DOSEN PENGAJAR :
Ns. Kartika Murya Ningrum,S.Kep.,MPH
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 1
Penulis
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................................ii
DAFTAR ISI...............................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
A. LatarBelakang.....................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...............................................................................................2
C. Tujuan.................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Caring...............................................................................................3
1.2 Prinsip Legal Etis Pada Pengambilan Keputusan Dalam Konteks Keperawatan
A. Kesimpulan.......................................................................................................32
B. Saran.................................................................................................................33
DAFTAR PUSTAKA
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Fungsi utama perawat adalah membantu klien (dari level individu hingga
masyarakat), baik dalam kondisi sakit maupun sehat, guna mencapai derajat
kesehatan yang optimal melalui layanan keperawatan. Layanan keperawatan
diberikan karena adaya kelemahan fisik, mental, dan keterbatasan pengetahuan serta
kurangnya kemauan untuk dapat melaksanakan kegiatan kehidupan sehari-hari
secara mandiri (Asmadi, 2008, p. 9).
Berbagai masalah yang terjadi pada saat ini, dari masalah kesehatan yang
sederhana sampai yang sangat kompleks telah menuntut perhatian berbagai
kalangan kesehatan termasuk keperawatan. System kolaborasi yang baik dan
koordinasi kegiatan yang terjadi antar disiplin pemberi pelayanan diharapkan
dapatmengantisipasi kompleksitas masalah kesehatan yang terjadi. Oleh karena itu,
kondisi ini mengharuskan profesi keperawatan untuk menungkatkan diri agar tetap
memberikan pelayanan keperawatan yang terintigrasi dan paripurna. Sifat
pelayanankesehatan saat ini dan di masa mendatang lebih menekankan pada upaya
peningkatan kesehatan (promotif) dan pencegahan penyakit (preventif). (Simamora,
2009, p. 24).
Kualitas perawat ditentukan oleh kompetensi hard skillsdan soft skills.
Caringsebagai bagian dari soft skillsadalah esensi mendasar pada profesi perawat
dan penilaian pasien mengenai soft skills caringperawat adalah indikator dari
kualitas pelayanan keperawatan. Saat ini, soft skills caringmasih belum optimal
dilaksanakan sebagai pengembangan profesional perawat di
1
rumah sakit. Tujuan penelitian untuk mengembangkan model pelatihan soft
skills caring. Desain pretest-posttesttanpa kelompok kontrol dengan intervensi
terdiri dari 1) pemberian materi selama 3 hari, 2) post pelatihan 2, 4 dan
6 minggu. Penilaian diri sendiri perawat dengan CNPI dan penilaian pasien
dengan patient satisfaction with nursing care. Atribut soft skills
caringteridentifikasi yaitu soft skills caring, keterampilan interpersonal,
komunikasi dan profesional. Model pelatihan soft skills caringterbukti efektif
meningkatkan penilaian perawat dan pasien mengenai soft skills caring
perawat. Model pelatihan soft skills caring dapat dimanfaatkan untuk
peningkatan soft skills caring bagi perawat di rumah sakit.
Menurut Mayehoff caring sebagai suatu proses yang berorientasi pada
tujuan membantu orang lain bertumbuh dan mengaktualisasikan diri.
Mayehoff juga memperkenalkan sifat-sifat caring seperti sabar, jujur, dan
rendah hati.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan dari makalah ini yaitu untuk memenuhi tugas
mata kuliah Konsep Dasar Keperawatan I (KDK 1), serta untuk mengetahui :
1. Pengertian caring secara umum
PEMBAHASAN
A. Pengertian Caring
3
2. Rubenfild (1999) : caring yaitu memberikan asuhan, tanggungjawab,
dan ikhlas.
3. Barnum (1994), caring memiliki mana yang bersifat aktivitas, sikap
(emosional), dan kehati-hatian.
4. Delores gaut (1984), caring tidak mempunyai pengertian yang tegas,
tetapi ada tiga makna di mana ketiganya tidak dapat dipisahkan, yaitu
perhatian, bertanggungjawab, dan iklhas.
5. Merriner dan Tomey (1994), menyatakan bahwa caring merupakan
pengetahuan kemanusiaan, inti dari praktik keperawatan yang bersifat
etik dan filosofikal. Caring bukan semata-mata perilaku. Caring juga
didefinisikan sebagai tindakan yang bertujuan memberikan asuhan
fisik dan memperhatikan emosi sambil meningkatkan rasa aman dan
keselamatan klien.
