Anda di halaman 1dari 41

GANGGUAN JIWA

“WAHAM”

Dosen Pembimbing :
Dr. Imam Zainuri, S.kep, Ns, M. Kes

Disusun oleh:

KELOMPOK 7

1) Erna Nur Juhrotul L. (201501011)


2) Irda Agustin (201501024)
3) Elok Maulida (201501025)
4) Yulinda Ayuningtika (201501026)
5) Maharani Ayus Fandani (201501031)

PROGRAM STUDI NERS ILMU KEPERAWATAN


STIKES BINA SEHAT PPNI MOJOKERTO
TAHUN 2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat tuhan yang maha esa atas rahmat dan hidayah-nya penulis telah
menyelesaikan makalah dengan judul “laporan pendahuluan dan asuhan keperawatan
Waham” makalah ini di susun untuk memenuhi tugas mata kuliah jiwa I program studi S1
ilmu keperawatan stikes bina sehat ppni mojokerto.
Dalam makalah ini penulis telah mendapatkan bantuan, dukungan dan bimbingan dari
berbagai pihak baik dalam materi maupun moral. Sehingga pada kesempatan ini dengan
kerendahan hati penulis menyampaikan rasa terima kasih kepada yang terhormat.
1) Lilik Ma’rifatul Azizah, S.kep, Ns, M. Kes Selaku dosen Jiwa I yang telah
membimbing penulis sehingga makalah ini dapat terselesaikan.
2) Segenap dosen dan staff di lingkungan STIKes Bina Sehat PPNI Mojokerto yang turut
membantu menyediakan fasilitas belajar serta arahan-arahan yang telah diberikan.
3) Ucapan terima kasih yang tak terhingga kepada Bapak, Ibu serta semua keluarga yang
telah mendukung, mendorong serta memberikan fasilitas kepada penulis sehingga
terselesainya makalah ini.
4) Rekan-rekan mahasiswa STIKes Bina Sehat PPNI Mojokerto yang telah membantu
terselesainya makalah ini.
Penulis menyadari dalam penulisan masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu kritik dan
saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan untuk kesempurnaan dan perbaikan
makalah ini.
Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat dan pengetahuan terutama bagi pembaca,
penulis dan mahasiswa S1 Ilmu Keperawatan di lingkungan STIKes Bina Sehat PPNI
Mojokerto
Mojokerto, 01 Maret 2017

Penulis

DAFTAR ISI
Halaman Sampul...............................................................................................................i

ii
Kata Pengantar................................................................................................................. ii
Daftar Isi........................................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang .............................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................... 1
1.3 Tujuan............................................................................................................ 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi........................................................................................................... 3
2.2 Proses terjadinya waham ............................................................................... 4
2.2.1 Jenis-Jenis Waham .............................................................................. 4
2.2.2 Etiologi Waham.................................................................................. 5
2.2.3 Rentang Respon Waham..................................................................... 6
2.2.4 Fase-fase Waham................................................................................. 6
2.2.5 Patofisiologi Waham............................................................................ 8
2.3 Manifestasi Klinis.......................................................................................... 10
2.4 Penatalaksanaan............................................................................................. 11
2.5 Konsep Dasar Keperawatan .......................................................................... 11

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN


3.1 Trigercase........................................................................................................... 24
3.2 Psikodinamika.................................................................................................... 25
3.3 Terapi Modalitas................................................................................................. 26
3.4 Model Keperawatan .......................................................................................... 27
3.5 Peran dan fungsi Perawat................................................................................... 27
3.6 Pengkajian Kasus............................................................................................... 29
3.6.1 Identitas.................................................................................................... 29
3.6.2 Pemeriksaan Fisik.................................................................................... 29
3.6.3 Psikososial................................................................................................ 29
3.6.4 Status Mental........................................................................................... 31
3.7 Analisa Data....................................................................................................... 32
3.8 Diagnosa Keperawatan....................................................................................... 33
3.8.1 Pohon Masalah......................................................................................... 33
3.8.2 Diagnosa keperawatan............................................................................. 34
3.9 NCP (Nursing Care Planning)............................................................................ 35
3.10 SP (Strategi Pertemuan)................................................................................... 41
iii
3.11 SPTK (Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan ...................................... 42

BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan ................................................................................................... 58
4.2 Saran.............................................................................................................. 58

DAFTAR PUSTAKA

iv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kesehatan jiwa merupakan mampu beradaptasi dengan dirinya sendiri dan


orang lain serta terhadap stressor yang ada. Dan juga suatu keadaan yang
memungkinkan untuk terjadinya perkembangan fisik, intelektual, dan emosional
individu secara optimal, sejauh perkembangan tersebut ssesuai dengan perkembangan
optimal individu lain. Sementara itu, gangguan jiwa adalah suatau keadaan dengan
adanya gejal klinis yang bermakna, berupa sindrompola perilaku dan pola psiklogi
yang berkaitan dngan adanya distress(tidak nyaman, tidak tentram, rasa nyeri),
distabilitas (tidak mampu mengerjakan pekerjaan sehari-hari), atau meningkatkan
resiko kematian, kesakitan.
Gangguan jiwa terdiri dari beberapa macam termasuk dantaranya adalah
waham atau delusi. Waham merupakan keyakinan tentang suatu pikiran yang kokoh,
kuat, tidak sesuai dengan kenyataan, tidak cocok dengan in telegensi dan latar
belakang budaya, selalu dikemukakan berulang-ualang dan berlebihan biarpun telah
dibuktikan kemustahilannya atau kesalahannya atau tidak benar secara umum
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis merumuskan permasalahan
sebagai berikut
1. Apa pengertian waham?
2. Bagaiaman proses terjadinya waham ?
3. Bagaimana manifestasi klinis waham?
4. Bagaimana asuhan keperawatan dari masalah waham?
5. Terapi modalitas apa yang tepat untuk masalah waham?
6. Terapi aktifitas apa yang tepat untuk masalah waham?
1.3. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah tersebut, tujuan penulisan makalah yaitu
sebagai berikut
1. Tujuan Mengetahui pengertian waham
2. Mengetahui proses terjadinya waham
3. Mengetahui manifestasiklinis waham
4. Mengetahui asuhan keperawatan masalah waham

BAB II
LAPORAN PENDAHULUAN

2.1 Definisi
1
Waham adalah suatu keyakinan seseorang yang berdasarkan penilaian realitas
yang salah, keyakinan yang tidak konsisten dengan tingkat intelektual dan latar
belakang budaya, ketidakmampuan merespons stimulus internal dan eksternal melalui
proses interaksi / informasi secara akurat.
Seseorang yang mengalami waham berpikir bahwa ia memiliki banyak
kekuatan dan bakat serta tidak merasa terganggu jiwanya atau ia merasa sangat kuat
dan sangat terkenal. Hal ini sesuai dengan penjelasan Varcarolis dalam Fundamental
of Psychatric Mental Health Nursing (2006: 397): Grandeur: Thinks he or she has
powers and talents that are not possessed or is someone powerful or famous.
Waham adalah keyakinan yang salah yang secara kokoh dipertahankan
walaupun tidak diyakini oleh orang lain dan bertentangan dengan realita normal
(Stuart dan Sundeen, 1998).
Waham adalah keyakinan klien yang tidak sesuai dengan kenyataan tetapi
dipertahankan dan tidak dapat dirubah secara logis oleh orang lain, keyakinan ini
berasal dari pemikiran klien dimana sudah kehilangan kontrol (Dep Kes RI, 1994).
Waham yaitu keyakinan tentang suatu pikiran yang kokoh atau kuat, tidak
sesuai dengan kenyataan tidak cocok dengan intelegensia dan latar belakang budaya,
selalu dikemukakan secara berulang-ulang, biarpun telah dibuktikan kemustahilannya
atau kesalahannya atau tidak benar secara umum (Lilik Ma’rifatul A, 2011).
Key Word : keyakinan, dipertahankan,terus menerus, tidak sesuai dengan
kenyataan.

