Anda di halaman 1dari 39

MAKALAH KONSEP DASAR KEPERAWATAN

“ KONSEP CARING DAN PRINSIP LEGAL


ETIS PADA PENGAMBILAN KEPUTUSAN
DALAM KONTEKS KEPERAWATAN“

DOSEN PENGAJAR :
Ns. Kartika Murya Ningrum,S.Kep.,MPH

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 1

1. Shafira Dian Nanda (23230163P) 7. Nurul Afni (23230136P)


2. Efrizal Novsawindi (23230173P) 8. Puput Ramadhani (23230158P)
3. Yogi Kurniawan (23230118P) 9. Yulia Adevia Winata (23230147P)
4. Hanisyah Herti Dwisari (23230117P) 10. Exa Mandala Putra (23230092P)
5. Trisna Wulan Safitri (23230112P) 11. Tsuraiya Indah Permata Sari (23230137P)
6. Inda Andreani (23230113P)

UNIVERSITAS DEHASEN BENGKULU


FAKULTAS ILMU KESEHATAN (FISKES)
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
S1 TAHUN 2023
i
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh


Segala puji bagi Allah SWT. yang telah memberikan kami kemudahan sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga terlimpah
curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nantikan
syafa’atnya di akhirat nanti.
Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT. atas limpahan nikmat sehat- Nya,
baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu untuk
menyelesaikan pembuatan makalah tentang “konsep caring dan pengaplikasiannya”.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang tidak dapat kami
sebutkan stau-satu, yang telah membantu kami dalam penyelesaian makalah ini. Demikian,
semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.Terimakasih

Bengkulu, 08 November 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................ii

DAFTAR ISI...............................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN

A. LatarBelakang.....................................................................................................1

B. Rumusan Masalah...............................................................................................2

C. Tujuan.................................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN

1.1 Konsep Caring

A. Pengertian Caring...............................................................................................3

B. Teori keperawatan mengenai caring...................................................................5

C. Aplikasi caring dalam kehidupan sehari-hari...................................................17

D. Perbedaan caring dan curing.............................................................................23

1.2 Prinsip Legal Etis Pada Pengambilan Keputusan Dalam Konteks Keperawatan

A. Aspek Hukum Dalam Keperawatan.................................................................27

B. Pelindungan Hukum Dalam Praktik Keperawatan...........................................28

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan.......................................................................................................32

B. Saran.................................................................................................................33

DAFTAR PUSTAKA
iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Fungsi utama perawat adalah membantu klien (dari level individu hingga
masyarakat), baik dalam kondisi sakit maupun sehat, guna mencapai derajat
kesehatan yang optimal melalui layanan keperawatan. Layanan keperawatan
diberikan karena adaya kelemahan fisik, mental, dan keterbatasan pengetahuan serta
kurangnya kemauan untuk dapat melaksanakan kegiatan kehidupan sehari-hari
secara mandiri (Asmadi, 2008, p. 9).
Berbagai masalah yang terjadi pada saat ini, dari masalah kesehatan yang
sederhana sampai yang sangat kompleks telah menuntut perhatian berbagai
kalangan kesehatan termasuk keperawatan. System kolaborasi yang baik dan
koordinasi kegiatan yang terjadi antar disiplin pemberi pelayanan diharapkan
dapatmengantisipasi kompleksitas masalah kesehatan yang terjadi. Oleh karena itu,
kondisi ini mengharuskan profesi keperawatan untuk menungkatkan diri agar tetap
memberikan pelayanan keperawatan yang terintigrasi dan paripurna. Sifat
pelayanankesehatan saat ini dan di masa mendatang lebih menekankan pada upaya
peningkatan kesehatan (promotif) dan pencegahan penyakit (preventif). (Simamora,
2009, p. 24).
Kualitas perawat ditentukan oleh kompetensi hard skillsdan soft skills.
Caringsebagai bagian dari soft skillsadalah esensi mendasar pada profesi perawat
dan penilaian pasien mengenai soft skills caringperawat adalah indikator dari
kualitas pelayanan keperawatan. Saat ini, soft skills caringmasih belum optimal
dilaksanakan sebagai pengembangan profesional perawat di

1
rumah sakit. Tujuan penelitian untuk mengembangkan model pelatihan soft
skills caring. Desain pretest-posttesttanpa kelompok kontrol dengan intervensi
terdiri dari 1) pemberian materi selama 3 hari, 2) post pelatihan 2, 4 dan
6 minggu. Penilaian diri sendiri perawat dengan CNPI dan penilaian pasien
dengan patient satisfaction with nursing care. Atribut soft skills
caringteridentifikasi yaitu soft skills caring, keterampilan interpersonal,
komunikasi dan profesional. Model pelatihan soft skills caringterbukti efektif
meningkatkan penilaian perawat dan pasien mengenai soft skills caring
perawat. Model pelatihan soft skills caring dapat dimanfaatkan untuk
peningkatan soft skills caring bagi perawat di rumah sakit.
Menurut Mayehoff caring sebagai suatu proses yang berorientasi pada
tujuan membantu orang lain bertumbuh dan mengaktualisasikan diri.
Mayehoff juga memperkenalkan sifat-sifat caring seperti sabar, jujur, dan
rendah hati.

B. Rumusan Masalah

1. Pengertian caring secara umum ?

2. Bagaimana teori keperawatan mengenai caring ?

3. Bagaimana aplikasi caring dalam kehidupan sehari-hari ?

4. Apa perbeda anantara caring dan curing?

C. Tujuan

Adapun tujuan dari pembuatan dari makalah ini yaitu untuk memenuhi tugas
mata kuliah Konsep Dasar Keperawatan I (KDK 1), serta untuk mengetahui :
1. Pengertian caring secara umum

2. Bagaimana teori keperawatan mengenai caring

3. Bagaimana aplikasi caring dalam kehidupan sehari-hari

4. Apa perbedaan antara caring dan curing


2
BAB 1

PEMBAHASAN

1.1 Konsep Caring

A. Pengertian Caring

Caring secara umum dapat diartikan sebagai suatu kemampuan untuk


berdedikasi bagi orang lain, pengawasan dengan waspada, menunjukkan perhatian,
perasaan empati pada orang lain dan perasaan cinta atau menyayangi yang
merupakan kehendak keperawatan (Potter & Perry, 2005). Selain itu, caring
mempengaruhi cara berpikir seseorang, perasaan dan perbuatan seseorang. Caring
juga mempelajari berbagai macam philosofi dan etis perspektif.

Pengertian caring berbeda dengan care. Care adalah fenomena yang


berhubungan dengan orang berhubungan dengan bimbingan, bantuan, dukungan
perilaku kepada individu, keluarga, kelompok dengan dan jadi untuk memenuhi
kebutuhan actual maupun potensial untuk meningkatkan kondisi dan kualitas
kehidupan manusia. Sedangkan caring adalah tindakan nyata dari care yang
menunjukkan suatu rasa kepedulian.
Caring adalah sentral untuk praktik keperawatan karena caring
merupakan suatu cara pendekatan yang dinamis, dimana perawat bekerja
untuk lebih meningkatkan kepeduliannya kepada klien (Sartika & Nanda,
2011). Dalam keperawatan, caring merupakan bagian inti yang penting
terutama dalam praktik keperawatan. Saat ini, caring adalah isu besar dalam
profesionalisme keperawatan. Banyak sekali ahli keperawatan yang
mengungkapkan mengenai teori caring, antara lain sebagai berikut : (Tarida &
Sauliyusta, 201, pp.3-4).
1. Crips dan Taylor (2001), caring merupakan fenomena universal yang
mempengaruhi bagaimana seseorang berpikir, merasakan, dan
berperilaku dalam hubungannya dengan orang lain.

