Anda di halaman 1dari 32

18

2.3 Konsep Penyakit Hipotensi


2.3.1 Definisi
Hipotensi atau tekanan darah rendah adalah suatu keaadan dimana tekanan darah
lebih rendah dari nilai 90/60 mmHg atau tekanan darah cukup rendah, sehingga
menyebabkan gejala-gejala seperti pusing dan pingsan, (A.J Ramadahan, 2010).
Hipotensi atau tekanan darah rendah terjadi jika terdapat ketidakseimbangan antara
kapasitas vaskuler darah dan volume darah atau jika jantung terlalu lemah untuk
menghasilkan tekanan darah yang dapat mendorong darah (Sherwod. 2002)
Hipotensi merupakan suatu keadaan dimana tekanan darah rendah dari 90/60
mmHg sehingga menyebabkan keluhan. Namun, jika tidak terjadi keluhan dapat
dikategorikan kondisi yang normal. Sedangkan tekanan darah adalah tekanan yang
ditimbulkan pada dinding arteri. Tekanan puncak terjadi saat ventrikel berkontraksi dan
disebut tekanan sistolik. Tekanan diastolic adalah tekanan terendah yang terjadi saat
ventrikel beristirahat dan mengisi ruangannya. Tekanan darah biasanya digambarkan
sebagai rasio tekanan sistolik terhadap tekanan diastolic .
Hipotensi adalah tekanan darah rendah sehingga tidak mencukupi untuk perfusi
dan oksigenasi jaringan adekuat. Hipotensi dapat primer atau sekunder (misalnya
penurunan curah jantung, syok hipovolemik, penyakit Addison) atau postural
(ortostatik).
2.3.2 Anatomi Fisiologi
19

Jantung merupakan organ muskuler berbentuk seperti kerucut yang sedikit lebih besar
dari kepalan tangan, terletak miring lebih ke kiri dari bidang tengah di dalam rongga
dada. Jantung memiliki empat buah ruangan yaitu dua buah atrium dan dua buah
ventrikel, sebuah apex dan sebuah basis, serta beberapa facies dan margo.
Jantung berfungsi sebagai pompa yang memberi tekanan pada darah sehingga
menghasilkan gradien tekanan yang dibutuhkan untuk mengalirkan darah sampai ke
jaringan. Salah satu faktor terpenting yang mempengaruhi kerja jantung sebagai
pompa darah adalah curah jantung itu sendiri.
1. Curah Jantung

Curah jantung diartikan sebagai sejumlah volume darah yang dipompa tiap
ventrikel per menit. Faktor penentu curah jantung adalah kecepatan jantung
berdenyut per menit dan volume darah yang dipompa jantung per denyut/ isi
sekuncup ( curah jantung = frekuensi jantung × isi sekuncup ). Kedua variabel
ini dapat dipengaruhi oleh keadaan psikologis dan obat-obatan. Isi sekuncup
jantung sendiri dipengaruhi oleh preload, afterload, dan kontraktilitas
miokardium. Preload adalah derajat peregangan serabut miokardium segera
sebelum kontraksi. Peregangan serabut miokardium bergantung pada volume
darah yang meregangkan ventrikel pada akhir-diastolik. Aliran balik darah vena
ke jantung menentukan volume akhir diastolik ventrikel. Peningkatan aliran
balik vena meningkatkan volume akhir-diastolik ventrikel, yang kemudian
memperkuat peregangan serabut miokardium. Mekanisme Frank-Starling
menyatakan bahwa dalam batas fisiologis, apabila semakin besar peregangan
serabut miokardium pada akhir-diastolik, maka semakin besar kekuatan
kontraksi pada saat diastolik. Afterload dapat didefinisikan sebagai tegangan
serabut miokardium yang harus terbentuk untuk kontraksi dan pemompaan
darah. Faktor-faktor yang mempengaruhi afterload dapat dijelaskan dalam versi
sederhana persamaan Laplace yang menunjukkan bila tekanan intraventrikel
meningkat, maka akan terjadi peningkatan tegangan dinding ventrikel.
Persamaan ini juga menunjukkan hubungan timbal balik antara tegangan dinding
dengan ketebalan dinding ventrikel, tegangan dinding ventrikel menurun bila
ketebalan dinding ventrikel meningkat. Kontraktilitas adalah penentu ketiga
20

pada volume sekuncup. Kontraktilitas merupakan perubahan kekuatan kontraksi


yang terbentuk tanpa tergantung pada perubahan panjang serabut miokardium.
Peningkatan kontraktilitas merupakan hasil intensifikasi hubungan jembatan
penghubung pada sarkomer. Kekuatan interaksi ini berkaitan dengan konsentrasi
ion Ca++ bebas intrasel. Kontraksi miokardium secara langsung sebanding
dengan jumlah kalsium intrasel.
2. Pembuluh Darah dan Darah

Pembuluh darah adalah saluran tertutup yang berfungsi mengarahkan dan


menyebarkan darah dari jantung ke seluruh tubuh yang kemudian dikembalikan
ke jantung. Darah adalah substansi didalam pembuluh darah yang mengandung
sejenis jaringan ikat yang sel-selnya tertahan dan dibawa dalam cairan (Plasma).
Darah sendiri berfungsi sebagai media pengangkut yang membawa kebutuhan
jaringan tubuh seperti oksigen, karbondioksida, nutrien, elektrolit, dan hormon.
Mekanisme aliran darah melalui pembuluh darah dijelaskan menurut hukum
Poiseuille, dimana gradien tekanan sebanding dengan laju aliran darah dan

berbanding terbalik dengan resistensi . Gradien tekanan adalah


perbedaan antara tekanan awal dan tekanan akhir suatu pembuluh. Darah
mengalir dari tekanan lebih tinggi ke tekanan lebih rendah mengikuti penurunan
gradien tekanan. Semakin besar gradien tekanan yang mendorong darah melalui
pembuluh tersebut, maka akan semakin besar laju aliran darah. Laju aliran
ditentukan oleh perbedaan tekanan antara kedua ujung pembuluh. Namun karena
adanya resistensi, tekanan aliran akan menurun sewaktu darah menyusuri
panjang pembuluh. Resistensi diartikan sebagai suatu ukuran tahanan yang
disebabkan akibat gesekan antara isi pembuluh darah yang bergerak terhadap
dinding pembuluh yang statis. Seiring meningkatnya resistensi, darah akan
semakin sulit melewati pembuluh sehingga laju aliran akan berkurang.
Resistensi terhadap aliran darah sendiri bergantung pada tiga faktor yaitu
kekentalan darah, panjang pembuluh, dan jari-jari pembuluh. Kekentalan darah
menjadi salah satu faktor terpenting karena semakin kental cairan, semakin besar
kekentalannya. Kekentalan darah ditentukan terutama oleh jumlah sel darah
21

