Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

LANSIA KETERBATASAN GANGGUAN PALIATIF

Dosen : Pepin Nahariani, S,Kep.,Ns.,M.Kep

Oleh kelompok 3 :

1. Fitria Salsabila (191401021)


2. Hendra Adi Pratama (191401026)
3. Iftitah Dian K. (191401029)
4. Ika Wahyu Octaviana (191401030)
5. Imelda Yuniken Sari (191401031)
6. Jessyce Amacia (191401034)
7. Karina Putri Dewi P. (191401035)
8. Muhammad Hendrawan (191401038)
9. Nanda Dhimas A.W. (191401039)
10. Nur Lelya Novitasari (191401045)

S1 KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PEMKAB JOMBANG
TAHUN 2022

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Tuhan yang Maha Esa karna atas tuntunan-

Nya lah penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Lansia Keterbatasan Gangguan

Paliatif”, tugas ini dibuat sebagai salah satu tugas mata kuliah Keperawatan Homecare pada

semester tujuh.

Pada kesempatan ini penulis tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing,dan

kepada seluruh rekan yang ikut membantu dalam penyusunan makalah ini.

Penulis menyadari bahwa apa yang dituangkan dalam makalah ini masih jauh dari sempurna sebab

itu penulis mengharapkan adanya saran dan kritikan demi menyempurnakan makalah ini. Harapan

penulis mudah-mudahan apa yang tertuang dalam makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan

institusi di STIKES PEMKAB JOMBANG

2
DAFTAR ISI

BAB I .............................................................................................................................................. 4
1.1 Latar Belakang ................................................................................................................................ 4
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................................................ 5
1.3 Tujuan .................................................................................................................................. 5
1.4 Manfaat ................................................................................................................................ 5
BAB II ............................................................................................................................................ 6
2.1 Pengertian Perawatan Palliative ................................................................................................... 6
2.1.1 Tujuan Perawatan Palliative ..................................................................................... 7
2.1.2 Program Enam Langkah Kualitatif Menuju Akhir Hidup (End of Life) .................. 8
2.1.3 Faktor-faktor yang Berhubungan Dengan Pengetahuan Perawat dalam
Keperawatan Palliative ............................................................................................................ 9
BAB III........................................................................................Error! Bookmark not defined.2
3.1 Peran Perawat pada Lansia Gangguan Paliatif ..........................................................................12
3.2 Edukasi ............................................................................................................................................12
3.3 Pendekatan Pelayanan Secara Bio-Psikososial ........................................................................13
4.1 Sistem Pelayanan Kesehatan ......................................................................................................14
BAB IV ......................................................................................................................................... 15
4.1 Kesimpulan ...................................................................................................................................15
4.2 Saran...............................................................................................................................................15
BAB V .......................................................................................................................................... 16
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................... 16

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Lanjut usia (lansia) adalah seorang yang telah mencapai usia 60 tahun. Populasi
lansia berdasarkan Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB), melalui lembaga kependudukan
dunia United Nation Popilation Fund Asian (UNFPA), jumlah lansia tahun 2009 telah
mencapai jumlah 737 juta jiwa dan sekitar dua pertiga dari jummlah lansia tersebut
tinggal di Negara-negara berkembang, termasuk Indonesia (Ulfah, 2009). Di proyeksikan
pada tahun 2020 populasi lansia di Indonesia meningkat 7,2% yang hampir sepadan
dengan proporsi lansia di negara-negara maju saat ini (Tamher, S., 2009). Seiring dengan
bertambahnya usia harapan hidup dan banyaknya jumlah lansia di Indonesia maka
berdampak pada meningkatnya tuntutan untuk merawat para penderita usia lanjut
(Tamher, s., 2009).
Hal itu dikarenakan, lanjut usia (lansia) adalah tahap terakhir dari kehidupan
manusia yang dianggap sebagai seseorang yang mengalami berbagai perubahn atau
penurunan fungsi kehidupannya baik secara biologis dan fisiologis yang diikuti oleh
degenerassi pada sistem dan organ pada lansia. Perubahan tersebut antara lain perubahan
kesehatan, perubahan fisik, kemampuan motorik, minat, kemampuan mental, lingkungan,
status sosial, dan perubahan-perubahan lainnya (Santoso, Hanna., & Ismail, 2009).
Penurunan kondisi tubuh dan penurunan kemampuan fisik yang dialami oleh lanjut usia,
menyebabkan lanjut usia menganggap bahwa hal ini merupakan suatu bencana, karena
kematian dapat menjemput nyawa mereka setiap waktu. Sebagai dari lanjut usia merasa
belum siap untuk menghadapi kematia, sehingga mereka merasa cemas, takut, dan
frustasi menanti datanngnya kematian.
Kehilangan kehidupan atau kematian merupakan hal yang passti akan dialami oleh
lansia sebagai terminasi dan fase akhir kehidupannya. Menjelang ajal adalah bagian dari
kehidupan yang merupakan proses menuju akhir. Meskipun unik bagi setiap individu,
kejadian-kejadian tersebut bersifat normal dan merupakan proses hidup yang diperlukan
(Stanley, M., & Beare, 2007).

