Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH

KONSEP DASAR KEPERAWATAN 1

KONSEP CARING DAN APLIKASINYA DALAM KEHIDUPAN

SEHARI-HARI

Dosen : Ns Agustina Nugrahini, M.Si

Oleh :

Kelompok 7

1. Dessy Natalia (2018.C.10a.0932)


2. Jekly Lukman Warihani (2018.C.10a.0938)
3. Wuci Lisan Zena (2018.C.10a.0954)

YAYASAN EKA HARAP PALANGKA RAYA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
TAHUN AJARAN 2018/2019

1
Kata Pengantar

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat, serta
hidayahnya sehingga kami bisa menyelesaikan makalah mata kuliah konsep dasar
keperawatan 1.
Penyelesaian tugas ini tidak lepas dari dukungan dan bantuan dari berbagai
pihak, termasuk dosen mata kuliah yang telah membimbing kami hingga akhir
penulisan dan memberikan dukungan dan motivasi, dan semua pihak terkait yang
telah membantu yang tidak bisa kami sebutkan satu persatu kami mengucapkan
terima kasih.
Kami sadar bahwa dalam pembuatan makalah ini masih banyak terdapat
kekurangan, sehingga kritik dan saran selalu kami nantikan demi kesempurnaan
makalah ini, dan semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.

Palangka Raya, 24 Oktober 2018

Penyusun

2
Daftar Isi

KATA PENGANTAR

Daftar isi

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang..............................................................................4


1.2 Rumusan Masalah.........................................................................4
1.3 Tujuan...........................................................................................5

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Caring Secara Umum.................................................6


2.2 Perbedaan Caring Dan Curing.....................................................10
2.3 Perilaku Caring Yang Dapat Ditemui Dalam Tatanan
Keperawatan................................................................................11
2.4 Pengertian Transcultural Nursing................................................14
2.5 Aplikasi Traskultural Nursing Pada Beberapa Masalah
Kesehatan....................................................................................16

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan..................................................................................23
3.2 Saran............................................................................................23

Daftar Pustaka

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Di era globalisasi ini, segala bidang kehidupan sedang mengalami
perkembangan bahkan kemajuan. Salah satunya adalah bidang pelayanan
kesehatan.bidang pelayanan kesehatan tidak hanya sarana dan prasarana yang
mengalami kemajuan,tetapi juga profesionalisme dari tenaga kesehatan.
Lingkungan kesehatan seperti rumah sakit,perawat akan berhadapan
dengan klien dan tenaga kesehatn lainnya. Oleh karena itu, Perawat harus
terus meningkatkan profesionalismenya, yaitu meningkatkan perilaku caring.
Caring bukan semata-mata perilaku.
Caring adalah cara yang memiliki makna dan memotivasi tindakan.
Caring juga didefinisikan sebagai tindakan yang bertujuan memberikan
asuhan fisik dan memperhatikan emosi sambil meningkatkan rasa aman dan
keselamatan klien (Carruth et all, 1999).

1.2 Rumusan Masalah


1. Apakah pengertian konsep caring secara umum dalam keperawatan ?
2. Bagaimana perbedaan antara caring dan curing ?
3. Apa saja prilaku caring yang dapat ditemui dalam tatanan pelayanan
kesehatan ?
4. Apa pengertian transkultural nursing ?
5. Apa saja contoh-contoh aplikasi traskultural nursing pada beberapa
masalah kesehatan ?

4
1.3 Tujuan
Makalah ini disusun dalam rangka menyelesaikan tugas mata kuliah
Konsep Dasar Keperawatan I, menambah wawasan tentang Konsep Caring di
Sepanjang Rentang Kehidupan, agar kami mahasiswa mengerti tentang
bagaimana perilaku caring dalam proses dan praktik keperawatan, dan sebagai
salah satu sarana belajar mahasiswa.

5
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Caring Secara Umum


Secara bahasa, istilah caring diartikan sebagai tindakan kepedulian.
Caring secara umum dapat diartikan sebagai suatu kemampuan untuk
berdedikasi bagi orang lain, pengawasan dengan waspada, serta suatu
perasaaan empati pada orang lain dan perasaan cinta atau menyayangi.
Adapun care yaitu fenomena yang berhubungan dengan orang, bimbingan,
bantuan, dukungan perilaku kepada individu, keluarga, kelompok dengan
adanya kejadian untuk memenuhi kebutuhan aktual maupun potensial untuk
meningkatkan kondisi dan kualitas kehidupan manusia. Sedangkan caring
adalah tindakan nyata dari care yang menunjukkan suatu rasa kepedulian.
Terdapat beberapa pengertian caring menurut beberapa ahli, antara lain :
a. Florence nightingale (1860) : caring adalah tindakan yang menunjukkan
pemanfaatan lingkungan pasien dalam membantu penyembuhan,
memberikan lingkungan bersih, ventilasi yang baik dan tenang kepada
pasien.
b. Delores gaut (1984) : caring tidak mempunyai pengertian yang tegas,
tetapi ada tiga makna dimana ketiganya tidak dapat dipisahkan, yaitu
perhatian, bertanggung jawab, dan ikhlas.
c. Crips dan Taylor (2001) : caring merupakan fenomena universal yang
mempengaruhi bagaimana seseorang berpikir, merasakan, dan berperilaku
dalam hubungannya dengan orang lain.
d. Rubenfild (1999) : caring yaitu memberikan asuhan, tanggunggung
jawab, dan ikhlas.
e. Crips dan Taylor (2001) : caring merupakan fenomena universal yang
mempengaruhi bagaimana seseorang berpikir, merasakan, dan berperilaku
dalam hubungannya dengan orang lain.
f. Rubenfild (1999) : caring yaitu memberikan asuhan, dukungan emosional
pada klien, keluarga, dan kerabatnya secara verbal maupun nonverbal.