3
2. Rubenfild (1999) : caring yaitu memberikan asuhan, tanggungjawab,
dan ikhlas.
3. Barnum (1994), caring memiliki mana yang bersifat aktivitas, sikap
(emosional), dan kehati-hatian.
4. Delores gaut (1984), caring tidak mempunyai pengertian yang tegas,
tetapi ada tiga makna di mana ketiganya tidak dapat dipisahkan, yaitu
perhatian, bertanggungjawab, dan iklhas.
5. Merriner dan Tomey (1994), menyatakan bahwa caring merupakan
pengetahuan kemanusiaan, inti dari praktik keperawatan yang bersifat
etik dan filosofikal. Caring bukan semata-mata perilaku. Caring juga
didefinisikan sebagai tindakan yang bertujuan memberikan asuhan
fisik dan memperhatikan emosi sambil meningkatkan rasa aman dan
keselamatan klien.
6. Griffin (1983), membagi konsep caring ke dalam dua dominan utama.
Salah satu konsep caring ini berkenaan dengan sikap dan emosi
perawat, sementara konsep caring yang lain terfokus pada aktivitas
yang dilakukan perawat saat melaksanakan fungsi keperawatannya.
Griffin menggambarkan caring dalam keperawatan sebagai sebuah
proses interpersonal esensial yang mengharuskan perawat melakukan
aktivitas peranyang spesifik dalam sebuah cara dengan menyampaikan
ekspresi emosi-emosi tertentu kepada pasien. Aktivitas tersebut
menurut Griffin meliputi membantu, menolong, dan melayani orang
yang mempunyai kebutuhan khusus. Proses ini dipengaruhi oleh
hubungan antar perawat dengan pasien.
7. Leinginger (1981), caring merupakan aktifitas, proses dan
pengambilan keputusan yang bersifat memelihara baik secara langsung
maupun tidak langsung untuk meningkatkan status kesehatan.
8. Lydia Hall (1969), mengemukakan perpaduan tiga aspek dalam
teorinya. Sebagai seorang perawat, kemampuan care, core dan cure

4
harus dipadukan secara seimbang sehingga menghasilkan asuhan
keperawatan yang optimal untuk klien. Care merupakan komponen
penting yang berasal dari naluri seorang ibu. Core merupakan dasar
dari ilmu sosial yang terdiri dari kemampuan terapeutik, dan
kemampuan bekerja sama dengan tenaga kesehatan lain. Sedangkan
cure merupakan dasar dari ilmu patologi dan terapeutik. Dalam
memberikan asuhan keperawatan secara total kepada klien, maka
ketiga unsure ini harus dipadukan.
9. Florence Nightingale (1860), caring adalah tindakan yang
menunjukkan pemanfaatan lingkungan pasien dalam membantu
penyembuhan, memberikan lingkungan bersih, verifikasi yang baik
dan tenang kepada klien.

Dari beberapa pengertian tersebut, dapat dipersingkat bahwa


pengertian caring secara umum adalah suatu tindakan moral atas dasar
kemanusiaan, sebagai suatu cerminan perhatian, perasaan empati, dan kasih
sayang kepada orang lain, dilakukan dengan cara memberikan tindakan nyata
kepedulian, dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas dan kondisi
kehidupan orang tersebut. Caring merupakan inti dari keperawatan.

B. Teori keperawatan mengenai caring

1. Jean watson

Jean Watson mendefenisikan caring sebagai moral yang ideal


dalam keperawatan yang bertujuan untuk proteksi, perbaikan, dan
pemeliharaan martabat manusia. Caring kepada manusia termasuk
nilai dan keinginan komitmen untuk peduli, mengetahui, tindak peduli
dan konsekuensinya.

5
Berdasarkan jurnal “HEALTH CARE
INTERPROFESSIONAL TEAM MEMBERS’ PERSPECTIVES ON
HUMAN CARING: A DIRECTED CONTENT ANALYSIS
STUDY”. Sejumlah teori telah dikembangkan untuk memandu disiplin
keperawatan. Salah satu teorinya adalah Teori Watson yaitu “Human
Caring”. Teori ini, didasari pada pengertian tentang perspektif holistik
dan psikologi transpersonal, yang memiliki sistem nilai yang
mendalam yang dibangun dari sebuah lanjutan ethical-epistemic-
ontological and a unitary worldview. Inti utama Teori “human caring”
adalah hubungan transpersonal (transpersonal relationships) dan
kepedulian antar manusia (the human-to-human). Teori ini banyak
digunakan untuk memandu pendidikan keperawatan, praktik, dan
penelitian internasional.
Terdapat 10 CARITAS PROCESSES menurut Jean Watson, yaitu :

1) Mempertahankan nilai-nilai humanistik-altruistik oleh praktek


cinta kasih, kasih sayang dan keseimbangan batin dengan diri /
orang lain.
2) Hadir secara sepenuhnya, memungkinkan iman / harapan /
sistem kepercayaan; menghormati subjektif batin, dunia-
kehidupan diri / orang lain.
3) Menjadi peka terhadap diri dan orang lain dengan mengolah
praktek-praktek spiritual sendiri; melampaui ego-diri untuk
kehadiran transpersonal.
4) Mengembangkan dan mempertahankan penuh kasih, hubungan
saling percaya-peduli.
5) Memungkinkan untuk mengekspresikan perasaan positif dan
negatif - otentik mendengarkan cerita orang lain.
6) Kreatif pemecahan masalah ”solution-seeking” melalui proses
caring; penuh penggunaan diri dan kesenian dari prakteK

6
caring-healing melalui penggunaan semua cara mulai dari
mengetahui / menjadi / melakukan / menjadi.
7) Terlibat dalam transpersonal teaching and learning dalam
konteks caring realitionship; tetap dalam kerangka dari
referensi-pergeseran terhadap model pelatihan untuk kesehatan
/ memperluas kesehatan.

8) Menciptakan lingkungan penyembuhan di semua tingkat;


lingkungan halus untuk kehadiran peduli otentik energik.
9) Hormat membantu dengan kebutuhan dasar sebagai tindakan
suci, menyentuh mindbodyspirit dari semangat lainnya;
mempertahankan martabat manusia.
10) Pembukaan untuk spiritual, misteri, tidak diketahui-
memungkinkan untuk mukjizat.
2. Kristen M Swatson

Teori Caring menurut Swanson dieksplorasi dalam pandangan


mengembangkan kerangka teori untuk studi penelitian yang berjudul
"effect of structured nursing care rounds on selected nursing quality
indicators". Theory of Caring Swanson disusun berdasarkan lima
prinsip kepedulian yang mencakup definisi keseluruhan dari perawatan
dalam praktik keperawatan. Teori ini menyatakan bahwa kepedulian
berlangsung dalam urutan lima kategori: mengetahui, bersama dengan,
lakukan untuk, memampukan, dan mempertahankan keyakinan.
Ketika diterapkan pada praktik keperawatan, masing-masing dari lima
tahap ini merangsang sikap pengasuh dan meningkatkan kesejahteraan
pasien secara keseluruhan. Teori ini bertujuan membantu tenaga
perawat untuk memberikan perawatan yang meningkatkan martabat,
rasa hormat, dan pemberdayaan. Model ini dibingkai untuk
memastikan perilaku perawatan yang konsisten yang pada nantinya
akan meningkatkan kepuasan pasien.

