“Komunikasi Keperawatan”
Dosen Pengampu :
Disusun Oleh :
(202114401008)
2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat, taufiq, dan hidayah-NYA,
sehingga saya dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “KOMUNIKASI TERAPEUTIK
PADA PASIEN BERKEBUTUHAN KHUSUS (DISORIENTASI)” dengan tepat waktu.
Adapun tujuan makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas Mata Kuliah “Komunikasi
Keperawatan”
Saya selaku penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Tiara Fatma P.
S.Kep.,Ns.,M.Tr.Kep. selaku dosen pengampu Mata Kuliah “Komunikasi Keperawatan”.
Ucapan terima kasih juga saya sampaikan kepada semua pihak yang bersangkutan yang telah
membantu saya dalam mengerjakan makalah ini.
Saya sebagai penulis merasa masih banyak kekurangan dalam penyusunan tugas
makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman. Maka dari itu saya
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari para pembaca untuk menjadikan
makalah ini menjadi lebih sempurna.
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................................i
DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................4
2.1. KomunikasiTerapeutik....................................................................................................5
3.2. Dialog komunikasi terapeutik perawat dan pasien berkebutuhan khusus (Disorientasi)
..............................................................................................................................................11
BAB IV PENUTUP................................................................................................................15
4.1. Kesimpulan....................................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................16
ii
BAB I
PENDAHULUAN
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
4
2.2. Pengertian Disorientasi
Disorientasi adalah kehilangan daya untuk mengenal lingkungan, terutama yang
berkenaan dengan waktu, tempat dan orang. Orang sering menghubungkan
disorientasi ini dengan “kebingungan”. Disiorentasi tak hanya terjadi karena
kepikunan semata-mata atau karena kita bingung mau apa dan mengerjakan apa.
Banyak orang yang neuronnya masih bagus juga dapat mengalami kejadian tersebut.
Kebingungan tingkat patologis biasanya mengacu pada kehilangan orientasi
(kemampuan untuk menempatkan diri dengan benar di dunia dengan waktu, lokasi,
dan identitas pribadi) dan sering mengganggu memori (kemampuan untuk benar
mengingat peristiwa-peristiwa sebelumnya atau belajar pada sesuatu atau materi
baru). Kebingungan seperti itu tidak sama dengan ketidakmampuan untuk
memusatkan perhatian (Suryani.2013).
Disorientasi pemikiran menyebabkan seseorang tidak dapat menepati diri
dengan benar di dunia dengan waktu, lokasi, dan identitas pribadinya. Ketika
seseorang dikatakan disorientasi pemikiran dimana mereka tidak dapat berpikir dan
menempatkan diri dengan benar dengan waktu, lokasi, dan siapa dirinya. Orang
tersebut bisa dikategorikan mengalami gangguan kesehatan baik secara fisik, mental
dan sosial. Dengan kata lain orang yang mengalami disorientasi pemikiran memiliki
salah satu ciri orang yang mulai mengalami gangguan jiwa. Kondisi tersebut
membuat perawat harus melakukan komunikasi terapeutik untuk memfokuskan
pasien.
