Anda di halaman 1dari 17

“ ASUHAN KEPERAWATAN PENYAKIT TERMINAL DITINJAU DARI SEGI

AGAMA “

KEPERAWATAN PALIATIF

DISUSUN OLEH :

ANGGRESYA PUTRI MALINI

1914201009

KEPERAWATAN 5A

DOSEN PENGAMPU :

Ns. AMELIA SUSANTI, M.Kep, Sp.Kep.J

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN

STIKES ALIFAH PADANG T.A 2020-2021

1
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah,
dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ilmiah tentang “
Asuhan Keperawatan Penyakit Terminal Ditinjau dari Segi Agama ” ini.

Makalah ilmiah ini telah Saya susun secara maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak, sehingga kami dapat menyelesaikan pembuatan makalah ini. Untuk itu, kami
menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam
pembuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, Saya menyadari sepenuhnya bahwa penulisan makalah ini
masih jauh dari kata sempurna baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh
karena itu, saya mengharapkan saran dan kritik dari pembaca agar dapat memperbaikinya
dalam penulisan makalah selanjutnya. Akhir kata Saya berharap semoga makalah ilmiah
tentang “Tinjauan Sosial dan Budaya Pada Perawatan Paliatif” ini dapat memberikan manfaat
maupun inpirasi terhadap pembaca.

Padang,16 November 2021

Anggresya Putri Malini

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................................2

DAFTAR ISI............................................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................................4

1.1 Latar belakang....................................................................................................................4

1.2 Rumusan masalah...............................................................................................................5

1.3 Tujuan Penulisan................................................................................................................5

BAB II TINJAUAN TEORITIS...............................................................................................6

2.1 Pengertian Keperawatan Paliatif........................................................................................6

2.2 Ditinjau dari segi agama.....................................................................................................6

2.3 Asuhan Keperawatan Penyakit Terminal...........................................................................7

BAB III PENUTUP......................................................................................................................16

3.1 Kesimpulan.............................................................................................................................16

3.2 Saran........................................................................................................................................16

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................................17

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Salah satu kemajuan utama dalam perawatan kesehatan modern adalah perbaikan
perawatan akhir hayat pada pasien yang mengalami penyakit terminal. Sebagian besar pasien
terminal akan sangat menderita, penderitaan berupa fisik, mental dan atau spiritual (Kemp,
2009). Selain kegiatan promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif, pasien dengan penyakit
yang sulit disembuhkan seperti penyakit kanker, penyakit degeneratif, penyakit paru
obstruktif kronis, cystic fibrosis, stroke, Parkinson, gagal jantung/ heart failure, penyakit
genetika, dan HIV/AIDS juga memerlukan perawatan paliatif (Supari, 2007).

Perawatan paliatif adalah pendekatan yang bertujuan meningkatkan kualitas hidup pasien
(dewasa dan anak-anak) dan keluarga dalam menghadapi penyakit dan mengancam jiwa,
dengan cara meringankan penderitaan rasa sakit melalui identifikasi dini, pengkajian yang
sempurna, dan penatalaksanaan nyeri serta masalah lainnya baik fisik, psikologis, sosial atau
spiritual (WHO, 2016). Menurut Ketua Masyarakat Paliatif Indonesia (MPI) Drajad Ryanto
Suardi dalam seminar yang bertema Sharing the care (Peduli perawatan paliatif untuk
sesama), jumlah pasien yang memerlukan perawatan paliatif meningkat, seiring dengan
meningkatnya usia harapan hidup, disamping pasien kanker, jumlah penyakit motor neuron
dan penyakit saraf serta pasien HIV-ADIS juga meningkat

Agama merupakan hubungan antara manusia dengan tuhan. Terapi religious sangat
penting dalam memberikan palliative care. Kurangnya pemenuhan kehidupan beragama,
menimbulkan masalah pada saat terapi. Pengetahuan dasar dari masing-masing agama sangat
membantu dalam mengembangkan palliative care. Terkadang palliative care spiritual sering
disamakan dengan terapi paliatif religious. Palliative care spiritual bisa ditujukan kepada
pasien yang banyak meyakini akan adanya Tuhan tanpa mengalami ritual suatu agama dan
bisa juga sebagai terapinreligius dimana selain meyakini ritual agama memiliki tata cara
beribadah dalam suatu agama.

