Kelompok 5 :
2C KEPERAWATAN
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES RIAU
PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN
JURUSAN KEPERAWATAN
2023
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan Puji Syukur kehadirat Allah SWT atas Berkat Rahmat
dan Karunia-Nyalah sehingga penulis dapat menyelesaikan Makalah ini yang berj
udul “ Proposal Terapi Aktivitas Kelompok pada klien dengan Perilaku
Kekerasan “.
Asuhan Keperawatan ini ditulis untuk memenuhi tugas mata kuliah
Keperawatan Medikal Bedah Program Studi D-III Keperawatan di Poltekkes Kem
enkes Riau. Dalam menyelesaian Asuhan Keperawatan ini kelompok banyak men
dapatkan bantuan baik bersifat bimbingan, petunjuk maupun dukungan moril. Pad
a kesempatan ini perkenankan kelompok mengucapkan banyak terima kasih kepa
da semua pihak yang telah membantu dalam membuat Karya Tulis Ilmia, diantara
nya:
1. Bapak Husnan, SKp., MKM selaku, Dosen Pengampu yang telah memberika
n pengarahan, masukan dan bimbingan kepada penulis sehingga penulis dapa
t menyelesaikan Asuhan Keperawatan.
2. Serta teman seperjuangan saya dalam menempuh pendidikan D-III Keperawa
tan yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu yang selalu memberikan motiv
asi dan semangat kepada kelompok dalam menyelesaikan Asuhan
Keperawatan ini.
i
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL............................................................................................i
KATA PENGANTAR.......................................................................................iii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang...................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..............................................................................................4
1.3 Tujuan Penelitian................................................................................................4
1.3.1 Tujuan Umum..................................................................................4
1.3.2 Tujuan Khusus.................................................................................4
1.4 Manfaat Penelitian....................................................................................5
1.4.1 Manfaat Teoritis...............................................................................5
ii
2.2.9 Tahap tidur............................................................................................. 17
BAB 3 KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian.....................................................................................................19
3.2 Diagnosa Keperawatan..................................................................................22
3.3 Intervensi.......................................................................................................22
BAB 4 PENUTUP
4.1 Kesimpulan..................................................................................................27
4.2 Saran............................................................................................................27
4.2.1 Bagi penulis........................................................................................27
4.2.2 Bagi institusi.......................................................................................28
4.2.3 Bagi masyarakat..................................................................................28
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................vi
iii
BAB 1
PENDAHULUAN
1
mbul sebagai respon terhadap kecemasan yang dirasakan sebagai ancaman. E
kspresi marah yang segera karena suatu sebab adalah wajar dan hal ini kadang
menyulitkan karena secara kultural ekspresi marah yang tidak diperbolehkan.
Oleh karena itu, marah sering diekspresikan secara tidak langsung.
Kemarahan yang ditekan atau pura-pura tidak marah akan mempersuli
t diri sendiri dan mengganggu hubungan interpersonal. Pengungkapan kemara
han dengan langsung dan tidak konstruktif pada waktu terjadi akan melegakan
individu dan membantu mengetahui tentang respon kemarahan seseorang dan
fungsi positif marah.
Atas dasar tersebut, maka dengan terapi aktivitas kelompok (TAK) pas
ien dengan perilaku kekerasan dapat tertolong dalam hal sosialisasi dengan lin
gkungan sekitarnya. Tentu saja pasien yang mengikuti terapi ini adalah pasien
yang mampu mengontrol dirinya dari perilaku kekerasan sehingga saat TAK p
asien dapat bekerjasama dan tidak mengganggu anggota kelompok lain.
2
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Manfaat Teoritis
a. Bagi Kelompok
Menambah pengetahuan dan pengalaman bagi penulis tentang
Terapi Aktivitas Kelompok pada pasien Perilaku Kekerasan
sehingga menjadi salah satu cara penulis dalam mengaplikasikan il
mu yang diperoleh dalam perkuliahan.
b. Bagi Institusi
Sebagai sumber tambahan dalam proses belajar mengajar tenta
ng Terapi Aktivitas Kelompok pada pasien Perilaku Kekerasan yan
g dapat digunakan sebagai acuan dalam praktik mahasiswa kepera
watan.
c. Bagi Pasien/Keluarga
Sebagai bahan untuk menambah pengetahuan tentang Terapi
Aktivitas Kelompok pada pasien dengan Perilaku Kekerasan.