4
Pendekatan khusus yang dimaksud adalah dengan adanya perawatan palliative care
pada lansia. Keperawatan palliatif menawarkan peningkatan kualitas hidup pasien dan
keluarga dalam menghadapi penyakit yang mengancam kehidupan dari pertama
didiagnosis sampai proses berduka akibat kematian melalui pendekatan psiko-sosio,
kultural, dan spiritual (Macleod, R., Vella-Brincat, J., & Macleod, 2012).
Perawat sebagai pemberian asuhan utama berperan dalam membantu memenuhi
kebutuhan sehari-hari, seperti makan, mandi, berpakaian, kegiatan spiritual, dan
pemberian obat-obatan pada lansia dalam kondisi paliatif. Di Indonesia pelayanan paliatif
telah diatur dalam keputusan Menteri Kesehatan RI Republik Indonesia, No.
812/Menkes/SK/VII/2007. Selain itu, perawat berperan penting dalam membantu klien
dan keluarga untuk beradaptasi dengan sesuatu yang tidak dapat diubah dan memfasilitasi
suatu kematian yang damai (Potter, P.A. & Perry, 2009).

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana mengetahui paliative care
2. Bagaimana mengetahui paliative care bagi lansia
3. Bagaimana peran perawat pada lansia gangguan paliatif
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui palliative care.
2. Untuk mengetahui palliative care bagi lansia.
3. Untuk mengetahui peran perawat pada lansia gangguan paliatif.
1.4 Manfaat
1. Mahasiswa mampu memahami terkait palliative care.
2. Mahasiswa mampu memahami palliative care bagi lansia.
3. Mahasiswa mampu memahami peran perawat pada lansia gangguan paliatif.

5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Perawatan Palliative


Menurut WHO, perawatan paliatif adalah pendekatan untuk meningkatkan kualitas
hidup pasien dan keluarganya dalam menghadapi masalah terkait penyakit yang mengancam
jiwa, melalui pencegahan dan penghentian penderitaan dengan identifikasi dini, penilaian, dan
perawatan yang optimal dari rasa sakit dan masalah lainnya, fisik, psikososial dan spiritual.
(WHO, 2013)

Dahulu, perawatan paliatif dikenal sebagai perawatan yang menitikberatkan pada akhir
kehidupan saja. Namun, saat ini perawatan paliatif yang lebih tepat adalah dilakukan mulai
dari awal penyakit terdiagnosis. Perawatan paliatif merupakan pendekatan untuk
meningkatkan kualitas hidup pasien dan keluarganya saat menghadapi masalah terkait dengan
penyakit yang mengancam nyawa. Hal yang dilakukan untuk mencegah dan mengurangi
penderitaan seorang pasien paliatif adalah identifikasi awal, penilaian tentang penyakitnya,
penanganan nyeri, dan masalah lainnya. (Baxter S, dkk, 2014)

