Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH KEPERAWATAN PALIATIF

PSIKOLOGI PASIEN SELAMA PERAWATAN PALIATIF

DISUSUN OLEH:
5B/4
1. Farhatu aini 1130019005
2. Nur Hidayat 1130019013
3. Achmad Sholakhuddin Ridhoi 1130019033
4. Sal Sabilla Heni Nurdia 1130019041
5. Mufidatun Nisak 1130019046

DOSEN FASILITATOR:
Iis Noventi, S. Kep., Ns., M. Kep

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN
UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA SURABAYA
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan
karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah Keperawatan
Paliatif ini dengan judul “Mampu menjelaskan Psikologi Pasien selama Perawatan
Paliatif” dengan tepat waktu.
Kami sebagai penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
kata sempurna dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan
didalamnya, untuk itu kami mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk
makalah ini supaya makalah ini dapat menjadi makalah yang lebih baik.
Kemudian apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini, kami mohon maaf
yang sebesar-besarnya. Kami juga mengucapkan terimakasih kepada semua pihak
khususnya kepada dosen kami yang telah membimbing dalam menulis makalah
ini, demikian semoga makalah ini dapat bermanfaat terimakasih.

Surabaya, 01 September 2021

Kelompok 4

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................................i
DAFTAR ISI.....................................................................................................................ii
BAB 1 PENDAHULUAN.................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.................................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah............................................................................................2
1.3. Tujuan...............................................................................................................2
BAB II TINJUAN PUSTAKA.........................................................................................4
2.1. Definisi Paliatif.................................................................................................4
2.2. Elemen Dalam Perawatan Paliatif..................................................................6
2.3. Masalah Psikologis Keperawatan Pada Pasien Paliatif.................................8
2.4. Pengkajian Psikologis Dalam Perawatan Paliatif........................................11
2.4.1. Mengkaji kondisi psikologis.....................................................................11
2.4.2. Reaksi Proses psikologis Hal-hal yang biasa di jumpai............................11
2.5. Masalah Psikologias Yang Timbul Pada Penyakit Terminal......................12
BAB III PENUTUP........................................................................................................16
3.1. Kesimpulan.....................................................................................................16
3.2. Saran...............................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................17

ii
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Perawatan paliatif adalah pendekatan yang bertujuan meningkatkan kualitas
hidup pasien dewasa dan anak-anak) keluarga dalam menghadapi penyakit yang
mengancam jiwa dengan cara meringankan penderitaan rasa sakit melalui
identifikasi Dini, pengkajian yang sempurna, dan penatalaksanaan nyeri serta
masalah lainnya baik fisik psikologis sosial atau spiritual.(World Health
Organization (WHO) 2016)
Perawatan paliatif merupakan perawatan yang berfokus pada pasien dan
keluarga dalam mengoptimalkan kualitas hidup dengan mengantisipasi, mencegah
dan menghilangkan penderitaan titik perawatan paliatif mencakup seluruh
rangkaian penyakit termasuk fisik, internet emosional sosial dan kebutuhan
spiritual serta untuk fasilitasi otonomi pasien, mengakses informasi, dan pilihan
(National Consensus Project for Quality Palliative Care, 2013). Pada perawatan
paliatif ini kematian Tidak Dianggap sebagai sesuatu yang harus dihindari tetapi
kematian merupakan suatu hal yang harus dihadapi sebagai bagian dari siklus
kehidupan normal Setiap yang bernyawa.
Perawatan paliatif adalah perawatan yang dilakukan pada pasien dengan
penyakit yang dapat membatasi hidup mereka atau penyakit terminal dimana
penyakit ini sudah tidak lagi merespon terhadap pengobatan yang dapat
memperpanjang hidup (Robert, 2003). Perawatan paliatif merupakan perawatan
yang berfokus pada pasien dan keluarga dalam mengoptimalkan kualitas hidup
dengan mengantisipasi, mencegah, dan menghilangkan penderitaan.Perawatan
paliatif mencangkup seluruh rangkaian penyakit termasuk fisik, intelektual,
emosional, sosial, dan kebutuhan spiritual serta untuk memfasilitasi otonomi
pasien, mengakses informasi, dan pilihan (National Consensus Project for Quality
Palliative Care, 2013).Pada perawatan paliatif ini, kematian tidak dianggap
sebagai sesuatu yang harus di hindari tetapi kematian merupakan suatu hal yang
harus dihadapi sebagai bagian dari siklus kehidupan normal setiap yang bernyawa
(Nurwijaya dkk, 2010).

