Anda di halaman 1dari 27

PROPOSAL TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK PADA KLIEN

DENGAN PERILAKU KEKERASAN


Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Jiwa
dengan dosen pengampu Husnan, SKp., MKM

Kelompok 5 :

Aini Maizil Vilandari (P03211440109


Ananda Putri Irza (P032114401087)
Dilla Dwi Rahmadhani (P032114401094)
Rizka Mulani (P032114401
Revalena Sutarmidi (P032114401
Selvi Arianti (P032114401
Zaki Amani Fatiha (P032114401

2C KEPERAWATAN
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES RIAU
PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN
JURUSAN KEPERAWATAN
2023
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan Puji Syukur kehadirat Allah SWT atas Berkat Rahmat
dan Karunia-Nyalah sehingga penulis dapat menyelesaikan Makalah ini yang berj
udul “ Proposal Terapi Aktivitas Kelompok pada klien dengan Perilaku
Kekerasan “.
Asuhan Keperawatan ini ditulis untuk memenuhi tugas mata kuliah
Keperawatan Medikal Bedah Program Studi D-III Keperawatan di Poltekkes Kem
enkes Riau. Dalam menyelesaian Asuhan Keperawatan ini kelompok banyak men
dapatkan bantuan baik bersifat bimbingan, petunjuk maupun dukungan moril. Pad
a kesempatan ini perkenankan kelompok mengucapkan banyak terima kasih kepa
da semua pihak yang telah membantu dalam membuat Karya Tulis Ilmia, diantara
nya:

1. Bapak Husnan, SKp., MKM selaku, Dosen Pengampu yang telah memberika
n pengarahan, masukan dan bimbingan kepada penulis sehingga penulis dapa
t menyelesaikan Asuhan Keperawatan.
2. Serta teman seperjuangan saya dalam menempuh pendidikan D-III Keperawa
tan yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu yang selalu memberikan motiv
asi dan semangat kepada kelompok dalam menyelesaikan Asuhan
Keperawatan ini.

Kelompok menyadari dalam penulisan ini masih terdapat banyak kesalaha


n dan kekurangan dalam penyusunan dan penulisan, Oleh karena itu, kelompok m
engharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan
Asuhan Keperawatan ini di masa yang akan datang. Semoga Asuhan Keperawatan
ini dapat membawa manfaat bagi masyarakat dan pengembangan ilmu keperawata
n

i
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL............................................................................................i
KATA PENGANTAR.......................................................................................iii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang...................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..............................................................................................4
1.3 Tujuan Penelitian................................................................................................4
1.3.1 Tujuan Umum..................................................................................4
1.3.2 Tujuan Khusus.................................................................................4
1.4 Manfaat Penelitian....................................................................................5
1.4.1 Manfaat Teoritis...............................................................................5

BAB 2TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Konsep Dasar Dermatitis....................................................................................6
2.1.1 Definisi............................................................................................. 6
2.2.2 Etiologi..................................................................................................... 6
2.2.3 Tanda dan gejala..............................................................................7
2.2.4 Patofisiologi............................................................................................. 7
2.2.5 Pathway.................................................................................................... 8
2.2.6 Pemeriksaan diagnostik............................................................................ 9
2.2.7 Penatalaksanaan...............................................................................9
2.2 Konsep Asuhan Keperawatan...........................................................................12
2.2.1 Definisi Gangguan Pola Tidur................................................................ 12
2.2.2 Batasan Karakteristik............................................................................. 12
2.2.3 Faktor yang berhubungan....................................................................... 12
2.2.4 Kebutuhan Pola Tidur............................................................................ 13
2.2.5 Indikator gangguan tidur........................................................................ 14
2.2.6 Fungsi tidur............................................................................................ 14
2.2.7 Jenis tidur............................................................................................... 15
2.2.8 Manifestasi klinik gangguan pola tidur.................................................. 16

ii
2.2.9 Tahap tidur............................................................................................. 17
BAB 3 KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian.....................................................................................................19
3.2 Diagnosa Keperawatan..................................................................................22
3.3 Intervensi.......................................................................................................22