merah yang beredar. Jika sel darah merah jumlahnya berlebihan maka aliran
darah menjadi lebih lambat daripada normal. Semakin panjang pembuluh,
sedangkan diameter pembuluh sama, maka zat cair yang mengalir lewat
pembuluh darah tersebut akan memperoleh tahanan semakin besar dan
konsekuensi terhadap besar tahanan tersebut, debit zat cair akan lebih besar pada
pembuluh darah yang pendek. Sedangkan efek diameter/jari-jari pembuluh darah
yang semakin besar memiliki pengaruh terhadap kecepatan aliran darah yang
semakin cepat.
2.3.3 Etiologi
Banyak orang memiliki tekanan darah sistolik dibawah 100, tetapi beberapa orang
mengalami gejala dengan tekanan darah rendah. Gejala tekanan darah rendah terjadi
karena satu atau lebih organ tubuh tidak mendapat pasokan darah yang cukup.
Jika tekanan darah rendah menyebabkan gejala klinis, penyebabnya akan berada disalah
satu dari tiga kategori umum. Entah jantung tidak memompa dengan tekanan yang
cukup, dinding arteri terlalu melebar, atau tidak ada cukup cairan intravaskuler .
1. Jantung
Jantung adalah pompa listrik. Masalah dengan baik pompa atau listrik dapat
menyebabkan masalah dengan tekanan darah rendah.
Jika jantung berdetak terlalu cepat, tekanan darah bisa turun karena tidak ada
cukup waktu bagi jantung untuk mengisi diantara setiap denyut. Jika jantung
berdetak terlalu lambat, mungkin ada terlalu banyak waktu yang dihabiskan
didiastol ketika darah tidak mengalir.
Jika otot jantung telah rusak atau jengkel, mungkin tidak ada cukup kekuatan
memompa untuk mempertahankan tekanan darah. Dalam serangan jantung
(infark miokard) otot jantung cukup mungkin akan terkejut sehingga jantung
terlalu lemah untuk memompa secara efektif.
Katup jantung memungkinkan darah mengalir hanya satu arah. Jika katup gagal,
darah akan memutar mundur, meminimalkan jumlah yang akan mengalir
ketubuh. Jika katup menjadi menyempit maka aliran darah dapat menurun.
kedua situasi ini akan menyebabkan hipotensi.
22

2. Cairan intravascular Ruang cairan di dalam pembuluh darah terdiri dari sel-sel
darah dan serum ( air , faktor pembekuan , bahan kimia , dan elektrolit ) a.
1. Dehidrasi, hilangnya air, mengurangi total volume dalam ruang
intravaskular (dalam pembuluh darah). Hal ini dapat dilihat pada penyakit
dengan peningkatan kehilangan air. Muntah dan diare adalah tanda-tanda
kehilangan air.
1) Pasien dengan pneumonia atau infeksi saluran kemih, terutama orang
tua, rentan terhadap dehidrasi .
2) Korban kebakaranbisa kehilangan sejumlah besar cairan dari luka
bakar mereka.
2. Perdarahan mengurangi jumlah sel darah merah dalam aliran darah dan
menyebabkan penurunan jumlah cairan di ruang intravaskular dan
tekanan darah rendah.
2.3.4 Klasifikasi
1. Hipotensi postural
Pada jenis hipotensi ini, tekanan darah mungkin turun mendadak karena
perubahan posisi tubuh, biasanya saat sedang berdiri dari posisi duduk atau dari
posisi berbaring. Orang yang mengalami perasaan seperti mau pingsan, pusing
dan pandangan kabur setiap kali ia berdiri dari posisi duduk atau posisi
berbaring, mungkin mengalami hipotensi postural. Biasanya tubuh
mengkompensasi penarikan darah kea rah bawah karena gaya gravitasi dengan
cara meningkatkan laju detak jantung untuk memastikan distribusi darah ke otak
dalam jumlah cukup. Pada hipotensi postural, tekanan darah turun karena
jantung tidak memompa cukup darah sehingga terjadi kekurangan oksigen
diotak, yang menyebabkan timbulnya gejala pusing bahkan pingsan.
2. Hipotensi postprandial
Hipotensi postprandial adalah turunnya tekanan darah secara mendadak setelah
mengkonsumsi makanan. Setelah makan darah mengalir cepat ke saluran
pencernaan, dan untuk mengkompensasi penurunan mendadak dalam pembuluh
darah, laju detka jantung meningkat dan beberapa pembuluh darah menyempit.
Ini merupakan respon yang otomatis, namun dengan sebagian orang orang
23