1
Permasalahan yang sering muncul ataupun terjadi pada pasien dengan
perawatan paliatif meliputi masalah psikologi, masalah hubungan sosial, konsep
diri, masalah dukungan keluarga serta masalah pada aspek spiritual (Campbell,
2013). Perawatan paliatif ini bertujuan untuk membantu pasien yang sudah
mendekati ajalnya, agar pasien aktif dan dapat bertahan hidupselama mungkin.
Perawatan paliatif ini meliputi mengurangi rasa sakit dan gejala lainnya, membuat
pasien menganggap kematias sebagai prosesyang normal, mengintegrasikan
aspek-aspek spikokologis dan spritual. Selain itu perawatan paliatif juga bertujuan
agar pasien terminal tetap dalam keadaan nyaman dan dapat meninggal dunia
dengan baik dan tenang.
Prinsip perawatan paliatif yaitu menghormati dan menghargai martabat serta
harga diri pasien dan keluarganya. Menurut Kementrian Kesehatan Republik
Indonesia (KEMENKES, 2013)dan Aziz,
Witjaksono, dan Rasjidi (2008) prisinsip pelayanan perawatan paliatif yaitu
menghilangkan nyeri dan mencegah timbulnya gejala serta keluhan fisik lainnya,
penanggulangan nyeri, menghargai kehidupan dan menganggap kematian sebagai
proses normal , tidak bertujuan mempercepat atau menghambat kematian,
memberikan dukungan psikologis, sosial dan spiritual, memberikan dukungan
agar pasien dapat hidup seaktif mungkin, memberikan dukungan kepada keluarga
sampai masa dukacita, serta menggunakan pendekatan tim untuk mengatasi
kebutuhan pasien dan keluarganya.

1.2. Rumusan Masalah


1. Apa definisi paliatif?
2. Apa saja elemen dalam perawatan paliatif?
3. Apa masalah psikologis keperawatan pada px paliatif?
4. Apa pengkajian psikologis dalam perawatan paliatif?
5. Apa masalah psikologis yangg timbul pada penyakit terminal?

1.3. Tujuan
1. Mahasiswa dapat mengetahui definisi dari perawatan paliatif
2. Mahasiswa dapat memahami elemen perawatan paliatif

2
3. Mahasiswa dapat psikologis perawatan paliatif
4. Mahasiswa dapat mengetahui pengkajian psikologis perawatan paliatif
5. Mahasiswa dapat mengetahui masalah psikologis yang timbul pada penyakit
terminal

3
BAB II
TINJUAN PUSTAKA

2.1. Definisi Paliatif


Perawatan paliatif merupakan perwatan yang dilakukan secara aktif
terutama pada pasien yang menderita penyakit yang membatasi hidup, dan
keluarga pasien, yang dilakukan oleh tim secara interdisiplin, dimana penyakit
pasien tersebut sudah tidak dapat lagi berespon terhadap pengobatan atau pasien
yang mendapatkan intervensi untuk memperpanjang masa hidup (Yodang, 2018).
Istilah perawatan hospis seirng digunakan sebagai sinonim untuk perwatan
paliatif. Namun, di beberapa Negara perawatan hospis merujuk pada perawatan
paliatif berbasis komuniti. Secara pilosofi perawatan paliatif dan perawatan hospis
memiliki makna yang sama. Akan tetapi, semua perawatan hospis adalah
perawatan hospis. Perawatan paliatif disediakan untuk semua pasien yang
emnderita penyakit kronis dengan kondisi penyakit yang membatasi masa hidup
atau mengancam jiwa maupun kronis dengan kondisi asien yang mendapatkan
perwatan hospis di peruntukkan kepada pasien dengan konsisi masa harapan
hidup yang di perkirakan kurang dari enam bulan (Yodang, 2018)
Perawatan akhir hidup atau perawatan menjelang kematian merupakan
perawatan yang diberikan baik kepada pasien maupun kelaurga pasien yang
ebrtujuan untuk meningkatkan kualitas hidup dan untuk mengurangi berbagai
masalah penderitaan yang di hadapi baik dari segi fisik psikologis, sosial dan
spiritual ketika pengobatan kuratif tidak memiliki respon lagi. Semua tenaga
kesehatan yang ada, termasuk perawat hsrus berperan aktif dalam memberikan
perawatan kepada pasien. Perawat merupakan salah satu tenaga kesehatan yang
memiliki waktu yang banyak bersama dengan pasien sehingga perawat lebih
mengetahui keadaan umum dan perkembangan kondisi pasien terbaru (Siangian,
2020)
Tujuan perawatan paliatif adalah untuk mengurangi penderitaan,
memperpanjang umur, meningkatkan kualitas hidup, dan memberikan support
kepada keluarga penderita. Meski pada akhirnya penderita meninggal, yang

