Anda di halaman 1dari 74

WAHAM

Dosen: Dr. Lilik Ma’rifatul Azizah, S.Kep., Ns., M.Kes

Oleh :

Kelas : D3 Keperawatan 2B Kelompok : 04

1. Diah Novitasari (201704052)


2. Arsala Fadilah Ihwan (201704062)
3. Lathifatul Wahyu Nurhabibah (201704065)
4. Faiz Mufidah (201704072)
5. Ratna Setyaningtiyas (201704077)
6. Putri Lely Widyanengrum (201704078)
7. Efa Ayu Ningsih (201704088)

PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN

STIKES BINA SEHAT PPNI MOJOKERTO

2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas segala rahmat dan hidayah-Nya,
sehingga penyusunan makalah ini dapat diselesaikan tanpa ada halangan apapun.
Penyusunan makalah Waham merupakan salah satu tugas mata kuliah
Keperawatan Jiwa pada semester genap tahun pelajaran 2018/2019 di STIKES
BINA SEHAT PPNI MOJOKERTO. Ucapan terima kasih penulis sampaikan
kepada :

1. Bapak Dr. Muhammad Sajidin, S.Kp., M.Kes. Ketua STIKES BINA


SEHAT PPNI MOJOKERTO.
2. Ibu Ima Rahmawati, S.Kep., Ns., M.Si. Ketua prodi D3 Keperawatan.
3. Ibu Dr. Lilik Ma’rifatul Azizah, S.Kep., Ns., M.Kes. Dosen mata kuliah
Keperawatan Jiwa.
4. Orang tua yang telah memfasilitasi dalam penyusunan makalah.
5. Teman-teman yang telah membantu dan mendukung dalam penyusunan
makalah.
Penulis menyadari bahwa makalah ini belumlah sempurna. Maka dalam
kesempatan ini mohon untuk para pembaca agar berkenan memberikan kritik dan
saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah berikutnya.

Mojokerto, 20 Februari 2019

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL....................................................................... i
KATA PENGANTAR........................................................................ ii
DAFTAR ISI....................................................................................... iii
BAB 1 : PENDAHULUAN................................................................ 1
1.1 Latar Belakang............................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah.......................................................... 1
1.3 Tujuan............................................................................ 2
1.4 Manfaat.......................................................................... 2
BAB 2 : TINJAUAN TEORI.............................................................. 3
2.1 Pengertian Waham......................................................... 3
2.2 Jenis-Jenis Waham........................................................ 3
2.3 Etiologi.......................................................................... 5
2.4 Rentang Respon Neurobiologi....................................... 6
2.5 Fase-Fase Waham.......................................................... 6
2.6 Patofisiologi................................................................... 8
2.7 Tanda Dan Gejala Waham............................................. 9
2.8 Penatalaksanaan............................................................. 10
2.9 Konsep Asuhan Keperawatan........................................ 10
BAB 3 : TINJAUAN KASUS............................................................ 35
3.1 Triger Case.................................................................... 35
3.2 Proses Terjadinya Gangguan Jiwa................................. 36
3.3 Model Keperawatan....................................................... 37
3.4 Peran Dan Fungsi Perawat............................................. 37
3.5 Pengkajian..................................................................... 39
3.6 Analisa Data.................................................................. 43
3.7 Diagnosa Keperawatan.................................................. 44
3.8 Intervensi....................................................................... 44
3.9 Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan (SPTK).. 50
DAFTAR PUSTAKA......................................................................... 71
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kesehatan jiwa merupakan mampu beradaptasi dengan dirinya sendiri dan
orang lain serta terhadap stressor yang ada. Dan juga suatu keadaan yang
memungkinkan untuk terjadinya perkembangan fisik, intelektual, dan
emosional individu secara optimal, sejauh perkembangan tersebut ssesuai
dengan perkembangan optimal individu lain. Sementara itu, gangguan jiwa
adalah suatau keadaan dengan adanya gejala klinis yang bermakna, berupa
sindrom pola perilaku dan pola psikologi yang berkaitan dengan adanya
distres (tidak nyaman, tidak tentram, rasa nyeri), distabilitas (tidak mampu
mengerjakan pekerjaan sehari-hari), atau meningkatkan resiko kematian,
kesakitan. Gangguan jiwa terdiri dari beberapa macam termasuk dintaranya
adalah waham atau delusi. Waham merupakan keyakinan tentang suatu
pikiran yang kokoh, kuat, tidak sesuai dengan kenyataan, tidak cocok dengan
intelegensi dan latar belakang budaya, selalu dikemukakan berulang-ualang
dan berlebihan biarpun telah dibuktikan kemustahilannya atau kesalahannya
atau tidak benar secara umum.

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Apa pengertian waham?
1.2.2 Apa sajakah jenis-jenis waham?
1.2.3 Bagaimana etiologi waham?
1.2.4 Bagaimana rentang respon neurobiologi?
1.2.5 Apa sajakah fase-fase waham?
1.2.6 Bagaimana patofisiologi waham?
1.2.7 Bagaimana tanda dan gejala waham?
1.2.8 Bagaimana penatalaksanaan waham?
1.2.9 Bagaimana konsep asuhan keperawatan waham?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian waham.
2. Untuk mengetahui jenis-jenis waham.
3. Untuk mengetahui etiologi waham.
4. Untuk mengetahui rentang respon neurobiologi.
5. Untuk mengetahui fase-fase waham.
6. Untuk mengetahui patofisiologi waham.
7. Untuk mengetahui tanda dan gejala waham.
8. Untuk mengetahui penatalaksanaan waham.
9. Untuk mengetahui konsep asuhan keperawatan waham.

1.4 Manfaat
Manfaat makalah ini untuk mengetahui agar para pembaca mengetahui
pengertian waham, jenis-jenis waham, etiologi waham, rentang respon
neurobiologi, fase-fase waham, patofisiologi waham, tanda dan gejala
waham, penatalaksanaan waham, konsep asuhan keperawatan waham.
BAB 2

TINJAUAN TEORI

2.1 Pengertian Waham


Waham adalah keyakinan yang salah yang secara kokoh dipertahankan
walaupun tidak diyakini oleh orang lain dan bertentangan dengan realita
normal (Stuart dan Sundeen, 1998). Waham adalah keyakinan klien yang
tidak sesuai dengan kenyataan tetapi dipertahankan dan tidak dapat dirubah
secara logis oleh orang lain, keyakinan ini berasal dari pemikiran klien
dimana sudah kehilangan kontrol (Dep Kes RI, 2000). Waham adalah suatu
keyakinan seseorang yang berdasarkan penilaian realitas yang salah,
keyakinan yang tidak konsisten dengan tingkat intelektual dan latar belakang
budaya, ketidakmampuan merespons stimulus internal dan eksternal melalui
proses interaksi/informasi secara akurat. [ CITATION Azi16 \l 1057 ]

2.2 Jenis-Jenis Waham


A. Waham kebesaran
Menganggap nilai, kekuasaan, pengetahuan identitasnya terlalu tinggi.
Contoh: “Saya ini titisan bung karno, punya banyak perusahaan, punya
rumah di berbagai negara dan bisa menyembuhkan berbagai macam
penyakit.”
B. Waham curiga/paranoid/kejar
Keyakinan klien terhadap seseorang/kelompok secara berlebihan yang
berusaha merugikan, mencederai, mengganggu, mengancam, memata-
matai dan membicarakan kejelekannya.
Contoh: “Banyak polisi mengintai saya, tetangga saya ingin
menghancurkan hidup saya, suster akan meracuni makanan saya.”
C. Waham agama
Memiliki keyakinan terhadap suatu agama secara berlebihan, diucapkan
berulang kali tetapi tidak sesuai kenyataan.
Contoh: “Tuhan telah menunjuk saya menjadi wali, saya harus terus
menerus memakai pakaian putih setiap hari agar masuk surga.”
D. Waham somatic/hipokondrik
Keyakinan klien terhadap tubuhnya/penampilan/fungsi tubuhnya sudah
berubah (ada sesuatu yang tidak beres).
Contoh: “Sumsum tulang saya kosong, saya pasti terserang kanker, dalam
tubuh saya banyak kotoran, tubuh saya telah membusuk, tubuh saya
menghilang.”
E. Waham nihilistic
Meyakini bahwa dirinya/orang lain sudah tidak ada di dunia/meninggal
dunia, diucapkan berulangkali tetapi tidak sesuai kenyataan.
Contoh: “Saya sudah menghilang dari dunia ini, semua yang ada disini
adalah roh–roh, sebenarnya saya sudah tidak ada di dunia.”
F. Waham dosa
Keyakinan klien terhadap dirinya telah atau selalu salah atau berbuat
dosa/perbuatannya tidak dapat diampuni lagi.
G. Waham bizar terdiri dari
 Sisip pikir yaitu keyakinan klien terhadap suatu pikiran orang lain
disisipkan ke dalam pikiran dirinya.
 Siar pikir/broadcasting yaitu keyakinan klien bahwa ide dirinya dipakai
oleh/disampaikan kepada orang lain mengetahui apa yang ia pikirkan
meskipun ia tidak pernah secara nyata mengatakan pada orang tersebut.
 Kontrol pikir/waham pengaruh yaitu keyakinan klien bahwa pikiran,
emosi dan perbuatannya selalu dikontrol/dipengaruhi oleh kekuatan di
luar dirinya yang aneh. [ CITATION Azi16 \l 1057 ]
2.3 Etiologi
A. Faktor predisposisi
 Faktor perkembangan
Hambatan perkembangan akan mengganggu hubungan interpersonal
seseorang. Hal ini dapat meningkatkan stres dan ansietas yang
berakhir dengan gangguan persepsi, klien menekan perasaannya
sehingga pematangan fungsi intelektual dan emosi tidak efektif.
 Faktor sosial budaya
Seseorang yang merasa diasingkan dan kesepian dapat menyebabkan
timbulnya waham.
 Faktor psikologis
Hubungan yang tidak harmonis, peran ganda/bertentangan, dapat
menimbulkan ansietas dan berakhir dengan peningkatan terhadap
kenyataan.
 Faktor biologis
Waham diyakini terjadi karena adanya atrofi otak, pembesaran
ventrikel di otak, atau perubahan pada sel kortikal dan limbik.
 Faktor genetik.
B. Faktor presipitasi
 Faktor sosial budaya
Waham dapat dipicu karena adanya perpisahan dengan orang yang
berarti atau diasingkan dari kelompok.
 Faktor biokimia
Dopamin, nerepineprin, dan zat halusinogen lainnya diduga dapat
menjadi penyebab waham ada seseorang.
 Faktor psikologis
Kecemasan yang memanjang dan terbatasnya kemampuan untuk
mengatasi masalah sehingga klien mengembangkan koping untuk
menghindari kenyataan yang menyenangkan. [ CITATION Azi16 \l 1057 ]