6. Griffin (1983), membagi konsep caring ke dalam dua dominan utama.
Salah satu konsep caring ini berkenaan dengan sikap dan emosi
perawat, sementara konsep caring yang lain terfokus pada aktivitas
yang dilakukan perawat saat melaksanakan fungsi keperawatannya.
Griffin menggambarkan caring dalam keperawatan sebagai sebuah
proses interpersonal esensial yang mengharuskan perawat melakukan
aktivitas peranyang spesifik dalam sebuah cara dengan menyampaikan
ekspresi emosi-emosi tertentu kepada pasien. Aktivitas tersebut
menurut Griffin meliputi membantu, menolong, dan melayani orang
yang mempunyai kebutuhan khusus. Proses ini dipengaruhi oleh
hubungan antar perawat dengan pasien.
7. Leinginger (1981), caring merupakan aktifitas, proses dan
pengambilan keputusan yang bersifat memelihara baik secara langsung
maupun tidak langsung untuk meningkatkan status kesehatan.
8. Lydia Hall (1969), mengemukakan perpaduan tiga aspek dalam
teorinya. Sebagai seorang perawat, kemampuan care, core dan cure
4
harus dipadukan secara seimbang sehingga menghasilkan asuhan
keperawatan yang optimal untuk klien. Care merupakan komponen
penting yang berasal dari naluri seorang ibu. Core merupakan dasar
dari ilmu sosial yang terdiri dari kemampuan terapeutik, dan
kemampuan bekerja sama dengan tenaga kesehatan lain. Sedangkan
cure merupakan dasar dari ilmu patologi dan terapeutik. Dalam
memberikan asuhan keperawatan secara total kepada klien, maka
ketiga unsure ini harus dipadukan.
9. Florence Nightingale (1860), caring adalah tindakan yang
menunjukkan pemanfaatan lingkungan pasien dalam membantu
penyembuhan, memberikan lingkungan bersih, verifikasi yang baik
dan tenang kepada klien.
1. Jean watson
5
Berdasarkan jurnal “HEALTH CARE
INTERPROFESSIONAL TEAM MEMBERS’ PERSPECTIVES ON
HUMAN CARING: A DIRECTED CONTENT ANALYSIS
STUDY”. Sejumlah teori telah dikembangkan untuk memandu disiplin
keperawatan. Salah satu teorinya adalah Teori Watson yaitu “Human
Caring”. Teori ini, didasari pada pengertian tentang perspektif holistik
dan psikologi transpersonal, yang memiliki sistem nilai yang
mendalam yang dibangun dari sebuah lanjutan ethical-epistemic-
ontological and a unitary worldview. Inti utama Teori “human caring”
adalah hubungan transpersonal (transpersonal relationships) dan
kepedulian antar manusia (the human-to-human). Teori ini banyak
digunakan untuk memandu pendidikan keperawatan, praktik, dan
penelitian internasional.
Terdapat 10 CARITAS PROCESSES menurut Jean Watson, yaitu :
6
caring-healing melalui penggunaan semua cara mulai dari
mengetahui / menjadi / melakukan / menjadi.
7) Terlibat dalam transpersonal teaching and learning dalam
konteks caring realitionship; tetap dalam kerangka dari
referensi-pergeseran terhadap model pelatihan untuk kesehatan
/ memperluas kesehatan.
7
Caring didefinisikan sebagai cara pengasuhan berhubungan
dengan orang lain yang saling menghargai terhadap siapa seseorang
merasakan komitmen dan tanggung jawab pribadi. Lebih khusus lagi,
caring adalah pertumbuhan dan memberikan kesehatan (pengasuhan)
terjadi dalam hubungan (berkaitan) dengan yang dirawat (yang
dihargai lainnya); individual dan intim (pribadi), dengan rasa
komitmen (gairah), akuntabilitas dan tugas (tanggung jawab). Bersama
dengan ini, pengasuhan disampaikan sebagai serangkaian proses yang
saling terkait yang berkembang dari keyakinan perawat sendiri,
pengetahuan dan interaksi dengan pasien. Proses perawatan: bersama,
melakukan untuk, memampukan, dan mempertahankan keyakinan,
terlebih lagi, didasarkan pada perilaku keperawatan yang nyata.
