Anda di halaman 1dari 1039

MAKALAH KONSEP DASAR KEPERAWATAN

CARING

Oleh :
BAURU MALA
2016610016

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS TRIBHUWANA TUNGGADEWI
MALANG
2020
KATA PENGANTAR

              Puji Syukur yang sedalam - dalamnya kami panjatkan kehadirat Allah Yang
Maha Kuasa karena hanya dengan rahmat dan petunjuk-Nya lah kami dapat
menyelesaikan penulisan makalah ini.
Menyadari akan keterbatasan kemampuan kami, maka dalam hal ini kami  mengharap
kritik dan saran membangun.

            Besar harapan kami semoga penulisan makalah ini dapat memenuhi syarat.
Mudah-mudahan hasil dari tugas makalah ini dapat menjadi referensi yang
bermanfaat bagi kita sekalian, Amin.
DAFTAR ISI

Kata
Pengantar.................................................................................................................... i
Daftar
Isi............................................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 .Latar
Belakang............................................................................................................. 1
1.2  Rumusan
Masalah........................................................................................................ 1
1.3 
Tujuan .............................................................................................................................
.. 1
BAB II PEMBAHASAN
2.1  Pengertian Caring Secara
Umum........................................................ ……………………2
2.2  Perbedaan Caring dan
Curing............................................................................................. 5
2.3 Perilaku Caring Yang Dapat Ditemui Dalam Tatanan
Keperawatan.. ………………..7
2.4 Pengertian Transcultural
Nursing................................................................................. 9
2.5 contoh-contoh aplikasi traskultural nursing pada beberapa
 masalah kesehatan............................................................................... ………………
….11
BAB III PENUTUP
3.1.
Kesimpulan......................................................................................... ………………18
3.2  Saran.................................................................................................... ……………
…18
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 .Latar Belakang


Di era globalisasi ini,segala bidang kehidupan sedang mengalami perkembangan
bahkan kemajuan.Salah satunya adalah bidang pelayanan kesehatan.bidang pelayanan
kesehatan tidak hanya sarana dan prasarana yang mengalami kemajuan,tetapi juga
profesionalisme dari tenaga kesehatan.
Lingkungan kesehatan seperti rumah sakit,perawat akan berhadapan dengan klien
dan tenaga kesehatn lainnya.Oleh karena itu,Perawat harus terus meningkatkan
profesionalismenya,
 yaitu meningkatkan perilaku caring.Caring bukan semata-mata
perilaku. Caring adalah cara yang memiliki makna dan memotivasi
tindakan. Caring juga didefinisikan sebagai tindakan yang bertujuan memberikan
asuhan fisik dan memperhatikan emosi sambil meningkatkan rasa aman dan
keselamatan klien (Carruth et all, 1999).
1.2  Rumusan Masalah
1. Apakah Pengertian caring consept secara umum dalam keperawatan ?
2. Bagaimana perbedaan antara caring dan curing consept ?
3. Apasaja prilaku  caring yang dapat ditemui dalam tatanan pelayanan kesehatan?
4. Apa pengertian transkultural nursing ?
5. Apasaja contoh-contoh aplikasi traskultural nursing pada beberapa masalah         
kesehatan ?  

1.3  Tujuan
Makalah ini disusun dalam rangka menyelesaikan tugas mata kuliah Konsep Dasar
Keperawatan I, menambah wawasan tentang Konsep Caring di Sepanjang Rentang
Kehidupan, agar kami mahasiswa mengerti tentang bagaimana perilaku caring dalam
proses dan praktik keperawatan, dan sebagai salah satu sarana belajar mahasiswa

BAB II
PEMBAHASAN

2.1  Pengertian Caring Secara Umum


Secara bahasa, istilah caring diartikan sebagai tindakan
kepedulian. Caring secara umum dapat diartikan sebagai suatu kemampuan untuk
berdedikasi bagi orang lain, pengawasan dengan waspada, serta suatu perasaaan
empati pada orang lain dan perasaan cinta atau menyayangi.
Pengertian caring berbeda dengan care. Care adalah fenomena yang berhubungan
dengan orang berhubungan dengan bimbingan, bantuan, dukungan perilaku kepada
individu, keluarga, kelompok dengan adanya kejadian untuk memenuhi kebutuhan
aktual maupun potensial untuk meningkatkan kondisi dan kualitas kehidupan
manusia. Sedangkan caring adalah tindakan nyata dari care yang menunjukkan suatu
rasa kepedulian.
Terdapat beberapa pengertian caring menurut beberapa ahli, antara lain :
 Florence nightingale (1860) : caring adalah tindakan yang menunjukkan
pemanfaatan lingkungan pasien dalam membantu penyembuhan, memberikan
lingkungan bersih, ventilasi yang baik dan tenang kepada pasien.
 Delores gaut (1984) : caring tidak mempunyai pengertian yang tegas, tetapi ada tiga
makna dimana ketiganya tidak dapat dipisahkan, yaitu perhatian, bertanggung jawab,
dan ikhlas.
Crips dan Taylor (2001) : caring merupakan fenomena universal yang
mempengaruhi bagaimana seseorang berpikir, merasakan, dan berperilaku dalam
hubungannya dengan orang lain.
Rubenfild (1999) : caring yaitu memberikan asuhan, tanggunggung jawab, dan
ikhlas.
Crips dan Taylor (2001) : caring merupakan fenomena universal yang mempengaruhi
bagaimana seseorang berpikir, merasakan, dan berperilaku dalam hubungannya
dengan orang lain.
 Rubenfild (1999) : caring yaitu memberikan asuhan, dukungan emosional pada klien,
keluarga, dan kerabatnya secara verbal maupun nonverbal.
Jean watson (1985) : caring merupakan komitmen moral untuk melindungi,
mempertahankan, dan meningkatkan emosional pada klien, keluarga, dan kerabatnya
secara verbal maupun nonverbal.
Jean watson (1985) : caring merupakan komitmen moral untuk melindungi,
mempertahankan, dan meningkatkan martabat manusia.
Dari beberapa pengertian tersebut, dapat dipersingkat bahwa pengertian caring secara
umum adalah suatu tindakan moral atas dasar kemanusiaan, sebagai suatu cerminan
perhatian, perasaan empati dan kasih sayang kepada orang lain, dilakukan dengan
cara memberikan tindakan nyata kepedulian, dengan tujuan untuk meningkatkan
kualitas dan kondisi kehidupan orang tersebut. Caring merupakan inti dari
keperawatan.

Persepsi Klien Tentang Caring


Penelitian tentang persepsi klien penting karena pelayanan kesehatan merupakan
fokus terbesar dari tingkat kepuasan klien. Jika klien merasakan penyelenggaraan
pelayanan kesaehatan bersikap sensitif, simpatik, merasa kasihan, dan tertarik
terhadap mereka sebagai individu, mereka biasanya menjadi teman sekerja yang aktif
dalam merencanakan perawatan ( Attree, 2001 ). Klien dalam penelitian ini
menunjukkan bahwa mereka semakin puas saat perawat melakukan caring.
Biasanya klien dan perawat melakukan persepsi yang berbeda tentang caring
( Mayer, 1987; Wolf, Miller, dan Devine, 2003 ). Untuk alasan tersebut, fokuskan
pada membangun suatu hubungan yang membuat perawat mengetahui apa yang
penting bagi klien. Contoh, perawat mempunyai klien yang takut untuk dipasang
kateter intravena, perawat tersebut adalah perawat yang belum terampil dalam
memasukkan kateter intravena. Perawat tersebut memutuskan bahwa klien akan lebih
diuntungkan jika dibantu oleh perawat yang sudah terampil daripada memberikan
penjelasan prosedur untuk mengurangi kecemasan. Dengan mengetahui siapa klien,
dapat membantu perawat dalam memilih pendekatan yang paling sesuai dengan
kebutuhan klien.

Etika Pelayanan
Watson ( 1988 ) menyarankan agar caring sebagai suatu sikap moral yang ideal,
memberikan sikap pendirian terhadap pihak yang melakukan intervensi seperti
perawat. Sikap pendirian ini perlu untuk menjamin bahwa perawat bekerja sesuai
standar etika untuk tujuan dan motivasi yang baik. Kata etika merujuk pada kebiasaan
yang benar dan yang salah. Dalam setiap pertemuan dengan klien, perawat harus
mengetahui kebiasaan apa yang sesuai secara etika. Etika keperawatan bersikap unik,
sehingga perawat tidak boleh membuat keputusan hanya berdasarkan prinsip
intelektual atau analisis.
Etika keperawatan berfokus pada hubungan antara individu dengan karakter dan
sikap perawat terhadap orang lain. Etika keperawatan menempatkan perawat sebagai
penolong klien, memecahkan dilema etis dengan cara menghadirkan hubungan dan
memberikan prioritas kepada klien dengan kepribadian khusus.

Nurse Caring Behavior
1. Persepsi klien wanita ( Riemen, 1986 )
v  Berespon terhadap keunikan klien
v  Memahami dan mendukung perhatian klien
v  Hadir secara fisik
v  Memiliki sikap dan menunjukkan prilaku yang membuat klien merasa dihargai
sebagai  manusia
v  Kembali ke klien dengan sukarela tanpa diminta
v  Menunjukkan perhatian yang memberi kenyamanan dan merelaksasi klien
v  Bersuara halus dan lembut
v  Memberi perasaan nyaman
2. Persepsi klien pria ( Riemen, 1986 )
v  Hadir secara fisik sehingga klien merasa dihargai
v  Kembali ke klien dengan sukarela tanpa diminta
v  Membuat klien merasa nyaman, relaks, dan aman
v  Hadir untuk memberi kenyamanan dan memenuhi kebutuhan klien sebelum
diminta
v  Menggunakan suara dan sikap yang baik, halus, lembut dan menyenangkan
3. Persepsi klien kanker dan keluarga ( Mayer, 1986 )
v  Mengetahui bagaimana memberikan injeksi dan mengelola peralatan
v  Bersikap ceria
v  Mendorong klien untuk menghubungi perawat bila klien mempunyai masalah
v  Mengutamakan atau mendahulukan kepentingan klien
v  Mengantisipasi pengalaman pertama adalah yang terberat

4. Persepsi klien dewasa yang dirawat ( Brown, 1986 )


v  Kehadirannya menentramkan hati
v  Memberikan informasi
v  Mendemonstrasikan pengetahuan dan keterampilan profesional
v  Mampu menangani nyeri atau rasa sakit
v  Memberi waktu yang lebih banyak dari yang dibutuhkan
v  Mempromosikan otonomi
v  Mengenali kualitas dan kebutuhan individual
v  Selalu mengawasi klien

5. Persepsi dari keluarga


v  Jujur
v  Memberikan penjelasan dengan jelas
v  Selalu menginformasikan keluarga
v  Mencoba untuk membuat klien nyaman
v  Menunjukkan minat dalam menjawab pertanyaan
v  Memberikan perawatan emergensi bila perlu
v  Menjawab pertanyaan anggota keluarga secara jujur, terbuka dan ikhlas
v  Mengijinkan klien melakukan sesuatu untuk dirinya sebisa mungkin
v  Mengajarkan keluarga cara memelihara kondisi fisik yang lebih nyaman

2.2  Perbedaan Caring dan Curing


Keperawatan sebagai suatu profesi dan berdasarkan pengakuan masyarakat adalah
ilmu kesehatan tentang asuhan atau pelayanan keperawatan atau The Health Science
of Caring (Lindberg,1990:40). Secara bahasa, caring dapat diartikan sebagai tindakan
kepedulian dan curing dapat diartikan sebagai tindakan pengobatan. Namun, secara
istilah caring dapat diartikan memberikan bantuan kepada individu atau sebagai
advokasi pada individu yang tidak mampu memenuhi kebutuhan dasarnya.
Sedangkan curing adalah upaya kesehatan dari kegiatan dokter dalam prakteknya
untuk mengobati klien. Dalam penerapannya, konsep caring dan curing mempunyai
beberapa perbedaan, diantaranya:
1. Caring merupakan tugas primer perawat dan curing adalah tugas sekunder.
Maksudnya seorang perawat lebih melakukan tindakan kepedulian terhadap klien
daripada memberikan tindakan medis. Oleh karena itu, caring lebih identik dengan
perawat.
2. Curing merupakan tugas primer seorang dokter dan caring adalah tugas
sekunder. Maksudnya seorang dokter lebih melibatkan tindakan medis tanpa
melakukan tindakan caring yang berarti. Oleh karena itu, curing lebih identik dengan
dokter.
3. Dalam pelayanan kesehatan klien yang dilakukan perawat, ¾ nya
adalah caring dan ¼ nya adalahcuring.
4. Caring bersifat lebih “Healthogenic” daripada curing.
Maksudnya caring lebih menekankan pada peningkatan kesehatan daripada
pengobatan. Di dalam praktiknya, caring mengintegrasikan pengetahuan biofisik dan
pengetahuan perilaku manusia untuk meningkatkan derajat kesehatan dan untuk
menyediakan pelayanan bagi mereka yang sakit.
5. Tujuan caring adalah membantu pelaksanaan rencana pengobatan/terapi dan
membantu klien beradaptasi dengan masalah kesehatan, mandiri memenuhi
kebutuhan dasarnya, mencegah penyakit, meningkatkan kesehatan dan meningkatkan
fungsi tubuh sedangkan tujuan curing adalah menentukan dan menyingkirkan
penyebab penyakit atau mengubah problem penyakit dan penanganannya.
6. Diagnosa dalam konsep curing dilakukan dengan mengungkapkan penyakit
yang diderita sedangkan diagnosa dalam konsep caring dilakukan dengan identifikasi
masalah dan penyebab berdasarkan kebutuhan dan respon klien.
2.3 Perilaku Caring Yang Dapat Ditemui Dalam Tatanan Keperawatan

Caring bukanlah sesuatu yang dapat diajarkan, tetapi merupakan hasil dari


kebudayaan, nilai-nilai, pengalaman, dan dari hubungan dengan orang lain. Sikap
keperawatan yang berhubungan dengancaring adalah kehadiran, sentuhan kasih
sayang, mendengarkan, memahami klien, caring dalam spiritual, dan perawatan
keluarga.

1. Kehadiran
Kehadiran adalah suatu pertemuan antara seseorang dengan seseorang lainnya yang
merupakan sarana untuk mendekatkan diri dan menyampaikan manfaat caring.
Menurut Fredriksson (1999), kehadiran berarti “ada di” dan “ada dengan”. “Ada di”
berarti kehadiran tidak hanya dalam bentuk fisik, melainkan juga komunikasi dan
pengertian. Sedangkan “ada dengan” berarti perawata selalu bersedia dan ada untuk
klien (Pederson, 1993). Kehadiran seorang perawat membantu menenangkan rasa
cemas dan takut klien karena situasi tertekan.

2. Sentuhan
Sentuhan merupakan salah satu pendekatan yang menenangkan dimana perawat dapat
mendekatkan diri dengan klien untuk memberikan perhatian dan dukungan. Ada dua
jenis sentuhan, yaitu sentuhan kontak dan sentuhan non-kontak. Sentuhan kontak
merupakan sentuhan langsung kullit dengan kulit. Sedangkan sentuhan non-kontak
merupakan kontak mata. Kedua jenis sentuhan ini digambarkn dalam tiga kategori :
a) Sentuhan Berorientasi-tugas
Saat melaksanakan tugas dan prosedur, perawat menggunakan sentuhan ini.
Perlakuan yang ramah dan cekatan ketika melaksanakan prosedur akan memberikan
rasa aman kepada klien. Prosedur dilakukan secara hati-hati dan atas pertimbangan
kebutuhan klien.
b) Sentuhan Pelayanan (Caring)
Yang termasuk dalam sentuhan caring adalah memegang tangan klien, memijat
punggung klien, menempatkan klien dengan hati-hati, atau terlibat dalam
pembicaraan (komunikasi non-verbal). Sentuhan ini dapat mempengaruhi keamanan
dan kenyamanan klien, meningkatkan harga diri, dan memperbaiki orientasi tentang
kanyataan (Boyek dan Watson, 1994).
c) Sentuhan Perlindungan
Sentuhan ini merupakan suatu bentuk sentuhan yang digunakan untuk melindungi
perawat dan/atau klien (fredriksson, 1999). Contoh dari sentuhan perlindungan adalah
mencegah terjadinya kecelakaan dengan cara menjaga dan mengingatkan klien agar
tidak terjatuh.
Sentuhan dapat menimbulkan berbagai pesan, oleh karena itu harus digunakan secara
bijaksana.

3. Mendengarkan
Untuk lebih mengerti dan memahami kebutuhan klien, mendengarkan merupakan
kunci, sebab hal ini menunjukkan perhatian penuh dan ketertarikan perawat.
Mendengarkan membantu perawat dalam memahami dan mengerti maksud klien dan
membantu menolong klien mencari cara untuk mendapatkan kedamaian.

4. Memahami klien
Salah satu proses caring menurut Swanson (1991) adalah memahami klien.
Memahami klien sebagai inti suatu proses digunakan perawat dalam membuat
keputusan klinis. Memahami klien merupakan pemahaman perawat terhadap klien
sebagai acuan melakukan intervensi berikutnya (Radwin,1995). Pemahaman klien
merupakan gerbang penentu pelayanan sehingga, antara klien dan perawat terjalin
suatu hubungan yang baik dan saling memahami.

5. Caring Dalam Spiritual


Kepercayaan dan harapan individu mempunyai pengaruh terhadap kesehatan fisik
seseorang. Spiritual menawarkan rasa keterikatan yang baik, baik melalui hubungan
intrapersonal atau hubungan dengan dirinya sendiri, interpersonal atau hubungan
dengan orang lain dan lingkungan, serta transpersonal atau hubungan dengan Tuhan
atau kekuatan tertinggi.
Hubungan caring terjalin dengan baik apabila antara perawat dan klien
dapat memahami satu sama lain sehingga keduanya bisa menjalin hubungan yang
baik dengan melakukan hal seperti, mengerahkan harapan bagi klien dan
perawat; mendapatkan pengertian tentang gejala, penyakit, atau perasaan yang
diterima klien; membantu klien dalam menggunakan sumber daya sosial, emosional,
atau spiritual; memahami bahwa hubungan caring menghubungkan manusia dengan
manusia, roh dengan roh.

6. Perawatan Keluarga
Keluarga merupakan sumber daya penting. Keberhasilan intervensi keperawatan
sering bergantung pada keinginan keluarga untuk berbagi informasi dengan perawat
untuk menyampaikan terapi yang dianjurkan. Menjamin kesehatan klien dan
membantu keluarga untuk aktif dalam proses penyembuhan klien merupakan tugas
penting anggota keluarga. Menunjukkan perawatan keluarga dan perhatian pada klien
membuat suatu keterbukaan yang kemudian dapat membentuk hubungan yang baik
dengan anggota keluarga klien.

2.4 Pengertian Transcultural Nursing
Transcultural Nursing adalah suatu keilmuwan budaya pada proses belajar dan
praktek keperawatan yang fokus memandang perbedaan dan kesamaan diantara
budaya dengan menghargai asuhan, sehat dan sakit didasarkan pada nilai budaya
manusia, kepercayaan dan tindakan, dan ilmu ini digunakan untuk memberikan
asuhan keperawatan khususnya budaya atau keutuhan budaya kepada manusia
(Leininger, 2002).

Konsep Transcultural Nursing


Keperawatan transkultural adalah ilmu dan kiat yang humanis yang difokuskan pada
prilaku individu atau kelompok, serta proses untuk mempertahankan atau
meningkatkan perilaku sehat dan perilaku sakit secara fisik dan psikokultural sesuai
latar belakang budaya. (Leininger, 2002).
Konsep Utama Transcultural Nursing:
Care : perawat memberikan bimbingan dukungan kepada klien à untuk meningkatkan
kondisi klien
Caring : tindakan  mendukung, berbentuk aksi atau tindakan  
Culture : perawat mempelajari, saling share/berbagi pemahaman tentang kepercayaan
dan budaya klien
Cultural care : kemampuan kognitif untuk mengetahui nilai, norma/ kepercayaan
Nilai kultur : keputusan/kelayakan  untuk bertindak
Perbedaan kultur : berupa variasi-variasi pola nilai yang ada di masyarakat mengenai
keperawatan
Cultural care university : hal-hal umum dalam sistem nilai, norma dan budaya
Etnosentris : keyakinan ide, nilai, norma, kepercayaan lebih tinggi dari yang lain
Cultural Imposion : kecenderungan tenaga kesehatan memaksakan kepercayaan
kepada klien
Peran dan Fungsi Transkultural
Budaya mempunyai pengaruh luas terhadap kehidupan individu . Oleh sebab itu ,
penting bagi perawat mengenal latar belakang budaya orang yang dirawat ( Pasien ) .
Misalnya kebiasaan hidup sehari – hari , seperti tidur , makan , kebersihan diri ,
pekerjaan , pergaulan social , praktik kesehatan , pendidikan anak  ekspresi perasaan ,
hubungan kekeluargaaan , peranan masing – masing orang menurut umur . Kultur
juga terbagi dalam sub – kultur .
Subkultur adalah kelompok pada suatu kultur yang tidak seluruhnya mengaanut
pandangan keompok kultur yang lebih besar atau memberi makna yang berbeda .
Kebiasaan hidup juga saling berkaitan dengan kebiasaan cultural.
Nilai – nilai budaya Timur , menyebabkan sulitnya wanita yang hamil mendapat
pelayanan dari dokter pria . Dalam beberapa setting , lebih mudah menerima
pelayanan kesehatan pre-natal dari dokter wanita dan bidan . Hal ini menunjukkan
bahwa budaya Timur masih kental dengan hal – hal yang dianggap tabu.
Dalam tahun – tahun terakhir ini , makin ditekankan pentingknya pengaruh kultur
terhadap pelayanan perawatan . Perawatan Transkultural merupakan bidang yang
relative baru ; ia berfokus pada studi perbandingan nilai – nilai dan praktik budaya
tentang kesehatan dan hubungannya dengan perawatannya . Leininger ( 1991 )
mengatakan bahwa transcultural nursing merupakan suatu area kajian ilmiah yang
berkaitan dengan perbedaan maupun kesamaan nilai – nilai budaya ( nilai budaya
yang berbeda ras , yang mempengaruhi pada seseorang perawat saat melakukan
asuhan keperawatan kepada pasien. Perawatan transkultural adalah berkaitan dengan
praktik budaya yang ditujukan untuk pemujaan dan pengobatan rakyat (tradisional) .
Caring practices adalah kegiatan perlindungan dan bantuan yang berkaitan dengan
kesehatan.
Menurut Dr. Madelini Leininger , studi praktik pelayanan kesehatan transkultural
adalah berfungsi untuk meningkatkan pemahaman atas tingkah laku manusia dalam
kaitan dengan kesehatannya . Dengan mengidentifikasi praktik kesehatan dalam
berbagai budaya ( kultur ) , baik di masa lampau maupun zaman sekarang akan
terkumpul persamaan – persamaan . Lininger berpendapat , kombinasi pengetahuan
tentang pola praktik transkultural dengan kemajuan teknologi dapat menyebabkan
makin sempurnanya pelayanan perawatan dan kesehatan orang banyak dan berbagai
kultur.

2.5 contoh-contoh aplikasi traskultural nursing pada beberapa masalah         


kesehatan
     1. Aplikasi transkultural pada masalah penyakit kronik
Penyakit kronik adalah penyakit yang timbul bukan secara tiba-tiba, melainkan
akumulasi dari sesuatu penyakit hingga akhirnya menyebabkan penyakit itu sendiri.
(Kalbe medical portal) Penyakit kronik ditandai banyak penyebab. Contoh penyakit
kronis adalah diabetes, penyakit jantung, asma, hipertensi dan masih banyak lainnya.
Ada hubungan antara penyakit kronis dengan depresi. Depresi adalah kondisi kronis
yang mempengaruhi pikiran seseorang, perasaan dan perilaku sehingga sulit untuk
mengatasi peristiwa kehidupan sehari-hari.  (Andres Otero-Forero, Queensland Transcultural Mental Health
Centre).

Seseorang yang menderita depresi memiliki kemungkinan lebih tinggi menderita


penyakit kronis seperti diabetes, penyakit jantung atau asma. Penyebab depresi itu
sendiri kompleks, terkait dengan lingkungan interaksi seseorang maupun
kepribadiaannya sendiri. Beberapa faktor penyebab umum adalah:
• Faktor herediter • Trauma 
• Isolasi atau kesepian • Pengangguran
•  konflik Keluarga • Kesulitan penyelesaian
• Stres • Nyeri
Berbagai jenis depresi memerlukan cara yang berbeda dalam jenis
pengobatannya. Untuk depresi ringan, dapat dianjurkan untuk melakukan kegiatan-
kegiatan tertentu. Dalam kasus depresi parah, dianjurkan untuk mengkonsumsi obat
dan psikoterapi. Salah satu pendekatan yang muncul menjadi lebih umum untuk
segala bentuk depresi adalah manajemen diri. Manajemen diri mengacu pada strategi
orang menggunakan untuk berurusan dengan kondisi mereka. Dimana seseorang
melibatkan tindakan, sikap atau tujuan dalam mengambil atau membuat keputusan
untuk mempertahankan dan meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan.
      Pengobatan terhadap penyakit kronik yang telah dilakukan di masyarakat saat ini
amat beragam. Tidak dapat dipungkiri bahwa sistem pengobatan tradisional juga
merupakan sub unsur kebudayaan masyarakat sederhana yang telah dijadikan sebagai
salah satu cara pengobatan. Pengobatan inilah yang juga menjadi aplikasi dari
transkultural dalam mengobati suatu penyakit kronik. Pengobatan tradisional ini
dilakukan berdasarkan budaya yang telah diwariskan turun-temurun. Beberapa
contohnya adalah sebagai berikut:
1.            Masyarakat negeri Pangean lebih memilih menggunakan ramuan dukun untuk
menyembuhkan penyakit TBC, yaitu daun waru yang diremas dan airnya dimasak
sebanyak setengah gelas.
2.            Masyarakat di Papua percaya bahwa penyakit malaria dapat disembuhkan dengan
cara minta ampun kepada penguasa hutan lalu memetik daun untuk dibuat ramuan
untuk diminum dan dioleskan ke seluruh tubuh.
3.      Masyarakat Jawa memakan pisang emas bersamaan dengan kutu kepala (Jawa: tuma)
tiga kali sehari untuk pengobatan penyakit kuning.
      Pengobatan tradisional yang sering dipakai berupa pemanfaatan bahan-bahan
herbal. Herba sambiloto menjadi sebuah contoh yang khasiatnya dipercaya oleh
masyarakat dapat mengobati penyakit-penyakit kronik, seperti hepatitis, radang paru
(pneumonia), radang saluran nafas (bronchitis), radang ginjal (pielonefritis), radang
telinga tengah (OMA), radang usus buntu, kencing nanah (gonore), kencing manis
(diabetes melitus). Daun lidah budaya dan tanaman pare juga dijadikan sebagai
pengobatan herbal. Tumbuhan tersebut berkhasiat menyebuhkan diabetes melitus.
      Tidak hanya di Indonesia, di luar negeri pun masih ada negara yang meyakini
bahwa pengobatan medis bukan satu-satunya cara mengobati penyakit kronik.
Misalnya, di Afrika, penduduk Afrika masih memiliki keyakinan tradisional tentang
kesehatan dan penyakit. Mereka menganggap bahwa obat-obatan tradisional sudah
cukup untuk mengganti produk yag akan dibeli, bahkan mereka menggunakan dukun
sebagai penyembuh tradisional. Hal seperti ini juga terjadi di Amerika, Eropa, dan
Asia.
           

2.      Aplikasi transkultural pada gangguan nyeri

Nyeri adalah pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan


akibat dari kerusakan jaringan yang actual atau potensial. Nyeri adalah alasan utama
seseorang untuk mencari bantuan perawatan kesehatan. Selanjutnya, definisi nyeri
menurut keperawatan adalah apapun yang menyakitkan tubuh yang dikatakan
individu yang mengalaminya, yang ada kapanpun individu mengatakannya. Peraturan
utama dalam merawat pasien nyeri adalah bahwa semua nyeri adalah nyata, meskipun
penyebabnya belum diketahui. Keberadaan nyeri adalah berdasarkan hanya pada
laporan pasien bahwa nyeri itu ada.
Aplikasi transkultural pada gangguan nyeri baik yang dilakukan oleh pasien
berdasarkan apa yang dipercaya olehnya atau yang dilakukan oleh perawat setelah
melakukan pengkajian tentang latar belakang budaya pasien adalah sebagai berikut:
a.    Dengan membatasi gerak dan istirahat. Seorang pasien yang mengalami nyeri
diharuskan untuk tidak banyak bergerak karena jika banyak bergerak dapat
memperparah dan menyebabkan nyeri berlangsung lama. Menurut pandangan umat
Islam, seseorang yang menderita nyeri untuk mengurangi tau meredakannya dengan
posisi istirahat atau tidur yang benar yaitu badan lurus dan dimiringkan ke sebelah
kanan. Hal ini menurut sunah rasul. Dengan posisi tersebut diharapkan dapat
meredakan nyeri karena peredaran darah yang lancer akibat jantung yang tidak
tertindih badan sehingga dapat bekerja maksimal.
b.      Mengkonsumsi obat-obatan tradisional. Beberapa orang mempercayai bahwa ada
beberapa obat tradisional yang dapat meredakan nyeri bahkan lebih manjur dari obat
yang diberikan oleh dokter. Misalnya, obat urut dan tulang ‘Dapol Siburuk’ dari
burung siburuk yang digunakan oleh masyarakat Batak.
c.       Dengan dipijat atau semacamnya. Kebanyakan orang mempercayai dengan dipijat
atau semacamnya dapat meredakan nyeri dengan waktu yang singkat. Namun, harus
diperhatikan bahwa apabila salah memijat akan menyebabkan bertambah nyeri atau
hal-hal lain yang merugikan penderita. Dalam budaya Jawa ada yang disebut dukun
pijat yang sering didatangi orang banyak apabila mengalami keluhan nyeri misalnya
kaki terkilir.
Dalam menerapkan transkultural pada gangguan nyeri harus tetap
mempertahankan baik buruknya bagi si pasien. Semua aplikasi transkultural
sebaiknya dikonsultasikan kepada pihak medis agar tidak menimbulkan hal yang
tidak diinginkan.
3.  Aplikasi transkultural pada gangguan kesehatan mental
Berbagai tingkahlaku luar biasa yang dianggap oleh psikiater barat sebagai
penyakit jiwa ditemukan secara luas pada berbagai masyarakat non-barat. Adanya
variasi yang luas dari kelompok sindroma dan nama-nama untuk menyebutkannya
dalam berbagai masyarakat dunia, Barat maupun non-Barat, telah mendorong para
ilmuwan mengenai tingkahlaku untuk menyatakan bahwa penyakit jiwa adalah suatu
‘mitos’, suatu fenomena sosiologis, suatu hasil dari angota-anggota masyarakat yang
‘beres’ yang merasa bahwa mereka membutuhkan sarana untuk menjelaskan,
memberi sanksi dan mengendalikan tingkahlaku sesama mereka yang menyimpang
atau yang berbahaya, tingkahlaku yang kadang-kadang hanya berbeda dengan
tingkahlaku mereka sendiri. Penyakit jiwa tidak hanya merupakan ‘mitos’, juga
bukan semata-semata suatu masalah sosial belaka. Memang benar-benar ada
gangguan dalam pikiran, erasaan dan tingkahlaku yang membutuhkan pengaturan
pengobatan.(Edgerton 1969 : 70). Nampaknya, sejumlah besar penyakit jiwa non-barat lebih
dijelaskan secara personalistik daripada naturalistik.
Sebagaimana halnya dengan generalisasi, selalu ada hal-hal yang tidak dapat
dimasukkan secara tepat ke dalam skema besar tersebut. Kepercayaan yang tersebar
luas bahwa pengalaman-pengalaman emosional yang kuat seperti iri, takut, sedih,
malu, dapat mengakibatkan penyakit, tidaklah tepat untuk diletakkan di dalam salah
satu dari dua kategori besar tersebut. Mungkin dapat dikatakan bahwa tergantung
situasi dan kondisi, kepercayaan-kepercayaan tersebut boleh dikatakan cocok untuk
dikelompokkan ke dalam salah satu kategori. Misalnya, susto, penyakit yang
disebabkan oleh ketakutan, tersebar luas di Amerika Latin dan merupakan angan-
angan. Seseorang mungkin menjadi takut karena bertemu dengan hantu, roh, setan,
atau karena hal-hal yang sepele, seperti jatuh di air sehingga takut akan mati
tenggelam. Apabila agen-nya berniat jahat, etiologinya sudah tentu bersifat
personalistik. Namun, kejadian-kejadian tersebut sering merupakan suatu kebetulan
atau kecelakaan belaka bukan karena tindakan yang disengaja. Dalam ketakutan akan
kematian karena tenggelam, tidak terdapat agen-agen apa pun.
Kepercayaan-kepercayaan yang sudah dijelaskan di atas menimbulkan
pemikiran-pemikiran untuk melakukan berbagai pengobatan jika sudah terkena agen.
Kebanyakan pengobatan yang dilakukan yaitu mendatangi dukun-dukun atau tabib-
tabib yang sudah dipercaya penuh. Terlebih lagi untuk pengobatan gangguan mental,
hampir seluruh masyarakat desa mendatangi dukun-dukun karena mereka percaya
bahwa masalah gangguan jiwa/mental disebabkan oleh gangguan ruh jahat. Dukun-
dukun biasanya melakukan pengobatan dengan cara mengambil dedaunan yang
dianggap sakral, lalu menyapukannya ke seluruh tubuh pasien. Ada juga yang
melakukan pengobatan dengan cara menyuruh pihak keluarga pasien untuk membawa
sesajen seperti, berbagai macam bunga atau binatang ternak.

Para ahli antropologi menaruh perhatian pada ciri-ciri psikologis shaman.


Shaman adalah seorang yang tidak stabil dan sering mengalami delusi, dan mungkin
ia adalah seorang wadam atau homoseksual.namun apabila ketidakstabilan jiwanya
secara budaya diarahkan pada bentuk-bentuk konstruktif, maka individu tersebut
dibedakan dari orang-orang lain yang mungkin menunjukkan tingkahlaku serupa,
namun digolongkan sebagai abnormal oleh para warga masyarakatnya dan
merupakan subyek dari upacara-upacara penyembuhan. Dalam pengobatan, shaman
biasanya berada dalam keadaan kesurupan (tidak sadar), dimana mereka berhubungan
dengan roh pembinanya untuk mendiagnosis penyakit. para penganut paham
kebudayaan relativisme yang ekstrim menggunakan contoh shamanisme sebagai
hambatan utama dalam arguentasi mereka bahwa apa yang disebut penyakit jiwa
adalah sesuatu yang bersifat kebudayaan.
Dalam banyak masyarakat non-Barat, orang yang menunjukkan tingkahlaku
abnormal tetapi tidak bersifat galak maka sering diberi kebebasan gerak dalam
masyarakat mereka, kebutuhan mereka dipenuhi oleh anggota keluarga mereka.
Namun, jika mereka mengganggu, mereka akan dibawa ke sutu temapt di semak-
semak untuk ikuci di kamrnya. Sebuah pintu khusus (2 x 2 kaki) dibuat dalam rumah,
cukup untuk meyodorkan makanan saja bagi mereka dan sebuah pintu keluar untuk
keluar masuk komunitinya.
Usaha-usaha untuk membandingkan tipe-tipe gangguan jiwa secara lintas-budaya
umumnya tidak berhasil, sebagian disebabkan oleh kesulitan-kesulitan pada tahapan
penelitian untuk membongkar apa yang diperkirakan sebagai gejala primer dari gejala
sekunder. Misalnya, gejala-gejala primer yaitu yang menjadi dasar bagi depresi.
Muncul lebih dulu dan merupakan inti dari gangguan. Gejala-gejala sekunder dilihat
sebagai reaksi individu terhadap penyakitya ; gejala-gejala tersebut berkembang
karena ia berusaha untuk menyesuaikan diri dengan tingkahlakunya yang
berubah (Murphy, Wittkower, dan Chance 1970 : 476).

4. Kasus Transkultural terhadap Diabetes


1. Tinjauan Kasus
Nilai Gula Darah Normal
Kebanyakan manusia bervariasi sekitar 82-110 mg/dl pada keadaan sebelum makan.
Setelah makan akan naik sekitar 140 mg/dl. The American Diabetes Association
merekomendasikan kadar glukosa pasca-makan <180 mg/dl dan pra-makan pada
kadar 90-130 mg/ dl. Pada laki-laki dewasa sehat denagn berat 75 kg dan volume 5
liter darah, glukosa levelnya 110 mg/dl.
Pada penderita diabetes, kadar glukosa saat puasa >126 mg/ dl dan saat normal >200
mg/ dl.
a.   Masalah yang ditemukan pada kasus tersebut, diantaranya :
v  Laki-laki usia 50 tahun,
v  Pingsan saat rapat di kantornya,
v  Kadar gula darahnya mencapai 450mg/dl,
v  Dua tahun didiagnosis menderita Diabetes Mellitus tipe II,
v  Kegemukan, dan
v  Kesulitan mengatur makanannya karena kebiasaan budaya Jawanya makan makanan
yang manis.

b.Analisis kasus
Ditinjau dari keadaan fisik :
-          Kegemukan
-          Kadar gula darah di atas normal
Ditinjau dari pola hidup :
-          Kurang aktivitas fisik
-          Banyak mengkonsumsi makanan mengandung gula
c.   Peran perawat
o   Memberi interferensi berupa konsultasi, penyuluhan komunitas dan pasien,bantuan
dalam menjaga pola makan dan melakukan implementasi independent dari dokter
berupa pemberian obat dan aturan pemakaian.
o   Memberikan pelayanan kesehatan selama medikasi di rumah sakit dan menjaga
kondisi kesehatan pasien agar tidak menurun bahkan meningkatkan kondisi
kesehatannya.

d.   Peran dari segi transkultural


o   Memberi pendidikan kesehatan komunitas menyangkut deskripsi DM, diet dan
bahayanya
o   Mengkaji jenis makanan yang biasa dikonsumsi komunitas tersebut
o   Menghimbau pola makan yang sesuai untuk diet DM dan juga dapat diterima pada
budaya pasien→dapat berupa mengganti gula yang ditolerir oleh penderita DM atau
mengurangi konsumsi gula yang biasa digunakan.
BAB III
PENUTUP

3.1.     KESIMPULAN
Pelayanan esensial yang diberikan oleh perawat terhadap individu, keluarga ,
kelompok dan masyarakat yang mempunyai masalah kesehatan meliputi promotif,
preventif, kuratif dan rehabilitatif dengan menggunakan proses keperawatan untuk
mencapai tingkat kesehatan yang optimal. Keperwatan adalah suatu bentuk pelayanan
professional sebagai bagian integral pelayanan kesehatan berbentuk pelayanan
biologi, psikologi, social dan spiritual secara komprehensif, ditujukan kepada
individu keluarga dan masyarakat baik sehat maupun sakit mencakup siklus hidup
manusia.
Asuhan keperawatan diberikan karena adanya kelemahan fisik maupun mental,
keterbatasan pengetahuan serta kurang kemauan menuju kepada kemampuan
melaksanakan kegiatan sehari-hari secara mandiri. Kegiatan ini dilakukan dalam
upaya peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit, penyembuhan, pemulihan serta
pemeliharaan kesehatan dengan penekanan pada upaya pelayanan kesehatan utama
(Primary Health care) untuk memungkinkan setiap orang mencapai kemampuan
hidup sehat dan produktif.

3.2 SARAN
Dalam penyusunan kurikulum pendidikan perawatan seyogyanya memasukkan
unsur caring dalam setiap mata kuliah. Penekanan pada humansitik, kepedulian dan
kepercayaan, komitmen membantu orang lain dan berbagai unsur caring yang lain
harus sudah dibangun sejak perawat dalam masa pendidikan. Selain itu perlu
dilakukan sosialisasi konsep caring pada perawat guna memberikan pemahaman yang
mendalam tentang apa yang harus dilakukan perawat agar bersikap caring dalam
setiap kontak dengan pasien. Indikator-indikator caring harus dikenal dan
diaplikasikan dalam perawatan serta dievaluasi secara terus menerus

DAFTAR PUSTAKA

 http://andaners.wordpress.com/2009/04/28/konsep-keperawatan-komunitas/
Watson, Jean. (2004). Theory of human Caring. Http: //www2.uchse.edu/son/caring
Meidiana Dwidiyanti. 2008. Keperawatan Dasar. Semarang. Hasani
 http://usfinit-engky.blogspot.com/2011/12/makalah-konsep-caring.html
  http://teguhyudi-teguhyudi.blogspot.com/2011/07/aplikasi-konsep-caring-dalam-
praktek.html
MAKALAH SISTEM PELAYANAN KESEHATAN
Oleh :
BAURU MALA
2016610016

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS TRIBHUWANA TUNGGADEWI
MALANG
2020

KATA PENGANTAR

              Puji Syukur yang sedalam - dalamnya kami panjatkan kehadirat Allah Yang
Maha Kuasa karena hanya dengan rahmat dan petunjuk-Nya lah kami dapat
menyelesaikan penulisan makalah ini.
Menyadari akan keterbatasan kemampuan kami, maka dalam hal ini kami  mengharap
kritik dan saran membangun.

            Besar harapan kami semoga penulisan makalah ini dapat memenuhi syarat.
Mudah-mudahan hasil dari tugas makalah ini dapat menjadi referensi yang
bermanfaat bagi kita sekalian, Amin.

DAFTAR ISI
Kata
Pengantar.................................................................................................................... i
Daftar
Isi............................................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 .Latar
Belakang............................................................................................................. 1
1.2  Rumusan
Masalah........................................................................................................ 1
1.3 
Tujuan .............................................................................................................................
.. 1
BAB II PEMBAHASAN

1.2.1.      Apa Yang Dimaksud Dengan Sistem Pelayanan


Kesehatan……………………6

1.2.2.      Bagaimana Sistem Pelayanan


Kesehatan…………………………………………7

1.2.3.      Apa Saja Tingkat Pelayanan


Kesehatan…………………………………………..8

1.2.4.      Bagaimana Lembaga Pelayanan


Kesehatan………………………………………..8

1.2.5.      Apa Saja Lingkup Sistem Pelayanan


Kesehatan…………………………………....9

1.2.6.      Bagaimana Pelayanan Keperawatan Dalam Pelayanan


Kesehatan…………………10

1.2.7.      Faktor Apa Saja Yang Mempengaruhi Pelayanan


Kesehatan………………………11

BAB III PENUTUP
3.1.
Kesimpulan......................................................................................... ………………17
3.2  Saran.................................................................................................... ……………
…17
DAFTAR PUSTAKA

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1.       Latar Belakang

Menurut Adisasmito(2007) Sistem Kesehatan Di Indonesia Tidak Terlepas


Dari Pembangunan Kesehatan. Intinya Sistem Kesehatan Merupakan Seluruh
Aktifitas Yang Mempunyai Tujuan Utama Untuk Mempromosikan, Mengembalikan
Dan Memelihara Kesehatan. Sistem Kesehatan Memberi Manfaat Kepada Mayarakat
Dengan Distribusi Yang Adil. Sistem Kesehatan Tidak Hanya Menilai Dan Berfokus
Pada “Tingkat Manfaat” Yang Diberikan, Tetapi Juga Bagaimana Manfaat Itu
Didistribusikan.

Menurut Nototmodjo(2001) Pelayanan Di Bidang Kesehatan Merupakan


Salah Satu Bentuk Pelayanan Yang Paling Banyak Dibutuhkan Oleh Masyarakat.
Salah Satu Sarana Pelayanan Kesehatan Yang Mempunyai Peran Sangat Penting
Lainnya Dalam Memberikan Pelayanan Kesehatan Kepada Masyarakat Adalah
Rumah Sakit. Rumah Sakit Sebagai Suatu Lembaga Sosial Yang Memberikan
Pelayanan Kesehatan Kepada Masyarakat, Memiliki Sifat Sebagai Suatu Lembaga
Yang Tidak Ditujukan Untuk Mencari Keuntungan Atau Non Profit Organization.
Walaupun Demikian Kita Dapat Menutup Mata Bahwa Dibutuhkan Sistem Informasi
Di Dalam Rumah Sakit.

Menurut Wiku(2007) Rumah Sakit Merupakan Lembaga Dalam Mata Rantai


Sistem Kesehatan Nasional Dan Mengemban Tugas Untuk Memberikan Pelayanan
Kesehatan Kepada Seluruh Masyarakat, Karena Pembangunan Dan Penyelenggaraan
Kesehatan Di Rumah Sakit Perlu Diarahkan Pada Tujuan Nasional Dibidang
Kesehatan.Tidak Mengherankan Apabila Bidang Kesehatan Perlu Untuk Selalu
Dibenahi Agar Bisa Memberikan Pelayanan Kesehatan Yang Terbaik Untuk
Masyarakat. Untuk Mempertahankan Pelanggan, Pihak Rumah Sakit Dituntut Selalu
Menjaga Kepercayaan Konsumen Secara Cermat Dengan Memperhatikan Kebutuhan
Konsumen Sebagai Upaya Untuk Memenuhi Keinginan Dan Harapan Atas Pelayanan
Yang Diberikan.

Menurut Nototmodjo(2001) Tercantumnya Pelayanan Kesehatan Sebagai Hak


Masyarakat Dalam Konstituisi, Menempatkan Status Sehat Dan Pelayanan Kesehatan
Merupakan Hak Masyarakat. Fenomena Demikian Merupakan Keberhasilan
Pemerintah Selama Ini Dalam Kebijakan Politik Di Bidang Kesehatan (Heath
Politics), Yang Menuntut Pemerintah Maupun Masyarakat Untuk Melakukan Upaya
Kesehatan Secara Tersusun, Menyeluruh Dan Merata.

Oleh Sebab Itu, Dalam Makalah Ini Kami Akan Membahas Mengenai “Sistem
Pelayanan Kesehatan”

1.2.       Rumusan Masalah

1.2.1.      Apa Yang Dimaksud Dengan Sistem Pelayanan Kesehatan?


1.2.2.      Bagaimana Sistem Pelayanan Kesehatan?

1.2.3.      Apa Saja Tingkat Pelayanan Kesehatan?

1.2.4.      Bagaimana Lembaga Pelayanan Kesehatan?

1.2.5.      Apa Saja Lingkup Sistem Pelayanan Kesehatan?

1.2.6.      Bagaimana Pelayanan Keperawatan Dalam Pelayanan


Kesehatan?

1.2.7.      Faktor Apa Saja Yang Mempengaruhi Pelayanan Kesehatan.

1.3.1.      Tujuan Umum

Mengetahui System Pelayanan Kesehatan Di Indonesia. Mulai Dari


Pelayanan, Tingkat, Lembaga, Ruang Lingkup, Hingga Faktor Yang
Mempengaruhi Pelayanan Kesehatan.

1.3.2.      Tujuan Khusus

1) Untuk Memenuhi Tugas Konsep Dasar Keperawatan Ii


Tentang Sistem Pelayanan Kesehatan.
2) Untuk Menambah Wawasan Pengetahuan Bagi Mahasiswa (I)
Sekolah  Tinggi Ilmu Kesehatan Darul Azhar Batulicin.

1.4.       Manfaat

Memberikan Wawasan Tentang Sistem Pelayanan Kesehatan.


Serta Dapat Meningkatkan Wawasan Pengetahuan

BAB II

TINJAUN PUSTAKA

2.1.       Pengertian Sistem Kesehatan


Menurut Who(1996) Sistem Kesehatan Adalah Suatu Jaringan Penyedia
Pelayanan Kesehatan (Supply Side) Dan Orang-Orang Yang Menggunakan Pelayanan
Tersebut (Demand Side) Di Setiap Wilayah, Serta Negara Dan Organisasi Yang
Melahirkan Sumber Daya Tersebut, Dalam Bentuk Manusia Maupun Dalam Bentuk
Material. Dalam Definisi Yang Lebih  Luas Lagi, Sistem Kesehatan Mencakup
Sektor-Sektor Lain Seperti Pertanian Dan Lainnya.

2.2.       Pengertian Pelayanan Kesehatan

Menurut Prof. Dr. Soekidjo Notoatmojo(2001) Pelayanan Kesehatan Adalah


Sub Sistem Pelayanan Kesehatan Yang Tujuan Utamanya Adalah Pelayanan
Preventif (Pencegahan) Dan Promotif (Peningkatan Kesehatan) Dengan Sasaran
Masyarakat.

Menurut Depkes Ri (2009) Pelayanan Kesehatan Adalah Setiap Upaya Yang


Diselenggarakan Sendiri Atau Secara Bersama-Sama Dalam Suatu Organisasi Untuk
Memelihara Dan Meningkatkan Kesehatan, Mencegah Dan Menyembuhkan Penyakit
Serta Memulihkan Kesehatan Perorangan, Keluarga, Kelompok Dan Ataupun
Masyarakat. 

Jadi Pelayanan Kesehatan Adalah Sub Sistem Pelayanan Kesehatan Yang Tujuan
Utamanya Adalah Promotif (Memelihara Dan Meningkatkan Kesehatan), Preventif
(Pencegahan),Kuratif (Penyembuhan), Dan Rehabilitasi (Pemulihan) Kesehatan
Perorangan, Keluarga, Kelompok Atau Masyarakat, Lingkungan. Yang Dimaksud
Sub Sistem Disini Adalah Sub Sistem Dalam Pelayanan Kesehatan Yaitu Input ,
Proses, Output, Dampak, Umpan Balik.

2.3.       Sistem Pelayanan Kesehatan

Menurut Hidayat(2008) Sistem Pelayanan Kesehatan Merupakan Bagian


Penting Dalam Meningkatkan Derajat Kesehatan. Melalui Sistem Ini Tujuan
Pembangunan Kesehatan Dapat Tercapai Dengan Efektif, Efisien Dan Tepat Sasaran.
Menurut Hidayat(2008) Keberhasilan Sistem Pelayanan Kesehatan Tergantung Dari
Berbagai Komponen Yang Masuk Dalam Pelayanan Kesehatan. Sistem Terbentuk
Dari Subsistem Yang Saling Berhubungan Dan Saling Mempengaruhi. Sistem Terdiri
Dari: Input, Proses, Output, Dampak, Umpan Balik Dan Lingkungan

Gambar 2.3. Bagan Komponen Sinstem Pelayanan Kesehatan

1.             Input

Merupakan Sistem Yang Akan Memberikan Segala Masukan Untuk


Berfungsinya Sebuah Sistem. Input Pelayanan Kesehatan Meliputi: Potensi
Masyarakat, Tenaga Dan Sarana Kesehatan, Dan Sebagainya.

2.  Proses

Merupakan Kegiatan Merubah Sebuah Masukan Menjadi Sebuah Hasil Yang


Diharapkan Dari Sistem Tersebut. Proses Dalam Pelayanan Kesehatan Meliputi
Berbagai Kegiatan Dalam Pelayanan Kesehatan.

3.    Output
Merupakan Hasil Yang Diperoleh Dari Sebuah Proses. Output Pelayanan
Kesehatan Dapat Berupa Pelayanan Yang Berkualitas Dan Terjangkau Sehingga
Masyarakat Sembuh Dan Sehat.

4.   Dampak
Merupakan Akibat Dari Output Atau Hasil Suatu Sistem, Terjadi Dalam Waktu
Yang Relatif Lama. Dampak Sistem Pelayanan Kesehatan Adalah Masyarakat Sehat,
Angka Kesakitan Dan Kematian Menurun.

5.Umpan Balik

Merupakan Suatu Hasil Yang Sekaligus Menjadi Masukan. Terjadi Dari


Sebuah Sistem Yang Saling Berhubungan Dan Saling Mempengaruhi. Umpan Balik
Dalam Pelayanan Kesehatan Dapat Berupa Kualitas Tenaga Kesehatan.
6.   Lingkungan
Adalah Semua Keadaan Diluar Sistem Tetapi Dapat Mempengaruhi
Pelayanan Kesehatan.

2.4. Tingkat Pelayanan Kesehatan

Menurut Leavel & Clark(2005) Tingkat Pelayanan Kesehatan Merupakan


Bagian Dari Sistem Pelayanan Kesehatan Yang Diberikan Pada Masyarakat. Dalam
Memberikan Pelayanan Kesehatan Harus Memandang Pada Tingkat Pelayanan
Kesehatan Yang Akan Diberikan, Yaitu:

1. Health Promotion (Promosi Kesehatan)

Merupakan Tingkat Pertama Dalam Memberikan Pelayanan Melalui


Peningkatan Kesehatan. Bertujuan Untuk Meningkatkan Status Kesehatan
Masyarakat. Contoh: Kebersihan Perorangan, Perbaikan Sanitasi Lingkungan, Dan
Sebagainya.

2. Specific Protection (Perlindungan Khusus)

Adalah Masyarakat Terlindung Dari Bahaya Atau Penyakit-Penyakit Tertentu.


Contoh: Imunisasi, Perlindungan Keselamatan Kerja.

3. Early Diagnosis And Prompt Treatment (Diagnosis Dini & Pengobatan Segera)

Sudah Mulai Timbulnya Gejala Penyakit. Dilakukan Untuk Mencegah


Penyebaran Penyakit. Contoh: Survey Penyaringan Kasus.

2.5. Lembaga Pelayanan Kesehatan

Menurut Hidayat(2008) Lembaga Pelayanan Kesehatan Merupakan


Tempat Pemberian Pelayanan Kesehatan Pada Masyarakat Untuk Meningkatkan
Status Kesehatan. Bervariasi Berdasarkan Tujuan Pemberian Pelayanan Kesehatan.

1.  Rawat Jalan
Pusat Pelayanan Rawat Jalan, Sama Dengan Klinik, Memberi Pelayanan
Kesehatan Dengan Cara Rawat Jalan. Pusat Tersebut Mungkin Bergabung Dengan
Rumah Sakit Atau Berfungsi Secara Mandiri Dibawah Suatu Yayasan Atau Dibawah
Pengawasan Seorang Dokter Atau Sekelompok Dokter. Pusat Pelayanan Rawat Jalan
Mungkin Dapat Berlokasi Dalam Suatu Fasilitas Rawat Inap; Tetapi Sebagian Besar
Berdiri Sendiri Dan Berlokasi Jauh Dari Institusi Rawat Inap Yang Besar. “Pusat-
Bedah” Merupakan Salah Satu Contoh Dari Pusat Pelayanan Rawat Jalan Dimana
Klien Datang Untuk Melakukan Prosedur Oprasi Minor Seperti Pengangkatan
Katarak, Bedah Plastik, Dan Prosedur Endoskopi. “Pusat Perawatan Darurat” Yang
Memberikan Pelayanan 24 Jam Bagi Klien Dengan Cedera Minor Atau Penyakit
Seperti Laserasi Dan Influenza. Pusat Perawatan Darurat Menawarkan Alternatif
Pelayanan Seperti Yang Diberikan Pada Ruang Kedaruratan Rumah Sakit.

2.   Institusi

Lembaga Institusional Terdiri Dari Rumah Sakit, Fasilitas Perawatan Yang


Diperluas, Fasilitas Psikiatri, Dan Pusat Rehabilitasi. Semuanya Menawarkan Bentuk
Pelayanan Kesehatan Rawat Inap (Klien Diterima Masuk Dan Tingga;L Di Suatu
Institusi Untuk Penentuan Diagnosa, Menerima Pelayanan Pengobatan Dan
Rehabilitasi). Sebagian Besar Institusi Juga Menawarkan Pelayanan Rawat Jalan
(Klien Berkunjung Ke Suatu Institusi Untuk Menerima Suatu Episode Diagnosa Atau
Pengobatan Yang Akan Selesai Dalam Beberapa Jam).

3.  Hospice
Adalah Suatu Sistem Perawatan Yang Berpusat Pada Keluarga Yang Bertujuan
Agar Klien Dapat Tinggal Dirumahnya Dengan Aman, Mandiri, Dan Penuh Harga
Diri, Sambil Meringankan Penderitaan Yang Disebabkan Oleh Penyakit Terminal
Yang Dideritanya. Fokus Perawatan Hospice Adalah Perawatan Paliatif, Bukan
Pengobatan Kuratif. Hospice Dapat Bermanfaat Untuk Klien Yang Berada Pada
Tahap Terminal Dengan Penyakit Apapun, Seperti Kardiomiopati, Sklerosis
Multiple, Aids, Kanker, Emfisema, Atau Penyakit Ginjal.

4  Community Based Agency

Merupakan Bagian Dari Lembaga Pelayanan Kesehatan Yang Dilakukan Pada


Klien Pada Keluarganya, Sebagaimana Pelaksanaan Perawatan Keluarga Seperti
Praktek Perawat Keluarga Dan Lain-Lain.

2.6.  Lingkup Sistem Pelayanan Kesehatan

Menurut Perry(2009) Dalam Sistem Pelayanan Kesehatan Dapat Mencakup


Pelayanan Dokter, Pelayanan Keperawtan, Dan Pelayanan Kesehatan Masyarakat.
Dokter Merupakan Subsistem Dari Pelayanan Kesehatan. Subsistem Pelayanan
Kesehatan Tersebut Memiliki Tujuan Masing-Masing Dengan Tidak Meninggalkan
Tujuan Umum Dari Pelayanan Kesehatan. Pelayanan Kesehatan Yang Ada Sekarang
Ini Dapat Diselenggarakan Oleh Pihak Pemerintah Maupun Swasta. Dalam Pelayanan
Kesehatan Terdapat 3 Bentuk, Yaitu:

1.   Primary Health Care (Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama)

Pelayanan Kesehatan Ini Dibutuhkan Atau Dilaksanakan Pada Masyarakat


Yang Memiliki Masalah Kesehatan Yang Ringan Atau Masyarakat Sehat Tetapi
Ingin Mendapatkan Peningkatan Kesehatan Agar Menjadi Optimal Dan Sejahtera
Sehingga Sifat Pelayanan Kesehatan Adalah Pelayanan Kesehatan Dasar. Pelayanan
Kesehatan Ini Dapat Dilaksanakan Oleh Puskesmas Atau Balai Kesehatan
Masyarakat Dan Lain-Lain.

2.    Secondary Helath Care (Pelayanan Kesehatan Tingkat Kedua)

Untuk Pelayanan Kesehatan Ini Diperlukan Bagi Masyarakat Atau Klien


Yang Membutuhkan Perawatan Dirumah Sakit Atau Rawat Inap Dan Tidak
Dilaksanakan Di Pelayanan Kesehatan Utama. Pelayanan Kesehatan Ini Dilaksanakan
Di Rumah Sakit Yang Tersedia Tenaga Spesialis Atau Sejenisnya.

3.  Tertiary Health Services (Pelayanan Kesehatan Tingkat Ketiga)

Palayanan Kesehatan Ini Merupakan Tingkat Pelayanan Yang Tertinggi


Dimana Tingkat Pelayanan Ini Apabila Tidak Lagi Dibutuhkan Pelayanan Pada
Tingkat Pertama Dan Kedua.  Biasanya Pelayanan Ini Membutuhkan Tenaga-Tenaga
Yang Ahli Atau Spesialis Dan Sebagai Rujukan Utama Seperti Rumah Sakit Yang
Tipe A Atau B.

2.7. Pelayanan Keperawatan Dalam Pelayanan Kesehatan

Menurut Hidayat(2008) Pelayanan Keperawatan Dalam Pelayanan Kesehatan


Merupakan Bagian Dari Pelayanan Kesehatan Yang Meliputi Pelayanan Dasar &
Rujukan Sehingga Meningkatkan Derajat Kesehatan. Pada Tingkat Pelayanan Dasar
Dilakukan Di Lingkup Puskesmas Dengan Pendekatan Askep Keluarga Dan
Komunitas Yang Berorientasi Pada Tugas Keluarga Dalam Kesehatan, Diantaranya
Mengenal Masalah Kesehatan Secara Dini, Mengambil Keputusan, Menanggulangi
Keadaan Darurat, Memberikan Pelayanan Dasar Pada Anggota Keluarga Yang Sakit
Serta Memodifikasi Lingkungan.
Pada Lingkup Pelayanan Rujukan, Tugas Perawat Adalah Memberikan Askep Pada
Ruang Atau Lingkup Rujukannya, Seperti: Asuhan Keperawatan Anak, Askep Jiwa,
Askep Medikal Bedah, Askep Maternitas, Askep Gawat Darurat, Dan Sebagainya.

2.8. Faktor Yang Mempengaruhi Pelayanan Kesehatan

Menurut Hidayat(2008) Dalam Memberikan Pelayanan Kesehatan Tidak


Segalanya Tercapai Sasaran, Akan Tetapi Membutuhkan Suatu Proses Untuk
Mengetahui Masalah Yang Ditimbulkannya. Pelaksanaan Pelayanan Kesehatan Juga
Akan Lebih Berkembang Atau Sebaliknya Akan Terhambat Karena Dipengaruhi
Oleh Beberapa Faktor, Yaitu:
1. Ilmu Pengetahuan Dan Teknologi Baru

Pelaksanaan Sistem Pelayanan Kesehatan Dapat Dipengaruhi Oleh Ilmu


Pngetahuan Dan Teknologi Baru, Mengingat Perkembangan Ilmu Pengetahuan Dan
Teknologi, Maka Akan Diikuti Oleh Perkembangan Pelayanan Kesehatan Atau Juga
Sebagai Dampaknya Pelayanan Kesehatan Jelas Lebih Mengikuti Perkembangan Dan
Teknologi Seperti Dalam Pelayanan Kesehatan Untuk Mengatasi Masalah Penyakit-
Penyakkit Yang Sulit Dapat Digunakan Penggunaan Alat Seperti Laser, Terapi
Perubahan Gen Dan Lain-Lain. Berdasarkan Itu, Maka Pelayanan Kesehatan
Membutuhkan Biaya Yang Cukup Mahal Dan Pelayanan Akan Lebih Profesional
Dan Butuh Tenaga-Tenaga Yang Ahli Dalam Bidng Tertentu

2.  Pergeseran Nilai Masyarakat

Berlangsungnya Sistem Pelayanan Kesehatan Juga Dapat Dipengaruhi


Oleh Nilai Yang Ada Dimasyarakat Sebagai Penggunaan Jasa Pelayanan, Dimana
Dengan Beragamnya Masyarakat, Maka Dapat Menimbulkan Pemanfaatan Jasa
Pelayanan Kesehatan Yang Berbeda. Masyarakat Yang Sudah Maju Dengan
Pengetahuan Yang Tinggi, Maka Akan Memiliki Kesadaran Yang Lebih Dalam
Penggunaan Atau Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan, Demikian Juga Sebaliknya
Pada Masyarakat Yang Memiliki Pengetahuan Yang Kurang Akan Memiliki
Kesadaran Yang Rendah Terhadap Pelayanan Kesehatan, Sehingga Kondisi
Demikian Akan Sangat Mempengaruhi Sistem Pelayanan Kesehatan.

3.     Aspek Legal Dan Etik

Dengan Tingginya Kesadaran Masyarakat Terhadap Penggunaan Atau


Pemanfaatan Jasa Pelayanan Kesehatan, Maka Akan Semakin Tinggi Pula Tuntutan
Hukum Da Etik Dalam Pelayanan Kesehatan, Sehingga Pelaku Pemberi Pelayanan
Kesehatan Harus Dituntut Untuk Memberikan Pelayanan Kesehatan Secara
Profesional Dengan Memperhatikan Nilai-Nilai Hukum Dan Etika Yang Ada
Dimasyarakat.
4.     Ekonomi
Pelaksanaan Pelayanan Kesehatan Akan Dipengaruhi Oleh Tingkat
Ekonomi Di Masyarakat. Semakin Tinggi Ekonomi Seseorang, Pelayanan Kesehatan
Akan Lebih Diperhatikan Dan Mudah Dijangkau, Demikian Juga Sebaliknya Apabila
Tingkat Ekonomi Seseorang Rendah, Maka Akan Sulit Menjangkau Pelayanan
Kesehatan Mengingat Biaya Dalam Jasa Pelayanan Kesehatan Membutuhkan Biaya
Yang Cukup Mahal. Keadaan Ekonomi Ini Yang Akan Dapat Mempengaruhi Dalam
Sistem Pelayanan Kesehatan.

5.  Politik
Kebijakan Pemerintah Melalui Sistem Politik Yang Ada Akan Sangat
Berpengaruh Sekali Dalam Sistem Pemberian Pelayanan Kesehatan. Kebijakan-
Kebijakan Yang Ada Dapat Memberikan Pola Dalam Sistem PelayanaN
BAB III

PENUTUP

3.1.  Kesimpulan

Sistem Pelayanan Kesehatan Merupakan Bagian Penting Dalam


Meningkatkan Derajat Kesehatan. Dalam Sistem Ini Terdapat Tingkat, Lembaga,
Lingkup Dan Faktor Yang Mempengaruhi Dalam Terlaksananya Sistem Pelayanan
Kesehatan Tersebut.

3.2.   Saran

Dalam Sistem Pelayanan Kesehatan Perlu Terus Di Tingkatkannya Mutu


Serta Kualitas Dari Pelayanan Kesehatan Agar Sistem Pelayanan Ini Dapat Berjalan
Dengan Efektif, Itu Semua Dapat Dilakukan Dengan Melihat Nilai-Nilai Yang Ada
Di Masyarakat, Dan Diharapkan Perawat Dapat Memberikan Pelayanan Dengan
Kualitas Yang Bagus Dan Baik.
DAFTAR PUSTAKA

Depkes Ri., (2009) Sistem Kesehatan Nasional. Jakarta

Hidayat, A.A. A., (2008)  Pengantar Konsep Dasar Keperawatan, Edisi 2, Jakarta:


Salemba Medika.

Notoatmodjo Soekidjo., (2001) Peran Pelayanan Kesehatan Swasta Dalam


Menghadapi Masa Krisis. Jakarta:Suara Pembaruan Daily.

Perry, Potter., (2009) Fundamental Keperawatan,Buku 1, Edisi 7. Jakarta: Salemba


Medika.

Potter,Patricia.Perry,Anne Griffin., (2005) Buku Ajar Fundamental Keperawatan,


Edisi 4, Volume 1. Egc: Jakarta

Satrianegara, M. Fais., (2009) Buku Ajar Organisasi Dan Manajemen Pelayanan


Kesehatan Serta Kebidanan. Jakarta: Salemba Medika.
Makalah Sejarah Perkembangan Keperawatan Di Dunia

Oleh :
BAURU MALA
2016610016

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS TRIBHUWANA TUNGGADEWI
MALANG
2020

Kata Pengantar

Puji Syukur Kita Ucapkan Kepada Tuhan Yang Maha Esa Yang Telah Melimpahkan
Rahmat Dan Karunia-Nya Sehingga Kami Bisa Menyelesaikan Makalah “Sejarah
Perkembangan Keperawatan Di Dunia Dan Di Indonesia”, Dengan Tepat Pada
Waktunya. Banyak Rintangan Dan Hambatan Yang Kami Hadapi Dalam Penyusunan
Makalah Ini. Namun Berkat Bantuan Dan Dukungan Dari Teman-Teman Serta
Bimbingan Dari Dosen Pembimbing, Sehingga Kami Bisa Menyelesaikan
Makalah  Ini. Dengan Adanya Makalah Ini Di Harapkan Dapat Membantu Dalam
Proses Pembelajaran Dan Dapat Menambah Pengetahuan Para Pembaca. Penulis Juga
Tidak Lupa Mengucapkan Banyak Terima Kasih Kepada Semua Pihak Yang Telah
Memberikan Bantuan, Dorongan Dan Doa.

Tidak Lupa Pula Kami Mengharap Kritik Dan Saran Untuk Memperbaiki Makalah
Kami Ini, Di Karenakan Banyak Kekurangan Dalam Mengerjakan Makalah Ini.
 

Daftar Isi

Halaman
Judul …………………………………………………………………………. I

Kata
Pengantar……………………………………………………………………………….
. Ii

Daftar
Isi ……………………………………………………………………………………. Ii
i

Pendahuluan
………………………………………………………………………………….  Iv

Bab I Pendahuluan

Latar Belakang ………………………………………………………………………..
1

Tujuan…………………………………………………………………………………
……….  1

Bab Ii  Sejarah Perkembangan Keperawatan


Definisi
Keperawatan…………………………………………………………………………2

Sejarah Perkembangan Keperawatan Di Duni………………………………………2

Sejarah Perkembangan Keperawatan Di Indonesia ……………………………..5

Trend Keperawatan Sekarang Dan Masa Depan ………………………………….7

Bab Iii  Penutup

Kesimpulan……………………………………………………………………………
…….10

Saran-
Saran……………………………………………………………………………………
…10

Daftar Pustaka

Bab I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Menurut Kelompok Kami, Merawat Orang Sakit Merupakan Salah Satu Sifat
Kemanusiaan Yang Terdapat Dalam Diri Manusia. Politik, Agama, Serta Keadaan
Masyarakat Selama Ini Memainkan Perananan Dalam Timbulnya Pekerjaan
Keperawatan.

Di Dunia Ini, Setiap Orang Pasti Pernah Merasakan Sakit. Bukan Hanya, Dokter Saja
Yang Mampu Mengobati, Dokter Juga Pastinya Membutuhkan Rekan Kerja Yang
Dapat Membantunya ,Yang Dapat Mengerti Tentang Masalah Medis. Perawatan Bagi
Individu Yang Sehat Ataupun Sakit, Dari Segala Umur, Latar Belakang, Budaya
,Emosi, Psikologis, Intelektual, Social, Dan Kebutuhan Rohani.

Pada Masalah Lalu, Pasang Surut Keperawatan Selalu Berkaitan Dengan Peperangan,
Serta Kemakmuran. Perkembangan Keperawatan Di Indonesia Dipengaruhi Oleh
Kondisi Social Ekonomi Yaitu Pada Saat Penjajahan Belanda, Inggris, Dan Jepang.
Pada Umumnya Pelayanan Orang-Orang Sakit Tersebut Dipandang Sebagai Suatu
Tindakan Amal.

1.2. Tujuan

Tujuan Umum

Makalah Ini Bertujuan Untuk Memperkenalkan Aspek-Aspek Umum Tentang


Berkembangnya Kesehatan Di Dunia.

Tujuan Khusus

Makalah Ini Bertujuan Untuk Meningkatkan Minat Pembaca Untuk


Mengetahui Lebih Luas Lagi Tentang Perkembangan Keperawatan Di Dunia Dan Di
Indonesia.
BAB II

PEMBAHASAN

A.Definisi Keperawatan

Perawat Adalah Mereka Yang Memiliki Kemampuan Dan Kewenangan


Melakukan Tindakan Keperawatan Berdasarkan Ilmu Yang Dimilikinya Yang
Diperoleh Melalui Pendidikan Keperawatan (Uu Kesehatan No. 23, 1992).

Menurut Effendy (1995), Perawatan Adalah Pelayanan Essensial Yang Diberikan


Oleh Perawat Terhadap Individu, Keluarga Dan Masyarakat. Pelayanan Yang
Diberikan Adalah Upaya Mencapai Derajat Kesehatan Semaksimal Mungkin Sesuai
Dengan Potensi Yang Dimiliki Dalam Menjalankan Kegiatan Di Bidang Promotif,
Preventif, Kuratif Dan Rehabilitatif Dengan Menggunakan Proses Keperawatan.

Merawat Mempunyai Suatu Posisi Sentral. Merawat Merupakan Suatu


Kegiatan Dalam Ruang Lingkup Yang Luas Yang Dapat Menyangkut Diri Kita
Sendiri, Menyangkut Sesuatu Yang Lain Dan Menyangkut Lingkungan. Jika Kita
Merawat Sesuatu, Kita Menginginkan Hasil Yang Dicapai Akan Memuaskan. Jadi
Kita Akan Selalu Berusaha Untuk Mencapai Sesuatu Keseimbangan Antara
Keinginan Kita Dan Hasil Yang Akan Diperoleh.

B.Sejarah Perkembangan Keperawatan Di Dunia

Sejarah  Perkembangan Keperawatan Di Dunia

Merawat Orang Sama Tuanya Dengan Keberadaan Umat Manusia. Oleh Karena Itu
Perkembangan  Keperawatan, Termasuk Yang Kita Ketahui Saat Ini, Tidak Dapat
Dipisahkan Dan Sangat Dipengaruhi Oleh Perkembangan Struktur Dan Kemajuan
Peradaban Manusia. Kepercayaan Terhadap Animisme, Penyebaran Agama-Agama
Besar Dunia Serta Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat.
Perkembangan Keperawatan Masa Sebelum Masehi

Pada Masa Sebelum Masehi Perawatan Belum Begitu Berkembang, Disebabkan


Masyarakat Lebih Mempercayai Dukun Untuk Mengobati Dan Merawat Penyakit.
Dukun Dianggap Lebih Mampu Untuk Mencari, Mengetahui, Dan Mengatasi Roh
Yang Masuk Ke Tubuh Orang Sakit. Demikian Juga Di Mesir Yang Bangsanya
Masih Menyembah Dewa Iris Agar Dapat Disembuhkan Dari Penyakit. Sementara Itu
Bangsa Cina Menganggap Penyakit Disebabkan Oleh Setan Atau Makhluk Halus
Dan Akan Bertambah Parah Jika Orang Lain Menyentuh Orang Sakit Tersebut.

Perkembangan Keperawatan Masa Setelah Masehi

Kemajuan Pradaban Manusia Dimulai Ketika Manusia Mengenal Agama. Penyebaran


Agama Sangat Mempengaruhi Perkembangan Peradaban Manusia, Sehingga
Berdampak Positif Terhadap Perkembangan Keperawatan.

Perkembangan Keperawatan Masa Penyebaran Kristen

Pada Permulaan Masehi, Agama Kristen Mulai Berkembang. Pada Masa Itu,
Keperawatan Mengalami Kemajuan Yang Berarti, Seiring Dengan Kepesatan
Perkembangan Agama Kristen. Ini Dapat Di Lihat Pada Masa Pemerintahan Lord
Constantine, Yang Mendirikan Xenodhoeum Atau Hospes (Latin), Yaitu Tempat
Penampungan Orang Yang Membutuhkan Pertolongan Terutama Bagi Orang-Orang
Sakit Yang Memerlukan Pertolongan Dan Perawatan.

Perkembangan Keperawatan Masa Penyebaran Islam

Pada Pertengahan Abad Vi Masehi, Agama Islam Mulai Berkembang. Pengaruh


Agama Islam Terhadap Perkembangan Keperawatan Tidak Terlepas Dari
Keberhasilan Nabi Muhammad Saw Menyebarkan Agama Islam. Memasuki Abad
Vii Masehi Agama Islam Tersebar Ke Berbagai Pelosok Negara. Pada Masa Itu Di
Jazirah Arab Berkembang Pesat Ilmu Pengetahuan Seperti: Ilmu Pasti, Ilmu Kimia,
Hygiene Dan Obat-Obatan. Prinsip-Prinsip Dasar Perawatan Kesehatan Seperti
Pentingnya Menjaga Kebersihan Makanan, Air Dan Lingkungan Berkembang Secara
Pesat. Tokoh Keperawatan Yang Terkenal Dari Dunia Arab Pada Masa Tersebut
Adalah “Rafida”.\

Perkembangan Keperawatan Masa Kekuasaan

Pada Permulaan Abad Xvi, Struktur Dan Orientasi Masyarakat Mengalami


Perubahan, Dari Orientasi Kepada Agama Berubah Menjadi Orientasi Kepada
Kekuasaan, Yaitu: Perang, Eksplorasi Kekayaan Alam Serta Semangat Kolonialisme.
Pada Masa Itu Telah Terjadi Kemunduran Terhadap Perkembangan Keperawatan,
Dimana Gereja Dan Tempat-Tempat Ibadah Ditutup, Sehingga Tenaga Perawat
Sangat Jauh Berkurang. Untuk Memenuhi Kekurangan Tenaga Tersebut Maka
Digunakanlah Bekas Wanita Jalanan (Wts) Yang Telah Bertobat Sebagai, Sehingga
Derajat Seorang Perawat Turun Sangat Drastis Dipandangan Masyarakat Saat Itu.

Perkembangan Keperawatan Di Inggris

Perkembangan Keperawatan Di Inggris Sangat Penting Untuk Kita Pahami, Karena


Inggris Melalui Florence Nightingle Telah Membuka Jalan Bagi Kemajuan Dan
Perkembangan Keperawatan Yang Kemudian Diikuti Oleh Negara-Negara Lain.

Florence Nightingle, Lahir Dari Keluarga Kaya Dan Terhormat Pada Tahun 1820 Di
Flronce (Italia). Setahun Setelah Kelahirannya, Keluarga Florence Kembali Ke
Inggris. Di Inggris Florence Mendapatkan Pendidikan Sekolah Yang Baik Sehingga
Ia Mampu Menguasai Bahasa Perancis, Jerman, Dan Italia. Pada Usia 31 Tahun
Florence Mengikuti Kursus Pendidikan Perawat Di Keiserwerth (Italia) Dan
Liefdezuster Di Paris, Dan Setelah Pendidikan Ia Kembali Ke Inggris.

Pada Saat Perang Krim (Crimean War) Terjadi Di Turki Tahun 1854, Florence
Bersama 38 Suster Lainnya Di Kirim Ke Turki. Berkat Usaha Florence Dan Teman-
Teman, Telah Terjadi Perubahan Pada Bidang Hygiene Dan Keperawatan Dengan
Indikator Angka Kematian Turun Sampai 2%. Kontribusi Florence Nightingle Bagi
Perkembangan Keperawatan Adalah Menegaskan Bahwa Nutrisi Merupakan Satu
Bagian Penting Dari Asuhan Keperawatan, Meyakinkan Bahwa Okupasional Dan
Rekreasi Merupakan Suatu Terapi Bagi Orang Sakit, Mengidentifikasi Kebutuhan
Personal Klien Dan Peran Perawat Untuk Memenuhinya, Menetapkan Standar
Manajemen Rumah Sakit, Mengembangkan Suatu Standar Okupasi Bagi Klien
Wanita, Mengembangkan Pendidikan Keperawatan, Menetapkan 2 (Dua) Komponen
Keperawatan, Yaitu: Kesehatan Dan Penyakit. Meyakinkan Bahwa Keperawatan
Berdiri Sendiri Dan Berbeda Dan Berbeda Dengan Profesi Kedokteran Dan
Menekankan Kebutuhan Pendidikan Berlanjut Bagi Perawat.

Penyebaran Keperawatan Di Dunia

A) Mesir

Bangsa Mesir Pada Zaman Purba Telah Menyembah Banyak Dewa. Dewa Yang
Terkenal Antara Lain Isis. Mereka Beranggapan Bahwa Dewa Ini Menaruh Minat
Terhadap Orang Sakit Dan Memberikan Pertolongan Pada Waktu Si Sakit Sedang
Tidur. Didirikanlah Kuil Yang Merupakan Rumah Sakit Pertama Di Mesir. Ilmu
Ketabiban Terutama Ilmu Bedah Telah Dikenal Oleh Bangsa Mesir Zaman Purba (±
4800 Sm). Dalam Menjalankan Tugasnya Sebagai Tabib Ia Menggunakan Bidai
(Spalk), Alat-Alat Pembalut, Ia Mempunyai Pengetahuan Tentang Anatomi, Hygienr
Umum Serta Tentang Obat-Obatan. Didalam Buku-Buku Tertulis Dalam Kitab
Papyrus Didalamnya Memuat Kurang Lebih 700 Macam Resep Obat-Obatan Dari
Mesir.

B ) Babylon Dan Syiria

Ilmu Pengetahuan Tentang Anatomi Dan Obat-Obat Ramuan Telah Diketahui


Oleh Bangsa Babylon Sejak Beberapa Abad Sm. Pada Salah Satu Tulisan Yang
Menyatakan Bahwa Pada 680 Sm Orang Telah Mengetahui Cara Menahan Darah
Yang Keluar Dari Hidung Dan Merawat Jerawant Pada Muka. Bangsa Babylon
Menyembah Dewa Oleh Karena Itu Perawatan Atau Pengobatan Berdasarkan
Kepercayaan Tersebut.

C ) Yahudikuno

Ilmu Pengetahuan Bangsa Yahudi Banyak Di Peroleh Dari Bangsa Mesir.


Misalnya : Cara-Cara Memberi Pengobatan Orang Yang Terkenal Adalah Musa. Ia
Juga Dikenal Sebagai Seorang Ahli Hygiene. Dibawah Pimpinannya Bangsa Yahgudi
Memajukan Minatnya Yang Besar Terhadap Kebersihan Umum Dan Kebersihan
Diri. Undang-Undang Kesehatan Bangsa Yahudi Menjadi Dasar Bagi Hygiene
Modern Dimana Cara-Cara Dan Peraturannya Sesuai Dengan Bakteriologi Zaman
Sekarang, Misalnya :

1)      Pemeriksaan Dan Peminilah Bahan Makanan Yang Akan Di   Makan.

2)      Mengadakan Cara Pembuangan Kotoran Manusia.

3)      Pelarangan Makan Daging Babi Karena Dapat Menimbulkan Suatu Penyakit.

4)      Memberitahukan Kepada Yang Berwajib Bila Ada Penyakit Yang Berbahaya,


Sehingga

Dapat Diambil Tindakan.

C.Sejarah Perkembangan Keperawatan Di Indonesia

Sejarah Perkembangan Keperawatan Sebelum Kemerdekaan

Pada Masa Pemerintahan Kolonial Belanda, Perawat Berasal Dari Penduduk Pribumi
Yang Disebut “Velpleger” Dengan Dibantu “Zieken Oppaser” Sebagai Penjaga
Orang Sakit. Mereka Bekerja Pada Rumah Sakit Binnen Hospital Di Jakarta Yang
Didirikan Tahun 1799.

Pada Masa Voc Berkuasa, Gubernur Jendral Inggris Raffles (1812-1816), Telah
Memiliki Semboyan “Kesehatan Adalah Milik Manusia” Pada Saat Itu Raffles Telah
Melakukan Pencacaran Umum, Membenahi Cara Perawatan Pasien Dengan
Gangguan Jiwa Serta Memperhatikan Kesehatan Dan Perawatan Tahanan.

Setelah Pemerintah Kolonial Kembali Ke Tangan Belanda, Di Jakarta Pada Tahun


1819 Didirikan Beberapa Rumah Sakit. Salah Satunya Adalah Rumah Sakit
Sadsverband Yang Berlokasi Di Glodok-Jakarta Barat. Pada Tahun 1919 Rumah
Sakat Tersebut Dipindahkan Ke Salemba Dan Sekarang Dengan Nama Rs. Cipto
Mangunkusumo (Rscm).

Dalam Kurun Waktu 1816-1942 Telah Berdiri Beberapa Rumah Sakit Swasta Milik
Misionaris Katolik Dan Zending Protestan Seperti: Rs. Persatuan Gereja Indonesia
(Pgi) Cikini-Jakarta Pusat, Rs. St. Carolos Salemba-Jakarta Pusat. Rs. St Bromeus Di
Bandung Dan Rs. Elizabeth Di Semarang. Bahkan Pada Tahun 1906 Di Rs. Pgi Dan
Tahun 1912 Di Rscm Telah Menyelenggarakan Pendidikan Juru Rawat. Namun
Kedatangan Jepang (1942-1945) Menyebabkan Perkembangan Keperawatan
Mengalami Kemunduran.

Sejarah Perkembangan Keperawatan Setelah Kemerdekaan

A)Periode1945-1962

Tahun 1945 S/D 1950 Merupakan Masa Transisi Pemerintahan Negara


Kesatuan Republik Indonesia. Perkembangan Keperawatan Pun Masih Jalan Di
Tempat. Ini Dapat Dilihat Dari Pengembanagan Tenaga Keperawatan Yang Masih
Menggunakan System Pendidikan Yang Telah Ada, Yaitu Perawat Lulusan
Pendidikan Belanda (Mulo + 3 Tahun Pendidikan), Untuk Ijazah A (Perawat Umum)
Dan Ijazah B Untuk Perawat Jiwa. Terdapat Pula Pendidikan Perawat Dengan Dasar
(Sr + 4 Tahun Pendidikan) Yang Lulusannya Disebut Mantri Juru Rawat.

Baru Kemudian Tahun 1953 Dibuka Sekolah Pengatur Rawat Dengan Tujuan
Menghasilkan Tenaga Perawat Yang Lebih Berkualitas. Pada Tahun 1955, Dibuka
Sekolah Djuru Kesehatan (Sdk) Dengan Pendidikan Sr Ditambah Pendidikan Satu
Tahun Dan Sekolah Pengamat Kesehatan Sebagai Pengembangan Sdk, Ditambah
Pendidikan Lagi Selama Satu Tahun.

Pada Tahun 1962 Telah Dibuka Akademi Keperawatan Dengan Pendidikan Dasar
Umum Sma Yang Bertempat Di Jakarta, Di Rs. Cipto Mangunkusumo. Sekarang
Dikenal Dengan Nama Akper Depkes Di Jl. Kimia No. 17 Jakarta Pusat.

Walupun Sudah Ada Pendidikan Tinggi Namun Pola Pengembangan Pendidikan


Keperawatan Belum Tampak, Ini Ditinjau Dari Kelembagaan Organisasi Di Rumah
Sakit. Kemudian Juga Ditinjau Dari Masih Berorientasinya Perawat Pada
Keterampilan Tindakan Dan Belum Dikenalkannya Konsep Kurikulum Keperawatan.
Konsep-Konsep Perkembangan Keperawatan Belum Jelas, Dan Bentuk Kegiatan
Keperawatan Masih Berorientasi Pada Keterampilan Prosedural Yang Lebih Dikemas
Dengan Perpanjangan Dari Pelayanan Medis.

B)Periode1963-1983
Periode Ini Masih Belum Banyak Perkembangan Dalam Bidang Keperawatan.
Pada Tahun 1972 Tepatnya Tanggal 17 April Lahirlah Organisasi Profesi Dengan
Nama Persatuan Perawat Nasional Indonesia (Ppni) Di Jakarta. Ini Merupakan Suatau
Langkah Maju Dalam Perkembangan Keperawatan. Namun Baru Mulai Tahun 1983
Organisasi Profesi Ini Terlibat Penuh Dalam Pembenahan Keperawatan Melalui
Kerjasama Dengan Chs, Depkes Dan Organisasi Lainnya.

C)Periode 1984 Sampai Dengan Sekarang

Pada Tahun 1985, Resmi Dibukanya Pendidikan S1 Keperawatan Dengan Nama


Progran Studi Ilmu Keperawatan (Psik) Di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesi
Di Jakarta. Sejak Saat Itulah Psik-Ui Telah Menghasilkan Tenaga Keperawatan
Tingkat Sarjana Sehingga Pada Tahun 1992 Dikeluarkannya Uu No. 23 Tentang
Kesehatan Yang Mengakui Tenaga Keperawatan Sebagai Profesi.
Pada Tahun 1996 Dibukanya Psik Di Universitas Padjajaran Bandung. Pada Tahun
1997 Psik-Ui Berubah Statusnya Menjadi Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas
Indonesia (Fik-Ui), Dan Untuk Meningkatkan Kualitas Lulusan, Pada Tahun 1998
Kurikulum Pendidikan Ners Disyahkan Dan Digunakan. Selanjutnya Juga Pada
Tahun 1999 Kurikulum D-Iii Keperawatan Mulai Dibenahi Dan Mulai Digunakan
Pada Tahun 2000 Sampai Dengan Sekarang.

D.Trend Keperawatan Sekarang Dan Masa Depan

Kemajuan Ilmu Pengetahuan Dan Teknologi Di Segala Bidang Termasuk


Bidang Kesehatan, Peningkatan Status Ekonomi Masyarakat, Peningkatan Perhatian
Terhadap Pelaksanaan Hak Asasi Manusia, Kesadaran Masyarakan Akan Kebutuhan
Kesehatan Mengakibatkan Masyarakat Semakin Sadar Akan Pentingnya Hidup Sehat
Dan Melahirkan Tuntutan Akan Pelayanan Kesehatan Yang Berkualitas.

Pergeseran Akan Fenomena Tersebut, Telah Mengubah Sifat Pelayanan Keperawatan


Dari Pelayanan Fokasional Yang Hanya Berdasarkan Keterampilan Belaka Kepada
Pelayanan Profesional Yang Berpija Pada Penguasaan Iptek Keperawatan Dan
Spesialisasi Dalam Pelayanan Keperawatan.

Fokus Peran Dan Fungsi Perawat Bergeser Dari Penekanan Aspek Kuratif Kepada
Peran Aspek Preventif Dan Promotif Tanpa Meninggalkan Peran Kuratif Dan
Rehabilitatif. Kondisi Ini Menuntut Uapaya Kongkrit Dari Profesi Keperawatan,
Yaitu Profesionalisme Keperawatan. Proses Ini Meliputi Pembenahan Pelayanan
Keperawatan Dan Mengoptimalkan Penggunaan Proses Keperawatan, Pengembangan
Dan Penataan Pendidikan Keperawatan Dan Juga Antisipasi Organisasi Profesi
(Ppni).

Pengembangan Dan Penataan Pendidikan Keperawatan

Meningkatnya Tuntutan Masyarakat Terhadap Pelayanan Keperawatan Yang


Profesional, Telah Memicu Perawat Untuk Terus Mengembangkan Dirinya Dalam
Berbagai Bidang, Terutama Penataan Sistem Pendidikan Keperawatan. Oleh Karena
Itu Profesi Keperawatan Dengan Landasan Yang Kokoh Perlu Memperhatikan
Wawasan Keilmuan, Orientasi Pendidikan Dan Kerangka Konsep Pendidikan

A) Wawasan Keilmuan

Pada Tingkat Pendidikan Akademi, Penggunaan Kurikulum D Iii Keperawatan


1999, Merupakan Wujud Dari Pembenahan Kualitas Lulusan Keperawatan. Wujud
Ini Dapat Dilihat Dengan Adanya:

Mata Kuliah Umum (Mku), Yaitu : Pendidikan Agama, Pancasila.

Mata Kuliah Dasar Keahliah (Mkdk), Yaitu: Anatomi, Fisiologi.

Mata Kuliah Keahlian (Mkk), Yaitu: Kdk, Kdm I Dan

Demikian Juga Halnya Dengan Tingkat Pendidikan S1 Keperawatan, Yaitu Dengan


Berlakunya Kurikulum Ners Pada Tahun 1998.Sementara Itu Di Fakultas Ilmu
Keperawatan Universitas Indonesia (Fik-Ui) Telah Dibuka S2 Keperawatan Untuk
Studi Manajemen Keperawatan, Keperawatan Maternitas Dan Keperawatan
Komunitas. Dan Selanjutnya Akan Dibuka Studi S2 Keperwatan Jiwa Dan
Keperawatan Medikal Bedah.

Dapat Disimpulkan Bahwa Saat Ini Perkembangan Keperawatan Diarahkan Kepada


Profesionalisme Dengan Spesialisasi Bidang Keperawatan.

B) Orientasi Pendidikan

Pendidkan Keperawatan Bagaimanapun Akan Tetap Berorientasi Pada


Pengembangan Pengetahuan Dan Teknologi, Artinya Pengalaman Belajar Baik
Kelas, Laboraturium Dan Lapangan Tetap Mengikuti Kemajuan Ilmu Pengetahuan
Dan Teknologi Serta Memanfaatkan Segala Ilmu Yang Memungkinkan Penguasaan
Iptek.

C) Kerangka Konsep
Berpikir Ilmiah Pembiasaan Sikap Dan Tingkah Laku Profesional, Belajar
Aktif, Pendidikan Di Lingkungan Masyrakat Serta Penguasaan Iptek Keperawatan
Merupakan Karakteristik Dari Pendidikan Profesional Keperawatan.

Perkembangan Pelayanan Keperawatan

Perubahan Adat Pelayanan Dari Fokasional Menjadi Perawat Dengan Fokus Asuhan
Keperawatan Dengan Peran Prefentif Dan Promotif Tanpa Melupakan Peran Kreatif
Dan Rehabilitatif Harus Didukung Dengan  Peningkatan Sumber Daya Manusia
Dibidang Keperawatan. Sehingga Pada Pelaksaan Pemberian Sumber Keperawatan
Dapat Terjadinya Pelayanan Yang Efisien, Efektif, Serta Berkualitas. Selanjtunya,
Saat Ini Jug Atelah Berkembangan Berbagai Model Prektis Keperawatan Profesional,
Seperti :

Praktik Keperawatan Di Rumah Sakit Kesehatan.

Praktik Keperawatan Di Rumah (Home Caffe)

Praktik Keperawatan Berkelompok (Nursing Home)

Praktik Keperawatan Perorangan, Yaitu Melalui Keputusan Kepmenkes No. 647


Tahun 2000, Yang Kemudian Di Revisi Menjadi Kepmenkes No. 1239 Tahun 2001
Tentang Registrasi Dan Praktik Keperawatan.

 
BAB III

PENUTUP

A.Kesimpulan

Keperawatan Merupakan Sebuah Ilmu Dan Profesi Yang Memberikan Pelayanan


Kesehatan Guna Untuk Meningkatkan Kesehatan Bagi Masyarakat. Keperawatan
Sudah Ada Sejak Manusia Itu Ada Dan Hingga Saat Ini Profesi Keperawatan
Berkembang Dengan Pesat. Sejarah Perkembangan Keperawatan Di Indonesia Tidak
Hanya Berlangsung Di Tatanan Praktik, Dalam Hal Ini Layanan Keperawatan, Tetapi
Juga Di Dunia Pendidikan Keperawatan. Pendidikan Keperawatan Memberi
Pengaruh Yang Besar Terhadap Kualitas Layanan Keperawatan. Karenanya, Perawat
Harus Terus Meningkatkan Kompetensi Dirinya, Salah Satunya Melalui Pendidikan
Keperawatan Yang Berkelanjutan.

B.Saran

Dari Kesimpulan Yang Ada Maka Kita Sebagai Perawat Atau Calon Perawat Harus
Terus Meningkatkan Kompetensi Dirinya, Salah Satunya Melalui Pendidikan
Keperawatan Yang Berkelanjutan, Sehingga Kita Tidak Mengalami Ketertinggalan
Dari Keperawatan Internasional.

Daftar Pustaka

Hidayat A. Aziz Alimul. (2007). Pengantar Konsep Dasar Keperawatan Eds 2.


Salemba Medika: Jakarta
Alimul, A.H. (2002), Pengantar Pendidikan Keperawatan. Sagung Seto: Jakarta

Effendy, N. (1995), Pengantar Proses Keperawatan. Egc: Jakarta

Gaffar, L.O.J. (1999), Pengantar Praktik Keperawatan Professional. Egc: Jakarta

Stevens, P.J.M, Et Al. (1999) Ilmu Keperawatan. Jilid I, Ed. 2. Egc: Jakarta

 
MAKALAH FALSAFAH KEPERAWATAN

Oleh :
BAURU MALA
2016610016

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS TRIBHUWANA TUNGGADEWI
MALANG
2020
BAB  I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Keperawatan sebagai bagian integral pelayanan kesehatan merupakan  suatu
bentuk  pelayanan professional yang didasarkan pada ilmu keperawatan. Pada
perkembangannya  ilmu keperawatan selalu mengikuti perkembangan ilmu lain,
mengingat ilmu keperawatan  merupakan ilmu terapan yang selalu berubah mengikuti
perkembangan zaman.
Demikian juga dengan pelayanan keperawatan di Indonesia, kedepan
diharapkan harus mampu memberikan pelayanan kepada masyarakat secara
profesional sesuai dengan tuntutan kebutuhan masyarakat serta teknologi bidang 
kesehatan yang senantiasa berkembang. Pelaksanaan asuhan keperawatan di sebagian
besar  rumah sakit Indonesia umumnya telah menerapkan pendekatan ilmiah melalui
proses keperawatan.
Dalam dunia keperawatan, masyarakat secara umum masih memandang
profesi keperawatan sebagai profesi asistensi dokter atau perkerja sosial yang sifatnya
membantu orang sakit atas instruksi – instruksi dokter bahkan dikalangan praktisi
perawat pun kadang – kadang masih memiliki pandangan yang tidak utuh terhadap
profesinya sendiri, hal ini dapat dilihat di beberapa pelayanan kesehatan, pelayanan
keperawatan masih bersifat vocasional belum sepenuhnya beralih ke pelayanan yang
profesional.
Untuk itulah paradigma dalam keperawatan sangat membantu masyarakat
secara umum maupun perawat khususnya dalam menyikapi dan menyelesaikan
berbagai persoalan yang melingkupi profesi keperawatan seperti aspek pendidikan
dan pelayanan keperawatan, praktik keperawatan dan organisasi profesi.

B.     Pentingnya Paradigma
Mengapa paradigma ini begitu penting ? dalam hal ini paradigma akan sangat
membantu seseorang ataupun masyarakat luas untuk memahami dunia kepada kita
dan membantu kita untuk memahami setiap fenomena yang terjadi di sekitar kita.
Fenomena dalam keperawatan adalah prilaku klien dalam menghadapi ketidakpastian
kondisinya atau menghadapi ketidaknyamanan dari sebagian atau seluruh anggota
tubuhnya atau masalah – masalah yang yang muncul dalam bidang keilmuan tertentu.
                                                                                                 

C.    Tujuan Makalah
         Untuk mengetahui falsafah paradigma keperawatan.
D.    Rumusan Masalah
         Apa yang dimaksud falsafah dan paradigma keperawatan perkembangan ilmu?
Bagaimana falsafah dan paradigma keperawatan?
 BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Falsafah Keperawatan


            Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan profesional yang merupakan
bagian integral dari layanan kesehatan, didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan.
            Falsafah Keperawatan: kenyakinan perawat terhadap nilai-nilai keperawatan
yang menjadi pedoman dalam memberikan asuhan keperawatan.

B.     Keyakinan Yang Harus Dimiliki Perawat


a.       Manusia adalah individu yang unik holistik
b.      Meningkatkan derajat kesehatan yang optimal
c.       Kolaborasi dengan tim kesehatan dan pasien/keluarga.
d.      Proses keperawatan
e.       Perawat bertanggung jawab dan bertanggung gugat
f.       Pendidikan keperawatan harus dilaksanakan terus-menerus

C.    Pengertian Paradigma Keperawatan


            Paradigma keperawatan : Merupakan suatu pandangan global yang dianut
oleh perawat yang mengatur hubungan di antara teori guna mengembangkan model
konseptual dan teori-teori keperawatan sebagai kerangka kerja keperawatan.
D.    Keperawatan
a.       Memberikan layanan kesehatan
b.      Memberikan bantuan yang paripurna dan efektif kepada klien
c.       Membantu klien (dari level individu hingga masyarakat)
d.      Melaksanakan intervensi keperawatan :
§  Promotif
§  Preventif
§  Kuratif
§  Rehabilitatif

      E. PERAN DAN FUNGSI PERAWAT


A. Peran Perawat
             1.Peran sebagai pemberi Asuhan Keperawatan.
Peran sebagai pemberi asuhan keperawatan ini dapat dilakukan perawat
dengan memeprhatikan keadaan kebutuhan dasar manusia yang dibutuhkan melalui
pemberian pelayanan keperawatan dengan menggunakan proses keperawatan
sehingga dapat ditentukan diagnosis keperawatan agar bias direncakan dan
dilaksanakan tindakan yang tepat sesuai dengan tingkat kebutuhan dasar manusia,
kemudian dapat dievaluasi tingkat perkembangannya. Pemberian asuhan keperawatan
ini dilakukan dari yang sederhana sampai dengan kompleks
2. Peran Sebagai Advokat ( Pembela)
 Klien Peran ini dilakukan perawat dalam membantu klien dan keluarga dalam
meninterpretasikan berbagia informasi dari pemberi pelayanan atau informasi lain
khususnya dalam pengambilan persetujuan atas tindakan keperawatan yang diberikan
kepada pasiennya, juga dapat berperan mempertahankan dan melindungi hak-hak
pasien yang meliputi hak atas pelayanan sebaik-baiknya, hak atas informasi tentang
penyakitnya, hak atas privasi, hak untuk menentukan nasibnya sendiri dan hak untuk
menerima ganti rugi akibat kelalaian.
3. Peran Sebagai Edukator Peran ini dilakukan untuk :
a. Meningkatkan tingkat pengetahuan kesehatan dan kemampuan klien
mengatasi       kesehatanya.
b. Perawat memberi informasi dan meningkatkan perubahan perilaku klien
4. Peran Sebagai Koordinator
 Peran ini dilaksanakan dengan mengarahkan, merencanakan serta
mengorganisasi pelayanan kesehatan dari tim kesehatan sehingga pemeberian
pelayanan kesehatan dapat terarah serta sesuai dengan kebutuhan klien.
5. Peran Sebagai Kolaborator
 Perawat disini dilakukan karena perawat bekerja melalui tim kesehatan yang
terdiri dari dokter fisioterapis, ahli gizi, dan lain-lain dengan berupaya
mengidentifikasi pelayanan keperawatan yang diperlukan termasuk diskusi atau tukar
pendapat dalam penentuan bentuk pelayanan selanjutnya.
            6. Peran Sebagai Konsultan
 Peran disini adlah sebagai tempat konsultasi terhadap masalah atau tindakan
keperawatan yang tepat untuk diberikan.
 7. Peran Sebagai Pembeharu
 Peran sebagai pembaharu dapat dilakukan dengan mengadakan perencanaan,
kerja sama, perubahan yang sistematis dan terarah sesuai dengan metode pemberian
pelayanan keperawatan.
Selain peran perawat menurut konsorsium ilmu kesehatan, terdapat
pembagian peran perawat menurut hasil lokakarya keperawatan tahun 1983 yang
membagi menjadi 4 peran diantaranya peran perawat sebagai pelaksana pelayanan
keperawatan, peran perawat sebagai pengelola pelayanan dan institusi keperawatan,
peran perawat sebagai pendidik dalam keperawatan serta peran perawat sebagai
peneliti dan pengembang pelayanan keperawatan
B. Fungsi Perawat
1.Fungsi Independen
Merupakan fungsi mandiri dan tidak tergantung pada orang lain, dimana
perawat dalam melaksanakan tugasnya dilakukan secara sendiri dengan keputusan
sendiri dalam melakukan tindakan dalam rangka memenuhi kebutuhan dasar manusia
seperti pemenuhan kebutuhan fisiologis (pemenuhan kebutuhan oksigenasi,
pemenuhan kebutuhan cairan dan elektrolit, pemenhuan kebutuhan nutrisi,
pemenuhan kebutuhan aktivitas, dan lain-lain), pemenuhan kebutuhan keamanan dan
kenyamanan, pemenuhan kebutuhan cinta mencintai, pemenuhan kebutuhan harga
diri dan aktualisasi diri.
2. Fungsi Dependen
 Merupakan fungsi perawat dalam melaksanakan kegiatannya atas pesan atau
instruksi dari perawat lain. Sehingga sebagai tindakan pelimpahan tugas yang
diberikan. Hal ini biasanya dilakukan oleh perawat spesialis kepada perawat umum,
atau dari perawat primer ke perawat pelaksana.
 3. Fungsi Interdependen
            Fungsi ini dilakukan dalam kelompok tim yang ber sifat saling
ketergantungan di antara tam satu dengan lainya fungsa ini dapat terjadi apa bila
bentuk pelayanan membutuhkan kerjasama tim dalam pemberian pelayanan seperti
dalam memberikan asuhan keperawatan pada penderaita yang mempunyai penyskit
kompleks keadaan ini tidak dapat diatasi dengan tim perawat saja melainkan juga dari
dokter ataupun lainya, seperti dokter dalam memberikan tanda pengobatan
bekerjasama dengan perawat dalam pemantauan reaksi obat yang telah di berikan.
F.Keperawatan Sebagai Profesi

Hall (1968) memberikan gambaran tentang suatu profesi yaitu suatu pekerjaan
yang harus melalui proses empat tahapan antara lain :

1.    Memperoleh badan pengetahuan dari institusi pendidikan tinggi


2.    Menjadi pekerjaan utama

3.    Adanya organisasi profesi

4.    Terdapat kode etik

Profesi mempunyai ciri – ciri sebagai berikut :


1. Didukung oleh badan ilmu yang sesuai dengan bidangnya (antalogi), jelas
wilayah kerja keilmuannya (Epistomologi), dan aplikasinya (Axiologi).
2. Profesi diperoleh melalui pendidikan dan pelatihan yang terencana, terus-
menerus dan bertahap.
       3. Pekerjaan profesi diatur oleh kode etik profesi serta diakui secara legal melalui
perundang-  undangan.
4. Peraturan dan ketentuan yang mengatur hidup dan kehidupan profesi (standar
pendidikan dan pelatihan, standar pelayanan, dan kode etik) serta pengawasan
terhadap pelaksanaan peraturan-peraturan tersebut dilakukan sendiri oleh warga
profesi (Winsley, 1964).

G. Perkembangan Profesionalisme Keperawatan


Melihat catatan sejarah tentang awal mula keberadaan perawat di Indonesia,
yang diperkirakan baru bermula pada awal abad ke 19, dimana disebutkan adanya
perawat saat itu adalah dikarenakan adanya upaya tenaga medis untuk memberikan
pelayanan kesehatan yang lebih baik sehingga diperlukan tenaga yang dapat
membantu atau tenaga pembantu. Tenaga tersebut dididik menjadi seorang perawat
melalui pendidikan magang yang berorientasi pada penyakit dan cara pengobatannya.
Sampai dengan perkembangan keperawatan di Indonesia pada tahun 1983 PPNI
(Persatuan Perawat Nasional Indonesia) melakukan Lokakarya Nasional Keperawatan
di Jakarta, melalui lokakarya tersebut perawat bertekad dan bersepakat menyatakan
diri bahwa keperawatan adalah suatu bidang keprofesian.
Perkembangan profesionalisme keperawatan di Indonesia berjalan seiring
dengan perkembangan pendidikan keperawatan yang ada di Indonesia. Pengakuan
perawat profesionalan pemula adalah bagi mereka yang berlatarbelakang pendidikan
Diploma III keperawatan. Program ini menghasilkan perawat generalis sebagai
perawat profesional pemula, dikembangkan dengan landasan keilmuan yang cukup
dan landasan profesional yang kokoh.
Perkembangan pendidikan keperawatan dalam rangka menuju tingkat
keprofesionalitasan tidak cukup sampai di tingkat diploma saja, diilhami keinginan
dari profesi keperawatan untuk terus mengembangkan pendidikan maka berdirilah
PSIK FK-UI (1985) dan kemudian disusul dengan pendirian program paska sarjana
FIK UI (1999).
BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Perawatan merupakan bagian dari sistem pelayanan kesehatan dan salah satu
faktor yang memenuhi tercapainya pembangunan nasional, oleh karena itu tenaga
keperawatan berada ditatanan pelayanan kesehatan terdepan dengan kontak pertama
dan terlama dengan klien, yaitu selama 24 jam perhari dan 7 hari perminggu, maka
perawat perlu mengetahui dan memahami tentang paradigma keperawatan, peran,
fungsi dan tanggung jawab sebagai perawat profesional agar dapat memberikan
pelayanan keperawatan yang optimal dalam memberikan asuhan keperawata pada
klien. Perawat harus selalu memperhatikan keadaan secara individual dari segi bio,
psiko, sosial, spiritual dan cultural.
B.     Saran
Kami sebagai penulis dapat berharap kepada para pembaca, setelah membaca
makalah ini. Para pembaca apalagi para mahasiswa keperawatan dapat
mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari - hari. Sehingga dapat
mengetahui tentang apa itu falsafah dan paradigm keperawatan dalam perkembangan
ilmu.
DAFTAR PUSTAKA

http://www.slideshare.net/IyounkMandalahi/makalah-falsafah-dan-paradigma-
keperawatan

http://beequinn.wordpress.com/nursing/kdk-konsep-dasar-keperawatan/falsafah-dan-
paradigma-keperawatan-perkembangan-ilmu-keperawatan/

http://dickysatman.blogspot.co.id/2012/08/peran-dan-fungsi-perawat.html
http://oktavia-nurse.blogspot.co.id/2012/04/makalah-keperawatan-sebagai-
profesi.html
MAKALAH KONSEP DASAR KEPERAWATAN

Keperawatan Sebagai Profesi

Oleh :
BAURU MALA
2016610016

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS TRIBHUWANA TUNGGADEWI
MALANG
2020

Bab i
Pendahuluan
1.1    latar belakang
            Perawat sebagai tenaga professional bertanggung jawab dan berwenang
memberikan pelayanan keperawanan secara mandiri dan berkolaborasi dengan tenaga
kesehatan sesuai dengan kewenangannya, terutama terkait dengan lingkup praktik
dan perawat.
Praktik keperawatan adalah tindakan mandiri perawat professional melalui kerjasma
bersifat kolaborasi dengan klien dan tenaga kesehatan lainnya dalam memberikan
asuhan keperawatan sesuai lingkupwewenang dan tanggung jawabnya.
            Lingkup kewenangan perawat dalam praktik
keperawatan professional meliputi sistem klien (individu, keluarga, kelompok khusus
dan masyarakat) dalam rentang sehat dan sakit, sepanjang daur kehidupan.
Untuk penerapan praktik keperawatan tersebut perlu ketetapan (legislasi) yang
mngatur hak dan kewajiban perawat yang terkait, dengan pekerjaan profesi. Legislasi
dimaksudkan untuk memberikan perlindungan hukum bagi masyarakat, dan perawat.
Dalam rangka perlindungan hukum tersebut, perawat perlu diregistrasi, disertifikasi
dan memperoleh ijin praktik (lisensi).
            Departemen kesehatan ri telah mengeluarkan kepmenkes no
1239/2001 tentang “registrasi dan praktik perawat”, ketetapan ini perlu dijabarkan
lebih lanjut, maka direktorat pelayanan keperawatan bekerjasama dengan bagian
hukmas departemen kesehatan dan organisasi profesi persatuan perawat nasional
indonesia (ppni) menyusun petunjuk pelaksanaan kepmenkes no 1239/2001 yang
meliputi hak, kewajiban dan wewenang, tindakan keperawatan, persyaratan praktik
keperawatan, mekanisme pembinaan dan pengawasan.
1.2    rumusan masalah
Bagaimana keperawata sebagai profesi  itu?
Bagaimana peran dan fungsi perawat itu ?
1.3    tujuan
Makalah ini di buat dengan  tujuan agar mahasiswa, tenaga kesehatan atau
tenaga medis dapat memahami keperawatan sebagai profesi,peran dan fungsi
perawat.
1.4    manfaat
Makalah ini di buat oleh kami agar kami dapat memahami dan
mengaplikasikan langsung dalam praktik di lapangan mengenai keperawatan sebagai
profesi,peran dan fungsi perawat.

Bab ii
Pembahasan
2.1 pengertian dan kriteria profesi.
            Profesi adalah kata serapan dari sebuah kata dalam bahasa inggris “profess”,
yang dalam bahasa yunani adalah “επαγγελια”, yang bermakna: “janji untuk
memenuhi kewajiban melakukan suatu tugas khusus secara tetap/permanen”.
            Profesi adalah pekerjaan yang membutuhkan pelatihan dan penguasaan
terhadap suatu pengetahuan khusus. Suatu profesi biasanya memiliki asosiasi
profesi, kode etik, serta proses sertifikasidan lisensi yang khusus untuk bidang profesi
tersebut. Contoh profesi adalah pada
bidang hukum, kedokteran, keuangan, militer,teknikdan desainer.
            Seseorang yang memiliki suatu profesi tertentu, disebut profesional.
Walaupun begitu, istilah profesional juga digunakan untuk suatu aktivitas yang
menerima bayaran, sebagai lawan kata dariamatir. Contohnya adalah petinju
profesional menerima bayaran untuk pertandingan tinju yang dilakukannya,
sementara olahraga tinju sendiri umumnya tidak dianggap sebagai suatu profesi.
Menurut muchtar luthfi dari universitas riau (lihat mimbar,3, 1984:44), seseorang
disebut memiliki profesi bila ia memenuhi 8 (delapan) kriteria dan selanjutnya
ditambah 2 (dua) kriteria lainnya oleh finn (1953, lihat miarso, 1986:28-29) sebagai
berikut:
1. Profesi harus mengandung keahlian.
Artinya, suatu profesi itu mesti ditandai oleh suatu keahlian yang khusus untuk
profesi itu. Keahlian itu tidak dimiliki oleh profesi lain. Keahlian itu diperoleh
dengan cara mempelajarinya secara khusus; profesi bukan diwarisi.
2. Profesi dipilih karena panggilan hidup dan dijalani sepenuh waktu.
Artinya, profesi dipilih karena dirasakan sebagai kewajiban; sepenuh waktu
maksudnya dijalani dalam jangka yang panjang bahkan seumur hidup; bukan part-
time, melainkan full-time; bukan dilakukan sebagai pekerjaan sambilan atau
pekerjaan sementara yang akan ditinggalkan bila ditemukan pekerjaan lain yang
dirasakan lebih menguntungkan.
3. Profesi memiliki teori-teori yang baku secara universal.
Artinya, profesi itu dijalani menurut aturan yang jelas, dikenal umum, teorinya
terbuka. Secara universal pegangannya itu diakui.
4.profesi adalah untuk masyarakat, bukan untuk diri sendiri.
Maksudnya ialah profesi itu merupakan alat dalam mengabdikan diri kepada
masyarakat, bukan untuk kepentingan diri sendiri seperti untuk mengumpulkan uang
atau mengejar kedudukan.
Apakah dengan demikian pemegang profesi tidak boleh menerima uang. Atau
dilarang menduduki jabatan? Kiranya tidaklah demikian. Pemegang profesi boleh
menerima uang, kedudukan, tetapi hal itu hanyalah sebagai penghargaan masyarakat
atau negara terhadap profesi. Penghargaan itu layak diterimanya, dan masyarakat
memang wajar memberinya.
5. Profesi harus dilengkapi dengan kecakapan diagnostik dan kompetensi aplikasi.
Kompetensi dan kecakapan itu diperlukan untuk meyakinkan peran profesi itu
terhadap kliennya.
Kecakapan diagnostik sudah jelas kelihatan pada profesi kedokteran. Akan tetapi,
kadang kala ada profesi yang kurang jelas kecakapan diagnostiknya; ini tentu
disebabkan oleh belum berkembangnya teori dalam profesi itu. Kompetensi aplikatif
adalah kewenangan menggunakan teori-teori yang ada dalam keahliannya.
Penggunaan itu harus didahului oleh diagnosis. Seseorang yang tidak mampu
mendiagnosis tentu tidak berwenang melakukan apa-apa terhadap kliennya.
6. Pemegang profesi memiliki otonomi dalam melakukan tugas profesinya.
Otonomi ini hanya dapat dan boleh diuji atau dinilai oleh rekan-rekan seprofesinya.
Tegasnya, tidak boleh semua orang berbicara dalam semua bidang yang bukan
keahliannya.
7. Profesi mempunyai kode etik, disebut kode etik profesi.
Gunanya ialah untuk dijadikan pedoman dalam melakukan tugas profesi. Kode etik
itu tidak akan bermanfaat bila tidak diakui oleh pemegang profesi dan juga oleh
masyarakat.
8. Profesi harus mempunyai klien yang jelas, yaitu orang yang membutuhkan
layanan.
Klien disini maksudnya ialah pemakai jasa profesi. Pemakai profesi kedokteran
adalah orang sakit atau orang yang tidak ingin sakit. Klien guru adalah murid. Klien
tukang las adalah pemilik barang yang perlu dilas. Demikian selanjutnya.
9. Profesi memerlukan organisasi profesi yang kuat.
Gunanya adalah untuk keperluan meningkatkan mutu dan memperkuat profesi itu
sendiri.
10. Profesi harus mengenali dengan jelas hubungannya dengan profesi lain.
            Pengenalan ini terutama diperlukan karena ada kalanya suatu garapan
melibatkan lebih dari satu profesi dan bahkan sebenarnya tidak ada asfek kehidupan
yang hanya ditangani oleh satu profesi saja. Misalnya, profesi pengobatan
bersangutan erat dengan masalah-masalah kemasyarakatan, ekonomi, agama bahkan
politik.oleh karena itu dokter harus juga mengetahui sangkutan profesinya dengan
profesi lain tersebut.
            Kecenderungan spesialisasi hendaknya dibatasi pada pendalaman untuk
meningkatkan teori-teori dalam profesinya. Ini tidak diartikan “hanya berkewajiban
mengetahui teori-teori dalam profesinya”. Spesialisasi yang tidak mengenal apa-apa
yang ada di lingkungannya bukanlah profesi, karena spesialisasi seperti itu tidak akan
mampu melayani kliennya. Kliennya adalah objek yang tidak terlepas dari
lingkungannya.

2.2 hakikat profesi


            Suatu pekerjaaan yang membutuhkan pengetahuan dan keterampilan yang
berkualitas tinggi dalam melayani atau mengabdi pada kepentingan umum untuk
mencapai kesejahteraan manusia. Keterampilan teknis yang didukung oleh
pengetahuan dan sikap kepribadian tertentu yang dilandasi oleh norma norma yang
mengatur perilaku anggota profesi.

2.3 pergeseran yang mendasar munuju terwujudnya suatu profesi.


 Pergeseran yang mendasar menuju terwujudnya suatu profesi :
• vokasional (pekerjaan)  profesional (pengetahuan ilmiah).
• masa peralihan f. Nightingale sebelum dan sesudahnya yaitu dari penguasaan
prosedur tindakan hingga penekanan kepada landasan pengetahuan ilmiah serta
penguasaan dan pelaksanaan pada asuhan keperawatan.
• lokakarya nasional keperawaatan 1983 : keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan
profesional yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan, didasarkan
pada ilmu dan kiat keperawatan, berbentuk pelayanan bio-psiko-sosial-spiritual yang
komprehensif, ditujukan kepada individu, keluarga dan masyarakat baik sakit maupun
sehat yang mencakup seluruh proses kehidupan manusia.
• fokus perhatian keperawatan disimpulkan : keperawatan adalah science dan art,
profesi yang berorientasi kepada pelayanan, keperawatan mempunyai 4 tingkatan
klien (individu, keluarga, kelompok dan komunitas) serta yang keperawatan
mencakup seluruh rentang yang kesehatan.
2.4 keperawatan dan pelayanan keperawatan.
Keperawatan adalah suatu bentuk layanan kesehatan profesional dan bagian integral
dari layanan kesehatan yang berlandaskan ilmu dan kiat keperawatan berbentuk bio,
psiko, sosial, dan spritual. Layanan keperawatan kepada klien dilakukan dengan
menggunakan metode proses keperawatan. Penerapan proses keperawatan dalam
asuhan keperawatan untuk klien merupakan salah satu wujud tanggung jawab
perawat terhadap klien.
            Pelayanan keperawatan adalah merupakan sebuah bantuan, dan pelayanan
keperawatan ini diberikan karena adanya kelemahan fisik dan mental, adanya
keterbatasan pengetahuan serta kurangnya kemampuan menuju kepada kemampuan
melaksanakan kegiatan hidup sehari – hari secara mandiri. Pada hakikarnya kegiatan
atau pun tindakan keperawatan bersifat membantu (assistive in nature). Perawat
dalam hal ini membantu klien atau pasien mengatasi efek - efek dari masalah –
masalah sehat maupun sakit (health illness problems) pada kehidupan sehari-harinya.
Demikian yang dimaksud dengan pengertian pelayanan keperawatan.

2.5 arti dan makna keperawatan sebagai suatu profesi.


            Keperawatan yang semula belum jelas ruang lingkupnya dan batasannya,
secara bertahap mulai berkembang. Pengertian perawat dan keperawatan itu sendiri
diartikan oleh pakar keperawatan dengan berbagai cara dalam berbagai bentuk
rumusan, seperti oleh florence nightingale, goodrich, imogene king, virginia
henderson, dan sebagainya.
            Masih banyak di kalangan masyarakat kita bahwa profesi perawat bila di
rumah sakit adalah 'pembantu dokter'. Seorang perawat banyak diartikan serta
dipersepsikan sebagai seseorang yang hanya menuruti kata dokter dan bisa di suruh-
suruh seenaknya. Semua itu jelas salah total. Dan asumsi yang masih banyak di
masyarakat ini memang harus dikikis habis. Perawat itu bukan pembantu dokter
melainkan sebuah profesi yang sebenarnya setingkat dengan dokter. Bila dokter
adalah dalam hal medisnya sedangkan perawat dengan profesi perawat tentunya
bertugas dan berperan di bidang keperawatan itu sendiri.
            Kita sedikit mengulas kembali bahwasannya pengertian keperawatan adalah
suatu bentuk pelayanan profesional yang merupakan bagian integral dari pelayanan
kesehatan, didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan, berbentuk pelayanan bio-
psiko-sosial-spiritual yang komprehensif, ditujukan pada individu, keluarga, dan
masyarakat, baik sakit maupun sehat yang mencakup seluruh proses kehidupan
manusia.
            Berdasarkan penggunaan asuhan keperawatan dalam praktek keperawatan ini,
maka keperawatan dan juga profesi perawat dapat dikatakan sebagai profesi yang
sejajar dengan profesi dokter, apoteker, dokter gigi, radiologi, dan lain-lain. Maka
untuk itulah dikatakan bahwa perawat adalah sebuah profesi. Yah...profesi perawat.

Keperawatan bisa dikatakan sebagai sebagai sebuah profesi karena memiliki beberapa
hal. Beberapa hal yang menjadikan keperawatan sebagai profesi adalah sebagai
berikut : 

1. Landasan ilmu pengetahuan yang jelas (scientific nursing). Landasan ilmu


pengetahuan keperawatan yang dimaksud itu adalah diantaranya cabang ilmu
keperawatan klinik, ilmu keperawatan dasar, cabang ilmu keperawatan komunitas ,
cabang ilmu penunjang.
2. Mempunyai kode etik profesi. Satu hal bahwa keperawatan adalah profesi
salah satunya mempunyai kode etik keperawatan. Kode etik keperawatan pada tiap
negara berbeda-beda akan tetapi pada prinsipnya adalah sama yaitu berlandaskan
etika keperawatan yang dimilikinya, dan di negara indonesia memiliki kode etik
keperawatan yang telah ditetapkan pada musyawarah nasional dengan nama kode
etik keperawatan indonesia.
3. Pendidikan berbasis keahlian pada jenjang pendidikan tinggi. Perawat sebagai
profesi karena di indonesia berbagai jenjang pendidikan keperawatan telah
dikembangkan dengan mempunyai standar kompetensi yang berbeda-beda mulai dari
jenjang d iii keperawatan sampai dengan s3 akan dikembangkan.
4. Memberikan pelayanan kepada masyarakat melalui praktik dalam bidang
profesi. Keperawatan dikembangkan sebagai bagian integral dari sistem kesehatan
nasional. Oleh karena itu sistem pemberian asuhan keperawatan (askep)
dikembangkan sebagai bagian integral dari sistem pemberian pelayanan kesehatan
kepada masyarakat yang terdapat di setiap tatanan pelayanan kesehatan. Pelayanan /
askep yang dikembangkan bersifat humanistik/menyeluruh didasarkan pada
kebutuhan klien, berpedoman pada standar asuhan keperawatan dan etika
keperawatan.
5. Mempunyai perhimpunan organisasi profesi. Perawat dikatakan sebagai
profesi karena keperawatan memiliki organisasi profesi sendiri yaitu ppni. Profesi
perawat diakui karena memang keperawatan harus memiliki organisasi profesi yakni
yang disebut dengan ppni. Organisasi profesi ini sangat menentukan keberhasilan
dalam upaya pengembangan citra keperawatan sebagai profesi serta mampu berperan
aktif dalam upaya membangun keperawatan profesional dan berada di garda depan
dalam inovasi keperawatan di indonesia.
6. Pemberlakuan kode etik keperawatan. Profesi perawat dikatakan sebagai
sebuah profesi karena dalam pelaksanaan asuhan keperawatan, perawat profesional
selalu menunjukkan sikap dan tingkah laku profesional keperawatan sesuai kode etik
keperawatan.
7. Otonomi. Keperawatan memiliki kemandirian, wewenang, dan tanggung
jawab untuk mengatur kehidupan profesi, mencakup otonomi dalam memberikan
askep dan menetapkan standar asuhan keperawatan melalui proses keperawatan,
penyelenggaraan pendidikan, riset keperawatan dan praktik keperawatan dalam
bentuk legislasi keperawatan ( kepmenkes no.1239 tahun 2001 ).
            Demikian tadi sahabat-sahabat semunya mengenai profesi perawat ini. Dan
sebagai seorang perawat kita harus bangga dengan profesi perawat kita sendiri dan
tentunya harus diimbangi dengan peningkatan pengetahuan, pendidikan, ketrampilan
yang kesemuanya itu adalah dalam tujuan memberikan pelayanan kesehatan kepada
masyarakat luas dengan lebih baik lagi.

2.6 proses profesionalisasi keperawatan.


            Proses profesionalisasi keperawatan bertujuan untuk memperoleh hasil asuhan
keperawatan yang bermutu, efektif, dan efisien sesuai dengan kebutuhan
pelaksanaannya yang dilakukan secara sistematis,dinamis,dan berkelanjutan.
           
Fungsi proses profesionalisasi keperawatan

Proses profesionalisasi keperawatanberfungsi sebagai berikut:


1.      Memberikan pedoman dan bimbingan yang sistematis dan ilmiah bagi tenaga
keperawatan dalam memecahkan masalah klien melalui asuhan keperawatan. 
2.      Memberikan ciri profesionalisasi asuhan keperawatan melalui pendekatan
pemecahan masalah dan pendekatan komunikasi yang efektif dan efisien. 
3.      Memberi kebebasan pada klien untuk mendapat pelayanan yang  optimal sesuai
dengan kebutuhannya dalam kemandiriannya di bidang
   Azas-azas profesionalisasi keperawatan
1.      Keterbukaan,kebersamaan,dan kemitraan. 
2.      Manfaat,semua kebutuhan /tindakan yang harus diambil harus bermanfaat bagi
kepentingan pasie,tenaga keperawatandan institusi. 
3.      Interdeperdensi,tersapat saling bertegantungan antara tenaga keperawatan dalam
merawat pasien. 
4.      Saling menguntungkan,masing-masing pihak yang terlibat dalam hal ini perawat,
klien dan institusi memperoleh kepuasan.
 Manfaat penggunaan proses profesionalisasi keperawatan
Manfaat untuk pasien
1.      Mendapatkan pelayanan keperawatan yang bermutu efektif dan efisien.
2.      Pasien bebas mengemukakan pendapat/kebutuhannya demi mempercepat
kesemenabuhan. 
3.      Melalui proses sistimatik, proses kesembuhan dapat dipercaya dan pasien mendapat
kepuasan dari pelayanan yang diberikan
Manfaat untuk tenaga keperawatan
1 kemampuan intelektual dan teknis tenaga keperawatan dapat berkembang sehingga
kemampuan perawat baik dalam berpikir kritisanalitis maupun keterampilan teknis
juga meningkat.
2. Meningkatkan kemandirian tenaga keperawatan.
3. Kepuasan yang dirasakan pasien akan semakin meningkat citra perawat di mata
masyarakat

Manfaat untuk institusi (rumah sakit)


1 .banyak pengunjung (masuk/keluar pasien) sehingga keuntungan yang di peroleh
akan meningkat.
2. Citra rumah sakit akan bertambah baik di mata masyarakat.

Manfaat bagi masyarakat


                              Masyarakat mendapat layanan yang berkualitas.
Tahap-tahap proses profesionalisasi keperawatan
Pengkajian
Merupakan upaya mengumpulkan data secara lengkap dan sistematis untuk dikaji dan
di analisis sehingga masalah kesehatan dan keperawatan yang di hadapi pasien baik
fisik,mental,sosial maupun spiritual dapat di tentukan.tahap ini mencakup tiga
kegiatan yaitu
Pengumpulan data
Data yang di butuhkan mencakup :
1.      Segala sesuatu tentang pasien sebagai makhluk bio-psiko-sosio-spiritual.
2.      Data yang berkaitan dengan segala sesuatu yang mempengaruhi kesehatan
keluarga/masyarakat dan kebutuhan mereka terhadap layanan kesehatan,
Jika focus asuhan keperawatan yang akan di berikan adalah terhadap
keluarga/masyarakat.
3.data tentang sumber daya (tenaga peralatan,dan dana) yang tersedia mengatasi
masalah yang terjadi.
4.data lingkungan yang mempengaruhi kesehatan pasien.

Jenis data:
1.data objektif,yaitu data yang diperoleh melalui suatu pengukuran,pemeriksaan,dan
pengamatan, misalnya suhu tubuh,tekanan darah,serta warna kulit.
2.data subjektif,yaitu data yang di peroleh dari keluhan yang dirasakan pasien,atau
dari keluarga pasien/saksi lain misalnya kepala pusing,nyeri dan mual.

Sumber data:
1.sumber data primer,yaitu data yang di kumpulkan dari pasien yang berdasarkan
hasil pemeriksaan.
2.sumber data sekunder,yaitu data yang di peroleh dari orang lain,misalnyakeluarga
atau orang terdekat pasien.
3.sumber lain yang dapat di percaya,misalnya rekam medic dan catatan riwayat
perawatan pasien.

Cara pengumpulan data:


1.wawancara/anamnesis
2.pengamatan
3.pemeriksaan fisik

Analisis data adalah kemampuan dalam mengembangkan kemampuan berpikir


rasional sesuai dengan latarbelakang ilmu pengetahuan.

Pengelompokan data
1.data fisiologis/biologis
A.riwayat kesehatan dan penyakit
B.masalah kesehatan saat ini
C.masalah ganggun fungsi sehari-hari
D.masalah resiko tinggi
E.pengaruh perkembangan terhadap kehidupan

2.data psikologis
A.perilaku
B.pola emosional
C.konsep diri
D.gambaran diri
E.penampilan intelektual
F.tingkat pendidikan
G.daya ingat

3.data social
A.status ekonomi
B.kegiatan rekreasi
C.bahasa dan komunikasi
D.pengarah kebudayaan
E.sumber-sumber masyarakat
F.faktor risiko lingkungan
G.hubungan sosisal
H.hubungan dengan keluarga
I.pekerjaan

 4.data spiritual
A.nilai-nilai/norma
B.kepercayaan
C.keyakinan
D.moral

 2.7 pengembangan pelayanan keperawatan professional.


            Perkembangan keperawatan sebagai pelayanan profesional didukung oleh
ilmu pengetahuan dan teknologi yang diperoleh dari pendidikan dan pelatihan yang
terarah dan terencana.
            Di indonesia, keperawatan telah mencapai kemajuan yang sangat bermakna
bahkan merupakan suatu lompatan yang jauh kedepan. Hal ini bermula dari
dicapainya kesepakatan bersama pada lokakarya nasional keperawatan pada bulan
januari 1983 yang menerima keperawatan sebagai pelayanan profesional (profesional
service) dan pendidikan keperawatan sebagai pendidikan profesi (professional
education).
            Tenaga keperawatan yang merupakan jumlah tenaga kesehatan terbesar
seyogyanya dapat memberikan kontribusi essensial dalam keberhasilan pembangunan
kesehatan. Untuk itu tenaga keperawatan dituntut untuk dapat meningkatkan
kemampuan profesionalnya agar mampu berperan aktif dalam pembangunan
kesehatan khususnya dalam pelayanan keperawatan profesional.
            Pengembangan pelayanan keperawatan profesional tidak dapat dipisahkan
dengan pendidikan profesional keperawatan. Pendidikan keperawatan bukan lagi
merupakan pendidikan vokasional/ kejuruan akan tetapi bertujuan untuk
menghasilkan tenaga keperawatan yang menguasai ilmu keperawatan yang siap dan
mempu melaksanakan pelayanan / asuhan keperawatan profesional kepada
masyarakan. Jenjang pendidikan keperawatan bahkan telah mencapai tingkat
doktoral.         
            Keyakinan inilah yang merupakan faktor penggerak perkembangan
pendidikan keperawatan di indonesia pada jenjang pendidikan tinggi, yang
sebenarnya telah dimulai sejak tahun 1962 yaitu dengan dibukanya akademi
keperawatan yang pertama di jakarta. Proses ini berkembang terus sejalan dengan
hakikat profesionalisme keperawatan.
Dalam lokakarya keperawatan tahun 1983, telah dirumuskan dan disusun dasar-dasar
pengembangan pendidikan tinggi keperawatan. Sebagai realisasinya disusun
kurikulum program pendidikan d-iii keperawatan, dan dilanjutkan dengan
penyusunan kurikulum pendidikan sarjana (s1) keperawatan.
            Pendidikan tinggi keperawatan diharapkan menghasilkan tenaga keperawatan
profesional yang mampu mengadakan pembaruan dan perbaikan mutu pelayanan /
asuhan keperawatan, serta penataan perkembangan kehidupan profesi keperawatan.
            Pendidikan tinggi keperawatan diharapkan menghasilkan tenaga keperawatan
professional yang mampu mengadakan pembaharuan dan perbaikan mutu
pelayanan/asuhan keperawatan, serta penataan perkembangan kehidupan profesi
keperawatan.
            Keperawatan sebagai suatu profesi, dalam melaksanakan tugas dan
tanggungjawab pengembanggannya harus mampu mandiri. Untuk itu memerlukan
suatu wadah yang mempunyai fungsi utama untuk menetapkan, mengatur serta
mengendalikan berbagai hal yang berkaitan dengan profesi seperti pengaturan hak
dan batas kewenangan, standar praktek, standar pendidikan, legislasi, kode etik
profesi dan peraturan lain yang berkaitan dengan profesi keperawatan.
            Diperkirakan bahwa dimasa datang tuntutan kebutuhann pelayanan kesehatan
termasuk pelayanan keperawatan akan terus meningkat baik dalam aspek mutu
maupun keterjangkauan serta cakupan pelayanan. Hal ini disebabkan meningkatkan
kesadaran masyarakat akan kesehatan yang diakibatkan meningkatnya kesadaran
masyarakat secara umum, dan peningkatan daya emban ekonomi masyarakat serta
meningkatnya komplesitas masalah kesehatan yang dihadapi masyarakat. Masyarakat
semakin sadar akan hukum sehingga mendorong adanya tuntutan tersedianya
pelayanan kesehatan termasuk pelayanan keperawatan dengan mutu yang dapat
dijangkau seluruh lapisan masyarakat. Dengan demikian keperawatan perlu terus
mengalami perubahan dan perkembangan sejalan dengan perubahan yang terjadi
diberbagai bidang lainnya.
            Perkembangan keperawatan bukan saja karena adanya pergeseran masalah
kesehatan di masyarakat, akan tetapi juga adanya tekanan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi keperawatan serta perkembangan profesi keperawatan
dalam menghadapi era globalisasi.
            Dalam memnghadapi tuntutan kebutuhan dimasa datang maka langkah
konkrit yang harus dilakukan antara lain adalah : penataan standar praktek dan
standar pelayanan/asuhan keperawatan sebagai landasan pengendalian mutu
pelayanan keperawatan secara professional, penataan sistem pemberdayagunaan
tenaga keperawatan sesuai dengan kepakarannya, pengelolaan sistem pendidikan
keperawatan yang mampu menghasilkan keperawatan professional serta penataan
sistem legilasi keperawatan untuk mengatur hak dan batas kewenangan, kewajiban,
tanggung jawab tenaga keperawatan dalam melakukan praktek keperawatan.

2.8 menghadapi tuntutan perkembangan masa depan.


Dalam menghadapi tuntutan kebutuhan masyarakat dan pembangunan saat ini
dan di masa datang, khususnya pembangunan kesehatan, pengembangan iptek dalam
bidang kesehatan, khususnya dalam bidang keperawatan, harus dilakukan perubahan
yang sangat mendasar dalam bidang perawatan, mencakup segala aspeknya,
khususnya pendidikan keperawatan. Penekanan pendidikan bukan lagi hanya pada
penguasaan keterampilan melaksanankan asuhan keperawatan sebagai bagian dari
pelayanan medik, akan tetapi pada penumbuhan dan pembinaan sikap dan
keterampilan profesional keperawatan disertai dengan landasan ilmu pengetahuan,
khususnya ilmu keperawatan yang cukup.
Pendidikan yang demikian ini diharapkan dapat memberikan pengalaman
belajar pada peserta didik untuk menumbuhkan dan membina sikap serta
keterampilan profesional yang diperlukan sebagai seorang perawat.
Perawat harus dihasilkan oleh sistem pendidikan keperawatan yang
terintegrasikan dalam sistem pendidikan tinggi nasional, khususnya sistem
pendidikan tinggi bidang kesehatan, dengan mutu pendidikan sesuai tuntutan profesi
keperawatan, serta perkembangan iptek bidang keperawatan. Kurikulum disusun
berdasarkan kerangka konsep yang kokoh disertai dengan berbagai pengalaman
belajar yang diperlukan, dan dihasilkan dalam tatanan pendidikan yang
memungkinkan terjadinya perubahan perilaku seperti yang dirumuskan dalam tujuan
pendidikan.
Sistem pendidikan tinggi keperawatan yang dikembangkan pada saat ini,
ditujukan untuk menjawab tuntutan dan kebutuhan masyarakat dan pembangunan
kesehatan di masa depan, khususnya terwujudnya keperawatan sebagai profesi dalam
kesehatan di masa depan dan terwujudnya keperawatan sebagai profesi dalam segala
aspeknya. Pendidikan tinggi keperawatan harus dapat menghasilkan berbagai
keluaran sesuai dengan fungsi pokoknya, yaitu fungsi pendidikan, fungsi riset ilmiah,
dan fungsi pengabdian kepada masyarakat dalam bidang perawatan. Keberadaan
sistem pendidikan tinggi keperawatan dengan berbagai keluarannya harus dapat
memacu proses profesionalisasi keperawatan sehingga keperawatan sebagai profesi
dapat berperan sepenuhnya dalam upaya pembangunan kesehatan masyarakat, serta
berperan dalam pengemmbangan iptek keperawatan. Pengembangan dan pembinaan
pendidikan keperawatan pada jenjang pendidikan tinggi diarahkan untuk dapat
menghasilkan berbagai jenis ketenagaan keperawatan profesional denagn berbagai
jenjang kemampuan, baik sebagai ilmuan maupun sebagai profesional atau tenaga
profesi keperawatan.
Namun dewasa ini, seiring dengan kemajuan zaman, perkembangan teknologi
dan informasi serta kemajuan global. Banyak ditemukan hambatan-hambatan dalam
profesionalisasi keperawatan terutama dari sudut pendidikan keperawatan.adapun
berbagai hambatan-hambatan dalam profesionalisasi keperawatan dari sudut
pendidikan keperawatan adalah:
1.      Jenjang pendidikan keperawatan yang belum setara antar sesama perawat di rumah
sakit.
2.      Pengembangan ilmu melalui penelitian ilmiah masih kurang.
3.      Banyak terdapat insitusi pendidikan keperawatan yang baru dan tidak memenuhi
persyaratan tanpa memperhatikan kualitas program pendidikan dan hasil lulusan yang
ada, sehingga sangat merugikan perkembangan keperawatan secara keseluruhan dan
dapat menghambat profesionalisasi keperawatan.
4.      Belum ada model praktik keperawatan yang dapat menjawab tuntutan global
keperawatan profesional.
5.      Kurangnya penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi keperawatan. Padahal hal
ini penting agar peserta didik memahami dan menguasai ilmu pengetahuan dan
teknologi keperawatan yang diperlukan dalam melaksanakan pelayanan/asuhan
keperawatan sesuai tuntutan profesi keperawatan (standar profesional). Seperti
penguasaan berbagai metode dan teknik keperawatan.
6.      Ketidakmampuan menyelesaikan masalah secara ilmiah seperti pendekatan dan
penyelesaian masalah keperawatan serta pengambilan keputusan klinis.
7.      Kurangnya orientasi kepada masyarakat atau komunitas seperti pengabdian atau
pengalaman belajar di masyarakat ( pengalaman belajar klinik dan pengalaman
belajar lapangan). Padahal kedua hal ini adalah betuk pengalaman belajar yang sangat
berpengaruh pada penumbuhan dan pembinaan sikap serta keterampilan profesional
pada peserta didik.
8.      Perawatan yang dilaksanakan pada umumnya hanya terbatas pada hal rutin dan
bukan berdasarkan perawatan professional yang efektif.
9.      Pelayanan perawatan di rumah sakit dan masyarakat tidak dikelola secara baik dan
tenaga keperawatan tidak ditempatkan atau dimanfaatkan sebagaiman mestinya.
10.  Belum ada standar keperawatan sehingga tidak dapat dilaksanakan evaluasi dan
perbaikan perawatan.
11.  Tenaga pengajar yang ahli dalam bidang keperawatan pada semua tingkat pendidikan
sangat terbatas, sehingga kurikulum dan evaluasi tidak dapat diterapkan secara benar
dan efektif.
12.  Belum ada perundang-undangan, baik untuk pendidikan keperawatan maupun
pelayanan keperawatan, sehingga tenaga keperawatan belum dapat
mempertanggungjawabkan hasil kerjanya.
13.  Umpan balik pelayanan perawatan kepada pendidikan dan pelaksanaan perawatan
tidak ada, sehingga perbaikan tidak mungkin dilakukan.
14.  Ketidakmampuan dalam pengembangan dan pembinaan sistem pendidikan tinggi
keperawatan sehingga keluaran yang dihasilkan tidak sepunuhnya dimanfaatkan
sebaik mungkin.
15.  Ketidakmampuan dalam pengembangan dan pembinaan berbagai sumber daya
pendidikan yang diperlukan. Seperti staf akademik, beberapa bentuk pengalaman
belajar yang sangat menentukan, fasilitas laboratorium pendidikan, perpustakaan, dan
rumah sakit pendidikan keperawatan.
16.  Ketidakmampuan menjawab tuntutan masyarakat dan perkembangan global
keperawatan profesional.
17.  Orientasi pendidikan pada program pendidikan tinggi keperawatan yang terarah pada
masyarakat serta ilmu pengetahuan dan teknologi keperawatan belum berjalan
semestinya.
18.  Ketidakrelevansinya lulusan dengan tuntutan dan kebutuhan masyarakat, khususnya
sistem pemberian pelayanan/asuhan keperawatan kepada masyarakat.
19.  Pengembangan pendidikan tinggi yang tidak terkendali sehingga mutu pendidikan
tidak ada dan lulusan tidak dapat sepenuhnya melaksanakan peran dan fungsinya
sebagai perawat profesional yang mampu memberi pelayanan atau asuhan
keperawatan profesional kepada yang memerlukan.

2.9 langkah penting dalam proses profesionalisme.


Perubahan yang terjadi saat ini berjalan sangat cepat dan penuh ketidakpastian,
termasuk kondisi kesehatan global yang sangat dinamik dan menuntut kelenturan dan
penyesuaian secara terus menerus dan menyeluruh. Perubahan tersebut terkait dengan
masalah kesehatan yang makin komplek, perkembangan sains dan teknologi,
pergeseran pada system pelayanan kesehatan, proses transisi dari masyarakat
agrikultural (tradisional) menjadi masyarakat industrial (maju). Tuntutan keprofesian
dan perubahan paradigma sehat serta merujuk pada kesepakatan pasar bebas asean
(afta) tahun 2003 dan disusul dengan apec tahun 2010 untuk asia pasifik dan 2020
untuk sedunia.  Fenomina di atas merupakan pendorong bagi pemerintah untuk
mampu menyiapkan tenaga keperawatan yang berkwalitas (professional ) serta
mampu berkompetisi dalam memenuhi standar global.
            Keperawaran indonesia sampai saat ini masih berada dalam proses
mewujudkan keperawatan sebagai profesi, yaitu suatu proses berjangka panjang
ditujukan untuk memenuhi tuntutan dan kebutuhan masyarakat indonesia secara
bertahap dan terus menerus. Keperawatan indonesia berupaya mengembangkan
dirinya dalam seluruh bidang keperawatan, mencakup bidang pelayanan, pendidikan
dan kehidupan profesi, hal ini dilakukan dalam rangka mewujudkan profesionalisme.
            Proses profesionalisme pada dasarnya adalah proses pengakuan, yaitu
pengakuan terhadap sesuatu yang dirasakan, dinilai dan diterima secara spontan oleh
masyarakat (nursalam, 2001). Langkah-langkah menuju profesionalisasi keperawatan
telah dilakukan sejak adanya lokakarya keperawatan nasional pada bulan januari
1983, bahwa pelayanan keperawatan adalah pelayanan professional yang merupakan
bagian integral pelayanan kesehatan. Walaupun sudah 23 tahun keperawatan
indonesia menyatakan sebagai tenaga professional namun kenyataannya keperawatan
secara keseluruhan terutama pelayanan /asuhan keperawatan  hingga saat ini masih
belum banyak berubah dan hampir belum beranjak dari posisinya sebagai suatu
bentuk pelayanan penunjang medik. Pelaksanaan perawatan pasien di dasarkan pada
penerapan keterampilan prosedural dalam melaksanakan tindakan-tindakan yang
merupakan kelanjutan tindakan medik. Berdasarkan hal ini di rumah sakit hanya
terdapat catatan atau rekam medik (medical record) dan tidak dikenal adanya catatan/
rekam keperawatan (nursing record). Tidak ada tindakan mandiri seorang perawat
serta tindakan-tindakan perawat yang lebih bersifat pekerjaan penugasan dari dokter
menimbulkan sikap dan pandangan tentang lingkup tugas dan tanggung jawab
seorang perawat sebagai “pembantu dokter”.
            Di samping itu ilmu keperawatan dan metode-metode ilmiah keperawatan
yang  diajarkan kurang menyentuh problem klinis, sikap professional keperawatan
tidak ditumbuhkembangkan dan keterampilan professional keperawatan tidak ditata
dengan benar, lulusan dinilai cukup baik bila mampu melaksanakan prosedur-
prosedur tindakan menunjang pelayanan medik semata. Keadaan ini berlangsung
lama hingga menjadi kebiasaan yang oleh pihak-pihak tertentu dapat diterima, suatu
kenyataan yang harus kita terima dengan lapang dada dan secara jujur mengakui
inilah keperawatan indonesia saat ini dan tidak akan tetap demikian di masa yang
akan datang.
            Gerakan pengembangan keperawatan akan terus berlangsung dengan arah
yang benar dan baik menuju terwujudnya profesi keperawatan yang dibutuhkan dan
dihargai oleh masyarakat. Pengembangan tersebut merupakan tuntutan sehubungan
dengan undang-undang n0 20/2003 pasal 1 ayat 1 tentang sistem pendidikan nasional
bahwa “pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan
potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian diri, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan
dirinya, masyarakat, bangsa dan negara”. Demikian pula undang-undang no 23 tahun
1992 tentang kesehatan dan peraturan pemerintah no 32 tahun 1996 tentang tenaga
kesehatan yang mengatur antara lain bahwa “pemulihan kesehatan dan penyembuhan
penyakit harus dilaksanakan berdasarkan ilmu kedokteran dan atau ilmu keperawatan
oleh tenaga yang memiliki kewenangan dan ijzin untuk itu.”
            Langkah yang  paling awal dan penting dilakukan dalam proses
profesionalisme keperawatan di indonesia adalah menata pendidikan keperawatan
sebagai pendidikan professional, sehingga peserta didik mendapat pendidkan dan
pengalaman belajar sesuai dengan yang dituntut profesi keperawatan. Seperti
katamiller (1985) “gaining a body of knowladge in a university setting and a science
orientation at the graduate level in nursing”. Pendidikan keperawatan sebagai institusi
yang mengembangkan dan menciptakan tenaga keperawatan memiliki peran yang
sangat besar dalam proses profesionalisasi keperawatan, karena pendidikan
keperawatan mampu memberikan bentuk dan corak tenaga keperawatan dari
lulusannya, tingkat kemampuan dan sekaligus mampu untuk memfasilitasi
pembentukan komonitas keperawatan dalam memberikan suara dan sumbangsih bagi
profesi dan dan masyarakat (ma’arif, 1999).
            System pendidikan tinggi keperawatan yang dikembangkan saat ini ditujukan
untuk menjawab tuntutan dan kebutuhan masyarakat dan pembangunan kesehatan di
masa depan, khususnya terwujudnya keperawatan sebagai suatu profesi dalam segala
aspeknya. Pendidikan tinggi keperawatan harus dapat menghasilkan lulusan sesuai
dengan fungsi pokoknya yaitu fungsi pendidikan, fungsi riset ilmiah, dan fungsi
pengabdian kepada masyarakat dalam bidang keperawatan. Salah satu upaya
penataan pendidikan keperawatan diarahkan kepada mengembangan lahan praktik
keperawatan disertai pembinaan masyarakat professional keperawatan (professional
community) dengan cara pelaksanaan pengalaman belajar klinik (pbk) dan
pengalaman belajar lapangan (pbl) yang berbasis kompetensi bukan penunjang
pelayanan medik.
            Menurut hemat penulis, sains keperawatan yang sebenarnya bukan hanya
penguasaan materi secara konseptual tetapi lebih ditekankan pada kemampuan
mahasiswa dalam mengaplikasikan teori pada tatanan klinis, sehingga pengalaman
belajar klinik atau lapangan merupakan proses transformasi mahasiswa menjadi
seorang perawat professional. Tentunya strategi tersebut harus didukung oleh
pembimbing klinik yang mampu mengelola program bimbingan dan tanggap terhadap
situasi klinik sehingga dapat meningkatkan pengetahuan peserta didik yang mampu
menampilkan sikap/ tingkah laku serta  penerapan keterampilan professional.

2.10 peran perawat.


Peran adalah pola sikap, perilaku nilai dan tujuan yang diharapkan dari
seseorang berdasarkan posisinya dimasyarakat (keliat,1992).
Merupakan tingkah laku yang diharapkan oleh orang lain terhadap seseorang
sesuai dengan kedudukan dalam system, di mana dapat dipengaruhi oleh keadaan
sosial baik dari profesi perawat maupun dariluar profesi keperawatan yang bersipat
konstan. Peran perawat menurut konsorsium ilmu kesehatan tahun 1989 terdiri dari :
A. Pemberi asuhan keperawatan
Peran sebagai pemberi asuhan keperawatan ini dapat dilakukan perawat
dengan memperhatikan keadaan kebutuhan dasar manusia yang dibutuhkan melalui
pemberian pelayanan keperawatan dengan menggunakan proses keperawatan
sehingga dapat ditentukan diagnosis keperawatan agar bisa direncanakan dan
dilaksanakan tindakan yang tepat sesuai dengan tingkat kebutuhan dasar manusia,
kemudian dapat dievaluasi tingkat perkembangannya. Pemberian asuhan keperawatan
ini dilakukan dari yang sederhana sampai dengan kompleks.
B. Advokat klien
Peran ini dilakukan perawat dalam membantu klien dan keluarga dalam
menginterpretasikan berbagai informasi dari pemberi pelayanan atau informasi lain
khusunya dalam pengambilan persetujuan atas tindakan keperawatan yang diberikan
kepada pasien, juga dapat berperan mempertahankan dan melindungi hak-hak pasien
yang meliputi hak atas pelayanan sebaik-baiknya, hak atas informasi tentang
penyakitnya, hak atas privasi, hak untuk menntukan nasibnya sendiri dan hak untuk
menerima ganti rugi akibat kelalaian.
C. Edukator
Peran ini dilakukan dengan membantu klien dalam meningkatkan tingkat
pengetahuan kesehatan, gejala penyakit bhkan tindakan yang diberikankan, sehingga
terjadi perubahan perilaku dari klien setelah dilakukan pendidikan kesehatan.
D. Koordinator
Peran ini dilaksanakan dengan mengarahkan, merencanakan serta
mengorganisasi pelayanan kesehatan dari tim kesehatan sehingga pemberian
pelayanan kesehatan dapat terarah serta sesuai dengan kebutuan klien.
E. Kolaborator
Peran perawat disini dilakukan karena perawat bekerja melalui tim kesehatan
yang terdiri dari dokter, fisioterapis, ahli gizi dan lain-lain dengan berupaya
mengidentifikasi pelayanan keperawatan yang diperlukan termasuk diskusi atau tukar
pendapat dalam penentuan bentuk pelayanan selanjutnya.
F. Konsultan
Peran disini adalah sebagai tempat konsultasi terhadap masalah atau tindakan
keperawatan yang tepat untuk diberikan. Peran ini dilakukan atas permintaan klien
terhadap informasi tentang tujuan pelayanan keperawatan yang diberikan.
G. Peneliti / pembaharu
Peran sebagai pembaharu dapat dilakukan dengan mengadakan perencanaan,
kerjasama, perubahan yang sistematis dan terarah sesuai dengan metode pemberian
pelayanan keperawatan.

2.11 fungsi perawat.
Organisasi keperawatan sedunia icn (1973) berpendapat bahwa, ”the unique
function of the nurse is to assist individual, sick or well in the performance of those
activities contributing to health or its recovery (or to a peaceful death) he would
perform unaided of he had necessary strength will or knowledge” yang artinya fungsi
unik perawat yaitu melakukan pengkajian pada individu sehat maupun sakit, dimana
segala aktivitas yang dilakukan berguna untuk kesehatan dan pemulihan kesehatan
berdasarkan pengetahuan yang dimiliki. Aktivitas ini dilakukan dengan berbagai cara
untuk mengembalikan kemandirian pasien secepat mungkin”.
Dalam menjalan kan perannya, perawat akan melaksanakan berbagai fungsi
diantaranya:
A. Fungsi independent
Merupan fungsi mandiri dan tidak tergantung pada orang lain, dimana perawat
dalam melaksanakan tugasnya dilakukan secara sendiri dengan keputusan sendiri
dalam melakukan tindakan dalam rangka memenuhi kebutuhan dasar manusia seperti
pemenuhan kebutuhan fisiologis (pemenuhan kebutuhan oksigenasi, pemenuhan
kebutuhan cairan dan elektrolit, pemenuhan kebutuhan nutrisi, pemenuhan kebutuhan
aktifitas dan lain-lain), pemenuhan kebutuhan keamanan dan kenyamanan,
pemenuhan cinta mencintai, pemenuhan kebutuhan harga diri dan aktualisasi diri.
B. Fungsi dependen
Merupakan fungsi perawat dalam melaksanakan kegiatan atas pesan atau
instruksidari perawat lain. Sehingga sebagian tindakan pelimpahan tugas yang di
berikan. Hal ini biasanya dilakukan oleh perawat spesialis kepada perawat umum atau
dari perawat primer ke perawat pelaksana.
C. Fungsi interdependen
Fungsi ini dilakukan dalam kelompok tim yang bersifat saling ketergantungan
di antara tim satu dengan yang lainnya. Fungsi ini dapat terjadi apabila bentuk
pelayanan membutuhkan kerja sama tim dalam pemberian pelayanan seperti dalam
memberikan asuhan keperawatan pada penderita yang mempunyai penyakit
kompleks. Keadaan ini tidak dapat diatasi dengan tim perawat saja melainkan juga
dari dokter ataupun yang lainnya.

2.12 tanggung jawab pearawat.


A.       Tanggung jawab perawat secara umum
·         memberikan asuhan / pelayanan keperawatan
·         meningkatkan ilmu pengetahuan
·         meningkatkan diri sebagai profesi
B.      Tanggung jawab terhadap klien
·         memenuhi kebutuhan pelayanan keperawatan
·         melindungi klien
·         membantu klien untuk dapat menolong dirinya sendiri
·         menjaga rahasia klien
C.       Tanggung jawab terhadap diri sendiri
·         melindungi diri dari penularan penyakit
·         melindugi dari dari gangguan yang datang dari pekerjaan / lingkungan
·         menghindarkan konflik dengan orang lain / diri sendiri
D.      Tanggung jawab terhadap profesi
·         mengadakan kerjasama antar tim kesehatan
·         mempertahankan dan meningkatkan mutu pelayanan keperawatan
·         meningkatykan pengetahuan tentang iptek / kep.
·         melaksanakan kewajiban dengan tulus ikhlas
·         menjunjung tinggi nama baik profesi
·         membina dan memelihara mutu organisasi profesi
E.       Tanggung jawab terhadap masyarakat
Menjalin hubungan kerjasama yang baik dalam mengambil prakarsa dan mengadakan
upaya kesehatan khususnya serta upaya-upaya lain untuk kesejahteraan umum
sebagai bagian tugas perwat terhdap masyarakat

2.13  tugas perawat berdasarkan fungsi dalam pemberian askep.


Tugas perawat dalam menjalankan peran nya sebagai pemberi asuhan
keperawatan ini dapat dilaksanakan sesuai dengan tahapan dalam proses
keperawatan. Tugas perawat ini disepakati dalam lokakarya tahun 1983 yang
berdasarkan fungsi perawat dalam memberikan asuhan keperawatan adalah:
A. Mengumpulkan data
B. Menganalisis dan mengintrepetasi data
C. Mengembangkan rencana tindakan keperawatan
D. Menggunakan dan menerapkan konsep-konsep dan prinsip-prinsip ilmu perilaku,
sosial budaya, ilmu biomedik dalam melaksanakan asuhan keperawatan dalam rangka
memenuhi kdm.
E. Menentukan kriteria yang dapat diukur dalam menilai rencana keperawatan
F. Menilai tingkat pencapaian tujuan.
G. Mengidentifikasi perubahan-perubahan yang diperlukan
H. Mengevaluasi data permasalahan keperawatan.
I. Mencatat data dalam proses keperawatan
J. Menggunakan catatan klien untuk memonitor kualitas asuhan keperawatan
K. Mengidentifikasi masalah-masalah penelitian dalam bidang keperawatan
L. Membuat usulan rencana penelitian keperawatan
M. Menerapkan hasil penelitian dalam praktek keperawatan.
N. Mengidentifikasi kebutuhan pendidikan kesehatan
O. Membuat rencana penyuluhan kesehatan
P. Melaksanakan penyuluhan kesehatan
Q. Mengevaluasi penyuluhan kesehatan
R. Berperan serta dalam pelayanan kesehatan kepada individu, keluarga, kelompok
dan masyarakat.
S. Menciptakan komunikasi yang efektis baik dengan tim keperawatan maupun tim
kesehatan lain.

Bab iii
Penutup
3.1 kesimpulan.
Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan profesional sebagai bagian integral
dari pelayanan kesehatan yang meliputi aspek bio-psilo-sosio-spiritual yang
komprehensif, ditujukan kepada individu, keluarga atau masyarakat yang sehat
maupun sakit yang mencangkup siklus hidup manusia. Keperawatan dapat dipandang
sebagai suatu profesi karena mempunyai body of knowledge, pendidikan berbasis
keahlian pada jenjang pendidikan tinggi, memberikan pelayanan kepada masyarakat
melalui praktik dalam bidang profesi, memiliki perhimpunan atau organisasi profesi,
memberlakukan kode etik keperawatan, otonomi dan motivasi bersifat altruistik.
Peran perawat profesional adalah pemberi asuhan keperawatan, pembuat
keputusan klinis, pelindung dan advokat klien, manager khusus, rehabilitator,
pemberi kenyamanan, komunikator, kolaborator, educator dan konsultan pembaharu.

3.2 saran.
            Bagi mahasiswa keperawatan diharapakan mampu memahami dan
menerapkan keperawatan sebagai profesi,peran dan fungsi perawat dalam kehidupan
sehari-hari maupun nanti pada saat praktek lapangan.
DAFTAR PUSTAKA

Sumijatun. 2010. Konsep Dasar Menuju Keperawatan Profesional. Jakarta: Trans


Info Media
Pro-Health. 2009. Keperawatan Sebagai Suatu Profes

Depkes Ri (2002). Perawat Profesional.Http://Www.Freetechebooks.Com. Diakses


28 Maret 2014 Pukul 14.00 Wib

MAKALAH KONSEP DASAR KEPERAWATAN

Perkembangan perawat
Oleh :
BAURU MALA
2016610016

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS TRIBHUWANA TUNGGADEWI
MALANG
2020

BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang

Saat Ini Dunia Keperawatan Semakin Berkembang. Hampir Dua Dekade Profesi Ini
Menyerukan Perubahan Paradigma. Perawat Yang Semula Tugasnya Hanyalah
Semata – Mata Menjalankan Perintah Dokter Kini Berupaya Meningkatkan Perannya
Sebagai Mitra Kerja Dokter Seperti Yang Sudah Dilakukan Di Negara – Negara
Maju. Perawat Dianggap Sebagai Salah Satu Profesi Kesehatan Yang Harus
Dilibatkan Dalam Pencapaian Tujuan Pembangunan Kesehatan Baik Di Dunia
Maupun Di Indonesia.
Sebagai Sebuah Profesi Yang Masih Berusaha Menunjukkan Jati Diri, Profesi
Keperawatan Dihadapkan Pada Banyak Tantangan. Tantangan Ini Bukan Hanya Dari
Eksternal Tapi Juga Dari Internal Profesi Ini Sendiri. Untuk Itu Perawat Dituntut
Memiliki Skill Yang Memadai Untuk Menjadi Seorang Perawat Profesional.
Seiring Dengan Berjalannya Waktu Dan Bertambahnya Kebutuhan Pelayanan
Kesehatan Menuntut Perawat Saat Ini Memiliki Pengetahuan Dan Keterampilan Di
Berbagai Bidang. Saat Ini Perawat Memiliki Peran Yang Lebih Luas Dengan
Penekanan Pada Peningkatan Kesehatan Dan Pencegahan Penyakit, Juga Memandang
Klien Secara Komprehensif.
B.    Tujuan
Tujuan Umum : Adapaun Tujuan Penulisan Makalah Ini Adalah Agar Kita Dapat
Mengetahui Dan Memahami Perawat Sebagai Peran Dan Fungsi Perawat Profesional.
               Tujuan Khusus Penulisan Makalah Ini Adalah:
1. Mengetahui Dan Memahami Pengertian Dari Perawat Sebagai Profesi.
2. Mengetahui Dan Memahami Pengertian Perawat Profesional.
3. Mengetahui Dan Memahami Peran Perawat Profesional.
4. Mengetahui Dan Memahami Fungsi Perawat Professional.
BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian
Perawat Adalah Seseorang Yang Telah Lulus Pendidikan Keperawatan, Baik Di
Dalam Maupun Di Luar Negeri Sesuai Dengan Perundang Undangan Yang Berlaku. (
Permenkes Ri No.1239 Tahun 2001 Tentang Registrasi Dan Praktek Perawat)
Keperawatan Adalah Suatu Bentuk Pelayanan Profesional Sebagai Bagian Integral
Dari Pelayanan Kesehatan Yang Meliputi Aspek Bio-Psilo-Sosio-Spiritual Yang
Komprehensif, Ditujukan Kepada Individu, Keluarga Atau Masyarakat Yang Sehat
Maupun Sakit Yang Mencangkup Siklus Hidup Manusia. ( Seminar Nasional
Keperawatan 1983 )
Perawat Profesional Adalah Perawat Yang Bertanggungjawab Dan Berwewenang
Memberikan Pelayanan Keparawatan Secara Mandiri Dan Atau Berkolaborasi
Dengan Tenaga Kesehatan Lain Sesuai Dengan Kewenanganya.(Depkes Ri,2002).
B.    Peran Perawat Profesional
Peran Adalah Seperangkat Tingkah Laku Yang Diharapkan Oleh Orang Lain
Terhadap Seseorang Sesuai Kedudukannya Dalam Suatu System. Peran Dipengaruhi
Oleh Keadaan Sosial Baik Dari Dalam Maupun Dari Luar Dan Bersifat Stabil. Peran
Adalah Bentuk Dari Perilaku Yang Diharapkan Dari Seseorang Pada Situasi Sosial
Tertentu.
    1.   Pemberi Asuhan Keperawatan
      Sebagai Pemberi Asuhan Keperawatan, Perawat Membantu Klien Mendapatkan
Kembali Kesehatannya Melalui Proses Penyembuhan. Perawat Memfokuskan
Asuhan Pada Kebutuhan Kesehatan Klien Secara Holistic, Meliputi Upaya Untuk
Mengembalikan Kesehatan Emosi, Spiritual Dan Sosial. Pemberi Asuhan
Memberikan Bantuan Kepada Klien Dan Keluarga Klien Dengan Menggunakan
Energy Dan Waktu Yang Minimal. Selain Itu, Dalam Perannya Sebagai Pemberi
Asuhan Keperawatan, Perawat Memberikan Perawatan Dengan Memperhatikan
Keadaan Kebutuhan Dasar Manusia Yang Dibutuhkan Melalui Pemberian Pelayanan
Keperawatan Dengan Menggunakan Proses Keperawatan Sehingga Dapat Ditentukan
Diagnosis Keperawatan Agar Bisa Direncanakan Dan Dilaksanakan Tindakan Yang
Tepat Dan Sesuai Dengan Tingkat Kebutuhan Dasar Manusia, Kemudian Dapat
Dievaluasi Tingkat Perkembangannya. Pemberian Asuhan Keperawatannya
Dilakukan Dari Yang Sederhana Sampai Yang Kompleks.
2.   Pembuat Keputusan Klinis     
      Membuat Keputusan Klinis Adalah Inti Pada Praktik Keperawatan. Untuk
Memberikan Perawatan Yang Efektif, Perawat Menggunakan Keahliannya Berfikir
Kritis Melalui Proses Keperawatan. Sebelum Mengambil Tindakan Keperawatan,
Baik Dalam Pengkajian Kondisi Klien, Pemberian Perawatan, Dan Mengevaluasi
Hasil, Perawat Menyusun Rencana Tindakan Dengan Menetapkan Pendekatan
Terbaik Bagi Klien. Perawat Membuat Keputusan Sendiri Atau Berkolaborasi
Dengan Klien Dan Keluarga. Dalam Setiap Situasi Seperti Ini, Perawat Bekerja
Sama, Dan Berkonsultasi Dengan Pemberi Perawatan Kesehatan Professional
Lainnya (Keeling Dan Ramos,1995).
3.   Pelindung Dan Advokat Klien
     Sebagai Pelindung, Perawat Membantu Mempertahankan Lingkungan Yang Aman
Bagi Klien Dan Mengambil Tindakan Untuk Mencegah Terjadinya Kecelakaan Serta
Melindungi Klien Dari Kemungkinan Efek Yang Tidak Diinginkan Dari Suatu
Tindakan Diagnostic Atau Pengobatan. Contoh Dari Peran Perawat Sebagai
Pelindung Adalah Memastikan Bahwa Klien Tidak Memiliki Alergi Terhadap Obat
Dan Memberikan Imunisasi Melawat Penyakit Di Komunitas. Sedangkan Peran
Perawat Sebagai Advokat, Perawat Melindungi Hak Klien Sebagai Manusia Dan
Secara Hukum, Serta Membantu Klien Dalam Menyatakan Hak-Haknya Bila
Dibutuhkan. Contohnya, Perawat Memberikan Informasi Tambahan Bagi Klien Yang
Sedang Berusaha Untuk Memutuskan Tindakan Yang Terbaik Baginya. Selain Itu,
Perawat Juga Melindungi Hak-Hak Klien Melalui Cara-Cara Yang Umum Dengan
Menolak Aturan Atau Tindakan Yang Mungkin Membahayakan Kesehatan Klien
Atau Menentang Hak-Hak Klien. Peran Ini Juga Dilakukan Perawat Dalam
Membantu Klien Dan Keluarga Dalam Menginterpetasikan Berbagai Informasi Dari
Pemberi Pelayanan Atau Informasi Lain Khususnya Dalam Pengambilan Persetujuan
Atas Tindakan Keperawatan Yang Diberikan Kepada Pasien, Juga Dapat Berperan
Mempertahankan Dan Melindungi Hak-Hak Pasien Yang Meliputi Hak Atas
Pelayanan Sebaik-Baiknya, Hak Atas Informasi Tentang Penyakitnya, Hak Atas
Privasi, Hak Untuk Menentukan Nasibnya Sendiri Dan Hak Untuk Menerima Ganti
Rugi Akibat Kelalaian.
4.   Manager Kasus
Dalam Perannya Sebagai Manager Kasus, Perawat Mengkoordinasi Aktivitas
Anggota Tim Kesehatan Lainnya, Misalnya Ahli Gizi Dan Ahli Terapi Fisik, Ketika
Mengatur Kelompok Yang Memberikan Perawatan Pada Klien. Berkembangnya
Model Praktik Memberikan Perawat Kesempatan Untuk Membuat Pilihan Jalur
Karier Yang Ingin Ditempuhnya.
Dengan Berbagai Tempat Kerja, Perawat Dapat Memilih Antara Peran Sebagai
Manajer Asuhan Keperawatan Atau Sebagai Perawat Asosiat Yang Melaksanakan
Keputusan Manajer (Manthey, 1990). Sebagai Manajer, Perawat Mengkoordinasikan
Dan Mendelegasikan Tanggung Jawab Asuhan Dan Mengawasi Tenaga Kesehatan
Lainnya.
5.   Rehabilitator
     Rehabilitasi Adalah Proses Dimana Individu Kembali Ke Tingkat Fungsi
Maksimal Setelah Sakit, Kecelakaan, Atau Kejadian Yang Menimbulkan
Ketidakberdayaan Lainnya. Seringkali Klien Mengalami Gangguan Fisik Dan Emosi
Yang Mengubah Kehidupan Mereka. Disini, Perawat Berperan Sebagai Rehabilitator
Dengan Membantu Klien Beradaptasi Semaksimal Mungkin Dengan Keadaan
Tersebut.
6.   Pemberi Kenyamanan
     Perawat Klien Sebagai Seorang Manusia, Karena Asuhan Keperawatan Harus
Ditujukan Pada Manusia Secara Utuh Bukan Sekedar Fisiknya Saja, Maka
Memberikan Kenyamanan Dan Dukungan Emosi Seringkali Memberikan Kekuatan
Bagi Klien Sebagai Individu Yang Memiliki Perasaan Dan Kebutuhan Yang Unik.
Dalam Memberi Kenyamanan, Sebaiknya Perawat Membantu Klien Untuk Mencapai
Tujuan Yang Terapeutik Bukan Memenuhi Ketergantungan Emosi Dan Fisiknya.
7.   Komunikator
     Keperawatan Mencakup Komunikasi Dengan Klien Dan Keluarga, Antar Sesama
Perawat Dan Profesi Kesehatan Lainnya, Sumber Informasi Dan Komunitas. Dalam
Memberikan Perawatan Yang Efektif Dan Membuat Keputusan Dengan Klien Dan
Keluarga Tidak Mungkin Dilakukan Tanpa Komunikasi Yang Jelas. Kualitas
Komunikasi Merupakan Factor Yang Menentukan Dalam Memenuhi Kebutuhan
Individu, Keluarga Dan Komunitas.
8.   Penyuluh
     Sebagai Penyuluh, Perawat Menjelaskan Kepada Klien Konsep Dan Data-Data
Tentang Kesehatan, Mendemonstrasikan Prosedur Seperti Aktivitas Perawatan Diri,
Menilai Apakah Klien Memahami Hal-Hal Yang Dijelaskan Dan Mengevaluasi
Kemajuan Dalam Pembelajaran. Perawat Menggunakan Metode Pengajaran Yang
Sesuai Dengan Kemampuan Dan Kebutuhan Klien Serta Melibatkan Sumber-Sumber
Yang Lain Misalnya Keluarga Dalam Pengajaran Yang Direncanakannya.
9.   Kolaborator
     Peran Perawat Disini Dilakukan Karena Perawat Bekerja Melalui Tim Kesehatan
Yang Terdiri Dari Dokter, Fisioterapi, Ahli Gizi Dan Lain-Lain Dengan Berupaya
Mengidentifikasi Pelayanan Keperawatan Yang Diperlukan Termasuk Diskusi Atau
Tukar Pendapat Dalam Penentuan Bentuk Pelayanan Selanjutnya.
10.   Edukator
Peran Ini Dilakukan Dengan Membantu Klien Dalam Meningkatkan Tingkat
Pengetahuan Kesehatan, Gejala Penyakit Bahkan Tindakan Yang Diberikan,
Sehingga Terjadi Perubahab Perilaku Dari Klien Setelah Dilakukan Pendidikan
Kesehatan.
11. Konsultan
Peran Disini Adalah Sebagai Tempat Konsultasi Terhadap Masalah Atau Tindakan
Keperawatan Yang Tepat Untuk Diberikan. Peran Ini Dilakukan Atas Permintaan
Klien Tehadap Informasi Tentang Tujuan Pelayanan Keperawatan Yang Diberikan.
12. Pembaharu
Peran Sebagai Pembaharu Dapat Dilakukan Dengan Mengadakan Perencanaan,
Kerjasama, Perubahan Yang Sistematis Dan Terarah Sesuai Dengan Metode
Pemberian Pelayanan Keperawatan.
C.    Fungsi Perawat
Definisi Fungsi Itu Sendiri Adalah Suatu Pekerjaan Yang Dilakukan Sesuai Dengan
Perannya. Fungsi Dapat Berubah Disesuaikan Dengan Keadaan Yang Ada. Dalam
Menjalankan Perannya, Perawat Akan Melaksanakan Berbagai Fungsi Diantaranya:

1.   Fungsi Independen


Merupakan Fungsi Mandiri Dan Tidak Tergantung Pada Orang Lain, Dimana
Perawat Dalam Melaksanakan Tugasnya Dilakukan Secara Sendiri Dengan
Keputusan Sendiri Dalam Melakukan Tindakan Dalam Rangka Memenuhi
Kebutuhan Dasar Manusia Seperti Pemenuhan Kebutuhan Fisiologis (Pemenuhan
Kebutuhan Oksigenasi, Pemenuhan Kebutuhan Cairan Dan Elektrolit, Pemenuhan
Kebutuhan Nutrisi, Pemenuhan Kebutuhan Aktivitas Dan Lain-Lain), Pemenuhan
Kebutuhan Dan Kenyamanan, Pemenuhan Kebutuhan Cinta Mencintai, Pemenuhan
Kebutuhan Harga Diri Dan Aktualisasi Diri.
2.   Fungsi Dependen
Merupakan Fungsi Perawat Dalam Melaksanakan Kegiatannya Atas Pesan Atau
Instruksi Dari Perawat Lain. Sehingga Sebagai Tindakan Pelimpahan Tugas Yang
Diberikan. Hal Ini Biasanya Silakukan Oleh Perawat Spesialis Kepada Perawat
Umum, Atau Dari Perawat Primer Ke Perawat Pelaksana.
3.   Fungsi Interdependen
Fungsi Ini Dilakukan Dalam Kelompok Tim Yang Bersifat Saling Ketergantungan Di
Antara Satu Dengan Yang Lainnya. Fungsi Ini Dapat Terjadi Apabila Bentuk
Pelayanan Membutuhkan Kerja Sama Tim Dalam Pemberian Pelayanan Seperti
Dalam Memberikan Asuhan Keperawatan Pada Penderita Yang Mempunyai Penyakit
Kompleks. Keadaan Ini Tidak Dapat Diatasi Dengan Tim Perawat Saja Melainkan
Juga Dari Dokter Ataupun Lainnya, Seperti Dokter Dalam Memberikan Tindakan
Pengobatan Bekerjasama Dengan Perawat Dalam Pemantauan Reaksi Obat Yang
Telah Diberikan.

D. Faktor-Faktor Penyebab Rendahnya Peran Dan Fungsi Perawat


1. Keterlambatan Pengakuan Body Of Knowledge Profesi Keperawatan. Tahun 1985
Pendidikan S1 Keperawatan Pertama Kali Dibuka Di Ui,  Sedangkan Di Negara Barat
Pada Tahun 1869.
2. Keterlambatan Pengembangan Pendidikan Perawat Professional.
3. Keterlambatan System Pelayanan Keperawatan (Standart, Bentuk Praktik
Keperawatan, Lisensi).
E. Solusi Rendahnya Peran Dan Fungsi Perawat
1. Pengembangan Pendidikan Keperawatan
Sistem Pendidikan Tinggi Keperawatan Sangat Penting Dalam Pengembangan
Perawatan Professional, Pengembangan Teknologi Keperawatan, Pembinaan Profesi
Dan Pendidikan Keperawatan Berkelanjutan. Akademi Keperawatan Merupakan
Pendidikan Keperawatan Yang Menghasilkan Tenaga Perawatan Professional
Dibidang Keperawatan.

2. Memantapkan System Pelayanan Perawatan Professional


Depertemen Kesehatan Ri Sampai Saat Ini Sedang Menyusun Registrasi, Lisensi Dan
Sertifikasi Praktik Keperawatan. Selain Itu Semua Penerapan Model Praktik
Keperawatan Professional Dalam Memberikan Asuhan Keperawatan Harus Segera Di
Lakukan Untuk Menjamin Kepuasan Konsumen/Klien.
3. Penyempurnaan Organisasi Keperawatan
Organisasi Profesi Keperawatan Memerlukan Suatu Perubahan Cepat Dan Dinamis
Serta Kemampuan Mengakomodasi Setiap Kepentingan Individu Menjadi
Kepentingan Organisasi Dan Mengintegrasikannya Menjadi Serangkaian Kegiatan
Yang Dapat Dirasakan Manfaatnya. Restrukturisasi Organisasi Keperawatan
Merupakan Pilihan Tepat Guna Menciptakan Suatu Organisasi Profesi Yang Mandiri
Dan Mampu Menghidupi Anggotanya Melalui Upaya Jaminan Kualitas Kinerja Dan
Harapan Akan Masa Depan Yang Lebih Baik Serta Meningkat.
Komitmen Perawat Guna Memberikan Pelayanan Keperawatan Yang Bermutu Baik
Secara Mandiri Ataupun Melalui Jalan Kolaborasi Dengan Tenaga Kesehatan Lain
Sangat Penting Dalam Terwujudnya Pelayanan Keperawatan Professional. Nilai
Professional Yang Melandasi Praktik Keperawatan Dapat Di Kelompokkan Dalam :
1.    Nilai Intelektual
Nilai Intelektual Dalam Prtaktik Keperawatan Terdiri Dari
A. Body Of Knowledge
B. Pendidikan Spesialisasi (Berkelanjutan)
C. Menggunakan Pengetahuan Dalam Berpikir Secara Kritis Dan Kreatif.
2. Nilai Komitmen Moral
Pelayanan Keperawatan Diberikan Dengan Konsep Altruistic, Dan Memperhatikan
Kode Etik Keperawatan. Menurut Beauchamp & Walters (1989) Pelayanan
Professional Terhadap Masyarakat Memerlukan Integritas, Komitmen Moral Dan
Tanggung Jawab Etik.
Aspek Moral Yang Harus Menjadi Landasan Perilaku Perawat Adalah :
A.    Beneficience
Selalu Mengupayakan Keputusan Dibuat Berdasarkan Keinginan Melakukan Yang
Terbaik Dan Tidak Merugikan Klien. (Johnstone, 1994)
B.    Fair
Tidak Mendeskriminasikan Klien Berdasarkan Agama, Ras, Social Budaya, Keadaan
Ekonomi Dan Sebagainya, Tetapi Memprlakukan Klien Sebagai Individu Yang
Memerlukan Bantuan Dengan Keunikan Yang Dimiliki.
C.    Fidelity
Berperilaku Caring (Peduli, Kasih Sayang, Perasaan Ingin Membantu), Selalu
Berusaha Menepati Janji, Memberikan Harapan Yang Memadahi, Komitmen Moral
Serta Memperhatikan Kebutuhan Spiritual Klien.
3.    Otonomi, Kendali Dan Tanggung Gugat
Otonomi Merupakan Kebebasan Dan Kewenangan Untuk Melakukan Tindakan
Secara Mandiri. Hak Otonomi Merujuk Kepada Pengendalian Kehidupan Diri Sendiri
Yang Berarti Bahwa Perawat Memiliki Kendali Terhadap Fungsi Mereka. Otonomi
Melibatkan Kemandirian, Kesedian Mengambil Resiko Dan Tanggung Jawab Serta
Tanggung Gugat Terhadap Tindakannya Sendiribegitupula Sebagai Pengatur Dan
Penentu Diri Sendiri. Kendali Mempunyai Implikasi Pengaturan Atau Pengarahan
Terhadap Sesuatu Atau Seseorang. Bagi Profesi Keperawatan, Harus Ada
Kewenangan Untuk Mengendalikan Praktik, Menetapkan Peran, Fungsi Dan
Tanggung Jawab Anggota Profesi. Tanggung Gugat Berarti Perawat Bertanggung
Jawab Terhadap Setiap Tindakan Yang Dilakukannya Terhadap Klien.
Peningkatan Kualitas Organisasi Profesi Keperawatan Dapat Dilakukan Melalui
Berbagai Cara Dan Pendekatan Antara Lain :
1.    Mengembangkan System Seleksi Kepengurusan Melalui Penetapan Kriteria Dari
Berbagai Aspek Kemampuan, Pendidikan, Wawasan, Pandangan Tentang Visi Dan
Misi Organisasi, Dedikasi Serta Keseterdiaan Waktu Yang Dimiliki Untuk
Organisasi.
2.    Memiliki Serangkaian Program Yang Kongkrit Dan Diterjemahkan Melalui
Kegiatan Organisasi Dari Tingkat Pusat Sampai Ke Tingkat Daerah. Prioritas Utama
Adalah Rogram Pendidikan Berkelanjutan Bagi Para Anggotanya.
3.    Mengaktifkan Fungsi Collective Bargaining, Agar Setiap Anggota Memperoleh
Penghargaan Yang Sesuai Dengan Pendidikan Dan Kompensasi Masing-Masing.
4.    Mengembangkan Program Latihan Kepemimpinan, Sehingga Tenaga
Keperawatan Dapat Berbicara Banyak Dan Memiliki Potensi Untuk Menduduki
Berbagai Posisi Di Pemerintahan Atau Sector Swasta.
5.    Meningkatkan Kegiatan Bersama Dengan Organisasi Profesi Keperawatan Di
Luar Negeri, Bukan Anya Untuk Pengurus Pusat Saja Tetapi Juga Mengikut Sertakan
Pengurus Daerah Yang Berpotensi Untuk Dikembangkan.

Kiat Keperawatan (Nursing Arts) Lebih Difokuskan Pada Kemampuan Perawat


Untuk Memberikan Asuhan Keperawatan Secara Komprehensif Dengan Sentuhan
Seni Dalam Arti Menggunakan Kiat – Kiat Tertentu Dalam Upaya Memberikan
Kenyaman Dan Kepuasan Pada Klien. Kiat – Kiat Itu Adalah :
•    Caring, Menurut Watson (1979) Ada Sepuluh Faktor Dalam Unsur – Unsur
Karatif Yaitu : Nilai – Nilai Humanistic – Altruistik, Menanamkan Semangat Dan
Harapan, Menumbuhkan Kepekaan Terhadap Diri Dan Orang Lain, Mengembangkan
Ikap Saling Tolong Menolong, Mendorong Dan Menerima Pengalaman Ataupun
Perasaan Baik Atau Buruk, Mampu Memecahkan Masalah Dan Mandiri Dalam
Pengambilan Keputusan, Prinsip Belajar – Mengajar, Mendorong Melindungi Dan
Memperbaiki Kondisi Baik Fisik, Mental , Sosiokultural Dan Spiritual, Memenuhi
Kebutuhan Dasr Manusia, Dan Tanggap Dalam Menghadapi Setiap Perubahan Yang
Terjadi.
•    Sharing, Artinya Perawat Senantiasa Berbagi Pengalaman Dan Ilmu Atau
Berdiskusi Dengan Kliennya.
•    Laughing, Artinya Senyum Menjadi Modal Utama Bagi Seorang Perawat Untuk
Meningkatkan Rasa Nyaman Klien.
•    Crying, Artinya Perawat Dapat Menerima Respon Emosional Diri Dan Kliennya.
•    Touching, Artinya Sentuhan Yang Bersifat Fisik Maupun Psikologis Merupakan
Komunikasi Simpatis Yang Memiliki Makna (Barbara, 1994)
•    Helping, Artinya Perawat Siap Membantu Dengan Asuhan Keperawatannya
•    Believing In Others, Artinya Perawat Meyakini Bahwa Orang Lain Memiliki
Hasrat Dan Kemampuan Untuk Selalu Meningkatkan Derajat Kesehatannya.
•    Learning, Artinya Perawat Selalu Belajar Dan Mengembangkan Diri Dan
Keterampilannya.
•    Respecting, Artinya Memperlihatkan Rasa Hormat Dan Penghargaan Terhadap
Orang Lain Dengan Menjaga Kerahasiaan Klien Kepada Yang Tidak Berhak
Mengetahuinya.
•    Listening, Artinya Mau Mendengar Keluhan Kliennya
•    Felling, Artinya Perawat Dapat Menerima, Merasakan, Dan Memahami Perasaan
Duka , Senang, Frustasi Dan Rasa Puas Klien.
•    Accepting, Artinya Perawat Harus Dapat Menerima Dirinya Sendiri Sebelum
Menerima Orang Lain.

BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Keperawatan Adalah Suatu Bentuk Pelayanan Profesional Sebagai Bagian
Integral Dari Pelayanan Kesehatan Yang Meliputi Aspek Bio-Psilo-Sosio-Spiritual
Yang Komprehensif, Ditujukan Kepada Individu, Keluarga Atau Masyarakat Yang
Sehat Maupun Sakit Yang Mencangkup Siklus Hidup Manusia. Keperawatan Dapat
Dipandang Sebagai Suatu Profesi Karena Mempunyai Body Of Knowledge,
Pendidikan Berbasis Keahlian Pada Jenjang Pendidikan Tinggi, Memberikan
Pelayanan Kepada Masyarakat Melalui Praktik Dalam Bidang Profesi, Memiliki
Perhimpunan Atau Organisasi Profesi, Memberlakukan Kode Etik Keperawatan,
Otonomi Dan Motivasi Bersifat Altruistik.
Peran Perawat Profesional Adalah Pemberi Asuhan Keperawatan, Pembuat
Keputusan Klinis, Pelindung Dan Advokat Klien, Manager Khusus, Rehabilitator,
Pemberi Kenyamanan, Komunikator, Kolaborator, Educator Dan Konsultan
Pembaharu.
Adapun Fungsi Perawat Profesional Adalah Sebagai Fungsi Independen, Dependen
Dan Interdependen.
Untuk Menunjang Keperawatan Professional Maka Di Perlukan Peningkatan Kualitas
Organisasi Profesi Keperawatan Dengan Berbagai Cara, Pendekatan Serta Kiat Kiat
Yang Lebih Difokuskan Pada Kemampuan Perawat Untuk Memberikan Asuhan
Keperawatan Secara Komprehensif Dengan Sentuhan Seni Dalam Arti Menggunakan
Kiat – Kiat Tertentu Dalam Upaya Memberikan Kenyaman Dan Kepuasan Pada
Klien

Saran
Kami Sadar Bahwa Penyusunan Makalah Ini Jauh Dari Sempurna. Untuk Itu Kami
Mengharapkan Kritik Dan Saran Yang Membangun.
Untuk Terakhir Kalinya Kami Berharap Pembuatan Makalah Ini Dapat Bermanfaat
Bagi Kita Semua Khususnya Bagi Perawat Sehingga Dapat Meningkatkan Kualitas
Kerja Dan Mampu Menjadi Perawat Profesional Dibidangnya.

MAKALAH KONSEP DASAR KEPERAWATAN

Perkembangan perawat
Oleh :
BAURU MALA
2016610016

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS TRIBHUWANA TUNGGADEWI
MALANG
2020

BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang

Saat Ini Dunia Keperawatan Semakin Berkembang. Hampir Dua Dekade Profesi Ini
Menyerukan Perubahan Paradigma. Perawat Yang Semula Tugasnya Hanyalah
Semata – Mata Menjalankan Perintah Dokter Kini Berupaya Meningkatkan Perannya
Sebagai Mitra Kerja Dokter Seperti Yang Sudah Dilakukan Di Negara – Negara
Maju. Perawat Dianggap Sebagai Salah Satu Profesi Kesehatan Yang Harus
Dilibatkan Dalam Pencapaian Tujuan Pembangunan Kesehatan Baik Di Dunia
Maupun Di Indonesia.
Sebagai Sebuah Profesi Yang Masih Berusaha Menunjukkan Jati Diri, Profesi
Keperawatan Dihadapkan Pada Banyak Tantangan. Tantangan Ini Bukan Hanya Dari
Eksternal Tapi Juga Dari Internal Profesi Ini Sendiri. Untuk Itu Perawat Dituntut
Memiliki Skill Yang Memadai Untuk Menjadi Seorang Perawat Profesional.
Seiring Dengan Berjalannya Waktu Dan Bertambahnya Kebutuhan Pelayanan
Kesehatan Menuntut Perawat Saat Ini Memiliki Pengetahuan Dan Keterampilan Di
Berbagai Bidang. Saat Ini Perawat Memiliki Peran Yang Lebih Luas Dengan
Penekanan Pada Peningkatan Kesehatan Dan Pencegahan Penyakit, Juga Memandang
Klien Secara Komprehensif.
B.    Tujuan
Tujuan Umum : Adapaun Tujuan Penulisan Makalah Ini Adalah Agar Kita Dapat
Mengetahui Dan Memahami Perawat Sebagai Peran Dan Fungsi Perawat Profesional.
               Tujuan Khusus Penulisan Makalah Ini Adalah:
1. Mengetahui Dan Memahami Pengertian Dari Perawat Sebagai Profesi.
2. Mengetahui Dan Memahami Pengertian Perawat Profesional.
3. Mengetahui Dan Memahami Peran Perawat Profesional.
4. Mengetahui Dan Memahami Fungsi Perawat Professional.
BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian
Perawat Adalah Seseorang Yang Telah Lulus Pendidikan Keperawatan, Baik Di
Dalam Maupun Di Luar Negeri Sesuai Dengan Perundang Undangan Yang Berlaku. (
Permenkes Ri No.1239 Tahun 2001 Tentang Registrasi Dan Praktek Perawat)
Keperawatan Adalah Suatu Bentuk Pelayanan Profesional Sebagai Bagian Integral
Dari Pelayanan Kesehatan Yang Meliputi Aspek Bio-Psilo-Sosio-Spiritual Yang
Komprehensif, Ditujukan Kepada Individu, Keluarga Atau Masyarakat Yang Sehat
Maupun Sakit Yang Mencangkup Siklus Hidup Manusia. ( Seminar Nasional
Keperawatan 1983 )
Perawat Profesional Adalah Perawat Yang Bertanggungjawab Dan Berwewenang
Memberikan Pelayanan Keparawatan Secara Mandiri Dan Atau Berkolaborasi
Dengan Tenaga Kesehatan Lain Sesuai Dengan Kewenanganya.(Depkes Ri,2002).
B.    Peran Perawat Profesional
Peran Adalah Seperangkat Tingkah Laku Yang Diharapkan Oleh Orang Lain
Terhadap Seseorang Sesuai Kedudukannya Dalam Suatu System. Peran Dipengaruhi
Oleh Keadaan Sosial Baik Dari Dalam Maupun Dari Luar Dan Bersifat Stabil. Peran
Adalah Bentuk Dari Perilaku Yang Diharapkan Dari Seseorang Pada Situasi Sosial
Tertentu.
    1.   Pemberi Asuhan Keperawatan
      Sebagai Pemberi Asuhan Keperawatan, Perawat Membantu Klien Mendapatkan
Kembali Kesehatannya Melalui Proses Penyembuhan. Perawat Memfokuskan
Asuhan Pada Kebutuhan Kesehatan Klien Secara Holistic, Meliputi Upaya Untuk
Mengembalikan Kesehatan Emosi, Spiritual Dan Sosial. Pemberi Asuhan
Memberikan Bantuan Kepada Klien Dan Keluarga Klien Dengan Menggunakan
Energy Dan Waktu Yang Minimal. Selain Itu, Dalam Perannya Sebagai Pemberi
Asuhan Keperawatan, Perawat Memberikan Perawatan Dengan Memperhatikan
Keadaan Kebutuhan Dasar Manusia Yang Dibutuhkan Melalui Pemberian Pelayanan
Keperawatan Dengan Menggunakan Proses Keperawatan Sehingga Dapat Ditentukan
Diagnosis Keperawatan Agar Bisa Direncanakan Dan Dilaksanakan Tindakan Yang
Tepat Dan Sesuai Dengan Tingkat Kebutuhan Dasar Manusia, Kemudian Dapat
Dievaluasi Tingkat Perkembangannya. Pemberian Asuhan Keperawatannya
Dilakukan Dari Yang Sederhana Sampai Yang Kompleks.
2.   Pembuat Keputusan Klinis     
      Membuat Keputusan Klinis Adalah Inti Pada Praktik Keperawatan. Untuk
Memberikan Perawatan Yang Efektif, Perawat Menggunakan Keahliannya Berfikir
Kritis Melalui Proses Keperawatan. Sebelum Mengambil Tindakan Keperawatan,
Baik Dalam Pengkajian Kondisi Klien, Pemberian Perawatan, Dan Mengevaluasi
Hasil, Perawat Menyusun Rencana Tindakan Dengan Menetapkan Pendekatan
Terbaik Bagi Klien. Perawat Membuat Keputusan Sendiri Atau Berkolaborasi
Dengan Klien Dan Keluarga. Dalam Setiap Situasi Seperti Ini, Perawat Bekerja
Sama, Dan Berkonsultasi Dengan Pemberi Perawatan Kesehatan Professional
Lainnya (Keeling Dan Ramos,1995).
3.   Pelindung Dan Advokat Klien
     Sebagai Pelindung, Perawat Membantu Mempertahankan Lingkungan Yang Aman
Bagi Klien Dan Mengambil Tindakan Untuk Mencegah Terjadinya Kecelakaan Serta
Melindungi Klien Dari Kemungkinan Efek Yang Tidak Diinginkan Dari Suatu
Tindakan Diagnostic Atau Pengobatan. Contoh Dari Peran Perawat Sebagai
Pelindung Adalah Memastikan Bahwa Klien Tidak Memiliki Alergi Terhadap Obat
Dan Memberikan Imunisasi Melawat Penyakit Di Komunitas. Sedangkan Peran
Perawat Sebagai Advokat, Perawat Melindungi Hak Klien Sebagai Manusia Dan
Secara Hukum, Serta Membantu Klien Dalam Menyatakan Hak-Haknya Bila
Dibutuhkan. Contohnya, Perawat Memberikan Informasi Tambahan Bagi Klien Yang
Sedang Berusaha Untuk Memutuskan Tindakan Yang Terbaik Baginya. Selain Itu,
Perawat Juga Melindungi Hak-Hak Klien Melalui Cara-Cara Yang Umum Dengan
Menolak Aturan Atau Tindakan Yang Mungkin Membahayakan Kesehatan Klien
Atau Menentang Hak-Hak Klien. Peran Ini Juga Dilakukan Perawat Dalam
Membantu Klien Dan Keluarga Dalam Menginterpetasikan Berbagai Informasi Dari
Pemberi Pelayanan Atau Informasi Lain Khususnya Dalam Pengambilan Persetujuan
Atas Tindakan Keperawatan Yang Diberikan Kepada Pasien, Juga Dapat Berperan
Mempertahankan Dan Melindungi Hak-Hak Pasien Yang Meliputi Hak Atas
Pelayanan Sebaik-Baiknya, Hak Atas Informasi Tentang Penyakitnya, Hak Atas
Privasi, Hak Untuk Menentukan Nasibnya Sendiri Dan Hak Untuk Menerima Ganti
Rugi Akibat Kelalaian.
4.   Manager Kasus
Dalam Perannya Sebagai Manager Kasus, Perawat Mengkoordinasi Aktivitas
Anggota Tim Kesehatan Lainnya, Misalnya Ahli Gizi Dan Ahli Terapi Fisik, Ketika
Mengatur Kelompok Yang Memberikan Perawatan Pada Klien. Berkembangnya
Model Praktik Memberikan Perawat Kesempatan Untuk Membuat Pilihan Jalur
Karier Yang Ingin Ditempuhnya.
Dengan Berbagai Tempat Kerja, Perawat Dapat Memilih Antara Peran Sebagai
Manajer Asuhan Keperawatan Atau Sebagai Perawat Asosiat Yang Melaksanakan
Keputusan Manajer (Manthey, 1990). Sebagai Manajer, Perawat Mengkoordinasikan
Dan Mendelegasikan Tanggung Jawab Asuhan Dan Mengawasi Tenaga Kesehatan
Lainnya.
5.   Rehabilitator
     Rehabilitasi Adalah Proses Dimana Individu Kembali Ke Tingkat Fungsi
Maksimal Setelah Sakit, Kecelakaan, Atau Kejadian Yang Menimbulkan
Ketidakberdayaan Lainnya. Seringkali Klien Mengalami Gangguan Fisik Dan Emosi
Yang Mengubah Kehidupan Mereka. Disini, Perawat Berperan Sebagai Rehabilitator
Dengan Membantu Klien Beradaptasi Semaksimal Mungkin Dengan Keadaan
Tersebut.
6.   Pemberi Kenyamanan
     Perawat Klien Sebagai Seorang Manusia, Karena Asuhan Keperawatan Harus
Ditujukan Pada Manusia Secara Utuh Bukan Sekedar Fisiknya Saja, Maka
Memberikan Kenyamanan Dan Dukungan Emosi Seringkali Memberikan Kekuatan
Bagi Klien Sebagai Individu Yang Memiliki Perasaan Dan Kebutuhan Yang Unik.
Dalam Memberi Kenyamanan, Sebaiknya Perawat Membantu Klien Untuk Mencapai
Tujuan Yang Terapeutik Bukan Memenuhi Ketergantungan Emosi Dan Fisiknya.
7.   Komunikator
     Keperawatan Mencakup Komunikasi Dengan Klien Dan Keluarga, Antar Sesama
Perawat Dan Profesi Kesehatan Lainnya, Sumber Informasi Dan Komunitas. Dalam
Memberikan Perawatan Yang Efektif Dan Membuat Keputusan Dengan Klien Dan
Keluarga Tidak Mungkin Dilakukan Tanpa Komunikasi Yang Jelas. Kualitas
Komunikasi Merupakan Factor Yang Menentukan Dalam Memenuhi Kebutuhan
Individu, Keluarga Dan Komunitas.
8.   Penyuluh
     Sebagai Penyuluh, Perawat Menjelaskan Kepada Klien Konsep Dan Data-Data
Tentang Kesehatan, Mendemonstrasikan Prosedur Seperti Aktivitas Perawatan Diri,
Menilai Apakah Klien Memahami Hal-Hal Yang Dijelaskan Dan Mengevaluasi
Kemajuan Dalam Pembelajaran. Perawat Menggunakan Metode Pengajaran Yang
Sesuai Dengan Kemampuan Dan Kebutuhan Klien Serta Melibatkan Sumber-Sumber
Yang Lain Misalnya Keluarga Dalam Pengajaran Yang Direncanakannya.
9.   Kolaborator
     Peran Perawat Disini Dilakukan Karena Perawat Bekerja Melalui Tim Kesehatan
Yang Terdiri Dari Dokter, Fisioterapi, Ahli Gizi Dan Lain-Lain Dengan Berupaya
Mengidentifikasi Pelayanan Keperawatan Yang Diperlukan Termasuk Diskusi Atau
Tukar Pendapat Dalam Penentuan Bentuk Pelayanan Selanjutnya.
10.   Edukator
Peran Ini Dilakukan Dengan Membantu Klien Dalam Meningkatkan Tingkat
Pengetahuan Kesehatan, Gejala Penyakit Bahkan Tindakan Yang Diberikan,
Sehingga Terjadi Perubahab Perilaku Dari Klien Setelah Dilakukan Pendidikan
Kesehatan.
11. Konsultan
Peran Disini Adalah Sebagai Tempat Konsultasi Terhadap Masalah Atau Tindakan
Keperawatan Yang Tepat Untuk Diberikan. Peran Ini Dilakukan Atas Permintaan
Klien Tehadap Informasi Tentang Tujuan Pelayanan Keperawatan Yang Diberikan.
12. Pembaharu
Peran Sebagai Pembaharu Dapat Dilakukan Dengan Mengadakan Perencanaan,
Kerjasama, Perubahan Yang Sistematis Dan Terarah Sesuai Dengan Metode
Pemberian Pelayanan Keperawatan.
C.    Fungsi Perawat
Definisi Fungsi Itu Sendiri Adalah Suatu Pekerjaan Yang Dilakukan Sesuai Dengan
Perannya. Fungsi Dapat Berubah Disesuaikan Dengan Keadaan Yang Ada. Dalam
Menjalankan Perannya, Perawat Akan Melaksanakan Berbagai Fungsi Diantaranya:

1.   Fungsi Independen


Merupakan Fungsi Mandiri Dan Tidak Tergantung Pada Orang Lain, Dimana
Perawat Dalam Melaksanakan Tugasnya Dilakukan Secara Sendiri Dengan
Keputusan Sendiri Dalam Melakukan Tindakan Dalam Rangka Memenuhi
Kebutuhan Dasar Manusia Seperti Pemenuhan Kebutuhan Fisiologis (Pemenuhan
Kebutuhan Oksigenasi, Pemenuhan Kebutuhan Cairan Dan Elektrolit, Pemenuhan
Kebutuhan Nutrisi, Pemenuhan Kebutuhan Aktivitas Dan Lain-Lain), Pemenuhan
Kebutuhan Dan Kenyamanan, Pemenuhan Kebutuhan Cinta Mencintai, Pemenuhan
Kebutuhan Harga Diri Dan Aktualisasi Diri.
2.   Fungsi Dependen
Merupakan Fungsi Perawat Dalam Melaksanakan Kegiatannya Atas Pesan Atau
Instruksi Dari Perawat Lain. Sehingga Sebagai Tindakan Pelimpahan Tugas Yang
Diberikan. Hal Ini Biasanya Silakukan Oleh Perawat Spesialis Kepada Perawat
Umum, Atau Dari Perawat Primer Ke Perawat Pelaksana.
3.   Fungsi Interdependen
Fungsi Ini Dilakukan Dalam Kelompok Tim Yang Bersifat Saling Ketergantungan Di
Antara Satu Dengan Yang Lainnya. Fungsi Ini Dapat Terjadi Apabila Bentuk
Pelayanan Membutuhkan Kerja Sama Tim Dalam Pemberian Pelayanan Seperti
Dalam Memberikan Asuhan Keperawatan Pada Penderita Yang Mempunyai Penyakit
Kompleks. Keadaan Ini Tidak Dapat Diatasi Dengan Tim Perawat Saja Melainkan
Juga Dari Dokter Ataupun Lainnya, Seperti Dokter Dalam Memberikan Tindakan
Pengobatan Bekerjasama Dengan Perawat Dalam Pemantauan Reaksi Obat Yang
Telah Diberikan.

D. Faktor-Faktor Penyebab Rendahnya Peran Dan Fungsi Perawat


1. Keterlambatan Pengakuan Body Of Knowledge Profesi Keperawatan. Tahun 1985
Pendidikan S1 Keperawatan Pertama Kali Dibuka Di Ui,  Sedangkan Di Negara Barat
Pada Tahun 1869.
2. Keterlambatan Pengembangan Pendidikan Perawat Professional.
3. Keterlambatan System Pelayanan Keperawatan (Standart, Bentuk Praktik
Keperawatan, Lisensi).
E. Solusi Rendahnya Peran Dan Fungsi Perawat
1. Pengembangan Pendidikan Keperawatan
Sistem Pendidikan Tinggi Keperawatan Sangat Penting Dalam Pengembangan
Perawatan Professional, Pengembangan Teknologi Keperawatan, Pembinaan Profesi
Dan Pendidikan Keperawatan Berkelanjutan. Akademi Keperawatan Merupakan
Pendidikan Keperawatan Yang Menghasilkan Tenaga Perawatan Professional
Dibidang Keperawatan.

2. Memantapkan System Pelayanan Perawatan Professional


Depertemen Kesehatan Ri Sampai Saat Ini Sedang Menyusun Registrasi, Lisensi Dan
Sertifikasi Praktik Keperawatan. Selain Itu Semua Penerapan Model Praktik
Keperawatan Professional Dalam Memberikan Asuhan Keperawatan Harus Segera Di
Lakukan Untuk Menjamin Kepuasan Konsumen/Klien.
3. Penyempurnaan Organisasi Keperawatan
Organisasi Profesi Keperawatan Memerlukan Suatu Perubahan Cepat Dan Dinamis
Serta Kemampuan Mengakomodasi Setiap Kepentingan Individu Menjadi
Kepentingan Organisasi Dan Mengintegrasikannya Menjadi Serangkaian Kegiatan
Yang Dapat Dirasakan Manfaatnya. Restrukturisasi Organisasi Keperawatan
Merupakan Pilihan Tepat Guna Menciptakan Suatu Organisasi Profesi Yang Mandiri
Dan Mampu Menghidupi Anggotanya Melalui Upaya Jaminan Kualitas Kinerja Dan
Harapan Akan Masa Depan Yang Lebih Baik Serta Meningkat.
Komitmen Perawat Guna Memberikan Pelayanan Keperawatan Yang Bermutu Baik
Secara Mandiri Ataupun Melalui Jalan Kolaborasi Dengan Tenaga Kesehatan Lain
Sangat Penting Dalam Terwujudnya Pelayanan Keperawatan Professional. Nilai
Professional Yang Melandasi Praktik Keperawatan Dapat Di Kelompokkan Dalam :
1.    Nilai Intelektual
Nilai Intelektual Dalam Prtaktik Keperawatan Terdiri Dari
A. Body Of Knowledge
B. Pendidikan Spesialisasi (Berkelanjutan)
C. Menggunakan Pengetahuan Dalam Berpikir Secara Kritis Dan Kreatif.
2. Nilai Komitmen Moral
Pelayanan Keperawatan Diberikan Dengan Konsep Altruistic, Dan Memperhatikan
Kode Etik Keperawatan. Menurut Beauchamp & Walters (1989) Pelayanan
Professional Terhadap Masyarakat Memerlukan Integritas, Komitmen Moral Dan
Tanggung Jawab Etik.
Aspek Moral Yang Harus Menjadi Landasan Perilaku Perawat Adalah :
A.    Beneficience
Selalu Mengupayakan Keputusan Dibuat Berdasarkan Keinginan Melakukan Yang
Terbaik Dan Tidak Merugikan Klien. (Johnstone, 1994)
B.    Fair
Tidak Mendeskriminasikan Klien Berdasarkan Agama, Ras, Social Budaya, Keadaan
Ekonomi Dan Sebagainya, Tetapi Memprlakukan Klien Sebagai Individu Yang
Memerlukan Bantuan Dengan Keunikan Yang Dimiliki.
C.    Fidelity
Berperilaku Caring (Peduli, Kasih Sayang, Perasaan Ingin Membantu), Selalu
Berusaha Menepati Janji, Memberikan Harapan Yang Memadahi, Komitmen Moral
Serta Memperhatikan Kebutuhan Spiritual Klien.
3.    Otonomi, Kendali Dan Tanggung Gugat
Otonomi Merupakan Kebebasan Dan Kewenangan Untuk Melakukan Tindakan
Secara Mandiri. Hak Otonomi Merujuk Kepada Pengendalian Kehidupan Diri Sendiri
Yang Berarti Bahwa Perawat Memiliki Kendali Terhadap Fungsi Mereka. Otonomi
Melibatkan Kemandirian, Kesedian Mengambil Resiko Dan Tanggung Jawab Serta
Tanggung Gugat Terhadap Tindakannya Sendiribegitupula Sebagai Pengatur Dan
Penentu Diri Sendiri. Kendali Mempunyai Implikasi Pengaturan Atau Pengarahan
Terhadap Sesuatu Atau Seseorang. Bagi Profesi Keperawatan, Harus Ada
Kewenangan Untuk Mengendalikan Praktik, Menetapkan Peran, Fungsi Dan
Tanggung Jawab Anggota Profesi. Tanggung Gugat Berarti Perawat Bertanggung
Jawab Terhadap Setiap Tindakan Yang Dilakukannya Terhadap Klien.
Peningkatan Kualitas Organisasi Profesi Keperawatan Dapat Dilakukan Melalui
Berbagai Cara Dan Pendekatan Antara Lain :
1.    Mengembangkan System Seleksi Kepengurusan Melalui Penetapan Kriteria Dari
Berbagai Aspek Kemampuan, Pendidikan, Wawasan, Pandangan Tentang Visi Dan
Misi Organisasi, Dedikasi Serta Keseterdiaan Waktu Yang Dimiliki Untuk
Organisasi.
2.    Memiliki Serangkaian Program Yang Kongkrit Dan Diterjemahkan Melalui
Kegiatan Organisasi Dari Tingkat Pusat Sampai Ke Tingkat Daerah. Prioritas Utama
Adalah Rogram Pendidikan Berkelanjutan Bagi Para Anggotanya.
3.    Mengaktifkan Fungsi Collective Bargaining, Agar Setiap Anggota Memperoleh
Penghargaan Yang Sesuai Dengan Pendidikan Dan Kompensasi Masing-Masing.
4.    Mengembangkan Program Latihan Kepemimpinan, Sehingga Tenaga
Keperawatan Dapat Berbicara Banyak Dan Memiliki Potensi Untuk Menduduki
Berbagai Posisi Di Pemerintahan Atau Sector Swasta.
5.    Meningkatkan Kegiatan Bersama Dengan Organisasi Profesi Keperawatan Di
Luar Negeri, Bukan Anya Untuk Pengurus Pusat Saja Tetapi Juga Mengikut Sertakan
Pengurus Daerah Yang Berpotensi Untuk Dikembangkan.

Kiat Keperawatan (Nursing Arts) Lebih Difokuskan Pada Kemampuan Perawat


Untuk Memberikan Asuhan Keperawatan Secara Komprehensif Dengan Sentuhan
Seni Dalam Arti Menggunakan Kiat – Kiat Tertentu Dalam Upaya Memberikan
Kenyaman Dan Kepuasan Pada Klien. Kiat – Kiat Itu Adalah :
•    Caring, Menurut Watson (1979) Ada Sepuluh Faktor Dalam Unsur – Unsur
Karatif Yaitu : Nilai – Nilai Humanistic – Altruistik, Menanamkan Semangat Dan
Harapan, Menumbuhkan Kepekaan Terhadap Diri Dan Orang Lain, Mengembangkan
Ikap Saling Tolong Menolong, Mendorong Dan Menerima Pengalaman Ataupun
Perasaan Baik Atau Buruk, Mampu Memecahkan Masalah Dan Mandiri Dalam
Pengambilan Keputusan, Prinsip Belajar – Mengajar, Mendorong Melindungi Dan
Memperbaiki Kondisi Baik Fisik, Mental , Sosiokultural Dan Spiritual, Memenuhi
Kebutuhan Dasr Manusia, Dan Tanggap Dalam Menghadapi Setiap Perubahan Yang
Terjadi.
•    Sharing, Artinya Perawat Senantiasa Berbagi Pengalaman Dan Ilmu Atau
Berdiskusi Dengan Kliennya.
•    Laughing, Artinya Senyum Menjadi Modal Utama Bagi Seorang Perawat Untuk
Meningkatkan Rasa Nyaman Klien.
•    Crying, Artinya Perawat Dapat Menerima Respon Emosional Diri Dan Kliennya.
•    Touching, Artinya Sentuhan Yang Bersifat Fisik Maupun Psikologis Merupakan
Komunikasi Simpatis Yang Memiliki Makna (Barbara, 1994)
•    Helping, Artinya Perawat Siap Membantu Dengan Asuhan Keperawatannya
•    Believing In Others, Artinya Perawat Meyakini Bahwa Orang Lain Memiliki
Hasrat Dan Kemampuan Untuk Selalu Meningkatkan Derajat Kesehatannya.
•    Learning, Artinya Perawat Selalu Belajar Dan Mengembangkan Diri Dan
Keterampilannya.
•    Respecting, Artinya Memperlihatkan Rasa Hormat Dan Penghargaan Terhadap
Orang Lain Dengan Menjaga Kerahasiaan Klien Kepada Yang Tidak Berhak
Mengetahuinya.
•    Listening, Artinya Mau Mendengar Keluhan Kliennya
•    Felling, Artinya Perawat Dapat Menerima, Merasakan, Dan Memahami Perasaan
Duka , Senang, Frustasi Dan Rasa Puas Klien.
•    Accepting, Artinya Perawat Harus Dapat Menerima Dirinya Sendiri Sebelum
Menerima Orang Lain.

BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Keperawatan Adalah Suatu Bentuk Pelayanan Profesional Sebagai Bagian
Integral Dari Pelayanan Kesehatan Yang Meliputi Aspek Bio-Psilo-Sosio-Spiritual
Yang Komprehensif, Ditujukan Kepada Individu, Keluarga Atau Masyarakat Yang
Sehat Maupun Sakit Yang Mencangkup Siklus Hidup Manusia. Keperawatan Dapat
Dipandang Sebagai Suatu Profesi Karena Mempunyai Body Of Knowledge,
Pendidikan Berbasis Keahlian Pada Jenjang Pendidikan Tinggi, Memberikan
Pelayanan Kepada Masyarakat Melalui Praktik Dalam Bidang Profesi, Memiliki
Perhimpunan Atau Organisasi Profesi, Memberlakukan Kode Etik Keperawatan,
Otonomi Dan Motivasi Bersifat Altruistik.
Peran Perawat Profesional Adalah Pemberi Asuhan Keperawatan, Pembuat
Keputusan Klinis, Pelindung Dan Advokat Klien, Manager Khusus, Rehabilitator,
Pemberi Kenyamanan, Komunikator, Kolaborator, Educator Dan Konsultan
Pembaharu.
Adapun Fungsi Perawat Profesional Adalah Sebagai Fungsi Independen, Dependen
Dan Interdependen.
Untuk Menunjang Keperawatan Professional Maka Di Perlukan Peningkatan Kualitas
Organisasi Profesi Keperawatan Dengan Berbagai Cara, Pendekatan Serta Kiat Kiat
Yang Lebih Difokuskan Pada Kemampuan Perawat Untuk Memberikan Asuhan
Keperawatan Secara Komprehensif Dengan Sentuhan Seni Dalam Arti Menggunakan
Kiat – Kiat Tertentu Dalam Upaya Memberikan Kenyaman Dan Kepuasan Pada
Klien

Saran
Kami Sadar Bahwa Penyusunan Makalah Ini Jauh Dari Sempurna. Untuk Itu Kami
Mengharapkan Kritik Dan Saran Yang Membangun.
Untuk Terakhir Kalinya Kami Berharap Pembuatan Makalah Ini Dapat Bermanfaat
Bagi Kita Semua Khususnya Bagi Perawat Sehingga Dapat Meningkatkan Kualitas
Kerja Dan Mampu Menjadi Perawat Profesional Dibidangnya.
MAKALAH KONSEP DASAR KEPERAWATAN

CARING
Oleh :
STEFANUS NDARA KAKA
(2016610086)

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS TRIBHUWANA TUNGGADEWI
MALANG
2020

KATA PENGANTAR

              Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah yang maha Esa
limpahan rahmat dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah tentang
“Perawatan cering”. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah
Konsep dasar keperawatan. Tujuan yang lebih khusus dari penulisan makalah
ini ialah untuk menambah pengetahuan tentang bagaimana cara perawatan cering
yang baik dalam kehidupan sehari-hari, yang kami sajikan berdasarkan berbagai
sumber informasi, referensi, dan berita.

Kami menyampaikan rasa terima kasih kepada Dosen yang telah memberikan
tugas untuk menulis makalah ini, serta kepada teman-teman mahasiswa yang juga
sudah memberi kontribusi baik langsung maupun tidak langsung dalam pembuatan
makalah ini.

Dalam penyusunan makalah ini, tidak sedikit hambatan yang penulis hadapi.
Namun kami menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan makalah ini tidak lain
berkat bantuan, dorongan, dan bimbingan orang tua, sehingga kendala-kendala yang
penulis hadapi teratasi.

Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas dan menjadi
sumbangan pemikiran kepada pembaca khususnya para mahasiswa Akademi
Keperawatan unitri. Kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan
dan jauh dari sempurna. Untuk itu, saran dan kritik yang bersifat membangun sangat
kami harapkan.
DAFTAR ISI

Kata
Pengantar.................................................................................................................... i
Daftar
Isi............................................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 .Latar
Belakang............................................................................................................. 1
1.2  Rumusan
Masalah........................................................................................................ 2
1.3 
Tujuan .............................................................................................................................
.. 3
BAB II PEMBAHASAN
1. Apakah Pengertian caring consept secara umum dalam keperawatan ?
……………….4

2. Bagaimana perbedaan antara caring dan curing consept ?………………5

3. Apasaja prilaku  caring yang dapat ditemui dalam tatanan pelayanan kesehatan?
…….6

4. Apa pengertian transkultural nursing ?

5. Apasaja contoh2 aplikasi traskultural nursing pada beberapa masalah kesehatan ?


…...7
 masalah kesehatan............................................................................... ………………..
…8
BAB III PENUTUP
3.1.
Kesimpulan......................................................................................... ………………..9
3.2  Saran.................................................................................................... ……………
…10
DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN

11 Latar Belakang

Florence nightingale lahir pada tanggal 12 Mei 1820 di Florence Italia dan
meninggal dunia pada tanggal 13 Agustus 1910 di London Inggris pada usiannya
yang ke-90 tahun. Florence nightingale dibesarkan dalam keluarga yang berada,
namanya diambil dari kota tempat ia lahir. Semasa kecilnya ia tinggal di lea hurst
sebuah rumah besar dan mewah milik ayahnya yang brenama William nightingale
yang merupakan seorang tuan tanah terkaya di Derbishire dan ibunya adalah
keturunan ningrat dan terpandang.
Florence nightingale memiliki seorang saudara perempuan yang bernama parthenope.
Pada masa remajanya Florence nightingale lebih banyak keluar rumah dan membantu
warga sekitar yang membutuhkan. Ia jatuh cinta pada pekerjaan sosial keperawatan,
hingga akhirnya pada usianya yang cukup muda ia hanya menghabiskan waktu untuk
merawat orang-orang yang sakit, Florence nightingale menghidupkan konsep
penjagaan kebersihan rumah sakit dan kiat-kiat juru keperawatan. Kemudian,
Florence nightingale dikenal dengan nama “bidadari berlampu (the lady with the
lamp) atas jasanya yang tanpa kenal takut mengumpulkan korban perang pada perang
krimea.
Florence nightingale adalah perawat pertama kali ada di dunia dan beliau
dikenal sebagai wanita yang pantang menyerah dalam merawat pasien dan memiliki
jiwa penolong serta sangat berperan penting dalam perkembangan ilmu keperawatan.
Teori Florence nightingale lebih mengemukakan tentang lingkungan. Pandangan
model konsep dan teori ini merupakan gambaran dari bentuk pelayanan keperawatan
yang akan diberikan dalam memenuhi kebutuhan dasar manusia berdasarkan tindakan
dan lingkup pekerjaan dengan arah yang jelas dalam pelayanan keperawatan.pada
masa remaja mulai terlihat perilaku mereka yang kontras daan parthenope hidup
sesuai dengan martabatnya sebagai putri,seorang tuan tanah.pada masa itu wanita
ningrat,kaya,dan berpendidikan aktifitasnya cenderung bersenag-senang saja dan
malas,sementara florance lebih banyak keluar rumah dan membantu warga sekitar
yang membutuhkan.perawat pada masa itu perawat dianggap pekerjaan hina karena
 Perawat disamakan dengan wanita tuna susila atau “buntut” (keluarga tentara
yang miskin ) Yng mwngikuti kemana tentara pergi.
 Profesi perawat banyak berhadapan langsung dengan tubuh dalam keadaan
terbuka,sehingga dianggap profesi ini bukan profesi sopan wanita baik-baik dan
bnayak pasien memperlakukan wanita tidak berpendidikan yang berada dirumah
sakit dengan tidak senonoh perawat inggris pada masa itu lebih banyak laki-laki
dripada perempuan karena alasan-alasan tersebut di atas.
   Perawat masa itu lebih sering berfungsi sebagai tukang masak.nama harum
florance melejit saat pecah perang krim antara inggris,peranci,dan turki melawan
rusia pada tahun 1854-1856. Saat itu banyak sekali tentara inggris yang terluka
dan dibiarkan terlantar dirumah sakit darurat dimedan perang karena tak
cukupnya tenaga perawat ditempat itu.florance dengan tulus dan berani
membawa 38 orang perawat kerumah sakit itu.selama 21 bulan

12 Rumusan Masalah

1. Apakah Pengertian caring consept secara umum dalam keperawatan ?

2. Bagaimana perbedaan antara caring dan curing consept ?

3. Apasaja prilaku  caring yang dapat ditemui dalam tatanan pelayanan kesehatan?

4. Apa pengertian transkultural nursing ?

5. Apasaja contoh-contoh aplikasi traskultural nursing pada beberapa


masalah kesehatan ?  

13 Tujuan Masalah

Tujuan Umum :
Untuk memenuhi salah satu tugas Caring Manajemen Keperawatan
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

21 Pengertian Caring Keperawatan


Secara bahasa, istilah caring diartikan sebagai tindakan kepedulian. Caring
secara umum dapat diartikan sebagai suatu kemampuan untuk berdedikasi bagi orang
lain, pengawasan dengan waspada serta suatu perasaan empati pada orang lain dan
perasaan cinta atau menyayangi.
Pengertian caring berbeda dengan care. Care adalah fenomena yang berhubungan
dengan orang berhubungan dengan bimbingan, bantuan, dukungan perilaku kepada
individu, keluarga, kelompok dengan adanya kejadian untuk memenuhi kebutuhan
actual maupun potensial untuk meningkatkan kondisi dan kualitas kehidupan
manusia. Sedangkan caring adalah tindakan nyata dari care yang menunjukan suatu
rasa kepedulian. Terdapat beberapa pengertian caring menurut beberapa ahli, antara
lain :.
1. Delores gaut (1984):
caring tidak mempunyai pengertian yang tegas, tetapi ada tiga makna dimana
ketiganya tidak dapat dipisahkan, yaitu perhatian, bertangung jawab dan ikhlas.
2. Crips dan Taylor (2001):
caring merupakamn fenomena universal yang mempengaruhi bagaimana seseorang
berpikir, merasakan dan berperilaku dalam hubungannya dengan oang lain.

3. Rubenfild (1999):
caring yaitu memberikan asuhan, tanggung jawab, dan ikhlas. Crips dan Taylor
(2001): caring merupakan fenomena universal yang mempengaruhi bagaimana
seorang berpikir, merasakan dan berperilaku, dalam hubungannya dengan orang lain.
4. Jean watson (1985):
caring merupakan komitmen moral untuk melindungi , mempertahankan, dan
meningkatkan martabat manusia.

5. Florence Nightingale (1860)


Caring adalah tindakan yang menujukkan pemanfaatan lingkungan pasien dalam
membantu penyembuhan, memberikan lingkungan bersih,ventilasi yang baik dan
tenang kepada pasien. Caring secara umum dapat diartikan sebagai suatu kemampuan
untukberdedikasi bagi orang lain, pengawasan dengan waspada, serta suatu perasaan
empati pada orang lain dan perasaan cinta atau menyayangi
Dari beberapa pengertian tersebut, dapat dipersingkat bahwa pengertian caring
secara uum adalah suatu cermin perhatian,perasaan empati dan kasih sayang kepada
orang lain, dilakukan dengan cara memberikan tindakan nyata kepedulian, dengan
tujuan untuk meningkatkan kualitas dan kondisi kehidupan orang tersebut. Caring
merupakan inti dari keperawatan.
22  Perbedaan caring dan curing
Keperawatan sebagai suatu profesi dan berdasarkan pengakuan masyarakat adalah
ilmu kesehatan tetang asuhan atau pelayanan keperawatan atau The Health Science of
Caring (Lindberg, 1990:40). Secara bahasa, caring dapat diartikan sebagai tindakan
kepedulian dan curing dapat diartikan sebagai tindakan pengobatan. Namun, secara
istilah caring dapat diartikan memberikan bantuan kepada individu atau sebagai
advokasi pada idividu yang tidak mampu kebutuhan dasarnya. Sedangkan curing
adalah upaya kesehatan dari kegiatan dokter dalam prakteknya untuk mengobati
klien. Dalam penerapannya, konsep caring dan curing mempunyai beberapa
perbedaan, diantarannya
Caring merupakan tugas primer perawat dan curing adalah tugas sekunder.
Maksudnya seorang perawat lebih melakukan tidakan kepedulian pada klien dari
pada memberikan tindakan medis. Oleh karena itu, caring lebih identik dengan
perawat.
Curing merupakan tugas primer seorang dokter dan caring adalah tugas sekunder.
Maksudnya seorang dokter lebih melibatkan tindakan medis tanpa melakukan
tindakan caring yang berarti. Oleh karena itu, curing lebih identik dengan dokter.
Dalam pelayanan kesehatan klien yang dilakukan perawat, adalah caring dan ¼ nya
adalah curing.
Caring bersifat lebih “healthogenic”daripada curing.maksudnya caring lebih
menekankan pada peningkatan kesehatan daripada pengobatan.didalam
praktiknya,caring mengintegrasikan pengetahuan biofisik dan pngetahuan perilaku
manusia untuk meningkatkan derajat kesehatan dan untuk menyediakan pelayanan
bagi mereka yang sakit.
 Tujuan caring adalah membantu pelaksanaan rencana pengobatan/terapi dan
membantu klienberadaptasi dengan masalah kesehatan,mandiri memenuhi
kebutuhan dasarnya,mencegah penyakit,meningkatkan kesehatan dan
meningkatkan fungsi tubuh sedangkan tujuan curing adalah menentukan dan
menyingkirkan penyebab penyakit atau mengubah problem penyakit atau
mengubah problem penyakit dan penangannya.
 Diagnosa dalam konsep curing dilakukan dengan mengungkapkan penyakit yang
diderita sedangkan diagnosa dalam konsep caring dilakukan dengan identifikasi
masalah dan penyebab berdasarkan kebutuhan dan respon klien.

23Teori Florence Nightingale


Caring adalah tindakan yang menujukkan pemanfaatan lingkungan pasien dalam
membantu penyembuhan, memberikan lingkungan bersih,ventilasi yang baik dan
tenang kepada pasien. Caring secara umum dapat diartikan sebagai suatu kemampuan
untukberdedikasi bagi orang lain, pengawasan dengan waspada, serta suatu perasaan
empati pada orang lain dan perasaan cinta atau menyayangi
Florence Nightingale membuat sebuah teori yang dikenal sebagai teori Keperawatan
modern (modern nursing).Titik berat teori ini adalah pada aspek
lingkungan.Nightingale meyakini bahwa kondisi lingkungan yang sehat penting
untuk penanganan perawatan yang layak.Komponen lingkungan yang berpengaruh
pada kesehatan, antara lain:
 Udara segar
 Air bersih
 Saluran pembuangan yang efesien
 Kebersihan
 Cahaya

Asumsi Utama Teori Nightingale


Nightingale mendefenisikan kesehatan sebagai kondisi sejahtera dan mampu
memanfaatkan setiap daya yang dimiliki hingga batas maksimal, sedangkan penyakit
merupakan proses perbaikan yang dilakukan tubuh untuk membebaskan diri dari
gangguan yang dialami sehingga individu kembali sehat. Prinsip perawatan adalah
menjaga agar proses reparitive ini tidak terganggu dan tidak menyedian kondisi yang
optimal untu prose tersebut.untuk mencapai kondisi kesehatan, perawat harus
menggunakan nalarnya, disertai ketekunan observasi.

Sejarah florance nigthtingle


Florance nigthingle lahir di firenze ( florance ),italia tanggal 12 mei 1820.Ayah
florance bernama Wiliam Nightingle seorang tuan tanah kaya di
Derbyshire,London.Ibunya frances ( “Fanny “) Nightingle nee smith keturunan
ningrat,keluarga nightingle adalah keluarga terpandang.florance memiliki seorang
kakak bernama parthnope.semasa kecil florance nihgtingle di Lea hurst yaitu sebuah
24 Faktor Pengaruhi Teori Keperawatan
 Filsofi Florence Nightingale
Florence merupakan salah satu pendiri dasar-dasar teori keperawatan yang
melalui filosofi keperawatan yaitu dengan mengidentifikasi peran perawat dalam
menemukan kebutuhan dasar manusia pada klien serta penting pengaruh lingkungan
dalam perawatan orang sakit dikenal dengan teori lingkungannya. Selain florence
juga membuat standar pada pendidikan keperawatan serta standar pelaksanaan asuhan
keperawatan yang efesien. Beliau juga membedakan praktik keperawatan dengan
kedokteran dan perbedaan perawatan yang sakit dengan yang sehat.

 Kebudayaan
Kebudayaan juga mempunyai pengaruh dalam perkembangan teori-teori
keperawatan diantaranya dengan adanya pandangan bahwa dalam memberikan
pelayanan keperawatan akan lebih baik dilakukan wanita karena wanita mempunyai
jiwa yang sesuai dengan kebutuhan perawat, akan tetapi perubahan identitas dalam
proses telah berubah seiring dengan perkembangan keperawatan.

 Sistem pendidikan
Pada sistem pendidikan telah terjadi perubahan besar dalam perkembangan
besar dalam teori keperawatan dahulu pendidikan keperawatan beliau mempunyai
sistem dan kurikulum keperawatan yang jelas, akan tetapi keperawatan telah memiliki
sistem pendidikan keperawatan yang terarah sesuai dengan kebutuhan RS sehingga
teori-teori keperawatan juga berkembang dengan orientasi pada pelayanan
keperawatan.
 ilmu Perkembangan keperawatan
Perkembangan ilmu keperawatan ditandai dengan adanya pengelompokan
ilmu keperawatan dasar ilmu menjadi ilmu keperawatan klinik dan ilmu keperawatan
komunitas yang merupakan cabang ilmu keperawatan yang khusus atau
subspesialisasi yang diakui sebagai bagian ilmu keperawatan.

 Pengaruh Teori Nightingale Terhadap Keperawatan


Teori Nigtingale, Keperawatan modern (modern nurshing) merupakan langka
awal  dalam formalisasi dan pengembangan ilmu keperawatan selanjutnya. Ia telah
meletakan suatu pijakan bagi pengembangan teori keperawatan sesudahnya. Didasari
atau tidak,  Nightingale telah member pedoman umum bagi perawat dalam merawat
klien.

25 Model Konsep Florence Nightingale


Model konsep Florence nightingale memposisikan lingkungan adalah sebagai focus
asuhan keperawatan dan perawat tidak perlu memahami seluruh proses penyakit
model konsep ini dalam upaya memisahkan antara profesi keperawatan dan
kedokteran. Orientasi pemberian asuhan keperawatan atau tindakan keperawatan
lebih diorientasikan pada pemberian udara, lampu, kenyamanan lingkungan,
kebersihan, ketenangan dan nutrisi yang adekuat dengan dimulai dari pengumpulan
data dibandingkan dengan tindakan pengobatan semata, upaya teori tersebut dalam
rangka perawat mampu menjalankan praktik keperawatan mandiri tanpa tergantung
dengan profesi lain. Model konsep ini memberikan inspinisi dalam perkembangan
praktik keperawatan, sehingga dikembangkan secara luas, paradigma perawat dalam
tindakan keperawatan hanya memberikan kebersihan lingkungan adalah kurang
benar, akan tetapi lingkungan dapat memengaruhi proses perawatan pada pasien
sehingga perlu diperhatikan

BAB III
PENUTUP

31 Kesimpulan
Caring merupakan fenomena yang berhubungan dengan orang berhubungan
dengan bimbingan, bantuan, dukungan perilaku kepada individu, keluarga, kelompok
dengan adanya kejadian untuk memenuhi kebutuhan actual maupun potensial untuk
meningkatkan kondisi dan kualitas kehidupan manusia.Model konseptual
keperawatan merupakan suatu cara untuk memandang situasi dan kondisi pekerjaan
yang melibatkan perawat di dalamnya. Model konseptual keperawatan
memperlihatkan petunjuk bagi organisasi dimana perawat mendapatkan informasi
agar mereka peka terhadap apa yang terjadi pada suatu saat dan tahu apa yang harus
perawat kerjakan. Teori keperawatan digunakan sebagai dasar dalam menyusun suatu
model konsep dalam suatu keperawatan, dan model konsep keperawatan digunakan
dalam menentukan model praktek keperawatan. Ada beberapa yang mempengarauhi
teori keperawatan yaitu, filosopi Nightingale, kebudayaan, pendidikan, dan ilmu
keperawan.

32    Saran
Dalam penyusunan makalah sebaiknya mahasiswa menggunakan minimal tiga
literatur untuk menghasilkan makalah yang isinya lengkap dan sebaiknya perlu
ditambahkan lagi buku-buku kesehatan lainnya yang belum tersedia di perpustakaan
untuk menunjang penyelesaian tugas mahasiswa.
DAFTAR PUSTAKA

Hidayat, A. Aziz Alimul 2007. Pengantar Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta:


salemba medika.
Http://Indonesiannursing.com/2008/07/30/konsep-model-florence nightingale.
http://andaners.wordpress.com/2009/04/28/konsep-keperawatan-komunitas/

Watson, Jean. (2004). Theory of human Caring. Http: //www2.uchse.edu/son/caring

Meidiana Dwidiyanti. 2008. Keperawatan Dasar. Semarang. Hasani

http://usfinit-engky.blogspot.com/2011/12/makalah-konsep-caring.html

http://teguhyudi-teguhyudi.blogspot.com/2011/07/aplikasi-konsep-caring-dalam-
praktek.html
MAKALAH KONSEP DASAR KEPERAWATAN

SISTEM PELAYANAN KESEHATAN

Oleh :

STEFANUS NDARA KAKA

(2016610086)
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS TRIBHUWANA TUNGGADEWI

MALANG

2020

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah yang maha Esa limpahan
rahmat dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah tentang “Sistem
pelayanan kesehatan”. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah
Konsep dasar keperawatan. Tujuan yang lebih khusus dari penulisan makalah
ini ialah untuk menambah pengetahuan tentang bagaimana cara ,Sistem pelayanan
kesehatan .yang baik dalam kehidupan sehari-hari, yang kami sajikan berdasarkan
berbagai sumber informasi, referensi, dan berita.

Kami menyampaikan rasa terima kasih kepada Dosen yang telah memberikan tugas
untuk menulis makalah ini, serta kepada teman-teman mahasiswa yang juga sudah
memberi kontribusi baik langsung maupun tidak langsung dalam pembuatan makalah
ini.

Dalam penyusunan makalah ini, tidak sedikit hambatan yang penulis hadapi. Namun
kami menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan makalah ini tidak lain berkat
bantuan, dorongan, dan bimbingan orang tua, sehingga kendala-kendala yang penulis
hadapi teratasi.
Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas dan menjadi
sumbangan pemikiran kepada pembaca khususnya para mahasiswa Akademi
Keperawatan Universitas Tribhuwana Tunggadewi. Kami menyadari bahwa makalah
ini masih banyak kekurangan dan jauh dari sempurna. Untuk itu, saran dan kritik
yang bersifat membangun sangat kami harapkan.

DAFTAR ISI

Kata
Pengantar.................................................................................................................... i

Daftar
Isi............................................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 .Latar
Belakang........................................................................................................... 1

1.2 Rumusan
Masalah...................................................................................................... 2

1.3
Tujuan ........................................................................................................................3

BAB II PEMBAHASAN

1. Pengertian system
Kesehatan………………………………………………………….4

2. Pengertian Pelayanan
Kesehatan……………………………………………………….5

3. Sistem Pelayanan
Kesehatan…………………………………………………………...6

4. Tingkat Pelayanan
Kesehatan……………………………………………………….....7

5. Lembaga Pelayanan Kesehatan……………………………………………..


………....8

6. Lingkup Sistem Pelayanan Kesehatan……………………………………...


………....9

7. Pelayanan Keperawatan Dalam Pelayanan


Kesehatan……………………................10

8. Faktor Yang Mempengaruhi Pelayanan


Kesehata…………………………..............11
masalah kesehatan...............................................................................
………………..12

BAB III PENUTUP

3.1. Kesimpulan......................................................................................... ………..


…….13

3.2 Saran....................................................................................................
……………..14

DAFTAR
PUSTAKA……………………………………………………………………15

BAB 1
LANDASAN TEORI
1.1.       Latar belakang
Menurut Adisasmito(2007) sistem kesehatan di Indonesia tidak terlepas dari
pembangunan kesehatan. Intinya sistem kesehatan merupakan seluruh aktifitas yang
mempunyai tujuan utama untuk mempromosikan, mengembalikan dan memelihara
kesehatan. Sistem kesehatan memberi manfaat kepada mayarakat dengan distribusi
yang adil. Sistem kesehatan tidak hanya menilai dan berfokus pada “tingkat manfaat”
yang diberikan, tetapi juga bagaimana manfaat itu didistribusikan.
Menurut Nototmodjo(2001) pelayanan di bidang kesehatan merupakan salah
satu bentuk pelayanan yang paling banyak dibutuhkan oleh masyarakat. Salah satu
sarana pelayanan kesehatan yang mempunyai peran sangat penting lainnya dalam
memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat adalah rumah sakit. Rumah
sakit sebagai suatu lembaga sosial yang memberikan pelayanan kesehatan kepada
masyarakat, memiliki sifat sebagai suatu lembaga yang tidak ditujukan untuk mencari
keuntungan atau non profit organization. Walaupun demikian kita dapat menutup
mata bahwa dibutuhkan sistem informasi di dalam rumah sakit.
Menurut Wiku(2007) rumah sakit merupakan lembaga dalam mata rantai
Sistem Kesehatan Nasional dan mengemban tugas untuk memberikan pelayanan
kesehatan kepada seluruh masyarakat, karena pembangunan dan penyelenggaraan
kesehatan di rumah sakit perlu diarahkan pada tujuan nasional dibidang
kesehatan.Tidak mengherankan apabila bidang kesehatan perlu untuk selalu dibenahi
agar bisa memberikan pelayanan kesehatan yang terbaik untuk masyarakat. Untuk
mempertahankan pelanggan, pihak rumah sakit dituntut selalu menjaga kepercayaan
konsumen secara cermat dengan memperhatikan kebutuhan konsumen sebagai upaya
untuk memenuhi keinginan dan harapan atas pelayanan yang diberikan.
Menurut Nototmodjo(2001) tercantumnya pelayanan kesehatan sebagai hak
masyarakat dalam konstituisi, menempatkan status sehat dan pelayanan kesehatan
merupakan hak masyarakat. Fenomena demikian merupakan keberhasilan pemerintah
selama ini dalam kebijakan politik di bidang kesehatan (heath politics), yang
menuntut pemerintah maupun masyarakat untuk melakukan upaya kesehatan secara
tersusun, menyeluruh dan merata.
Oleh sebab itu, dalam makalah ini kami akan membahas mengenai “Sistem
Pelayanan Kesehatan” .
1.2.       Rumusan masalah
1. Apa yang dimaksud dengan sistem pelayanan kesehatan?
2. Bagaimana sistem pelayanan kesehatan?
3.       Apa saja tingkat pelayanan kesehatan?
4.      Bagaimana lembaga pelayanan kesehatan?
5. Apa saja lingkup sistem pelayanan kesehatan?
6. Bagaimana pelayanan keperawatan dalam pelayanan kesehatan
7. Faktor apa saja yang mempengaruhi pelayanan kesehatan?

1.3.       Tujuan
 Tujuan umum
Mengetahui system pelayanan kesehatan di Indonesia. Mulai dari pelayanan,
tingkat, lembaga, ruang lingkup, hingga faktor yang mempengaruhi pelayanan
kesehatan.

 Tujuan khusus
 Untuk memenuhi tugas Konsep Dasar Keperawatan II tentang Sistem
Pelayanan Kesehatan.
 Untuk menambah wawasan pengetahuan bagi mahasiswa (i) Sekolah Tinggi
Ilmu Kesehatan Darul Azhar Batulicin.
1.4.       Manfaat
Bagi Penulis

Menambah wawasan pengetahuan Konsep Dasar Keperawatan II tentang Sistem


pelayanan kesehatan.

Bagi Pembaca

Memberikan wawasan tentang Sistem pelayanan kesehatan. Serta dapat


meningkatkan wawasan pengetahuan.
BAB 2
TINJAUAN TEORI
2.1.       Pengertian Sistem Kesehatan
Menurut WHO(1996) sistem kesehatan adalah suatu jaringan penyedia
pelayanan kesehatan (supply side) dan orang-orang yang menggunakan pelayanan
tersebut (demand side) di setiap wilayah, serta negara dan organisasi yang melahirkan
sumber daya tersebut, dalam bentuk manusia maupun dalam bentuk material. Dalam
definisi yang lebih  luas lagi, sistem kesehatan mencakup sektor-sektor lain seperti
pertanian dan lainnya.
2.2.       Pengertian Pelayanan Kesehatan
Menurut Prof. Dr. Soekidjo Notoatmojo(2001) pelayanan kesehatan adalah sub
sistem pelayanan kesehatan yang tujuan utamanya adalah pelayanan preventif
(pencegahan) dan promotif (peningkatan kesehatan) dengan sasaran masyarakat.
Menurut Depkes RI (2009) pelayanan kesehatan adalah setiap upaya yang
diselenggarakan sendiri atau secara bersama-sama dalam suatu organisasi untuk
memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah dan menyembuhkan penyakit
serta memulihkan kesehatan perorangan, keluarga, kelompok dan ataupun
masyarakat. 
Jadi pelayanan kesehatan adalah sub sistem pelayanan kesehatan yang tujuan
utamanya adalah promotif (memelihara dan meningkatkan kesehatan), preventif
(pencegahan),kuratif (penyembuhan), dan rehabilitasi (pemulihan) kesehatan
perorangan, keluarga, kelompok atau masyarakat, lingkungan. Yang dimaksud sub
sistem disini adalah sub sistem dalam pelayanan kesehatan yaitu input , proses,
output, dampak, umpan balik.
2.3.       Sistem Pelayanan Kesehatan
Menurut Hidayat(2008) sistem pelayanan kesehatan merupakan bagian penting
dalam meningkatkan derajat kesehatan. Melalui sistem ini tujuan pembangunan
kesehatan dapat tercapai dengan efektif, efisien dan tepat sasaran.
Menurut Hidayat(2008) keberhasilan sistem pelayanan kesehatan tergantung
dari berbagai komponen yang masuk dalam pelayanan kesehatan. Sistem terbentuk
dari subsistem yang saling berhubungan dan saling mempengaruhi. Sistem terdiri
dari: input, proses, output, dampak, umpan balik dan lingkungan.

1  Input
Merupakan sistem yang akan memberikan segala masukan untuk
berfungsinya sebuah sistem. Input pelayanan kesehatan meliputi: potensi
masyarakat, tenaga dan sarana kesehatan, dan sebagainya.
2 .Proses
Merupakan kegiatan merubah sebuah masukan menjadi sebuah hasil yang
diharapkan dari sistem tersebut. Proses dalam pelayanan kesehatan meliputi
berbagai kegiatan dalam pelayanan kesehatan.
3.Output
Merupakan hasil yang diperoleh dari sebuah proses. Output pelayanan
kesehatan dapat berupa pelayanan yang berkualitas dan terjangkau sehingga
masyarakat sembuh dan sehat.
4.Dampak
Merupakan akibat dari output atau hasil suatu sistem, terjadi dalam waktu yang
relatif lama. Dampak sistem pelayanan kesehatan adalah masyarakat sehat, angka
kesakitan dan kematian menurun.
5.Umpan balik
Merupakan suatu hasil yang sekaligus menjadi masukan. Terjadi dari sebuah
sistem yang saling berhubungan dan saling mempengaruhi. Umpan balik dalam
pelayanan kesehatan dapat berupa kualitas tenaga kesehatan.
6.Lingkungan
Adalah semua keadaan diluar sistem tetapi dapat mempengaruhi pelayanan
kesehatan.
2.4.       Tingkat Pelayanan Kesehatan
Menurut Leavel & Clark(2005) tingkat pelayanan kesehatan merupakan
bagian dari sistem pelayanan kesehatan yang diberikan pada masyarakat. Dalam
memberikan pelayanan kesehatan harus memandang pada tingkat pelayanan
kesehatan yang akan diberikan, yaitu:
Health Promotion (Promosi Kesehatan)
Merupakan tingkat pertama dalam memberikan pelayanan melalui peningkatan
kesehatan. Bertujuan untuk meningkatkan status kesehatan masyarakat. Contoh:
kebersihan perorangan, perbaikan sanitasi lingkungan, dan sebagainya.
Specific Protection (Perlindungan Khusus)
Adalah masyarakat terlindung dari bahaya atau penyakit-penyakit tertentu. Contoh:
Imunisasi, perlindungan keselamatan kerja.
Early Diagnosis And Prompt Treatment (Diagnosis Dini & Pengobatan Segera)
Sudah mulai timbulnya gejala penyakit. Dilakukan untuk mencegah penyebaran
penyakit. Contoh: survey penyaringan kasus.
2.5.       Lembaga Pelayanan Kesehatan
Menurut Hidayat(2008) lembaga pelayanan kesehatan merupakan tempat pemberian
pelayanan kesehatan pada masyarakat untuk meningkatkan status kesehatan.
Bervariasi berdasarkan tujuan pemberian pelayanan kesehatan.
 Rawat Jalan
Pusat pelayanan rawat jalan, sama dengan klinik, memberi pelayanan kesehatan
dengan cara rawat jalan. Pusat tersebut mungkin bergabung dengan rumah sakit atau
berfungsi secara mandiri dibawah suatu yayasan atau dibawah pengawasan seorang
dokter atau sekelompok dokter. Pusat pelayanan rawat jalan mungkin dapat berlokasi
dalam suatu fasilitas rawat inap; tetapi sebagian besar berdiri sendiri dan berlokasi
jauh dari institusi rawat inap yang besar. “Pusat-Bedah” merupakan salah satu contoh
dari pusat pelayanan rawat jalan dimana klien datang untuk melakukan prosedur
oprasi minor seperti pengangkatan katarak, bedah plastik, dan prosedur endoskopi.
“Pusat perawatan darurat” yang memberikan pelayanan 24 jam bagi klien dengan
cedera minor atau penyakit seperti laserasi dan influenza. Pusat perawatan darurat
menawarkan alternatif pelayanan seperti yang diberikan pada ruang kedaruratan
rumah sakit.
 Institusi
Lembaga institusional terdiri dari rumah sakit, fasilitas perawatan yang diperluas,
fasilitas psikiatri, dan pusat rehabilitasi. Semuanya menawarkan bentuk pelayanan
kesehatan rawat inap (klien diterima masuk dan tingga;l di suatu institusi untuk
penentuan diagnosa, menerima pelayanan pengobatan dan rehabilitasi). Sebagian
besar institusi juga menawarkan pelayanan rawat jalan (klien berkunjung ke suatu
institusi untuk menerima suatu episode diagnosa atau pengobatan yang akan selesai
dalam beberapa jam).
 Hospice
Adalah suatu sistem perawatan yang berpusat pada keluarga yang bertujuan agar
klien dapat tinggal dirumahnya dengan aman, mandiri, dan penuh harga diri,
sambil meringankan penderitaan yang disebabkan oleh penyakit terminal yang
dideritanya. Fokus perawatan hospice adalah perawatan paliatif, bukan
pengobatan kuratif. Hospice dapat bermanfaat untuk klien yang berada pada tahap
terminal dengan penyakit apapun, seperti kardiomiopati, sklerosis multiple,
AIDS, kanker, emfisema, atau penyakit ginjal.
 Community Based Agency
Merupakan bagian dari lembaga pelayanan kesehatan yang dilakukan pada klien pada
keluarganya, sebagaimana pelaksanaan perawatan keluarga seperti praktek perawat
keluarga dan lain-lain.
2.6.   Lingkup Sistem Pelayanan Kesehatan
Menurut Perry(2009) dalam sistem pelayanan kesehatan dapat mencakup
pelayanan dokter, pelayanan keperawtan, dan pelayanan kesehatan masyarakat.
Dokter merupakan subsistem dari pelayanan kesehatan. Subsistem pelayanan
kesehatan tersebut memiliki tujuan masing-masing dengan tidak meninggalkan tujuan
umum dari pelayanan kesehatan. Pelayanan kesehatan yang ada sekarang ini dapat
diselenggarakan oleh pihak pemerintah maupun swasta. Dalam pelayanan kesehatan
terdapat 3 bentuk, yaitu:
 Primary Health Care (Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama)
Pelayanan kesehatan ini dibutuhkan atau dilaksanakan pada masyarakat yang
memiliki masalah kesehatan yang ringan atau masyarakat sehat tetapi ingin
mendapatkan peningkatan kesehatan agar menjadi optimal dan sejahtera sehingga
sifat pelayanan kesehatan adalah pelayanan kesehatan dasar. Pelayanan kesehatan ini
dapat dilaksanakan oleh puskesmas atau balai kesehatan masyarakat dan lain-lain.
 Secondary Helath Care (Pelayanan Kesehatan Tingkat Kedua)
Untuk pelayanan kesehatan ini diperlukan bagi masyarakat atau klien yang
membutuhkan perawatan dirumah sakit atau rawat inap dan tidak dilaksanakan di
pelayanan kesehatan utama. Pelayanan kesehatan ini dilaksanakan di rumah sakit
yang tersedia tenaga spesialis atau sejenisnya.
 Tertiary Health Services (Pelayanan Kesehatan Tingkat Ketiga)
Palayanan kesehatan ini merupakan tingkat pelayanan yang tertinggi dimana tingkat
pelayanan ini apabila tidak lagi dibutuhkan pelayanan pada tingkat pertama dan
kedua.  Biasanya pelayanan ini membutuhkan tenaga-tenaga yang ahli atau spesialis
dan sebagai rujukan utama seperti rumah sakit yang tipe A atau B.

2.7.    Pelayanan Keperawatan Dalam Pelayanan Kesehatan


Menurut Hidayat(2008) pelayanan keperawatan dalam pelayanan kesehatan
merupakan bagian dari pelayanan kesehatan yang meliputi pelayanan dasar & rujukan
sehingga meningkatkan derajat kesehatan. Pada tingkat pelayanan dasar dilakukan di
lingkup puskesmas dengan pendekatan askep keluarga dan komunitas yang
berorientasi pada tugas keluarga dalam kesehatan, diantaranya mengenal masalah
kesehatan secara dini, mengambil keputusan, menanggulangi keadaan darurat,
memberikan pelayanan dasar pada anggota keluarga yang sakit
serta memodifikasi lingkungan.
Pada lingkup pelayanan rujukan, tugas perawat adalah memberikan askep pada ruang
atau lingkup rujukannya, seperti: asuhan keperawatan anak, askep jiwa, askep
medikal bedah, askep maternitas, askep gawat darurat, dan sebagainya.
2.8.       Faktor Yang Mempengaruhi Pelayanan Kesehatan
Menurut Hidayat(2008) dalam memberikan pelayanan kesehatan tidak
segalanya tercapai sasaran, akan tetapi membutuhkan suatu proses untuk mengetahui
masalah yang ditimbulkannya. Pelaksanaan pelayanan kesehatan juga akan lebih
berkembang atau sebaliknya akan terhambat karena dipengaruhi oleh beberapa faktor,
yaitu:
1 Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Baru
Pelaksanaan sistem pelayanan kesehatan dapat dipengaruhi oleh ilmu pngetahuan
dan teknologi baru, mengingat perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, maka
akan diikuti oleh perkembangan pelayanan kesehatan atau juga sebagai dampaknya
pelayanan kesehatan jelas lebih mengikuti perkembangan dan teknologi seperti dalam
pelayanan kesehatan untuk mengatasi masalah penyakit-penyakkit yang sulit dapat
digunakan penggunaan alat seperti laser, terapi perubahan gen dan lain-lain.
Berdasarkan itu, maka pelayanan kesehatan membutuhkan biaya yang cukup mahal
dan pelayanan akan lebih profesional dan butuh tenaga-tenaga yang ahli dalam bidng
tertentu
2.Pergeseran Nilai Masyarakat
Berlangsungnya sistem pelayanan kesehatan juga dapat dipengaruhi oleh nilai
yang ada dimasyarakat sebagai penggunaan jasa pelayanan, dimana dengan
beragamnya masyarakat, maka dapat menimbulkan pemanfaatan jasa pelayanan
kesehatan yang berbeda. Masyarakat yang sudah maju dengan pengetahuan yang
tinggi, maka akan memiliki kesadaran yang lebih dalam penggunaan atau
pemanfaatan pelayanan kesehatan, demikian juga sebaliknya pada masyarakat yang
memiliki pengetahuan yang kurang akan memiliki kesadaran yang rendah terhadap
pelayanan kesehatan, sehingga kondisi demikian akan sangat mempengaruhi sistem
pelayanan kesehatan.
3 Aspek Legal dan Etik
Dengan tingginya kesadaran masyarakat terhadap penggunaan atau pemanfaatan
jasa pelayanan kesehatan, maka akan semakin tinggi pula tuntutan hukum da etik
dalam pelayanan kesehatan, sehingga pelaku pemberi pelayanan kesehatan harus
dituntut untuk memberikan pelayanan kesehatan secara profesional dengan
memperhatikan nilai-nilai hukum dan etika yang ada dimasyarakat.
4.Ekonomi
Pelaksanaan pelayanan kesehatan akan dipengaruhi oleh tingkat ekonomi di
masyarakat. Semakin tinggi ekonomi seseorang, pelayanan kesehatan akan lebih
diperhatikan dan mudah dijangkau, demikian juga sebaliknya apabila tingkat
ekonomi seseorang rendah, maka akan sulit menjangkau pelayanan kesehatan
mengingat biaya dalam jasa pelayanan kesehatan membutuhkan biaya yang cukup
mahal. Keadaan ekonomi ini yang akan dapat mempengaruhi dalam sistem
pelayanan kesehatan.
5.Politik
Kebijakan pemerintah melalui sistem politik yang ada akan sangat berpengaruh
sekali dalam sistem pemberian pelayanan kesehatan. Kebijakan-kebijakan yang ada
dapat memberikan pola dalam sistem pelayanan.
BAB 3
PENUTUP
3.1.       Kesimpulan
Sistem pelayanan kesehatan merupakan bagian penting dalam meningkatkan
derajat kesehatan. Dalam sistem ini terdapat tingkat, lembaga, lingkup dan faktor
yang mempengaruhi dalam terlaksananya sistem pelayanan kesehatan tersebut.
3.2.       Saran
Dalam sistem pelayanan kesehatan perlu terus di tingkatkannya mutu serta
kualitas dari pelayanan kesehatan agar sistem pelayanan ini dapat berjalan dengan
efektif, itu semua dapat dilakukan dengan melihat nilai-nilai yang ada di masyarakat,
dan diharapkan perawat dapat memberikan pelayanan dengan kualitas yang bagus
dan baik.
DAFTAR PUSTAKA
Depkes RI., (2009) Sistem Kesehatan Nasional. Jakarta
Hidayat, A.A. A., (2008) Pengantar Konsep Dasar Keperawatan, Edisi 2, Jakarta:
Salemba Medika.
Notoatmodjo Soekidjo., (2001) Peran Pelayanan Kesehatan Swasta dalam
Menghadapi Masa Krisis. Jakarta:Suara Pembaruan Daily.
Perry, Potter., (2009) Fundamental Keperawatan,Buku 1, Edisi 7. Jakarta: Salemba
Medika.
Potter,Patricia.Perry,Anne Griffin., (2005) Buku Ajar Fundamental Keperawatan,
Edisi 4, Volume 1. EGC: Jakarta
Satrianegara, M. Fais., (2009) Buku Ajar Organisasi Dan Manajemen Pelayanan
Kesehatan Serta Kebidanan. Jakarta: Salemba Medika.
MAKALAH KONSEP DASAR KEPERAWATAN

SISTEM PELAYANAN KESEHATAN

Oleh :

NIKODEMUS GAUKA RAWA

2016610067
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS TRIBHUWANA TUNGGADEWI

MALANG

2020

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah yang maha Esa limpahan
rahmat dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah tentang “Sistem
pelayanan kesehatan”. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah
Konsep dasar keperawatan. Tujuan yang lebih khusus dari penulisan makalah
ini ialah untuk menambah pengetahuan tentang bagaimana cara ,Sistem pelayanan
kesehatan .yang baik dalam kehidupan sehari-hari, yang kami sajikan berdasarkan
berbagai sumber informasi, referensi, dan berita.

Kami menyampaikan rasa terima kasih kepada Dosen yang telah memberikan tugas
untuk menulis makalah ini, serta kepada teman-teman mahasiswa yang juga sudah
memberi kontribusi baik langsung maupun tidak langsung dalam pembuatan makalah
ini.

Dalam penyusunan makalah ini, tidak sedikit hambatan yang penulis hadapi. Namun
kami menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan makalah ini tidak lain berkat
bantuan, dorongan, dan bimbingan orang tua, sehingga kendala-kendala yang penulis
hadapi teratasi.

Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas dan menjadi
sumbangan pemikiran kepada pembaca khususnya para mahasiswa Akademi
Keperawatan Universitas Tribhuwana Tunggadewi. Kami menyadari bahwa makalah
ini masih banyak kekurangan dan jauh dari sempurna. Untuk itu, saran dan kritik
yang bersifat membangun sangat kami harapkan.

DAFTAR ISI

Kata
Pengantar.................................................................................................................... i

Daftar
Isi............................................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 .Latar
Belakang........................................................................................................... 1
1.2 Rumusan
Masalah...................................................................................................... 2

1.3
Tujuan ........................................................................................................................3

BAB II PEMBAHASAN

1. Pengertian system
Kesehatan………………………………………………………….4
2. Pengertian Pelayanan
Kesehatan……………………………………………………….5
3. Sistem Pelayanan
Kesehatan…………………………………………………………...6
4. Tingkat Pelayanan
Kesehatan……………………………………………………….....7
5. Lembaga Pelayanan Kesehatan……………………………………………..
………....8
6. Lingkup Sistem Pelayanan Kesehatan……………………………………...
………....9
7. Pelayanan Keperawatan Dalam Pelayanan
Kesehatan……………………................10
8. Faktor Yang Mempengaruhi Pelayanan
Kesehata…………………………..............11
masalah kesehatan...............................................................................
………………..12

BAB III PENUTUP

3.1. Kesimpulan......................................................................................... ………..


…….13
3.2 Saran....................................................................................................
……………..14

DAFTAR
PUSTAKA……………………………………………………………………15

BAB 1
LANDASAN TEORI
1.1.       Latar belakang
Menurut Adisasmito(2007) sistem kesehatan di Indonesia tidak terlepas dari
pembangunan kesehatan. Intinya sistem kesehatan merupakan seluruh aktifitas yang
mempunyai tujuan utama untuk mempromosikan, mengembalikan dan memelihara
kesehatan. Sistem kesehatan memberi manfaat kepada mayarakat dengan distribusi
yang adil. Sistem kesehatan tidak hanya menilai dan berfokus pada “tingkat manfaat”
yang diberikan, tetapi juga bagaimana manfaat itu didistribusikan.
Menurut Nototmodjo(2001) pelayanan di bidang kesehatan merupakan salah
satu bentuk pelayanan yang paling banyak dibutuhkan oleh masyarakat. Salah satu
sarana pelayanan kesehatan yang mempunyai peran sangat penting lainnya dalam
memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat adalah rumah sakit. Rumah
sakit sebagai suatu lembaga sosial yang memberikan pelayanan kesehatan kepada
masyarakat, memiliki sifat sebagai suatu lembaga yang tidak ditujukan untuk mencari
keuntungan atau non profit organization. Walaupun demikian kita dapat menutup
mata bahwa dibutuhkan sistem informasi di dalam rumah sakit.
Menurut Wiku(2007) rumah sakit merupakan lembaga dalam mata rantai
Sistem Kesehatan Nasional dan mengemban tugas untuk memberikan pelayanan
kesehatan kepada seluruh masyarakat, karena pembangunan dan penyelenggaraan
kesehatan di rumah sakit perlu diarahkan pada tujuan nasional dibidang
kesehatan.Tidak mengherankan apabila bidang kesehatan perlu untuk selalu dibenahi
agar bisa memberikan pelayanan kesehatan yang terbaik untuk masyarakat. Untuk
mempertahankan pelanggan, pihak rumah sakit dituntut selalu menjaga kepercayaan
konsumen secara cermat dengan memperhatikan kebutuhan konsumen sebagai upaya
untuk memenuhi keinginan dan harapan atas pelayanan yang diberikan.
Menurut Nototmodjo(2001) tercantumnya pelayanan kesehatan sebagai hak
masyarakat dalam konstituisi, menempatkan status sehat dan pelayanan kesehatan
merupakan hak masyarakat. Fenomena demikian merupakan keberhasilan pemerintah
selama ini dalam kebijakan politik di bidang kesehatan (heath politics), yang
menuntut pemerintah maupun masyarakat untuk melakukan upaya kesehatan secara
tersusun, menyeluruh dan merata.
Oleh sebab itu, dalam makalah ini kami akan membahas mengenai “Sistem
Pelayanan Kesehatan” .
1.2.       Rumusan masalah
1. Apa yang dimaksud dengan sistem pelayanan kesehatan?
2. Bagaimana sistem pelayanan kesehatan?
3.       Apa saja tingkat pelayanan kesehatan?
4.      Bagaimana lembaga pelayanan kesehatan?
5. Apa saja lingkup sistem pelayanan kesehatan?
6. Bagaimana pelayanan keperawatan dalam pelayanan kesehatan
7. Faktor apa saja yang mempengaruhi pelayanan kesehatan?

1.3.       Tujuan
✔ Tujuan umum

Mengetahui system pelayanan kesehatan di Indonesia. Mulai dari pelayanan,


tingkat, lembaga, ruang lingkup, hingga faktor yang mempengaruhi pelayanan
kesehatan.

✔ Tujuan khusus
✔ Untuk memenuhi tugas Konsep Dasar Keperawatan II tentang Sistem
Pelayanan Kesehatan.
✔ Untuk menambah wawasan pengetahuan bagi mahasiswa (i) Sekolah Tinggi
Ilmu Kesehatan Darul Azhar Batulicin.
1.4.       Manfaat
● Bagi Penulis

Menambah wawasan pengetahuan Konsep Dasar Keperawatan II tentang Sistem


pelayanan kesehatan.

● Bagi Pembaca

Memberikan wawasan tentang Sistem pelayanan kesehatan. Serta dapat


meningkatkan wawasan pengetahuan.
BAB 2
TINJAUAN TEORI
2.1.       Pengertian Sistem Kesehatan
Menurut WHO(1996) sistem kesehatan adalah suatu jaringan penyedia
pelayanan kesehatan (supply side) dan orang-orang yang menggunakan pelayanan
tersebut (demand side) di setiap wilayah, serta negara dan organisasi yang melahirkan
sumber daya tersebut, dalam bentuk manusia maupun dalam bentuk material. Dalam
definisi yang lebih  luas lagi, sistem kesehatan mencakup sektor-sektor lain seperti
pertanian dan lainnya.
2.2.       Pengertian Pelayanan Kesehatan
Menurut Prof. Dr. Soekidjo Notoatmojo(2001) pelayanan kesehatan adalah sub
sistem pelayanan kesehatan yang tujuan utamanya adalah pelayanan preventif
(pencegahan) dan promotif (peningkatan kesehatan) dengan sasaran masyarakat.
Menurut Depkes RI (2009) pelayanan kesehatan adalah setiap upaya yang
diselenggarakan sendiri atau secara bersama-sama dalam suatu organisasi untuk
memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah dan menyembuhkan penyakit
serta memulihkan kesehatan perorangan, keluarga, kelompok dan ataupun
masyarakat. 
Jadi pelayanan kesehatan adalah sub sistem pelayanan kesehatan yang tujuan
utamanya adalah promotif (memelihara dan meningkatkan kesehatan), preventif
(pencegahan),kuratif (penyembuhan), dan rehabilitasi (pemulihan) kesehatan
perorangan, keluarga, kelompok atau masyarakat, lingkungan. Yang dimaksud sub
sistem disini adalah sub sistem dalam pelayanan kesehatan yaitu input , proses,
output, dampak, umpan balik.
2.3.       Sistem Pelayanan Kesehatan
Menurut Hidayat(2008) sistem pelayanan kesehatan merupakan bagian penting
dalam meningkatkan derajat kesehatan. Melalui sistem ini tujuan pembangunan
kesehatan dapat tercapai dengan efektif, efisien dan tepat sasaran.
Menurut Hidayat(2008) keberhasilan sistem pelayanan kesehatan tergantung
dari berbagai komponen yang masuk dalam pelayanan kesehatan. Sistem terbentuk
dari subsistem yang saling berhubungan dan saling mempengaruhi. Sistem terdiri
dari: input, proses, output, dampak, umpan balik dan lingkungan.

1  Input
Merupakan sistem yang akan memberikan segala masukan untuk
berfungsinya sebuah sistem. Input pelayanan kesehatan meliputi: potensi
masyarakat, tenaga dan sarana kesehatan, dan sebagainya.
2 .Proses
Merupakan kegiatan merubah sebuah masukan menjadi sebuah hasil yang
diharapkan dari sistem tersebut. Proses dalam pelayanan kesehatan meliputi
berbagai kegiatan dalam pelayanan kesehatan.
3.Output
Merupakan hasil yang diperoleh dari sebuah proses. Output pelayanan
kesehatan dapat berupa pelayanan yang berkualitas dan terjangkau sehingga
masyarakat sembuh dan sehat.
4.Dampak
Merupakan akibat dari output atau hasil suatu sistem, terjadi dalam waktu yang
relatif lama. Dampak sistem pelayanan kesehatan adalah masyarakat sehat, angka
kesakitan dan kematian menurun.
5.Umpan balik
Merupakan suatu hasil yang sekaligus menjadi masukan. Terjadi dari sebuah
sistem yang saling berhubungan dan saling mempengaruhi. Umpan balik dalam
pelayanan kesehatan dapat berupa kualitas tenaga kesehatan.
6.Lingkungan
Adalah semua keadaan diluar sistem tetapi dapat mempengaruhi pelayanan
kesehatan.
2.4.       Tingkat Pelayanan Kesehatan
Menurut Leavel & Clark(2005) tingkat pelayanan kesehatan merupakan
bagian dari sistem pelayanan kesehatan yang diberikan pada masyarakat. Dalam
memberikan pelayanan kesehatan harus memandang pada tingkat pelayanan
kesehatan yang akan diberikan, yaitu:
● Health Promotion (Promosi Kesehatan)
Merupakan tingkat pertama dalam memberikan pelayanan melalui peningkatan
kesehatan. Bertujuan untuk meningkatkan status kesehatan masyarakat. Contoh:
kebersihan perorangan, perbaikan sanitasi lingkungan, dan sebagainya.
● Specific Protection (Perlindungan Khusus)
Adalah masyarakat terlindung dari bahaya atau penyakit-penyakit tertentu. Contoh:
Imunisasi, perlindungan keselamatan kerja.
● Early Diagnosis And Prompt Treatment (Diagnosis Dini & Pengobatan Segera)
Sudah mulai timbulnya gejala penyakit. Dilakukan untuk mencegah penyebaran
penyakit. Contoh: survey penyaringan kasus.
2.5.       Lembaga Pelayanan Kesehatan
Menurut Hidayat(2008) lembaga pelayanan kesehatan merupakan tempat pemberian
pelayanan kesehatan pada masyarakat untuk meningkatkan status kesehatan.
Bervariasi berdasarkan tujuan pemberian pelayanan kesehatan.
✔ Rawat Jalan
Pusat pelayanan rawat jalan, sama dengan klinik, memberi pelayanan kesehatan
dengan cara rawat jalan. Pusat tersebut mungkin bergabung dengan rumah sakit atau
berfungsi secara mandiri dibawah suatu yayasan atau dibawah pengawasan seorang
dokter atau sekelompok dokter. Pusat pelayanan rawat jalan mungkin dapat berlokasi
dalam suatu fasilitas rawat inap; tetapi sebagian besar berdiri sendiri dan berlokasi
jauh dari institusi rawat inap yang besar. “Pusat-Bedah” merupakan salah satu contoh
dari pusat pelayanan rawat jalan dimana klien datang untuk melakukan prosedur
oprasi minor seperti pengangkatan katarak, bedah plastik, dan prosedur endoskopi.
“Pusat perawatan darurat” yang memberikan pelayanan 24 jam bagi klien dengan
cedera minor atau penyakit seperti laserasi dan influenza. Pusat perawatan darurat
menawarkan alternatif pelayanan seperti yang diberikan pada ruang kedaruratan
rumah sakit.
✔ Institusi
Lembaga institusional terdiri dari rumah sakit, fasilitas perawatan yang diperluas,
fasilitas psikiatri, dan pusat rehabilitasi. Semuanya menawarkan bentuk pelayanan
kesehatan rawat inap (klien diterima masuk dan tingga;l di suatu institusi untuk
penentuan diagnosa, menerima pelayanan pengobatan dan rehabilitasi). Sebagian
besar institusi juga menawarkan pelayanan rawat jalan (klien berkunjung ke suatu
institusi untuk menerima suatu episode diagnosa atau pengobatan yang akan selesai
dalam beberapa jam).
✔ Hospice
Adalah suatu sistem perawatan yang berpusat pada keluarga yang bertujuan agar
klien dapat tinggal dirumahnya dengan aman, mandiri, dan penuh harga diri,
sambil meringankan penderitaan yang disebabkan oleh penyakit terminal yang
dideritanya. Fokus perawatan hospice adalah perawatan paliatif, bukan
pengobatan kuratif. Hospice dapat bermanfaat untuk klien yang berada pada tahap
terminal dengan penyakit apapun, seperti kardiomiopati, sklerosis multiple,
AIDS, kanker, emfisema, atau penyakit ginjal.
✔ Community Based Agency
Merupakan bagian dari lembaga pelayanan kesehatan yang dilakukan pada klien pada
keluarganya, sebagaimana pelaksanaan perawatan keluarga seperti praktek perawat
keluarga dan lain-lain.
2.6.   Lingkup Sistem Pelayanan Kesehatan
Menurut Perry(2009) dalam sistem pelayanan kesehatan dapat mencakup
pelayanan dokter, pelayanan keperawtan, dan pelayanan kesehatan masyarakat.
Dokter merupakan subsistem dari pelayanan kesehatan. Subsistem pelayanan
kesehatan tersebut memiliki tujuan masing-masing dengan tidak meninggalkan tujuan
umum dari pelayanan kesehatan. Pelayanan kesehatan yang ada sekarang ini dapat
diselenggarakan oleh pihak pemerintah maupun swasta. Dalam pelayanan kesehatan
terdapat 3 bentuk, yaitu:
● Primary Health Care (Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama)
Pelayanan kesehatan ini dibutuhkan atau dilaksanakan pada masyarakat yang
memiliki masalah kesehatan yang ringan atau masyarakat sehat tetapi ingin
mendapatkan peningkatan kesehatan agar menjadi optimal dan sejahtera sehingga
sifat pelayanan kesehatan adalah pelayanan kesehatan dasar. Pelayanan kesehatan ini
dapat dilaksanakan oleh puskesmas atau balai kesehatan masyarakat dan lain-lain.
● Secondary Helath Care (Pelayanan Kesehatan Tingkat Kedua)
Untuk pelayanan kesehatan ini diperlukan bagi masyarakat atau klien yang
membutuhkan perawatan dirumah sakit atau rawat inap dan tidak dilaksanakan di
pelayanan kesehatan utama. Pelayanan kesehatan ini dilaksanakan di rumah sakit
yang tersedia tenaga spesialis atau sejenisnya.
● Tertiary Health Services (Pelayanan Kesehatan Tingkat Ketiga)
Palayanan kesehatan ini merupakan tingkat pelayanan yang tertinggi dimana tingkat
pelayanan ini apabila tidak lagi dibutuhkan pelayanan pada tingkat pertama dan
kedua.  Biasanya pelayanan ini membutuhkan tenaga-tenaga yang ahli atau spesialis
dan sebagai rujukan utama seperti rumah sakit yang tipe A atau B.

2.7.    Pelayanan Keperawatan Dalam Pelayanan Kesehatan


Menurut Hidayat(2008) pelayanan keperawatan dalam pelayanan kesehatan
merupakan bagian dari pelayanan kesehatan yang meliputi pelayanan dasar & rujukan
sehingga meningkatkan derajat kesehatan. Pada tingkat pelayanan dasar dilakukan di
lingkup puskesmas dengan pendekatan askep keluarga dan komunitas yang
berorientasi pada tugas keluarga dalam kesehatan, diantaranya mengenal masalah
kesehatan secara dini, mengambil keputusan, menanggulangi keadaan darurat,
memberikan pelayanan dasar pada anggota keluarga yang sakit
serta memodifikasi lingkungan.
Pada lingkup pelayanan rujukan, tugas perawat adalah memberikan askep pada ruang
atau lingkup rujukannya, seperti: asuhan keperawatan anak, askep jiwa, askep
medikal bedah, askep maternitas, askep gawat darurat, dan sebagainya.
2.8.       Faktor Yang Mempengaruhi Pelayanan Kesehatan
Menurut Hidayat(2008) dalam memberikan pelayanan kesehatan tidak
segalanya tercapai sasaran, akan tetapi membutuhkan suatu proses untuk mengetahui
masalah yang ditimbulkannya. Pelaksanaan pelayanan kesehatan juga akan lebih
berkembang atau sebaliknya akan terhambat karena dipengaruhi oleh beberapa faktor,
yaitu:
1 Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Baru
Pelaksanaan sistem pelayanan kesehatan dapat dipengaruhi oleh ilmu pngetahuan
dan teknologi baru, mengingat perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, maka
akan diikuti oleh perkembangan pelayanan kesehatan atau juga sebagai dampaknya
pelayanan kesehatan jelas lebih mengikuti perkembangan dan teknologi seperti dalam
pelayanan kesehatan untuk mengatasi masalah penyakit-penyakkit yang sulit dapat
digunakan penggunaan alat seperti laser, terapi perubahan gen dan lain-lain.
Berdasarkan itu, maka pelayanan kesehatan membutuhkan biaya yang cukup mahal
dan pelayanan akan lebih profesional dan butuh tenaga-tenaga yang ahli dalam bidng
tertentu
2.Pergeseran Nilai Masyarakat
Berlangsungnya sistem pelayanan kesehatan juga dapat dipengaruhi oleh nilai
yang ada dimasyarakat sebagai penggunaan jasa pelayanan, dimana dengan
beragamnya masyarakat, maka dapat menimbulkan pemanfaatan jasa pelayanan
kesehatan yang berbeda. Masyarakat yang sudah maju dengan pengetahuan yang
tinggi, maka akan memiliki kesadaran yang lebih dalam penggunaan atau
pemanfaatan pelayanan kesehatan, demikian juga sebaliknya pada masyarakat yang
memiliki pengetahuan yang kurang akan memiliki kesadaran yang rendah terhadap
pelayanan kesehatan, sehingga kondisi demikian akan sangat mempengaruhi sistem
pelayanan kesehatan.
3 Aspek Legal dan Etik
Dengan tingginya kesadaran masyarakat terhadap penggunaan atau pemanfaatan
jasa pelayanan kesehatan, maka akan semakin tinggi pula tuntutan hukum da etik
dalam pelayanan kesehatan, sehingga pelaku pemberi pelayanan kesehatan harus
dituntut untuk memberikan pelayanan kesehatan secara profesional dengan
memperhatikan nilai-nilai hukum dan etika yang ada dimasyarakat.
4.Ekonomi
Pelaksanaan pelayanan kesehatan akan dipengaruhi oleh tingkat ekonomi di
masyarakat. Semakin tinggi ekonomi seseorang, pelayanan kesehatan akan lebih
diperhatikan dan mudah dijangkau, demikian juga sebaliknya apabila tingkat
ekonomi seseorang rendah, maka akan sulit menjangkau pelayanan kesehatan
mengingat biaya dalam jasa pelayanan kesehatan membutuhkan biaya yang cukup
mahal. Keadaan ekonomi ini yang akan dapat mempengaruhi dalam sistem
pelayanan kesehatan.
5.Politik
Kebijakan pemerintah melalui sistem politik yang ada akan sangat berpengaruh
sekali dalam sistem pemberian pelayanan kesehatan. Kebijakan-kebijakan yang ada
dapat memberikan pola dalam sistem pelayanan.
BAB 3
PENUTUP
3.1.       Kesimpulan
Sistem pelayanan kesehatan merupakan bagian penting dalam meningkatkan
derajat kesehatan. Dalam sistem ini terdapat tingkat, lembaga, lingkup dan faktor
yang mempengaruhi dalam terlaksananya sistem pelayanan kesehatan tersebut.
3.2.       Saran
Dalam sistem pelayanan kesehatan perlu terus di tingkatkannya mutu serta
kualitas dari pelayanan kesehatan agar sistem pelayanan ini dapat berjalan dengan
efektif, itu semua dapat dilakukan dengan melihat nilai-nilai yang ada di masyarakat,
dan diharapkan perawat dapat memberikan pelayanan dengan kualitas yang bagus
dan baik.
DAFTAR PUSTAKA
Depkes RI., (2009) Sistem Kesehatan Nasional. Jakarta
Hidayat, A.A. A., (2008) Pengantar Konsep Dasar Keperawatan, Edisi 2, Jakarta:
Salemba Medika.
Notoatmodjo Soekidjo., (2001) Peran Pelayanan Kesehatan Swasta dalam
Menghadapi Masa Krisis. Jakarta:Suara Pembaruan Daily.
Perry, Potter., (2009) Fundamental Keperawatan,Buku 1, Edisi 7. Jakarta: Salemba
Medika.
Potter,Patricia.Perry,Anne Griffin., (2005) Buku Ajar Fundamental Keperawatan,
Edisi 4, Volume 1. EGC: Jakarta
Satrianegara, M. Fais., (2009) Buku Ajar Organisasi Dan Manajemen Pelayanan
Kesehatan Serta Kebidanan. Jakarta: Salemba Medika.
MAKALAH KONSEP DASAR
KEPERAWATAN 1 DENGAN SEJARAH
PERKEMBANGAN KEPERAWATAN
DUNIA

OLEH:
NIKODEMUS GAUKA RAWA
2016610067

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS TRIBHUWANA TUNGGADEWI
MALANG
2020

KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
karunia-Nya, sehingga saya dapat menyelesaikan makalah SEJARAH
PERKEMBANGAN KEPERAWATAN DI DUNIA dengan baik dan tepat pada
waktunya. Dalam penyusunan makalah mungkin ada sedikit hambatan. Namun berkat
bantuan dukungan dari teman-teman serta bimbingan dari Dosen pembimbing.
Sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik.
Dengan adanya makalah ini, diharapakan dapat membantu proses
pembelajaran dan dapat menambah pengetahuan bagi pembaca. Tidak lupa pula saya
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak, atas bantuan, dukungan, dan doa-
Nya.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membaca
makalah ini dan dapat mengetahui tentang SEJARAH PERKEMBANGAN
KEPERAWATAN DI DUNIA. Makalah ini mungkin kurang sempurna, untuk itu
saya mengharapkan kritik dan saran untuk penyempurnaan makalah ini.

MALANG, 27 2020

                                                                                               

DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR .........................................................................................................
DAFTAR
ISI ........................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang...........................................................................................................
B.     Rumusan Masalah......................................................................................................
C.     Tujuan........................................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN                                                                                               
A.    Pengertian..................................................................................................................
B.     Sejarah Keperawatan di Dunia..................................................................................
C.     Perkembangan Keperawatan di Inggris.....................................................................
D.    Sejarah Keperawatan di Indonesia............................................................................
BAB III PENUTUP
A.    Kesimpulan ...............................................................................................................
B.     Saran .........................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Sejarah adalah setiap peristiwa atau kejadian di masa lampau yang
menyenangkan maupun memilukan. Keperawatan merupakan suatu bentuk layanan
kesehatan professional, yang merupakan bagian integral dari layanan kesehatan yang
berdasarkan pada ilmu dan etika keperawatan.
Keperawatan lahir bersamaan dengan diciptakannya manusia oleh Tuhan,
sehingga tidak dapat di pungkiri bahwa setiap orang memerlukan asuhan keperawatan
dalam hidupnya. Pada awalnya perawat dianggap sebagai pemberian asuhan, dimana
pelaksanaanny dilakukan secara tradisional oleh kelompok, masyarakat, atau badan
sosial.
Perkembangan keperawatan yang kita ketahui saat ini tidak dapat dipisahkan
dan sangat dipengaruhi oleh perkembangan struktur dan kemajuan peradaban
manusia. Kepercayaan terhadap animisme, penyebaran agama-agama besar, dunia
serta kondisi sosial ekonomi masyarakat, terjadinya perang, renaissance serta gerakan
reformasi turut serta mewarnai perkembangan keperawatan. Dari sejarah kita dapat
mengetahui pengalaman tersebut untuk itu kita gunakan pada masa kini dan masa
yang akan dating.

B.     Rumusan Masalah
1.      Apa yang di maksud dengan sejarah dan keperawatan ?
2.      Bagaimana sejarah keperawatan di dunia ?
3.      Bagaimana perkembangan keperawatan di Inggris ?
4.      Bagaimana sejarah keperawatan di Indonesia ?

C.    Tujuan
1.      Untuk mengetahui arti dari sejarah dan keperawatan.
2.      Untuk mengetahui sejarah keperawatan di dunia.
3.      Untuk mengetahui perkembangan keperawatan di Inggris.
4.      Untuk mengetahui sejarah keperawatan di Indonesia.
BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pengertian
Sejarah adalah setiap peristiwa atau kejadian di masa lampau yang
menyenangkan maupun memilukan. Sejarah perkembangan keperawatan senantiasa
mengalami masa pasang surut dari zaman ke zaman. Perkembangan ini tidak lepas
dari proses perubahan peradaban manusia dan tingkat pemenuhan kebutuhan manusia
akan layanan kesehatan, khususnya layanan keperawatan, yang terus meningkat
sesuai taraf kehidupannya. Mengetahui masa lalu dan memahami keperawatan
terdahulu akan memberikan suatu kesempatan untuk menggunakan pengalaman dan
pelajaran yang dapat digunakan di masa kini dan masa yang akan dating.
Keperawatan sebagai suatu pekerjaan sudah ada sejak manusia ada di bumi
ini, keperawatan terus berkembang sesuai dengan kemajuan peradaban teknologi dan
kebudayaan. Konsep keperawatan dari abad kea bad terus berkembang

B.     Sejarah Keperawatan di Dunia


Sejarah perkembangan keperawatan secara umum terbagi ke dalam lima
zaman, yaitu zaman purba, zaman permulaan masehi, zaman pertengahan, zaman
baru (renaisans), dan zaman modern.
1.      Zaman Purbakala
Sejarah keperawatan di mulai sejak adanya manusia lahir di muka bumi, bisa
pula dikatakan bahwa keberadaan keperawatan sudah ada sejak zaman purba. Awal
perkembangan keperawatan adalah perawat harus memiliki naluri keibuan (Mother
Instinct). Setiap manusia pasti memiliki naluri keibuan untuk menjaga kesehatan,
mengurangi stimulus kurang menyenangkan, menyusui anak, merawat anak yang
mengalami penderitaan atau sedang sakit. Naluri keperawatan senantiasa ada dan
berada dalam setiap pribadi manusia.
Perkembangan keperawatan pada zaman purba sangat di pengaruhi oleh
kegiatan keagamaan atau keprcayaan yang dianut oleh kelompok masyarakat pada
zamannya, seperti berikut.
a)      Mesir
Bangsa Mesir, pada zaman purba mempercayai bahwa dewa Isis yang
memberikan penyakit dan memberikan pertolongan (kesembuhan) pada manusia.
Kuil merupakan rumah sakit pertama di Mesir. Ketabiban bangsa mesir telah
mengenal ilmu bedah sejak zaman purba (± 4800 SM). Dalam menjalankan tugasnya,
ia menggunakan bidai (spalk), alat-alat pembalut, dan mempunyai pengetahuan
tentang anatomi, hygienr umum, serta tentang obat-obatan.
b)      Babilonia dan Syria
Pada 680 SM, orang telah mengetahui cara menahan darah yang keluar dari
hidung dan merawat jerawat pada muka. Bangsa Babylon dan Syria menyembah
dewa, mereka menganggap perawatan atau pengobatan berdasarkan kepercayaan
tersebut.
c)      Tiongkok
Bangsa Tiongkok telah mengenal penyakit kelamin di antaranya Gonorrhea
dan Syphilis. Pencacaran juga telah dilakukan sejak 1000 SM, ilmu urut dan
psikoterapi. Orang-orang yang terkenal dalam ketabiban:
⮚  Seng Lung di kenal sebagai “Bapak Pengobatan, yang ahli penyakit dalam dan  telah
menggunakan obat-obatan dari tumbuhan dan mineral (garam-garaman).
Semboyannya yang terkenal adalah Lihat, Dengar, Tanya, dan Rasa.
⮚  Chang Chung Ching ± 200 SM, telah mengerjakan lavement dengan menggunakan
bambu.
a)      Yunani
Bangsa Yunani zaman purba memuja dan memuliakan banyak dewa
(polytheisme). Dewa yang terkenal adalah dewa pengobatan putrid dan dewa yang
bernama Hygiene sebagai dewi kesehatan, maka terbentuk perkataan higyene. Untuk
pemujaan kepada para dewa didirikan kuil (1134 SM) yang berfungsi sebagai tempat
pengobatan orang sakit dan perawatan, yang dikerjakan oleh para budak-budak.
Orang ternama dalam ketabiban antara lain:
⮚  Hippocrates (hidup ± 400 SM) adalah bapak pengobatan.
⮚  Plato ahli filsafat Yunani, otak sebagai pusat kesadaran.
⮚  Aristoteles ahli filsafat, ahli jiwa dan ilmu hayat.
b)      Roma
Rumah sakit Roma zaman purba disebut valentrumdinari Roma, yang terdapat
di Swiss ditemukan alat-alat perawatan, seperti peralatan untuk huknah pot-pot
tempat selep. Juga instrument untuk perluan pembedahan, seperti pisau, pinset, klem
arteri, dan speculum. Tokoh terkenal Julius Caesar (101-44 SM) seorang wali Negara
yang pertama kali mengakui guru-guru hygiene dan menganjurkan tentang kesehatan
dan kebersihan.
Setelah itu perkembangan keperawatan terus berubah dengan adanya
Diaknoses dan Philantrop, yaitu suatu kelompok wanita tua dan janda yang
membantu pendeta merawat orang sakit, sejak itu mulai berkembang ilmu
keperawatan.

2.      Zaman Masehi
Keperawatan di mulai pada saat perkembangan agama nasrani, dimana pada
saat itu banyak terbentuk Diakones yaitu suatu organisasi wanita yang bertujuan
untuk mengunjungi orang sakit, sedangkan laki-laki diberi tugas dalam memberikan
perawatan untuk mengubur bagi yang meninggal. Pada zaman pemerintahan Lord-
Constantine, ia mendirikan Xenodhoecim atau hospes yaitu tempat penampungan
orang-orang sakit yang membutuhkan pertolongan. Pada zaman ini berdirilah Rumah
Sakit di Roma yaitu Monastic Hospital
1.      Pertengahan Abad VI Masehi
Keperawatan berkembang di Asia Barat Daya yaitu Timur Tengah, seiring
dengan perkembangan agama Islam. Pengaruh agama Islam terhadap perkembangan
keperawatan tidak lepas dari keberhasilan Nabi Muhammad SAW menyebarkan
agama Islam. Abad VII Masehi, di Jazirah Arab berkembang pesat ilmu pengetahuan
sperti Ilmu Pasti, Kimia, Hygiene, dan obat-obatan. Pada masa ini muncul prinsip-
prinsip dasar keperawatan kesehatan. Seperti, pentingnya kebersihan diri, kebersihan
makanan, dan lingkungan. Tokoh keperawatan yang dikenal dari Arab adalah
Rufaidah.

2.      Permulaan Abad XVI


Struktur dan orientasi masyarakat berubah dari agama menjadi kekuasaan,
yaitu perang, eksplorasi kekayaan dan semangat colonial. Gereja dan tempat-tempat
ibadah ditutup, padahal tempat ini digunakan oleh orde-orde agama untuk merawat
orang sakit. Dengan adanya perbuahan ini, sebagai dampak negatifnya bagi
keperawatan adalah berkurangnya tenaga perawat. Untuk memenuhi kurangnya
perawat, bekas wanita susila yang sudah bertobat bekerja sebagai perawat. Dampak
positif, dengan adanya perang salib, untuk menolong korban perang di butuhkan
banyak tenaga sukarela sebagai perawat, mereka terdiri dari orde-orde agama, wanita-
wanita yang mengikuti suami berperang dan tentara (pria) yang bertugas rangkap
sebagai perawat.
Pengaruh perang salib terhadap keperawatan:
⮚  Mulai dikenal konsep P3K
⮚  Perawat mulai dibutuhkan dalam ketentuan sehingga timbul peluang kerja bagi
perawat di bidang social
Ada 3 Rumah Sakit yang berperan besar pada masa itu terhadap
perkembangan keperawatan.
❖  Hotel Dieu di Lion
Awalnya pekerjaan perawat dilakukan oleh bekas WTS yang telah bertobat.
Selanjutnya, pekerjaan perawat digantikan oleh perawat terdidik melalui pendidikan
keperawatan di RS ini.

❖  Hotel Dieu di Paris


Pekerjaan perawat dilakukan ole horde agama. Sesudah Revolusi Perancis,
orde agama dihapuskan dan pekerjaan perawat dilakukan oleh orang-orang bebas.
Pelopor perawat di RS ini adalah Genevieve Bouquet.

❖  ST. Thomas Hospital (1123 M)


Pelopor perawat di RS ini adalah Florence Nightingale (1820). Pada masa ini perawat
di percaya banyak orang. Pada saat perang Crimean War, Flonrence ditunjuk oleh
Negara inggris untuk menata asuhan keperawatan di RS Militer di Turki. Hal tersebut
memberikan peluang bagi Florence untuk meraih prestasi dan sekaligus
meningkatkan status perawat. Kemudian Florence di juluki dengan nama “The Lady
of the Lamp”.

C.    Perkembangan Keperawatan di Inggris


Florence kembali ke Inggris setelah perang Crmean. Pada tahun 1840 Inggris
mengalami perubahan besar dimana sekolah-sekolah perawat mulai bermunculan.
Florence menentapkan struktur dasar di pendidikan perawat di antaranya mendirikan
sekolah perawat menetapkan tujuan pendidikan perawat, serta menetapkan
pengetahuan yang harus dimiliki calon perawat. Florens dalam merintis profesi
keperawatan diawalai dengan membantu para korban akibat perang krim (1854-1856)
antara Roma dan Turki, yang dirawat di sebuah  rumah sakit (scutori) yang akhirnya
kemudian mendirikan sebuah rumah sakit dengan nama rumah sakit Thomas di
London dan juga mendirikan sekolah perawatan yang di beri nama Nightingale
Nursing School. Konsep pendidikan Florence ini mempengaruhi pendidikan
keperawatan di dunia.
Konstribusi Florence bagi perkembangan keperawatan antara lain:
-Nutrisi merupakan bagian terpenting dari asuhan keperawatan.
- Okupasi dan rekreasi merupakan terapi bagi orang sakit.

-  Manajemen RS.

-  Mengembangkan pendidikan keperawatan.

-  Perawatan berdiri sendiri berbeda dengan profesi kedokteran.

pengembangan keperawatan yaitu:


      Membuat buku catatan perawat yang memuat dasar-dasar keperawatan bagi

pendidikan.
      Menulis berbagai tentang ilmu keperawatan.

      Mengadakan latihan P3K dan palang merah untuk para prajurit.

      Memperbaiki praktik keperawatan di beberapa rumah sakit di Inggris.

      Menyelenggarakan kegiatan yang berhubungan dengan kesehatan masyarakat dan

perawat kesehatan masyarakat.


      Mendirikan himpunan Perawat Nasional Inggris (British Nurses Association) pada
tahun 1987, yang merupakan perkumpulan perawat pertama didunia.
      Mendirikan himpunan perawat-perawat kepala di seluruh Inggris yang disebut

Matron Council Of Nursing pada tahun 1894.


Perkumpulan ini menjadi semakin kuat sehingga pemerintah Inggris
menetapkan sebagai Profesional Freedom yang kemudian di undang-undangkan pada
tahun 1919.

D.    Sejarah Keperawatan di Indonesia


1.      Sebelum Kemerdekaan
1)      Zaman Penjajahan Belanda
Pada masa ini perawat berasal dari penduduk pribumi yang disebut
VELPLEGEK dengan sebutan zieken oppaser sebagai penjaga rumah sakit. Usaha
pemerintahan Belanda dibidang kesehatan adalah:
a.       Mendirikan rumah sakit I Binnen Hospital di Jakarta pada tahun 1799.
b.      Mendirikan rumah sakit II Butten Hospital.
c.       Membentuk dinas kesehatan tentara (military gezond herds dients)
d.      Membantu Dinas Kesehatan Rakyat (Burgerlijke gezandherds dienst)

2)      Zaman Penjajahan Inggris(1812-1816)


Gubernur jendral Refles sangat memperhatikan rakat semboyan: Kesehatan
adalah milik manusia. Usaha-usahanya dibidang kesehatan:
a.       Pencacaran secara umum.
b.      Membenahi cara perawat pasien dengan gangguan jiwa.
c.       Memperhatikan kesehatan pada para tawanan.
3)      Zaman Penjajahan Jepanga (1942-1945)
Menyebabkan perkembangan keperawatan mengalami kemunduran yang juga
merupakan zaman kegelapan dunia keperawatan di Indonesia. Kemunduran-
kemunduran ini terlihat pada.
a.       Pekerjaan perawat dikerjakan oleh orang-orang yang tidak terdidik.
b.      Pimpinan RS diambil alih oleh orang-orang Jepang.
c.       Obat-obatan sangat kurang.
d.      Wabah penyakit terjadi dimana-mana.

2.      Masa Kemerdekaan
Usaha-usaha dibidang kesehatan tahun 1949 mulai dibangun rumah sakit dan
balai kesehatan. Tahun 1952 mulai didirikan sekolah perawat yaitu sekolah guru
perawat dan sekolah perawat setingkat SLTP tahun 1962 mulai didirikan pendidikan
keperawatan professional.
3.      Setelah Kemerdekaan
a.       Priode 1945-1962
Tahun 1945-1950 merupakan masa transisi pemerintahan Negara Kesatuan
Republik Indonesia. Pengembangan tenaga keperawatan yang masih menggunakan
sistem pendidikan yang telah ada, yaitu perawat lulusan pendidikan Belanda (MULO
+ 3 tahun pendidikan, untuk ijazah A (perawat umum) dan ijazah B untuk perawat
jiwa. Terdapat pula pendidikan perawat dengan dasar (SR + 4 tahun pendidikan) yang
lulusannya disebut mantra juru rawat.
Tahun 1953 di buka sekolah pengatur rawat dengan tujuan menghasilkan
tenaga perawat yang lebih berkualitas. Pada tahun 1955, dibuka Sekolah Djuru
Kesehatan (SDK) dengan pendidikan SR ditambah pendidikan 1 tahun dan sekolah
pengamat kesehatan sebagai pengembangan SDK, ditambah pendidikan lagi selama
setahun.
Pada tahun 1962telah dibuka Akademi Keperawatan dengan pendidikan dasar
umum SMA yang bertembat di Jakarta, di RS. Cipto Mangunkusumo. Sekarang
dikenal dengan nama Akper Depkes di Jl. Kimia No. 17 Jakarta Pusat.
b.      Periode 1963-1983
Pada tahun 1972 tepatnya pada tanggal 17 Maret lahirlah organisasi profesi
dengan nama Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) di Jakarta. Mulai tahun
1983 organisasi profesi ini terlibat penuh dalam pembenahan keperawatan melalui
kerjasama dengan CHS, Depkes dan organisasi lainnya.
Pada tahun 1983 melalui Lokakarya Nasional Keperawatan yang
diselenggarakan oleh Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Departemen
Kehehatan RI, dan DPP PPNI, telah ditetapkan define mengenai tugas dan fungsi
perawat di Indonesia.
Dari hasil Lokakarya Nasional tersebut, dikembangkan pendidikan perawat
setingkat akademi (DIII), sarjana (S1), pasca sarjana (S2), serta DIV di Indonesia.
Sejak tahun 1992 melalaui UU No. 23 tentang kesehata, terutama pada pasal 32 yang
berbunyi :
berdasarkan atau ilmu keperawatan atau cara lain yang dapat dipertanggung
jawababkan. 
:           Pelaksanaan pengobatan dan atau perawatan berdasarkan ilmu kedokteran atau ilmu
keperawatan hanya dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian
dan kewenangan untuk itu maka keberadaan, profesionalisasi dan ilmu keperawatan
telah diakui oleh pemerintah. Dengan pengakuan ini, profesionalisasi dan pendidikan
keperawatan dapat berkembang sampai ke jenjang S3.
c.       Periode 1984 sampai sekarang
Tahun 1985, resmi dibuka pendidikan S1 keperawatan dengan nama Program
Studi Ilmu Keperawatan (PSIK) di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia di
Jakarta. Sejak saat itu PSIK-UI telah menghasilkan tenaga keperawatan tingkat
sarjana sehingga pada tahun 1992 di keluarkannya UU No. 23 tentang kesehatan yang
mengakui tenaga keperawatan sebagai profesi.

BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Sejarah adalah setiap peristiwa atau kejadian di masa lampau yang
menyenangkan maupun memilukan. Keperawatan merupakan suatu bentuk layanan
kesehatan professional, yang merupakan bagian integral dari layanan kesehatan yang
berdasarkan pada ilmu dan etika keperawatan. Keperawatan sudh ada sejak manusia
itu ada dan hingga saat ini Profesi keperawatan berkembang dengan pesat. Sejarah
perkembangan keperawatan di Indonesia tidak hanya berlangsung di tatanan praktik,
hal ini layanan keperawatan, tetapi juga di dunia pendidikan keperawatan. Pendidikan
keperawatan memberi pengaruh yang besar terhadap kualitas layanan keperawatan.
Karenanya perawat harus terus meningkatkan kompetensi dirinya, salah satunya
melalui pendidikan keperawatan yang berkelanjutan.

B.     Saran
Dari kesimpulan yang ada maka kita sebagai perawat atau calon perawat harus
terus meningkatkan kompetensi dirinya, salah satunya melalui pendidikan
keperawatan yang berkelanjutan, sehingga kita tidak mengalami ketertinggalan dari
keperawatan internasional.

DAFTAR PUSTAKA
Iskandar. (2013). Keperawatan Profesional. In Media: Jakarta
Budiono & Pertami, Sumira Budi. (2015). Konsep Dasar Keperawatan. Bumi
Medika: Jakarta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
MAKALAH FALSAFAH KEPERAWATAN

Di Susun Oleh:
NIKODEMUS GAUKA RAWA
2016610067

PROGRAM STUDI SARJANA


KEPERAWATAN
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS TRIBHUWANA TUNGGADEWI MALANG
MALANG
2020

BAB  I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Keperawatan sebagai bagian integral pelayanan kesehatan merupakan  suatu
bentuk  pelayanan professional yang didasarkan pada ilmu keperawatan. Pada
perkembangannya  ilmu keperawatan selalu mengikuti perkembangan ilmu lain,
mengingat ilmu keperawatan  merupakan ilmu terapan yang selalu berubah mengikuti
perkembangan zaman.
Demikian juga dengan pelayanan keperawatan di Indonesia, kedepan
diharapkan harus mampu memberikan pelayanan kepada masyarakat secara
profesional sesuai dengan tuntutan kebutuhan masyarakat serta teknologi bidang 
kesehatan yang senantiasa berkembang. Pelaksanaan asuhan keperawatan di sebagian
besar  rumah sakit Indonesia umumnya telah menerapkan pendekatan ilmiah melalui
proses keperawatan.
Dalam dunia keperawatan, masyarakat secara umum masih memandang
profesi keperawatan sebagai profesi asistensi dokter atau perkerja sosial yang sifatnya
membantu orang sakit atas instruksi – instruksi dokter bahkan dikalangan praktisi
perawat pun kadang – kadang masih memiliki pandangan yang tidak utuh terhadap
profesinya sendiri, hal ini dapat dilihat di beberapa pelayanan kesehatan, pelayanan
keperawatan masih bersifat vocasional belum sepenuhnya beralih ke pelayanan yang
profesional.
Untuk itulah paradigma dalam keperawatan sangat membantu masyarakat
secara umum maupun perawat khususnya dalam menyikapi dan menyelesaikan
berbagai persoalan yang melingkupi profesi keperawatan seperti aspek pendidikan
dan pelayanan keperawatan, praktik keperawatan dan organisasi profesi.

B.     Pentingnya Paradigma
Mengapa paradigma ini begitu penting ? dalam hal ini paradigma akan sangat
membantu seseorang ataupun masyarakat luas untuk memahami dunia kepada kita
dan membantu kita untuk memahami setiap fenomena yang terjadi di sekitar kita.
Fenomena dalam keperawatan adalah prilaku klien dalam menghadapi ketidakpastian
kondisinya atau menghadapi ketidaknyamanan dari sebagian atau seluruh anggota
tubuhnya atau masalah – masalah yang yang muncul dalam bidang keilmuan tertentu.
                                                                                                 

C.    Tujuan Makalah
         Untuk mengetahui falsafah paradigma keperawatan.
D.    Rumusan Masalah
         Apa yang dimaksud falsafah dan paradigma keperawatan perkembangan ilmu?
Bagaimana falsafah dan paradigma keperawatan?
 BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Falsafah Keperawatan

            Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan profesional yang merupakan


bagian integral dari layanan kesehatan, didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan.
            Falsafah Keperawatan: kenyakinan perawat terhadap nilai-nilai keperawatan
yang menjadi pedoman dalam memberikan asuhan keperawatan.

B.     Keyakinan Yang Harus Dimiliki Perawat

a.       Manusia adalah individu yang unik holistik


b.      Meningkatkan derajat kesehatan yang optimal
c.       Kolaborasi dengan tim kesehatan dan pasien/keluarga.
d.      Proses keperawatan
e.       Perawat bertanggung jawab dan bertanggung gugat
f.       Pendidikan keperawatan harus dilaksanakan terus-menerus

C.    Pengertian Paradigma Keperawatan

            Paradigma keperawatan : Merupakan suatu pandangan global yang dianut


oleh perawat yang mengatur hubungan di antara teori guna mengembangkan model
konseptual dan teori-teori keperawatan sebagai kerangka kerja keperawatan.

D.    Keperawatan
a.       Memberikan layanan kesehatan
b.      Memberikan bantuan yang paripurna dan efektif kepada klien
c.       Membantu klien (dari level individu hingga masyarakat)
d.      Melaksanakan intervensi keperawatan :
▪  Promotif
▪  Preventif
▪  Kuratif
▪  Rehabilitatif

      E. PERAN DAN FUNGSI PERAWAT


A. Peran Perawat
             1.Peran sebagai pemberi Asuhan Keperawatan.
Peran sebagai pemberi asuhan keperawatan ini dapat dilakukan perawat dengan
memeprhatikan keadaan kebutuhan dasar manusia yang dibutuhkan melalui pemberian
pelayanan keperawatan dengan menggunakan proses keperawatan sehingga dapat ditentukan
diagnosis keperawatan agar bias direncakan dan dilaksanakan tindakan yang tepat sesuai
dengan tingkat kebutuhan dasar manusia, kemudian dapat dievaluasi tingkat
perkembangannya. Pemberian asuhan keperawatan ini dilakukan dari yang sederhana sampai
dengan kompleks
2. Peran Sebagai Advokat ( Pembela)
 Klien Peran ini dilakukan perawat dalam membantu klien dan keluarga dalam
meninterpretasikan berbagia informasi dari pemberi pelayanan atau informasi lain khususnya
dalam pengambilan persetujuan atas tindakan keperawatan yang diberikan kepada pasiennya,
juga dapat berperan mempertahankan dan melindungi hak-hak pasien yang meliputi hak atas
pelayanan sebaik-baiknya, hak atas informasi tentang penyakitnya, hak atas privasi, hak
untuk menentukan nasibnya sendiri dan hak untuk menerima ganti rugi akibat kelalaian.
3. Peran Sebagai Edukator Peran ini dilakukan untuk :
a. Meningkatkan tingkat pengetahuan kesehatan dan kemampuan klien
mengatasi       kesehatanya.
b. Perawat memberi informasi dan meningkatkan perubahan perilaku klien
4. Peran Sebagai Koordinator
 Peran ini dilaksanakan dengan mengarahkan, merencanakan serta mengorganisasi
pelayanan kesehatan dari tim kesehatan sehingga pemeberian pelayanan kesehatan dapat
terarah serta sesuai dengan kebutuhan klien.
5. Peran Sebagai Kolaborator
 Perawat disini dilakukan karena perawat bekerja melalui tim kesehatan yang terdiri
dari dokter fisioterapis, ahli gizi, dan lain-lain dengan berupaya mengidentifikasi pelayanan
keperawatan yang diperlukan termasuk diskusi atau tukar pendapat dalam penentuan bentuk
pelayanan selanjutnya.
            6. Peran Sebagai Konsultan
 Peran disini adlah sebagai tempat konsultasi terhadap masalah atau tindakan
keperawatan yang tepat untuk diberikan.
 7. Peran Sebagai Pembeharu
 Peran sebagai pembaharu dapat dilakukan dengan mengadakan perencanaan, kerja
sama, perubahan yang sistematis dan terarah sesuai dengan metode pemberian pelayanan
keperawatan.
Selain peran perawat menurut konsorsium ilmu kesehatan, terdapat pembagian peran
perawat menurut hasil lokakarya keperawatan tahun 1983 yang membagi menjadi 4 peran
diantaranya peran perawat sebagai pelaksana pelayanan keperawatan, peran perawat sebagai
pengelola pelayanan dan institusi keperawatan, peran perawat sebagai pendidik dalam
keperawatan serta peran perawat sebagai peneliti dan pengembang pelayanan keperawatan

B. Fungsi Perawat
1.Fungsi Independen
Merupakan fungsi mandiri dan tidak tergantung pada orang lain, dimana perawat
dalam melaksanakan tugasnya dilakukan secara sendiri dengan keputusan sendiri dalam
melakukan tindakan dalam rangka memenuhi kebutuhan dasar manusia seperti pemenuhan
kebutuhan fisiologis (pemenuhan kebutuhan oksigenasi, pemenuhan kebutuhan cairan dan
elektrolit, pemenhuan kebutuhan nutrisi, pemenuhan kebutuhan aktivitas, dan lain-lain),
pemenuhan kebutuhan keamanan dan kenyamanan, pemenuhan kebutuhan cinta mencintai,
pemenuhan kebutuhan harga diri dan aktualisasi diri.
2. Fungsi Dependen
 Merupakan fungsi perawat dalam melaksanakan kegiatannya atas pesan atau
instruksi dari perawat lain. Sehingga sebagai tindakan pelimpahan tugas yang diberikan. Hal
ini biasanya dilakukan oleh perawat spesialis kepada perawat umum, atau dari perawat
primer ke perawat pelaksana.
 3. Fungsi Interdependen
            Fungsi ini dilakukan dalam kelompok tim yang ber sifat saling ketergantungan di
antara tam satu dengan lainya fungsa ini dapat terjadi apa bila bentuk pelayanan
membutuhkan kerjasama tim dalam pemberian pelayanan seperti dalam memberikan asuhan
keperawatan pada penderaita yang mempunyai penyskit kompleks keadaan ini tidak dapat
diatasi dengan tim perawat saja melainkan juga dari dokter ataupun lainya, seperti dokter
dalam memberikan tanda pengobatan bekerjasama dengan perawat dalam pemantauan reaksi
obat yang telah di berikan.
F.Keperawatan Sebagai Profesi
Hall (1968) memberikan gambaran tentang suatu profesi yaitu suatu pekerjaan yang
harus melalui proses empat tahapan antara lain :
1.    Memperoleh badan pengetahuan dari institusi pendidikan tinggi
2.    Menjadi pekerjaan utama
3.    Adanya organisasi profesi
4.    Terdapat kode etik

Profesi mempunyai ciri – ciri sebagai berikut :


1. Didukung oleh badan ilmu yang sesuai dengan bidangnya (antalogi), jelas wilayah kerja
keilmuannya (Epistomologi), dan aplikasinya (Axiologi).
2. Profesi diperoleh melalui pendidikan dan pelatihan yang terencana, terus-menerus dan
bertahap.
       3. Pekerjaan profesi diatur oleh kode etik profesi serta diakui secara legal melalui
perundang-  undangan.
4. Peraturan dan ketentuan yang mengatur hidup dan kehidupan profesi (standar pendidikan dan
pelatihan, standar pelayanan, dan kode etik) serta pengawasan terhadap pelaksanaan
peraturan-peraturan tersebut dilakukan sendiri oleh warga profesi (Winsley, 1964).

G. Perkembangan Profesionalisme Keperawatan


Melihat catatan sejarah tentang awal mula keberadaan perawat di Indonesia, yang
diperkirakan baru bermula pada awal abad ke 19, dimana disebutkan adanya perawat saat itu
adalah dikarenakan adanya upaya tenaga medis untuk memberikan pelayanan kesehatan yang
lebih baik sehingga diperlukan tenaga yang dapat membantu atau tenaga pembantu. Tenaga
tersebut dididik menjadi seorang perawat melalui pendidikan magang yang berorientasi pada
penyakit dan cara pengobatannya. Sampai dengan perkembangan keperawatan di Indonesia
pada tahun 1983 PPNI (Persatuan Perawat Nasional Indonesia) melakukan Lokakarya
Nasional Keperawatan di Jakarta, melalui lokakarya tersebut perawat bertekad dan
bersepakat menyatakan diri bahwa keperawatan adalah suatu bidang keprofesian.
Perkembangan profesionalisme keperawatan di Indonesia berjalan seiring dengan
perkembangan pendidikan keperawatan yang ada di Indonesia. Pengakuan perawat
profesionalan pemula adalah bagi mereka yang berlatarbelakang pendidikan Diploma III
keperawatan. Program ini menghasilkan perawat generalis sebagai perawat profesional
pemula, dikembangkan dengan landasan keilmuan yang cukup dan landasan profesional yang
kokoh.
Perkembangan pendidikan keperawatan dalam rangka menuju tingkat
keprofesionalitasan tidak cukup sampai di tingkat diploma saja, diilhami keinginan dari
profesi keperawatan untuk terus mengembangkan pendidikan maka berdirilah PSIK FK-UI
(1985) dan kemudian disusul dengan pendirian program paska sarjana FIK UI (1999).

BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Perawatan merupakan bagian dari sistem pelayanan kesehatan dan salah satu
faktor yang memenuhi tercapainya pembangunan nasional, oleh karena itu tenaga
keperawatan berada ditatanan pelayanan kesehatan terdepan dengan kontak pertama
dan terlama dengan klien, yaitu selama 24 jam perhari dan 7 hari perminggu, maka
perawat perlu mengetahui dan memahami tentang paradigma keperawatan, peran,
fungsi dan tanggung jawab sebagai perawat profesional agar dapat memberikan
pelayanan keperawatan yang optimal dalam memberikan asuhan keperawata pada
klien. Perawat harus selalu memperhatikan keadaan secara individual dari segi bio,
psiko, sosial, spiritual dan cultural.
B.     Saran
Kami sebagai penulis dapat berharap kepada para pembaca, setelah membaca
makalah ini. Para pembaca apalagi para mahasiswa keperawatan dapat
mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari - hari. Sehingga dapat
mengetahui tentang apa itu falsafah dan paradigm keperawatan dalam perkembangan
ilmu

DAFTAR PUSTAKA

http://www.slideshare.net/IyounkMandalahi/makalah-falsafah-dan-paradigma-
keperawatan

http://beequinn.wordpress.com/nursing/kdk-konsep-dasar-keperawatan/falsafah-dan-
paradigma-keperawatan-perkembangan-ilmu-keperawatan/

http://dickysatman.blogspot.co.id/2012/08/peran-dan-fungsi-perawat.html
http://oktavia-nurse.blogspot.co.id/2012/04/makalah-keperawatan-sebagai-
profesi.html
KONSEP DASAR KEPERAWATAN
PERAN DAN FUNGSI PERAWAT PROFESIONAL

Disusun oleh: NIKODEMUS GAUKA RAWA


2016610067

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS TRIBHUWANA TUNGGADEWI

MALANG

2020
BAB I
PENDAHULUAN

1.1        Latar Belakang
Saat ini dunia keperawatan semakin berkembang. Perawat dianggap sebagai
salah satu profesi kesehatan yang harus dilibatkan dalam pencapaian tujuan
pembangunan kesehatan baik di dunia maupun di Indonesia.
Seiring dengan berjalannya waktu dan bertambahnya kebutuhan
pelayanan kesehatan menuntut perawat saat ini memiliki pengetahuan dan
keterampilan di berbagai bidang. Saat ini perawat memiliki peran yang lebih
luas dengan penekanan pada peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit,
juga memandang klien secara komprehensif. Perawat menjalankan fungsi
dalam kaitannya dengan berbagai peran pemberi perawatan, pembuat
keputusan klinik dan etika, pelindung dan advokat bagi klien, manajer kasus,
rehabilitator, komunikator dan pendidik.

1.2        Tujuan Makalah
Untuk mengetahui/menjelaskan peran dan fungsi perawat.
 
BAB II
PEMBAHASAN

2.1        Defenisi
Peran adalah seperangkat tingkah laku yang diharapkan oleh orang
lain terhadap seseorang sesuai kedudukannya dalam, suatu system. Peran
dipengaruhi oleh keadaan sosial baik dari dalam maupun dari luar dan bersifat
stabil. Peran adalah bentuk dari perilaku yang diharapkan dari seesorang pada
situasi sosial tertentu. (Kozier Barbara, 1995:21).
Perawat atau Nurse berasal dari bahasa latin yaitu dari kata Nutrix
yang berarti merawat atau memelihara. Harlley Cit ANA (2000) menjelaskan
pengertian dasar seorang perawat yaitu seseorang yang berperan dalam
merawat atau memelihara, membantu dan melindungi seseorang karena
sakit, injury dan proses penuaan dan perawat Profesional adalah Perawat yang
bertanggungjawab dan berwewenang memberikan pelayanan Keparawatan
secara mandiri dan atau berkolaborasi dengan tenaga Kesehatan lain sesuai
dengan kewenanganya.(Depkes RI,2002).
Peran perawat yang dimaksud adalah cara untuk menyatakan
aktifitas perawat dalam praktik, dimana telah menyelesaikan pendidikan
formalnya yang diakui dan diberi kewenangan oleh pemerintah untuk
menjalankan tugas dan tanggung keperawatan secara professional sesuai
dengan kode etik professional.
Fungsi itu sendiri adalah suatu pekerjaan yang dilakukan sesuai
dengan perannya. Fungsi dapat berubah disesuaikan dengan keadaan yang
ada.
Fungsi Perawat dalam melakukan pengkajian pada Individu sehat
maupun sakit dimana segala  aktifitas  yang di lakukan  berguna  untuk 
pemulihan  Kesehatan berdasarkan pengetahuan yang di  miliki,  aktifitas  ini 
di  lakukan  dengan  berbagai cara untuk mengembalikan kemandirian Pasien
secepat mungkin dalam bentuk Proses Keperawatan yang terdiri dari tahap
Pengkajian, Identifikasi masalah (Diagnosa Keperawatan), Perencanaan,
Implementasi dan Evaluasi.

2.2. Peran Perawat


⮚ Merupakan tingkah laku yang diharapkan oleh orang lain terhadap
seseorang sesuai dengan kedudukan dan system, dimana dapat
dipengaruhi oleh keadaan social baik dari profesi perawat maupun dari
luar profesi keperawatan yang bersifat konstan.Pemberi Asuhan
Keperawatan
Sebagai pemberi asuhan keperawatan, perawat membantu klien
mendapatkan kembali kesehatannya melalui proses penyembuhan.
Perawat memfokuskan asuhan pada kebutuhan kesehatan klien secara
holistic, meliputi upaya untuk mengembalikan kesehatan emosi,
spiritual dan sosial. Pemberi asuhan memberikan bantuan kepada klien
dan keluarga klien dengan menggunakan energy dan waktu yang
minimal. Selain itu, dalam perannya sebagai pemberi asuhan
keperawatan, perawat memberikan perawatan dengan memperhatikan
keadaan kebutuhan dasar manusia yang dibutuhkan melalui pemberian
pelayanan keperawatan dengan menggunakan proses keperawatan
sehingga dapat ditentukan diagnosis keperawatan agar bisa
direncanakan dan dilaksanakan tindakan yang tepat dan sesuai dengan
tingkat kebutuhan dasar manusia, kemudian dapat dievaluasi tingkat
perkembangannya. Pemberian asuhan keperawatannya dilakukan dari
yang sederhana sampai yang kompleks.
⮚ Pembuat Keputusan Klinis
  Membuat keputusan klinis adalah inti pada praktik keperawatan.
Untuk memberikan perawatan yang efektif, perawat menggunakan
keahliannya berfikir kritis melalui proses keperawatan. Sebelum
mengambil tindakan keperawatan, baik dalam pengkajian kondisi
klien, pemberian perawatan, dan mengevaluasi hasil, perawat
menyusun rencana tindakan dengan menetapkan pendekatan terbaik
bagi klien. Perawat membuat keputusan sendiri atau berkolaborasi
dengan klien dan keluarga. Dalam setiap situasi seperti ini, perawat
bekerja sama, dan berkonsultasi dengan pembe ri perawatan kesehatan
professional lainnya (Keeling dan Ramos,1995).

⮚ Pelindung dan Advokat Klien


  Sebagai pelindung, perawat membantu mempertahankan lingkungan
yang aman bagi klien dan mengambil tindakan untuk mencegah
terjadinya kecelakaan serta melindungi klien dari kemungkinan efek
yang tidak diinginkan dari suatu tindakan diagnostic atau pengobatan.
Contoh dari peran perawat sebagai pelindung adalah memastikan
bahwa klien tidak memiliki alergi terhadap obat dan memberikan
imunisasi melawat penyakit di komunitas. Sedangkan peran perawat
sebagai advokat, perawat melindungi hak klien sebagai manusia dan
secara hukum, serta membantu klien dalam menyatakan hak-haknya
bila dibutuhkan. Contohnya, perawat memberikan informasi tambahan
bagi klien yang sedang berusaha untuk memutuskan tindakan yang
terbaik baginya. Selain itu, perawat juga melindungi hak-hak klien
melalui cara-cara yang umum dengan menolak aturan atau tindakan
yang mungkin membahayakan kesehatan klien atau menentang hak-
hak klien. Peran ini juga dilakukan perawat dalam membantu klien dan
keluarga dalam menginterpetasikan berbagai informasi dari pemberi
pelayanan atau informasi lain khususnya dalam pengambilan
persetujuan atas tindakan keperawatan yang diberikan kepada pasien,
juga dapat berperan mempertahankan dan melindungi hak-hak pasien
yang meliputi hak atas pelayanan sebaik-baiknya, hak atas informasi
tentang penyakitnya, hak atas privasi, hak untuk menentukan nasibnya
sendiri dan hak untuk menerima ganti rugi akibat kelalaian.
⮚ Manager Kasus
 Dalam perannya sebagai manager kasus, perawat mengkoordinasi
aktivitas anggota tim kesehatan lainnya, misalnya ahli gizi dan ahli
terapi fisik, ketika mengatur kelompok yang memberikan perawatan
pada klien. Berkembangnya model praktik memberikan perawat
kesempatan untuk membuat pilihan jalur karier yang ingin
ditempuhnya. Dengan berbagai tempat kerja, perawat dapat memilih
antara peran sebagai manajer asuhan keperawatan atau sebagai
perawat asosiat yang melaksanakan keputusan manajer (Manthey,
1990). Sebagai manajer, perawat mengkoordinasikan dan
mendelegasikan tanggung jawab asuhan dan mengawasi tenaga
kesehatan lainnya.
⮚ Rehabilitator
Rehabilitasi adalah proses dimana individu kembali ke tingkat fungsi
maksimal setelah sakit, kecelakaan, atau kejadian yang menimbulkan
ketidakberdayaan lainnya. Seringkali klien mengalami gangguan fisik
dan emosi yang mengubah kehidupan mereka. Disini, perawat
berperan sebagai rehabilitator dengan membantu klien beradaptasi
semaksimal mungkin dengan keadaan tersebut.
⮚ Pemberi Kenyamanan
Perawat klien sebagai seorang manusia, karena asuhan keperawatan
harus ditujukan pada manusia secara utuh bukan sekedar fisiknya saja,
maka memberikan kenyamanan dan dukungan emosi seringkali
memberikan kekuatan bagi klien sebagai individu yang memiliki
perasaan dan kebutuhan yang unik. Dalam memberi kenyamanan,
sebaiknya perawat membantu klien untuk mencapai tujuan yang
terapeutik bukan memenuhi ketergantungan emosi dan fisiknya.
⮚   Komunikator
Keperawatan mencakup komunikasi dengan klien dan keluarga, antar
sesame perawat dan profesi kesehatan lainnya, sumber informasi dan
komunitas. Dalam memberikan perawatan yang efektif dan membuat
keputusan dengan klien dan keluarga tidak mungkin dilakukan tanpa
komunikasi yang jelas. Kualitas komunikasi merupakan factor yang
menentukan dalam memenuhi kebutuhan individu, keluarga dan
komunitas.
⮚ Penyuluh
  Sebagai penyuluh, perawat menjelaskan kepada klien konsep dan
data-data tentang kesehatan, mendemonstrasikan prosedur seperti
aktivitas perawatan diri, menilai apakah klien memahami hal-hal yang
dijelaskan dan mengevaluasi kemajuan dalam pembelajaran. Perawat
menggunakan metode pengajaran yang sesuai dengan kemampuan dan
kebutuhan klien serta melibatkan sumber-sumber yang lain misalnya
keluarga dalam pengajaran yang direncanakannya.
⮚ Kolaborato
Peran perawat disini dilakukan karena perawat bekerja melalui tim
kesehatan yang terdiri dari dokter, fisioterapi, ahli gizi dan lain-lain
dengan berupaya mengidentifikasi pelayanan keperawatan yang
diperlukan termasuk diskusi atau tukar pendapat dalam penentuan
bentuk pelayanan selanjutnya.
⮚ Edukator
Peran ini dilakukan dengan membantu klien dalam meningkatkan
tingkat pengetahuan kesehatan, gejala penyakit bahkan tindakan yang
diberikan, sehingga terjadi perubahab perilaku dari klien setelah
dilakukan pendidikan kesehatan.
⮚ Konsultan
Peran disini adalah sebagai tempat konsultasi terhadap masalah atau
tindakan keperawatan yang tepat untuk diberikan. Peran ini dilakukan
atas permintaan klien tehadap informasi tentang tujuan pelayanan
keperawatan yang diberikan.
⮚ Pembaharu
Peran sebagai pembaharu dapat dilakukan dengan mengadakan
perencanaan, kerjasama, perubahan yang sistematis dan terarah sesuai
dengan metode pemberian pelayanan keperawatan.

 2.3.  Fungsi Perawat


Definisi fungsi itu sendiri adalah suatu pekerjaan yang dilakukan sesuai dengan
perannya. Fungsi dapat berubah disesuaikan dengan keadaan yang ada. dalam
menjalankan perannya, perawat akan melaksanakan berbagai fungsi diantaranya:
⮚ Fungsi Independen
Merupakan fungsi mandiri dan tidak tergantung pada orang lain,
dimana perawat dalam melaksanakan tugasnya dilakukan secara
sendiri dengan keputusan sendiri dalam melakukan tindakan dalam
rangka memenuhi kebutuhan dasar manusia seperti pemenuhan
kebutuhan fisiologis (pemenuhan kebutuhan oksigenasi, pemenuhan
kebutuhan cairan dan elektrolit, pemenuhan kebutuhan nutrisi,
pemenuhan kebutuhan aktivitas dan lain-lain), pemenuhan kebutuhan
dan kenyamanan, pemenuhan kebutuhan cinta mencintai, pemenuhan
kebutuhan harga diri dan aktualisasi diri.
⮚ Fungsi Dependen
Merupakan fungsi perawat dalam melaksanakan kegiatannya atas
pesan atau instruksi dari perawat lain. Sehingga sebagai tindakan
pelimpahan tugas yang diberikan. Hal ini biasanya silakukan oleh
perawat spesialis kepada perawat umum, atau dari perawat primer ke
perawat pelaksana.
⮚ Fungsi Interdependen
Fungsi ini dilakukan dalam kelompok tim yang bersifat saling
ketergantungan di antara satu dengan yang lainnya. Fungsi ini dapat
terjadi apabila bentuk pelayanan membutuhkan kerja sama tim dalam
pemberian pelayanan seperti dalam memberikan asuhan keperawatan
pada penderita yang mempunyai penyakit kompleks. Keadaan ini tidak
dapat diatasi dengan tim perawat saja melainkan juga dari dokter
ataupun lainnya, seperti dokter dalam memberikan tindakan
pengobatan bekerjasama dengan perawat dalam pemantauan reaksi
onat yang telah diberikan.
Peranan perawat sangat menunjukkan sikap kepemimpinan dan
bertanggung jawab untuk memelihara dan mengelola asuhan
keperawatan serta mengembangkan diri dalam meningkatkan mutu
dan jangkauan pelayanan keperawatan.
BAB III

PENUTUP

3.1    Kesimpulan
Keperawatan profesional mempunyai peran dan fungsi sebagai berikut
yaitu : Melaksanakan pelayanan keperawatan profesional dalam suatu sistem
pelayanana kesehatan sesuai dengan kebijakan umum pemerintah khususnya
pelayanan atau asuhan keperawatan kepada individu, keluarga, kelompok dan
komunitas.
Dengan demikian peran dan fungsi perawat itu sangat penting untuk
pelayanan kesehatan, demi meningkatkan dan melaksanakan kualitas
kesehatan yang lebih baik.
3.2        Saran
Dengan disusunnya makalah ini mengharapkan kepada semua pembaca
agar dapat mengetahui dan memahami peran dan fungsi perawat.
 DAFTAR PUSTAKA

Ansori, R. R., & Martiana, T. (2017). Hubungan faktor karakteristi individu dan

kondisi pekerjaan terhadap stres kerja pada perawat gigi Jurnal Of Public

Health, 12(1),75-84.

Anggraeni, A. D., Setyaningsih, Y., & Suroto. (2017). Hubungan antara

karakteristik individu dan intrinsik dengan stres kerja pada pekerja pada pekerja

sandblasting. Kesehatan Masyarakat, 5(3), 226–233.

Arikunto, S. (2013). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka

Cipta.

Arruum, D., Sahar, J., & Gayatri, D. (2015). Kontribusi perbedean psikologis perawat
terhadap Pemberdayaan psikologia.Jurnal Keperawatan Indonesia, 18(1), 17-22.

As’ad, M. (2003). Psikologi Industri: Seri Sumber Daya Manusia. Yogyakarta:

Liberty.

Asriani. (2016). Pengaruh penerapan model praktek keperawatan profesional (MPKP)

terhadap standar asuhan keperawatan dan kepuasan kerja perawat si ruang rawat

inap Rumah Sakit Bhayabgkara Makassar, Jurnal Mirai Management, 1 (2), 1–

14.

Astini, A., Sidin, A. I., & Kapalawi, I. (2013). Hubungan kepuasan kerja dengan

kinerja perawat di unit rawat inap rumah sakit universitas hasanuddin tahun

2013, 1–14.

TUGAS
MAKALAH
KONSEP DASAR KEPERAWATAN 1
Oleh :
SOLVINA PADU LEMBA
2016610084

FAKULTAS ILMU KESEHATAN


PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN
UNIVERSITAS TRIBHUWANA TUNGGADEWI
MALANG
2020

KATA PENGANTAR

              Rasa Syukur Alhamdulillah yang sedalam - dalamnya kami panjatkan


kehadirat Allah Yang Maha Kuasa karena hanya dengan rahmat dan petunjuk-Nya
lah kami dapat menyelesaikan penulisan makalah ini.
Menyadari akan keterbatasan kemampuan kami, maka dalam hal ini kami mengharap
kritik dan saran membangun.

Besar harapan kami semoga penulisan makalah ini dapat memenuhi syarat.
Mudah-mudahan hasil dari tugas makalah ini dapat menjadi referensi yang
bermanfaat bagi kita sekalian, Amin.
Malang, Agustus 2020

Penulis
                                                                                    
DAFTAR ISI

Kata Pengantar...............................................................................................i
Daftar Isi........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 .Latar Belakang........................................................................................1
1.2  Rumusan Masalah...................................................................................1
1.3  Tujuan ..........................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN
2.1  Pengertian Caring Secara Umum..................................................................2
2.2  Perbedaan Caring dan Curing.......................................................................5
2.3 Perilaku Caring Yang Dapat Ditemui Dalam Tatanan Keperawatan......7
2.4 Pengertian Transcultural Nursing............................................................9
2.5 contoh-contoh aplikasi traskultural nursing pada beberapa
masalah kesehatan.........................................................................................11
BAB III PENUTUP
3.1. Kesimpulan.............................................................................................18
3.2 Saran.......................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA
No. 1. Makalah Caring
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 .Latar Belakang


Di era globalisasi ini,segala bidang kehidupan sedang mengalami perkembangan
bahkan kemajuan.Salah satunya adalah bidang pelayanan kesehatan.bidang pelayanan
kesehatan tidak hanya sarana dan prasarana yang mengalami kemajuan,tetapi juga
profesionalisme dari tenaga kesehatan.
Lingkungan kesehatan seperti rumah sakit,perawat akan berhadapan dengan klien
dan tenaga kesehatn lainnya.Oleh karena itu,Perawat harus terus meningkatkan
profesionalismenya,
 yaitu meningkatkan perilaku caring.Caring bukan semata-mata
perilaku. Caring adalah cara yang memiliki makna dan memotivasi
tindakan. Caring juga didefinisikan sebagai tindakan yang bertujuan memberikan
asuhan fisik dan memperhatikan emosi sambil meningkatkan rasa aman dan
keselamatan klien (Carruth et all, 1999).

1.2  Rumusan Masalah


1. Apakah Pengertian caring consept secara umum dalam keperawatan ?
2. Bagaimana perbedaan antara caring dan curing consept ?
3. Apasaja prilaku  caring yang dapat ditemui dalam tatanan pelayanan kesehatan?
4. Apa pengertian transkultural nursing ?
5. Apasaja contoh-contoh aplikasi traskultural nursing pada beberapa masalah                 
kesehatan ?  

1.3  Tujuan
Makalah ini disusun dalam rangka menyelesaikan tugas mata kuliah Konsep
Dasar Keperawatan I, menambah wawasan tentang Konsep Caring di Sepanjang
Rentang Kehidupan, agar kami mahasiswa mengerti tentang bagaimana perilaku
caring dalam proses dan praktik keperawatan, dan sebagai salah satu sarana belajar
mahasiswa.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1  Pengertian Caring Secara Umum


Secara bahasa, istilah caring diartikan sebagai tindakan
kepedulian. Caring secara umum dapat diartikan sebagai suatu kemampuan untuk
berdedikasi bagi orang lain, pengawasan dengan waspada, serta suatu perasaaan
empati pada orang lain dan perasaan cinta atau menyayangi.
Pengertian caring berbeda dengan care. Care adalah fenomena yang berhubungan
dengan orang berhubungan dengan bimbingan, bantuan, dukungan perilaku kepada
individu, keluarga, kelompok dengan adanya kejadian untuk memenuhi kebutuhan
aktual maupun potensial untuk meningkatkan kondisi dan kualitas kehidupan
manusia. Sedangkan caring adalah tindakan nyata dari care yang menunjukkan suatu
rasa kepedulian.
Terdapat beberapa pengertian caring menurut beberapa ahli, antara lain :
 Florence nightingale (1860) : caring adalah tindakan yang menunjukkan
pemanfaatan lingkungan pasien dalam membantu penyembuhan, memberikan
lingkungan bersih, ventilasi yang baik dan tenang kepada pasien.
 Delores gaut (1984) : caring tidak mempunyai pengertian yang tegas, tetapi ada tiga
makna dimana ketiganya tidak dapat dipisahkan, yaitu perhatian, bertanggung jawab,
dan ikhlas.
Crips dan Taylor (2001) : caring merupakan fenomena universal yang
mempengaruhi bagaimana seseorang berpikir, merasakan, dan berperilaku dalam
hubungannya dengan orang lain.
Rubenfild (1999) : caring yaitu memberikan asuhan, tanggunggung jawab, dan
ikhlas.
Crips dan Taylor (2001) : caring merupakan fenomena universal yang mempengaruhi
bagaimana seseorang berpikir, merasakan, dan berperilaku dalam hubungannya
dengan orang lain.
 Rubenfild (1999) : caring yaitu memberikan asuhan, dukungan emosional pada klien,
keluarga, dan kerabatnya secara verbal maupun nonverbal.
Jean watson (1985) : caring merupakan komitmen moral untuk melindungi,
mempertahankan, dan meningkatkan emosional pada klien, keluarga, dan kerabatnya
secara verbal maupun nonverbal.
Jean watson (1985) : caring merupakan komitmen moral untuk melindungi,
mempertahankan, dan meningkatkan martabat manusia.
Dari beberapa pengertian tersebut, dapat dipersingkat bahwa pengertian caring secara
umum adalah suatu tindakan moral atas dasar kemanusiaan, sebagai suatu cerminan
perhatian, perasaan empati dan kasih sayang kepada orang lain, dilakukan dengan
cara memberikan tindakan nyata kepedulian, dengan tujuan untuk meningkatkan
kualitas dan kondisi kehidupan orang tersebut. Caring merupakan inti dari
keperawatan.

Persepsi Klien Tentang Caring


Penelitian tentang persepsi klien penting karena pelayanan kesehatan merupakan
fokus terbesar dari tingkat kepuasan klien. Jika klien merasakan penyelenggaraan
pelayanan kesaehatan bersikap sensitif, simpatik, merasa kasihan, dan tertarik
terhadap mereka sebagai individu, mereka biasanya menjadi teman sekerja yang aktif
dalam merencanakan perawatan ( Attree, 2001 ). Klien dalam penelitian ini
menunjukkan bahwa mereka semakin puas saat perawat melakukan caring.
Biasanya klien dan perawat melakukan persepsi yang berbeda tentang caring
( Mayer, 1987; Wolf, Miller, dan Devine, 2003 ). Untuk alasan tersebut, fokuskan
pada membangun suatu hubungan yang membuat perawat mengetahui apa yang
penting bagi klien. Contoh, perawat mempunyai klien yang takut untuk dipasang
kateter intravena, perawat tersebut adalah perawat yang belum terampil dalam
memasukkan kateter intravena. Perawat tersebut memutuskan bahwa klien akan lebih
diuntungkan jika dibantu oleh perawat yang sudah terampil daripada memberikan
penjelasan prosedur untuk mengurangi kecemasan. Dengan mengetahui siapa klien,
dapat membantu perawat dalam memilih pendekatan yang paling sesuai dengan
kebutuhan klien.

Etika Pelayanan
Watson ( 1988 ) menyarankan agar caring sebagai suatu sikap moral yang ideal,
memberikan sikap pendirian terhadap pihak yang melakukan intervensi seperti
perawat. Sikap pendirian ini perlu untuk menjamin bahwa perawat bekerja sesuai
standar etika untuk tujuan dan motivasi yang baik. Kata etika merujuk pada kebiasaan
yang benar dan yang salah. Dalam setiap pertemuan dengan klien, perawat harus
mengetahui kebiasaan apa yang sesuai secara etika. Etika keperawatan bersikap unik,
sehingga perawat tidak boleh membuat keputusan hanya berdasarkan prinsip
intelektual atau analisis.
Etika keperawatan berfokus pada hubungan antara individu dengan karakter dan
sikap perawat terhadap orang lain. Etika keperawatan menempatkan perawat sebagai
penolong klien, memecahkan dilema etis dengan cara menghadirkan hubungan dan
memberikan prioritas kepada klien dengan kepribadian khusus.

Nurse Caring Behavior
1. Persepsi klien wanita ( Riemen, 1986 )
v  Berespon terhadap keunikan klien
v  Memahami dan mendukung perhatian klien
v  Hadir secara fisik
v  Memiliki sikap dan menunjukkan prilaku yang membuat klien merasa dihargai
sebagai manusia
v  Kembali ke klien dengan sukarela tanpa diminta
v  Menunjukkan perhatian yang memberi kenyamanan dan merelaksasi klien
v  Bersuara halus dan lembut
v  Memberi perasaan nyaman
2. Persepsi klien pria ( Riemen, 1986 )
v  Hadir secara fisik sehingga klien merasa dihargai
v  Kembali ke klien dengan sukarela tanpa diminta
v  Membuat klien merasa nyaman, relaks, dan aman
v  Hadir untuk memberi kenyamanan dan memenuhi kebutuhan klien sebelum
diminta
v  Menggunakan suara dan sikap yang baik, halus, lembut dan menyenangkan
3. Persepsi klien kanker dan keluarga ( Mayer, 1986 )
v  Mengetahui bagaimana memberikan injeksi dan mengelola peralatan
v  Bersikap ceria
v  Mendorong klien untuk menghubungi perawat bila klien mempunyai masalah
v  Mengutamakan atau mendahulukan kepentingan klien
v  Mengantisipasi pengalaman pertama adalah yang terberat.

4. Persepsi klien dewasa yang dirawat ( Brown, 1986 )


v  Kehadirannya menentramkan hati
v  Memberikan informasi
v  Mendemonstrasikan pengetahuan dan keterampilan profesional
v  Mampu menangani nyeri atau rasa sakit
v  Memberi waktu yang lebih banyak dari yang dibutuhkan
v  Mempromosikan otonomi
v  Mengenali kualitas dan kebutuhan individual
v  Selalu mengawasi klien

5. Persepsi dari keluarga


v  Jujur
v  Memberikan penjelasan dengan jelas
v  Selalu menginformasikan keluarga
v  Mencoba untuk membuat klien nyaman
v  Menunjukkan minat dalam menjawab pertanyaan
v  Memberikan perawatan emergensi bila perlu
v  Menjawab pertanyaan anggota keluarga secara jujur, terbuka dan ikhlas
v  Mengijinkan klien melakukan sesuatu untuk dirinya sebisa mungkin
v  Mengajarkan keluarga cara memelihara kondisi fisik yang lebih nyaman

2.2  Perbedaan Caring dan Curing


Keperawatan sebagai suatu profesi dan berdasarkan pengakuan masyarakat adalah
ilmu kesehatan tentang asuhan atau pelayanan keperawatan atau The Health Science
of Caring (Lindberg,1990:40). Secara bahasa, caring dapat diartikan sebagai tindakan
kepedulian dan curing dapat diartikan sebagai tindakan pengobatan. Namun, secara
istilah caring dapat diartikan memberikan bantuan kepada individu atau sebagai
advokasi pada individu yang tidak mampu memenuhi kebutuhan dasarnya.
Sedangkan curing adalah upaya kesehatan dari kegiatan dokter dalam prakteknya
untuk mengobati klien. Dalam penerapannya, konsep caring dan curing mempunyai
beberapa perbedaan, diantaranya:
1. Caring merupakan tugas primer perawat dan curing adalah tugas sekunder.
Maksudnya seorang perawat lebih melakukan tindakan kepedulian terhadap klien
daripada memberikan tindakan medis. Oleh karena itu, caring lebih identik dengan
perawat.
2. Curing merupakan tugas primer seorang dokter dan caring adalah tugas
sekunder. Maksudnya seorang dokter lebih melibatkan tindakan medis tanpa
melakukan tindakan caring yang berarti. Oleh karena itu, curing lebih identik dengan
dokter.
3. Dalam pelayanan kesehatan klien yang dilakukan perawat, ¾ nya
adalah caring dan ¼ nya adalahcuring.
4. Caring bersifat lebih “Healthogenic” daripada curing.
Maksudnya caring lebih menekankan pada peningkatan kesehatan daripada
pengobatan. Di dalam praktiknya, caring mengintegrasikan pengetahuan biofisik dan
pengetahuan perilaku manusia untuk meningkatkan derajat kesehatan dan untuk
menyediakan pelayanan bagi mereka yang sakit.
5. Tujuan caring adalah membantu pelaksanaan rencana pengobatan/terapi dan
membantu klien beradaptasi dengan masalah kesehatan, mandiri memenuhi
kebutuhan dasarnya, mencegah penyakit, meningkatkan kesehatan dan meningkatkan
fungsi tubuh sedangkan tujuan curing adalah menentukan dan menyingkirkan
penyebab penyakit atau mengubah problem penyakit dan penanganannya.
6. Diagnosa dalam konsep curing dilakukan dengan mengungkapkan penyakit
yang diderita sedangkan diagnosa dalam konsep caring dilakukan dengan identifikasi
masalah dan penyebab berdasarkan kebutuhan dan respon klien.
2.3 Perilaku Caring Yang Dapat Ditemui Dalam Tatanan Keperawatan
Caring bukanlah sesuatu yang dapat diajarkan, tetapi merupakan hasil dari
kebudayaan, nilai-nilai, pengalaman, dan dari hubungan dengan orang lain. Sikap
keperawatan yang berhubungan dengancaring adalah kehadiran, sentuhan kasih
sayang, mendengarkan, memahami klien, caring dalam spiritual, dan perawatan
keluarga.

1. Kehadiran
Kehadiran adalah suatu pertemuan antara seseorang dengan seseorang lainnya
yang merupakan sarana untuk mendekatkan diri dan menyampaikan manfaat caring.
Menurut Fredriksson (1999), kehadiran berarti “ada di” dan “ada dengan”. “Ada di”
berarti kehadiran tidak hanya dalam bentuk fisik, melainkan juga komunikasi dan
pengertian. Sedangkan “ada dengan” berarti perawata selalu bersedia dan ada untuk
klien (Pederson, 1993). Kehadiran seorang perawat membantu menenangkan rasa
cemas dan takut klien karena situasi tertekan.

2. Sentuhan
Sentuhan merupakan salah satu pendekatan yang menenangkan dimana
perawat dapat mendekatkan diri dengan klien untuk memberikan perhatian dan
dukungan. Ada dua jenis sentuhan, yaitu sentuhan kontak dan sentuhan non-kontak.
Sentuhan kontak merupakan sentuhan langsung kullit dengan kulit. Sedangkan
sentuhan non-kontak merupakan kontak mata. Kedua jenis sentuhan ini digambarkn
dalam tiga kategori :
a) Sentuhan Berorientasi-tugas
Saat melaksanakan tugas dan prosedur, perawat menggunakan sentuhan ini.
Perlakuan yang ramah dan cekatan ketika melaksanakan prosedur akan memberikan
rasa aman kepada klien. Prosedur dilakukan secara hati-hati dan atas pertimbangan
kebutuhan klien.
b) Sentuhan Pelayanan (Caring)
Yang termasuk dalam sentuhan caring adalah memegang tangan klien, memijat
punggung klien, menempatkan klien dengan hati-hati, atau terlibat dalam
pembicaraan (komunikasi non-verbal). Sentuhan ini dapat mempengaruhi keamanan
dan kenyamanan klien, meningkatkan harga diri, dan memperbaiki orientasi tentang
kanyataan (Boyek dan Watson, 1994).
c) Sentuhan Perlindungan
Sentuhan ini merupakan suatu bentuk sentuhan yang digunakan untuk melindungi
perawat dan/atau klien (fredriksson, 1999). Contoh dari sentuhan perlindungan adalah
mencegah terjadinya kecelakaan dengan cara menjaga dan mengingatkan klien agar
tidak terjatuh.
Sentuhan dapat menimbulkan berbagai pesan, oleh karena itu harus digunakan secara
bijaksana.
3. Mendengarkan
Untuk lebih mengerti dan memahami kebutuhan klien, mendengarkan merupakan
kunci, sebab hal ini menunjukkan perhatian penuh dan ketertarikan perawat.
Mendengarkan membantu perawat dalam memahami dan mengerti maksud klien dan
membantu menolong klien mencari cara untuk mendapatkan kedamaian.
4. Memahami klien
Salah satu proses caring menurut Swanson (1991) adalah memahami klien.
Memahami klien sebagai inti suatu proses digunakan perawat dalam membuat
keputusan klinis. Memahami klien merupakan pemahaman perawat terhadap klien
sebagai acuan melakukan intervensi berikutnya (Radwin,1995). Pemahaman klien
merupakan gerbang penentu pelayanan sehingga, antara klien dan perawat terjalin
suatu hubungan yang baik dan saling memahami.
5. Caring Dalam Spiritual
Kepercayaan dan harapan individu mempunyai pengaruh terhadap kesehatan fisik
seseorang. Spiritual menawarkan rasa keterikatan yang baik, baik melalui hubungan
intrapersonal atau hubungan dengan dirinya sendiri, interpersonal atau hubungan
dengan orang lain dan lingkungan, serta transpersonal atau hubungan dengan Tuhan
atau kekuatan tertinggi.
Hubungan caring terjalin dengan baik apabila antara perawat dan klien
dapat memahami satu sama lain sehingga keduanya bisa menjalin hubungan yang
baik dengan melakukan hal seperti, mengerahkan harapan bagi klien dan
perawat; mendapatkan pengertian tentang gejala, penyakit, atau perasaan yang
diterima klien; membantu klien dalam menggunakan sumber daya sosial, emosional,
atau spiritual; memahami bahwa hubungan caring menghubungkan manusia dengan
manusia, roh dengan roh.
6. Perawatan Keluarga
Keluarga merupakan sumber daya penting. Keberhasilan intervensi keperawatan
sering bergantung pada keinginan keluarga untuk berbagi informasi dengan perawat
untuk menyampaikan terapi yang dianjurkan. Menjamin kesehatan klien dan
membantu keluarga untuk aktif dalam proses penyembuhan klien merupakan tugas
penting anggota keluarga. Menunjukkan perawatan keluarga dan perhatian pada klien
membuat suatu keterbukaan yang kemudian dapat membentuk hubungan yang baik
dengan anggota keluarga klien.
2.4 Pengertian Transcultural Nursing
Transcultural Nursing adalah suatu keilmuwan budaya pada proses belajar dan
praktek keperawatan yang fokus memandang perbedaan dan kesamaan diantara
budaya dengan menghargai asuhan, sehat dan sakit didasarkan pada nilai budaya
manusia, kepercayaan dan tindakan, dan ilmu ini digunakan untuk memberikan
asuhan keperawatan khususnya budaya atau keutuhan budaya kepada manusia
(Leininger, 2002).
Konsep Transcultural Nursing
Keperawatan transkultural adalah ilmu dan kiat yang humanis yang
difokuskan pada prilaku individu atau kelompok, serta proses untuk mempertahankan
atau meningkatkan perilaku sehat dan perilaku sakit secara fisik dan psikokultural
sesuai latar belakang budaya. (Leininger, 2002).
Konsep Utama Transcultural Nursing:
Care : perawat memberikan bimbingan dukungan kepada klien à untuk meningkatkan
kondisi klien
Caring : tindakan  mendukung, berbentuk aksi atau tindakan  
Culture : perawat mempelajari, saling share/berbagi pemahaman tentang kepercayaan
dan budaya klien
Cultural care : kemampuan kognitif untuk mengetahui nilai, norma/ kepercayaan
Nilai kultur : keputusan/kelayakan  untuk bertindak
Perbedaan kultur : berupa variasi-variasi pola nilai yang ada di masyarakat mengenai
keperawatan
Cultural care university : hal-hal umum dalam sistem nilai, norma dan budaya
Etnosentris : keyakinan ide, nilai, norma, kepercayaan lebih tinggi dari yang lain
Cultural Imposion : kecenderungan tenaga kesehatan memaksakan kepercayaan
kepada klien
Peran dan Fungsi Transkultural
Budaya mempunyai pengaruh luas terhadap kehidupan individu . Oleh sebab itu ,
penting bagi perawat mengenal latar belakang budaya orang yang dirawat ( Pasien ) .
Misalnya kebiasaan hidup sehari – hari , seperti tidur , makan , kebersihan diri ,
pekerjaan , pergaulan social , praktik kesehatan , pendidikan anak  ekspresi perasaan ,
hubungan kekeluargaaan , peranan masing – masing orang menurut umur . Kultur
juga terbagi dalam sub – kultur .
Subkultur adalah kelompok pada suatu kultur yang tidak seluruhnya mengaanut
pandangan keompok kultur yang lebih besar atau memberi makna yang berbeda .
Kebiasaan hidup juga saling berkaitan dengan kebiasaan cultural.
Nilai – nilai budaya Timur , menyebabkan sulitnya wanita yang hamil mendapat
pelayanan dari dokter pria . Dalam beberapa setting , lebih mudah menerima
pelayanan kesehatan pre-natal dari dokter wanita dan bidan . Hal ini menunjukkan
bahwa budaya Timur masih kental dengan hal – hal yang dianggap tabu.
Dalam tahun – tahun terakhir ini , makin ditekankan pentingknya pengaruh kultur
terhadap pelayanan perawatan . Perawatan Transkultural merupakan bidang yang
relative baru ; ia berfokus pada studi perbandingan nilai – nilai dan praktik budaya
tentang kesehatan dan hubungannya dengan perawatannya . Leininger ( 1991 )
mengatakan bahwa transcultural nursing merupakan suatu area kajian ilmiah yang
berkaitan dengan perbedaan maupun kesamaan nilai – nilai budaya ( nilai budaya
yang berbeda ras , yang mempengaruhi pada seseorang perawat saat melakukan
asuhan keperawatan kepada pasien. Perawatan transkultural adalah berkaitan dengan
praktik budaya yang ditujukan untuk pemujaan dan pengobatan rakyat (tradisional) .
Caring practices adalah kegiatan perlindungan dan bantuan yang berkaitan dengan
kesehatan.
Menurut Dr. Madelini Leininger , studi praktik pelayanan kesehatan transkultural
adalah berfungsi untuk meningkatkan pemahaman atas tingkah laku manusia dalam
kaitan dengan kesehatannya . Dengan mengidentifikasi praktik kesehatan dalam
berbagai budaya ( kultur ) , baik di masa lampau maupun zaman sekarang akan
terkumpul persamaan – persamaan . Lininger berpendapat , kombinasi pengetahuan
tentang pola praktik transkultural dengan kemajuan teknologi dapat menyebabkan
makin sempurnanya pelayanan perawatan dan kesehatan orang banyak dan berbagai
kultur.

2.5 contoh-contoh aplikasi traskultural nursing pada beberapa


masalah kesehatan
1. Aplikasi transkultural pada masalah penyakit kronik
Penyakit kronik adalah penyakit yang timbul bukan secara tiba-tiba,
melainkan akumulasi dari sesuatu penyakit hingga akhirnya menyebabkan penyakit
itu sendiri. (Kalbe medical portal) Penyakit kronik ditandai banyak penyebab. Contoh
penyakit kronis adalah diabetes, penyakit jantung, asma, hipertensi dan masih banyak
lainnya. Ada hubungan antara penyakit kronis dengan depresi. Depresi adalah kondisi
kronis yang mempengaruhi pikiran seseorang, perasaan dan perilaku sehingga sulit
untuk mengatasi peristiwa kehidupan sehari-hari.  Seseorang yang menderita depresi
memiliki kemungkinan lebih tinggi menderita penyakit kronis seperti diabetes,
penyakit jantung atau asma. Penyebab depresi itu sendiri kompleks, terkait dengan
lingkungan interaksi seseorang maupun kepribadiaannya sendiri. Beberapa faktor
penyebab umum adalah:

• Faktor herediter • Trauma 


• Isolasi atau kesepian • Pengangguran
•  konflik Keluarga • Kesulitan penyelesaian
• Stres • Nyeri

Berbagai jenis depresi memerlukan cara yang berbeda dalam jenis


pengobatannya. Untuk depresi ringan, dapat dianjurkan untuk melakukan kegiatan-
kegiatan tertentu. Dalam kasus depresi parah, dianjurkan untuk mengkonsumsi obat
dan psikoterapi. Salah satu pendekatan yang muncul menjadi lebih umum untuk
segala bentuk depresi adalah manajemen diri. Manajemen diri mengacu pada strategi
orang menggunakan untuk berurusan dengan kondisi mereka. Dimana seseorang
melibatkan tindakan, sikap atau tujuan dalam mengambil atau membuat keputusan
untuk mempertahankan dan meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan.
      Pengobatan terhadap penyakit kronik yang telah dilakukan di masyarakat saat ini
amat beragam. Tidak dapat dipungkiri bahwa sistem pengobatan tradisional juga
merupakan sub unsur kebudayaan masyarakat sederhana yang telah dijadikan sebagai
salah satu cara pengobatan. Pengobatan inilah yang juga menjadi aplikasi dari
transkultural dalam mengobati suatu penyakit kronik. Pengobatan tradisional ini
dilakukan berdasarkan budaya yang telah diwariskan turun-temurun. Beberapa
contohnya adalah sebagai berikut:
1.            Masyarakat negeri Pangean lebih memilih menggunakan ramuan dukun untuk
menyembuhkan penyakit TBC, yaitu daun waru yang diremas dan airnya dimasak
sebanyak setengah gelas.
2.     Masyarakat di Papua percaya bahwa penyakit malaria dapat disembuhkan dengan cara
minta ampun kepada penguasa hutan lalu memetik daun untuk dibuat ramuan untuk
diminum dan dioleskan ke seluruh tubuh.
3.      Masyarakat Jawa memakan pisang emas bersamaan dengan kutu kepala (Jawa: tuma)
tiga kali sehari untuk pengobatan penyakit kuning.
      Pengobatan tradisional yang sering dipakai berupa pemanfaatan bahan-bahan
herbal. Herba sambiloto menjadi sebuah contoh yang khasiatnya dipercaya oleh
masyarakat dapat mengobati penyakit-penyakit kronik, seperti hepatitis, radang paru
(pneumonia), radang saluran nafas (bronchitis), radang ginjal (pielonefritis), radang
telinga tengah (OMA), radang usus buntu, kencing nanah (gonore), kencing manis
(diabetes melitus). Daun lidah budaya dan tanaman pare juga dijadikan sebagai
pengobatan herbal. Tumbuhan tersebut berkhasiat menyebuhkan diabetes melitus.
      Tidak hanya di Indonesia, di luar negeri pun masih ada negara yang meyakini
bahwa pengobatan medis bukan satu-satunya cara mengobati penyakit kronik.
Misalnya, di Afrika, penduduk Afrika masih memiliki keyakinan tradisional tentang
kesehatan dan penyakit. Mereka menganggap bahwa obat-obatan tradisional sudah
cukup untuk mengganti produk yag akan dibeli, bahkan mereka menggunakan dukun
sebagai penyembuh tradisional. Hal seperti ini juga terjadi di Amerika, Eropa, dan
Asia.
           

2.      Aplikasi transkultural pada gangguan nyeri


Nyeri adalah pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan
akibat dari kerusakan jaringan yang actual atau potensial. Nyeri adalah alasan utama
seseorang untuk mencari bantuan perawatan kesehatan. Selanjutnya, definisi nyeri
menurut keperawatan adalah apapun yang menyakitkan tubuh yang dikatakan
individu yang mengalaminya, yang ada kapanpun individu mengatakannya. Peraturan
utama dalam merawat pasien nyeri adalah bahwa semua nyeri adalah nyata, meskipun
penyebabnya belum diketahui. Keberadaan nyeri adalah berdasarkan hanya pada
laporan pasien bahwa nyeri itu ada.
Aplikasi transkultural pada gangguan nyeri baik yang dilakukan oleh pasien
berdasarkan apa yang dipercaya olehnya atau yang dilakukan oleh perawat setelah
melakukan pengkajian tentang latar belakang budaya pasien adalah sebagai berikut:
a.    Dengan membatasi gerak dan istirahat. Seorang pasien yang mengalami nyeri
diharuskan untuk tidak banyak bergerak karena jika banyak bergerak dapat
memperparah dan menyebabkan nyeri berlangsung lama. Menurut pandangan umat
Islam, seseorang yang menderita nyeri untuk mengurangi tau meredakannya dengan
posisi istirahat atau tidur yang benar yaitu badan lurus dan dimiringkan ke sebelah
kanan. Hal ini menurut sunah rasul. Dengan posisi tersebut diharapkan dapat
meredakan nyeri karena peredaran darah yang lancer akibat jantung yang tidak
tertindih badan sehingga dapat bekerja maksimal.
b.      Mengkonsumsi obat-obatan tradisional. Beberapa orang mempercayai bahwa ada
beberapa obat tradisional yang dapat meredakan nyeri bahkan lebih manjur dari obat
yang diberikan oleh dokter. Misalnya, obat urut dan tulang ‘Dapol Siburuk’ dari
burung siburuk yang digunakan oleh masyarakat Batak.
c.       Dengan dipijat atau semacamnya. Kebanyakan orang mempercayai dengan dipijat
atau semacamnya dapat meredakan nyeri dengan waktu yang singkat. Namun, harus
diperhatikan bahwa apabila salah memijat akan menyebabkan bertambah nyeri atau
hal-hal lain yang merugikan penderita. Dalam budaya Jawa ada yang disebut dukun
pijat yang sering didatangi orang banyak apabila mengalami keluhan nyeri misalnya
kaki terkilir.
Dalam menerapkan transkultural pada gangguan nyeri harus tetap
mempertahankan baik buruknya bagi si pasien. Semua aplikasi transkultural
sebaiknya dikonsultasikan kepada pihak medis agar tidak menimbulkan hal yang
tidak diinginkan.
3.  Aplikasi transkultural pada gangguan kesehatan mental
Berbagai tingkahlaku luar biasa yang dianggap oleh psikiater barat sebagai
penyakit jiwa ditemukan secara luas pada berbagai masyarakat non-barat. Adanya
variasi yang luas dari kelompok sindroma dan nama-nama untuk menyebutkannya
dalam berbagai masyarakat dunia, Barat maupun non-Barat, telah mendorong para
ilmuwan mengenai tingkahlaku untuk menyatakan bahwa penyakit jiwa adalah suatu
‘mitos’, suatu fenomena sosiologis, suatu hasil dari angota-anggota masyarakat yang
‘beres’ yang merasa bahwa mereka membutuhkan sarana untuk menjelaskan,
memberi sanksi dan mengendalikan tingkahlaku sesama mereka yang menyimpang
atau yang berbahaya, tingkahlaku yang kadang-kadang hanya berbeda dengan
tingkahlaku mereka sendiri. Penyakit jiwa tidak hanya merupakan ‘mitos’, juga
bukan semata-semata suatu masalah sosial belaka. Memang benar-benar ada
gangguan dalam pikiran, erasaan dan tingkahlaku yang membutuhkan pengaturan
pengobatan.(Edgerton 1969 : 70). Nampaknya, sejumlah besar penyakit jiwa non-barat lebih
dijelaskan secara personalistik daripada naturalistik.
Sebagaimana halnya dengan generalisasi, selalu ada hal-hal yang tidak dapat
dimasukkan secara tepat ke dalam skema besar tersebut. Kepercayaan yang tersebar
luas bahwa pengalaman-pengalaman emosional yang kuat seperti iri, takut, sedih,
malu, dapat mengakibatkan penyakit, tidaklah tepat untuk diletakkan di dalam salah
satu dari dua kategori besar tersebut. Mungkin dapat dikatakan bahwa tergantung
situasi dan kondisi, kepercayaan-kepercayaan tersebut boleh dikatakan cocok untuk
dikelompokkan ke dalam salah satu kategori. Misalnya, susto, penyakit yang
disebabkan oleh ketakutan, tersebar luas di Amerika Latin dan merupakan angan-
angan. Seseorang mungkin menjadi takut karena bertemu dengan hantu, roh, setan,
atau karena hal-hal yang sepele, seperti jatuh di air sehingga takut akan mati
tenggelam. Apabila agen-nya berniat jahat, etiologinya sudah tentu bersifat
personalistik. Namun, kejadian-kejadian tersebut sering merupakan suatu kebetulan
atau kecelakaan belaka bukan karena tindakan yang disengaja. Dalam ketakutan akan
kematian karena tenggelam, tidak terdapat agen-agen apa pun.
Kepercayaan-kepercayaan yang sudah dijelaskan di atas menimbulkan
pemikiran-pemikiran untuk melakukan berbagai pengobatan jika sudah terkena agen.
Kebanyakan pengobatan yang dilakukan yaitu mendatangi dukun-dukun atau tabib-
tabib yang sudah dipercaya penuh. Terlebih lagi untuk pengobatan gangguan mental,
hampir seluruh masyarakat desa mendatangi dukun-dukun karena mereka percaya
bahwa masalah gangguan jiwa/mental disebabkan oleh gangguan ruh jahat. Dukun-
dukun biasanya melakukan pengobatan dengan cara mengambil dedaunan yang
dianggap sakral, lalu menyapukannya ke seluruh tubuh pasien. Ada juga yang
melakukan pengobatan dengan cara menyuruh pihak keluarga pasien untuk membawa
sesajen seperti, berbagai macam bunga atau binatang ternak.

Para ahli antropologi menaruh perhatian pada ciri-ciri psikologis shaman.


Shaman adalah seorang yang tidak stabil dan sering mengalami delusi, dan mungkin
ia adalah seorang wadam atau homoseksual.namun apabila ketidakstabilan jiwanya
secara budaya diarahkan pada bentuk-bentuk konstruktif, maka individu tersebut
dibedakan dari orang-orang lain yang mungkin menunjukkan tingkahlaku serupa,
namun digolongkan sebagai abnormal oleh para warga masyarakatnya dan
merupakan subyek dari upacara-upacara penyembuhan. Dalam pengobatan, shaman
biasanya berada dalam keadaan kesurupan (tidak sadar), dimana mereka berhubungan
dengan roh pembinanya untuk mendiagnosis penyakit. para penganut paham
kebudayaan relativisme yang ekstrim menggunakan contoh shamanisme sebagai
hambatan utama dalam arguentasi mereka bahwa apa yang disebut penyakit jiwa
adalah sesuatu yang bersifat kebudayaan.
Dalam banyak masyarakat non-Barat, orang yang menunjukkan tingkahlaku
abnormal tetapi tidak bersifat galak maka sering diberi kebebasan gerak dalam
masyarakat mereka, kebutuhan mereka dipenuhi oleh anggota keluarga mereka.
Namun, jika mereka mengganggu, mereka akan dibawa ke sutu temapt di semak-
semak untuk ikuci di kamrnya. Sebuah pintu khusus (2 x 2 kaki) dibuat dalam rumah,
cukup untuk meyodorkan makanan saja bagi mereka dan sebuah pintu keluar untuk
keluar masuk komunitinya.
Usaha-usaha untuk membandingkan tipe-tipe gangguan jiwa secara lintas-budaya
umumnya tidak berhasil, sebagian disebabkan oleh kesulitan-kesulitan pada tahapan
penelitian untuk membongkar apa yang diperkirakan sebagai gejala primer dari gejala
sekunder. Misalnya, gejala-gejala primer yaitu yang menjadi dasar bagi depresi.
Muncul lebih dulu dan merupakan inti dari gangguan. Gejala-gejala sekunder dilihat
sebagai reaksi individu terhadap penyakitya ; gejala-gejala tersebut berkembang
karena ia berusaha untuk menyesuaikan diri dengan tingkahlakunya yang berubah.

4. Kasus Transkultural terhadap Diabetes


1. Tinjauan Kasus
Nilai Gula Darah Normal
Kebanyakan manusia bervariasi sekitar 82-110 mg/dl pada keadaan sebelum makan.
Setelah makan akan naik sekitar 140 mg/dl. The American Diabetes Association
merekomendasikan kadar glukosa pasca-makan <180 mg/dl dan pra-makan pada
kadar 90-130 mg/ dl. Pada laki-laki dewasa sehat denagn berat 75 kg dan volume 5
liter darah, glukosa levelnya 110 mg/dl.
Pada penderita diabetes, kadar glukosa saat puasa >126 mg/ dl dan saat normal >200
mg/ dl.
a.   Masalah yang ditemukan pada kasus tersebut, diantaranya :
v  Laki-laki usia 50 tahun,
v  Pingsan saat rapat di kantornya,
v  Kadar gula darahnya mencapai 450mg/dl,
v  Dua tahun didiagnosis menderita Diabetes Mellitus tipe II,
v  Kegemukan, dan
v  Kesulitan mengatur makanannya karena kebiasaan budaya Jawanya makan makanan
yang manis.
b.Analisis kasus
Ditinjau dari keadaan fisik :
-          Kegemukan
-          Kadar gula darah di atas normal
Ditinjau dari pola hidup :
-          Kurang aktivitas fisik
-          Banyak mengkonsumsi makanan mengandung gula
c.   Peran perawat
o   Memberi interferensi berupa konsultasi, penyuluhan komunitas dan
pasien,bantuan dalam menjaga pola makan dan melakukan implementasi
independent dari dokter berupa pemberian obat dan aturan pemakaian.
o   Memberikan pelayanan kesehatan selama medikasi di rumah sakit dan
menjaga kondisi kesehatan pasien agar tidak menurun bahkan meningkatkan
kondisi kesehatannya.

d.   Peran dari segi transkultural


o   Memberi pendidikan kesehatan komunitas menyangkut deskripsi DM, diet dan
bahayanya
o   Mengkaji jenis makanan yang biasa dikonsumsi komunitas tersebut
o   Menghimbau pola makan yang sesuai untuk diet DM dan juga dapat diterima
pada budaya pasien→dapat berupa mengganti gula yang ditolerir oleh penderita DM
atau mengurangi konsumsi gula yang biasa digunakan.
BAB III
PENUTUP

3.1.     KESIMPULAN
Pelayanan esensial yang diberikan oleh perawat terhadap individu, keluarga ,
kelompok dan masyarakat yang mempunyai masalah kesehatan meliputi promotif,
preventif, kuratif dan rehabilitatif dengan menggunakan proses keperawatan untuk
mencapai tingkat kesehatan yang optimal. Keperwatan adalah suatu bentuk pelayanan
professional sebagai bagian integral pelayanan kesehatan berbentuk pelayanan
biologi, psikologi, social dan spiritual secara komprehensif, ditujukan kepada
individu keluarga dan masyarakat baik sehat maupun sakit mencakup siklus hidup
manusia.
Asuhan keperawatan diberikan karena adanya kelemahan fisik maupun mental,
keterbatasan pengetahuan serta kurang kemauan menuju kepada kemampuan
melaksanakan kegiatan sehari-hari secara mandiri. Kegiatan ini dilakukan dalam
upaya peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit, penyembuhan, pemulihan serta
pemeliharaan kesehatan dengan penekanan pada upaya pelayanan kesehatan utama
(Primary Health care) untuk memungkinkan setiap orang mencapai kemampuan
hidup sehat dan produktif.

3.2 SARAN
Dalam penyusunan kurikulum pendidikan perawatan seyogyanya memasukkan
unsur caring dalam setiap mata kuliah. Penekanan pada humansitik, kepedulian dan
kepercayaan, komitmen membantu orang lain dan berbagai unsur caring yang lain
harus sudah dibangun sejak perawat dalam masa pendidikan. Selain itu perlu
dilakukan sosialisasi konsep caring pada perawat guna memberikan pemahaman yang
mendalam tentang apa yang harus dilakukan perawat agar bersikap caring dalam
setiap kontak dengan pasien. Indikator-indikator caring harus dikenal dan
diaplikasikan dalam perawatan serta dievaluasi secara terus menerus.

DAFTAR PUSTAKA

 http://andaners.wordpress.com/2009/04/28/konsep-keperawatan-komunitas/
Watson, Jean. (2004). Theory of human Caring. Http: //www2.uchse.edu/son/caring
Meidiana Dwidiyanti. 2008. Keperawatan Dasar. Semarang. Hasani
 http://usfinit-engky.blogspot.com/2011/12/makalah-konsep-caring.html
  http://teguhyudi-teguhyudi.blogspot.com/2011/07/aplikasi-konsep-caring-dalam-
praktek.html
No.2. Makalah Sistem Pelayanan Kesehatan

BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
      Sistem pelayanan kesehatan merupakan suatu yang sangat penting di dalam dunia
kesehatan melalui sistem ini diharapkan kualitas kesehatan khususnya di Indonesia.
Melalui sistem ini tujuan pembangunan kesehatan dapat tercapai dengan cara efektif
dan tepat sasaran. Keberhasilan sistem pelayanan kesehatan tergantung dari berbagai
komponen yang masuk dalam pelayanan kesehatan diantaranya perawat, dokter, atau
tim kesehatan lain yang saling menunjang.
      Definisi pelayanan kesehatan menurut Prof. Dr. Soekitjo Notoatmojo pelayanan
kesehatan adalah sebuah subsistem pelayanan kesehatan yang tujuan utamanya adalah
pelayanan prefentif (pencegahan) dan promotif (peningkatan kesehatan) dengan
sasaran masyarakat.

Sistem ini akan memberikan kualitas pelayanan kesehatan yang efektif dengan
melihat nilai-nilai yang ada di masyarakat di harapkan perawat dapat memberikan
pelayanan dengan kualitas yang bagus.
            Dalam mempelajari system, maka terlebih dahulu harus memahami teori
tentang system akan memudahkan dalam memecahkan persoalan yang ada da;lam
system. Sistem tersebut terdiri dari subsistem yang membentuk sebuah system yang
antara yang satu dengan yang lainnya harus saling mempengaruhi.
 Dalam teori system disebutkan bahwa system itu terbentuk dari subsistem yang
saling berhubungan dan saling mempengaruhi. Bagian tersebut terdiri dari input,
proses, output, dampak, umpan balik dan lingkungan yang semuanya saling
berhubungan dan saling mempengaruhi.
<!--[if !supportLists]-->1.2  <!--[endif]--> Rumusan Masalah
<!--[if !supportLists]-->1.    <!--[endif]-->Bagaimana teori dari sistem pelayanan
kesehatan?
<!--[if !supportLists]-->2.    <!--[endif]-->Bagaimana tingkat pelayanan kesehatan dari
sistem pelayanan kesehatan?
<!--[if !supportLists]-->3.    <!--[endif]-->Apa saja lembaga pelayanan kesehatan?
<!--[if !supportLists]-->4.    <!--[endif]-->Bagaimana lingkup sistem pelayanan
kesehatan?
<!--[if !supportLists]-->5.    <!--[endif]-->Apakah faktor yang mempengaruhi pelayanan
kesehatan?
                                                                                                                       
<!--[if !supportLists]-->1.3  <!--[endif]--> Tujuan
<!--[if !supportLists]-->1.    <!--[endif]-->Mengetahui sistem-sistem dari pelayanan
kesehatan
<!--[if !supportLists]-->2.    <!--[endif]-->Mengetahui tingkatan pelayanan kesehatan dari
sistem pelayanan kesehatan
<!--[if !supportLists]-->3.    <!--[endif]-->Mengetahui beberapa lembaga yang terkait
dengan pelayanan kesehatan
<!--[if !supportLists]-->4.    <!--[endif]-->Mengetahui ruang lingkup dari sistem
pelayanan kesehatan
<!--[if !supportLists]-->5.    <!--[endif]-->Mengetahui faktor yang mempengaruhi
pelayanan kesehatan

BAB II
ISI
2.1 Definisi Sistem Pelayanan Kesehatan
      Defini dari sistem pelayanan kesehatan adalah sebuah konsep dimana konsep ini
memberikan layanan kesehatan kepada masyarakat. Definisi pelayanan kesehatan
menurut Prof. Dr. Soekitjo Notoatmojo pelayanan kesehatan adalah sebuah subsistem
pelayanan kesehatan yang tujuan utamanya adalah pelayanan prefentif (pencegahan)
dan promotif (peningkatan kesehatan) dengan sasaran masyarakat. Dan menurut
Level dan Loomba pelayanan kesehatan adalah upaya yang diselenggarakan sendiri
atau secara bersama-sama dalam waktu organisasi dalam memelihara dan
menigkatkan kesehatan, mencegah dan menyembuhkan penyakit serta memulihkan
kesehatan.

2.2   Teori Sistem Pelayanan kesehatan


            Teori sistem pelayanan kesehatan meliputi:
<!--[if!supportLists]-->1.   <!--[endif]-->Input
Merupakan subsistem yang akan memberikan segala masukan untuk
berfungsinya sebuah sistem, seperti system pelayanan kesehatan, maka masukan
dapat berupa potensi masyarakat, tenaga kesehatan, sarana kesehatan dan lain-lain.
<!--[if!supportLists]-->2.   <!--[endif]-->Proses
Suatu kegiatan yang berfungsi untuk mengubah sebuah masukan untuk
menjadikan sebuah hasil yang diharapkan  dari system tersebut, sebahaimana contoh
dalam system pelayanan kesehatan, maka yang dimaksud proses adalah berbagai
kegiatan dalam pelayanan kasehatan.
<!--[if!supportLists]-->3.   <!--[endif]-->Output
Hasil berupa layanan kesehatan yang berkualitas, efektif dan efisien serta dapat
di jangkau oleh seluruh lapisan masyarakat sehingga pasien sembuh dan sehat
optimal.
<!--[if !supportLists]-->4.    <!--[endif]-->Dampak
Merupakan akibat yang dihasilkan sebuah hasil bari system, yang terjadi relative
lama waktunya. Setelah hasil dicapai, sebagaimana dalam system pelayanan
kesehatan , maka dampaknya akan menjadikan masyarakat sehat dan mengurangi
angka kesakitan dan kematian karena pelayanan terjangkau oleh masyarakat.
<!--[if !supportLists]-->5.    <!--[endif]-->Umpan Balik
Merupakan suatu hasil yang sekaligus menjadikan masukan dan ini terjadi dari
sebuah system yang saling berhubungan dan saling mempengaruhi. Umpan balik
dalam system pelayanan kesehatan dapat berupa kualitas tenaga kesehatanyang juga
dapat menjadikan input yang selalu meningkat.
<!--[if!supportLists]-->6.   <!--[endif]-->Lingkungan
Lingkungan disini adalah semus keadaan diluar system tetati dapat
mempengaruhi pelayanan kesehatan sebagaimana dalam system pelayanan kesehatan,
lingkungan yang dimaksud dapat berupa lingkungan strategis, atau situasi kondisi
social yang ada di masyarakat seperti institusi di luar pelayanan masyarakat.

2.3       Tingkatan Pelayanan Kesehatan


                        Tingkat pelayanan kesehatan dalam sistem pelayanan kesehatan adalah
:
<!--[if !supportLists]-->1)    <!--[endif]-->Health promotion ( promosi kesehatan )
Tingkat pelayanan kesehatan ini merupakan tingkat pertama dalam memberikan
pelayanan melalui peningkatan kesehatan dan bertujuan untuk meningkatkan status
kesehatan agar masyarakat tidak terjadi gangguan kesehatan.
<!--[if !supportLists]-->2)    <!--[endif]-->Spesific protection ( perlindungan khusus )
Dilakukan untuk melindungi masyarakat dari bahaya yg akan menyebabkan
penurunan status kesehatan. Contohnya pemberian imunisasi.
<!--[if !supportLists]-->3)    <!--[endif]-->Early diagnosis and prompt treatment
(diagnosis dini dan pengobatan segera)
Dilaksanakan dalam mencegah meluasnya penyakit yang lebih lanjut serta dampak
dari tibulnya penyakit sehingga tidak terjadi penyebaran.
<!--[if !supportLists]-->4)    <!--[endif]-->Disability Limitation (Pembatasan Cacat)
Dilakukan untuk mencegah agar pasien atau masyarakat tidak mengalami dampak
kecacatan akibat penyakit yang ditimbulkan
<!--[if!supportLists]-->5)   <!--[endif]-->Rehabilitation
Dilaksanakan setelah pasien didiagnosis sembuh. Tahap ini dijumpai pada fase
pemulihan terhadap kecacatan sebagaimana program latihan ini diberikan pada
pasien.

2.4 Lembaga Pelayanan Kesehatan


            Lembaga Pelayanan Kesehatan merupakan tempat pemberian pelayanan
kesehatan pada masyarakat dalam rangka meningkatkan status kesehatan. Tempat
pelayanan kesehatan sangat bervariasi berdasarkan tujuan pelayanan kesehatan dapat
berupa rawat jalan, institusi kesehatan, comunity based agency dan hospice.
<!--[if !supportLists]-->1.    <!--[endif]-->Rawat Jalan
Lembaga ini bertujuan untuk memberikan pelayanan kesehatan pada tingkat
pelaksanaan diagnosis dan pengobatan pada penyakit yang akut atau mendadak dan
kronis yang memungkinkan tidak terjadi rawat inap.
<!--[if!supportLists]-->2.   <!--[endif]-->Institusi
Lembaga ini merupakan pelayanan kesehatan yang fasilitasnya cukup dalam
memberikan berbagai tingkat kesehatan seperti rumah sakit, pusat rehabilitasi, dan
lain lain.
<!--[if !supportLists]-->3.    <!--[endif]-->Community Based Agency
Bagian dari lembaga pelayanan kesehatan yang dilakukan pada klien
sebagaimana pelaksanaan perawatan keluarga seperti praktek rawat keluarga dan lain
lain.
<!--[if !supportLists]-->4.    <!--[endif]-->Hospice
Lembaga ini bertujuan untuk memberikan pelayanan kesehatan yang di fokuskan
pada klien yang sakit terminal agar lebih tenang dan biasanya digunakan dalam home
care.
2.5 Lingkup Sistem Pelayanan Kesehatan
            1. Primary Health Care (Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama)
        Pelayanan Kesehatan ini dibutuhkan atau dilaksanakan pada masyarakat yang
memiliki masalah kesehatan yang ringan.
2. Secondary Health Care (Pelayanan Kesehatan Tingkat Kedua)
                        Diperlukan bagi masyarakat yang membutuhkan perawatan di rumah
sakit atau rawat inap dan dilaksanakan di pelayanan kesehatan utama.
3. tertiary Health Service (Pelayanan Kesehatan Tingkat Ketiga)
                        Pelayanan kesehatan merupakan tingkat pelayanan yang tertinggi.
Biasanya pelayanan ini membutuhkan tenaga-tenaga yang ahli.

2.6  Pelayan Perawatan Dalam Pelayanan Kesehatan


            Pelayanan keperawatan merupakan bagian dari pelayanan kesehatan
semuanya dapat dilaksanakan oleh tenaga keperawatan dalam menigkatkan derajat
kesehatan. contoh pelayanan kesehatan dalam tingkat dasar yang dilakukan di lingkup
puskesmas dengan pendekatan asuhan keperawatan keluarga diantaranya mengenal
masalah kesehatan secara dini, mengambil keputusan, menanggulangi keadaan secara
darurat bila terjadi kecelakaan, memberikan pelayanan keperawatan dasar.

2.7 Faktor yang Mempengaruhi Pelayanan Kesehatan


1. Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Baru
            Perkembangan Iptek akan diikuti dengan pelayanan kesehatan, seperti dalam
pelayanan kesehatan untuk mengatasi masalah penyakit-penyakit yang sulit. Dapat
menggunakan alat seperti laser, terapi perubahan gen, dan lain lain.
2. Pergeseran Nilai Masyarakat
            Masyarakat yang sudah maju dalam pengetahuan yang tinggi maka akan
memiliki kesadaran yang lebih dalam pemanfaatan kesehatan sebaliknya masyarakay
yang memiliki pengetahuan yang murang akan memiliki kesadaran yang rendah
terhadap layanan kesehatan sehingga kondisi demikian akan sangat mempengaruhi
sistem pelayanan kesehatan.
3, Aspek Legal Dan Etik
           Tingginya kesadaran masyarakat terhadap penggunaan pelayanan kesehatan,
maka diimbangi pula tingginya tuntutan hukum dan etik sehingga pelayanan
kesehatan dituntut untuk profesional dengan memperhatikan nilai-nilai hukum dan
etika yang ada di masyarakat.
<!--[if !supportLists]-->4.    <!--[endif]-->Ekonomi
Pelaksanaan pelayanan kesehatan akan dipengaruhi oleh tingkat ekonomi
masyarakat. Semakin tinggi ekonomi seseorang, pelayanan kesehatan akan lebih di
perhatikan begitu juga sebaliknya maka sangat sulit menjangkau pelayanan kesehatan
mengingat biaya dalam jasa pelayanan kesehatan membutuhkan biaya yang cukup
mahal.
<!--[if !supportLists]-->5.    <!--[endif]-->Politik
Kebijakan pemerintah akan sangat berpengaruh dalam sisitem pemberian pelayanan
kesehatan. Kebijakan-kebijakan yang ada dapat memberikan pola dalam sistem
pelayanan.

2.8 VISI
            Visi dan Misi ini akan diwujudkan melalui 6 Rencana Strategi Tahun 2010 – 2014,
yaitu:

1. Meningkatkan pemberdayaan masyarakat, swasta dan masyarakat madani dalam


pembangunan kesehatan melalui kerjasama nasional dan global
2. Meningkatkan pelayanan kesehatan yang merata, bermutu dan berkeadilan, serta
berbasis bukti,: dengan pengutamaan pada upaya promotif dan preventif
3. MEningkatkan pembiayaan pembangunan kesehatan, terutama untuk mewujudkan
jaminan social kesehatan nasional
4. Meningkatkan pengembangan dan pendayagunaan SDM kesehatan yang merata
dan bermutu
5. Meningkatkan ketersediaan, pemerataan, dan keterjangkauan obat dan alat
kesehatan serta menjamin keamanan, khasiat, kemanfaatan, dan mutu sediaan
farmasi, alat kesehatan dan makanan
6. Meningkatkan manajemen kesehatan yang akuntabel, transparan, berdayaguna dan
berhasilguna untuk memantapkan desentralisasi kesehatan yang bertanggung jawab.

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
            Dari makalah diatas dapat disimpulkan bahwa sistem pelayanan kesehatan
adalah sebuah konsep dimana konsep ini memberikan layanan kesehatan kepada
masyarakat.Sistem pelayanan kesehatan juga memiliki beberapa teori seperti input,
proses, output, dampak, umpan balik dan lingkungan.Selain itu sistem pelayanan
kesehatan memiliki beberapa tingkatan seperti promosi kesehatan, perlindungan
khusus, diagnosa dini dan pengobatan segera, pembatasan cacat, dan rehabilitas.
Dalam sistem pelayanan kesehatan terdapat beberapa lembaga yang terkait
seperti rawat jalan, institusi, hospice, community based agency dalam rangka
meningkatkan status kesehatan. Sistem pelayanan kesehatan terbagi atas beberapa
lingkup yang berbeda yaitu pelayanan kesehatan tingkat pertama,pelayanan kesehatan
tingkat kedua, dan pelayanan kesehatan tingkat ketiga, subsistem pelayanan
kesehatan tersebut memiliki tujuan masing-masing dengan tidak meninggalkan tujuan
umum dari pelayanan kesehatan. Adapula pelayanan keperawatan merupakan bagian
dari pelayanan kesehatan yang meliputi pelayanan dasar dan pelayanan rujukan,
tetapi tidak segalanya tercapai sasaran akan tetapi membutuhkan suatu proses untuk
mengetahui masalah yang ditimbulkannya pelaksanaan pelayanan kuga akan lebih
berkembang atau sebaliknya akan terhambat karena dipengaruhi oleh beberapa faktor
seperti ilmu pengetahuan dan teknologi baru, pergeseran nilai masyarakat, aspek legal
dan etik, ekonomi dan politik.
3.2 Saran
            Dalam sistem pelayanan kesehatan perlu terus di tingkatkannya mutu serta
kualitas dari pelayanan kesehatan agar sistem pelayanan ini dapat berjalan dengan
efektif, itu semua dapat dilakukan dengan melihat nilai-nilai yang ada di masyarakat,
dan di harapkan perawat dapat memberikan pelayanan dengan kualitas yang bagus
dan baik

DAFTAR PUSTAKA

Alimul Hidayat, A. Aziz. 2008. Pengantar Kosep Dasar Keperawatan. Jakarta:


Salemba Medika
No.3. Makalah Sejarah Perkembangan Keperawatan

BAB I

PENDAHULUAN

 Latar Belakang
Menurut kelompok kami, merawat orang sakit merupakan salah satu sifat
kemanusiaan yang terdapat dalam diri manusia. Politik, agama, serta keadaan
masyarakat selama ini memainkan perananan dalam timbulnya pekerjaan
keperawatan.
Di dunia ini, setiap orang pasti pernah merasakan sakit. Bukan hanya, dokter saja
yang mampu mengobati, dokter juga pastinya membutuhkan rekan kerja yang dapat
membantunya ,yang dapat mengerti tentang masalah medis. Perawatan bagi individu
yang sehat ataupun sakit, dari segala umur, latar belakang, budaya ,emosi, psikologis,
intelektual, social, dan kebutuhan rohani.
Pada masalah lalu, pasang surut keperawatan selalu berkaitan dengan peperangan,
serta kemakmuran. Perkembangan keperawatan di Indonesia dipengaruhi oleh kondisi
social ekonomi yaitu pada saat penjajahan Belanda, Inggris, dan Jepang. Pada
umumnya pelayanan orang-orang sakit tersebut dipandang sebagai suatu tindakan
amal.

1. Tujuan

2. Tujuan Umum

Makalah ini bertujuan untuk memperkenalkan aspek-aspek umum tentang


berkembangnya kesehatan di Dunia.

2. Tujuan Khusus

Makalah ini bertujuan untuk meningkatkan minat pembaca untuk mengetahui lebih
luas lagi tentang perkembangan keperawatan di Dunia dan di Indonesia.

BAB II
SEJARAH PERKEMBANGAN KEPERAWATAN

A.Definisi Keperawatan

Perawat adalah mereka yang memiliki kemampuan dan kewenangan


melakukan tindakan keperawatan berdasarkan ilmu yang dimilikinya yang diperoleh
melalui pendidikan keperawatan (UU Kesehatan No. 23, 1992).
Menurut Effendy (1995), perawatan adalah pelayanan essensial yang diberikan oleh
perawat terhadap individu, keluarga dan masyarakat. Pelayanan yang diberikan
adalah upaya mencapai derajat kesehatan semaksimal mungkin sesuai dengan potensi
yang dimiliki dalam menjalankan kegiatan di bidang promotif, preventif, kuratif dan
rehabilitatif dengan menggunakan proses keperawatan.
Merawat mempunyai suatu posisi sentral. Merawat merupakan suatu kegiatan
dalam ruang lingkup yang luas yang dapat menyangkut diri kita sendiri, menyangkut
sesuatu yang lain dan menyangkut lingkungan. Jika kita merawat sesuatu, kita
menginginkan hasil yang dicapai akan memuaskan. Jadi kita akan selalu berusaha
untuk mencapai sesuatu keseimbangan antara keinginan kita dan hasil yang akan
diperoleh.

B.Sejarah Perkembangan Keperawatan di Dunia

1. Sejarah  Perkembangan Keperawatan di Dunia

Merawat orang sama tuanya dengan keberadaan umat manusia. Oleh karena itu
perkembangan  keperawatan, termasuk yang kita ketahui saat ini, tidak dapat
dipisahkan dan sangat dipengaruhi oleh perkembangan struktur dan kemajuan
peradaban manusia. Kepercayaan terhadap animisme, penyebaran agama-agama
besar dunia serta kondisi sosial ekonomi masyarakat.

1. Perkembangan Keperawatan Masa Sebelum Masehi


Pada masa sebelum masehi perawatan belum begitu berkembang, disebabkan
masyarakat lebih mempercayai dukun untuk mengobati dan merawat penyakit.
Dukun dianggap lebih mampu untuk mencari, mengetahui, dan mengatasi roh yang
masuk ke tubuh orang sakit. Demikian juga di Mesir yang bangsanya masih
menyembah Dewa Iris agar dapat disembuhkan dari penyakit. Sementara itu bangsa
Cina menganggap penyakit disebabkan oleh setan atau makhluk halus dan akan
bertambah parah jika orang lain menyentuh orang sakit tersebut.

1. Perkembangan Keperawatan Masa Setelah Masehi

Kemajuan pradaban manusia dimulai ketika manusia mengenal agama.


Penyebaran agama sangat mempengaruhi perkembangan peradaban manusia,
sehingga berdampak positif terhadap perkembangan keperawatan.

2. Perkembangan Keperawatan Masa Penyebaran Kristen

Pada permulaan Masehi, Agama Kristen mulai berkembang. Pada masa itu,
keperawatan mengalami kemajuan yang berarti, seiring dengan kepesatan
perkembangan Agama Kristen. Ini dapat di lihat pada masa pemerintahan Lord
Constantine, yang mendirikan Xenodhoeum atau hospes (latin), yaitu tempat
penampungan orang yang membutuhkan pertolongan terutama bagi orang-orang sakit
yang memerlukan pertolongan dan perawatan.

1. Perkembangan Keperawatan Masa Penyebaran Islam

Pada pertengahan Abad VI Masehi, Agama Islam mulai berkembang. Pengaruh


Agama Islam terhadap perkembangan keperawatan tidak terlepas dari keberhasilan
Nabi Muhammad SAW menyebarkan Agama Islam. Memasuki Abad VII Masehi
Agama Islam tersebar ke berbagai pelosok Negara. Pada masa itu di Jazirah Arab
berkembang pesat ilmu pengetahuan seperti: ilmu pasti, ilmu kimia, hygiene dan
obat-obatan. Prinsip-prinsip dasar perawatan kesehatan seperti pentingnya menjaga
kebersihan makanan, air dan lingkungan berkembang secara pesat. Tokoh
keperawatan yang terkenal dari dunia Arab pada masa tersebut adalah “Rafida”.\

1. Perkembangan Keperawatan Masa Kekuasaan

Pada permulaan Abad XVI, struktur dan orientasi masyarakat mengalami


perubahan, dari orientasi kepada agama berubah menjadi orientasi kepada kekuasaan,
yaitu: perang, eksplorasi kekayaan alam serta semangat kolonialisme. Pada masa itu
telah terjadi kemunduran terhadap perkembangan keperawatan, dimana gereja dan
tempat-tempat ibadah ditutup, sehingga tenaga perawat sangat jauh berkurang. Untuk
memenuhi kekurangan tenaga tersebut maka digunakanlah bekas wanita jalanan
(WTS) yang telah bertobat sebagai, sehingga derajat seorang perawat turun sangat
drastis dipandangan masyarakat saat itu.

3. Perkembangan Keperawatan Di Inggris

Perkembangan keperawatan di Inggris sangat penting untuk kita pahami, karena


Inggris melalui Florence Nightingle telah membuka jalan bagi kemajuan dan
perkembangan keperawatan yang kemudian diikuti oleh negara-negara lain.

Florence Nightingle, lahir dari keluarga kaya dan terhormat pada tahun 1820 di
Flronce (Italia). Setahun setelah kelahirannya, keluarga Florence kembali ke Inggris.
Di Inggris Florence mendapatkan pendidikan sekolah yang baik sehingga ia mampu
menguasai bahasa Perancis, Jerman, dan Italia. Pada usia 31 tahun Florence
mengikuti kursus pendidikan perawat di Keiserwerth (Italia) dan Liefdezuster di
Paris, dan setelah pendidikan ia kembali ke Inggris.
Pada saat Perang Krim (Crimean War) terjadi di Turki tahun 1854, Florence
bersama 38 suster lainnya di kirim ke Turki. Berkat usaha Florence dan teman-teman,
telah terjadi perubahan pada bidang hygiene dan keperawatan dengan indikator angka
kematian turun sampai 2%. Kontribusi Florence Nightingle bagi perkembangan
keperawatan adalah menegaskan bahwa nutrisi merupakan satu bagian penting dari
asuhan keperawatan, meyakinkan bahwa okupasional dan rekreasi merupakan suatu
terapi bagi orang sakit, mengidentifikasi kebutuhan personal klien dan peran perawat
untuk memenuhinya, menetapkan standar manajemen rumah sakit, mengembangkan
suatu standar okupasi bagi klien wanita, mengembangkan pendidikan keperawatan,
menetapkan 2 (dua) komponen keperawatan, yaitu: kesehatan dan penyakit.
Meyakinkan bahwa keperawatan berdiri sendiri dan berbeda dan berbeda dengan
profesi kedokteran dan menekankan kebutuhan pendidikan berlanjut bagi perawat.
2. Penyebaran Keperawatan di Dunia

3. a) Mesir

Bangsa mesir pada zaman purba telah menyembah banyak dewa. Dewa yang
terkenal antara lain Isis. Mereka beranggapan bahwa dewa ini menaruh minat
terhadap orang sakit dan memberikan pertolongan pada waktu si sakit sedang tidur.
Didirikanlah kuil yang merupakan rumah sakit pertama di mesir. Ilmu ketabiban
terutama ilmu bedah telah dikenal oleh bangsa mesir zaman purba (± 4800 SM).
Dalam menjalankan tugasnya sebagai tabib ia menggunakan bidai (spalk), alat-alat
pembalut, ia mempunyai pengetahuan tentang anatomi, Hygienr umum serta tentang
obat-obatan. Didalam buku-buku tertulis dalam kitab Papyrus didalamnya memuat
kurang lebih 700 macam resep obat-obatan dari Mesir.

b ) Babylon dan Syiria

Ilmu pengetahuan tentang anatomi dan obat-obat ramuan telah diketahui oleh bangsa
Babylon sejak beberapa abad SM. Pada salah satu tulisan yang menyatakan bahwa
pada 680 SM orang telah mengetahui cara menahan darah yang keluar dari hidung
dan merawat jerawant pada muka. Bangsa Babylon menyembah dewa oleh karena itu
perawatan atau pengobatan berdasarkan kepercayaan tersebut.

c ) Yahudikuno
Ilmu pengetahuan bangsa Yahudi banyak di peroleh dari bangsa Mesir.
Misalnya : cara-cara memberi pengobatan orang yang terkenal adalah Musa. Ia juga
dikenal sebagai seorang ahli hygiene. Dibawah pimpinannya bangsa Yahgudi
memajukan minatnya yang besar terhadap kebersihan umum dan kebersihan diri.
Undang-undang kesehatan bangsa Yahudi menjadi dasar bagi hygiene modern
dimana cara-cara dan peraturannya sesuai dengan bakteriologi zaman sekarang,
misalnya :

1)      Pemeriksaan dan peminilah bahan makanan yang akan di   makan.

2)      Mengadakan cara pembuangan kotoran manusia.

3)      Pelarangan makan daging babi karena dapat menimbulkan suatu penyakit.

4)      Memberitahukan kepada yang berwajib bila ada penyakit yang berbahaya,


sehingga

dapat diambil tindakan.

C.Sejarah Perkembangan Keperawatan di Indonesia

1. Sejarah Perkembangan Keperawatan Sebelum Kemerdekaan

Pada masa pemerintahan kolonial Belanda, perawat berasal dari penduduk


pribumi yang disebut “velpleger” dengan dibantu “zieken oppaser” sebagai penjaga
orang sakit. Mereka bekerja pada rumah sakit Binnen Hospital di Jakarta yang
didirikan tahun 1799.
Pada masa VOC berkuasa, Gubernur Jendral Inggris Raffles (1812-1816), telah
memiliki semboyan “Kesehatan adalah milik manusia” Pada saat itu Raffles telah
melakukan pencacaran umum, membenahi cara perawatan pasien dengan gangguan
jiwa serta memperhatikan kesehatan dan perawatan tahanan.
Setelah pemerintah kolonial kembali ke tangan Belanda, di Jakarta pada tahun
1819 didirikan beberapa rumah sakit. Salah satunya adalah rumah sakit Sadsverband
yang berlokasi di Glodok-Jakarta Barat. Pada tahun 1919 rumah sakat tersebut
dipindahkan ke Salemba dan sekarang dengan nama RS. Cipto Mangunkusumo
(RSCM).
Dalam kurun waktu 1816-1942 telah berdiri beberapa rumah sakit swasta milik
misionaris katolik dan zending protestan seperti: RS. Persatuan Gereja Indonesia
(PGI) Cikini-Jakarta Pusat, RS. St. Carolos Salemba-Jakarta Pusat. RS. St Bromeus
di Bandung dan RS. Elizabeth di Semarang. Bahkan pada tahun 1906 di RS. PGI dan
tahun 1912 di RSCM telah menyelenggarakan pendidikan juru rawat. Namun
kedatangan Jepang (1942-1945) menyebabkan perkembangan keperawatan
mengalami kemunduran.
2. Sejarah Perkembangan Keperawatan Setelah Kemerdekaan

3. a)Periode1945-1962

Tahun 1945 s/d 1950 merupakan masa transisi pemerintahan Negara Kesatuan
Republik Indonesia. Perkembangan keperawatan pun masih jalan di tempat. Ini dapat
dilihat dari pengembanagan tenaga keperawatan yang masih menggunakan system
pendidikan yang telah ada, yaitu perawat lulusan pendidikan Belanda (MULO + 3
tahun pendidikan), untuk ijazah A (perawat umum) dan ijazah B untuk perawat jiwa.
Terdapat pula pendidikan perawat dengan dasar (SR + 4 tahun pendidikan) yang
lulusannya disebut mantri juru rawat.
Baru kemudian tahun 1953 dibuka sekolah pengatur rawat dengan tujuan
menghasilkan tenaga perawat yang lebih berkualitas. Pada tahun 1955, dibuka
Sekolah Djuru Kesehatan (SDK) dengan pendidikan SR ditambah pendidikan satu
tahun dan sekolah pengamat kesehatan sebagai pengembangan SDK, ditambah
pendidikan lagi selama satu tahun.
Pada tahun 1962 telah dibuka Akademi Keperawatan dengan pendidikan dasar umum
SMA yang bertempat di Jakarta, di RS. Cipto Mangunkusumo. Sekarang dikenal
dengan nama Akper Depkes di Jl. Kimia No. 17 Jakarta Pusat.
Walupun sudah ada pendidikan tinggi namun pola pengembangan pendidikan
keperawatan belum tampak, ini ditinjau dari kelembagaan organisasi di rumah sakit.
Kemudian juga ditinjau dari masih berorientasinya perawat pada keterampilan
tindakan dan belum dikenalkannya konsep kurikulum keperawatan. Konsep-konsep
perkembangan keperawatan belum jelas, dan bentuk kegiatan keperawatan masih
berorientasi pada keterampilan prosedural yang lebih dikemas dengan perpanjangan
dari pelayanan medis.
1. b)Periode1963-1983
Periode ini masih belum banyak perkembangan dalam bidang keperawatan. Pada
tahun 1972 tepatnya tanggal 17 April lahirlah organisasi profesi dengan nama
Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) di Jakarta. Ini merupakan suatau
langkah maju dalam perkembangan keperawatan. Namun baru mulai tahun 1983
organisasi profesi ini terlibat penuh dalam pembenahan keperawatan melalui
kerjasama dengan CHS, Depkes dan organisasi lainnya.

2. c)Periode 1984 Sampai Dengan Sekarang

Pada tahun 1985, resmi dibukanya pendidikan S1 keperawatan dengan nama Progran
Studi Ilmu Keperawatan (PSIK) di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesi di
Jakarta. Sejak saat itulah PSIK-UI telah menghasilkan tenaga keperawatan tingkat
sarjana sehingga pada tahun 1992 dikeluarkannya UU No. 23 tentang kesehatan yang
mengakui tenaga keperawatan sebagai profesi.
Pada tahun 1996 dibukanya PSIK di Universitas Padjajaran Bandung. Pada
tahun 1997 PSIK-UI berubah statusnya menjadi Fakultas Ilmu Keperawatan
Universitas Indonesia (FIK-UI), dan untuk meningkatkan kualitas lulusan, pada tahun
1998 kurikulum pendidikan Ners disyahkan dan digunakan. Selanjutnya juga pada
tahun 1999 kurikulum D-III keperawatan mulai dibenahi dan mulai digunakan pada
tahun 2000 sampai dengan sekarang.

D.TREND KEPERAWATAN SEKARANG DAN MASA DEPAN


Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi di segala bidang termasuk bidang
kesehatan, peningkatan status ekonomi masyarakat, peningkatan perhatian terhadap
pelaksanaan hak asasi manusia, kesadaran masyarakan akan kebutuhan kesehatan
mengakibatkan masyarakat semakin sadar akan pentingnya hidup sehat dan
melahirkan tuntutan akan pelayanan kesehatan yang berkualitas.
Pergeseran akan fenomena tersebut, telah mengubah sifat pelayanan keperawatan dari
pelayanan fokasional yang hanya berdasarkan keterampilan belaka kepada pelayanan
profesional yang berpija pada penguasaan iptek keperawatan dan spesialisasi dalam
pelayanan keperawatan.
Fokus peran dan fungsi perawat bergeser dari penekanan aspek kuratif kepada
peran aspek preventif dan promotif tanpa meninggalkan peran kuratif dan
rehabilitatif. Kondisi ini menuntut uapaya kongkrit dari profesi keperawatan, yaitu
profesionalisme keperawatan. Proses ini meliputi pembenahan pelayanan
keperawatan dan mengoptimalkan penggunaan proses keperawatan, pengembangan
dan penataan pendidikan keperawatan dan juga antisipasi organisasi profesi (PPNI).
1. Pengembangan dan Penataan Pendidikan Keperawatan

Meningkatnya tuntutan masyarakat terhadap pelayanan keperawatan yang


profesional, telah memicu perawat untuk terus mengembangkan dirinya dalam
berbagai bidang, terutama penataan sistem pendidikan keperawatan. Oleh karena itu
profesi keperawatan dengan landasan yang kokoh perlu memperhatikan wawasan
keilmuan, orientasi pendidikan dan kerangka konsep pendidikan

1. a) Wawasan Keilmuan
Pada tingkat pendidikan akademi, penggunaan kurikulum D III keperawatan 1999,
merupakan wujud dari pembenahan kualitas lulusan keperawatan. Wujud ini dapat
dilihat dengan adanya:
1. Mata Kuliah Umum (MKU), yaitu : Pendidikan agama, Pancasila.
2. Mata Kuliah Dasar Keahliah (MKDK), yaitu: Anatomi, Fisiologi.

3. Mata Kuliah Keahlian (MKK), yaitu: KDK, KDM I dan

Demikian juga halnya dengan tingkat pendidikan S1 Keperawatan, yaitu dengan


berlakunya kurikulum Ners pada tahun 1998.Sementara itu di Fakultas Ilmu
Keperawatan Universitas Indonesia (FIK-UI) telah dibuka S2 Keperawatan untuk
Studi Manajemen Keperawatan, Keperawatan Maternitas dan Keperawatan
Komunitas. Dan selanjutnya akan dibuka Studi S2 Keperwatan Jiwa dan
Keperawatan Medikal Bedah.
Dapat disimpulkan bahwa saat ini perkembangan keperawatan diarahkan kepada
profesionalisme dengan spesialisasi bidang keperawatan.
1. b) Orientasi Pendidikan

Pendidkan keperawatan bagaimanapun akan tetap berorientasi pada


pengembangan pengetahuan dan teknologi, artinya pengalaman belajar baik kelas,
laboraturium dan lapangan tetap mengikuti kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi
serta memanfaatkan segala ilmu yang memungkinkan penguasaan iptek.

1. c) Kerangka Konsep

Berpikir ilmiah pembiasaan sikap dan tingkah laku profesional, belajar aktif,
pendidikan di lingkungan masyrakat serta penguasaan iptek keperawatan merupakan
karakteristik dari pendidikan profesional keperawatan.

2. Perkembangan Pelayanan Keperawatan

Perubahan adat pelayanan dari fokasional menjadi perawat dengan fokus asuhan
keperawatan dengan peran prefentif dan promotif tanpa melupakan peran kreatif dan
rehabilitatif harus didukung dengan  peningkatan sumber daya manusia dibidang
keperawatan. Sehingga pada pelaksaan pemberian sumber keperawatan dapat
terjadinya pelayanan yang efisien, efektif, serta berkualitas. Selanjtunya, saat ini jug
atelah berkembangan berbagai model prektis keperawatan profesional, seperti :
 Praktik keperawatan di rumah sakit kesehatan.
 Praktik keperawatan di rumah (home caffe)

 Praktik keperawatan berkelompok (nursing home)

 Praktik keperawatan perorangan, yaitu melalui keputusan Kepmenkes No. 647


tahun 2000, yang kemudian di revisi menjadi Kepmenkes No. 1239 tahun 2001
tentang Registrasi dan Praktik Keperawatan.

BAB III

PENUTUP

A.KESIMPULAN
Keperawatan merupakan sebuah ilmu dan profesi yang memberikan
pelayanan kesehatan guna untuk meningkatkan kesehatan bagi masyarakat.
Keperawatan sudah ada sejak manusia itu ada dan hingga saat ini Profesi
keperawatan berkembang dengan pesat. Sejarah perkembangan keperawatan di
Indonesia tidak hanya berlangsung di tatanan praktik, dalam hal ini layanan
keperawatan, tetapi juga di dunia pendidikan keperawatan. pendidikan keperawatan
memberi pengaruh yang besar terhadap kualitas layanan keperawatan. Karenanya,
perawat harus terus meningkatkan kompetensi dirinya, salah satunya melalui
pendidikan keperawatan yang berkelanjutan.
B.SARAN
Dari kesimpulan yang ada maka kita sebagai perawat atau calon perawat harus
terus meningkatkan kompetensi dirinya, salah satunya melalui pendidikan
keperawatan yang berkelanjutan, sehingga kita tidak mengalami ketertinggalan dari
keperawatan internasional.

DAFTAR PUSTAKA

Hidayat A. Aziz Alimul. (2007). Pengantar Konsep Dasar Keperawatan Eds 2.


Salemba Medika: Jakarta

Alimul, A.H. (2002), Pengantar pendidikan keperawatan. Sagung Seto: Jakarta

Effendy, N. (1995), Pengantar proses keperawatan. EGC: Jakarta


Gaffar, L.O.J. (1999), Pengantar praktik keperawatan professional. EGC: Jakarta

Stevens, P.J.M, et al. (1999) Ilmu keperawatan. Jilid I, Ed. 2. EGC: Jakarta

No. 4. Makalah Falsafah Keperawatan

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Falsafah adalah keyakinan terhadap nilai-nilai yang menjadi pedoman untuk
mencapai suatu tujuan dan di pakai sebagai pandangan hidup.
Falsafah keperawatan Merupakan pandangan dasar tentang hakekat manusia dan
esensi keperawatan yang menjadikan kerangka dasar dalam praktek keperawatan.
Hakekat manusia yang di maksud disini adalah manusia sebagai makhluk
biologis,psikologis,sosial,dan spiritual,sedangkan esensinya adalah falsafah
keperawatan
2.1 RUMUSAN MASALAH
1.      Apa itu falsafa?
2.      Falsafa keperawatan
3.      Falsafa menurut para ahli
4.      Perawat sebagai profesi
2.2 TUJUAN MASALH
1.      Mengetahui apa itu falsafa
2.      Mengetahui apa itu falsafah keperawatan
3.      Mengatahui falsafa keperawatan menurut para ahli
4.      Mengetahui perawat sebagai profesi

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 PENGERTIAN FALSAFAH.
Falsafah adalah keyakinan terhadap nilai-nilai yang menjadi pedoman untuk
mencapai suatu tujuan dan di pakai sebagai pandangan hidup.
Falsafah keperawatan Merupakan pandangan dasar tentang hakekat manusia dan
esensi keperawatan yang menjadikan kerangka dasar dalam praktek keperawatan.
Hakekat manusia yang di maksud disini adalah manusia sebagai makhluk
biologis,psikologis,sosial,dan spiritual,sedangkan esensinya adalah falsafah
keperawatan yang meliputi:
1.memandang bahwa pasien sebagai manusia yang utuh (holistik)yang harus di
penuhui segala kebutuhannya baik kebutuhan biologis,psikologis,sosial dan spiritual
yang di berikan secara komprehensif dan tidak bisa di lakukan secara sepihak atau
sebagian dari kebutuhannya
2.bentuk pelayanan keperawatan yang di berikan harus secara langsung dengan
memperhatikan aspek kemanusiaan
3.setiap orang berhak mendapatkan perawatan tanpa memandang perbedaan
suku,kepercayaan,status sosial,agama,dan ekonomi
4.pelayanan keperwatan tersebut merupakan bagian integral dari sistem pelayanan
kesehatan mengingat perawat bekerja dalam lingkup tim kesehatan bukan sendiri-
sendiri
5.mitra yang selalu aktif dalam pelayanan kesehatan,bukan seorang penerima jasa
yang aktif

2.2 FALSAFAH KEPERAWATAN MENURUT PARA AHLI


1. falsafah keperawatan menurut FLORENCE NIGHTINGALE (moderen nursing)
melihat penyakit sebagai proses pergantian atau perbaikan reparative proses
.menipulasi dari lingkungan eksternal perbaikan dapat membantu proses perbaikan
atau pergantian dan kesehatan klien.
2.falsafah keperawatan menurrut MARTHA ROGERS TAHUN 1970 keperawatan
adalah pengetahuan yang di tunjukan untuk mengurangi kecemasan terhadap
pemeliharan dan peningkatan kesehatan,pencegahan penyakit,perawatan
rehabilitasi,penderita sakit serta penyandang cacat.
3. Falsafah keperawatan menurut ROY & ANDREW 1991 roy memiliki delapan
falsafah prinsip humanisme dan empat berdasarkan prinsip falsafah veritivity.
Falsafah humanisme atau kemanusiaan mengenali manusia dan sisi subjektif manusia
dan pengalamannya sebagai pusat rasa ingin tahu dan rasa menghargai. Roy
berpendapat bahwa seorang individu :
- Saling berbagi dalam kemampuan untuk berpikir kreatif yang di gunakan untuk
mengetahui masalah yang di hadapi dalam mencari solusi.
- Bertingkah laku untuk mencapai tujuan tertentu, bukan sekedar memenuhi hukum
aksi reaksi.
- Memiliki holisme intrinsic.
- Berjuang untuk mempertahankan integritas dan memahami kebutuhan untuk
memiliki hubungan dengan orang lain seperti veritiviti. Berarti kebenaran, yang
bermaksud mengungkapkan keyakinan Roy bahwa ada hal yang benar absolut. Ia
mendefinisikan veritiviti sebagai prinsip alamiah manusia yang mempertegas tujuan
umum keberadaan manusia. Empat falsafah yang berdasarkan prinsip veritiviti.
Sebagai berikut ini. Individu dipandang dalam konteks : (a) tujuan eeksistensi
manusia (b) gabungan dari beberapa tujuan peradaban manusia (c) aktivitas dan
kreativitas untuk kebaikan kebaikan umum (d) nilai dan arti kehidupan.

2.3 KONSEP INTI FALSAFAH KEPERAWATAN


1. falsafah keperawatan menurut FLORENCE NIGHTINGALE konsep inti dari
teori FLORENCE NIGHTINGALE tentang falsafah keperawatan adalah
lingkungan berpengaruh terhadap proses pemulihan klien/pasien membuat
lingkungan yang kondutif bagi manusia untuk hidup sehat.
2. falsafah keperawatan menurut MARTHA ROGERS TAHUN 1970 manusia dan
lingkungan merupakan satu kesatuan yang utuh yang memeliki sifat dan karakter
berbeda-beda.
2.4 PENYEBAB PARA PERAWAT DI INDONESIA BELUM BERSIKAP DAN
BERPERILAKU SESUAI DENGAN FALSAFAH KEPERAWATAN
1. Perawat kurang memahami maksud falsafah keperawatan secara menyeluruh
2.perawat memahami falsafah keperawatan hanya pada tataran kognitif saja
3. sikap profesionalisme perawat belum memadai yang di tandai oleh kurangnya
kemampuan menjalin hubungan rasa saling percaya dan kofidensi dengan
klien,pengetahuan yang belum memadai dan kapabilitas terhadap pekerjaan.
4. tingkat pengetahuan dan pendidikan para perawat yang tidak merata

2.5 KONSEP DAN TEORI KEPERAWATAN


Menurut MARTHA.E.ROGERS dikenal dengan nama konsep manusia
sebagai unit .dalam memahami konsep model dan teori ini MARTHA berasumsi
bahwa manusia merupakan satu kesatuan yang utuh,yang memiliki sifat dan karakter
yang berbeda-beda.
Dalam proses kehidupan manusia yang dinamis,manusia selalu berinteraksi dengan
lingkungan yang saling mempengaruhi dan di pengaruhi,serta dalam proses
kehidupan manusia setiap individu,akan berbeda satu dengan yang lain dan manusia
diciptakan dengan karakteristik dan keunikan tersendiri.
Asumsi teersebut didasarkan pada kekuatan yang berkembang secara alamiah
yaitu keutuhan manusia dan lingkungan,kemudian sistem ketersediaan sebagai satu
kesatuan yang utuh serta proses kehidupan manusia berdasarkan konsep
homeodinamik yang terdiri dari integritas,resonansi,dan helicy
Integritas berarti individu sebagai satu kesatuan dengan lingkungan yang tidak dapat
di pisahkan dan saling mempengaruhi satu dengan yang lain. Resonansi mengandung
arti bahwa proses kehidupan antara individu dengan lingkungan berlangsung dengan
berirama dengan frekuensi yang bervariasi dan helicy merupakan terjadinya proses
integrasi antara manusia dengan lingkungan akan terjadi perubahan baik perlahan-
lahan maupun berlangsung dengan cepat.
2.6 PENGERTIAN KEPERAWATAN
Keperawatan adalah pelayanan esensial yang di berikan oleh perawat terhadap
individu,keluarga,kelompok,dan masyarakat yang mempunyai masalah kesehatan
pelayanan yang di berikan adalah upaya untuk mencapai derajat kesehatan
semaksimal mungkin sesuai dengan potensi yang di miliki dalam menjalankan
kegiatan di bidang promotif,proventif,kuratif,dan rehabilitatif dengan menggunakan
proses keperawatan sebagai metode ilmiah keperawatan pelayanan asuhan
keperawatan yangb di lakukan oleh tenaga keperawatan bekerjasama dengan team
kesehatan lainnya dalam rangka mencapai tingkat kesehatan yang optimal.
Dilaksanakan dalam rangka memenuhui kebutuhan kesehatan dan keperawatan upaya
dapat melaksanakan praktek keperawatan haruslah di dasarkan atas sintesis dalam
penerapan dari berbagai pengetahuan tentang fisiologi,psikologi,sosial
budaya,perkembangan,spiritual,serta pengetahuan penunjang lainnya yang berkaitan.
Biologi patofisiologi penyakit,mikrobiologi farmakologi,kebutuhan
manusia,motivasi,komonikasi,teori belajar
mengajar,pendekutan,sistem,pemecahan,masalah manejemen dan
kepemimpinan,hubungan,interpersonal dalam berhubungan,dengan pasien atau
klien ,keluarga dan masyarakat dengan semua anggota team kesehatan.

2.7 TUJUAN KEPERAWATAN


- Membantu individu atau masyarakat untuk mandiri.
- Mengajak individu atau masyarakat berpartisipasi dalam bidang kesehatan.
- Membantu individu dan masyarakat untuk mengembangkan potensi untuk
memelihara kesehatan secara optimal agar tidak tergantung pada orag lain dalam
memelihara kesehatan.
- Membantu individu dan masyarakat memperoleh derajat kesehatan yang optimal

2.8 UNSUR UNSUR KEPERAWATAN


- Keperawatan sebagai ilmu dan seni merupakan implementasi ilmu fisika biologi,
perilaku manusia dan ilmu sosial.
- Keperawatan sebagai profesi berorientasi pada pelayanan untuk membantu orang
lain dalam mengatasi perubahan yang timbul akibat gangguan kesehatan atau
penyakit .
- Sasaran : individu atau pasien, keluarga, kelompok masyarakat dan masyarakat.
- Jasa keperawatan mencakup pelayanan kesehatan oleh para perawat yang
bekerjasama dengan tenaga lain dalam pencegahan penyakit, pemeliharaan dan
peningkatan kesehatan, penyembuhan dan pemulihan kesehatan.

2.9 PERAWAT SEBAGAI PROFESI


Pekerjaan tidak sama dengan profesi. Istilah yang mudah dimengerti adalah
sebuah profesi sudah pasti menjadi sebuah pekerjaan, namun sebuah pekerjaan belum
tentu menjadi sebuah profesi. Profesi memilikimekanisme serta aturan yang harus
dipenuhi sebagai suatu ketentuan, sedangkan kebalikannya, pekerjaan tidak memiliki
aturan yang ruit seperti itu. Hal inilah yang harus diluruskan, karena hampir semua
orang menganggap bahwa pekerjaan dan profesi adalah sama.
Secara etimologis profesi berasal dari bahasa latin, yaitu “proffesio”. Lebih lanjut,
proffesio memiliki dua pengertian yaitu janji atau ikrar dan pekerjaan. Bila artinya
dibuat dalam pengertian yang lebih luas menjadi kegiatan apasaja dan siapa saja
untuk memperoleh nafkah yang di lakukan dengan keahlian tertentu. Sedangkan
dalam arti sempit, profesi berarti suatu kegiatan yang di jalankan berdasarkan
keahlian tertentu dan sekaligus di tuntut darinya pelaksanaan norma-norma sosial
dengan baik.
Berikut ini adalah pengertian dan definisi profesi :
1.      Pengertian
a.       Profesi berasal dari kata profession yang berarti suatu pekerjaan yang
membutuhkan dukungan badan ilmu (body of knowledge) dasar untuk
pengembangan teori yang sistematis guna menghadapi banyak tantangan baru,
memerlukan pendidikan dan pelatihan yang cukup lama, serta memiliki kode etik
dengan fokus utama pada pelayanan ( Wilensky 1964)
b.      Profesi adalah bidang pekerjaan yang dilandasi pendidikan keahlian (keterampilan,
kejuruan, dan sebagainya) tertentu. (KBBI)
c.       Profesi adalah suatu kumpulan atau set pekerjaan yang membangun suatu set
norma yang sangat khusus dimasyarakat (Schein,E.H, 1962)
d.      Profesi adalah aktivitas intelektual –yang dipelajari termasuk pelatihan yang
diselenggarakan secara formal ataupun tidak formal dan memeperoleh serifikat yang
dikeluarkan atau sekelompok atau badan yang bertanggung jawab pada keilmuan
tersebut dalam melayani masyarakat, menggunakan etika layanan profesi dengan
mengimplikasikan kopetensi mencetuskan ide, kewenangan keterampilan teknis dan
moral serta bahwa perawat mengeasumsikan adanya tingkatan dalam masyarakat
(Daniel Bell 1973)
e.       Profesi adalah suatu pekerjaan yang ditunjukkan untuk kepentingan masyarakat
dan bukan untuk kepentingan golongan atau kelompok tertentu.

2.      Ciri-Ciri Profesi


Profesi mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
a.       Didukung oleh badan ilmu yang sesuai dengan bidangnya ( antologi), jelas wilayah
kerja keilmuannya dan aplikasinya.
b.      Profesi diperoleh melalui pendidikan dan perlatan yang terencana, terus menerus
dan bertahap.
c.       Pekerjaan profesi di atur oleh kode etik profesi serta di akui secara legal melalui
perundang-undangan.
d.      Peraturan dan ketentuan yang mengatur hidup dan kehidupan profesi (standar
pendidikan dan pelatihan, pelayanan, dan kode etik) serta pengawasan terhadap
pelaksanaan peraturan-peraturan tersebut dilakukan sendiri oleh warga profesi.
3.      Keperawatan Sebagai Profesi
Menurut prof. Ma’rifin Husin, keperawatan sebagai profesi memiliki ciri-ciri sebagai
berikut :
a.       Memberi pelayanan atau asuhan dan melakukan penelitian sesuai dengan kaidah
ilmu dan keteramplan serta kode etik keperawatan.
b.      Telah lulus dari pendidikan pada jenjang perguruan tinggi (JPT) sehingga di
harapkan mampu : (1) bersikap profesional (2) mempunyai pengetahuan dan
keterampilan profesional (3) memberi pelayanan asuhan keperawatan profesional (4)
menggunakan etika keperawatan dalam memberi pelayanan.
c.       Mengelola ruang lingkup keperawatan berikut sesuai dengan kaidah-kaidah suatu
profesi dalam bidang kesehatan yaitu : (1) sistem pelayanan atau asuhan keperawatan
(2) pendidikan atau pelatihan keperawatan yang berjenjang dan berkelanjutan (3)
perumusan standar keperawatan ( asuhan keperawatan, pendidikan keperawatan,
registrasi atau legislasi) (4) melakukan riset keperawatan oleh perawat pelaksana
secara terencana dan tearah sesuai perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Falsafah keperawatan adalah keyakinan perawat terhadap nilai-nilai
keperawatan yang menjadi pedoman dalam memberikan asuhan keperawatan, kepada
individu, keluarga, kelompok, maupun masyarakat. Keyakinan ini terhadap nilai
keperawatan harus menjadi pegangan setiap perawat. Flsafah keperawatan menjadi
landasan bagi perawat dalam menjalankan profesinya. Esensi falsafah keperawatan
yaitu memandangh pasien sebagai mahluk yang holistik, yang harus dipenuhi segala
kebutuhannya, secara biologis, phisikologis, sosial, dan spiritual yang diberikan
secara komprehensif.

3.1  SARAN
Sebagai seorang perawat kita harus mengetahui apa itu falsafah keperawatan
yang menjadi dasar sebuah profesi keperawatan.
Bagi perawat diharpkan mampu memehami dan menerapkan falsafah keperawatan
dalam praktik lapangan bagi.
Daftar Pustaka
Asmadi. 2008. Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta : EGC.
Kozier, Erb, Berman, & Snyder. 2011. Buku Ajar Fundamental Keperawatan :
Konsep, Proses, dan Praktik, ed. 7, vol. 1. Jakarta : EGC
No. 5. Makalah Keperawatan Sebagai Profesi

BAB I
PENDAHULUAN
1.1   Latar Belakang
Keperawatan merupakan profesi yang membantu dan memberikan pelayanan
yang berkontribusi pada kesehatan dan kesejahteraan individu. Keperawatan juga
diartikan sebagai konsekuensi penting bagi individu yang menerima pelayanan,
profesi ini memenuhi kebutuhan yang tidak dapat dipenuhi oleh seseorang, keluarga
atau kelompok di komunitas. (Committee on Education American Nurses Association
(ANA), 1965).
WHO Expert Committee on Nursing dalam Aditama (2000) mengatakan
bahwa, pelayanan keperawatan adalah gabungan dari ilmu kesehatan dan seni
melayani/memberi asuhan (care), suatu gabungan humanistik dari ilmu pengetahuan,
filosofi keperawatan, kegiatan klinik, komunikasi dan ilmu sosial.
Keperawatan merupakan suatu bentuk pelayanan profesional yang merupakan
bagian integral dari pelayanan kesehatan berdasarkan ilmu dan kiat keperawatan,
berbentuk pelayanan biopsikososial dan spiritual yang komprehensif, ditujukan
kepada individu, keluarga dan masyarakat baik sakit maupun sehat yang mencakup
seluruh aspek kehidupan manusia. (Lokakarya Nasional, 1983).
Profesi berasal dari kata profession yang berarti suatu pekerjaan yang
membutuhkan dukungan body of knowledge sebagai dasar bagi perkembangan teori
yang sistematis meghadapi banyak tantangan baru, dan karena itu membutuhkan
pendidikan dan pelatihan yang cukup lama, memiliki kode etik orientasi utamanya
adalah melayani (alturism).
Profesi adalah suatu pekerjaan yang ditujukan untuk kepentingan masyarakat
dan bukan untuk kepentingan golongan atau kelompok tertentu. Profesi sangat
mementingkan kesejahteraan orang lain, dalam konteks bahasan ini konsumen
sebagai penerima jasa pelayanan keperawatan profesional. Menurut Webster, profesi
adalah pekerjaan yang memerlukan pendidikan yang lama dan menyangkut
keterampilan intelektual.
Kelly dan Joel (1995) menjelaskan, “Profesional sebagai suatu karakter, spirit
atau metode profesional yang mencakup pendidikan dan kegiatan di berbagai
kelompok okupasi yang anggotanya berkeinginan menjadi profesional”. Profesional
merupakan suatu proses yang dinamis untuk memenuhi atau mengubah karakteristik
kearah suatu profesi.
Sejak abad yang lalu keperawatan telah megalami perubahan yang drastis,
selain itu juga telah mengikuti perundang-undangan dan mendapatkan penghargaan
sebagai profesi penuh. Hugnes E.C (1963) mengatakan bahwa, “Profesi adalah
seorang ahli, mereka mengetahui lebih baik tentang sesuatu hal dari orang lain, serta
mengetahui lebih baik daripada kliennya tentang apa yang terjadi pada klien”. Dalam
konsep profesi ada tiga nilai penting yang perlu dipahami yakni:
1.    Pengetahuan yang mendalam dan sistimatik.
2.    Keterampilan teknis dan kiat yang diperoleh melalui latihan yang lama.
3.    Pelayanan asuhan kepada yang memerlukan berdasarkan ilmu pengetahuan,
keterampilan teknis dan pedoman serta falsafah moral yang diyakini (etika profesi).
Menurut Hood L.J dan Leddy S.K (2006), “Perawat profesional akan
menggunakan pendekatan holistik dalam menemukan kebutuhan kesehatan bagi klien
yang dirawatnya, hal ini sesuai dengan pernyataan kebijakan yang disampaikan oleh
American Nurses Association (1995), ada empat ciri praktik profesional yang harus
dilakukan oleh perawat, yaitu:
1.    Perawat menggunakan fokus orientasi pada masalah dengan memperhatikan
rangkaian seluruh respon manusia terhadap kesehatan dan penyakitnya.
2.    Perawat terintegrasi dalam tenaga kesehatan yang menggunakan pengetahuannya
untuk membantu mencapai tujuan pasien dengan mengumpulkan data subjektif
maupun objektif pasien dan memahaminya baik secara individual atau secara
berkelompok.
3.    Perawat mengaplikasikan ilmu pengetahuannya untuk menentukan diagnosa dan
melakukan treatment respon manusia.
4.    Perawat melakukan asuhan keperawatan dengan melakukan hubungan terapeutik
dengan pasien untuk memfasilitasi kesehatan dan penyembuhan.
Ada tiga istilah penting yang berhubungan dengan profesi, yaitu profesionalisme,
profesionalisasi, dan profesi.
1.    Profesionalisme
Merujuk pada karakter profesional, semangat atau metode. Merupakan suatu sifat
resmi, cara hidup yang bertanggung jawab dan dapat dipercaya. Profesionalisme
keperawatan telah ada sejak zaman Florence Nightingale (1820-1910).

2.    Profesionalisasi
Profesionalisasi adalah suatu proses untuk menjadikan profesional dengan cara
memenuhi beberapa kriteria yang telah ditentukan/disepakati.
3.    Profesi
Jika dilihat di dalam kamus, sama dengan pekerjaan yang menghendaki pendidikan
yang lebih luas atau memiliki ilmu pengetahuan yang spesial, keterampilan serta
dipersiapkan dengan cara yang baik.
Dunia profesi keperawatan terus bergerak. Hampir dua dekade profesi ini
menyerukan perubahan paradigma. Perawat yang semula tugasnya hanyalah semata-
mata menjalankan perintah dokter kini berupaya meningkatkan perannya sebagai
mitra kerja dokter seperti yang sudah dilakukan di negara-negara maju.
Sebagai sebuah profesi yang masih berusaha menunjukkan jati diri, profesi
keperawatan dihadapkan pada banyak tantangan. Tantangan ini bukan hanya dari
eksternal tapi juga dari internal profesi ini sendiri.

1.2  Rumusan Masalah


a)    Apa yang dimaksud dengan keperawatan sebagai profesi?
b)    Bagaimana perkembangan profesionalisme keperawatan?
c)    Bagaimana peran, fungsi, dan tugas perawat?
d)    Bagaimana definisi dan analisis dari penyusun mengenai keperawatan sebagai
profesi?

1.3  Tujuan Penulisan


a)    Menjelaskan tentang keperawatan sebagai profesi.
b)    Menjelaskan perkembangan profesionalisme keperawatan.
c)    Menjelaskan peran, fungsi, dan tugas perawat.
d)    Menjelaskan tentang definisi dan analisis penyusun mengenai keperawatan sebagai
profesi.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1    Keperawatan Sebagai Profesi
Hall (1968) memberikan gambaran tentang suatu profesi yaitu suatu pekerjaan
yang harus melalui proses empat tahapan antara lain :
1.    Memperoleh badan pengetahuan dari institusi pendidikan tinggi
2.    Menjadi pekerjaan utama
3.    Adanya organisasi profesi
4.    Terdapat kode etik
Ciri – Ciri Profesi
Dilihat dari definisi profesi, jelas bahwa profesi tidak sama dengan okupasi
(occupation) meskipun keduanya sama-sama melakukan pekerjaan tertentu.
Profesi mempunyai ciri – ciri sebagai berikut :

1. Didukung oleh badan ilmu yang sesuai dengan bidangnya (antalogi), jelas
wilayah kerja keilmuannya (Epistomologi), dan aplikasinya (Axiologi).
2. Profesi diperoleh melalui pendidikan dan pelatihan yang terencana, terus-
menerus dan bertahap.
3.    Pekerjaan profesi diatur oleh kode etik profesi serta diakui secara legal melalui
perundang-undangan.

4. Peraturan dan ketentuan yang mengatur hidup dan kehidupan profesi (standar
pendidikan dan pelatihan, standar pelayanan, dan kode etik) serta pengawasan
terhadap pelaksanaan peraturan-peraturan tersebut dilakukan sendiri oleh
warga profesi (Winsley, 1964).

Kriteria Profesi

1. Memberi pelayanan untuk kesejahteraan manusia.


2. Mempunyai pengetahuan dan keterampilan khusus dan dikembangkan secara
terus-menerus.
3. Memiliki ketelitian, kemampuan intelektual, dan rasa tanggung jawab.
4. Lulus dari pendidikan tinggi.
5. Mandiri dalam penampilan, aktivitas dan fungsi.
6. Memiliki kode etik sebagai penuntun praktik.
7. Memiliki ikatan/organisasi untuk menjamin mutu pelayanan.
Wilayah Kerja Profesi

1. Pembinaaan organisasi profesi.

2. Pembinaan pendidikan dan pelatihan profesi.

3. Pembinaan pelayanan profesi.

4. Pembinaan iptek.
Keperawatan sebagai profesi merupakan salah satu pekerjaan dimana dalam
menentukan tindakannya didasarkan pada ilmu pengetahuan serta memiliki
keterampilan yang jelas dalam keahliannya.
Dengan adanya perkembangan keperawatan dari kegiatan yang sifatnya rutin
yang menjadi pemenuhan kebutuhan berdasarkan ilmu, membawa suatu perubahan
yang sangat besar dalam dunia keperawatan karena pelayanan yang semula hanya
berdasarkan pada insting dan pengalaman menjadi pelayanan keperawatan
profesional berdasarkan ilmu dan teknologi keperawatan yang selalu berubah sesuai
dengan kemajuan zaman. Perawatan sebagai profesi mempunyai karakteristik sebagai
berikut:

1.    Memiliki body of knowledge


Perawat bekerja dalam kelompok dan dilandasi dengan teori yang spesifik dan
sistematis yang dikembangan melalui penelitian. Penelitian keperawatan yang
dilakukan pada tahun 1940, merupakan titik awal perkembangan keperawatan. Pada
tahun 1950 dengan semakin berkembangnya penelitian yang dilakukan mempunyai
kontribusi yang cukup besar dalam dunia pendidikan keperawatan dan pada tahun
1960 penelitian lebih banyak dilakukan pada praktik keperawatan. Sejak tahun 1970,
penelitian keperawatan lebih banyak dilakukan dengan memfokuskan diri pada
praktik yang dihubungkan dengan isu-isu yang ada pada saat itu.
Menurut Potter dan Perry (1997), perawat telah memperlihatkan diri sebagai
profesi dan dapat terlihat adanya pengetahuan keperawatan telah dikembangkan
melalui teori-teori keperawatan. Model teori memberikan kerangka kerja bagi
kurikulum dan praktik klinis keperawatan. Teori keperawatan mendorong ke arah
penelitian yang meningkatkan dasar ilmiah untuk praktik keperawatan.
2.    Berhubungan dengan nilai-nilai sosial
Kategori ini mendorong profesi untuk mendapatkan penghargaan yang cukup baik
dari masyarakat. Keperawatan telah diberi kepercayaan untuk menolong dan
melayani orang lain/klien. Pada awalnya perawat diharapkan dapat menyisihkan
sebagian besar waktunya untuk melayani, tetapi dengan semakin berkembangnya
ilmu keperawatan tuntutan tersebut telah bergeser, perawat juga mengharapkan
kompensasi dan mempunyai kehidupan yang lain disamping perannya sebagai
perawat.
Karakteristik keperawatan merupakan suatu bentuk yang relevan dengan nilai-
nilai masyarakat, seperti pentingnya kesehatan, kesembuhan dan keperawatan.
Masyarakat pada umumnya mengakui bahwa perawat mempunyai tugas untuk
melawan klien dan juga melakukan upaya-upaya dalam promosi kesehatan dan
pencegahan penyakit tetapi masih ada sebagian masyarakat yang belum mengetahui
bahwa perawat adalah sebuah profesi. Untuk itu perlu adanya usaha dari perawat itu
sendiri agar dapat meyakinkan masyarakat guna mendapatkan pengakuan sesuai
dengan yang diinginkannya.
3.    Masa pendidikan
Kategori ini mempunyai empat bagian tambahan yaitu isi pendidikan, lamanya
pendidikan, penggunaan simbol dan proses idealisme yang dituju serta tingkatan dari
spesialisasi yang berhubungan dengan praktik. Menurut Nightingale pendidikan
keperawatan harus melibatkan dua area penting yaitu teori dan praktik yang sampai
saat ini masih dianut. Perkembangan pendidikan keperawatan dewasa ini sama
dengan bidang ilmu yang lain, yaitu pendidikan tinggi. Pendidikan tinggi
menimbulkan perubahan yang sangat berarti bagi perawat terhadap cara pandang
asuhan keperawatan secara bertahap keperawatan beralih dari yang semulai
berorientasi pada tugas menjadi berorientasi pada tujuan yang berfokus pada asuhan
keperawatan yang efektif serta menggunakan pendekatan holisitik dan proses
keperawatan.
4.    Motivasi
Motivasi untuk bekerja merupakan kategori keempat dari Pavalko. Motivasi
bukan hanya secara individu tetapi juga menyeluruh dalam kelompok. Motivasi
diartikan sebagai suatu perhatian yang mengutamakan pelayanan kelompok
keperawatan kepada klien. Ada beberapa pendapat bahwa saat ini anak-anak muda
menginginkan menempuh pendidikan tinggi agar dapat mempunyai kehidupan yang
lebih baik seperti mendapatkan gaji lebih, kekuasaan, status disamping pekerjaan
yang dilakukannya. Biasanya karakteristik ini tidak diasosiasikan dengan profesi
keperawatan, walaupun demikian banyak perawat yang melakukan pelayanannya
dengan berorientasikan kepada klien/pasien mereka dengan baik.
5.    Otonomi
Kategori kelima Pavalko adalah kebebasan untuk mengontrol dan mengatur
dirinya sendiri. Profesi mempunyai otonomi untuk regulasi dan membuat standar bagi
anggotanya. Hak mengurus diri sendiri merupakan salah satu tujuan dari asosiasi
keperawatan, karena hal ini juga berarti keperawatan mempunyai status dan dapat
mengontrol seluruh kegiatan praktik anggotanya. Otonomi juga dapat diartikan
sebagai suatu kebebasan dalam bekerja dan pertanggungjawaban dari suatu tindakan
yang dilakukannya.
6.    Komitmen
Kategori keenam adalah komitmen untuk bekerja. Manusia yang komitmen untuk
bekerja menunjukkan adanya suatu keunggulan, untuk melaksanakan pekerjaannya
dengan baik, mencegah terjadinya kemangkiran, menekuni pekerjaannya seumur
hidup atau dalam periode waktu yang lama. Komitmen perawat juga dapat menurun,
hal ini terjadi karena kebanyakan dari perawat adalah wanita, yang harus membagi
perhatiannya dengan keluarga, sehingga mereka sering mengalami konflik yang
berkepanjangan dan kadang-kadang harus keluar dari pekerjaannya.
Orientasi karir juga merupakan salah satu ciri dari komitmen, karena dengan
adanya pengembangan karir melalui pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi
membuat perawat dapat bekerja dengan lebih baik dan bertanggung jawab dalam
melakukan asuhan keperawatan.
7.    Kesadaran bermasyarakat
Kesadaran bermasyarakat bagi perawat diartikan sebagai anggota kelompok yang
ikut mengambil bagian dalam persamaan pedoman, nasib serta memiliki kebudayaan
tersendiri. Perawat mempunyai simbol-simbol yang dikenal masyarakat sebagai ciri
yang khas dari sebuah profesi seperti seragam putih, pin dan cap. Walaupun akhir-
akhir ini banyak yang mengubah identitas tersebut, tetapi perawat telah memiliki
perasaan yang kuat untuk tetap bersatu dalam kelompoknya.

