Anda di halaman 1dari 21

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Asma bronkial merupakan satu hiperreaksi dari bronkus dan trakea,


sehingga mengakibatkan penyempitan saluran nafas yang bersifat reversibel.
Asma adalah penyakit dengan karakteristik sesak napas dan wheezing, dimana
frekuensi dan keparahan dari tiap orang berbeda. Gejala tersebut biasanya
akan memburuk pada malam hari, terpapar alergen (seperti debu,asap rokok)
atau saat sedang mengalami sakit seperti demam (GINA,2018).

Menurut data dari Global Initiatif for Astma (GINA 2017).angka kejadian
asma di berbagai negara sekitar 1-18% dan diperkirakan sebanyak 300 juta
penduduk di dunia menderita asma bronkial. Berdasarkan hasil penelitian Tri
Wira Jati Kusuma Hamdin dkk, Kejadian asma dipengaruhi oleh banyak faktor
diantaranya, jenis kelamin, perokok aktif maupun pasif, genetik, Indeks massa
tubuh (IMT).

Menurut Word Healt organitation (Who) 2017, angka kejadian asma


bronkial di Indonesia mencapai 24.773 orang dari jumlah total kematian dan
menempatkan Indonesia di urutan ke 19 di dunia karena asma bronkial.
Berdasarkan hasil penelitian dan riset (RISKESDAS 2018) oleh Tehnikita ayu
nur muslimah menunjukan prevelensi penyakit asma bronkial 1,4 %.

Untuk mencegah penyakit asma bronkial maka perawat sangat dibutuhkan


dalam memberikan tindakan oksigennasi bagi pasien asma bronkial oleh
perawat. Tindakan ini merupakan tindakan kolaborasi dengan dokter untuk
memenuhi kebutuhan oksigenasi. Sehingga perawat dituntut lebih profesional
dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan asma bronkial.

Angka asma bronkial di RSUD Karel sadsuitubun Langgur pada tahun 2016
sebanyak 86 orang, dan tahun 2017 sebanyak 66 orang, pada tahun 2018
sebanyak 44 orang.

Berdasarkan latar belakang di atas penulis tertarik mengangkat judul


"Asuhan Keperawatan Pada Pasien Asma Bronkial Dalam Pemenuhan
Kebutuhan Oksigenasi Di Ruangan Pria RSUD Karel Sadsuitubun Langgur".

1.2.Rumusan Masalah

Bagaimana gambaran asuhan keperawatan pada pasien dengan asma bronkial


dalam pemenuhan kebutuhan oksigenasi?

1.3.Tujuan Studi Kasus

Menggambarkan asuhan keperawatan pada pasien Asma bronkial dengan


pemenuhan kebutuhan oksigenasi.
1.4.Manfaat Studi Kasus

Penelitian ini, di harapkan memberikan manfaat bagi :

1.4.1.Bagi Masyarakat

Meningkatkan pengelolaan pasien asma bronkial dalam pemenuhan


kebutuhan oksigenasi.

1.4.2.Bagi RSUD Karel Sadsuitubun Langgur

Kiranya dapat meningkatkan pelayanan kesehatan untuk penanganan


pasien dengan penyakit asma bronkial

1.4.3.Bagi Peneliti Lanjutkan

Semoga hasil penelitian ini dapat menjadi sumber dasar dalam melakukan
penelitian lanjutan
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1.Konsep Asuhan Keperawatan Asma Bronkial

2.1.1.Pengkajian

Pengkajian merupakan tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan


suatu proses pengumpulan data yang sistematis dari berbagai sumber untuk
mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan klien (Nursalam,2018)

Menurut Nurarif dan Kusuma (2018) pengkajian keperawatan pada asma


bronkial, meliputi

2.1.1.1.Data Biologis

Biodata asma bronkial dapat menyerang segala usia tetapi lebih


sering dijumpai pada usia dini. separuh kasus timbul sebelum 10 tahun
dan sepertiga kasus lainnya terjadi sebelum usia 40 tahun predisposisi
laki-laki dan perempuan di usia 1-5 tahun sebesar 2:1 yang kemudian
sama pada usia 30 tahun.

2.1.1.2. Riwayat Kesehatan

a.Keluhan Utama

Keluhan utama yang timbul pada klien dengan asma adalah dispnea
(sampai bisa berhari-hari atau berbulan-bulan),dan mengi (pada
beberapa kasus lebih banyak paroksimal).

b. Riwayat Kesehatan Dahulu

Terdapat data yang menyatakan adanya faktor prediposisi timbulnya


penyakit ini diantaranya adalah riwayat alergi dan riwayat penyakit
saluran nafas bagian bawah ( rhinitis, urtikaria dan ekstrim).

c. Riwayat Kesehatan Keluarga

Klien dengan asma bronkial seringkali di dapatkan adanya Riwayat


penyakit keturunan tetapi pada beberapa klien lainnya.
2.1.1.3. Pemeriksaan Fisik

Metode yang digunakan pada pemeriksaan fisik melalui persistem


sebagai berikut:

a. Status Kesehatan Umum

Meliputi keadaan penderita kesadaran suara bicara tinggi badan berat


badan dan tanda-tanda vital biasanya pada penderita diabetes
didapatkan berat badan yang diatas normal/obesitas.