4
terpenting sebelum meninggal penderita siap secara psikologis dan spiritual, serta
tidak stres menghadapi penyakit yang dideritanya.
Perawatan paliatif diberikan sejak diagnosa ditegakkan sampai akhir hayat.
Artinya tidak memperdulikan pada stadium dini atau lanjut, masih bisa
disembuhkan atau tidak, mutlak perawatan paliatif harus diberikan kepada
penderita. Perawatan paliatif tidak berhenti setelah penderita meninggal, tetapi
masih diteruskan dengan memberikan dukungan kepada anggota keluarga yang
berduka. Perawatan paliatif mencakup pelayanan terintegrasi antara dokter,
perawat, pekerja social, psikolog, konselor spiritual, relawan, apoteker dan profesi
lain yang diperlukan (Anita,2016)
Kemenkes (2013), menjelaskan prinsip pelayanan paliatif pasien kanker:
a. Menghilangkan nyeri dan gejala fisik lain.
b. Menghargai kehidupan dan menganggap kematian sebagai proses normal
c. Tidak bertujuan mempercepat atau menunda kematian
d. Mengintegrasikan aspek psikologis, social dan spiritual
e. Memberikan dukungan agar pasien dapat hidup seaktif mungkin
f. Memberikan dukungan kepada keluarga sampai masa dukacita
g. Menggunakaan pendekatan tim untuk mengatasi kebutuhan pasien dan
keluarganya
h. Menghindari tindakan sia-sia
Perawatan paliatif lebih berfokus pada dukungan dan motivasi ke penderita.
Kemudian setiap keluhan yang timbul ditangani dengan pemberian obat untuk
mengurangi rasa sakit. Perawatan paliatif ini bisa mengeksplorasi individu
penderita dan keluarganya bagaimana memberikan perhatian khusus terhadap
penderita, penanggulangannya serta kesiapan untuk menghadapi kematian (Anita,
2016).
Perawatan paliatif dititikberatkan pada pengendalian gejala dan keluhan,
serta bukan terhadap penyakit utamanya karena penyakit utamanya tidak dapat
disembuhkan. Dengan begitu penderita terbebas dari penderitaan akibat keluhan
dan bisa menjalani akhir hidupnya dengan nyaman. Perawatan paliatif diperlukan
karena setiap orang berhak dirawat dan mati secara bermartabat, menghilangkan
nyeri: fisik, emosional, spiritual dan sosial adalah hak asasi manusia, perawatan

5
paliatif adalah kebutuhan mendesak seluruh dunia untuk orang yang hidup dengan
kanker stadium lanjut.
Berbagai hal terkait pendekatan keperawatan paliatif yang perlu
mendapatkan perhatian diantaranya adalah:
a. Komunikasi antar tim
b. Manajemen nyeri,
c. Bimbingan dan pertimbangan budaya dalam pengambilan keputusan, dan
d. Dukungan emosional dan spiritual bagi paisen dan keluarga.
Permasalahan yang sering muncul ataupun terjadi pada pasien dengan
perawatan paliatif meliputi masalah psikologi, masalah hubungan sosial, konsep
diri, masalah dukungan keluarga serta masalah pada aspek spiritual (Campbell,
2013). Perawatan paliatif ini bertujuan untuk membantu pasien yang sudah
mendekati ajalnya, agar pasien aktif dan dapat menerima sakitnya. Perawatan
paliatif ini meliputi mengurangi rasa sakit dan gejala lainnya, membuat pasien
menganggap kematian sebagai proses yang normal, mengintegrasikan aspek-
aspek psikokologis dan spritual. Selain itu perawatan paliatif juga bertujuan agar
pasien terminal tetap dalam keadaan nyaman dan dapat meninggal dunia dengan
baik dan tenang (Yennurajalingam & Bruera, 2016).
Penyakit yang tidak dapat disembuhkan terutama bila mencapai stadium
terminal menimbulkan penderitaan bukan saja bagi pasien, tetapi juga bagi
keluarga. Penderitaan akibat gejala fisik yang tidak ditangani dengan baik,
misalnya nyeri dapat menimbulkan gejala fisik lain seperti kehilangan nafsu
makan, mual, gangguan tidur, keterbatasan aktivitas, kelelahan yang
mengakibatkan turunnya kualitas hidup. Nyeri juga menimbulkan kecemasan dan
ketakutan yang pada akhirnya memperburuk kondisi fisik. Berkurangnya
kecantikan tubuh akibat penyakit atau pengobatan atan menimbulkan rasa rendah
diri dan keinginan mengisolasi diri (Ariani, 2018)