2.2 Proses Terjadinya Waham


2.2.1. Jenis-jenis Waham

1. Waham kebesaran
Keyakinan klien terhadap suatu kemampuan, kekuatan, pendidikan, kekayaam
atau kekuasaan secara luar biasa.
Contoh: saya ini ratu adil, nabi, superman dll “ Saya ini titisan bung karno,
punya banyak perusahaan, punya rumah di berbagai negara dan bisa
menyembuhkan berbagai macam penyakit.”
2. Waham curiga

2
Keyakinan klien terhadap seseorang atau kelompok secara berlebihan yang
berusaha merugikan, mencederai, mengganggu, mengancam, memata-matai
dan membicarakan kejelekan dirinya
Contoh: “ Banyak polisi mengintai saya, tetangga saya ingin menghancurkan
hidup saya, suster akan meracuni makanan saya.”
3. Waham agama
Keyakinan klien yang bertema tentang agama atau kepercayaan yang
berlebihan.
Contoh: “ Tuhan telah menunjuk saya menjadi wali, saya harus terus menerus
memakai pakaian putih setiap hari agar masuk surga.”
4. Waham somatic/hipokondrik
Keyakinan klien terhadap tubuhnya ada suatu yang tidak beres seperti ususnya
busuk, otaknya mencair, perutnya ada kuda.
Contoh: “ Sumsum tulang saya kosong, saya pasti terserang kanker, dalam
tubuh saya banyak kotoran, tubuh saya telah membusuk, tubuh saya
menghilang.”
5. Waham nihilistik
Keyakinan klien terhadap dirinya atau orang lain sudah meninggal atau dunia
sudah hancur dan sesuatunya tidak ada apa-apa lagi.
Contoh: “ Saya sudah menghilang dari dunia ini, semua yang ada disini adalah
roh – roh, sebenarnya saya sudah tidak ada di dunia.”
6. Waham Dosa
Yaitu keyakinan klien terhadap dirinya telah atau berbuat dosa perbuatannya
tidak dapat di ampuni lagi.

7. Waham Bizar
 Sisip pikir yaitu keyakinan klien terhadap suatu pikiran orang lain
disisipkan kedalam pikiran dirinya
 Siar pikir/ broadcasting adalah keyakinan klien bahwa ide dirinya
dipakai oleh/disampaikan kepada orang lain mengetahui apa yang ia
pikirkan meskipun ia tidak pernah secara nyata mengatakan pada orang
tersebut
 Kontrol pikir/waham pengaruh yaitu keyakinan klien bahwa pikiran,
emosi dan perbuatannya selalu dikontrol/dipengaruhi oleh kekuatan
diluar dirinya yang aneh

2.2.2. Etiologi Waham

1. Faktor Predisposisi
 Faktor Perkembangan
Hambatan perkembangan akan mengganggu hubungan interpersonal
seseorang. Hal ini dapat meningkatkan stress dan ansietas yang berakhir
3
dengan gangguan persepsi, klien menekan perasaannya sehingga pematangan
fungsi intelektual dan emosional tidak efektif
 Faktor Sosial Budaya
Seseorang merasa di asingkan dan kesepian dapat menyebabkan timbulnya
waham
 Faktor Psikologi
Hubungan tidak harmonis, peran ganda bertentangan, dapat menimbulkan
ansietas dan berakhir dengan peningkatan terhadap kenyataan
 Faktor Biologis
Waham diyakini terjadi karena adanya atrofi otak, pembesaran ventrikel di
otak, atau perubahan pada sel kortikal dan limbic.
 Faktor Genetik.
2. Faktor Presipitasi
 Faktor Sosial Budaya
Waham dapat dipicu karena adanya perpisahan dengan orang yang berarti atau
diasingkan dari kelompok.
 Faktor Biokimia
Dopamin, Noreepineprin, dan zat halusinogen lainnya diduga dapat menjadi
penyebab kepada seseorang.
 Faktor Psikologi
Kecemasan yang memanjang dan keterbatasan kemampuan untuk mengatasi
masalah sehingga klien mengembangkan koping untuk menghindari kenyataan
yang menyenangkan.

2.2.3. Rentan Respon

Respon Adaptif ResponMaladaptif

 Pikiran Logis  Gangguan isi


 Persepsi Akurat  Kadang proses
pikir halusinasi
 Emosi Konsisten Pikir terganggu  Perubahan
dengan  Ilusi
 Emosi Berlebihan proses emosi
pengalaman  Berprilaku yang  Perilaku tidak
 Prilaku sesuai
tidak biasa terorganisasi
 Hubungan social
 Menarik diri  Isolasi sosial
harmonis

2.2.4. Fase-Fase Waham

1. Fase lack of human need


Waham diawali dengan terbatasnya kebutuhan – kebutuhan klien baik secara
fisik maupun psikis.Secara fisik klien dengan waham dapat terjadi pada orang

4
– orang dengan status sosial dan ekonomi sangat terbatas.Biasanya klien sangat
miskin dan menderita. Keinginan ia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya
mendorong untuk melakukan kompensasi yang salah. Ada juga klien yang
secara sosial dan ekonomi terpenhi tetapi kesenjangan antara reality dengan
self ideal sangat tinggi. Misalnya ia seorang sarjana tetapi menginginkan
dipandang sebagai seorang yang sangat cerdas, sangat berpengalaman dan
diperhitungkan dalam kelompoknya. Waham terjadi karena sangat pentingnya
pengakuan bahwa ia eksis di dunia ini. Dapat dipengaruhi juga oleh rendahya
penghargaan saat tumbuh kembang (life span history).

2. Fase lack of self esteem


Tidak adanya pengakuan dari lingkungan dan tingginya kesenjangan antara
self ideal dengan self reality (kenyataan dengan harapan) serta dorongan
kebutuhan yang tidak terpenuhi sedangkan standart lingkungan sudah
melampaui kemampuannya.Misalnya, saat lingkungan sudah banyak yang
kaya, menggunakan teknologi komunikasi yang canggih, berpendidikan tinggi
serta memiliki kekuasaan yang luas, seseorang tetap memasang self ideal yang
melebihi ligkungan tersebut.Padahal self reality – nya sangat jauh.Dari aspek
pendidikan klien, materi, pengalaman, pengaruh, support system semuanya
sangat rendah.
3. Fase control internal exsternal
Klien mencoba berpikir rasional bahwa apa yang ia yakni atau apa apa yang ia
katakan adalah kebohongan, menutupi kekurangan dan tidak sesuai dengan
kenyataan. Tetapi menghadapi kenyataan bagi klien adalah sesuatu yang sangat
berat, karena kebutuhannya untuk di akui, kebutuhan untuk dianggap penting
dan di terima lingkungan menjadi prioritas dalam hidupnya, karena kebutuhan
tersebut belum terpenuhi sejak kecil secara optimal.Lingkungan sekitar klien
mencoba memberikan koreksi bahwa sesuatu yang dikatakan klien itu tidak
benar, tetapi hal ini tidak dikakukan secara adekuat karena besarnya toleransi
dan keinginan menjaga perasaan.Lingkungan hanya menjadi pendengar pasif
tetapi tidak mau konfrontatif berkepanjangan dengan alasan pengakuan klien
tidak merugikan orang lain.
4. Fase environment support
Adanya beberapa orang yang mempercayai klien dalam lingkungan
menyebabkan klien merasa didukung, lama kelamaan klien menganggap
sesuatu yang dikatakan tersebut sebagai suatu kebenaran karena seringnya

