Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

TINJAUAN FISIK ATAU GEJALA-GEJALA FISIK


YANG DI ALAMI PASIEN PALIATIF

DI SUSUN OLEH : KELOMPOK 3


1. WIKE JULIA PUTRI G1B117001
2. PAZELA KUMALA PUTRI G1B117003
3. APRIADI RAHMAT G1B117006
4. RANI ANGGRAINI G1B117008
5. ELISA PUTRI G1B117009
6. DIAN ANNA SARI G1B117017
7. ANA KURNIAWATI G1B117019
8. SABRI YUNUS G1B117029
9. NURMALIZA ULFA G1B117032
10. YENI GUSMIDA PABUNTA G1B117037
11. ANGGELLIA JOPA SARI G1B117027
12. WINDI CLARISCA G1B117022

DOSEN PEMBIMBING :
NS. ANDIKA SULISTIAWAN, S.Kep., M.Kep

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS JAMBI
2019
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah swt, Tuhan sekalian alam
yang selalu melimpahkan petunjuk rahmat serta hidayah-Nya sehingga kelompok
tiga dapat menyelesaikan makalah tugas blok “keperawatan menjelang ajal atau
paliatif” ini dengan laporan makalah “tinjauan fisik atau gejala-gejal fisik yang di
alami pasien paliatif” kami mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing
yang telah membantu, sehingga kami merasa lebih ringan dan lebih mudah
menulis laporan tugas ini. Atas bimbingan yang telah berikan.

Kami menyadari bahwa laporan tugas ini masih jauh dari kesempurnaan
dan masih terdapat banyak kekurangan dan kelemahan, baik dari segi penulisan,
penyusunan kata demi kata maupun dalam penyusunan bahasa. Oleh karena itu,
kami mengharapkan kepada semua pihak untuk memberikan sumbangan
pemikiran berupa kritik dan saran dari para pembaca yang sifatnya membangun
yang akan kami terima dengan senang hati demi penyempurnaan karya tulis ini di
masa yang akan datang.

Jambi, 06 Desember 2019

Kelompok 3

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar.................................................................................................. i

Daftar Isi........................................................................................................... ii

BAB I. Pendahuluan....................................................................................... 1

1.1. Latar Belakang............................................................................... 1

1.2. Rumusan Masalah ......................................................................... 4

1.3. Tujuan ........................................................................................... 5

1.4 Manfaat........................................................................................... 5

BAB II. Pembahasan...................................................................................... 6

2.1 Definisi Perawatan Paliatif............................................................. 6

2.2 Elemen dalam perawatan paliatif.................................................... 7

2.3 Masalah keperawatan pada pasien paliatif...................................... 8

2.4 Bantuan yang dapat diberikan pada pasien terminal....................... 11

2.5 Faktor yang perlu dikaji dalam perawatan paliatif.......................... 15


2.6 Pengkajian fisik dan psikologis dalam perawatan paliatif.............. 16

BAB III. Penutup............................................................................................ 18

3.1 Kesimpulan..................................................................................... 18

3.2 Saran............................................................................................... 18

Daftar Pustaka................................................................................................ 19

