Anda di halaman 1dari 29

ASUHAN KEPERWATAN JIWA PADA PASIEN WAHAM

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Jiwa dan Psikososial pada
Semester Dua di Program Studi Ilmu Keperawatan

Disusun Oleh:

1. Nisa Nuranisa /2A/ NIM 1420121001


2. Rofi Rofi’ah /2A / NIM 1420121014
3. Salsabila Khairunnisa /2A / NIM 1420121013
4. Bayu Surya Awalludin /2A / NIM 1420121019
5. Yoga Mustofa Rahman /2A / NIM 1420121003

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS GALUH

2023
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. Yang telah memberikan
berbagai kemudahan kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan askep teoritis
pada pasien waham. Shalawat dan salam semoga selalu dilimpahkan Kepada Nabi
Muhammad SAW, yang telah membawa umat manusia dari kegelapan kepada cahaya yang
terang benderang.

Penyusunan asuhan keperawatan ini dapat diselesaikan penulis berkat adanya bantuan
dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, sudah sepantasnya penulis
menyampaikan terimakasih yang tiada terhingga dari lubuk hati yang paling dalam kepada :

1. Yth. Ibu Tita Rohita, S.Kep., Ners., MM., M.Kes selaku Dekan Fakultas Ilmu
Kesehatan Universitas Galuh.
2. Yth. Bapak Daniel Akbar Wibowo, S.Kep., Ners., M.M., M.Kep selaku Dosen Mata
kuliah Keperawatan Jiwa dan Psikososial Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas
Ilmu Kesehatan Universitas Galuh.
3. Teman-teman satu kelompok yang telah memberikan dorongan semangat dan saling
mengingatkan dalam penyusunan asuhan keperawatan ini.

Semoga Allah SWT memberikan ganjaran yang sebaik-baiknya kepada mereka, baik di
dunia maupun di akhirat. Asuhan keperawatan pada pasien waham ini tentu masih banyak
kekurangan. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan saran dan sumbangsih pemikiran
dari semua pihak. Mudah-mudahan penyusunan asuhan keperawatan ini diridhai Allah SWT,
dan hasilnya dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Ciamis, 07 April 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................................ i


DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ....................................................................................................... 2
1.3 Tujuan.......................................................................................................................... 2
1.4 Manfaat........................................................................................................................ 2
BAB II TINJAUAN TEORI ...................................................................................................... 3
2.1 Konsep Waham ........................................................................................................... 3
2.2 Konsep Asuhan Keperawatan ................................................................................... 13
BAB III TINJAUAN KASUS ................................................................................................. 17
3.1 Identitas Pasien.......................................................................................................... 17
3.2 Alasan Masuk Yayasan Pemenang Jiwa ................................................................... 17
3.3 Faktor Predisposisi .................................................................................................... 17
3.4 Fisik ........................................................................................................................... 17
3.5 Psikososial ................................................................................................................. 18
3.6 Mekanisme Koping ................................................................................................... 20
3.7 Masalah Psikososial dan Lingkungan ....................................................................... 20
3.8 Pengetahuan Kurang Tentang Gangguan Jiwa.......................................................... 20
3.9 Analisa Data .............................................................................................................. 21
3.10 Diagnosa Keperawatan .............................................................................................. 21
3.11 Intervensi ................................................................................................................... 22
3.12 Implementasi dan Evaluasi........................................................................................ 23
BAB IV PENUTUP ................................................................................................................. 25
4.1 Kesimpulan................................................................................................................ 25
4.2 Saran .......................................................................................................................... 25
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. 26

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Skizofrenia merupakan sekelompok reaksi psikotik yang memengaruhi berbagai area
fungsi individu, termasuk cara berpikir, berkomunikasi, menerima, menginterpretasikan
realitas, merasakan dan menunjukkan emosi yang ditandai dengan pikiran kacau, waham,
halusinasi, dan perilaku aneh (Pardede, et al, 2015). Skizofrenia merupakan gangguan
mental berat dan kronis yang menyerang 20 juta orang di seluruh dunia (WHO, 2019).
Indonesia berdasarkan hasil Riskesdas (2018) didapatkan estimasi prevalensi orang yang
pernah menderita skizofrenia di Indonesia sebesar 1,8 per 1000 penduduk. (Pardede,
Simanjuntak, & Laia, 2020).
Gangguan proses pikir waham biasanya dianggap sulit untuk diobati (Skelton, 2015).
Pada populasi umum gangguan proses pikir waham memiliki prevalensi sekitar 0,18%,
sedangkan prevalensi pada rawat inap psikiatris antara 1 dan 4%. Prevalensi gangguan
proses pikir waham sebenarnya cenderung lebih tinggi, dikarenakan kurangnya wawasan
dalam mencegah serta mencari bantuan dalam mengenali penyakit tersebut (Rowland,
2019). Penelitian yang dilakukan Christenson, dkk. Di sebuah komunitas orang tua di San
Francisco, mereka yang dinilai memiliki gangguan kejiwaan mengalami gejala
kecurigaan sebanyak 17% dan yang memiliki gangguan proses pikir waham sebanyak
13% (Asis, 2018).
Gangguan orientasi realitas atau waham merupakan gangguan yang mempengaruhi
perubahan proses pikir yang dapat ditangani secara medis maupun keperawatan. Asuhan
keperawatan pada kasus waham dapat disusun sesuai rencana tindakan keperawatan dan
berdasarkan strategi pelaksanaan (SP). Beberapa rencana tindakan yang telah disusun
berdasarkan SP yaitu membantu orientasi realitas, mendiskusikan kebutuhan yang belum
terpenuhi, membantu pasien memenuhi kebutuhannya, mendiskusikan dan melatih
kemampuan yang dimiliki, dan memberikan pendidikan kesehatan tentang penggunaan
obat secara teratur. Rencana kegiatan yang telah dibuat kemudian disusun sesuai Strategi
Pelaksanaan Tindakan Keperawatan.(Fitria & Sofian 2017).
Dalam beberapa penelitian dijelaskan bahwa orientasi realita dapat meningkatkan
fungsi perilaku. Pasien perlu dikembalikan pada realita bahwa hal-hal yang dikemukakan
tidak berdasarkan fakta dan belum dapat diterima orang lain dengan tidak mendukung
ataupun membantah waham. Tidak jarang dalam proses ini pasien mendapatkan

1
2

konfrontasi dari lingkungan terkait pemikiran dan keyakinannya yang tidak realistis. Hal
tersebut akan memicu agresifitas pasien waham. Reaksi agresif ini merupakan efek dari
besarnya intensitas waham yang dialami pasien. Salah satu cara untuk mengontrol
perilaku agresif dari pasien waham yaitu dengan memberi asuhan keperawatan jiwa
(Keliat, 2019).
Maka dari itu, untuk bisa menangani masalah kesehatan jiwa terutama waham
diperlukan penanganan yang tepat dalam asuhan keperawatannya.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan masalah yang telah di paparkan pada latar belakang maka rumusan
masalah dalam askep ini yaitu asuhan keperawatan jiwa dengan masalah gangguan proses
pikir: waham.