5
diulang – ulang.Dari sinilah mulai terjadinya kerusakan kontrol diri dan tidak
berfungsi normal (super ego) yang ditandai dengan tidak ada lagi perasaan
dosa saat berbohong.
5. Fase comforting
Klien merasa nyaman dengan keyakinan dan kebohongannya serta
menganggap bahwa semua orang sama yaitu akan mempercayai dan
mendukungnya. Keyakinan sering disertai halusinansi pada saat klien
menyendiri dari lingkungannya.Selanjutnya klien lebih sering menyendiri dan
menghindari interaksi sosial (isolasi sosial).
6. Fase improving
Apabila tidak ada konvrontasi dan upaya – upaya koreksi, setiap waktu
keyakinan yang salah kepada klien akan meningkat. Tema waham yang muncul
sering berkaitan dengan traumatik masalalu atau kebutuhan – kebutuhan yang
tidak terpenuhi (rantai yang hilang).Waham bersifat menetap dan dulit untuk
dikoreksi. Isi waham dapat menimbulkan ancaman diri dan orang lain. Penting
sekali untuk mengguncang keyakinan klien dengan cara konfrontatif serta
memperkaya keyakinan religiusnya bahwa apa- apa yang dilakukan
menimbulkan dosa besar serta ada konsekuensi sosial.

2.2.5. Patofisiologi Waham

Tingginya kesenjangan antara kenyataan dengan harapan

Berusaha menutupi kenyataan

Dukungan oleh lingkungan

Kerusakan kontrol diri

Waham

6
Kebutuhan tidak terpenuhi
Factor penyebab:
1. Faktor perkembangan
2. Faktor sosial budaya
3. Faktor psikologis Gangguan ideal tidak
4. Faktor biologis sama realitas dan tidak
disetujui oleh pemikiran

Factor pencetus:
1. Faktor sosial budaya Ada support lingkungan
2. Faktor biokimia
3. Faktor psikologi
Nyaman dengan
keyakinan

Perubahan isi pikir: Waham


Curiga
berlebihan,
dosa

Resiko tinggi Mengasingkan


Deficit perawatan diri
menciderai dirinya diri
sendiri, orang lain,
lingkungan
ISOS

7
2.3 Manifestasi klinis

1. Kognitif
a. Tidak mampu membedakan nyata dengan tidak nyata
b. Individu sangat percaya pada keyakinannya
c. Sulit berpikir realita
d. Tidak mampu mengambil keputusan
2. Afektif
a. Situasi tidak sesuai dengan kenyataan
b. Afek tumpul
3. Perilaku dan hubungan social
a. Hipersensitif
b. Hubungan interpersonal dengan orang lain tumpul
c. Depresi
d. Ragu-ragu
e. Mengancam secara verbal
f. Aktivitas tidak tepat
g. Streotif
h. Impulsive
i. Curiga
4. Fisik
a. Hegyne kurang
b. Muka pucat
c. Sering menguap
d. BB menurun
Tanda dan gejala pada klien dengan perubahan proses pikir waham adalah sebagai
berikut :
a. Menolak makan.
b. Tidak ada perhatian pada perawatan diri
c. Ekspresi wajah sedih/gembira/ketakutan
d. Gerakan tidak terkontrol
e. Mudah tersinggung
f. Isi pembicaraan tidak sesuai dengan kenyataan
g. Tidak bisa membedakan antara kenyataan dan bukan kenyataan
h. Menghindar dari orang lain
i. Mendominasi pembicaraan
j. Berbicara kasar
k. Menjalankan kegiatan keagamaan secara berlebihan
2.4 Penatalaksanaan

Perawatan dan pengobatan harus secepat mungkin dilaksanakan karena,


kemungkinan dapat menimbulkan kemunduran mental. Tetapi jangan memandang
klien dengan waham pada gangguan skizofrenia ini sebagai pasien yang tidak dapat
disembuhkan lagi atau orang yang aneh dan inferior bila sudah dapat kontak maka
dilakukan bimbingan tentang hal-hal yang praktis. Biar pun klien tidak sembuh
sempurna, dengan pengobatan dan bimbingan yang baik dapat ditolong untuk bekerja
sederhana di rumah ataupun di luar rumah. Keluarga atau orang lain di lingkungan

8
klien diberi penjelasan (manipulasi lingkungan) agar mereka lebih sabar
menghadapinya.
Penatalaksanaan klien dengan waham meliputi farmako terapi, ECT dan terapi
lainnya seperti: terapi psikomotor, terapi rekreasi, terapi somatik, terapi seni, terapi
tingkah laku, terapi keluarga, terapi spritual dan terapi okupsi yang semuanya
bertujuan untuk memperbaiki prilaku klien dengan waham pada gangguan
skizoprenia. Penatalaksanaan yang terakhir adalah rehablitasi sebagai suatu proses
refungsionalisasi dan pengembangan bagi klien agar mampu melaksanakan fungsi
sosialnya secara wajar dalam kehidupan masyarakat.
2.5 Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian

Pengkajian merupakan langkah awal dan dasar utama dari proses keperawatan.
a. Identitas
Nama, umur, jenis kelamin, alamat, agama, diagnosa medis, pendidikan
dan pekerjaan.
b. Alasan Masuk
Umumnya klien yang mengalami Waham di bawa ke rumah sakit
karena keluarga merasa tidak mampu merawat, terganggu karena perilaku klien
dan hal lain, gejala yang dinampakkan di rumah sehingga klien dibawa ke
rumah sakit untuk mendapatkan perawatan.
c. Faktor predisposisi
Menanyakan apakah keluarga mengalami gangguan jiwa, bagaimana
hasil pengobatan sebelumnya, apakah pernah melakukan atau mengalami
penganiayaan fisik, seksual, penolakan dari lingkungan, kekerasan dalam
keluarga, dan tindakan criminal. Menanyakan kepada klien dan keluarga apakah
ada yang mengalami gangguan jiwa, menanyakan kepada klien tentang
pengalaman yang tidak menyenangkan.
d. Faktor precipitasi
Stresor presipitasi umumnya mencakup kejadian kehidupan yang penuh
stress seperti kehilangan, didikan yang keras dari keluarga yang mempengaruhi
kemampuan individu untuk memiliki perasaan egois serta menyebabkan
ansietas. Pada pasien Waham tingkat emosional yang tinggi akan kepercayaan
bahwa dirinya adalah sesuatu yang pantas untuk dititukan dan diyakini akan
menimbulkan berbagai masalah dalam kehidupannya.
e. Pemeriksaan fisik
Memeriksa tanda-tanda vital, tinggi badan, berat badan, dan tanyakan
apakah ada keluhan fisik yang dirasakan klien.
f. Psikososial
 Genogram

