CARING
Menerapkan Empati dalam Komponen Caring Dalam Praktek Keperawatan
Kelompok 8
Penulis
ii
DAFTAR ISI
BAB 3 PENUTUP................................................................................................. 7
iii
BAB 1
PENDAHULUAN
1
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Tujuan umum dari makalah ini untuk mengetahui konsep dari Menerapkan
empati dalam komponen caring dalam praktek keperawatan.
1.2.2 Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui konsep empati
2. Untuk mengetahui pendekatan persepsi intrapersonal
3. Untuk mengetahui pendekatan komunikasi terapeutik
2
BAB 2
TINJAUN PUSTAKA
McCabe dan Timmins (2006) mengatakan bahwa jika perawat gagal berempati dengan
pasiennya, maka mereka tidak dapat membantu mereka untuk memahami atau mengatasi
secara efektif sebagai individu dengan penyakit mereka. Moore (2006) mengutip seorang
penulis anonim asal Inggris: ‘Berempati berarti melihat dengan mata orang lain, mendengar
dengan telinga orang lain, dan merasakan dengan hati orang lain, Mungkin lebih mudah bagi
perawat berusia 25 tahun untuk memahami kehancuran diagnosis dan prognosis yang
membatasi hidup pada orang seusianya. Mereka mungkin merasa lebih sulit untuk melihat
bahwa perasaan yang sama ada pada seseorang yang berusia 55 atau 85 tahun, dan karena itu
mungkin tidak dapat merasakan kehancuran itu dengan cara yang sama. Itu perawat mungkin
perlu berupaya mengembangkan tingkat empati ini dengan melakukan refleksi pada situasi lain
yang mungkin mereka ketahui, secara pribadi atau profesional. Reynolds dan Scott (2000)
mengatakan, 'Kemampuan untuk memahami dan bernalar, juga kemampuan untuk
mengomunikasikan pemahaman tentang perasaan dan perasaan orang lain makna terlampirnya
sangat penting dalam praktik keperawatan empati.
3
Selain itu, kita mungkin ingin melindungi diri kita dari kerentanan empati yang sejati,
karena ini berarti kita dapat melihat diri kita sendiri sebagai orang yang beresiko bahaya datang
kepada kita, atau orang-orang yang kita cintai. Lebih mudah untuk tetap sedikit terpisah; di
dalam Faktanya, hal ini diajarkan di masa lalu sebagai cara untuk mengatasi situasi traumatis
perawatan, kita bisa berempati terhadap mereka, tanpa merasa tenggelam dan tidak mampu
menolong mereka. Inilah tujuan sebenarnya dari mencapai perawatan empati dalam praktik
keperawatan.
Pendekatan interpersonal dalam hubungan mereka dengan orang lain, perawat yang
bersifat caring tampaknya bersifat empati dan mudah didekati, serta mau mendengarkan orang
lain. Pendekatan bersifat peka, ia mudah bergaul dan sopan serta berkomunikasi dengan baik
kepada orang lain. perilaku caring perawat sebagian besar 52,1% klien menilai perilaku caring
perawat cukup. Hal tersebut dipengaruhi oleh persepsi klien terhadap pandangan perawat,
sehingga klien menilai perawat dalam perilaku caring masih cukup. Perilaku caring yang cukup
dari pelayanan yang di berikan oleh perawat, klien akan cenderung memiliki persepsi yang
baik terhadap perawat. Persepsi perilaku caring dapat diartikan sebagai suatu manifestasi dari
perhatian kepada orang lain, yang berpusat pada orang, menghormati harga diri dan
kemanusiaan, komitmen untuk mencegah terjadinya status yang memburuk, dan menghormati
orang lain (Brewer & Watson, 2018).
Keperawatan merupakan ilmu pengetahuan dan suatu seni yang terfokuskan pada
promosi kualitas hidup yang didefinisikan oleh orang atau keluarga, melalui seluruh
pengalaman hidupnya dari kelahiran sampai asuhan pada kematian. Seorang perawat dituntut
untuk mampu memahami setiap respon yang berbeda dari pasien terhadap rasa sakit yang
dialaminya dan memberikan pelayanan kesehatan yang tepat dalam setiap respon yang berbeda
baik yang sedang terjadi maupun yang akan terjadi. Perilaku persepsi caring dapat ditunjukkan
dalam hubungan interpersonal yaitu hubungan yang terjadi antara perawat dengan pasien,
dimana perawat menunjukkan perilaku persepsi caring melalui perhatian, intervensi untuk
mempertahankan kesehatan pasien dan energi positif yang diberikan pada pasien. Perilaku
persepsi caring meliputi komitmen untuk memberikan pelayanan keperawatan yang didasarkan
pada ilmu pengetahuan. Dalam praktiknya, perawat menhadapi tantangan untuk tidak ragu
dalam menggunakan pengetahuan yang dimilikinya dalam praktik keperawatan (Ackerman,
2018).