2.2. Elemen Dalam Perawatan Paliatif


Menurut Kementrian Kesehatan Republik Indonesia prinsip pelayanan
perawatan paliatif yaitu menghilangkan nyeri dan mencegah timbulnya gejala
serta keluhan fisik lainnya, penanggulangan nyeri, menghargai kehidupan dan

6
menganggap kematian sebagai proses normal , tidak bertujuan mempercepat atau
menghambat kematian, memberikan dukungan psikologis, sosial dan spiritual,
memberikan dukungan agar pasien dapat hidup seaktif mungkin, memberikan
dukungan kepada keluarga sampai masa dukacita, serta menggunakan pendekatan
tim untuk mengatasi kebutuhan pasien dan keluarganya (Kemenkes RI, 2017).
Elemen dalam perawatan paliatif menurut National Consensus Project
dalam (Campbell, 2013) meliputi :
1. Populasi pasien. Dimana dalam populasi pasien ini mencangkup pasien
dengan semua usia, penyakit kronis atau penyakit yang mengancam
kehidupan.
2. Perawatan yang berfokus pada pasien dan keluarga. Dimana pasien dan
keluarga merupakan bagian dari perawatan paliatif itu sendiri.
3. Waktu perawatan paliatif. Waktu dalam pemberian perawatan paliatif
berlangsung mulai sejak terdiagnosanya penyakit dan berlanjut hingga
sembuh atau meninggal sampai periode duka cita.
4. Perawatan komprehensif. Dimana perawatan ini bersifat multidimensi yang
bertujuan untuk menanggulangi gejala penderitaan yang termasuk dalam
aspek fisik, psikologis, sosial maupun keagamaan.
5. Tim interdisiplin. Tim ini termasuk profesional dari kedokteran, perawat,
farmasi, pekerja sosial, sukarelawan, koordinator pengurusan jenazah,
pemuka agama, psikolog, asisten perawat, ahli diet, sukarelawan terlatih.
6. Perhatian terhadap berkurangnya penderitaan. Tujuan perawatan paliatif
adalah mencegah dan mengurangi gejala penderitaan yang disebabkan oleh
penyakit maupun pengobatan.
7. Kemampuan berkomunikasi: Komunikasi efektif diperlukan dalam
memberikan informasi, mendengarkan aktif, menentukan tujuan, membantu
membuat keputusan medis dan komunikasi efektif terhadap individu yang
membantu pasien dan keluarga.
8. Kemampuan merawat pasien yang meninggal dan berduka
9. Perawatan yang berkesinambungan. Dimana seluruh sistem pelayanan
kesehatan yang ada dapat menjamin koordinasi, komunikasi, serta

7
kelanjutan perawatan paliatif untuk mencegah krisis dan rujukan yang tidak
diperukan.
10. Akses yang tepat. Dalam pemberian perawatan paliatif dimana timharus
bekerja pada akses yang tepat bagi seluruh cakupanusia, populasi, kategori
diagnosis, komunitas, tanpa memandang ras, etnik, jenis kelamin, serta
kemampuan instrumental pasien.
11. Hambatan pengaturan. Perawatan paliatif seharusnya mencakup pembuat
kebijakan, pelaksanaan undang-undang, dan pengaturan yang dapat
mewujudkan lingkungan klinis yang optimal.
12. Peningkatan kualitas. Dimana dalam peningkatan kualitas membutuhkan
evaluasi teratur dan sistemik dalam kebutuhan pasien.