9
Genogram menggambarkan klien dengan keluarga, dilihat dari pola
komunikasi, pengambilan keputusan dan pola asuh.
 Konsep Diri
- Gambaran diri
Tanyakan persepsi klien terhadap tubuhnya, bagian tubuh yang disukai,
reaksi klien terhadap bagian tubuh yang tidak disukai dan bagian yang disukai.
- Identitas diri
Status dan posisi klien sebelum klien dirawat, kepuasan klien terhadap
status dan posisinya, kepuasan klien sebagai laki-laki atau perempuan,
keunikan yang dimiliki sesuai dengan jenis kelaminnya dan posisinya.
- Fungsi peran
Tugas atau peran klien dalam keluarga / pekerjaan / kelompok
masyarakat, kemampuan klien dalam melaksanakan fungsi atau perannya,
perubahan yang terjadi saat klien sakit dan dirawat, bagaimana perasaan klien
akibat perubahan tersebut.
- Harga diri
Hubungan klien dengan orang lain sesuai dengan kondisi, dampak pada
klien dalam berhubungan dengan orang lain, harapan, identitas diri tidak sesuai
harapan, fungsi peran tidak sesuai harapan, ideal diri tidak sesuai harapan,
penilaian klien terhadap pandangan / penghargaan orang lain.
c) Hubungan Sosial
Tanyakan orang yang paling berarti dalam hidup klien, tanyakan upaya
yang biasa dilakukan bila ada masalah, tanyakan kelompok apa saja yang
diikuti dalam masyarakat, keterlibatan atau peran serta dalam kegiatan
kelompok / masyarakat, hambatan dalam berhubungan dengan orang lain,
minat dalam berinteraksi dengan orang lain.
d) Spiritual
Nilai dan keyakinan, kegiatan ibadah / menjalankan keyakinan,
kepuasan dalam menjalankan keyakinan
g. Status Mental
 Penampilan
Melihat penampilan klien dari ujung rambut sampai ujung kaki apakah ada
yang tidak rapih, penggunaan pakaian tidak sesuai, cara berpakaian tidak
seperti biasanya, kemampuan klien dalam berpakaian, dampak
ketidakmampuan berpenampilan baik / berpakaian terhadap status psikologis
klien.
 Pembicaraan
Amati pembicaraan klien apakah cepat, keras, terburu-buru, gagap, sering
terhenti / bloking, apatis, lambat, membisu, menghindar, tidak mampu
memulai pembicaraan.
 Aktivitas motoric

10
Gerakan yang perlu di catat dalam hal tingkat aktifitas
(letargik,tegang,gelisah,agitasi) jenis (tik, tremor, seringai) dan isyarat tubuh.
Pada pasien Waham aktivitas yang ditampilkan klien tampak gelisah, percaya
diri bahwa yang dilakukan adalah benar.
 Afek dan Emosi
Pada klien dengan Waham biasanya ditemukan beberapa afek dan emosi,
diantaranya adalah :
i. Datar : tidak ada perubahan roman muka pada saat ada stimulus yang
menyenangkan atau menyedihkan.
ii. Tumpul : hanya bereaksi bila ada stimulus emosi yang sangat kuat
iii. Labil : emosi klien cepat berubah-ubah
iv. Tidak sesuai : emosi bertentangan atau berlawanan dengan stimulus

 Interaksi selama Wawancara


Keadaan yang ditampilkan klien dengan Waham saat wawancara bisa
ditemukan klien tampak percaya diri dengan segala sesuatu yang dia
omongkan dan defensif (selalu berusaha mempertahankan pendapat dan
kebenaran tentang dirinya)
 Persepsi Sensory
- Tidak ada halusinasi
- Tidak ada ilusi
- Tidak ada depersonalisasi
- Tidak ada realisasi
- Tidak ada gangguan somatusensorik
 Proses Pikir
Proses pikir
Proses pertimbangan pemahaman serta kepercayaan pada klien
Waham dapat ditemukan terdapat asosiasi antara ide satu dengan yang
lain, klien biasanya meyakini sesuatu hal karena suatu didikan yang keras
ataupun pengaruh dari orang lain.
Isi fikir
Pada klien dengan Waham dapat ditemukan klien memiliki
Pemikiran magis (keyakinan klien tentang kemampuannya melakukan
hal-hal yang mustahil atau diluar kemampuannya)
h. Tingkt Kesadaran
Kesadaran berubah : Kesadaran yang tidak menurun, tidak meninggi, tidak
normal, bukan disosisi, hal ini karena kemampuan untuk mengadakan (relasi)
dan pembatasan (limitasi) terhadap dunia luar (diluar dirinya) sudah terganggu
dan secara kualitas pada taraf tidak sesuai dengan kenyataan.
i. Memori

11
Konfabulasi: ingatan yang keliru ditandai dengan pembicaraan tidak sesuai
kenyataan, memasukkan cerita tidak benar untuk menutupi gangguan daya
ingatnya.
j. Tingkat Konsentrasi dan berhitung
Pasien waham mampu berkonsentrasi dan berhitung
k. Kemampuan Penilaian
- Gangguan Ringan
- Gangguan bermakna
l. DayaTilik
Hal-hal diluar dirinya, bilamana ia cenderung menyalahkan orang
lain/lingkungan dan ia merasa orang lain/lingkungan diluar dirinya yang
menyebabkan ia seperti itu

2. Dignosa

a) Pohon Masalah

Proses terjadinya waham menurut Stuart dan Sudeen dapat dirangkum


dalam pohon masalah sebagai berikut:

Effect resiko tinggi perilaku kekerasan

Core problem perubahan sensori waham

Causa isolasi sosial

Harga diri rendah kronis

b) Diagnosa Keperawatan

1. Gangguan proses fikir : Waham


2. Koping individu tidak efektif
3. Resiko tinggi melakukan perilaku kekerasan

12
3. NCP (Nursing Care Planning)

Diagnosa Perencanaan
Keperawat Intervensi Rasional
Tujuan Kriteria hasil
an
Gangguan TUM : klien
proses dapat
pikir: mengontrol
waham wahamnya.
TUK 1:
Klien dapat  Ekspresi wajah 1. Bina hubungan Hubungan saling
membina bersahabat saling percaya percaya akan
hubungan  Ada kontak dengan klien menimbulkan
saling percaya. mata dengan kepercayaan klien
 Mau berjabat menggunakan pada perawat,
tangan prinsip sehingga akan
 Mau menjawab komunikasi memudahkan
salam terapeutik : dalam pelaksanaan
 Klien mau 1. Beri salam tindakan
duduk terapeutik selanjutnya.
berdampingan (panggil nama
 Klien mau klien)
mengutarakan 2. Perkenalkan
perasaan diri sebutkan
nama perawat
dengan sopan
3. Jujur dan
menepati janji

13
4. Tunjukkan
sikap empati
dan menerima
apa adanya
5. Jelaskan tujuan
interaksi
6. Ciptakan
lingkungan
yang tenang
7. Buat kontrak
yang jelas
(topic, waktu,
tempat)
8. Yakinkan klien
dalam keadaan
aman dan
perawat siap
menolong
9. Yakinkan
bahwa
kerahasiaan
klien akan
tetap terjaga
2. Jangan Meningkatkan
membantah dan orietasi klien pada
mendukung realita dan rasa
waham klien percaya klien pada
perawat

3. Observasi apakah Dengan orientasi


waham klien ditentukan
mengganggu intervensi
aktivitas sehar- selanjutnya
hari dan
perawatan diri

14
TUK 2 :  Mampu 1. Beri pujian pada Klien terdorong
Klien dapat mempertahank penampilan dan untuk memilih
mengidentifika an aktivitas kemampuan klien aktivitas
si kemampuan sehari- hari yang realistic sebelumnya
2. Diskusikan dengan
yang dimiliki  Klien dapat
klien kemampuan
mengontrol
yang dimiliki pada
wahamnya
waktu lalu dan saat
ini yang realistic.
(hati-hati terlibat
diskusi dengan
waham).
3. Tanyakan apa
yang bisa
dilakukan
(kaitkan dengan
aktivitas sehari-
hari dan
perawatan diri)
kemudian
anjurkan untuk
melakukan saat
ini
4. Jika klien selalu
Dengan
berbicara tentang
membenarkan,
wahamnya
klien akan merasa
dengarkan
lebih diperhatikan
sampai
sehingga klien
kebutuhan
akan
waham tidak ada.
15
(perawat perlu mengungkapkan
memperhatikan perasaannya
bahwa klien
penting).
TUK 3 :  Klien dapat a. Observasi Dengan observasi
Klien dapat menyebutkan kebutuhan klien dapat mengetahui
mengidentifika kebutuhan sehari-hari kebutuhan klien
si kebutuhan terpenuhi
yang tidak  Klien dapat
terpenuhi melakukan b. Diskusikan Dengan
aktivitas kebutuhan klien mengetahui
 Klien tidak yang tidak kebutuhan yang
menggunakan / terpenuhi selam tidak terpenuhi
membicarakan dirumah dan di maka dapat
wahamnya umah sakit diketahui
kebutuhan yang
diperlukan

c. Hubungkan
kebutuhan atau
harapan yang
belum terpenuhi
dengan timbulnya
waham

d. Tingkatkan Mengetahui
aktivitas yang keterkaitan antara
dapat memenuhi yang tidak
kebutuhan klien terpenuhi dengan
dan memerlukan wahamnya
waktu dan tenaga.

