Anda di halaman 1dari 7

TUGAS KEPERAWATAN MENJELANG AJAL DAN PALIATIF

Pandangan Agama dalam perawatan paliatif

Disusun Oleh : Kelompok 1


NAMA ANGGOTA NPM
AARON TOMI SEIPALLA 12114201180135
ALIN CH SAIJA 12114201190007
ALISYA ZANTY H SAMANGUN 12114201190008
ALVRIAN R MANUHUTU 12114201190012
ANTHO SIAHAYA 12114201190021
BOBY NANULAITTA 12114201190034
BRIAN NOYA 12114201190035
DEWI LUTURMAS 12114201190053
FENRYAN L SOUMAHU 12114201190076
FICKA LATULOLA 12114201190080
GLORIA HANDEL 12114201190095
HESLIN O. LUMULY 12114201190104
MARINES LEASA 12114201190164
MARISOL MAYA RATUARAT 12114201190165
MARTLY PENAONDE 12114201190170
NOVY P BATLAJERY 12114201190203
ALDO I LEKATOMPESSY 12114201190298
GRHEINIA D REASOA 12114201190323

FAKULTAS KESEHATAN
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA MALUKU
AMBON
2022
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa
karena berkat limpahan Rahmat dan Karunia-nya sehingga kami
dapat menyusun makalah “ PANDANGAN AGAMA DALAM
PERAWATAN PALIATIF ” dengan baik dan tepat pada waktunya. Dalam
makalah yang kami buat ini
dengan berbagai observasi dan beberapa bantuan dari berbagai pihak untuk 
membantu menyelesaikan tantangan dan hambatan selama mengerjakan
makalah ini.
Olehkarena itu, kami mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya
kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah
ini.Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar pada
makalah ini.

KELOMPOK 1
BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Paliatif Care bertujuan meningkatkan kualitas hidup pasien dan keluarga
mereka dalam menghadapi masalah/penyakit yang mengancam jiwa,
melalui pencegahan, penilaian sempurna dan pengobatan rasa sakit masalah,
fisik, psikososial dan spiritual (Kemenkes RI Nomor 812, 2007).
Perawatan paliatif adalah pendekatan yang bertujuan memperbaiki kualitas
hidup pasien dan keluarga yang menghadapi masalah yang berhubungan
dengan penyakit yang dapat mengancam jiwa, melalui pencegahan
dan peniadaan melalui identifikasi dini dan penilaian yang tertib serta
penanganan nyeri dan masalah-masalah lainseperti fisik, psikososial dan
spiritual (KEPMENKES RI NOMOR: 812, 2007).
Menurut KEPMENKES RI NOMOR: 812, 2007 kualitas hidup pasien
adalah keadaan pasien yang dipersepsikan terhadap keadaan pasien sesuai
konteks budaya dan sistem nilai yang dianutnya, termasuk tujuan hidup,
harapan, dan niatnya. Dimensi dari kualitas hidup. Dimensi dari kualitas
hidup yaitu Gejala fisik, Kemampuan fungsional (aktivitas), Kesejahteraan
keluarga, Spiritual, Fungsi sosial, Kepuasan terhadap pengobatan (termasuk
masalah keuangan), Orientasi masa depan, Kehidupan seksual, termasuk
gambaran terhadap diri sendiri, Fungsi dalam bekerja
Agama adalah sistem yang mengatur tata keimanan (kepercayaan) dan
peribadatan kepada Tuhan Yang Mahakuasa serta tata kaidah yang
berhubungan dengan pergaulan manusia dan manusia serta lingkungannya.
Agama yang diakui di Indonesia ada 6 yakni Agama Islam, Kristen
Protestan, Katolik, Hindu, Buddha dan Kong Hu Cu.
Dari sudut Dari sudut pandang ke pandang keagamaan, baik agamaan, baik
agama Islam, Kristen, Katholik, Hindu, maupun Buddha tidak menentang
tindakan perawatan paliatif.
2. Rumusan Masalah
Dari Latar belakang di atas maka rumusan masalah yang di ambil ialah :
 Pandangan Agama dalam perawatan paliatif

3. Tujuan
Dari latar belakang diatas maka tujuan penulisan diatas adalah :
 Untuk mengetahui apa saja pandangan agama dalam perawatan
paliatif.
BAB II
PEMBAHASAN