8.    Kode etik


Eksistensi kode etik merupakan kategori terakhir dari Pavalko. Etika keperawatan
merujuk pada standar etik yang membimbing perawat dalam praktik sehari-hari
seperti jujur terhadap pasien, menghargai pasien atas hak-hak yang dirahasiakannya
dan beradvokasi atas nama pasien.
Etika keperawatan ditujukan untuk mengidentifikasi, mengorganisasikan,
memeriksa dan membenarkan tindakan-tindakan kemanusiaan dengan menerapkan
prinsip-prinsip tertentu, selain itu juga menegaskan tentang kewajiban-kewajiban
yang secara suka rela diemban oleh perawat dan mencari informasi mengenai dampak
dari keputusan-keputusan perawat yang mempengaruhi kehidupan dari pasien dan
keluarganya. Ciri dari praktik profesional adalah adanya komitmen yang kuat
terhadap kepedulian individu, khususnya kekuatan fisik, kesejahteraan dan kebebasan
pribadi, sehingga dalam praktik selalu melibatkan hubungan yang bermakna. Oleh
karena itu seorang profesional harus memiliki orientasi pelayanan, standar praktik
dan kode etik untuk melindungi masyarakat serta memajukan profesi.
Mengingat pentingnya pembinaan bagi tenaga keperawatan agar dapat bekerja
dengan baik maka perlu adanya pemahaman tentang fungsi dari asosiasi keperawatan
yang terdiri dari:
1.    Penetapan standar praktik, pendidikan dan pelayanan keperawatan.
2.    Menetapkan kode etik bagi perawat.
3.    Menetapkan sistem kredensial dalam keperawatan.
4.    Menetapkan untuk ikut berinisiatif dalam legislasi, program pemerintah, kebijakan
kesehatan nasional dan internasional.
5.    Mendukung adanya sistem pendidikan yang baik, evaluasi dan perhatian dalam
keperawatan.
6.    Adanya agensi sentral untuk mengoleksi, menganalisa dan desiminasi dari informasi
yang relevan dengan keperawatan.
7.    Promosi dan proteksi ekonomi dan kesejahteraan bagi perawat.
8.    Membina kepemimpinan bagi perawat baik untuk tingkat nasional maupun
internasional.
9.    Membina sikap profesionalisme bagi perawat.
10.  Menyelenggarakan program secara benar.
11.  Memberikan pelayanan masalah-masalah politik pada perawat.
12.  Menjaga terjadinya komunikasi bagi seluruh anggotanya.
13.  Menyediakan advokasi bagi anggotanya.
14.  Berbicara dan menjelaskan tentang profesi keperawatan kepada pihak lain.
15.  Melindungi dan mempromosikan kemajuan kesejahteraan manusia yang terkait
dengan perawat kesehatan.
2.2    Perkembangan Profesionalisme Keperawatan
Melihat catatan sejarah tentang awal mula keberadaan perawat di Indonesia,
yang diperkirakan baru bermula pada awal abad ke 19, dimana disebutkan adanya
perawat saat itu adalah dikarenakan adanya upaya tenaga medis untuk memberikan
pelayanan kesehatan yang lebih baik sehingga diperlukan tenaga yang dapat
membantu atau tenaga pembantu. Tenaga tersebut dididik menjadi seorang perawat
melalui pendidikan magang yang berorientasi pada penyakit dan cara pengobatannya.
Sampai dengan perkembangan keperawatan di Indonesia pada tahun 1983 PPNI
(Persatuan Perawat Nasional Indonesia) melakukan Lokakarya Nasional Keperawatan
di Jakarta, melalui lokakarya tersebut perawat bertekad dan bersepakat menyatakan
diri bahwa keperawatan adalah suatu bidang keprofesian.
Perkembangan profesionalisme keperawatan di Indonesia berjalan seiring
dengan perkembangan pendidikan keperawatan yang ada di Indonesia. Pengakuan
perawat profesionalan pemula adalah bagi mereka yang berlatarbelakang pendidikan
Diploma III keperawatan. Program ini menghasilkan perawat generalis sebagai
perawat profesional pemula, dikembangkan dengan landasan keilmuan yang cukup
dan landasan profesional yang kokoh.
Perkembangan pendidikan keperawatan dalam rangka menuju tingkat
keprofesionalitasan tidak cukup sampai di tingkat diploma saja, diilhami keinginan
dari profesi keperawatan untuk terus mengembangkan pendidikan maka berdirilah
PSIK FK-UI (1985) dan kemudian disusul dengan pendirian program paska sarjana
FIK UI (1999).
Peningkatan kualitas organisasi profesi keperawatan dapat dilakukan melalui
berbagai cara dan pendekatan antara lain:
1.    Mengembangkan sistem seleksi kepengurusan melalui penetapan kriteria dari
berbagai aspek kemampuan, pendidikan, wawasan, pandangan tentang visi dan misi
organisasi, dedikasi serta ketersediaan waktu yang dimiliki untuk organisasi.
2.    Memiliki serangkaian program yang konkrit dan diterjemahkan melalui kegiatan
organisasi dari tingkat pusat sampai ke tingkat daerah. Prioritas utama adalah
program pendidikan berkelanjutan bagi para anggotanya.
3.    Mengaktifkan fungsi collective bargaining, agar setiap anggota memperoleh
penghargaan yang sesuai dengan pendidikan dan kompensasi masing-masing.
4.    Mengembangkan program latihan kepemimpinan, sehingga tenaga keperawatan
dapat berbicara banyak dan memiliki potensi untuk menduduki berbagai posisi di
pemerintahan atau sektor swasta.
5.    Meningkatkan kegiatan bersama dengan organisasi profesi keperawatan di luar
negeri, bukan hanya untuk pengurus pusat saja tetapi juga mengikutsertakan pengurus
daerah yang berpotensi untuk dikembangkan.

2.3    Peran, Fungsi dan Tugas Perawat


1.    Peran Perawat
Peran merupakan tingkah laku yang diharapakan oleh orang lain terhadap
seseorang sesuai dengan kedudukan dalam sistem, dimana dapat dipengaruhi oleh
keadaan sosial baik dari profesi yang bersifat konstan.
Peran perawat menurut konsorium ilmu kesehatan tahun 1989 terdiri dari
peran sebagai pemberi asuhan keperawatan, advokat pasien, pendidik, koordinator,
kolaborator, konsultan dan peneliti.
2.    Fungsi Perawat
Dalam menjalankan perannya, perawat akan melaksanakan berbagai fungsi
diantaranya: fungsi independen, fungsi dependen, dan fungsi interdependen.
a.    Fungsi Independen
Merupakan fungsi mandiri dan tidak tergantung pada orang lain, dimana perawat
dalam menjalankan tugasnya dilakukan secara sendiri dengan keputusan sendiri
dalam melakukan tindakan dalam memenuhi kebutuhan dasar manusia.
b.    Fungsi Dependen
Merupakan fungsi perawat dalam melaksanakan kegiatannya atas pesan atau instruksi
dari perawat lain.
c.    Fungsi Interdependen
Fungsi ini dilakukan dalam kelompok tim yang bersifat saling ketergantungan di
antara tim satu dengan lain.

3.    Tugas Perawat


Tugas perawat dalam menjalankan perannya sebagai pemberi asuhan
keperawatan ini dapat dilaksanakan sesuai dengan tahapan dalam proses
keperawatan. Tugas perawat ini disepakati dalam lokakarya tahun 1983 yang
berdasarkan fungsi perawat dalam memberikan asuhan keperawatan adalah sebagai
berikut:
1.    Mengkaji kebutuhan pasien, keluarga, kelompok dan masyarakat serta sumber yang
tersedia dan potensi untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Mengumpul data,
menganilisis dan menginterpretasikan data.
2.    Merencanakan tindakan keperawatan kepada individu, keluarga, kelompok dan
masyarakat berdasarkan diagnosis keperawatan Mengembangkan rencana tindakan
keperawatan.
3.    Melaksanakan rencana keperawatan yang meliputi upaya peningkatan kesehatan,
pencegah penyakit, penyembuhan, pemulihan dan pemeliharaan kesehatan termasuk
pelayanan klien dan keadaan terminal. Menggunakan dan menerapkan konsep-konsep
dan prinsip-prinsip ilmu perilaku, sosial budaya, ilmu biomedik dalam melaksanakan
asuhan keperawatan dalam rangka memenuhi kebutuhan dasar manusia.
4.    Mengevaluasi hasil asuhan keperawatan. Menentukan kriteria yang dapat diukur
dalam menilai rencana keperawatan. Menilai tingkat pencapaian tujuan.
Mengidentifikasi perubahan-perubahan yang diperlukan.
5.    Mendokumentasi proses keperawatan. Mengevaluasi data permasalahan
keperawatan. Mencatat data dalam proses keperawatan. Menggunakan catatan klien
untuk memonitor asuhan keperawatan.
6.    Mengidentifikasi hal-hal yang perlu diteliti atau dipelajari serta merencanakan studi
kasus guna meningkatkan pengetahuan dan mengembangkan keterampilan dalam
praktik keperawatan. Mengidentifikasi masalah-masalah penelitian dalam bidang
keperawatan. Membuat usulan rencana penelitian keperawatan. Menerapkan hasil
penelitian dalam praktik keperawatan.
7.    Berperan serta dalam melaksanakan penyuluhan kesehatan kepada klien keluarga
kelompok serta masyarakat. Mengidentifikasi kebutuhan pendidikan kesehatan.
Membuat rencana penyuluhan kesehatan. Melaksanakan penyuluhan kesehatan.
Mengevaluasi hasil penyuluhan kesehatan.
8.    Bekerja sama dengan disiplin ilmu terkait dalam memberikan pelayanan kesehatan
kepada klien, keluarga, kelompok, dan masyarakat. Berperan serta dalam pelayanan
kesehatan kepada individu, keluarga kelompok dan masyarakat. Menciptakan
komunikasi yang efektif baik dengan tim keperawatan maupun tim kesehatan lain.
9.    Mengelola perawatan klien dan berperan sebagai ketua tim dalam melaksanakan
kegiatan keperawatan. Menerapkan keterampilan manajemen dalam keperawatan
klien secara menyeluruh.

2.4    Definisi dan Analisis Penyusun Mengenai Keperawatan Sebagai Profesi


Keperawatan merupakan suatu bentuk pelayanan yang dilakukan oleh perawat
dengan memberikan asuhan keperawatan secara tepat kepada individu, kelompok dan
masyarakat, yang bertujuan untuk meningkatkan kesehatan, mencegah dan mengobati
penyakit serta pemulihan kesehatan demi tercapainya kesejahteraan umat manusia,
dengan berpegang teguh pada kode etik yang melandasinya. Sedangkan perawat
adalah seseorang yang telah menyelesaikan studinya dan telah siap untuk
mengabdikan dirinya kepada masyarakat.
Perawat merupakan salah satu pekerjaan yang mulia dengan cara memberikan
perawatan yang benar, sesuai dengan ilmu yang telah didapatkannya. Ilmu tersebut
diterapkannya dengan suatu metode yang dikenal dengan “Proses Keperawatan”.
Metode ini merupakan metode yang sistematis, meliputi tahap pengkajian, diagnosa
keperawatan, merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi tindakan keperawatan.
Dari tahapan metode ini, perawat sering menemukan hal-hal baru dari setiap
kasus yang ditanganinya. Oleh karena itu, mereka perlu meningkatkan wawasannya
agar mampu menangani klien-kliennya dengan benar. Hal inilah yang membawa
perubahan besar bagi dunia keperawatan karena pelayanan yang pada awalnya hanya
berdasarkan pengalaman, kemudian berkembang menjadi pelayanan yang didasarkan
pada ilmu keperawatan yang selalu berubah sesuai dengan perkembangan zaman.
Profesi merupakan suatu keahlian yang membutuhkan ilmu pendidikan dan
pelatihan sebagai dasar pengembangan teori untuk menangani permasalahan yang
sering muncul dalam bidangnya.
Dengan melihat definisi dan ciri-ciri dari profesi diatas, maka dapat disimpulkan
bahwa keperawatan dianggap sebagai suatu profesi. Hal ini dikarenakan keperawatan
memiliki ciri-ciri yang sama dengan profesi.
Keperawatan sebagai suatu profesi adalah salah satu pekerjaan bagian dari tim
kesehatan, yang ikut bertanggung jawab dalam membantu klien sebagai individu,
keluarga, maupun sebagai masyarakat, baik dalam kondisi sehat ataupun sakit, yang
bertujuan untuk tercapainya pemenuhan kebutuhan dasar klien, dalam
mempertahankan kondisi kesehatan yang optimal, dalam menentukan tindakan
keperawatan harus didasarkan pada ilmu pengetahuan, komunikasi interpersonal serta
memiliki keterampilan yang jelas dalam keahliannya.
BAB III
PENUTUP
3.1    Simpulan
Dengan melihat definisi, ciri profesi yang telah disebutkan diatas dapat kita
analisis bahwa keperawatan di Indonesia dapat dikatakan sebagai suatu profesi.
Karena memiliki ciri-ciri dari profesi yaitu mempunyai body of knowledge,
berhubungan dengan nilai-nilai sosial, masa pendidikan, motivasi, otonomi,
komitmen, kesadaran bermasyarakat, dan kode etik.
Keperawatan sebagai suatu profesi adalah salah satu pekerjaan bagian dari tim
kesehatan, yang ikut bertanggung jawab dalam membantu klien sebagai individu,
keluarga, maupun sebagai masyarakat, baik dalam kondisi sehat ataupun sakit, yang
bertujuan untuk tercapainya pemenuhan kebutuhan dasar klien, dalam
mempertahankan kondisi kesehatan yang optimal, dalam menentukan tindakan
keperawatan harus didasarkan pada ilmu pengetahuan, komunikasi interpersonal serta
memiliki keterampilan yang jelas dalam keahliannya.

3.2    Saran
Penyusun berharap agar semua perawat dapat meningkatkan kualitas kerjanya
dan mampu menjadi seseorang yang profesional dalam bidangnya.
DAFTAR PUSTAKA

Sumijatun. 2010. Konsep Dasar Menuju Keperawatan Profesional. Jakarta: Trans


Info Media
Pro-Health. 2009. Keperawatan Sebagai Suatu Profesi.
(http://stikeskabmalang.wordpress.com/2009/09/17/keperawatan-sebagai-suatu-
profesi-3/
No. 6. Makalah Peran dan fungsi perawat profesional

BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Saat ini dunia keperawatan semakin berkembang. Hampir dua dekade profesi ini
menyerukan perubahan paradigma. Perawat yang semula tugasnya hanyalah semata –
mata menjalankan perintah dokter kini berupaya meningkatkan perannya sebagai
mitra kerja dokter seperti yang sudah dilakukan di negara – negara maju. Perawat
dianggap sebagai salah satu profesi kesehatan yang harus dilibatkan dalam
pencapaian tujuan pembangunan kesehatan baik di dunia maupun di Indonesia.
Sebagai sebuah profesi yang masih berusaha menunjukkan jati diri, profesi
keperawatan dihadapkan pada banyak tantangan. Tantangan ini bukan hanya dari
eksternal tapi juga dari internal profesi ini sendiri. Untuk itu perawat dituntut
memiliki skill yang memadai untuk menjadi seorang perawat profesional.
Seiring dengan berjalannya waktu dan bertambahnya kebutuhan pelayanan kesehatan
menuntut perawat saat ini memiliki pengetahuan dan keterampilan di berbagai
bidang. Saat ini perawat memiliki peran yang lebih luas dengan penekanan pada
peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit, juga memandang klien secara
komprehensif.
B.    Tujuan
Tujuan Umum : Adapaun tujuan penulisan makalah ini adalah agar kita dapat
mengetahui dan memahami perawat sebagai peran dan fungsi perawat profesional.
Tujuan khusus penulisan makalah ini adalah:
1.      Mengetahui dan memahami pengertian dari perwata sebagai profesi
2.      Mengetahui dan memahami pengertian perawat profesional
3.      Mengetahui dan memahami peran profesional
4.      Mengetahui dan memahami fungsi perawat profesional.

BAB II
PEMBAHASAN
A.      Pengertian
Perawat adalah mereka yang memiliki keamampuan dan kewenangan
melakukan tindakan keperawatan berdasarkan ilmu yang dimilikinya yang diperoleh
melalui pendidikan keperawatan. Seseorang dikatakan perawat profesional jika
memiliki ilmu pengetahuan, ketrampilan keperawatan profesional serta memliki
sikap profesional sesuai kode etik profesi.
Seseorang dikatakan perawat profesional jika memiliki ilmu pengetahuan
ketrampilan keperawatan profesional serta memiliki sikap profesional sesuai kode
etik profesi.
B.       Peran Perawat
Doheny (1982) mengidentifikasi beberapa elemen peran perawat profesional,
meliputi:
1.      Care giver, sebagai pemberian asuhan keperawatan
2.      Client advocate, sebagai pembela untuk melindungi klien
3.      Consellor, sebagai pemberi bimbingan/konseling klien
4.      Educator, sebagai pendidik klien
5.   Collaborator, sebagai anggota tim kesehatan yang dituntut untuk dapat bekerja sama
dengan tenaga kesehatan lain
6.      Coordinator, sebagai koordinator agar dapat memanfaatkan sumber-sumber dan
potensi klien.
7.      Change agent, sebagai pembaru yang selalu dituntut untuk mengadakan perubahan-
perubahan.
8.      Consultant, sebagai sumber informasi yang dapat membantu memecahkan masalah
klien. 
1.      Care giver/ pemberi asuhan
Sebagai pelaku/pemberi asuhan keperawatan , perawat dapat memberikan
pelayanan keperawatan secara langsung dan tidak langsung kepada klien,
menggunakan pendekatan proses keperawatan yang meliputi: melakukan pengkajian
dalam upaya mengumpulkan data dan informasi yang benar, menegakkan diagnosis
keperawatan berdasarkan hasil analisis dataa, merencakan intervensi keperawatan
sebagai upaya mengatasai masalah yang muncul dan membuat langkah atau cara
pemecahan masalah, melaksanakan tindakan keperawatan sesuai dengan rencana
yang ada, dan melakukan evaluasi berdasarkan respons klien terhadap tindakan
keperawatan yang telah dilakukannya.
Peran utamanya adalah memberikan asuhan keperawatan kepada klien yang meliputi
intervensi/tindakan keperawatan, observasi, pendidikan kesehatan dan menjalankan
tindakan medis sesuai dengan pendelegasian yang diberikan.
2.      Client advocate
Sebagai advocat klien, perawat berfungsi sebagai penghubung antara klien
dengan tim kesehatan lain dalam upaya pemenuhan kebutuhan klien , membela
kepentingan klien, dan membantu klien memahami semua informasi dan upaya
kesehatan yang diberikan oleh tim kesehatan dengan pendekatan tradisional maupun
profesional. Peran advokasi sekaligus mengharuskan perawat bertindak sebagai
narasumber dan fasilitator dalam tahap pengambilan keputusan terhadap upaya
kesehatan yang haarus dijalani oleh klien. Dalam menjalankan peran sebagai advocat
(pembela klien) perawat harus dapat melindungi dan memfasilitasi keluarga dan
masyarakat dalam pelayanan keperawtatan.
3.      Consellor
Tugas utama perawat adalah mengidentifikasi perubahan pola interaksi klien
terhadap keadaan sehat sakitnya. Konseling diberikan kepada individu/keluarga
dalam mengintregasikan pengalaman kesehatan dengan pengalaman yang lalu,
pemecahan masalah difokuskan pada masalah keperawatan, mengubah perilaku hidup
ke arah perilaku hidup sehat.
4.      Educator
Sebagai pendidik klien, perawat membantu klien meningkatkan kesehatannya
melalui pemberian pengetahuan yang terkait dengan keperawtan dan tindakan medik
yang diterima sehingga klien/keluarga dapat menerima tanggung jawab terhadap hal-
hal yang diketahuinya. Sebagai pendidik, perawat juga dapat memberikan pendidikan
kesehatan kepada kelompok keluarga yang berisiko tinggi, kader kesehatan dan lain
sebagainya.
5.      Collaborator
Perawat bekerja sama dengan tim kesehatan lain dan keluarga dalam
menentukan rencana maupun pelaksanaan asuhan keperawtan guna memenuhi
kebutuhan kesehatan klien.
6.      Coordinator
Perawat memanfaatkan semua sumber-sumber dan potensi yang ada, baik
materi maupun kemampuan klien secara terkoordinasi sehingga tidak ada intervensi
yang terlewatkan maupun tumpang tindih.
Dalam menjalankan peran sebagai koordinator perawat dapat melakukan hal-hal
berikut.
1.      Mengoordinasi seluruh pelayanan keperawatan
2.      Mengatur tenaga keperawatan yang akan bertugas
3.      Mengembangkan sistem pelayanan keperawatan
4.      Memberikan informasi tentang hal-hal yang terkait dengan pelayanan keperawatan
pada sarana kesehatan

7.      Change agent


Sebaga pembaru, perawat mengadakan inovasi dalam cara berpikir, bersikap,
bertingkah laku dan meningkatkan ketrampilan klien/keluarga agar menjaadi sehat.
Elemen ini mencakup perencanaan, kerja sama, perubahan yang sistematis dalam
berhubungan dengan klien dan cara memberikan perawatan pada klien
8.      Consultant
Elemen ini secara tidak langsung berkaitan denga permintaan klien terhadap
infoormasi tentang tujuan keperawatan yang diberikan. Dengan peran ini dapat
dikatakan, perawat adalah sumber informasi yang berkaitan dengan kondisi spesifik
klien.

C.      Fungsi Perawat


Fungsi adalah pekerjaan yang harus dilaksanakan sesuai dengan perannya.
a.    Pemberian asuhan/pelayanan keperawatan
b.    Praktik keperawatana
c.    Pengelolaan institusi keperawatan
d.   Pendidik klien (individu, keluarga, dan masyarakat).
Tujuh Fungsi Perawat (Phaneuf 1972)
1.      Melakasanakan instruksi dokter
2.      Observasi gejala dan respon pasien yang berhubungan dengan penyakit dan
penyebabnya.
3.      Memantau pasien, menyusun dan memperbaiki rencana keperawatan secara terus-
menerus berdasarkan pada kondisi dan kemampuan pasien
4.      Supervisi semua pihak yang ikut terlibat dalam perawatan pasien
5.      Mencata dan melaporkan keadaan pasien
6.      Melaksanakan prosedur dan teknik keperawatan
7.      Memberikan pengarahan dan penyuluhan untuk meningkatkan kesehatan fisik dan
mental.

Fungsi perawat (PK. St. Carolus 1983)


a.       Fungsi pokok
Membantu individu, keluarga, dan masyarakat baik sakit maupun sehat dalam
melaksanakan kegiatan yang menunjang kesehatan, penyembuhan atau menghaapi
kematian yang pada hakikatnya dapat mereka laksanakan tanpa bantuan apabila
mereka memiliki kekuatan, kemauan dan pengetahuan. Bantuan yang deberikan
bertujuan menolong dirinya sendiri secepat mungkin
b.      Fungsi tambahan
Membantu individu, keluarga dan masyarakat dalam melaksanakan rencana
pengobatan yang ditentukan oleh dokter

c.       Fungsi kolaboratif


Sebagai anggota tim kesehatan, perawat bekerja dalam merencanakan dan
melaksanakan program kesehatan yang mencakup pencegahan penyakit, peningkatan
kesehatan, penyembuhan dan rehabilitasi.
D.      Nilai Penting Keperawatan Profesional
1.    Komitmen yang kuat terhadap pelayanan yang diberikan oleh keperawatan untuk
masyarakat
Hal ini dianggap sebagai hal yang sangat penting. Karena peran perawat berfokus
pada kesehatan dan perawatan. Hal ini membuat perawt harus bertanggung jawab
untuk meningkatkan status kesehatan semua manusia.
2.    Percaya pada martabat dan nilai setiap orang
Keperawatan adalah suatu profesi yang berorientasi pada manusia tanpa
menghiraukan kebangsaan, ras, keyakinan, warna kulit, usia, jenis klamin politik,
kelas sosial, dan status kesehatan adalah hal yang sangat mendasar dalam kesehatan.
3.    Komiten terhadap pendidikan

Hal ini mencerminkan manfaa pendidikan sepanjang hidup. Dalam hal keperawatan
profesional, lulusan perlu melanjutkan pendidikan untuk mempertahankan dan
memperluas tingkat kompetensi mereka agar memenuhi kreteria profesional,
mengantisipasi peran perawat pada masa yang akan datang, dan memperluas ilmu
pengetahuan profesional.

4.    Otonomi
Hak menentukan diri sebagai profesi yang berarti para perawat haus memiliki
kebebasan untuk menggunakan pengetahuan dan ketrampilan mereka guna kemajuan
manusia dan otoritas serta kemampuan untuk melihat bahwa layanan keperawatan
diberikan secara aman dan efektif.
BAB III
PENUTUP

A.       Kesimpulan
Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan profesional sebagai bagian
integral dari pelayanan kesehatan yang meliputi aspek bio-psilo-sosio-spiritual yang
komprehensif, ditujukan kepada individu, keluarga atau masyarakat yang sehat
maupun sakit yang mencangkup siklus hidup manusia. Keperawatan dapat dipandang
sebagai suatu profesi karena mempunyai body of knowledge, pendidikan berbasis
keahlian pada jenjang pendidikan tinggi, memberikan pelayanan kepada masyarakat
melalui praktik dalam bidang profesi, memiliki perhimpunan atau organisasi profesi,
memberlakukan kode etik keperawatan, otonomi dan motivasi bersifat altruistik.
Untuk menunjang keperawatan professional maka di perlukan Peningkatan
kualitas organisasi profesi keperawatan dengan berbagai cara, pendekatan serta kiat
kiat yang lebih difokuskan pada kemampuan perawat untuk memberikan asuhan
keperawatan secara komprehensif dengan sentuhan seni dalam arti menggunakan kiat
– kiat tertentu dalam upaya memberikan kenyaman dan kepuasan pada klien.

B.     Saran
Kami sadar bahwa penyusunan makalah ini jauh dari sempurna. Untuk itu
kami mengharapkan kritik dan saran  yang membangun. Untuk terakhir kalinya kami
berharap pembuatan makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua khususnya bagi
perawat sehingga dapat meningkatkan kualitas kerja dan mampu menjadi perawat
profesional dibidangnya.
DAFTAR PUSTAKA

Ns. Asmadi, S.Kep. 2008. Konsep Dasar Keperawatan. Buku Kedokteran EGC.
Jakarta
Kuswanto, S.Kep. M.Kes. 2004. Pengantar Profesi dan Praktik Keperawatan
Profesional. Buku            Kedokteran EGC. Jakarta
Blais, Kathleen Koening, Jonice S. Hayes, dkk. 2007. Praktik Keperawatan
Profesional. Widya           Medika. Jakarta
H. Zaidin Ali, SKM, MM. 2002. Dasar-Dasar Keperawatan Profesional. Widya
Medika. Jakarta
http://kti-akbid.blogspot.com/2011/03/makalah-peran-dan-fungsi-perawat.html
http://nizaraharja92.blogspot.com
TUGAS
MAKALAH
KONSEP DASAR KEPERAWATAN 1

Oleh :
SOLVINA PADU LEMBA
2016610084

FAKULTAS ILMU KESEHATAN


PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN
UNIVERSITAS TRIBHUWANA TUNGGADEWI
MALANG
2020

KATA PENGANTAR

              Rasa Syukur Alhamdulillah yang sedalam - dalamnya kami panjatkan


kehadirat Allah Yang Maha Kuasa karena hanya dengan rahmat dan petunjuk-Nya
lah kami dapat menyelesaikan penulisan makalah ini.
Menyadari akan keterbatasan kemampuan kami, maka dalam hal ini kami mengharap
kritik dan saran membangun.

Besar harapan kami semoga penulisan makalah ini dapat memenuhi syarat.
Mudah-mudahan hasil dari tugas makalah ini dapat menjadi referensi yang
bermanfaat bagi kita sekalian, Amin.
Malang, Agustus 2020

Penulis
                                                                                    
DAFTAR ISI

Kata Pengantar...............................................................................................i
Daftar Isi........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 .Latar Belakang........................................................................................1
1.2  Rumusan Masalah...................................................................................1
1.3  Tujuan ..........................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN
2.1  Pengertian Caring Secara Umum..................................................................2
2.2  Perbedaan Caring dan Curing.......................................................................5
2.3 Perilaku Caring Yang Dapat Ditemui Dalam Tatanan Keperawatan......7
2.4 Pengertian Transcultural Nursing............................................................9
2.5 contoh-contoh aplikasi traskultural nursing pada beberapa
masalah kesehatan.........................................................................................11
BAB III PENUTUP
3.1. Kesimpulan.............................................................................................18
3.2 Saran.......................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA
No. 1. Makalah Caring
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 .Latar Belakang


Di era globalisasi ini,segala bidang kehidupan sedang mengalami perkembangan
bahkan kemajuan.Salah satunya adalah bidang pelayanan kesehatan.bidang pelayanan
kesehatan tidak hanya sarana dan prasarana yang mengalami kemajuan,tetapi juga
profesionalisme dari tenaga kesehatan.
Lingkungan kesehatan seperti rumah sakit,perawat akan berhadapan dengan klien
dan tenaga kesehatn lainnya.Oleh karena itu,Perawat harus terus meningkatkan
profesionalismenya,
 yaitu meningkatkan perilaku caring.Caring bukan semata-mata
perilaku. Caring adalah cara yang memiliki makna dan memotivasi
tindakan. Caring juga didefinisikan sebagai tindakan yang bertujuan memberikan
asuhan fisik dan memperhatikan emosi sambil meningkatkan rasa aman dan
keselamatan klien (Carruth et all, 1999).

1.2  Rumusan Masalah


1. Apakah Pengertian caring consept secara umum dalam keperawatan ?
2. Bagaimana perbedaan antara caring dan curing consept ?
3. Apasaja prilaku  caring yang dapat ditemui dalam tatanan pelayanan kesehatan?
4. Apa pengertian transkultural nursing ?
5. Apasaja contoh-contoh aplikasi traskultural nursing pada beberapa masalah                 
kesehatan ?  

1.3  Tujuan
Makalah ini disusun dalam rangka menyelesaikan tugas mata kuliah Konsep
Dasar Keperawatan I, menambah wawasan tentang Konsep Caring di Sepanjang
Rentang Kehidupan, agar kami mahasiswa mengerti tentang bagaimana perilaku
caring dalam proses dan praktik keperawatan, dan sebagai salah satu sarana belajar
mahasiswa.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1  Pengertian Caring Secara Umum


Secara bahasa, istilah caring diartikan sebagai tindakan
kepedulian. Caring secara umum dapat diartikan sebagai suatu kemampuan untuk
berdedikasi bagi orang lain, pengawasan dengan waspada, serta suatu perasaaan
empati pada orang lain dan perasaan cinta atau menyayangi.
Pengertian caring berbeda dengan care. Care adalah fenomena yang berhubungan
dengan orang berhubungan dengan bimbingan, bantuan, dukungan perilaku kepada
individu, keluarga, kelompok dengan adanya kejadian untuk memenuhi kebutuhan
aktual maupun potensial untuk meningkatkan kondisi dan kualitas kehidupan
manusia. Sedangkan caring adalah tindakan nyata dari care yang menunjukkan suatu
rasa kepedulian.
Terdapat beberapa pengertian caring menurut beberapa ahli, antara lain :
 Florence nightingale (1860) : caring adalah tindakan yang menunjukkan
pemanfaatan lingkungan pasien dalam membantu penyembuhan, memberikan
lingkungan bersih, ventilasi yang baik dan tenang kepada pasien.
 Delores gaut (1984) : caring tidak mempunyai pengertian yang tegas, tetapi ada tiga
makna dimana ketiganya tidak dapat dipisahkan, yaitu perhatian, bertanggung jawab,
dan ikhlas.
Crips dan Taylor (2001) : caring merupakan fenomena universal yang
mempengaruhi bagaimana seseorang berpikir, merasakan, dan berperilaku dalam
hubungannya dengan orang lain.
Rubenfild (1999) : caring yaitu memberikan asuhan, tanggunggung jawab, dan
ikhlas.
Crips dan Taylor (2001) : caring merupakan fenomena universal yang mempengaruhi
bagaimana seseorang berpikir, merasakan, dan berperilaku dalam hubungannya
dengan orang lain.
 Rubenfild (1999) : caring yaitu memberikan asuhan, dukungan emosional pada klien,
keluarga, dan kerabatnya secara verbal maupun nonverbal.
Jean watson (1985) : caring merupakan komitmen moral untuk melindungi,
mempertahankan, dan meningkatkan emosional pada klien, keluarga, dan kerabatnya
secara verbal maupun nonverbal.
Jean watson (1985) : caring merupakan komitmen moral untuk melindungi,
mempertahankan, dan meningkatkan martabat manusia.
Dari beberapa pengertian tersebut, dapat dipersingkat bahwa pengertian caring secara
umum adalah suatu tindakan moral atas dasar kemanusiaan, sebagai suatu cerminan
perhatian, perasaan empati dan kasih sayang kepada orang lain, dilakukan dengan
cara memberikan tindakan nyata kepedulian, dengan tujuan untuk meningkatkan
kualitas dan kondisi kehidupan orang tersebut. Caring merupakan inti dari
keperawatan.

Persepsi Klien Tentang Caring


Penelitian tentang persepsi klien penting karena pelayanan kesehatan merupakan
fokus terbesar dari tingkat kepuasan klien. Jika klien merasakan penyelenggaraan
pelayanan kesaehatan bersikap sensitif, simpatik, merasa kasihan, dan tertarik
terhadap mereka sebagai individu, mereka biasanya menjadi teman sekerja yang aktif
dalam merencanakan perawatan ( Attree, 2001 ). Klien dalam penelitian ini
menunjukkan bahwa mereka semakin puas saat perawat melakukan caring.
Biasanya klien dan perawat melakukan persepsi yang berbeda tentang caring
( Mayer, 1987; Wolf, Miller, dan Devine, 2003 ). Untuk alasan tersebut, fokuskan
pada membangun suatu hubungan yang membuat perawat mengetahui apa yang
penting bagi klien. Contoh, perawat mempunyai klien yang takut untuk dipasang
kateter intravena, perawat tersebut adalah perawat yang belum terampil dalam
memasukkan kateter intravena. Perawat tersebut memutuskan bahwa klien akan lebih
diuntungkan jika dibantu oleh perawat yang sudah terampil daripada memberikan
penjelasan prosedur untuk mengurangi kecemasan. Dengan mengetahui siapa klien,
dapat membantu perawat dalam memilih pendekatan yang paling sesuai dengan
kebutuhan klien.

Etika Pelayanan
Watson ( 1988 ) menyarankan agar caring sebagai suatu sikap moral yang ideal,
memberikan sikap pendirian terhadap pihak yang melakukan intervensi seperti
perawat. Sikap pendirian ini perlu untuk menjamin bahwa perawat bekerja sesuai
standar etika untuk tujuan dan motivasi yang baik. Kata etika merujuk pada kebiasaan
yang benar dan yang salah. Dalam setiap pertemuan dengan klien, perawat harus
mengetahui kebiasaan apa yang sesuai secara etika. Etika keperawatan bersikap unik,
sehingga perawat tidak boleh membuat keputusan hanya berdasarkan prinsip
intelektual atau analisis.
Etika keperawatan berfokus pada hubungan antara individu dengan karakter dan
sikap perawat terhadap orang lain. Etika keperawatan menempatkan perawat sebagai
penolong klien, memecahkan dilema etis dengan cara menghadirkan hubungan dan
memberikan prioritas kepada klien dengan kepribadian khusus.

Nurse Caring Behavior
1. Persepsi klien wanita ( Riemen, 1986 )
v  Berespon terhadap keunikan klien
v  Memahami dan mendukung perhatian klien
v  Hadir secara fisik
v  Memiliki sikap dan menunjukkan prilaku yang membuat klien merasa dihargai
sebagai manusia
v  Kembali ke klien dengan sukarela tanpa diminta
v  Menunjukkan perhatian yang memberi kenyamanan dan merelaksasi klien
v  Bersuara halus dan lembut
v  Memberi perasaan nyaman
2. Persepsi klien pria ( Riemen, 1986 )
v  Hadir secara fisik sehingga klien merasa dihargai
v  Kembali ke klien dengan sukarela tanpa diminta
v  Membuat klien merasa nyaman, relaks, dan aman
v  Hadir untuk memberi kenyamanan dan memenuhi kebutuhan klien sebelum
diminta
v  Menggunakan suara dan sikap yang baik, halus, lembut dan menyenangkan
3. Persepsi klien kanker dan keluarga ( Mayer, 1986 )
v  Mengetahui bagaimana memberikan injeksi dan mengelola peralatan
v  Bersikap ceria
v  Mendorong klien untuk menghubungi perawat bila klien mempunyai masalah
v  Mengutamakan atau mendahulukan kepentingan klien
v  Mengantisipasi pengalaman pertama adalah yang terberat.

4. Persepsi klien dewasa yang dirawat ( Brown, 1986 )


v  Kehadirannya menentramkan hati
v  Memberikan informasi
v  Mendemonstrasikan pengetahuan dan keterampilan profesional
v  Mampu menangani nyeri atau rasa sakit
v  Memberi waktu yang lebih banyak dari yang dibutuhkan
v  Mempromosikan otonomi
v  Mengenali kualitas dan kebutuhan individual
v  Selalu mengawasi klien

5. Persepsi dari keluarga


v  Jujur
v  Memberikan penjelasan dengan jelas
v  Selalu menginformasikan keluarga
v  Mencoba untuk membuat klien nyaman
v  Menunjukkan minat dalam menjawab pertanyaan
v  Memberikan perawatan emergensi bila perlu
v  Menjawab pertanyaan anggota keluarga secara jujur, terbuka dan ikhlas
v  Mengijinkan klien melakukan sesuatu untuk dirinya sebisa mungkin
v  Mengajarkan keluarga cara memelihara kondisi fisik yang lebih nyaman

2.2  Perbedaan Caring dan Curing


Keperawatan sebagai suatu profesi dan berdasarkan pengakuan masyarakat adalah
ilmu kesehatan tentang asuhan atau pelayanan keperawatan atau The Health Science
of Caring (Lindberg,1990:40). Secara bahasa, caring dapat diartikan sebagai tindakan
kepedulian dan curing dapat diartikan sebagai tindakan pengobatan. Namun, secara
istilah caring dapat diartikan memberikan bantuan kepada individu atau sebagai
advokasi pada individu yang tidak mampu memenuhi kebutuhan dasarnya.
Sedangkan curing adalah upaya kesehatan dari kegiatan dokter dalam prakteknya
untuk mengobati klien. Dalam penerapannya, konsep caring dan curing mempunyai
beberapa perbedaan, diantaranya:
1. Caring merupakan tugas primer perawat dan curing adalah tugas sekunder.
Maksudnya seorang perawat lebih melakukan tindakan kepedulian terhadap klien
daripada memberikan tindakan medis. Oleh karena itu, caring lebih identik dengan
perawat.
2. Curing merupakan tugas primer seorang dokter dan caring adalah tugas
sekunder. Maksudnya seorang dokter lebih melibatkan tindakan medis tanpa
melakukan tindakan caring yang berarti. Oleh karena itu, curing lebih identik dengan
dokter.
3. Dalam pelayanan kesehatan klien yang dilakukan perawat, ¾ nya
adalah caring dan ¼ nya adalahcuring.
4. Caring bersifat lebih “Healthogenic” daripada curing.
Maksudnya caring lebih menekankan pada peningkatan kesehatan daripada
pengobatan. Di dalam praktiknya, caring mengintegrasikan pengetahuan biofisik dan
pengetahuan perilaku manusia untuk meningkatkan derajat kesehatan dan untuk
menyediakan pelayanan bagi mereka yang sakit.
5. Tujuan caring adalah membantu pelaksanaan rencana pengobatan/terapi dan
membantu klien beradaptasi dengan masalah kesehatan, mandiri memenuhi
kebutuhan dasarnya, mencegah penyakit, meningkatkan kesehatan dan meningkatkan
fungsi tubuh sedangkan tujuan curing adalah menentukan dan menyingkirkan
penyebab penyakit atau mengubah problem penyakit dan penanganannya.
6. Diagnosa dalam konsep curing dilakukan dengan mengungkapkan penyakit
yang diderita sedangkan diagnosa dalam konsep caring dilakukan dengan identifikasi
masalah dan penyebab berdasarkan kebutuhan dan respon klien.
2.3 Perilaku Caring Yang Dapat Ditemui Dalam Tatanan Keperawatan
Caring bukanlah sesuatu yang dapat diajarkan, tetapi merupakan hasil dari
kebudayaan, nilai-nilai, pengalaman, dan dari hubungan dengan orang lain. Sikap
keperawatan yang berhubungan dengancaring adalah kehadiran, sentuhan kasih
sayang, mendengarkan, memahami klien, caring dalam spiritual, dan perawatan
keluarga.

1. Kehadiran
Kehadiran adalah suatu pertemuan antara seseorang dengan seseorang lainnya
yang merupakan sarana untuk mendekatkan diri dan menyampaikan manfaat caring.
Menurut Fredriksson (1999), kehadiran berarti “ada di” dan “ada dengan”. “Ada di”
berarti kehadiran tidak hanya dalam bentuk fisik, melainkan juga komunikasi dan
pengertian. Sedangkan “ada dengan” berarti perawata selalu bersedia dan ada untuk
klien (Pederson, 1993). Kehadiran seorang perawat membantu menenangkan rasa
cemas dan takut klien karena situasi tertekan.

2. Sentuhan
Sentuhan merupakan salah satu pendekatan yang menenangkan dimana
perawat dapat mendekatkan diri dengan klien untuk memberikan perhatian dan
dukungan. Ada dua jenis sentuhan, yaitu sentuhan kontak dan sentuhan non-kontak.
Sentuhan kontak merupakan sentuhan langsung kullit dengan kulit. Sedangkan
sentuhan non-kontak merupakan kontak mata. Kedua jenis sentuhan ini digambarkn
dalam tiga kategori :
a) Sentuhan Berorientasi-tugas
Saat melaksanakan tugas dan prosedur, perawat menggunakan sentuhan ini.
Perlakuan yang ramah dan cekatan ketika melaksanakan prosedur akan memberikan
rasa aman kepada klien. Prosedur dilakukan secara hati-hati dan atas pertimbangan
kebutuhan klien.
b) Sentuhan Pelayanan (Caring)
Yang termasuk dalam sentuhan caring adalah memegang tangan klien, memijat
punggung klien, menempatkan klien dengan hati-hati, atau terlibat dalam
pembicaraan (komunikasi non-verbal). Sentuhan ini dapat mempengaruhi keamanan
dan kenyamanan klien, meningkatkan harga diri, dan memperbaiki orientasi tentang
kanyataan (Boyek dan Watson, 1994).
c) Sentuhan Perlindungan
Sentuhan ini merupakan suatu bentuk sentuhan yang digunakan untuk melindungi
perawat dan/atau klien (fredriksson, 1999). Contoh dari sentuhan perlindungan adalah
mencegah terjadinya kecelakaan dengan cara menjaga dan mengingatkan klien agar
tidak terjatuh.
Sentuhan dapat menimbulkan berbagai pesan, oleh karena itu harus digunakan secara
bijaksana.
3. Mendengarkan
Untuk lebih mengerti dan memahami kebutuhan klien, mendengarkan merupakan
kunci, sebab hal ini menunjukkan perhatian penuh dan ketertarikan perawat.
Mendengarkan membantu perawat dalam memahami dan mengerti maksud klien dan
membantu menolong klien mencari cara untuk mendapatkan kedamaian.
4. Memahami klien
Salah satu proses caring menurut Swanson (1991) adalah memahami klien.
Memahami klien sebagai inti suatu proses digunakan perawat dalam membuat
keputusan klinis. Memahami klien merupakan pemahaman perawat terhadap klien
sebagai acuan melakukan intervensi berikutnya (Radwin,1995). Pemahaman klien
merupakan gerbang penentu pelayanan sehingga, antara klien dan perawat terjalin
suatu hubungan yang baik dan saling memahami.
5. Caring Dalam Spiritual
Kepercayaan dan harapan individu mempunyai pengaruh terhadap kesehatan fisik
seseorang. Spiritual menawarkan rasa keterikatan yang baik, baik melalui hubungan
intrapersonal atau hubungan dengan dirinya sendiri, interpersonal atau hubungan
dengan orang lain dan lingkungan, serta transpersonal atau hubungan dengan Tuhan
atau kekuatan tertinggi.
Hubungan caring terjalin dengan baik apabila antara perawat dan klien
dapat memahami satu sama lain sehingga keduanya bisa menjalin hubungan yang
baik dengan melakukan hal seperti, mengerahkan harapan bagi klien dan
perawat; mendapatkan pengertian tentang gejala, penyakit, atau perasaan yang
diterima klien; membantu klien dalam menggunakan sumber daya sosial, emosional,
atau spiritual; memahami bahwa hubungan caring menghubungkan manusia dengan
manusia, roh dengan roh.
6. Perawatan Keluarga
Keluarga merupakan sumber daya penting. Keberhasilan intervensi keperawatan
sering bergantung pada keinginan keluarga untuk berbagi informasi dengan perawat
untuk menyampaikan terapi yang dianjurkan. Menjamin kesehatan klien dan
membantu keluarga untuk aktif dalam proses penyembuhan klien merupakan tugas
penting anggota keluarga. Menunjukkan perawatan keluarga dan perhatian pada klien
membuat suatu keterbukaan yang kemudian dapat membentuk hubungan yang baik
dengan anggota keluarga klien.
2.4 Pengertian Transcultural Nursing
Transcultural Nursing adalah suatu keilmuwan budaya pada proses belajar dan
praktek keperawatan yang fokus memandang perbedaan dan kesamaan diantara
budaya dengan menghargai asuhan, sehat dan sakit didasarkan pada nilai budaya
manusia, kepercayaan dan tindakan, dan ilmu ini digunakan untuk memberikan
asuhan keperawatan khususnya budaya atau keutuhan budaya kepada manusia
(Leininger, 2002).
Konsep Transcultural Nursing
Keperawatan transkultural adalah ilmu dan kiat yang humanis yang
difokuskan pada prilaku individu atau kelompok, serta proses untuk mempertahankan
atau meningkatkan perilaku sehat dan perilaku sakit secara fisik dan psikokultural
sesuai latar belakang budaya. (Leininger, 2002).
Konsep Utama Transcultural Nursing:
Care : perawat memberikan bimbingan dukungan kepada klien à untuk meningkatkan
kondisi klien
Caring : tindakan  mendukung, berbentuk aksi atau tindakan  
Culture : perawat mempelajari, saling share/berbagi pemahaman tentang kepercayaan
dan budaya klien
Cultural care : kemampuan kognitif untuk mengetahui nilai, norma/ kepercayaan
Nilai kultur : keputusan/kelayakan  untuk bertindak
Perbedaan kultur : berupa variasi-variasi pola nilai yang ada di masyarakat mengenai
keperawatan
Cultural care university : hal-hal umum dalam sistem nilai, norma dan budaya
Etnosentris : keyakinan ide, nilai, norma, kepercayaan lebih tinggi dari yang lain
Cultural Imposion : kecenderungan tenaga kesehatan memaksakan kepercayaan
kepada klien
Peran dan Fungsi Transkultural
Budaya mempunyai pengaruh luas terhadap kehidupan individu . Oleh sebab itu ,
penting bagi perawat mengenal latar belakang budaya orang yang dirawat ( Pasien ) .
Misalnya kebiasaan hidup sehari – hari , seperti tidur , makan , kebersihan diri ,
pekerjaan , pergaulan social , praktik kesehatan , pendidikan anak  ekspresi perasaan ,
hubungan kekeluargaaan , peranan masing – masing orang menurut umur . Kultur
juga terbagi dalam sub – kultur .
Subkultur adalah kelompok pada suatu kultur yang tidak seluruhnya mengaanut
pandangan keompok kultur yang lebih besar atau memberi makna yang berbeda .
Kebiasaan hidup juga saling berkaitan dengan kebiasaan cultural.
Nilai – nilai budaya Timur , menyebabkan sulitnya wanita yang hamil mendapat
pelayanan dari dokter pria . Dalam beberapa setting , lebih mudah menerima
pelayanan kesehatan pre-natal dari dokter wanita dan bidan . Hal ini menunjukkan
bahwa budaya Timur masih kental dengan hal – hal yang dianggap tabu.
Dalam tahun – tahun terakhir ini , makin ditekankan pentingknya pengaruh kultur
terhadap pelayanan perawatan . Perawatan Transkultural merupakan bidang yang
relative baru ; ia berfokus pada studi perbandingan nilai – nilai dan praktik budaya
tentang kesehatan dan hubungannya dengan perawatannya . Leininger ( 1991 )
mengatakan bahwa transcultural nursing merupakan suatu area kajian ilmiah yang
berkaitan dengan perbedaan maupun kesamaan nilai – nilai budaya ( nilai budaya
yang berbeda ras , yang mempengaruhi pada seseorang perawat saat melakukan
asuhan keperawatan kepada pasien. Perawatan transkultural adalah berkaitan dengan
praktik budaya yang ditujukan untuk pemujaan dan pengobatan rakyat (tradisional) .
Caring practices adalah kegiatan perlindungan dan bantuan yang berkaitan dengan
kesehatan.
Menurut Dr. Madelini Leininger , studi praktik pelayanan kesehatan transkultural
adalah berfungsi untuk meningkatkan pemahaman atas tingkah laku manusia dalam
kaitan dengan kesehatannya . Dengan mengidentifikasi praktik kesehatan dalam
berbagai budaya ( kultur ) , baik di masa lampau maupun zaman sekarang akan
terkumpul persamaan – persamaan . Lininger berpendapat , kombinasi pengetahuan
tentang pola praktik transkultural dengan kemajuan teknologi dapat menyebabkan
makin sempurnanya pelayanan perawatan dan kesehatan orang banyak dan berbagai
kultur.

2.5 contoh-contoh aplikasi traskultural nursing pada beberapa


masalah kesehatan
1. Aplikasi transkultural pada masalah penyakit kronik
Penyakit kronik adalah penyakit yang timbul bukan secara tiba-tiba,
melainkan akumulasi dari sesuatu penyakit hingga akhirnya menyebabkan penyakit
itu sendiri. (Kalbe medical portal) Penyakit kronik ditandai banyak penyebab. Contoh
penyakit kronis adalah diabetes, penyakit jantung, asma, hipertensi dan masih banyak
lainnya. Ada hubungan antara penyakit kronis dengan depresi. Depresi adalah kondisi
kronis yang mempengaruhi pikiran seseorang, perasaan dan perilaku sehingga sulit
untuk mengatasi peristiwa kehidupan sehari-hari.  Seseorang yang menderita depresi
memiliki kemungkinan lebih tinggi menderita penyakit kronis seperti diabetes,
penyakit jantung atau asma. Penyebab depresi itu sendiri kompleks, terkait dengan
lingkungan interaksi seseorang maupun kepribadiaannya sendiri. Beberapa faktor
penyebab umum adalah:

• Faktor herediter • Trauma 


• Isolasi atau kesepian • Pengangguran
•  konflik Keluarga • Kesulitan penyelesaian
• Stres • Nyeri

Berbagai jenis depresi memerlukan cara yang berbeda dalam jenis


pengobatannya. Untuk depresi ringan, dapat dianjurkan untuk melakukan kegiatan-
kegiatan tertentu. Dalam kasus depresi parah, dianjurkan untuk mengkonsumsi obat
dan psikoterapi. Salah satu pendekatan yang muncul menjadi lebih umum untuk
segala bentuk depresi adalah manajemen diri. Manajemen diri mengacu pada strategi
orang menggunakan untuk berurusan dengan kondisi mereka. Dimana seseorang
melibatkan tindakan, sikap atau tujuan dalam mengambil atau membuat keputusan
untuk mempertahankan dan meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan.
      Pengobatan terhadap penyakit kronik yang telah dilakukan di masyarakat saat ini
amat beragam. Tidak dapat dipungkiri bahwa sistem pengobatan tradisional juga
merupakan sub unsur kebudayaan masyarakat sederhana yang telah dijadikan sebagai
salah satu cara pengobatan. Pengobatan inilah yang juga menjadi aplikasi dari
transkultural dalam mengobati suatu penyakit kronik. Pengobatan tradisional ini
dilakukan berdasarkan budaya yang telah diwariskan turun-temurun. Beberapa
contohnya adalah sebagai berikut:
1.            Masyarakat negeri Pangean lebih memilih menggunakan ramuan dukun untuk
menyembuhkan penyakit TBC, yaitu daun waru yang diremas dan airnya dimasak
sebanyak setengah gelas.
2.     Masyarakat di Papua percaya bahwa penyakit malaria dapat disembuhkan dengan cara
minta ampun kepada penguasa hutan lalu memetik daun untuk dibuat ramuan untuk
diminum dan dioleskan ke seluruh tubuh.
3.      Masyarakat Jawa memakan pisang emas bersamaan dengan kutu kepala (Jawa: tuma)
tiga kali sehari untuk pengobatan penyakit kuning.
      Pengobatan tradisional yang sering dipakai berupa pemanfaatan bahan-bahan
herbal. Herba sambiloto menjadi sebuah contoh yang khasiatnya dipercaya oleh
masyarakat dapat mengobati penyakit-penyakit kronik, seperti hepatitis, radang paru
(pneumonia), radang saluran nafas (bronchitis), radang ginjal (pielonefritis), radang
telinga tengah (OMA), radang usus buntu, kencing nanah (gonore), kencing manis
(diabetes melitus). Daun lidah budaya dan tanaman pare juga dijadikan sebagai
pengobatan herbal. Tumbuhan tersebut berkhasiat menyebuhkan diabetes melitus.
      Tidak hanya di Indonesia, di luar negeri pun masih ada negara yang meyakini
bahwa pengobatan medis bukan satu-satunya cara mengobati penyakit kronik.
Misalnya, di Afrika, penduduk Afrika masih memiliki keyakinan tradisional tentang
kesehatan dan penyakit. Mereka menganggap bahwa obat-obatan tradisional sudah
cukup untuk mengganti produk yag akan dibeli, bahkan mereka menggunakan dukun
sebagai penyembuh tradisional. Hal seperti ini juga terjadi di Amerika, Eropa, dan
Asia.
           

2.      Aplikasi transkultural pada gangguan nyeri


Nyeri adalah pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan
akibat dari kerusakan jaringan yang actual atau potensial. Nyeri adalah alasan utama
seseorang untuk mencari bantuan perawatan kesehatan. Selanjutnya, definisi nyeri
menurut keperawatan adalah apapun yang menyakitkan tubuh yang dikatakan
individu yang mengalaminya, yang ada kapanpun individu mengatakannya. Peraturan
utama dalam merawat pasien nyeri adalah bahwa semua nyeri adalah nyata, meskipun
penyebabnya belum diketahui. Keberadaan nyeri adalah berdasarkan hanya pada
laporan pasien bahwa nyeri itu ada.
Aplikasi transkultural pada gangguan nyeri baik yang dilakukan oleh pasien
berdasarkan apa yang dipercaya olehnya atau yang dilakukan oleh perawat setelah
melakukan pengkajian tentang latar belakang budaya pasien adalah sebagai berikut:
a.    Dengan membatasi gerak dan istirahat. Seorang pasien yang mengalami nyeri
diharuskan untuk tidak banyak bergerak karena jika banyak bergerak dapat
memperparah dan menyebabkan nyeri berlangsung lama. Menurut pandangan umat
Islam, seseorang yang menderita nyeri untuk mengurangi tau meredakannya dengan
posisi istirahat atau tidur yang benar yaitu badan lurus dan dimiringkan ke sebelah
kanan. Hal ini menurut sunah rasul. Dengan posisi tersebut diharapkan dapat
meredakan nyeri karena peredaran darah yang lancer akibat jantung yang tidak
tertindih badan sehingga dapat bekerja maksimal.
b.      Mengkonsumsi obat-obatan tradisional. Beberapa orang mempercayai bahwa ada
beberapa obat tradisional yang dapat meredakan nyeri bahkan lebih manjur dari obat
yang diberikan oleh dokter. Misalnya, obat urut dan tulang ‘Dapol Siburuk’ dari
burung siburuk yang digunakan oleh masyarakat Batak.
c.       Dengan dipijat atau semacamnya. Kebanyakan orang mempercayai dengan dipijat
atau semacamnya dapat meredakan nyeri dengan waktu yang singkat. Namun, harus
diperhatikan bahwa apabila salah memijat akan menyebabkan bertambah nyeri atau
hal-hal lain yang merugikan penderita. Dalam budaya Jawa ada yang disebut dukun
pijat yang sering didatangi orang banyak apabila mengalami keluhan nyeri misalnya
kaki terkilir.
Dalam menerapkan transkultural pada gangguan nyeri harus tetap
mempertahankan baik buruknya bagi si pasien. Semua aplikasi transkultural
sebaiknya dikonsultasikan kepada pihak medis agar tidak menimbulkan hal yang
tidak diinginkan.
3.  Aplikasi transkultural pada gangguan kesehatan mental
Berbagai tingkahlaku luar biasa yang dianggap oleh psikiater barat sebagai
penyakit jiwa ditemukan secara luas pada berbagai masyarakat non-barat. Adanya
variasi yang luas dari kelompok sindroma dan nama-nama untuk menyebutkannya
dalam berbagai masyarakat dunia, Barat maupun non-Barat, telah mendorong para
ilmuwan mengenai tingkahlaku untuk menyatakan bahwa penyakit jiwa adalah suatu
‘mitos’, suatu fenomena sosiologis, suatu hasil dari angota-anggota masyarakat yang
‘beres’ yang merasa bahwa mereka membutuhkan sarana untuk menjelaskan,
memberi sanksi dan mengendalikan tingkahlaku sesama mereka yang menyimpang
atau yang berbahaya, tingkahlaku yang kadang-kadang hanya berbeda dengan
tingkahlaku mereka sendiri. Penyakit jiwa tidak hanya merupakan ‘mitos’, juga
bukan semata-semata suatu masalah sosial belaka. Memang benar-benar ada
gangguan dalam pikiran, erasaan dan tingkahlaku yang membutuhkan pengaturan
pengobatan.(Edgerton 1969 : 70). Nampaknya, sejumlah besar penyakit jiwa non-barat lebih
dijelaskan secara personalistik daripada naturalistik.
Sebagaimana halnya dengan generalisasi, selalu ada hal-hal yang tidak dapat
dimasukkan secara tepat ke dalam skema besar tersebut. Kepercayaan yang tersebar
luas bahwa pengalaman-pengalaman emosional yang kuat seperti iri, takut, sedih,
malu, dapat mengakibatkan penyakit, tidaklah tepat untuk diletakkan di dalam salah
satu dari dua kategori besar tersebut. Mungkin dapat dikatakan bahwa tergantung
situasi dan kondisi, kepercayaan-kepercayaan tersebut boleh dikatakan cocok untuk
dikelompokkan ke dalam salah satu kategori. Misalnya, susto, penyakit yang
disebabkan oleh ketakutan, tersebar luas di Amerika Latin dan merupakan angan-
angan. Seseorang mungkin menjadi takut karena bertemu dengan hantu, roh, setan,
atau karena hal-hal yang sepele, seperti jatuh di air sehingga takut akan mati
tenggelam. Apabila agen-nya berniat jahat, etiologinya sudah tentu bersifat
personalistik. Namun, kejadian-kejadian tersebut sering merupakan suatu kebetulan
atau kecelakaan belaka bukan karena tindakan yang disengaja. Dalam ketakutan akan
kematian karena tenggelam, tidak terdapat agen-agen apa pun.
Kepercayaan-kepercayaan yang sudah dijelaskan di atas menimbulkan
pemikiran-pemikiran untuk melakukan berbagai pengobatan jika sudah terkena agen.
Kebanyakan pengobatan yang dilakukan yaitu mendatangi dukun-dukun atau tabib-
tabib yang sudah dipercaya penuh. Terlebih lagi untuk pengobatan gangguan mental,
hampir seluruh masyarakat desa mendatangi dukun-dukun karena mereka percaya
bahwa masalah gangguan jiwa/mental disebabkan oleh gangguan ruh jahat. Dukun-
dukun biasanya melakukan pengobatan dengan cara mengambil dedaunan yang
dianggap sakral, lalu menyapukannya ke seluruh tubuh pasien. Ada juga yang
melakukan pengobatan dengan cara menyuruh pihak keluarga pasien untuk membawa
sesajen seperti, berbagai macam bunga atau binatang ternak.

Para ahli antropologi menaruh perhatian pada ciri-ciri psikologis shaman.


Shaman adalah seorang yang tidak stabil dan sering mengalami delusi, dan mungkin
ia adalah seorang wadam atau homoseksual.namun apabila ketidakstabilan jiwanya
secara budaya diarahkan pada bentuk-bentuk konstruktif, maka individu tersebut
dibedakan dari orang-orang lain yang mungkin menunjukkan tingkahlaku serupa,
namun digolongkan sebagai abnormal oleh para warga masyarakatnya dan
merupakan subyek dari upacara-upacara penyembuhan. Dalam pengobatan, shaman
biasanya berada dalam keadaan kesurupan (tidak sadar), dimana mereka berhubungan
dengan roh pembinanya untuk mendiagnosis penyakit. para penganut paham
kebudayaan relativisme yang ekstrim menggunakan contoh shamanisme sebagai
hambatan utama dalam arguentasi mereka bahwa apa yang disebut penyakit jiwa
adalah sesuatu yang bersifat kebudayaan.
Dalam banyak masyarakat non-Barat, orang yang menunjukkan tingkahlaku
abnormal tetapi tidak bersifat galak maka sering diberi kebebasan gerak dalam
masyarakat mereka, kebutuhan mereka dipenuhi oleh anggota keluarga mereka.
Namun, jika mereka mengganggu, mereka akan dibawa ke sutu temapt di semak-
semak untuk ikuci di kamrnya. Sebuah pintu khusus (2 x 2 kaki) dibuat dalam rumah,
cukup untuk meyodorkan makanan saja bagi mereka dan sebuah pintu keluar untuk
keluar masuk komunitinya.
Usaha-usaha untuk membandingkan tipe-tipe gangguan jiwa secara lintas-budaya
umumnya tidak berhasil, sebagian disebabkan oleh kesulitan-kesulitan pada tahapan
penelitian untuk membongkar apa yang diperkirakan sebagai gejala primer dari gejala
sekunder. Misalnya, gejala-gejala primer yaitu yang menjadi dasar bagi depresi.
Muncul lebih dulu dan merupakan inti dari gangguan. Gejala-gejala sekunder dilihat
sebagai reaksi individu terhadap penyakitya ; gejala-gejala tersebut berkembang
karena ia berusaha untuk menyesuaikan diri dengan tingkahlakunya yang berubah.

4. Kasus Transkultural terhadap Diabetes


1. Tinjauan Kasus
Nilai Gula Darah Normal
Kebanyakan manusia bervariasi sekitar 82-110 mg/dl pada keadaan sebelum makan.
Setelah makan akan naik sekitar 140 mg/dl. The American Diabetes Association
merekomendasikan kadar glukosa pasca-makan <180 mg/dl dan pra-makan pada
kadar 90-130 mg/ dl. Pada laki-laki dewasa sehat denagn berat 75 kg dan volume 5
liter darah, glukosa levelnya 110 mg/dl.
Pada penderita diabetes, kadar glukosa saat puasa >126 mg/ dl dan saat normal >200
mg/ dl.
a.   Masalah yang ditemukan pada kasus tersebut, diantaranya :
v  Laki-laki usia 50 tahun,
v  Pingsan saat rapat di kantornya,
v  Kadar gula darahnya mencapai 450mg/dl,
v  Dua tahun didiagnosis menderita Diabetes Mellitus tipe II,
v  Kegemukan, dan
v  Kesulitan mengatur makanannya karena kebiasaan budaya Jawanya makan makanan
yang manis.
b.Analisis kasus
Ditinjau dari keadaan fisik :
-          Kegemukan
-          Kadar gula darah di atas normal
Ditinjau dari pola hidup :
-          Kurang aktivitas fisik
-          Banyak mengkonsumsi makanan mengandung gula
c.   Peran perawat
o   Memberi interferensi berupa konsultasi, penyuluhan komunitas dan
pasien,bantuan dalam menjaga pola makan dan melakukan implementasi
independent dari dokter berupa pemberian obat dan aturan pemakaian.
o   Memberikan pelayanan kesehatan selama medikasi di rumah sakit dan
menjaga kondisi kesehatan pasien agar tidak menurun bahkan meningkatkan
kondisi kesehatannya.

d.   Peran dari segi transkultural


o   Memberi pendidikan kesehatan komunitas menyangkut deskripsi DM, diet dan
bahayanya
o   Mengkaji jenis makanan yang biasa dikonsumsi komunitas tersebut
o   Menghimbau pola makan yang sesuai untuk diet DM dan juga dapat diterima
pada budaya pasien→dapat berupa mengganti gula yang ditolerir oleh penderita DM
atau mengurangi konsumsi gula yang biasa digunakan.
BAB III
PENUTUP

3.1.     KESIMPULAN
Pelayanan esensial yang diberikan oleh perawat terhadap individu, keluarga ,
kelompok dan masyarakat yang mempunyai masalah kesehatan meliputi promotif,
preventif, kuratif dan rehabilitatif dengan menggunakan proses keperawatan untuk
mencapai tingkat kesehatan yang optimal. Keperwatan adalah suatu bentuk pelayanan
professional sebagai bagian integral pelayanan kesehatan berbentuk pelayanan
biologi, psikologi, social dan spiritual secara komprehensif, ditujukan kepada
individu keluarga dan masyarakat baik sehat maupun sakit mencakup siklus hidup
manusia.
Asuhan keperawatan diberikan karena adanya kelemahan fisik maupun mental,
keterbatasan pengetahuan serta kurang kemauan menuju kepada kemampuan
melaksanakan kegiatan sehari-hari secara mandiri. Kegiatan ini dilakukan dalam
upaya peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit, penyembuhan, pemulihan serta
pemeliharaan kesehatan dengan penekanan pada upaya pelayanan kesehatan utama
(Primary Health care) untuk memungkinkan setiap orang mencapai kemampuan
hidup sehat dan produktif.

3.2 SARAN
Dalam penyusunan kurikulum pendidikan perawatan seyogyanya memasukkan
unsur caring dalam setiap mata kuliah. Penekanan pada humansitik, kepedulian dan
kepercayaan, komitmen membantu orang lain dan berbagai unsur caring yang lain
harus sudah dibangun sejak perawat dalam masa pendidikan. Selain itu perlu
dilakukan sosialisasi konsep caring pada perawat guna memberikan pemahaman yang
mendalam tentang apa yang harus dilakukan perawat agar bersikap caring dalam
setiap kontak dengan pasien. Indikator-indikator caring harus dikenal dan
diaplikasikan dalam perawatan serta dievaluasi secara terus menerus.

DAFTAR PUSTAKA

 http://andaners.wordpress.com/2009/04/28/konsep-keperawatan-komunitas/
Watson, Jean. (2004). Theory of human Caring. Http: //www2.uchse.edu/son/caring
Meidiana Dwidiyanti. 2008. Keperawatan Dasar. Semarang. Hasani
 http://usfinit-engky.blogspot.com/2011/12/makalah-konsep-caring.html
  http://teguhyudi-teguhyudi.blogspot.com/2011/07/aplikasi-konsep-caring-dalam-
praktek.html
No.2. Makalah Sistem Pelayanan Kesehatan

BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
      Sistem pelayanan kesehatan merupakan suatu yang sangat penting di dalam dunia
kesehatan melalui sistem ini diharapkan kualitas kesehatan khususnya di Indonesia.
Melalui sistem ini tujuan pembangunan kesehatan dapat tercapai dengan cara efektif
dan tepat sasaran. Keberhasilan sistem pelayanan kesehatan tergantung dari berbagai
komponen yang masuk dalam pelayanan kesehatan diantaranya perawat, dokter, atau
tim kesehatan lain yang saling menunjang.
      Definisi pelayanan kesehatan menurut Prof. Dr. Soekitjo Notoatmojo pelayanan
kesehatan adalah sebuah subsistem pelayanan kesehatan yang tujuan utamanya adalah
pelayanan prefentif (pencegahan) dan promotif (peningkatan kesehatan) dengan
sasaran masyarakat.

Sistem ini akan memberikan kualitas pelayanan kesehatan yang efektif dengan
melihat nilai-nilai yang ada di masyarakat di harapkan perawat dapat memberikan
pelayanan dengan kualitas yang bagus.
            Dalam mempelajari system, maka terlebih dahulu harus memahami teori
tentang system akan memudahkan dalam memecahkan persoalan yang ada da;lam
system. Sistem tersebut terdiri dari subsistem yang membentuk sebuah system yang
antara yang satu dengan yang lainnya harus saling mempengaruhi.
 Dalam teori system disebutkan bahwa system itu terbentuk dari subsistem yang
saling berhubungan dan saling mempengaruhi. Bagian tersebut terdiri dari input,
proses, output, dampak, umpan balik dan lingkungan yang semuanya saling
berhubungan dan saling mempengaruhi.
<!--[if !supportLists]-->1.2  <!--[endif]--> Rumusan Masalah
<!--[if !supportLists]-->1.    <!--[endif]-->Bagaimana teori dari sistem pelayanan
kesehatan?
<!--[if !supportLists]-->2.    <!--[endif]-->Bagaimana tingkat pelayanan kesehatan dari
sistem pelayanan kesehatan?
<!--[if !supportLists]-->3.    <!--[endif]-->Apa saja lembaga pelayanan kesehatan?
<!--[if !supportLists]-->4.    <!--[endif]-->Bagaimana lingkup sistem pelayanan
kesehatan?
<!--[if !supportLists]-->5.    <!--[endif]-->Apakah faktor yang mempengaruhi pelayanan
kesehatan?
                                                                                                                       
<!--[if !supportLists]-->1.3  <!--[endif]--> Tujuan
<!--[if !supportLists]-->1.    <!--[endif]-->Mengetahui sistem-sistem dari pelayanan
kesehatan
<!--[if !supportLists]-->2.    <!--[endif]-->Mengetahui tingkatan pelayanan kesehatan dari
sistem pelayanan kesehatan
<!--[if !supportLists]-->3.    <!--[endif]-->Mengetahui beberapa lembaga yang terkait
dengan pelayanan kesehatan
<!--[if !supportLists]-->4.    <!--[endif]-->Mengetahui ruang lingkup dari sistem
pelayanan kesehatan
<!--[if !supportLists]-->5.    <!--[endif]-->Mengetahui faktor yang mempengaruhi
pelayanan kesehatan

BAB II
ISI
2.1 Definisi Sistem Pelayanan Kesehatan
      Defini dari sistem pelayanan kesehatan adalah sebuah konsep dimana konsep ini
memberikan layanan kesehatan kepada masyarakat. Definisi pelayanan kesehatan
menurut Prof. Dr. Soekitjo Notoatmojo pelayanan kesehatan adalah sebuah subsistem
pelayanan kesehatan yang tujuan utamanya adalah pelayanan prefentif (pencegahan)
dan promotif (peningkatan kesehatan) dengan sasaran masyarakat. Dan menurut
Level dan Loomba pelayanan kesehatan adalah upaya yang diselenggarakan sendiri
atau secara bersama-sama dalam waktu organisasi dalam memelihara dan
menigkatkan kesehatan, mencegah dan menyembuhkan penyakit serta memulihkan
kesehatan.

2.2   Teori Sistem Pelayanan kesehatan


            Teori sistem pelayanan kesehatan meliputi:
<!--[if!supportLists]-->1.   <!--[endif]-->Input
Merupakan subsistem yang akan memberikan segala masukan untuk
berfungsinya sebuah sistem, seperti system pelayanan kesehatan, maka masukan
dapat berupa potensi masyarakat, tenaga kesehatan, sarana kesehatan dan lain-lain.
<!--[if!supportLists]-->2.   <!--[endif]-->Proses
Suatu kegiatan yang berfungsi untuk mengubah sebuah masukan untuk
menjadikan sebuah hasil yang diharapkan  dari system tersebut, sebahaimana contoh
dalam system pelayanan kesehatan, maka yang dimaksud proses adalah berbagai
kegiatan dalam pelayanan kasehatan.
<!--[if!supportLists]-->3.   <!--[endif]-->Output
Hasil berupa layanan kesehatan yang berkualitas, efektif dan efisien serta dapat
di jangkau oleh seluruh lapisan masyarakat sehingga pasien sembuh dan sehat
optimal.
<!--[if !supportLists]-->4.    <!--[endif]-->Dampak
Merupakan akibat yang dihasilkan sebuah hasil bari system, yang terjadi relative
lama waktunya. Setelah hasil dicapai, sebagaimana dalam system pelayanan
kesehatan , maka dampaknya akan menjadikan masyarakat sehat dan mengurangi
angka kesakitan dan kematian karena pelayanan terjangkau oleh masyarakat.
<!--[if !supportLists]-->5.    <!--[endif]-->Umpan Balik
Merupakan suatu hasil yang sekaligus menjadikan masukan dan ini terjadi dari
sebuah system yang saling berhubungan dan saling mempengaruhi. Umpan balik
dalam system pelayanan kesehatan dapat berupa kualitas tenaga kesehatanyang juga
dapat menjadikan input yang selalu meningkat.
<!--[if!supportLists]-->6.   <!--[endif]-->Lingkungan
Lingkungan disini adalah semus keadaan diluar system tetati dapat
mempengaruhi pelayanan kesehatan sebagaimana dalam system pelayanan kesehatan,
lingkungan yang dimaksud dapat berupa lingkungan strategis, atau situasi kondisi
social yang ada di masyarakat seperti institusi di luar pelayanan masyarakat.

2.3       Tingkatan Pelayanan Kesehatan


                        Tingkat pelayanan kesehatan dalam sistem pelayanan kesehatan adalah
:
<!--[if !supportLists]-->1)    <!--[endif]-->Health promotion ( promosi kesehatan )
Tingkat pelayanan kesehatan ini merupakan tingkat pertama dalam memberikan
pelayanan melalui peningkatan kesehatan dan bertujuan untuk meningkatkan status
kesehatan agar masyarakat tidak terjadi gangguan kesehatan.
<!--[if !supportLists]-->2)    <!--[endif]-->Spesific protection ( perlindungan khusus )
Dilakukan untuk melindungi masyarakat dari bahaya yg akan menyebabkan
penurunan status kesehatan. Contohnya pemberian imunisasi.
<!--[if !supportLists]-->3)    <!--[endif]-->Early diagnosis and prompt treatment
(diagnosis dini dan pengobatan segera)
Dilaksanakan dalam mencegah meluasnya penyakit yang lebih lanjut serta dampak
dari tibulnya penyakit sehingga tidak terjadi penyebaran.
<!--[if !supportLists]-->4)    <!--[endif]-->Disability Limitation (Pembatasan Cacat)
Dilakukan untuk mencegah agar pasien atau masyarakat tidak mengalami dampak
kecacatan akibat penyakit yang ditimbulkan
<!--[if!supportLists]-->5)   <!--[endif]-->Rehabilitation
Dilaksanakan setelah pasien didiagnosis sembuh. Tahap ini dijumpai pada fase
pemulihan terhadap kecacatan sebagaimana program latihan ini diberikan pada
pasien.

2.4 Lembaga Pelayanan Kesehatan


            Lembaga Pelayanan Kesehatan merupakan tempat pemberian pelayanan
kesehatan pada masyarakat dalam rangka meningkatkan status kesehatan. Tempat
pelayanan kesehatan sangat bervariasi berdasarkan tujuan pelayanan kesehatan dapat
berupa rawat jalan, institusi kesehatan, comunity based agency dan hospice.
<!--[if !supportLists]-->1.    <!--[endif]-->Rawat Jalan
Lembaga ini bertujuan untuk memberikan pelayanan kesehatan pada tingkat
pelaksanaan diagnosis dan pengobatan pada penyakit yang akut atau mendadak dan
kronis yang memungkinkan tidak terjadi rawat inap.
<!--[if!supportLists]-->2.   <!--[endif]-->Institusi
Lembaga ini merupakan pelayanan kesehatan yang fasilitasnya cukup dalam
memberikan berbagai tingkat kesehatan seperti rumah sakit, pusat rehabilitasi, dan
lain lain.
<!--[if !supportLists]-->3.    <!--[endif]-->Community Based Agency
Bagian dari lembaga pelayanan kesehatan yang dilakukan pada klien
sebagaimana pelaksanaan perawatan keluarga seperti praktek rawat keluarga dan lain
lain.
<!--[if !supportLists]-->4.    <!--[endif]-->Hospice
Lembaga ini bertujuan untuk memberikan pelayanan kesehatan yang di fokuskan
pada klien yang sakit terminal agar lebih tenang dan biasanya digunakan dalam home
care.
2.5 Lingkup Sistem Pelayanan Kesehatan
            1. Primary Health Care (Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama)
        Pelayanan Kesehatan ini dibutuhkan atau dilaksanakan pada masyarakat yang
memiliki masalah kesehatan yang ringan.
2. Secondary Health Care (Pelayanan Kesehatan Tingkat Kedua)
                        Diperlukan bagi masyarakat yang membutuhkan perawatan di rumah
sakit atau rawat inap dan dilaksanakan di pelayanan kesehatan utama.
3. tertiary Health Service (Pelayanan Kesehatan Tingkat Ketiga)
                        Pelayanan kesehatan merupakan tingkat pelayanan yang tertinggi.
Biasanya pelayanan ini membutuhkan tenaga-tenaga yang ahli.

2.6  Pelayan Perawatan Dalam Pelayanan Kesehatan


            Pelayanan keperawatan merupakan bagian dari pelayanan kesehatan
semuanya dapat dilaksanakan oleh tenaga keperawatan dalam menigkatkan derajat
kesehatan. contoh pelayanan kesehatan dalam tingkat dasar yang dilakukan di lingkup
puskesmas dengan pendekatan asuhan keperawatan keluarga diantaranya mengenal
masalah kesehatan secara dini, mengambil keputusan, menanggulangi keadaan secara
darurat bila terjadi kecelakaan, memberikan pelayanan keperawatan dasar.

2.7 Faktor yang Mempengaruhi Pelayanan Kesehatan


1. Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Baru
            Perkembangan Iptek akan diikuti dengan pelayanan kesehatan, seperti dalam
pelayanan kesehatan untuk mengatasi masalah penyakit-penyakit yang sulit. Dapat
menggunakan alat seperti laser, terapi perubahan gen, dan lain lain.
2. Pergeseran Nilai Masyarakat
            Masyarakat yang sudah maju dalam pengetahuan yang tinggi maka akan
memiliki kesadaran yang lebih dalam pemanfaatan kesehatan sebaliknya masyarakay
yang memiliki pengetahuan yang murang akan memiliki kesadaran yang rendah
terhadap layanan kesehatan sehingga kondisi demikian akan sangat mempengaruhi
sistem pelayanan kesehatan.
3, Aspek Legal Dan Etik
           Tingginya kesadaran masyarakat terhadap penggunaan pelayanan kesehatan,
maka diimbangi pula tingginya tuntutan hukum dan etik sehingga pelayanan
kesehatan dituntut untuk profesional dengan memperhatikan nilai-nilai hukum dan
etika yang ada di masyarakat.
<!--[if !supportLists]-->4.    <!--[endif]-->Ekonomi
Pelaksanaan pelayanan kesehatan akan dipengaruhi oleh tingkat ekonomi
masyarakat. Semakin tinggi ekonomi seseorang, pelayanan kesehatan akan lebih di
perhatikan begitu juga sebaliknya maka sangat sulit menjangkau pelayanan kesehatan
mengingat biaya dalam jasa pelayanan kesehatan membutuhkan biaya yang cukup
mahal.
<!--[if !supportLists]-->5.    <!--[endif]-->Politik
Kebijakan pemerintah akan sangat berpengaruh dalam sisitem pemberian pelayanan
kesehatan. Kebijakan-kebijakan yang ada dapat memberikan pola dalam sistem
pelayanan.

2.8 VISI
            Visi dan Misi ini akan diwujudkan melalui 6 Rencana Strategi Tahun 2010 – 2014,
yaitu:

1. Meningkatkan pemberdayaan masyarakat, swasta dan masyarakat madani dalam


pembangunan kesehatan melalui kerjasama nasional dan global
2. Meningkatkan pelayanan kesehatan yang merata, bermutu dan berkeadilan, serta
berbasis bukti,: dengan pengutamaan pada upaya promotif dan preventif
3. MEningkatkan pembiayaan pembangunan kesehatan, terutama untuk mewujudkan
jaminan social kesehatan nasional
4. Meningkatkan pengembangan dan pendayagunaan SDM kesehatan yang merata
dan bermutu
5. Meningkatkan ketersediaan, pemerataan, dan keterjangkauan obat dan alat
kesehatan serta menjamin keamanan, khasiat, kemanfaatan, dan mutu sediaan
farmasi, alat kesehatan dan makanan
6. Meningkatkan manajemen kesehatan yang akuntabel, transparan, berdayaguna dan
berhasilguna untuk memantapkan desentralisasi kesehatan yang bertanggung jawab.

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
            Dari makalah diatas dapat disimpulkan bahwa sistem pelayanan kesehatan
adalah sebuah konsep dimana konsep ini memberikan layanan kesehatan kepada
masyarakat.Sistem pelayanan kesehatan juga memiliki beberapa teori seperti input,
proses, output, dampak, umpan balik dan lingkungan.Selain itu sistem pelayanan
kesehatan memiliki beberapa tingkatan seperti promosi kesehatan, perlindungan
khusus, diagnosa dini dan pengobatan segera, pembatasan cacat, dan rehabilitas.
Dalam sistem pelayanan kesehatan terdapat beberapa lembaga yang terkait
seperti rawat jalan, institusi, hospice, community based agency dalam rangka
meningkatkan status kesehatan. Sistem pelayanan kesehatan terbagi atas beberapa
lingkup yang berbeda yaitu pelayanan kesehatan tingkat pertama,pelayanan kesehatan
tingkat kedua, dan pelayanan kesehatan tingkat ketiga, subsistem pelayanan
kesehatan tersebut memiliki tujuan masing-masing dengan tidak meninggalkan tujuan
umum dari pelayanan kesehatan. Adapula pelayanan keperawatan merupakan bagian
dari pelayanan kesehatan yang meliputi pelayanan dasar dan pelayanan rujukan,
tetapi tidak segalanya tercapai sasaran akan tetapi membutuhkan suatu proses untuk
mengetahui masalah yang ditimbulkannya pelaksanaan pelayanan kuga akan lebih
berkembang atau sebaliknya akan terhambat karena dipengaruhi oleh beberapa faktor
seperti ilmu pengetahuan dan teknologi baru, pergeseran nilai masyarakat, aspek legal
dan etik, ekonomi dan politik.
3.2 Saran
            Dalam sistem pelayanan kesehatan perlu terus di tingkatkannya mutu serta
kualitas dari pelayanan kesehatan agar sistem pelayanan ini dapat berjalan dengan
efektif, itu semua dapat dilakukan dengan melihat nilai-nilai yang ada di masyarakat,
dan di harapkan perawat dapat memberikan pelayanan dengan kualitas yang bagus
dan baik

DAFTAR PUSTAKA

Alimul Hidayat, A. Aziz. 2008. Pengantar Kosep Dasar Keperawatan. Jakarta:


Salemba Medika
No.3. Makalah Sejarah Perkembangan Keperawatan

BAB I

PENDAHULUAN

 Latar Belakang
Menurut kelompok kami, merawat orang sakit merupakan salah satu sifat
kemanusiaan yang terdapat dalam diri manusia. Politik, agama, serta keadaan
masyarakat selama ini memainkan perananan dalam timbulnya pekerjaan
keperawatan.
Di dunia ini, setiap orang pasti pernah merasakan sakit. Bukan hanya, dokter saja
yang mampu mengobati, dokter juga pastinya membutuhkan rekan kerja yang dapat
membantunya ,yang dapat mengerti tentang masalah medis. Perawatan bagi individu
yang sehat ataupun sakit, dari segala umur, latar belakang, budaya ,emosi, psikologis,
intelektual, social, dan kebutuhan rohani.
Pada masalah lalu, pasang surut keperawatan selalu berkaitan dengan peperangan,
serta kemakmuran. Perkembangan keperawatan di Indonesia dipengaruhi oleh kondisi
social ekonomi yaitu pada saat penjajahan Belanda, Inggris, dan Jepang. Pada
umumnya pelayanan orang-orang sakit tersebut dipandang sebagai suatu tindakan
amal.

3. Tujuan

4. Tujuan Umum

Makalah ini bertujuan untuk memperkenalkan aspek-aspek umum tentang


berkembangnya kesehatan di Dunia.

3. Tujuan Khusus

Makalah ini bertujuan untuk meningkatkan minat pembaca untuk mengetahui lebih
luas lagi tentang perkembangan keperawatan di Dunia dan di Indonesia.

BAB II
SEJARAH PERKEMBANGAN KEPERAWATAN

A.Definisi Keperawatan

Perawat adalah mereka yang memiliki kemampuan dan kewenangan


melakukan tindakan keperawatan berdasarkan ilmu yang dimilikinya yang diperoleh
melalui pendidikan keperawatan (UU Kesehatan No. 23, 1992).
Menurut Effendy (1995), perawatan adalah pelayanan essensial yang diberikan oleh
perawat terhadap individu, keluarga dan masyarakat. Pelayanan yang diberikan
adalah upaya mencapai derajat kesehatan semaksimal mungkin sesuai dengan potensi
yang dimiliki dalam menjalankan kegiatan di bidang promotif, preventif, kuratif dan
rehabilitatif dengan menggunakan proses keperawatan.
Merawat mempunyai suatu posisi sentral. Merawat merupakan suatu kegiatan
dalam ruang lingkup yang luas yang dapat menyangkut diri kita sendiri, menyangkut
sesuatu yang lain dan menyangkut lingkungan. Jika kita merawat sesuatu, kita
menginginkan hasil yang dicapai akan memuaskan. Jadi kita akan selalu berusaha
untuk mencapai sesuatu keseimbangan antara keinginan kita dan hasil yang akan
diperoleh.

B.Sejarah Perkembangan Keperawatan di Dunia

2. Sejarah  Perkembangan Keperawatan di Dunia

Merawat orang sama tuanya dengan keberadaan umat manusia. Oleh karena itu
perkembangan  keperawatan, termasuk yang kita ketahui saat ini, tidak dapat
dipisahkan dan sangat dipengaruhi oleh perkembangan struktur dan kemajuan
peradaban manusia. Kepercayaan terhadap animisme, penyebaran agama-agama
besar dunia serta kondisi sosial ekonomi masyarakat.

2. Perkembangan Keperawatan Masa Sebelum Masehi


Pada masa sebelum masehi perawatan belum begitu berkembang, disebabkan
masyarakat lebih mempercayai dukun untuk mengobati dan merawat penyakit.
Dukun dianggap lebih mampu untuk mencari, mengetahui, dan mengatasi roh yang
masuk ke tubuh orang sakit. Demikian juga di Mesir yang bangsanya masih
menyembah Dewa Iris agar dapat disembuhkan dari penyakit. Sementara itu bangsa
Cina menganggap penyakit disebabkan oleh setan atau makhluk halus dan akan
bertambah parah jika orang lain menyentuh orang sakit tersebut.

2. Perkembangan Keperawatan Masa Setelah Masehi

Kemajuan pradaban manusia dimulai ketika manusia mengenal agama.


Penyebaran agama sangat mempengaruhi perkembangan peradaban manusia,
sehingga berdampak positif terhadap perkembangan keperawatan.

3. Perkembangan Keperawatan Masa Penyebaran Kristen

Pada permulaan Masehi, Agama Kristen mulai berkembang. Pada masa itu,
keperawatan mengalami kemajuan yang berarti, seiring dengan kepesatan
perkembangan Agama Kristen. Ini dapat di lihat pada masa pemerintahan Lord
Constantine, yang mendirikan Xenodhoeum atau hospes (latin), yaitu tempat
penampungan orang yang membutuhkan pertolongan terutama bagi orang-orang sakit
yang memerlukan pertolongan dan perawatan.

2. Perkembangan Keperawatan Masa Penyebaran Islam

Pada pertengahan Abad VI Masehi, Agama Islam mulai berkembang. Pengaruh


Agama Islam terhadap perkembangan keperawatan tidak terlepas dari keberhasilan
Nabi Muhammad SAW menyebarkan Agama Islam. Memasuki Abad VII Masehi
Agama Islam tersebar ke berbagai pelosok Negara. Pada masa itu di Jazirah Arab
berkembang pesat ilmu pengetahuan seperti: ilmu pasti, ilmu kimia, hygiene dan
obat-obatan. Prinsip-prinsip dasar perawatan kesehatan seperti pentingnya menjaga
kebersihan makanan, air dan lingkungan berkembang secara pesat. Tokoh
keperawatan yang terkenal dari dunia Arab pada masa tersebut adalah “Rafida”.\

2. Perkembangan Keperawatan Masa Kekuasaan

Pada permulaan Abad XVI, struktur dan orientasi masyarakat mengalami


perubahan, dari orientasi kepada agama berubah menjadi orientasi kepada kekuasaan,
yaitu: perang, eksplorasi kekayaan alam serta semangat kolonialisme. Pada masa itu
telah terjadi kemunduran terhadap perkembangan keperawatan, dimana gereja dan
tempat-tempat ibadah ditutup, sehingga tenaga perawat sangat jauh berkurang. Untuk
memenuhi kekurangan tenaga tersebut maka digunakanlah bekas wanita jalanan
(WTS) yang telah bertobat sebagai, sehingga derajat seorang perawat turun sangat
drastis dipandangan masyarakat saat itu.

4. Perkembangan Keperawatan Di Inggris

Perkembangan keperawatan di Inggris sangat penting untuk kita pahami, karena


Inggris melalui Florence Nightingle telah membuka jalan bagi kemajuan dan
perkembangan keperawatan yang kemudian diikuti oleh negara-negara lain.

Florence Nightingle, lahir dari keluarga kaya dan terhormat pada tahun 1820 di
Flronce (Italia). Setahun setelah kelahirannya, keluarga Florence kembali ke Inggris.
Di Inggris Florence mendapatkan pendidikan sekolah yang baik sehingga ia mampu
menguasai bahasa Perancis, Jerman, dan Italia. Pada usia 31 tahun Florence
mengikuti kursus pendidikan perawat di Keiserwerth (Italia) dan Liefdezuster di
Paris, dan setelah pendidikan ia kembali ke Inggris.
Pada saat Perang Krim (Crimean War) terjadi di Turki tahun 1854, Florence
bersama 38 suster lainnya di kirim ke Turki. Berkat usaha Florence dan teman-teman,
telah terjadi perubahan pada bidang hygiene dan keperawatan dengan indikator angka
kematian turun sampai 2%. Kontribusi Florence Nightingle bagi perkembangan
keperawatan adalah menegaskan bahwa nutrisi merupakan satu bagian penting dari
asuhan keperawatan, meyakinkan bahwa okupasional dan rekreasi merupakan suatu
terapi bagi orang sakit, mengidentifikasi kebutuhan personal klien dan peran perawat
untuk memenuhinya, menetapkan standar manajemen rumah sakit, mengembangkan
suatu standar okupasi bagi klien wanita, mengembangkan pendidikan keperawatan,
menetapkan 2 (dua) komponen keperawatan, yaitu: kesehatan dan penyakit.
Meyakinkan bahwa keperawatan berdiri sendiri dan berbeda dan berbeda dengan
profesi kedokteran dan menekankan kebutuhan pendidikan berlanjut bagi perawat.
4. Penyebaran Keperawatan di Dunia

5. a) Mesir

Bangsa mesir pada zaman purba telah menyembah banyak dewa. Dewa yang
terkenal antara lain Isis. Mereka beranggapan bahwa dewa ini menaruh minat
terhadap orang sakit dan memberikan pertolongan pada waktu si sakit sedang tidur.
Didirikanlah kuil yang merupakan rumah sakit pertama di mesir. Ilmu ketabiban
terutama ilmu bedah telah dikenal oleh bangsa mesir zaman purba (± 4800 SM).
Dalam menjalankan tugasnya sebagai tabib ia menggunakan bidai (spalk), alat-alat
pembalut, ia mempunyai pengetahuan tentang anatomi, Hygienr umum serta tentang
obat-obatan. Didalam buku-buku tertulis dalam kitab Papyrus didalamnya memuat
kurang lebih 700 macam resep obat-obatan dari Mesir.

b ) Babylon dan Syiria

Ilmu pengetahuan tentang anatomi dan obat-obat ramuan telah diketahui oleh bangsa
Babylon sejak beberapa abad SM. Pada salah satu tulisan yang menyatakan bahwa
pada 680 SM orang telah mengetahui cara menahan darah yang keluar dari hidung
dan merawat jerawant pada muka. Bangsa Babylon menyembah dewa oleh karena itu
perawatan atau pengobatan berdasarkan kepercayaan tersebut.

c ) Yahudikuno
Ilmu pengetahuan bangsa Yahudi banyak di peroleh dari bangsa Mesir.
Misalnya : cara-cara memberi pengobatan orang yang terkenal adalah Musa. Ia juga
dikenal sebagai seorang ahli hygiene. Dibawah pimpinannya bangsa Yahgudi
memajukan minatnya yang besar terhadap kebersihan umum dan kebersihan diri.
Undang-undang kesehatan bangsa Yahudi menjadi dasar bagi hygiene modern
dimana cara-cara dan peraturannya sesuai dengan bakteriologi zaman sekarang,
misalnya :

1)      Pemeriksaan dan peminilah bahan makanan yang akan di   makan.

2)      Mengadakan cara pembuangan kotoran manusia.

3)      Pelarangan makan daging babi karena dapat menimbulkan suatu penyakit.

4)      Memberitahukan kepada yang berwajib bila ada penyakit yang berbahaya,


sehingga

dapat diambil tindakan.

C.Sejarah Perkembangan Keperawatan di Indonesia

2. Sejarah Perkembangan Keperawatan Sebelum Kemerdekaan

Pada masa pemerintahan kolonial Belanda, perawat berasal dari penduduk


pribumi yang disebut “velpleger” dengan dibantu “zieken oppaser” sebagai penjaga
orang sakit. Mereka bekerja pada rumah sakit Binnen Hospital di Jakarta yang
didirikan tahun 1799.
Pada masa VOC berkuasa, Gubernur Jendral Inggris Raffles (1812-1816), telah
memiliki semboyan “Kesehatan adalah milik manusia” Pada saat itu Raffles telah
melakukan pencacaran umum, membenahi cara perawatan pasien dengan gangguan
jiwa serta memperhatikan kesehatan dan perawatan tahanan.
Setelah pemerintah kolonial kembali ke tangan Belanda, di Jakarta pada tahun
1819 didirikan beberapa rumah sakit. Salah satunya adalah rumah sakit Sadsverband
yang berlokasi di Glodok-Jakarta Barat. Pada tahun 1919 rumah sakat tersebut
dipindahkan ke Salemba dan sekarang dengan nama RS. Cipto Mangunkusumo
(RSCM).
Dalam kurun waktu 1816-1942 telah berdiri beberapa rumah sakit swasta milik
misionaris katolik dan zending protestan seperti: RS. Persatuan Gereja Indonesia
(PGI) Cikini-Jakarta Pusat, RS. St. Carolos Salemba-Jakarta Pusat. RS. St Bromeus
di Bandung dan RS. Elizabeth di Semarang. Bahkan pada tahun 1906 di RS. PGI dan
tahun 1912 di RSCM telah menyelenggarakan pendidikan juru rawat. Namun
kedatangan Jepang (1942-1945) menyebabkan perkembangan keperawatan
mengalami kemunduran.
4. Sejarah Perkembangan Keperawatan Setelah Kemerdekaan

5. a)Periode1945-1962

Tahun 1945 s/d 1950 merupakan masa transisi pemerintahan Negara Kesatuan
Republik Indonesia. Perkembangan keperawatan pun masih jalan di tempat. Ini dapat
dilihat dari pengembanagan tenaga keperawatan yang masih menggunakan system
pendidikan yang telah ada, yaitu perawat lulusan pendidikan Belanda (MULO + 3
tahun pendidikan), untuk ijazah A (perawat umum) dan ijazah B untuk perawat jiwa.
Terdapat pula pendidikan perawat dengan dasar (SR + 4 tahun pendidikan) yang
lulusannya disebut mantri juru rawat.
Baru kemudian tahun 1953 dibuka sekolah pengatur rawat dengan tujuan
menghasilkan tenaga perawat yang lebih berkualitas. Pada tahun 1955, dibuka
Sekolah Djuru Kesehatan (SDK) dengan pendidikan SR ditambah pendidikan satu
tahun dan sekolah pengamat kesehatan sebagai pengembangan SDK, ditambah
pendidikan lagi selama satu tahun.
Pada tahun 1962 telah dibuka Akademi Keperawatan dengan pendidikan dasar umum
SMA yang bertempat di Jakarta, di RS. Cipto Mangunkusumo. Sekarang dikenal
dengan nama Akper Depkes di Jl. Kimia No. 17 Jakarta Pusat.
Walupun sudah ada pendidikan tinggi namun pola pengembangan pendidikan
keperawatan belum tampak, ini ditinjau dari kelembagaan organisasi di rumah sakit.
Kemudian juga ditinjau dari masih berorientasinya perawat pada keterampilan
tindakan dan belum dikenalkannya konsep kurikulum keperawatan. Konsep-konsep
perkembangan keperawatan belum jelas, dan bentuk kegiatan keperawatan masih
berorientasi pada keterampilan prosedural yang lebih dikemas dengan perpanjangan
dari pelayanan medis.
3. b)Periode1963-1983
Periode ini masih belum banyak perkembangan dalam bidang keperawatan. Pada
tahun 1972 tepatnya tanggal 17 April lahirlah organisasi profesi dengan nama
Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) di Jakarta. Ini merupakan suatau
langkah maju dalam perkembangan keperawatan. Namun baru mulai tahun 1983
organisasi profesi ini terlibat penuh dalam pembenahan keperawatan melalui
kerjasama dengan CHS, Depkes dan organisasi lainnya.

4. c)Periode 1984 Sampai Dengan Sekarang

Pada tahun 1985, resmi dibukanya pendidikan S1 keperawatan dengan nama Progran
Studi Ilmu Keperawatan (PSIK) di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesi di
Jakarta. Sejak saat itulah PSIK-UI telah menghasilkan tenaga keperawatan tingkat
sarjana sehingga pada tahun 1992 dikeluarkannya UU No. 23 tentang kesehatan yang
mengakui tenaga keperawatan sebagai profesi.
Pada tahun 1996 dibukanya PSIK di Universitas Padjajaran Bandung. Pada
tahun 1997 PSIK-UI berubah statusnya menjadi Fakultas Ilmu Keperawatan
Universitas Indonesia (FIK-UI), dan untuk meningkatkan kualitas lulusan, pada tahun
1998 kurikulum pendidikan Ners disyahkan dan digunakan. Selanjutnya juga pada
tahun 1999 kurikulum D-III keperawatan mulai dibenahi dan mulai digunakan pada
tahun 2000 sampai dengan sekarang.

D.TREND KEPERAWATAN SEKARANG DAN MASA DEPAN


Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi di segala bidang termasuk bidang
kesehatan, peningkatan status ekonomi masyarakat, peningkatan perhatian terhadap
pelaksanaan hak asasi manusia, kesadaran masyarakan akan kebutuhan kesehatan
mengakibatkan masyarakat semakin sadar akan pentingnya hidup sehat dan
melahirkan tuntutan akan pelayanan kesehatan yang berkualitas.
Pergeseran akan fenomena tersebut, telah mengubah sifat pelayanan keperawatan dari
pelayanan fokasional yang hanya berdasarkan keterampilan belaka kepada pelayanan
profesional yang berpija pada penguasaan iptek keperawatan dan spesialisasi dalam
pelayanan keperawatan.
Fokus peran dan fungsi perawat bergeser dari penekanan aspek kuratif kepada
peran aspek preventif dan promotif tanpa meninggalkan peran kuratif dan
rehabilitatif. Kondisi ini menuntut uapaya kongkrit dari profesi keperawatan, yaitu
profesionalisme keperawatan. Proses ini meliputi pembenahan pelayanan
keperawatan dan mengoptimalkan penggunaan proses keperawatan, pengembangan
dan penataan pendidikan keperawatan dan juga antisipasi organisasi profesi (PPNI).
2. Pengembangan dan Penataan Pendidikan Keperawatan

Meningkatnya tuntutan masyarakat terhadap pelayanan keperawatan yang


profesional, telah memicu perawat untuk terus mengembangkan dirinya dalam
berbagai bidang, terutama penataan sistem pendidikan keperawatan. Oleh karena itu
profesi keperawatan dengan landasan yang kokoh perlu memperhatikan wawasan
keilmuan, orientasi pendidikan dan kerangka konsep pendidikan

2. a) Wawasan Keilmuan
Pada tingkat pendidikan akademi, penggunaan kurikulum D III keperawatan 1999,
merupakan wujud dari pembenahan kualitas lulusan keperawatan. Wujud ini dapat
dilihat dengan adanya:
4. Mata Kuliah Umum (MKU), yaitu : Pendidikan agama, Pancasila.
5. Mata Kuliah Dasar Keahliah (MKDK), yaitu: Anatomi, Fisiologi.

6. Mata Kuliah Keahlian (MKK), yaitu: KDK, KDM I dan

Demikian juga halnya dengan tingkat pendidikan S1 Keperawatan, yaitu dengan


berlakunya kurikulum Ners pada tahun 1998.Sementara itu di Fakultas Ilmu
Keperawatan Universitas Indonesia (FIK-UI) telah dibuka S2 Keperawatan untuk
Studi Manajemen Keperawatan, Keperawatan Maternitas dan Keperawatan
Komunitas. Dan selanjutnya akan dibuka Studi S2 Keperwatan Jiwa dan
Keperawatan Medikal Bedah.
Dapat disimpulkan bahwa saat ini perkembangan keperawatan diarahkan kepada
profesionalisme dengan spesialisasi bidang keperawatan.
2. b) Orientasi Pendidikan

Pendidkan keperawatan bagaimanapun akan tetap berorientasi pada


pengembangan pengetahuan dan teknologi, artinya pengalaman belajar baik kelas,
laboraturium dan lapangan tetap mengikuti kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi
serta memanfaatkan segala ilmu yang memungkinkan penguasaan iptek.

2. c) Kerangka Konsep

Berpikir ilmiah pembiasaan sikap dan tingkah laku profesional, belajar aktif,
pendidikan di lingkungan masyrakat serta penguasaan iptek keperawatan merupakan
karakteristik dari pendidikan profesional keperawatan.

3. Perkembangan Pelayanan Keperawatan

Perubahan adat pelayanan dari fokasional menjadi perawat dengan fokus asuhan
keperawatan dengan peran prefentif dan promotif tanpa melupakan peran kreatif dan
rehabilitatif harus didukung dengan  peningkatan sumber daya manusia dibidang
keperawatan. Sehingga pada pelaksaan pemberian sumber keperawatan dapat
terjadinya pelayanan yang efisien, efektif, serta berkualitas. Selanjtunya, saat ini jug
atelah berkembangan berbagai model prektis keperawatan profesional, seperti :
 Praktik keperawatan di rumah sakit kesehatan.
 Praktik keperawatan di rumah (home caffe)

 Praktik keperawatan berkelompok (nursing home)

 Praktik keperawatan perorangan, yaitu melalui keputusan Kepmenkes No. 647


tahun 2000, yang kemudian di revisi menjadi Kepmenkes No. 1239 tahun 2001
tentang Registrasi dan Praktik Keperawatan.

BAB III

PENUTUP

A.KESIMPULAN
Keperawatan merupakan sebuah ilmu dan profesi yang memberikan
pelayanan kesehatan guna untuk meningkatkan kesehatan bagi masyarakat.
Keperawatan sudah ada sejak manusia itu ada dan hingga saat ini Profesi
keperawatan berkembang dengan pesat. Sejarah perkembangan keperawatan di
Indonesia tidak hanya berlangsung di tatanan praktik, dalam hal ini layanan
keperawatan, tetapi juga di dunia pendidikan keperawatan. pendidikan keperawatan
memberi pengaruh yang besar terhadap kualitas layanan keperawatan. Karenanya,
perawat harus terus meningkatkan kompetensi dirinya, salah satunya melalui
pendidikan keperawatan yang berkelanjutan.
B.SARAN
Dari kesimpulan yang ada maka kita sebagai perawat atau calon perawat harus
terus meningkatkan kompetensi dirinya, salah satunya melalui pendidikan
keperawatan yang berkelanjutan, sehingga kita tidak mengalami ketertinggalan dari
keperawatan internasional.

DAFTAR PUSTAKA

Hidayat A. Aziz Alimul. (2007). Pengantar Konsep Dasar Keperawatan Eds 2.


Salemba Medika: Jakarta

Alimul, A.H. (2002), Pengantar pendidikan keperawatan. Sagung Seto: Jakarta

Effendy, N. (1995), Pengantar proses keperawatan. EGC: Jakarta


Gaffar, L.O.J. (1999), Pengantar praktik keperawatan professional. EGC: Jakarta

Stevens, P.J.M, et al. (1999) Ilmu keperawatan. Jilid I, Ed. 2. EGC: Jakarta

No. 4. Makalah Falsafah Keperawatan

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Falsafah adalah keyakinan terhadap nilai-nilai yang menjadi pedoman untuk
mencapai suatu tujuan dan di pakai sebagai pandangan hidup.
Falsafah keperawatan Merupakan pandangan dasar tentang hakekat manusia dan
esensi keperawatan yang menjadikan kerangka dasar dalam praktek keperawatan.
Hakekat manusia yang di maksud disini adalah manusia sebagai makhluk
biologis,psikologis,sosial,dan spiritual,sedangkan esensinya adalah falsafah
keperawatan
2.1 RUMUSAN MASALAH
1.      Apa itu falsafa?
2.      Falsafa keperawatan
3.      Falsafa menurut para ahli
4.      Perawat sebagai profesi
2.2 TUJUAN MASALH
1.      Mengetahui apa itu falsafa
2.      Mengetahui apa itu falsafah keperawatan
3.      Mengatahui falsafa keperawatan menurut para ahli
4.      Mengetahui perawat sebagai profesi

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 PENGERTIAN FALSAFAH.
Falsafah adalah keyakinan terhadap nilai-nilai yang menjadi pedoman untuk
mencapai suatu tujuan dan di pakai sebagai pandangan hidup.
Falsafah keperawatan Merupakan pandangan dasar tentang hakekat manusia dan
esensi keperawatan yang menjadikan kerangka dasar dalam praktek keperawatan.
Hakekat manusia yang di maksud disini adalah manusia sebagai makhluk
biologis,psikologis,sosial,dan spiritual,sedangkan esensinya adalah falsafah
keperawatan yang meliputi:
1.memandang bahwa pasien sebagai manusia yang utuh (holistik)yang harus di
penuhui segala kebutuhannya baik kebutuhan biologis,psikologis,sosial dan spiritual
yang di berikan secara komprehensif dan tidak bisa di lakukan secara sepihak atau
sebagian dari kebutuhannya
2.bentuk pelayanan keperawatan yang di berikan harus secara langsung dengan
memperhatikan aspek kemanusiaan
3.setiap orang berhak mendapatkan perawatan tanpa memandang perbedaan
suku,kepercayaan,status sosial,agama,dan ekonomi
4.pelayanan keperwatan tersebut merupakan bagian integral dari sistem pelayanan
kesehatan mengingat perawat bekerja dalam lingkup tim kesehatan bukan sendiri-
sendiri
5.mitra yang selalu aktif dalam pelayanan kesehatan,bukan seorang penerima jasa
yang aktif

2.2 FALSAFAH KEPERAWATAN MENURUT PARA AHLI


1. falsafah keperawatan menurut FLORENCE NIGHTINGALE (moderen nursing)
melihat penyakit sebagai proses pergantian atau perbaikan reparative proses
.menipulasi dari lingkungan eksternal perbaikan dapat membantu proses perbaikan
atau pergantian dan kesehatan klien.
2.falsafah keperawatan menurrut MARTHA ROGERS TAHUN 1970 keperawatan
adalah pengetahuan yang di tunjukan untuk mengurangi kecemasan terhadap
pemeliharan dan peningkatan kesehatan,pencegahan penyakit,perawatan
rehabilitasi,penderita sakit serta penyandang cacat.
3. Falsafah keperawatan menurut ROY & ANDREW 1991 roy memiliki delapan
falsafah prinsip humanisme dan empat berdasarkan prinsip falsafah veritivity.
Falsafah humanisme atau kemanusiaan mengenali manusia dan sisi subjektif manusia
dan pengalamannya sebagai pusat rasa ingin tahu dan rasa menghargai. Roy
berpendapat bahwa seorang individu :
- Saling berbagi dalam kemampuan untuk berpikir kreatif yang di gunakan untuk
mengetahui masalah yang di hadapi dalam mencari solusi.
- Bertingkah laku untuk mencapai tujuan tertentu, bukan sekedar memenuhi hukum
aksi reaksi.
- Memiliki holisme intrinsic.
- Berjuang untuk mempertahankan integritas dan memahami kebutuhan untuk
memiliki hubungan dengan orang lain seperti veritiviti. Berarti kebenaran, yang
bermaksud mengungkapkan keyakinan Roy bahwa ada hal yang benar absolut. Ia
mendefinisikan veritiviti sebagai prinsip alamiah manusia yang mempertegas tujuan
umum keberadaan manusia. Empat falsafah yang berdasarkan prinsip veritiviti.
Sebagai berikut ini. Individu dipandang dalam konteks : (a) tujuan eeksistensi
manusia (b) gabungan dari beberapa tujuan peradaban manusia (c) aktivitas dan
kreativitas untuk kebaikan kebaikan umum (d) nilai dan arti kehidupan.

2.3 KONSEP INTI FALSAFAH KEPERAWATAN


1. falsafah keperawatan menurut FLORENCE NIGHTINGALE konsep inti dari
teori FLORENCE NIGHTINGALE tentang falsafah keperawatan adalah
lingkungan berpengaruh terhadap proses pemulihan klien/pasien membuat
lingkungan yang kondutif bagi manusia untuk hidup sehat.
2. falsafah keperawatan menurut MARTHA ROGERS TAHUN 1970 manusia dan
lingkungan merupakan satu kesatuan yang utuh yang memeliki sifat dan karakter
berbeda-beda.
2.4 PENYEBAB PARA PERAWAT DI INDONESIA BELUM BERSIKAP DAN
BERPERILAKU SESUAI DENGAN FALSAFAH KEPERAWATAN
1. Perawat kurang memahami maksud falsafah keperawatan secara menyeluruh
2.perawat memahami falsafah keperawatan hanya pada tataran kognitif saja
3. sikap profesionalisme perawat belum memadai yang di tandai oleh kurangnya
kemampuan menjalin hubungan rasa saling percaya dan kofidensi dengan
klien,pengetahuan yang belum memadai dan kapabilitas terhadap pekerjaan.
4. tingkat pengetahuan dan pendidikan para perawat yang tidak merata

2.5 KONSEP DAN TEORI KEPERAWATAN


Menurut MARTHA.E.ROGERS dikenal dengan nama konsep manusia
sebagai unit .dalam memahami konsep model dan teori ini MARTHA berasumsi
bahwa manusia merupakan satu kesatuan yang utuh,yang memiliki sifat dan karakter
yang berbeda-beda.
Dalam proses kehidupan manusia yang dinamis,manusia selalu berinteraksi dengan
lingkungan yang saling mempengaruhi dan di pengaruhi,serta dalam proses
kehidupan manusia setiap individu,akan berbeda satu dengan yang lain dan manusia
diciptakan dengan karakteristik dan keunikan tersendiri.
Asumsi teersebut didasarkan pada kekuatan yang berkembang secara alamiah
yaitu keutuhan manusia dan lingkungan,kemudian sistem ketersediaan sebagai satu
kesatuan yang utuh serta proses kehidupan manusia berdasarkan konsep
homeodinamik yang terdiri dari integritas,resonansi,dan helicy
Integritas berarti individu sebagai satu kesatuan dengan lingkungan yang tidak dapat
di pisahkan dan saling mempengaruhi satu dengan yang lain. Resonansi mengandung
arti bahwa proses kehidupan antara individu dengan lingkungan berlangsung dengan
berirama dengan frekuensi yang bervariasi dan helicy merupakan terjadinya proses
integrasi antara manusia dengan lingkungan akan terjadi perubahan baik perlahan-
lahan maupun berlangsung dengan cepat.
2.6 PENGERTIAN KEPERAWATAN
Keperawatan adalah pelayanan esensial yang di berikan oleh perawat terhadap
individu,keluarga,kelompok,dan masyarakat yang mempunyai masalah kesehatan
pelayanan yang di berikan adalah upaya untuk mencapai derajat kesehatan
semaksimal mungkin sesuai dengan potensi yang di miliki dalam menjalankan
kegiatan di bidang promotif,proventif,kuratif,dan rehabilitatif dengan menggunakan
proses keperawatan sebagai metode ilmiah keperawatan pelayanan asuhan
keperawatan yangb di lakukan oleh tenaga keperawatan bekerjasama dengan team
kesehatan lainnya dalam rangka mencapai tingkat kesehatan yang optimal.
Dilaksanakan dalam rangka memenuhui kebutuhan kesehatan dan keperawatan upaya
dapat melaksanakan praktek keperawatan haruslah di dasarkan atas sintesis dalam
penerapan dari berbagai pengetahuan tentang fisiologi,psikologi,sosial
budaya,perkembangan,spiritual,serta pengetahuan penunjang lainnya yang berkaitan.
Biologi patofisiologi penyakit,mikrobiologi farmakologi,kebutuhan
manusia,motivasi,komonikasi,teori belajar
mengajar,pendekutan,sistem,pemecahan,masalah manejemen dan
kepemimpinan,hubungan,interpersonal dalam berhubungan,dengan pasien atau
klien ,keluarga dan masyarakat dengan semua anggota team kesehatan.

2.7 TUJUAN KEPERAWATAN


- Membantu individu atau masyarakat untuk mandiri.
- Mengajak individu atau masyarakat berpartisipasi dalam bidang kesehatan.
- Membantu individu dan masyarakat untuk mengembangkan potensi untuk
memelihara kesehatan secara optimal agar tidak tergantung pada orag lain dalam
memelihara kesehatan.
- Membantu individu dan masyarakat memperoleh derajat kesehatan yang optimal

2.8 UNSUR UNSUR KEPERAWATAN


- Keperawatan sebagai ilmu dan seni merupakan implementasi ilmu fisika biologi,
perilaku manusia dan ilmu sosial.
- Keperawatan sebagai profesi berorientasi pada pelayanan untuk membantu orang
lain dalam mengatasi perubahan yang timbul akibat gangguan kesehatan atau
penyakit .
- Sasaran : individu atau pasien, keluarga, kelompok masyarakat dan masyarakat.
- Jasa keperawatan mencakup pelayanan kesehatan oleh para perawat yang
bekerjasama dengan tenaga lain dalam pencegahan penyakit, pemeliharaan dan
peningkatan kesehatan, penyembuhan dan pemulihan kesehatan.

2.9 PERAWAT SEBAGAI PROFESI


Pekerjaan tidak sama dengan profesi. Istilah yang mudah dimengerti adalah
sebuah profesi sudah pasti menjadi sebuah pekerjaan, namun sebuah pekerjaan belum
tentu menjadi sebuah profesi. Profesi memilikimekanisme serta aturan yang harus
dipenuhi sebagai suatu ketentuan, sedangkan kebalikannya, pekerjaan tidak memiliki
aturan yang ruit seperti itu. Hal inilah yang harus diluruskan, karena hampir semua
orang menganggap bahwa pekerjaan dan profesi adalah sama.
Secara etimologis profesi berasal dari bahasa latin, yaitu “proffesio”. Lebih lanjut,
proffesio memiliki dua pengertian yaitu janji atau ikrar dan pekerjaan. Bila artinya
dibuat dalam pengertian yang lebih luas menjadi kegiatan apasaja dan siapa saja
untuk memperoleh nafkah yang di lakukan dengan keahlian tertentu. Sedangkan
dalam arti sempit, profesi berarti suatu kegiatan yang di jalankan berdasarkan
keahlian tertentu dan sekaligus di tuntut darinya pelaksanaan norma-norma sosial
dengan baik.
Berikut ini adalah pengertian dan definisi profesi :
1.      Pengertian
a.       Profesi berasal dari kata profession yang berarti suatu pekerjaan yang
membutuhkan dukungan badan ilmu (body of knowledge) dasar untuk
pengembangan teori yang sistematis guna menghadapi banyak tantangan baru,
memerlukan pendidikan dan pelatihan yang cukup lama, serta memiliki kode etik
dengan fokus utama pada pelayanan ( Wilensky 1964)
b.      Profesi adalah bidang pekerjaan yang dilandasi pendidikan keahlian (keterampilan,
kejuruan, dan sebagainya) tertentu. (KBBI)
c.       Profesi adalah suatu kumpulan atau set pekerjaan yang membangun suatu set
norma yang sangat khusus dimasyarakat (Schein,E.H, 1962)
d.      Profesi adalah aktivitas intelektual –yang dipelajari termasuk pelatihan yang
diselenggarakan secara formal ataupun tidak formal dan memeperoleh serifikat yang
dikeluarkan atau sekelompok atau badan yang bertanggung jawab pada keilmuan
tersebut dalam melayani masyarakat, menggunakan etika layanan profesi dengan
mengimplikasikan kopetensi mencetuskan ide, kewenangan keterampilan teknis dan
moral serta bahwa perawat mengeasumsikan adanya tingkatan dalam masyarakat
(Daniel Bell 1973)
e.       Profesi adalah suatu pekerjaan yang ditunjukkan untuk kepentingan masyarakat
dan bukan untuk kepentingan golongan atau kelompok tertentu.

2.      Ciri-Ciri Profesi


Profesi mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
a.       Didukung oleh badan ilmu yang sesuai dengan bidangnya ( antologi), jelas wilayah
kerja keilmuannya dan aplikasinya.
b.      Profesi diperoleh melalui pendidikan dan perlatan yang terencana, terus menerus
dan bertahap.
c.       Pekerjaan profesi di atur oleh kode etik profesi serta di akui secara legal melalui
perundang-undangan.
d.      Peraturan dan ketentuan yang mengatur hidup dan kehidupan profesi (standar
pendidikan dan pelatihan, pelayanan, dan kode etik) serta pengawasan terhadap
pelaksanaan peraturan-peraturan tersebut dilakukan sendiri oleh warga profesi.
3.      Keperawatan Sebagai Profesi
Menurut prof. Ma’rifin Husin, keperawatan sebagai profesi memiliki ciri-ciri sebagai
berikut :
a.       Memberi pelayanan atau asuhan dan melakukan penelitian sesuai dengan kaidah
ilmu dan keteramplan serta kode etik keperawatan.
b.      Telah lulus dari pendidikan pada jenjang perguruan tinggi (JPT) sehingga di
harapkan mampu : (1) bersikap profesional (2) mempunyai pengetahuan dan
keterampilan profesional (3) memberi pelayanan asuhan keperawatan profesional (4)
menggunakan etika keperawatan dalam memberi pelayanan.
c.       Mengelola ruang lingkup keperawatan berikut sesuai dengan kaidah-kaidah suatu
profesi dalam bidang kesehatan yaitu : (1) sistem pelayanan atau asuhan keperawatan
(2) pendidikan atau pelatihan keperawatan yang berjenjang dan berkelanjutan (3)
perumusan standar keperawatan ( asuhan keperawatan, pendidikan keperawatan,
registrasi atau legislasi) (4) melakukan riset keperawatan oleh perawat pelaksana
secara terencana dan tearah sesuai perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Falsafah keperawatan adalah keyakinan perawat terhadap nilai-nilai
keperawatan yang menjadi pedoman dalam memberikan asuhan keperawatan, kepada
individu, keluarga, kelompok, maupun masyarakat. Keyakinan ini terhadap nilai
keperawatan harus menjadi pegangan setiap perawat. Flsafah keperawatan menjadi
landasan bagi perawat dalam menjalankan profesinya. Esensi falsafah keperawatan
yaitu memandangh pasien sebagai mahluk yang holistik, yang harus dipenuhi segala
kebutuhannya, secara biologis, phisikologis, sosial, dan spiritual yang diberikan
secara komprehensif.

3.1  SARAN
Sebagai seorang perawat kita harus mengetahui apa itu falsafah keperawatan
yang menjadi dasar sebuah profesi keperawatan.
Bagi perawat diharpkan mampu memehami dan menerapkan falsafah keperawatan
dalam praktik lapangan bagi.
Daftar Pustaka
Asmadi. 2008. Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta : EGC.
Kozier, Erb, Berman, & Snyder. 2011. Buku Ajar Fundamental Keperawatan :
Konsep, Proses, dan Praktik, ed. 7, vol. 1. Jakarta : EGC
No. 5. Makalah Keperawatan Sebagai Profesi

BAB I
PENDAHULUAN
1.1   Latar Belakang
Keperawatan merupakan profesi yang membantu dan memberikan pelayanan
yang berkontribusi pada kesehatan dan kesejahteraan individu. Keperawatan juga
diartikan sebagai konsekuensi penting bagi individu yang menerima pelayanan,
profesi ini memenuhi kebutuhan yang tidak dapat dipenuhi oleh seseorang, keluarga
atau kelompok di komunitas. (Committee on Education American Nurses Association
(ANA), 1965).
WHO Expert Committee on Nursing dalam Aditama (2000) mengatakan
bahwa, pelayanan keperawatan adalah gabungan dari ilmu kesehatan dan seni
melayani/memberi asuhan (care), suatu gabungan humanistik dari ilmu pengetahuan,
filosofi keperawatan, kegiatan klinik, komunikasi dan ilmu sosial.
Keperawatan merupakan suatu bentuk pelayanan profesional yang merupakan
bagian integral dari pelayanan kesehatan berdasarkan ilmu dan kiat keperawatan,
berbentuk pelayanan biopsikososial dan spiritual yang komprehensif, ditujukan
kepada individu, keluarga dan masyarakat baik sakit maupun sehat yang mencakup
seluruh aspek kehidupan manusia. (Lokakarya Nasional, 1983).
Profesi berasal dari kata profession yang berarti suatu pekerjaan yang
membutuhkan dukungan body of knowledge sebagai dasar bagi perkembangan teori
yang sistematis meghadapi banyak tantangan baru, dan karena itu membutuhkan
pendidikan dan pelatihan yang cukup lama, memiliki kode etik orientasi utamanya
adalah melayani (alturism).
Profesi adalah suatu pekerjaan yang ditujukan untuk kepentingan masyarakat
dan bukan untuk kepentingan golongan atau kelompok tertentu. Profesi sangat
mementingkan kesejahteraan orang lain, dalam konteks bahasan ini konsumen
sebagai penerima jasa pelayanan keperawatan profesional. Menurut Webster, profesi
adalah pekerjaan yang memerlukan pendidikan yang lama dan menyangkut
keterampilan intelektual.
Kelly dan Joel (1995) menjelaskan, “Profesional sebagai suatu karakter, spirit
atau metode profesional yang mencakup pendidikan dan kegiatan di berbagai
kelompok okupasi yang anggotanya berkeinginan menjadi profesional”. Profesional
merupakan suatu proses yang dinamis untuk memenuhi atau mengubah karakteristik
kearah suatu profesi.
Sejak abad yang lalu keperawatan telah megalami perubahan yang drastis,
selain itu juga telah mengikuti perundang-undangan dan mendapatkan penghargaan
sebagai profesi penuh. Hugnes E.C (1963) mengatakan bahwa, “Profesi adalah
seorang ahli, mereka mengetahui lebih baik tentang sesuatu hal dari orang lain, serta
mengetahui lebih baik daripada kliennya tentang apa yang terjadi pada klien”. Dalam
konsep profesi ada tiga nilai penting yang perlu dipahami yakni:
1.    Pengetahuan yang mendalam dan sistimatik.
2.    Keterampilan teknis dan kiat yang diperoleh melalui latihan yang lama.
3.    Pelayanan asuhan kepada yang memerlukan berdasarkan ilmu pengetahuan,
keterampilan teknis dan pedoman serta falsafah moral yang diyakini (etika profesi).
Menurut Hood L.J dan Leddy S.K (2006), “Perawat profesional akan
menggunakan pendekatan holistik dalam menemukan kebutuhan kesehatan bagi klien
yang dirawatnya, hal ini sesuai dengan pernyataan kebijakan yang disampaikan oleh
American Nurses Association (1995), ada empat ciri praktik profesional yang harus
dilakukan oleh perawat, yaitu:
1.    Perawat menggunakan fokus orientasi pada masalah dengan memperhatikan
rangkaian seluruh respon manusia terhadap kesehatan dan penyakitnya.
2.    Perawat terintegrasi dalam tenaga kesehatan yang menggunakan pengetahuannya
untuk membantu mencapai tujuan pasien dengan mengumpulkan data subjektif
maupun objektif pasien dan memahaminya baik secara individual atau secara
berkelompok.
3.    Perawat mengaplikasikan ilmu pengetahuannya untuk menentukan diagnosa dan
melakukan treatment respon manusia.
4.    Perawat melakukan asuhan keperawatan dengan melakukan hubungan terapeutik
dengan pasien untuk memfasilitasi kesehatan dan penyembuhan.
Ada tiga istilah penting yang berhubungan dengan profesi, yaitu profesionalisme,
profesionalisasi, dan profesi.
1.    Profesionalisme
Merujuk pada karakter profesional, semangat atau metode. Merupakan suatu sifat
resmi, cara hidup yang bertanggung jawab dan dapat dipercaya. Profesionalisme
keperawatan telah ada sejak zaman Florence Nightingale (1820-1910).

2.    Profesionalisasi
Profesionalisasi adalah suatu proses untuk menjadikan profesional dengan cara
memenuhi beberapa kriteria yang telah ditentukan/disepakati.
3.    Profesi
Jika dilihat di dalam kamus, sama dengan pekerjaan yang menghendaki pendidikan
yang lebih luas atau memiliki ilmu pengetahuan yang spesial, keterampilan serta
dipersiapkan dengan cara yang baik.
Dunia profesi keperawatan terus bergerak. Hampir dua dekade profesi ini
menyerukan perubahan paradigma. Perawat yang semula tugasnya hanyalah semata-
mata menjalankan perintah dokter kini berupaya meningkatkan perannya sebagai
mitra kerja dokter seperti yang sudah dilakukan di negara-negara maju.
Sebagai sebuah profesi yang masih berusaha menunjukkan jati diri, profesi
keperawatan dihadapkan pada banyak tantangan. Tantangan ini bukan hanya dari
eksternal tapi juga dari internal profesi ini sendiri.

1.2  Rumusan Masalah


a)    Apa yang dimaksud dengan keperawatan sebagai profesi?
b)    Bagaimana perkembangan profesionalisme keperawatan?
c)    Bagaimana peran, fungsi, dan tugas perawat?
d)    Bagaimana definisi dan analisis dari penyusun mengenai keperawatan sebagai
profesi?

1.3  Tujuan Penulisan


a)    Menjelaskan tentang keperawatan sebagai profesi.
b)    Menjelaskan perkembangan profesionalisme keperawatan.
c)    Menjelaskan peran, fungsi, dan tugas perawat.
d)    Menjelaskan tentang definisi dan analisis penyusun mengenai keperawatan sebagai
profesi.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1    Keperawatan Sebagai Profesi
Hall (1968) memberikan gambaran tentang suatu profesi yaitu suatu pekerjaan
yang harus melalui proses empat tahapan antara lain :
1.    Memperoleh badan pengetahuan dari institusi pendidikan tinggi
2.    Menjadi pekerjaan utama
3.    Adanya organisasi profesi
4.    Terdapat kode etik
Ciri – Ciri Profesi
Dilihat dari definisi profesi, jelas bahwa profesi tidak sama dengan okupasi
(occupation) meskipun keduanya sama-sama melakukan pekerjaan tertentu.
Profesi mempunyai ciri – ciri sebagai berikut :

3. Didukung oleh badan ilmu yang sesuai dengan bidangnya (antalogi), jelas
wilayah kerja keilmuannya (Epistomologi), dan aplikasinya (Axiologi).
4. Profesi diperoleh melalui pendidikan dan pelatihan yang terencana, terus-
menerus dan bertahap.
3.    Pekerjaan profesi diatur oleh kode etik profesi serta diakui secara legal melalui
perundang-undangan.

5. Peraturan dan ketentuan yang mengatur hidup dan kehidupan profesi (standar
pendidikan dan pelatihan, standar pelayanan, dan kode etik) serta pengawasan
terhadap pelaksanaan peraturan-peraturan tersebut dilakukan sendiri oleh
warga profesi (Winsley, 1964).

Kriteria Profesi

8. Memberi pelayanan untuk kesejahteraan manusia.


9. Mempunyai pengetahuan dan keterampilan khusus dan dikembangkan secara
terus-menerus.
10. Memiliki ketelitian, kemampuan intelektual, dan rasa tanggung jawab.
11. Lulus dari pendidikan tinggi.
12. Mandiri dalam penampilan, aktivitas dan fungsi.
13. Memiliki kode etik sebagai penuntun praktik.
14. Memiliki ikatan/organisasi untuk menjamin mutu pelayanan.
Wilayah Kerja Profesi

5. Pembinaaan organisasi profesi.

6. Pembinaan pendidikan dan pelatihan profesi.

7. Pembinaan pelayanan profesi.

8. Pembinaan iptek.
Keperawatan sebagai profesi merupakan salah satu pekerjaan dimana dalam
menentukan tindakannya didasarkan pada ilmu pengetahuan serta memiliki
keterampilan yang jelas dalam keahliannya.
Dengan adanya perkembangan keperawatan dari kegiatan yang sifatnya rutin
yang menjadi pemenuhan kebutuhan berdasarkan ilmu, membawa suatu perubahan
yang sangat besar dalam dunia keperawatan karena pelayanan yang semula hanya
berdasarkan pada insting dan pengalaman menjadi pelayanan keperawatan
profesional berdasarkan ilmu dan teknologi keperawatan yang selalu berubah sesuai
dengan kemajuan zaman. Perawatan sebagai profesi mempunyai karakteristik sebagai
berikut:

1.    Memiliki body of knowledge


Perawat bekerja dalam kelompok dan dilandasi dengan teori yang spesifik dan
sistematis yang dikembangan melalui penelitian. Penelitian keperawatan yang
dilakukan pada tahun 1940, merupakan titik awal perkembangan keperawatan. Pada
tahun 1950 dengan semakin berkembangnya penelitian yang dilakukan mempunyai
kontribusi yang cukup besar dalam dunia pendidikan keperawatan dan pada tahun
1960 penelitian lebih banyak dilakukan pada praktik keperawatan. Sejak tahun 1970,
penelitian keperawatan lebih banyak dilakukan dengan memfokuskan diri pada
praktik yang dihubungkan dengan isu-isu yang ada pada saat itu.
Menurut Potter dan Perry (1997), perawat telah memperlihatkan diri sebagai
profesi dan dapat terlihat adanya pengetahuan keperawatan telah dikembangkan
melalui teori-teori keperawatan. Model teori memberikan kerangka kerja bagi
kurikulum dan praktik klinis keperawatan. Teori keperawatan mendorong ke arah
penelitian yang meningkatkan dasar ilmiah untuk praktik keperawatan.
2.    Berhubungan dengan nilai-nilai sosial
Kategori ini mendorong profesi untuk mendapatkan penghargaan yang cukup baik
dari masyarakat. Keperawatan telah diberi kepercayaan untuk menolong dan
melayani orang lain/klien. Pada awalnya perawat diharapkan dapat menyisihkan
sebagian besar waktunya untuk melayani, tetapi dengan semakin berkembangnya
ilmu keperawatan tuntutan tersebut telah bergeser, perawat juga mengharapkan
kompensasi dan mempunyai kehidupan yang lain disamping perannya sebagai
perawat.
Karakteristik keperawatan merupakan suatu bentuk yang relevan dengan nilai-
nilai masyarakat, seperti pentingnya kesehatan, kesembuhan dan keperawatan.
Masyarakat pada umumnya mengakui bahwa perawat mempunyai tugas untuk
melawan klien dan juga melakukan upaya-upaya dalam promosi kesehatan dan
pencegahan penyakit tetapi masih ada sebagian masyarakat yang belum mengetahui
bahwa perawat adalah sebuah profesi. Untuk itu perlu adanya usaha dari perawat itu
sendiri agar dapat meyakinkan masyarakat guna mendapatkan pengakuan sesuai
dengan yang diinginkannya.
3.    Masa pendidikan
Kategori ini mempunyai empat bagian tambahan yaitu isi pendidikan, lamanya
pendidikan, penggunaan simbol dan proses idealisme yang dituju serta tingkatan dari
spesialisasi yang berhubungan dengan praktik. Menurut Nightingale pendidikan
keperawatan harus melibatkan dua area penting yaitu teori dan praktik yang sampai
saat ini masih dianut. Perkembangan pendidikan keperawatan dewasa ini sama
dengan bidang ilmu yang lain, yaitu pendidikan tinggi. Pendidikan tinggi
menimbulkan perubahan yang sangat berarti bagi perawat terhadap cara pandang
asuhan keperawatan secara bertahap keperawatan beralih dari yang semulai
berorientasi pada tugas menjadi berorientasi pada tujuan yang berfokus pada asuhan
keperawatan yang efektif serta menggunakan pendekatan holisitik dan proses
keperawatan.
4.    Motivasi
Motivasi untuk bekerja merupakan kategori keempat dari Pavalko. Motivasi
bukan hanya secara individu tetapi juga menyeluruh dalam kelompok. Motivasi
diartikan sebagai suatu perhatian yang mengutamakan pelayanan kelompok
keperawatan kepada klien. Ada beberapa pendapat bahwa saat ini anak-anak muda
menginginkan menempuh pendidikan tinggi agar dapat mempunyai kehidupan yang
lebih baik seperti mendapatkan gaji lebih, kekuasaan, status disamping pekerjaan
yang dilakukannya. Biasanya karakteristik ini tidak diasosiasikan dengan profesi
keperawatan, walaupun demikian banyak perawat yang melakukan pelayanannya
dengan berorientasikan kepada klien/pasien mereka dengan baik.
5.    Otonomi
Kategori kelima Pavalko adalah kebebasan untuk mengontrol dan mengatur
dirinya sendiri. Profesi mempunyai otonomi untuk regulasi dan membuat standar bagi
anggotanya. Hak mengurus diri sendiri merupakan salah satu tujuan dari asosiasi
keperawatan, karena hal ini juga berarti keperawatan mempunyai status dan dapat
mengontrol seluruh kegiatan praktik anggotanya. Otonomi juga dapat diartikan
sebagai suatu kebebasan dalam bekerja dan pertanggungjawaban dari suatu tindakan
yang dilakukannya.
6.    Komitmen
Kategori keenam adalah komitmen untuk bekerja. Manusia yang komitmen untuk
bekerja menunjukkan adanya suatu keunggulan, untuk melaksanakan pekerjaannya
dengan baik, mencegah terjadinya kemangkiran, menekuni pekerjaannya seumur
hidup atau dalam periode waktu yang lama. Komitmen perawat juga dapat menurun,
hal ini terjadi karena kebanyakan dari perawat adalah wanita, yang harus membagi
perhatiannya dengan keluarga, sehingga mereka sering mengalami konflik yang
berkepanjangan dan kadang-kadang harus keluar dari pekerjaannya.
Orientasi karir juga merupakan salah satu ciri dari komitmen, karena dengan
adanya pengembangan karir melalui pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi
membuat perawat dapat bekerja dengan lebih baik dan bertanggung jawab dalam
melakukan asuhan keperawatan.
7.    Kesadaran bermasyarakat
Kesadaran bermasyarakat bagi perawat diartikan sebagai anggota kelompok yang
ikut mengambil bagian dalam persamaan pedoman, nasib serta memiliki kebudayaan
tersendiri. Perawat mempunyai simbol-simbol yang dikenal masyarakat sebagai ciri
yang khas dari sebuah profesi seperti seragam putih, pin dan cap. Walaupun akhir-
akhir ini banyak yang mengubah identitas tersebut, tetapi perawat telah memiliki
perasaan yang kuat untuk tetap bersatu dalam kelompoknya.

8.    Kode etik


Eksistensi kode etik merupakan kategori terakhir dari Pavalko. Etika keperawatan
merujuk pada standar etik yang membimbing perawat dalam praktik sehari-hari
seperti jujur terhadap pasien, menghargai pasien atas hak-hak yang dirahasiakannya
dan beradvokasi atas nama pasien.
Etika keperawatan ditujukan untuk mengidentifikasi, mengorganisasikan,
memeriksa dan membenarkan tindakan-tindakan kemanusiaan dengan menerapkan
prinsip-prinsip tertentu, selain itu juga menegaskan tentang kewajiban-kewajiban
yang secara suka rela diemban oleh perawat dan mencari informasi mengenai dampak
dari keputusan-keputusan perawat yang mempengaruhi kehidupan dari pasien dan
keluarganya. Ciri dari praktik profesional adalah adanya komitmen yang kuat
terhadap kepedulian individu, khususnya kekuatan fisik, kesejahteraan dan kebebasan
pribadi, sehingga dalam praktik selalu melibatkan hubungan yang bermakna. Oleh
karena itu seorang profesional harus memiliki orientasi pelayanan, standar praktik
dan kode etik untuk melindungi masyarakat serta memajukan profesi.
Mengingat pentingnya pembinaan bagi tenaga keperawatan agar dapat bekerja
dengan baik maka perlu adanya pemahaman tentang fungsi dari asosiasi keperawatan
yang terdiri dari:
1.    Penetapan standar praktik, pendidikan dan pelayanan keperawatan.
2.    Menetapkan kode etik bagi perawat.
3.    Menetapkan sistem kredensial dalam keperawatan.
4.    Menetapkan untuk ikut berinisiatif dalam legislasi, program pemerintah, kebijakan
kesehatan nasional dan internasional.
5.    Mendukung adanya sistem pendidikan yang baik, evaluasi dan perhatian dalam
keperawatan.
6.    Adanya agensi sentral untuk mengoleksi, menganalisa dan desiminasi dari informasi
yang relevan dengan keperawatan.
7.    Promosi dan proteksi ekonomi dan kesejahteraan bagi perawat.
8.    Membina kepemimpinan bagi perawat baik untuk tingkat nasional maupun
internasional.
9.    Membina sikap profesionalisme bagi perawat.
10.  Menyelenggarakan program secara benar.
11.  Memberikan pelayanan masalah-masalah politik pada perawat.
12.  Menjaga terjadinya komunikasi bagi seluruh anggotanya.
13.  Menyediakan advokasi bagi anggotanya.
14.  Berbicara dan menjelaskan tentang profesi keperawatan kepada pihak lain.
15.  Melindungi dan mempromosikan kemajuan kesejahteraan manusia yang terkait
dengan perawat kesehatan.
2.2    Perkembangan Profesionalisme Keperawatan
Melihat catatan sejarah tentang awal mula keberadaan perawat di Indonesia,
yang diperkirakan baru bermula pada awal abad ke 19, dimana disebutkan adanya
perawat saat itu adalah dikarenakan adanya upaya tenaga medis untuk memberikan
pelayanan kesehatan yang lebih baik sehingga diperlukan tenaga yang dapat
membantu atau tenaga pembantu. Tenaga tersebut dididik menjadi seorang perawat
melalui pendidikan magang yang berorientasi pada penyakit dan cara pengobatannya.
Sampai dengan perkembangan keperawatan di Indonesia pada tahun 1983 PPNI
(Persatuan Perawat Nasional Indonesia) melakukan Lokakarya Nasional Keperawatan
di Jakarta, melalui lokakarya tersebut perawat bertekad dan bersepakat menyatakan
diri bahwa keperawatan adalah suatu bidang keprofesian.
Perkembangan profesionalisme keperawatan di Indonesia berjalan seiring
dengan perkembangan pendidikan keperawatan yang ada di Indonesia. Pengakuan
perawat profesionalan pemula adalah bagi mereka yang berlatarbelakang pendidikan
Diploma III keperawatan. Program ini menghasilkan perawat generalis sebagai
perawat profesional pemula, dikembangkan dengan landasan keilmuan yang cukup
dan landasan profesional yang kokoh.
Perkembangan pendidikan keperawatan dalam rangka menuju tingkat
keprofesionalitasan tidak cukup sampai di tingkat diploma saja, diilhami keinginan
dari profesi keperawatan untuk terus mengembangkan pendidikan maka berdirilah
PSIK FK-UI (1985) dan kemudian disusul dengan pendirian program paska sarjana
FIK UI (1999).
Peningkatan kualitas organisasi profesi keperawatan dapat dilakukan melalui
berbagai cara dan pendekatan antara lain:
1.    Mengembangkan sistem seleksi kepengurusan melalui penetapan kriteria dari
berbagai aspek kemampuan, pendidikan, wawasan, pandangan tentang visi dan misi
organisasi, dedikasi serta ketersediaan waktu yang dimiliki untuk organisasi.
2.    Memiliki serangkaian program yang konkrit dan diterjemahkan melalui kegiatan
organisasi dari tingkat pusat sampai ke tingkat daerah. Prioritas utama adalah
program pendidikan berkelanjutan bagi para anggotanya.
3.    Mengaktifkan fungsi collective bargaining, agar setiap anggota memperoleh
penghargaan yang sesuai dengan pendidikan dan kompensasi masing-masing.
4.    Mengembangkan program latihan kepemimpinan, sehingga tenaga keperawatan
dapat berbicara banyak dan memiliki potensi untuk menduduki berbagai posisi di
pemerintahan atau sektor swasta.
5.    Meningkatkan kegiatan bersama dengan organisasi profesi keperawatan di luar
negeri, bukan hanya untuk pengurus pusat saja tetapi juga mengikutsertakan pengurus
daerah yang berpotensi untuk dikembangkan.

2.3    Peran, Fungsi dan Tugas Perawat


1.    Peran Perawat
Peran merupakan tingkah laku yang diharapakan oleh orang lain terhadap
seseorang sesuai dengan kedudukan dalam sistem, dimana dapat dipengaruhi oleh
keadaan sosial baik dari profesi yang bersifat konstan.
Peran perawat menurut konsorium ilmu kesehatan tahun 1989 terdiri dari
peran sebagai pemberi asuhan keperawatan, advokat pasien, pendidik, koordinator,
kolaborator, konsultan dan peneliti.
2.    Fungsi Perawat
Dalam menjalankan perannya, perawat akan melaksanakan berbagai fungsi
diantaranya: fungsi independen, fungsi dependen, dan fungsi interdependen.
a.    Fungsi Independen
Merupakan fungsi mandiri dan tidak tergantung pada orang lain, dimana perawat
dalam menjalankan tugasnya dilakukan secara sendiri dengan keputusan sendiri
dalam melakukan tindakan dalam memenuhi kebutuhan dasar manusia.
b.    Fungsi Dependen
Merupakan fungsi perawat dalam melaksanakan kegiatannya atas pesan atau instruksi
dari perawat lain.
c.    Fungsi Interdependen
Fungsi ini dilakukan dalam kelompok tim yang bersifat saling ketergantungan di
antara tim satu dengan lain.

3.    Tugas Perawat


Tugas perawat dalam menjalankan perannya sebagai pemberi asuhan
keperawatan ini dapat dilaksanakan sesuai dengan tahapan dalam proses
keperawatan. Tugas perawat ini disepakati dalam lokakarya tahun 1983 yang
berdasarkan fungsi perawat dalam memberikan asuhan keperawatan adalah sebagai
berikut:
1.    Mengkaji kebutuhan pasien, keluarga, kelompok dan masyarakat serta sumber yang
tersedia dan potensi untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Mengumpul data,
menganilisis dan menginterpretasikan data.
2.    Merencanakan tindakan keperawatan kepada individu, keluarga, kelompok dan
masyarakat berdasarkan diagnosis keperawatan Mengembangkan rencana tindakan
keperawatan.
3.    Melaksanakan rencana keperawatan yang meliputi upaya peningkatan kesehatan,
pencegah penyakit, penyembuhan, pemulihan dan pemeliharaan kesehatan termasuk
pelayanan klien dan keadaan terminal. Menggunakan dan menerapkan konsep-konsep
dan prinsip-prinsip ilmu perilaku, sosial budaya, ilmu biomedik dalam melaksanakan
asuhan keperawatan dalam rangka memenuhi kebutuhan dasar manusia.
4.    Mengevaluasi hasil asuhan keperawatan. Menentukan kriteria yang dapat diukur
dalam menilai rencana keperawatan. Menilai tingkat pencapaian tujuan.
Mengidentifikasi perubahan-perubahan yang diperlukan.
5.    Mendokumentasi proses keperawatan. Mengevaluasi data permasalahan
keperawatan. Mencatat data dalam proses keperawatan. Menggunakan catatan klien
untuk memonitor asuhan keperawatan.
6.    Mengidentifikasi hal-hal yang perlu diteliti atau dipelajari serta merencanakan studi
kasus guna meningkatkan pengetahuan dan mengembangkan keterampilan dalam
praktik keperawatan. Mengidentifikasi masalah-masalah penelitian dalam bidang
keperawatan. Membuat usulan rencana penelitian keperawatan. Menerapkan hasil
penelitian dalam praktik keperawatan.
7.    Berperan serta dalam melaksanakan penyuluhan kesehatan kepada klien keluarga
kelompok serta masyarakat. Mengidentifikasi kebutuhan pendidikan kesehatan.
Membuat rencana penyuluhan kesehatan. Melaksanakan penyuluhan kesehatan.
Mengevaluasi hasil penyuluhan kesehatan.
8.    Bekerja sama dengan disiplin ilmu terkait dalam memberikan pelayanan kesehatan
kepada klien, keluarga, kelompok, dan masyarakat. Berperan serta dalam pelayanan
kesehatan kepada individu, keluarga kelompok dan masyarakat. Menciptakan
komunikasi yang efektif baik dengan tim keperawatan maupun tim kesehatan lain.
9.    Mengelola perawatan klien dan berperan sebagai ketua tim dalam melaksanakan
kegiatan keperawatan. Menerapkan keterampilan manajemen dalam keperawatan
klien secara menyeluruh.

2.4    Definisi dan Analisis Penyusun Mengenai Keperawatan Sebagai Profesi


Keperawatan merupakan suatu bentuk pelayanan yang dilakukan oleh perawat
dengan memberikan asuhan keperawatan secara tepat kepada individu, kelompok dan
masyarakat, yang bertujuan untuk meningkatkan kesehatan, mencegah dan mengobati
penyakit serta pemulihan kesehatan demi tercapainya kesejahteraan umat manusia,
dengan berpegang teguh pada kode etik yang melandasinya. Sedangkan perawat
adalah seseorang yang telah menyelesaikan studinya dan telah siap untuk
mengabdikan dirinya kepada masyarakat.
Perawat merupakan salah satu pekerjaan yang mulia dengan cara memberikan
perawatan yang benar, sesuai dengan ilmu yang telah didapatkannya. Ilmu tersebut
diterapkannya dengan suatu metode yang dikenal dengan “Proses Keperawatan”.
Metode ini merupakan metode yang sistematis, meliputi tahap pengkajian, diagnosa
keperawatan, merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi tindakan keperawatan.
Dari tahapan metode ini, perawat sering menemukan hal-hal baru dari setiap
kasus yang ditanganinya. Oleh karena itu, mereka perlu meningkatkan wawasannya
agar mampu menangani klien-kliennya dengan benar. Hal inilah yang membawa
perubahan besar bagi dunia keperawatan karena pelayanan yang pada awalnya hanya
berdasarkan pengalaman, kemudian berkembang menjadi pelayanan yang didasarkan
pada ilmu keperawatan yang selalu berubah sesuai dengan perkembangan zaman.
Profesi merupakan suatu keahlian yang membutuhkan ilmu pendidikan dan
pelatihan sebagai dasar pengembangan teori untuk menangani permasalahan yang
sering muncul dalam bidangnya.
Dengan melihat definisi dan ciri-ciri dari profesi diatas, maka dapat disimpulkan
bahwa keperawatan dianggap sebagai suatu profesi. Hal ini dikarenakan keperawatan
memiliki ciri-ciri yang sama dengan profesi.
Keperawatan sebagai suatu profesi adalah salah satu pekerjaan bagian dari tim
kesehatan, yang ikut bertanggung jawab dalam membantu klien sebagai individu,
keluarga, maupun sebagai masyarakat, baik dalam kondisi sehat ataupun sakit, yang
bertujuan untuk tercapainya pemenuhan kebutuhan dasar klien, dalam
mempertahankan kondisi kesehatan yang optimal, dalam menentukan tindakan
keperawatan harus didasarkan pada ilmu pengetahuan, komunikasi interpersonal serta
memiliki keterampilan yang jelas dalam keahliannya.
BAB III
PENUTUP
3.1    Simpulan
Dengan melihat definisi, ciri profesi yang telah disebutkan diatas dapat kita
analisis bahwa keperawatan di Indonesia dapat dikatakan sebagai suatu profesi.
Karena memiliki ciri-ciri dari profesi yaitu mempunyai body of knowledge,
berhubungan dengan nilai-nilai sosial, masa pendidikan, motivasi, otonomi,
komitmen, kesadaran bermasyarakat, dan kode etik.
Keperawatan sebagai suatu profesi adalah salah satu pekerjaan bagian dari tim
kesehatan, yang ikut bertanggung jawab dalam membantu klien sebagai individu,
keluarga, maupun sebagai masyarakat, baik dalam kondisi sehat ataupun sakit, yang
bertujuan untuk tercapainya pemenuhan kebutuhan dasar klien, dalam
mempertahankan kondisi kesehatan yang optimal, dalam menentukan tindakan
keperawatan harus didasarkan pada ilmu pengetahuan, komunikasi interpersonal serta
memiliki keterampilan yang jelas dalam keahliannya.

3.2    Saran
Penyusun berharap agar semua perawat dapat meningkatkan kualitas kerjanya
dan mampu menjadi seseorang yang profesional dalam bidangnya.
DAFTAR PUSTAKA

Sumijatun. 2010. Konsep Dasar Menuju Keperawatan Profesional. Jakarta: Trans


Info Media
Pro-Health. 2009. Keperawatan Sebagai Suatu Profesi.
(http://stikeskabmalang.wordpress.com/2009/09/17/keperawatan-sebagai-suatu-
profesi-3/
KONSEP DASAR KEPERAWATAN
KEPERAWATAN SEBAGAI PROFESI

Disusun oleh: NIKODEMUS GAUKA RAWA


2016610067

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN


UNIVERSITAS TRIBHUWANA TUNGGADEWI

MALANG

2020

BAB I
PENDAHULUAN

Profesi adalah kata serapan dari sebuah kata dalam bahasa Inggris “Profess”,
yang bermakna Janji untuk memenuhi kewajiban melakukan suatu tugas
khusus secara tetap/permanen. Profesi sendiri memiliki arti sebuah pekerjaan
yang membutuhkan pelatihan dan penguasaan terhadap suatu pengetahuan
dan keahlian khusus. Suatu profesi biasanya memiliki asosiasi profesi, kode
etik, serta proses setrifikasi dan lisensi yang khusus untuk bidang profesi
tersebut.
Profesionalisme adalah mutu, kualitas, dan tindak tanduk yang
merupakan ciri suatu profesi atau ciri orang yang profesional. Sementara kata
profesional sendiri berarti: bersifat profesi, memiliki keahlian dan
keterampilan karena pendidikan dan latihan, beroleh bayaran karena
keahliannya itu. Seseorang dapat dikatakan memiliki profesionalisme
manakala memiliki dua hal pokok tersebut, yaitu keahlian (kompetensi) yang
layak sesuai bidang tugasnya dan pendapatan yang layak sesuai kebutuhan
hidupnya.
Keperawatan sebagai suatu profesi, di Indonesia disepakati pada
Seminar Nasional keperawatan pada tahun 1983 yang diinisiasi oleh
kelompok kerja keperawatan Konsorsium Ilmu Kesehatan Direktorat
Pendidikan Tinggi. Berdasarkan kesepakatan tersebut pada tahun 1985 dibuka
Program Studi Ilmu Keperawatan pada Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia. Pada Program ini dasar-dasar keilmuan keperawatan dibekali
kepada mahasiswa sehingga setiap lulusan diharapkan mempunyai landasan
keilmuan yang kokoh dalam memberi pelayanankeperawatan. Sesuai dengan
hakekat profesi khususnya yang terkait dengan pendidikan dimana untuk
dapat memberikan pelayanan/asuhan keperawatan yang berkualitas dan
pengembangan ilmu keperawatan diperlukan pendidikan keperawatan pada
jenjang magister keperawatan.

BAB II
KEPERAWATAN SEBAGAI PROFESI

A.         Pengertian profesi
Beberapa pendapat pandangan terhadap pengertian suatu profesi
menurut Schein EH (1962) Profesi merupakan sekumpulan pekerjaan yang
membangun suatu norma yang sangat khusus yang berasal dari peranannya di
masyarakat. Hughes (1963) mengungkapkan bahwa profesi merupakan
mengetahui yang lebih baik tentang sesuatu hal dari orang lain serta
mengetahui lebih baik dari kliennya tentang apa yang terjadi pada kliennya.
Dan Wilensky (1964) berpendapat bahwa profesi berasal dari perkataan
profession yang berarti suatu pekerjaan yang membutuhkan dukungan body of
knowlegde sebagai dasar bagi perkembangan teori yang sistematis meghadapi
banyak tantangan baru ,dan karena itu membutuhkan pendidikan dan
pelatihan yang cukup lama, memiliki kode etik orientasi utamanya adalah
melayani (alturism)
Profesi adalah kata serapan dari sebuah kata dalam bahasa Inggris
“Profess”, yang bermakna Janji untuk memenuhi kewajiban melakukan suatu
tugas khusus secara tetap/permanen. Profesi sendiri memiliki arti sebuah
pekerjaan yang membutuhkan pelatihan dan penguasaan terhadap suatu
pengetahuan dan keahlian khusus. Suatu profesi biasanya memiliki asosiasi
profesi, kode etik, serta proses setrifikasi dan lisensi yang khusus untuk
bidang profesi tersebut.
Melihat pengertian tersebut, maka terdapat para tokoh yang
memandang bahwa profesi mempunyai beberapa kriteria :
1.         Menurut Abraham Flexner (1915),Menyatakan bahwa suatu pekerjaan
dapat dikatakan suatu profesi apabila memenuhi syarat :
a.       Aktivitas intelektual
b.      Berdasarkan ilmu dan belajar
c.       Untuk tujuan Praktek dan Pelayanan
d.      Dapat diajarkan
e.      Terorganisir secara internal
f.        Altruistik (untuk kepentingan masyarakat)
2.   Menurut Green Wood E (1957), Suatu Pekerjaan dikatakan profesi adalah
adanya teori yang sistemik, otoritas, wibawa (martabat) ,kode etik dan budaya
profesional.
3.  Menurut Hall (1968) Memberikan gambaran tentang suatu profesi yaitu suatu
pekerjaan yang harus melalui proses 4 tahapan antara lain : 
a.      Memperoleh badan pengetahuan dari institusi pendidikan tinggi
b.      Menjadi pekerjaan utama
c.       Adanya organisasi profesi
d.      Terdapat kode etik
4.   Menurut Moore dan Rosenblum 1970, Memandang kriteria sebagai profesi
adalah apabila dasar pekerjaan memiliki teori yang sistematis , otoritas,
wibawa dan prestice, kode etik, budaya profesional dan menjadi sumber
utama dari penghasilan.
5.   Menurut Edgar Schein (1974), Memberikan kriteria pekerjaan sebagai profesi
apabila pekerjaan tersebut :
a.      Pekerjaan seumur hidup
b.      Komitmen seumur hidup sebagai karier
c.       Penghasilan utama
d.      Motivasi kuat
e.      Panggilan hidup
f.        Pengetahuan dan keterampilan didapat melalui diklat
g.      Pengetahuan dianggap khusus
h.      Keputusan terhadap klien berdasarkan ilmu
i.        Pelayanan berdasarkan keahlian dan obyektif
j.        Mempertimbangkan otoritas
k.       Ada batasan dalam profesi
l.        Lebih tahu daripada klien yang dilayani
m.    Perkumpulan profesi
n.      Standart pendidikan
o.      Uji kompetensi untuk masuk profesi
p.       Tidak advertensi dalam mencari klien
Profesi adalah pekerjaan, namun tidak semua pekerjaan adalah profesi, keran profesi
memiliki karakteristik sendiri yang membedakannya dari pekerjaan lainnya, berikut
adalah karateristik profesi secara umum:
1.      Keterampilan yang berdasarkan pada pengetahuan teoritis : Professional
dapat diasumsikan mempunyai pengetahuan teoritis yang ekstensif dan
memiliki keterampilan yang berdasarkan pada pengetahuan tersebut dan bisa
diterapkan dalam praktik
2.      Asosiasi professional : Profesi biasanya memiliki badan yang diorganisasi
oleh para anggotanya, yang dimaksudkan untuk meningkatkan status para
anggotanya. Organisasi tersebut biasanya memiliki persyaratan khusus untuk
menjadi anggotanya.
3.      Pendidikan yang ekstensif : Profesi yang prestisius biasanya memerlukan
pendidikan yang lama dalam jenjang pendidikan tinggi
4.      Ujian kompetensi : Sebelum memasuki organisasi professional, biasanya
ada persyaratan untuk lulus dari suatu tes yang menguji terutama pengetahuan
teoritis.
5.      Pelatihan institusional : Selain ujian, juga biasanya dipersyaratkan untuk
mengikuti pelatihan istitusional dimana calon profesional mendapatkan
pengalaman praktis sebelum menjadi anggota penuh organisasi. Peningkatan
keterampilan melalui pengembangan profesional juga dipersyaratkan.
6.      Lisensi : Profesi menetapkan syarat pendaftaran dan proses sertifikasi
sehingga hanya mereka yang memiliki lisensi bisa dianggap bisa dipercaya.
7.      Otonomi kerja : Profesional cenderung mengendalikan kerja dan
pengetahuan teoretis mereka agar terhindar adanya intervensi dari luar.
8.      Kode etik : Organisasi profesi biasanya memiliki kode etik bagi para
anggotanya dan prosedur pendisiplinan bagi mereka yang melanggar aturan.
Menurut UU NO. 8 (POKOK-POKOK KEPEGAWAIAN), Kode etik
profesi adalah pedoman sikap, tingkah laku dan perbuatan dalam
melaksanakan tugas dan dalam kehidupan sehari-hari. Tujuan Kode etik :
a.      Untuk menjunjung tinggi martabat profesi
b.      Untuk menjaga dan memelihara kesejahteraan para anggota.
c.       Untuk meningkatkan pengabdian para anggota profesi.
d.      Untuk meningkatkan mutu profesi.
e.      Untuk meningkatkan mutu organisasi profesi.
f.        Meningkatkan layanan di atas keuntungan pribadi.
g.      Mempunyai organisasi profesional yang kuat dan terjalin erat.
h.      Menentukan baku standarnya sendiri.
9.      Mengatur Diri : Organisasi profesi harus bisa mengatur organisasinya
sendiri tanpa campur tangan pemerintah. Profesional diatur oleh mereka yang
lebih senior, praktisi yang dihormati, atau mereka yang berkualifikasi paling
tinggi
10.  Layanan publik dan altruisme : Diperolehnya penghasilan dari kerja
profesinya dapat dipertahankan selama berkaitan dengan kebutuhan publik,
seperti layanan dokter berkontribusi terhadap kesehatan masyarakat
11.  Status dan imbalan yang tinggi : Profesi yang paling sukses akan meraih
status yang tinggi, prestise, dan imbalan yang layak bagi para anggotanya. Hal
tersebut bisa dianggap sebagai pengakuan terhadap layanan yang mereka
berikan bagi masyarakat.

B.         Prinsip Etika Profesi


  Tanggung jawab
⮚ Terhadap pelaksanaan pekerjaan itu dan terhadap hasilnya
⮚ Terhadap dampak dari profesi itu untuk kehidupan orang lain atau
masyarakat pada umumnya.
⮚ Keadilan. Prinsip ini menuntut kita untuk memberikan kepada siapa saja
apa yang menjadi haknya.
⮚ Otonomi. Prinsip ini menuntut agar setiap kaum profesional memiliki dan
di beri kebebasan dalam menjalankan profesinya.

C.         Profesionalisme
Dalam Kamus Kata-Kata Serapan Asing Dalam Bahasa Indonesia,
karangan J.S. Badudu (2003), definisi profesionalisme adalah
mutu, kualitas, dan tindak tanduk yang merupakan ciri suatu profesi
atau ciri orang yang profesional. Sementara kata profesional sendiri
berarti: bersifat profesi, memiliki keahlian dan keterampilan karena
pendidikan dan latihan, beroleh bayaran karena keahliannya itu.
Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa profesionalisme
memiliki dua criteria pokok, yaitu keahlian dan pendapatan (bayaran).
Kedua hal itu merupakan satu kesatuan yang saling berhubungan.
Artinya seseorang dapat dikatakan memiliki profesionalisme manakala
memiliki dua hal pokok tersebut, yaitu keahlian (kompetensi) yang
layak sesuai bidang tugasnya dan pendapatan yang layak sesuai
kebutuhan hidupnya.

D.        Ciri ciri profesi.


Dari definisi profesi terdahulu , jelas bahwa profesi itu tidak sama dengan
okupasi (occupation) walaupun keduanya sama sama melakukan pekerjaan
tertentu yang dapat menghasilkan nafkah. Profesi mempunyai ciri ciri
tersendiri yang menurut wilensky (1964) adalah sebagai berikut:
1.             Pekerjaan profesi didukung oleh pohon ilmu (body of
knowledge) yang jelas wilayah garapan keilmuannya (anto loger)
yang jelas wilayah garapan keilmuan (epistomology) , serta
pemanfaatan keilmuannya (axlology)
2.             Keahlian profesi diperoleh melalui pendidikan dan pelatihan
profesi yang terarah,terencana,terus-menerus dan berjenjang (life
long education)
3.             Pekerjaan profesi diatur oleh kode etik profesi serta diakui
secara legal melalui perundang-undangan
4.             Peraturan dan ketentuan yang mengatur hidup dan kehidupan
profesi standar pendidikan dan pelatihan (standar pelayanan dan
kode etik) serta pengawasan terhadap pelaksanaan peraturan-
peraturan tersebut dilakukan sendiri oleh warga profesi.
E.  Wilayah kerja profesi
1.      Pembinaan organisasi profesi
2.      Pembinaan pendidikan dan pelatihan profesi
3.      Pembinaan pelayanan profesi
4.      Pembinaan ilmu pengetahuan

F.   Keperawatan sebagai profesi


merupakan salah satu pekerjaan dimana dalam menentukan tindakannya
didasar pada ilmu pengetahuan serta memiliki keterampilan yang jelas dalam
keahliannya. Klasifikasi keperawatan sebagai profesi adalah :
1.       Scientific Nursing (Landasan ilmu pengetahuan), Mempunyai cabang ilmu
yang terdiri dari :
a.       Ilmu keperawatan dasar
b.      Ilmu keperawatan klinik
c.       Ilmu keperawatan komunitas
d.      Ilmu keperawatan penunjang
2.       Code of etik
Kode keperawatan pada tiap negara berbeda-beda akan tetapi pada prinsipnya
adalah sama yaitu berlandaskan etika keperawatan yang dimilikinya. Dalam
hal ini terdapat 5 tanggung jawab perawat, yaitu :
a.       Perawat dan klien
b.      Perawat dan praktik
c.       Perawat dan masyarakat
d.      Perawat dan teman sejawat
e.      Perawat dan profesi
3.       Lingkup dan wewenang / otonomi. Lingkup dan wewenang praktek
keperawatan berdasarkan standar praktek keperawatan yang bersifat dinamis
antara lain terdiri dari
a.       Falsafah keperawatan
b.      Tujuan askep
c.       Pegkajian keperawatan
d.      Diagnosa keperawatan
e.      Perencanaan keperawatan
f.        Intervensi keperawatan
g.       Evaluasi
h.      Catatan asuhan keperawatan

4.       Nursing organization
Saat ini di indonesia memilki organisasi profesi keperawatan dengan nama
PPNI, dengan aggaran dasar dan anggaran rumah tangga, sedangkan
organisasi keperawatan di dunia dengan nama internasional Council Of Nurse
(ICN)
G Ciri-ciri keperawatan sebagai profesi (prof Mc. Rifin Husin)
1.       Memberi pelayanan / asuhan keperawatan serta penelitian sesuai
dengan kaidah ilmu dan keterampilan keperawatan profesi serta kode etik
keperawatan
2.       Telah lulus dari pendidikan pada jenjang perguruan tinggi (JPT) yang
mapan demikian tenaga tersebut dapat :
a.       Bersikap profesi
b.      Mempunyai pengetahuan dan keterampilan professional
c.       Mampu memberi pelayanan asuhan keperawatan professional
d.      Menggunakan etika keperawatan dalam memberi pelayanan
3.    Pengelolaan keperawatan oleh tenaga keperawatan (NERS) sesuai dengan
kaidah-kaidah suatu profesi dalam bidang kesehatan
a.       Sistem pelayanan / asuhan keperawatan
b.      Pendidikan keperawatan / pelatihan keperawatan yang berjenjang
berlanjut
c.       Perumusan standar keperawatan asuhan keperawatan , pendidikan
keperawatan registrasi / legislasi.
d.      Riset keperawatan oleh Nersterlabsana secara terencana dan terarah
sesuai dengan pengembangan IPTEK dan dapat dikembangkan untuk
peningkatan keperawatan.
H . Analisa keperawatan di Indonesia
Situasi keperawatan di indonesia saat ini dikaitkan dengan definisi , ciri dan
kriteria profesi adalah sebagai berikut :
1.      Keperawatan di indonesia telah memiliki paham ilmu pohon ilmu
(Body of Knowledge) dan telah diakui secara undang-undang oleh
pemerintah Indonesia melalui UU No. 23 Th.1992 tentang kesehatan.
2.      Di indonesia telah ada institusi pendidikan jenjeng perguruan tinggi
yakni AKPER / DIII keperawatan , DIV keperawatan , fakultas ilmu
kesehatan keperawatan (SI) , program pasca sarjana keperawatan (S2)
3.      Keperawatan di indonesia telah memiliki kode etik keperawatan ,
standar profesi , standar praktek keperawatan , standar pendidikan
keperawatan , standar asuhan keperawatan
4.      Keperawatan di indonesia telah mempunyai legislasi keperawatan
(sedang di proses menjadi undang-undang)
5.      Keperawatan di indonesia telah mempunyai organisasi profesi
keperawatan yakni persatuan perawat nasional indonesia (PPNI)
6.      Telah memberikan asuhan keperawatan secara mandiri dengan
menggunakan pendekatan proses keperawatan
7.      Telah melaksanakan riset keperawatan
BAB III
KESIMPULAN

Beberapa pendapat pandangan terhadap pengertian suatu profesi


menurut Schein EH (1962) Profesi merupakan sekumpulan pekerjaan yang
membangun suatu norma yang sangat khusus yang berasal dari peranannya di
masyarakat. Hughes (1963) mengungkapkan bahwa profesi merupakan
mengetahui yang lebih baik tentang sesuatu hal dari orang lain serta
mengetahui lebih baik dari kliennya tentang apa yang terjadi pada kliennya.
Dan Wilensky (1964) berpendapat bahwa profesi berasal dari perkataan
profession yang berarti suatu pekerjaan yang membutuhkan dukungan body of
knowlegde sebagai dasar bagi perkembangan teori yang sistematis meghadapi
banyak tantangan baru ,dan karena itu membutuhkan pendidikan dan
pelatihan yang cukup lama, memiliki kode etik orientasi utamanya adalah
melayani (alturism)
Profesi adalah pekerjaan, namun tidak semua pekerjaan adalah profesi,
karena profesi memiliki karakteristik sendiri yang membedakannya dari
pekerjaan lainnya yaitu Keterampilan yang berdasarkan pada pengetahuan
teoritis, Asosiasi professional, Pendidikan yang ekstensif, Ujian kompetensi,
Pelatihan institusional, lisensi, Otonomi kerja, kode etik, Mengatur Diri,
Layanan publik dan altruism, Status dan imbalan yang tinggi.
Profesi mempunyai ciri ciri tersendiri yang menurut wilensky (1964)
yaitu : Pekerjaan profesi didukung oleh pohon ilmu (body of knowledge) yang
jelas wilayah garapan keilmuannya (anto loger) yang jelas wilayah garapan
keilmuan (epistomology) , serta pemanfaatan keilmuannya (axiology),
Keahlian profesi diperoleh melalui pendidikan dan pelatihan profesi yang
terarah,terencana,terus-menerus dan berjenjang (life long education),
Pekerjaan profesi diatur oleh kode etik profesi serta diakui secara legal
melalui perundang-undangan, Peraturan dan ketentuan yang mengatur hidup
dan kehidupan profesi standar pendidikan dan pelatihan (standar pelayanan
dan kode etik) serta pengawasan terhadap pelaksanaan peraturan-peraturan
tersebut dilakukan sendiri oleh warga profesi.
Keperawatan sebagai profesi merupakan salah satu pekerjaan dimana
dalam menentukan tindakannya didasar pada ilmu pengetahuan serta memiliki
keterampilan yang jelas dalam keahliannya
DAFTAR PUSTAKA

Ali,H. Ziadin.Pengantar keperawatan profesional.


Hidayat,Aziz Alimul.Konsep dasar keperawatan.
laskargaluh.blogspot.com/.../sejarah-perkembangan-keperawatan.htm
PROFESI  http://www.scribd.com/doc/53424508/KEPERAWATAN-
SEBAGAI-PROFESI

TUGAS
MAKALAH
KONSEP DASAR KEPERAWATAN 1

Oleh :
Yohana billa rangga
2016610095
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN
UNIVERSITAS TRIBHUWANA TUNGGADEWI
MALANG
2020

KATA PENGANTAR

              Rasa Syukur Alhamdulillah yang sedalam - dalamnya kami panjatkan


kehadirat Allah Yang Maha Kuasa karena hanya dengan rahmat dan petunjuk-Nya
lah kami dapat menyelesaikan penulisan makalah ini.
Menyadari akan keterbatasan kemampuan kami, maka dalam hal ini kami mengharap
kritik dan saran membangun.

Besar harapan kami semoga penulisan makalah ini dapat memenuhi syarat.
Mudah-mudahan hasil dari tugas makalah ini dapat menjadi referensi yang
bermanfaat bagi kita sekalian, Amin.
Malang, Agustus 2020

Penulis
                                                                                    
DAFTAR ISI

Kata Pengantar...............................................................................................i
Daftar Isi........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 .Latar Belakang........................................................................................1
1.2  Rumusan Masalah...................................................................................1
1.3  Tujuan ..........................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN
2.1  Pengertian Caring Secara Umum..................................................................2
2.2  Perbedaan Caring dan Curing.......................................................................5
2.3 Perilaku Caring Yang Dapat Ditemui Dalam Tatanan Keperawatan......7
2.4 Pengertian Transcultural Nursing............................................................9
2.5 contoh-contoh aplikasi traskultural nursing pada beberapa
masalah kesehatan.........................................................................................11
BAB III PENUTUP
3.1. Kesimpulan.............................................................................................18
3.2 Saran.......................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA
No. 1. Makalah Caring
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 .Latar Belakang


Di era globalisasi ini,segala bidang kehidupan sedang mengalami perkembangan
bahkan kemajuan.Salah satunya adalah bidang pelayanan kesehatan.bidang pelayanan
kesehatan tidak hanya sarana dan prasarana yang mengalami kemajuan,tetapi juga
profesionalisme dari tenaga kesehatan.
Lingkungan kesehatan seperti rumah sakit,perawat akan berhadapan dengan klien
dan tenaga kesehatn lainnya.Oleh karena itu,Perawat harus terus meningkatkan
profesionalismenya,
 yaitu meningkatkan perilaku caring.Caring bukan semata-mata
perilaku. Caring adalah cara yang memiliki makna dan memotivasi
tindakan. Caring juga didefinisikan sebagai tindakan yang bertujuan memberikan
asuhan fisik dan memperhatikan emosi sambil meningkatkan rasa aman dan
keselamatan klien (Carruth et all, 1999).

1.2  Rumusan Masalah


1. Apakah Pengertian caring consept secara umum dalam keperawatan ?
2. Bagaimana perbedaan antara caring dan curing consept ?
3. Apasaja prilaku  caring yang dapat ditemui dalam tatanan pelayanan kesehatan?
4. Apa pengertian transkultural nursing ?
5. Apasaja contoh-contoh aplikasi traskultural nursing pada beberapa masalah                 
kesehatan ?  

1.3  Tujuan
Makalah ini disusun dalam rangka menyelesaikan tugas mata kuliah Konsep
Dasar Keperawatan I, menambah wawasan tentang Konsep Caring di Sepanjang
Rentang Kehidupan, agar kami mahasiswa mengerti tentang bagaimana perilaku
caring dalam proses dan praktik keperawatan, dan sebagai salah satu sarana belajar
mahasiswa.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1  Pengertian Caring Secara Umum


Secara bahasa, istilah caring diartikan sebagai tindakan
kepedulian. Caring secara umum dapat diartikan sebagai suatu kemampuan untuk
berdedikasi bagi orang lain, pengawasan dengan waspada, serta suatu perasaaan
empati pada orang lain dan perasaan cinta atau menyayangi.
Pengertian caring berbeda dengan care. Care adalah fenomena yang berhubungan
dengan orang berhubungan dengan bimbingan, bantuan, dukungan perilaku kepada
individu, keluarga, kelompok dengan adanya kejadian untuk memenuhi kebutuhan
aktual maupun potensial untuk meningkatkan kondisi dan kualitas kehidupan
manusia. Sedangkan caring adalah tindakan nyata dari care yang menunjukkan suatu
rasa kepedulian.
Terdapat beberapa pengertian caring menurut beberapa ahli, antara lain :
 Florence nightingale (1860) : caring adalah tindakan yang menunjukkan
pemanfaatan lingkungan pasien dalam membantu penyembuhan, memberikan
lingkungan bersih, ventilasi yang baik dan tenang kepada pasien.
 Delores gaut (1984) : caring tidak mempunyai pengertian yang tegas, tetapi ada tiga
makna dimana ketiganya tidak dapat dipisahkan, yaitu perhatian, bertanggung jawab,
dan ikhlas.
Crips dan Taylor (2001) : caring merupakan fenomena universal yang
mempengaruhi bagaimana seseorang berpikir, merasakan, dan berperilaku dalam
hubungannya dengan orang lain.
Rubenfild (1999) : caring yaitu memberikan asuhan, tanggunggung jawab, dan
ikhlas.
Crips dan Taylor (2001) : caring merupakan fenomena universal yang mempengaruhi
bagaimana seseorang berpikir, merasakan, dan berperilaku dalam hubungannya
dengan orang lain.
 Rubenfild (1999) : caring yaitu memberikan asuhan, dukungan emosional pada klien,
keluarga, dan kerabatnya secara verbal maupun nonverbal.
Jean watson (1985) : caring merupakan komitmen moral untuk melindungi,
mempertahankan, dan meningkatkan emosional pada klien, keluarga, dan kerabatnya
secara verbal maupun nonverbal.
Jean watson (1985) : caring merupakan komitmen moral untuk melindungi,
mempertahankan, dan meningkatkan martabat manusia.
Dari beberapa pengertian tersebut, dapat dipersingkat bahwa pengertian caring secara
umum adalah suatu tindakan moral atas dasar kemanusiaan, sebagai suatu cerminan
perhatian, perasaan empati dan kasih sayang kepada orang lain, dilakukan dengan
cara memberikan tindakan nyata kepedulian, dengan tujuan untuk meningkatkan
kualitas dan kondisi kehidupan orang tersebut. Caring merupakan inti dari
keperawatan.

Persepsi Klien Tentang Caring


Penelitian tentang persepsi klien penting karena pelayanan kesehatan merupakan
fokus terbesar dari tingkat kepuasan klien. Jika klien merasakan penyelenggaraan
pelayanan kesaehatan bersikap sensitif, simpatik, merasa kasihan, dan tertarik
terhadap mereka sebagai individu, mereka biasanya menjadi teman sekerja yang aktif
dalam merencanakan perawatan ( Attree, 2001 ). Klien dalam penelitian ini
menunjukkan bahwa mereka semakin puas saat perawat melakukan caring.
Biasanya klien dan perawat melakukan persepsi yang berbeda tentang caring
( Mayer, 1987; Wolf, Miller, dan Devine, 2003 ). Untuk alasan tersebut, fokuskan
pada membangun suatu hubungan yang membuat perawat mengetahui apa yang
penting bagi klien. Contoh, perawat mempunyai klien yang takut untuk dipasang
kateter intravena, perawat tersebut adalah perawat yang belum terampil dalam
memasukkan kateter intravena. Perawat tersebut memutuskan bahwa klien akan lebih
diuntungkan jika dibantu oleh perawat yang sudah terampil daripada memberikan
penjelasan prosedur untuk mengurangi kecemasan. Dengan mengetahui siapa klien,
dapat membantu perawat dalam memilih pendekatan yang paling sesuai dengan
kebutuhan klien.

Etika Pelayanan
Watson ( 1988 ) menyarankan agar caring sebagai suatu sikap moral yang ideal,
memberikan sikap pendirian terhadap pihak yang melakukan intervensi seperti
perawat. Sikap pendirian ini perlu untuk menjamin bahwa perawat bekerja sesuai
standar etika untuk tujuan dan motivasi yang baik. Kata etika merujuk pada kebiasaan
yang benar dan yang salah. Dalam setiap pertemuan dengan klien, perawat harus
mengetahui kebiasaan apa yang sesuai secara etika. Etika keperawatan bersikap unik,
sehingga perawat tidak boleh membuat keputusan hanya berdasarkan prinsip
intelektual atau analisis.
Etika keperawatan berfokus pada hubungan antara individu dengan karakter dan
sikap perawat terhadap orang lain. Etika keperawatan menempatkan perawat sebagai
penolong klien, memecahkan dilema etis dengan cara menghadirkan hubungan dan
memberikan prioritas kepada klien dengan kepribadian khusus.

Nurse Caring Behavior
1. Persepsi klien wanita ( Riemen, 1986 )
v  Berespon terhadap keunikan klien
v  Memahami dan mendukung perhatian klien
v  Hadir secara fisik
v  Memiliki sikap dan menunjukkan prilaku yang membuat klien merasa dihargai
sebagai manusia
v  Kembali ke klien dengan sukarela tanpa diminta
v  Menunjukkan perhatian yang memberi kenyamanan dan merelaksasi klien
v  Bersuara halus dan lembut
v  Memberi perasaan nyaman
2. Persepsi klien pria ( Riemen, 1986 )
v  Hadir secara fisik sehingga klien merasa dihargai
v  Kembali ke klien dengan sukarela tanpa diminta
v  Membuat klien merasa nyaman, relaks, dan aman
v  Hadir untuk memberi kenyamanan dan memenuhi kebutuhan klien sebelum
diminta
v  Menggunakan suara dan sikap yang baik, halus, lembut dan menyenangkan
3. Persepsi klien kanker dan keluarga ( Mayer, 1986 )
v  Mengetahui bagaimana memberikan injeksi dan mengelola peralatan
v  Bersikap ceria
v  Mendorong klien untuk menghubungi perawat bila klien mempunyai masalah
v  Mengutamakan atau mendahulukan kepentingan klien
v  Mengantisipasi pengalaman pertama adalah yang terberat.

4. Persepsi klien dewasa yang dirawat ( Brown, 1986 )


v  Kehadirannya menentramkan hati
v  Memberikan informasi
v  Mendemonstrasikan pengetahuan dan keterampilan profesional
v  Mampu menangani nyeri atau rasa sakit
v  Memberi waktu yang lebih banyak dari yang dibutuhkan
v  Mempromosikan otonomi
v  Mengenali kualitas dan kebutuhan individual
v  Selalu mengawasi klien

5. Persepsi dari keluarga


v  Jujur
v  Memberikan penjelasan dengan jelas
v  Selalu menginformasikan keluarga
v  Mencoba untuk membuat klien nyaman
v  Menunjukkan minat dalam menjawab pertanyaan
v  Memberikan perawatan emergensi bila perlu
v  Menjawab pertanyaan anggota keluarga secara jujur, terbuka dan ikhlas
v  Mengijinkan klien melakukan sesuatu untuk dirinya sebisa mungkin
v  Mengajarkan keluarga cara memelihara kondisi fisik yang lebih nyaman

2.2  Perbedaan Caring dan Curing


Keperawatan sebagai suatu profesi dan berdasarkan pengakuan masyarakat adalah
ilmu kesehatan tentang asuhan atau pelayanan keperawatan atau The Health Science
of Caring (Lindberg,1990:40). Secara bahasa, caring dapat diartikan sebagai tindakan
kepedulian dan curing dapat diartikan sebagai tindakan pengobatan. Namun, secara
istilah caring dapat diartikan memberikan bantuan kepada individu atau sebagai
advokasi pada individu yang tidak mampu memenuhi kebutuhan dasarnya.
Sedangkan curing adalah upaya kesehatan dari kegiatan dokter dalam prakteknya
untuk mengobati klien. Dalam penerapannya, konsep caring dan curing mempunyai
beberapa perbedaan, diantaranya:
1. Caring merupakan tugas primer perawat dan curing adalah tugas sekunder.
Maksudnya seorang perawat lebih melakukan tindakan kepedulian terhadap klien
daripada memberikan tindakan medis. Oleh karena itu, caring lebih identik dengan
perawat.
2. Curing merupakan tugas primer seorang dokter dan caring adalah tugas
sekunder. Maksudnya seorang dokter lebih melibatkan tindakan medis tanpa
melakukan tindakan caring yang berarti. Oleh karena itu, curing lebih identik dengan
dokter.
3. Dalam pelayanan kesehatan klien yang dilakukan perawat, ¾ nya
adalah caring dan ¼ nya adalahcuring.
4. Caring bersifat lebih “Healthogenic” daripada curing.
Maksudnya caring lebih menekankan pada peningkatan kesehatan daripada
pengobatan. Di dalam praktiknya, caring mengintegrasikan pengetahuan biofisik dan
pengetahuan perilaku manusia untuk meningkatkan derajat kesehatan dan untuk
menyediakan pelayanan bagi mereka yang sakit.
5. Tujuan caring adalah membantu pelaksanaan rencana pengobatan/terapi dan
membantu klien beradaptasi dengan masalah kesehatan, mandiri memenuhi
kebutuhan dasarnya, mencegah penyakit, meningkatkan kesehatan dan meningkatkan
fungsi tubuh sedangkan tujuan curing adalah menentukan dan menyingkirkan
penyebab penyakit atau mengubah problem penyakit dan penanganannya.
6. Diagnosa dalam konsep curing dilakukan dengan mengungkapkan penyakit
yang diderita sedangkan diagnosa dalam konsep caring dilakukan dengan identifikasi
masalah dan penyebab berdasarkan kebutuhan dan respon klien.
2.3 Perilaku Caring Yang Dapat Ditemui Dalam Tatanan Keperawatan
Caring bukanlah sesuatu yang dapat diajarkan, tetapi merupakan hasil dari
kebudayaan, nilai-nilai, pengalaman, dan dari hubungan dengan orang lain. Sikap
keperawatan yang berhubungan dengancaring adalah kehadiran, sentuhan kasih
sayang, mendengarkan, memahami klien, caring dalam spiritual, dan perawatan
keluarga.

1. Kehadiran
Kehadiran adalah suatu pertemuan antara seseorang dengan seseorang lainnya
yang merupakan sarana untuk mendekatkan diri dan menyampaikan manfaat caring.
Menurut Fredriksson (1999), kehadiran berarti “ada di” dan “ada dengan”. “Ada di”
berarti kehadiran tidak hanya dalam bentuk fisik, melainkan juga komunikasi dan
pengertian. Sedangkan “ada dengan” berarti perawata selalu bersedia dan ada untuk
klien (Pederson, 1993). Kehadiran seorang perawat membantu menenangkan rasa
cemas dan takut klien karena situasi tertekan.

2. Sentuhan
Sentuhan merupakan salah satu pendekatan yang menenangkan dimana
perawat dapat mendekatkan diri dengan klien untuk memberikan perhatian dan
dukungan. Ada dua jenis sentuhan, yaitu sentuhan kontak dan sentuhan non-kontak.
Sentuhan kontak merupakan sentuhan langsung kullit dengan kulit. Sedangkan
sentuhan non-kontak merupakan kontak mata. Kedua jenis sentuhan ini digambarkn
dalam tiga kategori :
a) Sentuhan Berorientasi-tugas
Saat melaksanakan tugas dan prosedur, perawat menggunakan sentuhan ini.
Perlakuan yang ramah dan cekatan ketika melaksanakan prosedur akan memberikan
rasa aman kepada klien. Prosedur dilakukan secara hati-hati dan atas pertimbangan
kebutuhan klien.
b) Sentuhan Pelayanan (Caring)
Yang termasuk dalam sentuhan caring adalah memegang tangan klien, memijat
punggung klien, menempatkan klien dengan hati-hati, atau terlibat dalam
pembicaraan (komunikasi non-verbal). Sentuhan ini dapat mempengaruhi keamanan
dan kenyamanan klien, meningkatkan harga diri, dan memperbaiki orientasi tentang
kanyataan (Boyek dan Watson, 1994).
c) Sentuhan Perlindungan
Sentuhan ini merupakan suatu bentuk sentuhan yang digunakan untuk melindungi
perawat dan/atau klien (fredriksson, 1999). Contoh dari sentuhan perlindungan adalah
mencegah terjadinya kecelakaan dengan cara menjaga dan mengingatkan klien agar
tidak terjatuh.
Sentuhan dapat menimbulkan berbagai pesan, oleh karena itu harus digunakan secara
bijaksana.
3. Mendengarkan
Untuk lebih mengerti dan memahami kebutuhan klien, mendengarkan merupakan
kunci, sebab hal ini menunjukkan perhatian penuh dan ketertarikan perawat.
Mendengarkan membantu perawat dalam memahami dan mengerti maksud klien dan
membantu menolong klien mencari cara untuk mendapatkan kedamaian.
4. Memahami klien
Salah satu proses caring menurut Swanson (1991) adalah memahami klien.
Memahami klien sebagai inti suatu proses digunakan perawat dalam membuat
keputusan klinis. Memahami klien merupakan pemahaman perawat terhadap klien
sebagai acuan melakukan intervensi berikutnya (Radwin,1995). Pemahaman klien
merupakan gerbang penentu pelayanan sehingga, antara klien dan perawat terjalin
suatu hubungan yang baik dan saling memahami.
5. Caring Dalam Spiritual
Kepercayaan dan harapan individu mempunyai pengaruh terhadap kesehatan fisik
seseorang. Spiritual menawarkan rasa keterikatan yang baik, baik melalui hubungan
intrapersonal atau hubungan dengan dirinya sendiri, interpersonal atau hubungan
dengan orang lain dan lingkungan, serta transpersonal atau hubungan dengan Tuhan
atau kekuatan tertinggi.
Hubungan caring terjalin dengan baik apabila antara perawat dan klien
dapat memahami satu sama lain sehingga keduanya bisa menjalin hubungan yang
baik dengan melakukan hal seperti, mengerahkan harapan bagi klien dan
perawat; mendapatkan pengertian tentang gejala, penyakit, atau perasaan yang
diterima klien; membantu klien dalam menggunakan sumber daya sosial, emosional,
atau spiritual; memahami bahwa hubungan caring menghubungkan manusia dengan
manusia, roh dengan roh.
6. Perawatan Keluarga
Keluarga merupakan sumber daya penting. Keberhasilan intervensi keperawatan
sering bergantung pada keinginan keluarga untuk berbagi informasi dengan perawat
untuk menyampaikan terapi yang dianjurkan. Menjamin kesehatan klien dan
membantu keluarga untuk aktif dalam proses penyembuhan klien merupakan tugas
penting anggota keluarga. Menunjukkan perawatan keluarga dan perhatian pada klien
membuat suatu keterbukaan yang kemudian dapat membentuk hubungan yang baik
dengan anggota keluarga klien.
2.4 Pengertian Transcultural Nursing
Transcultural Nursing adalah suatu keilmuwan budaya pada proses belajar dan
praktek keperawatan yang fokus memandang perbedaan dan kesamaan diantara
budaya dengan menghargai asuhan, sehat dan sakit didasarkan pada nilai budaya
manusia, kepercayaan dan tindakan, dan ilmu ini digunakan untuk memberikan
asuhan keperawatan khususnya budaya atau keutuhan budaya kepada manusia
(Leininger, 2002).
Konsep Transcultural Nursing
Keperawatan transkultural adalah ilmu dan kiat yang humanis yang
difokuskan pada prilaku individu atau kelompok, serta proses untuk mempertahankan
atau meningkatkan perilaku sehat dan perilaku sakit secara fisik dan psikokultural
sesuai latar belakang budaya. (Leininger, 2002).
Konsep Utama Transcultural Nursing:
Care : perawat memberikan bimbingan dukungan kepada klien à untuk meningkatkan
kondisi klien
Caring : tindakan  mendukung, berbentuk aksi atau tindakan  
Culture : perawat mempelajari, saling share/berbagi pemahaman tentang kepercayaan
dan budaya klien
Cultural care : kemampuan kognitif untuk mengetahui nilai, norma/ kepercayaan
Nilai kultur : keputusan/kelayakan  untuk bertindak
Perbedaan kultur : berupa variasi-variasi pola nilai yang ada di masyarakat mengenai
keperawatan
Cultural care university : hal-hal umum dalam sistem nilai, norma dan budaya
Etnosentris : keyakinan ide, nilai, norma, kepercayaan lebih tinggi dari yang lain
Cultural Imposion : kecenderungan tenaga kesehatan memaksakan kepercayaan
kepada klien
Peran dan Fungsi Transkultural
Budaya mempunyai pengaruh luas terhadap kehidupan individu . Oleh sebab itu ,
penting bagi perawat mengenal latar belakang budaya orang yang dirawat ( Pasien ) .
Misalnya kebiasaan hidup sehari – hari , seperti tidur , makan , kebersihan diri ,
pekerjaan , pergaulan social , praktik kesehatan , pendidikan anak  ekspresi perasaan ,
hubungan kekeluargaaan , peranan masing – masing orang menurut umur . Kultur
juga terbagi dalam sub – kultur .
Subkultur adalah kelompok pada suatu kultur yang tidak seluruhnya mengaanut
pandangan keompok kultur yang lebih besar atau memberi makna yang berbeda .
Kebiasaan hidup juga saling berkaitan dengan kebiasaan cultural.
Nilai – nilai budaya Timur , menyebabkan sulitnya wanita yang hamil mendapat
pelayanan dari dokter pria . Dalam beberapa setting , lebih mudah menerima
pelayanan kesehatan pre-natal dari dokter wanita dan bidan . Hal ini menunjukkan
bahwa budaya Timur masih kental dengan hal – hal yang dianggap tabu.
Dalam tahun – tahun terakhir ini , makin ditekankan pentingknya pengaruh kultur
terhadap pelayanan perawatan . Perawatan Transkultural merupakan bidang yang
relative baru ; ia berfokus pada studi perbandingan nilai – nilai dan praktik budaya
tentang kesehatan dan hubungannya dengan perawatannya . Leininger ( 1991 )
mengatakan bahwa transcultural nursing merupakan suatu area kajian ilmiah yang
berkaitan dengan perbedaan maupun kesamaan nilai – nilai budaya ( nilai budaya
yang berbeda ras , yang mempengaruhi pada seseorang perawat saat melakukan
asuhan keperawatan kepada pasien. Perawatan transkultural adalah berkaitan dengan
praktik budaya yang ditujukan untuk pemujaan dan pengobatan rakyat (tradisional) .
Caring practices adalah kegiatan perlindungan dan bantuan yang berkaitan dengan
kesehatan.
Menurut Dr. Madelini Leininger , studi praktik pelayanan kesehatan transkultural
adalah berfungsi untuk meningkatkan pemahaman atas tingkah laku manusia dalam
kaitan dengan kesehatannya . Dengan mengidentifikasi praktik kesehatan dalam
berbagai budaya ( kultur ) , baik di masa lampau maupun zaman sekarang akan
terkumpul persamaan – persamaan . Lininger berpendapat , kombinasi pengetahuan
tentang pola praktik transkultural dengan kemajuan teknologi dapat menyebabkan
makin sempurnanya pelayanan perawatan dan kesehatan orang banyak dan berbagai
kultur.

2.5 contoh-contoh aplikasi traskultural nursing pada beberapa


masalah kesehatan
1. Aplikasi transkultural pada masalah penyakit kronik
Penyakit kronik adalah penyakit yang timbul bukan secara tiba-tiba,
melainkan akumulasi dari sesuatu penyakit hingga akhirnya menyebabkan penyakit
itu sendiri. (Kalbe medical portal) Penyakit kronik ditandai banyak penyebab. Contoh
penyakit kronis adalah diabetes, penyakit jantung, asma, hipertensi dan masih banyak
lainnya. Ada hubungan antara penyakit kronis dengan depresi. Depresi adalah kondisi
kronis yang mempengaruhi pikiran seseorang, perasaan dan perilaku sehingga sulit
untuk mengatasi peristiwa kehidupan sehari-hari.  Seseorang yang menderita depresi
memiliki kemungkinan lebih tinggi menderita penyakit kronis seperti diabetes,
penyakit jantung atau asma. Penyebab depresi itu sendiri kompleks, terkait dengan
lingkungan interaksi seseorang maupun kepribadiaannya sendiri. Beberapa faktor
penyebab umum adalah:

• Faktor herediter • Trauma 


• Isolasi atau kesepian • Pengangguran
•  konflik Keluarga • Kesulitan penyelesaian
• Stres • Nyeri

Berbagai jenis depresi memerlukan cara yang berbeda dalam jenis


pengobatannya. Untuk depresi ringan, dapat dianjurkan untuk melakukan kegiatan-
kegiatan tertentu. Dalam kasus depresi parah, dianjurkan untuk mengkonsumsi obat
dan psikoterapi. Salah satu pendekatan yang muncul menjadi lebih umum untuk
segala bentuk depresi adalah manajemen diri. Manajemen diri mengacu pada strategi
orang menggunakan untuk berurusan dengan kondisi mereka. Dimana seseorang
melibatkan tindakan, sikap atau tujuan dalam mengambil atau membuat keputusan
untuk mempertahankan dan meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan.
      Pengobatan terhadap penyakit kronik yang telah dilakukan di masyarakat saat ini
amat beragam. Tidak dapat dipungkiri bahwa sistem pengobatan tradisional juga
merupakan sub unsur kebudayaan masyarakat sederhana yang telah dijadikan sebagai
salah satu cara pengobatan. Pengobatan inilah yang juga menjadi aplikasi dari
transkultural dalam mengobati suatu penyakit kronik. Pengobatan tradisional ini
dilakukan berdasarkan budaya yang telah diwariskan turun-temurun. Beberapa
contohnya adalah sebagai berikut:
1.            Masyarakat negeri Pangean lebih memilih menggunakan ramuan dukun untuk
menyembuhkan penyakit TBC, yaitu daun waru yang diremas dan airnya dimasak
sebanyak setengah gelas.
2.     Masyarakat di Papua percaya bahwa penyakit malaria dapat disembuhkan dengan cara
minta ampun kepada penguasa hutan lalu memetik daun untuk dibuat ramuan untuk
diminum dan dioleskan ke seluruh tubuh.
3.      Masyarakat Jawa memakan pisang emas bersamaan dengan kutu kepala (Jawa: tuma)
tiga kali sehari untuk pengobatan penyakit kuning.
      Pengobatan tradisional yang sering dipakai berupa pemanfaatan bahan-bahan
herbal. Herba sambiloto menjadi sebuah contoh yang khasiatnya dipercaya oleh
masyarakat dapat mengobati penyakit-penyakit kronik, seperti hepatitis, radang paru
(pneumonia), radang saluran nafas (bronchitis), radang ginjal (pielonefritis), radang
telinga tengah (OMA), radang usus buntu, kencing nanah (gonore), kencing manis
(diabetes melitus). Daun lidah budaya dan tanaman pare juga dijadikan sebagai
pengobatan herbal. Tumbuhan tersebut berkhasiat menyebuhkan diabetes melitus.
      Tidak hanya di Indonesia, di luar negeri pun masih ada negara yang meyakini
bahwa pengobatan medis bukan satu-satunya cara mengobati penyakit kronik.
Misalnya, di Afrika, penduduk Afrika masih memiliki keyakinan tradisional tentang
kesehatan dan penyakit. Mereka menganggap bahwa obat-obatan tradisional sudah
cukup untuk mengganti produk yag akan dibeli, bahkan mereka menggunakan dukun
sebagai penyembuh tradisional. Hal seperti ini juga terjadi di Amerika, Eropa, dan
Asia.
           

2.      Aplikasi transkultural pada gangguan nyeri


Nyeri adalah pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan
akibat dari kerusakan jaringan yang actual atau potensial. Nyeri adalah alasan utama
seseorang untuk mencari bantuan perawatan kesehatan. Selanjutnya, definisi nyeri
menurut keperawatan adalah apapun yang menyakitkan tubuh yang dikatakan
individu yang mengalaminya, yang ada kapanpun individu mengatakannya. Peraturan
utama dalam merawat pasien nyeri adalah bahwa semua nyeri adalah nyata, meskipun
penyebabnya belum diketahui. Keberadaan nyeri adalah berdasarkan hanya pada
laporan pasien bahwa nyeri itu ada.
Aplikasi transkultural pada gangguan nyeri baik yang dilakukan oleh pasien
berdasarkan apa yang dipercaya olehnya atau yang dilakukan oleh perawat setelah
melakukan pengkajian tentang latar belakang budaya pasien adalah sebagai berikut:
a.    Dengan membatasi gerak dan istirahat. Seorang pasien yang mengalami nyeri
diharuskan untuk tidak banyak bergerak karena jika banyak bergerak dapat
memperparah dan menyebabkan nyeri berlangsung lama. Menurut pandangan umat
Islam, seseorang yang menderita nyeri untuk mengurangi tau meredakannya dengan
posisi istirahat atau tidur yang benar yaitu badan lurus dan dimiringkan ke sebelah
kanan. Hal ini menurut sunah rasul. Dengan posisi tersebut diharapkan dapat
meredakan nyeri karena peredaran darah yang lancer akibat jantung yang tidak
tertindih badan sehingga dapat bekerja maksimal.
b.      Mengkonsumsi obat-obatan tradisional. Beberapa orang mempercayai bahwa ada
beberapa obat tradisional yang dapat meredakan nyeri bahkan lebih manjur dari obat
yang diberikan oleh dokter. Misalnya, obat urut dan tulang ‘Dapol Siburuk’ dari
burung siburuk yang digunakan oleh masyarakat Batak.
c.       Dengan dipijat atau semacamnya. Kebanyakan orang mempercayai dengan dipijat
atau semacamnya dapat meredakan nyeri dengan waktu yang singkat. Namun, harus
diperhatikan bahwa apabila salah memijat akan menyebabkan bertambah nyeri atau
hal-hal lain yang merugikan penderita. Dalam budaya Jawa ada yang disebut dukun
pijat yang sering didatangi orang banyak apabila mengalami keluhan nyeri misalnya
kaki terkilir.
Dalam menerapkan transkultural pada gangguan nyeri harus tetap
mempertahankan baik buruknya bagi si pasien. Semua aplikasi transkultural
sebaiknya dikonsultasikan kepada pihak medis agar tidak menimbulkan hal yang
tidak diinginkan.
3.  Aplikasi transkultural pada gangguan kesehatan mental
Berbagai tingkahlaku luar biasa yang dianggap oleh psikiater barat sebagai
penyakit jiwa ditemukan secara luas pada berbagai masyarakat non-barat. Adanya
variasi yang luas dari kelompok sindroma dan nama-nama untuk menyebutkannya
dalam berbagai masyarakat dunia, Barat maupun non-Barat, telah mendorong para
ilmuwan mengenai tingkahlaku untuk menyatakan bahwa penyakit jiwa adalah suatu
‘mitos’, suatu fenomena sosiologis, suatu hasil dari angota-anggota masyarakat yang
‘beres’ yang merasa bahwa mereka membutuhkan sarana untuk menjelaskan,
memberi sanksi dan mengendalikan tingkahlaku sesama mereka yang menyimpang
atau yang berbahaya, tingkahlaku yang kadang-kadang hanya berbeda dengan
tingkahlaku mereka sendiri. Penyakit jiwa tidak hanya merupakan ‘mitos’, juga
bukan semata-semata suatu masalah sosial belaka. Memang benar-benar ada
gangguan dalam pikiran, erasaan dan tingkahlaku yang membutuhkan pengaturan
pengobatan.(Edgerton 1969 : 70). Nampaknya, sejumlah besar penyakit jiwa non-barat lebih
dijelaskan secara personalistik daripada naturalistik.
Sebagaimana halnya dengan generalisasi, selalu ada hal-hal yang tidak dapat
dimasukkan secara tepat ke dalam skema besar tersebut. Kepercayaan yang tersebar
luas bahwa pengalaman-pengalaman emosional yang kuat seperti iri, takut, sedih,
malu, dapat mengakibatkan penyakit, tidaklah tepat untuk diletakkan di dalam salah
satu dari dua kategori besar tersebut. Mungkin dapat dikatakan bahwa tergantung
situasi dan kondisi, kepercayaan-kepercayaan tersebut boleh dikatakan cocok untuk
dikelompokkan ke dalam salah satu kategori. Misalnya, susto, penyakit yang
disebabkan oleh ketakutan, tersebar luas di Amerika Latin dan merupakan angan-
angan. Seseorang mungkin menjadi takut karena bertemu dengan hantu, roh, setan,
atau karena hal-hal yang sepele, seperti jatuh di air sehingga takut akan mati
tenggelam. Apabila agen-nya berniat jahat, etiologinya sudah tentu bersifat
personalistik. Namun, kejadian-kejadian tersebut sering merupakan suatu kebetulan
atau kecelakaan belaka bukan karena tindakan yang disengaja. Dalam ketakutan akan
kematian karena tenggelam, tidak terdapat agen-agen apa pun.
Kepercayaan-kepercayaan yang sudah dijelaskan di atas menimbulkan
pemikiran-pemikiran untuk melakukan berbagai pengobatan jika sudah terkena agen.
Kebanyakan pengobatan yang dilakukan yaitu mendatangi dukun-dukun atau tabib-
tabib yang sudah dipercaya penuh. Terlebih lagi untuk pengobatan gangguan mental,
hampir seluruh masyarakat desa mendatangi dukun-dukun karena mereka percaya
bahwa masalah gangguan jiwa/mental disebabkan oleh gangguan ruh jahat. Dukun-
dukun biasanya melakukan pengobatan dengan cara mengambil dedaunan yang
dianggap sakral, lalu menyapukannya ke seluruh tubuh pasien. Ada juga yang
melakukan pengobatan dengan cara menyuruh pihak keluarga pasien untuk membawa
sesajen seperti, berbagai macam bunga atau binatang ternak.

Para ahli antropologi menaruh perhatian pada ciri-ciri psikologis shaman.


Shaman adalah seorang yang tidak stabil dan sering mengalami delusi, dan mungkin
ia adalah seorang wadam atau homoseksual.namun apabila ketidakstabilan jiwanya
secara budaya diarahkan pada bentuk-bentuk konstruktif, maka individu tersebut
dibedakan dari orang-orang lain yang mungkin menunjukkan tingkahlaku serupa,
namun digolongkan sebagai abnormal oleh para warga masyarakatnya dan
merupakan subyek dari upacara-upacara penyembuhan. Dalam pengobatan, shaman
biasanya berada dalam keadaan kesurupan (tidak sadar), dimana mereka berhubungan
dengan roh pembinanya untuk mendiagnosis penyakit. para penganut paham
kebudayaan relativisme yang ekstrim menggunakan contoh shamanisme sebagai
hambatan utama dalam arguentasi mereka bahwa apa yang disebut penyakit jiwa
adalah sesuatu yang bersifat kebudayaan.
Dalam banyak masyarakat non-Barat, orang yang menunjukkan tingkahlaku
abnormal tetapi tidak bersifat galak maka sering diberi kebebasan gerak dalam
masyarakat mereka, kebutuhan mereka dipenuhi oleh anggota keluarga mereka.
Namun, jika mereka mengganggu, mereka akan dibawa ke sutu temapt di semak-
semak untuk ikuci di kamrnya. Sebuah pintu khusus (2 x 2 kaki) dibuat dalam rumah,
cukup untuk meyodorkan makanan saja bagi mereka dan sebuah pintu keluar untuk
keluar masuk komunitinya.
Usaha-usaha untuk membandingkan tipe-tipe gangguan jiwa secara lintas-budaya
umumnya tidak berhasil, sebagian disebabkan oleh kesulitan-kesulitan pada tahapan
penelitian untuk membongkar apa yang diperkirakan sebagai gejala primer dari gejala
sekunder. Misalnya, gejala-gejala primer yaitu yang menjadi dasar bagi depresi.
Muncul lebih dulu dan merupakan inti dari gangguan. Gejala-gejala sekunder dilihat
sebagai reaksi individu terhadap penyakitya ; gejala-gejala tersebut berkembang
karena ia berusaha untuk menyesuaikan diri dengan tingkahlakunya yang berubah.

4. Kasus Transkultural terhadap Diabetes


1. Tinjauan Kasus
Nilai Gula Darah Normal
Kebanyakan manusia bervariasi sekitar 82-110 mg/dl pada keadaan sebelum makan.
Setelah makan akan naik sekitar 140 mg/dl. The American Diabetes Association
merekomendasikan kadar glukosa pasca-makan <180 mg/dl dan pra-makan pada
kadar 90-130 mg/ dl. Pada laki-laki dewasa sehat denagn berat 75 kg dan volume 5
liter darah, glukosa levelnya 110 mg/dl.
Pada penderita diabetes, kadar glukosa saat puasa >126 mg/ dl dan saat normal >200
mg/ dl.
a.   Masalah yang ditemukan pada kasus tersebut, diantaranya :
v  Laki-laki usia 50 tahun,
v  Pingsan saat rapat di kantornya,
v  Kadar gula darahnya mencapai 450mg/dl,
v  Dua tahun didiagnosis menderita Diabetes Mellitus tipe II,
v  Kegemukan, dan
v  Kesulitan mengatur makanannya karena kebiasaan budaya Jawanya makan makanan
yang manis.
b.Analisis kasus
Ditinjau dari keadaan fisik :
-          Kegemukan
-          Kadar gula darah di atas normal
Ditinjau dari pola hidup :
-          Kurang aktivitas fisik
-          Banyak mengkonsumsi makanan mengandung gula
c.   Peran perawat
o   Memberi interferensi berupa konsultasi, penyuluhan komunitas dan
pasien,bantuan dalam menjaga pola makan dan melakukan implementasi
independent dari dokter berupa pemberian obat dan aturan pemakaian.
o   Memberikan pelayanan kesehatan selama medikasi di rumah sakit dan
menjaga kondisi kesehatan pasien agar tidak menurun bahkan meningkatkan
kondisi kesehatannya.

d.   Peran dari segi transkultural


o   Memberi pendidikan kesehatan komunitas menyangkut deskripsi DM, diet dan
bahayanya
o   Mengkaji jenis makanan yang biasa dikonsumsi komunitas tersebut
o   Menghimbau pola makan yang sesuai untuk diet DM dan juga dapat diterima
pada budaya pasien→dapat berupa mengganti gula yang ditolerir oleh penderita DM
atau mengurangi konsumsi gula yang biasa digunakan.
BAB III
PENUTUP

3.1.     KESIMPULAN
Pelayanan esensial yang diberikan oleh perawat terhadap individu, keluarga ,
kelompok dan masyarakat yang mempunyai masalah kesehatan meliputi promotif,
preventif, kuratif dan rehabilitatif dengan menggunakan proses keperawatan untuk
mencapai tingkat kesehatan yang optimal. Keperwatan adalah suatu bentuk pelayanan
professional sebagai bagian integral pelayanan kesehatan berbentuk pelayanan
biologi, psikologi, social dan spiritual secara komprehensif, ditujukan kepada
individu keluarga dan masyarakat baik sehat maupun sakit mencakup siklus hidup
manusia.
Asuhan keperawatan diberikan karena adanya kelemahan fisik maupun mental,
keterbatasan pengetahuan serta kurang kemauan menuju kepada kemampuan
melaksanakan kegiatan sehari-hari secara mandiri. Kegiatan ini dilakukan dalam
upaya peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit, penyembuhan, pemulihan serta
pemeliharaan kesehatan dengan penekanan pada upaya pelayanan kesehatan utama
(Primary Health care) untuk memungkinkan setiap orang mencapai kemampuan
hidup sehat dan produktif.

3.2 SARAN
Dalam penyusunan kurikulum pendidikan perawatan seyogyanya memasukkan
unsur caring dalam setiap mata kuliah. Penekanan pada humansitik, kepedulian dan
kepercayaan, komitmen membantu orang lain dan berbagai unsur caring yang lain
harus sudah dibangun sejak perawat dalam masa pendidikan. Selain itu perlu
dilakukan sosialisasi konsep caring pada perawat guna memberikan pemahaman yang
mendalam tentang apa yang harus dilakukan perawat agar bersikap caring dalam
setiap kontak dengan pasien. Indikator-indikator caring harus dikenal dan
diaplikasikan dalam perawatan serta dievaluasi secara terus menerus.

DAFTAR PUSTAKA

 http://andaners.wordpress.com/2009/04/28/konsep-keperawatan-komunitas/
Watson, Jean. (2004). Theory of human Caring. Http: //www2.uchse.edu/son/caring
Meidiana Dwidiyanti. 2008. Keperawatan Dasar. Semarang. Hasani
 http://usfinit-engky.blogspot.com/2011/12/makalah-konsep-caring.html
  http://teguhyudi-teguhyudi.blogspot.com/2011/07/aplikasi-konsep-caring-dalam-
praktek.html
No.2. Makalah Sistem Pelayanan Kesehatan

BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
      Sistem pelayanan kesehatan merupakan suatu yang sangat penting di dalam dunia
kesehatan melalui sistem ini diharapkan kualitas kesehatan khususnya di Indonesia.
Melalui sistem ini tujuan pembangunan kesehatan dapat tercapai dengan cara efektif
dan tepat sasaran. Keberhasilan sistem pelayanan kesehatan tergantung dari berbagai
komponen yang masuk dalam pelayanan kesehatan diantaranya perawat, dokter, atau
tim kesehatan lain yang saling menunjang.
      Definisi pelayanan kesehatan menurut Prof. Dr. Soekitjo Notoatmojo pelayanan
kesehatan adalah sebuah subsistem pelayanan kesehatan yang tujuan utamanya adalah
pelayanan prefentif (pencegahan) dan promotif (peningkatan kesehatan) dengan
sasaran masyarakat.

Sistem ini akan memberikan kualitas pelayanan kesehatan yang efektif dengan
melihat nilai-nilai yang ada di masyarakat di harapkan perawat dapat memberikan
pelayanan dengan kualitas yang bagus.
            Dalam mempelajari system, maka terlebih dahulu harus memahami teori
tentang system akan memudahkan dalam memecahkan persoalan yang ada da;lam
system. Sistem tersebut terdiri dari subsistem yang membentuk sebuah system yang
antara yang satu dengan yang lainnya harus saling mempengaruhi.
 Dalam teori system disebutkan bahwa system itu terbentuk dari subsistem yang
saling berhubungan dan saling mempengaruhi. Bagian tersebut terdiri dari input,
proses, output, dampak, umpan balik dan lingkungan yang semuanya saling
berhubungan dan saling mempengaruhi.
<!--[if !supportLists]-->1.2  <!--[endif]--> Rumusan Masalah
<!--[if !supportLists]-->1.    <!--[endif]-->Bagaimana teori dari sistem pelayanan
kesehatan?
<!--[if !supportLists]-->2.    <!--[endif]-->Bagaimana tingkat pelayanan kesehatan dari
sistem pelayanan kesehatan?
<!--[if !supportLists]-->3.    <!--[endif]-->Apa saja lembaga pelayanan kesehatan?
<!--[if !supportLists]-->4.    <!--[endif]-->Bagaimana lingkup sistem pelayanan
kesehatan?
<!--[if !supportLists]-->5.    <!--[endif]-->Apakah faktor yang mempengaruhi pelayanan
kesehatan?
                                                                                                                       
<!--[if !supportLists]-->1.3  <!--[endif]--> Tujuan
<!--[if !supportLists]-->1.    <!--[endif]-->Mengetahui sistem-sistem dari pelayanan
kesehatan
<!--[if !supportLists]-->2.    <!--[endif]-->Mengetahui tingkatan pelayanan kesehatan dari
sistem pelayanan kesehatan
<!--[if !supportLists]-->3.    <!--[endif]-->Mengetahui beberapa lembaga yang terkait
dengan pelayanan kesehatan
<!--[if !supportLists]-->4.    <!--[endif]-->Mengetahui ruang lingkup dari sistem
pelayanan kesehatan
<!--[if !supportLists]-->5.    <!--[endif]-->Mengetahui faktor yang mempengaruhi
pelayanan kesehatan

BAB II
ISI
2.1 Definisi Sistem Pelayanan Kesehatan
      Defini dari sistem pelayanan kesehatan adalah sebuah konsep dimana konsep ini
memberikan layanan kesehatan kepada masyarakat. Definisi pelayanan kesehatan
menurut Prof. Dr. Soekitjo Notoatmojo pelayanan kesehatan adalah sebuah subsistem
pelayanan kesehatan yang tujuan utamanya adalah pelayanan prefentif (pencegahan)
dan promotif (peningkatan kesehatan) dengan sasaran masyarakat. Dan menurut
Level dan Loomba pelayanan kesehatan adalah upaya yang diselenggarakan sendiri
atau secara bersama-sama dalam waktu organisasi dalam memelihara dan
menigkatkan kesehatan, mencegah dan menyembuhkan penyakit serta memulihkan
kesehatan.

2.2   Teori Sistem Pelayanan kesehatan


            Teori sistem pelayanan kesehatan meliputi:
<!--[if!supportLists]-->1.   <!--[endif]-->Input
Merupakan subsistem yang akan memberikan segala masukan untuk
berfungsinya sebuah sistem, seperti system pelayanan kesehatan, maka masukan
dapat berupa potensi masyarakat, tenaga kesehatan, sarana kesehatan dan lain-lain.
<!--[if!supportLists]-->2.   <!--[endif]-->Proses
Suatu kegiatan yang berfungsi untuk mengubah sebuah masukan untuk
menjadikan sebuah hasil yang diharapkan  dari system tersebut, sebahaimana contoh
dalam system pelayanan kesehatan, maka yang dimaksud proses adalah berbagai
kegiatan dalam pelayanan kasehatan.
<!--[if!supportLists]-->3.   <!--[endif]-->Output
Hasil berupa layanan kesehatan yang berkualitas, efektif dan efisien serta dapat
di jangkau oleh seluruh lapisan masyarakat sehingga pasien sembuh dan sehat
optimal.
<!--[if !supportLists]-->4.    <!--[endif]-->Dampak
Merupakan akibat yang dihasilkan sebuah hasil bari system, yang terjadi relative
lama waktunya. Setelah hasil dicapai, sebagaimana dalam system pelayanan
kesehatan , maka dampaknya akan menjadikan masyarakat sehat dan mengurangi
angka kesakitan dan kematian karena pelayanan terjangkau oleh masyarakat.
<!--[if !supportLists]-->5.    <!--[endif]-->Umpan Balik
Merupakan suatu hasil yang sekaligus menjadikan masukan dan ini terjadi dari
sebuah system yang saling berhubungan dan saling mempengaruhi. Umpan balik
dalam system pelayanan kesehatan dapat berupa kualitas tenaga kesehatanyang juga
dapat menjadikan input yang selalu meningkat.
<!--[if!supportLists]-->6.   <!--[endif]-->Lingkungan
Lingkungan disini adalah semus keadaan diluar system tetati dapat
mempengaruhi pelayanan kesehatan sebagaimana dalam system pelayanan kesehatan,
lingkungan yang dimaksud dapat berupa lingkungan strategis, atau situasi kondisi
social yang ada di masyarakat seperti institusi di luar pelayanan masyarakat.