e. Atur siruasi agar Dengan


klien tidak meningkatkan
mempunyai waktu aktivitas tidak

16
untuk akan mempunyai
menggunakan waktu untuk
wahamnya. mengikuti
wahamnya
Dengan situasi
tertentu akan dapat
mengontrol
wahamnya

TUK 4 :  Klien mampu 1. Berbicara dengan Reinforcement


Klien dapat berbicara secara klien dalam adalah penting
berhubungan realitas konteks realitas untuk mningkatkan
dengan  Klien mengikuti (realitas diri, orang kesadaran klien
realitas. terapi aktivitas lain, waktu dan akan realitas
kelompok tempat)

Pujian dapat
2. Sertakan klien memotivasi klien
dalam terapi untuk
aktivitas meningkatkan
kelompok : kegiatan
orientasi realitas positivnya

3. Berikan pujian
pada tiap kegiatan
positive yang
dilakukan klien
TUK 5 :  Keluarga dapat 1. Diskusikan dengan Perhatian keluarga
Klien dapat membina keluarga tentang : dan pengertian
dukungan hubungan saling  Gejala waham keluarga akan
keluarga percaya dengan  Cara dapat membantu
perawat merawatnya klien dalam
 Keluarga dapat  Lingkungan mengendalikan
menyebutkan keluarga wahamnya
pengertian,

17
tanda dan  Follow up dan
tindakan untuk obat
merawat klien 2. Anjurkan keluarga
dengan waham melaksanakan
dengan bantuan
perawat
TUK 6 :  Klien 1. Diskusikan dengan Obat dapat
klien dapat menyebutkan klien dan kelurga mengontrol waham
menggunakan manfaat, dosis tentang obat, dosis, yang dialami klien
obat dengan dan efek frekuensi, efek
benar samping obat samping obat dan
 Klien dapat akibat penghentian
mendemonstrasi
kan penggunaan 2. Diskusikan
obat dengan perasaan klien
benar setelah minum
 Klien obat
memahami 3. Berikan obat dan
akibat observasi setelah
berhentinya minum obat
obat tanpa
konsultasi
 Klien dapat
menyebutkan
prinsip dalam
penggunaan
obat

18
4. SP(Strategi Pertemuan)

Diagnosa Pasien Keluarga


Keperawatan
Gangguan isi SP 1 SP 1
pikir : waham a. Mengidentifikasi kebutuhan a. Mengidentifikasi masalah
b. Keluarga bicara konteks realita
keluarga dalam merawat pasien
c. Keluarga latih pasien untuk
b. Menjelaskan proses terjadinya
memenuhi kebutuhannya
waham
d. Keluarga masukkan dalam
c. Menjelaskan tentang cara
jadwal kegiatan pasien
merawat pasien waham
d. Latih (simulasi) cara merawat
e. RTL keluarga / jadwal untuk
merawat pasien
SP 2 SP 2
a. Evaluasi( SP 1) a. Keluarga evaluasi kemampuan
b. Identifikasi potensi /
SP 1
kemampuan yang dimiliki b. Latih keluarga caramerawat
c. Pilih dan latih potensi
(langsung kepasien)
d. Kemampuan yang dimiliki
c. Menyusun RTL keluarga
e. Masukkan jadwal pasien
SP 3 SP 3
a. Evaluasi kegiatan yang lalu (SP a. Evaluasi kemampuan keluarga
b. Evaluasi kemampuan pasien
1 & 2)
c. RTL keluarga
b. Memilih kemampuan lain yang
 Follow up
dapat dilakukan  Rujukan
c. Pilihdan latih potensi
kemampuan lain yang dimiliki
d. Masukkan dalam jadwal

19
BAB III
TINJAUAN KASUS

3.1. Triger Case


Ny.B 40 tahun beragama Hindu, anak kedua dari empat bersaudara. Ia adalah
termasuk orang yang memiliki kasta tinggi di Bali Klien adalah seorang yang taat
beragama, keyakinannya dengan agamanya sangat kental, karena dari kecil Ny.B di
didik oleh keluarganya dengan keras dan Ny.B selalu tidak boleh melakukan apapun
kecuali beribadah, sehingga pada suatu ketika Ny.B merasa bahwa dirinya adalah
keturunan tuhan, ia meyakini bahwa dirinya dapat menyembuhkan bebagai macam
penyakit dan dapat berbicara dengan tuhan. Ny.B selalu mengatakan bahwa “aku
adalah anak tuhan, sembahlah aku karena sama saja kamu menyembah tuhanmu”,
ketika mengatakannya dengan nada tegas, wajahnya tegang dan mata melotot, dan
klien mengatakannya dengan berulang-ulang. Menurut keterangan dari keluarga,
bahwa perilaku itu muncul 2 bulan ini setelah orang tua yang mendidiknya dengan
keras itu meninggal, keluarga juga mengatakan bahwa setelah orangtua Ny.B
meninggal Ny.B banyak mengurung diri di kamar. Kadang mondar-mandir didepan
rumah dan kadang-kadang menunjukkan ekspresi senang dan sedih ketika ditanya
tentang orang tuanya.
Karena keyakinannya itu, Ny.B tidak mau melakukan apapun kecuali
beribadah, seperti tidak mau mandi, tidak mau makan kecuali nasi putih saja hanya
mau minum air putih, tidak mau gosok gigi, tidak mau menyisir rambut, tidak mau
keramas, kadang merasa tersinggung bila diingatkan.Ny.B suka memakai baju
berwarna putih dan tidak pernah ganti sehingga pakaian klien terlihat lusuh.
Sering kali keluarga mengingatkan bahwa ia adalah orang biasa, bukan anak
tuhan, tetapi Ny.B selalu bersikeras bahwa ia adalah anak tuhan. Ny.B berkata dengan
nada kasar, bahkan Ny.B mengancam bahwa akan mengutuk siapa saja yang tidak
percaya kepadanya. Didapatkan hasil pemeriksaan TD = 100/70 mmHg, N =
98x/menit , RR= 26 x/menit , Suhu = 36,8oC
Karena keluarga dan saudara merasa tak mampu untuk merawat Ny.B lalu
keluarga membawa Ny.B ke RSJ.

20
3.2. Psikodinamika
1. Faktor Predisposisi

Klien masuk rumah sakit jiwa karena klien mengalami gangguan proses fikir
sejak ditinggal orang tuanya meninggal dunia, dan klien banyak mengurung
diri dikamar serta mengaku sebagai anak tuhan dan terkadang suka mondar-
mandir didepan rumah dan kadang-kadang menunjukkan ekspresi senang dan
sedih ketika ditanya tentang orang tuanya.

2. Faktor Precipitasi
Riwayat Pengobatan
Keluarga klien mengatakan bahwa klien tidak pernah dibawa berobat
Riwayat penganiyaan
Klien tidak pernah mengalami penganiayaan fisik, seksual dan tindakan
kriminal
Riwayat Pengalaman Masa Lalu yang kurang menyenangkan
Klien di didik dengan keras oleh orang tua nya.Tidak boleh melakukan
apapun kecuali beribadah.2 bulan lalu Orang tua klien telah tiada.
Riwayat anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa
Keluarga klien mengatakan bahwa di keluarganya tidak ada yang
mengalami gangguan jiwa.

