Makalah ini ditujukan untuk memenuhi salah satu tugas dari mata kuliah
Komunikasi dalam Keperawatan II
Dosen Pembimbing
Raihany Sholihatul M, S.Kep., Ners., M.Kep
Disusun oleh :
Farah Nabila Nofitriani 191FK03023
Mutia Kansha 191FK03021
Sari Damayanti 191FK03029
Sinta Anggraeni 191FK03022
Tyan Lassanova Fazrin Nugraha 191FK03017
Kelompok 1b
Kelas 1A
FAKULTAS KEPERAWATAN
2020
KATA PENGANTAR
Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada
pembaca. Walaupun makalah ini memiliki kelebihan dan kekurangan. Kami
mohon untuk saran dan kritik nya. Terimakasih.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
1.1 Latar Belakang........................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah...................................................................................2
1.3 Tujuan......................................................................................................2
1.4 Manfaat....................................................................................................2
BAB II TINJAUAN TEORI................................................................................4
2.1 Pengertian komunikasi terapeutik dalam keadaan gawat darurat....4
2.2 Tujuan komunikasi terapeutik dalam keadaan gawat darurat..........5
2.3 Konsep dasar keperawtan gawat darurat.............................................5
2.4 SPGDT (sistem penanggulangan gawat darurat terpadu)..................6
2.5 Prinsip komunikasi terapeutik dalam keadaan gawat daruat............8
2.6 Fase-fase dalam komunikasi gawat darurat.........................................8
BAB III KESIMPULAN DAN SARAN...........................................................10
3.1 Kesimpulan............................................................................................10
3.2 Saran.......................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................11
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Komunikasi terapeutik merupakan salah satu cara untuk memberikan
informasi yang akurat dan membina hubungan saling percaya dengan klien
sehingga klien akan merasa puas dengan pelayanan keperawatan yang
diterimanya. Pada pasien gawat darurat perlu memperhatikan tehnik-tehnik
dan tahapan baku komunikasi terapeutik yang baik dan benar.
Komunikasi adalah suatu penyampaian informasi dan pengertian dari
seseorang kepada orang lain. Komunikasi dalam keperawatan memiliki makna
tersendiri karena merupakan langkah dalam setiap pengimplementasian proses
keperawatan. Komunikasi terapeutik merupakan komunikasi yang dilakukan
secara sadar dan terencana yang tujuannya untuk kesembuhan
pasien (Nugroho, 2009).
Komunikasi teraupetik mengembangkan hubungan interpersonal antara
klien dan perawat (Slamet, 2014). Umumnya komunikasi terapeutik seringkali
diabaikan oleh dokter maupun perawat, karena mereka menganggap bahwa
keahliannya hanya untuk menyembuhkan pasien dengan melakukan suatu
tindakan medis. Padahal komunikasi terapeutik sangat diperlukan untuk
membangun suatu hubungan saling percaya antar pasien dengan perawat atau
keluarga pasien dengan perawat.
Gawat Darurat adalah keadaan klinis pasien yang membutuhkan tindakan
medis segera guna penyelamatan nyawa dan pencegahan kecacatan lebih
lanjut (UU no 44 tahun 2009). Gawat darurat adalah Suatu keadaan yang
terjadinya mendadak mengakibatkan seseorang atau banyak orang
memerlukan penanganan / pertolongan segera dalam arti pertolongan secara
cermat, tepat dan cepat. Apabila tidak mendapatkan pertolongan semacam itu
maka korban akan mati atau cacat / kehilangan anggota tubuhnya seumur
hidup.Dalam pelaksanaan tindakan denagn klien gawat darurat perawat perlu
melakukan komunikasi terapiotik pada klien harus dengan jujur, memberikan
gambaran situasi yang sesunguhnya sedang terjadi dengan tidak menambahkn
1
kecemasan dan memberikan suport verbal maupun non verbal . Klien dapat
merasakan puas
ataupun tidak puas apabila klien sudah mendapatkan pelayanan kesehatan
yang diberikan petugas di IGD, baik yang bersifat fisik, kenyamanan dan
keamanan serta komunikasi terpeutik yang baik.
