Oleh :
2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas segala rahmat dan hidayah-Nya,
sehingga penyusunan makalah ini dapat diselesaikan tanpa ada halangan apapun.
Penyusunan makalah Waham merupakan salah satu tugas mata kuliah
Keperawatan Jiwa pada semester genap tahun pelajaran 2018/2019 di STIKES
BINA SEHAT PPNI MOJOKERTO. Ucapan terima kasih penulis sampaikan
kepada :
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL....................................................................... i
KATA PENGANTAR........................................................................ ii
DAFTAR ISI....................................................................................... iii
BAB 1 : PENDAHULUAN................................................................ 1
1.1 Latar Belakang............................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah.......................................................... 1
1.3 Tujuan............................................................................ 2
1.4 Manfaat.......................................................................... 2
BAB 2 : TINJAUAN TEORI.............................................................. 3
2.1 Pengertian Waham......................................................... 3
2.2 Jenis-Jenis Waham........................................................ 3
2.3 Etiologi.......................................................................... 5
2.4 Rentang Respon Neurobiologi....................................... 6
2.5 Fase-Fase Waham.......................................................... 6
2.6 Patofisiologi................................................................... 8
2.7 Tanda Dan Gejala Waham............................................. 9
2.8 Penatalaksanaan............................................................. 10
2.9 Konsep Asuhan Keperawatan........................................ 10
BAB 3 : TINJAUAN KASUS............................................................ 35
3.1 Triger Case.................................................................... 35
3.2 Proses Terjadinya Gangguan Jiwa................................. 36
3.3 Model Keperawatan....................................................... 37
3.4 Peran Dan Fungsi Perawat............................................. 37
3.5 Pengkajian..................................................................... 39
3.6 Analisa Data.................................................................. 43
3.7 Diagnosa Keperawatan.................................................. 44
3.8 Intervensi....................................................................... 44
3.9 Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan (SPTK).. 50
DAFTAR PUSTAKA......................................................................... 71
BAB 1
PENDAHULUAN
1.4 Manfaat
Manfaat makalah ini untuk mengetahui agar para pembaca mengetahui
pengertian waham, jenis-jenis waham, etiologi waham, rentang respon
neurobiologi, fase-fase waham, patofisiologi waham, tanda dan gejala
waham, penatalaksanaan waham, konsep asuhan keperawatan waham.
BAB 2
TINJAUAN TEORI
2.6 Patofisiologi
ISOS
Defisit perawatan
diri
2.7 Tanda Dan Gejala Waham
A. Kognitif
Tidak mampu membedakan nyata dengan tidak nyata
Individu sangat percaya pada keyakinannya
Sulit berpikir realita
Tidak mampu mengambil keputusan
B. Afektif
Situasi tidak sesuai dengan kenyataan
Afek tumpul
C. Perilaku dan hubungan social
Hipersensitif
Hubungan interpersonal dengan orang lain tumpul
Mengancam secara verbal
Aktivitas tidak tepat
Curiga
D. Fisik
Hygiene kurang
Muka pucat
Sering menguap
BB menurun
Tanda dan gejala yang lain yang bisa terjadi pada waham yaitu sebagai
berikut:
Menolak makan.
Tidak ada perhatian pada perawatan diri
Mudah tersinggung
Isi pembicaraan tidak sesuai dengan kenyataan
Menghindar dari orang lain
Mendominasi pembicaraan
2.8 Penatalaksanaan
Perawatan dan pengobatan harus secepat mungkin dilaksanakan karena,
kemungkinan dapat menimbulkan kemunduran mental. Tetapi jangan
memandang klien dengan waham pada gangguan skizofrenia ini sebagai
pasien yang tidak dapat disembuhkan lagi atau orang yang aneh dan inferior
bila sudah dapat kontak maka dilakukan bimbingan tentang hal-hal yang
praktis. Biar pun klien tidak sembuh sempurna, dengan pengobatan dan
bimbingan yang baik dapat ditolong untuk bekerja sederhana di rumah
ataupun di luar rumah. Keluarga atau orang lain di lingkungan klien diberi
penjelasan (manipulasi lingkungan) agar mereka lebih sabar menghadapinya.
Penatalaksanaan klien dengan waham meliputi farmako terapi, ECT dan
terapi lainnya seperti: terapi psikomotor, terapi rekreasi, terapi somatik, terapi
seni, terapi tingkah laku, terapi keluarga, terapi spritual dan terapi okupsi
yang semuanya bertujuan untuk memperbaiki prilaku klien dengan waham
pada gangguan skizoprenia. Penatalaksanaan yang terakhir adalah rehablitasi
sebagai suatu proses refungsionalisasi dan pengembangan bagi klien agar
mampu melaksanakan fungsi sosialnya secara wajar dalam kehidupan
masyarakat.
2. Alasan Masuk
Umumnya klien yang mengalami waham di bawa ke rumah sakit
karena keluarga merasa tidak mampu merawat, terganggu karena
perilaku klien dan hal lain, gejala yang dinampakkan di rumah
sehingga klien dibawa ke rumah sakit untuk mendapatkan perawatan.
3. Faktor Predisposisi
Menanyakan apakah keluarga mengalami gangguan jiwa, bagaimana
hasil pengobatan sebelumnya, apakah pernah melakukan atau
mengalami kehilangan, perpisahan, penolakan orang tua, harapan
orang tua yang tidak realistis, kegagalan atau frustasi berulang,
tekanan dari kelompok sebaya, perubahan struktur sosial.
4. Faktor Precipitasi
Stresor presipitasi umumnya mencakup kejadian kehidupan yang
penuh stress seperti kehilangan, didikan yang keras dari keluarga yang
mempengaruhi kemampuan individu untuk memiliki perasaan egois
serta menyebabkan ansietas. Pada pasien waham tingkat emosional
yang tinggi akan kepercayaan bahwa dirinya adalah sesuatu yang
pantas untuk ditirukan dan diyakini akan menimbulkan berbagai
masalah dalam kehidupannya.
5. Pemeriksaan Fisik
Memeriksa tanda-tanda vital, tinggi badan, berat badan, dan tanyakan
apakah ada keluhan fisik yang dirasakan klien.
6. Psikososial
Genogram
Genogram menggambarkan klien dengan keluarga, dilihat dari pola
komunikasi, pengambilan keputusan dan pola asuh.