2.3. Masalah Psikologis Keperawatan Pada Pasien Paliatif


Permasalahan perawatan paliatif yang sering digambarkan pasien yaitu
kejadian-kejadian yang dapat mengancam diri sendiri eimana masalah yang
seringkali di keluhkan pasien yaitu mengenai masalah seperti nyeri, masalah fisik,
psikologi sosial, kultural serta spiritual (IAHPC, 2016).Permasalahan ng muncul
pada pasien yang menerima perawatan paliatif dilihat dari persepktif keperawatan
meliputi masalah psikologi, masalah hubungan sosial, konsep diri, masalah
dukungan keluarga serta masalah pada aspek spiritual atau keagamaan
1. Masalah Fisik
Masalah fisik yang seringkali muncul yang merupakan keluhan dari
pasien paliatif yaitu nyeri. Nyeri merupakan pengalaman emosional dan
sensori yang tidak menyenangkan yang muncul akibat rusaknya jaringan
aktual yang terjadi secara tibatiba dari intensitas ringan hingga berat yang
dapat diantisipasi dan diprediksi. Masalah nyeri dapat ditegakkan apabila
data subjektif dan objektif dari pasien memenuhi minimal tiga criteria.
2. Problem Oksigenisasi
Respirasi irregular, cepat atau lambat, pernafasan cheyne stokes,
sirkulasi perifer menurun, perubahan mental: Agitasi-gelisah, tekanan darah
menurun, hypoksia, akumulasi secret, dan nadi ireguler.
3. Problem Eliminasi

8
Konstipasi, medikasi atau imobilitas memperlambat peristaltic, kurang
diet serat dan asupan makanan jugas mempengaruhi konstipasi,
inkontinensia fekal bisa terjadi oleh karena pengobatan atau kondisi
penyakit (mis Ca Colon), retensi urin, inkopntinensia urin terjadi akibat
penurunan kesadaran atau kondisi penyakit misalnya : Trauma medulla
spinalis, oliguri terjadi seiring penurunan intake cairan atau kondisi penyakit
mis gagal ginjal.
4. Problem Nutrisi dan Cairan
Asupan makanan dan cairan menurun, peristaltic menurun, distensi
abdomen, kehilangan BB, bibir kering dan pecah-pecah, lidah kering dan
membengkak, mual,muntah, cegukan, dehidrasi terjadi karena asupan cairan
menurun.
5. Problem suhu
Ekstremitas dingin, kedinginan sehingga harus memakai selimut.
6. Problem Sensori
Penglihatan menjadi kabur, refleks berkedip hilang saat mendekati
kematian, menyebabkan kekeringan pada kornea, Pendengaran menurun,
kemampuan berkonsentrasi menjadi menurun, pendengaran berkurang,
sensasi menurun.
7. Problem nyeri
Ambang nyeri menurun, pengobatan nyeri dilakukan secara intra
vena, klien harus selalu didampingi untuk menurunkan kecemasan dan
meningkatkan kenyamanan.
8. Problem Kulit dan Mobilitas
Seringkali tirah baring lama menimbulkan masalah pada kulit
sehingga pasien terminal memerlukan perubahan posisi yang sering.
9. Masalah Psikologi
Masalah psikologi yang paling sering dialami pasien paliatif adalah
kecemasan. Hal yang menyebabkan terjadinya kecemasan ialah diagnosa
penyakit yang membuat pasien takut sehingga menyebabkan kecemasan
bagi pasien maupun keluarga (Campbell, 2013).

