Anda di halaman 1dari 26

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA HARGA DIRI RENDAH

Label: Kumpulan Askep


A. MASALAH UTAMA
Harga diri rendah.

B. PENGERTIAN
Harga diri rendah adalah menolak dirinya sebagai sesuatu yang berharga dan tidak dapat
bertanggungjawab pada kehidupannya sendiri.
Gangguan harga diri rendah digambarkan sebagai perasaan yang negatif terhadap diri sendiri,
termasuk hilangnya percaya diri dari harga diri, merasa gagal mencapai keinginan. (Budi Ana
Keliat, 1999). Dapat disimpulkan bahwa perasaan negatif terhadap diri sendiri yang dapat
diekpresikan secara langsung dan tak langsung.

 Gangguan harga diri rendah adalah evaluasi diri dan perasaan tentang diri atau kemampuan diri
yang negatif yang dapat secara langsung atau tidak langsung diekspresikan (Cowsisend, 1998).
Scholtz dan Videback (1998 mengemukakan bahwa ganggua harga diri rendah adalah penilaian
negatif seseorang terhadap diri dan kemampuan, yang diekspresikan secara langsung maupun
tidak langsung.

C. PROSES TERJADINYA MASALAH


Konsep diri didefinisikan sebagai semua pikiran, keyakinan dan kepercayaan yang membuat
seseorang mengetahui tentang diriya dan mempengaruhi hubungannya dengan orang lain (Stuart
& Sunden, 1995). Konsep diri tidak terbentuk sejak lahir namun dipelajari.

RENTANG RESPON KONSEP DIRI

Respon adaptif      Respon maladaptif


Aktualisasi   Konsep diri  Harga diri      Kerancuan        Depersonalisasi
Diri          positif     rendah  identitas

Salah satu komponen konsep diri yaitu harga diri dimana harga diri adalah penilaian individu
tentang pencapaian diri dengan menganalisa seberapa jauh perilaku sesuai dengan ideal diri
(Keliat, 1999).
Sedangkan harga diri rendah adalah menolak dirinya sebagai sesuatu yang berharga dan tidak
bertanggungjawab atas kehidupannya sendiri. Jika individu sering gagal maka cenderung harga
diri rendah. Harga diri rendah jika kehilangan kasih sayang dan penghargaan orang lain. Harga
diri diperoleh dari diri sendiri dan orang lain, aspek utama adalah diterima dan menerima
penghargaan dari orang lain.
 Gangguan harga diri rendah di gambarkan sebagai perasaan yang negatif terhadap diri sendiri,
termasuk hilangnya percaya diri dan harga diri, merasa gagal mencapai keinginan, mengkritik
diri sendiri, penurunan produktivitas, destruktif yang diarahkan pada orang lain, perasaan tidak
mampu, mudah tersinggung dan menarik diri secara sosial.
Faktor yang mempegaruhi harga diri meliputi penolakan orang tua, harapan orang tua yang tidak
relistis, kegagalan yang berulang kali, kurang mempunyai tanggungjawab personal,
ketergantungan pada orang lain dan ideal diri yag tidak realistis. Sedangkan stresor pencetus
mungkin ditimbulkan dari sumber internal dan eksternal seperti :
1. Trauma seperti penganiayaan seksual dan psikologis atau menaksika kejadian yang
megancam.
2. Ketegangan peran beruhubungan dengan peran atau posisi yang diharapkan dimana individu
mengalami frustrasi. Ada tiga jeis transisi peran :
a. Transisi peran perkembangan adalah perubahan normatif yang berkaitan dengan pertumbuhan.
Perubahan ini termasuk tahap perkembangan dalam kehidupan individu atau keluarga dan
norma-norma budaya, nilai-nilai tekanan untuk peyesuaian diri.
b.  Transisi peran situasi terjadi dengan bertambah atau berkurangnya anggota keluarga melalui
kelahiran atau kematian.
c.  Transisi peran sehat sakit sebagai akibat pergeseran dari keadaan sehat ke keadaan sakit.
Transisi ini mungkin dicetuskan oleh kehilangan bagian tubuh, perubahan ukuran, bentuk,
penampilan dan fungsi tubuh, perubahan fisik, prosedur medis dan keperawatan.

Gangguan harga diri atau harga diri rendah dapat terjadi secara:
1. Situasional, yaitu terjadi trauma yang tiba tiba, misal harus operasi, kecelakaan, dicerai suami,
putus sekolah, putus hubugan kerja dll. Pada pasien yang dirawat dapat terjadi harga diri rendah
karena privacy yang kurang diperhatikan : pemeriksaan fisik yang sembarangan, pemasangan
alat yang tidak sopani (pemasangan kateter, pemeriksaan pemeriksaan perianal dll.), harapan
akan struktur, bentuk dan fungsi tubuh yang tidak tercapai karena di rawat/sakit/penyakit,
perlakuan petugas yang tidak menghargai.
2. Kronik, yaitu perasaan negatif terhadap diri telah berlangsung lama

D. POHON MASALAH
                                                                     
E. MASALAH KEPERAWATAN DAN DATA YANG PERLU DIKAJI
1. Masalah keperawatan:
a. Resiko isolasi sosial: menarik diri.
b. Gangguan konsep diri: harga diri rendah.
c. Berduka disfungsional.
2. Data yang perlu dikaji:
a. Data subyektif:
Klien mengatakan: saya tidak mampu, tidak bisa, tidak tahu apa-apa, bodoh, mengkritik diri
sendiri, mengungkapkan perasaan malu terhadap diri sendiri.
b. Data obyektif:
Klien tampak lebih suka sendiri, bingung bila disuruh memilih alternatif tindakan, ingin
mencederai diri / ingin mengakhiri hidup.

F. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Resiko isolasi sosial: menarik diri   berhubungan dengan harga diri rendah.
2. Gangguan konsep diri: harga diri rendah berhubungan dengan berduka disfungsional.

G. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN


a. Tujuan umum: sesuai masalah (problem).
b. Tujuan khusus:
1. Klien dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat
Tindakan:
1.1. Bina hubungan saling percaya
  Salam terapeutik
  Perkenalan diri
  Jelaskan tujuan inteniksi
  Ciptakan lingkungan yang tenang
  Buat kontrak yang jelas (waktu, tempat dan topik pembicaraan).
1.2. Beri kesempatan pada klien mengungkapkan perasaannya.
1.3. Sediakan waktu untuk mendengarkan klien.
1.4. Katakan kepada klien bahwa ia adalah seseorang yang berharga dan bertanggung jawab serta
mampu menolong dirinya sendiri.

2. Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki.


Tindakan:
2.1. Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki klien.
2.2. Hindarkan memberi penilaian negatif setiap bertemu klien, utamakan memberi pujian yang
realistis.
2.3. Klien dapat menilai kemampuan dan aspek positif yang dimiliki.

3. Klien dapat menilai kemampuan yang dapat digunakan.


Tindakan:
3.1. Diskusikan bersama klien kemampuan yang masih dapat digunakan.
3.2. Diskusikan pula kemampuan yang dapat dilanjutkan setelah pulang ke rumah.

