Anda di halaman 1dari 21

KONSEP CARING

KELOMPOK 6
Untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Karakter
Yang di bina oleh Bapak Supono,SKp,MKep,SpMB

Oleh :

1. Wina Enggal Wandana R.F (P17210203052)


2. Lennisyah Yulia Artha (P17210203064)
3. Agnes Oviany (P17210203067)
4. Luthfi Ayu Santya (P17210203074)
5. Adik Heni Vian Ananda (P17210203092)
6. Ilyasa Ayuwananda Haya (P17210203098)

KELAS 2B
JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN
MALANG
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES
MALANG
TAHUN 2021

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas berkat, rahmat, dan
karunia-Nya penulis dapat menyusun makalah yang berjudul “Konsep Caring” untuk seleksi
tugas mata kuliah Keperawatan Karakter

Dalam penyusunan makalah ini, tidak lepas dari hambatan yang penulis hadapi,
namun penulis menyadari kelancaran dalam penyusunan makalah ini tidak lain berkat kerja,
bantuan, dan bimbingan semua pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih
kepada :

1. Selaku dosen mata kuliah Keperawatan Karakter


2. Orang tua yang senantiasa mendukung terselesaikannya makalah ini.
3. Semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan makalah ini yang tidak dapat
penulis sebutkan satu per satu.

Penulis menyadari dalam makalah ini tentunya masih banyak kekurangan, mengingat
akan keterbatasan kemampuan yang dimiliki oleh penulis. Oleh sebab itu, kritik dan saran
sangat sangat diperlukan oleh penulis untuk kesempurnaan penyusunan makalah yang akan
datang.

Malang, 1 September 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

COVER ..........................................................................................................i

KATA PENGANTAR ..............................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................1

1.1 Latar Belakang ....................................................................................................5

1.2 Rumusan Masalah ..............................................................................................6

1.3 Tujuan .................................................................................................................6

1.4 Manfaat ...............................................................................................................6

BAB II TINJAUAN TEORI ..................................................................................8

2.1 Pengertian Caring................................................................................................8

2.2 Teori Caring Menurut Ahli .................................................................................9

2.3 Penerapan Caring dalam Keperawatan..............................................................13

BAB III APLIKASI CARING...............................................................................14

BAB IV PEMBAHASAN .....................................................................................16

BAB V PENUTUPP ...............................................................................................20

5.1 Kesimpulan ........................................................................................................20

5.2 Saran ..................................................................................................................20

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................21

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kemajuan teknologi di berbagai bidang telah memberikan banyak dampak


bagi kehidupan manusia salah satunya peningkatan masalah kesehatan yang
berdampak pada status kesehatan masyarakat. Hal ini mendorong peningkatan
kebutuhan akan pelayanan kesehatan, yang salah satunya adalah pelayanan
keperawatan. Keperawatan merupakan bagian dari sistem pelayanan kesehatan
yang berhubungan dengan manusia, dan memberikan pelayanan komprehensif
terhadap seluruh aspek kehidupan yaitu biopsiko-sosial dan spiritual (Nursalam,
2014)

Pelayanan keperawatan merupakan bentuk pelayanan kesehatan yang unik


dan berbeda dengan pelayanan kesehatan yang diberikan oleh dokter ataupun
profesi lain. Filosofi dari keperawatan adalah humanisme, holism dan care
( Nursalam, 2014 ). Keperawatan merupakan profesi yang mengedepankan sikap
“care”, atau kepedulian, dan kasih sayang terhadap klien. (Perry, 2012).

Caring secara umum dapat diartikan sebagai suatu kemampuan untuk


berdediksi bagi orang lain, pengawasan dengan waspada, perasaan empati pada
orang lain dan perasaan cinta atau menyayangi. Dalam keperawatan, caring
merupakan bagian inti yang penting terutama dalam praktik keperawatan dan
diyakini berperilaku caring untuk klien dan bekerja bersama dengan klien dari
berbagai lingkungan merupakan esensi keperawatan (Wiyana, 2008).

(Watson, 2009) menempatkan caring sebagai dasar dan sentral dalam


praktek Keperawatan. Memberikan kemampuan pada perawat untuk memahami
dan menolong klien. Seorang perawat harus memiliki kesadaran tentang suhan
keperawatan, dalam memberikan bantuan bagi klien dalam mencapai atau
mempertahankan kesehatan atau mencapai kematian dengan damai Linberg,
dalam (Nursalam, 2014).

