2002) dapat berasal dari sumber internal
dan eksternal yaitu :
a. Trauma Seperti penganiayaan seksual dan psikologis atau menyaksikan peristiwa
yang mengancam kehidupan.
b. Ketegangan peran Berhubungan dengan peran atau posisi yang diharapkan dan
individu mengalaminya sebagai frustasi. Ada tiga jenis transisi peran, yaitu :
a) Transisi peran perkembangan Adalah perubahan normative yang berkaitan
dengan pertumbuhan. Perubahan ini termasuk tahap perkembangan dalam
kehidupan individu atau keluarga dan norma-norma budaya, nilai-nilai serta
tekanan untuk menyesuaikan diri.
b) Transisi peran situasi Terjadi dengan bertambah atau berkurangnya anggota
keluarga melalui kelahiran atau kematian.
c) Transisi peran sehat-sakit Terjadi akibat pergeseran dari keadaan sehat
kekeadaan sakit, transisi ini dicetuskan oleh :
1. Kehilangan anggota tubuh
1.
Aktualisasi diri : pernyataan diri tentang konsep diri yang positif dengan latar
Konsep diri positif apabila individu mempunyai pengalaman yang positif dalam
beraktualisasi diri dan menyadari hal hal positif maupun yang negative dari dirinya
3.
Harga diri rendah: individu cenderung untuk menilai dirinya negative dan merasa
kanak kanak ke dalam kematangan aspek psikososial kepribadian pada masa dewasa
yang harmonis
5.
Depersonalisasi: perasaan yang tidak realistis dan asing terhadap diri sendiri yang
e) Percaya diri kurang. Klien sukar mengambil keputusan, misalnya tentang memilih
alternatif tindakan.
f) Mencederai diri. Akibat harga diri yang rendah disertai harapan yang suram,
mungkin klien ingin mengakhiri kehidupan.
5. Mekanisme koping
Menurut Keliat (1998), mekanisme koping pada klien dengan gangguan konsep diri
dibagi dua yaitu:
1.
6. Pohon masalah
Resiko perilaku kekerasan
^
Harga diri rendah
^
Koping individu tidak efektif
7. Masalah keperawatan yang perlu dikaji
8. Diagnosa kepereawatan
a) Harga Diri Rendah Kronis
b) Koping Individu Tidak Efektif
c) Isolasi Sosial
9. Rencana tindakan keperawatan
Tgl
No
Dx
Dx
keperawaatan
Perencanaan
Tujuan
Kreteria Evaluasi
Gangguan
TUM:
konsep diri:
Klien memiliki
harga diri
konsep diri
menggunakan prinsip
rendah
yang positif
komunikasi terapeutik :
TUK:
1.
Klien
1.
Klien menunjukan
Intervensi
dapat membina
hubungan
saling percaya
dengan perawat
mengutarakan masalah
yang dihadapi
1.
Membina hubungan
Perkenalkan diri
dengan sopan.
Tanyakan nama
Jelaskan tujuan
pertemuan
janji
Tunjukan sikap
perhatikan kebutuhan
dasar klien.
2.
Klien
dapat
2.
Klien menyebutkan:
mengdentifikasi
aspek positif
klien
Aspek positif
lingkungan.
dan
kemampuan
yang dimiliki
keluarga
Aspek positif
lingkungan klien
Kemampuan yang
dimiliki klien.
2.2 Bersama klien buat
daftar tentang:
Aspek positif
klien, keluarga,
lingkungan
Kemampuan yang
dimiliki klien
2.3 Beri pujian yang
realistis, hindarkan
memberi penilaian negatif.
3.
Klien
dapat menilai
menyebutkan kemampuan
kemampuan
yang dimiliki
dapat dilaksanakan
3.2 Diskusikan
untuk
dilaksanakan
dilanjutkan
pelaksanaanya.
4.
Klien
dapat
merencanakan
harian
kegiatan sesuai
dengan
Kegiatan mandiri
kemampuan
Kegiatan dengan
yang dimiliki
bantuan
4.2 Tingkatkan kegiatan
sesuai kondisi klien.