4. Klien dapat menetapkan / merencanakan kegiatan sesuai kemampuan yang dimiliki.


Tindakan :
4.1. Rencanakan bersama klien aktivitas yang dapat dilakukan setiap hari sesuai kemampuan.
4.2. Tingkatkan kegiatan sesuai dengan toleransi kondisi klien.
4.3. Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan yang boleh klien lakukan.

5. Klien dapat melakukan kegiatan sesuai kondisi dan kemampuan


Tindakan :
5.1. Beri kesempatan mencoba kegiatan yang telah direncanakan.
5.2. Beri pujian atas keberhasilan
5.3. Diskusikan kemungkinan pelaksanaan di rumah.

6. Klien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang ada.


Tindakan:
6.1. Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara merawat klien.
6.2. Bantu keluarga memberi dukungan selama klien dirawat.
6.3. Bantu keluarga menyiapkan lingkungan di rumah.
6.4. Beri reinforcement positif atas keterlibatan keluarga.
http://www.google.co.id/search?q=askep+hdr+jiwa&ie=utf-8&oe=utf-8&aq=t&rls=org.mozilla:en-
US:official&client=firefox-a

HARGA DIRI RENDAH

HARGA DIRI RENDAH

DEFINISI
Harga diri rendah adalah penilaian individu tentang pencapaian diri dengan menganalisa
seberapa jauh perilaku sesuai dengan ideal diri. Pencapaian ideal diri atau cita – cita atau harapan
langsung menghasilkan perasaan bahagia. (Budi Ana Keliat, 1998).

Aktualisasi diri
Pengungkapan pertanyaan atau kepuasan dari konsep diri positif.
Konsep diri positif
Dapat menerima kondisi dirinya sesuai dengan yang diharapkannya dan sesuai dengan
kenyataan.
Harga diri rendah
Perasaan negatif terhadap diri sendiri, hilang kepercayaan diri merasa gagal mencapai keinginan.
Kerancunan identitas
Ketidakmampuan individu mengidentifikasi aspek psikologi pada masa dewasa, sifat kepribadian
yang bertentangan perasaan hampa dan lain – lain.
Dipersonalisasi
Merasa asing terhadap diri sendiri, kehilangan identitas misalnya malu dan sedih karena orang
lain.
Kepribadian yang sehat mempunyai konsep diri sebagai berikut :
Konsep diri posistif
Gambaran diri yang tepat dan positif
Ideal diri yang realistis
Harga diri yang tinggi
Penampilan diri yang memuaskan
Identitas yang jelas
FAKTOR PENYEBAB
Teori penyebab
Situasional
Yang terjadi trauma secara tiba – tiba misalnya pasca operasi, kecelakaan cerai, putus sekolah,
Phk, perasaan malu karena terjadi (korban perkosaan, dipenjara, dituduh KKN).
HDR pada pasien yang dirawat disebabkan oleh :
Privacy yang kurang diperhatikan, misal pemeriksaan fisik yang sembarangan, pemasangan alat
yang tidak spontan (mencukur pubis pemasangan kateter).
Harapan akan struktur, bentuk dan fungsi tubuh yang tidak tecapai karena dirawat atau sakit atau
penyakitnya.
Kelakuan petugas kesehatan yang tidak menghargai, misal berbagai pemeriksaan dilakukan
tanpa penjelasan berbagai tindakan tanpa pemeriksaan.
Kronik
Perasaan negatif terhadap diri sudah berlangsung lama yaitu sebelum sakit atau dirawat. Klien ini
mempunyai cara berpikir yang negatif, kejadian sakit yang dirawat akan menambah persepsi
negatif terhadap dirinya.
Menurut Ericson, masa balita adalah kemandirian yang ragu dan malu anak belajar
mengendalikan diri dan kepercayaan diri, sebabnya bila banyak dikendalikan dari luar maka
akan timbul bibit keraguan dan rasa malu yang berlebihan.
Faktor Predisposisi
Faktor yang mempengaruhi HDR adalah penolakan orang tua, harapan orang tua yang tidak
realistic. Tergantung pada orang tua dan ideal diri yang tidak realistic. Misalnya ; orang tua tidak
percaya pada anak, tekanan dari teman, dan kultur sosial yang berubah
Faktor Presipitasi
Ketegangan peran
Stress yang berhubungan dengan frustasi yang dialami dalam peran atau posisi
Konflik peran
Ketidaksesuaian peran dengan apa yang diinginkan
Peran yang tidak jelas
Kurangnya pengetahuan individu tentang peran
Peran yang berlebihan
Menampilkan seperangkat peran yang konpleks
Perkembangn transisi
Perubahan norma dengan nilai yang taksesuai dengan diri
Situasi transisi peran
Bertambah/ berkurangnya orang penting dalam kehidupan individu
Transisi peran sehat-sakit
Kehilangan bagian tubuh, prubahan ukuran, fungsi, penampilan, prosedur pengobatan dan
perawatan.
Tanda dan Gejala
Perasaan malu pada diri sendiri akibat penyakit dan akibat terhadap tindakan penyakit. Misalnya
malu dan sedih karena rambut menjadi rontok (botak) karena pengobatan akibat penyakit kronis
seperti kanker.
Rasa bersalah terhadap diri sendiri misalnya ini terjadi jika saya tidak ke RS menyalahkan dan
mengejek diri sendiri.
Merendahkan martabat misalnya, saya tidak bisa, saya tidak mampu, saya memang bodoh dan
tidak tahu apa – apa.
Gangguan hubungan sosial, seperti menarik diri, klien tak mau bertemu orang lain, lebih suka
menyendiri.
Percaya diri kurang, klien sukar mengambil keputusan yang suram mungkin memilih alternatif
tindakan.
Mencederai diri dan akibat HDR disertai dengan harapan yang suram mungin klien ingin
mengakhiri kehidupan.
Menurut Struart & Sundden (1998) perilaku klien HDR ditunjukkan tanda – tanda sebagai
berikut :
Produktivitas menurun.
Mengukur diri sendiri dan orang lain.
Destructif pada orang lain.
Gangguan dalam berhubungan.
Perasaan tidak mampu.
Rasa bersalah.
Mudah tersinggung atau marah yang berlebihan.
Perasaan negatif terhadap tubuhnya sendiri.
Ketegangan peran yang dihadapi atau dirasakan.
Pandangan hidup yang pesimis.
Keluhan fisik.
Pandangan hidup yang bertentangan.
Penolakan terhadap kemampuan personal.
Destruktif terhadap diri sendiri.
Menolak diri secara sosial.
Penyalahgunaan obat.
Menarik diri dan realitas.
Khawatir.
Akibat harga diri rendah berkepanjangan (kronis).
Klien akan mengisolasi diri dari lingkungan dan akan menghindar dengan orang lain.
HDR kronis berlangsung lama tanpa adanya intervensi yang terapeutik dapat menyebabkan
terjadinya kekacauan identitas dan akhirnya terjadi di personalisasi.
Kekacauan identitas adalah kegagalan individu mengintegrogasikan aspek – aspek.
Identitas masa kanak – kanak ke dalam kematangan aspek psikologi – psikososial kepribadian
pada masa dewasa yang harmonis.
Depersonalisasi adalah perasaan tidak realita dan asing terhadap diri sendiri yang berhubungan
dengan kecemasan, kepanikan, serta tidak dapat meredakan dirinya dengan orang lain.