2.4 Rentang Respon Neurobiologi


Respon Adaptif Respon Maladaptif

1. Pikiran logis 1. Kadang proses 1. Gangguan


2. Persepsi akurat pikir terganggu isi pikir: waham
3. Emosi konsisten 2. Ilusi 2. Perubahan
dengan pengalaman 3. Emosi berlebihan proses emosi
4. Prilaku sesuai 4. Berperilaku yang 3. Perilaku
5. Hubungan sosial tidak biasa tidak
harmonis 5. Menarik diri terorganisasi
4. Isolasi sosial
2.5 Fase-Fase Waham
A. Fase lack of human need
Waham diawali dengan terbatasnya kebutuhan–kebutuhan klien baik
secara fisik maupun psikis. Secara fisik klien dengan waham dapat terjadi
pada orang–orang dengan status sosial dan ekonomi sangat terbatas.
Biasanya klien sangat miskin dan menderita. Keinginan ia untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya mendorong untuk melakukan kompensasi
yang salah. Ada juga klien yang secara sosial dan ekonomi terpenuhi tetapi
kesenjangan antara reality dengan self ideal sangat tinggi. Misalnya ia
seorang sarjana tetapi menginginkan dipandang sebagai seorang yang
sangat cerdas, sangat berpengalaman dan diperhitungkan dalam
kelompoknya. Waham terjadi karena sangat pentingnya pengakuan bahwa
ia eksis di dunia ini. Dapat dipengaruhi juga oleh rendahya penghargaan
saat tumbuh kembang (life span history).
B. Fase lack of self esteem
Tidak adanya pengakuan dari lingkungan dan tingginya kesenjangan
antara self ideal dengan self reality (kenyataan dengan harapan) serta
dorongan kebutuhan yang tidak terpenuhi sedangkan standart lingkungan
sudah melampaui kemampuannya. Misalnya, saat lingkungan sudah
banyak yang kaya, menggunakan teknologi komunikasi yang canggih,
berpendidikan tinggi serta memiliki kekuasaan yang luas, seseorang tetap
memasang self ideal yang melebihi ligkungan tersebut. Padahal self
reality–nya sangat jauh. Dari aspek pendidikan klien, materi, pengalaman,
pengaruh, support system semuanya sangat rendah.
C. Fase control internal exsternal
Klien mencoba berpikir rasional bahwa apa yang ia yakni atau apa-apa
yang ia katakan adalah kebohongan, menutupi kekurangan dan tidak sesuai
dengan kenyataan. Tetapi menghadapi kenyataan bagi klien adalah sesuatu
yang sangat berat, karena kebutuhannya untuk di akui, dianggap penting,
dan di terima lingkungan menjadi prioritas dalam hidupnya karena
kebutuhan tersebut belum terpenuhi sejak kecil secara optimal.
Lingkungan sekitar klien mencoba memberikan koreksi bahwa sesuatu
yang dikatakan klien itu tidak benar, tetapi hal ini tidak dikakukan secara
adekuat karena besarnya toleransi dan keinginan menjaga perasaan.
Lingkungan hanya menjadi pendengar pasif tetapi tidak mau konfrontatif
berkepanjangan dengan alasan pengakuan klien tidak merugikan orang
lain.
D. Fase environment support
Adanya beberapa orang yang mempercayai klien dalam lingkungan
menyebabkan klien merasa didukung, lama kelamaan klien menganggap
sesuatu yang dikatakan tersebut sebagai suatu kebenaran karena seringnya
diulang–ulang. Dari sinilah mulai terjadinya kerusakan kontrol diri dan
tidak berfungsi normal (super ego) yang ditandai dengan tidak ada lagi
perasaan dosa saat berbohong.
E. Fase comforting
Klien merasa nyaman dengan keyakinan dan kebohongannya serta
menganggap bahwa semua orang sama yaitu akan mempercayai dan
mendukungnya. Keyakinan sering disertai halusinansi pada saat klien
menyendiri dari lingkungannya. Selanjutnya klien lebih sering menyendiri
dan menghindari interaksi sosial (isolasi sosial).
F. Fase improving
Apabila tidak ada konvrontasi dan upaya–upaya koreksi, setiap waktu
keyakinan yang salah kepada klien akan meningkat. Tema waham yang
muncul sering berkaitan dengan traumatik masa lalu atau kebutuhan-
kebutuhan yang tidak terpenuhi (rantai yang hilang). Waham bersifat
menetap dan dulit untuk dikoreksi. Isi waham dapat menimbulkan
ancaman diri dan orang lain. Penting sekali untuk mengguncang keyakinan
klien dengan cara konfrontatif serta memperkaya keyakinan religiusnya
bahwa apa-apa yang dilakukan menimbulkan dosa besar serta ada
konsekuensi sosial. [ CITATION Azi16 \l 1057 ]

2.6 Patofisiologi

Fase-fase: Kebutuhan tidak terpenuhi


1. Fase lack of human need
2. Fase lack of self esteem
3. Fase control internal external
4. Fase environment support Gangguan ideal tidak sama
5. Fase comforting realitas dan tidak disetujui oleh
6. Fase improving pemikiran

Ada support lingkungan


Rentang respon:
1. Kadang proses pikir terganggu
2. Ilusi Nyaman berbohong
3. Emosi berlebihan
4. Berperilaku yang tidak biasa
5. Menarik diri

Perubahan isi pikir: Waham Curiga


berlebihan, dosa
Resiko tinggi menciderai Hygiene kurang, Mengasingkan diri
dirinya sendiri, orang muka pucat, BB
lain, lingkungan menurun

ISOS
Defisit perawatan
diri
2.7 Tanda Dan Gejala Waham
A. Kognitif
 Tidak mampu membedakan nyata dengan tidak nyata
 Individu sangat percaya pada keyakinannya
 Sulit berpikir realita
 Tidak mampu mengambil keputusan
B. Afektif
 Situasi tidak sesuai dengan kenyataan
 Afek tumpul
C. Perilaku dan hubungan social
 Hipersensitif
 Hubungan interpersonal dengan orang lain tumpul
 Mengancam secara verbal
 Aktivitas tidak tepat
 Curiga
D. Fisik
 Hygiene kurang
 Muka pucat
 Sering menguap
 BB menurun
Tanda dan gejala yang lain yang bisa terjadi pada waham yaitu sebagai
berikut:
 Menolak makan.
 Tidak ada perhatian pada perawatan diri
 Mudah tersinggung
 Isi pembicaraan tidak sesuai dengan kenyataan
 Menghindar dari orang lain
 Mendominasi pembicaraan

2.8 Penatalaksanaan
Perawatan dan pengobatan harus secepat mungkin dilaksanakan karena,
kemungkinan dapat menimbulkan kemunduran mental. Tetapi jangan
memandang klien dengan waham pada gangguan skizofrenia ini sebagai
pasien yang tidak dapat disembuhkan lagi atau orang yang aneh dan inferior
bila sudah dapat kontak maka dilakukan bimbingan tentang hal-hal yang
praktis. Biar pun klien tidak sembuh sempurna, dengan pengobatan dan
bimbingan yang baik dapat ditolong untuk bekerja sederhana di rumah
ataupun di luar rumah. Keluarga atau orang lain di lingkungan klien diberi
penjelasan (manipulasi lingkungan) agar mereka lebih sabar menghadapinya.
Penatalaksanaan klien dengan waham meliputi farmako terapi, ECT dan
terapi lainnya seperti: terapi psikomotor, terapi rekreasi, terapi somatik, terapi
seni, terapi tingkah laku, terapi keluarga, terapi spritual dan terapi okupsi
yang semuanya bertujuan untuk memperbaiki prilaku klien dengan waham
pada gangguan skizoprenia. Penatalaksanaan yang terakhir adalah rehablitasi
sebagai suatu proses refungsionalisasi dan pengembangan bagi klien agar
mampu melaksanakan fungsi sosialnya secara wajar dalam kehidupan
masyarakat.

2.9 Konsep Asuhan Keperawatan


A. Pengkajian
1. Identitas Klien
Melakukan perkenalan dan kontrak dengan klien tentang: nama
mahasiswa, nama panggilan, nama klien, nama panggilan klien,
tujuan, waktu, tempat pertemuan, topik yang akan dibicarakan.
Tanyakan dan catat usia klien dan No. RM, tanggal pengkajian dan
sumber data yang didapat.

2. Alasan Masuk
Umumnya klien yang mengalami waham di bawa ke rumah sakit
karena keluarga merasa tidak mampu merawat, terganggu karena
perilaku klien dan hal lain, gejala yang dinampakkan di rumah
sehingga klien dibawa ke rumah sakit untuk mendapatkan perawatan.
3. Faktor Predisposisi
Menanyakan apakah keluarga mengalami gangguan jiwa, bagaimana
hasil pengobatan sebelumnya, apakah pernah melakukan atau
mengalami kehilangan, perpisahan, penolakan orang tua, harapan
orang tua yang tidak realistis, kegagalan atau frustasi berulang,
tekanan dari kelompok sebaya, perubahan struktur sosial.
4. Faktor Precipitasi
Stresor presipitasi umumnya mencakup kejadian kehidupan yang
penuh stress seperti kehilangan, didikan yang keras dari keluarga yang
mempengaruhi kemampuan individu untuk memiliki perasaan egois
serta menyebabkan ansietas. Pada pasien waham tingkat emosional
yang tinggi akan kepercayaan bahwa dirinya adalah sesuatu yang
pantas untuk ditirukan dan diyakini akan menimbulkan berbagai
masalah dalam kehidupannya.
5. Pemeriksaan Fisik
Memeriksa tanda-tanda vital, tinggi badan, berat badan, dan tanyakan
apakah ada keluhan fisik yang dirasakan klien.
6. Psikososial
 Genogram
Genogram menggambarkan klien dengan keluarga, dilihat dari pola
komunikasi, pengambilan keputusan dan pola asuh.
 Konsep diri
a. Gambaran diri
Tanyakan persepsi klien terhadap tubuhnya, bagian tubuh yang
disukai, reaksi klien terhadap bagian tubuh yang tidak disukai
dan bagian yang disukai.
b. Identitas diri
Klien dengan waham megalami ketidakpastian memandang diri,
sukar menetapkan keinginan dan tidak mampu mengambil
keputusan.
c. Fungsi peran
Pada klien dengan waham bisa berubah atau berhenti fungsi
peran yang disebabkan penyakit, proses menua, putus sekolah,
PHK, perubahan yang terjadi saat klien sakit dan dirawat.
d. Ideal diri
Mengungkapkan keputusasaan karena penyakitnya:
mengungkapkan keinginan yang terlalu tinggi.
e. Harga diri
Adanya gangguan harga diri rendah karena perasaan negatif
terhadap diri sendiri, hilangnya rasa percaya diri dan merasa
gagal mencapai tujuan.
 Hubungan sosial
Pasien dengan waham memiliki hubungan sosial sesuai dengan
jenis waham yang dialami. Misalnya waham curiga, klien
menghindari orang lain.
 Spiritual
Nilai dan keyakinan, kegiatan ibadah/menjalankan keyakinan,
kepuasan dalam menjalankan keyakinan.
7. Status Mental
 Penampilan
Pada pasien waham penampilannya sesuai dengan waham yang
dialami. Misalnya pada waham agama berpakaian seperti seorang
ustadz.
 Pembicaraan
Pada pasien waham cenderung pembicaraannya selalu mengarah ke
wahamnya, bicara cepat, jelas tapi berpindah-pindah, isi
pembicaraan tidak sesuai dengan kenyataan.
 Aktivitas motorik
Klien waham cenderung bersikap aneh.
 Afek dan emosi
a. Euforia: rasa senang, riang gembira, bahagia yang berlebihan
tidak sesuai dengan keadaan.
b. Kesepian: merasa dirinya ditinggalkan/dipisahkan dari atau yang
lainnya.
 Interaksi selama wawancara
Defensif: selalu berusaha mempertahankan pendapat dan kebenaran
dirinya.
 Persepsi-sensori
a. Tidak ada halusinasi
b. Tidak ada ilusi
c. Tidak ada depersonalisasi
d. Tidak ada realisasi
e. Tidak ada gangguan somatusensorik
 Proses pikir
a. Arus pikir dan bentuk pikir
Derreistik: bentuk pemikiran tidak sesuai kenyataan yang ada
atau tidak mengikuti logika secara umum.
b. Isi pikir
Pada pasien waham isi pikirnya sesuai wahamnya.
 Tingkat kesadaran
Kesadaran berubah: kesadaran yang tidak menurun, tidak
meninggi, tidak normal, bukan disosiasi, hal ini karena kemampuan
untuk mengadakan (relasi) dan pembatasan (limitasi) terhadap
dunia luar (diluar dirinya) sudah terganggu dan secara kualitas pada
taraf tidak sesuai dengan kenyataan.

 Memori
Konfabulasi: ingatan yang keliru ditandai dengan pembicaraan
tidak sesuai kenyataan, memasukkan cerita tidak benar untuk
menutupi gangguan daya ingatnya.
 Tingkat konsentrasi dan berhitung
Klien waham mampu berkonsentrasi dan mampu berhitung.
 Kemampuan penilaian
a. Gangguan ringan
b. Gangguan bermakna
 Daya tilik
Hal-hal diluar dirinya, bilamana ia cenderung menyalahkan orang
lain/lingkungan dan ia merasa orang lain/lingkungan diluar dirinya
yang menyebabkan ia seperti itu.