dengan kelainan syaraf tertentu seperti pada penderita Parkinson, tubuhnya tidak
dapat segera mengatasi aliran darah mendadak ke perut. Akibatnya orang
tersebut akan mengalami pusing dan kadang-kadang pingsan.
3. Hipotensi karena syaraf
Dalam mondisi normal, jika anda berdiri dan berjalan selama jangka waktu
tertentu, gaya gravitasi menarik darah keujung-ujung bagian tubuh yang
menyebabkan tekanan darah turun. Tubuh mengkompensasinya dengan
meningkatkan laju detak jantung dan memompa lebih banyak darah untuk
mensuplai otak dan organ-organ lainnya. Pada sebagian orang suplai darah tidak
terpenuhi karena adanya masalah komunikasi pada sistem syaraf yang
menyampaikan perintah dari otak ke jantung, sehingga jantung tidak segera
meningkatkan laju detaknya, dan terjadilah ketidakseimbangan sirkulasi darah
yang menyebabkan pusing bahkan pingsan.
2.3.5 Patofisiologi
Patofisiologi tekanan pada perubahan posisi tubuh misalnya dari tidur ke berdiri
maka tekanan darah bagian atas tubuh akan menurun karena pengaruh gravitasi. Pada
orang dewasa normal, tekanan darah arteri rata-rata pada kaki adalah 180-200 mmHg.
Tekanan darah arterisetinggi kepala adalah 60-75 mmHg dan tekanan venanya 0. Pada
dasarnya, darah akan mengumpul pada pembuluh kapasitas vena ekstremitas inferior
650 hingga 750 ml darah akan terlokalisir pada satu tempat. Pengisian atrium kanan
jantun gakan berkurang, dengan sendirinya curah jantung juga berkurang sehingga pada
posisi berdiri akan terjadi penurunan sementara tekanan darah sistolik hingga 25mmHg,
sedang tekanan diastolic tidak berubah atau meningkat ringan hingga 10mmHg
(Andhini Alfiani Putri F, 2012). Penurunan curah jantung akibat pengumpulan darah
pada anggota tubuh bagian bawah akan cenderung mengurangi darah ke otak. Tekanan
arteri kepala akan turun mencapai 20-30mmHg. Penurunan tekanan ini akan diikuti
kenaikan tekanan persial CO2 (pCO2) dan penurunan tekanan persial O2 (pCO2) serta pH
jaringan otak (Andhini Alfiani Putri F, 2012). Secara reflektoris, hal ini akan
merangsang baroreseptor yang terdapat didalam dinding dan hamper setiap arteri besar
didaerah dada dan leher, namun dalam jumlah banyak didapatkan dalam diding arteri
karotis interna, sedikit di atas bifurcation carotis, daerah yang dikenal sebagai sinus
24

karotikus dan dinding arkus aorta. Respon yang ditimbulkan baroreseptor berupa
peningkatan tahanan pembuluh darah perifer, peningkatan tekanan jaringan pada otot
kaki dan abdomen, peningkatan frekuensi respirasi, kenaikan frekuensi denyut jantung
serta sekresi zat-zat vasoaktif. Sekresi zat vasoaktif berupa katekolamin, pengaktifan
system Renin-Angiostensin Aldosteron, pelepasan ADH dan neurohipofisis. Kegagalan
fungsi reflex autonomy inilah yang menjadi penyebab timbulnya hipotensi ortostatik,
selain oleh factor penurunan curah jantung akibat berbagai sebab dan kontraksi volume
intravascular baik yang relative maupun absolute.
Tingginya kasus hipotensi ortostatik pada usia lanjut berkaitan dengan: (Andhini Alfiani
Putri F, 2012).
1. Penurunan sensitivitas baroreseptor yang diakibatkan oleh proses atheroskleosis
sekitar sinus karotikus dan arkus aorta, hal iniakan menyebabkan tak
berfungsinya reflex vasokontriksi dan peningkatan frekuensi denyut jantung
sehingga mengakibatkan kegagalan pemeliharaan tekanan arteri sistemik saat
berdiri.
2. Menurunnya daya elastisitas serta kekuatan otot eksremitas inferior.
26

2.3.6 Manisfestasi Klinis


Terdapat beberapa manifestasi dari beberapa Hipotensi :
1. Hipotensi, (Alo, 2014)
Jantung berdebar kencang dan tidak teratur, pusing, lemas, mual, pinsan,
pandangan buram dan kehilangan keseimbangan
2. Hipotensi Interadialisis, asympomatik hingga syok (Burton Etal, 2009)
Perasaan tidak nyaman pada perut, mual, muntah, menguap, otot terasa kram,
gelisah, pusing kecemasan.
3. Hipotensi Ortostatik, (Jeffrey B. Lanier,dkk, 2014)
Pusing hingga pingsan.
2.3.7 Komplikasi
1. Pingsan : hipotensi yang menyebabkan tidak cukupnya darah yang mengalir ke
otak, sel-sel otak tidak meneri,a cukup oksigen dan nutrisi-nutrisi. Sehingga
mengakibatkan pening bahkan pingsan.
2. Stroke : hipotensi yang menyebabkan berkurangnya aliran darah dan oksigen
yang menuju otak sehingga mengakibatkan kerusakan otak. Sehingga
menimbulkan kematiain pada jaringan otak karena arteri otak tersumbat (infark
serebral) atau arteri pecah (pendarahan).
3. Anemia : hipotensi pada tekanan darah 90/80 menyebabkan produksi sel darah
merah yang minimal atau produksi sel darah merah yang rendah sehingga
mengakibatkan anemia.
4. Serangan jantung : hipotensi yang mengakbatkan kurangnya tekanan darah yang
tidak cukup untuk menyerahkan dara ke arter-arteri koroner (arteri yang
menyuplai darah ke otot jantung) seingga menyebabkan nyeri dada yang
mengakibatkan serangan jantung.
5. Gangguan ginjal : ketika darah yang tidak cukup dialirkan ke ginjal-ginjal,
ginjal-ginjal akan gagal untuk mengeliminasi pembuangan-pembuangan dari
tubuh yaitu urea, dan creatin, dan peningkatan pada tingkat-tingkat hasil
eliminasi didarah terjadi (contohnya : kenaikan dari blood urea nitrogen atau
BUN,dan serum keratin.
27

6. Shock : tekanan darah yang rendah memacu jantung untuk memompa darah
lebihbanyak, kondisi tersebut yang mengancam nyawa dimana tekanan darah
yang gigih menyebabkan organ-organ seperti ginjal , hati, jantung, dan otak
untuk secara cepat.
2.3.8 Penatalakasanaan Medis
Perawatan untuk penderita hipotensi tergantung penyebabnya yaitu :
1. Hipotensi kronik
Hipotensi kronik jarang terdeteksi dari gejala. Hipotensi yang tak bergejala pada
orang-orang sehat biasanya tak memerlukan perawatan. Dalam mengatasi
hipotensi berdasarkan penyebabnya yaitu dengan mengurangi atau
menghilangkan gejalanya.
1. Jika keluhan dirasakan klien saat keadaan diare terjadi, maka klien dianjurkan
untuk pemulihan kepada kebutuhan cairannya, yang mempengaruhi atau
mengurangi volume darah, mengakibatkan menurunnya tekanan darah.
2. Kecelakaan atau luka yang menyebabkan pendarahan, akan mengakibatkan
kurangnya volume daran dan menurunkan aliran darah, untuk itu yang
dibutuhkan oleh penderita adalah transfusi darah sesuai dengan yang
dibutuhkan.
3. Adanya kelainan jantung bawaan seperti kelainan katup, maka penderita
harusmenjalani operasi jantung sesuai indikasi dokter, ataupun menjalani
pengobatan yang intensif untuk tidak memperburuk keadaan penderitanya.
2. Hipotensi ringan
Cara lain untuk mengatasi hipotensi, yaitu menambahkan elektrolit.
Penambahan elektrolit untuk diet dapat meringankan gejala dari hipotensi
ringan.
1. Minum kopi. Dosis kafein dipagi dapat memberikan efek karena kafein dapat
memacu jantung untuk bekerja lebih cepat.
2. Pemberian posisi trendelenburg. Pada kasus hipotensi rendah dimana pasien
masih merespon dengan meletakkan posisi kaki lebih tinggi dari pada
punggung ( posisi trendelenburg.) posisi itu akan meningkatkan aliran balik
28

