Oleh kelompok 3 :
S1 KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PEMKAB JOMBANG
TAHUN 2022
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Tuhan yang Maha Esa karna atas tuntunan-
Nya lah penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Lansia Keterbatasan Gangguan
Paliatif”, tugas ini dibuat sebagai salah satu tugas mata kuliah Keperawatan Homecare pada
semester tujuh.
Pada kesempatan ini penulis tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing,dan
kepada seluruh rekan yang ikut membantu dalam penyusunan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa apa yang dituangkan dalam makalah ini masih jauh dari sempurna sebab
itu penulis mengharapkan adanya saran dan kritikan demi menyempurnakan makalah ini. Harapan
penulis mudah-mudahan apa yang tertuang dalam makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan
2
DAFTAR ISI
BAB I .............................................................................................................................................. 4
1.1 Latar Belakang ................................................................................................................................ 4
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................................................ 5
1.3 Tujuan .................................................................................................................................. 5
1.4 Manfaat ................................................................................................................................ 5
BAB II ............................................................................................................................................ 6
2.1 Pengertian Perawatan Palliative ................................................................................................... 6
2.1.1 Tujuan Perawatan Palliative ..................................................................................... 7
2.1.2 Program Enam Langkah Kualitatif Menuju Akhir Hidup (End of Life) .................. 8
2.1.3 Faktor-faktor yang Berhubungan Dengan Pengetahuan Perawat dalam
Keperawatan Palliative ............................................................................................................ 9
BAB III........................................................................................Error! Bookmark not defined.2
3.1 Peran Perawat pada Lansia Gangguan Paliatif ..........................................................................12
3.2 Edukasi ............................................................................................................................................12
3.3 Pendekatan Pelayanan Secara Bio-Psikososial ........................................................................13
4.1 Sistem Pelayanan Kesehatan ......................................................................................................14
BAB IV ......................................................................................................................................... 15
4.1 Kesimpulan ...................................................................................................................................15
4.2 Saran...............................................................................................................................................15
BAB V .......................................................................................................................................... 16
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................... 16
3
BAB I
PENDAHULUAN
4
Pendekatan khusus yang dimaksud adalah dengan adanya perawatan palliative care
pada lansia. Keperawatan palliatif menawarkan peningkatan kualitas hidup pasien dan
keluarga dalam menghadapi penyakit yang mengancam kehidupan dari pertama
didiagnosis sampai proses berduka akibat kematian melalui pendekatan psiko-sosio,
kultural, dan spiritual (Macleod, R., Vella-Brincat, J., & Macleod, 2012).
Perawat sebagai pemberian asuhan utama berperan dalam membantu memenuhi
kebutuhan sehari-hari, seperti makan, mandi, berpakaian, kegiatan spiritual, dan
pemberian obat-obatan pada lansia dalam kondisi paliatif. Di Indonesia pelayanan paliatif
telah diatur dalam keputusan Menteri Kesehatan RI Republik Indonesia, No.
812/Menkes/SK/VII/2007. Selain itu, perawat berperan penting dalam membantu klien
dan keluarga untuk beradaptasi dengan sesuatu yang tidak dapat diubah dan memfasilitasi
suatu kematian yang damai (Potter, P.A. & Perry, 2009).
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Dahulu, perawatan paliatif dikenal sebagai perawatan yang menitikberatkan pada akhir
kehidupan saja. Namun, saat ini perawatan paliatif yang lebih tepat adalah dilakukan mulai
dari awal penyakit terdiagnosis. Perawatan paliatif merupakan pendekatan untuk
meningkatkan kualitas hidup pasien dan keluarganya saat menghadapi masalah terkait dengan
penyakit yang mengancam nyawa. Hal yang dilakukan untuk mencegah dan mengurangi
penderitaan seorang pasien paliatif adalah identifikasi awal, penilaian tentang penyakitnya,
penanganan nyeri, dan masalah lainnya. (Baxter S, dkk, 2014)
Diperkirakan perawatan paliatif dibutuhkan pada 40-60% kematian, yaitu untuk pasien
dengan berbagai masalah kesehatan yang membatasi kehidupan. Perawatan dilakukan bagi
yang memiliki penyakit kronis, seperti penyakit kardiovaskular (38,5%), kanker (34%),
penyaki pernafasan paru kronis (10,3%), AIDS (5,7%), dan diabetes (4,6%). Banyak kondisi
lain yang memerlukan perawatan paliatif, yaitu gagal ginjal, penyakit hati kronis, rheumatoid
arthritis, penyakit saraf, demensia, anomali kongenital, dan tuberkulosis yang resisten
terhadap obat. (Shatri et al., 2020)
Perawatan kesehatan dirumah yang merupakan salah satu bentuk pelayanan kesehatan
merupakan suatu komponen rentang pelayanan kesehatan yang berkesinambungan dan
komprehensif diberikan kepada individu dan keluarga ditempat tinggal mereka yang bertujuan
untuk meningkatkan, mempertahankan atau memulihkan kesehatan atau memaksimalkan
tingkat kemandirian dan meminimalkan akibat dari penyakit. Meningkatnya penyakit kronis
dan paling banyak pada populasi lansia yang membutuhkan perawatan rutin dan jangka
6
panjang menjadi sesuai bila perawatan yang dilakukan adalah perawatan berbasis home care.