4.3 Beri contoh cara
pelaksanaan kegiatan yang
dapat klien lakukan.
5.
Klien
dapat
melaksanakan kegiatan
melakukan
kegiatan sesuai
rencana yang
dilaksanakan klien.
dibuat.
6.
Klien
dapat
memanfaatkan sistem
memanfaatkan
sistem
dikeluarga
pendukung
yang ada
Daftar Pustaka
Boyd dan Nihart. (1998). Psychiatric Nursing& Contemporary Practice. 1st
Lippincot- Raven
edition.
Publisher: Philadelphia.
Carpenito, Lynda Juall. (2003). Buku Saku Diagnosa Keperawatan. EGC: Jakarta.
Keliat, Budi Anna dll. (2001). Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa.. EGC: Jakarta.
Schultz dan Videback. (1998). Manual Psychiatric Nursing Care Plan. 5th edition. LippincottRaven Publisher: philadelphia.
Stuart dan Sundeen. (1999). Buku Saku Keperawatan Jwa. Edisi 3. EGC: Jakarta.
Townsend. (1995). Nursing Diagnosis in Psychiatric Nursing a Pocket Guide for Care Plan
Construction. Edisi 3.Jakarta : EGC
DAFTAR PUSTAKA Capernito, LJ. 2008. Diagnosa Keperawatan: Aplikasi pada Praktik
Klinis. Jakarta: EGC. Keliat, Budi A. 2005. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa Edisi 2.
Jakarta: EGC. Purwaningsih, Wahyu. Karlina, Ina. 2009. Asuhan Keperawatan Jiwa.
Jogjakarta: Nuha Medika Press. Stuart and Sundeen. 2002. Buku Saku Keperawatan Jiwa.
Jakarta : EGC Towsend, Mary C. 2005. Diagnosa Keperawatan Pada Keperawatan Psikiatri.
Jakarta : EGC
MENARIK DIRI
1. Pengertian
Menarik diri merupakan percobaan untuk menghindari interaksidengan orang lain,
menghindari hubungan dengan orang lain(Rawlins,1993).
Menurut Carpenito (2001), Menarik diri adalah suatu usaha untuk menghindari
interaksi dengan orang lain dan kemudian menghindari berhubungan, ini merupakan
pertahanan terhadap stresor dan ansietas !ang berhubungan dengan suatu stresor atau
ancaman.
Perilaku menarik diri adalah suatu usaha menghindari interaksi dengan orang lain.
Individu merasa bahwa ia kehilangan hubungan akrab dan tidak menyadari kesempatan
untuk berhubungan secara spontan dengan orang lain yang dimanifestasikan dengan
sikap memisahkan diri, tidak ada perhatian dan tidak sanggup membagi pengalaman
dengan orang lain (Budi Anna Keliat, 1999).
2. Etiologi
Salah satu penyebab dari menarik diri adalah harga diri rendah. Harga diri adalah
penilaian individu tentang pencapaian diri dengan menganalisa seberapa jauh
perilaku sesuai dengan ideal diri. Dimana gangguan harga diri dapat
digambarkan sebagai perasaan negatif terhadap diri sendiri, hilang kepercayaan
diri, merasa gagal mencapai keinginan.
Gejala Klinis :
Perasaan malu terhadap diri sendiri akibat penyakit dan tindakan terhadap
penyakit (rambut botak karena terapi).
Rasa bersalah terhadap diri sendiri (mengkritik/menyalahkan diri sendiri).
Gangguan hubungan sosial (menarik diri).
Percaya diri kurang (sukar mengambil keputusan).
Mencederai diri (akibat dari harga diri yang rendah disertai harapan yang
suram, mungkin klien akan mengakiri kehidupannya.
( Budi Anna Keliat, 1999)
pecandu Alkohol dan penganiaya anak juga dapat mempengaruhi seseorang berespon
sosial maladaptif. Organisasi anggota keluarga bekerjasama dengan tenaga profesional
untuk mengembangkan gambaran yang lebih tepat tentang hubungan antara kelainan
jiwa dengan stres keluarga. Pendekatan kolaboratif sewajarnya mengurangi menyalahkan
keluarga oleh tenaga profesional.