7
Caring didefinisikan sebagai cara pengasuhan berhubungan
dengan orang lain yang saling menghargai terhadap siapa seseorang
merasakan komitmen dan tanggung jawab pribadi. Lebih khusus lagi,
caring adalah pertumbuhan dan memberikan kesehatan (pengasuhan)
terjadi dalam hubungan (berkaitan) dengan yang dirawat (yang
dihargai lainnya); individual dan intim (pribadi), dengan rasa
komitmen (gairah), akuntabilitas dan tugas (tanggung jawab). Bersama
dengan ini, pengasuhan disampaikan sebagai serangkaian proses yang
saling terkait yang berkembang dari keyakinan perawat sendiri,
pengetahuan dan interaksi dengan pasien. Proses perawatan: bersama,
melakukan untuk, memampukan, dan mempertahankan keyakinan,
terlebih lagi, didasarkan pada perilaku keperawatan yang nyata.
3. Florence Nigtingale

Inti konsep Florence Nightingale, pasien dipandang dalam


kontek lingkungan secara keseluruhan, terdiri dari lingkungan fisik,
lingkungan psikologis dan lingkungan sosial.
1) Lingkungan fisik (physical enviroment)

Merupakan lingkungan dasar/alami yan gberhubungan dengan


ventilasi dan udara. Faktor tersebut mempunyai efek terhadap
lingkungan fisik yang bersih yang selalu akan mempengaruhi
pasien dimanapun dia berada didalam ruangan harus bebas dari
debu, asap, bau-bauan.
2) Lingkungan psikologi (psychologi enviroment)

F. Nightingale melihat bahwa kondisi lingkungan yang negatif


dapat menyebabkan stress fsiik dan berpengaruh buruk
terhadap emosi pasien. Oleh karena itu ditekankan kepada
pasien menjaga rangsangan fisiknya. Mendapatkan sinar
matahari, makanan yang menarik dan aktivitas manual dapat

8
merangsanag semua faktor untuk membantu pasien dalam
mempertahankan emosinya.
3) Lingkungan sosial (social environment)

Observasi dari lingkungan sosial terutama huhbungan yang


spesifik, kumpulan data-data yang spesifik dihubungkan
dengan keadaan penyakit, sangat penting untuk pencegahan
penyakit. Dengan demikian setiap perawat harus menggunakan
kemampuan observasi dalam hubungan dengan kasus-kasus
secara spesifik lebih dari sekedar data-data yang ditunjukkan
pasien pada umumnya.
4. Sobel

Sobel (1989) mendefinisikan caring sebagai suatu rasa peduli,

hormat dan menghargai orang lain. Artinya memberi perhatian dan


mempelajari kesukaankesukaan seseorang dan bagaimana seseorang
berpikir, bertindak dan berperasaan. Caring sebagai suatu moral
imperative (bentuk moral) sehingga perawat harus terdiri dari orang-
orang yang bermoral baik dan memiliki kepedulian terhadap kesehatan
klien, yang mempertahankan martabat dan menghargai klien, bukan
melakukan tindakan amoral pada saat melakukan tugas perawatan.
Dengan “human caring” berarti bahwa perasaan perhatian,
menghargai, menghormati satu orang mungkin dimiliki orang lain.
akarnya terletak pada perilaku ibu dan ayah dari semua makhluk hidup
yang lebih tinggi, dan mungkin terganggu atau diperkuat oleh keadaan
lingkungan. kata "kelembutan" mencerminkan aspek ganda dari
caring. Menjadi lembut berarti peduli, menjadi lembut berarti mudah
dan rentan untuk terluka/tersakiti.
5. Lydia E. Hall

Teori keperawatan Lydia E. Hall memfokuskan pada tiga


konsep utama “care, cure, and core”, di mana “care” sebagai
9
hubungan langsung dan reaksi antara perawat-pasien. Melakukan
perawatan pasien yang memberikan dampak lingkungan yang nyaman,
rasa percaya, dan mendukung terjadinya komunikasi yang baik antara
perawat dengan pasien. “Cure” merupakan hubungan perawat dengan
klien dimana perawat melakukan pengkajian dan merencanakan
bagaimana pengelolaan pasien dengan masalah gangguan pada pasien.
Sedangkan “core” mengedepankan bagaimana perawat dan pasien
dapat berkomunikasi masalah emosional tentng perubahan fisik dan
kondisi mental pasien yang mengalami gangguan. (George, 2000)
Asumsi utama dalam teori Lydia E. Hall adalah adanya
motivasi dan kekuatan untuk memperoleh kesembuhan ada dalam diri
pasien bukan terletak pada perawat atau tenaga kesehatan. Tiga aspek
care, cure, dan core memiliki fungsi yang saling berhubungan satu
dengan lainnya (Gonzalo, 2011).
6. Marriner and Tomey

Marriner dan Tomey (1994) menyatakan bahwa caring


merupakan pengetahuan kemanusiaan, inti dari praktik keperawatan
yang bersifat etik dan filosofikal. Caring bukan semata-mata perilaku.
Caring adalah cara yang memiliki makna dan memotivasi tindakan.
Caring juga didefinisikan sebagai tindakan yang bertujuan
memberikan asuhan fisik dan memperhatikan emosi sambil
meningkatkan rasa aman dan keselamatan klien (Carruth et al., 1999).
Menurut Watson (2012) perawat yang mempunyai nilai-nilai
humanistik dan altruistik dapat dilambangkan melalui penilaian
terhadap pandangan diri seseorang, kepercayaan, interaksi dengan
berbagai kebudayaan dan pengalaman pribadi. Melalui sistem nilai
humanistik dan altruistik ini perawat menumbuhkan rasa puas karena
mampu memberikan sesuatu pada klien. Selain itu, perawat juga
10
memperlihatkan kemampuan diri dengan memberikan pendidikan

11
kesehatan kepada klien. Pembentukan sistem nilai humanistik dan
altruistik mulai berkembang diusia dini dengan nilai-nilai yang berasal
dari orang tuanya. Sistem nilai ini pengalaman hidup buat seseorang
dan mengantarkan ke arah kemanusiaan. Pembentukan sistem nilai
humainistikaltruistik dibangun dari pengalaman hidup, belajar dan
juga dapat ditingkatkan selama masa pendidikan perawat. Humanistik-
Altruistik dapat didefinisikan sebagai kepuasan dalam memberi yang
berasal dari dalam diri sendiri (Marriner & Tomey, 2012). Sikap
perawat yang mencerminkan nilai Humanistik-Altruistik ialah perawat
memberikan kebaikan dan kasih sayang serta membuka diri untuk
melakukan tindakan terapi dengan klien (Poer & Perry, 2012).
7. Griffin