(Fadila & Naufal, 2021)
Maka dari itu penerapan palliative home care ditunjukan untuk meningkatkan kualitas
hidup dan memberikan dukungan kepada keluarga yang menghadapi masalah yang
berhubungan dengan kondisi pasien dengan mencegah dan mengurangi penderitaan dengan
cara melakukan identifikasi dini, penilaian yang seksama serta pengobatan nyeri dan masalah-
masalah lain, baik masalah pada fisik, psikososial, spiritual dan pelayanan masa dukacita bagi
keluarga. (Fadila & Naufal, 2021)
Atas dasar ini, advanced directives (ADs) menjadi hal yang penting untuk
pemenuhan kebutuhan perawatan paliatif yang optimal. Advanced directive sifatnya
adalah terapi lanjut yang diberikan untuk pasien sesuai dengan keinginan pasien dan
dapat memuaskan berbagai pihak yang berperan serta, terutama pada akhir kehidupan
seseorang. (Shatri et al., 2020)
Rencana perawatan lanjutan adalah proses yang mana pasien dapat membuat
keputusan penting tentang tindak lanjut pengobatan dan perawatan penyakitnya yang
progresif. Keputusan pembuatan rencana perawatan lanjutan ditetapkan setelah
7
berkonsultasi dengan dokter, keluarga, dan orang penting lain dalam hidupnya. (Shatri
et al., 2020)
2.1.3 Program Enam Langkah Kualifikasi Menuju Akhir Hidup (End of life)
Menurut (Shatri et al., 2020) enam langkah kualifikasi untuk akhir kehidupan
adalah sebagai berikut:
8
2.1.4 Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Pengetahuan Perawat Dalam
Keperawatan Palliative
A. Usia
B. Pendidikan
9
memberikan kontribusi pada pengetahuan dan wawasan perawat. Namun tidak ada
data yang akurat untuk menunjukkan bahwa ada hubungan antara mengikuti pelatihan
terhadap pengetahuan perawat dalam perawatan paliatif, kecuali disebabkan oleh
perawat yang kurang melakukan tindakan pertolongan pada klien cardiac arrest serta
kurangnya motivasi ketika mengikuti pelatihan.
D. Lama bekerja
Lama kerja identik dengan pengalaman, semakin lama masa kerja seseorang maka
pengalamannya menjadi semakin bertambah. Pengalaman akan berpengaruh dalam
meningkatkan pengetahuan seseorang, karena pengetahuan seseorang juga diperoleh
dari pengalaman. Lama kerja dapat memberikan pengaruh pada seorang perawat
dalam pengetahuan dan memberikan perawatan paliatif. Kriteria perawat yang
memberikan perawatan paliatif adalah perawat yang berpendidikan minimal Diploma
3 dan telah mengikuti pelatihan perawatan paliatif.
Perawat yang memiliki masa kerja lebih lama akan mempengaruhi pengetahuan
yang dimilikinya. Selain itu lamanya masa kerja juga akan memberikan informasi-
informasi baru. Sehingga masa kerja yang semakin lama akan membuat pengetahuan
perawat semakin bertambahkan dan semakin baik dalam membuat asuhan
keperawatan.
E. Jenjang karir
Jenjang karir perawat dapat dicapai melalui pendidikan formal dan pendidikan
berkelanjutan berbasis kompetensi serta pengalaman kerja di sarana kesehatan.
