Anda di halaman 1dari 20

“CARING DALAM KEPERAWATAN JIWA”

MATA KULIAH: KEPERAWATAN JIWA

DI SUSUN OLEH
KELOMPOK VIII:

1. I GUSTI AYU CINTYA ADIANTI (15)


2. PANDE PUTU SETIANINGSIH (16)

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR
PROGRAM STUDI PROFESI NERS
TAHUN 2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur dan terima kasih kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang
Maha Esa, karena atas rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan
Makalah Keperawatan Jiwa yang berjudul “Caring dalam Keperawatan
Jiwa”.
Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada
semua pihak yang sudah terkait dalam penyusunan tugas makalah ini karena
telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk penyusunan makalah
ini.
Dengan segala kerendahan hati penulis menyadari sepenuhnya bahwa
dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari kata sempurna baik dari segi
penampilan maupun dari segi kualitas penulisan. Oleh sebab itu, penulis
mengharapkan kritik dan saran yang dapat membangun jika terdapat
kesalahan, kekurangan, dan kata- kata yang kurang berkenan dalam makalah
ini, dan tentu saja dengan kebaikan bersama dan untuk bersama.
Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak
yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini dan semoga makalah
ini dapat bermanfaat bagi semua pihak dan pembaca.

Denpasar, 13
Juni 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................................................i

DAFTAR ISI....................................................................................................................................ii

BAB I...............................................................................................................................................1

PENDAHULUAN............................................................................................................................1
A. Latar belakang.......................................................................................................................1
B. Rumusan masalah..................................................................................................................1
C. Tujuan penulisan...................................................................................................................1

BAB II..............................................................................................................................................2

PEMBAHASAN..............................................................................................................................2
A. Konsep Caring......................................................................................................................2
B. Perilaku Caring.....................................................................................................................4
C. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Caring.............................................................4
D. Perilaku Caring dalam Praktik Keperawatan........................................................................7
E. Hubungan Caring dengan Keperawatan Jiwa.....................................................................11
F. Peran Perawat dalam Interpersonal Caring (IC) menurut Peplau.......................................13

BAB III...........................................................................................................................................14

PENUTUP......................................................................................................................................14
A. Simpulan..............................................................................................................................14
B. Saran....................................................................................................................................14

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................15

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Dalam dunia keperawatan, sifat care seorang perawat sangat dibutuhkan
dalam memberikan asuhan keperawatan kepada klien ataupun pasiennya
khususnya dalam memenuhi kebutuhan dasar pasien. Jika seseorang tidak
menerapkan konsep caring kepada pasien maka asuhan keperawatan tidak akan
berjalan sesuai dengan yang diharapkan. Dengan demikian akan terjadi
kesenangan antara pasien dan perawat dalam proses penyembuhan.
Perilaku Caring perawat menjadi jaminan apakah layanan perawatan
bermutu apa tidak. Perawat memerlukan kemampuan khusus saat melayani orang
atau pasien yang sedang menderita sakit. Kemampuan khusus tersebut mencakup
ketrampilan intelektual, teknikal, dan interpersonal yang tercermin dalam perilaku
caring (Johnson, 1989).
Dengan mengetahui bagaimana caring yang sebenarnya, diharapkan
perawat mampu melakukan pelayanan secara totalitas terhadap kliennya.
Pada klien dengan gangguan jiwa sangat memerlukan caring dari seorang
perawat dengan adanya hubungan teraupetik.

B. Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang diatas dapat dirumuskan masalah “Bagaimana
caring dalam keperawatan Jiwa”?