2.3       Tingkatan Pelayanan Kesehatan


                        Tingkat pelayanan kesehatan dalam sistem pelayanan kesehatan adalah
:
<!--[if !supportLists]-->1)    <!--[endif]-->Health promotion ( promosi kesehatan )
Tingkat pelayanan kesehatan ini merupakan tingkat pertama dalam memberikan
pelayanan melalui peningkatan kesehatan dan bertujuan untuk meningkatkan status
kesehatan agar masyarakat tidak terjadi gangguan kesehatan.
<!--[if !supportLists]-->2)    <!--[endif]-->Spesific protection ( perlindungan khusus )
Dilakukan untuk melindungi masyarakat dari bahaya yg akan menyebabkan
penurunan status kesehatan. Contohnya pemberian imunisasi.
<!--[if !supportLists]-->3)    <!--[endif]-->Early diagnosis and prompt treatment
(diagnosis dini dan pengobatan segera)
Dilaksanakan dalam mencegah meluasnya penyakit yang lebih lanjut serta dampak
dari tibulnya penyakit sehingga tidak terjadi penyebaran.
<!--[if !supportLists]-->4)    <!--[endif]-->Disability Limitation (Pembatasan Cacat)
Dilakukan untuk mencegah agar pasien atau masyarakat tidak mengalami dampak
kecacatan akibat penyakit yang ditimbulkan
<!--[if!supportLists]-->5)   <!--[endif]-->Rehabilitation
Dilaksanakan setelah pasien didiagnosis sembuh. Tahap ini dijumpai pada fase
pemulihan terhadap kecacatan sebagaimana program latihan ini diberikan pada
pasien.

2.4 Lembaga Pelayanan Kesehatan


            Lembaga Pelayanan Kesehatan merupakan tempat pemberian pelayanan
kesehatan pada masyarakat dalam rangka meningkatkan status kesehatan. Tempat
pelayanan kesehatan sangat bervariasi berdasarkan tujuan pelayanan kesehatan dapat
berupa rawat jalan, institusi kesehatan, comunity based agency dan hospice.
<!--[if !supportLists]-->1.    <!--[endif]-->Rawat Jalan
Lembaga ini bertujuan untuk memberikan pelayanan kesehatan pada tingkat
pelaksanaan diagnosis dan pengobatan pada penyakit yang akut atau mendadak dan
kronis yang memungkinkan tidak terjadi rawat inap.
<!--[if!supportLists]-->2.   <!--[endif]-->Institusi
Lembaga ini merupakan pelayanan kesehatan yang fasilitasnya cukup dalam
memberikan berbagai tingkat kesehatan seperti rumah sakit, pusat rehabilitasi, dan
lain lain.
<!--[if !supportLists]-->3.    <!--[endif]-->Community Based Agency
Bagian dari lembaga pelayanan kesehatan yang dilakukan pada klien
sebagaimana pelaksanaan perawatan keluarga seperti praktek rawat keluarga dan lain
lain.
<!--[if !supportLists]-->4.    <!--[endif]-->Hospice
Lembaga ini bertujuan untuk memberikan pelayanan kesehatan yang di fokuskan
pada klien yang sakit terminal agar lebih tenang dan biasanya digunakan dalam home
care.
2.5 Lingkup Sistem Pelayanan Kesehatan
            1. Primary Health Care (Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama)
        Pelayanan Kesehatan ini dibutuhkan atau dilaksanakan pada masyarakat yang
memiliki masalah kesehatan yang ringan.
2. Secondary Health Care (Pelayanan Kesehatan Tingkat Kedua)
                        Diperlukan bagi masyarakat yang membutuhkan perawatan di rumah
sakit atau rawat inap dan dilaksanakan di pelayanan kesehatan utama.
3. tertiary Health Service (Pelayanan Kesehatan Tingkat Ketiga)
                        Pelayanan kesehatan merupakan tingkat pelayanan yang tertinggi.
Biasanya pelayanan ini membutuhkan tenaga-tenaga yang ahli.

2.6  Pelayan Perawatan Dalam Pelayanan Kesehatan


            Pelayanan keperawatan merupakan bagian dari pelayanan kesehatan
semuanya dapat dilaksanakan oleh tenaga keperawatan dalam menigkatkan derajat
kesehatan. contoh pelayanan kesehatan dalam tingkat dasar yang dilakukan di lingkup
puskesmas dengan pendekatan asuhan keperawatan keluarga diantaranya mengenal
masalah kesehatan secara dini, mengambil keputusan, menanggulangi keadaan secara
darurat bila terjadi kecelakaan, memberikan pelayanan keperawatan dasar.

2.7 Faktor yang Mempengaruhi Pelayanan Kesehatan


1. Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Baru
            Perkembangan Iptek akan diikuti dengan pelayanan kesehatan, seperti dalam
pelayanan kesehatan untuk mengatasi masalah penyakit-penyakit yang sulit. Dapat
menggunakan alat seperti laser, terapi perubahan gen, dan lain lain.
2. Pergeseran Nilai Masyarakat
            Masyarakat yang sudah maju dalam pengetahuan yang tinggi maka akan
memiliki kesadaran yang lebih dalam pemanfaatan kesehatan sebaliknya masyarakay
yang memiliki pengetahuan yang murang akan memiliki kesadaran yang rendah
terhadap layanan kesehatan sehingga kondisi demikian akan sangat mempengaruhi
sistem pelayanan kesehatan.
3, Aspek Legal Dan Etik
           Tingginya kesadaran masyarakat terhadap penggunaan pelayanan kesehatan,
maka diimbangi pula tingginya tuntutan hukum dan etik sehingga pelayanan
kesehatan dituntut untuk profesional dengan memperhatikan nilai-nilai hukum dan
etika yang ada di masyarakat.
<!--[if !supportLists]-->4.    <!--[endif]-->Ekonomi
Pelaksanaan pelayanan kesehatan akan dipengaruhi oleh tingkat ekonomi
masyarakat. Semakin tinggi ekonomi seseorang, pelayanan kesehatan akan lebih di
perhatikan begitu juga sebaliknya maka sangat sulit menjangkau pelayanan kesehatan
mengingat biaya dalam jasa pelayanan kesehatan membutuhkan biaya yang cukup
mahal.
<!--[if !supportLists]-->5.    <!--[endif]-->Politik
Kebijakan pemerintah akan sangat berpengaruh dalam sisitem pemberian pelayanan
kesehatan. Kebijakan-kebijakan yang ada dapat memberikan pola dalam sistem
pelayanan.

2.8 VISI
            Visi dan Misi ini akan diwujudkan melalui 6 Rencana Strategi Tahun 2010 – 2014,
yaitu:

1. Meningkatkan pemberdayaan masyarakat, swasta dan masyarakat madani dalam


pembangunan kesehatan melalui kerjasama nasional dan global
2. Meningkatkan pelayanan kesehatan yang merata, bermutu dan berkeadilan, serta
berbasis bukti,: dengan pengutamaan pada upaya promotif dan preventif
3. MEningkatkan pembiayaan pembangunan kesehatan, terutama untuk mewujudkan
jaminan social kesehatan nasional
4. Meningkatkan pengembangan dan pendayagunaan SDM kesehatan yang merata
dan bermutu
5. Meningkatkan ketersediaan, pemerataan, dan keterjangkauan obat dan alat
kesehatan serta menjamin keamanan, khasiat, kemanfaatan, dan mutu sediaan
farmasi, alat kesehatan dan makanan
6. Meningkatkan manajemen kesehatan yang akuntabel, transparan, berdayaguna dan
berhasilguna untuk memantapkan desentralisasi kesehatan yang bertanggung jawab.

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
            Dari makalah diatas dapat disimpulkan bahwa sistem pelayanan kesehatan
adalah sebuah konsep dimana konsep ini memberikan layanan kesehatan kepada
masyarakat.Sistem pelayanan kesehatan juga memiliki beberapa teori seperti input,
proses, output, dampak, umpan balik dan lingkungan.Selain itu sistem pelayanan
kesehatan memiliki beberapa tingkatan seperti promosi kesehatan, perlindungan
khusus, diagnosa dini dan pengobatan segera, pembatasan cacat, dan rehabilitas.
Dalam sistem pelayanan kesehatan terdapat beberapa lembaga yang terkait
seperti rawat jalan, institusi, hospice, community based agency dalam rangka
meningkatkan status kesehatan. Sistem pelayanan kesehatan terbagi atas beberapa
lingkup yang berbeda yaitu pelayanan kesehatan tingkat pertama,pelayanan kesehatan
tingkat kedua, dan pelayanan kesehatan tingkat ketiga, subsistem pelayanan
kesehatan tersebut memiliki tujuan masing-masing dengan tidak meninggalkan tujuan
umum dari pelayanan kesehatan. Adapula pelayanan keperawatan merupakan bagian
dari pelayanan kesehatan yang meliputi pelayanan dasar dan pelayanan rujukan,
tetapi tidak segalanya tercapai sasaran akan tetapi membutuhkan suatu proses untuk
mengetahui masalah yang ditimbulkannya pelaksanaan pelayanan kuga akan lebih
berkembang atau sebaliknya akan terhambat karena dipengaruhi oleh beberapa faktor
seperti ilmu pengetahuan dan teknologi baru, pergeseran nilai masyarakat, aspek legal
dan etik, ekonomi dan politik.
3.2 Saran
            Dalam sistem pelayanan kesehatan perlu terus di tingkatkannya mutu serta
kualitas dari pelayanan kesehatan agar sistem pelayanan ini dapat berjalan dengan
efektif, itu semua dapat dilakukan dengan melihat nilai-nilai yang ada di masyarakat,
dan di harapkan perawat dapat memberikan pelayanan dengan kualitas yang bagus
dan baik

DAFTAR PUSTAKA

Alimul Hidayat, A. Aziz. 2008. Pengantar Kosep Dasar Keperawatan. Jakarta:


Salemba Medika
No.3. Makalah Sejarah Perkembangan Keperawatan

BAB I

PENDAHULUAN

 Latar Belakang
Menurut kelompok kami, merawat orang sakit merupakan salah satu sifat
kemanusiaan yang terdapat dalam diri manusia. Politik, agama, serta keadaan
masyarakat selama ini memainkan perananan dalam timbulnya pekerjaan
keperawatan.
Di dunia ini, setiap orang pasti pernah merasakan sakit. Bukan hanya, dokter saja
yang mampu mengobati, dokter juga pastinya membutuhkan rekan kerja yang dapat
membantunya ,yang dapat mengerti tentang masalah medis. Perawatan bagi individu
yang sehat ataupun sakit, dari segala umur, latar belakang, budaya ,emosi, psikologis,
intelektual, social, dan kebutuhan rohani.
Pada masalah lalu, pasang surut keperawatan selalu berkaitan dengan peperangan,
serta kemakmuran. Perkembangan keperawatan di Indonesia dipengaruhi oleh kondisi
social ekonomi yaitu pada saat penjajahan Belanda, Inggris, dan Jepang. Pada
umumnya pelayanan orang-orang sakit tersebut dipandang sebagai suatu tindakan
amal.

1. Tujuan

2. Tujuan Umum

Makalah ini bertujuan untuk memperkenalkan aspek-aspek umum tentang


berkembangnya kesehatan di Dunia.

2. Tujuan Khusus

Makalah ini bertujuan untuk meningkatkan minat pembaca untuk mengetahui lebih
luas lagi tentang perkembangan keperawatan di Dunia dan di Indonesia.

BAB II
SEJARAH PERKEMBANGAN KEPERAWATAN

A.Definisi Keperawatan

Perawat adalah mereka yang memiliki kemampuan dan kewenangan


melakukan tindakan keperawatan berdasarkan ilmu yang dimilikinya yang diperoleh
melalui pendidikan keperawatan (UU Kesehatan No. 23, 1992).
Menurut Effendy (1995), perawatan adalah pelayanan essensial yang diberikan oleh
perawat terhadap individu, keluarga dan masyarakat. Pelayanan yang diberikan
adalah upaya mencapai derajat kesehatan semaksimal mungkin sesuai dengan potensi
yang dimiliki dalam menjalankan kegiatan di bidang promotif, preventif, kuratif dan
rehabilitatif dengan menggunakan proses keperawatan.
Merawat mempunyai suatu posisi sentral. Merawat merupakan suatu kegiatan
dalam ruang lingkup yang luas yang dapat menyangkut diri kita sendiri, menyangkut
sesuatu yang lain dan menyangkut lingkungan. Jika kita merawat sesuatu, kita
menginginkan hasil yang dicapai akan memuaskan. Jadi kita akan selalu berusaha
untuk mencapai sesuatu keseimbangan antara keinginan kita dan hasil yang akan
diperoleh.

B.Sejarah Perkembangan Keperawatan di Dunia

1. Sejarah  Perkembangan Keperawatan di Dunia

Merawat orang sama tuanya dengan keberadaan umat manusia. Oleh karena itu
perkembangan  keperawatan, termasuk yang kita ketahui saat ini, tidak dapat
dipisahkan dan sangat dipengaruhi oleh perkembangan struktur dan kemajuan
peradaban manusia. Kepercayaan terhadap animisme, penyebaran agama-agama
besar dunia serta kondisi sosial ekonomi masyarakat.

1. Perkembangan Keperawatan Masa Sebelum Masehi


Pada masa sebelum masehi perawatan belum begitu berkembang, disebabkan
masyarakat lebih mempercayai dukun untuk mengobati dan merawat penyakit.
Dukun dianggap lebih mampu untuk mencari, mengetahui, dan mengatasi roh yang
masuk ke tubuh orang sakit. Demikian juga di Mesir yang bangsanya masih
menyembah Dewa Iris agar dapat disembuhkan dari penyakit. Sementara itu bangsa
Cina menganggap penyakit disebabkan oleh setan atau makhluk halus dan akan
bertambah parah jika orang lain menyentuh orang sakit tersebut.

1. Perkembangan Keperawatan Masa Setelah Masehi

Kemajuan pradaban manusia dimulai ketika manusia mengenal agama.


Penyebaran agama sangat mempengaruhi perkembangan peradaban manusia,
sehingga berdampak positif terhadap perkembangan keperawatan.

2. Perkembangan Keperawatan Masa Penyebaran Kristen

Pada permulaan Masehi, Agama Kristen mulai berkembang. Pada masa itu,
keperawatan mengalami kemajuan yang berarti, seiring dengan kepesatan
perkembangan Agama Kristen. Ini dapat di lihat pada masa pemerintahan Lord
Constantine, yang mendirikan Xenodhoeum atau hospes (latin), yaitu tempat
penampungan orang yang membutuhkan pertolongan terutama bagi orang-orang sakit
yang memerlukan pertolongan dan perawatan.

1. Perkembangan Keperawatan Masa Penyebaran Islam

Pada pertengahan Abad VI Masehi, Agama Islam mulai berkembang. Pengaruh


Agama Islam terhadap perkembangan keperawatan tidak terlepas dari keberhasilan
Nabi Muhammad SAW menyebarkan Agama Islam. Memasuki Abad VII Masehi
Agama Islam tersebar ke berbagai pelosok Negara. Pada masa itu di Jazirah Arab
berkembang pesat ilmu pengetahuan seperti: ilmu pasti, ilmu kimia, hygiene dan
obat-obatan. Prinsip-prinsip dasar perawatan kesehatan seperti pentingnya menjaga
kebersihan makanan, air dan lingkungan berkembang secara pesat. Tokoh
keperawatan yang terkenal dari dunia Arab pada masa tersebut adalah “Rafida”.\

1. Perkembangan Keperawatan Masa Kekuasaan

Pada permulaan Abad XVI, struktur dan orientasi masyarakat mengalami


perubahan, dari orientasi kepada agama berubah menjadi orientasi kepada kekuasaan,
yaitu: perang, eksplorasi kekayaan alam serta semangat kolonialisme. Pada masa itu
telah terjadi kemunduran terhadap perkembangan keperawatan, dimana gereja dan
tempat-tempat ibadah ditutup, sehingga tenaga perawat sangat jauh berkurang. Untuk
memenuhi kekurangan tenaga tersebut maka digunakanlah bekas wanita jalanan
(WTS) yang telah bertobat sebagai, sehingga derajat seorang perawat turun sangat
drastis dipandangan masyarakat saat itu.

3. Perkembangan Keperawatan Di Inggris

Perkembangan keperawatan di Inggris sangat penting untuk kita pahami, karena


Inggris melalui Florence Nightingle telah membuka jalan bagi kemajuan dan
perkembangan keperawatan yang kemudian diikuti oleh negara-negara lain.

Florence Nightingle, lahir dari keluarga kaya dan terhormat pada tahun 1820 di
Flronce (Italia). Setahun setelah kelahirannya, keluarga Florence kembali ke Inggris.
Di Inggris Florence mendapatkan pendidikan sekolah yang baik sehingga ia mampu
menguasai bahasa Perancis, Jerman, dan Italia. Pada usia 31 tahun Florence
mengikuti kursus pendidikan perawat di Keiserwerth (Italia) dan Liefdezuster di
Paris, dan setelah pendidikan ia kembali ke Inggris.
Pada saat Perang Krim (Crimean War) terjadi di Turki tahun 1854, Florence
bersama 38 suster lainnya di kirim ke Turki. Berkat usaha Florence dan teman-teman,
telah terjadi perubahan pada bidang hygiene dan keperawatan dengan indikator angka
kematian turun sampai 2%. Kontribusi Florence Nightingle bagi perkembangan
keperawatan adalah menegaskan bahwa nutrisi merupakan satu bagian penting dari
asuhan keperawatan, meyakinkan bahwa okupasional dan rekreasi merupakan suatu
terapi bagi orang sakit, mengidentifikasi kebutuhan personal klien dan peran perawat
untuk memenuhinya, menetapkan standar manajemen rumah sakit, mengembangkan
suatu standar okupasi bagi klien wanita, mengembangkan pendidikan keperawatan,
menetapkan 2 (dua) komponen keperawatan, yaitu: kesehatan dan penyakit.
Meyakinkan bahwa keperawatan berdiri sendiri dan berbeda dan berbeda dengan
profesi kedokteran dan menekankan kebutuhan pendidikan berlanjut bagi perawat.
2. Penyebaran Keperawatan di Dunia

3. a) Mesir

Bangsa mesir pada zaman purba telah menyembah banyak dewa. Dewa yang
terkenal antara lain Isis. Mereka beranggapan bahwa dewa ini menaruh minat
terhadap orang sakit dan memberikan pertolongan pada waktu si sakit sedang tidur.
Didirikanlah kuil yang merupakan rumah sakit pertama di mesir. Ilmu ketabiban
terutama ilmu bedah telah dikenal oleh bangsa mesir zaman purba (± 4800 SM).
Dalam menjalankan tugasnya sebagai tabib ia menggunakan bidai (spalk), alat-alat
pembalut, ia mempunyai pengetahuan tentang anatomi, Hygienr umum serta tentang
obat-obatan. Didalam buku-buku tertulis dalam kitab Papyrus didalamnya memuat
kurang lebih 700 macam resep obat-obatan dari Mesir.

b ) Babylon dan Syiria

Ilmu pengetahuan tentang anatomi dan obat-obat ramuan telah diketahui oleh bangsa
Babylon sejak beberapa abad SM. Pada salah satu tulisan yang menyatakan bahwa
pada 680 SM orang telah mengetahui cara menahan darah yang keluar dari hidung
dan merawat jerawant pada muka. Bangsa Babylon menyembah dewa oleh karena itu
perawatan atau pengobatan berdasarkan kepercayaan tersebut.

c ) Yahudikuno
Ilmu pengetahuan bangsa Yahudi banyak di peroleh dari bangsa Mesir.
Misalnya : cara-cara memberi pengobatan orang yang terkenal adalah Musa. Ia juga
dikenal sebagai seorang ahli hygiene. Dibawah pimpinannya bangsa Yahgudi
memajukan minatnya yang besar terhadap kebersihan umum dan kebersihan diri.
Undang-undang kesehatan bangsa Yahudi menjadi dasar bagi hygiene modern
dimana cara-cara dan peraturannya sesuai dengan bakteriologi zaman sekarang,
misalnya :

1)      Pemeriksaan dan peminilah bahan makanan yang akan di   makan.

2)      Mengadakan cara pembuangan kotoran manusia.

3)      Pelarangan makan daging babi karena dapat menimbulkan suatu penyakit.

4)      Memberitahukan kepada yang berwajib bila ada penyakit yang berbahaya,


sehingga

dapat diambil tindakan.

C.Sejarah Perkembangan Keperawatan di Indonesia

1. Sejarah Perkembangan Keperawatan Sebelum Kemerdekaan

Pada masa pemerintahan kolonial Belanda, perawat berasal dari penduduk


pribumi yang disebut “velpleger” dengan dibantu “zieken oppaser” sebagai penjaga
orang sakit. Mereka bekerja pada rumah sakit Binnen Hospital di Jakarta yang
didirikan tahun 1799.
Pada masa VOC berkuasa, Gubernur Jendral Inggris Raffles (1812-1816), telah
memiliki semboyan “Kesehatan adalah milik manusia” Pada saat itu Raffles telah
melakukan pencacaran umum, membenahi cara perawatan pasien dengan gangguan
jiwa serta memperhatikan kesehatan dan perawatan tahanan.
Setelah pemerintah kolonial kembali ke tangan Belanda, di Jakarta pada tahun
1819 didirikan beberapa rumah sakit. Salah satunya adalah rumah sakit Sadsverband
yang berlokasi di Glodok-Jakarta Barat. Pada tahun 1919 rumah sakat tersebut
dipindahkan ke Salemba dan sekarang dengan nama RS. Cipto Mangunkusumo
(RSCM).
Dalam kurun waktu 1816-1942 telah berdiri beberapa rumah sakit swasta milik
misionaris katolik dan zending protestan seperti: RS. Persatuan Gereja Indonesia
(PGI) Cikini-Jakarta Pusat, RS. St. Carolos Salemba-Jakarta Pusat. RS. St Bromeus
di Bandung dan RS. Elizabeth di Semarang. Bahkan pada tahun 1906 di RS. PGI dan
tahun 1912 di RSCM telah menyelenggarakan pendidikan juru rawat. Namun
kedatangan Jepang (1942-1945) menyebabkan perkembangan keperawatan
mengalami kemunduran.
2. Sejarah Perkembangan Keperawatan Setelah Kemerdekaan

3. a)Periode1945-1962

Tahun 1945 s/d 1950 merupakan masa transisi pemerintahan Negara Kesatuan
Republik Indonesia. Perkembangan keperawatan pun masih jalan di tempat. Ini dapat
dilihat dari pengembanagan tenaga keperawatan yang masih menggunakan system
pendidikan yang telah ada, yaitu perawat lulusan pendidikan Belanda (MULO + 3
tahun pendidikan), untuk ijazah A (perawat umum) dan ijazah B untuk perawat jiwa.
Terdapat pula pendidikan perawat dengan dasar (SR + 4 tahun pendidikan) yang
lulusannya disebut mantri juru rawat.
Baru kemudian tahun 1953 dibuka sekolah pengatur rawat dengan tujuan
menghasilkan tenaga perawat yang lebih berkualitas. Pada tahun 1955, dibuka
Sekolah Djuru Kesehatan (SDK) dengan pendidikan SR ditambah pendidikan satu
tahun dan sekolah pengamat kesehatan sebagai pengembangan SDK, ditambah
pendidikan lagi selama satu tahun.
Pada tahun 1962 telah dibuka Akademi Keperawatan dengan pendidikan dasar umum
SMA yang bertempat di Jakarta, di RS. Cipto Mangunkusumo. Sekarang dikenal
dengan nama Akper Depkes di Jl. Kimia No. 17 Jakarta Pusat.
Walupun sudah ada pendidikan tinggi namun pola pengembangan pendidikan
keperawatan belum tampak, ini ditinjau dari kelembagaan organisasi di rumah sakit.
Kemudian juga ditinjau dari masih berorientasinya perawat pada keterampilan
tindakan dan belum dikenalkannya konsep kurikulum keperawatan. Konsep-konsep
perkembangan keperawatan belum jelas, dan bentuk kegiatan keperawatan masih
berorientasi pada keterampilan prosedural yang lebih dikemas dengan perpanjangan
dari pelayanan medis.
1. b)Periode1963-1983
Periode ini masih belum banyak perkembangan dalam bidang keperawatan. Pada
tahun 1972 tepatnya tanggal 17 April lahirlah organisasi profesi dengan nama
Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) di Jakarta. Ini merupakan suatau
langkah maju dalam perkembangan keperawatan. Namun baru mulai tahun 1983
organisasi profesi ini terlibat penuh dalam pembenahan keperawatan melalui
kerjasama dengan CHS, Depkes dan organisasi lainnya.

2. c)Periode 1984 Sampai Dengan Sekarang

Pada tahun 1985, resmi dibukanya pendidikan S1 keperawatan dengan nama Progran
Studi Ilmu Keperawatan (PSIK) di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesi di
Jakarta. Sejak saat itulah PSIK-UI telah menghasilkan tenaga keperawatan tingkat
sarjana sehingga pada tahun 1992 dikeluarkannya UU No. 23 tentang kesehatan yang
mengakui tenaga keperawatan sebagai profesi.
Pada tahun 1996 dibukanya PSIK di Universitas Padjajaran Bandung. Pada
tahun 1997 PSIK-UI berubah statusnya menjadi Fakultas Ilmu Keperawatan
Universitas Indonesia (FIK-UI), dan untuk meningkatkan kualitas lulusan, pada tahun
1998 kurikulum pendidikan Ners disyahkan dan digunakan. Selanjutnya juga pada
tahun 1999 kurikulum D-III keperawatan mulai dibenahi dan mulai digunakan pada
tahun 2000 sampai dengan sekarang.

D.TREND KEPERAWATAN SEKARANG DAN MASA DEPAN


Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi di segala bidang termasuk bidang
kesehatan, peningkatan status ekonomi masyarakat, peningkatan perhatian terhadap
pelaksanaan hak asasi manusia, kesadaran masyarakan akan kebutuhan kesehatan
mengakibatkan masyarakat semakin sadar akan pentingnya hidup sehat dan
melahirkan tuntutan akan pelayanan kesehatan yang berkualitas.
Pergeseran akan fenomena tersebut, telah mengubah sifat pelayanan keperawatan dari
pelayanan fokasional yang hanya berdasarkan keterampilan belaka kepada pelayanan
profesional yang berpija pada penguasaan iptek keperawatan dan spesialisasi dalam
pelayanan keperawatan.
Fokus peran dan fungsi perawat bergeser dari penekanan aspek kuratif kepada
peran aspek preventif dan promotif tanpa meninggalkan peran kuratif dan
rehabilitatif. Kondisi ini menuntut uapaya kongkrit dari profesi keperawatan, yaitu
profesionalisme keperawatan. Proses ini meliputi pembenahan pelayanan
keperawatan dan mengoptimalkan penggunaan proses keperawatan, pengembangan
dan penataan pendidikan keperawatan dan juga antisipasi organisasi profesi (PPNI).
1. Pengembangan dan Penataan Pendidikan Keperawatan

Meningkatnya tuntutan masyarakat terhadap pelayanan keperawatan yang


profesional, telah memicu perawat untuk terus mengembangkan dirinya dalam
berbagai bidang, terutama penataan sistem pendidikan keperawatan. Oleh karena itu
profesi keperawatan dengan landasan yang kokoh perlu memperhatikan wawasan
keilmuan, orientasi pendidikan dan kerangka konsep pendidikan

1. a) Wawasan Keilmuan
Pada tingkat pendidikan akademi, penggunaan kurikulum D III keperawatan 1999,
merupakan wujud dari pembenahan kualitas lulusan keperawatan. Wujud ini dapat
dilihat dengan adanya:
1. Mata Kuliah Umum (MKU), yaitu : Pendidikan agama, Pancasila.
2. Mata Kuliah Dasar Keahliah (MKDK), yaitu: Anatomi, Fisiologi.

3. Mata Kuliah Keahlian (MKK), yaitu: KDK, KDM I dan

Demikian juga halnya dengan tingkat pendidikan S1 Keperawatan, yaitu dengan


berlakunya kurikulum Ners pada tahun 1998.Sementara itu di Fakultas Ilmu
Keperawatan Universitas Indonesia (FIK-UI) telah dibuka S2 Keperawatan untuk
Studi Manajemen Keperawatan, Keperawatan Maternitas dan Keperawatan
Komunitas. Dan selanjutnya akan dibuka Studi S2 Keperwatan Jiwa dan
Keperawatan Medikal Bedah.
Dapat disimpulkan bahwa saat ini perkembangan keperawatan diarahkan kepada
profesionalisme dengan spesialisasi bidang keperawatan.
1. b) Orientasi Pendidikan

Pendidkan keperawatan bagaimanapun akan tetap berorientasi pada


pengembangan pengetahuan dan teknologi, artinya pengalaman belajar baik kelas,
laboraturium dan lapangan tetap mengikuti kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi
serta memanfaatkan segala ilmu yang memungkinkan penguasaan iptek.

1. c) Kerangka Konsep

Berpikir ilmiah pembiasaan sikap dan tingkah laku profesional, belajar aktif,
pendidikan di lingkungan masyrakat serta penguasaan iptek keperawatan merupakan
karakteristik dari pendidikan profesional keperawatan.

2. Perkembangan Pelayanan Keperawatan

Perubahan adat pelayanan dari fokasional menjadi perawat dengan fokus asuhan
keperawatan dengan peran prefentif dan promotif tanpa melupakan peran kreatif dan
rehabilitatif harus didukung dengan  peningkatan sumber daya manusia dibidang
keperawatan. Sehingga pada pelaksaan pemberian sumber keperawatan dapat
terjadinya pelayanan yang efisien, efektif, serta berkualitas. Selanjtunya, saat ini jug
atelah berkembangan berbagai model prektis keperawatan profesional, seperti :
 Praktik keperawatan di rumah sakit kesehatan.
 Praktik keperawatan di rumah (home caffe)

 Praktik keperawatan berkelompok (nursing home)

 Praktik keperawatan perorangan, yaitu melalui keputusan Kepmenkes No. 647


tahun 2000, yang kemudian di revisi menjadi Kepmenkes No. 1239 tahun 2001
tentang Registrasi dan Praktik Keperawatan.

BAB III

PENUTUP

A.KESIMPULAN
Keperawatan merupakan sebuah ilmu dan profesi yang memberikan
pelayanan kesehatan guna untuk meningkatkan kesehatan bagi masyarakat.
Keperawatan sudah ada sejak manusia itu ada dan hingga saat ini Profesi
keperawatan berkembang dengan pesat. Sejarah perkembangan keperawatan di
Indonesia tidak hanya berlangsung di tatanan praktik, dalam hal ini layanan
keperawatan, tetapi juga di dunia pendidikan keperawatan. pendidikan keperawatan
memberi pengaruh yang besar terhadap kualitas layanan keperawatan. Karenanya,
perawat harus terus meningkatkan kompetensi dirinya, salah satunya melalui
pendidikan keperawatan yang berkelanjutan.
B.SARAN
Dari kesimpulan yang ada maka kita sebagai perawat atau calon perawat harus
terus meningkatkan kompetensi dirinya, salah satunya melalui pendidikan
keperawatan yang berkelanjutan, sehingga kita tidak mengalami ketertinggalan dari
keperawatan internasional.

DAFTAR PUSTAKA

Hidayat A. Aziz Alimul. (2007). Pengantar Konsep Dasar Keperawatan Eds 2.


Salemba Medika: Jakarta

Alimul, A.H. (2002), Pengantar pendidikan keperawatan. Sagung Seto: Jakarta

Effendy, N. (1995), Pengantar proses keperawatan. EGC: Jakarta


Gaffar, L.O.J. (1999), Pengantar praktik keperawatan professional. EGC: Jakarta

Stevens, P.J.M, et al. (1999) Ilmu keperawatan. Jilid I, Ed. 2. EGC: Jakarta

No. 4. Makalah Falsafah Keperawatan

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Falsafah adalah keyakinan terhadap nilai-nilai yang menjadi pedoman untuk
mencapai suatu tujuan dan di pakai sebagai pandangan hidup.
Falsafah keperawatan Merupakan pandangan dasar tentang hakekat manusia dan
esensi keperawatan yang menjadikan kerangka dasar dalam praktek keperawatan.
Hakekat manusia yang di maksud disini adalah manusia sebagai makhluk
biologis,psikologis,sosial,dan spiritual,sedangkan esensinya adalah falsafah
keperawatan
2.1 RUMUSAN MASALAH
1.      Apa itu falsafa?
2.      Falsafa keperawatan
3.      Falsafa menurut para ahli
4.      Perawat sebagai profesi
2.2 TUJUAN MASALH
1.      Mengetahui apa itu falsafa
2.      Mengetahui apa itu falsafah keperawatan
3.      Mengatahui falsafa keperawatan menurut para ahli
4.      Mengetahui perawat sebagai profesi

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 PENGERTIAN FALSAFAH.
Falsafah adalah keyakinan terhadap nilai-nilai yang menjadi pedoman untuk
mencapai suatu tujuan dan di pakai sebagai pandangan hidup.
Falsafah keperawatan Merupakan pandangan dasar tentang hakekat manusia dan
esensi keperawatan yang menjadikan kerangka dasar dalam praktek keperawatan.
Hakekat manusia yang di maksud disini adalah manusia sebagai makhluk
biologis,psikologis,sosial,dan spiritual,sedangkan esensinya adalah falsafah
keperawatan yang meliputi:
1.memandang bahwa pasien sebagai manusia yang utuh (holistik)yang harus di
penuhui segala kebutuhannya baik kebutuhan biologis,psikologis,sosial dan spiritual
yang di berikan secara komprehensif dan tidak bisa di lakukan secara sepihak atau
sebagian dari kebutuhannya
2.bentuk pelayanan keperawatan yang di berikan harus secara langsung dengan
memperhatikan aspek kemanusiaan
3.setiap orang berhak mendapatkan perawatan tanpa memandang perbedaan
suku,kepercayaan,status sosial,agama,dan ekonomi
4.pelayanan keperwatan tersebut merupakan bagian integral dari sistem pelayanan
kesehatan mengingat perawat bekerja dalam lingkup tim kesehatan bukan sendiri-
sendiri
5.mitra yang selalu aktif dalam pelayanan kesehatan,bukan seorang penerima jasa
yang aktif

2.2 FALSAFAH KEPERAWATAN MENURUT PARA AHLI


1. falsafah keperawatan menurut FLORENCE NIGHTINGALE (moderen nursing)
melihat penyakit sebagai proses pergantian atau perbaikan reparative proses
.menipulasi dari lingkungan eksternal perbaikan dapat membantu proses perbaikan
atau pergantian dan kesehatan klien.
2.falsafah keperawatan menurrut MARTHA ROGERS TAHUN 1970 keperawatan
adalah pengetahuan yang di tunjukan untuk mengurangi kecemasan terhadap
pemeliharan dan peningkatan kesehatan,pencegahan penyakit,perawatan
rehabilitasi,penderita sakit serta penyandang cacat.
3. Falsafah keperawatan menurut ROY & ANDREW 1991 roy memiliki delapan
falsafah prinsip humanisme dan empat berdasarkan prinsip falsafah veritivity.
Falsafah humanisme atau kemanusiaan mengenali manusia dan sisi subjektif manusia
dan pengalamannya sebagai pusat rasa ingin tahu dan rasa menghargai. Roy
berpendapat bahwa seorang individu :
- Saling berbagi dalam kemampuan untuk berpikir kreatif yang di gunakan untuk
mengetahui masalah yang di hadapi dalam mencari solusi.
- Bertingkah laku untuk mencapai tujuan tertentu, bukan sekedar memenuhi hukum
aksi reaksi.
- Memiliki holisme intrinsic.
- Berjuang untuk mempertahankan integritas dan memahami kebutuhan untuk
memiliki hubungan dengan orang lain seperti veritiviti. Berarti kebenaran, yang
bermaksud mengungkapkan keyakinan Roy bahwa ada hal yang benar absolut. Ia
mendefinisikan veritiviti sebagai prinsip alamiah manusia yang mempertegas tujuan
umum keberadaan manusia. Empat falsafah yang berdasarkan prinsip veritiviti.
Sebagai berikut ini. Individu dipandang dalam konteks : (a) tujuan eeksistensi
manusia (b) gabungan dari beberapa tujuan peradaban manusia (c) aktivitas dan
kreativitas untuk kebaikan kebaikan umum (d) nilai dan arti kehidupan.

2.3 KONSEP INTI FALSAFAH KEPERAWATAN


1. falsafah keperawatan menurut FLORENCE NIGHTINGALE konsep inti dari
teori FLORENCE NIGHTINGALE tentang falsafah keperawatan adalah
lingkungan berpengaruh terhadap proses pemulihan klien/pasien membuat
lingkungan yang kondutif bagi manusia untuk hidup sehat.
2. falsafah keperawatan menurut MARTHA ROGERS TAHUN 1970 manusia dan
lingkungan merupakan satu kesatuan yang utuh yang memeliki sifat dan karakter
berbeda-beda.
2.4 PENYEBAB PARA PERAWAT DI INDONESIA BELUM BERSIKAP DAN
BERPERILAKU SESUAI DENGAN FALSAFAH KEPERAWATAN
1. Perawat kurang memahami maksud falsafah keperawatan secara menyeluruh
2.perawat memahami falsafah keperawatan hanya pada tataran kognitif saja
3. sikap profesionalisme perawat belum memadai yang di tandai oleh kurangnya
kemampuan menjalin hubungan rasa saling percaya dan kofidensi dengan
klien,pengetahuan yang belum memadai dan kapabilitas terhadap pekerjaan.
4. tingkat pengetahuan dan pendidikan para perawat yang tidak merata

2.5 KONSEP DAN TEORI KEPERAWATAN


Menurut MARTHA.E.ROGERS dikenal dengan nama konsep manusia
sebagai unit .dalam memahami konsep model dan teori ini MARTHA berasumsi
bahwa manusia merupakan satu kesatuan yang utuh,yang memiliki sifat dan karakter
yang berbeda-beda.
Dalam proses kehidupan manusia yang dinamis,manusia selalu berinteraksi dengan
lingkungan yang saling mempengaruhi dan di pengaruhi,serta dalam proses
kehidupan manusia setiap individu,akan berbeda satu dengan yang lain dan manusia
diciptakan dengan karakteristik dan keunikan tersendiri.
Asumsi teersebut didasarkan pada kekuatan yang berkembang secara alamiah
yaitu keutuhan manusia dan lingkungan,kemudian sistem ketersediaan sebagai satu
kesatuan yang utuh serta proses kehidupan manusia berdasarkan konsep
homeodinamik yang terdiri dari integritas,resonansi,dan helicy
Integritas berarti individu sebagai satu kesatuan dengan lingkungan yang tidak dapat
di pisahkan dan saling mempengaruhi satu dengan yang lain. Resonansi mengandung
arti bahwa proses kehidupan antara individu dengan lingkungan berlangsung dengan
berirama dengan frekuensi yang bervariasi dan helicy merupakan terjadinya proses
integrasi antara manusia dengan lingkungan akan terjadi perubahan baik perlahan-
lahan maupun berlangsung dengan cepat.
2.6 PENGERTIAN KEPERAWATAN
Keperawatan adalah pelayanan esensial yang di berikan oleh perawat terhadap
individu,keluarga,kelompok,dan masyarakat yang mempunyai masalah kesehatan
pelayanan yang di berikan adalah upaya untuk mencapai derajat kesehatan
semaksimal mungkin sesuai dengan potensi yang di miliki dalam menjalankan
kegiatan di bidang promotif,proventif,kuratif,dan rehabilitatif dengan menggunakan
proses keperawatan sebagai metode ilmiah keperawatan pelayanan asuhan
keperawatan yangb di lakukan oleh tenaga keperawatan bekerjasama dengan team
kesehatan lainnya dalam rangka mencapai tingkat kesehatan yang optimal.
Dilaksanakan dalam rangka memenuhui kebutuhan kesehatan dan keperawatan upaya
dapat melaksanakan praktek keperawatan haruslah di dasarkan atas sintesis dalam
penerapan dari berbagai pengetahuan tentang fisiologi,psikologi,sosial
budaya,perkembangan,spiritual,serta pengetahuan penunjang lainnya yang berkaitan.
Biologi patofisiologi penyakit,mikrobiologi farmakologi,kebutuhan
manusia,motivasi,komonikasi,teori belajar
mengajar,pendekutan,sistem,pemecahan,masalah manejemen dan
kepemimpinan,hubungan,interpersonal dalam berhubungan,dengan pasien atau
klien ,keluarga dan masyarakat dengan semua anggota team kesehatan.

2.7 TUJUAN KEPERAWATAN


- Membantu individu atau masyarakat untuk mandiri.
- Mengajak individu atau masyarakat berpartisipasi dalam bidang kesehatan.
- Membantu individu dan masyarakat untuk mengembangkan potensi untuk
memelihara kesehatan secara optimal agar tidak tergantung pada orag lain dalam
memelihara kesehatan.
- Membantu individu dan masyarakat memperoleh derajat kesehatan yang optimal

2.8 UNSUR UNSUR KEPERAWATAN


- Keperawatan sebagai ilmu dan seni merupakan implementasi ilmu fisika biologi,
perilaku manusia dan ilmu sosial.
- Keperawatan sebagai profesi berorientasi pada pelayanan untuk membantu orang
lain dalam mengatasi perubahan yang timbul akibat gangguan kesehatan atau
penyakit .
- Sasaran : individu atau pasien, keluarga, kelompok masyarakat dan masyarakat.
- Jasa keperawatan mencakup pelayanan kesehatan oleh para perawat yang
bekerjasama dengan tenaga lain dalam pencegahan penyakit, pemeliharaan dan
peningkatan kesehatan, penyembuhan dan pemulihan kesehatan.

2.9 PERAWAT SEBAGAI PROFESI


Pekerjaan tidak sama dengan profesi. Istilah yang mudah dimengerti adalah
sebuah profesi sudah pasti menjadi sebuah pekerjaan, namun sebuah pekerjaan belum
tentu menjadi sebuah profesi. Profesi memilikimekanisme serta aturan yang harus
dipenuhi sebagai suatu ketentuan, sedangkan kebalikannya, pekerjaan tidak memiliki
aturan yang ruit seperti itu. Hal inilah yang harus diluruskan, karena hampir semua
orang menganggap bahwa pekerjaan dan profesi adalah sama.
Secara etimologis profesi berasal dari bahasa latin, yaitu “proffesio”. Lebih lanjut,
proffesio memiliki dua pengertian yaitu janji atau ikrar dan pekerjaan. Bila artinya
dibuat dalam pengertian yang lebih luas menjadi kegiatan apasaja dan siapa saja
untuk memperoleh nafkah yang di lakukan dengan keahlian tertentu. Sedangkan
dalam arti sempit, profesi berarti suatu kegiatan yang di jalankan berdasarkan
keahlian tertentu dan sekaligus di tuntut darinya pelaksanaan norma-norma sosial
dengan baik.
Berikut ini adalah pengertian dan definisi profesi :
1.      Pengertian
a.       Profesi berasal dari kata profession yang berarti suatu pekerjaan yang
membutuhkan dukungan badan ilmu (body of knowledge) dasar untuk
pengembangan teori yang sistematis guna menghadapi banyak tantangan baru,
memerlukan pendidikan dan pelatihan yang cukup lama, serta memiliki kode etik
dengan fokus utama pada pelayanan ( Wilensky 1964)
b.      Profesi adalah bidang pekerjaan yang dilandasi pendidikan keahlian (keterampilan,
kejuruan, dan sebagainya) tertentu. (KBBI)
c.       Profesi adalah suatu kumpulan atau set pekerjaan yang membangun suatu set
norma yang sangat khusus dimasyarakat (Schein,E.H, 1962)
d.      Profesi adalah aktivitas intelektual –yang dipelajari termasuk pelatihan yang
diselenggarakan secara formal ataupun tidak formal dan memeperoleh serifikat yang
dikeluarkan atau sekelompok atau badan yang bertanggung jawab pada keilmuan
tersebut dalam melayani masyarakat, menggunakan etika layanan profesi dengan
mengimplikasikan kopetensi mencetuskan ide, kewenangan keterampilan teknis dan
moral serta bahwa perawat mengeasumsikan adanya tingkatan dalam masyarakat
(Daniel Bell 1973)
e.       Profesi adalah suatu pekerjaan yang ditunjukkan untuk kepentingan masyarakat
dan bukan untuk kepentingan golongan atau kelompok tertentu.

2.      Ciri-Ciri Profesi


Profesi mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
a.       Didukung oleh badan ilmu yang sesuai dengan bidangnya ( antologi), jelas wilayah
kerja keilmuannya dan aplikasinya.
b.      Profesi diperoleh melalui pendidikan dan perlatan yang terencana, terus menerus
dan bertahap.
c.       Pekerjaan profesi di atur oleh kode etik profesi serta di akui secara legal melalui
perundang-undangan.
d.      Peraturan dan ketentuan yang mengatur hidup dan kehidupan profesi (standar
pendidikan dan pelatihan, pelayanan, dan kode etik) serta pengawasan terhadap
pelaksanaan peraturan-peraturan tersebut dilakukan sendiri oleh warga profesi.
3.      Keperawatan Sebagai Profesi
Menurut prof. Ma’rifin Husin, keperawatan sebagai profesi memiliki ciri-ciri sebagai
berikut :
a.       Memberi pelayanan atau asuhan dan melakukan penelitian sesuai dengan kaidah
ilmu dan keteramplan serta kode etik keperawatan.
b.      Telah lulus dari pendidikan pada jenjang perguruan tinggi (JPT) sehingga di
harapkan mampu : (1) bersikap profesional (2) mempunyai pengetahuan dan
keterampilan profesional (3) memberi pelayanan asuhan keperawatan profesional (4)
menggunakan etika keperawatan dalam memberi pelayanan.
c.       Mengelola ruang lingkup keperawatan berikut sesuai dengan kaidah-kaidah suatu
profesi dalam bidang kesehatan yaitu : (1) sistem pelayanan atau asuhan keperawatan
(2) pendidikan atau pelatihan keperawatan yang berjenjang dan berkelanjutan (3)
perumusan standar keperawatan ( asuhan keperawatan, pendidikan keperawatan,
registrasi atau legislasi) (4) melakukan riset keperawatan oleh perawat pelaksana
secara terencana dan tearah sesuai perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Falsafah keperawatan adalah keyakinan perawat terhadap nilai-nilai
keperawatan yang menjadi pedoman dalam memberikan asuhan keperawatan, kepada
individu, keluarga, kelompok, maupun masyarakat. Keyakinan ini terhadap nilai
keperawatan harus menjadi pegangan setiap perawat. Flsafah keperawatan menjadi
landasan bagi perawat dalam menjalankan profesinya. Esensi falsafah keperawatan
yaitu memandangh pasien sebagai mahluk yang holistik, yang harus dipenuhi segala
kebutuhannya, secara biologis, phisikologis, sosial, dan spiritual yang diberikan
secara komprehensif.

3.1  SARAN
Sebagai seorang perawat kita harus mengetahui apa itu falsafah keperawatan
yang menjadi dasar sebuah profesi keperawatan.
Bagi perawat diharpkan mampu memehami dan menerapkan falsafah keperawatan
dalam praktik lapangan bagi.
Daftar Pustaka
Asmadi. 2008. Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta : EGC.
Kozier, Erb, Berman, & Snyder. 2011. Buku Ajar Fundamental Keperawatan :
Konsep, Proses, dan Praktik, ed. 7, vol. 1. Jakarta : EGC
No. 5. Makalah Keperawatan Sebagai Profesi

BAB I
PENDAHULUAN
1.1   Latar Belakang
Keperawatan merupakan profesi yang membantu dan memberikan pelayanan
yang berkontribusi pada kesehatan dan kesejahteraan individu. Keperawatan juga
diartikan sebagai konsekuensi penting bagi individu yang menerima pelayanan,
profesi ini memenuhi kebutuhan yang tidak dapat dipenuhi oleh seseorang, keluarga
atau kelompok di komunitas. (Committee on Education American Nurses Association
(ANA), 1965).
WHO Expert Committee on Nursing dalam Aditama (2000) mengatakan
bahwa, pelayanan keperawatan adalah gabungan dari ilmu kesehatan dan seni
melayani/memberi asuhan (care), suatu gabungan humanistik dari ilmu pengetahuan,
filosofi keperawatan, kegiatan klinik, komunikasi dan ilmu sosial.
Keperawatan merupakan suatu bentuk pelayanan profesional yang merupakan
bagian integral dari pelayanan kesehatan berdasarkan ilmu dan kiat keperawatan,
berbentuk pelayanan biopsikososial dan spiritual yang komprehensif, ditujukan
kepada individu, keluarga dan masyarakat baik sakit maupun sehat yang mencakup
seluruh aspek kehidupan manusia. (Lokakarya Nasional, 1983).
Profesi berasal dari kata profession yang berarti suatu pekerjaan yang
membutuhkan dukungan body of knowledge sebagai dasar bagi perkembangan teori
yang sistematis meghadapi banyak tantangan baru, dan karena itu membutuhkan
pendidikan dan pelatihan yang cukup lama, memiliki kode etik orientasi utamanya
adalah melayani (alturism).
Profesi adalah suatu pekerjaan yang ditujukan untuk kepentingan masyarakat
dan bukan untuk kepentingan golongan atau kelompok tertentu. Profesi sangat
mementingkan kesejahteraan orang lain, dalam konteks bahasan ini konsumen
sebagai penerima jasa pelayanan keperawatan profesional. Menurut Webster, profesi
adalah pekerjaan yang memerlukan pendidikan yang lama dan menyangkut
keterampilan intelektual.
Kelly dan Joel (1995) menjelaskan, “Profesional sebagai suatu karakter, spirit
atau metode profesional yang mencakup pendidikan dan kegiatan di berbagai
kelompok okupasi yang anggotanya berkeinginan menjadi profesional”. Profesional
merupakan suatu proses yang dinamis untuk memenuhi atau mengubah karakteristik
kearah suatu profesi.
Sejak abad yang lalu keperawatan telah megalami perubahan yang drastis,
selain itu juga telah mengikuti perundang-undangan dan mendapatkan penghargaan
sebagai profesi penuh. Hugnes E.C (1963) mengatakan bahwa, “Profesi adalah
seorang ahli, mereka mengetahui lebih baik tentang sesuatu hal dari orang lain, serta
mengetahui lebih baik daripada kliennya tentang apa yang terjadi pada klien”. Dalam
konsep profesi ada tiga nilai penting yang perlu dipahami yakni:
1.    Pengetahuan yang mendalam dan sistimatik.
2.    Keterampilan teknis dan kiat yang diperoleh melalui latihan yang lama.
3.    Pelayanan asuhan kepada yang memerlukan berdasarkan ilmu pengetahuan,
keterampilan teknis dan pedoman serta falsafah moral yang diyakini (etika profesi).
Menurut Hood L.J dan Leddy S.K (2006), “Perawat profesional akan
menggunakan pendekatan holistik dalam menemukan kebutuhan kesehatan bagi klien
yang dirawatnya, hal ini sesuai dengan pernyataan kebijakan yang disampaikan oleh
American Nurses Association (1995), ada empat ciri praktik profesional yang harus
dilakukan oleh perawat, yaitu:
1.    Perawat menggunakan fokus orientasi pada masalah dengan memperhatikan
rangkaian seluruh respon manusia terhadap kesehatan dan penyakitnya.
2.    Perawat terintegrasi dalam tenaga kesehatan yang menggunakan pengetahuannya
untuk membantu mencapai tujuan pasien dengan mengumpulkan data subjektif
maupun objektif pasien dan memahaminya baik secara individual atau secara
berkelompok.
3.    Perawat mengaplikasikan ilmu pengetahuannya untuk menentukan diagnosa dan
melakukan treatment respon manusia.
4.    Perawat melakukan asuhan keperawatan dengan melakukan hubungan terapeutik
dengan pasien untuk memfasilitasi kesehatan dan penyembuhan.
Ada tiga istilah penting yang berhubungan dengan profesi, yaitu profesionalisme,
profesionalisasi, dan profesi.
1.    Profesionalisme
Merujuk pada karakter profesional, semangat atau metode. Merupakan suatu sifat
resmi, cara hidup yang bertanggung jawab dan dapat dipercaya. Profesionalisme
keperawatan telah ada sejak zaman Florence Nightingale (1820-1910).

2.    Profesionalisasi
Profesionalisasi adalah suatu proses untuk menjadikan profesional dengan cara
memenuhi beberapa kriteria yang telah ditentukan/disepakati.
3.    Profesi
Jika dilihat di dalam kamus, sama dengan pekerjaan yang menghendaki pendidikan
yang lebih luas atau memiliki ilmu pengetahuan yang spesial, keterampilan serta
dipersiapkan dengan cara yang baik.
Dunia profesi keperawatan terus bergerak. Hampir dua dekade profesi ini
menyerukan perubahan paradigma. Perawat yang semula tugasnya hanyalah semata-
mata menjalankan perintah dokter kini berupaya meningkatkan perannya sebagai
mitra kerja dokter seperti yang sudah dilakukan di negara-negara maju.
Sebagai sebuah profesi yang masih berusaha menunjukkan jati diri, profesi
keperawatan dihadapkan pada banyak tantangan. Tantangan ini bukan hanya dari
eksternal tapi juga dari internal profesi ini sendiri.

1.2  Rumusan Masalah


a)    Apa yang dimaksud dengan keperawatan sebagai profesi?
b)    Bagaimana perkembangan profesionalisme keperawatan?
c)    Bagaimana peran, fungsi, dan tugas perawat?
d)    Bagaimana definisi dan analisis dari penyusun mengenai keperawatan sebagai
profesi?

1.3  Tujuan Penulisan


a)    Menjelaskan tentang keperawatan sebagai profesi.
b)    Menjelaskan perkembangan profesionalisme keperawatan.
c)    Menjelaskan peran, fungsi, dan tugas perawat.
d)    Menjelaskan tentang definisi dan analisis penyusun mengenai keperawatan sebagai
profesi.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1    Keperawatan Sebagai Profesi
Hall (1968) memberikan gambaran tentang suatu profesi yaitu suatu pekerjaan
yang harus melalui proses empat tahapan antara lain :
1.    Memperoleh badan pengetahuan dari institusi pendidikan tinggi
2.    Menjadi pekerjaan utama
3.    Adanya organisasi profesi
4.    Terdapat kode etik
Ciri – Ciri Profesi
Dilihat dari definisi profesi, jelas bahwa profesi tidak sama dengan okupasi
(occupation) meskipun keduanya sama-sama melakukan pekerjaan tertentu.
Profesi mempunyai ciri – ciri sebagai berikut :

1. Didukung oleh badan ilmu yang sesuai dengan bidangnya (antalogi), jelas
wilayah kerja keilmuannya (Epistomologi), dan aplikasinya (Axiologi).
2. Profesi diperoleh melalui pendidikan dan pelatihan yang terencana, terus-
menerus dan bertahap.
3.    Pekerjaan profesi diatur oleh kode etik profesi serta diakui secara legal melalui
perundang-undangan.

4. Peraturan dan ketentuan yang mengatur hidup dan kehidupan profesi (standar
pendidikan dan pelatihan, standar pelayanan, dan kode etik) serta pengawasan
terhadap pelaksanaan peraturan-peraturan tersebut dilakukan sendiri oleh
warga profesi (Winsley, 1964).

Kriteria Profesi

1. Memberi pelayanan untuk kesejahteraan manusia.


2. Mempunyai pengetahuan dan keterampilan khusus dan dikembangkan secara
terus-menerus.
3. Memiliki ketelitian, kemampuan intelektual, dan rasa tanggung jawab.
4. Lulus dari pendidikan tinggi.
5. Mandiri dalam penampilan, aktivitas dan fungsi.
6. Memiliki kode etik sebagai penuntun praktik.
7. Memiliki ikatan/organisasi untuk menjamin mutu pelayanan.
Wilayah Kerja Profesi

1. Pembinaaan organisasi profesi.

2. Pembinaan pendidikan dan pelatihan profesi.

3. Pembinaan pelayanan profesi.

4. Pembinaan iptek.
Keperawatan sebagai profesi merupakan salah satu pekerjaan dimana dalam
menentukan tindakannya didasarkan pada ilmu pengetahuan serta memiliki
keterampilan yang jelas dalam keahliannya.
Dengan adanya perkembangan keperawatan dari kegiatan yang sifatnya rutin
yang menjadi pemenuhan kebutuhan berdasarkan ilmu, membawa suatu perubahan
yang sangat besar dalam dunia keperawatan karena pelayanan yang semula hanya
berdasarkan pada insting dan pengalaman menjadi pelayanan keperawatan
profesional berdasarkan ilmu dan teknologi keperawatan yang selalu berubah sesuai
dengan kemajuan zaman. Perawatan sebagai profesi mempunyai karakteristik sebagai
berikut:

1.    Memiliki body of knowledge


Perawat bekerja dalam kelompok dan dilandasi dengan teori yang spesifik dan
sistematis yang dikembangan melalui penelitian. Penelitian keperawatan yang
dilakukan pada tahun 1940, merupakan titik awal perkembangan keperawatan. Pada
tahun 1950 dengan semakin berkembangnya penelitian yang dilakukan mempunyai
kontribusi yang cukup besar dalam dunia pendidikan keperawatan dan pada tahun
1960 penelitian lebih banyak dilakukan pada praktik keperawatan. Sejak tahun 1970,
penelitian keperawatan lebih banyak dilakukan dengan memfokuskan diri pada
praktik yang dihubungkan dengan isu-isu yang ada pada saat itu.
Menurut Potter dan Perry (1997), perawat telah memperlihatkan diri sebagai
profesi dan dapat terlihat adanya pengetahuan keperawatan telah dikembangkan
melalui teori-teori keperawatan. Model teori memberikan kerangka kerja bagi
kurikulum dan praktik klinis keperawatan. Teori keperawatan mendorong ke arah
penelitian yang meningkatkan dasar ilmiah untuk praktik keperawatan.
2.    Berhubungan dengan nilai-nilai sosial
Kategori ini mendorong profesi untuk mendapatkan penghargaan yang cukup baik
dari masyarakat. Keperawatan telah diberi kepercayaan untuk menolong dan
melayani orang lain/klien. Pada awalnya perawat diharapkan dapat menyisihkan
sebagian besar waktunya untuk melayani, tetapi dengan semakin berkembangnya
ilmu keperawatan tuntutan tersebut telah bergeser, perawat juga mengharapkan
kompensasi dan mempunyai kehidupan yang lain disamping perannya sebagai
perawat.
Karakteristik keperawatan merupakan suatu bentuk yang relevan dengan nilai-
nilai masyarakat, seperti pentingnya kesehatan, kesembuhan dan keperawatan.
Masyarakat pada umumnya mengakui bahwa perawat mempunyai tugas untuk
melawan klien dan juga melakukan upaya-upaya dalam promosi kesehatan dan
pencegahan penyakit tetapi masih ada sebagian masyarakat yang belum mengetahui
bahwa perawat adalah sebuah profesi. Untuk itu perlu adanya usaha dari perawat itu
sendiri agar dapat meyakinkan masyarakat guna mendapatkan pengakuan sesuai
dengan yang diinginkannya.
3.    Masa pendidikan
Kategori ini mempunyai empat bagian tambahan yaitu isi pendidikan, lamanya
pendidikan, penggunaan simbol dan proses idealisme yang dituju serta tingkatan dari
spesialisasi yang berhubungan dengan praktik. Menurut Nightingale pendidikan
keperawatan harus melibatkan dua area penting yaitu teori dan praktik yang sampai
saat ini masih dianut. Perkembangan pendidikan keperawatan dewasa ini sama
dengan bidang ilmu yang lain, yaitu pendidikan tinggi. Pendidikan tinggi
menimbulkan perubahan yang sangat berarti bagi perawat terhadap cara pandang
asuhan keperawatan secara bertahap keperawatan beralih dari yang semulai
berorientasi pada tugas menjadi berorientasi pada tujuan yang berfokus pada asuhan
keperawatan yang efektif serta menggunakan pendekatan holisitik dan proses
keperawatan.
4.    Motivasi
Motivasi untuk bekerja merupakan kategori keempat dari Pavalko. Motivasi
bukan hanya secara individu tetapi juga menyeluruh dalam kelompok. Motivasi
diartikan sebagai suatu perhatian yang mengutamakan pelayanan kelompok
keperawatan kepada klien. Ada beberapa pendapat bahwa saat ini anak-anak muda
menginginkan menempuh pendidikan tinggi agar dapat mempunyai kehidupan yang
lebih baik seperti mendapatkan gaji lebih, kekuasaan, status disamping pekerjaan
yang dilakukannya. Biasanya karakteristik ini tidak diasosiasikan dengan profesi
keperawatan, walaupun demikian banyak perawat yang melakukan pelayanannya
dengan berorientasikan kepada klien/pasien mereka dengan baik.
5.    Otonomi
Kategori kelima Pavalko adalah kebebasan untuk mengontrol dan mengatur
dirinya sendiri. Profesi mempunyai otonomi untuk regulasi dan membuat standar bagi
anggotanya. Hak mengurus diri sendiri merupakan salah satu tujuan dari asosiasi
keperawatan, karena hal ini juga berarti keperawatan mempunyai status dan dapat
mengontrol seluruh kegiatan praktik anggotanya. Otonomi juga dapat diartikan
sebagai suatu kebebasan dalam bekerja dan pertanggungjawaban dari suatu tindakan
yang dilakukannya.
6.    Komitmen
Kategori keenam adalah komitmen untuk bekerja. Manusia yang komitmen untuk
bekerja menunjukkan adanya suatu keunggulan, untuk melaksanakan pekerjaannya
dengan baik, mencegah terjadinya kemangkiran, menekuni pekerjaannya seumur
hidup atau dalam periode waktu yang lama. Komitmen perawat juga dapat menurun,
hal ini terjadi karena kebanyakan dari perawat adalah wanita, yang harus membagi
perhatiannya dengan keluarga, sehingga mereka sering mengalami konflik yang
berkepanjangan dan kadang-kadang harus keluar dari pekerjaannya.
Orientasi karir juga merupakan salah satu ciri dari komitmen, karena dengan
adanya pengembangan karir melalui pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi
membuat perawat dapat bekerja dengan lebih baik dan bertanggung jawab dalam
melakukan asuhan keperawatan.
7.    Kesadaran bermasyarakat
Kesadaran bermasyarakat bagi perawat diartikan sebagai anggota kelompok yang
ikut mengambil bagian dalam persamaan pedoman, nasib serta memiliki kebudayaan
tersendiri. Perawat mempunyai simbol-simbol yang dikenal masyarakat sebagai ciri
yang khas dari sebuah profesi seperti seragam putih, pin dan cap. Walaupun akhir-
akhir ini banyak yang mengubah identitas tersebut, tetapi perawat telah memiliki
perasaan yang kuat untuk tetap bersatu dalam kelompoknya.

8.    Kode etik


Eksistensi kode etik merupakan kategori terakhir dari Pavalko. Etika keperawatan
merujuk pada standar etik yang membimbing perawat dalam praktik sehari-hari
seperti jujur terhadap pasien, menghargai pasien atas hak-hak yang dirahasiakannya
dan beradvokasi atas nama pasien.
Etika keperawatan ditujukan untuk mengidentifikasi, mengorganisasikan,
memeriksa dan membenarkan tindakan-tindakan kemanusiaan dengan menerapkan
prinsip-prinsip tertentu, selain itu juga menegaskan tentang kewajiban-kewajiban
yang secara suka rela diemban oleh perawat dan mencari informasi mengenai dampak
dari keputusan-keputusan perawat yang mempengaruhi kehidupan dari pasien dan
keluarganya. Ciri dari praktik profesional adalah adanya komitmen yang kuat
terhadap kepedulian individu, khususnya kekuatan fisik, kesejahteraan dan kebebasan
pribadi, sehingga dalam praktik selalu melibatkan hubungan yang bermakna. Oleh
karena itu seorang profesional harus memiliki orientasi pelayanan, standar praktik
dan kode etik untuk melindungi masyarakat serta memajukan profesi.
Mengingat pentingnya pembinaan bagi tenaga keperawatan agar dapat bekerja
dengan baik maka perlu adanya pemahaman tentang fungsi dari asosiasi keperawatan
yang terdiri dari:
1.    Penetapan standar praktik, pendidikan dan pelayanan keperawatan.
2.    Menetapkan kode etik bagi perawat.
3.    Menetapkan sistem kredensial dalam keperawatan.
4.    Menetapkan untuk ikut berinisiatif dalam legislasi, program pemerintah, kebijakan
kesehatan nasional dan internasional.
5.    Mendukung adanya sistem pendidikan yang baik, evaluasi dan perhatian dalam
keperawatan.
6.    Adanya agensi sentral untuk mengoleksi, menganalisa dan desiminasi dari informasi
yang relevan dengan keperawatan.
7.    Promosi dan proteksi ekonomi dan kesejahteraan bagi perawat.
8.    Membina kepemimpinan bagi perawat baik untuk tingkat nasional maupun
internasional.
9.    Membina sikap profesionalisme bagi perawat.
10.  Menyelenggarakan program secara benar.
11.  Memberikan pelayanan masalah-masalah politik pada perawat.
12.  Menjaga terjadinya komunikasi bagi seluruh anggotanya.
13.  Menyediakan advokasi bagi anggotanya.
14.  Berbicara dan menjelaskan tentang profesi keperawatan kepada pihak lain.
15.  Melindungi dan mempromosikan kemajuan kesejahteraan manusia yang terkait
dengan perawat kesehatan.
2.2    Perkembangan Profesionalisme Keperawatan
Melihat catatan sejarah tentang awal mula keberadaan perawat di Indonesia,
yang diperkirakan baru bermula pada awal abad ke 19, dimana disebutkan adanya
perawat saat itu adalah dikarenakan adanya upaya tenaga medis untuk memberikan
pelayanan kesehatan yang lebih baik sehingga diperlukan tenaga yang dapat
membantu atau tenaga pembantu. Tenaga tersebut dididik menjadi seorang perawat
melalui pendidikan magang yang berorientasi pada penyakit dan cara pengobatannya.
Sampai dengan perkembangan keperawatan di Indonesia pada tahun 1983 PPNI
(Persatuan Perawat Nasional Indonesia) melakukan Lokakarya Nasional Keperawatan
di Jakarta, melalui lokakarya tersebut perawat bertekad dan bersepakat menyatakan
diri bahwa keperawatan adalah suatu bidang keprofesian.
Perkembangan profesionalisme keperawatan di Indonesia berjalan seiring
dengan perkembangan pendidikan keperawatan yang ada di Indonesia. Pengakuan
perawat profesionalan pemula adalah bagi mereka yang berlatarbelakang pendidikan
Diploma III keperawatan. Program ini menghasilkan perawat generalis sebagai
perawat profesional pemula, dikembangkan dengan landasan keilmuan yang cukup
dan landasan profesional yang kokoh.
Perkembangan pendidikan keperawatan dalam rangka menuju tingkat
keprofesionalitasan tidak cukup sampai di tingkat diploma saja, diilhami keinginan
dari profesi keperawatan untuk terus mengembangkan pendidikan maka berdirilah
PSIK FK-UI (1985) dan kemudian disusul dengan pendirian program paska sarjana
FIK UI (1999).
Peningkatan kualitas organisasi profesi keperawatan dapat dilakukan melalui
berbagai cara dan pendekatan antara lain:
1.    Mengembangkan sistem seleksi kepengurusan melalui penetapan kriteria dari
berbagai aspek kemampuan, pendidikan, wawasan, pandangan tentang visi dan misi
organisasi, dedikasi serta ketersediaan waktu yang dimiliki untuk organisasi.
2.    Memiliki serangkaian program yang konkrit dan diterjemahkan melalui kegiatan
organisasi dari tingkat pusat sampai ke tingkat daerah. Prioritas utama adalah
program pendidikan berkelanjutan bagi para anggotanya.
3.    Mengaktifkan fungsi collective bargaining, agar setiap anggota memperoleh
penghargaan yang sesuai dengan pendidikan dan kompensasi masing-masing.
4.    Mengembangkan program latihan kepemimpinan, sehingga tenaga keperawatan
dapat berbicara banyak dan memiliki potensi untuk menduduki berbagai posisi di
pemerintahan atau sektor swasta.
5.    Meningkatkan kegiatan bersama dengan organisasi profesi keperawatan di luar
negeri, bukan hanya untuk pengurus pusat saja tetapi juga mengikutsertakan pengurus
daerah yang berpotensi untuk dikembangkan.

2.3    Peran, Fungsi dan Tugas Perawat


1.    Peran Perawat
Peran merupakan tingkah laku yang diharapakan oleh orang lain terhadap
seseorang sesuai dengan kedudukan dalam sistem, dimana dapat dipengaruhi oleh
keadaan sosial baik dari profesi yang bersifat konstan.
Peran perawat menurut konsorium ilmu kesehatan tahun 1989 terdiri dari
peran sebagai pemberi asuhan keperawatan, advokat pasien, pendidik, koordinator,
kolaborator, konsultan dan peneliti.
2.    Fungsi Perawat
Dalam menjalankan perannya, perawat akan melaksanakan berbagai fungsi
diantaranya: fungsi independen, fungsi dependen, dan fungsi interdependen.
a.    Fungsi Independen
Merupakan fungsi mandiri dan tidak tergantung pada orang lain, dimana perawat
dalam menjalankan tugasnya dilakukan secara sendiri dengan keputusan sendiri
dalam melakukan tindakan dalam memenuhi kebutuhan dasar manusia.
b.    Fungsi Dependen
Merupakan fungsi perawat dalam melaksanakan kegiatannya atas pesan atau instruksi
dari perawat lain.
c.    Fungsi Interdependen
Fungsi ini dilakukan dalam kelompok tim yang bersifat saling ketergantungan di
antara tim satu dengan lain.

3.    Tugas Perawat


Tugas perawat dalam menjalankan perannya sebagai pemberi asuhan
keperawatan ini dapat dilaksanakan sesuai dengan tahapan dalam proses
keperawatan. Tugas perawat ini disepakati dalam lokakarya tahun 1983 yang
berdasarkan fungsi perawat dalam memberikan asuhan keperawatan adalah sebagai
berikut:
1.    Mengkaji kebutuhan pasien, keluarga, kelompok dan masyarakat serta sumber yang
tersedia dan potensi untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Mengumpul data,
menganilisis dan menginterpretasikan data.
2.    Merencanakan tindakan keperawatan kepada individu, keluarga, kelompok dan
masyarakat berdasarkan diagnosis keperawatan Mengembangkan rencana tindakan
keperawatan.
3.    Melaksanakan rencana keperawatan yang meliputi upaya peningkatan kesehatan,
pencegah penyakit, penyembuhan, pemulihan dan pemeliharaan kesehatan termasuk
pelayanan klien dan keadaan terminal. Menggunakan dan menerapkan konsep-konsep
dan prinsip-prinsip ilmu perilaku, sosial budaya, ilmu biomedik dalam melaksanakan
asuhan keperawatan dalam rangka memenuhi kebutuhan dasar manusia.
4.    Mengevaluasi hasil asuhan keperawatan. Menentukan kriteria yang dapat diukur
dalam menilai rencana keperawatan. Menilai tingkat pencapaian tujuan.
Mengidentifikasi perubahan-perubahan yang diperlukan.
5.    Mendokumentasi proses keperawatan. Mengevaluasi data permasalahan
keperawatan. Mencatat data dalam proses keperawatan. Menggunakan catatan klien
untuk memonitor asuhan keperawatan.
6.    Mengidentifikasi hal-hal yang perlu diteliti atau dipelajari serta merencanakan studi
kasus guna meningkatkan pengetahuan dan mengembangkan keterampilan dalam
praktik keperawatan. Mengidentifikasi masalah-masalah penelitian dalam bidang
keperawatan. Membuat usulan rencana penelitian keperawatan. Menerapkan hasil
penelitian dalam praktik keperawatan.
7.    Berperan serta dalam melaksanakan penyuluhan kesehatan kepada klien keluarga
kelompok serta masyarakat. Mengidentifikasi kebutuhan pendidikan kesehatan.
Membuat rencana penyuluhan kesehatan. Melaksanakan penyuluhan kesehatan.
Mengevaluasi hasil penyuluhan kesehatan.
8.    Bekerja sama dengan disiplin ilmu terkait dalam memberikan pelayanan kesehatan
kepada klien, keluarga, kelompok, dan masyarakat. Berperan serta dalam pelayanan
kesehatan kepada individu, keluarga kelompok dan masyarakat. Menciptakan
komunikasi yang efektif baik dengan tim keperawatan maupun tim kesehatan lain.
9.    Mengelola perawatan klien dan berperan sebagai ketua tim dalam melaksanakan
kegiatan keperawatan. Menerapkan keterampilan manajemen dalam keperawatan
klien secara menyeluruh.

2.4    Definisi dan Analisis Penyusun Mengenai Keperawatan Sebagai Profesi


Keperawatan merupakan suatu bentuk pelayanan yang dilakukan oleh perawat
dengan memberikan asuhan keperawatan secara tepat kepada individu, kelompok dan
masyarakat, yang bertujuan untuk meningkatkan kesehatan, mencegah dan mengobati
penyakit serta pemulihan kesehatan demi tercapainya kesejahteraan umat manusia,
dengan berpegang teguh pada kode etik yang melandasinya. Sedangkan perawat
adalah seseorang yang telah menyelesaikan studinya dan telah siap untuk
mengabdikan dirinya kepada masyarakat.
Perawat merupakan salah satu pekerjaan yang mulia dengan cara memberikan
perawatan yang benar, sesuai dengan ilmu yang telah didapatkannya. Ilmu tersebut
diterapkannya dengan suatu metode yang dikenal dengan “Proses Keperawatan”.
Metode ini merupakan metode yang sistematis, meliputi tahap pengkajian, diagnosa
keperawatan, merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi tindakan keperawatan.
Dari tahapan metode ini, perawat sering menemukan hal-hal baru dari setiap
kasus yang ditanganinya. Oleh karena itu, mereka perlu meningkatkan wawasannya
agar mampu menangani klien-kliennya dengan benar. Hal inilah yang membawa
perubahan besar bagi dunia keperawatan karena pelayanan yang pada awalnya hanya
berdasarkan pengalaman, kemudian berkembang menjadi pelayanan yang didasarkan
pada ilmu keperawatan yang selalu berubah sesuai dengan perkembangan zaman.
Profesi merupakan suatu keahlian yang membutuhkan ilmu pendidikan dan
pelatihan sebagai dasar pengembangan teori untuk menangani permasalahan yang
sering muncul dalam bidangnya.
Dengan melihat definisi dan ciri-ciri dari profesi diatas, maka dapat disimpulkan
bahwa keperawatan dianggap sebagai suatu profesi. Hal ini dikarenakan keperawatan
memiliki ciri-ciri yang sama dengan profesi.
Keperawatan sebagai suatu profesi adalah salah satu pekerjaan bagian dari tim
kesehatan, yang ikut bertanggung jawab dalam membantu klien sebagai individu,
keluarga, maupun sebagai masyarakat, baik dalam kondisi sehat ataupun sakit, yang
bertujuan untuk tercapainya pemenuhan kebutuhan dasar klien, dalam
mempertahankan kondisi kesehatan yang optimal, dalam menentukan tindakan
keperawatan harus didasarkan pada ilmu pengetahuan, komunikasi interpersonal serta
memiliki keterampilan yang jelas dalam keahliannya.
BAB III
PENUTUP
3.1    Simpulan
Dengan melihat definisi, ciri profesi yang telah disebutkan diatas dapat kita
analisis bahwa keperawatan di Indonesia dapat dikatakan sebagai suatu profesi.
Karena memiliki ciri-ciri dari profesi yaitu mempunyai body of knowledge,
berhubungan dengan nilai-nilai sosial, masa pendidikan, motivasi, otonomi,
komitmen, kesadaran bermasyarakat, dan kode etik.
Keperawatan sebagai suatu profesi adalah salah satu pekerjaan bagian dari tim
kesehatan, yang ikut bertanggung jawab dalam membantu klien sebagai individu,
keluarga, maupun sebagai masyarakat, baik dalam kondisi sehat ataupun sakit, yang
bertujuan untuk tercapainya pemenuhan kebutuhan dasar klien, dalam
mempertahankan kondisi kesehatan yang optimal, dalam menentukan tindakan
keperawatan harus didasarkan pada ilmu pengetahuan, komunikasi interpersonal serta
memiliki keterampilan yang jelas dalam keahliannya.

3.2    Saran
Penyusun berharap agar semua perawat dapat meningkatkan kualitas kerjanya
dan mampu menjadi seseorang yang profesional dalam bidangnya.
DAFTAR PUSTAKA

Sumijatun. 2010. Konsep Dasar Menuju Keperawatan Profesional. Jakarta: Trans


Info Media
Pro-Health. 2009. Keperawatan Sebagai Suatu Profesi.
(http://stikeskabmalang.wordpress.com/2009/09/17/keperawatan-sebagai-suatu-
profesi-3/
No. 6. Makalah Peran dan fungsi perawat profesional

BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Saat ini dunia keperawatan semakin berkembang. Hampir dua dekade profesi ini
menyerukan perubahan paradigma. Perawat yang semula tugasnya hanyalah semata –
mata menjalankan perintah dokter kini berupaya meningkatkan perannya sebagai
mitra kerja dokter seperti yang sudah dilakukan di negara – negara maju. Perawat
dianggap sebagai salah satu profesi kesehatan yang harus dilibatkan dalam
pencapaian tujuan pembangunan kesehatan baik di dunia maupun di Indonesia.
Sebagai sebuah profesi yang masih berusaha menunjukkan jati diri, profesi
keperawatan dihadapkan pada banyak tantangan. Tantangan ini bukan hanya dari
eksternal tapi juga dari internal profesi ini sendiri. Untuk itu perawat dituntut
memiliki skill yang memadai untuk menjadi seorang perawat profesional.
Seiring dengan berjalannya waktu dan bertambahnya kebutuhan pelayanan kesehatan
menuntut perawat saat ini memiliki pengetahuan dan keterampilan di berbagai
bidang. Saat ini perawat memiliki peran yang lebih luas dengan penekanan pada
peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit, juga memandang klien secara
komprehensif.
B.    Tujuan
Tujuan Umum : Adapaun tujuan penulisan makalah ini adalah agar kita dapat
mengetahui dan memahami perawat sebagai peran dan fungsi perawat profesional.
Tujuan khusus penulisan makalah ini adalah:
1.      Mengetahui dan memahami pengertian dari perwata sebagai profesi
2.      Mengetahui dan memahami pengertian perawat profesional
3.      Mengetahui dan memahami peran profesional
4.      Mengetahui dan memahami fungsi perawat profesional.

BAB II
PEMBAHASAN
A.      Pengertian
Perawat adalah mereka yang memiliki keamampuan dan kewenangan
melakukan tindakan keperawatan berdasarkan ilmu yang dimilikinya yang diperoleh
melalui pendidikan keperawatan. Seseorang dikatakan perawat profesional jika
memiliki ilmu pengetahuan, ketrampilan keperawatan profesional serta memliki
sikap profesional sesuai kode etik profesi.
Seseorang dikatakan perawat profesional jika memiliki ilmu pengetahuan
ketrampilan keperawatan profesional serta memiliki sikap profesional sesuai kode
etik profesi.
B.       Peran Perawat
Doheny (1982) mengidentifikasi beberapa elemen peran perawat profesional,
meliputi:
1.      Care giver, sebagai pemberian asuhan keperawatan
2.      Client advocate, sebagai pembela untuk melindungi klien
3.      Consellor, sebagai pemberi bimbingan/konseling klien
4.      Educator, sebagai pendidik klien
5.   Collaborator, sebagai anggota tim kesehatan yang dituntut untuk dapat bekerja sama
dengan tenaga kesehatan lain
6.      Coordinator, sebagai koordinator agar dapat memanfaatkan sumber-sumber dan
potensi klien.
7.      Change agent, sebagai pembaru yang selalu dituntut untuk mengadakan perubahan-
perubahan.
8.      Consultant, sebagai sumber informasi yang dapat membantu memecahkan masalah
klien. 
1.      Care giver/ pemberi asuhan
Sebagai pelaku/pemberi asuhan keperawatan , perawat dapat memberikan
pelayanan keperawatan secara langsung dan tidak langsung kepada klien,
menggunakan pendekatan proses keperawatan yang meliputi: melakukan pengkajian
dalam upaya mengumpulkan data dan informasi yang benar, menegakkan diagnosis
keperawatan berdasarkan hasil analisis dataa, merencakan intervensi keperawatan
sebagai upaya mengatasai masalah yang muncul dan membuat langkah atau cara
pemecahan masalah, melaksanakan tindakan keperawatan sesuai dengan rencana
yang ada, dan melakukan evaluasi berdasarkan respons klien terhadap tindakan
keperawatan yang telah dilakukannya.
Peran utamanya adalah memberikan asuhan keperawatan kepada klien yang meliputi
intervensi/tindakan keperawatan, observasi, pendidikan kesehatan dan menjalankan
tindakan medis sesuai dengan pendelegasian yang diberikan.
2.      Client advocate
Sebagai advocat klien, perawat berfungsi sebagai penghubung antara klien
dengan tim kesehatan lain dalam upaya pemenuhan kebutuhan klien , membela
kepentingan klien, dan membantu klien memahami semua informasi dan upaya
kesehatan yang diberikan oleh tim kesehatan dengan pendekatan tradisional maupun
profesional. Peran advokasi sekaligus mengharuskan perawat bertindak sebagai
narasumber dan fasilitator dalam tahap pengambilan keputusan terhadap upaya
kesehatan yang haarus dijalani oleh klien. Dalam menjalankan peran sebagai advocat
(pembela klien) perawat harus dapat melindungi dan memfasilitasi keluarga dan
masyarakat dalam pelayanan keperawtatan.
3.      Consellor
Tugas utama perawat adalah mengidentifikasi perubahan pola interaksi klien
terhadap keadaan sehat sakitnya. Konseling diberikan kepada individu/keluarga
dalam mengintregasikan pengalaman kesehatan dengan pengalaman yang lalu,
pemecahan masalah difokuskan pada masalah keperawatan, mengubah perilaku hidup
ke arah perilaku hidup sehat.
4.      Educator
Sebagai pendidik klien, perawat membantu klien meningkatkan kesehatannya
melalui pemberian pengetahuan yang terkait dengan keperawtan dan tindakan medik
yang diterima sehingga klien/keluarga dapat menerima tanggung jawab terhadap hal-
hal yang diketahuinya. Sebagai pendidik, perawat juga dapat memberikan pendidikan
kesehatan kepada kelompok keluarga yang berisiko tinggi, kader kesehatan dan lain
sebagainya.
5.      Collaborator
Perawat bekerja sama dengan tim kesehatan lain dan keluarga dalam
menentukan rencana maupun pelaksanaan asuhan keperawtan guna memenuhi
kebutuhan kesehatan klien.
6.      Coordinator
Perawat memanfaatkan semua sumber-sumber dan potensi yang ada, baik
materi maupun kemampuan klien secara terkoordinasi sehingga tidak ada intervensi
yang terlewatkan maupun tumpang tindih.
Dalam menjalankan peran sebagai koordinator perawat dapat melakukan hal-hal
berikut.
1.      Mengoordinasi seluruh pelayanan keperawatan
2.      Mengatur tenaga keperawatan yang akan bertugas
3.      Mengembangkan sistem pelayanan keperawatan
4.      Memberikan informasi tentang hal-hal yang terkait dengan pelayanan keperawatan
pada sarana kesehatan

7.      Change agent


Sebaga pembaru, perawat mengadakan inovasi dalam cara berpikir, bersikap,
bertingkah laku dan meningkatkan ketrampilan klien/keluarga agar menjaadi sehat.
Elemen ini mencakup perencanaan, kerja sama, perubahan yang sistematis dalam
berhubungan dengan klien dan cara memberikan perawatan pada klien
8.      Consultant
Elemen ini secara tidak langsung berkaitan denga permintaan klien terhadap
infoormasi tentang tujuan keperawatan yang diberikan. Dengan peran ini dapat
dikatakan, perawat adalah sumber informasi yang berkaitan dengan kondisi spesifik
klien.

C.      Fungsi Perawat


Fungsi adalah pekerjaan yang harus dilaksanakan sesuai dengan perannya.
a.    Pemberian asuhan/pelayanan keperawatan
b.    Praktik keperawatana
c.    Pengelolaan institusi keperawatan
d.   Pendidik klien (individu, keluarga, dan masyarakat).
Tujuh Fungsi Perawat (Phaneuf 1972)
1.      Melakasanakan instruksi dokter
2.      Observasi gejala dan respon pasien yang berhubungan dengan penyakit dan
penyebabnya.
3.      Memantau pasien, menyusun dan memperbaiki rencana keperawatan secara terus-
menerus berdasarkan pada kondisi dan kemampuan pasien
4.      Supervisi semua pihak yang ikut terlibat dalam perawatan pasien
5.      Mencata dan melaporkan keadaan pasien
6.      Melaksanakan prosedur dan teknik keperawatan
7.      Memberikan pengarahan dan penyuluhan untuk meningkatkan kesehatan fisik dan
mental.

Fungsi perawat (PK. St. Carolus 1983)


a.       Fungsi pokok
Membantu individu, keluarga, dan masyarakat baik sakit maupun sehat dalam
melaksanakan kegiatan yang menunjang kesehatan, penyembuhan atau menghaapi
kematian yang pada hakikatnya dapat mereka laksanakan tanpa bantuan apabila
mereka memiliki kekuatan, kemauan dan pengetahuan. Bantuan yang deberikan
bertujuan menolong dirinya sendiri secepat mungkin
b.      Fungsi tambahan
Membantu individu, keluarga dan masyarakat dalam melaksanakan rencana
pengobatan yang ditentukan oleh dokter

c.       Fungsi kolaboratif


Sebagai anggota tim kesehatan, perawat bekerja dalam merencanakan dan
melaksanakan program kesehatan yang mencakup pencegahan penyakit, peningkatan
kesehatan, penyembuhan dan rehabilitasi.
D.      Nilai Penting Keperawatan Profesional
1.    Komitmen yang kuat terhadap pelayanan yang diberikan oleh keperawatan untuk
masyarakat
Hal ini dianggap sebagai hal yang sangat penting. Karena peran perawat berfokus
pada kesehatan dan perawatan. Hal ini membuat perawt harus bertanggung jawab
untuk meningkatkan status kesehatan semua manusia.
2.    Percaya pada martabat dan nilai setiap orang
Keperawatan adalah suatu profesi yang berorientasi pada manusia tanpa
menghiraukan kebangsaan, ras, keyakinan, warna kulit, usia, jenis klamin politik,
kelas sosial, dan status kesehatan adalah hal yang sangat mendasar dalam kesehatan.
3.    Komiten terhadap pendidikan

Hal ini mencerminkan manfaa pendidikan sepanjang hidup. Dalam hal keperawatan
profesional, lulusan perlu melanjutkan pendidikan untuk mempertahankan dan
memperluas tingkat kompetensi mereka agar memenuhi kreteria profesional,
mengantisipasi peran perawat pada masa yang akan datang, dan memperluas ilmu
pengetahuan profesional.

4.    Otonomi
Hak menentukan diri sebagai profesi yang berarti para perawat haus memiliki
kebebasan untuk menggunakan pengetahuan dan ketrampilan mereka guna kemajuan
manusia dan otoritas serta kemampuan untuk melihat bahwa layanan keperawatan
diberikan secara aman dan efektif.
BAB III
PENUTUP

A.       Kesimpulan
Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan profesional sebagai bagian
integral dari pelayanan kesehatan yang meliputi aspek bio-psilo-sosio-spiritual yang
komprehensif, ditujukan kepada individu, keluarga atau masyarakat yang sehat
maupun sakit yang mencangkup siklus hidup manusia. Keperawatan dapat dipandang
sebagai suatu profesi karena mempunyai body of knowledge, pendidikan berbasis
keahlian pada jenjang pendidikan tinggi, memberikan pelayanan kepada masyarakat
melalui praktik dalam bidang profesi, memiliki perhimpunan atau organisasi profesi,
memberlakukan kode etik keperawatan, otonomi dan motivasi bersifat altruistik.
Untuk menunjang keperawatan professional maka di perlukan Peningkatan
kualitas organisasi profesi keperawatan dengan berbagai cara, pendekatan serta kiat
kiat yang lebih difokuskan pada kemampuan perawat untuk memberikan asuhan
keperawatan secara komprehensif dengan sentuhan seni dalam arti menggunakan kiat
– kiat tertentu dalam upaya memberikan kenyaman dan kepuasan pada klien.

B.     Saran
Kami sadar bahwa penyusunan makalah ini jauh dari sempurna. Untuk itu
kami mengharapkan kritik dan saran  yang membangun. Untuk terakhir kalinya kami
berharap pembuatan makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua khususnya bagi
perawat sehingga dapat meningkatkan kualitas kerja dan mampu menjadi perawat
profesional dibidangnya.
DAFTAR PUSTAKA

Ns. Asmadi, S.Kep. 2008. Konsep Dasar Keperawatan. Buku Kedokteran EGC.
Jakarta
Kuswanto, S.Kep. M.Kes. 2004. Pengantar Profesi dan Praktik Keperawatan
Profesional. Buku            Kedokteran EGC. Jakarta
Blais, Kathleen Koening, Jonice S. Hayes, dkk. 2007. Praktik Keperawatan
Profesional. Widya           Medika. Jakarta
H. Zaidin Ali, SKM, MM. 2002. Dasar-Dasar Keperawatan Profesional. Widya
Medika. Jakarta
http://kti-akbid.blogspot.com/2011/03/makalah-peran-dan-fungsi-perawat.html
http://nizaraharja92.blogspot.com
MAKALAH KONSEP DASAR KEPERAWATAN

CARING

Oleh :
Eben Rido pandango
2016610027

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS TRIBHUWANA TUNGGADEWI
MALANG
2020
KATA PENGANTAR

              Puji Syukur yang sedalam - dalamnya kami panjatkan kehadirat Allah Yang
Maha Kuasa karena hanya dengan rahmat dan petunjuk-Nya lah kami dapat
menyelesaikan penulisan makalah ini.
Menyadari akan keterbatasan kemampuan kami, maka dalam hal ini kami  mengharap
kritik dan saran membangun.

            Besar harapan kami semoga penulisan makalah ini dapat memenuhi syarat.
Mudah-mudahan hasil dari tugas makalah ini dapat menjadi referensi yang
bermanfaat bagi kita sekalian, Amin.
DAFTAR ISI

Kata
Pengantar.................................................................................................................... i
Daftar
Isi............................................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 .Latar
Belakang............................................................................................................. 1
1.2  Rumusan
Masalah........................................................................................................ 1
1.3 
Tujuan .............................................................................................................................
.. 1
BAB II PEMBAHASAN
2.1  Pengertian Caring Secara
Umum........................................................ ……………………2
2.2  Perbedaan Caring dan
Curing............................................................................................. 5
2.3 Perilaku Caring Yang Dapat Ditemui Dalam Tatanan
Keperawatan.. ………………..7
2.4 Pengertian Transcultural
Nursing................................................................................. 9
2.5 contoh-contoh aplikasi traskultural nursing pada beberapa
 masalah kesehatan............................................................................... ………………
….11
BAB III PENUTUP
3.1.
Kesimpulan......................................................................................... ………………18
3.2  Saran.................................................................................................... ……………
…18
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 .Latar Belakang


Di era globalisasi ini,segala bidang kehidupan sedang mengalami perkembangan
bahkan kemajuan.Salah satunya adalah bidang pelayanan kesehatan.bidang pelayanan
kesehatan tidak hanya sarana dan prasarana yang mengalami kemajuan,tetapi juga
profesionalisme dari tenaga kesehatan.
Lingkungan kesehatan seperti rumah sakit,perawat akan berhadapan dengan klien
dan tenaga kesehatn lainnya.Oleh karena itu,Perawat harus terus meningkatkan
profesionalismenya,
 yaitu meningkatkan perilaku caring.Caring bukan semata-mata
perilaku. Caring adalah cara yang memiliki makna dan memotivasi
tindakan. Caring juga didefinisikan sebagai tindakan yang bertujuan memberikan
asuhan fisik dan memperhatikan emosi sambil meningkatkan rasa aman dan
keselamatan klien (Carruth et all, 1999).

1.2  Rumusan Masalah
1. Apakah Pengertian caring consept secara umum dalam keperawatan ?
2. Bagaimana perbedaan antara caring dan curing consept ?
3. Apasaja prilaku  caring yang dapat ditemui dalam tatanan pelayanan kesehatan?
4. Apa pengertian transkultural nursing ?
5. Apasaja contoh-contoh aplikasi traskultural nursing pada beberapa masalah         
kesehatan ?  

1.3  Tujuan
Makalah ini disusun dalam rangka menyelesaikan tugas mata kuliah Konsep Dasar
Keperawatan I, menambah wawasan tentang Konsep Caring di Sepanjang Rentang
Kehidupan, agar kami mahasiswa mengerti tentang bagaimana perilaku caring dalam
proses dan praktik keperawatan, dan sebagai salah satu sarana belajar mahasiswa

BAB II
PEMBAHASAN

2.1  Pengertian Caring Secara Umum


Secara bahasa, istilah caring diartikan sebagai tindakan
kepedulian. Caring secara umum dapat diartikan sebagai suatu kemampuan untuk
berdedikasi bagi orang lain, pengawasan dengan waspada, serta suatu perasaaan
empati pada orang lain dan perasaan cinta atau menyayangi.
Pengertian caring berbeda dengan care. Care adalah fenomena yang berhubungan
dengan orang berhubungan dengan bimbingan, bantuan, dukungan perilaku kepada
individu, keluarga, kelompok dengan adanya kejadian untuk memenuhi kebutuhan
aktual maupun potensial untuk meningkatkan kondisi dan kualitas kehidupan
manusia. Sedangkan caring adalah tindakan nyata dari care yang menunjukkan suatu
rasa kepedulian.
Terdapat beberapa pengertian caring menurut beberapa ahli, antara lain :
 Florence nightingale (1860) : caring adalah tindakan yang menunjukkan
pemanfaatan lingkungan pasien dalam membantu penyembuhan, memberikan
lingkungan bersih, ventilasi yang baik dan tenang kepada pasien.
 Delores gaut (1984) : caring tidak mempunyai pengertian yang tegas, tetapi ada tiga
makna dimana ketiganya tidak dapat dipisahkan, yaitu perhatian, bertanggung jawab,
dan ikhlas.
Crips dan Taylor (2001) : caring merupakan fenomena universal yang
mempengaruhi bagaimana seseorang berpikir, merasakan, dan berperilaku dalam
hubungannya dengan orang lain.
Rubenfild (1999) : caring yaitu memberikan asuhan, tanggunggung jawab, dan
ikhlas.
Crips dan Taylor (2001) : caring merupakan fenomena universal yang mempengaruhi
bagaimana seseorang berpikir, merasakan, dan berperilaku dalam hubungannya
dengan orang lain.
 Rubenfild (1999) : caring yaitu memberikan asuhan, dukungan emosional pada klien,
keluarga, dan kerabatnya secara verbal maupun nonverbal.
Jean watson (1985) : caring merupakan komitmen moral untuk melindungi,
mempertahankan, dan meningkatkan emosional pada klien, keluarga, dan kerabatnya
secara verbal maupun nonverbal.
Jean watson (1985) : caring merupakan komitmen moral untuk melindungi,
mempertahankan, dan meningkatkan martabat manusia.
Dari beberapa pengertian tersebut, dapat dipersingkat bahwa pengertian caring secara
umum adalah suatu tindakan moral atas dasar kemanusiaan, sebagai suatu cerminan
perhatian, perasaan empati dan kasih sayang kepada orang lain, dilakukan dengan
cara memberikan tindakan nyata kepedulian, dengan tujuan untuk meningkatkan
kualitas dan kondisi kehidupan orang tersebut. Caring merupakan inti dari
keperawatan.

Persepsi Klien Tentang Caring


Penelitian tentang persepsi klien penting karena pelayanan kesehatan merupakan
fokus terbesar dari tingkat kepuasan klien. Jika klien merasakan penyelenggaraan
pelayanan kesaehatan bersikap sensitif, simpatik, merasa kasihan, dan tertarik
terhadap mereka sebagai individu, mereka biasanya menjadi teman sekerja yang aktif
dalam merencanakan perawatan ( Attree, 2001 ). Klien dalam penelitian ini
menunjukkan bahwa mereka semakin puas saat perawat melakukan caring.
Biasanya klien dan perawat melakukan persepsi yang berbeda tentang caring
( Mayer, 1987; Wolf, Miller, dan Devine, 2003 ). Untuk alasan tersebut, fokuskan
pada membangun suatu hubungan yang membuat perawat mengetahui apa yang
penting bagi klien. Contoh, perawat mempunyai klien yang takut untuk dipasang
kateter intravena, perawat tersebut adalah perawat yang belum terampil dalam
memasukkan kateter intravena. Perawat tersebut memutuskan bahwa klien akan lebih
diuntungkan jika dibantu oleh perawat yang sudah terampil daripada memberikan
penjelasan prosedur untuk mengurangi kecemasan. Dengan mengetahui siapa klien,
dapat membantu perawat dalam memilih pendekatan yang paling sesuai dengan
kebutuhan klien.

Etika Pelayanan
Watson ( 1988 ) menyarankan agar caring sebagai suatu sikap moral yang ideal,
memberikan sikap pendirian terhadap pihak yang melakukan intervensi seperti
perawat. Sikap pendirian ini perlu untuk menjamin bahwa perawat bekerja sesuai
standar etika untuk tujuan dan motivasi yang baik. Kata etika merujuk pada kebiasaan
yang benar dan yang salah. Dalam setiap pertemuan dengan klien, perawat harus
mengetahui kebiasaan apa yang sesuai secara etika. Etika keperawatan bersikap unik,
sehingga perawat tidak boleh membuat keputusan hanya berdasarkan prinsip
intelektual atau analisis.
Etika keperawatan berfokus pada hubungan antara individu dengan karakter dan
sikap perawat terhadap orang lain. Etika keperawatan menempatkan perawat sebagai
penolong klien, memecahkan dilema etis dengan cara menghadirkan hubungan dan
memberikan prioritas kepada klien dengan kepribadian khusus.

Nurse Caring Behavior
1. Persepsi klien wanita ( Riemen, 1986 )
v  Berespon terhadap keunikan klien
v  Memahami dan mendukung perhatian klien
v  Hadir secara fisik
v  Memiliki sikap dan menunjukkan prilaku yang membuat klien merasa dihargai
sebagai  manusia
v  Kembali ke klien dengan sukarela tanpa diminta
v  Menunjukkan perhatian yang memberi kenyamanan dan merelaksasi klien
v  Bersuara halus dan lembut
v  Memberi perasaan nyaman
2. Persepsi klien pria ( Riemen, 1986 )
v  Hadir secara fisik sehingga klien merasa dihargai
v  Kembali ke klien dengan sukarela tanpa diminta
v  Membuat klien merasa nyaman, relaks, dan aman
v  Hadir untuk memberi kenyamanan dan memenuhi kebutuhan klien sebelum
diminta
v  Menggunakan suara dan sikap yang baik, halus, lembut dan menyenangkan
3. Persepsi klien kanker dan keluarga ( Mayer, 1986 )
v  Mengetahui bagaimana memberikan injeksi dan mengelola peralatan
v  Bersikap ceria
v  Mendorong klien untuk menghubungi perawat bila klien mempunyai masalah
v  Mengutamakan atau mendahulukan kepentingan klien
v  Mengantisipasi pengalaman pertama adalah yang terberat

4. Persepsi klien dewasa yang dirawat ( Brown, 1986 )


v  Kehadirannya menentramkan hati
v  Memberikan informasi
v  Mendemonstrasikan pengetahuan dan keterampilan profesional
v  Mampu menangani nyeri atau rasa sakit
v  Memberi waktu yang lebih banyak dari yang dibutuhkan
v  Mempromosikan otonomi
v  Mengenali kualitas dan kebutuhan individual
v  Selalu mengawasi klien

5. Persepsi dari keluarga


v  Jujur
v  Memberikan penjelasan dengan jelas
v  Selalu menginformasikan keluarga
v  Mencoba untuk membuat klien nyaman
v  Menunjukkan minat dalam menjawab pertanyaan
v  Memberikan perawatan emergensi bila perlu
v  Menjawab pertanyaan anggota keluarga secara jujur, terbuka dan ikhlas
v  Mengijinkan klien melakukan sesuatu untuk dirinya sebisa mungkin
v  Mengajarkan keluarga cara memelihara kondisi fisik yang lebih nyaman

2.2  Perbedaan Caring dan Curing

Keperawatan sebagai suatu profesi dan berdasarkan pengakuan masyarakat adalah


ilmu kesehatan tentang asuhan atau pelayanan keperawatan atau The Health Science
of Caring (Lindberg,1990:40). Secara bahasa, caring dapat diartikan sebagai tindakan
kepedulian dan curing dapat diartikan sebagai tindakan pengobatan. Namun, secara
istilah caring dapat diartikan memberikan bantuan kepada individu atau sebagai
advokasi pada individu yang tidak mampu memenuhi kebutuhan dasarnya.
Sedangkan curing adalah upaya kesehatan dari kegiatan dokter dalam prakteknya
untuk mengobati klien. Dalam penerapannya, konsep caring dan curing mempunyai
beberapa perbedaan, diantaranya:
1. Caring merupakan tugas primer perawat dan curing adalah tugas sekunder.
Maksudnya seorang perawat lebih melakukan tindakan kepedulian terhadap klien
daripada memberikan tindakan medis. Oleh karena itu, caring lebih identik dengan
perawat.
2. Curing merupakan tugas primer seorang dokter dan caring adalah tugas
sekunder. Maksudnya seorang dokter lebih melibatkan tindakan medis tanpa
melakukan tindakan caring yang berarti. Oleh karena itu, curing lebih identik dengan
dokter.
3. Dalam pelayanan kesehatan klien yang dilakukan perawat, ¾ nya
adalah caring dan ¼ nya adalahcuring.
4. Caring bersifat lebih “Healthogenic” daripada curing.
Maksudnya caring lebih menekankan pada peningkatan kesehatan daripada
pengobatan. Di dalam praktiknya, caring mengintegrasikan pengetahuan biofisik dan
pengetahuan perilaku manusia untuk meningkatkan derajat kesehatan dan untuk
menyediakan pelayanan bagi mereka yang sakit.
5. Tujuan caring adalah membantu pelaksanaan rencana pengobatan/terapi dan
membantu klien beradaptasi dengan masalah kesehatan, mandiri memenuhi
kebutuhan dasarnya, mencegah penyakit, meningkatkan kesehatan dan meningkatkan
fungsi tubuh sedangkan tujuan curing adalah menentukan dan menyingkirkan
penyebab penyakit atau mengubah problem penyakit dan penanganannya.
6. Diagnosa dalam konsep curing dilakukan dengan mengungkapkan penyakit
yang diderita sedangkan diagnosa dalam konsep caring dilakukan dengan identifikasi
masalah dan penyebab berdasarkan kebutuhan dan respon klien.
2.3 Perilaku Caring Yang Dapat Ditemui Dalam Tatanan Keperawatan

Caring bukanlah sesuatu yang dapat diajarkan, tetapi merupakan hasil dari


kebudayaan, nilai-nilai, pengalaman, dan dari hubungan dengan orang lain. Sikap
keperawatan yang berhubungan dengancaring adalah kehadiran, sentuhan kasih
sayang, mendengarkan, memahami klien, caring dalam spiritual, dan perawatan
keluarga.

1. Kehadiran
Kehadiran adalah suatu pertemuan antara seseorang dengan seseorang lainnya yang
merupakan sarana untuk mendekatkan diri dan menyampaikan manfaat caring.
Menurut Fredriksson (1999), kehadiran berarti “ada di” dan “ada dengan”. “Ada di”
berarti kehadiran tidak hanya dalam bentuk fisik, melainkan juga komunikasi dan
pengertian. Sedangkan “ada dengan” berarti perawata selalu bersedia dan ada untuk
klien (Pederson, 1993). Kehadiran seorang perawat membantu menenangkan rasa
cemas dan takut klien karena situasi tertekan.
2. Sentuhan
Sentuhan merupakan salah satu pendekatan yang menenangkan dimana perawat dapat
mendekatkan diri dengan klien untuk memberikan perhatian dan dukungan. Ada dua
jenis sentuhan, yaitu sentuhan kontak dan sentuhan non-kontak. Sentuhan kontak
merupakan sentuhan langsung kullit dengan kulit. Sedangkan sentuhan non-kontak
merupakan kontak mata. Kedua jenis sentuhan ini digambarkn dalam tiga kategori :
a) Sentuhan Berorientasi-tugas
Saat melaksanakan tugas dan prosedur, perawat menggunakan sentuhan ini.
Perlakuan yang ramah dan cekatan ketika melaksanakan prosedur akan memberikan
rasa aman kepada klien. Prosedur dilakukan secara hati-hati dan atas pertimbangan
kebutuhan klien.
b) Sentuhan Pelayanan (Caring)
Yang termasuk dalam sentuhan caring adalah memegang tangan klien, memijat
punggung klien, menempatkan klien dengan hati-hati, atau terlibat dalam
pembicaraan (komunikasi non-verbal). Sentuhan ini dapat mempengaruhi keamanan
dan kenyamanan klien, meningkatkan harga diri, dan memperbaiki orientasi tentang
kanyataan (Boyek dan Watson, 1994).
c) Sentuhan Perlindungan
Sentuhan ini merupakan suatu bentuk sentuhan yang digunakan untuk melindungi
perawat dan/atau klien (fredriksson, 1999). Contoh dari sentuhan perlindungan adalah
mencegah terjadinya kecelakaan dengan cara menjaga dan mengingatkan klien agar
tidak terjatuh.
Sentuhan dapat menimbulkan berbagai pesan, oleh karena itu harus digunakan secara
bijaksana.

3. Mendengarkan
Untuk lebih mengerti dan memahami kebutuhan klien, mendengarkan merupakan
kunci, sebab hal ini menunjukkan perhatian penuh dan ketertarikan perawat.
Mendengarkan membantu perawat dalam memahami dan mengerti maksud klien dan
membantu menolong klien mencari cara untuk mendapatkan kedamaian.

4. Memahami klien
Salah satu proses caring menurut Swanson (1991) adalah memahami klien.
Memahami klien sebagai inti suatu proses digunakan perawat dalam membuat
keputusan klinis. Memahami klien merupakan pemahaman perawat terhadap klien
sebagai acuan melakukan intervensi berikutnya (Radwin,1995). Pemahaman klien
merupakan gerbang penentu pelayanan sehingga, antara klien dan perawat terjalin
suatu hubungan yang baik dan saling memahami.

5. Caring Dalam Spiritual


Kepercayaan dan harapan individu mempunyai pengaruh terhadap kesehatan fisik
seseorang. Spiritual menawarkan rasa keterikatan yang baik, baik melalui hubungan
intrapersonal atau hubungan dengan dirinya sendiri, interpersonal atau hubungan
dengan orang lain dan lingkungan, serta transpersonal atau hubungan dengan Tuhan
atau kekuatan tertinggi.
Hubungan caring terjalin dengan baik apabila antara perawat dan klien
dapat memahami satu sama lain sehingga keduanya bisa menjalin hubungan yang
baik dengan melakukan hal seperti, mengerahkan harapan bagi klien dan
perawat; mendapatkan pengertian tentang gejala, penyakit, atau perasaan yang
diterima klien; membantu klien dalam menggunakan sumber daya sosial, emosional,
atau spiritual; memahami bahwa hubungan caring menghubungkan manusia dengan
manusia, roh dengan roh.

6. Perawatan Keluarga
Keluarga merupakan sumber daya penting. Keberhasilan intervensi keperawatan
sering bergantung pada keinginan keluarga untuk berbagi informasi dengan perawat
untuk menyampaikan terapi yang dianjurkan. Menjamin kesehatan klien dan
membantu keluarga untuk aktif dalam proses penyembuhan klien merupakan tugas
penting anggota keluarga. Menunjukkan perawatan keluarga dan perhatian pada klien
membuat suatu keterbukaan yang kemudian dapat membentuk hubungan yang baik
dengan anggota keluarga klien.

2.4 Pengertian Transcultural Nursing
Transcultural Nursing adalah suatu keilmuwan budaya pada proses belajar dan
praktek keperawatan yang fokus memandang perbedaan dan kesamaan diantara
budaya dengan menghargai asuhan, sehat dan sakit didasarkan pada nilai budaya
manusia, kepercayaan dan tindakan, dan ilmu ini digunakan untuk memberikan
asuhan keperawatan khususnya budaya atau keutuhan budaya kepada manusia
(Leininger, 2002).

Konsep Transcultural Nursing


Keperawatan transkultural adalah ilmu dan kiat yang humanis yang difokuskan pada
prilaku individu atau kelompok, serta proses untuk mempertahankan atau
meningkatkan perilaku sehat dan perilaku sakit secara fisik dan psikokultural sesuai
latar belakang budaya. (Leininger, 2002).
Konsep Utama Transcultural Nursing:
Care : perawat memberikan bimbingan dukungan kepada klien à untuk meningkatkan
kondisi klien
Caring : tindakan  mendukung, berbentuk aksi atau tindakan  
Culture : perawat mempelajari, saling share/berbagi pemahaman tentang kepercayaan
dan budaya klien
Cultural care : kemampuan kognitif untuk mengetahui nilai, norma/ kepercayaan
Nilai kultur : keputusan/kelayakan  untuk bertindak
Perbedaan kultur : berupa variasi-variasi pola nilai yang ada di masyarakat mengenai
keperawatan
Cultural care university : hal-hal umum dalam sistem nilai, norma dan budaya
Etnosentris : keyakinan ide, nilai, norma, kepercayaan lebih tinggi dari yang lain
Cultural Imposion : kecenderungan tenaga kesehatan memaksakan kepercayaan
kepada klien
Peran dan Fungsi Transkultural
Budaya mempunyai pengaruh luas terhadap kehidupan individu . Oleh sebab itu ,
penting bagi perawat mengenal latar belakang budaya orang yang dirawat ( Pasien ) .
Misalnya kebiasaan hidup sehari – hari , seperti tidur , makan , kebersihan diri ,
pekerjaan , pergaulan social , praktik kesehatan , pendidikan anak  ekspresi perasaan ,
hubungan kekeluargaaan , peranan masing – masing orang menurut umur . Kultur
juga terbagi dalam sub – kultur .
Subkultur adalah kelompok pada suatu kultur yang tidak seluruhnya mengaanut
pandangan keompok kultur yang lebih besar atau memberi makna yang berbeda .
Kebiasaan hidup juga saling berkaitan dengan kebiasaan cultural.
Nilai – nilai budaya Timur , menyebabkan sulitnya wanita yang hamil mendapat
pelayanan dari dokter pria . Dalam beberapa setting , lebih mudah menerima
pelayanan kesehatan pre-natal dari dokter wanita dan bidan . Hal ini menunjukkan
bahwa budaya Timur masih kental dengan hal – hal yang dianggap tabu.
Dalam tahun – tahun terakhir ini , makin ditekankan pentingknya pengaruh kultur
terhadap pelayanan perawatan . Perawatan Transkultural merupakan bidang yang
relative baru ; ia berfokus pada studi perbandingan nilai – nilai dan praktik budaya
tentang kesehatan dan hubungannya dengan perawatannya . Leininger ( 1991 )
mengatakan bahwa transcultural nursing merupakan suatu area kajian ilmiah yang
berkaitan dengan perbedaan maupun kesamaan nilai – nilai budaya ( nilai budaya
yang berbeda ras , yang mempengaruhi pada seseorang perawat saat melakukan
asuhan keperawatan kepada pasien. Perawatan transkultural adalah berkaitan dengan
praktik budaya yang ditujukan untuk pemujaan dan pengobatan rakyat (tradisional) .
Caring practices adalah kegiatan perlindungan dan bantuan yang berkaitan dengan
kesehatan.
Menurut Dr. Madelini Leininger , studi praktik pelayanan kesehatan transkultural
adalah berfungsi untuk meningkatkan pemahaman atas tingkah laku manusia dalam
kaitan dengan kesehatannya . Dengan mengidentifikasi praktik kesehatan dalam
berbagai budaya ( kultur ) , baik di masa lampau maupun zaman sekarang akan
terkumpul persamaan – persamaan . Lininger berpendapat , kombinasi pengetahuan
tentang pola praktik transkultural dengan kemajuan teknologi dapat menyebabkan
makin sempurnanya pelayanan perawatan dan kesehatan orang banyak dan berbagai
kultur.

2.5 contoh-contoh aplikasi traskultural nursing pada beberapa masalah         


kesehatan
     1. Aplikasi transkultural pada masalah penyakit kronik
Penyakit kronik adalah penyakit yang timbul bukan secara tiba-tiba, melainkan
akumulasi dari sesuatu penyakit hingga akhirnya menyebabkan penyakit itu sendiri.
(Kalbe medical portal) Penyakit kronik ditandai banyak penyebab. Contoh penyakit
kronis adalah diabetes, penyakit jantung, asma, hipertensi dan masih banyak lainnya.
Ada hubungan antara penyakit kronis dengan depresi. Depresi adalah kondisi kronis
yang mempengaruhi pikiran seseorang, perasaan dan perilaku sehingga sulit untuk
mengatasi peristiwa kehidupan sehari-hari.  (Andres Otero-Forero, Queensland Transcultural Mental Health
Centre).

Seseorang yang menderita depresi memiliki kemungkinan lebih tinggi menderita


penyakit kronis seperti diabetes, penyakit jantung atau asma. Penyebab depresi itu
sendiri kompleks, terkait dengan lingkungan interaksi seseorang maupun
kepribadiaannya sendiri. Beberapa faktor penyebab umum adalah:
• Faktor herediter • Trauma 
• Isolasi atau kesepian • Pengangguran
•  konflik Keluarga • Kesulitan penyelesaian
• Stres • Nyeri

Berbagai jenis depresi memerlukan cara yang berbeda dalam jenis


pengobatannya. Untuk depresi ringan, dapat dianjurkan untuk melakukan kegiatan-
kegiatan tertentu. Dalam kasus depresi parah, dianjurkan untuk mengkonsumsi obat
dan psikoterapi. Salah satu pendekatan yang muncul menjadi lebih umum untuk
segala bentuk depresi adalah manajemen diri. Manajemen diri mengacu pada strategi
orang menggunakan untuk berurusan dengan kondisi mereka. Dimana seseorang
melibatkan tindakan, sikap atau tujuan dalam mengambil atau membuat keputusan
untuk mempertahankan dan meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan.
      Pengobatan terhadap penyakit kronik yang telah dilakukan di masyarakat saat ini
amat beragam. Tidak dapat dipungkiri bahwa sistem pengobatan tradisional juga
merupakan sub unsur kebudayaan masyarakat sederhana yang telah dijadikan sebagai
salah satu cara pengobatan. Pengobatan inilah yang juga menjadi aplikasi dari
transkultural dalam mengobati suatu penyakit kronik. Pengobatan tradisional ini
dilakukan berdasarkan budaya yang telah diwariskan turun-temurun. Beberapa
contohnya adalah sebagai berikut:
1.            Masyarakat negeri Pangean lebih memilih menggunakan ramuan dukun untuk
menyembuhkan penyakit TBC, yaitu daun waru yang diremas dan airnya dimasak
sebanyak setengah gelas.
2.            Masyarakat di Papua percaya bahwa penyakit malaria dapat disembuhkan dengan
cara minta ampun kepada penguasa hutan lalu memetik daun untuk dibuat ramuan
untuk diminum dan dioleskan ke seluruh tubuh.
3.      Masyarakat Jawa memakan pisang emas bersamaan dengan kutu kepala (Jawa: tuma)
tiga kali sehari untuk pengobatan penyakit kuning.
      Pengobatan tradisional yang sering dipakai berupa pemanfaatan bahan-bahan
herbal. Herba sambiloto menjadi sebuah contoh yang khasiatnya dipercaya oleh
masyarakat dapat mengobati penyakit-penyakit kronik, seperti hepatitis, radang paru
(pneumonia), radang saluran nafas (bronchitis), radang ginjal (pielonefritis), radang
telinga tengah (OMA), radang usus buntu, kencing nanah (gonore), kencing manis
(diabetes melitus). Daun lidah budaya dan tanaman pare juga dijadikan sebagai
pengobatan herbal. Tumbuhan tersebut berkhasiat menyebuhkan diabetes melitus.
      Tidak hanya di Indonesia, di luar negeri pun masih ada negara yang meyakini
bahwa pengobatan medis bukan satu-satunya cara mengobati penyakit kronik.
Misalnya, di Afrika, penduduk Afrika masih memiliki keyakinan tradisional tentang
kesehatan dan penyakit. Mereka menganggap bahwa obat-obatan tradisional sudah
cukup untuk mengganti produk yag akan dibeli, bahkan mereka menggunakan dukun
sebagai penyembuh tradisional. Hal seperti ini juga terjadi di Amerika, Eropa, dan
Asia.
           

2.      Aplikasi transkultural pada gangguan nyeri

Nyeri adalah pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan


akibat dari kerusakan jaringan yang actual atau potensial. Nyeri adalah alasan utama
seseorang untuk mencari bantuan perawatan kesehatan. Selanjutnya, definisi nyeri
menurut keperawatan adalah apapun yang menyakitkan tubuh yang dikatakan
individu yang mengalaminya, yang ada kapanpun individu mengatakannya. Peraturan
utama dalam merawat pasien nyeri adalah bahwa semua nyeri adalah nyata, meskipun
penyebabnya belum diketahui. Keberadaan nyeri adalah berdasarkan hanya pada
laporan pasien bahwa nyeri itu ada.
Aplikasi transkultural pada gangguan nyeri baik yang dilakukan oleh pasien
berdasarkan apa yang dipercaya olehnya atau yang dilakukan oleh perawat setelah
melakukan pengkajian tentang latar belakang budaya pasien adalah sebagai berikut:
a.    Dengan membatasi gerak dan istirahat. Seorang pasien yang mengalami nyeri
diharuskan untuk tidak banyak bergerak karena jika banyak bergerak dapat
memperparah dan menyebabkan nyeri berlangsung lama. Menurut pandangan umat
Islam, seseorang yang menderita nyeri untuk mengurangi tau meredakannya dengan
posisi istirahat atau tidur yang benar yaitu badan lurus dan dimiringkan ke sebelah
kanan. Hal ini menurut sunah rasul. Dengan posisi tersebut diharapkan dapat
meredakan nyeri karena peredaran darah yang lancer akibat jantung yang tidak
tertindih badan sehingga dapat bekerja maksimal.
b.      Mengkonsumsi obat-obatan tradisional. Beberapa orang mempercayai bahwa ada
beberapa obat tradisional yang dapat meredakan nyeri bahkan lebih manjur dari obat
yang diberikan oleh dokter. Misalnya, obat urut dan tulang ‘Dapol Siburuk’ dari
burung siburuk yang digunakan oleh masyarakat Batak.
c.       Dengan dipijat atau semacamnya. Kebanyakan orang mempercayai dengan dipijat
atau semacamnya dapat meredakan nyeri dengan waktu yang singkat. Namun, harus
diperhatikan bahwa apabila salah memijat akan menyebabkan bertambah nyeri atau
hal-hal lain yang merugikan penderita. Dalam budaya Jawa ada yang disebut dukun
pijat yang sering didatangi orang banyak apabila mengalami keluhan nyeri misalnya
kaki terkilir.
Dalam menerapkan transkultural pada gangguan nyeri harus tetap
mempertahankan baik buruknya bagi si pasien. Semua aplikasi transkultural
sebaiknya dikonsultasikan kepada pihak medis agar tidak menimbulkan hal yang
tidak diinginkan.

3.  Aplikasi transkultural pada gangguan kesehatan mental


Berbagai tingkahlaku luar biasa yang dianggap oleh psikiater barat sebagai
penyakit jiwa ditemukan secara luas pada berbagai masyarakat non-barat. Adanya
variasi yang luas dari kelompok sindroma dan nama-nama untuk menyebutkannya
dalam berbagai masyarakat dunia, Barat maupun non-Barat, telah mendorong para
ilmuwan mengenai tingkahlaku untuk menyatakan bahwa penyakit jiwa adalah suatu
‘mitos’, suatu fenomena sosiologis, suatu hasil dari angota-anggota masyarakat yang
‘beres’ yang merasa bahwa mereka membutuhkan sarana untuk menjelaskan,
memberi sanksi dan mengendalikan tingkahlaku sesama mereka yang menyimpang
atau yang berbahaya, tingkahlaku yang kadang-kadang hanya berbeda dengan
tingkahlaku mereka sendiri. Penyakit jiwa tidak hanya merupakan ‘mitos’, juga
bukan semata-semata suatu masalah sosial belaka. Memang benar-benar ada
gangguan dalam pikiran, erasaan dan tingkahlaku yang membutuhkan pengaturan
pengobatan.(Edgerton 1969 : 70). Nampaknya, sejumlah besar penyakit jiwa non-barat lebih
dijelaskan secara personalistik daripada naturalistik.
Sebagaimana halnya dengan generalisasi, selalu ada hal-hal yang tidak dapat
dimasukkan secara tepat ke dalam skema besar tersebut. Kepercayaan yang tersebar
luas bahwa pengalaman-pengalaman emosional yang kuat seperti iri, takut, sedih,
malu, dapat mengakibatkan penyakit, tidaklah tepat untuk diletakkan di dalam salah
satu dari dua kategori besar tersebut. Mungkin dapat dikatakan bahwa tergantung
situasi dan kondisi, kepercayaan-kepercayaan tersebut boleh dikatakan cocok untuk
dikelompokkan ke dalam salah satu kategori. Misalnya, susto, penyakit yang
disebabkan oleh ketakutan, tersebar luas di Amerika Latin dan merupakan angan-
angan. Seseorang mungkin menjadi takut karena bertemu dengan hantu, roh, setan,
atau karena hal-hal yang sepele, seperti jatuh di air sehingga takut akan mati
tenggelam. Apabila agen-nya berniat jahat, etiologinya sudah tentu bersifat
personalistik. Namun, kejadian-kejadian tersebut sering merupakan suatu kebetulan
atau kecelakaan belaka bukan karena tindakan yang disengaja. Dalam ketakutan akan
kematian karena tenggelam, tidak terdapat agen-agen apa pun.
Kepercayaan-kepercayaan yang sudah dijelaskan di atas menimbulkan
pemikiran-pemikiran untuk melakukan berbagai pengobatan jika sudah terkena agen.
Kebanyakan pengobatan yang dilakukan yaitu mendatangi dukun-dukun atau tabib-
tabib yang sudah dipercaya penuh. Terlebih lagi untuk pengobatan gangguan mental,
hampir seluruh masyarakat desa mendatangi dukun-dukun karena mereka percaya
bahwa masalah gangguan jiwa/mental disebabkan oleh gangguan ruh jahat. Dukun-
dukun biasanya melakukan pengobatan dengan cara mengambil dedaunan yang
dianggap sakral, lalu menyapukannya ke seluruh tubuh pasien. Ada juga yang
melakukan pengobatan dengan cara menyuruh pihak keluarga pasien untuk membawa
sesajen seperti, berbagai macam bunga atau binatang ternak.

Para ahli antropologi menaruh perhatian pada ciri-ciri psikologis shaman.


Shaman adalah seorang yang tidak stabil dan sering mengalami delusi, dan mungkin
ia adalah seorang wadam atau homoseksual.namun apabila ketidakstabilan jiwanya
secara budaya diarahkan pada bentuk-bentuk konstruktif, maka individu tersebut
dibedakan dari orang-orang lain yang mungkin menunjukkan tingkahlaku serupa,
namun digolongkan sebagai abnormal oleh para warga masyarakatnya dan
merupakan subyek dari upacara-upacara penyembuhan. Dalam pengobatan, shaman
biasanya berada dalam keadaan kesurupan (tidak sadar), dimana mereka berhubungan
dengan roh pembinanya untuk mendiagnosis penyakit. para penganut paham
kebudayaan relativisme yang ekstrim menggunakan contoh shamanisme sebagai
hambatan utama dalam arguentasi mereka bahwa apa yang disebut penyakit jiwa
adalah sesuatu yang bersifat kebudayaan.
Dalam banyak masyarakat non-Barat, orang yang menunjukkan tingkahlaku
abnormal tetapi tidak bersifat galak maka sering diberi kebebasan gerak dalam
masyarakat mereka, kebutuhan mereka dipenuhi oleh anggota keluarga mereka.
Namun, jika mereka mengganggu, mereka akan dibawa ke sutu temapt di semak-
semak untuk ikuci di kamrnya. Sebuah pintu khusus (2 x 2 kaki) dibuat dalam rumah,
cukup untuk meyodorkan makanan saja bagi mereka dan sebuah pintu keluar untuk
keluar masuk komunitinya.
Usaha-usaha untuk membandingkan tipe-tipe gangguan jiwa secara lintas-budaya
umumnya tidak berhasil, sebagian disebabkan oleh kesulitan-kesulitan pada tahapan
penelitian untuk membongkar apa yang diperkirakan sebagai gejala primer dari gejala
sekunder. Misalnya, gejala-gejala primer yaitu yang menjadi dasar bagi depresi.
Muncul lebih dulu dan merupakan inti dari gangguan. Gejala-gejala sekunder dilihat
sebagai reaksi individu terhadap penyakitya ; gejala-gejala tersebut berkembang
karena ia berusaha untuk menyesuaikan diri dengan tingkahlakunya yang
berubah (Murphy, Wittkower, dan Chance 1970 : 476).

4. Kasus Transkultural terhadap Diabetes


1. Tinjauan Kasus
Nilai Gula Darah Normal
Kebanyakan manusia bervariasi sekitar 82-110 mg/dl pada keadaan sebelum makan.
Setelah makan akan naik sekitar 140 mg/dl. The American Diabetes Association
merekomendasikan kadar glukosa pasca-makan <180 mg/dl dan pra-makan pada
kadar 90-130 mg/ dl. Pada laki-laki dewasa sehat denagn berat 75 kg dan volume 5
liter darah, glukosa levelnya 110 mg/dl.
Pada penderita diabetes, kadar glukosa saat puasa >126 mg/ dl dan saat normal >200
mg/ dl.
a.   Masalah yang ditemukan pada kasus tersebut, diantaranya :
v  Laki-laki usia 50 tahun,
v  Pingsan saat rapat di kantornya,
v  Kadar gula darahnya mencapai 450mg/dl,
v  Dua tahun didiagnosis menderita Diabetes Mellitus tipe II,
v  Kegemukan, dan
v  Kesulitan mengatur makanannya karena kebiasaan budaya Jawanya makan makanan
yang manis.
b.Analisis kasus
Ditinjau dari keadaan fisik :
-          Kegemukan
-          Kadar gula darah di atas normal
Ditinjau dari pola hidup :
-          Kurang aktivitas fisik
-          Banyak mengkonsumsi makanan mengandung gula
c.   Peran perawat
o   Memberi interferensi berupa konsultasi, penyuluhan komunitas dan pasien,bantuan
dalam menjaga pola makan dan melakukan implementasi independent dari dokter
berupa pemberian obat dan aturan pemakaian.
o   Memberikan pelayanan kesehatan selama medikasi di rumah sakit dan menjaga
kondisi kesehatan pasien agar tidak menurun bahkan meningkatkan kondisi
kesehatannya.

d.   Peran dari segi transkultural


o   Memberi pendidikan kesehatan komunitas menyangkut deskripsi DM, diet dan
bahayanya
o   Mengkaji jenis makanan yang biasa dikonsumsi komunitas tersebut
o   Menghimbau pola makan yang sesuai untuk diet DM dan juga dapat diterima pada
budaya pasien→dapat berupa mengganti gula yang ditolerir oleh penderita DM atau
mengurangi konsumsi gula yang biasa digunakan.

BAB III
PENUTUP

3.1.     KESIMPULAN
Pelayanan esensial yang diberikan oleh perawat terhadap individu, keluarga ,
kelompok dan masyarakat yang mempunyai masalah kesehatan meliputi promotif,
preventif, kuratif dan rehabilitatif dengan menggunakan proses keperawatan untuk
mencapai tingkat kesehatan yang optimal. Keperwatan adalah suatu bentuk pelayanan
professional sebagai bagian integral pelayanan kesehatan berbentuk pelayanan
biologi, psikologi, social dan spiritual secara komprehensif, ditujukan kepada
individu keluarga dan masyarakat baik sehat maupun sakit mencakup siklus hidup
manusia.
Asuhan keperawatan diberikan karena adanya kelemahan fisik maupun mental,
keterbatasan pengetahuan serta kurang kemauan menuju kepada kemampuan
melaksanakan kegiatan sehari-hari secara mandiri. Kegiatan ini dilakukan dalam
upaya peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit, penyembuhan, pemulihan serta
pemeliharaan kesehatan dengan penekanan pada upaya pelayanan kesehatan utama
(Primary Health care) untuk memungkinkan setiap orang mencapai kemampuan
hidup sehat dan produktif.

3.2 SARAN
Dalam penyusunan kurikulum pendidikan perawatan seyogyanya memasukkan
unsur caring dalam setiap mata kuliah. Penekanan pada humansitik, kepedulian dan
kepercayaan, komitmen membantu orang lain dan berbagai unsur caring yang lain
harus sudah dibangun sejak perawat dalam masa pendidikan. Selain itu perlu
dilakukan sosialisasi konsep caring pada perawat guna memberikan pemahaman yang
mendalam tentang apa yang harus dilakukan perawat agar bersikap caring dalam
setiap kontak dengan pasien. Indikator-indikator caring harus dikenal dan
diaplikasikan dalam perawatan serta dievaluasi secara terus menerus
DAFTAR PUSTAKA

 http://andaners.wordpress.com/2009/04/28/konsep-keperawatan-komunitas/
Watson, Jean. (2004). Theory of human Caring. Http: //www2.uchse.edu/son/caring
Meidiana Dwidiyanti. 2008. Keperawatan Dasar. Semarang. Hasani
 http://usfinit-engky.blogspot.com/2011/12/makalah-konsep-caring.html
  http://teguhyudi-teguhyudi.blogspot.com/2011/07/aplikasi-konsep-caring-dalam-
praktek.html
MAKALAH KONSEP DASAR KEPERAWATAN

CARING

Oleh :
Eben Rido pandango
2016610027

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS TRIBHUWANA TUNGGADEWI
MALANG
2020
KATA PENGANTAR

              Puji Syukur yang sedalam - dalamnya kami panjatkan kehadirat Allah Yang
Maha Kuasa karena hanya dengan rahmat dan petunjuk-Nya lah kami dapat
menyelesaikan penulisan makalah ini.
Menyadari akan keterbatasan kemampuan kami, maka dalam hal ini kami  mengharap
kritik dan saran membangun.

            Besar harapan kami semoga penulisan makalah ini dapat memenuhi syarat.
Mudah-mudahan hasil dari tugas makalah ini dapat menjadi referensi yang
bermanfaat bagi kita sekalian, Amin.
DAFTAR ISI

Kata
Pengantar.................................................................................................................... i
Daftar
Isi............................................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 .Latar
Belakang............................................................................................................. 1
1.2  Rumusan
Masalah........................................................................................................ 1
1.3 
Tujuan .............................................................................................................................
.. 1
BAB II PEMBAHASAN
2.1  Pengertian Caring Secara
Umum........................................................ ……………………2
2.2  Perbedaan Caring dan
Curing............................................................................................. 5
2.3 Perilaku Caring Yang Dapat Ditemui Dalam Tatanan
Keperawatan.. ………………..7
2.4 Pengertian Transcultural
Nursing................................................................................. 9
2.5 contoh-contoh aplikasi traskultural nursing pada beberapa
 masalah kesehatan............................................................................... ………………
….11
BAB III PENUTUP
3.1.
Kesimpulan......................................................................................... ………………18
3.2  Saran.................................................................................................... ……………
…18
DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 .Latar Belakang


Di era globalisasi ini,segala bidang kehidupan sedang mengalami perkembangan
bahkan kemajuan.Salah satunya adalah bidang pelayanan kesehatan.bidang pelayanan
kesehatan tidak hanya sarana dan prasarana yang mengalami kemajuan,tetapi juga
profesionalisme dari tenaga kesehatan.
Lingkungan kesehatan seperti rumah sakit,perawat akan berhadapan dengan klien
dan tenaga kesehatn lainnya.Oleh karena itu,Perawat harus terus meningkatkan
profesionalismenya,
 yaitu meningkatkan perilaku caring.Caring bukan semata-mata
perilaku. Caring adalah cara yang memiliki makna dan memotivasi
tindakan. Caring juga didefinisikan sebagai tindakan yang bertujuan memberikan
asuhan fisik dan memperhatikan emosi sambil meningkatkan rasa aman dan
keselamatan klien (Carruth et all, 1999).

1.2  Rumusan Masalah
1. Apakah Pengertian caring consept secara umum dalam keperawatan ?
2. Bagaimana perbedaan antara caring dan curing consept ?
3. Apasaja prilaku  caring yang dapat ditemui dalam tatanan pelayanan kesehatan?
4. Apa pengertian transkultural nursing ?
5. Apasaja contoh-contoh aplikasi traskultural nursing pada beberapa masalah         
kesehatan ?  

1.3  Tujuan
Makalah ini disusun dalam rangka menyelesaikan tugas mata kuliah Konsep Dasar
Keperawatan I, menambah wawasan tentang Konsep Caring di Sepanjang Rentang
Kehidupan, agar kami mahasiswa mengerti tentang bagaimana perilaku caring dalam
proses dan praktik keperawatan, dan sebagai salah satu sarana belajar mahasiswa

BAB II
PEMBAHASAN

2.1  Pengertian Caring Secara Umum


Secara bahasa, istilah caring diartikan sebagai tindakan
kepedulian. Caring secara umum dapat diartikan sebagai suatu kemampuan untuk
berdedikasi bagi orang lain, pengawasan dengan waspada, serta suatu perasaaan
empati pada orang lain dan perasaan cinta atau menyayangi.
Pengertian caring berbeda dengan care. Care adalah fenomena yang berhubungan
dengan orang berhubungan dengan bimbingan, bantuan, dukungan perilaku kepada
individu, keluarga, kelompok dengan adanya kejadian untuk memenuhi kebutuhan
aktual maupun potensial untuk meningkatkan kondisi dan kualitas kehidupan
manusia. Sedangkan caring adalah tindakan nyata dari care yang menunjukkan suatu
rasa kepedulian.
Terdapat beberapa pengertian caring menurut beberapa ahli, antara lain :
 Florence nightingale (1860) : caring adalah tindakan yang menunjukkan
pemanfaatan lingkungan pasien dalam membantu penyembuhan, memberikan
lingkungan bersih, ventilasi yang baik dan tenang kepada pasien.
 Delores gaut (1984) : caring tidak mempunyai pengertian yang tegas, tetapi ada tiga
makna dimana ketiganya tidak dapat dipisahkan, yaitu perhatian, bertanggung jawab,
dan ikhlas.
Crips dan Taylor (2001) : caring merupakan fenomena universal yang
mempengaruhi bagaimana seseorang berpikir, merasakan, dan berperilaku dalam
hubungannya dengan orang lain.
Rubenfild (1999) : caring yaitu memberikan asuhan, tanggunggung jawab, dan
ikhlas.
Crips dan Taylor (2001) : caring merupakan fenomena universal yang mempengaruhi
bagaimana seseorang berpikir, merasakan, dan berperilaku dalam hubungannya
dengan orang lain.
 Rubenfild (1999) : caring yaitu memberikan asuhan, dukungan emosional pada klien,
keluarga, dan kerabatnya secara verbal maupun nonverbal.
Jean watson (1985) : caring merupakan komitmen moral untuk melindungi,
mempertahankan, dan meningkatkan emosional pada klien, keluarga, dan kerabatnya
secara verbal maupun nonverbal.
Jean watson (1985) : caring merupakan komitmen moral untuk melindungi,
mempertahankan, dan meningkatkan martabat manusia.
Dari beberapa pengertian tersebut, dapat dipersingkat bahwa pengertian caring secara
umum adalah suatu tindakan moral atas dasar kemanusiaan, sebagai suatu cerminan
perhatian, perasaan empati dan kasih sayang kepada orang lain, dilakukan dengan
cara memberikan tindakan nyata kepedulian, dengan tujuan untuk meningkatkan
kualitas dan kondisi kehidupan orang tersebut. Caring merupakan inti dari
keperawatan.
Persepsi Klien Tentang Caring
Penelitian tentang persepsi klien penting karena pelayanan kesehatan merupakan
fokus terbesar dari tingkat kepuasan klien. Jika klien merasakan penyelenggaraan
pelayanan kesaehatan bersikap sensitif, simpatik, merasa kasihan, dan tertarik
terhadap mereka sebagai individu, mereka biasanya menjadi teman sekerja yang aktif
dalam merencanakan perawatan ( Attree, 2001 ). Klien dalam penelitian ini
menunjukkan bahwa mereka semakin puas saat perawat melakukan caring.
Biasanya klien dan perawat melakukan persepsi yang berbeda tentang caring
( Mayer, 1987; Wolf, Miller, dan Devine, 2003 ). Untuk alasan tersebut, fokuskan
pada membangun suatu hubungan yang membuat perawat mengetahui apa yang
penting bagi klien. Contoh, perawat mempunyai klien yang takut untuk dipasang
kateter intravena, perawat tersebut adalah perawat yang belum terampil dalam
memasukkan kateter intravena. Perawat tersebut memutuskan bahwa klien akan lebih
diuntungkan jika dibantu oleh perawat yang sudah terampil daripada memberikan
penjelasan prosedur untuk mengurangi kecemasan. Dengan mengetahui siapa klien,
dapat membantu perawat dalam memilih pendekatan yang paling sesuai dengan
kebutuhan klien.

Etika Pelayanan
Watson ( 1988 ) menyarankan agar caring sebagai suatu sikap moral yang ideal,
memberikan sikap pendirian terhadap pihak yang melakukan intervensi seperti
perawat. Sikap pendirian ini perlu untuk menjamin bahwa perawat bekerja sesuai
standar etika untuk tujuan dan motivasi yang baik. Kata etika merujuk pada kebiasaan
yang benar dan yang salah. Dalam setiap pertemuan dengan klien, perawat harus
mengetahui kebiasaan apa yang sesuai secara etika. Etika keperawatan bersikap unik,
sehingga perawat tidak boleh membuat keputusan hanya berdasarkan prinsip
intelektual atau analisis.
Etika keperawatan berfokus pada hubungan antara individu dengan karakter dan
sikap perawat terhadap orang lain. Etika keperawatan menempatkan perawat sebagai
penolong klien, memecahkan dilema etis dengan cara menghadirkan hubungan dan
memberikan prioritas kepada klien dengan kepribadian khusus.

Nurse Caring Behavior
1. Persepsi klien wanita ( Riemen, 1986 )
v  Berespon terhadap keunikan klien
v  Memahami dan mendukung perhatian klien
v  Hadir secara fisik
v  Memiliki sikap dan menunjukkan prilaku yang membuat klien merasa dihargai
sebagai  manusia
v  Kembali ke klien dengan sukarela tanpa diminta
v  Menunjukkan perhatian yang memberi kenyamanan dan merelaksasi klien
v  Bersuara halus dan lembut
v  Memberi perasaan nyaman
2. Persepsi klien pria ( Riemen, 1986 )
v  Hadir secara fisik sehingga klien merasa dihargai
v  Kembali ke klien dengan sukarela tanpa diminta
v  Membuat klien merasa nyaman, relaks, dan aman
v  Hadir untuk memberi kenyamanan dan memenuhi kebutuhan klien sebelum
diminta
v  Menggunakan suara dan sikap yang baik, halus, lembut dan menyenangkan
3. Persepsi klien kanker dan keluarga ( Mayer, 1986 )
v  Mengetahui bagaimana memberikan injeksi dan mengelola peralatan
v  Bersikap ceria
v  Mendorong klien untuk menghubungi perawat bila klien mempunyai masalah
v  Mengutamakan atau mendahulukan kepentingan klien
v  Mengantisipasi pengalaman pertama adalah yang terberat

4. Persepsi klien dewasa yang dirawat ( Brown, 1986 )


v  Kehadirannya menentramkan hati
v  Memberikan informasi
v  Mendemonstrasikan pengetahuan dan keterampilan profesional
v  Mampu menangani nyeri atau rasa sakit
v  Memberi waktu yang lebih banyak dari yang dibutuhkan
v  Mempromosikan otonomi
v  Mengenali kualitas dan kebutuhan individual
v  Selalu mengawasi klien

5. Persepsi dari keluarga


v  Jujur
v  Memberikan penjelasan dengan jelas
v  Selalu menginformasikan keluarga
v  Mencoba untuk membuat klien nyaman
v  Menunjukkan minat dalam menjawab pertanyaan
v  Memberikan perawatan emergensi bila perlu
v  Menjawab pertanyaan anggota keluarga secara jujur, terbuka dan ikhlas
v  Mengijinkan klien melakukan sesuatu untuk dirinya sebisa mungkin
v  Mengajarkan keluarga cara memelihara kondisi fisik yang lebih nyaman

2.2  Perbedaan Caring dan Curing


Keperawatan sebagai suatu profesi dan berdasarkan pengakuan masyarakat adalah
ilmu kesehatan tentang asuhan atau pelayanan keperawatan atau The Health Science
of Caring (Lindberg,1990:40). Secara bahasa, caring dapat diartikan sebagai tindakan
kepedulian dan curing dapat diartikan sebagai tindakan pengobatan. Namun, secara
istilah caring dapat diartikan memberikan bantuan kepada individu atau sebagai
advokasi pada individu yang tidak mampu memenuhi kebutuhan dasarnya.
Sedangkan curing adalah upaya kesehatan dari kegiatan dokter dalam prakteknya
untuk mengobati klien. Dalam penerapannya, konsep caring dan curing mempunyai
beberapa perbedaan, diantaranya:
1. Caring merupakan tugas primer perawat dan curing adalah tugas sekunder.
Maksudnya seorang perawat lebih melakukan tindakan kepedulian terhadap klien
daripada memberikan tindakan medis. Oleh karena itu, caring lebih identik dengan
perawat.
2. Curing merupakan tugas primer seorang dokter dan caring adalah tugas
sekunder. Maksudnya seorang dokter lebih melibatkan tindakan medis tanpa
melakukan tindakan caring yang berarti. Oleh karena itu, curing lebih identik dengan
dokter.
3. Dalam pelayanan kesehatan klien yang dilakukan perawat, ¾ nya
adalah caring dan ¼ nya adalahcuring.
4. Caring bersifat lebih “Healthogenic” daripada curing.
Maksudnya caring lebih menekankan pada peningkatan kesehatan daripada
pengobatan. Di dalam praktiknya, caring mengintegrasikan pengetahuan biofisik dan
pengetahuan perilaku manusia untuk meningkatkan derajat kesehatan dan untuk
menyediakan pelayanan bagi mereka yang sakit.
5. Tujuan caring adalah membantu pelaksanaan rencana pengobatan/terapi dan
membantu klien beradaptasi dengan masalah kesehatan, mandiri memenuhi
kebutuhan dasarnya, mencegah penyakit, meningkatkan kesehatan dan meningkatkan
fungsi tubuh sedangkan tujuan curing adalah menentukan dan menyingkirkan
penyebab penyakit atau mengubah problem penyakit dan penanganannya.
6. Diagnosa dalam konsep curing dilakukan dengan mengungkapkan penyakit
yang diderita sedangkan diagnosa dalam konsep caring dilakukan dengan identifikasi
masalah dan penyebab berdasarkan kebutuhan dan respon klien.
2.3 Perilaku Caring Yang Dapat Ditemui Dalam Tatanan Keperawatan

Caring bukanlah sesuatu yang dapat diajarkan, tetapi merupakan hasil dari


kebudayaan, nilai-nilai, pengalaman, dan dari hubungan dengan orang lain. Sikap
keperawatan yang berhubungan dengancaring adalah kehadiran, sentuhan kasih
sayang, mendengarkan, memahami klien, caring dalam spiritual, dan perawatan
keluarga.
1. Kehadiran
Kehadiran adalah suatu pertemuan antara seseorang dengan seseorang lainnya yang
merupakan sarana untuk mendekatkan diri dan menyampaikan manfaat caring.
Menurut Fredriksson (1999), kehadiran berarti “ada di” dan “ada dengan”. “Ada di”
berarti kehadiran tidak hanya dalam bentuk fisik, melainkan juga komunikasi dan
pengertian. Sedangkan “ada dengan” berarti perawata selalu bersedia dan ada untuk
klien (Pederson, 1993). Kehadiran seorang perawat membantu menenangkan rasa
cemas dan takut klien karena situasi tertekan.

2. Sentuhan
Sentuhan merupakan salah satu pendekatan yang menenangkan dimana perawat dapat
mendekatkan diri dengan klien untuk memberikan perhatian dan dukungan. Ada dua
jenis sentuhan, yaitu sentuhan kontak dan sentuhan non-kontak. Sentuhan kontak
merupakan sentuhan langsung kullit dengan kulit. Sedangkan sentuhan non-kontak
merupakan kontak mata. Kedua jenis sentuhan ini digambarkn dalam tiga kategori :
a) Sentuhan Berorientasi-tugas
Saat melaksanakan tugas dan prosedur, perawat menggunakan sentuhan ini.
Perlakuan yang ramah dan cekatan ketika melaksanakan prosedur akan memberikan
rasa aman kepada klien. Prosedur dilakukan secara hati-hati dan atas pertimbangan
kebutuhan klien.
b) Sentuhan Pelayanan (Caring)
Yang termasuk dalam sentuhan caring adalah memegang tangan klien, memijat
punggung klien, menempatkan klien dengan hati-hati, atau terlibat dalam
pembicaraan (komunikasi non-verbal). Sentuhan ini dapat mempengaruhi keamanan
dan kenyamanan klien, meningkatkan harga diri, dan memperbaiki orientasi tentang
kanyataan (Boyek dan Watson, 1994).
c) Sentuhan Perlindungan
Sentuhan ini merupakan suatu bentuk sentuhan yang digunakan untuk melindungi
perawat dan/atau klien (fredriksson, 1999). Contoh dari sentuhan perlindungan adalah
mencegah terjadinya kecelakaan dengan cara menjaga dan mengingatkan klien agar
tidak terjatuh.
Sentuhan dapat menimbulkan berbagai pesan, oleh karena itu harus digunakan secara
bijaksana.

3. Mendengarkan
Untuk lebih mengerti dan memahami kebutuhan klien, mendengarkan merupakan
kunci, sebab hal ini menunjukkan perhatian penuh dan ketertarikan perawat.
Mendengarkan membantu perawat dalam memahami dan mengerti maksud klien dan
membantu menolong klien mencari cara untuk mendapatkan kedamaian.
4. Memahami klien
Salah satu proses caring menurut Swanson (1991) adalah memahami klien.
Memahami klien sebagai inti suatu proses digunakan perawat dalam membuat
keputusan klinis. Memahami klien merupakan pemahaman perawat terhadap klien
sebagai acuan melakukan intervensi berikutnya (Radwin,1995). Pemahaman klien
merupakan gerbang penentu pelayanan sehingga, antara klien dan perawat terjalin
suatu hubungan yang baik dan saling memahami.

5. Caring Dalam Spiritual


Kepercayaan dan harapan individu mempunyai pengaruh terhadap kesehatan fisik
seseorang. Spiritual menawarkan rasa keterikatan yang baik, baik melalui hubungan
intrapersonal atau hubungan dengan dirinya sendiri, interpersonal atau hubungan
dengan orang lain dan lingkungan, serta transpersonal atau hubungan dengan Tuhan
atau kekuatan tertinggi.
Hubungan caring terjalin dengan baik apabila antara perawat dan klien
dapat memahami satu sama lain sehingga keduanya bisa menjalin hubungan yang
baik dengan melakukan hal seperti, mengerahkan harapan bagi klien dan
perawat; mendapatkan pengertian tentang gejala, penyakit, atau perasaan yang
diterima klien; membantu klien dalam menggunakan sumber daya sosial, emosional,
atau spiritual; memahami bahwa hubungan caring menghubungkan manusia dengan
manusia, roh dengan roh.

6. Perawatan Keluarga
Keluarga merupakan sumber daya penting. Keberhasilan intervensi keperawatan
sering bergantung pada keinginan keluarga untuk berbagi informasi dengan perawat
untuk menyampaikan terapi yang dianjurkan. Menjamin kesehatan klien dan
membantu keluarga untuk aktif dalam proses penyembuhan klien merupakan tugas
penting anggota keluarga. Menunjukkan perawatan keluarga dan perhatian pada klien
membuat suatu keterbukaan yang kemudian dapat membentuk hubungan yang baik
dengan anggota keluarga klien.

2.4 Pengertian Transcultural Nursing
Transcultural Nursing adalah suatu keilmuwan budaya pada proses belajar dan
praktek keperawatan yang fokus memandang perbedaan dan kesamaan diantara
budaya dengan menghargai asuhan, sehat dan sakit didasarkan pada nilai budaya
manusia, kepercayaan dan tindakan, dan ilmu ini digunakan untuk memberikan
asuhan keperawatan khususnya budaya atau keutuhan budaya kepada manusia
(Leininger, 2002).
Konsep Transcultural Nursing
Keperawatan transkultural adalah ilmu dan kiat yang humanis yang difokuskan pada
prilaku individu atau kelompok, serta proses untuk mempertahankan atau
meningkatkan perilaku sehat dan perilaku sakit secara fisik dan psikokultural sesuai
latar belakang budaya. (Leininger, 2002).
Konsep Utama Transcultural Nursing:
Care : perawat memberikan bimbingan dukungan kepada klien à untuk meningkatkan
kondisi klien
Caring : tindakan  mendukung, berbentuk aksi atau tindakan  
Culture : perawat mempelajari, saling share/berbagi pemahaman tentang kepercayaan
dan budaya klien
Cultural care : kemampuan kognitif untuk mengetahui nilai, norma/ kepercayaan
Nilai kultur : keputusan/kelayakan  untuk bertindak
Perbedaan kultur : berupa variasi-variasi pola nilai yang ada di masyarakat mengenai
keperawatan
Cultural care university : hal-hal umum dalam sistem nilai, norma dan budaya
Etnosentris : keyakinan ide, nilai, norma, kepercayaan lebih tinggi dari yang lain
Cultural Imposion : kecenderungan tenaga kesehatan memaksakan kepercayaan
kepada klien
Peran dan Fungsi Transkultural
Budaya mempunyai pengaruh luas terhadap kehidupan individu . Oleh sebab itu ,
penting bagi perawat mengenal latar belakang budaya orang yang dirawat ( Pasien ) .
Misalnya kebiasaan hidup sehari – hari , seperti tidur , makan , kebersihan diri ,
pekerjaan , pergaulan social , praktik kesehatan , pendidikan anak  ekspresi perasaan ,
hubungan kekeluargaaan , peranan masing – masing orang menurut umur . Kultur
juga terbagi dalam sub – kultur .
Subkultur adalah kelompok pada suatu kultur yang tidak seluruhnya mengaanut
pandangan keompok kultur yang lebih besar atau memberi makna yang berbeda .
Kebiasaan hidup juga saling berkaitan dengan kebiasaan cultural.
Nilai – nilai budaya Timur , menyebabkan sulitnya wanita yang hamil mendapat
pelayanan dari dokter pria . Dalam beberapa setting , lebih mudah menerima
pelayanan kesehatan pre-natal dari dokter wanita dan bidan . Hal ini menunjukkan
bahwa budaya Timur masih kental dengan hal – hal yang dianggap tabu.
Dalam tahun – tahun terakhir ini , makin ditekankan pentingknya pengaruh kultur
terhadap pelayanan perawatan . Perawatan Transkultural merupakan bidang yang
relative baru ; ia berfokus pada studi perbandingan nilai – nilai dan praktik budaya
tentang kesehatan dan hubungannya dengan perawatannya . Leininger ( 1991 )
mengatakan bahwa transcultural nursing merupakan suatu area kajian ilmiah yang
berkaitan dengan perbedaan maupun kesamaan nilai – nilai budaya ( nilai budaya
yang berbeda ras , yang mempengaruhi pada seseorang perawat saat melakukan
asuhan keperawatan kepada pasien. Perawatan transkultural adalah berkaitan dengan
praktik budaya yang ditujukan untuk pemujaan dan pengobatan rakyat (tradisional) .
Caring practices adalah kegiatan perlindungan dan bantuan yang berkaitan dengan
kesehatan.
Menurut Dr. Madelini Leininger , studi praktik pelayanan kesehatan transkultural
adalah berfungsi untuk meningkatkan pemahaman atas tingkah laku manusia dalam
kaitan dengan kesehatannya . Dengan mengidentifikasi praktik kesehatan dalam
berbagai budaya ( kultur ) , baik di masa lampau maupun zaman sekarang akan
terkumpul persamaan – persamaan . Lininger berpendapat , kombinasi pengetahuan
tentang pola praktik transkultural dengan kemajuan teknologi dapat menyebabkan
makin sempurnanya pelayanan perawatan dan kesehatan orang banyak dan berbagai
kultur.

2.5 contoh-contoh aplikasi traskultural nursing pada beberapa masalah         


kesehatan
     1. Aplikasi transkultural pada masalah penyakit kronik
Penyakit kronik adalah penyakit yang timbul bukan secara tiba-tiba, melainkan
akumulasi dari sesuatu penyakit hingga akhirnya menyebabkan penyakit itu sendiri.
(Kalbe medical portal) Penyakit kronik ditandai banyak penyebab. Contoh penyakit
kronis adalah diabetes, penyakit jantung, asma, hipertensi dan masih banyak lainnya.
Ada hubungan antara penyakit kronis dengan depresi. Depresi adalah kondisi kronis
yang mempengaruhi pikiran seseorang, perasaan dan perilaku sehingga sulit untuk
mengatasi peristiwa kehidupan sehari-hari.  (Andres Otero-Forero, Queensland Transcultural Mental Health
Centre).

Seseorang yang menderita depresi memiliki kemungkinan lebih tinggi menderita


penyakit kronis seperti diabetes, penyakit jantung atau asma. Penyebab depresi itu
sendiri kompleks, terkait dengan lingkungan interaksi seseorang maupun
kepribadiaannya sendiri. Beberapa faktor penyebab umum adalah:
• Faktor herediter • Trauma 
• Isolasi atau kesepian • Pengangguran
•  konflik Keluarga • Kesulitan penyelesaian
• Stres • Nyeri
Berbagai jenis depresi memerlukan cara yang berbeda dalam jenis
pengobatannya. Untuk depresi ringan, dapat dianjurkan untuk melakukan kegiatan-
kegiatan tertentu. Dalam kasus depresi parah, dianjurkan untuk mengkonsumsi obat
dan psikoterapi. Salah satu pendekatan yang muncul menjadi lebih umum untuk
segala bentuk depresi adalah manajemen diri. Manajemen diri mengacu pada strategi
orang menggunakan untuk berurusan dengan kondisi mereka. Dimana seseorang
melibatkan tindakan, sikap atau tujuan dalam mengambil atau membuat keputusan
untuk mempertahankan dan meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan.
      Pengobatan terhadap penyakit kronik yang telah dilakukan di masyarakat saat ini
amat beragam. Tidak dapat dipungkiri bahwa sistem pengobatan tradisional juga
merupakan sub unsur kebudayaan masyarakat sederhana yang telah dijadikan sebagai
salah satu cara pengobatan. Pengobatan inilah yang juga menjadi aplikasi dari
transkultural dalam mengobati suatu penyakit kronik. Pengobatan tradisional ini
dilakukan berdasarkan budaya yang telah diwariskan turun-temurun. Beberapa
contohnya adalah sebagai berikut:
1.            Masyarakat negeri Pangean lebih memilih menggunakan ramuan dukun untuk
menyembuhkan penyakit TBC, yaitu daun waru yang diremas dan airnya dimasak
sebanyak setengah gelas.
2.            Masyarakat di Papua percaya bahwa penyakit malaria dapat disembuhkan dengan
cara minta ampun kepada penguasa hutan lalu memetik daun untuk dibuat ramuan
untuk diminum dan dioleskan ke seluruh tubuh.
3.      Masyarakat Jawa memakan pisang emas bersamaan dengan kutu kepala (Jawa: tuma)
tiga kali sehari untuk pengobatan penyakit kuning.
      Pengobatan tradisional yang sering dipakai berupa pemanfaatan bahan-bahan
herbal. Herba sambiloto menjadi sebuah contoh yang khasiatnya dipercaya oleh
masyarakat dapat mengobati penyakit-penyakit kronik, seperti hepatitis, radang paru
(pneumonia), radang saluran nafas (bronchitis), radang ginjal (pielonefritis), radang
telinga tengah (OMA), radang usus buntu, kencing nanah (gonore), kencing manis
(diabetes melitus). Daun lidah budaya dan tanaman pare juga dijadikan sebagai
pengobatan herbal. Tumbuhan tersebut berkhasiat menyebuhkan diabetes melitus.
      Tidak hanya di Indonesia, di luar negeri pun masih ada negara yang meyakini
bahwa pengobatan medis bukan satu-satunya cara mengobati penyakit kronik.
Misalnya, di Afrika, penduduk Afrika masih memiliki keyakinan tradisional tentang
kesehatan dan penyakit. Mereka menganggap bahwa obat-obatan tradisional sudah
cukup untuk mengganti produk yag akan dibeli, bahkan mereka menggunakan dukun
sebagai penyembuh tradisional. Hal seperti ini juga terjadi di Amerika, Eropa, dan
Asia.
           

2.      Aplikasi transkultural pada gangguan nyeri

Nyeri adalah pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan


akibat dari kerusakan jaringan yang actual atau potensial. Nyeri adalah alasan utama
seseorang untuk mencari bantuan perawatan kesehatan. Selanjutnya, definisi nyeri
menurut keperawatan adalah apapun yang menyakitkan tubuh yang dikatakan
individu yang mengalaminya, yang ada kapanpun individu mengatakannya. Peraturan
utama dalam merawat pasien nyeri adalah bahwa semua nyeri adalah nyata, meskipun
penyebabnya belum diketahui. Keberadaan nyeri adalah berdasarkan hanya pada
laporan pasien bahwa nyeri itu ada.
Aplikasi transkultural pada gangguan nyeri baik yang dilakukan oleh pasien
berdasarkan apa yang dipercaya olehnya atau yang dilakukan oleh perawat setelah
melakukan pengkajian tentang latar belakang budaya pasien adalah sebagai berikut:
a.    Dengan membatasi gerak dan istirahat. Seorang pasien yang mengalami nyeri
diharuskan untuk tidak banyak bergerak karena jika banyak bergerak dapat
memperparah dan menyebabkan nyeri berlangsung lama. Menurut pandangan umat
Islam, seseorang yang menderita nyeri untuk mengurangi tau meredakannya dengan
posisi istirahat atau tidur yang benar yaitu badan lurus dan dimiringkan ke sebelah
kanan. Hal ini menurut sunah rasul. Dengan posisi tersebut diharapkan dapat
meredakan nyeri karena peredaran darah yang lancer akibat jantung yang tidak
tertindih badan sehingga dapat bekerja maksimal.
b.      Mengkonsumsi obat-obatan tradisional. Beberapa orang mempercayai bahwa ada
beberapa obat tradisional yang dapat meredakan nyeri bahkan lebih manjur dari obat
yang diberikan oleh dokter. Misalnya, obat urut dan tulang ‘Dapol Siburuk’ dari
burung siburuk yang digunakan oleh masyarakat Batak.
c.       Dengan dipijat atau semacamnya. Kebanyakan orang mempercayai dengan dipijat
atau semacamnya dapat meredakan nyeri dengan waktu yang singkat. Namun, harus
diperhatikan bahwa apabila salah memijat akan menyebabkan bertambah nyeri atau
hal-hal lain yang merugikan penderita. Dalam budaya Jawa ada yang disebut dukun
pijat yang sering didatangi orang banyak apabila mengalami keluhan nyeri misalnya
kaki terkilir.
Dalam menerapkan transkultural pada gangguan nyeri harus tetap
mempertahankan baik buruknya bagi si pasien. Semua aplikasi transkultural
sebaiknya dikonsultasikan kepada pihak medis agar tidak menimbulkan hal yang
tidak diinginkan.
3.  Aplikasi transkultural pada gangguan kesehatan mental
Berbagai tingkahlaku luar biasa yang dianggap oleh psikiater barat sebagai
penyakit jiwa ditemukan secara luas pada berbagai masyarakat non-barat. Adanya
variasi yang luas dari kelompok sindroma dan nama-nama untuk menyebutkannya
dalam berbagai masyarakat dunia, Barat maupun non-Barat, telah mendorong para
ilmuwan mengenai tingkahlaku untuk menyatakan bahwa penyakit jiwa adalah suatu
‘mitos’, suatu fenomena sosiologis, suatu hasil dari angota-anggota masyarakat yang
‘beres’ yang merasa bahwa mereka membutuhkan sarana untuk menjelaskan,
memberi sanksi dan mengendalikan tingkahlaku sesama mereka yang menyimpang
atau yang berbahaya, tingkahlaku yang kadang-kadang hanya berbeda dengan
tingkahlaku mereka sendiri. Penyakit jiwa tidak hanya merupakan ‘mitos’, juga
bukan semata-semata suatu masalah sosial belaka. Memang benar-benar ada
gangguan dalam pikiran, erasaan dan tingkahlaku yang membutuhkan pengaturan
pengobatan.(Edgerton 1969 : 70). Nampaknya, sejumlah besar penyakit jiwa non-barat lebih
dijelaskan secara personalistik daripada naturalistik.
Sebagaimana halnya dengan generalisasi, selalu ada hal-hal yang tidak dapat
dimasukkan secara tepat ke dalam skema besar tersebut. Kepercayaan yang tersebar
luas bahwa pengalaman-pengalaman emosional yang kuat seperti iri, takut, sedih,
malu, dapat mengakibatkan penyakit, tidaklah tepat untuk diletakkan di dalam salah
satu dari dua kategori besar tersebut. Mungkin dapat dikatakan bahwa tergantung
situasi dan kondisi, kepercayaan-kepercayaan tersebut boleh dikatakan cocok untuk
dikelompokkan ke dalam salah satu kategori. Misalnya, susto, penyakit yang
disebabkan oleh ketakutan, tersebar luas di Amerika Latin dan merupakan angan-
angan. Seseorang mungkin menjadi takut karena bertemu dengan hantu, roh, setan,
atau karena hal-hal yang sepele, seperti jatuh di air sehingga takut akan mati
tenggelam. Apabila agen-nya berniat jahat, etiologinya sudah tentu bersifat
personalistik. Namun, kejadian-kejadian tersebut sering merupakan suatu kebetulan
atau kecelakaan belaka bukan karena tindakan yang disengaja. Dalam ketakutan akan
kematian karena tenggelam, tidak terdapat agen-agen apa pun.
Kepercayaan-kepercayaan yang sudah dijelaskan di atas menimbulkan
pemikiran-pemikiran untuk melakukan berbagai pengobatan jika sudah terkena agen.
Kebanyakan pengobatan yang dilakukan yaitu mendatangi dukun-dukun atau tabib-
tabib yang sudah dipercaya penuh. Terlebih lagi untuk pengobatan gangguan mental,
hampir seluruh masyarakat desa mendatangi dukun-dukun karena mereka percaya
bahwa masalah gangguan jiwa/mental disebabkan oleh gangguan ruh jahat. Dukun-
dukun biasanya melakukan pengobatan dengan cara mengambil dedaunan yang
dianggap sakral, lalu menyapukannya ke seluruh tubuh pasien. Ada juga yang
melakukan pengobatan dengan cara menyuruh pihak keluarga pasien untuk membawa
sesajen seperti, berbagai macam bunga atau binatang ternak.
Para ahli antropologi menaruh perhatian pada ciri-ciri psikologis shaman.
Shaman adalah seorang yang tidak stabil dan sering mengalami delusi, dan mungkin
ia adalah seorang wadam atau homoseksual.namun apabila ketidakstabilan jiwanya
secara budaya diarahkan pada bentuk-bentuk konstruktif, maka individu tersebut
dibedakan dari orang-orang lain yang mungkin menunjukkan tingkahlaku serupa,
namun digolongkan sebagai abnormal oleh para warga masyarakatnya dan
merupakan subyek dari upacara-upacara penyembuhan. Dalam pengobatan, shaman
biasanya berada dalam keadaan kesurupan (tidak sadar), dimana mereka berhubungan
dengan roh pembinanya untuk mendiagnosis penyakit. para penganut paham
kebudayaan relativisme yang ekstrim menggunakan contoh shamanisme sebagai
hambatan utama dalam arguentasi mereka bahwa apa yang disebut penyakit jiwa
adalah sesuatu yang bersifat kebudayaan.
Dalam banyak masyarakat non-Barat, orang yang menunjukkan tingkahlaku
abnormal tetapi tidak bersifat galak maka sering diberi kebebasan gerak dalam
masyarakat mereka, kebutuhan mereka dipenuhi oleh anggota keluarga mereka.
Namun, jika mereka mengganggu, mereka akan dibawa ke sutu temapt di semak-
semak untuk ikuci di kamrnya. Sebuah pintu khusus (2 x 2 kaki) dibuat dalam rumah,
cukup untuk meyodorkan makanan saja bagi mereka dan sebuah pintu keluar untuk
keluar masuk komunitinya.
Usaha-usaha untuk membandingkan tipe-tipe gangguan jiwa secara lintas-budaya
umumnya tidak berhasil, sebagian disebabkan oleh kesulitan-kesulitan pada tahapan
penelitian untuk membongkar apa yang diperkirakan sebagai gejala primer dari gejala
sekunder. Misalnya, gejala-gejala primer yaitu yang menjadi dasar bagi depresi.
Muncul lebih dulu dan merupakan inti dari gangguan. Gejala-gejala sekunder dilihat
sebagai reaksi individu terhadap penyakitya ; gejala-gejala tersebut berkembang
karena ia berusaha untuk menyesuaikan diri dengan tingkahlakunya yang
berubah (Murphy, Wittkower, dan Chance 1970 : 476).

4. Kasus Transkultural terhadap Diabetes


1. Tinjauan Kasus
Nilai Gula Darah Normal
Kebanyakan manusia bervariasi sekitar 82-110 mg/dl pada keadaan sebelum makan.
Setelah makan akan naik sekitar 140 mg/dl. The American Diabetes Association
merekomendasikan kadar glukosa pasca-makan <180 mg/dl dan pra-makan pada
kadar 90-130 mg/ dl. Pada laki-laki dewasa sehat denagn berat 75 kg dan volume 5
liter darah, glukosa levelnya 110 mg/dl.
Pada penderita diabetes, kadar glukosa saat puasa >126 mg/ dl dan saat normal >200
mg/ dl.
a.   Masalah yang ditemukan pada kasus tersebut, diantaranya :
v  Laki-laki usia 50 tahun,
v  Pingsan saat rapat di kantornya,
v  Kadar gula darahnya mencapai 450mg/dl,
v  Dua tahun didiagnosis menderita Diabetes Mellitus tipe II,
v  Kegemukan, dan
v  Kesulitan mengatur makanannya karena kebiasaan budaya Jawanya makan makanan
yang manis.

b.Analisis kasus
Ditinjau dari keadaan fisik :
-          Kegemukan
-          Kadar gula darah di atas normal
Ditinjau dari pola hidup :
-          Kurang aktivitas fisik
-          Banyak mengkonsumsi makanan mengandung gula
c.   Peran perawat
o   Memberi interferensi berupa konsultasi, penyuluhan komunitas dan pasien,bantuan
dalam menjaga pola makan dan melakukan implementasi independent dari dokter
berupa pemberian obat dan aturan pemakaian.
o   Memberikan pelayanan kesehatan selama medikasi di rumah sakit dan menjaga
kondisi kesehatan pasien agar tidak menurun bahkan meningkatkan kondisi
kesehatannya.

d.   Peran dari segi transkultural


o   Memberi pendidikan kesehatan komunitas menyangkut deskripsi DM, diet dan
bahayanya
o   Mengkaji jenis makanan yang biasa dikonsumsi komunitas tersebut
o   Menghimbau pola makan yang sesuai untuk diet DM dan juga dapat diterima pada
budaya pasien→dapat berupa mengganti gula yang ditolerir oleh penderita DM atau
mengurangi konsumsi gula yang biasa digunakan.
BAB III
PENUTUP

3.1.     KESIMPULAN
Pelayanan esensial yang diberikan oleh perawat terhadap individu, keluarga ,
kelompok dan masyarakat yang mempunyai masalah kesehatan meliputi promotif,
preventif, kuratif dan rehabilitatif dengan menggunakan proses keperawatan untuk
mencapai tingkat kesehatan yang optimal. Keperwatan adalah suatu bentuk pelayanan
professional sebagai bagian integral pelayanan kesehatan berbentuk pelayanan
biologi, psikologi, social dan spiritual secara komprehensif, ditujukan kepada
individu keluarga dan masyarakat baik sehat maupun sakit mencakup siklus hidup
manusia.
Asuhan keperawatan diberikan karena adanya kelemahan fisik maupun mental,
keterbatasan pengetahuan serta kurang kemauan menuju kepada kemampuan
melaksanakan kegiatan sehari-hari secara mandiri. Kegiatan ini dilakukan dalam
upaya peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit, penyembuhan, pemulihan serta
pemeliharaan kesehatan dengan penekanan pada upaya pelayanan kesehatan utama
(Primary Health care) untuk memungkinkan setiap orang mencapai kemampuan
hidup sehat dan produktif.

3.2 SARAN
Dalam penyusunan kurikulum pendidikan perawatan seyogyanya memasukkan
unsur caring dalam setiap mata kuliah. Penekanan pada humansitik, kepedulian dan
kepercayaan, komitmen membantu orang lain dan berbagai unsur caring yang lain
harus sudah dibangun sejak perawat dalam masa pendidikan. Selain itu perlu
dilakukan sosialisasi konsep caring pada perawat guna memberikan pemahaman yang
mendalam tentang apa yang harus dilakukan perawat agar bersikap caring dalam
setiap kontak dengan pasien. Indikator-indikator caring harus dikenal dan
diaplikasikan dalam perawatan serta dievaluasi secara terus menerus
DAFTAR PUSTAKA

 http://andaners.wordpress.com/2009/04/28/konsep-keperawatan-komunitas/
Watson, Jean. (2004). Theory of human Caring. Http: //www2.uchse.edu/son/caring
Meidiana Dwidiyanti. 2008. Keperawatan Dasar. Semarang. Hasani
 http://usfinit-engky.blogspot.com/2011/12/makalah-konsep-caring.html
  http://teguhyudi-teguhyudi.blogspot.com/2011/07/aplikasi-konsep-caring-dalam-
praktek.html
MAKALAH KONSEP DASAR KEPERAWATAN

CARING

Oleh :
Eben Rido pandango
2016610027

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS TRIBHUWANA TUNGGADEWI
MALANG
2020
KATA PENGANTAR

              Puji Syukur yang sedalam - dalamnya kami panjatkan kehadirat Allah Yang
Maha Kuasa karena hanya dengan rahmat dan petunjuk-Nya lah kami dapat
menyelesaikan penulisan makalah ini.
Menyadari akan keterbatasan kemampuan kami, maka dalam hal ini kami  mengharap
kritik dan saran membangun.

            Besar harapan kami semoga penulisan makalah ini dapat memenuhi syarat.
Mudah-mudahan hasil dari tugas makalah ini dapat menjadi referensi yang
bermanfaat bagi kita sekalian, Amin.
DAFTAR ISI

Kata
Pengantar.................................................................................................................... i
Daftar
Isi............................................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 .Latar
Belakang............................................................................................................. 1
1.2  Rumusan
Masalah........................................................................................................ 1
1.3 
Tujuan .............................................................................................................................
.. 1
BAB II PEMBAHASAN
2.1  Pengertian Caring Secara
Umum........................................................ ……………………2
2.2  Perbedaan Caring dan
Curing............................................................................................. 5
2.3 Perilaku Caring Yang Dapat Ditemui Dalam Tatanan
Keperawatan.. ………………..7
2.4 Pengertian Transcultural
Nursing................................................................................. 9
2.5 contoh-contoh aplikasi traskultural nursing pada beberapa
 masalah kesehatan............................................................................... ………………
….11
BAB III PENUTUP
3.1.
Kesimpulan......................................................................................... ………………18
3.2  Saran.................................................................................................... ……………
…18
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 .Latar Belakang


Di era globalisasi ini,segala bidang kehidupan sedang mengalami perkembangan
bahkan kemajuan.Salah satunya adalah bidang pelayanan kesehatan.bidang pelayanan
kesehatan tidak hanya sarana dan prasarana yang mengalami kemajuan,tetapi juga
profesionalisme dari tenaga kesehatan.
Lingkungan kesehatan seperti rumah sakit,perawat akan berhadapan dengan klien
dan tenaga kesehatn lainnya.Oleh karena itu,Perawat harus terus meningkatkan
profesionalismenya,
 yaitu meningkatkan perilaku caring.Caring bukan semata-mata
perilaku. Caring adalah cara yang memiliki makna dan memotivasi
tindakan. Caring juga didefinisikan sebagai tindakan yang bertujuan memberikan
asuhan fisik dan memperhatikan emosi sambil meningkatkan rasa aman dan
keselamatan klien (Carruth et all, 1999).

1.2  Rumusan Masalah
1. Apakah Pengertian caring consept secara umum dalam keperawatan ?
2. Bagaimana perbedaan antara caring dan curing consept ?
3. Apasaja prilaku  caring yang dapat ditemui dalam tatanan pelayanan kesehatan?
4. Apa pengertian transkultural nursing ?
5. Apasaja contoh-contoh aplikasi traskultural nursing pada beberapa masalah         
kesehatan ?  

1.3  Tujuan
Makalah ini disusun dalam rangka menyelesaikan tugas mata kuliah Konsep Dasar
Keperawatan I, menambah wawasan tentang Konsep Caring di Sepanjang Rentang
Kehidupan, agar kami mahasiswa mengerti tentang bagaimana perilaku caring dalam
proses dan praktik keperawatan, dan sebagai salah satu sarana belajar mahasiswa

BAB II
PEMBAHASAN

2.1  Pengertian Caring Secara Umum


Secara bahasa, istilah caring diartikan sebagai tindakan
kepedulian. Caring secara umum dapat diartikan sebagai suatu kemampuan untuk
berdedikasi bagi orang lain, pengawasan dengan waspada, serta suatu perasaaan
empati pada orang lain dan perasaan cinta atau menyayangi.
Pengertian caring berbeda dengan care. Care adalah fenomena yang berhubungan
dengan orang berhubungan dengan bimbingan, bantuan, dukungan perilaku kepada
individu, keluarga, kelompok dengan adanya kejadian untuk memenuhi kebutuhan
aktual maupun potensial untuk meningkatkan kondisi dan kualitas kehidupan
manusia. Sedangkan caring adalah tindakan nyata dari care yang menunjukkan suatu
rasa kepedulian.
Terdapat beberapa pengertian caring menurut beberapa ahli, antara lain :
 Florence nightingale (1860) : caring adalah tindakan yang menunjukkan
pemanfaatan lingkungan pasien dalam membantu penyembuhan, memberikan
lingkungan bersih, ventilasi yang baik dan tenang kepada pasien.
 Delores gaut (1984) : caring tidak mempunyai pengertian yang tegas, tetapi ada tiga
makna dimana ketiganya tidak dapat dipisahkan, yaitu perhatian, bertanggung jawab,
dan ikhlas.
Crips dan Taylor (2001) : caring merupakan fenomena universal yang
mempengaruhi bagaimana seseorang berpikir, merasakan, dan berperilaku dalam
hubungannya dengan orang lain.
Rubenfild (1999) : caring yaitu memberikan asuhan, tanggunggung jawab, dan
ikhlas.
Crips dan Taylor (2001) : caring merupakan fenomena universal yang mempengaruhi
bagaimana seseorang berpikir, merasakan, dan berperilaku dalam hubungannya
dengan orang lain.
 Rubenfild (1999) : caring yaitu memberikan asuhan, dukungan emosional pada klien,
keluarga, dan kerabatnya secara verbal maupun nonverbal.
Jean watson (1985) : caring merupakan komitmen moral untuk melindungi,
mempertahankan, dan meningkatkan emosional pada klien, keluarga, dan kerabatnya
secara verbal maupun nonverbal.
Jean watson (1985) : caring merupakan komitmen moral untuk melindungi,
mempertahankan, dan meningkatkan martabat manusia.
Dari beberapa pengertian tersebut, dapat dipersingkat bahwa pengertian caring secara
umum adalah suatu tindakan moral atas dasar kemanusiaan, sebagai suatu cerminan
perhatian, perasaan empati dan kasih sayang kepada orang lain, dilakukan dengan
cara memberikan tindakan nyata kepedulian, dengan tujuan untuk meningkatkan
kualitas dan kondisi kehidupan orang tersebut. Caring merupakan inti dari
keperawatan.

Persepsi Klien Tentang Caring


Penelitian tentang persepsi klien penting karena pelayanan kesehatan merupakan
fokus terbesar dari tingkat kepuasan klien. Jika klien merasakan penyelenggaraan
pelayanan kesaehatan bersikap sensitif, simpatik, merasa kasihan, dan tertarik
terhadap mereka sebagai individu, mereka biasanya menjadi teman sekerja yang aktif
dalam merencanakan perawatan ( Attree, 2001 ). Klien dalam penelitian ini
menunjukkan bahwa mereka semakin puas saat perawat melakukan caring.
Biasanya klien dan perawat melakukan persepsi yang berbeda tentang caring
( Mayer, 1987; Wolf, Miller, dan Devine, 2003 ). Untuk alasan tersebut, fokuskan
pada membangun suatu hubungan yang membuat perawat mengetahui apa yang
penting bagi klien. Contoh, perawat mempunyai klien yang takut untuk dipasang
kateter intravena, perawat tersebut adalah perawat yang belum terampil dalam
memasukkan kateter intravena. Perawat tersebut memutuskan bahwa klien akan lebih
diuntungkan jika dibantu oleh perawat yang sudah terampil daripada memberikan
penjelasan prosedur untuk mengurangi kecemasan. Dengan mengetahui siapa klien,
dapat membantu perawat dalam memilih pendekatan yang paling sesuai dengan
kebutuhan klien.

Etika Pelayanan
Watson ( 1988 ) menyarankan agar caring sebagai suatu sikap moral yang ideal,
memberikan sikap pendirian terhadap pihak yang melakukan intervensi seperti
perawat. Sikap pendirian ini perlu untuk menjamin bahwa perawat bekerja sesuai
standar etika untuk tujuan dan motivasi yang baik. Kata etika merujuk pada kebiasaan
yang benar dan yang salah. Dalam setiap pertemuan dengan klien, perawat harus
mengetahui kebiasaan apa yang sesuai secara etika. Etika keperawatan bersikap unik,
sehingga perawat tidak boleh membuat keputusan hanya berdasarkan prinsip
intelektual atau analisis.
Etika keperawatan berfokus pada hubungan antara individu dengan karakter dan
sikap perawat terhadap orang lain. Etika keperawatan menempatkan perawat sebagai
penolong klien, memecahkan dilema etis dengan cara menghadirkan hubungan dan
memberikan prioritas kepada klien dengan kepribadian khusus.

Nurse Caring Behavior
1. Persepsi klien wanita ( Riemen, 1986 )
v  Berespon terhadap keunikan klien
v  Memahami dan mendukung perhatian klien
v  Hadir secara fisik
v  Memiliki sikap dan menunjukkan prilaku yang membuat klien merasa dihargai
sebagai  manusia
v  Kembali ke klien dengan sukarela tanpa diminta
v  Menunjukkan perhatian yang memberi kenyamanan dan merelaksasi klien
v  Bersuara halus dan lembut
v  Memberi perasaan nyaman
2. Persepsi klien pria ( Riemen, 1986 )
v  Hadir secara fisik sehingga klien merasa dihargai
v  Kembali ke klien dengan sukarela tanpa diminta
v  Membuat klien merasa nyaman, relaks, dan aman
v  Hadir untuk memberi kenyamanan dan memenuhi kebutuhan klien sebelum
diminta
v  Menggunakan suara dan sikap yang baik, halus, lembut dan menyenangkan
3. Persepsi klien kanker dan keluarga ( Mayer, 1986 )
v  Mengetahui bagaimana memberikan injeksi dan mengelola peralatan
v  Bersikap ceria
v  Mendorong klien untuk menghubungi perawat bila klien mempunyai masalah
v  Mengutamakan atau mendahulukan kepentingan klien
v  Mengantisipasi pengalaman pertama adalah yang terberat

4. Persepsi klien dewasa yang dirawat ( Brown, 1986 )


v  Kehadirannya menentramkan hati
v  Memberikan informasi
v  Mendemonstrasikan pengetahuan dan keterampilan profesional
v  Mampu menangani nyeri atau rasa sakit
v  Memberi waktu yang lebih banyak dari yang dibutuhkan
v  Mempromosikan otonomi
v  Mengenali kualitas dan kebutuhan individual
v  Selalu mengawasi klien

5. Persepsi dari keluarga


v  Jujur
v  Memberikan penjelasan dengan jelas
v  Selalu menginformasikan keluarga
v  Mencoba untuk membuat klien nyaman
v  Menunjukkan minat dalam menjawab pertanyaan
v  Memberikan perawatan emergensi bila perlu
v  Menjawab pertanyaan anggota keluarga secara jujur, terbuka dan ikhlas
v  Mengijinkan klien melakukan sesuatu untuk dirinya sebisa mungkin
v  Mengajarkan keluarga cara memelihara kondisi fisik yang lebih nyaman

2.2  Perbedaan Caring dan Curing

Keperawatan sebagai suatu profesi dan berdasarkan pengakuan masyarakat adalah


ilmu kesehatan tentang asuhan atau pelayanan keperawatan atau The Health Science
of Caring (Lindberg,1990:40). Secara bahasa, caring dapat diartikan sebagai tindakan
kepedulian dan curing dapat diartikan sebagai tindakan pengobatan. Namun, secara
istilah caring dapat diartikan memberikan bantuan kepada individu atau sebagai
advokasi pada individu yang tidak mampu memenuhi kebutuhan dasarnya.
Sedangkan curing adalah upaya kesehatan dari kegiatan dokter dalam prakteknya
untuk mengobati klien. Dalam penerapannya, konsep caring dan curing mempunyai
beberapa perbedaan, diantaranya:
1. Caring merupakan tugas primer perawat dan curing adalah tugas sekunder.
Maksudnya seorang perawat lebih melakukan tindakan kepedulian terhadap klien
daripada memberikan tindakan medis. Oleh karena itu, caring lebih identik dengan
perawat.
2. Curing merupakan tugas primer seorang dokter dan caring adalah tugas
sekunder. Maksudnya seorang dokter lebih melibatkan tindakan medis tanpa
melakukan tindakan caring yang berarti. Oleh karena itu, curing lebih identik dengan
dokter.
3. Dalam pelayanan kesehatan klien yang dilakukan perawat, ¾ nya
adalah caring dan ¼ nya adalahcuring.
4. Caring bersifat lebih “Healthogenic” daripada curing.
Maksudnya caring lebih menekankan pada peningkatan kesehatan daripada
pengobatan. Di dalam praktiknya, caring mengintegrasikan pengetahuan biofisik dan
pengetahuan perilaku manusia untuk meningkatkan derajat kesehatan dan untuk
menyediakan pelayanan bagi mereka yang sakit.
5. Tujuan caring adalah membantu pelaksanaan rencana pengobatan/terapi dan
membantu klien beradaptasi dengan masalah kesehatan, mandiri memenuhi
kebutuhan dasarnya, mencegah penyakit, meningkatkan kesehatan dan meningkatkan
fungsi tubuh sedangkan tujuan curing adalah menentukan dan menyingkirkan
penyebab penyakit atau mengubah problem penyakit dan penanganannya.
6. Diagnosa dalam konsep curing dilakukan dengan mengungkapkan penyakit
yang diderita sedangkan diagnosa dalam konsep caring dilakukan dengan identifikasi
masalah dan penyebab berdasarkan kebutuhan dan respon klien.
2.3 Perilaku Caring Yang Dapat Ditemui Dalam Tatanan Keperawatan

Caring bukanlah sesuatu yang dapat diajarkan, tetapi merupakan hasil dari


kebudayaan, nilai-nilai, pengalaman, dan dari hubungan dengan orang lain. Sikap
keperawatan yang berhubungan dengancaring adalah kehadiran, sentuhan kasih
sayang, mendengarkan, memahami klien, caring dalam spiritual, dan perawatan
keluarga.

1. Kehadiran
Kehadiran adalah suatu pertemuan antara seseorang dengan seseorang lainnya yang
merupakan sarana untuk mendekatkan diri dan menyampaikan manfaat caring.
Menurut Fredriksson (1999), kehadiran berarti “ada di” dan “ada dengan”. “Ada di”
berarti kehadiran tidak hanya dalam bentuk fisik, melainkan juga komunikasi dan
pengertian. Sedangkan “ada dengan” berarti perawata selalu bersedia dan ada untuk
klien (Pederson, 1993). Kehadiran seorang perawat membantu menenangkan rasa
cemas dan takut klien karena situasi tertekan.

2. Sentuhan
Sentuhan merupakan salah satu pendekatan yang menenangkan dimana perawat dapat
mendekatkan diri dengan klien untuk memberikan perhatian dan dukungan. Ada dua
jenis sentuhan, yaitu sentuhan kontak dan sentuhan non-kontak. Sentuhan kontak
merupakan sentuhan langsung kullit dengan kulit. Sedangkan sentuhan non-kontak
merupakan kontak mata. Kedua jenis sentuhan ini digambarkn dalam tiga kategori :
a) Sentuhan Berorientasi-tugas
Saat melaksanakan tugas dan prosedur, perawat menggunakan sentuhan ini.
Perlakuan yang ramah dan cekatan ketika melaksanakan prosedur akan memberikan
rasa aman kepada klien. Prosedur dilakukan secara hati-hati dan atas pertimbangan
kebutuhan klien.
b) Sentuhan Pelayanan (Caring)
Yang termasuk dalam sentuhan caring adalah memegang tangan klien, memijat
punggung klien, menempatkan klien dengan hati-hati, atau terlibat dalam
pembicaraan (komunikasi non-verbal). Sentuhan ini dapat mempengaruhi keamanan
dan kenyamanan klien, meningkatkan harga diri, dan memperbaiki orientasi tentang
kanyataan (Boyek dan Watson, 1994).
c) Sentuhan Perlindungan
Sentuhan ini merupakan suatu bentuk sentuhan yang digunakan untuk melindungi
perawat dan/atau klien (fredriksson, 1999). Contoh dari sentuhan perlindungan adalah
mencegah terjadinya kecelakaan dengan cara menjaga dan mengingatkan klien agar
tidak terjatuh.
Sentuhan dapat menimbulkan berbagai pesan, oleh karena itu harus digunakan secara
bijaksana.

3. Mendengarkan
Untuk lebih mengerti dan memahami kebutuhan klien, mendengarkan merupakan
kunci, sebab hal ini menunjukkan perhatian penuh dan ketertarikan perawat.
Mendengarkan membantu perawat dalam memahami dan mengerti maksud klien dan
membantu menolong klien mencari cara untuk mendapatkan kedamaian.

4. Memahami klien
Salah satu proses caring menurut Swanson (1991) adalah memahami klien.
Memahami klien sebagai inti suatu proses digunakan perawat dalam membuat
keputusan klinis. Memahami klien merupakan pemahaman perawat terhadap klien
sebagai acuan melakukan intervensi berikutnya (Radwin,1995). Pemahaman klien
merupakan gerbang penentu pelayanan sehingga, antara klien dan perawat terjalin
suatu hubungan yang baik dan saling memahami.

5. Caring Dalam Spiritual


Kepercayaan dan harapan individu mempunyai pengaruh terhadap kesehatan fisik
seseorang. Spiritual menawarkan rasa keterikatan yang baik, baik melalui hubungan
intrapersonal atau hubungan dengan dirinya sendiri, interpersonal atau hubungan
dengan orang lain dan lingkungan, serta transpersonal atau hubungan dengan Tuhan
atau kekuatan tertinggi.
Hubungan caring terjalin dengan baik apabila antara perawat dan klien
dapat memahami satu sama lain sehingga keduanya bisa menjalin hubungan yang
baik dengan melakukan hal seperti, mengerahkan harapan bagi klien dan
perawat; mendapatkan pengertian tentang gejala, penyakit, atau perasaan yang
diterima klien; membantu klien dalam menggunakan sumber daya sosial, emosional,
atau spiritual; memahami bahwa hubungan caring menghubungkan manusia dengan
manusia, roh dengan roh.

6. Perawatan Keluarga
Keluarga merupakan sumber daya penting. Keberhasilan intervensi keperawatan
sering bergantung pada keinginan keluarga untuk berbagi informasi dengan perawat
untuk menyampaikan terapi yang dianjurkan. Menjamin kesehatan klien dan
membantu keluarga untuk aktif dalam proses penyembuhan klien merupakan tugas
penting anggota keluarga. Menunjukkan perawatan keluarga dan perhatian pada klien
membuat suatu keterbukaan yang kemudian dapat membentuk hubungan yang baik
dengan anggota keluarga klien.

2.4 Pengertian Transcultural Nursing
Transcultural Nursing adalah suatu keilmuwan budaya pada proses belajar dan
praktek keperawatan yang fokus memandang perbedaan dan kesamaan diantara
budaya dengan menghargai asuhan, sehat dan sakit didasarkan pada nilai budaya
manusia, kepercayaan dan tindakan, dan ilmu ini digunakan untuk memberikan
asuhan keperawatan khususnya budaya atau keutuhan budaya kepada manusia
(Leininger, 2002).

Konsep Transcultural Nursing


Keperawatan transkultural adalah ilmu dan kiat yang humanis yang difokuskan pada
prilaku individu atau kelompok, serta proses untuk mempertahankan atau
meningkatkan perilaku sehat dan perilaku sakit secara fisik dan psikokultural sesuai
latar belakang budaya. (Leininger, 2002).
Konsep Utama Transcultural Nursing:
Care : perawat memberikan bimbingan dukungan kepada klien à untuk meningkatkan
kondisi klien
Caring : tindakan  mendukung, berbentuk aksi atau tindakan  
Culture : perawat mempelajari, saling share/berbagi pemahaman tentang kepercayaan
dan budaya klien
Cultural care : kemampuan kognitif untuk mengetahui nilai, norma/ kepercayaan
Nilai kultur : keputusan/kelayakan  untuk bertindak
Perbedaan kultur : berupa variasi-variasi pola nilai yang ada di masyarakat mengenai
keperawatan
Cultural care university : hal-hal umum dalam sistem nilai, norma dan budaya
Etnosentris : keyakinan ide, nilai, norma, kepercayaan lebih tinggi dari yang lain
Cultural Imposion : kecenderungan tenaga kesehatan memaksakan kepercayaan
kepada klien
Peran dan Fungsi Transkultural
Budaya mempunyai pengaruh luas terhadap kehidupan individu . Oleh sebab itu ,
penting bagi perawat mengenal latar belakang budaya orang yang dirawat ( Pasien ) .
Misalnya kebiasaan hidup sehari – hari , seperti tidur , makan , kebersihan diri ,
pekerjaan , pergaulan social , praktik kesehatan , pendidikan anak  ekspresi perasaan ,
hubungan kekeluargaaan , peranan masing – masing orang menurut umur . Kultur
juga terbagi dalam sub – kultur .
Subkultur adalah kelompok pada suatu kultur yang tidak seluruhnya mengaanut
pandangan keompok kultur yang lebih besar atau memberi makna yang berbeda .
Kebiasaan hidup juga saling berkaitan dengan kebiasaan cultural.
Nilai – nilai budaya Timur , menyebabkan sulitnya wanita yang hamil mendapat
pelayanan dari dokter pria . Dalam beberapa setting , lebih mudah menerima
pelayanan kesehatan pre-natal dari dokter wanita dan bidan . Hal ini menunjukkan
bahwa budaya Timur masih kental dengan hal – hal yang dianggap tabu.
Dalam tahun – tahun terakhir ini , makin ditekankan pentingknya pengaruh kultur
terhadap pelayanan perawatan . Perawatan Transkultural merupakan bidang yang
relative baru ; ia berfokus pada studi perbandingan nilai – nilai dan praktik budaya
tentang kesehatan dan hubungannya dengan perawatannya . Leininger ( 1991 )
mengatakan bahwa transcultural nursing merupakan suatu area kajian ilmiah yang
berkaitan dengan perbedaan maupun kesamaan nilai – nilai budaya ( nilai budaya
yang berbeda ras , yang mempengaruhi pada seseorang perawat saat melakukan
asuhan keperawatan kepada pasien. Perawatan transkultural adalah berkaitan dengan
praktik budaya yang ditujukan untuk pemujaan dan pengobatan rakyat (tradisional) .
Caring practices adalah kegiatan perlindungan dan bantuan yang berkaitan dengan
kesehatan.
Menurut Dr. Madelini Leininger , studi praktik pelayanan kesehatan transkultural
adalah berfungsi untuk meningkatkan pemahaman atas tingkah laku manusia dalam
kaitan dengan kesehatannya . Dengan mengidentifikasi praktik kesehatan dalam
berbagai budaya ( kultur ) , baik di masa lampau maupun zaman sekarang akan
terkumpul persamaan – persamaan . Lininger berpendapat , kombinasi pengetahuan
tentang pola praktik transkultural dengan kemajuan teknologi dapat menyebabkan
makin sempurnanya pelayanan perawatan dan kesehatan orang banyak dan berbagai
kultur.

2.5 contoh-contoh aplikasi traskultural nursing pada beberapa masalah         


kesehatan
     1. Aplikasi transkultural pada masalah penyakit kronik
Penyakit kronik adalah penyakit yang timbul bukan secara tiba-tiba, melainkan
akumulasi dari sesuatu penyakit hingga akhirnya menyebabkan penyakit itu sendiri.
(Kalbe medical portal) Penyakit kronik ditandai banyak penyebab. Contoh penyakit
kronis adalah diabetes, penyakit jantung, asma, hipertensi dan masih banyak lainnya.
Ada hubungan antara penyakit kronis dengan depresi. Depresi adalah kondisi kronis
yang mempengaruhi pikiran seseorang, perasaan dan perilaku sehingga sulit untuk
mengatasi peristiwa kehidupan sehari-hari.  (Andres Otero-Forero, Queensland Transcultural Mental Health
Centre).

Seseorang yang menderita depresi memiliki kemungkinan lebih tinggi menderita


penyakit kronis seperti diabetes, penyakit jantung atau asma. Penyebab depresi itu
sendiri kompleks, terkait dengan lingkungan interaksi seseorang maupun
kepribadiaannya sendiri. Beberapa faktor penyebab umum adalah:
• Faktor herediter • Trauma 
• Isolasi atau kesepian • Pengangguran
•  konflik Keluarga • Kesulitan penyelesaian
• Stres • Nyeri

Berbagai jenis depresi memerlukan cara yang berbeda dalam jenis


pengobatannya. Untuk depresi ringan, dapat dianjurkan untuk melakukan kegiatan-
kegiatan tertentu. Dalam kasus depresi parah, dianjurkan untuk mengkonsumsi obat
dan psikoterapi. Salah satu pendekatan yang muncul menjadi lebih umum untuk
segala bentuk depresi adalah manajemen diri. Manajemen diri mengacu pada strategi
orang menggunakan untuk berurusan dengan kondisi mereka. Dimana seseorang
melibatkan tindakan, sikap atau tujuan dalam mengambil atau membuat keputusan
untuk mempertahankan dan meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan.
      Pengobatan terhadap penyakit kronik yang telah dilakukan di masyarakat saat ini
amat beragam. Tidak dapat dipungkiri bahwa sistem pengobatan tradisional juga
merupakan sub unsur kebudayaan masyarakat sederhana yang telah dijadikan sebagai
salah satu cara pengobatan. Pengobatan inilah yang juga menjadi aplikasi dari
transkultural dalam mengobati suatu penyakit kronik. Pengobatan tradisional ini
dilakukan berdasarkan budaya yang telah diwariskan turun-temurun. Beberapa
contohnya adalah sebagai berikut:
1.            Masyarakat negeri Pangean lebih memilih menggunakan ramuan dukun untuk
menyembuhkan penyakit TBC, yaitu daun waru yang diremas dan airnya dimasak
sebanyak setengah gelas.
2.            Masyarakat di Papua percaya bahwa penyakit malaria dapat disembuhkan dengan
cara minta ampun kepada penguasa hutan lalu memetik daun untuk dibuat ramuan
untuk diminum dan dioleskan ke seluruh tubuh.
3.      Masyarakat Jawa memakan pisang emas bersamaan dengan kutu kepala (Jawa: tuma)
tiga kali sehari untuk pengobatan penyakit kuning.
      Pengobatan tradisional yang sering dipakai berupa pemanfaatan bahan-bahan
herbal. Herba sambiloto menjadi sebuah contoh yang khasiatnya dipercaya oleh
masyarakat dapat mengobati penyakit-penyakit kronik, seperti hepatitis, radang paru
(pneumonia), radang saluran nafas (bronchitis), radang ginjal (pielonefritis), radang
telinga tengah (OMA), radang usus buntu, kencing nanah (gonore), kencing manis
(diabetes melitus). Daun lidah budaya dan tanaman pare juga dijadikan sebagai
pengobatan herbal. Tumbuhan tersebut berkhasiat menyebuhkan diabetes melitus.
      Tidak hanya di Indonesia, di luar negeri pun masih ada negara yang meyakini
bahwa pengobatan medis bukan satu-satunya cara mengobati penyakit kronik.
Misalnya, di Afrika, penduduk Afrika masih memiliki keyakinan tradisional tentang
kesehatan dan penyakit. Mereka menganggap bahwa obat-obatan tradisional sudah
cukup untuk mengganti produk yag akan dibeli, bahkan mereka menggunakan dukun
sebagai penyembuh tradisional. Hal seperti ini juga terjadi di Amerika, Eropa, dan
Asia.
           

2.      Aplikasi transkultural pada gangguan nyeri


Nyeri adalah pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan
akibat dari kerusakan jaringan yang actual atau potensial. Nyeri adalah alasan utama
seseorang untuk mencari bantuan perawatan kesehatan. Selanjutnya, definisi nyeri
menurut keperawatan adalah apapun yang menyakitkan tubuh yang dikatakan
individu yang mengalaminya, yang ada kapanpun individu mengatakannya. Peraturan
utama dalam merawat pasien nyeri adalah bahwa semua nyeri adalah nyata, meskipun
penyebabnya belum diketahui. Keberadaan nyeri adalah berdasarkan hanya pada
laporan pasien bahwa nyeri itu ada.
Aplikasi transkultural pada gangguan nyeri baik yang dilakukan oleh pasien
berdasarkan apa yang dipercaya olehnya atau yang dilakukan oleh perawat setelah
melakukan pengkajian tentang latar belakang budaya pasien adalah sebagai berikut:
a.    Dengan membatasi gerak dan istirahat. Seorang pasien yang mengalami nyeri
diharuskan untuk tidak banyak bergerak karena jika banyak bergerak dapat
memperparah dan menyebabkan nyeri berlangsung lama. Menurut pandangan umat
Islam, seseorang yang menderita nyeri untuk mengurangi tau meredakannya dengan
posisi istirahat atau tidur yang benar yaitu badan lurus dan dimiringkan ke sebelah
kanan. Hal ini menurut sunah rasul. Dengan posisi tersebut diharapkan dapat
meredakan nyeri karena peredaran darah yang lancer akibat jantung yang tidak
tertindih badan sehingga dapat bekerja maksimal.
b.      Mengkonsumsi obat-obatan tradisional. Beberapa orang mempercayai bahwa ada
beberapa obat tradisional yang dapat meredakan nyeri bahkan lebih manjur dari obat
yang diberikan oleh dokter. Misalnya, obat urut dan tulang ‘Dapol Siburuk’ dari
burung siburuk yang digunakan oleh masyarakat Batak.
c.       Dengan dipijat atau semacamnya. Kebanyakan orang mempercayai dengan dipijat
atau semacamnya dapat meredakan nyeri dengan waktu yang singkat. Namun, harus
diperhatikan bahwa apabila salah memijat akan menyebabkan bertambah nyeri atau
hal-hal lain yang merugikan penderita. Dalam budaya Jawa ada yang disebut dukun
pijat yang sering didatangi orang banyak apabila mengalami keluhan nyeri misalnya
kaki terkilir.
Dalam menerapkan transkultural pada gangguan nyeri harus tetap
mempertahankan baik buruknya bagi si pasien. Semua aplikasi transkultural
sebaiknya dikonsultasikan kepada pihak medis agar tidak menimbulkan hal yang
tidak diinginkan.

3.  Aplikasi transkultural pada gangguan kesehatan mental


Berbagai tingkahlaku luar biasa yang dianggap oleh psikiater barat sebagai
penyakit jiwa ditemukan secara luas pada berbagai masyarakat non-barat. Adanya
variasi yang luas dari kelompok sindroma dan nama-nama untuk menyebutkannya
dalam berbagai masyarakat dunia, Barat maupun non-Barat, telah mendorong para
ilmuwan mengenai tingkahlaku untuk menyatakan bahwa penyakit jiwa adalah suatu
‘mitos’, suatu fenomena sosiologis, suatu hasil dari angota-anggota masyarakat yang
‘beres’ yang merasa bahwa mereka membutuhkan sarana untuk menjelaskan,
memberi sanksi dan mengendalikan tingkahlaku sesama mereka yang menyimpang
atau yang berbahaya, tingkahlaku yang kadang-kadang hanya berbeda dengan
tingkahlaku mereka sendiri. Penyakit jiwa tidak hanya merupakan ‘mitos’, juga
bukan semata-semata suatu masalah sosial belaka. Memang benar-benar ada
gangguan dalam pikiran, erasaan dan tingkahlaku yang membutuhkan pengaturan
pengobatan.(Edgerton 1969 : 70). Nampaknya, sejumlah besar penyakit jiwa non-barat lebih
dijelaskan secara personalistik daripada naturalistik.
Sebagaimana halnya dengan generalisasi, selalu ada hal-hal yang tidak dapat
dimasukkan secara tepat ke dalam skema besar tersebut. Kepercayaan yang tersebar
luas bahwa pengalaman-pengalaman emosional yang kuat seperti iri, takut, sedih,
malu, dapat mengakibatkan penyakit, tidaklah tepat untuk diletakkan di dalam salah
satu dari dua kategori besar tersebut. Mungkin dapat dikatakan bahwa tergantung
situasi dan kondisi, kepercayaan-kepercayaan tersebut boleh dikatakan cocok untuk
dikelompokkan ke dalam salah satu kategori. Misalnya, susto, penyakit yang
disebabkan oleh ketakutan, tersebar luas di Amerika Latin dan merupakan angan-
angan. Seseorang mungkin menjadi takut karena bertemu dengan hantu, roh, setan,
atau karena hal-hal yang sepele, seperti jatuh di air sehingga takut akan mati
tenggelam. Apabila agen-nya berniat jahat, etiologinya sudah tentu bersifat
personalistik. Namun, kejadian-kejadian tersebut sering merupakan suatu kebetulan
atau kecelakaan belaka bukan karena tindakan yang disengaja. Dalam ketakutan akan
kematian karena tenggelam, tidak terdapat agen-agen apa pun.
Kepercayaan-kepercayaan yang sudah dijelaskan di atas menimbulkan
pemikiran-pemikiran untuk melakukan berbagai pengobatan jika sudah terkena agen.
Kebanyakan pengobatan yang dilakukan yaitu mendatangi dukun-dukun atau tabib-
tabib yang sudah dipercaya penuh. Terlebih lagi untuk pengobatan gangguan mental,
hampir seluruh masyarakat desa mendatangi dukun-dukun karena mereka percaya
bahwa masalah gangguan jiwa/mental disebabkan oleh gangguan ruh jahat. Dukun-
dukun biasanya melakukan pengobatan dengan cara mengambil dedaunan yang
dianggap sakral, lalu menyapukannya ke seluruh tubuh pasien. Ada juga yang
melakukan pengobatan dengan cara menyuruh pihak keluarga pasien untuk membawa
sesajen seperti, berbagai macam bunga atau binatang ternak.

Para ahli antropologi menaruh perhatian pada ciri-ciri psikologis shaman.


Shaman adalah seorang yang tidak stabil dan sering mengalami delusi, dan mungkin
ia adalah seorang wadam atau homoseksual.namun apabila ketidakstabilan jiwanya
secara budaya diarahkan pada bentuk-bentuk konstruktif, maka individu tersebut
dibedakan dari orang-orang lain yang mungkin menunjukkan tingkahlaku serupa,
namun digolongkan sebagai abnormal oleh para warga masyarakatnya dan
merupakan subyek dari upacara-upacara penyembuhan. Dalam pengobatan, shaman
biasanya berada dalam keadaan kesurupan (tidak sadar), dimana mereka berhubungan
dengan roh pembinanya untuk mendiagnosis penyakit. para penganut paham
kebudayaan relativisme yang ekstrim menggunakan contoh shamanisme sebagai
hambatan utama dalam arguentasi mereka bahwa apa yang disebut penyakit jiwa
adalah sesuatu yang bersifat kebudayaan.
Dalam banyak masyarakat non-Barat, orang yang menunjukkan tingkahlaku
abnormal tetapi tidak bersifat galak maka sering diberi kebebasan gerak dalam
masyarakat mereka, kebutuhan mereka dipenuhi oleh anggota keluarga mereka.
Namun, jika mereka mengganggu, mereka akan dibawa ke sutu temapt di semak-
semak untuk ikuci di kamrnya. Sebuah pintu khusus (2 x 2 kaki) dibuat dalam rumah,
cukup untuk meyodorkan makanan saja bagi mereka dan sebuah pintu keluar untuk
keluar masuk komunitinya.
Usaha-usaha untuk membandingkan tipe-tipe gangguan jiwa secara lintas-budaya
umumnya tidak berhasil, sebagian disebabkan oleh kesulitan-kesulitan pada tahapan
penelitian untuk membongkar apa yang diperkirakan sebagai gejala primer dari gejala
sekunder. Misalnya, gejala-gejala primer yaitu yang menjadi dasar bagi depresi.
Muncul lebih dulu dan merupakan inti dari gangguan. Gejala-gejala sekunder dilihat
sebagai reaksi individu terhadap penyakitya ; gejala-gejala tersebut berkembang
karena ia berusaha untuk menyesuaikan diri dengan tingkahlakunya yang
berubah (Murphy, Wittkower, dan Chance 1970 : 476).

4. Kasus Transkultural terhadap Diabetes


1. Tinjauan Kasus
Nilai Gula Darah Normal
Kebanyakan manusia bervariasi sekitar 82-110 mg/dl pada keadaan sebelum makan.
Setelah makan akan naik sekitar 140 mg/dl. The American Diabetes Association
merekomendasikan kadar glukosa pasca-makan <180 mg/dl dan pra-makan pada
kadar 90-130 mg/ dl. Pada laki-laki dewasa sehat denagn berat 75 kg dan volume 5
liter darah, glukosa levelnya 110 mg/dl.
Pada penderita diabetes, kadar glukosa saat puasa >126 mg/ dl dan saat normal >200
mg/ dl.
a.   Masalah yang ditemukan pada kasus tersebut, diantaranya :
v  Laki-laki usia 50 tahun,
v  Pingsan saat rapat di kantornya,
v  Kadar gula darahnya mencapai 450mg/dl,
v  Dua tahun didiagnosis menderita Diabetes Mellitus tipe II,
v  Kegemukan, dan
v  Kesulitan mengatur makanannya karena kebiasaan budaya Jawanya makan makanan
yang manis.

b.Analisis kasus
Ditinjau dari keadaan fisik :
-          Kegemukan
-          Kadar gula darah di atas normal
Ditinjau dari pola hidup :
-          Kurang aktivitas fisik
-          Banyak mengkonsumsi makanan mengandung gula
c.   Peran perawat
o   Memberi interferensi berupa konsultasi, penyuluhan komunitas dan pasien,bantuan
dalam menjaga pola makan dan melakukan implementasi independent dari dokter
berupa pemberian obat dan aturan pemakaian.
o   Memberikan pelayanan kesehatan selama medikasi di rumah sakit dan menjaga
kondisi kesehatan pasien agar tidak menurun bahkan meningkatkan kondisi
kesehatannya.

d.   Peran dari segi transkultural


o   Memberi pendidikan kesehatan komunitas menyangkut deskripsi DM, diet dan
bahayanya
o   Mengkaji jenis makanan yang biasa dikonsumsi komunitas tersebut
o   Menghimbau pola makan yang sesuai untuk diet DM dan juga dapat diterima pada
budaya pasien→dapat berupa mengganti gula yang ditolerir oleh penderita DM atau
mengurangi konsumsi gula yang biasa digunakan.
BAB III
PENUTUP

3.1.     KESIMPULAN
Pelayanan esensial yang diberikan oleh perawat terhadap individu, keluarga ,
kelompok dan masyarakat yang mempunyai masalah kesehatan meliputi promotif,
preventif, kuratif dan rehabilitatif dengan menggunakan proses keperawatan untuk
mencapai tingkat kesehatan yang optimal. Keperwatan adalah suatu bentuk pelayanan
professional sebagai bagian integral pelayanan kesehatan berbentuk pelayanan
biologi, psikologi, social dan spiritual secara komprehensif, ditujukan kepada
individu keluarga dan masyarakat baik sehat maupun sakit mencakup siklus hidup
manusia.
Asuhan keperawatan diberikan karena adanya kelemahan fisik maupun mental,
keterbatasan pengetahuan serta kurang kemauan menuju kepada kemampuan
melaksanakan kegiatan sehari-hari secara mandiri. Kegiatan ini dilakukan dalam
upaya peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit, penyembuhan, pemulihan serta
pemeliharaan kesehatan dengan penekanan pada upaya pelayanan kesehatan utama
(Primary Health care) untuk memungkinkan setiap orang mencapai kemampuan
hidup sehat dan produktif.

3.2 SARAN
Dalam penyusunan kurikulum pendidikan perawatan seyogyanya memasukkan
unsur caring dalam setiap mata kuliah. Penekanan pada humansitik, kepedulian dan
kepercayaan, komitmen membantu orang lain dan berbagai unsur caring yang lain
harus sudah dibangun sejak perawat dalam masa pendidikan. Selain itu perlu
dilakukan sosialisasi konsep caring pada perawat guna memberikan pemahaman yang
mendalam tentang apa yang harus dilakukan perawat agar bersikap caring dalam
setiap kontak dengan pasien. Indikator-indikator caring harus dikenal dan
diaplikasikan dalam perawatan serta dievaluasi secara terus menerus
DAFTAR PUSTAKA

 http://andaners.wordpress.com/2009/04/28/konsep-keperawatan-komunitas/
Watson, Jean. (2004). Theory of human Caring. Http: //www2.uchse.edu/son/caring
Meidiana Dwidiyanti. 2008. Keperawatan Dasar. Semarang. Hasani
 http://usfinit-engky.blogspot.com/2011/12/makalah-konsep-caring.html
  http://teguhyudi-teguhyudi.blogspot.com/2011/07/aplikasi-konsep-caring-dalam-
praktek.html
MAKALAH KONSEP DASAR
KEPERAWATAN 1 DENGAN SEJARAH
PERKEMBANGAN KEPERAWATAN
DUNIA

OLEH:
Eben Rido pandango
2016610027

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS TRIBHUWANA TUNGGADEWI
MALANG
2020

KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
karunia-Nya, sehingga saya dapat menyelesaikan makalah SEJARAH
PERKEMBANGAN KEPERAWATAN DI DUNIA dengan baik dan tepat pada
waktunya. Dalam penyusunan makalah mungkin ada sedikit hambatan. Namun berkat
bantuan dukungan dari teman-teman serta bimbingan dari Dosen pembimbing.
Sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik.
Dengan adanya makalah ini, diharapakan dapat membantu proses
pembelajaran dan dapat menambah pengetahuan bagi pembaca. Tidak lupa pula saya
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak, atas bantuan, dukungan, dan doa-
Nya.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membaca
makalah ini dan dapat mengetahui tentang SEJARAH PERKEMBANGAN
KEPERAWATAN DI DUNIA. Makalah ini mungkin kurang sempurna, untuk itu
saya mengharapkan kritik dan saran untuk penyempurnaan makalah ini.

MALANG, 27 2020

                                                                                               

DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR .........................................................................................................
DAFTAR
ISI ........................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang...........................................................................................................
B.     Rumusan Masalah......................................................................................................
C.     Tujuan........................................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN                                                                                               
A.    Pengertian..................................................................................................................
B.     Sejarah Keperawatan di Dunia..................................................................................
C.     Perkembangan Keperawatan di Inggris.....................................................................
D.    Sejarah Keperawatan di Indonesia............................................................................
BAB III PENUTUP
A.    Kesimpulan ...............................................................................................................
B.     Saran .........................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Sejarah adalah setiap peristiwa atau kejadian di masa lampau yang
menyenangkan maupun memilukan. Keperawatan merupakan suatu bentuk layanan
kesehatan professional, yang merupakan bagian integral dari layanan kesehatan yang
berdasarkan pada ilmu dan etika keperawatan.
Keperawatan lahir bersamaan dengan diciptakannya manusia oleh Tuhan,
sehingga tidak dapat di pungkiri bahwa setiap orang memerlukan asuhan keperawatan
dalam hidupnya. Pada awalnya perawat dianggap sebagai pemberian asuhan, dimana
pelaksanaanny dilakukan secara tradisional oleh kelompok, masyarakat, atau badan
sosial.
Perkembangan keperawatan yang kita ketahui saat ini tidak dapat dipisahkan
dan sangat dipengaruhi oleh perkembangan struktur dan kemajuan peradaban
manusia. Kepercayaan terhadap animisme, penyebaran agama-agama besar, dunia
serta kondisi sosial ekonomi masyarakat, terjadinya perang, renaissance serta gerakan
reformasi turut serta mewarnai perkembangan keperawatan. Dari sejarah kita dapat
mengetahui pengalaman tersebut untuk itu kita gunakan pada masa kini dan masa
yang akan dating.

B.     Rumusan Masalah
1.      Apa yang di maksud dengan sejarah dan keperawatan ?
2.      Bagaimana sejarah keperawatan di dunia ?
3.      Bagaimana perkembangan keperawatan di Inggris ?
4.      Bagaimana sejarah keperawatan di Indonesia ?

C.    Tujuan
1.      Untuk mengetahui arti dari sejarah dan keperawatan.
2.      Untuk mengetahui sejarah keperawatan di dunia.
3.      Untuk mengetahui perkembangan keperawatan di Inggris.
4.      Untuk mengetahui sejarah keperawatan di Indonesia.
BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pengertian
Sejarah adalah setiap peristiwa atau kejadian di masa lampau yang
menyenangkan maupun memilukan. Sejarah perkembangan keperawatan senantiasa
mengalami masa pasang surut dari zaman ke zaman. Perkembangan ini tidak lepas
dari proses perubahan peradaban manusia dan tingkat pemenuhan kebutuhan manusia
akan layanan kesehatan, khususnya layanan keperawatan, yang terus meningkat
sesuai taraf kehidupannya. Mengetahui masa lalu dan memahami keperawatan
terdahulu akan memberikan suatu kesempatan untuk menggunakan pengalaman dan
pelajaran yang dapat digunakan di masa kini dan masa yang akan dating.
Keperawatan sebagai suatu pekerjaan sudah ada sejak manusia ada di bumi
ini, keperawatan terus berkembang sesuai dengan kemajuan peradaban teknologi dan
kebudayaan. Konsep keperawatan dari abad kea bad terus berkembang

B.     Sejarah Keperawatan di Dunia


Sejarah perkembangan keperawatan secara umum terbagi ke dalam lima
zaman, yaitu zaman purba, zaman permulaan masehi, zaman pertengahan, zaman
baru (renaisans), dan zaman modern.
1.      Zaman Purbakala
Sejarah keperawatan di mulai sejak adanya manusia lahir di muka bumi, bisa
pula dikatakan bahwa keberadaan keperawatan sudah ada sejak zaman purba. Awal
perkembangan keperawatan adalah perawat harus memiliki naluri keibuan (Mother
Instinct). Setiap manusia pasti memiliki naluri keibuan untuk menjaga kesehatan,
mengurangi stimulus kurang menyenangkan, menyusui anak, merawat anak yang
mengalami penderitaan atau sedang sakit. Naluri keperawatan senantiasa ada dan
berada dalam setiap pribadi manusia.
Perkembangan keperawatan pada zaman purba sangat di pengaruhi oleh
kegiatan keagamaan atau keprcayaan yang dianut oleh kelompok masyarakat pada
zamannya, seperti berikut.
a)      Mesir
Bangsa Mesir, pada zaman purba mempercayai bahwa dewa Isis yang
memberikan penyakit dan memberikan pertolongan (kesembuhan) pada manusia.
Kuil merupakan rumah sakit pertama di Mesir. Ketabiban bangsa mesir telah
mengenal ilmu bedah sejak zaman purba (± 4800 SM). Dalam menjalankan tugasnya,
ia menggunakan bidai (spalk), alat-alat pembalut, dan mempunyai pengetahuan
tentang anatomi, hygienr umum, serta tentang obat-obatan.
b)      Babilonia dan Syria
Pada 680 SM, orang telah mengetahui cara menahan darah yang keluar dari
hidung dan merawat jerawat pada muka. Bangsa Babylon dan Syria menyembah
dewa, mereka menganggap perawatan atau pengobatan berdasarkan kepercayaan
tersebut.
c)      Tiongkok
Bangsa Tiongkok telah mengenal penyakit kelamin di antaranya Gonorrhea
dan Syphilis. Pencacaran juga telah dilakukan sejak 1000 SM, ilmu urut dan
psikoterapi. Orang-orang yang terkenal dalam ketabiban:
⮚  Seng Lung di kenal sebagai “Bapak Pengobatan, yang ahli penyakit dalam dan  telah
menggunakan obat-obatan dari tumbuhan dan mineral (garam-garaman).
Semboyannya yang terkenal adalah Lihat, Dengar, Tanya, dan Rasa.
⮚  Chang Chung Ching ± 200 SM, telah mengerjakan lavement dengan menggunakan
bambu.
a)      Yunani
Bangsa Yunani zaman purba memuja dan memuliakan banyak dewa
(polytheisme). Dewa yang terkenal adalah dewa pengobatan putrid dan dewa yang
bernama Hygiene sebagai dewi kesehatan, maka terbentuk perkataan higyene. Untuk
pemujaan kepada para dewa didirikan kuil (1134 SM) yang berfungsi sebagai tempat
pengobatan orang sakit dan perawatan, yang dikerjakan oleh para budak-budak.
Orang ternama dalam ketabiban antara lain:
⮚  Hippocrates (hidup ± 400 SM) adalah bapak pengobatan.
⮚  Plato ahli filsafat Yunani, otak sebagai pusat kesadaran.
⮚  Aristoteles ahli filsafat, ahli jiwa dan ilmu hayat.
b)      Roma
Rumah sakit Roma zaman purba disebut valentrumdinari Roma, yang terdapat
di Swiss ditemukan alat-alat perawatan, seperti peralatan untuk huknah pot-pot
tempat selep. Juga instrument untuk perluan pembedahan, seperti pisau, pinset, klem
arteri, dan speculum. Tokoh terkenal Julius Caesar (101-44 SM) seorang wali Negara
yang pertama kali mengakui guru-guru hygiene dan menganjurkan tentang kesehatan
dan kebersihan.
Setelah itu perkembangan keperawatan terus berubah dengan adanya
Diaknoses dan Philantrop, yaitu suatu kelompok wanita tua dan janda yang
membantu pendeta merawat orang sakit, sejak itu mulai berkembang ilmu
keperawatan.