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Perawatan paliatif adalah pendekatan yang bertujuan meningkatkan
kualitas hidup pasien (dewasa dan anak-anak) dan keluarga dalam
menghadapi penyakit yangmengancam jiwa, dengan cara meringankan
penderitaan rasa sakit melalui identifikasi dini, pengkajian yang sempurna,
dan penatalaksanaan nyeri serta masalah lainnya baik fisik, psikologis, sosial
atau spiritual. (World Health Organization (WHO) 2016)
Perawatan paliatif merupakan perawatan yang berfokus pada pasien dan
keluarga dalam mengoptimalkan kualitas hidup dengan mengantisipasi,
mencegah, dan menghilangkan penderitaan.Perawatan paliatif mencangkup
seluruh rangkaian penyakit termasuk fisik, intelektual, emosional, sosial, dan
kebutuhan spiritual serta untuk memfasilitasi otonomi pasien, mengakses
informasi, dan pilihan (National Consensus Project for Quality Palliative
Care, 2013).Pada perawatan paliatif ini, kematian tidak dianggap sebagai
sesuatu yang harus di hindari tetapi kematian merupakan suatu hal yang harus
dihadapi sebagai bagian dari siklus kehidupan normal setiap yang bernyawa
(Nurwijaya dkk, 2010).
Menurut WHO (2016) penyakit-penyakit yang termasuk dalam perawatan
paliatif seperti penyakit kardiovaskuler dengan prevalensi 38.5%, kanker
34%, penyakit pernapasan kronis 10.3%, HIV/AIDS 5.7%, diabetes 4.6% dan
memerlukan perawatan paliatif sekitas 40-60%.Pada tahun 2011 terdapat 29
juta orang meninggal di karenakan penyakit yang membutuhkan perawatan
paliatif. Kebanyakan orang yang membutuhkan perawatan paliatif berada
pada kelompok dewasa 60% dengan usia lebih dari 60 tahun, dewasa (usia
15-59 tahun) 25%, pada usia 0-14 tahun yaitu 6% (Baxter, et al., 2014).
Prevalensi penyakit paliatif di dunia berdasarkan kasus tertinggi yaitu
Benua Pasifik Barat 29%, diikuti Eropa dan Asia Tenggara masing-masing
22% (WHO,2014). Benua Asia terdiri dari Asia Barat, Asia Selatan, Asia
1
Tengah, Asia Timur dan Asia Tenggara.Indonesia merupakan salah satu
negara yang termasuk dalam benua Asia Tenggara dengan kata lain bahwa
Indonesia termasuk dalam Negara yang membutuhkan perawatan paliatif.
Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas, 2013) prevalensi
tumor/kanker di Indonesia adalah 1.4 per 1000 penduduk, atau sekitar
330.000 orang, diabete melitus 2.1%, jantung koroner (PJK) dengan
bertambahnya umur, tertinggi pada kelompok umur 65 -74 tahun yaitu
3.6%.Kementrian kesehatan (KEMENKES, 2016) mengatakan kasus HIV
sekitar 30.935, kasus TB sekitar330.910. Kasus stroke sekitar 1.236.825 dan
883.447 kasus penyakit jantung dan penyakit diabetes sekitar 1,5%
(KEMENKES, 2014).
Pelayanan perawatan paliatif memerlukan keterampilan dalam mengelola
komplikasi penyakit dan pengobatan, mengelola rasa sakit dan gejala lain,
memberikan perawatan psikososial bagi pasien dan keluarga, dan merawat
saat sekarat dan berduka (Matzo & Sherman, 2015).Penyakit dengan
perawatan paliatif merupakan penyakit yang sulit atau sudah tidak dapat
disembuhkan, perawatan paliatif ini bersifat meningkatkan kualitas hidup
(WHO,2016). Perawatan paliatif meliputi manajemen nyeri dan gejala;
dukungan psikososial, emosional, dukungan spiritual; dan kondisi hidup
nyaman dengan perawatan yang tepat, baik dirumah, rumah sakit atau tempat
lain sesuai pilihan pasien. Perawatan paliatif dilakukan sejak awal perjalanan
penyakit, bersamaan dengan terapi lain dan menggunakan pendekatan tim
multidisiplin untuk mengatasi kebutuhan pasien dan keluarga mereka
(Canadian Cancer Society, 2016).
Selain itu Matzo & Sherman (2015) juga menyatakan bahwakebutuhan
pasien paliatif tidak hanya pemenuhan atau pengobatan gejala fisik, namun
juga pentingnya dukungan terhadap kebutuhan psikologi, sosial dan spiritual
yang dilakukandengan pendekatan yang dikenal sebagai perawatan paliatif.
Romadoni (2013) menyatakan bahwa kebutuhan spiritual merupakan
kebutuhan beribadah, rasa nyaman, motivasi dan kasihsayang tehadap sesama
maupun sang penciptanya. Spiritual bertujuan untuk memberikan pertanyaan

2
mengenai tujuan akhir tentang keyakinan dan kepercayaan pasien (Margaret
& Sanchia, 2016).Spiritual merupakan bagian penting dalam perawatan,
ruang lingkup dari pemberian dukungan spiritual adalah meliputi kejiwaan,
kerohanian dan juga keagamaan.Kebutuhan spiritual tidak hanya dapat
diberikan oleh perawat, melainkan dapat juga diberikan oleh kelompok
agama ataupun keluarga (Balboni dkk, 2013).Hidayat (2009) mengatakan
keluarga memiliki peran yang cukup strategis dalam memenuhi kebutuhan
spiritual, karena keluarga memiliki ikatan emosional yang kuat dan selalu
berinteraksi dalam kehidupan sehari-hari.Dukungan keluarga adalah suatu
bentuk hubungan interpersonal yang meliputi sikap, tindakan dan penerimaan
terhadap anggota keluarga, sehingga anggota keluarga yang sakit merasa ada
yang memperhatikan (Friedman, 2010).Dukungan ini merupakan sikap,
tindakan dan penerimaan keluarga terhadap penderita yang sakit.
Susilawati (2015) mengatakan anggota keluarga memandang bahwa orang
yang bersifat mendukung akan selalu siap memberi pertolongan dan bantuan
yang diperlukan (Susilawati, 2015). Adanya dukungan keluarga
mempermudah penderita dalam melakukan aktivitasnya berkaitan dengan
persoalan-persoalan yang dihadapinya juga merasa dicintai dan bisa berbagi
beban, mengekspresikan perasaan secara terbuka dapat membantu dalam
menghadapi permasalahan yang sedang terjadi serta adanya dukungan
keluarga akan berdampak pada peningkatan rasa percayadiri pada penderita
dalam menghadapi proses penyakitnya (Misgiyanto & Susilawati, 2014).
Morris dkk (2015) menyatakan lebih dari 200.000 orang setiap tahun tidak
mati di tempat yang mereka inginkan.Selain itu terdapat 63% pasien paliatif
menyatakan ingin di rawat oleh keluarganya.
Aoun dkk (2015) mengatakan jika dukungan yang diberikan keluarga
terhadap pasien paliatif tidak terpenuhi pasien akan merasa kesepian, tidak
berharga dan merasa tidak dicintai maka dari itu peran dari keluarga sangat
dibutuhkan bagi pasien sehingga pasien merasa diperhatikan, nyaman dan
damai. Harrop dkk (2014) mengatakan pasien paliatif lebih nyaman
mendapatkan perawatan ataupun bantuan dari keluarganya.Dimana bantuan
3
ataupun dukungan yang didapatkan dari keluarga dapat mengurangi beban
psikososial dan spiritual pada pasien dengan perawatan paliatif (Hudson dkk,
2014).
Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik untuk membahas
mengenai tinjauan fisik atau gejala-gejala fisik yang dialami pasien paliatif.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa definisi dari perawatan paliatif ?
2. Apa saja elemen yang terdapat dalam perawatan paliatif ?
3. Apa masalah keperawatan pada pasien paliatif ?
4. Apa saja bantuan yang dapat diberikan pada pasien terminal ?
5. Apa saja faktor-faktor yang perlu dikaji dalam perawatan paliatif ?
6. Bagaimana pengkajian fisik dan psikologis dalam perawatan paliatif ?