C. Tujuan penulisan
Adapun tujuan penulisan paper ini ialah untuk mengetahui konsep caring dalam
keperawatan jiwa.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Konsep Caring
Mayehoff memandang caring sebagai sebagai suatu proses yang berorientasi
pada tujuan membantu orang lain bertumbuh dan mengaktualisasikan diri.
Mayehoff memperkenalkan sifat-sifat caring seperti jujur, sabar dan rendah hati.
Sobey mendefinisikan caring sebagai suatu rasa peduli, hormat dan menghargai
orang lain. Artinya memberi perhatian dan mempelajari kesukaan-kesukaan
seseorang dan bagaimana seseorang berfikir, bertindak dan berperasaan.
Caring sebagai theraupetik intervention. Dalam hal ini tindakan caring yang
dibutuhkan pasien seperti mendengarkan dengan aktif, mendidik pasien, menjadi
penasehat pasien, menyentuh, menemani pasien dan kemampuan teknik mengenai
prosedur atau intervensi keperawatan.
Caring juga mempelajari berbagai macam philosofi dan etis perspektif.
Caring adalah sentral untuk praktik keperawatan karena caring merupakan suatu
cara pendekatan yang dinamis, dimana perawat bekerja untuk lebih meningkatkan
kepeduliannya kepada klien. Dalam keperawatan, caring merupakan bagian inti yang
penting terutama dalam praktik keperawatan.
Saat ini, caring adalah isu besar dalam profesionalisme keperawatan. Banyak
ahli keperawatan yang mengungkapkan mengenai teori caring, antara lain sebagai
berikut :
1. Watson (1979), yang terkenal dengan Theory of Human Caring, mempertegas
bahwa Caring sebagai jenis hubungan dan transaksi yang diperlukan antara
pemberi dan penerima asuhan untuk meningkatkan dan melindungi pasien
sebagai manusia, dengan demikian mempengaruhi kesanggupan pasien untuk
sembuh.
2. Marriner dan Tomey (1994), menyatakan bahwa caring merupakan pengetahuan
kemanusiaan, inti dari praktik keperawatan yang bersifatetik dan filosofikal.
Caring bukan semata-mata perilaku. Caring adalah cara yang memiliki makna
dan memotivasi tindakan.Caring juga didefinisikan sebagai tindakan yang
bertujuan memberikan asuhan fisik dan memperhatikan emosi sambil
meningkatkan rasa aman dan keselamatan klien (Carruth et all, 1999).
2
3. Griffin (1983), membagi konsep caring kedalam dua domain utama. Salah satu
konsep caring ini berkenaan dengan sikap dan emosi perawat, sementara konsep
caring yang lain terfokus pada aktivitas yang dilakukan perawat saat
melaksanakan fungsi keperawatannya. Griffin menggambarkan caring dalam
keperawatan sebagai sebuah proses interpersonal esensial yang mengharuskan
perawat melakukan aktivitas peran yang spesifik dalam sebuah cara dengan
menyampaikan ekspresi emosi-emosi tertentu kepada resepien. Aktivitas
tersebut menurut Griffin meliputi membantu, menolong, dan melayani orang
yang mempunyai kebutuhan khusus. Proses ini dipengaruhi oleh hubungan
antara perawat dengan pasien.
4. Lydia Hall (1969), mengemukakan perpaduan tiga aspek dalam teorinya.
Sebagai seorang perawat, kemampuan care, core, dan cure harus dipadukan
secara seimbang sehingga menghasilkan asuhan keperawatan yang optimal
untuk klien. Care merupakan komponen penting yang berasal dari naluri seorang
ibu. Core merupakan dasar dari ilmu sosial yang terdiri dari kemampuan
terapeutik, dan kemampuan bekerja sama dengan tenaga kesehatan lain.
Sedangkan cure merupakan dasar dari ilmu patologi dan terapeutik. Dalam
memberikan asuhan keperawatan secara total kepada klien, maka ketiga unsur
ini harus dipadukan (Julia,1995).
5. Florence Nightingale (1860), caring adalah tindakan yang menunjukkan
pemanfaatan lingkungan pasien dalam membantu penyembuhan, memberikan
lingkungan bersih, verifikasi yang baik dan tenang kepada klien.
6. Leinginger (1981), caring merupakan aktifitas, proses dan pengambilan
keputusan yang bersifat memelihara baik secara langsung maupun tidak
langsung untuk meningkatkan status kesehatan.
7. Barnum (1994), caring memiliki mana yang bersifat aktivitas, sikap (emosional)
dan kehati-hatian.Secara garis besar, dapat dikatakan caring adalah sental
praktik keperawatan berupa tindakan yang memperhatikan kesehatan klien
dengan menunjukkan perhatian, empati maupun rasa menyayangi yang berupaya
untuk meningkatkan kesehatan klien.