3
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
6
Frustation-aggresion theory: teori yang dikembangkan oleh p
engikut freud ini berawal dari asumsi, bahwa bila usaha seseoran
g untuk mencapai suatu tujuan mengalami hambatan maka akan t
imbul dorongan agresif yang pada gilirannya akan memotivasi pe
rilaku yang dirancang untuk melukai orang atau objek yang meny
ebabkan frustasi. Jadi hampir semua orang yang melakukan tinda
kan agrresif mempunyai riwayat perilaku agresif.
Pandangan psikologi lainnya mengenai perilaku agresif, mend
ukung pentingnya peran dari perkembangan presdiposisi atau pen
galaman hidup. Ini menggunakan pendekatan bahwa manusia ma
mpu memilih mekanisme koping yang sifatnya tidak merusak. B
eberapa contoh dari pengalaman tersebut:
1. Kerusakan otak organik, retardasi mental sehingga tidak mam
pu untuk menyelesaikan secara efektif.
2. Severe emotional deprivation atau rejeksi yang berlebihan pa
da masa kanak-kanak,atau seduction parental, yang mungkin
telah merusak hubungan saling percaya dan harga diri.
3. Terpapar kekerasan selama masa perkembangan, termasuk ch
ild abuse atau mengobservasi kekerasan dalam keluarga, sehi
ngga membentuk pola pertahanan atau koping.
b. Faktor soosial budaya
Social-Learning Theory: teory yang dikembangkan oleh Ban
dura (1977) dalam Yosep (2009) ini mengemukakan bahwa agres
i tidak berbeda dengan respon-respon yang lain. Agresi dapat dip
elajari melalui observasi atau imitasi, dan semakin sering mendap
atkan penguatan maka semakin besar kemungkinan untuk terjadi.
Jadi seseorang akan berespon terhadap kebangkitan emosionalny
a secara agresif sesuai dengan respon yang dipelajarinya. Pelajara
n ini bisa internal atau eksternal.
Kultural dapat pula mempengaruhi perilaku kekerasan. Adan
ya norma dapat membantu mendefinisikan ekspresi agresif mana
yang dapat diterima atau tidak dapat diterima. Sehingga dapat me
7
mbantu individu untuk mengekspresikan marah dengan cara yang
asertif.
c. Faktor biologis
Ada beberapa penelitian membuktikan bahwa dorongan agrsi
f mempunyai dasar biologis. Penelitian neurobiologi mendapatka
n bahwa adanya pemberian stimulus elektris ringan pada hipotala
mus bidatang ternyata menimbulkan perilaku agresif. Rangsanga
n yang diberikan terutama pada nukleus periforniks hipotalamus
dapat menyebabkan seekor kucing mengeluarkan cakarnya, meng
angkat ekornya, mendesis dll. Jika kerusakan fungsi sistem limbi
k (untuk emosi dan perilaku), lobus frontal (untuk pemikiran rasi
onal) dan lobus temporal.
Neurotransmiter yang sering dikaitkan dengan perilaku agres
if: serotonin, dopamin, norepineprine, acetilkolin dan asam amin
o GABA.
Faktor-faktor yang mendukung:
1. Masa kanak-kanak yang mendukung
2. Sering mengalami kegagalan
3. Kehidupan yang penuh tindakan agresif
4. Lingkungan yang tidak kondusif (bising, padat)
8
Stadium tersebut tidak selalu berurutan, bisa saja sejak awal suatu
dermatitis sejak awal memberi gambaran klinis berupa kelainan
kulit stadium kronis.
