AGAMA “
KEPERAWATAN PALIATIF
DISUSUN OLEH :
1914201009
KEPERAWATAN 5A
DOSEN PENGAMPU :
1
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah,
dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ilmiah tentang “
Asuhan Keperawatan Penyakit Terminal Ditinjau dari Segi Agama ” ini.
Makalah ilmiah ini telah Saya susun secara maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak, sehingga kami dapat menyelesaikan pembuatan makalah ini. Untuk itu, kami
menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam
pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, Saya menyadari sepenuhnya bahwa penulisan makalah ini
masih jauh dari kata sempurna baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh
karena itu, saya mengharapkan saran dan kritik dari pembaca agar dapat memperbaikinya
dalam penulisan makalah selanjutnya. Akhir kata Saya berharap semoga makalah ilmiah
tentang “Tinjauan Sosial dan Budaya Pada Perawatan Paliatif” ini dapat memberikan manfaat
maupun inpirasi terhadap pembaca.
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................................2
DAFTAR ISI............................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................................4
3.1 Kesimpulan.............................................................................................................................16
3.2 Saran........................................................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................................17
3
BAB I
PENDAHULUAN
Salah satu kemajuan utama dalam perawatan kesehatan modern adalah perbaikan
perawatan akhir hayat pada pasien yang mengalami penyakit terminal. Sebagian besar pasien
terminal akan sangat menderita, penderitaan berupa fisik, mental dan atau spiritual (Kemp,
2009). Selain kegiatan promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif, pasien dengan penyakit
yang sulit disembuhkan seperti penyakit kanker, penyakit degeneratif, penyakit paru
obstruktif kronis, cystic fibrosis, stroke, Parkinson, gagal jantung/ heart failure, penyakit
genetika, dan HIV/AIDS juga memerlukan perawatan paliatif (Supari, 2007).
Perawatan paliatif adalah pendekatan yang bertujuan meningkatkan kualitas hidup pasien
(dewasa dan anak-anak) dan keluarga dalam menghadapi penyakit dan mengancam jiwa,
dengan cara meringankan penderitaan rasa sakit melalui identifikasi dini, pengkajian yang
sempurna, dan penatalaksanaan nyeri serta masalah lainnya baik fisik, psikologis, sosial atau
spiritual (WHO, 2016). Menurut Ketua Masyarakat Paliatif Indonesia (MPI) Drajad Ryanto
Suardi dalam seminar yang bertema Sharing the care (Peduli perawatan paliatif untuk
sesama), jumlah pasien yang memerlukan perawatan paliatif meningkat, seiring dengan
meningkatnya usia harapan hidup, disamping pasien kanker, jumlah penyakit motor neuron
dan penyakit saraf serta pasien HIV-ADIS juga meningkat
Agama merupakan hubungan antara manusia dengan tuhan. Terapi religious sangat
penting dalam memberikan palliative care. Kurangnya pemenuhan kehidupan beragama,
menimbulkan masalah pada saat terapi. Pengetahuan dasar dari masing-masing agama sangat
membantu dalam mengembangkan palliative care. Terkadang palliative care spiritual sering
disamakan dengan terapi paliatif religious. Palliative care spiritual bisa ditujukan kepada
pasien yang banyak meyakini akan adanya Tuhan tanpa mengalami ritual suatu agama dan
bisa juga sebagai terapinreligius dimana selain meyakini ritual agama memiliki tata cara
beribadah dalam suatu agama.
Salah satu faktor yang menentukan kondisi kesehatan masyarakat adalah perilaku
kesehatan masyarakat itu sendiri. Dimana proses terbentuknya perilaku ini dipengaruhi oleh
beberapa faktor. Salah satunya adalah faktor sosial budaya, bila faktor tersebut telah tertanam
dan terinternalisasi dalam kehidupan dan kegiatan masyarakat ada kecenderungan untuk
merubah perilaku yang telah terbentuk tersebut sulit untuk dilakukan. Untuk itu, mengatasi
dan memahami suatu masalah kesehatan diperlukan pengetahuan yang memadai mengenai
budaya dasar dan budaya suatu daerah. Sehingga dalam kajian sosial budaya tentang
perawatan paliatif bertujuan untuk mencapai derajat kesehatan yang setinggi-tingginya,
meningkatkan kualitas hidup pasien dan keluarga dalam menghadapi masalah yang
berhububgan dengan penyakit yang mengancam kehidupan.