2)
Faktor Biologi
Faktor genetik dapat menunjang terhadap respon sosial maladaptif.
3)
Faktor Sosial-kultural
Isolasi sosial merupakan faktor dalam gangguan berhubungan. Ini akibat dari norma
yang tidak mendukung pendekatan orang lain, atau tidak menghargai anggota masyarakat
yang tidak produktif, seperti lansia, orang cacat dan berpenyakit kronis. Isolasi dapat
terjadi karena menghadapi norma, perilaku dan sistem nilai yang berbeda dari kelompok
budaya mayoritas. Harapan yang tidak realistik terhadap hubungan merupakan faktor
yang berkaitan dengan gangguan ini.
4. Rentang respon
3.
3.
Bekerja sama (mutualisme): adalah suatu kondisi
dalam hubungan interpersonal dimana individu tersebut mampu
untuk saling memberi dan menerima.
4.
4.
Saling tergantung (interdependen): Merupakan
kondisi saling tergantung antara individu dengan orang lain
dalam membina hubungan interpersonal.
2. B.
Respon maladaptive
Respon maladaptif adalah respon yang menimbulkan gangguan dengan berbagai tingkat
keparahan (Stuart dan Sundeen, 1998). Respon maladaptif terdiri dari :
1. 1.
Menarik diri: merupakan suatu keadaan dimana seseorang
menemukan kesulitan dalam membina hubungan secara terbuka
dengan orang lain.
2. 2.
Manipulasi: Merupakan gangguan hubungan sosial yang
terdapat pada individu yang menganggap orang lain sebagai objek.
Individu tersebut tidak dapat membina hubungan sosial secara
mendalam.
3. 3.
Impulsif: Individu impulsif tidak mampu merencanakan
sesuatu, tidak mampu belajar dari pengalaman, tidak dapat
diandalkan.
4. 4.
Narkisisme: Pada individu narkisisme terdapat harga diri
yang rapuh, secara terus menerus berusaha mendapatkan
penghargaan dan pujian, sikap egosenetris, pencemburuan, marah
jika orang lain tidak mendukung.
5. 5.
Tergantung (dependen): terjadi bila seseorang gagal
mengembangkan rasa percaya diri atau kemampuannya untuk
berfungsi secara sukses.
6. 6.
Curiga: Terjadi bila seseorang gagal mengembangkan rasa
percaya dengan orang lain. Kecurigaan dan ketidakpercayaan
diperlihatkan dengan tanda-tanda cemburu, iri hati, dan berhatihati. Perasaan individu ditandai dengan humor yang kurang, dan
individu merasa bangga dengan sikapnya yang dingin dan tanpa
emosi.
5. Tanda dan gejala
Tanda dan gejala pada pasien dengan menarik diri menurut Keliat (1998) adalah:
1)
Aptis, ekspresi sedih, afek tumpul
2)
Menghindar dari orang lain (menyendiri), klien tampak memisahkan diri dari
orang lain.
3)
Komunikasi kurang atau tidak ada, pasien tidak nampak bercakap-cakap
dengan pasien lain atau perawat.