2.      Zaman Masehi
Keperawatan di mulai pada saat perkembangan agama nasrani, dimana pada
saat itu banyak terbentuk Diakones yaitu suatu organisasi wanita yang bertujuan
untuk mengunjungi orang sakit, sedangkan laki-laki diberi tugas dalam memberikan
perawatan untuk mengubur bagi yang meninggal. Pada zaman pemerintahan Lord-
Constantine, ia mendirikan Xenodhoecim atau hospes yaitu tempat penampungan
orang-orang sakit yang membutuhkan pertolongan. Pada zaman ini berdirilah Rumah
Sakit di Roma yaitu Monastic Hospital
1.      Pertengahan Abad VI Masehi
Keperawatan berkembang di Asia Barat Daya yaitu Timur Tengah, seiring
dengan perkembangan agama Islam. Pengaruh agama Islam terhadap perkembangan
keperawatan tidak lepas dari keberhasilan Nabi Muhammad SAW menyebarkan
agama Islam. Abad VII Masehi, di Jazirah Arab berkembang pesat ilmu pengetahuan
sperti Ilmu Pasti, Kimia, Hygiene, dan obat-obatan. Pada masa ini muncul prinsip-
prinsip dasar keperawatan kesehatan. Seperti, pentingnya kebersihan diri, kebersihan
makanan, dan lingkungan. Tokoh keperawatan yang dikenal dari Arab adalah
Rufaidah.

2.      Permulaan Abad XVI


Struktur dan orientasi masyarakat berubah dari agama menjadi kekuasaan,
yaitu perang, eksplorasi kekayaan dan semangat colonial. Gereja dan tempat-tempat
ibadah ditutup, padahal tempat ini digunakan oleh orde-orde agama untuk merawat
orang sakit. Dengan adanya perbuahan ini, sebagai dampak negatifnya bagi
keperawatan adalah berkurangnya tenaga perawat. Untuk memenuhi kurangnya
perawat, bekas wanita susila yang sudah bertobat bekerja sebagai perawat. Dampak
positif, dengan adanya perang salib, untuk menolong korban perang di butuhkan
banyak tenaga sukarela sebagai perawat, mereka terdiri dari orde-orde agama, wanita-
wanita yang mengikuti suami berperang dan tentara (pria) yang bertugas rangkap
sebagai perawat.
Pengaruh perang salib terhadap keperawatan:
⮚  Mulai dikenal konsep P3K
⮚  Perawat mulai dibutuhkan dalam ketentuan sehingga timbul peluang kerja bagi
perawat di bidang social
Ada 3 Rumah Sakit yang berperan besar pada masa itu terhadap
perkembangan keperawatan.
❖  Hotel Dieu di Lion
Awalnya pekerjaan perawat dilakukan oleh bekas WTS yang telah bertobat.
Selanjutnya, pekerjaan perawat digantikan oleh perawat terdidik melalui pendidikan
keperawatan di RS ini.

❖  Hotel Dieu di Paris


Pekerjaan perawat dilakukan ole horde agama. Sesudah Revolusi Perancis,
orde agama dihapuskan dan pekerjaan perawat dilakukan oleh orang-orang bebas.
Pelopor perawat di RS ini adalah Genevieve Bouquet.

❖  ST. Thomas Hospital (1123 M)


Pelopor perawat di RS ini adalah Florence Nightingale (1820). Pada masa ini perawat
di percaya banyak orang. Pada saat perang Crimean War, Flonrence ditunjuk oleh
Negara inggris untuk menata asuhan keperawatan di RS Militer di Turki. Hal tersebut
memberikan peluang bagi Florence untuk meraih prestasi dan sekaligus
meningkatkan status perawat. Kemudian Florence di juluki dengan nama “The Lady
of the Lamp”.

C.    Perkembangan Keperawatan di Inggris


Florence kembali ke Inggris setelah perang Crmean. Pada tahun 1840 Inggris
mengalami perubahan besar dimana sekolah-sekolah perawat mulai bermunculan.
Florence menentapkan struktur dasar di pendidikan perawat di antaranya mendirikan
sekolah perawat menetapkan tujuan pendidikan perawat, serta menetapkan
pengetahuan yang harus dimiliki calon perawat. Florens dalam merintis profesi
keperawatan diawalai dengan membantu para korban akibat perang krim (1854-1856)
antara Roma dan Turki, yang dirawat di sebuah  rumah sakit (scutori) yang akhirnya
kemudian mendirikan sebuah rumah sakit dengan nama rumah sakit Thomas di
London dan juga mendirikan sekolah perawatan yang di beri nama Nightingale
Nursing School. Konsep pendidikan Florence ini mempengaruhi pendidikan
keperawatan di dunia.
Konstribusi Florence bagi perkembangan keperawatan antara lain:
-Nutrisi merupakan bagian terpenting dari asuhan keperawatan.
- Okupasi dan rekreasi merupakan terapi bagi orang sakit.

-  Manajemen RS.

-  Mengembangkan pendidikan keperawatan.

-  Perawatan berdiri sendiri berbeda dengan profesi kedokteran.

pengembangan keperawatan yaitu:


      Membuat buku catatan perawat yang memuat dasar-dasar keperawatan bagi

pendidikan.
      Menulis berbagai tentang ilmu keperawatan.
      Mengadakan latihan P3K dan palang merah untuk para prajurit.
      Memperbaiki praktik keperawatan di beberapa rumah sakit di Inggris.
      Menyelenggarakan kegiatan yang berhubungan dengan kesehatan masyarakat dan

perawat kesehatan masyarakat.


      Mendirikan himpunan Perawat Nasional Inggris (British Nurses Association) pada

tahun 1987, yang merupakan perkumpulan perawat pertama didunia.


      Mendirikan himpunan perawat-perawat kepala di seluruh Inggris yang disebut

Matron Council Of Nursing pada tahun 1894.


Perkumpulan ini menjadi semakin kuat sehingga pemerintah Inggris
menetapkan sebagai Profesional Freedom yang kemudian di undang-undangkan pada
tahun 1919.

D.    Sejarah Keperawatan di Indonesia


1.      Sebelum Kemerdekaan
1)      Zaman Penjajahan Belanda
Pada masa ini perawat berasal dari penduduk pribumi yang disebut
VELPLEGEK dengan sebutan zieken oppaser sebagai penjaga rumah sakit. Usaha
pemerintahan Belanda dibidang kesehatan adalah:
a.       Mendirikan rumah sakit I Binnen Hospital di Jakarta pada tahun 1799.
b.      Mendirikan rumah sakit II Butten Hospital.
c.       Membentuk dinas kesehatan tentara (military gezond herds dients)
d.      Membantu Dinas Kesehatan Rakyat (Burgerlijke gezandherds dienst)

2)      Zaman Penjajahan Inggris(1812-1816)


Gubernur jendral Refles sangat memperhatikan rakat semboyan: Kesehatan
adalah milik manusia. Usaha-usahanya dibidang kesehatan:
a.       Pencacaran secara umum.
b.      Membenahi cara perawat pasien dengan gangguan jiwa.
c.       Memperhatikan kesehatan pada para tawanan.
3)      Zaman Penjajahan Jepanga (1942-1945)
Menyebabkan perkembangan keperawatan mengalami kemunduran yang juga
merupakan zaman kegelapan dunia keperawatan di Indonesia. Kemunduran-
kemunduran ini terlihat pada.
a.       Pekerjaan perawat dikerjakan oleh orang-orang yang tidak terdidik.
b.      Pimpinan RS diambil alih oleh orang-orang Jepang.
c.       Obat-obatan sangat kurang.
d.      Wabah penyakit terjadi dimana-mana.
2.      Masa Kemerdekaan
Usaha-usaha dibidang kesehatan tahun 1949 mulai dibangun rumah sakit dan
balai kesehatan. Tahun 1952 mulai didirikan sekolah perawat yaitu sekolah guru
perawat dan sekolah perawat setingkat SLTP tahun 1962 mulai didirikan pendidikan
keperawatan professional.
3.      Setelah Kemerdekaan
a.       Priode 1945-1962
Tahun 1945-1950 merupakan masa transisi pemerintahan Negara Kesatuan
Republik Indonesia. Pengembangan tenaga keperawatan yang masih menggunakan
sistem pendidikan yang telah ada, yaitu perawat lulusan pendidikan Belanda (MULO
+ 3 tahun pendidikan, untuk ijazah A (perawat umum) dan ijazah B untuk perawat
jiwa. Terdapat pula pendidikan perawat dengan dasar (SR + 4 tahun pendidikan) yang
lulusannya disebut mantra juru rawat.
Tahun 1953 di buka sekolah pengatur rawat dengan tujuan menghasilkan
tenaga perawat yang lebih berkualitas. Pada tahun 1955, dibuka Sekolah Djuru
Kesehatan (SDK) dengan pendidikan SR ditambah pendidikan 1 tahun dan sekolah
pengamat kesehatan sebagai pengembangan SDK, ditambah pendidikan lagi selama
setahun.
Pada tahun 1962telah dibuka Akademi Keperawatan dengan pendidikan dasar
umum SMA yang bertembat di Jakarta, di RS. Cipto Mangunkusumo. Sekarang
dikenal dengan nama Akper Depkes di Jl. Kimia No. 17 Jakarta Pusat.
b.      Periode 1963-1983
Pada tahun 1972 tepatnya pada tanggal 17 Maret lahirlah organisasi profesi
dengan nama Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) di Jakarta. Mulai tahun
1983 organisasi profesi ini terlibat penuh dalam pembenahan keperawatan melalui
kerjasama dengan CHS, Depkes dan organisasi lainnya.
Pada tahun 1983 melalui Lokakarya Nasional Keperawatan yang
diselenggarakan oleh Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Departemen
Kehehatan RI, dan DPP PPNI, telah ditetapkan define mengenai tugas dan fungsi
perawat di Indonesia.
Dari hasil Lokakarya Nasional tersebut, dikembangkan pendidikan perawat
setingkat akademi (DIII), sarjana (S1), pasca sarjana (S2), serta DIV di Indonesia.
Sejak tahun 1992 melalaui UU No. 23 tentang kesehata, terutama pada pasal 32 yang
berbunyi :
berdasarkan atau ilmu keperawatan atau cara lain yang dapat dipertanggung
jawababkan. 
:           Pelaksanaan pengobatan dan atau perawatan berdasarkan ilmu kedokteran atau ilmu
keperawatan hanya dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian
dan kewenangan untuk itu maka keberadaan, profesionalisasi dan ilmu keperawatan
telah diakui oleh pemerintah. Dengan pengakuan ini, profesionalisasi dan pendidikan
keperawatan dapat berkembang sampai ke jenjang S3.
c.       Periode 1984 sampai sekarang
Tahun 1985, resmi dibuka pendidikan S1 keperawatan dengan nama Program
Studi Ilmu Keperawatan (PSIK) di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia di
Jakarta. Sejak saat itu PSIK-UI telah menghasilkan tenaga keperawatan tingkat
sarjana sehingga pada tahun 1992 di keluarkannya UU No. 23 tentang kesehatan yang
mengakui tenaga keperawatan sebagai profesi.

BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Sejarah adalah setiap peristiwa atau kejadian di masa lampau yang
menyenangkan maupun memilukan. Keperawatan merupakan suatu bentuk layanan
kesehatan professional, yang merupakan bagian integral dari layanan kesehatan yang
berdasarkan pada ilmu dan etika keperawatan. Keperawatan sudh ada sejak manusia
itu ada dan hingga saat ini Profesi keperawatan berkembang dengan pesat. Sejarah
perkembangan keperawatan di Indonesia tidak hanya berlangsung di tatanan praktik,
hal ini layanan keperawatan, tetapi juga di dunia pendidikan keperawatan. Pendidikan
keperawatan memberi pengaruh yang besar terhadap kualitas layanan keperawatan.
Karenanya perawat harus terus meningkatkan kompetensi dirinya, salah satunya
melalui pendidikan keperawatan yang berkelanjutan.

B.     Saran
Dari kesimpulan yang ada maka kita sebagai perawat atau calon perawat harus
terus meningkatkan kompetensi dirinya, salah satunya melalui pendidikan
keperawatan yang berkelanjutan, sehingga kita tidak mengalami ketertinggalan dari
keperawatan internasional.

DAFTAR PUSTAKA
Iskandar. (2013). Keperawatan Profesional. In Media: Jakarta
Budiono & Pertami, Sumira Budi. (2015). Konsep Dasar Keperawatan. Bumi
Medika: Jakarta

Tidak ada komentar:


Posting Komentar
makalah konsep dasar keperawatan bab''caring''
KONSEP CARING

NAMA :DORKAS DENGI WALU

NIM :2016610026

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN

TUGAS : KDK 1

Pertemuan ke 1

ABSTRAK

Caring merupakan inti dari keperawatan (julia,1995).Caring membantu klien


meningkatkan perubahan positif dalam aspek fisik, psikologis, spiritual, dan
sosial.Setiap perawat berbeda dalam memberikan sikap asuhan kepada klien.Sikap
keperawatan yang berhubungan dengan caring adalah kehadiran, sentuhan kasih
sayang, mendengarkan, memahami klien, caring dalam spiritual, dan
perawatan tindakan kepedulian,sedangkan curing merupakan tindakan pengobatan.

KATA KUNCI :Caring;Curing;persepsi klien.

BAB 1

PENDAHULUAN

1.LATAR BELAKANG

Di era globalisasi ini,segala bidang kehidupan sedang mengalami perkembangan


bahkan kemajuan.Salah satunya adalah bidang pelayanan kesehatan.bidang pelayanan
kesehatan tidak hanya sarana dan prasarana yang mengalami kemajuan,tetapi juga
profesionalisme dari tenaga kesehatan.
Lingkungan kesehatan seperti rumah sakit,perawat akan berhadapan dengan klien dan
tenaga kesehatn lainnya.Oleh karena itu,Perawat harus terus meningkatkan
profesionalismenya,yaitu meningkatkan perilaku caring.Caring bukan semata-mata
perilaku. Caring adalah cara yang memiliki makna dan memotivasi
tindakan. Caring juga didefinisikan sebagai tindakan yang bertujuan memberikan
asuhan fisik dan memperhatikan emosi sambil meningkatkan rasa aman dan
keselamatan klien (Carruth et all, 1999).

2. PERUMUSAN MASALAH

Apakah pengertian caring secara umum?Bagaimana persepsi klien tentang caring?


Bagaiman pandangan Watson tentang caring?Bagaiman perilaku caring dalam
praktik keperawatan ?Apa perbedaan caring dan curing?Makalah ini akan
memebahas masalah – masalah tersebut.

3. TUJUAN PENULISAN

Makalah ini disusun dalam rangka menyelesaikan tugas mata kuliah Konsep Dasar
Keperawatan I, menambah wawasan tentang Konsep Caring di Sepanjang Rentang
Kehidupan, agar mahasiswa mengerti tentang bagaimana perilaku caring dalam
proses dan praktik keperawatan, dan sebagai salah satu sarana belajar mahasiswa.

4. JENIS PEMBAHASAN

Dalam menyusun makalah ini, penulis melakukan metode belajar Collaborative


Learning (CL). Pada awal penugasan, tiap anggota kelompok mendapatkan sub
pokok bahasan masing-masing. Kemudian tiap anggota kelompok melakukan belajar
mandiri untuk mempelajari materi dan menyusun LTM, untuk kemudian
menyampaikan hasil belajarnya kepada anggota kelompok lainnya. Setelah semua
menyampaikan hasil belajar mandirinya, semua materi dikumpulkan dan disusunlah
makalah ini.

5. SISTEMATIKA PENULISAN

Makalah ini disusun berdasarkan sistematika berikut :

a.Judul,

b.Nama penulis,
c.Abstrak,

d.Kata kunci,

e.Pendahuluan,

f.Inti tulisan (teori, metode, hasil, dan pembahasan),

g.Kesimpulan dan usulan,

h.Ucapan terima kasih, dan

i.Daftar pustaka.

BAB II

HASIL DAN PEMBAHASAN

1.Pegertian Caring Secara Umum

Secara bahasa, istilah caring diartikan sebagai tindakan kepedulian. Caring secara


umum dapat diartikan sebagai suatu kemampuan untuk berdedikasi bagi orang lain,
pengawasan dengan waspada, serta suatu perasaaan empati pada orang lain dan
perasaan cinta atau menyayangi.

Pengertian caring berbeda dengan care. Care adalah fenomena yang berhubungan


dengan orang berhubungan dengan bimbingan, bantuan, dukungan perilaku kepada
individu, keluarga, kelompok dengan adanya kejadian untuk memenuhi kebutuhan
aktual maupun potensial untuk meningkatkan kondisi dan kualitas kehidupan
manusia. Sedangkan caring adalah tindakan nyata dari care yang menunjukkan suatu
rasa kepedulian.

Terdapat beberapa pengertian caring menurut beberapa ahli, antara lain :

a.Florence nightingale (1860) : caring adalah tindakan yang menunjukkan


pemanfaatan lingkungan pasien dalam membantu penyembuhan, memberikan
lingkungan bersih, ventilasi yang baik dan tenang kepada pasien.
b.Delores gaut (1984) : caring tidak mempunyai pengertian yang tegas, tetapi ada tiga
makna dimana ketiganya tidak dapat dipisahkan, yaitu perhatian, bertanggung jawab,
dan ikhlas.

c.Crips dan Taylor (2001) : caring merupakan fenomena universal yang


mempengaruhi bagaimana seseorang berpikir, merasakan, dan berperilaku dalam
hubungannya dengan orang lain.

d.Rubenfild (1999) : caring yaitu memberikan asuhan, tanggunggung jawab, dan


ikhlas.

e.Crips dan Taylor (2001) : caring merupakan fenomena universal yang


mempengaruhi bagaimana seseorang berpikir, merasakan, dan berperilaku dalam
hubungannya dengan orang lain.

f.Rubenfild (1999) : caring yaitu memberikan asuhan, dukungan emosional pada


klien, keluarga, dan kerabatnya secara verbal maupun nonverbal.

g.Jean watson (1985) : caring merupakan komitmen moral untuk melindungi,


mempertahankan, dan meningkatkan emosional pada klien, keluarga, dan kerabatnya
secara verbal maupun nonverbal.

h.Jean watson (1985) : caring merupakan komitmen moral untuk melindungi,


mempertahankan, dan meningkatkan martabat manusia.

Dari beberapa pengertian tersebut, dapat dipersingkat bahwa pengertian caring secara
umum adalah suatu tindakan moral atas dasar kemanusiaan, sebagai suatu cerminan
perhatian, perasaan empati dan kasih sayang kepada orang lain, dilakukan dengan
cara memberikan tindakan nyata kepedulian, dengan tujuan untuk meningkatkan
kualitas dan kondisi kehidupan orang tersebut. Caring merupakan inti dari
keperawatan.

2.Persepsi Klien Tentang Caring

Penelitian tentang persepsi klien penting karena pelayanan kesehatan merupakan


fokus terbesar dari tingkat kepuasan klien. Jika klien merasakan penyelenggaraan
pelayanan kesaehatan bersikap sensitif, simpatik, merasa kasihan, dan tertarik
terhadap mereka sebagai individu, mereka biasanya menjadi teman sekerja yang aktif
dalam merencanakan perawatan ( Attree, 2001 ). Klien dalam penelitian ini
menunjukkan bahwa mereka semakin puas saat perawat melakukan caring.

Biasanya klien dan perawat melakukan persepsi yang berbeda tentang caring ( Mayer,
1987; Wolf, Miller, dan Devine, 2003 ). Untuk alasan tersebut, fokuskan pada
membangun suatu hubungan yang membuat perawat mengetahui apa yang penting
bagi klien. Contoh, perawat mempunyai klien yang takut untuk dipasang kateter
intravena, perawat tersebut adalah perawat yang belum terampil dalam memasukkan
kateter intravena. Perawat tersebut memutuskan bahwa klien akan lebih diuntungkan
jika dibantu oleh perawat yang sudah terampil daripada memberikan penjelasan
prosedur untuk mengurangi kecemasan. Dengan mengetahui siapa klien, dapat
membantu perawat dalam memilih pendekatan yang paling sesuai dengan kebutuhan
klien.

Etika Pelayanan

Watson ( 1988 ) menyarankan agar caring sebagai suatu sikap moral yang ideal,
memberikan sikap pendirian terhadap pihak yang melakukan intervensi seperti
perawat. Sikap pendirian ini perlu untuk menjamin bahwa perawat bekerja sesuai
standar etika untuk tujuan dan motivasi yang baik. Kata etika merujuk pada kebiasaan
yang benar dan yang salah. Dalam setiap pertemuan dengan klien, perawat harus
mengetahui kebiasaan apa yang sesuai secara etika. Etika keperawatan bersikap unik,
sehingga perawat tidak boleh membuat keputusan hanya berdasarkan prinsip
intelektual atau analisis.

Etika keperawatan berfokus pada hubungan antara individu dengan karakter dan
sikap perawat terhadap orang lain. Etika keperawatan menempatkan perawat sebagai
penolong klien, memecahkan dilema etis dengan cara menghadirkan hubungan dan
memberikan prioritas kepada klien dengan kepribadian khusus.

A. Persepsi klien wanita ( Riemen, 1986 )

1.Berespon terhadap keunikan klien

2.Memahami dan mendukung perhatian klien

3.Hadir secara fisik


4.Memiliki sikap dan menunjukkan prilaku yang membuat klien merasa dihargai
sebagai manusia

5.Kembali ke klien dengan sukarela tanpa diminta

6.Menunjukkan perhatian yang memberi kenyamanan dan merelaksasi klien

7.Bersuara halus dan lembut

8.Memberi perasaan nyaman

B.Persepsi klien pria ( Riemen, 1986 )

1.Hadir secara fisik sehingga klien merasa dihargai

2.Kembali ke klien dengan sukarela tanpa diminta

3.Membuat klien merasa nyaman, relaks, dan aman

4.Hadir untuk memberi kenyamanan dan memenuhi kebutuhan klien sebelum diminta

5.Menggunakan suara dan sikap yang baik, halus, lembut dan menyenangkan

C. Persepsi klien kanker dan keluarga ( Mayer, 1986 )

1.Mengetahui bagaimana memberikan injeksi dan mengelola peralatan

2.Bersikap ceria

3.Mendorong klien untuk menghubungi perawat bila klien mempunyai masalah

4.Mengutamakan atau mendahulukan kepentingan klien

5.Mengantisipasi pengalaman pertama adalah yang terberat

D. Persepsi klien dewasa yang dirawat ( Brown, 1986 )


1.Kehadirannya menentramkan hati

2.Memberikan informasi

3.Mendemonstrasikan pengetahuan dan keterampilan profesional

4.Mampu menangani nyeri atau rasa sakit

5.Memberi waktu yang lebih banyak dari yang dibutuhkan

6.Mempromosikan otonomi

7.Mengenali kualitas dan kebutuhan individual

8.Selalu mengawasi klien

E.Persepsi dari keluarga

1.Jujur

2.Memberikan penjelasan dengan jelas

3.Selalu menginformasikan keluarga

4.Mencoba untuk membuat klien nyaman

5.Menunjukkan minat dalam menjawab pertanyaan

6.Memberikan perawatan emergensi bila perlu

7.Menjawab pertanyaan anggota keluarga secara jujur, terbuka dan ikhlas

8.Mengijinkan klien melakukan sesuatu untuk dirinya sebisa mungkin

9.Mengajarkan keluarga cara memelihara kondisi fisik yang lebih nyaman


3.Teori Caring Menurut Watson

Dr.Jean Watson pencetus The Human Caring dikembangkan pada tahun 1975 –


1979.Menurut watson ada tujuh asumsi yang mendasari konsep caring.ketujuh
asumsi tersebut adalah

a.Caring akan efektif bila diperlihatkan dan dipraktikkan secara interpersonal

b.Caring yang efektif dapat meningkatkan kesehatan individu dan keluarga

c.Caring merupakan respon yang di terima klien tidak saat itu saja,tapi dapat
memengaruhi keadaan klien selanjutnya

d.Lingkungan yang penuh caring sangat potensial untuk mendukung perkembangan


klien

e.Caring terdiri dari faktor kuratif yang berasal darikepuasan dalam membantu
memnuhi kebutuhan klien

f.Caring lebih kompleks dari pada curing,karena praktek caring memadukan antara
pengetahuan biofisik dengan pengetahuan mengenai perilaku manusia yang berguna
dalam meningkatkan derajat kesehatan klien

g.Caring merupakan inti dari keperawatan(Julia,1995)

Watson menekankan sikap caring ini harus tercemin sepuluh faktor kuratif yang


berasal dari perpaduan nilai nilai humanistik dengan ilmu pengetahuan dasar.

a.Pembentukan sistem nilai humanistik dan altruistik

b.Memeberikan kepercayaan harapan dengan cara memfasilitasi dan meningkatkan


asuhan keperawatan yang holistik

c.Menumbuhkan kesensitifan terhadap klien

d.Membangun hubungan saling percaya


e.Peningkatan pembelajaran dan pengajaran interpersonal

f.Menciptakan lingkungan fisik,mental,sosialkultural dan spritual yang mendukung

g.Menggunakan metode penyelesaian keputusan(proses keperawatan)

h.Memberi bimbingan yang memuasakan klien

i.Menerima perasaan positif dan negatif dari klien

j.Mengizinkan terjadinya tekanan yang bersifat fenolmenologis agar pertumbuhan diri


dan kematangan jiwa klien dapat dicapai

4.Perilaku Caring dalam Praktik Keperawatan

Caring bukanlah sesuatu yang dapat diajarkan, tetapi merupakan hasil dari


kebudayaan, nilai-nilai, pengalaman, dan dari hubungan dengan orang lain. Sikap
keperawatan yang berhubungan dengan caring adalah kehadiran, sentuhan kasih
sayang, mendengarkan, memahami klien, caring dalam spiritual, dan perawatan
keluarga.

a.Kehadiran

Kehadiran adalah suatu pertemuan antara seseorang dengan seseorang lainnya yang
merupakan sarana untuk mendekatkan diri dan menyampaikan manfaat caring.
Menurut Fredriksson (1999), kehadiran berarti “ada di” dan “ada dengan”. “Ada di”
berarti kehadiran tidak hanya dalam bentuk fisik, melainkan juga komunikasi dan
pengertian. Sedangkan “ada dengan” berarti perawata selalu bersedia dan ada untuk
klien (Pederson, 1993). Kehadiran seorang perawat membantu menenangkan rasa
cemas dan takut klien karena situasi tertekan.

b.Sentuhan

Sentuhan merupakan salah satu pendekatan yang menenangkan dimana perawat dapat
mendekatkan diri dengan klien untuk memberikan perhatian dan dukungan. Ada dua
jenis sentuhan, yaitu sentuhan kontak dan sentuhan non-kontak. Sentuhan kontak
merupakan sentuhan langsung kullit dengan kulit. Sedangkan sentuhan non-kontak
merupakan kontak mata. Kedua jenis sentuhan ini digambarkn dalam tiga kategori :
1)Sentuhan Berorientasi-tugas

Saat melaksanakan tugas dan prosedur, perawat menggunakan sentuhan ini.


Perlakuan yang ramah dan cekatan ketika melaksanakan prosedur akan memberikan
rasa aman kepada klien. Prosedur dilakukan secara hati-hati dan atas pertimbangan
kebutuhan klien.

2)Sentuhan Pelayanan (Caring)

Yang termasuk dalam sentuhan caring adalah memegang tangan klien, memijat


punggung klien, menempatkan klien dengan hati-hati, atau terlibat dalam
pembicaraan (komunikasi non-verbal). Sentuhan ini dapat mempengaruhi keamanan
dan kenyamanan klien, meningkatkan harga diri, dan memperbaiki orientasi tentang
kanyataan (Boyek dan Watson, 1994).

3)Sentuhan Perlindungan

Sentuhan ini merupakan suatu bentuk sentuhan yang digunakan untuk melindungi
perawat dan/atau klien (fredriksson, 1999). Contoh dari sentuhan perlindungan adalah
mencegah terjadinya kecelakaan dengan cara menjaga dan mengingatkan klien agar
tidak terjatuh.

Sentuhan dapat menimbulkan berbagai pesan, oleh karena itu harus digunakan secara
bijaksana.

c.Mendengarkan

Untuk lebih mengerti dan memahami kebutuhan klien, mendengarkan merupakan


kunci, sebab hal ini menunjukkan perhatian penuh dan ketertarikan perawat.
Mendengarkan membantu perawat dalam memahami dan mengerti maksud klien dan
membantu menolong klien mencari cara untuk mendapatkan kedamaian.

d.Memahami klien

Salah satu proses caring menurut Swanson (1991) adalah memahami klien.


Memahami klien sebagai inti suatu proses digunakan perawat dalam membuat
keputusan klinis. Memahami klien merupakan pemahaman perawat terhadap klien
sebagai acuan melakukan intervensi berikutnya (Radwin,1995). Pemahaman klien
merupakan gerbang penentu pelayanan sehingga, antara klien dan perawat terjalin
suatu hubungan yang baik dan saling memahami.

e.Caring Dalam Spiritual

Kepercayaan dan harapan individu mempunyai pengaruh terhadap kesehatan fisik


seseorang. Spiritual menawarkan rasa keterikatan yang baik, baik melalui hubungan
intrapersonal atau hubungan dengan dirinya sendiri, interpersonal atau hubungan
dengan orang lain dan lingkungan, serta transpersonal atau hubungan dengan Tuhan
atau kekuatan tertinggi.

Hubungan caring terjalin dengan baik apabila antara perawat dan klien
dapatmemahami satu sama lain sehingga keduanya bisa menjalin hubungan yang baik
dengan melakukan hal seperti, mengerahkan harapan bagi klien dan
perawat;mendapatkan pengertian tentang gejala, penyakit, atau perasaan yang
diterima klien; membantu klien dalam menggunakan sumber daya sosial, emosional,
atau spiritual; memahami bahwa hubungan caring menghubungkan manusia dengan
manusia, roh dengan roh.

f.Perawatan Keluarga

Keluarga merupakan sumber daya penting. Keberhasilan intervensi keperawatan


sering bergantung pada keinginan keluarga untuk berbagi informasi dengan perawat
untuk menyampaikan terapi yang dianjurkan. Menjamin kesehatan klien dan
membantu keluarga untuk aktif dalam proses penyembuhan klien merupakan tugas
penting anggota keluarga. Menunjukkan perawatan keluarga dan perhatian pada klien
membuat suatu keterbukaan yang kemudian dapat membentuk hubungan yang baik
dengan anggota keluarga klien.

5.Perbedaan Caring dan Curing

Keperawatan sebagai suatu profesi dan berdasarkan pengakuan masyarakat adalah


ilmu kesehatan tentang asuhan atau pelayanan keperawatan atau The Health Science
of Caring (Lindberg,1990:40). Secara bahasa, caring dapat diartikan sebagai tindakan
kepedulian dan curing dapat diartikan sebagai tindakan pengobatan. Namun, secara
istilah caring dapat diartikan memberikan bantuan kepada individu atau sebagai
advokasi pada individu yang tidak mampu memenuhi kebutuhan dasarnya.
Sedangkan curing adalah upaya kesehatan dari kegiatan dokter dalam prakteknya
untuk mengobati klien. Dalam penerapannya, konsep caring dan curing mempunyai
beberapa perbedaan, diantaranya:
1.Caring merupakan tugas primer perawat dan curing adalah tugas sekunder.
Maksudnya seorang perawat lebih melakukan tindakan kepedulian terhadap klien
daripada memberikan tindakan medis. Oleh karena itu, caring lebih identik dengan
perawat.

2.Curing merupakan tugas primer seorang dokter dan caring adalah tugas sekunder.


Maksudnya seorang dokter lebih melibatkan tindakan medis tanpa melakukan
tindakan caring yang berarti. Oleh karena itu, curing lebih identik dengan dokter.

3.Dalam pelayanan kesehatan klien yang dilakukan perawat, ¾ nya


adalah caring dan¼ nya adalah curing.

4.Caring bersifat lebih “Healthogenic” daripada curing. Maksudnya caring lebih


menekankan pada peningkatan kesehatan daripada pengobatan. Di dalam
praktiknya, caring mengintegrasikan pengetahuan biofisik dan pengetahuan
perilaku manusia untuk meningkatkan derajat kesehatan dan untuk menyediakan
pelayanan bagi mereka yang sakit.

5.Tujuan caring adalah membantu pelaksanaan rencana pengobatan/terapi dan


membantu klien beradaptasi dengan masalah kesehatan, mandiri memenuhi
kebutuhan dasarnya, mencegah penyakit, meningkatkan kesehatan dan
meningkatkan fungsi tubuh sedangkan tujuan curing adalah menentukan dan
menyingkirkan penyebab penyakit atau mengubah problem penyakit dan
penanganannya.

6.Diagnosa dalam konsep curing dilakukan dengan mengungkapkan penyakit yang


diderita sedangkan diagnosa dalam konsep caring dilakukan dengan identifikasi
masalah dan penyebab berdasarkan kebutuhan dan respon klien.

BAB III

PENUTUP

1.KESIMPULAN

Caring merupakanfenomena universal yang berkaitan dengan cara seseorang berpikir,


berperasaan dan bersikap ketika berhubungan dengan orang lain.Caring merupakan
inti dari keperawatan.Perawat dituntut untuk bersikap care dan juga
harung caring dengan sekitarnya.Tujuan caring adalah untuk mendukung proses
penyembuhan secara total(hoover,2002). Perilaku caring dan curing sangatlah
berbeda karena caring identik dengan tindakan asuhan keperawatan
,sedangkan curing adalah pengobatan terhadap penyakit klien.Antar caring dan curing
saling berhubungan satu sama lain.

2.SARAN

Sikap caring harus dipraktikkan dalam kehidupan sehari – hari,agar


perilaku caring tumbuh secara alami dalam jiwa perawat.ketika menghadapi
klien,perawat dengan mudah memberikan asuhan keperawatan.Klien yang
sakitkadang hanya butuh perhatian dan empati dari seseorang yang merawatnya agar
ia lebih semangat dalam menghadapi penyakitnya.Oleh karena itu sebagai perawat
disarankan agar benar – benar faham tentang perilaku caring ini.

3.UCAPAN TERIMAKASIH

Segala puji bagi allah yang telah memberikan kesehatan dan kesempatan sehingga
kami dapat menyelesaikan makalah ini.Kami berterima kasih kepada ayah ibu yang
selalu mendoakan anak – anaknya agar sukses dunia dan akhirat.Kami juga berterima
kasih kepada Ibu Murtiwi,orang tua kedua kami yang selalumencurahkan
ilmunya.Dan terimakasih kepada teman – teman atas bantuan dan doanya ,sehingga
kami dapat menyelesaikan makalah ini.

DAFTAR PUSTAKA

Potter, Patricia A, Anne G. Perry. 2009. Fundamental Of Nursing edisi 7. Jakarta:


Penerbit Salemba Medika.

Taylor,carol.lilis,carol dan lemone,priscilla 1997,Fundamentals of Nursing 3nd


ed,phidelphia:Lippincott
Nama:DORKAS DENGI WALU

NIM:2016610026

TUGAS:KDK 1(SISTEM PELAYANAN KESEHATAN)

SISTEM PELAYANAN KESEHATAN & SISTEM RUJUKAN Dr.

TRI NISWATI UTAMI, M.KES Definisi suatu jaringan penyedia pelayanan kesehatan Sistem
kesehatan

1.(supply side) & orang yang menggunakan pelayanan tersebut di setiap wilayah (WHO,
1996). setiap upaya yg diselelnggarakan sendiri atau Pelayanan kesehatan

a.secara bersama dlm suatu organisasi utk memelihara, meningkatkan, mencegah &
menyembuhkan penyakit serta memulihkan kesehatan perorangan, kelompok dan
masyarakat (Depkes RI, 2009). Sebuah sub sistem pelayanan kesehatan yang tujuan
utamanya adalah :

b pelayanan preventif (pencegahan) dan promotif (peningkatan kesehatan) masyarakat


dengan sasarannya Sistem pelayanan kes. masyarakat potensi masyarakat, tenaga
kesehatan, sarana kesehatan

• INPUT berbagai kegiatan dalam pelayanan kesehatan

• PROSES pelayanan kesehatan yg berkualitas, efektif, efisien

• OUTPUT (waktu lama) masyarakat sehat

• DAMPAK kualitas tenaga kesehatan


• UMPAN BALIK kondisi sosial yg ada di masyarakat

• LINGKUNGAN Keberhasilan sistem pelayanan kesehatan:

• Komponen yang ada didalam pelayanan kesehatan:

1) Dokter

2) Ahli gizi

3) Fisioterapi

4) Perawat

5) Fasilitas

6) Dll. Tingkat pelayanan kesehatan tingkat pertama, memberikan

• Health promotion meningkatkan status pelayanan kesehatan. Bertujuan kesehatan


masyarakat/sasaran tidak terjadi gangguan kesehatan. perlindungan khusus. Melindungan

• Spesific protection masyarakat dari bahaya yang menyebabkan penurunan status


kesehatan. mis: perlindungan terhadap penyakit pemberian imunisasi BCG ,tertentu,
ancaman kesehatan DPT, Hepatitis, Campak dll.

• Early diagnosis and promotion treatment (diagnosis dini & pengobatan segera). Pelayanan
dimulai dari timbulnya gejala suatu penyakit. Pelayanan dilaksanakan mencegah survey
meluasnya penyakit. Bentuk tingkat pelayanan pencarian kasus.

• Disability limitation (pembatasan cacat). Dilakukan utk mencegah agar masyarakat tdk
mengalami dampak perawatan utk menghentikankecacatan. Bentuk kegiatan penyakit,
mencegah komplikasi & kematian

• Rehabilitation (rehabilitasi). Tingkat pelayanan dilaksanakan setelah pasien didiagnosis


sembuh. program latihan. Fase pemulihan terhadap kecacatan agar pasien memiliki
keyakinan kembali atau gairah hidupFasilitas ke masyarakat, dan masyarakat mau
menerima . pencegahan Tujuan pelayanan kesehatan program pendidikan: imunisasi,
• Preventif primer penyediaan nutrisi yang baik dan kesegaran jasmani. pengobatan
penyakit tahap dini utk

• Preventif sekunder membatasi kecacatan, dgn cara menghindari akibat yg timbul dari
perkembangan penyakit. pembuatan diagnosa ditujukan utk

• Preventif tersier melaksanakan tindakan rehabilitasi: kuratif & rahabilitatif Lingkup


pelayanan kesehatan tenaga ahli, sub spesialis (RS Type A atau B) Tersier RS daerah yg
tersedia tenaga spesialis Sekunder Puskesmas, balai kesehatan Primer Lembaga pelayanan
kesehatan diagnosis

1. Rawat Jalan. Tingkat pelayanan kesehatan & pengobatan: (klinik, praktek spisialis)

2. Institusi. Fasilitas cukup, memberikan berbagai pelayanan kesehatan: (RS)

3. Community Based Agency. Lembaga pelayanan kesehatan yg dilakukan pd klien, keluarga


sebagaimana pelaksanaan perawatan keluarga.

4. Hospice. Lembaga yg memberikan pelayanan kesehatan fokuspd klien yg sakit terminal.


Faktor yang memengaruhi pelayanan kesehatan

1. Ilmu pengetahuan & teknologi; pelayanan kesehatan utk mengatasi penyakit yang sulit
mis: laser. 2. Pergeseran nilai masyarakat

3. Aspek legal dan etik. Tuntutan hukum dan etik, pelayanan profesionalisme. kesehatan

4. Ekonomi.

5. Politik. Kebijakan pemerintah berpengaruh terhadap sistem pemberian pelayanan


kesehatan. kompleks; Pelayanan kesehatan menggalang potensi masyarakat

• Potensi masyarakat. Partisipasi mengadakan dana sehat, iuran PMT utk balita, kader
kesehatan dan lainnya. LSM

• Menggalang masyarakat

• Perusahaan swasta. Syarat pelayanan kesehatan

1. Tersedia & berkesinambungan

2. Dapat diterima dan wajar

3. Mudah dicapai

4. Mudah dijangkau

5. Bermutu Kesimpulan: tertier; tidak secodary


• Sistem pelayanan kesehatan (primer berdiri sendiri)

• Sistem yang saling berhubungan. Apabila pelayanan kesehatan primer tdk dapat
melakukan tindakan medis tingkat primer, ia menyerahkan “RUJUKAN” tanggung jawab
pada pelayanan kesehatan lain Sistem rujukan

• Suatu sistem penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang melaksanakan pelimpahan


tanggung jawab timbal balik terhadap suatu kasus penyakit atau masalah kesehatan secara
vertikal (dari unit yg lebih mampu menangani) atau secara horizontal (antar unit yang
setingkat kemampuannya). Pembagian rujukan

1. Rujukan medik. Rujukan pengetahuan (konsultasi medis) atau bahan pemeriksaan.

2. Rujukan kesehatan masyarakat. Upaya pencegahan penyakit (preventif) & promotif,


mencakup: teknologi, sarana dan operasional. Skema rujukan

MAKALAH KONSEP DASAR KEPERAWATAN 1 DENGAN SEJARAH


PERKEMBANGAN KEPERAWATAN DUNIA

DD
STIKES

OLEH:DORKAS DENGI WALU


NIM:2016610026
PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS TRIBHUWANA TUNGGADEWI
MALANG
2020

KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
karunia-Nya, sehingga saya dapat menyelesaikan makalah SEJARAH
PERKEMBANGAN KEPERAWATAN DI DUNIA dengan baik dan tepat pada
waktunya. Dalam penyusunan makalah mungkin ada sedikit hambatan. Namun berkat
bantuan dukungan dari teman-teman serta bimbingan dari Dosen pembimbing.
Sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik.
Dengan adanya makalah ini, diharapakan dapat membantu proses
pembelajaran dan dapat menambah pengetahuan bagi pembaca. Tidak lupa pula saya
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak, atas bantuan, dukungan, dan doa-
Nya.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membaca
makalah ini dan dapat mengetahui tentang SEJARAH PERKEMBANGAN
KEPERAWATAN DI DUNIA. Makalah ini mungkin kurang sempurna, untuk itu
saya mengharapkan kritik dan saran untuk penyempurnaan makalah ini.

MALANG, 27 2020

                                                                                               

DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR .........................................................................................................
DAFTAR
ISI ........................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang...........................................................................................................
B.     Rumusan Masalah......................................................................................................
C.     Tujuan........................................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN                                                                                               
A.    Pengertian..................................................................................................................
B.     Sejarah Keperawatan di Dunia..................................................................................
C.     Perkembangan Keperawatan di Inggris.....................................................................
D.    Sejarah Keperawatan di Indonesia............................................................................
BAB III PENUTUP
A.    Kesimpulan ...............................................................................................................
B.     Saran .........................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Sejarah adalah setiap peristiwa atau kejadian di masa lampau yang
menyenangkan maupun memilukan. Keperawatan merupakan suatu bentuk layanan
kesehatan professional, yang merupakan bagian integral dari layanan kesehatan yang
berdasarkan pada ilmu dan etika keperawatan.
Keperawatan lahir bersamaan dengan diciptakannya manusia oleh Tuhan,
sehingga tidak dapat di pungkiri bahwa setiap orang memerlukan asuhan keperawatan
dalam hidupnya. Pada awalnya perawat dianggap sebagai pemberian asuhan, dimana
pelaksanaanny dilakukan secara tradisional oleh kelompok, masyarakat, atau badan
sosial.
Perkembangan keperawatan yang kita ketahui saat ini tidak dapat dipisahkan
dan sangat dipengaruhi oleh perkembangan struktur dan kemajuan peradaban
manusia. Kepercayaan terhadap animisme, penyebaran agama-agama besar, dunia
serta kondisi sosial ekonomi masyarakat, terjadinya perang, renaissance serta gerakan
reformasi turut serta mewarnai perkembangan keperawatan. Dari sejarah kita dapat
mengetahui pengalaman tersebut untuk itu kita gunakan pada masa kini dan masa
yang akan dating.

B.     Rumusan Masalah
1.      Apa yang di maksud dengan sejarah dan keperawatan ?
2.      Bagaimana sejarah keperawatan di dunia ?
3.      Bagaimana perkembangan keperawatan di Inggris ?
4.      Bagaimana sejarah keperawatan di Indonesia ?

C.    Tujuan
1.      Untuk mengetahui arti dari sejarah dan keperawatan.
2.      Untuk mengetahui sejarah keperawatan di dunia.
3.      Untuk mengetahui perkembangan keperawatan di Inggris.
4.      Untuk mengetahui sejarah keperawatan di Indonesia.

BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pengertian
Sejarah adalah setiap peristiwa atau kejadian di masa lampau yang
menyenangkan maupun memilukan. Sejarah perkembangan keperawatan senantiasa
mengalami masa pasang surut dari zaman ke zaman. Perkembangan ini tidak lepas
dari proses perubahan peradaban manusia dan tingkat pemenuhan kebutuhan manusia
akan layanan kesehatan, khususnya layanan keperawatan, yang terus meningkat
sesuai taraf kehidupannya. Mengetahui masa lalu dan memahami keperawatan
terdahulu akan memberikan suatu kesempatan untuk menggunakan pengalaman dan
pelajaran yang dapat digunakan di masa kini dan masa yang akan dating.
Keperawatan sebagai suatu pekerjaan sudah ada sejak manusia ada di bumi
ini, keperawatan terus berkembang sesuai dengan kemajuan peradaban teknologi dan
kebudayaan. Konsep keperawatan dari abad kea bad terus berkembang

B.     Sejarah Keperawatan di Dunia


Sejarah perkembangan keperawatan secara umum terbagi ke dalam lima
zaman, yaitu zaman purba, zaman permulaan masehi, zaman pertengahan, zaman
baru (renaisans), dan zaman modern.
1.      Zaman Purbakala
Sejarah keperawatan di mulai sejak adanya manusia lahir di muka bumi, bisa
pula dikatakan bahwa keberadaan keperawatan sudah ada sejak zaman purba. Awal
perkembangan keperawatan adalah perawat harus memiliki naluri keibuan (Mother
Instinct). Setiap manusia pasti memiliki naluri keibuan untuk menjaga kesehatan,
mengurangi stimulus kurang menyenangkan, menyusui anak, merawat anak yang
mengalami penderitaan atau sedang sakit. Naluri keperawatan senantiasa ada dan
berada dalam setiap pribadi manusia.
Perkembangan keperawatan pada zaman purba sangat di pengaruhi oleh
kegiatan keagamaan atau keprcayaan yang dianut oleh kelompok masyarakat pada
zamannya, seperti berikut.
a)      Mesir
Bangsa Mesir, pada zaman purba mempercayai bahwa dewa Isis yang
memberikan penyakit dan memberikan pertolongan (kesembuhan) pada manusia.
Kuil merupakan rumah sakit pertama di Mesir. Ketabiban bangsa mesir telah
mengenal ilmu bedah sejak zaman purba (± 4800 SM). Dalam menjalankan tugasnya,
ia menggunakan bidai (spalk), alat-alat pembalut, dan mempunyai pengetahuan
tentang anatomi, hygienr umum, serta tentang obat-obatan.
b)      Babilonia dan Syria
Pada 680 SM, orang telah mengetahui cara menahan darah yang keluar dari
hidung dan merawat jerawat pada muka. Bangsa Babylon dan Syria menyembah
dewa, mereka menganggap perawatan atau pengobatan berdasarkan kepercayaan
tersebut.
c)      Tiongkok
Bangsa Tiongkok telah mengenal penyakit kelamin di antaranya Gonorrhea
dan Syphilis. Pencacaran juga telah dilakukan sejak 1000 SM, ilmu urut dan
psikoterapi. Orang-orang yang terkenal dalam ketabiban:
  Seng Lung di kenal sebagai “Bapak Pengobatan, yang ahli penyakit dalam dan  telah
menggunakan obat-obatan dari tumbuhan dan mineral (garam-garaman).
Semboyannya yang terkenal adalah Lihat, Dengar, Tanya, dan Rasa.
  Chang Chung Ching ± 200 SM, telah mengerjakan lavement dengan menggunakan
bambu.
a)      Yunani
Bangsa Yunani zaman purba memuja dan memuliakan banyak dewa
(polytheisme). Dewa yang terkenal adalah dewa pengobatan putrid dan dewa yang
bernama Hygiene sebagai dewi kesehatan, maka terbentuk perkataan higyene. Untuk
pemujaan kepada para dewa didirikan kuil (1134 SM) yang berfungsi sebagai tempat
pengobatan orang sakit dan perawatan, yang dikerjakan oleh para budak-budak.
Orang ternama dalam ketabiban antara lain:
  Hippocrates (hidup ± 400 SM) adalah bapak pengobatan.
  Plato ahli filsafat Yunani, otak sebagai pusat kesadaran.
  Aristoteles ahli filsafat, ahli jiwa dan ilmu hayat.
b)      Roma
Rumah sakit Roma zaman purba disebut valentrumdinari Roma, yang terdapat
di Swiss ditemukan alat-alat perawatan, seperti peralatan untuk huknah pot-pot
tempat selep. Juga instrument untuk perluan pembedahan, seperti pisau, pinset, klem
arteri, dan speculum. Tokoh terkenal Julius Caesar (101-44 SM) seorang wali Negara
yang pertama kali mengakui guru-guru hygiene dan menganjurkan tentang kesehatan
dan kebersihan.
Setelah itu perkembangan keperawatan terus berubah dengan adanya
Diaknoses dan Philantrop, yaitu suatu kelompok wanita tua dan janda yang
membantu pendeta merawat orang sakit, sejak itu mulai berkembang ilmu
keperawatan.
2.      Zaman Masehi
Keperawatan di mulai pada saat perkembangan agama nasrani, dimana pada
saat itu banyak terbentuk Diakones yaitu suatu organisasi wanita yang bertujuan
untuk mengunjungi orang sakit, sedangkan laki-laki diberi tugas dalam memberikan
perawatan untuk mengubur bagi yang meninggal. Pada zaman pemerintahan Lord-
Constantine, ia mendirikan Xenodhoecim atau hospes yaitu tempat penampungan
orang-orang sakit yang membutuhkan pertolongan. Pada zaman ini berdirilah Rumah
Sakit di Roma yaitu Monastic Hospital
1.      Pertengahan Abad VI Masehi
Keperawatan berkembang di Asia Barat Daya yaitu Timur Tengah, seiring
dengan perkembangan agama Islam. Pengaruh agama Islam terhadap perkembangan
keperawatan tidak lepas dari keberhasilan Nabi Muhammad SAW menyebarkan
agama Islam. Abad VII Masehi, di Jazirah Arab berkembang pesat ilmu pengetahuan
sperti Ilmu Pasti, Kimia, Hygiene, dan obat-obatan. Pada masa ini muncul prinsip-
prinsip dasar keperawatan kesehatan. Seperti, pentingnya kebersihan diri, kebersihan
makanan, dan lingkungan. Tokoh keperawatan yang dikenal dari Arab adalah
Rufaidah.

2.      Permulaan Abad XVI


Struktur dan orientasi masyarakat berubah dari agama menjadi kekuasaan,
yaitu perang, eksplorasi kekayaan dan semangat colonial. Gereja dan tempat-tempat
ibadah ditutup, padahal tempat ini digunakan oleh orde-orde agama untuk merawat
orang sakit. Dengan adanya perbuahan ini, sebagai dampak negatifnya bagi
keperawatan adalah berkurangnya tenaga perawat. Untuk memenuhi kurangnya
perawat, bekas wanita susila yang sudah bertobat bekerja sebagai perawat. Dampak
positif, dengan adanya perang salib, untuk menolong korban perang di butuhkan
banyak tenaga sukarela sebagai perawat, mereka terdiri dari orde-orde agama, wanita-
wanita yang mengikuti suami berperang dan tentara (pria) yang bertugas rangkap
sebagai perawat.
Pengaruh perang salib terhadap keperawatan:
  Mulai dikenal konsep P3K
  Perawat mulai dibutuhkan dalam ketentuan sehingga timbul peluang kerja bagi
perawat di bidang social
Ada 3 Rumah Sakit yang berperan besar pada masa itu terhadap
perkembangan keperawatan.
  Hotel Dieu di Lion
Awalnya pekerjaan perawat dilakukan oleh bekas WTS yang telah bertobat.
Selanjutnya, pekerjaan perawat digantikan oleh perawat terdidik melalui pendidikan
keperawatan di RS ini.

  Hotel Dieu di Paris


Pekerjaan perawat dilakukan ole horde agama. Sesudah Revolusi Perancis,
orde agama dihapuskan dan pekerjaan perawat dilakukan oleh orang-orang bebas.
Pelopor perawat di RS ini adalah Genevieve Bouquet.

  ST. Thomas Hospital (1123 M)


Pelopor perawat di RS ini adalah Florence Nightingale (1820). Pada masa ini perawat
di percaya banyak orang. Pada saat perang Crimean War, Flonrence ditunjuk oleh
Negara inggris untuk menata asuhan keperawatan di RS Militer di Turki. Hal tersebut
memberikan peluang bagi Florence untuk meraih prestasi dan sekaligus
meningkatkan status perawat. Kemudian Florence di juluki dengan nama “The Lady
of the Lamp”.

C.    Perkembangan Keperawatan di Inggris


Florence kembali ke Inggris setelah perang Crmean. Pada tahun 1840 Inggris
mengalami perubahan besar dimana sekolah-sekolah perawat mulai bermunculan.
Florence menentapkan struktur dasar di pendidikan perawat di antaranya mendirikan
sekolah perawat menetapkan tujuan pendidikan perawat, serta menetapkan
pengetahuan yang harus dimiliki calon perawat. Florens dalam merintis profesi
keperawatan diawalai dengan membantu para korban akibat perang krim (1854-1856)
antara Roma dan Turki, yang dirawat di sebuah  rumah sakit (scutori) yang akhirnya
kemudian mendirikan sebuah rumah sakit dengan nama rumah sakit Thomas di
London dan juga mendirikan sekolah perawatan yang di beri nama Nightingale
Nursing School. Konsep pendidikan Florence ini mempengaruhi pendidikan
keperawatan di dunia.
Konstribusi Florence bagi perkembangan keperawatan antara lain:
-Nutrisi merupakan bagian terpenting dari asuhan keperawatan.
- Okupasi dan rekreasi merupakan terapi bagi orang sakit.
-   Manajemen RS.
-   Mengembangkan pendidikan keperawatan.
-   Perawatan berdiri sendiri berbeda dengan profesi kedokteran.
pengembangan keperawatan yaitu:
       Membuat buku catatan perawat yang memuat dasar-dasar keperawatan bagi
pendidikan.
       Menulis berbagai tentang ilmu keperawatan.
       Mengadakan latihan P3K dan palang merah untuk para prajurit.
       Memperbaiki praktik keperawatan di beberapa rumah sakit di Inggris.
       Menyelenggarakan kegiatan yang berhubungan dengan kesehatan masyarakat dan
perawat kesehatan masyarakat.
       Mendirikan himpunan Perawat Nasional Inggris (British Nurses Association) pada
tahun 1987, yang merupakan perkumpulan perawat pertama didunia.
       Mendirikan himpunan perawat-perawat kepala di seluruh Inggris yang disebut
Matron Council Of Nursing pada tahun 1894.
Perkumpulan ini menjadi semakin kuat sehingga pemerintah Inggris
menetapkan sebagai Profesional Freedom yang kemudian di undang-undangkan pada
tahun 1919.

D.    Sejarah Keperawatan di Indonesia


1.      Sebelum Kemerdekaan
1)      Zaman Penjajahan Belanda
Pada masa ini perawat berasal dari penduduk pribumi yang disebut
VELPLEGEK dengan sebutan zieken oppaser sebagai penjaga rumah sakit. Usaha
pemerintahan Belanda dibidang kesehatan adalah:
a.       Mendirikan rumah sakit I Binnen Hospital di Jakarta pada tahun 1799.
b.      Mendirikan rumah sakit II Butten Hospital.
c.       Membentuk dinas kesehatan tentara (military gezond herds dients)
d.      Membantu Dinas Kesehatan Rakyat (Burgerlijke gezandherds dienst)

2)      Zaman Penjajahan Inggris(1812-1816)


Gubernur jendral Refles sangat memperhatikan rakat semboyan: Kesehatan
adalah milik manusia. Usaha-usahanya dibidang kesehatan:
a.       Pencacaran secara umum.
b.      Membenahi cara perawat pasien dengan gangguan jiwa.
c.       Memperhatikan kesehatan pada para tawanan.
3)      Zaman Penjajahan Jepanga (1942-1945)
Menyebabkan perkembangan keperawatan mengalami kemunduran yang juga
merupakan zaman kegelapan dunia keperawatan di Indonesia. Kemunduran-
kemunduran ini terlihat pada.
a.       Pekerjaan perawat dikerjakan oleh orang-orang yang tidak terdidik.
b.      Pimpinan RS diambil alih oleh orang-orang Jepang.
c.       Obat-obatan sangat kurang.
d.      Wabah penyakit terjadi dimana-mana.

2.      Masa Kemerdekaan
Usaha-usaha dibidang kesehatan tahun 1949 mulai dibangun rumah sakit dan
balai kesehatan. Tahun 1952 mulai didirikan sekolah perawat yaitu sekolah guru
perawat dan sekolah perawat setingkat SLTP tahun 1962 mulai didirikan pendidikan
keperawatan professional.
3.      Setelah Kemerdekaan
a.       Priode 1945-1962
Tahun 1945-1950 merupakan masa transisi pemerintahan Negara Kesatuan
Republik Indonesia. Pengembangan tenaga keperawatan yang masih menggunakan
sistem pendidikan yang telah ada, yaitu perawat lulusan pendidikan Belanda (MULO
+ 3 tahun pendidikan, untuk ijazah A (perawat umum) dan ijazah B untuk perawat
jiwa. Terdapat pula pendidikan perawat dengan dasar (SR + 4 tahun pendidikan) yang
lulusannya disebut mantra juru rawat.
Tahun 1953 di buka sekolah pengatur rawat dengan tujuan menghasilkan
tenaga perawat yang lebih berkualitas. Pada tahun 1955, dibuka Sekolah Djuru
Kesehatan (SDK) dengan pendidikan SR ditambah pendidikan 1 tahun dan sekolah
pengamat kesehatan sebagai pengembangan SDK, ditambah pendidikan lagi selama
setahun.
Pada tahun 1962telah dibuka Akademi Keperawatan dengan pendidikan dasar
umum SMA yang bertembat di Jakarta, di RS. Cipto Mangunkusumo. Sekarang
dikenal dengan nama Akper Depkes di Jl. Kimia No. 17 Jakarta Pusat.
b.      Periode 1963-1983
Pada tahun 1972 tepatnya pada tanggal 17 Maret lahirlah organisasi profesi
dengan nama Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) di Jakarta. Mulai tahun
1983 organisasi profesi ini terlibat penuh dalam pembenahan keperawatan melalui
kerjasama dengan CHS, Depkes dan organisasi lainnya.
Pada tahun 1983 melalui Lokakarya Nasional Keperawatan yang
diselenggarakan oleh Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Departemen
Kehehatan RI, dan DPP PPNI, telah ditetapkan define mengenai tugas dan fungsi
perawat di Indonesia.
Dari hasil Lokakarya Nasional tersebut, dikembangkan pendidikan perawat
setingkat akademi (DIII), sarjana (S1), pasca sarjana (S2), serta DIV di Indonesia.
Sejak tahun 1992 melalaui UU No. 23 tentang kesehata, terutama pada pasal 32 yang
berbunyi :
berdasarkan atau ilmu keperawatan atau cara lain yang dapat dipertanggung
jawababkan. 
:           Pelaksanaan pengobatan dan atau perawatan berdasarkan ilmu kedokteran atau ilmu
keperawatan hanya dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian
dan kewenangan untuk itu maka keberadaan, profesionalisasi dan ilmu keperawatan
telah diakui oleh pemerintah. Dengan pengakuan ini, profesionalisasi dan pendidikan
keperawatan dapat berkembang sampai ke jenjang S3.
c.       Periode 1984 sampai sekarang
Tahun 1985, resmi dibuka pendidikan S1 keperawatan dengan nama Program
Studi Ilmu Keperawatan (PSIK) di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia di
Jakarta. Sejak saat itu PSIK-UI telah menghasilkan tenaga keperawatan tingkat
sarjana sehingga pada tahun 1992 di keluarkannya UU No. 23 tentang kesehatan yang
mengakui tenaga keperawatan sebagai profesi.
BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Sejarah adalah setiap peristiwa atau kejadian di masa lampau yang
menyenangkan maupun memilukan. Keperawatan merupakan suatu bentuk layanan
kesehatan professional, yang merupakan bagian integral dari layanan kesehatan yang
berdasarkan pada ilmu dan etika keperawatan. Keperawatan sudh ada sejak manusia
itu ada dan hingga saat ini Profesi keperawatan berkembang dengan pesat. Sejarah
perkembangan keperawatan di Indonesia tidak hanya berlangsung di tatanan praktik,
hal ini layanan keperawatan, tetapi juga di dunia pendidikan keperawatan. Pendidikan
keperawatan memberi pengaruh yang besar terhadap kualitas layanan keperawatan.
Karenanya perawat harus terus meningkatkan kompetensi dirinya, salah satunya
melalui pendidikan keperawatan yang berkelanjutan.

B.     Saran
Dari kesimpulan yang ada maka kita sebagai perawat atau calon perawat harus
terus meningkatkan kompetensi dirinya, salah satunya melalui pendidikan
keperawatan yang berkelanjutan, sehingga kita tidak mengalami ketertinggalan dari
keperawatan internasional.

DAFTAR PUSTAKA
Iskandar. (2013). Keperawatan Profesional. In Media: Jakarta
Budiono & Pertami, Sumira Budi. (2015). Konsep Dasar Keperawatan. Bumi
Medika: Jakarta

Tidak ada komentar:


Posting Komentar
MEMBUAT MAKALAH FALSAFAH
TUGAS: KDK 1 PERTEMUAN KE 4
DISUSUN OLEH:DORKAS DENGI WALU
NIM:2016610026
PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS TRIBHUWANA TUNGGADEWI MALANG
MALANG
2020

BAB  I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Keperawatan sebagai bagian integral pelayanan kesehatan merupakan  suatu
bentuk  pelayanan professional yang didasarkan pada ilmu keperawatan. Pada
perkembangannya  ilmu keperawatan selalu mengikuti perkembangan ilmu lain,
mengingat ilmu keperawatan  merupakan ilmu terapan yang selalu berubah mengikuti
perkembangan zaman.
Demikian juga dengan pelayanan keperawatan di Indonesia, kedepan
diharapkan harus mampu memberikan pelayanan kepada masyarakat secara
profesional sesuai dengan tuntutan kebutuhan masyarakat serta teknologi bidang 
kesehatan yang senantiasa berkembang. Pelaksanaan asuhan keperawatan di sebagian
besar  rumah sakit Indonesia umumnya telah menerapkan pendekatan ilmiah melalui
proses keperawatan.
Dalam dunia keperawatan, masyarakat secara umum masih memandang
profesi keperawatan sebagai profesi asistensi dokter atau perkerja sosial yang sifatnya
membantu orang sakit atas instruksi – instruksi dokter bahkan dikalangan praktisi
perawat pun kadang – kadang masih memiliki pandangan yang tidak utuh terhadap
profesinya sendiri, hal ini dapat dilihat di beberapa pelayanan kesehatan, pelayanan
keperawatan masih bersifat vocasional belum sepenuhnya beralih ke pelayanan yang
profesional.
Untuk itulah paradigma dalam keperawatan sangat membantu masyarakat
secara umum maupun perawat khususnya dalam menyikapi dan menyelesaikan
berbagai persoalan yang melingkupi profesi keperawatan seperti aspek pendidikan
dan pelayanan keperawatan, praktik keperawatan dan organisasi profesi.

B.     Pentingnya Paradigma
Mengapa paradigma ini begitu penting ? dalam hal ini paradigma akan sangat
membantu seseorang ataupun masyarakat luas untuk memahami dunia kepada kita
dan membantu kita untuk memahami setiap fenomena yang terjadi di sekitar kita.
Fenomena dalam keperawatan adalah prilaku klien dalam menghadapi ketidakpastian
kondisinya atau menghadapi ketidaknyamanan dari sebagian atau seluruh anggota
tubuhnya atau masalah – masalah yang yang muncul dalam bidang keilmuan tertentu.
                                                                                                 

C.    Tujuan Makalah
         Untuk mengetahui falsafah paradigma keperawatan.
D.    Rumusan Masalah
         Apa yang dimaksud falsafah dan paradigma keperawatan perkembangan ilmu?
Bagaimana falsafah dan paradigma keperawatan?

 BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Falsafah Keperawatan

            Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan profesional yang merupakan


bagian integral dari layanan kesehatan, didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan.
            Falsafah Keperawatan: kenyakinan perawat terhadap nilai-nilai keperawatan
yang menjadi pedoman dalam memberikan asuhan keperawatan.

B.     Keyakinan Yang Harus Dimiliki Perawat

a.       Manusia adalah individu yang unik holistik


b.      Meningkatkan derajat kesehatan yang optimal
c.       Kolaborasi dengan tim kesehatan dan pasien/keluarga.
d.      Proses keperawatan
e.       Perawat bertanggung jawab dan bertanggung gugat
f.       Pendidikan keperawatan harus dilaksanakan terus-menerus

C.    Pengertian Paradigma Keperawatan

            Paradigma keperawatan : Merupakan suatu pandangan global yang dianut


oleh perawat yang mengatur hubungan di antara teori guna mengembangkan model
konseptual dan teori-teori keperawatan sebagai kerangka kerja keperawatan.

D.    Keperawatan
a.       Memberikan layanan kesehatan
b.      Memberikan bantuan yang paripurna dan efektif kepada klien
c.       Membantu klien (dari level individu hingga masyarakat)
d.      Melaksanakan intervensi keperawatan :
  Promotif
  Preventif
  Kuratif
  Rehabilitatif

      E. PERAN DAN FUNGSI PERAWAT


A. Peran Perawat
             1.Peran sebagai pemberi Asuhan Keperawatan.
Peran sebagai pemberi asuhan keperawatan ini dapat dilakukan perawat dengan
memeprhatikan keadaan kebutuhan dasar manusia yang dibutuhkan melalui pemberian
pelayanan keperawatan dengan menggunakan proses keperawatan sehingga dapat ditentukan
diagnosis keperawatan agar bias direncakan dan dilaksanakan tindakan yang tepat sesuai
dengan tingkat kebutuhan dasar manusia, kemudian dapat dievaluasi tingkat
perkembangannya. Pemberian asuhan keperawatan ini dilakukan dari yang sederhana sampai
dengan kompleks
2. Peran Sebagai Advokat ( Pembela)
 Klien Peran ini dilakukan perawat dalam membantu klien dan keluarga dalam
meninterpretasikan berbagia informasi dari pemberi pelayanan atau informasi lain khususnya
dalam pengambilan persetujuan atas tindakan keperawatan yang diberikan kepada pasiennya,
juga dapat berperan mempertahankan dan melindungi hak-hak pasien yang meliputi hak atas
pelayanan sebaik-baiknya, hak atas informasi tentang penyakitnya, hak atas privasi, hak
untuk menentukan nasibnya sendiri dan hak untuk menerima ganti rugi akibat kelalaian.
3. Peran Sebagai Edukator Peran ini dilakukan untuk :
a. Meningkatkan tingkat pengetahuan kesehatan dan kemampuan klien
mengatasi       kesehatanya.
b. Perawat memberi informasi dan meningkatkan perubahan perilaku klien
4. Peran Sebagai Koordinator
 Peran ini dilaksanakan dengan mengarahkan, merencanakan serta mengorganisasi
pelayanan kesehatan dari tim kesehatan sehingga pemeberian pelayanan kesehatan dapat
terarah serta sesuai dengan kebutuhan klien.
5. Peran Sebagai Kolaborator
 Perawat disini dilakukan karena perawat bekerja melalui tim kesehatan yang terdiri
dari dokter fisioterapis, ahli gizi, dan lain-lain dengan berupaya mengidentifikasi pelayanan
keperawatan yang diperlukan termasuk diskusi atau tukar pendapat dalam penentuan bentuk
pelayanan selanjutnya.
            6. Peran Sebagai Konsultan
 Peran disini adlah sebagai tempat konsultasi terhadap masalah atau tindakan
keperawatan yang tepat untuk diberikan.
 7. Peran Sebagai Pembeharu
 Peran sebagai pembaharu dapat dilakukan dengan mengadakan perencanaan, kerja
sama, perubahan yang sistematis dan terarah sesuai dengan metode pemberian pelayanan
keperawatan.
Selain peran perawat menurut konsorsium ilmu kesehatan, terdapat pembagian peran
perawat menurut hasil lokakarya keperawatan tahun 1983 yang membagi menjadi 4 peran
diantaranya peran perawat sebagai pelaksana pelayanan keperawatan, peran perawat sebagai
pengelola pelayanan dan institusi keperawatan, peran perawat sebagai pendidik dalam
keperawatan serta peran perawat sebagai peneliti dan pengembang pelayanan keperawatan

B. Fungsi Perawat
1.Fungsi Independen
Merupakan fungsi mandiri dan tidak tergantung pada orang lain, dimana perawat
dalam melaksanakan tugasnya dilakukan secara sendiri dengan keputusan sendiri dalam
melakukan tindakan dalam rangka memenuhi kebutuhan dasar manusia seperti pemenuhan
kebutuhan fisiologis (pemenuhan kebutuhan oksigenasi, pemenuhan kebutuhan cairan dan
elektrolit, pemenhuan kebutuhan nutrisi, pemenuhan kebutuhan aktivitas, dan lain-lain),
pemenuhan kebutuhan keamanan dan kenyamanan, pemenuhan kebutuhan cinta mencintai,
pemenuhan kebutuhan harga diri dan aktualisasi diri.
2. Fungsi Dependen
 Merupakan fungsi perawat dalam melaksanakan kegiatannya atas pesan atau
instruksi dari perawat lain. Sehingga sebagai tindakan pelimpahan tugas yang diberikan. Hal
ini biasanya dilakukan oleh perawat spesialis kepada perawat umum, atau dari perawat
primer ke perawat pelaksana.
 3. Fungsi Interdependen
            Fungsi ini dilakukan dalam kelompok tim yang ber sifat saling ketergantungan di
antara tam satu dengan lainya fungsa ini dapat terjadi apa bila bentuk pelayanan
membutuhkan kerjasama tim dalam pemberian pelayanan seperti dalam memberikan asuhan
keperawatan pada penderaita yang mempunyai penyskit kompleks keadaan ini tidak dapat
diatasi dengan tim perawat saja melainkan juga dari dokter ataupun lainya, seperti dokter
dalam memberikan tanda pengobatan bekerjasama dengan perawat dalam pemantauan reaksi
obat yang telah di berikan.
F.Keperawatan Sebagai Profesi
Hall (1968) memberikan gambaran tentang suatu profesi yaitu suatu pekerjaan yang
harus melalui proses empat tahapan antara lain :
1.    Memperoleh badan pengetahuan dari institusi pendidikan tinggi
2.    Menjadi pekerjaan utama
3.    Adanya organisasi profesi
4.    Terdapat kode etik

Profesi mempunyai ciri – ciri sebagai berikut :


1. Didukung oleh badan ilmu yang sesuai dengan bidangnya (antalogi), jelas wilayah
kerja keilmuannya (Epistomologi), dan aplikasinya (Axiologi).
2. Profesi diperoleh melalui pendidikan dan pelatihan yang terencana, terus-menerus
dan bertahap.
       3. Pekerjaan profesi diatur oleh kode etik profesi serta diakui secara legal melalui
perundang-  undangan.
4. Peraturan dan ketentuan yang mengatur hidup dan kehidupan profesi (standar
pendidikan dan pelatihan, standar pelayanan, dan kode etik) serta pengawasan terhadap
pelaksanaan peraturan-peraturan tersebut dilakukan sendiri oleh warga profesi (Winsley,
1964).

G. Perkembangan Profesionalisme Keperawatan


Melihat catatan sejarah tentang awal mula keberadaan perawat di Indonesia, yang
diperkirakan baru bermula pada awal abad ke 19, dimana disebutkan adanya perawat saat itu
adalah dikarenakan adanya upaya tenaga medis untuk memberikan pelayanan kesehatan yang
lebih baik sehingga diperlukan tenaga yang dapat membantu atau tenaga pembantu. Tenaga
tersebut dididik menjadi seorang perawat melalui pendidikan magang yang berorientasi pada
penyakit dan cara pengobatannya. Sampai dengan perkembangan keperawatan di Indonesia
pada tahun 1983 PPNI (Persatuan Perawat Nasional Indonesia) melakukan Lokakarya
Nasional Keperawatan di Jakarta, melalui lokakarya tersebut perawat bertekad dan
bersepakat menyatakan diri bahwa keperawatan adalah suatu bidang keprofesian.
Perkembangan profesionalisme keperawatan di Indonesia berjalan seiring dengan
perkembangan pendidikan keperawatan yang ada di Indonesia. Pengakuan perawat
profesionalan pemula adalah bagi mereka yang berlatarbelakang pendidikan Diploma III
keperawatan. Program ini menghasilkan perawat generalis sebagai perawat profesional
pemula, dikembangkan dengan landasan keilmuan yang cukup dan landasan profesional yang
kokoh.
Perkembangan pendidikan keperawatan dalam rangka menuju tingkat
keprofesionalitasan tidak cukup sampai di tingkat diploma saja, diilhami keinginan dari
profesi keperawatan untuk terus mengembangkan pendidikan maka berdirilah PSIK FK-UI
(1985) dan kemudian disusul dengan pendirian program paska sarjana FIK UI (1999).

BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Perawatan merupakan bagian dari sistem pelayanan kesehatan dan salah satu
faktor yang memenuhi tercapainya pembangunan nasional, oleh karena itu tenaga
keperawatan berada ditatanan pelayanan kesehatan terdepan dengan kontak pertama
dan terlama dengan klien, yaitu selama 24 jam perhari dan 7 hari perminggu, maka
perawat perlu mengetahui dan memahami tentang paradigma keperawatan, peran,
fungsi dan tanggung jawab sebagai perawat profesional agar dapat memberikan
pelayanan keperawatan yang optimal dalam memberikan asuhan keperawata pada
klien. Perawat harus selalu memperhatikan keadaan secara individual dari segi bio,
psiko, sosial, spiritual dan cultural.
B.     Saran
Kami sebagai penulis dapat berharap kepada para pembaca, setelah membaca
makalah ini. Para pembaca apalagi para mahasiswa keperawatan dapat
mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari - hari. Sehingga dapat
mengetahui tentang apa itu falsafah dan paradigm keperawatan dalam perkembangan
ilmu

DAFTAR PUSTAKA

http://www.slideshare.net/IyounkMandalahi/makalah-falsafah-dan-paradigma-
keperawatan

http://beequinn.wordpress.com/nursing/kdk-konsep-dasar-keperawatan/falsafah-dan-
paradigma-keperawatan-perkembangan-ilmu-keperawatan/

http://dickysatman.blogspot.co.id/2012/08/peran-dan-fungsi-perawat.html
http://oktavia-nurse.blogspot.co.id/2012/04/makalah-keperawatan-sebagai-
profesi.html
NAMA:DORKAS DENGI WALU
NIM:2016610026
TUGAS:KDK 1(PERTEMUAN KE 5)

PERAN PERAWAT PROFESIONAL

Saat ini dunia keperawatan semakin berkembang. Hampir dua dekade


profesi ini menyerukan perubahan paradigma. Perawat yang semula
tugasnya hanyalah semata
– mata menjalankan perintah dokter kini berupaya meningkatkan perannya
sebagai mitra kerja dokter seperti yang sudah dilakukan di negara
– negara maju. Perawat dianggap sebagai salah satu profesi kesehatan
yang harus dilibatkan dalam pencapaian tujuan pembangunan kesehatan
baik di dunia maupun di Indonesia.
Sebagai sebuah profesi yang masih berusaha menunjukkan jati diri, profesi
keperawatan dihadapkan pada banyak tantangan. Tantangan ini bukan
hanya dari eksternal tapi juga dari internal profesi ini sendiri. Untuk itu
perawat dituntut memiliki skill yang memadai untuk menjadi seorang perawat
profesional.Seiring dengan berjalannya waktu dan bertambahnya kebutuhan
pelayanan kesehatan menuntut perawat saat ini memiliki pengetahuan dan
keterampilan di berbagai bidang. Saat ini perawat memiliki peran yang lebih
luas dengan penekanan pada peningkatan kesehatan dan pencegahan
penyakit, juga memandang klien secara komprehensif.
Perawat adalah seseorang yang memiliki pengetahuan, keterampilan dan
kewenangan untuk memberikan asuhan keperawatan pada orang lain
berdasarkan ilmu dan kiat yang dimilikinya dalam batas-batas kewenangan
yang dimilikinya. (PPNI, 1999; Chitty, 1997).
Perawat adalah seseorang yang telah lulus pendidikan perawat baik di dalam
maupun di luar negeri sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan yang berlaku. (Keputusan Menteri Kesehatan Nomor
1239/MenKes/SK/XI/2001 tentang Registrasi dan Praktik Perawat pada pasal
1 ayat1).
Praktik keperawatan profesionaladalah tindakan keperawatan profesional
menggunakan pengetahuan teoritis yang mantap dan kukuh dari berbagai
disiplin ilmu, terutama ilmu keperawatan selain berbagai ilmu dasar,ilmu
sosial sebagai landasan untuk melakukan asuhan keperawatan (KDIK;1992).
A. Peran perawat professional
Peran adalah seperangkat tingkah laku yang diharapkan oleh orang lain
terhadap seseorang sesuai kedudukannya dalam suatu system. Peran
dipengaruhi oleh keadaan sosial baik dari dalam maupun dari luar dan
bersifat stabil. Peran adalah bentuk dari perilaku yang diharapkan dari
seseorang pada situasi sosial tertentu.
1. Pemberi Asuhan Keperawatan
Sebagai pemberi asuhan keperawatan, perawat membantu klien
mendapatkan kembali kesehatannya melalui proses penyembuhan. Perawat
memfokuskan asuhan pada kebutuhan kesehatan klien secara holistic,
meliputi upaya untuk mengembalikan kesehatan emosi, spiritual dan sosial.
Pemberi asuhan memberikan bantuan kepada klien dan keluarga klien
dengan menggunakan energy dan waktu yang minimal. Selain itu, dalam
perannya sebagai pemberi asuhan keperawatan, perawat memberikan
perawatan dengan memperhatikan keadaan kebutuhan dasar manusia yang
dibutuhkan melalui pemberian pelayanan keperawatan dengan
menggunakan proses keperawatan sehingga dapat ditentukan diagnosis
keperawatan agar bisa direncanakan dan dilaksanakan tindakan yang tepat
dan sesuai dengan tingkat kebutuhan dasar manusia, kemudian dapat
dievaluasi tingkat perkembangannya. Pemberian asuhan keperawatannya
dilakukan dari yang sederhana sampai yang kompleks.
2. Pembuat Keputusan Klinis
Membuat keputusan klinis adalah inti pada praktik keperawatan. Untuk
memberikan perawatan yang efektif, perawat menggunakan keahliannya
berfikir kritis melalui proses keperawatan. Sebelum mengambil tindakan
keperawatan, baik dalam pengkajian kondisi klien, pemberian perawatan, dan
mengevaluasi hasil, perawat menyusun rencana tindakan dengan
menetapkan pendekatan terbaik bagi klien. Perawat membuat keputusan
sendiri atau berkolaborasi dengan klien dan keluarga. Dalam setiap situasi
seperti ini, perawat bekerja sama, dan berkonsultasi dengan pemberi
perawatan kesehatan professional lainnya (Keeling dan Ramos,1995).
3. Pelindung dan Advokat Klien
Sebagai pelindung, perawat membantu mempertahankan lingkungan yang
aman bagi klien dan mengambil tindakan untuk mencegah terjadinya
kecelakaan serta melindungi klien dari kemungkinan efek yang tidak
diinginkan dari suatu tindakan diagnostic atau pengobatan. Contoh dari peran
perawat sebagai pelindung adalah memastikan bahwa klien tidak memiliki
alergi terhadap obat dan memberikan imunisasi melawat penyakit di
komunitas. Sedangkan peran perawat sebagai advokat, perawat melindungi
hak klien sebagai manusia dan secara hukum, serta membantu klien dalam
menyatakan hak-haknya bila dibutuhkan. Contohnya, perawat memberikan
informasi tambahan bagi klien yang sedang berusaha untuk memutuskan
tindakan yang terbaik baginya. Selain itu, perawat juga melindungi hak-hak
klien melalui cara-cara yang umum dengan menolak aturan atau tindakan
yang mungkin membahayakan kesehatan klien atau menentang hak-hak
klien. Peran ini juga dilakukan perawat dalam membantu klien dan keluarga
dalam menginterpetasikan berbagai informasi dari pemberi pelayanan atau
informasi lain khususnya dalam pengambilan persetujuan atas tindakan
keperawatan yang diberikan kepada pasien, juga dapat berperan
mempertahankan dan melindungi hak-hak pasien yang meliputi hak atas
pelayanan sebaik-baiknya, hak atas informasi tentang penyakitnya, hak atas
privasi, hak untuk menentukan nasibnya sendiri dan hak untuk menerima
ganti rugi akibat kelalaian.
4. Manager Kasus
Dalam perannya sebagai manager kasus, perawat mengkoordinasi aktivitas
anggota tim kesehatan lainnya, misalnya ahli gizi dan ahli terapi fisik, ketika
mengatur kelompok yang memberikan perawatan pada klien.
Berkembangnya model praktik memberikan perawat kesempatan untuk
membuat pilihan jalur karier yang ingin ditempuhnya.
Dengan berbagai tempat kerja, perawat dapat memilih antara peran sebagai
manajer asuhan keperawatan atau sebagai perawat asosiat yang
melaksanakan keputusan manajer (Manthey, 1990). Sebagai manajer,
perawat mengkoordinasikan dan mendelegasikan tanggung jawab asuhan
dan mengawasi tenaga kesehatan lainnya
5. Rehabilitator
Rehabilitasi adalah proses dimana individu kembali ke tingkat fungsi
maksimal setelah sakit, kecelakaan, atau kejadian yang menimbulkan
ketidakberdayaan lainnya. Seringkali klien mengalami gangguan fisik dan
emosi yang mengubah kehidupan mereka. Disini, perawat berperan sebagai
rehabilitator dengan membantu klien beradaptasi semaksimal mungkin
dengan keadaa tersebut.
6. Pemberi Kenyamanan
Perawat klien sebagai seorang manusia, karena asuhan keperawatan harus
ditujukan pada manusia secara utuh bukan sekedar fisiknya saja, maka
memberikan kenyamanan dan dukungan emosi seringkali memberikan
kekuatan bagi klien sebagai individu yang memiliki perasaan dan kebutuhan
yang unik. Dalam memberi kenyamanan, sebaiknya perawat membantu klien
untuk mencapai tujuan yang terapeutik bukan memenuhi ketergantungan
emosi dan fisiknya.

7. Komunikator
Keperawatan mencakup komunikasi dengan klien dan keluarga, antar
sesama perawat dan profesi kesehatan lainnya, sumber informasi dan
komunitas. Dalam memberikan perawatan yang efektif dan membuat
keputusan dengan klien dan keluarga tidak mungkin dilakukan tanpa
komunikasi yang jelas. Kualitas komunikasi merupakan factor yang
menentukan dalam memenuhi kebutuhan individu, keluarga dan komunitas.
8. Penyuluh
Sebagai penyuluh, perawat menjelaskan kepada klien konsep dan data-data
tentang kesehatan, mendemonstrasikan prosedur seperti aktivitas perawatan
diri, menilai apakah klien memahami hal-hal yang dijelaskan dan
mengevaluasi kemajuan dalam pembelajaran. Perawat menggunakan
metode pengajaran yang sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan klien
serta melibatkan sumber-sumber yang lain misalnya keluarga dalam
pengajaran yang direncanakannya.
9. Kolaborator
Peran perawat disini dilakukan karena perawat bekerja melalui tim kesehatan
yang terdiri dari dokter, fisioterapi, ahli gizi dan lain-lain dengan berupaya
mengidentifikasi pelayanan keperawatan yang diperlukan termasuk diskusi
atau tukar pendapat dalam penentuan bentuk pelayanan selanjutnya.
10. Edukator
Peran ini dilakukan dengan membantu klien dalam meningkatkan
tingkatpengetahuan kesehatan, gejala penyakit bahkan tindakan yang
diberikan sehingga terjadi perubahab perilaku dari klien setelah dilakukan
pendidikan kesehatan.
11. Konsultan
Peran disini adalah sebagai tempat konsultasi terhadap masalah atau
tindakan
keperawatan yang tepat untuk diberikan. Peran ini dilakukan atas permintaan
klien
tehadap informasi tentang tujuan pelayanan keperawatan yang diberikan.
12. Pembaharu
Peran sebagai pembaharu dapat dilakukan dengan mengadakan
perencanaan,
kerjasama, perubahan yang sistematis dan terarah sesuai dengan metode
pemberian pelayanan keperawatan.
B. Fungsi perawat
Definisi fungsi itu sendiri adalah suatu pekerjaan yang dilakukan sesuai
dengan perannya. Fungsi dapat berubah disesuaikan dengan keadaan yang
ada. dalam menjalankan perannya, perawat akan melaksanakan berbagai
fungsi diantaranya:
1. Fungsi Independen
Merupakan fungsi mandiri dan tidak tergantung pada orang lain, dimana
perawat dalam melaksanakan tugasnya dilakukan secara sendiri dengan
keputusan sendiri dalam melakukan tindakan dalam rangka memenuhi
kebutuhan dasar manusia seperti pemenuhan kebutuhan fisiologis
(pemenuhan kebutuhan oksigenasi, pemenuhan kebutuhan cairan dan
elektrolit, pemenuhan kebutuhan nutrisi, pemenuhan kebutuhan aktivitas dan
lain-lain), pemenuhan kebutuhan dan kenyamanan, pemenuhan kebutuhan
cinta mencintai, pemenuhan kebutuhan harga diri dan aktualisasi diri
2. Fungsi Dependen
Merupakan fungsi perawat dalam melaksanakan kegiatannya atas pesan
atau instruksi dari perawat lain. Sehingga sebagai tindakan pelimpahan tugas
yang diberikan. Hal ini biasanya silakukan oleh perawat spesialis kepada
perawat umum, atau dari perawat primer ke perawat pelaksana.
3. Fungsi Interdependen
Fungsi ini dilakukan dalam kelompok tim yang bersifat saling ketergantungan
di antara satu dengan yang lainnya. Fungsi ini dapat terjadi apabila bentuk
pelayanan membutuhkan kerja sama tim dalam pemberian pelayanan seperti
dalam memberikan asuhan keperawatan pada penderita yang mempunyai
penyakit kompleks. Keadaan ini tidak dapat diatasi dengan tim perawat saja
melainkan juga dari dokter ataupun lainnya, seperti dokter dalam
memberikan tindakan pengobatan bekerjasama dengan perawat dalam
pemantauan reaksi obat yang telah diberikan.
C. Profil Perawat Profesional
1. Profesionalisme , mengandung pengertian menjalankan suatu profesi
untuk meuntungan atau sebagai sumber penghidupan. Disamping istilah
profesionalisme, ada istilah profesi. Profesi sering di artikan dengan
pekerjaan atau job sehari-hari.
2. Ciri Profesionalisme, Profesionalisme menghendaki sifat mengejar
kesempurnaan hasil (perfect result), sehingga Anda di tuntut untuk selalu
mencari peningkatan mutu. Profesionalisme memerlukan kesungguhan dan
ketelitian kerja yang hanya dapatdiperoleh melalui pengalaman dan
kebiasaan. Profesionalisme menuntut ketekunan dan ketabahan, yaitu sifat
tidak mudah puasatau putus asa sampai hasil tercapai.
3. Profesionalisme memerlukan integritas tinggi yang tidak tergoyahkan
oleh“keadaan terpaksa” atau godaan iman seperti harta dan kenikmatan
hidup. Profesionalisme memerlukan adanya kebulatan fikiran dan perbuatan,
sehingga terjaga efektivitas kerja yang tinggi. Ciri di atas menunjukkan bahwa
tidaklah mudah menjadi seorang pelaksana profesi yang profesional, harus
ada kriteria-kriteria tertentu yang mendasarinya Ciri Profesionalisme.
Kompetensi Sosial. Kompetensi Individu. Kompetensi Metodik. Kompetensi
Spesialis. 4. Kompetensi Profesional Ada 4 Kompetensi Yang Harus Dimiliki
Untuk Seorang Profesional :
Mampu menangani masalah atau problem solver. Mempunyai kemampuan
mengorganisasikan. Mampu menggunakan perkakas dan peralatan dengan
sempurna. Memiliki keterampilan dan pengetahuan
.– Kompetensi Spesialis Kemampuan yang diperlukan agar memiliki
kompetensi spesialis adalah sebagai berikut :
Bekerja secara sistematis. Kompetensi Metodik Berorientasi tujuan kerja.
Memempunyai kemampuan mengevaluasi informasi. Mampu
mengumpulkan dan menganalisa informasi.
– Kemampuan yang diperlukan agar memiliki kompetensi metodik adalah
sebagai berikut :
Kreatif. Kompetensi Individu Memiliki motivasi diri yang kuat. Menjadi pribadi
yang dapat dipercaya. Memiliki inisiatif.
– Kemampuan yang diperlukan agar memiliki kompetensi individu adalah
sebagai berikut :
Mampu bekerjasama dengan orang lain. Kompetensi Sosial Memiliki
kemampuan untuk bekerja kelompok. Mampu berkomunikasi dengan baik.
Nama:DORKAS DENGI WALU
Nim:2016610026
Tugas:kdk 1(pertemuan ke 6)

Peran dan fungsi perawat profesional

Saat ini dunia keperawatan semakin berkembang. Hampir dua dekade


profesi ini menyerukan perubahan paradigma. Perawat yang semula
tugasnya hanyalah semata
– mata menjalankan perintah dokter kini berupaya meningkatkan perannya
sebagai mitra kerja dokter seperti yang sudah dilakukan di negara
– negara maju. Perawat dianggap sebagai salah satu profesi kesehatan
yang harus dilibatkan dalam pencapaian tujuan pembangunan kesehatan
baik di dunia maupun di Indonesia.
Sebagai sebuah profesi yang masih berusaha menunjukkan jati diri, profesi
keperawatan dihadapkan pada banyak tantangan. Tantangan ini bukan
hanya dari eksternal tapi juga dari internal profesi ini sendiri. Untuk itu
perawat dituntut memiliki skill yang memadai untuk menjadi seorang perawat
profesional.Seiring dengan berjalannya waktu dan bertambahnya kebutuhan
pelayanan kesehatan menuntut perawat saat ini memiliki pengetahuan dan
keterampilan di berbagai bidang. Saat ini perawat memiliki peran yang lebih
luas dengan penekanan pada peningkatan kesehatan dan pencegahan
penyakit, juga memandang klien secara komprehensif.
Perawat adalah seseorang yang memiliki pengetahuan, keterampilan dan
kewenangan untuk memberikan asuhan keperawatan pada orang lain
berdasarkan ilmu dan kiat yang dimilikinya dalam batas-batas kewenangan
yang dimilikinya. (PPNI, 1999; Chitty, 1997).
Perawat adalah seseorang yang telah lulus pendidikan perawat baik di dalam
maupun di luar negeri sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan yang berlaku. (Keputusan Menteri Kesehatan Nomor
1239/MenKes/SK/XI/2001 tentang Registrasi dan Praktik Perawat pada pasal
1 ayat1).
Praktik keperawatan profesionaladalah tindakan keperawatan profesional
menggunakan pengetahuan teoritis yang mantap dan kukuh dari berbagai
disiplin ilmu, terutama ilmu keperawatan selain berbagai ilmu dasar,ilmu
sosial sebagai landasan untuk melakukan asuhan keperawatan (KDIK;1992).
A. Peran perawat professional
Peran adalah seperangkat tingkah laku yang diharapkan oleh orang lain
terhadap seseorang sesuai kedudukannya dalam suatu system. Peran
dipengaruhi oleh keadaan sosial baik dari dalam maupun dari luar dan
bersifat stabil. Peran adalah bentuk dari perilaku yang diharapkan dari
seseorang pada situasi sosial tertentu.
1. Pemberi Asuhan Keperawatan
Sebagai pemberi asuhan keperawatan, perawat membantu klien
mendapatkan kembali kesehatannya melalui proses penyembuhan. Perawat
memfokuskan asuhan pada kebutuhan kesehatan klien secara holistic,
meliputi upaya untuk mengembalikan kesehatan emosi, spiritual dan sosial.
Pemberi asuhan memberikan bantuan kepada klien dan keluarga klien
dengan menggunakan energy dan waktu yang minimal. Selain itu, dalam
perannya sebagai pemberi asuhan keperawatan, perawat memberikan
perawatan dengan memperhatikan keadaan kebutuhan dasar manusia yang
dibutuhkan melalui pemberian pelayanan keperawatan dengan
menggunakan proses keperawatan sehingga dapat ditentukan diagnosis
keperawatan agar bisa direncanakan dan dilaksanakan tindakan yang tepat
dan sesuai dengan tingkat kebutuhan dasar manusia, kemudian dapat
dievaluasi tingkat perkembangannya. Pemberian asuhan keperawatannya
dilakukan dari yang sederhana sampai yang kompleks.
2. Pembuat Keputusan Klinis
Membuat keputusan klinis adalah inti pada praktik keperawatan. Untuk
memberikan perawatan yang efektif, perawat menggunakan keahliannya
berfikir kritis melalui proses keperawatan. Sebelum mengambil tindakan
keperawatan, baik dalam pengkajian kondisi klien, pemberian perawatan, dan
mengevaluasi hasil, perawat menyusun rencana tindakan dengan
menetapkan pendekatan terbaik bagi klien. Perawat membuat keputusan
sendiri atau berkolaborasi dengan klien dan keluarga. Dalam setiap situasi
seperti ini, perawat bekerja sama, dan berkonsultasi dengan pemberi
perawatan kesehatan professional lainnya (Keeling dan Ramos,1995).
3. Pelindung dan Advokat Klien
Sebagai pelindung, perawat membantu mempertahankan lingkungan yang
aman bagi klien dan mengambil tindakan untuk mencegah terjadinya
kecelakaan serta melindungi klien dari kemungkinan efek yang tidak
diinginkan dari suatu tindakan diagnostic atau pengobatan. Contoh dari peran
perawat sebagai pelindung adalah memastikan bahwa klien tidak memiliki
alergi terhadap obat dan memberikan imunisasi melawat penyakit di
komunitas. Sedangkan peran perawat sebagai advokat, perawat melindungi
hak klien sebagai manusia dan secara hukum, serta membantu klien dalam
menyatakan hak-haknya bila dibutuhkan. Contohnya, perawat memberikan
informasi tambahan bagi klien yang sedang berusaha untuk memutuskan
tindakan yang terbaik baginya. Selain itu, perawat juga melindungi hak-hak
klien melalui cara-cara yang umum dengan menolak aturan atau tindakan
yang mungkin membahayakan kesehatan klien atau menentang hak-hak
klien. Peran ini juga dilakukan perawat dalam membantu klien dan keluarga
dalam menginterpetasikan berbagai informasi dari pemberi pelayanan atau
informasi lain khususnya dalam pengambilan persetujuan atas tindakan
keperawatan yang diberikan kepada pasien, juga dapat berperan
mempertahankan dan melindungi hak-hak pasien yang meliputi hak atas
pelayanan sebaik-baiknya, hak atas informasi tentang penyakitnya, hak atas
privasi, hak untuk menentukan nasibnya sendiri dan hak untuk menerima
ganti rugi akibat kelalaian.
4. Manager Kasus
Dalam perannya sebagai manager kasus, perawat mengkoordinasi aktivitas
anggota tim kesehatan lainnya, misalnya ahli gizi dan ahli terapi fisik, ketika
mengatur kelompok yang memberikan perawatan pada klien.
Berkembangnya model praktik memberikan perawat kesempatan untuk
membuat pilihan jalur karier yang ingin ditempuhnya.
Dengan berbagai tempat kerja, perawat dapat memilih antara peran sebagai
manajer asuhan keperawatan atau sebagai perawat asosiat yang
melaksanakan keputusan manajer (Manthey, 1990). Sebagai manajer,
perawat mengkoordinasikan dan mendelegasikan tanggung jawab asuhan
dan mengawasi tenaga kesehatan lainnya
5. Rehabilitator
Rehabilitasi adalah proses dimana individu kembali ke tingkat fungsi
maksimal setelah sakit, kecelakaan, atau kejadian yang menimbulkan
ketidakberdayaan lainnya. Seringkali klien mengalami gangguan fisik dan
emosi yang mengubah kehidupan mereka. Disini, perawat berperan sebagai
rehabilitator dengan membantu klien beradaptasi semaksimal mungkin
dengan keadaa tersebut.
6. Pemberi Kenyamanan
Perawat klien sebagai seorang manusia, karena asuhan keperawatan harus
ditujukan pada manusia secara utuh bukan sekedar fisiknya saja, maka
memberikan kenyamanan dan dukungan emosi seringkali memberikan
kekuatan bagi klien sebagai individu yang memiliki perasaan dan kebutuhan
yang unik. Dalam memberi kenyamanan, sebaiknya perawat membantu klien
untuk mencapai tujuan yang terapeutik bukan memenuhi ketergantungan
emosi dan fisiknya.
7. Komunikator
Keperawatan mencakup komunikasi dengan klien dan keluarga, antar
sesama perawat dan profesi kesehatan lainnya, sumber informasi dan
komunitas. Dalam memberikan perawatan yang efektif dan membuat
keputusan dengan klien dan keluarga tidak mungkin dilakukan tanpa
komunikasi yang jelas. Kualitas komunikasi merupakan factor yang
menentukan dalam memenuhi kebutuhan individu, keluarga dan komunitas.
8. Penyuluh
Sebagai penyuluh, perawat menjelaskan kepada klien konsep dan data-data
tentang kesehatan, mendemonstrasikan prosedur seperti aktivitas perawatan
diri, menilai apakah klien memahami hal-hal yang dijelaskan dan
mengevaluasi kemajuan dalam pembelajaran. Perawat menggunakan
metode pengajaran yang sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan klien
serta melibatkan sumber-sumber yang lain misalnya keluarga dalam
pengajaran yang direncanakannya.
9. Kolaborator
Peran perawat disini dilakukan karena perawat bekerja melalui tim kesehatan
yang terdiri dari dokter, fisioterapi, ahli gizi dan lain-lain dengan berupaya
mengidentifikasi pelayanan keperawatan yang diperlukan termasuk diskusi
atau tukar pendapat dalam penentuan bentuk pelayanan selanjutnya.
10. Edukator
Peran ini dilakukan dengan membantu klien dalam meningkatkan
tingkatpengetahuan kesehatan, gejala penyakit bahkan tindakan yang
diberikan sehingga terjadi perubahab perilaku dari klien setelah dilakukan
pendidikan kesehatan.
11. Konsultan
Peran disini adalah sebagai tempat konsultasi terhadap masalah atau
tindakan
keperawatan yang tepat untuk diberikan. Peran ini dilakukan atas permintaan
klien
tehadap informasi tentang tujuan pelayanan keperawatan yang diberikan.
12. Pembaharu
Peran sebagai pembaharu dapat dilakukan dengan mengadakan
perencanaan,
kerjasama, perubahan yang sistematis dan terarah sesuai dengan metode
pemberian pelayanan keperawatan.
B. Fungsi perawat
Definisi fungsi itu sendiri adalah suatu pekerjaan yang dilakukan sesuai
dengan perannya. Fungsi dapat berubah disesuaikan dengan keadaan yang
ada. dalam menjalankan perannya, perawat akan melaksanakan berbagai
fungsi diantaranya:
1. Fungsi Independen
Merupakan fungsi mandiri dan tidak tergantung pada orang lain, dimana
perawat dalam melaksanakan tugasnya dilakukan secara sendiri dengan
keputusan sendiri dalam melakukan tindakan dalam rangka memenuhi
kebutuhan dasar manusia seperti pemenuhan kebutuhan fisiologis
(pemenuhan kebutuhan oksigenasi, pemenuhan kebutuhan cairan dan
elektrolit, pemenuhan kebutuhan nutrisi, pemenuhan kebutuhan aktivitas dan
lain-lain), pemenuhan kebutuhan dan kenyamanan, pemenuhan kebutuhan
cinta mencintai, pemenuhan kebutuhan harga diri dan aktualisasi diri
2. Fungsi Dependen
Merupakan fungsi perawat dalam melaksanakan kegiatannya atas pesan
atau instruksi dari perawat lain. Sehingga sebagai tindakan pelimpahan tugas
yang diberikan. Hal ini biasanya silakukan oleh perawat spesialis kepada
perawat umum, atau dari perawat primer ke perawat pelaksana.
3. Fungsi Interdependen
Fungsi ini dilakukan dalam kelompok tim yang bersifat saling ketergantungan
di antara satu dengan yang lainnya. Fungsi ini dapat terjadi apabila bentuk
pelayanan membutuhkan kerja sama tim dalam pemberian pelayanan seperti
dalam memberikan asuhan keperawatan pada penderita yang mempunyai
penyakit kompleks. Keadaan ini tidak dapat diatasi dengan tim perawat saja
melainkan juga dari dokter ataupun lainnya, seperti dokter dalam
memberikan tindakan pengobatan bekerjasama dengan perawat dalam
pemantauan reaksi obat yang telah diberikan.
C. Profil Perawat Profesional
1. Profesionalisme , mengandung pengertian menjalankan suatu profesi
untuk meuntungan atau sebagai sumber penghidupan. Disamping istilah
profesionalisme, ada istilah profesi. Profesi sering di artikan dengan
pekerjaan atau job sehari-hari.
2. Ciri Profesionalisme, Profesionalisme menghendaki sifat mengejar
kesempurnaan hasil (perfect result), sehingga Anda di tuntut untuk selalu
mencari peningkatan mutu. Profesionalisme memerlukan kesungguhan dan
ketelitian kerja yang hanya dapatdiperoleh melalui pengalaman dan
kebiasaan. Profesionalisme menuntut ketekunan dan ketabahan, yaitu sifat
tidak mudah puasatau putus asa sampai hasil tercapai.
3. Profesionalisme memerlukan integritas tinggi yang tidak tergoyahkan
oleh“keadaan terpaksa” atau godaan iman seperti harta dan kenikmatan
hidup. Profesionalisme memerlukan adanya kebulatan fikiran dan perbuatan,
sehingga terjaga efektivitas kerja yang tinggi. Ciri di atas menunjukkan bahwa
tidaklah mudah menjadi seorang pelaksana profesi yang profesional, harus
ada kriteria-kriteria tertentu yang mendasarinya Ciri Profesionalisme.
Kompetensi Sosial. Kompetensi Individu. Kompetensi Metodik. Kompetensi
Spesialis. 4. Kompetensi Profesional Ada 4 Kompetensi Yang Harus Dimiliki
Untuk Seorang Profesional :
Mampu menangani masalah atau problem solver. Mempunyai kemampuan
mengorganisasikan. Mampu menggunakan perkakas dan peralatan dengan
sempurna. Memiliki keterampilan dan pengetahuan.
– Kompetensi Spesialis Kemampuan yang diperlukan agar memiliki
kompetensi spesialis adalah sebagai berikut :
Bekerja secara sistematis. Kompetensi Metodik Berorientasi tujuan kerja.
Memempunyai kemampuan mengevaluasi informasi. Mampu mengumpulkan
dan menganalisa informasi.
– Kemampuan yang diperlukan agar memiliki kompetensi metodik adalah
sebagai berikut :
Kreatif. Kompetensi Individu Memiliki motivasi diri yang kuat. Menjadi pribadi
yang dapat dipercaya. Memiliki inisiatif.
– Kemampuan yang diperlukan agar memiliki kompetensi individu adalah
sebagai berikut :
Mampu bekerjasama dengan orang lain. Kompetensi Sosial Memiliki
kemampuan untuk bekerja kelompok. Mampu berkomunikasi dengan baik.
KONSEP DASAR KEPERAWATAN
MATER I: CARING

Disusun oleh:

Bela wawo 2016610018

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS TRIBHUWANA TUNGGADEWI

MALANG

2018

BAB 1

PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang

Florence nightingale lahir pada tanggal 12 Mei 1820 di Florence Italia dan meninggal
dunia pada tanggal 13 Agustus 1910 di London Inggris pada usiannya yang ke-90
tahun. Florence nightingale dibesarkan dalam keluarga yang berada, namanya
diambil dari kota tempat ia lahir. Semasa kecilnya ia tinggal di lea hurst sebuah
rumah besar dan mewah milik ayahnya yang brenama William nightingale yang
merupakan seorang tuan tanah terkaya di Derbishire dan ibunya adalah keturunan
ningrat dan terpandang.

Florence nightingale memiliki seorang saudara perempuan yang bernama


parthenope. Pada masa remajanya Florence nightingale lebih banyak keluar rumah
dan membantu warga sekitar yang membutuhkan. Ia jatuh cinta pada pekerjaan
sosial keperawatan, hingga akhirnya pada usianya yang cukup muda ia hanya
menghabiskan waktu untuk merawat orang-orang yang sakit, Florence nightingale
menghidupkan konsep penjagaan kebersihan rumah sakit dan kiat-kiat juru
keperawatan. Kemudian, Florence nightingale dikenal dengan nama “bidadari
berlampu (the lady with the lamp) atas jasanya yang tanpa kenal takut
mengumpulkan korban perang pada perang krimea.

Florence nightingale adalah perawat pertama kali ada di dunia dan beliau dikenal
sebagai wanita yang pantang menyerah dalam merawat pasien dan memiliki jiwa
penolong serta sangat berperan penting dalam perkembangan ilmu keperawatan.
Teori Florence nightingale lebih mengemukakan tentang lingkungan. Pandangan
model konsep dan teori ini merupakan gambaran dari bentuk pelayanan
keperawatan yang akan diberikan dalam memenuhi kebutuhan dasar manusia
berdasarkan tindakan dan lingkup pekerjaan dengan arah yang jelas dalam
pelayanan keperawatan.pada masa remaja mulai terlihat perilaku mereka yang
kontras daan parthenope hidup sesuai dengan martabatnya sebagai putri,seorang
tuan tanah.pada masa itu wanita ningrat,kaya,dan berpendidikan aktifitasnya
cenderung bersenag-senang saja dan malas,sementara florance lebih banyak keluar
rumah dan membantu warga sekitar yang membutuhkan.perawat pada masa itu
perawat dianggap pekerjaan hina karena

a.      Perawat disamakan dengan wanita tuna susila atau “buntut” (keluarga tentara
yang miskin ) Yng mwngikuti kemana tentara pergi.

b.      Profesi perawat banyak berhadapan langsung dengan tubuh dalam keadaan


terbuka,sehingga dianggap profesi ini bukan profesi sopan wanita baik-baik dan
bnayak pasien memperlakukan wanita tidak berpendidikan yang berada dirumah
sakit dengan tidak senonoh perawat inggris pada masa itu lebih banyak laki-laki
dripada perempuan karena alasan-alasan tersebut di atas.

c.       Perawat masa itu lebih sering berfungsi sebagai tukang masak.nama harum
florance melejit saat pecah perang krim antara inggris,peranci,dan turki melawan
rusia pada tahun 1854-1856. Saat itu banyak sekali tentara inggris yang terluka dan
dibiarkan terlantar dirumah sakit darurat dimedan perang karena tak cukupnya
tenaga perawat ditempat itu.florance dengan tulus dan berani membawa 38 orang
perawat kerumah sakit itu.selama 21 bulan

B.         Tujuan Masalah

Tujuan Umum :

Untuk memenuhi salah satu tugas Caring Manajemen Keperawatan

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A.    Pengertian Caring Keperawatan

Secara bahasa, istilah caring diartikan sebagai tindakan kepedulian. Caring secara
umum dapat diartikan sebagai suatu kemampuan untuk berdedikasi bagi orang lain,
pengawasan dengan waspada serta suatu perasaan empati pada orang lain dan
perasaan cinta atau menyayangi.
Pengertian caring berbeda dengan care. Care adalah fenomena yang berhubungan
dengan orang berhubungan dengan bimbingan, bantuan, dukungan perilaku kepada
individu, keluarga, kelompok dengan adanya kejadian untuk memenuhi kebutuhan
actual maupun potensial untuk meningkatkan kondisi dan kualitas kehidupan
manusia. Sedangkan caring adalah tindakan nyata dari care yang menunjukan suatu
rasa kepedulian. Terdapat beberapa pengertian caring menurut beberapa ahli,
antara lain :.

 Delores gaut (1984):

caring tidak mempunyai pengertian yang tegas, tetapi ada tiga makna dimana
ketiganya tidak dapat dipisahkan, yaitu perhatian, bertangung jawab dan ikhlas.

 Crips dan Taylor (2001):

caring merupakamn fenomena universal yang mempengaruhi bagaimana seseorang


berpikir, merasakan dan berperilaku dalam hubungannya dengan oang lain.

 Rubenfild (1999):

caring yaitu memberikan asuhan, tanggung jawab, dan ikhlas. Crips dan Taylor
(2001): caring merupakan fenomena universal yang mempengaruhi bagaimana
seorang berpikir, merasakan dan berperilaku, dalam hubungannya dengan orang
lain.

 Jean watson (1985):

caring merupakan komitmen moral untuk melindungi , mempertahankan, dan


meningkatkan martabat manusia.

 Florence Nightingale (1860)


Caring adalah tindakan yang menujukkan pemanfaatan lingkungan pasien dalam
membantu penyembuhan, memberikan lingkungan bersih,ventilasi yang baik dan
tenang kepada pasien. Caring secara umum dapat diartikan sebagai suatu
kemampuan untukberdedikasi bagi orang lain, pengawasan dengan waspada, serta
suatu perasaan empati pada orang lain dan perasaan cinta atau menyayangi

Dari beberapa pengertian tersebut, dapat dipersingkat bahwa pengertian caring


secara uum adalah suatu cermin perhatian,perasaan empati dan kasih sayang
kepada orang lain, dilakukan dengan cara memberikan tindakan nyata kepedulian,
dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas dan kondisi kehidupan orang tersebut.
Caring merupakan inti dari keperawatan.

B.     Perbedaan caring dan curing

Keperawatan sebagai suatu profesi dan berdasarkan pengakuan masyarakat adalah


ilmu kesehatan tetang asuhan atau pelayanan keperawatan atau The Health Science
of Caring (Lindberg, 1990:40). Secara bahasa, caring dapat diartikan sebagai
tindakan kepedulian dan curing dapat diartikan sebagai tindakan pengobatan.
Namun, secara istilah caring dapat diartikan memberikan bantuan kepada individu
atau sebagai advokasi pada idividu yang tidak mampu kebutuhan dasarnya.
Sedangkan curing adalah upaya kesehatan dari kegiatan dokter dalam prakteknya
untuk mengobati klien. Dalam penerapannya, konsep caring dan curing mempunyai
beberapa perbedaan, diantarannya

Caring merupakan tugas primer perawat dan curing adalah tugas sekunder.
Maksudnya seorang perawat lebih melakukan tidakan kepedulian pada klien dari
pada memberikan tindakan medis. Oleh karena itu, caring lebih identik dengan
perawat.
Curing merupakan tugas primer seorang dokter dan caring adalah tugas sekunder.
Maksudnya seorang dokter lebih melibatkan tindakan medis tanpa melakukan
tindakan caring yang berarti. Oleh karena itu, curing lebih identik dengan dokter.

Dalam pelayanan kesehatan klien yang dilakukan perawat, adalah caring dan ¼ nya
adalah curing.

Caring bersifat lebih “healthogenic”daripada curing.maksudnya caring lebih


menekankan pada peningkatan kesehatan daripada pengobatan.didalam
praktiknya,caring mengintegrasikan pengetahuan biofisik dan pngetahuan perilaku
manusia untuk meningkatkan derajat kesehatan dan untuk menyediakan pelayanan
bagi mereka yang sakit.

1.   Tujuan caring adalah membantu pelaksanaan rencana pengobatan/terapi dan


membantu klienberadaptasi dengan masalah kesehatan,mandiri memenuhi
kebutuhan dasarnya,mencegah penyakit,meningkatkan kesehatan dan
meningkatkan fungsi tubuh sedangkan tujuan curing adalah menentukan dan
menyingkirkan penyebab penyakit atau mengubah problem penyakit atau
mengubah problem penyakit dan penangannya.

2.  Diagnosa dalam konsep curing dilakukan dengan mengungkapkan penyakit yang


diderita sedangkan diagnosa dalam konsep caring dilakukan dengan identifikasi
masalah dan penyebab berdasarkan kebutuhan dan respon klien.
C.    Teori Florence Nightingale

Caring adalah tindakan yang menujukkan pemanfaatan lingkungan pasien dalam


membantu penyembuhan, memberikan lingkungan bersih,ventilasi yang baik dan
tenang kepada pasien. Caring secara umum dapat diartikan sebagai suatu
kemampuan untukberdedikasi bagi orang lain, pengawasan dengan waspada, serta
suatu perasaan empati pada orang lain dan perasaan cinta atau menyayangi

Florence Nightingale membuat sebuah teori yang dikenal sebagai teori Keperawatan
modern (modern nursing).Titik berat teori ini adalah pada aspek
lingkungan.Nightingale meyakini bahwa kondisi lingkungan yang sehat penting
untuk penanganan perawatan yang layak.Komponen lingkungan yang berpengaruh
pada kesehatan, antara lain:

 Udara segar
 Air bersih
 Saluran pembuangan yang efesien
 Kebersihan
 Cahaya

Asumsi Utama Teori Nightingale

Nightingale mendefenisikan kesehatan sebagai kondisi sejahtera dan mampu


memanfaatkan setiap daya yang dimiliki hingga batas maksimal, sedangkan penyakit
merupakan proses perbaikan yang dilakukan tubuh untuk membebaskan diri dari
gangguan yang dialami sehingga individu kembali sehat. Prinsip perawatan adalah
menjaga agar proses reparitive ini tidak terganggu dan tidak menyedian kondisi yang
optimal untu prose tersebut.untuk mencapai kondisi kesehatan, perawat harus
menggunakan nalarnya, disertai ketekunan observasi.

Sejarah florance nigthtingle

Florance nigthingle lahir di firenze ( florance ),italia tanggal 12 mei 1820.Ayah


florance bernama Wiliam Nightingle seorang tuan tanah kaya di
Derbyshire,London.Ibunya frances ( “Fanny “) Nightingle nee smith keturunan
ningrat,keluarga nightingle adalah keluarga terpandang.florance memiliki seorang
kakak bernama parthnope.semasa kecil florance nihgtingle di Lea hurst yaitu sebuah

D.    Faktor Pengaruhi Teori Keperawatan

a.      Filsofi Florence Nightingale

Florence merupakan salah satu pendiri dasar-dasar teori keperawatan yang melalui
filosofi keperawatan yaitu dengan mengidentifikasi peran perawat dalam
menemukan kebutuhan dasar manusia pada klien serta penting pengaruh
lingkungan dalam perawatan orang sakit dikenal dengan teori lingkungannya. Selain
florence juga membuat standar pada pendidikan keperawatan serta standar
pelaksanaan asuhan keperawatan yang efesien. Beliau juga membedakan praktik
keperawatan dengan kedokteran dan perbedaan perawatan yang sakit dengan yang
sehat.

b.      Kebudayaan
Kebudayaan juga mempunyai pengaruh dalam perkembangan teori-teori
keperawatan diantaranya dengan adanya pandangan bahwa dalam memberikan
pelayanan keperawatan akan lebih baik dilakukan wanita karena wanita mempunyai
jiwa yang sesuai dengan kebutuhan perawat, akan tetapi perubahan identitas dalam
proses telah berubah seiring dengan perkembangan keperawatan.

c.       Sistem pendidikan

Pada sistem pendidikan telah terjadi perubahan besar dalam perkembangan besar
dalam teori keperawatan dahulu pendidikan keperawatan beliau mempunyai sistem
dan kurikulum keperawatan yang jelas, akan tetapi keperawatan telah memiliki
sistem pendidikan keperawatan yang terarah sesuai dengan kebutuhan RS sehingga
teori-teori keperawatan juga berkembang dengan orientasi pada pelayanan
keperawatan.

d.      ilmu Perkembangan keperawatan

Perkembangan ilmu keperawatan ditandai dengan adanya pengelompokan ilmu


keperawatan dasar ilmu menjadi ilmu keperawatan klinik dan ilmu keperawatan
komunitas yang merupakan cabang ilmu keperawatan yang khusus atau
subspesialisasi yang diakui sebagai bagian ilmu keperawatan.

e.       Pengaruh Teori Nightingale Terhadap Keperawatan


Teori Nigtingale, Keperawatan modern (modern nurshing) merupakan langka awal 
dalam formalisasi dan pengembangan ilmu keperawatan selanjutnya. Ia telah
meletakan suatu pijakan bagi pengembangan teori keperawatan sesudahnya.
Didasari atau tidak,  Nightingale telah member pedoman umum bagi perawat dalam
merawat klien.

E.     Model Konsep Florence Nightingale

Model konsep Florence nightingale memposisikan lingkungan adalah sebagai focus


asuhan keperawatan dan perawat tidak perlu memahami seluruh proses penyakit
model konsep ini dalam upaya memisahkan antara profesi keperawatan dan
kedokteran. Orientasi pemberian asuhan keperawatan atau tindakan keperawatan
lebih diorientasikan pada pemberian udara, lampu, kenyamanan lingkungan,
kebersihan, ketenangan dan nutrisi yang adekuat dengan dimulai dari pengumpulan
data dibandingkan dengan tindakan pengobatan semata, upaya teori tersebut dalam
rangka perawat mampu menjalankan praktik keperawatan mandiri tanpa tergantung
dengan profesi lain. Model konsep ini memberikan inspinisi dalam perkembangan
praktik keperawatan, sehingga dikembangkan secara luas, paradigma perawat
dalam tindakan keperawatan hanya memberikan kebersihan lingkungan adalah
kurang benar, akan tetapi lingkungan dapat memengaruhi proses perawatan pada
pasien sehingga perlu diperhatikan.
BAB III

PENUTUP

A.    Kesimpulan

Caring merupakan fenomena yang berhubungan dengan orang berhubungan


dengan bimbingan, bantuan, dukungan perilaku kepada individu, keluarga,
kelompok dengan adanya kejadian untuk memenuhi kebutuhan actual maupun
potensial untuk meningkatkan kondisi dan kualitas kehidupan manusia.Model
konseptual keperawatan merupakan suatu cara untuk memandang situasi dan
kondisi pekerjaan yang melibatkan perawat di dalamnya. Model konseptual
keperawatan memperlihatkan petunjuk bagi organisasi dimana perawat
mendapatkan informasi agar mereka peka terhadap apa yang terjadi pada suatu
saat dan tahu apa yang harus perawat kerjakan. Teori keperawatan digunakan
sebagai dasar dalam menyusun suatu model konsep dalam suatu keperawatan, dan
model konsep keperawatan digunakan dalam menentukan model praktek
keperawatan. Ada beberapa yang mempengarauhi teori keperawatan yaitu, filosopi
Nightingale, kebudayaan, pendidikan, dan ilmu keperawan.

B.     Saran

Dalam penyusunan makalah sebaiknya mahasiswa menggunakan minimal tiga


literatur untuk menghasilkan makalah yang isinya lengkap dan sebaiknya perlu
ditambahkan lagi buku-buku kesehatan lainnya yang belum tersedia di perpustakaan
untuk menunjang penyelesaian tugas mahasiswa.

KONSEP DASAR KEPERAWATAN


MATER 11 : MAKALAH SISTEM PELAYANAN KESEHATAN
Disusun oleh:

BELA WAWO 2016610018

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS TRIBHUWANA TUNGGADEWI

MALANG

2018

BAB 1
LANDASAN TEORI
A.  Latar belakang
Menurut Adisasmito(2007) sistem kesehatan di Indonesia tidak terlepas dari
pembangunan kesehatan. Intinya sistem kesehatan merupakan seluruh aktifitas yang
mempunyai tujuan utama untuk mempromosikan, mengembalikan dan memelihara
kesehatan. Sistem kesehatan memberi manfaat kepada mayarakat dengan distribusi
yang adil. Sistem kesehatan tidak hanya menilai dan berfokus pada “tingkat manfaat”
yang diberikan, tetapi juga bagaimana manfaat itu didistribusikan.
Menurut Nototmodjo(2001) pelayanan di bidang kesehatan merupakan salah satu
bentuk pelayanan yang paling banyak dibutuhkan oleh masyarakat. Salah satu sarana
pelayanan kesehatan yang mempunyai peran sangat penting lainnya dalam
memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat adalah rumah sakit. Rumah
sakit sebagai suatu lembaga sosial yang memberikan pelayanan kesehatan kepada
masyarakat, memiliki sifat sebagai suatu lembaga yang tidak ditujukan untuk mencari
keuntungan atau non profit organization. Walaupun demikian kita dapat menutup
mata bahwa dibutuhkan sistem informasi di dalam rumah sakit.
Menurut Wiku(2007) rumah sakit merupakan lembaga dalam mata rantai Sistem
Kesehatan Nasional dan mengemban tugas untuk memberikan pelayanan kesehatan
kepada seluruh masyarakat, karena pembangunan dan penyelenggaraan kesehatan di
rumah sakit perlu diarahkan
pada tujuan nasional dibidang kesehatan.Tidak mengherankan apabila bidang
kesehatan perlu untuk selalu dibenahi agar bisa memberikan pelayanan kesehatan
yang terbaik untuk masyarakat. Untuk mempertahankan pelanggan, pihak rumah sakit
dituntut selalu menjaga kepercayaan konsumen secara cermat dengan memperhatikan
kebutuhan konsumen sebagai upaya untuk memenuhi keinginan dan harapan atas
pelayanan yang diberikan.

B.  Rumusan masalah
1.   Apa yang dimaksud dengan sistem pelayanan kesehatan?
2.   Bagaimana sistem pelayanan kesehatan?
3.    Apa saja tingkat pelayanan kesehatan?
4.   Bagaimana lembaga pelayanan kesehatan?
5.    Apa saja lingkup sistem pelayanan kesehatan?
6.     Bagaimana pelayanan keperawatan dalam pelayanan kesehatan?
7.     Faktor apa saja yang mempengaruhi pelayanan kesehatan?

C.    Tujuan
1.    Tujuan umum
Mengetahui system pelayanan kesehatan di Indonesia. Mulai dari pelayanan, tingkat,
lembaga, ruang lingkup, hingga faktor yang mempengaruhi pelayanan kesehatan.
2.     Tujuan khusus
 Untuk memenuhi tugas Konsep Dasar Keperawatan II tentang Sistem
Pelayanan Kesehatan.
 Untuk menambah wawasan pengetahuan bagi mahasiswa (i) Sekolah  Tinggi
Ilmu Kesehatan Darul Azhar Batulicin.

BAB 2
TINJAUAN TEORI
A.  Pengertian Sistem Kesehatan

Menurut WHO(1996) sistem kesehatan adalah suatu jaringan penyedia pelayanan


kesehatan (supply side) dan orang-orang yang menggunakan pelayanan tersebut
(demand side) di setiap wilayah, serta negara dan organisasi yang melahirkan sumber
daya tersebut, dalam bentuk manusia maupun dalam bentuk material. Dalam definisi
yang lebih  luas lagi, sistem kesehatan mencakup sektor-sektor lain seperti pertanian
dan lainnya.

B.   Pengertian Pelayanan Kesehatan

Menurut Prof. Dr. Soekidjo Notoatmojo(2001) pelayanan kesehatan adalah sub


sistem pelayanan kesehatan yang tujuan utamanya adalah pelayanan preventif
(pencegahan) dan promotif (peningkatan kesehatan) dengan sasaran masyarakat.
Menurut Depkes RI (2009) pelayanan kesehatan adalah setiap upaya yang
diselenggarakan sendiri atau secara bersama-sama dalam suatu organisasi untuk
memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah dan menyembuhkan penyakit
serta memulihkan kesehatan perorangan, keluarga, kelompok dan ataupun
masyarakat. 
Jadi pelayanan kesehatan adalah sub sistem pelayanan kesehatan yang tujuan
utamanya adalah promotif (memelihara dan meningkatkan kesehatan), preventif
(pencegahan),kuratif (penyembuhan), dan rehabilitasi (pemulihan) kesehatan
perorangan, keluarga, kelompok atau masyarakat, lingkungan. Yang dimaksud sub
sistem disini adalah sub sistem dalam pelayanan kesehatan yaitu input , proses,
output, dampak, umpan balik.
C.  Sistem Pelayanan Kesehatan

Menurut Hidayat(2008) sistem pelayanan kesehatan merupakan bagian penting dalam


meningkatkan derajat kesehatan. Melalui sistem ini tujuan pembangunan kesehatan
dapat tercapai dengan efektif, efisien dan tepat sasaran.
Menurut Hidayat(2008) keberhasilan sistem pelayanan kesehatan tergantung dari
berbagai komponen yang masuk dalam pelayanan kesehatan. Sistem terbentuk dari
subsistem yang saling berhubungan dan saling mempengaruhi. Sistem terdiri dari:
input, proses, output, dampak, umpan balik dan lingkungan.
 Input

Merupakan sistem yang akan memberikan segala masukan untuk


berfungsinya sebuah sistem. Input pelayanan kesehatan meliputi: potensi
masyarakat, tenaga dan sarana kesehatan, dan sebagainya.
 Proses

Merupakan kegiatan merubah sebuah masukan menjadi sebuah hasil yang


diharapkan dari sistem tersebut. Proses dalam pelayanan kesehatan meliputi
berbagai kegiatan dalam pelayanan kesehatan.
 Output
Merupakan hasil yang diperoleh dari sebuah proses. Output pelayanan
kesehatan dapat berupa pelayanan yang berkualitas dan terjangkau sehingga
masyarakat sembuh dan sehat.
 Dampak
Merupakan akibat dari output atau hasil suatu sistem, terjadi dalam waktu
yang relatif lama. Dampak sistem pelayanan kesehatan adalah masyarakat
sehat, angka kesakitan dan kematian menurun.
 Umpan balik

Merupakan suatu hasil yang sekaligus menjadi masukan. Terjadi dari sebuah
sistem yang saling berhubungan dan saling mempengaruhi. Umpan balik
dalam pelayanan kesehatan dapat berupa kualitas tenaga kesehatan.
 Lingkungan
Adalah semua keadaan diluar sistem tetapi dapat mempengaruhi pelayanan
kesehatan.

D.   Tingkat Pelayanan Kesehatan

Menurut Leavel & Clark(2005) tingkat pelayanan kesehatan merupakan bagian dari
sistem pelayanan kesehatan yang diberikan pada masyarakat. Dalam memberikan
pelayanan kesehatan harus memandang pada tingkat pelayanan kesehatan yang akan
diberikan, yaitu:
 Health Promotion (Promosi Kesehatan)
Merupakan tingkat pertama dalam memberikan pelayanan melalui
peningkatan kesehatan. Bertujuan untuk meningkatkan status
kesehatan masyarakat. Contoh: kebersihan perorangan, perbaikan
sanitasi lingkungan, dan sebagainya.

 Specific Protection (Perlindungan Khusus)

Adalah masyarakat terlindung dari bahaya atau penyakit-penyakit


tertentu. Contoh: Imunisasi, perlindungan keselamatan kerja.
 Early Diagnosis And Prompt Treatment (Diagnosis Dini &
Pengobatan Segera)

Sudah mulai timbulnya gejala penyakit. Dilakukan untuk mencegah


penyebaran penyakit. Contoh: survey penyaringan kasus.

E.  Lembaga Pelayanan Kesehatan

Menurut Hidayat(2008) lembaga pelayanan kesehatan merupakan tempat pemberian


pelayanan kesehatan pada masyarakat untuk meningkatkan status kesehatan.
Bervariasi berdasarkan tujuan pemberian pelayanan kesehatan.
a.    Rawat Jalan

Pusat pelayanan rawat jalan, sama dengan klinik, memberi pelayanan


kesehatan dengan cara rawat jalan. Pusat tersebut mungkin bergabung
dengan rumah sakit atau berfungsi secara mandiri dibawah suatu yayasan
atau dibawah pengawasan seorang dokter atau sekelompok dokter. Pusat
pelayanan rawat jalan mungkin dapat berlokasi dalam suatu fasilitas rawat
inap; tetapi sebagian besar berdiri sendiri dan berlokasi jauh dari institusi
rawat inap yang besar. “Pusat-Bedah” merupakan salah satu contoh dari
pusat pelayanan rawat jalan dimana klien datang untuk melakukan prosedur
oprasi minor seperti pengangkatan katarak, bedah plastik, dan prosedur
endoskopi. “Pusat perawatan darurat” yang memberikan pelayanan 24 jam
bagi klien dengan cedera minor atau penyakit seperti laserasi dan influenza.
Pusat perawatan darurat menawarkan alternatif pelayanan seperti yang
diberikan pada ruang kedaruratan rumah sakit.
b.  Institusi
Lembaga institusional terdiri dari rumah sakit, fasilitas perawatan yang
diperluas, fasilitas psikiatri, dan pusat rehabilitasi. Semuanya menawarkan
bentuk pelayanan kesehatan rawat inap (klien diterima masuk dan tingga;l di
suatu institusi untuk penentuan diagnosa, menerima pelayanan pengobatan
dan rehabilitasi). Sebagian besar institusi juga menawarkan pelayanan rawat
jalan (klien berkunjung ke suatu institusi untuk menerima suatu episode
diagnosa atau pengobatan yang akan selesai dalam beberapa jam
c. Hospice
Adalah suatu sistem perawatan yang berpusat pada keluarga yang bertujuan
agar klien dapat tinggal dirumahnya dengan aman, mandiri, dan penuh harga
diri, sambil meringankan penderitaan yang disebabkan oleh penyakit terminal
yang dideritanya. Fokus perawatan hospice adalah perawatan paliatif, bukan
pengobatan kuratif. Hospice dapat bermanfaat untuk klien yang berada pada
tahap terminal dengan penyakit apapun, seperti kardiomiopati, sklerosis
multiple, AIDS, kanker, emfisema, atau penyakit ginjal.

d.  Community Based Agency

Merupakan bagian dari lembaga pelayanan kesehatan yang dilakukan pada


klien pada keluarganya, sebagaimana pelaksanaan perawatan keluarga seperti
praktek perawat keluarga dan lain-lain.
F.  Lingkup Sistem Pelayanan Kesehatan

Menurut Perry(2009) dalam sistem pelayanan kesehatan dapat mencakup pelayanan


dokter, pelayanan keperawtan, dan pelayanan kesehatan masyarakat. Dokter
merupakan subsistem dari pelayanan kesehatan. Subsistem pelayanan kesehatan
tersebut memiliki tujuan masing-masing dengan tidak meninggalkan tujuan umum
dari pelayanan kesehatan. Pelayanan kesehatan yang ada sekarang ini dapat
diselenggarakan oleh pihak pemerintah maupun swasta. Dalam pelayanan kesehatan
terdapat 3 bentuk, yaitu:
1.  Primary Health Care (Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama)

Pelayanan kesehatan ini dibutuhkan atau dilaksanakan pada masyarakat yang


memiliki masalah kesehatan yang ringan atau masyarakat sehat tetapi ingin
mendapatkan peningkatan kesehatan agar menjadi optimal dan sejahtera
sehingga sifat pelayanan kesehatan adalah pelayanan kesehatan dasar.
Pelayanan kesehatan ini dapat dilaksanakan oleh puskesmas atau balai
kesehatan masyarakat dan lain-lain.
2.    Secondary Helath Care (Pelayanan Kesehatan Tingkat Kedua)

Untuk pelayanan kesehatan ini diperlukan bagi masyarakat atau klien yang
membutuhkan perawatan dirumah sakit atau rawat inap dan tidak
dilaksanakan di pelayanan kesehatan utama. Pelayanan kesehatan ini
dilaksanakan di rumah sakit yang tersedia tenaga spesialis atau sejenisnya.
3.  Tertiary Health Services (Pelayanan Kesehatan Tingkat Ketiga)

Palayanan kesehatan ini merupakan tingkat pelayanan yang tertinggi dimana


tingkat pelayanan ini apabila tidak lagi dibutuhkan pelayanan pada tingkat
pertama dan kedua.  Biasanya pelayanan ini membutuhkan tenaga-tenaga
yang ahli atau spesialis dan sebagai rujukan utama seperti rumah sakit yang
tipe A atau B.

G.  Pelayanan Keperawatan Dalam Pelayanan Kesehatan

Menurut Hidayat(2008) pelayanan keperawatan dalam pelayanan kesehatan


merupakan bagian dari pelayanan kesehatan yang meliputi pelayanan dasar & rujukan
sehingga meningkatkan derajat kesehatan. Pada tingkat pelayanan dasar dilakukan di
lingkup puskesmas dengan pendekatan askep keluarga dan komunitas yang
berorientasi pada tugas keluarga dalam kesehatan, diantaranya mengenal masalah
kesehatan secara dini, mengambil keputusan, menanggulangi keadaan darurat,
memberikan pelayanan dasar pada anggota keluarga yang sakit serta memodifikasi
lingkungan.
Pada lingkup pelayanan rujukan, tugas perawat adalah memberikan askep pada ruang
atau lingkup rujukannya, seperti: asuhan keperawatan anak, askep jiwa, askep
medikal bedah, askep maternitas, askep gawat darurat, dan sebagainya.
1.  Faktor Yang Mempengaruhi Pelayanan Kesehatan

Menurut Hidayat(2008) dalam memberikan pelayanan kesehatan tidak segalanya


tercapai sasaran, akan tetapi membutuhkan suatu proses untuk mengetahui masalah
yang ditimbulkannya. Pelaksanaan pelayanan kesehatan juga akan lebih berkembang
atau sebaliknya akan terhambat karena dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu:
 Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Baru

Pelaksanaan sistem pelayanan kesehatan dapat dipengaruhi oleh ilmu


pngetahuan dan teknologi baru, mengingat perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi, maka akan diikuti oleh perkembangan pelayanan kesehatan
atau juga sebagai dampaknya pelayanan kesehatan jelas lebih mengikuti
perkembangan dan teknologi seperti dalam pelayanan kesehatan untuk
mengatasi masalah penyakit-penyakkit yang sulit dapat digunakan
penggunaan alat seperti laser, terapi perubahan gen dan lain-lain.
Berdasarkan itu, maka pelayanan kesehatan membutuhkan biaya yang cukup
mahal dan pelayanan akan lebih profesional dan butuh tenaga-tenaga yang
ahli dalam bidng tertentu.
 Pergeseran Nilai Masyarakat

Berlangsungnya sistem pelayanan kesehatan juga dapat dipengaruhi oleh


nilai yang ada dimasyarakat sebagai penggunaan jasa pelayanan, dimana
dengan beragamnya masyarakat, maka dapat menimbulkan pemanfaatan jasa
pelayanan kesehatan yang berbeda. Masyarakat yang sudah maju dengan
pengetahuan yang tinggi, maka akan memiliki kesadaran yang lebih dalam
penggunaan atau pemanfaatan pelayanan kesehatan, demikian juga
sebaliknya pada masyarakat yang memiliki pengetahuan yang kurang akan
memiliki kesadaran yang rendah terhadap pelayanan kesehatan, sehingga
kondisi demikian akan sangat mempengaruhi sistem pelayanan kesehatan.
 Aspek Legal dan Etik

Dengan tingginya kesadaran masyarakat terhadap penggunaan atau


pemanfaatan jasa pelayanan kesehatan, maka akan semakin tinggi pula
tuntutan hukum da etik dalam pelayanan kesehatan, sehingga pelaku
pemberi pelayanan kesehatan harus dituntut untuk memberikan pelayanan
kesehatan secara profesional dengan memperhatikan nilai-nilai hukum dan
etika yang ada dimasyarakat.
 Ekonomi
Pelaksanaan pelayanan kesehatan akan dipengaruhi oleh tingkat ekonomi di
masyarakat. Semakin tinggi ekonomi seseorang, pelayanan kesehatan akan
lebih diperhatikan dan mudah dijangkau, demikian juga sebaliknya apabila
tingkat ekonomi seseorang rendah, maka akan sulit menjangkau pelayanan
kesehatan mengingat biaya dalam jasa pelayanan kesehatan membutuhkan
biaya yang cukup mahal. Keadaan ekonomi ini yang akan dapat
mempengaruhi dalam sistem pelayanan kesehatan.

 Politik
Kebijakan pemerintah melalui sistem politik yang ada akan sangat
berpengaruh sekali dalam sistem pemberian pelayanan kesehatan.
Kebijakan-kebijakan yang ada dapat memberikan pola dalam sistem
pelayanan.

BAB 3
PENUTUP
A.   Kesimpulan

Sistem pelayanan kesehatan merupakan bagian penting dalam meningkatkan derajat


kesehatan. Dalam sistem ini terdapat tingkat, lembaga, lingkup dan faktor yang
mempengaruhi dalam terlaksananya sistem pelayanan kesehatan tersebut.
B.  Saran

Dalam sistem pelayanan kesehatan perlu terus di tingkatkannya mutu serta kualitas
dari pelayanan kesehatan agar sistem pelayanan ini dapat berjalan dengan efektif, itu
semua dapat dilakukan dengan melihat nilai-nilai yang ada di masyarakat, dan
diharapkan perawat dapat memberikan pelayanan dengan kualitas yang bagus dan
baik.
DAFTAR PUSTAKA
Depkes RI., (2009) Sistem Kesehatan Nasional. Jakarta
Hidayat, A.A. A., (2008)  Pengantar Konsep Dasar Keperawatan, Edisi 2, Jakarta:
Salemba Medika.
Notoatmodjo Soekidjo., (2001) Peran Pelayanan Kesehatan Swasta dalam
Menghadapi Masa Krisis. Jakarta:Suara Pembaruan Daily.
Perry, Potter., (2009) Fundamental Keperawatan,Buku 1, Edisi 7. Jakarta: Salemba
Medika.
Potter,Patricia.Perry,Anne Griffin., (2005) Buku Ajar Fundamental Keperawatan,
Edisi 4, Volume 1. EGC: Jakarta
Satrianegara, M. Fais., (2009) Buku Ajar Organisasi Dan Manajemen Pelayanan
Kesehatan Serta Kebidanan. Jakarta: Salemba Medika.
KONSEP DASAR KEPERAWATAN
MATER 111 : SEJARAH PERKEMBANGAN KEPERAWATAN
Disusun oleh:

BELA WAWO 2016610018

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS TRIBHUWANA TUNGGADEWI

MALANG

2018

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami haturkan atas kehadirat Allah SWT, dimana atas rahmat
dan karuniaNya kami telah dapat menyusun makalah ini yang berjudul Sejarah
Perkembangan Keperawatan di Dunia dan di Indonesia.
Dalam proses penyusunan makalah ini, tim penyusun mengalami banyak
permasalahan. Namun berkat arahan dan dukungan dari berbagai pihak akhirnya
makalah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Pada kesempatan ini, dengan
segala kerendahan hati, penyusun mengucapkan terima kasih kepada pembimbing
kami dalam proses penyusunan makalah ini.
Penyusun menyadari makalah ini masih belum sempurna, baik dari isi
maupun sistematika penulisannya, maka dari itu penyusun berterima kasih apabila
ada kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan makalah ini.

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keperawatan memiliki dan akan selalu memiliki jawaban terhadap
kebutuhan kliennya. Pada masa perang, respon keperawatan akan menjawab
kebutuhan korban pada saat peperangan. Saat terjadi krisis pelayanan
kesehatan dimasyarakat seperti wabah penyakit atau sumber daya pelayanan
kesehatan yang tidak memenuhi syarat, para perawat akan menyelenggarakan
imunisasi yang berbasis masyarakat.
Para perawat mempelajari dan menguji cara baru dan lebih baik untuk
menolong kliennya. Perawat peneliti merupakan pemimpin dalam perluasan
pengetahuan keperawatan dan disiplin ilmu pelayanan kesehatan lainnya. Pada
awal sejarah keperawatan saat Perang Crimean, Florence Nightingale
mempelajari dan memperbaiki metode sanitasi lingkungan perang. Dan
berhasil mengurangi angka kematian dan infeksi berbagai penyakit.
Pengetahuan mengenai sejarah profesi perawat akan meningkatkan
kemampuan anda untuk memahami sisi social dan intelektual dari disiplin
ilmu ini. Walaupun tidak dapat dijelaskan secara praktis untuk menjabarkan
seluruh aspek sejarah dari keperawatan professional.

B. Tujuan
1. Mengetahui bagaimana sejarah keperawatan dalam ruang lingkup
Internasional
2. Mengetahui bagaimana sejarah keperawatan dalam ruang lingkup nasional
3. Mengetahui sejarah profesi keperawatan dalam ruang lingkup nasional.

BAB II
MATERI

A. Sejarah Keperawatan Internasional


Keperawatan sebagai suatu pekerjaan sudah ada sejak manusia ada di
bumi ini, keperawatan terus berkembang sesuai dengan kemajuan peradaban
teknologi dan kebudayaan. Konsep keperawatan dari abad ke abad terus
berkembang, berikut adalah perkembangan keperawatan di dunia.
1. Sejak zaman manusia itu diciptakan (manusia itu ada)/Zaman Purba
Di mana pada dasarnya manusia diciptakan telah memiliki naluri untuk
merawat diri sendiri sebagaimana tercermin pada seorang ibu. Naluri yang
sederhana adalah memelihara kesehatan dalam hal ini adalah menyusui
anaknva sehingga harapan pada awal perkembangan keperawatan, perawat
harus memiliki naluri keibuan (Mother Instinc) kemudian bergeser ke
zaman purba di mana pada zaman ini orang masih percaya pada sesuatu
tentang adanya kekuatan mistis yang dapat mempengaruhi kehidupan
manusia, kepercayaan ini dikenal dengan nama animisme, di mana
seseorang yang sakit dapat disebabkan karena kekuatan alam atau
pengaruh kekuatan gaib sehingga timbul keyakinan bahwa jiwa yang jahat
akan dapat menimbulkan kesakitan dan jiwa yang sehat dapat
menimbulkan kesehatan atau kesejahteraan. Pada saat itu peran perawat
sebagai ibu yang merawat keluarganya yang sakit dengan memberikan
perawatan fisik serta mengobati penyakit dengan menghilangkan pengaruh
jahat.
Kemudian dilanjutkan dengan kepercayaan pada dewa-dewa di mana pada
masa itu penyakit dianggap disebabkan karena kemarahan dewa sehingga
kuil-kuil didirikan sebagai tempat pemujaan dan orang yang sakit meminta
kesembuhan di kuil tersebut dengan bantuan priest physician.
Setelah itu perkembangan keperawatan terus berubah dengan adanya
diakones dan philantrop yang merupakan suatu kelompok wanita tua dan
janda yang membantu pendeta dalam merawat orang sakit serta kelompok
kasih sayang yang anggotanya menjauhkan diri dari keramaian dunia dan
hidupnya ditujukan pada perawatan orang yang sakit sehingga akhirnya
berkembanglah rumah-rumah perawatan dan akhirnya mulailah awal
perkembangan ilmu keperawatan.
2. Zaman keagamaan
Perkembangan keperawatan ini mulai bergeser ke arah spiritual di mana
seseorang yang sakit dapat disebabkan karena adanya dosa atau kutukan
Tuhan. Pusat perawatan adalah tempat-tempat ibadah, sehingga pada
waktu itu pemimpin agama dapat disebut sebagai. tabib yang mengobati
pasien karena ada anggapan yang mampu mengobati adalah pemimpin
agama sedangkan pada waktu itu perawat dianggap sebagai budak yang
hanya membantu dan bekerja atas perintah pemimpin agama.
3. Zaman Masehi
Keperawatan dimulai pada saat perkembangan agama Nasrani, di mana
pada saat itu banyak membentuk diakones (deaconesses), suatu
organisasi wanita yang bertujuan mengunjungi orang sakit sedangkan
orang laki-laki di berikan tugas dalam membrikan perawatan untuk
mengubur bagi orang yang meninggal, sehingga pada saat itu berdirilah
rumah sakit di Roma seperti Monastic Hospital. Pada saat itu rumah sakit di
gunakan sebagai tempat merawat orang sakit,orang cacat,miskin dan
yatim piatu. Pada saat itu pula di daratan benua Asia, khususnya di Timur
Tengah, perkembangan keperawatan mulai maju seiring dengan
perkembangan agama Islam.
Keberhasilan Nabi Muhammad SAW dalam menyebarkan agama islam di
ikuti dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi seperti ilmu
pasti, kimia, kesehatan dan obat-obatan. Sebagaimana dalam
AlQuran di tuliskan pentingnya menjaga kebersihan diri, makanan,
lingkungan dan lain-lain. Perkembangan tersebut melahirkan tokoh Islam
dalam keperawatan yang di kenal dengan nama Rufaidah.
4. Zaman permulaan abad 21
Pada permulaan abad ini perkembangan keperawatan berubah, tidak lagi
dikaitkan dengan faktor keagamaan akan tetapi berubah kepada faktor
kekuasaan, mengingat pada masa itu adalah masa perang dan terjadi
eksplorasi alam sehingga pesatlah perkembangan pengetahuan. Pada masa itu
tempat ibadah yang dahulu digunakan untuk merawat sakit tidak lagi
digunakan.
5. Zaman sebelum perang dunia kedua
Pada masa perang dunia kedua ini timbal prinsip rasa cinta sesama
manusia di mana saling membantu sesama manusia yang membutuhkan.
Pada masa sebelum perang dunia kedua ini tokoh keperawatan Florence
Nightingale (1820-1910) menyadari adanya pentingnya suatu sekolah
untuk mendidik para perawat, Florence Nightingale mempunyai
pandangan bahwa dalam mengembangkan keperawatan perlu dipersiapkan
pendidikan bagi perawat, ketentuan jam kerja perawat dan
mempertimbangkan pendapat perawat. Usaha Florence adalah dengan
menetapkan struktur dasar di pendidikan perawat diantaranya mendirikan
sekolah perawat mnetapkan tujuan pendidikan perawat serta menetapkan
pengetahuan yang harus di miliki para calon perawat.
Florence dalam merintis profesi keperawatan diawali dengan
membantu para korban akibat perang krim (1854 - 1856) antara Roma dan
Turki yang dirawat di sebuah barak rumah sakit (scutori) yang akhirnya
mendirikan sebuah rumah sakit dengan nama rumah sakit
Thomas di London dan juga mendirikan sekolah perawatan dengan nama
Nightingale Nursing School.
6. Masa selama perang dunia kedua
Selama masa selama perang ini timbal tekanan bagi dunia pengetahuan dalam
penerapan teknologi akibat penderitaan yang panjang sehingga perlu
meningkatkan diri dalam tindakan perawat mengingat penyakit dan korban
perang yang beraneka ragam.
7. Masa pascaperang dunia dua
Masa ini masih berdampak bagi masyarakat seperti adanya penderitaan yang
panjang akibat perang dunia kedua, dan tuntutan perawat untuk
meningkatkan masyarakat sejahtera semakin pesat. Sebagai contoh di
Amerika, perkembangan keperawatan pada masa itu diawali adanya
kesadaran masyarakat akan pentingnya kesehatan, pertambahan penduduk
yang relatif tinggi sehingga menimbulkan masalah baru dalam pelayanan
kesehatan, pertumbuhan ekonomi yang mempengaruhi pola tingkah laku
individu, adanya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
kedokteran dengan diawali adanya penemuan-penemuan obat-obatan atau
cara-cara untuk memberikan penyembuhan bagi pasien, upaya-upaya
dalam tindakan pelayanan kesehatan seperti pelayanan kuratif, preventif
dan promotif dan juga terdapat kebijakan Negara tentang peraturan
sekolah perawat.
Pada masa itu perekembangan perawat di mulai adanya sifat pekerjaan yang
semula bersifat individu bergeser ke arah pekerjaan yang bersifat tim. Pada
tahun 1948 perawat di akui sebagai profesi sehingga pada saat itu pula
terjadi perhatian dalam pemberian penghargaan pada perawat atas
tangung jawabnya dalam tugas.
8. Periode tahun 1950
Pada masa itu keperawatan sudah mulai menunjukkan perkembangan
khususnya penataan pada sistem pendidikan. Hal tersebut terbukti di
negara Amerika sudah dimulai pendidikan setingkat master dan doktoral.
Kemudian penerapan proses keperawatan sudah mulai
dikembangkandengan memberikan pengertian bahwa perawatan adalah
suatu proses, yang dimulai dari pengkajian, diagnosis keperawatan,
perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.

Tokoh-tokoh Keperawatan yang Terkenal di Dunia


1. Rufaidah Al-Asalmiya (570 – 632 M) Rufaidah Al-Asalmiya atau Siti
Rufaidah adalah perawat muslim pertama didunia, ia sudah ada jauh
sebelum Pioneer of Modern Nurse lahir kedunia. Semoga sekelumit
kisah ini bisa menambah pengetahuan kita tentang orang-orang yang
berjasa dalam bidang keperawatan. Di Indonesia, nama Rufaidah
sendiri masih terasa asing dibandingkan dengan tokoh-tokoh keperawatan
dunia yang berasal dari golongan barat. Namun dikalangan Negara arab
dan timur tengah, nama Florence Nightingale tidak lebih terkenal dari
Rufaidah Binti Sa’ad / Rufaidah Al-Asalmiya. Rufaidah Al-Asalmiya
memiliki nama lengkap Rufaidah Binti Sa’Al-Bani Aslam Al-Khazraj. Ia
lahir di Yatrhrib, Madinah pada tahun 570 M dan wafat pada tahun 632
M. Rufaidah hidup pada masa Rasulullah SAW pada abad pertama
Hijriah atau abad ke-8 Masehi. Ia termasuk golongan kaum Anshor
(Golongan pertama yang menganut agama Islam di Madinah).

2. Florence Nightingale
Florence Nightingale lahir di Florence, Italia, pada tanggal 12 May, 1820.
Selama perang Crimean, ia dan tim perawat meningkatkan kondisi yang
tidak sehat di sebuah rumah sakit di pangkalan Inggris. Tulisannya
memicu reformasi perawatan kesehatan diseluruh dunia. Pada tahun 1860
ia mendirikan Rumah Sakit St Thomas dan Sekolah Pelatihan Nightingale
untuk Perawat. Dia meninggal 13 Agustus 1910, di London.
3. Betty Neuman
Betty Neuman lahir pada tahun 1924 disebuah pemukiman pertanian
tidak jauh dari Lowell, Ohio.Ayahnya seorang petani dan ibunya
seorang rumah tangga. Dengan rasa cintanya pada tanah kelahirannya
ia bermaksud untuk membangun desanya Ohio dan menjadikan latar
belakang pada rasa pada kebutuhan penduduk desanya. Betty Neuman
pertama kali memperoleh pendidikan pada
People Hospital School of Nursing sekarang General Hospital Akron di
Akron, Ohio tahun 1947. kemudian ia pindah ke Los Angles untuk
tinggal dengan keluarganya di California. Di California ia memegang
jabatan penting di Staff Keperawatan Rumah Sakit. Kemudian ia
melanjutkan pendidikan di Universitas of california di Los Angles
dengan jurusan Psikologi. Dia menyelesaikan gelar sarjana mudanya
pada tahun 1957. Pada tahun 1966 dia mendapat gelar Master dibidang
Kesehatan Mental, konsultan kesehatan masyarakat pada University of
California ia melanjutkan Program Administrasi Pendidikan Tinggi di
Ohio University. Dr. Neuman terus menjalankan tugasnya dengan
menjadi wakil tingkat international untuk sekolah keperawatan dan
sebagai perwakilan latihan pengangkatan model keperawatan.
4. Gardner Sewall Maria
Lahir 5 Februari 1871, Newton, Massachusetts; meninggal 20
Februari 1961, Providence, Rhode Island. Sebagai seorang gadis,
Maria Sewall Gardner pindah dengan dia baik-untuk-melakukan
keluarga dari Massachusetts ke Providence, di mana dia tinggal dan
bekerja sepanjang hidupnya. Gardner dikreditkan ayahnya dan saudara
tiri, keduanya pengacara dan hakim, dengan mengajar dia untuk
berpikir jernih dan merasa rasa tanggung jawab kewarganegaraan. Pada
tahun 1890, Gardner lulus dari Miss Porter's School di Farmington,
Connecticut. Dia memasuki Newport Rumah Sakit Pelatihan Sekolah
Perawat ketika ia lebih dari tiga puluh. Pada tahun 1905, segera setelah
lulus, Gardner menjadi direktur
Providence Kabupaten Keperawatan Dasar, yang ia menuju hingga
pensiun di tahun 1931
5. Faye glenn abdellah
Faye glenn abdellah lahir tanggal 13 maret 1919 di new York city.
bertahun-tahun kemudian,pada tanggal 6 mei 1937 pesawat berbahan
bakar hydrogen jerman Hindenburg meledak diatas Lakehurst,New Jesey,
di mana abdellah 18 tahun dan keluarganya kemudian hidup, dan abdellah
dan adiknya berlari ke tempat kejadian untuk membantu dalam
sebuah wawancara dengan seorang penulis untuk wajah perawat,
Abdellah bercerita : “saya bisa melihat orang melompat dari zepellin
dan saya tidak tahu bagaimana merawat mereka,sehingga itulah aku
bersumpah bahwa saya akan belajar merawat .”
Abdellah memperoleh ijazah keperawatan dari fiktin memorial
hospital school of nursing.sekarng ann mei school of nursing.pada tahun
1940.

B. Sejarah Keperawatan Nasional


Sejarah perkembangan keperawatan di Indonesia telah banyak
dipengaruhi oleh kolonial penjajah diantaranya Jepang, Belanda dan Inggris.
Dalam perkembangannya di Indonesia dibagi menjadi dua masa diantaranya:
1. Masa sebelum kemerdekaan,
Pada masa itu negara Indonesia masih dalam penjajahan Belanda.
Perawat berasal dari Indonesia disebut sebagai Verpleger dengan dibantu oleh
zieken oppaser sebagai penjaga orang sakit, perawat tersebut pertama kali
bekerja di rumah sakit Binnen Hospital yang terletak di Jakarta pada tahun
1799 yang ditugaskan untuk memelihara kesehatan staf dan tentara
Belanda, sehingga akhirnya pada masa Belanda terbentuklah dinas
kesehatan tentara dan dinas kesehatan rakyat. Mengingat tujuan pendirian
rumah sakit hanya untuk kepentingan Belanda, maka tidak diikuti
perkembangan dalam keperawatan.
Kemudian pada masa penjajahan Inggris yaitu Rafless, mereka
memperhatikan kesehatan rakyat dengan moto kesehatan adalah milik
manusia dan pada saat itu pula telah diadakan berbagai usaha dalam
memelihara kesehatan diantaranya usaha pengadaan pencacaran secara
umum, membenahi cara perawatan pasien dangan gangguan jiwa dan
memperhatikan kesehatan pada para tawanan.
Beberapa rumah sakit dibangun khususnya di Jakarta yaitu pada tahun
1819, didirikan rumah sakit Stadsverband, kemudian pada tahun 1919
rumah sakit tersebut pindah ke Salemba dan sekarang dikenal dengan
nama RSCM (Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo), kemudian diikuti
rumah sakit milik swasta. Pada tahun 1942-1945 terjadi kekalahan tentara
sekutu dan kedatangan tentara Jepang. Perkembangan keperawatan
mengalami kemunduran.
2. Masa setelah kemerdekaan
Pada tahun 1949 telah banyak rumah sakit yang didirikan serta balai
pengobatan dan dalam rangka memenuhi kebutuhan tenaga kesehatan
pada tahun 1952 didirikan sekolah perawat, kemudian pada tahun 1962
telah dibuka pendidikan keperawatan setara dengan diploma. Pada tahun 1985
untuk pertama kalinya dibuka pendidikan keperawatan setingkat dengan
sarjana yang dilaksanakan di Universitas Indonesia dengan nama
Program Studi Ilmu Keperawatan dan akhirnya dengan berkembangnya
Ilmu Keperawatan, maka menjadi sebuah Fakultas Ilmu keperawatan dan
beberapa tahun kemudian diikuti berdirinya pendidikan keperawatan
setingkat S1 di berbagai univeisitas di Indonesia seperti di Bandung,
Yogyakarta, Surabaya dan lain-lain.

C. Sejarah perkembangan profesi keperawatan di Indonesia


1. Seperti halnya perkembangan keperawatan di dunia, di
Indonesia pada awalnya pelayanan perawatan masih didasarkan
pada naluri, kemudian berkembang menjadi aliran animisme, dan
orang bijak beragama.
2. Penjaga orang sakit (POS/zieken oppaser)
Sejak masuknya Vereenigge oost Indische Compagine di Indonesia
mulai didirikan rumah sakit, Binnen Hospital ad alah RS pertama
yang didirikan pada tahun 1799, tenaga kesehatan yang melayani adalah
para dokter bedah, tenaga perawat diambil dari putra pertiwi.
Pekerjaan perawat pada saat itu bukan pekerjaan dermawan atau
intelektual, melainkan pekerjaan yang hanya pantas dilakukan oleh
prajurit yang bertugas pada kompeni. Tugas perawat pada saat itu adalah
memasak dan membersihkan bangsal (domestic work), mengontrol
pasien, menjaga pasien agar tidak lari (gangguan jiwa)
3. Model keperawatan Vokasional (abad 19)
Berkembangnya pendidikan keperawatan non-formal, pendidikan
diberikan melalui pelatihanpelatihan model vokasional dan dipadukan
dengan latihan kerja.
4. Model Keperawatan Kuratif (1920)Pelayanan pengobatan menyeluruh
bagi masyarakata dilakukan oleh perawat seperti imunisasi /
vaksinasi , dan pen gobatan penyakit seksual.
5. Keperawatan semi profesional
Tuntutan kebutuhan akan pelayanan kesehatan (keperawatan) yang
bermutu oleh masyarakat, menjadikan tenaga keperawatan dipacu untuk
meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dibidang
keperawatan.
Pendidikan -pendidikan dasar keperawatan dengan sistem
magang selama 4 tahun bagi lulusan sekolah dasar mulai bermunculan.
6. Keperawatan preventif
Pemerintahan belanda menganggap perlunya hygiene dan
sanitasi serta penyuluhan dalam upaya pencegahan dan pengendalia n
wabah, pemerintah juga menyadari bahwa tindakan kuratif hanya
berdampak minimal bagi masyarakat dan hanya di tunjukan bagi
mereka yang sakit. Pada tahun 1937 didirikan sekolah mantri
hygiene di purwekerto, pendidikan ini terfokus pada pelayanan
kesehatan lingkungan dan bukan merupakan pengobatan.
7. Menuju Keperawatan Profesional
Sejak Indonesia merdeka (1945) perkembangan keperawatan mulai
nyata dengan berdirinya sekolah pengatur rawat (SPR) dan sekolah bidan
di RS besar yang bertujuan untuk menunjang pelayanan kesehatan
di rumah sakit. Pendidikan itu diberuntukkan bagi mereka lulusan
SLTP ditambah pendidikan selama 3 tahun, disamping itu juga
didirikan sekolah bagi guru perawat dan bidan untuk menjadi guru di
SPR.
Perkembangan keperawatan semakin nyata dengan didirikannya
organisasi Persatuan Perawat Nasional Indonesia tahun 1974
8. Melalui lokakarya nasional keperawatan dengan kerjasama
antara Depdikbud RI, Depkes RI dan DPP PPNI, ditetapkan
definisi, tugas, fungsi, dan kompetensi tenaga perawat profesional di
Indonesia. Diilhami dari hasil lokakarya itu maka didirikanlah
akademi keperawatan, kemudian disusul pendirian PSIK FK-UI
(1985) dan kemudian didirikan pula program paska sarjana (1999)

Keperawatan yang semula belum jelas ruang lingkupnya dan


batasannya, secara bertahap mulai berkembang. Keperawatan
diartikan
oleh pakar keperawatan dengan berbagai cara dalam berbagai
bentuk
rumusan, seperti oleh Florence Nightingale, Goodrich, Imogene
King,
Virginia Henderson, dsb.
Sesuai PERMENKES RI NO.1239 Tahun 2001 tentang Registrasi dan
Praktik Perawat, dijelaskan PERAWAT adalah: Seseorang yang
telah
lulus pendidikan keperawatan,baik di dalam maupun di luar negeri sesuai
dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku.
Keperawatan adalah sebuah profesi, dimana di dalamnya terdapat
sebuah body of knowledge yang jelas. Profesi keperawatan memiliki
dasar
pendidikan yang kuat.
Keperawatan sebagai sebuah profesi telah disepakati berdasarkan pada
hasil lokakarya nasional pada 1983 dan didefinisikan sebagai
suatu
bentuk pelayanan kesehatan berdasarkan ilmu dan kiat
keperawatan
berbentuk pelayanan bio-psiko-sosio-spiritual yang komprehensif ditujukan
pada individu, keluarga, dan masyarakat, baik sakit maupun sehat yang
mencakup seluruh proses kehidupan manusia.
Dari pengertian tersebut diatas ada 4 ( empat ) elemen utama ( mayor
elements ) yang menjadi perhatian( concern),Yaitu :
1. Keperawatan adalah ilmu dan kiat -sains terapan ( applied science ),
2. Keperawatan adalah profesi yang berorientasi pada pelayanan
helping health illness problem,
3. Keperawatan mempunyai empat tingkat klien : individu,
keluarga, kelompok, dan komunitas.
4. Pelayanan Keperawatan mencakup seluruh rentang
pelayanan kesehatan-3th level preventions dengan metodologi
proskep.
Keperawatan di indonesia dapat dikatakan sebagai suatu profesi.
Karena memiliki ciriciri dari profesi yaitu mempunyai body of
knowledge,
pendidikan berbasis keahlian pada jenjang pendidikan tinggi, memberikan
pelayanan kepada masyarakat melalui praktik dalam bidang
profesi,
memiliki perhimpunan/organisasi profesi, pemberlakuan kode etik
keperawatan, otonomi, dan motivasi bersifat altruistic.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Keperawatan berespons dan beradaptasi terhadap tantangan baru
secara berkesinambungan. Evolusi keperawatan membuat profesi ini
berada
pada masa-masa paling menantang dan mengagumkan selama perjalanan
sejarah. Perawat berada pada posisi unik, yaitu profesi untuk
meningkatkan
dan membentuk masa depan dari pelayanan kesehatan. Keperawatan
merupakan kombinasi pengetahuan, dari ilmu fisik, kemanusiaan, dan sosial,
bersama dengan kompetensi klinis yang dibutuhkan untuk melayani
kepentingan individual dari klien dan keluarganya.
B. Saran
Hendaknya sebagai seorang perawat, kita harus mampu
mengembangkan keterampilan yang kita miliki dengan mampu untuk
menyesuaikan diri dengan evolusi-evolusi yang terjadi pada dunia
keperawatan itu sendiri. Dengan seringnya kita melakukan pembaharuan-
pembaharuan dalam setiap tindakan yang diambil, maka akan mudah bagi kita
untuk menjawab semua keluhan-keluhan klien dengan didasari critical
thinking yang memadai.
DAFTAR PUSTAKA

Asmadi. (2008). Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran


EGC.
Hidayat A. Aziz Alimul. (2007). Pengantar Konsep Dasar Keperawatan Eds 2.
Jakarta: Salemba Medika
Potter, Perry. 2009. Fundamental of Nursing. Jakarta : Salemba Medika
KONSEP DASAR KEPERAWATAN
MATER 4 : FALSAFAH KEPERAWATAN

Disusun oleh:

BELA WAWO 2016610018

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS TRIBHUWANA TUNGGADEWI

MALANG

2018

BAB  I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Keperawatan sebagai bagian integral pelayanan kesehatan merupakan 
suatu bentuk pelayanan professional yang didasarkan pada ilmu keperawatan.
Pada perkembangannya  ilmu keperawatan selalu mengikuti perkembangan
ilmu lain, mengingat ilmu keperawatan  merupakan ilmu terapan yang selalu
berubah mengikuti perkembangan zaman.
Demikian juga dengan pelayanan keperawatan di Indonesia, kedepan
diharapkan harus mampu memberikan pelayanan kepada masyarakat secara
profesional sesuai dengan tuntutan kebutuhan masyarakat serta teknologi
bidang  kesehatan yang senantiasa berkembang. Pelaksanaan asuhan
keperawatan di sebagian besar  rumah sakit Indonesia umumnya telah
menerapkan pendekatan ilmiah melalui proses keperawatan.
Dalam dunia keperawatan, masyarakat secara umum masih memandang
profesi keperawatan sebagai profesi asistensi dokter atau perkerja sosial yang
sifatnya membantu orang sakit atas instruksi – instruksi dokter bahkan
dikalangan praktisi perawat pun kadang – kadang masih memiliki pandangan
yang tidak utuh terhadap profesinya sendiri, hal ini dapat dilihat di beberapa
pelayanan kesehatan, pelayanan keperawatan masih bersifat vocasional belum
sepenuhnya beralih ke pelayanan yang profesional.
Untuk itulah paradigma dalam keperawatan sangat membantu
masyarakat secara umum maupun perawat khususnya dalam menyikapi dan
menyelesaikan berbagai persoalan yang melingkupi profesi keperawatan
seperti aspek pendidikan dan pelayanan keperawatan, praktik keperawatan
dan organisasi profesi.

B. Pentingnya Paradigma
Mengapa paradigma ini begitu penting ? dalam hal ini paradigma akan
sangat membantu seseorang ataupun masyarakat luas untuk memahami dunia
kepada kita dan membantu kita untuk memahami setiap fenomena yang
terjadi di sekitar kita. Fenomena dalam keperawatan adalah prilaku klien
dalam menghadapi ketidakpastian kondisinya atau menghadapi
ketidaknyamanan dari sebagian atau seluruh anggota tubuhnya atau masalah –
masalah yang yang muncul dalam bidang keilmuan tertentu.
                                                                                                 
C.    Tujuan Makalah
          Untuk mengetahui falsafah paradigma keperawatan.
D.    Rumusan Masalah
 Apa yang dimaksud falsafah dan paradigma keperawatan perkembangan
ilmu?
Bagaimana falsafah dan paradigma keperawatan?
 BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Falsafah Keperawatan


 Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan profesional yang merupakan bagian
integral dari layanan kesehatan, didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan.
Falsafah Keperawatan: kenyakinan perawat terhadap nilai-nilai keperawatan yang
menjadi pedoman dalam memberikan asuhan keperawatan.
B.     Keyakinan Yang Harus Dimiliki Perawat
a. Manusia adalah individu yang unik holistik
b. Meningkatkan derajat kesehatan yang optimal
c. Kolaborasi dengan tim kesehatan dan pasien/keluarga.
d. Proses keperawatan
e. Perawat bertanggung jawab dan bertanggung gugat
f. Pendidikan keperawatan harus dilaksanakan terus-menerus
C.    Pengertian Paradigma Keperawatan
 Paradigma keperawatan : Merupakan suatu pandangan global yang dianut
oleh perawat yang mengatur hubungan di antara teori guna mengembangkan
model konseptual dan teori-teori keperawatan sebagai kerangka kerja
keperawatan.
D.    Keperawatan
a. Memberikan layanan kesehatan
b.  Memberikan bantuan yang paripurna dan efektif kepada klien
c.    Membantu klien (dari level individu hingga masyarakat)
d.  Melaksanakan intervensi keperawatan :
1. Promotif
2. Preventif
3.   Kuratif
4.  Rehabilitatif

      E. PERAN DAN FUNGSI PERAWAT


a. Peran Perawat
1. Peran sebagai pemberi Asuhan Keperawatan.
Peran sebagai pemberi asuhan keperawatan ini dapat dilakukan perawat
dengan memeprhatikan keadaan kebutuhan dasar manusia yang
dibutuhkan melalui pemberian pelayanan keperawatan dengan
menggunakan proses keperawatan sehingga dapat ditentukan diagnosis
keperawatan agar bias direncakan dan dilaksanakan tindakan yang tepat
sesuai dengan tingkat kebutuhan dasar manusia, kemudian dapat
dievaluasi tingkat perkembangannya. Pemberian asuhan keperawatan ini
dilakukan dari yang sederhana sampai dengan kompleks
2. Peran Sebagai Advokat ( Pembela)
 Klien Peran ini dilakukan perawat dalam membantu klien dan keluarga
dalam meninterpretasikan berbagia informasi dari pemberi pelayanan atau
informasi lain khususnya dalam pengambilan persetujuan atas tindakan
keperawatan yang diberikan kepada pasiennya, juga dapat berperan
mempertahankan dan melindungi hak-hak pasien yang meliputi hak atas
pelayanan sebaik-baiknya, hak atas informasi tentang penyakitnya, hak
atas privasi, hak untuk menentukan nasibnya sendiri dan hak untuk
menerima ganti rugi akibat kelalaian.
3. Peran Sebagai Edukator Peran ini dilakukan untuk :
1. Meningkatkan tingkat pengetahuan kesehatan dan
kemampuan kliemengatasi       kesehatanya.
2. Perawat memberi informasi dan meningkatkan perubahan
perilaku klien
4. Peran Sebagai Koordinator
Peran ini dilaksanakan dengan mengarahkan, merencanakan serta
mengorganisasi pelayanan kesehatan dari tim kesehatan sehingga
pemeberian pelayanan kesehatan dapat terarah serta sesuai dengan
kebutuhan klien.

5 . Peran Sebagai Kolaborator


Perawat disini dilakukan karena perawat bekerja melalui tim kesehatan yang
terdiri dari dokter fisioterapis, ahli gizi, dan lain-lain dengan berupaya
mengidentifikasi pelayanan keperawatan yang diperlukan termasuk diskusi
atau tukar pendapat dalam penentuan bentuk pelayanan selanjutnya.
1. Peran Sebagai Konsultan
 Peran disini adlah sebagai tempat konsultasi terhadap masalah atau
tindakan keperawatan yang tepat untuk diberikan.
2. Peran Sebagai Pembeharu
Peran sebagai pembaharu dapat dilakukan dengan mengadakan perencanaan,
kerja sama, perubahan yang sistematis dan terarah sesuai dengan metode
pemberian pelayanan keperawatan.
Selain peran perawat menurut konsorsium ilmu kesehatan, terdapat
pembagian peran perawat menurut hasil lokakarya keperawatan tahun 1983
yang membagi menjadi 4 peran diantaranya peran perawat sebagai pelaksana
pelayanan keperawatan, peran perawat sebagai pengelola pelayanan dan
institusi keperawatan, peran perawat sebagai pendidik dalam keperawatan
serta peran perawat sebagai peneliti dan pengembang pelayanan keperawatan
B. Fungsi Perawat
 Fungsi Independen
Merupakan fungsi mandiri dan tidak tergantung pada orang lain,
dimana perawat dalammelaksanakan tugasnya dilakukan secara
sendiri dengan keputusan sendiri dalammelakukan tindakan dalam
rangka memenuhi kebutuhan dasar manusia sepertipemenuhan
kebutuhan fisiologis (pemenuhan kebutuhan oksigenasi,
pemenuhankebutuhan cairan dan elektrolit, pemenhuan kebutuhan
nutrisi, pemenuhan kebutuhanaktivitas, dan lain-lain), pemenuhan
kebutuhan keamanan dan kenyamanan, pemenuhankebutuhan cinta
mencintai, pemenuhan kebutuhan harga diri dan aktualisasi diri.
 Fungsi Dependen
 Merupakan fungsi perawat dalam melaksanakan kegiatannya atas
pesan atau instruksi dari perawat lain. Sehingga sebagai tindakan
pelimpahan tugas yang diberikan. Hal ini biasanya dilakukan oleh
perawat spesialis kepada perawat umum, atau dari perawat primer
ke perawat pelaksana.
 Fungsi Interdependen
Fungsi ini dilakukan dalam kelompok tim yang ber sifat saling
ketergantungan di antara tam satu dengan lainya fungsa ini dapat
terjadi apa bila bentuk pelayanan membutuhkan kerjasama tim
dalam pemberian pelayanan seperti dalam memberikan asuhan
keperawatan pada penderaita yang mempunyai penyskit kompleks
keadaan ini tidak dapat diatasi dengan tim perawat saja melainkan
juga dari dokter ataupun lainya, seperti dokter dalam memberikan
tanda pengobatan bekerjasama dengan perawat dalam pemantauan
reaksi obat yang telah di berikan.
F.Keperawatan Sebagai Profesi

Hall (1968) memberikan gambaran tentang suatu profesi yaitu suatu


pekerjaan yang harus melalui proses empat tahapan antara lain :

 Memperoleh badan pengetahuan dari institusi pendidikan tinggi


 Menjadi pekerjaan utama
 Adanya organisasi profesi
 Terdapat kode etik.

Profesi mempunyai ciri – ciri sebagai berikut :


1. Didukung oleh badan ilmu yang sesuai dengan bidangnya (antalogi), jelas
wilayah kerja keilmuannya (Epistomologi), dan aplikasinya (Axiologi).
2. Profesi diperoleh melalui pendidikan dan pelatihan yang terencana, terus-
menerus dan bertahap.
3. Pekerjaan profesi diatur oleh kode etik profesi serta diakui secara legal melalui
perundang-  undangan.
4. Peraturan dan ketentuan yang mengatur hidup dan kehidupan profesi (standar
pendidikan dan pelatihan, standar pelayanan, dan kode etik) serta pengawasan
terhadap pelaksanaan peraturan-peraturan tersebut dilakukan sendiri oleh
warga profesi (Winsley, 1964).

G. Perkembangan Profesionalisme Keperawatan


 Melihat catatan sejarah tentang awal mula keberadaan perawat di
Indonesia, yang diperkirakan baru bermula pada awal abad ke 19,
dimana disebutkan adanya perawat saat itu adalah dikarenakan
adanya upaya tenaga medis untuk memberikan pelayanan
kesehatan yang lebih baik sehingga diperlukan tenaga yang dapat
membantu atau tenaga pembantu. Tenaga tersebut dididik menjadi
seorang perawat melalui pendidikan magang yang berorientasi
pada penyakit dan cara pengobatannya. Sampai dengan
perkembangan keperawatan di Indonesia pada tahun 1983 PPNI
(Persatuan Perawat Nasional Indonesia) melakukan Lokakarya
Nasional Keperawatan di Jakarta, melalui lokakarya tersebut
perawat bertekad dan bersepakat menyatakan diri bahwa
keperawatan adalah suatu bidang keprofesian.
 Perkembangan profesionalisme keperawatan di Indonesia berjalan
seiring dengan perkembangan pendidikan keperawatan yang ada
di Indonesia. Pengakuan perawat profesionalan pemula adalah
bagi mereka yang berlatarbelakang pendidikan Diploma III
keperawatan. Program ini menghasilkan perawat generalis sebagai
perawat profesional pemula, dikembangkan dengan landasan
keilmuan yang cukup dan landasan profesional yang kokoh.
 Perkembangan pendidikan keperawatan dalam rangka menuju
tingkat keprofesionalitasan tidak cukup sampai di tingkat diploma
saja, diilhami keinginan dari profesi keperawatan untuk terus
mengembangkan pendidikan maka berdirilah PSIK FK-UI (1985)
dan kemudian disusul dengan pendirian program paska sarjana
FIK UI (1999).

BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Perawatan merupakan bagian dari sistem pelayanan kesehatan dan salah satu
faktor yang memenuhi tercapainya pembangunan nasional, oleh karena itu tenaga
keperawatan berada ditatanan pelayanan kesehatan terdepan dengan kontak pertama
dan terlama dengan klien, yaitu selama 24 jam perhari dan 7 hari perminggu, maka
perawat perlu mengetahui dan memahami tentang paradigma keperawatan, peran,
fungsi dan tanggung jawab sebagai perawat profesional agar dapat memberikan
pelayanan keperawatan yang optimal dalam memberikan asuhan keperawata pada
klien. Perawat harus selalu memperhatikan keadaan secara individual dari segi bio,
psiko, sosial, spiritual dan cultural.
B.     Saran
Kami sebagai penulis dapat berharap kepada para pembaca, setelah membaca
makalah ini. Para pembaca apalagi para mahasiswa keperawatan dapat
mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari - hari. Sehingga dapat
mengetahui tentang apa itu falsafah dan paradigm keperawatan dalam perkembangan
ilmu.
DAFTAR PUSTAKA

sebagai-profesi.htmlhttp://www.slideshare.net/IyounkMandalahi/makalah-falsafah-
dan-paradigma-keperawatan

http://beequinn.wordpress.com/nursing/kdk-konsep-dasar-keperawatan/falsafah-dan-
paradigma-keperawatan-perkembangan-ilmu-keperawatan/

http://dickysatman.blogspot.co.id/2012/08/peran-dan-fungsi-perawat.html
http://oktavia-nurse.blogspot.co.id/2012/04/makalah-keperawatan-
KONSEP DASAR KEPERAWATAN
MATER 5 : KEPERAWATAN SEBAGAI PROFESI

Disusun oleh:
BELA WAWO 2016610018

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS TRIBHUWANA TUNGGADEWI

MALANG

2018

BAB I
PENDAHULUAN

Profesi adalah kata serapan dari sebuah kata dalam bahasa Inggris “Profess”,
yang bermakna Janji untuk memenuhi kewajiban melakukan suatu tugas
khusus secara tetap/permanen. Profesi sendiri memiliki arti sebuah pekerjaan
yang membutuhkan pelatihan dan penguasaan terhadap suatu pengetahuan
dan keahlian khusus. Suatu profesi biasanya memiliki asosiasi profesi, kode
etik, serta proses setrifikasi dan lisensi yang khusus untuk bidang profesi
tersebut.
Profesionalisme adalah mutu, kualitas, dan tindak tanduk yang
merupakan ciri suatu profesi atau ciri orang yang profesional. Sementara kata
profesional sendiri berarti: bersifat profesi, memiliki keahlian dan
keterampilan karena pendidikan dan latihan, beroleh bayaran karena
keahliannya itu. Seseorang dapat dikatakan memiliki profesionalisme
manakala memiliki dua hal pokok tersebut, yaitu keahlian (kompetensi) yang
layak sesuai bidang tugasnya dan pendapatan yang layak sesuai kebutuhan
hidupnya.
Keperawatan sebagai suatu profesi, di Indonesia disepakati pada
Seminar Nasional keperawatan pada tahun 1983 yang diinisiasi oleh
kelompok kerja keperawatan Konsorsium Ilmu Kesehatan Direktorat
Pendidikan Tinggi. Berdasarkan kesepakatan tersebut pada tahun 1985 dibuka
Program Studi Ilmu Keperawatan pada Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia. Pada Program ini dasar-dasar keilmuan keperawatan dibekali
kepada mahasiswa sehingga setiap lulusan diharapkan mempunyai landasan
keilmuan yang kokoh dalam memberi pelayanankeperawatan. Sesuai dengan
hakekat profesi khususnya yang terkait dengan pendidikan dimana untuk
dapat memberikan pelayanan/asuhan keperawatan yang berkualitas dan
pengembangan ilmu keperawatan diperlukan pendidikan keperawatan pada
jenjang magister keperawatan.

BAB II
KEPERAWATAN SEBAGAI PROFESI

A.         Pengertian profesi
Beberapa pendapat pandangan terhadap pengertian suatu profesi
menurut Schein EH (1962) Profesi merupakan sekumpulan pekerjaan yang
membangun suatu norma yang sangat khusus yang berasal dari peranannya di
masyarakat. Hughes (1963) mengungkapkan bahwa profesi merupakan
mengetahui yang lebih baik tentang sesuatu hal dari orang lain serta
mengetahui lebih baik dari kliennya tentang apa yang terjadi pada kliennya.
Dan Wilensky (1964) berpendapat bahwa profesi berasal dari perkataan
profession yang berarti suatu pekerjaan yang membutuhkan dukungan body of
knowlegde sebagai dasar bagi perkembangan teori yang sistematis meghadapi
banyak tantangan baru ,dan karena itu membutuhkan pendidikan dan
pelatihan yang cukup lama, memiliki kode etik orientasi utamanya adalah
melayani (alturism)
Profesi adalah kata serapan dari sebuah kata dalam bahasa Inggris
“Profess”, yang bermakna Janji untuk memenuhi kewajiban melakukan suatu
tugas khusus secara tetap/permanen. Profesi sendiri memiliki arti sebuah
pekerjaan yang membutuhkan pelatihan dan penguasaan terhadap suatu
pengetahuan dan keahlian khusus. Suatu profesi biasanya memiliki asosiasi
profesi, kode etik, serta proses setrifikasi dan lisensi yang khusus untuk
bidang profesi tersebut.
Melihat pengertian tersebut, maka terdapat para tokoh yang
memandang bahwa profesi mempunyai beberapa kriteria :
1.         Menurut Abraham Flexner (1915),Menyatakan bahwa suatu pekerjaan
dapat dikatakan suatu profesi apabila memenuhi syarat :
a.       Aktivitas intelektual
b.      Berdasarkan ilmu dan belajar
c.       Untuk tujuan Praktek dan Pelayanan
d.      Dapat diajarkan
e.      Terorganisir secara internal
f.        Altruistik (untuk kepentingan masyarakat)
2.   Menurut Green Wood E (1957), Suatu Pekerjaan dikatakan profesi adalah
adanya teori yang sistemik, otoritas, wibawa (martabat) ,kode etik dan budaya
profesional.
3.  Menurut Hall (1968) Memberikan gambaran tentang suatu profesi yaitu suatu
pekerjaan yang harus melalui proses 4 tahapan antara lain : 
a.      Memperoleh badan pengetahuan dari institusi pendidikan tinggi
b.      Menjadi pekerjaan utama
c.       Adanya organisasi profesi
d.      Terdapat kode etik
4.   Menurut Moore dan Rosenblum 1970, Memandang kriteria sebagai profesi
adalah apabila dasar pekerjaan memiliki teori yang sistematis , otoritas,
wibawa dan prestice, kode etik, budaya profesional dan menjadi sumber
utama dari penghasilan.
5.   Menurut Edgar Schein (1974), Memberikan kriteria pekerjaan sebagai profesi
apabila pekerjaan tersebut :
a.      Pekerjaan seumur hidup
b.      Komitmen seumur hidup sebagai karier
c.       Penghasilan utama
d.      Motivasi kuat
e.      Panggilan hidup
f.        Pengetahuan dan keterampilan didapat melalui diklat
g.      Pengetahuan dianggap khusus
h.      Keputusan terhadap klien berdasarkan ilmu
i.        Pelayanan berdasarkan keahlian dan obyektif
j.        Mempertimbangkan otoritas
k.       Ada batasan dalam profesi
l.        Lebih tahu daripada klien yang dilayani
m.    Perkumpulan profesi
n.      Standart pendidikan
o.      Uji kompetensi untuk masuk profesi
p.       Tidak advertensi dalam mencari klien
Profesi adalah pekerjaan, namun tidak semua pekerjaan adalah profesi, keran profesi
memiliki karakteristik sendiri yang membedakannya dari pekerjaan lainnya, berikut
adalah karateristik profesi secara umum:
1.      Keterampilan yang berdasarkan pada pengetahuan teoritis : Professional
dapat diasumsikan mempunyai pengetahuan teoritis yang ekstensif dan
memiliki keterampilan yang berdasarkan pada pengetahuan tersebut dan bisa
diterapkan dalam praktik
2.      Asosiasi professional : Profesi biasanya memiliki badan yang diorganisasi
oleh para anggotanya, yang dimaksudkan untuk meningkatkan status para
anggotanya. Organisasi tersebut biasanya memiliki persyaratan khusus untuk
menjadi anggotanya.
3.      Pendidikan yang ekstensif : Profesi yang prestisius biasanya memerlukan
pendidikan yang lama dalam jenjang pendidikan tinggi
4.      Ujian kompetensi : Sebelum memasuki organisasi professional, biasanya
ada persyaratan untuk lulus dari suatu tes yang menguji terutama pengetahuan
teoritis.
5.      Pelatihan institusional : Selain ujian, juga biasanya dipersyaratkan untuk
mengikuti pelatihan istitusional dimana calon profesional mendapatkan
pengalaman praktis sebelum menjadi anggota penuh organisasi. Peningkatan
keterampilan melalui pengembangan profesional juga dipersyaratkan.
6.      Lisensi : Profesi menetapkan syarat pendaftaran dan proses sertifikasi
sehingga hanya mereka yang memiliki lisensi bisa dianggap bisa dipercaya.
7.      Otonomi kerja : Profesional cenderung mengendalikan kerja dan
pengetahuan teoretis mereka agar terhindar adanya intervensi dari luar.
8.      Kode etik : Organisasi profesi biasanya memiliki kode etik bagi para
anggotanya dan prosedur pendisiplinan bagi mereka yang melanggar aturan.
Menurut UU NO. 8 (POKOK-POKOK KEPEGAWAIAN), Kode etik
profesi adalah pedoman sikap, tingkah laku dan perbuatan dalam
melaksanakan tugas dan dalam kehidupan sehari-hari. Tujuan Kode etik :
a.      Untuk menjunjung tinggi martabat profesi
b.      Untuk menjaga dan memelihara kesejahteraan para anggota.
c.       Untuk meningkatkan pengabdian para anggota profesi.
d.      Untuk meningkatkan mutu profesi.
e.      Untuk meningkatkan mutu organisasi profesi.
f.        Meningkatkan layanan di atas keuntungan pribadi.
g.      Mempunyai organisasi profesional yang kuat dan terjalin erat.
h.      Menentukan baku standarnya sendiri.
9.      Mengatur Diri : Organisasi profesi harus bisa mengatur organisasinya
sendiri tanpa campur tangan pemerintah. Profesional diatur oleh mereka yang
lebih senior, praktisi yang dihormati, atau mereka yang berkualifikasi paling
tinggi
10.  Layanan publik dan altruisme : Diperolehnya penghasilan dari kerja
profesinya dapat dipertahankan selama berkaitan dengan kebutuhan publik,
seperti layanan dokter berkontribusi terhadap kesehatan masyarakat
11.  Status dan imbalan yang tinggi : Profesi yang paling sukses akan meraih
status yang tinggi, prestise, dan imbalan yang layak bagi para anggotanya. Hal
tersebut bisa dianggap sebagai pengakuan terhadap layanan yang mereka
berikan bagi masyarakat.

B.         Prinsip Etika Profesi


  Tanggung jawab
 Terhadap pelaksanaan pekerjaan itu dan terhadap hasilnya
 Terhadap dampak dari profesi itu untuk kehidupan orang lain atau
masyarakat pada umumnya.
 Keadilan. Prinsip ini menuntut kita untuk memberikan kepada siapa saja
apa yang menjadi haknya.
 Otonomi. Prinsip ini menuntut agar setiap kaum profesional memiliki dan
di beri kebebasan dalam menjalankan profesinya.

C.         Profesionalisme
Dalam Kamus Kata-Kata Serapan Asing Dalam Bahasa Indonesia,
karangan J.S. Badudu (2003), definisi profesionalisme adalah
mutu, kualitas, dan tindak tanduk yang merupakan ciri suatu profesi
atau ciri orang yang profesional. Sementara kata profesional sendiri
berarti: bersifat profesi, memiliki keahlian dan keterampilan karena
pendidikan dan latihan, beroleh bayaran karena keahliannya itu.
Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa profesionalisme
memiliki dua criteria pokok, yaitu keahlian dan pendapatan (bayaran).
Kedua hal itu merupakan satu kesatuan yang saling berhubungan.
Artinya seseorang dapat dikatakan memiliki profesionalisme manakala
memiliki dua hal pokok tersebut, yaitu keahlian (kompetensi) yang
layak sesuai bidang tugasnya dan pendapatan yang layak sesuai
kebutuhan hidupnya.

D.        Ciri ciri profesi.


Dari definisi profesi terdahulu , jelas bahwa profesi itu tidak sama dengan
okupasi (occupation) walaupun keduanya sama sama melakukan pekerjaan
tertentu yang dapat menghasilkan nafkah. Profesi mempunyai ciri ciri
tersendiri yang menurut wilensky (1964) adalah sebagai berikut:
1.             Pekerjaan profesi didukung oleh pohon ilmu (body of
knowledge) yang jelas wilayah garapan keilmuannya (anto loger)
yang jelas wilayah garapan keilmuan (epistomology) , serta
pemanfaatan keilmuannya (axlology)
2.             Keahlian profesi diperoleh melalui pendidikan dan pelatihan
profesi yang terarah,terencana,terus-menerus dan berjenjang (life
long education)
3.             Pekerjaan profesi diatur oleh kode etik profesi serta diakui
secara legal melalui perundang-undangan
4.             Peraturan dan ketentuan yang mengatur hidup dan kehidupan
profesi standar pendidikan dan pelatihan (standar pelayanan dan
kode etik) serta pengawasan terhadap pelaksanaan peraturan-
peraturan tersebut dilakukan sendiri oleh warga profesi.

E.  Wilayah kerja profesi


1.      Pembinaan organisasi profesi
2.      Pembinaan pendidikan dan pelatihan profesi
3.      Pembinaan pelayanan profesi
4.      Pembinaan ilmu pengetahuan

F.   Keperawatan sebagai profesi


merupakan salah satu pekerjaan dimana dalam menentukan tindakannya
didasar pada ilmu pengetahuan serta memiliki keterampilan yang jelas dalam
keahliannya. Klasifikasi keperawatan sebagai profesi adalah :
1.       Scientific Nursing (Landasan ilmu pengetahuan), Mempunyai cabang ilmu
yang terdiri dari :
a.       Ilmu keperawatan dasar
b.      Ilmu keperawatan klinik
c.       Ilmu keperawatan komunitas
d.      Ilmu keperawatan penunjang
2.       Code of etik
Kode keperawatan pada tiap negara berbeda-beda akan tetapi pada prinsipnya
adalah sama yaitu berlandaskan etika keperawatan yang dimilikinya. Dalam
hal ini terdapat 5 tanggung jawab perawat, yaitu :
a.       Perawat dan klien
b.      Perawat dan praktik
c.       Perawat dan masyarakat
d.      Perawat dan teman sejawat
e.      Perawat dan profesi
3.       Lingkup dan wewenang / otonomi. Lingkup dan wewenang praktek
keperawatan berdasarkan standar praktek keperawatan yang bersifat dinamis
antara lain terdiri dari
a.       Falsafah keperawatan
b.      Tujuan askep
c.       Pegkajian keperawatan
d.      Diagnosa keperawatan
e.      Perencanaan keperawatan
f.        Intervensi keperawatan
g.       Evaluasi
h.      Catatan asuhan keperawatan

4.       Nursing organization
Saat ini di indonesia memilki organisasi profesi keperawatan dengan nama
PPNI, dengan aggaran dasar dan anggaran rumah tangga, sedangkan
organisasi keperawatan di dunia dengan nama internasional Council Of Nurse
(ICN)
G Ciri-ciri keperawatan sebagai profesi (prof Mc. Rifin Husin)
1.       Memberi pelayanan / asuhan keperawatan serta penelitian sesuai
dengan kaidah ilmu dan keterampilan keperawatan profesi serta kode etik
keperawatan
2.       Telah lulus dari pendidikan pada jenjang perguruan tinggi (JPT) yang
mapan demikian tenaga tersebut dapat :
a.       Bersikap profesi
b.      Mempunyai pengetahuan dan keterampilan professional
c.       Mampu memberi pelayanan asuhan keperawatan professional
d.      Menggunakan etika keperawatan dalam memberi pelayanan
3.    Pengelolaan keperawatan oleh tenaga keperawatan (NERS) sesuai dengan
kaidah-kaidah suatu profesi dalam bidang kesehatan
a.       Sistem pelayanan / asuhan keperawatan
b.      Pendidikan keperawatan / pelatihan keperawatan yang berjenjang
berlanjut
c.       Perumusan standar keperawatan asuhan keperawatan , pendidikan
keperawatan registrasi / legislasi.
d.      Riset keperawatan oleh Nersterlabsana secara terencana dan terarah
sesuai dengan pengembangan IPTEK dan dapat dikembangkan untuk
peningkatan keperawatan.
H . Analisa keperawatan di Indonesia
Situasi keperawatan di indonesia saat ini dikaitkan dengan definisi , ciri dan
kriteria profesi adalah sebagai berikut :
1.      Keperawatan di indonesia telah memiliki paham ilmu pohon ilmu
(Body of Knowledge) dan telah diakui secara undang-undang oleh
pemerintah Indonesia melalui UU No. 23 Th.1992 tentang kesehatan.
2.      Di indonesia telah ada institusi pendidikan jenjeng perguruan tinggi
yakni AKPER / DIII keperawatan , DIV keperawatan , fakultas ilmu
kesehatan keperawatan (SI) , program pasca sarjana keperawatan (S2)
3.      Keperawatan di indonesia telah memiliki kode etik keperawatan ,
standar profesi , standar praktek keperawatan , standar pendidikan
keperawatan , standar asuhan keperawatan
4.      Keperawatan di indonesia telah mempunyai legislasi keperawatan
(sedang di proses menjadi undang-undang)
5.      Keperawatan di indonesia telah mempunyai organisasi profesi
keperawatan yakni persatuan perawat nasional indonesia (PPNI)
6.      Telah memberikan asuhan keperawatan secara mandiri dengan
menggunakan pendekatan proses keperawatan
7.      Telah melaksanakan riset keperawatan

BAB III
KESIMPULAN

Beberapa pendapat pandangan terhadap pengertian suatu profesi


menurut Schein EH (1962) Profesi merupakan sekumpulan pekerjaan yang
membangun suatu norma yang sangat khusus yang berasal dari peranannya di
masyarakat. Hughes (1963) mengungkapkan bahwa profesi merupakan
mengetahui yang lebih baik tentang sesuatu hal dari orang lain serta
mengetahui lebih baik dari kliennya tentang apa yang terjadi pada kliennya.
Dan Wilensky (1964) berpendapat bahwa profesi berasal dari perkataan
profession yang berarti suatu pekerjaan yang membutuhkan dukungan body of
knowlegde sebagai dasar bagi perkembangan teori yang sistematis meghadapi
banyak tantangan baru ,dan karena itu membutuhkan pendidikan dan
pelatihan yang cukup lama, memiliki kode etik orientasi utamanya adalah
melayani (alturism)
Profesi adalah pekerjaan, namun tidak semua pekerjaan adalah profesi,
karena profesi memiliki karakteristik sendiri yang membedakannya dari
pekerjaan lainnya yaitu Keterampilan yang berdasarkan pada pengetahuan
teoritis, Asosiasi professional, Pendidikan yang ekstensif, Ujian kompetensi,
Pelatihan institusional, lisensi, Otonomi kerja, kode etik, Mengatur Diri,
Layanan publik dan altruism, Status dan imbalan yang tinggi.
Profesi mempunyai ciri ciri tersendiri yang menurut wilensky (1964)
yaitu : Pekerjaan profesi didukung oleh pohon ilmu (body of knowledge) yang
jelas wilayah garapan keilmuannya (anto loger) yang jelas wilayah garapan
keilmuan (epistomology) , serta pemanfaatan keilmuannya (axiology),
Keahlian profesi diperoleh melalui pendidikan dan pelatihan profesi yang
terarah,terencana,terus-menerus dan berjenjang (life long education),
Pekerjaan profesi diatur oleh kode etik profesi serta diakui secara legal
melalui perundang-undangan, Peraturan dan ketentuan yang mengatur hidup
dan kehidupan profesi standar pendidikan dan pelatihan (standar pelayanan
dan kode etik) serta pengawasan terhadap pelaksanaan peraturan-peraturan
tersebut dilakukan sendiri oleh warga profesi.
Keperawatan sebagai profesi merupakan salah satu pekerjaan dimana
dalam menentukan tindakannya didasar pada ilmu pengetahuan serta memiliki
keterampilan yang jelas dalam keahliannya
DAFTAR PUSTAKA

Ali,H. Ziadin.Pengantar keperawatan profesional.


Hidayat,Aziz Alimul.Konsep dasar keperawatan.
laskargaluh.blogspot.com/.../sejarah-perkembangan-keperawatan.htm
PROFESI  http://www.scribd.com/doc/53424508/KEPERAWATAN-
SEBAGAI-PROFESI
KONSEP DASAR KEPERAWATAN
MATER 6 : PERAN DAN FUNGSI PERAWAT PROFESIONAL

Disusun oleh:

BELA WAWO 2016610018

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS TRIBHUWANA TUNGGADEWI


MALANG

2018

BAB I
PENDAHULUAN

1.1        Latar Belakang
Saat ini dunia keperawatan semakin berkembang. Perawat dianggap sebagai
salah satu profesi kesehatan yang harus dilibatkan dalam pencapaian tujuan
pembangunan kesehatan baik di dunia maupun di Indonesia.
Seiring dengan berjalannya waktu dan bertambahnya kebutuhan
pelayanan kesehatan menuntut perawat saat ini memiliki pengetahuan dan
keterampilan di berbagai bidang. Saat ini perawat memiliki peran yang lebih
luas dengan penekanan pada peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit,
juga memandang klien secara komprehensif. Perawat menjalankan fungsi
dalam kaitannya dengan berbagai peran pemberi perawatan, pembuat
keputusan klinik dan etika, pelindung dan advokat bagi klien, manajer kasus,
rehabilitator, komunikator dan pendidik.

1.2        Tujuan Makalah
Untuk mengetahui/menjelaskan peran dan fungsi perawat.
 
BAB II
PEMBAHASAN

2.1        Defenisi
Peran adalah seperangkat tingkah laku yang diharapkan oleh orang
lain terhadap seseorang sesuai kedudukannya dalam, suatu system. Peran
dipengaruhi oleh keadaan sosial baik dari dalam maupun dari luar dan bersifat
stabil. Peran adalah bentuk dari perilaku yang diharapkan dari seesorang pada
situasi sosial tertentu. (Kozier Barbara, 1995:21).
Perawat atau Nurse berasal dari bahasa latin yaitu dari kata Nutrix
yang berarti merawat atau memelihara. Harlley Cit ANA (2000) menjelaskan
pengertian dasar seorang perawat yaitu seseorang yang berperan dalam
merawat atau memelihara, membantu dan melindungi seseorang karena
sakit, injury dan proses penuaan dan perawat Profesional adalah Perawat yang
bertanggungjawab dan berwewenang memberikan pelayanan Keparawatan
secara mandiri dan atau berkolaborasi dengan tenaga Kesehatan lain sesuai
dengan kewenanganya.(Depkes RI,2002).
Peran perawat yang dimaksud adalah cara untuk menyatakan
aktifitas perawat dalam praktik, dimana telah menyelesaikan pendidikan
formalnya yang diakui dan diberi kewenangan oleh pemerintah untuk
menjalankan tugas dan tanggung keperawatan secara professional sesuai
dengan kode etik professional.
Fungsi itu sendiri adalah suatu pekerjaan yang dilakukan sesuai
dengan perannya. Fungsi dapat berubah disesuaikan dengan keadaan yang
ada.
Fungsi Perawat dalam melakukan pengkajian pada Individu sehat
maupun sakit dimana segala  aktifitas  yang di lakukan  berguna  untuk 
pemulihan  Kesehatan berdasarkan pengetahuan yang di  miliki,  aktifitas  ini 
di  lakukan  dengan  berbagai cara untuk mengembalikan kemandirian Pasien
secepat mungkin dalam bentuk Proses Keperawatan yang terdiri dari tahap
Pengkajian, Identifikasi masalah (Diagnosa Keperawatan), Perencanaan,
Implementasi dan Evaluasi.

2.2. Peran Perawat


 Merupakan tingkah laku yang diharapkan oleh orang lain terhadap
seseorang sesuai dengan kedudukan dan system, dimana dapat
dipengaruhi oleh keadaan social baik dari profesi perawat maupun dari
luar profesi keperawatan yang bersifat konstan.Pemberi Asuhan
Keperawatan
Sebagai pemberi asuhan keperawatan, perawat membantu klien
mendapatkan kembali kesehatannya melalui proses penyembuhan.
Perawat memfokuskan asuhan pada kebutuhan kesehatan klien secara
holistic, meliputi upaya untuk mengembalikan kesehatan emosi,
spiritual dan sosial. Pemberi asuhan memberikan bantuan kepada klien
dan keluarga klien dengan menggunakan energy dan waktu yang
minimal. Selain itu, dalam perannya sebagai pemberi asuhan
keperawatan, perawat memberikan perawatan dengan memperhatikan
keadaan kebutuhan dasar manusia yang dibutuhkan melalui pemberian
pelayanan keperawatan dengan menggunakan proses keperawatan
sehingga dapat ditentukan diagnosis keperawatan agar bisa
direncanakan dan dilaksanakan tindakan yang tepat dan sesuai dengan
tingkat kebutuhan dasar manusia, kemudian dapat dievaluasi tingkat
perkembangannya. Pemberian asuhan keperawatannya dilakukan dari
yang sederhana sampai yang kompleks.
 Pembuat Keputusan Klinis
  Membuat keputusan klinis adalah inti pada praktik keperawatan.
Untuk memberikan perawatan yang efektif, perawat menggunakan
keahliannya berfikir kritis melalui proses keperawatan. Sebelum
mengambil tindakan keperawatan, baik dalam pengkajian kondisi
klien, pemberian perawatan, dan mengevaluasi hasil, perawat
menyusun rencana tindakan dengan menetapkan pendekatan terbaik
bagi klien. Perawat membuat keputusan sendiri atau berkolaborasi
dengan klien dan keluarga. Dalam setiap situasi seperti ini, perawat
bekerja sama, dan berkonsultasi dengan pembe ri perawatan kesehatan
professional lainnya (Keeling dan Ramos,1995).

 Pelindung dan Advokat Klien


  Sebagai pelindung, perawat membantu mempertahankan lingkungan
yang aman bagi klien dan mengambil tindakan untuk mencegah
terjadinya kecelakaan serta melindungi klien dari kemungkinan efek
yang tidak diinginkan dari suatu tindakan diagnostic atau pengobatan.
Contoh dari peran perawat sebagai pelindung adalah memastikan
bahwa klien tidak memiliki alergi terhadap obat dan memberikan
imunisasi melawat penyakit di komunitas. Sedangkan peran perawat
sebagai advokat, perawat melindungi hak klien sebagai manusia dan
secara hukum, serta membantu klien dalam menyatakan hak-haknya
bila dibutuhkan. Contohnya, perawat memberikan informasi tambahan
bagi klien yang sedang berusaha untuk memutuskan tindakan yang
terbaik baginya. Selain itu, perawat juga melindungi hak-hak klien
melalui cara-cara yang umum dengan menolak aturan atau tindakan
yang mungkin membahayakan kesehatan klien atau menentang hak-
hak klien. Peran ini juga dilakukan perawat dalam membantu klien dan
keluarga dalam menginterpetasikan berbagai informasi dari pemberi
pelayanan atau informasi lain khususnya dalam pengambilan
persetujuan atas tindakan keperawatan yang diberikan kepada pasien,
juga dapat berperan mempertahankan dan melindungi hak-hak pasien
yang meliputi hak atas pelayanan sebaik-baiknya, hak atas informasi
tentang penyakitnya, hak atas privasi, hak untuk menentukan nasibnya
sendiri dan hak untuk menerima ganti rugi akibat kelalaian.
 Manager Kasus
 Dalam perannya sebagai manager kasus, perawat mengkoordinasi
aktivitas anggota tim kesehatan lainnya, misalnya ahli gizi dan ahli
terapi fisik, ketika mengatur kelompok yang memberikan perawatan
pada klien. Berkembangnya model praktik memberikan perawat
kesempatan untuk membuat pilihan jalur karier yang ingin
ditempuhnya. Dengan berbagai tempat kerja, perawat dapat memilih
antara peran sebagai manajer asuhan keperawatan atau sebagai
perawat asosiat yang melaksanakan keputusan manajer (Manthey,
1990). Sebagai manajer, perawat mengkoordinasikan dan
mendelegasikan tanggung jawab asuhan dan mengawasi tenaga
kesehatan lainnya.
 Rehabilitator
Rehabilitasi adalah proses dimana individu kembali ke tingkat fungsi
maksimal setelah sakit, kecelakaan, atau kejadian yang menimbulkan
ketidakberdayaan lainnya. Seringkali klien mengalami gangguan fisik
dan emosi yang mengubah kehidupan mereka. Disini, perawat
berperan sebagai rehabilitator dengan membantu klien beradaptasi
semaksimal mungkin dengan keadaan tersebut.
 Pemberi Kenyamanan
Perawat klien sebagai seorang manusia, karena asuhan keperawatan
harus ditujukan pada manusia secara utuh bukan sekedar fisiknya saja,
maka memberikan kenyamanan dan dukungan emosi seringkali
memberikan kekuatan bagi klien sebagai individu yang memiliki
perasaan dan kebutuhan yang unik. Dalam memberi kenyamanan,
sebaiknya perawat membantu klien untuk mencapai tujuan yang
terapeutik bukan memenuhi ketergantungan emosi dan fisiknya.
   Komunikator
Keperawatan mencakup komunikasi dengan klien dan keluarga, antar
sesame perawat dan profesi kesehatan lainnya, sumber informasi dan
komunitas. Dalam memberikan perawatan yang efektif dan membuat
keputusan dengan klien dan keluarga tidak mungkin dilakukan tanpa
komunikasi yang jelas. Kualitas komunikasi merupakan factor yang
menentukan dalam memenuhi kebutuhan individu, keluarga dan
komunitas.
 Penyuluh
  Sebagai penyuluh, perawat menjelaskan kepada klien konsep dan
data-data tentang kesehatan, mendemonstrasikan prosedur seperti
aktivitas perawatan diri, menilai apakah klien memahami hal-hal yang
dijelaskan dan mengevaluasi kemajuan dalam pembelajaran. Perawat
menggunakan metode pengajaran yang sesuai dengan kemampuan dan
kebutuhan klien serta melibatkan sumber-sumber yang lain misalnya
keluarga dalam pengajaran yang direncanakannya.
 Kolaborato
Peran perawat disini dilakukan karena perawat bekerja melalui tim
kesehatan yang terdiri dari dokter, fisioterapi, ahli gizi dan lain-lain
dengan berupaya mengidentifikasi pelayanan keperawatan yang
diperlukan termasuk diskusi atau tukar pendapat dalam penentuan
bentuk pelayanan selanjutnya.
 Edukator
Peran ini dilakukan dengan membantu klien dalam meningkatkan
tingkat pengetahuan kesehatan, gejala penyakit bahkan tindakan yang
diberikan, sehingga terjadi perubahab perilaku dari klien setelah
dilakukan pendidikan kesehatan.
 Konsultan
Peran disini adalah sebagai tempat konsultasi terhadap masalah atau
tindakan keperawatan yang tepat untuk diberikan. Peran ini dilakukan
atas permintaan klien tehadap informasi tentang tujuan pelayanan
keperawatan yang diberikan.
 Pembaharu
Peran sebagai pembaharu dapat dilakukan dengan mengadakan
perencanaan, kerjasama, perubahan yang sistematis dan terarah sesuai
dengan metode pemberian pelayanan keperawatan.

 2.3.  Fungsi Perawat


Definisi fungsi itu sendiri adalah suatu pekerjaan yang dilakukan sesuai dengan
perannya. Fungsi dapat berubah disesuaikan dengan keadaan yang ada. dalam
menjalankan perannya, perawat akan melaksanakan berbagai fungsi diantaranya:
 Fungsi Independen
Merupakan fungsi mandiri dan tidak tergantung pada orang lain,
dimana perawat dalam melaksanakan tugasnya dilakukan secara
sendiri dengan keputusan sendiri dalam melakukan tindakan dalam
rangka memenuhi kebutuhan dasar manusia seperti pemenuhan
kebutuhan fisiologis (pemenuhan kebutuhan oksigenasi, pemenuhan
kebutuhan cairan dan elektrolit, pemenuhan kebutuhan nutrisi,
pemenuhan kebutuhan aktivitas dan lain-lain), pemenuhan kebutuhan
dan kenyamanan, pemenuhan kebutuhan cinta mencintai, pemenuhan
kebutuhan harga diri dan aktualisasi diri.
 Fungsi Dependen
Merupakan fungsi perawat dalam melaksanakan kegiatannya atas
pesan atau instruksi dari perawat lain. Sehingga sebagai tindakan
pelimpahan tugas yang diberikan. Hal ini biasanya silakukan oleh
perawat spesialis kepada perawat umum, atau dari perawat primer ke
perawat pelaksana.
 Fungsi Interdependen
Fungsi ini dilakukan dalam kelompok tim yang bersifat saling
ketergantungan di antara satu dengan yang lainnya. Fungsi ini dapat
terjadi apabila bentuk pelayanan membutuhkan kerja sama tim dalam
pemberian pelayanan seperti dalam memberikan asuhan keperawatan
pada penderita yang mempunyai penyakit kompleks. Keadaan ini tidak
dapat diatasi dengan tim perawat saja melainkan juga dari dokter
ataupun lainnya, seperti dokter dalam memberikan tindakan
pengobatan bekerjasama dengan perawat dalam pemantauan reaksi
onat yang telah diberikan.
Peranan perawat sangat menunjukkan sikap kepemimpinan dan
bertanggung jawab untuk memelihara dan mengelola asuhan
keperawatan serta mengembangkan diri dalam meningkatkan mutu
dan jangkauan pelayanan keperawatan.
BAB III

PENUTUP

3.1    Kesimpulan
Keperawatan profesional mempunyai peran dan fungsi sebagai berikut
yaitu : Melaksanakan pelayanan keperawatan profesional dalam suatu sistem
pelayanana kesehatan sesuai dengan kebijakan umum pemerintah khususnya
pelayanan atau asuhan keperawatan kepada individu, keluarga, kelompok dan
komunitas.
Dengan demikian peran dan fungsi perawat itu sangat penting untuk
pelayanan kesehatan, demi meningkatkan dan melaksanakan kualitas
kesehatan yang lebih baik.
3.2        Saran
Dengan disusunnya makalah ini mengharapkan kepada semua pembaca
agar dapat mengetahui dan memahami peran dan fungsi perawat.
 DAFTAR PUSTAKA

Ansori, R. R., & Martiana, T. (2017). Hubungan faktor karakteristi individu dan

kondisi pekerjaan terhadap stres kerja pada perawat gigi Jurnal Of Public

Health, 12(1),75-84.

Anggraeni, A. D., Setyaningsih, Y., & Suroto. (2017). Hubungan antara

karakteristik individu dan intrinsik dengan stres kerja pada pekerja pada pekerja

sandblasting. Kesehatan Masyarakat, 5(3), 226–233.

Arikunto, S. (2013). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka


Cipta.

Arruum, D., Sahar, J., & Gayatri, D. (2015). Kontribusi perbedean psikologis perawat

terhadap Pemberdayaan psikologia.Jurnal Keperawatan Indonesia, 18(1), 17-22.

As’ad, M. (2003). Psikologi Industri: Seri Sumber Daya Manusia. Yogyakarta:

Liberty.

Asriani. (2016). Pengaruh penerapan model praktek keperawatan profesional (MPKP)

terhadap standar asuhan keperawatan dan kepuasan kerja perawat si ruang rawat

inap Rumah Sakit Bhayabgkara Makassar, Jurnal Mirai Management, 1 (2), 1–

14.

Astini, A., Sidin, A. I., & Kapalawi, I. (2013). Hubungan kepuasan kerja dengan

kinerja perawat di unit rawat inap rumah sakit universitas hasanuddin tahun

2013, 1–14.

TUGAS

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah KDK1


Dibimbing Oleh:
Neni Maemunah, S.Kp., M.MRS
Oleh :
Gregorius Rogho
2016610034

FAKULTAS ILMU KESEHATAN


PROGRAM STUDI KEPERAWATAN
UNIVERSITAS TRIBHUWANA TUNGGADEWI
MALANG
2020
A. CARING
1  Pengertian Caring Secara Umum
Secara bahasa, istilah caring diartikan sebagai tindakan
kepedulian. Caring secara umum dapat diartikan sebagai suatu kemampuan untuk
berdedikasi bagi orang lain, pengawasan dengan waspada, serta suatu perasaaan
empati pada orang lain dan perasaan cinta atau menyayangi.
Pengertian caring berbeda dengan care. Care adalah fenomena yang berhubungan
dengan orang berhubungan dengan bimbingan, bantuan, dukungan perilaku kepada
individu, keluarga, kelompok dengan adanya kejadian untuk memenuhi kebutuhan
aktual maupun potensial untuk meningkatkan kondisi dan kualitas kehidupan
manusia. Sedangkan caring adalah tindakan nyata dari care yang menunjukkan suatu
rasa kepedulian.
Terdapat beberapa pengertian caring menurut beberapa ahli, antara lain :
 Florence nightingale (1860) : caring adalah tindakan yang menunjukkan
pemanfaatan lingkungan pasien dalam membantu penyembuhan, memberikan
lingkungan bersih, ventilasi yang baik dan tenang kepada pasien.
 Delores gaut (1984) : caring tidak mempunyai pengertian yang tegas, tetapi ada tiga
makna dimana ketiganya tidak dapat dipisahkan, yaitu perhatian, bertanggung jawab,
dan ikhlas.
Crips dan Taylor (2001) : caring merupakan fenomena universal yang
mempengaruhi bagaimana seseorang berpikir, merasakan, dan berperilaku dalam
hubungannya dengan orang lain.
Rubenfild (1999) : caring yaitu memberikan asuhan, tanggunggung jawab, dan
ikhlas.
Crips dan Taylor (2001) : caring merupakan fenomena universal yang mempengaruhi
bagaimana seseorang berpikir, merasakan, dan berperilaku dalam hubungannya
dengan orang lain.
 Rubenfild (1999) : caring yaitu memberikan asuhan, dukungan emosional pada klien,
keluarga, dan kerabatnya secara verbal maupun nonverbal.
Jean watson (1985) : caring merupakan komitmen moral untuk melindungi,
mempertahankan, dan meningkatkan emosional pada klien, keluarga, dan kerabatnya
secara verbal maupun nonverbal.
Jean watson (1985) : caring merupakan komitmen moral untuk melindungi,
mempertahankan, dan meningkatkan martabat manusia.
Dari beberapa pengertian tersebut, dapat dipersingkat bahwa pengertian caring secara
umum adalah suatu tindakan moral atas dasar kemanusiaan, sebagai suatu cerminan
perhatian, perasaan empati dan kasih sayang kepada orang lain, dilakukan dengan
cara memberikan tindakan nyata kepedulian, dengan tujuan untuk meningkatkan
kualitas dan kondisi kehidupan orang tersebut. Caring merupakan inti dari
keperawatan.

Persepsi Klien Tentang Caring


Penelitian tentang persepsi klien penting karena pelayanan kesehatan merupakan
fokus terbesar dari tingkat kepuasan klien. Jika klien merasakan penyelenggaraan
pelayanan kesaehatan bersikap sensitif, simpatik, merasa kasihan, dan tertarik
terhadap mereka sebagai individu, mereka biasanya menjadi teman sekerja yang aktif
dalam merencanakan perawatan ( Attree, 2001 ). Klien dalam penelitian ini
menunjukkan bahwa mereka semakin puas saat perawat melakukan caring.
Biasanya klien dan perawat melakukan persepsi yang berbeda tentang caring
( Mayer, 1987; Wolf, Miller, dan Devine, 2003 ). Untuk alasan tersebut, fokuskan
pada membangun suatu hubungan yang membuat perawat mengetahui apa yang
penting bagi klien. Contoh, perawat mempunyai klien yang takut untuk dipasang
kateter intravena, perawat tersebut adalah perawat yang belum terampil dalam
memasukkan kateter intravena. Perawat tersebut memutuskan bahwa klien akan lebih
diuntungkan jika dibantu oleh perawat yang sudah terampil daripada memberikan
penjelasan prosedur untuk mengurangi kecemasan. Dengan mengetahui siapa klien,
dapat membantu perawat dalam memilih pendekatan yang paling sesuai dengan
kebutuhan klien.
Etika Pelayanan
Watson ( 1988 ) menyarankan agar caring sebagai suatu sikap moral yang ideal,
memberikan sikap pendirian terhadap pihak yang melakukan intervensi seperti
perawat. Sikap pendirian ini perlu untuk menjamin bahwa perawat bekerja sesuai
standar etika untuk tujuan dan motivasi yang baik. Kata etika merujuk pada kebiasaan
yang benar dan yang salah. Dalam setiap pertemuan dengan klien, perawat harus
mengetahui kebiasaan apa yang sesuai secara etika. Etika keperawatan bersikap unik,
sehingga perawat tidak boleh membuat keputusan hanya berdasarkan prinsip
intelektual atau analisis.
Etika keperawatan berfokus pada hubungan antara individu dengan karakter dan
sikap perawat terhadap orang lain. Etika keperawatan menempatkan perawat sebagai
penolong klien, memecahkan dilema etis dengan cara menghadirkan hubungan dan
memberikan prioritas kepada klien dengan kepribadian khusus.