BAB 4 PENUTUP
4.1 Kesimpulan..................................................................................................27
4.2 Saran............................................................................................................27
4.2.1 Bagi penulis........................................................................................27
4.2.2 Bagi institusi.......................................................................................28
4.2.3 Bagi masyarakat..................................................................................28
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................vi

iii
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Manusia adalah makhluk sosial, yang terus menerus membutuhkan adan
ya orang lain di sekitarnya. Salah satu kebutuhan manusia untuk melakukan in
teraksi dengan sesama manusia. Interaksi ini dilakukan tidak selamanya mem
berikan hasil yang sesuai dengan apa yang diharapkan oleh individu, sehingga
mungkin terjadi suatu gangguan terhadap kemampuan individu untuk interaks
i dengan orang lain.
Kelompok adalah kumpulan individu yang memilih hubungan satu deng
an yang lain. Anggota kelompok mungkin datang dari berbagai latar belakang
yang harus ditangani sesuai dengan keadaannya, seperti agresif, takut, kebenci
an, kompetitif, kesamaan ketidaksamaan, kesukaan dan menarik diri.
Terapi kelompok adalah suatu psikoterapi yang dilakukan oleh sekelom
pok penderita bersama-sama dengan jalan diskusi satu sama lain yang dipimpi
n, diarahkan oleh terapis/petugas kesehatan yang telah dilatih.
Terapi aktivitas kelompok itu sendiri mempermudah psikoterapi dengan
sejumlah pasien dalam waktu yang sama. Manfaat terapi aktivitas kelompok y
aitu agar pasien dapat belajar kembali bagaimana cara bersosialisasi dengan o
rang lain, sesuai dengan kebutuhannya memperkenalkan dirinya. Menanyakan
hal-hal yang sederhana dan memberikan respon terhadap pertanyaan yang lain
sehingga pasien dapat berinteraksi dengan orang lain dan dapat merasakan arti
berhubungan dengan orang lain.
Terapi aktivitas kelompok sering dipakai sebagai terapi tambahan. Wils
on dan Kneisl menyatakan bahwa terapi aktivitas kelompok adalah manual, re
kreasi, dan teknik kreatif untuk memfasilitasi pengalaman seseorang serta me
ningkatkan repon social dan harga diri.

Pada pasien dengan perilaku kekerasan selalu cenderung untuk melakuk


an kerusakan atau mencederai diri, orang lain, atau lingkungan. Perilaku keke
rasan tidak jauh dari kemarahan. Kemarahan adalah perasaan jengkel yang ti

1
mbul sebagai respon terhadap kecemasan yang dirasakan sebagai ancaman. E
kspresi marah yang segera karena suatu sebab adalah wajar dan hal ini kadang
menyulitkan karena secara kultural ekspresi marah yang tidak diperbolehkan.
Oleh karena itu, marah sering diekspresikan secara tidak langsung.
Kemarahan yang ditekan atau pura-pura tidak marah akan mempersuli
t diri sendiri dan mengganggu hubungan interpersonal. Pengungkapan kemara
han dengan langsung dan tidak konstruktif pada waktu terjadi akan melegakan
individu dan membantu mengetahui tentang respon kemarahan seseorang dan
fungsi positif marah.
Atas dasar tersebut, maka dengan terapi aktivitas kelompok (TAK) pas
ien dengan perilaku kekerasan dapat tertolong dalam hal sosialisasi dengan lin
gkungan sekitarnya. Tentu saja pasien yang mengikuti terapi ini adalah pasien
yang mampu mengontrol dirinya dari perilaku kekerasan sehingga saat TAK p
asien dapat bekerjasama dan tidak mengganggu anggota kelompok lain.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang diatas, peneliti bermaksud melakukan penelitia
n untuk mengetahui faktor faktor apa saja yg berhubungan dengan kejadian der
matitis kontak iritan berdasarkan literatur Review.

1.3 Tujuan Penelitian


1.3.1 Tujuan Umum
Pasien dapat mencegah perilaku kekerasan
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Pasien dapat mengenal perilaku kekerasan yang biasa dilakukan
2. Pasien dapat mencegah perilaku kekerasan melalui napas dalam
3. Pasien dapat mencegah perilaku kekerasan dengan pukul bantal
4. Pasien dapat mencegah perilaku kekerasan dengan kegiatan spiritual
5. Pasien dapat mencegah perilaku kekerasan dengan cara patuh minu
m obat.