Mekanisme koping individu


tidak efektif.
Masalah Keperawatan
Gangguan konsep diri : HDR
DS : - Adanya ungkapan yang menegatifkan diri.
- Mengeluh tidak mampu dilakukan peran dan fungsi sebagaimana mestinya.
- Ungkapan mengkritik diri sendiri, mengejek dan menyalahgunakan diri sendiri.
DO : - Kontak mata kurang, sering menunduk.
- Mudah marah dan tersinggung.
- Menarik diri.
- Menghindar dari orang lain.
2. Perubahan penampilan peran
DS : - Ungkapan peranannya saat ini yang tidak dapat dilaksanakan sebagaimana mestinya.
DO : - Adanya keluhan fisik.
- Perubahan dalam tanggung jawab.
3. Kerusakan interaksi sosial sama dengan menarik diri.
DS : - Ungkapan yang terbatas pada ya atau tidak tahu.
DO : - Tidak adanya kontak mata, selalu menundukkan kepala.
- Berdiam diri di kamar, afek tumpul, menyendiri.
- Menolak diajak berbincang – bincang.
- Posisi tidur janin.
4. Keputusasaan
DS : - Mengungkapkan ketidakmampuan mengontrol dan mempengaruhi pikiran.
- Enggan mengekspresikan perasaan yang sebelumnya.
- Mengungkapkan keputusan.
- Mengatakan kata – kata pesimis.
- Menyatakan secara tidak ada cara untuk memproleh hubungan dengan orang lain.
DO : - Respon terhadap stimulasi terlambat / melambat.
- Kurang berenergi.
- Pasif tampak apatis.
- Lebih banyak tidur menarik diri.
- Marah.
Kerusakan komunikasi
DS : - Sukar dimengerti, bila klien tidak mau berkomunikasi.
- Mengungkapkan hal – hal yang tidak sesuai dengan non verbalnya.
DO :- Menolak berkomunikasi
- Berbicara dengan nada yang tidak jelas.
- Tampak mimik wajah tidak sesuai dengan verbal
Resiko tinggi intoleran aktivitas
DS : - Klien mengungkapkan menolak aktivitas
DO :- Pasif
- Tampak menyendiri / menghindar dari kegiatan yang ada orang lain.
- Tidak peduli dengan aktifitas hidup sehari – hari.
Resiko tinggi perubahan persepsi sensori : halusinasi
DS : - Klien mengatakan mendengar suara, melihat sesuatu, mengucap rasa, sesuatu, mencium
bau yang nyata.
DO : - Klien berbicara, senyum – senyum, tertawa sendiri.
- Bersikap curiga dengan orang lain atau sekitar dan bermusuhan.
- Berbicara kacau, kadang – kadang tidak masuk akal.
- Tidak dapat membedakan hal – hal yang nyata dan tidak nyata.
Defisit perawatan diri
DS : - Klien mengatakan malas untuk beraktifitas mandi, makan ganti pakaian dll.
DO : - Pakaian kotor, penampilan tidak rapi.
- Rambut kusut, kotor, bau tidak sedap.
- Personal hygiene yang kurang.
- Makan tak mau / menolak.
- BAB / BAK tidak terkontrol.
Resiko perilaku pada diri sendiri, orang lain / lingkungan
DS : - Mengatakan mendengar suara yang negatif tentang orang lain, ancaman, ejekan.
DO : - Mudah tersinggung, jengkel, marah.
- Ekspresi wajah tegang.
- Memukul atau menyakiti orang lain.
Merusak lingkungan sekitar.
Diagnosa Keperawatan
Perubahan penampilan peran berhubungan dengan HDR.
HDR berhubungan dengan mekanisme koping individu tidak efektif.
HDR berhubungan dengan gangguan citra tubuh.
HDR berhubungan dengan ideal diri tidak realistis.
Kerusakan interaksi sosial : menarik diri berhubungan dengan HDR.
Keputusan berhubungan dengan hdr.
Kerusakan komunikasi berhubungan dengan HDR.
Resiko tinggi isolasi sosial berhubugan dengan HDR.
Intoleran aktivitas berhubungan dengan menarik diri.
Defisit perawatan diri berhubungan dengan intoleran aktifitas.
Resiko tinggi perubahan persepsi sensori halusinasi berhubungan dengan menarik diri.
Resiko tinggi perilaku kekerasan berhubungan dengan halusinasi.
Resiko tinggi mencederai diri sendiri orang lain akan lingkungan berhubungan dengan perilaku
kekerasan.

Rencana Keperawatan
Diagnosa : Perubahan penampilan peran berhubungan dengan HDR.
Tujuan umum : Klien dapat melanjutkan peran berhubungan dengan tanggung jawab.
Tujuan khusus :
Klien dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat.
Klien dapat mengidentifikasi kemampuan yang dapat digunakan.
Klien dapat menilai kemampuan yang dapat digunakan.
Klien dapat menerapkan (merencanakan) kegiatan sesuai kemampuan yang dimiliki.
Klien dapat melakukan kegiatan sesuai kondisi sakit dan kemampuannya.
Klien dapat meciptakan sistem pendukung yang ada.
Intervensi :
Bina hubungan saling percaya dengan cara selain terapoutik.
Bicara dengan jujur, singkat, jelas, mudah di mengerti.
Dengarkan pernyataan klien yang empati tentang halusinasi tanpa menentang atau menyetujui.
Beri kesempatan untuk mengungkapkan perasaannya tentang penyakit yang diderita.
Sediakan waktu untuk mendengarkan.
Katakan pada klien bahwa klien adalah orang yang berharga dan bertanggung jawab serta
mampu menolong dirinya sendiri.
Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki klien dapat dimuat dan bagian tubuh
mana yang masih berfungsi dengan baik. Kemampuan yang dimiliki oleh klien, aspek positif
yang dialami oleh klien. Jika klien tidak mampu mengungkapkan maka dimulai dengan perawat
memberikan rein forcement terhadap aspek positif klien.
Setiap bertemu klien tindakan memberi penilaian negatif, utamakan memberi pujian yang
realistic.
Diskusikan dengan klien kemampuan yang masih dapat digunakan selama sakit. Misalnya
penampilan klien dalam “self care” latihan fisik dan ambulasi serta aspek – aspek.
Diskusikan dalam kemampuan yang dapat dilanjutkan penggunaannya setelah pulang sesuai
dengan kondisi sakit pasien.
Rencanakan bersama klien aktifitas yang dapat dilakukan setiap hari, sesuai dengan kemampuan
kegiatan mandiri, kegiatan dengan bantuan sebagai bantuan total.
Tingkatkan kegiatan yang sesuai dengan kondisi klien.
Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan yang lebih dilakukan klien.
Berikan kesempatan pada klien untuk mencoba kegiatan yang telah direncanakan.
Beri pujian atas kebersihan klien.
Diskusikan kemungkinan penatalaksanaan rumah.
6.1 Berikan pendidikan kesehatan pada klien tentang cara merawat klien dengan HDR.
6.2 Bantu dengan keluarga memberi dukungan selama klien dirawat.
6.3 Bantu keluarga menyiapkan lingkungan dirumah.

