Anda di halaman 1dari 12

TUGAS MAKALAH

KEPERAWATAN PALIATIF DAN MENJELANG AJAL


PSIKOLOGI PASIEN SELAMA PERAWATAN PALIATIF

Disusun Oleh :
Kelompok 4 / Kelas 5C
Novianti Fatimahtus Zahro (1130019022)
Putri Nur Fadilah (1130019052)
Miftakhul Dwi Ersanti (1130019068)
Atika Farah Nabilla (1130019090)
Afdhol Muffassirin (1130019098)

Dosen Fasilitator :
Iis Noventi, S.Kep., Ns., M.Kep

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN
UNIVERSITAS NAHDLATUUL ULAMA SURABAYA
2021

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah Keperawatan Paliatif dan Menjelang Ajal yang
berjudul “Psikologi Pasein Selama Perawatan Paliatif” dapat selesai seperti waktu yang telah
direncanakan.
Tersusunnya makalah ini tentunya tidak lepas dari peran berbagai pihak yang memberikan
bantuan secara materil dan spiritual, baik secara langsung atau tidak langsung. Oleh karena itu,
penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Dosen fasilitator mata kuliah Keperawatan Paliatif dan Menjelang Ajal Iis Noventy,
S.Kep., Ns., M.Kep
2. Orang tua yang telah memberikan dukungan dan bantuan kepada kami sehingga laporan
ini dapat terselesaikan.
3. Teman-teman yang telah membantu dan memberikan dorongan semangat agar makalah
ini dapat kami selesaikan.
Semoga Tuhan Yang Maha Esa membalas budi baik yang tulus dan ikhlas kepada semua pihak
yang kami sebutkan di atas. Tak ada gading yang tak retak, untuk itu kami pun menyadari bahwa
makalah yang telah kami susun dan kami kemar masih memiliki banyak kelemahan serta
kekeliruan baik dari segi teknis maupun non teknis.
Untuk itu penulis membuka pintu selebar-lebarnya kepada semua pihak agar dapat
memberikan saran dan kritik yang membangun demi penyempurnaan penulisan-penulisan
mendatang, dan apabila di dalam makalah ini terdapat hal-hal yang dianggap tidak berkenan dihati
pembaca mohon dimaafkan.

Surabaya, 10 Oktober 2021


Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...................................................................................................................... i


KATA PENGANTAR................................................................................................................... ii
DAFTAR ISI ................................................................................................................................ iii
BAB 1 PENDAHULUAN ............................................................................................................. 1
1.1. Latar Belakang ............................................................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah .......................................................................................................... 2
1.3. Tujuan ............................................................................................................................. 2
1.3.1. Tujuan Umum ........................................................................................................... 2
1.3.2. Tujuan Khusus .......................................................................................................... 2
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................................... 4
2.1. Perawatan Paliatif.............................................................................................................. 4
2.2 Masalah Psikologi pada Pasien Paliatif ............................................................................ 5
2.3. Dimensi Psikologis pada Perawatan Paliatif ................................................................... 5
BAB 3 PENUTUP ......................................................................................................................... 9
3.1. Kesimpulan ..................................................................................................................... 9
3.2. Saran................................................................................................................................ 9
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................... iv