vena, sehingga membuat banyak darah memenuhi organ-organ yang


membutuhkan seperti bagian dada dan kepala.
3. Klien yang sedang mengalami hipotensi, diharuskan banyak istirahat, dan
membatasi aktifitas fisiknya selama keadaan ini.
4. Klien dengan hipotensi harus membiasakan diri untuk mempunyai pola
makan yang teratur dan mempunyai makanan pelengkap, seperti susu untuk
meningkatkan stamina. Karena pada umumnya penderita hipotensi cukup
lemah dan mudah lelah.
5. Jika diperlukan misalnya pada klien dengan anemia maka klien harus
mengkonsumsi makanan yang mengandung zat besi ataupun suplemen zat
besi untuk meningkatkan sel-sel darah merah darah yang menambah volume
darah sehingga dapat meningkatkan tekanan darah penderita.
6. Penderita hipotensi dianjurkan untuk rajin berolahraga ringan, misal jogging,
untuk melatih kerja jantung secara teratur, dan melancarkan aliran darah
keseluruh tubuh.
3. Hipotensi simtomatik
Hipotensi postural simtomatik dapat ditangani dengan mengatur posisi tidur
pasien dengan kepala lebih tinggi. Fludrokortison, suatu mineralokortilkoid
dapat juga berguna tapi banyak pasien tidak mempunyai respon yang baik
terhadap obat ini dan obat obatan yang lain yang telah dicoba seperti
indometasin Penanganan hipotensi yang dilakukan sendiri (lionel ginsberg,
2005).
1. Perbanyak asupan cairan terutama air minum.
2. Tambahkan lebih banyak garam pada makanan, kecuali sudah konsisi lain
yang tidak memperbolehkannya.
3. Terarur berolahraga untuk membuat kondisi jantung dan pembulu darah
menjadi lebih sehat.
4. Berhenti merokok dan jauhi asap rokok orang lain (Dr.Indra k.Muhtadi,2013)
2.3.9 Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang dapat dilakukan jika gejala-gejala hipotensi terus menerus
berulang namun sulit untuk mendokumentasikan kelainan-kelainan dalam pembacaan
29

tekanan darah. Tes mungkin berguna dalam membedakan hipotensi ortostatik dari
gangguan lain yang hadir dengan gejala orthostasis,seperti sinkop neurocardiogenic dan
juga mengevaluasi bagaiman tubuh bereaksi terhadap perubahan posisi.
Langkah-langkah yang dilakukan saat dilakukan pemeriksaan :
1. Tes ini dilakukan diruangan yang tenang dengan suhu 680F hingga 750F(200C
sampai 240C).
2. Pasien harus beristirahat sementara terlentang selama lima menit sebelum tes
dimulai.
3. Sewaktu tes pasien diikat diatas meja yang rata,kemudian meja secara
berangsur-angsur dimiringkan kesudut 70/80 derajat,pembacaan tekanan darah
dan denyut jantung terus menerus diambil.
4. Pasien dibiarkan diatas meja selama lebih dari 10 menit untuk mencari
perubahan-perubahan orthostatic tachycardia syndrome.
Tes ini dianggap positif jika tekanan darah sistolik turun 20mmHg bawah dasar atau
jika tekanan darah diastolik turun 10mmHg bawah baseline. Jika gejala terjadi selama
pengujian,pasien harus dikembalikan ke posisi terlentang segera.
30

2.4 Manajemen Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian yaitu Anamnesa
1). Pengkajian Data Fokus
1. Aktifitas dan Istirahat
Gejala : merasa lemah, lelah, kaku, hilang keseimbangan, perubahan
kesadaran, letarghi, hemiparesis, quadreplagia, ataksia, cara berjalan tak
tegap, masalah dalam keseimbangan, cedera (trauma) ortopedi, kehilangan
tonus otot dan spastik otot.
2. Sirkulasi
Gejala: Perubahan tekanan darah (hipotensi), perubahan frekuensi jantung
(bradikardi, takikardi yang diselingi dengan bradikardi dan distritmia).
3. Integritas Ego
Gejala: Perubahan tingkah laku / kepribadian (demam). Tanda.: Cemas,
mudah tersinggung, delrium, agitasi, bingung, depresi dan impulsif.
4. Eliminasi
Gejala: Inkontinensia kandung kemih.
5. Makanan / Cairan
Gejala : Mual, muntah dan mengalami penurunan selera. makan. Tanda.:
Muntah (mimgkin proyektif), gangguan menelan (batuk, air liur keluar, dan
disfagia).
6. Neurosensorik
Gejala: Kehilangan kesadaran sementara, amnesia seputar kejadian, vertigo,
sinkope, tinitus, kehilangan pendengaran, rasa baal dan ekstremitas.
Perubahan dalam penglihatan seperti ketajamamiya, displopia, kehilangan
sebagian lapang pandang, fotofotobia, gangguan pengecapan dan penciuman.
Tanda. Perubahan kesadaran bisa sampai koma, perubahan status mental
(orientasi, kewaspadaan, perhatian, konsentrasi, pemecahan masalah,
pengaruh emosi tingkah laku dan emosi). Perubahan pupil (respon terhadap
cahaya., simetri) deviasi pada. mata, ketidakmampuan mengikuti cahaya,
kehilangan pengindraan seperti: pengecapan, penciuman dan pendengaran,
wajah tidak simetris, lemah dan tidak seimbang. Reflek tendon dalam tidak
31