Penerapan sistem jenjang karir merupakan salah satu solusi yang dapat diterapkan
untuk menghindari kebosanan dan indiferensi pekerjaan. Kebosanan dalam pekerjaan
terbukti dapat meningkatkan terjadinya pemutusan kerja sejalan dengan waktu dan
pekerjaan yang sama.
10
meningkatkan pengetahuan sesuai dengan kompetensinya dan pihak rumah sakit juga
memberikan penghargaan yang sesuai dengan level dan katagorinya.
Semakin tua usia responden maka pengalaman perawat dalam merawat pasien
semakin banyak sehingga perawat memiliki banyak pengetahuan. Selain itu mayoritas
perawat sedang berada pada usia produktif yaitu usia dimana seseorang sedang dalam
masa ingin mengerti, sehingga perawat ingin tau dan mencoba mengerti segala sesuatu
yang berhubungan dengan penyakit ataupun hal lain tentang pasien.
11
BAB III
Tenaga kesehatan yang memiliki keahlian dalam perawatan paliatif dibutuhkan tidak hanya
di kota-kota besar, tetapi juga di seluruh Indonesia. Pemerintah harus mendorong kerja sama
interdisipliner antara rumah sakit, pusat kesehatan dan lokal masyarakat, dengan tujuan
meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dalam perawatan paliatif. Agar pelayanan
paliatif dapat diimplementasikan secara efektif pada lansia. Hambatan komunikasi dirasakan
oleh perawat disebabkan karena gangguan pendengaran akibat proses penuaan,
ketidakmampuan lansia untuk berkomunikasi karena proses penyakitnya dan perbedaan
bahasa perawat. Strategi yang dilakukan perawat untuk mengatasi hal tersebut adalah merubah
metode komunikasi. Cara berkomunikasi harus disesuaikan dengan kebutuhan lansia.
Komunikasi menjadi salah satu bagian yang penting dalam perawatan klien, apabila
komunikasi efektif tidak dapat dilakukan maka perawatan paliatif yang berkualitas tidak dapat
tercapai. Dibutuhkan kebijakan yang lebih baik dan jelas dari pemerintah untuk membantu
tenaga kesehatan dalam meningkatkan diri. Fasilitas dan peralatan yang memadai juga sangat
dibutuhkan. Pendidikan dan pelatihan untuk perawat dapat diberikan sepanjang rentang
kehidupan kerja mereka.
3.2 Edukasi
1. Nutritional and Meal Delivery (Sarosy L, 2009). Problematika nutrisi lanjut usia, meliputi:
Kebutuhan kalori menurun
Pemenuhan zat gizi cukup
Selera makan berkurang
Kemampuan mengunyah berkurang
Kemampuan adsorbsi nutrien berkurang Food moodswing
2. Bahan makanan, nutrien, dan micronutrien yang dibutuhkan pada lanjut usia:
Vitamin B12 B12 diperlukan untuk bahan pembentukan eritrosit, DNA, dan menjaga
fungsi saraf.
Folate/ Folic Acid K ekurangan essensial dapat menyebabkan anemia.
12
Calcium bagian dari elektrolit tubuh yang diperlukan, membentuk dan menjaga
kekuatan tulang.
Vitamin D membantu absorbsi calcium, menjaga densitas / kepadatan tulang, dan
mencegah osteoporosis.
Potassium (kalium) Kalium juga diperlukan untuk menjaga ketahanan tulang. Mineral
essensial ini mempunyai funsi vital bagi fungsi sel. Strategi problematika nutrisi lanjut
usia (Sarosy L, 2009).
Melibatkan usia lanjut untuk membuat menu yang diinginkan Nutrisionist untuk
membantu kalkulasi kebutuhan nutrisi.
Layanan antar diet bagi warga berkebutuhan nutrisi khusus.
Sebagai parameter untuk memilih pendekatan pencegahan, rehabilitatif dan paliatif. Hal
ini untuk menentukan faktor faktor biopsikososial yang terkait dengan kelemahan dan
prakelemahan
A. Faktor Keluarga
Keluarga memiliki peran yang penting bagi perawatan kepada lanjut usia,
karena keluarga juga memfasilitasi identifikasi kebutuhan kesehatan pada lanjut usia.