Griffin (1983, dalam Morrison & Burnard, 2008) membagi


konsep caring ke dalam dua domain utama. Salah satu konsep caring
ini berkenaan dengan sikap dan emosi perawat, sementara konsep
caring yang lain terfokus pada aktivitas yang dilakukan perawat saat
melaksanakan fungsi keperawatannya. Griffin menggambarkan caring
dalam keperawatan sebagai sebuah proses interpersonal essensial yang
mengharuskan perawat melakukan aktivitas peran yang spesifik dalam
sebuah cara dengan menyampaikan ekspresi emosi-emosi tertentu
kepada pasien. Aktivitas tersebut menurut Griffin meliputi membantu,
menolong dan melayani orang yang mempunyai kebutuhan khusus.
Proses ini dipengaruhi oleh pengaruh antara perawat dan pasien.
Kualitas tinggal pasien di Rumah Sakit bergantung pada
interaksi yang baik antara dokter, perawat, ahli farmasi, teknisi dan
pasien. Kelompok-kelompok yang berkinerja tinggi adalah penting
terhadap hasil pasien yang baik (Griffin, 2013).
8. M Leininger
12
Setiap perawat harus memahami caring, tulus dan berusaha
memahami
apa yang dirasakan klien berbeda-beda sehingga perawat dapat
memberikan asuhan keperawatan bermutu yang diberikan perawat
dapat dicapai apabila perawat dapat memperlihatkan sikap caring
kepada klien berupa memberikan kenyamanan, kasih sayang,
kepedulian, empati, memfasilitasi, minat, keterlibatan, tindakan
konsultasi kesehatan, tindakan instruksi kesehatan, tindakan
pemeliharaan kesehatan, perilaku menolong, cinta, kehadiran, perilaku
protektif, berbagi, perilaku stimulasi, penurunan stress, bantuan,
dukungan, surveilands, kelembutan, sentuhan dan kepercayaan
(Leininger, 1988 dalam Creasia & Parker, 2001)
9. Barnum and Wolf

Barnum (1994), caring memiliki makna yang bersifat aktivitas,


sikap (emosional) dan kehati-hatian. Secara garis besar, dapat
dikatakan caring adalah sentral praktik keperawatan berupa tindakan
yang memperhatikan kesehatan klien dengan menunjukkan perhatian,
empati maupun rasa menyayangi yang berupaya untuk meningkatkan
kesehatan klien.
Karakteristik caring menurut wolf dan barnum, yaitu :

1) Mendengar dengan perhatian

2) Memberi rasa nyaman

3) Berkata jujur

4) Memiliki kesabaran

5) Bertanggung jawab

6) Memberi informasi sehingga klien dapat mengambil keputusan


13
7) Memberi sentuhan

8) Memajukan sensitifitas

9) Menunjukan rasa hormat pada klien

10) Memanggil klien dengan namanya

10. Simon Roach

Caring adalah sarana di mana perawat berinteraksi dengan


pasien dan membantu mereka mengatasi penderitaan, untuk
menemukan makna dalam pengalaman mereka, untuk meningkatkan
kesehatan dan kesejahteraan dan untuk meninggal dengan
kemuliaan/bermartabat.
Caring adalah tindakan yang memelihara; tindakan yang
mendorong pertumbuhan, pemulihan, kesehatan dan perlindungan
mereka yang rentan. caring adalah memberdayakan mereka untuk
siapa perawatan diberikan (Roach, 1997).
Roach (2002) membagi enam komponen Caring yang mana
perawat dapat menunjukkan/melakukan caring terhadap pasien dan
keluarganya.
1) Compassion (Kasih Sayang)

Kasih sayang atau Belas kasihan ditunjukkan saat perawat


berusaha memahami apa yang mungkin dialami pasien-rasa
sakit, ketidaknyamanan, tidak adanya semangat hidup, dan
pengalaman dari keluarga.
2) Competence (Kemampuan)
Kemampuan didemonstrasikan secara langsung teknis perawatan
pasien, mengetahui tentang kondisi pasien, dan kemampuan untuk
menjelaskan kondisi kepada orang tua dalam hal yang akan mereka
pahami. Perawat dapat menunjukkan kemampuannya dengan
mengantisipasi kerusakan/kesalahan yang akan terjadi pada pasien
14
dan dapat membantu mempersiapkan keluarga untuk kejadian yang
akan terjadi ke depannya. Selanjutnya, itu adalah keadaan memiliki

pengetahuan, diperlukan penilaian, keterampilan, energi,


pengalaman, dan motivasi untuk menanggapi secara memadai
tuntutan profesional seseorang tanggung jawab.
Berpengetahuan adalah bentuk ketabahan tertinggi dalam
memberikan perawatan klien (Sherwood 2000).

15
3) Confidence (Kepercayaan)

Kepercayaan/Keyakinan merupakan komponen ketiga, ini


ditunjukkan untuk memastikan kepada keluarga bahwa dijamin
akan merawat anak mereka dan informasi yang mereka terima
adalah benar dan terkini. Keyakinan/kepercayaan adalah
kualitas, yang menumbuhkan hubungan kepercayaan.
Menjamin keluarga nyaman dan sadar bahwa perawat ada
untuk mereka dan anak mereka untuk membantu
mengembangkan kepercayaan diri perawat dan kepercayaan
keluarga pada perawat.
4) Conscience (Hati nurani)

Perawat harus menunjukkan hati nurani dalam segala hal


dilakukan untuk pasien dan keluarga, mengingat bahwa pasien
selalu didahulukan. Tekad ini untuk menunjukkan hati nurani
harus mencakup advokasi untuk pasien dengan profesional
kesehatan lain dan dengan keluarga. Itu semua berurusan
dengan situasi kritis secara berbeda dan, dalam merawat setiap
orang sebagai individu, memahami orang dengan utuh dan
lengkap pada saat itu sangat penting untuk mengekspresikan
hati nurani perawat. Hati nurani adalah keadaan kesadaran
moral; mengarahkan perilaku seseorang sesuai dengan
kemampuan moral, Cowling (2000).
5) Commitment

16
Perawat menunjukkan komitmen dengan tetap kepada keluarga
dan pasien selama perawatan, belum tentu mengatakan atau
melakukan sesuatu yang penting atau mendalam, hanya
menjadi otentik. Afektif yang kompleks respon yang ditandai
oleh konvergensi antara satu keinginan dan kewajiban
seseorang, dan oleh pilihan yang disengaja untuk bertindak
sesuai dengan mereka.
6) Comportment

Yang terakhir dari enam C Roach yaitu comportment yang


sangat penting. Perawat harus terlihat, bersuara, dan bertindak
sebagai profesional bahwa dirinya jujur kepada diri sendiri,
kepada pasien, dan kepada keluarga, menunjukkan “respek
terhadap pasien lebih dulu dan penyakit yang kedua.” Semua
atribut ini sangat penting bagi elemen keperawatan sebagai
caring.

C. Aplikasi caring dalam kehidupan sehari-hari

 Aplikasi Caring menurut Jean Watson:

1) Menerapkan perilaku yang penuh kasih sayang dan kebaikan dan


ketenangandalam konteks kesadaran terhadap caring.
2) Hadir dengan sepenuhnya, dan mewujudkan dan mempertahankan
system keperacayaan yang dalam dan dunia kehidupan subjektif dari
dirinya dan orang dirawat.
3) Memberikan perhatian terhadap praktekpraktek spiritual dan
transpersonal diriorang lain, melebihi ego dirinya.
4) Mengembangkan dan mempertahakan suatu hubungan caring yang
sebenarnya,yang saling bantu dan saling percaya.

17
5) Hadir untuk menampung dan mendukung ekspresi perasaan positif dan
negativesebagai suatu hubungan dengan semangat yang dalam dari diri
sendiri dan orang yangdirawat.
6) Menggunakan diri sendiri dan semua cara yang diketahui secara
kreatif sebagai bagian dari proses caring, untuk terlibat dalam
penerapan caring-healing yang artistik.
7) Terlibat dalam pengalaman belajar mengajar yang sebenarnya yang
mengakuikeutuhan diri orang lain dan berusaha untuk memahami
sudut pandang orang lain.
8) Menciptakan lingkungan healing pada seluruh tingkatan, baik fisik
maupunnonfisik, lingkungan yang kompleks dari energi dan
kesadaran, yang memilikikeholistikan, keindahan, kenyamanan,
martabat, dan kedamaian.
9) Membantu terpenuhinya kebutuhan dasar, dengan kesadaran caring
yangpenuh,memberikan “human care essentials”, yang memunculkan
penyesuaian jiwa, ragadan pikiran, keholistikan, dan kesatuan diri
dalam seluruh aspek care; dengan melibatkan jiwa dan keberadaan
secara spiritual.
10) Menelaah dan menghargai misteri spritual, dan dimensi eksistensial
darikehidupan dan kematian seseorang, “soulcare” bagi diri sendiri
dan orang yang dirawat.