3. Florence Nigtingale
8
merangsanag semua faktor untuk membantu pasien dalam
mempertahankan emosinya.
3) Lingkungan sosial (social environment)
11
kesehatan kepada klien. Pembentukan sistem nilai humanistik dan
altruistik mulai berkembang diusia dini dengan nilai-nilai yang berasal
dari orang tuanya. Sistem nilai ini pengalaman hidup buat seseorang
dan mengantarkan ke arah kemanusiaan. Pembentukan sistem nilai
humainistikaltruistik dibangun dari pengalaman hidup, belajar dan
juga dapat ditingkatkan selama masa pendidikan perawat. Humanistik-
Altruistik dapat didefinisikan sebagai kepuasan dalam memberi yang
berasal dari dalam diri sendiri (Marriner & Tomey, 2012). Sikap
perawat yang mencerminkan nilai Humanistik-Altruistik ialah perawat
memberikan kebaikan dan kasih sayang serta membuka diri untuk
melakukan tindakan terapi dengan klien (Poer & Perry, 2012).
7. Griffin
3) Berkata jujur
4) Memiliki kesabaran
5) Bertanggung jawab
8) Memajukan sensitifitas
15
3) Confidence (Kepercayaan)
16
Perawat menunjukkan komitmen dengan tetap kepada keluarga
dan pasien selama perawatan, belum tentu mengatakan atau
melakukan sesuatu yang penting atau mendalam, hanya
menjadi otentik. Afektif yang kompleks respon yang ditandai
oleh konvergensi antara satu keinginan dan kewajiban
seseorang, dan oleh pilihan yang disengaja untuk bertindak
sesuai dengan mereka.
6) Comportment
17
5) Hadir untuk menampung dan mendukung ekspresi perasaan positif dan
negativesebagai suatu hubungan dengan semangat yang dalam dari diri
sendiri dan orang yangdirawat.
6) Menggunakan diri sendiri dan semua cara yang diketahui secara
kreatif sebagai bagian dari proses caring, untuk terlibat dalam
penerapan caring-healing yang artistik.
7) Terlibat dalam pengalaman belajar mengajar yang sebenarnya yang
mengakuikeutuhan diri orang lain dan berusaha untuk memahami
sudut pandang orang lain.
8) Menciptakan lingkungan healing pada seluruh tingkatan, baik fisik
maupunnonfisik, lingkungan yang kompleks dari energi dan
kesadaran, yang memilikikeholistikan, keindahan, kenyamanan,
martabat, dan kedamaian.
9) Membantu terpenuhinya kebutuhan dasar, dengan kesadaran caring
yangpenuh,memberikan “human care essentials”, yang memunculkan
penyesuaian jiwa, ragadan pikiran, keholistikan, dan kesatuan diri
dalam seluruh aspek care; dengan melibatkan jiwa dan keberadaan
secara spiritual.
10) Menelaah dan menghargai misteri spritual, dan dimensi eksistensial
darikehidupan dan kematian seseorang, “soulcare” bagi diri sendiri
dan orang yang dirawat.
18
Praktik penyediaan perawatan fisik untuk pasien memainkan
peranan penting dalam membanggun pemahaman empatik terhadap
situasi pasien. Dengan cara ini hubungan yang lebih dekat dengan
pasien terbentuk. Caring secara fisik memberi jalan untuk mengasuh
dan mendukung secara emosional dan psikologis.
3) Hubungan yang optimis
19
kehadiran, sentuhan kasih sayang, mendengarkan, memahami klien,
caring dalam spiritual, dan perawatan keluarga.
a) Kehadiran
21
pembicaraan (komunikasi non-verbal). Sentuhan ini dapat
mempengaruhi keamanan dan kenyamanan klien,
meningkatkanharga diri, dan memperbaiki orientasi tentang
kanyataan (Boyek dan Watson, 1994).
3) Sentuhan Perlindungan
23
mendasar. Human care terdiri dari upaya untuk melindungi, meningkatkan,
dan menjaga atau mengabdikan rasa kemanusiaan dengan membantu orang
lain, mencari arti dalam sakit, penderitaan, dan keberadaannya serta
membantu orang lain untuk meningkatkan pengetahuan dan pengendalian diri
(Pasquali dan Arnold, 1989 dan Watson, 1979). Di samping itu, Watson
dalam Theory of Human Care mempertegas bahwa caring sebagai jenis
hubungan dan transaksi yang diperlukan antara pemberi dan penerima asuhan
untuk meningkatkan dan melindungi pasien sebagai manusia, dengan
demikian mempengaruhi kesanggupan pasien untuk sembuh.