B. Dignosa Keperawatan
1. Perubahan proses pikir: waham.
2. Resiko tinggi perilaku kekerasan: resiko mencederai diri, orang lain.
3. Harga diri rendah kronis.

C. Intervensi
Perencanaan keperawatan pada klien dengan waham.
Perencanaan Intervensi Rasional
Tujuan Kriteria Hasil
TUM: Klien
dapat
berkomunikasi
dengan baik
dan terarah.
TUK 1: Klien 1. Ekspresi 1. Bina hubungan Hubungan saling
dapat membina wajah saling percaya percaya menjadi
hubungan bersahabat. dengan dasar interaksi
saling percaya. 2. Ada kontak menggunakan selanjutnya
mata. prinsip sehingga dapat
3. Mau berjabat komunikasi terbina hubungan
tangan. terapeutik. saling percaya dan
4. Mau 2. Jangan klien lebih terbuka
menjawab membantah dan merasa aman dan
salam. mendukung mau berinteraksi.
5. Klien mau waham klien.
duduk 3. Yakinkan klien
berdampingan. dalam keadaan
6. Klien mau aman dan
mengutarakan terlindung.
perasaan.

TUK 2: Klien 1. Klien mampu 1. Beri pujian pada Meningkatkan


dapat mempertahank penampilan dan orietasi klien pada
mengidentifika an aktivitas kemampuan realita dan
si kemampuan sehari-hari. klien yang meningkatkan rasa
yang dimiliki. 2. Klien dapat realistis. percaya klien pada
mengontrol 2. Diskusikan perawat.
wahamnya. dengan klien
kemampuan
yang dimiliki
pada waktu lalu
dan saat ini yang
realistis. (hati-
hati terlibat
diskusi dengan
waham).
3. Tanyakan apa
yang bisa
dilakukan
(kaitkan dengan
aktivitas sehari-
hari dan
perawatan diri)
kemudian
anjurkan untuk
melakukan saat
ini.
4. Jika klien selalu
bicara tentang
wahamnya
dengarkan
sampai
kebutuhan
waham tidak
ada. (perawat
perlu
memperhatikan
bahwa klien
penting).
TUK 3: Klien 1. Kebutuhan 1. Observasi Reinforcement
dapat klien kebutuhan klien adalah penting
mengidentifika terpenuhi. sehari-hari. untuk
si kebutuhan 2. Klien dapat 2. Diskusikan meningkatkan
yang tidak melakukan kebutuhan klien kesabaran diri
terpenuhi. aktivitas yang tidak klien. Mengetahui
secara terarah. terpenuhi selama penyebab curiga
3. Klien tidak di rumah dan intervensi
menggunakan maupun di selanjutnya.
/membicaraka rumah sakit.
n wahamnya. 3. Hubungkan
kebutuhan yang
tidak terpenuhi
dengan
timbulnya
waham.
4. Tingkatkan
aktivitas yang
dapat memenuhi
kebutuhan klien
dan memerlukan
waktu dan
tenaga.
5. Atur situasi agar
klien tidak
mempunyai
waktu untuk
menggunakan
wahamnya.
TUK 4: Klien 1. Klien mampu 1. Berbicara Dengan
dapat berbicara dengan klien meningkatkan
berhubungan secara realitas. dalam konteks aktivitas tidak
dengan 2. Klien realitas (realitas akan mempunyai
realitas. mengikuti diri, realitas waktu untuk
terapi aktivitas orang lain, mengikuti
kelompok. waktu dan wahamnya.
tempat).
2. Sertakan klien
dalam terapi
aktivitas
kelompok:
orientasi
realitas.
3. Berikan pujian
pada tiap
kegiatan positif
yang dilakukan
klien.
TUK 5: Klien 1. Keluarga 1. Diskusikan Reinforcement
dapat dapat dengan keluarga adalah penting
dukungan membina tentang: untuk
keluarga. hubungan  Gejala mningkatkan
saling percaya waham. kesadaran klien
dengan  Cara akan realitas.
perawat. merawatnya.
2. Keluarga  Lingkungan
dapat keluarga.
menyebutkan  Follow up
pengertian, dan obat.
tanda dan 2. Anjurkan
tindakan keluarga
untuk melaksanakan
merawat klien dengan bantuan
dengan perawat.
waham.
TUK 6: Klien 1. Klien 1. Diskusikan Perhatian keluarga
dapat menyebutkan dengan klien dan pengertian
menggunakan manfaat, dosis dan kelurga keluarga akan
obat dengan dan efek tentang obat, dapat membantu
benar. samping obat. dosis, frekuensi, klien dalam
2. Klien dapat efek dan akibat mengendalikan
mendemonstr penghentian. wahamnya. Obat
asikan 2. Diskusikan dapat mengontrol
penggunaan perasaan klien waham yang
obat dengan setelah minum dialami klien.
benar. obat.
3. Klien 3. Berikan obat
memahami dengan prinsip
akibat 5 benar dan
berhentinya observasi
obat tanpa setelah minum
konsultasi. obat.
4. Klien dapat
menyebutkan
prinsip dalam
penggunaan
obat.

D. Implementasi
1. SP 1 Pasien: Membina hubungan saling percaya, mengidentifikasi
kebutuhan yang tidak terpenuhi dan cara memenuhi kebutuhan,
mempraktekkan pemenuhan kebutuhan yang tidak terpenuhi.

Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan (SPTK)


1) Fase Prainteraksi
Kondisi: Klien mengatakan bahwa dirinya adalah keturunan
Tuhan atau Sang Yang Widi, ia meyakini bahwa dirinya dapat
menyembuhkan berbagai macam penyakit dan dapat berbicara
dengan Tuhan.

Diagnosa Kep: Gangguan proses fikir, Waham kebesaran.

Tujuan Khusus: TUK 1,3.

Intervensi: SP 1 Pasien.

2) Fase Orientasi
“Selamat pagi, perkenalkan nama saya Ani, saya perawat yang
dinas pagi ini diruang melati. Saya dinas dari pkl 07.00-14.00
nanti, saya yang akan merawat abang hari ini. Nama abang siapa
senangnya dipanggil apa?”

“Bisa kita berbincang-bincang tentang apa yang bang B rasakan


sekarang? Berapa lama bang B mau kita berbincang-bincang?
Bagaimana kalau 15 menit?”

“Dimana enaknya kita berbincang-bincang, bang?”

3) Fase Kerja
“Saya mengerti bang B merasa bahwa bang B adalah seorang
nabi, tapi sulit bagi saya untuk mempercayainya karena setahu
saya nabi sudah tidak ada lagi, bisa kita lanjutkan pembicaraan
yang tadi terputus bang?”

“Tampaknya bang B gelisah sekali, bisa abang ceritakan apa


yang bang B rasakan?”

“O... jadi bang B merasa takut nanti diatur-atur oleh orang lain
dan tidak punya hak untuk mengatur diri abang sendiri?”

“Siapa menurut bang B yang sering mengatur-atur diri abang?”


“Jadi ibu yang sering mengatur-atur ya bang, juga kakak dan
adik abang yang lain?”

“Kalau abang sendiri inginnya seperti apa?”

“O... bagus abang sudah ada rencana dan jadwal untuk diri
sendiri?

“Coba kita tuliskan rencana dan jadwal tersebut bang”

“Wah... bagus sekali, jadi setiap harinya abang ingin ada


kegiatan diluar rumah karena bosan kalau dirumah terus ya”.

4) Fase Terminasi
“Bagaimana perasaan B setelah berbincang-bincang dengan
saya?”

“Apa saja tadi yang telah kita bicarakan? Bagus”

“Bagaimana kalau jadwal ini abang coba lakukan, setuju bang?”

“Bagaimana kalau saya datang kembali dua jam lagi?”

“Kita bercakap-cakap tentang kemampuan yang pernah abang


miliki? Mau dimana kita bercakap-cakap? Bagaimana kalau
disini lagi?”

2. SP 2 Pasien: Mengidentifikasi kemampuan positif pasien dan


membantu mempraktikkannya.

Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan (SPTK)

1) Fase Prainteraksi
Kondisi: Klien tetap mengaku kalau dirinya nabi, terlihat gelisah
dan tidak senang jika ada yang mengatur dirinya. Klien ingin
melakukan kegiatan yang disenangi tetapi selalu dilarang
keluarga.

Diagnosa Kep: Gangguan proses pikir ; Waham kebesaran.


Tujuan Khusus: TUK 2.

Intervensi: SP 2 Pasien.

2) Fase Orientasi
“Selamat pagi bang B, bagaimana perasaannya saat ini? Bagus!”

“Apakah bang B sudah mengingat-ingat apa saja hobi atau


kegemaran abang?”

“Bagaimana kalau kita bicarakan hobi tersebut sekarang?”

“Dimana enaknya kita berbincang-bincang tentang hobi bang B


tersebut?”

“Berapa lama bang B mau kita berbincang-bincang? Bagaimana


kalau 20 menit tentang hal tersebut?”

3) Fase Kerja
“Apa saja hobi abang? Saya catat ya bang, terus apa lagi?”

“Wah... rupanya bang B pandai main volley ya, tidak semua


orang bisa bermain volley seperti itu lho B” (atau yang lain sesuai
yang diucapkan pasien)

“Bisa bang B ceritakan kepada saya kapan pertama kali belajar


main volley, siapa yang dulu mengajarkannya kepada bang B,
dimana?”

“Bisa bang B peragakan kepada saya bagaimana bermain volley


yang baik itu?”

“Wah... baik sekali permainannya”

“Coba kita buat jadwal untuk kemampuan bang B ini ya, berapa
kali sehari/seminggu bang B mau bermain volley?”

“Apa yang bang B harapkan dari kemampuan bermain volley


ini?”
“Ada tidak hobi atau kemampuan bang B yang lain selain
bermain volley?”

4) Fase Terminasi
“Bagaimana perasaan bang B setelah kita bercakap-cakap tentang
hobi dan kemampuan abang?”

“Setelah ini coba bang B lakukan latihan volley sesuai dengan


jadwal yang telah kita buat ya?”

“Besok kita ketemu lagi ya bang?”

“Bagaimana kalau nanti sebelum makan siang? Di kamar makan


saja, ya setuju?”

“Nanti kita akan membicarakan tentang obat yang harus bang B


minum, setuju?”

“Bagaimana kalau sekarang bang B teruskan kemampuan bermain


volley tersebut...”

3. SP 3 Pasien: Mengajarkan dan melatih cara minum obat yang benar.

Strategi Pelaksaan Tindakan Keperawatan (SPTK)

1) Fase Prainteraksi
Kondisi: Klien senang olahraga volley dan ingin ikut kegiatan
ini baik dirumah sakit atau saat pulang kerumah nanti.

Diagnosa Kep: Gangguan proses pikir; Waham kebesaran.

Tujuan Khusus: TUK 6.

Intervensi: SP 3 Pasien.

2) Fase Orientasi
“Selamat pagi bang B.”

“Bagaimana bang sudah dicoba latihan volleynya? Bagus sekali”


“Sesuai dengan janji kita 2 hari yang lalu bagaimana kalau
sekarang kita membicarakan tentang obat yang bang B minum?”

“Dimana kita mau berbicara? Di kamar makan?”

“Berapa lama bang B mau kita berbicara? 20 atau 30 menit?”

3) Fase Kerja
“Bang B berapa macam obat yang di minum/jam berapa saja
obat di minum?”

“Bang B perlu minum obat ini agar pikirannya jadi tenang,


tidurnya jadi tenang”

“Obatnya ada 3 macam bang, yang warnanya oranye namanya


CPZ gunanya agar tenang, yang putih ini namanya THP gunanya
agar rileks, dan yang merah jambu ini namanya HLP gunanya
agar pikiran jadi teratur. Semuanya ini di minum 3x sehari jam 7
pagi, jam 1 siang, dan jam 7 malam.”

“Bila nanti setelah minum obat mulut bang B terasa kering,


untuk membantu mengatasinya abang bisa banyak minum dan
mengisap-isap es batu.”

“Sebelum minum obat ini bang B dan ibu mengecek dulu label di
kotak obat apakah nama B tertulis disitu, berapa dosis atau butir
yang harus diminum, jam berapa saja harus diminum. Baca juga
apakah nama obatnya sudah benar.”