 Aplikasi Caring Secara Umum

1) Memenuhi kebutuhan dasar pasien

Caring ditunjukkan melalui penatalaksanaan kebutuhan dasar


pasien dimana kebutuhan fisikmenjadi prioritas. Contohnya,
memandikan, memakaikan pakaian, memberi makan dan mengangkat
pasien.
2) Perawatan fisik membantu mengembangkan respon empati

18
Praktik penyediaan perawatan fisik untuk pasien memainkan
peranan penting dalam membanggun pemahaman empatik terhadap
situasi pasien. Dengan cara ini hubungan yang lebih dekat dengan
pasien terbentuk. Caring secara fisik memberi jalan untuk mengasuh
dan mendukung secara emosional dan psikologis.
3) Hubungan yang optimis

Pendekatan lain yang diterapkan perawat adalah mengadopsi


kesan optimisme yang tidak dijamin ketika bersama pasien. Perawat
mencoba mendorong moral pasiennya, dan ini menambah
semangatnya sendiri walaupun perawat mengetahui bahwa ia tidak
dapat jujur sepenuhnya tentang kondisi pasien yang buruk dan masa
depan pasien yang tidak pasti.
4) Mengatakan pada pasien untuk tidak khawatir

Meskipun seorang perawat tahu bahwa kondisi pasien tersebut


kritis, perawat harus mampumengatakan padan pasiennya untuk tidak
khawatir dan menekankan aspek-aspek positif atas kondisi pasien yang
kritis. Ia melarang pasiennya berpikir terlalu banyak mengenai risiko
kritis pasien dan harus mendorong pasien untuk berpikir cepat sembuh.
Intinya, seorang perawat harus mampu meringankan kecemasan
pasien.
5) Berupaya untuk tidak membeberkan informasi

Perawat berupaya untuk tidak memebeberkan iinformasi yang


dapat memperburuk kondisi pasien.

 Perilaku Caring dalam Praktik Keperawatan

Caring bukanlah sesuatu yang dapat diajarkan, tetapi merupakan


hasil dari kebudayaan, nilai-nilai, pengalaman, dan dari hubungan dengan
orang lain. Sikap keperawatan yang berhubungan dengan caring adalah

19
kehadiran, sentuhan kasih sayang, mendengarkan, memahami klien,
caring dalam spiritual, dan perawatan keluarga.
a) Kehadiran

suatu pertemuan antara seseorang dengan seseorang lainnya


yang merupakan saranauntuk mendekatkan diri dan menyampaikan
manfaat caring. Menurut Fredriksson (1999),kehadiran berarti “ada di”
dan “ada dengan”. “Ada di” berarti kehadiran tidak hanya dalam
bentuk fisik, melainkan juga komunikasi dan pengertian. Sedangkan
“ada dengan” berarti perawata selalu bersedia dan ada untuk klien
(Pederson, 1993). Kehadiran seorang perawat membantu
menenangkan rasa cemas dan takut klien karena situasi tertekan.
b) Sentuhan

Sentuhan merupakan salah satu pendekatan yang menenangkan


dimana perawat dapat mendekatkan diri dengan klien untuk
memberikan perhatian dan dukungan. Ada dua jenis sentuhan, yaitu
sentuhan kontak dan sentuhan non-kontak. Sentuhan kontak
merupakan sentuhan langsung kullit dengan kulit. Sedangkan sentuhan
non-kontak merupakan kontak mata. Kedua jenis sentuhan ini
digambarkan dalam tiga kategori :
1) Sentuhan Berorientasi-tugas

Saat melaksanakan tugas dan prosedur, perawat


menggunakan sentuhan ini. Perlakuan yang ramah dan cekatan
ketika melaksanakan prosedur akan memberikan rasa aman
kepada klien. Prosedur dilakukan secara hati-hati dan atas
pertimbangan kebutuhan klien.
2) Sentuhan Pelayanan (Caring)

Yang termasuk dalam sentuhan caring adalah


20
memegang tangan klien, memijat punggung klien,
menempatkan klien dengan hati-hati, atau terlibat dalam

21
pembicaraan (komunikasi non-verbal). Sentuhan ini dapat
mempengaruhi keamanan dan kenyamanan klien,
meningkatkanharga diri, dan memperbaiki orientasi tentang
kanyataan (Boyek dan Watson, 1994).
3) Sentuhan Perlindungan

Sentuhan ini merupakan suatu bentuk sentuhan yang


digunakan untuk melindungi perawat dan/atau klien
(fredriksson, 1999). Contoh dari sentuhan perlindungan adalah
mencegah terjadinya kecelakaan dengan cara menjaga dan
mengingatkan klien agar tidak terjatuh. Sentuhan dapat
menimbulkan berbagai pesan, oleh karena itu harus digunakan
secara bijaksana.
c) Mendengarkan

Untuk lebih mengerti dan memahami kebutuhan klien,


mendengarkan merupakan kunci, sebab hal ini menunjukkan perhatian
penuh dan ketertarikan perawat. Mendengarkan membantu perawat
dalam memahami dan mengerti maksud klien dan membantu
menolong klien mencari cara untuk mendapatkan kedamaian.
d) Memahami klien

Salah satu proses caring menurut Swanson (1991) adalah


memahami klien. Memahami klien sebagai inti suatu proses digunakan
perawat dalam membuat keputusan klinis. Memahamiklien merupakan
pemahaman perawat terhadap klien sebagai acuan melakukan
intervensi berikutnya (Radwin,1995). Pemahaman klien merupakan
gerbang penentu pelayanan sehingga, antara klien dan perawat terjalin
suatu hubungan yang baik dan saling memahami.
e) Caring Dalam Spiritual

Kepercayaan dan harapan individu mempunyai pengaruh


terhadap kesehatan fisikseseorang. Spiritual menawarkan rasa
22
keterikatan yang baik, baik melalui hubungan intrapersonal atau
hubungan dengan dirinya sendiri, interpersonal atau hubungan dengan
oranglain dan lingkungan, serta transpersonal atau hubungan dengan
Tuhan atau kekuatan tertinggi.
Hubungan caring terjalin dengan baik apabila antara perawat
dan klien dapat memahami satu sama lain sehingga keduanya bisa
menjalin hubungan yang baik dengan melakukan halseperti,
mengerahkan harapan bagi klien dan perawat; mendapatkan pengertian
tentang gejala, penyakit, atau perasaan yang diterima klien; membantu
klien dalam menggunakan sumber dayasosial, emosional, atau
spiritual; memahami bahwa hubungan caring menghubungkan
manusia dengan manusia, roh dengan roh.
f) Perawatan Keluarga

Keluarga merupakan sumber daya penting. Keberhasilan


intervensi keperawatan sering bergantung pada keinginan keluarga
untuk berbagi informasi dengan perawat untukmenyampaikan terapi
yang dianjurkan. Menjamin kesehatan klien dan membantu keluarga
untuk aktif dalam proses penyembuhan klien merupakan tugas penting
anggota keluarga. Menunjukkan perawatan keluarga dan perhatian
pada klien membuat suatu keterbukaan yang kemudian dapat
membentuk hubungan yang baik dengan anggota keluarga klien.