Dari sini kita tahu, caring bukan semata-mata perilaku. Sikap caring
dalam memberikan asuhan keperawatan, perawat menggunakan keahlian, kata
kata yang lemah lembut, sentuhan, memberikan harapan, selalu berada di
samping
klien, dan bersikap sebagai media pemberi asuhan (Carruth et al.,
1999). Caring dalam asuhan keperawatan merupakan bagian dari bentuk
kinerja perawat dalam merawat pasien. Perilaku caring perawat menjadi
jaminan apakah perawat bermutu atau tidak. Caring sebagai inti profesi
keperawatan dan fokus sentral dalam praktik keperawatan, bersifat universal
dan terdiri dari perilaku-perilaku khusus yang ditentukan oleh dan terjadi
dalam konteks budaya. Di dalamnya memiliki makna yang bersifat aktifitas,
sikap (emosional) dan kehati-hatian (Barnum, 1994).
Beberapa tokoh keperawatan seperti Watson (1979), Leininger (1984),
Benner (1989) menempatkan caring sebagai dasar dalam praktek
keperawatan. Diperkirakan bahwa sekitar ¾ pelayanan kesehatan merupakan
caring sedangkan ¼ -nya merupakan curing. Sebagai seorang perawat,
kemampuan care dan cure harus dipadukan secara seimbang sehingga
menghasilkan asuhan keperawatan yang optimal untuk klien. Curing sendiri
memiliki pengertian yaitu upaya kesehatan dari kegiatan dokter dalam
24
prakteknya untuk mengobati pasien. Selain itu juga dapat dipahami bahwa
curing merupakan ilmu yang empirik, mengobati berdasarkan bukti/data dan
mengobati dengan patofisiologi yang bisa dipertanggungjawabkan.
Hall (1969) mengemukakan perpaduan kedua aspek tersebut.
Menurutnya, care merupakan komponen penting yang berasal dari naluri
seorang ibu. Sedangkan cure merupakan dasar dari ilmu patologi dan
terapeutik. Dalam memberikan asuhan keperawatan secara total kepada klien,
maka kedua aspek ini harus dipadukan (Julia, 1995). Namun, tetap ada
perbedaan yang jelas diantara keduanya. Dalam UU no. 23 tahun 1992
menyebutkan bahwa penyembuh penyakit dilaksanakan oleh tenaga dokter
dan perawat melalui kegiatan pengobatan dan/ atau keperawatan berdasarkan
ilmu keperawatan. Dari situ terlihat bahwa antara caring dan curing terdapat
perbedaan. Caring merupakan tugas primer perawat dan curing adalah tugas
sekundernya. Begitu pula curing,
curing merupakan tugas primer dokter dan caring sebagai tugas
sekundernya.
Curing merupakan komponen dalam caring. Karena di dalam caring
termasuk
salah satunya adanya kolaborasi dengan tim kesehatan lain untuk
membantu penyembuhan klien. Jadi, tetap mempunyai hubungan yang saling
melengkapi.
Perbedaan antara caring dan curing dapat lebih jelas jika dilihat dari
diagnosis, intervensi, dan tujuannya. Di dalam caring terdapat diagnosis
keperawatan yang merupakan suatu kegiatan mengidentifikasi masalah dan
penyebab berdasarkan kebutuhan dan respon klien. Sedangkan di dalam
curing terdapat diagnosis medis yaitu suatu bentuk kinerja yang
mengungkapkan penyakit yang diderita klien. Dengan kata lain dapat disebut
diagnosa penyakit.
25
Dalam caring lebih dititik-beratkan pada kebutuhan dan respon klien
untuk ditanggapi dengan pemberian perawatan. Berbeda dengan curing lebih
memperhatikan penyakit yang diderita serta penanggulangannya. Selain itu,
dapat juga dilihat dari intervensinya. Intervensi keperawatan (caring) yaitu
membantu klien memenuhi masalah klien baik fisik, psikologis, sosial, dan
spiritual dengan tindakan keperawatan yang meliputi intervensi keperawatan,
observasi, pendidikan kesehatan, dan konseling. Sedangkan intervensi
kedokteran (curing) lebih ke melakukan tindakan pengobatan dengan obat
(drug) dan tindakan operatif. Dari sini dapat dipahami bahwa
caringmemperhatikan klien dari aspek fisik, psikologi, sosial, serta
spiritualnya sedangkan curing menekankan pada aspek kesehatan dan fisik
kliennya.