2.1.5 Pathway
Yosep (2009) mengemukakan bahwa tanda dan gejala perilaku
kekerasan adalah sebagai berikut :
a. Fisik
1. Muka merah dan tegang
2. Mata melotot/ pandangan tajam
3. Tangan mengepal
4. Rahang mengatup
5. Postur tubuh kaku
6. Jalan mondar-mandir
9
b. Verbal
1. Bicara kasar
2. Suara tinggi, membentak atau berteriak
3. Mengancam secara verbal atau fisik
4. Mengumpat dengan kata-kata kotor
5. Suara keras
6. Ketus
c. Perilaku
1. Melempar atau memukul benda/orang lain
2. Menyerang orang lain
3. Melukai diri sendiri/orang lain
4. Merusak lingkungan
5. Amuk/agresif
d. Emosi
Tidak adekuat, tidak aman dan nyaman, rasa terganggu,
dendam dan jengkel, tidak berdaya, bermusuhan, mengamuk,
ingin berkelahi, menyalahkan dan menuntut.
e. Intelektual
Mendominasi, cerewet, kasar, berdebat, meremehkan, sarkasme.
f. Spiritual
Merasa diri berkuasa, merasa diri benar, mengkritik pendapat
orang lain, menyinggung perasaan orang lain, tidak perduli dan
kasar.
g. Sosial
Menarik diri, pengasingan, penolakan, kekerasan, ejekan,
sindiran.
h. Perhatian
Bolos, mencuri, melarikan diri, penyimpangan seksual.
10
2.1.6 Rentang respon
Menurut Yosep (2007) perilaku kekerasan dianggap sebagai
suatu akibat yang ekstrim dari marah atau ketakutan (panik).
11
dimulai dari respon normal (asertif) sampai pada respon yang
tidak normal (maladaptif).
12
menimbulkan kekambuhan karena dukungan keluarga tidak
maksimal (regimen terapeutik inefektif).
2.2.2 Tujuan
Tujuan kelompok adalah membantu anggotanya berhubungan
dengan orang lain serta mengubah perilaku yang destruktif dan
maladaptif. Kekuatan kelompok ada pada konstribusi dari setiap
anggota dan pemimpin dalam mencapai tujuannya.
13
Terapi aktivitas kelompok dibagi sesuai dengan kebutuhan yaitu,
stimulasi sensoris, orientasi realita, dan sosialisasi. Terapi aktivitas
kelompok dibagi empat yaitu terapi aktivitas kelompok stimulasi
kognitif/persepsi, terapi aktivitas kelompok stimulasi sensori, terapi
aktivitas terapi aktivitas stimulasi realita, dan terapi aktivitas
kelompok sosialisasi.
14
BAB 3
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian
1. Identitas Pasien
2. Keluhan Utama, Biasanya pasien mengeluh gatal, rambut rontok.
3. Riwayat Kesehatan.
a. Riwayat penyakit sekarang
Tanyakan sejak kapan pasien merasakan keluhan seperti yang ada pada keluha
n utama dan tindakan apa saja yang dilakukan pasien untuk menanggul
anginya.
b. Riwayat penyakit dahulu
Apakah pasien dulu pernah menderita penyakit seperti ini atau penyakit kulit l
ainnya
c. Riwayat penyakit keluarga
Apakah ada keluarga yang pernah menderita penyakit seperti ini atau penyakit
kulit lainnya.
d. Riwayat psikososial
Apakah pasien merasakan kecemasan yang berlebihan. Apakah sedang mengal
ami stress yang berkepanjangan.
e. Riwayat pemakaian obat
Apakah pasien pernah menggunakan obat-obatan yang dipakai pada kulit, atau
pernahkah pasien tidak tahan (alergi) terhadap sesuatu obat
4. Pola Fungsional Gordon
a. Pola persepsi dan penanganan kesehatan
Tanyakan kepada klien pendapatnya mengenai kesehatan dan penyakit. Apaka
h pasien langsung mencari pengobatan atau menunggu sampai penyaki
t tersebut mengganggu aktivitas pasien.
b. Pola nutrisi dan metabolisme
15
Tanyakan bagaimana pola dan porsi makan sehari-hari klien ( pagi,
siang dan malam )
Tanyakan bagaimana nafsu makan klien, apakah ada mual muntah,
pantangan atau alergi
Tanyakan apakah klien mengalami gangguan dalam menelan
Tanyakan apakah klien sering mengkonsumsi buah-buahan dan say
ur-sayuran yang mengandung vitamin antioksidant
c. Pola eliminasi
Tanyakan bagaimana pola BAK dan BAB, warna dan karakteristik
nya
Berapa kali miksi dalam sehari, karakteristik urin dan defekasi
Adakah masalah dalam proses miksi dan defekasi, adakah penggun
aan alat bantu untuk miksi dan defekasi.
d. Pola aktivitas/olahraga
Perubahan aktivitas biasanya/hobi sehubungan dengan gangguan p
ada kulit.