“Obat-obat ini harus diminum secara teratur dan kemungkinan


besar harus diminum dalam waktu yang lama. Agar tidak
kambuh lagi sebaiknya bang B tidak menghentikan sendiri obat
yang harus diminum sebelum berkonsultasi dengan dokter.”

4) Fase Terminasi
“Bagaimana perasaan bang B setelah kita bercakap-cakap
tentang obat yang bang B minum? Apa saja nama obatnya? Jam
berapa minum obatnya?”

“Mari kita masukkan pada jadwal kegiatan abang. Jangan lupa


minum obatnya dan nanti saat makan minta sendiri obatnya pada
suster”

“Jadwal yang telah kita buat kemarin dilanjutkan ya bang!”

“Bang, besok kita ketemu lagi untuk melihat jadwal kegiatan


yang telah dilaksanakan. Bagaimana kalau seperti biasa, jam 10
dan ditempat sama? Sampai besok.”

4. SP 1 Keluarga: Membina hubungan saling percaya dengan keluarga;


mengidentifikasi masalah menjelaskan proses terjadinya masalah;
dan obat pasien.

Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan (SPTK)

1) Fase Prainteraksi
Kondisi: Klien sudah berlatih beberapa kemampuan dan
aktivitas di rumah sakit, sudah tidak pernah mengatakan dirinya
nabi lagi. Keluarga mengunjungi klien dan terlihat sedih dan
bingung dengan kondisi klien.

Diagnosa Kep: Gangguan proses pikir; Waham kebesaran.

Tujuan Khusus: TUK 5.

Intervensi: SP 1 Keluarga.

2) Fase Orientasi
“Selamat pagi pak, bu, perkenalkan nama saya Ani, saya
perawat yang dinas di ruang melati ini. Saya yang merawat bang
B selama ini. Nama bapak dan ibu siapa, senangnya dipanggil
apa?”
“Bagaimana kalau sekarang kita membicarakan tentang masalah
bang B dan cara merawat B dirumah?”

“Dimana kita mau berbicara? Bagaimana kalau di ruang


wawancara?”

“Berapa lama waktu bapak dan ibu? Bagaimana kalau 30 menit”

3) Fase Kerja
“Pak, bu, apa masalah yang bapak/ibu rasakan dalam merawat
bang B? Apa yang sudah dilakukan dirumah? Dalam
menghadapi sikap anak ibu dan bapak yang selalu mengaku-
ngaku sebagai seorang nabi tetapi nyatanya bukan nabi
merupakan salah satu gangguan proses berpikir. Untuk itu akan
saya jelaskan sikap dan cara menghadapinya. Setiap kali anak
bapak dan ibu berkata bahwa ia seorang nabi bapak/ibu dengan
mengatakan pertama:

“Bapak/Ibu mengerti B merasa seorang nabi, tapi sulit bagi


bapak/ibu untuk mempercayainya karena setahu kami semua
nabi sudah meninggal.”

“Kedua: Bapak dan Ibu harus lebih sering memuji B jika ia


melakukan hal-hal yang baik.”

“Ketiga: Hal ini sebaiknya dilakukan oleh seluruh keluarga yang


berinteraksi dengan B.”

“Bapak/Ibu dapat bercakap-cakap dengan B tentang kebuthan


yang diinginkan B, misalnya:

“Bapak/Ibu percaya B punya kemampuan dan keinginan. Coba


ceritakan kepada bapak/ibu. B kan punya kemampuan ...”
(Kemampuan yang pernah dimiliki oleh anak).
“Keempat: Bagaimana kalau dicoba lagi sekarang?” (Jika anak
mau mencoba berikan pujian).

“Pak, bu, B perlu minum obat ini agar pikirannya jadi tenang,
tidurnya juga tenang.”

“Obatnya ada tiga macam, yang warnanya oranye namanya CPZ


gunanya agar tenang, yang putih ini namanya THP gunanya
supaya rileks, dan yang merah jambu ini namanya HLP gunanya
agar pikiran tenang semuanya ini harus diminum secara teratur 3
kali sehari jam 7 pagi, jam 1 siang, dan jam 7 malam, jangan
dihentikan sebelum berkonsultasi dengan dokter karena dapat
menyebabkan B kambuh kembali” (Libatkan keluarga saat
memberikan penjelasan tentang obat kepada klien). Bang B
sudah mempunyai jadwal minum obat. Jika dia minta obat
sesuai jamnya, segera beri pujian.

4) Fase Terminasi
“Bagaimana perasaan bapak dan ibu setelah kita bercakap-cakap
tentang cara merawat B di rumah?”

“Setelah ini coba bapak dan ibu lakukan apa yang sudah saya
jelaskan tadi setiap kali berkunjung ke rumah sakit.”

“Baiklah bagaimana kalau dua hari lagi bapak dan ibu datang
kembali kesini dan kita akan mencoba melakukan langsung cara
merawat B sesuai dengan pembicaraan kita tadi.”

“Jam berapa bapak dan ibu bisa kemari?”

“Baik saya tunggu, kita ketemu lagi di tempat ini ya pak, bu.”

5. SP 2 Keluarga: Melatih keluarga cara merawat pasien.

Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan (SPTK)

1) Fase Prainteraksi
Kondisi: Keluarga sudah mengerti tentang kondisi klien dan
cara merawatnya dirumah. Cara minum oabt dan jenis-jenis
obat.
Diagnosa Kep: Gangguan proses pikir; Waham kebesaran.
Tujuan Khusus: TUK 5.
Intervensi: SP 2 Keluarga.
2) Fase Orientasi
“Selamat pagi pak, bu, sesuai janji kita dua hari yang lalu kita
sekarang ketemu lagi.”
“Bagaimana pak, bu, ada pertanyaan tentang cara merawat yang
kita bicarakan dua hari yang lalu?”
“Kita akan coba disini dulu, setelah itu baru kita coba langsung
ke B ya?”
“Berapa lama bapak dan ibu punya waktu?”
3) Fase Kerja
“Sekarang anggap saya B yang sedang mengaku-ngaku sebagai
nabi, coba bapak dan ibu praktikkan cara bicara yang benar bila
B sedang dalam keadaan yang seperti ini”
“Bagus, betul begitu caranya”
“Sekarang coba praktikkan cara memberikan pujian kepada
kemampuan yang dimiliki B.”
“Sekarang coba cara memotivasi B minum obat dan melakukan
kegiatan positifnya sesual jadwal?”
“Bagus sekali, ternyata bapak dan ibu sudah mengerti cara
merawat B.”
“Bagaimana kalau sekarang kita mencobanya langsung kepada
B?” (Ulangi lagi cara diatas langsung kepada pasien).
4) Fase Terminasi
“Bagaimana perasan bapak dan ibu setelah kita berlatih cara
merawat B?”
“Setelah ini coba bapak dan ibu lakukan apa yang sudah dilatih
tadi setiap kali bapak dan ibu membesuk B.”
“Baiklah bagaimana kalau dua hari lagi bapak dan ibu datang
kembali kesini dan kita akan mencoba lagi cara merawat B
sampai bapak dan ibu lancar melakukannya”
“Jam berapa bapak dan ibu bisa kemari?”
“Baik saya tunggu, kita ketemu lagi di tempat ini ya pak, buk.”
6. SP 3 Keluarga: Membuat perencanaan pulang bersama keluarga.

Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan (SPTK)

1) Fase Prainteraksi
Kondisi: Keluarga sudah mengerti cara merawat klien dirumah
dan sudah dilatih langsung ke klien. Kondisi klien sudah mampu
mengikuti kegiatan harian di ruangan dan latihan beberapa
kemampuan.
Diagnosa Kep: Gangguan proses pikir; Waham kebesaran.
Tujuan Khusus: TUK 5.
Intervensi: SP 3 Keluarga.
2) Fase Orientasi
“Selamat pagi pak, bu, karena B sudah boleh pulang, maka kita
bicarakan jadwal B selama dirumah”
“Bagaimana pak, bu, selama bapak dan ibu besuk apakah sudah
terus dilatih cara merawat B?”
“Nah sekarang bagaimana kalau bicarakan jadwal dirumah?
Mari Bpk/Ibu duduk di sini”
“Berapa lama bapak dan ibu punya waktu? Baik 30 menit saja,
sebelum Bpk/Ibu menyelesaikan administrasi di depan.”
3) Fase Kerja
“Pak/Bu, ini jadwal B selama di rumah sakit. Coba diperhatikan.
Apakah kira-kira dapat dilaksanakan semua di rumah? Jangan
lupa memperhatikan B, agar ia tetap menjalankan di rumah, dan
jangan lupa memberi tanda M (mandiri), B (bantuan), atau T
(tidak mau melaksanakan).”
“Hal-hal yang perlu diperhatikan lebih lanjut adalah perilaku
yang ditampilkan oleh anak ibu dan bapak selama di rumah.
Kalau misalnya B mengaku sebagai seorang nabi terus menerus
dan tidak memperlihatkan perbaikan, menolak mium obat atau
memperlihatkan perilaku membahayakan orang lain. Jika hal ini
terjadi segera hubungi suster E di puskesmas ..., puskesmas
terdekat dari rumah ibu dan bapak, ini nomor telepon
puskesmas: (0321)321xxx. Selanjutnya suster E yang akan
membantu memantau perkembangan B selama di rumah”
4) Fase Terminasi
“Apa yang ingin Bapak/Ibu tanyakan? Bagaimana perasaan
Bapak/Ibu? Sudah siap melanjutkan di rumah?”
“Ini jadwal kegiatan hariannya. Ini rujukan untuk Sr E di PKM
Inderapuri. Kalau ada apa-apa Bapak/Ibu boleh juga
menghubungi kami. Silahkan menyelesaikan administrsi ke
kantor depan.”

E. Evaluasi

1. Kemampuan pasien dan keluarga


Penilaian Kemampuan Pasien Dan Keluarga Dengan Masalah Waham
Nama pasien : .........
Nama ruangan : .........
Nama perawat : .........
Petunjuk pengisian:
 Berilah tanda (V) jika pasien dan keluarga mampu melakukan
kemampuan di bawah ini.
 Tuliskan tanggal setiap dilakukan penilaian.
No Kemampuan Tgl Tgl Tgl Tgl
A Pasien
1. Berkomunikasi sesuai dengan kenyataan
2. Menyebutkan cara memenuhi kebutuhan
yang tidak terpenuhi
3. Mempraktikkan cara memenuhi
kebutuhan yang tidak terpenuhi
4. Menyebut kemampuan positif yang
dimiliki
5. Mempraktikkan kemampuan positif yang
dimiliki
6. Menyebutkan jenis, jadwal, dan waktu
minum obat
7. Melakukan jadwal aktivitas dan minum
obat sehari-hari
B Keluarga
1. Menyebutkan pengertian waham dan
proses terjadinya waham
2. Menyebutkan cara merawat pasien
dengan waham
3. Mempraktikkan cara merawat pasien
dengan waham
4. Membuat jadwal aktivitas dan minum
obat klien di rumah (discharge planning)

2. Kemampuan Perawat
Penilaian Kemampuan Perawat Dalam Merawat Pasien Waham
Petunjuk pengisian: Penilaian tindakan keperawatan untuk setiap SP
dengan menggunakan instrumen penilaian. Nilai tiap penilaian kinerja
masukkan ke tabel pada baris nilai SP.
No Kemampuan Tgl Tgl Tgl Tgl Tgl Tgl Tgl

A Pasien
SP I p
1. Membantu orientasi realita
2. Mendiskusikan kebutuhan yang
tidak terpenuhi
3. Membantu pasien memenuhi
kebutuhannya
4. Menganjurkan pasien
memasukkan dalam jadwal
kegiatan harian
Nilai SP I p
SP II p
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan
harian pasien
2. Berdiskusi tentang kemampuan
yang dimiliki
3. Melatih kemampuan yang
dimiliki
Nilai SP II p
SP III p
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan
harian pasien
2. Memberikan pendidikan
kesehatan tentang penggunaan
obat secara teratur
3. Menganjurkan pasien
memasukkan dalam jadwal
kegiatan harian
Nilai SP III p
B Keluarga
SP I k
1. Mendiskusikan masalah yang
dirasakan keluarga dalam
merawat pasien
2. Menjelaskan pengertian, tanda
dan gejala waham, dan jenis
waham yang dialami pasien
beserta proses terjadinya
3. Menjelaskan cara cara merawat
pasien waham
Nilai SP I k
SP II k
1. Melatih keluarga mempratekkan
cara merawat pasien dengan
waham
2. Melatih keluarga melakukan cara
merawat langsung kepada pasien
waham
Nilai SP II k
SP III k
1. Membantu keluarga membuat
jadwal aktivitas di rumah
termasuk minum obat (discharge
planning)
2. Menjelaskan follow up pasien
setelah pulang
Nilai SP III k
Total nilai : SP p + SP k
Rata-rata
Nama pasien : ................