Diperkirakan perawatan paliatif dibutuhkan pada 40-60% kematian, yaitu untuk pasien
dengan berbagai masalah kesehatan yang membatasi kehidupan. Perawatan dilakukan bagi
yang memiliki penyakit kronis, seperti penyakit kardiovaskular (38,5%), kanker (34%),
penyaki pernafasan paru kronis (10,3%), AIDS (5,7%), dan diabetes (4,6%). Banyak kondisi
lain yang memerlukan perawatan paliatif, yaitu gagal ginjal, penyakit hati kronis, rheumatoid
arthritis, penyakit saraf, demensia, anomali kongenital, dan tuberkulosis yang resisten
terhadap obat. (Shatri et al., 2020)

Perawatan kesehatan dirumah yang merupakan salah satu bentuk pelayanan kesehatan
merupakan suatu komponen rentang pelayanan kesehatan yang berkesinambungan dan
komprehensif diberikan kepada individu dan keluarga ditempat tinggal mereka yang bertujuan
untuk meningkatkan, mempertahankan atau memulihkan kesehatan atau memaksimalkan
tingkat kemandirian dan meminimalkan akibat dari penyakit. Meningkatnya penyakit kronis
dan paling banyak pada populasi lansia yang membutuhkan perawatan rutin dan jangka

6
panjang menjadi sesuai bila perawatan yang dilakukan adalah perawatan berbasis home care.
(Fadila & Naufal, 2021)

Maka dari itu penerapan palliative home care ditunjukan untuk meningkatkan kualitas
hidup dan memberikan dukungan kepada keluarga yang menghadapi masalah yang
berhubungan dengan kondisi pasien dengan mencegah dan mengurangi penderitaan dengan
cara melakukan identifikasi dini, penilaian yang seksama serta pengobatan nyeri dan masalah-
masalah lain, baik masalah pada fisik, psikososial, spiritual dan pelayanan masa dukacita bagi
keluarga. (Fadila & Naufal, 2021)

2.1.2 Tujuan Perawatan Palliative


Tujuan perawatan paliatif adalah untuk mencegah dan membantu mengurangi
penderitaan fisik, psikologis, sosial, atau spiritual yang terjadi pada orang dewasa dan
anak-anak. Perawatan terutama dilakukan pada seorang pasien yang mengalami
keterbatasan akibat penyakitnya. (Shatri et al., 2020)

Fokus perawatan paliatif adalah mengurangi penderitaan karena penyakit yang


diderita pasien dan meningkatkan kualitas hidup penderitanya. Perawatan paliatif ini
memiliki peran, terutama pada pasien dengan kondisi terminal. Selain pasien, keluarga
pasien dan pendamping (caregiver) juga perlu perhatian khusus dalam kaitannya dengan
perawatan paliatif. Peningkatan efektivitas biaya kesehatan pada masa akhir kehidupan
pasien tidak dapat tercapai tanpa dilakukannya perawatan paliatif. Selain itu, kualitas
hidup dan mati seseorang tanpa perawatan paliatif tidak akan tercapai dengan baik.
(Shatri et al., 2020)

Atas dasar ini, advanced directives (ADs) menjadi hal yang penting untuk
pemenuhan kebutuhan perawatan paliatif yang optimal. Advanced directive sifatnya
adalah terapi lanjut yang diberikan untuk pasien sesuai dengan keinginan pasien dan
dapat memuaskan berbagai pihak yang berperan serta, terutama pada akhir kehidupan
seseorang. (Shatri et al., 2020)

Rencana perawatan lanjutan adalah proses yang mana pasien dapat membuat
keputusan penting tentang tindak lanjut pengobatan dan perawatan penyakitnya yang
progresif. Keputusan pembuatan rencana perawatan lanjutan ditetapkan setelah

7
berkonsultasi dengan dokter, keluarga, dan orang penting lain dalam hidupnya. (Shatri
et al., 2020)