Salah satu faktor yang menentukan kondisi kesehatan masyarakat adalah perilaku
kesehatan masyarakat itu sendiri. Dimana proses terbentuknya perilaku ini dipengaruhi oleh
beberapa faktor. Salah satunya adalah faktor sosial budaya, bila faktor tersebut telah tertanam
dan terinternalisasi dalam kehidupan dan kegiatan masyarakat ada kecenderungan untuk
merubah perilaku yang telah terbentuk tersebut sulit untuk dilakukan. Untuk itu, mengatasi
dan memahami suatu masalah kesehatan diperlukan pengetahuan yang memadai mengenai
budaya dasar dan budaya suatu daerah. Sehingga dalam kajian sosial budaya tentang
perawatan paliatif bertujuan untuk mencapai derajat kesehatan yang setinggi-tingginya,
meningkatkan kualitas hidup pasien dan keluarga dalam menghadapi masalah yang
berhububgan dengan penyakit yang mengancam kehidupan.

4
Kebutuhan akan perawatan paliatif tidak dapat dihindari sehubungan dengan makin
meningkatnya jumlah pasien kanker. Dengan sudah dituangkannya program pelayanan
paliatif ke dalam Sistem Kesehatan Nasional perawatan paliatif kini menjadi bagian dari tata
laksana penyakit kanker di Indonesia yang perlu terus dikembangkan. Dalam makalah ini,
penulis akan membahas asuhan keperawatan paliatif dalam perspektif agama, spiritual
budaya dan sosial.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa itu Keperawatan Paliatif ?

2. Bagaimana Keperawatan Paliatif Ditinjau dari Segi Agama ?

3. Bagaiman Asuhan Keperawatan Paliatif Penyakit Terminal ?

1.3 Manfaat Penulisan

1. Mengetahui dan Memahami apa itu Keperawatan Paliatif

2. Mengetahui dan Memahami Perawatan Paliatif Ditinjau dari Segi Agama

3. mengetahui dan Memahami Asuhan Keperawatan Penyakit Terminal pada Perawatan


Paliatif

5
BAB II

TINJAUAN TEORITIS

2.1 Pengertian Keperawatan Paliatif

Perawatan paliatif adalah perawatan yang dilakukan secara aktif pada penderita yang
sedang sekarat atau dalam fase terminal akibat penyakit yang dideritanya. Pasien sudah tidak
memiliki respon terhadap terapi kuratif yang disebabkan oleh keganasan ginekologis.
Perawatan ini mencakup penderita serta melibatkan keluarganya (Aziz, Witjaksono, &
Rasjidi, 2008).

Perawatan paliatif adalah pendekatan yang bertujuan meningkatkan kualitas hidup pasien
(dewasa dan anak-anak) dan keluarga dalam menghadapi penyakit yang mengancam jiwa,
dengan cara meringankan penderitaan rasa sakit melalui identifikasi dini, pengkajian yang
sempurna, dan penatalaksanaan nyeri serta masalah lainnya baik fisik, psikologis, sosial atau
spiritual. (World Health Organization (WHO) 2016).

2.2 Ditinjau dari Segi Agama

Pada dasarnya, berbagai pendekatan yang dilakukan adalah upaya untuk mengatasi
masalah psikologis pasien supaya merasa tenang dan percaya diri. Dua hal tersebut menjadi
penting supaya pasien taat dalam menjalankan pengobatannya. Bila psikologisnya sudah
lemah, maka kepatuhan untuk berobat pun akan lebih sulit untuk diwujudkan. Hal tersebut
dikarenakan pasien telah kehilangan semangat untuk hidup, ataupun bila berobat manfaatnya
tidak akan maksimal.