TINJAUAN TIAP AGAMA TENTANG PERAWATAN PALIATIF


Agama sangat mempengaruhi spiritualitas individu. Agama merupakan
suatu sistem keyakinan dan ibadah yang dipraktikkan individu dalam
pemenuhan spiritualitas individu. Agama merupakan cara dalam
pemeliharaan hidup terhadap segala aspek kehidupan. Agama berperan
sebagai sumber kekuatan dan kesejahteraan pada individu.
Beberapa Perawatan paliatif dalam agama
1. Agama Khatolik
Dalam Agama Katolik, tidak ada larangan bagi orang sakit untuk menjalani
dan pengobatan paliatif, selama pengobatan-pengobatan ini dapat
menyembuhkan atau membuat keadaan menjadi lebih baik. Hal ini
berdasarkan pada landasan ajaran agama Katolik, yaitu Hukum Cinta Kasih
dan KGK 1506 -1510, dimana Kristus mengajak para murid-muridnya dan
juga gereja untuk menyembuhkan dan merawat para orang orang sakit.
Dengan ‘ pengurapan pengurapan orang sakit ’ Gereja dalam
keseluruhannya menyerahkan si sakit kepada kemurahan Tuhan, agar Ia
menguatkan dan meluputkannya.
2. Agama Kristen
Perawat dari segi rohani kristen adalah suatu panggilan untuk menolong
sesama sebagai insan ciptaan yang Maha kuasa,panggilan sebagai seorang
perawat terlepas dari menolong dari sisi fisik dan tidak melupakan sisi
psikologis bahkan rohani spiritual kristen untuk memberikan dukungan
spriritual,sehingga pasien paliatif  betul betul merasakan asuhan
keperawatan dengan dasar kasih Yesus untuk memperoleh pemulihan iman
dan yakin bahwa ada kuasa yang dasyat dibalik semua situasi yang dialami
melalui jamahan rohani kristen melalui perawat.
Proses intervensi terhadap  pasien krisis atau terminal
 Kerelaan dan empati
 Memberikan dukungan emosi
 Memberikan dorongan semangat
Yang didasari atas dasar KASIH.
3. Agama Islam
Perawatan paliatif dalam agama Islam menggunakan Metode Counselling.
Konseling Islam yang dilakukan diarahkan pada peningkatan pengetahuan,
pemahaman dan pengamalan pada pasien dengan peyakit terminal terhadap
ajaran Islam, seperti :
 Mengakui kesalahan (taubatan nasuha)
 Tekun sholat
 Mendekatkan diri pada Allah
 Menjalani kehidupan selanjutnya dengan lebih bermakna
Proses ini mampu mengantarkan pasien mendapatkan kondisi psikologis
positif dan mampu meningkatkan kualitas hidup pasien terutama dalam
menangani masalah psikososiospiritual pasien. Peningkatan kualitas
hidup pasien inilah yang berarti terwujudnya palliative care.
4. Agama Budha
Agama Buddha tidak memandang kematian sebagai akhir dari segalanya,
artinya pada saat kita meninggal pada kehidupan ini, kita akan lahir menjadi
makhluk lain di kehidupan yang selanjutnya. Maka dari itu, pada saat
seseorang berada pada stadium terminal, maka seharusnya pasien dianjurkan
untuk melakukan kebaikan sebanyak mungkin agar ia dapat terlahir di alam
yang bahagia di kehidupan yang selanjutnya. Agama Budha mengajarkan
Cara untuk mengakhiri penderitaan adalah dengan Menghentika
Menghentikan Hasrat.
Cara untuk menghentikan hasrat adalahdengan mengikuti jalan mulia
berunsur delapan:
• keyakinan yang benar,
• tujuan yang benar,
• ucapan yang benar,
• perilaku yang benar,
• penghidupan atau mata pencaharian yang benar,
• usahayang benar,
• perhatian yang benar, dan
• meditasi yang benar.
Pentingnya Dukungan Spiritual Perawat Menurut Buddha
Buddha juga menjelaskan bahwaperawat juga diharapkanuntuk merawat
kondisi batin pasien. Dalam profesi perawatan dengan memasukkan elemen
SPIRITUAL dalam pembicaraan perawat. Cara-cara yang paling bagus
untuk menenangkan perasaan takut ini adalah dengan mengalihkan
perhatian kepada Dhamma. Dalam Dhamma. Dalam pengawasann
pengawasannya, perawat ya, perawat diharapkan memberikan bimbingan
spiritual kepada pasien sebagai suatu bagian dan paket dari kewajiban
seorang perawat.
Isu utama saat me utama saat menjelang ajal ba njelang ajal bagi banyak
pasien dan keluarga keluarga beragam beragama Buddha adalah untuk
mempertahankan kesadaran sehingga pasien dapat “mengisi mengisi benak
mereka dengan pemikiran yang se yang sehat” (Ratanakul, 1991, hlm. 396).
BAB III
PENUTUP
 Kesimpulan
Palliative Care (Perawatan palliative) bertujuan meningkatkan kualitas
hidup pasien dan keluarga mereka dalam menghadapi masalah/penyakit
yang mengancam jiwa, melalui pencegahan, penilaian sempurna dan
pengobatan rasa sakit masalah, fisik, psikososial dan spiritual (Kemenkes RI
Nomor 812, 2007).
Keperawatan Paliatif tidak hanya berfokuskan kepada
keperawatan pengelolaan keluhan nyeri, pengelolaan keluhan fisik lain,
maupun pemberian intervensi pada asuhan keperawatan, dukungan
psikologis, dukungan social saja tetapi kita tahu fungsi perawat sebelumya
yaitu salah satunya adalah holistic care pada keperawatan palliative yaitu
kultural dan spiritual, serta dukungan persiapan dan selama masa duka cita
(bereavement).
 Saran

Kami menyarankan bahwa kegiatan terapi menggunakan metode holistic


keagamaan atau mendekatkan kepada Tuhan sangatlah berdampak positif
bagi kualitas hidup pada pasien terminal, karena dengan rasa bersyukur,
pasrah, menyadari bahwa kehidupan ini tidaklah semua abadi pastilah
semua mahluk hidup akan wafat pada akhirnya. Akan lebih meringankan
beban bagi pasien terminal baik secara psikologis dan fisiknya siap
menerima keadaanya sampai dengan akhir hayatnya.

Anda mungkin juga menyukai