5
Berbagai faktor di masyarakat yang memberi seseorang disingkurkan dengan
kesepian yang selanjutnya tidak dapat diatasi sehingga timbul akibat berat ilusi
dan halusinasi
3) Faktor psikologis
Hubungan interpersonal yang tidak harmonis, peran ganda atau peran yang
bertentangan dapat menimbulkan ansietas berat yang berakhir dengan
pengingkara kon kenyataan
4) Faktor biologis
Struktur otak yang abnormal ditemukan pada pasien gangguan orientasi realita
dapat ditemukan atrapi otak, pembesaran ventrikul, perubahan besar dan bentuk
kartikul dan limbik
5) Fakor genetik
Gangguan orientasi realita umumnya ditemukan pada skizofrenia hebefrenik,
ditemukan cukup tinggi pada keluarga dengan skizofrenia dan akan lebih tinggi
pada keluarga dengan kedua orang tua menderita skizofrenia, dari hasil
penelitian ditemukan kembar zigat pada perkembangan skizofrenia
b. Faktor Presipitasi
Faktor presipitasi yang bersumber internal dan eksternal yaitu :
1) Stress sosial budaya
Stress dan kecemasan akan meningkat bila terjadi penurunan stabilitas keluarga
perpisahan dengan orang penting atau diasingkan kelompok
2) Faktor biokimia
Berbagai penelitian tentang dopamin, norepineprin inalamin, zat halusinagenik
diduga berkaitan dengan gangguan orientasi realita
3) Faktor psikologis
Intensitas kecemasan yang ekstrem dan memanjang disertai terbatasnya
kemapuan mengatasi masalah kemungkinan berkembangnya gangguan
orientasi realita, pasien mengembangkan koping untuk menghindari kenyataan
yang tidak menyenangkan
4) Perilaku
Perilaku yang perlu dikaji pada pasien gangguan orientasi realita baerkaitan
denga perubahan, proses berfikir, ofektik, persepsi, motorik dan sosial
(Afnuhazi, R. 2015).
6
2.4. Ragam Penyebab Disorientasi
1) Delirium
Gangguan delirium adalah perubahan tiba-tiba dalam otak yang memicu
kebingungan mental dan gangguan emosional. Kondisi ini dapat membuat
penderitanya sulit berpikir, sulit mengingat suatu hal, susah tidur, sulit
konsentrasi, dan berkurangnya kesadaran terhadap lingkungan sekitar. Delirium
dapat berlangsung dalam periode yang singkat. Delirium dapat dipicu oleh
beberapa faktor, termasuk obat-obatan, infeksi, gangguan keseimbangan
metabolik, atau trauma. Seseorang juga dapat mengalami delirium saat baru saja
mengalami operasi atau tengah menjalani perawatan intensif di rumah sakit
(Afnuhazi, R. 2015).
2) Demensia
Demensia juga menjadi penyebab utama seseorang mengalami disorientasi.
Demensia sendiri merupakan istilah umum untuk masalah daya ingat, gangguan
berbicara, gangguan pemecahan masalah, dan gangguan kepribadian lain yang
bisa parah dan mengganggu aktivitas sehari-hari. Demensia dapat berbeda dengan
delirium. Apabila delirium terjadi dalam periode yang singkat, demensia terjadi
lebih perlahan pada penderitanya. Demensia juga cenderung permanen dan
menimbulkan gejala yang konsisten.
3) Alkohol dan obat-obatan
Beberapa jenis obat, termasuk obat ilegal dapat memicu terjadinya disorientasi.
Begitu pula dengan konsumsi alkohol yang dapat membuat seseorang mengalami
kondisi ini.
Selain penyebab utama diatas, gangguan medis lain juga dapat memicu
disorientasi yaitu:
a. Gangguan pada organ tertentu, seperti gagal hati, sirosis hati, gagal ginjal
b. Keracunan karbon monoksida
c. Masalah pada otak, seperti radang arteri diotak, meningitis, ensefalitis, gegar
otak, tumor di otak, atau hematoma di otak
d. Dehidrasi dan kelainan elektrolit
e. Overdosis obat
f. Epilepsi dan kejang parsial kompleks
7
g. Penyakit yang berkaitan dengan temperatur panas
h. Demam
i. Hipotermia
j. Sepsis atau komplikasi akibat infeksi
k. Hipoksia atau suplai oksigen yang berkurang
l. Stroke