b. Kepala Dan Leher

Kaji bentuk kepala, keadaan, rambut, apakah ada pembesaran pada


leher, kondisi mata, hidung, mulut dan apakah ada kelainan pada
pendengaran. Biasanya pada penderita asma bronkhial ditemui
penglihatan yang kabur/ganda serta diplopia dan lensa mata yang
keruh,telinga kadang-kadang berdenging, lidah sering terasa tebal, ludah
menjadi lebih kental, gigi mudah goyah, gusi mudah bengkak dan
berdarah.

c.Sistem Integumen

Biasanya pada penderita asma bronkhial akan ditemui turgor kulit


menurun, kulit menjadi kering dan gatal. jika ada luka atau maka warna
sekitar luka akan memerah dan menjadi warna kehitaman jika sudah
kering. Pada luka yang susah kering dan biasanya akan menjadi
gangren.

d. Sistem Pernafasan

1. Inspeksi

a. Pemeriksaan dada dimulai dari torak posterior, klien pada posisi


duduk.

b. Dada di observasi dengan membandingkan satu sisi dengan yang


lainnya

c. Tindakan dilakukan dari atas (apeks) sampai ke bawah.

d. Inspeksi taurat posterior meliputi warna kulit dan kondisinya, lesi


massa, dan gangguan tulang belakang, seperti kifosis,skoliosis dan
lordosis.

e. Catat jumlah,irama, kedalaman pernapasan dan kemestrian


pergerakan dada.

f. Observasi tipe pernapasan, seperti pernapasan hidung,


pernapasan diafragma, dan gangguan otot bantu pernapasan.
g. Saat mengobservasi respirasi, catat durasi dari fase inspirasi(I) dan
fase ekspirasi (E) rasio dari fase ini normalnya 1:2 pada fase
ekspirasi yang memanjang menunjukkan adanya obstruksi pada
jalan napas dan sering ditemukan pada klien kronic airflow
limitation (CAL)/chornic obstruktive pulmonary diseases (COPD).

h. Kelainan pada bentuk dada.

i. Observasi kesemetrian pergerakan dada. gangguan pergerakan


atau tidak adekuatnya ekspansi dada mengindikasikan penyakit
pada paruh atau pleura.

j. Observasi trakea abnormal ruang unterkostal selama inspirasi,


yang dapat mengindikasikan obstruksi jalan nafas.

2.Palpasi

a. Dilakukan untuk mengkaji kesimetrisan pergerakan dada dan


mengobservasi abnormalitas mengidentifikasikan keadaan kulit,
dan mengetahui vokal/tactile premitus (vibrasi).

b. Palpasi toraks untuk mengetahui abnormalitas yang terkaji saat


inspeksi seperti: mata, lesi, bengkak,

c. Vokal premitus, yaitu gerakan dinding dada yang dihasilkan ketika


berbicara

3.Perkusi

Suara perkusi normal

a. Resonan (Donor): bergaung nada terindah. dihasilkan pada


jaringan paru normal.

b. Dullness:bunyi yang pendek serta lemah di temukan di atas bagian


jantung, mamae, dan hati.

c. Timpani :musical, bernada tinggi dihasilkan di atas perut yang


berisi udara.

Suara Perkusi Abnormal

a. Hiperrsonan (Hipersonor) berngaung lebih renda dibandingkan


dengan ressonan dan 23 timbul pada bagian paru yang berisi
darah.

b. Flatness sangat dullness. Oleh karena itu, adanya lebih tinggi.


Dapat didengar pada perkusi daerah hati, dimana area nya
seluruhnya berisi jaringan.
4.Auskultasi

a. bunyi nafas tambahan (abnormal), dan suara.


b. Suara nafas abnormal dihasilkan dari getaran udara ketika melalui
jalan nafas dari laring ke alveoli, dengan sifat bersih.
c. Suara nafas normal meliputi bronkial, bronko vesikular dan
vesikular.
d. Suara nafas tambahan meliputi wheezing, pleural friction rub dan
crackles. Merupakan pengkajian yang sangat bermakna,
mencakup mendengarkan bunyi nafas normal.

E.Sistem kardiovaskuler

Pada penderita asma bronkhial biasanya akan ditemui pervusi jaringan


menurun, nadi perifer lemah atau berkurang,
takikardi/brardikardi,hipertensi/hipotensi aritmia, kardiomegalis.

F.Sistem Gastrointestinal

Pada penderita asma bronkhial biasanya ditemui terjadi polifagi,


polidipsi, mual, muntah, diare, konstipasi, dehidrasi, perubahan berat
badan, peningkatan lingkar abdomen dan obesitas.

G.Sistem Perkemahan

Pada penderita asma bronkhial biasanya ditemui terjadinya poliuri,


retensio urine, inkontinensia urine, terasa panas atau sakit saat
berkemih.

H. Sistem Muskuluskletal

Pada penderita asma bronkhial biasanya ditemui terjadinya penyebaran


lemak, penyebaran massa otot, perubahan tinggi badan, cepat lelah,
lemah dan nyeri, adanya gangren di ekstrimitas.