4
Kebutuhan akan perawatan paliatif tidak dapat dihindari sehubungan dengan makin
meningkatnya jumlah pasien kanker. Dengan sudah dituangkannya program pelayanan
paliatif ke dalam Sistem Kesehatan Nasional perawatan paliatif kini menjadi bagian dari tata
laksana penyakit kanker di Indonesia yang perlu terus dikembangkan. Dalam makalah ini,
penulis akan membahas asuhan keperawatan paliatif dalam perspektif agama, spiritual
budaya dan sosial.
5
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
Perawatan paliatif adalah perawatan yang dilakukan secara aktif pada penderita yang
sedang sekarat atau dalam fase terminal akibat penyakit yang dideritanya. Pasien sudah tidak
memiliki respon terhadap terapi kuratif yang disebabkan oleh keganasan ginekologis.
Perawatan ini mencakup penderita serta melibatkan keluarganya (Aziz, Witjaksono, &
Rasjidi, 2008).
Perawatan paliatif adalah pendekatan yang bertujuan meningkatkan kualitas hidup pasien
(dewasa dan anak-anak) dan keluarga dalam menghadapi penyakit yang mengancam jiwa,
dengan cara meringankan penderitaan rasa sakit melalui identifikasi dini, pengkajian yang
sempurna, dan penatalaksanaan nyeri serta masalah lainnya baik fisik, psikologis, sosial atau
spiritual. (World Health Organization (WHO) 2016).
Pada dasarnya, berbagai pendekatan yang dilakukan adalah upaya untuk mengatasi
masalah psikologis pasien supaya merasa tenang dan percaya diri. Dua hal tersebut menjadi
penting supaya pasien taat dalam menjalankan pengobatannya. Bila psikologisnya sudah
lemah, maka kepatuhan untuk berobat pun akan lebih sulit untuk diwujudkan. Hal tersebut
dikarenakan pasien telah kehilangan semangat untuk hidup, ataupun bila berobat manfaatnya
tidak akan maksimal.
Kemudian dijelaskan juga bahwa pasien yang mempunyai keyakinan agama yang baik,
akan lebih mudah untuk menerima kenyataan ketika dihadapkan pada hasil pemeriksaan
medis yang tidak sesuai dengan apa yang mereka harapkan (Widyastuti, 2004). Integrasi
agama dalam pelayanan medis sudah mulai dibuka lebar sejak WHO mendeklarasikan terapi
holistic pada tahun 1984 silam. WHO juga menegaskan bahwa dimensi agama atau spiritual,
sama pentingnya dengan dimensi fisik, psikologis, dan psikososial (Prasetyo, 2015). Anjuran
tersebut akhirnya menjadi inspirasi bagi berbagai kegiatan spiritual atau keagamaan, karena
termasuk sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari pelayanan kesehatan yang diberikan di
seluruh dunia. Berbagai penelitian tetap dilakukan untuk menunjukkan bagaimana kontribusi
agama dalam mendukung proses kesehatan seorang individu. Dari hal tersebut, konseling
religius juga bisa menjadi salah satu alternatif yang dapat dikembangkan menjadi bentuk
terapi psikospiritual dalam pemberian perawatan paliatif.
6
1. Agama islam
Kaum muslim percaya bahwa setiap penyakit pasti ada obatnya dan bisa disembuhkan.
Mereka juga percaya bahwa setiap kesulitan hidup harus diterima dan dihadapi, penderitaan
dan sakit atau menjadi pasien. Semuanya ini akan melenyapkan dosa-dosa sebelumnya yang
sudah dilakukan, dan hal-hal ini terjadi sebagai pemurnian (Jena, 2019). Meskipun demikian,
setiap umat Islam harus berusaha menghindari sakit dan seseorang diizinkan menggunakan
perawatan yang terbaik atau menggunakan pengobatan terbaik yang tersedia saat itu.