Perilaku yang ditampilkan oleh perawat adalah dengan memberikan rasa


nyaman, perhatian, kasih sayang, peduli, pemeliharaan kesehatan, memberi

4
dorongan, empati, minat, cinta, percaya, melindungi, kehadiran, mendukung,
memberi sentuhan dan siap membantu serta mengunjungi klien (Watson, 2012).
Perilaku seperti itu akan mendorong klien dalam perubahan aspek fisik,
psikologis, spiritual, dan sosial kearah yang lebih baik.

Watson (2012) dalam Theory of Human Care mengungkapkan bahwa ada


sepuluh carative factor yang dapat mencerminkan perilaku caring dari seorang
perawat. Sepuluh faktor tersebut adalah membentuk sistem nilai humanistik-
altruistik, menanamkan keyakinan dan harapan, mengembangkan sensitivitas
untuk diri sendiri dan orang lain, membina hubungan saling percaya dan saling
membantu, meningkatkan dan menerima ekspresi perasaan positif dan negatif,
menggunakan metode pemecahan masalah yang sistematis dalam pengambilan
keputusan, meningkatkan proses belajar mengajar interpersonal, menyediakan
lingkungan yang mendukung, melindungi, dan atau memperbaiki mental,
sosiokultural dan spiritual, membantu dalam pemenuhan kebutuhan dasar
manusia, mengembangkan faktor kekuatan eksistensial fenomenologis.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apakah pengertian Caring ?
2. Apakah teori caring menurut para ahli ?
3. Bagaimana Penerapan dan aplikasi caring dalam keperawatan ?
1.3 Tujuan
1. Menjelaskan pengertian caring
2. Menjelaskan teori caring menurut para ahli
3. Mengetahui dan memahami penerapan dan aplikasi caring dalam
keperawatan
1.4 Manfaat
1. Bagi institusi pendidikan
Sebagai bahan bacaan dan menambah wawasan/pengetahuan bagi
mahasiswa tentang konsep caring dan pengaplikasian caring
2. Bagi penulis
Sebagai sarana memperoleh ilmu pengetahuan dan pengalaman dalam
penyusunan makalah dan juga bisa mengetahui dan memahami

5
tentang konsep caring dalam keperawatan beserta teori-teorinya, serta
aplikasi atau penerapan caring.

6
BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 Pengertian Caring

Caring merupakan fenomena universal yang mempengaruhi cara


manusia berfikir, berperasaan, dan bersikap ketika berinteraksi dengan orang
lain, menghargai orang lain dan mempunyai perasaan memiliki serta
bertanggung jawab (Potter & Perry, 2009).

Caring digambarkan oleh Watson (dalam Kusnanto, 2019) sebagai


suatu dasar dalam kesatuan nilai-nilai kemanusian yang universal, yang
kemudian caring digambarkan sebagai moral ideal keperawatan.
Pengaplikasian caring dalam pemberian asuhan keperawatan tersebut
meliputi keinginan dan kesungguhan untuk memberikan asuhan keperawatan
kepada pasien.

Kusnanto (2019) berpendapat bahwa Caring adalah suatu perilaku atau


tindakan yang dilakukan dengan tujuan memberikan rasa aman secara fisik
dan emosi dengan orang lain secara tulus. Caring merupakan sentral untuk
praktik keperawatan, yang berarti seorang perawat dituntut untuk lebih peduli
kepada pasien agar pasien merasa aman secara fisik dan emosi.

Caring adalah sikap kepeduliaan perawat terhadap klien dalam


pemberian asuhan keperawatan dengan cara merawat klien dengan
kesungguhan hati, keikhlasan, penuh kasih sayang, baik melalui komunikasi,
pemberian dukungan, maupun tindakan secara langsung (Kusnanto, 2019).

Menurut Gadow dan Woddings (1984) tujuan perilaku caring adalah


memberikan asuhan fisik dengan memperhatikan emosi serta meningkatkan
rasa aman dengan menunjukkan perhatian, perasaan empati dan cinta yang
merupakan kehendak keperawatan.

7
Caring merupakan fenomena universal sebagai suatu dasar dalam
kesatuan nilai-nilai kemanusiaan yang dapat diaplikasikan oleh perawat
dalam proses pemberian asuhan keperawatan kepada pasien dengan
memberikan rasa aman, menunjukkan perhatian, perasaan empati, dan juga
rasa cinta.