I.Sistem Neurologis

Pada penderita asma bronkhial biasanya ditemui terjadinya penurunan


sensoris, parastesia, anestesia,letargi, mengantuk, reflek lambat, kacau
mental, disorientasi dan rasa kesemutan pada tangan atau kaki.

2.1.1.4.Pemeriksaan Diagnostik

Menurut Muttaqin (2008) pemeriksaan diagnostik asma bronkial adalah :

a. Pemeriksaan Laboratorium

1. Pemeriksaan sputum
Pewarnaan gram penting untuk melihat adanya bakteri, cara tersebut
kemudian diikuti kultur dan uji resistensi terhadap beberapa antibiotik.

2. Pemeriksaan darah ( Analisa Gas Darah /AGD/astrub)

a. Analisa gas darah pada umumnya normal akan tetapi dapat pula
terjadi hipoksemia, hiperkapnia, atau osidosis.
b. Kadang pada darah terdapat peningkatan dari SGOT dan LDH
c. Hipponatremia dan kadar leukosit kadang-kadang di atas
15.000/mm3 dimana menandakan terdapatnya suatu infeksi.

3. Sel Eosinofil

Sel Eosinofil pada klien dengan status asmatikus dapat mencapai


1000-1500/mm3 baik asma intrinsik ataupun ekstrinsik, sedangkan
hitung sel Eosinofil normal antara 100-200/mm3. perbaikan fungsi paru
disertai penurunan hitung jenis sel Eosinofil menunjukkan pengobatan
telah tepat.

a.Pemeriksaan Penunjang

1) Pemeriksaan Radiologi

Pada waktu serangan menunjukkan gambaran hyperinflasi pada


paru-paru yakni radiolusen yang bertambah dan peleburan
rongga intercostalis, serta diafragma yang menurun.

2) Pemeriksaan tes kulit

Dilakukan untuk mencari faktor alergi dengan berbagai alergen


yang menimbulkan reaksi yang positif pada asma.

3) Scanning Paru

Dengan scanning paru melalui inhalasi dapat dipelajari bahwa


redistribusi udara selama serangan asma tidak menyeluruh
pada paru-paru.

4) Spirometer

Untuk menegakkan diagnosis juga untuk menilai beratnya


obstruksi dan efek pengobatan.

5) peak flow meter/PFM

Peak flow meter merupakan alat pengukur faal paru sederhana,


alat tersebut digunakan untuk mengukur jumlah udara yang
berasal dari paru.
6) X-ray Dada/Thorakx

Dilakukan untuk menyingkirkan penyakit yang tidak disebabkan


asma

7) Pemeriksaan IgE

Uji tusuk kulit (skin prick test) untuk menunjukkan adanya


antibodi IgE spesifik pada kulit. uji tersebut untuk menyokong
analisis dan mencari faktor pencetus.

8) Tanda inflamasi

Penilaian semi-kuantitatif inflamasi saluran napas dapat


dilakukan melalui biopsi paru, pemeriksaan sel Eosinofil dalam
sputum, dan kadar oksidasi nitrit udara yang dikeluarkan
dengan napas.

9) Web Of Caution (WOC) Secara Teorits

10) Analisa Data

Merupakan proses berfikir secara ilmiah berdasarkan teori yang


dihubungkan dengan data-data yang ditemukan saat pengkajian
menginterpretasikan data atau membandingkan dengan standar
fisiologis yang telah dianalisa maka akan didapatkan penyebab
terjadinya masalah pada klien (Wong Donna L,2009)

2.1.2.Diagnosa Keperawatan

Berdasarkan standar diagnosa keperawatan SDKI,DPP,PPNI (2017). Bahwa


diagnosa kperawatan pada asma bronkial adalah :

1. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan hambatan upaya napas di


tandai dengan Dyspnea
2. Bersihkan jalan Napas tidak efektif berhubungan dengan sekresi yang
tertahan ditandai dengan Sputum berlebih
3. Ganguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan
ventilasi perkusi ditandai dengan Dyspnea
4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara
suplai dan kebutuhan oksigen ditandai dengan Dyspnea saat/beraktivitas
5. Ganguan pola tidur berhubungan dengan hambatan lingkungan ditandai
dengan mengeluh sulit tidur.
2.1.3.INTERVENSI KEPERAWATAN