Konsep diri
a. Gambaran diri
Tanyakan persepsi klien terhadap tubuhnya, bagian tubuh yang
disukai, reaksi klien terhadap bagian tubuh yang tidak disukai
dan bagian yang disukai.
b. Identitas diri
Klien dengan waham megalami ketidakpastian memandang diri,
sukar menetapkan keinginan dan tidak mampu mengambil
keputusan.
c. Fungsi peran
Pada klien dengan waham bisa berubah atau berhenti fungsi
peran yang disebabkan penyakit, proses menua, putus sekolah,
PHK, perubahan yang terjadi saat klien sakit dan dirawat.
d. Ideal diri
Mengungkapkan keputusasaan karena penyakitnya:
mengungkapkan keinginan yang terlalu tinggi.
e. Harga diri
Adanya gangguan harga diri rendah karena perasaan negatif
terhadap diri sendiri, hilangnya rasa percaya diri dan merasa
gagal mencapai tujuan.
Hubungan sosial
Pasien dengan waham memiliki hubungan sosial sesuai dengan
jenis waham yang dialami. Misalnya waham curiga, klien
menghindari orang lain.
Spiritual
Nilai dan keyakinan, kegiatan ibadah/menjalankan keyakinan,
kepuasan dalam menjalankan keyakinan.
7. Status Mental
Penampilan
Pada pasien waham penampilannya sesuai dengan waham yang
dialami. Misalnya pada waham agama berpakaian seperti seorang
ustadz.
Pembicaraan
Pada pasien waham cenderung pembicaraannya selalu mengarah ke
wahamnya, bicara cepat, jelas tapi berpindah-pindah, isi
pembicaraan tidak sesuai dengan kenyataan.
Aktivitas motorik
Klien waham cenderung bersikap aneh.
Afek dan emosi
a. Euforia: rasa senang, riang gembira, bahagia yang berlebihan
tidak sesuai dengan keadaan.
b. Kesepian: merasa dirinya ditinggalkan/dipisahkan dari atau yang
lainnya.
Interaksi selama wawancara
Defensif: selalu berusaha mempertahankan pendapat dan kebenaran
dirinya.
Persepsi-sensori
a. Tidak ada halusinasi
b. Tidak ada ilusi
c. Tidak ada depersonalisasi
d. Tidak ada realisasi
e. Tidak ada gangguan somatusensorik
Proses pikir
a. Arus pikir dan bentuk pikir
Derreistik: bentuk pemikiran tidak sesuai kenyataan yang ada
atau tidak mengikuti logika secara umum.
b. Isi pikir
Pada pasien waham isi pikirnya sesuai wahamnya.
Tingkat kesadaran
Kesadaran berubah: kesadaran yang tidak menurun, tidak
meninggi, tidak normal, bukan disosiasi, hal ini karena kemampuan
untuk mengadakan (relasi) dan pembatasan (limitasi) terhadap
dunia luar (diluar dirinya) sudah terganggu dan secara kualitas pada
taraf tidak sesuai dengan kenyataan.
Memori
Konfabulasi: ingatan yang keliru ditandai dengan pembicaraan
tidak sesuai kenyataan, memasukkan cerita tidak benar untuk
menutupi gangguan daya ingatnya.
Tingkat konsentrasi dan berhitung
Klien waham mampu berkonsentrasi dan mampu berhitung.
Kemampuan penilaian
a. Gangguan ringan
b. Gangguan bermakna
Daya tilik
Hal-hal diluar dirinya, bilamana ia cenderung menyalahkan orang
lain/lingkungan dan ia merasa orang lain/lingkungan diluar dirinya
yang menyebabkan ia seperti itu.
B. Dignosa Keperawatan
1. Perubahan proses pikir: waham.
2. Resiko tinggi perilaku kekerasan: resiko mencederai diri, orang lain.
3. Harga diri rendah kronis.
C. Intervensi
Perencanaan keperawatan pada klien dengan waham.
Perencanaan Intervensi Rasional
Tujuan Kriteria Hasil
TUM: Klien
dapat
berkomunikasi
dengan baik
dan terarah.
TUK 1: Klien 1. Ekspresi 1. Bina hubungan Hubungan saling
dapat membina wajah saling percaya percaya menjadi
hubungan bersahabat. dengan dasar interaksi
saling percaya. 2. Ada kontak menggunakan selanjutnya
mata. prinsip sehingga dapat
3. Mau berjabat komunikasi terbina hubungan
tangan. terapeutik. saling percaya dan
4. Mau 2. Jangan klien lebih terbuka
menjawab membantah dan merasa aman dan
salam. mendukung mau berinteraksi.
5. Klien mau waham klien.
duduk 3. Yakinkan klien
berdampingan. dalam keadaan
6. Klien mau aman dan
mengutarakan terlindung.
perasaan.
D. Implementasi
1. SP 1 Pasien: Membina hubungan saling percaya, mengidentifikasi
kebutuhan yang tidak terpenuhi dan cara memenuhi kebutuhan,
mempraktekkan pemenuhan kebutuhan yang tidak terpenuhi.
Intervensi: SP 1 Pasien.
2) Fase Orientasi
“Selamat pagi, perkenalkan nama saya Ani, saya perawat yang
dinas pagi ini diruang melati. Saya dinas dari pkl 07.00-14.00
nanti, saya yang akan merawat abang hari ini. Nama abang siapa
senangnya dipanggil apa?”
3) Fase Kerja
“Saya mengerti bang B merasa bahwa bang B adalah seorang
nabi, tapi sulit bagi saya untuk mempercayainya karena setahu
saya nabi sudah tidak ada lagi, bisa kita lanjutkan pembicaraan
yang tadi terputus bang?”
“O... jadi bang B merasa takut nanti diatur-atur oleh orang lain
dan tidak punya hak untuk mengatur diri abang sendiri?”
“O... bagus abang sudah ada rencana dan jadwal untuk diri
sendiri?
4) Fase Terminasi
“Bagaimana perasaan B setelah berbincang-bincang dengan
saya?”
1) Fase Prainteraksi
Kondisi: Klien tetap mengaku kalau dirinya nabi, terlihat gelisah
dan tidak senang jika ada yang mengatur dirinya. Klien ingin
melakukan kegiatan yang disenangi tetapi selalu dilarang
keluarga.