2.2 Teori Caring Menurut Para Ahli

A. Teori Caring menurut Leininger


Dalam pelayanan keperawatan caring merupakan komponen
umum, sebagai seorang perawat professional penting memahami budaya
klien. Caring bersifat sangat personal, sehingga pengungkapan Caring
pada tiap klien berbeda. Sebagai contoh klien yang berasal dari Jawa
sangat berbeda dengan klien yang berasal dari Madura, Perawat perlu
mempelajari kultur klien dan ungkapan Caring, dalam memenuhi
kebutuhan klien dalam memperoleh kesembuhan. Caring dapat
membantu perawat dalam mengenal klien secara holistik, memahami
masalah yang dihadapi dan dapat mencari solusi serta memberikan
asuhan yang tepat. Leininger (1981) menggambarkan caring sebagai
kegiatan perawat profesional dan membantu klien berkaitan dengan nilai
dan tujuan yang ingin dicapai individu maupun kelompok.
Karakteristik caring terbagi menjadi 3 (tiga), yaitu:
a. Professional caring, yaitu sebagai wujud dari kemampuan
secara kognitif. Sebagai perawat professional dalam
melakukan tindakan harus berdasarkan ilmu, sikap dan
keterampilan professional agar dapat memberikan bantuan
sesuai kebutuhan klien, dapat menyelesaikan masalah dan
dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan bersama antara
perawat dan klien.

8
b. Scientific caring, yaitu segala keputusan dan tindakan
dalam memberikan asuhan keperawatan pada klien
berdasarkan pengetahuan yang dimiliki perawat.
c. Humanistic caring, yaitu proses pemberian bantuan pada
klien bersifat kreatif, intuitif atau kognitif dan didasarkan
pada filosofi, fenomenologi, perasaan objektif maupun
subyektif.

B. Teori Caring menurut Watson


Pada tahun 1970-an Jean Watson mulai merintis teori caring pada
manusia yaitu terkait metafisik dan transpersonalnya. Dasar teori watson
adalah nilai dan penghormatannya yang sangat mendalam terhadap
keajaiban dan misteri kehidupan, Watson mengakui adanya dimensi
spiritual kehidupan dan keyakinan terhadap kekuatan internal proses
perawatan dan penyembuhan. Sistem ini dipadukan dengan sepuluh
faktor karatif yang mencakup altruisme manusia, kepekaan terhadap diri
dan orang lain, mencintai serta percaya akan hidup dan kekuatan batin
orang lain dan diri kita sendiri.
Watson mengidentifikasi asumsi dan prinsip holografis
keperawatan transpersonal. Watson meyakini bahwa jiwa seseorang
berada dalam tubuh yang tidak dibatasi oleh ruang dan waktu. Sebagian
dari asumsi Watson yang mendasari nilai-nilai asuhan manusia dalam
keperawatan yaitu:
a. Kasih sayang dan cinta merupakan kekuatan kosmik yang
paling universal dan misterius yang tersusun atas energi
psikis universal dan primal.
b. Setiap individu harus lebih menyayangi dan mencintai
untuk memelihara humanitas mereka agar dapat bertahan
hidup.
c. Hal yang penting sebelum seseorang bisa menghargai dan
merawat orang lain dengan belas kasih yang penuh martabat
sayangi dan cintai diri sendiri.

9
d. Esensi dari keperawatan dan merupakan fokus yang utama
dan penyatu dalam praktik keperawatan adalah kasih
sayang.
e. Dengan meningkatnya penggunaan teknologi medis dan
batasan birokrasi-manajerial institusi, peran merawat
mungkin akan terancam dan mengalami penurunan dalam
system layanan kesehatan.
f. Kontribusi moral, sosial dan ilmiah dalam keperawatan
terhadap manusia dan masyarakat terletak pada komitmen
yang ideal tentang perawatan manusia dalam teori, praktik
dan penelitian.

Watson mengungkapkan bahwa keperawatan adalah Ilmu tentang


manusia tentang pengalaman sehat sakit serta penyembuhan yang
diperantarai oleh transaksi perawatan manusia yang profesional,
personal, ilmiah, estetik dan etik.
Tujuan umum dari keperawatan yaitu meningkatkan pertumbuhan
dan spiritual bagi diri sendiri dan orang lain juga untuk menemukan
kekuatan bathin dan pengendalian diri seseorang.

Asumsi dasar teori Watson terletak pada 7 asumsi dasar yang


menjadi kerangka kerja dalam pengembangan teori; yaitu:
a. Caring dapat dilakukan dan dipraktikkan secara
interpersonal.
b. Caring meliputi faktor-faktor caratif yang dihasilkan dari
kepuasan terhadap pemenuhan kebutuhan dasar manusia.
c. Caring yang efektif akan meningkatkan status kesehatan
dan perkembangan individu dan keluarga.
d. Respon caring adalah menerima seseorang tidak hanya
sebagai seseorang berdasarkan kondisi saat ini tetapi seperti
apa dia mungkin akan menjadi dimasa depannya.