9
Kecemasan adalah keadaan suasana hati yang ditandai oleh afek
negatif dan gejala-gejala ketegangan jasmaniah dimana seseorang
mengantisipasi kemungkinan datangnya bahaya atau kemalangan di masa
yang akan datang dengan perasaan khawatir. Kecemasan merupakan
keadaan individu atau kelompok saat mengalami perasaan yang sulit
(ketakutan) dan aktivasi sistem saraf otonom dalam berespon terhadap
ketidakjelasan atau ancaman tidak spesifik (Anita, 2016)
Masalah psikologis klien Terminal dan orang terdekat biasanya
mengalami banyak respon emosi, Perasaan marah dan putus asa seringkali
ditunjukkan titik problem psikologis lain yang muncul pada pasien Terminal
antara lain ketergantungan, hilang kontrol diri tidak mampu lagi produktif
dalam hidup, kehilangan harga diri dan harapan, kesenjangan komunikasi
atau berrier komunikasi
10. Masalah Sosial
Masalah pada aspek sosial dapat terjadi karena adanya ketidak
normalan kondisi hubungan sosial pasien dengan orang yang ada disekitar
pasien baik itu keluarga maupun rekan kerja.Isolasi sosial adalah suatu
keadaan kesepian yang dialami oleh seseorang karena orang lain
menyatakan sikap yang negatif dan mengancam. Individu mengalami
penurunan bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain
disekitarnya, pasien mungkin merasa ditolak, tidak diterima, kesepian, dan
tidak mampu membina hubungan yang berarti dan tidak mampu membina
hubungan yang berarti dengan orang lain (Anita, 2016)
11. Masalah Spiritual
Salah satu masalah yang sering muncul pada pasien paliatif adalah
distress spiritual. Distres spiritual dapat terjadi karena diagnose penyakit
kronis, nyeri, gejala fisik, isolasi dalam menjalani pengobatan serta
ketidakmampuan pasien dalam melakukan ritual keagamaan yang mana
biasanya dapat dilakukan secara mandiri. Distres spiritual adalah kerusakan
kemampuan dalam mengalami dan mengintegrasikan arti dan tujuan hidup
seseorang dengan diri, orang lain, seni, musik, literature, alam dan kekuatan
yang lebih besr dari dirinya. Definisi lain mengatakan bahwa distres

10
spiritual adalah gangguan dalam prinsip hidup yang meliputi seluruh
kehidupan seseorang dan diintegrasikan biologis dan psikososial (Anita,
2016)

2.4. Pengkajian Psikologis Dalam Perawatan Paliatif


2.4.1. Mengkaji kondisi psikologis
1. Kondisi pikiran dan suasana hati (mood)
Meliputi: Apakah dalam bulan terkahir anda merasakan seperti merasa
putus asa atau merasa tidak bersdaya? Kehilangan minat? Apakah
anda pernah mengalami serangan panic? Apakah ada hal spesifik yang
anda harapkan?
2. Penyesuaian terhadap sakit
Meliputi: Apa pemahaman anda terhadap sakit anda saat ini? Gali
dengan hati-hati ekspresi pasien
3. Sumber-sumber dan hal yang menguatkan
Meliputi: Apakah sumber dukungan anda? Misalnya: orang-orang,
hobi, iman dan kepercayaan
4. Total pain (nyeri multidimensi yang tidak terkontrol)
Meliputi: Adakah masalah psikologis, sosial, spiritual yang dialami
yang berkontribusi terhadap gejala yang dialami?
5. Sakit sebelumnya (dapat dikaji langsung atau pada keluarga)
Meliputi: Adakah resiko stress psikologikal dan riwayat masalah
kesehatan mental?

2.4.2. Reaksi Proses psikologis Hal-hal yang biasa di jumpai


Reaksi Proses psikologis Hal-hal yang biasa
dijumpai
Shock (kaget, Merasa bersalah, marah, Rasa takut, hilang akal,
goncangan tidak berdaya frustasi, rasa sedih,
batin) susahm acting out.

11
Mengucilkan diri Merasa cacat dan tidak Khawatir menginfeksi
berguna, menutup diri orang lain, murung
Membuka status secara Ingin tahu reaksi orang Penolakan, stress,
terbatas lain, pengalihan stress, Konfrontasi
ingin dicintai
Mencari orang lain Berbagi rasa, Ketergantungan, campur
yang HIV positif pengenalan, tangan, tidak percaya
kepercayaan, penguatan, pada pemegang rahasia
dukungan social dirinya
Status khusus Perubahan keterasingan Ketergantungan,
menjadi manfaat khusus, dikotomi kita dan mereka
perbedaan menjadi hal (semua orang dilihat
yang istimewa, sebagai terinfeksi HIV
dibutuhkan oleh yang dan direspon seperti itu),
lainnya. over identification.
Perilaku mementingkan Komitmen dan kesatuan Pemadaman, reaksi dan
orang lain kelompok, kepuasan kompensasi yang
memberi dan berbagi berlebihan
perasaan sebagai
kelompok
Penerimaan Integrasi status positif Apatis, sulit berubah
HIV dengan identitas
diri, keseimbangan
antara kepentingan
orang lain dengan diri
sendiri bisa
menyebutkan kondisi
seseorang