3. Penilaian Primer

Bahwa perilaku itu muncul 2 bulan ini setelah orang tua yang mendidiknya
dengan keras itu meninggal, keluarga juga mengatakan bahwa setelah orangtua
Ny.B meninggal Ny.B banyak mengurung diri di kamar. Kadang mondar-
mandir didepan rumah dan kadang-kadang menunjukkan ekspresi senang dan
sedih ketika ditanya tentang orang tuanya.

4. Penilaian Sekunder

Pasien mendapat dukungan dari keluarga dan saudara. Namun semakin hari
merasa tak mampu untuk merawat Ny.B, lalu keluarga membawa Ny.B ke RSJ.

5. Koping
Sering kali keluarga mengingatkan bahwa ia adalah orang biasa, bukan anak
tuhan, tetapi Ny.B selalu bersikeras bahwa ia adalah anak tuhan. Ny.B berkata
dengan nada kasar, bahkan Ny.B mengancam bahwa akan mengutuk siapa saja
yang tidak percaya kepadanya.

21
3.3. Terapi Modalitas

1. Terapi Kognitif
Terapi kognitif diutamakan pada klien dengan kasus waham karena sesuai
dengan tujuan terapi kognitif itu sendiri, diantaranya :
a) Mengembangkan pola pikir yang rasional.
b) Mengubah pola pikir yang tidak rasional yang sering mengakibatkan gangguan
perilaku yang tidak berdasarkan fakta dan informasi yang aktual.
c) Membiasakan diri selalu menggunakan pengetesan realita dalam menanggapi
setiap stimulus.
2. Terapi Individu
Hubungan terstruktur dalam terapi individu bertujuan agar klien mampu
merubah isi fikir serta menyelesaikan konflik yang dialami.selain itu klien juga
diharapkan mampu meredakan penderitaan atau distres emosional, serta
mengembangkan cara yang sesuai dalam memenuhi kebutuhan dasar diri
3. Terapi Lingkungan
Terapi lingkungan cocok untuk klien waham, diharapkan dengan di berikan
terapi lingkungan pasien waham bisa sadar akan lingkunganya.
4. Terapi Keluarga
Dengan adanya dorongan keluarga dengan cara :
a. Keluarga harus sering berinteraksi dengan klien
b. Keluarga tidak langsung membantah atau menolak waham
c. Keluarga harus membimbing untuk menerima situasi disekitar
d. Keluarga harus meyakinkan bahwa apa yang diungkapkan tidak nyata.
5. Terapi Kelompok
Dengan adanya terapi kelompok klien akan dibimbing dengan petugas
psikoterapi dengan tujuan :
a. Klien dapat berkembang dengan sadar diri apa yang dipikirkan, dirasakan, dan
perilaku, petasaan lainnya. umpan balik kelompok akan mampu mendorong
klien untuk dapat merubah pola pikir sehingga hubungan interpersonal lebih
efektif.
b. Apa yang dipikirkan klien bisa dibantah

3.4. Model Keperawatan

1. Model Psikoanalisa (Freud, Ericson)


Proses terapi :
a. Asosiasi bebas

22
Konselor memerintahkan klien untuk mengemukakan segala sesuatu melalui
perasaan. Metode ini adalah Pengungkapan pengalaman masa lampau dan
penghentian emosi-emosi yang berkaitan dengan situasi traumatik dimasa lalu,
klien memperoleh pengetahuan dan evaluasi diri sendiri.

b. Analisa mimpi
Mengungkapkan pesan bawah sadar/ permasalahan terpendam, baik berupa
hasrat, ketakutan, kekhawatiran, kemarahan yang tidak disadari.

3.5. Peran dan Fungsi Perawat


Peran Community Mental Health Nursing
1. Pemberi Asuhan keperawatan secara langsung (Practitioner)
Perawat memberikan asuhan keperawatan kepada pasien untuk membantu
pasien mengembangkan kemampuan menyelesaikan masalah dan
meningkatkan fungsi kehidupannya
2. Pendidik (aducator)
Perawat memberikan pendidikan kesehatan jiwa kepada individu dan keluarga
untuk mengembangkan kemampuan menyelesaikan masalah dan
mengembangkan kemampuan keluarga dalam melakukan tugas kesehatan
keluarga.

1. Pencegahan Primer
a. Preventif ( sudah beresiko)
1) Masalah keperawatan : Waham (curiga)
2) beresiko :
- Harga diri rendah
- resiko mencederai diri ataupun orang lain (amuk)
- defisist personal hygine
- bunuh diri
b. Promotif (tak beresiko)
- Halusinasi

2. Pencegahan Sekunder
a. Memberikan pemahaman kepada keluarga pasien terhadap kondisi pasien
b. Dukungan/motivasi keluarga terhadap kondisi pasien
c. Memberikan terapi psikis pasien dengan:
- Memberikan perhatian lebih keluarga kepada pasien
- Keluarga mampu meluangkan waktu untuk pasien
- Membantu pasien mencari problem soefling terhadap masalah pasien
untuk masuk perguruan tinggi seperti temanya
- Memberikan rasa simpati dan empati terhadap pasien
- Memberikan wawasan kepada keluarga pasien untuk tidak menyinggung
perasaan pasien dan memberikan arahan kepada pasien bagaimana
mengkondisikan pasien ketika kambuh

23
d. Mengikutsertakan pasien dalam kegiatan internal keluarga, spt: bersih-bersih
rumah, mengikutsertakan pasien ketiks ada kumpulan keluarga, dll. Tidak
mengasingkan pasien
e. Mengikutsertakan pasien dalam kegiatan sosial, meningkatkan kemampuan
komunikasi pasien dengan mengajak psien untuk berkomunikasi seperti orang
yang sehat pada umumnya
f. Meningkatkan jiwa spiritual pasien agar mampu melakukan mekanisme
koping terhadap masalahnya dengan baik
3. Pencegahan Tersier
a. Bina hubungan saling percaya antara keluarga dengan paisen
b. Pemantuan keluarga terhadap kondisi pasien, perhatian yang lebih oleh
keluarga
c. Menjaga emosional negative pasien

3.6. Pengkajian Kasus


3.4.1. Identitas Klien
Pengkajian dilakukan pada (hari, tanggal, bulan, tahun) jam .......
Nama : Ny.B
Umur : 40 Tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Hindu
Alamat :Jln. Ida Bagus Mantra-Denpasar
Penanggung jawab :Tn.K
Alamat penan : Jln. Ida Bagus Mantra-Denpasar

3.4.2. Pemeriksaan fisik


Pemeriksaan Umum
a. Keadaan Umum : Compos Mentis G-C-S = 4-5-6
b. Kesadaran : Baik
c. TTV : TD = 100/70 mmHg
N = 98x/menit
RR = 26 x/menit
Suhu = 36,8oC
Pemeriksaan Fisik TB:.......Cm, BB:...........Kg
Keluhn Fisik : tidak ada