10
e. Caring environment, menyediakan perkembangan potensi
dan memberikan keluasan memilih kegiatan yang terbaik
bagi diri seseorang dalam waktu yang telah ditentukan.
f. Caring bersifat “healt hogenic” daripada sekedar curing.
Praktek caring mengintegrasikan pengetahuan biopisikal
dan perilaku manusia untuk meningkatkan kesehatan dan
untuk membantu pasien yang sakit, dimana caring
melengkapi curing.
g. Caring merupakan inti dari keperawatan.

C. Teori Caring menurut Kristen M. Swanson


Teori caring Swanson masuk dalam level middle range theory,
mempelajari tentang seorang perawat yang dapat merawat klien dengan
tetap menghargai martabat klien tersebut dengan komitmen dan tanggung
jawab yang tinggi. Teori caring Swanson ini berkembang setelah
Swanson melakukan riset terhadap 3 (tiga) studi perinatal yang terpisah,
yaitu :
a. Studi pertama tentang pengalaman para wanita yang
mengalami keguguran.
b. Studi kedua kepada para orang tua dan para professional
kesehatan sebagai care giver di ruang newborn intensive
care unit (NICU).
c. Studi ketiga terhadap kelompok calon ibu dengan risiko
tinggi.

Fokus teori caring Swanson dalam the caring model


mengembangkan 5 (lima) proses dasar, yaitu knowing, being with, doing
for, enabling dan maintening belief. Penjabaran 5 (lima) proses dasar ini
bisa menjadi strategi untuk penerapan asuhan keperawatan yang dimulai
dengan pengkajian sampai dengan evaluasi keperawatan. Dengan
demikian caring mempunyai peran besar dalam pelaksanaan proses
keperawatan. Berikut 5 (lima) proses dasar menurut Swanson;

11
1) Mengetahui (knowing)
Berusaha mengerti kejadian yang berarti dalam kehidupan
seseorang
- Menghindari asumsi
- Focus pada pelayanan satu orang
- Penialian menyeluruh
- Mencari petunjuk
- Mengikat diri atau keduanya
2) Melakukan bersama (being with)
Hadir secara emosional
- Berada disana
- Menunjukkan kemampuan
- Berbagi perasaan
- Tidak mudah marah
3) Melakukan untuk (doing for)
Sebisa mungkin melakukan kepada orang lain seperti
melakukannya terhadap diri sendiri
- Kenyamanan
- Antisipasi
- Menunjukkan keterampilan
- Melindungi
- Menunjukkan kepercayaan
4) Kemampuan (enabling)
Memudahkan jalan seseorang dalam menjalani transisi
kehidupan (sepeti kelahiran, kematian) atau kejadian yang
tidak terduga
- Memberitahukan/ menjelaskan
- Mendukung/ mengizinkan
- Focus
- Membuat alternatif
- Membenarkan/ memberikan umpan balik
5) Mengatasi kepercayaan (maintaining belief)

12
Menaruh kepercayaan terhadap kemampuan seseorang
dalam menjalani hidup atau transisi dalam menghadapi
masa depan
- Kepercayaan/ memegang kepercayaan
- Mempertahankan sikap penuh pengharapan
- Menawatkan keyakinan yang realistik “pergi
jauh”

2.3 Penerapan Caring dalam keperawatan


Teori caring dapat diaplikasikan dalam pemberian asuhan keperawatan
pada pasien. Berikut langkah-langkah proses keperawatan yang harus
dilakukan perawat saat proses pemberian asuhan keperawatan;
a. Pengkajian
Pengkajian adalah pemikiran dasar dari proses keperawatan
yang bertujuan untukmengumpulkan informasi atau data tentang
pasien agar dapat mengidentifikasi, mengenali masalah-
masalah, mengetahui kebutuhan kesehatan dan keperawatan
pada pasien baik fisik, mental, sosial, dan lingkungan.
b. Perencanaan
Perencanaan adalah proses keperawatan dimana perawat
membuat rencana tindakan keperawatan yang akan diberikan
kepada pasien dilakukan secara tertulis yang menggambarkan
masalah kesehatan pasien, hasil yang diharapkan, tindakan-
tindakan keperawatan dan kemajuan pasien secara spesifik.
c. Implementasi
Implementasi adalah perwujudan dari rencana keperawatan
yangtelah disusun pada tahap perencanaan. Dalam proses
implementasi keperawatan perawat memberikan intervensi
keperawatan kepadapasien baik inervensi langsung maupun
tidak langsung.
d. Evaluasi

13
Merupakan tahap akhir dari proses keperawatan yang
bertujuan untuk mengetahui sejauh mana tujuan dari rencana
keperawatan tercapai. Evaluasi dilakukan dengan cara
membandingkan hasil akhir yang teramati dengan tujuan dan
kriteria hasilyang dibuat dalam rencana keperawatan.