Tabel 2.1. intervensi keperawatan

No Diagnosa Luaran Intervensi


1. Pola nafas Setelah di Menajemen jalan napas
tidak efektif lakukan Observasi
berhubungan intervensi 1. monitor pola napas
dengan keperawatan (frekuensi,kedalaman,usaha napas)
hambatan selama 2x24 2. monitor bunyi napas tambahan (mis.
upaya napas jam , maka Gurgling,mengi,wheezing,ronkhi kering)
d.d. Dyspnea pola napas 3. Monitor sputum (jumlah,warna,aroma).
membaik Terapeutik
dengan kriteria 1. Posisi semi fowler atau fowler
hasil 2. Berikan minum hangat
1. Dispnea 3. Lakukan fisioterapi dada,jika perlu
(cukup Edukasi
menurun) Ajarkan Teknik batuk efektif
2. Penggunaa Kolaborasi
n otot Kolaborasi pemberian
bantu bronkodilator,ekspektoran,mukolitk,jika
napas perlu.
(cukup
menurun)
3. Frekuensi
napas
(cukup
membaik)
2. Bersihkan Setelah di Latihan batuk efektif
jalan Napas lakukan Observasi
tidak efektif Tindakan 1. Identifikasi kemampuan batuk
berhubungan keperawatan 2. Monitor adanya retensi sputum
dengan selama 2x24 Terapeutik
sekresi yang jam,maka 1. Atur posisi semi fowler atau fowler
tertahan Bersihan jalan 2. Buang secret pada tempat sputum
d.d.Sputum napas Edukasi
berlebih Meningkat,den 1. Anjurkan Tarik napas dalam melaluli
gan kriteria hidung delama 4 detik,ditahan 2
hasil detik,kemudian keluarkan dari mulut
1. Produksi dengan bibir mencucu (di bulatkan)
sputum selama 8 detik
(cukup 2. Anjurkan menggulangi Tarik napas
menurun) dalam 3 kali
2. Wheezing
(cukup Kolabrasi
menurun) Kolaborasi pemberia mukotolik atau
3. Pola napas ekspektoran,jika perlu
(cukup
membaik)
3. Ganguan Setelah di Pemantauan respirasi
pertukaran gas lakukan Observasi
berhubungan Tindakan 1. Monitor frekuensi,irama,kedalaman dan
dengan keperawatan upaya napas
ketidakseimba selama 2x24 2. Monitor pola napas (seperti
ngan ventilasi jam, maka bradypnea,takipnea,hiperventilasi,kussm
perkusi d.d. pertukaran gas aul,Cheyne-strokes,biot,ataksik)
Dyspnea meningkat, 3. Monitor kemampuan batuk efektif
dengan kriteria 4. Auskultasi bunyi napas
hasil Terapeutik
1. Dispnea 1. Atur interval pemantauan respirasi
(cukup sesuai kondisi pasien
menurun) 2. dokumentasi hasil pemantauan
2. Bunyi Edukasi
napas iformasikan hasil pemantauan,jika perlu
tambahan
(cukup )
3. Takikardi
(cukup
membaik)
4. Intoleransi Setelah di Manajemen enegi
aktivitas lakukan Observasi
berhubungan intervensi 1. identifikasi ganguan fungsi tubuh yang
dengan keperawatan mengakibatkan kelelahan
ketidakseimba selama 2x24 2. monitor kelelahan fisik dan emosional
ngan antara jam, maka 3. monitor pola dan jam tidur
suplai dan toleransi terapeutik
kebutuhan aktivitas sediakan lingkungan nyaman dan rendah
oksigen d.d. meningkat,den stimulus (mis.cahaya,suara,kunjungan)
Dyspnea gan kriteria edukasi
saat/beraktivit hasil 1. anjurkan tirah baring
as 1. frekuensi 2. anjurkan melakukan aktivitas secara
nadi (cukup bertahap
meningkat) kolaborasi
2. frekuensi kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara
napas meningkatkan asupan makanan
(cukup
membaik)
5. Ganguan pola Setelah di Dukungan tidur
tidur lakukan Observasi
berhubungan intervensi 1. identifikasi pola aktivitas dan tidur
dengan keperawatan 2. identifikasi faktor penggangu tidur (fisik
hambatan selama 2 x 24 dan atau psikologi)
lingkungan jam maka pola 3. identifikasi makanan yang dan minuman
d.d.Mengeluh tidur membaik yang menggangu tidur
sulit tidur. dengan kritria (mis.kopi,the,alcohol,makan mendekati
hasil tidur )
1. keluhan terapeutik
sulit tidur
1. modifikasi lingkungan (mis
(cukup pencahayaan,kebisingan,suhu,matras
meningkat) dan tempat tidur)
2. keluhan 2. tetapkan jadwal tidur rutin
sering 3. lakukan prosedur untuk meningkatkan
terjaga kenyamanan
(cukup Edukasi
meningkat) 1. anjurkan menepati kebiasaan waktu tidur
2. anjurkan makanan atau minuman yang
menggangu tidur
3. anjutkan penggunaan obat idur yang
tidak mengandung supersor terhadap
tidur REM
Menerut (tim pokja SLKI DPP PPNI,2017) dan (tim pokja SIKI DPP PPNI, 2018).

2.2.KONSEP ASMA BRONKIAL

2.2.1. Pengertian Asma Bronkial

Asma Bronchial adalah penyakit pernapasan konstruktif yang ditandai oleh


spasme aktu otot polos Bronkiolus. hal ini menyebabkan obstruksi aliran
udara dan penurunan ventilasi alveolus (Sari,2017). Asma merupakan bentuk
inflamasi kronis yang terjadi pada saluran jalan napas dengan memperlihatkan
berbagai inflamasi sel dengan gejala hiperaktivitas bronkus dalam berbagai
tingkatan, obstruksi jalan napas, dan gejala pernapasan yang lain(mengi dan
sesak) (Arief Manjoer, dkk.2018 dalam Riyadi 2018).