Intervensi: SP 2 Pasien.
2) Fase Orientasi
“Selamat pagi bang B, bagaimana perasaannya saat ini? Bagus!”
3) Fase Kerja
“Apa saja hobi abang? Saya catat ya bang, terus apa lagi?”
“Coba kita buat jadwal untuk kemampuan bang B ini ya, berapa
kali sehari/seminggu bang B mau bermain volley?”
4) Fase Terminasi
“Bagaimana perasaan bang B setelah kita bercakap-cakap tentang
hobi dan kemampuan abang?”
1) Fase Prainteraksi
Kondisi: Klien senang olahraga volley dan ingin ikut kegiatan
ini baik dirumah sakit atau saat pulang kerumah nanti.
Intervensi: SP 3 Pasien.
2) Fase Orientasi
“Selamat pagi bang B.”
3) Fase Kerja
“Bang B berapa macam obat yang di minum/jam berapa saja
obat di minum?”
“Sebelum minum obat ini bang B dan ibu mengecek dulu label di
kotak obat apakah nama B tertulis disitu, berapa dosis atau butir
yang harus diminum, jam berapa saja harus diminum. Baca juga
apakah nama obatnya sudah benar.”
4) Fase Terminasi
“Bagaimana perasaan bang B setelah kita bercakap-cakap
tentang obat yang bang B minum? Apa saja nama obatnya? Jam
berapa minum obatnya?”
1) Fase Prainteraksi
Kondisi: Klien sudah berlatih beberapa kemampuan dan
aktivitas di rumah sakit, sudah tidak pernah mengatakan dirinya
nabi lagi. Keluarga mengunjungi klien dan terlihat sedih dan
bingung dengan kondisi klien.
Intervensi: SP 1 Keluarga.
2) Fase Orientasi
“Selamat pagi pak, bu, perkenalkan nama saya Ani, saya
perawat yang dinas di ruang melati ini. Saya yang merawat bang
B selama ini. Nama bapak dan ibu siapa, senangnya dipanggil
apa?”
“Bagaimana kalau sekarang kita membicarakan tentang masalah
bang B dan cara merawat B dirumah?”
3) Fase Kerja
“Pak, bu, apa masalah yang bapak/ibu rasakan dalam merawat
bang B? Apa yang sudah dilakukan dirumah? Dalam
menghadapi sikap anak ibu dan bapak yang selalu mengaku-
ngaku sebagai seorang nabi tetapi nyatanya bukan nabi
merupakan salah satu gangguan proses berpikir. Untuk itu akan
saya jelaskan sikap dan cara menghadapinya. Setiap kali anak
bapak dan ibu berkata bahwa ia seorang nabi bapak/ibu dengan
mengatakan pertama:
“Pak, bu, B perlu minum obat ini agar pikirannya jadi tenang,
tidurnya juga tenang.”
4) Fase Terminasi
“Bagaimana perasaan bapak dan ibu setelah kita bercakap-cakap
tentang cara merawat B di rumah?”
“Setelah ini coba bapak dan ibu lakukan apa yang sudah saya
jelaskan tadi setiap kali berkunjung ke rumah sakit.”
“Baiklah bagaimana kalau dua hari lagi bapak dan ibu datang
kembali kesini dan kita akan mencoba melakukan langsung cara
merawat B sesuai dengan pembicaraan kita tadi.”
“Baik saya tunggu, kita ketemu lagi di tempat ini ya pak, bu.”
1) Fase Prainteraksi
Kondisi: Keluarga sudah mengerti tentang kondisi klien dan
cara merawatnya dirumah. Cara minum oabt dan jenis-jenis
obat.
Diagnosa Kep: Gangguan proses pikir; Waham kebesaran.
Tujuan Khusus: TUK 5.
Intervensi: SP 2 Keluarga.
2) Fase Orientasi
“Selamat pagi pak, bu, sesuai janji kita dua hari yang lalu kita
sekarang ketemu lagi.”
“Bagaimana pak, bu, ada pertanyaan tentang cara merawat yang
kita bicarakan dua hari yang lalu?”
“Kita akan coba disini dulu, setelah itu baru kita coba langsung
ke B ya?”
“Berapa lama bapak dan ibu punya waktu?”
3) Fase Kerja
“Sekarang anggap saya B yang sedang mengaku-ngaku sebagai
nabi, coba bapak dan ibu praktikkan cara bicara yang benar bila
B sedang dalam keadaan yang seperti ini”
“Bagus, betul begitu caranya”
“Sekarang coba praktikkan cara memberikan pujian kepada
kemampuan yang dimiliki B.”
“Sekarang coba cara memotivasi B minum obat dan melakukan
kegiatan positifnya sesual jadwal?”
“Bagus sekali, ternyata bapak dan ibu sudah mengerti cara
merawat B.”
“Bagaimana kalau sekarang kita mencobanya langsung kepada
B?” (Ulangi lagi cara diatas langsung kepada pasien).
4) Fase Terminasi
“Bagaimana perasan bapak dan ibu setelah kita berlatih cara
merawat B?”
“Setelah ini coba bapak dan ibu lakukan apa yang sudah dilatih
tadi setiap kali bapak dan ibu membesuk B.”
“Baiklah bagaimana kalau dua hari lagi bapak dan ibu datang
kembali kesini dan kita akan mencoba lagi cara merawat B
sampai bapak dan ibu lancar melakukannya”
“Jam berapa bapak dan ibu bisa kemari?”
“Baik saya tunggu, kita ketemu lagi di tempat ini ya pak, buk.”
6. SP 3 Keluarga: Membuat perencanaan pulang bersama keluarga.
1) Fase Prainteraksi
Kondisi: Keluarga sudah mengerti cara merawat klien dirumah
dan sudah dilatih langsung ke klien. Kondisi klien sudah mampu
mengikuti kegiatan harian di ruangan dan latihan beberapa
kemampuan.
Diagnosa Kep: Gangguan proses pikir; Waham kebesaran.
Tujuan Khusus: TUK 5.
Intervensi: SP 3 Keluarga.
2) Fase Orientasi
“Selamat pagi pak, bu, karena B sudah boleh pulang, maka kita
bicarakan jadwal B selama dirumah”
“Bagaimana pak, bu, selama bapak dan ibu besuk apakah sudah
terus dilatih cara merawat B?”