 Rasional

Membina hubungan perawat – klien setiap akan melakukan tindakan merupakan langkah awal
yang penting sehingga klien mempercayai perawat sehingga berinteraksi dengan perawat. Sikap
jujur bersahabat akan menimbulkan kepercayaan kepada klien sehingga memudahkan untuk
berkomunikasi.

Mengetahui persepsi klien terhadap kondisinya.

Klien merasa dihargai karena ada orang yang mau mendengarkannya bicara.

Dengan memberikan rewards, maka harga diri klien akan meningkat sehingga timbul perasaan
berharga dan meningkatkan percaya diri.

Menggali kemampuan positif klien kemudian ditonjolkan sehingga klien merasa hidupnya
berarti. Dengan memberikan reinforemen klien akan menyadari bahwa dirinya mempunyai
kelebihan seperti orang lain.

Penilaian negatif akan menambah klien merasa rendah diri / HDR dengan menunjukkan
kemampuan klien / membuat klien beraktifitas akan menambah perasaan berguna bagi klien
sehingga akan meningkatkan harga diri.

Dapat di ketahui kegiatan – kegiatan yang bisa dilakukan sendiri dan mulai dilatih aktivitas yang
dibantu sehingga klien dapat melakukannya secara mandiri, memberikan contoh kegiatan yang di
dapat dilakukan klien kelak takut melakukan aktivitas tersebut.

Membuat kesempatan pada klien untuk menunjukkan kemampuan dan memberikan pujiannya
akan meningkatkan harga diri klien.

Pendidikan kesehatan dapat meningkatkan pengetahuan dan wawancara keluarga tentang cara
merawat klien, keluarga merupakan faktor penting dalam penanggulangan masalah, keluarga
juga merupakan lingkungan pertama sebelum ke masyarakat.

Hasil yang diharapkan.

Klien mengungkapkan perasaannya terhadap penyakit yang diderita.


Klien menyebutkan aspek positif dan kemampuan dirinya (fisik , internal, sistem pendukung).

Klien berperan serta dalam perawatan di derita.

Percaya diri klien meningkat dengan menerapkan keinginan atau tujuan yang realistis.
Strategi pelaksanaan

Masalah : Harga Diri Rendah


Pertemuan : Ke - 1 (pertama)
Proses Keperawatan
Kondisi Klien
Mengkritik diri sendiri, merasa tidak mampu, malu bertemu orang lain, melamun.

Diagnosa Keperawatan

Isolasi sosial : menarik diri berhubungan dengan HDR.

Tujuan Khusus
 Klien dapat membina hubungan saling percaya.
 Klien dapat mengidentifikasikan kemampuan & aspek positif yang dimiliki.

Tindakan Keperawatan

 Bina hubungan saling percaya.

 Diskusikan kemampuan & aspek positif yang dimiliki klien.

 Setiap bertemu klien hindarkan dari memberi nilai negatif.

 Utamakan memberi nilai yang realitas.

 Strategi Komunikasi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan

 Orientasi
Salam terapeutik.
- Selamat pagi mas ?
4 minggu.- Perkenalkan nama saya Jepi dari AKPER Ngudi Waluyo Ungaran, saya
dinas disini
- Nama mas siapa ? mas suka dipanggil siapa ?
Evaluasi / validasi
- Bagaimana perasaan mas kali ini ?
- Apa yang menyebabkan mas masuk / dirawat di RSJ Magelang ini !
Kontrak
- Topik : Bagimana kalau kita bincang – bincang sebentar tentang hal – hal positif yang
bisa mas lakukan sehari – hari ?
- Waktu : jam berapa kita akan berbincang – bincang ?gimana kalu waktunya 10 menit
saja ?
- Tempat : mas mau bincang – bincang dimana ?
Kerja
Apa yang menyebabkan mas dari tadi kelihatan melamun dan terus menyendiri,
memandang ke bawah terus ?
Kegiatan apa yang masa lakukan sehari – hari ?
Bagus ternyata mas mempunyai suatu keahlian yang tidak semua orang bisa ?
Terminasi
Evaluasi subjektif
Bagaimana perasaan mas setelah kita bincang – bincang saat ini ?
Evaluasi obyektif
Coba mas sebutkan kembali yang menyebabkan mas selalu merendahkan diri & tidak
mau bicara ?
Rencana tindak lanjut
Baiklah, sekarang mas coba ingat kembali hal lain yang dapat menyebabkan mas tidak
mau bicara dengan orang lain, kok mas selalu merendah & sebutkan kegiatan positif yang
mas miliki.
Kontrak
Topik : mas ingin tahu tidak, bagaimana cara menilai kemampuan yang mas miliki yang
dapat digunakan untuk kegiatan selanjutnya. Bagaimana kalu nanti kita bicara ?
Tempat : mas nanti minta kita bincang – bincang dimana ?
Bagaimana kalau kita di ruang makan mas ?
Waktu : jam berapa kita akan berbincang – bincang ? Bagaimana kalau jam 13.00 setelah
makan siang aja mas?
Strategi pelaksanaan
Masalah : Harga Diri Rendah
Pertemuan : Ke – 2 (Kedua)
Proses Keperawatan
Kondisi klien
Pasien murung, sering tiduran di kamar, jarang bicara sama orang lain.
Diagnosa keperawatan
Isolasi sosial : MD berhubungan dengan HDR
Tujuan khusus
Klien dapat menilai kemampuan yang digunakan.
Tindakan keperawatan
Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki klien.
Setiap bertemu klien hindarkan dari memberi penilaian negatif.
Utamakan memberi pujian yang realistis.
Strategi Komunikasi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan
Orientasi
Salam terapeutik
Selamat pagi mas ? mas masih ingat dengan saya ?
Evaluasi / validasi
Bagaimana perasaan mas hari ini
Mas masih ingat dengan apa yang kita bicarakan kemasin ?
Kontrak
Kita kemarin sudah kontrak, bahwa hari ini kita akan berbincang – bincang tentang
bagaimana mas dapat menilai kemampuan yang mas miliki ?
Mas ingin kita bincang – bincang berapa lama ?
Mau dimana mas tempatnya ? Oh ya kemarin kita sudah sepakat kita bincang – bincang
di ruang makan selama 10 menit ya mas ? mas mau kan ?
Kerja
Selama mas disini kegiatan apa saja yang mas lakukan.
Sebelum mas disini, mas pernah punya ketrampilan ? bisa mas sebutkan ketrampilan
yang pernah mas miliki tersebut ?
Mas pernah mendapatkan penghargaan tentang ketrampilan yang mas miliki ini ?
Mas bisa memanfaatkannya kembali ?
Terminasi
Evaluasi subyektif
Bagaimana perasaan mas saat ini setelah kita bincang – bincang banyak tentang kegiatan
yang mas miliki tadi ?
Evaluasi obyektif
Coba mas sebutkan lagi kegiatan apa saja tadi yang mas miliki ?
Rencana tindak lanjut
Mas masih ingat dengan topik yang kita bicarakan tadi ? untuk pertemuan selanjutnya
kita akan membicarakan tentang bagaimana merencanakan kagiatan sesuai dengan
kemampuan yang mas miliki, mas mau kan ?
Kontrak
Untuk pertemuan besok kita akan berbincang – bincang tentang merencanakan kegiatan –
kegiatan yang sesuai dengan kemampuan yang mas miliki, mas mau kita berbincang –
bincang dimana ? Gimana kalau waktunya pagi jam 09.00 aja masnya setuju kan ?
Strategi pelaksanaan
Masalah : Harga Diri Rendah
Pertemuan : Ke – 3 (Ketiga)
Proses Keperawatan
Kondisi klien
Klien sudah mau berkumpul sama teman – temannya.
Diagnosa keperawatan
Isolasi sosial : MD berhubungan dengan HDR
Tujuan khusus
Pasien dapat (menetapkan) merencanakan kegiatan sesuai dengan kemampuan yang
dimiliki.
Tindakan keperawatan
Rencanakan bersama klien aktifitas yang dapat dilakukan setiap hari sesuai kemampuan.
Kegiatan mandiri.
Kegiatan dengan bantuan sebagian.
Kegiatan yang membutuhkan bantuan total.
Tingkatkan kegiatan yang sesuai dengan toleransi kondisi klien.
Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan yang boleh klien lakukan.
Strategi Komunikasi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan
 Orientasi
Salam terapeutik
Selamat pagi mas, mas masih ingat nama saya mas ?
Evaluasi / validasi
Bagaimana mas apa masih ingat tentang pembicaraan kita kemarin mas?
Kontrak
Topik : seperti janji kita kemarin, kita akan membicarakan & membahas tentang rencana
yang akan kita lakukan mas ?
Waktu : jam berapa mas, kita akan berbincang – bincang lagi mas ? berapa lama mas ?
Tempat : mau di tempat ini atu mau bincang – bincang dimana mas?