Nama ruangan : ................

Nama perawat : ................

BAB 3

TINJAUAN KASUS

3.1 Triger Case


Tn. B 40 tahun beragama Hindu, anak kedua dari empat bersaudara. Ia
adalah termasuk orang yang memiliki kasta tinggi di Bali. Klien adalah
seorang yang taat beragama, keyakinannya dengan agamanya sangat kental,
karena dari kecil Tn. B di didik oleh keluarganya dengan keras dan Tn. B
selalu tidak boleh melakukan apapun kecuali beribadah, sehingga pada suatu
ketika Tn. B merasa bahwa dirinya adalah keturunan Tuhan, ia meyakini
bahwa dirinya dapat menyembuhkan bebagai macam penyakit dan dapat
berbicara dengan Tuhan. Tn. B selalu mengatakan bahwa “Aku adalah anak
Tuhan, sembahlah aku karena sama saja kamu menyembah Tuhanmu”, ketika
mengatakannya dengan nada tegas, wajahnya tegang dan mata melotot, dan
klien mengatakannya dengan berulang-ulang. Menurut keterangan dari
keluarga, bahwa perilaku itu muncul 2 bulan ini setelah orang tua yang
mendidiknya dengan keras itu meninggal, keluarga juga mengatakan bahwa
setelah orangtua Tn. B meninggal Tn. B banyak mengurung diri di kamar.
Kadang mondar-mandir didepan rumah dan kadang-kadang menunjukkan
ekspresi senang dan sedih ketika ditanya tentang orang tuanya.
Karena keyakinannya itu, Tn. B tidak mau melakukan apapun kecuali
beribadah, seperti tidak mau mandi, tidak mau makan kecuali nasi putih saja
hanya mau minum air putih, tidak mau gosok gigi, tidak mau menyisir
rambut, tidak mau keramas, kadang merasa tersinggung bila diingatkan. Tn.
B suka memakai baju berwarna putih dan tidak pernah ganti sehingga pakaian
klien terlihat lusuh.
Sering kali keluarga mengingatkan bahwa ia adalah orang biasa, bukan
anak Tuhan, tetapi Tn. B selalu bersikeras bahwa ia adalah anak Tuhan. Tn. B
berkata dengan nada kasar, bahkan Tn. B mengancam bahwa akan mengutuk
siapa saja yang tidak percaya kepadanya. Didapatkan hasil pemeriksaan
TD=100/70 mmHg, N=98 x/menit, RR=26 x/menit, Suhu=36,80C .Karena
keluarga dan saudara merasa tak mampu untuk merawat Tn. B, lalu keluarga
membawa Tn. B ke RSJ.

3.2 Proses Terjadinya Gangguan Jiwa


A. Faktor Predisposisi
Klien masuk rumah sakit jiwa karena klien mengalami gangguan proses
fikir sejak ditinggal orang tuanya meninggal dunia, dan klien banyak
mengurung diri dikamar serta mengaku sebagai anak Tuhan dan
terkadang suka mondar-mandir didepan rumah dan kadang-kadang
menunjukkan ekspresi senang dan sedih ketika ditanya tentang orang
tuanya.
B. Faktor Precipitasi
1. Riwayat pengobatan
Keluarga klien mengatakan bahwa klien tidak pernah dibawa berobat.
2. Riwayat penganiyaan
Klien tidak pernah mengalami penganiayaan fisik, seksual dan
tindakan kriminal.
3. Riwayat pengalaman masa lalu yang kurang menyenangkan
Klien di didik dengan keras oleh orang tuanya. Tidak boleh
melakukan apapun kecuali beribadah, 2 bulan lalu orang tua klien
telah tiada.
4. Riwayat anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa
Keluarga klien mengatakan bahwa di keluarganya tidak ada yang
mengalami gangguan jiwa.
C. Penilaian Primer
Bahwa perilaku itu muncul 2 bulan ini setelah orang tua yang
mendidiknya dengan keras itu meninggal, keluarga juga mengatakan
bahwa setelah orang tua Tn. B meninggal Tn. B banyak mengurung diri
di kamar. Kadang mondar-mandir didepan rumah dan kadang-kadang
menunjukkan ekspresi senang dan sedih ketika ditanya tentang orang
tuanya.

D. Penilaian Sekunder
Pasien mendapat dukungan dari keluarga dan saudara. Namun semakin
hari merasa tak mampu untuk merawat Tn. B, lalu keluarga membawa
Tn. B ke RSJ.
E. Koping
Sering kali keluarga mengingatkan bahwa ia adalah orang biasa, bukan
anak Tuhan, tetapi Tn. B selalu bersikeras bahwa ia adalah anak Tuhan.
Tn. B berkata dengan nada kasar, bahkan Tn. B mengancam bahwa akan
mengutuk siapa saja yang tidak percaya kepadanya.

3.3 Model Keperawatan


Model Psikoanalisa (Sigmund Freud, Erickson, Klein, Horney dll)
Proses terapeutik:
 Asosiasi bebas
Konselor memerintahkan klien untuk mengemukakan segala sesuatu
melalui perasaan. Metode ini adalah pengungkapan pengalaman masa
lampau dan penghentian emosi-emosi yang berkaitan dengan situasi
traumatik dimasa lalu, klien memperoleh pengetahuan dan evaluasi diri
sendiri.
 Analisa mimpi
Mengungkapkan pesan bawah sadar/permasalahan terpendam, baik
berupa hasrat, ketakutan, kekhawatiran, kemarahan yang tidak disadari.

3.4 Peran Dan Fungsi Perawat


Peran Community Mental Health Nursing:
 Pemberi asuhan keperawatan secara langsung (practitioner)
Perawat memberikan asuhan keperawatan kepada pasien untuk membantu
pasien mengembangkan kemampuan menyelesaikan masalah dan
meningkatkan fungsi kehidupannya.

 Pendidik (educator)
Perawat memberikan pendidikan kesehatan jiwa kepada individu dan
keluarga untuk mengembangkan kemampuan menyelesaikan masalah dan
mengembangkan kemampuan keluarga dalam melakukan tugas kesehatan
keluarga.
Pencegahan Primer:
 Preventif (sudah beresiko)
1) Masalah keperawatan : Waham (curiga)
2) Beresiko :
- Harga diri rendah
- Resiko mencederai diri atau pun orang lain (mengamuk)
- Defisit perawatan diri
- Bunuh diri
 Promotif (tak beresiko)
- Halusinasi
Pencegahan Sekunder:
 Memberikan pemahaman kepada keluarga pasien terhadap kondisi pasien.
 Dukungan/motivasi keluarga terhadap kondisi pasien.
 Memberikan terapi psikis pasien dengan:
- Memberikan perhatian lebih keluarga kepada pasien.
- Keluarga mampu meluangkan waktu untuk pasien.
- Membantu pasien mencari problem solving terhadap masalah pasien
untuk masuk perguruan tinggi seperti temanya.
- Memberikan rasa simpati dan empati terhadap pasien.
- Memberikan wawasan kepada keluarga pasien untuk tidak
menyinggung perasaan pasien dan memberikan arahan kepada pasien
bagaimana mengkondisikan pasien ketika kambuh.
 Mengikutsertakan pasien dalam kegiatan internal keluarga seperti: bersih-
bersih rumah, mengikutsertakan pasien ketika ada kumpulan keluarga, dll.
Tidak mengasingkan pasien.
 Mengikutsertakan pasien dalam kegiatan sosial, meningkatkan
kemampuan komunikasi pasien dengan mengajak pasien untuk
berkomunikasi seperti orang yang sehat pada umumnya.
 Meningkatkan jiwa spiritual pasien agar mampu melakukan mekanisme
koping terhadap masalahnya dengan baik.
Pencegahan Tersier:
 Bina hubungan saling percaya antara keluarga dengan paisen.
 Pemantuan keluarga terhadap kondisi pasien, perhatian yang lebih oleh
keluarga.
 Menjaga emosional negatif pasien.

3.5 Pengkajian
A. Identitas Klien
Pengkajian dilakukan pada (hari, tanggal, bulan, tahun) jam .......
Nama : Tn. B
Umur : 40 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Agama : Hindu
Alamat : Jln. Teuku Umar, Denpasar, Bali
Penanggung jawab : Tn. K
Alamat : Jln. Teuku Umar, Denpasar, Bali
B. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan umum : Compos mentis
2. Kesadaran : G-C-S=4-5-6
3. TTV : TD = 100/70 mmHg
N = 98 x/menit
RR = 26 x/menit
Suhu = 36,80C
4. TB : ... cm
5. BB : ... kg
6. Keluhan fisik : Tidak ada
C. Psikososial
1. Genogram:

69

46 37 31 28
33
Keterangan :
40
= Laki-laki = Klien/pasien

= Perempuan = Tinggal serumah

 Pola komunikasi keluarga : Tertutup


 Pola asuh : Klien di asuh oleh orang tuanya
dengan keras.
 Pengambilan keputusan : Otoriter, dibuktikan dengan semua
keputusan di keluarga di ambil oleh orang tua klien.
2. Konsep diri
 Identitas diri: Klien beranggapan kalau dirinya anak Tuhan karena
ia rajin beribadah dan merasa bisa berbicara dengan Tuhan.
 Fungsi peran: Klien sebagai orang yang taat beragama di
lingkungannya yang dapat menyembuhkan berbagai macam
penyakit.
 Ideal diri: Klien berharap keluarganya/lingkungannya mempercayai
keyakinannya sebagai anak Tuhan.
 Harga diri: Harga diri klien tinggi, klien menganggap dirinya
sebagai orang yang berharga yang bisa komunikasi dengan Tuhan,
namun sebenarnya klien sedang mengalami harga diri rendah.
3. Hubungan sosial
 Orang yang berarti: Orang tua.
 Peran serta kegiatan kelompok/masyarakat: Klien tidak pernah
mengikuti kegiatan kelompok (sosial) di lingkungan.
 Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain: Keyakinan yang
dibicarakan tidak sesuai dengan kenyataan yang ada, tidak sesuai
dengan pemikiran oarng-orang di lingkungannya.
4. Spritual: Klien sangat rajin beribadah.
D. Status Mental
1. Penampilan: Tidak rapi .
Jelaskan: Klien tampak kotor, rambut kotor, kusut, gigi kotor dan
kuning, kuku hitam dan panjang.
Masalah keperawatan: Defisit perawatan diri.
2. Pembicaraan: Keras.
Jelaskan: Klien kelihatan sangat bersemangat, pandangan mata klien
tampak tajam wajah tegang, ketika menceritakan masalahnya,
terutama saat menceritakan bahwa dirinya anak Tuhan.
Masalah keperawatan: Resiko tinggi perilaku kekerasan.
3. Aktivitas motorik: Tegang.
Jelaskan: Klien mengatakan mudah kesal dan jengkel.

4. Afek dan emosi: Tumpul.


Jelaskan: Menurut keluarga setelah orang tua Tn. B meninggal Tn. B
banyak mengurung diri di kamar.
Masalah keperawatan: Isolasi sosial.
5. Interaksi selama wawancara: Mudah tersinggung.
Jelaskan: Menurut keluarga klien mudah marah, cepat tersinggung
semenjak di tinggal mati orang tuanya.
6. Persepsi-sensori
Apakah ada gangguan : Ada.
Halusinasi : Merasa bisa berbicara dengan Tuhan.
Ilusi : Tidak ada.
7. Proses pikir: Nonrealistik.
Isi pikir: Waham agama. Ditandai dengan klien mengatakan dirinya
sebagai anak Tuhan.
8. Tingkat kesadaran
Waktu: Klien kurang dapat mengetahui kapan klien masuk RSJ, dan
dia kurang mengerti kapan saja waktu ia harus mandi.
Tempat: Klien mengetahui saat ini klien berada di RSJ.
Orang: Kilen dapat mengenali seseorang.
9. Memori: Klien mampu mengingat kejadian yang telah lalu,
misalnya saat orang tuanya tiada.
10. Tingkat konsentrasi dan berhitung: Klien mampu berhitung dengan
baik, saat diberi soal penambahan, klien mampu menjawab dengan
baik.