“Nah sekarang bagaimana kalau bicarakan jadwal dirumah?
Mari Bpk/Ibu duduk di sini”
“Berapa lama bapak dan ibu punya waktu? Baik 30 menit saja,
sebelum Bpk/Ibu menyelesaikan administrasi di depan.”
3) Fase Kerja
“Pak/Bu, ini jadwal B selama di rumah sakit. Coba diperhatikan.
Apakah kira-kira dapat dilaksanakan semua di rumah? Jangan
lupa memperhatikan B, agar ia tetap menjalankan di rumah, dan
jangan lupa memberi tanda M (mandiri), B (bantuan), atau T
(tidak mau melaksanakan).”
“Hal-hal yang perlu diperhatikan lebih lanjut adalah perilaku
yang ditampilkan oleh anak ibu dan bapak selama di rumah.
Kalau misalnya B mengaku sebagai seorang nabi terus menerus
dan tidak memperlihatkan perbaikan, menolak mium obat atau
memperlihatkan perilaku membahayakan orang lain. Jika hal ini
terjadi segera hubungi suster E di puskesmas ..., puskesmas
terdekat dari rumah ibu dan bapak, ini nomor telepon
puskesmas: (0321)321xxx. Selanjutnya suster E yang akan
membantu memantau perkembangan B selama di rumah”
4) Fase Terminasi
“Apa yang ingin Bapak/Ibu tanyakan? Bagaimana perasaan
Bapak/Ibu? Sudah siap melanjutkan di rumah?”
“Ini jadwal kegiatan hariannya. Ini rujukan untuk Sr E di PKM
Inderapuri. Kalau ada apa-apa Bapak/Ibu boleh juga
menghubungi kami. Silahkan menyelesaikan administrsi ke
kantor depan.”
E. Evaluasi
2. Kemampuan Perawat
Penilaian Kemampuan Perawat Dalam Merawat Pasien Waham
Petunjuk pengisian: Penilaian tindakan keperawatan untuk setiap SP
dengan menggunakan instrumen penilaian. Nilai tiap penilaian kinerja
masukkan ke tabel pada baris nilai SP.
No Kemampuan Tgl Tgl Tgl Tgl Tgl Tgl Tgl
A Pasien
SP I p
1. Membantu orientasi realita
2. Mendiskusikan kebutuhan yang
tidak terpenuhi
3. Membantu pasien memenuhi
kebutuhannya
4. Menganjurkan pasien
memasukkan dalam jadwal
kegiatan harian
Nilai SP I p
SP II p
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan
harian pasien
2. Berdiskusi tentang kemampuan
yang dimiliki
3. Melatih kemampuan yang
dimiliki
Nilai SP II p
SP III p
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan
harian pasien
2. Memberikan pendidikan
kesehatan tentang penggunaan
obat secara teratur
3. Menganjurkan pasien
memasukkan dalam jadwal
kegiatan harian
Nilai SP III p
B Keluarga
SP I k
1. Mendiskusikan masalah yang
dirasakan keluarga dalam
merawat pasien
2. Menjelaskan pengertian, tanda
dan gejala waham, dan jenis
waham yang dialami pasien
beserta proses terjadinya
3. Menjelaskan cara cara merawat
pasien waham
Nilai SP I k
SP II k
1. Melatih keluarga mempratekkan
cara merawat pasien dengan
waham
2. Melatih keluarga melakukan cara
merawat langsung kepada pasien
waham
Nilai SP II k
SP III k
1. Membantu keluarga membuat
jadwal aktivitas di rumah
termasuk minum obat (discharge
planning)
2. Menjelaskan follow up pasien
setelah pulang
Nilai SP III k
Total nilai : SP p + SP k
Rata-rata
Nama pasien : ................
BAB 3
TINJAUAN KASUS
D. Penilaian Sekunder
Pasien mendapat dukungan dari keluarga dan saudara. Namun semakin
hari merasa tak mampu untuk merawat Tn. B, lalu keluarga membawa
Tn. B ke RSJ.
E. Koping
Sering kali keluarga mengingatkan bahwa ia adalah orang biasa, bukan
anak Tuhan, tetapi Tn. B selalu bersikeras bahwa ia adalah anak Tuhan.
Tn. B berkata dengan nada kasar, bahkan Tn. B mengancam bahwa akan
mengutuk siapa saja yang tidak percaya kepadanya.
Pendidik (educator)
Perawat memberikan pendidikan kesehatan jiwa kepada individu dan
keluarga untuk mengembangkan kemampuan menyelesaikan masalah dan
mengembangkan kemampuan keluarga dalam melakukan tugas kesehatan
keluarga.
Pencegahan Primer:
Preventif (sudah beresiko)
1) Masalah keperawatan : Waham (curiga)
2) Beresiko :
- Harga diri rendah
- Resiko mencederai diri atau pun orang lain (mengamuk)
- Defisit perawatan diri
- Bunuh diri
Promotif (tak beresiko)
- Halusinasi
Pencegahan Sekunder:
Memberikan pemahaman kepada keluarga pasien terhadap kondisi pasien.
Dukungan/motivasi keluarga terhadap kondisi pasien.
Memberikan terapi psikis pasien dengan:
- Memberikan perhatian lebih keluarga kepada pasien.
- Keluarga mampu meluangkan waktu untuk pasien.
- Membantu pasien mencari problem solving terhadap masalah pasien
untuk masuk perguruan tinggi seperti temanya.
- Memberikan rasa simpati dan empati terhadap pasien.
- Memberikan wawasan kepada keluarga pasien untuk tidak
menyinggung perasaan pasien dan memberikan arahan kepada pasien
bagaimana mengkondisikan pasien ketika kambuh.
Mengikutsertakan pasien dalam kegiatan internal keluarga seperti: bersih-
bersih rumah, mengikutsertakan pasien ketika ada kumpulan keluarga, dll.
Tidak mengasingkan pasien.
Mengikutsertakan pasien dalam kegiatan sosial, meningkatkan
kemampuan komunikasi pasien dengan mengajak pasien untuk
berkomunikasi seperti orang yang sehat pada umumnya.
Meningkatkan jiwa spiritual pasien agar mampu melakukan mekanisme
koping terhadap masalahnya dengan baik.