3.4.3. Psikososial

1. Genogram :

69

4 37 3 31 28
6 3

24
1 1 3
40
5 2 5
Keterangan :
= laki-laki 40 = klien/pasien
= perempuan = tinggal serumah

a. Pola komunikasi keluarga : Tertutup


b. Pola asuh : Klien d asuh oleh orang tuanya dengan keras.
c. Pengambilan keputusan : Otoriter, dibuktikan dengan semua keputusan di
keluarga di ambil oleh orang tuaklien.
2. Konsep Diri
a. Identitas diri :Klien beranggapan kalaudirinya anak tuhan karena ia rajin
beribadah dan merasa bisa berbicara dengan tuhan
b. Peran :Klien sebagai orang yang taat beragama di lingkungannya yang
dapat menyembuhkan berbagai macam penyakit
c. Ideal diri :Klien berharap keluarganya/lingkungannya mempercayai
keyakinannya sebagai anak tuhan
d. Harga diri :Harga diri klien tinggi, klien menganggap dirinya sebagai
orang yang berharga yang bisa komunikasi dengan tuhan, namun sebenarnya
klien sedang mengalami harga diri rendah.
3. Hubungan Sosial
a. Orang yang berarti : Orangtua
b. Peran serta kegiatan kelompok/ masyarakat : klien tidak pernah mengikuti
kegiatan kelompok ( sosial ) dilingkungan
c. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain : keyakinan yang
dibicarakan tidak sesuai dengan kenyataan yang ada, tidak sesuai dengan
pemikiran oarng-orang di lingkungannya

4. Spritual : Klien sangat rajin beribadah

3.4.4. Status Mental


A. Penampilan
Tidak rapi
Jelaskan : Klien tampak kotor, rambut kotor, kusut, gigi kotor dan
kuning, kuku hitam dan panjang
Masalah Keperawatan : defisit perawatan diri
B. Pembicaraan: Keras

25
Jelaskan : Klien kelihatan sangat bersemangat, Pandangan mata klien
tampak tajam wajah tegang, ketika menceritakan masalahnya,
terutama saat menceritakan bahwa dirinya anak tuhan
Masalah Keperawatan : resiko tinggi perilaku Kekerasan

C. Aktivitas Motorik: Tegang


Jelaskan : Klien mengatakan mudah kesal dan jengkel,.

D. Afek dan emosi : Tumpul


Jelaskan : Menurut keluarga setelah orang Tn.D meninggal Tn.D
banyak mengurung diri di kamar
Masalah Keperawatan : isolasi Sosial

E. Interaksi selama wawancara : Mudah tersinggung


Jelaskan : Menurut keluarga klien mudah marah, cepat tersinggung
semenjak di tinggal mati orangtuanya.

F. Persepsi Sensory
Apakah ada gangguan : Ada
Halusinasi : Merasa bisa berbicara dengan tuhan
Ilusi : Tidak ada.

G. Proses Pikir
Proses pikir : Nonrealistik
Isi pikir : Waham agama
Ditandai dengan klien mengatakan dirinya sebagai anak tuhan

H. Tingkat Kesadaran
Waktu : Klien kurang dapat mengetahui kapan klien masuk RSJ, dan
dia kurang mengerti kapan saja waktu ia harus mandi
Tempat : Klien mengetahui saat ini klien berada di RSJ
Orang : Kilen dapat mengenali seseorang.

I. Memory
Klien mampu mengingat kejadian yang telah lalu, misalnya saat orang
tuanya tiada.

J. Tingkat Konsentrasi dan berhitung


Klien mampu berhitung dengan baik, saat diberi soal penambahan,
klien mampu menjawab dengan baik
3.7. Analisa Data

No Data Masalah

1. Ds: Perubahan proses pikir:


Ny.B mengatakan “aku adalah anak tuhan, sembahlah aku
waham agama

26
karena sama saja kamu menyembah tuhanmu”.
Do:
Wajah tegang, mata melontot merah dan dengan nada tegas

Ds: ISOS
Keluarga Ny.B mengatakan bahwa setelah orang tua Ny.B
meninggal, Ny.B sering kali mengurung diri di kamar dan
tidak ingin berbicara dengan orang lain
Do: -

Ds: Resiko tinggi PK


Kelurga mengatakan bahwa keluarga sering kali keluarga
mengingatkan bahwa ia adalah orang biasa, bukan anak
tuhan, tetapi Ny.B selalu bersikeras bahwa ia adalah anak
tuhan, bahkan Ny.B mengancam bahwa akan mengutuk saja
yang tidak percaya kepadanya
Do:
Ny.B berkata dengan nada kasar
Ds: Deficit perawatan diri
Keluarga mengatakan, karena keyakinannya itu, Ny.B tidak
mau melakukan apapun kecuali beribadah seperti tidak mau
mandi, tidak mau makan kecuali nasi putih saja, hanya mau
minum air putih, tidak mau gosok gigi, tidak mau menyisir
rambut, kadang merasa tersinggung jika diingatkan. Ny.B
suka memakai baju berwarna putih dan tidak pernah ganti.
Do:

Gigi Ny.B berwarna kuning, rambutnya tidak tertata rapi,


baju terlihat lusuh

3.8. Diagnosa
A. Pohon Masalah

Efek : Resiko tinggi perilaku kekerasan

Cp : Waham defisitperawatan diri

Perubahan proses fikir

27
Causa : Isos

Mekanisme koping
Proses Mekanisme koping
individu tidak perpisahan keluarga tidak
efektif memanjang efektif

HDR

Orang tua meninggal

B. Diagnosa

No Dignosa TTD

1. Gangguan proses fikir : Waham Kebesan

2. Koping individu tidak efektif: isolasi Sosial

3. Resiko tinggi melakukan perilaku kekerasan: mencederai


diri sendiri dan orang lain

4. Deficit perawatan diri

Diagnosa Prioritas:
1. Gangguan proses fikir : Waham Kebesaran
Axis 1 : Gangguan
Axis 2 : Waham Agama
Axis 3 : Proses Pikir

28
Axis 4 : Kebesaran

3.9. NCP (Nursing Care Planing)

Diagnosa Perencanaan
Intervensi Rasional
Keperawatan Tujuan Kriteria hasil
Gangguan TUM :
proses pikir: klien dapat
waham mengontrol
kebesaran wahamnya.
TUK 1:
Klien dapat  Ekspresi wajah 1. Bina hubungan 1. Hubungan
membina bersahabat saling saling percaya
hubungan  Ada kontak percaya dengan akan menimbulkan
saling mata klien dengan kepercayaan klien
percaya.  Mau berjabat menggunakan pada perawat,
tangan prinsip sehingga akan
 Mau menjawab komunikasi memudahkan
salam terapeutik dalam pelaksanaan
 Klien mau a. Beri salam tindakan
duduk terapeutik selanjutnya.
berdampingan (panggil nama
 Klien mau klien)
mengutarakan b. Perkenalkan
perasaan diri sebutkan
nama perawat
dengan sopan
c. Jujur dan
menepati janji
d. Tunjukkan

29
sikap empati
dan menerima
apa adanya
e. Jelaskan tujuan
interaksi
f. Ciptakan
lingkungan
yang tenang
g. Buat kontrak
yang jelas
(topic, waktu,
tempat)
h. Yakinkan klien
dalam keadaan
aman dan
perawat siap
menolong
i. Yakinkan
bahwa
kerahasiaan
klien akan tetap
terjaga
2. Jangan Meningkatkan
membantah dan orietasi klien pada
mendukung realita dan rasa
waham klien percaya klien pada
perawat
3. Observasi
apakah waham Dengan orientasi
klien ditentukan
mengganggu intervensi
aktivitas sehar- selanjutnya
hari dan
perawatan diri

30
TUK 2 :  Mampu 1. Beri pujian pada Klien terdorong
Klien dapat mempertahank penampilan dan untuk memilih
mengidenti an aktivitas kemampuan klien aktivitas
fikasi sehari- hari yang realistic sebelumnya
2. Diskusikan dengan
kemampua  Klien dapat
klien kemampuan
n yang mengontrol
yang dimiliki pada
dimiliki wahamnya
waktu lalu dan saat
ini yang realistic.
(hati-hati terlibat
diskusi dengan
waham).
3. Tanyakan apa yang
bisa dilakukan
(kaitkan dengan
aktivitas sehari-
hari dan perawatan
diri) kemudian
anjurkan untuk
melakukan saat ini
4. Jika klien selalu
berbicara tentang
wahamnya Dengan
dengarkan sampai membenarkan,
kebutuhan waham klien akan merasa
tidak ada. lebih diperhatikan
(perawatperlu sehingga klien
memperhatikan akan
bahwa klien mengungkapkan
penting). perasaannya