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian komunikasi terapeutik dalam keadaan gawat
darurat
2. Untuk mengetahui tujuan komunikasi terapeutik dalam keadaan gawat
darurat
3. Untuk mengetahui konsep dasar keperawatan gawat darurat
4. Untuk mengetahui yang dimaksud dengan SPGDT
5. Untuk mengetahui prinsip komunikasi terapeutik dalam keadaan gawat
daruat
6. Untuk mengetahui fase-fase komunikasi terapeutik dalam keadaan gawat
daruat
1.4 Manfaat
1. Mahasiswa dapat memahami pengertian komunikasi terapeutik dalam
keadaan gawat darurat
2. Mahasiswa dapat memahami tujuan komunikasi terapeutik dalam keadaan
gawat darurat
3. Mahasiswa dapat memahami konsep dasar keperawatan gawat darurat
4. Mahasiswa dapat memahami yang dimaksud dengan SPGDT
2
5. Mahasiswa dapat memahami prinsip komunikasi terapeutik dalam keadaan
gawat daruat
6. Mahasiswa dapat memahami fase-fase komunikasi terapeutik dalam
keadaan gawat daruat
3
BAB II
TINJAUAN TEORI
4
Komunikasi terapeutik merupakan cara yang efektif untuk
mempengaruhi tingkah laku manusia dan bermanfaat dalam melaksanakan
pelayanan kesehatan di Rumah Sakit, sehingga komunikasi harus
dikembangkan secara terus – menerus
Pasien yang tiba-tiba dalam keadaan gawat atau akan menjadi gawat
dan terancam nyawanya dan atau anggota badannya akan menjadi cacat bila
tidak mendapatkan pertolongan secepatnya.
5
tidak mendapatkan pertolongan secepatnya. Bisanya di lambangkan
dengan label merah. Misalnya AMI (Acut Miocart Infac).
c. Pasien Gawat Tidak Darurat
Pasien berada dalam keadaan gawat tetapi tidak memerlukan tindakan
darurat. Bisanya di lambangkan dengan label Biru. Misalnya pasien
dengan Ca stadium akhir.
d. Pasien Darurat Tidak Gawat
Pasien akibat musibah yang datang tiba-tiba, tetapi tidak mengancam
nyawa dan anggota badannya. Bisanya di lambangkan dengan label
kuning. Misalnya : pasien Vulnus Lateratum tanpa pendarahan.
e. Pasien Tidak Gawat Tidak Darurat
Pasien yang tidak mengalami kegawatan dan kedaruratan. Bisanya di
lambangkan dengan label hijau. Misalnya : pasien batuk, pilek.
f. Pasien Meninggal
Label hitam ( Pasien sudah meninggal, merupakan prioritas terakhir.
Adapun petugas triage di lakukan oleh dokter atau perawat senior yang
berpengalaman dan petugas triage juga bertanggung jawab dalam
operasi,pengawasan penerimaan pasien dan daerah ruang tunggu.
6
dikenl oleh orang awam. Oleh karena bermanfaat bila orang awam
diberi dan dilatih pengetahuan dan keterampilan penanggulanganan
gawat darurat. Komunikasi ynag dilkukan pada fase pra rumah sakit
yaitu dengan meyakin warga bahwa seorang perawat, mengecek
kesadaran korban dengan menmanggil nama korban, menghubungi
organisasi gawat darurat terdekat untuk pertolongan lanjut ke rumah
sakit. Contoh : di jalan terjadi kecelakaan kemudian penderita gawat
darurat ditolong masyarakat yang telah mendapatkan pelatihan untuk
gawat darurat, warga tadi menolong penderita gawat darurat
mengamankan korban di tempat yang lebih aman, melakukan
pertolongan di tempat kejadian seperti menolong menghentikan
pendarahan, kemudian melaporkan korban ke organisasi pelayanan
kegwatdaruratan terdekat, pengangkutan untuk pertolongan lanjut dari
tempat kejadian ke rumah sakit.
b. Fase pelayanan rumah sakit
Fase pelayanan rumah sakit adalah fase pelayanan yang melibatkan
tenagan kesehatn yang dilakukan di dalam rumh sakit seperti
pertolonga di unit gawat darurat. Komunikasi yang dilakukan pada
tahap ini sama dengan komunikasi terapeutik, tetapi dalam hal ini
tindakan yang cepat dan tepat lebih utama dilakuka kepada korban.
Contoh : ada korban kecelakaan yang menglami pendarahan masuk ke
UGD, perawat menayakan identitas klien kemudian melakukan
pemasangan infus untuk menganti cairan yang keluar, dengan
menjelaskan tujuan pemasangan infus dengan sigkat dan jelas.
c. Pelayanan antar rumah sakit ( rujukan )
Fase pelayanan antar rumah sakit ( rujukan ) adalah fase pelayanan
yang melibatkan petugas kesehatan dengan petugas kesehatan rumah
sakit lain atau rumah sakit satu dengan rumah sakit yang lain sebagai
rujukan. Tindakan ini dilakukan apabila korban membutuhkan
penanganan lebih lanjut tetapi rumah sakit yang pertama tidak bisa
memberi pertolonan sehinga dirujuk ke rumah sakit lain yang bisa
menanggani krban sebut.