Pencegahan Tersier:
Bina hubungan saling percaya antara keluarga dengan paisen.
Pemantuan keluarga terhadap kondisi pasien, perhatian yang lebih oleh
keluarga.
Menjaga emosional negatif pasien.
3.5 Pengkajian
A. Identitas Klien
Pengkajian dilakukan pada (hari, tanggal, bulan, tahun) jam .......
Nama : Tn. B
Umur : 40 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Agama : Hindu
Alamat : Jln. Teuku Umar, Denpasar, Bali
Penanggung jawab : Tn. K
Alamat : Jln. Teuku Umar, Denpasar, Bali
B. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan umum : Compos mentis
2. Kesadaran : G-C-S=4-5-6
3. TTV : TD = 100/70 mmHg
N = 98 x/menit
RR = 26 x/menit
Suhu = 36,80C
4. TB : ... cm
5. BB : ... kg
6. Keluhan fisik : Tidak ada
C. Psikososial
1. Genogram:
69
46 37 31 28
33
Keterangan :
40
= Laki-laki = Klien/pasien
No Data Masalah
1. DS: Tn. B mengatakan “Aku adalah anak Tuhan, Perubahan proses
sembahlah aku karena sama saja kamu menyembah pikir: waham
Tuhanmu.” agama.
DO: Wajah tegang, mata melotot merah dan dengan
nada tegas.
2. DS: Keluarga Tn. B mengatakan bahwa setelah ISOS.
orang tua Tn. B meninggal, Tn. B sering kali
mengurung diri di kamar dan tidak ingin berbicara
dengan orang lain.
DO: -
3. DS: Kelurga mengatakan bahwa sering kali Resiko tinggi
mengingatkan bahwa ia adalah orang biasa, bukan perilaku kekerasan.
anak Tuhan, tetapi Tn. B selalu bersikeras bahwa ia
adalah anak Tuhan, bahkan Tn. B mengancam
bahwa akan mengutuk saja yang tidak percaya
kepadanya.
DO: Tn. B berkata dengan nada kasar.
4. DS: Keluarga mengatakan, karena keyakinannya itu, Defisit perawatan
Tn. B tidak mau melakukan apapun kecuali diri.
beribadah seperti tidak mau mandi, tidak mau
makan kecuali nasi putih saja, hanya mau minum air
putih, tidak mau gosok gigi, tidak mau menyisir
rambut, kadang merasa tersinggung jika diingatkan.
Tn. B suka memakai baju berwarna putih dan tidak
pernah ganti.
DO: Gigi Tn. B berwarna kuning, rambutnya tidak
tertata rapi, baju terlihat lusuh.
No Diagnosa TTD
1. Gangguan proses fikir: Waham kebesaran.
2. Koping individu tidak efektif: Isolasi Ssosial.
Diagnosa prioritas:
Gangguan proses fikir : Waham kebesaran.
Axis 1: Gangguan.
Axis 2: Waham agama.
Axis 3: Proses pikir.
Axis 4: Kebesaran.
3.8 Intervensi
Perencanaan
Intervensi Rasional
Tujuan Kriteria Hasil
TUM: Klien
dapat
berkomunikasi
dengan baik
dan terarah.
TUK 1: Klien 1. Ekspresi wajah 1. Bina hubungan Hubungan saling
dapat membina bersahabat. saling percaya percaya menjadi
hubungan 2. Ada kontak dengan dasar interaksi
saling percaya. mata. menggunakan selanjutnya
3. Mau berjabat prinsip sehingga dapat
tangan. komunikasi terbina hubungan
4. Mau menjawab terapeutik. saling percaya dan
salam. 2. Jangan klien lebih terbuka
5. Klien mau membantah dan merasa aman dan
duduk mendukung mau berinteraksi.
berdampingan. waham klien.
6. Klien mau 3. Yakinkan klien
mengutarakan dalam keadaan
perasaan. aman dan
terlindung.
TUK 2: Klien 1. Klien mampu 1. Beri pujian pada Meningkatkan
dapat mempertahankan penampilan dan orietasi klien pada
mengidentifika aktivitas sehari- kemampuan realita dan
si kemampuan hari. klien yang meningkatkan rasa
yang dimiliki. 2. Klien dapat realistis. percaya klien pada
mengontrol 2. Diskusikan perawat.
wahamnya. dengan klien
kemampuan
yang dimiliki
pada waktu lalu
dan saat ini yang
realistis. (hati-
hati terlibat
diskusi dengan
waham).
3. Tanyakan apa
yang bisa
dilakukan
(kaitkan dengan
aktivitas sehari-
hari dan
perawatan diri)
kemudian
anjurkan untuk
melakukan saat
ini.
4. Jika klien selalu
bicara tentang
wahamnya
dengarkan
sampai
kebutuhan
waham tidak
ada. (perawat
perlu
memperhatikan
bahwa klien
penting).
TUK 3: Klien 1. Kebutuhan 1. Observasi Reinforcement
dapat klien terpenuhi. kebutuhan klien adalah penting
mengidentifika 2. Klien dapat sehari-hari. untuk
si kebutuhan melakukan 2. Diskusikan meningkatkan
yang tidak aktivitas secara kebutuhan klien kesabaran diri
terpenuhi. terarah. yang tidak klien. Mengetahui
3. Klien tidak terpenuhi selama penyebab curiga
menggunakan di rumah dan intervensi
/membicarakan maupun di selanjutnya.
wahamnya. rumah sakit.
3. Hubungkan
kebutuhan yang
tidak terpenuhi
dengan
timbulnya
waham.
4. Tingkatkan
aktivitas yang
dapat memenuhi
kebutuhan klien
dan memerlukan
waktu dan
tenaga.
5. Atur situasi agar
klien tidak
mempunyai
waktu untuk
menggunakan
wahamnya.
TUK 4: Klien 1. Klien mampu 1. Berbicara Dengan
dapat berbicara secara dengan klien meningkatkan
berhubungan realitas. dalam konteks aktivitas tidak
dengan 2. Klien realitas (realitas akan mempunyai
realitas. mengikuti terapi diri, realitas waktu untuk
aktivitas orang lain, mengikuti
kelompok. waktu dan wahamnya.
tempat).