1.3 Tujuan
1. Mahasiswa mampu mengetahui defenisi, penyebab, tanda dan gejala, rentang respon
dan penatalaksanaan pada pasien Waham.
2. Mahasiswa dapat memahami pemberian asuhan keperawatan pada pasien Waham.

1.4 Manfaat
Dengan adanya asuhan keperawatan teoritis ini dapat dijadikan sebagai acuan dalam
melakukan asuhan keperawatan pada pasien Waham
BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 Konsep Waham


2.1.1 Definisi Waham
Waham adalah suatu kepercayaan yang salah yang menetap yang tidak sesuai
dengan fakta dan tidak bisa dikoreksi (Menkes, 2015). Waham adalah keyakinan
pasien yang tidak sesuai dengan kenyataan yang tetap dipertahankan dan tidak
dapat dirubah secara logis oleh orang lain. Keyakinan ini berasal dari pemikiran
pasien yang sudah kehilangan kontrol. (Fauziah & Kesumawati, 2021). Myers,
dkk. (2017) menyatakan bahwa waham adalah keyakinan atau persepsi palsu
yang tetap tidak dapat diubah meskipun ada bukti yang membantahnya.
Gangguan proses pikir waham mengacu pada suatu kondisi seseorang yang
menampilkan satu atau lebih khayalan ganjil selama paling sedikit satu bulan.
Waham merupakan suatu keyakinan yang salah yang dipertahankan secara kuat
atau terus menerus, tetapi tidak sesuai dengan kenyataan. Klien meyakini bahwa
dirinya adalah seperti apa yang ada di dalam isi pikirannya (Sutejo, 2017).
2.1.2 Etiologi
Menurut Sutejo, 2017 faktor penyebab waham yaitu :
a. Faktor predisposisi (Predisposing factor)
Faktor predisposisi terdiri dari tiga faktor, yaitu faktor biologis, faktor
psikologis, dan faktor sosial budaya.
1) Faktor biologis
Waham diyakini terjadi karena adanya atrofi otak, pembesaran ventrikel
di otak, atau perubahan pada sel kortikal dan lindik. Abnormalitas otak
yang menyebabkan respons neurologis yang maladaptif yang bar mulai
dipahami. Hal ini termasuk hal-hal berikut:
a) Penelitian pencitraan otak sudah mulai menunjukkan keterlibatan
otak yang luas dan dalam perkem bangan skizofrenia. Hal yang
paling berhubungan dengan perilaku psikotik adalah adanya lesi
pada area frontal, temporal, dan limbik.
b) Beberapa senyawa kimia otak dikaitkan dengan skizofrenia. Hasil
penelitian menunjukkan hal-hal berikut ini: kadar dopamine
neurotransmitter yang berlebihan, ketidakseimbangan antara

3
4

dopamin dan neurotransmitter lain, masalah-masalah yang terjadi


pada sistem respons dopamine. Dalam sebuah penelitian yang
dilakukan terhadap kembar identik, misalnya, ditemukan bahwa
kembar identik yang dibesarkan secara terpisah memiliki angka
kejadian yang tinggi pada skizofrenia daripada pasangan saudara
kandung yang tidak identik.
2) Faktor psikologis
Tori psikodinamika yang mempelajari terjadinya respons neurobiologi
yang maladaptif belum didukung oleh penelitian. Teori psikologi
terdahulu menyalahkan keluarga sebagai penyebab gangguan ini,
sehingga menimbulkan kurangnya rasa percaya (keluarga terhadap tenaga
kesehatan jiwa profesional). Waham ini juga dapat disebabkan oleh
perbedaan perlakuan dari keluarga. Misalnya saja, sosok ibu adalah tipe
pencemas, sedangkan sosok ayah adalah tipe yang kurang atau tidak
peduli.
3) Faktor sosial budaya
Secara teknis, kebudayaan merupakan ide atau tingkah laku yang dapat
dilihat maupun yang tidak terlihat. Kebudayaan turut mempengaruhi
pertumbuhan dan perkembangan kepribadian seseorang, misalnya
melalui aturan-aturan kebiasaan yang berlaku dalam kebudayaan tersebut.
Unsur-unsur dari faktor social budaya dapat mencakup kestabilan
keluarga, pola mengasuh anak, tingkat ekonomi, perumahan (perkotaan
lawan pedesaan), masalah kelompok minoritas yang meliputi prasangka,
fasilitas kesehatan, pendidikan, dan kesejahteraan yang tidak memadai,
pengaruh rasial dan keagamaan, serta nilainilai (Yosep, 2009). Di sisi
lain, timbulnya waham dapat disebabkan oleh perasaan teasing dari
lingkungannya dan kesepian (Direja, 2011).
4) Faktor biologis
Berbagai zat dan kondisi medis non-psikiatrik dapat menyebabkan
waham, sehingga menyatakan bahwa faktor biologis yang jelas dapat
menyebabkan waham. Akan tetapi, tidak semua orang dengan tumor
memiliki waham. Klien yang wahamnya disebabkan oleh penyakit
neurologis serta yang tidak memperlihatkan gangguan intelektual,
cenderung mengalami waham kompleks yang serupa dengan penderita
5