1.3 Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui dan memahami bagaimana konsep teori tinjauan
fisik atau gejala-gejala fisik yang dialami pasien paliatif

2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa dapat mengetahui apa definisi dari perawatan paliatif ?
b. Mahasiswa dapat mengetahui pa saja elemen yang terdapat dalam
perawatan paliatif
c. Mahasiswa dapat mengetahui apa masalah keperawatan pada pasien
paliatif
d. Mahasiswa dapat mengetahui apa saja bantuan yang dapat diberikan
pada pasien terminal
e. Mahasiswa dapat mengetahui pa saja faktor-faktor yang perlu dikaji
dalam perawatan paliatif
f. Mahasiswa dapat mengetahui bagaimana pengkajian fisik dan
psikologis dalam perawatan paliatif

4
1.4. Manfaat
Adapun manfaat dari makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Bagi Mahasiswa
Sebagai bahan materi atau referensi pembelajaran dan menambah
pengetahuan khususnya mengenai konsep tinjauan fisik atau gejala-gejala
fisik yang dialami pasien paliatif

2. Bagi Institusi Pendidikan


Sebagai referensi bagi institusi Pendidikan khususnya prodi
keperawatan universitas jambi

5
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi Perawatan Paliatif


Perawatan paliatif adalah pendekatan yang bertujuan meningkatkan
kualitas hidup pasien (dewasa dan anak-anak) dan keluarga dalam
menghadapi penyakit yangmengancam jiwa, dengan cara meringankan
penderitaan rasa sakit melalui identifikasi dini, pengkajian yang sempurna,
dan penatalaksanaan nyeri serta masalah lainnya baik fisik, psikologis, sosial
atau spiritual. (World Health Organization (WHO) 2016)
Perawatan paliatif merupakan perawatan yang berfokus pada pasien dan
keluarga dalam mengoptimalkan kualitas hidup dengan mengantisipasi,
mencegah, dan menghilangkan penderitaan.Perawatan paliatif mencangkup
seluruh rangkaian penyakit termasuk fisik, intelektual, emosional, sosial, dan
kebutuhan spiritual serta untuk memfasilitasi otonomi pasien, mengakses
informasi, dan pilihan (National Consensus Project for Quality Palliative
Care, 2013).Pada perawatan paliatif ini, kematian tidak dianggap sebagai
sesuatu yang harus di hindari tetapi kematian merupakan suatu hal yang harus
dihadapi sebagai bagian dari siklus kehidupan normal setiap yang bernyawa
(Nurwijaya dkk, 2010).
Menurut Kementrian Kesehatan Republik Indonesia (KEMENKES,
2013)dan Aziz,Witjaksono, dan Rasjidi (2008) prisinsip pelayanan perawatan
paliatif yaitu menghilangkan nyeri dan mencegah timbulnya gejala serta
keluhan fisik lainnya, penanggulangan nyeri, menghargai kehidupan dan
menganggap kematian sebagai proses normal , tidak bertujuan mempercepat
atau menghambat kematian, memberikan dukungan psikologis, sosial dan
spiritual, memberikan dukungan agar pasien dapat hidup seaktif mungkin,
memberikan dukungan kepada keluarga sampai masa dukacita, serta
menggunakan pendekatan tim untuk mengatasi kebutuhan pasien dan
keluarganya.