2. Sertakan klien
dalam terapi
aktivitas
kelompok:
orientasi realitas.
3. Berikan pujian
pada tiap
kegiatan positif
yang dilakukan
klien.
TUK 5: Klien 1. Keluarga dapat 1. Diskusikan Reinforcement
dapat membina dengan keluarga adalah penting
dukungan hubungan saling tentang: untuk
keluarga. percaya dengan Gejala mningkatkan
perawat. waham. kesadaran klien
2. Keluarga dapat Cara akan realitas.
menyebutkan merawatnya.
pengertian, tanda Lingkungan
dan tindakan keluarga.
untuk merawat Follow up
klien dengan dan obat.
waham. 2. Anjurkan
keluarga
melaksanakan
dengan bantuan
perawat.
TUK 6: Klien 1. Klien 1. Diskusikan Perhatian keluarga
dapat menyebutkan dengan klien dan dan pengertian
menggunakan manfaat, dosis kelurga tentang keluarga akan
obat dengan dan efek samping obat, dosis, dapat membantu
benar. obat. frekuensi, efek dan klien dalam
2. Klien dapat akibat penghentian. mengendalikan
mendemonstrasik 2. Diskusikan wahamnya. Obat
an penggunaan perasaan klien dapat mengontrol
obat dengan setelah minum obat. waham yang
benar. 3. Berikan obat dialami klien.
3. Klien dengan prinsip 5
memahami akibat benar dan observasi
berhentinya obat setelah minum obat.
tanpa konsultasi.
4. Klien dapat
menyebutkan
prinsip dalam
penggunaan obat.
3.9 Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan (SPTK)
Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan (SPTK) Pada Klien Waham
Nama Perawat : Diah Novitasari
Pertemuan : Ke-1
Hari/Tanggal : Senin/04 Maret 2019
Jam : 08.00 WIB
1. Fase Prainteraksi
Kondisi: Ketika Tn. B merasa bahwa dirinya adalah keturunan Tuhan/Sang
Hyang Widhi, ia meyakini bahwa dirinya dapat menyembuhkan bebagai
macam penyakit dan dapat berbicara dengan tuhan. Tn. B selalu
mengatakan bahwa “Aku adalah anak Tuhan, sembahlah aku karena sama
saja kamu menyembah Tuhanmu”, ketika mengatakannya dengan nada
tegas, wajahnya tegang dan mata melotot.
Diagnosa Keperawatan: Waham kebesaran.
Tujuan Khusus:
Klien dapat membina hubungan saling percaya.
Klien dapat mengidentifikasi kebutuhan yang tidak terpenuhi.
Mengidentifikasi kebutuhan.
Klien bicara konteks realita.
Latih pasien untuk memenuhi kebutuhannya.
Masukkan dalam jadwal kegiatan pasien.
2. Fase Orientasi
Salam Terapeutik:
“Selamat pagi pak”
“Bagaimana kabar Bapak pagi ini? Hari ini Bapak nampak segar sekali?
Bapak sudah sarapan pagi apa belum? Apa Bapak masih ingat dengan
menu tadi?”
“Bapak, kenalkan nama saya Diah Novitasari, bisa dipanggil suster Vita.
Nama Bapak siapa? Kalau Bapak lebih suka dipanggil dengan nama siapa?
O... suka dipanggil dengan nama Bapak B, baiklah.”
“Saya mahasiswi keperawatan PPNI Mojokerto pak, saya bertugas disini
selama 1 minggu, dan pasti Bapak akan sering ketemu saya nanti.”
Evaluasi/Validasi:
“Bagaimana perasaan Bapak pagi ini?”
“Bagaimana ceritanya sampai Bapak di bawa kesini? Coba ceritakan
kepada saya.”
Kontrak:
Topik
“Bapak, bagaimana kalau kita bercakap-cakap tentang perasaan Bapak
saat ini? Tapi sebelum kita bercakap-cakap, apakah ada hal yang Bapak
tanyakan atau keluhkan saat ini?”
Waktu
“Apakah Bapak sibuk hari ini, kalau Bapak sibuk, bagaimana kalau kita
berbincang-bincangnya hanya 15 menit saja?”
Tempat
“Supaya kita lebih enak mengobrolnya, bagaimana kalau kita
berbincang-bincang di teras depan saja?”
3. Fase Kerja
“Dulu Bapak bekerja dimana? O... Bapak dulu seorang penjahit ya. Wahh
hebat ya Bapak, saya juga ingin bisa menjahit seperti Bapak.”
(Jika klien selalu bicara tentang wahamnya, dengarkan sampai kebutuhan
waham tidak ada. Perawat perlu memperhatikan bahwa klien penting.
Karena dengan begitu klien merasa diperhatikan sehingga klien akan
mengungkapkan perasaannya)
(Memberikan pujian pada setiap kegiatan positif yang dilakukan klien)
(Memberikan pujian kepada kemampuan klien yang realistis)
(Diskusikan kebutuhan klien apa saja hal yang tidak terpenuhi selama di
rumah sakit atau dirumah)
“Apa keinginan Bapak yang belum dilakukan selama di rumah dan di
sini?”
4. Fase Terminasi
Evaluasi Klien (subyektif):
“Baiklah Bapak, karena waktu kita sudah habis, sekarang bagaimana
perasaan Bapak setelah kita berbincang-bincang tadi?”
Evaluasi Perawat (obyektif):
Klien dapat menceritakan hal-hal yang selama ini dialami oleh klien, dan
menceritakan kebutuhannya yang belum terpenuhi.
Tindak Lanjut Klien:
“Bagaimana, apakah Bapak ingin melanjutkan cerita Bapak?”
Kontrak:
Topik
“Nanti kita akan bertemu lagi untuk berbincang-bincang lagi dan
melakukan hal yang ingin Bapak lakukan, bagaimana Bapak? Apa
Bapak setuju?”
“Kalau begitu kita tulis jadwalnya disini ya pak.”
Waktu
“Enaknya kita nanti berbincang-bincang lagi jam berapa pak? Baiklah,
jadi kita akan berjumpa lagi besok ya pak, jam 08.00 WIB.”
Tempat
“Dimana nanti kita berbincang-bincang lagi pak? Bagaimana kalau di
tempat yang sama?”
Tempat
“Dimana enaknya kita bercakap-cakap tentang hobi Bapak?”