Dikarenakan adanya disfungsi keluarga dapat mengakibatkan penyediaan perawatan yang
buruk berkaitan dengan nutrisi dan minum obat. Orang tua lanjut usia yang terintegrasi
dengan baik kedalam keluarga dan lingkungan sosial mereka menunjukkan tingkat
kelangsungan hidup yang lebih besar dan kemampuan yang lebih baik untuk pulih dari
penyakit. Terapi Psiko Edukasi Keluarga dapat menurunkan beban keluarga pasien paliatif.
melalui peningkatan kemampuan keluarga dalam merawat klien, kemampuan mengelola
stress, dan kemampuan pengelolaan beban keluarga dengan memaksimalkan support
system yang ada didalam keluarga dalam upaya pemenuhan peran dan fungsi keluarga
keluarga. Desianti, (2020) menjelaskan bahwa psikoedukasi berdampak terhadap
penurunan beban family caregiver yang merawat anggota keluarga dengan perawatan
paliatif bahwa psikoedukasi berdampak terhadap penurunan beban family caregiver yang
merawat anggota keluarga dengan perawatan paliatif.
13
3.4 Sistem Pelayanan Kesehatan
Terlepas dari kemampuan lanjut usia yang mengalami frailty menjadi robust state,
penekanan harus ditempatkan pada pencegahan, deteksi, dan pengelolaan faktor risiko
yang terkait dengan frailty. Hal ini dikarenakan biaya perawatan kesehatan pada lanjut
usiayang lemah lebih dari dua kali lipat dari perkiraan biaya untuk lanjut usiayang kuat.
Pengembangan Perawatan Jangka Panjang atau Long-Term Care (LTC) di Indonesia Saat ini
masih mengandalkan Pusat Pelayanan Terpadu Lanjut Usia (Posyandu Lanjut usia) yang
mudah diakses yang melibatkan relawan untuk melakukan pelayanan pemeriksaan kesehatan
secara berkala di masyarakat.Faktor prognostik untuk memburuknya kondisi frailty adalah
berusia 70 tahun atau lebih, kualitas hidup negative (kualitas hidup sedang atau buruk), dan
kecepatan berjalan yang lambat.
14
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
Lanjut usia (lansia) adalah seorang yang telah mencapai usia 60 tahun. Populasi lansia
berdasarkan Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB), melalui lembaga kependudukan dunia United
Nation Popilation Fund Asian (UNFPA), jumlah lansia tahun 2009 telah mencapai jumlah 737
juta jiwa dan sekitar dua pertiga dari jummlah lansia tersebut tinggal di Negara-negara
berkembang, termasuk Indonesia (Ulfah, 2009). Di proyeksikan pada tahun 2020 populasi
lansia di Indonesia meningkat 7,2% yang hampir sepadan dengan proporsi lansia di negara-
negara maju saat ini (Tamher, S., 2009). Seiring dengan bertambahnya usia harapan hidup dan
banyaknya jumlah lansia di Indonesia maka berdampak pada meningkatnya tuntutan untuk
merawat para penderita usia lanjut (Tamher, s., 2009).
4.2 Saran
Mengetahui bagaimana cara pasien lansia dengan keterkaitan gangguan paliatif.
15
BAB V
DAFTAR PUSTAKA
(Lutpatul;, Hikmah, 2022). Faktor yang Mempengaruhi Kondisi Frailty pada Lanjut Usia
Fadila, E., & Naufal, H. (2021). Efektifitas Pelayanan Home Care Pada Perawatan Paliatif
Penderita Penyakit Kronis: Kanker. NURSING UPDATE : Jurnal Ilmiah Ilmu Keperawatan
P-ISSN : 2085-5931 e-ISSN : 2623-2871, 12(4), 93–106. https://stikes-nhm.e-
journal.id/NU/article/view/487
Retno Widowati, D. E., Indarwati, R., & Fauziningtyas, R. (2020). Determinan Faktor Yang
Berhubungan Dengan Pengetahuan Perawat Dalam Perawatan Paliatif. BIMIKI (Berkala
Ilmiah Mahasiswa Ilmu Keperawatan Indonesia), 8(1), 7–15.
https://doi.org/10.53345/bimiki.v8i1.121
Shatri, H., Faisal, E., Putranto, R., & Sampurna, B. (2020). Advanced Directives pada Perawatan
Paliatif. Jurnal Penyakit Dalam Indonesia, 7(2), 125. https://doi.org/10.7454/jpdi.v7i2.315
16