6
2.2 Elemen dalam perawatan paliatif
Menurut National Consensus Project dalam Campbell (2013), meliputi :
1. Populasi pasien
Dimana dalam populasi pasien ini mencangkup pasien dengan semua
usia, penyakit kronis atau penyakit yang mengancam kehidupan
2. Perawatan yang berfokus pada pasien dan keluarga
Dimana pasien dan keluarga merupakan bagian dari perawatan
paliatif itu sendiri.
3. Waktu perawatan paliatif.
Waktu dalam pemberian perawatan paliatif berlangsung mulai sejak
terdiagnosanya penyakit dan berlanjut hingga sembuh atau meninggal
sampai periode duka cita.
4. Perawatan komprehensif
Dimana perawatan ini bersifat multidimensi yang bertujuan untuk
menanggulangi gejala penderitaan yang termasuk dalam aspek fisik,
psikologis, sosial maupun keagamaan.
5. Tim interdisiplin
Tim ini termasuk profesional dari kedokteran, perawat, farmasi,
pekerja sosial, sukarelawan, koordinator pengurusan jenazah, pemuka
agama, psikolog, asisten perawat, ahli diet, sukarelawan terlatih.
6. Perhatian terhadap berkurangnya penderitaan
Tujuan perawatan paliatif adalah mencegah dan mengurangi gejala
penderitaan yang disebabkan oleh penyakit maupun pengobatan.
7. Kemampuan berkomunikasi
Komunikasi efektif diperlukan dalam memberikan informasi,
mendengarkan aktif, menentukan tujuan, membantu membuat keputusan
medis dan komunikasi efektif terhadap individu yang membantu pasien
dan keluarga.
8. Kemampuan merawat pasien yang meninggal dan berduka
9. Perawatan yang berkesinambungan

7
Dimana seluruh sistem pelayanan kesehatan yang ada dapat
menjamin koordinasi, komunikasi, serta kelanjutan perawatan paliatif
untuk mencegah krisis dan rujukan yang tidak diperukan.
10. Akses yang tepat
Dalam pemberian perawatan paliatif dimana timharus bekerja pada
akses yang tepat bagi seluruh cakupanusia, populasi, kategori diagnosis,
komunitas, tanpa memandang ras, etnik, jenis kelamin, serta kemampuan
instrumental pasien.
11. Hambatan pengaturan
Perawatan paliatif seharusnya mencakup pembuat kebijakan,
pelaksanaan undang-undang, dan pengaturan yang dapat mewujudkan
lingkungan klinis yang optimal.
12. Peningkatan kualitas
Dimana dalam peningkatan kualitas membutuhkan evaluasi teratur
dan sistemik dalam kebutuhan pasien.

2.3 Masalah Keperawatan Pada Pasien Paliatif


Permasalahan perawatan paliatif yang sering digambarkan pasien yaitu
kejadian-kejadian yang dapat mengancam diri sendiri eimana masalah yang
seringkali di keluhkan pasien yaitu mengenai masalah seperti nyeri, masalah
fisik, psikologi sosial, kultural serta spiritual (IAHPC, 2016).Permasalahan
yang muncul pada pasien yang menerima perawatan paliatif dilihat dari
persepktif keperawatan meliputi masalah psikologi, masalah hubungan sosial,
konsep diri, masalah dukungan keluarga serta masalah pada aspek spiritual
atau keagamaan (Campbell, 2013).
1. Masalah Fisik
Masalah fisik yang seringkali muncul yang merupakan keluhan dari
pasien paliatif yaitu nyeri (Anonim, 2017).Nyeri merupakan pengalaman
emosional dan sensori yang tidak menyenangkan yang muncul akibat
rusaknya jaringan aktual yang terjadi secara tiba-tiba dari intensitas ringan
hingga berat yang dapat diantisipasi dan diprediksi. Masalah nyeri