 Kerja
Pada pertemuan pertama mas menyatakan bisa memotong rambut, lalu kemampuan
tersebut dapat mas lakukan disini maupun setelah mas pulang dari sini, mas bisa
mengekspresikan perasaan mas dengan momotong rambut temannya. Dengan memotong
rambut perasaan mas agak terhibur. Dan nanti kalau mas sudah pulang mas bisa
membuka salon dan mas bisa mempunyai penghasilan sendiri dari hasil memotong
rambut.

 Terminasi
Evaluasi subyektif
Bagaimana perasaan mas setelah kita bincang – bincang selama ini ?
Evaluasi obyektif
Coba mas sebutkan kemampuan apa yang bisa dilakukan mas ?
Rencana tindak lanjut
Bagaimana perasaan mas setelah kita membicarakan topik ini sekarang bandingkan
perasaan mas sebelum dan sesudah berbincang – bincang.
Kontrak yang akan datang
Topik : untuk pertemuan selanjutnya kita membicarakan tentang kegiatan yang dapat
dilakukan selama mas sakit, mas setuju tidak ?
Waktu : jam berapa mas kita nanti bisa berbincang – bincang lagi ? mau berapa lama ?
Tempat : dimana mas kita nanti mau berbincang – bincang ? mas mau ditempat mana ?
Strategi pelaksanaan

Masalah : Harga Diri Rendah


Pertemuan : Ke – 4 (Keempat)
Proses Keperawatan
Kondisi klien
Tampak tenang, sudah mengobrol sama temannya, walau kadang masih suka menyendiri.
Diagnosa keperawatan
Isolasi : MD berhubungan dengan HDR

Tujuan khusus
Klien dapat melakukan kegiatan sesuai kondisi sakit dan kemampuannya.

Tindakan keperawatan
Beri kesempatan pada klien untuk mencoba kegiatan yang telah direncanakan.
Beri pujian atas keberhasilan klien.
Diskusikan kemungkinan pelaksanaan di rumah.
B. Strategi Komunikasi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan

 Orientasi
Salam terapeutik
Selamat pagi mas ? mas masih ingat dengan nama saya ?
Evaluasi / validasi
Bagaimana perasaan mas saat ini, apakah lebih baik dari hari kemarin.
Kontrak
Topik : bagaimana kalau kita kali ini membicarakan tentang kegiatan yang sesuai
dengan kondisi & kemampuan mas yang dapat dilakukan saat ini ?
Tempat : mas mau dimana, apakah mau ditempat ini lagi?
Waktu : jam berapa mas bisa bincang – bincang lagi ? mas mau berapa lama ?

 Kerja
Coba sekarang mas melakukan kegiatan yang telah kita bicarakan kemarin. Bagus
kali ini mas dapat melaksanakannya kalau mas bisa berhasil. Mas bisa
melaksanakannya dirumah, bagaimana mas setuju ?

 Terminasi
Evaluasi subyektif
Coba mas ungkapkan perasaan mas saat ini bagaimana setelah kita bincang –
bincang ?
Evaluasi obyektif
Coba mas sebutkan lagi kegiatan – kegiatan apa yang telah kita rencanakan tadi ?
Rencana tindak lanjut
Bagaimana perasaan mas setelah kita bincang – bincang kali ini coba nanti mas
ingat – ingat lagi, tentang apa yang telah kita bicarakan tadi .
Kontrak
Topik : mas mau tahu tidak, bagaimana cara memanfaatkan sistem pendukung
yang ada, kalau mau nanti kita bisa bincang – bincang.
Waktu : jam berapa mas mau bincang – bincang dengan saya ? mau berapa lama ?
Tempat : mas mau mau ditempat ini atau ruang tamu saja ?
Strategi pelaksanaan
Masalah : Harga Diri Rendah
Pertemuan : Ke – 5 (Kelima)
Proses Keperawatan
Kondisi klien
Klien sudah bersosialisasi dengan teman yang lain, tampak ceria, jika ketemu
orang klien memberi senyum.
Diagnosa keperawatan
Isolasi sosial : MD berhubungan dengan HDR
Tujuan khusus
Klien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang ada.
Tindakan keperawatan
Beri tahu pada keluarga tentang cara merawat klien dengan harga diri rendah.
Bantu keluarga memberikan dukungan selama klien dirawat.
Bantu keluarga menyiapkan lingkungan di rumah.
Strategi Komunikasi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan
Orientasi
Salam terapeutik
Selamat pagi mas ? masih ingat dengan saya mas ?
Evaluasi / validasi
Bagaimana perasaan mas pagi ini ?
Apakah saran – saran yang saya berikan sudah mas kerjakan ?
Kontrak
Topik : seperti janji kita kemarin, kita akan berbincang – bincang tentang sistem
pendukung yang ada dalam keluarga mas ?
Waktu : jam berapa mas kita akan bincang – bincang ?
Tempat : mas mau bincang – bincang dimana ?
Kerja
Coba ceritakan pada saya tentang saran – saran saya yang sudah mas lakukan.
Apakah keluarga mas sering menjenguk mas disini ?
Apa yang sering dibicarakan mas dengan keluarga mas ?
Terminasi
Evaluasi subyektif
Setelah berbincang – bincang beberapa pertemuan, bagaimana perasaan mas pagi
ini ?
Evaluasi obyektif
Coba ceritakan pada saya bagaimana dengan saran yang mas lakukan ?
Rencana tindak lanjut
Coba mas ceritakan perasaan mas setelah sering dijenguk keluarga.
Kontrak yang akan datang
Topik : Bagus, mas sudah bisa melaksanakan saran saya sekarang sudah dapat
berkumpul dengan keluarga, mas sudah bagus dan berhasil.