Nurse Caring Behavior
1. Persepsi klien wanita ( Riemen, 1986 )
v  Berespon terhadap keunikan klien
v  Memahami dan mendukung perhatian klien
v  Hadir secara fisik
v  Memiliki sikap dan menunjukkan prilaku yang membuat klien merasa dihargai
sebagai manusia
v  Kembali ke klien dengan sukarela tanpa diminta
v  Menunjukkan perhatian yang memberi kenyamanan dan merelaksasi klien
v  Bersuara halus dan lembut
v  Memberi perasaan nyaman
2. Persepsi klien pria ( Riemen, 1986 )
v  Hadir secara fisik sehingga klien merasa dihargai
v  Kembali ke klien dengan sukarela tanpa diminta
v  Membuat klien merasa nyaman, relaks, dan aman
v  Hadir untuk memberi kenyamanan dan memenuhi kebutuhan klien sebelum
diminta
v  Menggunakan suara dan sikap yang baik, halus, lembut dan menyenangkan
3. Persepsi klien kanker dan keluarga ( Mayer, 1986 )
v  Mengetahui bagaimana memberikan injeksi dan mengelola peralatan
v  Bersikap ceria
v  Mendorong klien untuk menghubungi perawat bila klien mempunyai masalah
v  Mengutamakan atau mendahulukan kepentingan klien
v  Mengantisipasi pengalaman pertama adalah yang terberat

4. Persepsi klien dewasa yang dirawat ( Brown, 1986 )


v  Kehadirannya menentramkan hati
v  Memberikan informasi
v  Mendemonstrasikan pengetahuan dan keterampilan profesional
v  Mampu menangani nyeri atau rasa sakit
v  Memberi waktu yang lebih banyak dari yang dibutuhkan
v  Mempromosikan otonomi
v  Mengenali kualitas dan kebutuhan individual
v  Selalu mengawasi klien

5. Persepsi dari keluarga


v  Jujur
v  Memberikan penjelasan dengan jelas
v  Selalu menginformasikan keluarga
v  Mencoba untuk membuat klien nyaman
v  Menunjukkan minat dalam menjawab pertanyaan
v  Memberikan perawatan emergensi bila perlu
v  Menjawab pertanyaan anggota keluarga secara jujur, terbuka dan ikhlas
v  Mengijinkan klien melakukan sesuatu untuk dirinya sebisa mungkin
v  Mengajarkan keluarga cara memelihara kondisi fisik yang lebih nyaman

2.2  Perbedaan Caring dan Curing

Keperawatan sebagai suatu profesi dan berdasarkan pengakuan masyarakat adalah


ilmu kesehatan tentang asuhan atau pelayanan keperawatan atau The Health Science
of Caring (Lindberg,1990:40). Secara bahasa, caring dapat diartikan sebagai tindakan
kepedulian dan curing dapat diartikan sebagai tindakan pengobatan. Namun, secara
istilah caring dapat diartikan memberikan bantuan kepada individu atau sebagai
advokasi pada individu yang tidak mampu memenuhi kebutuhan dasarnya.
Sedangkan curing adalah upaya kesehatan dari kegiatan dokter dalam prakteknya
untuk mengobati klien. Dalam penerapannya, konsep caring dan curing mempunyai
beberapa perbedaan, diantaranya:
1. Caring merupakan tugas primer perawat dan curing adalah tugas sekunder.
Maksudnya seorang perawat lebih melakukan tindakan kepedulian terhadap klien
daripada memberikan tindakan medis. Oleh karena itu, caring lebih identik dengan
perawat.
2. Curing merupakan tugas primer seorang dokter dan caring adalah tugas
sekunder. Maksudnya seorang dokter lebih melibatkan tindakan medis tanpa
melakukan tindakan caring yang berarti. Oleh karena itu, curing lebih identik dengan
dokter.
3. Dalam pelayanan kesehatan klien yang dilakukan perawat, ¾ nya
adalah caring dan ¼ nya adalahcuring.
4. Caring bersifat lebih “Healthogenic” daripada curing.
Maksudnya caring lebih menekankan pada peningkatan kesehatan daripada
pengobatan. Di dalam praktiknya, caring mengintegrasikan pengetahuan biofisik dan
pengetahuan perilaku manusia untuk meningkatkan derajat kesehatan dan untuk
menyediakan pelayanan bagi mereka yang sakit.
5. Tujuan caring adalah membantu pelaksanaan rencana pengobatan/terapi dan
membantu klien beradaptasi dengan masalah kesehatan, mandiri memenuhi
kebutuhan dasarnya, mencegah penyakit, meningkatkan kesehatan dan meningkatkan
fungsi tubuh sedangkan tujuan curing adalah menentukan dan menyingkirkan
penyebab penyakit atau mengubah problem penyakit dan penanganannya.
6. Diagnosa dalam konsep curing dilakukan dengan mengungkapkan penyakit
yang diderita sedangkan diagnosa dalam konsep caring dilakukan dengan identifikasi
masalah dan penyebab berdasarkan kebutuhan dan respon klien.

2.3 Perilaku Caring Yang Dapat Ditemui Dalam Tatanan Keperawatan

Caring bukanlah sesuatu yang dapat diajarkan, tetapi merupakan hasil dari


kebudayaan, nilai-nilai, pengalaman, dan dari hubungan dengan orang lain. Sikap
keperawatan yang berhubungan dengancaring adalah kehadiran, sentuhan kasih
sayang, mendengarkan, memahami klien, caring dalam spiritual, dan perawatan
keluarga.

1. Kehadiran
Kehadiran adalah suatu pertemuan antara seseorang dengan seseorang lainnya yang
merupakan sarana untuk mendekatkan diri dan menyampaikan manfaat caring.
Menurut Fredriksson (1999), kehadiran berarti “ada di” dan “ada dengan”. “Ada di”
berarti kehadiran tidak hanya dalam bentuk fisik, melainkan juga komunikasi dan
pengertian. Sedangkan “ada dengan” berarti perawata selalu bersedia dan ada untuk
klien (Pederson, 1993). Kehadiran seorang perawat membantu menenangkan rasa
cemas dan takut klien karena situasi tertekan.

2. Sentuhan
Sentuhan merupakan salah satu pendekatan yang menenangkan dimana perawat dapat
mendekatkan diri dengan klien untuk memberikan perhatian dan dukungan. Ada dua
jenis sentuhan, yaitu sentuhan kontak dan sentuhan non-kontak. Sentuhan kontak
merupakan sentuhan langsung kullit dengan kulit. Sedangkan sentuhan non-kontak
merupakan kontak mata. Kedua jenis sentuhan ini digambarkn dalam tiga kategori :
a) Sentuhan Berorientasi-tugas
Saat melaksanakan tugas dan prosedur, perawat menggunakan sentuhan ini.
Perlakuan yang ramah dan cekatan ketika melaksanakan prosedur akan memberikan
rasa aman kepada klien. Prosedur dilakukan secara hati-hati dan atas pertimbangan
kebutuhan klien.
b) Sentuhan Pelayanan (Caring)
Yang termasuk dalam sentuhan caring adalah memegang tangan klien, memijat
punggung klien, menempatkan klien dengan hati-hati, atau terlibat dalam
pembicaraan (komunikasi non-verbal). Sentuhan ini dapat mempengaruhi keamanan
dan kenyamanan klien, meningkatkan harga diri, dan memperbaiki orientasi tentang
kanyataan (Boyek dan Watson, 1994).
c) Sentuhan Perlindungan
Sentuhan ini merupakan suatu bentuk sentuhan yang digunakan untuk melindungi
perawat dan/atau klien (fredriksson, 1999). Contoh dari sentuhan perlindungan adalah
mencegah terjadinya kecelakaan dengan cara menjaga dan mengingatkan klien agar
tidak terjatuh.
Sentuhan dapat menimbulkan berbagai pesan, oleh karena itu harus digunakan secara
bijaksana.

3. Mendengarkan
Untuk lebih mengerti dan memahami kebutuhan klien, mendengarkan merupakan
kunci, sebab hal ini menunjukkan perhatian penuh dan ketertarikan perawat.
Mendengarkan membantu perawat dalam memahami dan mengerti maksud klien dan
membantu menolong klien mencari cara untuk mendapatkan kedamaian.

4. Memahami klien
Salah satu proses caring menurut Swanson (1991) adalah memahami klien.
Memahami klien sebagai inti suatu proses digunakan perawat dalam membuat
keputusan klinis. Memahami klien merupakan pemahaman perawat terhadap klien
sebagai acuan melakukan intervensi berikutnya (Radwin,1995). Pemahaman klien
merupakan gerbang penentu pelayanan sehingga, antara klien dan perawat terjalin
suatu hubungan yang baik dan saling memahami.

5. Caring Dalam Spiritual


Kepercayaan dan harapan individu mempunyai pengaruh terhadap kesehatan fisik
seseorang. Spiritual menawarkan rasa keterikatan yang baik, baik melalui hubungan
intrapersonal atau hubungan dengan dirinya sendiri, interpersonal atau hubungan
dengan orang lain dan lingkungan, serta transpersonal atau hubungan dengan Tuhan
atau kekuatan tertinggi.
Hubungan caring terjalin dengan baik apabila antara perawat dan klien
dapat memahami satu sama lain sehingga keduanya bisa menjalin hubungan yang
baik dengan melakukan hal seperti, mengerahkan harapan bagi klien dan
perawat; mendapatkan pengertian tentang gejala, penyakit, atau perasaan yang
diterima klien; membantu klien dalam menggunakan sumber daya sosial, emosional,
atau spiritual; memahami bahwa hubungan caring menghubungkan manusia dengan
manusia, roh dengan roh.

6. Perawatan Keluarga
Keluarga merupakan sumber daya penting. Keberhasilan intervensi keperawatan
sering bergantung pada keinginan keluarga untuk berbagi informasi dengan perawat
untuk menyampaikan terapi yang dianjurkan. Menjamin kesehatan klien dan
membantu keluarga untuk aktif dalam proses penyembuhan klien merupakan tugas
penting anggota keluarga. Menunjukkan perawatan keluarga dan perhatian pada klien
membuat suatu keterbukaan yang kemudian dapat membentuk hubungan yang baik
dengan anggota keluarga klien.

2.4 Pengertian Transcultural Nursing


Transcultural Nursing adalah suatu keilmuwan budaya pada proses belajar dan
praktek keperawatan yang fokus memandang perbedaan dan kesamaan diantara
budaya dengan menghargai asuhan, sehat dan sakit didasarkan pada nilai budaya
manusia, kepercayaan dan tindakan, dan ilmu ini digunakan untuk memberikan
asuhan keperawatan khususnya budaya atau keutuhan budaya kepada manusia
(Leininger, 2002).

Konsep Transcultural Nursing


Keperawatan transkultural adalah ilmu dan kiat yang humanis yang difokuskan pada
prilaku individu atau kelompok, serta proses untuk mempertahankan atau
meningkatkan perilaku sehat dan perilaku sakit secara fisik dan psikokultural sesuai
latar belakang budaya. (Leininger, 2002).
Konsep Utama Transcultural Nursing:
Care : perawat memberikan bimbingan dukungan kepada klien à untuk meningkatkan
kondisi klien
Caring : tindakan  mendukung, berbentuk aksi atau tindakan  
Culture : perawat mempelajari, saling share/berbagi pemahaman tentang kepercayaan
dan budaya klien
Cultural care : kemampuan kognitif untuk mengetahui nilai, norma/ kepercayaan
Nilai kultur : keputusan/kelayakan  untuk bertindak
Perbedaan kultur : berupa variasi-variasi pola nilai yang ada di masyarakat mengenai
keperawatan
Cultural care university : hal-hal umum dalam sistem nilai, norma dan budaya
Etnosentris : keyakinan ide, nilai, norma, kepercayaan lebih tinggi dari yang lain
Cultural Imposion : kecenderungan tenaga kesehatan memaksakan kepercayaan
kepada klien
Peran dan Fungsi Transkultural
Budaya mempunyai pengaruh luas terhadap kehidupan individu . Oleh sebab itu ,
penting bagi perawat mengenal latar belakang budaya orang yang dirawat ( Pasien ) .
Misalnya kebiasaan hidup sehari – hari , seperti tidur , makan , kebersihan diri ,
pekerjaan , pergaulan social , praktik kesehatan , pendidikan anak  ekspresi perasaan ,
hubungan kekeluargaaan , peranan masing – masing orang menurut umur . Kultur
juga terbagi dalam sub – kultur .
Subkultur adalah kelompok pada suatu kultur yang tidak seluruhnya mengaanut
pandangan keompok kultur yang lebih besar atau memberi makna yang berbeda .
Kebiasaan hidup juga saling berkaitan dengan kebiasaan cultural.
Nilai – nilai budaya Timur , menyebabkan sulitnya wanita yang hamil mendapat
pelayanan dari dokter pria . Dalam beberapa setting , lebih mudah menerima
pelayanan kesehatan pre-natal dari dokter wanita dan bidan . Hal ini menunjukkan
bahwa budaya Timur masih kental dengan hal – hal yang dianggap tabu.
Dalam tahun – tahun terakhir ini , makin ditekankan pentingknya pengaruh kultur
terhadap pelayanan perawatan . Perawatan Transkultural merupakan bidang yang
relative baru ; ia berfokus pada studi perbandingan nilai – nilai dan praktik budaya
tentang kesehatan dan hubungannya dengan perawatannya . Leininger ( 1991 )
mengatakan bahwa transcultural nursing merupakan suatu area kajian ilmiah yang
berkaitan dengan perbedaan maupun kesamaan nilai – nilai budaya ( nilai budaya
yang berbeda ras , yang mempengaruhi pada seseorang perawat saat melakukan
asuhan keperawatan kepada pasien. Perawatan transkultural adalah berkaitan dengan
praktik budaya yang ditujukan untuk pemujaan dan pengobatan rakyat (tradisional) .
Caring practices adalah kegiatan perlindungan dan bantuan yang berkaitan dengan
kesehatan.
Menurut Dr. Madelini Leininger , studi praktik pelayanan kesehatan transkultural
adalah berfungsi untuk meningkatkan pemahaman atas tingkah laku manusia dalam
kaitan dengan kesehatannya . Dengan mengidentifikasi praktik kesehatan dalam
berbagai budaya ( kultur ) , baik di masa lampau maupun zaman sekarang akan
terkumpul persamaan – persamaan . Lininger berpendapat , kombinasi pengetahuan
tentang pola praktik transkultural dengan kemajuan teknologi dapat menyebabkan
makin sempurnanya pelayanan perawatan dan kesehatan orang banyak dan berbagai
kultur.

2.5 contoh-contoh aplikasi traskultural nursing pada beberapa


masalah kesehatan
1. Aplikasi transkultural pada masalah penyakit kronik

Penyakit kronik adalah penyakit yang timbul bukan secara tiba-tiba, melainkan
akumulasi dari sesuatu penyakit hingga akhirnya menyebabkan penyakit itu sendiri.
(Kalbe medical portal) Penyakit kronik ditandai banyak penyebab. Contoh penyakit
kronis adalah diabetes, penyakit jantung, asma, hipertensi dan masih banyak lainnya.
Ada hubungan antara penyakit kronis dengan depresi. Depresi adalah kondisi kronis
yang mempengaruhi pikiran seseorang, perasaan dan perilaku sehingga sulit untuk
mengatasi peristiwa kehidupan sehari-hari.  (Andres Otero-Forero, Queensland Transcultural Mental Health
Centre).
Seseorang yang menderita depresi memiliki kemungkinan lebih tinggi menderita
penyakit kronis seperti diabetes, penyakit jantung atau asma. Penyebab depresi itu
sendiri kompleks, terkait dengan lingkungan interaksi seseorang maupun
kepribadiaannya sendiri. Beberapa faktor penyebab umum adalah:

 Faktor herediter  Trauma 


 Isolasi atau kesepian  Pengangguran
 konflik Keluarga  Kesulitan penyelesaian
 Stres  Nyeri

Berbagai jenis depresi memerlukan cara yang berbeda dalam jenis


pengobatannya. Untuk depresi ringan, dapat dianjurkan untuk melakukan kegiatan-
kegiatan tertentu. Dalam kasus depresi parah, dianjurkan untuk mengkonsumsi obat
dan psikoterapi. Salah satu pendekatan yang muncul menjadi lebih umum untuk
segala bentuk depresi adalah manajemen diri. Manajemen diri mengacu pada strategi
orang menggunakan untuk berurusan dengan kondisi mereka. Dimana seseorang
melibatkan tindakan, sikap atau tujuan dalam mengambil atau membuat keputusan
untuk mempertahankan dan meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan.
      Pengobatan terhadap penyakit kronik yang telah dilakukan di masyarakat saat ini
amat beragam. Tidak dapat dipungkiri bahwa sistem pengobatan tradisional juga
merupakan sub unsur kebudayaan masyarakat sederhana yang telah dijadikan sebagai
salah satu cara pengobatan. Pengobatan inilah yang juga menjadi aplikasi dari
transkultural dalam mengobati suatu penyakit kronik. Pengobatan tradisional ini
dilakukan berdasarkan budaya yang telah diwariskan turun-temurun. Beberapa
contohnya adalah sebagai berikut:
1.            Masyarakat negeri Pangean lebih memilih menggunakan ramuan dukun untuk
menyembuhkan penyakit TBC, yaitu daun waru yang diremas dan airnya dimasak
sebanyak setengah gelas.
2.            Masyarakat di Papua percaya bahwa penyakit malaria dapat disembuhkan dengan
cara minta ampun kepada penguasa hutan lalu memetik daun untuk dibuat ramuan
untuk diminum dan dioleskan ke seluruh tubuh.
3.      Masyarakat Jawa memakan pisang emas bersamaan dengan kutu kepala (Jawa: tuma)
tiga kali sehari untuk pengobatan penyakit kuning.
      Pengobatan tradisional yang sering dipakai berupa pemanfaatan bahan-bahan
herbal. Herba sambiloto menjadi sebuah contoh yang khasiatnya dipercaya oleh
masyarakat dapat mengobati penyakit-penyakit kronik, seperti hepatitis, radang paru
(pneumonia), radang saluran nafas (bronchitis), radang ginjal (pielonefritis), radang
telinga tengah (OMA), radang usus buntu, kencing nanah (gonore), kencing manis
(diabetes melitus). Daun lidah budaya dan tanaman pare juga dijadikan sebagai
pengobatan herbal. Tumbuhan tersebut berkhasiat menyebuhkan diabetes melitus.
      Tidak hanya di Indonesia, di luar negeri pun masih ada negara yang meyakini
bahwa pengobatan medis bukan satu-satunya cara mengobati penyakit kronik.
Misalnya, di Afrika, penduduk Afrika masih memiliki keyakinan tradisional tentang
kesehatan dan penyakit. Mereka menganggap bahwa obat-obatan tradisional sudah
cukup untuk mengganti produk yag akan dibeli, bahkan mereka menggunakan dukun
sebagai penyembuh tradisional. Hal seperti ini juga terjadi di Amerika, Eropa, dan
Asia.

           

2.      Aplikasi transkultural pada gangguan nyeri


Nyeri adalah pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan
akibat dari kerusakan jaringan yang actual atau potensial. Nyeri adalah alasan utama
seseorang untuk mencari bantuan perawatan kesehatan. Selanjutnya, definisi nyeri
menurut keperawatan adalah apapun yang menyakitkan tubuh yang dikatakan
individu yang mengalaminya, yang ada kapanpun individu mengatakannya. Peraturan
utama dalam merawat pasien nyeri adalah bahwa semua nyeri adalah nyata, meskipun
penyebabnya belum diketahui. Keberadaan nyeri adalah berdasarkan hanya pada
laporan pasien bahwa nyeri itu ada.
Aplikasi transkultural pada gangguan nyeri baik yang dilakukan oleh pasien
berdasarkan apa yang dipercaya olehnya atau yang dilakukan oleh perawat setelah
melakukan pengkajian tentang latar belakang budaya pasien adalah sebagai berikut:
a.    Dengan membatasi gerak dan istirahat. Seorang pasien yang mengalami nyeri
diharuskan untuk tidak banyak bergerak karena jika banyak bergerak dapat
memperparah dan menyebabkan nyeri berlangsung lama. Menurut pandangan umat
Islam, seseorang yang menderita nyeri untuk mengurangi tau meredakannya dengan
posisi istirahat atau tidur yang benar yaitu badan lurus dan dimiringkan ke sebelah
kanan. Hal ini menurut sunah rasul. Dengan posisi tersebut diharapkan dapat
meredakan nyeri karena peredaran darah yang lancer akibat jantung yang tidak
tertindih badan sehingga dapat bekerja maksimal.
b.      Mengkonsumsi obat-obatan tradisional. Beberapa orang mempercayai bahwa ada
beberapa obat tradisional yang dapat meredakan nyeri bahkan lebih manjur dari obat
yang diberikan oleh dokter. Misalnya, obat urut dan tulang ‘Dapol Siburuk’ dari
burung siburuk yang digunakan oleh masyarakat Batak.
c.       Dengan dipijat atau semacamnya. Kebanyakan orang mempercayai dengan dipijat
atau semacamnya dapat meredakan nyeri dengan waktu yang singkat. Namun, harus
diperhatikan bahwa apabila salah memijat akan menyebabkan bertambah nyeri atau
hal-hal lain yang merugikan penderita. Dalam budaya Jawa ada yang disebut dukun
pijat yang sering didatangi orang banyak apabila mengalami keluhan nyeri misalnya
kaki terkilir.
Dalam menerapkan transkultural pada gangguan nyeri harus tetap
mempertahankan baik buruknya bagi si pasien. Semua aplikasi transkultural
sebaiknya dikonsultasikan kepada pihak medis agar tidak menimbulkan hal yang
tidak diinginkan.

3.  Aplikasi transkultural pada gangguan kesehatan mental


Berbagai tingkahlaku luar biasa yang dianggap oleh psikiater barat sebagai
penyakit jiwa ditemukan secara luas pada berbagai masyarakat non-barat. Adanya
variasi yang luas dari kelompok sindroma dan nama-nama untuk menyebutkannya
dalam berbagai masyarakat dunia, Barat maupun non-Barat, telah mendorong para
ilmuwan mengenai tingkahlaku untuk menyatakan bahwa penyakit jiwa adalah suatu
‘mitos’, suatu fenomena sosiologis, suatu hasil dari angota-anggota masyarakat yang
‘beres’ yang merasa bahwa mereka membutuhkan sarana untuk menjelaskan,
memberi sanksi dan mengendalikan tingkahlaku sesama mereka yang menyimpang
atau yang berbahaya, tingkahlaku yang kadang-kadang hanya berbeda dengan
tingkahlaku mereka sendiri. Penyakit jiwa tidak hanya merupakan ‘mitos’, juga
bukan semata-semata suatu masalah sosial belaka. Memang benar-benar ada
gangguan dalam pikiran, erasaan dan tingkahlaku yang membutuhkan pengaturan
pengobatan.(Edgerton 1969 : 70). Nampaknya, sejumlah besar penyakit jiwa non-barat lebih
dijelaskan secara personalistik daripada naturalistik.
Sebagaimana halnya dengan generalisasi, selalu ada hal-hal yang tidak dapat
dimasukkan secara tepat ke dalam skema besar tersebut. Kepercayaan yang tersebar
luas bahwa pengalaman-pengalaman emosional yang kuat seperti iri, takut, sedih,
malu, dapat mengakibatkan penyakit, tidaklah tepat untuk diletakkan di dalam salah
satu dari dua kategori besar tersebut. Mungkin dapat dikatakan bahwa tergantung
situasi dan kondisi, kepercayaan-kepercayaan tersebut boleh dikatakan cocok untuk
dikelompokkan ke dalam salah satu kategori. Misalnya, susto, penyakit yang
disebabkan oleh ketakutan, tersebar luas di Amerika Latin dan merupakan angan-
angan. Seseorang mungkin menjadi takut karena bertemu dengan hantu, roh, setan,
atau karena hal-hal yang sepele, seperti jatuh di air sehingga takut akan mati
tenggelam. Apabila agen-nya berniat jahat, etiologinya sudah tentu bersifat
personalistik. Namun, kejadian-kejadian tersebut sering merupakan suatu kebetulan
atau kecelakaan belaka bukan karena tindakan yang disengaja. Dalam ketakutan akan
kematian karena tenggelam, tidak terdapat agen-agen apa pun.
Kepercayaan-kepercayaan yang sudah dijelaskan di atas menimbulkan
pemikiran-pemikiran untuk melakukan berbagai pengobatan jika sudah terkena agen.
Kebanyakan pengobatan yang dilakukan yaitu mendatangi dukun-dukun atau tabib-
tabib yang sudah dipercaya penuh. Terlebih lagi untuk pengobatan gangguan mental,
hampir seluruh masyarakat desa mendatangi dukun-dukun karena mereka percaya
bahwa masalah gangguan jiwa/mental disebabkan oleh gangguan ruh jahat. Dukun-
dukun biasanya melakukan pengobatan dengan cara mengambil dedaunan yang
dianggap sakral, lalu menyapukannya ke seluruh tubuh pasien. Ada juga yang
melakukan pengobatan dengan cara menyuruh pihak keluarga pasien untuk membawa
sesajen seperti, berbagai macam bunga atau binatang ternak.

Para ahli antropologi menaruh perhatian pada ciri-ciri psikologis shaman.


Shaman adalah seorang yang tidak stabil dan sering mengalami delusi, dan mungkin
ia adalah seorang wadam atau homoseksual.namun apabila ketidakstabilan jiwanya
secara budaya diarahkan pada bentuk-bentuk konstruktif, maka individu tersebut
dibedakan dari orang-orang lain yang mungkin menunjukkan tingkahlaku serupa,
namun digolongkan sebagai abnormal oleh para warga masyarakatnya dan
merupakan subyek dari upacara-upacara penyembuhan. Dalam pengobatan, shaman
biasanya berada dalam keadaan kesurupan (tidak sadar), dimana mereka berhubungan
dengan roh pembinanya untuk mendiagnosis penyakit. para penganut paham
kebudayaan relativisme yang ekstrim menggunakan contoh shamanisme sebagai
hambatan utama dalam arguentasi mereka bahwa apa yang disebut penyakit jiwa
adalah sesuatu yang bersifat kebudayaan.
Dalam banyak masyarakat non-Barat, orang yang menunjukkan tingkahlaku
abnormal tetapi tidak bersifat galak maka sering diberi kebebasan gerak dalam
masyarakat mereka, kebutuhan mereka dipenuhi oleh anggota keluarga mereka.
Namun, jika mereka mengganggu, mereka akan dibawa ke sutu temapt di semak-
semak untuk ikuci di kamrnya. Sebuah pintu khusus (2 x 2 kaki) dibuat dalam rumah,
cukup untuk meyodorkan makanan saja bagi mereka dan sebuah pintu keluar untuk
keluar masuk komunitinya.
Usaha-usaha untuk membandingkan tipe-tipe gangguan jiwa secara lintas-budaya
umumnya tidak berhasil, sebagian disebabkan oleh kesulitan-kesulitan pada tahapan
penelitian untuk membongkar apa yang diperkirakan sebagai gejala primer dari gejala
sekunder. Misalnya, gejala-gejala primer yaitu yang menjadi dasar bagi depresi.
Muncul lebih dulu dan merupakan inti dari gangguan. Gejala-gejala sekunder dilihat
sebagai reaksi individu terhadap penyakitya ; gejala-gejala tersebut berkembang
karena ia berusaha untuk menyesuaikan diri dengan tingkahlakunya yang berubah
(Murphy, Wittkower, dan Chance 1970 : 476)
.

4. Kasus Transkultural terhadap Diabetes


1. Tinjauan Kasus
Nilai Gula Darah Normal
Kebanyakan manusia bervariasi sekitar 82-110 mg/dl pada keadaan sebelum makan.
Setelah makan akan naik sekitar 140 mg/dl. The American Diabetes Association
merekomendasikan kadar glukosa pasca-makan <180 mg/dl dan pra-makan pada
kadar 90-130 mg/ dl. Pada laki-laki dewasa sehat denagn berat 75 kg dan volume 5
liter darah, glukosa levelnya 110 mg/dl.
Pada penderita diabetes, kadar glukosa saat puasa >126 mg/ dl dan saat normal >200
mg/ dl.
a.   Masalah yang ditemukan pada kasus tersebut, diantaranya :
v  Laki-laki usia 50 tahun,
v  Pingsan saat rapat di kantornya,
v  Kadar gula darahnya mencapai 450mg/dl,
v  Dua tahun didiagnosis menderita Diabetes Mellitus tipe II,
v  Kegemukan, dan
v  Kesulitan mengatur makanannya karena kebiasaan budaya Jawanya makan makanan
yang manis.

b.Analisis kasus
Ditinjau dari keadaan fisik :
-          Kegemukan
-          Kadar gula darah di atas normal
Ditinjau dari pola hidup :
-          Kurang aktivitas fisik
-          Banyak mengkonsumsi makanan mengandung gula
c.   Peran perawat
o   Memberi interferensi berupa konsultasi, penyuluhan komunitas dan pasien,bantuan
dalam menjaga pola makan dan melakukan implementasi independent dari dokter
berupa pemberian obat dan aturan pemakaian.
o   Memberikan pelayanan kesehatan selama medikasi di rumah sakit dan menjaga
kondisi kesehatan pasien agar tidak menurun bahkan meningkatkan kondisi
kesehatannya.

d.   Peran dari segi transkultural


o   Memberi pendidikan kesehatan komunitas menyangkut deskripsi DM, diet dan
bahayanya
o   Mengkaji jenis makanan yang biasa dikonsumsi komunitas tersebut
o   Menghimbau pola makan yang sesuai untuk diet DM dan juga dapat diterima pada
budaya pasien→dapat berupa mengganti gula yang ditolerir oleh penderita DM atau
mengurangi konsumsi gula yang biasa digunakan.

B. SEJARAH PERKEMBANGAN KEPERAWATAN

A.Definisi Keperawatan
Perawat adalah mereka yang memiliki kemampuan dan kewenangan
melakukan tindakan keperawatan berdasarkan ilmu yang dimilikinya yang diperoleh
melalui pendidikan keperawatan (UU Kesehatan No. 23, 1992).

Menurut Effendy (1995), perawatan adalah pelayanan essensial yang diberikan oleh
perawat terhadap individu, keluarga dan masyarakat. Pelayanan yang diberikan
adalah upaya mencapai derajat kesehatan semaksimal mungkin sesuai dengan potensi
yang dimiliki dalam menjalankan kegiatan di bidang promotif, preventif, kuratif dan
rehabilitatif dengan menggunakan proses keperawatan.

Merawat mempunyai suatu posisi sentral. Merawat merupakan suatu kegiatan


dalam ruang lingkup yang luas yang dapat menyangkut diri kita sendiri, menyangkut
sesuatu yang lain dan menyangkut lingkungan. Jika kita merawat sesuatu, kita
menginginkan hasil yang dicapai akan memuaskan. Jadi kita akan selalu berusaha
untuk mencapai sesuatu keseimbangan antara keinginan kita dan hasil yang akan
diperoleh.

B.Sejarah Perkembangan Keperawatan di Dunia

1. Sejarah  Perkembangan Keperawatan di Dunia

Merawat orang sama tuanya dengan keberadaan umat manusia. Oleh karena itu
perkembangan  keperawatan, termasuk yang kita ketahui saat ini, tidak dapat
dipisahkan dan sangat dipengaruhi oleh perkembangan struktur dan kemajuan
peradaban manusia. Kepercayaan terhadap animisme, penyebaran agama-agama
besar dunia serta kondisi sosial ekonomi masyarakat.

a. Perkembangan Keperawatan Masa Sebelum Masehi

Pada masa sebelum masehi perawatan belum begitu berkembang, disebabkan


masyarakat lebih mempercayai dukun untuk mengobati dan merawat penyakit.
Dukun dianggap lebih mampu untuk mencari, mengetahui, dan mengatasi roh yang
masuk ke tubuh orang sakit. Demikian juga di Mesir yang bangsanya masih
menyembah Dewa Iris agar dapat disembuhkan dari penyakit. Sementara itu bangsa
Cina menganggap penyakit disebabkan oleh setan atau makhluk halus dan akan
bertambah parah jika orang lain menyentuh orang sakit tersebut.

b. Perkembangan Keperawatan Masa Setelah Masehi

Kemajuan pradaban manusia dimulai ketika manusia mengenal agama. Penyebaran


agama sangat mempengaruhi perkembangan peradaban manusia, sehingga
berdampak positif terhadap perkembangan keperawatan.

2. Perkembangan Keperawatan Masa Penyebaran Kristen

Pada permulaan Masehi, Agama Kristen mulai berkembang. Pada masa itu,
keperawatan mengalami kemajuan yang berarti, seiring dengan kepesatan
perkembangan Agama Kristen. Ini dapat di lihat pada masa pemerintahan Lord
Constantine, yang mendirikan Xenodhoeum atau hospes (latin), yaitu tempat
penampungan orang yang membutuhkan pertolongan terutama bagi orang-orang sakit
yang memerlukan pertolongan dan perawatan.

a. Perkembangan Keperawatan Masa Penyebaran Islam

Pada pertengahan Abad VI Masehi, Agama Islam mulai berkembang. Pengaruh


Agama Islam terhadap perkembangan keperawatan tidak terlepas dari keberhasilan
Nabi Muhammad SAW menyebarkan Agama Islam. Memasuki Abad VII Masehi
Agama Islam tersebar ke berbagai pelosok Negara. Pada masa itu di Jazirah Arab
berkembang pesat ilmu pengetahuan seperti: ilmu pasti, ilmu kimia, hygiene dan
obat-obatan. Prinsip-prinsip dasar perawatan kesehatan seperti pentingnya menjaga
kebersihan makanan, air dan lingkungan berkembang secara pesat. Tokoh
keperawatan yang terkenal dari dunia Arab pada masa tersebut adalah “Rafida”.\

b. Perkembangan Keperawatan Masa Kekuasaan

Pada permulaan Abad XVI, struktur dan orientasi masyarakat mengalami


perubahan, dari orientasi kepada agama berubah menjadi orientasi kepada kekuasaan,
yaitu: perang, eksplorasi kekayaan alam serta semangat kolonialisme. Pada masa itu
telah terjadi kemunduran terhadap perkembangan keperawatan, dimana gereja dan
tempat-tempat ibadah ditutup, sehingga tenaga perawat sangat jauh berkurang. Untuk
memenuhi kekurangan tenaga tersebut maka digunakanlah bekas wanita jalanan
(WTS) yang telah bertobat sebagai, sehingga derajat seorang perawat turun sangat
drastis dipandangan masyarakat saat itu.

3. Perkembangan Keperawatan Di Inggris

Perkembangan keperawatan di Inggris sangat penting untuk kita pahami,


karena Inggris melalui Florence Nightingle telah membuka jalan bagi kemajuan dan
perkembangan keperawatan yang kemudian diikuti oleh negara-negara lain.

Florence Nightingle, lahir dari keluarga kaya dan terhormat pada tahun 1820 di
Flronce (Italia). Setahun setelah kelahirannya, keluarga Florence kembali ke Inggris.
Di Inggris Florence mendapatkan pendidikan sekolah yang baik sehingga ia mampu
menguasai bahasa Perancis, Jerman, dan Italia. Pada usia 31 tahun Florence
mengikuti kursus pendidikan perawat di Keiserwerth (Italia) dan Liefdezuster di
Paris, dan setelah pendidikan ia kembali ke Inggris.

Pada saat Perang Krim (Crimean War) terjadi di Turki tahun 1854, Florence bersama
38 suster lainnya di kirim ke Turki. Berkat usaha Florence dan teman-teman, telah
terjadi perubahan pada bidang hygiene dan keperawatan dengan indikator angka
kematian turun sampai 2%. Kontribusi Florence Nightingle bagi perkembangan
keperawatan adalah menegaskan bahwa nutrisi merupakan satu bagian penting dari
asuhan keperawatan, meyakinkan bahwa okupasional dan rekreasi merupakan suatu
terapi bagi orang sakit, mengidentifikasi kebutuhan personal klien dan peran perawat
untuk memenuhinya, menetapkan standar manajemen rumah sakit, mengembangkan
suatu standar okupasi bagi klien wanita, mengembangkan pendidikan keperawatan,
menetapkan 2 (dua) komponen keperawatan, yaitu: kesehatan dan penyakit.
Meyakinkan bahwa keperawatan berdiri sendiri dan berbeda dan berbeda dengan
profesi kedokteran dan menekankan kebutuhan pendidikan berlanjut bagi perawat.

2. Penyebaran Keperawatan di Dunia

a) Mesir

Bangsa mesir pada zaman purba telah menyembah banyak dewa. Dewa yang
terkenal antara lain Isis. Mereka beranggapan bahwa dewa ini menaruh minat
terhadap orang sakit dan memberikan pertolongan pada waktu si sakit sedang tidur.
Didirikanlah kuil yang merupakan rumah sakit pertama di mesir. Ilmu ketabiban
terutama ilmu bedah telah dikenal oleh bangsa mesir zaman purba (± 4800 SM).
Dalam menjalankan tugasnya sebagai tabib ia menggunakan bidai (spalk), alat-alat
pembalut, ia mempunyai pengetahuan tentang anatomi, Hygienr umum serta tentang
obat-obatan. Didalam buku-buku tertulis dalam kitab Papyrus didalamnya memuat
kurang lebih 700 macam resep obat-obatan dari Mesir.

b ) Babylon dan Syiria

Ilmu pengetahuan tentang anatomi dan obat-obat ramuan telah diketahui oleh
bangsa Babylon sejak beberapa abad SM. Pada salah satu tulisan yang menyatakan
bahwa pada 680 SM orang telah mengetahui cara menahan darah yang keluar dari
hidung dan merawat jerawant pada muka. Bangsa Babylon menyembah dewa oleh
karena itu perawatan atau pengobatan berdasarkan kepercayaan tersebut.

c ) Yahudikuno

Ilmu pengetahuan bangsa Yahudi banyak di peroleh dari bangsa Mesir.


Misalnya : cara-cara memberi pengobatan orang yang terkenal adalah Musa. Ia juga
dikenal sebagai seorang ahli hygiene. Dibawah pimpinannya bangsa Yahgudi
memajukan minatnya yang besar terhadap kebersihan umum dan kebersihan diri.
Undang-undang kesehatan bangsa Yahudi menjadi dasar bagi hygiene modern
dimana cara-cara dan peraturannya sesuai dengan bakteriologi zaman sekarang,
misalnya :

1. Pemeriksaan dan peminilah bahan makanan yang akan di   makan.

2. Mengadakan cara pembuangan kotoran manusia.

3. Pelarangan makan daging babi karena dapat menimbulkan suatu penyakit.

4. Memberitahukan kepada yang berwajib bila ada penyakit yang berbahaya,


sehingga

dapat diambil tindakan.


C.Sejarah Perkembangan Keperawatan di Indonesia

1. Sejarah Perkembangan Keperawatan Sebelum Kemerdekaan

Pada masa pemerintahan kolonial Belanda, perawat berasal dari penduduk


pribumi yang disebut “velpleger” dengan dibantu “zieken oppaser” sebagai penjaga
orang sakit. Mereka bekerja pada rumah sakit Binnen Hospital di Jakarta yang
didirikan tahun 1799.

Pada masa VOC berkuasa, Gubernur Jendral Inggris Raffles (1812-1816), telah
memiliki semboyan “Kesehatan adalah milik manusia” Pada saat itu Raffles telah
melakukan pencacaran umum, membenahi cara perawatan pasien dengan gangguan
jiwa serta memperhatikan kesehatan dan perawatan tahanan.

Setelah pemerintah kolonial kembali ke tangan Belanda, di Jakarta pada tahun 1819
didirikan beberapa rumah sakit. Salah satunya adalah rumah sakit Sadsverband yang
berlokasi di Glodok-Jakarta Barat. Pada tahun 1919 rumah sakat tersebut dipindahkan
ke Salemba dan sekarang dengan nama RS. Cipto Mangunkusumo (RSCM).

Dalam kurun waktu 1816-1942 telah berdiri beberapa rumah sakit swasta milik
misionaris katolik dan zending protestan seperti: RS. Persatuan Gereja Indonesia
(PGI) Cikini-Jakarta Pusat, RS. St. Carolos Salemba-Jakarta Pusat. RS. St Bromeus
di Bandung dan RS. Elizabeth di Semarang. Bahkan pada tahun 1906 di RS. PGI dan
tahun 1912 di RSCM telah menyelenggarakan pendidikan juru rawat. Namun
kedatangan Jepang (1942-1945) menyebabkan perkembangan keperawatan
mengalami kemunduran.
2. Sejarah Perkembangan Keperawatan Setelah Kemerdekaan

a)Periode1945-1962

Tahun 1945 s/d 1950 merupakan masa transisi pemerintahan Negara Kesatuan
Republik Indonesia. Perkembangan keperawatan pun masih jalan di tempat. Ini dapat
dilihat dari pengembanagan tenaga keperawatan yang masih menggunakan system
pendidikan yang telah ada, yaitu perawat lulusan pendidikan Belanda (MULO + 3
tahun pendidikan), untuk ijazah A (perawat umum) dan ijazah B untuk perawat jiwa.
Terdapat pula pendidikan perawat dengan dasar (SR + 4 tahun pendidikan) yang
lulusannya disebut mantri juru rawat.

Baru kemudian tahun 1953 dibuka sekolah pengatur rawat dengan tujuan
menghasilkan tenaga perawat yang lebih berkualitas. Pada tahun 1955, dibuka
Sekolah Djuru Kesehatan (SDK) dengan pendidikan SR ditambah pendidikan satu
tahun dan sekolah pengamat kesehatan sebagai pengembangan SDK, ditambah
pendidikan lagi selama satu tahun.

Pada tahun 1962 telah dibuka Akademi Keperawatan dengan pendidikan dasar umum
SMA yang bertempat di Jakarta, di RS. Cipto Mangunkusumo. Sekarang dikenal
dengan nama Akper Depkes di Jl. Kimia No. 17 Jakarta Pusat.

Walupun sudah ada pendidikan tinggi namun pola pengembangan pendidikan


keperawatan belum tampak, ini ditinjau dari kelembagaan organisasi di rumah sakit.
Kemudian juga ditinjau dari masih berorientasinya perawat pada keterampilan
tindakan dan belum dikenalkannya konsep kurikulum keperawatan. Konsep-konsep
perkembangan keperawatan belum jelas, dan bentuk kegiatan keperawatan masih
berorientasi pada keterampilan prosedural yang lebih dikemas dengan perpanjangan
dari pelayanan medis.

b)Periode1963-1983

Periode ini masih belum banyak perkembangan dalam bidang keperawatan.


Pada tahun 1972 tepatnya tanggal 17 April lahirlah organisasi profesi dengan nama
Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) di Jakarta. Ini merupakan suatau
langkah maju dalam perkembangan keperawatan. Namun baru mulai tahun 1983
organisasi profesi ini terlibat penuh dalam pembenahan keperawatan melalui
kerjasama dengan CHS, Depkes dan organisasi lainnya.

c) Periode 1984 Sampai Dengan Sekarang

Pada tahun 1985, resmi dibukanya pendidikan S1 keperawatan dengan nama


Progran Studi Ilmu Keperawatan (PSIK) di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesi
di Jakarta. Sejak saat itulah PSIK-UI telah menghasilkan tenaga keperawatan tingkat
sarjana sehingga pada tahun 1992 dikeluarkannya UU No. 23 tentang kesehatan yang
mengakui tenaga keperawatan sebagai profesi.

Pada tahun 1996 dibukanya PSIK di Universitas Padjajaran Bandung. Pada tahun
1997 PSIK-UI berubah statusnya menjadi Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas
Indonesia (FIK-UI), dan untuk meningkatkan kualitas lulusan, pada tahun 1998
kurikulum pendidikan Ners disyahkan dan digunakan. Selanjutnya juga pada tahun
1999 kurikulum D-III keperawatan mulai dibenahi dan mulai digunakan pada tahun
2000 sampai dengan sekarang.
D.TREND KEPERAWATAN SEKARANG DAN MASA DEPAN

Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi di segala bidang termasuk bidang


kesehatan, peningkatan status ekonomi masyarakat, peningkatan perhatian terhadap
pelaksanaan hak asasi manusia, kesadaran masyarakan akan kebutuhan kesehatan
mengakibatkan masyarakat semakin sadar akan pentingnya hidup sehat dan
melahirkan tuntutan akan pelayanan kesehatan yang berkualitas.

Pergeseran akan fenomena tersebut, telah mengubah sifat pelayanan keperawatan dari
pelayanan fokasional yang hanya berdasarkan keterampilan belaka kepada pelayanan
profesional yang berpija pada penguasaan iptek keperawatan dan spesialisasi dalam
pelayanan keperawatan.

Fokus peran dan fungsi perawat bergeser dari penekanan aspek kuratif kepada peran
aspek preventif dan promotif tanpa meninggalkan peran kuratif dan
rehabilitatif. Kondisi ini menuntut uapaya kongkrit dari profesi keperawatan, yaitu
profesionalisme keperawatan. Proses ini meliputi pembenahan pelayanan
keperawatan dan mengoptimalkan penggunaan proses keperawatan, pengembangan
dan penataan pendidikan keperawatan dan juga antisipasi organisasi profesi (PPNI).

1. Pengembangan dan Penataan Pendidikan Keperawatan

Meningkatnya tuntutan masyarakat terhadap pelayanan keperawatan yang


profesional, telah memicu perawat untuk terus mengembangkan dirinya dalam
berbagai bidang, terutama penataan sistem pendidikan keperawatan. Oleh karena itu
profesi keperawatan dengan landasan yang kokoh perlu memperhatikan wawasan
keilmuan, orientasi pendidikan dan kerangka konsep pendidikan

a) Wawasan Keilmuan
Pada tingkat pendidikan akademi, penggunaan kurikulum D III keperawatan
1999, merupakan wujud dari pembenahan kualitas lulusan keperawatan. Wujud ini
dapat dilihat dengan adanya:

1. Mata Kuliah Umum (MKU), yaitu : Pendidikan agama, Pancasila.


2. Mata Kuliah Dasar Keahliah (MKDK), yaitu: Anatomi, Fisiologi.
3. Mata Kuliah Keahlian (MKK), yaitu: KDK, KDM I dan

Demikian juga halnya dengan tingkat pendidikan S1 Keperawatan, yaitu dengan


berlakunya kurikulum Ners pada tahun 1998.Sementara itu di Fakultas Ilmu
Keperawatan Universitas Indonesia (FIK-UI) telah dibuka S2 Keperawatan untuk
Studi Manajemen Keperawatan, Keperawatan Maternitas dan Keperawatan
Komunitas. Dan selanjutnya akan dibuka Studi S2 Keperwatan Jiwa dan
Keperawatan Medikal Bedah.

Dapat disimpulkan bahwa saat ini perkembangan keperawatan diarahkan kepada


profesionalisme dengan spesialisasi bidang keperawatan.

b) Orientasi Pendidikan

Pendidkan keperawatan bagaimanapun akan tetap berorientasi pada


pengembangan pengetahuan dan teknologi, artinya pengalaman belajar baik kelas,
laboraturium dan lapangan tetap mengikuti kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi
serta memanfaatkan segala ilmu yang memungkinkan penguasaan iptek.

c) Kerangka Konsep
Berpikir ilmiah pembiasaan sikap dan tingkah laku profesional, belajar aktif,
pendidikan di lingkungan masyrakat serta penguasaan iptek keperawatan merupakan
karakteristik dari pendidikan profesional keperawatan.

2. Perkembangan Pelayanan Keperawatan

Perubahan adat pelayanan dari fokasional menjadi perawat dengan fokus asuhan
keperawatan dengan peran prefentif dan promotif tanpa melupakan peran kreatif dan
rehabilitatif harus didukung dengan  peningkatan sumber daya manusia dibidang
keperawatan. Sehingga pada pelaksaan pemberian sumber keperawatan dapat
terjadinya pelayanan yang efisien, efektif, serta berkualitas. Selanjtunya, saat ini jug
atelah berkembangan berbagai model prektis keperawatan profesional, seperti :

 Praktik keperawatan di rumah sakit kesehatan.


 Praktik keperawatan di rumah (home caffe)
 Praktik keperawatan berkelompok (nursing home)
 Praktik keperawatan perorangan, yaitu melalui keputusan Kepmenkes No. 647
tahun 2000, yang kemudian di revisi menjadi Kepmenkes No. 1239 tahun
2001 tentang Registrasi dan Praktik Keperawatan.

C. SISTEM PELAYAA KESEHATA

2.1. Pengertian Sistem Kesehatan


Menurut WHO(1996) sistem kesehatan adalah suatu jaringan penyedia pelayanan
kesehatan
(supply side) dan orang-orang yang menggunakan pelayanan tersebut (demand side)
di setiap wilayah, serta negara dan organisasi yang melahirkan sumber daya tersebut,
dalam bentuk manusia maupun dalam bentuk material. Dalam definisi yang lebih 
luas lagi, sistem kesehatan mencakup sektor-sektor lain seperti pertanian dan
lainnya.
2.2.       Pengertian Pelayanan Kesehatan
Menurut Prof. Dr. Soekidjo Notoatmojo(2001) pelayanan kesehatan adalah sub
sistem pelayanan kesehatan yang tujuan utamanya adalah pelayanan preventif
(pencegahan) dan promotif (peningkatan kesehatan) dengan sasaran masyarakat.
Menurut Depkes RI (2009) pelayanan kesehatan adalah setiap upaya yang
diselenggarakan sendiri atau secara bersama-sama dalam suatu organisasi untuk
memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah dan menyembuhkan penyakit
serta memulihkan kesehatan perorangan, keluarga, kelompok dan ataupun
masyarakat.  Jadi pelayanan kesehatan adalah sub sistem pelayanan kesehatan yang
tujuan utamanya adalah promotif (memelihara dan meningkatkan kesehatan),
preventif (pencegahan),kuratif (penyembuhan), dan rehabilitasi (pemulihan)
kesehatan perorangan, keluarga, kelompok atau masyarakat, lingkungan. Yang
dimaksud sub sistem disini adalah sub sistem dalam pelayanan kesehatan yaitu input ,
proses, output, dampak, umpan balik.
2.3.       Sistem Pelayanan Kesehatan
Menurut Hidayat(2008) sistem pelayanan kesehatan merupakan bagian penting
dalam meningkatkan derajat kesehatan. Melalui sistem ini tujuan pembangunan
kesehatan dapat tercapai dengan efektif, efisien dan tepat sasaran.
Menurut Hidayat(2008) keberhasilan sistem pelayanan kesehatan tergantung
dari berbagai komponen yang masuk dalam pelayanan kesehatan. Sistem terbentuk
dari subsistem yang saling berhubungan dan saling mempengaruhi. Sistem terdiri
dari: input, proses, output, dampak, umpan balik dan lingkungan.

Gambar 2.3. Bagan komponen Sinstem Pelayanan Kesehatan


1. Input Merupakan sistem yang akan memberikan segala masukan untuk
berfungsinya sebuah sistem. Input pelayanan kesehatan meliputi: potensi
masyarakat, tenaga dan sarana kesehatan, dan sebagainya.
2. Proses Merupakan kegiatan merubah sebuah masukan menjadi sebuah hasil
yang diharapkan dari sistem tersebut. Proses dalam pelayanan kesehatan
meliputi berbagai kegiatan dalam pelayanan kesehatan.
3. Outpu Merupakan hasil yang diperoleh dari sebuah proses. Output pelayanan
kesehatan dapat berupa pelayanan yang berkualitas dan terjangkau sehingga
masyarakat sembuh dan sehat.
4. Dampak Merupakan akibat dari output atau hasil suatu sistem, terjadi dalam
waktu yang relatif lama. Dampak sistem pelayanan kesehatan adalah
masyarakat sehat, angka kesakitan dan kematian menurun.
5. Umpan balik Merupakan suatu hasil yang sekaligus menjadi masukan.
Terjadi dari sebuah sistem yang saling berhubungan dan saling
mempengaruhi. Umpan balik dalam pelayanan kesehatan dapat berupa
kualitas tenaga kesehatan.
6. Lingkungan
Adalah semua keadaan diluar sistem tetapi dapat mempengaruhi pelayanan
kesehatan.
2.4.       Tingkat Pelayanan Kesehatan
Menurut Leavel & Clark(2005) tingkat pelayanan kesehatan merupakan bagian dari
sistem pelayanan kesehatan yang diberikan pada masyarakat. Dalam memberikan
pelayanan kesehatan harus memandang pada tingkat pelayanan kesehatan yang akan
diberikan, yaitu:
1. Health Promotion (Promosi Kesehatan) Merupakan tingkat pertama dalam
memberikan pelayanan melalui peningkatan kesehatan. Bertujuan untuk
meningkatkan status kesehatan masyarakat. Contoh: kebersihan perorangan,
perbaikan sanitasi lingkungan, dan sebagainya.
2. Specific Protection (Perlindungan Khusus) Adalah masyarakat terlindung dari
bahaya atau penyakit-penyakit tertentu. Contoh: Imunisasi, perlindungan
keselamatan kerja.
3. Early Diagnosis And Prompt Treatment (Diagnosis Dini & Pengobatan
Segera)
Sudah mulai timbulnya gejala penyakit. Dilakukan untuk mencegah
penyebaran penyakit. Contoh: survey penyaringan kasus.
2.5.       Lembaga Pelayanan Kesehatan
Menurut Hidayat(2008) lembaga pelayanan kesehatan merupakan tempat pemberian
pelayanan kesehatan pada masyarakat untuk meningkatkan status kesehatan.
Bervariasi berdasarkan tujuan pemberian pelayanan kesehatan.
1.     Rawat Jalan
Pusat pelayanan rawat jalan, sama dengan klinik, memberi pelayanan kesehatan
dengan cara rawat jalan. Pusat tersebut mungkin bergabung dengan rumah sakit atau
berfungsi secara mandiri dibawah suatu yayasan atau dibawah pengawasan seorang
dokter atau sekelompok dokter. Pusat pelayanan rawat jalan mungkin dapat berlokasi
dalam suatu fasilitas rawat inap; tetapi sebagian besar berdiri sendiri dan berlokasi
jauh dari institusi rawat inap yang besar. “Pusat-Bedah” merupakan salah satu contoh
dari pusat pelayanan rawat jalan dimana klien datang untuk melakukan prosedur
oprasi minor seperti pengangkatan katarak, bedah plastik, dan prosedur endoskopi.
“Pusat perawatan darurat” yang memberikan pelayanan 24 jam bagi klien dengan
cedera minor atau penyakit seperti laserasi dan influenza. Pusat perawatan darurat
menawarkan alternatif pelayanan seperti yang diberikan pada ruang kedaruratan
rumah sakit.
2.     Institusi
Lembaga institusional terdiri dari rumah sakit, fasilitas perawatan yang diperluas,
fasilitas psikiatri, dan pusat rehabilitasi. Semuanya menawarkan bentuk pelayanan
kesehatan rawat inap (klien diterima masuk dan tingga;l di suatu institusi untuk
penentuan diagnosa, menerima pelayanan pengobatan dan rehabilitasi). Sebagian
besar institusi juga menawarkan pelayanan rawat jalan (klien berkunjung ke suatu
institusi untuk menerima suatu episode diagnosa atau pengobatan yang akan selesai
dalam beberapa jam).
3.     Hospice
Adalah suatu sistem perawatan yang berpusat pada keluarga yang bertujuan agar
klien dapat tinggal dirumahnya dengan aman, mandiri, dan penuh harga diri, sambil
meringankan penderitaan yang disebabkan oleh penyakit terminal yang dideritanya.
Fokus perawatan hospice adalah perawatan paliatif, bukan pengobatan kuratif.
Hospice dapat bermanfaat untuk klien yang berada pada tahap terminal dengan
penyakit apapun, seperti kardiomiopati, sklerosis multiple, AIDS, kanker, emfisema,
atau penyakit ginjal.
4.      Community Based Agency
Merupakan bagian dari lembaga pelayanan kesehatan yang dilakukan pada klien pada
keluarganya, sebagaimana pelaksanaan perawatan keluarga seperti praktek perawat
keluarga dan lain-lain.
2.6.       Lingkup Sistem Pelayanan Kesehatan
Menurut Perry(2009) dalam sistem pelayanan kesehatan dapat mencakup pelayanan
dokter, pelayanan keperawtan, dan pelayanan kesehatan masyarakat. Dokter
merupakan subsistem dari pelayanan kesehatan. Subsistem pelayanan kesehatan
tersebut memiliki tujuan masing-masing dengan tidak meninggalkan tujuan umum
dari pelayanan kesehatan. Pelayanan kesehatan yang ada sekarang ini dapat
diselenggarakan oleh pihak pemerintah maupun swasta. Dalam pelayanan kesehatan
terdapat 3 bentuk, yaitu:
1.      Primary Health Care (Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama)
Pelayanan kesehatan ini dibutuhkan atau dilaksanakan pada masyarakat yang
memiliki masalah kesehatan yang ringan atau masyarakat sehat tetapi ingin
mendapatkan peningkatan kesehatan agar menjadi optimal dan sejahtera sehingga
sifat pelayanan kesehatan adalah pelayanan kesehatan dasar. Pelayanan kesehatan ini
dapat dilaksanakan oleh puskesmas atau balai kesehatan masyarakat dan lain-lain.
2.      Secondary Helath Care (Pelayanan Kesehatan Tingkat Kedua)
Untuk pelayanan kesehatan ini diperlukan bagi masyarakat atau klien yang
membutuhkan perawatan dirumah sakit atau rawat inap dan tidak dilaksanakan di
pelayanan kesehatan utama. Pelayanan kesehatan ini dilaksanakan di rumah sakit
yang tersedia tenaga spesialis atau sejenisnya.
3.     Tertiary Health Services (Pelayanan Kesehatan Tingkat Ketiga)
Palayanan kesehatan ini merupakan tingkat pelayanan yang tertinggi dimana tingkat
pelayanan ini apabila tidak lagi dibutuhkan pelayanan pada tingkat pertama dan
kedua.  Biasanya pelayanan ini membutuhkan tenaga-tenaga yang ahli atau spesialis
dan sebagai rujukan utama seperti rumah sakit yang tipe A atau B.
2.7.       Pelayanan Keperawatan Dalam Pelayanan Kesehatan
Menurut Hidayat(2008) pelayanan keperawatan dalam pelayanan kesehatan
merupakan bagian dari pelayanan kesehatan yang meliputi pelayanan dasar & rujukan
sehingga meningkatkan derajat kesehatan. Pada tingkat pelayanan dasar dilakukan di
lingkup puskesmas dengan pendekatan askep keluarga dan komunitas yang
berorientasi pada tugas keluarga dalam kesehatan, diantaranya mengenal masalah
kesehatan secara dini, mengambil keputusan, menanggulangi keadaan darurat,
memberikan pelayanan dasar pada anggota keluarga yang sakit serta memodifikasi
lingkungan.
Pada lingkup pelayanan rujukan, tugas perawat adalah memberikan askep pada ruang
atau lingkup rujukannya, seperti: asuhan keperawatan anak, askep jiwa, askep
medikal bedah, askep maternitas, askep gawat darurat, dan sebagainya.
2.8.       Faktor Yang Mempengaruhi Pelayanan Kesehatan
Menurut Hidayat(2008) dalam memberikan pelayanan kesehatan tidak segalanya
tercapai sasaran, akan tetapi membutuhkan suatu proses untuk mengetahui masalah
yang ditimbulkannya. Pelaksanaan pelayanan kesehatan juga akan lebih berkembang
atau sebaliknya akan terhambat karena dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu:
1.      Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Baru
Pelaksanaan sistem pelayanan kesehatan dapat dipengaruhi oleh ilmu pngetahuan dan
teknologi baru, mengingat perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, maka
akan diikuti oleh perkembangan pelayanan kesehatan atau juga sebagai dampaknya
pelayanan kesehatan jelas lebih mengikuti perkembangan dan teknologi seperti dalam
pelayanan kesehatan untuk mengatasi masalah penyakit-penyakkit yang sulit dapat
digunakan penggunaan alat seperti laser, terapi perubahan gen dan lain-lain.
Berdasarkan itu, maka pelayanan kesehatan membutuhkan biaya yang cukup mahal
dan pelayanan akan lebih profesional dan butuh tenaga-tenaga yang ahli dalam bidng
tertentu.
2.      Pergeseran Nilai Masyarakat
Berlangsungnya sistem pelayanan kesehatan juga dapat dipengaruhi oleh nilai yang
ada dimasyarakat sebagai penggunaan jasa pelayanan, dimana dengan beragamnya
masyarakat, maka dapat menimbulkan pemanfaatan jasa pelayanan kesehatan yang
berbeda. Masyarakat yang sudah maju dengan pengetahuan yang tinggi, maka akan
memiliki kesadaran yang lebih dalam penggunaan atau pemanfaatan pelayanan
kesehatan, demikian juga sebaliknya pada masyarakat yang memiliki pengetahuan
yang kurang akan memiliki kesadaran yang rendah terhadap pelayanan kesehatan,
sehingga kondisi demikian akan sangat mempengaruhi sistem pelayanan kesehatan.
3.      Aspek Legal dan Etik
Dengan tingginya kesadaran masyarakat terhadap penggunaan atau pemanfaatan jasa
pelayanan kesehatan, maka akan semakin tinggi pula tuntutan hukum da etik dalam
pelayanan kesehatan, sehingga pelaku pemberi pelayanan kesehatan harus dituntut
untuk memberikan pelayanan kesehatan secara profesional dengan memperhatikan
nilai-nilai hukum dan etika yang ada dimasyarakat.
4.      Ekonomi
Pelaksanaan pelayanan kesehatan akan dipengaruhi oleh tingkat ekonomi di
masyarakat. Semakin tinggi ekonomi seseorang, pelayanan kesehatan akan lebih
diperhatikan dan mudah dijangkau, demikian juga sebaliknya apabila tingkat
ekonomi seseorang rendah, maka akan sulit menjangkau pelayanan kesehatan
mengingat biaya dalam jasa pelayanan kesehatan membutuhkan biaya yang cukup
mahal. Keadaan ekonomi ini yang akan dapat mempengaruhi dalam sistem pelayanan
kesehatan.
5.     Politik
Kebijakan pemerintah melalui sistem politik yang ada akan sangat berpengaruh sekali
dalam sistem pemberian pelayanan kesehatan. Kebijakan-kebijakan yang ada dapat
memberikan pola dalam sistem pelayanan.
D. FALSAFAH KEPERAWATAN
Falsafah Keperawatan.Dunia keperawatan memang tidaklah mudah seperti yang
banyak orang kira.Begitu banyak hal yang harus dimengerti dan juga dipahami akan
bisa melaksanakan tugas dengan baik sebagai seorang perawat.Blog Keperawatan ini
akan mencoba mengupas sedikit mengenai apa yang dimaksud dengan falsafah
keperawatan dan semoga bermanfaat sahabat-sahabat semuanya.
Falsafah Keperawatan adalah dasar pemikiran yang harus dimiliki perawat sebagai
kerangka dalam berfikir, pengambilan keputusan dan bertindak yang diberikan pada
klien dalam rentang sehat sakit, yang memandang manusia sebagai makhluk yang
holistic, yang harus dipenuhi dalam hal kebutuhan biologi, psikologi, sosial, kultural
dan spiritual melalui upaya asuhan keperawatan yang komprehensif, sistematis, logis,
dengan memperhatikan aspek kemanusiaan bahwa setiap klien berhak mendapatkan
perawatan tanpa membedakan suku, agama, status sosial dan ekonomi. Berikut adalah
beberapa pengertian falsafah keperawatan menurut beberapa pakar keperawatan :

1. Falsafah Keperawatan menurut Florence Nightingale (Modern nursing) yaitu


melihat penyakit sebagai proses pergantian atau perbaikan reparative proses.
Manipulasi dari lingkungan eskternal perbaikan dapat membantu proses
perbaikan atau pergantian dan kesehatan klien.
2. Falsafah Keperawatan menurut Martha Rogers, 1970 yaitu bahwa
keperawatan adalah pengetahuan yang ditujukan untuk mengurangi
kecemasan terhadap pemeliharaan dan peningkatan kesehatan , pencegahan
penyakit, perawatan rehabilitasi penderita sakit serta penyandang cacat.
3. Falsafah Keperawatan menurut Roy (Mc Quiston, 1995) yaitu bahwa
keperawatan memandang manusia sebagai makhluk biopsikososial yang
merupakan dasar bagi kehidupan yang baik dan juga merupakan disiplin ilmu
yang berorientasi kepada praktik keperawatan berdasarkan ilmu keperawatan
yang ditujukan untuk memberikan pelayanan kepada klien / pasien.
4. Falsafah Keperawatan menurut Jean Watson (Caring).Caring adalah suatu
ilmu pengetahuan yang mencakup suatu hal berperikemanusiaan, orientasi
ilmu pengetahuan manusia ke proses kepedulian pada manusia, peristiwa, dan
pengalaman. Ilmu pengetahuan caring meliputi seni dan umat manusia seperti
halnya ilmu pengetahuan.Perilaku caring meliputi mendengarkan penuh
perhatian, penghiburan, kejujuran, kesabaran, tanggung jawab, menyediakan
informasi sehingga pasien dapat membuat suatu keputusan
5. Falsafah Keperawatan menurut Betty Neuman.Newman menggunakan
pendekatan manusia utuh dengan memasukkan konsep holistik, pendekatan
sistem terbuka dan konsep stresor.

Dari hal tersebut kita bisa mengambil kesimpulan bahwasannya esensi dari falsafah
keperawatan meliputi hal sebagai berikut :

 Memandang bahwa pasien sebagai manusia yang utuh (holistik) yang harus
dipenuhi segala kebutuhannya baik kebutuhan biologis, psikologis, sosial, dan
spritual yang diberikan secara komprehensif dan tidak bisa dilakukan secara
sepihak atau sebagian dari kebutuhannya.
 Bentuk pelayanan keperawatan yang diberikan harus secara langsung
memperhatikan aspek kemanusiaan.
 Setiap orang berhak mendapatkan perawatan tanpa memandang perbedaan
suku, kepercayaan, status, sosial, agama, dan ekonomi.
 Pelayanan keperawatan tersebut merupakan bagian integral dari sistem
pelayanan kesehatan mengingat perawat bekerja dalam lingkup tim kesehatan
bukan sendiri-sendiri.
 Pasien adalah mitra yang selalu aktif dalam pelayanan kesehatan, bukan
seorang penerima jasa yang pasif.
Semoga dengan kita para perawat khususnya dengan kita lebih mengenal akan falsafah
keperawatan ini kita bisa lebih baik lagi dalam melayani pemberian asuhan
keperawatan kepada para pasien dan klien.
E.KEPERAWATAN SEBAI PRFESI

A.         Pengertian profesi


Beberapa pendapat pandangan terhadap pengertian suatu profesi menurut
Schein EH (1962) Profesi merupakan sekumpulan pekerjaan yang membangun suatu
norma yang sangat khusus yang berasal dari peranannya di masyarakat. Hughes
(1963) mengungkapkan bahwa profesi merupakan mengetahui yang lebih baik
tentang sesuatu hal dari orang lain serta mengetahui lebih baik dari kliennya tentang
apa yang terjadi pada kliennya. Dan Wilensky (1964) berpendapat bahwa profesi
berasal dari perkataan profession yang berarti suatu pekerjaan yang membutuhkan
dukungan body of knowlegde sebagai dasar bagi perkembangan teori yang sistematis
meghadapi banyak tantangan baru ,dan karena itu membutuhkan pendidikan dan
pelatihan yang cukup lama, memiliki kode etik orientasi utamanya adalah melayani
(alturism)
Profesi adalah kata serapan dari sebuah kata dalam bahasa Inggris “Profess”,
yang bermakna Janji untuk memenuhi kewajiban melakukan suatu tugas khusus
secara tetap/permanen. Profesi sendiri memiliki arti sebuah pekerjaan yang
membutuhkan pelatihan dan penguasaan terhadap suatu pengetahuan dan keahlian
khusus. Suatu profesi biasanya memiliki asosiasi profesi, kode etik, serta proses
setrifikasi dan lisensi yang khusus untuk bidang profesi tersebut.
Melihat pengertian tersebut, maka terdapat para tokoh yang memandang bahwa
profesi mempunyai beberapa kriteria :
1. Menurut Abraham Flexner (1915),Menyatakan bahwa suatu pekerjaan dapat
dikatakan suatu profesi apabila memenuhi syarat :
a. Aktivitas intelektual
b. Berdasarkan ilmu dan b
c. Untuk tujuan Praktek dan Pelayanan
d. Dapat diajarkan
e. Terorganisir secara internal
f. Altruistik (untuk kepentingan masyarakat)
2.         Menurut Green Wood E (1957), Suatu Pekerjaan dikatakan profesi adalah adanya
teori yang sistemik, otoritas, wibawa (martabat) ,kode etik dan budaya profesional.
3.         Menurut Hall (1968) Memberikan gambaran tentang suatu profesi yaitu suatu
pekerjaan yang harus melalui proses 4 tahapan antara lain : 
a. Memperoleh badan pengetahuan dari institusi pendidikan tinggi
b. Menjadi pekerjaan utama
c. Adanya organisasi profesi
d. Terdapat kode etik
4.         Menurut Moore dan Rosenblum 1970, Memandang kriteria sebagai profesi adalah
apabila dasar pekerjaan memiliki teori yang sistematis , otoritas, wibawa dan prestice,
kode etik, budaya profesional dan menjadi sumber utama dari penghasilan.
5.         Menurut Edgar Schein (1974), Memberikan kriteria pekerjaan sebagai profesi apabila
pekerjaan tersebut :
a. Pekerjaan seumur hidup
b.  Komitmen seumur hidup sebagai karier
c. Penghasilan utama
d. Motivasi kuat
e. Panggilan hidup
f. Pengetahuan dan keterampilan didapat melalui diklat
g. Pengetahuan dianggap khusus
h. Keputusan terhadap klien berdasarkan ilmu
i. Pelayanan berdasarkan keahlian dan obyektif
j. Mempertimbangkan otoritas
k. Ada batasan dalam profesi
l. Lebih tahu daripada klien yang dilayani
m. Perkumpulan profesi
n. Standart pendidikan
o. Uji kompetensi untuk masuk profesi
p. Tidak advertensi dalam mencari klien
Profesi adalah pekerjaan, namun tidak semua pekerjaan adalah profesi, keran
profesi memiliki karakteristik sendiri yang membedakannya dari pekerjaan lainnya,
berikut adalah karateristik profesi secara umum:
1.      Keterampilan yang berdasarkan pada pengetahuan teoritis : Professional dapat
diasumsikan mempunyai pengetahuan teoritis yang ekstensif dan memiliki
keterampilan yang berdasarkan pada pengetahuan tersebut dan bisa diterapkan dalam
praktik
2.      Asosiasi professional : Profesi biasanya memiliki badan yang diorganisasi oleh para
anggotanya, yang dimaksudkan untuk meningkatkan status para anggotanya.
Organisasi tersebut biasanya memiliki persyaratan khusus untuk menjadi anggotanya.
3.      Pendidikan yang ekstensif : Profesi yang prestisius biasanya memerlukan pendidikan
yang lama dalam jenjang pendidikan tinggi
4.      Ujian kompetensi : Sebelum memasuki organisasi professional, biasanya ada
persyaratan untuk lulus dari suatu tes yang menguji terutama pengetahuan teoritis.
5.      Pelatihan institusional : Selain ujian, juga biasanya dipersyaratkan untuk mengikuti
pelatihan istitusional dimana calon profesional mendapatkan pengalaman praktis
sebelum menjadi anggota penuh organisasi. Peningkatan keterampilan melalui
pengembangan profesional juga dipersyaratkan.
6.      Lisensi : Profesi menetapkan syarat pendaftaran dan proses sertifikasi sehingga hanya
mereka yang memiliki lisensi bisa dianggap bisa dipercaya.
7.      Otonomi kerja : Profesional cenderung mengendalikan kerja dan pengetahuan
teoretis mereka agar terhindar adanya intervensi dari luar.
8.      Kode etik : Organisasi profesi biasanya memiliki kode etik bagi para anggotanya dan
prosedur pendisiplinan bagi mereka yang melanggar aturan. Menurut UU NO. 8
(POKOK-POKOK KEPEGAWAIAN), Kode etik profesi adalah pedoman sikap,
tingkah laku dan perbuatan dalam melaksanakan tugas dan dalam kehidupan sehari-
hari. Tujuan Kode etik :
a.      Untuk menjunjung tinggi martabat profesi
b.      Untuk menjaga dan memelihara kesejahteraan para anggota.
c.       Untuk meningkatkan pengabdian para anggota profesi.
d.      Untuk meningkatkan mutu profesi.
e.      Untuk meningkatkan mutu organisasi profesi.
f.        Meningkatkan layanan di atas keuntungan pribadi.
g.      Mempunyai organisasi profesional yang kuat dan terjalin erat.
h.      Menentukan baku standarnya sendiri.
9.      Mengatur Diri : Organisasi profesi harus bisa mengatur organisasinya sendiri tanpa
campur tangan pemerintah. Profesional diatur oleh mereka yang lebih senior, praktisi
yang dihormati, atau mereka yang berkualifikasi paling tinggi
10.  Layanan publik dan altruisme : Diperolehnya penghasilan dari kerja profesinya dapat
dipertahankan selama berkaitan dengan kebutuhan publik, seperti layanan dokter
berkontribusi terhadap kesehatan masyarakat
11.  Status dan imbalan yang tinggi : Profesi yang paling sukses akan meraih status yang
tinggi, prestise, dan imbalan yang layak bagi para anggotanya. Hal tersebut bisa
dianggap sebagai pengakuan terhadap layanan yang mereka berikan bagi masyarakat.

B.         Prinsip Etika Profesi


         Tanggung jawab

1. Terhadap pelaksanaan pekerjaan itu dan terhadap hasilnya


2. Terhadap dampak dari profesi itu untuk kehidupan orang lain atau masyarakat
pada umumnya.

         Keadilan. Prinsip ini menuntut kita untuk memberikan kepada siapa saja apa yang
menjadi haknya.
         Otonomi. Prinsip ini menuntut agar setiap kaum profesional memiliki dan di beri
kebebasan dalam menjalankan profesinya.

C.         Profesionalisme
Dalam Kamus Kata-Kata Serapan Asing Dalam Bahasa Indonesia, karangan
J.S. Badudu (2003), definisi profesionalisme adalah mutu, kualitas, dan tindak tanduk
yang merupakan ciri suatu profesi atau ciri orang yang profesional. Sementara kata
profesional sendiri berarti: bersifat profesi, memiliki keahlian dan keterampilan
karena pendidikan dan latihan, beroleh bayaran karena keahliannya itu.
Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa profesionalisme memiliki dua
criteria pokok, yaitu keahlian dan pendapatan (bayaran). Kedua hal itu merupakan
satu kesatuan yang saling berhubungan. Artinya seseorang dapat dikatakan memiliki
profesionalisme manakala memiliki dua hal pokok tersebut, yaitu keahlian
(kompetensi) yang layak sesuai bidang tugasnya dan pendapatan yang layak sesuai
kebutuhan hidupnya.

D.        Ciri ciri profesi.


Dari definisi profesi terdahulu , jelas bahwa profesi itu tidak sama dengan
okupasi (occupation) walaupun keduanya sama sama melakukan pekerjaan tertentu
yang dapat menghasilkan nafkah. Profesi mempunyai ciri ciri tersendiri yang menurut
wilensky (1964) adalah sebagai berikut:
1.             Pekerjaan profesi didukung oleh pohon ilmu (body of knowledge) yang jelas
wilayah garapan keilmuannya (anto loger) yang jelas wilayah garapan keilmuan
(epistomology) , serta pemanfaatan keilmuannya (axlology)
2.             Keahlian profesi diperoleh melalui pendidikan dan pelatihan profesi yang
terarah,terencana,terus-menerus dan berjenjang (life long education)
3.             Pekerjaan profesi diatur oleh kode etik profesi serta diakui secara legal melalui
perundang-undangan
4.             Peraturan dan ketentuan yang mengatur hidup dan kehidupan profesi standar
pendidikan dan pelatihan (standar pelayanan dan kode etik) serta pengawasan
terhadap pelaksanaan peraturan-peraturan tersebut dilakukan sendiri oleh warga
profesi.

E.         Wilayah kerja profesi


1.      Pembinaan organisasi profesi
2.      Pembinaan pendidikan dan pelatihan profesi
3.      Pembinaan pelayanan profesi
4.      Pembinaan ilmu pengetahuan

F.          Keperawatan sebagai profesi


merupakan salah satu pekerjaan dimana dalam menentukan tindakannya didasar pada
ilmu pengetahuan serta memiliki keterampilan yang jelas dalam keahliannya.
Klasifikasi keperawatan sebagai profesi adalah :
1.       Scientific Nursing (Landasan ilmu pengetahuan), Mempunyai cabang ilmu yang
terdiri dari :
a.       Ilmu keperawatan dasar
b.      Ilmu keperawatan klinik
c.       Ilmu keperawatan komunitas
d.      Ilmu keperawatan penunjang
2.       Code of etik
Kode keperawatan pada tiap negara berbeda-beda akan tetapi pada prinsipnya adalah
sama yaitu berlandaskan etika keperawatan yang dimilikinya. Dalam hal ini terdapat
5 tanggung jawab perawat, yaitu :
a.       Perawat dan klien
b.      Perawat dan praktik
c.       Perawat dan masyarakat
d.      Perawat dan teman sejawat
e.      Perawat dan profesi
3.       Lingkup dan wewenang / otonomi. Lingkup dan wewenang praktek keperawatan
berdasarkan standar praktek keperawatan yang bersifat dinamis antara lain terdiri
dari
a.       Falsafah keperawatan
b.      Tujuan askep
c.       Pegkajian keperawatan
d.      Diagnosa keperawatan
e.      Perencanaan keperawatan
f.        Intervensi keperawatan
g.       Evaluasi
h.      Catatan asuhan keperawatan
4.       Nursing organization
Saat ini di indonesia memilki organisasi profesi keperawatan dengan nama PPNI,
dengan aggaran dasar dan anggaran rumah tangga, sedangkan organisasi keperawatan
di dunia dengan nama internasional Council Of Nurse (ICN)

G.        Ciri-ciri keperawatan sebagai profesi (prof Mc. Rifin Husin)


1.       Memberi pelayanan / asuhan keperawatan serta penelitian sesuai dengan kaidah ilmu
dan keterampilan keperawatan profesi serta kode etik keperawatan
2.       Telah lulus dari pendidikan pada jenjang perguruan tinggi (JPT) yang mapan
demikian tenaga tersebut dapat :
a.       Bersikap profesi
b.      Mempunyai pengetahuan dan keterampilan professional
c.       Mampu memberi pelayanan asuhan keperawatan professional
d.      Menggunakan etika keperawatan dalam memberi pelayanan
3.       Pengelolaan keperawatan oleh tenaga keperawatan (NERS) sesuai dengan kaidah-
kaidah suatu profesi dalam bidang kesehatan
a.       Sistem pelayanan / asuhan keperawatan
b.      Pendidikan keperawatan / pelatihan keperawatan yang berjenjang berlanjut
c.       Perumusan standar keperawatan asuhan keperawatan , pendidikan keperawatan
registrasi / legislasi.
d.      Riset keperawatan oleh Nersterlabsana secara terencana dan terarah sesuai dengan
pengembangan IPTEK dan dapat dikembangkan untuk peningkatan keperawatan.
H.        Analisa keperawatan di Indonesia
Situasi keperawatan di indonesia saat ini dikaitkan dengan definisi , ciri dan kriteria
profesi adalah sebagai berikut :
1.      Keperawatan di indonesia telah memiliki paham ilmu pohon ilmu (Body of
Knowledge) dan telah diakui secara undang-undang oleh pemerintah Indonesia
melalui UU No. 23 Th.1992 tentang kesehatan.
2.      Di indonesia telah ada institusi pendidikan jenjeng perguruan tinggi yakni AKPER /
DIII keperawatan , DIV keperawatan , fakultas ilmu kesehatan keperawatan (SI) ,
program pasca sarjana keperawatan (S2)
3.      Keperawatan di indonesia telah memiliki kode etik keperawatan , standar profesi ,
standar praktek keperawatan , standar pendidikan keperawatan , standar asuhan
keperawatan
4.      Keperawatan di indonesia telah mempunyai legislasi keperawatan (sedang di proses
menjadi undang-undang)
5.      Keperawatan di indonesia telah mempunyai organisasi profesi keperawatan yakni
persatuan perawat nasional indonesia (PPNI)
6.      Telah memberikan asuhan keperawatan secara mandiri dengan menggunakan
pendekatan proses keperawatan
7.      Telah melaksanakan riset keperawatan
 
MAKALAH KONSEP DASAR
KEPERAWATAN 1 DENGAN SEJARAH
PERKEMBANGAN KEPERAWATAN
DUNIA

Di Susun OLEH:
GEOVANIA PUTRI A.VERSACE PEREIRA
2016610033

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS TRIBHUWANA TUNGGADEWI
MALANG
2020

KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
karunia-Nya, sehingga saya dapat menyelesaikan makalah SEJARAH
PERKEMBANGAN KEPERAWATAN DI DUNIA dengan baik dan tepat pada
waktunya. Dalam penyusunan makalah mungkin ada sedikit hambatan. Namun berkat
bantuan dukungan dari teman-teman serta bimbingan dari Dosen pembimbing.
Sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik.
Dengan adanya makalah ini, diharapakan dapat membantu proses
pembelajaran dan dapat menambah pengetahuan bagi pembaca. Tidak lupa pula saya
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak, atas bantuan, dukungan, dan doa-
Nya.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membaca
makalah ini dan dapat mengetahui tentang SEJARAH PERKEMBANGAN
KEPERAWATAN DI DUNIA. Makalah ini mungkin kurang sempurna, untuk itu
saya mengharapkan kritik dan saran untuk penyempurnaan makalah ini.

MALANG, 27 2020

                                                                                               

DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR .........................................................................................................
DAFTAR
ISI ........................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang...........................................................................................................
B.     Rumusan Masalah......................................................................................................
C.     Tujuan........................................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN                                                                                               
A.    Pengertian..................................................................................................................
B.     Sejarah Keperawatan di Dunia..................................................................................
C.     Perkembangan Keperawatan di Inggris.....................................................................
D.    Sejarah Keperawatan di Indonesia............................................................................
BAB III PENUTUP
A.    Kesimpulan ...............................................................................................................
B.     Saran .........................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Sejarah adalah setiap peristiwa atau kejadian di masa lampau yang
menyenangkan maupun memilukan. Keperawatan merupakan suatu bentuk layanan
kesehatan professional, yang merupakan bagian integral dari layanan kesehatan yang
berdasarkan pada ilmu dan etika keperawatan.
Keperawatan lahir bersamaan dengan diciptakannya manusia oleh Tuhan,
sehingga tidak dapat di pungkiri bahwa setiap orang memerlukan asuhan keperawatan
dalam hidupnya. Pada awalnya perawat dianggap sebagai pemberian asuhan, dimana
pelaksanaanny dilakukan secara tradisional oleh kelompok, masyarakat, atau badan
sosial.
Perkembangan keperawatan yang kita ketahui saat ini tidak dapat dipisahkan
dan sangat dipengaruhi oleh perkembangan struktur dan kemajuan peradaban
manusia. Kepercayaan terhadap animisme, penyebaran agama-agama besar, dunia
serta kondisi sosial ekonomi masyarakat, terjadinya perang, renaissance serta gerakan
reformasi turut serta mewarnai perkembangan keperawatan. Dari sejarah kita dapat
mengetahui pengalaman tersebut untuk itu kita gunakan pada masa kini dan masa
yang akan dating.

B.     Rumusan Masalah
1.      Apa yang di maksud dengan sejarah dan keperawatan ?
2.      Bagaimana sejarah keperawatan di dunia ?
3.      Bagaimana perkembangan keperawatan di Inggris ?
4.      Bagaimana sejarah keperawatan di Indonesia ?

C.    Tujuan
1.      Untuk mengetahui arti dari sejarah dan keperawatan.
2.      Untuk mengetahui sejarah keperawatan di dunia.
3.      Untuk mengetahui perkembangan keperawatan di Inggris.
4.      Untuk mengetahui sejarah keperawatan di Indonesia.
BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pengertian
Sejarah adalah setiap peristiwa atau kejadian di masa lampau yang
menyenangkan maupun memilukan. Sejarah perkembangan keperawatan senantiasa
mengalami masa pasang surut dari zaman ke zaman. Perkembangan ini tidak lepas
dari proses perubahan peradaban manusia dan tingkat pemenuhan kebutuhan manusia
akan layanan kesehatan, khususnya layanan keperawatan, yang terus meningkat
sesuai taraf kehidupannya. Mengetahui masa lalu dan memahami keperawatan
terdahulu akan memberikan suatu kesempatan untuk menggunakan pengalaman dan
pelajaran yang dapat digunakan di masa kini dan masa yang akan dating.
Keperawatan sebagai suatu pekerjaan sudah ada sejak manusia ada di bumi
ini, keperawatan terus berkembang sesuai dengan kemajuan peradaban teknologi dan
kebudayaan. Konsep keperawatan dari abad kea bad terus berkembang

B.     Sejarah Keperawatan di Dunia


Sejarah perkembangan keperawatan secara umum terbagi ke dalam lima
zaman, yaitu zaman purba, zaman permulaan masehi, zaman pertengahan, zaman
baru (renaisans), dan zaman modern.
1.      Zaman Purbakala
Sejarah keperawatan di mulai sejak adanya manusia lahir di muka bumi, bisa
pula dikatakan bahwa keberadaan keperawatan sudah ada sejak zaman purba. Awal
perkembangan keperawatan adalah perawat harus memiliki naluri keibuan (Mother
Instinct). Setiap manusia pasti memiliki naluri keibuan untuk menjaga kesehatan,
mengurangi stimulus kurang menyenangkan, menyusui anak, merawat anak yang
mengalami penderitaan atau sedang sakit. Naluri keperawatan senantiasa ada dan
berada dalam setiap pribadi manusia.
Perkembangan keperawatan pada zaman purba sangat di pengaruhi oleh
kegiatan keagamaan atau keprcayaan yang dianut oleh kelompok masyarakat pada
zamannya, seperti berikut.
a)      Mesir
Bangsa Mesir, pada zaman purba mempercayai bahwa dewa Isis yang
memberikan penyakit dan memberikan pertolongan (kesembuhan) pada manusia.
Kuil merupakan rumah sakit pertama di Mesir. Ketabiban bangsa mesir telah
mengenal ilmu bedah sejak zaman purba (± 4800 SM). Dalam menjalankan tugasnya,
ia menggunakan bidai (spalk), alat-alat pembalut, dan mempunyai pengetahuan
tentang anatomi, hygienr umum, serta tentang obat-obatan.
b)      Babilonia dan Syria
Pada 680 SM, orang telah mengetahui cara menahan darah yang keluar dari
hidung dan merawat jerawat pada muka. Bangsa Babylon dan Syria menyembah
dewa, mereka menganggap perawatan atau pengobatan berdasarkan kepercayaan
tersebut.
c)      Tiongkok
Bangsa Tiongkok telah mengenal penyakit kelamin di antaranya Gonorrhea
dan Syphilis. Pencacaran juga telah dilakukan sejak 1000 SM, ilmu urut dan
psikoterapi. Orang-orang yang terkenal dalam ketabiban:
⮚  Seng Lung di kenal sebagai “Bapak Pengobatan, yang ahli penyakit dalam dan  telah
menggunakan obat-obatan dari tumbuhan dan mineral (garam-garaman).
Semboyannya yang terkenal adalah Lihat, Dengar, Tanya, dan Rasa.
⮚  Chang Chung Ching ± 200 SM, telah mengerjakan lavement dengan menggunakan
bambu.
a)      Yunani
Bangsa Yunani zaman purba memuja dan memuliakan banyak dewa
(polytheisme). Dewa yang terkenal adalah dewa pengobatan putrid dan dewa yang
bernama Hygiene sebagai dewi kesehatan, maka terbentuk perkataan higyene. Untuk
pemujaan kepada para dewa didirikan kuil (1134 SM) yang berfungsi sebagai tempat
pengobatan orang sakit dan perawatan, yang dikerjakan oleh para budak-budak.
Orang ternama dalam ketabiban antara lain:
⮚  Hippocrates (hidup ± 400 SM) adalah bapak pengobatan.
⮚  Plato ahli filsafat Yunani, otak sebagai pusat kesadaran.
⮚  Aristoteles ahli filsafat, ahli jiwa dan ilmu hayat.
b)      Roma
Rumah sakit Roma zaman purba disebut valentrumdinari Roma, yang terdapat
di Swiss ditemukan alat-alat perawatan, seperti peralatan untuk huknah pot-pot
tempat selep. Juga instrument untuk perluan pembedahan, seperti pisau, pinset, klem
arteri, dan speculum. Tokoh terkenal Julius Caesar (101-44 SM) seorang wali Negara
yang pertama kali mengakui guru-guru hygiene dan menganjurkan tentang kesehatan
dan kebersihan.
Setelah itu perkembangan keperawatan terus berubah dengan adanya
Diaknoses dan Philantrop, yaitu suatu kelompok wanita tua dan janda yang
membantu pendeta merawat orang sakit, sejak itu mulai berkembang ilmu
keperawatan.

2.      Zaman Masehi
Keperawatan di mulai pada saat perkembangan agama nasrani, dimana pada
saat itu banyak terbentuk Diakones yaitu suatu organisasi wanita yang bertujuan
untuk mengunjungi orang sakit, sedangkan laki-laki diberi tugas dalam memberikan
perawatan untuk mengubur bagi yang meninggal. Pada zaman pemerintahan Lord-
Constantine, ia mendirikan Xenodhoecim atau hospes yaitu tempat penampungan
orang-orang sakit yang membutuhkan pertolongan. Pada zaman ini berdirilah Rumah
Sakit di Roma yaitu Monastic Hospital
1.      Pertengahan Abad VI Masehi
Keperawatan berkembang di Asia Barat Daya yaitu Timur Tengah, seiring
dengan perkembangan agama Islam. Pengaruh agama Islam terhadap perkembangan
keperawatan tidak lepas dari keberhasilan Nabi Muhammad SAW menyebarkan
agama Islam. Abad VII Masehi, di Jazirah Arab berkembang pesat ilmu pengetahuan
sperti Ilmu Pasti, Kimia, Hygiene, dan obat-obatan. Pada masa ini muncul prinsip-
prinsip dasar keperawatan kesehatan. Seperti, pentingnya kebersihan diri, kebersihan
makanan, dan lingkungan. Tokoh keperawatan yang dikenal dari Arab adalah
Rufaidah.

2.      Permulaan Abad XVI


Struktur dan orientasi masyarakat berubah dari agama menjadi kekuasaan,
yaitu perang, eksplorasi kekayaan dan semangat colonial. Gereja dan tempat-tempat
ibadah ditutup, padahal tempat ini digunakan oleh orde-orde agama untuk merawat
orang sakit. Dengan adanya perbuahan ini, sebagai dampak negatifnya bagi
keperawatan adalah berkurangnya tenaga perawat. Untuk memenuhi kurangnya
perawat, bekas wanita susila yang sudah bertobat bekerja sebagai perawat. Dampak
positif, dengan adanya perang salib, untuk menolong korban perang di butuhkan
banyak tenaga sukarela sebagai perawat, mereka terdiri dari orde-orde agama, wanita-
wanita yang mengikuti suami berperang dan tentara (pria) yang bertugas rangkap
sebagai perawat.
Pengaruh perang salib terhadap keperawatan:
⮚  Mulai dikenal konsep P3K
⮚  Perawat mulai dibutuhkan dalam ketentuan sehingga timbul peluang kerja bagi
perawat di bidang social
Ada 3 Rumah Sakit yang berperan besar pada masa itu terhadap
perkembangan keperawatan.
❖  Hotel Dieu di Lion
Awalnya pekerjaan perawat dilakukan oleh bekas WTS yang telah bertobat.
Selanjutnya, pekerjaan perawat digantikan oleh perawat terdidik melalui pendidikan
keperawatan di RS ini.

❖  Hotel Dieu di Paris


Pekerjaan perawat dilakukan ole horde agama. Sesudah Revolusi Perancis,
orde agama dihapuskan dan pekerjaan perawat dilakukan oleh orang-orang bebas.
Pelopor perawat di RS ini adalah Genevieve Bouquet.

❖  ST. Thomas Hospital (1123 M)


Pelopor perawat di RS ini adalah Florence Nightingale (1820). Pada masa ini perawat
di percaya banyak orang. Pada saat perang Crimean War, Flonrence ditunjuk oleh
Negara inggris untuk menata asuhan keperawatan di RS Militer di Turki. Hal tersebut
memberikan peluang bagi Florence untuk meraih prestasi dan sekaligus
meningkatkan status perawat. Kemudian Florence di juluki dengan nama “The Lady
of the Lamp”.

C.    Perkembangan Keperawatan di Inggris


Florence kembali ke Inggris setelah perang Crmean. Pada tahun 1840 Inggris
mengalami perubahan besar dimana sekolah-sekolah perawat mulai bermunculan.
Florence menentapkan struktur dasar di pendidikan perawat di antaranya mendirikan
sekolah perawat menetapkan tujuan pendidikan perawat, serta menetapkan
pengetahuan yang harus dimiliki calon perawat. Florens dalam merintis profesi
keperawatan diawalai dengan membantu para korban akibat perang krim (1854-1856)
antara Roma dan Turki, yang dirawat di sebuah  rumah sakit (scutori) yang akhirnya
kemudian mendirikan sebuah rumah sakit dengan nama rumah sakit Thomas di
London dan juga mendirikan sekolah perawatan yang di beri nama Nightingale
Nursing School. Konsep pendidikan Florence ini mempengaruhi pendidikan
keperawatan di dunia.
Konstribusi Florence bagi perkembangan keperawatan antara lain:
-Nutrisi merupakan bagian terpenting dari asuhan keperawatan.
- Okupasi dan rekreasi merupakan terapi bagi orang sakit.

-  Manajemen RS.

-  Mengembangkan pendidikan keperawatan.

-  Perawatan berdiri sendiri berbeda dengan profesi kedokteran.

pengembangan keperawatan yaitu:


      Membuat buku catatan perawat yang memuat dasar-dasar keperawatan bagi

pendidikan.
      Menulis berbagai tentang ilmu keperawatan.

      Mengadakan latihan P3K dan palang merah untuk para prajurit.

      Memperbaiki praktik keperawatan di beberapa rumah sakit di Inggris.

      Menyelenggarakan kegiatan yang berhubungan dengan kesehatan masyarakat dan

perawat kesehatan masyarakat.


      Mendirikan himpunan Perawat Nasional Inggris (British Nurses Association) pada
tahun 1987, yang merupakan perkumpulan perawat pertama didunia.
      Mendirikan himpunan perawat-perawat kepala di seluruh Inggris yang disebut

Matron Council Of Nursing pada tahun 1894.


Perkumpulan ini menjadi semakin kuat sehingga pemerintah Inggris
menetapkan sebagai Profesional Freedom yang kemudian di undang-undangkan pada
tahun 1919.

D.    Sejarah Keperawatan di Indonesia


1.      Sebelum Kemerdekaan
1)      Zaman Penjajahan Belanda
Pada masa ini perawat berasal dari penduduk pribumi yang disebut
VELPLEGEK dengan sebutan zieken oppaser sebagai penjaga rumah sakit. Usaha
pemerintahan Belanda dibidang kesehatan adalah:
a.       Mendirikan rumah sakit I Binnen Hospital di Jakarta pada tahun 1799.
b.      Mendirikan rumah sakit II Butten Hospital.
c.       Membentuk dinas kesehatan tentara (military gezond herds dients)
d.      Membantu Dinas Kesehatan Rakyat (Burgerlijke gezandherds dienst)

2)      Zaman Penjajahan Inggris(1812-1816)


Gubernur jendral Refles sangat memperhatikan rakat semboyan: Kesehatan
adalah milik manusia. Usaha-usahanya dibidang kesehatan:
a.       Pencacaran secara umum.
b.      Membenahi cara perawat pasien dengan gangguan jiwa.
c.       Memperhatikan kesehatan pada para tawanan.
3)      Zaman Penjajahan Jepanga (1942-1945)
Menyebabkan perkembangan keperawatan mengalami kemunduran yang juga
merupakan zaman kegelapan dunia keperawatan di Indonesia. Kemunduran-
kemunduran ini terlihat pada.
a.       Pekerjaan perawat dikerjakan oleh orang-orang yang tidak terdidik.
b.      Pimpinan RS diambil alih oleh orang-orang Jepang.
c.       Obat-obatan sangat kurang.
d.      Wabah penyakit terjadi dimana-mana.

2.      Masa Kemerdekaan
Usaha-usaha dibidang kesehatan tahun 1949 mulai dibangun rumah sakit dan
balai kesehatan. Tahun 1952 mulai didirikan sekolah perawat yaitu sekolah guru
perawat dan sekolah perawat setingkat SLTP tahun 1962 mulai didirikan pendidikan
keperawatan professional.
3.      Setelah Kemerdekaan
a.       Priode 1945-1962
Tahun 1945-1950 merupakan masa transisi pemerintahan Negara Kesatuan
Republik Indonesia. Pengembangan tenaga keperawatan yang masih menggunakan
sistem pendidikan yang telah ada, yaitu perawat lulusan pendidikan Belanda (MULO
+ 3 tahun pendidikan, untuk ijazah A (perawat umum) dan ijazah B untuk perawat
jiwa. Terdapat pula pendidikan perawat dengan dasar (SR + 4 tahun pendidikan) yang
lulusannya disebut mantra juru rawat.
Tahun 1953 di buka sekolah pengatur rawat dengan tujuan menghasilkan
tenaga perawat yang lebih berkualitas. Pada tahun 1955, dibuka Sekolah Djuru
Kesehatan (SDK) dengan pendidikan SR ditambah pendidikan 1 tahun dan sekolah
pengamat kesehatan sebagai pengembangan SDK, ditambah pendidikan lagi selama
setahun.
Pada tahun 1962telah dibuka Akademi Keperawatan dengan pendidikan dasar
umum SMA yang bertembat di Jakarta, di RS. Cipto Mangunkusumo. Sekarang
dikenal dengan nama Akper Depkes di Jl. Kimia No. 17 Jakarta Pusat.
b.      Periode 1963-1983
Pada tahun 1972 tepatnya pada tanggal 17 Maret lahirlah organisasi profesi
dengan nama Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) di Jakarta. Mulai tahun
1983 organisasi profesi ini terlibat penuh dalam pembenahan keperawatan melalui
kerjasama dengan CHS, Depkes dan organisasi lainnya.
Pada tahun 1983 melalui Lokakarya Nasional Keperawatan yang
diselenggarakan oleh Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Departemen
Kehehatan RI, dan DPP PPNI, telah ditetapkan define mengenai tugas dan fungsi
perawat di Indonesia.
Dari hasil Lokakarya Nasional tersebut, dikembangkan pendidikan perawat
setingkat akademi (DIII), sarjana (S1), pasca sarjana (S2), serta DIV di Indonesia.
Sejak tahun 1992 melalaui UU No. 23 tentang kesehata, terutama pada pasal 32 yang
berbunyi :
berdasarkan atau ilmu keperawatan atau cara lain yang dapat dipertanggung
jawababkan. 
:           Pelaksanaan pengobatan dan atau perawatan berdasarkan ilmu kedokteran atau ilmu
keperawatan hanya dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian
dan kewenangan untuk itu maka keberadaan, profesionalisasi dan ilmu keperawatan
telah diakui oleh pemerintah. Dengan pengakuan ini, profesionalisasi dan pendidikan
keperawatan dapat berkembang sampai ke jenjang S3.
c.       Periode 1984 sampai sekarang
Tahun 1985, resmi dibuka pendidikan S1 keperawatan dengan nama Program
Studi Ilmu Keperawatan (PSIK) di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia di
Jakarta. Sejak saat itu PSIK-UI telah menghasilkan tenaga keperawatan tingkat
sarjana sehingga pada tahun 1992 di keluarkannya UU No. 23 tentang kesehatan yang
mengakui tenaga keperawatan sebagai profesi.

BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Sejarah adalah setiap peristiwa atau kejadian di masa lampau yang
menyenangkan maupun memilukan. Keperawatan merupakan suatu bentuk layanan
kesehatan professional, yang merupakan bagian integral dari layanan kesehatan yang
berdasarkan pada ilmu dan etika keperawatan. Keperawatan sudh ada sejak manusia
itu ada dan hingga saat ini Profesi keperawatan berkembang dengan pesat. Sejarah
perkembangan keperawatan di Indonesia tidak hanya berlangsung di tatanan praktik,
hal ini layanan keperawatan, tetapi juga di dunia pendidikan keperawatan. Pendidikan
keperawatan memberi pengaruh yang besar terhadap kualitas layanan keperawatan.
Karenanya perawat harus terus meningkatkan kompetensi dirinya, salah satunya
melalui pendidikan keperawatan yang berkelanjutan.

B.     Saran
Dari kesimpulan yang ada maka kita sebagai perawat atau calon perawat harus
terus meningkatkan kompetensi dirinya, salah satunya melalui pendidikan
keperawatan yang berkelanjutan, sehingga kita tidak mengalami ketertinggalan dari
keperawatan internasional.

DAFTAR PUSTAKA
Iskandar. (2013). Keperawatan Profesional. In Media: Jakarta
Budiono & Pertami, Sumira Budi. (2015). Konsep Dasar Keperawatan. Bumi
Medika: Jakarta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar

MAKALAH KONSEP DASAR KEPERAWATAN

SISTEM PELAYANAN KESEHATAN


Di Susun Oleh :

GEOVANIA PUTRI A.V.PEREIRA

2016610033

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS TRIBHUWANA TUNGGADEWI

MALANG

2020

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah yang maha Esa limpahan
rahmat dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah tentang “Sistem
pelayanan kesehatan”. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah
Konsep dasar keperawatan. Tujuan yang lebih khusus dari penulisan makalah
ini ialah untuk menambah pengetahuan tentang bagaimana cara ,Sistem pelayanan
kesehatan .yang baik dalam kehidupan sehari-hari, yang kami sajikan berdasarkan
berbagai sumber informasi, referensi, dan berita.

Kami menyampaikan rasa terima kasih kepada Dosen yang telah memberikan tugas
untuk menulis makalah ini, serta kepada teman-teman mahasiswa yang juga sudah
memberi kontribusi baik langsung maupun tidak langsung dalam pembuatan makalah
ini.

Dalam penyusunan makalah ini, tidak sedikit hambatan yang penulis hadapi. Namun
kami menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan makalah ini tidak lain berkat
bantuan, dorongan, dan bimbingan orang tua, sehingga kendala-kendala yang penulis
hadapi teratasi.

Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas dan menjadi
sumbangan pemikiran kepada pembaca khususnya para mahasiswa Akademi
Keperawatan Universitas Tribhuwana Tunggadewi. Kami menyadari bahwa makalah
ini masih banyak kekurangan dan jauh dari sempurna. Untuk itu, saran dan kritik
yang bersifat membangun sangat kami harapkan.
DAFTAR ISI

Kata
Pengantar.................................................................................................................... i

Daftar
Isi............................................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 .Latar
Belakang........................................................................................................... 1

1.2 Rumusan
Masalah...................................................................................................... 2

1.3
Tujuan ........................................................................................................................3

BAB II PEMBAHASAN

1. Pengertian system
Kesehatan………………………………………………………….4
2. Pengertian Pelayanan
Kesehatan……………………………………………………….5
3. Sistem Pelayanan
Kesehatan…………………………………………………………...6
4. Tingkat Pelayanan
Kesehatan……………………………………………………….....7
5. Lembaga Pelayanan Kesehatan……………………………………………..
………....8
6. Lingkup Sistem Pelayanan Kesehatan……………………………………...
………....9
7. Pelayanan Keperawatan Dalam Pelayanan
Kesehatan……………………................10
8. Faktor Yang Mempengaruhi Pelayanan
Kesehata…………………………..............11
masalah kesehatan...............................................................................
………………..12

BAB III PENUTUP

3.1. Kesimpulan......................................................................................... ………..


…….13

3.2 Saran....................................................................................................
……………..14

DAFTAR
PUSTAKA……………………………………………………………………15

BAB 1
LANDASAN TEORI
1.1.       Latar belakang
Menurut Adisasmito(2007) sistem kesehatan di Indonesia tidak terlepas dari
pembangunan kesehatan. Intinya sistem kesehatan merupakan seluruh aktifitas yang
mempunyai tujuan utama untuk mempromosikan, mengembalikan dan memelihara
kesehatan. Sistem kesehatan memberi manfaat kepada mayarakat dengan distribusi
yang adil. Sistem kesehatan tidak hanya menilai dan berfokus pada “tingkat manfaat”
yang diberikan, tetapi juga bagaimana manfaat itu didistribusikan.
Menurut Nototmodjo(2001) pelayanan di bidang kesehatan merupakan salah
satu bentuk pelayanan yang paling banyak dibutuhkan oleh masyarakat. Salah satu
sarana pelayanan kesehatan yang mempunyai peran sangat penting lainnya dalam
memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat adalah rumah sakit. Rumah
sakit sebagai suatu lembaga sosial yang memberikan pelayanan kesehatan kepada
masyarakat, memiliki sifat sebagai suatu lembaga yang tidak ditujukan untuk mencari
keuntungan atau non profit organization. Walaupun demikian kita dapat menutup
mata bahwa dibutuhkan sistem informasi di dalam rumah sakit.
Menurut Wiku(2007) rumah sakit merupakan lembaga dalam mata rantai
Sistem Kesehatan Nasional dan mengemban tugas untuk memberikan pelayanan
kesehatan kepada seluruh masyarakat, karena pembangunan dan penyelenggaraan
kesehatan di rumah sakit perlu diarahkan pada tujuan nasional dibidang
kesehatan.Tidak mengherankan apabila bidang kesehatan perlu untuk selalu dibenahi
agar bisa memberikan pelayanan kesehatan yang terbaik untuk masyarakat. Untuk
mempertahankan pelanggan, pihak rumah sakit dituntut selalu menjaga kepercayaan
konsumen secara cermat dengan memperhatikan kebutuhan konsumen sebagai upaya
untuk memenuhi keinginan dan harapan atas pelayanan yang diberikan.
Menurut Nototmodjo(2001) tercantumnya pelayanan kesehatan sebagai hak
masyarakat dalam konstituisi, menempatkan status sehat dan pelayanan kesehatan
merupakan hak masyarakat. Fenomena demikian merupakan keberhasilan pemerintah
selama ini dalam kebijakan politik di bidang kesehatan (heath politics), yang
menuntut pemerintah maupun masyarakat untuk melakukan upaya kesehatan secara
tersusun, menyeluruh dan merata.
Oleh sebab itu, dalam makalah ini kami akan membahas mengenai “Sistem
Pelayanan Kesehatan” .
1.2.       Rumusan masalah
1. Apa yang dimaksud dengan sistem pelayanan kesehatan?
2. Bagaimana sistem pelayanan kesehatan?
3.       Apa saja tingkat pelayanan kesehatan?
4.      Bagaimana lembaga pelayanan kesehatan?
5. Apa saja lingkup sistem pelayanan kesehatan?
6. Bagaimana pelayanan keperawatan dalam pelayanan kesehatan
7. Faktor apa saja yang mempengaruhi pelayanan kesehatan?

1.3.       Tujuan
2. Tujuan umum

Mengetahui system pelayanan kesehatan di Indonesia. Mulai dari pelayanan,


tingkat, lembaga, ruang lingkup, hingga faktor yang mempengaruhi pelayanan
kesehatan.

3. Tujuan khusus
4. Untuk memenuhi tugas Konsep Dasar Keperawatan II tentang Sistem
Pelayanan Kesehatan.
5. Untuk menambah wawasan pengetahuan bagi mahasiswa (i) Sekolah Tinggi
Ilmu Kesehatan Darul Azhar Batulicin.
1.4.       Manfaat
1. Bagi Penulis

Menambah wawasan pengetahuan Konsep Dasar Keperawatan II tentang Sistem


pelayanan kesehatan.

2. Bagi Pembaca

Memberikan wawasan tentang Sistem pelayanan kesehatan. Serta dapat


meningkatkan wawasan pengetahuan.
BAB 2
TINJAUAN TEORI
2.1.       Pengertian Sistem Kesehatan
Menurut WHO(1996) sistem kesehatan adalah suatu jaringan penyedia
pelayanan kesehatan (supply side) dan orang-orang yang menggunakan pelayanan
tersebut (demand side) di setiap wilayah, serta negara dan organisasi yang melahirkan
sumber daya tersebut, dalam bentuk manusia maupun dalam bentuk material. Dalam
definisi yang lebih  luas lagi, sistem kesehatan mencakup sektor-sektor lain seperti
pertanian dan lainnya.
2.2.       Pengertian Pelayanan Kesehatan
Menurut Prof. Dr. Soekidjo Notoatmojo(2001) pelayanan kesehatan adalah sub
sistem pelayanan kesehatan yang tujuan utamanya adalah pelayanan preventif
(pencegahan) dan promotif (peningkatan kesehatan) dengan sasaran masyarakat.
Menurut Depkes RI (2009) pelayanan kesehatan adalah setiap upaya yang
diselenggarakan sendiri atau secara bersama-sama dalam suatu organisasi untuk
memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah dan menyembuhkan penyakit
serta memulihkan kesehatan perorangan, keluarga, kelompok dan ataupun
masyarakat. 
Jadi pelayanan kesehatan adalah sub sistem pelayanan kesehatan yang tujuan
utamanya adalah promotif (memelihara dan meningkatkan kesehatan), preventif
(pencegahan),kuratif (penyembuhan), dan rehabilitasi (pemulihan) kesehatan
perorangan, keluarga, kelompok atau masyarakat, lingkungan. Yang dimaksud sub
sistem disini adalah sub sistem dalam pelayanan kesehatan yaitu input , proses,
output, dampak, umpan balik.
2.3.       Sistem Pelayanan Kesehatan
Menurut Hidayat(2008) sistem pelayanan kesehatan merupakan bagian penting
dalam meningkatkan derajat kesehatan. Melalui sistem ini tujuan pembangunan
kesehatan dapat tercapai dengan efektif, efisien dan tepat sasaran.
Menurut Hidayat(2008) keberhasilan sistem pelayanan kesehatan tergantung
dari berbagai komponen yang masuk dalam pelayanan kesehatan. Sistem terbentuk
dari subsistem yang saling berhubungan dan saling mempengaruhi. Sistem terdiri
dari: input, proses, output, dampak, umpan balik dan lingkungan.

1  Input
Merupakan sistem yang akan memberikan segala masukan untuk
berfungsinya sebuah sistem. Input pelayanan kesehatan meliputi: potensi
masyarakat, tenaga dan sarana kesehatan, dan sebagainya.
2 .Proses
Merupakan kegiatan merubah sebuah masukan menjadi sebuah hasil yang
diharapkan dari sistem tersebut. Proses dalam pelayanan kesehatan meliputi
berbagai kegiatan dalam pelayanan kesehatan.
3.Output
Merupakan hasil yang diperoleh dari sebuah proses. Output pelayanan
kesehatan dapat berupa pelayanan yang berkualitas dan terjangkau sehingga
masyarakat sembuh dan sehat.
4.Dampak
Merupakan akibat dari output atau hasil suatu sistem, terjadi dalam waktu yang
relatif lama. Dampak sistem pelayanan kesehatan adalah masyarakat sehat, angka
kesakitan dan kematian menurun.
5.Umpan balik
Merupakan suatu hasil yang sekaligus menjadi masukan. Terjadi dari sebuah
sistem yang saling berhubungan dan saling mempengaruhi. Umpan balik dalam
pelayanan kesehatan dapat berupa kualitas tenaga kesehatan.
6.Lingkungan
Adalah semua keadaan diluar sistem tetapi dapat mempengaruhi pelayanan
kesehatan.
2.4.       Tingkat Pelayanan Kesehatan
Menurut Leavel & Clark(2005) tingkat pelayanan kesehatan merupakan
bagian dari sistem pelayanan kesehatan yang diberikan pada masyarakat. Dalam
memberikan pelayanan kesehatan harus memandang pada tingkat pelayanan
kesehatan yang akan diberikan, yaitu:
2. Health Promotion (Promosi Kesehatan)
Merupakan tingkat pertama dalam memberikan pelayanan melalui peningkatan
kesehatan. Bertujuan untuk meningkatkan status kesehatan masyarakat. Contoh:
kebersihan perorangan, perbaikan sanitasi lingkungan, dan sebagainya.
3. Specific Protection (Perlindungan Khusus)
Adalah masyarakat terlindung dari bahaya atau penyakit-penyakit tertentu. Contoh:
Imunisasi, perlindungan keselamatan kerja.
4. Early Diagnosis And Prompt Treatment (Diagnosis Dini & Pengobatan
Segera)
Sudah mulai timbulnya gejala penyakit. Dilakukan untuk mencegah penyebaran
penyakit. Contoh: survey penyaringan kasus.
2.5.       Lembaga Pelayanan Kesehatan
Menurut Hidayat(2008) lembaga pelayanan kesehatan merupakan tempat pemberian
pelayanan kesehatan pada masyarakat untuk meningkatkan status kesehatan.
Bervariasi berdasarkan tujuan pemberian pelayanan kesehatan.
1. Rawat Jalan
Pusat pelayanan rawat jalan, sama dengan klinik, memberi pelayanan kesehatan
dengan cara rawat jalan. Pusat tersebut mungkin bergabung dengan rumah sakit atau
berfungsi secara mandiri dibawah suatu yayasan atau dibawah pengawasan seorang
dokter atau sekelompok dokter. Pusat pelayanan rawat jalan mungkin dapat berlokasi
dalam suatu fasilitas rawat inap; tetapi sebagian besar berdiri sendiri dan berlokasi
jauh dari institusi rawat inap yang besar. “Pusat-Bedah” merupakan salah satu contoh
dari pusat pelayanan rawat jalan dimana klien datang untuk melakukan prosedur
oprasi minor seperti pengangkatan katarak, bedah plastik, dan prosedur endoskopi.
“Pusat perawatan darurat” yang memberikan pelayanan 24 jam bagi klien dengan
cedera minor atau penyakit seperti laserasi dan influenza. Pusat perawatan darurat
menawarkan alternatif pelayanan seperti yang diberikan pada ruang kedaruratan
rumah sakit.
2. Institusi
Lembaga institusional terdiri dari rumah sakit, fasilitas perawatan yang diperluas,
fasilitas psikiatri, dan pusat rehabilitasi. Semuanya menawarkan bentuk pelayanan
kesehatan rawat inap (klien diterima masuk dan tingga;l di suatu institusi untuk
penentuan diagnosa, menerima pelayanan pengobatan dan rehabilitasi). Sebagian
besar institusi juga menawarkan pelayanan rawat jalan (klien berkunjung ke suatu
institusi untuk menerima suatu episode diagnosa atau pengobatan yang akan selesai
dalam beberapa jam).
3. Hospice
Adalah suatu sistem perawatan yang berpusat pada keluarga yang bertujuan agar
klien dapat tinggal dirumahnya dengan aman, mandiri, dan penuh harga diri,
sambil meringankan penderitaan yang disebabkan oleh penyakit terminal yang
dideritanya. Fokus perawatan hospice adalah perawatan paliatif, bukan
pengobatan kuratif. Hospice dapat bermanfaat untuk klien yang berada pada tahap
terminal dengan penyakit apapun, seperti kardiomiopati, sklerosis multiple,
AIDS, kanker, emfisema, atau penyakit ginjal.
4. Community Based Agency
Merupakan bagian dari lembaga pelayanan kesehatan yang dilakukan pada klien pada
keluarganya, sebagaimana pelaksanaan perawatan keluarga seperti praktek perawat
keluarga dan lain-lain.
2.6.   Lingkup Sistem Pelayanan Kesehatan
Menurut Perry(2009) dalam sistem pelayanan kesehatan dapat mencakup
pelayanan dokter, pelayanan keperawtan, dan pelayanan kesehatan masyarakat.
Dokter merupakan subsistem dari pelayanan kesehatan. Subsistem pelayanan
kesehatan tersebut memiliki tujuan masing-masing dengan tidak meninggalkan tujuan
umum dari pelayanan kesehatan. Pelayanan kesehatan yang ada sekarang ini dapat
diselenggarakan oleh pihak pemerintah maupun swasta. Dalam pelayanan kesehatan
terdapat 3 bentuk, yaitu:
3. Primary Health Care (Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama)
Pelayanan kesehatan ini dibutuhkan atau dilaksanakan pada masyarakat yang
memiliki masalah kesehatan yang ringan atau masyarakat sehat tetapi ingin
mendapatkan peningkatan kesehatan agar menjadi optimal dan sejahtera sehingga
sifat pelayanan kesehatan adalah pelayanan kesehatan dasar. Pelayanan kesehatan ini
dapat dilaksanakan oleh puskesmas atau balai kesehatan masyarakat dan lain-lain.
4. Secondary Helath Care (Pelayanan Kesehatan Tingkat Kedua)
Untuk pelayanan kesehatan ini diperlukan bagi masyarakat atau klien yang
membutuhkan perawatan dirumah sakit atau rawat inap dan tidak dilaksanakan di
pelayanan kesehatan utama. Pelayanan kesehatan ini dilaksanakan di rumah sakit
yang tersedia tenaga spesialis atau sejenisnya.
5. Tertiary Health Services (Pelayanan Kesehatan Tingkat Ketiga)
Palayanan kesehatan ini merupakan tingkat pelayanan yang tertinggi dimana tingkat
pelayanan ini apabila tidak lagi dibutuhkan pelayanan pada tingkat pertama dan
kedua.  Biasanya pelayanan ini membutuhkan tenaga-tenaga yang ahli atau spesialis
dan sebagai rujukan utama seperti rumah sakit yang tipe A atau B.

2.7.    Pelayanan Keperawatan Dalam Pelayanan Kesehatan


Menurut Hidayat(2008) pelayanan keperawatan dalam pelayanan kesehatan
merupakan bagian dari pelayanan kesehatan yang meliputi pelayanan dasar & rujukan
sehingga meningkatkan derajat kesehatan. Pada tingkat pelayanan dasar dilakukan di
lingkup puskesmas dengan pendekatan askep keluarga dan komunitas yang
berorientasi pada tugas keluarga dalam kesehatan, diantaranya mengenal masalah
kesehatan secara dini, mengambil keputusan, menanggulangi keadaan darurat,
memberikan pelayanan dasar pada anggota keluarga yang sakit
serta memodifikasi lingkungan.
Pada lingkup pelayanan rujukan, tugas perawat adalah memberikan askep pada ruang
atau lingkup rujukannya, seperti: asuhan keperawatan anak, askep jiwa, askep
medikal bedah, askep maternitas, askep gawat darurat, dan sebagainya.
2.8.       Faktor Yang Mempengaruhi Pelayanan Kesehatan
Menurut Hidayat(2008) dalam memberikan pelayanan kesehatan tidak
segalanya tercapai sasaran, akan tetapi membutuhkan suatu proses untuk mengetahui
masalah yang ditimbulkannya. Pelaksanaan pelayanan kesehatan juga akan lebih
berkembang atau sebaliknya akan terhambat karena dipengaruhi oleh beberapa faktor,
yaitu:
1 Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Baru
Pelaksanaan sistem pelayanan kesehatan dapat dipengaruhi oleh ilmu pngetahuan
dan teknologi baru, mengingat perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, maka
akan diikuti oleh perkembangan pelayanan kesehatan atau juga sebagai dampaknya
pelayanan kesehatan jelas lebih mengikuti perkembangan dan teknologi seperti dalam
pelayanan kesehatan untuk mengatasi masalah penyakit-penyakkit yang sulit dapat
digunakan penggunaan alat seperti laser, terapi perubahan gen dan lain-lain.
Berdasarkan itu, maka pelayanan kesehatan membutuhkan biaya yang cukup mahal
dan pelayanan akan lebih profesional dan butuh tenaga-tenaga yang ahli dalam bidng
tertentu
2.Pergeseran Nilai Masyarakat
Berlangsungnya sistem pelayanan kesehatan juga dapat dipengaruhi oleh nilai
yang ada dimasyarakat sebagai penggunaan jasa pelayanan, dimana dengan
beragamnya masyarakat, maka dapat menimbulkan pemanfaatan jasa pelayanan
kesehatan yang berbeda. Masyarakat yang sudah maju dengan pengetahuan yang
tinggi, maka akan memiliki kesadaran yang lebih dalam penggunaan atau
pemanfaatan pelayanan kesehatan, demikian juga sebaliknya pada masyarakat yang
memiliki pengetahuan yang kurang akan memiliki kesadaran yang rendah terhadap
pelayanan kesehatan, sehingga kondisi demikian akan sangat mempengaruhi sistem
pelayanan kesehatan.
3 Aspek Legal dan Etik
Dengan tingginya kesadaran masyarakat terhadap penggunaan atau pemanfaatan
jasa pelayanan kesehatan, maka akan semakin tinggi pula tuntutan hukum da etik
dalam pelayanan kesehatan, sehingga pelaku pemberi pelayanan kesehatan harus
dituntut untuk memberikan pelayanan kesehatan secara profesional dengan
memperhatikan nilai-nilai hukum dan etika yang ada dimasyarakat.
4.Ekonomi
Pelaksanaan pelayanan kesehatan akan dipengaruhi oleh tingkat ekonomi di
masyarakat. Semakin tinggi ekonomi seseorang, pelayanan kesehatan akan lebih
diperhatikan dan mudah dijangkau, demikian juga sebaliknya apabila tingkat
ekonomi seseorang rendah, maka akan sulit menjangkau pelayanan kesehatan
mengingat biaya dalam jasa pelayanan kesehatan membutuhkan biaya yang cukup
mahal. Keadaan ekonomi ini yang akan dapat mempengaruhi dalam sistem
pelayanan kesehatan.
5.Politik
Kebijakan pemerintah melalui sistem politik yang ada akan sangat berpengaruh
sekali dalam sistem pemberian pelayanan kesehatan. Kebijakan-kebijakan yang ada
dapat memberikan pola dalam sistem pelayanan.
BAB 3
PENUTUP
3.1.       Kesimpulan
Sistem pelayanan kesehatan merupakan bagian penting dalam meningkatkan
derajat kesehatan. Dalam sistem ini terdapat tingkat, lembaga, lingkup dan faktor
yang mempengaruhi dalam terlaksananya sistem pelayanan kesehatan tersebut.
3.2.       Saran
Dalam sistem pelayanan kesehatan perlu terus di tingkatkannya mutu serta
kualitas dari pelayanan kesehatan agar sistem pelayanan ini dapat berjalan dengan
efektif, itu semua dapat dilakukan dengan melihat nilai-nilai yang ada di masyarakat,
dan diharapkan perawat dapat memberikan pelayanan dengan kualitas yang bagus
dan baik.
DAFTAR PUSTAKA
Depkes RI., (2009) Sistem Kesehatan Nasional. Jakarta
Hidayat, A.A. A., (2008) Pengantar Konsep Dasar Keperawatan, Edisi 2, Jakarta:
Salemba Medika.
Notoatmodjo Soekidjo., (2001) Peran Pelayanan Kesehatan Swasta dalam
Menghadapi Masa Krisis. Jakarta:Suara Pembaruan Daily.
Perry, Potter., (2009) Fundamental Keperawatan,Buku 1, Edisi 7. Jakarta: Salemba
Medika.
Potter,Patricia.Perry,Anne Griffin., (2005) Buku Ajar Fundamental Keperawatan,
Edisi 4, Volume 1. EGC: Jakarta
Satrianegara, M. Fais., (2009) Buku Ajar Organisasi Dan Manajemen Pelayanan
Kesehatan Serta Kebidanan. Jakarta: Salemba Medika.
MAKALAH
FALSAFAH KEPERAWATAN

Di Susun Oleh:
GEOVANIA PUTRI
A.VERSACE PEREIRA
2016610033

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS TRIBHUWANA TUNGGADEWI MALANG
MALANG
2020
BAB  I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Keperawatan sebagai bagian integral pelayanan kesehatan merupakan  suatu
bentuk  pelayanan professional yang didasarkan pada ilmu keperawatan. Pada
perkembangannya  ilmu keperawatan selalu mengikuti perkembangan ilmu lain,
mengingat ilmu keperawatan  merupakan ilmu terapan yang selalu berubah mengikuti
perkembangan zaman.
Demikian juga dengan pelayanan keperawatan di Indonesia, kedepan
diharapkan harus mampu memberikan pelayanan kepada masyarakat secara
profesional sesuai dengan tuntutan kebutuhan masyarakat serta teknologi bidang 
kesehatan yang senantiasa berkembang. Pelaksanaan asuhan keperawatan di sebagian
besar  rumah sakit Indonesia umumnya telah menerapkan pendekatan ilmiah melalui
proses keperawatan.
Dalam dunia keperawatan, masyarakat secara umum masih memandang
profesi keperawatan sebagai profesi asistensi dokter atau perkerja sosial yang sifatnya
membantu orang sakit atas instruksi – instruksi dokter bahkan dikalangan praktisi
perawat pun kadang – kadang masih memiliki pandangan yang tidak utuh terhadap
profesinya sendiri, hal ini dapat dilihat di beberapa pelayanan kesehatan, pelayanan
keperawatan masih bersifat vocasional belum sepenuhnya beralih ke pelayanan yang
profesional.
Untuk itulah paradigma dalam keperawatan sangat membantu masyarakat
secara umum maupun perawat khususnya dalam menyikapi dan menyelesaikan
berbagai persoalan yang melingkupi profesi keperawatan seperti aspek pendidikan
dan pelayanan keperawatan, praktik keperawatan dan organisasi profesi.

B.     Pentingnya Paradigma
Mengapa paradigma ini begitu penting ? dalam hal ini paradigma akan sangat
membantu seseorang ataupun masyarakat luas untuk memahami dunia kepada kita
dan membantu kita untuk memahami setiap fenomena yang terjadi di sekitar kita.
Fenomena dalam keperawatan adalah prilaku klien dalam menghadapi ketidakpastian
kondisinya atau menghadapi ketidaknyamanan dari sebagian atau seluruh anggota
tubuhnya atau masalah – masalah yang yang muncul dalam bidang keilmuan tertentu.
                                                                                                 

C.    Tujuan Makalah
         Untuk mengetahui falsafah paradigma keperawatan.
D.    Rumusan Masalah
         Apa yang dimaksud falsafah dan paradigma keperawatan perkembangan ilmu?
Bagaimana falsafah dan paradigma keperawatan?

 BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Falsafah Keperawatan

            Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan profesional yang merupakan


bagian integral dari layanan kesehatan, didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan.
            Falsafah Keperawatan: kenyakinan perawat terhadap nilai-nilai keperawatan
yang menjadi pedoman dalam memberikan asuhan keperawatan.

B.     Keyakinan Yang Harus Dimiliki Perawat

a.       Manusia adalah individu yang unik holistik


b.      Meningkatkan derajat kesehatan yang optimal
c.       Kolaborasi dengan tim kesehatan dan pasien/keluarga.
d.      Proses keperawatan
e.       Perawat bertanggung jawab dan bertanggung gugat
f.       Pendidikan keperawatan harus dilaksanakan terus-menerus

C.    Pengertian Paradigma Keperawatan

            Paradigma keperawatan : Merupakan suatu pandangan global yang dianut


oleh perawat yang mengatur hubungan di antara teori guna mengembangkan model
konseptual dan teori-teori keperawatan sebagai kerangka kerja keperawatan.

D.    Keperawatan
a.       Memberikan layanan kesehatan
b.      Memberikan bantuan yang paripurna dan efektif kepada klien
c.       Membantu klien (dari level individu hingga masyarakat)
d.      Melaksanakan intervensi keperawatan :
▪  Promotif
▪  Preventif
▪  Kuratif
▪  Rehabilitatif

      E. PERAN DAN FUNGSI PERAWAT


A. Peran Perawat
             1.Peran sebagai pemberi Asuhan Keperawatan.
Peran sebagai pemberi asuhan keperawatan ini dapat dilakukan perawat dengan
memeprhatikan keadaan kebutuhan dasar manusia yang dibutuhkan melalui pemberian
pelayanan keperawatan dengan menggunakan proses keperawatan sehingga dapat ditentukan
diagnosis keperawatan agar bias direncakan dan dilaksanakan tindakan yang tepat sesuai
dengan tingkat kebutuhan dasar manusia, kemudian dapat dievaluasi tingkat
perkembangannya. Pemberian asuhan keperawatan ini dilakukan dari yang sederhana sampai
dengan kompleks
2. Peran Sebagai Advokat ( Pembela)
 Klien Peran ini dilakukan perawat dalam membantu klien dan keluarga dalam
meninterpretasikan berbagia informasi dari pemberi pelayanan atau informasi lain khususnya
dalam pengambilan persetujuan atas tindakan keperawatan yang diberikan kepada pasiennya,
juga dapat berperan mempertahankan dan melindungi hak-hak pasien yang meliputi hak atas
pelayanan sebaik-baiknya, hak atas informasi tentang penyakitnya, hak atas privasi, hak
untuk menentukan nasibnya sendiri dan hak untuk menerima ganti rugi akibat kelalaian.
3. Peran Sebagai Edukator Peran ini dilakukan untuk :
a. Meningkatkan tingkat pengetahuan kesehatan dan kemampuan klien
mengatasi       kesehatanya.
b. Perawat memberi informasi dan meningkatkan perubahan perilaku klien
4. Peran Sebagai Koordinator
 Peran ini dilaksanakan dengan mengarahkan, merencanakan serta mengorganisasi
pelayanan kesehatan dari tim kesehatan sehingga pemeberian pelayanan kesehatan dapat
terarah serta sesuai dengan kebutuhan klien.
5. Peran Sebagai Kolaborator
 Perawat disini dilakukan karena perawat bekerja melalui tim kesehatan yang terdiri
dari dokter fisioterapis, ahli gizi, dan lain-lain dengan berupaya mengidentifikasi pelayanan
keperawatan yang diperlukan termasuk diskusi atau tukar pendapat dalam penentuan bentuk
pelayanan selanjutnya.
            6. Peran Sebagai Konsultan
 Peran disini adlah sebagai tempat konsultasi terhadap masalah atau tindakan
keperawatan yang tepat untuk diberikan.
 7. Peran Sebagai Pembeharu
 Peran sebagai pembaharu dapat dilakukan dengan mengadakan perencanaan, kerja
sama, perubahan yang sistematis dan terarah sesuai dengan metode pemberian pelayanan
keperawatan.
Selain peran perawat menurut konsorsium ilmu kesehatan, terdapat pembagian peran
perawat menurut hasil lokakarya keperawatan tahun 1983 yang membagi menjadi 4 peran
diantaranya peran perawat sebagai pelaksana pelayanan keperawatan, peran perawat sebagai
pengelola pelayanan dan institusi keperawatan, peran perawat sebagai pendidik dalam
keperawatan serta peran perawat sebagai peneliti dan pengembang pelayanan keperawatan

B. Fungsi Perawat
1.Fungsi Independen
Merupakan fungsi mandiri dan tidak tergantung pada orang lain, dimana perawat
dalam melaksanakan tugasnya dilakukan secara sendiri dengan keputusan sendiri dalam
melakukan tindakan dalam rangka memenuhi kebutuhan dasar manusia seperti pemenuhan
kebutuhan fisiologis (pemenuhan kebutuhan oksigenasi, pemenuhan kebutuhan cairan dan
elektrolit, pemenhuan kebutuhan nutrisi, pemenuhan kebutuhan aktivitas, dan lain-lain),
pemenuhan kebutuhan keamanan dan kenyamanan, pemenuhan kebutuhan cinta mencintai,
pemenuhan kebutuhan harga diri dan aktualisasi diri.
2. Fungsi Dependen
 Merupakan fungsi perawat dalam melaksanakan kegiatannya atas pesan atau
instruksi dari perawat lain. Sehingga sebagai tindakan pelimpahan tugas yang diberikan. Hal
ini biasanya dilakukan oleh perawat spesialis kepada perawat umum, atau dari perawat
primer ke perawat pelaksana.
 3. Fungsi Interdependen
            Fungsi ini dilakukan dalam kelompok tim yang ber sifat saling ketergantungan di
antara tam satu dengan lainya fungsa ini dapat terjadi apa bila bentuk pelayanan
membutuhkan kerjasama tim dalam pemberian pelayanan seperti dalam memberikan asuhan
keperawatan pada penderaita yang mempunyai penyskit kompleks keadaan ini tidak dapat
diatasi dengan tim perawat saja melainkan juga dari dokter ataupun lainya, seperti dokter
dalam memberikan tanda pengobatan bekerjasama dengan perawat dalam pemantauan reaksi
obat yang telah di berikan.
F.Keperawatan Sebagai Profesi
Hall (1968) memberikan gambaran tentang suatu profesi yaitu suatu pekerjaan yang
harus melalui proses empat tahapan antara lain :
1.    Memperoleh badan pengetahuan dari institusi pendidikan tinggi
2.    Menjadi pekerjaan utama
3.    Adanya organisasi profesi
4.    Terdapat kode etik

Profesi mempunyai ciri – ciri sebagai berikut :


8. Didukung oleh badan ilmu yang sesuai dengan bidangnya (antalogi), jelas wilayah
kerja keilmuannya (Epistomologi), dan aplikasinya (Axiologi).
9. Profesi diperoleh melalui pendidikan dan pelatihan yang terencana, terus-menerus
dan bertahap.
       3. Pekerjaan profesi diatur oleh kode etik profesi serta diakui secara legal melalui
perundang-  undangan.
4. Peraturan dan ketentuan yang mengatur hidup dan kehidupan profesi (standar
pendidikan dan pelatihan, standar pelayanan, dan kode etik) serta pengawasan terhadap
pelaksanaan peraturan-peraturan tersebut dilakukan sendiri oleh warga profesi (Winsley,
1964).

G. Perkembangan Profesionalisme Keperawatan


Melihat catatan sejarah tentang awal mula keberadaan perawat di Indonesia, yang
diperkirakan baru bermula pada awal abad ke 19, dimana disebutkan adanya perawat saat itu
adalah dikarenakan adanya upaya tenaga medis untuk memberikan pelayanan kesehatan yang
lebih baik sehingga diperlukan tenaga yang dapat membantu atau tenaga pembantu. Tenaga
tersebut dididik menjadi seorang perawat melalui pendidikan magang yang berorientasi pada
penyakit dan cara pengobatannya. Sampai dengan perkembangan keperawatan di Indonesia
pada tahun 1983 PPNI (Persatuan Perawat Nasional Indonesia) melakukan Lokakarya
Nasional Keperawatan di Jakarta, melalui lokakarya tersebut perawat bertekad dan
bersepakat menyatakan diri bahwa keperawatan adalah suatu bidang keprofesian.
Perkembangan profesionalisme keperawatan di Indonesia berjalan seiring dengan
perkembangan pendidikan keperawatan yang ada di Indonesia. Pengakuan perawat
profesionalan pemula adalah bagi mereka yang berlatarbelakang pendidikan Diploma III
keperawatan. Program ini menghasilkan perawat generalis sebagai perawat profesional
pemula, dikembangkan dengan landasan keilmuan yang cukup dan landasan profesional yang
kokoh.
Perkembangan pendidikan keperawatan dalam rangka menuju tingkat
keprofesionalitasan tidak cukup sampai di tingkat diploma saja, diilhami keinginan dari
profesi keperawatan untuk terus mengembangkan pendidikan maka berdirilah PSIK FK-UI
(1985) dan kemudian disusul dengan pendirian program paska sarjana FIK UI (1999).

BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Perawatan merupakan bagian dari sistem pelayanan kesehatan dan salah satu
faktor yang memenuhi tercapainya pembangunan nasional, oleh karena itu tenaga
keperawatan berada ditatanan pelayanan kesehatan terdepan dengan kontak pertama
dan terlama dengan klien, yaitu selama 24 jam perhari dan 7 hari perminggu, maka
perawat perlu mengetahui dan memahami tentang paradigma keperawatan, peran,
fungsi dan tanggung jawab sebagai perawat profesional agar dapat memberikan
pelayanan keperawatan yang optimal dalam memberikan asuhan keperawata pada
klien. Perawat harus selalu memperhatikan keadaan secara individual dari segi bio,
psiko, sosial, spiritual dan cultural.
B.     Saran
Kami sebagai penulis dapat berharap kepada para pembaca, setelah membaca
makalah ini. Para pembaca apalagi para mahasiswa keperawatan dapat
mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari - hari. Sehingga dapat
mengetahui tentang apa itu falsafah dan paradigm keperawatan dalam perkembangan
ilmu

DAFTAR PUSTAKA

http://www.slideshare.net/IyounkMandalahi/makalah-falsafah-dan-paradigma-
keperawatan

http://beequinn.wordpress.com/nursing/kdk-konsep-dasar-keperawatan/falsafah-dan-
paradigma-keperawatan-perkembangan-ilmu-keperawatan/

http://dickysatman.blogspot.co.id/2012/08/peran-dan-fungsi-perawat.html
http://oktavia-nurse.blogspot.co.id/2012/04/makalah-keperawatan-sebagai-
profesi.html
No. 6. Makalah Peran dan fungsi perawat profesional

BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Saat ini dunia keperawatan semakin berkembang. Hampir dua dekade profesi ini
menyerukan perubahan paradigma. Perawat yang semula tugasnya hanyalah semata –
mata menjalankan perintah dokter kini berupaya meningkatkan perannya sebagai
mitra kerja dokter seperti yang sudah dilakukan di negara – negara maju. Perawat
dianggap sebagai salah satu profesi kesehatan yang harus dilibatkan dalam
pencapaian tujuan pembangunan kesehatan baik di dunia maupun di Indonesia.
Sebagai sebuah profesi yang masih berusaha menunjukkan jati diri, profesi
keperawatan dihadapkan pada banyak tantangan. Tantangan ini bukan hanya dari
eksternal tapi juga dari internal profesi ini sendiri. Untuk itu perawat dituntut
memiliki skill yang memadai untuk menjadi seorang perawat profesional.
Seiring dengan berjalannya waktu dan bertambahnya kebutuhan pelayanan kesehatan
menuntut perawat saat ini memiliki pengetahuan dan keterampilan di berbagai
bidang. Saat ini perawat memiliki peran yang lebih luas dengan penekanan pada
peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit, juga memandang klien secara
komprehensif.

B.    Tujuan
Tujuan Umum : Adapaun tujuan penulisan makalah ini adalah agar kita dapat
mengetahui dan memahami perawat sebagai peran dan fungsi perawat profesional.
Tujuan khusus penulisan makalah ini adalah:
1.      Mengetahui dan memahami pengertian dari perwata sebagai profesi
2.      Mengetahui dan memahami pengertian perawat profesional
3.      Mengetahui dan memahami peran profesional
4.      Mengetahui dan memahami fungsi perawat profesional.

BAB II
PEMBAHASAN
A.      Pengertian
Perawat adalah mereka yang memiliki keamampuan dan kewenangan
melakukan tindakan keperawatan berdasarkan ilmu yang dimilikinya yang diperoleh
melalui pendidikan keperawatan. Seseorang dikatakan perawat profesional jika
memiliki ilmu pengetahuan, ketrampilan keperawatan profesional serta memliki
sikap profesional sesuai kode etik profesi.
Seseorang dikatakan perawat profesional jika memiliki ilmu pengetahuan
ketrampilan keperawatan profesional serta memiliki sikap profesional sesuai kode
etik profesi.

B.       Peran Perawat


Doheny (1982) mengidentifikasi beberapa elemen peran perawat profesional,
meliputi:
1.      Care giver, sebagai pemberian asuhan keperawatan
2.      Client advocate, sebagai pembela untuk melindungi klien
3.      Consellor, sebagai pemberi bimbingan/konseling klien
4.      Educator, sebagai pendidik klien
5.   Collaborator, sebagai anggota tim kesehatan yang dituntut untuk dapat bekerja sama
dengan tenaga kesehatan lain
6.      Coordinator, sebagai koordinator agar dapat memanfaatkan sumber-sumber dan
potensi klien.
7.      Change agent, sebagai pembaru yang selalu dituntut untuk mengadakan perubahan-
perubahan.
8.      Consultant, sebagai sumber informasi yang dapat membantu memecahkan masalah
klien. 
1.      Care giver/ pemberi asuhan
Sebagai pelaku/pemberi asuhan keperawatan , perawat dapat memberikan
pelayanan keperawatan secara langsung dan tidak langsung kepada klien,
menggunakan pendekatan proses keperawatan yang meliputi: melakukan pengkajian
dalam upaya mengumpulkan data dan informasi yang benar, menegakkan diagnosis
keperawatan berdasarkan hasil analisis dataa, merencakan intervensi keperawatan
sebagai upaya mengatasai masalah yang muncul dan membuat langkah atau cara
pemecahan masalah, melaksanakan tindakan keperawatan sesuai dengan rencana
yang ada, dan melakukan evaluasi berdasarkan respons klien terhadap tindakan
keperawatan yang telah dilakukannya.
Peran utamanya adalah memberikan asuhan keperawatan kepada klien yang meliputi
intervensi/tindakan keperawatan, observasi, pendidikan kesehatan dan menjalankan
tindakan medis sesuai dengan pendelegasian yang diberikan.
2.      Client advocate
Sebagai advocat klien, perawat berfungsi sebagai penghubung antara klien
dengan tim kesehatan lain dalam upaya pemenuhan kebutuhan klien , membela
kepentingan klien, dan membantu klien memahami semua informasi dan upaya
kesehatan yang diberikan oleh tim kesehatan dengan pendekatan tradisional maupun
profesional. Peran advokasi sekaligus mengharuskan perawat bertindak sebagai
narasumber dan fasilitator dalam tahap pengambilan keputusan terhadap upaya
kesehatan yang haarus dijalani oleh klien. Dalam menjalankan peran sebagai advocat
(pembela klien) perawat harus dapat melindungi dan memfasilitasi keluarga dan
masyarakat dalam pelayanan keperawtatan.
3.      Consellor
Tugas utama perawat adalah mengidentifikasi perubahan pola interaksi klien
terhadap keadaan sehat sakitnya. Konseling diberikan kepada individu/keluarga
dalam mengintregasikan pengalaman kesehatan dengan pengalaman yang lalu,
pemecahan masalah difokuskan pada masalah keperawatan, mengubah perilaku hidup
ke arah perilaku hidup sehat.
4.      Educator
Sebagai pendidik klien, perawat membantu klien meningkatkan kesehatannya
melalui pemberian pengetahuan yang terkait dengan keperawtan dan tindakan medik
yang diterima sehingga klien/keluarga dapat menerima tanggung jawab terhadap hal-
hal yang diketahuinya. Sebagai pendidik, perawat juga dapat memberikan pendidikan
kesehatan kepada kelompok keluarga yang berisiko tinggi, kader kesehatan dan lain
sebagainya.
5.      Collaborator
Perawat bekerja sama dengan tim kesehatan lain dan keluarga dalam
menentukan rencana maupun pelaksanaan asuhan keperawtan guna memenuhi
kebutuhan kesehatan klien.
6.      Coordinator
Perawat memanfaatkan semua sumber-sumber dan potensi yang ada, baik
materi maupun kemampuan klien secara terkoordinasi sehingga tidak ada intervensi
yang terlewatkan maupun tumpang tindih.
Dalam menjalankan peran sebagai koordinator perawat dapat melakukan hal-hal
berikut.
1.      Mengoordinasi seluruh pelayanan keperawatan
2.      Mengatur tenaga keperawatan yang akan bertugas
3.      Mengembangkan sistem pelayanan keperawatan
4.      Memberikan informasi tentang hal-hal yang terkait dengan pelayanan keperawatan
pada sarana kesehatan
7.      Change agent
Sebaga pembaru, perawat mengadakan inovasi dalam cara berpikir, bersikap,
bertingkah laku dan meningkatkan ketrampilan klien/keluarga agar menjaadi sehat.
Elemen ini mencakup perencanaan, kerja sama, perubahan yang sistematis dalam
berhubungan dengan klien dan cara memberikan perawatan pada klien
8.      Consultant
Elemen ini secara tidak langsung berkaitan denga permintaan klien terhadap
infoormasi tentang tujuan keperawatan yang diberikan. Dengan peran ini dapat
dikatakan, perawat adalah sumber informasi yang berkaitan dengan kondisi spesifik
klien.

C.      Fungsi Perawat


Fungsi adalah pekerjaan yang harus dilaksanakan sesuai dengan perannya.
a.    Pemberian asuhan/pelayanan keperawatan
b.    Praktik keperawatana
c.    Pengelolaan institusi keperawatan
d.   Pendidik klien (individu, keluarga, dan masyarakat).

Tujuh Fungsi Perawat (Phaneuf 1972)


1.      Melakasanakan instruksi dokter
2.      Observasi gejala dan respon pasien yang berhubungan dengan penyakit dan
penyebabnya.
3.      Memantau pasien, menyusun dan memperbaiki rencana keperawatan secara terus-
menerus berdasarkan pada kondisi dan kemampuan pasien
4.      Supervisi semua pihak yang ikut terlibat dalam perawatan pasien
5.      Mencata dan melaporkan keadaan pasien
6.      Melaksanakan prosedur dan teknik keperawatan
7.      Memberikan pengarahan dan penyuluhan untuk meningkatkan kesehatan fisik dan
mental.

Fungsi perawat (PK. St. Carolus 1983)


a.       Fungsi pokok
Membantu individu, keluarga, dan masyarakat baik sakit maupun sehat dalam
melaksanakan kegiatan yang menunjang kesehatan, penyembuhan atau menghaapi
kematian yang pada hakikatnya dapat mereka laksanakan tanpa bantuan apabila
mereka memiliki kekuatan, kemauan dan pengetahuan. Bantuan yang deberikan
bertujuan menolong dirinya sendiri secepat mungkin
b.      Fungsi tambahan
Membantu individu, keluarga dan masyarakat dalam melaksanakan rencana
pengobatan yang ditentukan oleh dokter

c.       Fungsi kolaboratif


Sebagai anggota tim kesehatan, perawat bekerja dalam merencanakan dan
melaksanakan program kesehatan yang mencakup pencegahan penyakit, peningkatan
kesehatan, penyembuhan dan rehabilitasi.

D.      Nilai Penting Keperawatan Profesional


1.    Komitmen yang kuat terhadap pelayanan yang diberikan oleh keperawatan untuk
masyarakat
Hal ini dianggap sebagai hal yang sangat penting. Karena peran perawat berfokus
pada kesehatan dan perawatan. Hal ini membuat perawt harus bertanggung jawab
untuk meningkatkan status kesehatan semua manusia.
2.    Percaya pada martabat dan nilai setiap orang
Keperawatan adalah suatu profesi yang berorientasi pada manusia tanpa
menghiraukan kebangsaan, ras, keyakinan, warna kulit, usia, jenis klamin politik,
kelas sosial, dan status kesehatan adalah hal yang sangat mendasar dalam kesehatan.
3.    Komiten terhadap pendidikan

Hal ini mencerminkan manfaa pendidikan sepanjang hidup. Dalam hal keperawatan
profesional, lulusan perlu melanjutkan pendidikan untuk mempertahankan dan
memperluas tingkat kompetensi mereka agar memenuhi kreteria profesional,
mengantisipasi peran perawat pada masa yang akan datang, dan memperluas ilmu
pengetahuan profesional.

4.    Otonomi
Hak menentukan diri sebagai profesi yang berarti para perawat haus memiliki
kebebasan untuk menggunakan pengetahuan dan ketrampilan mereka guna kemajuan
manusia dan otoritas serta kemampuan untuk melihat bahwa layanan keperawatan
diberikan secara aman dan efektif.
BAB III
PENUTUP

A.       Kesimpulan
Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan profesional sebagai bagian
integral dari pelayanan kesehatan yang meliputi aspek bio-psilo-sosio-spiritual yang
komprehensif, ditujukan kepada individu, keluarga atau masyarakat yang sehat
maupun sakit yang mencangkup siklus hidup manusia. Keperawatan dapat dipandang
sebagai suatu profesi karena mempunyai body of knowledge, pendidikan berbasis
keahlian pada jenjang pendidikan tinggi, memberikan pelayanan kepada masyarakat
melalui praktik dalam bidang profesi, memiliki perhimpunan atau organisasi profesi,
memberlakukan kode etik keperawatan, otonomi dan motivasi bersifat altruistik.
Untuk menunjang keperawatan professional maka di perlukan Peningkatan
kualitas organisasi profesi keperawatan dengan berbagai cara, pendekatan serta kiat
kiat yang lebih difokuskan pada kemampuan perawat untuk memberikan asuhan
keperawatan secara komprehensif dengan sentuhan seni dalam arti menggunakan kiat
– kiat tertentu dalam upaya memberikan kenyaman dan kepuasan pada klien.

B.     Saran
Kami sadar bahwa penyusunan makalah ini jauh dari sempurna. Untuk itu
kami mengharapkan kritik dan saran  yang membangun. Untuk terakhir kalinya kami
berharap pembuatan makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua khususnya bagi
perawat sehingga dapat meningkatkan kualitas kerja dan mampu menjadi perawat
profesional dibidangnya.

DAFTAR PUSTAKA
Ns. Asmadi, S.Kep. 2008. Konsep Dasar Keperawatan. Buku Kedokteran EGC.
Jakarta
Kuswanto, S.Kep. M.Kes. 2004. Pengantar Profesi dan Praktik Keperawatan
Profesional. Buku            Kedokteran EGC. Jakarta
Blais, Kathleen Koening, Jonice S. Hayes, dkk. 2007. Praktik Keperawatan
Profesional. Widya           Medika. Jakarta
H. Zaidin Ali, SKM, MM. 2002. Dasar-Dasar Keperawatan Profesional. Widya
Medika. Jakarta
http://kti-akbid.blogspot.com/2011/03/makalah-peran-dan-fungsi-perawat.html
http://nizaraharja92.blogspot.com

MAKALAH KONSEP DASAR KEPERAWATAN

CARING
Oleh :
ARDIANSYAH ADE PEDRI WULA
2016610012

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS TRIBHUWANA TUNGGADEWI
MALANG
2020
KATA PENGANTAR
              Puji Syukur yang sedalam - dalamnya kami panjatkan kehadirat Allah Yang
Maha Kuasa karena hanya dengan rahmat dan petunjuk-Nya lah kami dapat
menyelesaikan penulisan makalah ini.
Menyadari akan keterbatasan kemampuan kami, maka dalam hal ini kami  mengharap
kritik dan saran membangun.

            Besar harapan kami semoga penulisan makalah ini dapat memenuhi syarat.
Mudah-mudahan hasil dari tugas makalah ini dapat menjadi referensi yang
bermanfaat bagi kita sekalian, Amin.
DAFTAR ISI

Kata
Pengantar.................................................................................................................... i
Daftar
Isi............................................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 .Latar
Belakang............................................................................................................. 1
1.2  Rumusan
Masalah........................................................................................................ 1
1.3 
Tujuan .............................................................................................................................
.. 1
BAB II PEMBAHASAN
2.1  Pengertian Caring Secara
Umum........................................................ ……………………2
2.2  Perbedaan Caring dan
Curing............................................................................................. 5
2.3 Perilaku Caring Yang Dapat Ditemui Dalam Tatanan
Keperawatan.. ………………..7
2.4 Pengertian Transcultural
Nursing................................................................................. 9
2.5 contoh-contoh aplikasi traskultural nursing pada beberapa
 masalah kesehatan............................................................................... ………………
….11
BAB III PENUTUP
3.1.
Kesimpulan......................................................................................... ………………18
3.2  Saran.................................................................................................... ……………
…18
DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 .Latar Belakang


Di era globalisasi ini,segala bidang kehidupan sedang mengalami perkembangan
bahkan kemajuan.Salah satunya adalah bidang pelayanan kesehatan.bidang pelayanan
kesehatan tidak hanya sarana dan prasarana yang mengalami kemajuan,tetapi juga
profesionalisme dari tenaga kesehatan.
Lingkungan kesehatan seperti rumah sakit,perawat akan berhadapan dengan klien
dan tenaga kesehatn lainnya.Oleh karena itu,Perawat harus terus meningkatkan
profesionalismenya,
 yaitu meningkatkan perilaku caring.Caring bukan semata-mata
perilaku. Caring adalah cara yang memiliki makna dan memotivasi
tindakan. Caring juga didefinisikan sebagai tindakan yang bertujuan memberikan
asuhan fisik dan memperhatikan emosi sambil meningkatkan rasa aman dan
keselamatan klien (Carruth et all, 1999).

1.2  Rumusan Masalah
1. Apakah Pengertian caring consept secara umum dalam keperawatan ?
2. Bagaimana perbedaan antara caring dan curing consept ?
3. Apasaja prilaku  caring yang dapat ditemui dalam tatanan pelayanan kesehatan?
4. Apa pengertian transkultural nursing ?
5. Apasaja contoh-contoh aplikasi traskultural nursing pada beberapa masalah                 
kesehatan ?  

1.3  Tujuan
Makalah ini disusun dalam rangka menyelesaikan tugas mata kuliah Konsep Dasar
Keperawatan I, menambah wawasan tentang Konsep Caring di Sepanjang Rentang
Kehidupan, agar kami mahasiswa mengerti tentang bagaimana perilaku caring dalam
proses dan praktik keperawatan, dan sebagai salah satu sarana belajar mahasiswa

BAB II
PEMBAHASAN

2.1  Pengertian Caring Secara Umum


Secara bahasa, istilah caring diartikan sebagai tindakan
kepedulian. Caring secara umum dapat diartikan sebagai suatu kemampuan untuk
berdedikasi bagi orang lain, pengawasan dengan waspada, serta suatu perasaaan
empati pada orang lain dan perasaan cinta atau menyayangi.
Pengertian caring berbeda dengan care. Care adalah fenomena yang berhubungan
dengan orang berhubungan dengan bimbingan, bantuan, dukungan perilaku kepada
individu, keluarga, kelompok dengan adanya kejadian untuk memenuhi kebutuhan
aktual maupun potensial untuk meningkatkan kondisi dan kualitas kehidupan
manusia. Sedangkan caring adalah tindakan nyata dari care yang menunjukkan suatu
rasa kepedulian.
Terdapat beberapa pengertian caring menurut beberapa ahli, antara lain :
 Florence nightingale (1860) : caring adalah tindakan yang menunjukkan
pemanfaatan lingkungan pasien dalam membantu penyembuhan, memberikan
lingkungan bersih, ventilasi yang baik dan tenang kepada pasien.
 Delores gaut (1984) : caring tidak mempunyai pengertian yang tegas, tetapi ada tiga
makna dimana ketiganya tidak dapat dipisahkan, yaitu perhatian, bertanggung jawab,
dan ikhlas.
Crips dan Taylor (2001) : caring merupakan fenomena universal yang
mempengaruhi bagaimana seseorang berpikir, merasakan, dan berperilaku dalam
hubungannya dengan orang lain.
Rubenfild (1999) : caring yaitu memberikan asuhan, tanggunggung jawab, dan
ikhlas.
Crips dan Taylor (2001) : caring merupakan fenomena universal yang mempengaruhi
bagaimana seseorang berpikir, merasakan, dan berperilaku dalam hubungannya
dengan orang lain.
 Rubenfild (1999) : caring yaitu memberikan asuhan, dukungan emosional pada klien,
keluarga, dan kerabatnya secara verbal maupun nonverbal.
Jean watson (1985) : caring merupakan komitmen moral untuk melindungi,
mempertahankan, dan meningkatkan emosional pada klien, keluarga, dan kerabatnya
secara verbal maupun nonverbal.
Jean watson (1985) : caring merupakan komitmen moral untuk melindungi,
mempertahankan, dan meningkatkan martabat manusia.
Dari beberapa pengertian tersebut, dapat dipersingkat bahwa pengertian caring secara
umum adalah suatu tindakan moral atas dasar kemanusiaan, sebagai suatu cerminan
perhatian, perasaan empati dan kasih sayang kepada orang lain, dilakukan dengan
cara memberikan tindakan nyata kepedulian, dengan tujuan untuk meningkatkan
kualitas dan kondisi kehidupan orang tersebut. Caring merupakan inti dari
keperawatan.
Persepsi Klien Tentang Caring
Penelitian tentang persepsi klien penting karena pelayanan kesehatan merupakan
fokus terbesar dari tingkat kepuasan klien. Jika klien merasakan penyelenggaraan
pelayanan kesaehatan bersikap sensitif, simpatik, merasa kasihan, dan tertarik
terhadap mereka sebagai individu, mereka biasanya menjadi teman sekerja yang aktif
dalam merencanakan perawatan ( Attree, 2001 ). Klien dalam penelitian ini
menunjukkan bahwa mereka semakin puas saat perawat melakukan caring.
Biasanya klien dan perawat melakukan persepsi yang berbeda tentang caring
( Mayer, 1987; Wolf, Miller, dan Devine, 2003 ). Untuk alasan tersebut, fokuskan
pada membangun suatu hubungan yang membuat perawat mengetahui apa yang
penting bagi klien. Contoh, perawat mempunyai klien yang takut untuk dipasang
kateter intravena, perawat tersebut adalah perawat yang belum terampil dalam
memasukkan kateter intravena. Perawat tersebut memutuskan bahwa klien akan lebih
diuntungkan jika dibantu oleh perawat yang sudah terampil daripada memberikan
penjelasan prosedur untuk mengurangi kecemasan. Dengan mengetahui siapa klien,
dapat membantu perawat dalam memilih pendekatan yang paling sesuai dengan
kebutuhan klien.

Etika Pelayanan
Watson ( 1988 ) menyarankan agar caring sebagai suatu sikap moral yang ideal,
memberikan sikap pendirian terhadap pihak yang melakukan intervensi seperti
perawat. Sikap pendirian ini perlu untuk menjamin bahwa perawat bekerja sesuai
standar etika untuk tujuan dan motivasi yang baik. Kata etika merujuk pada kebiasaan
yang benar dan yang salah. Dalam setiap pertemuan dengan klien, perawat harus
mengetahui kebiasaan apa yang sesuai secara etika. Etika keperawatan bersikap unik,
sehingga perawat tidak boleh membuat keputusan hanya berdasarkan prinsip
intelektual atau analisis.
Etika keperawatan berfokus pada hubungan antara individu dengan karakter dan
sikap perawat terhadap orang lain. Etika keperawatan menempatkan perawat sebagai
penolong klien, memecahkan dilema etis dengan cara menghadirkan hubungan dan
memberikan prioritas kepada klien dengan kepribadian khusus.

Nurse Caring Behavior
1. Persepsi klien wanita ( Riemen, 1986 )
v  Berespon terhadap keunikan klien
v  Memahami dan mendukung perhatian klien
v  Hadir secara fisik
v  Memiliki sikap dan menunjukkan prilaku yang membuat klien merasa dihargai
sebagai  manusia
v  Kembali ke klien dengan sukarela tanpa diminta
v  Menunjukkan perhatian yang memberi kenyamanan dan merelaksasi klien
v  Bersuara halus dan lembut
v  Memberi perasaan nyaman
2. Persepsi klien pria ( Riemen, 1986 )
v  Hadir secara fisik sehingga klien merasa dihargai
v  Kembali ke klien dengan sukarela tanpa diminta
v  Membuat klien merasa nyaman, relaks, dan aman
v  Hadir untuk memberi kenyamanan dan memenuhi kebutuhan klien sebelum
diminta
v  Menggunakan suara dan sikap yang baik, halus, lembut dan menyenangkan
3. Persepsi klien kanker dan keluarga ( Mayer, 1986 )
v  Mengetahui bagaimana memberikan injeksi dan mengelola peralatan
v  Bersikap ceria
v  Mendorong klien untuk menghubungi perawat bila klien mempunyai masalah
v  Mengutamakan atau mendahulukan kepentingan klien
v  Mengantisipasi pengalaman pertama adalah yang terberat

4. Persepsi klien dewasa yang dirawat ( Brown, 1986 )


v  Kehadirannya menentramkan hati
v  Memberikan informasi
v  Mendemonstrasikan pengetahuan dan keterampilan profesional
v  Mampu menangani nyeri atau rasa sakit
v  Memberi waktu yang lebih banyak dari yang dibutuhkan
v  Mempromosikan otonomi
v  Mengenali kualitas dan kebutuhan individual
v  Selalu mengawasi klien

5. Persepsi dari keluarga


v  Jujur
v  Memberikan penjelasan dengan jelas
v  Selalu menginformasikan keluarga
v  Mencoba untuk membuat klien nyaman
v  Menunjukkan minat dalam menjawab pertanyaan
v  Memberikan perawatan emergensi bila perlu
v  Menjawab pertanyaan anggota keluarga secara jujur, terbuka dan ikhlas
v  Mengijinkan klien melakukan sesuatu untuk dirinya sebisa mungkin
v  Mengajarkan keluarga cara memelihara kondisi fisik yang lebih nyaman

2.2  Perbedaan Caring dan Curing

Keperawatan sebagai suatu profesi dan berdasarkan pengakuan masyarakat adalah


ilmu kesehatan tentang asuhan atau pelayanan keperawatan atau The Health Science
of Caring (Lindberg,1990:40). Secara bahasa, caring dapat diartikan sebagai tindakan
kepedulian dan curing dapat diartikan sebagai tindakan pengobatan. Namun, secara
istilah caring dapat diartikan memberikan bantuan kepada individu atau sebagai
advokasi pada individu yang tidak mampu memenuhi kebutuhan dasarnya.
Sedangkan curing adalah upaya kesehatan dari kegiatan dokter dalam prakteknya
untuk mengobati klien. Dalam penerapannya, konsep caring dan curing mempunyai
beberapa perbedaan, diantaranya:
1. Caring merupakan tugas primer perawat dan curing adalah tugas sekunder.
Maksudnya seorang perawat lebih melakukan tindakan kepedulian terhadap klien
daripada memberikan tindakan medis. Oleh karena itu, caring lebih identik dengan
perawat.
2. Curing merupakan tugas primer seorang dokter dan caring adalah tugas
sekunder. Maksudnya seorang dokter lebih melibatkan tindakan medis tanpa
melakukan tindakan caring yang berarti. Oleh karena itu, curing lebih identik dengan
dokter.
3. Dalam pelayanan kesehatan klien yang dilakukan perawat, ¾ nya
adalah caring dan ¼ nya adalahcuring.
4. Caring bersifat lebih “Healthogenic” daripada curing.
Maksudnya caring lebih menekankan pada peningkatan kesehatan daripada
pengobatan. Di dalam praktiknya, caring mengintegrasikan pengetahuan biofisik dan
pengetahuan perilaku manusia untuk meningkatkan derajat kesehatan dan untuk
menyediakan pelayanan bagi mereka yang sakit.
5. Tujuan caring adalah membantu pelaksanaan rencana pengobatan/terapi dan
membantu klien beradaptasi dengan masalah kesehatan, mandiri memenuhi
kebutuhan dasarnya, mencegah penyakit, meningkatkan kesehatan dan meningkatkan
fungsi tubuh sedangkan tujuan curing adalah menentukan dan menyingkirkan
penyebab penyakit atau mengubah problem penyakit dan penanganannya.
6. Diagnosa dalam konsep curing dilakukan dengan mengungkapkan penyakit
yang diderita sedangkan diagnosa dalam konsep caring dilakukan dengan identifikasi
masalah dan penyebab berdasarkan kebutuhan dan respon klien.
2.3 Perilaku Caring Yang Dapat Ditemui Dalam Tatanan Keperawatan

Caring bukanlah sesuatu yang dapat diajarkan, tetapi merupakan hasil dari


kebudayaan, nilai-nilai, pengalaman, dan dari hubungan dengan orang lain. Sikap
keperawatan yang berhubungan dengancaring adalah kehadiran, sentuhan kasih
sayang, mendengarkan, memahami klien, caring dalam spiritual, dan perawatan
keluarga.

1. Kehadiran
Kehadiran adalah suatu pertemuan antara seseorang dengan seseorang lainnya yang
merupakan sarana untuk mendekatkan diri dan menyampaikan manfaat caring.
Menurut Fredriksson (1999), kehadiran berarti “ada di” dan “ada dengan”. “Ada di”
berarti kehadiran tidak hanya dalam bentuk fisik, melainkan juga komunikasi dan
pengertian. Sedangkan “ada dengan” berarti perawata selalu bersedia dan ada untuk
klien (Pederson, 1993). Kehadiran seorang perawat membantu menenangkan rasa
cemas dan takut klien karena situasi tertekan.

2. Sentuhan
Sentuhan merupakan salah satu pendekatan yang menenangkan dimana perawat dapat
mendekatkan diri dengan klien untuk memberikan perhatian dan dukungan. Ada dua
jenis sentuhan, yaitu sentuhan kontak dan sentuhan non-kontak. Sentuhan kontak
merupakan sentuhan langsung kullit dengan kulit. Sedangkan sentuhan non-kontak
merupakan kontak mata. Kedua jenis sentuhan ini digambarkn dalam tiga kategori :
a) Sentuhan Berorientasi-tugas
Saat melaksanakan tugas dan prosedur, perawat menggunakan sentuhan ini.
Perlakuan yang ramah dan cekatan ketika melaksanakan prosedur akan memberikan
rasa aman kepada klien. Prosedur dilakukan secara hati-hati dan atas pertimbangan
kebutuhan klien.
b) Sentuhan Pelayanan (Caring)
Yang termasuk dalam sentuhan caring adalah memegang tangan klien, memijat
punggung klien, menempatkan klien dengan hati-hati, atau terlibat dalam
pembicaraan (komunikasi non-verbal). Sentuhan ini dapat mempengaruhi keamanan
dan kenyamanan klien, meningkatkan harga diri, dan memperbaiki orientasi tentang
kanyataan (Boyek dan Watson, 1994).
c) Sentuhan Perlindungan
Sentuhan ini merupakan suatu bentuk sentuhan yang digunakan untuk melindungi
perawat dan/atau klien (fredriksson, 1999). Contoh dari sentuhan perlindungan adalah
mencegah terjadinya kecelakaan dengan cara menjaga dan mengingatkan klien agar
tidak terjatuh.
Sentuhan dapat menimbulkan berbagai pesan, oleh karena itu harus digunakan secara
bijaksana.

3. Mendengarkan
Untuk lebih mengerti dan memahami kebutuhan klien, mendengarkan merupakan
kunci, sebab hal ini menunjukkan perhatian penuh dan ketertarikan perawat.
Mendengarkan membantu perawat dalam memahami dan mengerti maksud klien dan
membantu menolong klien mencari cara untuk mendapatkan kedamaian.

4. Memahami klien
Salah satu proses caring menurut Swanson (1991) adalah memahami klien.
Memahami klien sebagai inti suatu proses digunakan perawat dalam membuat
keputusan klinis. Memahami klien merupakan pemahaman perawat terhadap klien
sebagai acuan melakukan intervensi berikutnya (Radwin,1995). Pemahaman klien
merupakan gerbang penentu pelayanan sehingga, antara klien dan perawat terjalin
suatu hubungan yang baik dan saling memahami.

5. Caring Dalam Spiritual


Kepercayaan dan harapan individu mempunyai pengaruh terhadap kesehatan fisik
seseorang. Spiritual menawarkan rasa keterikatan yang baik, baik melalui hubungan
intrapersonal atau hubungan dengan dirinya sendiri, interpersonal atau hubungan
dengan orang lain dan lingkungan, serta transpersonal atau hubungan dengan Tuhan
atau kekuatan tertinggi.
Hubungan caring terjalin dengan baik apabila antara perawat dan klien
dapat memahami satu sama lain sehingga keduanya bisa menjalin hubungan yang
baik dengan melakukan hal seperti, mengerahkan harapan bagi klien dan
perawat; mendapatkan pengertian tentang gejala, penyakit, atau perasaan yang
diterima klien; membantu klien dalam menggunakan sumber daya sosial, emosional,
atau spiritual; memahami bahwa hubungan caring menghubungkan manusia dengan
manusia, roh dengan roh.

6. Perawatan Keluarga
Keluarga merupakan sumber daya penting. Keberhasilan intervensi keperawatan
sering bergantung pada keinginan keluarga untuk berbagi informasi dengan perawat
untuk menyampaikan terapi yang dianjurkan. Menjamin kesehatan klien dan
membantu keluarga untuk aktif dalam proses penyembuhan klien merupakan tugas
penting anggota keluarga. Menunjukkan perawatan keluarga dan perhatian pada klien
membuat suatu keterbukaan yang kemudian dapat membentuk hubungan yang baik
dengan anggota keluarga klien.

2.4 Pengertian Transcultural Nursing
Transcultural Nursing adalah suatu keilmuwan budaya pada proses belajar dan
praktek keperawatan yang fokus memandang perbedaan dan kesamaan diantara
budaya dengan menghargai asuhan, sehat dan sakit didasarkan pada nilai budaya
manusia, kepercayaan dan tindakan, dan ilmu ini digunakan untuk memberikan
asuhan keperawatan khususnya budaya atau keutuhan budaya kepada manusia
(Leininger, 2002).
Konsep Transcultural Nursing
Keperawatan transkultural adalah ilmu dan kiat yang humanis yang difokuskan pada
prilaku individu atau kelompok, serta proses untuk mempertahankan atau
meningkatkan perilaku sehat dan perilaku sakit secara fisik dan psikokultural sesuai
latar belakang budaya. (Leininger, 2002).
Konsep Utama Transcultural Nursing:
Care : perawat memberikan bimbingan dukungan kepada klien à untuk meningkatkan
kondisi klien
Caring : tindakan  mendukung, berbentuk aksi atau tindakan  
Culture : perawat mempelajari, saling share/berbagi pemahaman tentang kepercayaan
dan budaya klien
Cultural care : kemampuan kognitif untuk mengetahui nilai, norma/ kepercayaan
Nilai kultur : keputusan/kelayakan  untuk bertindak
Perbedaan kultur : berupa variasi-variasi pola nilai yang ada di masyarakat mengenai
keperawatan
Cultural care university : hal-hal umum dalam sistem nilai, norma dan budaya
Etnosentris : keyakinan ide, nilai, norma, kepercayaan lebih tinggi dari yang lain
Cultural Imposion : kecenderungan tenaga kesehatan memaksakan kepercayaan
kepada klien
Peran dan Fungsi Transkultural
Budaya mempunyai pengaruh luas terhadap kehidupan individu . Oleh sebab itu ,
penting bagi perawat mengenal latar belakang budaya orang yang dirawat ( Pasien ) .
Misalnya kebiasaan hidup sehari – hari , seperti tidur , makan , kebersihan diri ,
pekerjaan , pergaulan social , praktik kesehatan , pendidikan anak  ekspresi perasaan ,
hubungan kekeluargaaan , peranan masing – masing orang menurut umur . Kultur
juga terbagi dalam sub – kultur .
Subkultur adalah kelompok pada suatu kultur yang tidak seluruhnya mengaanut
pandangan keompok kultur yang lebih besar atau memberi makna yang berbeda .
Kebiasaan hidup juga saling berkaitan dengan kebiasaan cultural.
Nilai – nilai budaya Timur , menyebabkan sulitnya wanita yang hamil mendapat
pelayanan dari dokter pria . Dalam beberapa setting , lebih mudah menerima
pelayanan kesehatan pre-natal dari dokter wanita dan bidan . Hal ini menunjukkan
bahwa budaya Timur masih kental dengan hal – hal yang dianggap tabu.
Dalam tahun – tahun terakhir ini , makin ditekankan pentingknya pengaruh kultur
terhadap pelayanan perawatan . Perawatan Transkultural merupakan bidang yang
relative baru ; ia berfokus pada studi perbandingan nilai – nilai dan praktik budaya
tentang kesehatan dan hubungannya dengan perawatannya . Leininger ( 1991 )
mengatakan bahwa transcultural nursing merupakan suatu area kajian ilmiah yang
berkaitan dengan perbedaan maupun kesamaan nilai – nilai budaya ( nilai budaya
yang berbeda ras , yang mempengaruhi pada seseorang perawat saat melakukan
asuhan keperawatan kepada pasien. Perawatan transkultural adalah berkaitan dengan
praktik budaya yang ditujukan untuk pemujaan dan pengobatan rakyat (tradisional) .
Caring practices adalah kegiatan perlindungan dan bantuan yang berkaitan dengan
kesehatan.
Menurut Dr. Madelini Leininger , studi praktik pelayanan kesehatan transkultural
adalah berfungsi untuk meningkatkan pemahaman atas tingkah laku manusia dalam
kaitan dengan kesehatannya . Dengan mengidentifikasi praktik kesehatan dalam
berbagai budaya ( kultur ) , baik di masa lampau maupun zaman sekarang akan
terkumpul persamaan – persamaan . Lininger berpendapat , kombinasi pengetahuan
tentang pola praktik transkultural dengan kemajuan teknologi dapat menyebabkan
makin sempurnanya pelayanan perawatan dan kesehatan orang banyak dan berbagai
kultur.

2.5 contoh-contoh aplikasi traskultural nursing pada beberapa masalah         


kesehatan
     1. Aplikasi transkultural pada masalah penyakit kronik
Penyakit kronik adalah penyakit yang timbul bukan secara tiba-tiba, melainkan
akumulasi dari sesuatu penyakit hingga akhirnya menyebabkan penyakit itu sendiri.
(Kalbe medical portal) Penyakit kronik ditandai banyak penyebab. Contoh penyakit
kronis adalah diabetes, penyakit jantung, asma, hipertensi dan masih banyak lainnya.
Ada hubungan antara penyakit kronis dengan depresi. Depresi adalah kondisi kronis
yang mempengaruhi pikiran seseorang, perasaan dan perilaku sehingga sulit untuk
mengatasi peristiwa kehidupan sehari-hari.  (Andres Otero-Forero, Queensland Transcultural Mental Health

Centre).

Seseorang yang menderita depresi memiliki kemungkinan lebih tinggi menderita


penyakit kronis seperti diabetes, penyakit jantung atau asma. Penyebab depresi itu
sendiri kompleks, terkait dengan lingkungan interaksi seseorang maupun
kepribadiaannya sendiri. Beberapa faktor penyebab umum adalah:
• Faktor herediter • Trauma 
• Isolasi atau kesepian • Pengangguran
•  konflik Keluarga • Kesulitan penyelesaian
• Stres • Nyeri

Berbagai jenis depresi memerlukan cara yang berbeda dalam jenis


pengobatannya. Untuk depresi ringan, dapat dianjurkan untuk melakukan kegiatan-
kegiatan tertentu. Dalam kasus depresi parah, dianjurkan untuk mengkonsumsi obat
dan psikoterapi. Salah satu pendekatan yang muncul menjadi lebih umum untuk
segala bentuk depresi adalah manajemen diri. Manajemen diri mengacu pada strategi
orang menggunakan untuk berurusan dengan kondisi mereka. Dimana seseorang
melibatkan tindakan, sikap atau tujuan dalam mengambil atau membuat keputusan
untuk mempertahankan dan meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan.
      Pengobatan terhadap penyakit kronik yang telah dilakukan di masyarakat saat ini
amat beragam. Tidak dapat dipungkiri bahwa sistem pengobatan tradisional juga
merupakan sub unsur kebudayaan masyarakat sederhana yang telah dijadikan sebagai
salah satu cara pengobatan. Pengobatan inilah yang juga menjadi aplikasi dari
transkultural dalam mengobati suatu penyakit kronik. Pengobatan tradisional ini
dilakukan berdasarkan budaya yang telah diwariskan turun-temurun. Beberapa
contohnya adalah sebagai berikut:
1.            Masyarakat negeri Pangean lebih memilih menggunakan ramuan dukun untuk
menyembuhkan penyakit TBC, yaitu daun waru yang diremas dan airnya dimasak
sebanyak setengah gelas.
2.            Masyarakat di Papua percaya bahwa penyakit malaria dapat disembuhkan dengan
cara minta ampun kepada penguasa hutan lalu memetik daun untuk dibuat ramuan
untuk diminum dan dioleskan ke seluruh tubuh.
3.      Masyarakat Jawa memakan pisang emas bersamaan dengan kutu kepala (Jawa: tuma)
tiga kali sehari untuk pengobatan penyakit kuning.
      Pengobatan tradisional yang sering dipakai berupa pemanfaatan bahan-bahan
herbal. Herba sambiloto menjadi sebuah contoh yang khasiatnya dipercaya oleh
masyarakat dapat mengobati penyakit-penyakit kronik, seperti hepatitis, radang paru
(pneumonia), radang saluran nafas (bronchitis), radang ginjal (pielonefritis), radang
telinga tengah (OMA), radang usus buntu, kencing nanah (gonore), kencing manis
(diabetes melitus). Daun lidah budaya dan tanaman pare juga dijadikan sebagai
pengobatan herbal. Tumbuhan tersebut berkhasiat menyebuhkan diabetes melitus.
      Tidak hanya di Indonesia, di luar negeri pun masih ada negara yang meyakini
bahwa pengobatan medis bukan satu-satunya cara mengobati penyakit kronik.
Misalnya, di Afrika, penduduk Afrika masih memiliki keyakinan tradisional tentang
kesehatan dan penyakit. Mereka menganggap bahwa obat-obatan tradisional sudah
cukup untuk mengganti produk yag akan dibeli, bahkan mereka menggunakan dukun
sebagai penyembuh tradisional. Hal seperti ini juga terjadi di Amerika, Eropa, dan
Asia.
        
2.      Aplikasi transkultural pada gangguan nyeri
Nyeri adalah pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan
akibat dari kerusakan jaringan yang actual atau potensial. Nyeri adalah alasan utama
seseorang untuk mencari bantuan perawatan kesehatan. Selanjutnya, definisi nyeri
menurut keperawatan adalah apapun yang menyakitkan tubuh yang dikatakan
individu yang mengalaminya, yang ada kapanpun individu mengatakannya. Peraturan
utama dalam merawat pasien nyeri adalah bahwa semua nyeri adalah nyata, meskipun
penyebabnya belum diketahui. Keberadaan nyeri adalah berdasarkan hanya pada
laporan pasien bahwa nyeri itu ada.
Aplikasi transkultural pada gangguan nyeri baik yang dilakukan oleh pasien
berdasarkan apa yang dipercaya olehnya atau yang dilakukan oleh perawat setelah
melakukan pengkajian tentang latar belakang budaya pasien adalah sebagai berikut:
a.    Dengan membatasi gerak dan istirahat. Seorang pasien yang mengalami nyeri
diharuskan untuk tidak banyak bergerak karena jika banyak bergerak dapat
memperparah dan menyebabkan nyeri berlangsung lama. Menurut pandangan umat
Islam, seseorang yang menderita nyeri untuk mengurangi tau meredakannya dengan
posisi istirahat atau tidur yang benar yaitu badan lurus dan dimiringkan ke sebelah
kanan. Hal ini menurut sunah rasul. Dengan posisi tersebut diharapkan dapat
meredakan nyeri karena peredaran darah yang lancer akibat jantung yang tidak
tertindih badan sehingga dapat bekerja maksimal.
b.      Mengkonsumsi obat-obatan tradisional. Beberapa orang mempercayai bahwa ada
beberapa obat tradisional yang dapat meredakan nyeri bahkan lebih manjur dari obat
yang diberikan oleh dokter. Misalnya, obat urut dan tulang ‘Dapol Siburuk’ dari
burung siburuk yang digunakan oleh masyarakat Batak.
c.       Dengan dipijat atau semacamnya. Kebanyakan orang mempercayai dengan dipijat
atau semacamnya dapat meredakan nyeri dengan waktu yang singkat. Namun, harus
diperhatikan bahwa apabila salah memijat akan menyebabkan bertambah nyeri atau
hal-hal lain yang merugikan penderita. Dalam budaya Jawa ada yang disebut dukun
pijat yang sering didatangi orang banyak apabila mengalami keluhan nyeri misalnya
kaki terkilir.
Dalam menerapkan transkultural pada gangguan nyeri harus tetap
mempertahankan baik buruknya bagi si pasien. Semua aplikasi transkultural
sebaiknya dikonsultasikan kepada pihak medis agar tidak menimbulkan hal yang
tidak diinginkan.

3.  Aplikasi transkultural pada gangguan kesehatan mental


Berbagai tingkahlaku luar biasa yang dianggap oleh psikiater barat sebagai
penyakit jiwa ditemukan secara luas pada berbagai masyarakat non-barat. Adanya
variasi yang luas dari kelompok sindroma dan nama-nama untuk menyebutkannya
dalam berbagai masyarakat dunia, Barat maupun non-Barat, telah mendorong para
ilmuwan mengenai tingkahlaku untuk menyatakan bahwa penyakit jiwa adalah suatu
‘mitos’, suatu fenomena sosiologis, suatu hasil dari angota-anggota masyarakat yang
‘beres’ yang merasa bahwa mereka membutuhkan sarana untuk menjelaskan,
memberi sanksi dan mengendalikan tingkahlaku sesama mereka yang menyimpang
atau yang berbahaya, tingkahlaku yang kadang-kadang hanya berbeda dengan
tingkahlaku mereka sendiri. Penyakit jiwa tidak hanya merupakan ‘mitos’, juga
bukan semata-semata suatu masalah sosial belaka. Memang benar-benar ada
gangguan dalam pikiran, erasaan dan tingkahlaku yang membutuhkan pengaturan
pengobatan.(Edgerton 1969 : 70). Nampaknya, sejumlah besar penyakit jiwa non-barat lebih
dijelaskan secara personalistik daripada naturalistik.
Sebagaimana halnya dengan generalisasi, selalu ada hal-hal yang tidak dapat
dimasukkan secara tepat ke dalam skema besar tersebut. Kepercayaan yang tersebar
luas bahwa pengalaman-pengalaman emosional yang kuat seperti iri, takut, sedih,
malu, dapat mengakibatkan penyakit, tidaklah tepat untuk diletakkan di dalam salah
satu dari dua kategori besar tersebut. Mungkin dapat dikatakan bahwa tergantung
situasi dan kondisi, kepercayaan-kepercayaan tersebut boleh dikatakan cocok untuk
dikelompokkan ke dalam salah satu kategori. Misalnya, susto, penyakit yang
disebabkan oleh ketakutan, tersebar luas di Amerika Latin dan merupakan angan-
angan. Seseorang mungkin menjadi takut karena bertemu dengan hantu, roh, setan,
atau karena hal-hal yang sepele, seperti jatuh di air sehingga takut akan mati
tenggelam. Apabila agen-nya berniat jahat, etiologinya sudah tentu bersifat
personalistik. Namun, kejadian-kejadian tersebut sering merupakan suatu kebetulan
atau kecelakaan belaka bukan karena tindakan yang disengaja. Dalam ketakutan akan
kematian karena tenggelam, tidak terdapat agen-agen apa pun.
Kepercayaan-kepercayaan yang sudah dijelaskan di atas menimbulkan
pemikiran-pemikiran untuk melakukan berbagai pengobatan jika sudah terkena agen.
Kebanyakan pengobatan yang dilakukan yaitu mendatangi dukun-dukun atau tabib-
tabib yang sudah dipercaya penuh. Terlebih lagi untuk pengobatan gangguan mental,
hampir seluruh masyarakat desa mendatangi dukun-dukun karena mereka percaya
bahwa masalah gangguan jiwa/mental disebabkan oleh gangguan ruh jahat. Dukun-
dukun biasanya melakukan pengobatan dengan cara mengambil dedaunan yang
dianggap sakral, lalu menyapukannya ke seluruh tubuh pasien. Ada juga yang
melakukan pengobatan dengan cara menyuruh pihak keluarga pasien untuk membawa
sesajen seperti, berbagai macam bunga atau binatang ternak.

Para ahli antropologi menaruh perhatian pada ciri-ciri psikologis shaman.


Shaman adalah seorang yang tidak stabil dan sering mengalami delusi, dan mungkin
ia adalah seorang wadam atau homoseksual.namun apabila ketidakstabilan jiwanya
secara budaya diarahkan pada bentuk-bentuk konstruktif, maka individu tersebut
dibedakan dari orang-orang lain yang mungkin menunjukkan tingkahlaku serupa,
namun digolongkan sebagai abnormal oleh para warga masyarakatnya dan
merupakan subyek dari upacara-upacara penyembuhan. Dalam pengobatan, shaman
biasanya berada dalam keadaan kesurupan (tidak sadar), dimana mereka berhubungan
dengan roh pembinanya untuk mendiagnosis penyakit. para penganut paham
kebudayaan relativisme yang ekstrim menggunakan contoh shamanisme sebagai
hambatan utama dalam arguentasi mereka bahwa apa yang disebut penyakit jiwa
adalah sesuatu yang bersifat kebudayaan.
Dalam banyak masyarakat non-Barat, orang yang menunjukkan tingkahlaku
abnormal tetapi tidak bersifat galak maka sering diberi kebebasan gerak dalam
masyarakat mereka, kebutuhan mereka dipenuhi oleh anggota keluarga mereka.
Namun, jika mereka mengganggu, mereka akan dibawa ke sutu temapt di semak-
semak untuk ikuci di kamrnya. Sebuah pintu khusus (2 x 2 kaki) dibuat dalam rumah,
cukup untuk meyodorkan makanan saja bagi mereka dan sebuah pintu keluar untuk
keluar masuk komunitinya.
Usaha-usaha untuk membandingkan tipe-tipe gangguan jiwa secara lintas-budaya
umumnya tidak berhasil, sebagian disebabkan oleh kesulitan-kesulitan pada tahapan
penelitian untuk membongkar apa yang diperkirakan sebagai gejala primer dari gejala
sekunder. Misalnya, gejala-gejala primer yaitu yang menjadi dasar bagi depresi.
Muncul lebih dulu dan merupakan inti dari gangguan. Gejala-gejala sekunder dilihat
sebagai reaksi individu terhadap penyakitya ; gejala-gejala tersebut berkembang
karena ia berusaha untuk menyesuaikan diri dengan tingkahlakunya yang
berubah (Murphy, Wittkower, dan Chance 1970 : 476).

4. Kasus Transkultural terhadap Diabetes


1. Tinjauan Kasus
Nilai Gula Darah Normal
Kebanyakan manusia bervariasi sekitar 82-110 mg/dl pada keadaan sebelum makan.
Setelah makan akan naik sekitar 140 mg/dl. The American Diabetes Association
merekomendasikan kadar glukosa pasca-makan <180 mg/dl dan pra-makan pada
kadar 90-130 mg/ dl. Pada laki-laki dewasa sehat denagn berat 75 kg dan volume 5
liter darah, glukosa levelnya 110 mg/dl.
Pada penderita diabetes, kadar glukosa saat puasa >126 mg/ dl dan saat normal >200
mg/ dl.
a.   Masalah yang ditemukan pada kasus tersebut, diantaranya :
v  Laki-laki usia 50 tahun,
v  Pingsan saat rapat di kantornya,
v  Kadar gula darahnya mencapai 450mg/dl,
v  Dua tahun didiagnosis menderita Diabetes Mellitus tipe II,
v  Kegemukan, dan
v  Kesulitan mengatur makanannya karena kebiasaan budaya Jawanya makan makanan
yang manis.

b.Analisis kasus
Ditinjau dari keadaan fisik :
-          Kegemukan
-          Kadar gula darah di atas normal
Ditinjau dari pola hidup :
-          Kurang aktivitas fisik
-          Banyak mengkonsumsi makanan mengandung gula
c.   Peran perawat
o   Memberi interferensi berupa konsultasi, penyuluhan komunitas dan pasien,bantuan
dalam menjaga pola makan dan melakukan implementasi independent dari dokter
berupa pemberian obat dan aturan pemakaian.
o   Memberikan pelayanan kesehatan selama medikasi di rumah sakit dan menjaga
kondisi kesehatan pasien agar tidak menurun bahkan meningkatkan kondisi
kesehatannya.

d.   Peran dari segi transkultural


o   Memberi pendidikan kesehatan komunitas menyangkut deskripsi DM, diet dan
bahayanya
o   Mengkaji jenis makanan yang biasa dikonsumsi komunitas tersebut
o   Menghimbau pola makan yang sesuai untuk diet DM dan juga dapat diterima pada
budaya pasien→dapat berupa mengganti gula yang ditolerir oleh penderita DM atau
mengurangi konsumsi gula yang biasa digunakan.

BAB III
PENUTUP

3.1.     KESIMPULAN
Pelayanan esensial yang diberikan oleh perawat terhadap individu, keluarga ,
kelompok dan masyarakat yang mempunyai masalah kesehatan meliputi promotif,
preventif, kuratif dan rehabilitatif dengan menggunakan proses keperawatan untuk
mencapai tingkat kesehatan yang optimal. Keperwatan adalah suatu bentuk pelayanan
professional sebagai bagian integral pelayanan kesehatan berbentuk pelayanan
biologi, psikologi, social dan spiritual secara komprehensif, ditujukan kepada
individu keluarga dan masyarakat baik sehat maupun sakit mencakup siklus hidup
manusia.
Asuhan keperawatan diberikan karena adanya kelemahan fisik maupun mental,
keterbatasan pengetahuan serta kurang kemauan menuju kepada kemampuan
melaksanakan kegiatan sehari-hari secara mandiri. Kegiatan ini dilakukan dalam
upaya peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit, penyembuhan, pemulihan serta
pemeliharaan kesehatan dengan penekanan pada upaya pelayanan kesehatan utama
(Primary Health care) untuk memungkinkan setiap orang mencapai kemampuan
hidup sehat dan produktif.

3.2 SARAN
Dalam penyusunan kurikulum pendidikan perawatan seyogyanya memasukkan
unsur caring dalam setiap mata kuliah. Penekanan pada humansitik, kepedulian dan
kepercayaan, komitmen membantu orang lain dan berbagai unsur caring yang lain
harus sudah dibangun sejak perawat dalam masa pendidikan. Selain itu perlu
dilakukan sosialisasi konsep caring pada perawat guna memberikan pemahaman yang
mendalam tentang apa yang harus dilakukan perawat agar bersikap caring dalam
setiap kontak dengan pasien. Indikator-indikator caring harus dikenal dan
diaplikasikan dalam perawatan serta dievaluasi secara terus menerus

DAFTAR PUSTAKA

 http://andaners.wordpress.com/2009/04/28/konsep-keperawatan-komunitas/
Watson, Jean. (2004). Theory of human Caring. Http: //www2.uchse.edu/son/caring
Meidiana Dwidiyanti. 2008. Keperawatan Dasar. Semarang. Hasani
 http://usfinit-engky.blogspot.com/2011/12/makalah-konsep-caring.html
  http://teguhyudi-teguhyudi.blogspot.com/2011/07/aplikasi-konsep-caring-dalam-
praktek.html
MAKALAH
SISTEM PELAYANAN KESEHATAN

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah KDK 1


Dosen Pengampuh : Neni Maemunah, S.Kep., M.MRS
Oleh :
Ardiansyah Ade Pedri Wula
2016610012

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS TRIBHUWANA TUNGGADEWI
MALANG
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa. yang mana
atas berkat, rahmat, dan karunia-Nya penulis dapat menyusun makalah yang berjudul
“SISTEM PELAYANAN KESEHATAN”, untuk menyelesaikan tugas mata kuliah
Konsep Dasar Keperawatan 1.
Dalam penyusunan makalah ini, tidak lepas dari hambatan yang penulis hadapi,
namun penulis menyadari kelancaran dalam penyusunan makalah ini tidak lain berkat
dorongan, bantuan, dan bimbingan semua pihak, sehingga kendala-kendala yang
penulis hadapi dapat teratasi.
Penulis menyadari dalam penulisan makalah ini tentunya masih banyak
kekurangan, mengingat akan keterbatasan kemampuan yang dimiliki oleh penulis.
Untuk itu kritik dan saran sangat penulis harapkan untuk kesempurnaan penyusunan
makalah yang akan datang.

Malang, Juli 2020

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................. i
DAFTAR ISI.................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang..................................................................1
B. Rumusan Masalah.............................................................2
C. Tujuan Penulisan...............................................................2
BAB II PEMBAHASAN
A. DefinisiSistemPelayananKesehatan..............................3
B. Ciri-ciriSistemPelayananKesehatan..............................5
C. Jenis-jenisSistemPelayananKesehatan..........................6
D. Tingkat SistemPelayananKesehatan..............................8
E. LingkupSistemPelayananKesehatan..............................9
F. SyaratPokokSistemPelayananKesehatan.......................9
G. LembagaSistemPelayananKesehatan..........................10
H. SistemPelayananPrima................................................11
I. SistemPelayananRujukan(Referal System)..................17
J. Faktor yang MempengaruhiPelayananKesehatan........24
K. MasalahSistemPelayananKesehatan............................25
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan.....................................................................27
B. Saran ..............................................................................28
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pelayanan di bidang kesehatan merupakan salah satu bentuk pelayanan
yang paling banyak dibutuhkan oleh masyarakat. Salah satu sarana pelayanan
kesehatan yang mempunyai peran sangat penting dalam memberikan pelayanan
kesehatan kepada masyarakat adalah rumah sakit. Rumah sakit merupakan
lembaga dalam mata rantai SKN (Sistem Kesehatan Nasional) dan mengemban
tugas untuk memberikan pelayanan kesehatan kepada seluruh masyarakat, karena
pembangunan dan penyelenggaraan kesehatan di rumah sakit perlu diarahkan
pada tujuan nasional dibidang kesehatan. Tidak mengherankan apabila bidang
kesehatan perlu untuk selalu dibenahi agar bisa memberikan pelayanan kesehatan
yang terbaik untuk masyarakat. Pelayanan kesehatan yang dimaksud tentunya
adalah pelayanan yang cepat, tepat, murah dan ramah. Mengingat bahwa sebuah
negara akan bisa menjalankan pembangunan dengan baik apabila didukung oleh
masyarakat yang sehat secara jasmani dan rohani.
Untuk mempertahankan pelanggan, pihak rumah sakit dituntut selalu
menjaga kepercayaan konsumen secara cermat dengan memperhatikan
kebutuhan konsumen sebagai upaya untuk memenuhi keinginan dan harapan atas
pelayanan yang diberikan. Konsumen rumah sakit dalam hal ini pasien yang
mengharapkan pelayanan di rumah sakit, bukan saja mengharapkan pelayanan
medis dan keperawatan tetapi juga mengharapkan kenyamanan, akomodasi yang
baik dan hubungan harmonis antara staf rumah sakit dan pasien, dengan
demikian perlu adanya peningkatan kualitas pelayanan kesehatan di rumah sakit,
begitu pula denganlembagapelayanankesehatanlainnyasepertipuskesmas,
posyandumaupunklinik.
Salah satu hal yang harus dilakukan oleh mahasiswa keperawatan saat ini
adalah melakukan sebuah revolusi secara menyeluruh dan detail dalam setiap
aspeknya. Sehingga mahasiswa keperawatn akan mampu membentuk sebuah
revolusioner dalam dunia keperawatan itu sendiri terutama dalam pelayanan
kesehatan yang prima.
Dalam penulisan makalah ini akan dijelaskan bagaimanabentukserta proses
pelayanankesehatan yang prima, sistemrujukansertapermasalahan yang
terdapatdidalamnya.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka masalah yang akan
diangkat dalam makalah ini adalah :
1. Apa yang dimaksuddengan sistem pelayanan kesehatan?
2. Apa saja lembaga pelayanan kesehatan?
3. Bagaimana lingkup sistem pelayanan kesehatan?
4. Apa yang dimaksuddengansistemrujukan?
5. Apa yang dimaksuddenganpelayanankesehatan prima?
6. Apakah faktor yang mempengaruhi pelayanan kesehatan?

C. Tujuan Penulisan
1. MemenuhitugasmatakuliahManajemendanEkonomiKesehatan.
2. Mengetahui sistem-sistem dari pelayanan kesehatan.
3. Mengetahui tingkatan pelayanan kesehatan.
4. Mengetahui beberapa lembaga yang terkait dengan pelayanan kesehatan.
5. Mengetahui ruang lingkup dari sistem pelayanan kesehatan.
6. Mengetahuipelayanankesehatan prima.
7. Mengetahuisistemrujukan.
8. Mengetahui faktor yang mempengaruhi pelayanan kesehatan.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Sistem Pelayanan Kesehatan


Menurut Prof. Dr. Soekidjo Notoatmojo Pelayanan kesehatan adalah sub
sistem pelayanan kesehatan yang tujuan utamanya adalah pelayanan preventif
(pencegahan) dan promotif (peningkatan kesehatan) dengan sasaran masyarakat.
Menurut Dubois & Miley (2005 : 317), Sistem Pelayanan Kesehatan adalah
upaya yang diselenggarakan sendiri/secara bersama-sama dalam suatu organisasi
untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah, dan menyembuhkan
penyakit serta memulihkan kesehatan perorangan, keluarga, kelompok, atau
masyarakat.
Menurut Depkes RI (2009) pelayanan kesehatan adalah setiap upaya yang
diselenggarakan sendiri atau secara bersama-sama dalam suatu organisasi untuk
memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah dan menyembuhkan
penyakit serta memulihkan kesehatan perorangan, keluarga, kelompok dan
ataupun masyarakat.
Jadi, sesuai pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa pelayanan
kesehatan adalah sub sistem pelayanan kesehatan yang tujuan utamanya adalah
promotif (memelihara dan meningkatkan kesehatan), preventif
(pencegahan),kuratif (penyembuhan), dan rehabilitasi (pemulihan) kesehatan
perorangan, keluarga, kelompok atau masyarakat. Yang dimaksud sub sistem
disini adalah sub sistem dalam pelayanan kesehatan yaitu input , proses, output,
dampak, umpan balik.
1. Input
Merupakan subsistem yang akan memberikan segala masukan untuk
berfungsinya sebuah sistem.Input sistem pelayanan kesehatan : potensi
masyarakat, tenaga & sarana kesehatan.
2. Proses
Kegiatan yang mengubah sebuah masukan menjadi sebuah hasil yang
diharapkan dari sistem tersebut.Proses dalam pelayanan kesehatan: berbagai
kegiatan dalam pelayanan kesehatan.
3. Output
Merupakan hasil yang diperoleh dari sebuah proses.Output pelayanan
kesehatan : pelayanan yang berkualitas dan terjangkau sehingga masyarakat
sembuh dan sehat.
4. Dampak
Merupakan akibat dari output atau hasil suatu sistem, terjadi dalam waktu
yang relatif lama. Dampak sistem pelayanan kesehatan : masyarakat sehat,
angka kesakitan dan kematian menurun.
5. Umpan Balik
Merupakan suatu hasil yang sekaligus menjadi masukan. Terjadi dari sebuah
sistem yang saling berhubungan dan saling mempengaruhi.Umpan balik
dalam pelayanan kesesahatan : kualitas tenaga kesehatan.
6. Lingkungan
Semua keadaan di luar sistem tetapi dapat mempengaruhi pelayanan
kesehatan.
Contoh : Di dalam pelayanan kesehatan Puskesmas,
Input : Dokter, Perawat, Obat-obatan.
Proses : Kegiatan pelayanan puskesmas.
Output : Pasien sembuh atau tidak sembuh.
Dampak : Meningkatnya status kesehatan masyarakat.
Umpan Balik : Keluhan-keluhan pasien terhadap pelayanan.
Lingkungannya : Masyarakat dan instansi-instansi diluar puskemas.
B. Ciri-ciri Sistem Pelayanan Kesehatan
Ciri-ciri system pelayanan kesehatan dibagi menjadi :
1. P : Pleasantness (seorang petugas harus mampu menyenangkan pelanggan).
2. E : Eagerness to help others (memiliki keinginan yang kuat dari dalam
dirinya untuk membantu).
3. R : Respect for other people (harus menghargai dan menghormati
pelanggan).
4. S : Sense of responsibility is a realization that what one does and says is
important (harus memiliki rasa tanggung jawab terhadap pekerjaan dan
perkataannya terhadap pelanggan).
5. O : Orderly mind is esenssial for methodical and accurate work (harus
memiliki jalan pemikiran yang terarah dan terorganisasi untuk melakukan
pekerjaan dengan metode baik dan tingkat ketepatan yang tinggi).
6. N : Neatness indicates pride in self and job (harus memiliki kerapian dan
bangga dengan pekerjaanya sendiri).
7. A : Accurate in everything done is of permanent importance (harus
melakukan pekerjaan dengan keakuratan atau ketepatan atau ketelitian, hal
ini merupakan sebuah nilai yang sangat penting).
8. L : Loyality to both management and colleagues make good time work
(harus bersikap setia pada management dan rekan kerja, merupakan kunci
membangun kerja sama).
9. I : Intelligence use of common sense at all time (harus senantiasa
menggunakan akal sehat dalam memahami pelanggan dari waktu ke waktu).
10. T : Tact saying and doing the right thing at the righ time(harus memiliki
kepribadian, berbicara, bijaksana dan melakukan pekerjaan secara benar).
11. Y : Yearning to be good servive clerk and love of the work is essential
(mempunyai keinginan menjadi pelayan yang baik serta mencintai
pekerjaannya).

C. Jenis-jenis Sistem Pelayanan Kesehatan


Menurut pendapat Hodgetts dan Casio, jenis pelayanan kesehatan secara
umum dapat dibedakan atas dua, yaitu:
1. Pelayanan Kedokteran
Pelayanan kesehatan yang termasuk dalam kelompok pelayanan kedokteran
(medical services) ditandai dengan cara pengorganisasian yang dapat bersifat
sendiri (solo practice) atau secara bersama-sama dalam satu organisasi.
Tujuan utamanya untuk menyembuhkan penyakit dan memulihkan
kesehatan, serta sasarannya terutama untuk perseorangan dan keluarga.
Dengan ciri- ciri :
a. Tenaga pelaksaannya adalah tenaga para dokter
b. Perhatian utamanya adalah penyembuhan penyakit
c. Sasaran utamanya adalah perseorangan atau keluarga
d. Kurang memperhatikan efisiensi
e. Tidak boleh menarik perhatian karena bertentangan dengan etika
kedokteran
f. Menjalankan fungsi perseorangan dan terikat undang-undang
g. Penghasilan diperoleh dari imbal jasa
h. Bertanggung jawab hanya kepada penderita
i. Tidak dapat memonopoli upaya kesehatan dan bahkan mendapat saingan
j. Masalah administrasi sangat sederhana
2. Pelayanan Kesehatan Masyarakat
Pelayanan kesehatan yang termasuk dalam kelompok kesehatan masyarakat
(public health service) ditandai dengan cara pengorganisasian yang
umumnya secara bersama-sama dalam suatu organisasi. Tujuan utamanya
untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan serta mencegah penyakit,
serta sasarannya untuk kelompok dan masyarakat.
Dengan ciri- ciri :
a. Tenaga pelaksanaanya terutama ahli kesehatan masyarakat
b. Perhatian utamanya pada pencegahan penyakit
c. Sasaran utamanya adalah masyarakat secara keseluruhan
d. Selalu berupaya mencari cara yang efisien
e. Dapat menarik perhatian masyarakat
f. Menjalankan fungsi dengan mengorganisir masyarakat dan mendapat
dukungan undang-undang
g. Pengasilan berupa gaji dari pemerintah
h. Bertanggung jawab kepada seluruh masyarakat
i. Dapat memonopoli upaya kesehatan
j. Mengadapi berbagai persoalan kepemimpinan
Pelayanan kesehatan masyarakat pada prinsipnya mengutamakan pelayanan
kesehatan promotif dan preventif. Pelayanan promotif adalah upaya
meningkatkan kesehatan masyarakat ke arah yang lebih baik lagi dan yang
preventif mencegah agar masyarakat tidak jatuh sakit agar terhindar dari
penyakit.Sebab itu pelayanan kesehatan masyarakat itu tidak hanya tertuju
pada pengobatan individu yang sedang sakit saja, tetapi yang lebih penting
adalah upaya-upaya pencegahan (preventif) dan peningkatan kesehatan
(promotif). Sehingga, bentuk pelayanan kesehatan bukan hanya puskesmas
atau balkesma saja, tetapi juga bentuk-bentuk kegiatan lain, baik yang
langsung kepada peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit, maupun
yang secara tidak langsung berpengaruh kepada peningkatan kesehatan.
D. Tingkat Sistem Pelayanan Kesehatan
Merupakan bagian dari sistem pelayanan kesehatan yang diberikan pada
masyarakat. Menurut Leavel & Clark dalam memberikan pelayanan kesehatan
harus memandang pada tingkat pelayanan kesehatan yang akan diberikan, yaitu :
1. Health Promotion (Promosi Kesehatan)
Merupakan tingkat pertama dalam memberikan pelayanan melalui
peningkatan kesehatan yang bertujuan untuk meningkatkan status kesehatan
masyarakat. Contoh : Kebersihan perorangan, perbaikan sanitasi lingkungan.
2. Specifik Protection (Perlindungan Khusus)
Perlindungan khusus adalahmasyarakat terlindung dari bahaya atau penyakit-
penyakit tertentu. Contoh : Imunisasi, perlindungan keselamatan kerja.
3. Early Diagnosis and Prompt Treatment (Diagnosis Dini & Pengobatan
Segera)
Sudah mulai timbulnya gejala penyakit dan dilakukan untuk mencegah
penyebaran penyakit.Contoh : Survey penyaringan kasus.
4. Disability Limitation (Pembatasan Kecacatan)
Dilakukan untuk mencegah agar pasien atau masyarakat tidak mengalami
dampak kecacatan akibat penyakit tertentu. Dilakukan pda kasus yang
memiliki potensi kecacatan. Contoh : Perawatan untuk menghentikan
penyakit, mencegah komplikasi lebih lanjut, pemberian segala fasilitas untuk
mengatasi kecacatan, menncegah kematian.
5. Rehabilitation (Rehabilitasi)
Dilakukan setelah pasien sembuh. Sangat diperlukan pada fase pemulihan
terhadap kecacatan, misal : program latihan, konsultasi dan diskusi psikologis
untuk meningkatkan koping individu positif sehingga gairah hidup meningkat
E. Lingkup Sistem Pelayanan Kesehatan
1. Tingkat Pertama/Primary Health Service
Adalah pelayanan kesehatan yang bersifat pokok yang dibutuhkan oleh
sebagian besar masyarakat serta mempunyai nilai strategis untuk
meningkatkan derajat kesehatanmasyarakat. Biasa dilakukan pada
masyarakat yang memiliki masalah atau masyarakat sehat. Sifat pelayanan
adalah pelayanan dasar yang dapat dilakukan di puskesmas, balai kesehatan
masyarakat atau poliklinik.
2. Tingkat Dua/Secondary Health Service
Diperlukan bagi masyarakat atau klien yan memerlukan perawatan rumah
sakit dilaksanakan di rumah sakit yang tersedia tanaga spesialis
3. Tingkat Tiga/Tertiery Health Service
Merupakan tingkat yang tertinggi. Membutuhkan tenaga ahli atau
subspesialis dan sebagai rujukan.
F. Syarat Pokok Sistem Pelayanan Kesehatan
1. Tersedia dan Berkesinambungan
Semua jenis pelayanan kesehatan yang dibutuhkan masyarakat harus mudah
ditemukan serta selalu siaga keberadaannya di masyarakat setiap kali
dibutuhkan.
2. Dapat Diterima dan Wajar
Diartikan bahwa pelayanan kesehatan tersebut tidak bebrtentangan dengan
keyakinan dan kepercayaan masyarakat. Pelayanan kesehatan yang
bertentangan dengan adat istiadat, kebudayaan, keyakinan dan kepercayaan
masyarakat bukan pelayanan kesehatan yang baik.
3. Mudah Dicapai/Accessible
Ketercapaian yang dimaksudkan diutamakan dari sudut lokasi. Dengan kata
lain pelayanan kesehatan dan distribusi sarana kesehatan merata di seluruh
wilayah, tidak terkonsentrasi di perkotaan.
4. Mudah Dijangkau/Affortable
Terutama dari sudut biaya, disesuaikan dengan kemampuan ekonomi
masyarakat.
5. Bermutu/ Quality
Mutu yang dimaksudkan adalah yang menunjukkan pada tingkat
kesempurnaan pelayanan kesehatan yang diselenggarakan, dapat memuaskan
para pemakai jasa pelayanan dan tata cara penyelenggaraannya disesuaikan
kode etik serta yang telah ditetapkan.
G. Lembaga Sistem Pelayanan Kesehatan
Lembaga merupakan tempat pemberian pelayanan kesehatan pada
masyakarat dalam rangka meningkatkan status kesehatan. Tempat yang
dimaksud bervariasi berdasarkan tujuan pemberian pelayanan kesehatan. Tempat
tersebut diantaranya :
1. Rawat Jalan
Lembaga pelayanan ini bertujuan memberikan pelayanan kesehatan pada
tingkat pelaksanaan diagnosa dan pengobatan pada penyakit yang akut atau
mendadak serta kronis yang dimungkinkan tidak rawat inap. Lembaga ini
misalnya : klinik kesehatan, klinik dokter spesialis.
2. Institusi
Merupakan lembaga yang fasilitasnya cukup dalam memberikan pelayanan
kesehatan, seperti : rumah sakit dan pusat rehabilitasi
3. Hospice
Lembaga ini bertujuan memberikan pelayanan kesehatan yang berfokus pada
klien yang sakit terminal agar lebih tenang, biasanya dilakukan home care.
4. Community Base Agency
Merupakan bagian dari lembaga yang dilalukan pada klien dan keluarga,
misalnya : praktek perawat keluarga.
H. Sistem Pelayanan Prima
1. DefinisiPelayanan Prima
Pelayanan prima (Excellent Service) diartikan dari kata “pelayanan”
yang berarti “usaha melayani kebutuhan orang lain” atau “melayani” yang
berarti “membantu menyiapkan apa yang diperlukan seseorang” dan kata
prima atau excellent yang berarti bermutu tinggi dan memuaskan.
Menurut para ahli, pelayanan yang diberikan oleh petugas Rumah
Sakit kepada konsumen bersifat tidak berwujud dan tidak dapat dimiliki oleh
penerima pelayanan (Daviddow dan Uttal, 1989). Menyangkut pelayanan
Rumah Sakit, yang dimaksudkan dengan konsumen adalah masyarakat yang
mendapat manfaat dari aktivitas yang dilakukan oleh Rumah Sakit dan
petugas yang telah ditunjuk sebagai pemberi pelayanan itu.
Pelayanan yang tidak berwujud, dimaksudkan adalah pelayanan itu
hanya dirasakan oleh konsumen. Norman (1991) menggambarkan
karakteristik pelayanan sebagai berikut :
a. Pelayanan sifatnya tidak dapat diraba, karena bukan berbentuk benda dan
beda sifatnya dengan barang.
b. Pelayanan, kenyataannya terdiri dari tindakan dan berbentuk pengaruh
yang sifatnya tindakan sosial.
c. Produksi dan konsumsi pelayanan tidak dapat dipisahkan secara nyata,
karena pada umunya terjadi secara bersamaan dan ditempat yang sama.
Karakteristik tersebut diatas mungkin dapat dijadikan dasar bagaimana
memberikan pelayanan yang terbaik (prima) di sebuah Rumah Sakit.
Pengertian yang lebih luas seperti yang dikemukakan Daviddow dan Uttal,
bahwa pelayanan merupakan usaha apa saja yang dilakukan untuk
mempertinggi nilai kepuasan konsumen.
Pelayanan dapat bermakna suatu bentuk aktivitas yang
menggambarkan perhatian, bantuan, dan penghargaan kepada konsumen
yang dapat memberikan kepuasan bagi mereka. Melalui pelayanan yang baik
(prima) akan melahirkan kedekatan antara produsen dan konsumen,
menimbulkan kesan menyenangkan, sebagai kenangan yang sulit dilupakan.
Pelayanan yang baik (prima), khususnya menyangkut pelayanan
Rumah Sakit, juga akan menimbulkan kesan/kenangan yang menyenangkan
bagi konsumen (pasien dan keluarganya). Selain itu, pelayanan yang baik
juga akan menumbuhkan kesan dan “citra yang baik” di hati konsumen,
yang selanjutnya dapat menjadi faktor pendorong konsumen untuk bekerja
sama, berperan aktif dalam kegiatan sosial Rumah Sakit itu, bahkan dapat
menjadi promotor Rumah Sakit tersebut.