14
BAB III
APLIKASI CARING

1. Sikap peduli terhadap pemenuhan kebutuhan klien


“Sebisa mungkin kita lakukan pemenuhan kebutuhan secepat mungkin… tanpa
diundurundur waktu…biar kliennya puas. ...Kepuasan itu relatif…kalau
kebutuhan klien dipenuhi sesuai dengan kebutuhannya,dia akan puas… kalau kita
mengganti alat tenun tampa mimik yang ramah, klien dan keluarga tidak puas….
Dengan senyum ramah (ekspresi), klien bias puas…walaupun kita belum
bertindak.”
2. Bertanggung jawab dalam memenuhi kebutuhan klien
“Saya bertanggung jawab atas pemberian obat, pemberian pelayanan
keperawatan pada saat bertugas.”
3. Ramah dalam melayani klien
“Halo bapak met sore, apa yang dirasa sekarang?… berdarah ya infusnya?”
(tampak dengan tersenyum)
4. Sikap tenang dan sabar dalam melayani klien
“Mungkin kalau saya ini...pak... lebih cenderung sabar...ketika menerima keluhan
atau complain dari klien dan keluarganya...kita klarifikasi pada klien dan
keluarganya...mengenai pelayanan,
fasilitas, dan lain-lain, lalu kita usahakan memenuhi tuntutannya...kalau itu bisa
kita lakukan.”
5. Selalu siap sedia memenuhi kebutuhan klien
“Kepentingan klien diutamakan daripada kepentingan lain,...sebelum klien
meminta sebaiknya kita sudah tahu kebutuhan klien kita apa?...kalau istirahat
tergantung situasi...mungkin kalau jumlah klien sedikit...atau ada rekan kita yang
lebih santai, bisa untuk menghandle pasien yang menjadi tanggungjawab saya...
bisa saling membantu...kalau ada operasi kadang-kadang tidak sempat
istirahat.”
6. Memberi motivasi kepada klien dalam memberikan pelayanan
“Kita bujuk klien yang tidak mau makan...supaya mau makan...makanan kan
sangat membantu daya tahan fisik...sehingga bisa cepat sembuh... .”
7. Sikap empati terhadap klien dan keluarga
“Turut berempati, turut bersedih.... tapi kita tidak keterusan... tapi kalau soal
biaya itu mah keluarga yang harus berusaha...tapi sekali lagi...menanggapinya
jangan dengan sikap judes... karena saya perawat... .”
Perilaku lain yang diamati tidak bersifat caring ada tiga tema. Tema perilaku tidak caring
ini meliputi komunikasi tidak terapeutik, sikap kurang tulus, dan kurang terampil

15
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1. Sikap perduli terhadap pemenuhan kebutuhan klien
Perawat jika mendengar bel berbunyi segera mendatangi klien dengan tetap
melakukan komunikasi yang ramah. Temuan ini didukung oleh beberapa teori
yang menyatakan sikap peduli dimanifestasikan oleh perawat dengan sikap cepat
tanggap dalam memenuhi kebutuhan klien, cepat melayani klien, peduli dengan
keadaan dan penderitaan klien, mempunyai integritas pribadi yang kuat, memiliki
respons positif dalam menerima, dan berperilaku caring kepada orang lain
(Rauner, 2006). Esensi caring juga ditunjukkan dengan sikap perawat yang peduli
terhadap kebutuhan dan kesejahteraan klien serta keluarganya (Watson, 2004).
Sikap peduli bisa diamati dengan kegiatan perawat sesegera mungkin mendatangi
klien dan menyatakan kesediaan untuk membantu klien. Watson (2004)
menyatakan bahwa sikap perawat yang penuh kepedulian terhadap pemenuhan
kebutuhan klien termasuk sepuluh faktor caratif dari caring perawat (Watson,
2004).
4.2. Bertanggung jawab dalam memenuhi kebutuhan klien
Hasil analisis tematik menunjukkan bahwa perawat pelaksana bertanggung
jawab dalam memenuhi kebutuhan klien. Hal ini merupakan inti nilai moral
perawat dalam melaksanakan perannya. Semua partisipan penelitian ini melayani
para klien dengan penuh tanggung jawab, tetap bersemangat, dan responsif
terhadap klien sebagai bentuk tanggung jawab dalam memenuhi kebutuhan klien.
Caring adalah esensi keperawatan yaitu inti nilai-nilai moral keperawatan yang
berdasarkan nilai kemanusiaan dan mendahulukan kesejahteraan orang lain, dalam
hal ini klien dan keluarganya (Leininger, 1997 dalam Watson, 2004). Perilaku
caring merupakan inti nilai-nilai moral keperawatan, bahwa inti moral dan etik
keperawatan adalah tanggung jawab dalam memberikan pelayanan keperawatan
kepada klien, perawat mempunyai respons terhadap apa yang dilakukannya
apakah baik atau tidak baik secara moral (Tappen, Sally, & Diana, 2004). Perawat
selain berperan sebagai pemberi pelayanan asuhan keperawatan kepada klien
untuk memperoleh penyembuhan dari suatu penyakit, memenuhi kebutuhan
kesehatan klien secara holistik, melalui kemampuan teknikal, dukungan
emosional, psikologis, spiritual, dan sosial. Pemberi asuhan keperawatan juga
memberi bantuan bagi klien dan keluarga untuk menetapkan tujuan keperawatan.
Aktivitas ini merupakan bentuk tanggung jawab perawat (Potter & Perry, 2005).
Peneliti berpendapat bahwa tanggung jawab dalam melaksanakan tugas akan
terlihat dari seorang perawat profesional dengan menampilkan perilaku caring
dalam seluruh aktivitas pelayanan keperawatan. Inti rasa tanggung jawab itu
adalah kepekaan perawat terhadap penderitaan klien, keluarga, dan peduli dengan
situasi serta kondisi lingkungan dimana klien dirawat, merupakan perilaku caring
perawat. Perilaku caring merupakan bentuk tanggung jawab perawat terhadap
perannya.

