Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH KEPERAWATAN PALIATIF

TINJAUAN AGAMA, SOSIAL DAN BUDAYA TENTANG PERAWATAN PALIATIF

Disusun Oleh:
Agma nusa pratama
201802002
Keperawatan 5A

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BHAKTI HUSADA MULIA MADIUN
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat
limpahan rahmat dan karunia-nya sehingga penyusun dapat Menyusun makalah ini dengan baik
dan tepat pada waktunya. Dalam makalah ini penyusun membahas “Tinjauan agama, sosial dan
budaya tentang perawatan paliatif’.
Makalah ini dibuat dengan beberapa bantuan dari berbagai pihak untuk membantu
menyelesaikan hambatan selama mengerjakan makalah ini. Oleh karena itu, penyusun
mengucapkan terimakasih kepada:
1. Bapak Zaenal Abidin, S.KM., M.Kes (epid) selaku ketua Stikes Bhakti Husada Mulia
Madiun.
2. Ibu Asrina Pitayanti, S.Kep., Ns., M.Kes selaku dosen pembimbing
karena itu penyusun berharap kepada pembaca untuk memberikan saran serta kritik yang
membangun penyusun. Kritik saran dari pembaca sangat penyusun harapkan untuk
penyempurnaan makalah selanjutnya. Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat
bagi kita sekalian

Madiun, 22 Januari 2021

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

Kata pengantar ………………………………………………………………………… ii


Daftar isi …………………………………………………………………………. ……iii
BAB I Pendahuluan
A. Latar belakang…………………………………………………………………. 1
B. Rumusan masalah …………………………………………………………….. 1
C. Tujuan pembuatan makalah ……………………………………………… …… 1
BAB II Pembahasan
1. Definisi perawatan paliatif ……………………………………………………… 2
2. Tinjauan agama dalam perawatan paliatif …………………………………….. 2-3
3. Tinjauan sosial dan budaya dalam perawatan paliatif…………………….. …...3-4
BAB III Penutup
A. Kesimpulan ……………………………………………………………… ………5
B. Saran ………………………………………………………………………………5
Daftar Pustaka ……………………………………………………………………………. 6

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Palliative Care adalah suatu perawatan kesehatan terpadu yang menyeluruh
dengan pendekatan multidisiplin yang terintegrasi. Tujuannya adalah untuk mengurangi
penderitaan pasien, memperpanjang umurnya, meningkatkan kualitas hidupnya, dan juga
memberikan support kepada keluarganya. Dari definisi tersebut didapatkan bahwasannya
salah satu tujuan dasar dari palliative care adalah mengurangi penderitaan pasien yang
termasuk didalamnya adalah menghilangkan nyeri yang diderita oleh pasien tersebut.
Terdapat banyak alasan mengapa pasien dengan penyakit stadium lanjut tidak
mendapatkan perawatan yang memadai, namun semua alasan itu pada akhirnya berakar
pada konsep terapi yang eksklusif dalam menyembuhkan penyakit daripada
meningkatkan kualitas hidup dan mengurangi penderitaan. Itulah mengapa, seringkali
keputusan untuk mengambil tindakan paliatif baru dilakukan setelah segala usaha
penyembuhan penyakit ternyata tidak efektif. Padahal seharusnya, palliative care
dilakukan secara integral dengan perawatan kuratif dan rehabilitasi baik pada fase dini
maupun lanjut.
Seiring dengan berkembangnya bidang ilmu ini, ruang lingkup dari palliative care
yang dulunya hanya terfokus pada memberikan kenyamanan bagi penderita, sekarang
telah meluas menjadi perawatan holistik yang mencakup aspek fisik, sosial, psikologis,
dan spiritual. Perubahan perspektif ini dikarenakan semakin hari semakin banyak pasien
yang menderita penyakit kronis sehingga tuntutan untuk suatu perkembangan adalah
mutlak adanya. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis membuat makalah tentang
Palliative Care untuk mengulas materi tersebut lebih dalam.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apakah definisi dari perawatan paliatif?
2. Bagaimanakah tinjauan agama dalam perawatan paliatif?
3. Bagaimanakah tinjauan sosial dan budaya dalam perawatan paliatif?