3.6 Analisa Data

No Data Masalah
1. DS: Tn. B mengatakan “Aku adalah anak Tuhan, Perubahan proses
sembahlah aku karena sama saja kamu menyembah pikir: waham
Tuhanmu.” agama.
DO: Wajah tegang, mata melotot merah dan dengan
nada tegas.
2. DS: Keluarga Tn. B mengatakan bahwa setelah ISOS.
orang tua Tn. B meninggal, Tn. B sering kali
mengurung diri di kamar dan tidak ingin berbicara
dengan orang lain.
DO: -
3. DS: Kelurga mengatakan bahwa sering kali Resiko tinggi
mengingatkan bahwa ia adalah orang biasa, bukan perilaku kekerasan.
anak Tuhan, tetapi Tn. B selalu bersikeras bahwa ia
adalah anak Tuhan, bahkan Tn. B mengancam
bahwa akan mengutuk saja yang tidak percaya
kepadanya.
DO: Tn. B berkata dengan nada kasar.
4. DS: Keluarga mengatakan, karena keyakinannya itu, Defisit perawatan
Tn. B tidak mau melakukan apapun kecuali diri.
beribadah seperti tidak mau mandi, tidak mau
makan kecuali nasi putih saja, hanya mau minum air
putih, tidak mau gosok gigi, tidak mau menyisir
rambut, kadang merasa tersinggung jika diingatkan.
Tn. B suka memakai baju berwarna putih dan tidak
pernah ganti.
DO: Gigi Tn. B berwarna kuning, rambutnya tidak
tertata rapi, baju terlihat lusuh.

3.7 Diagnosa Keperawatan

No Diagnosa TTD
1. Gangguan proses fikir: Waham kebesaran.
2. Koping individu tidak efektif: Isolasi Ssosial.

3. Resiko tinggi melakukan perilaku kekerasan: Mencederai


diri sendiri dan orang lain.
4. Defisit perawatan diri.

Diagnosa prioritas:
Gangguan proses fikir : Waham kebesaran.
Axis 1: Gangguan.
Axis 2: Waham agama.
Axis 3: Proses pikir.
Axis 4: Kebesaran.

3.8 Intervensi

Perencanaan
Intervensi Rasional
Tujuan Kriteria Hasil
TUM: Klien
dapat
berkomunikasi
dengan baik
dan terarah.
TUK 1: Klien 1. Ekspresi wajah 1. Bina hubungan Hubungan saling
dapat membina bersahabat. saling percaya percaya menjadi
hubungan 2. Ada kontak dengan dasar interaksi
saling percaya. mata. menggunakan selanjutnya
3. Mau berjabat prinsip sehingga dapat
tangan. komunikasi terbina hubungan
4. Mau menjawab terapeutik. saling percaya dan
salam. 2. Jangan klien lebih terbuka
5. Klien mau membantah dan merasa aman dan
duduk mendukung mau berinteraksi.
berdampingan. waham klien.
6. Klien mau 3. Yakinkan klien
mengutarakan dalam keadaan
perasaan. aman dan
terlindung.
TUK 2: Klien 1. Klien mampu 1. Beri pujian pada Meningkatkan
dapat mempertahankan penampilan dan orietasi klien pada
mengidentifika aktivitas sehari- kemampuan realita dan
si kemampuan hari. klien yang meningkatkan rasa
yang dimiliki. 2. Klien dapat realistis. percaya klien pada
mengontrol 2. Diskusikan perawat.
wahamnya. dengan klien
kemampuan
yang dimiliki
pada waktu lalu
dan saat ini yang
realistis. (hati-
hati terlibat
diskusi dengan
waham).
3. Tanyakan apa
yang bisa
dilakukan
(kaitkan dengan
aktivitas sehari-
hari dan
perawatan diri)
kemudian
anjurkan untuk
melakukan saat
ini.
4. Jika klien selalu
bicara tentang
wahamnya
dengarkan
sampai
kebutuhan
waham tidak
ada. (perawat
perlu
memperhatikan
bahwa klien
penting).
TUK 3: Klien 1. Kebutuhan 1. Observasi Reinforcement
dapat klien terpenuhi. kebutuhan klien adalah penting
mengidentifika 2. Klien dapat sehari-hari. untuk
si kebutuhan melakukan 2. Diskusikan meningkatkan
yang tidak aktivitas secara kebutuhan klien kesabaran diri
terpenuhi. terarah. yang tidak klien. Mengetahui
3. Klien tidak terpenuhi selama penyebab curiga
menggunakan di rumah dan intervensi
/membicarakan maupun di selanjutnya.
wahamnya. rumah sakit.
3. Hubungkan
kebutuhan yang
tidak terpenuhi
dengan
timbulnya
waham.
4. Tingkatkan
aktivitas yang
dapat memenuhi
kebutuhan klien
dan memerlukan
waktu dan
tenaga.
5. Atur situasi agar
klien tidak
mempunyai
waktu untuk
menggunakan
wahamnya.
TUK 4: Klien 1. Klien mampu 1. Berbicara Dengan
dapat berbicara secara dengan klien meningkatkan
berhubungan realitas. dalam konteks aktivitas tidak
dengan 2. Klien realitas (realitas akan mempunyai
realitas. mengikuti terapi diri, realitas waktu untuk
aktivitas orang lain, mengikuti
kelompok. waktu dan wahamnya.
tempat).
2. Sertakan klien
dalam terapi
aktivitas
kelompok:
orientasi realitas.
3. Berikan pujian
pada tiap
kegiatan positif
yang dilakukan
klien.
TUK 5: Klien 1. Keluarga dapat 1. Diskusikan Reinforcement
dapat membina dengan keluarga adalah penting
dukungan hubungan saling tentang: untuk
keluarga. percaya dengan  Gejala mningkatkan
perawat. waham. kesadaran klien
2. Keluarga dapat  Cara akan realitas.
menyebutkan merawatnya.
pengertian, tanda  Lingkungan
dan tindakan keluarga.
untuk merawat  Follow up
klien dengan dan obat.
waham. 2. Anjurkan
keluarga
melaksanakan
dengan bantuan
perawat.
TUK 6: Klien 1. Klien 1. Diskusikan Perhatian keluarga
dapat menyebutkan dengan klien dan dan pengertian
menggunakan manfaat, dosis kelurga tentang keluarga akan
obat dengan dan efek samping obat, dosis, dapat membantu
benar. obat. frekuensi, efek dan klien dalam
2. Klien dapat akibat penghentian. mengendalikan
mendemonstrasik 2. Diskusikan wahamnya. Obat
an penggunaan perasaan klien dapat mengontrol
obat dengan setelah minum obat. waham yang
benar. 3. Berikan obat dialami klien.
3. Klien dengan prinsip 5
memahami akibat benar dan observasi
berhentinya obat setelah minum obat.
tanpa konsultasi.
4. Klien dapat
menyebutkan
prinsip dalam
penggunaan obat.
3.9 Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan (SPTK)
Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan (SPTK) Pada Klien Waham
Nama Perawat : Diah Novitasari
Pertemuan : Ke-1
Hari/Tanggal : Senin/04 Maret 2019
Jam : 08.00 WIB
1. Fase Prainteraksi
Kondisi: Ketika Tn. B merasa bahwa dirinya adalah keturunan Tuhan/Sang
Hyang Widhi, ia meyakini bahwa dirinya dapat menyembuhkan bebagai
macam penyakit dan dapat berbicara dengan tuhan. Tn. B selalu
mengatakan bahwa “Aku adalah anak Tuhan, sembahlah aku karena sama
saja kamu menyembah Tuhanmu”, ketika mengatakannya dengan nada
tegas, wajahnya tegang dan mata melotot.
Diagnosa Keperawatan: Waham kebesaran.
Tujuan Khusus:
 Klien dapat membina hubungan saling percaya.
 Klien dapat mengidentifikasi kebutuhan yang tidak terpenuhi.

Tindakan Keperawatan: SP 1 Pasien.

 Mengidentifikasi kebutuhan.
 Klien bicara konteks realita.
 Latih pasien untuk memenuhi kebutuhannya.
 Masukkan dalam jadwal kegiatan pasien.
2. Fase Orientasi
Salam Terapeutik:
“Selamat pagi pak”
“Bagaimana kabar Bapak pagi ini? Hari ini Bapak nampak segar sekali?
Bapak sudah sarapan pagi apa belum? Apa Bapak masih ingat dengan
menu tadi?”
“Bapak, kenalkan nama saya Diah Novitasari, bisa dipanggil suster Vita.
Nama Bapak siapa? Kalau Bapak lebih suka dipanggil dengan nama siapa?
O... suka dipanggil dengan nama Bapak B, baiklah.”
“Saya mahasiswi keperawatan PPNI Mojokerto pak, saya bertugas disini
selama 1 minggu, dan pasti Bapak akan sering ketemu saya nanti.”
Evaluasi/Validasi:
“Bagaimana perasaan Bapak pagi ini?”
“Bagaimana ceritanya sampai Bapak di bawa kesini? Coba ceritakan
kepada saya.”
Kontrak:
 Topik
“Bapak, bagaimana kalau kita bercakap-cakap tentang perasaan Bapak
saat ini? Tapi sebelum kita bercakap-cakap, apakah ada hal yang Bapak
tanyakan atau keluhkan saat ini?”
 Waktu
“Apakah Bapak sibuk hari ini, kalau Bapak sibuk, bagaimana kalau kita
berbincang-bincangnya hanya 15 menit saja?”
 Tempat
“Supaya kita lebih enak mengobrolnya, bagaimana kalau kita
berbincang-bincang di teras depan saja?”
3. Fase Kerja
“Dulu Bapak bekerja dimana? O... Bapak dulu seorang penjahit ya. Wahh
hebat ya Bapak, saya juga ingin bisa menjahit seperti Bapak.”
(Jika klien selalu bicara tentang wahamnya, dengarkan sampai kebutuhan
waham tidak ada. Perawat perlu memperhatikan bahwa klien penting.
Karena dengan begitu klien merasa diperhatikan sehingga klien akan
mengungkapkan perasaannya)
(Memberikan pujian pada setiap kegiatan positif yang dilakukan klien)
(Memberikan pujian kepada kemampuan klien yang realistis)
(Diskusikan kebutuhan klien apa saja hal yang tidak terpenuhi selama di
rumah sakit atau dirumah)
“Apa keinginan Bapak yang belum dilakukan selama di rumah dan di
sini?”
4. Fase Terminasi
Evaluasi Klien (subyektif):
“Baiklah Bapak, karena waktu kita sudah habis, sekarang bagaimana
perasaan Bapak setelah kita berbincang-bincang tadi?”
Evaluasi Perawat (obyektif):
Klien dapat menceritakan hal-hal yang selama ini dialami oleh klien, dan
menceritakan kebutuhannya yang belum terpenuhi.
Tindak Lanjut Klien:
“Bagaimana, apakah Bapak ingin melanjutkan cerita Bapak?”
Kontrak:
 Topik
“Nanti kita akan bertemu lagi untuk berbincang-bincang lagi dan
melakukan hal yang ingin Bapak lakukan, bagaimana Bapak? Apa
Bapak setuju?”
“Kalau begitu kita tulis jadwalnya disini ya pak.”
 Waktu
“Enaknya kita nanti berbincang-bincang lagi jam berapa pak? Baiklah,
jadi kita akan berjumpa lagi besok ya pak, jam 08.00 WIB.”
 Tempat
“Dimana nanti kita berbincang-bincang lagi pak? Bagaimana kalau di
tempat yang sama?”

Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan (SPTK) Pada Klien Waham


Nama Perawat : Arsala Fadilah Ihwan
Pertemuan : Ke-2
Hari/Tanggal : Selasa/05 Maret 2019
Jam : 08.00 WIB
1. Fase Prainteraksi
Kondisi: Klien merasa senang berbincang-bincang dan merasa dirinya
lebih aman berfikir positif.
Diagnosa Keperawatan : Waham kebesaran.
Tujuan Khusus: Klien dapat mengidentifikasi kemampuan yang dimiliki.

Tindakan Keperawatan: SP 2 Pasien.


 Evaluasi kegiatan yang lalu (SP 1).
 Identifikasi potensi/kemampuan yang dimiliki.
 Pilih dan latih potensi kemampuan yang dimiliki.
 Masukkan dalam jadwal kegiatan pasien.
2. Fase Orientasi
Salam Terapeutik:
“Selamat pagi pak? Sesuai dengan kesepakatan kita kemarin, saya datang
lagi untuk membicarakan kegemaran Bapak.”
Evaluasi/Validasi:
“Bagaimana perasaan Bapak sekarang? Bapak masih ingat apa yang akan
kita bicarakan kali ini?”
Kontrak:
 Topik
“Baik, sesuai janji kita, hari ini kita berbincang-bincang tentang
kegiatan yang ingin Bapak lakukan.”
 Waktu
“Bagaimana kalau kita berbincang-bincangnya selama 15-20 menit?
Selama itu kita juga melakukan beberapa hal yang ingin Bapak
lakukan?”
 Tempat
“Supaya kita lebih enak mengobrolnya, bagaimana kalau kita
berbincang-bincang di teras depan saja? Seperti janji kita.”
3. Fase Kerja
“Bagaimana pak, apa yang ingin Bapak lakukan hari ini? O... Bapak ingin
menjahit, baiklah pak kita coba menjahit.”
“Selain menjahit, hal yang ingin Bapak lakukan apa? Mendesain ya,
baiklah itu nanti akan kita lakukan juga.”
“Pak, jika Bapak menginginkan sesuatu hal, sebaiknya jangan dipendam
saja, coba dilakukan.”
“Ketika Bapak dalam kesulitan jangan sungkan-sungkan untuk meminta
bantuan kepada orang terdekat, karena insyaAllah orang terdekat Bapak
akan membantu Bapak.”
4. Fase Terminasi
Evaluasi Klien (subyektif):
“Baiklah pak, karena waktu kita sudah habis, sekarang bagaimana
perasaan Bapak setelah kita berbincang-bincang tadi dan melakukan
beberapa hal yang ingin Bapak lakukan?”
Evaluasi Perawat (obyektif):
“Klien dapat menceritakan hal-hal kebutuhannya yang belum terpenuhi
dan mencoba melakukannya?”
Tindak Lanjut Klien:
“Bagaimana, apakah Bapak ingin melanjutkan kegiatan ini Bapak?”
Kontrak:
 Topik
“Besok kita akan bertemu lagi untuk berbincang-bincang lagi dan
melakukan hal lain yang ingin Bapak lakukan, bagaimana pak? Apa
Bapak setuju?”
“Kalau begitu kita tulis jadwalnya disini ya pak.”
 Tempat
“Dimana besok kita berbincang-bincang lagi pak? Bagaimana kalau di
taman depan?”
 Waktu
“Enaknya kita besok berbincang-bincang lagi jam berapa pak?
Bagaimana kalau pukul 08.00 WIB.”
Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan (SPTK) Pada Klien Waham
Nama Perawat : Lathifatul Wahyu Nurhabibah
Pertemuan : Ke-3
Hari/Tanggal : Rabu/06 Maret 2019
Jam : 08.00 WIB
1. Fase Prainteraksi
Kondisi: Klien merasa senang berbincang-bincang dengan perawat dan
merasa ada memperhatikan klien tersebut. Klien dapat bercakap-cakap
dengan teman atau perawat.
Diagnosa Keperawatan: Waham kebesaran.
Tujuan Khusus: Klien dapat menggunakan obat dengan benar.
Tindakan Keperawatan: SP 3 Pasien.
 Evaluasi kegiatan yang lalu (SP 1 dan 2).
 Memilih kemampuan lain yang dapat dilakukan.
 Pilih dan latih potensi kemampuan lain yang dimiliki.
 Masukkan dalam jadwal.
2. Fase Orientasi
Salam Terapeutik:
“Selamat pagi Bapak? Sesuai kesepakatan kita kemarin, saya datang lagi
pak.”
Evaluasi/Validasi:
“Bapak sampai mana menjahitnya? Bisa saya lihat?”
Kontrak:
 Topik
“Nah, sekarang bagaimana jika hari ini kita bercakap-cakap tentang
hobi yang Bapak miliki?”
 Waktu
“Kira-kira berapa lama Bapak mempunyai waktu untuk bercakap-cakap
tentang hobi Bapak?”
“Bagaimana kalau 15 menit, apakah Bapak mau?”

 Tempat
“Dimana enaknya kita bercakap-cakap tentang hobi Bapak?”
3. Fase Kerja
“Apa saja hobi yang Bapak miliki? Saya catat ya pak, terus apa lagi pak?”
“Wah ternyata Bapak hebat ya, tidak banyak lho orang yang mempunyai
hobi seperti yang Bapak miliki”. (Beri pujian tentang apa yang di
ungkapkan oleh pasien)
“Dapatkah Bapak ceritakan kepada saya, kapan pertama kali bapak
memilih hobi itu?”
“Siapa yang dulu mengajarkan kepada Bapak, di mana?”
“Dapatkah Bapak peragakan kepada saya bagaimana Bapak melakukan
hobi itu dengan baik?”
“Wahh ternyata Bapak hebat ya, saya ingin mempunyai bakat seperti
Bapak?”
“Coba kita buat jadwal untuk kemampuan Bapak ini ya, berapa kali
sehari/seminggu Bapak mau melakukan hobi Bapak itu?”
“Lalu apa harapan Bapak dari kemampuan yang Bapak miliki ini?”
“Apakah ada yang lain kemampuan/hobi Bapak yang lain selain ini?”
“Oh ya pak, Bapak sekarang waktunya minum obat. Bagaimana pak, apa
Bapak ingat dengan warna obatnya? Mari pak saya bantu untuk
mengambilkan obatnya.”
4. Fase Terminasi
Evaluasi Klien (subyektif):
“Bagaimana perasaan Bapak setelah kita bercakap-cakap tentang hobi dan
kemampuan Bapak tadi?”
Evaluasi Perawat (obyektif):
Klien dapat menceritakan dan mengungkapkan hal-hal yang dialami oleh
klien, dan menceritakan semua kemampuan dan hobi yang selama ini telah
dimiliki.
Tindak Lanjut Klien:
“Setelah ini Bapak melakukan kegiatan sesuai dengan yang Bapak lakukan
tadi. Bapak bisa memasukkanya dalam jadwal kegiatan kontrak.”
Kontrak:
 Topik
“Setelah ini pertemuan selanjutnya membicarakan kegiatan yang bisa
Bapak optimalkan secara rutin.”
 Waktu
“Kalau waktunya, apa Bapak punya pandangan jam berapa? Bagaimana
kalau seperti ini juga?”
“Ya sudah ya pak, terima kasih untuk waktunya, sampai jumpa lagi?”
 Tempat
“Dimana kita akan bertemu lagi, bagaimana kalau ditempat ini juga?”

Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan (SPTK) Pada Klien Waham


Nama Perawat : Faiz Mufidah
Pertemuan : Ke-4
Hari/Tanggal : Kamis/07 Maret 2019
Jam : 08.00 WIB
1. Fase Prainteraksi
Kondisi: Klien mulai rileks saat berinteraksi dengan perawat dan dapat
melakukan apa yang diperintah perawat.
Diagnosa Keperawatan: Waham kebesaran.
Tujuan Khusus: Klien dapat menggunakan obat dengan benar.
Tindakan Keperawatan: SP 3 Pasien.
 Evaluasi kegiatan yang lalu (SP 1 dan 2).
 Memilih kemampuan lain yang dapat dilakukan.
 Pilih dan latih potensi kemampuan lain yang dimiliki.
 Masukkan dalam jadwal.
2. Fase Orientasi
Salam Terapeutik:
“Selamat pagi Bapak? Sebelumnya saya bisa lihat jadwal kegiatan harian
Bapak?”
Evaluasi/Validasi:
“Bagaimana perasaan Bapak setelah melakukan hobi-hobi tersebut?”
Kontrak:
 Topik
“Baik pak sesuai janji kita untuk membicarakan kegiatan yang bisa
Bapak optimalkan scara rutin, selain melakukan beberapa hobi.”
 Waktu
“Bagaimana kalau 15 menit, apa Bapak mau?”
 Tempat
“Bagaimana kalau di taman pak? Agar lebih rileks.”

3. Fase Kerja
“Bagaimana pak, apakah Bapak sudah melaukan tugas atau kegiatan yang
sudah diajarkan?”
“Baiklah pak, sudah bagus. Dipertahankan ya pak?”
“Bapak kemarin kan sudah diajarkan konteks realita dan kemarin kita
sudah melakukan kegiatan menjahit, beberapa hobi, dan Bapak sudah bisa
melakukan kegiatan tersebut ya pak.”
“Apakah bapak bisa melaukukan kegiatan yang lain pak? Seperti
menyapu? Coba Bapak tunjukkan kepada saya bagaimana Bapak bisa
menyapu halaman ini. Biasanya dalam kehidupan sehari-hari Bapak
melakukannya dirumah atau tidak pak?”
“Bapak sudah bisa menyapu halaman ini sampai bersih ya pak, kalau bisa
kegiatan ini dilakukan setiap hari ya pak pagi dan sore. Kegiatan ini saya
masukkan jadwal ya pak.”
4. Fase Terminasi
Evaluasi Klien (subyektif):
“Bagaimana perasaan Bapak setelah kita membicarakan kegiatan yang bisa
Bapak optimalkan secara rutin?”
Evaluasi Perawat (Obyektif):
“Coba Bapak sebutkan kembali apa saja kemampuan, hobi, dan aktivitas
yang bisa Bapak lakukan?”
“Baiklah pak sudah bagus.”
Tindak Lanjut Klien:
“Setelah ini Bapak melakukan kegiatan sesuai dengan yang Bapak lakukan
tadi. Jangan lupa memasukkan kedalam jadwal harian Bapak.”
Kontrak:
 Topik
“Nanti saya akan bicara dengan keluarga cara merawat Bapak di
rumah.”
 Waktu
“Kalau waktunya, apa Bapak punya pandangan jam berapa? Bagaimana
kalau seperti ini juga?”
“Ya sudah ya pak, terima kasih untuk waktunya, sampai jumpa lagi?”
 Tempat
“Dimana kita akan bertemu lagi, bagaimana kalau ditempat ini juga?”
Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan (SPTK) Pada Klien Waham
Nama Perawat : Ratna Setyaningtiyas
Pertemuan : Ke-5
Hari/Tanggal : Jumat/08 Maret 2019
Jam : 08.00 WIB
1. Fase Prainteraksi
Kondisi: Ketika keluarga klien menjenguk klien di RSJ, keluarga klien
mengatakan bahwa klien Tn. B banyak mengurung diri di kamar, kadang
mondar mandir di depan kamar, dan kadang-kadang menunjukkan ekspresi
senang dan kadang sedih. Diharapkan klien mendapat dukungan dari
keluarga untuk proses kesembuhan klien. Klien sudah tenang, lebih
banyak berinteraksi.
Diagnosa Keperawatan: Waham kebesaran.
Tujuan Khusus: Klien dapat dukungan keluarga.
Tindakan Keperawatan: SP 1 Keluarga
 Mengidentifikasi masalah keluarga dalam merawat pasien.
 Menjelaskan proses terjadinya waham.
 Menjelaskan tentang cara merawat pasien waham.
 Latih (stimulasi) cara merawat.
 RTL keluarga/jadwal untuk merawat pasein.
2. Fase Orientasi
Salam Terapeutik:
“Selamat pagi pak, bu. Perkenalkan nama saya Ratna Setyaningtiyas, saya
mahasiswi Keperawatan PPNI Mojokerto. Pak,bu saya bertugas di sini
selama 1 minggu, Bapak dan Ibu akan sering ketemu dengan saya nanti.
Dan saya yang merawat Tn. B selama ini. Nama Bapak dan Ibu siapa?”
Evaluasi/Validasi:
“Bagaimana perasaan Bapak dan Ibu hari ini?”
“Bagaimana ceritanya sampai Tn. B dibawa kesini, coba Bapak/Ibu
ceritakan kepada saya?”