8
dapatditegakkan apabiladata subjektif dan objektif dari pasien memenuhi
minimal tiga kriteria (NANDA, 2015).
2. Masalah Psikologi
Masalah psikologi yang paling sering dialami pasien paliatif adalah
kecemasan.Hal yang menyebabkan terjadinya kecemasan ialah diagnosa
penyakit yang membuat pasien takut sehingga menyebabkan kecemasan
bagi pasien maupun keluarga (Misgiyanto & Susilawati, 2014).
Durand dan Barlow (2006) mengatakan kecemasan adalah keadaan
suasana hati yang ditandai oleh afek negatif dan gejala-gejala ketegangan
jasmaniah dimana seseorang mengantisipasi kemungkinan datangnya
bahaya atau kemalangan di masa yang akan datang dengan perasaan
khawatir.Menurut Carpenito (2000) kecemasan merupakan keadaan
individu atau kelompok saat mengalami perasaan yang sulit (ketakutan)
dan aktivasi sistem saraf otonom dalam berespon terhadap ketidakjelasan
atau ancaman tidak spesifik.
NANDA (2015) menyatakan bahwa kecemasan adalah perasaan
tidak nyaman atau kekhawatiran yang diseratai oleh respon otonom,
perasaan takut yang disebabkan olehantisipasi terhadap bahaya. Hal ini
merupakan tanda waspada yang member tanda individu akan adanya
bahaya dan mampukah individu tersebut mengatasinya.Masalah Psikologis
: Klien terminal dan orang terdekat biasanya mengalami banyak respon
emosi, perasaaan marah dan putus asa seringkali ditunjukan. Problem
psikologis lain yang muncul pada pasien terminal antara lain
ketergantungan, hilang control diri, tidak mampu lagi produktif dalam
hidup, kehilangan harga diri dan harapan, kesenjangan komunikasi atau
barrier komunikasi.
3. Masalah Sosial
Masalah pada aspek sosial dapat terjadi karena adanya ketidak
normalan kondisi hubungan social pasien dengan orang yang ada disekitar
pasien baik itu keluarga maupun rekan kerja (Misgiyanto & Susilawati,
2014).Isolasi sosial adalah suatu keadaan kesepian yang dialami oleh
9
seseorang karena orang lain menyatakan sikap yang negatif dan
mengancam ( Twondsend, 1998 ). Atau suatu keadaan dimana seseorang
individu mengalami penurunan bahkan sama sekali tidak mampu
berinteraksi dengan orang lain disekitarnya, pasien mungkin merasa
ditolak, tidak diterima, kesepian, dan tidak mampu membina hubungan
yang berarti dan tidak mampu membina hubungan yang berarti dengan
orang lain (Kelliat, 2006 ).
4. Masalah Spiritual
Menurut Carpenito (2006) salah satu masalah yang sering muncul
pada pasien paliatif adalah distress spiritual. Distres spiritual dapat terjadi
karena diagnose penyakit kronis, nyeri, gejala fisik, isolasi dalam
menjalani pengobatan serta ketidakmampuan pasien dalam melakukan
ritual keagamaan yang mana biasanya dapat dilakukan secara mandiri.
Distres spiritual adalah kerusakan kemampuan dalam mengalami dan
mengintegrasikan arti dan tujuan hidup seseorang dengan diri, orang lain,
seni, musik, literature, alam dan kekuatan yang lebih besr dari dirinya
(Hamid, 2008).Definisi lain mengatakan bahwa distres spiritual
adalahgangguan dalam prinsip hidup yang meliputi seluruh kehidupan
seseorang dan diintegrasikan biologis dan psikososial (Keliat dkk, 2011)
5. Problem Oksigenisasi
Respirasi irregular, cepat atau lambat, pernafasan cheyne stokes,
sirkulasi perifer menurun, perubahan mental : Agitasi-gelisah, tekanan
darah menurun, hypoksia, akumulasi secret, dan nadi ireguler.
6. Problem Eliminasi
Konstipasi, medikasi atau imobilitas memperlambat peristaltic,
kurang diet serat dan asupan makanan jugas mempengaruhi konstipasi,
inkontinensia fekal bisa terjadi oleh karena pengobatan atau kondisi
penyakit (mis Ca Colon), retensi urin, inkopntinensia urin terjadi akibat
penurunan kesadaran atau kondisi penyakit misalnya : Trauma medulla
spinalis, oliguri terjadi seiring penurunan intake cairan atau kondisi
penyakit mis gagal ginjal.

10
7. Problem Nutrisi dan Cairan
Asupan makanan dan cairan menurun, peristaltic menurun, distensi
abdomen, kehilangan BB, bibir kering dan pecah-pecah, lidah kering dan
membengkak, mual, muntah, cegukan, dehidrasi terjadi karena asupan
cairan menurun.
8. Problem suhu
Ekstremitas dingin, kedinginan sehingga harus memakai selimut.
9. Problem Sensori
Penglihatan menjadi kabur, refleks berkedip hilang saat mendekati
kematian, menyebabkan kekeringan pada kornea, Pendengaran menurun,
kemampuan berkonsentrasi menjadi menurun, pendengaran berkurang,
sensasi menurun.
10. Problem nyeri
Ambang nyeri menurun, pengobatan nyeri dilakukan secara intra
vena, klien harus selalu didampingi untuk menurunkan kecemasan dan
meningkatkan kenyamanan.
11. Problem Kulit dan Mobilitas
Seringkali tirah baring lama menimbulkan masalah pada kulit
sehingga pasien terminal memerlukan perubahan posisi yang sering.