Tujuan akhir pembuatan rencana perawatan lanjutan adalah pasien memiliki


kesempatan untuk berperan dalam mengambil keputusan terhadap kondisi dirinya saat
tidak mampu lagi membuat keputusan. Keputusan yang telah ditetapkan oleh pasien
dapat didokumentasikan pada rekam medis. Dokumentasi ini bermanfaat saat pasien
sudah tidak kompeten atau saat kondisi pasien tidak sadar. (Shatri et al., 2020)

2.1.3 Program Enam Langkah Kualifikasi Menuju Akhir Hidup (End of life)
Menurut (Shatri et al., 2020) enam langkah kualifikasi untuk akhir kehidupan
adalah sebagai berikut:

1) Mendiskusikan tentang pendekatan akhir kehidupan: komunikasi terbuka,


identifikasi faktor pencetus untuk memulai diskusi tentang akhir kehidupan;
2) Menetapkan rencana perawatan lanjutan secara berkelanjutan: menemukan
kesepakatan rencana perawatan lanjutan dan secara berkala mengevaluasi kembali
kebutuhan dan preferensi pasien;
3) Koordinasi dalam rencana perawatan lanjutan: menentukan strategi untuk
koordinasi perawatan kesehatan lanjutan, koordinasi antara pasien dengan
pelayanan kesehatan yang akan dituju, dan pelayanan kesehatan yang segera saat
pasien membutuhkan;
4) Meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan di tempat dan waktu yang tidak biasa:
perawatan kesehatan berkualitas tinggi, keamanan rumah sakit, dan pelayanan
ambulans di semua situasi;
5) Perawatan kesehatan di akhir masa kehidupan: identifikasi fase akhir kehidupan,
evaluasi kembali kebutuhan dan preferensi untuk tempat akhir kehidupan,
mendukung pasien dan yang merawat, mengenali keinginan pasien (jika ada) ke
arah resusitasi atau donor organ;
6) Perawatan setelah akhir kehidupan: mengetahui bahwa setelah akhir kehidupan
masih perlu melakukan perawatan (yang tidak berhenti setelah pasien meninggal),
verifikasi waktu dan sertifikasi kematian atau merujuk ke kedokteran forensik,
memberi dukungan untuk keluarga yang ditinggalkan secara praktis dan emosional.

8
2.1.4 Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Pengetahuan Perawat Dalam
Keperawatan Palliative

Menurut (Retno Widowati et al., 2020) faktor-faktor yang berhubungan dengan


pengetahuan perawat dalam keperawatan palliative adalah sebagai berikut :

A. Usia

Usia seseorang akan mempengaruhi kemampuan seseorang dalam menerima


informasi dan pola piker untuk menerima informasi yang diberikan. Semakin
bertambahnya usia seseorang maka akan berkembang pula kemampuan untuk
menerima informasi dan pola pikir. Kemampuan tersebut berhubungan dengan
maturitas dari fungsi tubuh, baik indera maupun otak dan kesehatan seseorang. Selain
itu semakin cukup usia maka semakin matang pula tingkat kematangan dan kekuatan
seseorang dalam hal berfikir dan bekerja. Sehingga pada usia ini memiliki pengaruh
terhadap tingkat pengetahuan individu.

B. Pendidikan

Pendidikan dapat memberikan informasi dan membantu perawat dalam


meningkatkan kemampuan serta lebih percaya diri dalam memberikan asuhan
keperawatan. Perawat yang ikut serta dalam program pendidikan lanjutan tentang
perawatan paliatif bertujuan agar nantinya dapat meningkatkan pengetahuannya dan
kualitas hidup pasien.

Pengetahuan juga dapat berhubungan dengan tingkat pendidikan, informasi,


budaya, pengalaman dan sosial ekonomi. Usia dan pekerjaan individu juga dapat
berhubungan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa belum berarti seseorang yang
berpendidikan tinggi mutlak berpengetahuan tinggi pula, karena banyak faktor yang
berhubungan dengan pengetahuan perawat tersebut.