Asma adalah penyakit jalan nafas obstruksi intermitten reversibel di mana


trakea dan bronchi berespon secara hiperaktif terhadap stimulasi tertentu.
Asma dimanifestasikan dengan penyempitan jalan napas yang mengakibatkan
dispneu, batuk dan mengi (Smeltzer, 2018).

TAMBA PENGERTIAN

2.2.2.Penyebab

Penyebab asma bronchial terdiri dari dua ( Sari,2018 ),yaitu :

1. Faktor ekstrinsik ( asma imunologik/ asma alergi)

1.reaksi antigen-antibodi

2.inhalasi alergen (debu,serbuk-serbuk, bulu-bulu binatang)

2.faktor intrinsik (asma non imunologi/ asma non alergi).


1. infeksi:parainflueza virus, pneumonia,mycoplasma.

2. fisik :cuaca dingin, perubahan temperature

3. iritan: kimia

4. Polusi udara:CO2, asap rokok, parfum

5. Emosional :takut,cemas dan tegang

6. Aktivitas yang berlebihan juga dapat menjadi faktor pencetus

2.2.3.Tanda Dan Gejala

Gambaran klinis asma klasik adalah serangan episodik batuk,mengi dan sesak
napas. pada gejala awal sering gejala tidak jelas seperti rasa berat di dada,
dan pada asma alergik mungkin disertai pilek atau bersin. meskipun pada
mulanya batuk tanpa disertai sekret, tetapi pada perkembangan selanjutnya
pasien akan mengeluarkan sekret baik yang mukoid, putih kadang-kadang
purulen. ada sebagian kecil pasien asma yang gejalanya hanya batuk tanpa
disertai mengi, dikenal dengan istilah Cough variant asthma. bila dicurigai
seperti itu maka perlu dilakukan pemeriksaan spirometri sebelum dan sesudah
bronkodilator atau uji provokasi bronkus dengan metakolin (Sundara,2018).

Tanda dan gejala yang dialami oleh penderita asma bronchial (Corwin,
2018).Adalah:

1. Batuk, terutama di malam hari

2. pernapasan yang dangkal dan cepat.

3. Yang dapat terdengar pada auskultasi paru biasanya Mebgi terdengar


hanya saat ekspirasi,kecuali kondisi pasien parah.peningkatan usaha
bernafas, ditandai dengan retraksi dada, disertai perburukan kondisi,
napas cuping hidung.

4. Kecemasan yang berhubungan dengan ketidakmampuan mendapat


udara yang cukup.

2.2.4.Patofisiologi

Obstruksi saluran nafas pada asma merupakan kombinasi spasme otot


bronkus, sumbatan mukus, edema dan inflamasi dinding bronkus. Obstruksi
bertambah berat selama ekspirasi karena secara fisiologis saluran napas
menyempit pada fase hal ini mengakibatkan udara distal tempat terjadinya
obstruksi sebab tidak di ekspirasi.Selanjutnya terjadi peningkatan volume
residu, kapasitas residu fungsional (KRF) dan pasien akan bernapas pada
volume yang tinggi mendekati kapasitas total paru-paru (KPT). Keadaan
hiperinflasi ini bertujuan agar saluran nafas tetap terbuka dan pertukaran gas
berjalan lancar. Untuk mempertahankan hiperinflasi ini diperlukan otot bantu
nafas. Gangguan yang berupa obstruksi saluran napas dapat dinilai secara
objektif dengan VEP (volume ekspirasi paksa detik pertama) atau penyempitan
saluran napas dapat terjadi baik pada saluran nafas yang besar, sedang,
maupun kecil. Gejala ini menandakan ada penyempitan di saluran napas
besar, sedangkan pada saluran napas yang kecil, gejala batuk dan sesak lebih
dominan dibanding mengi.

2.2.5.Komplikasi

Komplikasi asma meliputi status asmatikus, hipoksemia, pneumothoraks


emfisema, deformitas toraks, gagal nafas (Lawrence,2017; sundaru, 2017).

2.2.6. Pemeriksaan Penunjang

Pengukuran fungsi paru (Spirometri),Uji bronkus, pemeriksaan sputum,


pemeriksaan eosinofil total,Uji kulit, pemeriksaan kadar IgE total dan IgE
spesifik dalam sputum, foto dada, analisis gas darah. Dalam kurung Nanda
niknok 2017

2.2.7.Penatalaksanaan

Penatalaksanaan asma dibedakan menjadi dua yaitu farmakologis dan non


farmakologis.