2.4 Bantuan yang dapat diberikan pada pasien terminal


Keadaan Terminal adalah suatu keadaan sakit dimana menurut akal
sehat tidak ada harapan lagi bagi si sakit untuk sembuh.Keadaan sakit itu
dapat disebabkan oleh suatu penyakit atau suatu kecelakaan.Dalam perawatan
paliatif peran perawat adalah memberikan Asuhan Keperawatan pada Pasien
Terminal untuk membantu pasien menjalani sisa hidupnya dalam keadaan
seoptimal mungkin.Perawat harus memahami apa yang dialami klien dengan
kondisi terminal, tujuannya untuk dapat menyiapkan dukungan dan bantuan
bagi klien sehingga pada saat-saat terakhir dalam hidup bisa bermakna dan
akhirnya dapat meninggal dengan tenang dan damai.
Bantuan yang dapat diberikan pada pasien terminal yakni :
11
1. Bantuan Emosional
a. Pada Fase Denial.
Perawat perlu waspada terhadap isyarat pasien dengan denial
dengan cara mananyakan tentang kondisinya atau prognosisnya dan
pasien dapat mengekspresikan perasaan-perasaannya.
b. Pada Fase Marah atau anger.
Biasanya pasien akan merasa berdosa telah mengekspresikan
perasaannya yang marah. Perawat perlu membantunya agar mengerti
bahwa masih me rupakan hal yang normal dalam merespon perasaan
kehilangan menjelang kamatian. Akan lebih baik bila kemarahan
ditujukan kepada perawat sebagai orang yang dapat dipercaya,
memberikan ras aman dan akan menerima kemarahan tersebut, serta
meneruskan asuhan sehingga membantu pasien dalam menumbuhkan
rasa aman.
c. Pada Fase Menawar.
Pada fase ini perawat perlu mendengarkan segala keluhannya dan
mendorong pasien untuk dapat berbicara karena akan mengurangi rasa
bersalah dan takut yang tidak masuk akal.
d. Pada Fase Depresi.
Pada fase ini perawat selalu hadir di dekatnya dan mendengarkan
apa yang dikeluhkan oleh pasien. Akan lebih baik jika berkomunikasi
secara non verbal yaitu duduk dengan tenang disampingnya dan
mengamati reaksi-reaksi non verbal dari pasien sehingga menumbuhkan
rasa aman bagi pasien.
e. Pada Fase Penerimaan.
Fase ini ditandai pasien dengan perasaan tenang, damai.Kepada
keluarga dan teman-temannya dibutuhkan pengertian bahwa pasien
telah menerima keadaanya dan perlu dilibatkan seoptimal mungkin
dalam program pengobatan dan mampu untuk menolong dirinya sendiri
sebatas kemampuannya.

12
2. Bantuan Memenuhi Kebutuhan Fisiologis 
a. Kebersihan Diri.
Kebersihan dilibatkan untuk mampu melakukan kerbersihan diri
sebatas kemampuannya dalam hal kebersihan kulit, rambut, mulut,
badan dan sebagainya.
b. Mengontrol Rasa Sakit.
Beberapa obat untuk mengurangi rasa sakit digunakan pada klien
dengan sakit terminal, seperti morphin, heroin, dsbg.Pemberian obat ini
diberikan sesuai dengan tingkat toleransi nyeri yang dirasakan
klien.Obat-obatan lebih baik diberikan Intra Vena dibandingkan melalui
Intra Muskular atau Subcutan, karena kondisi system sirkulasi sudah
menurun.
c. Membebaskan Jalan Nafas.
Untuk klien dengan kesadaran penuh, posisi fowler akan lebih
baik dan pengeluaran sekresi lendir perlu dilakukan untuk
membebaskan jalan nafas, sedangkan bagi klien yang tida sadar, posisi
yang baik adalah posisi sim dengan dipasang drainase dari mulut dan
pemberian oksigen.
d. Bergerak.
Apabila kondisinya memungkinkan, klien dapat dibantu untuk
bergerak, seperti: turun dari tempat tidur, ganti posisi tidur untuk
mencegah decubitus dan dilakukan secara periodik, jika diperlukan
dapat digunakan alat untuk menyokong tubuh klien, karena tonus otot
sudah menurun.
e. Nutrisi.
Klien seringkali anorexia, nausea karena adanya penurunan
peristaltik.Dapat diberikan annti ametik untuk mengurangi nausea dan
merangsang nafsu makan serta pemberian makanan tinggi kalori dan
protein serta vitamin.Karena terjadi tonus otot yang berkurang, terjadi
dysphagia, perawat perlu menguji reflek menelan klien sebelum