D. Perbedaan caring dan curing

Perawat memerlukan kemampuan khusus saat melayani orang atau


pasien yang sedang menderita sakit. Kemampuan khusus tersebut mencakup
keterampilan intelektual, teknikal, dan interpersonal yang tercermin dalam
perilaku caring (Johnson, 1989). Caring merupakan fenomena universal yang
berhubungan dengan bagaimana seseorang berpikir, berperasaan, dan bersikap
terhadap orang lain. Dalam teori caring, human care merupakan hal yang

23
mendasar. Human care terdiri dari upaya untuk melindungi, meningkatkan,
dan menjaga atau mengabdikan rasa kemanusiaan dengan membantu orang
lain, mencari arti dalam sakit, penderitaan, dan keberadaannya serta
membantu orang lain untuk meningkatkan pengetahuan dan pengendalian diri
(Pasquali dan Arnold, 1989 dan Watson, 1979). Di samping itu, Watson
dalam Theory of Human Care mempertegas bahwa caring sebagai jenis
hubungan dan transaksi yang diperlukan antara pemberi dan penerima asuhan
untuk meningkatkan dan melindungi pasien sebagai manusia, dengan
demikian mempengaruhi kesanggupan pasien untuk sembuh.
Dari sini kita tahu, caring bukan semata-mata perilaku. Sikap caring
dalam memberikan asuhan keperawatan, perawat menggunakan keahlian, kata
kata yang lemah lembut, sentuhan, memberikan harapan, selalu berada di
samping
klien, dan bersikap sebagai media pemberi asuhan (Carruth et al.,
1999). Caring dalam asuhan keperawatan merupakan bagian dari bentuk
kinerja perawat dalam merawat pasien. Perilaku caring perawat menjadi
jaminan apakah perawat bermutu atau tidak. Caring sebagai inti profesi
keperawatan dan fokus sentral dalam praktik keperawatan, bersifat universal
dan terdiri dari perilaku-perilaku khusus yang ditentukan oleh dan terjadi
dalam konteks budaya. Di dalamnya memiliki makna yang bersifat aktifitas,
sikap (emosional) dan kehati-hatian (Barnum, 1994).
Beberapa tokoh keperawatan seperti Watson (1979), Leininger (1984),
Benner (1989) menempatkan caring sebagai dasar dalam praktek
keperawatan. Diperkirakan bahwa sekitar ¾ pelayanan kesehatan merupakan
caring sedangkan ¼ -nya merupakan curing. Sebagai seorang perawat,
kemampuan care dan cure harus dipadukan secara seimbang sehingga
menghasilkan asuhan keperawatan yang optimal untuk klien. Curing sendiri
memiliki pengertian yaitu upaya kesehatan dari kegiatan dokter dalam

24
prakteknya untuk mengobati pasien. Selain itu juga dapat dipahami bahwa
curing merupakan ilmu yang empirik, mengobati berdasarkan bukti/data dan
mengobati dengan patofisiologi yang bisa dipertanggungjawabkan.
Hall (1969) mengemukakan perpaduan kedua aspek tersebut.
Menurutnya, care merupakan komponen penting yang berasal dari naluri
seorang ibu. Sedangkan cure merupakan dasar dari ilmu patologi dan
terapeutik. Dalam memberikan asuhan keperawatan secara total kepada klien,
maka kedua aspek ini harus dipadukan (Julia, 1995). Namun, tetap ada
perbedaan yang jelas diantara keduanya. Dalam UU no. 23 tahun 1992
menyebutkan bahwa penyembuh penyakit dilaksanakan oleh tenaga dokter
dan perawat melalui kegiatan pengobatan dan/ atau keperawatan berdasarkan
ilmu keperawatan. Dari situ terlihat bahwa antara caring dan curing terdapat
perbedaan. Caring merupakan tugas primer perawat dan curing adalah tugas
sekundernya. Begitu pula curing,
curing merupakan tugas primer dokter dan caring sebagai tugas
sekundernya.
Curing merupakan komponen dalam caring. Karena di dalam caring
termasuk
salah satunya adanya kolaborasi dengan tim kesehatan lain untuk
membantu penyembuhan klien. Jadi, tetap mempunyai hubungan yang saling
melengkapi.
Perbedaan antara caring dan curing dapat lebih jelas jika dilihat dari
diagnosis, intervensi, dan tujuannya. Di dalam caring terdapat diagnosis
keperawatan yang merupakan suatu kegiatan mengidentifikasi masalah dan
penyebab berdasarkan kebutuhan dan respon klien. Sedangkan di dalam
curing terdapat diagnosis medis yaitu suatu bentuk kinerja yang
mengungkapkan penyakit yang diderita klien. Dengan kata lain dapat disebut
diagnosa penyakit.

25
Dalam caring lebih dititik-beratkan pada kebutuhan dan respon klien
untuk ditanggapi dengan pemberian perawatan. Berbeda dengan curing lebih
memperhatikan penyakit yang diderita serta penanggulangannya. Selain itu,
dapat juga dilihat dari intervensinya. Intervensi keperawatan (caring) yaitu
membantu klien memenuhi masalah klien baik fisik, psikologis, sosial, dan
spiritual dengan tindakan keperawatan yang meliputi intervensi keperawatan,
observasi, pendidikan kesehatan, dan konseling. Sedangkan intervensi
kedokteran (curing) lebih ke melakukan tindakan pengobatan dengan obat
(drug) dan tindakan operatif. Dari sini dapat dipahami bahwa
caringmemperhatikan klien dari aspek fisik, psikologi, sosial, serta
spiritualnya sedangkan curing menekankan pada aspek kesehatan dan fisik
kliennya.
Satu hal lagi yang dapat dipahami dari perbedaan caring dan curing
yaitu dari aspek tujuan. Tujuan dari perilaku caring, yaitu:
1) Membantu pelaksanaan rencana pengobatan atau terapi.

2) Membantu pasien/ klien beradaptasi dengan masalah kesehatan,


mandiri memenuhi kebutuhan dasarnya, mencegah penyakit,
meningkatkan kesehatan, dan meningkatkan fungsi dari tubuh pasien.

Sedangkan tujuan dari kegiatan curing adalah menentukan dan


menyingkirkan penyebab penyakit atau mengubah problem penyakit dan
penanganannya.

Dari berbagai penjelasan tersebut, dapat kita tarik kesimpulan


bahwa caring lebih kompleks daripada curing. Karena caring memberikan
pelayanan yang menyangkut seluruh kebutuhan pasien baik fisik,
psikologi, sosial maupun spiritual. Curing hanya bagian dari caring.
Sebagai seorang perawat, kita harus mampu membedakannya dan
melakukan caring dengan sebaik-baiknya. Kesejahteraan klien didapat
dari totalitas kita dalam melakukan caring. Caring tidak akan pernah lepas

26
dari profesi keperawatan. Karena caring merupakan esensi keperawatan
itu sendiri.