2. TujuanPelayanan Prima
Tujuan dari pelayan prima adalah memberikan kepuasan kepada
konsumen (masyarakat) sesuai dengan keinginan mereka. Untuk mencapai
tingkat kepuasan itu, diperlukan kualitas pelayanan yang sesuai dengan
kebutuhan atau keinginan konsumen, Zeithami at al. (1990).
3. Unsur-unsurPelayanan Prima
Unsur-unsur pelayanan prima, sesuai keputusan Menpan No. 81/1993,
yaitu:
a. Kesederhanaan
b. Kejelasan dan kepastian
c. Keamanan
d. Keterbukaan
e. Efisien
f. Ekonomis
g. Keadilan yang merata
4. Dimensi KualitasPelayanan Prima
a. Kehandalan (Reliability)
Kemampuan untuk memberikan pelayanan yang dijanjikan secara akurat.
b. Kepercayaan (Assurance)
Pengetahuan dan keramahan serta kemampuan untuk menumbuhkan
kepercayaan.
c. Penampilan (Tangible)
Fasilitas fisik, peralatan dan tampilan dari staf.
d. Empati (Empathy)
Perhatian secara pribadi yang diberikan kepada penerimapelayanan.
e. Ketanggapan (Responsiveness)
Kemauan untuk menolong dan memberikan service yang tepat waktu.
1. PrinsipPelayanan Prima
Bentuk bentuk pelayanan prima yang seharusnya diberikan kepada
masyarakat yang berjumlah puluhanbahkan ratusan orang setiap hari oleh
lembagakesehatan, secara teknis berbeda satu sama lain. Dari sekian ribu
pelayanan itu, hanya sedikit yang terhitung sebagai pelayanan prima, karena
memenuhi beberapa prinsip, yaitu:
a. Mengutamakan Pelanggan (Pasien)
Pelanggan (pasien), sebenarnya adalah pemilik dari pelayanan yang
diberikan di lembagakesehatan. Tanpa pelanggan pelayanan tidak pernah
ada, dan pelanggan memiliki kekuatan untuk menghentikan atau
meneruskan pelayanan itu. Mengutamakan Pelanggan diartikan sebagai
berikut:
1) Prosedur pelayanan seharusnya disusun demi kemudahan dan
kenyamanan pelanggan (pasien), bukan untuk memperlancar
pekerjaan petugas lembagakesehatan.
2) Jika pelayanan ada pelanggan internal dan pelanggan eksternal, maka
harus ada prosedur yang berbeda dan terpisah keduanya. Pelayanan
bagi pelanggan eksternal harus diutamakan dari pada pelanggan
internal.
3) Jika pelayanan memiliki pelanggan tak langsung selain langsung,
maka dipersiapkan jenis-jenis layanan yang sesuai untuk keduanya.
Pelayanan bagi pelayan tak langsung perlu lebih diutamakan.
b. Sistem yang Efektif
Proses pelayanan perlu dilihat sebagai sebuah sistem yang nyata,
yaitu tatanan yg memadukan hasil-hasil kerja dari berbagai unit dalam
organisasi lembagakesehatan. Jika perpaduan itu cukup baik, pelanggan
(pasien) tidak merasakan bahwa mereka telah berhadapan dengan
beberapa unit yang berbeda. Dari segi design pengembangan, setiap
pelayanan selayaknya memiliki prosedur yang memungkinkan perpaduan
hasil kerja dapat mencapai batas maksimum.
Pelayanan juga perlu dilihat sebagai sebuah sistem lunak (soft
system), yaitu sebuah tatanan yang mempertemukan manusia yang satu
dengan yang lain. Pertemuan itu tentu melibatkan sentuhan-sentuhan
emosi, perasaan, harapan, keinginan, harga diri, nilai, sikap dan perilaku.
c. Nilai Semangat Melayani Dengan Hati
Kita akan melayani mereka dengan penuh cinta kasihdantulus.
Jangan melayani karena ada motif-motif tertentu. Memperoleh
keuntungan materi, biar lebih dikenal orang atau keinginan menonjolkan
diri. Jadi, ketika ada orang yang sedang membutuhkan sesuatu, kita
berusaha melayani orang tersebut dengan penuh keikhlasan sebisa kita,
bukan semau kita.
Pelayanan yang baik diberikan untuk semua orang tanpa memandang
tingkat ekonomi, jabatan, suku, agama atau jenis kelamin. Kita juga
diharapkan tidak pilih-pilih terhadap pelayanan yang kita lakukan.
d. Perbaikan Berkelanjutan
Konsumen juga pada hakikatnya belajar mengenali kebutuhan dirinya
dari proses pelayanan petugas lembagakesehatan. Berdasarkan catatan
petugas lembagakesehatan, semakin baik mutu pelayanan yang diberikan,
kadang-kadang akan menghasilkan konsumen yang semakin sulit untuk
dipuaskan, karena tuntutannya yang semakin tinggi dan meluas.
e. Memberdayakan Pelanggan
Memberdayakan pelanggan berarti menawarkan jenis-jenis layanan
yang dapat digunakan sebagai sumber daya atau perangkat tambahan oleh
pelanggan untuk menyelesaikan persoalan hidupnya sehari-hari. Ketiga
jenis pelayanan diatas memiliki peran yang sama penting dalam
menciptakan citra keprimaan dari seluruh rangkaian proses pelayanan.
2. Aspek-aspekPelayanan Prima
Berdasarkan pandangan beberapa ahli aspek-aspek kualitas pelayanan
prima adalah sebagai berikut :
a. Penerimaan
Meliputi sikap perawat yang selalu ramah, periang, selalu tersenyum,
menyapa semua pasien. Perawat perlu memiliki minat terhadap orang
lain, menerima pasien tanpa membedakan golongan, pangkat, latar
belakang sosial ekonomi dan budaya, sehingga pribadi utuh. Agar dapat
melakukan pelayanan sesuai aspek penerimaan perawat harus memiliki
minat terhadap orang lain dan memiliki wawasan luas.
b. Perhatian
Meliputi sikap perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan perlu
bersikap sabar, murah hati dalam arti bersedia memberikan bantuan dan
pertolongan kepada pasien dengan sukarela tanpa mengharapkan imbalan,
memiliki sensitivitas dan peka terhadap setiap perubahan pasien, mau
mengerti terhadap kecemasan dan ketakutan pasien.
c. Komunikasi
Meliputi sikap perawat yang harus bisa melakukan komunikasi yang baik
dengan pasien dan keluarga pasien. Adanya komunikasi yang saling
berinteraksi antara pasien dengan perawat, dan adanya hubungan yang
baik dengan keluarga pasien.
d. Kerjasama
Meliputi sikap perawat yang harus mampu melakukan kerjasama yang
baik dengan pasien dan keluarga pasien.
e. Tanggung Jawab
Meliputi sikap perawat yang jujur, tekun dalam tugas, mampu
mencurahkan waktu dan perhatian, sportif dalam tugas, konsisten serta
tepat dalam bertindak.
Namun, dalam perkembangan penelitian selanjutnya dirasakan adanya
dimensi mutu pelayanan yang saling tumpang tindih satu dengan yang
lainnya yang dikaitkan dengan kepuasan pelanggan. Selanjutnya oleh
Parasuraman et al. (1990) dimensi tersebut difokuskan menjadi 5 dimensi
(ukuran) kualitas jasa/ pelayanan, yaitu :
a. Tangible (Berwujud)
Meliputi penampilan fisik dari fasilitas, peralatan,karyawan dan alat-alat
komunikasi.
b. Realibility (Keandalan)
Yakni kemampuan untuk melaksanakan jasa yang telah dijanjikan secara
konsisten dan dapat diandalkan (akurat).
c. Responsiveness (Cepat Tanggap)
Yaitu kemauan untuk membantu pasien dan menyediakan jasa/ pelayanan
yang cepat dan tepat.
d. Assurance (Kepastian)
Mencakup pengetahuan dan keramah-tamahan para pasien dan
kemampuan mereka untuk menimbulkan kepercayaan dan keyakinan,
kesopanan dan sifat dapat dipercaya yang dimiliki para staf, bebas dari
bahaya, risiko atau keragu-raguan.
e. Empaty (Empati)
Meliputi pemahaman pemberian perhatian secara individual, kemudahan
dalam melakukan komunikasi yang baik, dan memahami kebutuhan
pasien.
I. SistemPelayananRujukan(Referal System)
1. DefinisiSistemRujukan
Sistem rujukan adalah suatu sistem penyelenggaraan pelayanan
kesehata yang melaksanakan pelimpahan tanggung jawab timbal balik
terhadap satu kasus penyakit atau masalah kesehatan secara vertikal (dari
unit yang lebih mampu menangani) atau secara horizontal (antar unit-unit
yang setingkat kemampuanya).
Sistem rujukan adalah suatu sistem penyelenggaraan pelayanan yang
melaksanakan pelimpahan wewenang atau tanggung jawab timbal balik,
terhadap suatu kasus penyakit atau masalah kesehatan, secara vertikal dalam
arti dari unit yang terkecil atau berkemampuan kurang kepada unit yang
lebih mampu atau secara horisontal atau secara horizontal dalam arti antar
unit-unit yang setingkat kemampuannya.
Salah satu bentuk pelaksanaan dan pengembangan upaya kesehatan
dalam Sistem Kesehatan Nasional (SKN) adalah rujukan upaya kesehatan.
Untuk mendapatkan mutu pelayanan yang lebih terjamin, berhasil guna
(efektif) dan berdaya guna (efesien), perlu adanya jenjang pembagian tugas
diantara unit-unit pelayanan kesehatan melalui suatu tatanan sistem rujukan.
2. Macam-macam Sistem Rujukan
a. Menurut Tata Hubungannya
1) Rujukan Internal
Rujukan horizontal yang terjadi antar unit pelayanan di dalam institusi
tersebut. Misalnya dari jejaring puskesmas (puskesmas pembantu) ke
puskesmas induk.
2) Rujukan Eksternal
Rujukan yang terjadi antar unit-unit dalam jenjang pelayanan
kesehatan, baik horizontal (dari puskesmas rawat jalan ke puskesmas
rawat inap) maupun vertikal (dari puskesmas ke rumah sakit umum
daerah).
b. Menurut Lingkup Pelayanannya
1) Rujukan Medik
Rujukan pelayanan yang terutama meliputi upaya penyembuhan
(kuratif) dan pemulihan (rehabilitatif). Misalnya, merujuk pasien
puskesmas dengan penyakit kronis (jantung koroner, hipertensi,
diabetes mellitus) ke rumah sakit umum daerah. Disamping itu juga
mencangkup rujukan pengetahuan (konsultasi medis) dan bahan-bahan
pemeriksaan.Rujukan medik dibagi menjadi :
a) Transfer of patient
Konsultasi penderita untuk keperluan diagnostik, pengobatan,
tindakan operatif dan lain-lain.
b) Transfer of specimen
Pengiriman bahan untuk pemeriksaan laboratorium yang lebih
lengkap.
c) Transfer of knowledge / personal
 Pengiriman tenaga-tenaga ahli ke daerah untuk memberikan
pengetahuan & keterampilan melalui ceramah, konsultasi
penderita, diskusi kasus, dan demonstrasi operasi.
 Pengiriman petugas pelayanan kesehatan daerah untuk
menambah pengetahuan & keterampilan mereka ke rumah
sakit pendidikan, juga dengan mengundang tenaga medis
dalam kegiatan ilmiah yang diselenggarakan tingkat provinsi
atau institusi pendidikan.
2) RujukanKesehatanMasyarakat
Rujukan ini berkaitan dengan upaya pencegahan penyakit (preventif) dan
peningkatan kesehatan (promosi). Rujukan ini mencakup rujukan
teknologi, sarana dan operasional.Rujukan sarana berupa antara lain
bantuan laboratorium kesehatan, teknologi kesehatan.

3. Tujuan Sistem Rujukan


a. Tujuan Umum
1) Untuk meningkatkan mutu, cakupan dan efisiensi pelayanan kesehatan
secara terpadu.
2) Untuk memberikan petunjuk kepada petugas puskesmas tentang
pelaksanaan rujukan medis dalam rangka menurunkan IMR dan AMR.
b. Tujuan Khusus
1) Meningkatkan kemampuan puskesmas dan peningkatannya dalam
rangka menangani rujukan kasus “resiko tinggi” dan gawat darurat.
2) Menyeragamkan dan menyederhanakan prosedur rujukan di wilayah
kerja puskesmas.
4. Manfaat Sistem Rujukan
a. Dari Sudut Pemerintah Sebagai Penentu Kebijakan (Policy Maker)
1) Membantu penghematan dana, karena tidak perlu menyediakan
berbagai macam peralatan kedokteran pada setiap sarana kesehatan.
2) Memperjelas sistem pelayanan kesehatan, karena terdapat hubungan
kerja antara berbagai sarana kesehatan yang tersedia.
3) Memudahkan pekerjaan administrasi, terutama pada aspek
perencanaan.
b. Dari Sudut Masyarakat Sebagai Pengguna Jasa Pelayanan (Health
Consumer)
1) Meringankan biaya pengobatan, karena dapat dihindari pemeriksaan
yang sama secara berulang-ulang.
2) Mempermudah masyarakat dalam mendapatkan pelayanan, karena
telah diketahui dengan jelas fungsi dan wewenang setiap sarana
pelayanan kesehatan.
c. Dari Sudut Kalangan Kesehatan Sebagai Penyelenggara Pelayanan
Keseahatan (Health Provider)
1) Memperjelas jenjang karier tenaga kesehatan dengan berbagai akibat
positif lainnya seperti semangat kerja, ketekunan, dan dedikasi.
2) Membantu peningkatan pengetahuan dan ketrampilan, yaitu: kerja
sama yang terjalin.
3) Memudahkan atau meringankan beban tugas, karena setiap sarana
kesehatan mempunyai tugas dan kewajiban tertentu.
5. Tata Laksana Sistem Rujukan
a. Internal antar petugas di satu instansi
b. Antara puskesmas pembantu dan puskesmas
c. Antara masyarakat dan puskesmas
d. Antara satu puskesmas dan puskesmas lainnya
e. Antara puskesmas dan RS, laboratorium/fasilitas pelayanan kesehatan
lainnya
f. Internal antar bagian/unit pelayanan di dalam satu RS
g. Antara RS, laboratorium/fasilitas pelayanan lain dari RS
6. ProsedurPelaksanaanSistemRujukan
Dalam membina sistem rujukan ini perlu ditentukan beberapa hal, yaitu :
a. Regionalisasi
Regionalisasi adalah pembagian wilayah pelaksanaan sistem rujukan.
Pembagian wilayah ini didasarkan atas pembagian wilayah secara
administratif, tetapi dimana perlu didasarkan atas lokasi atau mudahnya
ssstem rujukan itu dicapai. Hal ini untuk menjaga agar pusat sistem
rujukan mendapat arus penderita secara merata. Tiap tingkat unit
kesehatan diharapkan melakukan penyaringan terhadap penderita yang
akan disalurkan dalam sistem rujukan. Penderita yang dapat melayani
oleh unit kesehatan tersebut, tidak perlu dikirim ke unit lain yang lebih
mampu.
b. Kemampuan Unit Kesehatan dan Petugas
Kemampuan unit kesehatan tergantung pada macam petugas dan
peralatannya.Walaupun demikian diharapkan mereka dapat melakukan
keterampilan tertentu.Dalam kaitan ini perlu ditetapkan penggolongan
penyakit, menjadi 3 golongan diantarannya :
1) Penyakit yang bersifat darurat, yaitu penyakit yang harus segera di
tanggulangi, karena bila terlambat dapat menyebabkan kematian.
2) Penyakit yang bersifat menahun, yang penyembuhan dan
pemulihannya memerlukan waktu yang lama dan dapat menimbulkan
beban pembiayaan yang tidak dapat dipikul oleh penderita dan
keluarganya.
3) Penyakit yang bersifat akut tetapi tidak gawat, rehabilitas sosial, bagi
penderita yang telah sembuh dari penyakit menahun seperti kusta dan
jiwa yang tidak dapat dikembalikan kepada masyarakat, serta
perawatan kesehatan bagi orang jompo, terutama menjadi tanggung
jawab pemerintah.
Sedangkan, langkah-langkah pelaksanaan dalam sistem rujukan, yaitu :
a. Menentukan Kegawatdaruratan Penderita
1) Pada tingkat kader, ditemukan penderita yang tidak dapat ditangani
sendiri oleh keluarga atau kader, maka segera dirujuk ke fasilitas
pelayanan kesehatan yang terdekat, oleh karena itu mereka belum
tentu dapat menerapkan ke tingkat kegawatdaruratan.
2) Pada tingkat puskesmas pembantu dan puskesmas. Tenaga kesehatan
yang ada pada fasilitas pelayanan kesehatan tersebut harus dapat
menentukan tingkat kegawatdaruratan kasus yang ditemui, sesuai
dengan wewenang dan tanggung jawabnya, mereka harus menentukan
kasus mana yang boleh ditangani sendiri dan kasus mana yang harus
dirujuk.
b. Menentukan Tempat Rujukan
Prinsip dalam menentukan tempat rujukan adalah fasilitas pelayanan yang
mempunyai kewenangan dan terdekat termasuk fasilitas pelayanan swasta
dengan tidak mengabaikan kesediaan dan kemampuan penderita.
c. Memberikan Informasi Kepada Penderita dan Keluarga
Kaji ulang rencana rujukan bersama penderita dan keluarga. Jika perlu
dirujuk, siapkan dan sertakan dokumentasi tertulis semua asuhan,
perawatan dan hasil penilaian (termasuk partograf) yang telah dilakukan
untuk dibawa ke fasilitas rujukan. Jika penderita tidak siap dengan
rujukan, lakukan konseling terhadap penderita dan keluarganya tentang
rencana tersebut.
d. Mengirimkan Informasi Pada Tempat Rujukan yang Dituju
1) Memberitahukan bahwa akan ada penderita yang dirujuk.
2) Meminta petunjuk apa yang perlu dilakukan dalam rangka persiapan
dan selama dalam perjalanan ke tempat rujukan.
3) Meminta petunjuk dan cara penangan untuk menolong penderita bila
penderita tidak mungkin dikirim.
e. Persiapan Penderita
f. Pengiriman Penderita
g. Tindak Lanjut Penderita
1) Untuk penderita yang telah dikembalikan (rawat jalan pasca
penanganan).
2) Penderita yang memerlukan tindakan lanjut tapi tidak melapor harus
ada tenaga kesehatan yang melakukan kunjungan rumah.
7. Skema Sistem Rujukan Pelayanan Kesehatan di Indonesia

RUMAH SAKIT TIPE A

Provinsi RUMAH SAKIT TIPE B

Kabupaten RUMAH SAKIT TIPE C & D

Kecamatan PUSKESMAS / BALKESMAS

Kelurahan PUSKESMAS PEMBANTU

DOKTER & BIDAN PRAKTEK SWASTA

POSYANDU

MASYARAKAT

J. Faktor yang Mempengaruhi Sistem Pelayanan Kesehatan


Pelayanan kesehatan akan lebih berkembang atau sebaliknya akan terhambat
karena dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti adanya peningkatan ilmu
pengetahuan dan teknologi baru, pergeseran nilai masyarakat, aspek legal dan
etik, ekonomi dan politik.
1. Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Baru
Mengingat adanya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, maka
akan diikuti oleh perkembangan pelayanan kesehatan atau juga sebagai
dampaknya pelayanan kesehatan jelas lebih mengikuti perkembangan dan
teknologi, seperti dalam pelayanan kesehatan untuk mengatasi masalah
penyakit-penyakit yang sulit penyembuhannya, maka digunakanlah alat
seperti laser, terapi peruahan gen dan lain-lain.Maka pelayanan kesehatan ini
membutuhkan biaya yang cukup besar dan butuh tenaga yang professional di
bidang tertentu.
2. Pergeseran Nilai Masyarakat
Masyarakat yang sudah maju dengan pengetahuan tinggi, maka akan
memiliki kesadaran yang lebih dalam penggunaan atau pemanfaatan
pelayanan kesehatan, demikian juga sebaliknya pada masyarakat yang
memiliki pengetahuan kurang akan memiliki kesadaran yang rendah
terhadap pelayanan kesehatan,sehingga kondisi demikian akan sangat
mempengaruhi system pelayanan kesehatan.
3. Aspek Legal dan Etik
Dengan tingginya kesadaarn masyarakat tehadap penggunaan atau
pemanfaatan jasa pelayanan kesehatan, maka akan semakin tinggi pula
tuntunan hukum dan etik dalam pelayanan kesehatan, sehingga pelaku
memberi pelayanan kesehatan harus dituntut untuk memberikan pelayanan
kesehatan secra profesional dengan memperhatikan norma dan etik yang ada
dalam masyarakat
4. Ekonomi
Semakin tinggi ekonomi seseorang pelayanan kesehatan lebih mudah
diperoleh dan di jangkau dan begitu sebaliknya dengan orang yang tergolong
ekonomi rendah.Keadaan ekonomi ini akan mempengaruhi dalam sistem
pelayanan kesehatan.
5. Politik
Kebijakan pemerintah melalui sistem politik yang ada akan sangat
berpengaruh sekali dalam sistem pemberian pelayan kesehatan. Kebijakan-
kebijakan yang ada dapat memberikan pola dalam sistem pelayanan.Strategi
yang ada dalam visi Indonesia sehat diantanya pemahaman tentang
paradigma sehat, srategi professionalisme dalam segala tugas, adanya
JPKM,dan desentralisai.Dalam menggunakan strategi yang ada, pemerintah
telah menyusun misi yang akan di jalankan sebagaimana dalam sistem
pelayanan kesehatan, diantaranya :
a. Penggerak pembangunan nasional yang berwawasan kesehatan.
b. Memeliharaserta meningkatkan melindungi kesehatan individu, keluarga,
masyarat dan lingkungan.
c. Meningkatkan pelayanan kesehatan yang bermutu, merata  dan
terjangkau.
d. Meningkatkan kemandirian masyatakat hidup sehat.
K. MasalahSistemPelayananKesehatan
Faktor yang paling berpengaruh terhadap masalah pelayanan kesehatan
adalah perkembangan ilmu dan tehnologi. Semakin tinggi ilmu pengetahuan dan
tehnologi, semakin tinggi pelayanan kesehatan yang diberikan. Hasil yang diraih
juga semakin baik dimanan angka kesakitan, cacat dan kematian menurun serta
meningkatkan umur harapan hidup rata.
Perubahaan ini juga mendatangkan masalah sebagai berikut :
1. Terkotak-kotaknya Pelayanan Kesehatan/FragmentedHealth Services
Berhubungan dengan munculnya spesialis dan sub spesialis yang berdampak
negatif dengan timbulnya keselitan masyarakat memperoleh pelayanan
kesehatan yang akan menimbulkan tidak terpenuhinya kebutuhan
masyarakat terhadap pelayanan kesehatan bila hal ini berkelanjutan.
2. Berubahnya Sifat Pelayanan Kesehatan
Muncul sebagai akibat lebih lanjut dari pelayanan kesehatan yang terkotak-
kotak, terutama ditemukan pada hubungan dokter dan pasien. Munculnya
sub spesialis dan spesialis menyebabkan perhatian penyelenggara pelayanan
kesehatan tidak menyeluruh, perhatian tertuju pada keluhan dan organ tubuh
yang sakit saja. Perubahan bertambah nyata dengan adanya peralatan yang
canggih yang mendukung proses pelayanan yang diberikan. Hal tersebut
menimbulkan berbagai dampak negatif, yaitusebagai berikut :
a. Regangnya hubungan dokter dengan pasien yang timubul karena
peralatan yang digunakan tersebut.
b. Mahalnya biaya kesehatan.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Sistempelayanan kesehatan adalah sub sistem pelayanan kesehatan yang
tujuan utamanya adalah promotif (memelihara dan meningkatkan kesehatan),
preventif (pencegahan),kuratif (penyembuhan), dan rehabilitasi (pemulihan)
kesehatan perorangan, keluarga, kelompok atau masyarakat.
Pelayanan yang baik (prima), khususnya menyangkut pelayanan
lembagakesehatan, juga akan menimbulkan kesan/kenangan yang menyenangkan
bagi konsumen (pasien dan keluarganya)yang selanjutnya dapat menjadi faktor
pendorong untuk bekerja sama, berperan aktif dalam kegiatan sosial
lembagakesehatan itu, bahkan dapat menjadi promotor lembagakesehatan
tersebut.
Sedangkansyarat-syaratpokok system pelayanankkesehatan yang prima yaitu
tersedia dan berkesinambungan, dapat diterima dan wajar, mudah dicapai/
accessible, mudah dijangkau/affortableda bermutu/quality.
Sistem rujukan adalah suatu sistem penyelenggaraan pelayanan yang
melaksanakan pelimpahan wewenang atau tanggung jawab timbal balik, terhadap
suatu kasus penyakit atau masalah kesehatan, secara vertikal dalam arti dari unit
yang terkecil atau berkemampuan kurang kepada unit yang lebih mampu atau
secara horisontal atau secara horizontal dalam arti antar unit-unit yang setingkat
kemampuannya.
B. Saran
Dalam sistem pelayanan kesehatan perlu terus di tingkatkannya mutu serta
kualitas dari pelayanan kesehatan agar sistem pelayanan ini dapat berjalan
dengan efektif, itu semua dapat dilakukan dengan melihat nilai-nilai yang ada di
masyarakat, dan diharapkan perawat dapat memberikan pelayanan dengan
kualitas yang bagus dan baik.
Untukitu,
kitasebagaimahasiswakeperawatanhendaknyamempersiapkansecaramatangbaikd
arisegikemampuan, sikapmaupunpengetahuan yang optimal
gunamenjadigenerasitenagakeperawatanpenerus yang dapatdiandalkan yang
mampumeningkatkanderajatkesehatanmasyarakat
DAFTAR PUSTAKA

Ali H.Z. 2002.Dasar-Dasar Keperawatan Profesional. Jakarta: Widya Medika


Alimul, Aziz H. 2003.Riset Keperawatan dan Teknik Penulisan Ilmiah. Jakarta:
SalembaMedika
Asmadi. 2008. Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta: EGC
Aziz Alimul H. 2008. Pengantar Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta: Penerbit
Salemba Medika
Potter & Perry. 2005.Keperawatan FundamentalVol. 1 Edisi terjemahan. Jakarta:
EGC
Dubois & Miley. 2005.PelayananKesehatan Edisi terjemahan. Jakarta : EGC

MAKALAH

SEJARAH PERKEMBANGAN KEPERAWATAN


Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah KDK I

Dosen pengampuh : Neni Maemunah, S.Kep., M.MRS

Disusun Oleh :

Ardiansyah Ade Pedri Wula

2016610012

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS TRIBHUWANA TUNGGADEWI

Malang

2020

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis haturkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, dimana atas
rahmat dan karuniaNya kami telah dapat menyusun makalah ini yang berjudul “Sejarah
Perkembangan Keperawatan”. Untuk memenuhi tugas mata kuliah Konsep Dasar
Keperawatan I.

Dalam proses penyusunan makalah ini, penulis mengalami banyak permasalahan.


Namun berkat arahan dan dukungan dari berbagai pihak akhirnya makalah ini dapat
diselesaikan tepat pada waktunya. Penyusun menyadari makalah ini masih belum sempurna,
baik dari isi maupun sistematika penulisannya, maka dari itu penyusun berterima kasih
apabila ada kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan makalah ini.

Akhir kata, semoga makalah ini dapat dapat bermanfaat bagi rekan-rekan
seperjuangan khususnya Program Studi SI Keperawatan (PSSK) nantinya.

Malang, 28 Juli 2020

Penulis

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................i

DAFTAR ISI......................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang........................................................................................................ 1
B. Tujuan..................................................................................................................... 1
C. Rumusan Masalah.................................................................................................. 1

BAB II PEMBAHASAN

A. Sejarah Keperawatan Internasional........................................................................ 2


................................................................................................................................
B. Sejarah Keperawatan Nasional............................................................................... 7

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan.............................................................................................................. 9
B. Saran........................................................................................................................ 9

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................10

BAB I

PENDAHULUAN

C. Latar Belakang
Keperawatan memiliki dan akan selalu memiliki jawaban terhadap kebutuhan
kliennya. Pada masa perang, respon keperawatan akan menjawab kebutuhan korban pada
saat peperangan. Saat terjadi krisis pelayanan kesehatan dimasyarakat seperti wabah
penyakit atau sumber daya pelayanan kesehatan yang tidak memenuhi syarat, para
perawat akan menyelenggarakan imunisasi yang berbasis masyarakat.
Para perawat mempelajari dan menguji cara baru dan lebih baik untuk menolong
kliennya. Perawat peneliti merupakan pemimpin dalam perluasan pengetahuan
keperawatan dan disiplin ilmu pelayanan kesehatan lainnya. Pada awal sejarah
keperawatan saat Perang Crimean, Florence Nightingale mempelajari dan memperbaiki
metode sanitasi lingkungan perang. Dan berhasil mengurangi angka kematian dan infeksi
berbagai penyakit.
Pengetahuan mengenai sejarah profesi perawat akan meningkatkan kemampuan
anda untuk memahami sisi social dan intelektual dari disiplin ilmu ini. Walaupun tidak
dapat dijelaskan secara praktis untuk menjabarkan seluruh aspek sejarah dari keperawatan
professional.

D. Rumusan Masalah
1. Bagaimana sejarah perkembangan keperawatan dalam ruang lingkup Internasional ?
2. Bagaimana sejarah perkembangan keperawatan dalam ruang lingkup nasional ?

C. Tujuan

1. Mengetahui sejarah keperawatan dalam ruang lingkup Internasional ?


2. Mengetahui sejarah keperawatan dalam ruang lingkup nasional ?

BAB II
PEMBAHASAN

A. Sejarah Keperawatan Internasional


Keperawatan sebagai suatu pekerjaan sudah ada sejak manusia ada di bumi ini,
keperawatan terus berkembang sesuai dengan kemajuan peradaban teknologi dan
kebudayaan. Konsep keperawatan dari abad ke abad terus berkembang, berikut adalah
perkembangan keperawatan di dunia.
1. Sejak zaman manusia itu diciptakan (manusia itu ada)/Zaman Purba
Di mana pada dasarnya manusia diciptakan telah memiliki naluri untuk
merawat diri sendiri sebagaimana tercermin pada seorang ibu. Naluri yang sederhana
adalah memelihara kesehatan dalam hal ini adalah menyusui anaknva sehingga
harapan pada awal perkembangan keperawatan, perawat harus memiliki naluri
keibuan (Mother Instinc) kemudian bergeser ke zaman purba di mana pada zaman ini
orang masih percaya pada sesuatu tentang adanya kekuatan mistis yang dapat
mempengaruhi kehidupan manusia, kepercayaan ini dikenal dengan nama animisme,
di mana seseorang yang sakit dapat disebabkan karena kekuatan alam atau pengaruh
kekuatan gaib sehingga timbul keyakinan bahwa jiwa yang jahat akan dapat
menimbulkan kesakitan dan jiwa yang sehat dapat menimbulkan kesehatan atau
kesejahteraan. Pada saat itu peran perawat sebagai ibu yang merawat keluarganya
yang sakit dengan memberikan perawatan fisik serta mengobati penyakit dengan
menghilangkan pengaruh jahat.
Kemudian dilanjutkan dengan kepercayaan pada dewa-dewa di mana pada
masa itu penyakit dianggap disebabkan karena kemarahan dewa sehingga kuil-kuil
didirikan sebagai tempat pemujaan dan orang yang sakit meminta kesembuhan di kuil
tersebut dengan bantuan priest physician. Setelah itu perkembangan keperawatan
terus berubah dengan adanya diakones dan philantrop yang merupakan suatu
kelompok wanita tua dan janda yang membantu pendeta dalam merawat orang sakit
serta kelompok kasih sayang yang anggotanya menjauhkan diri dari keramaian dunia
dan hidupnya ditujukan pada perawatan orang yang sakit sehingga akhirnya
berkembanglah rumah-rumah perawatan dan akhirnya mulailah awal perkembangan
ilmu keperawatan.
2. Zaman keagamaan
Perkembangan keperawatan ini mulai bergeser ke arah spiritual di mana
seseorang yang sakit dapat disebabkan karena adanya dosa atau kutukan Tuhan. Pusat
perawatan adalah tempat-tempat ibadah, sehingga pada waktu itu pemimpin agama
dapat disebut sebagai. tabib yang mengobati pasien karena ada anggapan yang mampu
mengobati adalah pemimpin agama sedangkan pada waktu itu perawat dianggap
sebagai budak yang hanya membantu dan bekerja atas perintah pemimpin agama.
3. Zaman Masehi
Keperawatan dimulai pada saat perkembangan agama Nasrani, di mana pada
saat itu banyak membentuk diakones (deaconesses), suatu organisasi wanita yang
bertujuan mengunjungi orang sakit sedangkan orang laki-laki di berikan tugas dalam
membrikan perawatan untuk mengubur bagi orang yang meninggal, sehingga pada
saat itu berdirilah rumah sakit di Roma seperti Monastic Hospital. Pada saat itu rumah
sakit di gunakan sebagai tempat merawat orang sakit,orang cacat,miskin dan yatim
piatu. Pada saat itu pula di daratan benua Asia, khususnya di Timur Tengah,
perkembangan keperawatan mulai maju seiring dengan perkembangan agama Islam.
Keberhasilan Nabi Muhammad SAW dalam menyebarkan agama islam di
ikuti dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi seperti ilmu pasti, kimia,
kesehatan dan obat-obatan. Sebagaimana dalam AlQuran di tuliskan pentingnya
menjaga kebersihan diri, makanan, lingkungan dan lain-lain. Perkembangan tersebut
melahirkan tokoh Islam dalam keperawatan yang di kenal dengan nama Rufaidah.
4. Zaman permulaan abad 21
Pada permulaan abad ini perkembangan keperawatan berubah, tidak lagi
dikaitkan dengan faktor keagamaan akan tetapi berubah kepada faktor kekuasaan,
mengingat pada masa itu adalah masa perang dan terjadi eksplorasi alam sehingga
pesatlah perkembangan pengetahuan. Pada masa itu tempat ibadah yang dahulu
digunakan untuk merawat sakit tidak lagi digunakan.
5. Zaman sebelum perang dunia kedua
Pada masa perang dunia kedua ini timbal prinsip rasa cinta sesama manusia di
mana saling membantu sesama manusia yang membutuhkan. Pada masa sebelum
perang dunia kedua ini tokoh keperawatan Florence Nightingale (1820-1910)
menyadari adanya pentingnya suatu sekolah untuk mendidik para perawat, Florence
Nightingale mempunyai pandangan bahwa dalam mengembangkan keperawatan perlu
dipersiapkan pendidikan bagi perawat, ketentuan jam kerja perawat dan
mempertimbangkan pendapat perawat. Usaha Florence adalah dengan menetapkan
struktur dasar di pendidikan perawat diantaranya mendirikan sekolah perawat
mnetapkan tujuan pendidikan perawat serta menetapkan pengetahuan yang harus di
miliki para calon perawat.
Florence dalam merintis profesi keperawatan diawali dengan membantu para
korban akibat perang krim (1854 - 1856) antara Roma dan Turki yang dirawat di
sebuah barak rumah sakit (scutori) yang akhirnya mendirikan sebuah rumah sakit
dengan nama rumah sakit Thomas di London dan juga mendirikan sekolah perawatan
dengan nama Nightingale Nursing School.
6. Masa selama perang dunia kedua
Selama masa selama perang ini timbal tekanan bagi dunia pengetahuan dalam
penerapan teknologi akibat penderitaan yang panjang sehingga perlu meningkatkan
diri dalam tindakan perawat mengingat penyakit dan korban perang yang beraneka
ragam.
7. Masa pasca perang dunia dua
Masa ini masih berdampak bagi masyarakat seperti adanya penderitaan yang
panjang akibat perang dunia kedua, dan tuntutan perawat untuk meningkatkan
masyarakat sejahtera semakin pesat. Sebagai contoh di Amerika, perkembangan
keperawatan pada masa itu diawali adanya kesadaran masyarakat akan pentingnya
kesehatan, pertambahan penduduk yang relatif tinggi sehingga menimbulkan masalah
baru dalam pelayanan kesehatan, pertumbuhan ekonomi yang mempengaruhi pola
tingkah laku individu, adanya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
kedokteran dengan diawali adanya penemuan-penemuan obat-obatan atau cara-cara
untuk memberikan penyembuhan bagi pasien, upaya-upaya dalam tindakan pelayanan
kesehatan seperti pelayanan kuratif, preventif dan promotif dan juga terdapat
kebijakan Negara tentang peraturan sekolah perawat.
Pada masa itu perekembangan perawat di mulai adanya sifat pekerjaan yang
semula bersifat individu bergeser ke arah pekerjaan yang bersifat tim. Pada tahun
1948 perawat di akui sebagai profesi sehingga pada saat itu pula terjadi perhatian
dalam pemberian penghargaan pada perawat atas tangung jawabnya dalam tugas.
8. Periode tahun 1950
Pada masa itu keperawatan sudah mulai menunjukkan perkembangan
khususnya penataan pada sistem pendidikan. Hal tersebut terbukti di negara Amerika
sudah dimulai pendidikan setingkat master dan doktoral. Kemudian penerapan proses
keperawatan sudah mulai dikembangkan dengan memberikan pengertian bahwa
perawatan adalah suatu proses, yang dimulai dari pengkajian, diagnosis keperawatan,
perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.

B. Sejarah Keperawatan Nasional


Sejarah perkembangan keperawatan di Indonesia telah banyak dipengaruhi oleh
kolonial penjajah diantaranya Jepang, Belanda dan Inggris. Dalam perkembangannya di
Indonesia dibagi menjadi dua masa diantaranya:
1. Masa sebelum kemerdekaan,
Pada masa itu negara Indonesia masih dalam penjajahan Belanda. Perawat
berasal dari Indonesia disebut sebagai Verpleger dengan dibantu oleh zieken oppaser
sebagai penjaga orang sakit, perawat tersebut pertama kali bekerja di rumah sakit
Binnen Hospital yang terletak di Jakarta pada tahun 1799 yang ditugaskan untuk
memelihara kesehatan staf dan tentara Belanda, sehingga akhirnya pada masa Belanda
terbentuklah dinas kesehatan tentara dan dinas kesehatan rakyat. Mengingat tujuan
pendirian rumah sakit hanya untuk kepentingan Belanda, maka tidak diikuti
perkembangan dalam keperawatan.
Kemudian pada masa penjajahan Inggris yaitu Rafless, mereka memperhatikan
kesehatan rakyat dengan moto kesehatan adalah milik manusia dan pada saat itu pula
telah diadakan berbagai usaha dalam memelihara kesehatan diantaranya usaha
pengadaan pencacaran secara umum, membenahi cara perawatan pasien dangan
gangguan jiwa dan memperhatikan kesehatan pada para tawanan.
Beberapa rumah sakit dibangun khususnya di Jakarta yaitu pada tahun 1819,
didirikan rumah sakit Stadsverband, kemudian pada tahun 1919 rumah sakit tersebut
pindah ke Salemba dan sekarang dikenal dengan nama RSCM (Rumah Sakit Cipto
Mangunkusumo), kemudian diikuti rumah sakit milik swasta. Pada tahun 1942-1945
terjadi kekalahan tentara sekutu dan kedatangan tentara Jepang. Perkembangan
keperawatan mengalami kemunduran.
2. Masa setelah kemerdekaan
Pada tahun 1949 telah banyak rumah sakit yang didirikan serta balai
pengobatan dan dalam rangka memenuhi kebutuhan tenaga kesehatan pada tahun
1952 didirikan sekolah perawat, kemudian pada tahun 1962 telah dibuka pendidikan
keperawatan setara dengan diploma. Pada tahun 1985 untuk pertama kalinya dibuka
pendidikan keperawatan setingkat dengan sarjana yang dilaksanakan di Universitas
Indonesia dengan nama Program Studi Ilmu Keperawatan dan akhirnya dengan
berkembangnya Ilmu Keperawatan, maka menjadi sebuah Fakultas Ilmu keperawatan
dan beberapa tahun kemudian diikuti berdirinya pendidikan keperawatan setingkat S1
di berbagai universitas di Indonesia seperti di Bandung, Yogyakarta, Surabaya dan
lain-lain.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Keperawatan berespons dan beradaptasi terhadap tantangan baru secara
berkesinambungan. Evolusi keperawatan membuat profesi ini berada pada masa-masa
paling menantang dan mengagumkan selama perjalanan sejarah. Perawat berada pada
posisi unik, yaitu profesi untuk meningkatkan dan membentuk masa depan dari pelayanan
kesehatan. Keperawatan merupakan kombinasi pengetahuan, dari ilmu fisik,
kemanusiaan, dan social, bersama dengan kompetensi klinis yang dibutuhkan untuk
melayani kepentingan individual dari klien dan keluarganya.
B. Saran
Hendaknya sebagai seorang perawat, kita harus mampu mengembangkan
keterampilan yang kita miliki dengan mampu untuk menyesuaikan diri dengan evolusi-
evolusi yang terjadi pada dunia keperawatan itu sendiri. Dengan seringnya kita
melakukan pembaharuan-pembaharuan dalam setiap tindakan yang diambil, maka akan
mudah bagi kita untuk menjawab semua keluhan-keluhan klien dengan didasari critical
thinking yang memadai.

DAFTAR PUSTAKA

Hidayat A. Aziz Alimul. (2007). Pengantar Konsep Dasar Keperawatan Eds 2. Jakarta:
Salemba Medika

Asmadi.(2008). Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC


http://perawattegal.wordpress.com di akses selasa 24 agustus 2010 pukul 10:15am

https://www.academia.edu/30413405/Makalah_sejarah_keperawatan
MAKALAH

FALSAFAH DAN PARADIGMA KEPERAWATAN

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah KDK I

Dosen pengampuh : Neni Maemunah, S.Kep., M.MRS

Disusun Oleh :

Ardiansyah Ade Pedri Wula

2016610012

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS TRIBHUWANA TUNGGADEWI

Malang

2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa. yang mana atas
berkat, rahmat, dan karunia-Nya penulis dapat menyusun makalah yang berjudul “Falsafah
dan Paradidma Keperawatan” untuk menyelesaikan tugas mata kuliah Konsep Dasar
Keperawatan 1.
Dalam penyusunan makalah ini, tidak lepas dari hambatan yang penulis hadapi,
namun penulis menyadari kelancaran dalam penyusunan makalah ini tidak lain berkat
dorongan, bantuan, dan bimbingan semua pihak, sehingga kendala-kendala yang penulis
hadapi dapat teratasi.
Penulis menyadari dalam penulisan makalah ini tentunya masih banyak kekurangan,
mengingat akan keterbatasan kemampuan yang dimiliki oleh penulis. Untuk itu kritik dan
saran sangat penulis harapkan untuk kesempurnaan penyusunan makalah yang akan datang.

Malang, Juli 2020

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................................i

DAFTAR ISI..................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.............................................................................................1
B. Rumusan Masalah.....................................................................................
C. Tujuan .....................................................................................................
1. Tujuan umum....................................................................................
2. Tujuan khusus...................................................................................
D. Manfaat....................................................................................................

BAB II TINJAUAN TEORI

A. Falsafah Keperawatan.............................................................................
B. Paradigma Keperawatan.........................................................................

BAB III PEMBAHASAN

A. Falsafah Keperawatan............................................................................
B. Paradigma Keperawatan .....................................................................
C. Rentang Sehat.......................................................................................
D. Rentang Sakit.......................................................................................
E. Komponen dan perkembangan paradigma keperawatan........................

BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan.............................................................................................11
B. Saran.........................................................................................................11

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................13
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Praktek keperawatan ditentukan dalam standar organisasi profesi dan system
pengaturanserta pengendaliannya melalui perundang-undangan keperawatan (Nursing
Act),dimanapun perawat itu bekerja (PPNI, 2000). Keperawatan hubungannya sangat
banyak keterlibatan dengan segmen manusia dan kemanusiaan, oleh karena berbagai
masalah kesehatan actual dan potensial. Keperawatan memandang manusia secara
utuh dan unik sehingga praktek keperawatan membutuhkan penerapan ilmu
Pengetahuan dan keterampilan yang kompleks sebagai upaya untuk memenuhi
kebutuhan objektif  pasien/klien. Keunikan hubungan perawat dan klien harus
dipelihara interaksidinamikanya dan kontuinitasnya. Penerimaan dan pengakuan
keperawatan sebagai pelayanan professional diberikan dengan perawat professional
sejak tahun 1983, maka upaya perwujudannya bukanlah hal mudah di Indonesia.
Disisi lain keperawatan di Indonesia menghadapi tuntutan dan kebutuhan eksternal
dan internal yang kesemuanya membutuhkan upaya yang sungguh – sungguh dan
nyata keterlibatan berbagai pihak yang terkait dan berkepentingan.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengertian Falsafah keperwatan ?
2. Bagaimana pengertian Paradigma keperawatan ?
3. Bagaimana Komponen dan perkembangan paradigma keperawatan ?
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui peran falsafah keperawatan.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui pengertian Falsafah keperawatan.
b.   Untuk mengetahui pengertian paradigma keperawatan.
c. Untuk mengetahui komponen dan perkembangan paradigma keperawatan.
D. Manfaat
1. Sebagai masukan, literature dan pengembangan bagi mahasiswa.
2. Menambah pengetahuan dan wawasan tentang Program Promosi Kesehatan untuk
masyarakat.
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Falsafah Keperawatan
Falsafah keperawatan merupakan cara pandang manusia dan keperawatan
sebagai kerangka dasar pelaksanaan perawatan baik kepada orang sehat maupun sakit.
Falsafah memiliki 4 komponen dasar yaitu manusia, lingkungan, kesehatan dan
keperawatan. Beberapa ahli memiliki pendekatan spesifik sesui dengan hasil
kesimpulan masing-masing terhadap keperawatan, berikut contohnya :
2. Jean Watson
Jean watson memandang manusia sebagai fokus sentral dan keperawatan
merupakan sains yang menggunakan pengetahuan, estetika, kemanusiaan dan seni
sebagai dasar dalam pengembangan ilmu keperawatan melalui human care. Dalam
hal ini, perawat dituntut untuk mampu memahami perilaku dan respon manusia
dalam menghadapi setiap masalah kesehatan baik yang bersifat aktual maupun
potensial.
3. Ida Jean Orlando
Orlando mengemukakan konsep disiplin proses keperawatan yang meliputi
komunikasi perawat klien, identifikasi permasalahan yang ditemui pada klien dan
validasi maupun perbaikan. Orlando lebih menekankan pada perilaku klien yang
kemudian akan menimbulkan reaksi perawatan yang muncul dalam bentuk
tindakan keperawatan . tindakan perawatan yang dilakukan oleh perawat tersebut
akan mempengaruhi tingkat kesehatan klien baik saat itu maupun jangka panjang
dimana setelah mendapatkan tindakan keperawatan klien akan berusaha
memenuhi kebutuhan untuk mengatasi stres yang timbul akibat adanya
ketimpangan kebutuhan dan lingkungan.
4. Callista Roy
Roy membuat simpulan bahwa setiap manusia pastimemilikipotensi dapat
beradaaptasi terhadap stimulus baik internal maupun eksternal yang berbeda pada
tingkatan usia. Dalam konsep Roy ini perawat dituntut untuk mampu membuat
analisa mengenai klien dalam hal kebutuhan fisiologis, konsep diri, peran sosial
maupun keseimbangan antara kemandirian dan ketergantungan sehingga dapat
melihat kemungkinan-kemungkinan yang ada pada klien dan melakukan
pengkajian yang lebih spesifik mengenai akibat yang ditimbulkan dan mekanisme
adaptasi yang dilakukan klien.
5. Betty Neumann
Neuman memandang manusia merupakan gabungan konsep holistik dan
pendekatan sistem terbuka dan fokus keperawatan adalah penurunan stres dengan
memperkuat garis pertahanan diri. Neuman melihat secara menyeluruh termasuk
dengan lingkungannya baik yang internal maupun eksternal. Pencegahan sebagai
respon terhadap tingkatan reaksi yang diberikan oleh klien terhadap stresor
menjadi perhatian utama dalam teori yang dikemukakan oleh Neuman.
6. Florence Nightingale
Manipulasi dari lingkungan eksternal membantu proses perbaikan atau pergantian
dan kesehatan klien merupakan pokok pikiran Florence Nightingale yang
memandang interaksi klien dengan lingkungan sebagai hhal yang pokok dalam
proses keperawatan. Nightingale menempatkan perawat sebagai agen penting
dalam memodifikasi lingkungan klien diluar medikasi tindakan medis lain.
Dengan melakukan intervensi terhadap lingkungan sebagaihasil observasi dan
pengumpulan data perawat akan mampu membuat peningkatan status kesehatan
klien.
7. Hildegard Peplau
Menurut Peplau individu/klien adalah manusia yang memiliki kebutuhan perasaan
dan perawatan hadir sebagai vasilitator baik bagi klien maupun keluarga. Dengan
kapasitas profesionalnya perawat harus mampu membangun proses yang sifatnya
interpersonal dan tarapeutik sebagai gagasan utama teori Peplau, mendampingi
asumsi bahwa setiap individu memiliki kebutuhan perasaan.

C. Paradigma Keperawatan
Paradigma keperawatan menurut Gaffar (1997) adalah cara pandang yang
mendasar atau cara kita melihat, memikirkan, memberi makna, menyikapi dan
memilih tindakan terhadap berbagai fenomena yang ada dalam keperawatan. Dengan
demikian paradigma keperawatan berfungsi sebagai acuan atau dasar dasar dalam
melaksanakan praktek keperawatan yang bersifat profesional. Dengan dasar tersebut,
sesuatu yang mungkin terjadi dimana dua orang dengan paradigma yang berbeda
akan memandang suatu fenomena dengan cara yang berbeda sehingga menimbulkan
penarikan kesimpulan yang berbeda pula. Hal ini juga berlaku dalam keperawatan,
dengan objek observasi yang sama perawat dengan latar belakang atau bidang yang
berbeda mungkin akan melihat masalah yang timbul berbeda dan menuntun pada
perbedaan diagnosa serta perencanaan keperawatan.
BAB III
PEMBAHASAN

A. Falsafah Keperawatan
Falsafah adalah pengetahuan dan penyelidikan dengan akal budi mengenai
sebab-sebab, azas-azas, hukum dan sebagainya daripada segala yang ada dalam alam
semesta ataupun mengenai kebenaran dan arti adanya sesuatu (WJS Poerwadarminta).
Falsafah keperawatan adalah pandangan dasar tentang hakikat manusia dan
esensi keperawatan yang menjadikan kerangka dasar dalam praktik keperawatan.
Falsafah Keperawatan bertujuan mengarahkan kegiatan keperawatan yang
dilakukan. Keperawatan menganut pandangan holistik terhadap manusia yaitu
kebutuhan manusia bio-psiko-sosial-spiritual. Kegiatan keperawatan dilakukan
dengan pendekatan humanistik, dalam arti menghargai dan menghormati martabat
manusia, memberi perhatian kepada klien serta, menjunjung tinggi keadilan bagi
sesama manusia. Keperawatan bersifat universal dalam arti tidak membedakan ras,
jenis kelamin, usia, warna kulit, etik, agama, aliran politik dan status sosial ekonomi.
Keperawatan falsafah adalah keperawatan yang mengkaji penyebab dan hukum-
hukum yang mendasari realitas, serta keingintahuan tentang gambaran sesuatu yang
lebih berdasarkan pada alasan logis daripada metoda empiris.
Falsafah Keperawatan menurut Roy (Mc Quiston, 1995) adalah Roy memiliki
delapan falsafah, empat berdasarkan falsafah prinsip humanisme dan empat
berdasarkan prinsip falsafah veritivity. Falsafah humanisme/kemanusiaan “mengenali
manusia dan sisi subyektif manusia dan pengalamannya sebagai pusat rasa ingin tahu
dan rasa menghargai”. Sehingga ia berpendapat bahwa :
1. Saling berbagi dalam kemampuan untuk berpikir kreatif yang digunakan untuk
mengetahui masalah yang dihadapi, mencari solusi.
2. Bertingkah laku untuk mencapai tujuan tertentu, bukan sekedar memenuhi hukum
aksi-reaksi.
3. Memiliki holism intrinsik
4. Berjuang untuk mempertahankan integritas dan memahami kebutuhan untuk
memiliki hubungan dengan orang lain veritivity. Berarti kebenaran yang
bermaksud mengungkap keyakinan Roy bahwa ada hal benar absolut. Ia
mendefinisikan veritivity sebagai “prinsip alamiah manusia yang mempertegas
tujuan umum keberadaan manusia”. Empat falsafah yang berdasarkan prinsip
veritivity adalahsebagai berikut :
 Tujuan eksistensi manusia.
 Gabungan dari beberapa tujuan peradaban manusia.
 Aktifitas dan kratifitas untuk kebaikan-kebaikan umum.
 Nilai dan arti kehidupan.
              Bagian integral dari pelayanan kesehatan. Keperawatan menganggap
klien sebagai partner aktif, dalam arti perawat selalu bekerjasama dengan klien
dalam pemberian asuhan keperawatan.
B. Paradigma Keperawatan
Banyak ahli yang membahas pengertian paradigma seperti Masterman (1970)
yang mendefinisikan paradigma sebagai pandangan fundamental tentang persoalan
dalam suatu cabang ilmu pengetahuan. Poerwanto (1997) mengartikan paradigma
sebagai suatu perangkat bantuan yang memiliki nilai tinggi dan sangat menentukan
bagi penggunanya untuk dapat memiliki pola dan cara pandang dasar khas dalam
melihat, memikir, memberi makna, menyikapi dan memilih tindakan mengenai suatu
kenyataan atau fenomena kehidupan manusia.
Paradigma keperawatan menurut Gaffar, 1997, adalah cara pandang yang
mendasar atau cara kita melihat, memikirkan, memberi makna, menyikapi dan
memilih tindakan terhadap berbagai fenomena yang ada dalam keperawatan. Dengan
demikian paradigma keperawatan berfungsi sebagai acuan atau dasar dalam
melaksanakan praktek keperawatan yang bersifat professional.
Keperawatan sebagai ilmu juga memiliki paradigma sendiri dan sampai saat
ini paradigma keperawatan masih berdasarkan empat komponen yang diantaranya
manusia, keperawatan, kesehatan dalam rentang sehat-sakit dan lingkungan. Sebagai
disiplin ilmu, keperawatan akan selalu berkembang untuk mencapai profesi yang
mandiri seiring dengan perkembangan ilmu dan teknologi kesehatan sehingga
paradigma keperawatan akan terus berkembang.

1. Konsep Manusia
Komponen ini merupakan komponen pertama sebagai salah satu fokus dari
pelayanan keperawatan. Manusia bertindak sebagai klien dalam konteks
paradigma keperawatan ini bersifat individu, kelompok dan masyarakat dalam
suatu sistem tersebut dapat meliputi :
 Sistem terbuka, manusia dapat mempengaruhi dan pengaruhi oleh
lingkungan baik fisik, psikologi, sosial maupun spiritual sehingga proses
perubahan pada manusia akan selalu terjadi khususnya dalam pemenuhan
kebutuhan dasar.
 Sistem adaptif, manusia akan merespon terhadap perubahan yang ada di
lingkungannya yang akan selalu menunjukkan perilaku adaptif dan
maladaftif.
 Sistem personal, interpersonal dan social, manusia memeiliki persepsi, pola
kepribadian dan tumbuh kembang yang berbeda.
2. Konsep Keperawatan
Konsep ini adalah suatu bentuk pelayanan kesehatan yang bersifat profesional
dalam memenuhi kebutuhan dasar manusia yang dapat ditunjukkan kepada
individu, keluarga atau masyarakat dalam rentang sehat sakit. Dengan demikian
konsep ini memamng bahwa bentuk pelayanan keperawatan yang diberikan pada
klien dalam bentuk pemberian asuhan keperawatan adalah dalam keadaan tidak
mampu, tidak mau dan tidak tahu dalam proses pemenuhan kebutuhan dasar.
3. Konsep Sehat Sakit

Berdasarkan rentang sehat sakit tersebut, maka paradigma keperawatan


dalam konsep sehat sakit memandang bahwa bentuk pelaynan keperawatan yang
akan diberikan selama rentan sehat dan sakit, akan melihat terlebih dahulu status
kesehatan dalam rentang sehat sakit tersebut, apakah statusnya dalam tahap
setengah sakit, sakit akut atau sakit kronis, sehingga akan diketahui tingkatan
asuhan keperawatan yang akan diberikan serta tujuan yang ingin diharapkan
dalam meningkatkan status kesehatannya. Rentang ini merupakan suatu alat ukur
dalam menilai status kesehatan yang bersifat dinamis dan selalu berubah dalam
setiap waktu. Melalui rentang ini dapat diketahui batasan perawat dalam
melakukan praktek keperawatan dengan jelas.
4. Konsep lingkungan
Paradigma keperwatan dalam konsep lingkungan ini adalah memandang bahwa
lingkunan fisik,psikologis ,sosial, budaya dan spiritual dapat mempengaruhi
kebutuhan dasar manusia selama pemberian asuhan keperawatan dengan
meminimalkan dampak atau pengaruh yang ditimbulkannya sehingga tujuan
asuhan keperawatan dapat tercapai.
C. Rentang sehat
Rentang ini diawali dari status kesehatan sehat normal,sehat sekali dan
sejahtera. Dikatakan sehat bukan hanya bebas dari penyakit akan tetapi juga meliputi
aspek fisik,emosi,sosial dan spiritual. Maka dapat diketahui karakteristik sehat
sebenarnya adalah: pertama, memiliki kemampuan merefleksikan perhatian pada
individu sebagai manusia;kedua, memiliki pandangan terhadap sehat dalam konteks
lingkungan; dan ketiga, memiliki hidup yang kreatif dan produktif keyakinan terhadap
kesehatan adalah pendapat, keyakinan, dan sikap seseorang terhadap sehat dan sakit.
Keyakinan terhadap kesehatan didasarkan informasi yang faktual/kesalahan
informasi, pikiran sehat/mitos, dan kenyataan atau harapan yang salah. Karena
keyakinan terhadap kesehatan biasanya mempengaruhi perilaku sehat, maka
keyakinan tersebut dapat berpengaruh secara positif/negatif terhadap tingkat
kesehatan klien.
Keyakinan klien terhadap kesehatan bergantung pada beberapa faktor antara
lain persepsi tentang tingkat sehat, faktor-faktor yang dapat di modifikasi seperti
demografi(misal jenis dan tempat perumahan), kepribadian, dan persepsi terhadap
keuntungan yang dapat diperoleh dari perilaku sehat yang positif. Faktor pengaruh
stasus kesehatan, antara lain:
1) Perkembagan
Status kesehatan dapat dipengaruhi oleh faktor perkembangan yang mempuyai
arti bahwa perubahan status kesehatan dapat ditentukan oleh faktor usia.
2) Sosial dan Kultural
Hal ini dapat juga mempengaruhi proses perubahan bahan status kesehatan
seseorang karena akan mempengaruhi pemikiran atau keyakinan sehingga dapat
menimbulkan perubahan dalam perilaku kesehatan.
3) Pengalama Masa Lalu
Hal ini dapat mempegaruhi perubahan status kesehatan,dapat diketahiu jika ada
pengalaman kesehatan yang tidak diinginkan atau pengalamam kesehatan yang
buruk sehingga berdampak besar dalam status kesehatan selanjutya.
4) Harapan seseorang tentang dirinya
Harapan merupakan salah satu bagian yang penting dalam meningkatkan
perubahan status kesehatan kearah yang optimal.
5) Keturunan
Keturunan juga memberikan pengaruh terhadap status kesehatan seseorang
mengingat potensi perubahan status kesehatan telah dimiliki melalui faktor
genetik.
6) Lingkungan
Lingkungan yang dimaksud adalah lingkungan fisik.
7) Pelayanan
Pelayanan dapat berupa tempat pelayanan atau sistem pelayanan yang dapat
mempengaruhi status kesehatan.

D. Rentang Sakit
Rentang ini dimulai dari keadaan setengah sakit,sakit,sakit kronis dan kematian.
Tahapan proses sakit
1. Tahap gejala
Merupakan tahap awal seseorang mengalami proses sakit dengan ditandai adanya
perasaan tidak nyaman terhadap dirinya karena timbulnya suatu gejala.
2. Tahap asumsi terhadap sakit
Pada tahap ini seseorang akan melakukan interpretasi terhadap sakit yang di
alaminya dan akan merasakan keraguan pada kelainan atau gangguan yang di
rasakan pada tubuhnya.
3. Tahap kontak dengan pelayanan kesehatan
Tahap ini seorang mengadakan hubungan dengan pelayanan kesehatan dengan
meminta nasehat dari profesi kesehatan.
4. Tahap penyembuhan
Tahap ini merupakan tahapan terakhir menuju proses kembalinya kemampuan
untuk beradaptasi,di mana seseorang akan melakukan proses belajar untuk
melepaskan perannya selama sakit dan kembali berperan seperti sebelum sakit.
E. Komponen dan perkembangan paradigma keperawatan
Dalam memahami komponen dan perkembangan teori keperawatan tetap
berpedoman pada paradigma keperawatan, mengingat paradigma merupakan cara
pandang dari sebuah ilmu dan keperawatan itu adalah ilmu yang didasari atas teori-
teori yang ada. Dalam perkembangannya, teori keperawatan dapat bersifat dinamis
sesuai dengan perkembangan ilmu dan teknologi. Di bawah ini adalah pandangan dari
berbagai ahli tentang perkembangan paradigma keperawatan diantaranya :
1. Johnson memandang manusia sebagai sistem perilaku yang terdiri dari dua sistem
mayor yaitu biologi dan perilaku yang merupakan fokus pelayanan keperawatan
dengan tujuan primernya adalah membantu keseimbangan individu khususnya
pada sistem perilaku ketika ia sakit, sehingga akan dicapai status kesehatan yang
berarti adanya respon adaptasi baik fisisk, mental, emosi maupun sosial terhadap
stimulasi internal dan eksternal untuk mempertahankan keseimbangan dan
kenyamanan.
2. King memandang manusia sebagai sistem terbuka yang sosial, rasional, perasa,
pengontrol, bertujuan, beraksi dan berorientasi pada waktu.
3. Leininger memandang manusia sebagai kepedulian akan kemampuan dalam
mempengaruhi minat atau rasa hormat terhadap kebutuhan orang lain, kesehatan
dan mempertahankan hidup.
4. Levine  memandang  kehidupan manusia selalu berinteraksi dengan lingkungannya
dan menyesuaikan diri terhadap perubahan.
5. Newman  memandang manusia sebagai total person seperti sistem klien yang
terdiri dari biopsikososial, kultur dan selalu berkembang.
6. Orem memandang manusia sebagai gabungan dari komponen fisik, psikologis,
interpesonal dan sosial dalam memenuhi kebutuhan perawatan diri sendiri melalui
belajar dari perilaku.
7. Roger memandang manusia secara keseluruhan dan terus-menerus terjadi
pertukaran energi dengan lingkunganny.
8. Roy memandang manusia sebagai mahluk biopsikososial yang merupakan dasar
bagi kehidupan yang baik.
9. Watson manusia membutuhkan proses kepedulian dalam mempertahankan
kesehatan atau meninggal dengan damai dan merupakan mekanisme personal,
internal dan mental spiritual untuk kesembuhan diri sendiri.
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari uraian-uraian yang telah disampaikan pada makalah ini dapat disimpulkan
beberapa beberapa hal sebagai berikut :
Falsafah keperawatan merupakan gagasan yang palin mendasar mengenai keperawatan
sebagai suatu proses, cara, perbuatan merawat membela orang sakit yang sesuai dengan
sifat sains dan akan dikembangkan dengan dasar hasil dari perawatan itu sendiri.
1. Ilmu keperawatan dapat dikatakan sains karena melalui suatu proses observasi,
eksperimen dan dapat dipertanggungjawabkan keilmuannya dalam pelaksanaan
pelayanan keperawatan itu sendiri.

2. Paradigma keperawatan merupakan cara pandang yang mendasar memikirkan,


memberi makna, menyikapi dan memilih tindakan terhadap berbagai fenomena yang
ada dalam keperawatan.
Pelayanan perawatan yang profesional harus dilandasi oleh sains keperawatanyang
mengacu pada empat komponen dasar yaitu manusia, perawat, kesehatan dan
lingkungan.

B. Saran
1. Semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca dan bisa menambah pengetahuan
tentang falsafah dan paradikma keperawatan.
2. Semoga makalah kami ini, dapat dijadikan referensi bagi penulis selanjutnya.
3. Diharapkan para pembaca bisa memberikan kami kritik dan saran untuk dapat
menjadikan kami lebih baik lagi dalam penulisan makalah-makalah kami
selanjutnya.

DAFTAR PUSTAKA

Hidayat,Aziz Alimul. Pengantar Konsep Dasar Keperawatan.Salemba medika:Jakarta.


Potter and Perry. Buku Ajar Fundamental Keperawatan
DeLaune,   Sue   C.,   Ladner,   K.   Patrcia.   2002.   Fundamental   of   Nursing:   Standard   
andPractice 2nd Edition. Delmar. New York
Gaffar, Laode J. 1997. Pengantar  Keperawata Profesional. EGC. Jakarta
https://www.academia.edu/36560766/Falsafah_dan_Paradigma_Keperawatan_Perkembangan
_Ilmu
MAKALAH

KEPERAWATAN SEBAGAI PROFESI

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah KDK I

Dosen pengampuh : Neni Maemunah, S.Kep., M.MRS

Disusun Oleh :

Ardiansyah Ade Pedri Wula

2016610012

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS TRIBHUWANA TUNGGADEWI

Malang

2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa. yang mana atas berkat,
rahmat, dan karunia-Nya penulis dapat menyusun makalah yang berjudul “ Perawat Sebagai Profesi”
untuk menyelesaikan tugas mata kuliah Konsep Dasar Keperawatan 1.

Dalam penyusunan makalah ini, tidak lepas dari hambatan yang penulis hadapi,
namun penulis menyadari kelancaran dalam penyusunan makalah ini tidak lain berkat
dorongan, bantuan, dan bimbingan semua pihak, sehingga kendala-kendala yang penulis
hadapi dapat teratasi.
Penulis menyadari dalam penulisan makalah ini tentunya masih banyak kekurangan,
mengingat akan keterbatasan kemampuan yang dimiliki oleh penulis. Untuk itu kritik dan
saran sangat penulis harapkan untuk kesempurnaan penyusunan makalah yang akan datang.

Malang, Juli 2020

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................................................i

DAFTAR ISI...............................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang................................................................................................

B. Rumusan Masalah..........................................................................................

C. Tujuan

BAB II PEMBAHASAN

A. Keperawatan Sebagai Profesi ........................................................................

B.    Otonomi Dalam Keperawatan........................................................................

C.    Otoritas Dalam Keperawatan........................................................................

BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan......................................................................................................

B. Saran...............................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................................13
BAB I

PENDAHULUAN

      A.    Latar Belakang

Dunia profesi keperawatan terus bergerak. Hampir dua dekade profesi ini menyerukan
perubahan paradigma. Perawat yang semula tugasnya hanyalah semata-mata menjalankan
perintah dokter kini berupaya meningkatkan perannya sebagai mitra kerja dokter seperti yang
sudah dilakukan di negara-negara maju.
Sebagai sebuah profesi yang masih berusaha menunjukkan jati diri, profesi keperawatan
dihadapkan pada banyak tantangan. Tantangan ini bukan hanya dari eksternal tapi juga dari
internal profesi ini sendiri.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaiman kriteria keperawatan dikatakan sebagai profesi

2. Bagaimana otonomi dalam keperawatan

3. Bagaimana otoritas dalam keperawatan

     C.     Tujuan

Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah:

1. Agar mahasiswa dapat mengetahui kriteria keperawatan dikatakan sebagai profesi


2. Mahasiswa dapat mengetahui bagaimana otonomi dalam keperawatan
3. Bagaimana otoritas dalam keperawatan
4. Untuk menambah pengetahuan bagi perawat dalam menjalankan profesinya
BAB II

PEMBAHASAN

A.    Keperawatan Sebagai Profesi

Berdasarkan definisi oleh para ahli diatas menganai profesi, mari kita lihat mengapa
keperawatan itu sebagai profesi.

1. Mempunyai Body Of Knowledge

Tubuh pengetahuan yang dimiliki keperawatan adalah ilmu keperawatan ( nursing


science ) yang mencakup ilmu – ilmu dasar ( alam, sosial, perilaku ),ilmu biomedik,ilmu kesehatan
masyarakat,ilmu keperawatan dasar,ilmu keperawatan klinis dan ilmu keperawatan komunitas.

2. Pendidikan Berbasis Keahlian Pada Jenjang Pendidikan Tinggi

Di Indonesia berbagai jenjang pendidikan telah dikembangkan dengan mempunyai standar


kompetensi yang berbeda-beda mulai D III Keperawatan sampai dengan S3 akan dikembangkan.

3. Memberikan Pelayanan Kepada Masyarakat Melalui Praktik Dalam Bidang Profesi

Keperawatan dikembangkan sebagai bagian integral dari Sistem Kesehatan Nasional. Oleh
karena itu sistem pemberian askep dikembangkan sebagai bagian integral dari sistem pemberian
pelayanan kesehatan kepada masyarakat yang terdapat di setiap tatanan pelayanan kesehatan.

Pelayanan/ askep yang dikembangkan bersifat humanistik/menyeluruh didasarkan pada


kebutuhan klien,berpedoman pada standar asuhan keperawatan dan etika keperawatan.

4. Memiliki Perhimpunan/Organisasi Profesi

Keperawatan harus memiliki organisasi profesi,organisasi profesi ini sangat menentukan


keberhasilan dalam upaya pengembangan citra keperawatan sebagai profesi serta mampu
berperan aktif dalam upaya membangun keperawatan profesional dan berada di garda depan
dalam inovasi keperawatan di Indonesia. Saat ini di indonesia memilki organisasi profesi
keperawatan dengan nama PPNI, dengan aggaran dasar dan anggaran rumah tangga, sedangkan
organisasi keperawatan di dunia dengan nama internasional Council Of Nurse (ICN).

5. Pemberlakuan Kode Etik Keperawatan

Dalam pelaksanaan asuhan keperawatan ,perawat profesional selalu menunjukkan sikap


dan tingkah laku profesional keperawatan sesuai kode etik keperawatan.

6. Otonomi
Keperawatan memiliki kemandirian,wewenang, dan tanggung jawab untuk mengatur
kehidupan profesi,mencakup otonomi dalam memberikan askep dan menetapkan standar asuhan
keperawatan melalui proses keperawatan,penyelenggaraan pendidikan,riset keperawatan dan
praktik keperawatan dalam bentuk legislasi keperawatan ( KepMenKes No.1239 Tahun 2001 ).

7. Motivasi Bersifat Altruistik

Masyarakat profesional keperawatan Indonesia bertanggung jawab membina dan


mendudukkan peran dan fungsi keperawatan sebagai pelayanan profesional dalam pembangunan
kesehatan serta tetap berpegang pada sifat dan hakikat keperawatan sebagai profesi serta selalu
berorientasi kepada kepentingan masyarakat.

B.     Otonomi Dalam Keperawatan

Prinsip otonomi didasarkan pada keyakinan bahwa individu mampu berpikir logis dan mampu
membuat keputusan sendiri. Orang dewasa dianggap kompeten dan memiliki kekuatan membuat
sendiri, memilih dan memiliki berbagai keputusan atau pilihan yang harus dihargai oleh orang lain.
Prinsip otonomi merupakan bentuk respek terhadap seseorang, atau dipandang sebagai persetujuan
tidak memaksa dan bertindak secara rasional. Otonomi merupakan hak kemandirian dan kebebasan
individu yang menuntut pembedaan diri. Praktek profesional merefleksikan otonomi saat perawat
menghargai hak-hak klien dalam membuat keputusan tentang perawatan dirinya.

Contoh:

    Melakukan sesuatu bagi klien tanpa mereka diberitahu sebelumnya

    Melakukan sesuatu tanpa memberi informasi relevan yang penting diketahui klien dalam
membuat suatu pilihan.

    Memberitahukan klien bahwa keadaannya baik, padahal terdapat gangguan atau


penyimpangan.

   Tidak memberikan informasi yang lengkap walaupun klien menghendaki informasi


tersebut.

    Memaksa klien memberi informasi tentang hal – hal yang mereka sudah tidak bersedia
menjelaskannya.

Berbuat Baik (Beneficience)

Beneficience berarti, hanya melakukan sesuatu yang baik. Kebaikan, memerlukan pencegahan
dari kesalahan atau kejahatan, penghapusan kesalahan atau kejahatan dan peningkatan kebaikan oleh
diri dan orang lain. Terkadang, dalam situasi pelayanan kesehatan, terjadi konflik antara prinsip ini
dengan otonomi.

Contoh : Perawat menasehati klien tentang program pelatihan utnuk memperbaiki kesehatan
secara umum, tetapi tidak seharusnya melakukannya apabila klien dalam keadaan resiko serangan
jantung.
Keadilan (Justice)

Prinsip keadilan dibutuhkan untuk terpai yang sama dan adil terhadap orang lain yang
menjunjung prinsip-prinsip moral, legal dan kemanusiaan. Nilai ini direfleksikan dalam prkatek
profesional ketika perawat bekerja untuk terapi yang benar sesuai hukum, standar praktek dan
keyakinan yang benar untuk memperoleh kualitas pelayanan kesehatan.

Contoh: Seorang perawat sedang bertugas sendirian di suatu unit RS, kemudian ada seorang
klien baru masuk bersamaan dengan klien yang memerlukan bantuan perawat tersebut. Agar perawat
tidak menghindar dari satu klien ke klien yang lainnya maka perawat seharusnya dapat
mempertimbangkan faktor2 dalam situasi tersebut, kemudian bertindak pd prinsip keadilan.

Tidak Merugikan (Nonmaleficience)

Prinsip ini berarti tidak menimbulkan bahaya/cedera fisik dan psikologis pada klien.

Contoh: Seorang klien yang mempunyai kepercayaan bahwa pemberian tranfusi darah
bertentangan dengan keyakinannya, mengalami perdarahan hebat akibat penyakit hati yang kronis.
Sebelum kondisi klien bertambah berat, klien sudah memberikan pernyataan tertulis kepada dokter
bahwa ia tidak mau dilakukan tranfusi darah. Pada suatu saat, ketika kondisi klien bertambah buruk
dan terjadi perdarahan hebat, dokter seharusnya menginstruksikan untuk memberikan tranfusi darah.
Dalam hal ini, akhirnya tranfusi darah tidak diberikan karena prinsip beneficience, walaupun
sebenarnya pada saat yang bersamaan terjadi penyalahgunaan prinsip maleficience.

Kejujuran (Veracity)

Prinsip veracity berarti penuh dengan kebenaran. Nilai ini diperlukan oleh pemberi pelayanan
kesehatan untuk menyampaikan kebenaran pada setiap klien dan untuk meyakinkan bahwa klien
sangat mengerti. Prinsip veracity berhubungan dengan kemampuan seseorang untuk mengatakan
kebenaran. Informasi harus ada agar menjadi akurat, komprensensif, dan objektif untuk memfasilitasi
pemahaman dan penerimaan materi yang ada, dan mengatakan yang sebenarnya kepada klien
tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan keadaan dirinya selama menjalani perawatan.
Walaupun demikian, terdapat beberapa argument mengatakan adanya batasan untuk kejujuran
seperti jika kebenaran akan kesalahan prognosis klien untuk pemulihan atau adanya hubungan
paternalistik bahwa ”doctors knows best” sebab individu memiliki otonomi, mereka memiliki hak
untuk mendapatkan informasi penuh tentang kondisinya. Kebenaran merupakan dasar dalam
membangun hubungan saling percaya.

Contoh: Ny. Ita seorang wanita lansia usia 60 tahun, dirawat diRS dengan berbagai macam
fraktur karena kecelakaan mobil. Suaminya yang juga ada dalam kecelakaan tersebut masuk ke RS
yang sama dan meninggal. Ny. Ita bertanya berkali-kali kepada perawat tentang keadaan suaminya.
Dokter ahli bedah berpesan kepada perawatnya untuk tidak mengatakan kematian suami Ny. Ita
kepada Ny. Ita, perawat tidak diberi alasan apapun untuk petunjuk tersebut dan menyatakan
keprihatinannya kepada perawat kepala ruangan, yang mengatakan bahwa intruksi dokter harus
diikuti.
Menepati Janji (Fidelity)

Prinsip fidelity dibutuhkan individu untuk menghargai janji dan komitmennya terhadap orang
lain. Perawat setia pada komitmennya dan menepati janji serta menyimpan rahasia klien. Ketaatan,
kesetiaan, adalah kewajiban seseorang untuk mempertahankan komitmen yang dibuatnya. Kesetiaan,
menggambarkan kepatuhan perawat terhadap kode etik yang menyatakan bahwa tanggung jawab
dasar dari perawat adalah untuk meningkatkan kesehatan, mencegah penyakit, memulihkan
kesehatan dan meminimalkan penderitaan.

Contoh :

         Menjalin hubungan saling percaya antara perawt dengan pasien

         Memberi Penghargaan pada pasien

         Meningkatkan kemampuan menyelesaikan masalah bagi pasien.

         Memberi kebebasan melakukan ibadah

         Membuat pasien sejahtera

Karahasiaan (Confidentiality)

Aturan dalam prinsip kerahasiaan adalah informasi tentang klien harus dijaga privasi klien.
Segala sesuatu yang terdapat dalam dokumen catatan kesehatan klien hanya boleh dibaca dalam
rangka pengobatan klien. Tidak ada seorangpun dapat memperoleh informasi tersebut kecuali jika
diijinkan oleh klien dengan bukti persetujuan. Diskusi tentang klien diluar area pelayanan,
menyampaikan pada teman atau keluarga tentang klien dengan tenaga kesehatan lain harus dihindari.

Akuntabilitas (Accountability)

Akuntabilitas merupakan standar yang pasti bahwa tindakan seorang profesional dapat dinilai
dalam situasi yang tidak jelas atau tanpa terkecuali.

C.    Otoritas Dalam Keperawatan

Otoritas (autority) yaitu memiliki kewenangan sesuai dengan keahliannya yang akan
memengaruhi proses asuhan melalui peran professional.

Contoh:
1.      Seorang perawat berhadapan dengan suatu pilihan antara pulang ke rumah karena
sudah berjanji dengan anaknya untuk pergi ke suatu tempat atau tetap berada di rumah
sakit untuk menolong klien memenuhi kebutuhannya dalam keadaan gawat.

2.      Seorang ibu meminta perawat untuk melepas semua selang yang dipasang pada anaknya
yang telah koma delapan hari. Keadaan seperti ini, perawat menghadapi masalah
posisinya dalam menentukan keputusan secara moral.
3.      Seorang klien berusia lanjut yang menolak untuk mengenakan sabuk pengaman waktu
berjalan, ia ingin berjalan dengan bebas. Pada situasi ini perawat menghadapi masalah
upaya menjaga keselamatan klien yang bertentangan dengan kebebasan klien

4.      Seorang perawat yang mendapati teman kerjanya menggunakan narkotika. Dalam posisi ini
perawat tersebut beradadalam pilihan apakah akan mengatakan hal inisecara terbuka
atau diam karena diancamakan dibuka rahasia yg dimilikinya bila melaporkan pada orang
lain.

D.    Kode Etik Keperawatan

Kode etik adalah pernyataan standar profesional yang digunakan sebagai pedoman perilaku
dan menjadi kerangka kerja untuk membuat keputusan. Aturan yang berlaku untuk seorang perawat
Indonesia dalam melaksanakan tugas/fungsi perawat adalah kode etik perawat nasional Indonesia,
dimana seorang perawat selalu berpegang teguh terhadap kode etik sehingga kejadian pelanggaran
etik dapat dihindarkan. Kode etik keperawatan:

a. Perawat dan Klien

1) Perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan menghargai harkat dan martabat


manusia, keunikan klien dan tidak terpengaruh oleh pertimbangan kebangsaan,
kesukuan, warna kulit, umur, jenis kelamin, aliran politik dan agama yang dianut serta
kedudukan sosial.

2) Perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan senantiasa memelihara suasana


lingkungan yang menghormati nilai-nilai budaya, adat istiadat dan kelangsungan hidup
beragama klien.

3) Tanggung jawab utama perawat adalah kepada mereka yang membutuhkan asuhan
keperawatan.

4) Perawat wajib merahasiakan segala sesuatu yang dikehendaki sehubungan dengan tugas
yang dipercayakan kepadanya kecuali jika diperlukan oleh yang berwenang sesuai dengan
ketentuan hukum yang berlaku.

b. Perawat dan Praktek

1) Perawat memlihara dan meningkatkan kompetensi dibidang keperawatan melalui belajar


terus-menerus.

2) Perawat senantiasa memelihara mutu pelayanan keperawatan yang tinggi disertai


kejujuran profesional yang menerapkan pengetahuan serta ketrampilan keperawatan
sesuai dengan kebutuhan klien.

3) Perawat dalam membuat keputusan didasarkan pada informasi yang akurat dan
mempertimbangkan kemampuan serta kualifikasi seseorang bila melakukan konsultasi,
menerima delegasi dan memberikan delegasi kepada orang lain.

4) Perawat senantiasa menjunjung tinggi nama baik profesi keperawatan dengan selalu
menunjukkan perilaku profesional.
c. Perawat dan Masyarakat

Perawat mengemban tanggung jawab bersama masyarakat untuk memprakarsai dan


mendukung berbagai kegiatan dalam memenuhi kebutuhan dan kesehatan masyarakat.

d. Perawat dan Teman Sejawat

1) Perawat senantiasa memelihara hubungan baik dengan sesama perawat maupun dengan
tenaga kesehatan lainnya, dan dalam memelihara keserasian suasana lingkungan kerja
maupun dalam mencapai tujuan pelayanan kesehatan secara keseluruhan.

2) Perawat bertindak melindungi klien dari tenaga kesehatan yang memberikan pelayanan
kesehatan secara tidak kompeten, tidak etis dan ilegal.

e. Perawat dan Profesi

1) Perawat mempunyai peran utama dalam menentukan standar pendidikan dan pelayanan
keperawatan serta menerapkannya dalam kegiatan pelayanan dan pendidikan
keperawatan.

2) Perawat berperan aktif dalam berbagai kegiatan pengembangan profesi keperawatan

3) Perawat berpartisipasi aktif dalam upaya profesi untuk membangun dan memelihara
kondisi kerja yang kondusif demi terwujudnya asuhan keperawatan yang bermutu tinggi.

BAB III

PENUTUP

A.    Kesimpulan

Dengan mengetahui definisi, ciri profesi kita dapat menganalisis bahwa keperawatan di
indonesia dapat dikatakan sebagai suatu profesi. Karena memiliki ciri-ciri dari profesi yaitu
mempunyai body of knowledge, pendidikan berbasis keahlian pada jenjang pendidikan tinggi,
memberikan pelayanan kepada masyarakat melalui praktik dalam bidang profesi, memiliki
perhimpunan/organisasi profesi, pemberlakuan kode etik keperawatan, otonomi, dan motivasi
bersifat altruistik.

B.     Saran

Setelah mengetahui tentang keperawatan sebagai profesi perawat diharapka untuk lebih
meningkat kulitas kerja sebagai perawat dan mampu menjadi perawat yang profesional dibidangnya.
DAFTAR PUSTAKA

http://gustinerz.wordpress.com/2011/01/23/keperawatan-sebagai-profesi-2/

http://www.g-excess.com/3264/kode-etik-dalam-keperawatan-indonesia/
MAKALAH

PERAN DAN FUNGSI PERAWAT SEBAGAI PROFESIONAL

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah KDK I

Dosen pengampuh : Neni Maemunah, S.Kep., M.MRS

Disusun Oleh :

Ardiansyah Ade Pedri Wula

2016610012
PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS TRIBHUWANA TUNGGADEWI

Malang

2020

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa. yang mana atas berkat,
rahmat, dan karunia-Nya penulis dapat menyusun makalah yang berjudul “Peran dan Fungsi
Perawat Sebagai Profesional” untuk menyelesaikan tugas mata kuliah Konsep Dasar Keperawatan
1.
Dalam penyusunan makalah ini, tidak lepas dari hambatan yang penulis hadapi, namun
penulis menyadari kelancaran dalam penyusunan makalah ini tidak lain berkat dorongan, bantuan,
dan bimbingan semua pihak, sehingga kendala-kendala yang penulis hadapi dapat teratasi.
Penulis menyadari dalam penulisan makalah ini tentunya masih banyak kekurangan,
mengingat akan keterbatasan kemampuan yang dimiliki oleh penulis. Untuk itu kritik dan saran
sangat penulis harapkan untuk kesempurnaan penyusunan makalah yang akan datang.

Malang, Juli 2020

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................................i

DAFTAR ISI..................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

D. Latar Belakang.............................................................................................1
E. Tujuan..........................................................................................................
F. Rumusan Masalah .......................................................................................

BAB II PEMBAHASAN

F. Pengertian Perawat......................................................................................
G. Peran Perawat Profesional..........................................................................
H. Fungsi Perawat............................................................................................
I. Faktor-faktor Penyebab Rendahnya Peran dan Fungsi Perawat...........
J. Solusi Rendahnya Peran dan Fungsi Perawat...........................................

BAB IV PENUTUP

C. Kesimpulan.................................................................................................
D. Saran..........................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Saat ini dunia keperawatan semakin berkembang. Hampir dua dekade profesi ini
menyerukan perubahan paradigma. Perawat yang semula tugasnya hanyalah semata – mata
menjalankan perintah dokter kini berupaya meningkatkan perannya sebagai mitra kerja
dokter seperti yang sudah dilakukan di negara – negara maju. Perawat dianggap sebagai
salah satu profesi kesehatan yang harus dilibatkan dalam pencapaian tujuan pembangunan
kesehatan baik di dunia maupun di Indonesia.

Sebagai sebuah profesi yang masih berusaha menunjukkan jati diri, profesi
keperawatan dihadapkan pada banyak tantangan. Tantangan ini bukan hanya dari eksternal
tapi juga dari internal profesi ini sendiri. Untuk itu perawat dituntut memiliki skill yang
memadai untuk menjadi seorang perawat profesional.

Seiring dengan berjalannya waktu dan bertambahnya kebutuhan pelayanan


kesehatan menuntut perawat saat ini memiliki pengetahuan dan keterampilan di berbagai
bidang. Saat ini perawat memiliki peran yang lebih luas dengan penekanan pada
peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit, juga memandang klien secara
komprehensif.

B. Tujuan
1. Mengetahui dan memahami pengertian dari perawat sebagai profesi.
2. Mengetahui dan memahami pengertian perawat profesional.
3. Mengetahui dan memahami peran perawat profesional.
4. Mengetahui dan memahami fungsi perawat professional.
C. Rumusan Masalah
1. Bagaiman pengertian dari perawat sebagai profesi.
2. Apa pengertian perawat profesional.
3. Bagaimana peran perawat profesional.
4. Bagaimana fungsi perawat professional.

BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Perawat
Perawat adalah seseorang yang telah lulus pendidikan keperawatan, baik di dalam
maupun di luar negeri sesuai dengan perundang undangan yang berlaku. (PERMENKES RI
NO.1239 Tahun 2001 tentang Registrasi dan Praktek perawat)
Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan profesional sebagai bagian integral dari
pelayanan kesehatan yang meliputi aspek bio-psilo-sosio-spiritual yang komprehensif,
ditujukan kepada individu, keluarga atau masyarakat yang sehat maupun sakit yang
mencangkup siklus hidup manusia. (Seminar Nasional Keperawatan 1983)
Perawat profesional adalah Perawat yang bertanggungjawab dan berwewenang memberikan
pelayanan keparawatan secara mandiri dan atau berkolaborasi dengan tenaga Kesehatan
lain sesuai dengan kewenanganya. (Depkes RI,2002).
B. Peran Perawat Profesional
Peran adalah seperangkat tingkah laku yang diharapkan oleh orang lain terhadap
seseorang sesuai kedudukannya dalam suatu system. Peran dipengaruhi oleh keadaan sosial
baik dari dalam maupun dari luar dan bersifat stabil. Peran adalah bentuk dari perilaku yang
diharapkan dari seseorang pada situasi sosial tertentu.
1. Pemberi Asuhan Keperawatan
Sebagai pemberi asuhan keperawatan, perawat membantu klien mendapatkan
kembali kesehatannya melalui proses penyembuhan. Perawat memfokuskan asuhan
pada kebutuhan kesehatan klien secara holistic, meliputi upaya untuk mengembalikan
kesehatan emosi, spiritual dan sosial. Pemberi asuhan memberikan bantuan kepada klien
dan keluarga klien dengan menggunakan energy dan waktu yang minimal. Selain itu,
dalam perannya sebagai pemberi asuhan keperawatan, perawat memberikan perawatan
dengan memperhatikan keadaan kebutuhan dasar manusia yang dibutuhkan melalui
pemberian pelayanan keperawatan dengan menggunakan proses keperawatan sehingga
dapat ditentukan diagnosis keperawatan agar bisa direncanakan dan dilaksanakan
tindakan yang tepat dan sesuai dengan tingkat kebutuhan dasar manusia, kemudian
dapat dievaluasi tingkat perkembangannya. Pemberian asuhan keperawatannya
dilakukan dari yang sederhana sampai yang kompleks.

2. Pembuat Keputusan Klinis     


Membuat keputusan klinis adalah inti pada praktik keperawatan. Untuk memberikan
perawatan yang efektif, perawat menggunakan keahliannya berfikir kritis melalui proses
keperawatan. Sebelum mengambil tindakan keperawatan, baik dalam pengkajian
kondisi klien, pemberian perawatan, dan mengevaluasi hasil, perawat menyusun
rencana tindakan dengan menetapkan pendekatan terbaik bagi klien. Perawat membuat
keputusan sendiri atau berkolaborasi dengan klien dan keluarga. Dalam setiap situasi
seperti ini, perawat bekerja sama, dan berkonsultasi dengan pemberi perawatan
kesehatan professional lainnya (Keeling dan Ramos,1995).
3. Pelindung dan Advokat Klien
     Sebagai pelindung, perawat membantu mempertahankan lingkungan yang aman bagi
klien dan mengambil tindakan untuk mencegah terjadinya kecelakaan serta melindungi
klien dari kemungkinan efek yang tidak diinginkan dari suatu tindakan diagnostic atau
pengobatan. Contoh dari peran perawat sebagai pelindung adalah memastikan bahwa
klien tidak memiliki alergi terhadap obat dan memberikan imunisasi melawat penyakit
di komunitas. Sedangkan peran perawat sebagai advokat, perawat melindungi hak klien
sebagai manusia dan secara hukum, serta membantu klien dalam menyatakan hak-
haknya bila dibutuhkan. Contohnya, perawat memberikan informasi tambahan bagi
klien yang sedang berusaha untuk memutuskan tindakan yang terbaik baginya. Selain
itu, perawat juga melindungi hak-hak klien melalui cara-cara yang umum dengan
menolak aturan atau tindakan yang mungkin membahayakan kesehatan klien atau
menentang hak-hak klien. Peran ini juga dilakukan perawat dalam membantu klien dan
keluarga dalam menginterpetasikan berbagai informasi dari pemberi pelayanan atau
informasi lain khususnya dalam pengambilan persetujuan atas tindakan keperawatan
yang diberikan kepada pasien, juga dapat berperan mempertahankan dan melindungi
hak-hak pasien yang meliputi hak atas pelayanan sebaik-baiknya, hak atas informasi
tentang penyakitnya, hak atas privasi, hak untuk menentukan nasibnya sendiri dan hak
untuk menerima ganti rugi akibat kelalaian.
4. Manager Kasus
Dalam perannya sebagai manager kasus, perawat mengkoordinasi aktivitas anggota
tim kesehatan lainnya, misalnya ahli gizi dan ahli terapi fisik, ketika mengatur
kelompok yang memberikan perawatan pada klien. Berkembangnya model praktik
memberikan perawat kesempatan untuk membuat pilihan jalur karier yang ingin
ditempuhnya.
Dengan berbagai tempat kerja, perawat dapat memilih antara peran sebagai manajer
asuhan keperawatan atau sebagai perawat asosiat yang melaksanakan keputusan
manajer (Manthey, 1990). Sebagai manajer, perawat mengkoordinasikan dan
mendelegasikan tanggung jawab asuhan dan mengawasi tenaga kesehatan lainnya.
5. Rehabilitator
     Rehabilitasi adalah proses dimana individu kembali ke tingkat fungsi maksimal
setelah sakit, kecelakaan, atau kejadian yang menimbulkan ketidakberdayaan lainnya.
Seringkali klien mengalami gangguan fisik dan emosi yang mengubah kehidupan
mereka. Disini, perawat berperan sebagai rehabilitator dengan membantu klien
beradaptasi semaksimal mungkin dengan keadaan tersebut.
6. Pemberi Kenyamanan Perawat klien sebagai seorang manusia, karena asuhan
keperawatan harus ditujukan pada manusia secara utuh bukan sekedar fisiknya saja,
maka memberikan kenyamanan dan dukungan emosi seringkali memberikan kekuatan
bagi klien sebagai individu yang memiliki perasaan dan kebutuhan yang unik. Dalam
memberi kenyamanan, sebaiknya perawat membantu klien untuk mencapai tujuan yang
terapeutik bukan memenuhi ketergantungan emosi dan fisiknya.
7. Komunikator
Keperawatan mencakup komunikasi dengan klien dan keluarga, antar sesama perawat
dan profesi kesehatan lainnya, sumber informasi dan komunitas. Dalam memberikan
perawatan yang efektif dan membuat keputusan dengan klien dan keluarga tidak
mungkin dilakukan tanpa komunikasi yang jelas. Kualitas komunikasi merupakan factor
yang menentukan dalam memenuhi kebutuhan individu, keluarga dan komunitas.
8. Penyuluh
Sebagai penyuluh, perawat menjelaskan kepada klien konsep dan data-data tentang
kesehatan, mendemonstrasikan prosedur seperti aktivitas perawatan diri, menilai apakah
klien memahami hal-hal yang dijelaskan dan mengevaluasi kemajuan dalam
pembelajaran. Perawat menggunakan metode pengajaran yang sesuai dengan
kemampuan dan kebutuhan klien serta melibatkan sumber-sumber yang lain misalnya
keluarga dalam pengajaran yang direncanakannya.
9. Kolaborator Peran
perawat disini dilakukan karena perawat bekerja melalui tim kesehatan yang terdiri dari
dokter, fisioterapi, ahli gizi dan lain-lain dengan berupaya mengidentifikasi pelayanan
keperawatan yang diperlukan termasuk diskusi atau tukar pendapat dalam penentuan
bentuk pelayanan selanjutnya.
10. Edukator
Peran ini dilakukan dengan membantu klien dalam meningkatkan tingkat pengetahuan
kesehatan, gejala penyakit bahkan tindakan yang diberikan, sehingga terjadi perubahab
perilaku dari klien setelah dilakukan pendidikan kesehatan.
11. Konsultan
Peran disini adalah sebagai tempat konsultasi terhadap masalah atau tindakan
keperawatan yang tepat untuk diberikan. Peran ini dilakukan atas permintaan klien
tehadap informasi tentang tujuan pelayanan keperawatan yang diberikan.
12. Pembaharu
Peran sebagai pembaharu dapat dilakukan dengan mengadakan perencanaan, kerjasama,
perubahan yang sistematis dan terarah sesuai dengan metode pemberian pelayanan
keperawatan.

C. Fungsi Perawat

Definisi fungsi itu sendiri adalah suatu pekerjaan yang dilakukan sesuai dengan
perannya. Fungsi dapat berubah disesuaikan dengan keadaan yang ada. dalam menjalankan
perannya, perawat akan melaksanakan berbagai fungsi diantaranya:

1. Fungsi Independen Merupakan fungsi mandiri dan tidak tergantung pada orang lain,
dimana perawat dalam melaksanakan tugasnya dilakukan secara sendiri dengan
keputusan sendiri dalam melakukan tindakan dalam rangka memenuhi kebutuhan dasar
manusia seperti pemenuhan kebutuhan fisiologis (pemenuhan kebutuhan oksigenasi,
pemenuhan kebutuhan cairan dan elektrolit, pemenuhan kebutuhan nutrisi, pemenuhan
kebutuhan aktivitas dan lain-lain), pemenuhan kebutuhan dan kenyamanan, pemenuhan
kebutuhan cinta mencintai, pemenuhan kebutuhan harga diri dan aktualisasi diri.
2. Fungsi Dependen
Merupakan fungsi perawat dalam melaksanakan kegiatannya atas pesan atau instruksi
dari perawat lain. Sehingga sebagai tindakan pelimpahan tugas yang diberikan. Hal ini
biasanya silakukan oleh perawat spesialis kepada perawat umum, atau dari perawat
primer ke perawat pelaksana.
3. Fungsi Interdependen
Fungsi ini dilakukan dalam kelompok tim yang bersifat saling ketergantungan di antara
satu dengan yang lainnya. Fungsi ini dapat terjadi apabila bentuk pelayanan
membutuhkan kerja sama tim dalam pemberian pelayanan seperti dalam memberikan
asuhan keperawatan pada penderita yang mempunyai penyakit kompleks. Keadaan ini
tidak dapat diatasi dengan tim perawat saja melainkan juga dari dokter ataupun lainnya,
seperti dokter dalam memberikan tindakan pengobatan bekerjasama dengan perawat
dalam pemantauan reaksi obat yang telah diberikan.
D. Faktor-faktor Penyebab Rendahnya Peran dan Fungsi Perawat

1. Keterlambatan pengakuan bodyofknowledge profesi keperawatan. Tahun 1985


pendidikan S1 keperawatan pertama kali dibuka di UI,  sedangkan di negara barat pada
tahun 1869.
2. Keterlambatan pengembangan pendidikan perawat professional.
3. Keterlambatan system pelayanan keperawatan (standart, bentuk praktik keperawatan,
lisensi).

E. Solusi Rendahnya Peran dan Fungsi Perawat

1. Pengembangan pendidikan keperawatan


Sistem pendidikan tinggi keperawatan sangat penting dalam pengembangan
perawatan professional, pengembangan teknologi keperawatan, pembinaan profesi dan
pendidikan keperawatan berkelanjutan. Akademi Keperawatan merupakan pendidikan
keperawatan yang menghasilkan tenaga perawatan professional dibidang keperawatan.
2. Memantapkan system pelayanan perawatan professional
Depertemen Kesehatan RI sampai saat ini sedang menyusun registrasi, lisensi dan
sertifikasi praktik keperawatan. Selain itu semua penerapan model praktik keperawatan
professional dalam memberikan asuhan keperawatan harus segera di lakukan untuk
menjamin kepuasan konsumen/klien.
3. Penyempurnaan organisasi keperawatan
Organisasi profesi keperawatan memerlukan suatu perubahan cepat dan dinamis
serta kemampuan mengakomodasi setiap kepentingan individu menjadi kepentingan
organisasi dan mengintegrasikannya menjadi serangkaian kegiatan yang dapat dirasakan
manfaatnya. Restrukturisasi organisasi keperawatan merupakan pilihan tepat guna
menciptakan suatu organisasi profesi yang mandiri dan mampu menghidupi anggotanya
melalui upaya jaminan kualitas kinerja dan harapan akan masa depan yang lebih baik
serta meningkat.
Komitmen perawat guna memberikan pelayanan keperawatan yang bermutu baik
secara mandiri ataupun melalui jalan kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain sangat
penting dalam terwujudnya pelayanan keperawatan professional.
Nilai professional yang melandasi praktik keperawatan dapat di kelompokkan dalam
:
1. Nilai intelektual dalam prtaktik keperawatan terdiri dari :
a. BodyofKnowledge
b. Pendidikan spesialisasi (berkelanjutan)
c. Menggunakan pengetahuan dalam berpikir secara kritis dan kreatif.
2. Nilai komitmen moral
a. Pelayanan keperawatan diberikan dengan konsep altruistic, dan memperhatikan
kode etik keperawatan. Menurut Beauchamp&Walters (1989) pelayanan
professional terhadap masyarakat memerlukan integritas, komitmen moral dan
tanggung jawab etik.
Aspek moral yang harus menjadi landasan perilaku perawat adalah :
b. Beneficience
selalu mengupayakan keputusan dibuat berdasarkan keinginan melakukan yang
terbaik dan tidak merugikan klien. (Johnstone, 1994)
c. Fair
Tidak mendeskriminasikan klien berdasarkan agama, ras, social budaya,
keadaan ekonomi dan sebagainya, tetapi memprlakukan klien sebagai individu
yang memerlukan bantuan dengan keunikan yang dimiliki.
d. Fidelity
Berperilaku caring (peduli, kasih sayang, perasaan ingin membantu), selalu
berusaha menepati janji, memberikan harapan yang memadahi, komitmen
moral serta memperhatikan kebutuhan spiritual klien. 

3. Otonomi, Kendali dan Tanggung Gugat


Otonomi merupakan kebebasan dan kewenangan untuk melakukan tindakan
secara mandiri. Hak otonomi merujuk kepada pengendalian kehidupan diri sendiri
yang berarti bahwa perawat memiliki kendali terhadap fungsi mereka. Otonomi
melibatkan kemandirian, kesedian mengambil resiko dan tanggung jawab serta
tanggung gugat terhadap tindakannya sendiribegitupula sebagai pengatur dan
penentu diri sendiri. Kendali mempunyai implikasi pengaturan atau pengarahan
terhadap sesuatu atau seseorang. Bagi profesi keperawatan, harus ada kewenangan
untuk mengendalikan praktik, menetapkan peran, fungsi dan tanggung jawab
anggota profesi. Tanggung gugat berarti perawat bertanggung jawab terhadap setiap
tindakan yang dilakukannya terhadap klien. Peningkatan kualitas organisasi profesi
keperawatan dapat dilakukan melalui berbagai cara dan pendekatan antara lain :
a. Mengembangkan system seleksi kepengurusan melalui penetapan kriteria dari
berbagai aspek kemampuan, pendidikan, wawasan, pandangan tentang visi dan
misi organisasi, dedikasi serta keseterdiaan waktu yang dimiliki untuk
organisasi.
b. Memiliki serangkaian program yang kongkrit dan diterjemahkan melalui
kegiatan organisasi dari tingkat pusat sampai ke tingkat daerah. Prioritas utama
adalah rogram pendidikan berkelanjutan bagi para anggotanya.
c. Mengaktifkan fungsi collectivebargaining, agar setiap anggota memperoleh
penghargaan yang sesuai dengan pendidikan dan kompensasi masing-masing.
d. Mengembangkan program latihan kepemimpinan, sehingga tenaga
keperawatan dapat berbicara banyak dan memiliki potensi untuk menduduki
berbagai posisi di pemerintahan atau sector swasta.
e. Meningkatkan kegiatan bersama dengan organisasi profesi keperawatan di luar
negeri, bukan anya untuk pengurus pusat saja tetapi juga mengikut sertakan
pengurus daerah yang berpotensi untuk dikembangkan.

Kiat keperawatan (nursingarts) lebih difokuskan pada kemampuan perawat untuk


memberikan asuhan keperawatan secara komprehensif dengan sentuhan seni dalam arti
menggunakan kiat – kiat tertentu dalam upaya memberikan kenyaman dan kepuasan pada
klien. Kiat – kiat itu adalah :

 Caring, menurut Watson (1979) ada sepuluh faktor dalam unsur – unsur karatif yaitu :
nilai – nilai humanistic – altruistik, menanamkan semangat dan harapan, menumbuhkan
kepekaan terhadap diri dan orang lain, mengembangkan ikap saling tolong menolong,
mendorong dan menerima pengalaman ataupun perasaan baik atau buruk, mampu
memecahkan masalah dan mandiri dalam pengambilan keputusan, prinsip belajar –
mengajar, mendorong melindungi dan memperbaiki kondisi baik fisik, mental ,
sosiokultural dan spiritual, memenuhi kebutuhan dasr manusia, dan tanggap dalam
menghadapi setiap perubahan yang terjadi.
 Sharing, artinya perawat senantiasa berbagi pengalaman dan ilmu atau berdiskusi
dengan kliennya.
 Laughing, artinya senyum menjadi modal utama bagi seorang perawat untuk
meningkatkan rasa nyaman klien.
 Crying, artinya perawat dapat menerima respon emosional diri dan kliennya.
 Touching, artinya sentuhan yang bersifat fisik maupun psikologis merupakan
komunikasi simpatis yang memiliki makna (Barbara, 1994)
 Helping, artinya perawat siap membantu dengan asuhan keperawatannya
 Believing in Others, artinya perawat meyakini bahwa orang lain memiliki hasrat dan
kemampuan untuk selalu meningkatkan derajat kesehatannya.
 Learning, artinya perawat selalu belajar dan mengembangkan diri dan keterampilannya.
 Respecting, artinya memperlihatkan rasa hormat dan penghargaan terhadap orang lain
dengan menjaga kerahasiaan klien kepada yang tidak berhak mengetahuinya.
 Listening, artinya mau mendengar keluhan kliennya
 Felling, artinya perawat dapat menerima, merasakan, dan memahami perasaan duka ,
senang, frustasi dan rasa puas klien.
 Accepting, artinya perawat harus dapat menerima dirinya sendiri sebelum menerima
orang lain.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan profesional sebagai bagian integral dari
pelayanan kesehatan yang meliputi aspek bio-psilo-sosio-spiritual yang komprehensif,
ditujukan kepada individu, keluarga atau masyarakat yang sehat maupun sakit yang
mencangkup siklus hidup manusia. Keperawatan dapat dipandang sebagai suatu profesi
karena mempunyai bodyofknowledge, pendidikan berbasis keahlian pada jenjang
pendidikan tinggi, memberikan pelayanan kepada masyarakat melalui praktik dalam bidang
profesi, memiliki perhimpunan atau organisasi profesi, memberlakukan kode etik
keperawatan, otonomi dan motivasi bersifat altruistik.

Peran perawat profesional adalah pemberi asuhan keperawatan, pembuat keputusan


klinis, pelindung dan advokat klien, manager khusus, rehabilitator, pemberi kenyamanan,
komunikator, kolaborator, educator dan konsultan pembaharu.
Adapun fungsi perawat profesional adalah sebagai fungsi independen, dependen dan
interdependen.

Untuk menunjang keperawatan professional maka di perlukan Peningkatan kualitas


organisasi profesi keperawatan dengan berbagai cara, pendekatan serta kiat kiat yang lebih
difokuskan pada kemampuan perawat untuk memberikan asuhan keperawatan secara
komprehensif dengan sentuhan seni dalam arti menggunakan kiat – kiat tertentu dalam
upaya memberikan kenyaman dan kepuasan pada klien

B. Saran

Kami sadar bahwa penyusunan makalah ini jauh dari sempurna. Untuk itu kami
mengharapkan kritik dan saran yang membangun. Untuk terakhir kalinya kami berharap
pembuatan makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua khususnya bagi perawat sehingga
dapat meningkatkan kualitas kerja dan mampu menjadi perawat profesional dibidangnya.

MAKALAH

KONSEP DASAR KEPERAWATN DARING

Disusun untuk memenuhi tugas

Mata kuliah: konsep dasar keperawatan 1


Dosen pengampu:Neni maemunah,S.Kp.,M.MRS

OLEH:

ARINA:MIRIN(2016610014)

KELAS A

FAKULTAS :ILMU KESEHATAN

PRODI ILMU KEPERAWATN

UNIVERSITAS TRIBHUAWAN TUNGGADEWI

MALANG 2020
BAB 1 PENDAHULUAN

1.LATAR BELAKANG

Di era globalisasi ini,segala bidang kehidupan sedang mengalami perkembangan bahkan


kemajuan.Salah satunya adalah bidang pelayanan kesehatan.bidang pelayanan kesehatan tidak
hanya sarana dan prasarana yang mengalami kemajuan,tetapi juga profesionalisme dari tenaga
kesehatan.

ingkungan kesehatan seperti rumah sakit,perawat akan berhadapan dengan klien dan tenaga
kesehatn lainnya.Oleh karena itu,Perawat harus terus meningkatkan profesionalismenya,yaitu
meningkatkan perilaku caring.Caring bukan semata-mata perilaku. Caring adalah cara yang
memiliki makna dan memotivasi tindakan. Caring juga didefinisikan sebagai tindakan yang
bertujuan memberikan asuhan fisik dan memperhatikan emosi sambil meningkatkan rasa aman
dan keselamatan klien (Carruth et all, 1999).

2. PERUMUSAN MASALAH
Apakah pengertian caring secara umum?Bagaimana persepsi klien tentang caring?Bagaiman pandangan
Watson tentang caring?Bagaiman perilaku caring dalam praktik keperawatan ?Apa

perbedaan caring dan curing?Makalah ini akan memebahas masalah – masalah tersebut.

3. TUJUAN PENULISAN
Makalah ini disusun dalam rangka menyelesaikan tugas mata kuliah Konsep Dasar Keperawatan
I, menambah wawasan tentang Konsep Caring di Sepanjang Rentang Kehidupan, agar
mahasiswa mengerti tentang bagaimana perilaku caring dalam proses dan praktikk eperawatan,
d an sebagai salah satu sarana belajar mahasiswa

4. . JENIS PEMBAHASAN

D alam menyusun makalah ini, penulis melakukan metode belajar Collaborative Learning (CL). Pada
awal p enugasan, tiap anggota kelompok mendapatkan sub pokok bahasan masing-masing. Kemudian
tiap

a nggota kelompok melakukan belajar mandiri untuk mempelajari materi dan menyusun LTM,
untuk k emudian menyampaikan hasil belajarnya kepada anggota kelompok lainnya. Setelah semua

m enyampaikan hasil belajar mandirinya, semua materi dikumpulkan dan disusunlah makalah ini

5. . SISTEMATIKA PENULISAN
P engertian caring berbeda dengan care. Care adalah fenomena yang berhubungan dengan orang

b erhubungan dengan bimbingan, bantuan, dukungan perilaku kepada individu, keluarga, kelompok
d engan adanya kejadian untuk memenuhi kebutuhan aktual maupun potensial untuk meningkatkan
k ondisi dan kualitas kehidupan manusia. Sedangkan caring adalah tindakan nyata dari care yang

m enunjukkan suatu rasa kepedulian.

Terdapat beberapa pengertian caring menurut beberapa ahli, antara lain :

a.Florence nightingale (1860) : caring adalah tindakan yang menunjukkan pemanfaatan


lingkungan pasien dalam membantu penyembuhan, memberikan lingkungan bersih, ventilasi
yang baik dan tenang kepada pasien.

b.Delores gaut (1984) : caring tidak mempunyai pengertian yang tegas, tetapi ada tiga makna
dimana ketiganya tidak dapat dipisahkan, yaitu perhatian, bertanggung jawab, dan ikhlas.

c.Crips dan Taylor (2001) : caring merupakan fenomena universal yang mempengaruhi
bagaimana seseorang berpikir, merasakan, dan berperilaku dalam hubungannya dengan orang
lain.
d.Rubenfild (1999) : caring yaitu memberikan asuhan, tanggunggung jawab, dan ikhlas.

e.Crips dan Taylor (2001) : caring merupakan fenomena universal yang mempengaruhi
bagaimana seseorang berpikir, merasakan, dan berperilaku dalam hubungannya dengan orang
lain.

f.Rubenfild (1999) : caring yaitu memberikan asuhan, dukungan emosional pada klien, keluarga,
dan kerabatnya secara verbal maupun nonverbal.

g.Jean watson (1985) : caring merupakan komitmen moral untuk melindungi, mempertahankan,
dan meningkatkan emosional pada klien, keluarga, dan kerabatnya secara verbal maupun
nonverbal.

h.Jean watson (1985) : caring merupakan komitmen moral untuk melindungi, mempertahankan,
dan meningkatkan martabat manusia.

Dari beberapa pengertian tersebut, dapat dipersingkat bahwa pengertian caring secara umum
adalah suatu tindakan moral atas dasar kemanusiaan, sebagai suatu cerminan perhatian, perasaan
empati dan kasih sayang kepada orang lain, dilakukan dengan cara memberikan tindakan nyata
kepedulian, dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas dan kondisi kehidupan orang tersebut.
Caring merupakan inti dari keperawatan

2.Persepsi Klien Tentang Caring


Penelitian tentang persepsi klien penting karena pelayanan kesehatan merupakan fokus terbesar
dari tingkat kepuasan klien. Jika klien merasakan penyelenggaraan pelayanan kesaehatan
bersikap sensitif, simpatik, merasa kasihan, dan tertarik terhadap mereka sebagai individu,
mereka biasanya menjadi teman sekerja yang aktif dalam merencanakan perawatan ( Attree,
2001 ). Klien dalam penelitian ini menunjukkan bahwa mereka semakin puas saat perawat
melakukan caring.

Biasanya klien dan perawat melakukan persepsi yang berbeda tentang caring ( Mayer, 1987;
Wolf, Miller, dan Devine, 2003 ). Untuk alasan tersebut, fokuskan pada membangun suatu
hubungan yang membuat perawat mengetahui apa yang penting bagi klien. Contoh, perawat
mempunyai klien yang takut untuk dipasang kateter intravena, perawat tersebut adalah perawat
yang belum terampil dalam memasukkan kateter intravena. Perawat tersebut memutuskan bahwa
klien akan lebih diuntungkan jika dibantu oleh perawat yang sudah terampil daripada
memberikan penjelasan prosedur untuk mengurangi kecemasan. Dengan mengetahui siapa klien,
dapat membantu perawat dalam memilih pendekatan yang paling sesuai dengan kebutuhan klien.

Etika Pelayanan
Watson ( 1988 ) menyarankan agar caring sebagai suatu sikap moral yang ideal, memberikan
sikap pendirian terhadap pihak yang melakukan intervensi seperti perawat. Sikap pendirian ini
perlu untuk menjamin bahwa perawat bekerja sesuai standar etika untuk tujuan dan motivasi
yang baik. Kata etika merujuk pada kebiasaan yang benar dan yang salah. Dalam setiap
pertemuan dengan klien, perawat harus mengetahui kebiasaan apa yang sesuai secara etika. Etika
keperawatan bersikap unik, sehingga perawat tidak boleh membuat keputusan hanya berdasarkan
prinsip intelektual atau analisis.

Etika keperawatan berfokus pada hubungan antara individu dengan karakter dan sikap perawat
terhadap orang lain. Etika keperawatan menempatkan perawat sebagai penolong klien,
memecahkan dilema etis dengan cara menghadirkan hubungan dan memberikan prioritas kepada
klien dengan kepribadian khusus.

Nurse Caring Behavior

A. Persepsi klien wanita ( Riemen, 1986 )

1.Berespon terhadap keunikan klien

2.Memahami dan mendukung perhatian klien

3.Hadir secara fisik

4. Memiliki sikap dan menunjukkan prilaku yang membuat klien merasa dihargai
sebagai manusia

5. Kembali ke klien dengan sukarela tanpa diminta

6. Menunjukkan perhatian yang memberi kenyamanan dan

merelaksasi klien 7.Bersuara halus dan lembut

8.Memberi perasaan nyaman

B.Persepsi klien pria ( Riemen, 1986 )

.Hadir secara fisik sehingga klien merasa dihargai

2.Kembali ke klien dengan sukarela tanpa diminta

3.Membuat klien merasa nyaman, relaks, dan aman


4.Hadir untuk memberi kenyamanan dan memenuhi kebutuhan klien sebelum diminta

5.Menggunakan suara dan sikap yang baik, halus, lembut dan Menyenagkan

C. Persepsi klien kanker dan keluarga ( Mayer, 1986 )

1.Mengetahui bagaimana memberikan injeksi dan mengelola peralatan

2.Bersikap ceria

3.Mendorong klien untuk menghubungi perawat bila klien mempunyai masalah

4.Mengutamakan atau mendahulukan kepentingan klien

5.Mengantisipasi pengalaman pertama adalah yang terberat

D. Persepsi klien dewasa yang dirawat ( Brown, 1986 )

1.Kehadirannya menentramkan hati

2.Memberikan informasi

3.Mendemonstrasikan pengetahuan dan keterampilan profesional

4.Mampu menangani nyeri atau rasa sakit

5.Memberi waktu yang lebih banyak dari yang dibutuhkan

6.Mempromosikan otonomi

7.Mengenali kualitas dan kebutuhan individual

8.Selalu mengawasi klien

E.Persepsi dari keluarga

1.Jujur

2. Memberikan penjelasan dengan jelas


3. Selalu menginformasikan keluarga

4.Mencoba untuk membuat klien

nyaman

5.Menunjukkan minat dalam menjawab pertanyaan

6.Memberikan perawatan emergensi bila perlu

7.Menjawab pertanyaan anggota keluarga secara jujur, terbuka dan ikhlas

8.Mengijinkan klien melakukan sesuatu untuk dirinya sebisa mungkin

9.Mengajarkan keluarga cara memelihara kondisi fisik yang lebih nyaman

3.Teori Caring Menurut Watson

Dr.Jean Watson pencetus The Human Caring dikembangkan pada tahun 1975 – 1979.Menurut
watson ada tujuh asumsi yang mendasari konsep caring.ketujuh asumsi tersebut adalah

a.Caring akan efektif bila diperlihatkan dan dipraktikkan secara interpersonal

b.Caring yang efektif dapat meningkatkan kesehatan individu dan keluarga

c.Caring merupakan respon yang di terima klien tidak saat itu saja,tapi dapat memengaruhi
keadaan klien selanjutnya

d.Lingkungan yang penuh caring sangat potensial untuk mendukung perkembangan klien

e.Caring terdiri dari faktor kuratif yang berasal darikepuasan dalam membantu memnuhi
kebutuhan klien

f.Caring lebih kompleks dari pada curing,karena praktek caring memadukan antara pengetahuan
biofisik dengan pengetahuan mengenai perilaku manusia yang berguna dalam meningkatkan
derajat kesehatan klien

g.Caring merupakan inti dari keperawatan(Julia,1995)

Watson menekankan sikap caring ini harus tercemin sepuluh faktor kuratif yang berasal dari
perpaduan nilai nilai humanistik dengan ilmu pengetahuan dasar.
4. Perilaku Caring dalam Praktik
Keperawatan
Caring bukanlah sesuatu yang dapat diajarkan, tetapi merupakan hasil dari kebudayaan, nilai-
nilai, pengalaman, dan dari hubungan dengan orang lain. Sikap keperawatan yang berhubungan
dengan caring adalah kehadiran, sentuhan kasih sayang, mendengarkan, memahami klien, caring
dalam spiritual, dan perawatan keluarga.

a.Kehadiran

Kehadiran adalah suatu pertemuan antara seseorang dengan seseorang lainnya yang merupakan
sarana untuk mendekatkan diri dan menyampaikan manfaat caring. Menurut Fredriksson (1999),
kehadiran berarti “ada di” dan “ada dengan”. “Ada di” berarti kehadiran tidak hanya dalam
bentuk fisik, melainkan juga komunikasi dan pengertian. Sedangkan “ada dengan” berarti
perawata selalu bersedia dan ada untuk klien (Pederson, 1993). Kehadiran seorang perawat
membantu menenangkan rasa cemas dan takut klien karena situasi tertekan.

b.Sentuhan
Sentuhan merupakan salah satu pendekatan yang menenangkan dimana perawat dapat
mendekatkan diri dengan klien untuk memberikan perhatian dan dukungan. Ada dua jenis
sentuhan, yaitu sentuhan kontak dan sentuhan non-kontak. Sentuhan kontak merupakan sentuhan
langsung kullit dengan kulit. Sedangkan sentuhan non-kontak merupakan kontak mata. Kedua
jenis sentuhan ini digambarkn dalam tiga kategori :

1)Sentuhan Berorientasi-tugas

Saat melaksanakan tugas dan prosedur, perawat menggunakan sentuhan ini. Perlakuan yang
ramah dan cekatan ketika melaksanakan prosedur akan memberikan rasa aman kepada klien.
Prosedur dilakukan secara hati-hati dan atas pertimbangan kebutuhan klien.

2)Sentuhan Pelayanan (Caring)

Yang termasuk dalam sentuhan caring adalah memegang tangan klien, memijat punggung klien,
menempatkan klien dengan hati-hati, atau terlibat dalam pembicaraan (komunikasi non-verbal).
Sentuhan ini dapat mempengaruhi keamanan dan kenyamanan klien, meningkatkan harga diri,
dan memperbaiki orientasi tentang kanyataan (Boyek dan Watson, 1994).

3)Sentuhan Perlindungan

Sentuhan ini merupakan suatu bentuk sentuhan yang digunakan untuk melindungi perawat
dan/atau klien (fredriksson, 1999). Contoh dari sentuhan perlindungan adalah mencegah
terjadinya kecelakaan dengan cara menjaga dan mengingatkan klien agar tidak terjatuh.

Sentuhan dapat menimbulkan berbagai pesan, oleh karena itu harus digunakan secara bijaksana.

c.Mendengarkan

Untuk lebih mengerti dan memahami kebutuhan klien, mendengarkan merupakan kunci, sebab
hal ini menunjukkan perhatian penuh dan ketertarikan perawat. Mendengarkan membantu
perawat dalam memahami dan mengerti maksud klien dan membantu menolong klien mencari
cara untuk mendapatkan kedamaian.

d.Memahami klien

Salah satu proses caring menurut Swanson (1991) adalah memahami klien. Memahami klien
sebagai inti suatu proses digunakan perawat dalam membuat keputusan klinis. Memahami klien
merupakan pemahaman perawat terhadap klien sebagai acuan melakukan intervensi berikutnya
(Radwin,1995). Pemahaman klien merupakan gerbang penentu pelayanan sehingga, antara klien
dan perawat terjalin suatu hubungan yang baik dan saling memahami.
e.Caring Dalam Spiritual

Kepercayaan dan harapan individu mempunyai pengaruh terhadap kesehatan fisik seseorang.
Spiritual menawarkan rasa keterikatan yang baik, baik melalui hubungan intrapersonal atau
hubungan dengan dirinya sendiri, interpersonal atau hubungan dengan orang lain dan
lingkungan, serta transpersonal atau hubungan dengan Tuhan atau kekuatan tertinggi.

Hubungan caring terjalin dengan baik apabila antara perawat dan klien dapatmemahami satu
sama lain sehingga keduanya bisa menjalin hubungan yang baik dengan melakukan hal seperti,
mengerahkan harapan bagi klien dan perawat;mendapatkan pengertian tentang gejala, penyakit,
atau perasaan yang diterima klien; membantu klien dalam menggunakan sumber daya sosial,
emosional, atau spiritual; memahami bahwa hubungan caring menghubungkan manusia dengan
manusia, roh dengan roh.

f.Perawatan Keluarga

Keluarga merupakan sumber daya penting. Keberhasilan intervensi keperawatan sering


bergantung pada keinginan keluarga untuk berbagi informasi dengan perawat untuk
menyampaikan terapi yang dianjurkan. Menjamin kesehatan klien dan membantu keluarga untuk
aktif dalam proses penyembuhan klien merupakan tugas penting anggota keluarga. Menunjukkan
perawatan keluarga dan perhatian pada klien membuat suatu keterbukaan yang kemudian dapat
membentuk hubungan yang baik dengan anggota keluarga klien.

5. Perbedaan Caring dan Curing


Keperawatan sebagai suatu profesi dan berdasarkan pengakuan masyarakat adalah ilmu
kesehatan tentang asuhan atau pelayanan keperawatan atau The Health Science of
Caring (Lindberg,1990:40). Secara bahasa, caring dapat diartikan sebagai tindakan kepedulian
dan curing dapat diartikan sebagai tindakan pengobatan. Namun, secara istilah caring dapat
diartikan memberikan bantuan kepada individu atau sebagai advokasi pada individu yang tidak
mampu memenuhi kebutuhan dasarnya. Sedangkan curing adalah upaya kesehatan dari kegiatan
dokter dalam prakteknya untuk mengobati klien. Dalam penerapannya,
konsep caring dan curing mempunyai beberapa perbedaan, diantaranya:

1. Caring merupakan tugas primer perawat dan curing adalah tugas sekunder.
Maksudnya seorang perawat lebih melakukan tindakan kepedulian terhadap klien
daripada memberikan tindakan medis. Oleh karena itu, caring lebih identik dengan
perawat.

2. Curing merupakan tugas primer seorang dokter dan caring adalah tugas sekunder.
Maksudnya seorang dokter lebih melibatkan tindakan medis tanpa melakukan tindakan caring
yang berarti. Oleh karena itu, curing lebih identik dengan dokter.
3. Dalam pelayanan kesehatan klien yang dilakukan perawat, ¾ nya adalah caring
dan¼ nya adalah curing.

4. Caring bersifat lebih “Healthogenic” daripada curing. Maksudnya caring lebih


menekankan pada peningkatan kesehatan daripada pengobatan. Di dalam praktiknya, caring
mengintegrasikan pengetahuan biofisik dan pengetahuan perilaku manusia untuk
meningkatkan derajat kesehatan dan untuk menyediakan pelayanan bagi mereka yang sakit.

5. Tujuan caring adalah membantu pelaksanaan rencana pengobatan/terapi dan


membantu klien beradaptasi dengan masalah kesehatan, mandiri memenuhi kebutuhan
dasarnya, mencegah penyakit, meningkatkan kesehatan dan meningkatkan fungsi tubuh
sedangkan
tujuan curing adalah menentukan dan menyingkirkan penyebab penyakit atau
mengubah problem penyakit dan penanganannya.

6. Diagnosa dalam konsep curing dilakukan dengan mengungkapkan penyakit yang


diderita sedangkan diagnosa dalam konsep caring dilakukan dengan identifikasi masalah
dan penyebab berdasarkan kebutuhan dan respon klien.

BAB III

PENUTUP

1.KESIMPUL

AN

Caring merupakanfenomena universal yang berkaitan dengan cara seseorang berpikir,


berperasaan dan bersikap ketika berhubungan dengan orang lain.Caring merupakan inti dari
keperawatan.Perawat dituntut untuk bersikap care dan juga harung caring dengan
sekitarnya.Tujuan caring adalah untuk mendukung proses penyembuhan secara
total(hoover,2002). Perilaku caring dan curing sangatlah berbeda karena caring identik
dengan tindakan asuhan keperawatan ,sedangkan curing adalah pengobatan terhadap
penyakit klien.Antar caring dan curing saling berhubungan satu sama lain.

2.SARAN

Sikap caring harus dipraktikkan dalam kehidupan sehari – hari,agar perilaku caring tumbuh
secara alami dalam jiwa perawat.ketika menghadapi klien,perawat dengan mudah
memberikan asuhan keperawatan.Klien yang sakitkadang hanya butuh perhatian dan empati
dari seseorang
yang merawatnya agar ia lebih semangat dalam menghadapi penyakitnya.Oleh karena itu sebagai
perawat disarankan agar benar – benar f
MAKALAH
SISTEM PELAYANAN KESEHATAN

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah kdk 1

OLEH:
ARINA MIRIN (2016610014)

FAKULTAS :ILMU
KESEHATAN PRODI:ILMU
KEPERAWATAN TAHUN
AKADEMIK 2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Alloh SWT. yang mana atas berkat,
rahmat, dan karunia-Nya penulis dapat menyusun makalah yang berjudul “SISTEM
PELAYANAN KESEHATAN” untuk menyelesaikan tugas mata kuliah kdk 1
Dalam penyusunan makalah ini, tidak lepas dari hambatan yang penulis
hadapi, namun penulis menyadari kelancaran dalam penyusunan makalah ini tidak
lain berkat dorongan, bantuan, dan bimbingan semua pihak, sehingga kendala-
kendala yang penulis hadapi dapat teratasi. Oleh karena itu penulis mengucapkan
terima kasih kepada :
1. Neni maemunah S.Kp.,M.MRS.
2. Orang tua yang senantiasa mendukung terselesaikannya makalah ini
3. Rekan kelompok yang telah bekerjasama dalam penyusunan makalah ini
Penulis menyadari dalam penulisan makalah ini tentunya masih banyak
kekurangan, mengingat akan keterbatasan kemampuan yang dimiliki oleh penulis.
Untuk itu kritik dan saran sangat penulis harapkan untuk kesempurnaan penyusunan
makalah yang akan datang.

Malang,juni 2020

Penulis

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 2
C. Tujuan Penulisan 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Definisi Sistem Pelayanan Kesehatan 3
B. Ciri-ciri Sistem Pelayanan Kesehatan 5
C. Jenis-jenis Sistem Pelayanan Kesehatan 6
D. Tingkat Sistem Pelayanan Kesehatan 8
E. Lingkup Sistem Pelayanan Kesehatan 9
F. Syarat Pokok Sistem Pelayanan Kesehatan 9
G. Lembaga Sistem Pelayanan Kesehatan 10
H. Sistem Pelayanan Prima 11
I. Sistem Pelayanan Rujukan (Referal System) 17
J. Faktor yang Mempengaruhi Pelayanan Kesehatan 24
K. Masalah Sistem Pelayanan Kesehatan 25
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan 27
B. Saran 28
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pelayanan di bidang kesehatan merupakan salah satu bentuk pelayanan
yang paling banyak dibutuhkan oleh masyarakat. Salah satu sarana pelayanan
kesehatan yang mempunyai peran sangat penting dalam memberikan pelayanan
kesehatan kepada masyarakat adalah rumah sakit. Rumah sakit merupakan
lembaga dalam mata rantai SKN (Sistem Kesehatan Nasional) dan mengemban
tugas untuk memberikan pelayanan kesehatan kepada seluruh masyarakat, karena
pembangunan dan penyelenggaraan kesehatan di rumah sakit perlu diarahkan
pada tujuan nasional dibidang kesehatan. Tidak mengherankan apabila bidang
kesehatan perlu untuk selalu dibenahi agar bisa memberikan pelayanan kesehatan
yang terbaik untuk masyarakat. Pelayanan kesehatan yang dimaksud tentunya
adalah pelayanan yang cepat, tepat, murah dan ramah. Mengingat bahwa sebuah
negara akan bisa menjalankan pembangunan dengan baik apabila didukung oleh
masyarakat yang sehat secara jasmani dan rohani.
Untuk mempertahankan pelanggan, pihak rumah sakit dituntut selalu
menjaga kepercayaan konsumen secara cermat dengan memperhatikan
kebutuhan konsumen sebagai upaya untuk memenuhi keinginan dan harapan atas
pelayanan yang diberikan. Konsumen rumah sakit dalam hal ini pasien yang
mengharapkan pelayanan di rumah sakit, bukan saja mengharapkan pelayanan
medis dan keperawatan tetapi juga mengharapkan kenyamanan, akomodasi yang
baik dan hubungan harmonis antara staf rumah sakit dan pasien, dengan
demikian perlu adanya peningkatan kualitas pelayanan kesehatan di rumah sakit,
begitu pula dengan lembaga pelayanan kesehatan lainnya seperti puskesmas,
posyandu maupun klinik.
Salah satu hal yang harus dilakukan oleh mahasiswa keperawatan saat ini
adalah melakukan sebuah revolusi secara menyeluruh dan detail dalam setiap
aspeknya. Sehingga mahasiswa keperawatn akan mampu membentuk sebuah
revolusioner dalam dunia keperawatan itu sendiri terutama dalam pelayanan
kkesehatan yang prima.
Dalam penulisan makalah ini akan dijelaskan bagaimana bentuk serta
proses pelayanan kesehatan yang prima, sistem rujukan serta permasalahan yang
terdapat didalamnya.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka masalah yang akan
diangkat dalam makalah ini adalah :
1. Apa yang dimaksud dengan sistem pelayanan kesehatan?
2. Apa saja lembaga pelayanan kesehatan?
3. Bagaimana lingkup sistem pelayanan kesehatan?
4. Apa yang dimaksud dengan sistem rujukan?
5. Apa yang dimaksud dengan pelayanan kesehatan prima?
6. Apakah faktor yang mempengaruhi pelayanan kesehatan?

C. Tujuan Penulisan
1. Memenuhi tugas mata kuliah Manajemen dan Ekonomi Kesehatan.
2. Mengetahui sistem-sistem dari pelayanan kesehatan.
3. Mengetahui tingkatan pelayanan kesehatan.
4. Mengetahui beberapa lembaga yang terkait dengan pelayanan kesehatan.
5. Mengetahui ruang lingkup dari sistem pelayanan kesehatan.
6. Mengetahui pelayanan kesehatan prima.
7. Mengetahui sistem rujukan.
8. Mengetahui faktor yang mempengaruhi pelayanan kesehatan.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Sistem Pelayanan Kesehatan


Menurut Prof. Dr. Soekidjo Notoatmojo Pelayanan kesehatan adalah sub
sistem pelayanan kesehatan yang tujuan utamanya adalah pelayanan preventif
(pencegahan) dan promotif (peningkatan kesehatan) dengan sasaran masyarakat.
Menurut Dubois & Miley (2005 : 317), Sistem Pelayanan Kesehatan adalah
upaya yang diselenggarakan sendiri/secara bersama-sama dalam suatu organisasi
untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah, dan menyembuhkan
penyakit serta memulihkan kesehatan perorangan, keluarga, kelompok, atau
masyarakat.
Menurut Depkes RI (2009) pelayanan kesehatan adalah setiap upaya yang
diselenggarakan sendiri atau secara bersama-sama dalam suatu organisasi untuk
memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah dan menyembuhkan
penyakit serta memulihkan kesehatan perorangan, keluarga, kelompok dan
ataupun masyarakat.
Jadi, sesuai pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa pelayanan
kesehatan adalah sub sistem pelayanan kesehatan yang tujuan utamanya adalah
promotif (memelihara dan meningkatkan kesehatan), preventif (pencegahan),
kuratif (penyembuhan), dan rehabilitasi (pemulihan) kesehatan perorangan,
keluarga, kelompok atau masyarakat. Yang dimaksud sub sistem disini adalah
sub sistem dalam pelayanan kesehatan yaitu input , proses, output, dampak,
umpan balik.
1. Input
Merupakan subsistem yang akan memberikan segala masukan untuk
berfungsinya sebuah sistem. Input sistem pelayanan kesehatan : potensi
masyarakat, tenaga & sarana kesehatan.
2. Proses
Kegiatan yang mengubah sebuah masukan menjadi sebuah hasil yang
diharapkan dari sistem tersebut. Proses dalam pelayanan kesehatan : berbagai
kegiatan dalam pelayanan kesehatan.
3. Output
Merupakan hasil yang diperoleh dari sebuah proses. Output pelayanan
kesehatan : pelayanan yang berkualitas dan terjangkau sehingga masyarakat
sembuh dan sehat.
4. Dampak
Merupakan akibat dari output atau hasil suatu sistem, terjadi dalam waktu
yang relatif lama. Dampak sistem pelayanan kesehatan : masyarakat sehat,
angka kesakitan dan kematian menurun.
5. Umpan Balik
Merupakan suatu hasil yang sekaligus menjadi masukan. Terjadi dari sebuah
sistem yang saling berhubungan dan saling mempengaruhi. Umpan balik
dalam pelayanan kesesahatan : kualitas tenaga kesehatan.
6. Lingkungan
Semua keadaan di luar sistem tetapi dapat mempengaruhi pelayanan
kesehatan.
Contoh : Di dalam pelayanan kesehatan Puskesmas,
Input : Dokter, Perawat, Obat-obatan.
Proses : Kegiatan pelayanan puskesmas.
Output : Pasien sembuh atau tidak sembuh.
Dampak : Meningkatnya status kesehatan masyarakat.
Umpan Balik : Keluhan-keluhan pasien terhadap pelayanan.
Lingkungannya : Masyarakat dan instansi-instansi diluar puskemas.
B. Ciri-ciri Sistem Pelayanan Kesehatan
Ciri-ciri system pelayanan kesehatan dibagi menjadi :
1. P : Pleasantness (seorang petugas harus mampu menyenangkan pelanggan).
2. E : Eagerness to help others (memiliki keinginan yang kuat dari dalam
dirinya untuk membantu).
3. R : Respect for other people (harus menghargai dan menghormati
pelanggan).
4. S : Sense of responsibility is a realization that what one does and says is
important (harus memiliki rasa tanggung jawab terhadap pekerjaan dan
perkataannya terhadap pelanggan).
5. O : Orderly mind is esenssial for methodical and accurate work (harus
memiliki jalan pemikiran yang terarah dan terorganisasi untuk melakukan
pekerjaan dengan metode baik dan tingkat ketepatan yang tinggi).
6. N : Neatness indicates pride in self and job (harus memiliki kerapian dan
bangga dengan pekerjaanya sendiri).
7. A : Accurate in everything done is of permanent importance (harus
melakukan pekerjaan dengan keakuratan atau ketepatan atau ketelitian, hal
ini merupakan sebuah nilai yang sangat penting).
8. L : Loyality to both management and colleagues make good time work
(harus bersikap setia pada management dan rekan kerja, merupakan kunci
membangun kerja sama).
9. I : Intelligence use of common sense at all time (harus senantiasa
menggunakan akal sehat dalam memahami pelanggan dari waktu ke
waktu).
10. T : Tact saying and doing the right thing at the righ time (harus memiliki
kepribadian, berbicara, bijaksana dan melakukan pekerjaan secara benar).
11. Y : Yearning to be good servive clerk and love of the work is essential
(mempunyai keinginan menjadi pelayan yang baik serta mencintai
pekerjaannya).
C. Jenis-jenis Sistem Pelayanan Kesehatan
Menurut pendapat Hodgetts dan Casio, jenis pelayanan kesehatan secara
umum dapat dibedakan atas dua, yaitu:
1. Pelayanan Kedokteran
Pelayanan kesehatan yang termasuk dalam kelompok pelayanan kedokteran
(medical services) ditandai dengan cara pengorganisasian yang dapat bersifat
sendiri (solo practice) atau secara bersama-sama dalam satu organisasi.
Tujuan utamanya untuk menyembuhkan penyakit dan memulihkan
kesehatan, serta sasarannya terutama untuk perseorangan dan keluarga.
Dengan ciri- ciri :
a. Tenaga pelaksaannya adalah tenaga para dokter
b. Perhatian utamanya adalah penyembuhan penyakit
c. Sasaran utamanya adalah perseorangan atau keluarga
d. Kurang memperhatikan efisiensi
e. Tidak boleh menarik perhatian karena bertentangan dengan etika
kedokteran
f. Menjalankan fungsi perseorangan dan terikat undang-undang
g. Penghasilan diperoleh dari imbal jasa
h. Bertanggung jawab hanya kepada penderita
i. Tidak dapat memonopoli upaya kesehatan dan bahkan mendapat saingan
j. Masalah administrasi sangat sederhana

2. Pelayanan Kesehatan Masyarakat


Pelayanan kesehatan yang termasuk dalam kelompok kesehatan masyarakat
(public health service) ditandai dengan cara pengorganisasian yang
umumnya secara bersama-sama dalam suatu organisasi. Tujuan utamanya
untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan serta mencegah penyakit,
serta sasarannya untuk kelompok dan masyarakat.
Dengan ciri- ciri :
a. Tenaga pelaksanaanya terutama ahli kesehatan masyarakat
b. Perhatian utamanya pada pencegahan penyakit
c. Sasaran utamanya adalah masyarakat secara keseluruhan
d. Selalu berupaya mencari cara yang efisien
e. Dapat menarik perhatian masyarakat
f. Menjalankan fungsi dengan mengorganisir masyarakat dan mendapat
dukungan undang-undang
g. Pengasilan berupa gaji dari pemerintah
h. Bertanggung jawab kepada seluruh masyarakat
i. Dapat memonopoli upaya kesehatan
j. Mengadapi berbagai persoalan kepemimpinan
Pelayanan kesehatan masyarakat pada prinsipnya mengutamakan pelayanan
kesehatan promotif dan preventif. Pelayanan promotif adalah upaya
meningkatkan kesehatan masyarakat ke arah yang lebih baik lagi dan yang
preventif mencegah agar masyarakat tidak jatuh sakit agar terhindar dari
penyakit. Sebab itu pelayanan kesehatan masyarakat itu tidak hanya tertuju
pada pengobatan individu yang sedang sakit saja, tetapi yang lebih penting
adalah upaya-upaya pencegahan (preventif) dan peningkatan kesehatan
(promotif). Sehingga, bentuk pelayanan kesehatan bukan hanya puskesmas
atau balkesma saja, tetapi juga bentuk-bentuk kegiatan lain, baik yang
langsung kepada peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit, maupun
yang secara tidak langsung berpengaruh kepada peningkatan kesehatan.
D. Tingkat Sistem Pelayanan Kesehatan
Merupakan bagian dari sistem pelayanan kesehatan yang diberikan pada
masyarakat. Menurut Leavel & Clark dalam memberikan pelayanan kesehatan
harus memandang pada tingkat pelayanan kesehatan yang akan diberikan, yaitu :
1. Health Promotion (Promosi Kesehatan)
Merupakan tingkat pertama dalam memberikan pelayanan melalui
peningkatan kesehatan yang bertujuan untuk meningkatkan status kesehatan
masyarakat. Contoh : Kebersihan perorangan, perbaikan sanitasi lingkungan.
2. Specifik Protection (Perlindungan Khusus)
Perlindungan khusus adalah masyarakat terlindung dari bahaya atau penyakit-
penyakit tertentu. Contoh : Imunisasi, perlindungan keselamatan kerja.
3. Early Diagnosis and Prompt Treatment (Diagnosis Dini & Pengobatan Segera)
Sudah mulai timbulnya gejala penyakit dan dilakukan untuk mencegah
penyebaran penyakit. Contoh : Survey penyaringan kasus.
4. Disability Limitation (Pembatasan Kecacatan)
Dilakukan untuk mencegah agar pasien atau masyarakat tidak mengalami
dampak kecacatan akibat penyakit tertentu. Dilakukan pda kasus yang
memiliki potensi kecacatan. Contoh : Perawatan untuk menghentikan
penyakit, mencegah komplikasi lebih lanjut, pemberian segala fasilitas untuk
mengatasi kecacatan, menncegah kematian.
5. Rehabilitation (Rehabilitasi)
Dilakukan setelah pasien sembuh. Sangat diperlukan pada fase pemulihan
terhadap kecacatan, misal : program latihan, konsultasi dan diskusi psikologis
untuk meningkatkan koping individu positif sehingga gairah hidup meningkat.
E. Lingkup Sistem Pelayanan Kesehatan
1. Tingkat Pertama/Primary Health Service
Adalah pelayanan kesehatan yang bersifat pokok yang dibutuhkan oleh
sebagian besar masyarakat serta mempunyai nilai strategis untuk
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Biasa dilakukan pada
masyarakat yang memiliki masalah atau masyarakat sehat. Sifat pelayanan
adalah pelayanan dasar yang dapat dilakukan di puskesmas, balai kesehatan
masyarakat atau poliklinik.
2. Tingkat Dua/Secondary Health Service
Diperlukan bagi masyarakat atau klien yan memerlukan perawatan rumah
sakit dilaksanakan di rumah sakit yang tersedia tanaga spesialis
3. Tingkat Tiga/Tertiery Health Service
Merupakan tingkat yang tertinggi. Membutuhkan tenaga ahli atau
subspesialis dan sebagai rujukan.

F. Syarat Pokok Sistem Pelayanan Kesehatan


1. Tersedia dan Berkesinambungan
Semua jenis pelayanan kesehatan yang dibutuhkan masyarakat harus mudah
ditemukan serta selalu siaga keberadaannya di masyarakat setiap kali
dibutuhkan.
2. Dapat Diterima dan Wajar
Diartikan bahwa pelayanan kesehatan tersebut tidak bebrtentangan dengan
keyakinan dan kepercayaan masyarakat. Pelayanan kesehatan yang
bertentangan dengan adat istiadat, kebudayaan, keyakinan dan kepercayaan
masyarakat bukan pelayanan kesehatan yang baik.
3. Mudah Dicapai/ Accessible
Ketercapaian yang dimaksudkan diutamakan dari sudut lokasi. Dengan kata
lain pelayanan kesehatan dan distribusi sarana kesehatan merata di seluruh
wilayah, tidak terkonsentrasi di perkotaan.
4. Mudah Dijangkau/ Affortable
Terutama dari sudut biaya, disesuaikan dengan kemampuan ekonomi
masyarakat.
5. Bermutu/ Quality
Mutu yang dimaksudkan adalah yang menunjukkan pada tingkat
kesempurnaan pelayanan kesehatan yang diselenggarakan, dapat memuaskan
para pemakai jasa pelayanan dan tata cara penyelenggaraannya disesuaikan
kode etik serta yang telah ditetapkan.

G. Lembaga Sistem Pelayanan Kesehatan


Lembaga merupakan tempat pemberian pelayanan kesehatan pada
masyakarat dalam rangka meningkatkan status kesehatan. Tempat yang
dimaksud bervariasi berdasarkan tujuan pemberian pelayanan kesehatan. Tempat
tersebut diantaranya :
1. Rawat Jalan
Lembaga pelayanan ini bertujuan memberikan pelayanan kesehatan pada
tingkat pelaksanaan diagnosa dan pengobatan pada penyakit yang akut atau
mendadak serta kronis yang dimungkinkan tidak rawat inap. Lembaga ini
misalnya : klinik kesehatan, klinik dokter spesialis.
2. Institusi
Merupakan lembaga yang fasilitasnya cukup dalam memberikan pelayanan
kesehatan, seperti : rumah sakit dan pusat rehabilitasi
3. Hospice
Lembaga ini bertujuan memberikan pelayanan kesehatan yang berfokus pada
klien yang sakit terminal agar lebih tenang, biasanya dilakukan home care.
4. Community Base Agency
Merupakan bagian dari lembaga yang dilalukan pada klien dan keluarga,
misalnya : praktek perawat keluarga.
H. Sistem Pelayanan Prima
1. Definisi Pelayanan Prima
Pelayanan prima (Excellent Service) diartikan dari kata “pelayanan”
yang berarti “usaha melayani kebutuhan orang lain” atau “melayani” yang
berarti “membantu menyiapkan apa yang diperlukan seseorang” dan kata
prima atau excellent yang berarti bermutu tinggi dan memuaskan.
Menurut para ahli, pelayanan yang diberikan oleh petugas Rumah
Sakit kepada konsumen bersifat tidak berwujud dan tidak dapat dimiliki oleh
penerima pelayanan (Daviddow dan Uttal, 1989). Menyangkut pelayanan
Rumah Sakit, yang dimaksudkan dengan konsumen adalah masyarakat yang
mendapat manfaat dari aktivitas yang dilakukan oleh Rumah Sakit dan
petugas yang telah ditunjuk sebagai pemberi pelayanan itu.
Pelayanan yang tidak berwujud, dimaksudkan adalah pelayanan itu
hanya dirasakan oleh konsumen. Norman (1991) menggambarkan
karakteristik pelayanan sebagai berikut :
a. Pelayanan sifatnya tidak dapat diraba, karena bukan berbentuk benda
dan beda sifatnya dengan barang.
b. Pelayanan, kenyataannya terdiri dari tindakan dan berbentuk pengaruh
yang sifatnya tindakan sosial.
c. Produksi dan konsumsi pelayanan tidak dapat dipisahkan secara nyata,
karena pada umunya terjadi secara bersamaan dan ditempat yang sama.
Karakteristik tersebut diatas mungkin dapat dijadikan dasar bagaimana
memberikan pelayanan yang terbaik (prima) di sebuah Rumah Sakit.
Pengertian yang lebih luas seperti yang dikemukakan Daviddow dan Uttal,
bahwa pelayanan merupakan usaha apa saja yang dilakukan untuk
mempertinggi nilai kepuasan konsumen.
Pelayanan dapat bermakna suatu bentuk aktivitas yang
menggambarkan perhatian, bantuan, dan penghargaan kepada konsumen
yang dapat memberikan kepuasan bagi mereka. Melalui pelayanan yang baik
(prima) akan melahirkan kedekatan antara produsen dan konsumen,
menimbulkan kesan menyenangkan, sebagai kenangan yang sulit dilupakan.
Pelayanan yang baik (prima), khususnya menyangkut pelayanan
Rumah Sakit, juga akan menimbulkan kesan/kenangan yang menyenangkan
bagi konsumen (pasien dan keluarganya). Selain itu, pelayanan yang baik
juga akan menumbuhkan kesan dan “citra yang baik” di hati konsumen,
yang selanjutnya dapat menjadi faktor pendorong konsumen untuk bekerja
sama, berperan aktif dalam kegiatan sosial Rumah Sakit itu, bahkan dapat
menjadi promotor Rumah Sakit tersebut.

2. Tujuan Pelayanan Prima


Tujuan dari pelayan prima adalah memberikan kepuasan kepada
konsumen (masyarakat) sesuai dengan keinginan mereka. Untuk mencapai
tingkat kepuasan itu, diperlukan kualitas pelayanan yang sesuai dengan
kebutuhan atau keinginan konsumen, Zeithami at al. (1990).

3. Unsur-unsur Pelayanan Prima


Unsur-unsur pelayanan prima, sesuai keputusan Menpan No. 81/1993,
yaitu :
a. Kesederhanaan
b. Kejelasan dan kepastian
c. Keamanan
d. Keterbukaan
e. Efisien
f. Ekonomis
g. Keadilan yang merata
4. Dimensi Kualitas Pelayanan Prima
a. Kehandalan (Reliability)
Kemampuan untuk memberikan pelayanan yang dijanjikan secara akurat.
b. Kepercayaan (Assurance)
Pengetahuan dan keramahan serta kemampuan untuk menumbuhkan
kepercayaan.
c. Penampilan (Tangible)
Fasilitas fisik, peralatan dan tampilan dari staf.
d. Empati (Empathy)
Perhatian secara pribadi yang diberikan kepada penerima pelayanan.
e. Ketanggapan (Responsiveness)
Kemauan untuk menolong dan memberikan service yang tepat waktu.

1. Prinsip Pelayanan Prima


Bentuk bentuk pelayanan prima yang seharusnya diberikan kepada
masyarakat yang berjumlah puluhan bahkan ratusan orang setiap hari oleh
lembaga kesehatan, secara teknis berbeda satu sama lain. Dari sekian ribu
pelayanan itu, hanya sedikit yang terhitung sebagai pelayanan prima, karena
memenuhi beberapa prinsip, yaitu :
a. Mengutamakan Pelanggan (Pasien)
Pelanggan (pasien), sebenarnya adalah pemilik dari pelayanan yang
diberikan di lembaga kesehatan. Tanpa pelanggan pelayanan tidak pernah
ada, dan pelanggan memiliki kekuatan untuk menghentikan atau
meneruskan pelayanan itu. Mengutamakan Pelanggan diartikan sebagai
berikut :
1) Prosedur pelayanan seharusnya disusun demi kemudahan dan
kenyamanan pelanggan (pasien), bukan untuk memperlancar
pekerjaan petugas lembaga kesehatan.
2) Jika pelayanan ada pelanggan internal dan pelanggan eksternal,
maka harus ada prosedur yang berbeda dan terpisah keduanya.
Pelayanan bagi pelanggan eksternal harus diutamakan dari pada
pelanggan internal.
3) Jika pelayanan memiliki pelanggan tak langsung selain langsung,
maka dipersiapkan jenis-jenis layanan yang sesuai untuk keduanya.
Pelayanan bagi pelayan tak langsung perlu lebih diutamakan.
b. Sistem yang Efektif
Proses pelayanan perlu dilihat sebagai sebuah sistem yang nyata,
yaitu tatanan yg memadukan hasil-hasil kerja dari berbagai unit dalam
organisasi lembaga kesehatan. Jika perpaduan itu cukup baik, pelanggan
(pasien) tidak merasakan bahwa mereka telah berhadapan dengan
beberapa unit yang berbeda. Dari segi design pengembangan, setiap
pelayanan selayaknya memiliki prosedur yang memungkinkan perpaduan
hasil kerja dapat mencapai batas maksimum.
Pelayanan juga perlu dilihat sebagai sebuah sistem lunak (soft
system), yaitu sebuah tatanan yang mempertemukan manusia yang satu
dengan yang lain. Pertemuan itu tentu melibatkan sentuhan-sentuhan
emosi, perasaan, harapan, keinginan, harga diri, nilai, sikap dan perilaku.
c. Nilai Semangat Melayani Dengan Hati
Kita akan melayani mereka dengan penuh cinta kasih dan tulus.
Jangan melayani karena ada motif-motif tertentu. Memperoleh
keuntungan materi, biar lebih dikenal orang atau keinginan menonjolkan
diri. Jadi, ketika ada orang yang sedang membutuhkan sesuatu, kita
berusaha melayani orang tersebut dengan penuh keikhlasan sebisa kita,
bukan semau kita.
Pelayanan yang baik diberikan untuk semua orang tanpa memandang
tingkat ekonomi, jabatan, suku, agama atau jenis kelamin. Kita juga
diharapkan tidak pilih-pilih terhadap pelayanan yang kita lakukan.
d. Perbaikan Berkelanjutan
Konsumen juga pada hakikatnya belajar mengenali kebutuhan
dirinya dari proses pelayanan petugas lembaga kesehatan. Berdasarkan
catatan petugas lembaga kesehatan, semakin baik mutu pelayanan yang
diberikan, kadang-kadang akan menghasilkan konsumen yang semakin
sulit untuk dipuaskan, karena tuntutannya yang semakin tinggi dan
meluas.
e. Memberdayakan Pelanggan
Memberdayakan pelanggan berarti menawarkan jenis-jenis layanan
yang dapat digunakan sebagai sumber daya atau perangkat tambahan oleh
pelanggan untuk menyelesaikan persoalan hidupnya sehari-hari. Ketiga
jenis pelayanan diatas memiliki peran yang sama penting dalam
menciptakan citra keprimaan dari seluruh rangkaian proses pelayanan.

2. Aspek-aspek Pelayanan Prima


Berdasarkan pandangan beberapa ahli aspek-aspek kualitas pelayanan
prima adalah sebagai berikut :
a. Penerimaan
Meliputi sikap perawat yang selalu ramah, periang, selalu tersenyum,
menyapa semua pasien. Perawat perlu memiliki minat terhadap orang
lain, menerima pasien tanpa membedakan golongan, pangkat, latar
belakang sosial ekonomi dan budaya, sehingga pribadi utuh. Agar dapat
melakukan pelayanan sesuai aspek penerimaan perawat harus memiliki
minat terhadap orang lain dan memiliki wawasan luas.
b. Perhatian
Meliputi sikap perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan perlu
bersikap sabar, murah hati dalam arti bersedia memberikan bantuan dan
pertolongan kepada pasien dengan sukarela tanpa mengharapkan imbalan,
memiliki sensitivitas dan peka terhadap setiap perubahan pasien, mau
mengerti terhadap kecemasan dan ketakutan pasien.
c. Komunikasi
Meliputi sikap perawat yang harus bisa melakukan komunikasi yang baik
dengan pasien dan keluarga pasien. Adanya komunikasi yang saling
berinteraksi antara pasien dengan perawat, dan adanya hubungan yang
baik dengan keluarga pasien.
d. Kerjasama
Meliputi sikap perawat yang harus mampu melakukan kerjasama yang
baik dengan pasien dan keluarga pasien.
e. Tanggung Jawab
Meliputi sikap perawat yang jujur, tekun dalam tugas, mampu
mencurahkan waktu dan perhatian, sportif dalam tugas, konsisten serta
tepat dalam bertindak.
Namun, dalam perkembangan penelitian selanjutnya dirasakan adanya
dimensi mutu pelayanan yang saling tumpang tindih satu dengan yang
lainnya yang dikaitkan dengan kepuasan pelanggan. Selanjutnya oleh
Parasuraman et al. (1990) dimensi tersebut difokuskan menjadi 5 dimensi
(ukuran) kualitas jasa/ pelayanan, yaitu :
a. Tangible (Berwujud)
Meliputi penampilan fisik dari fasilitas, peralatan, karyawan dan alat-alat
komunikasi.
b. Realibility (Keandalan)
Yakni kemampuan untuk melaksanakan jasa yang telah dijanjikan secara
konsisten dan dapat diandalkan (akurat).
c. Responsiveness (Cepat Tanggap)
Yaitu kemauan untuk membantu pasien dan menyediakan jasa/ pelayanan
yang cepat dan tepat.
d. Assurance (Kepastian)
Mencakup pengetahuan dan keramah-tamahan para pasien dan
kemampuan mereka untuk menimbulkan kepercayaan dan keyakinan,
kesopanan dan sifat dapat dipercaya yang dimiliki para staf, bebas dari
bahaya, risiko atau keragu-raguan.
e. Empaty (Empati)
Meliputi pemahaman pemberian perhatian secara individual, kemudahan
dalam melakukan komunikasi yang baik, dan memahami kebutuhan
pasien.

I. Sistem Pelayanan Rujukan (Referal System)


1. Definisi Sistem Rujukan
Sistem rujukan adalah suatu sistem penyelenggaraan pelayanan
kesehata yang melaksanakan pelimpahan tanggung jawab timbal balik
terhadap satu kasus penyakit atau masalah kesehatan secara vertikal (dari
unit yang lebih mampu menangani) atau secara horizontal (antar unit-unit
yang setingkat kemampuanya).
Sistem rujukan adalah suatu sistem penyelenggaraan pelayanan yang
melaksanakan pelimpahan wewenang atau tanggung jawab timbal balik,
terhadap suatu kasus penyakit atau masalah kesehatan, secara vertikal dalam
arti dari unit yang terkecil atau berkemampuan kurang kepada unit yang
lebih mampu atau secara horisontal atau secara horizontal dalam arti antar
unit-unit yang setingkat kemampuannya.
Salah satu bentuk pelaksanaan dan pengembangan upaya kesehatan
dalam Sistem Kesehatan Nasional (SKN) adalah rujukan upaya kesehatan.
Untuk mendapatkan mutu pelayanan yang lebih terjamin, berhasil guna
(efektif) dan berdaya guna (efesien), perlu adanya jenjang pembagian tugas
diantara unit-unit pelayanan kesehatan melalui suatu tatanan sistem rujukan.
2. Macam-macam Sistem Rujukan
a. Menurut Tata Hubungannya
1) Rujukan Internal
Rujukan horizontal yang terjadi antar unit pelayanan di dalam institusi
tersebut. Misalnya dari jejaring puskesmas (puskesmas pembantu) ke
puskesmas induk.
2) Rujukan Eksternal
Rujukan yang terjadi antar unit-unit dalam jenjang pelayanan
kesehatan, baik horizontal (dari puskesmas rawat jalan ke puskesmas
rawat inap) maupun vertikal (dari puskesmas ke rumah sakit umum
daerah).
b. Menurut Lingkup Pelayanannya
1) Rujukan Medik
Rujukan pelayanan yang terutama meliputi upaya penyembuhan
(kuratif) dan pemulihan (rehabilitatif). Misalnya, merujuk pasien
puskesmas dengan penyakit kronis (jantung koroner, hipertensi,
diabetes mellitus) ke rumah sakit umum daerah. Disamping itu juga
mencangkup rujukan pengetahuan (konsultasi medis) dan bahan-bahan
pemeriksaan. Rujukan medik dibagi menjadi :
a) Transfer of patient
Konsultasi penderita untuk keperluan diagnostik, pengobatan,
tindakan operatif dan lain-lain.
b) Transfer of specimen
Pengiriman bahan untuk pemeriksaan laboratorium yang lebih
lengkap.
c) Transfer of knowledge / personal
 Pengiriman tenaga-tenaga ahli ke daerah untuk memberikan
pengetahuan & keterampilan melalui ceramah, konsultasi
penderita, diskusi kasus, dan demonstrasi operasi.
 Pengiriman petugas pelayanan kesehatan daerah untuk
menambah pengetahuan & keterampilan mereka ke rumah
sakit pendidikan, juga dengan mengundang tenaga medis
dalam kegiatan ilmiah yang diselenggarakan tingkat provinsi
atau institusi pendidikan.
2) Rujukan Kesehatan Masyarakat
Rujukan ini berkaitan dengan upaya pencegahan penyakit (preventif) dan
peningkatan kesehatan (promosi). Rujukan ini mencakup rujukan
teknologi, sarana dan operasional. Rujukan sarana berupa antara lain
bantuan laboratorium kesehatan, teknologi kesehatan.

3. Tujuan Sistem Rujukan


a. Tujuan Umum
1) Untuk meningkatkan mutu, cakupan dan efisiensi pelayanan
kesehatan secara terpadu.
2) Untuk memberikan petunjuk kepada petugas puskesmas tentang
pelaksanaan rujukan medis dalam rangka menurunkan IMR dan AMR.
b. Tujuan Khusus
1) Meningkatkan kemampuan puskesmas dan peningkatannya dalam
rangka menangani rujukan kasus “resiko tinggi” dan gawat darurat.
2) Menyeragamkan dan menyederhanakan prosedur rujukan di wilayah
kerja puskesmas.

4. Manfaat Sistem Rujukan


a. Dari Sudut Pemerintah Sebagai Penentu Kebijakan (Policy Maker)
1) Membantu penghematan dana, karena tidak perlu menyediakan
berbagai macam peralatan kedokteran pada setiap sarana kesehatan.
2) Memperjelas sistem pelayanan kesehatan, karena terdapat hubungan
kerja antara berbagai sarana kesehatan yang tersedia.
3) Memudahkan pekerjaan administrasi, terutama pada aspek
perencanaan.
b. Dari Sudut Masyarakat Sebagai Pengguna Jasa Pelayanan (Health
Consumer)
1) Meringankan biaya pengobatan, karena dapat dihindari pemeriksaan
yang sama secara berulang-ulang.
2) Mempermudah masyarakat dalam mendapatkan pelayanan, karena
telah diketahui dengan jelas fungsi dan wewenang setiap sarana
pelayanan kesehatan.
c. Dari Sudut Kalangan Kesehatan Sebagai Penyelenggara Pelayanan
Keseahatan (Health Provider)
1) Memperjelas jenjang karier tenaga kesehatan dengan berbagai akibat
positif lainnya seperti semangat kerja, ketekunan, dan dedikasi.
2) Membantu peningkatan pengetahuan dan ketrampilan, yaitu: kerja
sama yang terjalin.
3) Memudahkan atau meringankan beban tugas, karena setiap sarana
kesehatan mempunyai tugas dan kewajiban tertentu.

5. Tata Laksana Sistem Rujukan


a. Internal antar petugas di satu instansi
b. Antara puskesmas pembantu dan puskesmas
c. Antara masyarakat dan puskesmas
d. Antara satu puskesmas dan puskesmas lainnya
e. Antara puskesmas dan RS, laboratorium/fasilitas pelayanan kesehatan
lainnya
f. Internal antar bagian/unit pelayanan di dalam satu RS
g. Antara RS, laboratorium/fasilitas pelayanan lain dari RS
6. Prosedur Pelaksanaan Sistem Rujukan
Dalam membina sistem rujukan ini perlu ditentukan beberapa hal, yaitu :
a. Regionalisasi
Regionalisasi adalah pembagian wilayah pelaksanaan sistem rujukan.
Pembagian wilayah ini didasarkan atas pembagian wilayah secara
administratif, tetapi dimana perlu didasarkan atas lokasi atau mudahnya
ssstem rujukan itu dicapai. Hal ini untuk menjaga agar pusat sistem
rujukan mendapat arus penderita secara merata. Tiap tingkat unit
kesehatan diharapkan melakukan penyaringan terhadap penderita yang
akan disalurkan dalam sistem rujukan. Penderita yang dapat melayani
oleh unit kesehatan tersebut, tidak perlu dikirim ke unit lain yang lebih
mampu.
b. Kemampuan Unit Kesehatan dan Petugas
Kemampuan unit kesehatan tergantung pada macam petugas dan
peralatannya. Walaupun demikian diharapkan mereka dapat melakukan
keterampilan tertentu. Dalam kaitan ini perlu ditetapkan penggolongan
penyakit, menjadi 3 golongan diantarannya :
1) Penyakit yang bersifat darurat, yaitu penyakit yang harus segera di
tanggulangi, karena bila terlambat dapat menyebabkan kematian.
2) Penyakit yang bersifat menahun, yang penyembuhan dan
pemulihannya memerlukan waktu yang lama dan dapat
menimbulkan beban pembiayaan yang tidak dapat dipikul oleh
penderita dan keluarganya.
3) Penyakit yang bersifat akut tetapi tidak gawat, rehabilitas sosial, bagi
penderita yang telah sembuh dari penyakit menahun seperti kusta
dan jiwa yang tidak dapat dikembalikan kepada masyarakat, serta
perawatan kesehatan bagi orang jompo, terutama menjadi
tanggung jawab pemerintah.
Sedangkan, langkah-langkah pelaksanaan dalam sistem rujukan, yaitu :
a. Menentukan Kegawatdaruratan Penderita
1) Pada tingkat kader, ditemukan penderita yang tidak dapat ditangani
sendiri oleh keluarga atau kader, maka segera dirujuk ke fasilitas
pelayanan kesehatan yang terdekat, oleh karena itu mereka belum
tentu dapat menerapkan ke tingkat kegawatdaruratan.
2) Pada tingkat puskesmas pembantu dan puskesmas. Tenaga
kesehatan yang ada pada fasilitas pelayanan kesehatan tersebut
harus dapat menentukan tingkat kegawatdaruratan kasus yang
ditemui, sesuai dengan wewenang dan tanggung jawabnya, mereka
harus menentukan kasus mana yang boleh ditangani sendiri dan
kasus mana yang harus dirujuk.
b. Menentukan Tempat Rujukan
Prinsip dalam menentukan tempat rujukan adalah fasilitas pelayanan yang
mempunyai kewenangan dan terdekat termasuk fasilitas pelayanan swasta
dengan tidak mengabaikan kesediaan dan kemampuan penderita.
c. Memberikan Informasi Kepada Penderita dan Keluarga
Kaji ulang rencana rujukan bersama penderita dan keluarga. Jika perlu
dirujuk, siapkan dan sertakan dokumentasi tertulis semua asuhan,
perawatan dan hasil penilaian (termasuk partograf) yang telah dilakukan
untuk dibawa ke fasilitas rujukan. Jika penderita tidak siap dengan
rujukan, lakukan konseling terhadap penderita dan keluarganya tentang
rencana tersebut.
d. Mengirimkan Informasi Pada Tempat Rujukan yang Dituju
1) Memberitahukan bahwa akan ada penderita yang dirujuk.
2) Meminta petunjuk apa yang perlu dilakukan dalam rangka persiapan
dan selama dalam perjalanan ke tempat rujukan.
3) Meminta petunjuk dan cara penangan untuk menolong penderita bila
penderita tidak mungkin dikirim.
e. Persiapan Penderita
f. Pengiriman Penderita
g. Tindak Lanjut Penderita
1) Untuk penderita yang telah dikembalikan (rawat jalan
pasca penanganan).
2) Penderita yang memerlukan tindakan lanjut tapi tidak melapor harus
ada tenaga kesehatan yang melakukan kunjungan rumah.

7. Skema Sistem Rujukan Pelayanan Kesehatan di Indonesia

RUMAH SAKIT TIPE A

Provinsi RUMAH SAKIT TIPE B

Kabupaten
RUMAH SAKIT TIPE C & D

Kecamatan
PUSKESMAS / BALKESMAS

Kelurahan

PUSKESMAS PEMBANTU

DOKTER & BIDAN PRAKTEK


SWASTA

POSYANDU

MASYARAKAT
J. Faktor yang Mempengaruhi Sistem Pelayanan Kesehatan
Pelayanan kesehatan akan lebih berkembang atau sebaliknya akan terhambat
karena dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti adanya peningkatan ilmu
pengetahuan dan teknologi baru, pergeseran nilai masyarakat, aspek legal dan
etik, ekonomi dan politik.
1. Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Baru
Mengingat adanya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, maka
akan diikuti oleh perkembangan pelayanan kesehatan atau juga sebagai
dampaknya pelayanan kesehatan jelas lebih mengikuti perkembangan dan
teknologi, seperti dalam pelayanan kesehatan untuk mengatasi masalah
penyakit-penyakit yang sulit penyembuhannya, maka digunakanlah alat
seperti laser, terapi peruahan gen dan lain-lain. Maka pelayanan kesehatan
ini membutuhkan biaya yang cukup besar dan butuh tenaga yang
professional di bidang tertentu.
2. Pergeseran Nilai Masyarakat
Masyarakat yang sudah maju dengan pengetahuan tinggi, maka akan
memiliki kesadaran yang lebih dalam penggunaan atau pemanfaatan
pelayanan kesehatan, demikian juga sebaliknya pada masyarakat yang
memiliki pengetahuan kurang akan memiliki kesadaran yang rendah
terhadap pelayanan kesehatan, sehingga kondisi demikian akan sangat
mempengaruhi system pelayanan kesehatan.
3. Aspek Legal dan Etik
Dengan tingginya kesadaarn masyarakat tehadap penggunaan atau
pemanfaatan jasa pelayanan kesehatan, maka akan semakin tinggi pula
tuntunan hukum dan etik dalam pelayanan kesehatan, sehingga pelaku
memberi pelayanan kesehatan harus dituntut untuk memberikan pelayanan
kesehatan secra profesional dengan memperhatikan norma dan etik yang ada
dalam masyarakat
4. Ekonomi
Semakin tinggi ekonomi seseorang pelayanan kesehatan lebih mudah
diperoleh dan di jangkau dan begitu sebaliknya dengan orang yang tergolong
ekonomi rendah. Keadaan ekonomi ini akan mempengaruhi dalam sistem
pelayanan kesehatan.
5. Politik
Kebijakan pemerintah melalui sistem politik yang ada akan sangat
berpengaruh sekali dalam sistem pemberian pelayan kesehatan. Kebijakan-
kebijakan yang ada dapat memberikan pola dalam sistem pelayanan. Strategi
yang ada dalam visi Indonesia sehat diantanya pemahaman tentang
paradigma sehat, srategi professionalisme dalam segala tugas, adanya JPKM,
dan desentralisai. Dalam menggunakan strategi yang ada, pemerintah telah
menyusun misi yang akan di jalankan sebagaimana dalam sistem pelayanan
kesehatan, diantaranya :
a. Penggerak pembangunan nasional yang berwawasan kesehatan.
b. Memelihara serta meningkatkan melindungi kesehatan individu,
keluarga, masyarat dan lingkungan.
c. Meningkatkan pelayanan kesehatan yang bermutu, merata
dan terjangkau.
d. Meningkatkan kemandirian masyatakat hidup sehat.

K. Masalah Sistem Pelayanan Kesehatan


Faktor yang paling berpengaruh terhadap masalah pelayanan kesehatan
adalah perkembangan ilmu dan tehnologi. Semakin tinggi ilmu pengetahuan dan
tehnologi, semakin tinggi pelayanan kesehatan yang diberikan. Hasil yang diraih
juga semakin baik dimanan angka kesakitan, cacat dan kematian menurun serta
meningkatkan umur harapan hidup rata.
Perubahaan ini juga mendatangkan masalah sebagai berikut :
1. Terkotak-kotaknya Pelayanan Kesehatan/ Fragmented Health Services
Berhubungan dengan munculnya spesialis dan sub spesialis yang
berdampak negatif dengan timbulnya keselitan masyarakat memperoleh
pelayanan kesehatan yang akan menimbulkan tidak
terpenuhinya kebutuhan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan
bila hal ini berkelanjutan.
2. Berubahnya Sifat Pelayanan Kesehatan
Muncul sebagai akibat lebih lanjut dari pelayanan kesehatan yang terkotak-
kotak, terutama ditemukan pada hubungan dokter dan pasien. Munculnya
sub spesialis dan spesialis menyebabkan perhatian penyelenggara pelayanan
kesehatan tidak menyeluruh, perhatian tertuju pada keluhan dan organ tubuh
yang sakit saja. Perubahan bertambah nyata dengan adanya peralatan yang
canggih yang mendukung proses pelayanan yang diberikan. Hal tersebut
menimbulkan berbagai dampak negatif, yaitu sebagai berikut :
a. Regangnya hubungan dokter dengan pasien yang timubul karena
peralatan yang digunakan tersebut.
b. Mahalnya biaya kesehatan.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Sistem pelayanan kesehatan adalah sub sistem pelayanan kesehatan yang
tujuan utamanya adalah promotif (memelihara dan meningkatkan kesehatan),
preventif (pencegahan), kuratif (penyembuhan), dan rehabilitasi (pemulihan)
kesehatan perorangan, keluarga, kelompok atau masyarakat.
Pelayanan yang baik (prima), khususnya menyangkut pelayanan lembaga
kesehatan, juga akan menimbulkan kesan/kenangan yang menyenangkan bagi
konsumen (pasien dan keluarganya) yang selanjutnya dapat menjadi faktor
pendorong untuk bekerja sama, berperan aktif dalam kegiatan sosial lembaga
kesehatan itu, bahkan dapat menjadi promotor lembaga kesehatan tersebut.
Sedangkan syarat-syarat pokok system pelayanan kkesehatan yang prima
yaitu tersedia dan berkesinambungan, dapat diterima dan wajar, mudah dicapai/
accessible, mudah dijangkau/ affortable da bermutu/ quality.
Sistem rujukan adalah suatu sistem penyelenggaraan pelayanan yang
melaksanakan pelimpahan wewenang atau tanggung jawab timbal balik, terhadap
suatu kasus penyakit atau masalah kesehatan, secara vertikal dalam arti dari unit
yang terkecil atau berkemampuan kurang kepada unit yang lebih mampu atau
secara horisontal atau secara horizontal dalam arti antar unit-unit yang setingkat
kemampuannya.
B. Saran
Dalam sistem pelayanan kesehatan perlu terus di tingkatkannya mutu serta
kualitas dari pelayanan kesehatan agar sistem pelayanan ini dapat berjalan
dengan efektif, itu semua dapat dilakukan dengan melihat nilai-nilai yang ada di
masyarakat, dan diharapkan perawat dapat memberikan pelayanan dengan
kualitas yang bagus dan baik.
Untuk itu, kita sebagai mahasiswa keperawatan hendaknya mempersiapkan
secara matang baik dari segi kemampuan, sikap maupun pengetahuan yang
optimal guna menjadi generasi tenaga keperawatan penerus yang dapat
diandalkan yang mampu meningkatkan derajat kesehatan masyarakat
DAFTAR PUSTAKA

Ali H.Z. 2002. Dasar-Dasar Keperawatan Profesional. Jakarta : Widya Medika


Alimul, Aziz H. 2003. Riset Keperawatan dan Teknik Penulisan Ilmiah. Jakarta :

Salemba Medika
Asmadi. 2008. Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta : EGC
Aziz Alimul H. 2008. Pengantar Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta: Penerbit
Salemba Medika

Potter & Perry. 2005. Keperawatan Fundamental Vol. 1 Edisi terjemahan. Jakarta :
EGC

Dubois & Miley. 2005. Pelayanan Kesehatan Edisi terjemahan. Jakarta : EGC
MAKALAH

SISTEM PELAYANAN KESEHATAN

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah kdk 1

OLEH:ARINA MIRIN (2016610014)


FAKULTAS:ILMU

KESEHATAN PRODI:ILMU

KEPERAWATAN
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Alloh SWT. yang mana atas berkat,
rahmat, dan karunia-Nya penulis dapat menyusun makalah yang berjudul “SISTEM
PELAYANAN KESEHATAN” untuk menyelesaikan tugas mata kuliah KDK1 dan
Dalam penyusunan makalah ini, tidak lepas dari hambatan yang penulis
hadapi, namun penulis menyadari kelancaran dalam penyusunan makalah ini tidak
lain berkat dorongan, bantuan, dan bimbingan semua pihak, sehingga kendala-
kendala yang penulis hadapi dapat teratasi. Oleh karena itu penulis mengucapkan
terima kasih kepada :
4. Bapak H. Ns. Asep Rahmadiana, S.Kep, selaku dosen mata kuliah KDK
5. Orang tua yang senantiasa mendukung terselesaikannya makalah ini
6. Rekan kelompok yang telah bekerjasama dalam penyusunan makalah ini
Penulis menyadari dalam penulisan makalah ini tentunya masih banyak
kekurangan, mengingat akan keterbatasan kemampuan yang dimiliki oleh penulis.
Untuk itu kritik dan saran sangat penulis harapkan untuk kesempurnaan penyusunan
makalah yang akan datang.
MALANG, JULY 2020

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I PENDAHULUAN
D. Latar Belakang 1
E. Rumusan Masalah 2
F. Tujuan Penulisan 2
BAB II PEMBAHASAN
L. Definisi Sistem Pelayanan Kesehatan 3
M. Ciri-ciri Sistem Pelayanan Kesehatan 5
N. Jenis-jenis Sistem Pelayanan Kesehatan 6
O. Tingkat Sistem Pelayanan Kesehatan 8
P. Lingkup Sistem Pelayanan Kesehatan 9
Q. Syarat Pokok Sistem Pelayanan Kesehatan 9
R. Lembaga Sistem Pelayanan Kesehatan 10
S. Sistem Pelayanan Prima 11
T. Sistem Pelayanan Rujukan (Referal System) 17
U. Faktor yang Mempengaruhi Pelayanan Kesehatan 24
V. Masalah Sistem Pelayanan Kesehatan 25
BAB III PENUTUP
C. Kesimpulan 27
D. Saran 28
DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN

D. Latar Belakang
Pelayanan di bidang kesehatan merupakan salah satu bentuk pelayanan
yang paling banyak dibutuhkan oleh masyarakat. Salah satu sarana pelayanan
kesehatan yang mempunyai peran sangat penting dalam memberikan pelayanan
kesehatan kepada masyarakat adalah rumah sakit. Rumah sakit merupakan
lembaga dalam mata rantai SKN (Sistem Kesehatan Nasional) dan mengemban
tugas untuk memberikan pelayanan kesehatan kepada seluruh masyarakat, karena
pembangunan dan penyelenggaraan kesehatan di rumah sakit perlu diarahkan
pada tujuan nasional dibidang kesehatan. Tidak mengherankan apabila bidang
kesehatan perlu untuk selalu dibenahi agar bisa memberikan pelayanan kesehatan
yang terbaik untuk masyarakat. Pelayanan kesehatan yang dimaksud tentunya
adalah pelayanan yang cepat, tepat, murah dan ramah. Mengingat bahwa sebuah
negara akan bisa menjalankan pembangunan dengan baik apabila didukung oleh
masyarakat yang sehat secara jasmani dan rohani.
Untuk mempertahankan pelanggan, pihak rumah sakit dituntut selalu
menjaga kepercayaan konsumen secara cermat dengan memperhatikan
kebutuhan konsumen sebagai upaya untuk memenuhi keinginan dan harapan atas
pelayanan yang diberikan. Konsumen rumah sakit dalam hal ini pasien yang
mengharapkan pelayanan di rumah sakit, bukan saja mengharapkan pelayanan
medis dan keperawatan tetapi juga mengharapkan kenyamanan, akomodasi yang
baik dan hubungan harmonis antara staf rumah sakit dan pasien, dengan
demikian perlu adanya peningkatan kualitas pelayanan kesehatan di rumah sakit,
begitu pula dengan lembaga pelayanan kesehatan lainnya seperti puskesmas,
posyandu maupun klinik.
Salah satu hal yang harus dilakukan oleh mahasiswa keperawatan saat ini
adalah melakukan sebuah revolusi secara menyeluruh dan detail dalam setiap
aspeknya. Sehingga mahasiswa keperawatn akan mampu membentuk sebuah
revolusioner dalam dunia keperawatan itu sendiri terutama dalam pelayanan
kkesehatan yang prima.
Dalam penulisan makalah ini akan dijelaskan bagaimana bentuk serta
proses pelayanan kesehatan yang prima, sistem rujukan serta permasalahan yang
terdapat didalamnya.
E. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka masalah yang akan
diangkat dalam makalah ini adalah :
7. Apa yang dimaksud dengan sistem pelayanan kesehatan?
8. Apa saja lembaga pelayanan kesehatan?
9. Bagaimana lingkup sistem pelayanan kesehatan?
10. Apa yang dimaksud dengan sistem rujukan?
11. Apa yang dimaksud dengan pelayanan kesehatan prima?
12. Apakah faktor yang mempengaruhi pelayanan kesehatan?

F. Tujuan Penulisan
9. Memenuhi tugas mata kuliah Manajemen dan Ekonomi Kesehatan.
10. Mengetahui sistem-sistem dari pelayanan kesehatan.
11. Mengetahui tingkatan pelayanan kesehatan.
12. Mengetahui beberapa lembaga yang terkait dengan pelayanan kesehatan.
13. Mengetahui ruang lingkup dari sistem pelayanan kesehatan.
14. Mengetahui pelayanan kesehatan prima.
15. Mengetahui sistem rujukan.
16. Mengetahui faktor yang mempengaruhi pelayanan kesehatan.

BAB II
PEMBAHASAN

L. Definisi Sistem Pelayanan Kesehatan


Menurut Prof. Dr. Soekidjo Notoatmojo Pelayanan kesehatan adalah sub
sistem pelayanan kesehatan yang tujuan utamanya adalah pelayanan preventif
(pencegahan) dan promotif (peningkatan kesehatan) dengan sasaran masyarakat.
Menurut Dubois & Miley (2005 : 317), Sistem Pelayanan Kesehatan adalah
upaya yang diselenggarakan sendiri/secara bersama-sama dalam suatu organisasi
untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah, dan menyembuhkan
penyakit serta memulihkan kesehatan perorangan, keluarga, kelompok, atau
masyarakat.
Menurut Depkes RI (2009) pelayanan kesehatan adalah setiap upaya yang
diselenggarakan sendiri atau secara bersama-sama dalam suatu organisasi untuk
memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah dan menyembuhkan
penyakit serta memulihkan kesehatan perorangan, keluarga, kelompok dan
ataupun masyarakat.
Jadi, sesuai pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa pelayanan
kesehatan adalah sub sistem pelayanan kesehatan yang tujuan utamanya adalah
promotif (memelihara dan meningkatkan kesehatan), preventif (pencegahan),
kuratif (penyembuhan), dan rehabilitasi (pemulihan) kesehatan perorangan,
keluarga, kelompok atau masyarakat. Yang dimaksud sub sistem disini adalah
sub sistem dalam pelayanan kesehatan yaitu input , proses, output, dampak,
umpan balik.
7. Input
Merupakan subsistem yang akan memberikan segala masukan untuk
berfungsinya sebuah sistem. Input sistem pelayanan kesehatan : potensi
masyarakat, tenaga & sarana kesehatan.
8. Proses
Kegiatan yang mengubah sebuah masukan menjadi sebuah hasil yang
diharapkan dari sistem tersebut. Proses dalam pelayanan kesehatan : berbagai
kegiatan dalam pelayanan kesehatan.
9. Output
Merupakan hasil yang diperoleh dari sebuah proses. Output pelayanan
kesehatan : pelayanan yang berkualitas dan terjangkau sehingga masyarakat
sembuh dan sehat.
10. Dampak
Merupakan akibat dari output atau hasil suatu sistem, terjadi dalam waktu
yang relatif lama. Dampak sistem pelayanan kesehatan : masyarakat sehat,
angka kesakitan dan kematian menurun.
11. Umpan Balik
Merupakan suatu hasil yang sekaligus menjadi masukan. Terjadi dari sebuah
sistem yang saling berhubungan dan saling mempengaruhi. Umpan balik
dalam pelayanan kesesahatan : kualitas tenaga kesehatan.
12. Lingkungan
Semua keadaan di luar sistem tetapi dapat mempengaruhi pelayanan
kesehatan.
Contoh : Di dalam pelayanan kesehatan Puskesmas,
Input : Dokter, Perawat, Obat-obatan.
Proses : Kegiatan pelayanan puskesmas.
Output : Pasien sembuh atau tidak sembuh.
Dampak : Meningkatnya status kesehatan masyarakat.
Umpan Balik : Keluhan-keluhan pasien terhadap pelayanan.
Lingkungannya : Masyarakat dan instansi-instansi diluar puskemas.

M. Ciri-ciri Sistem Pelayanan Kesehatan


Ciri-ciri system pelayanan kesehatan dibagi menjadi :
1. P : Pleasantness (seorang petugas harus mampu menyenangkan pelanggan).
2. E : Eagerness to help others (memiliki keinginan yang kuat dari dalam
dirinya untuk membantu).
3. R : Respect for other people (harus menghargai dan menghormati
pelanggan).
4. S : Sense of responsibility is a realization that what one does and says is
important (harus memiliki rasa tanggung jawab terhadap pekerjaan dan
perkataannya terhadap pelanggan).
5. O : Orderly mind is esenssial for methodical and accurate work (harus
memiliki jalan pemikiran yang terarah dan terorganisasi untuk melakukan
pekerjaan dengan metode baik dan tingkat ketepatan yang tinggi).
6. N : Neatness indicates pride in self and job (harus memiliki kerapian dan
bangga dengan pekerjaanya sendiri).
7. A : Accurate in everything done is of permanent importance (harus
melakukan pekerjaan dengan keakuratan atau ketepatan atau ketelitian, hal
ini merupakan sebuah nilai yang sangat penting).
8. L : Loyality to both management and colleagues make good time work
(harus bersikap setia pada management dan rekan kerja, merupakan kunci
membangun kerja sama).
9. I : Intelligence use of common sense at all time (harus senantiasa
menggunakan akal sehat dalam memahami pelanggan dari waktu ke
waktu).
10. T : Tact saying and doing the right thing at the righ time (harus memiliki
kepribadian, berbicara, bijaksana dan melakukan pekerjaan secara benar).
11. Y : Yearning to be good servive clerk and love of the work is essential
(mempunyai keinginan menjadi pelayan yang baik serta mencintai
pekerjaannya).

N. Jenis-jenis Sistem Pelayanan Kesehatan


Menurut pendapat Hodgetts dan Casio, jenis pelayanan kesehatan secara
umum dapat dibedakan atas dua, yaitu:
1. Pelayanan Kedokteran
Pelayanan kesehatan yang termasuk dalam kelompok pelayanan kedokteran
(medical services) ditandai dengan cara pengorganisasian yang dapat bersifat
sendiri (solo practice) atau secara bersama-sama dalam satu organisasi.
Tujuan utamanya untuk menyembuhkan penyakit dan memulihkan
kesehatan, serta sasarannya terutama untuk perseorangan dan keluarga.
Dengan ciri- ciri :
a. Tenaga pelaksaannya adalah tenaga para dokter
b. Perhatian utamanya adalah penyembuhan penyakit
c. Sasaran utamanya adalah perseorangan atau keluarga
d. Kurang memperhatikan efisiensi
e. Tidak boleh menarik perhatian karena bertentangan dengan etika
kedokteran
f. Menjalankan fungsi perseorangan dan terikat undang-undang
g. Penghasilan diperoleh dari imbal jasa
h. Bertanggung jawab hanya kepada penderita
i. Tidak dapat memonopoli upaya kesehatan dan bahkan mendapat saingan
j. Masalah administrasi sangat sederhana

2. Pelayanan Kesehatan Masyarakat


Pelayanan kesehatan yang termasuk dalam kelompok kesehatan masyarakat
(public health service) ditandai dengan cara pengorganisasian yang
umumnya secara bersama-sama dalam suatu organisasi. Tujuan utamanya
untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan serta mencegah penyakit,
serta sasarannya untuk kelompok dan masyarakat.

Dengan ciri- ciri :


a. Tenaga pelaksanaanya terutama ahli kesehatan masyarakat
b. Perhatian utamanya pada pencegahan penyakit
c. Sasaran utamanya adalah masyarakat secara keseluruhan
d. Selalu berupaya mencari cara yang efisien
e. Dapat menarik perhatian masyarakat
f. Menjalankan fungsi dengan mengorganisir masyarakat dan mendapat
dukungan undang-undang
g. Pengasilan berupa gaji dari pemerintah
h. Bertanggung jawab kepada seluruh masyarakat
i. Dapat memonopoli upaya kesehatan
j. Mengadapi berbagai persoalan kepemimpinan
Pelayanan kesehatan masyarakat pada prinsipnya mengutamakan pelayanan
kesehatan promotif dan preventif. Pelayanan promotif adalah upaya
meningkatkan kesehatan masyarakat ke arah yang lebih baik lagi dan yang
preventif mencegah agar masyarakat tidak jatuh sakit agar terhindar dari
penyakit. Sebab itu pelayanan kesehatan masyarakat itu tidak hanya tertuju
pada pengobatan individu yang sedang sakit saja, tetapi yang lebih penting
adalah upaya-upaya pencegahan (preventif) dan peningkatan kesehatan
(promotif). Sehingga, bentuk pelayanan kesehatan bukan hanya puskesmas
atau balkesma saja, tetapi juga bentuk-bentuk kegiatan lain, baik yang
langsung kepada peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit, maupun
yang secara tidak langsung berpengaruh kepada peningkatan kesehatan.

O. Tingkat Sistem Pelayanan Kesehatan


Merupakan bagian dari sistem pelayanan kesehatan yang diberikan pada
masyarakat. Menurut Leavel & Clark dalam memberikan pelayanan kesehatan
harus memandang pada tingkat pelayanan kesehatan yang akan diberikan, yaitu :
1. Health Promotion (Promosi Kesehatan)
Merupakan tingkat pertama dalam memberikan pelayanan melalui
peningkatan kesehatan yang bertujuan untuk meningkatkan status kesehatan
masyarakat. Contoh : Kebersihan perorangan, perbaikan sanitasi lingkungan.
2. Specifik Protection (Perlindungan Khusus)
Perlindungan khusus adalah masyarakat terlindung dari bahaya atau penyakit-
penyakit tertentu. Contoh : Imunisasi, perlindungan keselamatan kerja.
3. Early Diagnosis and Prompt Treatment (Diagnosis Dini & Pengobatan Segera)
Sudah mulai timbulnya gejala penyakit dan dilakukan untuk mencegah
penyebaran penyakit. Contoh : Survey penyaringan kasus.
4. Disability Limitation (Pembatasan Kecacatan)
Dilakukan untuk mencegah agar pasien atau masyarakat tidak mengalami
dampak kecacatan akibat penyakit tertentu. Dilakukan pda kasus yang
memiliki potensi kecacatan. Contoh : Perawatan untuk menghentikan
penyakit, mencegah komplikasi lebih lanjut, pemberian segala fasilitas untuk
mengatasi kecacatan, menncegah kematian.
5. Rehabilitation (Rehabilitasi)
Dilakukan setelah pasien sembuh. Sangat diperlukan pada fase pemulihan
terhadap kecacatan, misal : program latihan, konsultasi dan diskusi psikologis
untuk meningkatkan koping individu positif sehingga gairah hidup meningkat.

P. Lingkup Sistem Pelayanan Kesehatan


1. Tingkat Pertama/Primary Health Service
Adalah pelayanan kesehatan yang bersifat pokok yang dibutuhkan oleh
sebagian besar masyarakat serta mempunyai nilai strategis untuk
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Biasa dilakukan pada
masyarakat yang memiliki masalah atau masyarakat sehat. Sifat pelayanan
adalah pelayanan dasar yang dapat dilakukan di puskesmas, balai kesehatan
masyarakat atau poliklinik.
2. Tingkat Dua/Secondary Health Service
Diperlukan bagi masyarakat atau klien yan memerlukan perawatan rumah
sakit dilaksanakan di rumah sakit yang tersedia tanaga spesialis
3. Tingkat Tiga/Tertiery Health Service
Merupakan tingkat yang tertinggi. Membutuhkan tenaga ahli atau
subspesialis dan sebagai rujukan.

Q. Syarat Pokok Sistem Pelayanan Kesehatan


1. Tersedia dan Berkesinambungan
Semua jenis pelayanan kesehatan yang dibutuhkan masyarakat harus mudah
ditemukan serta selalu siaga keberadaannya di masyarakat setiap kali
dibutuhkan.
2. Dapat Diterima dan Wajar
Diartikan bahwa pelayanan kesehatan tersebut tidak bebrtentangan dengan
keyakinan dan kepercayaan masyarakat. Pelayanan kesehatan yang
bertentangan dengan adat istiadat, kebudayaan, keyakinan dan kepercayaan
masyarakat bukan pelayanan kesehatan yang baik.
3. Mudah Dicapai/ Accessible
Ketercapaian yang dimaksudkan diutamakan dari sudut lokasi. Dengan kata
lain pelayanan kesehatan dan distribusi sarana kesehatan merata di seluruh
wilayah, tidak terkonsentrasi di perkotaan.
4. Mudah Dijangkau/ Affortable
Terutama dari sudut biaya, disesuaikan dengan kemampuan ekonomi
masyarakat.
5. Bermutu/ Quality
Mutu yang dimaksudkan adalah yang menunjukkan pada tingkat
kesempurnaan pelayanan kesehatan yang diselenggarakan, dapat memuaskan
para pemakai jasa pelayanan dan tata cara penyelenggaraannya disesuaikan
kode etik serta yang telah ditetapkan.

R. Lembaga Sistem Pelayanan Kesehatan


Lembaga merupakan tempat pemberian pelayanan kesehatan pada
masyakarat dalam rangka meningkatkan status kesehatan. Tempat yang
dimaksud bervariasi berdasarkan tujuan pemberian pelayanan kesehatan. Tempat
tersebut diantaranya :
1. Rawat Jalan
Lembaga pelayanan ini bertujuan memberikan pelayanan kesehatan pada
tingkat pelaksanaan diagnosa dan pengobatan pada penyakit yang akut atau
mendadak serta kronis yang dimungkinkan tidak rawat inap. Lembaga ini
misalnya : klinik kesehatan, klinik dokter spesialis.
2. Institusi
Merupakan lembaga yang fasilitasnya cukup dalam memberikan pelayanan
kesehatan, seperti : rumah sakit dan pusat rehabilitasi
3. Hospice
Lembaga ini bertujuan memberikan pelayanan kesehatan yang berfokus pada
klien yang sakit terminal agar lebih tenang, biasanya dilakukan home care.
4. Community Base Agency
Merupakan bagian dari lembaga yang dilalukan pada klien dan keluarga,
misalnya : praktek perawat keluarga.

S. Sistem Pelayanan Prima


1. Definisi Pelayanan Prima
Pelayanan prima (Excellent Service) diartikan dari kata “pelayanan”
yang berarti “usaha melayani kebutuhan orang lain” atau “melayani” yang
berarti “membantu menyiapkan apa yang diperlukan seseorang” dan kata
prima atau excellent yang berarti bermutu tinggi dan memuaskan.
Menurut para ahli, pelayanan yang diberikan oleh petugas Rumah
Sakit kepada konsumen bersifat tidak berwujud dan tidak dapat dimiliki oleh
penerima pelayanan (Daviddow dan Uttal, 1989). Menyangkut pelayanan
Rumah Sakit, yang dimaksudkan dengan konsumen adalah masyarakat yang
mendapat manfaat dari aktivitas yang dilakukan oleh Rumah Sakit dan
petugas yang telah ditunjuk sebagai pemberi pelayanan itu.
Pelayanan yang tidak berwujud, dimaksudkan adalah pelayanan itu
hanya dirasakan oleh konsumen. Norman (1991) menggambarkan
karakteristik pelayanan sebagai berikut :
d. Pelayanan sifatnya tidak dapat diraba, karena bukan berbentuk benda
dan beda sifatnya dengan barang.
e. Pelayanan, kenyataannya terdiri dari tindakan dan berbentuk pengaruh
yang sifatnya tindakan sosial.
f. Produksi dan konsumsi pelayanan tidak dapat dipisahkan secara nyata,
karena pada umunya terjadi secara bersamaan dan ditempat yang sama.
Karakteristik tersebut diatas mungkin dapat dijadikan dasar bagaimana
memberikan pelayanan yang terbaik (prima) di sebuah Rumah Sakit.
Pengertian yang lebih luas seperti yang dikemukakan Daviddow dan Uttal,
bahwa pelayanan merupakan usaha apa saja yang dilakukan untuk
mempertinggi nilai kepuasan konsumen.
Pelayanan dapat bermakna suatu bentuk aktivitas yang
menggambarkan perhatian, bantuan, dan penghargaan kepada konsumen
yang dapat memberikan kepuasan bagi mereka. Melalui pelayanan yang baik
(prima) akan melahirkan kedekatan antara produsen dan konsumen,
menimbulkan kesan menyenangkan, sebagai kenangan yang sulit dilupakan.
Pelayanan yang baik (prima), khususnya menyangkut pelayanan
Rumah Sakit, juga akan menimbulkan kesan/kenangan yang menyenangkan
bagi konsumen (pasien dan keluarganya). Selain itu, pelayanan yang baik
juga akan menumbuhkan kesan dan “citra yang baik” di hati konsumen,
yang selanjutnya dapat menjadi faktor pendorong konsumen untuk bekerja
sama, berperan aktif dalam kegiatan sosial Rumah Sakit itu, bahkan dapat
menjadi promotor Rumah Sakit tersebut.

2. Tujuan Pelayanan Prima


Tujuan dari pelayan prima adalah memberikan kepuasan kepada
konsumen (masyarakat) sesuai dengan keinginan mereka. Untuk mencapai
tingkat kepuasan itu, diperlukan kualitas pelayanan yang sesuai dengan
kebutuhan atau keinginan konsumen, Zeithami at al. (1990).

3. Unsur-unsur Pelayanan Prima


Unsur-unsur pelayanan prima, sesuai keputusan Menpan No. 81/1993,
yaitu :
a. Kesederhanaan
b. Kejelasan dan kepastian
c. Keamanan
d. Keterbukaan
e. Efisien
f. Ekonomis
g. Keadilan yang merata

4. Dimensi Kualitas Pelayanan Prima


a. Kehandalan (Reliability)
Kemampuan untuk memberikan pelayanan yang dijanjikan secara akurat.
b. Kepercayaan (Assurance)
Pengetahuan dan keramahan serta kemampuan untuk menumbuhkan
kepercayaan.
c. Penampilan (Tangible)
Fasilitas fisik, peralatan dan tampilan dari staf.
d. Empati (Empathy)
Perhatian secara pribadi yang diberikan kepada penerima pelayanan.
e. Ketanggapan (Responsiveness)
Kemauan untuk menolong dan memberikan service yang tepat waktu.

8. Prinsip Pelayanan Prima


Bentuk bentuk pelayanan prima yang seharusnya diberikan kepada
masyarakat yang berjumlah puluhan bahkan ratusan orang setiap hari oleh
lembaga kesehatan, secara teknis berbeda satu sama lain. Dari sekian ribu
pelayanan itu, hanya sedikit yang terhitung sebagai pelayanan prima, karena
memenuhi beberapa prinsip, yaitu :
a. Mengutamakan Pelanggan (Pasien)
Pelanggan (pasien), sebenarnya adalah pemilik dari pelayanan yang
diberikan di lembaga kesehatan. Tanpa pelanggan pelayanan tidak pernah
ada, dan pelanggan memiliki kekuatan untuk menghentikan atau
meneruskan pelayanan itu. Mengutamakan Pelanggan diartikan sebagai
berikut :
4) Prosedur pelayanan seharusnya disusun demi kemudahan dan
kenyamanan pelanggan (pasien), bukan untuk memperlancar
pekerjaan petugas lembaga kesehatan.
5) Jika pelayanan ada pelanggan internal dan pelanggan eksternal,
maka harus ada prosedur yang berbeda dan terpisah keduanya.
Pelayanan bagi pelanggan eksternal harus diutamakan dari pada
pelanggan internal.
6) Jika pelayanan memiliki pelanggan tak langsung selain langsung,
maka dipersiapkan jenis-jenis layanan yang sesuai untuk keduanya.
Pelayanan bagi pelayan tak langsung perlu lebih diutamakan.
b. Sistem yang Efektif
Proses pelayanan perlu dilihat sebagai sebuah sistem yang nyata,
yaitu tatanan yg memadukan hasil-hasil kerja dari berbagai unit dalam
organisasi lembaga kesehatan. Jika perpaduan itu cukup baik, pelanggan
(pasien) tidak merasakan bahwa mereka telah berhadapan dengan
beberapa unit yang berbeda. Dari segi design pengembangan, setiap
pelayanan selayaknya memiliki prosedur yang memungkinkan perpaduan
hasil kerja dapat mencapai batas maksimum.
Pelayanan juga perlu dilihat sebagai sebuah sistem lunak (soft
system), yaitu sebuah tatanan yang mempertemukan manusia yang satu
dengan yang lain. Pertemuan itu tentu melibatkan sentuhan-sentuhan
emosi, perasaan, harapan, keinginan, harga diri, nilai, sikap dan perilaku.
c. Nilai Semangat Melayani Dengan Hati
Kita akan melayani mereka dengan penuh cinta kasih dan tulus.
Jangan melayani karena ada motif-motif tertentu. Memperoleh
keuntungan materi, biar lebih dikenal orang atau keinginan menonjolkan
diri. Jadi, ketika ada orang yang sedang membutuhkan sesuatu, kita
berusaha melayani orang tersebut dengan penuh keikhlasan sebisa kita,
bukan semau kita.
Pelayanan yang baik diberikan untuk semua orang tanpa memandang
tingkat ekonomi, jabatan, suku, agama atau jenis kelamin. Kita juga
diharapkan tidak pilih-pilih terhadap pelayanan yang kita lakukan.
d. Perbaikan Berkelanjutan
Konsumen juga pada hakikatnya belajar mengenali kebutuhan
dirinya dari proses pelayanan petugas lembaga kesehatan. Berdasarkan
catatan petugas lembaga kesehatan, semakin baik mutu pelayanan yang
diberikan, kadang-kadang akan menghasilkan konsumen yang semakin
sulit untuk dipuaskan, karena tuntutannya yang semakin tinggi dan
meluas.
e. Memberdayakan Pelanggan
Memberdayakan pelanggan berarti menawarkan jenis-jenis layanan
yang dapat digunakan sebagai sumber daya atau perangkat tambahan oleh
pelanggan untuk menyelesaikan persoalan hidupnya sehari-hari. Ketiga
jenis pelayanan diatas memiliki peran yang sama penting dalam
menciptakan citra keprimaan dari seluruh rangkaian proses pelayanan.

9. Aspek-aspek Pelayanan Prima


Berdasarkan pandangan beberapa ahli aspek-aspek kualitas pelayanan
prima adalah sebagai berikut :
f. Penerimaan
Meliputi sikap perawat yang selalu ramah, periang, selalu tersenyum,
menyapa semua pasien. Perawat perlu memiliki minat terhadap orang
lain, menerima pasien tanpa membedakan golongan, pangkat, latar
belakang sosial ekonomi dan budaya, sehingga pribadi utuh. Agar dapat
melakukan pelayanan sesuai aspek penerimaan perawat harus memiliki
minat terhadap orang lain dan memiliki wawasan luas.
g. Perhatian
Meliputi sikap perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan perlu
bersikap sabar, murah hati dalam arti bersedia memberikan bantuan dan
pertolongan kepada pasien dengan sukarela tanpa mengharapkan imbalan,
memiliki sensitivitas dan peka terhadap setiap perubahan pasien, mau
mengerti terhadap kecemasan dan ketakutan pasien.
h. Komunikasi
Meliputi sikap perawat yang harus bisa melakukan komunikasi yang baik
dengan pasien dan keluarga pasien. Adanya komunikasi yang saling
berinteraksi antara pasien dengan perawat, dan adanya hubungan yang
baik dengan keluarga pasien.
i. Kerjasama
Meliputi sikap perawat yang harus mampu melakukan kerjasama yang
baik dengan pasien dan keluarga pasien.
j. Tanggung Jawab
Meliputi sikap perawat yang jujur, tekun dalam tugas, mampu
mencurahkan waktu dan perhatian, sportif dalam tugas, konsisten serta
tepat dalam bertindak.
Namun, dalam perkembangan penelitian selanjutnya dirasakan adanya
dimensi mutu pelayanan yang saling tumpang tindih satu dengan yang
lainnya yang dikaitkan dengan kepuasan pelanggan. Selanjutnya oleh
Parasuraman et al. (1990) dimensi tersebut difokuskan menjadi 5 dimensi
(ukuran) kualitas jasa/ pelayanan, yaitu :
f. Tangible (Berwujud)
Meliputi penampilan fisik dari fasilitas, peralatan, karyawan dan alat-alat
komunikasi.
g. Realibility (Keandalan)
Yakni kemampuan untuk melaksanakan jasa yang telah dijanjikan secara
konsisten dan dapat diandalkan (akurat).
h. Responsiveness (Cepat Tanggap)
Yaitu kemauan untuk membantu pasien dan menyediakan jasa/ pelayanan
yang cepat dan tepat.

i. Assurance (Kepastian)
Mencakup pengetahuan dan keramah-tamahan para pasien dan
kemampuan mereka untuk menimbulkan kepercayaan dan keyakinan,
kesopanan dan sifat dapat dipercaya yang dimiliki para staf, bebas dari
bahaya, risiko atau keragu-raguan.
j. Empaty (Empati)
Meliputi pemahaman pemberian perhatian secara individual, kemudahan
dalam melakukan komunikasi yang baik, dan memahami kebutuhan
pasien.

T. Sistem Pelayanan Rujukan (Referal System)


1. Definisi Sistem Rujukan
Sistem rujukan adalah suatu sistem penyelenggaraan pelayanan
kesehata yang melaksanakan pelimpahan tanggung jawab timbal balik
terhadap satu kasus penyakit atau masalah kesehatan secara vertikal (dari
unit yang lebih mampu menangani) atau secara horizontal (antar unit-unit
yang setingkat kemampuanya).
Sistem rujukan adalah suatu sistem penyelenggaraan pelayanan yang
melaksanakan pelimpahan wewenang atau tanggung jawab timbal balik,
terhadap suatu kasus penyakit atau masalah kesehatan, secara vertikal dalam
arti dari unit yang terkecil atau berkemampuan kurang kepada unit yang
lebih mampu atau secara horisontal atau secara horizontal dalam arti antar
unit-unit yang setingkat kemampuannya.
Salah satu bentuk pelaksanaan dan pengembangan upaya kesehatan
dalam Sistem Kesehatan Nasional (SKN) adalah rujukan upaya kesehatan.
Untuk mendapatkan mutu pelayanan yang lebih terjamin, berhasil guna
(efektif) dan berdaya guna (efesien), perlu adanya jenjang pembagian tugas
diantara unit-unit pelayanan kesehatan melalui suatu tatanan sistem rujukan.

2. Macam-macam Sistem Rujukan


a. Menurut Tata Hubungannya
3) Rujukan Internal
Rujukan horizontal yang terjadi antar unit pelayanan di dalam institusi
tersebut. Misalnya dari jejaring puskesmas (puskesmas pembantu) ke
puskesmas induk.
4) Rujukan Eksternal
Rujukan yang terjadi antar unit-unit dalam jenjang pelayanan
kesehatan, baik horizontal (dari puskesmas rawat jalan ke puskesmas
rawat inap) maupun vertikal (dari puskesmas ke rumah sakit umum
daerah).
b. Menurut Lingkup Pelayanannya
2) Rujukan Medik
Rujukan pelayanan yang terutama meliputi upaya penyembuhan
(kuratif) dan pemulihan (rehabilitatif). Misalnya, merujuk pasien
puskesmas dengan penyakit kronis (jantung koroner, hipertensi,
diabetes mellitus) ke rumah sakit umum daerah. Disamping itu juga
mencangkup rujukan pengetahuan (konsultasi medis) dan bahan-bahan
pemeriksaan. Rujukan medik dibagi menjadi :
d) Transfer of patient
Konsultasi penderita untuk keperluan diagnostik, pengobatan,
tindakan operatif dan lain-lain.
e) Transfer of specimen
Pengiriman bahan untuk pemeriksaan laboratorium yang lebih
lengkap.
f) Transfer of knowledge / personal
 Pengiriman tenaga-tenaga ahli ke daerah untuk memberikan
pengetahuan & keterampilan melalui ceramah, konsultasi
penderita, diskusi kasus, dan demonstrasi operasi.
 Pengiriman petugas pelayanan kesehatan daerah untuk
menambah pengetahuan & keterampilan mereka ke rumah
sakit pendidikan, juga dengan mengundang tenaga medis
dalam kegiatan ilmiah yang diselenggarakan tingkat provinsi
atau institusi pendidikan.
2) Rujukan Kesehatan Masyarakat
Rujukan ini berkaitan dengan upaya pencegahan penyakit (preventif) dan
peningkatan kesehatan (promosi). Rujukan ini mencakup rujukan
teknologi, sarana dan operasional. Rujukan sarana berupa antara lain
bantuan laboratorium kesehatan, teknologi kesehatan.

10. Tujuan Sistem Rujukan


c. Tujuan Umum
3) Untuk meningkatkan mutu, cakupan dan efisiensi pelayanan
kesehatan secara terpadu.
4) Untuk memberikan petunjuk kepada petugas puskesmas tentang
pelaksanaan rujukan medis dalam rangka menurunkan IMR dan AMR.
d. Tujuan Khusus
3) Meningkatkan kemampuan puskesmas dan peningkatannya dalam
rangka menangani rujukan kasus “resiko tinggi” dan gawat darurat.
4) Menyeragamkan dan menyederhanakan prosedur rujukan di wilayah
kerja puskesmas.

11. Manfaat Sistem Rujukan


a. Dari Sudut Pemerintah Sebagai Penentu Kebijakan (Policy Maker)
4) Membantu penghematan dana, karena tidak perlu menyediakan
berbagai macam peralatan kedokteran pada setiap sarana kesehatan.
5) Memperjelas sistem pelayanan kesehatan, karena terdapat hubungan
kerja antara berbagai sarana kesehatan yang tersedia.
6) Memudahkan pekerjaan administrasi, terutama pada aspek
perencanaan.
b. Dari Sudut Masyarakat Sebagai Pengguna Jasa Pelayanan (Health
Consumer)
3) Meringankan biaya pengobatan, karena dapat dihindari pemeriksaan
yang sama secara berulang-ulang.
4) Mempermudah masyarakat dalam mendapatkan pelayanan, karena
telah diketahui dengan jelas fungsi dan wewenang setiap sarana
pelayanan kesehatan.
c. Dari Sudut Kalangan Kesehatan Sebagai Penyelenggara Pelayanan
Keseahatan (Health Provider)
4) Memperjelas jenjang karier tenaga kesehatan dengan berbagai akibat
positif lainnya seperti semangat kerja, ketekunan, dan dedikasi.
5) Membantu peningkatan pengetahuan dan ketrampilan, yaitu: kerja
sama yang terjalin.
6) Memudahkan atau meringankan beban tugas, karena setiap sarana
kesehatan mempunyai tugas dan kewajiban tertentu.

12. Tata Laksana Sistem Rujukan


h. Internal antar petugas di satu instansi
i. Antara puskesmas pembantu dan puskesmas
j. Antara masyarakat dan puskesmas
k. Antara satu puskesmas dan puskesmas lainnya
l. Antara puskesmas dan RS, laboratorium/fasilitas pelayanan kesehatan
lainnya
m. Internal antar bagian/unit pelayanan di dalam satu RS
n. Antara RS, laboratorium/fasilitas pelayanan lain dari RS

13. Prosedur Pelaksanaan Sistem Rujukan


Dalam membina sistem rujukan ini perlu ditentukan beberapa hal, yaitu :
a. Regionalisasi
Regionalisasi adalah pembagian wilayah pelaksanaan sistem rujukan.
Pembagian wilayah ini didasarkan atas pembagian wilayah secara
administratif, tetapi dimana perlu didasarkan atas lokasi atau mudahnya
ssstem rujukan itu dicapai. Hal ini untuk menjaga agar pusat sistem
rujukan mendapat arus penderita secara merata. Tiap tingkat unit
kesehatan diharapkan melakukan penyaringan terhadap penderita yang
akan disalurkan dalam sistem rujukan. Penderita yang dapat melayani
oleh unit kesehatan tersebut, tidak perlu dikirim ke unit lain yang lebih
mampu.
b. Kemampuan Unit Kesehatan dan Petugas
Kemampuan unit kesehatan tergantung pada macam petugas dan
peralatannya. Walaupun demikian diharapkan mereka dapat melakukan
keterampilan tertentu. Dalam kaitan ini perlu ditetapkan penggolongan
penyakit, menjadi 3 golongan diantarannya :
4) Penyakit yang bersifat darurat, yaitu penyakit yang harus segera di
tanggulangi, karena bila terlambat dapat menyebabkan kematian.
5) Penyakit yang bersifat menahun, yang penyembuhan dan
pemulihannya memerlukan waktu yang lama dan dapat
menimbulkan beban pembiayaan yang tidak dapat dipikul oleh
penderita dan keluarganya.
6) Penyakit yang bersifat akut tetapi tidak gawat, rehabilitas sosial, bagi
penderita yang telah sembuh dari penyakit menahun seperti kusta
dan jiwa yang tidak dapat dikembalikan kepada masyarakat, serta
perawatan kesehatan bagi orang jompo, terutama menjadi
tanggung jawab pemerintah.

Sedangkan, langkah-langkah pelaksanaan dalam sistem rujukan, yaitu :


h. Menentukan Kegawatdaruratan Penderita
3) Pada tingkat kader, ditemukan penderita yang tidak dapat ditangani
sendiri oleh keluarga atau kader, maka segera dirujuk ke fasilitas
pelayanan kesehatan yang terdekat, oleh karena itu mereka belum
tentu dapat menerapkan ke tingkat kegawatdaruratan.
4) Pada tingkat puskesmas pembantu dan puskesmas. Tenaga
kesehatan yang ada pada fasilitas pelayanan kesehatan tersebut
harus dapat menentukan tingkat kegawatdaruratan kasus yang
ditemui, sesuai dengan wewenang dan tanggung jawabnya, mereka
harus menentukan kasus mana yang boleh ditangani sendiri dan
kasus mana yang harus dirujuk.
i. Menentukan Tempat Rujukan
Prinsip dalam menentukan tempat rujukan adalah fasilitas pelayanan yang
mempunyai kewenangan dan terdekat termasuk fasilitas pelayanan swasta
dengan tidak mengabaikan kesediaan dan kemampuan penderita.
j. Memberikan Informasi Kepada Penderita dan Keluarga
Kaji ulang rencana rujukan bersama penderita dan keluarga. Jika perlu
dirujuk, siapkan dan sertakan dokumentasi tertulis semua asuhan,
perawatan dan hasil penilaian (termasuk partograf) yang telah dilakukan
untuk dibawa ke fasilitas rujukan. Jika penderita tidak siap dengan
rujukan, lakukan konseling terhadap penderita dan keluarganya tentang
rencana tersebut.
k. Mengirimkan Informasi Pada Tempat Rujukan yang Dituju
4) Memberitahukan bahwa akan ada penderita yang dirujuk.
5) Meminta petunjuk apa yang perlu dilakukan dalam rangka persiapan
dan selama dalam perjalanan ke tempat rujukan.
6) Meminta petunjuk dan cara penangan untuk menolong penderita bila
penderita tidak mungkin dikirim.
l. Persiapan Penderita
m. Pengiriman Penderita
n. Tindak Lanjut Penderita
3) Untuk penderita yang telah dikembalikan (rawat jalan
pasca penanganan).
4) Penderita yang memerlukan tindakan lanjut tapi tidak melapor harus
ada tenaga kesehatan yang melakukan kunjungan rumah.

14. Skema Sistem Rujukan Pelayanan Kesehatan di Indonesia

RUMAH SAKIT TIPE A

Provinsi RUMAH SAKIT TIPE B

Kabupaten
RUMAH SAKIT TIPE C & D

Kecamatan PUSKESMAS / BALKESMAS

Kelurahan

PUSKESMAS PEMBANTU

DOKTER & BIDAN PRAKTEK


SWASTA

POSYANDU

MASYARAKAT
U. Faktor yang Mempengaruhi Sistem Pelayanan Kesehatan
Pelayanan kesehatan akan lebih berkembang atau sebaliknya akan terhambat
karena dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti adanya peningkatan ilmu
pengetahuan dan teknologi baru, pergeseran nilai masyarakat, aspek legal dan
etik, ekonomi dan politik.
1. Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Baru
Mengingat adanya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, maka
akan diikuti oleh perkembangan pelayanan kesehatan atau juga sebagai
dampaknya pelayanan kesehatan jelas lebih mengikuti perkembangan dan
teknologi, seperti dalam pelayanan kesehatan untuk mengatasi masalah
penyakit-penyakit yang sulit penyembuhannya, maka digunakanlah alat
seperti laser, terapi peruahan gen dan lain-lain. Maka pelayanan kesehatan
ini membutuhkan biaya yang cukup besar dan butuh tenaga yang
professional di bidang tertentu.
2. Pergeseran Nilai Masyarakat
Masyarakat yang sudah maju dengan pengetahuan tinggi, maka akan
memiliki kesadaran yang lebih dalam penggunaan atau pemanfaatan
pelayanan kesehatan, demikian juga sebaliknya pada masyarakat yang
memiliki pengetahuan kurang akan memiliki kesadaran yang rendah
terhadap pelayanan kesehatan, sehingga kondisi demikian akan sangat
mempengaruhi system pelayanan kesehatan.
3. Aspek Legal dan Etik
Dengan tingginya kesadaarn masyarakat tehadap penggunaan atau
pemanfaatan jasa pelayanan kesehatan, maka akan semakin tinggi pula
tuntunan hukum dan etik dalam pelayanan kesehatan, sehingga pelaku
memberi pelayanan kesehatan harus dituntut untuk memberikan pelayanan
kesehatan secra profesional dengan memperhatikan norma dan etik yang ada
dalam masyarakat
4. Ekonomi
Semakin tinggi ekonomi seseorang pelayanan kesehatan lebih mudah
diperoleh dan di jangkau dan begitu sebaliknya dengan orang yang tergolong
ekonomi rendah. Keadaan ekonomi ini akan mempengaruhi dalam sistem
pelayanan kesehatan.
5. Politik
Kebijakan pemerintah melalui sistem politik yang ada akan sangat
berpengaruh sekali dalam sistem pemberian pelayan kesehatan. Kebijakan-
kebijakan yang ada dapat memberikan pola dalam sistem pelayanan. Strategi
yang ada dalam visi Indonesia sehat diantanya pemahaman tentang
paradigma sehat, srategi professionalisme dalam segala tugas, adanya JPKM,
dan desentralisai. Dalam menggunakan strategi yang ada, pemerintah telah
menyusun misi yang akan di jalankan sebagaimana dalam sistem pelayanan
kesehatan, diantaranya :
e. Penggerak pembangunan nasional yang berwawasan kesehatan.
f. Memelihara serta meningkatkan melindungi kesehatan individu,
keluarga, masyarat dan lingkungan.
g. Meningkatkan pelayanan kesehatan yang bermutu, merata
dan terjangkau.
h. Meningkatkan kemandirian masyatakat hidup sehat.

V. Masalah Sistem Pelayanan Kesehatan


Faktor yang paling berpengaruh terhadap masalah pelayanan kesehatan
adalah perkembangan ilmu dan tehnologi. Semakin tinggi ilmu pengetahuan dan
tehnologi, semakin tinggi pelayanan kesehatan yang diberikan. Hasil yang diraih
juga semakin baik dimanan angka kesakitan, cacat dan kematian menurun serta
meningkatkan umur harapan hidup rata.
Perubahaan ini juga mendatangkan masalah sebagai berikut :
1. Terkotak-kotaknya Pelayanan Kesehatan/ Fragmented Health Services
Berhubungan dengan munculnya spesialis dan sub spesialis yang
berdampak negatif dengan timbulnya keselitan masyarakat memperoleh
pelayanan kesehatan yang akan menimbulkan tidak
terpenuhinya kebutuhan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan
bila hal ini berkelanjutan.
2. Berubahnya Sifat Pelayanan Kesehatan
Muncul sebagai akibat lebih lanjut dari pelayanan kesehatan yang terkotak-
kotak, terutama ditemukan pada hubungan dokter dan pasien. Munculnya
sub spesialis dan spesialis menyebabkan perhatian penyelenggara pelayanan
kesehatan tidak menyeluruh, perhatian tertuju pada keluhan dan organ tubuh
yang sakit saja. Perubahan bertambah nyata dengan adanya peralatan yang
canggih yang mendukung proses pelayanan yang diberikan. Hal tersebut
menimbulkan berbagai dampak negatif, yaitu sebagai berikut :
c. Regangnya hubungan dokter dengan pasien yang timubul karena
peralatan yang digunakan tersebut.
d. Mahalnya biaya kesehatan.
BAB III
PENUTUP

C. Kesimpulan
Sistem pelayanan kesehatan adalah sub sistem pelayanan kesehatan yang
tujuan utamanya adalah promotif (memelihara dan meningkatkan kesehatan),
preventif (pencegahan), kuratif (penyembuhan), dan rehabilitasi (pemulihan)
kesehatan perorangan, keluarga, kelompok atau masyarakat.
Pelayanan yang baik (prima), khususnya menyangkut pelayanan lembaga
kesehatan, juga akan menimbulkan kesan/kenangan yang menyenangkan bagi
konsumen (pasien dan keluarganya) yang selanjutnya dapat menjadi faktor
pendorong untuk bekerja sama, berperan aktif dalam kegiatan sosial lembaga
kesehatan itu, bahkan dapat menjadi promotor lembaga kesehatan tersebut.
Sedangkan syarat-syarat pokok system pelayanan kkesehatan yang prima
yaitu tersedia dan berkesinambungan, dapat diterima dan wajar, mudah dicapai/
accessible, mudah dijangkau/ affortable da bermutu/ quality.
Sistem rujukan adalah suatu sistem penyelenggaraan pelayanan yang
melaksanakan pelimpahan wewenang atau tanggung jawab timbal balik, terhadap
suatu kasus penyakit atau masalah kesehatan, secara vertikal dalam arti dari unit
yang terkecil atau berkemampuan kurang kepada unit yang lebih mampu atau
secara horisontal atau secara horizontal dalam arti antar unit-unit yang setingkat
kemampuannya.
D. Saran
Dalam sistem pelayanan kesehatan perlu terus di tingkatkannya mutu serta
kualitas dari pelayanan kesehatan agar sistem pelayanan ini dapat berjalan
dengan efektif, itu semua dapat dilakukan dengan melihat nilai-nilai yang ada di
masyarakat, dan diharapkan perawat dapat memberikan pelayanan dengan
kualitas yang bagus dan baik.
Untuk itu, kita sebagai mahasiswa keperawatan hendaknya mempersiapkan
secara matang baik dari segi kemampuan, sikap maupun pengetahuan yang
optimal guna menjadi generasi tenaga keperawatan penerus yang dapat
diandalkan yang mampu meningkatkan derajat kesehatan masyarakat
DAFTAR PUSTAKA

Ali H.Z. 2002. Dasar-Dasar Keperawatan Profesional. Jakarta : Widya Medika


Alimul, Aziz H. 2003. Riset Keperawatan dan Teknik Penulisan Ilmiah. Jakarta :

Salemba Medika
Asmadi. 2008. Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta : EGC
Aziz Alimul H. 2008. Pengantar Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta: Penerbit
Salemba Medika

Potter & Perry. 2005. Keperawatan Fundamental Vol. 1 Edisi terjemahan. Jakarta :
EGC

Dubois & Miley. 2005. Pelayanan Kesehatan Edisi terjemahan. Jakarta : EGC

MAKALAH
sejarah perkembangan keperawatan

DI susun untuk memenuhi tugas

Mata kuliah:konsep dasar keperawatan 1

Dosen pengampu:neni maemunah


Oleh:

Arina mirin(2016610014)

FAKULTAS:ILMU KESEHTAN

PRODI:ILMU KEPERWATAN

UNIVERSITAS TRIBHUANA TUNGGADEWI

MALANG 2020

DAFTAR ISI

Halaman judul
Kata pengantar
Daftar isi
Pendahuluan
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Tujuan
BAB II SEJARAH PERKEMBANGAN KEPERAWATAN
A. Definisi Keperawatan
B. Sejarah Perkembangan Keperawatan di Dunia
C. Sejarah perkembangan Keperawatan di Indonesia
D. Trend Keperawatan Masa sekarang dan Masa Depan
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran

BAB I
PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Menurut saya, merawat orang yang sakit merupakan salah satu sifat kemanusiaan yang terdapat dalam
diri manusia. Di dunia ini Keperawatan merupakan suatu bentuk layanan kesehatan professional yang
merupakan bagian integral dari layanan kesehatan yang berdasarkan pada ilmu dan etika
keperawatan.Setiap orang pasti pernah merasakan sakit. Bukan hanya dokter saja yang mampu
mengobati, dokter juga pastinya membutuhkan rekan kerja yang dapat membantunya, yang dapat
mengerti tentang masalah medis.Pada masalah lalu, keperawatan selalu berkaitan dengan peperangan,
serta kemakmuran. Perkembangan keperawatan di Indonesia dipengaruhi oleh kondisi sosial ekonomi
yaitu pada saat penjajahan Belanda,Inggris, dan Jepang. Pada umumnya pelayanan orang-orang sakit
tersebut dipandang sebagai suatu tindakan amal.