Kemudian dijelaskan juga bahwa pasien yang mempunyai keyakinan agama yang baik,
akan lebih mudah untuk menerima kenyataan ketika dihadapkan pada hasil pemeriksaan
medis yang tidak sesuai dengan apa yang mereka harapkan (Widyastuti, 2004). Integrasi
agama dalam pelayanan medis sudah mulai dibuka lebar sejak WHO mendeklarasikan terapi
holistic pada tahun 1984 silam. WHO juga menegaskan bahwa dimensi agama atau spiritual,
sama pentingnya dengan dimensi fisik, psikologis, dan psikososial (Prasetyo, 2015). Anjuran
tersebut akhirnya menjadi inspirasi bagi berbagai kegiatan spiritual atau keagamaan, karena
termasuk sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari pelayanan kesehatan yang diberikan di
seluruh dunia. Berbagai penelitian tetap dilakukan untuk menunjukkan bagaimana kontribusi
agama dalam mendukung proses kesehatan seorang individu. Dari hal tersebut, konseling
religius juga bisa menjadi salah satu alternatif yang dapat dikembangkan menjadi bentuk
terapi psikospiritual dalam pemberian perawatan paliatif.

6
1. Agama islam

Kaum muslim percaya bahwa setiap penyakit pasti ada obatnya dan bisa disembuhkan.
Mereka juga percaya bahwa setiap kesulitan hidup harus diterima dan dihadapi, penderitaan
dan sakit atau menjadi pasien. Semuanya ini akan melenyapkan dosa-dosa sebelumnya yang
sudah dilakukan, dan hal-hal ini terjadi sebagai pemurnian (Jena, 2019). Meskipun demikian,
setiap umat Islam harus berusaha menghindari sakit dan seseorang diizinkan menggunakan
perawatan yang terbaik atau menggunakan pengobatan terbaik yang tersedia saat itu.
Perawatan paliatif direkomendasikan di dalam Islam, dan hospis (rumah perawatan) terbaik
bagi seorang Muslim adalah meninggal di rumah bersama keluarga dan sanak saudara yang
mengelilinginya.

Kematian alamiah (yakni mengikuti rencana Allah dan bukan dokter, rencana hakim atau
keputusan keluarga) adalah kepentingan terbesar dari pasien itu sendiri dan kematiannya
yang paling bermartabat bagi seorang penganut Islam. Islam dengan keras menolak atau
melawan : The Mental Capacity Act (yang membolehkan penghentian makanan, cairan, dan
penanganan medis yang masuk akal dari seorang pasien yang tidak sedang dalam proses
menuju kematian, dengan maksud untuk mempercepat kematian)

Bagi setiap dokter, perawat, dan tenaga kesehatan lain, menghentikan kehidupan
seseorang, kalaupun atas permintaan pasien sendiri, adalah penyangkalan terhadap profesi
medis itu sendiri. Kaum muslim percaya bahwa hidup itu sendiri adalah hadiah terbesar dari
Allah yang harus dipelihara dan dipertahankan dalam setiap waktu. Perawat harus memiliki
sikap dasar ini ketika berhadapan dengan kehidupan manusia, rasa hormat yang penuh dan
perlindungan yang penuh kepada setiap manusia.

2.3 Asuhan Keperawatan Penyakit Terminal

Contoh Kasus

Nyonya A usia 55 tahun asal Surabaya masuk ke Rumah Sakit tanggal 5 februari 2019
akibat mengalami penyakit Ca. Colon. Klien datang ke RSUD Pringsewu diantar oleh
keluarganya melalui IGD, pada tanggal 5 februari 2019, dengan keluhan nyeri pada abdomen,
kram perut, pola defekasi bermasalah, sering sembelit, feses berwarna kehitaman dan kadang
disertai darah merah segar, tidak nafsu makan, penurunan berat badan, dan cepat letih.
Kesadaran klien composmentis, Vital Sign TD 110/90 mmHg, Nadi 70x/menit, irama reguler
kekuatan sedang, Respirasi 20x/menit, irama regular, Suhu 36,50 C.