6
g. Jean watson (1985) : caring merupakan komitmen moral untuk
melindungi, mempertahankan, dan meningkatkan emosional pada klien,
keluarga, dan kerabatnya secara verbal maupun nonverbal.
h. Jean watson (1985) : caring merupakan komitmen moral untuk
melindungi, mempertahankan, dan meningkatkan martabat manusia.

Dari beberapa pengertian tersebut, dapat dipersingkat bahwa


pengertian caring secara umum adalah suatu tindakan moral atas dasar
kemanusiaan, sebagai suatu cerminan perhatian, perasaan empati dan kasih
sayang kepada orang lain, dilakukan dengan cara memberikan tindakan nyata
kepedulian, dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas dan kondisi
kehidupan orang tersebut. Caring merupakan inti dari keperawatan.

A. Persepsi Klien Tentang Caring


Penelitian tentang persepsi klien penting karena pelayanan kesehatan
merupakan fokus terbesar dari tingkat kepuasan klien. Jika klien merasakan
penyelenggaraan pelayanan kesaehatan bersikap sensitif, simpatik, merasa
kasihan, dan tertarik terhadap mereka sebagai individu, mereka biasanya
menjadi teman sekerja yang aktif dalam merencanakan perawatan ( Attree,
2001 ). Klien dalam penelitian ini menunjukkan bahwa mereka semakin puas
saat perawat melakukan caring.
Biasanya klien dan perawat melakukan persepsi yang berbeda tentang
caring ( Mayer, 1987; Wolf, Miller, dan Devine, 2003 ). Untuk alasan
tersebut, fokuskan pada membangun suatu hubungan yang membuat perawat
mengetahui apa yang penting bagi klien. Contoh, perawat mempunyai klien
yang takut untuk dipasang kateter intravena, perawat tersebut adalah perawat
yang belum terampil dalam memasukkan kateter intravena. Perawat tersebut
memutuskan bahwa klien akan lebih diuntungkan jika dibantu oleh perawat
yang sudah terampil daripada memberikan penjelasan prosedur untuk
mengurangi kecemasan. Dengan mengetahui siapa klien, dapat membantu
perawat dalam memilih pendekatan yang paling sesuai dengan kebutuhan
klien.

7
B. Etika Pelayanan
Watson ( 1988 ) menyarankan agar caring sebagai suatu sikap moral yang
ideal, memberikan sikap pendirian terhadap pihak yang melakukan intervensi
seperti perawat. Sikap pendirian ini perlu untuk menjamin bahwa perawat
bekerja sesuai standar etika untuk tujuan dan motivasi yang baik. Kata etika
merujuk pada kebiasaan yang benar dan yang salah.
Dalam setiap pertemuan dengan klien, perawat harus mengetahui
kebiasaan apa yang sesuai secara etika. Etika keperawatan bersikap unik,
sehingga perawat tidak boleh membuat keputusan hanya berdasarkan prinsip
intelektual atau analisis.
Etika keperawatan berfokus pada hubungan antara individu dengan
karakter dan sikap perawat terhadap orang lain. Etika keperawatan
menempatkan perawat sebagai penolong klien, memecahkan dilema etis
dengan cara menghadirkan hubungan dan memberikan prioritas kepada klien
dengan kepribadian khusus.
Nurse Caring Behavior
1. Persepsi klien wanita ( Riemen, 1986 )
 Berespon terhadap keunikan klien
 Memahami dan mendukung perhatian klien
 Hadir secara fisik
 Memiliki sikap dan menunjukkan prilaku yang membuat klien
merasa dihargai sebagai manusia
 Kembali ke klien dengan sukarela tanpa diminta
 Menunjukkan perhatian yang memberi kenyamanan dan
merelaksasi klien
 Bersuara halus dan lembut
 Memberi perasaan nyaman