C. TUJUAN PEMBUATAN MAKALAH


1. Mahasiswa mengetahui definisi dari perawatan paliatif.
2. Mahasiswa mengetahui tinjauan agama dalam perawatan paliatif.
3. Mahasiswa mengetahui tinjauan sosial dan budaya dalam perawatan paliatif.

1
BAB II
PEMBAHASAN

1. DEFINISI PERAWATAN PALIATIF


Perawatan paliatif adalah perawatan yang dilakukan secara aktif pada penderita
yang sedang sekarat atau dalam fase terminal akibat penyakit yang dideritanya. Pasien
sudah tidak memiliki respon terhadap terapi kuratif yang disebabkan oleh keganasan
ginekologis. Perawatan ini mencakup penderita serta melibatkan keluarganya (Aziz,
Witjaksono, & Rasjidi, 2008).
Perawatan paliatif adalah pendekatan yang bertujuan meningkatkan kualitas hidup
pasien (dewasa dan anak-anak) dan keluarga dalam menghadapi penyakit
yangmengancam jiwa, dengan cara meringankan penderitaan rasa sakit melalui
identifikasi dini, pengkajian yang sempurna, dan penatalaksanaan nyeri serta masalah
lainnya baik fisik, psikologis, sosial atau spiritual. (World Health Organization (WHO)
2016).
Perawatan paliatif adalah perawatan yang dilakukan pada pasien dengan penyakit
yang dapat membatasi hidup mereka atau penyakit terminal dimana penyakit ini sudah
tidak lagi merespon terhadap pengobatan yang dapat memperpanjang hidup(Robert,
2003).
Perawatan paliatif merupakan perawatan yang berfokus pada pasien dan keluarga
dalam mengoptimalkan kualitas hidup dengan mengantisipasi, mencegah, dan
menghilangkan penderitaan.Perawatan paliatif mencangkup seluruh rangkaian penyakit
termasuk fisik, intelektual, emosional, sosial, dan kebutuhan spiritual serta untuk
memfasilitasi otonomi pasien, mengakses informasi, dan pilihan (National Consensus
Project for Quality Palliative Care, 2013). Pada perawatan paliatif ini, kematian tidak
dianggap sebagai sesuatu yang harus di hindari tetapi kematian merupakan suatu hal yang
harus dihadapi sebagai bagian dari siklus kehidupan normal setiap yang bernyawa
(Nurwijaya dkk, 2010).

2. TINJAUAN AGAMA DALAM PERAWATAN PALIATIF


Beberapa pandangan tentang kematian menurut beberapa agama
1. Agama Kristen
Sebagaimana halnya dengan pandagan katolik, kisten juga memiliki pandangan
bahwa
- Penyakit dan kematian adalah sebagai akibat dosa dari adam. Seseorang dengan
sadar harus memilih tuhan dan mengetahui bahwa ia dapat masuk ke kerajaan
allah setelah meninggal.

2
- Penyakit adalah suatu penguasaan iblis atas diri kita dan melalui doa diusahakan
agar iblis keluar.
- Penyakit adalah suatu hukuman yang dijalani manusia karena kesalahaannya.

2. Agama Katolik
Dalam agama katolik mati itu hanya suatu perpisahan untuk waktu sementara.
Setelah kematian akan muncul kehidupan yang abadai dan tuhan. Tuhan itu baik hati
dan mengampuni semua dosa dan kesalahan. Seorang katolik yang baik hati tidak
usah kawatir menghadapi kematian sebab setelah kematian akan ada kehidupan yang
lebih baik. Yang penting untuik seorang katolik adalah bahwa ia memperoleh
kesempatan untuk sakramen orang sakit, yang juga dinamakan pembalseman orang
sakit.
3. Agama Islam
Kematian bagi agama islam adalah suatu gangguan keseimbangan sebagaimana
yang dimaksud oleh allah. Sebab dari gangguan ini dapat dicari baik dalam kekuatan
yang menguasai alam semesta maupun yang berasal dari kuasa-kuasa manusia.
Kematian bagi orang islam berarti suatu pemindahan dari kehidupan karena situasi
menunggu samapi akhir jaman. Dan pada saat itu akan tiba masanya pengadilan bagi
setiap orang. Orang islam juga mempercayai bahwa di dalam kuburan akan dating
dua malaikat yang akan menyanyakan masalah kepercayaannya.
4. Agama Hindu
Bagi orang orang yang beragama hindu dikatakan bahwa penyakit adalah akibat
dari dewa dewa yang marah atau kuasa kuasa yang lain. Penyakit harus dihandari dan
dilawan dngan cara membawa persembahan persembahan atau melalui pembacaan
mantra. Setelah kematian makan manusia akan kembali muncul ke bumi baik dalam
bentuk manusia atau binatang (reinkarnasi), sampai rohnya menjadi sempurna.
Bagi banyak orang katolik dan protestan agama memainkan peranan yang makin
lama makin berkurang dalam kehidupan mereka. Baginya seperti orang islam, dan
hindu. Jadi sangat perlu agar perawat juga menggeluti aspek aspek rohani dari
kegiatan perawatan yang diberikan. Sebab bagaimanapun seorang mempunyai
pengalaman hidup tertentu. Ia akan tetap mengharapkan suatu hubungan baik melalui
perawatan perawatan yang diberikan