3
D. Perilaku Caring
Caring merupakan inti dari praktik keperawatan yang baik, karena Caring
bersifat khusus dan bergantung pada hubungan perawat - klien (Potter & Perry, 2009).
Caring merupakan fasilitas perawat agar mampu mengenal klien, mengetahui masalah
klien, mencari dan melaksanakan solusinya. Perilaku seorang perawat yang Caring
terhadap klien, dapat memperkuat mekanisme coping klien sehingga memaksimalkan
proses penyembuhan klien (Sitorus, 2006). Watson (1979 dalam Tomey & Alligood,
2006), menyatakan bahwa Caring adalah wujud dari semua faktor dipakai perawat
didalam melakukan pelayanan kesehatan terhadap klien. Perilaku Caring perawat dapat
diwujudkan dalam pemberian pelayanan keperawatan pada klien, bila perawat dapat
memahami pengertian dari Caring itu sendiri, mengetahui teori tentang Caring,
mengetahui Caring dalam praktek keperawatan, memahami sepuluh faktor karatif
Caring, dan faktor – faktor yang mempengaruhi perilaku Caring perawat.

E. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Caring


Caring merupakan aplikasi dari proses keperawatan sebagai bentuk kinerja
yang ditampilkan oleh seorang perawat. Gibson, et.al (2006) mengemukakan 3 (tiga)
faktor yang berpengaruh terhadap kinerja individu meliputi faktor individu, psikologis
dan organisasi.
1. Faktor Individu
Variabel individu dikelompokkan pada subvariabel kemampuan dan keterampilan,
latar belakang dan demografis. Menurut Gibson, el.al (2006), variabel kemampuan
dan keterampilan adalah faktor penting yang bisa berpengaruh terhadap perilaku
dan kinerja individu. Kemampuan intelektual merupakan kapasitas individu
mengerjakan berbagai tugas dalam suatu kegiatan mental.

2. Faktor psikologis

Variabel ini terdiri atas sub variabel sikap, komitmen dan motivasi. Faktor ini banyak
dipengaruhi oleh keluarga, tingkat sosial, pengalaman dan karakteristik demografis.
Setiap orang cenderung mengembangkan pola motivasi tertentu. Motivasi adalah
kekuatan yang dimiliki seseorang yang melahirkan intensitas dan ketekunan yang
dilakukan secara sukarela. Variabel psikologis bersifat komplek dan sulit diukur.

4
3. Faktor organisasi
Faktor organisasi yang bisa berpengaruh dalam perilaku caring adalah, sumber
daya manusia, kepemimpinan, imbalan, struktur dan pekerjaan (Gibson, 2006).
Kopelman (1986) variabel imbalan akan mempengaruhi variable motivasi, yang
pada akhirnya secara langsung mempengaruhi kinerja individu.
4. Faktor Individu
Variabel individu dikelompokkan pada subvariabel kemampuan dan keterampilan,
latar belakang dan demografis. Menurut Gibson, el.al (2006), variabel kemampuan
dan keterampilan adalah faktor penting yang bisa berpengaruh terhadap perilaku
dan kinerja individu. Kemampuan intelektual merupakan kapasitas individu
mengerjakan berbagai tugas dalam suatu kegiatan mental.

5. Faktor psikologis

Variabel ini terdiri atas sub variabel sikap, komitmen dan motivasi. Faktor ini banyak
dipengaruhi oleh keluarga, tingkat sosial, pengalaman dan karakteristik demografis.
Setiap orang cenderung mengembangkan pola motivasi tertentu. Motivasi adalah
kekuatan yang dimiliki seseorang yang melahirkan intensitas dan ketekunan yang
dilakukan secara sukarela. Variabel psikologis bersifat komplek dan sulit diukur.