3. Fase Kerja
“Apa saja hobi yang Bapak miliki? Saya catat ya pak, terus apa lagi pak?”
“Wah ternyata Bapak hebat ya, tidak banyak lho orang yang mempunyai
hobi seperti yang Bapak miliki”. (Beri pujian tentang apa yang di
ungkapkan oleh pasien)
“Dapatkah Bapak ceritakan kepada saya, kapan pertama kali bapak
memilih hobi itu?”
“Siapa yang dulu mengajarkan kepada Bapak, di mana?”
“Dapatkah Bapak peragakan kepada saya bagaimana Bapak melakukan
hobi itu dengan baik?”
“Wahh ternyata Bapak hebat ya, saya ingin mempunyai bakat seperti
Bapak?”
“Coba kita buat jadwal untuk kemampuan Bapak ini ya, berapa kali
sehari/seminggu Bapak mau melakukan hobi Bapak itu?”
“Lalu apa harapan Bapak dari kemampuan yang Bapak miliki ini?”
“Apakah ada yang lain kemampuan/hobi Bapak yang lain selain ini?”
“Oh ya pak, Bapak sekarang waktunya minum obat. Bagaimana pak, apa
Bapak ingat dengan warna obatnya? Mari pak saya bantu untuk
mengambilkan obatnya.”
4. Fase Terminasi
Evaluasi Klien (subyektif):
“Bagaimana perasaan Bapak setelah kita bercakap-cakap tentang hobi dan
kemampuan Bapak tadi?”
Evaluasi Perawat (obyektif):
Klien dapat menceritakan dan mengungkapkan hal-hal yang dialami oleh
klien, dan menceritakan semua kemampuan dan hobi yang selama ini telah
dimiliki.
Tindak Lanjut Klien:
“Setelah ini Bapak melakukan kegiatan sesuai dengan yang Bapak lakukan
tadi. Bapak bisa memasukkanya dalam jadwal kegiatan kontrak.”
Kontrak:
Topik
“Setelah ini pertemuan selanjutnya membicarakan kegiatan yang bisa
Bapak optimalkan secara rutin.”
Waktu
“Kalau waktunya, apa Bapak punya pandangan jam berapa? Bagaimana
kalau seperti ini juga?”
“Ya sudah ya pak, terima kasih untuk waktunya, sampai jumpa lagi?”
Tempat
“Dimana kita akan bertemu lagi, bagaimana kalau ditempat ini juga?”
3. Fase Kerja
“Bagaimana pak, apakah Bapak sudah melaukan tugas atau kegiatan yang
sudah diajarkan?”
“Baiklah pak, sudah bagus. Dipertahankan ya pak?”
“Bapak kemarin kan sudah diajarkan konteks realita dan kemarin kita
sudah melakukan kegiatan menjahit, beberapa hobi, dan Bapak sudah bisa
melakukan kegiatan tersebut ya pak.”
“Apakah bapak bisa melaukukan kegiatan yang lain pak? Seperti
menyapu? Coba Bapak tunjukkan kepada saya bagaimana Bapak bisa
menyapu halaman ini. Biasanya dalam kehidupan sehari-hari Bapak
melakukannya dirumah atau tidak pak?”
“Bapak sudah bisa menyapu halaman ini sampai bersih ya pak, kalau bisa
kegiatan ini dilakukan setiap hari ya pak pagi dan sore. Kegiatan ini saya
masukkan jadwal ya pak.”
4. Fase Terminasi
Evaluasi Klien (subyektif):
“Bagaimana perasaan Bapak setelah kita membicarakan kegiatan yang bisa
Bapak optimalkan secara rutin?”
Evaluasi Perawat (Obyektif):
“Coba Bapak sebutkan kembali apa saja kemampuan, hobi, dan aktivitas
yang bisa Bapak lakukan?”
“Baiklah pak sudah bagus.”
Tindak Lanjut Klien:
“Setelah ini Bapak melakukan kegiatan sesuai dengan yang Bapak lakukan
tadi. Jangan lupa memasukkan kedalam jadwal harian Bapak.”
Kontrak:
Topik
“Nanti saya akan bicara dengan keluarga cara merawat Bapak di
rumah.”
Waktu
“Kalau waktunya, apa Bapak punya pandangan jam berapa? Bagaimana
kalau seperti ini juga?”
“Ya sudah ya pak, terima kasih untuk waktunya, sampai jumpa lagi?”
Tempat
“Dimana kita akan bertemu lagi, bagaimana kalau ditempat ini juga?”
Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan (SPTK) Pada Klien Waham
Nama Perawat : Ratna Setyaningtiyas
Pertemuan : Ke-5
Hari/Tanggal : Jumat/08 Maret 2019
Jam : 08.00 WIB
1. Fase Prainteraksi
Kondisi: Ketika keluarga klien menjenguk klien di RSJ, keluarga klien
mengatakan bahwa klien Tn. B banyak mengurung diri di kamar, kadang
mondar mandir di depan kamar, dan kadang-kadang menunjukkan ekspresi
senang dan kadang sedih. Diharapkan klien mendapat dukungan dari
keluarga untuk proses kesembuhan klien. Klien sudah tenang, lebih
banyak berinteraksi.
Diagnosa Keperawatan: Waham kebesaran.
Tujuan Khusus: Klien dapat dukungan keluarga.
Tindakan Keperawatan: SP 1 Keluarga
Mengidentifikasi masalah keluarga dalam merawat pasien.
Menjelaskan proses terjadinya waham.
Menjelaskan tentang cara merawat pasien waham.
Latih (stimulasi) cara merawat.
RTL keluarga/jadwal untuk merawat pasein.
2. Fase Orientasi
Salam Terapeutik:
“Selamat pagi pak, bu. Perkenalkan nama saya Ratna Setyaningtiyas, saya
mahasiswi Keperawatan PPNI Mojokerto. Pak,bu saya bertugas di sini
selama 1 minggu, Bapak dan Ibu akan sering ketemu dengan saya nanti.
Dan saya yang merawat Tn. B selama ini. Nama Bapak dan Ibu siapa?”
Evaluasi/Validasi:
“Bagaimana perasaan Bapak dan Ibu hari ini?”
“Bagaimana ceritanya sampai Tn. B dibawa kesini, coba Bapak/Ibu
ceritakan kepada saya?”