ada / lemah, apiaksia, hemiparesis, quadreplagia, postur (dekortikasi


deselerasi), kejang, sangat sensitif terhadap sentuhan dan gerakan, kehilangan
sensasi sebagian tubuh dan kesulitan menentukan posisi tubuh.
7. Nyeri / kenyamanan
Gejala : sakit kepala dengan intensitas dan lokasi yang berbeda dan biasanya
lama. Tanda : wajah menyeringai, respon menarik ada rangsangan nyeri yang
hebat, gelisah, tidak bisa beristirahat dan merintih.
8. Pernafasan
Tanda : perubahan pola nafas (apneu yang diselingi oleh hiperventilasi), nafas
berbunyi, stridor, tersedak, ronchi, menghi positif (kemungkinan karena
aspirasi).
9. Keamanan
Gejala : trauma karena kecelakaan. Tanda : fraktur / dislokasi dan gangguan
penglihatan gangguan rentang gerak, kekuatan secara umum mengalami
paralisis.
10. Interaksi sosial
Tanda : bicara tanpa arti, disorientasi, amnesia / lupa sesaat
2. Diagnosa Keperawatan
1. Penurunan curah jantung
2. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer
3. Intoleransi aktivitas
4. Resiko cidera
3. Intervensi Keperawatan
No. Tujuan NOC NIC Rasional
1 Penurunan curah NOC: NIC:
jantung (00029)  Cardiac pump effect Cardiac Care
Domain: 4 aktivitas dan tiveness 1. Evaluasi adanya nyeri dada 1. Untuk mengetahui intensitas,
istirahat  Circulation status (intensitas, lokasi, durasi) lokasi serta durasi nyeri yang
Kelas: 4 respon  Vital sign status klien rasakan.
kardiovascular/pulmonal Setelah dilakukan 2. Catat adanya disritmia jantung 2. mengetahui adanya ganguan
Definisi: tindakan keperawatan dalam irama jantung.
Ketidak adekuatan darah selama…x24 jam 3. Catat adanya tanda dan gejala 3. untuk mengetahui adanya
yang dipompa oleh diharapkan masalah penurunan cardiac output penurunan cardiac output
jantung untuk memenuhi teratasi pada klien.
kebutuhan metabolic Kriteria hasil: 4. Monitor status 4. untuk mengetahui status
tubuh  Tanda vital dalam kardiovaskuler kardiovaskuler klien dalam
Batasan rentan normal keadaan normal atau
Karaktekristik: (tekanan darah, nadi, abnormal.
1. Perubahan frekuensi respirasi) 5. Monitor status pernafasan yang 5. untk mengetahui status
irama jantung  Dapat mentoleransi menandakan gagal jantung apakah klien mengalami
 Bradikardia aktivitas, tidak ada gagal jantung.
 Palpitasi jantung kelelahan 6. Monitor abdomen sebagai 6. untuk mengetahui terjadinya
indicator penurunan perfusi komplikasi penyakit lain.
32
 Perubahan  Tidak ada edema 7. Monitor balance cairan 7. untuk mengetahui terjadinya
elektrokardiogram paru, perifer dan perubahan tekanan darah
(EKG) (mis, tidak ada asites pada klien.
aritmia,abnormalita  Tidak ada penurunan 8. Monitor adanya perubahan tekanan 8. untuk mengetahui adanya
s konduksi, kesadaran darah efek samping pada
iskemia) pengobatan antiaritmia.
 Takikardia 9. Monitor respon pasien terhadap 9. untuk mengurangi kelelahan
2. Perubahan preload: efek pengobatan antiaritmia yang dirasakan oleh klien.
 Distensi vena 10. Atur periode latihan dan istirahat 10. Untuk mengetahui aktivitas
jugular untuk menghindari kelelahan yang dapat di lakukan pasien.

 Edema 11. Monitor toleransi aktivitas pasien 11. Untuk mengetahui adanya

 Keletihan kelainan pada status


pernafasan.
 Murmur jantung
12. Monitor adanya dyspneu, fatigue, 12. stress dapat memperparah
 Peningkatan berat
takipneu, dan ortopneu penyakit. Jadi di anjurkan
badan
untuk pasien menurunkan
 Peningkatan CVP
stress.
 Peningkatan PAWP
13. Anjurkan untuk menurunkan stress 13. untuk memantau vital sign
 Penurunan
klien, apakah dalam keadaan
pulmonary artery
normal atau tidak.
wedge pressure
33
(PAWP) Vital Sign Monitoring Vital Sign Monitoring
 Penurunan tekanan 1. Monitor TD, nadi, suhu, dan RR 1. untuk mengetahui apakah
vena sentral terjadi fluktuasi tekanan darah
(central venous pada klien.
pressure, CVP) 2. Catat adanya fluktuasi tekanan 2. untuk mengetahui apakah vs
3. Perubahan afterload: darah klien sama pada saat duduk
 Dispnea dan berbaring.
 Kulit lembab 3. Monitor VS saat pasien berbaring, 3. untuk mengetahui

 Oliguria duduk, atau berdiri perbandingan TD klien pada

 Pengisian kapiler lengan kiri dan kanan.

memanjang 4. Auskultasi TD pada kedua lengan 4. untuk mengetahui adanya


dan bandingkan perubahan TD pada klien
 Peningkatan PVR
sebelum dan sesudah
 Peningkatan SVR
beraktivitas.
 Penurunan nadi
5. Monitor TD, nadi, RR, sebelum, 5. untuk mengetahui kualitas nadi
perifer
selama, dan setelah aktivitas klien.
 Penurunan
6. Monitor kualitas dari nadi 6. untuk mencegah secara dini
resistansi vascular
terjadinya komplikasi.
paru (pulmonary
7. Monitor adanya pulsus paradokus 7. untuk memantau suara jantung
vascular resistance,
apakah berada pada keadaan
PVR)
34
 Penurunan normal.
resistansi vascular 8. Monitor adanya pulsus alterans 8. untuk mengetahui adanya
sistemik (systemic suara tambahan pada paru.
vascular resistance, 9. Monitor jumlah dan irama jantung 9. untuk mengetahui apakah
SVR) warna dan kelebaban kulit
 Perubahan tekanan berada dalam keadaan normal.
darah 10.identifikasi penyebab dari 10. untuk mengetahui
 Perubahan warna perubahan vital sign penyebab dari perubahan VS.
kulit (mis: pucat,
abu-abu, sianosis)
4. Perubahan
kontraktilitas
 Batuk
 Bunyi nafas
tambahan
 Bunyi S3
 Bunyi S4
 Dispnea
paroksismal
nocturnal
35
 Ortopnea
 Penurunan fraksi
ejeksi
 Penurunan indeks
jantun
 Penurunan left
ventricular stroke
work index
(LVSWI)
 Penurunan stroke
volume index (SVI)
5. Perilaku/emosi
 Ansietas
 Gelisa
Faktor yang
berhubungan:
 Perubahan
afterload
 Perubahan
frekuensi jantung