6. Faktor organisasi
Faktor organisasi yang bisa berpengaruh dalam perilaku caring adalah, sumber
daya manusia, kepemimpinan, imbalan, struktur dan pekerjaan (Gibson, 2006).
Kopelman (1986) variabel imbalan akan mempengaruhi variable motivasi, yang
pada akhirnya secara langsung mempengaruhi kinerja individu

Menurut Watson (2005) faktor pembentuk perilaku caring yaitu :

1. Membentuk sistem nilai humanistik-altruistik.

Watson menyatakan bahwa asuhan keperawatan berlandaskan pada nilai-nilai


kemanusiaan (humanistik) dan perilaku yang mementingkan kepentingan orang
lain diatas kepentingan pribadi (altruistik). Hal ini bisa dikembangkan melalui
pemahaman nilai yang ada pada diri seseorang, keyakinan ,interaksi, dan kultur
serta pengalaman pribadi.
5
6
2. Menanamkan keyakinan dan harapan (faith-hope).

Pemahaman ini perlu untuk menekankan pentingnya obat- obatan untuk kuratif,
perawat juga perlu menyampaikan informasi kepada individu alternatif pengobatan
lain yang ada. Mengembangkan hubungan perawat dan klien yang efektif, perawat
mempunyai perasaan optimis, harapan, dan rasa percaya diri.
3. Mengembangkan sensitivitas untuk diri sendiri dan orang lain.
Perawat dituntut agar bisa meningkatkan sensitivitas terhadap diri pribadi dan
orang lain serta bersikap lebih baik. Perawat juga perlu mengerti pikiran dan
emosi orang lain.
7. Membina hubungan saling percaya dan saling bantu (helping-trust).
Ciri hubungan helping-trust adalah empati, dan hangat. Hubungan yang harmonis
haruslah hubungan yang dilakukan secara jujur dan terbuka.
8. Meningkatkan dan menerima ungkapan perasaan positif dan negatif.
Perawat memberikan waktunya dengan mendengarkan semua keluhan dan
perasaan pasien.

9. Menggunakan proses pemecahan masalah kreatif.

Penyelesaian masalah dalam pengambilan keputusan perawat memakai metode


proses keperawatan sebagai pola pikir dan pendekatan asuhan kepada pasien.
10. Meningkatkan belajar mengajar transpersonal.

Memberikan asuhan mandiri, menetapkan kebutuhan personal, dan memberikan


kesempatan untuk pertumbuhan personal pasien.
11. Memfasilitasi lingkungan yang suportif, protektif, atau memperbaiki mental, fisik,
sosiokultural, dan spiritual. Perawat perlu tahu pengaruh lingkungan internal dan
eksternal pasien terhadap kesehatan kondisi penyakit pasien.
12. Membantu memuaskan kebutuhan manusia.

Perawat perlu tahu kebutuhan komperhensif diri sendiri dan pasien.


Pemenuhan kebutuhan paling dasar yang harus dicapai sebelum beralih ke
tingkat selanjutnya.

7
8
F. Perilaku Caring dalam Praktik Keperawatan
Caring secara umum dapat diartikan sebagai suatu kemampuan untuk
berdedikasi bagi orang lain, pengawasan dengan waspada, perasaan empati pada orang
lain dan perasaan cinta atau menyayangi.

Caring adalah sentral untuk praktik keperawatan karena caring merupakan suatu
cara pendekatan yang dinamis, dimana perawat bekerja untuk bisa lebih peduli terhadap
klien. Dalam keperawatan, caring adalah bagian inti yang penting terutama dalam
praktik keperawatan (Sartika, 2010).
Tindakan caring mempunyai tujuan untuk bisa memberikan asuhan fisik dengan
memperhatikan emosi sambil meningkatkan rasa nyaman dan aman terhadap klien.
Caring juga menekankan harga diri individu, artinya dalam melaksanakan praktik
keperawatan, perawat harus selalu menghargai klien dengan menerima kelebihan
maupun kekurangan klien sehingga bisa memberikan pelayanan kesehatan yang tepat.
Tiga aspek penting yang menjadi landasan keharusan perawat untuk care
terhadap orang lain. Aspek ini adalah aspek kontrak, aspek etika, dan aspek spiritual
dalam caring terhadap orang lain yang sakit.
1. Aspek Kontak

Sudah diketahui bahwa sebagai perawat profesional, kita berada di bawah kewajiban
kontrak untuk care. Radsma (1994) mengatakan, “perawat memiliki tugas
profesional untuk memberikan care”. Untuk itu, sebagai seorang perawat yang
profesional haruslah mempunyai sikap care sebagai kontrak kerja kita.