8
2. Persepsi klien pria ( Riemen, 1986 )
 Hadir secara fisik sehingga klien merasa dihargai
 Kembali ke klien dengan sukarela tanpa diminta
 Membuat klien merasa nyaman, relaks, dan aman
 Hadir untuk memberi kenyamanan dan memenuhi kebutuhan klien
sebelum diminta
 Menggunakan suara dan sikap yang baik, halus, lembut dan
menyenangkan
3. Persepsi klien kanker dan keluarga ( Mayer, 1986 )
 Mengetahui bagaimana memberikan injeksi dan mengelola
peralatan
 Bersikap ceria
 Mendorong klien untuk menghubungi perawat bila klien
mempunyai masalah
 Mengutamakan atau mendahulukan kepentingan klien
 Mengantisipasi pengalaman pertama adalah yang terberat
4. Persepsi klien dewasa yang dirawat ( Brown, 1986 )
 Kehadirannya menentramkan hati
 Memberikan informasi
 Mendemonstrasikan pengetahuan dan keterampilan professional
 Mampu menangani nyeri atau rasa sakit
 Memberi waktu yang lebih banyak dari yang dibutuhkan
 Mempromosikan otonomi
 Mengenali kualitas dan kebutuhan individual
 Selalu mengawasi klien
5. Persepsi dari keluarga
 Jujur
 Memberikan penjelasan dengan jelas
 Selalu menginformasikan keluarga
 Mencoba untuk membuat klien nyaman
 Menunjukkan minat dalam menjawab pertanyaan

9
 Memberikan perawatan emergensi bila perlu
 Menjawab pertanyaan anggota keluarga secara jujur, terbuka dan
ikhlas
 Mengijinkan klien melakukan sesuatu untuk dirinya sebisa
mungkin
 Mengajarkan keluarga cara memelihara kondisi fisik yang lebih
nyaman

2.2 Perbedaan Caring dan Curing


Keperawatan sebagai suatu profesi dan berdasarkan pengakuan masyarakat
adalah ilmu kesehatan tentang asuhan atau pelayanan keperawatan atau The
Health Science of Caring (Lindberg,1990:40). Secara bahasa, caring dapat
diartikan sebagai tindakan kepedulian dan curing dapat diartikan sebagai
tindakan pengobatan. Namun, secara istilah caring dapat diartikan
memberikan bantuan kepada individu atau sebagai advokasi pada individu
yang tidak mampu memenuhi kebutuhan dasarnya. Sedangkan curing adalah
upaya kesehatan dari kegiatan dokter dalam prakteknya untuk mengobati
klien. Dalam penerapannya, konsep caring dan curing mempunyai beberapa
perbedaan, diantaranya:
1. Caring merupakan tugas primer perawat dan curing adalah tugas
sekunder. Maksudnya seorang perawat lebih melakukan tindakan
kepedulian terhadap klien daripada memberikan tindakan medis. Oleh
karena itu, caring lebih identik dengan perawat.

2. Curing merupakan tugas primer seorang dokter dan caring adalah tugas
sekunder. Maksudnya seorang dokter lebih melibatkan tindakan medis
tanpa melakukan tindakan caring yang berarti. Oleh karena itu, curing
lebih identik dengan dokter.

3. Dalam pelayanan kesehatan klien yang dilakukan perawat, ¾ nya


adalah caring dan ¼ nya adalah curing.

10
4. Caring bersifat lebih “Healthogenic” daripada curing. Maksudnya caring
lebih menekankan pada peningkatan kesehatan daripada pengobatan. Di
dalam praktiknya, caring mengintegrasikan pengetahuan biofisik dan
pengetahuan perilaku manusia untuk meningkatkan derajat kesehatan dan
untuk menyediakan pelayanan bagi mereka yang sakit.

5. Tujuan caring adalah membantu pelaksanaan rencana pengobatan/terapi


dan membantu klien beradaptasi dengan masalah kesehatan, mandiri
memenuhi kebutuhan dasarnya, mencegah penyakit, meningkatkan
kesehatan dan meningkatkan fungsi tubuh sedangkan tujuan curing
adalah menentukan dan menyingkirkan penyebab penyakit atau
mengubah problem penyakit dan penanganannya.

6. Diagnosa dalam konsep curing dilakukan dengan mengungkapkan


penyakit yang diderita sedangkan diagnosa dalam konsep caring
dilakukan dengan identifikasi masalah dan penyebab berdasarkan
kebutuhan dan respon klien.

2.3 Perilaku Caring Yang Dapat Ditemui Dalam Tatanan Keperawatan


Caring bukanlah sesuatu yang dapat diajarkan, tetapi merupakan hasil dari
kebudayaan, nilai-nilai, pengalaman, dan dari hubungan dengan orang lain.
Sikap keperawatan yang berhubungan dengan caring adalah kehadiran,
sentuhan kasih sayang, mendengarkan, memahami klien, caring dalam
spiritual, dan perawatan keluarga.
a. Kehadiran
Kehadiran adalah suatu pertemuan antara seseorang dengan
seseorang lainnya yang merupakan sarana untuk mendekatkan diri dan
menyampaikan manfaat caring. Menurut Fredriksson (1999), kehadiran
berarti “ada di” dan “ada dengan”. “Ada di” berarti kehadiran tidak
hanya dalam bentuk fisik, melainkan juga komunikasi dan pengertian.
Sedangkan “ada dengan” berarti perawata selalu bersedia dan ada untuk