http://www.google.co.id/search?q=askep+hdr+jiwa&ie=utf-8&oe=utf-8&aq=t&rls=org.mozilla:en-
US:official&client=firefox-a
Asuhan Keperawatan Jiwa Harga Diri rendah

A.    Masalah Utama:


Gangguan Konsep Diri: Harga Diri Rendah
B.     Proses terjadinya Masalah
1.      Pengertian
Harga diri rendah adalah perasaan tidak berharga, tidak berarti dan rendah diri yang
berkepanjangan akibat evaluasi negative terhadap diri sendiri dan kemampuan diri.
Gangguan harga diri adalah suatu keadaan dimana individu mengalami atau beresiko
mengalami evaluasi dari yang negative dan tentang kemampuan diri.
2.      Factor Predisposisi
Factor yang mempengaruhi harga diri, al: penolakan orang tua, harapan orang tua yang
tidak realistis, ketergantungan pada orang lain dan ideal diri yang tidak realistis.
3.      Factor Presipitasi
a.      Ketegangan Peran
Ketegangan peran adalah stress yang berhubungan dengan frustasi yang dialami
individu dalam peran atau posisi yang diharapkan seperti konsep berikut:
o   Konflik Peran;
Ketidaksesuaian antara peran yang dijalankan dengan yang diinginkan.
o   Peran yang tidak jelas;
Kurang pengetahuan individu tentang peran yang dilakukannya.
o   Peran yang berlebihan;
Kurang sumber yang adekuat untuk menampilkan seperangkat peran yang kompleks.
b.      Perkembangan Transisi
Perkembangan ttansisi adalah perubahan norma yang berkaitan dengan individu
termasuk keluarga dan norma-norma kebudayaan, nilai-nilai untuk menyesuaikan diri.
o   Situasi Transisi Peran
Situasi transisi peran adalah bertambah atau berkurangnya orang yang penting dalam
kehidupan individu melalui kelahiran atau kematian yang berarti.
o   Transisi Peran Sehat Sakit
Transisi peran sehat sakit adalah peran yang diakibatkan oleh keadaan sehat atau
keadaan sakit. Transisi ini dapat diakibatkan oleh kehilangan bagian tubuh, perubahan
ukuran dan bentuk, penampilan atau fungsi yang berubah, perubahan fisik yang
berkaitan dengan pertumbuhan dan perkembangan, prosedur pengobatan dan
perawatan.
C.     Masalah Keperawatan dan data yang perlu dikaji
1.      Masalah Keperawatan

a.      Isolasi social: Menarik Diri


b.      Gangguan Konsep Diri: Harga Diri Rendah
c.       Perilaku Kekerasan
d.     Koping Individu Tidak Efektif
e.      Perubahan Persepsi Sensori
f.        Tidak Efektifnya Penatalaksanaan regimen terapeutik
g.      Koping Keluarga Tidak Efektif

Data yang perlu di kaji


1.      Tanda dan gejala harga diri rendah, meliputi:
a.      Mengkritik diri sendiri
b.      Perasaan tidak mampu
c.       Pandangan hidup yang pesimis
d.     Penurunan prokduktifitas
e.      Penolakan terhadap kemampuan diri
2.      Kurang memperhatikan perawatan diri
3.      Berpakaian tidak rapi
4.      Selera makan menurun
5.      Tidak berani menatap lawan bicara
6.      Lebih banyak menunduk
7.      Berbicara lambat dengan nada suara lemah

D.    Diagnose Keperawatan


1.      Menarik diri
2.      Perilaku kekerasan
3.      Gangguan konsep diri: Harga Diri Rendah
4.      Perubahan Persepsi Sensori
5.      Resiko Mencederai Diri sendiri, Orang Lain dan Lingkungan

Diagosa prioritas:
Harga Diri Rendah
E.     Rencana Tindakan Keperawatan
F.     Tindakan Keperawatan Pada Pasien
1.      Tujuan Keperawatan
a.      Pasien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
b.      Pasien dapat menilai kemampuan yang dapat digunakan
c.       Pasien dapat memilih kegiatan sesuai dengan kemampuan
d.     Pasien dapat melatih kegiatan yang dipilih sesuai dengan kemampuan
e.      Pasien dapat melakukan kegiatan yang sudah dilatih sesuai jadwal
2.      Tindakan keperawatan:
a.      Identifikasi kemampuan dan aspek positif yang     masih dimiliki pasien. Perawat dapat
melakukan hal-hal berikut:
o   Diskusikan tentang sejumlah kemampuan dan asspek positif yang dimiliki klien
o   Beri pujian yang realistic dan hindarkan penilaian yang negative
b.      Bantu pasien menilai kemampuan yang dapat digunakan dengan cara-cara berikut.
o   diskusikan dengan pasien mengenai kemampuan yang masih dapat digunakan saat ini.
o   Bantu pasien menyebutkannya dan beri penguatan terhadap kemampuan diri yang
diungkapkan pasien.
o   Perlihatkan respon yang kondusif dan upayakan menjadi pendengar yang aktif
c.       Membantu pasien untuk memilih atau menetapkan kemampuan yang dilatih.
Tindakan  keperawatan yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut.
o   Diskusikan dengan pasienkegiatan yang akan dipilih sebagai klegiatan yang akan pasien
lakukan sehari – hari
o   Bantu pasien memilih kegiatan yang dapat pasien lakukan dengan mandiri atau dengan
bantuan minimal.
d.     Latih kemampuan yang dipilih pasien dengan cara berikut.
o   Diskusikan dengan pasien langkah-langkah pelaksanaan kegiatan
o   Bersama pasien, peragakan kegiatan yang ditetapkan.
o   Berikan dukungan dan pujian pada setiap kegiatan yang dapat dilakukan pasien.
e.      Bantu pasien menyusun jadwal pelaksanaan kemampuan yang dilatih.
o   Beri kesempatan kepada pasien untuk mencoba kegiatan yang telah dilatihkan.
o   Beri pujian atas kegiatan yang dapat dilakukan pasien setiap hari.
o   Tingkatkan kegiatan seuai dengan tingkat toleransi dan perubahan setiap kegiatan
o   Susun jadwal untuk melaksanakan kegiatan yang telah dilatih.
o   Berikan pasien kesempatan kuntuk mengungkapkan perasaannya setelah pelaksanaan
kegiatan.