Kontrak:
Topik
“Ibu, bagaimana kalau sekarang kita membicarakan tentang masalah
Tn. B dan cara merawat Tn. B?”
Tempat
“Supaya kita lebih enak mengobrolnya, bagaimana kalau kita
berbincang-bincang di ruang tamu ini?”
Waktu
“Apakah Bapak dan Ibu sibuk hari ini, kalau sibuk, kita berbincang-
bincang 15 menit saja?”
3. Fase Kerja
“Pak, bu, apa masalah yang Bapak dan Ibu rasakan selama merawat Tn.
B?”
“Apa yang sudah dilakukan dalam menghadapai sikap Tn. B ketika klien
berbicara mata klien melotot, sering tampak tegang kalau berbicara dan
kadang-kadang kacau, ketika marah dengan nada tinggi?”
“Untuk itu akan saya jelaskan bagaimana sikap dan cara menghadapinya
setiap kali Tn. B melakukan tindakan tadi.”
“Bapak dan Ibu pertama-tama, jika sedang bercakap-cakap dengan Tn. B,
sebaiknya lebih memperhatikan wajah Tn. B agar dia merasa di hargai dan
bisa mengendalikan wahamnya. Juga saat berbicara Bapak dan Ibu
sebaiknya mengindari nada tinggi, dan tidak keras-keras.”
“Kedua, hal ini sebaiknya dilakukan oleh seluruh keluarga yang
berinteraksi dengan Tn. B.”
“Bapak dan Ibu dapat bercakap-cakap denngan Tn. B tentang kebutuhan
yang di inginkan Tn. B.”
“Bagaimana kalau di coba sekarang?”
“Selain itu, Tn. B perlu minum obat agar pikiranya jadi tenang, tidurnya
juga tenang.”
“Obatnya ada tiga macam, yang warna orange namanya CPZ gunanya agar
Tn. B tenang, yang putih ini namanya THP gunannya supaya rileks, dan
yang merah jambu ini namanya HLP gunanya agar pikiran tenang.
Semuanya ini harus di minum secara teratur 3 kali sehari pukul 7 pagi, 1
siang, dan 7 malam. Jangan dihentikan sebelum berkonsultasi dengan
dokter karena dapat menyebabkan Tn. B kambuh lagi.”
“Tn. B sudah mempunyai jadwal minum obat. Jika dia minta obat sesuai
jadwal berikan kata pujian.”
4. Fase Terminasi
Evaluasi Klien (subyektif):
“Baiklah, bagaimana perasaan Bapak dan Ibu setelah kita bercakap-cakap
tentang merawat Tn. B di rumah?”
Evaluasi Perawat (obyektif):
“Setelah ini coba Bapak dan Ibu lakukan semua yang sudah saya jelaskan
tadi.”
Tindak Lanjut Klien:
“Bagaimana, apakah Bapak dan Ibu ingin melanjutkan cerita Bapak/Ibu?”
Kontrak:
Topik
“Baiklah bagaimana kalau lain kali saya datang lagi kesini dan kita
akan mencoba melakukan langsung cara merawat Tn. B sesuai dengan
pembicaraan kita tadi?”
Waktu
“Enaknya kita besok berbincang-bincang lagi jam berapa pak, bu?
Kalau sama seperti hari ini saja bagaimana pak, bu? Baiklah, jadi kita
akan berjumpa besok ya pak, bu jam 08.00.”
Tempat
“Dimana besok kita berbincang-bincang lagi bu? Bagaimana kalau di
tempat yang sama?”
Tempat
“Bapak/Ibu kita melakukannya dimana?”
“Bagaimana pak, bu, kalau kita langsung ke Tn. B saja, Tn. B ada di
taman.”
3. Fase Kerja
“Nah, coba Bapak/Ibu praktikkan lagi bagaimana cara menghadapi Tn. B?
Baiklah.”
“Sekarang coba bagaimana caranya untuk mengalihkan perhatian Tn. B
untuk menghindari tindakan-tindakan yang akan dilakukan. Bagus.”
“Bagaimana kalau di coba lagi sekarang? Dan jangan lupa Bapak/Ibu
selalu memberikan motivasi dan hal-hal yang baik/positif, ya pak, bu?”
“Sekarang coba Bapak/Ibu cara memotivasi Tn. B agar minum obat dan
melakukan kegiatan positifnya sesuai jadwal.”
“Bagus sekali, ternyata Bapak/Ibu sudah mengerti cara merawat Tn. B.”
“Baiklah, Bapak/Ibu bisa mempraktikkan juga di rumah.”
“Coba sekarang Bapak/Ibu ulangi lagi. Bagus.”
“Dan jangan lupa selalu kontrol untuk melihat perkembangan Tn. B ya
pak, bu?”
“Tn. B sudah banyak mengalami peningkatan sebelum Tn. B dapat dibawa
pulang, Tn. B akan di evaluasi lebih lanjut agar kondisinya tidak lagi
kambuh.”
4. Fase Terminasi
Evaluasi Klien (subyektif):
“Bagaimana perasaan Bapak/Ibu setelah berbincang-bincang dengan saya
tentang cara merawat Tn. B di rumah?”
Evaluasi Perawat (obyektif):
“Bagaimana, apa Bapak/Ibu bisa melakukan yang kita pelajari bersama
tadi? Baiklah.”
Tindak Lanjut Klien:
“Setelah ini coba Bapak/Ibu mengingat jadwal yang sudah dibuat untuk
keluarga yang ada di rumah ya pak, bu? Dan lakukan yang sudah saya
jelaskan dan tolong untuk membantu Tn. B untuk meminum obatnya
sesuai yang saya ajarkan.”
“Dan jangan lupa selalu kontrol ya pak, bu? Jika obatnya sudah habis
Bapak/Ibu bisa kesini lagi untuk konsultasi.”
“Baiklah kalau begitu, saya kira cukup, ada yang perlu di tanyakan lagi
pak, bu?”
“Iya sama-sama. Waalaikumussalam.”
DAFTAR PUSTAKA
Azizah, L. M., Zainuri, I. & Akbar, A., 2016. Buku Ajar Keperawatan Kesehatan
Jiwa Teori Dan Aplikasi Praktik Klinik. Yogyakarta: Indomedia Pustaka.