1. secara farmakologis pengobatan asma menggunakan reliever yaitu obat


yang berfungsi untuk menghilangkan obstruksi dan controller sebagai anti
inflamasi(Rengganis,2018).
2. Secara non farmakologis penatalaksanaan pada pasien asma pada
dasarnya dapat dibedakan secara fisik maupun psikologis, secara fisik
pada saat serangan dapat diberikan tindakan fisioterapi yang salah satu
unsur didalamnya terdapat massage pada area punggung, adanya
kesadaran penderita asma akan arti penting exercise (karena dengan
olahraga seperti senam asma, renang, jogging dan peningkatan aktivitas
secara bertahap dapat mengurangi gejala asma), latihan pernafasan
dengan cara menghembuskan nafas secara tepat (hal ini akan
mengurangi karbondioksida di paru-paru dan membuat rileks saluran
pernapasan), mengetahui adanya faktor pencetus. Penanganan secara
psikologis antara lain: pentingnya edukasi pada penderita asma tentang
penyakitnya dan bagaimana menyikapinya, mengenali faktor alergi
(tungau, debu rumah, alergen pada hewan, jamur, polusi udara),
pemberian support untuk mengontrol emosi saat serangan sehingga
pernapasan berangsur teratur dan sesak nafas berkurang (Musliha,2018).
2.3.Konsep Kebutuhan Oksigenasi Pada Pasien Asma Bronkial

Oksigen adalah suatu komponen gas dan unsur vital dalam proses
metabolisme. Oksigen yang memegang peranan penting dalam semua proses
tubuh secara fungsional, tidak adanya oksigen akan menyebabkan tubuh secara
fungsional mengalami kemunduran atau bahkan dapat menimbulkan kematian
titik oleh karena itu, kebutuhan oksigen merupakan yang paling utama dan
sangat vital bagi tubuh (Hidayat A.A,2017).

Kebutuhan oksigenasi pada pasien asma bronkial sangatlah penting


sehingga kebutuhan oksigenasi harus terpenuhi. Pada pasien asma bronkial
ditemukan gejala sesak dan nafas sendal-sendal, sehingga kebutuhan oksigen
tidak terpenuhi. Serangan asma bronkial terjadi akibat penyempitan jalan nafas
(penyempitan bronkus) sehingga pasien asma sangat merasa sesak.Upaya
yang paling penting dalam penyembuhan dan perawatan yang tepat
memerlukan tindakan yang utama dalam menghadapi pasien dengan asma
bronkial untuk mencegah komplikasi lebih fatal diharapkan pasien dapat
sembuh kembali. Intervensi utama adalah memenuhi kebutuhan oksigen ASI
pada pasien asma bronkial, kerjasama dengan tim kesehatan dan keluarga
sangat diperlukan agar berjalan dengan lancar.Penanganan yang tepat bagi
obstruksi jalan nafas yang adalah dengan cara pemberian oksigen dan
pengobatan berulang. Oksigen diberikan minimal 94% dalam tubuh yang
dianjurkan pada pasien dengan penderita asma bronkial, pemberian oksigen
dapat dilakukan melalui masker RM atau NRM maupun kanul nasal sesuai
dengan kebutuhan dari pasien itu sendiri. Konsentrasi oksigen yang tinggi
dalam pemberian terapi dapat menyebabkan peningkatan kadar PCO2 dalam
tubuh pada pasien dengan asma bronchial. Walaupun pemberian terapi oksigen
digunakan secara seri dan luas dalam perawatan pasien asma bronkial,
pemberian oksigen seringkali tidak akurat, sehingga pemberian, monitoring, dan
evaluasi terapi tidak sesuai Pemberian terapi oksigen ASI dalam asuhan
keperawatan memerlukan dasar pengetahuan tentang faktor-faktor yang
mempengaruhi masuknya oksigen dari atmosfer sehingga sampai tingkat sel
melalui alveoli paru dalam proses respirasi. Maka perawat harus memahami
indikasi pemberian oksigen, dan metode pemberian oksigen (Perrin ET
Al,2017).

2.3.1.Penanganan Medis

Menurut pendapat Saputra 2017 asma bronkial dalam penanganan medisnya


sebagai berikut

1. Pemberian oksigenasi melalui nasal kanula


Pengertian
Terapi oksigen adalah tindakan Keperawatan dengan cara memberikan
oksigen ke dalam paru melalui saluran pernafasan dengan menggunakan
alat bantu oksigen.
Tujuan
1. Mengatasi hipoksemia/hipoksia
2. Sebagai tindakan pengobatan
3. Untuk mempertahankan metabolisme

Alat dan bahan


1. Tabung oksigen lengkap dengan flow meter dan humidifier
2. Kanula nasal dan selang oksigen
3. Plester jika perlu
Prosedur kerja
1. Cuci tangan
2. Jelaskan prosedur kepada pasien
3. Atur aliran oksigen sesuai dengan kecepatan yang dibutuhkan
4. Atur posisi pasien pada posisi semifowler atau sesuai kondisi pasien
5. Sambungkan kanula pada set oksigen dan sesuaikan flow meter.
6. Cek apakah oksigen sudah keluar melalui kanula nasal, apakah timbul
gelembung pada humidifier, atau selang oksigen terlipat.
7. Cetakan cabang kanula pada lubang hidung. atur selang dengan
melingkarkan nya di kepala atau menyelipkannya pada telinga
8. Anjurkan pasien untuk bernapas melalui hidung dengan mulut tertutup
9. Catat pemberian dan lakukan observasi setiap 6-8 jam
10.Cuci tangan