36
 Perubahan irama
jantung
 Perubahan
kontraktilitas
 Perubahan preload
 Perubahan volume
sekuncup
2 Resiko 1. Perfusi jaringan: Manajemen Edema Serebral Manajemen Edema Serebral
Observasi: Observasi
ketidakefektifan selebral
1. Monitor status Neurologi 1. Dengan memantau status
perfusi jaringan otak 2. Koagulasi darah dengan ketat dan bandingkan neurologis seperti
(00201) 3. Status sirkulasi dengan nilai normal amnamnesa status GCS
status mata, verbal dan
Domain 4 Aktivitas / Tujuan & kriteria hasil
motorik klien dan
Istirahat Setelah dilakukan bandingan dengan nilai
Kelas 4 Respons tindakan keperawatan kisaran normal. Klien yang
Kardiovaskular / selama…x24 jam resiko stroke biasanya memiliki
kesadaran penuh namun
Pulmonal ketidakefektifan perfusi
terkadang pingsan terutama
Definisi: Rentan jaringan otak teratasi (saat masa golden period)
mengalami penurunan dengan 2. Monitor CVP, PAWP, dan PAP 2. Dengan memantau CVP
sesuai kebutuhan (Central Venous Pressure),
sirkulasi jaringan otak Indicator
PAP (pulmunoray Arterial
yang dapat mengganggu 1. Perfusi jaringan: Preasure) dan PAWP,
perawat dapat mengetahui
37
kesehatan selebral fungsi peredaran darah pada
DS: - - Tekanan jantung. Klien yang Stroke
biasanya memiliki
DO: intracranial (4)
hipertensi sebagai resiko
 Kesadaran - Tekanan darah penyebabnya.
composmentis sistolik (4) 3. Tanda-tanda vital juga
3. Monitor TTV berhubungan penyakit
 Saat dilakukan - Tekanan darah
stroke yaitu klien stroke
penilaian diastolic (4) biasanya mengalami
kekuatan otot Catatan: tekanan darah tinggi, nadi
cepat karena terjadinya
didapatkan 1= devisiasi berat dari
penyempitan pembuluh
ekstremitas kisaran normal darah
kanan bisa 2= devisiasi yang cukup 4. Normal TIK ialah 0-15
4. Monitor TIK klien dan respon mmHg (Morton, 2005) bila
diangkat tetatpi besar dari kisaran nirmal
neurologi akibat aktivitas tekanan di atas 15 maka
langsung 3= devisiasi sedang dari perawatan terjadi hipertensi
terjatuh, kisaran normal intrakranial maka, klien
4= devisiasi ringan dari yang strok memiliki tanda
sedangkan
nyeri akibat TIK yang
ekstremitas kiri kisaran normal
meningkat sehingga respon
mampu 5= tidak ada devisiasi neurologi nyerinya biasanya
diangkata dengan dari kisaran normal meringis saat dilakukan
perawatan
kekuatan otot (3) Mandiri
Mandiri: 1. ROM pasif ialah latihan
gerakan dengan bantuan
38
1. Lakukan latihan ROM pasif perawat terhadap klien
dengan stroke yang belum
mampu melakukan
gerakan/ masih lemah.
Misalnya menekuk atau
meluruskan siku dengan
cara meregangkan otot
dan sendi lengan atau
bagian ekstremitas yang
terkena
2. Klien yang sulit
berkomunikasi akan sulit
mengatakan hal-hal yang
2. Berikan metode alternatif
dibutuhkan maka perawat
komunikasi melakukan alternatif
komunikasi mislanya
gambar/kertas tertulis ya
dan tidak kemudian perawat
bertanya semua pertanyaan
seputar kebutuhan klien
3. Dengan memberikan
lingkungan yang tenang dan
3. Berikan sedasi, sesuai nyaman bagi klien stroke
kebutuhan maka, akan mengurangi
rasa cemas klien
4. Fleksi pada leher atau
4. Hindari fleksi leher, atau fleksi bagian panggul akan
ekstrem pada lutut/panggul memperparah persyarafan
klien, karena saraf pada
bagian leher dan pinggul
39
akan terjepit bila
dipaksakan
5. Berdasarkan penelitian dari
IGA Prima Dewi AP
5. Berikan aroma terapi Bagian Farmasi Fakultas
Kedokteran Universitas
Udayana dalam
penelitiannya dikatakan
bahwa Kandungan utama
dari bunga lavender adalah
linalil asetat dan linalool
Linalool adalah kandungan
aktif utama yang berperan
pada efek anti cemas
(relaksasi) pada lavender.
HE
HE: 1. Keluarga perlu diberikan
1. Berikan informasi kepada penjelasan dan informasi
keluarga tentang penyakit yang di mengenai penyakit stroke
derita klien
serta bagaimana penyebab
dan cara mencegahnya
dengan memberikan
penyuluhan tentang pola
hidup sehat untuk
mengcegah hipertensi dan
arteriosklerosis
Kolaborasi
1. Melakukan kolaborasi
Kolaborasi: seperti Dalam tindakan
40
1. Kolaborasi dengan dokter dan selanjutnya dilakukan
tim kesehatan lain untuk pemeriksaan untuk
tindakan selanjutnya bila mengetahui secara
keadaan klien belum membaik
lengkap klien ,engalami
stroke hemoragik atau non
hemoragik agar dapat
menentukan intervensi
selanjutnya
Monitor TIK(Tekanan
Intrakranial)
Observasi
Monitor TIK (Tekanan 1. Dengan memantau
Intrakranial) kualitas dan karakteristik
Observasi:
TIK, Perawat dapat
1. Monitor kualitas dan
karakteristik gelombang TIK mengetahui apakah TIK
klien meningkat atau
menurun
Mandiri
1. Pertahankan kebersihan
Mandiri: atau sterilisasi agar selama
1. Pertahankan sterilisasi sistem
memantau, agar klien
pemantauan
terhindar dari kontaminasi
2. Menjaga tekanan arteri
2. Jaga tekanan arteri sistemik sistemik agar tidak terjadi
dalam jangkuan tertentu hipertensi. Misalnya
menjaga pola makan yang
tidak memicu hipertensi
41
(hidari makanan yang
berkolestrol dan yang
mengandung kafein)
3. Menyesuaikan posisi
3. Sesuaikan kepala tempat tidur
untuk mengoptimalkan perfusi kepala klien stroke (sesuai
serebral indikasi)
HE:
1. Agar klien dan keluarga
mengetahui prosedur tindakan
HE:
1. Berikan informasi kepada yang akan dilakukan. Untuk
pasien dan keluarga tentang mencegah terjadinya
prosedur yang akan dilakukan kebingungan dan kecemasan
saat tindakan yang akan
dilakukan
Kolaborasi
1. Agar klien bisa ditangani lebih
Kolaborasi lanjut untuk menstabilkan TIK
1. Beritahukan dokter untuk
peningkatan TIK yang tidak Perawatan Jantung
bereaksi sesuai perawatan Observasi :
1. Untuk mengetahui apakah
Perawatan Jantung pada klien terjadi gangguan
Observasi : ada ritme dan konduksi
1. Monitor distritmia jantung, jantung.
termasuk gangguan ritme dan 2. Agar dapat mengetahui
konduksi jantung aktivitas klien yang dapat
meningkatkan tekanan darah,
2. Monitor toleransi aktivitas pasien dan untuk membatasinya agar
42
tidak terjadi kenaikan darah
pada klien.
Mandiri :
1. Untuk menjaga aktivitas klien
Mandiri :
agar tidak terjadi kenaikan
1. Pastikan aktivitas klien yang tidak darah pada klien
berpengaruh terhadap kenaikan 2. Karena seseorang yang cemas
darah dan depresi dapat
2. Lindungi klien dari kecemasan mengakibatkan terjadi
dan depresi kenaikan darah, olehnya itu
perawat harus melindungi
klien agar tidak terjadi depresi
dan kecemasan pada klien
3. Agar waktu latihan klien bisa
terstuktur untuk tidak
3. Susun waktu latihan dan istirahat mengganggu waktu istirahat
klien.
HE:
1. Dukungan keluarga juga
sangat membantu dalam
HE: proses penyembuhan klien,
1. Intruksikan kepada keluarga agar olehnya itu keluarga harus
sesalu didekat klien selalu didekat klien untuk
menyemangati klien saat sakit.
Kolaborasi:
3. Agar klien dapat ditangani
lebih lanjut, dan untuk
Kolaborasi: menormalkan kembali tekanan
2. Kolaborasikan dengan dokter bila, darah klien
tekanan darah klien tidak kembali
normal setelah dilakukan tindakan
43
3 Intoleran aktivitas NOC NIC:
(0092)  Energy Activity Therapy
Domain: 4 conservation 1. Kolaborasikan dengan tenaga 1. Mendapatkan penanganan
aktivitas/istrirahat  Activity tolerance rehabilitasi Medik dalam lebih lanjut
Kelas: 4 respons Setelah dilakukan merencanakan program terapi
kardiovaskular/pulmonal tindakan keperawatan yang tepat
Definisi: selama…x24 jam 2. Bantu klien untuk 2, 3 dan 4 Mengetahui aktivitas
Ketidakcukupan energy diharapkan masalah mengidentifikasi aktivitas yang yang tidak membebani klien,
psikologis atau fisiologis teratasi mampu dilakukan dan aktifitas yang bisa di
untuk mempertahankan Kriteria hasil: 3. Bantu untuk memilih aktivitas lakukan klien, sumber data
atau menyelesaikan  Berpartisipasi dalam konsisten yang sesuai dengan yang dikumpulkan untuk
aktivitas kehidupan aktivitas fisik tanpa kemampuan fisik, psikologi dan menjadi perbandingan aktifitas
sehari-hari yang harus disertai peningkatan social yang dapat beresiko.
atau yang ingin tekanan darah,nadi, 4. Bantu untuk mengidentifikasi dan
dilakukan. RR mendapatka sumber yang
Batasan  Mampu melakukan diperlukan untuk aktivitas yang
Karaktekristik: aktivitas sehari-hari diinginkan
 Dispnea setelah secara mandiri 5. Bantu untuk mendapatkan alat 5. menentukan alat bantu yang
beraktivitas  Tanda-tanda vital bantuan aktivitas seperti kursi cocok untuk membantu dalam
 Keletihan normal roda, krek. melaksanakan aktifitas, dan