SP 1 Pasien:
Mendiskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki pasien, membantu pasien
menilai kemampuan yang masih dapat digunakan, membantu pasien memilih atau
menetapkan kemampuan yang akan dilatih, melatih kemampuan yang sudah dipilih
dan menyusun jadwal pelaksanaan kemampuan yang telah dilatih dalam rencana
harian.
1.      Orientasi
“  Selamat pagi ! Bagaimana keadaan X hari ini? X terlihat segar”
“  Bagaimana kalau kita bercakap-cakap tentang kemampuan dan kegiatan yang
pernah X lakukan? Selain itu kita akan menilai kegiatan mana yang masih dapat X
lakukan dirumah sakit. Setelah kita nilai, kita akan pilih salah satu kegiatan untuk kita
latih.
“  Dimana kita duduk ? Bagaimana kalau di ruang tamu ?
Berapa lama ? bagaimana kalau 20 menit ? “
2.      Kerja
“ X, apa saja kemampuan yang X miliki ? Bagus, apa lagi ? Saya buat daftarnya ya ! Apa
pula kegiatan rumah tangga yang biasa X lakukan ? Bagaimana dengan merapikan
kamar ? menyapu ? Mencuci piring dan seterusnya. Wah, bagus sekali ada lima
kemampuan dan kegiatan yang X miliki !.“
“ X, dari kelima kegiatan atau kemampuan ini, mana yang masih dapat dikerjakan
dirumah sakit ? ( misalnya ada tiga yang masih dapat dilakukan). Bagus sekali, ada tiga
kegiatan yang masih bisa dikerjakan dirumah sakit ini !”
“ Sekarang, coba X pilih satu kegiatan yang masih bisa dikerjakan dirumah sakit ini.
BAik, yang nomor satu, merapikan tempat tidur? Kalau begitu, bagaimana kalau
sekarang kita latihan merapikan tempat tidur X. Mari kita lihat tempat tidur X ! Coba
lihat, sudah rapikah tempat tidurnya ? ”
“ Nah, kalau kita mau merapikan tempat tidur, mari kita pindahkan dulu bantal dan
selimutnya. Bagus ! Sekarang kita angkat seprainya, dan kasurnya kita balik. Nah,
sekarang kita pasang lagi seprainya,kita mulai lagi dari arah atas, ya bagus ! Sekarang
sebelah kiri, tarik dan masukkan, lalu di sebelah pinggir masukkan. Sekarang ambil
bantal, rapikan, dan letakkan 
3.      Terminasi
‘’bagaimana perasaan T setellah kita bercakap-cakap dan latihan merapikan tempat
tidur? Ya T ternyata banyak memiliki kemampuan yang dapat dilakukan di rumah
sakit ini, salah satunya merapikan tempat  tidur, yang sudah T peraktikkan dengan
baik sekali. Nah, kemampuan ini dapat dilakukan juga dirumah setelah pulang.
Sekarang mari kita masukkan pada jadwal harian, T mau berapakah sehari merapikan
tempat tidur, bagus, dua kali, yaitu pagi jam berapa? Lalu sehabis istirahat jam 4 sore.
‘’besok pagi kita latihan lagi kemampuan yang kedua, T masih ingat kegiatan apa lagi
yang mampu dilakukan di rumah sakit selain merapikan tempat tidur? Ya bagus, cuci
piring, kalau begitu kita akan latihan mencuci piring besok jam 8 pagi didapur ruangan
ini sehabis makan pagi. Sampai jumpa ya

SP 2 Pasien:
melatih pasien melakukan kegiatan lain yang sesuai dengan kemampuan pasien.
Latihan dapat dilanjutkan untukn kemampuan lain sampai semua kemampuan dilatih.
Setiap kemampuan yang dimiliki akan meningkatkan hargadiri pasien.
1.      Orientasi
‘’selamat pagi, bagaimana perasaan T pagi ini. Wah, T tampak cerah. Bagaimana T,
sudah mencoba merapaikan tempat tidur tadi pagi? Bagus, kalau sudah dilakukan (jika
pasien belum mampu melakukannya, ulang dan bantu kembali)  sekarang kita akan
latihan kemampuan kedua. Masih ingat apa kegiatan itu !
‘’ ya benar, sekarang kita kan latihan mencuci piring di dapur’’.
‘’ waktunya sekitar 15 menit. Mari kita kedapur !’’
2.      Kerja
‘’T , sebelum mencuci piring kita perlu persiapkan dulunperlengkapannya, yaitu sabut
atau spons untuk membersihkan piring sabun khhusus untuk mencuci piring dan air
untuk membilas, T dapat menggunakan air yang mengalir dari keran ini. Oh ya, jangan
lupa sediakan tempat sampah untuk membuang sisa makanan’’.
‘’sekarang saya perlihatkan dulu ya caranya. Setelah semua perlengkapan tersedia, T
satu piring kotor, lalu buang dulu sisa kotoran yang ada di piring tersebut ketemp[at
sampah. Kemudian T bersihkan piring tersebut dengan menggunakan sabut atau spons
yang sudah di berikan sabun pencuci piring. Setelah selesai disabuni, bilas dengan air
bersih sampai tidak ada busa sabun sedikitpun di piring tersebut. Selain itu, T bisa
mengeringkan piring yang sudah bersih tadi di rak yang sudah tersedia di dapur. Nah
selesai. !”
‘’ sekarang coba T yang melakukan.’’
‘’ Bagus sekali, T dapat memperaktikkan cuci piring dengan baik ! sekarang di lap
tangannya.’’
3.      Terminasi
‘’ bagaimana perasaan T setelah latihan cuci piring?’’
‘’ bagaimana jika kegiatan cuci piring ini dimasukkan menjadi kegiatan sehari-hari.”
“T. mau berapa kali T mencuci piring ? bagus sekali, T mencuci piring tiga kali setelah
makan.”
“ besok kita akan latihan untuk kemampuan ketiga, setelah merapikan tempat tidur
dan cuci piring. Masih ingat kegiatan apakah itu? Ya benar kita akan ,latihan
mengepel.”
“ mau jam berapa? Sama seperti sekarang? Sampai jumpa!.”

Tindakan Keperawatan pada Keluarga


1.      Tujuan keperawatan:
a.      Keluarga dapat membantu pasien mengidentifikasi kemampuan yang dimiliki pasien.
b.      Keluarga dapat memfasilitasi kemampuan yang masih dimiliki pasaien.
c.       Keluarga dapat memotivasi pasien untuk melakukan kegiatan yang sudah dilatih dan
memberikan pujian atas keberhasilan pasien.
d.     Keluarga mampu menilai perkembangan perubahan kemampuan pasien.
2.      Tindakan keperawatan:
a.      Diskusikan masalah yang dihadapi keluarga dalam merawat pasien.
b.      Jelaskan kepada keluarga tentang harga diri rendah yang alami pasien.
c.       Diskusi dengan keluarga mengenai kemampuan yang dimiliki pnasie dan puji pasien
atas kemampuannya.
d.     Jelaskan caraa-cara merawat pasien harga diri rendah pasien.
e.      Demostrasikan cara merawat pasien harga diri rendah.
f.        Beri kesempatan pada keluarga untuk mempraktekkan cara merawat pasien harga diri
rendah seperti yang telah perawat demonstrasikan sebelumnya.
g.      Bantu keluarga menyusun rencana kegiatan pasien di rumah.