iii
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Pasien paliatif adalah pasien/orang yang sedang menderita sakit dimana tingkat sakitnya telah
mencapai stadium lanjut sehingga pengobatan medis sudah tidak mungkin dapat menyembuhkan
lagi. Oleh karena itu, perawatan paliatif bersifat meredakan gejala penyakit, namun tidak lagi
berfungsi untuk menyembuhkan. Jadi fungsi perawatan paliatif adalah mengendalikan nyeri yang
dirasakan serta keluhan-keluhan lainnya dan meminimalisir masalah emosi, sosial, dan spiritual
yang dihadapi pasien (Tejawinata: 2000). Ketika seseorang didiagnosa sakit dengan sebuah sakit
yang tergolong berat dan berstadium lanjut, dimana pengobatan medis sudah tidak mungkin
diterimakan kepada si pasien, maka individu tersebut akan mengalami goncangan psikologis yang
hebat.
Perawatan paliatif merupakan topik penting dalam ilmu Kesehatan masayarakat (public health)
yang peduli terhadap penderitaan (suffering), harkat martabat diri (dignity), kebutuhan perawatan
yang baik, dan hidup yang kualitas bagi orang-orang di akhir masa kehidupan mereka. Kepedulian
akan perawatan tersebut juga diberikan kepada keluarga dan sahabat mereka, hal yang sering
diabaikan. Perawatan paliatif merupakan perawatan terintegrasi dengan pasien dan keluarga
sebagai inti yang mengedepankan aspek fisik, psikologik, social, dan spiritual yang disesuaikan
dnegan kultur dan harapan yang dimiliki pasien agar memiliki kualitas hidup yang lebih baik di
saat akhir kehidupan, menjalankan kematian yang baik dan berduka cita bagi keluarga atau kerbat
yang ditinggalkan secara wajar. Menjalankan perawatan paliatif sedini mungkin akan
memperbaiki kualitas hidup pasien paliatif di akhir masa kehidupannya.
Berbagai macam peran hidup yang dijalani selama ini pasti akan menghadapi kendala baik itu
disebabkan karena kendala fisik, psikologis, sosial, budaya maupun spiritual. Demikian pula,
prognosis akan kematian pada para pasien poli perawatan paliatif akan lebih memberikan dampak
konflik psikologis, sosial, budaya maupun spiritual yang sangat khas. Kualitas hidup manusia
dalam dimensi psikologis diukur lewat bagaimana manusia menikmati hidupnya, keterlibatannya
dalam kegiatan yang menimbulkan kegembiraan, dan kemampuan untuk mendapatkan kepuasa
serta mengendalikan hidupnya. Tantangan pada dimensi ini menjadi demikian besar tatkala
individu menderita kanker, di mana ia berhadapan dengan situasi yang penuh ketidakpastian,

1
kecemasan, dan ketakutan akan masa depan yang menggiring mereka pada situasi depresif. Ketika
seorang pasien didiagnosis menderita penyakit yang mengancam kelangsungan hidupnya, respon
psikologis pasien serupa dengan seseorang yang mengalami kehilangan besar.
1.2.Rumusan Masalah
Berdasarkan yang telah diuraikan pada latar belakang, maka rumusan masalah pada penulisan
makalah ini adalah “Bagaimana kondisi psikologi pasien selama menjalani perawatan paliatif?”
1.3.Tujuan
1.3.1. Tujuan Umum
Mampu melakukan analisis terhadap perubahan psikologi pada pasien yang sedang menjalani
perawatan paliatif.
1.3.2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu memahami konsep sederhana dari perawatan paliatif.
b. Mahasiswa mampu memahami masalah-masalah psikologi yang terjadi pada pasien
perawatan paliatif
c. Mahasiswa mampu memahami dimensi psikologi pada pasien perawatan paliatif.