2. Aspek Etika

Pertanyaan etika adalah pertanyaan tentang apa yang benar atau salah, bagaimana
mengambil keputusan yang tepat, bagaimana melakukan tindakan dalam situasi
tertentu. Jenis pertanyaan ini akan memengaruhi cara perawat memberikan asuhan.
Seorang perawat haruslah care pada klien. Dengan care perawat dapat memberikan
kebahagiaan bagi orang lain.

9
3. Aspek Spiritual

Di semua agama besar di dunia, ide untuk saling caring satu sama lain adalah ide
utama. Oleh sebab itu perawat yang religious adalah orang yang care, bukan
karena dia seorang perawat tapi lebih karena dia merupakan anggota suatu agama
atau kepercayaan, perawat harus care terhadap klien.

Caring merupakan hasil dari kultur, nilai-nilai, pengalaman dan hubungan


perawat dengan klien. Saat perawat berurusan dengan kesehatan dan penyakit dalam
praktiknya, maka kemampuan perawat dalam pelayanan akan semakin berkembang.
Sikap perawat dalam praktik keperawatan yang berkaitan dengan Caring adalah
dengan kehadiran, sentuhan kasih sayang, selalu mendengarkan dan memahami
klien (Potter & Perry, 2009). Selain tiga aspek di atas, beberapa bentuk perilaku
caring dalam praktik keperawatan adalah sebagai berikut :

a. Kehadiran

Kehadiran adalah saat dimana perawat dan klien bertemu yang menjadi sarana
agar lebih dekat dan bisa menyampaikan manfaat caring. Kehadiran perawat
meliputi hadir secara fisik, berkomunikasi dengan pengertian. Kehadiran juga
merupakan sesuatu yang di tawarkan perawat pada klien dengan maksud
memberikan dukungan, dorongan, menenangkan hati klien, mengurangi rasa
cemas dan takut klien karena situasi tertentu, serta selalu ada untuk klien
(Potter & Perry, 2009).

b. Sentuhan

Sentuhan merupakan salah satu cara pendekatan yang menenangkan, perawat


bisa mendekatkan diri kepada klien agar bisa menunjukkan perhatian dan
memberi dukungan. Sentuhan Caring merupakan suatu bentuk komunikasi non
verbal yang bisa mempengaruhi kenyamanan dan keamanan klien,
meningkatkan harga diri klien, serta memperbaiki orientasi tentang kenyataaan.
Pengungkapan sentuhan harus berorientasi pada tugas dan dapat dilakukan
dengan cara memegang tangan klien, memberikan pijatan pada punggung,
menempatkan klien dengan hati – hati dan ikut serta dalam pembicaraan (Potter
& Perry, 2009).
10
c. Mendengar

Pembicaraan dengan klien harus benar-benar didengarkan oleh perawat.


Mendengarkan merupakan kunci dari hubungan perawat dengan klien,
karena dengan mendengarkan kisah/ keluhan klien akan membantu klien
mengurangi tekanan terhadap penyakitnya. Hubungan pelayanan perawat
dengan klien yaitu dengan membangun kepercayaan, membuka topik
pembicaraan, mendengarkan dan mengerti apa yang klien katakan. Perawat
yang mendengarkan klien dengan sungguh – sungguh, akan mengetahui
secara benar dan merespon apa yang benar – benar berarti bagi klien dan
keluarganya (Potter & Perry 2009).