16
4.3. Ramah dalam melayani klien
Penelitian ini mengungkapkan bahwa perawat pelaksana selalu ramah dalam
melayani klien. Ramah merupakan salah satu komponen dari sepuluh faktor
caratif caring.
Hasil observasi didapatkan bahwa senyum, gerakan tubuh membungkuk, dan
tutur kata santun cukup optimal dilakukan perawat saat memberikan pelayanan.
Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Thomas et al (2005) yang
mengatakan bahwa caring berimplikasi terhadap praktik keperawatan sehingga
perawat yang bersikap caring akan berbicara dengan ramah dan santun,
mempunyai perhatian, penuh minat dalam menolong klien, dan membina
hubungan yang saling menguntungkan dengan penampilan yang relijius dalam
setiap melakukan tindakannya.
Tersenyum merupakan salah satu indikator seorang perawat bersikap ramah,
hangat, bergembira, dan sabar terhadap klien dan keluarga. Hamid (2001)
menyatakan perawat dengan perilaku caring selalu melakukan hubungan
interpersonal yang menunjukan kasih sayang dan cinta. Pernyataan ini bisa dilihat
dari Caring Demention Inventory (CDI) 24 yang menunjukkan bahwa perawat
dengan perilaku caring akan selalu bergembira dengan klien (Watson, 2004).
Caring harus dapat ditunjukkan perawat dalam setiap melakukan pekerjaannya,
ketika ia berbicara, menyapa, memberikan pendidikan kesehatan, konseling, dan
mendengarkan klien (Green, 2004). Sopan santun merupakan perilaku caring
perawat dalam menghargai martabat manusia, yaitu klien dan keluarganya.
Karakteristik caring yang ketiga adalah humanistic caring, yaitu proses
bantuan yang diberikan kepada orang lain yang bersifat kreatif intuitif atau
kognitif berdasarkan pengembangan nilai-nilai kemanusiaan, menghargai
martabat manusia, dan menanamkan rasa saling percaya, menghargai
kemanusiaan dengan bersikap ramah pada klien (Leininger, 2002). Perawat yang
ramah dalam memberikan pelayanan keperawatan akan selalu bersikap sopan
santun dalam segala situasi dan kondisi. Hal ini dapat berdampak pada proses
penyembuhan klien karena klien merasa nyaman dalam menerima pelayanan.
Sikap ramah perawat akan membuat klien merasa akrab dan dekat dalam
hubungan interpersonal dengan perawat, sehingga klien bebas mengungkapkan
keluhan. Dengan demikian, perawat akan mendapatkan informasi yang lengkap
mengenai data yang dibutuhkan dari klien dan keluarganya.
4.4. Sikap tenang dan sabar dalam melayani klien
Sikap tenang dan sabar ditunjukan oleh empat dari enam partisipan dalam
studi ini. Mereka bersikap tenang dalam melayani klien walaupun kesibukan
rutinitas harus mereka hadapi. Perawat yang tenang dan sabar dalam melayani
klien akan memberi rasa nyaman kepada klien yang dirawat dirumah sakit dan