Pekerjaan Ny. A yaitu seorang PNS dan waktu luangnya diisi dengan beristirahat di
rumah dan berkumpul bersama keluarga. Klien jarang berolahraga. Saat sakit, klien hanya
bisa berbaring di tempat tidur, aktifitas terbatas, dan klien dibantu oleh keluarganya. Sebelum
sakit lama tidur klien 7-8 jam/hari, hanya dipergunakan untuk tidur malam karena klien
jarang sekali tidur siang dan tidak ada gangguan dalam tidur. Saat sakit lama tidur klien
hanya 5 jam dengan tidur siang selama 1 jam. Klien kadang-kadang kesulitan tidur di rumah
sakit karena nyeri yang dialami klien, klien tampak lemah. Klien merasakan nyeri pada

7
perutnya dalam 2 bulan belakangan ini. Nyeri akan lebih terasa menyakitkan jika beraktifitas
dan saat defekasi, dan akan berkurang saat klien beristirahat. Region nyeri yaitu pada
abdomen bagian bawah (dessendens bawah). Skala nyeri klien 8, raut muka klien tampak
menahan nyeri. Sebelum sakit, frekuensi makan Ny. A tidak teratur dikarenakan kesibukan
jam kerja yang mengakibatkan sering telat makan. Berat badan klien 68 kg. Berat badan
dalam 1 bulan terakhir turun drastis menjadi 63 kg. Jenis makanan yang paling sering
dikonsumsi klien yaitu daging hewan dan makanan cepat saji (sate & gulai). Klien tidak suka
sayuran, dan tidak memiliki pantangan terhadap makanan apapun.

Klien tidak pernah mengalami operasi gastrointestinal. Saat sakit, klien hanya
mengkonsumsi nasi lembek, sayuran hijau, buah tapi jarang habis karena klien mual, tidak
nafsu makan, & klien tidak makan yang pedas & berminyak. Sebelum sakit frekuensi minum
klien 7-8 gelas/hari. Saat sakit, frekuensi 17 minum klien + 2-3 gelas/hari. Turgor kulit tidak
elastis. Klien tidak mengalami sesak, tidak ada keluhan saat bernafas, irama teratur, klien
tidak batuk, klien tidak merokok, klien tidak terpasang oksigen. Frekuensi BAB klien
sebelum sakit 1x sehari di pagi hari. Feses berwani kuning, konsistensi padat, berbau khas,
warna kuning kecoklatan, dan tidak ada keluhan. Saat sakit, klien kesulitan BAB, mengalami
sembelit, feses berwarna kehitaman, konsistensi keras, kadang disertai darah merah segar,
berbau anyir. Frekuensi BAK klien 2x sehari. Klien tidak mengalami perubahan pola
berkemih. Klien tidak menggunakan kateter. Klien tidak memiliki gangguan dan riwayat
penyakit yang menyangkut sensori, persepsi, dan kognitif.

A. Pengkajian

1. Biodata klien

Nama : Ny. A

No RM : 123.456.xx

Usia : 55 tahun

Jenis kelamin : perempuan

Alamat : surabaya

Tanggal masuk : 5 Februari 2019

Diagnosa medis : Ca. Colon Stadium 3

Pekerjaan : PNS

Status : menikah

Agama : islam

Pendidikan : sarjana

8
2. Keluhan utama

Nyeri pada bagian perut selama 3 bulan, semakin lama semakin nyeri. Klien merasakan nyeri
akan lebih terasa menyakitkan jika beraktifitas dan saat defekasi, dan akan berkurang saat
klien beristirahat.

3. Riwayat penyakit :

a. Riwayat penyakit sekarang

Nyeri pada abdomen, kram perut, pola defekasi bermasalah, sering sembelit, feses berwarna
kehitaman dan kadang disertai darah merah segar, tidak nafsu makan, penurunan berat badan,
dan cepat letih.

b. Riwayat penyakit dahulu

Klien tidak memiliki riwayat penyakit sebelumnya.

c. Riwayat penyakit keluarga

Klien mengatakan tidak ada keluarga yang memiliki riwayat penyakit serupa.