SP 1 keluarga:
mendiskusikan masalah yang di hadapi keluarga dalma merwat pasien dirumah,
menjelaskan tentang pengertian, tanda dan gejala harga diri rendah, menjelaskan cara
merwat pasien dengan harga diri rendah, mendemostrasikan cara merawat pasien
dengan harga diri rendah, dan memberi kesempatan pada keluarga untuk
memperaktekkan cara merawat.
1.      Orientasi
“ selamat pagi.! Bagaimana keadaan bapak atau ibu?’’
“ bagaimana kalau pagi ini kita bercakap-cakap tentang cara merawat T ? berapa lama?
Bagaimana kalau 30 menit? Baik, mari duduk diruangan wawancara!”
2.      Kerja
“ apa yang bapak ibu ketahui tentang masalah T ?”
“ ya memang, benar sekali pak/bu, T itu memang terlihat tidak percaya diri dan sering
menyalahkan dirinya sendiri. T sering mengatakan dirinya adalah orang paling bodoh
sedunia. Dengan kata lain, anak bapak/ibu memiliki masalah harga diri rendah yang
ditandai dengan munculnya pikiran-pikiran yang selalu negatif terhadap diri sendiri.
Jika keadaannya terus menerus seperti itu T dapat mengalami masalah yang lebih berat
lagi, misalnya T  jadi malu bertemu dengan orang lain dan memilih mengurung diri.”
“ sampai disini, bapak/ibu mengerti apa yang dimaksud harga diri rendah? Bagus
sekali bapak/ibu sudah mengerti!”
“ setelah kita mengerti bahwa masalah T dapat menjadi masalah serius, kita perlu
memberikan perawatan yang baik untuk T.”
“Bapak /ibu apa saja kemampuuan yang dimiliki T? Ya benar, dia juga mengatakan hal
yang sama.” (jika sama dengan kemampuan yangb dikatakan T).
“ T telah berlatih dua kegiatan, yaitu merapikan tempat tidur dan cuci piring. T juga
telah di buatkan jadwal untuk kegiatan tersebut. Untuk itu, bapak/ibu dapat
mengingatklann T untuk melakukan klegiatan tersebut sesuai jadwal. Tolong bantu
menyiapkan alat-alatnya, ya pak/bu. Jangan lupa memberikan pujian agar harga
dirinya meningkat. Ajak pula memberi tanda contreng pada jadwal kegiatannya. Selain
itu, jika T tidak lagi di rawat di rumah sakit, bapak/ibu tetap perlu memantau
perkembangan T jika masalah harga dirinya kembali muncul dan tidak tertangani lagi,
bapak/ibu dapat membawa T kepuskesmas.”
.T dan tanyakan kegiatan yang sudah dia lakukan lalu berikan pujian seperti,”bagus
sekali T, kamu sudah semakin terampil mencuci piring.!”
“coba  bapak/ibu praktekkan sekarang. Bagus!”
3.      Terminasi
“bagaimana perasaan bapak/ibu setelah percakapan kita ini?”
“dapatkah bapak/ibu jelaskan kembali masalah yang dihadapi T dan bagaimana cara
merawatnya?”
“bagus sekali bapak/ibu dapat menjelaskan dengan baik. Nah, setiap kali bapak/ibu
menggunjungi T lakukan seperti itu. Nanti dirumah juga demikian.”
“bagaimana kalau kita bertemu lagi dua hari mendatang untuk latihan cara memberi
pujian langsung kepada T?”
“Pukul berapa bapak/ibu datang? Baik, akan saya tunggu. Sampai jumpa!”

SP 2 Keluarga:
melatih keluarga memprektekkan cara merawat pasien harga diri rendah langsung
pada pasaien.
1.      Orientasi
“selamat pagi pak/bu! Bagaimana perasaan bapak/ibu hari ini?”
“bapak/ibu masih ingat latihan merawat anak bapak/ibu seperti yang kita pelajari dua
hari yang lalu?”
“baik, hari ini kita akan mempraktekkannya langsung pada T.”
“bagaimana kalau 20 menit? Sekarang mari kita temui T!”
2.      Kerja
“selamat pagi T. Bagaimana perasaan T hari ini? Hari ini saya datang bersama orang
tua T seperti yang sudah saya katakan sebelumnya, orang tua T juga ingin merawat T
agar T cepat pulih.(kemudian anda berbicara pada keluarga sebagai berikut).
“nah pak/bu, sekarang bapak/ibu bisa memperakktekkan apa yang sudah kita
latihkan beberapa hari lalu, yaitu memberikan pujian terhadap perkembangan anak
bapak/ibu.” (perawat mngobservasi keluarga mempraktekkan cara merawat pasien
seperti yang telah dilakukan pada pertemuan sebelumnya).
“bagaimana perasaan setelah berbincang bincang dengan orang tua T?”
“baiklah, sekarang suster dan orang tua T ke ruang perawat dulu!” (perawat dan
keluarga meninggalkan pasien untuk melakukan terminasi dengan keluarga).
3.      Terminasi
“bagaimmana perasaan bapak/ibu setelah kita latihan tadi?”
“mulai sekarang bapak/ibu sedah dapat melakukan cara perawatan tadi pada T.”
“tiga hari lagi kita akan bertemu untuk mendiskusikan pengalaman bapak/ibu
melakukan cara merawat yang sudah kita pelajari. Waktu dan tempatnya sama seperti
sekarang ya?

SP 3 keluarga:
membuat perencanaan pulang bersama keluarga.
1.      Orientasi
“selamat pagi pak/bu! Karena hari ini T sudah boleh pulang, kita akan membicarakan
jadwal T selama dirumah.”
“berapa lama bapak/ibu ada waktu? Mari kita bicarakan di kantor!”
2.      Kerja
“ pak/bu ini jadwal kegiatan T selama di rumah sakit. Coba diperhatikan, apakah
semua dapat dilaksanakan dirumah? Pak/bu, jadwal yang telah di buat selama T
dirawat dirumah sakit tolong dilanjutkan dirumah,baik jadwal kegiatan maupun
jadwal mium obatnya.”
“hal-hal yang perlu diperhatikan lebih lanjut adalah perillaku yang ditampilkan oleh T
selama dirumah. Contohnya kalau T terus menerus menyalahkan diri sendiri dan
berfikiran negatif terhadap diri sendiri, menoolakl minum obat atau memperlihatkan
perilaku membahayakan orang lain. Jika hal ini terjadi segera hubungi perawat K di
puskesmas Indara Puri, Puskesmas terdekat dari rumah bapak/ibu, ini nomor telpon
pukesmasnya: (0651) 554xxx.”
“selanjutnya perawat K tersebut yang akan memantau perkenbangan T selama
dirumah.”
3.      Terminasi
“bagaimana pak/bu? Ada yang belum jelas?”
“ini jadwal kegiatan harian T untuk dibawa pulang. Ini surat rujukan untuk perawat K
dipuskesmas Indera Puri. Jangan lupa kontrol ke puskesmas sebalum obat habis atau
ada gejala yang terlihat. Silahkan selesaikan administrasinya!”

https://www.facebook.com/mobileprotection

Anda mungkin juga menyukai