1.2 Prinsip Legal Etis Pada Pengambilan Keputusan Dalam Konteks Keperawatan
A. Aspek Hukum Dalam Keperawatan
1. Pengertian Hukum
Menurut Deden Darmawan dan Sujono Riyadi (2010) hukum didefinisikan
sebagai ugeran ( norma ) yang mengatur hubungan kemasyarakatan. Menurut
KBBI hukum adalah undang-undang peraturan atau adat yang secara resmi
dianggap mengikat, yang dikukuhkan oleh penguasa, pemerintah atau otoritas.
Hukum merupakan keseluruhan kumpulan peraturan-peraturan atau kaidah-kaidah
dalam suatu kehidupan bersama,atau keseluruhan peraturan tingkah laku yang
berlaku dalam suatu kehidupan bersama, yang dapat dipaksakan pelaksanaannya
dengan suatu sanksi. Maka dari itu, Hukum adalah keseluruhan peraturan yang
mengatur dan menguasai manusia dalam kehidupan bersama. Berkembang
didalam masyarakat dalam kehendak, merupakan sistem pengaturan, sistem asas-
asas, mengatur pesan kultural karena tumbuh dan berkembang bersama
masyarakat.

2. Pengertian Hukum Kesehatan


Hukum kesehatan adalah semua ketentuan yang berlaku dan langsung
dengan pemeliharaan kesehatan dan langsung dengan pemeliharaan kesehatan dan
penerapan hak dan kewajiban perorangan atau masyarakat menyangkut pemberian
dan penerimaan pelayanan kesehatan, sarana pelayanan kesehatan dan pedoman
medis. Maka dapat disimpulkan pengertian hukum dalam praktik keperawatan
adalah segala peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang asuhan
keperawatan terhadap klien dalam aspek perdata, hukum pidana dan hukum
administrasi sebagi bagian dari hukum kesehatan.

27
B. Perlindungan Hukum Dalam Praktik Keperawatan
Upaya kesehatan yang dilakukan oleh pemerintah atau masyarakat melalui
pelayanan kesehatan dengan mempergunakan sarana kesehatan dan jasa tenaga
kesehatan khususnya tenaga keperawatan. Atas dasar inilah maka pelayanan
kesehatan yang diselenggarakan melalui praktik keperawatan memerlukan aturan
hukum sebagai dasar pembenaran hukum dalam setiap kegiatan yang dilakukan.
Selanjutnya setiap upaya kesehatan terikat untuk tunduk dan taat terhadap semua
peraturan hukum yang melandasi kegiatan pelayanan kesehatan. Alasannya perlunya
perlindungan hukum dalam praktik keperawatan, ialah sebagai berikut :
1. Alasan Filosofi
Perawat telah memberikan kontribusi besar dalam peningkatan derajat
kesehatan. Perawat berperan dalam memberikan pelayanan kesehatan mulai dari
pelayanan pemerintah dan swasta, dari perkotaan hingga pelosok desa terpencil
dan perbatasan. Tetapi pengabdian tersebut pada kenyataannya belum diimbangi
dengan pemberian perlindungan hukum, bahkan cenderung menjadi objek hukum.
Perawat juga memiliki kompetensi keilmuan, sikap rasional, etis dan profesional,
semangat pengabdian tinggi, berdisplin, kreatif, trampil, berbudi luhur dan dapat
memegang teguh etika profesi. Disamping itu, undang-undang ini memiliki tujuan,
lingkup profesi yang jelas, kemutlakan profesi, kepentingan bersama berbagai
pihak ( masyarakat, profesi, pemerintah dan pihak terkait lainnya ), keterwakilkan
yang seimbang, optimalisasi profesi, fleksibikitas, efisiensi dan keselarasan.

2. Alasan Yuridis
UUD 1945 pasal 5 menyebutkan bahwa presiden memegang kekuasaan
membentuk undang-undang dengan persetujuan dewan perwakilan rakyat.

3. Alasan sosiologis
Kebutuhan masyarakat atas pelayanan kesehatan khususnya pelayanan
semakin meningkat. Hal itu karena adanya pergeseran paradigma dalam
pemberian pelayanan kesehatan, dari model medikal yang menitik beratkan
pelayanan pada diagnosis penyakit dan gejala sebagai informasi dan bukan sebagai
fokus pelayanan ( cohen, 1996 ).
28
Perawat sebagai tenaga profesional bertanggung jawab dan berwenang
memberikan pelayanan keperawatan secara mandiri dan berkolaborasi dengan
tenaga kesehatan sesuai dengan kewenangannya, terutama terkait dengan lingkup
praktik perawat. Praktek keperawatan adalah tindakan mandiri perawat profesional
melalui kerjasama ( Kolaborasi ) dengan pasien dan tenaga kesehatan lainnya
dalam memberikan asuhan keperawatan sesuai lingkup wewenang dan tanggung
jawabnya. Lingkup kewenangan perawat dalam praktik keperawatan profesional
meliputi sistem klien ( individu, keluarga, kelompok khusus dan masyarakat baik
dalam keadaan sehat ataupun sakit. Berkaitan dengan penerapan praktek
keperawatan tersebut perlu adanya perundang-undangan ( legislasi ) yang
mengatur tentang hak dan kewajiban perawat terkait tugasnya. Legislasi
dimaksudkan untuk memberikan perlindungan hukum bagi masyarakat sebagi
penerima layanan, dan perawat sebagai pemberi pelayanan. Dalam rangka
perlindungan hukum tersebut, perawat perlu diregistrasi, disertifikasi dan
memperoleh izin praktek (lisensi).
Adapun dalam rangka memberikan perlindungan hukum bagi perawat dalam
menjalankan praktek keperawatan pemerintah telah mengeluarkan keputusan
mengenai hal tersebut, yaitu keputusan Menteri Kesehatan Nomor
1239/Menkes/Sk/Xi/2001 Tentang Registrasi dan Praktik Perawat. Ketetapan ini
perlu dijabarkan lebih lanjut, maka Direktorat Pelayana Kesehatan dan
Organisasi Profesi Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) menyusun
petunjuk pelaksaan keputusan menteri kesehatan tersebut meliputi hak, kewajiban
dan wewenang, tindakan keperawatan, persyaratan praktik keperawatan,
persyaratan praktik keperawatan, mekanisme pembinaan dan pengawasan.
Adapun pengaturan mengenai praktik perawat dilakukan melalui keputusan
Menteri Kesehatan Nomor 1239 Tahun 2001 Tentang Registrasi dan Praktik
Perawat, yaitu setiap perawat yang melakukan praktik diunit pelayanan kesehatan
milik pemerintah maupun swasta diharuskan memiliki Surat Izin Perawat (SIP),
Surat Izin Kerja (SIK), Surat Izin Praktik Perawat (SIPP). Pengawasan dan
pembinaan terhadap praktik pribadi perawat dilakukan secara berjenjang, mulai
dari tingkat provinsi, kabupaten sampai ketingkat puskesmas.
Sebagaimana disebutkan dalam Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1239
29
Tahun 2001 Tentang Registrasi dan Praktik Perawat Pasal 1 ayat (2,3,4 dan 5)
adalah sebagai berikut :
a. Ayat (2) Surat Izin Perawat selanjutnya disebut SIP adalah suatu bukti tertulis
pemberian kewenangan untuk menjalankan pekerjaan keperawatan diseluruh
wilayah indonesia.
b. Ayat (3) surat izin kerja selanjutnya disebut SIK adalh bukti tertulis yang
diberikan perawat untuk melakukan praktik keperawatan disarana pelayanan
kesehatan.
c. Ayat (4) Surat Izin Praktik Perawat SIPP adalah bukti tertulis yang diberikan
kepada perawat perorangan/kelompok
d. Ayat (5) Standar Profesi adalah pedoman yang harus dipergunakan sebagai
petunjuk dalam menjalankan profesi secara terbaik.