2
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Manfaat Teoritis
a. Bagi Kelompok
Menambah pengetahuan dan pengalaman bagi penulis tentang
Terapi Aktivitas Kelompok pada pasien Perilaku Kekerasan
sehingga menjadi salah satu cara penulis dalam mengaplikasikan il
mu yang diperoleh dalam perkuliahan.
b. Bagi Institusi
Sebagai sumber tambahan dalam proses belajar mengajar tenta
ng Terapi Aktivitas Kelompok pada pasien Perilaku Kekerasan yan
g dapat digunakan sebagai acuan dalam praktik mahasiswa kepera
watan.
c. Bagi Pasien/Keluarga
Sebagai bahan untuk menambah pengetahuan tentang Terapi
Aktivitas Kelompok pada pasien dengan Perilaku Kekerasan.

3
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Perilaku Kekerasan


2.1.1 Definisi
Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang mela
kukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik, baik kepada
diri sendiri maupun orang lain. Sering disebut juga gaduh gelisah ata
u amuk dimana seseorang marah berespon terhadap suatu stressor de
ngan gerakan motorik yang tidak terkontrol (Yosep, 2009).
Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang mela
kukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap
diri sendiri, orang lain, maupun lingkungan dimana hal tersebut untu
k mengungkapkan perasaan kesal atau marah yang tidak konstruktif
(Stuart & Sundeen, 2005).
Perilaku kekerasan merupakan suatu keadaan dimana seseorang
melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terh
adap diri sendiri, orang lain, maupun lingkungan (Fitria, 2010).
Perilaku kekerasan adalah suatu bentuk perilaku yang bertujuan
untuk melukai seseorang secara fisik maupun psikologis (Depkes, RI,
2000).

2.1.2 Faktor Predisposisi


Ada beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya perilaku kekerasan yait
u:
a. Faktor psikologis
Psychoanalytical theory: teori ini mendukung bahwa perilaku
agresif merupakan akibat dari instinctual drives. Freud berpenda
pat bahwa perilaku manusia dipengaruhi oleh dua insting. Pertam
a insting hidup yang di ekspresikan dengan seksualitas dan kedua
insting kematian yang di ekspresikan dengan agresivitas.

6
Frustation-aggresion theory: teori yang dikembangkan oleh p
engikut freud ini berawal dari asumsi, bahwa bila usaha seseoran
g untuk mencapai suatu tujuan mengalami hambatan maka akan t
imbul dorongan agresif yang pada gilirannya akan memotivasi pe
rilaku yang dirancang untuk melukai orang atau objek yang meny
ebabkan frustasi. Jadi hampir semua orang yang melakukan tinda
kan agrresif mempunyai riwayat perilaku agresif.
Pandangan psikologi lainnya mengenai perilaku agresif, mend
ukung pentingnya peran dari perkembangan presdiposisi atau pen
galaman hidup. Ini menggunakan pendekatan bahwa manusia ma
mpu memilih mekanisme koping yang sifatnya tidak merusak. B
eberapa contoh dari pengalaman tersebut:
1. Kerusakan otak organik, retardasi mental sehingga tidak mam
pu untuk menyelesaikan secara efektif.
2. Severe emotional deprivation atau rejeksi yang berlebihan pa
da masa kanak-kanak,atau seduction parental, yang mungkin
telah merusak hubungan saling percaya dan harga diri.
3. Terpapar kekerasan selama masa perkembangan, termasuk ch
ild abuse atau mengobservasi kekerasan dalam keluarga, sehi
ngga membentuk pola pertahanan atau koping.
b. Faktor soosial budaya
Social-Learning Theory: teory yang dikembangkan oleh Ban
dura (1977) dalam Yosep (2009) ini mengemukakan bahwa agres
i tidak berbeda dengan respon-respon yang lain. Agresi dapat dip
elajari melalui observasi atau imitasi, dan semakin sering mendap
atkan penguatan maka semakin besar kemungkinan untuk terjadi.
Jadi seseorang akan berespon terhadap kebangkitan emosionalny
a secara agresif sesuai dengan respon yang dipelajarinya. Pelajara
n ini bisa internal atau eksternal.
Kultural dapat pula mempengaruhi perilaku kekerasan. Adan
ya norma dapat membantu mendefinisikan ekspresi agresif mana
yang dapat diterima atau tidak dapat diterima. Sehingga dapat me