Satu hal lagi yang dapat dipahami dari perbedaan caring dan curing
yaitu dari aspek tujuan. Tujuan dari perilaku caring, yaitu:
1) Membantu pelaksanaan rencana pengobatan atau terapi.
26
dari profesi keperawatan. Karena caring merupakan esensi keperawatan
itu sendiri.
1.2 Prinsip Legal Etis Pada Pengambilan Keputusan Dalam Konteks Keperawatan
A. Aspek Hukum Dalam Keperawatan
1. Pengertian Hukum
Menurut Deden Darmawan dan Sujono Riyadi (2010) hukum didefinisikan
sebagai ugeran ( norma ) yang mengatur hubungan kemasyarakatan. Menurut
KBBI hukum adalah undang-undang peraturan atau adat yang secara resmi
dianggap mengikat, yang dikukuhkan oleh penguasa, pemerintah atau otoritas.
Hukum merupakan keseluruhan kumpulan peraturan-peraturan atau kaidah-kaidah
dalam suatu kehidupan bersama,atau keseluruhan peraturan tingkah laku yang
berlaku dalam suatu kehidupan bersama, yang dapat dipaksakan pelaksanaannya
dengan suatu sanksi. Maka dari itu, Hukum adalah keseluruhan peraturan yang
mengatur dan menguasai manusia dalam kehidupan bersama. Berkembang
didalam masyarakat dalam kehendak, merupakan sistem pengaturan, sistem asas-
asas, mengatur pesan kultural karena tumbuh dan berkembang bersama
masyarakat.
27
B. Perlindungan Hukum Dalam Praktik Keperawatan
Upaya kesehatan yang dilakukan oleh pemerintah atau masyarakat melalui
pelayanan kesehatan dengan mempergunakan sarana kesehatan dan jasa tenaga
kesehatan khususnya tenaga keperawatan. Atas dasar inilah maka pelayanan
kesehatan yang diselenggarakan melalui praktik keperawatan memerlukan aturan
hukum sebagai dasar pembenaran hukum dalam setiap kegiatan yang dilakukan.
Selanjutnya setiap upaya kesehatan terikat untuk tunduk dan taat terhadap semua
peraturan hukum yang melandasi kegiatan pelayanan kesehatan. Alasannya perlunya
perlindungan hukum dalam praktik keperawatan, ialah sebagai berikut :
1. Alasan Filosofi
Perawat telah memberikan kontribusi besar dalam peningkatan derajat
kesehatan. Perawat berperan dalam memberikan pelayanan kesehatan mulai dari
pelayanan pemerintah dan swasta, dari perkotaan hingga pelosok desa terpencil
dan perbatasan. Tetapi pengabdian tersebut pada kenyataannya belum diimbangi
dengan pemberian perlindungan hukum, bahkan cenderung menjadi objek hukum.
Perawat juga memiliki kompetensi keilmuan, sikap rasional, etis dan profesional,
semangat pengabdian tinggi, berdisplin, kreatif, trampil, berbudi luhur dan dapat
memegang teguh etika profesi. Disamping itu, undang-undang ini memiliki tujuan,
lingkup profesi yang jelas, kemutlakan profesi, kepentingan bersama berbagai
pihak ( masyarakat, profesi, pemerintah dan pihak terkait lainnya ), keterwakilkan
yang seimbang, optimalisasi profesi, fleksibikitas, efisiensi dan keselarasan.
2. Alasan Yuridis
UUD 1945 pasal 5 menyebutkan bahwa presiden memegang kekuasaan
membentuk undang-undang dengan persetujuan dewan perwakilan rakyat.
3. Alasan sosiologis
Kebutuhan masyarakat atas pelayanan kesehatan khususnya pelayanan
semakin meningkat. Hal itu karena adanya pergeseran paradigma dalam
pemberian pelayanan kesehatan, dari model medikal yang menitik beratkan
pelayanan pada diagnosis penyakit dan gejala sebagai informasi dan bukan sebagai
fokus pelayanan ( cohen, 1996 ).