Mendengarkan juga termasuk memberikan perhatian pada setiap perkataan


yang diucapkan, nada suara, ekspresi wajah, dan bahasa tubuh klien. Hal ini
akan membantu perawat dalam mendapatkan petunjuk untuk membantu
menolong klien mencari cara mendapatkan kedamaian. Bulfin (2005, dalam
Potter & Perry, 2009) mengemukakan bahwa memahami klien akan
membantu perawat dalam menanggapi persoalan yang teradi pada klien.
Memahami klien berarti perawat menghindari asumsi, fokus pada klien, dan
ikut serta dalam hubungan Caring dengan klien yang memberikan informasi
dan memberikan penilaian klinis.

d. Memahami
Memahami klien adalah sebagai inti suatu proses yang digunakan perawat
dalam membuat keputusan klinis. Perawat yang membuat keputusan klinis
yang akurat dengan konteks pemahaman yang baik, akan meningkatkan
hasil kesehatan klien, klien akan mendapatkan pelayanan pribadi, nyaman,
dukungan, dan pemulihan.

11
Caring dalam praktik keperawatan bisa dilakukan dengan membina
hubungan saling percaya antara perawat dan klien. Pengembangan hubungan saling
percaya menerapkan bentuk komunikasi untuk menjalin hubungan dalam
keperawatan. Perawat bertindak dengan cara yang terbuka dan jujur. Empati berarti
perawat memahami apa yang dirasakan klien. Ramah berarti penerimaan positif
terhadap orang lain yang sering diekspresikan melalui bahasa tubuh, ucapan
penekanan suara, sikap terbuka, ekspresi wajah, dan lain -lain (Kozier & Erb, 1985
dalam Nurachmah, 2001).

Perawat perlu mengetahui kebutuhan komprehensif yaitu kebutuhan biofisik,


psikososial, psikofisikal dan interpersonal klien. Pemenuhan kebutuhan yang paling
mendasar perlu dicapai sebelum beralih ke tingkat yang selanjutnya. Perawat juga
perlu menyampaikan informasi kepada klien. Perawat mempunyai tanggung jawab
terhadap kesejahteraan dan kesehatan klien. Caring memiliki manfaat yang begitu
besar dalam keperawatan dan sebaiknya tergambar dalam setiap interaksi perawat
dengan klien, bukan dianggap sebagai sesuatu yang tidak bisa diwujudkan dengan
alasan beban kerja yang tinggi, atau pengaturan manajemen asuhan keperawatan
ruangan yang kurang baik. Pelaksanaan caring bisa meningkatkan mutu asuhan
keperawatan, memperbaiki image perawat di masyarakat dan menjadikan profesi
keperawatan memiliki tempat khusus di mata para pengguna jasa pelayanan
kesehatan.

12
G. Hubungan Caring dengan Keperawatan Jiwa
Stuart dan Sundeen memberikan batasan tentang keperawatan jiwa, yaitu suatu
proses interpersonal yang berupaya untuk meningkatkan dan mempertahankan
perilaku, yang mengontribusi pada fungsi yang terintegrasi. Sementara ANA
(American Nurses Association) mendefinisikan keperawatan kesehatan jiwa adalah
suatu bidang spesialisasi praktik keperawatan yang menerapkan teori perilaku manusia
sebagai ilmunya dan penggunaan diri secara terapeutik sebagai kiatnya (Stuart, 2007).
Berdasarkan dua pengertian di atas, maka setiap perawat dituntut mampu care
sedemikian rupa sehingga dirinya dapat menjadi alat yang efektif dalam merawat
pasien (Depkes RI, 1998). Penggunaan diri secara terapeutik secara detail sudah
dibahas pada mata ajar ilmu dasar keperawatan pada topik komunikasi terapeutik.
Komunikasi terapeutik adalah suatu cara dalam berkomunikasi dengan
menekankan pengalaman belajar bersama dengan pasien untuk memperbaiki emosi
pasien. Walaupun perawat atau tenaga kesehatan lain lebih mengerti tentang masalah
kesehatan, seseorang yang lebih mengerti tentang masalah pasien adalah pasien. Oleh
karenanya, perawat harus menciptakan rasa percaya (trust) agar pasien dapat
mempercayai perawat sebagai tempat berkeluh kesah tentang masalah kesehatannya.
Perawat mengkaji data secara verbal dan nonverbal sehingga dapat dirumuskan
masalah keperawatan untuk diselesaikan bersama dengan pasien. Dengan demikian,
perawat dapat menggunakan dirinya sebagai seorang penolong (helper). Bahwa
kemampuan terapeutik perawat dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti kualitas
personal, komunikasi fasilitatif, dimensi respons, dimensi tindakan, dan hambatan
dalam komunikasi.
Kualitas personal, tercermin dari kemampuan perawat untuk melakukan
menganalisis diri. Apabila perawat mampu melakukan analisis diri. Perawat
diharapkan dapat menggunakan dirinya secara terapeutik untuk membantu dan
mengembangkan pengalaman bersama pasien dalam menyelesaikan permasalahan
pasien.
Komunikasi fasilitatif merupakan cerminan kemampuan perawat untuk
menerapkan prinsip komunikasi dan berbagai faktor yang memengaruhi. Komunikasi
fasilitatif meliputi perilaku verbal, perilaku nonverbal, kemampuan perawat
menganalisis masalah, dan menerapkan teknik terapeutik.