13
diberikan makanan, kalau perlu diberikan makanan cair atau Intra Vena
atau Invus.
f. Eliminasi.
Karena adanya penurunan atau kehilangan tonus otot dapat terjadi
konstipasi, inkontinen urin dan feses.Obat laxant perlu diberikan untuk
mencegah konstipasi.Klien dengan inkontinensia dapat diberikan urinal,
pispot secara teratur atau dipasang duk yang diganjti setiap saat atau
dilakukan kateterisasi.Harus dijaga kebersihan pada daerah sekitar
perineum, apabila terjadi lecet, harus diberikan salep.
g. Perubahan Sensori.
Klien dengan dying, penglihatan menjadi kabur, klien biasanya
menolak atau menghadapkan kepala kearah lampu atau tempat
terang.Klien masih dapat mendengar, tetapi tidak dapat atau mampu
merespon, perawat dan keluarga harus bicara dengan jelas dan tidak
berbisik-bisik.
3. Bantuan Memenuhi Kebutuhan Sosial
Klien dengan dying akan ditempatkan diruang isolasi, dan untuk
memenuhi kebutuhan kontak sosialnya, perawat dapat melakukan:
a. Menanyakan siapa-siapa saja yang ingin didatangkan untuk bertemu
dengan klien dan didiskusikan dengan keluarganya, misalnya: teman-
teman dekat, atau anggota keluarga lain.
b. Menggali perasaan-perasaan klien sehubungan dengan sakitnya dan
perlu diisolasi.
c. Menjaga penampilan klien pada saat-saat menerima kunjungan
kunjungan teman-teman terdekatnya, yaitu dengan memberikan klien
untuk membersihkan diri dan merapikan diri.
d. Meminta saudara atau teman-temannya untuk sering mengunjungi dan
mengajak orang lain dan membawa buku-buku bacaan bagi klien
apabila klien mampu membacanya.

14
4. Bantuan Memenuhi Kebutuhan Spiritual
a. Menanyakan kepada klien tentang harapan-harapan hidupnya dan
rencana-rencana klien selanjutnya menjelang kematian.
b. Menanyakan kepada klien untuk mendatangkan pemuka agama dalam
hal untuk memenuhi kebutuhan spiritual.
c. Membantu dan mendorong klien untuk melaksanakan kebutuhan
spiritual sebatas kemampuannya.

2.5 Faktor-faktor yang perlu dikaji dalam perawatan paliatif


1. Faktor Fisik
Pada kondisi terminal atau menjelang ajal klien dihadapkan pada
berbagai masalah pada fisik. Gejala fisik yang ditunjukan antara lain
perubahan pada penglihatan, pendengaran, nutrisi, cairan, eliminasi, kulit,
tanda-tanda vital, mobilisasi, nyeri.
Perawat harus mampu mengenali perubahan fisik yang terjadi pada
klien, klien mungkin mengalami berbagai gejala selama berbulan-
bulansebelum terjadi kematian.Perawat harus respek terhadap perubahan
fisik yang terjadi pada klien terminal karena hal tersebut menimbulkan
ketidaknyamanan dan penurunan kemampuan klien dalam pemeliharaan
diri.
2. Faktor Psikologis
Perubahan Psikologis juga menyertai pasien dalam kondisi
terminal.Perawat harus peka dan mengenali kecemasan yang terjadi pada
pasien terminal, harus bisa mengenali ekspresi wajah yang ditunjukan
apakah sedih, depresi, atau marah. Problem psikologis lain yang muncul
pada pasien terminal antara lain ketergantungan, kehilangan harga diri dan
harapan. Perawat harus mengenali tahap-tahap menjelang ajal yang terjadi
pada klien terminal.
3. Faktor Sosial
Perawat harus mengkaji bagaimana interaksi pasien selama kondisi
terminal, karena pada kondisi ini pasien cenderung menarik diri, mudah
15
tersinggung, tidak ingin berkomunikasi, dan sering bertanya tentang
kondisi penyakitnya.Ketidakyakinan dan keputusasaan sering membawa
pada perilaku isolasi.Perawat harus bisa mengenali tanda klien mengisolasi
diri, sehingga klien dapat memberikan dukungan social bisa dari teman
dekat, kerabat/keluarga terdekat untuk selalu menemani klien.
4. Faktor Spiritual
Perawat harus mengkaji bagaimana keyakinan klien akan proses
kematian, bagaimana sikap pasien menghadapi saat-saat terakhirnya.
Apakah semakin mendekatkan diri pada Tuhan ataukah semakin berontak
akan keadaannya. Perawat juga harus mengetahui disaat-saat seperti ini
apakah pasien mengharapkan kehadiran tokoh agama untuk menemani
disaat-saat terakhirnya.
Konsep dan prinsip etika, norma, budaya.Dalam pengkajian Pasien
Terminal nilai, sikap, keyakinan, dan kebiasaan adalah aspek cultural atau
budaya yang mempengaruhi reaksi klien menjelang ajal. Latar belakang
budaya mempengaruhi individu dan keluarga mengekspresikan berduka
dan menghadapi kematian atau menjelang ajal. Perawat tidak boleh
menyamaratakan setiap kondisi pasien terminal berdasarkan etika, norma,
dan budaya, sehingga reaksi menghakimi harus dihindari.
Keyakinan spiritual mencakup praktek ibadah, ritual harus diberi
dukungan.Perawat harus mampu memberikan ketenangan melalui
keyakinan-keyakinan spiritual. Perawat harus sensitive terhadap kebutuhan
ritual pasien yang akan menghadapi kematian, sehingga kebutuhan
spiritual klien menjelang kematian dapat terpenuhi.