28
Perawat sebagai tenaga profesional bertanggung jawab dan berwenang
memberikan pelayanan keperawatan secara mandiri dan berkolaborasi dengan
tenaga kesehatan sesuai dengan kewenangannya, terutama terkait dengan lingkup
praktik perawat. Praktek keperawatan adalah tindakan mandiri perawat profesional
melalui kerjasama ( Kolaborasi ) dengan pasien dan tenaga kesehatan lainnya
dalam memberikan asuhan keperawatan sesuai lingkup wewenang dan tanggung
jawabnya. Lingkup kewenangan perawat dalam praktik keperawatan profesional
meliputi sistem klien ( individu, keluarga, kelompok khusus dan masyarakat baik
dalam keadaan sehat ataupun sakit. Berkaitan dengan penerapan praktek
keperawatan tersebut perlu adanya perundang-undangan ( legislasi ) yang
mengatur tentang hak dan kewajiban perawat terkait tugasnya. Legislasi
dimaksudkan untuk memberikan perlindungan hukum bagi masyarakat sebagi
penerima layanan, dan perawat sebagai pemberi pelayanan. Dalam rangka
perlindungan hukum tersebut, perawat perlu diregistrasi, disertifikasi dan
memperoleh izin praktek (lisensi).
Adapun dalam rangka memberikan perlindungan hukum bagi perawat dalam
menjalankan praktek keperawatan pemerintah telah mengeluarkan keputusan
mengenai hal tersebut, yaitu keputusan Menteri Kesehatan Nomor
1239/Menkes/Sk/Xi/2001 Tentang Registrasi dan Praktik Perawat. Ketetapan ini
perlu dijabarkan lebih lanjut, maka Direktorat Pelayana Kesehatan dan
Organisasi Profesi Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) menyusun
petunjuk pelaksaan keputusan menteri kesehatan tersebut meliputi hak, kewajiban
dan wewenang, tindakan keperawatan, persyaratan praktik keperawatan,
persyaratan praktik keperawatan, mekanisme pembinaan dan pengawasan.
Adapun pengaturan mengenai praktik perawat dilakukan melalui keputusan
Menteri Kesehatan Nomor 1239 Tahun 2001 Tentang Registrasi dan Praktik
Perawat, yaitu setiap perawat yang melakukan praktik diunit pelayanan kesehatan
milik pemerintah maupun swasta diharuskan memiliki Surat Izin Perawat (SIP),
Surat Izin Kerja (SIK), Surat Izin Praktik Perawat (SIPP). Pengawasan dan
pembinaan terhadap praktik pribadi perawat dilakukan secara berjenjang, mulai
dari tingkat provinsi, kabupaten sampai ketingkat puskesmas.
Sebagaimana disebutkan dalam Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1239
29
Tahun 2001 Tentang Registrasi dan Praktik Perawat Pasal 1 ayat (2,3,4 dan 5)
adalah sebagai berikut :
a. Ayat (2) Surat Izin Perawat selanjutnya disebut SIP adalah suatu bukti tertulis
pemberian kewenangan untuk menjalankan pekerjaan keperawatan diseluruh
wilayah indonesia.
b. Ayat (3) surat izin kerja selanjutnya disebut SIK adalh bukti tertulis yang
diberikan perawat untuk melakukan praktik keperawatan disarana pelayanan
kesehatan.
c. Ayat (4) Surat Izin Praktik Perawat SIPP adalah bukti tertulis yang diberikan
kepada perawat perorangan/kelompok
d. Ayat (5) Standar Profesi adalah pedoman yang harus dipergunakan sebagai
petunjuk dalam menjalankan profesi secara terbaik.
b. Pasal 22
1) Perawat yang memiliki SIPP dapat melakukan asuhan keperawatan dalam
bentuk kunjungan rumah.
2) Perawat dalam melakukan asuhan keperawatan dalam bentuk kunjungan
rumah harus membawa perlengkapan perawatan sesuai kebutuhan.
c. Pasal 23
1) Perawat dalam menjalankan praktek perorangan sekurang-kurangnya
memenuhi persyaratan :
- Memiliki tempat prakti yang memenuhi syarat kesehatan
- Memiliki perlengkapan untuk tindakan asuhan keperawatan maupun
30
kunjungan rumah
- Memiliki perlengkapan administrasi yang meliputi buku catatan
kunjungan, formulir catatan tindakan asuhan keperawatan serta formulir
rujukan.