7
mbantu individu untuk mengekspresikan marah dengan cara yang
asertif.
c. Faktor biologis
Ada beberapa penelitian membuktikan bahwa dorongan agrsi
f mempunyai dasar biologis. Penelitian neurobiologi mendapatka
n bahwa adanya pemberian stimulus elektris ringan pada hipotala
mus bidatang ternyata menimbulkan perilaku agresif. Rangsanga
n yang diberikan terutama pada nukleus periforniks hipotalamus
dapat menyebabkan seekor kucing mengeluarkan cakarnya, meng
angkat ekornya, mendesis dll. Jika kerusakan fungsi sistem limbi
k (untuk emosi dan perilaku), lobus frontal (untuk pemikiran rasi
onal) dan lobus temporal.
Neurotransmiter yang sering dikaitkan dengan perilaku agres
if: serotonin, dopamin, norepineprine, acetilkolin dan asam amin
o GABA.
Faktor-faktor yang mendukung:
1. Masa kanak-kanak yang mendukung
2. Sering mengalami kegagalan
3. Kehidupan yang penuh tindakan agresif
4. Lingkungan yang tidak kondusif (bising, padat)

2.1.3 Tanda dan gejala


Pada umumnya manifestasi klinis dermatitis adanya tanda-tanda radang akut
terutama pruritus (gatal), kenaikan suhu tubuh, kemerahan, edema mi
salnya pada muka (terutama palpebra dan bibir), gangguan fungsi kul
it dan genitalia eksterna.
a. Stadium akut : kelainan kulit berupa eritema, edema, vesikel atau
bula, erosi dan eksudasi sehingga tampak basah.
b. Stadium subakut : eritema, dan edema berkurang, eksudat
mengering menjadi kusta.
c. Stadium kronis : lesi tampak kering, skuama, hiperpigmentasi,
papul dan likenefikasi.

8
Stadium tersebut tidak selalu berurutan, bisa saja sejak awal suatu
dermatitis sejak awal memberi gambaran klinis berupa kelainan
kulit stadium kronis.

2.1.4 Faktor Presipitasi


Faktor-faktor yang dapat mencetuskan perilaku kekerasan sering kali berkait
an dengan (Yosep, 2009):
a. Ekspresi diri, ingin menunjukkan eksistensi diri atau simbol solid
aritas seperti dalam sebuah konser, penonton sepak bola, geng se
kolah, perkelahian masal dan sebagainya.
b. Ekspresi dari tidak terpenuhinya kebutuhan dasar dan kondisi sos
ial ekonomi.
c. Kesulitan dalam mengkomunikasikan sesuatu dalam keluarga ser
ta tidak membiasakan dialog untuk memecahkan masalah cender
ung melalukan kekerasan dalam menyelesaikan konflik.
d. Ketidaksiapan seorang ibu dalam merawat anaknya dan ketidakm
ampuan dirinya sebagai seorang yang dewasa.
e. Adanya riwayat perilaku anti sosial meliputi penyalahgunaan oba
t dan alkoholisme dan tidak mampu mengontrol emosinya pada s
aat menghadapi rasa frustasi.
f. Kematian anggota keluarga yang terpenting, kehilangan pekerjaa
n, perubahan tahap.

2.1.5 Pathway
Yosep (2009) mengemukakan bahwa tanda dan gejala perilaku
kekerasan adalah sebagai berikut :
a. Fisik
1. Muka merah dan tegang
2. Mata melotot/ pandangan tajam
3. Tangan mengepal
4. Rahang mengatup
5. Postur tubuh kaku
6. Jalan mondar-mandir

9
b. Verbal
1. Bicara kasar
2. Suara tinggi, membentak atau berteriak
3. Mengancam secara verbal atau fisik
4. Mengumpat dengan kata-kata kotor
5. Suara keras
6. Ketus

c. Perilaku
1. Melempar atau memukul benda/orang lain
2. Menyerang orang lain
3. Melukai diri sendiri/orang lain
4. Merusak lingkungan
5. Amuk/agresif

d. Emosi
Tidak adekuat, tidak aman dan nyaman, rasa terganggu,
dendam dan jengkel, tidak berdaya, bermusuhan, mengamuk,
ingin berkelahi, menyalahkan dan menuntut.
e. Intelektual
Mendominasi, cerewet, kasar, berdebat, meremehkan, sarkasme.
f. Spiritual
Merasa diri berkuasa, merasa diri benar, mengkritik pendapat
orang lain, menyinggung perasaan orang lain, tidak perduli dan
kasar.
g. Sosial
Menarik diri, pengasingan, penolakan, kekerasan, ejekan,
sindiran.
h. Perhatian
Bolos, mencuri, melarikan diri, penyimpangan seksual.