4)
Tidak ada kontak mata
5)
Pasien lebih sering menunduk
6)
Berdiam diri dikamar atau tempat terpisah. Pasien kurang mobilitasnya
7)
Menolak berhubungan dengan orang lain
8)
Tidak melakukan kegiatan sehari-hari
9)
Kurang harga diri
10) Jika ditanya jawabanya singkat
6. Mekanisme koping
7. Pohon masalah
Resiko perubahan sensori persepsi
^
Isolasi sosial: menarik diri
^
Gangguan harga diri: harga diri rendah
8. Masalah keperawatan yang perlu dikaji
1) Masalah keperawatan:
a) Resiko perubahan persepsi sensori: halusinasi
b) Isolasi sosial: menarik diri
c) Gangguan konsep diri: harga diri rendah
2) Data yang perlu dikaji
a. Resiko perubahan persepsi sensori : halusinasi
Data Subjektif:
Klien mengatakan mendengar bunyi yang tidak berhubungan dengan stimulus
nyata
Klien mengatakan melihat gambaran tanpa ada stimulus yang nyata
Klien mengatakan mencium bau tanpa stimulus
Klien merasa makan sesuatu
Klien merasa ada sesuatu pada kulitnya
Klien takut pada suara/bunyi/gambar yang dilihat dan didengar
Klien ingin memukul/melempar barang-barang
Data Objektif:
Klien berbicara dan tertawa sendiri
Klien bersikap seperti mendengar/melihat sesuatu
Klien berhebti bicara ditengah kalimat untuk mendengarkan sesuatu
Disorientasi
b. Isolasi Sosial : menarik diri
Data Subyektif:
Klien mengatakan saya tidak mampu, tidak bisa, tidak tahu apa-apa, bodoh,
mengkritik diri sendiri, mengungkapkan perasaan malu terhadap diri sendiri.
Data Obyektif:
Klien terlihat lebih suka sendiri, bingung bila disuruh memilih alternatif
tindakan, ingin mencederai diri/ingin mengakhiri hidup.
3.
Klien dapat menyebutkan keuntungan berhubungan dengan orang lain dan kerugian
tidak berhubungan dengan orang lain.
Tindakan :
3.1 Identifikasi bersama klien cara tindakan yang dilakukan jika terjadi halusinasi (
tidur, marah, menyibukkan diri dll)
3.2 Kaji pengetahuan klien tentang manfaat dan keuntungan berhubungan
dengan orang lain :
a. Beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaan tentang
keuntungan berhubungan dengan prang lain
b. Diskusikan bersama klien tentang manfaat berhubungan dengan orang
lain
c. Beri reinforcement positif terhadap kemampuan mengungkapkan
perasaan tentang keuntungan berhubungan dengan orang lain
3.3 Kaji pengetahuan klien tentang kerugian bila tidak berhubungan dengan
orang lain
a. beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaan dengan
orang lain
b. diskusikan bersama klien tentang kerugian tidak berhubungan dengan
orang lain
c. beri reinforcement positif terhadap kemampuan mengungkapkan
perasaan tentang kerugian tidak berhubungan dengan orang lain
4.
5.
6.
3.
6.
DAFTAR PUSTAKA
1. Azis R, dkk. Pedoman asuhan keperawatan jiwa. Semarang : RSJD Dr. Amino
Gondoutomo. 2003
2. Boyd MA, Hihart MA. Psychiatric nursing : contemporary practice. Philadelphia :
Lipincott-Raven Publisher. 1998
3. Budi Anna Keliat. Asuhan Klien Gangguan Hubungan Sosial: Menarik Diri. Jakarta :
FIK UI. 1999
4. Keliat BA. Proses kesehatan jiwa. Edisi 1. Jakarta : EGC. 1999
5. Stuart GW, Sundeen SJ. Buku saku keperawatan jiwa. Edisi 3. Jakarta : EGC. 1998
6. Tim Direktorat Keswa. Standar asuhan keperawatan kesehatan jiwa. Edisi 1.
Bandung : RSJP Bandung. 2000
Carpenito, L.J., !998. Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Edisi 6. Alih Bahasa : Yasmin
Asih. Editor Monica Aster, Jakarta : EGC.
Keliat, Budi Anna. 1998. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Editor Yasmin Asih,
Jakarta : EGC
------------------,2000. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Editor Yasmin Asih, Jakarta :
EGC.
Townsend, M. C., 1998. Buku Saku Diagnosa Keperawatan Pada Keperawatan Psikiatri.
Edisi 3. Alih Bahas Novi Helena. Rditor Monica Ester, Jakarta : EGC.
Rasmun, 2001, Kepwrawatan Kesehatan Mental Psikiatri Terintegrasi Dengan
Keluarga. Edisi Pertama, Jakarta : CV, Sagung Seto.
Struart, G.W., S undeen, S.J., 1998. Buku Saku Keperawatan Jiwa Edisi 3, Jakarta.