7
Contoh : korban kecelakaan parah di bawa ke salah satu rumah sakit
tetap dirumhsakit tersebut tidak terdapat peralatan yng harus
digunakan segera untuk pertolongan, kemudian rumahsakit tersebut
menghubungi rumah sakit lain yang lebih cepat menganani , setelah
itu pasien di kirim ke rumah sakit yang telah di hubungi tadi.
1. Fase Pra-Interaksi
Fase pra-interaksi dimulai sebelum kontak pertama dengan klien.
Perawat mengeksplorasi perasaan, fantasi dan ketakutannya sehingga
8
kesadaran dan kesiapan perawat untuk melakukan hubungan dengan
klien dapat dipertanggungjawabkan. Pra-interaksi :
a. Eksplorasi perasaan, fantasi dan ketakutan sendiri.
b. Analisa kekuatan-kelemahan professional.
c. Dapatkan data tentang klien jika mungkin.
d. Rencanakan pertemuan pertama.
2. Fase Orientasi
Tahap dimana seorang perawat menggali keluhan-keluhan yang
dirasakan oleh klien atau pasien dengan tanda dan gejala yang lain
untuk memperkuat diagnosa keperawatan. Fase orientasi terdiri dari:
a. Pengenalan
b. Persetujuan Komunikasi
c. Program Orientasi yang meliputi :
1. Penentuan batas hubungan
2. Pengidentifikasian masalah
3. Mengkaji tingkat kecemasan diri sendiri dan
pasien
4. Mengkaji apa yang diharapkan
3. Fase Kerja
Fase kerja ini perawat mengimplementasikan rencana keperawatan
yang dibuat pada tahap orientasi, perawat juga membantu klien
mengatasi kecemasan, meningkatan kemandirian dan tanggungjawab
diri sendiri.
4. Fase Terminasi
Fase terminasi merupakan fase persiapan mental untuk membuat
perencanaan tentang kesimpulan pengobatan yang telah didapatkan.
Dan juga berfungsi untuk mengantisipasi masalah yang akan timbul.
Pada tahap ini interaksi akan diakhiri.
9
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
3.1 Kesimpulan
Komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang secara sadar dan terencana
yang tujuan untuk kesembuhan pasien. Tahapan dalam komunikasi terapeutik
diantaranya fase pra-interaksi, orientasi, kerja, dan terminasi. Cara
berkomunikasi terapeutik pada klien di Ruang IGD yaitu diantaranya
mendengarkan dengan penuh perhatian, menunjukkan penerimaan,
menanyakan pertanyaan yang berkaitan, mengulang ucapan klien, klarifikasi,
memfokuskan, menyampaikan hasil observasi, menawarkan informasi, diam,
meringkas, memberikan penghargaan, menawarkan diri, dan memberi
kesempatan kepada klien untuk memulai pembicaraan. Komunikasi terapeutik
yang dilakukan perawat pada keluarga klien di ruang IGD dapat dilakukan
dengan memberikan penjelasan dan informasi mengenai kesehatan klien.
Komunikasi yang dilakukan kepada pasien yang dalam kondisi gawat
darurat yaitu dengan komunikasi seperti komunikasi terapiotik lain, tetapi
dalam hal ini yang lebih di utamakan dalam mengatasi gawat darurat adalah
tindakan yang akan diberikan kepada pasien harus lebih cepat dan tepat.
3.2 Saran
Di IGD perawat selain melakukan tindakan keperawatan hendaknya
tidak terlepas dari sikap dan perilaku dalam berkomunikasi dengan pasien
yang dapat mempengaruhi kepuasan pasien seperti komunikasi terapeutik,
10
meskipun sarana dan prasarana pelayanan sering dijadikan ukuran mutu oleh
pelanggan namun ukuran utama penilaian tetap sikap dan perilaku pelayanan
yang ditampilkan oleh petugas kesehatan.
DAFTAR PUSTAKA
11
Slamet, S. P. R. (2014). Pengaruh Komunikasi Terapeutik Terhadap Tingkat
Kecemasan pada Keluarga Pasien yang Dirawat Di Ruang Picu Rsup Dr. Sardjito
Yogyakarta
Thamiiaaa. (2013). KONSEP DASAR KEPERAWATAN GAWAT DARURAT.
12