C. Pengalaman mengikuti pelatihan

Pelatihan merupakan serangkaian aktivitas individu yang dilakukan untuk


meningkatkan keahlian dan pengetahuan secara sistematis, sehingga diharapkan
memiliki kinerja yang profesional di bidangnya. Pelatihan perawatan paliatif dapat

9
memberikan kontribusi pada pengetahuan dan wawasan perawat. Namun tidak ada
data yang akurat untuk menunjukkan bahwa ada hubungan antara mengikuti pelatihan
terhadap pengetahuan perawat dalam perawatan paliatif, kecuali disebabkan oleh
perawat yang kurang melakukan tindakan pertolongan pada klien cardiac arrest serta
kurangnya motivasi ketika mengikuti pelatihan.

D. Lama bekerja

Lama kerja identik dengan pengalaman, semakin lama masa kerja seseorang maka
pengalamannya menjadi semakin bertambah. Pengalaman akan berpengaruh dalam
meningkatkan pengetahuan seseorang, karena pengetahuan seseorang juga diperoleh
dari pengalaman. Lama kerja dapat memberikan pengaruh pada seorang perawat
dalam pengetahuan dan memberikan perawatan paliatif. Kriteria perawat yang
memberikan perawatan paliatif adalah perawat yang berpendidikan minimal Diploma
3 dan telah mengikuti pelatihan perawatan paliatif.

Perawat yang memiliki masa kerja lebih lama akan mempengaruhi pengetahuan
yang dimilikinya. Selain itu lamanya masa kerja juga akan memberikan informasi-
informasi baru. Sehingga masa kerja yang semakin lama akan membuat pengetahuan
perawat semakin bertambahkan dan semakin baik dalam membuat asuhan
keperawatan.

E. Jenjang karir

Jenjang karir perawat dapat dicapai melalui pendidikan formal dan pendidikan
berkelanjutan berbasis kompetensi serta pengalaman kerja di sarana kesehatan.
Penerapan sistem jenjang karir merupakan salah satu solusi yang dapat diterapkan
untuk menghindari kebosanan dan indiferensi pekerjaan. Kebosanan dalam pekerjaan
terbukti dapat meningkatkan terjadinya pemutusan kerja sejalan dengan waktu dan
pekerjaan yang sama.

Jenjang karir tidak berpengaruh terhadap pengetahuan dikarenakan faktor lama


bekerja dan masih kurangnya perawat mengikuti pelatihan mengenai perawatan palitif.
Sehingga untuk mencapai sistem jenjang karir profesional diharapkan perawat

10
meningkatkan pengetahuan sesuai dengan kompetensinya dan pihak rumah sakit juga
memberikan penghargaan yang sesuai dengan level dan katagorinya.

F. Usia sebagai faktor dominan

Semakin bertambahnya usia seseorang maka kematangan seseorang dalam


berpikir juga semakin meningkat. Bertambahnya usia seseorang dapat berpengaruh
pada pertambahan pengetahuan yang diperoleh. Tetapi, adanya faktor fisik yang dapat
menghambat proses belajar pada orang dewasa, dapat membuat penurunan pada suatu
waktu dalam kekuatan berfikir dan bekerja. Sehingga, melalui pengetahuan yang telah
dimiliki sebelumnya, pengalaman sendiri, pengalaman orang lain, lingkungan dan
faktor intrinsik lainnya dapat membentuk pengetahuan seseorang dalam jangka waktu
yang lama dan akan tetap bertahan sampai tua.

Semakin tua usia responden maka pengalaman perawat dalam merawat pasien
semakin banyak sehingga perawat memiliki banyak pengetahuan. Selain itu mayoritas
perawat sedang berada pada usia produktif yaitu usia dimana seseorang sedang dalam
masa ingin mengerti, sehingga perawat ingin tau dan mencoba mengerti segala sesuatu
yang berhubungan dengan penyakit ataupun hal lain tentang pasien.