4
2.3 Pendekatan Komunikasi Terapeutik
Pada penjelasan sebelumnya sudah di gambarkan, teknik yang harus dilakukan dalam
komunikasi terapeutik dengan berempati. Empati (empathy) berasal dari kata einfuhlung yang
semula digunakan oleh seorang Psikolog Jerman, kata ini berarti “merasa terlibat” (feeling
into) (Tubb, 1996: 173). Merasa terlibat dalam komunikasi sering kali dihubungkan dengan
persepsi dan kemampuan dalam mendengarkan. Berempati (Rakhmat, 1998:132), kita tidak
mungkin menempatkan diri kita pada posisi orang lain, kita ikut serta secara emosional dan
intelektual dalam pengalaman orang lain. Artinya orang yang berempati harus mampu berada
pada posisi lawan bicaranya, baik secara emosional maupun secara intelektual.
1. Ekspresi Empati
Ekspresi Empati perawat terhadap pasien yaitu memahami apa yang dirasakan pasien
dengan cara menghibur pasien, menemani, dan mendengarkan keluh kesahnya untuk
melihat dan merasakan perasaan pasien serta memahami makna dari perasaan tersebut
bagi kehidupan pasien sehingga terjalin hubungan yang terapeutik antar perawat dan
pasien
2. Merasakan Empati
Empati perawat yang dinilai dengan perawat mendengar keluhan pasien, memberikan
komentar terhadap apa yang dirasakan pasien, menjelaskan cara mengatasi masalah
pasien, memberikan informasi yang jelas pada pasien, menjelaskan pada pasien dengan
kata kata sendiri, berbicara dengan suara yang lembut, memelihara kontak mata,
melayani dengan penuh kesabaran dan menghargai dan menghormati pasien akan
meningkatkan kepuasaan pasien (Damaiyanti, 2008 dalam Hasim, dkk 2018)
3. Empati Perawat
Empati yang dimiliki seorang perawat merupakan kemampuan dan upaya perawat
untuk memasuki kehidupan seorang pasien, untuk melihat dan merasakan perasaan
pasien serta memahami makna perasaan tersebut bagi kehidupan pasien sehingga
memiliki sifat empati sangat dibutuhkan seorang perawat, selain untuk menjalin
hubungan yang baik dengan pasien, empati juga diperlukan untuk mempermudah
menggali permasalahan pasien, yang nantinya berguna untuk dapat mempercepat
proses penyembuhan pasien. empati seorang perawat dalam memberikan asuhan
keperawatan akan mempengaruhi kualitas pelayanan keperawatan. Perawat yang
memiliki rasa empati yang baik dalam dirinya akan mampu meningkatkan
5
kemampuannya dalam mengerti emosional yang sedang dialami pasien serta
memberikan respon yang tepat terhadap emosional tersebut. Namun saat ini banyak
terdengar keluhan-keluhan pasien dan keluarga tentang buruknya pelayanan
keperawatan di rumah sakit. Keluhan yang sering terdengar mengenai sikap dan
tindakan perawat yang mengecewakan dan tidak berempati misalnya, perawat sering
marah-marah, tidak sabar, kurang perhatian, kurang tanggap, tidak mengerti kebutuhan
pasien, kurang terampil, tidak memberikan rasa nyaman pada pasien, dan sebagainya
(Butarbutar & Fathi, 2018)
6
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Empati mengacu pada kemampuan seseorang untuk memahami situasi dari sudut
pandang orang lain. Empati masih merupakan aspek kunci dari asuhan keperawatan yang
penuh kasih mereka sering kali tidak diprioritaskan atau dihargai dalam pendidikan perawat
atau kesehatan. Dalam hal keperawatan, penting untuk memahami apa itu empati dan
sensitivitas sangat berarti bahwa perawat harus menjalani kehidupan yang sama dengan
pasiennya, memiliki hal yang sama pengalaman atau memiliki hubungan yang sama, tetapi
mereka masih perlu meluangkan waktu untuk melakukannya memahami dunia sebagaimana
pasien melihatnya.
3.2 Saran
Saran dalam makalah ini adalah mahasiswa diharapkan dapat menerapkan empati
dalam melaksanakan asuhan keperawatan dan
7
DAFTAR PUSTAKA
Chaimbers Claire dan Ryder Elaine. 2009. Compassion and Caring in Nursing. U.S: CRC
PressTaylor & Francis Group.
Erita, 2021. Modul Bahan Ajar Caring. Jakarta.