11
klien (Pederson, 1993). Kehadiran seorang perawat membantu
menenangkan rasa cemas dan takut klien karena situasi tertekan.

b. Sentuhan
Sentuhan merupakan salah satu pendekatan yang menenangkan
dimana perawat dapat mendekatkan diri dengan klien untuk memberikan
perhatian dan dukungan. Ada dua jenis sentuhan, yaitu sentuhan kontak
dan sentuhan non-kontak. Sentuhan kontak merupakan sentuhan
langsung kullit dengan kulit. Sedangkan sentuhan non-kontak merupakan
kontak mata. Kedua jenis sentuhan ini digambarkn dalam tiga kategori :
1) Sentuhan Berorientasi-tugas
Saat melaksanakan tugas dan prosedur, perawat menggunakan
sentuhan ini. Perlakuan yang ramah dan cekatan ketika melaksanakan
prosedur akan memberikan rasa aman kepada klien. Prosedur
dilakukan secara hati-hati dan atas pertimbangan kebutuhan klien.
2) Sentuhan Pelayanan (Caring)
sentuhan caring adalah memegang tangan klien, memijat punggung
klien, menempatkan klien dengan hati-hati, atau terlibat dalam
pembicaraan (komunikasi non-verbal). Sentuhan ini dapat
mempengaruhi keamanan dan kenyamanan klien, meningkatkan harga
diri, dan memperbaiki orientasi tentang kanyataan (Boyek dan
Watson, 1994).
3) Sentuhan Perlindungan
Sentuhan ini merupakan suatu bentuk sentuhan yang digunakan untuk
melindungi perawat dan/atau klien (fredriksson, 1999). Contoh dari
sentuhan perlindungan adalah mencegah terjadinya kecelakaan dengan
cara menjaga dan mengingatkan klien agar tidak terjatuh. Sentuhan
dapat menimbulkan berbagai pesan, oleh karena itu harus digunakan
secara bijaksana.

12
c. Mendengarkan
Untuk lebih mengerti dan memahami kebutuhan klien,
mendengarkan merupakan kunci, sebab hal ini menunjukkan perhatian
penuh dan ketertarikan perawat. Mendengarkan membantu perawat
dalam memahami dan mengerti maksud klien dan membantu menolong
klien mencari cara untuk mendapatkan kedamaian.

d. Memahami klien
Salah satu proses caring menurut Swanson (1991) adalah
memahami klien. Memahami klien sebagai inti suatu proses digunakan
perawat dalam membuat keputusan klinis. Memahami klien merupakan
pemahaman perawat terhadap klien sebagai acuan melakukan intervensi
berikutnya (Radwin,1995). Pemahaman klien merupakan gerbang
penentu pelayanan sehingga, antara klien dan perawat terjalin suatu
hubungan yang baik dan saling memahami.

e. Caring Dalam Spiritual


Kepercayaan dan harapan individu mempunyai pengaruh terhadap
kesehatan fisik seseorang. Spiritual menawarkan rasa keterikatan yang
baik, baik melalui hubungan intrapersonal atau hubungan dengan dirinya
sendiri, interpersonal atau hubungan dengan orang lain dan lingkungan,
serta transpersonal atau hubungan dengan Tuhan atau kekuatan tertinggi.
Hubungan caring terjalin dengan baik apabila antara perawat dan
klien dapat memahami satu sama lain sehingga keduanya bisa menjalin
hubungan yang baik dengan melakukan hal seperti, mengerahkan
harapan bagi klien dan perawat; mendapatkan pengertian tentang gejala,
penyakit, atau perasaan yang diterima klien; membantu klien dalam
menggunakan sumber daya sosial, emosional, atau spiritual; memahami
bahwa hubungan caring menghubungkan manusia dengan manusia, roh
dengan roh.

13
f. Perawatan Keluarga
Keluarga merupakan sumber daya penting. Keberhasilan intervensi
keperawatan sering bergantung pada keinginan keluarga untuk berbagi
informasi dengan perawat untuk menyampaikan terapi yang dianjurkan.
Menjamin kesehatan klien dan membantu keluarga untuk aktif dalam
proses penyembuhan klien merupakan tugas penting anggota keluarga.
Menunjukkan perawatan keluarga dan perhatian pada klien membuat
suatu keterbukaan yang kemudian dapat membentuk hubungan yang baik
dengan anggota keluarga klien.