10
2.1.6 Rentang respon
Menurut Yosep (2007) perilaku kekerasan dianggap sebagai
suatu akibat yang ekstrim dari marah atau ketakutan (panik).

Respon Adaptif Respon Maladaptif

Asertif Frustasi Pasif Agresif


Kekerasan

Gambar 1. Rentang Respon

Setiap orang mempunyai kapasitas berperilaku asertif, pasif dan


agresif sampai kekerasan. Dari gambar tersebut dapat disimpulkan
bahwa :
a. Asertif : individu dapat mengungkapkan marah tanpa
menyalahkan orang lain dan memberikan ketenangan.
b. Frustasi : individu gagal mencapai tujuan kepuasan saat
marah dan tidak dapat menemukan alternatif.
c. Pasif : individu tidak dapat mengungkapkan perasaannya.
d. Agresif : perilaku yang menyertai marah terdapat dorongan
untuk menuntut tetapi masih terkontrol.
e. Kekerasan : perasaan marah dan bermusuhan yang kuat serta
hilangnya kontrol.
Perilaku kekerasan merupakan suatu rentang emosi dan ungkapan
kemarahan yang dimanivestasikan dalam bentuk fisik.
Kemarahan tersebut merupakan suatu bentuk komunikasi dan
proses penyampaian pesan dari individu. Orang yang mengalami
kemarahan sebenarnya ingin menyampaikan pesan bahwa ia
”tidak setuju, tersinggung, merasa tidak dianggap, merasa tidak
dituruti atau diremehkan.” Rentang respon kemarahan individu

11
dimulai dari respon normal (asertif) sampai pada respon yang
tidak normal (maladaptif).

2.1.7 Mekanisme Koping


Mekanisme koping yang biasa digunakan adalah:
a. Sublimasi, yaitu melampiaskan masalah pada objek lain.
b. Proyeksi, yaitu menyatakan orang lain mengenal kesukaan/
keinginan tidak baik.
c. Represif, yaitu mencegah keinginan yang berbahaya bila
diekspresikan dengan melebihkan sikap/ perilaku yang
berlawanan.
d. Reaksi formasi, yaitu mencegah keinginan yang berbahaya bila
diekspresikan dengan melebihkan sikap perilaku yang
berlawanan.
e. Displecement, yaitu melepaskan perasaan tertekan dengan
bermusuhan pada objek yang berbahaya.
f. Perilaku kekerasan biasanya diawali dengan situasi berduka
yang berkepanjangan dari seseorang karna ditinggal oleh orang
yang dianggap berpangaruh dalam hidupnya. Bila kondisi
tersebut tidak teratasi, maka dapat menyebabkan seseorang
harga diri rendah (HDR), sehingga sulit untuk bergaul dengan
orang lain. Bila ketidakmampuan bergaul dengan orang lain tidak
dapat diatasi maka akan muncul halusinasi berupa suara-suara
atau bayang-bayangan yang meminta klien untuk melakukan
kekerasan. Hal ini data berdampak pada keselamatan dirinya
dan orang lain (resiko mencederai diri, orang lain dan
lingkungan).
Selain diakibatkan oleh berduka yang berkepanjangan, dukungan
keluarga yang kurang baik dalam mengahadapi kondisi klien dapat
mempengaruhi perkembangan klien (koping keluarga tidak efektif).
Hal ini yang menyebabkan klien sering keluar masuk RS atau

12
menimbulkan kekambuhan karena dukungan keluarga tidak
maksimal (regimen terapeutik inefektif).