17
membutuhkan bantuan perawat. Perasaan nyaman akan membantu klien untuk
memperoleh kesembuhan karena secara psikologis klien akan merasa aman ketika
dilayani perawat yang tenang dan penuh kesabaran. Hasil penelitian Rafii,
Oskouie, dan Nikravesh (2004) mengatakan bahwa perawat yang baik adalah
yang sangat tenang, sabar, dan akrab dengan klien serta memfokuskan diri untuk
pemenuhan kebutuhan klien.
4.5. Selalu siap sedia memenuhi kebutuhan klien
Hasil observasi menunjukkan bahwa perawat partisipan memiliki
kesiapsediaan dan dengan sigap memenuhi kebutuhan klien. Wajah perawat
tampak segar, tidak terlihat lelah. Siap sedia memenuhi kebutuhan klien
merupakan satu dari sepuluh faktor caratif caring. Perawat yang sensitif
mengetahui kebutuhan klien walaupun klien belum mengungkapkannya karena
segan atau berbagai sebab lainnya, lalu siap sedia untuk melayani kebutuhan
klien, tanpa diminta sekalipun, sehingga akan membuat klien merasa nyaman.
Fitzpatrick dan Whall (1989), Marriner-Tomey (1994), Chitty (1997) dalam
Nurachmah (2001) dan Watson (2004) menyatakan bahwa sikap perawat dalam
membentuk dan menghargai sistem nilai humanistik dan altruistik. Contoh dalam
pelayanan keperawatan, yaitu: 1) memanggil dengan nama yang paling disukai
klien, 2) memenuhi panggilan klien dengan segera, kapanpun dibutuhkan klien, 3)
merespon dengan segera terhadap panggilan dan perubahan status kesehatan klien,
4) menghormati dan melindungi privacy klien, 5) menghargai dan menghormati
pendapat dan keputusan klien terkait pengobatan dan perawatannya, 6)
menghargai dan mengakui sistem nilai yang dimiliki klien, 7) melakukan tindakan
pemenuhan kebutuhan klien baik fisik, psikologis, spiritual, dan budaya. Hasil
observasi menunjukkan butir sikap 1-5 telah dilakukan oleh perawat.
Hasil penelitian menunjukkan fakta bahwa inti moral dari sikap caring ini
menunjukkan perawat mengetahui kebutuhan klien tanpa diminta, mengunjungi
kamar klien sebelum bel berbunyi akan memberikan kepuasan kepada semua
klien yang dilayani sebagai customer dari rumah sakit. Kesiapsediaan perawat
memenuhi kebutuhan klien akan membuat citra rumah sakit meningkat dan
dampak terhadap citra profesi perawat di mata klien akan semakin baik.
4.6. Memberi motivasi kepada klien
Empat dari enam partisipan selalu memberikan dukungan moral kepada klien
sehingga motivasi klien untuk sembuh dan menghadapi sakitnya lebih besar.
Klien akan tumbuh motivasinya apabila ada dukungan dari orang-orang
disekitarnya, termasuk perawat.
Motivasi klien seringkali bersifat fisik. Klien dengan perubahan fungsi fisik
mungkin termotivasi untuk mencapai kesembuhan. Klien yang termotivasi akan
tertarik untuk mempertahankan atau meningkatkan kondisi kesehatannya, dengan
memberikan kerjasama yang baik dalam tindakan keperawatan yang diterimanya,