gangguan waham. Sebaliknya, penderita gangguan neurologis dengan


gangguan intelektual sering mengalami waham sederhana. Jenis waham
sederhana ini tidak seperti waham pada klien dengan gangguan waham.
Timbulnya gangguan waham bisa merupakan respons normal terhadap
pengalaman abnormal pad lingkungan, sistem saraf tepi, atau sistem saraf
pusat. Jadi, jika klien mengalami pengalaman sensorik yang salah, seperti
merasa dikuti (mendengar langkah kaki), klien mungkin percaya bahwa
mereka sebenarnya diikuti. Hipotesis tersebut tergantung pada
pengalaman seperti halusinasi yang perlu dijelaskan. Sementara itu,
pengalaman halusinasi tersebut pada gangguan waham tidak terbukti.
5) Faktor psikodinamik
Banyak klien dengan gangguan waham memiliki suatu kondisi sosial
terisolasi dan pencapaian sesuatu dalam kehidupannya tidak sesuai
dengan apa yang mereka harapkan. Teori psikodinamik spesifik
mengenai penyebab dan evolusi gejala waham melibatkan anggapan
seputar orang hipersensitif dan mekanisme ego spesifik, pembentukan
reaksi, proyeksi, dan penyangkalan.
6) Mekanisme defense
Klien dengan gangguan waham menggunakan mekanisme defensi
berupa proyeksi, penyangkalan, dan pembentukan reaksi. Pembentukan
reaksi digunakan oleh klien sebagai pertahanan terhadap agresi,
kebutuhan untuk bergantung, dan perasaan afeksi serta transformasi
kebutuhan akan ketergantungan menjadi ketidaktergantungan yang
berkepanjangan. Untuk menghindari kesadaran terhadap realita yang
menurutnya menyakitkan, klien menggunakan mekanisme penyangkalan
(Sadock&Sadock, 2010). Ditimbun oleh perasaan dendam, marah, dan
permusuhan kepada orang lain, klien menggunakan proyeksi untuk
melindungi diri mereka sendiri dari pengenalan impuls yangtidak dapat
diterima dalam diri mereka.
6

2.1.3 Rentang Respon


Menurut Darmiyanti (2016), rentang respon waham sebagai berikut :
Respon Adaptif Respon Maladaptif

Pikiran Logis Disorientasi Pikiran Gg.


Pikiran/Waham
Persepsi akurat Ilusi Menarik diri
Emosi konsisten Reaksi emosi ber (+/-) Perilaku kacau
Perilaku sesuai Perilaku tidak sesuai Isolasi sosial
Berhubungan sosial
Gambar 2.1 Rentang Respon Waham

2.1.4 Tanda Gejala


Menurut Herman (2011 dalam Prakasa, 2020) bahwa tanda dan gejala
gangguan proses pikir waham terbagi menjadi 8 gejala yaitu, menolak makan,
perawatan diri, emosi, gerakan tidak terkontrol, pembicaraan tidak sesuai,
menghindar, mendominasi pembicaraan, berbicara kasar.
1. Waham Kebesaran
a. DS : Pasien mengatakan bahwa ia adalah presiden, Nabi, Wali, artisdan
lainnya yang tidak sesuai dengan kenyataan dirinya.
b. DO : Perilaku pasien tampak seperti isi wahamnya, inkoheren (gagasan
satu dengan yang lain tidak logis), tidak berhubungan, secara keseluruhan
tidak dapat dimengertim pasien mudah marah dan pasien mudah
tersinggung.
2. Waham Curiga
a. DS : Pasien curiga dan waspada berlebih pada orang tertentu,Pasien
mengatakan merasa diintai dan akan membahayakan dirinya.
b. DO : Pasien tampak waspada,Pasien tampak menarik diri,Perilaku pasien
tampak seperti isi wahamnya, Inkoheren (gagasan satu dengan yang lain
tidak logis, tidak berhubungan, secara keseluruhan tidak dapat
dimengerti).
7

3. Waham Agama
a. DS : Pasien yakin terhadap suatu agama secara berlebihan, diucapkan
berulang-ulang tetapi tidak sesuai dengan kenyataan.
b. DO : Perilaku pasien tampak seperti isi wahamnya ,Pasien tampak
bingung karena harus melakukan isi wahamnya,Inkoheren (gagasan satu
dengan yang lain tidak logis, tidak berhubungan, secara keseluruhan tidak
dapat dimengerti).
4. Waham Somatik
a. DS : Pasien mengatakan merasa yakin menderita penyakit fisik ,Pasien
mengatakan merasa khawatir sampai panik.
b. DO : Perilaku pasien tampak seperti isi wahamnya ,Inkoheren ( gagasan
satu dengan yang lain tidak logis, tidak berhubungan, secara keseluruhan
tidak dapat dimengerti )Pasien tampak bingung, Pasien mengalami
perubahan pola tidur, Pasien kehilangan selera makan.
5. Waham Nihilistik
a. DS : Pasien mengatakan bahwa dirinya sudah meninggal dunia,
diucapkan berulang-ulang tetapi tidak sesuai dengan kenyataan.
b. DO : Perilaku pasien tampak seperti isi wahamnya , Inkoheren (gagasan
satu dengan yang lain tidak logis, tidak berhubungan, secara keseluruhan
tidak dapat dimengerti), Pasien tampak bingung, Pasien mengalami
perubahan pola tidur, Pasien kehilangan selera makan.
6. Waham Bizzare
1) Sisip Pikir :
a. DS : Pasien mengatakan ada ide pikir orang lain yang disisipkan
dalam pikirannya yang disampaikan secara berulang dan tidak sesuai
dengan kenyataan,Pasien mengatakan tidak dapat mengambil
keputusan
b. DO : Perilaku pasien tampak seperti isi wahamnya, Pasien tampak
bingung, Inkoheren (gagasan satu dengan yang lain tidak logis, tidak
berhubungan, secara keseluruhan tidak dapat dimengerti), Pasien
mengalami perubahan pola tidur.
2) Siar Pikir
a. DS :Pasien mengatakan bahwa orang lain mengetahui apa yang dia
pikirkan yang dinyatakan secara berulang dan tidak sesuai dengan
8