2.2 Terapi Aktivitas Kelompok


2.2.1 Definisi
Kelompok adalah kumpulan individu yang memiliki hubungan
satu dengan yang lain, saling bergantung dan mempunyai norma
yang sama ( Stuart & Laraia, 2001). Anggota kelompok mungkin
datang dari berbagai latar belakang yang harus ditangani sesuai
dengan keadaannya, seperti agresif, takut, kebencian, kompetitif,
kesamaan, ketidaksamaan, kesukaan, dan menarik. Semua kondisi ini
akan mempengaruhi dinamika kelompok, ketika anggota kelompok
memberi dan menerima umpan balik yang berarti dalam berbagai
interaksi yang terjadi dalam kelompok.

2.2.2 Tujuan
Tujuan kelompok adalah membantu anggotanya berhubungan
dengan orang lain serta mengubah perilaku yang destruktif dan
maladaptif. Kekuatan kelompok ada pada konstribusi dari setiap
anggota dan pemimpin dalam mencapai tujuannya.

Kelompok berfungsi sebagai tempat berbagai pengalaman dan


saling membantu satu sama lain, untuk menemukan cara
menyelesaikan masalah. Kelompok merupakan laboratorium tempat
mencoba dan menemukan hubungan interpersonal yang baik, serta
mengembangkan perilaku yang adaptif. Anggota kelompok merasa
memiliki diakui, dan dihargai eksistensinya oleh anggota kelompok
yang lain.

Terapi kelompok adalah metode pengobatan ketika klien ditemui


dalam rancangan waktu tertentu dengan tenaga yang memenuhi
persyaratan tertentu. Fokus terapi kelompok adalah membuat sadar
diri peningkatan hubungan interpersonal, membuat perubahan, atau
ketiganya.

13
Terapi aktivitas kelompok dibagi sesuai dengan kebutuhan yaitu,
stimulasi sensoris, orientasi realita, dan sosialisasi. Terapi aktivitas
kelompok dibagi empat yaitu terapi aktivitas kelompok stimulasi
kognitif/persepsi, terapi aktivitas kelompok stimulasi sensori, terapi
aktivitas terapi aktivitas stimulasi realita, dan terapi aktivitas
kelompok sosialisasi.

2.2.3 Kriteria pasien


2.2.4 Pengorganisasian
2.2.5 Setting tempat
2.2.6 Peserta

14
BAB 3
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian
1. Identitas Pasien
2. Keluhan Utama, Biasanya pasien mengeluh gatal, rambut rontok.
3. Riwayat Kesehatan.
a. Riwayat penyakit sekarang
Tanyakan sejak kapan pasien merasakan keluhan seperti yang ada pada keluha
n utama dan tindakan apa saja yang dilakukan pasien untuk menanggul
anginya.
b. Riwayat penyakit dahulu
Apakah pasien dulu pernah menderita penyakit seperti ini atau penyakit kulit l
ainnya
c. Riwayat penyakit keluarga
Apakah ada keluarga yang pernah menderita penyakit seperti ini atau penyakit
kulit lainnya.
d. Riwayat psikososial
Apakah pasien merasakan kecemasan yang berlebihan. Apakah sedang mengal
ami stress yang berkepanjangan.
e. Riwayat pemakaian obat
Apakah pasien pernah menggunakan obat-obatan yang dipakai pada kulit, atau
pernahkah pasien tidak tahan (alergi) terhadap sesuatu obat
4. Pola Fungsional Gordon
a. Pola persepsi dan penanganan kesehatan
Tanyakan kepada klien pendapatnya mengenai kesehatan dan penyakit. Apaka
h pasien langsung mencari pengobatan atau menunggu sampai penyaki
t tersebut mengganggu aktivitas pasien.
b. Pola nutrisi dan metabolisme

15
 Tanyakan bagaimana pola dan porsi makan sehari-hari klien ( pagi,
siang dan malam )
 Tanyakan bagaimana nafsu makan klien, apakah ada mual muntah,
pantangan atau alergi
 Tanyakan apakah klien mengalami gangguan dalam menelan
 Tanyakan apakah klien sering mengkonsumsi buah-buahan dan say
ur-sayuran yang mengandung vitamin antioksidant
c. Pola eliminasi
 Tanyakan bagaimana pola BAK dan BAB, warna dan karakteristik
nya
 Berapa kali miksi dalam sehari, karakteristik urin dan defekasi
 Adakah masalah dalam proses miksi dan defekasi, adakah penggun
aan alat bantu untuk miksi dan defekasi.
d. Pola aktivitas/olahraga
 Perubahan aktivitas biasanya/hobi sehubungan dengan gangguan p
ada kulit.
 Kekuatan Otot :Biasanya klien tidak ada masalah dengan kekuatan
ototnya karena yang terganggu adalah kulitnya
 Keluhan Beraktivitas : kaji keluhan klien saat beraktivitas.
e. Pola istirahat/tidur