Perawatan paliatif direkomendasikan di dalam Islam, dan hospis (rumah perawatan) terbaik
bagi seorang Muslim adalah meninggal di rumah bersama keluarga dan sanak saudara yang
mengelilinginya.
Kematian alamiah (yakni mengikuti rencana Allah dan bukan dokter, rencana hakim atau
keputusan keluarga) adalah kepentingan terbesar dari pasien itu sendiri dan kematiannya
yang paling bermartabat bagi seorang penganut Islam. Islam dengan keras menolak atau
melawan : The Mental Capacity Act (yang membolehkan penghentian makanan, cairan, dan
penanganan medis yang masuk akal dari seorang pasien yang tidak sedang dalam proses
menuju kematian, dengan maksud untuk mempercepat kematian)
Bagi setiap dokter, perawat, dan tenaga kesehatan lain, menghentikan kehidupan
seseorang, kalaupun atas permintaan pasien sendiri, adalah penyangkalan terhadap profesi
medis itu sendiri. Kaum muslim percaya bahwa hidup itu sendiri adalah hadiah terbesar dari
Allah yang harus dipelihara dan dipertahankan dalam setiap waktu. Perawat harus memiliki
sikap dasar ini ketika berhadapan dengan kehidupan manusia, rasa hormat yang penuh dan
perlindungan yang penuh kepada setiap manusia.
Contoh Kasus
Nyonya A usia 55 tahun asal Surabaya masuk ke Rumah Sakit tanggal 5 februari 2019
akibat mengalami penyakit Ca. Colon. Klien datang ke RSUD Pringsewu diantar oleh
keluarganya melalui IGD, pada tanggal 5 februari 2019, dengan keluhan nyeri pada abdomen,
kram perut, pola defekasi bermasalah, sering sembelit, feses berwarna kehitaman dan kadang
disertai darah merah segar, tidak nafsu makan, penurunan berat badan, dan cepat letih.
Kesadaran klien composmentis, Vital Sign TD 110/90 mmHg, Nadi 70x/menit, irama reguler
kekuatan sedang, Respirasi 20x/menit, irama regular, Suhu 36,50 C.
Pekerjaan Ny. A yaitu seorang PNS dan waktu luangnya diisi dengan beristirahat di
rumah dan berkumpul bersama keluarga. Klien jarang berolahraga. Saat sakit, klien hanya
bisa berbaring di tempat tidur, aktifitas terbatas, dan klien dibantu oleh keluarganya. Sebelum
sakit lama tidur klien 7-8 jam/hari, hanya dipergunakan untuk tidur malam karena klien
jarang sekali tidur siang dan tidak ada gangguan dalam tidur. Saat sakit lama tidur klien
hanya 5 jam dengan tidur siang selama 1 jam. Klien kadang-kadang kesulitan tidur di rumah
sakit karena nyeri yang dialami klien, klien tampak lemah. Klien merasakan nyeri pada
7
perutnya dalam 2 bulan belakangan ini. Nyeri akan lebih terasa menyakitkan jika beraktifitas
dan saat defekasi, dan akan berkurang saat klien beristirahat. Region nyeri yaitu pada
abdomen bagian bawah (dessendens bawah). Skala nyeri klien 8, raut muka klien tampak
menahan nyeri. Sebelum sakit, frekuensi makan Ny. A tidak teratur dikarenakan kesibukan
jam kerja yang mengakibatkan sering telat makan. Berat badan klien 68 kg. Berat badan
dalam 1 bulan terakhir turun drastis menjadi 63 kg. Jenis makanan yang paling sering
dikonsumsi klien yaitu daging hewan dan makanan cepat saji (sate & gulai). Klien tidak suka
sayuran, dan tidak memiliki pantangan terhadap makanan apapun.