2.4 Pengertian Transcultural Nursing


Transcultural Nursing adalah suatu keilmuwan budaya pada proses belajar
dan praktek keperawatan yang fokus memandang perbedaan dan kesamaan
diantara budaya dengan menghargai asuhan, sehat dan sakit didasarkan pada
nilai budaya manusia, kepercayaan dan tindakan, dan ilmu ini digunakan
untuk memberikan asuhan keperawatan khususnya budaya atau keutuhan
budaya kepada manusia (Leininger, 2002).
A. Konsep Transcultural Nursing
Keperawatan transkultural adalah ilmu dan kiat yang humanis yang
difokuskan pada prilaku individu atau kelompok, serta proses untuk
mempertahankan atau meningkatkan perilaku sehat dan perilaku sakit
secara fisik dan psikokultural sesuai latar belakang budaya. (Leininger,
2002).
Konsep Utama Transcultural Nursing:
Care : perawat memberikan bimbingan dukungan kepada klien untuk
meningkatkan kondisi klien
Caring : tindakan mendukung, berbentuk aksi atau tindakan
Culture : perawat mempelajari, saling share/berbagi pemahaman tentang
kepercayaan dan budaya klien
Cultural care : kemampuan kognitif untuk mengetahui nilai, norma/
kepercayaan

14
Nilai kultur : keputusan/kelayakan untuk bertindak
Perbedaan kultur : berupa variasi-variasi pola nilai yang ada di masyarakat
mengenai keperawatan
Cultural care university : hal-hal umum dalam sistem nilai, norma dan
budaya
Etnosentris : keyakinan ide, nilai, norma, kepercayaan lebih tinggi dari
yang lain
Cultural Imposion : kecenderungan tenaga kesehatan memaksakan
kepercayaan kepada klien

B. Peran dan Fungsi Transkultural


Budaya mempunyai pengaruh luas terhadap kehidupan individu . Oleh
sebab itu , penting bagi perawat mengenal latar belakang budaya orang
yang dirawat ( Pasien ). Misalnya kebiasaan hidup sehari-hari, seperti
tidur, makan, kebersihan diri, pekerjaan, pergaulan social, praktik
kesehatan , pendidikan anak ekspresi perasaan, hubungan kekeluargaaan,
peranan masing-masing orang menurut umur. Kultur juga terbagi dalam
subkultur .
Subkultur adalah kelompok pada suatu kultur yang tidak seluruhnya
mengaanut pandangan keompok kultur yang lebih besar atau memberi
makna yang berbeda . Kebiasaan hidup juga saling berkaitan dengan
kebiasaan cultural.
Nilai – nilai budaya Timur , menyebabkan sulitnya wanita yang hamil
mendapat pelayanan dari dokter pria . Dalam beberapa setting , lebih
mudah menerima pelayanan kesehatan pre-natal dari dokter wanita dan
bidan . Hal ini menunjukkan bahwa budaya Timur masih kental dengan hal
– hal yang dianggap tabu.
Dalam tahun – tahun terakhir ini , makin ditekankan pentingknya
pengaruh kultur terhadap pelayanan perawatan . Perawatan Transkultural
merupakan bidang yang relative baru ; ia berfokus pada studi
perbandingan nilai – nilai dan praktik budaya tentang kesehatan dan
hubungannya dengan perawatannya . Leininger ( 1991 ) mengatakan

15
bahwa transcultural nursing merupakan suatu area kajian ilmiah yang
berkaitan dengan perbedaan maupun kesamaan nilai – nilai budaya ( nilai
budaya yang berbeda ras , yang mempengaruhi pada seseorang perawat
saat melakukan asuhan keperawatan kepada pasien. Perawatan
transkultural adalah berkaitan dengan praktik budaya yang ditujukan untuk
pemujaan dan pengobatan rakyat (tradisional) . Caring practices adalah
kegiatan perlindungan dan bantuan yang berkaitan dengan kesehatan.
Menurut Dr. Madelini Leininger , studi praktik pelayanan kesehatan
transkultural adalah berfungsi untuk meningkatkan pemahaman atas
tingkah laku manusia dalam kaitan dengan kesehatannya . Dengan
mengidentifikasi praktik kesehatan dalam berbagai budaya ( kultur ) , baik
di masa lampau maupun zaman sekarang akan terkumpul persamaan –
persamaan . Lininger berpendapat , kombinasi pengetahuan tentang pola
praktik transkultural dengan kemajuan teknologi dapat menyebabkan
makin sempurnanya pelayanan perawatan dan kesehatan orang banyak dan
berbagai kultur.

2.5 Aplikasi Traskultural Nursing Pada Beberapa Masalah Kesehatan


A. Aplikasi Transkultural Pada Masalah Penyakit Kronik
Penyakit kronik adalah penyakit yang timbul bukan secara tiba-
tiba, melainkan akumulasi dari sesuatu penyakit hingga akhirnya
menyebabkan penyakit itu sendiri. (Kalbe medical portal) Penyakit kronik
ditandai banyak penyebab. Contoh penyakit kronis adalah diabetes,
penyakit jantung, asma, hipertensi dan masih banyak lainnya. Ada
hubungan antara penyakit kronis dengan depresi. Depresi adalah kondisi
kronis yang mempengaruhi pikiran seseorang, perasaan dan perilaku
sehingga sulit untuk mengatasi peristiwa kehidupan sehari-hari.
Seseorang yang menderita depresi memiliki kemungkinan lebih
tinggi menderita penyakit kronis seperti diabetes, penyakit jantung atau
asma. Penyebab depresi itu sendiri kompleks, terkait dengan lingkungan
interaksi seseorang maupun kepribadiaannya sendiri. Beberapa faktor
penyebab umum adalah:

16
• Faktor herediter • Trauma

• Isolasi atau kesepian • Pengangguran

• konflik Keluarga • Kesulitan penyelesaian

• Stres • Nyeri

Berbagai jenis depresi memerlukan cara yang berbeda dalam jenis


pengobatannya. Untuk depresi ringan, dapat dianjurkan untuk melakukan
kegiatan-kegiatan tertentu. Dalam kasus depresi parah, dianjurkan untuk
mengkonsumsi obat dan psikoterapi. Salah satu pendekatan yang muncul
menjadi lebih umum untuk segala bentuk depresi adalah manajemen diri.
Manajemen diri mengacu pada strategi orang menggunakan untuk
berurusan dengan kondisi mereka. Dimana seseorang melibatkan tindakan,
sikap atau tujuan dalam mengambil atau membuat keputusan untuk
mempertahankan dan meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan.

Pengobatan terhadap penyakit kronik yang telah dilakukan di


masyarakat saat ini amat beragam. Tidak dapat dipungkiri bahwa sistem
pengobatan tradisional juga merupakan sub unsur kebudayaan masyarakat
sederhana yang telah dijadikan sebagai salah satu cara pengobatan.
Pengobatan inilah yang juga menjadi aplikasi dari transkultural dalam
mengobati suatu penyakit kronik. Pengobatan tradisional ini dilakukan
berdasarkan budaya yang telah diwariskan turun-temurun. Beberapa
contohnya adalah sebagai berikut:

1. Masyarakat negeri Pangean lebih memilih menggunakan ramuan


dukun untuk menyembuhkan penyakit TBC, yaitu daun waru yang
diremas dan airnya dimasak sebanyak setengah gelas.
2. Masyarakat di Papua percaya bahwa penyakit malaria dapat
disembuhkan dengan cara minta ampun kepada penguasa hutan lalu
memetik daun untuk dibuat ramuan untuk diminum dan dioleskan ke
seluruh tubuh.

17
3. Masyarakat Jawa memakan pisang emas bersamaan dengan kutu
kepala (Jawa: tuma) tiga kali sehari untuk pengobatan penyakit
kuning.
Pengobatan tradisional yang sering dipakai berupa pemanfaatan
bahan-bahan herbal. Herba sambiloto menjadi sebuah contoh yang
khasiatnya dipercaya oleh masyarakat dapat mengobati penyakit-
penyakit kronik, seperti hepatitis, radang paru (pneumonia), radang
saluran nafas (bronchitis), radang ginjal (pielonefritis), radang telinga
tengah (OMA), radang usus buntu, kencing nanah (gonore), kencing
manis (diabetes melitus). Daun lidah budaya dan tanaman pare juga
dijadikan sebagai pengobatan herbal. Tumbuhan tersebut berkhasiat
menyebuhkan diabetes melitus.
Tidak hanya di Indonesia, di luar negeri pun masih ada negara
yang meyakini bahwa pengobatan medis bukan satu-satunya cara
mengobati penyakit kronik. Misalnya, di Afrika, penduduk Afrika
masih memiliki keyakinan tradisional tentang kesehatan dan penyakit.
Mereka menganggap bahwa obat-obatan tradisional sudah cukup
untuk mengganti produk yag akan dibeli, bahkan mereka
menggunakan dukun sebagai penyembuh tradisional. Hal seperti ini
juga terjadi di Amerika, Eropa, dan Asia.

B. Aplikasi Transkultural Pada Gangguan Nyeri


Nyeri adalah pengalaman sensori dan emosional yang tidak
menyenangkan akibat dari kerusakan jaringan yang actual atau potensial.
Nyeri adalah alasan utama seseorang untuk mencari bantuan perawatan
kesehatan. Selanjutnya, definisi nyeri menurut keperawatan adalah apapun
yang menyakitkan tubuh yang dikatakan individu yang mengalaminya,
yang ada kapanpun individu mengatakannya. Peraturan utama dalam
merawat pasien nyeri adalah bahwa semua nyeri adalah nyata, meskipun
penyebabnya belum diketahui. Keberadaan nyeri adalah berdasarkan
hanya pada laporan pasien bahwa nyeri itu ada.