 Kebiasaan : tanyakan lama, kebiasaan dan kualitas tidur pasien

 Masalah Pola Tidur : Tanyakan apakah terjadi masalah istirahat/tid


ur yang berhubungan dengan gangguan pada kulit Bagaimana pera
saan klien setelah bangun tidur? Apakah merasa segar atau tidak?
f. Pola kognitif/persepsi
 Kaji status mental klien
 Kaji kemampuan berkomunikasi dan kemampuan klien dalam me
mahami sesuatu

16
 Kaji tingkat anxietas klien berdasarkan ekspresi wajah, nada bicara
klien. Identifikasi penyebab kecemasan klien Kaji penglihatan dan
pendengaran klien.
 Kaji apakah klien mengalami vertigo
 Kaji nyeri : Gejalanya yaitu timbul gatal-gatal atau bercak merah p
ada kulit.
g. Pola persepsi dan konsep diri
 Tanyakan pada klien bagaimana klien menggambarkan dirinya sen
diri, apakah kejadian yang menimpa klien mengubah gambaran diri
nya
 Tanyakan apa yang menjadi pikiran bagi klien, apakah merasa cem
as, depresi atau takut, apakah ada hal yang menjadi pikirannya
h. Pola peran hubungan
 Tanyakan apa pekerjaan pasien
 Tanyakan tentang system pendukung dalam kehidupan klien sepert
i: pasangan, teman.
 Tanyakan apakah ada masalah keluarga berkenaan dengan perawat
an penyakit klien
i. Pola seksualitas/reproduksi
 Tanyakan masalah seksual klien yang berhubungan dengan penyak
itnya
 Tanyakan kapan klien mulai menopause dan masalah kesehatan ter
kait dengan menopause
 Tanyakan apakah klien mengalami kesulitan/perubahan dalam pem
enuhan kebutuhan seks
j. Pola koping-toleransi stress
 Tanyakan dan kaji perhatian utama selama dirawat di RS ( financia
l atau perawatan diri )
 Kaji keadan emosi klien sehari-hari dan bagaimana klien mengatasi
kecemasannya (mekanisme koping klien )
 Apakah ada penggunaan obat untuk penghilang stress atau klien se
ring berbagi masalahnya dengan orang-orang terdekat.

17
k. Pola keyakinan nilai
Tanyakan agama klien dan apakah ada pantangan-pantangan dalam beragama
serta seberapa taat klien menjalankan ajaran agamanya. Orang yang de
kat kepada Tuhannya lebih berfikiran positif.

3.2 Diagnosa Keperawatan


1. Gangguan Integritas Kulit b.d bahan kimia iritatif d.d kerusakan lapisan
kulit, adanya kemerahan.
2. Gangguan pola tidur b.d kurang kontrol tidur : sering terbangun karena
rasa gatal dan panas di kulit d.d klien mengeluh sulit tidur dan sering
terjaga

3.3 Intervensi
Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi
hasil

Gangguan Integritas Setelah dilakukan Perawatan Integritas


Kulit b.d bahan kimia intervensi keperawatan Kulit (I.11353)
iritatif d.d kerusakan selama 3 x 24 jam,
Observasi
lapisan kulit, adanya maka integritas
kemerahan kulitmeningkat, dengan  Identifikasi penyebab

kriteria hasil: gangguan integritas


kulit (mis: perubahan
-Kerusakan lapisan
sirkulasi, perubahan
kulit menurun
status nutrisi,
- Kerusakan lapisan penurunan
kulit menurun kelembaban, suhu
lingkungan ekstrim,
penurunan mobilitas)

Terapeutik

 Ubah posisi setiap 2


jam jika tirah baring

18
 Bersihkan perineal
dengan air hangat,
terutama selama
periode diare
 Gunakan produk
berbahan petroleum
atau minyak pada
kulit kering
 Gunakan produk
berbahan
ringan/alami dan
hipoalergik pada
kulit sensitive
 Hindari produk
berbahan dasar
alkohol pada kulit
kering