Sedangkan yang berkaitan dengan praktik perawat disebutkan dalam Pasal


(21, 22, dan 23) sebagai berikut :
a. Pasal 21
1) Perawat menjalankan praktik perorangan harus mencantumkan SIP diruang
praktik.
2) Perawat menjalankan praktik perorangan tidak diperbolehkan memasan
papan praktik.

b. Pasal 22
1) Perawat yang memiliki SIPP dapat melakukan asuhan keperawatan dalam
bentuk kunjungan rumah.
2) Perawat dalam melakukan asuhan keperawatan dalam bentuk kunjungan
rumah harus membawa perlengkapan perawatan sesuai kebutuhan.

c. Pasal 23
1) Perawat dalam menjalankan praktek perorangan sekurang-kurangnya
memenuhi persyaratan :
- Memiliki tempat prakti yang memenuhi syarat kesehatan
- Memiliki perlengkapan untuk tindakan asuhan keperawatan maupun
30
kunjungan rumah
- Memiliki perlengkapan administrasi yang meliputi buku catatan
kunjungan, formulir catatan tindakan asuhan keperawatan serta formulir
rujukan.
2) Persyaratan perlengkapan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sesuai
dengan standar perlengkapan asuhan keperawatan yang ditetapkan oleh
organisasi profesi.

31
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
1.1 Konsep Caring

 Caring secara umum dapat diartikan sebagai suatu kemampuan untuk


berdedikasi bagi orang lain, pengawasan dengan waspada,
menunjukkan perhatian, perasaan empati pada orang lain dan perasaan
cinta atau menyayangi yang merupakan kehendak keperawatan (Potter
& Perry, 2005).
 Banyak sekali ahli keperawatan yang mengungkapkan mengenai teori
caring
 Menurut Simon Roach (1995) ada 6 (enam) komponen caring

 Aplikasi caring dalam kehidupan sehari-hari terbagi menjadi dua yaitu


menurut Jean Watson dan secara umum
 Sikap keperawatan yang berhubungan dengan caring adalah kehadiran,
sentuhan kasih sayang, mendengarkan, memahami klien, caring dalam
spiritual, dan perawatan keluarga.
 Beberapa tokoh keperawatan seperti Watson (1979), Leininger (1984),
Benner (1989) menempatkan caring sebagai dasar dalam praktek
keperawatan. Diperkirakan bahwa sekitar ¾ pelayanan kesehatan
merupakan caring sedangkan ¼ -nya merupakan curing.

1.2 prinsip legal etis pada pengambilan keputusan dalam konteks keperawatan
Hukum kesehatan adalah semua ketentuan hukum yang berlaku dan
langsung dengan pemeliharaan kesehatan dan penerapan hak dan
kewajiban perorangan atau masyarakat menyangkut pemberi dan
penerima pelayanan kesehatan, sarana pelayanan kesehatan dan pedoman
medis. Maka dapat disimpulkan pengertian hukum dalam praktik
keperawatan adalah segala peraturan perundang-undangan yang mengatur

32
tentang asuhan keperawatan terhadap klien dalam aspek hukum perdata,
hukum pidana dan hukum administrasi sebagai bagian dari hukum
kesehatan.
Untuk melindungi tenaga perawat akan adanya tuntutan dari pasien
perlu ditetapkan dengan jelas hak dan kewajiban serta kewenangan
perawat agar tidak terjadi kesalahan dalm melakukan tugasnya. Sebagai
bagian dari profesi kesehatan, perawat hendak tidak takut lagi untuk
melakukan tindakan karena sekarang sudah ada UU nya.
Dan dapat disimpulkan perawat yang melakukan praktik di unit
pelayanan kesehatan milik pemerintah maupun swasta diharuskan
memiliki Surat Izin Perawat (SIP), Surat Izin Kerja (SIK), Surat Izin
Praktik Perawat (SIPP). Pengawasan dan pembinaan terhadap parktik
pribadi dilakukan secara berjenjang, mulai dari tingkat provinsi,
kabupaten sampai ke tingkat puskesmas.

B. Saran

Penulis menyadari bahwa makalah diatas banyak sekali kesalahan danjauh dari
kesempurnaan. Penulis akan berusaha memperbaiki makalah selanjutnya agar lebih
baik dari makalah sebelumnya. Maka dari itu penulis Mengharapkan kritik dan
saran pembahasan makalah dalam kesimpulan diatas.

33
DAFTAR PUSTAKA

Ermasta, F. (n.d.). Aplikasi Caring dalam Keperawatan. Retrieved Agustus 22, 2019, from
academia.edu:https://www.academia.edu/37430114/APLIKASI_CARING_DALAM_KEPE
RAWATAN

Konsep Caring. (n.d.). Retrieved Agustus 22, 2019, from repository.usu.ac.id:


http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/40425/Chapter%20II.p
df;jsessionid=D5BB29A44F8B352EF23FD421303D4EC2?sequence=3

Nusantara, A. F., & Wahyusari, S. (2018, Januari 1). Perilaku Caring Mahasiswa.
Retrieved Agustus 22, 2019, from ojshafshawaty.ac.id:
http://www.ojshafshawaty.ac.id/index.php/jikes/article/viewFile/101/45

Putri, E. T. (2016). Konsep Caring. Makassar: Erlangga.

Samu, N. (n.d.). Konsep Caring. Retrieved Agustus 22, 2019, from academia.edu:
https://www.academia.edu/9623536/BAB_2_TINJAUAN_PUSTAKA_2.1_K
onsep_Caring

ShiyoonCr, Y. (n.d.). Konsep Caring. Retrieved Agustus 22, 2019, from academia.edu:
https://www.academia.edu/17473705/KONSEP_CARING

Afifah, Efy. Konsep Caring. Di ambil dari http://staff.ui.ac.id

Potter, P. A. & Perry A. G. (2009). Fundamental Keperawatan Edisi 7 Buku I.


Terjemahan Salemba Medika: Jakarta

Asmadi, (2008). Konsep dasar keperawatan. Jakarta: Penerbit Buku Kedoktern EGC

34
Perry , Potter. (2013). Fundamentals of Nursing Eighth Edition. Elsevier Health Sciences.

Potter, Patricia A. Dan Anne G. Perry. 2009. Fundamental Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika

Kusmiran, Eny. (2019). Soft Skills Caring dalam Pelayanan Keperawatan (Edisi
2).Jakarta Timur: Trans Info Media (TIM)
Kozier, barbara, dkk. 2010. Fundamental Keperawatan. Jakarta:EGC
Ilmu Keperawatan. Jilid 1/ P.J.M.Steven, F.Bordui, W.E van der wedye, alih bahasa.J.A.
Tomasoa, Editor edisi bahasa indonesia, Mon ica ester-Ed 2. Jakarta:EGC.1999
Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 1239/Menkes/SK/XI/2001 tentang Registrasi dan Praktik
Keperawatan

JOURNAL REFERENCE :

Jean Watson, International Journal of Nursing Sciences


Journal file:///C:/Users/user/Music/CARING/IJNSarticle-
Jan2019.pdf

Krisen M Swanson, Asian Journal of Nursing Education and Research

http://ajner.com/HTMLPaper.aspx?Journal=Asian%20Journal%20of%20Nursing%20
Education%20and%20Research;PID=2018-8-1-36

Sobel, American Journal of Nursing

https://journals.lww.com/ajnonline/Citation/1969/12000/Human_Caring.28.aspx#pdf-
link

Jurnal Kesehatan Vokasional


file:///C:/Users/user/Downloads/40957-120120-1-PB.pdf
Simon Roach,
file:///C:/Users/user/Downloads/10.5923.j.nursing.20150501.01%20(1).pdf

35
36

Anda mungkin juga menyukai