m. Ganggua vestibular yang memengaruhi telinga bagian dalam
n. Kekurangan vitamin
o. Sindrom reye, yakni kondisi langka yang memicu pembengkakan pada hati
dan otak
p. Hipertiroidisme dan hipotiroidisme
8
Gangguan presepsi:
1. Halusinasi adalah gangguan persepsi yang membuat seseorang mendengar,
merasa, mencium, atau melihat sesuatu yang sebenarnya tidak ada
2. Halusinasi auditoris (pendengaran) ketika mendengar suara kaki, ketukan pintu
dan yang lain, namun orang lain tidak mendengarnya, karena sebenarnya suara
tersebut tidak ada
3. Halusinasi visual melibatkan indra penglihatan, yang membuat penderitanya
seolah melihat sesuatu tetapi benda tersebut sebenarnya tidak ada
4. Ilusi adalah kondisi ketika rangsangan yang diperoleh dari salah satu atau
beberapa pancaindra salah diartikan, sehingga tidak sesuai dengan kenyataan
sebenarnya
d) Daya ingat
Gangguan daya ingat:
1. Amnesia atau hilang ingatan adalah kondisi dimana seseorang kehilangan
ingatannya
2. Paramnesia atau sering disebut sebagai ingatan palsu, yakni terjadinya distori
ingatan dari informasi/ pengalaman yang sebenarnya
3. Hipermnesia adalah perubahan memori dimana individu dapat
mempertahankan dan mengingat sejumlah besar data dan gambar
4. Represi adalah usaha psikologis seseorang yang bertujuan untuk meredam
keinginan, hasrat, atau instingnya sendiri
5. Letologikaadalah kondisi saat kita sulit mengingat atau lupa kata yang akan
diucapkan
9
c. Berbicara dengan pasien di tempat yang tenang dan yang tidak memiliki banyak
gangguan
d. Memastikan bahwa pasien dapat melihat perawa. Menyalakan lampu jika
ruangan terlalu gelap
e. Menggambar atau memberikan garis bawah saat menyampaikan sesuatu yang
penting sehingga membantu mereka memahami apa yang dikatakan
f. Memeberikan pertanyaan terbuka, pertanyaan dengan jawaban “ya” atau “tidak”
g. Berbicara dengan nada rendah, tidak dengan suara bernada tinggi
h. Gunakan isyarat pada saat yang tepat. Menunjuk ke objek atau menunjukkan
tindakan, seperti menyikat gigi
i. Berkomunikasi dengan sentuhan dan suara yang tenang
10
BAB III
APLIKASI TEORI
11
B. Tahap Kerja
Perawat :”Sebelum kita mulai silahkan ibu tarik nafas dulu supaya rileks” (pasien
menarik nafas 3x)
Pasien :”Sudah mbak”
Perawat :”Bagus ibu”
Perawat :”Apakah ibu mendengar atau melihat sesuatu?”
Pasien “Iya mbak, saya sering dengar suara-suara aneh yang saya gatau suara siapa
dan darimana suaranya”
Perawat :”Apakah pengalaman ini terus menerus terjadi atau sewaktu-waktu saja?”
Pasien :”Sering banget mbak apalagi kalau saya sedang sendirian”
Perawat :”Kapan ibu mengalami hal itu?”
Pasien :”Kalau saya sendirian mbak dengan anak saya tanpa suami saya”
Perawat :”Berapa kali sehari ibu mengalami hal itu? Pada keadaan apa terdengar suara
itu?”
Pasien :”Kalau berapanya sering banget mbak pokoknya”
Perawat :”Apakah pada waktu sendiri?”
Pasien :”Iya mbak waktu saya hanya dengan anak saya tanpa suami saya”
Perawat “Bagaimana dengan kegiatan ibu sehari-hari, apakah terganggu?”
Pasien :”Ya jelas terganggu mbak, kadang saya sampai tidak konsentrasi. Saya tidak
bisa bebas dengan putri saya karena jujur saya sendiri takut kalau saya
mencelakakan putri saya sendiri”
Perawat :”Selain ibu siapa yang biasanya bersama putri ibu?”
Pasien ::Kalau sekarang saya ditemani ayah dan suami saya. Kalau suami saya kerja
saya dengan ayah saya jaga putri saya, kalau ayah saya kerja maka saya
dengan suami saya, yang penting anak saya aman mbak”
Perawat :”Suara apa yang ibu dengar, boleh saya tau?”
Pasien :”Ya pokoknya suara itu bilang “buang anakmu” gitu terus mbak. Saya
sampai ketakutan dan bingung darimana suara itu”
Perawat :”Anak ibu usianya berapa bulan atau tahun?”