Klien tidak pernah mengalami operasi gastrointestinal. Saat sakit, klien hanya
mengkonsumsi nasi lembek, sayuran hijau, buah tapi jarang habis karena klien mual, tidak
nafsu makan, & klien tidak makan yang pedas & berminyak. Sebelum sakit frekuensi minum
klien 7-8 gelas/hari. Saat sakit, frekuensi 17 minum klien + 2-3 gelas/hari. Turgor kulit tidak
elastis. Klien tidak mengalami sesak, tidak ada keluhan saat bernafas, irama teratur, klien
tidak batuk, klien tidak merokok, klien tidak terpasang oksigen. Frekuensi BAB klien
sebelum sakit 1x sehari di pagi hari. Feses berwani kuning, konsistensi padat, berbau khas,
warna kuning kecoklatan, dan tidak ada keluhan. Saat sakit, klien kesulitan BAB, mengalami
sembelit, feses berwarna kehitaman, konsistensi keras, kadang disertai darah merah segar,
berbau anyir. Frekuensi BAK klien 2x sehari. Klien tidak mengalami perubahan pola
berkemih. Klien tidak menggunakan kateter. Klien tidak memiliki gangguan dan riwayat
penyakit yang menyangkut sensori, persepsi, dan kognitif.
A. Pengkajian
1. Biodata klien
Nama : Ny. A
No RM : 123.456.xx
Usia : 55 tahun
Alamat : surabaya
Pekerjaan : PNS
Status : menikah
Agama : islam
Pendidikan : sarjana
8
2. Keluhan utama
Nyeri pada bagian perut selama 3 bulan, semakin lama semakin nyeri. Klien merasakan nyeri
akan lebih terasa menyakitkan jika beraktifitas dan saat defekasi, dan akan berkurang saat
klien beristirahat.
3. Riwayat penyakit :
Nyeri pada abdomen, kram perut, pola defekasi bermasalah, sering sembelit, feses berwarna
kehitaman dan kadang disertai darah merah segar, tidak nafsu makan, penurunan berat badan,
dan cepat letih.
Klien mengatakan tidak ada keluarga yang memiliki riwayat penyakit serupa.
a. Keadaan umum
TD : 110/90 mmHg
Suhu : 36,50 C
b.Kepala
• Kulit kepala normal, tidak ada hematoma, lesi atau kotor. Rambut mudah patah saat
dicabut, hitam tanpa uban, dan bersih.
• Mata : mata klien secara umum normal, bentuk simetris, konjungtiva tampak anemis,
sklera tidak ikterik, pupil dapat merespon terhadap cahaya, palpebra normal, tidak ada
oedema. Lensa mata normal, jernih, visus mata kanan dan kiri normal.
• Hidung : Hidung klien simetris, tidak ada septum deviasi, polip, epistaksis, gangguan
indera pencium, atau secret.
• Mulut : Mulut klien normal.
• Telinga : telinga klien simetris, bersih, dan tidak ada gangguan pendengaran.
9
• Leher : leher klien normal, tidak ada pembesaran thyroid, tidak ada kaku kuduk, tidak
ada hematoma, tida ada lesi. Tenggorokan klien normal, tidak ada nyeri tekan, tidak
hipremis, dan tidak ada pembesaran tonsil.
c.Dada
d.Abdomen
e.Genetalia
f.Rectum
Normal, tidak ada hemoroid, tidak ada prolaps, dan tidak ada tumor.
g.Ekstremitas
Pekerjaan Ny. A yaitu seorang PNS dan waktu luangnya diisi dengan beristirahat di
rumah dan berkumpul bersama keluarga. Klien jarang berolahraga. Saat sakit, klien hanya
bisa berbaring di tempat tidur, aktifitas terbatas, dan klien dibantu oleh keluarganya
Sebelum sakit lama tidur klien 7-8 jam/hari, hanya dipergunakan untuk tidur malam
karena klien jarang sekali tidur siang dan tidak ada gangguan dalam tidur. Saat sakit lama
tidur klien hanya 5 jam dengan tidur siang selama 1 jam. Klien kadang-kadang kesulitan tidur
di rumah sakit karena nyeri yang dialami klien, klien tampak lemah.