kenyataan, Pasien mengatakan merasa khawatir sampai panik, Pasien


tidak mampu mengambil keputusan.
b. DO : Pasien tampak bingung, Perilaku pasien tampak seperti isi
wahamnya, Inkoheren (gagasan satu dengan yang lain tidak logis,
tidak berhubungan, secara keseluruhan tidak dapat dimengerti),
Pasien tampak waspada, Pasien kehilangan selera makan.
3) Kontrol Pikir
a. DS : Pasien mengatakan pikirannya dikontrol dari luar, Pasien tidak
mampu mengambil keputusan.
b. DO : Perilaku pasien tampak seperti isi wahamnya, Pasien tampak
bingung, Pasien tampak menarik diri, Pasien mudah tersinggung,
Pasien mudah marah, Pasien tampak tidak bisa mengontrol diri
sendiri, Pasien mengalami perubahan pola tidur, Inkoheren (gagasan
satu dengan yang lain tidak logis, tidak berhubungan, secara
keseluruhan tidak dapat dimengerti).
2.1.5 Fase-Fase Waham
Menurut Eriawan (2019) Proses terjadinya waham dibagi menjadi enam yaitu :
a. Fase Lack of Human need
Waham diawali dengan terbatasnya kebutuhan-kebutuhan klien baik
secara fisik maupun psikis. Secara fisik klien dengan waham dapat terjadi
pada orang-orang dengan status sosial dan ekonomi sangat terbatas. Biasanya
klien sangat miskin dan menderita. Keinginan ia untuk memenuhi kebutuhan
hidupnya mendorongnya untuk melakukan kompensasi yang salah. Ada juga
klien yang secara sosial dan ekonomi terpenuhi tetapi kesenjangan antara
Reality dengan selfideal sangat tinggi. Misalnya ia seorang sarjana tetapi
menginginkan dipandang sebagai seorang dianggap sangat cerdas, sangat
berpengalaman dan diperhitungkan dalam kelompoknya. Waham terjadi
karena sangat pentingnya pengakuan bahwa ia eksis di dunia ini. Dapat
dipengaruhi juga oleh rendahnya penghargaan saat tumbuh kembang (life
span history).
9

b. Fase lack of self esteem


Tidak ada tanda pengakuan dari lingkungan dan tingginya kesenjangan
antara self ideal dengan self reality (kenyataan dengan harapan) serta
dorongan kebutuhan yang tidak terpenuhi sedangkan standar lingkungan
sudah melampaui kemampuannya. Misalnya, saat lingkungan sudah banyak
yang kaya, menggunakan teknologi komunikasi yang canggih, berpendidikan
tinggi serta memiliki kekuasaan yang luas, seseorang tetap memasang self
ideal yang melebihi lingkungan tersebut. Padahal self reality-nya sangat jauh.
Dari aspek pendidikan klien, materi, pengalaman, pengaruh, support system
semuanya sangat rendah.
c. Fase control internal external
Klien mencoba berfikir rasional bahwa apa yang ia yakini ata apa- apa
yang ia katakan adalah kebohongan, menutupi kekurangan dan tidak sesuai
dengan kenyataan. Tetapi menghadapi kenyataan bagi klien adalah sesuatu
yang sangat berat, karena kebutuhannya untuk diakui, kebutuhan untuk
dianggap penting dan diterima lingkungan menjadi prioritas dalam hidupnya,
karena kebutuhan tersebut belum terpenuhi sejak kecil secara optimal.
Lingkungan sekitar klien mencoba memberikan koreksi bahwa sesuatu yang
dikatakan klien itu tidak benar, tetapi hal ini tidak dilakukan secara adekuat
karena besarnya toleransi dan keinginan menjaga perasaan. Lingkungan
hanya menjadi pendengar pasif tetapi tidak maukonfrontatif berkepanjangan
dengan alasan pengakuan klien tidak merugikan orang lain.
d. Fase environment support
Adanya beberapa orang yang mempercayai klien dalam lingkungannya
menyebabkan klien merasa didukung, lama kelamaan klien menganggap
sesuatu yang dikatakan tersebut sebagai suatu kebenaran karena seringnya
diulang-ulang. Dari sinilah mulai terjadinya kerusakan kontrol diri dan tidak
berfungsinya norma ( Super Ego) yang ditandai dengan tidak ada lagi
perasaan dosa saat berbohong.
e. Fase comforting
Klien merasa nyaman dengan keyakinan dan kebohongannya serta
menganggap bahwa semua orang sama yaitu akan mempercayai dan
mendukungnya. Keyakinan sering disertai halusinasi pada saat klien
10

menyendiri dari lingkungannya. Selanjutnya klien lebih sering menyendiri


dan menghindar interaksi sosial (Isolasi sosial).
f. Fase improving
Apabila tidak adanya konfrontasi dan upaya-upaya koreksi, setiap
waktu keyakinan yang salah pada klien akan meningkat. Tema waham yang
muncul sering berkaitan dengan traumatik masa lalu atau kebutuhan-
kebutuhan yang tidak terpenuhi (rantai yang hilang). Waham bersifat menetap
dan sulit untuk dikoreksi. Isi waham dapat menimbulkan ancaman diri dan
orang lain. Penting sekali untuk mengguncang keyakinan klien dengan cara
konfrontatif serta memperkaya keyakinan relegiusnya bahwa apa- apa yang
dilakukan menimbulkan dosa besar serta ada konsekuensi sosial.
2.1.6 Tipe-Tipe Waham
Menurut Stuart (2005, dalam Prakasa, 2020) jenis waham yaitu :
a. Waham kebesaran: individu meyakini bahwa ia memiliki kebesaran atau
kekuasaan khusus yang diucapkan berulang kali, tetapi tidak sesuai
kenyataan. Misalnya, “Saya ini pejabat di separtemen kesehatan lho!” atau,
“Saya punya tambang emas.”
b. Waham curiga: individu meyakini bahwa ada seseorang atau kelompok yang
berusaha merugikan/mencederai dirinya dan siucapkan berulang kali, tetapi
tidak sesuai kenyataan. Contoh, “Saya tidak tahu seluruh saudara saya ingin
menghancurkan hidup saya karena mereka iri dengan kesuksesan saya.”
c. Waham agama: individu memiliki keyakinan terhadap terhadap suatu agama
secara berlebihan dan diucapkan berulang kali, tetapi tidak sesuai kenyataan.
Contoh, “Kalau saya mau masuk surga, saya harus menggunakan pakaian
putih setiap hari.”
d. Waham somatic: individu meyakini bahwa tubuh atau bagian tubuhnya
terganggu atau terserang penyakit dan diucapkan berulang kali, tetapi tidak
sesuai dengan kenyataan. Misalnya, “Saya sakit kanker.” (Kenyataannya pada
pemeriksaan laboratorium tidak ditemukan tanda-tanda kanker, tetapi pasien
terus mengatakan bahwa ia sakit kanker).
e. Waham nihilistik: Individu meyakini bahwa dirinya sudah tidak ada di
dunia/meninggal dan diucapkan berulang kali, tetapi tidak sesuai kenyataan.
Misalnya, ”Ini kan alam kubur ya, semua yang ada disini adalah roh-roh”.
11