18
Aplikasi transkultural pada gangguan nyeri baik yang dilakukan oleh
pasien berdasarkan apa yang dipercaya olehnya atau yang dilakukan oleh
perawat setelah melakukan pengkajian tentang latar belakang budaya pasien
adalah sebagai berikut:
a) Dengan membatasi gerak dan istirahat. Seorang pasien yang mengalami
nyeri diharuskan untuk tidak banyak bergerak karena jika banyak
bergerak dapat memperparah dan menyebabkan nyeri berlangsung lama.
Menurut pandangan umat Islam, seseorang yang menderita nyeri untuk
mengurangi tau meredakannya dengan posisi istirahat atau tidur yang
benar yaitu badan lurus dan dimiringkan ke sebelah kanan. Hal ini
menurut sunah rasul. Dengan posisi tersebut diharapkan dapat meredakan
nyeri karena peredaran darah yang lancer akibat jantung yang tidak
tertindih badan sehingga dapat bekerja maksimal.
b) Mengkonsumsi obat-obatan tradisional. Beberapa orang mempercayai
bahwa ada beberapa obat tradisional yang dapat meredakan nyeri bahkan
lebih manjur dari obat yang diberikan oleh dokter. Misalnya, obat urut
dan tulang ‘Dapol Siburuk’ dari burung siburuk yang digunakan oleh
masyarakat Batak.
c) Dengan dipijat atau semacamnya. Kebanyakan orang mempercayai
dengan dipijat atau semacamnya dapat meredakan nyeri dengan waktu
yang singkat. Namun, harus diperhatikan bahwa apabila salah memijat
akan menyebabkan bertambah nyeri atau hal-hal lain yang merugikan
penderita. Dalam budaya Jawa ada yang disebut dukun pijat yang sering
didatangi orang banyak apabila mengalami keluhan nyeri misalnya kaki
terkilir.

Dalam menerapkan transkultural pada gangguan nyeri harus tetap


mempertahankan baik buruknya bagi si pasien. Semua aplikasi
transkultural sebaiknya dikonsultasikan kepada pihak medis agar tidak
menimbulkan hal yang tidak diinginkan.

19
C. Aplikasi Transkultural Pada Gangguan Kesehatan Mental
Berbagai tingkahlaku luar biasa yang dianggap oleh psikiater barat sebagai
penyakit jiwa ditemukan secara luas pada berbagai masyarakat non-barat.
Adanya variasi yang luas dari kelompok sindroma dan nama-nama untuk
menyebutkannya dalam berbagai masyarakat dunia, Barat maupun non-Barat,
telah mendorong para ilmuwan mengenai tingkahlaku untuk menyatakan
bahwa penyakit jiwa adalah suatu ‘mitos’, suatu fenomena sosiologis, suatu
hasil dari angota-anggota masyarakat yang ‘beres’ yang merasa bahwa mereka
membutuhkan sarana untuk menjelaskan, memberi sanksi dan mengendalikan
tingkah laku sesama mereka yang menyimpang atau yang berbahaya, tingkah
laku yang kadang-kadang hanya berbeda dengan tingkahlaku mereka sendiri.
Penyakit jiwa tidak hanya merupakan ‘mitos’, juga bukan semata-semata suatu
masalah sosial belaka. Memang benar-benar ada gangguan dalam pikiran,
perasaan dan tingkah laku yang membutuhkan pengaturan pengobatan.
Nampaknya, sejumlah besar penyakit jiwa non-barat lebih dijelaskan secara
personalistik daripada naturalistik.
Sebagaimana halnya dengan generalisasi, selalu ada hal-hal yang tidak
dapat dimasukkan secara tepat ke dalam skema besar tersebut. Kepercayaan
yang tersebar luas bahwa pengalaman-pengalaman emosional yang kuat seperti
iri, takut, sedih, malu, dapat mengakibatkan penyakit, tidaklah tepat untuk
diletakkan di dalam salah satu dari dua kategori besar tersebut. Mungkin dapat
dikatakan bahwa tergantung situasi dan kondisi, kepercayaan-kepercayaan
tersebut boleh dikatakan cocok untuk dikelompokkan ke dalam salah satu
kategori. Misalnya, susto, penyakit yang disebabkan oleh ketakutan, tersebar
luas di Amerika Latin dan merupakan angan-angan. Seseorang mungkin
menjadi takut karena bertemu dengan hantu, roh, setan, atau karena hal-hal
yang sepele, seperti jatuh di air sehingga takut akan mati tenggelam. Apabila
agen-nya berniat jahat, etiologinya sudah tentu bersifat personalistik. Namun,
kejadian-kejadian tersebut sering merupakan suatu kebetulan atau kecelakaan
belaka bukan karena tindakan yang disengaja. Dalam ketakutan akan kematian
karena tenggelam, tidak terdapat agen-agen apa pun.