Pasien :”Anak saya usianya masih 2 bulan mbak”
Perawat :”Selama ini apa yang ibu lakukan jika mendengar suara itu?”
Pasien :”Saya cuma bisa istighfar sambil peluk anak saya erat-erat mbak. Saya takut
kalau suatu saat saya nggak bisa kenalikan diri saya sendiri mbak”
12
Perawat :”Bagus, ibu mau menceritakan semua ini. Sampai saat ini perlindungan diri
ibu terhadap suara-suara itu sudah bagus, tetap pertahankan ya bu. Ibu bisa
meminta bantuan saya kapanpun ibu mau, keluarga atau teman bisa
memebantu. Ibu sebaiknya menyibukkan diri dengan hal lain supaya bisa
meminimalisir dari memikirkan suara-suara itu”
Pasien :”Begitu ya mbak, terima kasih banyak mbak atas sarannya”
Perawat :”Salah satu cara untuk menghilangkan atau mencegah suara-suara itu adalah
dengan cara menghardik bu”
Pasien :”Gimana itu mbak cara menghardik?”
Perawat :”Nah, begini ketika ibu dengar suara itu, ibu bisa pergi ke lain arah atau lain
tempat kemudian ibu teriak dengan keras “aku tidak mau membuang
anakku!” begitu terus bu berulang kali ketika ibu mendengar suara yang
menyuruh ibu untuk membuang anak ibu”
Perawat :”Apakah sudah paham ibu?”
Pasien :”Iya mbak, saya paham sekarang, terima kasih banyak ya mbak”
C. Tahap Terminasi
Perawat :”Bagaimana perasaan ibu setelah kita bercakap-cakap?”
Pasien :”Ya saya jadi yakin bahwa suara yang saya dengar itu tidak nyata dan tidak
patut saya percayai”
Perawat :”Bagus ibu. Nah untuk besok saya mau mengajarkan cara untuk mencegah
suara-suara itu lagi, kira-kira ibu bisa pukul berapa? Bagaimana bila seperti
sekarang ini?”
Pasien :”Ya gapapa deh mbak”
Perawat :”Dimana ibu kira-kira kita ngobrolnya?”
Pasien :”Disini lagi juga gapapa mbak”
Perawat :”Baik ibu, saya pamit ya bu. Jangan lupa untuk meminta bantuan saya atau
perawat keluarga ibu jika ada apa-apa ya”
Perawat :”Assalamu’alaikum”
Pasien :”Wa’alaikumsalam
13
BAB IV
PENUTUP
4.1.Kesimpulan
Komunikasi adalah bagian yang penting dalam kehidupan dan menyatu dengan
kehidupan kita. Setiap saat, manusia selalu berkomunikasi dan menggunakannya dalam
berinteraksi dengan manusia lain. Komunikasi dalam aktivitas keperawatan adalah hal
yang paling mendasar dan menjadi alat kerja utama bagi setiap perawat untuk
memeberikan pelayanan/asuhan keperawatan karena perawat secara terus-menerus
selama 24 jam bersama pasien.
Komunikasi terepeutik merupakan suatu hubungan perawat dengan pasien yang
dirancang untuk mencapai tujuan therapy dalam pencapaian tingkat kesembuhan yang
optimal dan efektif dengan harapan lama hari rawat pasien menjadi pendek dan
dipersingkat (Muhith & Siyoto, 2018).
Disorientasi pemikiran menyebabkan seseorang tidak dapat menepati diri dengan
benar di dunia dengan waktu, lokasi, dan identitas pribadinya. Ketika seseorang
dikatakan disorientasi pemikiran dimana mereka tidak dapat berpikir dan menempatkan
diri dengan benar dengan waktu, lokasi, dan siapa dirinya.
14
DAFTAR PUSTAKA
Afnuhazi, R. (2015). Komunikasi terapeutik dalam keperawatan jiwa.Yogyakarta: Gosyen
Publishing
15