2
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Perawatan Paliatif
Perawatan paliatif adalah perawatan yang dilakukan secara aktif pada penderita yang sedang
sekarat atau dalam fase terminal akibat penyakit yang dideritanya. Pasien sudah tidak memiliki
respon terhadap terapi kuratif yang disebabkan oleh keganasan ginekologis. Perawatan ini
mencakup penderita serta melibatkan keluarganya (Aziz, Witjaksono, & Rasjidi, 2008).
Perawatan paliatif adalah pendekatan yang bertujuan meningkatkan kualitas hidup pasien
(dewasa dan anak-anak) dan keluarga dalam menghadapi penyakit yangmengancam jiwa, dengan
cara meringankan penderitaan rasa sakit melalui identifikasi dini, pengkajian yang sempurna, dan
penatalaksanaan nyeri serta masalah lainnya baik fisik, psikologis, sosial atau spiritual. (World
Health Organization (WHO) 2016).
Perawatan paliatif adalah perawatan yang dilakukan pada pasien dengan penyakit yang dapat
membatasi hidup mereka atau penyakit terminal dimana penyakit ini sudah tidak lagi merespon
terhadap pengobatan yang dapat memperpanjang hidup (Robert, 2003). Perawatan paliatif
merupakan perawatan yang berfokus pada pasien dan keluarga dalam mengoptimalkan kualitas
hidup dengan mengantisipasi, mencegah, dan menghilangkan penderitaan.Perawatan paliatif
mencangkup seluruh rangkaian penyakit termasuk fisik, intelektual, emosional, sosial, dan
kebutuhan spiritual serta untuk memfasilitasi otonomi pasien, mengakses informasi, dan pilihan
(National Consensus Project for Quality Palliative Care, 2013).Pada perawatan paliatif ini,
kematian tidak dianggap sebagai sesuatu yang harus di hindari tetapi kematian merupakan suatu
hal yang harus dihadapi sebagai bagian dari siklus kehidupan normal setiap yang bernyawa
(Nurwijaya dkk, 2010).
Permasalahan yang sering muncul ataupun terjadi pada pasien dengan perawatan paliatif
meliputi masalah psikologi, masalah hubungan sosial, konsep diri, masalah dukungan keluarga
serta masalah pada aspek spiritual (Campbell, 2013). Perawatan paliatif ini bertujuan untuk
membantu pasien yang sudah mendekati ajalnya, agar pasien aktif dan dapat bertahan hidupselama
mungkin. Perawatan paliatif ini meliputi mengurangi rasa sakit dan gejala lainnya, membuat
pasien menganggap kematias sebagai prosesyang normal, mengintegrasikan aspek-aspek
spikokologis dan spritual (Hartati & Suheimi, 2010). Selain itu perawatan paliatif juga bertujuan

4
agar pasien terminal tetap dalam keadaan nyaman dan dapat meninggal dunia dengan baik dan
tenang (Bertens, 2009).
Prinsip perawatan paliatifyaitu menghormati dan menghargai martabat serta harga diri pasien
dan keluarganya (Ferrel & Coyle, 2007). Menurut Kementrian Kesehatan Republik Indonesia
(KEMENKES, 2013)dan Aziz, Witjaksono, dan Rasjidi (2008) prisinsip pelayanan perawatan
paliatif yaitu menghilangkan nyeri dan mencegah timbulnya gejala serta keluhan fisik lainnya,
penanggulangan nyeri, menghargai kehidupan dan menganggap kematian sebagai proses normal ,
tidak bertujuan mempercepat atau menghambat kematian, memberikan dukungan psikologis,
sosial dan spiritual, memberikan dukungan agar pasien dapat hidup seaktif mungkin, memberikan
dukungan kepada keluarga sampai masa dukacita, serta menggunakan pendekatan tim untuk
mengatasi kebutuhan pasien dan keluarganya.
2.2 Masalah Psikologi pada Pasien Paliatif
Masalah psikologi yang paling sering dialami pasien paliatif adalah kecemasan. Hal yang
menyebabkan terjadinya kecemasan ialah diagnosa penyakit yang membuat pasien takut sehingga
menyebabkan kecemasan bagi pasien maupun keluarga (Misgiyanto & Susilawati, 2014).
Durand dan Barlow (2006) mengatakan kecemasan adalah keadaan suasana hati yang ditandai
oleh afek negatif dan gejala-gejala ketegangan jasmaniah dimana seseorang mengantisipasi
kemungkinan datangnya bahaya atau kemalangan di masa yang akan datang dengan perasaan
khawatir.Menurut Carpenito (2000) kecemasan merupakan keadaan individu atau kelompok saat
mengalami perasaan yang sulit (ketakutan) dan aktivasi sistem saraf otonom dalam berespon
terhadap ketidakjelasan atau ancaman tidak spesifik.
NANDA (2015) menyatakan bahwa kecemasan adalah perasaan tidak nyaman atau
kekhawatiran yang diseratai oleh respon otonom, perasaan takut yang disebabkan olehantisipasi
terhadap bahaya. Hal ini merupakan tanda waspada yang member tanda individu akan adanya
bahaya dan mampukah individu tersebut mengatasinya.
2.3. Dimensi Psikologis pada Perawatan Paliatif
Kualitas hidup manusia dalam dimensi psikologis diukur lewat bagaimana manusia
menikmati hidupnya, keterlibatannya dalam kegiatan yang menimbulkan kegembiraan, dan
kemampuan untuk mendapatkan kepuasan serta mengendalikan hidupnya. Tantangan pada
dimensi ini menjadi demikian besar tatkala individu menderita kanker, dimana ia berhadapan