Edukasi

 Anjurkan minum air


yang cukup
 Anjurkan
meningkatkan
asupan nutrisi
 Anjurkan
meningkatkan
asupan buah dan
sayur
 Anjurkan
menghindari
terpapar suhu

19
ekstrim
 5. Anjurkan mandi
dan menggunakan
sabun secukupnya

Gangguan pola tidur Setelah dilakukan Dukungan Tidur


b.d kurang kontrol intervensi keperawatan (I.05174)
tidur : sering selama 3 x 24 jam,
Observasi
terbangun karena rasa maka pola tidur
gatal dan panas di membaik, dengan  Identifikasi pola

kulit d.d klien kriteria hasil: aktivitas dan tidur

mengeluh sulit tidur  Identifikasi faktor


1. Keluhan sulit tidur
dan sering terjaga pengganggu tidur
menurun
(fisik dan/atau
3. Keluhan sering
psikologis)
terjaga menurun
 Identifikasi
4. Keluhan pola tidur
makanan dan
berubah menurun
minuman yang
5. Keluhan istirahat
mengganggu tidur
tidak cukup
(mis: kopi, teh,
menurun
alcohol, makan
mendekati waktu
tidur, minum banyak
air sebelum tidur)
 Identifikasi obat
tidur yang
dikonsumsi

Terapeutik

 Modifikasi
lingkungan (mis:
pencahayaan,
kebisingan, suhu,

20
matras, dan tempat
tidur)
 Batasi waktu tidur
siang, jika perlu
 Fasilitasi
menghilangkan
stress sebelum
tidur
 Tetapkan jadwal
tidur rutin
 Lakukan prosedur
untuk
meningkatkan
kenyamanan (mis:
pijat, pengaturan
posisi, terapi
akupresur)
 Sesuaikan jadwal
pemberian obat
dan/atau Tindakan
untuk menunjang
siklus tidur-terjaga

Edukasi

 Jelaskan
pentingnya tidur
cukup selama sakit
 Anjurkan
menepati
kebiasaan waktu
tidur
 Anjurkan

21
menghindari
makanan/minuman
yang mengganggu
tidur
 Anjurkan
penggunaan obat
tidur yang tidak
mengandung
supresor terhadap
tidur REM
 Ajarkan faktor-
faktor yang
berkontribusi
terhadap gangguan
pola tidur (mis:
psikologis, gaya
hidup, sering
berubah shift
bekerja)
 Ajarkan relaksasi
otot autogenic atau
cara
nonfarmakologi
lainnya

22
BAB 4

PENUTUP

4.1 Kesimpulan
4.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas, maka peneliti akan menyampaikan be
berapa saran diantaranya :

4.2.1 Bagi Penulis

Diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan untuk menambah


wawasan kegiatan belajar mengajar tentang penerapan strategi pela
ksanaan teknik relaksasi tarik nafas dalam pada pasien perilaku kek
erasan dan mengembangkan penelitiannya dengan mengambil lebi
h banyak responden.

4.2.2 Bagi Institusi

Diharapkan Karya Tulis Ilmiah Studi Kasus ini dapat menamba


h referensi tentang penurunan tanda dan gejala perilaku kekerasan
dengan penerapan strategi pelaksanaan teknik relaksasi nafas dala
m.

4.2.3 Bagi Subyek

Diharapkan subyek dapat melanjutkan penerapan strategi pelak


sanaan teknik relaksasi nafas dalam untuk mengontrol perilaku kek
erasan yang dialami.

27
28
DAFTAR PUSTAKA

Sari, Kumala. 2011. Asuhan Keperawatan Gangguan SistemIntegumen.Jakarta:

Nuha Medika

Kowalak, Jenifer.2011.Buku Ajar Patofisiologi.Jakarta: EGC

Herdman, T.Heather. 2015. NANDA International Inc Diagnosis Keperawatan. Ja


karta:EGC

Kusuma, Hardhi. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosis M


edis dan Nanda Nic-Noc Edisi Revisi. Jogjakarta:Mediction.

vi

Anda mungkin juga menyukai