2.5. Masalah Psikologias Yang Timbul Pada Penyakit Terminal


Penyakit yang dialami indivdu akan memberikan pengaruh besar dalam
emosi, penampilan dan perilaku sosial individu. Di lain pihak, aspek psikologis,

12
dan sosial juga akan memberikan pengaruh terhadap kesehatan fisik pasien. Dari
penjelasan tersebut maka dapat digambarkan mengenai bagaimana aspek biologis,
psikologis dan sosial saling mempengaruhi.
Masalah-masalah psikologis dan sosial yang biasanya timbul pada penyakit
terminal meluputi:

1. Perubahan-perubahan dalam konsep diri pasien


Pesien dengan penyakit terminal, biasanya, semakin tidak bisa
menunjukan dirinya secara ekspresif. Mereka mungkin menjadi sulit untuk
mempertahankan kontrol biologis dan fungsi sosialnya, mekerak mungkin
menjadi semakin sering mengeluarkan air liur, ekspresi bentuk mukanya
berubah, gemetaran dan lain sebagainya. Pasien-pasien dapat juga menjadi
sering mengalami keterkejutan karena perubahan penampilan yang drastis
disebabkan kerontokan rambut atau penurunan berat badan, dan stress
karena pengobatan sehingga dapat mengalami ketidakmampuan untuk
berkonsentrasi.
2. Masalah-masalah mengenai komunikasi
Ketika keadaan penyakit pasien bertambah buruk, komunikasi dapat
pula menjadi menurun penurunan komunikasi tersebut dapat disebabkan
karena beberapa faktor. Pertama, kematian masih merupakan tema yang
tabu di dalam masyarakat sehingga jarang dibicarakan. Kedua, pendapat
yang salah mengenai apa yang orang lain ingin dengar. Pasien takut akan
membuat keluarga atau staf medis merasa tidak enak karena pasien
menanyakan pertanyaan-pertanyaan tentang kematian. Anggota-anggota
keluarga mungkin juga tidak mau membahas mengenai masalah kematian
pasien karena takut pasien belum mengetahui bahwa mereka tidak lagi
memiliki harapan hidup yang panjang sehingga keluarga merasa bahwa
pembicaraan mengenai harapan hidup pasien akan membuat pasien stress
sehingga membuat kondisi medisnya semakin memburuk.
Alasan ketiga yang menyebabkan komunikasi menurun yaitu bahwa
setiap prinsip-prinsip dalam komunikasi, secara tidak langsung, memiliki
alasanalasan pribadi yang kuat untuk tidak mau mendiskusikan kematian.

13
Kebanyakan pasien tidak ingin mendengar jawaban-jawaban dari
pertanyaanpertanyaan mengenai penyakitnya yang mereka tidak tanyakan
walaupun sebenarnya mereka ingin mengetahui jawabannya. Hal ini
dikarenakan pasien merasa takut menghadapi jawaban bahwa mereka
divonis tidak dapat disembuhkan lagi serta tidak memiliki harapan hidup
yang panjang.
Berkaitan dengan masalah-masalah spikologis dan sosial yang
dihadapi oleh pasien dengan penyakit terminal, Dr. Elisabeth Kübler-Ross
telah mengidentifikasi lima tahap yang mungkin dilewati oleh pasien
penyakit terminal, yang divonis tidak akan hidup lama lagi, yaitu:
1. Tahap Kaget
Biasanya hal ini sudah dilalui oleh penderita penyakit terminal
(terminal-ill). Tetapi adakalanya mereka masih juga kaget dan tidak
percaya bila diberitahu atau menyadari kondisi sebenarnya.Dalam
situasi ini penderita tampak kebingungan bahkan yang bersangkutan
dapat melakukan segala sesuatu tanpa disadari atau tampak seperti
orang linglung. Kecelakaan mudah terjadi pada saat ini. Adakalanya
orang-orang tertentu ingin menyendiri untuk mengumpulkan energi
mental dan ingin membuat rencana masa depannya.
2. Tahap Penolakan
Pada tahap ini penolakan sering terjadi tidak saja pada penderita
tetapi juga pada keluarga. Untuk perawatan yang berkualitas
sebaiknya keluarga diberi penerangan-penerangan yang intensif agar
timbul kesadaran dan tidak lari dari kenyataan.
3. Tahap Amarah
Pada tahap ini penderita marah-marah dan tidak jarang
menyalahkan keluarga, tim medis bahkan Tuhan atau takdir yang
diterimanya. Kondisi yang hipersensitif dan Iedakan emosi tidak
jarang menjemukan keluarga bahkan tim medis, yang tidak jarang
diakhiri dengan saling balas-membalas oleh anggota tim.
4. Tahap Depresi