2.6 Pengkajian fisik dan psikologis dalam perawatan paliatif


1. Mengkaji Kondisi Kesehatan Fisik
Nyeri :Ketika mengkaji pasien sangat penting untuk mendengarkan
pasien, memperhatikan pada bahaa yang digunakan untuk
mendeskripsikan nyeri akan membantu diagnosanya. Tipe nyeri dapat
ditentukan dari obat apa yang harus digunakan.

16
2. Mengkaji Kondisi Psikologis
a. Kondisi pikiran dan suasana hati (mood).
Meliputi : Apakah dalam bulan terakhir anda merasakan:Merasa putus
asa atau merasa tidak berdaya? kehilangan minat? Apakah
anda merasa depresi?Apakah anda merasa tegang atau
cemas?Apakah anda pernah mengalami serangan panic?
Apakah ada hal spesifik yang anda harapkan?
b. Penyesuaian terhadap sakit.
Meliputi : Apa pemahaman anda terhadap sakit saat ini? Gali dengan
hati-hati ekspektasi pasien.
c. Sumber – sumber dan hal yang menguatkan.
Meliputi : Apakah sumber dukungan anda? Misalnya: orang-orang,
hobi, iman dan kepercayaan
d. Total Pain (nyeri multidimensi yang tidak terkontrol)
Meliputi : Adakah masalah psikologis, sosial, spiritual yang dialami
yang berkontribusi terhadap gejala yang dialami?

e. Sakit sebelumnya (dapat dikaji langsung atau pada keluarga) : Adakah


risiko stress psikologikal dan riwayat masalah kesehatan mental?

17
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Perawatan paliatif merupakan perawatan yang berfokus pada pasien dan
keluarga dalam mengoptimalkan kualitas hidup dengan mengantisipasi,
mencegah, dan menghilangkan penderitaan.Permasalahan perawatan paliatif
yang sering digambarkan pasien yaitu kejadian-kejadian yang dapat
mengancam diri sendiri dimana masalah yang seringkali di keluhkan pasien
yaitu mengenai masalah seperti nyeri, masalah fisik, psikologi sosial, kultural
serta spiritual.
Dalam perawatan paliatif peran perawat adalah memberikan Asuhan
Keperawatan pada Pasien Terminal untuk membantu pasien menjalani sisa
hidupnya dalam keadaan seoptimal mungkin.Perawat harus memahami apa
yang dialami klien dengan kondisi terminal, tujuannya untuk dapat
menyiapkan dukungan dan bantuan bagi klien sehingga pada saat-saat
terakhir dalam hidup bisa bermakna dan akhirnya dapat meninggal dengan
tenang dan damai.

3.2 Saran
1. Bagi Mahasiswa Keperawatan
Diharapkan mahasiswa dapat menjadikan makalah ini sebagai bahan
materi atau referensi pembelajaran dan menambah pengetahuan
mahasiswa khususnya mengenai tinjauan fisik atau gejala-gejala fisik yang
dialami pasien paliatif

2. Bagi Program Studi Keperawatan atau institusi pendidikan


Diharapkan dapat digunakan sebagai referensi pengetahuan bagi
institusi pendidikan khususnya prodi Keperawatan Universitas Jambi

18
DAFTAR PUSTAKA

Anonim.(2017). Perhimpunan Onkologi Indonesia. Dipetik Februari 06, 2017,


dari Perhimpunan Onkologi Indonesia:
http://cancerindo.poijaya.org/prinsip-paliatif-dan-implementasinya-dalam-
dunia-kesehatan-dewasa-ini/

IAHPC, I. A. (2016). Dipetik November 16, 2016, dari International Association


For Hospice & Palliative Care (IAHPC) Web site:
http://hospicecare.com/about-iahpc/publications/manuals-guidelines-
books/manual-of-palliative-care/

Keliat, B, A. (2006). Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa.Jakarta : EGC. Diakses


pada tanggal 2 Maret 2017.

KEMENKES.(2013). Pedoman Teknis Pelayanan Paliatif Kanker.


Jakarta.http://www.kemkes.go.id. Diakses tanggal 18 Desember 2016.

NANDA. (2015). Nursing Diagnoses: Definition and Classification : Diagnosisi


Keperawatan Definisi & Klasifikasi (10th ed.). (T. H. Herdman, S.
Kamitsuru, Penyunt., A. B. Keliat, H. D. Windarwati, A. Pawirowiyono, &
M. A. Subu, Penerj.) Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran: EGC.

WHO.(2016). WHO. Dipetik November 14, 2016, dari WHO:


http://www.who.int/en/

WHO.(2016). WHO. Dipetik November 14, 2016, dari WHO: http://www.who.

19

Anda mungkin juga menyukai