TUK 3 :  Klien dapat 1. Observasi Dengan observasi


Klien dapat menyebutkan kebutuhan klien dapat mengetahui
mengidenti kebutuhan sehari-hari kebutuhan klien
fikasi terpenuhi
kebutuhan  Klien dapat
yang tidak melakukan 2. Diskusikan Dengan

31
terpenuhi aktivitas kebutuhan klien mengetahui
 Klien tidak yang tidak kebutuhan yang
menggunakan / terpenuhi selam tidak terpenuhi
membicarakan dirumah dan di maka dapat
wahamnya umah sakit diketahui
kebutuhan yang
diperlukan

3. Hubungkan
kebutuhan atau
harapan yang
belum terpenuhi
dengan timbulnya
waham

4. Tingkatkan Mengetahui
aktivitas yang keterkaitan antara
dapat memenuhi yang tidak
kebutuhan klien terpenuhi dengan
dan memerlukan wahamnya
waktu dan tenaga.

5. Atur siruasi agar Dengan


klien tidak meningkatkan
mempunyai aktivitas tidak
waktu untuk akan mempunyai
menggunakan waktu untuk
wahamnya. mengikuti
wahamnya
Dengan situasi
tertentu akan dapat
mengontrol
wahamnya
TUK 4 :  Klien mampu 1. Berbicara dengan Reinforcement
Klien dapat berbicara klien dalam adalah penting

32
berhubunga secara realitas konteks realitas untuk mningkatkan
n dengan  Klien (realitas diri, orang kesadaran klien
realitas. mengikuti lain, waktu dan akan realitas
terapi aktivitas tempat)
kelompok
Pujian dapat
2. Sertakan klien memotivasi klien
dalam terapi untuk
aktivitas meningkatkan
kelompok : kegiatan
orientasi realitas positivnya

3. Berikan pujian
pada tiap kegiatan
positive yang
dilakukan klien
TUK 5 :  Keluarga 1. Diskusikan dengan Perhatian keluarga
Klien dapat dapat keluarga tentang : dan pengertian
dukungan membina  Gejala waham keluarga akan
keluarga hubungan  Cara dapat membantu
saling percaya merawatnya klien dalam
dengan  Lingkungan mengendalikan
perawat keluarga wahamnya
 Keluarga  Follow up dan
dapat obat
menyebutkan 2. Anjurkan keluarga
pengertian, melaksanakan
tanda dan dengan bantuan
tindakan untuk perawat
merawat klien
dengan
waham
TUK 6 :  Klien 1. Diskusikan dengan Obat dapat
klien dapat menyebutka klien dan kelurga mengontrol waham
menggunak n manfaat, tentang obat, dosis, yang dialami klien

33
an obat dosis dan frekuensi, efek
dengan efek samping obat dan
benar samping akibat penghentian
obat 2. Diskusikan
 Klien dapat perasaan klien
mendemons setelah minum
trasikan obat
penggunaan 3. Berikan obat dan
obat dengan observasi setelah
benar minum obat
 Klien
memahami
akibat
berhentinya
obat tanpa
konsultasi
 Klien dapat
menyebutka
n prinsip
dalam
penggunaan
obat

3.10. SP

DiagnosaKeper Pasien Keluarga


awatan
[Gangguan isi SP 1 SP 1
pikir : waham a. Mengidentifikasi a. Mengidentifikasi masalah keluarga
agama kebutuhan dalam merawat pasien
b. Keluarga bicara konteks b. Menjelaskan proses terjadinya
realita waham
c. Keluarga latih pasien untuk c. Menjelaskan tentang cara merawat
memenuhi kebutuhannya pasien waham
d. Keluarga masukkan dalam d. Latih (simulasi) cara merawat
e. RTL keluarga / jadwal untuk
jadwal kegiatan pasien
merawat pasien
SP 2 SP 2

34
a. Evaluasi ( SP 1) a. Keluarga evaluasi kemampuan SP 1
b. Identifikasi potensi / b. Latih keluarga cara merawat
kemampuan yang dimiliki (langsung ke pasien)
c. Pilih dan latih potensi c. Menyusun RTL keluarga
d. Kemampuan yang dimiliki
e. Masukkan jadwal pasien
SP 3 SP 3
a. Evaluasi kegiatan yang lalu a. Evaluasikemampuankeluarga
b. Evaluasikemampuanpasien
(SP 1 & 2)
c. RTL keluarga
b. Memilihkemampuan lain
 Follow up
yang dapatdilakukan  Rujukan
c. Pilihdanlatihpotensikemam
puan lain yang dimiliki
d. Masukkandalamjadwal

BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Waham adalah suatu keyakinan seseorang yang berdasarkan penilaian realitas yang
salah, keyakinan yang tidak konsisten dengan tingkat intelektual dan latar belakang
budaya, ketidakmampuan merespons stimulus internal dan eksternal melalui proses
interaksi / informasi secara akurat.
Waham diawali dengan terbatasnya kebutuhan – kebutuhan klien baik secara fisik
maupun psikis.Secara fisik klien dengan waham dapat terjadi pada orang – orang dengan
status sosial dan ekonomi sangat terbatas. Tidak adanya pengakuan dari lingkungan dan

35
tingginya kesenjangan antara self ideal dengan self reality (kenyataan dengan harapan)
serta dorongan kebutuhan yang tidak terpenuhi sedangkan standart lingkungan sudah
melampaui kemampuannya. Klien mencoba berpikir rasional bahwa apa yang ia yakni
atau apa apa yang ia katakan adalah kebohongan, menutupi kekurangan dan tidak sesuai
dengan kenyataan. Adanya beberapa orang yang mempercayai klien dalam lingkungan
menyebabkan klien merasa didukung, lama kelamaan klien menganggap sesuatu yang
dikatakan tersebut sebagai suatu kebenaran karena seringnya diulang – ulang. Klien
merasa nyaman dengan keyakinan dan kebohongannya serta menganggap bahwa semua
orang sama yaitu akan mempercayai dan mendukungnya.
Pada klien waham perawatan dan pengobatan harus secepat mungkin dilaksanakan
karena, kemungkinan dapat menimbulkan kemunduran mental.

4.2 Saran
Sebaiknya perawat banyak berlatih cara membina hubungan saling percaya. Lebih
banyak melibatkan keluarga dalam mengatasi perilaku klien melalui kunjungan rumah,
menganjurkan keluarga untuk lebih sering menengok klien. Terapi aktifitas kelompok
(TAK) hendaknya dilakukan secara rutin dan teratur karena merupakan suatu terapi yang
dapat mempercepat proses penyembuhan.

DAFTAR PUSTAKA

Azizah, Lilik Ma'rifatul, Zainuri Imam, Akbar Amar. 2016. Buku Ajar Keperawatan
Kesehatan Jiwa. Yogyakarta: Indomedia Pustaka.
Muhith, Abdul.2015.Pendidikan Keperawatan Jiwa Teori dan Aplikasi. Yogyakarta: CV Andi
Offset
Aziz R, dkk.2003. Pedoman Asuhan Keperawatan Jiwa. Semarang: RSJD dr Amino Gondo
Utomo
Direja, Ade Herman Surya.2011. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Nuha
Medika

36
37

Anda mungkin juga menyukai