4. Pemeriksaan fisik Head to Toe

a. Keadaan umum

Kesadaran : compos mentes

TD : 110/90 mmHg

Nadi : 70x/menit (irama reguler kekuatan sedang)

Respirasi : 20x/menit (rama reguler)

Suhu : 36,50 C

b.Kepala

• Kulit kepala normal, tidak ada hematoma, lesi atau kotor. Rambut mudah patah saat
dicabut, hitam tanpa uban, dan bersih.
• Mata : mata klien secara umum normal, bentuk simetris, konjungtiva tampak anemis,
sklera tidak ikterik, pupil dapat merespon terhadap cahaya, palpebra normal, tidak ada
oedema. Lensa mata normal, jernih, visus mata kanan dan kiri normal.
• Hidung : Hidung klien simetris, tidak ada septum deviasi, polip, epistaksis, gangguan
indera pencium, atau secret.
• Mulut : Mulut klien normal.
• Telinga : telinga klien simetris, bersih, dan tidak ada gangguan pendengaran.

9
• Leher : leher klien normal, tidak ada pembesaran thyroid, tidak ada kaku kuduk, tidak
ada hematoma, tida ada lesi. Tenggorokan klien normal, tidak ada nyeri tekan, tidak
hipremis, dan tidak ada pembesaran tonsil.

c.Dada

Bentuk dada normal. Irama jantung normal S1 S2 tunggal.

d.Abdomen

Bentuk agak cembung, adanya nyeri tekan pada bagian bawah.

e.Genetalia

Normal dan bersih.

f.Rectum

Normal, tidak ada hemoroid, tidak ada prolaps, dan tidak ada tumor.

g.Ekstremitas

Normal, Tidak ada gangguan.

5.Aktifitas dan latihan

Pekerjaan Ny. A yaitu seorang PNS dan waktu luangnya diisi dengan beristirahat di
rumah dan berkumpul bersama keluarga. Klien jarang berolahraga. Saat sakit, klien hanya
bisa berbaring di tempat tidur, aktifitas terbatas, dan klien dibantu oleh keluarganya

6.Istirahat dan tidur

Sebelum sakit lama tidur klien 7-8 jam/hari, hanya dipergunakan untuk tidur malam
karena klien jarang sekali tidur siang dan tidak ada gangguan dalam tidur. Saat sakit lama
tidur klien hanya 5 jam dengan tidur siang selama 1 jam. Klien kadang-kadang kesulitan tidur
di rumah sakit karena nyeri yang dialami klien, klien tampak lemah.

7.Kenyamanan dan nyeri

Klien kadang-kadang kesulitan tidur di rumah sakit karena nyeri yang dialami klien,
klien tampak lemah. Klien merasakan nyeri pada perutnya dalam 2 bulan belakangan ini.
Nyeri akan lebih terasa menyakitkan jika beraktifitas dan saat defekasi, dan akan berkurang
saat klien beristirahat. Region nyeri yaitu pada abdomen bagian bawah (dessendens bawah).
Skala nyeri klien 8, raut muka klien tampak menahan nyeri.

8.Nutrisi

Berat badan klien 68 kg. Berat badan dalam 1 bulan terakhir turun drastis menjadi 63 kg.
Jenis makanan yang paling sering dikonsumsi klien yaitu daging hewan dan makanan cepat
saji (sate & gulai). Klien tidak suka sayuran, dan tidak memiliki pantangan terhadap makanan

10
apapun. Klien tidak pernah mengalami operasi gastrointestinal. Saat sakit, klien hanya
mengkonsumsi nasi lembek, sayuran hijau, buah tapi jarang habis karena klien mual, tidak
nafsu makan, & klien tidak makan yang pedas & berminyak.

9.Cairan

Sebelum sakit frekuensi minum klien 7-8 gelas/hari. Saat sakit, frekuensi minum klien +
2-3 gelas/hari. Turgor kulit tidak elastis.