f. Waham sisip pikir : keyakinan pasien bahwa ada pikiran orang lain yang
disisipkan ke dalam pikirannya.
g. Waham siar pikir : keyakinan pasien bahwa orang lain mengetahui apa yang
dia pikirkan walaupun ia tidak pernah menyatakan pikirannya kepada orang
tersebut
h. Waham kontrol pikir : keyakinan pasien bahwa pikirannya dikontrol oleh
kekuatan di luar dirinya.
2.1.7 Psikopatologi Waham
Menurut Prastika (2014) penatalaksanaan medis waham antara lain :
1. Psikofarmalogi
a. Litium Karbonat
Jenis litium yang paling sering digunakan untuk mengatasi gangguan
bipolar, menyusul kemudian litium sitial. Litium masih efektif dalam
menstabilkan suasana hati pasien dengan gangguan bipolar. Gejala hilang
dalam jangka waktu 1-3 minggu setelah minum obat juga digunakan
untuk mencegah atau mengurangi intensitas serangan ulang pasien
bipolar dengan riwayat mania.
b. Haloperidol
Obat antipsikotik (mayor tranquiliner) pertama dari turunan
butirofenon. Mekanisme kerja yang tidak diketahui. Haloperidol efektif
untuk pengobatan kelainan tingkah laku berat pada anak-anak yang
sering membangkang dan eksplosif. Haloperidol juga efektif untuk
pengobatan jangka pendek, pada anak yang hiperaktif juga melibatkan
aktivitas motorik berlebih memiliki kelainan tingkah laku seperti:
Impulsif, sulit memusatkan perhatian, agresif, suasana hati yang labil dan
tidak tahan frustasi.
c. Karbamazepin
Karbamazepin terbukti efektif, dalam pengobatan kejang psikomotor,
dan neuralgia trigeminal. Karbamazepin secara kimiawi tidak
berhubungan dengan obat antikonvulsan lain atau obat lain yang
digunakan untuk mengobati nyeri pada neuralgia trigeminal Pasien
hiperaktif atau agitasi anti psikotik potensi rendah Penatalaksanaan ini
berarti mengurangi dan menghentikan agitasi untuk pengamanan pasien.
Hal ini menggunakan penggunaan obat anti psikotik untuk pasien waham.
12

1) Antipsikosis atipikal (olanzapin, risperidone). Pilihan awal


Risperidone tablet 1mg, 2mg, 3mg atau Clozapine tablet 25 mg,
100 mg. Keuntungan
2) Tipikal (klorpromazin, haloperidol), klorpromazin 25100 mg.
Efektif untuk menghilangkan gejala positif. Penarikan diri selama
potensi tinggi seseorang mengalami waham. Dia cenderung
menarik diri dari pergaulan dengan orang lain dan cenderung
asyik dengan dunianya sendiri (khayalan dan pikirannya sendiri).
Oleh karena itu, salah satu penatalaksanaan pasien waham adalah
penarikan diri yang potensial, Hal ini berarti penatalaksanaannya
penekanankan pada gejala dari waham itu sendiri, yaitu gejala
penarikan diri yang berkaitan dengan kecanduan morfin biasanya
sewaktuwaktu sebelum waktu yang berikutnya, penarikan diri dari
lingkungan sosial
3) ECT tipe katatonik Electro Convulsive Therapy (ECT) adalah
sebuah prosedur dimana arus listrik melewati otak untuk pelatihan
kejang singkat. Hal ini menyebabkan perubahan dalam kimiawi
otak yang dapat mengurangi penyakit mental tertentu, seperti
skizofrenia katatonik. ECT bisa menjadi pilihan jika gejala yang
parah atau jika obat-obatan tidak membantu meredakan episode
katatonik.
4) Psikoterapi Walaupun obat-obatan penting untuk mengatasi
pasien waham, namun psikoterapi juga penting. Psikoterapi
mungkin tidak sesuai untuk semua orang, terutama jika gejala
terlalu berat untuk terlibat dalam proses terapi yang memerlukan
komunikasi dua arah. Yang termasuk dalam psikoterapi adalah
terapi perilaku, terapi kelompok, terapi keluarga, terapi supportif.
13

2.2 Konsep Asuhan Keperawatan


2.2.1 Pengkajian
Menurut Damaiyanti (2017) hal-hal yang harus dikaji pada klien waham adalah:
1. Identifikasi klien
Perawat yang merawat klien melakukan perkenalan dan kontrak dengan klien
tentang: Nama klien, panggilan klien, Nama perawat, tujuan, waktu
pertemuan, topik pembicaraan.
2. Keluhan utama/alasan masuk
Tanyakan pada keluarga/klien hal yang menyebabkan klien dan keluarga
datang ke Rumah Sakit, yang telah dilakukan keluarga untuk mengatasi
masalah dan perkembangan yang dicapai.
3. Tanyakan pada klien/keluarga, apakah klien pernah mengalami gangguan
jiwa pada masa lalu, pernah melakukan, mengalami, penganiayaan fisik,
seksual, penolakan dari lingkungan, kekerasan dalam keluarga dan tindakan
kriminal. Dapat dilakukan pengkajian pada keluarga faktor yang mungkin
mengakibatkan terjadinya gangguan:
4. Psikologis
Keluarga, pengasuh dan lingkungan klien sangat mempengaruhi respon
psikologis dari klien.
5. Biologis
Gangguan perkembangan dan fungsi otak atau SSP, pertumbuhan dan
perkembangan individu pada prenatal, neonatus dan anak-anak.
6. Sosial Budaya
Seperti kemiskinan, konflik sosial budaya (peperangan, kerusuhan,
kerawanan), kehidupan yang terisolasi serta stress yang menumpuk
7. Aspek fisik/biologis
Mengukur dan mengobservasi tanda-tanda vital: TD, nadi, suhu, pernafasan.
Ukur tinggi badan dan berat badan, kalau perlu kaji fungsi organ kalau ada
keluhan.
8. Aspek psikososial
Membuat genogram yang memuat paling sedikit tiga generasi yang dapat
menggambarkan hubungan klien dan keluarga, masalah yang terkait dengan
komunikasi, pengambilan keputusan dan pola asuh.
9. Konsep diri
14