13
Dimensi respons merupakan reaksi perawat terhadap komunikasi yang
terjadi. Dimensi respons ini terdiri atas sikap ikhlas, hormat, empati, dan konkret.
Setelah dimensi respons, biasanya akan diikuti oleh dimensi tindakan, seperti
konfrontasi, kesegeraan, keterbukaan, emosional katarsis, dan bermain peran.
Perawat dapat memperhatikan sikap caring kepada klien terutama pada
klien gangguan jiwa dengan menggunakan :
1. Keahlian

2. Kata-kata yang lemah lembut

3. Sentuhan

4. Memberikan harapan

5. Selalu berada dan dirasakan oleh klien kehadirannya

6. Bersikap caring sebagai media pemberi asuahan.

Di dalam caring komunikasi merupakan salah satu hal terpenting,


berkomunikasi dengan penderita gangguan jiwa membutuhkan sebuah teknik
khusus, ada beberapa hal yang membedakan berkomunikasi antara orang gangguan
jiwa dengan gangguan akibat penyakit fisik. Perbedaannya adalah :
1. Penderita gangguan jiwa cenderung mengalami gangguan konsep diri,
penderita gangguan penyakit fisik masih memiliki konsep diri yang wajar
(kecuali pasien dengan perubahan fisik, ex : pasien dengan penyakit kulit,
pasien amputasi, pasien pentakit terminal dll).
2. Penderita gangguan jiwa cenderung asyik dengan dirinya sendiri sedangkan
penderita penyakit fisik membutuhkan support dari orang lain.
Penderita gangguan jiwa cenderung sehat secara fisik, penderita penyakit fisik bisa saja
jiwanya sehat tetapi bisa juga ikut terganggu.

14
H. Peran Perawat dalam Interpersonal Caring (IC) menurut Peplau.
Peplau membagi 6 peranan berbeda dari perawat yang timbul pada bermacam-
macam fase hubungan perawat-pasien.
1. Peranan Orang Asing (Stranger)
Antara perawat dan pasien disini adalah sebagai orang asing/tidak mengenal
satu sama lain. Perawat harus bersikap ramah dan emosi yang wajar, tidak
mendikte pasien tapi dapat menerima keadaan pasien apa adanya.
2. Peranan sebagai narasumber (Resource Person)
Perawat harus mengemukakan jawaban yang spesifik, khususnya yang
berkenaan dengan informasi kesehatan dan interpretasi (penilaian) pasien
terhadap rencana perawatan dan pengobatan.
3. Peranan sebagai Pendidik (Teaching Role)
Peplau memisahkan Taching Role ini ke dalam dua kategori :