10.Oksigen

Klien tidak mengalami sesak, tidak ada keluhan saat bernafas, irama teratur, klien tidak
batuk, klien tidak merokok, klien tidak terpasang oksigen.

11.Eliminasi urin

Frekuensi BAK klien 2x sehari. Klien tidak mengalami perubahan pola berkemih. Klien
tidak menggunakan kateter.

12.Eliminasi fekal

Feses berwani kuning, konsistensi padat, berbau khas, warna kuning kecoklatan, dan
tidak ada keluhan. Saat sakit, klien kesulitan BAB, mengalami sembelit, feses berwarna
kehitaman, konsistensi keras, kadang disertai darah merah segar, berbau anyir.

13.Sensori, persepsi, dan kognitif

Klien tidak memiliki gangguan dan riwayat penyakit yang menyangkut sensori, persepsi,
dan kognitif.

14.Pemeriksaan penunjang

c Hasil Nilai Normal Interprestasi


Hb 10 12-18 g/Dl Turun
Ht / PVC 42 40-52% Normal
Leukosit 7.000 400-1000/Ul Normal
Trombosit 253.000 150.000-450.000/Ul Normal
Masa Protombin 13.0 11.0-17.0 detik Normal

15.Psikologis

Perasaan klien setelah mengalami masalah ini adalah gelisah. Cara mengatasi gelisahnya
klien dihibur keluarga. Dukungan yang diberikan oleh keluarga sangat baik, keluarga
memberikan semangat kepada klien agar klien selalu berdo’a supaya cepat sembuh. Klien
juga mengatakan sedikit cemas dengan penyakitnya. Klien takut akan perubahan status
kesehatannya.

11
16.Sosial

Aktivitas atau peran di masyarakat adalah sebagai anggota RT 5 Kalirejo. Kebiasaan


lingkungan yang tidak disukai adalah lingkungan yang kotor. Cara mengatasinya dengan
melakukan kegiatan kerja bakti.

17.Budaya

Budaya yang diikuti klien adalah budaya jawa. Kebudayaan yang dianut tidak merugikan
kesehatannya.

18.Spiritual

Aktivitas ibadah sehari-hari sholat 5 waktu. Kegiatan keagamaan yang biasa dilakukan
adalah yasinan. Keyakinan klien tentang masalah kesehatan yang sekarang sedang dialami :
klien yakin akan dirinya pasti sembuh.

Analisa Data

Data Etiologi Masalah


Ds : Kanker Kolon Ansietas
- Klien mengatakan
cemas akan
kesehatannya
- Klien mengatakan Minimnya Pendidikan
merasa takut akan Kesehatan
kondisi kesehannya
- Klien sering
bertanya-tanya
Gelisah
tentang penykitnya
Do :
- Klien tampak
gelisah Ansietas
- Klien tidur hanya 5
jam dalam sehari
- BB Klien turun 5 kg
Ds : Kanker Kolon Insomnia
- Klien mengatakan
Sulit tidur dimalam
hari
- Klien mengatakan Obstruksi Kolon
sulit tidur bila
terbangun
- Klien mengatakan
Kompresi Jaringan
sering gelisah
dimalam hari
- Klien mengatakan
pusing / sakit kepala Reseptor Nyeri
Do :
- Klien kurang
12
bergairah
- Klien tidak
berkonsentrasi Nyeri
- Klien (mata panda)
hitam pada bagian
mata bawah
Susah Tidur

B. Diagnosa Keperawatan

1. Ansietas berhubungan dengan ancaman kematian

2. Insomnia berhubungan dengan ketidaknyamanan fisik

C. Intervensi Keperawatan

Dx: Ansietas berhubungan dengan ancaman kematian (00146, Domain 9, Kelas 2)

Definisi:

Perasaan tidak nyaman atau kekhawatiran yang samar disertai respons autonom (sumber
sering kali tidak spesifik atau tidak diketahui oleh individu), perasaan takut yang disebabkan
oleh antisipasi terhadap bahaya. Hal ini merupakan isyarat kewaspadaan yang
memperingatkan individu akan adanya bahaya dan memampukan individu untuk bertindak
menghadapi ancaman.