a) Citra tubuh: mengenai persepsi klien terhadap tubuhnya, bagian yang


disukai dan tidak disukai.
b) Identitas diri: status dan posisi klien sebelum dirawat, kepuasan klien
terhadap status dan posisinya dan kepuasanklien sebagai laki-
laki/perempuan.
c) Peran: tugas yang diemban dalam keluarga /kelompok dan masyarakat dan
kemampuan klien dalam melaksanakan tugas tersebut.
d) Ideal diri: harapan terhadap tubuh, posisi, status, tugas, lingkungan dan
penyakitnya.
e) Harga diri: hubungan klien dengan orang lain, penilaian dan penghargaan
orang lain terhadap dirinya, biasanya terjadi pengungkapan kekecewaan
terhadap dirinya sebagai wujud harga diri rendah.
10. Hubungan sosial dengan orang lain yang terdekat dalam kehidupan, kelompok
yang diikuti dalam masyarakat
11. Spiritual, mengenai nilai dan keyakinan dan kegiatan ibadah.
12. Status mental
Nilai penampilan klien rapi atau tidak, amati pembicaraan klien, aktvitas
motori klien, alam perasaan klien (sedih, takut, khawatir), afek klien, interaksi
selama wawancara, persepsi klien, proses pikir, isi pikir, tingkat kesadaran,
memori, tingkat konsentasi dan berhitung, kemampuan penilaian dan daya
tilik diri.
13. Proses pikir.
Proses pikir dalam berbicara jawaban klien kadang meloncat-loncat dari satu
topik ketopik lainnya, masih ada hubungan yang tidak logis dan tidak sampai
pada tujuan (flight ofideas) kadang-kadang klien mengulang pembicaraan
yang sama (persevere) Masalah keperawatan: Gangguan Proses Pikir.
Isi Pikir
Contoh isi pikir klien saat diwawancara :
a. Klien mengatakan bahwa dirinya banyak mempunyai pacar, dan pacarnya
orang kaya dan bos batu bara
Masalah keperawatan : waham kebesaran.
b. Klien mengatakan alasan masuk RSJ karena sakit liver.
Masalah keperawatan : waham somatik.
14. Kebutuhan Persiapan Pulang
15

a. Kemampuan makan klien, klien mampu menyiapkan dan membersihkan


alat makan
b. Klien mampu BAB dan BAK, menggunakan dan membersihkan WC
serta membersihkan dan merapikan pakaian
c. Mandi klien dengan cara berpakaian, observasi kebersihan tubuh klien.
d. Istirahat dan tidur klien, aktivitas didalam dan diluar rumah
e. Pantau penggunaan obat dan tanyakan reaksi yang dirasakan setelah
minum obat.
15. Masalah psikososial dan lingkungan
Dari data keluarga atau klien mengenai masalah yang dimiliki klien.
16. Pengetahuan
Data didapatkan melalui wawancara dengan klien kemudian tiap bagian yang
dimiliki klien disimpulkan dalam masalah.
17. Aspek medis
Terapi yang diterima oleh klien: ECT, terapi antara lain seperti terapi
psikomotor, terapi tingkah laku, terapi keluarga, terapi spiritual, terapi
okupasi, terapi lingkungan. Rehabilitasi sebagai suatu refungsionalisasi dan
perkembangan klien supaya dapat melaksanakan sosialisasi secara wajar
dalam kehidupan bermasyarakat.
2.2.2 Diagnosa keperawatan
Berdasarkan SDKI 2017 diagnosa yang muncul yaitu gangguan proses pikir :
waham. Definisi waham yaitu keyakinan yang keliru tetang isi pikir yang
dipertahankan secara kuat atau terus menerus namun tidak sesuai dengan
kenyataan.
Penyebab dari waham yaitu yang pertama faktor biologis yaitu kelainan
genetik atau keturunan, kelainan neurologis (misal gangguan system limbik,
gangguan ganglia basalis, tumor otak), penyebab kedua yaitu faktor psikodinamik
(misal isolasi sosial, hipersensitif), maladaptasi, dan stress berlebih.
Tanda gejala mayor yang muncul yaitu data subyektif mengungkapkan isi
waham, sedangkan data objektif yaitu menunjukkan perilaku sesuai isi waham, isi
pikir tidak sesuai realitas, isi pembicaraan sulit dimengerti. Tanda gejala minor
pada data subjektif yaitu merasa sulit berkonsentrasi, merasa khawatir, sedangkan
data objektif yaitu curiga berlebihan, waspada berlebihan, bicara berlebihan, sikap
menentang atau permusuhan, wajah tegang, pola tidur berubah, tidak mampu
16

mengambil keputusan, fligh of idea, produktifitas kerja menurun, tidak mampu


merawat diri, menarik diri.
2.2.3 Intervensi keperawatan
Dalam intervensi keperawatan, perawat menetapkannya berdasarkan hasil
pengumpulan data dan rumusan diagnosis keperawatan yang merupakan pentunjuk
dalam membuat tujuan dan asuhan keperawatan untuk mencegah, menurunkan,
atau mengeleminasi masalah kesehatan klien. Rencana keperawatan adalah
bagaimana perawat merencanakan suatu tindakan kerawatan agar dalam
melakukan terhadap pasien efektif dan efisien. Rencana asuhan keperawatan
adalah petunjuk yang tertulis yang menggambarkan secara tepat mnegenai rencana
tindakan yang dilakukan terhadap klien sesuai dengan kebutuhannya berdasarkan
diagnosa keperawatan (Sutejo, 2018).
2.2.4 Implementasi keperawatan
Dalam mengimplementasikan rencana asuhan, perawat kesehatan jiwa
menggunakan kisaran tindakan yang dirancang untuk mencegah penyakit fisik dan
jiwa dan meningkatkan, mempertahankan, serta mengembalikan kesehatan jiwa
dan fisik. Tindakan harus berfokus pada berbagai tritmen psikososial dan biologis
serta melibatkan klien, keluarga, dam pelaku rawat jika memungkinkan (Stuart,
2016).
2.2.5 Evaluasi keperawatan
Asuhan keperawatan adalah proses dinamis yang melibatkan perubahan pada
status kesehatan klien sepanjang waktu, meningkatnya kebutuhan data, berbagai
diagnosis, dan modifikasi rencana asuhan keperawatan (Stuart, 2016).
BAB III

TINJAUAN KASUS

3.1 Identitas Pasien


Inisial : Tn.R
Jenis kelamin : Laki-Laki
Umur : 26 Tahun
Agama : Islam
Status : Lajang
Tanggal pengkajian : 02 Juli 2023