Kontrak:
 Topik
“Ibu, bagaimana kalau sekarang kita membicarakan tentang masalah
Tn. B dan cara merawat Tn. B?”
 Tempat
“Supaya kita lebih enak mengobrolnya, bagaimana kalau kita
berbincang-bincang di ruang tamu ini?”
 Waktu
“Apakah Bapak dan Ibu sibuk hari ini, kalau sibuk, kita berbincang-
bincang 15 menit saja?”
3. Fase Kerja
“Pak, bu, apa masalah yang Bapak dan Ibu rasakan selama merawat Tn.
B?”
“Apa yang sudah dilakukan dalam menghadapai sikap Tn. B ketika klien
berbicara mata klien melotot, sering tampak tegang kalau berbicara dan
kadang-kadang kacau, ketika marah dengan nada tinggi?”
“Untuk itu akan saya jelaskan bagaimana sikap dan cara menghadapinya
setiap kali Tn. B melakukan tindakan tadi.”
“Bapak dan Ibu pertama-tama, jika sedang bercakap-cakap dengan Tn. B,
sebaiknya lebih memperhatikan wajah Tn. B agar dia merasa di hargai dan
bisa mengendalikan wahamnya. Juga saat berbicara Bapak dan Ibu
sebaiknya mengindari nada tinggi, dan tidak keras-keras.”
“Kedua, hal ini sebaiknya dilakukan oleh seluruh keluarga yang
berinteraksi dengan Tn. B.”
“Bapak dan Ibu dapat bercakap-cakap denngan Tn. B tentang kebutuhan
yang di inginkan Tn. B.”
“Bagaimana kalau di coba sekarang?”
“Selain itu, Tn. B perlu minum obat agar pikiranya jadi tenang, tidurnya
juga tenang.”
“Obatnya ada tiga macam, yang warna orange namanya CPZ gunanya agar
Tn. B tenang, yang putih ini namanya THP gunannya supaya rileks, dan
yang merah jambu ini namanya HLP gunanya agar pikiran tenang.
Semuanya ini harus di minum secara teratur 3 kali sehari pukul 7 pagi, 1
siang, dan 7 malam. Jangan dihentikan sebelum berkonsultasi dengan
dokter karena dapat menyebabkan Tn. B kambuh lagi.”
“Tn. B sudah mempunyai jadwal minum obat. Jika dia minta obat sesuai
jadwal berikan kata pujian.”
4. Fase Terminasi
Evaluasi Klien (subyektif):
“Baiklah, bagaimana perasaan Bapak dan Ibu setelah kita bercakap-cakap
tentang merawat Tn. B di rumah?”
Evaluasi Perawat (obyektif):
“Setelah ini coba Bapak dan Ibu lakukan semua yang sudah saya jelaskan
tadi.”
Tindak Lanjut Klien:
“Bagaimana, apakah Bapak dan Ibu ingin melanjutkan cerita Bapak/Ibu?”
Kontrak:
 Topik
“Baiklah bagaimana kalau lain kali saya datang lagi kesini dan kita
akan mencoba melakukan langsung cara merawat Tn. B sesuai dengan
pembicaraan kita tadi?”
 Waktu
“Enaknya kita besok berbincang-bincang lagi jam berapa pak, bu?
Kalau sama seperti hari ini saja bagaimana pak, bu? Baiklah, jadi kita
akan berjumpa besok ya pak, bu jam 08.00.”
 Tempat
“Dimana besok kita berbincang-bincang lagi bu? Bagaimana kalau di
tempat yang sama?”

Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan (SPTK) Pada Klien Waham


Nama Perawat : Putri Lely Widyanengrum
Pertemuan : Ke-6
Hari/Tanggal : Sabtu/09 Maret 2019
Jam : 08.00 WIB
1. Fase Prainteraksi
Kondisi: Keluarga klien mengatakan sudah ada perubahan terhadap
kondisi klien yang berbicara seperti biasa seperti sebelum terjadi waham.
Ketika berbicara tidak lagi bernada tinggi dan tidak lagi membentak-
bentak.
Diagnosa Keperawatan: Waham kebesaran.
Tujuan Khusus: Klien dapat dukungan keluarga.
Tindakan Keperawatan: SP 2 Keluarga.
 Evaluasi kemampuan keluarga (SP 1).
 Melatih keluarga merawat langsung klien dengan harga diri rendah.
 Menyusun RTL keluarga/jadwal keluarga untuk merawat klien.
2. Fase Orientasi
Salam Terapeutik:
“Selamat pagi pak, bu, sesuai janji kita kemarin kita sekarang bertemu
lagi.”
Evaluasi/Validasi:
“Pak, bu bagaimana dengan kegiatan kita kemarin yang sudah saya ajarkan
untuk Tn. B?”
“Apakah Bapak/Ibu masih ingat dengan apa yang saya ajarkan kemarin?”
Kontrak:
 Topik
“Baiklah, kalau begitu pak, bu kita akan mengevaluasi kegiatan
kemarin.”
 Waktu
“Bagaimana kalau kita mengevaluasinya hanya 15 menit saja?”
 Tempat
“Bapak/Ibu kita melakukannya di mana?”
“Bagaimana pak, bu kalau kita langsung ke Tn. B saja, Tn. B ada di
taman.”
3. Fase Kerja
“Nah, coba Bapak/Ibu praktikkan lagi bagaimana cara merawat Tn. B?
Baiklah.”
“Sekarang coba praktikkan cara memberkan pujian kepada kemampuan
yang dimilikiTn. B. Bagus.”
“Sekarang coba Bapak/Ibu cara memotivasi Tn. B agar minum obat dan
melakukan kegiatan positifnya sesuai jadwal.”
“Bagus sekali, ternyata Bapak/Ibu sudah mengerti cara merawat Tn. B.”
“Baiklah, Bapak/Ibu bisa mempraktikkan juga di rumah.”
“Coba sekarang Bapak/Ibu ulangi lagi. Bagus.”
4. Fase Terminasi
Evaluasi Klien (subyektif):
“Bagaimana, apa Bapak/Ibu sekarang mulai bisa merawat Tn. B sendiri?”
Evaluasi Perawat (obyektif):
“Bagaimana, apa Bapak/Ibu bisa melakukan yang kita pelajari bersama
tadi? Baiklah.”
Tindak Lanjut Klien:
“Bagaimana Bapak/Ibu juga bisa mengajari anggota keluarga yang lain,
sehingga nanti bisa mempermudah dan dapat membantu Bapak/Ibu
merawat Tn. B. Terima kasih atas waktunya Bapak/Ibu.”
Kontrak:
 Topik
“Bapak/Ibu, kita besok bertemu lagi dan kita akan mencoba lagi cara
merawat Tn. B sampai Bapak/Ibu lancar melakukannya.”
 Waktu
“Enaknya kita besok bertemu lagi jam berapa pak, bu?”
“Kalau waktunya sama seperti sekarang bagaimana?”
“Baiklah, jadi kita akan berjumpa lagi besok ya pak, bu, jam 08.00
WIB.”
 Tempat
“Dimana pak, bu kita bisa bertemu lagi?”
“Bagaimana kita bertemu lagi di tempat ini ya pak, bu.”
Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan (SPTK) Pada Klien Waham
Nama Perawat : Efa Ayu Ningsih
Pertemuan : Ke-7
Hari/Tanggal : Minggu/10 Maret 2019
Jam : 08.00 WIB
1. Fase Prainteraksi
Kondisi: Keluarga pasien mengatakan bahwa klien dapat berkomunikasi
dengan baik, tidak marah-marah lagi. Ketika pasien berbicara sudah tidak
bernada tinggi, mata juga tidak melotot ketika berbicara. Diharapkan klien
mendapat dukungan dari keluarga untuk proses kesembuhan klien. Klien
sudah tenang, lebih banyak berinteraksi.
Diagnosa Keperawatan: Waham kebesaran.
Tujuan Khusus: Klien dapat dukungan keluarga.
Tindakan Keperawatan: SP 3 Keluarga
 Evaluasi kemampuan keluarga (SP 1).
 Evaluasi kemampuan klien.
 Rencana tindak lanjut keluarga dengan follow up dan rujukan.
2. Fase Orientasi
Salam Terapeutik:
“Selamat pagi pak, bu, sesuai janji kita kemarin kita sekarang bertemu
lagi.”
Evaluasi/Validasi:
“Pak, bu bagaimana dengan kegiatan kita kemarin yang sudah saya ajarkan
untuk Tn. B?”
“Apakah Bapak/Ibu masih ingat dengan apa yang saya ajarkan kemarin?”
Kontrak:
 Topik
“Baiklah, kalau begitu pak, bu kita akan mengevaluasi kegiatan
kemarin.”
 Waktu
“Bagaimana kalau kita mengevaluasinya hanya 15 menit saja?”

 Tempat
“Bapak/Ibu kita melakukannya dimana?”
“Bagaimana pak, bu, kalau kita langsung ke Tn. B saja, Tn. B ada di
taman.”
3. Fase Kerja
“Nah, coba Bapak/Ibu praktikkan lagi bagaimana cara menghadapi Tn. B?
Baiklah.”
“Sekarang coba bagaimana caranya untuk mengalihkan perhatian Tn. B
untuk menghindari tindakan-tindakan yang akan dilakukan. Bagus.”
“Bagaimana kalau di coba lagi sekarang? Dan jangan lupa Bapak/Ibu
selalu memberikan motivasi dan hal-hal yang baik/positif, ya pak, bu?”
“Sekarang coba Bapak/Ibu cara memotivasi Tn. B agar minum obat dan
melakukan kegiatan positifnya sesuai jadwal.”
“Bagus sekali, ternyata Bapak/Ibu sudah mengerti cara merawat Tn. B.”
“Baiklah, Bapak/Ibu bisa mempraktikkan juga di rumah.”
“Coba sekarang Bapak/Ibu ulangi lagi. Bagus.”
“Dan jangan lupa selalu kontrol untuk melihat perkembangan Tn. B ya
pak, bu?”
“Tn. B sudah banyak mengalami peningkatan sebelum Tn. B dapat dibawa
pulang, Tn. B akan di evaluasi lebih lanjut agar kondisinya tidak lagi
kambuh.”
4. Fase Terminasi
Evaluasi Klien (subyektif):
“Bagaimana perasaan Bapak/Ibu setelah berbincang-bincang dengan saya
tentang cara merawat Tn. B di rumah?”
Evaluasi Perawat (obyektif):
“Bagaimana, apa Bapak/Ibu bisa melakukan yang kita pelajari bersama
tadi? Baiklah.”
Tindak Lanjut Klien:
“Setelah ini coba Bapak/Ibu mengingat jadwal yang sudah dibuat untuk
keluarga yang ada di rumah ya pak, bu? Dan lakukan yang sudah saya
jelaskan dan tolong untuk membantu Tn. B untuk meminum obatnya
sesuai yang saya ajarkan.”
“Dan jangan lupa selalu kontrol ya pak, bu? Jika obatnya sudah habis
Bapak/Ibu bisa kesini lagi untuk konsultasi.”
“Baiklah kalau begitu, saya kira cukup, ada yang perlu di tanyakan lagi
pak, bu?”
“Iya sama-sama. Waalaikumussalam.”
DAFTAR PUSTAKA

Azizah, L. M., Zainuri, I. & Akbar, A., 2016. Buku Ajar Keperawatan Kesehatan
Jiwa Teori Dan Aplikasi Praktik Klinik. Yogyakarta: Indomedia Pustaka.

Keliat, B. A., 2011. Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas. Jakarta: EGC.

Yosep, I., 2011. Keperawatan Jiwa. Bandung: PT Refika Aditama.

Anda mungkin juga menyukai