Klien kadang-kadang kesulitan tidur di rumah sakit karena nyeri yang dialami klien,
klien tampak lemah. Klien merasakan nyeri pada perutnya dalam 2 bulan belakangan ini.
Nyeri akan lebih terasa menyakitkan jika beraktifitas dan saat defekasi, dan akan berkurang
saat klien beristirahat. Region nyeri yaitu pada abdomen bagian bawah (dessendens bawah).
Skala nyeri klien 8, raut muka klien tampak menahan nyeri.
8.Nutrisi
Berat badan klien 68 kg. Berat badan dalam 1 bulan terakhir turun drastis menjadi 63 kg.
Jenis makanan yang paling sering dikonsumsi klien yaitu daging hewan dan makanan cepat
saji (sate & gulai). Klien tidak suka sayuran, dan tidak memiliki pantangan terhadap makanan
10
apapun. Klien tidak pernah mengalami operasi gastrointestinal. Saat sakit, klien hanya
mengkonsumsi nasi lembek, sayuran hijau, buah tapi jarang habis karena klien mual, tidak
nafsu makan, & klien tidak makan yang pedas & berminyak.
9.Cairan
Sebelum sakit frekuensi minum klien 7-8 gelas/hari. Saat sakit, frekuensi minum klien +
2-3 gelas/hari. Turgor kulit tidak elastis.
10.Oksigen
Klien tidak mengalami sesak, tidak ada keluhan saat bernafas, irama teratur, klien tidak
batuk, klien tidak merokok, klien tidak terpasang oksigen.
11.Eliminasi urin
Frekuensi BAK klien 2x sehari. Klien tidak mengalami perubahan pola berkemih. Klien
tidak menggunakan kateter.
12.Eliminasi fekal
Feses berwani kuning, konsistensi padat, berbau khas, warna kuning kecoklatan, dan
tidak ada keluhan. Saat sakit, klien kesulitan BAB, mengalami sembelit, feses berwarna
kehitaman, konsistensi keras, kadang disertai darah merah segar, berbau anyir.
Klien tidak memiliki gangguan dan riwayat penyakit yang menyangkut sensori, persepsi,
dan kognitif.
14.Pemeriksaan penunjang
15.Psikologis
Perasaan klien setelah mengalami masalah ini adalah gelisah. Cara mengatasi gelisahnya
klien dihibur keluarga. Dukungan yang diberikan oleh keluarga sangat baik, keluarga
memberikan semangat kepada klien agar klien selalu berdo’a supaya cepat sembuh. Klien
juga mengatakan sedikit cemas dengan penyakitnya. Klien takut akan perubahan status
kesehatannya.
11
16.Sosial
17.Budaya
Budaya yang diikuti klien adalah budaya jawa. Kebudayaan yang dianut tidak merugikan
kesehatannya.
18.Spiritual
Aktivitas ibadah sehari-hari sholat 5 waktu. Kegiatan keagamaan yang biasa dilakukan
adalah yasinan. Keyakinan klien tentang masalah kesehatan yang sekarang sedang dialami :
klien yakin akan dirinya pasti sembuh.
Analisa Data
B. Diagnosa Keperawatan
C. Intervensi Keperawatan
Definisi:
Perasaan tidak nyaman atau kekhawatiran yang samar disertai respons autonom (sumber
sering kali tidak spesifik atau tidak diketahui oleh individu), perasaan takut yang disebabkan
oleh antisipasi terhadap bahaya. Hal ini merupakan isyarat kewaspadaan yang
memperingatkan individu akan adanya bahaya dan memampukan individu untuk bertindak
menghadapi ancaman.
13
Setelah diberikan asuhan Pengurangan Kecemasan Pengurangan Kecemasan
keperawatan (5820) (5820)
selam 1 x 24 jam - Mendengarkan -Keluarga dapat
diharapkan klien tidak penyebab kecemasan mengungkapkan penyebab
mengalami kecemasan, klien dengan penuh kecemasannya
dengan kriteria hasil : perhatia sehingga perawat dapat
Tingkat Kecemasan (1211) menentukan
- Observasi tanda verbal tingkat kecemasan klien
-Kecemasan dan non verbal dari dan menentukan intervensi
pada keluarga berkurang kecemasan keluarga untuk klien
(5) selanjutnya.