11
BAB III

TERKAIT DENGAN PALIATIF

3.1 Peran Perawat Pada Lansia Gangguan Paliatif

Tenaga kesehatan yang memiliki keahlian dalam perawatan paliatif dibutuhkan tidak hanya
di kota-kota besar, tetapi juga di seluruh Indonesia. Pemerintah harus mendorong kerja sama
interdisipliner antara rumah sakit, pusat kesehatan dan lokal masyarakat, dengan tujuan
meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dalam perawatan paliatif. Agar pelayanan
paliatif dapat diimplementasikan secara efektif pada lansia. Hambatan komunikasi dirasakan
oleh perawat disebabkan karena gangguan pendengaran akibat proses penuaan,
ketidakmampuan lansia untuk berkomunikasi karena proses penyakitnya dan perbedaan
bahasa perawat. Strategi yang dilakukan perawat untuk mengatasi hal tersebut adalah merubah
metode komunikasi. Cara berkomunikasi harus disesuaikan dengan kebutuhan lansia.
Komunikasi menjadi salah satu bagian yang penting dalam perawatan klien, apabila
komunikasi efektif tidak dapat dilakukan maka perawatan paliatif yang berkualitas tidak dapat
tercapai. Dibutuhkan kebijakan yang lebih baik dan jelas dari pemerintah untuk membantu
tenaga kesehatan dalam meningkatkan diri. Fasilitas dan peralatan yang memadai juga sangat
dibutuhkan. Pendidikan dan pelatihan untuk perawat dapat diberikan sepanjang rentang
kehidupan kerja mereka.

3.2 Edukasi

1. Nutritional and Meal Delivery (Sarosy L, 2009). Problematika nutrisi lanjut usia, meliputi:
 Kebutuhan kalori menurun
 Pemenuhan zat gizi cukup
 Selera makan berkurang
 Kemampuan mengunyah berkurang
 Kemampuan adsorbsi nutrien berkurang Food moodswing
2. Bahan makanan, nutrien, dan micronutrien yang dibutuhkan pada lanjut usia:
 Vitamin B12 B12 diperlukan untuk bahan pembentukan eritrosit, DNA, dan menjaga
fungsi saraf.
 Folate/ Folic Acid K ekurangan essensial dapat menyebabkan anemia.

12
 Calcium bagian dari elektrolit tubuh yang diperlukan, membentuk dan menjaga
kekuatan tulang.
 Vitamin D membantu absorbsi calcium, menjaga densitas / kepadatan tulang, dan
mencegah osteoporosis.
 Potassium (kalium) Kalium juga diperlukan untuk menjaga ketahanan tulang. Mineral
essensial ini mempunyai funsi vital bagi fungsi sel. Strategi problematika nutrisi lanjut
usia (Sarosy L, 2009).
 Melibatkan usia lanjut untuk membuat menu yang diinginkan Nutrisionist untuk
membantu kalkulasi kebutuhan nutrisi.
 Layanan antar diet bagi warga berkebutuhan nutrisi khusus.

3.3 Pendekatan Pelayanan Secara Bio-psikososial

Sebagai parameter untuk memilih pendekatan pencegahan, rehabilitatif dan paliatif. Hal
ini untuk menentukan faktor faktor biopsikososial yang terkait dengan kelemahan dan
prakelemahan
A. Faktor Keluarga
Keluarga memiliki peran yang penting bagi perawatan kepada lanjut usia,
karena keluarga juga memfasilitasi identifikasi kebutuhan kesehatan pada lanjut usia.
Dikarenakan adanya disfungsi keluarga dapat mengakibatkan penyediaan perawatan yang
buruk berkaitan dengan nutrisi dan minum obat. Orang tua lanjut usia yang terintegrasi
dengan baik kedalam keluarga dan lingkungan sosial mereka menunjukkan tingkat
kelangsungan hidup yang lebih besar dan kemampuan yang lebih baik untuk pulih dari
penyakit. Terapi Psiko Edukasi Keluarga dapat menurunkan beban keluarga pasien paliatif.
melalui peningkatan kemampuan keluarga dalam merawat klien, kemampuan mengelola
stress, dan kemampuan pengelolaan beban keluarga dengan memaksimalkan support
system yang ada didalam keluarga dalam upaya pemenuhan peran dan fungsi keluarga
keluarga. Desianti, (2020) menjelaskan bahwa psikoedukasi berdampak terhadap
penurunan beban family caregiver yang merawat anggota keluarga dengan perawatan
paliatif bahwa psikoedukasi berdampak terhadap penurunan beban family caregiver yang
merawat anggota keluarga dengan perawatan paliatif.