B.TUJUAN

1.      Tujuan Umum

Makalah ini bertujuan untuk memperkenalkan aspek-aspek umum tentang berkembangnya kesehatan di
Dunia.

2.      Tujuan Khusus

Makalah ini bertujuan untuk meningkatkan minat pembaca untuk mengetahui lebih luas lagi tentang
perkembangan keperawatan di Dunia dan di Indonesia.

BAB II

SEJARAH PERKEMBANGAN KEPERAWATAN

A.    Definisi Keperawatan                                                                

Perawat adalah mereka yang memiliki kemampuan dan kewenangan melakukan tindakan keperawatan
berdasarkan ilmu yang dimilikinya yang diperoleh melalui pendidikan keperawatan.Merawat merupakan
suatu kegiatan dalam ruang lingkup yang luas yang dapat menyangkut diri kita sendiri, menyangkut
sesuatu yang lain dan menyangkut lingkungan. Jika kita merawat sesuatu, kita menginginkan hasil yang
dicapai akan memuaskan. Jadi kita selalu berusaha untuk mencapai sesuatu keseimbangan antara
keinginan kita dan hasil yang akan diperoleh.Menurut effendy (1995), perawatan adalah pelayanan
essensial yang diberikan oleh perawat terhadap individu, keluarga dan masyarakat. Pelayanan yang
diberikan adalah upaya mencapai derajat kesehatan semaksimal mungkin sesuai dengan potensi yang
dimiliki.

B.     Sejarah Perkembangan Keperawatan di Dunia

1.      Sejarah Perkembangan Keperawatan di Dunia

Perkembangan  keperawatan termasuk yang kita ketahui saat ini, tidak dapat dipisahkan dan sangat
dipengaruhi oleh perkembangan struktur dan kemajuan peradaban manusia. Kepercayaan terhadap
animisme, penyebaran agama-agama besar dunia serta kondisi sosial ekonomi masyarakat.
a)      Perkembangan Keperawatan Masa Sebelum Masehi

Pada masa sebelum masehi perawatan belum begitu berkembang, disebabkan masyarakat lebih
mempercayai dukun untuk mengobati dan merawat penyakit. Dukun dianggap lebih mampu untuk
mencari, mengetahui, dan mengatasi roh yang masuk ke tubuh orang sakit.

b)      Perkembangan Keperawatan Masa Setelah Masehi

Kemajuan peradaban manusia dimulai ketika manusia mengenal agama.Penyebaran agama sangat
mempengaruhi perkembangan peradaban manusia, sehingga berdampak positif terhadap
perkembangan keperawatan.

2. Perkembangan Keperawatan Masa Penyebaran Kristen                                                     Pada permulaan


masehi, Agama Kristen mulai berkembang. Pada masa itu, keperawatan mengalami kemajuan yang
berarti, seiring dengan kepesatan perkembangan Agama Kristen. Ini dapat dilihat pada masa
pemerintahan Lord Constantine, yang mendirikan Xenodhoeum atau hospes, yaitu tempat
penampungan orang yang membutuhkan pertolongan terutama bagi orang-orang sakit yang
memerlukan pertolongan dan perawatan.

a) Perkembangan Keperawatan Masa Penyebaran Islam                               

Pada pertengahan abad VI Masehi, Agama Islam mulai berkembang. Pengaruh Agama Islam terhadap
perkembangan keperawatan tidak terlepas dari keberhasilan Nabi Muhammad SAW menyebarkan
Agama Islam. Memasuki Abad VII Masehi Agama Islam tersebar ke berbagai pelosok Negara. Pada masa
itu di Jazirah Arab berkembang pesat ilmu pengetahuan seperti: ilmu pasti, ilmu kimia, hygiene dan
obat-obatan. Prinsip-prinsip dasar perawatan kesehatan seperti pentingnya menjaga kebersihan
makanan, air dan lingkungan berkembang secara pesat. Tokoh keperawatan yang terkenal dari dunia
Arab pada masa tersebut adalah “Rafida”.

3. Perkembangan Keperawatan di Inggris

Pada saat Perang Krim (Crimean War) terjadi di Turki tahun 1854, Florencebersama 38 suster lainnya di
kirim ke Turki. Berkat usaha Florence dan teman-teman,telah terjadi perubahan pada bidang hygiene
dan keperawatan dengan indikator angka,kematian turun sampai 2%. Kontribusi Florence Nightingle
bagi perkembangan keperawatan adalah menegaskan bahwa nutrisi merupakan satu bagian penting dari
asuhan keperawatan, meyakinkan bahwa okupasional dan rekreasi merupakan suatu terapi bagi orang
sakit, mengidentifikasi kebutuhan personal klien dan peran perawat untuk memenuhinya, menetapkan
standar manajemen rumah sakit.

4.      Penyebaran Keperawatan di Dunia

A.    Mesir

Bangsa mesir pada zaman purba telah menyembah banyak dewa. Dewa yang terkenal antara lain Isis.
Mereka beranggapan bahwa dewa ini menaruh minat terhadap orang sakit dan memberikan
pertolongan pada waktu si sakit sedang tidur. Di dirikanlah kuil yang merupakan rumah sakit pertama di
Mesir. Ilmu ketabiban terutama ilmu bedah telah dikenal oleh bangsa Mesir zaman purba (  4800 SM).
Dalam menjalankan tugasnya sebagai tabib ia menggunakan bidai, alat-alat pembalut, ia mempunyai
pengetahuan tentang anatomi, Hygiene umum serta tentang obat-obatan. Di dalam buku-buku tertulis
dalam kitab Papyrus didalamnya memuat kurang lebih 700 macam resep obat-obatan dari Mesir.
B.     Tiongkok

    Bangsa tiongkok telah mengenal penyakit kelamin diantaranya gonorhoea dan syphilis. Pencacaran
juga telah dilakukan sejak 1000 SM ilmu urut dan psikoterapi. Orang-orang yang terkenal dalam
ketabiban:

1.      Seng Lung dikenal sebagai “Bapak Pengobatan” yang ahli penyakit dalam dan telah menggunakan
obat-obat dari tumbuh-tumbuhan dan mineral.

2.      Chang Chung Ching ± 200 SM telah mengerjakan lavement dengan         menggunakan bambu.

C.     Yahudi kuno

Ilmu pengetahuan bangsa Yahudi banyak di peroleh dari bangsa Mesir.

D. Yunani                                                                                                                   Bangsa Yunani zaman purba


memuja dan memuliakan banyak dewa. Dewa yang terkenal adalah dewa yang dianggap sebagai dewa
pengobatan putri dan dewa yang bernama hygiene sebagai Dewi kesehatan, maka timbullah perkataan
hygiene. Untuk pemujaan terhadap para dewa didirikan kuil (1134 SM) yang juga berfungsi sebagai
pengobatan orang sakit dan perawatan dikerjakan oleh para budak-budak. Orang-orang ternama dalam
ketabiban antara lain:

1. Hippocrates (hidup ±400 SM) adalah Bapak pengobatan.

2. Plato ahli filsafat Yunani, otak sebagai pusat kesadaran.

3. Aristoteles ahli filsafat, ahli jiwa dan ilmu hayat.

E. Roma                                                                                             

Rumah sakit Roma zaman purba disebut valentrumdinari Roma yang terdapat di Swiss ditemukan alat-
alat perawatan ex. Peralatan untuk huknah pot-pot tempat selep. Juga ditemukan instrument untuk
keperluan pembedahan ex: pisau, pincet, klem arteri, speculum. Tokoh terkenal Julius Caesar (101-44
SM). Seorang wali negara yang pertama-tama mengakui guru-guru hygiene dan menganjurkan tentang
kesehatan dan kebersihan.

F. Irlandia

Ilmu pengetahuan tentang pengobatan telah lama diketahui SM. Pada abad ke 3 seorang putri raja
bernama Macha mendirikan rumah sakit untuk orang-orang miskin yang sakit. Nama RS tersebut Broin
Beargh: rumah kesusahan

G. Amerika

Antara revolusi Amerika dan Perang Sipil, keperawatan di Amerika mungkin dapat disejajarkan dengan
keperawatan di Eropa. Rumah sakit umum yang awal didirikan dalam koloni termasuk Philadelphia
Almshouse dan Belleuveu Hospital di New York. “Rumah sakit” yang awal didirikan ini memberikan
perawatan bagi orang yang sakit, fakir miskin, gila, lemah, tahanan, dan anak yatim piatu. Pemberi
perawatan atau pemberi layanan digambarkan sebagai orang miskin atau tahanan yang sering mabuk.
Pada tahun 1639, Augustinian Sisters bermigrasi ke Kanada dan membangun rumah sakit pertama, Hotel
Dieu, di Quebec city. Pada tahun 1809di Amerika Serikat, Bunda Elizabeth Seton mendirikan
perkumpulan Sisters of Charity of st. Joseph yang pertama di Amerika, tepatnya di Maryland.
Membangun rumah sakit di New Orleans, Chicago, dan San Fransisco. Perkumpulan religious dari gereja
protestan, termasuk Episcopal Sisterhood of Holy Communiond a n English Lutheran Church, juga
membangun rumah sakit dan memberikan asuhan keperawatan.

C.  Sejarah Perkembangan Keperawatan di Indonesia

1.      Sejarah Perkembangan Keperawatan Sebelum Kemerdekaan. Pada masa pemerintahan kolonial


Belanda, perawat berasal dari penduduk pribumi yang disebut “velpleger” dengan dibantu “zieken
oppaser” sebagai penjaga orang sakit. Mereka bekerja pada rumah sakit Binnen Hospital di Jakarta yang
didirikan tahun 1799.

2.      Pada masa VOC berkuasa, Gubernur Jendral Inggris Raffles (1812-1816), telah memiliki semboyan
“Kesehatan adalah milik manusia” pada saat itu Raffles telah melakukan pencacaran umum, membenahi
cara perawatan pasien dengan gangguan jiwa serta memperhatikan kesehatan dan perawatan
tahanan.Setelah pemerintah kolonial kembali ke tangan Belanda, di Jakarta pada tahun 1819 didirikan
beberapa rumah sakit. salah satunya adalah rumah sakit Sadsverband yang berlokasi di Glodok-Jakarta
Barat. Pada tahun 1919 rumah sakit tersebut dipindahkan ke Salemba dan sekarang dengan nama RS.
Cipto Mangunkusumo (RSCM).

3.      Dalam kurun waktu 1816-1942 telah berdiri beberapa rumah sakit swasta milik misionaris katolik
dan zending protestan seperti: RS. Persatuan Gereja Indonesia (PGI) Cikini-Jakarta Pusat, RS. St. Carolos
Salemba-Jakarta Pusat. RS. St Bromeus di Bandung dan RS. Elizabeth di Semarang. Bahkan pada tahun
1906 di RS. PGI dan tahun 1912 di RSCM telah menyelenggarakan pendidikan juru rawat. Namun
kedatangan Jepang (1942-1945) menyebabkan perkembangan keperawatan mengalami kemunduran.

2. Sejarah Perkembangan Keperawatan Setelah Kemerdekaan

a) Periode 1945-1962                                                                                      Tahun 1945-1950 merupakan


masa transisi pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Perkembangan keperawatan pun
masih jalan di tempat. Ini dapat dilihat dari pengembangan tenaga keperawatan yang masih
menggunakan system pendidikan yang telah ada.

Kemudian tahun 1953 dibuka sekolah pengatur rawat dengan tujuan menghasilkan tenaga perawat yang
lebih berkualitas. Pada tahun 1955, dibuka Sekolah Djuru Kesehatan (SDK) dengan pendidikan SR
ditambah pendidikan satu tahun dan sekolah pengamat kesehatan sebagai pengembangan SDK,
ditambah pendidikan lagi selama satu tahun.

Pada tahun 1962 telah dibuka Akademi Keperawatan dengan pendidikan dasar umum SMA yang
bertempat di Jakarta, di RS. Cipto Mangunkusumo. Sekarang dikenal dengan nama Akper Depkes di Jl.
Kimia No. 17 Jakarta Pusat.

 b) Periode 1963-1983                                                                                   

Pada tahun 1972 tepatnya tanggal 17 April lahirlah organisasi profesi dengan nama Persatuan Perawat
Nasional Indonesia (PPNI) di Jakarta. Ini merupakan suatu langkah maju dalam perkembangan
keperawatan. Namun baru mulai tahun 1983 organisasi profesi ini terlibat penuh dalam pembenahan
keperawatan melalui kerjasama dengan CHS, Depkes dan organisasi lainnya.

c) Periode 1984 Sampai Dengan Sekarang

Pada tahun 1985, resmi dibukanya pendidikan S1 keperawatan dengan nama Program Studi Ilmu
Keperawatan (PSIK) di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia di Jakarta. Sejak saat itulah PSIK-UI
telah menghasilkan tenaga keperawatan tingkat sarjana sehingga pada tahun 1992 dikeluarkannya UU
No. 23 tentang kesehatan yang mengakui tenaga keperawatan sebagai profesi.Pada tahun 1996
dibukanya PSIK di Universitas Padjajaran Bandung. Pada tahun 1997 PSIK-UI berubah statusnya menjadi
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia (FIK-UI), dan untuk meningkatkan kualitas lulusan,
pada tahun 1998 kurikulum pendidikan Ners disahkan dan digunakan. Selanjutnya juga pada tahun 1999
kurikulum D-III keperawatan mulai digunakan pada tahun 2000 sampai dengan sekarang.

D. Trend Keperawatan Sekarang dan Masa Depan             Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi di
segala bidang termasuk bidang kesehatan, peningkatan status ekonomi masyarakat, peningkatan
perhatian terhadap pelaksanaan hak asasi manusia, kesadaran masyarakat akan kebutuhan kesehatan
mengakibatkan masyarakat semakin sadar akan pentingnya hidup sehat dan melahirkan tintutan akan
pelayanan kesehatan yang berkualitas. Pergeseran akan fenomena tersebut, telah mengubah sifat
pelayanan keperawatan dari pelayanan fokasional yang hanya berdasarkan keterampilan belaka kepada
pelayanan profesional yang berpijak pada penguasaan iptek keperawatan dan spesialisasi dalam
pelayanan keperawatan.

Fokus peran dan fungsi perawat bergeser dari penekanan aspek preventif dan promotif tanpa
meninggalkan peran kuratif dan rehabilitatif. Kondisi ini menuntut upaya kongkrit dari profesi
keperawatan, yaitu profesionalisme keperawatan. Proses ini meliputi pembenahan pelayanan
keperawatan dan mengoptimalkan penggunaan proses keperawatan, pengembangan dan penataan
pendidikan keperawatan dan juga antisipasi organisasi profesi (PPNI).

1. Pengembangan dan Penataan Pendidikan Keperawatan Meningkatnya tuntutan masyarakat terhadap


pelayanan keperawatan yang profesional, telah memicu perawat untuk terus mengembangkan dirinya
dalam berbagai bidang, terutama penataan sistem pendidikan keperawatan. Oleh karena itu profesi
keperawatan dengan landasan yang kokoh perlu memperhatikan wawasan keilmuan, orientasi
pendidikan dan kerangka konsep pendidikan.

a. Wawasan keilmuan                                                                                                             Pada tingkat


pendidikan akademi, penggunaan kurikulum D III keperawatan 1999, merupakan wujud dari
pembenahan kualitas lulusan keperawatan. Wujud ini dapat dilihat dengan adanya:

1. Mata Kuliah Umum (MKU), yaitu Pendidikan Agama, Pancasila, Kewiraan dan Etika Umum

2.Mata Kuliah Dasar Keahlian (MKDK), yaitu Anatomi, Fisiologi dan Biokimia, Mikrobiologi dan
Parasitologi, Farmakologi, Ilmu Gizi dan Patologi.

3.Mata Kuliah Keahlian (MKK), yaitu KDK, KDM I dan II, Etika Keperawatan, Komunikasi Dalam
Keperawatan, KMB I,II,III,dan V, Keperawatan Anak I dan II, Keperawatan Maternitas I dan II,
Keperawatan Jiwa I dan II, Keperawatan Komunitas I, II dan III, Keperawatan Keluarga, Keperawatan
Gawat Darurat, Keperawatan Gerontik, Kepemimpinan dan Manajemen Keperawatan, Keperawatan
Profesional dan Pengantar Riset Keperawatan.

Demikian juga halnya dengan tingkat pendidikan S1 Keperawatan, yaitu dengan berlakunya kurikulum
Ners pada tahun 1998. Sementara itu di Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia (FIK-UI) telah
dibuka S2 Keperawatan untuk Studi Manajemen Keperawatan, Keperawatan Maternitas dan
Keperawatan Komunitas. Dan selanjutnya akan dibuka Studi S2 Keperawatan Jiwa dan Keperawatan
Medikal Bedah.

b. Orientasi Pendidikan                                                                                              Pendidikan keperawatan


bagaimanapun akan tetap berorientasi pada pengembangan pengetahuan dan teknologi, artinya
pengalaman belajar baik kelas, laboratorium dan lapangan tetap mengikuti kemajuan ilmu pengetahuan
dan teknologi serta memanfaatkan segala sumber yang memungkinkan penguasaan iptek. Sehingga
diharapkan dapat meningkatkanlayanan keperawatan dan persaingan global.

c. Kerangka Konsep                                                                                                    Berpikir ilmiah, pembinaan


sikap dan tingkah laku profesional, belajar aktif mandiri, pendidikan dilingkungan masyarakat serta
penguasaan iptek keperawatan merupakan karakteristik dari pendidikan profesional keperawatan.

2. Perkembangan Pelayanan Keperawatan                                                                             Perubahan sifat


pelayanan dari fokasional menjadi profesional dengan peran preventif dan promotif tanpa melupakan
peran kuratif dan rehabilitatif harus didukung dengan peningkatan sumber daya manusia di bidang
keperawatan. Sehingga pada pelaksanaan pemberian asuhan keperawatan dapat terjadinya pelayanan
yang efisien, efektif serta berkualitas. Selanjutnya, saat ini juga telah berkembang berbagai model prakti
keperawatan profesional, seperti:

- Praktik keperawatan di rumah sakit fasilitas kesehatan.

- Praktik keperawatan di rumah (home care).

- Praktik keperawatan berkelompok (nursing home).

- Praktik keperawatan perorangan

BAB III

PENUTUP

A.    Kesimpulan

Keperawatan merupakan sebuah ilmu dan profesi yang memberikan pelayanan kesehatan yang berguna
untuk meningkatkan kesehatan bagi masyarakat. keperawatan sudah ada sejak manusia itu ada dan
hingga saat ini Profesi keperawatan berkembang dengan pesat. Sejarah perkembangan keperawatan di
indonesia tidak hanya berlangsung di tatanan praktik, dalam hal ini layanan keperawatan, tetapi juga di
dunia pendidikan keperawatan. Pendidikan memberi pengaruh yang besar terhadap kualitas layanan
keperawatan. Karenanya, perawat harus terus meningkatkan kompetensi dirinya, salah satunya melalui
pendidikan keperawatan yang berkelanjutan.

B.     Saran

Dari kesimpulan yang ada maka kita sebagai perawat atau calon perawat harus terus meningkatkan
kompetensi dirinya, salah satunya melalui pendidikan keperawatan yang berkelanjutan, sehingga kita
tidak mengalami ketertinggalan dari keperawatan internasional.
MAKALAH

FALSAFAH DAN PARADIGMA KEPERAWATAN PERKEMBANGAN ILMU

DI susun untuk memenuhi tugas

Mata kuliah:konsep dasar keperawatan 1

Dosen pengampu:neni maemunah,S.Kp.,M.MRS

DISUSUN OLEH

ARINA MIRIN(2016610014)

FAKULTAS:ILMU KESEHTAN

PRODI:ILMU KEPERAWATAN

UNIVERSITAS TRIBHUWANA TUNGGADEWI

MALANG

2020

KATA PENGANTAR
Puji syukur panjatkan kepada ALLAH SWT. Atas segala taufik, hidayah serta inayah-Nya yang senantiasa
tercurah sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah Konsep Dasar Keperawatan ini tanpa adanya
halangan dan hambatan yang berarti. Sholawat serta salam tidak lupa juga penulis panjatkan kepada
junjungan kita Nabi MuhammadSAW.

Penulis berharap makalah ini dapat dijadikan sebagai bahan referensi dan menjadi gambaran
bagi  pembaca mengenai ilmu pendidikan khususnya yang berkaitan dengan Paradigma Keperawatan.

Dalam proses penyusunan makalah ini, penulis banyak menemui hambatan dan juga kesulitan namun,
berkat bimbingan, arahan, serta bantuan dari banyak pihak, akhirnya makalah ini dapat terselesaikan
dengan lancar dan tanpa melampaui batas waktu yang telah di tentukan.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah inimasih jauh dari sempurna. Oleh karna itu,
penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi lebih sempurnanya hasil makalah ini.
Akhir kata, penulis hanya  dapat berharap agar hasil makalah ini dapat berguna bagi semua pihak serta
menjadi sesuatu yang berarti dari usaha penulis selama ini.

malang, ....,........,2020

Penulis

BAB  I

PENDAHULUAN

1.1        Latar Belakang

Keperawatan sebagai bagian integral pelayanan kesehatan merupakan  suatu bentuk  pelayanan
professional yang didasarkan pada ilmu keperawatan. Pada perkembangannya  ilmu keperawatan selalu
mengikuti perkembangan ilmu lain, mengingat ilmu keperawatan  merupakan ilmu terapan yang selalu
berubah mengikuti perkembangan zaman.

Demikian juga dengan pelayanan keperawatan di Indonesia, kedepan diharapkan harus mampu
memberikan pelayanan kepada masyarakat secara profesional sesuai dengan tuntutan kebutuhan
masyarakat serta teknologi bidang  kesehatan yang senantiasa berkembang. Pelaksanaan asuhan
keperawatan di sebagian besar  rumah sakit Indonesia umumnya telah menerapkan pendekatan ilmiah
melalui proses keperawatan.
Dalam dunia keperawatan, masyarakat secara umum masih memandang profesi keperawatan sebagai
profesi asistensi dokter atau perkerja sosial yang sifatnya membantu orang sakit atas instruksi – instruksi
dokter bahkan dikalangan praktisi perawat pun kadang – kadang masih memiliki pandangan yang tidak
utuh terhadap profesinya sendiri, hal ini dapat dilihat di beberapa pelayanan kesehatan, pelayanan
keperawatan masih bersifat vocasional belum sepenuhnya beralih ke pelayanan yang profesional.

Untuk itulah paradigma dalam keperawatan sangat membantu masyarakat secara umum maupun
perawat khususnya dalam menyikapi dan menyelesaikan berbagai persoalan yang melingkupi profesi
keperawatan seperti aspek pendidikan dan pelayanan keperawatan, praktik keperawatan dan organisasi
profesi.

1.2        Pentingnya Paradigma

Mengapa paradigma ini begitu penting ? dalam hal ini paradigma akan sangat membantu seseorang
ataupun masyarakat luas untuk memahami dunia kepada kita dan membantu kita untuk memahami
setiap fenomena yang terjadi di sekitar kita. Fenomena dalam keperawatan adalah prilaku klien dalam
menghadapi ketidakpastian kondisinya atau menghadapi ketidaknyamanan dari sebagian atau seluruh
anggota tubuhnya atau masalah – masalah yang yang muncul dalam bidang keilmuan tertentu.

                                                                                                 

1.3      Tujuan Makalah

Untuk mengetahui falsafah paradigma keperawatan.

1.4     Rumusan Masalah

Apa yang dimaksud falsafah dan paradigma keperawatan perkembangan ilmu?

Bagaimana falsafah dan paradigma keperawatan

 BAB II
PEMBAHASAN

Pengertian Falsafah Keperawatan

·       Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan profesional yang merupakan bagian integral dari


layanan kesehatan, didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan.

·       Falsafah Keperawatan: kenyakinan perawat terhadap nilai-nilai keperawatan yang menjadi


pedoman dalam memberikan asuhan keperawatan.

Keyakinan Yang Harus Dimiliki Perawat

·       Manusia adalah individu yang unik holistik

·       Meningkatkan derajat kesehatan yang optimal

·       Kolaborasi dengan tim kesehatan dan pasien/keluarga.

·       Proses keperawatan

·       Perawat bertanggung jawab dan bertanggung gugat

·       Pendidikan keperawatan harus dilaksanakan terus-menerus

Pengertian Paradigma Keperawatan

·       Paradigma keperawatan : Merupakan suatu pandangan global yang dianut oleh perawat yang
mengatur hubungan di antara teori guna mengembangkan model konseptual dan teori-teori
keperawatan sebagai kerangka kerja keperawatan.

·       Unsur paradigma keperawatan

Keperawatan

·       Memberikan layanan kesehatan

·       Memberikan bantuan yang paripurna dan efektif kepada klien

·       Membantu klien (dari level individu hingga masyarakat)

·       Melaksanakan intervensi keperawatan :

o   Promotif

o   Preventif

o   Kuratif

o   Rehabilitatif

Manusia
·       Manusia sebagai makhluk unik mempunyai sifat dan karakteristik yang berbeda

·       Manusia sebagai sistem adaptif/terbuka memerlukan berbagai masukan dari subsistem dan


suprasistem .

·       Manusia sebagai makluh holistik

o    Manusia sebagai makhluk bio

o    Manusia sebagai makhluk psiko

o    Manusia sebagai makhluk sosial

o    Makhluk sebagai makhluk spiritual

Kebutuhan Manusia

·       Kebutuhan aktualisasi diri

·       Kebutuhan harga diri

·       Kebutuhan cinta dan dicintai

·       Kebutuhan keselamatan dan keamanan

·       Kebutuhan fisiologis

Sehat-Sakit

·       Sehat adalah keadaan keseimbangan yang sempurna baik fisik, mental, dan sosial, tidak hanya
bebas dari penyakit dan kelemahan (WHO)

·       Sehat adalah kemampuan optimal individu untuk menjalankan peran dan tugasnya secara efektif
(parson)

·       Sehat adalah keadaan sejahtera tubuh, jiwa, sosial, yang memungkinkan setiap orang untuk hidup
produktif secara sosial dan ekonomis (Undang – Undang Kesehatan RI No.23 Tahun 1992)

Sakit

·       Sakit adalah ketidak seimbangan fungsi normal tubuh manusia, termasuk jumlah sistem biologis dan
kondisi kondisi penyesuaian ( parson).

·       Sakit adalah adanya gejala, persepsi tentang keadan sakit yang dirasakan, dan kemampuan
beraktivitas sehari-hari yang menurun (Bauman).

·       Sakit adalah suatu keadaan tidak menyenangkan yang menimpa seseorang sehingga menimbulkan
gangguan pada aktivitas jasmani maupun sosial (perkins).

kesimpulanya sakit adalah keadaan tidak normal atau sehat.


Rentang Sehat – Sakit

Faktor Yang Mempengaruhi Status Kesehatan


Perilaku sehat dipengaruhi oleh faktor

·       Pendidikan

·       Adat istiadat

·       Kepercayaan

·       Kebiasaan

·       Sosial ekonomi

Perilaku Sakit

·       Tidak memegang tanggung jawab selama sakit

·       Bebas dari tugas dan peran sosial

·       Berupaya mencapai kondisi sehat secepat mungkin

·       Bersama keluarga mencari bantuan dengan segera

Efek Sakit Terhadap Peran Individu

·       Perubahan Peran

·       Masalah keungan

·       Kesepian

·       Perubahan kebiasan sosial

Perkembangan Ilmu Keperawatan

Ilmu
Merupakan kumpulan pengetahuan yang padat dan proses mengetahui melalui penyelidikan yang
sistematis dan terkendali (metode ilmiah).

Karakteristik ilmu :

·       Mempercepat rasional sebagai alat untuk memperoleh pengetahuan yang benar

·       Mempunyai alur pikir yang logis dan konsisten dengan pengetahuan yang telah ada

·       Melalui pengujian empiris sebagai kriteria kebenaran objektif

·       Memiliki mekanisme yang terbuka terhadap koreksi

Keperawatn Sebagai Ilmu

Apakah ilmu keperawatan memenuhi persyaratan untuk eksis sebagai sebuah disiplin ilmu yang
mandiri?

1.    Ilmu keperawatan ditinjau dari sudut filsafat ilmu (philosophy of science)


2.    Cara pengetahuan diperoleh dan disusun (epistemologi)

3.    Serta nilai yang terkait dengan pengetahuan (aksiologi)

Ilmu Keperawatan ditinjau dari sudut ontologi

·       Mempunyai pengertian , falsafah , sejarah, tujuan, penerima layanan keperawatan, fokus


keperawatan, objek formal, objek materi.

·       Objek materia ilmu keperawatan adalah manusia yang tidak dapat berfungsi secara sempurna
dalam kaitannya dengan kondisi kesehatan dan proses penyembuhan.

·       Titik fokus dalam keperawatan adalah respon manusia terhadap ketidakseimbangan yang dapat
ditangani dengan ASKEP.

·       Objek formal : bantuan bagi individu dalam proses penyembuhan secara holistik.

Ilmu Keperawatan Dari Sudut Epistemologi Sifat / karakteristik ilmu keperawatan

·       Pengetahuan umum(public knowledge)

·       Objektif

·       Abstraksi

·       Konseptual

·       Generalisasi

Untuk mengembangkan ilmu keperawatan dibutuhkan ilmu lain sebagia pembentuk body of knowledge
ilmu keperawatan antara lain:Kelompok ilmu humaniora, metodologi, hukum dan etika

·       Kelompok ilmu alam dasar : biofisika, kimia, biologi

·       Kelompok ilmu perilaku yang mencakup psikologi

·       Kelompok ilmu sosial : sosiologi, antropologi,demografi dan politik

·       Kelompok ilmu biomedik : anatomi, fisiologi, biokimia, patofisiologi, farmako dll

·       Kelompok ilmu kesehatan masyarakat

·       Kelompok ilmu kedokteran klinik : penyakit syaraf, kulit dll

Ilmu Keperawatan Dari Sudut Aksiologi

·       Aplikasi asas moral dari ilmu keperawatan adalah tanggung jawab profesional terhadap klien
masyarakat dan Tuhan YME.

·       Asas moral yang terkandung dalam ilmu keperawatan dimanifestasikan kedalam kode etik
keperwatan

·       Kode etik keperawatan : asas/moral tertulis yang harus dijadikan pedoman/prinsip bagi setiap
perawat dalam berinteraksi dengan klien agar perilaku perawat tetap dalam koridor kebenaran.
Kode Etik keperawatan Indonesia(PPNI)

·       Perawat dan klien

o   perawat dalam memberikan layanan keperawatan menghargai harkat dan martabat manusia

o   Perawat dalam memberikan layanan keperawatan senantiasa memelihara seasana lingkungan yg


menghargai nilai-nilai budaya

o   Tanggung jawab utama perawat adalah mereka yang membutuhkan ASKEP

o   Perawat wajib merahasiakan segala sesuatu yg diketahui dgn tugas yg dipercayakan kepadanya

·       Perawat dan praktik

o   Perawat dan masyarakat

o   Perawat memelihara dan meningkatkan kompetensi di bidang keperawatan

o   Perawat senantiasa memelihara mutu layanan keperawatan yang tinggi dan profesional

o   Perawat menbuat keputusan berdasarkan informasi yang adekuat

o   Perawat senantiasa menjungjung tinggi nama baik profesi keperawatan

·       Perawat dan masyarakat


Perawat mengembang tanggung jawab bersama masyarakat untuk memprakarsai dan mendukung
berbagai kegiatan kebutuhan kesehatan masyarakat

·       Perawat dan rekan sejawat

o   Perawat senantiasa memelihara hubungan baik dgn sesama perwat maupun tenaga kesehatan lain

o   Perawat bertindak melindungi klien dari tenaga kesehatan yang memberi layanan yang tidak
kompeten, tidak etis, dan illegal

·       Perawat dan profesi

o    Perawat mempunyai peran penting dlm menentukan standar pendidikan dan layanan keperawatan

o    Perawat berperan aktif dalam berbagai kegiatan pengembangan profesi keperawatan


o    Perawat berpartisipasi aktif dalam upaya profesi untuk membangun dan memelihara kondisi kerja yg
kondusif demi terwujudnya ASKEP yg bermutu tinggi.

BAB III

PENUTUP

3.1        Kesimpulan

Perawatan merupakan bagian dari sistem pelayanan kesehatan dan salah satu faktor yang memenuhi
tercapainya pembangunan nasional, oleh karena itu tenaga keperawatan berada ditatanan pelayanan
kesehatan terdepan dengan kontak pertama dan terlama dengan klien, yaitu selama 24 jam perhari dan
7 hari perminggu, maka perawat perlu mengetahui dan memahami tentang paradigma keperawatan,
peran, fungsi dan tanggung jawab sebagai perawat profesional agar dapat memberikan pelayanan
keperawatan yang optimal dalam memberikan asuhan keperawata pada klien. Perawat harus selalu
memperhatikan keadaan secara individual dari segi bio, psiko, sosial, spiritual dan cultural.

3.2       Saran

Kami sebagai penulis dapat berharap kepada para pembaca, setelah membaca makalah ini. Para
pembaca apalagi para mahasiswa keperawatan dapat mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari -
hari. Sehingga dapat mengetahui tentang apa itu falsafah dan paradigm keperawatan dalam
perkembangan ilmu.
DAFTAR PUSTAKA

http://www.slideshare.net/IyounkMandalahi/makalah-falsafah-dan-paradigma-keperawatan

http://beequinn.wordpress.com/nursing/kdk-konsep-dasar-keperawatan/falsafah-dan-paradigma-
keperawatan-perkembangan-ilmu-keperawatan/

Makalah Keperawatan Sebagai Profesi

DI susun untuk memenuhi tugas

Mata kuliah:konsep dasar keperawatan 1

Dosen pengampu:neni maemunah,S.Kp.,M.MRS

DI SUSUN OLEH

ARINA MIRIN(2016610014)
FAKULTAS:ILMU KESEHTAN

PRODI:ILMU KEPERAWATAN

UNIVERSITAS TRIBHUWANA TUNGGADEWI

MALANG

2020

ATA PENGANTAR
Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan anugerah kepada
penyusun untuk dapat menyusun makalah yang berjudul “Keperawatan Sebagai Profesi”.
Makalah ini disusun berdasarkan hasil data-data dari media elektronik berupa Internet dan
media cetak. Ucapan terima kasih kepada rekan-rekan kelompok delapan yang telah
memberikan partisipasinya dalam penyusunan makalah ini.
Penyusun berharap makalah ini dapat bermanfaat untuk kita semua dalam menambah
pengetahuan atau wawasan mengenai keperawatan. Penyusun sadar makalah ini belumlah
sempurna maka dari itu penyusun sangat mengharapkan kritik dan saran dari pembaca agar
makalah ini menjadi sempurna.
malang, juli 2020

Penyusun

DAFTAR ISI

Kata Pengantar ……………………………………………………………………   i

Daftar Isi ……………………………………………………………………………..       ii

BAB I Pendahuluan …………………………………………………………………       1

1.1  Latar Belakang ………………………………………………………………….       1

1.2  Rumusan Masalah …………………………………………………………….. 4
1.3  Tujuan Penulisan ………………………………………………………………. 5

BAB II Pembahasan ………………………………………………………………..       6

2.1 Definisi Keperawatan Sebagai Profesi ………………………………………. 6

2.2 Perkembangan Profesionalisme Keperawatan ……………………………..  13

2.3 Fungsi, Peran dan Tugas Perawat …………………………………………… 15

2.4 Definisi dan Analisis Penyusun Mengenai Keperawatan Sebagai Profesi 18

BAB III Penutup ……………………………………………………………………..       20

3.1 Simpulan …………………………………………………………………………      20

3.2 Saran …………………………………………………………………………….       20

Daftar Pustaka

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1   Latar Belakang

Keperawatan merupakan profesi yang membantu dan memberikan pelayanan yang berkontribusi pad

kesehatan dan kesejahteraan individu. Keperawatan juga diartikan sebagai konsekuensi penting bagi individu yang
menerima pelayanan, profesi ini memenuhi kebutuhan yang tidak dapat dipenuhi oleh seseorang, keluarga atau
kelompok di komunitas. (Committee on Education American Nurses Association (ANA), 1965).

WHO Expert Committee on Nursing dalam Aditama (2000) mengatakan bahwa, pelayanan keperawatan adalah
gabungan dari ilmu kesehatan dan seni melayani/memberi asuhan (care), suatu gabungan humanistik dari ilmu
pengetahuan, filosofi keperawatan, kegiatan klinik, komunikasi dan ilmu sosial.

Keperawatan merupakan suatu bentuk pelayanan profesional yang merupakan bagian integral dari pelayanan
kesehatan berdasarkan ilmu dan kiat keperawatan, berbentuk pelayanan biopsikososial dan spiritual yang
komprehensif, ditujukan kepada individu, keluarga dan masyarakat baik sakit maupun sehat yang mencakup
seluruh aspek kehidupan manusia. (Lokakarya Nasional, 1983).

Profesi berasal dari kata profession yang berarti suatu pekerjaan yang membutuhkan dukungan body of
knowledge sebagai dasar bagi perkembangan teori yang sistematis meghadapi banyak tantangan baru, dan karena
itu membutuhkan pendidikan dan pelatihan yang cukup lama, memiliki kode etik orientasi utamanya adalah
melayani (alturism).

Profesi adalah suatu pekerjaan yang ditujukan untuk kepentingan masyarakat dan bukan untuk kepentingan
golongan atau kelompok tertentu. Profesi sangat mementingkan kesejahteraan orang lain, dalam konteks bahasan
ini konsumen sebagai penerima jasa pelayanan keperawatan profesional. Menurut Webster, profesi adalah
pekerjaan yang memerlukan pendidikan yang lama dan menyangkut keterampilan intelektual.

Kelly dan Joel (1995) menjelaskan, “Profesional sebagai suatu karakter, spirit atau metode profesional yang
mencakup pendidikan dan kegiatan di berbagai kelompok okupasi yang anggotanya berkeinginan menjadi
profesional”. Profesional merupakan suatu proses yang dinamis untuk memenuhi atau mengubah karakteristik
kearah suatu profesi.
Sejak abad yang lalu keperawatan telah megalami perubahan yang drastis, selain itu juga telah mengikuti
perundang-undangan dan mendapatkan penghargaan sebagai profesi penuh. Hugnes E.C (1963) mengatakan
bahwa, “Profesi adalah seorang ahli, mereka mengetahui lebih baik tentang sesuatu hal dari orang lain, serta
mengetahui lebih baik daripada kliennya tentang apa yang terjadi pada klien”. Dalam konsep profesi ada tiga nilai
penting yang perlu dipahami yakni:

1.    Pengetahuan yang mendalam dan sistimatik.

2.    Keterampilan teknis dan kiat yang diperoleh melalui latihan yang lama.

3.    Pelayanan asuhan kepada yang memerlukan berdasarkan ilmu pengetahuan, keterampilan teknis dan
pedoman serta falsafah moral yang diyakini (etika profesi).

Menurut Hood L.J dan Leddy S.K (2006), “Perawat profesional akan menggunakan pendekatan holistik dalam
menemukan kebutuhan kesehatan bagi klien yang dirawatnya, hal ini sesuai dengan pernyataan kebijakan yang
disampaikan oleh American Nurses Association (1995), ada empat ciri praktik profesional yang harus dilakukan oleh
perawat, yaitu:

1.    Perawat menggunakan fokus orientasi pada masalah dengan memperhatikan rangkaian seluruh respon
manusia terhadap kesehatan dan penyakitnya.

2.    Perawat terintegrasi dalam tenaga kesehatan yang menggunakan pengetahuannya untuk membantu mencapai
tujuan pasien dengan mengumpulkan data subjektif maupun objektif pasien dan memahaminya baik secara
individual atau secara berkelompok.

3.    Perawat mengaplikasikan ilmu pengetahuannya untuk menentukan diagnosa dan melakukan treatment respon
manusia.

4.    Perawat melakukan asuhan keperawatan dengan melakukan hubungan terapeutik dengan pasien untuk
memfasilitasi kesehatan dan penyembuhan.

Ada tiga istilah penting yang berhubungan dengan profesi, yaitu profesionalisme, profesionalisasi, dan profesi.

1.    Profesionalisme

Merujuk pada karakter profesional, semangat atau metode. Merupakan suatu sifat resmi, cara hidup yang
bertanggung jawab dan dapat dipercaya. Profesionalisme keperawatan telah ada sejak zaman Florence Nightingale
(1820-1910).

2.    Profesionalisasi

Profesionalisasi adalah suatu proses untuk menjadikan profesional dengan cara memenuhi beberapa kriteria yang
telah ditentukan/disepakati.

3.    Profesi

Jika dilihat di dalam kamus, sama dengan pekerjaan yang menghendaki pendidikan yang lebih luas atau memiliki
ilmu pengetahuan yang spesial, keterampilan serta dipersiapkan dengan cara yang baik.

Dunia profesi keperawatan terus bergerak. Hampir dua dekade profesi ini menyerukan perubahan paradigma.
Perawat yang semula tugasnya hanyalah semata-mata menjalankan perintah dokter kini berupaya meningkatkan
perannya sebagai mitra kerja dokter seperti yang sudah dilakukan di negara-negara maju.

Sebagai sebuah profesi yang masih berusaha menunjukkan jati diri, profesi keperawatan dihadapkan pada banyak
tantangan. Tantangan ini bukan hanya dari eksternal tapi juga dari internal profesi ini sendiri.
1.2  Rumusan Masalah

a)    Apa yang dimaksud dengan keperawatan sebagai profesi?

b)    Bagaimana perkembangan profesionalisme keperawatan?

c)    Bagaimana peran, fungsi, dan tugas perawat?

d)    Bagaimana definisi dan analisis dari penyusun mengenai keperawatan sebagai profesi?

1.3  Tujuan Penulisan

a)    Menjelaskan tentang keperawatan sebagai profesi.

b)    Menjelaskan perkembangan profesionalisme keperawatan.

c)    Menjelaskan peran, fungsi, dan tugas perawat.

d)    Menjelaskan tentang definisi dan analisis penyusun mengenai keperawatan sebagai profesi.

BAB II

PEMBAHASAN

2.1    Keperawatan Sebagai Profesi

Hall (1968) memberikan gambaran tentang suatu profesi yaitu suatu pekerjaan yang harus melalui
proses empat tahapan antara lain :

1.    Memperoleh badan pengetahuan dari institusi pendidikan tinggi

2.    Menjadi pekerjaan utama

3.    Adanya organisasi profesi

4.    Terdapat kode etik

Ciri – Ciri Profesi

Dilihat dari definisi profesi, jelas bahwa profesi tidak sama dengan okupasi (occupation) meskipun
keduanya sama-sama melakukan pekerjaan tertentu.

Profesi mempunyai ciri – ciri sebagai berikut :

Didukung oleh badan ilmu yang sesuai dengan bidangnya (antalogi), jelas wilayah kerja keilmuannya
(Epistomologi), dan aplikasinya (Axiologi).

Profesi diperoleh melalui pendidikan dan pelatihan yang terencana, terus-menerus dan bertahap.
3.    Pekerjaan profesi diatur oleh kode etik profesi serta diakui secara legal melalui perundang-
undangan.

Peraturan dan ketentuan yang mengatur hidup dan kehidupan profesi (standar pendidikan dan
pelatihan, standar pelayanan, dan kode etik) serta pengawasan terhadap pelaksanaan peraturan-
peraturan tersebut dilakukan sendiri oleh warga profesi (Winsley, 1964).

Kriteria Profesi

Memberi pelayanan untuk kesejahteraan manusia.

Mempunyai pengetahuan dan keterampilan khusus dan dikembangkan secara terus-menerus.

Memiliki ketelitian, kemampuan intelektual, dan rasa tanggung jawab.

Lulus dari pendidikan tinggi.

Mandiri dalam penampilan, aktivitas dan fungsi.

Memiliki kode etik sebagai penuntun praktik.

Memiliki ikatan/organisasi untuk menjamin mutu pelayanan.

Wilayah Kerja Profesi

Pembinaaan organisasi profesi.

Pembinaan pendidikan dan pelatihan profesi.

Pembinaan pelayanan profesi.

Pembinaan iptek.

Keperawatan sebagai profesi merupakan salah satu pekerjaan dimana dalam menentukan tindakannya
didasarkan pada ilmu pengetahuan serta memiliki keterampilan yang jelas dalam keahliannya.

Dengan adanya perkembangan keperawatan dari kegiatan yang sifatnya rutin yang menjadi pemenuhan
kebutuhan berdasarkan ilmu, membawa suatu perubahan yang sangat besar dalam dunia keperawatan
karena pelayanan yang semula hanya berdasarkan pada insting dan pengalaman menjadi pelayanan
keperawatan profesional berdasarkan ilmu dan teknologi keperawatan yang selalu berubah sesuai
dengan kemajuan zaman. Perawatan sebagai profesi mempunyai karakteristik sebagai berikut:

1.    Memiliki body of knowledge

Perawat bekerja dalam kelompok dan dilandasi dengan teori yang spesifik dan sistematis yang
dikembangan melalui penelitian. Penelitian keperawatan yang dilakukan pada tahun 1940, merupakan
titik awal perkembangan keperawatan. Pada tahun 1950 dengan semakin berkembangnya penelitian
yang dilakukan mempunyai kontribusi yang cukup besar dalam dunia pendidikan keperawatan dan pada
tahun 1960 penelitian lebih banyak dilakukan pada praktik keperawatan. Sejak tahun 1970, penelitian
keperawatan lebih banyak dilakukan dengan memfokuskan diri pada praktik yang dihubungkan dengan
isu-isu yang ada pada saat itu.
Menurut Potter dan Perry (1997), perawat telah memperlihatkan diri sebagai profesi dan dapat terlihat
adanya pengetahuan keperawatan telah dikembangkan melalui teori-teori keperawatan. Model teori
memberikan kerangka kerja bagi kurikulum dan praktik klinis keperawatan. Teori keperawatan
mendorong ke arah penelitian yang meningkatkan dasar ilmiah untuk praktik keperawatan.

2.    Berhubungan dengan nilai-nilai sosial

Kategori ini mendorong profesi untuk mendapatkan penghargaan yang cukup baik dari masyarakat.
Keperawatan telah diberi kepercayaan untuk menolong dan melayani orang lain/klien. Pada awalnya
perawat diharapkan dapat menyisihkan sebagian besar waktunya untuk melayani, tetapi dengan
semakin berkembangnya ilmu keperawatan tuntutan tersebut telah bergeser, perawat juga
mengharapkan kompensasi dan mempunyai kehidupan yang lain disamping perannya sebagai perawat.

Karakteristik keperawatan merupakan suatu bentuk yang relevan dengan nilai-nilai masyarakat, seperti
pentingnya kesehatan, kesembuhan dan keperawatan.

Masyarakat pada umumnya mengakui bahwa perawat mempunyai tugas untuk melawan klien dan juga
melakukan upaya-upaya dalam promosi kesehatan dan pencegahan penyakit tetapi masih ada sebagian
masyarakat yang belum mengetahui bahwa perawat adalah sebuah profesi. Untuk itu perlu adanya
usaha dari perawat itu sendiri agar dapat meyakinkan masyarakat guna mendapatkan pengakuan sesuai
dengan yang diinginkannya.

3.    Masa pendidikan

Kategori ini mempunyai empat bagian tambahan yaitu isi pendidikan, lamanya pendidikan, penggunaan
simbol dan proses idealisme yang dituju serta tingkatan dari spesialisasi yang berhubungan dengan
praktik. Menurut Nightingale pendidikan keperawatan harus melibatkan dua area penting yaitu teori dan
praktik yang sampai saat ini masih dianut. Perkembangan pendidikan keperawatan dewasa ini sama
dengan bidang ilmu yang lain, yaitu pendidikan tinggi. Pendidikan tinggi menimbulkan perubahan yang
sangat berarti bagi perawat terhadap cara pandang asuhan keperawatan secara bertahap keperawatan
beralih dari yang semulai berorientasi pada tugas menjadi berorientasi pada tujuan yang berfokus pada
asuhan keperawatan yang efektif serta menggunakan pendekatan holisitik dan proses keperawatan.

4.    Motivasi

Motivasi untuk bekerja merupakan kategori keempat dari Pavalko. Motivasi bukan hanya secara individu
tetapi juga menyeluruh dalam kelompok. Motivasi diartikan sebagai suatu perhatian yang
mengutamakan pelayanan kelompok keperawatan kepada klien. Ada beberapa pendapat bahwa saat ini
anak-anak muda menginginkan menempuh pendidikan tinggi agar dapat mempunyai kehidupan yang
lebih baik seperti mendapatkan gaji lebih, kekuasaan, status disamping pekerjaan yang dilakukannya.
Biasanya karakteristik ini tidak diasosiasikan dengan profesi keperawatan, walaupun demikian banyak
perawat yang melakukan pelayanannya dengan berorientasikan kepada klien/pasien mereka dengan
baik.

5.    Otonomi

Kategori kelima Pavalko adalah kebebasan untuk mengontrol dan mengatur dirinya sendiri. Profesi
mempunyai otonomi untuk regulasi dan membuat standar bagi anggotanya. Hak mengurus diri sendiri
merupakan salah satu tujuan dari asosiasi keperawatan, karena hal ini juga berarti keperawatan
mempunyai status dan dapat mengontrol seluruh kegiatan praktik anggotanya. Otonomi juga dapat
diartikan sebagai suatu kebebasan dalam bekerja dan pertanggungjawaban dari suatu tindakan yang
dilakukannya.

6.    Komitmen

Kategori keenam adalah komitmen untuk bekerja. Manusia yang komitmen untuk bekerja menunjukkan
adanya suatu keunggulan, untuk melaksanakan pekerjaannya dengan baik, mencegah terjadinya
kemangkiran, menekuni pekerjaannya seumur hidup atau dalam periode waktu yang lama. Komitmen
perawat juga dapat menurun, hal ini terjadi karena kebanyakan dari perawat adalah wanita, yang harus
membagi perhatiannya dengan keluarga, sehingga mereka sering mengalami konflik yang
berkepanjangan dan kadang-kadang harus keluar dari pekerjaannya.

Orientasi karir juga merupakan salah satu ciri dari komitmen, karena dengan adanya pengembangan
karir melalui pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi membuat perawat dapat bekerja dengan lebih baik
dan bertanggung jawab dalam melakukan asuhan keperawatan.

7.    Kesadaran bermasyarakat

Kesadaran bermasyarakat bagi perawat diartikan sebagai anggota kelompok yang ikut mengambil bagian
dalam persamaan pedoman, nasib serta memiliki kebudayaan tersendiri. Perawat mempunyai simbol-
simbol yang dikenal masyarakat sebagai ciri yang khas dari sebuah profesi seperti seragam putih, pin dan
cap. Walaupun akhir-akhir ini banyak yang mengubah identitas tersebut, tetapi perawat telah memiliki
perasaan yang kuat untuk tetap bersatu dalam kelompoknya.

8.    Kode etik

Eksistensi kode etik merupakan kategori terakhir dari Pavalko. Etika keperawatan merujuk pada standar
etik yang membimbing perawat dalam praktik sehari-hari seperti jujur terhadap pasien, menghargai
pasien atas hak-hak yang dirahasiakannya dan beradvokasi atas nama pasien.

Etika keperawatan ditujukan untuk mengidentifikasi, mengorganisasikan, memeriksa dan membenarkan


tindakan-tindakan kemanusiaan dengan menerapkan prinsip-prinsip tertentu, selain itu juga
menegaskan tentang kewajiban-kewajiban yang secara suka rela diemban oleh perawat dan mencari
informasi mengenai dampak dari keputusan-keputusan perawat yang mempengaruhi kehidupan dari
pasien dan keluarganya. Ciri dari praktik profesional adalah adanya komitmen yang kuat terhadap
kepedulian individu, khususnya kekuatan fisik, kesejahteraan dan kebebasan pribadi, sehingga dalam
praktik selalu melibatkan hubungan yang bermakna. Oleh karena itu seorang profesional harus memiliki
orientasi pelayanan, standar praktik dan kode etik untuk melindungi masyarakat serta memajukan
profesi.

Mengingat pentingnya pembinaan bagi tenaga keperawatan agar dapat bekerja dengan baik maka perlu
adanya pemahaman tentang fungsi dari asosiasi keperawatan yang terdiri dari:

1.    Penetapan standar praktik, pendidikan dan pelayanan keperawatan.

2.    Menetapkan kode etik bagi perawat.

3.    Menetapkan sistem kredensial dalam keperawatan.

4.    Menetapkan untuk ikut berinisiatif dalam legislasi, program pemerintah, kebijakan kesehatan
nasional dan internasional.

5.    Mendukung adanya sistem pendidikan yang baik, evaluasi dan perhatian dalam keperawatan.
6.    Adanya agensi sentral untuk mengoleksi, menganalisa dan desiminasi dari informasi yang relevan
dengan keperawatan.

7.    Promosi dan proteksi ekonomi dan kesejahteraan bagi perawat.

8.    Membina kepemimpinan bagi perawat baik untuk tingkat nasional maupun internasional.

9.    Membina sikap profesionalisme bagi perawat.

10.  Menyelenggarakan program secara benar.

11.  Memberikan pelayanan masalah-masalah politik pada perawat.

12.  Menjaga terjadinya komunikasi bagi seluruh anggotanya.

13.  Menyediakan advokasi bagi anggotanya.

14.  Berbicara dan menjelaskan tentang profesi keperawatan kepada pihak lain.

15.  Melindungi dan mempromosikan kemajuan kesejahteraan manusia yang terkait dengan perawat
kesehatan.

2.2    Perkembangan Profesionalisme Keperawatan

Melihat catatan sejarah tentang awal mula keberadaan perawat di Indonesia, yang diperkirakan baru
bermula pada awal abad ke 19, dimana disebutkan adanya perawat saat itu adalah dikarenakan adanya
upaya tenaga medis untuk memberikan pelayanan kesehatan yang lebih baik sehingga diperlukan
tenaga yang dapat membantu atau tenaga pembantu. Tenaga tersebut dididik menjadi seorang perawat
melalui pendidikan magang yang berorientasi pada penyakit dan cara pengobatannya. Sampai dengan
perkembangan keperawatan di Indonesia pada tahun 1983 PPNI (Persatuan Perawat Nasional Indonesia)
melakukan Lokakarya Nasional Keperawatan di Jakarta, melalui lokakarya tersebut perawat bertekad
dan bersepakat menyatakan diri bahwa keperawatan adalah suatu bidang keprofesian.

Perkembangan profesionalisme keperawatan di Indonesia berjalan seiring dengan perkembangan


pendidikan keperawatan yang ada di Indonesia. Pengakuan perawat profesionalan pemula adalah bagi
mereka yang berlatarbelakang pendidikan Diploma III keperawatan. Program ini menghasilkan perawat
generalis sebagai perawat profesional pemula, dikembangkan dengan landasan keilmuan yang cukup
dan landasan profesional yang kokoh.

Perkembangan pendidikan keperawatan dalam rangka menuju tingkat keprofesionalitasan tidak cukup
sampai di tingkat diploma saja, diilhami keinginan dari profesi keperawatan untuk terus
mengembangkan pendidikan maka berdirilah PSIK FK-UI (1985) dan kemudian disusul dengan pendirian
program paska sarjana FIK UI (1999).

Peningkatan kualitas organisasi profesi keperawatan dapat dilakukan melalui berbagai cara dan
pendekatan antara lain:

1.    Mengembangkan sistem seleksi kepengurusan melalui penetapan kriteria dari berbagai aspek
kemampuan, pendidikan, wawasan, pandangan tentang visi dan misi organisasi, dedikasi serta
ketersediaan waktu yang dimiliki untuk organisasi.

2.    Memiliki serangkaian program yang konkrit dan diterjemahkan melalui kegiatan organisasi dari
tingkat pusat sampai ke tingkat daerah. Prioritas utama adalah program pendidikan berkelanjutan bagi
para anggotanya.
3.    Mengaktifkan fungsi collective bargaining, agar setiap anggota memperoleh penghargaan yang
sesuai dengan pendidikan dan kompensasi masing-masing.

4.    Mengembangkan program latihan kepemimpinan, sehingga tenaga keperawatan dapat berbicara


banyak dan memiliki potensi untuk menduduki berbagai posisi di pemerintahan atau sektor swasta.

5.    Meningkatkan kegiatan bersama dengan organisasi profesi keperawatan di luar negeri, bukan hanya
untuk pengurus pusat saja tetapi juga mengikutsertakan pengurus daerah yang berpotensi untuk
dikembangkan.

2.3    Peran, Fungsi dan Tugas Perawat

1.    Peran Perawat

Peran merupakan tingkah laku yang diharapakan oleh orang lain terhadap seseorang sesuai dengan
kedudukan dalam sistem, dimana dapat dipengaruhi oleh keadaan sosial baik dari profesi yang bersifat
konstan.

Peran perawat menurut konsorium ilmu kesehatan tahun 1989 terdiri dari peran sebagai pemberi
asuhan keperawatan, advokat pasien, pendidik, koordinator, kolaborator, konsultan dan peneliti.

2.    Fungsi Perawat

Dalam menjalankan perannya, perawat akan melaksanakan berbagai fungsi diantaranya: fungsi
independen, fungsi dependen, dan fungsi interdependen.

a.    Fungsi Independen

Merupakan fungsi mandiri dan tidak tergantung pada orang lain, dimana perawat dalam menjalankan
tugasnya dilakukan secara sendiri dengan keputusan sendiri dalam melakukan tindakan dalam
memenuhi kebutuhan dasar manusia.

b.    Fungsi Dependen

Merupakan fungsi perawat dalam melaksanakan kegiatannya atas pesan atau instruksi dari perawat lain.

c.    Fungsi Interdependen

Fungsi ini dilakukan dalam kelompok tim yang bersifat saling ketergantungan di antara tim satu dengan
lain.

3.    Tugas Perawat

Tugas perawat dalam menjalankan perannya sebagai pemberi asuhan keperawatan ini dapat
dilaksanakan sesuai dengan tahapan dalam proses keperawatan. Tugas perawat ini disepakati dalam
lokakarya tahun 1983 yang berdasarkan fungsi perawat dalam memberikan asuhan keperawatan adalah
sebagai berikut:

1.    Mengkaji kebutuhan pasien, keluarga, kelompok dan masyarakat serta sumber yang tersedia dan
potensi untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Mengumpul data, menganilisis dan menginterpretasikan
data.
2.    Merencanakan tindakan keperawatan kepada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat
berdasarkan diagnosis keperawatan Mengembangkan rencana tindakan keperawatan.

3.    Melaksanakan rencana keperawatan yang meliputi upaya peningkatan kesehatan, pencegah


penyakit, penyembuhan, pemulihan dan pemeliharaan kesehatan termasuk pelayanan klien dan
keadaan terminal. Menggunakan dan menerapkan konsep-konsep dan prinsip-prinsip ilmu perilaku,
sosial budaya, ilmu biomedik dalam melaksanakan asuhan keperawatan dalam rangka memenuhi
kebutuhan dasar manusia.

4.    Mengevaluasi hasil asuhan keperawatan. Menentukan kriteria yang dapat diukur dalam menilai
rencana keperawatan. Menilai tingkat pencapaian tujuan. Mengidentifikasi perubahan-perubahan yang
diperlukan.

5.    Mendokumentasi proses keperawatan. Mengevaluasi data permasalahan keperawatan. Mencatat


data dalam proses keperawatan. Menggunakan catatan klien untuk memonitor asuhan keperawatan.

6.    Mengidentifikasi hal-hal yang perlu diteliti atau dipelajari serta merencanakan studi kasus guna
meningkatkan pengetahuan dan mengembangkan keterampilan dalam praktik keperawatan.
Mengidentifikasi masalah-masalah penelitian dalam bidang keperawatan. Membuat usulan rencana
penelitian keperawatan. Menerapkan hasil penelitian dalam praktik keperawatan.

7.    Berperan serta dalam melaksanakan penyuluhan kesehatan kepada klien keluarga kelompok serta
masyarakat. Mengidentifikasi kebutuhan pendidikan kesehatan. Membuat rencana penyuluhan
kesehatan. Melaksanakan penyuluhan kesehatan. Mengevaluasi hasil penyuluhan kesehatan.

8.    Bekerja sama dengan disiplin ilmu terkait dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada klien,
keluarga, kelompok, dan masyarakat. Berperan serta dalam pelayanan kesehatan kepada individu,
keluarga kelompok dan masyarakat. Menciptakan komunikasi yang efektif baik dengan tim keperawatan
maupun tim kesehatan lain.

9.    Mengelola perawatan klien dan berperan sebagai ketua tim dalam melaksanakan kegiatan
keperawatan. Menerapkan keterampilan manajemen dalam keperawatan klien secara menyeluruh.

2.4    Definisi dan Analisis Penyusun Mengenai Keperawatan Sebagai Profesi

Keperawatan merupakan suatu bentuk pelayanan yang dilakukan oleh perawat dengan memberikan
asuhan keperawatan secara tepat kepada individu, kelompok dan masyarakat, yang bertujuan untuk
meningkatkan kesehatan, mencegah dan mengobati penyakit serta pemulihan kesehatan demi
tercapainya kesejahteraan umat manusia, dengan berpegang teguh pada kode etik yang melandasinya.
Sedangkan perawat adalah seseorang yang telah menyelesaikan studinya dan telah siap untuk
mengabdikan dirinya kepada masyarakat.

Perawat merupakan salah satu pekerjaan yang mulia dengan cara memberikan perawatan yang benar,
sesuai dengan ilmu yang telah didapatkannya. Ilmu tersebut diterapkannya dengan suatu metode yang
dikenal dengan “Proses Keperawatan”. Metode ini merupakan metode yang sistematis, meliputi tahap
pengkajian, diagnosa keperawatan, merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi tindakan
keperawatan.

Dari tahapan metode ini, perawat sering menemukan hal-hal baru dari setiap kasus yang ditanganinya.
Oleh karena itu, mereka perlu meningkatkan wawasannya agar mampu menangani klien-kliennya
dengan benar. Hal inilah yang membawa perubahan besar bagi dunia keperawatan karena pelayanan
yang pada awalnya hanya berdasarkan pengalaman, kemudian berkembang menjadi pelayanan yang
didasarkan pada ilmu keperawatan yang selalu berubah sesuai dengan perkembangan zaman.

Profesi merupakan suatu keahlian yang membutuhkan ilmu pendidikan dan pelatihan sebagai dasar
pengembangan teori untuk menangani permasalahan yang sering muncul dalam bidangnya.

Dengan melihat definisi dan ciri-ciri dari profesi diatas, maka dapat disimpulkan bahwa keperawatan
dianggap sebagai suatu profesi. Hal ini dikarenakan keperawatan memiliki ciri-ciri yang sama dengan
profesi.

Keperawatan sebagai suatu profesi adalah salah satu pekerjaan bagian dari tim kesehatan, yang ikut
bertanggung jawab dalam membantu klien sebagai individu, keluarga, maupun sebagai masyarakat, baik
dalam kondisi sehat ataupun sakit, yang bertujuan untuk tercapainya pemenuhan kebutuhan dasar
klien, dalam mempertahankan kondisi kesehatan yang optimal, dalam menentukan tindakan
keperawatan harus didasarkan pada ilmu pengetahuan, komunikasi interpersonal serta memiliki
keterampilan yang jelas dalam keahliannya.

BAB III

PENUTUP

3.1    Simpulan

Dengan melihat definisi, ciri profesi yang telah disebutkan diatas dapat kita analisis bahwa keperawatan
di Indonesia dapat dikatakan sebagai suatu profesi. Karena memiliki ciri-ciri dari profesi yaitu
mempunyai body of knowledge, berhubungan dengan nilai-nilai sosial, masa pendidikan, motivasi,
otonomi, komitmen, kesadaran bermasyarakat, dan kode etik.

Keperawatan sebagai suatu profesi adalah salah satu pekerjaan bagian dari tim kesehatan, yang ikut
bertanggung jawab dalam membantu klien sebagai individu, keluarga, maupun sebagai masyarakat, baik
dalam kondisi sehat ataupun sakit, yang bertujuan untuk tercapainya pemenuhan kebutuhan dasar
klien, dalam mempertahankan kondisi kesehatan yang optimal, dalam menentukan tindakan
keperawatan harus didasarkan pada ilmu pengetahuan, komunikasi interpersonal serta memiliki
keterampilan yang jelas dalam keahliannya.

3.2    Saran

Penyusun berharap agar semua perawat dapat meningkatkan kualitas kerjanya dan mampu menjadi
seseorang yang profesional dalam bidangnya.
DAFTAR PUSTAKA

Sumijatun. 2010. Konsep Dasar Menuju Keperawatan Profesional. Jakarta: Trans Info Media

Pro-Health. 2009. Keperawatan Sebagai Suatu Profesi.


(http://stikeskabmalang.wordpress.com/2009/09/17/keperawatan-sebagai-suatu-profesi-3/, 27 Maret
2012)

MAKALAH

PERAN DAN FUNGSI PERAWAT PROFESIONAL

DI susun untuk memenuhi tugas

Mata kuliah:konsep dasar keperawatan 1

Dosen pengampu:neni maemunah,S.Kp.,M.MRS

OELH
ARINA MIRIN (2016610014)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Saat ini dunia keperawatan semakin berkembang. Perawat dianggap sebagai salah satu profesi kesehatan yang
harus dilibatkan dalam pencapaian tujuan pembangunan kesehatan baik di dunia maupun di Indonesia.

Seiring dengan berjalannya waktu dan bertambahnya kebutuhan pelayanan kesehatan menuntut perawat saat ini
memiliki pengetahuan dan keterampilan di berbagai bidang. Saat ini perawat memiliki peran yang lebih luas
dengan penekanan pada peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit, juga memandang klien secara
komprehensif. Perawat menjalankan fungsi dalam kaitannya dengan berbagai peran pemberi perawatan, pembuat
keputusan klinik dan etika, pelindung dan advokat bagi klien, manajer kasus, rehabilitator, komunikator dan
pendidik.

1.1 Peran Perawat

Menurut konsorsium ilmu kesehatan tahun 1989 peran perawat terdiri dari :
a. Sebagai pemberi asuhan keperawatan

Peran ini dapat dilakukan perawat dengan memperhatikan keadaan kebutuhan dasar manusia yang dibutuhkan
melalui pemberian pelayanan keperawatan. Pemberian asuhan keperawatan ini dilakukan dari yang sederhana
sampai dengan kompleks.
b. Sebagai advokat klien

Peran ini dilakukan perawat dalam membantu klien & kelg dalam menginterpretasikan berbagai informasi dari
pemberi pelayanan khususnya dalam pengambilan persetujuan atas tindakan keperawatan. Perawat juga berperan
dalam mempertahankan & melindungi hak-hak pasien meliputi :

Hak atas pelayanan sebaik-baiknya

Hak atas informasi tentang penyakitnya

Hak atas privacy

Hak untuk menentukan nasibnya sendiri

Hak menerima ganti rugi akibat kelalaian.

Sebagai educator

Peran ini dilakukan dengan membantu klien dalam meningkatkan tingkat pengetahuan kesehatan, gejala penyakit
bahkan tindakan yang diberikan sehingga terjadi perubahan perilaku dari klien setelah dilakukan pendidikan
kesehatan.

Sebagai coordinator

Peran ini dilaksanakan dengan mengarahkan, merencanakan serta mengorganisasi pelayanan kesehatan dari tim
kesehatan sehingga pemberi pelayanan kesehatan dapat terarah serta sesuai dengan kebutuhan klien.

Sebagai kolaborator
Peran ini dilakukan karena perawat bekerja melalui tim kesehatan yang terdiri dari dokter, fisioterapi, ahli gizi dll
dengan berupaya mengidentifikasi pelayanan keperawatan yang diperlukan.

Sebagai konsultan

Perawat berperan sebagai tempat konsultasi dengan mengadakan perencanaan, kerjasama, perubahan yang
sistematis & terarah sesuai dengan metode pemberian pelayanan keperawatan

Sebagai pembaharu

Perawat mengadakan perencanaan, kerjasama, perubahan yang sistematis & terarah sesuai dengan metode
pemberian pelayanan keperawatan
1.2 Fungsi Perawat

Fungsi Independen

Merupakan fungsi mandiri & tidak tergantung pada orang lain, dimana perawat dalam melaksanakan tugasnya
dilakukan secara sendiri dengan keputusan sendiri dalam melakukan tindakan untuk memenuhi KDM.

Fungsi Dependen

Merupakan fungsi perawat dalam melaksanakan kegiatannya atas pesan atau instruksi dari perawat lain sebagai
tindakan pelimpahan tugas yang diberikan. Biasanya dilakukan oleh perawat spesialis kepada perawat umum, atau
dari perawat primer ke perawat pelaksana.

Fungsi Interdependen

Fungsi ini dilakukan dalam kelompok tim yang bersifat saling ketergantungan diantara tim satu dengan yang
lainnya. Fungsi ini dapat terjadi apabila bentuk pelayanan membutuhkan kerjasama tim dalam pemebrian
pelayanan. Keadaan ini tidak dapat diatasi dengan tim perawat saja melainkan juga dari dokter ataupun lainnya.

Keperawatan adalah bentuk pelayanan profesional yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan
didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan, berbentuk pelayanan bio-psiko – sosial dan spiritual yang
komprehensif, ditujukan kepada individu, kelompok dan masyarakat baik sehat maupun sakit yang mencakup
seluruh daur kehidupan manusia.
Keperawatan merupakan ilmu terapan yang menggunakan keterampilan intelektual, keterampilan teknikal dan
keterampilan interpersonal serta menggunakan proses keperawatan dalam membantu klien untuk mencapai
tingkat kesehatan optimal.

Rumusan Masalah

1.1 Apakah Tugas dan fungsi serta Tanggungjawab Perawat UGD

1.2 Apakah Tugas dan fungsi serta tanggungjawab Perawat Kamar Operasi

1.3 Apakah Tugas dan fungsi serta tanggungjawab Perawat Anastesi

1.4 Apakah Tugas dan fungsi serta tanggungjawab Perawat ICU

Tujuan Makalah

1.1  Untuk mengetahui/menjelaskan Tugas dan fungsi serta tanggungjawab Perawat

UGD

1.2   Untuk mengetahui/menjelaskan Tugas dan fungsi serta tanggungjawab Perawat

Kamar Operasi

1.3 Untuk mengetahui/menjelaskan Tugas dan fungsi serta tanggungjawab Perawat

Anastesi
1.4 Untuk mengetahui/menjelaskan Tugas dan fungsi serta tanggungjawab Perawat

ICU

BAB II

PEMBAHASAN

Perawat UGD

     1.1 Tugas Utama

Menerima datangnya pasien

Mencatat identitas dan keluhan-keluhan dari pasien / keluarga

Melakukan analisis penyakit atau keluhan pasien

Memberi tindakan perawatan gawat darurat awal yang tepat

Mengevaluasi tindakan perawatan yang telah diberikan.

Membuat catatan asuhan keperawatan segera setelah tindakan keperawatan diberikan

Merujuk pasien untuk melakukan perawatan inap atau ke spesialis tertentu.

     1.2 Tugas Tambahan

Membantu Bidan dalam persalinan ibu hamil bila keadaan darurat

Membantu tugas perawat lain bila ada perawat yang tidak masuk

     1.3 Tugas Insidental

Menjadi relawan sebagai perawat umum pada situasi tanggap darurat di lokasi bencana alam, kebakaran, dan
kecelakaan

     1.4 Wewenang

Memperoleh data yang lengkap tentang identitas dan keluhan pasien

Mencatat identitas dan keluhan pasien secara lengkap

Memberikan tindakan perawatan yang tepat sesuai kemampuan, pengetahuan dan

keterampilan yang dimiliki serta standar asuhan keperawatan.

Bekerja secara tim dalam memberikan tindakan keperawatan

Melimpahkan tugas bila meninggalkan tempat kerja atau ada pergantian shift

kerja

Memberikan rujukan kepada pasien untuk rawat inap atau ke spesialis tertentu.

   1.5 Tanggung Jawab

Menjunjung tinggi harkat dan martabat, keunikan, dan tidak terpengaruh oleh

pertimbangan kebangsaan, kesukuan, warna kulit, umur, jenis kelamin, aliran

politik dan agama yang dianut serta kedudukan sosial dari pasien.

Bertanggungjawab kepada pasien yang membutuhkan tindakan keperawatan baik


darurat maupun tidak di UGD.

Wajib merahasiakan segala sesuatu yang diketahui sehubungan dengan tugas yang

dipercayakan kepadanya kecuali jika diperlukan oleh yang berwenang sesuai

dengan ketentuan hukum yang berlaku.

Memelihara mutu pelayanan keperawatan yang tinggi disertai kejujuran profesional

dalam menerapkan pengetahuan serta keterampilan keperawatan sesuai dengan

kebutuhan klien.

Membuat keputusan berdasarkan pada informasi yang adequat dan

mempertimbangkan kemampuan serta kualifikasi seseorang bila melakukan

konsultasi, menerima delegasi dan memberikan delegasi kepada orang lain.

Menjunjung tinggi nama baik profesi keperawatan dengan selalu menunjukan

perilaku profesional.

1.6 Fungsi  Jabatan

Memenuhi kebutuhan dasar manusia seperti pemenuhan kebutuhan fisiologis

(pemenuhan kebutuhan oksigenasi, cairan dan elektrolit, nutrisi, kebutuhan aktivitas,

dan lain-lain) dan pemenuhan kebutuhan keamanan dan kenyamanan di UGD.

Melaksanakan kegiatannya atas pesan atau instruksi dari perawat lain sebagai

tindakan pelimpahan tugas yang diberikan.

Bekerja sama secara tim dalam memberikan pelayanan keperawatan di UGD.

Perawat Kamar Operasi

Peran perawat di kamar operasi berdasarkan fungsi dan tugasnya terbagi 3 yaitu :

Perawat administrative

Perawat pada pembedahan

Perawat pada anestesi

Pada parktiknya, peran perawat perioperatif dipengaruhi oleh beberapa faktor :

Lama pengalaman

Lamanya pengalaman bertugas dikamar operasi, terutama pada kamar pembedahan khusus, seperti sebagai
perawat instrumen di kamar bedah saraf, onkologi, ginekologi, dan lain lain akan memberikan dampak yang besar
terhadap peran perawat dalam menentukan hasil pembedahan.

Kekuatan dan ketahanan fisik

Beberapa jenis pembedahan, seperti bedah saraf, toraks, kardiovaskular, atau spina memerlukan waktu operasi
yang panjang. Pada kondisi tersebut, perawat instrumen harus berdiri dalam waktu lama dan dibutuhkan tingkat
konsentrasi yang tinggi. Oleh karena itu, agar mengikuti jalannya pembedahan secara optimal, dibutuhkan
kekuatan dan ketahanan fisik yang baik.

Keterampilan
Keterampilan terdiri atas keterampilan psikomotor, manual, dan interpersonal yang kuat. Agar dapat mengikuti
setiap jenis pembedahan yang berbeda-beda, perawat instrumen diharapkan mampu untuk mengintegrasikan
antara keterampilan yang dimiliki dengan keinginan dari operator bedah pada setiap tindakan yang dilakukan
dokter bedah dan asisten bedah. Hal ini akan memberikan tantangan tersendiri pada perawat untuk
mengembangkan keterampilan psikomotor mereka agar bisa mengikuti jalannya pembedahan.

Sikap professional

Pada kondisi pembedahan dengan tingkat kerumitan yang tinggi, timbul kemungkinan perawat melakukan
kesalahan saat menjalankan perannya. Perawat harus bersikap professional, dan mau menerima teguran.
Kesalahan yang dilakukan oleh salah satu peran akan berdampak pada keseluruhan proses dan hasilpempedahan.

Pengetahuan

Yaitu pengetahuan tentang prosedur tetap yang digunakan institusi. Perawat menyesuaikan peran yang akan
dijalankan dengan kebijakan dimana perawat tersebut bekerja. Pengetahuan yang optimal tentang prosedur tetap
yang berlaku akan memberikan arah pada peran yang dilaksanakan.

Perawat Anestesi

Perawat anestesi adalah perawat dengan pendidikan perawat khusus anestesi. Peran utama sebagai perawat
anestesi pada tahap praoperatif adalah memastikan identitas pasien yang akan dibius dan melakukan medikasi
praanestesi. Kemudian pada tahap intraoperatif bertanggung jawab terhadap manajemen pasien, instrumen dan
obat bius membantu dokter anestesi dalm proses pembiusan sampai pasien sadar penuh setelah operasi.

Pada pelaksanaannnya saat ini, perawat anestesi berperan pada hampir seluruh pembiusan umum. Perawat
anestesi dapat melakukan tindakan prainduksi, pembiusan umum, dan sampai pasien sadar penuh diruang
pemulihan.

Peran dan tanggung jawab perawat anestesi secara spesifik antara lain :

1)      Menerima pasien dan memastikan bahwa semua pemeriksaan telah dilaksanakan sesuai

peraturan institusi

2)      Melakukan pendekatan holistik  dan menjelaskan perihal tindakan prainduksi

3)      Manajemen sirkulasi dan suplai alat serta obat anestesi

4)      Pengaturan alat-alat pembiusan yang telah digunakan.

5)     Memeriksa semua peralatan anestesi (mesin anestesi, monitor dan lainnya) sebelum memulai proses operasi.

6)      Mempersiapkan jalur intravena dan arteri, menyiapkan pasokan obat anestesi, spuit, dan jarum yang akan
digunakan; dan secara umum bertugas sebagai tangan kanan ahli anestesi, terutama selama induksi dan ektubasi.

7)      Membantu perawat sirkulasi memindahkan pasien serta menempatkan tim bedah setelah pasien ditutup duk
dan sesudah operasi berjalan.

8)      Berada di sisi pasien selama pembedahan, mengobservasi, dan mencatat status tanda-tanda vital, obat-
obatan, oksigenasi, cairan, tranfusi darah, status sirkulasi, dan merespon tanda komplikasi dari operator bedah.

9)     Memberikan segala sesuatu yang dibutuhkan ahli anestesi untuk melakukan suatu prosedur (misalnya
anestesi local, umum, atau regional)

10)  Member informasi dan bantuan pada ahli anestesi setiap terjadi perubahan status tanda-tand vital

pasien atau penyulit yang mungkin mengganggu perkembangan kondisi pasien.

11)  Menerima dan mengirim pasien baru untuk masuk ke kamar prainduksi dan menerima pasien di

ruang pemulihan .
Perawat ICU

Intensive Care Unit (ICU) adalah suatu bagian dari rumah sakit yang terpisah, dengan staf khusus dan perlengkapan
yang khusus, yang ditujukan untuk observasi, perawatan dan terapi pasien-pasien yang menderita penyakit, cedera
atau penyulit-penyulit yang mengancam jiwa atau potensial mengancam jiwa dengan prognosis dubia. ICU
menyediakan kemampuan dan sarana, prasarana serta peralatan khusus untuk menunjang fungsifungsi vital
dengan menggunakan keterampilan staf medik, perawat dan staf lain yang berpengalaman dalam pengelolaan
keadaan-keadaan tersebut.

Tugas Perawat ICU

Identifikasi masalah

Observasi 24 jam

Kardio vaskuler : peredaran darah, nadi, EKG, perfusi periver, CVP

Respirasi : menghitung pernafasan , setting ventilator, menginterprestasikan hasil BGA,

keluhan dan pemeriksaan fisik dan foto thorax.

Ginjal : jumlah urine tiap jam, jumlah urine selama 24 jam

Pencernaan : pemeriksaan fisik, cairan lambung, intake oral, muntah , diare

Tanda infeksi : peningkatan suhu tubuh/penurunan (hipotermi), pemeriksaan kultuur,

berapa lama antibiotic diberikan

Nutrisi klien : enteral, parenteral

Mencatat hasil lab yang abnormal.

Posisi ETT dikontrol setiap saat dan pengawasan secara kontinyu seluruh proses perawatan

 
 

TUGAS
MAKALAH
KONSEP DASAR KEPERAWATAN 1

Oleh :
Samuel kadi wanno
2016610079

FAKULTAS ILMU KESEHATAN


PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN
UNIVERSITAS TRIBHUWANA TUNGGADEWI
MALANG
2020
KATA PENGANTAR

              Rasa Syukur Alhamdulillah yang sedalam - dalamnya kami panjatkan kehadirat Allah
Yang Maha Kuasa karena hanya dengan rahmat dan petunjuk-Nya lah kami dapat menyelesaikan
penulisan makalah ini.
Menyadari akan keterbatasan kemampuan kami, maka dalam hal ini kami mengharap kritik dan
saran membangun.

Besar harapan kami semoga penulisan makalah ini dapat memenuhi syarat.
Mudah-mudahan hasil dari tugas makalah ini dapat menjadi referensi yang bermanfaat bagi kita
sekalian, Amin.
Malang, Agustus 2020

Penulis
                                                                                        
DAFTAR ISI

Kata Pengantar...............................................................................................i
Daftar Isi........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 .Latar Belakang........................................................................................1
1.2  Rumusan Masalah...................................................................................1
1.3  Tujuan ..........................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN
2.1  Pengertian Caring Secara Umum..................................................................2
2.2  Perbedaan Caring dan Curing.......................................................................5
2.3 Perilaku Caring Yang Dapat Ditemui Dalam Tatanan Keperawatan......7
2.4 Pengertian Transcultural Nursing............................................................9
2.5 contoh-contoh aplikasi traskultural nursing pada beberapa
masalah kesehatan.........................................................................................11
BAB III PENUTUP
3.1. Kesimpulan.............................................................................................18
3.2 Saran.......................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA

No. 1. Makalah Caring


BAB I
PENDAHULUAN
1.1 .Latar Belakang
Di era globalisasi ini,segala bidang kehidupan sedang mengalami perkembangan bahkan
kemajuan.Salah satunya adalah bidang pelayanan kesehatan.bidang pelayanan kesehatan tidak
hanya sarana dan prasarana yang mengalami kemajuan,tetapi juga profesionalisme dari tenaga
kesehatan.
Lingkungan kesehatan seperti rumah sakit,perawat akan berhadapan dengan klien dan tenaga
kesehatn lainnya.Oleh karena itu,Perawat harus terus meningkatkan profesionalismenya,
 yaitu meningkatkan perilaku caring.Caring bukan semata-mata perilaku. Caring adalah cara
yang memiliki makna dan memotivasi tindakan. Caring juga didefinisikan sebagai tindakan yang
bertujuan memberikan asuhan fisik dan memperhatikan emosi sambil meningkatkan rasa aman
dan keselamatan klien (Carruth et all, 1999).

1.2  Rumusan Masalah


1. Apakah Pengertian caring consept secara umum dalam keperawatan ?
2. Bagaimana perbedaan antara caring dan curing consept ?
3. Apasaja prilaku  caring yang dapat ditemui dalam tatanan pelayanan kesehatan?
4. Apa pengertian transkultural nursing ?
5. Apasaja contoh-contoh aplikasi traskultural nursing pada beberapa masalah                 
kesehatan ?  

1.3  Tujuan
Makalah ini disusun dalam rangka menyelesaikan tugas mata kuliah Konsep Dasar
Keperawatan I, menambah wawasan tentang Konsep Caring di Sepanjang Rentang Kehidupan,
agar kami mahasiswa mengerti tentang bagaimana perilaku caring dalam proses dan praktik
keperawatan, dan sebagai salah satu sarana belajar mahasiswa.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1  Pengertian Caring Secara Umum


Secara bahasa, istilah caring diartikan sebagai tindakan
kepedulian. Caring secara umum dapat diartikan sebagai suatu kemampuan untuk berdedikasi
bagi orang lain, pengawasan dengan waspada, serta suatu perasaaan empati pada orang lain dan
perasaan cinta atau menyayangi.
Pengertian caring berbeda dengan care. Care adalah fenomena yang berhubungan dengan
orang berhubungan dengan bimbingan, bantuan, dukungan perilaku kepada individu, keluarga,
kelompok dengan adanya kejadian untuk memenuhi kebutuhan aktual maupun potensial untuk
meningkatkan kondisi dan kualitas kehidupan manusia. Sedangkan caring adalah tindakan nyata
dari care yang menunjukkan suatu rasa kepedulian.
Terdapat beberapa pengertian caring menurut beberapa ahli, antara lain :
 Florence nightingale (1860) : caring adalah tindakan yang menunjukkan pemanfaatan
lingkungan pasien dalam membantu penyembuhan, memberikan lingkungan bersih, ventilasi
yang baik dan tenang kepada pasien.
 Delores gaut (1984) : caring tidak mempunyai pengertian yang tegas, tetapi ada tiga makna
dimana ketiganya tidak dapat dipisahkan, yaitu perhatian, bertanggung jawab, dan ikhlas.
Crips dan Taylor (2001) : caring merupakan fenomena universal yang mempengaruhi
bagaimana seseorang berpikir, merasakan, dan berperilaku dalam hubungannya dengan orang
lain.
Rubenfild (1999) : caring yaitu memberikan asuhan, tanggunggung jawab, dan ikhlas.
Crips dan Taylor (2001) : caring merupakan fenomena universal yang mempengaruhi bagaimana
seseorang berpikir, merasakan, dan berperilaku dalam hubungannya dengan orang lain.
 Rubenfild (1999) : caring yaitu memberikan asuhan, dukungan emosional pada klien, keluarga,
dan kerabatnya secara verbal maupun nonverbal.
Jean watson (1985) : caring merupakan komitmen moral untuk melindungi, mempertahankan,
dan meningkatkan emosional pada klien, keluarga, dan kerabatnya secara verbal maupun
nonverbal.
Jean watson (1985) : caring merupakan komitmen moral untuk melindungi, mempertahankan,
dan meningkatkan martabat manusia.
Dari beberapa pengertian tersebut, dapat dipersingkat bahwa pengertian caring secara umum
adalah suatu tindakan moral atas dasar kemanusiaan, sebagai suatu cerminan perhatian, perasaan
empati dan kasih sayang kepada orang lain, dilakukan dengan cara memberikan tindakan nyata
kepedulian, dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas dan kondisi kehidupan orang tersebut.
Caring merupakan inti dari keperawatan.

Persepsi Klien Tentang Caring


Penelitian tentang persepsi klien penting karena pelayanan kesehatan merupakan fokus
terbesar dari tingkat kepuasan klien. Jika klien merasakan penyelenggaraan pelayanan kesaehatan
bersikap sensitif, simpatik, merasa kasihan, dan tertarik terhadap mereka sebagai individu,
mereka biasanya menjadi teman sekerja yang aktif dalam merencanakan perawatan ( Attree,
2001 ). Klien dalam penelitian ini menunjukkan bahwa mereka semakin puas saat perawat
melakukan caring.
Biasanya klien dan perawat melakukan persepsi yang berbeda tentang caring ( Mayer, 1987;
Wolf, Miller, dan Devine, 2003 ). Untuk alasan tersebut, fokuskan pada membangun suatu
hubungan yang membuat perawat mengetahui apa yang penting bagi klien. Contoh, perawat
mempunyai klien yang takut untuk dipasang kateter intravena, perawat tersebut adalah perawat
yang belum terampil dalam memasukkan kateter intravena. Perawat tersebut memutuskan bahwa
klien akan lebih diuntungkan jika dibantu oleh perawat yang sudah terampil daripada
memberikan penjelasan prosedur untuk mengurangi kecemasan. Dengan mengetahui siapa klien,
dapat membantu perawat dalam memilih pendekatan yang paling sesuai dengan kebutuhan klien.

Etika Pelayanan
Watson ( 1988 ) menyarankan agar caring sebagai suatu sikap moral yang ideal, memberikan
sikap pendirian terhadap pihak yang melakukan intervensi seperti perawat. Sikap pendirian ini
perlu untuk menjamin bahwa perawat bekerja sesuai standar etika untuk tujuan dan motivasi
yang baik. Kata etika merujuk pada kebiasaan yang benar dan yang salah. Dalam setiap
pertemuan dengan klien, perawat harus mengetahui kebiasaan apa yang sesuai secara etika. Etika
keperawatan bersikap unik, sehingga perawat tidak boleh membuat keputusan hanya berdasarkan
prinsip intelektual atau analisis.
Etika keperawatan berfokus pada hubungan antara individu dengan karakter dan sikap
perawat terhadap orang lain. Etika keperawatan menempatkan perawat sebagai penolong klien,
memecahkan dilema etis dengan cara menghadirkan hubungan dan memberikan prioritas kepada
klien dengan kepribadian khusus.

Nurse Caring Behavior
1. Persepsi klien wanita ( Riemen, 1986 )
v  Berespon terhadap keunikan klien
v  Memahami dan mendukung perhatian klien
v  Hadir secara fisik
v  Memiliki sikap dan menunjukkan prilaku yang membuat klien merasa dihargai sebagai manusia
v  Kembali ke klien dengan sukarela tanpa diminta
v  Menunjukkan perhatian yang memberi kenyamanan dan merelaksasi klien
v  Bersuara halus dan lembut
v  Memberi perasaan nyaman
2. Persepsi klien pria ( Riemen, 1986 )
v  Hadir secara fisik sehingga klien merasa dihargai
v  Kembali ke klien dengan sukarela tanpa diminta
v  Membuat klien merasa nyaman, relaks, dan aman
v  Hadir untuk memberi kenyamanan dan memenuhi kebutuhan klien sebelum diminta
v  Menggunakan suara dan sikap yang baik, halus, lembut dan menyenangkan
3. Persepsi klien kanker dan keluarga ( Mayer, 1986 )
v  Mengetahui bagaimana memberikan injeksi dan mengelola peralatan
v  Bersikap ceria
v  Mendorong klien untuk menghubungi perawat bila klien mempunyai masalah
v  Mengutamakan atau mendahulukan kepentingan klien
v  Mengantisipasi pengalaman pertama adalah yang terberat.

4. Persepsi klien dewasa yang dirawat ( Brown, 1986 )


v  Kehadirannya menentramkan hati
v  Memberikan informasi
v  Mendemonstrasikan pengetahuan dan keterampilan profesional
v  Mampu menangani nyeri atau rasa sakit
v  Memberi waktu yang lebih banyak dari yang dibutuhkan
v  Mempromosikan otonomi
v  Mengenali kualitas dan kebutuhan individual
v  Selalu mengawasi klien

5. Persepsi dari keluarga


v  Jujur
v  Memberikan penjelasan dengan jelas
v  Selalu menginformasikan keluarga
v  Mencoba untuk membuat klien nyaman
v  Menunjukkan minat dalam menjawab pertanyaan
v  Memberikan perawatan emergensi bila perlu
v  Menjawab pertanyaan anggota keluarga secara jujur, terbuka dan ikhlas
v  Mengijinkan klien melakukan sesuatu untuk dirinya sebisa mungkin
v  Mengajarkan keluarga cara memelihara kondisi fisik yang lebih nyaman

2.2  Perbedaan Caring dan Curing


Keperawatan sebagai suatu profesi dan berdasarkan pengakuan masyarakat adalah ilmu
kesehatan tentang asuhan atau pelayanan keperawatan atau The Health Science of
Caring (Lindberg,1990:40). Secara bahasa, caring dapat diartikan sebagai tindakan kepedulian
dan curing dapat diartikan sebagai tindakan pengobatan. Namun, secara istilah caring dapat
diartikan memberikan bantuan kepada individu atau sebagai advokasi pada individu yang tidak
mampu memenuhi kebutuhan dasarnya. Sedangkan curing adalah upaya kesehatan dari kegiatan
dokter dalam prakteknya untuk mengobati klien. Dalam penerapannya,
konsep caring dan curing mempunyai beberapa perbedaan, diantaranya:
1. Caring merupakan tugas primer perawat dan curing adalah tugas sekunder. Maksudnya
seorang perawat lebih melakukan tindakan kepedulian terhadap klien daripada memberikan
tindakan medis. Oleh karena itu, caring lebih identik dengan perawat.
2. Curing merupakan tugas primer seorang dokter dan caring adalah tugas sekunder.
Maksudnya seorang dokter lebih melibatkan tindakan medis tanpa melakukan tindakan caring
yang berarti. Oleh karena itu, curing lebih identik dengan dokter.
3. Dalam pelayanan kesehatan klien yang dilakukan perawat, ¾ nya adalah caring dan ¼ nya
adalahcuring.
4. Caring bersifat lebih “Healthogenic” daripada curing.
Maksudnya caring lebih menekankan pada peningkatan kesehatan daripada pengobatan. Di
dalam praktiknya, caring mengintegrasikan pengetahuan biofisik dan pengetahuan perilaku
manusia untuk meningkatkan derajat kesehatan dan untuk menyediakan pelayanan bagi mereka
yang sakit.
5. Tujuan caring adalah membantu pelaksanaan rencana pengobatan/terapi dan membantu
klien beradaptasi dengan masalah kesehatan, mandiri memenuhi kebutuhan dasarnya, mencegah
penyakit, meningkatkan kesehatan dan meningkatkan fungsi tubuh sedangkan
tujuan curing adalah menentukan dan menyingkirkan penyebab penyakit atau mengubah problem
penyakit dan penanganannya.
6. Diagnosa dalam konsep curing dilakukan dengan mengungkapkan penyakit yang diderita
sedangkan diagnosa dalam konsep caring dilakukan dengan identifikasi masalah dan penyebab
berdasarkan kebutuhan dan respon klien.

2.3 Perilaku Caring Yang Dapat Ditemui Dalam Tatanan Keperawatan


Caring bukanlah sesuatu yang dapat diajarkan, tetapi merupakan hasil dari kebudayaan, nilai-
nilai, pengalaman, dan dari hubungan dengan orang lain. Sikap keperawatan yang berhubungan
dengancaring adalah kehadiran, sentuhan kasih sayang, mendengarkan, memahami klien, caring
dalam spiritual, dan perawatan keluarga.

1. Kehadiran
Kehadiran adalah suatu pertemuan antara seseorang dengan seseorang lainnya yang
merupakan sarana untuk mendekatkan diri dan menyampaikan manfaat caring. Menurut
Fredriksson (1999), kehadiran berarti “ada di” dan “ada dengan”. “Ada di” berarti kehadiran
tidak hanya dalam bentuk fisik, melainkan juga komunikasi dan pengertian. Sedangkan “ada
dengan” berarti perawata selalu bersedia dan ada untuk klien (Pederson, 1993). Kehadiran
seorang perawat membantu menenangkan rasa cemas dan takut klien karena situasi tertekan.

2. Sentuhan
Sentuhan merupakan salah satu pendekatan yang menenangkan dimana perawat dapat
mendekatkan diri dengan klien untuk memberikan perhatian dan dukungan. Ada dua jenis
sentuhan, yaitu sentuhan kontak dan sentuhan non-kontak. Sentuhan kontak merupakan sentuhan
langsung kullit dengan kulit. Sedangkan sentuhan non-kontak merupakan kontak mata. Kedua
jenis sentuhan ini digambarkn dalam tiga kategori :
a) Sentuhan Berorientasi-tugas
Saat melaksanakan tugas dan prosedur, perawat menggunakan sentuhan ini. Perlakuan yang
ramah dan cekatan ketika melaksanakan prosedur akan memberikan rasa aman kepada klien.
Prosedur dilakukan secara hati-hati dan atas pertimbangan kebutuhan klien.
b) Sentuhan Pelayanan (Caring)
Yang termasuk dalam sentuhan caring adalah memegang tangan klien, memijat punggung klien,
menempatkan klien dengan hati-hati, atau terlibat dalam pembicaraan (komunikasi non-verbal).
Sentuhan ini dapat mempengaruhi keamanan dan kenyamanan klien, meningkatkan harga diri,
dan memperbaiki orientasi tentang kanyataan (Boyek dan Watson, 1994).
c) Sentuhan Perlindungan
Sentuhan ini merupakan suatu bentuk sentuhan yang digunakan untuk melindungi perawat
dan/atau klien (fredriksson, 1999). Contoh dari sentuhan perlindungan adalah mencegah
terjadinya kecelakaan dengan cara menjaga dan mengingatkan klien agar tidak terjatuh.
Sentuhan dapat menimbulkan berbagai pesan, oleh karena itu harus digunakan secara bijaksana.
3. Mendengarkan
Untuk lebih mengerti dan memahami kebutuhan klien, mendengarkan merupakan kunci, sebab
hal ini menunjukkan perhatian penuh dan ketertarikan perawat. Mendengarkan membantu
perawat dalam memahami dan mengerti maksud klien dan membantu menolong klien mencari
cara untuk mendapatkan kedamaian.
4. Memahami klien
Salah satu proses caring menurut Swanson (1991) adalah memahami klien. Memahami klien
sebagai inti suatu proses digunakan perawat dalam membuat keputusan klinis. Memahami klien
merupakan pemahaman perawat terhadap klien sebagai acuan melakukan intervensi berikutnya
(Radwin,1995). Pemahaman klien merupakan gerbang penentu pelayanan sehingga, antara klien
dan perawat terjalin suatu hubungan yang baik dan saling memahami.
5. Caring Dalam Spiritual
Kepercayaan dan harapan individu mempunyai pengaruh terhadap kesehatan fisik seseorang.
Spiritual menawarkan rasa keterikatan yang baik, baik melalui hubungan intrapersonal atau
hubungan dengan dirinya sendiri, interpersonal atau hubungan dengan orang lain dan lingkungan,
serta transpersonal atau hubungan dengan Tuhan atau kekuatan tertinggi.
Hubungan caring terjalin dengan baik apabila antara perawat dan klien dapat memahami satu
sama lain sehingga keduanya bisa menjalin hubungan yang baik dengan melakukan hal seperti,
mengerahkan harapan bagi klien dan perawat; mendapatkan pengertian tentang gejala, penyakit,
atau perasaan yang diterima klien; membantu klien dalam menggunakan sumber daya sosial,
emosional, atau spiritual; memahami bahwa hubungan caring menghubungkan manusia dengan
manusia, roh dengan roh.
6. Perawatan Keluarga
Keluarga merupakan sumber daya penting. Keberhasilan intervensi keperawatan sering
bergantung pada keinginan keluarga untuk berbagi informasi dengan perawat untuk
menyampaikan terapi yang dianjurkan. Menjamin kesehatan klien dan membantu keluarga untuk
aktif dalam proses penyembuhan klien merupakan tugas penting anggota keluarga. Menunjukkan
perawatan keluarga dan perhatian pada klien membuat suatu keterbukaan yang kemudian dapat
membentuk hubungan yang baik dengan anggota keluarga klien.
2.4 Pengertian Transcultural Nursing
Transcultural Nursing adalah suatu keilmuwan budaya pada proses belajar dan praktek
keperawatan yang fokus memandang perbedaan dan kesamaan diantara budaya dengan
menghargai asuhan, sehat dan sakit didasarkan pada nilai budaya manusia, kepercayaan dan
tindakan, dan ilmu ini digunakan untuk memberikan asuhan keperawatan khususnya budaya atau
keutuhan budaya kepada manusia (Leininger, 2002).
Konsep Transcultural Nursing
Keperawatan transkultural adalah ilmu dan kiat yang humanis yang difokuskan pada
prilaku individu atau kelompok, serta proses untuk mempertahankan atau meningkatkan perilaku
sehat dan perilaku sakit secara fisik dan psikokultural sesuai latar belakang budaya. (Leininger,
2002).
Konsep Utama Transcultural Nursing:
Care : perawat memberikan bimbingan dukungan kepada klien à untuk meningkatkan kondisi
klien
Caring : tindakan  mendukung, berbentuk aksi atau tindakan  
Culture : perawat mempelajari, saling share/berbagi pemahaman tentang kepercayaan dan budaya
klien
Cultural care : kemampuan kognitif untuk mengetahui nilai, norma/ kepercayaan
Nilai kultur : keputusan/kelayakan  untuk bertindak
Perbedaan kultur : berupa variasi-variasi pola nilai yang ada di masyarakat mengenai
keperawatan
Cultural care university : hal-hal umum dalam sistem nilai, norma dan budaya
Etnosentris : keyakinan ide, nilai, norma, kepercayaan lebih tinggi dari yang lain
Cultural Imposion : kecenderungan tenaga kesehatan memaksakan kepercayaan kepada klien
Peran dan Fungsi Transkultural
Budaya mempunyai pengaruh luas terhadap kehidupan individu . Oleh sebab itu , penting
bagi perawat mengenal latar belakang budaya orang yang dirawat ( Pasien ) . Misalnya kebiasaan
hidup sehari – hari , seperti tidur , makan , kebersihan diri , pekerjaan , pergaulan social , praktik
kesehatan , pendidikan anak  ekspresi perasaan , hubungan kekeluargaaan , peranan masing –
masing orang menurut umur . Kultur juga terbagi dalam sub – kultur .
Subkultur adalah kelompok pada suatu kultur yang tidak seluruhnya mengaanut pandangan
keompok kultur yang lebih besar atau memberi makna yang berbeda . Kebiasaan hidup juga
saling berkaitan dengan kebiasaan cultural.
Nilai – nilai budaya Timur , menyebabkan sulitnya wanita yang hamil mendapat pelayanan dari
dokter pria . Dalam beberapa setting , lebih mudah menerima pelayanan kesehatan pre-natal dari
dokter wanita dan bidan . Hal ini menunjukkan bahwa budaya Timur masih kental dengan hal –
hal yang dianggap tabu.
Dalam tahun – tahun terakhir ini , makin ditekankan pentingknya pengaruh kultur terhadap
pelayanan perawatan . Perawatan Transkultural merupakan bidang yang relative baru ; ia
berfokus pada studi perbandingan nilai – nilai dan praktik budaya tentang kesehatan dan
hubungannya dengan perawatannya . Leininger ( 1991 ) mengatakan bahwa transcultural nursing
merupakan suatu area kajian ilmiah yang berkaitan dengan perbedaan maupun kesamaan nilai –
nilai budaya ( nilai budaya yang berbeda ras , yang mempengaruhi pada seseorang perawat saat
melakukan asuhan keperawatan kepada pasien. Perawatan transkultural adalah berkaitan dengan
praktik budaya yang ditujukan untuk pemujaan dan pengobatan rakyat (tradisional) . Caring
practices adalah kegiatan perlindungan dan bantuan yang berkaitan dengan kesehatan.
Menurut Dr. Madelini Leininger , studi praktik pelayanan kesehatan transkultural adalah
berfungsi untuk meningkatkan pemahaman atas tingkah laku manusia dalam kaitan dengan
kesehatannya . Dengan mengidentifikasi praktik kesehatan dalam berbagai budaya ( kultur ) ,
baik di masa lampau maupun zaman sekarang akan terkumpul persamaan – persamaan . Lininger
berpendapat , kombinasi pengetahuan tentang pola praktik transkultural dengan kemajuan
teknologi dapat menyebabkan makin sempurnanya pelayanan perawatan dan kesehatan orang
banyak dan berbagai kultur.

2.5 contoh-contoh aplikasi traskultural nursing pada beberapa masalah kesehatan


1. Aplikasi transkultural pada masalah penyakit kronik
Penyakit kronik adalah penyakit yang timbul bukan secara tiba-tiba, melainkan akumulasi
dari sesuatu penyakit hingga akhirnya menyebabkan penyakit itu sendiri. (Kalbe medical portal)
Penyakit kronik ditandai banyak penyebab. Contoh penyakit kronis adalah diabetes, penyakit
jantung, asma, hipertensi dan masih banyak lainnya. Ada hubungan antara penyakit kronis
dengan depresi. Depresi adalah kondisi kronis yang mempengaruhi pikiran seseorang, perasaan
dan perilaku sehingga sulit untuk mengatasi peristiwa kehidupan sehari-hari.  Seseorang yang
menderita depresi memiliki kemungkinan lebih tinggi menderita penyakit kronis seperti diabetes,
penyakit jantung atau asma. Penyebab depresi itu sendiri kompleks, terkait dengan lingkungan
interaksi seseorang maupun kepribadiaannya sendiri. Beberapa faktor penyebab umum adalah:

Berbagai
• Faktor herediter • Trauma 
jenis • Isolasi atau kesepian • Pengangguran depresi
•  konflik Keluarga • Kesulitan penyelesaian
• Stres • Nyeri

memerlukan cara yang berbeda dalam jenis pengobatannya. Untuk depresi ringan, dapat
dianjurkan untuk melakukan kegiatan-kegiatan tertentu. Dalam kasus depresi parah, dianjurkan
untuk mengkonsumsi obat dan psikoterapi. Salah satu pendekatan yang muncul menjadi lebih
umum untuk segala bentuk depresi adalah manajemen diri. Manajemen diri mengacu pada
strategi orang menggunakan untuk berurusan dengan kondisi mereka. Dimana seseorang
melibatkan tindakan, sikap atau tujuan dalam mengambil atau membuat keputusan untuk
mempertahankan dan meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan.
      Pengobatan terhadap penyakit kronik yang telah dilakukan di masyarakat saat ini amat
beragam. Tidak dapat dipungkiri bahwa sistem pengobatan tradisional juga merupakan sub unsur
kebudayaan masyarakat sederhana yang telah dijadikan sebagai salah satu cara pengobatan.
Pengobatan inilah yang juga menjadi aplikasi dari transkultural dalam mengobati suatu penyakit
kronik. Pengobatan tradisional ini dilakukan berdasarkan budaya yang telah diwariskan turun-
temurun. Beberapa contohnya adalah sebagai berikut:
1.            Masyarakat negeri Pangean lebih memilih menggunakan ramuan dukun untuk
menyembuhkan penyakit TBC, yaitu daun waru yang diremas dan airnya dimasak sebanyak
setengah gelas.
2.     Masyarakat di Papua percaya bahwa penyakit malaria dapat disembuhkan dengan cara minta
ampun kepada penguasa hutan lalu memetik daun untuk dibuat ramuan untuk diminum dan
dioleskan ke seluruh tubuh.
3.      Masyarakat Jawa memakan pisang emas bersamaan dengan kutu kepala (Jawa: tuma) tiga kali
sehari untuk pengobatan penyakit kuning.
      Pengobatan tradisional yang sering dipakai berupa pemanfaatan bahan-bahan herbal. Herba
sambiloto menjadi sebuah contoh yang khasiatnya dipercaya oleh masyarakat dapat mengobati
penyakit-penyakit kronik, seperti hepatitis, radang paru (pneumonia), radang saluran nafas
(bronchitis), radang ginjal (pielonefritis), radang telinga tengah (OMA), radang usus buntu,
kencing nanah (gonore), kencing manis (diabetes melitus). Daun lidah budaya dan tanaman pare
juga dijadikan sebagai pengobatan herbal. Tumbuhan tersebut berkhasiat menyebuhkan diabetes
melitus.
      Tidak hanya di Indonesia, di luar negeri pun masih ada negara yang meyakini bahwa
pengobatan medis bukan satu-satunya cara mengobati penyakit kronik. Misalnya, di Afrika,
penduduk Afrika masih memiliki keyakinan tradisional tentang kesehatan dan penyakit. Mereka
menganggap bahwa obat-obatan tradisional sudah cukup untuk mengganti produk yag akan
dibeli, bahkan mereka menggunakan dukun sebagai penyembuh tradisional. Hal seperti ini juga
terjadi di Amerika, Eropa, dan Asia.
           

2.      Aplikasi transkultural pada gangguan nyeri


Nyeri adalah pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan akibat dari
kerusakan jaringan yang actual atau potensial. Nyeri adalah alasan utama seseorang untuk
mencari bantuan perawatan kesehatan. Selanjutnya, definisi nyeri menurut keperawatan adalah
apapun yang menyakitkan tubuh yang dikatakan individu yang mengalaminya, yang ada
kapanpun individu mengatakannya. Peraturan utama dalam merawat pasien nyeri adalah bahwa
semua nyeri adalah nyata, meskipun penyebabnya belum diketahui. Keberadaan nyeri adalah
berdasarkan hanya pada laporan pasien bahwa nyeri itu ada.
Aplikasi transkultural pada gangguan nyeri baik yang dilakukan oleh pasien berdasarkan
apa yang dipercaya olehnya atau yang dilakukan oleh perawat setelah melakukan pengkajian
tentang latar belakang budaya pasien adalah sebagai berikut:
a.    Dengan membatasi gerak dan istirahat. Seorang pasien yang mengalami nyeri diharuskan untuk
tidak banyak bergerak karena jika banyak bergerak dapat memperparah dan menyebabkan nyeri
berlangsung lama. Menurut pandangan umat Islam, seseorang yang menderita nyeri untuk
mengurangi tau meredakannya dengan posisi istirahat atau tidur yang benar yaitu badan lurus dan
dimiringkan ke sebelah kanan. Hal ini menurut sunah rasul. Dengan posisi tersebut diharapkan
dapat meredakan nyeri karena peredaran darah yang lancer akibat jantung yang tidak tertindih
badan sehingga dapat bekerja maksimal.
b.      Mengkonsumsi obat-obatan tradisional. Beberapa orang mempercayai bahwa ada beberapa
obat tradisional yang dapat meredakan nyeri bahkan lebih manjur dari obat yang diberikan oleh
dokter. Misalnya, obat urut dan tulang ‘Dapol Siburuk’ dari burung siburuk yang digunakan oleh
masyarakat Batak.
c.       Dengan dipijat atau semacamnya. Kebanyakan orang mempercayai dengan dipijat atau
semacamnya dapat meredakan nyeri dengan waktu yang singkat. Namun, harus diperhatikan
bahwa apabila salah memijat akan menyebabkan bertambah nyeri atau hal-hal lain yang
merugikan penderita. Dalam budaya Jawa ada yang disebut dukun pijat yang sering didatangi
orang banyak apabila mengalami keluhan nyeri misalnya kaki terkilir.
Dalam menerapkan transkultural pada gangguan nyeri harus tetap mempertahankan baik
buruknya bagi si pasien. Semua aplikasi transkultural sebaiknya dikonsultasikan kepada pihak
medis agar tidak menimbulkan hal yang tidak diinginkan.
3.  Aplikasi transkultural pada gangguan kesehatan mental
Berbagai tingkahlaku luar biasa yang dianggap oleh psikiater barat sebagai penyakit
jiwa ditemukan secara luas pada berbagai masyarakat non-barat. Adanya variasi yang luas dari
kelompok sindroma dan nama-nama untuk menyebutkannya dalam berbagai masyarakat dunia,
Barat maupun non-Barat, telah mendorong para ilmuwan mengenai tingkahlaku untuk
menyatakan bahwa penyakit jiwa adalah suatu ‘mitos’, suatu fenomena sosiologis, suatu hasil
dari angota-anggota masyarakat yang ‘beres’ yang merasa bahwa mereka membutuhkan sarana
untuk menjelaskan, memberi sanksi dan mengendalikan tingkahlaku sesama mereka yang
menyimpang atau yang berbahaya, tingkahlaku yang kadang-kadang hanya berbeda dengan
tingkahlaku mereka sendiri. Penyakit jiwa tidak hanya merupakan ‘mitos’, juga bukan semata-
semata suatu masalah sosial belaka. Memang benar-benar ada gangguan dalam pikiran, erasaan
dan tingkahlaku yang membutuhkan pengaturan pengobatan.(Edgerton 1969 : 70). Nampaknya, sejumlah
besar penyakit jiwa non-barat lebih dijelaskan secara personalistik daripada naturalistik.
Sebagaimana halnya dengan generalisasi, selalu ada hal-hal yang tidak dapat dimasukkan
secara tepat ke dalam skema besar tersebut. Kepercayaan yang tersebar luas bahwa pengalaman-
pengalaman emosional yang kuat seperti iri, takut, sedih, malu, dapat mengakibatkan penyakit,
tidaklah tepat untuk diletakkan di dalam salah satu dari dua kategori besar tersebut. Mungkin
dapat dikatakan bahwa tergantung situasi dan kondisi, kepercayaan-kepercayaan tersebut boleh
dikatakan cocok untuk dikelompokkan ke dalam salah satu kategori. Misalnya, susto, penyakit
yang disebabkan oleh ketakutan, tersebar luas di Amerika Latin dan merupakan angan-angan.
Seseorang mungkin menjadi takut karena bertemu dengan hantu, roh, setan, atau karena hal-hal
yang sepele, seperti jatuh di air sehingga takut akan mati tenggelam. Apabila agen-nya berniat
jahat, etiologinya sudah tentu bersifat personalistik. Namun, kejadian-kejadian tersebut sering
merupakan suatu kebetulan atau kecelakaan belaka bukan karena tindakan yang disengaja.
Dalam ketakutan akan kematian karena tenggelam, tidak terdapat agen-agen apa pun.
Kepercayaan-kepercayaan yang sudah dijelaskan di atas menimbulkan pemikiran-
pemikiran untuk melakukan berbagai pengobatan jika sudah terkena agen. Kebanyakan
pengobatan yang dilakukan yaitu mendatangi dukun-dukun atau tabib-tabib yang sudah
dipercaya penuh. Terlebih lagi untuk pengobatan gangguan mental, hampir seluruh masyarakat
desa mendatangi dukun-dukun karena mereka percaya bahwa masalah gangguan jiwa/mental
disebabkan oleh gangguan ruh jahat. Dukun-dukun biasanya melakukan pengobatan dengan cara
mengambil dedaunan yang dianggap sakral, lalu menyapukannya ke seluruh tubuh pasien. Ada
juga yang melakukan pengobatan dengan cara menyuruh pihak keluarga pasien untuk membawa
sesajen seperti, berbagai macam bunga atau binatang ternak.

Para ahli antropologi menaruh perhatian pada ciri-ciri psikologis shaman. Shaman adalah
seorang yang tidak stabil dan sering mengalami delusi, dan mungkin ia adalah seorang wadam
atau homoseksual.namun apabila ketidakstabilan jiwanya secara budaya diarahkan pada bentuk-
bentuk konstruktif, maka individu tersebut dibedakan dari orang-orang lain yang mungkin
menunjukkan tingkahlaku serupa, namun digolongkan sebagai abnormal oleh para warga
masyarakatnya dan merupakan subyek dari upacara-upacara penyembuhan. Dalam pengobatan,
shaman biasanya berada dalam keadaan kesurupan (tidak sadar), dimana mereka berhubungan
dengan roh pembinanya untuk mendiagnosis penyakit. para penganut paham kebudayaan
relativisme yang ekstrim menggunakan contoh shamanisme sebagai hambatan utama dalam
arguentasi mereka bahwa apa yang disebut penyakit jiwa adalah sesuatu yang bersifat
kebudayaan.
Dalam banyak masyarakat non-Barat, orang yang menunjukkan tingkahlaku abnormal
tetapi tidak bersifat galak maka sering diberi kebebasan gerak dalam masyarakat mereka,
kebutuhan mereka dipenuhi oleh anggota keluarga mereka. Namun, jika mereka mengganggu,
mereka akan dibawa ke sutu temapt di semak-semak untuk ikuci di kamrnya. Sebuah pintu
khusus (2 x 2 kaki) dibuat dalam rumah, cukup untuk meyodorkan makanan saja bagi mereka
dan sebuah pintu keluar untuk keluar masuk komunitinya.
Usaha-usaha untuk membandingkan tipe-tipe gangguan jiwa secara lintas-budaya umumnya
tidak berhasil, sebagian disebabkan oleh kesulitan-kesulitan pada tahapan penelitian untuk
membongkar apa yang diperkirakan sebagai gejala primer dari gejala sekunder. Misalnya, gejala-
gejala primer yaitu yang menjadi dasar bagi depresi. Muncul lebih dulu dan merupakan inti dari
gangguan. Gejala-gejala sekunder dilihat sebagai reaksi individu terhadap penyakitya ; gejala-
gejala tersebut berkembang karena ia berusaha untuk menyesuaikan diri dengan tingkahlakunya
yang berubah.

4. Kasus Transkultural terhadap Diabetes


1. Tinjauan Kasus
Nilai Gula Darah Normal
Kebanyakan manusia bervariasi sekitar 82-110 mg/dl pada keadaan sebelum makan. Setelah
makan akan naik sekitar 140 mg/dl. The American Diabetes Association merekomendasikan
kadar glukosa pasca-makan <180 mg/dl dan pra-makan pada kadar 90-130 mg/ dl. Pada laki-laki
dewasa sehat denagn berat 75 kg dan volume 5 liter darah, glukosa levelnya 110 mg/dl.
Pada penderita diabetes, kadar glukosa saat puasa >126 mg/ dl dan saat normal >200 mg/ dl.
a.   Masalah yang ditemukan pada kasus tersebut, diantaranya :
v  Laki-laki usia 50 tahun,
v  Pingsan saat rapat di kantornya,
v  Kadar gula darahnya mencapai 450mg/dl,
v  Dua tahun didiagnosis menderita Diabetes Mellitus tipe II,
v  Kegemukan, dan
v  Kesulitan mengatur makanannya karena kebiasaan budaya Jawanya makan makanan yang manis.

b.Analisis kasus
Ditinjau dari keadaan fisik :
-          Kegemukan
-          Kadar gula darah di atas normal
Ditinjau dari pola hidup :
-          Kurang aktivitas fisik
-          Banyak mengkonsumsi makanan mengandung gula
c.   Peran perawat
o   Memberi interferensi berupa konsultasi, penyuluhan komunitas dan pasien,bantuan
dalam menjaga pola makan dan melakukan implementasi independent dari dokter berupa
pemberian obat dan aturan pemakaian.
o   Memberikan pelayanan kesehatan selama medikasi di rumah sakit dan menjaga kondisi
kesehatan pasien agar tidak menurun bahkan meningkatkan kondisi kesehatannya.

d.   Peran dari segi transkultural


o   Memberi pendidikan kesehatan komunitas menyangkut deskripsi DM, diet dan bahayanya
o   Mengkaji jenis makanan yang biasa dikonsumsi komunitas tersebut
o   Menghimbau pola makan yang sesuai untuk diet DM dan juga dapat diterima pada budaya
pasien→dapat berupa mengganti gula yang ditolerir oleh penderita DM atau mengurangi
konsumsi gula yang biasa digunakan.

BAB III
PENUTUP

3.1.     KESIMPULAN
Pelayanan esensial yang diberikan oleh perawat terhadap individu, keluarga , kelompok dan
masyarakat yang mempunyai masalah kesehatan meliputi promotif, preventif, kuratif dan
rehabilitatif dengan menggunakan proses keperawatan untuk mencapai tingkat kesehatan yang
optimal. Keperwatan adalah suatu bentuk pelayanan professional sebagai bagian integral
pelayanan kesehatan berbentuk pelayanan biologi, psikologi, social dan spiritual secara
komprehensif, ditujukan kepada individu keluarga dan masyarakat baik sehat maupun sakit
mencakup siklus hidup manusia.
Asuhan keperawatan diberikan karena adanya kelemahan fisik maupun mental, keterbatasan
pengetahuan serta kurang kemauan menuju kepada kemampuan melaksanakan kegiatan sehari-
hari secara mandiri. Kegiatan ini dilakukan dalam upaya peningkatan kesehatan, pencegahan
penyakit, penyembuhan, pemulihan serta pemeliharaan kesehatan dengan penekanan pada upaya
pelayanan kesehatan utama (Primary Health care) untuk memungkinkan setiap orang mencapai
kemampuan hidup sehat dan produktif.

3.2 SARAN
Dalam penyusunan kurikulum pendidikan perawatan seyogyanya memasukkan unsur caring
dalam setiap mata kuliah. Penekanan pada humansitik, kepedulian dan kepercayaan, komitmen
membantu orang lain dan berbagai unsur caring yang lain harus sudah dibangun sejak perawat
dalam masa pendidikan. Selain itu perlu dilakukan sosialisasi konsep caring pada perawat guna
memberikan pemahaman yang mendalam tentang apa yang harus dilakukan perawat agar
bersikap caring dalam setiap kontak dengan pasien. Indikator-indikator caring harus dikenal dan
diaplikasikan dalam perawatan serta dievaluasi secara terus menerus.

DAFTAR PUSTAKA

 http://andaners.wordpress.com/2009/04/28/konsep-keperawatan-komunitas/
Watson, Jean. (2004). Theory of human Caring. Http: //www2.uchse.edu/son/caring
Meidiana Dwidiyanti. 2008. Keperawatan Dasar. Semarang. Hasani
 http://usfinit-engky.blogspot.com/2011/12/makalah-konsep-caring.html
  http://teguhyudi-teguhyudi.blogspot.com/2011/07/aplikasi-konsep-caring-dalam-praktek.html
No.2. Makalah Sistem Pelayanan Kesehatan

BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
      Sistem pelayanan kesehatan merupakan suatu yang sangat penting di dalam dunia kesehatan
melalui sistem ini diharapkan kualitas kesehatan khususnya di Indonesia. Melalui sistem ini
tujuan pembangunan kesehatan dapat tercapai dengan cara efektif dan tepat sasaran.
Keberhasilan sistem pelayanan kesehatan tergantung dari berbagai komponen yang masuk dalam
pelayanan kesehatan diantaranya perawat, dokter, atau tim kesehatan lain yang saling
menunjang.
      Definisi pelayanan kesehatan menurut Prof. Dr. Soekitjo Notoatmojo pelayanan kesehatan
adalah sebuah subsistem pelayanan kesehatan yang tujuan utamanya adalah pelayanan prefentif
(pencegahan) dan promotif (peningkatan kesehatan) dengan sasaran masyarakat.

Sistem ini akan memberikan kualitas pelayanan kesehatan yang efektif dengan melihat nilai-nilai
yang ada di masyarakat di harapkan perawat dapat memberikan pelayanan dengan kualitas yang
bagus.
            Dalam mempelajari system, maka terlebih dahulu harus memahami teori tentang
system akan memudahkan dalam memecahkan persoalan yang ada da;lam system. Sistem
tersebut terdiri dari subsistem yang membentuk sebuah system yang antara yang satu dengan
yang lainnya harus saling mempengaruhi.
 Dalam teori system disebutkan bahwa system itu terbentuk dari subsistem yang saling
berhubungan dan saling mempengaruhi. Bagian tersebut terdiri dari input, proses, output,
dampak, umpan balik dan lingkungan yang semuanya saling berhubungan dan saling
mempengaruhi.
<!--[if !supportLists]-->1.2  <!--[endif]--> Rumusan Masalah
<!--[if !supportLists]-->1.    <!--[endif]-->Bagaimana teori dari sistem pelayanan kesehatan?
<!--[if !supportLists]-->2.    <!--[endif]-->Bagaimana tingkat pelayanan kesehatan dari sistem
pelayanan kesehatan?
<!--[if !supportLists]-->3.    <!--[endif]-->Apa saja lembaga pelayanan kesehatan?
<!--[if !supportLists]-->4.    <!--[endif]-->Bagaimana lingkup sistem pelayanan kesehatan?
<!--[if !supportLists]-->5.    <!--[endif]-->Apakah faktor yang mempengaruhi pelayanan kesehatan?
                                                                                                                       
<!--[if !supportLists]-->1.3  <!--[endif]--> Tujuan
<!--[if !supportLists]-->1.    <!--[endif]-->Mengetahui sistem-sistem dari pelayanan kesehatan
<!--[if !supportLists]-->2.    <!--[endif]-->Mengetahui tingkatan pelayanan kesehatan dari sistem
pelayanan kesehatan
<!--[if !supportLists]-->3.    <!--[endif]-->Mengetahui beberapa lembaga yang terkait dengan
pelayanan kesehatan
<!--[if !supportLists]-->4.    <!--[endif]-->Mengetahui ruang lingkup dari sistem pelayanan kesehatan
<!--[if !supportLists]-->5.    <!--[endif]-->Mengetahui faktor yang mempengaruhi pelayanan
kesehatan
BAB II
ISI
2.1 Definisi Sistem Pelayanan Kesehatan
      Defini dari sistem pelayanan kesehatan adalah sebuah konsep dimana konsep ini memberikan
layanan kesehatan kepada masyarakat. Definisi pelayanan kesehatan menurut Prof. Dr. Soekitjo
Notoatmojo pelayanan kesehatan adalah sebuah subsistem pelayanan kesehatan yang tujuan
utamanya adalah pelayanan prefentif (pencegahan) dan promotif (peningkatan kesehatan) dengan
sasaran masyarakat. Dan menurut Level dan Loomba pelayanan kesehatan adalah upaya yang
diselenggarakan sendiri atau secara bersama-sama dalam waktu organisasi dalam memelihara
dan menigkatkan kesehatan, mencegah dan menyembuhkan penyakit serta memulihkan
kesehatan.

2.2   Teori Sistem Pelayanan kesehatan


            Teori sistem pelayanan kesehatan meliputi:
<!--[if!supportLists]-->1.   <!--[endif]-->Input
Merupakan subsistem yang akan memberikan segala masukan untuk berfungsinya sebuah
sistem, seperti system pelayanan kesehatan, maka masukan dapat berupa potensi masyarakat,
tenaga kesehatan, sarana kesehatan dan lain-lain.
<!--[if!supportLists]-->2.   <!--[endif]-->Proses
Suatu kegiatan yang berfungsi untuk mengubah sebuah masukan untuk menjadikan sebuah
hasil yang diharapkan  dari system tersebut, sebahaimana contoh dalam system pelayanan
kesehatan, maka yang dimaksud proses adalah berbagai kegiatan dalam pelayanan kasehatan.
<!--[if!supportLists]-->3.   <!--[endif]-->Output
Hasil berupa layanan kesehatan yang berkualitas, efektif dan efisien serta dapat di jangkau
oleh seluruh lapisan masyarakat sehingga pasien sembuh dan sehat optimal.
<!--[if !supportLists]-->4.    <!--[endif]-->Dampak
Merupakan akibat yang dihasilkan sebuah hasil bari system, yang terjadi relative lama
waktunya. Setelah hasil dicapai, sebagaimana dalam system pelayanan kesehatan , maka
dampaknya akan menjadikan masyarakat sehat dan mengurangi angka kesakitan dan kematian
karena pelayanan terjangkau oleh masyarakat.
<!--[if !supportLists]-->5.    <!--[endif]-->Umpan Balik
Merupakan suatu hasil yang sekaligus menjadikan masukan dan ini terjadi dari sebuah
system yang saling berhubungan dan saling mempengaruhi. Umpan balik dalam system
pelayanan kesehatan dapat berupa kualitas tenaga kesehatanyang juga dapat menjadikan input
yang selalu meningkat.
<!--[if!supportLists]-->6.   <!--[endif]-->Lingkungan
Lingkungan disini adalah semus keadaan diluar system tetati dapat mempengaruhi pelayanan
kesehatan sebagaimana dalam system pelayanan kesehatan, lingkungan yang dimaksud dapat
berupa lingkungan strategis, atau situasi kondisi social yang ada di masyarakat seperti institusi di
luar pelayanan masyarakat.

2.3       Tingkatan Pelayanan Kesehatan


                        Tingkat pelayanan kesehatan dalam sistem pelayanan kesehatan adalah :
<!--[if !supportLists]-->1)    <!--[endif]-->Health promotion ( promosi kesehatan )
Tingkat pelayanan kesehatan ini merupakan tingkat pertama dalam memberikan pelayanan
melalui peningkatan kesehatan dan bertujuan untuk meningkatkan status kesehatan agar
masyarakat tidak terjadi gangguan kesehatan.
<!--[if !supportLists]-->2)    <!--[endif]-->Spesific protection ( perlindungan khusus )
Dilakukan untuk melindungi masyarakat dari bahaya yg akan menyebabkan penurunan
status kesehatan. Contohnya pemberian imunisasi.
<!--[if !supportLists]-->3)    <!--[endif]-->Early diagnosis and prompt treatment (diagnosis dini dan
pengobatan segera)
Dilaksanakan dalam mencegah meluasnya penyakit yang lebih lanjut serta dampak dari tibulnya
penyakit sehingga tidak terjadi penyebaran.
<!--[if !supportLists]-->4)    <!--[endif]-->Disability Limitation (Pembatasan Cacat)
Dilakukan untuk mencegah agar pasien atau masyarakat tidak mengalami dampak kecacatan
akibat penyakit yang ditimbulkan
<!--[if!supportLists]-->5)   <!--[endif]-->Rehabilitation
Dilaksanakan setelah pasien didiagnosis sembuh. Tahap ini dijumpai pada fase pemulihan
terhadap kecacatan sebagaimana program latihan ini diberikan pada pasien.

2.4 Lembaga Pelayanan Kesehatan


            Lembaga Pelayanan Kesehatan merupakan tempat pemberian pelayanan kesehatan pada
masyarakat dalam rangka meningkatkan status kesehatan. Tempat pelayanan kesehatan sangat
bervariasi berdasarkan tujuan pelayanan kesehatan dapat berupa rawat jalan, institusi kesehatan,
comunity based agency dan hospice.
<!--[if !supportLists]-->1.    <!--[endif]-->Rawat Jalan
Lembaga ini bertujuan untuk memberikan pelayanan kesehatan pada tingkat pelaksanaan
diagnosis dan pengobatan pada penyakit yang akut atau mendadak dan kronis yang
memungkinkan tidak terjadi rawat inap.
<!--[if!supportLists]-->2.   <!--[endif]-->Institusi
Lembaga ini merupakan pelayanan kesehatan yang fasilitasnya cukup dalam memberikan
berbagai tingkat kesehatan seperti rumah sakit, pusat rehabilitasi, dan lain lain.
<!--[if !supportLists]-->3.    <!--[endif]-->Community Based Agency
Bagian dari lembaga pelayanan kesehatan yang dilakukan pada klien sebagaimana
pelaksanaan perawatan keluarga seperti praktek rawat keluarga dan lain lain.
<!--[if !supportLists]-->4.    <!--[endif]-->Hospice
Lembaga ini bertujuan untuk memberikan pelayanan kesehatan yang di fokuskan pada klien
yang sakit terminal agar lebih tenang dan biasanya digunakan dalam home care.
2.5 Lingkup Sistem Pelayanan Kesehatan
            1. Primary Health Care (Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama)
        Pelayanan Kesehatan ini dibutuhkan atau dilaksanakan pada masyarakat yang memiliki
masalah kesehatan yang ringan.
2. Secondary Health Care (Pelayanan Kesehatan Tingkat Kedua)
                        Diperlukan bagi masyarakat yang membutuhkan perawatan di rumah sakit atau
rawat inap dan dilaksanakan di pelayanan kesehatan utama.
3. tertiary Health Service (Pelayanan Kesehatan Tingkat Ketiga)
                        Pelayanan kesehatan merupakan tingkat pelayanan yang tertinggi. Biasanya
pelayanan ini membutuhkan tenaga-tenaga yang ahli.

2.6  Pelayan Perawatan Dalam Pelayanan Kesehatan


            Pelayanan keperawatan merupakan bagian dari pelayanan kesehatan semuanya dapat
dilaksanakan oleh tenaga keperawatan dalam menigkatkan derajat kesehatan. contoh pelayanan
kesehatan dalam tingkat dasar yang dilakukan di lingkup puskesmas dengan pendekatan asuhan
keperawatan keluarga diantaranya mengenal masalah kesehatan secara dini, mengambil
keputusan, menanggulangi keadaan secara darurat bila terjadi kecelakaan, memberikan
pelayanan keperawatan dasar.

2.7 Faktor yang Mempengaruhi Pelayanan Kesehatan


1. Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Baru
            Perkembangan Iptek akan diikuti dengan pelayanan kesehatan, seperti dalam pelayanan
kesehatan untuk mengatasi masalah penyakit-penyakit yang sulit. Dapat menggunakan alat
seperti laser, terapi perubahan gen, dan lain lain.
2. Pergeseran Nilai Masyarakat
            Masyarakat yang sudah maju dalam pengetahuan yang tinggi maka akan memiliki
kesadaran yang lebih dalam pemanfaatan kesehatan sebaliknya masyarakay yang memiliki
pengetahuan yang murang akan memiliki kesadaran yang rendah terhadap layanan kesehatan
sehingga kondisi demikian akan sangat mempengaruhi sistem pelayanan kesehatan.
3, Aspek Legal Dan Etik
           Tingginya kesadaran masyarakat terhadap penggunaan pelayanan kesehatan, maka
diimbangi pula tingginya tuntutan hukum dan etik sehingga pelayanan kesehatan dituntut untuk
profesional dengan memperhatikan nilai-nilai hukum dan etika yang ada di masyarakat.
<!--[if !supportLists]-->4.    <!--[endif]-->Ekonomi
Pelaksanaan pelayanan kesehatan akan dipengaruhi oleh tingkat ekonomi masyarakat.
Semakin tinggi ekonomi seseorang, pelayanan kesehatan akan lebih di perhatikan begitu juga
sebaliknya maka sangat sulit menjangkau pelayanan kesehatan mengingat biaya dalam jasa
pelayanan kesehatan membutuhkan biaya yang cukup mahal.
<!--[if !supportLists]-->5.    <!--[endif]-->Politik
Kebijakan pemerintah akan sangat berpengaruh dalam sisitem pemberian pelayanan kesehatan.
Kebijakan-kebijakan yang ada dapat memberikan pola dalam sistem pelayanan.

2.8 VISI
            Visi dan Misi ini akan diwujudkan melalui 6 Rencana Strategi Tahun 2010 – 2014, yaitu:

1. Meningkatkan pemberdayaan masyarakat, swasta dan masyarakat madani dalam pembangunan


kesehatan melalui kerjasama nasional dan global
2. Meningkatkan pelayanan kesehatan yang merata, bermutu dan berkeadilan, serta berbasis
bukti,: dengan pengutamaan pada upaya promotif dan preventif
3. MEningkatkan pembiayaan pembangunan kesehatan, terutama untuk mewujudkan jaminan
social kesehatan nasional
4. Meningkatkan pengembangan dan pendayagunaan SDM kesehatan yang merata dan bermutu
5. Meningkatkan ketersediaan, pemerataan, dan keterjangkauan obat dan alat kesehatan serta
menjamin keamanan, khasiat, kemanfaatan, dan mutu sediaan farmasi, alat kesehatan dan
makanan
6. Meningkatkan manajemen kesehatan yang akuntabel, transparan, berdayaguna dan
berhasilguna untuk memantapkan desentralisasi kesehatan yang bertanggung jawab.

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
            Dari makalah diatas dapat disimpulkan bahwa sistem pelayanan kesehatan adalah sebuah
konsep dimana konsep ini memberikan layanan kesehatan kepada masyarakat.Sistem pelayanan
kesehatan juga memiliki beberapa teori seperti input, proses, output, dampak, umpan balik dan
lingkungan.Selain itu sistem pelayanan kesehatan memiliki beberapa tingkatan seperti promosi
kesehatan, perlindungan khusus, diagnosa dini dan pengobatan segera, pembatasan cacat, dan
rehabilitas.
Dalam sistem pelayanan kesehatan terdapat beberapa lembaga yang terkait seperti rawat
jalan, institusi, hospice, community based agency dalam rangka meningkatkan status kesehatan.
Sistem pelayanan kesehatan terbagi atas beberapa lingkup yang berbeda yaitu pelayanan
kesehatan tingkat pertama,pelayanan kesehatan tingkat kedua, dan pelayanan kesehatan tingkat
ketiga, subsistem pelayanan kesehatan tersebut memiliki tujuan masing-masing dengan tidak
meninggalkan tujuan umum dari pelayanan kesehatan. Adapula pelayanan keperawatan
merupakan bagian dari pelayanan kesehatan yang meliputi pelayanan dasar dan pelayanan
rujukan, tetapi tidak segalanya tercapai sasaran akan tetapi membutuhkan suatu proses untuk
mengetahui masalah yang ditimbulkannya pelaksanaan pelayanan kuga akan lebih berkembang
atau sebaliknya akan terhambat karena dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti ilmu
pengetahuan dan teknologi baru, pergeseran nilai masyarakat, aspek legal dan etik, ekonomi dan
politik.
3.2 Saran
            Dalam sistem pelayanan kesehatan perlu terus di tingkatkannya mutu serta kualitas dari
pelayanan kesehatan agar sistem pelayanan ini dapat berjalan dengan efektif, itu semua dapat
dilakukan dengan melihat nilai-nilai yang ada di masyarakat, dan di harapkan perawat dapat
memberikan pelayanan dengan kualitas yang bagus dan baik

DAFTAR PUSTAKA

Alimul Hidayat, A. Aziz. 2008. Pengantar Kosep Dasar Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika
No.3. Makalah Sejarah Perkembangan Keperawatan

BAB I

PENDAHULUAN

 Latar Belakang

Menurut kelompok kami, merawat orang sakit merupakan salah satu sifat kemanusiaan yang
terdapat dalam diri manusia. Politik, agama, serta keadaan masyarakat selama ini memainkan
perananan dalam timbulnya pekerjaan keperawatan.
Di dunia ini, setiap orang pasti pernah merasakan sakit. Bukan hanya, dokter saja yang
mampu mengobati, dokter juga pastinya membutuhkan rekan kerja yang dapat membantunya
,yang dapat mengerti tentang masalah medis. Perawatan bagi individu yang sehat ataupun sakit,
dari segala umur, latar belakang, budaya ,emosi, psikologis, intelektual, social, dan kebutuhan
rohani.
Pada masalah lalu, pasang surut keperawatan selalu berkaitan dengan peperangan, serta
kemakmuran. Perkembangan keperawatan di Indonesia dipengaruhi oleh kondisi social ekonomi
yaitu pada saat penjajahan Belanda, Inggris, dan Jepang. Pada umumnya pelayanan orang-orang
sakit tersebut dipandang sebagai suatu tindakan amal.

3. Tujuan

4. Tujuan Umum
Makalah ini bertujuan untuk memperkenalkan aspek-aspek umum tentang berkembangnya
kesehatan di Dunia.

3. Tujuan Khusus

Makalah ini bertujuan untuk meningkatkan minat pembaca untuk mengetahui lebih luas lagi
tentang perkembangan keperawatan di Dunia dan di Indonesia.

BAB II

SEJARAH PERKEMBANGAN KEPERAWATAN

A.Definisi Keperawatan

Perawat adalah mereka yang memiliki kemampuan dan kewenangan melakukan tindakan
keperawatan berdasarkan ilmu yang dimilikinya yang diperoleh melalui pendidikan
keperawatan (UU Kesehatan No. 23, 1992).
Menurut Effendy (1995), perawatan adalah pelayanan essensial yang diberikan oleh perawat
terhadap individu, keluarga dan masyarakat. Pelayanan yang diberikan adalah upaya mencapai
derajat kesehatan semaksimal mungkin sesuai dengan potensi yang dimiliki dalam menjalankan
kegiatan di bidang promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif dengan menggunakan proses
keperawatan.
Merawat mempunyai suatu posisi sentral. Merawat merupakan suatu kegiatan dalam
ruang lingkup yang luas yang dapat menyangkut diri kita sendiri, menyangkut sesuatu yang lain
dan menyangkut lingkungan. Jika kita merawat sesuatu, kita menginginkan hasil yang dicapai
akan memuaskan. Jadi kita akan selalu berusaha untuk mencapai sesuatu keseimbangan antara
keinginan kita dan hasil yang akan diperoleh.

B.Sejarah Perkembangan Keperawatan di Dunia

2. Sejarah  Perkembangan Keperawatan di Dunia

Merawat orang sama tuanya dengan keberadaan umat manusia. Oleh karena itu
perkembangan  keperawatan, termasuk yang kita ketahui saat ini, tidak dapat dipisahkan dan
sangat dipengaruhi oleh perkembangan struktur dan kemajuan peradaban manusia. Kepercayaan
terhadap animisme, penyebaran agama-agama besar dunia serta kondisi sosial ekonomi
masyarakat.

2. Perkembangan Keperawatan Masa Sebelum Masehi

Pada masa sebelum masehi perawatan belum begitu berkembang, disebabkan masyarakat
lebih mempercayai dukun untuk mengobati dan merawat penyakit. Dukun dianggap lebih
mampu untuk mencari, mengetahui, dan mengatasi roh yang masuk ke tubuh orang sakit.
Demikian juga di Mesir yang bangsanya masih menyembah Dewa Iris agar dapat disembuhkan
dari penyakit. Sementara itu bangsa Cina menganggap penyakit disebabkan oleh setan atau
makhluk halus dan akan bertambah parah jika orang lain menyentuh orang sakit tersebut.

2. Perkembangan Keperawatan Masa Setelah Masehi

Kemajuan pradaban manusia dimulai ketika manusia mengenal agama. Penyebaran agama
sangat mempengaruhi perkembangan peradaban manusia, sehingga berdampak positif terhadap
perkembangan keperawatan.

3. Perkembangan Keperawatan Masa Penyebaran Kristen

Pada permulaan Masehi, Agama Kristen mulai berkembang. Pada masa itu, keperawatan
mengalami kemajuan yang berarti, seiring dengan kepesatan perkembangan Agama Kristen. Ini
dapat di lihat pada masa pemerintahan Lord Constantine, yang mendirikan Xenodhoeum atau
hospes (latin), yaitu tempat penampungan orang yang membutuhkan pertolongan terutama bagi
orang-orang sakit yang memerlukan pertolongan dan perawatan.

2. Perkembangan Keperawatan Masa Penyebaran Islam

Pada pertengahan Abad VI Masehi, Agama Islam mulai berkembang. Pengaruh Agama Islam
terhadap perkembangan keperawatan tidak terlepas dari keberhasilan Nabi Muhammad SAW
menyebarkan Agama Islam. Memasuki Abad VII Masehi Agama Islam tersebar ke berbagai
pelosok Negara. Pada masa itu di Jazirah Arab berkembang pesat ilmu pengetahuan seperti: ilmu
pasti, ilmu kimia, hygiene dan obat-obatan. Prinsip-prinsip dasar perawatan kesehatan seperti
pentingnya menjaga kebersihan makanan, air dan lingkungan berkembang secara pesat. Tokoh
keperawatan yang terkenal dari dunia Arab pada masa tersebut adalah “Rafida”.\

2. Perkembangan Keperawatan Masa Kekuasaan


Pada permulaan Abad XVI, struktur dan orientasi masyarakat mengalami perubahan, dari
orientasi kepada agama berubah menjadi orientasi kepada kekuasaan, yaitu: perang, eksplorasi
kekayaan alam serta semangat kolonialisme. Pada masa itu telah terjadi kemunduran terhadap
perkembangan keperawatan, dimana gereja dan tempat-tempat ibadah ditutup, sehingga tenaga
perawat sangat jauh berkurang. Untuk memenuhi kekurangan tenaga tersebut maka digunakanlah
bekas wanita jalanan (WTS) yang telah bertobat sebagai, sehingga derajat seorang perawat turun
sangat drastis dipandangan masyarakat saat itu.

3. Perkembangan Keperawatan Di Inggris

Perkembangan keperawatan di Inggris sangat penting untuk kita pahami, karena Inggris
melalui Florence Nightingle telah membuka jalan bagi kemajuan dan perkembangan
keperawatan yang kemudian diikuti oleh negara-negara lain.

Florence Nightingle, lahir dari keluarga kaya dan terhormat pada tahun 1820 di Flronce (Italia).
Setahun setelah kelahirannya, keluarga Florence kembali ke Inggris. Di Inggris Florence
mendapatkan pendidikan sekolah yang baik sehingga ia mampu menguasai bahasa Perancis,
Jerman, dan Italia. Pada usia 31 tahun Florence mengikuti kursus pendidikan perawat di
Keiserwerth (Italia) dan Liefdezuster di Paris, dan setelah pendidikan ia kembali ke Inggris.
Pada saat Perang Krim (Crimean War) terjadi di Turki tahun 1854, Florence bersama 38
suster lainnya di kirim ke Turki. Berkat usaha Florence dan teman-teman, telah terjadi perubahan
pada bidang hygiene dan keperawatan dengan indikator angka kematian turun sampai 2%.
Kontribusi Florence Nightingle bagi perkembangan keperawatan adalah menegaskan bahwa
nutrisi merupakan satu bagian penting dari asuhan keperawatan, meyakinkan bahwa okupasional
dan rekreasi merupakan suatu terapi bagi orang sakit, mengidentifikasi kebutuhan personal klien
dan peran perawat untuk memenuhinya, menetapkan standar manajemen rumah sakit,
mengembangkan suatu standar okupasi bagi klien wanita, mengembangkan pendidikan
keperawatan, menetapkan 2 (dua) komponen keperawatan, yaitu: kesehatan dan penyakit.
Meyakinkan bahwa keperawatan berdiri sendiri dan berbeda dan berbeda dengan profesi
kedokteran dan menekankan kebutuhan pendidikan berlanjut bagi perawat.
4. Penyebaran Keperawatan di Dunia

5. a) Mesir

Bangsa mesir pada zaman purba telah menyembah banyak dewa. Dewa yang terkenal antara
lain Isis. Mereka beranggapan bahwa dewa ini menaruh minat terhadap orang sakit dan
memberikan pertolongan pada waktu si sakit sedang tidur. Didirikanlah kuil yang merupakan
rumah sakit pertama di mesir. Ilmu ketabiban terutama ilmu bedah telah dikenal oleh bangsa
mesir zaman purba (± 4800 SM). Dalam menjalankan tugasnya sebagai tabib ia menggunakan
bidai (spalk), alat-alat pembalut, ia mempunyai pengetahuan tentang anatomi, Hygienr umum
serta tentang obat-obatan. Didalam buku-buku tertulis dalam kitab Papyrus didalamnya memuat
kurang lebih 700 macam resep obat-obatan dari Mesir.

b ) Babylon dan Syiria

Ilmu pengetahuan tentang anatomi dan obat-obat ramuan telah diketahui oleh bangsa Babylon
sejak beberapa abad SM. Pada salah satu tulisan yang menyatakan bahwa pada 680 SM orang
telah mengetahui cara menahan darah yang keluar dari hidung dan merawat jerawant pada muka.
Bangsa Babylon menyembah dewa oleh karena itu perawatan atau pengobatan berdasarkan
kepercayaan tersebut.

c ) Yahudikuno

Ilmu pengetahuan bangsa Yahudi banyak di peroleh dari bangsa Mesir. Misalnya : cara-
cara memberi pengobatan orang yang terkenal adalah Musa. Ia juga dikenal sebagai seorang ahli
hygiene. Dibawah pimpinannya bangsa Yahgudi memajukan minatnya yang besar terhadap
kebersihan umum dan kebersihan diri. Undang-undang kesehatan bangsa Yahudi menjadi dasar
bagi hygiene modern dimana cara-cara dan peraturannya sesuai dengan bakteriologi zaman
sekarang, misalnya :

1)      Pemeriksaan dan peminilah bahan makanan yang akan di   makan.

2)      Mengadakan cara pembuangan kotoran manusia.

3)      Pelarangan makan daging babi karena dapat menimbulkan suatu penyakit.

4)      Memberitahukan kepada yang berwajib bila ada penyakit yang berbahaya, sehingga

dapat diambil tindakan.

C.Sejarah Perkembangan Keperawatan di Indonesia


2. Sejarah Perkembangan Keperawatan Sebelum Kemerdekaan

Pada masa pemerintahan kolonial Belanda, perawat berasal dari penduduk pribumi yang
disebut “velpleger” dengan dibantu “zieken oppaser” sebagai penjaga orang sakit. Mereka
bekerja pada rumah sakit Binnen Hospital di Jakarta yang didirikan tahun 1799.
Pada masa VOC berkuasa, Gubernur Jendral Inggris Raffles (1812-1816), telah memiliki
semboyan “Kesehatan adalah milik manusia” Pada saat itu Raffles telah melakukan pencacaran
umum, membenahi cara perawatan pasien dengan gangguan jiwa serta memperhatikan kesehatan
dan perawatan tahanan.
Setelah pemerintah kolonial kembali ke tangan Belanda, di Jakarta pada tahun 1819 didirikan
beberapa rumah sakit. Salah satunya adalah rumah sakit Sadsverband yang berlokasi di Glodok-
Jakarta Barat. Pada tahun 1919 rumah sakat tersebut dipindahkan ke Salemba dan sekarang
dengan nama RS. Cipto Mangunkusumo (RSCM).
Dalam kurun waktu 1816-1942 telah berdiri beberapa rumah sakit swasta milik misionaris
katolik dan zending protestan seperti: RS. Persatuan Gereja Indonesia (PGI) Cikini-Jakarta Pusat,
RS. St. Carolos Salemba-Jakarta Pusat. RS. St Bromeus di Bandung dan RS. Elizabeth di
Semarang. Bahkan pada tahun 1906 di RS. PGI dan tahun 1912 di RSCM telah
menyelenggarakan pendidikan juru rawat. Namun kedatangan Jepang (1942-1945) menyebabkan
perkembangan keperawatan mengalami kemunduran.
4. Sejarah Perkembangan Keperawatan Setelah Kemerdekaan

5. a)Periode1945-1962

Tahun 1945 s/d 1950 merupakan masa transisi pemerintahan Negara Kesatuan Republik
Indonesia. Perkembangan keperawatan pun masih jalan di tempat. Ini dapat dilihat dari
pengembanagan tenaga keperawatan yang masih menggunakan system pendidikan yang telah
ada, yaitu perawat lulusan pendidikan Belanda (MULO + 3 tahun pendidikan), untuk ijazah A
(perawat umum) dan ijazah B untuk perawat jiwa. Terdapat pula pendidikan perawat dengan
dasar (SR + 4 tahun pendidikan) yang lulusannya disebut mantri juru rawat.
Baru kemudian tahun 1953 dibuka sekolah pengatur rawat dengan tujuan menghasilkan
tenaga perawat yang lebih berkualitas. Pada tahun 1955, dibuka Sekolah Djuru Kesehatan (SDK)
dengan pendidikan SR ditambah pendidikan satu tahun dan sekolah pengamat kesehatan sebagai
pengembangan SDK, ditambah pendidikan lagi selama satu tahun.
Pada tahun 1962 telah dibuka Akademi Keperawatan dengan pendidikan dasar umum SMA yang
bertempat di Jakarta, di RS. Cipto Mangunkusumo. Sekarang dikenal dengan nama Akper
Depkes di Jl. Kimia No. 17 Jakarta Pusat.
Walupun sudah ada pendidikan tinggi namun pola pengembangan pendidikan keperawatan
belum tampak, ini ditinjau dari kelembagaan organisasi di rumah sakit. Kemudian juga ditinjau
dari masih berorientasinya perawat pada keterampilan tindakan dan belum dikenalkannya konsep
kurikulum keperawatan. Konsep-konsep perkembangan keperawatan belum jelas, dan bentuk
kegiatan keperawatan masih berorientasi pada keterampilan prosedural yang lebih dikemas
dengan perpanjangan dari pelayanan medis.
3. b)Periode1963-1983
Periode ini masih belum banyak perkembangan dalam bidang keperawatan. Pada tahun 1972
tepatnya tanggal 17 April lahirlah organisasi profesi dengan nama Persatuan Perawat
Nasional Indonesia (PPNI) di Jakarta. Ini merupakan suatau langkah maju dalam
perkembangan keperawatan. Namun baru mulai tahun 1983 organisasi profesi ini terlibat
penuh dalam pembenahan keperawatan melalui kerjasama dengan CHS, Depkes dan
organisasi lainnya.

4. c)Periode 1984 Sampai Dengan Sekarang

Pada tahun 1985, resmi dibukanya pendidikan S1 keperawatan dengan nama Progran Studi Ilmu
Keperawatan (PSIK) di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesi di Jakarta. Sejak saat itulah
PSIK-UI telah menghasilkan tenaga keperawatan tingkat sarjana sehingga pada tahun 1992
dikeluarkannya UU No. 23 tentang kesehatan yang mengakui tenaga keperawatan sebagai
profesi.
Pada tahun 1996 dibukanya PSIK di Universitas Padjajaran Bandung. Pada tahun 1997
PSIK-UI berubah statusnya menjadi Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia (FIK-UI),
dan untuk meningkatkan kualitas lulusan, pada tahun 1998 kurikulum pendidikan Ners disyahkan
dan digunakan. Selanjutnya juga pada tahun 1999 kurikulum D-III keperawatan mulai dibenahi
dan mulai digunakan pada tahun 2000 sampai dengan sekarang.

D.TREND KEPERAWATAN SEKARANG DAN MASA DEPAN


Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi di segala bidang termasuk bidang kesehatan,
peningkatan status ekonomi masyarakat, peningkatan perhatian terhadap pelaksanaan hak asasi
manusia, kesadaran masyarakan akan kebutuhan kesehatan mengakibatkan masyarakat semakin
sadar akan pentingnya hidup sehat dan melahirkan tuntutan akan pelayanan kesehatan yang
berkualitas.
Pergeseran akan fenomena tersebut, telah mengubah sifat pelayanan keperawatan dari pelayanan
fokasional yang hanya berdasarkan keterampilan belaka kepada pelayanan profesional yang
berpija pada penguasaan iptek keperawatan dan spesialisasi dalam pelayanan keperawatan.
Fokus peran dan fungsi perawat bergeser dari penekanan aspek kuratif kepada peran aspek
preventif dan promotif tanpa meninggalkan peran kuratif dan rehabilitatif. Kondisi ini menuntut
uapaya kongkrit dari profesi keperawatan, yaitu profesionalisme keperawatan. Proses ini meliputi
pembenahan pelayanan keperawatan dan mengoptimalkan penggunaan proses keperawatan,
pengembangan dan penataan pendidikan keperawatan dan juga antisipasi organisasi profesi
(PPNI).
2. Pengembangan dan Penataan Pendidikan Keperawatan

Meningkatnya tuntutan masyarakat terhadap pelayanan keperawatan yang profesional, telah


memicu perawat untuk terus mengembangkan dirinya dalam berbagai bidang, terutama penataan
sistem pendidikan keperawatan. Oleh karena itu profesi keperawatan dengan landasan yang
kokoh perlu memperhatikan wawasan keilmuan, orientasi pendidikan dan kerangka konsep
pendidikan

2. a) Wawasan Keilmuan

Pada tingkat pendidikan akademi, penggunaan kurikulum D III keperawatan 1999, merupakan
wujud dari pembenahan kualitas lulusan keperawatan. Wujud ini dapat dilihat dengan adanya:
4. Mata Kuliah Umum (MKU), yaitu : Pendidikan agama, Pancasila.
5. Mata Kuliah Dasar Keahliah (MKDK), yaitu: Anatomi, Fisiologi.

6. Mata Kuliah Keahlian (MKK), yaitu: KDK, KDM I dan

Demikian juga halnya dengan tingkat pendidikan S1 Keperawatan, yaitu dengan berlakunya
kurikulum Ners pada tahun 1998.Sementara itu di Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas
Indonesia (FIK-UI) telah dibuka S2 Keperawatan untuk Studi Manajemen Keperawatan,
Keperawatan Maternitas dan Keperawatan Komunitas. Dan selanjutnya akan dibuka Studi S2
Keperwatan Jiwa dan Keperawatan Medikal Bedah.
Dapat disimpulkan bahwa saat ini perkembangan keperawatan diarahkan kepada profesionalisme
dengan spesialisasi bidang keperawatan.
2. b) Orientasi Pendidikan

Pendidkan keperawatan bagaimanapun akan tetap berorientasi pada pengembangan


pengetahuan dan teknologi, artinya pengalaman belajar baik kelas, laboraturium dan lapangan
tetap mengikuti kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi serta memanfaatkan segala ilmu yang
memungkinkan penguasaan iptek.

2. c) Kerangka Konsep

Berpikir ilmiah pembiasaan sikap dan tingkah laku profesional, belajar aktif, pendidikan di
lingkungan masyrakat serta penguasaan iptek keperawatan merupakan karakteristik dari
pendidikan profesional keperawatan.

3. Perkembangan Pelayanan Keperawatan

Perubahan adat pelayanan dari fokasional menjadi perawat dengan fokus asuhan keperawatan
dengan peran prefentif dan promotif tanpa melupakan peran kreatif dan rehabilitatif harus
didukung dengan  peningkatan sumber daya manusia dibidang keperawatan. Sehingga pada
pelaksaan pemberian sumber keperawatan dapat terjadinya pelayanan yang efisien, efektif, serta
berkualitas. Selanjtunya, saat ini jug atelah berkembangan berbagai model prektis keperawatan
profesional, seperti :
 Praktik keperawatan di rumah sakit kesehatan.
 Praktik keperawatan di rumah (home caffe)

 Praktik keperawatan berkelompok (nursing home)

 Praktik keperawatan perorangan, yaitu melalui keputusan Kepmenkes No. 647 tahun
2000, yang kemudian di revisi menjadi Kepmenkes No. 1239 tahun 2001 tentang Registrasi
dan Praktik Keperawatan.

BAB III

PENUTUP

A.KESIMPULAN
Keperawatan merupakan sebuah ilmu dan profesi yang memberikan pelayanan kesehatan
guna untuk meningkatkan kesehatan bagi masyarakat. Keperawatan sudah ada sejak manusia itu
ada dan hingga saat ini Profesi keperawatan berkembang dengan pesat. Sejarah perkembangan
keperawatan di Indonesia tidak hanya berlangsung di tatanan praktik, dalam hal ini layanan
keperawatan, tetapi juga di dunia pendidikan keperawatan. pendidikan keperawatan memberi
pengaruh yang besar terhadap kualitas layanan keperawatan. Karenanya, perawat harus terus
meningkatkan kompetensi dirinya, salah satunya melalui pendidikan keperawatan yang
berkelanjutan.
B.SARAN
Dari kesimpulan yang ada maka kita sebagai perawat atau calon perawat harus terus
meningkatkan kompetensi dirinya, salah satunya melalui pendidikan keperawatan yang
berkelanjutan, sehingga kita tidak mengalami ketertinggalan dari keperawatan internasional.

DAFTAR PUSTAKA

Hidayat A. Aziz Alimul. (2007). Pengantar Konsep Dasar Keperawatan Eds 2. Salemba Medika:
Jakarta

Alimul, A.H. (2002), Pengantar pendidikan keperawatan. Sagung Seto: Jakarta

Effendy, N. (1995), Pengantar proses keperawatan. EGC: Jakarta

Gaffar, L.O.J. (1999), Pengantar praktik keperawatan professional. EGC: Jakarta

Stevens, P.J.M, et al. (1999) Ilmu keperawatan. Jilid I, Ed. 2. EGC: Jakarta
No. 4. Makalah Falsafah Keperawatan

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Falsafah adalah keyakinan terhadap nilai-nilai yang menjadi pedoman untuk mencapai
suatu tujuan dan di pakai sebagai pandangan hidup.
Falsafah keperawatan Merupakan pandangan dasar tentang hakekat manusia dan esensi
keperawatan yang menjadikan kerangka dasar dalam praktek keperawatan. Hakekat manusia
yang di maksud disini adalah manusia sebagai makhluk biologis,psikologis,sosial,dan
spiritual,sedangkan esensinya adalah falsafah keperawatan
2.1 RUMUSAN MASALAH
1.      Apa itu falsafa?
2.      Falsafa keperawatan
3.      Falsafa menurut para ahli
4.      Perawat sebagai profesi
2.2 TUJUAN MASALH
1.      Mengetahui apa itu falsafa
2.      Mengetahui apa itu falsafah keperawatan
3.      Mengatahui falsafa keperawatan menurut para ahli
4.      Mengetahui perawat sebagai profesi

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 PENGERTIAN FALSAFAH.
Falsafah adalah keyakinan terhadap nilai-nilai yang menjadi pedoman untuk mencapai
suatu tujuan dan di pakai sebagai pandangan hidup.
Falsafah keperawatan Merupakan pandangan dasar tentang hakekat manusia dan esensi
keperawatan yang menjadikan kerangka dasar dalam praktek keperawatan. Hakekat manusia
yang di maksud disini adalah manusia sebagai makhluk biologis,psikologis,sosial,dan
spiritual,sedangkan esensinya adalah falsafah keperawatan yang meliputi:
1.memandang bahwa pasien sebagai manusia yang utuh (holistik)yang harus di penuhui segala
kebutuhannya baik kebutuhan biologis,psikologis,sosial dan spiritual yang di berikan secara
komprehensif dan tidak bisa di lakukan secara sepihak atau sebagian dari kebutuhannya
2.bentuk pelayanan keperawatan yang di berikan harus secara langsung dengan memperhatikan
aspek kemanusiaan
3.setiap orang berhak mendapatkan perawatan tanpa memandang perbedaan
suku,kepercayaan,status sosial,agama,dan ekonomi
4.pelayanan keperwatan tersebut merupakan bagian integral dari sistem pelayanan kesehatan
mengingat perawat bekerja dalam lingkup tim kesehatan bukan sendiri-sendiri
5.mitra yang selalu aktif dalam pelayanan kesehatan,bukan seorang penerima jasa yang aktif

2.2 FALSAFAH KEPERAWATAN MENURUT PARA AHLI


1. falsafah keperawatan menurut FLORENCE NIGHTINGALE (moderen nursing) melihat
penyakit sebagai proses pergantian atau perbaikan reparative proses .menipulasi dari lingkungan
eksternal perbaikan dapat membantu proses perbaikan atau pergantian dan kesehatan klien.
2.falsafah keperawatan menurrut MARTHA ROGERS TAHUN 1970 keperawatan adalah
pengetahuan yang di tunjukan untuk mengurangi kecemasan terhadap pemeliharan dan
peningkatan kesehatan,pencegahan penyakit,perawatan rehabilitasi,penderita sakit serta
penyandang cacat.
3. Falsafah keperawatan menurut ROY & ANDREW 1991 roy memiliki delapan falsafah
prinsip humanisme dan empat berdasarkan prinsip falsafah veritivity. Falsafah humanisme atau
kemanusiaan mengenali manusia dan sisi subjektif manusia dan pengalamannya sebagai pusat
rasa ingin tahu dan rasa menghargai. Roy berpendapat bahwa seorang individu :
- Saling berbagi dalam kemampuan untuk berpikir kreatif yang di gunakan untuk mengetahui
masalah yang di hadapi dalam mencari solusi.
- Bertingkah laku untuk mencapai tujuan tertentu, bukan sekedar memenuhi hukum aksi reaksi.
- Memiliki holisme intrinsic.
- Berjuang untuk mempertahankan integritas dan memahami kebutuhan untuk memiliki
hubungan dengan orang lain seperti veritiviti. Berarti kebenaran, yang bermaksud
mengungkapkan keyakinan Roy bahwa ada hal yang benar absolut. Ia mendefinisikan veritiviti
sebagai prinsip alamiah manusia yang mempertegas tujuan umum keberadaan manusia. Empat
falsafah yang berdasarkan prinsip veritiviti. Sebagai berikut ini. Individu dipandang dalam
konteks : (a) tujuan eeksistensi manusia (b) gabungan dari beberapa tujuan peradaban manusia
(c) aktivitas dan kreativitas untuk kebaikan kebaikan umum (d) nilai dan arti kehidupan.

2.3 KONSEP INTI FALSAFAH KEPERAWATAN


1. falsafah keperawatan menurut FLORENCE NIGHTINGALE konsep inti dari teori
FLORENCE NIGHTINGALE tentang falsafah keperawatan adalah lingkungan berpengaruh
terhadap proses pemulihan klien/pasien membuat lingkungan yang kondutif bagi manusia untuk
hidup sehat.
2. falsafah keperawatan menurut MARTHA ROGERS TAHUN 1970 manusia dan lingkungan
merupakan satu kesatuan yang utuh yang memeliki sifat dan karakter berbeda-beda.

2.4 PENYEBAB PARA PERAWAT DI INDONESIA BELUM BERSIKAP DAN


BERPERILAKU SESUAI DENGAN FALSAFAH KEPERAWATAN
1. Perawat kurang memahami maksud falsafah keperawatan secara menyeluruh
2.perawat memahami falsafah keperawatan hanya pada tataran kognitif saja
3. sikap profesionalisme perawat belum memadai yang di tandai oleh kurangnya kemampuan
menjalin hubungan rasa saling percaya dan kofidensi dengan klien,pengetahuan yang belum
memadai dan kapabilitas terhadap pekerjaan.
4. tingkat pengetahuan dan pendidikan para perawat yang tidak merata

2.5 KONSEP DAN TEORI KEPERAWATAN


Menurut MARTHA.E.ROGERS dikenal dengan nama konsep manusia sebagai unit
.dalam memahami konsep model dan teori ini MARTHA berasumsi bahwa manusia merupakan
satu kesatuan yang utuh,yang memiliki sifat dan karakter yang berbeda-beda.
Dalam proses kehidupan manusia yang dinamis,manusia selalu berinteraksi dengan lingkungan
yang saling mempengaruhi dan di pengaruhi,serta dalam proses kehidupan manusia setiap
individu,akan berbeda satu dengan yang lain dan manusia diciptakan dengan karakteristik dan
keunikan tersendiri.
Asumsi teersebut didasarkan pada kekuatan yang berkembang secara alamiah yaitu
keutuhan manusia dan lingkungan,kemudian sistem ketersediaan sebagai satu kesatuan yang utuh
serta proses kehidupan manusia berdasarkan konsep homeodinamik yang terdiri dari
integritas,resonansi,dan helicy
Integritas berarti individu sebagai satu kesatuan dengan lingkungan yang tidak dapat di pisahkan
dan saling mempengaruhi satu dengan yang lain. Resonansi mengandung arti bahwa proses
kehidupan antara individu dengan lingkungan berlangsung dengan berirama dengan frekuensi
yang bervariasi dan helicy merupakan terjadinya proses integrasi antara manusia dengan
lingkungan akan terjadi perubahan baik perlahan-lahan maupun berlangsung dengan cepat.

2.6 PENGERTIAN KEPERAWATAN


Keperawatan adalah pelayanan esensial yang di berikan oleh perawat terhadap
individu,keluarga,kelompok,dan masyarakat yang mempunyai masalah kesehatan pelayanan
yang di berikan adalah upaya untuk mencapai derajat kesehatan semaksimal mungkin sesuai
dengan potensi yang di miliki dalam menjalankan kegiatan di bidang
promotif,proventif,kuratif,dan rehabilitatif dengan menggunakan proses keperawatan sebagai
metode ilmiah keperawatan pelayanan asuhan keperawatan yangb di lakukan oleh tenaga
keperawatan bekerjasama dengan team kesehatan lainnya dalam rangka mencapai tingkat
kesehatan yang optimal.
Dilaksanakan dalam rangka memenuhui kebutuhan kesehatan dan keperawatan upaya dapat
melaksanakan praktek keperawatan haruslah di dasarkan atas sintesis dalam penerapan dari
berbagai pengetahuan tentang fisiologi,psikologi,sosial budaya,perkembangan,spiritual,serta
pengetahuan penunjang lainnya yang berkaitan.
Biologi patofisiologi penyakit,mikrobiologi farmakologi,kebutuhan
manusia,motivasi,komonikasi,teori belajar mengajar,pendekutan,sistem,pemecahan,masalah
manejemen dan kepemimpinan,hubungan,interpersonal dalam berhubungan,dengan pasien atau
klien ,keluarga dan masyarakat dengan semua anggota team kesehatan.

2.7 TUJUAN KEPERAWATAN


- Membantu individu atau masyarakat untuk mandiri.
- Mengajak individu atau masyarakat berpartisipasi dalam bidang kesehatan.
- Membantu individu dan masyarakat untuk mengembangkan potensi untuk memelihara
kesehatan secara optimal agar tidak tergantung pada orag lain dalam memelihara kesehatan.
- Membantu individu dan masyarakat memperoleh derajat kesehatan yang optimal

2.8 UNSUR UNSUR KEPERAWATAN


- Keperawatan sebagai ilmu dan seni merupakan implementasi ilmu fisika biologi, perilaku
manusia dan ilmu sosial.
- Keperawatan sebagai profesi berorientasi pada pelayanan untuk membantu orang lain dalam
mengatasi perubahan yang timbul akibat gangguan kesehatan atau penyakit .
- Sasaran : individu atau pasien, keluarga, kelompok masyarakat dan masyarakat.
- Jasa keperawatan mencakup pelayanan kesehatan oleh para perawat yang bekerjasama dengan
tenaga lain dalam pencegahan penyakit, pemeliharaan dan peningkatan kesehatan, penyembuhan
dan pemulihan kesehatan.

2.9 PERAWAT SEBAGAI PROFESI


Pekerjaan tidak sama dengan profesi. Istilah yang mudah dimengerti adalah sebuah
profesi sudah pasti menjadi sebuah pekerjaan, namun sebuah pekerjaan belum tentu menjadi
sebuah profesi. Profesi memilikimekanisme serta aturan yang harus dipenuhi sebagai suatu
ketentuan, sedangkan kebalikannya, pekerjaan tidak memiliki aturan yang ruit seperti itu. Hal
inilah yang harus diluruskan, karena hampir semua orang menganggap bahwa pekerjaan dan
profesi adalah sama.
Secara etimologis profesi berasal dari bahasa latin, yaitu “proffesio”. Lebih lanjut, proffesio
memiliki dua pengertian yaitu janji atau ikrar dan pekerjaan. Bila artinya dibuat dalam pengertian
yang lebih luas menjadi kegiatan apasaja dan siapa saja untuk memperoleh nafkah yang di
lakukan dengan keahlian tertentu. Sedangkan dalam arti sempit, profesi berarti suatu kegiatan
yang di jalankan berdasarkan keahlian tertentu dan sekaligus di tuntut darinya pelaksanaan
norma-norma sosial dengan baik.
Berikut ini adalah pengertian dan definisi profesi :
1.      Pengertian
a.       Profesi berasal dari kata profession yang berarti suatu pekerjaan yang membutuhkan dukungan
badan ilmu (body of knowledge) dasar untuk pengembangan teori yang sistematis guna
menghadapi banyak tantangan baru, memerlukan pendidikan dan pelatihan yang cukup lama,
serta memiliki kode etik dengan fokus utama pada pelayanan ( Wilensky 1964)
b.      Profesi adalah bidang pekerjaan yang dilandasi pendidikan keahlian (keterampilan, kejuruan,
dan sebagainya) tertentu. (KBBI)
c.       Profesi adalah suatu kumpulan atau set pekerjaan yang membangun suatu set norma yang
sangat khusus dimasyarakat (Schein,E.H, 1962)
d.      Profesi adalah aktivitas intelektual –yang dipelajari termasuk pelatihan yang diselenggarakan
secara formal ataupun tidak formal dan memeperoleh serifikat yang dikeluarkan atau sekelompok
atau badan yang bertanggung jawab pada keilmuan tersebut dalam melayani masyarakat,
menggunakan etika layanan profesi dengan mengimplikasikan kopetensi mencetuskan ide,
kewenangan keterampilan teknis dan moral serta bahwa perawat mengeasumsikan adanya
tingkatan dalam masyarakat (Daniel Bell 1973)
e.       Profesi adalah suatu pekerjaan yang ditunjukkan untuk kepentingan masyarakat dan bukan
untuk kepentingan golongan atau kelompok tertentu.

2.      Ciri-Ciri Profesi


Profesi mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
a.       Didukung oleh badan ilmu yang sesuai dengan bidangnya ( antologi), jelas wilayah kerja
keilmuannya dan aplikasinya.
b.      Profesi diperoleh melalui pendidikan dan perlatan yang terencana, terus menerus dan bertahap.
c.       Pekerjaan profesi di atur oleh kode etik profesi serta di akui secara legal melalui perundang-
undangan.
d.      Peraturan dan ketentuan yang mengatur hidup dan kehidupan profesi (standar pendidikan dan
pelatihan, pelayanan, dan kode etik) serta pengawasan terhadap pelaksanaan peraturan-peraturan
tersebut dilakukan sendiri oleh warga profesi.
3.      Keperawatan Sebagai Profesi
Menurut prof. Ma’rifin Husin, keperawatan sebagai profesi memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
a.       Memberi pelayanan atau asuhan dan melakukan penelitian sesuai dengan kaidah ilmu dan
keteramplan serta kode etik keperawatan.
b.      Telah lulus dari pendidikan pada jenjang perguruan tinggi (JPT) sehingga di harapkan mampu :
(1) bersikap profesional (2) mempunyai pengetahuan dan keterampilan profesional (3) memberi
pelayanan asuhan keperawatan profesional (4) menggunakan etika keperawatan dalam memberi
pelayanan.
c.       Mengelola ruang lingkup keperawatan berikut sesuai dengan kaidah-kaidah suatu profesi
dalam bidang kesehatan yaitu : (1) sistem pelayanan atau asuhan keperawatan (2) pendidikan
atau pelatihan keperawatan yang berjenjang dan berkelanjutan (3) perumusan standar
keperawatan ( asuhan keperawatan, pendidikan keperawatan, registrasi atau legislasi) (4)
melakukan riset keperawatan oleh perawat pelaksana secara terencana dan tearah sesuai
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Falsafah keperawatan adalah keyakinan perawat terhadap nilai-nilai keperawatan yang
menjadi pedoman dalam memberikan asuhan keperawatan, kepada individu, keluarga, kelompok,
maupun masyarakat. Keyakinan ini terhadap nilai keperawatan harus menjadi pegangan setiap
perawat. Flsafah keperawatan menjadi landasan bagi perawat dalam menjalankan profesinya.
Esensi falsafah keperawatan yaitu memandangh pasien sebagai mahluk yang holistik, yang harus
dipenuhi segala kebutuhannya, secara biologis, phisikologis, sosial, dan spiritual yang diberikan
secara komprehensif.

3.1  SARAN
Sebagai seorang perawat kita harus mengetahui apa itu falsafah keperawatan yang
menjadi dasar sebuah profesi keperawatan.
Bagi perawat diharpkan mampu memehami dan menerapkan falsafah keperawatan dalam praktik
lapangan bagi.

Daftar Pustaka
Asmadi. 2008. Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta : EGC.
Kozier, Erb, Berman, & Snyder. 2011. Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses,
dan Praktik, ed. 7, vol. 1. Jakarta : EGC
No. 5. Makalah Keperawatan Sebagai Profesi

BAB I
PENDAHULUAN
1.1   Latar Belakang
Keperawatan merupakan profesi yang membantu dan memberikan pelayanan yang
berkontribusi pada kesehatan dan kesejahteraan individu. Keperawatan juga diartikan sebagai
konsekuensi penting bagi individu yang menerima pelayanan, profesi ini memenuhi kebutuhan
yang tidak dapat dipenuhi oleh seseorang, keluarga atau kelompok di komunitas. (Committee on
Education American Nurses Association (ANA), 1965).
WHO Expert Committee on Nursing dalam Aditama (2000) mengatakan bahwa,
pelayanan keperawatan adalah gabungan dari ilmu kesehatan dan seni melayani/memberi asuhan
(care), suatu gabungan humanistik dari ilmu pengetahuan, filosofi keperawatan, kegiatan klinik,
komunikasi dan ilmu sosial.
Keperawatan merupakan suatu bentuk pelayanan profesional yang merupakan bagian
integral dari pelayanan kesehatan berdasarkan ilmu dan kiat keperawatan, berbentuk pelayanan
biopsikososial dan spiritual yang komprehensif, ditujukan kepada individu, keluarga dan
masyarakat baik sakit maupun sehat yang mencakup seluruh aspek kehidupan manusia.
(Lokakarya Nasional, 1983).
Profesi berasal dari kata profession yang berarti suatu pekerjaan yang membutuhkan
dukungan body of knowledge sebagai dasar bagi perkembangan teori yang sistematis meghadapi
banyak tantangan baru, dan karena itu membutuhkan pendidikan dan pelatihan yang cukup lama,
memiliki kode etik orientasi utamanya adalah melayani (alturism).
Profesi adalah suatu pekerjaan yang ditujukan untuk kepentingan masyarakat dan bukan
untuk kepentingan golongan atau kelompok tertentu. Profesi sangat mementingkan kesejahteraan
orang lain, dalam konteks bahasan ini konsumen sebagai penerima jasa pelayanan keperawatan
profesional. Menurut Webster, profesi adalah pekerjaan yang memerlukan pendidikan yang lama
dan menyangkut keterampilan intelektual.
Kelly dan Joel (1995) menjelaskan, “Profesional sebagai suatu karakter, spirit atau metode
profesional yang mencakup pendidikan dan kegiatan di berbagai kelompok okupasi yang
anggotanya berkeinginan menjadi profesional”. Profesional merupakan suatu proses yang
dinamis untuk memenuhi atau mengubah karakteristik kearah suatu profesi.
Sejak abad yang lalu keperawatan telah megalami perubahan yang drastis, selain itu juga
telah mengikuti perundang-undangan dan mendapatkan penghargaan sebagai profesi penuh.
Hugnes E.C (1963) mengatakan bahwa, “Profesi adalah seorang ahli, mereka mengetahui lebih
baik tentang sesuatu hal dari orang lain, serta mengetahui lebih baik daripada kliennya tentang
apa yang terjadi pada klien”. Dalam konsep profesi ada tiga nilai penting yang perlu dipahami
yakni:
1.    Pengetahuan yang mendalam dan sistimatik.
2.    Keterampilan teknis dan kiat yang diperoleh melalui latihan yang lama.
3.    Pelayanan asuhan kepada yang memerlukan berdasarkan ilmu pengetahuan, keterampilan teknis
dan pedoman serta falsafah moral yang diyakini (etika profesi).
Menurut Hood L.J dan Leddy S.K (2006), “Perawat profesional akan menggunakan
pendekatan holistik dalam menemukan kebutuhan kesehatan bagi klien yang dirawatnya, hal ini
sesuai dengan pernyataan kebijakan yang disampaikan oleh American Nurses Association (1995),
ada empat ciri praktik profesional yang harus dilakukan oleh perawat, yaitu:
1.    Perawat menggunakan fokus orientasi pada masalah dengan memperhatikan rangkaian seluruh
respon manusia terhadap kesehatan dan penyakitnya.
2.    Perawat terintegrasi dalam tenaga kesehatan yang menggunakan pengetahuannya untuk
membantu mencapai tujuan pasien dengan mengumpulkan data subjektif maupun objektif pasien
dan memahaminya baik secara individual atau secara berkelompok.
3.    Perawat mengaplikasikan ilmu pengetahuannya untuk menentukan diagnosa dan melakukan
treatment respon manusia.
4.    Perawat melakukan asuhan keperawatan dengan melakukan hubungan terapeutik dengan pasien
untuk memfasilitasi kesehatan dan penyembuhan.
Ada tiga istilah penting yang berhubungan dengan profesi, yaitu profesionalisme,
profesionalisasi, dan profesi.
1.    Profesionalisme
Merujuk pada karakter profesional, semangat atau metode. Merupakan suatu sifat resmi, cara
hidup yang bertanggung jawab dan dapat dipercaya. Profesionalisme keperawatan telah ada sejak
zaman Florence Nightingale (1820-1910).

2.    Profesionalisasi
Profesionalisasi adalah suatu proses untuk menjadikan profesional dengan cara memenuhi
beberapa kriteria yang telah ditentukan/disepakati.
3.    Profesi
Jika dilihat di dalam kamus, sama dengan pekerjaan yang menghendaki pendidikan yang lebih
luas atau memiliki ilmu pengetahuan yang spesial, keterampilan serta dipersiapkan dengan cara
yang baik.
Dunia profesi keperawatan terus bergerak. Hampir dua dekade profesi ini menyerukan
perubahan paradigma. Perawat yang semula tugasnya hanyalah semata-mata menjalankan
perintah dokter kini berupaya meningkatkan perannya sebagai mitra kerja dokter seperti yang
sudah dilakukan di negara-negara maju.
Sebagai sebuah profesi yang masih berusaha menunjukkan jati diri, profesi keperawatan
dihadapkan pada banyak tantangan. Tantangan ini bukan hanya dari eksternal tapi juga dari
internal profesi ini sendiri.

1.2  Rumusan Masalah


a)    Apa yang dimaksud dengan keperawatan sebagai profesi?
b)    Bagaimana perkembangan profesionalisme keperawatan?
c)    Bagaimana peran, fungsi, dan tugas perawat?
d)    Bagaimana definisi dan analisis dari penyusun mengenai keperawatan sebagai profesi?

1.3  Tujuan Penulisan


a)    Menjelaskan tentang keperawatan sebagai profesi.
b)    Menjelaskan perkembangan profesionalisme keperawatan.
c)    Menjelaskan peran, fungsi, dan tugas perawat.
d)    Menjelaskan tentang definisi dan analisis penyusun mengenai keperawatan sebagai profesi.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1    Keperawatan Sebagai Profesi
Hall (1968) memberikan gambaran tentang suatu profesi yaitu suatu pekerjaan yang harus
melalui proses empat tahapan antara lain :
1.    Memperoleh badan pengetahuan dari institusi pendidikan tinggi
2.    Menjadi pekerjaan utama
3.    Adanya organisasi profesi
4.    Terdapat kode etik
Ciri – Ciri Profesi
Dilihat dari definisi profesi, jelas bahwa profesi tidak sama dengan okupasi (occupation)
meskipun keduanya sama-sama melakukan pekerjaan tertentu.
Profesi mempunyai ciri – ciri sebagai berikut :

3. Didukung oleh badan ilmu yang sesuai dengan bidangnya (antalogi), jelas wilayah kerja
keilmuannya (Epistomologi), dan aplikasinya (Axiologi).
4. Profesi diperoleh melalui pendidikan dan pelatihan yang terencana, terus-menerus dan
bertahap.
3.    Pekerjaan profesi diatur oleh kode etik profesi serta diakui secara legal melalui perundang-
undangan.

5. Peraturan dan ketentuan yang mengatur hidup dan kehidupan profesi (standar pendidikan
dan pelatihan, standar pelayanan, dan kode etik) serta pengawasan terhadap pelaksanaan
peraturan-peraturan tersebut dilakukan sendiri oleh warga profesi (Winsley, 1964).

Kriteria Profesi

8. Memberi pelayanan untuk kesejahteraan manusia.


9. Mempunyai pengetahuan dan keterampilan khusus dan dikembangkan secara terus-
menerus.
10. Memiliki ketelitian, kemampuan intelektual, dan rasa tanggung jawab.
11. Lulus dari pendidikan tinggi.
12. Mandiri dalam penampilan, aktivitas dan fungsi.
13. Memiliki kode etik sebagai penuntun praktik.
14. Memiliki ikatan/organisasi untuk menjamin mutu pelayanan.
Wilayah Kerja Profesi

5. Pembinaaan organisasi profesi.

6. Pembinaan pendidikan dan pelatihan profesi.

7. Pembinaan pelayanan profesi.

8. Pembinaan iptek.
Keperawatan sebagai profesi merupakan salah satu pekerjaan dimana dalam menentukan
tindakannya didasarkan pada ilmu pengetahuan serta memiliki keterampilan yang jelas dalam
keahliannya.
Dengan adanya perkembangan keperawatan dari kegiatan yang sifatnya rutin yang
menjadi pemenuhan kebutuhan berdasarkan ilmu, membawa suatu perubahan yang sangat besar
dalam dunia keperawatan karena pelayanan yang semula hanya berdasarkan pada insting dan
pengalaman menjadi pelayanan keperawatan profesional berdasarkan ilmu dan teknologi
keperawatan yang selalu berubah sesuai dengan kemajuan zaman. Perawatan sebagai profesi
mempunyai karakteristik sebagai berikut:

1.    Memiliki body of knowledge


Perawat bekerja dalam kelompok dan dilandasi dengan teori yang spesifik dan sistematis
yang dikembangan melalui penelitian. Penelitian keperawatan yang dilakukan pada tahun 1940,
merupakan titik awal perkembangan keperawatan. Pada tahun 1950 dengan semakin
berkembangnya penelitian yang dilakukan mempunyai kontribusi yang cukup besar dalam dunia
pendidikan keperawatan dan pada tahun 1960 penelitian lebih banyak dilakukan pada praktik
keperawatan. Sejak tahun 1970, penelitian keperawatan lebih banyak dilakukan dengan
memfokuskan diri pada praktik yang dihubungkan dengan isu-isu yang ada pada saat itu.
Menurut Potter dan Perry (1997), perawat telah memperlihatkan diri sebagai profesi dan
dapat terlihat adanya pengetahuan keperawatan telah dikembangkan melalui teori-teori
keperawatan. Model teori memberikan kerangka kerja bagi kurikulum dan praktik klinis
keperawatan. Teori keperawatan mendorong ke arah penelitian yang meningkatkan dasar ilmiah
untuk praktik keperawatan.
2.    Berhubungan dengan nilai-nilai sosial
Kategori ini mendorong profesi untuk mendapatkan penghargaan yang cukup baik dari
masyarakat. Keperawatan telah diberi kepercayaan untuk menolong dan melayani orang
lain/klien. Pada awalnya perawat diharapkan dapat menyisihkan sebagian besar waktunya untuk
melayani, tetapi dengan semakin berkembangnya ilmu keperawatan tuntutan tersebut telah
bergeser, perawat juga mengharapkan kompensasi dan mempunyai kehidupan yang lain
disamping perannya sebagai perawat.
Karakteristik keperawatan merupakan suatu bentuk yang relevan dengan nilai-nilai
masyarakat, seperti pentingnya kesehatan, kesembuhan dan keperawatan.
Masyarakat pada umumnya mengakui bahwa perawat mempunyai tugas untuk melawan klien
dan juga melakukan upaya-upaya dalam promosi kesehatan dan pencegahan penyakit tetapi
masih ada sebagian masyarakat yang belum mengetahui bahwa perawat adalah sebuah profesi.
Untuk itu perlu adanya usaha dari perawat itu sendiri agar dapat meyakinkan masyarakat guna
mendapatkan pengakuan sesuai dengan yang diinginkannya.
3.    Masa pendidikan
Kategori ini mempunyai empat bagian tambahan yaitu isi pendidikan, lamanya pendidikan,
penggunaan simbol dan proses idealisme yang dituju serta tingkatan dari spesialisasi yang
berhubungan dengan praktik. Menurut Nightingale pendidikan keperawatan harus melibatkan
dua area penting yaitu teori dan praktik yang sampai saat ini masih dianut. Perkembangan
pendidikan keperawatan dewasa ini sama dengan bidang ilmu yang lain, yaitu pendidikan tinggi.
Pendidikan tinggi menimbulkan perubahan yang sangat berarti bagi perawat terhadap cara
pandang asuhan keperawatan secara bertahap keperawatan beralih dari yang semulai berorientasi
pada tugas menjadi berorientasi pada tujuan yang berfokus pada asuhan keperawatan yang efektif
serta menggunakan pendekatan holisitik dan proses keperawatan.
4.    Motivasi
Motivasi untuk bekerja merupakan kategori keempat dari Pavalko. Motivasi bukan hanya
secara individu tetapi juga menyeluruh dalam kelompok. Motivasi diartikan sebagai suatu
perhatian yang mengutamakan pelayanan kelompok keperawatan kepada klien. Ada beberapa
pendapat bahwa saat ini anak-anak muda menginginkan menempuh pendidikan tinggi agar dapat
mempunyai kehidupan yang lebih baik seperti mendapatkan gaji lebih, kekuasaan, status
disamping pekerjaan yang dilakukannya. Biasanya karakteristik ini tidak diasosiasikan dengan
profesi keperawatan, walaupun demikian banyak perawat yang melakukan pelayanannya dengan
berorientasikan kepada klien/pasien mereka dengan baik.
5.    Otonomi
Kategori kelima Pavalko adalah kebebasan untuk mengontrol dan mengatur dirinya sendiri.
Profesi mempunyai otonomi untuk regulasi dan membuat standar bagi anggotanya. Hak
mengurus diri sendiri merupakan salah satu tujuan dari asosiasi keperawatan, karena hal ini juga
berarti keperawatan mempunyai status dan dapat mengontrol seluruh kegiatan praktik
anggotanya. Otonomi juga dapat diartikan sebagai suatu kebebasan dalam bekerja dan
pertanggungjawaban dari suatu tindakan yang dilakukannya.
6.    Komitmen
Kategori keenam adalah komitmen untuk bekerja. Manusia yang komitmen untuk bekerja
menunjukkan adanya suatu keunggulan, untuk melaksanakan pekerjaannya dengan baik,
mencegah terjadinya kemangkiran, menekuni pekerjaannya seumur hidup atau dalam periode
waktu yang lama. Komitmen perawat juga dapat menurun, hal ini terjadi karena kebanyakan dari
perawat adalah wanita, yang harus membagi perhatiannya dengan keluarga, sehingga mereka
sering mengalami konflik yang berkepanjangan dan kadang-kadang harus keluar dari
pekerjaannya.
Orientasi karir juga merupakan salah satu ciri dari komitmen, karena dengan adanya
pengembangan karir melalui pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi membuat perawat dapat
bekerja dengan lebih baik dan bertanggung jawab dalam melakukan asuhan keperawatan.
7.    Kesadaran bermasyarakat
Kesadaran bermasyarakat bagi perawat diartikan sebagai anggota kelompok yang ikut
mengambil bagian dalam persamaan pedoman, nasib serta memiliki kebudayaan tersendiri.
Perawat mempunyai simbol-simbol yang dikenal masyarakat sebagai ciri yang khas dari sebuah
profesi seperti seragam putih, pin dan cap. Walaupun akhir-akhir ini banyak yang mengubah
identitas tersebut, tetapi perawat telah memiliki perasaan yang kuat untuk tetap bersatu dalam
kelompoknya.

8.    Kode etik


Eksistensi kode etik merupakan kategori terakhir dari Pavalko. Etika keperawatan merujuk
pada standar etik yang membimbing perawat dalam praktik sehari-hari seperti jujur terhadap
pasien, menghargai pasien atas hak-hak yang dirahasiakannya dan beradvokasi atas nama pasien.
Etika keperawatan ditujukan untuk mengidentifikasi, mengorganisasikan, memeriksa dan
membenarkan tindakan-tindakan kemanusiaan dengan menerapkan prinsip-prinsip tertentu,
selain itu juga menegaskan tentang kewajiban-kewajiban yang secara suka rela diemban oleh
perawat dan mencari informasi mengenai dampak dari keputusan-keputusan perawat yang
mempengaruhi kehidupan dari pasien dan keluarganya. Ciri dari praktik profesional adalah
adanya komitmen yang kuat terhadap kepedulian individu, khususnya kekuatan fisik,
kesejahteraan dan kebebasan pribadi, sehingga dalam praktik selalu melibatkan hubungan yang
bermakna. Oleh karena itu seorang profesional harus memiliki orientasi pelayanan, standar
praktik dan kode etik untuk melindungi masyarakat serta memajukan profesi.
Mengingat pentingnya pembinaan bagi tenaga keperawatan agar dapat bekerja dengan baik
maka perlu adanya pemahaman tentang fungsi dari asosiasi keperawatan yang terdiri dari:
1.    Penetapan standar praktik, pendidikan dan pelayanan keperawatan.
2.    Menetapkan kode etik bagi perawat.
3.    Menetapkan sistem kredensial dalam keperawatan.
4.    Menetapkan untuk ikut berinisiatif dalam legislasi, program pemerintah, kebijakan kesehatan
nasional dan internasional.
5.    Mendukung adanya sistem pendidikan yang baik, evaluasi dan perhatian dalam keperawatan.
6.    Adanya agensi sentral untuk mengoleksi, menganalisa dan desiminasi dari informasi yang
relevan dengan keperawatan.
7.    Promosi dan proteksi ekonomi dan kesejahteraan bagi perawat.
8.    Membina kepemimpinan bagi perawat baik untuk tingkat nasional maupun internasional.
9.    Membina sikap profesionalisme bagi perawat.
10.  Menyelenggarakan program secara benar.
11.  Memberikan pelayanan masalah-masalah politik pada perawat.
12.  Menjaga terjadinya komunikasi bagi seluruh anggotanya.
13.  Menyediakan advokasi bagi anggotanya.
14.  Berbicara dan menjelaskan tentang profesi keperawatan kepada pihak lain.
15.  Melindungi dan mempromosikan kemajuan kesejahteraan manusia yang terkait dengan perawat
kesehatan.

2.2    Perkembangan Profesionalisme Keperawatan


Melihat catatan sejarah tentang awal mula keberadaan perawat di Indonesia, yang
diperkirakan baru bermula pada awal abad ke 19, dimana disebutkan adanya perawat saat itu
adalah dikarenakan adanya upaya tenaga medis untuk memberikan pelayanan kesehatan yang
lebih baik sehingga diperlukan tenaga yang dapat membantu atau tenaga pembantu. Tenaga
tersebut dididik menjadi seorang perawat melalui pendidikan magang yang berorientasi pada
penyakit dan cara pengobatannya. Sampai dengan perkembangan keperawatan di Indonesia pada
tahun 1983 PPNI (Persatuan Perawat Nasional Indonesia) melakukan Lokakarya Nasional
Keperawatan di Jakarta, melalui lokakarya tersebut perawat bertekad dan bersepakat menyatakan
diri bahwa keperawatan adalah suatu bidang keprofesian.
Perkembangan profesionalisme keperawatan di Indonesia berjalan seiring dengan
perkembangan pendidikan keperawatan yang ada di Indonesia. Pengakuan perawat profesionalan
pemula adalah bagi mereka yang berlatarbelakang pendidikan Diploma III keperawatan. Program
ini menghasilkan perawat generalis sebagai perawat profesional pemula, dikembangkan dengan
landasan keilmuan yang cukup dan landasan profesional yang kokoh.
Perkembangan pendidikan keperawatan dalam rangka menuju tingkat keprofesionalitasan
tidak cukup sampai di tingkat diploma saja, diilhami keinginan dari profesi keperawatan untuk
terus mengembangkan pendidikan maka berdirilah PSIK FK-UI (1985) dan kemudian disusul
dengan pendirian program paska sarjana FIK UI (1999).
Peningkatan kualitas organisasi profesi keperawatan dapat dilakukan melalui berbagai cara
dan pendekatan antara lain:
1.    Mengembangkan sistem seleksi kepengurusan melalui penetapan kriteria dari berbagai aspek
kemampuan, pendidikan, wawasan, pandangan tentang visi dan misi organisasi, dedikasi serta
ketersediaan waktu yang dimiliki untuk organisasi.
2.    Memiliki serangkaian program yang konkrit dan diterjemahkan melalui kegiatan organisasi dari
tingkat pusat sampai ke tingkat daerah. Prioritas utama adalah program pendidikan berkelanjutan
bagi para anggotanya.
3.    Mengaktifkan fungsi collective bargaining, agar setiap anggota memperoleh penghargaan yang
sesuai dengan pendidikan dan kompensasi masing-masing.
4.    Mengembangkan program latihan kepemimpinan, sehingga tenaga keperawatan dapat berbicara
banyak dan memiliki potensi untuk menduduki berbagai posisi di pemerintahan atau sektor
swasta.
5.    Meningkatkan kegiatan bersama dengan organisasi profesi keperawatan di luar negeri, bukan
hanya untuk pengurus pusat saja tetapi juga mengikutsertakan pengurus daerah yang berpotensi
untuk dikembangkan.

2.3    Peran, Fungsi dan Tugas Perawat


1.    Peran Perawat
Peran merupakan tingkah laku yang diharapakan oleh orang lain terhadap seseorang
sesuai dengan kedudukan dalam sistem, dimana dapat dipengaruhi oleh keadaan sosial baik dari
profesi yang bersifat konstan.
Peran perawat menurut konsorium ilmu kesehatan tahun 1989 terdiri dari peran sebagai
pemberi asuhan keperawatan, advokat pasien, pendidik, koordinator, kolaborator, konsultan dan
peneliti.
2.    Fungsi Perawat
Dalam menjalankan perannya, perawat akan melaksanakan berbagai fungsi diantaranya:
fungsi independen, fungsi dependen, dan fungsi interdependen.
a.    Fungsi Independen
Merupakan fungsi mandiri dan tidak tergantung pada orang lain, dimana perawat dalam
menjalankan tugasnya dilakukan secara sendiri dengan keputusan sendiri dalam melakukan
tindakan dalam memenuhi kebutuhan dasar manusia.
b.    Fungsi Dependen
Merupakan fungsi perawat dalam melaksanakan kegiatannya atas pesan atau instruksi dari
perawat lain.
c.    Fungsi Interdependen
Fungsi ini dilakukan dalam kelompok tim yang bersifat saling ketergantungan di antara tim satu
dengan lain.

3.    Tugas Perawat


Tugas perawat dalam menjalankan perannya sebagai pemberi asuhan keperawatan ini
dapat dilaksanakan sesuai dengan tahapan dalam proses keperawatan. Tugas perawat ini
disepakati dalam lokakarya tahun 1983 yang berdasarkan fungsi perawat dalam memberikan
asuhan keperawatan adalah sebagai berikut:
1.    Mengkaji kebutuhan pasien, keluarga, kelompok dan masyarakat serta sumber yang tersedia dan
potensi untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Mengumpul data, menganilisis dan
menginterpretasikan data.
2.    Merencanakan tindakan keperawatan kepada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat
berdasarkan diagnosis keperawatan Mengembangkan rencana tindakan keperawatan.
3.    Melaksanakan rencana keperawatan yang meliputi upaya peningkatan kesehatan, pencegah
penyakit, penyembuhan, pemulihan dan pemeliharaan kesehatan termasuk pelayanan klien dan
keadaan terminal. Menggunakan dan menerapkan konsep-konsep dan prinsip-prinsip ilmu
perilaku, sosial budaya, ilmu biomedik dalam melaksanakan asuhan keperawatan dalam rangka
memenuhi kebutuhan dasar manusia.
4.    Mengevaluasi hasil asuhan keperawatan. Menentukan kriteria yang dapat diukur dalam menilai
rencana keperawatan. Menilai tingkat pencapaian tujuan. Mengidentifikasi perubahan-perubahan
yang diperlukan.
5.    Mendokumentasi proses keperawatan. Mengevaluasi data permasalahan keperawatan. Mencatat
data dalam proses keperawatan. Menggunakan catatan klien untuk memonitor asuhan
keperawatan.
6.    Mengidentifikasi hal-hal yang perlu diteliti atau dipelajari serta merencanakan studi kasus guna
meningkatkan pengetahuan dan mengembangkan keterampilan dalam praktik keperawatan.
Mengidentifikasi masalah-masalah penelitian dalam bidang keperawatan. Membuat usulan
rencana penelitian keperawatan. Menerapkan hasil penelitian dalam praktik keperawatan.
7.    Berperan serta dalam melaksanakan penyuluhan kesehatan kepada klien keluarga kelompok
serta masyarakat. Mengidentifikasi kebutuhan pendidikan kesehatan. Membuat rencana
penyuluhan kesehatan. Melaksanakan penyuluhan kesehatan. Mengevaluasi hasil penyuluhan
kesehatan.
8.    Bekerja sama dengan disiplin ilmu terkait dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada klien,
keluarga, kelompok, dan masyarakat. Berperan serta dalam pelayanan kesehatan kepada
individu, keluarga kelompok dan masyarakat. Menciptakan komunikasi yang efektif baik dengan
tim keperawatan maupun tim kesehatan lain.
9.    Mengelola perawatan klien dan berperan sebagai ketua tim dalam melaksanakan kegiatan
keperawatan. Menerapkan keterampilan manajemen dalam keperawatan klien secara
menyeluruh.

2.4    Definisi dan Analisis Penyusun Mengenai Keperawatan Sebagai Profesi


Keperawatan merupakan suatu bentuk pelayanan yang dilakukan oleh perawat dengan
memberikan asuhan keperawatan secara tepat kepada individu, kelompok dan masyarakat, yang
bertujuan untuk meningkatkan kesehatan, mencegah dan mengobati penyakit serta pemulihan
kesehatan demi tercapainya kesejahteraan umat manusia, dengan berpegang teguh pada kode etik
yang melandasinya. Sedangkan perawat adalah seseorang yang telah menyelesaikan studinya dan
telah siap untuk mengabdikan dirinya kepada masyarakat.
Perawat merupakan salah satu pekerjaan yang mulia dengan cara memberikan perawatan
yang benar, sesuai dengan ilmu yang telah didapatkannya. Ilmu tersebut diterapkannya dengan
suatu metode yang dikenal dengan “Proses Keperawatan”. Metode ini merupakan metode yang
sistematis, meliputi tahap pengkajian, diagnosa keperawatan, merencanakan, melaksanakan dan
mengevaluasi tindakan keperawatan.
Dari tahapan metode ini, perawat sering menemukan hal-hal baru dari setiap kasus yang
ditanganinya. Oleh karena itu, mereka perlu meningkatkan wawasannya agar mampu menangani
klien-kliennya dengan benar. Hal inilah yang membawa perubahan besar bagi dunia keperawatan
karena pelayanan yang pada awalnya hanya berdasarkan pengalaman, kemudian berkembang
menjadi pelayanan yang didasarkan pada ilmu keperawatan yang selalu berubah sesuai dengan
perkembangan zaman.
Profesi merupakan suatu keahlian yang membutuhkan ilmu pendidikan dan pelatihan sebagai
dasar pengembangan teori untuk menangani permasalahan yang sering muncul dalam bidangnya.
Dengan melihat definisi dan ciri-ciri dari profesi diatas, maka dapat disimpulkan bahwa
keperawatan dianggap sebagai suatu profesi. Hal ini dikarenakan keperawatan memiliki ciri-ciri
yang sama dengan profesi.
Keperawatan sebagai suatu profesi adalah salah satu pekerjaan bagian dari tim kesehatan,
yang ikut bertanggung jawab dalam membantu klien sebagai individu, keluarga, maupun sebagai
masyarakat, baik dalam kondisi sehat ataupun sakit, yang bertujuan untuk tercapainya
pemenuhan kebutuhan dasar klien, dalam mempertahankan kondisi kesehatan yang optimal,
dalam menentukan tindakan keperawatan harus didasarkan pada ilmu pengetahuan, komunikasi
interpersonal serta memiliki keterampilan yang jelas dalam keahliannya.
BAB III
PENUTUP
3.1    Simpulan
Dengan melihat definisi, ciri profesi yang telah disebutkan diatas dapat kita analisis bahwa
keperawatan di Indonesia dapat dikatakan sebagai suatu profesi. Karena memiliki ciri-ciri dari
profesi yaitu mempunyai body of knowledge, berhubungan dengan nilai-nilai sosial, masa
pendidikan, motivasi, otonomi, komitmen, kesadaran bermasyarakat, dan kode etik.
Keperawatan sebagai suatu profesi adalah salah satu pekerjaan bagian dari tim kesehatan,
yang ikut bertanggung jawab dalam membantu klien sebagai individu, keluarga, maupun sebagai
masyarakat, baik dalam kondisi sehat ataupun sakit, yang bertujuan untuk tercapainya
pemenuhan kebutuhan dasar klien, dalam mempertahankan kondisi kesehatan yang optimal,
dalam menentukan tindakan keperawatan harus didasarkan pada ilmu pengetahuan, komunikasi
interpersonal serta memiliki keterampilan yang jelas dalam keahliannya.

3.2    Saran
Penyusun berharap agar semua perawat dapat meningkatkan kualitas kerjanya dan mampu
menjadi seseorang yang profesional dalam bidangnya.

DAFTAR PUSTAKA

Sumijatun. 2010. Konsep Dasar Menuju Keperawatan Profesional. Jakarta: Trans Info Media
Pro-Health. 2009. Keperawatan Sebagai Suatu Profesi.
(http://stikeskabmalang.wordpress.com/2009/09/17/keperawatan-sebagai-suatu-profesi-3/

No. 6. Makalah Peran dan fungsi perawat profesional

BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Saat ini dunia keperawatan semakin berkembang. Hampir dua dekade profesi ini menyerukan
perubahan paradigma. Perawat yang semula tugasnya hanyalah semata – mata menjalankan
perintah dokter kini berupaya meningkatkan perannya sebagai mitra kerja dokter seperti yang
sudah dilakukan di negara – negara maju. Perawat dianggap sebagai salah satu profesi kesehatan
yang harus dilibatkan dalam pencapaian tujuan pembangunan kesehatan baik di dunia maupun di
Indonesia.
Sebagai sebuah profesi yang masih berusaha menunjukkan jati diri, profesi keperawatan
dihadapkan pada banyak tantangan. Tantangan ini bukan hanya dari eksternal tapi juga dari
internal profesi ini sendiri. Untuk itu perawat dituntut memiliki skill yang memadai untuk
menjadi seorang perawat profesional.
Seiring dengan berjalannya waktu dan bertambahnya kebutuhan pelayanan kesehatan menuntut
perawat saat ini memiliki pengetahuan dan keterampilan di berbagai bidang. Saat ini perawat
memiliki peran yang lebih luas dengan penekanan pada peningkatan kesehatan dan pencegahan
penyakit, juga memandang klien secara komprehensif.

B.    Tujuan
Tujuan Umum : Adapaun tujuan penulisan makalah ini adalah agar kita dapat mengetahui dan
memahami perawat sebagai peran dan fungsi perawat profesional.
Tujuan khusus penulisan makalah ini adalah:
1.      Mengetahui dan memahami pengertian dari perwata sebagai profesi
2.      Mengetahui dan memahami pengertian perawat profesional
3.      Mengetahui dan memahami peran profesional
4.      Mengetahui dan memahami fungsi perawat profesional.

BAB II
PEMBAHASAN
A.      Pengertian
Perawat adalah mereka yang memiliki keamampuan dan kewenangan melakukan tindakan
keperawatan berdasarkan ilmu yang dimilikinya yang diperoleh melalui pendidikan keperawatan.
Seseorang dikatakan perawat profesional jika memiliki ilmu pengetahuan, ketrampilan
keperawatan profesional serta memliki sikap profesional sesuai kode etik profesi.
Seseorang dikatakan perawat profesional jika memiliki ilmu pengetahuan ketrampilan
keperawatan profesional serta memiliki sikap profesional sesuai kode etik profesi.

B.       Peran Perawat


Doheny (1982) mengidentifikasi beberapa elemen peran perawat profesional, meliputi:
1.      Care giver, sebagai pemberian asuhan keperawatan
2.      Client advocate, sebagai pembela untuk melindungi klien
3.      Consellor, sebagai pemberi bimbingan/konseling klien
4.      Educator, sebagai pendidik klien
5.   Collaborator, sebagai anggota tim kesehatan yang dituntut untuk dapat bekerja sama dengan
tenaga kesehatan lain
6.      Coordinator, sebagai koordinator agar dapat memanfaatkan sumber-sumber dan potensi klien.
7.      Change agent, sebagai pembaru yang selalu dituntut untuk mengadakan perubahan-perubahan.
8.      Consultant, sebagai sumber informasi yang dapat membantu memecahkan masalah klien. 
1.      Care giver/ pemberi asuhan
Sebagai pelaku/pemberi asuhan keperawatan , perawat dapat memberikan pelayanan
keperawatan secara langsung dan tidak langsung kepada klien, menggunakan pendekatan proses
keperawatan yang meliputi: melakukan pengkajian dalam upaya mengumpulkan data dan
informasi yang benar, menegakkan diagnosis keperawatan berdasarkan hasil analisis dataa,
merencakan intervensi keperawatan sebagai upaya mengatasai masalah yang muncul dan
membuat langkah atau cara pemecahan masalah, melaksanakan tindakan keperawatan sesuai
dengan rencana yang ada, dan melakukan evaluasi berdasarkan respons klien terhadap tindakan
keperawatan yang telah dilakukannya.
Peran utamanya adalah memberikan asuhan keperawatan kepada klien yang meliputi
intervensi/tindakan keperawatan, observasi, pendidikan kesehatan dan menjalankan tindakan
medis sesuai dengan pendelegasian yang diberikan.
2.      Client advocate
Sebagai advocat klien, perawat berfungsi sebagai penghubung antara klien dengan tim
kesehatan lain dalam upaya pemenuhan kebutuhan klien , membela kepentingan klien, dan
membantu klien memahami semua informasi dan upaya kesehatan yang diberikan oleh tim
kesehatan dengan pendekatan tradisional maupun profesional. Peran advokasi sekaligus
mengharuskan perawat bertindak sebagai narasumber dan fasilitator dalam tahap pengambilan
keputusan terhadap upaya kesehatan yang haarus dijalani oleh klien. Dalam menjalankan peran
sebagai advocat (pembela klien) perawat harus dapat melindungi dan memfasilitasi keluarga dan
masyarakat dalam pelayanan keperawtatan.
3.      Consellor
Tugas utama perawat adalah mengidentifikasi perubahan pola interaksi klien terhadap
keadaan sehat sakitnya. Konseling diberikan kepada individu/keluarga dalam mengintregasikan
pengalaman kesehatan dengan pengalaman yang lalu, pemecahan masalah difokuskan pada
masalah keperawatan, mengubah perilaku hidup ke arah perilaku hidup sehat.
4.      Educator
Sebagai pendidik klien, perawat membantu klien meningkatkan kesehatannya melalui
pemberian pengetahuan yang terkait dengan keperawtan dan tindakan medik yang diterima
sehingga klien/keluarga dapat menerima tanggung jawab terhadap hal-hal yang diketahuinya.
Sebagai pendidik, perawat juga dapat memberikan pendidikan kesehatan kepada kelompok
keluarga yang berisiko tinggi, kader kesehatan dan lain sebagainya.
5.      Collaborator
Perawat bekerja sama dengan tim kesehatan lain dan keluarga dalam menentukan rencana
maupun pelaksanaan asuhan keperawtan guna memenuhi kebutuhan kesehatan klien.
6.      Coordinator
Perawat memanfaatkan semua sumber-sumber dan potensi yang ada, baik materi maupun
kemampuan klien secara terkoordinasi sehingga tidak ada intervensi yang terlewatkan maupun
tumpang tindih.
Dalam menjalankan peran sebagai koordinator perawat dapat melakukan hal-hal berikut.
1.      Mengoordinasi seluruh pelayanan keperawatan
2.      Mengatur tenaga keperawatan yang akan bertugas
3.      Mengembangkan sistem pelayanan keperawatan
4.      Memberikan informasi tentang hal-hal yang terkait dengan pelayanan keperawatan pada sarana
kesehatan

7.      Change agent


Sebaga pembaru, perawat mengadakan inovasi dalam cara berpikir, bersikap, bertingkah
laku dan meningkatkan ketrampilan klien/keluarga agar menjaadi sehat. Elemen ini mencakup
perencanaan, kerja sama, perubahan yang sistematis dalam berhubungan dengan klien dan cara
memberikan perawatan pada klien
8.      Consultant
Elemen ini secara tidak langsung berkaitan denga permintaan klien terhadap infoormasi
tentang tujuan keperawatan yang diberikan. Dengan peran ini dapat dikatakan, perawat adalah
sumber informasi yang berkaitan dengan kondisi spesifik klien.

C.      Fungsi Perawat


Fungsi adalah pekerjaan yang harus dilaksanakan sesuai dengan perannya.
a.    Pemberian asuhan/pelayanan keperawatan
b.    Praktik keperawatana
c.    Pengelolaan institusi keperawatan
d.   Pendidik klien (individu, keluarga, dan masyarakat).

Tujuh Fungsi Perawat (Phaneuf 1972)


1.      Melakasanakan instruksi dokter
2.      Observasi gejala dan respon pasien yang berhubungan dengan penyakit dan penyebabnya.
3.      Memantau pasien, menyusun dan memperbaiki rencana keperawatan secara terus-menerus
berdasarkan pada kondisi dan kemampuan pasien
4.      Supervisi semua pihak yang ikut terlibat dalam perawatan pasien
5.      Mencata dan melaporkan keadaan pasien
6.      Melaksanakan prosedur dan teknik keperawatan
7.      Memberikan pengarahan dan penyuluhan untuk meningkatkan kesehatan fisik dan mental.

Fungsi perawat (PK. St. Carolus 1983)


a.       Fungsi pokok
Membantu individu, keluarga, dan masyarakat baik sakit maupun sehat dalam
melaksanakan kegiatan yang menunjang kesehatan, penyembuhan atau menghaapi kematian
yang pada hakikatnya dapat mereka laksanakan tanpa bantuan apabila mereka memiliki
kekuatan, kemauan dan pengetahuan. Bantuan yang deberikan bertujuan menolong dirinya
sendiri secepat mungkin
b.      Fungsi tambahan
Membantu individu, keluarga dan masyarakat dalam melaksanakan rencana pengobatan
yang ditentukan oleh dokter

c.       Fungsi kolaboratif


Sebagai anggota tim kesehatan, perawat bekerja dalam merencanakan dan melaksanakan
program kesehatan yang mencakup pencegahan penyakit, peningkatan kesehatan, penyembuhan
dan rehabilitasi.

D.      Nilai Penting Keperawatan Profesional


1.    Komitmen yang kuat terhadap pelayanan yang diberikan oleh keperawatan untuk masyarakat
Hal ini dianggap sebagai hal yang sangat penting. Karena peran perawat berfokus pada kesehatan
dan perawatan. Hal ini membuat perawt harus bertanggung jawab untuk meningkatkan status
kesehatan semua manusia.
2.    Percaya pada martabat dan nilai setiap orang
Keperawatan adalah suatu profesi yang berorientasi pada manusia tanpa menghiraukan
kebangsaan, ras, keyakinan, warna kulit, usia, jenis klamin politik, kelas sosial, dan status
kesehatan adalah hal yang sangat mendasar dalam kesehatan. 3.    Komiten terhadap pendidikan

Hal ini mencerminkan manfaa pendidikan sepanjang hidup. Dalam hal keperawatan profesional,
lulusan perlu melanjutkan pendidikan untuk mempertahankan dan memperluas tingkat
kompetensi mereka agar memenuhi kreteria profesional, mengantisipasi peran perawat pada
masa yang akan datang, dan memperluas ilmu pengetahuan profesional.

4.    Otonomi
Hak menentukan diri sebagai profesi yang berarti para perawat haus memiliki kebebasan untuk
menggunakan pengetahuan dan ketrampilan mereka guna kemajuan manusia dan otoritas serta
kemampuan untuk melihat bahwa layanan keperawatan diberikan secara aman dan efektif.
BAB III
PENUTUP
A.       Kesimpulan
Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan profesional sebagai bagian integral dari
pelayanan kesehatan yang meliputi aspek bio-psilo-sosio-spiritual yang komprehensif, ditujukan
kepada individu, keluarga atau masyarakat yang sehat maupun sakit yang mencangkup siklus
hidup manusia. Keperawatan dapat dipandang sebagai suatu profesi karena mempunyai body of
knowledge, pendidikan berbasis keahlian pada jenjang pendidikan tinggi, memberikan pelayanan
kepada masyarakat melalui praktik dalam bidang profesi, memiliki perhimpunan atau organisasi
profesi, memberlakukan kode etik keperawatan, otonomi dan motivasi bersifat altruistik.
Untuk menunjang keperawatan professional maka di perlukan Peningkatan kualitas
organisasi profesi keperawatan dengan berbagai cara, pendekatan serta kiat kiat yang lebih
difokuskan pada kemampuan perawat untuk memberikan asuhan keperawatan secara
komprehensif dengan sentuhan seni dalam arti menggunakan kiat – kiat tertentu dalam upaya
memberikan kenyaman dan kepuasan pada klien.

B.     Saran
Kami sadar bahwa penyusunan makalah ini jauh dari sempurna. Untuk itu kami
mengharapkan kritik dan saran  yang membangun. Untuk terakhir kalinya kami berharap
pembuatan makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua khususnya bagi perawat sehingga
dapat meningkatkan kualitas kerja dan mampu menjadi perawat profesional dibidangnya.

DAFTAR PUSTAKA

Ns. Asmadi, S.Kep. 2008. Konsep Dasar Keperawatan. Buku Kedokteran EGC. Jakarta
Kuswanto, S.Kep. M.Kes. 2004. Pengantar Profesi dan Praktik Keperawatan Profesional. Buku
Kedokteran EGC. Jakarta
Blais, Kathleen Koening, Jonice S. Hayes, dkk. 2007. Praktik Keperawatan Profesional. Widya
Medika. Jakarta
H. Zaidin Ali, SKM, MM. 2002. Dasar-Dasar Keperawatan Profesional. Widya Medika. Jakarta
http://kti-akbid.blogspot.com/2011/03/makalah-peran-dan-fungsi-perawat.html
http://nizaraharja92.blogspot.com

Anda mungkin juga menyukai