NOC NIC RASIONAL

13
Setelah diberikan asuhan Pengurangan Kecemasan Pengurangan Kecemasan
keperawatan (5820) (5820)
selam 1 x 24 jam - Mendengarkan -Keluarga dapat
diharapkan klien tidak penyebab kecemasan mengungkapkan penyebab
mengalami kecemasan, klien dengan penuh kecemasannya
dengan kriteria hasil : perhatia sehingga perawat dapat
Tingkat Kecemasan (1211) menentukan
- Observasi tanda verbal tingkat kecemasan klien
-Kecemasan dan non verbal dari dan menentukan intervensi
pada keluarga berkurang kecemasan keluarga untuk klien
(5) selanjutnya.
- Mengobservasi tanda
Teknik menenangkan (5880) verbal dan non verbal dari
- Menganjurkan kecemasan keluarga
keluarga untuk tetap dapat mengetahui
mendampingi klien tingkat kecemasan
yang keluarga alami.
- Mengurangi atau
menghilangkan Teknik Menenagkan
rangsangan yang (5880)
menyebabkan kecemasan - Dukungan keluarga
pada keluarga klien dapat memperkuat
mekanisme koping klien
sehingga tingkat
ansietasnya berkurang
- Pengurangan atau
Penghilangan rangsang
penyebab kecemasan dapat
meningkatkan ketenangan
pada
keluarga dan mengurangi
tingkat
kecemasannya

Dx: Insomnia berhubungan dengan ketidaknyamanan fisik (00095, Domain 4, Kelas1)

Definisi:

Gangguan pada kuantitas dan kualitas tidur yang menghambat fungsi.

14
NOC NIC RASIONAL

Setelah diberikan asuhan Peningkatan Tidur (1850) Peningkatan Tidur (1850)


keperawatan - Diskusikan dengan pasien -Teknik yang tepat dapat
selam 2x 24 jam diharapkan dan keluarga mengoptimalkan tidur
kuantitas mengenai teknik Peningkatan -Menghilangkan stres
Dan kualitas tidur llien Tidur (1850) dapat membantu
meningkat, dengan kriteria -Bantu untuk menghilangkan untuk memulai tidur lebih
hasil : situasi stres sebelum awal
Tidur (0004) tidur -Kenyamanan dapat
- Kualitas tidur tidak - Terapkan langkah– mengurangi sedikit
terganggu (5) langkah kenyamanan rasa sakit yang dirasakan
- Tidak ada kesulitan seperti pijat, dan klien
memulai tidur (5) sentuhan afektif
Teknik Menenangkan
Teknik Menenangkan (5880)
(5880) -Perasaan tenang
- Intruksikan klien dapat mengurangi
untuk menggunakan stres yang dirasakan klien
metode mengurangi
kecemasan (teknik Terapi Relaksasi (6040)
bernafas dalam, relaksasi otot-Lingkungan
progresif, mendengar musik yang nyaman
lembut) memberikan
perasaan tenang
Terapi Relaksasi (6040) -Relaksasi dapat
- Ciptakan lingkungan yang mengurangi nyeri
tenang dan tanpa -Evaluasi untuk
distraksi dengan lampu redup mengetahui efektifitas
dan terapi
suhu lingkungan
yang nyaman
-Gunakan relaksasi
sebagai strategi
tambahan dengan
obat
- obatan nyeri atau
sejalan dengan terapi lain
- Evaluasi laporan
individu terkait
relaksasi yang dicapai secara
teratur

15
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Perawatan paliatif merupakan pendekatan yang memiliki tujuan meningkatkan kualitas


hidup pasien yang terfokus pada pasien dan keluarga pasien dalam menghadapi penyakit
yang sedang dialami. Pada perawatan paliatif ini, kematian tidak dianggap sebagai sesuatu
yang harus dihindari, tetapi kematian merupakan suatu hal yang harus dihadapi sebagai
bagian dari siklus kehidupan normal setiap yang bernyawa.