20
Kepercayaan-kepercayaan yang sudah dijelaskan di atas menimbulkan
pemikiran-pemikiran untuk melakukan berbagai pengobatan jika sudah terkena
agen. Kebanyakan pengobatan yang dilakukan yaitu mendatangi dukun-dukun
atau tabib-tabib yang sudah dipercaya penuh. Terlebih lagi untuk pengobatan
gangguan mental, hampir seluruh masyarakat desa mendatangi dukun-dukun
karena mereka percaya bahwa masalah gangguan jiwa/mental disebabkan oleh
gangguan ruh jahat. Dukun-dukun biasanya melakukan pengobatan dengan
cara mengambil dedaunan yang dianggap sakral, lalu menyapukannya ke
seluruh tubuh pasien. Ada juga yang melakukan pengobatan dengan cara
menyuruh pihak keluarga pasien untuk membawa sesajen seperti, berbagai
macam bunga atau binatang ternak.
Para ahli antropologi menaruh perhatian pada ciri-ciri psikologis shaman.
Shaman adalah seorang yang tidak stabil dan sering mengalami delusi, dan
mungkin ia adalah seorang wadam atau homoseksual.namun apabila
ketidakstabilan jiwanya secara budaya diarahkan pada bentuk-bentuk
konstruktif, maka individu tersebut dibedakan dari orang-orang lain yang
mungkin menunjukkan tingkahlaku serupa, namun digolongkan sebagai
abnormal oleh para warga masyarakatnya dan merupakan subyek dari upacara-
upacara penyembuhan. Dalam pengobatan, shaman biasanya berada dalam
keadaan kesurupan (tidak sadar), dimana mereka berhubungan dengan roh
pembinanya untuk mendiagnosis penyakit. para penganut paham kebudayaan
relativisme yang ekstrim menggunakan contoh shamanisme sebagai hambatan
utama dalam arguentasi mereka bahwa apa yang disebut penyakit jiwa adalah
sesuatu yang bersifat kebudayaan.
Dalam banyak masyarakat non-Barat, orang yang menunjukkan
tingkahlaku abnormal tetapi tidak bersifat galak maka sering diberi kebebasan
gerak dalam masyarakat mereka, kebutuhan mereka dipenuhi oleh anggota
keluarga mereka. Namun, jika mereka mengganggu, mereka akan dibawa ke
sutu temapt di semak-semak untuk ikuci di kamrnya. Sebuah pintu khusus (2 x
2 kaki) dibuat dalam rumah, cukup untuk meyodorkan makanan saja bagi
mereka dan sebuah pintu keluar untuk keluar masuk komunitinya.

21
Usaha-usaha untuk membandingkan tipe-tipe gangguan jiwa secara lintas-
budaya umumnya tidak berhasil, sebagian disebabkan oleh kesulitan-kesulitan
pada tahapan penelitian untuk membongkar apa yang diperkirakan sebagai
gejala primer dari gejala sekunder. Misalnya, gejala-gejala primer yaitu yang
menjadi dasar bagi depresi. Muncul lebih dulu dan merupakan inti dari
gangguan. Gejala-gejala sekunder dilihat sebagai reaksi individu terhadap
penyakitya ; gejala-gejala tersebut berkembang karena ia berusaha untuk
menyesuaikan diri dengan tingkahlakunya yang berubah.

22
BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Pelayanan esensial yang diberikan oleh perawat terhadap individu,
keluarga , kelompok dan masyarakat yang mempunyai masalah kesehatan
meliputi promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif dengan menggunakan
proses keperawatan untuk mencapai tingkat kesehatan yang optimal.
Keperwatan adalah suatu bentuk pelayanan professional sebagai bagian
integral pelayanan kesehatan berbentuk pelayanan biologi, psikologi, social
dan spiritual secara komprehensif, ditujukan kepada individu keluarga dan
masyarakat baik sehat maupun sakit mencakup siklus hidup manusia.
Asuhan keperawatan diberikan karena adanya kelemahan fisik maupun
mental, keterbatasan pengetahuan serta kurang kemauan menuju kepada
kemampuan melaksanakan kegiatan sehari-hari secara mandiri. Kegiatan ini
dilakukan dalam upaya peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit,
penyembuhan, pemulihan serta pemeliharaan kesehatan dengan penekanan
pada upaya pelayanan kesehatan utama (Primary Health care) untuk
memungkinkan setiap orang mencapai kemampuan hidup sehat dan produktif.

3.2 SARAN
Dalam penyusunan kurikulum pendidikan perawatan seyogyanya
memasukkan unsur caring dalam setiap mata kuliah. Penekanan pada
humansitik, kepedulian dan kepercayaan, komitmen membantu orang lain dan
berbagai unsur caring yang lain harus sudah dibangun sejak perawat dalam
masa pendidikan. Selain itu perlu dilakukan sosialisasi konsep caring pada
perawat guna memberikan pemahaman yang mendalam tentang apa yang
harus dilakukan perawat agar bersikap caring dalam setiap kontak dengan
pasien. Indikator-indikator caring harus dikenal dan diaplikasikan dalam
perawatan serta dievaluasi secara terus menerus.

23
Daftar Pustaka

Morison & Burnard.2008.Caring & Communicating : the interpersonal


relationship in nursing.Jakarta:EGC.

Potter & Perry.2009.Fundamental of Nursing : Fundamental


Keperawatan.Salemba Medika:Jakarta.

24

Anda mungkin juga menyukai