- Mengobservasi tanda
Teknik menenangkan (5880) verbal dan non verbal dari
- Menganjurkan kecemasan keluarga
keluarga untuk tetap dapat mengetahui
mendampingi klien tingkat kecemasan
yang keluarga alami.
- Mengurangi atau
menghilangkan Teknik Menenagkan
rangsangan yang (5880)
menyebabkan kecemasan - Dukungan keluarga
pada keluarga klien dapat memperkuat
mekanisme koping klien
sehingga tingkat
ansietasnya berkurang
- Pengurangan atau
Penghilangan rangsang
penyebab kecemasan dapat
meningkatkan ketenangan
pada
keluarga dan mengurangi
tingkat
kecemasannya
Definisi:
14
NOC NIC RASIONAL
15
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Permasalahan yang sering muncul ataupun terjadi pada pasien dengan perawat paliatif
meliputi masalah psikologis, social, konsep diri, dukungan keluarga dan aspek spiritual.
Permasalahan yang sering digambarkan pasien yaitu kejadian-kejadian yang dapat
mengancam diri sendiri, misalnya nyeri, masalah fisik, psikologi, social, kultural dan
spiritual. Perawatan paliatifi ini bertujuan untuk membantu pasien yang sudah mendekati
ajalnya, agar pasien aktif dan dapat bertahan hidup selama mungkin.
Teori “The Five Stage of Grief” menyebutkan bahwa respon psikologis yang dialami
seseorang karena kehilangan terbagi atas lima tahap, yaitu penyangkalan (denial), marah
(anger), tawar-menawar (bargaining),depresi (depression) dan penerimaan (acceptance).
Respons psikologi ini juga bias digunakan untuk memahami reaksi pasca kejadian traumatic
yang dialami oleh seseorang. Dapat dikatakan pula bahwa teori ini berkembang sangat pesat.
Dalam hal ini peran perawat paliatif memiliki peran penting dalam memberikan dukungan
bagi penderita kanker dalam mengatasi gejala yang dialami. Sebagai salah satu petugas klinik
tentu perawat dapat memahami dan mengevaluasi keluhan-keluhan pasien. Perawat dapat
berkolaborasi dengan tim kesehatan lainnya, guna mengembangkan dan menerapkan
perencanaan perawatan yang komprehensif.
3.2 Saran
16
DAFTAR PUSTAKA
Bullock, K. (2011). The influence of culture on end-of-life decision making. Journal of social
work in end-of-life & palliative care, 7(1), 83-98.
Dobríková, P., Macková, J., Pavelek, L., AlTurabi, L., Miller, A., & West, D. (2016). The
effect of social and existential aspects during end of life care. Nursing and Palliative
Care, 1(3), 47-51.
Dochteran, J. M., & Bulechek, G. M. 2013. Nursing Interventions Classification (NIC). 6th
ed. America: Mosby Elseiver
Dwi Hapsari, dkk.2012. Pengaruh Lingkungan Sehat dan Perilaku Hidup Sehat Terhadap
Status Kesehatan. Pusat Penelitian dan Pengembangan Ekologi dan Status Kesehatan.
Jakarta.
Entjang, Indan. 2000. Ilmu Kesehatan Masyarakat. PT. Citra Aditya Bakti : Bandung.
Lukman Hakim, dkk.. 2013. Faktor Sosial Budaya Dan Orientasi Masyarakat Dalam Berobat
(Socio-Cultural Factors And Societal Orientation In The Treatment).Universitas Jember
(UNEJ). Jember.
Moorhead, S., Jhonson, M., Maas, M., & Swanson, L. (2013). Nursing Outcomes
Classification (NOC). 5th ed. United states of America: Mosby Elseiver.
17