13
3.4 Sistem Pelayanan Kesehatan
Terlepas dari kemampuan lanjut usia yang mengalami frailty menjadi robust state,
penekanan harus ditempatkan pada pencegahan, deteksi, dan pengelolaan faktor risiko
yang terkait dengan frailty. Hal ini dikarenakan biaya perawatan kesehatan pada lanjut
usiayang lemah lebih dari dua kali lipat dari perkiraan biaya untuk lanjut usiayang kuat.
Pengembangan Perawatan Jangka Panjang atau Long-Term Care (LTC) di Indonesia Saat ini
masih mengandalkan Pusat Pelayanan Terpadu Lanjut Usia (Posyandu Lanjut usia) yang
mudah diakses yang melibatkan relawan untuk melakukan pelayanan pemeriksaan kesehatan
secara berkala di masyarakat.Faktor prognostik untuk memburuknya kondisi frailty adalah
berusia 70 tahun atau lebih, kualitas hidup negative (kualitas hidup sedang atau buruk), dan
kecepatan berjalan yang lambat.

14
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan
Lanjut usia (lansia) adalah seorang yang telah mencapai usia 60 tahun. Populasi lansia
berdasarkan Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB), melalui lembaga kependudukan dunia United
Nation Popilation Fund Asian (UNFPA), jumlah lansia tahun 2009 telah mencapai jumlah 737
juta jiwa dan sekitar dua pertiga dari jummlah lansia tersebut tinggal di Negara-negara
berkembang, termasuk Indonesia (Ulfah, 2009). Di proyeksikan pada tahun 2020 populasi
lansia di Indonesia meningkat 7,2% yang hampir sepadan dengan proporsi lansia di negara-
negara maju saat ini (Tamher, S., 2009). Seiring dengan bertambahnya usia harapan hidup dan
banyaknya jumlah lansia di Indonesia maka berdampak pada meningkatnya tuntutan untuk
merawat para penderita usia lanjut (Tamher, s., 2009).

Menurut WHO, perawatan paliatif adalah pendekatan untuk meningkatkan kualitas


hidup pasien dan keluarganya dalam menghadapi masalah terkait penyakit yang mengancam
jiwa, melalui pencegahan dan penghentian penderitaan dengan identifikasi dini, penilaian, dan
perawatan yang optimal dari rasa sakit dan masalah lainnya, fisik, psikososial dan spiritual.
(WHO, 2013)

4.2 Saran
Mengetahui bagaimana cara pasien lansia dengan keterkaitan gangguan paliatif.

15
BAB V
DAFTAR PUSTAKA

(Lutpatul;, Hikmah, 2022). Faktor yang Mempengaruhi Kondisi Frailty pada Lanjut Usia
Fadila, E., & Naufal, H. (2021). Efektifitas Pelayanan Home Care Pada Perawatan Paliatif
Penderita Penyakit Kronis: Kanker. NURSING UPDATE : Jurnal Ilmiah Ilmu Keperawatan
P-ISSN : 2085-5931 e-ISSN : 2623-2871, 12(4), 93–106. https://stikes-nhm.e-
journal.id/NU/article/view/487
Retno Widowati, D. E., Indarwati, R., & Fauziningtyas, R. (2020). Determinan Faktor Yang
Berhubungan Dengan Pengetahuan Perawat Dalam Perawatan Paliatif. BIMIKI (Berkala
Ilmiah Mahasiswa Ilmu Keperawatan Indonesia), 8(1), 7–15.
https://doi.org/10.53345/bimiki.v8i1.121
Shatri, H., Faisal, E., Putranto, R., & Sampurna, B. (2020). Advanced Directives pada Perawatan
Paliatif. Jurnal Penyakit Dalam Indonesia, 7(2), 125. https://doi.org/10.7454/jpdi.v7i2.315

16

Anda mungkin juga menyukai