44
 Ketidaknyamanan  Energy psikomotor tidak mengurangi atau
setelah beraktivitas  Level kelemahan menghambat aktifitas
 Perubahan  Status 6. Bantu untuk mengidentifikasi 6. Menentukan aktifitas yang
elektrokardiogram kardiopolmunai aktivitas yang disukai membuat klien nyaman
(EKG) (mis., adekuat 7. Bantu klien untuk membuat 7. Memanajemen waktu dalam
aritmia.,  Status jadwal latihan diwaktu luang jeda untuk melatih fisik
abnormalitas., respirasi(pertukaran 8. Bantu pasien/keluarga untuk 8. Mengetahui hambatan atau
konduksi., iskemia) gas) mengidentifikasi kekuranga dalam kendala dalam beraktifitas
 Respons frekuensi beraktivitas untuk penanganan lebih lanjut
jantung abnormal 9. Sediakan penguatan positif bagi 9 dan 10 Memotifasi dan
terhadap aktivitas yang aktif beraktivitas memberikan dorongan serta

 Respons tekanan 10. Bantu pasien untuk kekuatan klien saat terhambat

darah abnormal mengembangkan motivasi diri dari dalam aktifitasnya untuk terus

terhadap aktivitas dan penguatan berlatih, mencari jati diri untuk

Factor yang terus bangkit.