Permasalahan yang sering muncul ataupun terjadi pada pasien dengan perawat paliatif
meliputi masalah psikologis, social, konsep diri, dukungan keluarga dan aspek spiritual.
Permasalahan yang sering digambarkan pasien yaitu kejadian-kejadian yang dapat
mengancam diri sendiri, misalnya nyeri, masalah fisik, psikologi, social, kultural dan
spiritual. Perawatan paliatifi ini bertujuan untuk membantu pasien yang sudah mendekati
ajalnya, agar pasien aktif dan dapat bertahan hidup selama mungkin.

Teori “The Five Stage of Grief” menyebutkan bahwa respon psikologis yang dialami
seseorang karena kehilangan terbagi atas lima tahap, yaitu penyangkalan (denial), marah
(anger), tawar-menawar (bargaining),depresi (depression) dan penerimaan (acceptance).
Respons psikologi ini juga bias digunakan untuk memahami reaksi pasca kejadian traumatic
yang dialami oleh seseorang. Dapat dikatakan pula bahwa teori ini berkembang sangat pesat.
Dalam hal ini peran perawat paliatif memiliki peran penting dalam memberikan dukungan
bagi penderita kanker dalam mengatasi gejala yang dialami. Sebagai salah satu petugas klinik
tentu perawat dapat memahami dan mengevaluasi keluhan-keluhan pasien. Perawat dapat
berkolaborasi dengan tim kesehatan lainnya, guna mengembangkan dan menerapkan
perencanaan perawatan yang komprehensif.

3.2 Saran

Sebagai tenaga profesional keperawatan khususnya asuhan keperawatan pada pasien


paliatif dengan Ca Kolon, perawat perlu mengetahui konsep perawatan paliatif dan asuhan
keperawatan yang akan dilakukan pada pasien paliatif. Kita sebagai mahasiswa keperawatan ,
yang nantinya akan menjadi tenaga kesehatan di rumah sakit juga seharusnya mempelajari
dan mengembangkan pengetahuan asuhan keperawatan pasien paliatif.

16
DAFTAR PUSTAKA

Ayu Purnamaningrum. 2010. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Perilaku Masyarakat


Untuk Mendapatkan Pelayanan Kesehatan Mata (Factors Related To The
Community’s Behaviour To Get Eye Health Servic). Universitas Diponegoro.

Boedhi, Darmojo, R. 2011.Buku Ajar Geriatic (IlmuKesehatanLanjutUsia) edisike


4.Jakarta :BalaiPenerbit FKUI

Bullock, K. (2011). The influence of culture on end-of-life decision making. Journal of social
work in end-of-life & palliative care, 7(1), 83-98.

Dobríková, P., Macková, J., Pavelek, L., AlTurabi, L., Miller, A., & West, D. (2016). The
effect of social and existential aspects during end of life care. Nursing and Palliative
Care, 1(3), 47-51.

Dochteran, J. M., & Bulechek, G. M. 2013. Nursing Interventions Classification (NIC). 6th
ed. America: Mosby Elseiver

Dwi Hapsari, dkk.2012. Pengaruh Lingkungan Sehat dan Perilaku Hidup Sehat Terhadap
Status Kesehatan. Pusat Penelitian dan Pengembangan Ekologi dan Status Kesehatan.
Jakarta.

Entjang, Indan. 2000. Ilmu Kesehatan Masyarakat. PT. Citra Aditya Bakti : Bandung.

Herdman, T.H. & Kamitsuru, S. (2014). NANDA International Nursing Diagnoses:


Definitions & Classification, 2015–2017. 10nd ed. Oxford: Wiley Blackwell.

Lukman Hakim, dkk.. 2013. Faktor Sosial Budaya Dan Orientasi Masyarakat Dalam Berobat
(Socio-Cultural Factors And Societal Orientation In The Treatment).Universitas Jember
(UNEJ). Jember.

Moorhead, S., Jhonson, M., Maas, M., & Swanson, L. (2013). Nursing Outcomes
Classification (NOC). 5th ed. United states of America: Mosby Elseiver.

17

Anda mungkin juga menyukai