2) Persyaratan perlengkapan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sesuai
dengan standar perlengkapan asuhan keperawatan yang ditetapkan oleh
organisasi profesi.
31
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1.1 Konsep Caring
1.2 prinsip legal etis pada pengambilan keputusan dalam konteks keperawatan
Hukum kesehatan adalah semua ketentuan hukum yang berlaku dan
langsung dengan pemeliharaan kesehatan dan penerapan hak dan
kewajiban perorangan atau masyarakat menyangkut pemberi dan
penerima pelayanan kesehatan, sarana pelayanan kesehatan dan pedoman
medis. Maka dapat disimpulkan pengertian hukum dalam praktik
keperawatan adalah segala peraturan perundang-undangan yang mengatur
32
tentang asuhan keperawatan terhadap klien dalam aspek hukum perdata,
hukum pidana dan hukum administrasi sebagai bagian dari hukum
kesehatan.
Untuk melindungi tenaga perawat akan adanya tuntutan dari pasien
perlu ditetapkan dengan jelas hak dan kewajiban serta kewenangan
perawat agar tidak terjadi kesalahan dalm melakukan tugasnya. Sebagai
bagian dari profesi kesehatan, perawat hendak tidak takut lagi untuk
melakukan tindakan karena sekarang sudah ada UU nya.
Dan dapat disimpulkan perawat yang melakukan praktik di unit
pelayanan kesehatan milik pemerintah maupun swasta diharuskan
memiliki Surat Izin Perawat (SIP), Surat Izin Kerja (SIK), Surat Izin
Praktik Perawat (SIPP). Pengawasan dan pembinaan terhadap parktik
pribadi dilakukan secara berjenjang, mulai dari tingkat provinsi,
kabupaten sampai ke tingkat puskesmas.
B. Saran
Penulis menyadari bahwa makalah diatas banyak sekali kesalahan danjauh dari
kesempurnaan. Penulis akan berusaha memperbaiki makalah selanjutnya agar lebih
baik dari makalah sebelumnya. Maka dari itu penulis Mengharapkan kritik dan
saran pembahasan makalah dalam kesimpulan diatas.
33
DAFTAR PUSTAKA
Ermasta, F. (n.d.). Aplikasi Caring dalam Keperawatan. Retrieved Agustus 22, 2019, from
academia.edu:https://www.academia.edu/37430114/APLIKASI_CARING_DALAM_KEPE
RAWATAN
Nusantara, A. F., & Wahyusari, S. (2018, Januari 1). Perilaku Caring Mahasiswa.
Retrieved Agustus 22, 2019, from ojshafshawaty.ac.id:
http://www.ojshafshawaty.ac.id/index.php/jikes/article/viewFile/101/45
Samu, N. (n.d.). Konsep Caring. Retrieved Agustus 22, 2019, from academia.edu:
https://www.academia.edu/9623536/BAB_2_TINJAUAN_PUSTAKA_2.1_K
onsep_Caring
ShiyoonCr, Y. (n.d.). Konsep Caring. Retrieved Agustus 22, 2019, from academia.edu:
https://www.academia.edu/17473705/KONSEP_CARING
Asmadi, (2008). Konsep dasar keperawatan. Jakarta: Penerbit Buku Kedoktern EGC
34
Perry , Potter. (2013). Fundamentals of Nursing Eighth Edition. Elsevier Health Sciences.
Potter, Patricia A. Dan Anne G. Perry. 2009. Fundamental Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika
Kusmiran, Eny. (2019). Soft Skills Caring dalam Pelayanan Keperawatan (Edisi
2).Jakarta Timur: Trans Info Media (TIM)
Kozier, barbara, dkk. 2010. Fundamental Keperawatan. Jakarta:EGC
Ilmu Keperawatan. Jilid 1/ P.J.M.Steven, F.Bordui, W.E van der wedye, alih bahasa.J.A.
Tomasoa, Editor edisi bahasa indonesia, Mon ica ester-Ed 2. Jakarta:EGC.1999
Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 1239/Menkes/SK/XI/2001 tentang Registrasi dan Praktik
Keperawatan
JOURNAL REFERENCE :
http://ajner.com/HTMLPaper.aspx?Journal=Asian%20Journal%20of%20Nursing%20
Education%20and%20Research;PID=2018-8-1-36
https://journals.lww.com/ajnonline/Citation/1969/12000/Human_Caring.28.aspx#pdf-
link
35
36