berhubungan : 11. Monitor respon fisik, emosi, social 11. Mengetahui sejahu mana

 Gaya hidup kurang dan spiritual latihan dan penanganan dan

gerak apakah masi ada hambatan dan

 Imobilitas kendala untuk melakukan


intervensi lebih lanjut
 Ketidakseimbangan

45
antara suplai dan
kebutuhan oksigen
 Tirah baring
4 Resika cedera (00035) 1. Fungsi sensori Observasi Observasi
Domain : 11, penglihatan 1. Identifikasi kebutuhan keamanan 1. Fungsi kognitif ini merupakan
Keamanan/Perlindungan pasien berdasarkan fungsi fisik kemampuan seseorang untuk
Kelas : 2, Cedera fisik Setelah dilakukan dan kognitif serta riwayat perilaku menerima, mengolah,
Definisi : Rentan rentan tindakan selama…X24 di masa lalu. menyimpan dan mengunakan
mengalami cedera fisik jam resiko cedera kembali semua masukan
akibat kondisi teratasi dengan sensorik secara baik
lingkunagn yang Kriteria hasil: 2. Monitor lingkungan terhadap 2. Karena dengan memonitor
berinteraksi dengan Fungsi sensori terjadinya perubahan status lingkungan maka proses
sumber adaptif dan penglihatan keselamatan. penyembuhan dapat berjalan
sumber definsif individu, 1. Ketajaman dengan baik.
yang dapat menggangu pandangan di garis Mandiri Mandiri
kesehatan. tengah (kiri) (4) 3. Sediakan alat untuk beradaptasi 3. Karena dengan menyediakan
Batasan karakteristik: 2. Ketajaman (misalnya, kursi untuk pijakan dan alat tersebut maka pasien
Eksternal pandangan digaris pegangan tangan). dapat melakukan aktivitasnya
1. Ganguan fungsi tengah (kanan) (4) sendiri sehingga tidak
kognitif 3. Lapang pandang membebani tenaga kesehatan
internal pusat (kiri) (4) ataupun keluarga
46
2. Disfungsi efektor 4. Lapang pandang 4. Letakkan benda-benda dalam 4. Agar pasien dapat menjangkau
3. Disfungsi integritas pusat (kanan) (4) jangkauan yang mudah bagi benda tersebut sehingga
sensori 5. Respon terhadap pasien. pasien tidak perlu lagi bangun
stimulus pandangan dari tempat tidurnya. Karena
(4) penderita katarak salah satu
6. Pandangan kabur (4) manifestasinya itu adalah
7. Penglihatan tergangu pandangan kabur. Maka, jika
(4) meletakkan benda di tempat
8. Sakit kepala (4) yang jauh dari jangkauannya
9. Pusing (4) maka otomatis bisa
Catatan : memmbahayakan klien
4 = sedikit terganggu tersebut
5. Sediakan pegangan pada tangga 5. Dengan meyediakan pegangan
dan pegangan tangan yang dapat pada tangga maka dapat
dilihat pasien. mengurangi resiko jauth pada
pasien
6. Bantu klien menata lingkungan 6. Memfasilitasi kemandirian
dan menurunkan resiko cedera
7. Orientasi klien pada ruangan 7. Meningkatkan keamanan
mobilitas dalam lingkungan
47
8. Tidak memberikan tekanan pada 8. Tekanan pada mata dapat
mata yang terkena trauma. menyebabkan kerusakan
serius lebih lanjut.
9. Gunakan prosedur yang memadai 9. Cedera dapat terjadi bila
ketika memberikan obat mata wadah obat menyentuh mata.
Health Education Health Education
10. Ajarkan anggota keluarga 10. Cara menurunkan resiko jtauh
mengenai faktor-faktor yang pada pasien yaitu dengan
berkontribusi terhadap adanya meletakkan benda yang ia
kejadian jatuh dan bagaiman perlukan berada di dekatnya.
keluarga bisa menurunkan risiko
ini
11. Bahas perlunya penggunaan 11. Tameng logam atau kaca mata
perisai metal atau kacamata bila dapat melindungi mata
diperintahkan terhadap cedera

48
49

4. Implementasi Keperawatan
Pelakasaan adalah pelakasaan tindakan yang harus dilaksanakan berdasarkan
diagnosis perawat. Pelaksaan tindakan keperawatan dapat dilaksanakan oleh
sebagian perawat, perwata secara mandiri atau bekerja sama dengan tim kesehatan
luar. Dalam hal ini perwat adalah pelaksana asuhan keperawatan yaitu memberikan
pelayanan keperwatan dengan tindakan keperawatan menggunakan proses
keperwatan( Zaidin, 2001).
5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi merupakan masalah terakhir dalam proses keperawatan yang merupakan
kegitan segaja dan terus menerus yang melipatkan pasien dengan perawat dan
anggota tim kesehatan lainnya.
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth. 2002. Keperawatan Medikal Bedah Vol 3. enerbit Kedokteran
EGC: Jakarta.
Harnawatiaj. 2010. Konsep Dasar Pemenuhan Kebutuhan Eliminasi Fekal. Terdapat
pada:http://harnawatiaj.wordpress.com/2008/03/14/konsep-dasar-pemenuhan-
kebutuhan-eliminasi-fecal/
Septiawan, Catur E. 2008. Perubahan Pada Pola Urinarius. Terdapat pada:www.kiva.org
Sjamsuhidajat. 2004. Buku Ajar Medikal Bedah. Penerbit Kedokteran EGC: Jakarta.
Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, volume 3. Jakarta :
EGC
Carpenito LD.1995.Diagnosa Keperawatan Aplikasi pada Praktek Klinik. Jakarta :
EGC
Doengoes, M.E.,2000. Penerapan Proses Kperawatan dan Diagnosa Keperawatan,
Jakarta : EGC.
Donna, D.Et Al.1991. Medical Surgical Nursing : A. Nursing Prosess Approch. St.
Louis : The
C.V. Mosby Co.
NANDA, 2007. Nursing Diagnoses : Definition and Clssification 2007 – 2008,
NANDA
International, Philadephia.
Mansjoer, Arif. Dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarata : Media Aesculapius
Fakultas Kedokteran UI
Muttaqin, Arif. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem
Persarafan. Jakarta : Salemba Medika

Anda mungkin juga menyukai