3.2 Alasan Masuk Yayasan Pemenang Jiwa


Alasan pasien masuk yayasan pemenangan jiwa adalah pasien mengatakan di bawa
oleh saudaranya, karena sering melihat mahluk halus ketika mau tidur dan paien sering
stres karena usaha ketring yang mau dibuat gagal.
3.3 Faktor Predisposisi
Pasien sebelumnya tidak pernah mengalami gangguan jiwa. Pasien dibawa oleh
saudara kandungnya ke Yayasan Penenang Jiwa tahun 2022.1 tahun pertama pasien
sering mengalami halusinasi dengan melihat mahluk halus ketika mau tidur . Keluarga
pasien tidak ada yang pernah mengalami gangguan jiwa. Pasien mengatakan kakak
kandung nya membenci dirinya sehingga membuat usaha pasien menjadi gagal dengan
menguna-guna pasien. Pasien berfikir bahwa saudara membenci dirinya nya kerena dia
telah membuat saudara kecelakaan saat bekerja sehingga membuat tangan saudara
kandungnya terpotong. Pasien juga mengatakan bahwa saudaranya ingin menguasai
hartanya dari ATM sampai harta lainya sehingga membuat pasien stress.
Masalah Keperawatan: Koping individu inefektif.

3.4 Fisik
Pasien tidak memiliki keluhan fisik, saat dilakukan pemeriksaan tanda-tanda vital,
didapatkan hasil TD : 120/80 mmHg ; N : 80x/mnt ; S : 36,5°C ; P : 20x/i. Pasien
memiliki tinggi badan 175 cm dan berat badan 65 Kg.

17
18

3.5 Psikososial
3.5.1 Genogram

Tn. R

Penjelasan:
Pasien anak ketiga dari 4 bersaudara, pasien berinisial Tn.R , anak yatim
ayahnya meninggal saat usia pasien 23 tahun.

Keterangan:

: Perempuan

: Laki-laki

: Pasien
Tn. R

: Meninggal

3.5.2 Konsep Diri


a. Gambaran diri : Dengkul pasien mengalami kecacatan akibat terjatuh.
b. Identitas : Pasien anak ke 3 dari 4 bersaudara, pasien hanya lulusan SMA yang
saat ini dirawat di Yayasan Penenang Jiwa.
c. Peran : Pasien belum berkeluarga dan masing lajang, pasien sebelunya tinggal
bersama saudaranya.
d. Ideal diri : Pasien sedang sakit sehinga di antarkan ke yayasan penenangan jiwa
tersebut.
e. Harga diri : Pasien merasa malu dan dirinya dibenci oleh saudaranya karena
dianggap telah membuat tangan saudaranya Masalah keperawatan:Gangguan
konsep diri : harga diri rendah.
19

3.5.3 Hubungan Sosial


Pasien mengganggap semua orang ada di yayasan adalah orang yang sangat
baik. Pasien ingin selalu mengikuti kegiatan di yayasan tersebut tetapi terhalang
karena kondisi lutut yang cedera.
3.5.4 Spiritual
a. Nilai dan Keyakinan : Pasien beragama kristen dan yakin dengan agamanya.
b. Kegiatan Ibadah : solat 5 waktu
3.5.5 Status Mental
a. Penampilan
Pasien rapi dan bersih, pasien mandi 2x sehari menggunakan shampo,sabun
dan menggosok gigi nya.
b. Pembicaraan
Pasien saat diberikan pertanyaan dan kadang- kadang menjawab tidak
nyambung.
Masalah keperawatan : Waham (Waham Kebesaran)
c. Aktivitas Motorik
Pasien tampak tegang ketika diajak berkomunikasi
d. Alam perasaan
Pasien sedih dan mau karena tinggal di yayasan, terlebih keluarga jarang
datang menjenguk.
Masalah keperawatan : Harga Diri Rendah
e. Afek
Afek pasien datar, pasien menjawab pertanyaan dari perawat
f. Interaksi selama wawancara
Selama komunikasi, pasien selalu mempertahankan bahwa dirinya adalah
pengusaha sukses .
g. Persepsi
Pasien tidak mengalami gangguan persepsi sensori
h. Proses Pikir
Pasien berfikir seperti Flight of idea. Pasien pada saat di ajak berbicara tidak
nyambung, menjawabnya tidak tepat pada fokus pertanyaan dari pembicaraan.
Masalah keperawatan : Waham (Waham Kebesaran)
i. Isi pikir
20

Pasien mengatakan memiliki usaha ketring yang besar dan kolam lele yang luas
dan sudah mengexport keluar negeri.
Masalah Keperawatan : Waham (Waham Kebesaran)
j. Tingkat kesadaran
Pasien tidak mengalami gangguan orientasi, pasien mengenali waktu, orang
dan tempat.
k. Memori
Pasien tidak ada gangguan daya ingat. Pasien mampu mengingat suatu hal.
l. Tingkat konsentrasi berhitung
Pasien mampu berkonsentrasi cukup baik dan pasien mampu berhitung
sederhana tanpa bantuan orang lain.
m. Kemampuan penilaian
Pasien mampu menilai mana yang lebih diutamakan dalam mengambil
keputusan.
n. Daya tilik diri
pasien mengatakan bahwa usaha ketringnya sudah berjalan lancar dan kolam
lele nya sudak eksport keluar negeri.
Masalah keperawatan : Waham (Waham Kebesaran)

3.6 Mekanisme Koping


Pasien mengalami mekanisme koping adaptif yaitu pasien dapat berbicara baik dengan
orang lain dan berkooperatif.

3.7 Masalah Psikososial dan Lingkungan


Pasien mengatakan sering mengikuti kegiatan di Yayasan tersebut.