2. Pemberian Nebulizer

Pengertian

Alat nebulizer dapat mengubah obat berbentuk larutan menjadi aerosol


secara terus-menerus, dengan tenaga yang berasal dari udara yang
didapatkan atau gelombang ultrasonik. Merupakan suspensi berbentuk padat
atau cair dalam bentuk gas dengan tujuan untuk menghantarkan obat ke
target organ dengan efek samping minimal dan dengan keamanan dan
efektivitas yang tinggi.Tindakan ini merupakan tindakan kolaborasi antara
dokter dan perawat dalam memberikan pelayanan kesehatan pada pasien
asma bronkial

Tujuan

1. Mengobati peradangan saluran pernafasan bagian atas.


2. Menghilangkan sesak karena selaput lendir saluran nafas bagian atas
sehingga lendir menjadi encer dan mudah keluar.
3. Menjaga selaput lendir dalam keadaan lembab.
4. Melegakan pernafasan.
5. Mengurangi pembengkakan selaput lendir
6. Mencegah pengeringan selaput lendir.
7. Mengendurkan otot dan menyembuhkan batuk.
8. Menghilangkan gatal pada kerongkongan.

Cara kerja nebulizer


Cara kerja nebulizer adalah dengan penguapan. Jadi obat-obatnya diracik
( berupa cairan ) dimasukkan ke tabung yang lalu dengan bantuan listrik
menghasilkan uap yang dihirup dengan masker khusus. Tidak ada bau apa-
apa, jadi rasanya seperti bernapas biasa. Terapi penguapan sekitar 5-10
menit, 3 kali sehari ( seperti jadwal pemberian obat). Dapat dipakai bayi 0
bulan, anak-anak hingga dewasa. Pengobatan nebulizer ini lebih efektif dari
obat orang lainnya. Karena langsung dihirup masuk ke paru-paru, sehingga
dosis yang dibutuhkan lebih kecil otomatis juga lebih aman.

Obat untuk nebulizer

1. Pulmicort: kombinasi antiradang dengan obat yang melonggarkan saluran


nafas
2. NaCl : mengencerkan dahak
3. Bisolvon cair : mengencerkan dahak
4. Antroven : melonggarkan saluran nafas
5. Berotex : melonggarkan saluran nafas
6. Inflamed : anti radang
7. Comviven : kombinasi untuk saluran nafas
8. Meptin: melonggarkan saluran napas

2.3.2.Penanganan Keperawatan

Dalam penanganan keperawat menurut Saputra 2017 sebagai berikut

1.Pemberian posisi semi Fowler

Pengertian:posisi semi Fowler adalah posisi setengah duduk yang


membentuk 30-60 °

Tujuan:memberikan kenyamanan pada pasien dan mengurangi sesak

Indikasi:pada pasien yang mengalami sesak nafas

Prosedur:

a.Tahap irainteraksi

1. Memastikan kembali identitas pasien


2. Mengkaji keluhan dan tanda sesak nafas
3. Mempersiapkan peralatan
a. Bantal 2-5 buah
b. Sandaran atau punggung (regestin)
c. Sarung tangan

4. Seluruh peralatan diletakkan Troli atau tempat yang bersih

5. Menjaga privasi pasien dan keluarga


b.Tahap Orientasi

1. Memberikan salam kepada pasien


2. Menjelaskan tindakan yang akan dilakukan
3. Menjelaskan tujuan dan prosedur yang akan dilakukan
4. Mengatur posisi pasien senyuman mungkin
5. Mi minta pasien untuk bekerjasama selamat tindakan dilakukan

c.Tahap Kerja

1. Perawat mencuci tangan


2. Perawat memakai masker dan memakai sarung tangan
3. Mendekatkan peralatan ke pasien
4. Membantu pasien untuk duduk di tempat tidur
5. Menyusun bantal dengan sudut ketinggian 30-60°
6. Perawat berdiri di samping kanan menghadap ke pasien
7. Menganjurkan pasien untuk menekuk kedua lutut
a. Menganjurkan pasien untuk menopang badan dengan kedua lengan
8. Menganjurkan pasien untuk mendorong badannya ke belakang
9. Melepas sarung tangan dan masker
10. Merapikan kembali peralatan dan pasien
11. Perawat mencuci tangan

d.Tahap Terminasi

1. Mengevaluasi respon pasien


2. Perawatmenyampaikan informasi mengenai perawatan
3. Mengakhiri kegiatan memberikan salam

e.Dokumentasi

1. Tulis tindakan yang sudah dilakukan


2. Waktu
3. Evaluasi
4. Respon
5. Paraf
6. Nama mahasiswa

2.Latihan Relaksasi Napas Dalam

Pengertian

Latihan nafas dalam yang bertujuan membantu pengembangan paru dan


mendistribusikan secret yang ada di paruh agar dapat dikeluarkan.