a. Instruksioal : berisi pemberian informasi dan penjelasan dalam ruang


lingkup pendidikan.
b. Exprerensial: Menggunakan pengalaman sebagai dasar dari kemajuan
hasil pengarahan.
4. Peranan sebagai Pemimpin (Leadership Role)
Ini melibatkan proses demokratis. Perawat membantu pasien menghadapi
masalahnya dengan cara bekerjasama dan partisipasi aktif..
5. Peranan sebagai Pengganti (Surrogate Role)
Disini pasien berperan seperti perawat. Sikap dan perilaku perawat tentu
menciptakan perasaan tertentu bagi pasien dan ini akan direspon dalam
hubungan perawat-pasien.
6. Peranan sebagai konseling (Conseling Role)
Perawat memberi respon bagi pasien yang memerlukan. Bimbingan untuk
menolong pasien mengingat dan memahami secara utuh apa yang terjadi.

15
BAB III
PENUTUP

A. Simpulan
Proses caring dalam Keperawatan Jiwa yang dikembangkan oleh Peplau
membagi dalam beberapa tahap yaitu tahap orientasi, identifikasi, eksplorasi dan
resolusi. Selain itu peplau dalam teorinya juga menjelaskan peran perawat dalam
memberikan asuhan keperawatan dengan pendekatan interpersonal yaitu meliputi peran
menjadi orang asing (stranger), peran sebagai narasumber (resource person), peran
sebagai pendidik (teaching role), peran sebagai pemimpin (leadership role), peran
sebagai pengganti (surrogate role), dan peran sebagai konselor (conseling role),
sehingga diharapkan dengan menggunakan pendekatan dan menjalankan peran tersebut
dapat membantu perawat memfasilitasi proses penyembuhan masalah harga diri
rendah kronis yang dialami pasien gangguan jiwa yang dirawat di rumah sakit.

I. Saran
Beberapa saran yang diberikan terkait pendekatan caring dalam keperawatan
jiwa ini diantaranya adalah sebagai berikut :
1. Perlu pengembangan lebih mendalam agar pelaksanaan asuhan keperawatan pada
pasien jiwa menggunakan pendekatan model ini akan lebih aplikatif dan praktis.
2. Perlu pengembangan lebih mendalam dalam pelaksanaan asuhan keperawatan
dengan menggunakan pendekatan model ini pada pasien gangguan jiwa
yang mengalami masalah lain.
3. Perlu dikembangkan standar operasional prosedur tentang pelaksanaan asuhan
keperawatan berdasarkan model interpersonal caring ini.

16
DAFTAR PUSTAKA

Dickens, G.L., Hallet, N., Lamont, E. (2016). Interventions to improve


mental health nurses’ skills, attitudes, and knowledge related to
people with a diagnosis of borderline personality disorder:
Systematic review. International Journal of Nursing Studies.
(56): 114-127.
Keliat Budi Anna, dkk, Proses Keperawatan Jiwa, EGC, Jakarta, 1987 Yusuf
Ah, ddk, Buku Ajar Keperawatan Jiwa, Salemba Medika,Jakarta,2015
Potter, P.A. & Perry, A.G. (2009). Fundamental Keperawatan. Edisi 7.
Peplau, H. E. (1952). Interpersonal relations in nursing.
New York: Springer. Peplau, H. E. (1991).
Interpersonal relations in nursing. New York: Springer.
Peplau, H. E. (1994). Quality of life: An interpersonal perspective.
Nursing Science Quarterly, 7, 12–14.
Washington, G. T. (2013). The theory of interpersonal relations applied to
the preceptor- new graduate relationship. J. Nurses Prof Dev; 29 (1) :
24-29.
Watson, J. (2004). Theory of human caring. Http://www2.uchsc.edu/son/caring.
Watson, J. (2009). Assessing and Measuring Caring in Nursing and
Health Science: Second Edition. Springer Publishing Company.

Watson, J., Foster, R. (2003). The Attending Nurse Caring Model®:


integrating theory, evidence and advanced caring–healing
therapeutics for transforming professional practice. Journal of clinical
nursing; 2003 : 360–365

17

Anda mungkin juga menyukai