3.8 Pengetahuan Kurang Tentang Gangguan Jiwa


Pasien kurang mengetahui tentang gangguan jiwa yang di alaminya dan pasien tau apa
obat yang dikonsumsinya.
21

3.9 Analisa Data


NO DATA MASALAH KEPERAWATAN
DS :
Pasien mengatakan bahwa ia adalah pengusaha
ketring dan ternak lele yang luas.
DO :
1. ketika diajak berwawancara Gangguan Proses Pikir : Waham
1 terkadangan jawaban pasien tidak (Waham Kebesaran)
sesuai dengan pertanyaan yang
diberikan perawat
2. pasien banyak bicara
3. mengulang ulang perkataanya yang
sudah pernah diucap
DS:
Pasien merasa keluarganya tidak
membutuhkan dia lagi dan merasa minder
dengan orang lain karena di rawat dirumah
sakit jiwa Gangguan Konsep Diri : Harga
2
DO : diri rendah
1. Paien tampak malu pandangan tidak
fokus kelawan bicara , dan tampak
sedih saat di kaji.
2. Tatapan mata kosong

3.10 Diagnosa Keperawatan


1. Waham b.d stress berlebihan d.d Pasien mengatakan bahwa ia adalah pengusaha
ketring dan ternak lele yang luas dan pasien terkadang memberikan jawaban yang
tidak sesuai.
2. Harga diri rendah b.d kegagalan berulang d.d pasien tampakmalu, tidakfokus,
sedih dan tatapan kosong.
22

3.11 Intervensi
NO MASALAH KEPERAWATAN INTERVENSI
SP 1:
Latihan orienatsi realitas: orientasi
orang,waktu tempat dan lingkungan
sekitar
1 Gangguan proses pikir : Waham SP 2 :
Minum obat secara teratur
SP 3 :
Melatih cara pemenuhan kebutuhan
dasar
SP 4:
Melatih kemampuan positif yang
dimiliki
SP 1 :
Mengidentifikasi kemampuan dan aspek
positif yang dimiliki oleh pasien
SP2 :
1. Menilai kemampuan yang dapat
digunakan
2. Menetapkan / memilih kegiatan sesuai
2 Harga Diri Rendah kemampuan
3. Melatih kegiatan sesuai kemampuan
yang dipilih 2
SP 3:
Melatih kegiatan sesuai kemampuan
yang dipilih 2
Sp 4:
Melatih kegiatan sesuai kemampuan
yang dipilih 3
23

3.12 Implementasi dan Evaluasi


Hari/Tanggal Diagnosa Implementasi Evaluasi
05/07/2023 Waham b.d stress berlebihan d.d SP 1 Gangguan proses pikir :Waham S : Pasien tampak senang dan
Pasien mengatakan bahwa ia 1. Mengidentifikasi penyebab, tanda dan gejala, serta akibat terseyum ketika diajak berbicara
adalah pengusaha ketring dan dari waham. O :Pasien mampu melakukan latihan
ternak lele yang luas dan pasien 2. Latihan orienatsi realitas: orientasi orang,waktu tempat orienatsi realitas: orientasi
terkadang memberikan jawaban dan lingkungan sekitar orang,waktu tempat dan lingkungan
yang tidak sesuai. SP 2 Gangguan proses pikir : Waham sekitar
1. Minum obat secara teratur. Pasien mampu menyebutkan obat dan
2. Menjelaskan tentang obat yang diminum (6 benar) fungsinya dengan baik dan minum
Mendiskusikan manfaat minum obat dan kerugian tidak obat dengan bantuan perawat
minum obat dengan pasien - Melatih pasien cara minum A : Gangguan proses pikir Waham (+)
obat secara teratur. P : Latihan :
SP 3 Waham - Orientasi realita : panggil nama,
1. Menjelaskan cara memenuhi kebutuhan klien yang tidak - orientasi waktu, orang dan
terpenuhi akibat wahamnya dan kemampuan memenuhi tempat/lingkungan.
kebutuhannya. - Minum obat secara teratur 2x1 /hari
2. Melatih cara memenuhi kebutuhan dasar klien yang Risperidon 2 mg (2 x 1 ) Clorozapine
tidak terpenuhi akibat. 25 mg (1x1)

05/07/2023 Harga diri rendah b.d kegagalan 1. SP 3 Gangguan proses pikir : Waham S : pasien terlihat Senang
24

berulang d.d pasien tampakmalu, 2. Menjelaskan cara memenuhi kebutuhan pasien yang O : Pasien mampu memenuhi
tidakfokus, sedih dan tatapan tidak terpenuhi akibat wahamnya dan kemampuan kebutuhan dasar dengan mandiri
kosong. memenuhi kebutuhannya. seperti :
3. Melatih cara memenuhi kebutuhan dasar pasien yang - Makan 3xsehari
tidak terpenuhi akibat wahamnya dan kemampuan - Mandi 2xsehari
memenuhi. - Olahraga 2xsehari
A : Waham (+)
P : Pemenuhan kebutuhan dasar :
- Makan 3xsehari
- Mandi 2xsehari
- Olahraga 2xsehari
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Setelah menguraikan tentang proses keperawatan pada pasien dengan waham dijelaskan
bahwa pasien dapat mengontrol gangguan proses. Dimana pasien dapat melakukan
latihan orientai realita, minum obat secara teratur, latihan cara pemenuhan kebutuhan
dasar hingga pasien dapat melakukan kemampuan posiif yang dimiliki.

4.2 Saran

Mahasiswa/i dapat melakukan askep sesuai dengan tahapan-tahapan dari Standar


Operasional Prosedur (SOP) dengan baik dan benar.

25
DAFTAR PUSTAKA

Alex. 2021. Penatalaksanaan Medis Pada Pasien Waham. Diakses dari:


https://scholar.google.co.id/scholar?q=jurnal+penatalaksanaan+medis+waham&hl=id
&as_sdt=0&as_vis=1&oi=scholart#d=gs_qabs&t=1688628069676&u=%23p%3D2F
nP3RYtH3oJ

Darmiyanti, A. (2012). Analisa Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi Sesi Ii Pada Tn. A
Dengan Gangguan Proses Pikir: Waham Studi Kasus di Ruang 23 Psikiatri RSUD
Saiful Anwar Malang (Doctoral dissertation, University of Muhammadiyah Malang).
Diakses dari: http://eprints.umm.ac.id/id/eprint/29871 .

Keliat, B. A., dkk. (2019). Asuhan Keperawatan Jiwa. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC.

Pakpahan, Endang Rotua. 2021. Asuhan Keperawatan Jiwa Pada Tn. A Dengan Gangguan
Proses Pikir : Waham Kebesaran.

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta.

Victoryna, F., Wardani, I. Y., & Fauziah, F. (2020). Penerapan Standar Asuhan Keperawatan
Jiwa Ners untuk Menurunkan Intensitas Waham Pasien Skizofrenia. Jurnal
Keperawatan Jiwa, 8(1), 45-52. Diakses dari:
https://jurnal.unimus.ac.id/index.php/JKJ/article/view/5352/pd

Waruwu, Ayu Mewati. 2022. Asuhan Keperawatan Jiwa Pada Tn. F Dengan Masalah
Gangguan Proses Pikir : Waham Kebesaran.

26

Anda mungkin juga menyukai