3. TINJAUAN SOSIAL DAN BUDAYA DALAM PERAWATAN PALIATIF


Sosial budaya merupakan segala hal yang diciptakan oleh manusia dengan pikiran
dan budinya dalam kehidupan bermasyarakat. Menurut Andreas Eppink, sosial budaya
atau kebudayaan adalah segala sesuatu atau tata nilai yang berlaku dalam sebuah
masyarakat yang menjadi ciri khas dari masyarakat tersebut.
Sedangkan menurut Burnett, kebudayaan adalah keseluruhan berupa kesenian,
moral, adat istiadat, hukum, pengetahuan, kepercayaan, dan kemampuan olah pikir dalam
bentuk lain yang didapat seseorang sebagai anggota masyarakat dan keseluruhan bersifat

3
kompleks. Dari kedua pengertian tersebut bisa disimpulkan bahwa social budaya
memang mengacu pada kehidupan bermasyarakat yang menekankan pada aspek adat
istiadat dan kebiasaan masyarakat itu sendiri.
Kajian Sosial Budaya Tentang Perawatan Paliatif Salah satu faktor yang
menentukan kondisi kesehatan masyarakat adalah perilaku kesehatan masyarakat itu
sendiri. Dimana proses terbentuknya perilaku ini dipengaruhi oleh beberapa faktor. Salah
satunya adalah faktor sosial budaya, bila faktor tersebut telah tertanam dan
terinternalisasi dalam kehidupan dan kegiatan masyarakat ada kecenderungan untuk
merubah perilaku yang telah terbentuk tersebut sulit untuk dilakukan. Untuk itu, untuk
mengatasi dan memahami suatu masalah kesehatan diperlukan pengetahuan yang
memadai mengenai budaya dasar dan budaya suatu daerah. Sehingga dalam kajian sosial
budaya tentang perawatan paliatif bertujuan untuk mencapai derajat kesehatan yang
setinggi tingginya, meningkatkan kualitas hidup pasien dan keluarga dalam menghadapi
masalah yang berhubungan dengan penyakit yang mengancam kehidupan.
Pengertian sosial menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah segala sesuatu
yang mengenai masyarakat atau kemasyarakatan. Kebudayaan atau kultur dapat
membentuk kebiasaan dan respons terhadap kesehatan dan penyakit dalam segala
masyarakat tanpa memandang tingkatannya. Karena itulah penting bagi tenaga kesehatan
untuk tidak hanya mempromosikan kesehatan, tapi juga membuat mereka mengerti
tentang proses terjadinya suatu penyakit dan bagaimana meluruskan keyakinan atau
budaya yang dianut hubungannya dengan kesehatan. Pengaruh kebudayaan, tanpa
disadari kebudayaan telah menanamkan garis pengaruh sikap terhadap berbagai masalah.
Kebudayaan telah mewarnai sikap anggota masyarakat, karena kebudayaanlah yang
memberi corak pengalaman individu individu masyarakat.
Green dalam Notoatmodjo (2007) mengatakan bahwa perilaku manusia dari
tingkat kesehatan dipengaruhi oleh 2 faktor pokok yaitu faktor perilaku (behaviour cause)
dan faktor di luar perilaku (non-behaviour cause). Perilaku itu sendiri terbentuk dari tiga
factor, yaitu :
1. Faktor Predisposisi ( predisposing factors), yang terwujud dalam pengetahuan, sikap,
kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai dan sebagainya
2. Faktor pendukung (enabling factors), yang terwujud dalam lingkungan fisik, tersedia
atau tidak tersedianya fasilitasfasilitas atau sarana-sarana kesehatan, misalnya
puskesmas, obat-obatan, air bersih dan sebagainya
3. Faktor pendorong (reinforcing factors) yang terwujud dalam sikap dan perilaku
petugas kesehatan atau petugas lain, yang merupakan kelompok referensi dari
perilaku masyarakat.