5
dengan situasi yang penuh ketidakpastian, kecemasan, dan ketakutan akan masa depan yang
menggiring mereka pada situasi deepresif. (Sudarsa, 2020).
Memang tidak mudah bagi penderita kanker bisa menerima dan menjalani hidup sebagai
penderita kanker. Kecemasan dan rasa khawatir yang berlebihan merupakan dua bentuk perilaku
yang paling sering muncul dan biasanya meningkat pada beberapa kondisi berikut :
a. Pada saat investigasi awal terhadap gejala-gejala yang mencurigakan.
b. Pada saat menerima diagnosis
c. Pada saat menjalani tahap-tahao pengobatan dan pasien diharuskan mengecek terus gejala-
gejala lanjutan yang mungkin muncul.
d. Pada saat terjadi Kembali gejala-gejala awal yang telah berlalu.
e. Pada saat prognosis yang kurang baik disampaikan.
f. Pada saat-saat akhir dari perjuangan hidup setelah melawan kanker.
Reaksi/perilaku penderita kanker pada umumnya berbeda-beda dan bervariasi tergantung
pada kematangan pribadi dan latar belakang psikososiokultural, antara lain sebagai berikut :
a. Penderita yang menghadapi kenyataan dengan penuh semangat untuk melawan
b. Merasa tak berdaya (helplessness), penderita cenderung merasa kehilangan dan tidak
mampu melakukan semua hal akibat penyakit ini.
c. Fatalisme, artiya menerima kenyataan ini tanpa menunjukkan usaha untuk
menyembuhkan diri.
d. Rasa cemas berlebihan dan berkelanjutan, sehingga hal-hal yang beruhubungan dengan
kanker begitu mendominasi hidup penderita yang secara tidak langsung justru
meningkatkan kecemasan.
e. Menghindar dan tidak menunjukkan usaha apapun.
Menilik reaksi di atas, penting untuk dibedakan reaksi yang masih normal dan reaksi yang
sudah mengarah pada gangguan. Pemetaan terhadap hal tersebut di atas perlu dilakukan oleh
tenaga professional yang telah mendapatkaln pelatihan untuk mendeteksi hal tersebut, misalnya
psikolog, psikiater, atau staf perawatan paliatif yang telah dilatih. Untuk dapat menerima dan
memahami mengapa seorang penderita kanker bereaksi atau berperilaku.memiliki pola piker
tertentu maka perlu diketahui beberapa hal beriku ini :
a. Apakah terdapat Riwayat gangguan pskiatrik sebelumnya?
b. Seberapa besar dukungan dari keluarga dan teman?
6
c. Bagaimana pengetahuan penderita dalam memahami perubahan fisik yang akan terjadi
akibat penyakit dan pengobatannya (misalnya kemoterapi dapat menimbulkan berbagai
efek sampai)?
d. Apakah penderita terlibat dalam kegiatan-kegiatan yang menyenangkan dan memberikan
kepuasan?
e. Apakah terdapat riwayat pengalaman kanker pada keluarga sebelumnya?
f. Seberapa besar penderita merasa yakin akan efektivitas pengobatan?
g. Apakah penderita dan atau keluarga sedang mengalami permasalahan lain secara
bersamaan?
Berkaitan dengan masalah-masalah psikologis dan social yang dihadapi oleh pasien dengan
penyakit terminal, ada beberapa tahapan yang pada umumnya dilewati oleh pasien yang divonis
kanker sebagaimana dijelaskan sebagai berikutmenurut I Wayan Sudarsa (2020), yaitu :
a. Tahap kaget : “Saya tidak percaya ini bisa terjadi”.
Biasanya hal ini selalu dilalui oleh penderita penyakit terminal (terminal-ill). Mereka
seringkali “kaget” dan tidak percaya bila diberitahu atau menyadari kondisis sebenarnya.
Dalam situasi ini, penderita pada umummnya merasa gamang dan kebingungan, dapat
melakukan segala sesuatu tanpa disadari, atau tampak seperti orang linglung. Adakalanya
orang-orang tertentu ingini menyendiri untuk mengumpulkan energi mental dan ingin
membuat rencana masa depannya.
b. Tahap penolakan : “Saya baik-baik saja. Ini diagnosisnya yang salah”
Sikap penyangkalan ini wajar terjadi pada penderita yang baru saja mengetahui
diagnosisnya. Pada tahap ini, penolakan sering terjadi tidak saja pada penderita tetapi juga
pada keluarga. Untuk perawatan yang berkualitas sebaiknya keluarga diberi informasi yang
intensif agar timbuul kesadaran dan tidak lari dari kenyataan maupun mencari alternatif
pengobatan yang kadang-kadang tidak masuk akal.
c. Tahap Amarah : “Mengapa ini terjadi pada saya?”
Pada tahap ini, penderita marah-marah dan tidak jarang menyalahkan keluarga, tim medis
bahkan Tuhan atau takdir yang diterimanya. Kondisi yang hupersensitif dan ledakan emosi
memungkinkan timbulnya friksi, gesekan, atau konflik dalam keluarga bahkan tim medis.
d. Tahap tawar-menawar : “Seandainya saya bisa sembuh, saya akan…”, “Saya re;a mati,
tetapi kalua boleh berikan saya waktu sedikit lagi”.
7
Inilah kalimat yang lazim dikatakan para penderita kanker pada fase terminal mereka
merasa putus asa dan pasrah akan hidupnya. Pada tahap ini, tampak sekali penderita berada
dalam konflik antara “mengetahui” ajal mendekat dengan keinginan menyelesaikan tujuan
hidup. Dalam fae ini, ada juga perasaan takut sekarat, takut mati, dan takut pergi sendirian.
Untuk itu masukan-masukan keagmaan sudah hari diperhatikan.
e. Tahap depresi : “ Tidak ada gunanya saya hidup’
Pada tahap ini, penderita seringkali menunjukkan perilaku pasif dengan menarik diri atau
agresif-destruktif dengan melakukan penelantaran diri (mogok makan dan menolak minum
obat) ataupun percobaan bunuh diri. Adakalanya dalam keadaan depresi, pasien ingin
menyendiri untuk mengumpulkan sisa tenaga dan pemikiran membuat keputusan yang
tepat. Sikap menutup diri dan menyendiri, tidak berkomunikasi, dan tidak mau merasakan
cinta maupun menerima perhatian yang diberikan orang di sekelilingnya juga merupakan
cir-ciri perilaku dperesif. Demikian pulas ikap agresif verbal kemarahan dan kebencian
yang meledak-ledak. Pada saat ini tidak ada gunanya menghibur pasien ini. Pasien hanya
membutuhkan waktu dan ruang agar bisa berdamai dengan dirinya.
f. Tahap pasrah/penerimaan : “Hidup mati seseorang semua di tangan Tuhan”
Pada fase ini, pasien akan menyadari dan berkata, “Baiklah, saya akan hadapi dengan
sebaik-baiknya”. Sebetulnya bila seseorang mendekati kematiannya makai a akan sampai
ke tahap pasrah. Pada tahap ini, bila pasien masih memiliki kekuatan fisik dan kejernihan
berpikir maka masih ada harapan untuk meningkatkan kualitas hidupnya.
Fase-fase di atas tiidak selalu secara teratur dilalui, dapat saja dilampaui dengan cepat dari
fase pertama ke fase penerimaan, ataupun melambat di depan namun berjalan cepat di bagian akhir
dan sebaliknya maupun sering melompat-lompat tidak berurutan, tergantung dari kondisi psikis
pasien. Oleh karenanya pendampingan dan dukungan psikososial melalui komunikasi terapeutik
memiliki peran yang sangat penting dalam perawatan paliatif.