14
Disini penderita pasif sekali bahkan ada yang melakukan
penelantaran diri bahkan percobaan bunuh diri. Pada umumnya untuk
para dokter, ini adalah tanda-tanda ajal makin mendekat. Adakalanya
dalam keadaan depresi, orang-orang ingin menyendiri untuk
mengumpulkan sisa tenaga dan pemikiran membuat keputusan yang
tepat.

5. Tahap Pasrah
Sebetulnya bila seseorang mendekati ajalnya maka ia akan
sampai ke tahap pasrah. Pada tahap ini bila ia masih memiliki
kekuatan fisik dan kejernihan berpikir maka masih ada harapan untuk
meningkatkan kualitas hidupnya.

15
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Perawatan paliatif merupakan perawatan yang berofkus pada pasien dan
keluarga dalam mengoptimalkan kualitas hidup dengan mengantisipasi, mencegah
dan menghilangkan penderitaan. Permasalahan perwatan paliatif yang sering
digambarkan pasien yaitu kejadian-kejadian yang dapat mengancam diri sendiri
dimana masalah yang seringkali di keluhkan pasien yaitu mengenai masalah
seperti nyeri, masalah fisik, psikologi sosial, kultural serta spiritual. Dalam
perawatan paliatif peran perawat adalah memberikan asuhan keperawatan pada
pasien terminal untuk membantu pasien menjalani sisa hidupnya dalam keadaan
seoptimal mungkin. Perawat harus memahami apa yang dialami klien dengan
kondisi terminal, tujuannya untuk dapat menyiapkan dukungan dan bantuan bagi
klien sehingga pada saat-saat terakhir dalam hidup bisa bermakna dan akhirnya
dapat meninggal dengan tenang dan damai

3.2. Saran
Perawat harus mempu mengenali perubahan fisik, psikologis, dan yang
terjadi pada klien, klien mungkin mengalami berbagai gejala selama
berbulanbulan sebelum terjadi kematian. Perawat harus respek terhadap
perubahan fisik yang terjadi pada klien terminal karena hal tersebut menimbulkan
ketidaknyamanan dan penurunan kemampuan yang dialami dirinya sendiri

16
DAFTAR PUSTAKA

Anita. (2016). Perawatan Paliatif Dan Kualitas Hidup Penderita Kanker. Bandar
Lampung: Jurnal Kesehatan. 7(03), 508-513
Ariani, N. (2016). Rumah Singgah Dalam Perawatan Paliatif. Bali: Universitas
Udayana. Diakses pada tanggal 2 Oktober 2021 pukul 15.18
file:///C:/Users/User/Downloads/248bdfcdb51ab22ebd6b82572c13f876.pdf
Atika, Fitriyah, Indriani (2008) Penanganan Masalah sosial dan spikologis Pasien
Kanker Stadium Lanjut dalam Perawatan Paliatif. Indonesia
Siagian, E. (2020). Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Tenaga Kesehatan
Terhadap Kematian Tentang Keperawatan Paliatif. Bandung: Chmk Nursing
Scorntific Journal. 4 (3), 278-284
Yanto. 2018. Pengkajian fisik psikologis dalamkeperawatan palatif. Tersedia pada
https://www.scribd.com/document/388723641/pengkajian-fisik-psikologi-
keperawatan-paliatif Diakses pada tanggal 02 Oktober 2021 Pukul 13.28
WIB
Yodang. (2018). Buku Ajar Keperawatan Paliatif Berdasarkan Kurikulum AIPNI
2015. Jakarta: Trans Info Media

17

Anda mungkin juga menyukai