18
sehingga klien akan patuh dan taat dalam tindakan dan pengobatan yang
dijalaninya (Potter & Perry, 2005).
Pernyataan teori ini menunjukan betapa pentingnya dukungan yang diberikan
perawat. Caring juga dikemukakan sebagai cara yang memiliki makna, dimana
perawat dalam setiap melakukan intervensi kepada klien selalu memberikan
motivasi untuk mencapai kesembuhan (Marriner-Tomey, 1994, dalam
Nurachmah, 2001).
Hasil penelitian ini menyimpulkan beberapa contoh ucapan perawat dalam
memotivasi klien sebagai berikut. “Aduh.... bapak makannya sudah
banyak,...nanti cepat sembuh! Bapak hebat sudah bisa duduk,... besok tinggal
latihan jalan ya..pak.... nanti cepat pulang.”
Ungkapan ini sangat mendukung kondisi mental klien dalam menghadapi
berbagai kelemahan fisik, psikologis, dan sosial akibat penyakitnya. Perawat
pelaksana menunjukkan perilaku caring dengan memberikan motivasi kepada
klien. Pengatur ruangan dan ketua tim sebagai manajer lini pertama perlu
memberi dukungan bagi para perawat pelaksana untuk selalu memberikan
motivasi dengan jalan menciptakan situasi dan kondisi lingkungan kerja yang
kondusif.
4.7. Sikap empati terhadap klien
Hasil penelitian ini menunjukan sikap empati partisipan terhadap klien serta
keluarganya. Hal tersebut tergambar dari pernyataan mereka yang ikut merasakan
ketika klien mengalami rasa sakit, sesak nafas, dan turut empati dengan kesedihan
keluarga yang berduka karena klien sebagai anggota keluarganya meninggal di
rumah sakit. Hasil observasi menunjukkan perawat mengucapkan bela sungkawa,
menepuk punggung keluarga yang berduka, dan mengelus tangan klien yang
kesakitan. Sikap empati ini merupakan indikator perilaku caring perawat
pelaksana.
Hal ini didukung studi grounded theory tentang faktor determinan perilaku
caring perawat oleh Rafii, Oskouie, dan Nikravesh (2004) bahwa karakteristik
pribadi yang khusus dan sifat kepribadian termasuk emosi perawat, sikap, empati,
dan respon organisasi. Karakteristik pribadi seperti kata hati, relijius, kepercayaan,
filosofi, komitmen, respons, dan altruisme berkontribusi terhadap perilaku caring
perawat. Perawat yang mempunyai karakteristik demikian akan lebih banyak
sabar dan empati serta bertanggungjawab dalam melayani klien.

19
BAB V

KESIMPULAN dan SARAN

5.1 Kesimpulan

Pelayanan caring yang diberikan seorang perawat kepada pasiennya sangat


memberikan pengaruh besar terhadap perkembangan kesehatan pasien. Tidak
hanya dalam pelayanan biologi saja, tapi seorang perawat diharapkan mampu
untukmemberikan dukungan dari dalam dan luar seorang pasien. Dengan teori
caring maka seorang perawat bisa memberi asuhan fisik maupun mental kepada
sang pasien. Kegiatan ini dilakukan dalam upaya peningkatan kesehatan,
pencegahan penyakit, penyembuhan, pemulihan, serta pemeliharaan kesehatan
dengan penekanan pada upaya pelayanan kesehatan utama, untuk memungkinkan
setiap orang mencapai hidup sehat dan produktif. Teori caring dapat diaplikasikan
dalam pemberian asuhan keperawatan pada pasien. Langkah-langkah proses
keperawatan yang harus dilakukan perawat saat proses pemberian asuhan
keperawatan adalah Pengkajian, Perencanaan, Implementasi, Evaluasi.

5.2 Saran

Penekanan pada kepedulian dan kepercayaan, komitmen membantu orang lain dan
berbagai unsur caring yang lain harus sudah dibangun sejak perawat dalam masa
pendidikan. Selain itu perlu dilakukan sosialisasi aplikasi caring pada perawat
gunamemberikan pemahaman yang mendalam tentang apa yang harus dilakukan
perawat agar bersikap caring dalam setiap kontak dengan pasien. Indikator-
indikator caring harus dikenal dan diaplikasikan dalam perawatan serta dievaluasi
secara terus menerus.

20
DAFTAR PUSTAKA

Tiara & Arena Lestari. (2013). PERILAKU CARING PERAWAT DALAM


MENINGKATKAN KEPUASAN PASIEN RAWAT INAP. Jurnal
Keperawatan, Volume IX, No. 2. Diakses secara online pada 29 Agustus
2021. http://ejurnal.poltekkes-tjk.ac.id/index.php/JKEP/article/view/299/275
Cecep Solehudin F, Richa Noprianty, & Indra Karana. (2019). Perilaku Caring
Perawat Berdasarkan Teori Jean Watson di Ruang Rawat Inap. Jurnal
Kesehatan Vokasional, Vol. 4 No. 1. Diakses secara online pada 29 Agustus
2021. https://journal.ugm.ac.id/jkesvo/article/view/40957/23851

Kusnanto. (2019). Perilaku Caring Perawat Profesional. Surabaya: Pusat


penerbitan dan Percetakan Universitas Airlangga. Tersedia dari
http://repository.unair.ac.id/ diakses pada 27 Agustus 2021.
Dedi, B., Setyowati, & Afiyanti, Y. (2008). Perilaku Caring Perawat Pelaksana di
Sebuah Rumah Sakit di Bandung: Studi Grounded Theory. Jurnal Keperawatan
Indonesia, 12(1).
Blacius Dedi, S. Y. (2008). PERILAKU CARING PERAWAT PELAKSANA DI
SEBUAH RUMAH SAKIT DI BANDUNG: STUDY GROUNDED
THEORY. PENELITIAN, 42-44.

21

Anda mungkin juga menyukai