8
BAB 3
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Perawatan paliaif adalah semua tindakan aktif guna meringankan beban penderita, terutama
yang tak mungkin disembuhkan. Tindakan aktif yang dimaksud antara lain menghilangkan nyeri
dan keluhan lain, serta mengupayakan perbaikan dalam aspek psikologis, sosial dan spiritual.
Perawatan paliatif yang baik mampu merubah kualitas hidup pasien kanker sesorang menjadi lebih
baik. Pasien paliatif akan megalami masalah-masalah psikologi diantaranya adalah kecemasan,
dimana keadaan suasana hati yang ditandai oleh afek negatif dan gejala-gejala ketegangan
jasmaniah dimana seseorang mengantisipasi kemungkinan datangnya bahaya atau kemalangan di
masa yang akan datang dengan perasaan. Berkaitan dengan masalah-masalah psikologis dan social
yang dihadapi oleh pasien dengan penyakit terminal, ada beberapa tahapan yang pada umumnya
dilewati oleh pasien yang divonis kanker yaitu : a)Tahap kaget, b)Tahap penolakan, c) Tahap
amarah, d) tahap tawar-menawar, e)tahap depresi, f)tahap pasrah./penerimaan.
3.2. Saran
Pasien penderita penyakit terminal memerlukan perawatan paliatif yang komprehensif di
Rumah sakit, namun perawatan paliatif masih jarang terdapat dirumah sakit di Indonesia. Hal ini
dikarenakan masih kurangnya pemahaman dan kesadaran rumahsakit terhadap pentingnya
perawatan paliatif bagi pasien kanker stadium akhir. Sehingga semakin tinggi tingkat pengetahuan
perawat tentang perawatan paliatif, semakin baik pula sikap perawat terhadap penatalaksanaan
pasien dalam perawatan paliatif. Tingkat pengetahuan dan sikap perawat yang baik dapat
diperoleh dari pengalaman, dan pelatihan. Semakin lama perawat bekerja, semakin meningkat
pula pengalamannya bekerja diberbagai macam ruangan melalui program rotasi kerja. Rotasi
kerja memperluas pengalaman dan kemampuan perawat, dengan pengalaman tersebut akan
meningkatkan kemampuan baik pengetahuan (Knowledge) maupun keterampilan (skill).