Contoh lain, sosial budaya mempengaruhi kesehatan adalah pandangan suatu


masyarakat terhadap tindakan yang mereka lakukan ketika mereka mengalami sakit, ini
akan sangat dipengaruhi oleh budaya, tradisi, dan kepercayaan yang ada dan tumbuh
dalam masyarakat tersebut. Misalnya masyarakat yang sangat mempercayai dukun yang
memiliki kekuatan gaib sebagai penyembuh ketika mereka sakit, dan bayi yang menderita
demam atau diare berarti pertanda bahwa bayi tersebut akan pintar berjalan.

4
Jadi, dapat disimpulkan bahwa social budaya sangat mempengaruhi kesehatan
baik itu individu maupun kelompok. Kebudayaan perilaku kesehatan yang terdapat
dimasyarakat beragam dan sudah melekat dalam kehidupan bermasyarakat. Kebudayaan
tersebut seringkali berupa kepercayaan gaib. Sehingga usaha yang harus dilakukan untuk
mengubah kebudayaan tersebut adalah dengan mempelajari kebudayaan mereka dan
menciptakan kebudayaan yang inovatif sesuai dengan norma, berpola, dan benda hasil
karya manusia.

BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Perawatan paliatif adalah perawatan yang dilakukan secara aktif pada penderita
yang sedang sekarat atau dalam fase terminal akibat penyakit yang dideritanya. Pasien
sudah tidak memiliki respon terhadap terapi kuratif yang disebabkan oleh keganasan
ginekologis. Perawatan ini mencakup penderita serta melibatkan keluarganya (Aziz,
Witjaksono, & Rasjidi, 2008).
Perawatan paliatif adalah pendekatan yang bertujuan meningkatkan kualitas hidup
pasien (dewasa dan anak-anak) dan keluarga dalam menghadapi penyakit
yangmengancam jiwa, dengan cara meringankan penderitaan rasa sakit melalui
identifikasi dini, pengkajian yang sempurna, dan penatalaksanaan nyeri serta masalah
lainnya baik fisik, psikologis, sosial atau spiritual. (World Health Organization (WHO)
2016).
Kajian Sosial Budaya Tentang Perawatan Paliatif Salah satu faktor yang
menentukan kondisi kesehatan masyarakat adalah perilaku kesehatan masyarakat itu
sendiri. Dimana proses terbentuknya perilaku ini dipengaruhi oleh beberapa faktor. Salah
satunya adalah faktor sosial budaya, bila faktor tersebut telah tertanam dan
terinternalisasi dalam kehidupan dan kegiatan masyarakat ada kecenderungan untuk
merubah perilaku yang telah terbentuk tersebut sulit untuk dilakukan.

B. SARAN
Dengan adanya berbagai macam agama yang diyakini oleh pasien, maka kita sebagai
perawat harus mengetahui aspek aspek rohani dari kegiatan perawatan yang diberikan.
Sebab bagaimanapun seorang mempunyai pengalaman hidup tertentu. Pasien akan tetap
mengharapkan suatu hubungan baik melalui perawatan perawatan yang diberikan

5
DAFTAR PUSTAKA

Adhisty K. Pelayanan Paliatif pada Pasien Kanker di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta.
Perpustkaan Pus UGM. 2016;
Kementrian Kesehatan RI Pusat Data dan Informasi Kesehatan. Stop Kanker. infodatin-
Kanker. 2015;hal 3.
KEPMENKES RI. Kebijakan Perawatan Paliatif. VII Indonesia: Menkes; 2007.
Clinical Practice Guidelines for Quality Palliative Care. National Consensus Project. New
York; 2005.

Anda mungkin juga menyukai