Tujuan

1. Menjelaskan pengertian napas dalam


2. Menjelaskan teknik napas dalam yang benar
Persiapan pasien

1. Memperkenalkan diri
2. Bina hubungan saling percaya
3. Meminta pengunjung atau keluarga meninggalkan ruangan
4. Menjelaskan tujuan
5. Menjelaskan langkah prosedur yang akan dilakukan
6. Menyepakati waktu yang akan digunakan

Persiapan alat dan bahan

1. Pelumas ( minyak hangat/ lotion)


2. Handuk
3. Bantal
4. Perlak alas

Persiapan lingkungan:

1.sampiran

Prosedur kerja

1. Cucin tangan
2. Jelaskan prosedur kepada pasien
3. Atur posisi pasien
4. Anjurkan pasien untuk menarik nafas dengan kekuatan penuh dari
perut dan dialirkan ke dalam paru-paru
5. Anjurkan pasien untuk menahan napas selama 1-6 detik dan
menghembuskan nafas melalui mulut.
6. Catat respon yang terjadi
7. Cuci tangan
BAB 3

METODOLOGI PENULISAN

3.1.Rencana Studi Kasus

Penelitian ini merupakan penelitian studi kasus , yaitu suatu penelitian dilakukan
untuk mendeskripsikan atau menggambarkan suatu fenomena
(Notoatmojo,2018).Penelitian ini dilakukan untuk menggambarkan asuhan
keperawatan pada pasien asma bronkial dalam pemenuhan kebutuhan
oksigenasi di ruang Pria RSUD Karel Sadsuitubun Langgur.

3.2.Subjek Studi Kasus

Subjek studi kasus adalah subjek yang ditujukan untuk diteliti oleh peneliti atau
subjek yang menjadi pusat perhatian atau sasaran peneliti peneliti
(Arikunto,2019).Subjek dalam penelitian ini sebanyak 2 orang pasien yang
menderita asma bronkial dalam pemenuhan kebutuhan oksigenasi dengan
kriteria sebagai berikut :

3.2.1.kriteria inklusi

Kriteria inklusi adalah kriteria atau ciri-ciri yang perlu di penuhi oleh setiap
anggota populasi yang dapat di ambil sebagai sampel ( Notoatmojo,2018).
kriteria inklusi dalam penelitian ini yaitu

3.3.1.1.pasien asma bronkial yang di rawat diruang pria

3.2.1.2.pasien dengan usia antara 20-70 tahun.

3.2.1.3.pasien yang bersedia menjadi responden penelitian.

3.2.2.Kriteria Eksklusi Kriteria ekslusi adalah ciri-ciri anggota populasi yang tidak
dapat di ambil sebagai sampel (Notoatmojo,2010). Kriteria ekslusi dalam penelitian
ini yaitu :

3.2.2.1.pasien yang tidak di rawat di ruang Pria RSUD Karel


Sadsuitubun Langgur

3.2.2.2.pasien yang di bawah usia 20 dan di atas 70 tahun.

3.2.2.3.pasien yang tidak bersedia untuk menjadi responden


penelitian.

3.3.Fokus penelitian

Fokus studi dalam kasus ini adalah Asuhan Keperawatan pada pasien asma
bronkial dalam pemenuhan kebutuhan oksigenasi
3.4.Definisi Operasional

3.4.1.Asuhan keperawatan adalah suatu tindakan Keperawatan Menolong


pasien

3.4.2.Asma bronkial adalah penyakit yang menyerang sistem pernapasan

3.4.3.Oksigen adalah tindakan pemberian Oksigen dengan menggunakan alat.

3.5.Tempat dan Waktu

3.5.1.Tempat : Direncanakan

3.5.2.Waktu : Direncanakan

3.6. Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam studi kasus ini adalah sebagai berikut dengan
menggunakan metode sebagai berikut :

3.6.1.Jenis Data.

3.6.1.1.Data primer adalah data yang pertama kali di catat dan di


kumpulkan oleh peneliti dengan menggunakan Teknik :

1. wawancara yaitu proses tanya jawab antara peneliti dengan


pasien atau keluarga.
2. Observasi, proses pengamatan langsung peneliti terhadap
kondisi pasien
3. Pemeriksaan fisik, proses langsung peneliti memeriksa tubuh
pasien.

3.6.1.2.Data sekunder adalah data yang diperoleh peneliti secara tidak


langsung melalui media perantara berupa bukti, catatan atau
laporan dalam sebuah arsip.

3.7.Analisa Data Dan Penyajian Data.

Dalam penelitian ini dapat disajikan dalam bentuk laporan asuhan keperawatan
pada pasien asma bronkial dalam pemenuhan kebutuhan oksigenasi.

3.8.Etika Studi Kasus.

Menurut Notoatmojo (2017), masalah etika penelitian keperawatan sangat


penting karena penelitian ini berhubungan langsung dengan manusia, sehingga
perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
3.8.1.Informed Concent (lembar persetujuan)

Informed merupakan lembar persetujuan yang akan diteliti agar subjek mengerti
maksud dan tujuan penelitian. Bila responden tidak bersedia maka peneliti harus
menghormati hak-hak responden.

3.8.2.Confedenriality (Kerahasiaan).

Semua informasi yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiaanya oleh peneliti


hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan kepada pihak yang terkait
dengan peneliti.

Anda mungkin juga menyukai