9
DAFTAR PUSTAKA

Aziz, M. F., Witjaksono, J., & Rasjidi, I. (2008). Panduan Pelayanan Medik : Model Interdisiplin
Penatalksanaan Kanker Serviks dengan Gangguan Ginjal. Jakarta: EGC.
Bertens. (2009). Perspektif Etika Baru. Yogyakarta: Kanisius. https://books.google.com di akses
pada tanggal 6 Oktober 2021
Campbell, M. L. (2013). Nurse to Nurse Perawatan Paliatif. Jakarta: Salemba Medika
Carpenito, 2000. Buku Saku Diagnosa Keperawatan (terjemahan).Edisi 8. Jakarta: EGC
Durand, V.M., Barlow, D.H., 2006. Intisari Psikologi Abnormal. Edisi IV. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar
Ferrell, B.R. & Coyle, N. (Eds.) (2007). Textbook of palliative nursing, 2nd ed. New York, NY:
Oxford University Press.
IKAPI dan APPTI. (2020). Perawatan Komperensif paliatif. (I Wayan Sudarsa, Ed.). Jakarta
Timur: Airlangga University Press Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. (2013).
Pedoman Teknis Pelayanan Paliatif Kanker. Jakarta : Kemenkes RI.
Misgiyanto & Susilawati, D. (2014). Hubungan antara Dukungan Keluarga dengan Tingkat
Kecemasan Penderita Kanker Serviks Paliatif. Semarang: Universitas Diponegoro.
National Consensus Project for Quality Palliative Care. (2013). Clinical Practice Guidelines for
Quality Palliative Care, Third Edition. USA: National Consensus Project for Quality
Palliative Care
Robert, T. (2003). Introducing Palliative Care. New York: Radcliffe Medical Press.
https://books.google.com di akses pada tanggal 6 Oktober 2021
World Health Organization. (2017). Definition of Palliative Care.
http://www.who.int/cancer/palliative/definition/en/ diakses tanggal 6 Oktober 2021
.

iv

Anda mungkin juga menyukai