Kekuatan Otot :Biasanya klien tidak ada masalah dengan kekuatan
ototnya karena yang terganggu adalah kulitnya
Keluhan Beraktivitas : kaji keluhan klien saat beraktivitas.
e. Pola istirahat/tidur
16
Kaji tingkat anxietas klien berdasarkan ekspresi wajah, nada bicara
klien. Identifikasi penyebab kecemasan klien Kaji penglihatan dan
pendengaran klien.
Kaji apakah klien mengalami vertigo
Kaji nyeri : Gejalanya yaitu timbul gatal-gatal atau bercak merah p
ada kulit.
g. Pola persepsi dan konsep diri
Tanyakan pada klien bagaimana klien menggambarkan dirinya sen
diri, apakah kejadian yang menimpa klien mengubah gambaran diri
nya
Tanyakan apa yang menjadi pikiran bagi klien, apakah merasa cem
as, depresi atau takut, apakah ada hal yang menjadi pikirannya
h. Pola peran hubungan
Tanyakan apa pekerjaan pasien
Tanyakan tentang system pendukung dalam kehidupan klien sepert
i: pasangan, teman.
Tanyakan apakah ada masalah keluarga berkenaan dengan perawat
an penyakit klien
i. Pola seksualitas/reproduksi
Tanyakan masalah seksual klien yang berhubungan dengan penyak
itnya
Tanyakan kapan klien mulai menopause dan masalah kesehatan ter
kait dengan menopause
Tanyakan apakah klien mengalami kesulitan/perubahan dalam pem
enuhan kebutuhan seks
j. Pola koping-toleransi stress
Tanyakan dan kaji perhatian utama selama dirawat di RS ( financia
l atau perawatan diri )
Kaji keadan emosi klien sehari-hari dan bagaimana klien mengatasi
kecemasannya (mekanisme koping klien )
Apakah ada penggunaan obat untuk penghilang stress atau klien se
ring berbagi masalahnya dengan orang-orang terdekat.
17
k. Pola keyakinan nilai
Tanyakan agama klien dan apakah ada pantangan-pantangan dalam beragama
serta seberapa taat klien menjalankan ajaran agamanya. Orang yang de
kat kepada Tuhannya lebih berfikiran positif.
3.3 Intervensi
Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi
hasil
Terapeutik
18
Bersihkan perineal
dengan air hangat,
terutama selama
periode diare
Gunakan produk
berbahan petroleum
atau minyak pada
kulit kering
Gunakan produk
berbahan
ringan/alami dan
hipoalergik pada
kulit sensitive
Hindari produk
berbahan dasar
alkohol pada kulit
kering
Edukasi
19
ekstrim
5. Anjurkan mandi
dan menggunakan
sabun secukupnya
Terapeutik
Modifikasi
lingkungan (mis:
pencahayaan,
kebisingan, suhu,
20
matras, dan tempat
tidur)
Batasi waktu tidur
siang, jika perlu
Fasilitasi
menghilangkan
stress sebelum
tidur
Tetapkan jadwal
tidur rutin
Lakukan prosedur
untuk
meningkatkan
kenyamanan (mis:
pijat, pengaturan
posisi, terapi
akupresur)
Sesuaikan jadwal
pemberian obat
dan/atau Tindakan
untuk menunjang
siklus tidur-terjaga
Edukasi
Jelaskan
pentingnya tidur
cukup selama sakit
Anjurkan
menepati
kebiasaan waktu
tidur
Anjurkan
21
menghindari
makanan/minuman
yang mengganggu
tidur
Anjurkan
penggunaan obat
tidur yang tidak
mengandung
supresor terhadap
tidur REM
Ajarkan faktor-
faktor yang
berkontribusi
terhadap gangguan
pola tidur (mis:
psikologis, gaya
hidup, sering
berubah shift
bekerja)
Ajarkan relaksasi
otot autogenic atau
cara
nonfarmakologi
lainnya
22
BAB 4
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
4.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas, maka peneliti akan menyampaikan be
berapa saran diantaranya :
27
28
DAFTAR PUSTAKA
Nuha Medika
vi